• Tidak ada hasil yang ditemukan

ENINGKATAN KEMAMPUAN BERWAWANCARA MELALUI TEKNIK PEMODELAN PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 PURWODADI GISTING TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ENINGKATAN KEMAMPUAN BERWAWANCARA MELALUI TEKNIK PEMODELAN PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 PURWODADI GISTING TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERWAWANCARA MELALUI TEKNIK PEMODELAN PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1

PURWODADI GISTING TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh ROZA ELYA

Masalah dalam penelitian ini adalah peningkatan kemampuan berwawancara dengan teknik pemodelan pada siswa kelas V SD Negeri 1 Purwodadi Gisting Tanggamus tahun pelajaran 2011/2012. Tujuan penelitian ini mendiskripsikan peningkatan kemampuan berwawancara melalui teknik pemodelan pada siswa kelas V SD Negeri 1 Purwodadi Gisting Tanggamus tahun pelajaran 2011/2012.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas dengan dua siklus yang dilaksanakan pada siswa kelas V SD Negeri I Purwodadi. Tiap-tiap siklus terdiri atas tahap perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Pengambilan data dilakukan dengan tes perbuatan dan nontes. Tes perbuatan digunakan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berwawancara, sedangkan nontes hanya pada observasi digunakan untuk mengukur kualitas pembelajaran.

(2)
(3)

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERWAWANCARA

MELALUI TEKNIK PEMODELAN PADA SISWA KELAS V

SD NEGERI 1 PURWODADI GISTING TANGGAMUS

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

(Penelitian Tindakan Kelas)

Oleh

ROZA ELYA

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

DAFTAR ISI

1.4 Kegunaan Penelitian... 5

BAB II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keterampilan Berbicara ... 7

2.1.1 Pengertian Berbicara ... 7

2.1.2 Pengertian Kemampuan Berbicara ... 8

2.1.3 Tujuan Berbicara ... 9

2.2 Wawancara ... 10

2.2.1 Pengertian Wawancara ... 10

2.2.2 Jenis-jenis Wawancara ... 11

2.2.3 Langkah-langkah Berwawancara ... 15

2.2.4 Teknik Interaksi dalam Berwawancara ... 19

2.2.5 Faktor-faktor Penunjang Keefektifan Berwawancara ... 20

2.2.6 Kemampuan Berwawancara... 24

2.3 Teknik Pemodelan ... 25

2.4.1 Pengertian Teknik Pemodelan... 25

2.4.2 Kompenen Pemodelan ... 26

2.4.3 Kelebihan Teknik Pemodelan ... 27

2.4 Pembelajaran Berwawancara dengan Teknik Pemodelan... 28

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ... 30

(5)

3.3 Tempat Penelitian... 31

3.4 Waktu Penelitian ... 31

3.5 Indikator Kinerja ... 32

3.6 Prosedur Penelitian... 32

3.7 Teknik Pengumpulan Data ... 36

3.8 Instrumen Penelitian... 36

3.9 Teknik Analisis Data ... 45

3.10 . Langkah-langkah Menganalisis Data ... 47

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 49

4.1.1 Siklus I ... 50

4.1.1.1 Tahap Perencanaan ... 50

4.1.1.2 Tahap Pelaksanaan Tindakan ... 51

4.1.1.3 Tahap Pengamatan ... 53

4.1.1.4 Tahap Refleksi ... 61

4.1.2 Siklus II ... 62

4.1.3.1 Tahap Perencanaan ... 62

4.1.3.2 Tahap Pelaksanaan Tindakan ... 63

4.1.3.3 Tahap Pengamatan ... 72

4.1.3.4 Tahap Refleksi ... 73

4.2 Pembahasan ... 74

4.2.1 Kemampuan Siswa Berwawancara ... 74

4.2.2 Ketuntasan Hasil Belajar Siswa ... 75

4.2.3 Aktivitas Guru dan Siswa dalam Pembelajaran ... 77

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 80

5.2 Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 82

(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Rencana Pelaksananaan Pembelajaran Siklus I Lampiran 2. Rencana Pelaksananaan Pembelajaran Siklus I

Lampiran 3. Hasil Kemampuan Siswa dalam Berwawancara Prasiklu Lampiran 4. Analisis Hasil Evaluasi Prasiklus

Lampiran 5. Hasil Kemampuan Siswa dalam Berwawancara dari Aspek Ketepatan Ucapan pada Siklus I

Lampiran 6. Hasil Kemampuan Siswa dalam Berwawancara Ditinjau dari Aspek Pilihan Kata/Diksi pada Siklus I

Lampiran 7. Hasil Kemampuan Siswa dalam Berwawancara Ditinjau dari Aspek Keefektifan Kalimat pada Siklus I

Lampiran 8. Hasil Kemampuan Siswa dalam Berwawancara Ditinjau dari Aspek Kelancaran Berwawancara pada Siklus I

Lampiran 9. Hasil Kemampuan Siswa dalam Berwawancara Ditinjau dari Aspek Intonasi pada Siklus I

Lampiran 10. Hasil Kemampuan Siswa dalam Berwawancara pada Siklus I Lampiran 11. Analisis Hasil Evaluasi Formatif Siklus I

Lampiran 12. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran Siklus I

Lampiran 13. Data observasi aktivitas guru dalam proses pembelajaran siklus I Lampiran 14. Hasil Kemampuan Siswa dalam Berwawancara dari Aspek

Ketepatan Ucapan pada Siklus II

(7)

Lampiran 16. Hasil Kemampuan Siswa dalam Berwawancara Ditinjau dari Aspek Keefektifan Kalimat pada Siklus II

Lampiran 17. Hasil Kemampuan Siswa dalam Berwawancara Ditinjau dari Aspek Kelancaran Berwawancara pada Siklus II

Lampiran 18. Hasil Kemampuan Siswa dalam Berwawancara Ditinjau dari Aspek Intonasi pada Siklus II

Lampiran 19. Hasil Kemampuan Siswa Berwawancara pada Siklus II Lampiran 20. Analisis Hasil Evaluasi Formatif Siklus II

Lampiran 21. Hasil observasi aktivitas siswa dalam proses pembelajaran siklus II Lampiran 22. Hasil observasi aktivitas guru dalam proses pembelajaran Siklus II Lampiran 23. Instrumen kemampuan siswa dalam berwawancara

Lampiran 24. Catatan lapangan siklus I Lampiran 25. Catatan lapangan siklus II

Lampiran 26. Surat keterangan melaksanakan penelitian di sekolah Lampiran 27. Kartu hadir seminar proposal

Lampiran 28. Kartu hadir seminar hasil

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel ... Halaman

3.1. Indikator Penilaian Kemampuan Berwawancara... 38

3.2. Tolok Ukur Penilaian Kemampuan Siswa Dalam Berwawancara Melalui Teknik Pemodelan ... 39

3.3. Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran ... 43

3.4. Lembar Observasi Aktivitas Guru dalam Proses Pembelajaran ... 45

4.1. Skor Kumulatif Nilai Berwawancara Siklus I ... 54

4.2. Skor Indikator Ketepatan Ucapan Siklus I ... 55

4.3. Skor Penilaian Pilihan Kata/Disksi Siklus I ... 56

4.4. Skor Penilaian Keefektifan Kalimat Siklus I ... 56

4.5. Skor Penilaian Kelancaran Berwawancara Siklus I... 57

4.6. Skor Penilaian Intonasi Siklus I ... 58

4.7. Rata-Rata Skor Kemampuan Siswa berwawancara Siklus I ... 59

4.8. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ... 59

4.9. Rekapitulasi Hasil Analisis Data Siklus I ... 61

4.10. Skor Kumulatif Nilai Berwawancara Siklus II ... 66

4.11. Skor Penilaian Ketepatan Ucapan Siklus II ... 67

4.12. Skor Penilaian Pilihan Kata/diksi Siklus II ... 68

4.13. Skor Penilaian Keefektifan Kalimat Siklus II ... 68

4.14. Skor Penilaian Kelancaran dalam Berwawancara Siklus II ... 69

(9)

4.16. Rata-Rata Skor Penilaian Kemampuan Siswa dalam berwawancara

Siklus II ... 70

4.17. Rekapitulasi Hasil Analisis Data Siklus II... 71

4.18. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ... 72

4.19. Kemampuan Siswa Berwawancara Siklus I dan II ... 74

4.20. Perbandingan Data Ketuntasan Siswa dalam Berwawancara Siklus I dan Siklus II... 76

4.21. Aktivitas Siswa Siklus I dan Siklus II ... 77

(10)

MOTO

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan maka apabila kamu selesai (dari sesuatu urusan) kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain dan

hanya kepada Tuhan-mulah hendaknya kamu berharap” (QS. Al-Insyirah 6-8).

