• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efek Ekstrak Daun Yakon “Smallanthus Sonchifolius” terhadap Kadar Glukosa Darah, Berat Badan dan Berat Organ Pankreas, Ginjal, dan Jantung pada Tikus Jantan Strain Sprague dawley yang Diinduksi Aloksan. 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efek Ekstrak Daun Yakon “Smallanthus Sonchifolius” terhadap Kadar Glukosa Darah, Berat Badan dan Berat Organ Pankreas, Ginjal, dan Jantung pada Tikus Jantan Strain Sprague dawley yang Diinduksi Aloksan. 2014"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

EFEK EKSTRAK DAUN YAKON “

Smallanthus sonchifolius

TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH, BERAT BADAN

DAN BERAT ORGAN PANKREAS, GINJAL, DAN JANTUNG

PADA TIKUS JANTAN STRAIN Sprague dawley YANG

DIINDUKSI ALOKSAN

Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN

Disusun oleh:

Anisatul Muqorrobin

NIM: 1111103000096

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

(2)
(3)
(4)
(5)

v

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb.

Puji syukur Alhamdulillah saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena

atas segala rahmat dan ridha-Nya saya dapat menyelesaikan penelitian ini.

Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda nabi besar

Muhammad SAW, beserta keluarga, keturunan, sahabat, serta umatnya.

Saya merasa tidak akan dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik

tanpa bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

saya mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Prof. DR. (hc) dr. M.K. Tadjudin, Sp.And selaku Dekan FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. dr. Witri Ardini, M.Gizi, Sp.GK selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta segenap dosen di

prodi ini yang senantiasa membimbing dan menyampaikan ilmu kepada

saya selama menjalani masa pendidikan di Program Studi Pendidikan

Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. dr. Flori Ratna Sari, Ph.D selaku dosen pembimbing I penelitian saya,

yang selalu memberikan bimbingan, arahan serta ilmunya kepada saya

guna menyelesaikan penelitian ini dengan sebaik-baiknya.

4. dr. Hari Hendarto, Sp.PD, Ph.D, FINASIM selaku dosen pembimbing II

penelitian saya, atas segala bimbingan dan saran yang diberikan guna

menyempurnakan penelitian saya.

5. Kedua orang tua tercinta saya, H. Machmud dan Hj. Chusnul Khotimah

yang senantiasa memberikan kasih sayang, dukungan, doa, nasihat, serta

semangat kepada saya sepanjang waktu. Juga kepada saudara kandung

saya Laila Intama, Susana Mas’udah, Sonhaji, Muhammad Faishol,

Kholilur Rohman, Nadhirotul Kamilah dan untuk seluruh keluarga besar

saya yang selalu menjadi semangat saya untuk tidak menyerah dan selalu

(6)

vi

6. Ibu Zeti Harriyati, M. Biomed selaku penanggungjawab (PJ) laboratorium

MBI. Ibu Nurlaely Mida, M. Biomed selaku PJ Animal house. Ibu Endah Wulandari, M. Biomed selaku PJ laboratorium Biokimia, drg. Laifa

Annisa Hendarmin, Ph. D selaku PJ laboratorium Riset, dr. Nurul

Hiedayati, Ph.D selaku PJ laboratorium Farmakologi yang telah

memberikan izin atas penggunaan lab pada penelitian ini.

7. Untuk teman seperjuangan penelitian saya, Kandang Girls dan Boys. Laras

Respati Ardanareswari, Elza Amelia Firdaus, Norma Maulidatul Fitria,

Candra Ahmad Hanif Rosyidi, dan Hermansyah, yang telah

bahu-membahu menyelesaikan penelitian bersama. Serta seluruh laboran yang

terlibat Bu Ayu Laifah, Amd, Bu Suryani, S.Si , Pak Rachmadi Wibowo,

S.Si, Bu Lilis. Juga pada Mas Iwan, Pak Ruyatman, dan Mas Panji

Pramudiya yang sangat membantu berlangsungnya penelitian ini.

8. Kak Bayu, senior saya Program Studi Kesehatan Masyarakat 2010 yang

telah membantu saya mengolah data, kepada Kak Nuzma dan Kak Deasy

yang telah berbagi pengalamannya dalam penelitian tahunn kemarin, juga

kepada seluruh mahasiswa PSPD 2011 dan seluruh teman, sahabat, serta pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Saya menyadari dalam laporan penelitian ini masih banyak terdapat

kekurangan. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun dari semua pihak

sangat saya harapkan demi menyempurnakan laporan ini lebih baik lagi.

Demikian laporan penelitian ini saya tulis, semoga dapat bermanfaat bagi

penulis dan pembaca pada umumnya. Dan semoga dapat dihitung sebagai

amal jariyah oleh Allah SWT.

Jakarta, 10 September 2014

(7)

vii ABSTRAK

Anisatul Muqorrobin. Program Studi Pendidikan Dokter. Efek Ekstrak

Daun Yakon “Smallanthus Sonchifolius” terhadap Kadar Glukosa Darah, Berat Badan dan Berat Organ Pankreas, Ginjal, dan Jantung pada Tikus Jantan Strain Sprague dawley yang Diinduksi Aloksan. 2014.

DM merupakan penyakit metabolik yang menyebabkan kondisi hiperglikemia.

Hiperglikemia kronik dapat menyebabkan kerusakan banyak organ, terutama

mata, ginjal, jantung, saraf, dan pembuluh darah. Daun yakon (Smallanthus sonchifolius) sudah digunakan secara tradisional oleh penduduk Amerika Selatan sebagai obat hipoglikemik. Pada penelitian ini, daun yakon (Smallanthus sonchifolius) dijadikan ekstrak kering kemudian dicekokkan pada tikus Sprague dawley yang telah diinduksi aloksan. Kadar gula darah diukur setiap minggu dan berat badan setiap hari. Berat pankreas, ginjal, dan jantung diukur setelah proses

sacrifice. Setelah itu, data yang didapat dianalisa. Hasil dari pemberian ekstrak daun yakon (Smallanthus sonchifolius) dengan dosis 300 mg/kgBB selama 14 hari dapat memperbaiki kadar glukosa darah secara signifikan, berat badan meskipun

tidak signifikan serta dapat menghambat terjadinya kerusakan ginjal dan jantung

secara signifikan. Hal ini bisa disimpulkan bahwa ekstrak ini dapat memperbaiki

kadar glukosa darah, berat badan, dan menghambat kerusakan organ.

Kata kunci: glukosa darah, berat badan, berat pankreas, berat ginjal, berat jantung,

(8)

viii ABSTRACT

Anisatul Muqorrobin. Medical Education Study Program. Effect of Yacon Leaves Extract “Smallanthus Sonchifolius” on Plasma Blood Glucose, Body Weight, and Organ weight, i.e Pancreas, Kidneys, and Heart of Alloxan Induced-Sprague dawley. 2014.

Diabetes mellitus is a metabolic disorder that causes hyperglycemic state. Chronic

hyperglycemic state can causes multiple organ damage, especially eyes, kidneys,

heart, nerves, and vascular. Yacon leaves (Smallanthus sonchifolius) has been used traditionally in South America as hypoglycemic agent. In this study, yacon

leaves (Smallanthus sonchifolius) were extracted as dry extract then were decocted to Alloxan induced-Sprague dawley. Plasma glucose level was measured weekly, body weight was measured daily, and organ and body weight ratio e.g.

pancreas, kidneys, and heart were measured after sacificed. This study proves that

dry extract of yacon leaves (Smallant hus sonchifolius) with dossage 300 mg/kgBW during 14 days improved blood glucose significantly, body weight

although it is not significant. This extract can inhibits kidneys and heart damage

significantly. It can concluded that this extract can improves blood glucose, body

weight, and inhibits organ da rmage.

Keywords: blood glucose, body weight, pancreas weight, kidneys weight, heart

(9)

ix

1.1 Latar belakang ... 1.2 Rumusan masalah ... 1.3 Tujuan penelitian ... 1.3.1 Tujuan umum ... 1.3.2 Tujuan khusus ... 1.4 Manfaat penelitian ... 1.4.1 Bagi peneliti... 1.4.2 Bagi institusi ... 1.4.3 Bagi masyarakat ...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Diabetes Mellitus... 2.1.1 Definisi Diabetes Mellitus (DM)... 2.1.2 Fisiologi Pankreas dan Insulin... 2.1.3 Patofisiologi dan Komplikasi DM... 2.1.4 Manifestasi Klinis... 2.1.5 Kriteria Diagnosis DM... 2.2 Aloksan... 2.3 Tanaman Smallanthus sonchifolius...

2.4 Kerangka Konsep………...

2.5 Definisi Operasional ………..

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Desain penelitian... 3.2 Waktu dan tempat penelitian... 3.2.1 Waktu penelitian... 3.2.3 Tempat penelitian... 3.3 Populasi dan Sampel Penelitian...

