• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN METODE BERMAIN PERAN KELAS IV SDN 5 WONODADI KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU TP. 2011/2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN METODE BERMAIN PERAN KELAS IV SDN 5 WONODADI KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU TP. 2011/2012"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN METODE BERMAIN PERAN KELAS IV SDN 5

WONODADI KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU

TP. 2011/2012 Oleh MUNTOFINGAH

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK),dan dilaksanakan dalam dua siklus, yang terdiri atas perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Aspek yang diamati pada tiap siklus adalah aktivitas dan hasil belajar siswa.

Sebelum dilakukan penelitian, kemampuan siswa menyampaikan pesan melalui telepon masih rendah atau belum mencapai KKM yang ditentukan, yaitu 62,00. Berdasarkan masalah tersebut, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Bahasa Indonesia, khususnya kompetensi dasar menyampaikan pesan melalui telepon dengan menggunakan metode bermain peran pada siswa kelas IV SD Negeri 5 Wonodadi Kecamatan Gadingrejo TP. 2011/2012, dengan subjek penelitian berjumlah 20 siswa yang terdiri atas 12 laki-laki dan 8 perempuan.

Hasil penelitian kemampuan menyampaikan pesan melalui telepon, setiap siklus mengalami peningkatan. Pada siklus I, nilai rata-rata siswa 57,50 dengan persentase ketuntasan 30%, siswa yang mencapai KKM 6 siswa dan yang tidak mencapai KKM 14 siswa. Pada siklus II, nilai rata-rata siswa 74,25 dengan persentase ketuntasan 80%, siswa yang mencapai KKM 16 siswa dan yang tidak mencapai KKM 4 siswa. Dari kedua siklus yang diterapkan, terjadi peningkatan kemampuan siswa menyampaikan pesan melalui telepon. Peningkatan nilai rata-rata dari siklus I ke siklus II 16,75, peningkatan persentasenya 50%, dan peningkatan jumlah siswa yang mencapai KKM 10 siswa. Berdasarkan indikator keberhasilan pada siklus II, bahwa metode bermain peran yang diterapkan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Bahasa Indonesia kompetensi dasar menyampaikan pesan melalui telepon pada siswa kelas IV SD Negeri 5 Wonodadi Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu.

(2)

WONODADI KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU

TP. 2011/2012

(PTK)

Oleh

MUNTOFINGAH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)

WONODADI KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU

TP. 2011/2012

Oleh

MUNTOFINGAH Penelitian Tindakan Kelas

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

Grafik Halaman 4.1 Grafik Aktivitas Belajar Siswa Menyampaikan Pesan Melalui

Telepon Siklus I ... 74 4.2 Grafik Klasikal Metode Bermain Peran untuk Menyampaikan

Pesan Melalui Telepon pada Siklus I... 75 4.3 Grafik Aktivitas Belajar Siswa Menyampaikan Pesan Melalui

Telepon Siklus II ... 76 4.4 Grafik lasikal Metode Bermain Peran untuk Menyampaikan Pesan

Melalui Telepon pada Siklus II ... 77 4.5 Grafik Rata-rata Aktivitas Belajar Siswa Menyampaikan Pesan

Melalui Telepon Siklus I dan Siklus II ... 78 4.6 Grafik Nilai Rata-Rata Siswa Hasil Belajar Siswa Menyampaikan Pesan

(5)

