• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan kemampuan berbicara melalui penerapan teknik bermain peran pada siswa Kelas V MI Ath-Thoyyibiyyah Kalideres Jakarta Barat Tahun pelajaran 2013/2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan kemampuan berbicara melalui penerapan teknik bermain peran pada siswa Kelas V MI Ath-Thoyyibiyyah Kalideres Jakarta Barat Tahun pelajaran 2013/2014"

Copied!
170
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Akademik Program Kualifikasi S1 Kependidikan Islam dan Mencapai

Gelar Sarjana Pendidikan

oleh

IDAH SAIDAH FIKRIYAH NIM. 801118300093

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

iii

ABSTRAK

IDAH SAIDAH FIKRIYAH, 801118300093: Peningkatan Kemampuan Berbicara Melalui Penerapan Teknik Bermain Peran. Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas V MI. ATH-THOYYIBIYYAH Kalideres Jakarta Barat, Skripsi Jakarta: Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.

Kata Kunci: Kemampuan Berbicara, Teknik bermain peran

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan teknik bermain peran dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa kelas V MI. Ath-Thoyyibiyyah dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V MI. Ath-Thoyyibiyyah yang berjumlah dua puluh enam orang yang terdiri 13 orang laki-laki dan 13 orang perempuan, tahun pelajaran 2013/1014.

(6)

iv

ABSTRACT

IDAH SAIDAH FIKRIYAH, 801118300093: The Role’s Playing Technique to Increase Conversing Competence. Classroom Action Research in V grade of Islamic Elementary School ATH-THOYYIBIYYAH Kalideres, West Jakarta. Jakarta Thesis: Education of Islamic School Teacher, Faculty of Tarbiyah and Teaching, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.

Keywords: Speech, Role’s Playing Technique

This study aims to determine whether the application of role’s playing

technique can improve student’s speaking abilities in V grade of Islamic

Elementary School Ath-Thoyyibiyyah in Bahasa Indonesia subject. The subjects were all V grade student of Islamic Eelementary School Ath-Thoyyibiyyah numbering 26 persons, comprising 13 boys and 13 girls. 2013/2014 academic year.

This research uses Classroom Action Research (CAR) which is place in V grade of Islamic Elementary School Ath-Thoyyibiyyah, Kalideres, West Jakarta. This research was conducted in two cycles, each action consist of four actions: planning, implementation, observation and reflection. The reflection results are created to plan further action. Researcher is working with fifth grades teachers who acted as an observer in the application of role-playing techniques to improve speaking skill of fifth grade student who are still very low. Data collection is the result of observation, field notes, student journals, documentation and test instruments.

(7)

iv iv

pengasih lagi penyayang, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

judul “Peningkatan Kemampuan Berbicara Melalui Teknik Bermain Peran Pada

Siswa Kelas V MI. ATH-THOYYIBIYYAH Kalideres Jakarta Barat.” Skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar kesarjanaan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari zaman kebodohan ke zaman kecerdasan.

Dengan selesainya skripsi ini, penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah memberikan dukungan dan doa kepada penulis baik berupa moral maupun material, Oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Nurlena Rifa’i, MA, Ph, D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan., UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Dr. Fauzan, MA., sebagai ketua jurusan PGMI.

3. Dindin Ridwanuddin, M.Pd., Sebagai Koordinator program Dual Mode Sistem 4. Dra. Hindun, M.Pd., sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan membantu penulis dengan penuh kesabaran dan keikhlasan hingga bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk terselesaikannya skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan Ilmu Pengetahuan dan bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan.

(8)

v iv

Barat, terima kasih atas dukungannya.

9. Seluruh siswa kelas lima MI. ATH-THOYYIBIYYAH yang telah setia menerima pembelajaran kemampuan berbicara melalui penerapan teknik bermain peran dan dapat bekerja sama dengan baik.

10.Ayahanda (almarhum) Prof. Zainal Abidin Fikri dan Ibunda (almarhumah) Euis Robiatul Adawiyyah yang dirahmati Allah, semoga Dia menempatkannya di surga-Nya yang luas.

11.Suami tercinta Iwah Wahyudih, anak-anakku tersayang Zibran Aldais Fikri dan Airis Azzahra yang selalu mendoakan penulis untuk tetap semangat untuk menuntut ilmu, dan memberikan cinta kasih serta dukungan dan saran baik moral maupun material

12.Sahabat-sahabat terbaikku, Royanih dan Yayan Suryanah yang selalu menjadi penyemangat dan setia menemani penulis baik susah maupun senang, serta teman-teman seperjuangan yang selalu memberikan semangat kepada penulis, semoga Allah selalu melindungi kita semua.

Penulis berdoa untuk semua pihak yang telah membantu dengan kebaikan dan ketulusan mendapat balasan dan menjadi ladang amal disisi Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak, meskipun skripsi ini masih banyak kekurangan, amin.

Jakarta, 3 Mei 2014

Penulis

Idah Saidah Fikriyah NIM. 801118300093

(9)

v v

LEMBAR PENGESAHAN ……… i

LEMBAR PERNYATAAN KARYA ILMIAH……… ii

ABSTRAK………. iii

KATA PENGANTAR………. iv

DAFTAR ISI……… v

DAFTAR TABEL……… vi

DAFTAR GAMBAR……….. vii

BAB I PENDAHULUAN……… 1

A. Latar Belakang Masalah……….. 1

B. Identifikasi Masalah……… 6

C. Batasan Masalah………. 6

D. Rumusan Masalah……… 7

E. Tujuan Masalah……… 7

F. Manfaat Penelitian……….. 7

BAB II LANDASAN TEORETIS A. Hakikat Kemampuan Berbicara……….. 8

1. Pengertian kemampuan………. 8

2. Pengertian Berbicara………. 8

3. Pengertian Kemampuan Berbicara……… 10

4. Tujuan Berbicara……… 11

5. Faktor-faktor Penunjang Keefektifan Berbicara……… 11

(10)

vi v

2. Pengertian Bermain Peran……… 15

3. Pengertian Teknik Bermain Peran……… 16

4. Langkah-langkah Teknik Bermain Peran………. 16

C. Hasil Penelitian yang Relevan……… 19

D. Kerangka Berpikir……….. 21

E. Hipotesis Tindakan………. 22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN……… 23

A. Tempat dan Waktu Penelitian………. 23

1. Tempat……….. 23

2. Waktu……….. 23

B. Metode Penelitian dan Rancangan……… 23

C. Subjek/Partisipan dalam Penelitian……….. 27

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian……….. 27

E. Tahap Intervensi Tindakan……….. 28

1. Rencana Tindakan………. 28

2. Pelaksanaan Tindakan……… 29

3. Pengamatan……… 29

4. Refleksi ………. 30

F. Hasil Intervensi Tindakan……… 30

G. Data dan Sumber Data……… 31

H. Instrument Pengumpulan Data……… 31

1. Instrument Tes……….. 32

2. Instrument Non Tes……….. 33

a. Lembar Observasi……… 33

b. Catatan Lapangan……… 35

c. Jurnal Siswa………. 36

(11)

vii v

L. Pengembangan Perencanaan Tindakan……….. 39

BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, INTERPRETASI HASIL DAN PEMBAHASAN……….. 40

A. Profil Sekolah……….. 40

1. Gambaran Umum MI. Ath-Thoyyibiyyah………. 40

2. Status Akreditasi……… 42

3. Keadaan Guru……… 43

4. Keadaan Siswa……….. 44

B. Deskripsi Data Hasil Pengamatan/Hasil Intervensi Tindakan.. 44

1. Informasi Awal Kemampuan Siswa dalam Berbicara…… 45

2. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus I……….. 47

3. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus II………. 59

C. Analisis Data……… 69

1. Hasil Analisis Data……… 69

2. Analisis Data Nilai Postest……… 75

3. Interpretasi Hasil Analisis………. 76

D. Pembahasan tentang Penemuan……….. 76

1. Deskripsi Tingkah Laku Siswa dalam Pembelajaran…… 76

2. Hasil Analisis Catatan Lapangan dan Jurnal Siswa dalam Pembelajaran………. 78

BAB V PENUTUP………. 82

A. Kesimpulan……….. 82

B. Saran……… 82

(12)

vi vi

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Keadaan Guru MI. Ath-Thoyyibiyyah……… 43

