ABSTRAK
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERWAWANCARA MELALUI TEKNIK PEMODELAN PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1
PURWODADI GISTING TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh ROZA ELYA
Masalah dalam penelitian ini adalah peningkatan kemampuan berwawancara dengan teknik pemodelan pada siswa kelas V SD Negeri 1 Purwodadi Gisting Tanggamus tahun pelajaran 2011/2012. Tujuan penelitian ini mendiskripsikan peningkatan kemampuan berwawancara melalui teknik pemodelan pada siswa kelas V SD Negeri 1 Purwodadi Gisting Tanggamus tahun pelajaran 2011/2012.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas dengan dua siklus yang dilaksanakan pada siswa kelas V SD Negeri I Purwodadi. Tiap-tiap siklus terdiri atas tahap perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Pengambilan data dilakukan dengan tes perbuatan dan nontes. Tes perbuatan digunakan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berwawancara, sedangkan nontes hanya pada observasi digunakan untuk mengukur kualitas pembelajaran.
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERWAWANCARA
MELALUI TEKNIK PEMODELAN PADA SISWA KELAS V
SD NEGERI 1 PURWODADI GISTING TANGGAMUS
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
(Penelitian Tindakan Kelas)
Oleh
ROZA ELYA
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
DAFTAR ISI
1.4 Kegunaan Penelitian... 5
BAB II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keterampilan Berbicara ... 7
2.1.1 Pengertian Berbicara ... 7
2.1.2 Pengertian Kemampuan Berbicara ... 8
2.1.3 Tujuan Berbicara ... 9
2.2 Wawancara ... 10
2.2.1 Pengertian Wawancara ... 10
2.2.2 Jenis-jenis Wawancara ... 11
2.2.3 Langkah-langkah Berwawancara ... 15
2.2.4 Teknik Interaksi dalam Berwawancara ... 19
2.2.5 Faktor-faktor Penunjang Keefektifan Berwawancara ... 20
2.2.6 Kemampuan Berwawancara... 24
2.3 Teknik Pemodelan ... 25
2.4.1 Pengertian Teknik Pemodelan... 25
2.4.2 Kompenen Pemodelan ... 26
2.4.3 Kelebihan Teknik Pemodelan ... 27
2.4 Pembelajaran Berwawancara dengan Teknik Pemodelan... 28
BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ... 30
3.3 Tempat Penelitian... 31
3.4 Waktu Penelitian ... 31
3.5 Indikator Kinerja ... 32
3.6 Prosedur Penelitian... 32
3.7 Teknik Pengumpulan Data ... 36
3.8 Instrumen Penelitian... 36
3.9 Teknik Analisis Data ... 45
3.10 . Langkah-langkah Menganalisis Data ... 47
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 49
4.1.1 Siklus I ... 50
4.1.1.1 Tahap Perencanaan ... 50
4.1.1.2 Tahap Pelaksanaan Tindakan ... 51
4.1.1.3 Tahap Pengamatan ... 53
4.1.1.4 Tahap Refleksi ... 61
4.1.2 Siklus II ... 62
4.1.3.1 Tahap Perencanaan ... 62
4.1.3.2 Tahap Pelaksanaan Tindakan ... 63
4.1.3.3 Tahap Pengamatan ... 72
4.1.3.4 Tahap Refleksi ... 73
4.2 Pembahasan ... 74
4.2.1 Kemampuan Siswa Berwawancara ... 74
4.2.2 Ketuntasan Hasil Belajar Siswa ... 75
4.2.3 Aktivitas Guru dan Siswa dalam Pembelajaran ... 77
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 80
5.2 Saran ... 81
DAFTAR PUSTAKA ... 82
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Rencana Pelaksananaan Pembelajaran Siklus I Lampiran 2. Rencana Pelaksananaan Pembelajaran Siklus I
Lampiran 3. Hasil Kemampuan Siswa dalam Berwawancara Prasiklu Lampiran 4. Analisis Hasil Evaluasi Prasiklus
Lampiran 5. Hasil Kemampuan Siswa dalam Berwawancara dari Aspek Ketepatan Ucapan pada Siklus I
Lampiran 6. Hasil Kemampuan Siswa dalam Berwawancara Ditinjau dari Aspek Pilihan Kata/Diksi pada Siklus I
Lampiran 7. Hasil Kemampuan Siswa dalam Berwawancara Ditinjau dari Aspek Keefektifan Kalimat pada Siklus I
Lampiran 8. Hasil Kemampuan Siswa dalam Berwawancara Ditinjau dari Aspek Kelancaran Berwawancara pada Siklus I
Lampiran 9. Hasil Kemampuan Siswa dalam Berwawancara Ditinjau dari Aspek Intonasi pada Siklus I
Lampiran 10. Hasil Kemampuan Siswa dalam Berwawancara pada Siklus I Lampiran 11. Analisis Hasil Evaluasi Formatif Siklus I
Lampiran 12. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran Siklus I
Lampiran 13. Data observasi aktivitas guru dalam proses pembelajaran siklus I Lampiran 14. Hasil Kemampuan Siswa dalam Berwawancara dari Aspek
Ketepatan Ucapan pada Siklus II
Lampiran 16. Hasil Kemampuan Siswa dalam Berwawancara Ditinjau dari Aspek Keefektifan Kalimat pada Siklus II
Lampiran 17. Hasil Kemampuan Siswa dalam Berwawancara Ditinjau dari Aspek Kelancaran Berwawancara pada Siklus II
Lampiran 18. Hasil Kemampuan Siswa dalam Berwawancara Ditinjau dari Aspek Intonasi pada Siklus II
Lampiran 19. Hasil Kemampuan Siswa Berwawancara pada Siklus II Lampiran 20. Analisis Hasil Evaluasi Formatif Siklus II
Lampiran 21. Hasil observasi aktivitas siswa dalam proses pembelajaran siklus II Lampiran 22. Hasil observasi aktivitas guru dalam proses pembelajaran Siklus II Lampiran 23. Instrumen kemampuan siswa dalam berwawancara
Lampiran 24. Catatan lapangan siklus I Lampiran 25. Catatan lapangan siklus II
Lampiran 26. Surat keterangan melaksanakan penelitian di sekolah Lampiran 27. Kartu hadir seminar proposal
Lampiran 28. Kartu hadir seminar hasil
DAFTAR TABEL
Tabel ... Halaman
3.1. Indikator Penilaian Kemampuan Berwawancara... 38
3.2. Tolok Ukur Penilaian Kemampuan Siswa Dalam Berwawancara Melalui Teknik Pemodelan ... 39
3.3. Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran ... 43
3.4. Lembar Observasi Aktivitas Guru dalam Proses Pembelajaran ... 45
4.1. Skor Kumulatif Nilai Berwawancara Siklus I ... 54
4.2. Skor Indikator Ketepatan Ucapan Siklus I ... 55
4.3. Skor Penilaian Pilihan Kata/Disksi Siklus I ... 56
4.4. Skor Penilaian Keefektifan Kalimat Siklus I ... 56
4.5. Skor Penilaian Kelancaran Berwawancara Siklus I... 57
4.6. Skor Penilaian Intonasi Siklus I ... 58
4.7. Rata-Rata Skor Kemampuan Siswa berwawancara Siklus I ... 59
4.8. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ... 59
4.9. Rekapitulasi Hasil Analisis Data Siklus I ... 61
4.10. Skor Kumulatif Nilai Berwawancara Siklus II ... 66
4.11. Skor Penilaian Ketepatan Ucapan Siklus II ... 67
4.12. Skor Penilaian Pilihan Kata/diksi Siklus II ... 68
4.13. Skor Penilaian Keefektifan Kalimat Siklus II ... 68
4.14. Skor Penilaian Kelancaran dalam Berwawancara Siklus II ... 69
4.16. Rata-Rata Skor Penilaian Kemampuan Siswa dalam berwawancara
Siklus II ... 70
4.17. Rekapitulasi Hasil Analisis Data Siklus II... 71
4.18. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ... 72
4.19. Kemampuan Siswa Berwawancara Siklus I dan II ... 74
4.20. Perbandingan Data Ketuntasan Siswa dalam Berwawancara Siklus I dan Siklus II... 76
4.21. Aktivitas Siswa Siklus I dan Siklus II ... 77
MOTO
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan maka apabila kamu selesai (dari sesuatu urusan) kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain dan
hanya kepada Tuhan-mulah hendaknya kamu berharap” (QS. Al-Insyirah 6-8).