“Hidup di dunia adalah kesementaraan yang acap kali terasa tak berujung pangkal hingga kita merasa jenuh, bosan dan muak menunggu keputusan. Tapi kita harus

bersabar karena esok adalah seribu kemungkinan” (A.Gunawan Horison)

“Kegagalan yang sesungguhnya adalah ketakutan yang ada pada diri kita untuk bangkit menjadi lebih baik”

(11)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dra. Ni Nyoman Wetty S., M.Pd. ……..………..

Sekretaris : Sumarti, S.Pd., M.Hum. ………

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Siti Samhati, M.Pd. ………

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003

(12)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Subhanahuwata’ala, Tuhan semesta alam yang memunyai segala keindahan dan kesempurnaan yang abadi. Allah telah memberikan cinta dan kasih sayang kepada kita. Dengan kerendahan hati, kupersembahkan karya ini kepada orang-orang yang kukasihi dan kucintai.

1. Kedua orangtua dan mertuaku yang telah memberi doa restu dan dorongan dalam menimba ilmu dan berkarier demi keluarga;

2. Suami tercinta DMV. Samsul Huda;

3. Kedua permata hatiku, Desfandri Al Qofiki dan Cindy Dara Nabila; 4. Teman-teman sejawat di SD Negeri 1 Purwodadi, Kecamatan Gisting.

(13)

Judul PTK : Peningkatan Kemampuan Berwawancara Melalui Teknik Pemodelan pada Siswa Kelas V SD Negeri 1 Purwodadi Gisting Tanggamus Tahun Pelajaran 2011/2012

Nama Mahasiswa : Roza Elya Nomor Pokok Mahasiswa : 1013124008

Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Seni

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI,

Pembimbing 1

Dra. Ni Nyoman Wetty S., M.Pd. NIP 195106141981032001

Pembimbing 2

Sumarti, S.Pd., M.Hum. NIP 197003181994032002

Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

(14)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Banjar Negeri, Kecamatan Gunung Alip, Kabupaten

Tanggamus, pada 3 April 1968. Penulis adalah anak ketiga dari delapan

bersaudara pasangan dari Wazir Su’ud dan Hj. Ranun.

Jenjang pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Banjar Negeri lulus 1983,

SMP Negeri Talangpadang lulus 1986, SPG Muhamaddiyah Gisting lulus 1989,

dan STKIP PGRI Bandar Lampung lulus 1994.

Tahun 1994-2003, penulis pernah mengajar di SMP Muhammadiyah Banjar

Negeri, Bidang Studi Bahasa Indonesia. Tahun 2003-2006 diangkat sebagai guru

bantu di SD Negeri 2 Gisting Bawah. Tahun 2007 sampai 2010 penulis mengajar

di SD Negeri 3 Purwadadi Gisting. Tahun 2010 penulis mengajar di SD Negeri 1

Purwodadi, Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus hingga saat ini penulis

tetap mengajar bidang studi Bahasa Indonesia.

Oktober 2010, penulis mengikuti Program Pendidikan S-1 dalam Jabatan dari

Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Tanggamus di FKIP Unila.

Penulis sudah melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) atau Program

Pemantapan Mengajar (PPM) dan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di SD Negeri

1 Purwodadi, Kecamatan Gisting tempat penulis mengajar yang beralamatkan di

(15)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahuwata’ala atas limpahan

rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan PTK dengan

judul Peningkatan Kemampuan Berwawancara Melalui Teknik Pemodelan Pada

Siswa Kelas V SD Negeri 1 Purwodadi Gisting Tanggamus Tahun Pelajaran

2011/2012.

Penulis telah banyak menerima bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai

pihak dalam menyelesaikan PTK ini. Oleh karena itu, dengan segenap jiwa

sebagai wujud rasa hormat dan terima kasih serta penghargaan atas segala

bantuan, penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak berikut.

1. Dra. Ni Nyoman Wetty Suliani, M.Pd., selaku Pembimbing I, yang tak

henti-hentinya memberikan dorongan, saran, dan bimbingan demi kesempurnaan

penulisan skripsi ini.

2. Sumarti, S.Pd., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing II, yang telah

memberikan petunjuk, saran, dan bimbingan kepada penulis.

3. Dr. Siti Samhati, M.Pd., selaku Dosen Pembahas/Penguji, yang telah

memberikan bimbingan, nasihat, dan saran kepada penulis sehingga PTK ini

(16)

4. Dr. Edy Suyanto, M.Pd., selaku Ketua Program Studi, yang telah memberikan

bimbingan dan arahan kepada penulis dengan penuh ketegasan dan motivasi

yang kuat sehingga penulis terpacu untuk menyelesaikan PTK ini.

5. Drs. Imam Rejana, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni,

FKIP Universitas Lampung.

6. Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung.

7. Keluarga besar SD Negeri 1 Purwodadi, Kecamatan Gisting, Kabupaten

Tanggamus terutama Kepala Sekolah Ibu Hj. Ruswanti, S.Pd, teman sejawat

Ibu Mulyati, dan teman-teman guru dan staf TU, siswa-siswi atas kerja sama

dan kemudahan yang penulis dapatkan selama melaksanakan PTK ini.

8. Teman-teman seperjuangan mahasiswa S-1 dalam Jabatan Angkatan 2010

atas kerja sama, motivasi serta dukungannya.

Penulis menyadari dalam penulisan PTK ini masih banyak kekurangan dan

kesalahan. Karena itu, penulis mengharap kritik dan saran dari semua pihak demi

kesempurnaan PTK ini. Harapan penulis, semoga karya kecil ini bisa bermanfaat

bagi kita semua, khususnya dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di

sekolah.

Bandarlampung, Mei 2012

Penulis,

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Keterampilan berbahasa merupakan salah satu aspek pembelajaran bahasa

Indonesia yang diajarkan di SD/Ml termasuk SD Negeri 1 Purwodadi Gisting

Tanggamus. Keterampilan berbahasa mempunyai empat aspek, yaitu keterampilan

mendengar, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan

menulis (Tarigan, 2008: 1).

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mata pelajaran Bahasa Indonesia

adalah salah satu program untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan

berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Keterampilan

berbicara merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang diajarkan di

sekolah dasar. Tujuan pembelajaran khususnya pada standar kompetensi

mengungkapkan berbagai informasi melalui wawancara dan presentasi laporan,

adalah siswa dapat berwawancara dengan narasumber dari berbagai kalangan

dengan memperhatikan etika berwawancara (Depdiknas 2006: 16). Salah satu

indikator pembelajarannya yaitu siswa dapat melakukan kegiatan berwawancara

berdasarkan daftar pertanyaan dengan menggunakan pilihan kata yang tepat dan

bahasa yang santun. Keberhasilan pembelajaran siswa ditentukan oleh

(18)

Wawancara merupakan ragam berbicara yang sering dilakukan oleh peliput berita

dan para peneliti dalam berbagai bidang. Bagi para peneliti berwawancara

termasuk metode tanya jawab yang berlandaskan pada tujuan penelitian yakni

menyelidiki pengalaman, perasaan, motif, dan motivasi seseorang (Hadi, 1981:

193). Bagi peliput berita kegiatan berwawancara bertujuan untuk menggali

informasi, komentar, opini, fakta atau data tentang suatu masalah atu peristiwa

dengan mengajukan pertanyaan kepada narasumber (Sudrajat, 2008: 41).

Berwawancara merupakan salah satu pelatihan untuk meningkatkan kemampuan

berbicara siswa. Wawancara juga perlu dikuasai siswa untuk menumbuhkan life

skill (kecakapan hidup) sehingga dapat digunakan dalam kegiatan sehari-hari.

Oleh karena itu, pembelajaran wawancara saat ini di rasa sangat penting

keberadaannya.

Keterampilan berbicara khususnya kemampuan siswa berwawancara di sekolah

dasar saat ini masih kurang, salah satunya di SD Negeri 1 Purwodadi Gisting

Tanggamus. Lemahnya kemampuan berwawancara siswa sering dipengaruhi

dengan timbulnya rasa gugup. Pada akhirnya, bahasa yang diungkapkan tidak

teratur. Bahkan, beberapa siswa tidak berani berbicara secara formal sehingga

siswa belum dapat mengungkapkan informasi secara efektif.

Berdasarkan hasil ulangan harian bahasa Indonesia siswa kelas V SD Negeri 1

Purwodadi pada pokok bahasan berwawancara belum maksimal. Rendahnya hasil

tersebut disebabkan oleh beberapa faktor. Dalam kenyataan yang terjadi di kelas,

(19)

sudah berupaya sebaik mungkin dalam menjelaskan materi, tetapi sebagian anak

masih belum memahami apa yang telah dijelaskan.

Berdasarkan hasil evaluasi aspek berbicara khususnya berwawancara, nilai

kemampuan siswa kelas V SD Negeri 1 Purwodadi Gisting belum mencapai

KKM yang ditentukan sekolah, sebesar 65. Terbukti dari 19 siswa, yang mencapai

KKM hanya 5 orang atau 26% dan siswa yang belum tuntas 14 orang dengan nilai

rata-rata kelas 55.