Tabel 2 : Jumlah Siswa MI. Ath-Thoyyibiyyah………. 44

Tabel 3 : Jumlah Siswa Kelas I s.d. Kelas VI MI. Ath-thoyyibiyyah

Tahun Pelajaran 2013/2014……… 44

Tabel 4 : Hasil Nilai Awal Kemampuan Berbicara Siswa Kelas V...…… 45

Tabel 5 : Hasil Nilai Postest Kemampuan Berbicara Siswa Berbicara

Kelas V siklus I………. 56

Tabel 6 : Rata-rata Skor Penilaian Siswa terhadap guru pada siklus I

pertemuan kedua……… 58

Tabel 7 : Hasil Nilai Postest Kemampuan Berbicara Siswa Kelas V

siklus II……….. 66

Tabel 8 : Rata-rata Skor Penilaian Siswa terhadap guru pada siklus II

pertemuan kedua………. 68

Tabel 9 : Penilaian Nilai Awal Kemampuan Berbicara Siswa Kelas V.. 70

Tabel 10 : Penilaian Nilai Postest Kemampuan Berbicara Siswa Kelas V

siklus I……….…….. 71

Tabel 11 : Penilaian Nilai Postest Kemampuan Berbicara Siswa Kelas V

siklus II……….……. 73

(13)

vii vi

Tabel 13 : Hasil rata-rata skor aktivitas siswa dalam pembelajaran……… 76

Tabel 14 : Hasil penilaian kemampuan Berbicara secara kelompok

[image:13.595.115.509.209.583.2]

kelas V MI. Ath-Thoyyibiyyah………..…… 79

Tabel 15 : Penilaian kemampuan Berbicara secara kelompok pada

kelas V MI. Ath-Thoyyibiyyah siklus I………..…… 79

Tabel 16 : Penilaian kemampuan Berbicara secara kelompok pada

(14)

vii

DAFTAR GAMBAR

[image:14.595.117.510.203.589.2]

Gambar 1 : Siklus Penelitian Tindakan kelas……….. 28

Gambar 2 : Struktur Organisasi MI. Ath-thoyyibiyyah……… 42

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Bahasa Indonesia merupakan bahasa Nasional karena berfungsi sebagai alat pemersatu bangsa. Dikatakan demikian karena Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk, yang memiliki beragam suku bangsa yang masing-masing suku bangsa tersebut memiliki bahasanya sendiri. Agar setiap suku yang memiliki perbedaan bahasa tersebut dapat saling berkomunikasi maka dibutuhkan satu bahasa yang dapat dimengerti oleh setiap suku bangsa tersebut yaitu bahasa nasional Bahasa Indonesia. Oleh sebab itu, pelajaran Bahasa Indonesia harus diajarkan dari tingkat pendidikan terendah sampai yang tertinggi, sehingga mereka mampu bersosialisasi dan berkomunikasi ketika mereka berada dalam kelompok masyarakat.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah no 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan pasal 7 ayat 2 yang berbunyi ”Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian pada SD/MI/SDLB/Paket A, SMP/MTs/SMPLB/Paket B, SMA/MA/SMALB/ Paket C, SMK/MAK, atau bentuk lain yang sederajat dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan agama, akhlak mulia, kewarganegaraan, bahasa, seni dan budaya, dan

pendidikan jasmani”.1

Selanjutnya, pasal 7 ayat 3 yang berbunyi ”Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada SD/MI/ SDLB/Paket A, atau bentuk lain yang sederajat dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, keterampilan/kejuruan, dan muatan lokal yang relevan”.2

1Peraturan Pemerintah Republik Indonesia no. 19 Tahun 2005 tentang Standar nasional Pendidikan, h. 6

2Ibid.,

(16)

Dalam peraturan pemerintah di atas jelas dikatakan bahwa Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang harus diajarkan di tingkat MI/SD. Selain itu pelajaran Bahasa Indonesia juga merupakan pelajaran yang memiliki peranan penting karena mata pelajaran Bahasa Indonesia menjadi salah satu mata pelajaran yang menentukan kelulusan seorang seorang peserta didik karena merupakan mata pelajaran yang diujikan dalam Ujian Nasional (UN) tingkat MI/SD.

Kurangnya motivasi dan partisipasi siswa terhadap mata pelajaran Bahasa Indonesia khususnya berbicara, mengakibatkan rendahnya tingkat daya serap siswa, terkadang siswa tidak berani mengungkapkan perasaan, mengajukan pendapat maupun memberikan saran terhadap masalah yang dilihat maupun dihadapi. Guru hendaknya mampu mengatasi hal-hal yang kurang tepat, misalnya ada seorang siswa yang berani berbicara namun kalimat yang diucapkannya membuat teman yang lain menertawakannya. Guru harus mengatasi hal ini, karena jika tidak diatasi akan membuat siswa merasa mengucapkan kata-kata atau kalimat yang salah dan dia tidak akan berani lagi untuk berbicara karena merasa takut salah berbicara.

Siswa pada tingkat sekolah dasar sebenarnya senang berbicara, mereka mengeluarkan kata-kata dan kalimat sesuai dengan tingkat umur mereka bahkan terkadang kata-kata dan kalimat yang diucapkan berlebihan dan tidak baik. Guru hendaknya menyarankan dan membimbing mereka ke hal-hal yang positif. Di sinilah peran guru dibutuhkan untuk menjadi penyimak yang baik apabila terdapat siswa yang mengungkapkan perasaan, mengajukan pendapat dan gagasan serta pesan. Dalam hal ini karakter siswa berbeda-beda, ada siswa yang lebih berani berbicara, maka sebagai guru hendaknya tidak sungkan memberikan pujian kepada siswa yang bersangkutan agar merasa senang, sedangkan untuk siswa yang masih mengalami kesulitan dalam berbicara, guru harus dapat memberikan motivasi agar siswa yang bersangkutan tidak merasa ditinggal.

(17)

Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM=70). Penyebabnya adalah kurangnya keterlibatan siswa dalam pembelajaran, kemampuan siswa untuk mengungkapkan dan mengekspresikan gagasan atau pendapatnya dalam bentuk lisan maupun tulisan masih rendah, hal ini terlihat berdasarkan data hasil observasi awal berikut:

No Nama Siswa Nilai

1 Aida R 73

2 Ahmad Z 36

3 Ari A 36

4 Arifin A 43

5 Bustanil A 93

6 Desti S 53

7 Erna D.Y 76

8 Fatiya A 93

9 Gunawan 33

10 Hana O 76

11 Hesti Y 60

12 Iyad N 56

13 Rusdianah 56

14 Mario F 60

15 Mardianto 33

16 Septiadi 46

17 Nurafni 73

18 Rahman H 33

19 Rahma W 73

20 Reskina 56

21 Syahrohman 60

22 Siti Z 56

23 Siti Y 66

(18)

25 Winanda S 46

26 Fiki J 63

Berdasarkan data diatas, hanya ada tujuh siswa yang telah mencapai KKM sisanya masih memperoleh nilai dibawah KKM.

Data Aktivitas Siswa pada saat Observasi Awal

No Kategori Pengamatan Skor Penilaian

1 Siswa memberikan respon positif selama pembelajaran berlangsung

2

2 Siswa memperhatikan dan menyimak penjelasan guru dengan baik

2

3 Siswa aktif dalam mengajukan pertanyaan 2

4 Siswa aktif dalam menjawab pertanyaan yang diajukan guru

2

5 Siswa sering memotivasi dan membantu kelompoknya dalam mengerjakan tugas kelompok

1

6 Siswa mengerjakan tugas kelompoknya dengan serius

1

7 Siswa memiliki tanggung jawab dan kerja sama dalam kelompoknya

1

8 Siswa mengikuti pembelajaran dari awal sampai akhir

3

Jumlah skor 14

keterangan:

Skala penilaian rata-rata tiap aspek: 1. Sangat kurang baik

2. Kurang baik 3. Cukup 4. Baik

(19)

Skala penilaian keseluruhan 8-15 = prestasi kurang baik 16-21 = prestasi kurang 22-27 = prestasi cukup 28-33 = prestasi baik 34-40 = prestasi sangat baik

Berdasarkan data aktivitas siswa pada observasi awal di atas, diperoleh skor 14 yang menunjukkan bahwa “prestasi kurang”.

Berbicara untuk seseorang merupakan penyampaian kesan-kesan batinnya, seseorang dapat mengungkapkan kembali apa-apa yang didengar atau dibacanya. Sesorang yang berani dan membiasakan berlatih berbicara merupakan orang yang memiliki kecakapan dalam berbicara. Sebaliknya seseorang yang tidak mau berlatih dan hanya diam saja tidak berani menuangkan ide dan gagasan serta pendapatnya tidak akan mempunyai kemampuan berbicara. Dilihat dari pendapat di atas bahwa berbicara harus dipraktikkan dan bukan masalah hafalan. Untuk siswa kelas lima biasanya mereka berbicara banyak walaupun kata-katanya belum teratur, namun mereka belum berani mengungkapkannya di depan kelas dalam proses pembelajaran.

(20)

cerita yang ditulis guru, mereka juga dirangsang untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan berimajinasi. Disamping itu, diharapkan pula agar mereka mempunyai keberanian dalam berkomunikasi. Apalagi pada umumnya siswa kelas lima sudah pandai membaca dan dapat memperhatikan penjelasan guru.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI PENERAPAN TEKNIK BERMAIN PERAN PADA SISWA KELAS V DI MI. ATH-THOYYIBIYYAH KALIDERES JAKARTA BARAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014”.

