LAMPIRAN
LAMPIRAN
Dokumentasi Kondisi Hutan di Hutan Diklat Pondok Buluh
Dokumentasi Kegiatan Penelitian di Hutan Diklat Pondok Buluh
Dokumentasi Wawancara Nara sumber di Hutan Diklat Pondok Buluh
Dokumentasi Skrining Fitokimia Tumbuhan Obat
DAFTAR PUSTAKA
Ambri, K. 2015. Eksplorasi Tumbuhan Obat pada Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung Sumatera Utara. Fakultas Kehutanan. Universitas Sumatera Utara.
Arbi, J. 2010. Karakterisasi Simplisia dan Skrining Fitokimia Serta Uji Aktivitas Antimikroba Ekstrak Etanol Daun dan Getah Kemenyan (Styrax benzoin Dryand.) Terhadap Beberapa Mikroba. Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Medan.
Balai Diklat Kehutanan Pematang Siantar. 2015. Sampinur Vol VII. No 1 Tahun2015. ISSN: 1978-564X. Pematang Siantar, Sumatera Utara.
Dalimartha, S. 2003. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 3. Pustaka Bunda. Jakarta.
. 2008. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 5. Pustaka Bunda. Jakarta.
. 2009. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 6. Pustaka Bunda. Jakarta.
Elafatio,T., E. Matuschek, and U.L.V. Svanberg. 2005. Fermentatoinand enzim treatment of tannin sorghum gruels: Effect onphenolic compounds, phitate and in vitro accessible iron.
Hadad, S. dan Taryono. 1998. Tanaman Berkhasiat Obat Indonesia. Pustaka Kartini. Jakarta.
Harbone, J.B. 1987. Metode Fitokimia. Terjemahan dari Pytochemical Methods oleh Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro. Penerbit ITB Bandung. Hal 47-245.
Hariana, A. H. 2004. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Penebar Swadaya. Jakarta.
Hasanah, Y. dan Hapsoh. 2011. Budidaya Tumbuhan Obat dan Rempah. USU Press. Medan.
Hernani dan Djauhariya, E. 2004. Gulma Berkhasiat Obat. Swadaya. Bogor.
Hostettmann, K. dan Marston, A. 1995. Cara Kromatografi Preparatif. Diterjemahkan oleh Ksasih Padmawinata. Penerbit ITB. Bandung.
Hutauruk, A. 2014. Eksplorasi Tumbuhan Aromatik pada Kawasan Hutan Taman Wisata Sicike-cike Kabupaten Dairi Sumatera Utara. Skripsi Universitas Sumatera Utara.
Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Bumi Aksara.Jakarta.
Kartasapoetra, G. 1992. Budidaya Tanaman Berkhasiat Obat. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.
Khare, C.P. 2007. Indian Medical Plants. Springer Science+Bussines Media , LLC. New Delhi.
Litbang Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. 2001. Review Tanaman Obat yang Digunakan oleh Pengobat Tradisional Volume XI No. 4.
Maulana, T. 2012. Inventarisasi dan Uji Metabolit Sekunder Zingiberaceae sebagai Tumbuhan Obat Tradisional di Hutan Aek Nauli Parapat, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. Tesis. Universitas Negeri Medan. Medan.
Munawwarah. 2012. Pemanfaatan Tumbuhan Obat Oleh Masyarakat Sekitar Taman Nasional Batang Gadis (TNBG), Skripsi. Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan.
Manurung, A. 2016. Eksplorasi Tumbuhan Obat di Hutan Lindung Lumban Julu Kecamatan Lumban Julu Kabupaten Toba Samosir. Fakultas Kehutanan. Universitas Sumatera Utara.
Mursito, B. 2003. Ramuan Tradisional untuk Pelangsing Tubuh. Penebar Swadaya. Jakarta.
Penuntun Praktikum Kimia Bahan Alam. 2010. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara, Medan.
PerMenHut No.67/Menhut-II/2006. Kriteria dan Standar Inventarisasi Hutan.
Pribadi, E.R. 2009. Pasokan dan Permintaan Tanaman Obat Indonesia Serta Arah Penelitian dan Pengembangannya. Perspektif, 8 (1): 52-64.
Purwati, U.R. 2009. Skrining Senyawa Metabolit Sekunder dan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etilasetat Daun Eedusan (Eupatorium odoratum). UNSOED. Jurnal Molekul Vol. 4(2): 94-104.
Rijai. 2013. Potensi Herba Tumbuhan Balsem (Polygala paniculata Linn) sebagai Sumber Bahan Farmasi Potensial. Universitas Mulawarman.
Rismunandar dan Farry B. Paimin. 2001. Kayu Manis, Budi Daya dan Pengolahan. Penerbit PT Penebar Swadaya . Jakarta.
Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Edisi VI. Diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata. Penerbit ITB. Bandung.
Sein,C.C dan Mitlöhner, R. 2011. Cinnamomum parthenoxylon (Jack) Meisn. Ecology and silviculture in Vietnam. CIFOR, Bogor, Indonesia.
Sianturi, N.S.2015. Analisis Komponen Kimia dan Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri Daun Sirih Merah (Piper Ornatum N) Asal Pematang Siantar. Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Medan.
Sihotang, I. 2015. Eksplorasi Tumbuhan Obat Di Cagar Alam Dolok Tinggi Raja Kabupaten Simalungun Sumatera Utara. Fakultas Kehutanan. Universitas Sumatera Utara.
Sitorus, P. 2015. Characterization Simplisida and Study of Pirdot (Saurauia vulcani Korth) Leaves and Study of Antidiabetic Effect in Alloxan Induced Diabetic Mice. Faculty of Pharmacy. University of Sumatera Utara. International Journal of Chem Tech Research Vol.8(6) pp 789-794. Medan.
Soetarahardja. 1997. Inventarisasi Hutan. IPB Press. Bogor.
Sofia, D. 2007. Keanekaragaman Jenis Anakan Tingkat Semai Dan Pancang Di Hutan Alam. Karya Tulis. Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara.
Suin, N. 2002. Metode Ekologi. Padang: Universitas Andalas Press.
Sutomo. 2012. Polygala paniculata L. Sebagai Alternatif Tanaman Obat di Taman Obat Keluarga. UPT BKT Kebun Raya “Eka Karya” Bali Candikuning Baturiti Tabanan. Bali.
Tamin, R &Arbain D. 1995. Biodiversity dan Survey Etnobotani. Makalah Loka Karya Isolasi Senyawa Berkhasiat. Kerjasama HEDS-FMIPA Universitas Andalas, Padang.
Winarto. 2003. Potensi dan Pemanfaatan Tumbuhan Obat. Penebar Swadaya. Jakarta.
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada Maret sampai Mei 2016. Penelitian ini
telah dilaksanakan di Kawasan Hutan Diklat Pondok Buluh (HDPB), Kecamatan
Dolok Panribuan, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara. Analisis
kandungan fitokimia tumbuhan obat dilakukan di Laboratorium Pasca Sarjana,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah peta lokasi, GPS (Global
Positioning System), pisau, kamera digital, meteran, tali rafia, kantung plastik,
sarung tangan, alat tulis, alat herbarium, kertas saring, oven, panangas air, pipet
tetes, shaker, spatula, tabung reaksi, gelas ukur, dan label identifikasi.
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah buku identifikasi
tanaman obat, tally sheet, Pereaksi Bouchardart, Pereaksi Salkowsky, Pereaksi
Maeyer, Pereaksi Dragendrorff, Cerium Sulfat (CeSO4) 1%, HCl 10%, H2SO4
10%, FeCl3 1%, Mg-HCL cair, aquades dan metanol.
Prosedur Penelitian
1. Aspek Pengetahuan Lokal
Data primer dikumpulkan dengan teknik observasi atau survei langsung
kelapangan dan melakukan wawancara non formal dengan inform pengenal jenis
tanaman obat khusus yang tumbuh di kawasan HDPB tentang jumlah dan jenis
tumbuhan yang memiliki khasiat obat, bagian tumbuhan yang digunakan, serta
manfaatnya. Sedangkan data sekunder dikumpulkan dengan kajian pustaka
mendukung. Informan kunci yang dipilih dalam penelitian ini adalah pemandu
lapangan lokal, opsir tanaman di HDPB, dan pegawai di HDPB. Data yang
diperoleh dari hasil wawancara bersama informan kunci ditabulasikan dan
dianalisa secara deskriptif.
2. Aspek Keanekaragaman
Pengumpulan data analisis vegetasi tumbuhan obat di lapangan
menggunakan metode sampling plot berbentuk lingkaran, dimana penentuan titik
awal dilakukan dengan secara purpossive sampling yaitu berdasarkan tempat yang
dianggap banyak tanaman obatnya (Soetarhardja, 1997).
Luasan total dari kawasan Hutan Diklat Pondok Buluh adalah 1.272,70 Ha
dengan intensitas sampling sebesar 1 % sehingga luasan penelitian yang akan
dilakukan adalah 12,7 Ha. Sampling plot yang dibuat adalah berbentuk lingkaran
berdiameter 25,2 m dengan luas sebesar 0,05 Ha tiap plotnya. Sehingga jumlah
plot sebanyak 255 plot. Pengamatan tanaman obat dilakukan secara eksploratif
sepanjang jalur pengamatan (PerMenHut, 2006).
Berikut dapat dilihat desain plot yang digunakan dalam penelitian.
Gambar 1. Desain Plot Tumbuhan Obat
L = 0,05 Ha
D = 25,2 m
L = 0,05 Ha
3. Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan formulasi untuk
menghitung besarnya kerapatan (ind/ha), dan frekuensi dari masing-masing
jenis, dengan rumus sebagai berikut:
a. Kerapatan suatu jenis (K)
K =∑Individu suatu jenis Luas plot
b. Kerapatan relatif suatu jenis (KR)
KR = K Suatu jenis
∑K Seluruh jenis X 100%
c. Frekuensi suatu jenis (F)
F =∑plot ditemukan suatu jenis ∑Seluruh plot
d. Frekuensi relatif suatu jenis (FR)
FR = F Suatu jenis
∑F Seluruh jenis x100%
Indriyanto (2006).