Berdasarkan hal di atas, maka peneliti berusaha mengatasi masalah tersebut,

sehingga peran aktif guru sangat dibutuhkan. Guru dituntut mempunyai

keterampilan untuk mengelola kelas agar proses pembelajaran dapat berjalan

dengan lancar dan tercapai tujuan pembelajaran.

Strategi pembelajaran merupakan hal yang harus diperhatikan oleh guru agar

tujuan pembelajaran dapat tercapai. Siswa tidak cukup diberikan penjelasan

tentang teori saja, tetapi hal yang berhubungan dengan masalah kebahasaan dan

teknik berwawancara juga harus diperhatikan. Oleh karena itu, diperlukan strategi

pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa agar keterampilan siswa dalam

aspek berbicara khususnya melakukan wawancara dapat ditingkatkan.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti berusaha mengatasi masalah tersebut dengan

memilih salah satu teknik pembelajaran. Dari bermacam-macam teknik yang

selama ini digunakan guru, peneliti berencana akan menerapkan teknik

(20)

Pemodelan mempunyai peran penting dalam pembelajaran keterampilan

berbicara. Kegiatan pemberian model dalam pembelajaran keterampilan berbicara

bertujuan untuk membahasakan gagasan yang kita pikirkan dengan cara

mendemonstrasikan. Kita menginginkan para siswa untuk belajar atau melakukan

sesuatu, artinya ada model yang ditiru dan diminati oleh siswa. Dalam

pembelajaran tersebut, dihadirkan beberapa model teks wawancara. Di samping

itu, penghadiran model dalam pembelajaran dapat memberikan nilai positif bagi

siswa maupun guru. Komponen pemodelan melibatkan guru, siswa, dan model

luar untuk menjadi model.

Berdasarkan hal tersebut di atas, penelitian tindakan kelas ini sebagai upaya

meningkatkan keterampilan berbicara terhadap siswa kelas V SD Negeri 1

Purwodadi Gisting Tanggamus tahun pelajaran 2011/2012. Penggunaan teknik

pemodelan dalam pembelajaran berbicara dijadikan sebagai strategi untuk

meningkatkan keterampilan berwawancara siswa agar tujuan pembelajaran dapat

tercapai. Oleh karena itu, penelitian ini ialah “Peningkatan Kemampuan

Berwawancara Melalui Teknik Pemodelan pada Siswa Kelas V SD Negeri 1

Purwodadi Gisting Tanggamus Tahun Pelajaran 2011/2012”.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah di atas rumusan masalah dalam penelitian ini

bagaimanakah peningkatan kemampuan berwawancara dengan teknik pemodelan

pada siswa kelas V SD Negeri 1 Purwodadi Gisting Tanggamus tahun pelajaran

(21)

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mendiskripsikan peningkatan kemampuan

berwawancara melalui teknik pemodelan pada siswa kelas V SD Negeri 1

Purwodadi Gisting Tanggamus tahun pelajaran 2011/2012.

1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian kemampuan berwawancara ini dapat bermanfaat dari segi teoretis

dan segi praktis.

1.4.1 Secara Teoretis

Dari segi teoteris, penelitian ini dapat memperdalam materi bahasa Indonesia,

khususnya materi berwawancara. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan

sebagai masukan bagi guru bidang studi bahasa Indonesia, untuk mengembangkan

keterampilan berbicara, yang difokuskan dalam kemampuan berwawancara siswa

baik pada faktor kebahasan, non kebahasan, dan interaksi berwawancara.

1.4.2 Secara Praktis

Hasil penelitian ini untuk memberikan informasi kepada pembaca, khususnya

siswa dan guru.

a. Bagi Siswa

Manfaat yang dapat diambil bagi siswa dari penelitian ini adalah.

(1) meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran sehingga lebih efektif;

(2) sebagai bahan evaluasi untuk dapar mengetahui bagaimana kemampuan

(22)

b. Bagi Guru

Manfaat yang dapat diambil bagi guru dari penelitian ini adalah.

(1) sebagai bahan masukan kepada guru bidang studi bahasa Indonesia tentang

kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dalam berbicara, khususnya

kemampuan berwawancara;

(2) bahan pertimbangan dan pemikiran para guru yang yang mengajar bidang

studi bahasa Indonesia dalam menentukan stretegi pengajaran kemampuan

berwawancara melalui teknik pemodelan;

(3) untuk meningkatkan kinerja agar lebih profesional, karena guru harus mampu

memfleksibelkan diri, menilai, serta memotivasi guru untuk meningkatkan

(23)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Keterampilan Berbicara

Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen, yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Setiap keterampilan berbahasa berhubungan erat satu sama lainnya dengan cara yang beraneka ragam. Berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak, yang didahului oleh keterampilan menyimak.

2.1.1 Pengertian Berbicara

Berbicara adalah suatu alat pengkomunikasian gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang penyimak dan pendengar. Berbicara lebih daripada sekedar pengucapan bunyi-bunyi artikulasi dan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan atau menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaaan (Tarigan, 2008 : 16). Berbicara merupakan alat komuniaksi yang dialami antara anggota masyarakat untuk mengungkapkan pikiran dan sebagai bentuk tingkah laku sosial (Arsjad, Maidar dan Mukti, 1987: 19).

(24)

seseorang atau kelompok secara lisan, baik secara berhadap-hadapan ataupun dengan jarak jauh.

Dari pendapat para ahli di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa berbicara adalah suatu keterampilan yang produktif dan suatu proses menyampaikan informasi, ide, gagasan suatu pikiran melalui bahasa lisan.

2.1.2 Pengertian Kemampuan Berbicara

Kemampuan berasal dari kata dasar mampu yang berarti bisa atau sanggup. Kata dasar mampu mendapat simulfiks ke-an membentuk kata jadian kemampuan. Simulfiks ke-an yang menempel pada kata dasar akan membentuk kata dasar yang menyatakan sifat atau keadaan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan. Sedangkan menurut Sujono (1981: 10-11) seseorang dikatakan mampu berbicara dengan sempurna apabila ia mampu menggunakan intonasi, pelafalan kata, serta mampu menguasai kalimat dengan lancar dalam pembicaraannya.

Arsyad dan Mukti (2008: 20) menyatakan, kemampuan berbicara adalah kemampuan untuk mengucapkan kalimat-kalimat untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan gagasan dan pikiran.

(25)

berbicara terlalu lambat atau cepat sehingga narasumber dapat menangkap maksud pertanyaan yang diajukan. Dalam pelafalan kata, pewawancara mampu mengucapkan bunyi-bunyi bahasa secara tepat. Sebab, pengucapan bunyi bahasa yang kurang tepat, dapat mengalihkan perhatian narasumber.

2.1.3 Tujuan Berbicara

Pada dasarnya tujuan berbicara adalah berkomunikasi agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, pembicara hendaknya mengkomunikasikan makna yang akan dikomunikasikan. Pada dasarnya berbicara mempunyai tiga maksud umum.

a. Memberitahukan atau Melaporkan

Berbicara untuk melaporkan dilaksanakan bila seseorang itu ingin (1) menjelaskan suatu proses, (2) menguraikan, mentafsirkan, atau menginterpretasikan suatu hal, (3) memberi atau menanamkan suatu pengetahuan, dan (4) menjelaskan kaitan.

Berbicara untuk memberitahukan dan melaporkan bertujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan pendengar. Untuk itu, pembicara harus mempersiapkan pembicaraannya terlebih dahulu (Tarigan, 2008: 21).

b. Menjamu dan Menghibur

(26)

c. Membujuk, Mendesak, dan Meyakinkan

Berbicara di sini mempunyai tujuan mempercayai suatu hal dan terdorong untuk melakukannya, meyakinkan pendengar, disertai pendapat dan fakta atau bukti sehingga diharapkan sikap pendengar dapat diubah (Tarigan,1985: 22).

2.2 Wawancara

Keterampilan berbicara merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang diajarkan di SD. Dalam pembelajaran berbicara yang diadakan di SD pada umumnya mempelajari bagaimana mengungkapkan pikiran, pendapat, perasaan, fakta secara lisan dengan menanggapi suatu persoalan, menceritakan hasil pengamatan, atau berwawancara.

2.2.1 Pengertian Wawancara

(27)

suatu hal, untuk dimuat dalam surat kabar yang disiarkan melalui radio, atau ditayangkan pada layar televisi.

Wawancara adalah percakapan dengan maksud-maksud tertentu. Pada metode ini peneliti dan responder berhadapan langsung (face to face) untuk mendapatkan informasi secara lisan dengan tujuan mendapatkan data yang dapat menjelaskan permasalah penelitian (Maleong, 2004: 43).