“Hidup di dunia adalah kesementaraan yang acap kali terasa tak berujung pangkal hingga kita merasa jenuh, bosan dan muak menunggu keputusan. Tapi kita harus
bersabar karena esok adalah seribu kemungkinan” (A.Gunawan Horison)
“Kegagalan yang sesungguhnya adalah ketakutan yang ada pada diri kita untuk bangkit menjadi lebih baik”
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Dra. Ni Nyoman Wetty S., M.Pd. ……..………..
Sekretaris : Sumarti, S.Pd., M.Hum. ………
Penguji
Bukan Pembimbing : Dr. Siti Samhati, M.Pd. ………
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Subhanahuwata’ala, Tuhan semesta alam yang memunyai segala keindahan dan kesempurnaan yang abadi. Allah telah memberikan cinta dan kasih sayang kepada kita. Dengan kerendahan hati, kupersembahkan karya ini kepada orang-orang yang kukasihi dan kucintai.
1. Kedua orangtua dan mertuaku yang telah memberi doa restu dan dorongan dalam menimba ilmu dan berkarier demi keluarga;
2. Suami tercinta DMV. Samsul Huda;
3. Kedua permata hatiku, Desfandri Al Qofiki dan Cindy Dara Nabila; 4. Teman-teman sejawat di SD Negeri 1 Purwodadi, Kecamatan Gisting.
Judul PTK : Peningkatan Kemampuan Berwawancara Melalui Teknik Pemodelan pada Siswa Kelas V SD Negeri 1 Purwodadi Gisting Tanggamus Tahun Pelajaran 2011/2012
Nama Mahasiswa : Roza Elya Nomor Pokok Mahasiswa : 1013124008
Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Seni
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI,
Pembimbing 1
Dra. Ni Nyoman Wetty S., M.Pd. NIP 195106141981032001
Pembimbing 2
Sumarti, S.Pd., M.Hum. NIP 197003181994032002
Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa Banjar Negeri, Kecamatan Gunung Alip, Kabupaten
Tanggamus, pada 3 April 1968. Penulis adalah anak ketiga dari delapan
bersaudara pasangan dari Wazir Su’ud dan Hj. Ranun.
Jenjang pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Banjar Negeri lulus 1983,
SMP Negeri Talangpadang lulus 1986, SPG Muhamaddiyah Gisting lulus 1989,
dan STKIP PGRI Bandar Lampung lulus 1994.
Tahun 1994-2003, penulis pernah mengajar di SMP Muhammadiyah Banjar
Negeri, Bidang Studi Bahasa Indonesia. Tahun 2003-2006 diangkat sebagai guru
bantu di SD Negeri 2 Gisting Bawah. Tahun 2007 sampai 2010 penulis mengajar
di SD Negeri 3 Purwadadi Gisting. Tahun 2010 penulis mengajar di SD Negeri 1
Purwodadi, Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus hingga saat ini penulis
tetap mengajar bidang studi Bahasa Indonesia.
Oktober 2010, penulis mengikuti Program Pendidikan S-1 dalam Jabatan dari
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Tanggamus di FKIP Unila.
Penulis sudah melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) atau Program
Pemantapan Mengajar (PPM) dan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di SD Negeri
1 Purwodadi, Kecamatan Gisting tempat penulis mengajar yang beralamatkan di
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahuwata’ala atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan PTK dengan
judul Peningkatan Kemampuan Berwawancara Melalui Teknik Pemodelan Pada
Siswa Kelas V SD Negeri 1 Purwodadi Gisting Tanggamus Tahun Pelajaran
2011/2012.
Penulis telah banyak menerima bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai
pihak dalam menyelesaikan PTK ini. Oleh karena itu, dengan segenap jiwa
sebagai wujud rasa hormat dan terima kasih serta penghargaan atas segala
bantuan, penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak berikut.
1. Dra. Ni Nyoman Wetty Suliani, M.Pd., selaku Pembimbing I, yang tak
henti-hentinya memberikan dorongan, saran, dan bimbingan demi kesempurnaan
penulisan skripsi ini.
2. Sumarti, S.Pd., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing II, yang telah
memberikan petunjuk, saran, dan bimbingan kepada penulis.
3. Dr. Siti Samhati, M.Pd., selaku Dosen Pembahas/Penguji, yang telah
memberikan bimbingan, nasihat, dan saran kepada penulis sehingga PTK ini
4. Dr. Edy Suyanto, M.Pd., selaku Ketua Program Studi, yang telah memberikan
bimbingan dan arahan kepada penulis dengan penuh ketegasan dan motivasi
yang kuat sehingga penulis terpacu untuk menyelesaikan PTK ini.
5. Drs. Imam Rejana, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni,
FKIP Universitas Lampung.
6. Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung.
7. Keluarga besar SD Negeri 1 Purwodadi, Kecamatan Gisting, Kabupaten
Tanggamus terutama Kepala Sekolah Ibu Hj. Ruswanti, S.Pd, teman sejawat
Ibu Mulyati, dan teman-teman guru dan staf TU, siswa-siswi atas kerja sama
dan kemudahan yang penulis dapatkan selama melaksanakan PTK ini.
8. Teman-teman seperjuangan mahasiswa S-1 dalam Jabatan Angkatan 2010
atas kerja sama, motivasi serta dukungannya.
Penulis menyadari dalam penulisan PTK ini masih banyak kekurangan dan
kesalahan. Karena itu, penulis mengharap kritik dan saran dari semua pihak demi
kesempurnaan PTK ini. Harapan penulis, semoga karya kecil ini bisa bermanfaat
bagi kita semua, khususnya dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di
sekolah.
Bandarlampung, Mei 2012
Penulis,
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Keterampilan berbahasa merupakan salah satu aspek pembelajaran bahasa
Indonesia yang diajarkan di SD/Ml termasuk SD Negeri 1 Purwodadi Gisting
Tanggamus. Keterampilan berbahasa mempunyai empat aspek, yaitu keterampilan
mendengar, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan
menulis (Tarigan, 2008: 1).
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mata pelajaran Bahasa Indonesia
adalah salah satu program untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan
berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Keterampilan
berbicara merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang diajarkan di
sekolah dasar. Tujuan pembelajaran khususnya pada standar kompetensi
mengungkapkan berbagai informasi melalui wawancara dan presentasi laporan,
adalah siswa dapat berwawancara dengan narasumber dari berbagai kalangan
dengan memperhatikan etika berwawancara (Depdiknas 2006: 16). Salah satu
indikator pembelajarannya yaitu siswa dapat melakukan kegiatan berwawancara
berdasarkan daftar pertanyaan dengan menggunakan pilihan kata yang tepat dan
bahasa yang santun. Keberhasilan pembelajaran siswa ditentukan oleh
Wawancara merupakan ragam berbicara yang sering dilakukan oleh peliput berita
dan para peneliti dalam berbagai bidang. Bagi para peneliti berwawancara
termasuk metode tanya jawab yang berlandaskan pada tujuan penelitian yakni
menyelidiki pengalaman, perasaan, motif, dan motivasi seseorang (Hadi, 1981:
193). Bagi peliput berita kegiatan berwawancara bertujuan untuk menggali
informasi, komentar, opini, fakta atau data tentang suatu masalah atu peristiwa
dengan mengajukan pertanyaan kepada narasumber (Sudrajat, 2008: 41).
Berwawancara merupakan salah satu pelatihan untuk meningkatkan kemampuan
berbicara siswa. Wawancara juga perlu dikuasai siswa untuk menumbuhkan life
skill (kecakapan hidup) sehingga dapat digunakan dalam kegiatan sehari-hari.
Oleh karena itu, pembelajaran wawancara saat ini di rasa sangat penting
keberadaannya.
Keterampilan berbicara khususnya kemampuan siswa berwawancara di sekolah
dasar saat ini masih kurang, salah satunya di SD Negeri 1 Purwodadi Gisting
Tanggamus. Lemahnya kemampuan berwawancara siswa sering dipengaruhi
dengan timbulnya rasa gugup. Pada akhirnya, bahasa yang diungkapkan tidak
teratur. Bahkan, beberapa siswa tidak berani berbicara secara formal sehingga
siswa belum dapat mengungkapkan informasi secara efektif.
Berdasarkan hasil ulangan harian bahasa Indonesia siswa kelas V SD Negeri 1
Purwodadi pada pokok bahasan berwawancara belum maksimal. Rendahnya hasil
tersebut disebabkan oleh beberapa faktor. Dalam kenyataan yang terjadi di kelas,
sudah berupaya sebaik mungkin dalam menjelaskan materi, tetapi sebagian anak
masih belum memahami apa yang telah dijelaskan.