B.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka dapat

diidentifikasi masalah yang timbul dan yang dapat diteliti yaitu:

1. Keterlibatan siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran masih kurang. 2. Kemampuan siswa untuk mengungkapkan dan mengekspresikan gagasan

atau pendapatnya dalam bentuk lisan maupun tulisan masih rendah. 3. Prestasi belajar bahasa indonesia yang belum mencapai KKM

C.

Batasan Masalah

(21)

D.

Rumusan Masalah

Bagaimana peningkatan kemampuan berbicara melalui penerapan teknik bermain peran pada siswa kelas V di MI. ATH-THOYYIBIYYAH Kalideres Jakarta Barat Tahun Pelajaran 2013/2014?

E.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan kemampuan berbicara melalui penerapan teknik bermain peran pada siswa kelas V MI. Ath-thoyyibiyyah Kalideres Jakarta Barat tahun Pelajaran 2013/2014.

F.

Manfaat Penelitian

1. Secara teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan peneliti tentang teknik pembelajaran bahasa Indonesia

2. Secara praktis

a. Bagi peserta didik

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa, serta membuat siswa lebih senang belajar Bahasa Indonesia karena teknik ini mengajak peserta didik untuk bermain dan menyenangkan.

b. Bagi peneliti

Penelitian ini merupakan pengalaman berharga dalam menerapkan teknik bermain peran pada pelajaran Bahasa Indonesia sehingga dapat memperbaiki kinerja pembelajaran Bahasa Indonesia tentang kemampuan berbicara.

c. Untuk sekolah

(22)

8

BAB II

LANDASAN TEORETIS

A.

Hakikat Kemampuan Berbicara 1. Pengertian Kemampuan

Pada dasarnya setiap manusia memiliki kemampuan, baik keadaannya normal maupun ada kekurangan dalam dirinya. Dalam kamus besar bahasa Indonesia mampu berarti kuasa (bisa, sanggup) melakukan sesuatu, sedangkan kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan.1 Mohammad Zain dalam Milman Yusdi mengartikan bahwa Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kakuatan kita berusaha dengan diri sendiri. Selanjutnya Anggiat M.Sinaga dan Sri Hadiati mendefenisikan kemampuan sebagai suatu dasar seseorang yang dengan sendirinya berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan secara efektif atau sangat berhasil.2

Kemampuan (Ability) adalah kecakapan atau potensi seseorang individu untuk menguasai keahlian dalam melakukan atau mengerjakan beragam tugas dalam suatu pekerjaan atau suatu penilaian atas tindakan seseorang.3

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan atau keberdayaan seseorang dalam mengerjakan atau melakukan sesuatu sesuai dengan keahlian yang dimilikinya.

2. Pengertian Berbicara

Istilah berbicara pastinya sering didengar bahkan sudah sering pula dipraktikan, seperti mengucapkan salam saat akan memulai pembelajaran,

1Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta: Gramedia, 2008), Ed. IV, Cet. 1, h. 869

2 Nasrianti Burhan, Pengertian Kemampuan, diakses 30 maret 2014, pukul 22.54 WIB, http://nasriantiburhan.blogspot.com/2013/01/pengertian-kemampuan.html

(23)

berbicara saat menjelaskan materi pelajaran, dan memberikan sambutan saat upacara bendera ataupun saat acara kenaikan kelas. Kridalaksana yang dikutip oleh Solchan TW dan kawan-kawan, berbicara adalah “berkata, bercakap, berbahasa atau melahirkan pendapat (dengan perkataan, tulisan, dan sebagainya) atau berunding.”4 Seseorang yang berbicara berarti dia berkata, mengucapkan suatu kalimat, dia bercakap ketika dihadapannya ada orang lain, ketika bekerja kelompok dia memberikan dan mengeluarkan pendapatnya. Berbicara bagi seseorang sebagai media untuk berkomunikasi kepada orang lain baik secara lisan maupun tulisan.

Tarigan yang dikutip oleh Hindun mengungkapkan bahwa berbicara

adalah “kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk

mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan pikiran, perasaan dan gagasan.”5 Berbicara dapat pula diartikan sebagai kemampuan menyampaikan ide, gagasan, pikiran, atau perasaan dengan tujuan tertentu, yaitu agar pesan yang disampaikan dapat dipahami atau diterima oleh pendengarnya.6 Dengan demikian berbicara merupakan sebuah aktivitas.

Yeti Mulyati dan kawan-kawan menyampaikan bahwa berbicara adalah

“aktivitas ketika proses encoding si pengirim mengubah menjadi bentuk

-bentuk bahasa yang berupa bunyi-bunyi yang diucapkan, selanjutnya pesan yang diformulasikan dalam bunyi-bunyi (bahasa lisan) tersebut disampaikan kepada penerima.”7 Kemudian Burhan Nurgiantoro berpendapat bahwa berbicara adalah “aktivitas berbahasa kedua yang dilakukan manusia dalam kehidupan bahasa setelah mendengarkan.”8 Untuk dapat berbicara dengan baik seseorang harus menggunakan bahasa yang baik. Ia harus menguasai lafal, struktur, dan kosakata bahasa. Awalnya seseorang mendengar

4Solchan TW, dkk, Materi Pokok Pendidikan Bahasa Indonesia di SD Modul 2, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), Cet. 3, h. 11.9

5Hindun, Pembelajaran Bahasa Indonesia Berkarakterdi Madrasah Ibtidaiyah/Sekolah Dasar, (Depok: Nufa Citra Mandiri, 2013), h. 193

6Ibid., h. 194

7Yeti Mulyati, dkk, Materi Pokok Keterampilan Berbahasa Indonesia Modul 1-9, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), Cet. 1, h. 1.4

(24)

bunyian kemudian ia belajar mengucapkan dan akhirnya ia mampu untuk berbicara, setelah ia mendengar dan berlatih mengucap. Berbicara merupakan kompetensi berbahasa yang bersifat produktif. Burhan pun berpendapat bahwa “berbicara merupakan kemampuan yang menuntut kegiatan encoding. Yaitu, kegiatan untuk menghasilkan (baca: menyampaikan) bahasa kepada pihak lain, baik secara lisan maupun tertulis.”9

Akhirnya dapat dipahami bahwa berbicara adalah proses komunikasi dengan orang lain untuk mengungkapkan ide, pikiran dan isi hati secara lisan atau langsung maupun tulisan atau secara tertulis. Berbicara merupakan bahasa yang produktif, karena berbicara merupakan kegiatan menyampaikan gagasan, pikiran, perasaan, pesan atau informasi secara langsung.

3. Pengertian Kemampuan Berbicara

Kemampuan berbicara adalah satu kemampuan yang harus dikuasai oleh seseorang, selain sebagai langkah untuk berkomunikasi, kemampuan berbicara juga merupakan kemampuan yang harus terus dikembangkan. Kemampuan berbicara yang baik adalah “kecakapan seseorang dalam menyampaikan sebuah informasi dengan bahasa yang baik, benar dan menarik agar dapat dipahami pendengar.”10

Kemampuan berbicara sangat dibutuhkan oleh setiap orang, baik di sekolah maupun di luar sekolah. “kemampuan berbahasa lisan merupakan dasar utama dari pengajaran bahasa karena kemampuan berbahasa lisan (1) merupakan mode ekspresi yang digunakan, (2) merupakan bentuk kemampuan pertama yang biasanya dipelajari anak-anak, (3) merupakan tipe kemampuan berbahasa yang paling umum dipakai.”11

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan berbicara adalah kemampuan menyampaikan sebuah informasi secara langsung atau lisan

9Ibid, h. 397

10Yeni Ernawati, Teknik Pengajaran Berbicara, diakses Minggu, 30 Maret 2014, pukul. 23.49, http://duniayeniernawati.blogspot.com/2011/05/teknik-pengajaran-berbicara.html

(25)

dengan bahasa yang baik, benar dan menarik serta sesuai dengan aspek kebahasaan dan non kebahasaan.

4. Tujuan Berbicara

Tujuan utama berbicara adalah “untuk meyampaikan pikiran secara efektif, kemudian mampu mengevaluasi efek komunikasinya terhadap pendengarnya.”12

Henry Guntur Tarigan mengemukakan bahwa tujuan utama berbicara

adalah “untuk berkomunikasi.”13

Selanjutnya Solchan TW dan kawan-kawan mengemukakan bahwa pembelajaran berbicara di kelas tinggi bertujuan untuk 1) memupuk keberanian siswa, 2) mengungkapkan pengetahuan dan wawasan siswa, 3) melatih siswa menyanggah/menolak pendapat orang lain, 4) melatih siswa berpikir logis dan kritis, dan 5) melatih siswa menghargai pendapat orang lain.14 Adapun tujuan pembelajaran di kelas rendah, antara lain 1) melatih keberanian siswa, 2) melatih siswa menceritakan pengetahuan dan pengalamannya, 3) melatih menyampaikan pendapat, 4) membiasakan siswa untuk bertanya.15

Dari penjelasan mengenai tujuan berbicara di atas, maka dapat dipahami bahwa tujuan berbicara adalah tujuan komunikasi, interaksi dan hubungan dengan orang lain untuk melahirkan buah pikiran dan perasaan dengan ucapan yang sederhana, sopan dan jelas dan dengan lafal kalimat bahasa Indonesia yang sesuai dengan intonasi dan konteksnya.