HALAMAN JUDUL ... i 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah... 4

1.3 Rumusan Masalah ... 5

1.4 Tujuan Penelitian ... 5

1.5 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Belajar ... 8

2.1.1 Teori Belajar Behavioristik... 8

2.1.2 Teori Belajar Kognitif... 9

2.1.3 Teori Belajar Konsruktivisme... 10

2.2 Proses Pembelajara ... 11

2.3 Aktivitas Belajar ... 13

2.4 Hasil Belajar ... 16

2.5 Metode Bermain Peran atau Sosiodrama (Roll-playing) ... 21

2.5.1 Pengertian Metode Bermain Peran atau Sosiodrama ... 21

2.5.2 Penggunaan Metode Bermain Peran atau Sosiodrama ... 22

2.5.3 Langkah-langkah dalam Bermain Peran... 22

2.6 Kelebihan dan Keterbatasan Metode Bermain Peran ... 23

2.6.1 Kelebihan Metode Bermain Peran ... 23

2.6.2 Keterbatasan Metode Bermain Peran ... 24

2.7 Pembelajaran Bahasa ... 24

(6)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian ... 29

3.1.1 Perencanaan ... 30

3.1.2 Tindakan ... 30

3.1.3 Observasi ... 31

3.1.4 Refleksi ... 31

3.2 Subjek Penelitian Tindakan Kelas ... 32

3.3 Waktu Penelitian Tindakan Kelas ... 32

3.4 Tempat Penelitian Tindakan Kelas ... 33

3.5 Aspek yang Diamati ... 33

3.5.1 Aspek Siswa ... 33

3.5.2 Aspek Guru ... 33

3.6 Rencana Penelitian Tindakan Kelas ... 34

3.6.1 Siklus I ... 34

3.6.2 Siklus II ... 37

3.7 Jenis Data... 40

3.8 Metode Pengumpulan Data ... 42

3.9 Teknik Analisis Data ... 43

3.9.1 Indikator Lafal dalam Bertelepon ... 45

3.9.2 Indikator Intonasi dalam Bertelepon ... 45

3.9.3 Indikator Mimik/Gerak-Gerik dalam Bertelepon ... 45

3.9.4 Indikator Etika dalam Bertelepon ... 46

3.10 Langkah-Langkah Menganalisis Data ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Temuan Umum ... 48

4.1.1 Sejarah Singkat Berdirinya SD Negei 5 Wonodadi Kecamatan Gadingrejo ... 48

4.1.2 Keadaan Sekolah ... 48

4.1.3 Keadaan Guru ... 49

4.1.4 Keadaan Siswa ... 50

4.2 Hasil Penelitian... 52

4.2.1 Jadwal Penelitian ... 52

4.2.2 Pembelajaran pada Siklus I ... 52

4.2.3 Pembelajaran pada Siklus II ... 63

4.3 Pembahasan... 74

4.3.1 Perkembangan Kemampuan Menyampaikan Pesan melalui Telepon dengan Metode Bermain Peran ... 74

4.3.1.1 Grafik Pembelajaran Siklus I ... 74

4.3.1.2 Grafik Pembelajaran Siklus II... 76

4.3.2 Kelebihan dan Keterbatasan Metode Bermain Peran ... 79

4.3.2.1 Kelebihan Metode Bermain Peran untuk Menyampaikan Pesan melalui Telepon... 79

4.3.2.2 Keterbatasan Metode Bermain Peran untuk Menyampaikan Pesan melalui Telepon ... 80

(7)
(8)

Abu Ahmadi. 1987.Deduktif Metodik. Semarang: CV. Toha Putra. Akhadiah, Sabarti, dkk. 1997.Membaca. Jakarta: Universitas Terbuka. Arikunto, Suharsini.1990.Prosedur Penelitian. Jakarta.Rineka Cipta.

Darmadi, Kaswan & Rita Nirbaya.2008. Bahasa Indonesia untuk SD dan MI Kelas IV. Jakarta. Pusat Perbukuan Depdiknas.

Djamarah, Syaiful Bahri & Zain Aswan.2002. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta.

Djojosuwito, Subandio.1995. Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: Yudistira.

Hasibuan, J.J. 2002.Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Lestari H, Fitriani & Anton Suparyanto.2010.Bahasa Indonesia untuk SD dan MI

Kelas IV. Yogyakarta. Intan Pariwara.

Nurcholis, Hanif. 2007.Saya Senang Berbahasa Indonesia. Jakarta. Erlangga. Nurgiantoro, Burhan.1995.Penilaian Bahasa dan Sastra. Yogyakarta:BPEE Purwadarminta.1976.Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga. Ramlan.1996.Sintaksis. Jakarta: Bina Aksara.

Roestiyah. 2008.Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Semi, M. Atar. 2008.Terampil Berdiskusi dan Berdebat. Bandung: Titian Ilmu. Suryobroto, B. 1996.Proses Belajar Mengajar di Sekolah.Jakarta : Rineka Cipta. Suyanto, Edi. 2005. Penerapan Model Permainan Tematis dalam Pembelajaran

Membaca di Sekolah Dasar. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Tarigan.2008. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa .Bandung :

(9)

Winataputra, Udis S. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.

(10)

1.1 Persentase Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IV SD Negeri 5

Wonodadi ... 4 2.1 Format Penilaian Aktivitas Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri 5

Wonodadi ... 16 3.1 Instrumen Penilaian Menyampaikan Pesan melalui Telepon ... 43 3.2 Indikator Menyampaikan Pesan melalui Telepon ... 44 3.3 Tolok Ukur Penilaian Kemampuan Menyampaikan Pesan

melalui Telepon ... 47 4.1 Data Kepala Sekolah SDN 5 Wonodadi sejak 1960 Hingga Sekarang 49 4.2 Data Guru SDN 5 Wondadi Tahun Pelajaran 2011/2012 ... 50 4.3 Keadaan Siswa SDN 5 Wondadi Tahun Pelajaran 2011/2012 ... 50 4.4 Jadwal Penelitian Menyampaikan Pesan melalui Telepon ... 52 4.5 Persentase Aktivitas Siswa Bermain Peran Menyampaikan Pesan

melalui Telepon Siklus I ... 59 4.6 Persentase Bermain Peran Menyampaikan Pesan melalui Telepon

Siklus I ... 61 4.7 Persentase Aktivitas Siswa Bermain Peran Menyampaikan Pesan

Melalui Telepon Siklus II ... 71 4.8 Persentase Bermain Peran Menyampaikan Pesan melalui Telepon

(11)

Judul PTK : MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN METODE BERMAIN PERAN KELAS IV SD NEGERI 5 WONODADI KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU TP.

2011/2012

Peneliti :

a. Nama : MUNTOFINGAH b. NPM : 1013119150 c. Program Studi : S-1 PGSD

d. Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan e. Jenis Penelitian : Penelitian Tindakan Kelas

Lokasi Peneliti : SD Negeri 5 Wonodadi Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu

Bandarlampung, Juli 2012

Menyetujui,

Ketua Jurusan, Dosen Pembimbing,

(12)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang bertujuan mencetak sumber daya manusia yang berkualitas dan kompeten. Sekolah harus dengan sadar membina cipta, rasa, dan karsa siswanya. Sekolah juga harus melakukan pembinaan kognitif, afektif, dan psikomotor secara simultan. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan pengelolaan kegiatan pembelajaran yang baik. Proses pembelajaran harus dipandang sebagai suatu stimulus atau rangsangan yang dapat menantang peserta didik untuk merasa telibat atau berpartisipasi dalam aktivitas pembelajaran. Peranan guru hanyalah sebagai dan pembimbing atau pemimpin pembelajaran yang demokratis, sehingga diharapkan peserta didik lebih banyak melakukan kegiatan sendiri atau dalam bentuk kelompok untuk menyelesaikan masalah atas bimbingan guru.

(13)

intelektual yang tinggi, memiliki kepekaan (sensitif) terhadap kemajuan belajar dari tingkat konseptual rendah ke tingkat intelektual tinggi.

Keberhasilan pembelajaran ditandai dengan hasil belajar siswa yang baik. Bila hasil belajar belum baik, maka proses belajar dan pembelajaran belum berhasil. Hasil belajar dapat dijadikan sebagai tolok ukur baik oleh guru maupun siswa dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan.