Berdasarkan hasil evaluasi aspek berbicara khususnya berwawancara, nilai
kemampuan siswa kelas V SD Negeri 1 Purwodadi Gisting belum mencapai
KKM yang ditentukan sekolah, sebesar 65. Terbukti dari 19 siswa, yang mencapai
KKM hanya 5 orang atau 26% dan siswa yang belum tuntas 14 orang dengan nilai
rata-rata kelas 55.
Berdasarkan hal di atas, maka peneliti berusaha mengatasi masalah tersebut,
sehingga peran aktif guru sangat dibutuhkan. Guru dituntut mempunyai
keterampilan untuk mengelola kelas agar proses pembelajaran dapat berjalan
dengan lancar dan tercapai tujuan pembelajaran.
Strategi pembelajaran merupakan hal yang harus diperhatikan oleh guru agar
tujuan pembelajaran dapat tercapai. Siswa tidak cukup diberikan penjelasan
tentang teori saja, tetapi hal yang berhubungan dengan masalah kebahasaan dan
teknik berwawancara juga harus diperhatikan. Oleh karena itu, diperlukan strategi
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa agar keterampilan siswa dalam
aspek berbicara khususnya melakukan wawancara dapat ditingkatkan.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti berusaha mengatasi masalah tersebut dengan
memilih salah satu teknik pembelajaran. Dari bermacam-macam teknik yang
selama ini digunakan guru, peneliti berencana akan menerapkan teknik
Pemodelan mempunyai peran penting dalam pembelajaran keterampilan
berbicara. Kegiatan pemberian model dalam pembelajaran keterampilan berbicara
bertujuan untuk membahasakan gagasan yang kita pikirkan dengan cara
mendemonstrasikan. Kita menginginkan para siswa untuk belajar atau melakukan
sesuatu, artinya ada model yang ditiru dan diminati oleh siswa. Dalam
pembelajaran tersebut, dihadirkan beberapa model teks wawancara. Di samping
itu, penghadiran model dalam pembelajaran dapat memberikan nilai positif bagi
siswa maupun guru. Komponen pemodelan melibatkan guru, siswa, dan model
luar untuk menjadi model.
Berdasarkan hal tersebut di atas, penelitian tindakan kelas ini sebagai upaya
meningkatkan keterampilan berbicara terhadap siswa kelas V SD Negeri 1
Purwodadi Gisting Tanggamus tahun pelajaran 2011/2012. Penggunaan teknik
pemodelan dalam pembelajaran berbicara dijadikan sebagai strategi untuk
meningkatkan keterampilan berwawancara siswa agar tujuan pembelajaran dapat
tercapai. Oleh karena itu, penelitian ini ialah “Peningkatan Kemampuan
Berwawancara Melalui Teknik Pemodelan pada Siswa Kelas V SD Negeri 1
Purwodadi Gisting Tanggamus Tahun Pelajaran 2011/2012”.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas rumusan masalah dalam penelitian ini
bagaimanakah peningkatan kemampuan berwawancara dengan teknik pemodelan
pada siswa kelas V SD Negeri 1 Purwodadi Gisting Tanggamus tahun pelajaran
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mendiskripsikan peningkatan kemampuan
berwawancara melalui teknik pemodelan pada siswa kelas V SD Negeri 1
Purwodadi Gisting Tanggamus tahun pelajaran 2011/2012.
1.4 Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian kemampuan berwawancara ini dapat bermanfaat dari segi teoretis
dan segi praktis.
1.4.1 Secara Teoretis
Dari segi teoteris, penelitian ini dapat memperdalam materi bahasa Indonesia,
khususnya materi berwawancara. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan
sebagai masukan bagi guru bidang studi bahasa Indonesia, untuk mengembangkan
keterampilan berbicara, yang difokuskan dalam kemampuan berwawancara siswa
baik pada faktor kebahasan, non kebahasan, dan interaksi berwawancara.
1.4.2 Secara Praktis
Hasil penelitian ini untuk memberikan informasi kepada pembaca, khususnya
siswa dan guru.
a. Bagi Siswa
Manfaat yang dapat diambil bagi siswa dari penelitian ini adalah.
(1) meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran sehingga lebih efektif;
(2) sebagai bahan evaluasi untuk dapar mengetahui bagaimana kemampuan
b. Bagi Guru
Manfaat yang dapat diambil bagi guru dari penelitian ini adalah.
(1) sebagai bahan masukan kepada guru bidang studi bahasa Indonesia tentang
kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dalam berbicara, khususnya
kemampuan berwawancara;
(2) bahan pertimbangan dan pemikiran para guru yang yang mengajar bidang
studi bahasa Indonesia dalam menentukan stretegi pengajaran kemampuan
berwawancara melalui teknik pemodelan;
(3) untuk meningkatkan kinerja agar lebih profesional, karena guru harus mampu
memfleksibelkan diri, menilai, serta memotivasi guru untuk meningkatkan
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Keterampilan Berbicara
Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen, yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Setiap keterampilan berbahasa berhubungan erat satu sama lainnya dengan cara yang beraneka ragam. Berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak, yang didahului oleh keterampilan menyimak.
2.1.1 Pengertian Berbicara
Berbicara adalah suatu alat pengkomunikasian gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang penyimak dan pendengar. Berbicara lebih daripada sekedar pengucapan bunyi-bunyi artikulasi dan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan atau menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaaan (Tarigan, 2008 : 16). Berbicara merupakan alat komuniaksi yang dialami antara anggota masyarakat untuk mengungkapkan pikiran dan sebagai bentuk tingkah laku sosial (Arsjad, Maidar dan Mukti, 1987: 19).
seseorang atau kelompok secara lisan, baik secara berhadap-hadapan ataupun dengan jarak jauh.
Dari pendapat para ahli di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa berbicara adalah suatu keterampilan yang produktif dan suatu proses menyampaikan informasi, ide, gagasan suatu pikiran melalui bahasa lisan.
2.1.2 Pengertian Kemampuan Berbicara
Kemampuan berasal dari kata dasar mampu yang berarti bisa atau sanggup. Kata dasar mampu mendapat simulfiks ke-an membentuk kata jadian kemampuan. Simulfiks ke-an yang menempel pada kata dasar akan membentuk kata dasar yang menyatakan sifat atau keadaan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan. Sedangkan menurut Sujono (1981: 10-11) seseorang dikatakan mampu berbicara dengan sempurna apabila ia mampu menggunakan intonasi, pelafalan kata, serta mampu menguasai kalimat dengan lancar dalam pembicaraannya.
Arsyad dan Mukti (2008: 20) menyatakan, kemampuan berbicara adalah kemampuan untuk mengucapkan kalimat-kalimat untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan gagasan dan pikiran.
berbicara terlalu lambat atau cepat sehingga narasumber dapat menangkap maksud pertanyaan yang diajukan. Dalam pelafalan kata, pewawancara mampu mengucapkan bunyi-bunyi bahasa secara tepat. Sebab, pengucapan bunyi bahasa yang kurang tepat, dapat mengalihkan perhatian narasumber.
2.1.3 Tujuan Berbicara
Pada dasarnya tujuan berbicara adalah berkomunikasi agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, pembicara hendaknya mengkomunikasikan makna yang akan dikomunikasikan. Pada dasarnya berbicara mempunyai tiga maksud umum.
a. Memberitahukan atau Melaporkan
Berbicara untuk melaporkan dilaksanakan bila seseorang itu ingin (1) menjelaskan suatu proses, (2) menguraikan, mentafsirkan, atau menginterpretasikan suatu hal, (3) memberi atau menanamkan suatu pengetahuan, dan (4) menjelaskan kaitan.
Berbicara untuk memberitahukan dan melaporkan bertujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan pendengar. Untuk itu, pembicara harus mempersiapkan pembicaraannya terlebih dahulu (Tarigan, 2008: 21).
b. Menjamu dan Menghibur
c. Membujuk, Mendesak, dan Meyakinkan
Berbicara di sini mempunyai tujuan mempercayai suatu hal dan terdorong untuk melakukannya, meyakinkan pendengar, disertai pendapat dan fakta atau bukti sehingga diharapkan sikap pendengar dapat diubah (Tarigan,1985: 22).
2.2 Wawancara
Keterampilan berbicara merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang diajarkan di SD. Dalam pembelajaran berbicara yang diadakan di SD pada umumnya mempelajari bagaimana mengungkapkan pikiran, pendapat, perasaan, fakta secara lisan dengan menanggapi suatu persoalan, menceritakan hasil pengamatan, atau berwawancara.
2.2.1 Pengertian Wawancara
suatu hal, untuk dimuat dalam surat kabar yang disiarkan melalui radio, atau ditayangkan pada layar televisi.