1.3.1 Kriteria Inklusi ….………...

1.4 Cara Kerja Penelitian... 1.4.1 Alat penelitian ... 1.4.2 Bahan penelitian ... 1.4.3 Proses Ekstraksi... 1.4.4 Adaptasi Hewan Sampel...

(10)

x

1.4.5 Induksi Aloksan... 1.4.6 Pemberian Ekstrak Daun Yakon terhadap Tikus... 1.4.7 Pengukuran sampel... 3.4.7.1 Glukosa darah... 3.4.7.2 Berat badan... 3.4.7.3 Berat organ... 1.5 Alur Penelitian... 1.6 Pengolahan dan Analisis Data...

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Glukosa darah... 4.4 Hambatan penelitian ...

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan ... 5.2 Saran...

BAB VI KERJASAMA RISET

(11)

xi

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1

Grafik 4.2

Grafik 4.3

Grafik 4.4

Grafik 4.5

Rerata Glukosa Darah Tikus pada Hari Ke-1, 7, dan 14 pada Semua Kelompok Penelitian... Rerata Berat Badan pada Hari Ke-1, 7, dan 14 pada Semua Kelompok...

Rasio Berat Pankreas pada Semua

Kelompok...

Rerata Rasio Berat Ginjal pada Semua

Kelompok... Rerata Rasio Berat Jantung pada Semua Kelompok...

21

23

24

(12)

xii

Kadar Insulin dalam Plasma... Pengaruh Insulin terhadap Translokasi GLUT-4....…... Proses Sekresi Insulin …... Alur Diagnosis DM ………... Struktur Alloxan Monohydrate... Daun Yakon (Smallanthus sonchifolius)... Hasil Determinasi Smallanthus sonchifolius... Surat Keterangan Sehat Tikus Sprague dawley... Proses Penghancuran Daun Yakon... Proses Ekstraksi Daun Yakon... Ekstrak Kering Daun Yakon... Proses Induksi Aloksan... Hewan Coba...…………... Proses Anestesi dengan Dyethyl Ether…... Proses Sarificed...….…...

(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5

Hasil Determinasi Tanaman... Surat Keterangan Tikus Sehat... Gambar Proses Penelitan... Cara Perhitungan... Riwayat Penulis...

(14)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.LATAR BELAKANG

Diabetes Melitus (DM) sangat erat hubungannya dengan terjadinya kemiskinan, nutrisi buruk, penyakit infeksius, dan aspek lainnya. Apabila

semakin banyak yang mengalami DM, maka target Millenium Development

Goal’s (MDG’s) akan semakin jauh mengingat banyak sekali yang bisa dipengaruhi oleh kejadian penyakit ini. Beberapa negara masih tertinggal jauh

dari target MDG’s 2015.1

Pada tahun 2013, Lebih dari 382 juta orang di dunia menderita penyakit DM. Menurut perkiraan, akan terjadi peningkatan sebanyak 592 juta pada tahun 2035. Kejadian terbanyak pada orang dengan usia antara 40-59 tahun. Dari keseluruhan penderita, 46% tidak terdiagnosis sehingga banyak yang tidak mengalami penanganan. DM menyebabkan 5,1 juta kematian pada tahun 2013.2

Diperkirakan akan terjadi peningkatan prevalensi DM di Asia Tenggara sebanyak 71% pada tahun 2035 dari 72,1 menjadi 123 juta penduduk. Pada tahun 2013, terjadi peningkatan prevalensi DM di Indonesia. Indonesia masuk ke dalam 7 besar penduduk terbanyak yang menderita DM. Hasil Riset Kesehatan Dasar (riskesdas) tahun 2013 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan prevalensi DM di Indonesia dari 1,1% pada tahun 2006 menjadi

2,4% pada tahun 2013. 2,3

DM adalah kondisi defisiensi insulin dan atau resistensi insulin yang akan mengganggu metabolisme glukosa sehingga terjadi hiperglikemia, meningkatkan proteolisis sehingga terjadi penurunan berat badan. Kondisi hiperglikemia juga meningkatkan pembentukan radikal bebas melalui oksidasi glukosa dan glikosilasi protein sehingga akan menyebabkan abnormalitas vaskular yang bisa mengganggu ke berbagai organ. Di organ jantung dan

ginjal bisa terbentuk growth factor yang bisa memicu terbentuknya jaringan

ikat sehingga terjadi hipertrofi pada keduanya sehingga bisa meningkatkan

(15)

2

Selama ini, belum ada terapi yang efektif untuk menangani DM. Beberapa agen hipoglikemik, seperti biguanid dan sulfonilurea, telah digunakan secara tunggal ataupun bersama-sama insulin untuk menangani penyakit ini. Namun, pengobatan ini bisa menyebabkan efek samping yang serius sehingga banyak yang melakukan penelitian yang bertujuan untuk mencari agen lain yang lebih

berefek untuk mengontrol diabetes dengan efek samping seminimal mungkin.6

Akhir-akhir ini, para peneliti di bidang pengobatan mulai memiliki ketertarikan untuk menggunakan bahan herbal untuk tujuan farmakologi. Terutama dalam kasus DM ini, banyak literatur bahwa beberapa spesies dari obat herbal memiliki efektivitas yang cukup tinggi dalam menurunkan kadar gula darah, dengan sedikit efek samping, dengan harga obat yang lebih murah

daripada biasanya. 6

Yakon (Smallanthus sonchifolius) adalah tanaman asli dari Pegunungan

Andes, family Asteraceae digunakan sebagai obat tradisional di Peru.

Tanaman ini memiliki akar, daun, dan batang yang mengandung bahan aktif

yang memiliki beberapa efek farmakologis.7 Di Indonesia mulai banyak yang

membudidaya yakon karena efek hipoglikemiknya yang mirip insulin sehingga di Indonesia dinamakan daun insulin. Saya akan memfokuskan untuk meneliti daunnya.

Aybar dkk (2001) melaporkan bahwa setelah 30 hari penggunaan ekstrak daun ini, terjadi kenaikan kadar insulin plasma, berat badan serta penurunan

kadar glukosa darah jika dibandingkan dengan kontrol.8,9 Oleh karena itu,

kami akan melakukan penelitian pada ekstrak daun yakon.

Penelitian kali ini akan dilakukan pengujian efek ekstrak daun yakon dengan dosis 300 mg/kgBB/hari yang diberikan dalam waktu 14 hari terhadap kadar glukosa darah, berat badan tikus, berat organ pankreas, ginjal, jantung pada tikus DM yang diinduksi aloksan. Kami melakukan penelitian ini karena penelitian sebelumnya menggunakan ekstrak daun yakon dengan dosis 400

mg/kgBB selama 14 hari menunjukkan efek hipoglikemik yang signifikan.7

(16)

3

1.2.RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang, dapat dirumuskan masalah pada penelitian ini adalah

 Apakah ekstrak daun yakon (Smallanthus sonchifolius) dengan dosis 300

mg/kbBB/hari yang diberikan selama 14 hari dapat menurunkan kadar

glukosa darah tikus Sprague dawley yang diinduksi aloksan?

 Bagaimana gambaran rasio berat badan tikus Sprague dawley yang

diinduksi aloksan setelah pemberian ekstrak daun yakon (Smallanthus

sonchifolius) dengan dosis 300 mg/kbBB/hari yang diberikan selama 14 hari?

 Bagaimana gambaran rasio berat organ tikus Sprague dawley yang

diinduksi aloksan setelah pemberian ekstrak daun yakon (Smallanthus

sonchifolius) dengan dosis 300 mg/kbBB/hari yang diberikan selama 14 hari?

1.3. TUJUAN PENELITIAN

1.3.1 Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian ekstrak daun

yakon (Smallanthus sonchifolius) dengan dosis 300 mg/kgBB/hari selama 14 hari

terhadap kadar glukosa darah, berat badan, dan komplikasi diabetes, yaitu rasio

berat pankreas, ginjal, dan jantung pada tikus Sprague dawley yang induksi

aloksan.

1.3.2 Khusus

a. Mengetahui efek pemberian ekstrak Smallanthus sonchifolius dengan

dosis 300 mg/kgBB/hari selama 14 hari terhadap kadar glukosa darah pada

tikus Sprague dawley yang induksi aloksan.

b. Mengetahui efek pemberian ekstrak Smallanthus sonchifolius dengan

dosis 300 mg/kgBB/hari selama 14 hari terhadap gambaran rasio berat

(17)

4

c. Mengetahui efek pemberian ekstrak Smallanthus sonchifolius dengan

dosis 300 mg/kgBB/hari selama 14 hari terhadap gambaran rasio berat

organ pankreas, ginjal, dan jantung tikus Sprague dawley yang diinduksi

aloksan.