Sekolah Dasar Negeri 5 Wonodadi Kecamatan Gadingrejo merupakan salah satu sekolah dasar yang konsisten dalam membina sumber daya manusia yang berkualitas, cerdas, dan terampil, terutama mempersiapkan siswanya agar mampu menghadapi jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting bagi manusia dalam kehidupan sehari-hari. Dikatakan penting, karena bahasa tidak terpisahkan, dan selalu mengikuti setiap aktivitas manusia. Bahkan sejak manusia dilahirkan, manusia sudah memiliki dorongan-dorongan untuk menyatakan sesuatu dalam dirinya.

Tarigan (2008:1) mengemukakan bahwa bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya. Keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktik dan banyak latihan. Melatih keterampilan berbahasa berarti pula melatih keterampilan berpikir

(14)

tidaklah mudah. Untuk itu, pembelajaran berbicara perlu dilatih dan ditingkatkan agar kita mampu berkomunikasi dengan orang lain secara baik dan komunikatif.

Salah satu keterampilan berbahasa yang penting diajarkan adalah keterampilan berbicara sesuai dengan standar kompetensi (SK) Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dengan berbalas pantun dan bertelepon. Kompetensi Dasar (KD) Menyampaikan pesan yang diterima melalui telepon sesuai dengan pesan.

Berdasarkan pengamatan awal terhadap proses pembelajaran Bahasa Indonesia di SD Negeri 5 Wonodadi Kecamatan Gadingrejo kelas IV semester genap tahun pelajaran 2011/2012, pembelajaran kemampuan menyampaikan pesan yang diterima melalui telepon sesuai dengan pesan, belum mencapai kreteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan yaitu 62,00 dan siswa yang mencapai nilai 62,00 atau lebih harus di atas 75%.

(15)

Data- data tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1.1 Persentase hasil belajar Bahasa Indonesia kelas IV SD N 5 Wonodadi Hasil Belajar Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Jumlah Anak Persentase Wonodadi karena dalam kegiatan pembelajaran masih banyak didominasi oleh guru dan guru kurang memperhatikan siswa yang kurang aktif dalam belajar, siswa banyak yang berbicara dengan kawannya, sehingga kelas menjadi ribut atau ramai. Metode yang digunakan hanya metode ceramah, sehingga kurang menarik anak. Berdasarkan uraian di atas penerapan metode pembelajaran yang kurang tepat dalam proses pembelajaran menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa. Diharapkan dengan diterapkannya model pembelajaran roll playingatau bermain peran pada pelajaran Bahasa Indonesia dapat meningkatkan hasil belajar pada siswa kelas IV SD Negeri 5 Wonodadi Kecamatan Gadingrejo.

1.2 Identifikasi Masalah

Rendahnya hasil belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia kompetensi dasar menyampaikan pesan melalui telepon disebabkan oleh hal-hal, seperti berikut. a. Siswa tidak mempunyai motivasi belajar.

b. Siswa tidak terbiasa berkomunikasi secara formal menggunakan Bahasa Indonesia di sekolah.

c. Cara mengajar guru masih monoton dengan menggunakan metode ceramah sehingga siswa tidak banyak dilibatkan dalam pembelajaran.

(16)

e. Guru belum mampu mengaitkan materi pembelajaran dengan metode pembelajaran.

f. Sistem evaluasi tidak berorientasi pada proses, tetapi lebih menekankan pada hasil akhir.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, rumusan peneliti ini adalah sebagai berikut.

a. Apakah dengan menggunakan metode pembelajaran bermain peran dapat meningkatkan aktivitas belajar Bahasa Indonesia siswa kelas IV SD Negeri 5 Wonodadi Kecamatan Gadingrejo kabupaten Pringsewu?

b. Apakah dengan menggunakan metode pembelajaran bermain peran dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia siswa kelas IV SD Negeri 5 Wonodadi Kecamatan Gadingrejo Kabupaten pringsewu?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian adalah sebagai berikut.

a. Meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IV SD Negeri 5 Wonodadi Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu pada pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan metode pembelajaran bermain peran. b. Meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD negeri 5 Wonodadi

Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu pada pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan metode bermain peran.

(17)

a. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi kepentingan pendidikan dan pengajaran Bahasa Indonesia terutama pembelajaran berbicara di sekolah.

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara praktis, baik untuk siswa, guru, maupun untuk sekolah.

1. Untuk siswa

- Meningkatkan aktivitas dan minat siswa untuk belajar Bahasa Indonesia dalam menyampaikan pesan melalui telepon.

- Memotivasi siswa dalam melaksanakan aktivitas belajar di kelas baik secara individu maupun kelompok.

2. Untuk Guru

- Guru dapat memperbaiki proses pembelajaran Bahasa Indonesia dalam menyampaikan pesan melalui telepon di kelas.

- Guru dapat meningkatkan kinerjanya secara profesional dalam melaksanakan pembelajaran Bahasa Indonesia, khususnya menyampaikan pesan melalui telepon.

- Guru dapat mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, khususnya menyampaikan pesan melalui telepon.

3) Untuk Sekolah

(18)
(19)

2.1 Teori Belajar

Teori belajar mencakup teori belajar behavioristik, teori belajar kognitif, dan teori belajar konstruktivisme.

2.1.1 Teori Belajar Behavioristik

Teori belajar behavioristik mendefinisikan bahwa, belajar merupakan perubahan prilaku, khususnya perubahan kapasitas siswa untuk berprilaku yang baru sebagai hasil belajar, bukan sebagai hasil proses pematangan atau pendewasaan semata.