Metabolit Sekunder Tumbuhan Obat
Metabolit sekunder tumbuhan obat yang dicari dari referensi adalah jenis
metabolit sekunder seperti alkoloid, flavonoid/tanin, terpen/steroid, dan saponin.
Untuk jenis tumbuhan obat yang baru diketahui identikfikasinya dan tidak ada
referensi yang mendukung tentang jenis metabolit sekundernya, maka akan
dilakukan skrining untuk mengetahui jenis metabolit sekunder dalam tumbuhan
obat tersebut.
Metabolit sekunder mengacu kepada pendeteksian kandungan metabolit
kandungan senyawanya yang tergolong metabolit sekunder yaitu senyawa
alkoloid,flavonoid/tanin, terpen/steroid, dan saponin.
Prosedur pengujian fitokimia yang dilakukan berdasarkan Penuntun
Praktikum Kimia Bahan Alam (2010) adalah sebagai berikut:
a. Pengujian Alkoloid
Sampel diiris halus lalu dimasukkan ke dalam beaker glass sebanyak 10
gram. Selanjutnya direndam dengan HCL 2 N dan dipanaskan di atas pemanas air
selama 2 jam pada suhu 600C. Hasilnya didinginkan dan disaring. Filtrat akan
diujikan sebagai berikut:
• Filtrat sebanyak 3 tetes ditambah dengan 2 tetes pereaksi Meyer. Jika
mengandung senyawa golongan alkoloid maka akan terbentuk endapan
menggumpal berwarna putih kekuningan
• Filtrat sebanyak 3 tetes ditambah dengan 2 tetes pereaksi Dragendorff.
Jika mengandung senyawa golongan alkoloid maka akan terbentuk
endapan berwarna merah bata.
• Filtrat sebanyak 3 tetes ditambah dengan 2 tetes pereaksi Bouchardart.
Jika mengandung senyawa golongan alkoloid maka akan terbentuk
Gambar 2. Skema Pengujian Alkoloid
b. Pengujian Flavono id/Tanin
Sampel diiris halus lalu dikeringkan dalam oven pada suhu 50oC.
Selanjutnya ditimbang sebanyak 2-3 gram, dimasukkan ke dalam beaker glass dan
diekstraksi dengan 20 mL metanol. Ekstrak dapat diekstraksi dalam kondisi panas
maupun dingin kemudian disaring. Filtrat akan diujikan sebagai berikut:
• Filtrat sebanyak 1 tetes ditambah dengan 3 tetes larutan FeCL3 1%. Jika
mengandung senyawa golongan tanin maka akan tampak perubahan warna
larutan menjadi warna hitam.
HCL 2 N Pemanasan 2
Pengendapan Pengendapan Pengendapan
Gambar 3. Skema Pengujian Flavonoid/Tanin
c. Pengujian Terpen/Steroid
Sampel diiris halus lalu dikeringkan dalam oven pada suhu 50oC.
Selanjutnya ditimbang sebanyak 2-3 gram, dimasukkan ke dalam beaker glass dan
diekstraksi dengan 10 mL metanol. Ekstrak dipanaskan selama 15 menit diatas
penangas air kemudian disaring. Filtrat akan diujikan sebagai berikut:
• Filtrat sebanyak 1 tetes ditambah dengan 3 tetes pereaksi Salkowsky. Jika
mengandung senyawa golongan terpen maka akan tampak perubahan
warna larutan menjadi warna merah pekat
• Filtrat ditotolkan ke plat TLC, kemudian difiksasi dengan CeSO4 1%
dalam H2SO4 10%, kemudian plat dipanaskan ke hot plate pada temperatur
1100C. Bila bercak berwarna merah cokelat maka adanya kandungan
senyawa terpen.
Sampel (2-3 gram) Ekstrak Metanol (20 mL)
Penyaringan
Filtrat (1 Tetes)
FeCl3 1% (3 tetes)
Gambar 4. Skema Pengujian Terpen/Steroid
d. Pengujian Saponin
Sampel diekstraksi dengan metanol diatas penangas air. Ekstrak
dimasukkan kedalam tabung reaksi lalu dibiarkan hingga suhu semula. Hasilnya
dikocok selama 2-3 menit kemudian busa yang terbentuk didiamkan selama 1
menit. Selanjutnya dilakukan pengujian busa permanen dengan penambahan 1-3
tetes HCL 10%.
Gambar 5. Skema Pengujian Saponin
Sampel (2-3) Ekstrak Metanol (10 mL)
Penyaringan
Berbuih Dikocok
Sampel (2-3 gram) Ekstrak Metanol (10 mL)
Pemanasan (15 Menit)
Penyaringan Filtrat
Filtrat (1 Tetes) Filtrat (1 Tetes)
Pereaksi H2SO4 (3 Tetes)
CeSO4 1% Dalam H2SO4 10% Ke Plat TLC
HASIL DAN PEMBAHASAN
Aspek Pengetahuan Lokal
Aspek pengetahuan lokal dilakukan untuk mengetahui adanya jenis-jenis
tumbuhan obat pada kawasan Hutan Diklat Pondok Buluh (HPBD). Informan
kunci yang dipilih dalam penelitian ini adalah pemandu lapangan lokal, opsir
tanaman di HDPB, dan pegawai HDPB sebanyak 4 orang. Berikut ini disajikan
tabel jenis-jenis tumbuhan obat yang ditemukan di HDPB.
Tabel 1. Jenis-jenis tumbuhan obat yang ditemukan di Hutan Diklat Pondok Buluh No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Bagian yang
Digunakan
Kegunaan 1 Alang-alang Imperata cylindrica
Rausch.
Poaceae Daun Penambah nafsu makan, obat demam, batuk 2 Andor Pogu Ficus pumila Poaceae Daun Obat sakit mencret, obat
pegal-pegal, obat ambeien
3 Apikson Polygala paniculata
Linn
Vitaceae Daun Penambah tenaga, obat sakit perut, mengganjal rasa lapar, obat malaria, obat diabetes
5 Kemenyan Styrax benzoin Dry. Styraceae Daun, getah Anti bakteri, obat luka, obat gatal pada kulit 6 Kincung Hutan Hornstedtia scyphifera Zingiberaceae Daun Obat diare, batuk, haid
tidak teratur
7 Lengkuas Alpinia galanga Willd. Zingiberaceae Rimpang Obat demam, obat batuk, menghilangkan bau mulut
8 Losa Cinnamomum partenoxylon Jack.)
Lauraceae Daun, kulit batang
Obat nyeri punggung, obat urut
9 Medang Kuning Litsea castanae
Hook.f.
Lauraceae Daun Mandian anak-anak, obat demam
10 Murbei Morus alba Rumph. Moraceae Daun Memperlancar ASI, obat diabetes
Obat bisul, obat luka, menghentikan
pendarahan 12 Pasak Bumi Eurycoma longifolia
Jack
Simaroubaceae Akar, kulit akar, batang
Obat diare, obat demam, pendarahan, menguatkan badan, mengatasi gusi berdarah
13 Pepagan Centella asiatica L.
Urban
Apiaceae Seluruh bagian tanaman
No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Bagian yang Digunakan
Kegunaan 14 Pirdot Saurauia vulcani Actinidiaceae Daun Obat rematik, diabetes 15 Podom-podom Saurophus androgynus
(L.) Merr.
Euphorbiaceae Daun Obat demam, obat bisul,
anti bakteri,
Asteraceae Daun Anti biotik, mengambat pendarahan, antibakteri 17 Sabal Cinnamomum
subavenium
Lauraceae Daun Obat sakit pinggang, obat terkilir
Obat terkilir atau patah tulang, obat rematik Obat mencret, obat luka bakar, obat kumur, bisul, obat sariawan, obat cacing pada anak-anak, obat mabuk
20 Sidaguri Sida rhombifolia Lour. Malvaceae Akar, daun Obat asma, disentri, bisul, kudis, kurap, sakit gigi
21 Simarsihala Melastoma
polyanthum Burm.f.
Melastomataceae Daun Obat mata bengkak, obat batuk anak
22 Sipeol Curcuma heyneana
Valet Van zipp
Zingiberaceae Daun Obat sakit perut, obat cacingan, minyak urut untuk masuk angin 23 Sirih Merah Piper betle Linn. Piperaceae Daun Obat bisul, obat sakit
gigi, diare, batuk,
Campanulaceae Bunga, daun Obat sakit gigi, obat tetes mata katarak, obat luka, asma
25 Vanilli Hutan Vanilla flanifolia Orchidaceae Daun Obat pusing obat mual, insektisida
Hasil dari aspek pengetahuan lokal yang telah dilakukan terhadap
informan kunci bahwa terdapat 25 jenis tumbuhan obat yang ada di kawasan
HDPB. Dimana dari 25 jenis tumbuhan obat tersebut telah dimanfaatkan masyarakat simalungun dalam pengobatan secara tradisional. Biasanya dari setiap
jenis tumbuhan obat yang digunakan berbeda-beda cara penggunannnya, ada yang
dioleskan, direbus, dan ditumbuk. Dari 25 jenis tumbuhan obat yang didapatkan,
Pirdot (Saurauia vulcanii) adalah jenis tumbuhan yang sering dimanfaatkan
masyarakat Simalungun dalam pengobatannya. Jenis ini merupakan tumbuhan
Tabel 1 menunjukkan bahwa terdapat 17 famili dengan 25 jenis tumbuhan
obat yang memiliki manfaat sebagai obat. Famili yang didapatkan antara lain:
Poaceae,
Actinidiaceae, Simaroubaceae, Apiaceae, Euphorbiaceae, Asteraceae,
Melastomataceae, Malvaceae, Piperaceae, Campanulaceae, Orchidaceae. Dari
hasil yang didapatkan famili dengan jenis yang paling banyak dimanfaatkan
adalah Lauraceae dan Zingiberaceace sebanyak 3. Namun famili Lauraceae yang
lebih banyak ditemukan dibandingkan famili Zingiberaceace. Hal ini disebabkan
karena famili Lauraceae mampu beradaptasi dengan baik pada kondisi lahan hutan
tersebut dibandingkan dengan famili jenis lainnya.