Berdasarkan pengertian-pengertian wawancara di atas, penulis mengacu pada pendapat Gunadi yang mengemukakan bahwa wawancara adalah suatu percakapan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu yang merupakan tanya jawab lisan, ketika dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik (face to face) untuk mengetahui tanggapan, pendapat, keyakinan, perasaan, dan motivasi

seseorang. Sebab, dalam penelitian ini siswa melaksanakan kegiatan wawancara lisan yang dilaksanakan oleh dua orang yang saling berhadap-hadapan secara fisik. Kegiatan ini diarahkan pada masalah yang telah disiapkan oleh penulis. Kegiatan ini juga bertujuan untuk menggali informasi berupa tanggapan, pendapat, keyakinan, perasaan atau motivasi narasumber.

2.2.2 Jenis-Jenis Wawancara

(28)

a. Wawancara Tidak Terpimpin

Wawancara tidak terpimpin merupakan suatu kegiatan tanya jawab yang dikuasai mood dan keinginan. Pewawancara tidak mempersiapkan pedoman kegiatan wawancara. Dengan demikian, tidak ada pokok persoalan yang menjadi fokus atau titik pusat dalam wawancara. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pewawancara tidak sistematis, melompat-lompat dari satu peristiwa ke peristiwa lain tanpa ada keterkaitan. Seringkali wawancara tidak terpimpin lebih mendekati suatu pembicaraan bebas atau free talk.

b. Wawancara Terpimpin

Fungsi wawancara terpimpin adalah sebagai alat pengumpulan data yang relevan bagi tujuan suatu penelitian. Pewawancara mempersiapkan pedoman wawancara, topik wawancara, tujuan wawancara, dan pelaksanaan wawancara. Oleh karena itu, hal yang sangat penting dalam wawancara ini ialah menyusun kerangka pokok yang dikaitkan dengan hipotesa dan asumsi. Pedoman wawancara berguna sebagai pengarahan jalannya wawancara, dan diarahkan pada satu tujuan yang nyata. Secara otomatis, diperlukan kemampuan kecakapan berbicara untuk mendukung kemampuan berwawancara.

c. Wawancara Bebas Terpimpin

(29)

Wawancara ini juga memiliki ciri fleksibelitas dan kelewesan. Sebab, melalui fleksibelitas dan keluwesan pewawancara dapat dengan mudah mengarahkan pembicaraan langsung pada pokok pembicaraan. Keluwesan akan memberi kesempatan kepada pewawancara untuk mencapai tujuan penyelidikan tentang sikap, keyakinan, dan perasaan. Oleh karena itu, wawancara ini sering digunakan untuk menggali gejala kehidupan psikis, keyakinan, motivasi, harapan, pengalaman informasi, dan sebagainya (Kartono, 1980: 190).

d. Wawancara Pribadi dan Wawancara Kelompok

(30)

e. Free Talk dan Diskusi

Free Talk atau berbicara bebas. Pewawancara dan narasumber memiliki kedua

fungsi sebagai "informan hunter" dan "informan supplier". Kedua belah pihak saling memberikan keterangan yang objektif dengan hati terbuka dan bertukar pikiran mengenai perasaan. Para narasumber menyadari kedudukannya bukan hanya sebagai informan, tetapi juga sebagai partisipan. Informasi yang diberikan narasumber diharapkan berguna bagi pengembangan dan pembangunan masyarakat. Oleh sebab itu, narasumber perlu dan wajib memberikan keterangan yang objektif.

Diskusi juga disebut free talk. Pembicaraan secara bebas yang diarahkan pada pemecahan suatu persoalan. Wawancara jenis ini umumnya kurang mampu untuk mengumpulkan data secara rill. Namun, berguna untuk menggali fakta-fakta idiil, yaitu pemecahan masalah yang diharap-harapkan, diinginkan, dicita-citakan, atau diangan-angankan.

(31)

2.2.3 Langkah-Langkah Berwawancara

Dalam merencanakan suatu pembicaraan situasi formal perlu adanya persiapan agar uraian yang akan disampaikan dapat teratur, sistematis, jelas, dan dapat mengatasi kemungkinan-kemungkinan yang akan timbul dalam pelaksanaan wawancara. Hadi (1981: 192 – 202) mengemukakan mengenai langkah-langkah berwawancara, yaitu menentukan topik dan tujuan, menentukan narasumber, mengumpulkan bahan, membuat kerangka uraian, menentukan topik dan tujuan, menentukan narasumber, mengumpulkan bahan, membuat daftar pertanyaan, dan melakukan uji coba “try-out preliminier”.

a. Menentukan Topik dan Tujuan

Menentukan topik pembicaraan merupakan kegiatan yang pertama kali dilakukan seorang pembicara dan juga merupakan salah satu penunjang keefektifan berwawancara. Topik yang dipilih seorang pembicara hendaknya menarik untuk dibicarakan dan sudah diketahui (Arsjad dan Mukti, 1987: 23).

(32)

b. Menentukan Informan atau Interviewer

Informan atau narasumber adalah seorang yang memberi informasi (menjadi sumber), narasumber ditentukan setelah siswa merumuskan topik dan tujuan berwawancara. Dalam wawancara diperlukan narasumber yang berwibawa, panutan atau tokoh suatu kelompok. Namun, yang lebih penting ialah pokok pembicaraan sesuai dengan bidang keahlian narasumber.

Dalam penelitian ini, siswa bebas memilih narasumber yang akan diwawancarai. Salah satu contoh, siswa berwawancara dengan topik bencana alam, dan bertujuan untuk mengetahui penyebab dan pencegahan terjadinya bencana alam tersebut. Oleh karena itu, siswa dapat memilih narasumber yang sesuai dengan penguasaan topik dan bidang keahliannya. Misalnya, dinas kebersihan lingkungan, ketua RT, petugas lingkungan sekolah, ketua organisasi sekolah, guru, orang tua, dan lain-lain. Berdasarkan contoh di atas, narasumber yang tepat adalah orang-orang yeng bekerja pada dinas kebersihan lingkungan, karena bencana alam banyak sekali macam dan penyebabnya. Misalnya banjir, maka penyebabnya kurang penghijauan atau terjadi penumpukan sampah, atau penebangan liar yang disertai dengan penanaman kembali, maka cara mengatasinya harus menjaga kebersihan, jangan menebang pohon, karena pohon dapat menahan air, dan sebagainya.

c. Mengumpulkan Bahan

(33)

langsung, yakni melalui bacaan. Siswa dapat memperoleh bahan wawancara dari majalah, buku-buku bacaan, dan sebagainya (Arsjad dan Mukti, 1988: 29).

d. Membuat Daftar Pertanyaan

Tujuan membuat daftar pertanyaan adalah untuk memudahkan siswa dalam menyusun pembicaraan wawancara. Daftar pertanyaan berisi urutan topik pertanyaan yang direncanakan. Urutan tersebut dibagi dalam pertanyaan permulaan, pertanyaan pertengahan, dan pertanyaan penutup (Hadi, 1981: 194). Pertanyaan yang diajukan pewawancara mengacu pada penggunaan kata tanya. Kata tanya adalah kata-kata yang digunakan sebagai pembantu di dalam kalimat yang menyatakan pertanyaan kata tanya yang ada dalam bahasa Indonesia adalah (1) apa, (2) siapa, (3) mengapa/kenapa, (5) berapa, (6) mana, (7) kapan, (8) bagaimana.

Kata “apa” berfungsi menanyakan barang atau hal, contoh: Apa yang sedang kamu buat ?. Kata “siapa” berfungsi menanyakan manusia, contoh: Siapakah

yang mengajar bahasa Indonesia?. Kata “mengapa/kenapa” berfungsi untuk

menanyakan sebab terjadinya sesuatu, contoh: Mengapa pementasan drama itu

dilaksanakan hari sabtu?. Kata “berapa” berfungsi menanyakan jumlah, contoh :

Berapakah harga buku bahasa Indonesia ini?. Kata “mana” berfungsi

(34)

e. Melakukan Uji Coba

Setelah menyusun daftar pertanyaan, siswa mengadakan uji coba yang dapat dilakukan terhadap sahabat dekat, atau teman sekelasnya. Hal ini dilakukan untuk mengoreksi kekurangan-kekurangan terhadap pertanyaan-pertanyaan yang dapat menimbulkan salah tafsir. Jadi tujuan utama uji coba adalah untuk mengadakan dan menyempurnakan secara menyeluruh hasil wawancara.

Dalam penelitian ini, selain langkah-langkah di atas, penulis dapat juga menyimpulkan bahwa ketika berwawancara siswa juga perlu menunjukan sikap yang baik, meliputi:

a. memiliki sifat ambisi (untuk mencapai tujuan wawancara), ulet, disiplin, dan sabar;

b. persiapan fisik yang perlu dipersiapkan oleh siswa dalam berwawancara ialah berpakaian rapi dan bersih. hal ini berguna untuk menambah serta menunjukkan rasa percaya diri sendiri, rasa harga diri, dan kepribadian seseorang;

c. menciptakan "rapport" (senyum, rasa humor yang tinggi, mengucapkan pujian, tentang prestasi) akan membantu menciptakan suasana yang santai dan akrab, sehingga narasumber merasa aman dan berkeinginan untuk memberi informasi yang akurat;

d. bersikap netral;

e. menunjukkan perhatian, misalnya dengan menganggukkan kepala atau mengucapkan "0, ya!";

(35)

2.2.4 Teknik Interaksi dalam Berwawancara

Sebelum memulai wawancara, berwawancara harus mengetahui etika dan teknik interaksi berwawancara. Etika yang penting dalam berwawancara ialah merundingkan perjanjian (waktu dan tempat) wawancara dengan narasumber.