B.F Skiner sebagai tokoh belajar Operant Conditioning berpendapat behwa, belajar menghasilkan perubahan prilaku yang dapat diamati, sedangkan prilaku dan belajar diubah oleh kondisi lingkungan. Teori Skiner {1954) sering disebut

Operant Conditioning yang berunsur rangsangan atau stikuli respon dan kosekuensi tanggapan dapat bersifat positif atau negatif, namun keduanya kukuh atau memperkuat ataureinforcement(Sudjana dan Rivai,2003).

(20)

(3) alih belajar, yaitu pengisyaratan untuk membangkitkan dan memberlakukan secara umum (Dimyati dan Mujiono, 1999:12).

Piaget berpendapat bahwa, belajar terdiri atas tiga tahap, yaitu (1) Asimilasi adalah proses mendapatkan informasi dan pengalaman baru yang langsung diintegrasikan dan menyatu dengan mental yang dimiliki seseorang, (2) Akomodasi adalah proses menstrukturalkan kembali mental sebagai suatu akibat adanya pengalaman atau adanya informasi baru, (3) Equilibrasi atau penyeimbang adalah penyesuaian yang berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi. Dengan demikian, belajar itu tidak hanya menerima informasi dan pengalaman saja, tetapi juga terjadi penstrukturan kembali informasi dan pengalaman lamanya untuk mengakomodasi informasi dan pengalaman baru (Sukmaningadji,S .2006).

2.1.2 Teori Belajar Kognitif

Menurut teori belajar kognitif, belajar diartikan sebagai proses interaksional seseorang memperoleh pemahaman baru atau setruktur kognitif dan mengubah hal-hal yang baru.

(21)

informasi yang diperlukan untuk memperoleh kapasitas yang baru (Marganet G. Bell, 117-129).

Ausubel berpendapat bahwa, belajar adalah pada dasarnya seseorang memperoleh pengetahuan melalui penerimaan, bukan melalui penemuan karena konsep-konsep, prinsip, dan ide-ide yang disajikan pada siswa akan diterima oleh siswa dan dapat juga konsep ini ditemukan oleh siswa (Gagne/Berliner, 322).

2.1.3 Teori Belajar Konstruktivisme

Teori konstruktivisme ini menyatakan bahwa, siswa harus menemukan sendiri dan menstranformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide. Teori ini berkembang dari kerja Piaget, Vygotsky, teori-teori pemrosesan informasi, dan teori psikologi kognitif yang lain, seperti teori Bruner (Slavin dalam Nur, 2002:8).

Menurut teori konstruktivisme ini, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah guru tidak hanya sekadar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan didalam benaknya.

(22)

anak tangga tersebut (Nur, 2002:8).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan yang mengacu pada perubahan prilaku dan potensi individu, baik perubahan yang positif atau negatif dalam kemampuan yang bertahan lama. Belajar tidak hanya menerima informasi dan pengalaman baru, tetapi penstrukturan kembali informasi dan pengalaman baru dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai.

2.2 Proses Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pembelajaran ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.

Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran, hingga mencapai sesuatu objek yang ditentukan (aspek

(23)

tujuan pembelajran.

Pembelajaran biasanya terjadi dalam situasi formal yang secara sengaja diprogramkan oleh guru dalam usahanya mentransfer ilmu kepada peserta didik berdasarkan kurikulum dan tujuan yang hendak dicapai. Melalui pembelajaran, peserta didik melakukan proses belajar sesuai dengan rencana pengajaran yang telah diprogramkan. Dengan demikian unsur kesengajaan melalui perencanaan oleh pihak guru merupakan ciri utama pembelajaran. Upaya pembelajaran yang berakar pada pihak guru dilaksanakan secara sistematis, yaitu secara utuh dengan memperhatikan berbagai aspek.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, proses pembelajaran adalah proses interaksi antara siswa dengan guru dalam situasi formal di kelas yang didasarkan pada kurikulum dan tujuan pembelajaran. Pada proses pembelajaran meliputi tiga aspek, yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotor peserta didik.(http//id.wikipedia.org.2011).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi antara siswa dengan guru atau pendidik dan dengan sumber belajar. Guru sebagai pengajar dan siswa adalah belajar dan menguasai isi pelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran biasanya terjadi dalam situasi resmi dan terprogram.

(24)

keterampilan dasar, yaitu mengobservasi, mengklasifikasi, mengukur, menyimpulkan, dan mengomunikasikan. Sedangkan keterampilan psikis berupa keterampilan terintegrasi yaitu mengidentifikasi data, menyajikan, menggambarkan, menyimpulkan, dan mengolah data. Pada prinsipnya, belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak ada aktivitas. Itulah mengapa aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar. Aktivitas belajar sebagai proses terdiri atas enam unsur, yaitu tujuan belajar, peserta didik yang termotivasi, tingkat kesulitan belajar, stimulus dari lingkungan, peserta didik yang memahami situasi, dan pola respon peserta didik.

kehampaan, tidak pula sepi dari berbagai aktivitas. Tidak pernah terlihat orang yang belajar

berperan sangat penting untuk dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Proses pembelajaran yang dilakukan dalam kelas merupakan aktivitas mentransformasikan pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Guru diharapkan mampu mengembangkan kapasitas belajar, kompetensi dasar dan potensi yang dimiliki siswa serta guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam berpikir (psikis) maupun dalam berbuat (fisik). Pembelajaran yang dilakukan lebih berpusat pada siswa, sehingga siswa aktif dalam proses pembelajaran.

(25)

menjawab pertanyaan, senang diberi tugas, dan lain sebagainya.

Bermacam-macam kegiatan atau aktivitas belajar yang dapat dilakukan oleh murid-murid di kelas, tidak hanya mendengarkan atau menvatat. Paul B. Diedrich ( dalam Nasution,2004:9), membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan atau aktivitas siswa, antara lain:

1) Visual activities seperti membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain dan sebagainya.

2) Oral Aativities seperti menyatakan ,merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan interview, diskusi, interupsi dan sebagainya.