Berdasarkan tabel 1, bagian tumbuhan yang banyak digunakan sebagai
obat adalah daun. Hal ini diduga karena pada daun banyak terakumulasi senyawa
metabolit sekunder yang berguna sebagai obat. Kemudian dilihat dari segi
keutuhan dan eksistensi tumbuhan, jumlah daun lebih banyak dari jumlah lainnya.
Sehingga apabila diambil dalam jumlah tertentu tidak begitu berpengaruh
terhadap tumbuhan tersebut. Dan juga dilihat dari segi praktis dan efisiennya,
daun merupakan bagian yang mudah diracik untuk dijadikan sebagai bahan obat.
Deskripsi Tumbuhan Obat yang Ditemukan di Hutan Diklat Pondok Buluh Jenis-jenis tumbuhan obat yang ditemukan dari hasil eksplorasi penelitian
yang telah dilakukan di Hutan Diklat Pondok Buluh (HDPB) ada 25 jenis
tumbuhan obat. Jenis-jenis tumbuhan yang telah ditemukan dari penelitian yang
1. Alang-alang (Imperata cylindrica Rausch.)
Berdasarkan Gambar 6, Alang-alang (Imperata cylindrica Rausch.)
merupakan tumbuhan yang hidup liar pada lahan terbuka atau sedikit terlindungi
dan tumbuh berumpun, memiliki daun pita memanjang, berwarna hijau muda.
Hernani dan Djauhariya (2004) menyatakan Alang-alang merupakan gulma yang
sangat merugikan pada semua tanaman baik tanaman semusim maupun tanaman
tahunan. Tumbuh dari dataran rendah sampai ketinggian 2700 mdpl. Tumbuh
tegak, herba menahun, batang semu, berpelepah, tinggi mencapai 2 m. Daun
berbentuk pita berbulu pendek dan kasar, pinggir daun bergerigi tajam,
pertulangan daun yang sejajar. Alang-alang memiliki kingdom: plantae, divisi:
magnoliophyta, kelas: liliopsida, ordo: poales, famili: poaceae, genus: imperata,
dengan spesies: Imperata cylindrica Rausch.
Masyarakat simalungun menggunakan daun Alang-alang sebagai
penambah nafsu makan, obat demam, batuk, dan mimisan. Menurut Hernani dan
Djauhariya (2004) metabolit sekunder pada daun Alang-alang (Imperata
cylindrica Rausch.) adalah senyawa golongan alkoloid, flavonoid, terpen/steroid.
Karakteristik tumbuhan Alang-alang dapat dilihat pada Gambar 6.
2. Andor Pogu (Ficus pumila)
Berdasarkan Gambar 7, Andor Pogu (Ficus pumila) merupakan tumbuhan
herba yang batangnya merayap/memanjat, daun berbentuk jantung atau bulat
telur. Tumbuh dibawah naungan dan semak, dan bergetah putih. Rijai (2013)
menyatakan bahwa Andor Pogu berhabitus semak, epifit panjang 2-5 m. Daunnya
tunggal, berseling, berbentuk bulat, berwarna hijau, dan ujung runcing. Andor
Pogu memiliki kingdom: plantae, divisi: magnliophyta, kelas: magnoliopsida,
ordo: urticales, famili: moraceae, genus: ficus, dengan spesies: Ficus pumila.
Hasil skrining metabolit sekunder yang telah dilakukan bahwa kandungan
kimia pada Andor Pogu (Ficus pumila) adalah senyawa golongan tanin,
terpen/steroid, saponin. Dimana khasiat Andor Pogu menurut masyarakat
simalungun adalah sebagai obat sakit mencret, obat pegal-pegal, dan obat
ambeien. Karakteristik tumbuhan Andor Pogu dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Andor Pogu (Ficus pumila)
3. Apikson (Polygala paniculata Linn)
Berdasarkan Gambar 8, Apikson (Polygala paniculata Linn) merupakan
tumbuhan berbau balsem sehingga dinamakan tumbuhan apikson oleh masyarakat
di Simalungun, tumbuh pada daerah terbuka dan terdapat cahaya. Sutomo (2012)
dan akan mati setelah mencapai dewasa selama 4-5 bulan. Bentuk daunnya lanset,
ujung daun runcing, berwarna hijau cerah. Perbungaan terletak di ujung,
berbentuk tandan. Apikson memiliki kingdom: plantae, divisi: magnoliophyta,
kelas: magnoliopsida, ordo: polygalales, famili:
spesies: polygala paniculata L.
Apikson berkhasiat sebagai antibakteri dan aromaterapi mandian menurut
masyarakat simalungun. Menurut Rijai (2013) metabolit sekunder pada Apikson
adalah senyawa golongan tanin, alkoloid, saponin, steroid, flavanoid.
Karakteristik tumbuhan Apikson dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Apikson (Polygala paniculata Linn)
4. Gagatan Harimau (Vitis quadrangular Wall.)
Berdasarkan Gambar 9, Gagatan Harimau (Vitis quadrangular Wall.)
merupakan tumbuhan semak menjalar yang hidup pada daerah yang lembab,
permukaan berbulu, daun berwarna hijau. Ambri (2015) menyatakan bahwa
Gagatan Harimau terdapat pada hutan primer, batang bulat beralur, permukaan
berbulu. Memiliki bentuk daun bulat, meruncing pada bagian ujung, letak
berhadapan, pangkal daun seperti hati dengan tepi bergerigi, pertulangan menjari,
permukaan berbulu. Gagatan Harimau memiliki kingdom: plantae, divisi:
magnoliophyta, kelas: magnoliopsida, ordo: vitals, famili: vitaceae, genus: vitis,
Masyarakat Simalungun memanfaatkan daun Gagatan Harimau sebagai
penambah tenaga, obat sakit perut, mengganjal rasa lapar, obat malaria, dan obat
diabetes. Menurut Khare (2007) metabolit sekunder pada Gagatan Harimau
(Vitis quadrangular Wall.) adalah senyawa golongan steroid/terpenoid.
Karakteristik tumbuhan Gagatan Harimau dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9. Gagatan Harimau (Vitis quadrangular Wall.
5. Kemenyan (Styrax benzoin Dry.)
Berdasarkan Gambar 10, Kemenyan (Styrax benzoin Dry.) merupakan
pohon yang berbatang tegak, bulat, berkayu, dan menghasilkan getah. Kemenyan
bisa tumbuh di bawah naungan, dan hidup tersebar. Daun tunggal, berseling, dan
berwarna hijau. Ambril (2015) menyatakan Kemenyan merupakan pohon yang
hidup pada daerah hutan primer maupun sekunder, dapat hidup pada ketinggian
600-1000 mdpl. Memiliki daun berbentuk bulat telur, permukaan licin, memiliki
batang berwarna cokelat. Tingginya mencapai 18 m dengan diameter 35 cm.
Batangnya tegak, bulat, berkayu, dan berwarna cokelat. Kemenyan berdaun
majemuk berwarna hijau, berbentuk bulat telur, tepi daun rata dan ujung
meruncing. Kemenyan memmiliki kingdom: plantae, divisi: spermatophyte, kelas:
dicotyledoneae, ordo: ebenales, famili: styraceae, genus: styrax, dengan spesies:
Masyarakat Simalungun biasanya memanfaatkan daun Kemenyan sebagai
anti bakteri, obat luka, dan obat gatal pada kulit. Sedangkan getahnya digunakan
sebagai dupa yang dibakar pada saat mengikuti ritual-ritual baik personal maupun
umum. Menurut Hutapea (1994) metabolit sekunder pada daun Kemenyan adalah
senyawa golongan saponin dan flavonoid. Sedangkan metabolit sekunder dari
getah Kemenyan menurut Arbi (2010) adalah senyawa golongan alkoloid,
saponin, flavonoid, tanin dan terpenoid/steroid. Karakteristik tumbuhan
Kemenyan dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Kemenyan (Styrax benzoin Dry.)
6. Kincung Hutan (Hornstedtia scyphifera)
Berdasarkan Gambar 11, Kincung Hutan (Hornstedtia scyphifera)
merupakan herba yang tumbuh pada daerah yang lembab dan sedikit terbuka.
Hidup berumpun dengan batang merah coklat, daun hijau, dan permukaan licin.
Maulana (2012) menyatakan bahwa Kincung Hutan hidup di ketinggian
1200-1300 mdpl, hidup pada terestial dan terdapat di daerah yang cukup cahaya. Tinggi
±273 cm. Kincung Hutan memiliki kingdom: plantae, divisi: magnoliophyta,
kelas: liliopsida, ordo: zingiberales, famili: zingiberaceae, genus: hornstedtia,
Daun Kincung Hutan digunakan oleh masyarakat simalungun sebagai obat
diare, obat batuk, dan haid tidak teratur. Menurut Maulana (2012) metabolit
sekunder pada Kincung Hutan (Hornstedtia scyphifera) adalah senyawa golongan
saponin. Karakteristik tumbuhan Kincung Hutan dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11. Kincung Hutan (Hornstedtia scyphifera)
7. Lengkuas (Alpinia galanga Willd.)
Berdasarkan Gambar 12, Lengkuas (Alpinia galanga Willd.) merupakan
jenis yang tumbuh liar di hutan, semak-belukar yang sedikit terlindungi. Hidup
berumpun, kulit mengilap, beraroma khas. Daun tunggal berwarna hijau, dan
memiliki rimpang berwarna merah. Dalimartha (2009) menyatakan bahwa
Lengkuas tumbuh di tempat terbuka dan sering ditanam di pekarangan. Tumbuh
dari dataran rendah sampai ketinggian 1200 mdpl. Lengkuas tumbuh tegak,
berbatang semu dari pelapah daun yang menyatu berwarna hijau keputihan. Daun
tunggal bertangkai pendek, tepi rata, pertulangan menyirip, Rimpang merayap,
berdaging, kulit mengilap, beraroma khas, berwarna merah atau kuning pucat.