Wawancara adalah percakapan dengan maksud-maksud tertentu. Pada metode ini peneliti dan responder berhadapan langsung (face to face) untuk mendapatkan informasi secara lisan dengan tujuan mendapatkan data yang dapat menjelaskan permasalah penelitian (Maleong, 2004: 43).
Berdasarkan pengertian-pengertian wawancara di atas, penulis mengacu pada pendapat Gunadi yang mengemukakan bahwa wawancara adalah suatu percakapan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu yang merupakan tanya jawab lisan, ketika dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik (face to face) untuk mengetahui tanggapan, pendapat, keyakinan, perasaan, dan motivasi
seseorang. Sebab, dalam penelitian ini siswa melaksanakan kegiatan wawancara lisan yang dilaksanakan oleh dua orang yang saling berhadap-hadapan secara fisik. Kegiatan ini diarahkan pada masalah yang telah disiapkan oleh penulis. Kegiatan ini juga bertujuan untuk menggali informasi berupa tanggapan, pendapat, keyakinan, perasaan atau motivasi narasumber.
2.2.2 Jenis-Jenis Wawancara
a. Wawancara Tidak Terpimpin
Wawancara tidak terpimpin merupakan suatu kegiatan tanya jawab yang dikuasai mood dan keinginan. Pewawancara tidak mempersiapkan pedoman kegiatan wawancara. Dengan demikian, tidak ada pokok persoalan yang menjadi fokus atau titik pusat dalam wawancara. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pewawancara tidak sistematis, melompat-lompat dari satu peristiwa ke peristiwa lain tanpa ada keterkaitan. Seringkali wawancara tidak terpimpin lebih mendekati suatu pembicaraan bebas atau free talk.
b. Wawancara Terpimpin
Fungsi wawancara terpimpin adalah sebagai alat pengumpulan data yang relevan bagi tujuan suatu penelitian. Pewawancara mempersiapkan pedoman wawancara, topik wawancara, tujuan wawancara, dan pelaksanaan wawancara. Oleh karena itu, hal yang sangat penting dalam wawancara ini ialah menyusun kerangka pokok yang dikaitkan dengan hipotesa dan asumsi. Pedoman wawancara berguna sebagai pengarahan jalannya wawancara, dan diarahkan pada satu tujuan yang nyata. Secara otomatis, diperlukan kemampuan kecakapan berbicara untuk mendukung kemampuan berwawancara.
c. Wawancara Bebas Terpimpin
Wawancara ini juga memiliki ciri fleksibelitas dan kelewesan. Sebab, melalui fleksibelitas dan keluwesan pewawancara dapat dengan mudah mengarahkan pembicaraan langsung pada pokok pembicaraan. Keluwesan akan memberi kesempatan kepada pewawancara untuk mencapai tujuan penyelidikan tentang sikap, keyakinan, dan perasaan. Oleh karena itu, wawancara ini sering digunakan untuk menggali gejala kehidupan psikis, keyakinan, motivasi, harapan, pengalaman informasi, dan sebagainya (Kartono, 1980: 190).
d. Wawancara Pribadi dan Wawancara Kelompok
e. Free Talk dan Diskusi
Free Talk atau berbicara bebas. Pewawancara dan narasumber memiliki kedua
fungsi sebagai "informan hunter" dan "informan supplier". Kedua belah pihak saling memberikan keterangan yang objektif dengan hati terbuka dan bertukar pikiran mengenai perasaan. Para narasumber menyadari kedudukannya bukan hanya sebagai informan, tetapi juga sebagai partisipan. Informasi yang diberikan narasumber diharapkan berguna bagi pengembangan dan pembangunan masyarakat. Oleh sebab itu, narasumber perlu dan wajib memberikan keterangan yang objektif.
Diskusi juga disebut free talk. Pembicaraan secara bebas yang diarahkan pada pemecahan suatu persoalan. Wawancara jenis ini umumnya kurang mampu untuk mengumpulkan data secara rill. Namun, berguna untuk menggali fakta-fakta idiil, yaitu pemecahan masalah yang diharap-harapkan, diinginkan, dicita-citakan, atau diangan-angankan.
2.2.3 Langkah-Langkah Berwawancara
Dalam merencanakan suatu pembicaraan situasi formal perlu adanya persiapan agar uraian yang akan disampaikan dapat teratur, sistematis, jelas, dan dapat mengatasi kemungkinan-kemungkinan yang akan timbul dalam pelaksanaan wawancara. Hadi (1981: 192 – 202) mengemukakan mengenai langkah-langkah berwawancara, yaitu menentukan topik dan tujuan, menentukan narasumber, mengumpulkan bahan, membuat kerangka uraian, menentukan topik dan tujuan, menentukan narasumber, mengumpulkan bahan, membuat daftar pertanyaan, dan melakukan uji coba “try-out preliminier”.
a. Menentukan Topik dan Tujuan
Menentukan topik pembicaraan merupakan kegiatan yang pertama kali dilakukan seorang pembicara dan juga merupakan salah satu penunjang keefektifan berwawancara. Topik yang dipilih seorang pembicara hendaknya menarik untuk dibicarakan dan sudah diketahui (Arsjad dan Mukti, 1987: 23).
b. Menentukan Informan atau Interviewer
Informan atau narasumber adalah seorang yang memberi informasi (menjadi sumber), narasumber ditentukan setelah siswa merumuskan topik dan tujuan berwawancara. Dalam wawancara diperlukan narasumber yang berwibawa, panutan atau tokoh suatu kelompok. Namun, yang lebih penting ialah pokok pembicaraan sesuai dengan bidang keahlian narasumber.
Dalam penelitian ini, siswa bebas memilih narasumber yang akan diwawancarai. Salah satu contoh, siswa berwawancara dengan topik bencana alam, dan bertujuan untuk mengetahui penyebab dan pencegahan terjadinya bencana alam tersebut. Oleh karena itu, siswa dapat memilih narasumber yang sesuai dengan penguasaan topik dan bidang keahliannya. Misalnya, dinas kebersihan lingkungan, ketua RT, petugas lingkungan sekolah, ketua organisasi sekolah, guru, orang tua, dan lain-lain. Berdasarkan contoh di atas, narasumber yang tepat adalah orang-orang yeng bekerja pada dinas kebersihan lingkungan, karena bencana alam banyak sekali macam dan penyebabnya. Misalnya banjir, maka penyebabnya kurang penghijauan atau terjadi penumpukan sampah, atau penebangan liar yang disertai dengan penanaman kembali, maka cara mengatasinya harus menjaga kebersihan, jangan menebang pohon, karena pohon dapat menahan air, dan sebagainya.
c. Mengumpulkan Bahan
langsung, yakni melalui bacaan. Siswa dapat memperoleh bahan wawancara dari majalah, buku-buku bacaan, dan sebagainya (Arsjad dan Mukti, 1988: 29).
d. Membuat Daftar Pertanyaan
Tujuan membuat daftar pertanyaan adalah untuk memudahkan siswa dalam menyusun pembicaraan wawancara. Daftar pertanyaan berisi urutan topik pertanyaan yang direncanakan. Urutan tersebut dibagi dalam pertanyaan permulaan, pertanyaan pertengahan, dan pertanyaan penutup (Hadi, 1981: 194). Pertanyaan yang diajukan pewawancara mengacu pada penggunaan kata tanya. Kata tanya adalah kata-kata yang digunakan sebagai pembantu di dalam kalimat yang menyatakan pertanyaan kata tanya yang ada dalam bahasa Indonesia adalah (1) apa, (2) siapa, (3) mengapa/kenapa, (5) berapa, (6) mana, (7) kapan, (8) bagaimana.
Kata “apa” berfungsi menanyakan barang atau hal, contoh: Apa yang sedang kamu buat ?. Kata “siapa” berfungsi menanyakan manusia, contoh: Siapakah
yang mengajar bahasa Indonesia?. Kata “mengapa/kenapa” berfungsi untuk
menanyakan sebab terjadinya sesuatu, contoh: Mengapa pementasan drama itu
dilaksanakan hari sabtu?. Kata “berapa” berfungsi menanyakan jumlah, contoh :
Berapakah harga buku bahasa Indonesia ini?. Kata “mana” berfungsi
e. Melakukan Uji Coba
Setelah menyusun daftar pertanyaan, siswa mengadakan uji coba yang dapat dilakukan terhadap sahabat dekat, atau teman sekelasnya. Hal ini dilakukan untuk mengoreksi kekurangan-kekurangan terhadap pertanyaan-pertanyaan yang dapat menimbulkan salah tafsir. Jadi tujuan utama uji coba adalah untuk mengadakan dan menyempurnakan secara menyeluruh hasil wawancara.