3) Listening activities seperti mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, musik, dan sebagainya.

4) Wraiting activities seperti menulis cerita, karangan ,laporan,tes, angket, menyalin, dan sebagainya.

5) Drawing activities seperti menggambar, membuat grafik, peta, diagram, pola, dan sebagainya.

6) Motor activities seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, bermain, berkebun, memelihara binatang, dan sebagainya.

7) Mental activities seperti menanggapi, mengingat, menyelesaikan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan, dan sebagainya.

(26)

pelajaran dapat dilakukan bermacam-macam kegiatan.

Berdasarkan teori-teori di atas dapat disimpulkan bahwa, aktivitas belajar siswa merupakan proses pelibatan siswa dalam pembelajaran yang meliputi: (a) aktivitas siswa dalam mencari informasi dan menemukan gagasan atau jawaban, (b) Aktivitas siswa bertanya pada guru dan sesama siswa, (c) aktivitas menjawab pertanyaan guru dan siswa lain, (d) keberanian dalam mengungkapkan pendapat/gagasan dalam kelompok, (e) partisipasi aktif dalam menyelesaikan masalah melalui kelompoknya.

Dalam penelitian ini, aktivitas belajar siswa yang diamati adalah aktivitas yang tampak atau dapat diamati, sehingga memudahkan pendataan. Aktivitas belajar yang diamati sebagai berikut.

6) Menghargai penampilan kelompok lain.

Berikut merupakan format yang digunakan peneliti untuk menilai aktivitas belajar siswa selama penelitian berlangsung.

Tabel 2.1 Format Penilaian Aktivitas Belajar Siswa Kelas IV SD N 5 Wonodadi N

o Nama Siswa

Indikator Penilaian

Keterangan

(27)

2 3 4 5

Keterangan:

1 = Bertanya pada guru.

2 = Memperhatikan penjelasan guru. 3 = Praktik bertepon.

4 = Etika bertepon.

5 = Mengemukakan pendapat.

6 = Menghargai penampilan kelompok lain. A = Aktif

T = Tidak aktif

2.4 Hasil Belajar

(28)

keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru, sehingga dapat mengkontruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari.

Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor, yakni faktor dari dalam dan faktor dari luar diri siswa. Faktor dari dalam yang dimaksud adalah perubahan kemampuan yang dimiliki oleh siswa, bahwa hasil belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa, dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan. Faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan yang sangat dominan mempengaruhi kualitas belajar siswa. Belajar adalah suatu perubahan prilaku akibat interaksi dengan lingkungannya. Perubahan prilaku dalam proses pembelajaran terjadi akibat dari interaksi dengan lingkungan dan biasanya dilakukan dengan sengaja. Belajar dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan dalam diri individu.

(29)

perubahan tingkah laku siswa setelah mengalami proses pembelajaran. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:3) berpendapat bahwa, hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, dari siswa, hasil belajar merupakan puncak proses belajar.

belajar adalah kemampuan yang diperoleh

Melalui hasil belajar siswa maka dapat diketahui sejauh mana perkembangan intelektual siswa. Jika hasil belajar dinyatakan tidak baik artinya selama proses pembelajaran siswa kurang mengikuti dengan baik. Oleh karena itu hasil belajar dapat dikatakan sebagai puncak dari proses pembelajaran.

Tim pengembang kurikulum (2005:32) yaitu, karakteristik manusia meliputi tipikal berfikir, berbuat dan perasaan. Tipikal berfikir berkaitan dengan ranah koognitif, tipikal berbuat berkaitan dengan ranah psikomotor dan tipikal perasaan berkaitan dengan ranah afektif. Ketiga ranah tersebut merupakan karakteristik manusia dan dalam bidang pendidikan ketiga ranah tersebut merupakan hasil belajar.

(30)

Hasil belajar yang dicapai siswa melalui proses belajar mengajar yang optimal cenderung menunjukkan hasil yang berciri sebagai berikut.

1) Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi pada diri siswa.

2) Menambah keyakinan akan kemampuan dirinya.

3) Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya dan akan tahan lama diingatannya, membentuk prilakunya, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, dapat digunakan sebagai alat untuk memperoleh informasi dan pengetahuan yang lainnya.

4) Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan dirinya, terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya.

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Individu yang belajar akan memperoleh apa yang telah dipelajari selama proses belar itu. Hasil belajar yaitu suatu perubahan yang terjadi pada individu yang belajar, bukan hanya perubahan pengetahuan saja, tetapi juga membentuk kecakapan, kebiasaan, pengertian, penguasaan, dan penghargaan dalam diri seseorang yang belajar.

(31)

Perubahan tingkah laku yang diperoleh sebagai hasil belajar adalah sebagai berikut.

1) Perubahan yang terjadi secara sadar, maksudnya individu yang menyadari dan merasakan telah terjadi perubahan yang terjadi pada dirinya.

2) Perubahan yang terjadi relatif lama, maksudnya bahwa tingkah laku yang terjadi setelah selesai belajar akan bersifat menetap.

3) Perubahan yang terjadi mencakup seluruh aspek tingkah laku.

4) Perubahan yang diperoleh individu dari hasil belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku, baik dalam sikap kebiasaan, keterampilan, dan pengethuan.

Berdasarkan kajian teori di atas dapat disimpulkan, bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh dari hasil evaluasi yang dilakukan setelah dilaksanakan proses pembelajaran. Dalam penelitian ini hasil belajar siswa diperoleh ketika proses bermain peran (ketika praktik bertelepon berlangsung) dilaksanakan dengan mengacu kepada indikator yang telah ditetapkan. (lihat halaman 44. Tabel 3.2)

2.5 Metode Bermain Peran atau Sosiodrama (Roll-playing)

(32)

2.5.1 Pengertian Metode Bermain Peran atau Sosiodrama

Bermain peran yaitu suatu teknik yang umumnya digunakan untuk pendidikan sosial dalam hubungan antar manusia. Bermain peran dapat pula diartikan teknik yang bertalian dengan studi kasus yang melibatkan individu dan tingkah laku atau interaksi antar individu. Teknik ini menekankan kenyataan dimana para siswa diikuitsertakan dalam permainan peran dalam mendemonstrasikan masalah-masalah sosial.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, teknik bermain peran melibatkan individu atau siswa dan tingkah laku atau interaksi antar individu untuk memerankan masalah-masalah sosial atau psikologis dari para pelakunya.

2.5.2 Penggunaan Metode Bermain Peran atau Sosiodrama

Teknik bermain peran digunakan apabila kita ingin melatih siswa agar dapat menyelesaikan masalah-masalah yang bersifat sosial psikologis. Melatih siswa dapat bergaul dan memberi pemahaman terhadap orang lain serta masalahnya. Teknik ini digunakan pula bila kita ingin menerangkan suatu peristiwa yang didalamnya menyangkut orang banyak.

2.5.3 Langkah-Langkah dalam Bermain Peran

(33)

masyarakat. Guru memilih beberapa siswa yang akan berperan, masing-masing akan mencari penyelesaian masalah sesuai dengan perannya. Siswa yang lain Menjadi penonton dengan tugas-tugas tertentu pula.

2) Guru harus bisa memilih masalah yang urgen atau penting, sehingga menarik minat siswa. Ia mampu menjelaskan dengan menarik, sehingga siswa terangsang untuk berusaha menyelesaikan masalah itu.

3) Agar siswa memahami peristiwanya, maka guru harus bisa mencari tahu sambil mengatur adegan yang harus diperankan.

4) Bila ada kerelaan dari siswa untuk bermain peran, harap ditanggapi, tetapi guru harus mempertimbangkan apakah ia tepat untuk memerankan peran tersebut. Bila tidak tepat, tunjuk saja siswa yang memiliki kemampuan dan pengetahuan yang diperankan itu.

5) Jelaskan kepada pemeran-pemeran itu sebaik-baiknya, sehingga mereka tahu tugas pemeranannya, menguasai masalahnya, dan pandai berdialog. Siswa yang tidak memerankan peran menjadi penonton yang aktif, disamping mendengar dan menyaksikan, mereka harus memberi saran dan kritik pada apa yang akan dilakukan setelah bermain peran selesai. Bila siswa belum terbiasa, guru perlu membantu siswa dalam bermain peran.

6) Bermain peran dapat dihentikan, bila siswa tidak memahami jalan penyelesaiannya dan perlu diadakan tanya jawab atau diskusi.

(34)

2.6.1 Kelebihan Metode Bermain Peran

1) Siswa lebih tertarik perhatiannya pada materi pembelajaran. 2) Siswa mudah memahami materi pembelajaran.

3) Siswa pandai menempatkan diri seperti watak orang lain. 4) Menumbuhkan sikap saling perhatian.

5) Semua siswa mempunyai kesempatan untuk menunjukkan kemampuannya dalam bekerja sama.

6) Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh.

7) Siswa melatih dirinya untuk memahami dan mengingat materi pembelajaran. 8) Siswa terlatih berinisiatif dan kreatif.

9) Bakat siswa dapat dipupuk dan dikembangkan.

10) Memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung jawab dengan temannya.

11) Bahasa lisan siswa dapat dibina menjadi bahasa yang baik dan mudah dipahami orang lain.

2.6.2 Keterbatasan Metode Bermain Peran

1) Bila guru tidak menguasai tujuan pembelajaran, hasilnya sulit tercapai.

2) Bila kurang memperhatikan norma-norma sosial, adat, kebiasaan, dan keyakinan, maka akan menyinggung perasaan orang lain.

3) Siswa yang tidak memerankan peran tertentu menjadi kurang kreatif.

(35)

2.7 Pembelajaran Bahasa

Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi baik lisan maupun tulisan. Pembelajaran bahasa selain untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar juga memperluas wawasan. Siswa tidak hanya diharapkan mampu memahami informasi yang disampaikan secara lugas atau langsung, tetapi juga dapat memahami informasi yang disampaikan secara terselubung atau tidak secara langsung.

Mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dikembangkan empat aspek yaitu aspek menyimak, aspek berbicara, aspek membaca, dan aspek menulis. Dilihat dari urutan pemerolehannya, keterampilan berbicara diperoleh pada urutan kedua. Hal ini menunjukkan bahwa berbicara tidaklah mudah. Berbicara pada hakekatnya merupakan suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak, yang hanya didahului oleh keterampilan menyimak, dan pada masa tersebutlah kemampuan berbicara atau berujar dipelajari. Rendahnya kemampuan siswa dalam berbicara disebabkan oleh faktor teknik yang kurang tepat. Guru harus mampu memilih teknik pembelajaran Bahasa Indonesia dengan tepat sesuai materi yang diajarkan.

2.8 Berbicara sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa

(36)

Pembelajaran Bahasa Indonesia kelas IV semester genap untuk standar kompetensi berbicara yaitu mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dengan berbalas pantun dan bertelepon. Kompetensi dasarnya yaitu menyampaikan pesan yang diterima melalui telepon sesuai dengan pesan. Dalam pembelajaran ini teknik yang digunakan adalah teknik bermain peran.

2.9 Kerangka Pikir

Kegiatan belajar mengajar merupakan satu kesatuan dari dua kegiatan yang searah. Situasi yang memungkinkan terjadinya kegiatan belajar yang optimal adalah suatu situasi dimana siswa dapat berinteraksi dengan guru dan atau bahan pelajaran di tempat tertentu yang telah diatur dalam rangka mencapai tujuan. Salah satu metode yang digunakan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia adalah metode bermain peran atau roll playing, karena guru yang kreatif akan selalu mencari metode pembelajaran yang baru dalam proses penyelesaian masalah pembelajaran.

(37)

baik dan benar merupakan komponen dalam penilaian Bahasa Indonesia. Sering kegagalan pembinaan dan pengembangan kemampuan dalam berbicara adalah, penetapan setrategi dan metode pembalajaran yang digunakan guru untuk menumbuhkembangkan kemampuan para siswanya dalam berbicara secara optimal oleh berbagai kendala.

Salah satu kendala yang paling dominan dalam melakukan pengembangan berbicara adalah model atau metode pembelajaran tidak menarik bagi siswa, membosankan, hanya ceramah saja, dan monoton. Dampak yang muncul dari model pembelajaran demikian adalah tidak tercapainya tujuan pembelajaran.

Metode bermain peran merupakan alternatif dalam menyelesaikan masalah peningkatan kemampuan siswa dalam berbicara Bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Dengan metode pembelajaran ini, para siswa diajak untuk memerankan figur atau tokoh yang dipilih oleh guru. Metode pembelajaran ini memberikan rangsangan sikap, emosi, dan merespon orang lain. Melalui metode pembelajaran ini, diharapkan nilai-nilai kedisiplinan akan tertanam dalam diri siswa dan mampu menerapkannya dalam belajar di sekolah dan kehidupan sehari-hari.

(38)

Pembelajaran menggunakan metode bermain peran diharapkan dapat memberikan pemahaman yang menarik bagi siswa. Siswa tidak sulit memahami pembelajaran yang diberikan karena harga diri lebih tinggi, penerimaan terhadap individu lebih besar, konflik antarpribadi berkurang, pemahaman lebih mendalam, meningkatkan kebaikan budi pekerti, kepekaan, toleransi dan hasil belajar lebih tinggi.

(39)
(40)

5.1 Simpulan

Berdasarkan temuan dan hasil penelitian tindakan kelas, siswa kelas IV SD Negeri 5 Wonodadi Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu tahun pelajaran 2011/2012, dapat disimpulkan sebagai berikut.

a. Penerapan metode bermain peran dapat meningkatkan aktivitas, hasil belajar , dan keterampilan siswa untuk menyampaikan pesan melalui telepon. Proses pembelajaran menyampaikan pesan melalui telepon pada setiap siklus menerapkan metode penelitian bermain peran dan dibimbing oleh peneliti dan kolaborator. Metode bermain peran dapat memotivasi siswa lebih terampil, kreatif, aktif, dan berani dalam mengungkapkan pikiran dan pendapatnya. b) Hasil penelitan pada siklus I, aktivitas belajar siswa hanya mencapai 40%,

dan nilai hasil belajar siswa rata-rata 57,50 dan siswa yang mencapai KKM 6 siswa (30%). Pada siklus II aktivitas balajar siswa mencapai 75% atau meningkat 35%, nilai rata-rata hasil belajar siswa 74,25 atau menngkat 16,75, dan siswa yang mencapai KKM 16 siswa (80%) atau bertambah 10 siswa. c) Jika nilai rata-rata hasil belajar siswa 57,50 dan jumlah siswa yang mencapai

(41)

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan, peneliti menyarankan sebagai berikut.

a. Untuk Guru

1) Metode bermain peran dapat dijadikan alternatif oleh guru untuk memotivasi siswa berlatih dan belajar untuk terampil menyampaikan pesan melalui telepon.

2) Guru harus lebih cepat tanggap terhadap kesulitan-kesulitan belajar siswa yang dihadapi dalam menerima materi pembelajaran yang menyebabkan aktivitas , hasil belajar, dan kemampuan belajar siswa menurun. Untuk mengatasi hal tersebut guru dalam menyampaikan materi pembelajaran, dianjurkan menggunakan metode-metode atau teknik-teknik pembelajaran yang bervariasi. Guru juga sanggup dan bersedia memberikan motivasi, nasihat, dan bimbingan kepada siswa.

3) Pelaksanaan siklus ke siklus sebaiknya jangan terlalu lama, karena dapat mengakibatkan siswa lupa, jenuh atau bosan terhadap metode bermain peran yang digunakan.

b. Untuk Sekolah

(42)

tertentu.

3) Membantu guru dalam pengadaan media pembelajaran, khususnya media pembelajaran Bahasa Indonesia.

4) Sekolah mempermudah dan memberi kesempatan seluas-luasnya bagi siswa dalam mengembangkan bakat dan kreativitasnya.

5) Sekolah melengkapi sarana belajar yang lain, seperti telavisi, internet, OHP, telepon, surat kabar, majalah dan lain-lain.

c. Untuk Siswa

1) Siswa harus instropeksi diri dan harus lebih banyak melakukan pelatihan untuk mengetahui kekurangan-kekurangan yang dimiliki.

2) Siswa harus lebih banyak berlatih berbicara dalam suasana-suasana yang formal atau resmi.

3) Siswa harus terlatih untuk terampil menyampaikan gagasan atau pesan melalui telepon.

(43)

PERAN KELAS IV SDN 5 WONODADI KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU

TP. 2011/2012

Nama Mahasiswa :Muntofingah

NPM : 1013119150

Program Studi : S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI :

Ketua Jurusan, Pembimbing ,

Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd. Dr. Riswandi, M.Pd. NIP 19510507 198103 1 002 NIP 19760808 200912 1 001

(44)

Ketua :Dr. Riswandi, M.Pd.

Penguji

Bukan Pembimbing : Dra. Hj. Cut Rohani Bitai, M.Pd.

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003

(45)

Assalamualaikum wr.wb.