Lengkuas memiliki kingdom: plantae, divisi: magnoliophyta, kelas: liliopsida,
ordo: zingiberales, famili: zingiberaceae, genus: alpinia, dengan spesies: Alpinia
Masyarakat Simalungun memanfaatkan rimpang Lengkuas sebagai obat
demam, batuk, dan menghilangakan bau mulut. Menurut Dalimartha (2009)
metabolit sekunder pada rimpang lengkuasm (Alpinia galanga Willd.) adalah
senyawa golongan flavonoid. Karakteristik tumbuhan Lengkuas dapat dilihat pada
Gambar 12.
Gambar 12. Lengkuas (Alpinia galanga Willd.)
8. Losa (Cinnamomum partenoxylon Jack.)
Berdasarkan Gambar 13, Losa (Cinnamomum partenoxylon Jack.)
merupakan jenis pohon berkayu, batang berwarna coklat kemerahan. Tumbuh
pada daerah yang lembab dan terkena cukup sinar matahari. Memiliki aromatik
pada daun dan batang. JICA 1996 dalam Sein dan Mitlöhn er (2011) menyatakan
bahwa Losa merupakan tumbuhan yang mampu mencapai ketinggian 30 m,
percabangan simpodial, kayunya berbau harum, permukaan kasar, berwarna
coklat. Tipe daun tunggal, berseling, bentuk oval sampai lonjong, ujung
meruncing, tepi rata, pertulangan daun melengkung, mengkilat, warna hijau. Losa
memliki kingdom: plantae, divisi: spermatophyta, kelas: dikotil, ordo:
ranunculales, famili: lauraceae, genus: cinnamomum, dengan spesies:
Masyarakat simalungun memanfaatkan daun dan kulit batang Losa untuk
mengobati nyeri punggung, dan obat urut. Menurut JICA (1996) dalam Sein dan
Mitlöhner (2011) metabolit sekunder pada daun dan kulit batang Losa adalah
senyawa golongan saponin, flavonoid. Sedangkan kayunya rnengandung tanin.
Karakteristik tumbuhan Losa dapat dilihat pada Gambar 13.
Gambar 13. Losa (Cinnamomum partenoxylon Jack.)
9. Medang Kuning (Litsea castanae Hook.f.)
Berdasarkan Gambar 14, Medang Kuning (Litsea castanae Hook.f.)
merupakan jenis pohon yang tumbuh tegak dan tidak berbanir. Tumbuuh pada
daerah yang terdapat cukup cahaya matahari. Daun berwarna hijau kekuningan.
Memiliki aroma pada daun. Hutauruk (2014) menyatakan bahwa Medang Kuning
merupakan jenis pohon yang besar hingga mencapai 41 m dan diameter batang 87
m. Daun oppisite, berbentuk oval, permukaan daun berbulu, jaringan retikular
mencolok dari venasi tersier. Medang Kuning memiliki kingdom: plantae, divisi:
manoliophita, kelas: magnoliopsida, ordo: laurales, famili: lauraceae, genus:
litsea, dengan spesies: Litsea castanae Hook.f.
Masyarakat Simalungun biasanya memanfaatkan daun Medang Kuning
untuk mandian anak-anak, obat demam. Menurut Hutauruk (2014) metabolit
terpenoid, Saponin, dan Tanin. Karakteristik tumbuhan Medang Kuning dapat
dilihat pada Gambar 14.
Gambar 14. Medang Kuning (Litsea castanae Hook.f.)
10.Murbei (Morus alba Rumph.)
Berdasarkan Gambar 15, Murbei (Morus indica Rumph.) merupakan
tumbuhan yang banyak tumbuh daerah-daerah yang keadaannya sejuk.
Mempunyai batang berkayu dan daun berwarna hijau kecokelatan. Kartasapoetra
(1992) menyatakan bahwa tumbuhan Murbei memiliki tinggi bisa mencapai 10 m.
Helai daun berbentuk bulat telur, ujungnya runcing, sedangkan pangkal daun juga
runcing tetapi agak membulat, tepi-tepi daunnya bergerigi, dan berwarna hijau
sampai hijau kecokelatan. Murbei memiliki kingdom: plantae, divisi:
spermatophyte, kelas: magnoliopsida, ordo: Rosales, famili: moraceae, genus:
morus, dengan spesies: Morus alba Rumph.
Masyarakat Simalungun memanfaatkan daun Murbei untuk memperlancar
ASI, dan obat diabetes. Menurut Kartasapoetra (1992) metabolit sekunder pada
daun Murbei adalah senyawa golongan flavonoid. Dimana daun Murbei
berkhasiat sebagai bahan bakal obat diuretika, dan obat diabetes. Karakteristik
Gambar 15. Murbei (Morus indica Rumph.)
11.Pakis Besar/Tanggiang (Cibotium barometz J. Sm.)
Berdasarkan Gambar 16, Pakis Besar/Tanggiang (Cibotium barometz J.
Sm.) merupakan tumbuhan paku yang tumbuh liar di tepi tebing, lereng bukit,
jurang, dan tempat-tempat rindang lain, dan biasanya tumbuh pada daerah yang
banyak terdapat sinar matahari. Dalimartha (2008) menyatakan bahwa Pakis
Besar/Tanggiang memiliki tinggi 2,5-3 m, batang kuat, pada batang dan tangkai
daun ditumbuhi rambut berwarna kuning emas. Daun bertangkai panjang, letak
berseling, dan pangkal berambut warna kuning. ujung runcing, tepi bergerigi.
Permukaan atas berwarna hijau tua, sedangkan permukaan bawah abu-abu muda.
Pakis Besar/Tanggiang memiliki kingdom: plantae, divisi: magnoliophyta, kelas:
magnoliopsida, ordo: ericales, famili: actinidiaceae, genus: cibotium, dengan
spesies: Cibotium barometz J. Sm.
Batang dan rimpang Pakis Besar/Tanggiang dimanfaatkan masyarakat
Simalungun sebagai obat bisul, obat luka, dan menghentikan pendarahan.
Menurut Dalimartha (2008) metabolit sekunder pada batang Pakis
Besar/Tanggiang adalah senyawa golongan tanin. Karakteristik tumbuhan Pakis
Gambar 16. Pakis Besar/Tanggiang (Cibotium barometz J. Sm.)
12.Pasak Bumi (Eurycoma longifolia Jack)
Berdasarkan Gambar 17, Pasak Bumi (Eurycoma longifolia Jack)
merupakan tumbuhan perdu yang dijumpai pada daerah-daerah pungggung bukit
atau daerah berlereng. Bisa tumbuh pada daerah naungan dan terdapat sedikit
cahaya matahari. Hariana (2004) menyatakan bahwa Pasak Bumi adalah salah
satu jenis tumbuhan obat yang merupakan tumbuhan asli Indonesia. Ditemukan
sampai ketinggian tempat 1000 mdpl. Pasak Bumi merupakan tumbuhan perdu
atau pohon kecil yang tingginya dapat mencapai 20 m. Daun Pasak Bumi
berbentuk lanset dengan tepi rata. Bunga berwarna merah berbentuk malai dan
berbulu. Pasak Bumi memiliki kingdom: plantae, divisi: magnoliophyta, kelas:
magnoliopsida, ordo: sapindales, famili: simaroubaceae, genus: eurycoma, dengan
spesies: Eurycoma longifolia Jack.
Masyarakat Simalungun menggunakan akar, kulit akar, dan batang Pasak
Bumi dalam mengobati diare, demam, pendarahan, anti malaria menguatkan
badan, dan mengatasi gusi berdarah. Menurut Hadad dan Taryono (1998)
metabolit sekunder pada akar Pasak Bumi (Eurycoma longifolia Jack) adalah
senyawa golongan alkoloid, tanin, dan saponin. Karakteristik tumbuhan Pasak
Gambar 17. Pasak Bumi (Eurycoma longifolia Jack)
13.Pegagan (Centella asiatica L. Urban)
Berdasarkan Gambar 18, Pegagan (Centella asiatica L. Urban) merupakan
tumbuh menjalar di tempat terbuka atau agak terlindungi seperti di tepi saluran
air, dan pinggiran hutan. Tidak memiliki batang, dan daun berwarna hijau. Ambri
(2015) menyatakan bahwa pegagan merupakan tumbuhan tahunan yang tumbuh
menjalar dan tumbuh bagus di tanah agak lembab yang terbuka atau agak
ternaungi. Tumbuh di dataran rendah sampai dengan ketinggian 2500 mdpl. Tidak
berbatang, mempunyai rimpang pendek. Helaian daun berbentuk ginjal, tepi daun
bergerigi, agak berbulu, daun tunggal dan bertangkai panjang. Pegagan memiliki
kingdom: plantae, divisi: magnoliophyta, kelas: magnoliopsida, ordo: apiales,
famili: apiaceae, genus: centella, dengan spesies: Centella asiatica L. Urban.
Pegagan dimanfaatkan masyarakat Simalungun untuk obat darah tinggi,
obat bisul, obat luka bakar, mimisan, demam, dan penambah nafsu makan.