Teknik interaksi wawancara merupakan hal yang perlu diperhatikan. Hadi (1981: 192-217) mengemukakan mengenai teknik interaksi berwawancara, yakni sebagai berikut.

a. Mengucapkan Salam Pembuka pada Kegiatan Wawancara

Salam pembuka perlu diucapkan pewawancara dalam memulai wawancara. Salam disesuaikan dengan narasumber. Salam pembuka yang bersifat umum disesuaikan dengan waktu misalnya, selamat pagi. Untuk salam yang bersifat khusus dapat diucapkan dengan Assalamualaikum Warohmatulloh Wabarokatuh. Salam pembuka juga berguna bagi pewawancara untuk menimbulkan keakraban dan keluwesan pada permulaan wawancara.

b. Pembicaraan Pendahuluan pada Kegiatan Berwawancara

Pembicaraan pendahuluan sebagai langkah untuk perkenalan sekaligus mengemukakan topik dan tujuan wawancara. Sebaiknya pewawancara tidak tergesa-gesa untuk masuk ke materi wawancara.

c. Bertanya pada Kegiatan Wawancara

(36)

bertahap. Dalam bertanya, pewawancara tidak semata-mata bergantung pada daftar pertanyaan yang telah disiapkan, karena apabila hal yang menarik, maka pewawancara boleh mengajukan pertanyaan baru diluar kerangka pertanyaan.

d. Pencatatan pada Kegiatan Wawancara

Dalam proses wawancara, pencatatan tanya jawab memegang peranan yang sangat penting. Pencatatan merupakan cara yang paling baik guna menghindari timbulnya kesalahan akibat kelupaan. Sebelum melakukan wawancara pencatatan harus dipikirkan dan dipersiapkan dengan cermat. Pewawancara hendaknya menggunakan alat pencatat yang praktis dan efisien (Kartoyo, 1980: 180). Salah satu alat pencatatan misalnya, alat tulis, alat perekam elektronik, dan sebagainya.

e. Kesimpulan pada Kegiatan Wawancara

Kesimpulan adalah ikhtisar atau kesudahan pendapat. Kesimpulan juga merupakan keputusan yang telah didiskusikan dan dipertimbangkan oleh kedua belah pihak. Setiap wawancara harus ada kesimpulan. Dalam penelitian ini, kegiatan wawancara perlu diakhiri dengan kesimpulan, sebab kesimpulan merupakan hasil akhir dari kegiatan wawancara.

2.2.5 Faktor-Faktor Penunjang Keefektifan Berwawancara

(37)

A. Faktor Kebahasaan

Faktor-faktor kebahasaan sebagai penunjang keefektifan berwawancara meliputi: 1) Ketepatan Ucapan

Seorang pembicara harus membiasakan diri mengucapkan bunyi-bunyi bahasa secara tepat. Pengucapan bunyi bahasa yang kurang tepat dapat mengalihkan perhatian narasumber.

2) Penempatan Tekanan, Nada, dan Durasi yang Sesuai

Kesesuaian tekanan, nada dan durasi merupakan daya tarik tersendiri dalam berbicara. Bahkan kadang-kadang merupakan faktor penentu. Walaupun masalah yang dibicarakan kurang menarik, apabila disampaikan dengan penempatan tekanan, dan durasi yang sesuai akan menyebabkan masalah menjadi menarik. Sebaliknya jika penyampaiannya datar saja, hampir dapat dipastikan akan menimbulkan kejemuan, dan keefektifan berbicara menjadi berkurang.

3) Pilihan Kata (Diksi)

Pilihan kata hendaknya tepat, jelas, dan bervariasi. Jelas maksudnya mudah dimengerti oleh pendengar.

4) Ketepatan Sasaran Pembicaraan

(38)

Di dalam kegiatan komunikasi, kalimat tidak hanya berfungsi sebagai penyampaian dan penerimaan informasi belaka, tetapi mencakup semua aspek ekspresi kejiwaan manusia (Arsjad dan Mukti, 1988: 17).

B. Faktor Nonkebahasaan

Faktor-faktor nonkebahasaan, antara lain sebagai berikut.

1) Sikap yang Wajar, Tenang, dan Tidak Kaku

Pembicara yang tidak tenang, lesu, dan kaku tentulah akan memberikan kesan pertama yang kurang menarik. Padahal kesan pertama ini sangat penting untuk menjamin adanya kesinambungan perhatian pihak pendengar. Dari sikap yang wajar saja sebenarnya pembicara sudah dapat menunjukkan otoritas dan integritas dirinya. Tentu saja sikap ini ditentukan oleh situasi, tempat, dan penguasaan materi.

2) Pandangan

Pandangan harus diarahkan kepada lawan bicara. Sebab pandangan mata seseorang itu dapat mempengaruhi perhatian lawan bicara. Pendapat ini sejalan dengan Ehrlich, ia menjelaskan bahwa pandangan kontak mata memungkinkan seseorang untuk berkomunikasi secara efektif.

3) Kesediaan Menghargai Pendapat Orang Lain

(39)

4) Gerak-gerik dan Mimik yang Tepat

Gerak-gerik dan mimik yang tepat dapat pula menunjang keefektifan berbicara. Hal-hal penting lain selain mendapat tekanan, biasanya juga dibantu dengan gerak tangan atau mimik.

5) Kenyaringan Suara

Tingkat kenyaringan suara disesuaikan dengan situasi, tempat, jumlah pendengar, dan akustik. Kenyaringan suara ketika berbicara harus diatur supaya dapat didengar oleh semua pendengar dengan jelas, dengan juga mengingat gangguan dari luar.

6) Kelancaran

Seorang pembicara yang lancar berbicara akan memudahkan pendengar menangkap isi pembicaraannya. Berbicara dengan terputus-putus, atau bahkan antara bagian-bagian yang terputus-putus itu diselipkan bunyi-bunyi tertentu seperti e…, anu…, a…, dan sebagainya dapat mengganggu penangkapan pendengar. Sebaliknya pembicara yang terlalu cepat berbicara juga akan menyulitkan pendengar menangkap pokok pembicaraan.

7) Relevansi atau Penalaran

(40)

8) Penguasaan Topik Pembicaraan

Pembicaraan formal selalu menuntut persiapan. Tujuannya tidak lain adalah supaya topik yang dipilih betul-betul dikuasai. Penguasaan topik yang baik akan menumbuhkan keberanian dan kelancaran (Arsjad dan Mukti, 1988: 17).

2.2.6 Kemampuan Berwawancara

Dalam melakukan suatu wawancara, seseorang yang akan melakukan wawancara atau pewawancara, diharuskan memiliki kemampuan dalam kegiatan tanya jawab sehingga kegiatan berwawancara dapat berjalan dengan baik.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 1029), kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan. Gunadi (1998: 131) mengemukakan bahwa wawancara adalah suatu percakapan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu, yang merupakan tanya jawab lisan, ketika dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik untuk mengetahui tanggapan, pendapat, keyakinan, perasaan, dan motivasi narasumber.

(41)

2.3 Teknik Pemodelan

Salah satu strategi yang digunakan dalam pembelajaran adalah teknik pemodelan. Untuk mendapatkan suatu definisi yang dapat dipahami dengan baik dari pengertian pemodelan, maka kita harus mengetahui secara mendalam apa arti sebenarnya kata pemodelan.

2.3.1 Pengertian Teknik Pemodelan

Menurut Briggs (1987: 33), model adalah seperangkat prosedur yang bertujuan untuk mewujudkan suatu proses, seperti penilaian kebutuhan, pemilihan media, dan evaluasi. Ketiga hal tersebut memiliki peran penting dalam proses pembelajaran. Media pembelajaran yang berupa alat peraga digunakan oleh guru untuk memudahkan dan mempercepat proses belajar mengajar.

Pemodelan dalam pembelajaran adalah cara guru mempersiapkan suatu model yang akan dijadikan sebagai model atau contoh dalam kegiatan pembelajaran (Tarigan, 2008: 42).

Teknik pemodelan merupakan teknik pembelajaran dengan menggunakan model atau alat peraga. Kehadiran alat peraga akan menciptakan suasana kegiatan belajar mengajar lebih menarik dan mengasyikkan serta siswa dapat berperan aktif dalam pembelajaran. Wujud alat peraga atau model disesuaikan kebutuhan setiap mata pelajaran.