5. Faktor-faktor Penunjang Keefektifan Berbicara

Dalam pembinaan kemampuan berbicara, hal yang perlu diperhatikan guru dalam keefektifan berbicara berdasarkan pendapat Setyawan Pujiono ada dua faktor yaitu: faktor kebahasaan (faktor yang terkait dengan bahasa) dan faktor

12Sri Wahyuni, Jauharoti Alfin, Muhammad Thohri, Bahasa Indonesia 1, (Surabaya: LAPIS-PGMI, 2008), h. 4.10

13Henry Guntur Tarigan, Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa Bandung, 2008), ed. Revisi, Cet. 1, h. 3

(26)

non kebahasaan (faktor yang terkait dengan teknis pelaksanaan penyampaian materi pembicara).

1) Faktor kebahasaan, mencakup: a) Ketepatan ucapan (tata bunyi)

Seseorang pembicara harus membiasakan diri mengucapkan bunyi-bunyi bahasa secara tepat.

b) Penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi

Kesesuaian penempatan atau penggunaan tekanan, nada, sendi, atau tempo dan durasi akan menjadi daya tarik tersendiri dalam pembicaraan.

c) Pilihan kata (diksi)

Dalam berbicara, pilihan kata yang dilakukan hendaknya yang tepat, jelas dan bervariasi. Jelas maksudnya nudah dimengerti oleh pendengar yang menjadi sasaran. Pilihan kata dalam sebuah pembicaraan juga harus disesuaikan dengan pokok pembicaraan dan dengan siapa kita berbicara atau berkomunikasi. Komunikasi akan berjalan lancer dan baik apabila kata-kata yang digunakan pembicara dapat dipahami pendengar dengan baik.

d) Kalimat efektif untuk berbicara

Berbicara pada hakikatnya adalah menyampaikan kalimat-kalimat. Kalimat yang benar adalah kalimat yang memenuhi persyaratan gramatikal, yaitu harus disusun berdasarkan kaidah-kaidah yang berlaku.16

2) Faktor non kebahasaan, mencakup: a) Sikap yang wajar dan tenang

b) Melakukan kontak mata dengan audiens c) Gerak dan mimik

d) Kenyaringan suara e) Kelancaran

f) Penalaran17

Dari faktor-faktor penunjang keefektifan tersebut berbicara tersebut dapat dikatakan bahwa faktor non kebahasaan yakni kelancaranlah yang mempermudah pendengar dalam menerima atau menangkap isi pembicara, dengan kelancaran itu seseorang akan mampu menarik simpati lawan bicaranya.

16Setyawan Pujiono, Terampil Menulis Cara Mudah dan Praktis Dalam Menulis, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), ed. 1, Cet. 1, h. 87-89

(27)

6. Jenis-jenis Berbicara

Secara garis besar jenis-jenis berbicara dibagi ke dalam dua jenis, yaitu berbicara di muka umum dan berbicara pada konferensi.

1) Berbicara di muka umum

Jenis pembicaraan meliputi hal-hal berikut

a) Berbicara dalam situasi yang bersifat memeberitahukan atau melaporkan, bersifat informatif (informative speaking)

b) Berbicara dalam situasi yang bersifat membujuk, mengajak, atau meyakinkan (persuasive speaking)

c) Berbicara dalam situasi yang merundingkan dengan tenang dan hati-hati (deliberate speaking)

2) Diskusi kelompok

Berbicara dalam kelompok mencakup kegiatan berikut ini a) Kelompok resmi (formal)

b) Kelompok tidak resmi (informal) 3) Prosedur parlementer

4) Debat18

Berdasarkan penjelasan di atas, berbicara mempunyai ruang lingkup yang berbeda tergantung pada pendengarnya. Berbicara di muka umum berarti ruang lingkupnya lebih luas, sedangkan berbicara pada konferensi ruang lingkupnya terbatas.

7. Teknik Berbicara

Sebagai seorang guru sebenarnya berbicara di muka umum merupakan hal biasa. Hanya saja, berbicara di hadapan peserta didik tidak sama dengan berbicara di hadapan masyarakat umum. Hal ini disebabkan adanya faktor-faktor yang membedakannya yang salah satunya adalah penerapan teknik bicara yang digunakan. Teknik bicara yang tepat merupakan faktor yang akan menentukan keberhasilan berbicara. Solchan TW dan kawan-kawan

mengemukakan bahwa “ada beberapa syarat keberhasilan pembicaraan, yaitu

memiliki keberanian dan tekad yang kuat, memiliki pengetahuan yang luas,

(28)

memahami proses komunikasi masa, menguasai bahasa yang baik dan lancar, pelatihan yang memadai.”19

Para guru adalah “pengambil keputusan. Mereka harus terus menerus memilih strategi, metode, dan teknik yang tepat untuk membantu para siswa belajar, berkembang dan berprestasi.”20 Teknik yang baik dan inovatif dapat memberikan siswa pengalaman yang menyenangkan. Jika siswa terlibat aktif dalam pembelajaran maka ia akan lebih cepat memahami isi materi yang diajarkan dalam pembelajaran. HR Tarigan dan Tarigan berpendapat bahwa mengingat pentingnya peranan berbicara dalam kehidupan sehari-hari perlu ditingkatkan pengajaran berbicara di sekolah dengan menggunakan teknik-teknik bahasa, teknik-teknik-teknik-teknik pengajaran berbicara sebagai berikut:

1) Ulang ucap

2) Lihat dan ucapkan 3) Mendeskripsikan 4) Substitusi

5) Transformasi 6) Melengkapi kalimat 7) Menjawab pertanyaan 8) Bertanya

9) Pertanyaan menggali 10)Melanjutkan cerita 11)Cerita berantai

12)Menceritakan kembali 13)Percakapan

14)Parafrase

15)Reka cerita gambar 16)Bercerita

17)Dramatisasi 18)Bermain peran 19)Bertelepon 20)Diskusi.21

19Solchan TW, dkk, Op.cit, h. 11.14-11.15

20Jeanne Ellis Ormrod, Alih Bahasa Wahyu Indiati, dkk, Psikologi Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang, Educational Psychology Developing Learners, (Jakarta: Erlangga, 2009), ed. 6, h. 6

(29)

Dari penjelasan mengenai teknik-teknik pengajaran berbicara bahwa seorang guru harus mempunyai kemampuan tentang teknik-teknik pengajaran berbicara. Teknik yang baik dan melibtakan siswa dalam setiap pembelajaran akan membuat siswa mempunyai pengalaman yang menyenangkan.

B.

Hakikat Teknik Bermain Peran 1. Pengertian Teknik

Di dalam melaksanakan proses pembelajaran, seorang guru harus menggunakan strategi, metode, dan teknik yang tepat atau sesuai dengan materi yang diajarkan agar pembelajaran dapat mencapai tujuan yang telah direncanakan. Teknik adalah ”kegiatan spesifik yang diimplementasikan dalam kelas sesuai dengan metode dan pendekatan yang dipilih.”22

Iskandarwassid dan Dadang Sunendar yang mengutip dari kamus besar bahasa Indonesia bahwa teknik adalah “cara sistematis mengerjakan sesuatu.”23 Teknik merupakan “suatu kiat, siasat, atau penemuan yang digunakan untuk menyelesaikan serta menyempurnakan suatu tujuan langsung.”24

Berdasarkan uraian di atas, teknik dalam pembelajaran adalah suatu cara sebagai usaha pemenuhan metode yang dilakukan pengajar di dalam kelas untuk menyelesaikan serta menyempurnakan tujuan secara langsung.

2. Pengertian Bermain Peran

Bermain peran hampir sama dengan percakapan. Hanya saja, dalam percakapan seseorang seseorang memerankan diri masing-masing, sedangkan dalam bermain peran seseorang memerankan orang lain.25 Dalam bermain peran, siswa bertidak, berlaku, dan berbahasa seperti orang yang

22Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangakan Standar Kompetensi Guru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), Cet. 9, h. 133

23Iskandarwassid dan Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), Cet. 2, h. 40

24Ibid.,

(30)

diperankannya. Dari segi bahasa, berarti siswa harus mengenal dan dapat menggunakan ragam-ragam bahasa.26

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa bermain peran adalah permainan dimana seseorang bertingkah laku dan berbahasa seperti orang lain sesuai dengan yang diperankannya.