1.4. MANFAAT PENELITIAN

1.4.1 Bagi Peneliti

a. Mendapatkan pengalaman melakukan penelitian dengan desain

eksperimental

b. Mendapat pengetahuan mengenai tanaman herbal yang memiliki efek

hipoglikemik

c. Sebagai salah satu syarat mendapat gelar Sarjana Kedokteran Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

1.4.2 Bagi Institusi

Dapat menambah referensi penelitian di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

1.4.3 Bagi Masyarakat

(18)

2.1. Diabetes Melitus

2.1.1. Definisi dan Klasifikasi Diabetes Melitus menurut

2010 adalah kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya.

DM diklasifikasikan menjadi 2 tipe utama, yaitu DM tipe I dan DM tipe II. DM tipe 1 merupakan kelainan pankreas karena terjadi destruksi dari sel β pankreas sehingga tidak dapat menyekresikan insulin secara absolut. Sedangkan pada DM tipe II, terjadi resistensi insulin atau defisiensi insulin relatif atau malah keduanya. Sedangkan tipe DM lainn

akibat infeksi, dll. 10

2.1.2. Fisiologi Pankreas dan Insulin

Pankreas merupakan kelenjar endokrin dan kelenjar eksokrin. Di dalam Pankreas terdapat bermacam

glukagon, sel β mengeluarkan insulin, sel δ mengeluarkan somatostatin, dan sel F mengeluarkan polipeptida pankreas. Sekresi oleh Sel β pankreas meningkat setelah makan apalagi ketika yang dimakan adalah karbohidrat. Berikut adalah tabel yang menunjukkan peningkata

Gambar 2.1 Kadar

Saat konsentrasi kadar glukosa darah meningkat, terjadi peningkatan sekresi insulin dalam 2 tahap. Tahap awal terjadi peningkatan sekresi insulin

5 BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA litus

2.1.1. Definisi dan Klasifikasi

Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association

2010 adalah kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya.

DM diklasifikasikan menjadi 2 tipe utama, yaitu DM tipe I dan DM tipe II. kan kelainan pankreas karena terjadi destruksi dari sel β sehingga tidak dapat menyekresikan insulin secara absolut. Sedangkan pada DM tipe II, terjadi resistensi insulin atau defisiensi insulin relatif atau malah keduanya. Sedangkan tipe DM lainnya masih banyak seperti DM gestasional, DM

2.1.2. Fisiologi Pankreas dan Insulin

Pankreas merupakan kelenjar endokrin dan kelenjar eksokrin. Di dalam Pankreas terdapat bermacam-macam sel, yaitu: sel α yang berfungsi sekresi , sel β mengeluarkan insulin, sel δ mengeluarkan somatostatin, dan sel F mengeluarkan polipeptida pankreas. Sekresi oleh Sel β pankreas meningkat setelah makan apalagi ketika yang dimakan adalah karbohidrat. Berikut adalah tabel yang menunjukkan peningkatan kadar insulin plasma dalam menit.

Gambar 2.1 Kadar Insulin dalam Plasma Sumber: Guyton and Hall edisi 12 (2011)

Saat konsentrasi kadar glukosa darah meningkat, terjadi peningkatan sekresi insulin dalam 2 tahap. Tahap awal terjadi peningkatan sekresi insulin American Diabetes Association (ADA) tahun 2010 adalah kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya.10

DM diklasifikasikan menjadi 2 tipe utama, yaitu DM tipe I dan DM tipe II. kan kelainan pankreas karena terjadi destruksi dari sel β sehingga tidak dapat menyekresikan insulin secara absolut. Sedangkan pada DM tipe II, terjadi resistensi insulin atau defisiensi insulin relatif atau malah ya masih banyak seperti DM gestasional, DM

Pankreas merupakan kelenjar endokrin dan kelenjar eksokrin. Di dalam macam sel, yaitu: sel α yang berfungsi sekresi , sel β mengeluarkan insulin, sel δ mengeluarkan somatostatin, dan sel F mengeluarkan polipeptida pankreas. Sekresi oleh Sel β pankreas meningkat setelah makan apalagi ketika yang dimakan adalah karbohidrat. Berikut adalah

n kadar insulin plasma dalam menit.11, 12

(19)

6

hampir 10 kali lipat pada menit ke-3 sampai ke-5 setelah peningkatan cepat dari glukosa darah. Hal ini terjadi akibat pengeluaran insulin dari sel β pankreas secara cepat. Namun, tahap awal ini hanya terjadi sampai menit ke-5 saja. Pada menit selanjutnya sampai menit ke-10, terjadi penurunan hampir setengah menuju normal.12

Peningkatan sekresi insulin tahap kedua dimulai pada menit ke-15 dan mencapai puncaknya dalam waktu 2-3 jam. Laju sekresi insulin pada tahap ini lebih besar daripada tahap awal karena selain terjadi pengeluaran insulin dari sel β pankreas terjadi juga aktivasi sistem enzim yang menyintesis dan melepaskan insulin baru. 12

Insulin sendiri memiliki efek terhadap hepar, jaringan adiposa, dan jaringan otot. Pada hepar, insulin mengaktivasi glukokinase dan glukosa 6 fosfat sehingga terjadi peningkatan uptake glukosa oleh hepar dan aktivasi glikogen sintase sehingga memicu terbentuknya glikogen hepar serta efek lainnya. Pada jaringan adiposa, insulin meningkatkan uptake glukosa oleh jaringan adiposa, sintesis asam lemak, gliserol fosfat sehingga pada saat setelah makan tidak terjadi akumulasi glukosa berlebihan di dalam darah (hiperglikemia).12

Gambar 2.2 Pengaruh Insulin terhadap Translokasi GLUT-4 Sumber: Guyton and Hall edisi 12 (2011)

(20)

7

terhadap terjadinya translokasi GLUT-4 ke membran sel. Akhirnya, GLUT-4 akan memediasi masuknya glukosa ke dalam sel.13

Gambar 2.3 Proses Sekresi Insulin Sumber: Fauci, Anthony. S, et. al. Edisi 17

Sekresi insulin terjadi saat glukosa dalam serum masuk ke dalam sel β pankreas dimediasi oleh GLUT-2. Glukosa tersebut akan diubah oleh enzim glukokinase menjadi glukosa 6 fosfat yang akan mengalami metabolisme oksidatif menjadi piruvat untuk menghasilkan ATP di dalam sel β. ATP tersebut menginhibisi reseptor kanal K+ sehingga menyebabkan penumpukan K+ intrasel yang memicu terjadinya depolarisasi membran. Depolarisasi membran akan menyebabkan influks Ca2+ ke dalam sel yang akan mendorong pelepasan granul-granul insulin ke luar menuju serum.4

2.1.3. Patofisiologi dan Komplikasi

(21)

8

penurunan berat badan, kelemahan otot, serta peningkatan asam amino dalam darah. Bahan asam amino ini akan diubah menjadi glukosa yang menyebabkan kondisi semakin hiperglikemia. Metabolisme lain yang terjadi adalah metabolisme asam lemak yang cenderung menjadi keton sehingga dapat menyebabkan Ketoasidosis Diabetikum (KAD). KAD ini banyak terjadi pada DM tipe 1.14

DM dapat menyebabkan makroangiopati dan mikroangiopati. Makroangiopati (kelainan pada pembuluh darah besar) yaitu Penyakit Jantung Koroner, penyakit arteri perifer, dan penyakit serebrovaskular. Sedangkan mikroangiopati adalah kelainan pada pembuluh darah kecil, yaitu nefropati, retinopati, dan neuropati diabetikum.4 Hiperglikemia menyebabkan kondisi di bawah ini:

1) aktivasi jalur poliol sehingga terjadi akumulasi senyawa poliol dalam jaringan termasuk di lensa mata dan saraf optik. Poliol yang sifatnya tidak bisa menembus membran basalis sehingga tertimbun di dalam sel. Hal ini akan meningkatkan tekanan osmotik intrasel sehingga terjadi gangguan pada struktur dan fungsi saraf optik dan lensa mata.15

2) Glukosa akan bereaksi dengan protein dan DNA menyebabkan inhibisi aktivitas enzim dan kebutuhan DNA sehingga membentuk radikal bebas yang dapat menyebabkan perubahan fungsi sel. 15

3) Peningkatan sintesis Di Asil Gliserol (DAG) menyebabkan peningkatan aktivitas Protein kinase C (PKC) sehingga meningkatkan permeabilitas vaskuler, kontraktilitas, sintesis membran basalis dan proliferasi sel vaskuler. PKC juga menyebabkan hiperplasia dan penurunan apoptosis hepatosit sehingga bisa terjadi hepatomegali. 15

4) Peningkatan growth factor, angiotensin II, endothelin, AGEs, gangguan hemodinanik di mikrosirkulasi ginjal yaitu hipertrofi glomerulus, peningkatan tekanan kapiler glomerulus, dan perubahan struktural di glomerulus (peningkatan matriks ekstrasel, penebalan membran basal, ekspansi mesangial, fibrosis). Hiperperfusi dan hipertrofi renal ini terjadi pada tahun pertama setelah onset terjadinya DM.5