Menurut Hernani dan Djauhariya (2004) metabolit sekunder pada daun Pegagan
adalah senyawa golongan alkoloid, tanin, dan steroid. Karakteristik tumbuhan
Gambar 18. Pagagan (Centella asiatica L. Urban)
14.Pirdot (Saurauia vulcani)
Berdasarkan Gambar 19, Pirdot (Saurauia vulcani) merupakan suatu jenis
pohon yang tumbuh di hutan dekat aliran air atau di tempat lembab. Batang
berkayu berbentuk bulat. Daun berwarna hijau kecokelatan. Sitorus (2015)
menyatakan bahwa Pirdot tumbuh pada daerah ketinggian 500-1500 mdpl,
permukaan kayu kasar dan terdapat bercak putih, bercabang banyak dengan arah
cabang mendatar. Daun tunggal, berukuran lebar, tulang daun menyirip, bagian
atas daun runcing, bagian bawah daun membulat, tepi daun bergerigi. Buah
berbentuk bulat, berukuran kecil, letak di ketiak daun, berwarna hiaju dan di
dalam buah berisi lendir bening dengan biji-biji kecil. Pirdot memiliki kingdom:
plantae, divisi: magnoliophyta, kelas: magnoliopsida, ordo: ericales, famili:
actinidiaceae, genus: saurauia, dengan spesies: Saurauia vulcani.
Masyarakat Simalungun memanfaatkan daun Pirdot sebagai obat diabetes,
dan obat rematik. Menurut Manurung (2016) metabolit sekunder pada daun Pirdot
(Saurauia vulcani) adalah senyawa golongan terpen, flavonoid, dan alkoloid.
Gambar 19. Pirdot (Saurauia vulcani)
15.Podom-podom (Saurophus androgynus (L.) Merr.)
Berdasarkan Gambar 20, Podom-podom (Saurophus androgynus (L.)
Merr.) merupakan perdu dengan batang berkayu. Tumbuhan ini habitatnya sering
dijumpai pada daerah terbuka dan terdapat cahaya matahari. Memiliki daun
berwarna hiaju muda. Munawwarah (2012) menyatakan Podom-podom memiliki
batang berkayu, bulat, tegak, dengan tinggi 2-5 m. Daun majemuk, ujung daun
runcing, pangkal tumpul, tepi rata, pertulangan menyirip, dan berwarna hijau.
Bunga majemuk berada di ketiak daun, mahkota bulat telur, dan berwarna ungu.
Podom-podom memiliki kingdom: plantae, divisi: magnoliophyta, kelas:
magnoliopsida, ordo: euphorbiales, famili: euphorbiaceae, genus: saurophus,
dengan spesies: Saurophus androgynus (L.) Merr.
Hasil skrining metabolit sekunder yang telah dilakuakan bahwa metabolit
sekunder pada daun Podom-podom (Saurophus androgynus (L.) Merr.) adalah
senyawa golongan tanin dan terpen/steroid. Dimana daun Podom-podom
berkhasiat sebagai obat demam, obat bisul, antibakteri, dan memperlancar ASI.
Gambar 20. Podom-podom (Saurophus androgynus (L.) Merr.)
16.Putihan/Rudang-rudang (Eupatorium odoratum Linn.)
Berdasarkan Gambar 21, Putihan/Rudang-rudang (Eupatorium odoratum
Linn.) merupakan tumbuhan yang hidup sebagai semak atau herba yang terdapat
pada daerah terbuka dan terdapat cukup cahaya matahari. Habitatnya banyak
dijumpai di sepanjang pinggiran hutan. Ambri (2015) menyatakan bahwa Putihan
memiliki batang bulat dengan tinggi maksimum 5-6 m, licin, dan berwarna hijau.
Daun majemuk, letak berhadapan dan berselang-seling, daun bentuk elips,
pangkal dan ujung daun runcing tetapi bergerigi, pertulangan menyirip, warna
hijau. Bunga majemuk dan berwarna putih. Putihan memiliki kingdom: plantae,
divisi: magnoliophyta, kelas: magnoliopsida, ordo: asterales, famili: asteraceae,
genus: eupatorium, dengan spesies: Eupatorium odoratum Linn.
Daun Putihan/Rudang-rudang dimanfaatkan masyarakat Simalungun
untuk menghambat pendarahan, anti biotik, dan anti bakteri. Menurut Purwati
(2009) metabolit sekunder pada daun Putihan/Rudang-rudang (Eupatorium
odoratum Linn.) adalah senyawa golongan flavonoid. Karakteristik tumbuhan
Gambar 21. Putihan (Eupatorium odoratum Linn.)
17.Sabal (Cinnamomum subavenium)
Berdasarkan Gambar 22, Sabal (Cinnamomum subavenium) merupakan
jenis pohon, batang berkayu, tumbuh di daerah yang terdapat cahaya, dan habitat
menyebar. Gui (1994) menyatakan bahwa Sabal tumbuh pada wilayah ketinggian
500-1500 mdpl, memiliki tinggi bisa mencapai 20 - 30 m dengan diameter batang
sampai 50 cm. Kulit batang halus dan berwarna abu-abu. Daun berwarna hijau
tua, berbentuk bulat panjang atau bulat telur-elips. Sabal memiliki kingdom:
plantae, divisi: spermatophyte, kelas: dikotil, ordo: ranunculales, famili: lauraceae,
genus: cinnamomum, dengan spesies: Cinnamomum subavenium.
Masyarakat Simalungun memanfaatkan daun Sabal untuk obat sakit
pinggang, dan obat terkilir. Menurut Zhao dan Ma (2016) metabolit sekunder pada
daun Sabal (Cinnamomum subavenium) adalah senyawa golongan terpen dan
flavonoid. Karakteristik tumbuhan Sabal dapat dilihat pada Gambar 22.
18.Sambung Nyawa (Gynura procumbens Beck.)
Berdasarkan Gambar 23, Sambung Nyawa (Gynura procumbens Beck.)
merupakan tumbuhan yang tumbuh pada semak belukar dengan daerah yang
terdapat banyak cahaya matahari. Batang dan daun berwarna hijau.
Winarto (2003) menyatakan bahwa Sambung Nyawa berada di hutan belantara,
termasuk semak belukar. Hidupnya pada ketinggian 1-1200 mdpl. Namun akan
tumbuh baik pada ketinggian 300-500 mdpl. Berbatang lunak dan berpenampang
bulat dan berwarna ungu kehijauan. Berdaun tunggal, berwarna hjau, letak
berseling, serta pertulangan menyirip. Sambung Nyawa memiliki kingdom:
plantae, divisi: spermatophyta, kelas: magnoliopsida, ordo: asterales, famili:
asteraceae, genus: gynura , dengan spesies: Gynura procumbens Beck.
Daun Sambung Nyawa digunakan masyarakat simalungun sebagai obat
terkilir atau patah tulang, dan obat rematik. Menurut Winarto (2003) metabolit
sekunder pada daun Sambung Nyawa (Gynura procumbens Beck.) adalah
senyawa golongan flavonoid, saponin, tanin, dan terpen/steroid. Karakteristik
tumbuhan Sambun g Nyawa dapat dilihat pada Gambar 23.
Gambar 23. Sambung Nyawa (Gynura procumbens Beck.)
19.Senduduk (Melastoma malabathricum Linn.)
Berdasarkan Gambar 24, Senduduk (Melastoma malabathricum Linn.)
memiliki daun berwarna hijau dan berbulu, bunga berwarna ungu. Ambri (2015)
menyatakan bahwa Senduduk tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian 2000
mdpl, memiliki tinggi 1-2 m, banyak bercabang, dan berbulu. Daun tunggal,
bertangkai, bentuk daun loncong dengan ujung lancip, pangkal membulat, tepi
rata, warna hijau. Bunga majemuk berwarna ungu kemerahan. Buah berwarna
ungu tua kemerahan. Buahnya dapat dimakan dan daun mudanya bisa dimakan
sebagai lalapan atau sayur. Senduduk memiliki kingdom: plantae, divisi:
magnoliophyta, kelas: magnoliopsida, ordo: myrtales, famili: melastomataceae,
genus: melastoma, dengan spesies: Melastoma malabathricum Linn.
Daun Senduduk dimanfaatkan masyarakat Simalungun untuk mengobati
mencret, keputihan, mabuk karena minum alkohol, obat kumur, obat cacing pada
anak-anak, bisul, luka bakar, dan obat sariawan. Menurut Hernani dan Djauhariya
(2004) metabolit sekunder pada daun Senduduk (Melastoma malabathricum
Linn.) adalah senyawa golongan tanin dan saponin. Karakteristik tumbuhan
Senduduk dapat dilihat pada Gambar 24.
Gambar 24. Senduduk (Melastoma malabathricum Linn.)
20.Sidaguri (Sida rhombifolia Lour.)
Berdasarkan Gambar 25, Sidaguri (Sida rhombifolia Lour.) merupakan
tumbuhan liar yang berhabitat di tepi jalan, pinggiran hutan, dan tempat-tempat
menyatakan bahwa Sidaguri tumbuh tersebar pada daerah tropis di seluruh dunia
dari dataran rendah sampai 1.450 mdpl. Perdu tegak bercabang ini tingginya dapat
mencapai 2 m dengan cabang kecil berambut rapat. Daun tunggal letak berseling,
bentuk lanset, tepi bergerigi, ujung runcing. Bunga tunggal berwarna kuning cerah
yang keluar dari ketiak daun. Sidaguri memiliki kingdom: plantae, divisi:
magnoliophyta, kelas: magnoliopsida, ordo: malvales, famili: malvaceae, genus:
sida, dengan spesies: Sida rhombifolia Lour.
Akar dan daun Sidaguri berkhasiat sebagai obat disentri, sakit gigi, bisul,
kudis, dan kurap yang dimanfaatkan oleh masyarakat Simalungun. Menurut
Hernani dan Djauhariya (2004) kandungan kimia pada akar dan daun Sidaguri
adalah senyawa golongan alkoloid, tanin, flavonoid, dan saponin. Karakteristik
tumbuhan sidaguri dapat dilihat pada Gambar 25.
Gambar 25. Sidaguri (Sida rhombifolia Lour.)
21.Simarsihala (Melastoma polyanthum Burm.f. )
Berdasarkan Gambar 26, Simarsihala (Melastoma polyanthum Burm.f. )
merupakan jenis tumbuhan bawah yang ditemukan di Hutan Diklat Pondok
Buluh. Tumbuhan ini tumbuh di lokasi yang cukup mendapat sinar matahari.
Daun majemuk, berwarna hijau. Tipe perakaran tumbuhan ini adalah tipe akar
dicotyledoneae, ordo: myrales, famili: melastomataceae, genus: melastoma,
dengan spesies: Melastoma polyanthum Burm.f.
Hasil skrining metabolit sekunder yang telah dilakuakan bahwa metabolit
sekunder pada daun Simarsihala (Melastoma polyanthum Burm.f.) adalah
senyawa golongan terpen/steroid. Dimana daun Simarsihala berkhasiat sebagai
obat mata bengkak, obat batuk anak, dan dimanfaatkan oleh masyarakat
Simalungun. Karakteristik tumbuhan Simarsihala dapat dilihat pada Gambar 26.
Gambar 26. Simarsihala (Melastoma polyanthum Burm.f.)
22.Sipeol/Sisangkit (Curcuma heyneana Val et. Van zipp)
Berdasarkan Gambar 27, Sipeol/Sisangkit (Curcuma heyneana Val et. Van
zipp) merupakan salah satu jenis herba yang ditemukan di Hutan Diklat Pondok
Buluh. Tumbuhan ini tumbuh di daerah lembab dan dibawah naungan. Memiliki
batang yang lembek dan berbuluh halus. Sihotang (2015) menyatakan bahwa
Sipeol berhabitat di tanah lembab baik di dataran rendah maupun di dataran tinggi
yang merupakan spesies lahan basah fakultatif dengan tinggi mencapai 1 m.
Seluruh daun berwarnaa hijau, daun lancip. Perbungaan keluar dari samping
batang semu. Sipeol/Sisangkit memiliki kingdom: plantae, divisi: magnoliophyta,
kelas: liliopsida, ordo: zingiberales, famili: zingiberaceae, genus: curcuma,
dengan spesies: Curcuma heyneana Val et. Van zipp.
Hasil skrining metabolit sekunder yang telah dilakukan bahwa metabolit
adalah senyawa golongan terpen/steroid. Dimana daun Sipeol/Sisangkit berkhasiat
sebagai obat sakit perut, obat cacingan, minyak urut untuk masuk angin, dan telah
banyak dimanfaatkan masyarakat simalungun. Karakteristik tumbuhan
Sipeol/Sisangkit dapat dilihat pada Gambar 27.
Gambar 27. Sipeol/Sisangkit (Curcuma heyneana Val et. Van zipp)
23.Sirih Merah (Piper ornatum N)
Berdasarkan Gambar 28,Sirih Merah (Piper ornatum N) merupakan suatu
jenis tanaman semak dan perdu yang tumbuh merambat atau menjalar dan
bersandar pada batang pohon lain. Habitatnya berada dibawah naungan.
Sianturi (2015) menyatakan bahwa Sirih Merah dapat menjalar mencapai 5-15 m.
Batang sirih berkayu lunak, berbentuk bulat, beruas-ruas, berwarna merah. Daun
berbentuk bulat-telur, daun bagian atas berwarna merah keperakan sedangkan
daun bagian belakang berwana merah. Sirih Merah memiliki kingdom: plantae,
divisi: spermatophyte, kelas: dicotyledonae, ordo: piperales, famili: piperaceae,
genus: piper, spesies: Piper ornatum N.
Masyarakat Simalungun memanfaatkan daun Sirih Merah sebagai obat
bisul, mimisan, batuk, mata gatal, keputihan, obat sakit gigi, dan diare. Menurut
Sudewo (2005) dalam Sianturi (2015) metabolit sekunder pada daun Sirih Merah
(Piper ornatum N.) adalah senyawa golongan flavonoid, alkoloid, dan tanin.
Gambar 28. Sirih Merah (Piper ornatum N)
24.Tolod/Mata Kucing (Leurentia longiflora (L.) Peterm.)
Berdasarkan Gambar 29, Tolod/Mata Kucing (Leurentia longiflora (L.)
Peterm.) merupakan tumbuhan liar di lahan terbuka, tanah yang lembab, pinggiran
hutan, dan sela-sela batu. Memiliki daun berwarna hijau dan bunga berwarna
putih. Hernani dan Djauhariya (2004) menyatakan bahwa Tolod/Mata Kucing
merupakan gulma pada tanaman tahunan. dapat tumbuh di dataran rendah sampai
ketinggian 1100 mdpl. Daun tidak bertangkai, helaian daun berbulu, bentuk
lonjong. Bunga tunggal, bergetah putih, tumbuh dari ketiak daun, mahkota bunga
bentuk bintang tegak, dan berwarna putih. Tolod memiliki kingdom: plantae,
divisi: magnoliophyta, kelas: magnoliopsida, ordo: campanulales, famili:
campanulaceae, genus: leurentia, dengan spesies: Leurentia longiflora (L.)
Peterm.
Masyarakat Simalungun memanfaatkan daun Tolod/Mata Kucing untuk
obat luka, obat sakit gigi, dan asma. Sedangkan bungany dimanfaatkan untuk obat
tetes mata katarak. Menurut Dalimartha (2008) metabolit sekunder pada
Tolod/Mata Kucing (Leurentia longiflora (L.) Peterm.) adalah senyawa golongan
alkoloid, saponin dan flavonoid. Karakteristik tumbuhan Tolod/Mata Kucing
Gambar 29. Tolod/Mata Kucing (Leurentia longiflora (L.) Peterm.)
25.Vanilli Hutan (Vanilla flanifolia)
Berdasarkan Gambar 30, Vanilli Hutan (Vanilla flanifolia) merupakan
tumbuhan memanjat pada tumbuhan lain, habitat berada di bawah naungan dan
lembab. Hasanah dan Hapsoh (2011) menyatakan Vanilli Hutan merupakan
tanaman tahunan, merambat, semi-epifit. Batang vanili berbuku-buku, permukaan
licin. Daun tumbuh dari setiap buku tumbuh daun secar berselang-seling. Bunga
keluar dari ketiak berwarna hijau kekuningan. Vanilli Hutan memiliki kingdom:
plantae, divisi: spermatophyte, kelas: monocotylodenae, ordo: orchidales, famili:
orchidaceae, genus: vanilla, dengan spesies: Vanilla flanifolia.
Daun Vanilli Hutan dimanfaatkan masyarakat simalungun sebagai obat
pusing, obat mual, dan bahan insektisida. Menurut Hasanah dan Hapsoh (2011)
metabolit sekunder pada daun Vanilli Hutan (Vanilla flanifolia) adalah senyawa
golongan saponin. Karakteristik tumbuhan Vanilli Hutan dapat dilihat pada
Gambar 30.
Tingkat Keanekaragaman Tumbuhan Obat di Kawasan Hutan Diklat Pondok Buluh
Tumbuhan obat yang ditemukan di Hutan Diklat Pondok Buluh (HDPB)
ada 25 jenis tumbuhan obat. Data analisis keanekaragaman tumbuhan obat dapat
dilihat dalam Tabel 2 berikut ini:
Tabel 2. Analisis Tumbuhan Obat di Kawasan Hutan Diklat Pondok Buluh
Komposisi tumbuhan obat yang dijumpai sebanyak 4534 dan jenis paling
banyak ditemukan adalah Sabal (Cinnamomum subavenium) sebanyak 1062
individu yang ditemukan di lapangan yaitu tumbuh menyebar. Jenis yang paling
sedikit ditemukan adalah Sambun g Nyawa (Gynura procumbens Beck.) sebanyak
3 individu. Hal ini dikarenakan syarat tumbuh jenis tumbuhan berbeda antar jenis.
Nilai Kerapatan Relatif (KR) tumbuhan obat di HDPB yang memiliki
kelimpahan jenis tertinggi ditunjukkan pada tabel 2 adalah jenis Sabal
(Cinnamomum subavenium) dengan nilai sebesar 23.423%. Nilai ini menunjukkan
bahwa jenis Sabal (Cinnamomum subavenium) banyak tumbuh di HDPB karena
dapat beradaptasi dengan baik pada kondisi lahan hutan tersebut. Sedangkan Nilai
Kerapatan Relatif (KR) terendah ditunjukkan pada tabel 2 adalah jenis Sambung
Nyawa (Gynura procumbens Beck.) dengan nilai sebesar 0.066%. Nilai ini
menunjukkan bahwa jenis Sambung Nyawa (Gynura procumbens Beck.) sedikit
tumbuh dan jarang di temukan di HDPB. Beragamnya nilai KR dapat disebabkan
oleh kondisi hutan yang memiliki beragam kondisi lingkungan sehingga
jenis-jenis tertentu yang mampu beradaptasi cenderung banyak yang tumbuh dan
tersebar luas, serta tingginya kemampuan spesies tersebut dalam berkompetisi
dengan spesies lain dalam memperoleh unsur hara dan cahaya untuk
pertumbuhannya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Soerianegara dan Indrawan
(1978) dalam Ambri (2015) menyatakan bahwa jenis-jenis yang dominan tersebut
diduga memiliki batas toleransi yang lebih besar dibandingkan dengan jenis lain
dan mampu beradaptasi dengan lingkungan sehingga dapat mengalahkan jenis
lainnya dalam kompetisi memperoleh unsur-unsur pendukung dalam
pertumbuhannya seperti: unsur hara, cahaya matahari, dan air.
Nilai Frekuensi Relatif (FR) tumbuhan obat di HDPB yang memiliki
kelimpahan jenis tertinggi ditunjukkan pada tabel 2 adalah jenis Sabal
(Cinnamomum subavenium) dengan nilai sebesar 15.272%. Nilai ini menunjukkan
bahwa jenis Sabal dominan tumbuh dan penyebarannya paling luas di HDPB.
Sedangkan Nilai Frekuensi Relatif (FR) terendah ditunjukkan pada tabel 2 adalah
sifat tumbuhnya mudah mati dan sulitnya mendapatkan anakan yang mampu
berkompetensi dengan jenis lain. Sehingga memiliki frekuensi relatif yang lebih
sedikit dibandingkan dengan jenis lain.
Metabolit Sekunder Tumbuhan Obat di Hutan Diklat Pondok Buluh
Berdasarkan dari referensi, dari 25 jenis tumbuhan obat yang ditemukan di
HDPB hanya 21 jenis yang sudah ada referensi yang telah melakukan penelitian
kandungan metabolit sekunder terhadap jenis tumbuhan obat tersebut. Sedangkan
4 jenis tumbuhan yang belum ada referensinya dilakukan uji skrining metabolit
sekunder yaitu pada jenis Andor Pogu, Podom-podom, Simarsihala, dan Sipeol.
Kandungan metabolit sekunder dari 25 jenis tumbuhan obat ditunjukkan pada
Tabel 3 berikut ini.
Tabel 3. Metabolit Sekunder Tumbuhan Obat
No Nama Lokal Nama Ilmiah Metabolit Sekunder 1 Alang-alang Imperata cylindrica Rausch. Alkoloid,flavonoid, terpen/steroid
(Hernani dan Djauhariya, 2004) 2 Andor Pogu***) Ficus pumila Tanin, terpen/steroid, saponin 3 Apikson Polygala paniculata Linn Alkoloid, flavanoid, saponin,
steroid, tanin (Rijai, 2013) 4 Gagatan Harimau Vitis quadrangular Wall. Steroid/terpenoid (Khare, 2007) 5 Kemenyan Styrax benzoin Dry. Alkoloid, flavonoid, saponin,
tanin dan terpenoid/steroid (Arbi, 2010)
6 Kincung Hutan Hornstedtia scyphifera Saponin (Maulana, 2012) 7 Lengkuas Alpinia galanga Willd. Flavonoid (Dalimartha, 2009) 8 Losa Cinnamomum partenoxylon Jack.) Flavonoid, saponin, dan tanin
(JICA, 1996)
9 Medang Kuning Litsea castanae Hook.f. Alkoloid, Terpen, Saponin, dan Tanin (Hutauruk, 2014)
10 Murbei Morus alba Rumph. Flavonoid (Kartasapoetra, 1992) 11 Pakis Besar/Tanggiang Cibotium barometz J. Sm. Tanin (Dalimartha, 2008)
12 Pasak Bumi Eurycoma longifolia Jack Alkoloid, tanin, saponin (Hadad dan Taryono, 1998)
13 Pepagan Centella asiatica L. Urban Alkoloid, steroid, dan tanin (Hernani dan Djauhariya, 2004) 14 Pirdot Saurauia vulcani Alkoloid dan flavonoid
(Manurung, 2016) 15 Podom-podom***) Saurophus androgynus (L.) Merr. Tanin dan terpen/steroid 16 Putihan/Rudang-rudang Eupatorium odoratum Linn. Flavonoid (Purwati, 2009) 17 Sabal Cinnamomum subavenium Flavonoid, terpen (Zhao dan Ma,
2016)
No Nama Lokal Nama Ilmiah Metabolit Sekunder 19 Senduduk Melastoma malabathricum Linn. Saponin dan tanin (Hernani dan
Djauhariya, 2004)
20 Sidaguri Sida rhombifolia Lour. Alkoloid, flavonoid, saponin, dan tanin (Hernani dan Djauhariya, 2004)
21 Simarsihala***) Melastoma polyanthum Burm.f. Terpen/steroid 22
23
Sipeol***) Sirih Merah
Curcuma heyneana Valet Van zipp Piper betle Linn.
Terpen/steroid
Alkoloid, flavonoid, dan tanin (Sudewo, 2005)
24 Tolod/Mata Kucing Leurentia longiflora (L.) Peterm. Alkoloid, flavonoid, dan saponin (Dalimartha, 2008)
25 Vanilli Hutan Vanilla flanifolia Saponin (Hasanah dan Hapsoh, 2011)
Keterangan:
***)
: Tumbuhan obat yang dilakukan uji skrining metabolit sekunder di Laboratorium Pasca Sarjana, FMIPA, USU
Dari tabel 3 diatas diketahui bahwa semua jenis tumbuhan obat yang ada
di HDPB mengandung metabolit sekunder. Senyawa metabolit sekunder meliputi
Alkoloid, Flavonoid/Tanin, Terpen/Steroid, dan Saponin. Pengujian dilakukan
pada masing-masing spesies tumbuhan obat yang belum ada referensinya.
Tumbuhan obat yang mengandung senyawa tersebut ditandai dengan adanya
minimal dua pereaksi yang bernilai positif. Dalam pengujian saponin hanya
digunakan satu pereaksi.
a. Alkoloid
Alkoloid adalah senyawa kimia yang secara khas diperoleh dari beberapa
tumbuhan, bersifat basa, mengandung satu atau lebih atom nitrogen, banyak
diantaranya memiliki aktivitas biologis pada manusia dan hewan.
Tabel 3 menunjukkan ada 10 jenis tumbuhan yang mengandung alkaloid
yaitu Alang-alang (Imperata cylindrica Rausch.), Apikson (Polygala paniculata
Linn), Kemenyan (Styrax benzoin Dry.), Medang Kuning (Litsea castanae
Hook.f.), Pagagan (Centella asiatica L. Urban), Pasak Bumi (Eurycoma longifolia
Jack), Pirdot (Saurauia vulcani), Sidaguri (Sida rhombifolia Lour.), Sirih Merah
ini menunjukkan bahwa tumbuhan tersebut mengandung alkoloid yang berfungsi
dalam pengobatan. Menurut Harbone (1987), Alkoloid mempunyai kegiatan
fisiologis yang menonjol pada tubuh manusia sehingga digunakan secara luas
dalam bidang pengobatan. Kegunaan alkoloid bagi tumbuhan adalah sebagai
pelindung dari serangan hama, penguat tumbuhan, dan pengatur kerja hormon.
Alkoloid sangat penting dalam industri farmasi karena kebanyakan alkoloid
mempunyai efek fisiologis.
b. Flavonoid/Tanin
` Flavonoid dan tanin adalah bagian dari senyawa fenolik. Umumnya
flavonoid dan tanin larut dalam metanol, namun tanin tidak larut dalam etilasetat.
Dalam uji skrining metabolit sekunder apabila spesies tumbuhan obat yang
mengandung senyawa fenolik yang ditandai dengan adanya pereaksi yang bernilai
positif maka spesies tersebut terdapat tanin dan flavonoid. Kemudian dilakukan
pengujian flavonoid dengan uji dalam etilasetat dan apabila ditandai dengan
adanya pereaksi yang bernilai positif maka spesies tersebut terdapat flavonoid.
Flavonoid banyak terdapat di tumbuhan tinggi dan rendah, juga termasuk
senyawa fenolik. Kegunaan dari flavonoid antara lain, pertama terhadap tumbuhan
yaitu sebagai pengatur tumbuh, pengatur fotosintesis, kerja anti mikroba, dan anti
virus. Kedua terhadap manusia sebagai anti biotik terhadap kanker dan ginjal,
menghambat pendarahan, anti oksidan, dan anti bakteri. Ketiga terhadap serangga
sebagai daya tarik untuk melakukan penyerbukan.
Tanin merupakan suatu senyawa yang bereaksi dan mengumpulkan
protein atau berbagai senyawa organik lainnya termasuk asam amino dan alkaloid.
penting untuk melindungi tumbuhan dari pemangsaan oleh herbivora dan hama,
serta dalam pengaturan pertumbuhan.
Tabel 3 menunjukkan ada 20 jenis tumbuhan yang mengandung
flavonoid/tanin yaitu Alang-alang (Imperata cylindrica Rausch.), Andor Pogu
(Ficus pumila), Apikson (Polygala paniculata Linn), Kemenyan (Styrax benzoin
Dry.), Lengkuas (Alpinia galanga Willd.), Losa (Cinnamomum partenoxylon
Jack.), Medang Kuning (Litsea castanae Hook.f.), Murbei (Morus alba Rumph.),
Pakis Besar/Tanggiang (Cibotium barometz J. Sm.), Pasak Bumi (Eurycoma
longifolia Jack), Pagagan (Centella asiatica L. Urban), Pirdot (Saurauia vulcani),
Podom-podom (Saurophus androgynus (L.) Merr.), Putihan/Rudang-rudang
(Eupatorium odoratum Linn.), Sabal (Cinnamomum subavenium), Sambung
Nyawa (Gynura procumbens Beck.), Senduduk (Melastoma malabathricum
Linn.), Sidaguri (Sida rhombifolia Lour.), Sirih Merah (Piper ornatum N),
Tolod/Mata Kucing (Leurentia longiflora (L.) Peterm.). Hal ini menunjukkan
bahwa tumbuhan tersebut mengandung flavonoid/tanin yang berfungsi dalam
pengobatan. Menurut Robinson (1995) menyatakan bahwa flavoid berperan
sebagai anti mikroba, anti virus, anti oksidan, anti hipertensi, merangsang
pembentukan estrogen, dan mengobati gangguan fungsi hati. Pada kulit, flavonoid
menghambat pendarahan. Dalam Elafatio (2005) menyatakan bahwa keberadaan
tanin dapat menurunkan daya cerna karbohidrat maupun protein. Walaupun
demikian, dalam jumlah terbatas tanin bermanfaat bagi tubuh karena bersifat anti
c. Terpen/Steroid
Terpen/Steroid adalah senyawa yang terdapat pada bagian daun, buah dan
kulit batang tumbuhan, banyak digunakan sebagai obat tradisional. Juga
mempunyai aktifitas untuk hipertensi anti bakteri juga sebagai repelet (menolak
serangga). Senyawa ini tersebar luas di alam dan mempunyai fungsi biologis yang
sangat penting misalnya untuk anti inflasi.
Tabel 3 menunjukkan ada 12 jenis tumbuhan yang mengandung
Terpen/Steroid yaitu Alang-alang (Imperata cylindrica Rausch.), Andor pogu
(Ficus pumila), Apikson (Polygala paniculata Linn), Gagatan Harimau (Vitis
quadrangular Wall.), Kemenyan (Styrax benzoin Dry.), Medang Kuning (Litsea
castanae Hook.f.), Pagagan (Centella asiatica L. Urban), Podom-podom
(Saurophus androgynus (L.) Merr.), Sabal (Cinnamomum subavenium), Sambung
Nyawa (Gynura procumbens Beck.), Simarsihala (Melastoma polyanthum
Burm.f.), Sipeol/Sisangkit (Curcuma heyneana Val et Van zipp). Hal ini
menunjukkan bahwa tumbuhan tersebut mengandung terpen/steroid yang
berfungsi dalam pengobatan. Menurut Robinson (1995) terpen/steroid merupakan
senyawa kimia tumbuhan yang dapat diisolasi dengan penyulingan sebagai
minyak atsiri. Senyawa ini tidak berwarna dan berbentuk Kristal. Terpen/steroid
mengandung komponen aktif obat alam yang dapat digunakan untuk
menyembuhkan berbagai penyakit seperti diabetes, malaria, gangguan menstruasi,
d. Saponin
Saponin adalah suatu glikosida alamiah yang terikat dengan steroid atau
titerpena. Umumnya saponin menghasilkan busa bila dilarutkan dalam air, karena
saponin terdapat gugus polar dan non polar. Saponin mempunyai aktivitas
farmakologis yang cukup luas diantaranya meliputi: anti tumor, anti virus, anti
jamur, dan menurunkan kalesterol. Saponin juga mempunyai sifat
bermacam-macam, misalnya: terasa manis, ada yang pahit, dapat berbentuk buih, dapat
menstabilkan emulsi. Dalam pemakaiannya saponin bisa dipakai untuk membuat
minuman beralkohol, dalam industri pakaian, kosmetik. Peran saponin pada
tumbuhan sebagai bagian sistem pertahanan seperti: alelopati, anti mikroba, anti
jamur, dan anti serangga.
Tabel 3 menunjukkan ada 12 jenis tumbuhan yang mengandung saponin
yaitu Andor Pogu (Ficus pumila), Apikson (Polygala paniculata Linn),
Kemenyan (Styrax benzoin Dry.), Kincung Hutan (Hornstedtia scyphifera), Losa
(Cinnamomum partenoxylon Jack.), Medang Kuning (Litsea castanae Hook.f.),
Pasak Bumi (Eurycoma longifolia Jack), Sambung Nyawa (Gynura procumbens
Beck.), Senduduk (Melastoma malabathricum Linn.), Sidaguri (Sida rhombifolia
Lour.), Tolod/Mata Kucing (Leurentia longiflora (L.) Peterm.), Vanilli Hutan
(Vanilla flanifolia. Hal ini menunjukkan bahwa tumbuhan tersebut mengandung
saponin yang berfungsi dalam pengobatan. Menurut Hostettmann dan Marston
(1995) menyatakan bahwa fungsi aktivitas senyawa saponin adalah sebagai anti
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Diperoleh 25 jenis tumbuhan obat di kawasan Hutan Diklat Pondok Buluh
(HDPB). Spesies tumbuhan obat yang paling banyak ditemukan adalah
Sabal (Cinnamomum subavenium) sebanyak 1062 individu dengan
kerapatan 23,42%, sedangkan jenis tumbuhan yang paling sedikit
ditemukan adalah Sambung Nyawa (Gynura procumbens Beck.) sebanyak
3 individu dengan kerapatan 0,06%
2. Bagian tumbuhan obat yang digunakan oleh masyarakat sekitar Hutan
Diklat Pondok Buluh (HDPB) antara lain terdiri dari bagian daun, kulit,
batang, rimpang, batang dan akar. Namun yang paling dominan adalah
penggunaan bagian daun.
3. Uji skrining metabolit sekunder jenis tumbuhan obat bahwa Apikson
(Polygala paniculata Linn), Kemenyan (Styrax benzoin Dry.), Medang
Kuning (Litsea castanae Hook.f.) memiliki kandungan metabolit sekunder
yang kompleks karena mengandung keempat senyawa metabolit sekunder
yaitu senyawa golongan alkoloid, senyawa golongan flavonoid/tanin,
senyawa golongan terpen/steroid, dan senyawa golongan saponin.
Saran
Berdasarkan dari hasil penelitian ini, dapat disarankan bahwa perlu adanya
pengembangan pemanfaatan jenis-jenis tumbuhan obat yang diteliti berupa
aplikasi untuk pencegahan penyakit masyarakat seperti malaria, demam, diabetes,
TINJAUAN PUSTAKA
Kondisi Umum Hutan Diklat Pondok Buluh
Kawasan Hutan Diklat Pondok Buluh (HDPB) ditetapkan sebagai
pendidikan melalui Surat Keputusan Dirjen Kehutanan Nomor 34/Kpts/DJ/I/1983
tanggal 8 Februari 1983 tentang penunjukkan kompleks hutan Pematang Siantar
yang terletak di Kabupaten Simalungun sebagai kawasan hutan pendidikan
dengan luas 800 hektar. Seiring dengan perjalan waktu, terdapat penambahan luas
areal HDPB seluas 300 hektar yang ditetapkan melalui Surat Keputusan Menteri
Kehutanan Nomor 398/Kpts-II/1988 tanggal 4 Agustus 1988.
Melalui proses cepat dan pasti, melalui SK Menteri Lingkungan Hidup
dan Kehutanan Nomor 1030/Menhut-VII/KUH/2015 tanggal 20 April 2015
tentang Kawasan Hutan Produksi Tetap dan Hutan Lindung ditetapkan sebagai
Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Hutan Pendidikan dan
Pelatihan Pondok Buluh seluas 1.272,70 Ha.
1. Kondisi Fisik dan Geografis
Secara Geografis kawasan hutan Pondok Buluh terletak diantara
99o56’BT s/d 99o00’BT dan antara 2o43’LU s/d 2o47’LU. Berdasarkan
administratif pemerintahan, areal HDPB berada di Kecamatan Dolok Panribuan,
Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara, sedangkan berdasarkan wilayah
pemangkuan hutannya termasuk dalam pengelolaan wilayah Resort Polisi Hutan
Tiga Dolok Dinas Kehutanan Kabupaten Simalungun. Kawasan Diklat Pondok
Buluh juga dekat dengan lokasi wisata Danau Toba, yaitu sekitar 15 km atau
dapat ditempuh dalam waktu 20 menit (Balai Diklat Kehutanan Pematang Siantar,
2. Topografi dan Iklim
Hutan Diklat Pondok Buluh (HDPB) terletak pada ketinggian 1250 mdpl
dengan keadaaan topografi berada pada tingkatan kelerangan landai,agak curam
dan curam dengan kemiringan antara 2-15%, 15-40%, serta >40%. Berdasarkan
klasifikasi Schmith dan Ferguson, iklim HDPB termasuk dalam tipe iklim A
dengan curah hujan rata 14 hari hujan setiap bulan dengan suhu udara
rata-rata yaitu 25,50C – 26,80C. Menurut data curah hujan dan hari hujan Kabupaten
Simalungun, curah hujan terbesar terjadi pada April yaitu sebanyak 23 hari,
sedangkan curah hujan terkecil terjadi pada bulan Juni sebanyak 7 hari (Balai
Diklat Kehutanan Pematang Siantar, 2015)
3. Aksesibilitas
Hutan Diklat Pondok Buluh (HDPB) berada sekitar 25,8 km dari pusat
kota Pematang Siantar dengan waktu tempuh ± 40 menit dengan menggunakan
kendaraan minibus. Untuk mencapai asrama HDPB telah tersedia jalan beraspal
(hotmix) sekitar 1,2 km dan dapat ditempuh dengan berjalan kaki ± 30 menit atau
± 7 menit dengan menggunakan minibus.
4. Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar Kawasan Hutan
Secara administratif pemerintahan, kawasan HDPB berada dalam wilayah
Desa Dolok Parmonangan, Kecamatan Dolok Panribuan, Kabupaten Simalungun.
Berdasarkan sumber data kependudukan, Kecamatan Dolok Panribuan
berpenduduk sebanyak 18.092 jiwa dengan kepadatan 122 jiwa/km2. Jumlah
penduduk tersebut tersebar pada tujuh dusun yaitu dusun Simpang Kawat, Huta
Sebagian besar masyarakat Dolok Parmonagan berlatar pendidikan Sekolah Dasar
dan mayoritas masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani dan pedagang.
Eksplorasi
Eksplorasi adalah kegiatan pelacakan, penjelajahan, mencari dan
mengumpulkan jenis-jenis sumberdaya genetik tertentu (tumbuhan obat) untuk
dimanfaatkan dan mengamankannya dari kepunahan (Rahayu, 2005).
Kegiatan eksplorasi diperlukan guna menyelamatkan varietas-varietas
lokal dan kerabat liar yang semakin terdesak keberadaannya, akibat semakin
intensifnya penggunaan varietas unggul baru, perusakan habitat sumberdaya
genetik tanaman untuk memenuhi kebutuhan kehidupan tanaman obat akibat
perluasan pembangunan industri-industri besar yang tidak mengenal belas
kasihan. Plasma nutfah atau varietas baru yang ditemukan perlu diamati sifat dan
asalnya. Dalam buku Hernani dan Djauhariya (2004) menyatakan bahwa
eksplorasi dan pengembangan budidaya tumbuhan obat terus dikembangkan untuk
mencapai sasaran jangka panjang, yaitu mengurangi impor bahan baku obat
sintesis guna menghemat devisa negara. Dimana kebutuhan bahan baku obat
tradisional terutama yang bersal dari tumbuhan sebagian besar masih diambil dari
alam.
Tumbuhan Obat
Tumbuhan obat adalah tumbuhan yang bagian tumbuhannya (akar, batang,
kulit, daun, umbi, buah, biji dan getah) mempunyai khasiat sebagai obat dan
digunakan sebagai bahan mentah dalam pembuatan obat modern atau tradisiona l.