3. Pengertian Teknik Bermain Peran

Teknik bermain peran sangat baik dalam mendidik siswa dalam menggunakan ragam-ragam bahasa. Cara berbicara orang tua tentu berbeda dengan cara berbicara anak-anak, begitu pula cara berbicara guru pasti berbeda dengan cara berbicara peserta didik. Hal itu dipengaruhi oleh fungsi dan peranan orang tersebut. Fungsi dan peranan seseorang menuntut cara berbicara dan berbahasa tertentu pula.

Bermain peran (role-play) adalah suatu aktivitas pembelajaran terencana yang dirancang untuk mencapai tujutan-tujuan pendidikan yang spesifik.27 Selanjutnya Hindun menyampaikan bahwa bermain peran (role

playing) adalah “suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui

pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa.”28

Dari penjelasan di atas bahwa bermain peran adalah suatu aktivitas pembelajaran yang dirancang sebagai cara untuk menguasai bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan dan penghayatan siswa untuk mencapai tujuan pendidikan.

4. Langkah-langkah Teknik Bermain Peran

Teknik bermain peran bertujuan untuk mengajarkan siswa bagaimana berempati. Teknik ini menstimulasi siswa untuk mengasosiasikan dirinya dalam suatu peran tertentu sehingga mereka lebih dapat memahami,

26Novi Resmini, dan, Dandan Juanda, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Di Kelas Tinggi, (Bandung: UPI PRESS, 2007), ed. 1, Cet. 1, h. 62

27Hisyam Zaini, Bermawy Munthe, dan Sekar Ayu Aryani, Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2008), h. 98

(31)

mendalami, dan mengerti tindakan sosial yang dilakukan oleh orang lain dilingkungan sosial.

Ada tiga aspek yang harus diperhatikan dalam penerapan teknik bermain peran yaitu:

1. Mengambil peran (role taking), yaitu: tekanan ekspektasi-ekspektasi sosial terhadap pemegang peran.

2. Membuat peran (role making), yaitu: kemampuan pemegang peran untuk berubah secara dramatis dari satu peran ke peran yang lain dan menciptakan serta memodifikasi peran sewaktu-waktu diperlukan.

3. Tawar-menawar peran (role negotiation), yaitu: tingkat dimana peran-peran dinegosiasikan dengan pemegang peran yang lain dalam parameter dan hambatan interaksi sosial.29

Permainan bermain peran biasanya dilakukan lebih dari satu orang, hal ini bergantung kepada apa yang diperankannya. Teknik role playing memiliki kelebihan melibatkan seluruh siswa sehingga dapat berpartisispasi dan mempunyai kesempatan untuk memajukan kemampuannya dalam bekerja sama.

Dengan mengutip dari Shaftel dan Shaftel, E. Mulyasa mengemukakan tahapan pembelajaran bermain peran meliputi:

1. Menghangatkan suasana dan memotivasi; peserta didik.

Menghangatkan suasana kelompok termasuk mengantarkan peserta didik terhadap masalah pembelajaran yang perlu dipelajari. Hal ini dapat dilakukan dengan mengidentifikasi masalah, menjelaskan masalah, menafsirkan cerita dan mengeksplorasi isu-isu, serta menjelaskan peran yang akan dimainkan.Tahap ini lebih banyak dimaksudkan untuk memotivasi peserta didik agar tertarik pada masalah karena itu tahap ini sangat penting dalam bermain peran dan paling menentukan keberhasilan. Bermain peran akan berhasil apabila peserta didik menaruh minat dan memperhatikan masalah yang diajukan guru.

2. Memilih peran; Memilih peran dalam pembelajaran, tahap ini

peserta didik dan guru mendeskripsikan berbagai watak atau karakter, apa yang mereka suka, bagaimana mereka merasakan, dan apa yang

(32)

harus mereka kerjakan, kemudian para peserta didik diberi kesempatan secara sukarela untuk menjadi pemeran.

3. Menyusun tahap-tahap peran; Menyusun tahap-tahap baru, pada

tahap ini para pemeran menyusun garis-garis besar adegan yang akan dimainkan. Dalam hal ini, tidak perlu ada dialog khusus karena para peserta didik dituntut untuk bertindak dan berbicara secara spontan.

4. Menyiapkan pengamat; Menyiapkan pengamat, sebaiknya

pengamat dipersiapkan secara matang dan terlibat dalam cerita yang akan dimainkan agar semua peserta didik turut mengalami dan menghayati peran yang dimainkan dan aktif mendiskusikannya.

5. Pemeranan; Pada tahap ini para peserta didik mulai beraksi secara

spontan, sesuai dengan peran masing-masing. Pemeranan dapat berhenti apabila para peserta didik telah merasa cukup, dan apa yang seharusnya mereka perankan telah dicoba lakukan. Ada kalanya para peserta didik keasyikan bermain peran sehingga tanpa disadari telah mamakan waktu yang terlampau lama. Dalam hal ini guru perlu menilai kapan bermain peran dihentikan.

6. Diskusi dan evaluasi; Diskusi akan mudah dimulai jika pemeran

dan pengamat telah terlibat dalam bermain peran, baik secara emosional maupun secara intelektual. Dengan melontarkan sebuah pertanyaan, para peserta didik akan segera terpancing untuk diskusi.

7. Pemeranan ulang; Pemeranan ulang, dilakukan berdasarkan hasil

evaluasi dan diskusi mengenai alternatif pemeranan. Mungkin ada perubahan peran watak yang dituntut. Perubahan ini memungkinkan adanya perkembangan baru dalam upaya pemecahan masalah. Setiap perubahan peran akan mempengaruhi peran lainnya.

8. Diskusi dan evaluasi tahap dua; Diskusi dan evaluasi tahap dua,

diskusi dan evaluasi pada tahap ini sama seperti pada tahap enam, hanya dimaksudkan untuk menganalisis hasil pemeranan ulang, dan pemecahan masalah pada tahap ini mungkin sudah lebih jelas.

9. Membagi pengalaman dan mengambil kesimpulan; Pada tahap ini

(33)

pengalaman peserta didik dapat diungkap atau muncul secara spontan.30

C.

Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian tentang peningkatan keterampilan berbicara telah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti maupun sekolah yang dilakukan dalam mata pelajaran bahasa indonesia. Seperti penelitian yang dilakukan oleh:

1. Sri Haryani (09480069), mahasiswa prodi PGMI, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta dalam skripsinya “Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara dan Motivasi Belajar Siswa dengan Strategi Sosiodrama pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas III B MI Ma’arif Bego Tahun Ajaran 2012/2013” penelitian yang dilakukan oleh Sri Haryani menekankan bagaimana keterampilan berbicara dan motivasi belajar siswa terbukti dapat meningkat dengan strategi sosiodrama dengan hasil yang memuaskan.31 Adapun perbedaan skripsi Sri Haryani dengan penelitian ini adalah: a. Subjek penelitian yang dilakukan Sri Haryani adalah siswa kelas tiga,

sedangkan dalam penelitian ini subjek yang digunakan adalah siswa kelas lima MI.

b. Tempat penelitian yang dilakukan Sri Haryani di MI. Ma’arif Bego

tahun pelajaran 2012/2013, sedangkan penelitian ini dilakukan di MI. ATH-THOYYIBIYYAH Kalideres Jakarta Barat tahun pelajaran 2013/2014.

c. Variabel yang ingin ditingkatkan pada penelitian Sri Haryani adalah keterampilan berbicara dan motivasi belajar siswa, sedangkan variabel

30

Sharing Kuliahku, Langkah-Langkah Model Pembelajaran Role Playing Atau Bermain Peran, diakses Rabu, 2 April 2014, pukul 13.08 WIB,

http://sharingkuliahku.wordpress.com/2011/11/21/langkah-langkah-model-pembelajaran-role-playing-atau-bermain-peran/

(34)

yang ingin ditingkatkan pada penelitian ini hanya pada kemampuan berbicara.

2. Fahru Roji Baidawi (106013000295), mahasiswa jurusan PBSI, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dalam skripsinya “Peningkatan Kualitas Pembelajaran Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia Melalui Teknik Bercerita Pada Siswa Kelas VIII SMPN 13 Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2009/2010” bahwa penelitian yang dilakukannya menggunakan metode penelitian tindakan kelas dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil nilai pre-test nilai rata-rata anak 40,5 sedangkan pada hasil post-test nilai rata-rata anak 77,15 dan pada siklus I nilai rata-rata 63,3, siklus II rata-rata 73,58.32 Adapun perbedaan skripsi Fahru Roji Baidawi dengan penelitian ini adalah:

a. Subjek penelitian yang dilakukan Fahru Roji Baidawi adalah siswa kelas VIII, sedangkan penelitian ini subjek yang digunakan adalah siswa kelas lima MI.

b. Tempat penelitian yang dilakukan Fahru Roji Baidawi di SMPN 13 Tangerang Selatan tahun pelajaran 2009/2010, sedangkan penelitian ini dilakukan di MI. ATH-THOYYIBIYYAH Kalideres Jakarta Barat tahun pelajaran 2013/2014.

c. Strategi dan teknik yang digunakan pada penelitian Fahru Roji Baidawi adalah bercerita, sedangkan penelitian ini menggunakan teknik bermain peran.