Dalam penelitian ini, selain langkah-langkah di atas, penulis dapat juga menyimpulkan bahwa ketika berwawancara siswa juga perlu menunjukan sikap yang baik, meliputi:
a. memiliki sifat ambisi (untuk mencapai tujuan wawancara), ulet, disiplin, dan sabar;
b. persiapan fisik yang perlu dipersiapkan oleh siswa dalam berwawancara ialah berpakaian rapi dan bersih. hal ini berguna untuk menambah serta menunjukkan rasa percaya diri sendiri, rasa harga diri, dan kepribadian seseorang;
c. menciptakan "rapport" (senyum, rasa humor yang tinggi, mengucapkan pujian, tentang prestasi) akan membantu menciptakan suasana yang santai dan akrab, sehingga narasumber merasa aman dan berkeinginan untuk memberi informasi yang akurat;
d. bersikap netral;
e. menunjukkan perhatian, misalnya dengan menganggukkan kepala atau mengucapkan "0, ya!";
2.2.4 Teknik Interaksi dalam Berwawancara
Sebelum memulai wawancara, berwawancara harus mengetahui etika dan teknik interaksi berwawancara. Etika yang penting dalam berwawancara ialah merundingkan perjanjian (waktu dan tempat) wawancara dengan narasumber.
Teknik interaksi wawancara merupakan hal yang perlu diperhatikan. Hadi (1981: 192-217) mengemukakan mengenai teknik interaksi berwawancara, yakni sebagai berikut.
a. Mengucapkan Salam Pembuka pada Kegiatan Wawancara
Salam pembuka perlu diucapkan pewawancara dalam memulai wawancara. Salam disesuaikan dengan narasumber. Salam pembuka yang bersifat umum disesuaikan dengan waktu misalnya, selamat pagi. Untuk salam yang bersifat khusus dapat diucapkan dengan Assalamualaikum Warohmatulloh Wabarokatuh. Salam pembuka juga berguna bagi pewawancara untuk menimbulkan keakraban dan keluwesan pada permulaan wawancara.
b. Pembicaraan Pendahuluan pada Kegiatan Berwawancara
Pembicaraan pendahuluan sebagai langkah untuk perkenalan sekaligus mengemukakan topik dan tujuan wawancara. Sebaiknya pewawancara tidak tergesa-gesa untuk masuk ke materi wawancara.
c. Bertanya pada Kegiatan Wawancara
bertahap. Dalam bertanya, pewawancara tidak semata-mata bergantung pada daftar pertanyaan yang telah disiapkan, karena apabila hal yang menarik, maka pewawancara boleh mengajukan pertanyaan baru diluar kerangka pertanyaan.
d. Pencatatan pada Kegiatan Wawancara
Dalam proses wawancara, pencatatan tanya jawab memegang peranan yang sangat penting. Pencatatan merupakan cara yang paling baik guna menghindari timbulnya kesalahan akibat kelupaan. Sebelum melakukan wawancara pencatatan harus dipikirkan dan dipersiapkan dengan cermat. Pewawancara hendaknya menggunakan alat pencatat yang praktis dan efisien (Kartoyo, 1980: 180). Salah satu alat pencatatan misalnya, alat tulis, alat perekam elektronik, dan sebagainya.
e. Kesimpulan pada Kegiatan Wawancara
Kesimpulan adalah ikhtisar atau kesudahan pendapat. Kesimpulan juga merupakan keputusan yang telah didiskusikan dan dipertimbangkan oleh kedua belah pihak. Setiap wawancara harus ada kesimpulan. Dalam penelitian ini, kegiatan wawancara perlu diakhiri dengan kesimpulan, sebab kesimpulan merupakan hasil akhir dari kegiatan wawancara.
2.2.5 Faktor-Faktor Penunjang Keefektifan Berwawancara
A. Faktor Kebahasaan
Faktor-faktor kebahasaan sebagai penunjang keefektifan berwawancara meliputi: 1) Ketepatan Ucapan
Seorang pembicara harus membiasakan diri mengucapkan bunyi-bunyi bahasa secara tepat. Pengucapan bunyi bahasa yang kurang tepat dapat mengalihkan perhatian narasumber.
2) Penempatan Tekanan, Nada, dan Durasi yang Sesuai
Kesesuaian tekanan, nada dan durasi merupakan daya tarik tersendiri dalam berbicara. Bahkan kadang-kadang merupakan faktor penentu. Walaupun masalah yang dibicarakan kurang menarik, apabila disampaikan dengan penempatan tekanan, dan durasi yang sesuai akan menyebabkan masalah menjadi menarik. Sebaliknya jika penyampaiannya datar saja, hampir dapat dipastikan akan menimbulkan kejemuan, dan keefektifan berbicara menjadi berkurang.
3) Pilihan Kata (Diksi)
Pilihan kata hendaknya tepat, jelas, dan bervariasi. Jelas maksudnya mudah dimengerti oleh pendengar.
4) Ketepatan Sasaran Pembicaraan
Di dalam kegiatan komunikasi, kalimat tidak hanya berfungsi sebagai penyampaian dan penerimaan informasi belaka, tetapi mencakup semua aspek ekspresi kejiwaan manusia (Arsjad dan Mukti, 1988: 17).
B. Faktor Nonkebahasaan
Faktor-faktor nonkebahasaan, antara lain sebagai berikut.
1) Sikap yang Wajar, Tenang, dan Tidak Kaku
Pembicara yang tidak tenang, lesu, dan kaku tentulah akan memberikan kesan pertama yang kurang menarik. Padahal kesan pertama ini sangat penting untuk menjamin adanya kesinambungan perhatian pihak pendengar. Dari sikap yang wajar saja sebenarnya pembicara sudah dapat menunjukkan otoritas dan integritas dirinya. Tentu saja sikap ini ditentukan oleh situasi, tempat, dan penguasaan materi.
2) Pandangan
Pandangan harus diarahkan kepada lawan bicara. Sebab pandangan mata seseorang itu dapat mempengaruhi perhatian lawan bicara. Pendapat ini sejalan dengan Ehrlich, ia menjelaskan bahwa pandangan kontak mata memungkinkan seseorang untuk berkomunikasi secara efektif.
3) Kesediaan Menghargai Pendapat Orang Lain
4) Gerak-gerik dan Mimik yang Tepat
Gerak-gerik dan mimik yang tepat dapat pula menunjang keefektifan berbicara. Hal-hal penting lain selain mendapat tekanan, biasanya juga dibantu dengan gerak tangan atau mimik.
5) Kenyaringan Suara
Tingkat kenyaringan suara disesuaikan dengan situasi, tempat, jumlah pendengar, dan akustik. Kenyaringan suara ketika berbicara harus diatur supaya dapat didengar oleh semua pendengar dengan jelas, dengan juga mengingat gangguan dari luar.
6) Kelancaran
Seorang pembicara yang lancar berbicara akan memudahkan pendengar menangkap isi pembicaraannya. Berbicara dengan terputus-putus, atau bahkan antara bagian-bagian yang terputus-putus itu diselipkan bunyi-bunyi tertentu seperti e…, anu…, a…, dan sebagainya dapat mengganggu penangkapan pendengar. Sebaliknya pembicara yang terlalu cepat berbicara juga akan menyulitkan pendengar menangkap pokok pembicaraan.
7) Relevansi atau Penalaran
8) Penguasaan Topik Pembicaraan
Pembicaraan formal selalu menuntut persiapan. Tujuannya tidak lain adalah supaya topik yang dipilih betul-betul dikuasai. Penguasaan topik yang baik akan menumbuhkan keberanian dan kelancaran (Arsjad dan Mukti, 1988: 17).
2.2.6 Kemampuan Berwawancara
Dalam melakukan suatu wawancara, seseorang yang akan melakukan wawancara atau pewawancara, diharuskan memiliki kemampuan dalam kegiatan tanya jawab sehingga kegiatan berwawancara dapat berjalan dengan baik.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 1029), kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan. Gunadi (1998: 131) mengemukakan bahwa wawancara adalah suatu percakapan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu, yang merupakan tanya jawab lisan, ketika dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik untuk mengetahui tanggapan, pendapat, keyakinan, perasaan, dan motivasi narasumber.
2.3 Teknik Pemodelan
Salah satu strategi yang digunakan dalam pembelajaran adalah teknik pemodelan. Untuk mendapatkan suatu definisi yang dapat dipahami dengan baik dari pengertian pemodelan, maka kita harus mengetahui secara mendalam apa arti sebenarnya kata pemodelan.