(42)

menghadirkan media atau alat peraga. Seorang siswa bisa ditunjuk untuk memberi contoh temannya cara melafalkan suatu kata. Siswa “contoh” tersebut dapat dikatakan sebagai model.

Pemodelan adalah kegiatan pemberian model dengan tujuan untuk membahasakan gagasan yang kita pikirkan, mendemonstrasikan bagaimana kita menginginkan para siswa untuk belajar atau melakukan sesuatu yang kita inginkan. Dalam teknik pemodelan, guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa dan model dari luar. Dengan demikian, dalam pembelajaran berwawancara guru menghadirkan contoh atau model bersumber dari hasil wawancara penulis dengan pihak lain atau hasil wawancara siswa itu sendiri untuk disajikan dalam pembelajaran.

Dari pendapat di atas maka dapat diambil kesimpulan, bahwa teknik pemodelan adalah suatu teknik pembelajaran dimana guru mempersiapkan suatu model yang akan memeragakan suatu gagasan yang dirancang, baik itu melibatkan siswa, guru, atau model dari luar.

2.3.2 Komponen Pemodelan

(43)

Pemodelan pada dasarnya bertujuan untuk membahasakan gagasan yang kita pikirkan, mendemonstrasikan bagaimana guru menginginkan para siswanya untuk belajar dan melakukan apa yang guru inginkan agar siswa-siswanya melakukan keinginannya.

Implementasi komponen pemodelan dalam pembelajaran berbicara khususnya berwawancara dapat dilakukan dengan menghadirkan sebuah contoh daftar pertanyaan teks wawancara yang dibuat siswa ataupun buatan guru. Penyajian contoh daftar pertanyaan teks wawancara dapat membantu siswa dalam memahami cara pembuatan teks wawancara sesuai kaidah penulisan yang baik dan benar. Dengan demikian, peranan model sebagai sarana atau media dalam proses pembelajaran menjadi strategi kunci untuk pencapaian kompetensi.

2.3.3 Kelebihan Teknik Pemodelan

Dalam setiap teknik yang digunakan guru di kelas, pasti memiliki kelebihan dan kekurangan, begitu juga dengan teknik pemodelan. Berikut kelebihan teknik pemodelan, antara lain sebagai berikut (Depdiknas, 2002:30).

a. Menyenangkan siswa;

b. Menggalakkan guru untuk mengembangkan kreatifitas siswa;

c. Memungkinkan eksperimen berlangsung tanpa memerlukan lingkungan yang sebenarnya;

d. Mengurangi hal-hal yang bersifat verbal dan abstrak;

(44)

teknik pemodelan ini dapat berlangsung;

f. Menimbulkan interaksi antara model dengan siswa, yang memberi kemungkinan timbulnya keutuhaan dan kegotong royongan serta rasa keakraban;

g. Menimbulkan respon yang positif dari siswa yang lamban/kurang cakap; h. Menumbuhkan cara berpikir yang kritis, karena siswa menyaksikan langsung

melalui pemodelan yang didemonstrasikan di depan kelas.

2.4 Pembelajaran Berwawancara dengan Teknik Pemodelan

Model yang baik dan tepat digunakan dalam pembelajaran adalah model yang menjamin dapat dipraktikkan dalam proses pembelajaran secara praktis. Artinya, model tersebut bernilai praktis dalam pembelajaran berbahasa (Nurhadi, 2003:40).

Pembelajaran berbicara dalam berwawancara yang dilakukan menggunakan teknik pemodelan. Teknik pemodelan merupakan teknik dalam pembelajaran yang menghadirkan model untuk diamati dan ditiru oleh siswa di kelas.

Kegiatan yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran ini adalah sebagai berikut.

a. Guru mengadakan tanya jawab kepada siswa pernahkah mereka melakukan wawancara dengan pedagang, petani, atau nelayan;

b. Guru menunjukkan beberapa model teks wawancara yang didapatkan dari media cetak;

c. Guru meminta siswa mendengarkan pembacaan teks wawancara;

(45)

e. Guru meminta siswa secara berkelompok berlatih memperagakan model teks wawancara yang diberikan;

(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas. penelitian

tindakan kelas merupakan salah satu bentuk penelitian yang bersifat reflektif

dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau

meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara lebih profesional.

Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka

penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart

(Arikunto, 2010 :132), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang

berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan),

observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus

berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan

refleksi.

Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar

(47)

Gambar 3.1 Model PTK. Kemmis S, and Mc. Taggart. (Dikutip Arikunto, S., 2010)

3.2 Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas V SD Negeri 1

Purwodadi Gisting, Tanggamus dengan jumlah siswa 19 terdiri atas 12 laki-laki

dan 7 perempuan.

3.3 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Purwodadi Gisting Kabupaten

Tanggamus.

3.4 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tahun pelajaran 2011-2012. Pelaksanaan

penelitian tindakan kelas sesuai dengan jadwal pelajaran, dan penelitian akan

berlangsung sampai indikator yang telah ditentukan.

SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan Refleksi

Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan

(48)

3.5 Indiktor Kinerja

Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini pada aspek proses dan hasil

pembelajaran. Indikator kerja yang dinilai dari penelitian ini adalah siswa telah

mencapai kriteria ketuntasan (KKM) yang telah ditentukan oleh sekolah yakni 65

dan aktivitas siswa minimal 75% sudah aktif dalam pembelajaran.

3.6 Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini direncakanan dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri

atas dua kali pertemuan, tiap-tiap pertemuan terdiri dari empat tahapan yaitu,

perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

3.6.1 Tahap Perencanaan

Perencanaan pada siklus meliputi dua hal, yaitu perencanaan umum dan

perencanaan khusus. Yang dimaksud dengan perencanaan umum adalah

perencanaan yang meliputi keseluruhan aspek yang berhubungan dengan

penelitian tindakan kelas. Perencanaan khusus dimaksudkan untuk menyusun

rancangan dari siklus per siklus. Perencanaan khusus terdiri dari perencanaan

ulang atau disebut revisi perencanaan. Perencanaan ini berkaitan dengan

pendekatan pembelajaran, teknik pembelajaran, media dan materi pembelajaran,

dan sebagainya. Dalam hal ini, teknik pembelajaran yang digunakan dalam

penelitian ini adalah teknik pemodelan.

3.6.2 Tahap Pelaksanaan

Tindakan berlangsung di dalam kelas pada jam pelajaran Bahasa Indonesia. Siswa

(49)

pertemuan dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut.

1. Siklus I

A. Pertemuan Pertama

1. Kegiatan Awal

a. Guru memberi salam, menanyakan tentang keadaan siswa pada hari ini.

b. Setelah itu guru mengecek kehadiran siswa dengan mengadakan

presensi.

c. Setelah melakukan presensi, guru mengadakan apersepsi, tujuannya

untuk memotivasi siswa agar semangat mengikuti kegiatan

pembelajaran.

d. Guru menginformasikan kompetensi dasar (KD), indikator dan tujuan

pembelajaran.

2. Kegiatan Inti

a. Guru dan siswa bertanya jawab tentang hal-hal yang berkaitan dengan

cara berwawancara yang baik.

b. Guru menjelaskan bagaimana cara berwawancara dengan menggunakan

pilihan kata yang tepat untuk memperkaya informasi.

c. Guru memberikan contoh dengan memperagakan cara berwawancara di

depan kelas lalu siswa memeragakannya sesuai yang dicontohkan.

d. Siswa memperhatikan cara guru berwawancara dan mencatat hal-hal

pokok dalam berwawancara.

(50)

3. Kegiatan Akhir

a. Guru dan siswa melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran

yang telah dilaksanakan.

b. Siswa melakukan evaluasi.

c. Guru mengucapkan salam penutup

B. Pertemuan Kedua

1. Kegiatan Awal

a) Guru mengondisikan kelas dengan membuka salam, berdoa, dan

mendata kehadiran siswa.

b) Guru mengingatkan kembali materi pada pertemuan sebelumnya dan

menginformasikan tujuan pembelajaran.

c) Guru melakukan apersepsi dengan bertanya jawab kepada siswa

hal-hal yang berhubungan dengan materi yang akan dipelajari.

2. Kegiatan Inti

a) Siswa melakukan peragaan berwawancara di depan kelas.

b) Guru memperhatikan dan memperbaiki cara berwawancara jika terjadi

kesalahan pada siswa.

c) Guru memberikan penilaian dan meluruskan kesalahapahaman.

3. Kegiatan Akhir

a) Melakukan refleksi terhadap hasil pembelajaran.

b) Melakukan evaluasi secara tertulis.

(51)

Setelah kegiatan perencanaan dan pelaksanaan siklus I, peneliti bersama teman

sejawat menilai hasil pekerjaan siswa, mengevaluasi kelebihan dan kekurangan

yang ditemukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Jika pada siklus I

masih belum mencapai target yang ditetapkan, maka peneliti merencanakan

perbaikan pada siklus II.