(22)

2.1.4. Manifestasi Klinis

Terdapat 2 macam keluhan DM, yaitu keluhan klasik dan keluhan lain. Keluhan klasik dari DM yaitu: Poliuria, Polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas. Sedangkan keluhan lainn

lemah, kesemutan, gatal, mata kabur serta disfungsi ereksi pada pria dan pruritus vulva pada wanita.10

2.1.5. Kriteria Diagnosis

Seseorang dikatakan menderita DM melalui 4 cara, a. Ada keluhan klasik dengan Gula Darah Sewaktu b. Keluhan klasik disertai Gula Darah Puasa

c. Tes toleransi glukosa oral menunjukkan nilai >200 mg/dl d. Nilai HbA1c >6,5%

Berikut adalah alur diagnosis untuk DM 1.4. Manifestasi Klinis

Terdapat 2 macam keluhan DM, yaitu keluhan klasik dan keluhan lain. Keluhan klasik dari DM yaitu: Poliuria, Polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas. Sedangkan keluhan lainnya antara lain: badan lemah, kesemutan, gatal, mata kabur serta disfungsi ereksi pada pria dan pruritus

1.5. Kriteria Diagnosis

Seseorang dikatakan menderita DM melalui 4 cara,10 yaitu:

Ada keluhan klasik dengan Gula Darah Sewaktu ≥200 mg/dl Keluhan klasik disertai Gula Darah Puasa ≥126 mg/dl Tes toleransi glukosa oral menunjukkan nilai >200 mg/dl Nilai HbA1c >6,5%

Berikut adalah alur diagnosis untuk DM

Gambar 2.4 Alur Diagnosis DM Sumber: Perkeni (2011)

9

Terdapat 2 macam keluhan DM, yaitu keluhan klasik dan keluhan lain. Keluhan klasik dari DM yaitu: Poliuria, Polidipsia, polifagia, dan penurunan berat ya antara lain: badan lemah, kesemutan, gatal, mata kabur serta disfungsi ereksi pada pria dan pruritus

(23)

10

2.2. Aloksan

Gambar 2.5 Struktur Alloxan Monohydrate Sumber: Hashemi, M, et. al (2009)

Aloksan merupakan bahan kimia yang hidrofilik dan tidak stabil yang bentuknya mirip dengan glukosa, sehingga diuptake secara selektif oleh sel β pankreas. Kemiripannya menyebabkan aloksan bisa masuk ke sitosol sel β pankreas melalui GLUT-2 di membran plasma sel β pankreas. Efek biologis lainnya adalah aloksan bisa menyebabkan reaktivitas grup thiol sehingga terjadi inhibisi glukokinase. Hal ini bisa berefek terhadap penurunan oksidasi glukosa dan penghasilan ATP sehingga terjadi penekanan pada sekresi insulin yang diinduksi glukosa.16

Aloksan bisa menginduksi diabetes melalui 4 tahapan16, yaitu:

1. Fase pertama terjadi dalam beberapa menit pertama injeksi aloksan, maksimal pada 30 menit, terjadi hipoglikemik transien. Hal ini terjadi karena terjadi peningkatan sekresi insulin secara transien yang menyebabkan peningkatan uptake glukosa oleh sel β pankreas sehingga terjadi hipoglikemia

2. Fase kedua terjadi pada jam pertama injeksi, yaitu fase pertama kali terjadi hiperglikemia. Hal ini terjadi karena aloksan menyebabkan supresi sekresi insulin

(24)

11

4. Fase keempat terjadi degranulasi dan hilangnya integritas sel β pankreas secara komplit sehingga terjadi diabetes. Fase ini terjadi pada 24-48 jam setelah injeksi.

2.3. Yakon (Smallanthus sonchifolius)

Yakon (Smallanthus sonchifolius) bersama dengan 21 spesies Smallanthus lain termasuk dalam kelas Asteraceae. Spesies ini tumbuh subur di lereng Pegunungan Andean, Amerika Latin. Suhu optimum untuk pertumbuhan yakon ini adalah 18-25 °C, tetapi juga masih bisa menolerir sampai suhu 40 °C tanpa mengurangi hasil panen, jika disiram dengan jumlah air yang adekuat. Umumnya, penanaman optimum untuk yakon ini sedalam 800 mm. Yakon cocok untuk hidup di berbagai macam tanah, tetapi lebih bagus tumbuh di tanah yang teraliri air dengan baik, dengan struktur tanah yang bagus. Pertumbuhan buruk jika ditanam di tanah yang keras. Yakon juga bisa hidup di pH mulai dari yang asam sampai basa (lemah).17

Gambar 2.6 Daun Yakon (Smallanthus sonchifolius) Sumber: Factsheet Botanical Data Yakon (2008) Berikut ini adalah taksonomi tumbuhan yakon18:

Kingdom : Viridiplantae Phylum : Streptophyta Class : -

Order : Asterales Family : Asteraceae Genus : Smallanthus

(25)

12

Tumbuhan yakon terdiri dari akar, batang, dan daun. Di daerah Andean, akar yakon dianggap sebagai buah dan dijual bersama buah lainnya seperti apel, alpukat, dan nanas. Akarnya lezat, gurih, dan manis rasanya dan penduduk asli daerah tersebut sering menjemurnya di bawah panas matahari agar rasanya menjadi lebih manis. Mereka mengonsumsi, mengupas, dan menyampurkannya dengan buah lain sebagai salad serta bentuk lainnya. Akar yakon telah digunakan sebagai obat tradisional penduduk Peru untuk mengobati hiperglikemia, masalah ginjal, dan peremajaan kulit. Di Brazil, daun yakon yang digunakan sebagai obat dalam bentuk teh. Di Jepang, daun dan buahnya dicampur dengan daun teh.17

(26)

13

2.4. Kerangka Konsep

Tikus diinduksi aloksan

Pengukuran Berat Ginjal Pengukuran Berat Jantung Cardiac mass ↑

Nefropati dibetikum Pengukuran Berat

Pankreas Terjadi reaksi redoks antara

aloksan dan dialuric acid

Pengukuran Glukosa Darah

Pengukuran Berat Badan Tikus Diabetes Melitus

Produksi growth factor berlebihan Glucose mimetic (GLUT-2)

Terbentuk ROS

Perubahan permeabilitas mitokondria

Induksi apoptosis sel β pankreas

↑ Lipolisis, Proteolisis, glukoneogenesis Hiperglikemia

(27)

14

2.5. Definisi Operasional

No Variabel Cara ukur Alat ukur Skala

ukur 1. Kadar glukosa darah Darah diambil dari ekor tikus

secukupnya

Glukometer Numerik

2. Berat badan Diukur sebelum pemberian ekstrak dan selama 14 hari pemberian ekstrak

Timbangan berat badan

Numerik

3. Berat organ: pankreas, ginjal, jantung.

Diukur setelah sampel disacrifice

Neraca analitik

(28)

15 BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain eksperimental.

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian

3.2.1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember sampai Maret 2013.

3.2.2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Animal House, Laboratorium Biologi, Biokimia, Riset, Pharmacy Drug Research (PDR), dan Farmakologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, Jl. Kertamukti no. 05 Pisangan, Ciputat 15419,

Tangerang Selatan.

3.3. Sampel Penelitian

Hewan percobaan yang digunakan adalah tikus jantan Sprague dawley

usia 2-3 bulan, dengan berat badan rata-rata 200-240 gram yang diperoleh dari iRatco Inc, Bogor.

Penelitian ini dilakukan dengan membagi tikus menjadi 3 kelompok.

Kelompok pertama merupakan kelompok normal (N, n = 4). Kelompok kedua

merupakan kelompok tikus yang diinduksi aloksan 150 mg/kgBB atau disebut

juga kelompok DM (D, n = 4). Sedangkan kelompok ketiga merupakan tikus yang

diinduksi aloksan dan diberikan terapi ekstrak daun yakon (Smallanthus sonchifolius) dengan dosis 300 mg/kgBB/hari (D + SS, n = 4).

Penentuan jumlah sampel pada setiap kelompok penelitian menggunakan

rumus Federer yaitu:

Keterangan:

t = jumlah kelompok, n = jumlah sampel

−1 3−1 > 15

−1 2 > 15

(29)

16

2 −2 > 15

2 > 15 + 2

2 > 17

> 8,5

Dibulatkan menjadi 9

Menurut hasil perhitungan menggunakan rumus federer didapatkan jumlah

sampel minimum yang harus ada dalam setiap kelompok percobaan adalah 9 ekor.

3.3.1. Kriteria Inklusi

 Kontrol Negatif atau kelompok Normal : tikus jantan strain

Sprague dawley dengan kadar glukosa darah <200 mg/dL

 Kontrol Positif atau kelompok DM : tikus jantan strain

Sprague dawley dengan kadar glukosa darah >200 mg/dL

3.4. Cara Kerja Penelitian

3.4.1 Alat Penelitian

Alat-alat yang harus disiapkan untuk penelitian ini antara lain:

kandang tikus, glukometer, glucotest strip, neraca hewan, syringe, oral sonde, neraca analitik, timbangan milligram, minor set, tissue, kulkas

-80oC, dan 4o C. 3.4.2 Bahan Penelitian

Bahan utama untuk penelitian ini adalah daun yakon (Smallanthus sonchifolius) sebanyak 1 kg yang diperoleh dari Pusat Penjualan Tanaman “Bursa Bibit” Yogyakarta. Daun yakon yang telah didapatkan dideterminasi dahulu di Pusat Konservasi Kebun Raya Bogor untuk

memastikan apakah sampel sudah benar. Setelah proses determinasi,

bahan diekstraksi di Laboratorium Riset Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Kemudian ekstrak tersebut dijadikan ke bentuk sediaan bubuk yang

dilakukan di Institut Pertanian Bogor. Dan didapatkan hasil kira-kira

sebanyak 250 gram ekstrak kering daun yakon.

Bahan-bahan kimia yang diperlukan untuk penelitian ini antara

lain:

(30)

17

b) Proses Ekstraksi: Ethanol 70%,

c) Pembersihan Organ: larutan Natrium Hidroklorida 0,9%,

d) Proses anestesi tikus: dyethil ether, dan e) Pencegahan hipoglikemi pada tikus: dextrose

3.4.3 Proses Ekstraksi

Proses ekstraksi dilakukan di Laboratorium Pharmacy Drug Research (PDR) dan Laboratorium Riset Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Daun

insulin sebanyak 1 kg dihaluskan menggunakan blender. Bahan yang

sudah halus tersebut ditimbang dan didapatkan hasil 750 mg. Kemudian

dilarutkan dalam pelarut ethanol 70% dengan konsentrasi 10%. Setelah itu, larutan tersebut diaduk selama 5 jam agar bahan aktifnya terlarut

dalam ethanol. Kemudian dilakukan penyaringan pada larutan tersebut.

Lalu, dibawa ke IPB untuk dijadikan ke bentuk bubuk dan disimpan di

suhu 4oC. Untuk pengujian terhadap tikus, ekstrak daun insulin

dilarutkan dalam air segera sebelum digunakan.

3.4.4 Adaptasi Hewan Sampel

Sampel diadaptasikan di Animal house pada hari 1 sampai ke-21. Sampel diadaptasikan terhadap segala sesuatu baik terhadap tempat

tinggal barunya, pemberian makanan maupun pemberian minuman

yang disamakan pada semua tikus.

3.4.5 Induksi Aloksan

Tikus diinduksi dengan aloksan monohidrat 150 mg/kgbb secara

intraperitoneal. Induksi dilakukan pada hari ke-22. Setelah hewan

diinduksi, diberi akses makanan secara bebas (ad libitum) dan dalam waktu 24 jam pertama dilakukan penambahan 40% larutan D-glukosa

monohidrat untuk mencegah terjadinya hipoglikemi yang fatal.

Pengukuran kadar glukosa darah dilakukan 7 hari setelah induksi, yaitu

pada hari ke-29. Tikus dengan glukosa >200 mg/dl dikatakan sebagai

tikus DM.

(31)

18

Setelah tikus dinyatakan DM, dilakukan pemberian ekstrak daun

yakon (Smallanthus sonchifolius) selama 14 hari (hari ke-29 sampai hari ke-43) dengan dosis 300 mg/kgBB/hari pemberian secara oral

dengan menggunakan alat sonde.

3.4.7 Pengukuran Sampel

3.4.7.1 Glukosa Darah Tikus

Kadar glukosa darah diukur sebanyak 3 kali, yaitu pada hari

ke-1 sebelum diberikan ekstrak serta hari ke-7 dan 14 setelah

pemberian ekstrak. Yang diukur adalah glukosa darah sewaktu

tikus. Pertama, kita harus membius tikus terlebih dahulu

menggunakan larutan dyethil ether sampai terjadi penurunan kesadaran. Hal ini dilakukan agar mengurangi rasa sakit yang

dialami tikus. Kemudian, dilakukan pemotongan pada ekornya.

Setelah dilakukan pemotongan, darah akan keluar dari vena dan

diteteskan pada strip pengukur glukosa darah dan dilihat hasilnya

di glukometer.

3.4.7.2 Berat Badan

Berat badan tikus diukur sebelum tikus diinduksi aloksan,

setelah tikus dinyatakan DM, dan selama 14 hari pemberian

ekstrak, yaitu hari ke-29 sampai 43. Data yang diolah dalam SPSS

merupakan rasio berat badan tikus dengan rumus:

= ����14

1 ×100%

3.4.7.3 Berat Organ (Pankreas, Ginjal, dan Jantung)

Setelah berat badan dan kadar glukosa darah tikus DM

diukur selama 14 hari pemberian ekstrak daun yakon, maka pada

hari ke-43, tikus disacrifice. Setelah itu, organ pankreas, ginjal, dan jantung dipisahkan dari masing-masing tikus. Kemudian organ

tersebut dimasukkan dalam cairan NaCl terlebih dahulu dan

dikeringkan dengan tissue. Selanjutnya organ tersebut dimasukkan

dalam tabung organ. Kemudian dimasukkan dalam kulkas dengan

(32)

19

komponen lain agar tidak menimbulkan kesalahan penimbangan.

Organ kemudian ditimbang dengan neraca analitik. Berikut ini

merupakan rumus penghitungan rasio berat organ:

= � ( ,� , �

ℎ −14 × 1000

3.5 Alur Penelitian

3.6 Pengolahan dan Analisa Data

Dalam pengambilan data untuk penelitian ini, dilakukan eksperimen

langsung terhadap tikus jantan jenis ”Sprague dawley” dengan berat badan

200-240 gram, yang telah diberi perlakuan sebelumnya berupa pemberian

aloksan dan ekstrak daun yakon (Smallanthus sonchifolius). Ditambah dengan pencarian literatur dan melakukan peninjauan pustaka untuk mendapatkan

Persiapan Alat dan Bahan Penelitian

Pemilihan Subjek

Adaptasi hari ke-1 sampai hari ke-21

Pengukuran BB dan GDS awal serta Induksi aloksan pada hari ke-22

Menunggu Reaksi Aloksan pada hari ke-29

Pengambilan Darah  Cek Kadar GDS

Kadar GDS >200 mg/dL  DM

Pengukuran BB untuk kelompok N, D, D + SS dan Pemberian ekstrak pada D + SS

Pengukuran Glukosa Darah pada hari ke-36 serta sebelum sacrificed (hari ke-43)

Sacrifice dan Pengambilan Organ (pankreas, ginjal, dan jantung)

Penimbangan Organ Pengolahan Data

(33)

20

informasi mengenai pengaruh daun yakon (Smallanthus sonchifolius) terhadap kadar glukosa darah, berat badan, berat organ pankreas, ginjal dan jantung.

Setelah data terkumpul, dilakukan pengolahan data secara komputerisasi yaitu

dengan SPSS versi 16. 0.

Uji yang dilakukan adalah uji Oneway Anova karena penelitian ini termasuk analitik kategorik numerik tidak berpasangan. Uji Oneway Anova

bisa dilakukan jika data normal dan homogen. Jika tidak memenuhi salah satu

(34)

4.1. Glukosa Darah

Berikut ini merupakan grafik

dilakukan pada hari pertama (H1), ketujuh (H7), dan keempat belas (H14).

Grafik 4.1 Rerata

Keterangan: N: kelompok Normal, D: Kelompok DM, D + SS: kelompok DM yang diterapi dengan ekstrak kering Smallanthus sochifolius,

ke-7 setelah pemberian ekstrak, H14: Hari ke

value <0,01, Non significant

Berdasarkan

kelompok N namun tidak mencapai kondisi pada D + SS lebih tinggi

menggunakan uji One namun karena varians data karena setelah transformasi dilakukan uji Kruskal Wallis

Hasil uji Kruskal Wallis terdapat perbedaan rerata

Berikut ini merupakan grafik dari hasil pengukuran glukosa darah sewaktu yang dilakukan pada hari pertama (H1), ketujuh (H7), dan keempat belas (H14).

glukosa darah tikus pada hari ke-1, 7, dan 14 pada semua kelompok penelitian

Keterangan: N: kelompok Normal, D: Kelompok DM, D + SS: kelompok DM yang diterapi

Smallanthus sochifolius,H1: hari ke-1 sebelum pemberian ekstrak, H7: Hari 7 setelah pemberian ekstrak, H14: Hari ke-14 setelah pemberian ekstrak, *:

Non significant

grafik 4.1 di atas, terlihat kenaikan glukosa darah pada namun tidak mencapai kondisi DM. Penurunan kadar glukosa darah pada D + SS lebih tinggi daripada pada D. Selanjutnya dilakukan analisis data

One-Way Anova. Distribusi data kadar glukosa darah

namun karena varians data heterogen, maka dilakukan transformasi data. Namun setelah transformasi datanya menjadi homogen namun tidak normal

Kruskal Wallis.

Kruskal Wallis menunjukkan bahwa p value 0,012 yang berarti

rerata kadar glukosa darah yang signifikan antara kelompok N Rerata kadar glukosa darah pada D + SS lebih mendekati nilai

1 7 14

Waktu Pengukuran (Hari)

** * **

dari hasil pengukuran glukosa darah sewaktu yang dilakukan pada hari pertama (H1), ketujuh (H7), dan keempat belas (H14).

1, 7, dan 14 pada semua

Keterangan: N: kelompok Normal, D: Kelompok DM, D + SS: kelompok DM yang diterapi 1 sebelum pemberian ekstrak, H7: Hari

p value<0,05, **: p

grafik 4.1 di atas, terlihat kenaikan glukosa darah pada DM. Penurunan kadar glukosa darah Selanjutnya dilakukan analisis data data kadar glukosa darah normal, dilakukan transformasi data. Namun atanya menjadi homogen namun tidak normal, maka

0,012 yang berarti signifikan antara kelompok N, lebih mendekati nilai

(35)

22

kadar glukosa darah pada N. Dapat disimpulkan bahwa Smallanthus sonchifolius dapat menurunkan kadar glukosa darah secara signifikan.

Hal ini sesuai dengan penelitian Silmara Baroni dkk (2008) yang menggunakan ekstrak daun Smallanthus sonchifolius dengan dosis 400 mg/kgbb selama 14 hari terbukti dapat menurunkan kadar glukosa darah pada tikus yang mengalami diabetes sebanyak 59% mendekati kadar glukosa normal.7Penurunan

dalam penelitian kita hanya 29% kemungkinan karena dosis ekstrak yang kita turunkan menjadi 300 mg/kgBB.

(36)

4.2. Berat Badan

Berikut ini merupakan tabel dan gambar dari hasil pengukuran Berat Badan yang dilakukan pada hari ke

Grafik 4.2 Rerata berat badan

Keterangan: N: kelompok Normal, D: Kelompok DM, D + SS: kelompok DM yang diterapi dengan ekstrak kering Smallanthus sochifolius,

ke-7 setelah pemberian ekstrak, H14: Hari ke

value <0,01, Non significant

Berdasarkan

Sedangkan D + SS mengalami kenaikan berat badan. Hal ini bisa terjadi karena menurut penelitian Vitrac dan Ong KW (2013) menunjukkan bahwa dalam kandungan chlorogenic acids

meningkatkan uptake

Langkah selanjutnya adalah pengolahan data menggunakan uji Anova karena data normal dan homogen.

menunjukkan tidak terdapat perbedaan berat badan yang bermakna antara ketiga kelompok. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Silmara Baroni, dkk (2008) dengan menggunakan ekstrak daun insulin dengan dosis 400 mg/kgBB yang menunjukkan kenaikan berat badan namun signifkan.

0 n yang dilakukan pada hari ke-1, 7, dan 14 pada semua kelompok.

berat badan pada hari ke-1, 7, dan 14 pada semua kelompok

Keterangan: N: kelompok Normal, D: Kelompok DM, D + SS: kelompok DM yang diterapi

Smallanthus sochifolius,H1: hari ke-1 sebelum pemberian ekstrak, H7: Hari 7 setelah pemberian ekstrak, H14: Hari ke-14 setelah pemberian ekstrak, *:

Non significant

grafik 4.2, terlihat D mengalami penurunan berat badan. + SS mengalami kenaikan berat badan. Hal ini bisa terjadi karena menurut penelitian Vitrac dan Ong KW (2013) menunjukkan bahwa dalam

chlorogenic acids dalam Smallanthus sonchifolius

uptake glukosa ke dalam otot skelet melalui aktivasi jalur AMPK.

Langkah selanjutnya adalah pengolahan data menggunakan uji karena data normal dan homogen. Hasil uji didapatkan p value

menunjukkan tidak terdapat perbedaan berat badan yang bermakna antara ketiga Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Silmara Baroni, dkk (2008)

1, 7, dan 14 pada semua kelompok

Keterangan: N: kelompok Normal, D: Kelompok DM, D + SS: kelompok DM yang diterapi 1 sebelum pemberian ekstrak, H7: Hari

p value<0,05, **: p

ik 4.2, terlihat D mengalami penurunan berat badan. + SS mengalami kenaikan berat badan. Hal ini bisa terjadi karena menurut penelitian Vitrac dan Ong KW (2013) menunjukkan bahwa dalam

Smallanthus sonchifolius dapat

aktivasi jalur AMPK.20

Langkah selanjutnya adalah pengolahan data menggunakan uji One-Way p value 0,499 yang menunjukkan tidak terdapat perbedaan berat badan yang bermakna antara ketiga Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Silmara Baroni, dkk (2008) dengan menggunakan ekstrak daun insulin dengan dosis 400 mg/kgBB yang Hal ini mungkin

(37)

dikarenakan dosis ekstrak pada penelitian tersebut berefek menaikkan berat badan.

Menurut penelitian Vitrac dan Ong KW

daun insulin dapat menghambat enzim glukosa 6 fosfatase sehingga terjadi inhibisi glukoneogenesis yang akhirnya akan memperbaik

lipid, maupun protein sehingga tidak terjadi lagi proses pemecahan komponen lain untuk mendapatkan energi termasuk otot dan jaringan adiposa sehingga berat badan akan lebih naik dengan pemberian ekstrak.

4.3 Berat Organ

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ekstrak

sonchifolius dapat menghambat kerusakan yang terjadi pada organ tikus yang diinduksi aloksan, melalui pengukuran rasio berat organ terhadap berat badan yang dilakukan pada hari ke

4.3.1 Pankreas dengan ekstrak kering Smallanthus sochifolius,

ke-7 setelah pemberian ekstrak, H14: Hari ke

value <0,01, Non significant

0

dikarenakan dosis ekstrak pada penelitian tersebut lebih besar sehingga lebih bisa berefek menaikkan berat badan.

Menurut penelitian Vitrac dan Ong KW (2013), komponen fenol pada daun insulin dapat menghambat enzim glukosa 6 fosfatase sehingga terjadi inhibisi glukoneogenesis yang akhirnya akan memperbaiki metabolisme glukosa, lipid, maupun protein sehingga tidak terjadi lagi proses pemecahan komponen lain untuk mendapatkan energi termasuk otot dan jaringan adiposa sehingga berat badan akan lebih naik dengan pemberian ekstrak.20

n ini bertujuan untuk mengetahui apakah ekstrak

dapat menghambat kerusakan yang terjadi pada organ tikus yang diinduksi aloksan, melalui pengukuran rasio berat organ terhadap berat badan yang dilakukan pada hari ke-14.

Berikut ini adalah rerata rasio berat pankreas dengan berat badan pada semua kelompok, yaitu N 1,99±0,20, sedangkan pada D dan D + SS masing

3,65±0,54 dan3,14±0,67

Grafik 4.3 Rasio berat pankreas pada semua kelompok

Keterangan: N: kelompok Normal, D: Kelompok DM, D + SS: kelompok DM yang diterapi

Smallanthus sochifolius,H1: hari ke-1 sebelum pemberian ekstrak, H7: Hari 7 setelah pemberian ekstrak, H14: Hari ke-14 setelah pemberian ekstrak, *:

Non significant

lebih besar sehingga lebih bisa

, komponen fenol pada daun insulin dapat menghambat enzim glukosa 6 fosfatase sehingga terjadi i metabolisme glukosa, lipid, maupun protein sehingga tidak terjadi lagi proses pemecahan komponen lain untuk mendapatkan energi termasuk otot dan jaringan adiposa sehingga berat

n ini bertujuan untuk mengetahui apakah ekstrak Smallanthus dapat menghambat kerusakan yang terjadi pada organ tikus yang diinduksi aloksan, melalui pengukuran rasio berat organ terhadap berat badan

Berikut ini adalah rerata rasio berat pankreas dengan berat badan pada , sedangkan pada D dan D + SS

masing-Rasio berat pankreas pada semua kelompok

Keterangan: N: kelompok Normal, D: Kelompok DM, D + SS: kelompok DM yang diterapi 1 sebelum pemberian ekstrak, H7: Hari

(38)

Berdasarkan hasil statistik menunjukkan terdapat

semua kelompok. Hal ini tidak sesuai (2011) yang menggunakan ekstrak

hari menunjukkan bahwa rasio berat pankreas berbeda pada setiap kelompoknya namun menurut uji statistik belum signifikan (

4.3.2 Ginjal

Rerata rasio berat ginjal didapatkan palin kemudian selanjutnya kelompok D + SS (3,62

kelompok N (2,81). Berdasarkan hasil rerata tersebut didapatkan bahwa rasio berat ginjal pada kelompok D + SS

Karena data normal namun varians datanya tidak sama, maka dilakukan transformasi. Setelah transformasi dilakukan, data menjadi normal dan homogen. Sehingga bisa diuji dengan cara

Grafik 4.

Keterangan: N: kelompok Normal, D: Kelompok DM, D + SS: kelompok DM yang diterapi dengan ekstrak kering Smallanthus sochifolius,

ke-7 setelah pemberian ekstrak, H14: Hari ke

value <0,01, Non significant

Berdasarkan uji

bahwa terdapat perbedaan rasio berat ginjal

0

erdasarkan hasil statistik uji One-Way Anova didapatkan

terdapat perbedaan yang bermakna pada rasio berat pankreas pada mua kelompok. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya Armanath

yang menggunakan ekstrak Indigofera tinctoria pada tikus DM

menunjukkan bahwa rasio berat pankreas berbeda pada setiap kelompoknya namun menurut uji statistik belum signifikan (p value >0,05).21

Rerata rasio berat ginjal didapatkan paling tinggi pada kelompok D (5,30 lanjutnya kelompok D + SS (3,62) dan yang terak

). Berdasarkan hasil rerata tersebut didapatkan bahwa rasio ompok D + SS lebih mendekati kelompok normal.

Karena data normal namun varians datanya tidak sama, maka dilakukan transformasi. Setelah transformasi dilakukan, data menjadi normal dan homogen. Sehingga bisa diuji dengan cara One-Way Anova.

4.4Rerata rasio berat ginjal pada semua kelompok

Keterangan: N: kelompok Normal, D: Kelompok DM, D + SS: kelompok DM yang diterapi

Smallanthus sochifolius,H1: hari ke-1 sebelum pemberian ekstrak, H7: Hari an ekstrak, H14: Hari ke-14 setelah pemberian ekstrak, *:

Non significant

Berdasarkan uji One-Way Anova, didapatkan p value 0,001 menunjukkan t perbedaan rasio berat ginjal yang signifikan antara tiga kelompok

Kelompok

** *

25

didapatkan p value 0,004, perbedaan yang bermakna pada rasio berat pankreas pada

dengan penelitian sebelumnya Armanath pada tikus DM selama 16 menunjukkan bahwa rasio berat pankreas berbeda pada setiap kelompoknya

g tinggi pada kelompok D (5,30), ) dan yang terakhir adalah ). Berdasarkan hasil rerata tersebut didapatkan bahwa rasio

lebih mendekati kelompok normal.

Karena data normal namun varians datanya tidak sama, maka dilakukan transformasi. Setelah transformasi dilakukan, data menjadi normal dan homogen.

Rerata rasio berat ginjal pada semua kelompok

Keterangan: N: kelompok Normal, D: Kelompok DM, D + SS: kelompok DM yang diterapi 1 sebelum pemberian ekstrak, H7: Hari

p value<0,05, **: p

0,001 menunjukkan yang signifikan antara tiga kelompok

(39)

tersebut. Rerata rasio berat ginjal pada D + SS menunjukkan lebih kecil rasionya dibanding D. Hal ini

(2001) yang menggunakan menunjukkan perbedaan sign dan kelompok DM.9

bisa terjadi karena pada DM tipe

Factor yang berlebihan pada sel mesangial ginjal dan tubulus kontortus prioksimal sehingga memicu terjadinya hipertrofi ginjal yang bisa menaikkan berat ginjal. 22

4.3.3. Jantung

Hasil rerata rasio ber pada kelompok N yaitu sebesar

lebih kecil jika dibanding dengan D (2,50

Grafik 4.5 Rerata rasio berat jantung pada setiap kelompok

Keterangan: N: kelompok Normal, D: Kelompok DM, D + SS: kelompok DM yang diterapi dengan ekstrak kering Smallanthus sochifolius,

ke-7 setelah pemberian ekstrak, H14: Hari ke

value <0,01, Non significant

Selanjutnya dilakukan uji

tidak homogen, maka harus dilakukan transformasi data. Setelah transformasi data menjadi normal dan homogen sehingga dilakukan uji

0

Rerata rasio berat ginjal pada D + SS menunjukkan lebih kecil rasionya Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Aybar dkk yang menggunakan teh daun Smallanthus sonchifolius

menunjukkan perbedaan signifikan pada rasio berat ginjal antara kelompok terapi Menurut penelitian yang dilakukan Zafar dkk (2010) h bisa terjadi karena pada DM tipe 1 terjadi ekscpresi TGF β-1, Epidermal Growth

yang berlebihan pada sel mesangial ginjal dan tubulus kontortus prioksimal sehingga memicu terjadinya hipertrofi ginjal yang bisa menaikkan

rerata rasio berat jantung terhadap berat badan, yaitu

yaitu sebesar 10,5. Sedangkan Rasio berat jantung pada D + SS banding dengan D (2,50 vs 6,50).

Grafik 4.5 Rerata rasio berat jantung pada setiap kelompok

Keterangan: N: kelompok Normal, D: Kelompok DM, D + SS: kelompok DM yang diterapi

Smallanthus sochifolius,H1: hari ke-1 sebelum pemberian ekstrak, H7: Hari 7 setelah pemberian ekstrak, H14: Hari ke-14 setelah pemberian ekstrak, *:

Non significant

Selanjutnya dilakukan uji One-Way Anova. Karena data normal namun tidak homogen, maka harus dilakukan transformasi data. Setelah transformasi data menjadi normal dan homogen sehingga dilakukan uji One

Kelompok

Rerata rasio berat ginjal pada D + SS menunjukkan lebih kecil rasionya yang dilakukan oleh Aybar dkk Smallanthus sonchifolius selama 30 hari ifikan pada rasio berat ginjal antara kelompok terapi Menurut penelitian yang dilakukan Zafar dkk (2010) hal ini Epidermal Growth yang berlebihan pada sel mesangial ginjal dan tubulus kontortus prioksimal sehingga memicu terjadinya hipertrofi ginjal yang bisa menaikkan

, yaitu paling tinggi at jantung pada D + SS

Grafik 4.5 Rerata rasio berat jantung pada setiap kelompok

Keterangan: N: kelompok Normal, D: Kelompok DM, D + SS: kelompok DM yang diterapi 1 sebelum pemberian ekstrak, H7: Hari

p value<0,05, **: p

Karena data normal namun tidak homogen, maka harus dilakukan transformasi data. Setelah transformasi data One-Way Anova.

(40)

27

Berdasarkan uji One-Way Anova didapatkan p value 0,007 menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan pada ketiga kelompok. Data ini menunjukkan bahwa pemberian ekstrak Smallanthus sonchifolius dapat menghambat terjadinya disfungsi jantung sehingga didapatkan rasio berat jantung yang lebih kecil jika dibandingkan dengan kelompok DM. Hal ini sesuai dengan penelitian Poornima et al (2006) yang menemukan terjadinya disfungsi diastolik setelah 7 hari DM akibat induksi streptozotocin, dan pada status hiperglikemia terjadi peningkatan protein kinase C sehingga bisa menyebabkan hipertrofi jantung.23

4.4 Hambatan Penelitian

(41)

28

BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

5.1Simpulan

 Pemberian ekstrak daun yakon (Smallanthus sonchifolius) dengan dosis 300 mg/kgBB/hari selama 14 hari dapat menurunkan kadar glukosa darah tikus Sprague dawley yang diinduksi aloksan secara signifikan (p value

0,012). Didapatkan penurunan glukosa darah sebesar 29% pada kelompok terapi, meski belum bisa mencapai kadar normal.

 Terdapat perbedaan gambaran rasio berat antara kelompok meskipun tidak

signifikan denga p value 0,499 setelah pemberian ekstrak daun yakon (Smallanthus sonchifolius) dengan dosis 300 mg/kgBB/hari selama 14 hari.

 Terdapat perbedaan gambaran rasio berat organ yang signifikan antara kelompok, yaitu rasio berat pankreas dengan p value 0,004, ginjal dengan

p value 0,001, dan jantung dengan p value 0,007.

5.2 Saran

Bagi peneliti selanjutnya,

1. Diaharapkan sebelum dilakukan penimbangan berat badan, dilakukan

anestesi terlebih dahulu.

2. Diharapkan dapat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pemberian

ekstrak daun yakon (Smallanthus sonchifolius) menggunakan dosis yang beragam, jumlah sampel yang lebih besar, dan waktu penelitian yang lebih lama.

(42)

29

BAB 6

KERJASAMA RISET

6.1 Kerjasama Riset

(43)

30

DAFTAR PUSTAKA

1. International Diabetes Federation 2011. Diabetes and Millenium Development Goal’s.

Diunduh dari http://www.idf.org/diabetesatlas/5e/diabetes-and-millenium-development-goals. pada tanggal 13/09/2013 pukul 14:20

2. International Diabetes Federation 2013. IDF Diabetes Atlas 6th Edition. Diunduh dari

http://www.idf.org/sites/default/files/EN_6E_Atlas_Full_0.pdf. pada tanggal 6

September 2014 pukul 08.43

3. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI 2013. Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdas). Diunduh dari

http://www.litbang.depkes.go.id/sites/download/rkd2013/Laporan_Riskesdas2013.PDF. pada tanggal 6 September 2014. Pada pukul 09.35

4. Fauci, Braunwald, Kasper, Hauser, Longo, Jameson, Loscalzo, et al. Harrison’s Principles of Internal Medicine 17th Edition. McGraw Hill; 2008

5. Hofmann, Susanna and Michael Brownlee. Diabetes Mellitus: A Fundamental and

Clinical Text 3rd Edition. Lippincott Williams & Wilkins; 2004.

6. Rao, M.Upendra, et al. Herbal Medicines for Diabetes Mellitus: A Review. USA: International Journal of PharmTech Research. 2010

7. Baroni, Silmara, et al. Effect of crude extracts of leaves of Smallanthus sonchifolius (Yakon) on glycemia in diabetic rats: Revista Brasileira de Ciências Farmacêuticas. 2008

8. Lachman. J, et. al. Yakon [Smallanthus sonchifolia (Poepp. et Endl.) H. Robinson] chemical composition and use – a review. Prague: Czech University of Agriculture. 2003 9. Aybar, Manuel J., Alicia N. Sa´nchez Riera, Alfredo Grau, Sara S. Sa´nchez.

(44)

31

10. Perkeni. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan DM Tipe 2 di Indonesia. 2011

11. Gerard, Tortora, and Bryan Derrickson. Principles of Anatomy and Physiology 12th Edition. USA: John Willey & Sons. 2009

12. Guyton and Hall. Textbook of Medical Physiology 12th ed. USA: Mc Graw Hill. 2011 13. Ganong. Review of medical Physiology 22nd edition. USA: Mc Graw Hill. 2005

14. Siebernagle, Stefan and Florian Lang. Color Atlas of Pathophysiology. New York: Thieme. 2000

15. Sudoyo, Aru. W, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing. 2009 16. Rohilla, Ankur and Shahjad, Ali. Alloxan Induced Diabetes: Mechanisms and Effects. .

Int. J. R. in Pharmaceutical and Biomedical Sciences Vol. 3 (2): 2012

17. Polreich Severin. Establishment of a classification scheme to structure the post-harvest diversity of yakon storage roots (Smallanthus sonchifolius (poepp. & endl.) H. Robinson). Lima, Peru: University of Kassel; 2003

18. Smallanthus sonchifolius (Poepp.) H. Rob Unranked synonym in NCBI Taxonomy.

http://www.gbif.org/species/106690636. Diunduh pada tanggal 05/09/2014 pada pukul 15.39

19. Valentová, Kateřina and Jitka Ulrichová. Smallanthus Sonchifolius and Lepidium Meyenii–Prospective Andean Crops for The Prevention Of Chronic Diseases. Czech Republic: Faculty of Medicine, Palacký University. 2003

20. Vitrac dan Ong KW. Anti-Diabetic And Anti-Lipidemic Effects Of Chlorogenic Acid Are Mediated By Ampk Activation. Elsevier. 2013

(45)

32

diabetic mice (Family Papilionaceae). Maharastra: Research Journal of Pharmaceutical, Biological and Chemical Sciences

22. Zafar Muhammad and Syed Naeem-ul-Hassan Naqvi. 2010. Effects of STZ-Induced Diabetes on the Relative Weights of Kidney, Liver and Pancreas in Albino Rats: A Comparative Study. Int. J. Morphol., 28(1):135-142

23. Poornima, Indu G, et al. Diabetic Cardiomyopathy: The Search for a Unifying Hypothesis. Journal of the American Heart Association. 2006.

(46)

Gambar 7.1 Hasil Determinasi

33

LAMPIRAN

Hasil Determinasi

.1 Hasil Determinasi Smallanthus sonchifolius

Lampiran 1

(47)

Gambar 7.2 Surat Keterangan Sehat Tikus

Surat Keterangan Tikus Sehat

.2 Surat Keterangan Sehat Tikus Sprague dawley

34

Lampiran 2

(48)

35

Lampiran 3

Gambar Proses Penelitian

7.3 Proses Penghancuran Daun Yakon 7.4 Proses Ekstraksi Daun Yakon

7.5 Ekstrak Kering Daun Yakon 7.6 Proses Induksi Aloksan

(49)

36

(lanjutan)

7.9 Proses Sarifice 7.10 Alloxan Monohydrat

7.11 Proses Pengukuran Kadar GDS 7.12 Pengukuran Berat Badan Tikus

7.13 Proses Pembuatan Larutan

(50)

37

Lampiran 5 Cara Perhitungan

Induksi Alloxan

 Dosis yang dipakai adalah 150 mg/kgBB tikus

= =

 Rata-rata BB tikus adalah 300 gram dan jumlah tikus adalah 20 ekor

 20 x 300 g x 15 mg/100 g = 900 mg

 Konsentrasi obat = 15/0,1

 15/0,1 = 900/α

 α = 0,1 x 900/15

 α= 6 ml

 Jadi, untuk 900 g aloksan membutuhkan 6 ml

 900 g/ 6 ml = 15/0,1

 15/100 x 300 = 45 mg

 900 g/6 ml = 45 mg/ β

 β= 45 x 6 / 900

 β= 0,3 ml

 Jadi, untuk tiap tikus dengan berat 300 g diinjeksi sebanyak 0,3 ml

1. Pemberian Ekstrak Smallanthus sonchifolius

 Dosis ekstrak: 300 mg/kgBB = 300 mg/ 1000 g = 30 mg/ 100 g

 Butuh untuk 10 ekor x 300 g (bb tikus) x 30 mg/ 100 g = 900 mg

 Konsentrasi obat: 30 mg / 0,1 ml

 30 mg/ 0,1 = 900 mg/ α

 α = 900 x 0,1 / 30 = 3 ml

 Jadi untuk melarutkan 900 mg dibutuhkan larutan akuades

(51)

38

Lampiran 6 Daftar Riwayat Penulis

Nama Lengkap : Anisatul Muqorrobin

Tempat, Tanggal Lahir : Malang, 31 Oktober 1992

Alamat Asal : Jl. Bauksit 33, RT/RW: 02/09, Kel.

Purwantoro, Kec. Blimbing, Kota Malang

Domisili : Jl. Pisangan Barat I no. 26, RT/RW:

03/09, Kel. Cirendeu, Kec. Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan

Jenis Kelamin : Perempuan

Telepon : 085755069713

Email : anismuqorrobin@yahoo.com

Riwayat Pendidikan

1. TK Muslimat NU 22 1997-1999

2. MI NU Maudlu’ul Ulum Tahun 1999 - 2005

3. MTs Almaarif 01 Singosari Tahun 2005 – 2008 (Pondok Pesantren

Al-Ishlahiyah Singosari Malang)

Gambar

Grafik 4.1 Rerata Glukosa Darah Tikus pada Hari Ke-1, 7, dan 14
Gambar 2.1
Gambar Proses Penelitan.......................................................
tabel yang menunjukkan peningkatatabel yang menunjukkan peningkatan kadar insulin plasma dalam menit.n kadar insulin plasma dalam menit.11, 12
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pendidikan formal di sekolah hendaknya dapat menjawab tantangan di masyarakat sehari-hari.Ilmu pengetahuan yang dipelajari di dalam kelas, agar terkait langsung

Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru, dan saling membantu teman sekelompoknya untuk mencapai

Pengaruh Pemberian Kombinasi Tepung Daging Keong MAS ( Pomaecea canaliculata ) dan Tepung Ikan terhadap Pertumbuhan Ikan Patin ( Pangasius pangasius). Program Studi

During this visit to Mexico, President Yudhoycno and President Calderon held productive talks and affirmed their commitment to strengthen, expand and elevate

[r]

Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut dapat peneliti simpulkan bahwa pendidikan Program Tanżim Syarikat Islam ialah mengarahkan, membimbing seseorang

Hasil penelitian tentang kemampuan membaca permulaan anak tunarungu melalui metode gleen doman yang meliputi aspek-aspek membaca kata dalam kartu, menuliskan nama

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan maka diperoleh simpulan bahwa penelitian yang berjudul “Analisis Kesantunan Imperatif dalam Alquran Surat At Taubah”