2.3.1 Pengertian Teknik Pemodelan
Menurut Briggs (1987: 33), model adalah seperangkat prosedur yang bertujuan untuk mewujudkan suatu proses, seperti penilaian kebutuhan, pemilihan media, dan evaluasi. Ketiga hal tersebut memiliki peran penting dalam proses pembelajaran. Media pembelajaran yang berupa alat peraga digunakan oleh guru untuk memudahkan dan mempercepat proses belajar mengajar.
Pemodelan dalam pembelajaran adalah cara guru mempersiapkan suatu model yang akan dijadikan sebagai model atau contoh dalam kegiatan pembelajaran (Tarigan, 2008: 42).
Teknik pemodelan merupakan teknik pembelajaran dengan menggunakan model atau alat peraga. Kehadiran alat peraga akan menciptakan suasana kegiatan belajar mengajar lebih menarik dan mengasyikkan serta siswa dapat berperan aktif dalam pembelajaran. Wujud alat peraga atau model disesuaikan kebutuhan setiap mata pelajaran.
menghadirkan media atau alat peraga. Seorang siswa bisa ditunjuk untuk memberi contoh temannya cara melafalkan suatu kata. Siswa “contoh” tersebut dapat dikatakan sebagai model.
Pemodelan adalah kegiatan pemberian model dengan tujuan untuk membahasakan gagasan yang kita pikirkan, mendemonstrasikan bagaimana kita menginginkan para siswa untuk belajar atau melakukan sesuatu yang kita inginkan. Dalam teknik pemodelan, guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa dan model dari luar. Dengan demikian, dalam pembelajaran berwawancara guru menghadirkan contoh atau model bersumber dari hasil wawancara penulis dengan pihak lain atau hasil wawancara siswa itu sendiri untuk disajikan dalam pembelajaran.
Dari pendapat di atas maka dapat diambil kesimpulan, bahwa teknik pemodelan adalah suatu teknik pembelajaran dimana guru mempersiapkan suatu model yang akan memeragakan suatu gagasan yang dirancang, baik itu melibatkan siswa, guru, atau model dari luar.
2.3.2 Komponen Pemodelan
Pemodelan pada dasarnya bertujuan untuk membahasakan gagasan yang kita pikirkan, mendemonstrasikan bagaimana guru menginginkan para siswanya untuk belajar dan melakukan apa yang guru inginkan agar siswa-siswanya melakukan keinginannya.
Implementasi komponen pemodelan dalam pembelajaran berbicara khususnya berwawancara dapat dilakukan dengan menghadirkan sebuah contoh daftar pertanyaan teks wawancara yang dibuat siswa ataupun buatan guru. Penyajian contoh daftar pertanyaan teks wawancara dapat membantu siswa dalam memahami cara pembuatan teks wawancara sesuai kaidah penulisan yang baik dan benar. Dengan demikian, peranan model sebagai sarana atau media dalam proses pembelajaran menjadi strategi kunci untuk pencapaian kompetensi.
2.3.3 Kelebihan Teknik Pemodelan
Dalam setiap teknik yang digunakan guru di kelas, pasti memiliki kelebihan dan kekurangan, begitu juga dengan teknik pemodelan. Berikut kelebihan teknik pemodelan, antara lain sebagai berikut (Depdiknas, 2002:30).
a. Menyenangkan siswa;
b. Menggalakkan guru untuk mengembangkan kreatifitas siswa;
c. Memungkinkan eksperimen berlangsung tanpa memerlukan lingkungan yang sebenarnya;
d. Mengurangi hal-hal yang bersifat verbal dan abstrak;
teknik pemodelan ini dapat berlangsung;
f. Menimbulkan interaksi antara model dengan siswa, yang memberi kemungkinan timbulnya keutuhaan dan kegotong royongan serta rasa keakraban;
g. Menimbulkan respon yang positif dari siswa yang lamban/kurang cakap; h. Menumbuhkan cara berpikir yang kritis, karena siswa menyaksikan langsung
melalui pemodelan yang didemonstrasikan di depan kelas.
2.4 Pembelajaran Berwawancara dengan Teknik Pemodelan
Model yang baik dan tepat digunakan dalam pembelajaran adalah model yang menjamin dapat dipraktikkan dalam proses pembelajaran secara praktis. Artinya, model tersebut bernilai praktis dalam pembelajaran berbahasa (Nurhadi, 2003:40).
Pembelajaran berbicara dalam berwawancara yang dilakukan menggunakan teknik pemodelan. Teknik pemodelan merupakan teknik dalam pembelajaran yang menghadirkan model untuk diamati dan ditiru oleh siswa di kelas.
Kegiatan yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran ini adalah sebagai berikut.
a. Guru mengadakan tanya jawab kepada siswa pernahkah mereka melakukan wawancara dengan pedagang, petani, atau nelayan;
b. Guru menunjukkan beberapa model teks wawancara yang didapatkan dari media cetak;
c. Guru meminta siswa mendengarkan pembacaan teks wawancara;
e. Guru meminta siswa secara berkelompok berlatih memperagakan model teks wawancara yang diberikan;
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas. penelitian
tindakan kelas merupakan salah satu bentuk penelitian yang bersifat reflektif
dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau
meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara lebih profesional.
Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka
penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart
(Arikunto, 2010 :132), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang
berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan),
observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus
berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan
refleksi.
Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar
Gambar 3.1 Model PTK. Kemmis S, and Mc. Taggart. (Dikutip Arikunto, S., 2010)
3.2 Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas V SD Negeri 1
Purwodadi Gisting, Tanggamus dengan jumlah siswa 19 terdiri atas 12 laki-laki
dan 7 perempuan.
3.3 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Purwodadi Gisting Kabupaten
Tanggamus.
3.4 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tahun pelajaran 2011-2012. Pelaksanaan
penelitian tindakan kelas sesuai dengan jadwal pelajaran, dan penelitian akan
berlangsung sampai indikator yang telah ditentukan.
SIKLUS I Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan Refleksi
Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan
3.5 Indiktor Kinerja
Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini pada aspek proses dan hasil
pembelajaran. Indikator kerja yang dinilai dari penelitian ini adalah siswa telah
mencapai kriteria ketuntasan (KKM) yang telah ditentukan oleh sekolah yakni 65
dan aktivitas siswa minimal 75% sudah aktif dalam pembelajaran.
3.6 Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini direncakanan dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri
atas dua kali pertemuan, tiap-tiap pertemuan terdiri dari empat tahapan yaitu,
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
3.6.1 Tahap Perencanaan
Perencanaan pada siklus meliputi dua hal, yaitu perencanaan umum dan
perencanaan khusus. Yang dimaksud dengan perencanaan umum adalah
perencanaan yang meliputi keseluruhan aspek yang berhubungan dengan
penelitian tindakan kelas. Perencanaan khusus dimaksudkan untuk menyusun
rancangan dari siklus per siklus. Perencanaan khusus terdiri dari perencanaan
ulang atau disebut revisi perencanaan. Perencanaan ini berkaitan dengan
pendekatan pembelajaran, teknik pembelajaran, media dan materi pembelajaran,
dan sebagainya. Dalam hal ini, teknik pembelajaran yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teknik pemodelan.
3.6.2 Tahap Pelaksanaan
Tindakan berlangsung di dalam kelas pada jam pelajaran Bahasa Indonesia. Siswa
pertemuan dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut.
1. Siklus I
A. Pertemuan Pertama
1. Kegiatan Awal
a. Guru memberi salam, menanyakan tentang keadaan siswa pada hari ini.
b. Setelah itu guru mengecek kehadiran siswa dengan mengadakan
presensi.
c. Setelah melakukan presensi, guru mengadakan apersepsi, tujuannya
untuk memotivasi siswa agar semangat mengikuti kegiatan
pembelajaran.
d. Guru menginformasikan kompetensi dasar (KD), indikator dan tujuan
pembelajaran.
2. Kegiatan Inti
a. Guru dan siswa bertanya jawab tentang hal-hal yang berkaitan dengan
cara berwawancara yang baik.
b. Guru menjelaskan bagaimana cara berwawancara dengan menggunakan
pilihan kata yang tepat untuk memperkaya informasi.
c. Guru memberikan contoh dengan memperagakan cara berwawancara di
depan kelas lalu siswa memeragakannya sesuai yang dicontohkan.
d. Siswa memperhatikan cara guru berwawancara dan mencatat hal-hal
pokok dalam berwawancara.