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Mahaesa, karena berkat rahmat dan anugerah-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan PTK ini tepat pada waktunya. Laporan ini hasil penelitian mahasiswa S-1 Kependidikan bagi Guru dalam Jabatan, Program Studi S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang dilaksanakan di kelas IV SD Negeri 5 Wonodadi Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Hj. Bujang Rahman, M.Si, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

3. Dr. Darsono, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

4. Dr. Riswandi, M.Pd., selaku dosen Pembimbing. 5. Dra. Cut Rohani Bitai, M.Pd., selaku dosen Pembahas.

6. Bapak Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

(46)

9. Seluruh dewan guru, karyawan, beserta staf tata usaha SD Negeri 5 Wonodadi Kecamatan Gadingrejo.

10. Rekan-rekan mahasiswa S-1 dalam Jabatan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

11. Siswa-siswi kelas IV SD Negeri 5 Wonodadi Kecamatan Gadingrejo.

12. Seluruh pihak yang membantu baik secara langsung maupun tidak langsung.

Semoga Allah SWT. memberikan berkah, rahmat, dan hidayah serta kemuliaan-Nya atas kebaikan dan pengorbanan bagi kita. Kritik dan saran yang bersifat membangun demi kebaikan laporan PTK ini sangat penulis harapkan. Semoga laporan ini bermanfaat bagi penulis khususnya, dan bagi pembaca pada umumnya. Amin.

Bandarlampung, Juli 2012 Penulis,

Muntofingah NPM 1013119150

(47)

Tebarkan ilmu yang kau dapat meski hanya satu ayat

Jangan katakan tidak mungkin saat kita sedang berusaha dan berdoa

(Nikholas Pane)

Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu janganlah engkau termasuk

orang-orang yang bimbang

(QS. Albaqarah, 147)

(48)

Puji syukur dan bahagia atas segala rahmat dan hidayah yang Allah Swt. limpahkan, saya mempersembahkan laporan PTK ini, kepada orang-orang terkasih dan tercinta sebagai berikut.

1. Orang tua dan mertua, dengan segala limpahan kasih sayang, doa, dan dorongan semangat untuk keberhasilan anaknya yang tidak mungkin terbalaskan.

2. Suami tercinta yang telah memberi motivasi dan semangat serta kebersamaan, sehingga memberikan kedamaian, ketenangan, dan keberhasilan.

3. Keempat buah hatiku, Eti Ngulwiah, Ela Massufah, Aprina Fajriyah, dan Dea Saharani yang selalu memberikan dorongan, inspirasi dan motivasi dalam mengejar cita-cita di masa yang akan datang.

4. Para dosen FKIP Universitas Lampung yang telah membantu menyelesaikan kuliahku.

5. Kepala Sekolah, Guru, Karyawan, Staf Tata Usaha, dan para siswa SD Negeri 5 Wonodadi Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu yang telah memberikan semangat untuk menyelesaikan pendidikan tepat waktu.

(49)

Peneliti dilahirkan di Wonokarto, pada tanggal 9 Juli 1959. Sebagai anak ketiga dari duabelas bersaudara dari pasangan Bapak Haji Toyibin dan Hajah Masrifah.

Pendidikan yang telah ditempuh oleh peneliti, Sekolah Dasar Negeri 1 Gadingrejo, Kecamatan Gadingrejo, Kabupaten Pringsewu selesai tahun 1971, Sekolah Menengah Pertama Muhammadiyah 1 Gadingrejo., Kabupaten Pringsewu selesai tahun 1974, Sekolah Pendidikan Guru Negeri 1 Pringsewu, Kabupaten Pringsewu selesai tahun 1977, Pendidikan Guru Sekolah Menengah Tingkat Pertama (PGSMTP), Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) selesai tahun1988.

(50)

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :Muntofingah

NPM : 101311 9150

Program Studi : S-1 PGSD Dalam Jabatan Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Perguruan Tinggi : Universitas Lampung

Judul PTK : Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Mata Pelajaran Bahasa Indonesia dengan Metode Bermain Peran di SD Negeri 5 Wonodadi Kecamatan Gadingrejo

Kabupaten Pringsewu Tahun Pelajaran 2011/2012

Menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri, dan sepengetahuan saya tidak berisi materi yang telah dipublikasikan atau ditulis oleh orang lain atau telah dipergunakan dan diterima sebagai persyaratan penyelesaian studi pada Universitas atau Institut lain.

Bandarlampung, Juli 2012 Yang Membuat Pernyataan,

Gambar

Tabel 1.1 Persentase hasil belajar Bahasa Indonesia kelas IV SD N 5 Wonodadi

Referensi

Dokumen terkait

This formation is well developed in the mountains of western and central Kendeng, began Purwodadi to Pandan Mount, even to the east is still exposed (to the north Kertosono),

progresif dalam menurunkan kadar gula darah pada keluarga dengan diabetes militus.. di wiayah

didahului Resitasi dengan pembelajaran menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw tanpa didahului Resitasi dalam pembelajaran matematika. 2) Manakah yang

Abstrak: Penelitian ini menggunakan kajian stilistika yang bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik diksi, gaya kalimat, gaya wacana, bahasa figuratif, citraan dalam

Tujuan penelitian dalam skripsi ini adalah untuk mengetahui profil keterlaksanaan Teknik Penilaian Kelas dalam pembelajaran Fisika kelas XI dan kepemilikan

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perubahan Fraksi Fosfor Lambat Tersedia pada Tanah Tergenang yang Diameliorasi Bahan Organik adalah benar karya saya

Penelitian ini bertujuan menguji toksisitas ekstrak kasar senyawa bioaktif dan hasil fraksionasi dari bakteri yang berasosiasi dengan spons serta analisis

â Aplikasi Penjualan Pada Showroom Mega Surya Prima Motor Menggunakan Microsoft Visual Basic 6.0 Dan SQL Server 2000â ini akan membantu mengatasi proses transaksi penjualan supaya