3. Sukatmi. S (840208129), mahasiswa program pascasarjana program studi Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Sebelas Maret Surakarta dalam

tesisnya “Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara dengan Media

Gambar (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas V SDN II Nambangan Selogiri Wonogiri) Tahun 2009” Hasil penelitian yang

(35)

dilakukan dengan penelitian tindakan kelas membuktikan bahwa, siswa dapat berkomunikasi secara lisan dengan lancar, tidak merasa takut, dan lebih berani berbicara dengan bahasa yang komunikatif, runtut, baik, dan benar. Selain itu penerapan penggunaan media gambar dapat meningkatkan hasil nilai keterampilan berbicara siswa, terlihat dari 31 siswa, 84% (26 siswa) telah mencapai batas ketuntasan minimal yakni 6,8.33 Adapun perbedaan Tesis Sukatmi. S dengan penelitian ini adalah: a. Tempat penelitian yang dilakukan Sukatmi. S di SDN II Nambangan

Selogiri Wonogiri tahun pelajaran 2009, sedangkan penelitian pada skripsi ini bertempat di MI. ATH-THOYYIBIYYAH Kalideres Jakarta Barat tahun pelajaran 2013/2014.

b. Pada penelitian Sukatmi. S solusi yang ditawarkan adalah dengan menggunakan media gambar, sedangkan pada penelitian ini menggunakan teknik bermain peran.

D.

Kerangka Berpikir

Bahasa Indonesia yang berkedudukan sebagai alat pemersatu bangsa menjadi sangat penting untuk diajarkan dari tingkat prasekolah maupun sampai tingkat perguruan tinggi. Dalam dunia pendidikan, bahasa juga merupakan mata pelajaran yang diujikan dalam Ujian Nasional (UN). Penggunaan bahasa yang sering didengar maupun dilihat, diklasifikasikan menjadi empat, yaitu: 1) keterampilan menyimak atau mendengarkan, 2) keterampilan berbicara, 3) keterampilan menulis, dan 4) keterampilan membaca. Keempat kemampuan berbahasa ini saling berintegrasi dan saling berhubungan sangat erat.

Kemampuan berbicara adalah kemampuan menyampaikan sebuah informasi secara langsung atau lisan dengan bahasa yang baik, benar dan menarik serta sesuai dengan aspek kebahasaan dan non kebahasaan. Oleh

(36)

karena itu, agar dapat menyampaikan informasi yang baik, maka seseorang harus dapat berbicara dengan baik. Kemampuan berbicara yang baik akan diperoleh melalui latihan yang terus-menerus, sehingga posisi guru sebagai innovator harus menerjemahkan pengalaman yang telah lalu kedalam kehidupan yang bermakna bagi siswa. Ia harus tahu bagaimana pembelajaran itu menjadi lebih bermakna. Untuk itu dalam setiap pembelajaran harus diberikan teknik-teknik yang membuat siswa terlibat aktif di dalamnya.

Teknik bermain peran diharapkan dapat meningkatkan minat dan motivasi siswa untuk berbicara dan sekaligus menyimak pembicaraan. Selain itu, teknik bermain peran diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar bahasa Indonesia khususnya dalam kemampuan berbicara siswa. Kegiatan pembelajaran dengan teknik bermain peran diharapkan terjadinya interaksi antara siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai yaitu siswa memiliki kemampuan berbicara dan dapat mencapai ketuntasan belajar khusunya mata pelajaran bahasa indonesia.

E.

Hipotesis Tindakan

(37)

23

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.

Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat

Penelitian ini akan dilaksanakan di MI. ATH-THOYYIBIYYAH yang beralamat di Jl. Komplek Kebersihan no. 17 Rt 005/008 Jaya 25 Tegal Alur Kalideres Jakarta Barat. Peneliti melakukan tindakan berupa pengamatan, merencanakan tindakan, mengumpulkan dan menganalisis data, serta melaporkan hasil penelitian. Dalam penelitian ini peneliti dibantu oleh Guru Bahasa Indonesia yang menjadi observer dan langsung ikut mengamati proses belajar mengajar di kelas.

2. Waktu

Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014 yang dimulai pada bulan Maret-Mei 2014 di MI. ATH-THOYYIBIYYAH Kalideres Jakarta Barat. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan jumlah siswa dua puluh enam orang.

B.

Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian

Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian tindakan kelas yang terdiri atas empat rangkaian kegiatan siklus berulang. Penelitian Tindakan Kelas atau PTK (Classroom Action Research) adalah “merupakan metode penelitian yang dilakukan oleh guru didalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat.”1

Penelitian tindakan kelas menurut Tim Pelatih Proyek PGSM adalah “suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh oelaku tindakan, yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari

(38)

tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukannya itu, serta memperbaiki kondisi dimana praktek-praktek pembelajaran tersebut dilakukan.”2

Selanjutnya Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama berpendapat bahwa

PTK adalah “penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan

cara merencanakan, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.”3

Pada penelitian ini peneliti menggunakan dua siklus. Dalam pelaksanaannya siklus dapat dihentikan apabila 70% telah tercapai tujuan atau kompetensi pembelajaran dengan nilai KKM 70 yang sesuai dengan SKBM MI. ATH-THOYYIBIYYAH Kalideres Jakarta Barat. Penelitian ini harus dilakukan dengan benar sesuai dengan kaidah-kaidah PTK. Dalam PTK mempunyai beberapa model tetapi dalam pelaksanaannyasecara garis besar tedapat empat tahapan yaitu: 1) perencanaan, 2) pelaksanaan, 3) pengamatan, 4) refleksi. Di bawah ini terdapat rancangan tiap siklus, yaitu:

a. Siklus I

1. Perencanaan (Planning)

Dalam perencanaan siklus I, peneliti menetapkan seluruh perencanaan tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan kemampuan berbicara dengan menggunakan teknik bermain peran. Dengan langkah-langkah sebagai berikut: menyusun RPP dengan materi berbicara, mempersiapkan sumber dan media pembelajaran, menyiapkan naskah cerita dan lembar kerja kelompok, serta menyiapkan lembar observasi. Dalam siklus I akan diadakan dalam 2 x pertemuan.

2Tim Pelatih Proyek PGSM, Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) Bahan Pelatihan Dosen LPTK dan Guru Sekolah Menengah, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Guru Sekolah Menengah, 1999), h. 6

(39)

2. Pelaksanaan (Acting)

Pada tahap pelaksanaan guru membagi siswa dalam 5 kelompok, dan setiap kelompok terdiri dari 5-6 orang. Guru memberikan penjelasan singkat tentang materi pembelajaran, mengenalkan media atau alat pembelajaran, menjelaskan tentang teknik pembelajaran yaitu teknik bermain peran. Setiap kelompok diberikan media cerita bergambar, kemudian masing-masing kelompok diminta untuk menyusun naskah drama sesuai dengan cerita tersebut. Guru memotivasi siswa dalam mengerjakan tugas kelompok. Selanjutnya setiap kelompok mempresentasikan hasil tugas kelompok berupa naskah drama yang telah selesai disusun dengan cara dibacakan di depan kelas sekaligus pembagian peran dengan dibantu oleh guru. Guru merekam cerita siswa dengan menggunakan aplikasi video pada Hp. Selanjutnya pembahasan hasil kerja kelompok, kemudian siswa dan guru membuat kesimpulan.

3. Pengamatan (Observing)

Observasi adalah penginderaan secara khusus dengan penuh perhatian terhadap suatu objek.4 Pada tahap ini, peneliti maupun observer melakukan kegiatan pengamatan mengenai aktivitas belajar siswa dan aktivitas guru dalam memotivasi siswa pada saat kegiatan pembelajaran.

4. Refleksi (Reflecting)

Refleksi merupakan bagian yang sangat penting untuk memahami dan memberikan makna terhadap proses dan hasil pembelajaran yang terjadi, yang dilakukan dengan cara sebagai berikut: mengevaluasi hasil observasi, menganalisis hasil pembelajaran, dan menyusun rencana tindakan berikutnya.

(40)

b. Siklus II

1. Perencanaan (Planning)

Pada siklus II peneliti merencanakan seperti yang dilakukan pada siklus I yaitu, menyusun RPP dengan materi berbicara, mempersiapkan sumber dan media pembelajaran, menyiapkan naskah cerita dan lembar kerja kelompok, serta menyiapkan lembar observasi. Dalam siklus II akan diadakan dalam 2 x pertemuan.

2. Pelaksanaan (Acting)

Pada tahap pelaksanaan guru membagi siswa dalam 5 kelompok, dan setiap kelompok terdiri dari 5-6 orang. Guru memberikan penjelasan singkat tentang materi pembelajaran, mengenalkan media atau alat pembelajaran, menjelaskan tentang teknik pembelajaran yaitu teknik bermain peran. Setiap kelompok diberikan naskah cerita dan setiap orang memerankan tokoh-tokoh yang ada dalam cerita, siswa mengerjakan tugas yang diberikan. Guru memotivasi siswa dalam mengerjakan tugas kelompok. Selanjutnya setiap kelompok mempresentasikan hasil tugas kelompok dengan dibantu guru, merekam cerita siswa dengan menggunakan aplikasi rekaman Hp. Selanjutnya pembahasan hasil kerja kelompok, kemudian siswa dan guru membuat kesimpulan.

3. Pengamatan (Observing)

Pengamatan dilakukan untuk mengetahui apakah sudah ada peningkatan dibandingkan siklus sebelumnya, pengamatan lebih difokuskan untuk mengetahui adanya peningkatan dalam pembelajaran.

4. Refleksi (Reflecting)

(41)

mengevaluasi hasil observasi, menganalisis hasil pembelajaran, dan menyusun rencana tindakan berikutnya.

C.

Subjek/Partisipan dalam Penelitian

Dalam PTK ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas V MI. ATH-THOYYIBIYYAH Kalideres Jakarta Barat semester II tahun pelajaran 2013/2014 yang terdiri dari dua puluh enam siswa dengan komposisi tiga belas siswa perempuan dan tiga belas siswa laki-laki.

D.

Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

Fokus penelitian berupa kegiatan pembelajaran untuk materi kemampuan berbicara dengan menggunakan teknik bermain peran. Peneliti sebagai guru bahasa Indonesia yang memberikan tindakan dalam pembelajaran, peneliti bekerja sama dengan observer dalam pelaksanaan pembelajaran yaitu guru kelas V. Penelitian ini diharapkan memberikan perubahan pada teknik dan suasana belajar atau pengajaran sehingga dengan penerapan teknik yang diberikan dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa.

(42)
[image:42.595.108.524.179.556.2]

E.

Tahap Intervensi Tindakan

Gambar 1. Diagram siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

1. Rencana Tindakan (Planning)

Rencana merupakan serangkaian tindakan terencana untuk meningkatkan apa yang terjadi.5

Pada tahapan ini ”peneliti merencanakan tindakan yang akan dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Langkah merencanakan merupakan langkah pertama dalam setiap kegiatan.”6 Dengan dibantu oleh observer, dalam penelitian ini selain menyiapkan rencana pembelajaran (RPP terlampir), peneliti juga menyiapkan lembar observasi, lembar pengamatan, lembar

5Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Cet. 7, h. 213

6IGAK Wardhani, Op.cit, h. 2.4

Perencanaan

Siklus I

Pengamatan

Pelaksanaan Refleksi

Pengamatan

Pelaksanaan Refleksi Siklus II

Perencanaan

(43)

penilaian tes siswa, lembar catatan lapangan, jurnal siswa dan menyiapkan angket respons siswa (terlampir).

Tahapan perencanaan ini terjadi setelah peneliti mengungkapkan masalah tentang kemampuan berbicara siswa dengan melakukan pengamatan langsung untuk mengetahui keadaan awal siswa dan kemudian peneliti mengambil tindakan dengan memberikan suatu alternatif yaitu dengan teknik bermain peran. Teknik ini diharapkan dapat meningkatkan meningkatkan kemampuan berbicara siswa, membuat siswa aktif dan menyukai pembelajaran Bahasa Indonesia dan juga meningkatkan prestasi belajar siswa.

2. Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Pada tahap pelaksanaan tindakan, peneliti mengimplementasikan atau menerapkan apa yang sudah direncanakan sebelumnya, yaitu memberikan tindakan pada masalah yang dihadapi atau didapat dengan memberikan alternatif, sesuai dengan rencana yang telah dirancang dan juga sejalan dengan tujuan awal seperti kesesuaian materi dengan tindakan dan persiapan-persiapan yang dibutuhkan dalam kegiatan belajar mengajar, atau yang sesuai dengan materi yang terdapat pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan pengamatan teknik yang tepat.

3. Pengamatan (Observing)

Pada tahap ini peneliti hanya melakukan tindakan sedangkan pengamatan dilakukan oleh observer. Pengamatan akan sulit jika dilakukan oleh peneliti, maka peneliti memerlukan observer dalam hal ini adalah guru kelas V. Sambil merekam peristiwa yang terjadi, pengamat sebaiknya juga membuat catatan-catatan kecil agar memudahkan dalam menganalisis data.7 Peneliti juga akan melakukan evaluasi, jika evaluasi berfungsi untuk mengenali kualitas proses tindakan, maka evaluasi berperan untuk mendeskripsikan hasil tindakan yang

(44)

secara otomatis telah dirumuskan melalui tujuan tindakan.8 Dalam hal ini evaluasi yang ditujukan kepada hasil belajar siswa adalah assesment kinerja, tes dan respons siswa.

4. Refleksi (Reflecting)

Pada tahap ini baik peneliti maupun observer menganalisis data yang diperoleh dari kegiatan belajar mengajar yang telah dilaksanakan. Dalam kamus besar bahasa Indonesia refleksi adalah “gerakan, pantulan diluar kemauan (kesadaran) sebagai jawaban atas suatu hal atau kegiatan yang datang dari luar.”9 Refleksi juga merupakan “pengkajian terhadap keberhasilan atau kegagalan pencapaian tujuan.”10 Dalam hal ini peneliti melakukan pemantulan pengalaman tentang kegiatan belajar mengajar yang telah dilaksanakan. Dan hasil dalam refleksi ini digunakan dalam menetapkan tahapan-tahapan lebih lanjut dalam upaya mencapai tujuan PTK. Refleksi juga disebut sebagai evaluasi diri. Evaluasi diri adalah “evaluasi yang dilakukan oleh dan terhadap diri sendiri.”11 “penelitian melalui refleksi diri merupakan ciri PTK yang paling esensial.”12

F.

Hasil Intervensi Tindakan

Penelitian yang dilakukan ini mengharapkan suatu perubahan pada siswa dalam memahami konsep kemampuan berbicara. Materi yang mereka pelajari benar-benar dapat dipahami dengan jelas, dalam arti siswa bukan sekedar berbicara tetapi juga siswa diharapkan:

1. Dapat memerankan tokoh yang diceritakan.

2. Dapat memahami teknik bermain peran dengan baik.

8Abd. Rozak, dan, Maifalinda Fatra, Bahan Ajar PLPG Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: FITK UIN, 2012), Cet. 3, h. 33

9Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta: Gramedia, 2008), Ed. IV, Cet. 1, h. 1153

10Abd. Rozak, dan, Maifalinda Fatra, Op.cit, h. 42

11Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran Prinsip, Teknik, Prosedur, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2012), Cet. 4, h. 301

(45)

3. Dapat menerapkan teknik bermain peran untuk pembelajaran bahasa Indonesia pada kemampuan berbicara.

4. Dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran bahasa Indonesia.

G.

Data dan Sumber Data

1. Data tes objektif berupa penilaian atas penguasaan konsep siswa dalam bentuk tes kinerja. Tes kinerja ini dilakukan pada akhir tindakan. Hasil nilai tes kinerja siswa akan diolah menjadi nilai akhir sebagai tolok ukur keberhasilan atau kegagalan dalam pencapaian tujuan.

2. Data hasil pengamatan, adalah peningkatan kemampuan berbicara yang dilakukan oleh siswa kelas V MI. ATH-THOYYIBIYYAH Jakarta Barat. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan berbicara dilakukan observasi pada masing-masing siswa baik kegiatan observasi langsung maupun tak langsung yang dinilai oleh peneliti.

3. Data untuk mengetahui tanggapan atau respon siswa terhadap peningkatan kemampuan berbicara dengan teknik bermain peran berupa jurnal siswa. 4. Data untuk mengetahui tanggapan atau respons siswa terhadap tingkah

laku guru selama proses belajar mengajar berlangsung, yang berupa pemberian lembar observasi kepada setiap siswa diakhir pembelajaran dengan menuntut jawaban sangat kurang, kurang, cukup, baik, dan sangat baik.

H.

Instrumen Pengumpulan Data

(46)

1. Instrumen Tes

Tes merupakan alat ukur untuk memperoleh informasi hasil belajar siswa yang memerlukan jawaban benar atau salah.13 Tes sebagai alat ukur keberhasilan program pengajaran terhadap peserta didik juga sebagai pengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai oleh peserta didik setelah mereka menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu.14 Tes merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan dalam rangka melaksanakan kegiatan pengukuran, yang di dalamnya terdapat berbagai pertanyaan, pernyataan, atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh peserta didik untuk mengukur aspek perilaku peserta didik.15 Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tes adalah alat atau prosedur untuk mengukur keberhasilan proses belajar mengajar dan mengukur tingkat perkembangan dan kemajuan peserta didik yang memerlukan jawaban benar atau salah.

Adapun jenis tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes kinerja. Tes kinerja ini merupakan postest, pemberian postest dilakukan setelah proses pembelajaran berlangsung, postest untuk mengetahui sejauh mana siswa dapat mencapai tujuan program pembelajaran setelah mereka mengikuti program pembelajaran tersebut, atau untuk mengetahui hasil belajar setelah mereka mendapatkan perlakuan pembelajaran.

Tabel

Penilaian Kemampuan berbicara

NO ASPEK YANG DINILAI TINGKAT CAPAIAN KINERJA

1 2 3 4 5

A Ketepatan Ucapan B Tekanan dan Nada

13Adi Suryanto, dkk, Evaluasi Pembelajaran di SD, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009), Ed. I, Cet. 2, h. 1.4

14Ibid.,

[image:46.595.112.519.111.740.2]
(47)

C Diksi

D Gerak dan Mimik E Kenyaringan Suara F Kelancaran

Jumlah Skor

Dimana: Nilai= Tingkat Capaian Kinerja 1 Sangat Kurang

2 Kurang 3 Cukup 4 Baik

5 Sangat Baik

2. Instrumen Non Tes

Dengan teknik non tes maka penilaian atau evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan dengan tanpa menguji peserta didik, melainkan dapat dilakukan dengan melakukan pengamatan secara sistematis (observation), melakukan wawancara (interview), menyebarkan angket (questionnare), dan memeriksa atau meneliti dokumen-dokumen (documentary analysis). Pada prosesnya teknik non tes ini untuk mengukur dan mengevaluasi hasil belajar peserta didik dari segi ranah sikap hidup (affective domain) dan ranah keterampilan (psycomotoric domain). Sedangkan teknik tes, untuk mengukur hasil belajar peserta didik dari segi ranah proses berpikirnya (cognitive

domain). Penelitian ini selain menggunakan instrumen tes juga menggunakan

instrumen non tes, yaitu:

a. Lembar Observasi

(48)

digambarkan yang terjadi selama proses belajar mengajar berlangsung, baik dari aktivitas siswa maupun dari aktivitas guru. Dari pengamatan ini, peneliti bukan sekedar mencatat, tetapi juga mengadakan pertimbangan dan penilaian kedalam suatu skala bertingkat.

Format/Kisi-kisi Pengamatan Aktivitas Siswa No Kategori

Pengamatan

Skor dan Indikator jml

1 (Sangat Kurang) 2 (Kurang) 3 (Cukup) 4 (Baik) 5 (Sangat Baik) 1 Siswa

memberikan respons positif selama

pembelajaran berlangsung

2 Siswa

memperhatikan dan menyimak penjelasan guru dengan baik

3 Siswa aktif dalam

mengajukan pertanyaan

4 Siswa aktif dalam

menjawab pertanyaan yang diajukan guru

(49)

kelompoknya dalam

mengerjakan tugas

kelompok

6 Siswa mengerjakan tugas

kelompoknya dengan serius

7 Siswa memiliki tanggung jawab dan kerja sama dalam

kelompoknya

8 Siswa mengikuti pembelajaran dari awal sampai akhir

b. Catatan Lapangan

Catatan lapangan adalah bentuk temuan selama pembelajaran yang diperoleh oleh peneliti, yang tidak ternamai dalam lembar observasi. Catatan lapangan dapat didiskusikan dengan observer dan bentuk temuan ini berupa aktivitas siswa dan permasalahan yang dihadapi selama pembelajaran berlangsung.

Format Catatan Lapangan CATATAN LAPANGAN

(50)

Hari/Tanggal :

Petunjuk : catatlah keadaan lapangan sesuai dengan keadaan sesungguhnya!

……… ……… ……… ………

c. Jurnal Siswa

Pemberian jurnal siswa dilakukan setiap akhir pembelajaran. Jurnal siswa ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan atau gambaran yang telah diperoleh siswa selama pembelajaran berlangsung dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanggapi dari pembelajaran tersebut yang diterapkan di kelas. Laporan dari jurnal siswa akan digunakan sebagai tindakan untuk memperbaiki pada siklus pemebelajaran selanjutnya.

Format Jurnal Siswa JURNAL SISWA Nama :

No. Absen : Kelas/Sekolah : Hari/Tanggal :

(51)

d. Dokumentasi

Dokumentasi dalam kamus besar Bahasa Indonesia adalah pengumpulan, pemilihan, pengolahan, dan penyimpanan informasi dalam bidang pengetahuan; pemberian atau pengumpulan bukti-bukti dan keterangan-keterangan(spt gambar, kutipan, guntingan koran, dan bahan referensi lain).16 Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa LKS, dan daftar nilai siswa. Untuk memberikan gambaran secara konkrit mengenai kegiatan siswa dan menggambarkan suasana kelas ketika aktivitas belajar berlangsung digunakan dokumentasi foto.

I.

Teknik Pengumpulan Data

Dalam memperoleh data penelitian ini menggunakan instrument yang telah disebutkan diatas, antara lain berupa posttest. Instrument posttest berupa tugas individu atau performen membaca penggalan cerita yang diberikan oleh guru. Instrument posttest bertujuan untuk mengungkapkan hasil belajar bahasa Indonesia siswa pada pokok bahasan kemampuan berbicara. Instrument tes dikatakan berhasil apabila mampu mengukur apa yang diinginkan menjadi valid dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Instrument tes juga dikatakan baik jika telah memiliki reliabilitas atau bersifat reliabel. Dengan demikian, instrument yang baik harus memenuhi kriteria penting yakni valid dan reliabel.

J.

Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan Studi

Untuk memperoleh data yang valid, maka peneliti menggunakan teknik triangulasi, merupakan teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Dengan teknik triangulasi, peneliti sebenarnya mengumpulkan data sekaligus menguji kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data. Adapun tindakan yang dilakukan yaitu:

(52)

1. Pengambilan data dari berbagai sumber, yaitu peneliti, guru, dan siswa. 2. Penggunaan berbagai alat atau instrument agar data yang terkumpul lebih

akurat. Dalam penelitian ini langkah yang ditempuh adalah mengisi lembar observasi, catatan lapangan, jurnal siswa, dan hasil tes siswa. 3. Penggunaan teknik atau cara analisis sehingga data yang terkumpul dapat

dipercaya. Dalam hal ini dilakukan pengamatan langsung.

4. Memeriksa lagi data-data yang telah terkumpul baik keaslian maupun kelengkapannya.

5. Mengulang kembali pengolahan dan analisis data yang sudah terkumpul.

K.

Analisis Data dan Interpretasi Data

Untuk mengetahui keefektifan suatu teknik dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini digunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai siswa, juga untuk memperoleh respons siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran.

Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu: 1. Untuk menilai tes lisan atau performen

Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada dikelas tersebut sehingga diperoleh:

Rata-rata tes dapat dirumuskan: X = ∑X ∑N

Dengan : X = Nilai rata-rata

(53)

Persentase = Skor Seluruh Siswa x 100% Jumlah skor ideal seluruh siswa

2. Lembar observasi guru dan siswa

Untuk menghitung lembar observasi aktivitas guru dan siswa dugunakan rumus sebagai berikut:

a. Aktivitas guru

Jumlah rata-rata keseluruhan = Jumlah skor yang didapat siswa Jumlah siswa

b. Aktivitas siswa

Rata-rata skor = Jumlah skor yang didapat guru Jumlah pertemuan

3. KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)

Untuk KKM mata pelajaran bahasa Indinesiadi

Gambar

Tabel 15 : Penilaian kemampuan Berbicara secara kelompok pada
Gambar 2 : Struktur Organisasi MI. Ath-thoyyibiyyah…………………… 42
Gambar 1. Diagram siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Tabel Penilaian Kemampuan berbicara
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berikut ini adalah uraian mengenai penelitian terdahulu yang digunakan sebagai pedoman untuk meneliti “P engaruh Iklan dan Potongan Harga Terhadap Citra Toko Dan

Dari hasil penelitian diketahui bahwa semakin tinggi ekstrak sari buah bit merah yang terkandung pada sirup, mempunyai aktivitas antioksidan ( % inhibition ) semakin

Penulis menghaturkan puji syukur alhamdulillah kepada Allah SWT yang telah senantiasa melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga skripsi yang berjudul

[r]

[r]

Model Quantum dengan Metode Permainan Kuis untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca Memindai dalam Materi Menemukan Informasi” adalah benar-benar karya saya sendiri dan

Dari hasil pengolahan data tersebut penulis membuat analisa berupa angka untuk mengetahui perbandingan antara harga pokok produksi perusahaan dengan metode variabel costing

Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 64, Tambahan. Lembaran Negara Republik Indonesia