3. Kegiatan Akhir
a. Guru dan siswa melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran
yang telah dilaksanakan.
b. Siswa melakukan evaluasi.
c. Guru mengucapkan salam penutup
B. Pertemuan Kedua
1. Kegiatan Awal
a) Guru mengondisikan kelas dengan membuka salam, berdoa, dan
mendata kehadiran siswa.
b) Guru mengingatkan kembali materi pada pertemuan sebelumnya dan
menginformasikan tujuan pembelajaran.
c) Guru melakukan apersepsi dengan bertanya jawab kepada siswa
hal-hal yang berhubungan dengan materi yang akan dipelajari.
2. Kegiatan Inti
a) Siswa melakukan peragaan berwawancara di depan kelas.
b) Guru memperhatikan dan memperbaiki cara berwawancara jika terjadi
kesalahan pada siswa.
c) Guru memberikan penilaian dan meluruskan kesalahapahaman.
3. Kegiatan Akhir
a) Melakukan refleksi terhadap hasil pembelajaran.
b) Melakukan evaluasi secara tertulis.
Setelah kegiatan perencanaan dan pelaksanaan siklus I, peneliti bersama teman
sejawat menilai hasil pekerjaan siswa, mengevaluasi kelebihan dan kekurangan
yang ditemukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Jika pada siklus I
masih belum mencapai target yang ditetapkan, maka peneliti merencanakan
perbaikan pada siklus II.
3.6.3 Tahap Observasi/pengamatan
Pengamatan dalam penelitian tindakan kelas ini dilakukan oleh penulis dan satu
orang guru sebagai teman sejawat atau kolaborator, yaitu Ibu Mulyati.
Pada tahap observasi ini kegiatan yang dilaksanakan yaitu mengobservasi
terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah
dipersiapkan yaitu lembar kegiatan aktivitas siswa dan lembar kegiatan aktivitas
guru.
3.6.4 Tahap Refleksi
Refleksi merupakan kegiatan menganalisis, mencermati, dan mengkaji secara
mendalam dan menyeluruh tindakan yang telah dilakukan berdasarkan data yang
telah dikumpulkan. Kemudian dilakukan evaluasi oleh peneliti dan kolaborator
untuk menyempurnakan tindakan berikutnya.
Berdasarkan hasil refleksi ini akan dapat diketahui kekuatan dan kelemahan
kegiatan pembelajaran berwawancara melalui teknik pemodelan yang dilakukan
oleh guru, sehingga dapat digunakan untuk menentukan tindakan pada siklus
3.7 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data diperoleh melalui langkah-langkah sebagai berikut.
a. Tes Perbuatan
Tes perbuatan dilakukan pada setiap kegiatan pembelajaran. Tes perbuatan yang
dilakukan adalah memeragakan wawancara.
b. Observasi
Observasi atau pengamatan ini diisi selama pembelajaran berlangsung dengan
cara memberi tanda ceklis () pada setiap aspek yang diamati dengan kategori
baik sekali, baik, cukup, kurang, dan kurang sekali.
c. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan hasil lembar kerja siswa. Metode
dokumentasi digunakan untuk mencari data-data yang mendukung permasalahan
yang akan diteliti.
3.8 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut.
1. Silabus
Silabus adalah seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan pembelajaran
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
RPP merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman guru
dalam mengajar dan disusun untuk tiap pertemuan. Masing-masing RPP berisi
kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar, tujuan pembelajaran dan
kegiatan pembelajaran.
3. Lembar Kegiatan Siswa
Lembar kegiatan ini yang dipergunakan siswa untuk membantu proses
pengumpulan data hasil eksperimen.
4. Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran
Lembar observasi yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran pada penelitian
ini adalah (a) indikator penilaian kemampuan berwawancara dan (b) lembar
observasi aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran.
5. Tes Perbuatan
Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Tes
perbuatan ini adalah dengan memeragakan wawancara di depan kelas ataupun
dengan pedagang atau petani sesuai dengan topik wawancara.
Indikator kemampuan dalam berwawancara antara lain ketepatan ucapan, , pilihan
kata/diksi yang digunakan, keefektifan kalimat, dan kelancaran berbicara dalam
Tabel 3.1 Indikator Penilaian Kemampuan Berwawancara
No Indikator Deskriptor Penilaian Skor MaksimalSkor 1 Ketepatan
Ucapan Siswa mengucapkan bunyi-bunyi bahasa secara tepat sekali 5
5 Terdapat 1-2 kesalahan dalam
mengucapkan bunyi bahasa 4 Terdapat 3-4 kesalahan dalam
mengucapkan bunyi bahasa 3 Terdapat lebih dari 4 kesalahan dalam
mengucapkan bunyi bahasa 2 Bunyi bahasa yang diucapkan semuanya
tidak tepat 1
2. Pilihan
kata/diksi Pilihan kata yang digunakan siswa dalam berwawancara sangat tepat 5
5 Terdapat 1-2 kesalahan pilihan kata
yang digunakan dalam berwawancara 4 Terdapat 3-4 kesalahan pilihan kata
yang digunakan dalam berwawancara 3 Terdapat lebih dari 4 kesalahan pilihan
kata yang digunakan dalam
berwawancara 2
Pilihan kata yang digunakan siswa dalam berwawancara tidak satupun
tepat 1
3. Keefektifan
Kalimat Penggunaan kalimat yang digunakan siswa dalam berwawancara sangat
efektif 5
5 Terdapat 1-2 kesalahan penggunaan
kalimat dalam berwawancara 4 Terdapat 3-4 kesalahan penggunaan
kalimat dalam berwawancara 3 Terdapat lebih dari 4 kesalahan
penggunaan kalimat dalam
Siswa berbicara dengan sangat lancar sehingga menyampaikan pembicaraan
sangat baik 5
Dalam berwawancara siswa berbicara dengan lancar tetapi masih ada 1-2
No Indikator Deskriptor Penilaian Skor MaksimalSkor Dalam berwawancara siswa berbicara
cukup lancar tetapi masih ada 3-4
kesalahan 3 5
Dalam berwawancara siswa berbicara
kurang lancar 2
Dalam berwawancara siswa berbicara
tidak lancar sama sekali 1 5. Intonasi Siswa berwawancara dengan intonasi
yang sangat baik 5
5 Terdapat 1-2 kesalahan intonasi yang
digunakan siswa dalam berwawancara 4 Terdapat 3-4 kesalahan intonasi yang
digunakan siswa dalam berwawancara 3 Terdapat lebih dari 4 kesalahan intonasi yang digunakan siswa dalam
berwawancara 2
Siswa berwawancara dengan intonasi
yang tidak tepat 1
Jumlah (Skor Maksimal) 25
Dari indikator penilaian di atas, untuk mencari nilai akhir kemampuan siswa
berwawancara digunakan rumus sebagai berikut.
Untuk menentukan tingkat kemampuan siswa dalam berwawancara, penulis
berpedoman pada pendapat Nurgiantoro, seperti pada tabel 3.2 di bawah ini.
Tabel 3.2 Tolok Ukur Penilaian Kemampuan Siswa Dalam Berwawancara Melalui Teknik Pemodelan
Indikator penilaian kemampuan siswa dalam berwawancara dapat diuraikan
sebagai berikut.
1. Indikator Ketepatan Ucapan
Seorang pembicara harus membiasakan diri mengucapkan bunyi-bunyi bahasa
secara tepat. Pengucapan bunyi bahasa yang kurang tepat dapat mengalihkan
perhatian narasumber. Jika siswa mengucapkan bunyi-bunyi bahasa secara tepat
sekali tanpa ada satupun kesalahan, maka siswa tersebut mendapatkan skor 5. Jika
siswa mengucapkan bunyi-bunyi bahasa secara tepat tetapi ada 1 - 2 kesalahan,
maka siswa tersebut mendapatkan skor 4. Jika siswa mengucapkan bunyi-bunyi
bahasa cukup tepat tetapi ada 3 - 4 kesalahan, maka siswa tersebut mendapatkan
skor 3. Jika siswa mengucapkan bunyi-bunyi bahasa kurang tepat dengan
kesalahan lebih dari 4, maka siswa tersebut mendapatkan skor 2. Jika siswa
mengucapkan bunyi-bunyi bahasa tidak tepat dimana tidak satupun yang yang
benar, maka siswa tersebut mendapatkan skor 1.