3.6.3 Tahap Observasi/pengamatan

Pengamatan dalam penelitian tindakan kelas ini dilakukan oleh penulis dan satu

orang guru sebagai teman sejawat atau kolaborator, yaitu Ibu Mulyati.

Pada tahap observasi ini kegiatan yang dilaksanakan yaitu mengobservasi

terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah

dipersiapkan yaitu lembar kegiatan aktivitas siswa dan lembar kegiatan aktivitas

guru.

3.6.4 Tahap Refleksi

Refleksi merupakan kegiatan menganalisis, mencermati, dan mengkaji secara

mendalam dan menyeluruh tindakan yang telah dilakukan berdasarkan data yang

telah dikumpulkan. Kemudian dilakukan evaluasi oleh peneliti dan kolaborator

untuk menyempurnakan tindakan berikutnya.

Berdasarkan hasil refleksi ini akan dapat diketahui kekuatan dan kelemahan

kegiatan pembelajaran berwawancara melalui teknik pemodelan yang dilakukan

oleh guru, sehingga dapat digunakan untuk menentukan tindakan pada siklus

(52)

3.7 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data diperoleh melalui langkah-langkah sebagai berikut.

a. Tes Perbuatan

Tes perbuatan dilakukan pada setiap kegiatan pembelajaran. Tes perbuatan yang

dilakukan adalah memeragakan wawancara.

b. Observasi

Observasi atau pengamatan ini diisi selama pembelajaran berlangsung dengan

cara memberi tanda ceklis () pada setiap aspek yang diamati dengan kategori

baik sekali, baik, cukup, kurang, dan kurang sekali.

c. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan hasil lembar kerja siswa. Metode

dokumentasi digunakan untuk mencari data-data yang mendukung permasalahan

yang akan diteliti.

3.8 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut.

1. Silabus

Silabus adalah seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan pembelajaran

(53)

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

RPP merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman guru

dalam mengajar dan disusun untuk tiap pertemuan. Masing-masing RPP berisi

kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar, tujuan pembelajaran dan

kegiatan pembelajaran.

3. Lembar Kegiatan Siswa

Lembar kegiatan ini yang dipergunakan siswa untuk membantu proses

pengumpulan data hasil eksperimen.

4. Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran

Lembar observasi yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran pada penelitian

ini adalah (a) indikator penilaian kemampuan berwawancara dan (b) lembar

observasi aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran.

5. Tes Perbuatan

Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Tes

perbuatan ini adalah dengan memeragakan wawancara di depan kelas ataupun

dengan pedagang atau petani sesuai dengan topik wawancara.

Indikator kemampuan dalam berwawancara antara lain ketepatan ucapan, , pilihan

kata/diksi yang digunakan, keefektifan kalimat, dan kelancaran berbicara dalam

(54)

Tabel 3.1 Indikator Penilaian Kemampuan Berwawancara

No Indikator Deskriptor Penilaian Skor MaksimalSkor 1 Ketepatan

Ucapan Siswa mengucapkan bunyi-bunyi bahasa secara tepat sekali 5

5 Terdapat 1-2 kesalahan dalam

mengucapkan bunyi bahasa 4 Terdapat 3-4 kesalahan dalam

mengucapkan bunyi bahasa 3 Terdapat lebih dari 4 kesalahan dalam

mengucapkan bunyi bahasa 2 Bunyi bahasa yang diucapkan semuanya

tidak tepat 1

2. Pilihan

kata/diksi Pilihan kata yang digunakan siswa dalam berwawancara sangat tepat 5

5 Terdapat 1-2 kesalahan pilihan kata

yang digunakan dalam berwawancara 4 Terdapat 3-4 kesalahan pilihan kata

yang digunakan dalam berwawancara 3 Terdapat lebih dari 4 kesalahan pilihan

kata yang digunakan dalam

berwawancara 2

Pilihan kata yang digunakan siswa dalam berwawancara tidak satupun

tepat 1

3. Keefektifan

Kalimat Penggunaan kalimat yang digunakan siswa dalam berwawancara sangat

efektif 5

5 Terdapat 1-2 kesalahan penggunaan

kalimat dalam berwawancara 4 Terdapat 3-4 kesalahan penggunaan

kalimat dalam berwawancara 3 Terdapat lebih dari 4 kesalahan

penggunaan kalimat dalam

Siswa berbicara dengan sangat lancar sehingga menyampaikan pembicaraan

sangat baik 5

Dalam berwawancara siswa berbicara dengan lancar tetapi masih ada 1-2

(55)

No Indikator Deskriptor Penilaian Skor MaksimalSkor Dalam berwawancara siswa berbicara

cukup lancar tetapi masih ada 3-4

kesalahan 3 5

Dalam berwawancara siswa berbicara

kurang lancar 2

Dalam berwawancara siswa berbicara

tidak lancar sama sekali 1 5. Intonasi Siswa berwawancara dengan intonasi

yang sangat baik 5

5 Terdapat 1-2 kesalahan intonasi yang

digunakan siswa dalam berwawancara 4 Terdapat 3-4 kesalahan intonasi yang

digunakan siswa dalam berwawancara 3 Terdapat lebih dari 4 kesalahan intonasi yang digunakan siswa dalam

berwawancara 2

Siswa berwawancara dengan intonasi

yang tidak tepat 1

Jumlah (Skor Maksimal) 25

Dari indikator penilaian di atas, untuk mencari nilai akhir kemampuan siswa

berwawancara digunakan rumus sebagai berikut.

Untuk menentukan tingkat kemampuan siswa dalam berwawancara, penulis

berpedoman pada pendapat Nurgiantoro, seperti pada tabel 3.2 di bawah ini.

Tabel 3.2 Tolok Ukur Penilaian Kemampuan Siswa Dalam Berwawancara Melalui Teknik Pemodelan

(56)

Indikator penilaian kemampuan siswa dalam berwawancara dapat diuraikan

sebagai berikut.

1. Indikator Ketepatan Ucapan

Seorang pembicara harus membiasakan diri mengucapkan bunyi-bunyi bahasa

secara tepat. Pengucapan bunyi bahasa yang kurang tepat dapat mengalihkan

perhatian narasumber. Jika siswa mengucapkan bunyi-bunyi bahasa secara tepat

sekali tanpa ada satupun kesalahan, maka siswa tersebut mendapatkan skor 5. Jika

siswa mengucapkan bunyi-bunyi bahasa secara tepat tetapi ada 1 - 2 kesalahan,

maka siswa tersebut mendapatkan skor 4. Jika siswa mengucapkan bunyi-bunyi

bahasa cukup tepat tetapi ada 3 - 4 kesalahan, maka siswa tersebut mendapatkan

skor 3. Jika siswa mengucapkan bunyi-bunyi bahasa kurang tepat dengan

kesalahan lebih dari 4, maka siswa tersebut mendapatkan skor 2. Jika siswa

mengucapkan bunyi-bunyi bahasa tidak tepat dimana tidak satupun yang yang

benar, maka siswa tersebut mendapatkan skor 1.

2. Indikator Pilihan Kata/Diksi

Pilihan kata hendaknya tepat, jelas, dan bervariasi. Jelas maksudnya mudah

dimengerti oleh pendengar. Pemilihan kata akan dapat dilakukan bila tersedia

sejumlah kata yang artinya hampir sama atau bermiripan. Maka siswa diharapkan

dapat memilih kata dengan tepat. Jadi, apabila pilihan kata yang digunakan dalam

berwawancara sangat tepat tanpa ada satupun kesalahan, maka siswa tersebut

mendapatkan skor 5. Apabila pilihan kata yang digunakan dalam berwawancara

(57)

Apabila pilihan kata yang digunakan dalam berwawancara cukup tepat tetapi ada

3 - 4 kesalahan, maka siswa tersebut mendapatkan skor 3. Apabila pilihan kata

yang digunakan dalam berwawancara kurang tepat dengan kesalahan lebih dari 4,

maka siswa tersebut mendapatkan skor 2. Apabila pilihan kata yang digunakan

dalam berwawancara tidak tepat dimana tidak satupun yang benar, maka siswa

tersebut mendapatkan skor 1.

3. Indikator Keefektifan Kalimat

Pembicara yang menggunakan kalimat yang efektif akan memudahkan pendengar

memahami isi pembicaraan. Susunan penuturan kalimat ini sangat besar

pengaruhnya terhadap keefektifan penyampaian. Seorang pembicara harus mampu

menyusun kalimat efektif, sehingga mampu menimbulkan pengaruh,

menimbulkan kesan, atau menimbulkan akibat. Jadi, apabila penggunaan kalimat

yang digunakan siswa dalam berwawancara sangat efektif tanpa ada satupun

kesalahan, maka siswa tersebut mendapatkan skor 5. Apabila Penggunaan

kalimat yang digunakan siswa dalam berwawancara efektif tetapi masih ada satu

kesalahan, maka siswa tersebut mendapatkan skor 4. Apabila penggunaan kalimat

yang digunakan siswa dalam berwawancara cukup efektif tetapi ada 3 - 4

kesalahan, maka siswa tersebut mendapatkan skor 3. Apabila penggunaan kalimat

yang digunakan siswa dalam berwawancara kurang efektif dengan kesalahan lebih

dari 4, maka siswa tersebut mendapatkan skor 2. Apabila penggunaan kalimat

yang digunakan siswa dalam berwawancara tidak efektif dimana tidak satupun

(58)

4. Indikator Kelancaran dalam Berwawancara

Seorang pembicara yang lancar berbicara akan memudahkan pendengar

menangkap isi pembicaraannya. Berbicara dengan terputus-putus dapat

mengganggu penangkapan pendengar. Sebaliknya pembicara yang terlalu cepat

berbicara juga akan menyulitkan pendengar menangkap pokok pembicaraan. Jadi,

apabila siswa berbicara dengan sangat lancar sehingga menyampaikan

pembicaraan sangat baik tanpa ada satupun kesalahan, maka siswa tersebut

mendapatkan skor 5. Apabila siswa berbicara dengan lancar sehingga

menyampaikan pembicaraan dengan baik tetapi masih ada satu kesalahan, maka

siswa tersebut mendapatkan skor 4. Apabila siswa berbicara cukup lancar

sehingga menyampaikan pembicaraan cukup baik tetapi ada 3 - 4 kesalahan,

maka siswa tersebut mendapatkan skor 3. Apabila siswa berbicara kurang lancar

sehingga menyampaikan pembicaraan kurang baik dengan kesalahan lebih dari 4,

maka siswa tersebut mendapatkan skor 2. Apabila siswa berbicara tidak lancar

sehingga menyampaikan pembicaraan tidak baik dimana tidak satupun yang

benar, maka siswa tersebut mendapatkan skor 1.

5. Indikator Intonasi

Kesesuaian tekanan, nada dan durasi merupakan daya tarik tersendiri dalam

berbicara. Bahkan kadang-kadang merupakan faktor penentu. Walaupun masalah

yang dibicarakan kurang menarik, apabila disampaikan dengan penempatan

tekanan, dan durasi yang sesuai akan menyebabkan masalah menjadi menarik.

Sebaliknya jika penyampaiannya datar saja, hampir dapat dipastikan akan

(59)

apabila siswa berwawancara dengan intonasi yang sangat baik tanpa ada satupun

kesalahan, maka siswa tersebut mendapatkan skor 5. Apabila siswa berwawancara

dengan intonasi yang baik tetapi masih ada satu kesalahan, maka siswa tersebut

mendapatkan skor 4. Apabila siswa berwawancara dengan intonasi yang cukup

baik tetapi ada 3 - 4 kesalahan, maka siswa tersebut mendapatkan skor 3. Apabila

siswa berwawancara dengan intonasi yang kurang baik dengan kesalahan lebih

dari 4, maka siswa tersebut mendapatkan skor 2. Apabila siswa berwawancara

dengan intonasi yang tidak baik dimana tidak satupun yang benar, maka siswa

tersebut mendapatkan skor 1.

Untuk mengukur aktivitas siswa selama pembelajaran, dapat disajikan lembar

observasi aktivitas siswa pada tabel 3.3 sebagai berikut.

Tabel 3.3 Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran

No Aspek Deskriptor Penilaian Skor Maksimal Skor 1 Keseriusan Siswa memperhatikan peragaan

berwawancara yang dilakukan guru di depan kelas dengan sangat serius

5

5 Siswa memperhatikan peragaan

berwawancara yang dilakukan guru di

depan kelas dengan serius 4 Siswa memperhatikan peragaan

berwawancara yang dilakukan guru di

depan kelas cukup serius 3 Siswa kurang memperhatikan peragaan

berwawancara yang dilakukan guru di

depan kelas 2

Siswa tidak memperhatikan peragaan berwawancara yang dilakukan guru di

depan kelas 1

2 Inisiatif Siswa sangat aktif mencari bahan pada sumber lain dan memiliki ide atau

(60)

No Aspek Deskriptor Penilaian Skor Maksimal Skor Siswa aktif mencari bahan pada sumber

lain dan memiliki ide atau gagasan untuk menyelesaikan tugas ya 4

5 Siswa cukup aktif mencari bahan pada

sumber lain dan memiliki ide atau

gagasan untuk menyelesaikan tugas 3 Siswa kurang aktif mencari bahan pada

sumber lain dan memiliki ide atau

gagasan untuk menyelesaikan tugas 2 Siswa tidak mencari bahan pada sumber

lain dan memiliki ide atau gagasan untuk menyelesaikan tugas 1 3 Tanya Jawab Siswa sangat aktif bertanya jawab dengan

guru atau teman dalam menyelesaikan

masalah 5

5 Siswa aktif bertanya jawab dengan guru

atau teman dalam menyelesaikan masalah 4 Siswa cukup aktif bertanya jawab

dengan guru atau teman dalam

menyelesaikan masalah 3 Siswa kurang aktif bertanya jawab

dengan guru atau teman dalam

menyelesaikan masalah 2 Siswa tidak aktif bertanya jawab dengan

guru atau teman dalam menyelesaikan

masalah 1

Jumlah (Skor Maksimal) 15

Selain aktivitas siswa yang dinilai selama kegiatan pembelajaran, aktivitas guru

juga dinilai oleh pengamat dalam hal ini adalah teman sejawat sebagai kolaborator

penelitian ini. Untuk mengukur aktivitas guru selama pembelajaran, dapat

(61)

Tabel 3.4 Lembar Observasi Aktivitas Guru dalam Proses Pembelajaran

No Aspek 1 2 3 4 5 Skor

I Persiapan Pembelajaran

1. Persiapan rencana pelaksanaan pembelajaran 2. Kesiapan alat peraga/media yang digunakan II Kegiatan Awal

1. Melakukan absensi siswa 2. Apersepsi

3. Mengemukakan tujuan pembelajaran

4. Menjelaskan deskripsi singkat materi pelajaran III Kegiatan Inti

1. Penguasaan materi pembelajaran 2. Penguasaan kelas

3. Pemanfaatan media pembelajaran 4. Partisipasi/aktifitas dalam pembelajaran 5. Menggunakan bahasa yang baik dan benar 6. Melakukan pemantauan aktivitas belajar siswa IV. Kegiatan Akhir

1. Melakukan evaluasi

2. Melibatkan siswa dalam proses menyimpulkan

Jumlah (Skor Maksimal) 70

3.9 Teknik Analisis Data

Untuk mengetahui keefektifan suatu teknik pembelajaran perlu diadakan analisis

data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu

suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai

dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang

dicapai siswa juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan

pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran.

Untuk mengalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah

proses belajar mengajar setiap pertemuannya dilakukan dengan tes perbuatan pada

(62)

Analisis ini dihitung dengân menggunakan statistik sederhana yaitu:

1. Menilai Tes Perbuatan

Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya

dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga diperoleh

rata-rata tes perbuatan, dapat dirumuskan sebagai berikut.

Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal.

Seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai nilai 60 atau lebih, dan

kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut mencapai daya serap lebih dan

atau sama dengan 75%. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar

Gambar

Tabel .........................................................................................................
Gambar 3.1 Model PTK. Kemmis S, and Mc. Taggart. (Dikutip Arikunto, S., 2010)
Tabel 3.1 Indikator Penilaian Kemampuan Berwawancara
Tabel 3.2  Tolok Ukur Penilaian Kemampuan Siswa Dalam Berwawancara Melalui Teknik Pemodelan
+3

Referensi

Dokumen terkait

Lebih dari 10 siswa tidak aktif bertanya jawab dengan guru atau teman dalam menyelesaikan masalah. Jumlah (Skor

Pengertian lain adalah sebagai teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas, agar pelajaran tersebut

yang digunakan dalam menulis surat undangan tidak tepat, maka siswa tersebut. mendapatkan

Judul PTK : Peningkatan Kemampuan Mengidentifikasi Unsur Intrinsik Cerita Anak Melalui Teknik Discovery pada Siswa Kelas VI SD Negeri 1 Sukarame Talangpadang Tanggamus

Untuk mengatasi hal-hal di atas, idealnya guru harus mempunyai kreativitas dalam pembelajaran, khususnya pada materi keterampilan menulis, terutama metode atau

Kenyataan praktis di lapangan ini sangat menarik perhatian , dan sebagai guru penulis tergerak untuk mengadakan penelitian dengan mengujicobakan teknik skrambel

Setiap hari guru harus mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) IPA dan mengisi agenda batas pembelajaran sesuai dengan materi pembelajaran yang akan dilaksanakan.

Teknik Demontrasi, Pelibatan, dan Pendampingan adalah teknik pembelajaran yang dilakukan oleh guru dalam suatu pembelajaran. Teknik ini bersifat mendemontrasikan