2. Indikator Pilihan Kata/Diksi
Pilihan kata hendaknya tepat, jelas, dan bervariasi. Jelas maksudnya mudah
dimengerti oleh pendengar. Pemilihan kata akan dapat dilakukan bila tersedia
sejumlah kata yang artinya hampir sama atau bermiripan. Maka siswa diharapkan
dapat memilih kata dengan tepat. Jadi, apabila pilihan kata yang digunakan dalam
berwawancara sangat tepat tanpa ada satupun kesalahan, maka siswa tersebut
mendapatkan skor 5. Apabila pilihan kata yang digunakan dalam berwawancara
Apabila pilihan kata yang digunakan dalam berwawancara cukup tepat tetapi ada
3 - 4 kesalahan, maka siswa tersebut mendapatkan skor 3. Apabila pilihan kata
yang digunakan dalam berwawancara kurang tepat dengan kesalahan lebih dari 4,
maka siswa tersebut mendapatkan skor 2. Apabila pilihan kata yang digunakan
dalam berwawancara tidak tepat dimana tidak satupun yang benar, maka siswa
tersebut mendapatkan skor 1.
3. Indikator Keefektifan Kalimat
Pembicara yang menggunakan kalimat yang efektif akan memudahkan pendengar
memahami isi pembicaraan. Susunan penuturan kalimat ini sangat besar
pengaruhnya terhadap keefektifan penyampaian. Seorang pembicara harus mampu
menyusun kalimat efektif, sehingga mampu menimbulkan pengaruh,
menimbulkan kesan, atau menimbulkan akibat. Jadi, apabila penggunaan kalimat
yang digunakan siswa dalam berwawancara sangat efektif tanpa ada satupun
kesalahan, maka siswa tersebut mendapatkan skor 5. Apabila Penggunaan
kalimat yang digunakan siswa dalam berwawancara efektif tetapi masih ada satu
kesalahan, maka siswa tersebut mendapatkan skor 4. Apabila penggunaan kalimat
yang digunakan siswa dalam berwawancara cukup efektif tetapi ada 3 - 4
kesalahan, maka siswa tersebut mendapatkan skor 3. Apabila penggunaan kalimat
yang digunakan siswa dalam berwawancara kurang efektif dengan kesalahan lebih
dari 4, maka siswa tersebut mendapatkan skor 2. Apabila penggunaan kalimat
yang digunakan siswa dalam berwawancara tidak efektif dimana tidak satupun
4. Indikator Kelancaran dalam Berwawancara
Seorang pembicara yang lancar berbicara akan memudahkan pendengar
menangkap isi pembicaraannya. Berbicara dengan terputus-putus dapat
mengganggu penangkapan pendengar. Sebaliknya pembicara yang terlalu cepat
berbicara juga akan menyulitkan pendengar menangkap pokok pembicaraan. Jadi,
apabila siswa berbicara dengan sangat lancar sehingga menyampaikan
pembicaraan sangat baik tanpa ada satupun kesalahan, maka siswa tersebut
mendapatkan skor 5. Apabila siswa berbicara dengan lancar sehingga
menyampaikan pembicaraan dengan baik tetapi masih ada satu kesalahan, maka
siswa tersebut mendapatkan skor 4. Apabila siswa berbicara cukup lancar
sehingga menyampaikan pembicaraan cukup baik tetapi ada 3 - 4 kesalahan,
maka siswa tersebut mendapatkan skor 3. Apabila siswa berbicara kurang lancar
sehingga menyampaikan pembicaraan kurang baik dengan kesalahan lebih dari 4,
maka siswa tersebut mendapatkan skor 2. Apabila siswa berbicara tidak lancar
sehingga menyampaikan pembicaraan tidak baik dimana tidak satupun yang
benar, maka siswa tersebut mendapatkan skor 1.
5. Indikator Intonasi
Kesesuaian tekanan, nada dan durasi merupakan daya tarik tersendiri dalam
berbicara. Bahkan kadang-kadang merupakan faktor penentu. Walaupun masalah
yang dibicarakan kurang menarik, apabila disampaikan dengan penempatan
tekanan, dan durasi yang sesuai akan menyebabkan masalah menjadi menarik.
Sebaliknya jika penyampaiannya datar saja, hampir dapat dipastikan akan
apabila siswa berwawancara dengan intonasi yang sangat baik tanpa ada satupun
kesalahan, maka siswa tersebut mendapatkan skor 5. Apabila siswa berwawancara
dengan intonasi yang baik tetapi masih ada satu kesalahan, maka siswa tersebut
mendapatkan skor 4. Apabila siswa berwawancara dengan intonasi yang cukup
baik tetapi ada 3 - 4 kesalahan, maka siswa tersebut mendapatkan skor 3. Apabila
siswa berwawancara dengan intonasi yang kurang baik dengan kesalahan lebih
dari 4, maka siswa tersebut mendapatkan skor 2. Apabila siswa berwawancara
dengan intonasi yang tidak baik dimana tidak satupun yang benar, maka siswa
tersebut mendapatkan skor 1.
Untuk mengukur aktivitas siswa selama pembelajaran, dapat disajikan lembar
observasi aktivitas siswa pada tabel 3.3 sebagai berikut.
Tabel 3.3 Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran
No Aspek Deskriptor Penilaian Skor Maksimal Skor 1 Keseriusan Siswa memperhatikan peragaan
berwawancara yang dilakukan guru di depan kelas dengan sangat serius
5
5 Siswa memperhatikan peragaan
berwawancara yang dilakukan guru di
depan kelas dengan serius 4 Siswa memperhatikan peragaan
berwawancara yang dilakukan guru di
depan kelas cukup serius 3 Siswa kurang memperhatikan peragaan
berwawancara yang dilakukan guru di
depan kelas 2
Siswa tidak memperhatikan peragaan berwawancara yang dilakukan guru di
depan kelas 1
2 Inisiatif Siswa sangat aktif mencari bahan pada sumber lain dan memiliki ide atau
No Aspek Deskriptor Penilaian Skor Maksimal Skor Siswa aktif mencari bahan pada sumber
lain dan memiliki ide atau gagasan untuk menyelesaikan tugas ya 4
5 Siswa cukup aktif mencari bahan pada
sumber lain dan memiliki ide atau
gagasan untuk menyelesaikan tugas 3 Siswa kurang aktif mencari bahan pada
sumber lain dan memiliki ide atau
gagasan untuk menyelesaikan tugas 2 Siswa tidak mencari bahan pada sumber
lain dan memiliki ide atau gagasan untuk menyelesaikan tugas 1 3 Tanya Jawab Siswa sangat aktif bertanya jawab dengan
guru atau teman dalam menyelesaikan
masalah 5
5 Siswa aktif bertanya jawab dengan guru
atau teman dalam menyelesaikan masalah 4 Siswa cukup aktif bertanya jawab
dengan guru atau teman dalam
menyelesaikan masalah 3 Siswa kurang aktif bertanya jawab
dengan guru atau teman dalam
menyelesaikan masalah 2 Siswa tidak aktif bertanya jawab dengan
guru atau teman dalam menyelesaikan
masalah 1
Jumlah (Skor Maksimal) 15
Selain aktivitas siswa yang dinilai selama kegiatan pembelajaran, aktivitas guru
juga dinilai oleh pengamat dalam hal ini adalah teman sejawat sebagai kolaborator
penelitian ini. Untuk mengukur aktivitas guru selama pembelajaran, dapat
Tabel 3.4 Lembar Observasi Aktivitas Guru dalam Proses Pembelajaran
No Aspek 1 2 3 4 5 Skor
I Persiapan Pembelajaran
1. Persiapan rencana pelaksanaan pembelajaran 2. Kesiapan alat peraga/media yang digunakan II Kegiatan Awal
1. Melakukan absensi siswa 2. Apersepsi
3. Mengemukakan tujuan pembelajaran
4. Menjelaskan deskripsi singkat materi pelajaran III Kegiatan Inti
1. Penguasaan materi pembelajaran 2. Penguasaan kelas
3. Pemanfaatan media pembelajaran 4. Partisipasi/aktifitas dalam pembelajaran 5. Menggunakan bahasa yang baik dan benar 6. Melakukan pemantauan aktivitas belajar siswa IV. Kegiatan Akhir
1. Melakukan evaluasi
2. Melibatkan siswa dalam proses menyimpulkan
Jumlah (Skor Maksimal) 70
3.9 Teknik Analisis Data
Untuk mengetahui keefektifan suatu teknik pembelajaran perlu diadakan analisis
data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu
suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai
dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang
dicapai siswa juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan
pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran.
Untuk mengalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah
proses belajar mengajar setiap pertemuannya dilakukan dengan tes perbuatan pada
Analisis ini dihitung dengân menggunakan statistik sederhana yaitu:
1. Menilai Tes Perbuatan
Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya
dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga diperoleh
rata-rata tes perbuatan, dapat dirumuskan sebagai berikut.
∑
Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal.
Seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai nilai 60 atau lebih, dan
kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut mencapai daya serap lebih dan
atau sama dengan 75%. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar