perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA PESERTA
PROGRAM MAHASISWA WIRAUSAHA 2010 DI UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SKRIPSI
Dalam Rangka Penyusunan Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi Program Pendidikan Strata 1 Psikologi
Oleh
Fadhilah
G 0106045
Pembimbing :
1. Dra. Salmah Lilik, M. Si.
2. Nugraha Arif Karyanta, S.Psi.
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN
commit to user
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul : Hubungan antara Motivasi Berprestasi dan
Dukungan Sosial dengan Intensi Berwirausaha pada Peserta Program Mahasiswa Wirausaha 2010 di Universitas Sebelas Maret.
Nama Peneliti : FADHILAH
NIM/Semester : G0106045
Tahun : 2010
Telah disetujui untuk dipresentasikan dihadapan Pembimbing dan Penguji Skripsi
Prodi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret pada:
Hari : ………..
Tanggal : ………...
HALAMAN PENGESAHAN
Pembimbing I Pembimbing II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi dengan judul:
Hubungan antara Motivasi Berprestasi dan Dukungan Sosial dengan Intensi Berwirausaha pada Peserta Program Mahasiswa Wirausaha 2010
di Universitas Sebelas Maret
Fadhilah, G 0106045, Tahun 2010
Telah diuji dan disahkan oleh Pembimbing dan Penguji Skripsi Program Studi
Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret pada:
commit to user
PERNYATAAN KEASLIAN
Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara
tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Jika terdapat
hal- hal yang tidak sesuai dengan isi pernyataan ini, maka saya bersedia derajat
kesarjanaan saya dicabut.
Surakarta, Januari 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
MOTTO
Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada
pada diri mereka sendiri. (Qs. Ar-Ra’d:11)
Kenyataan hari ini adalah hasil dari impian kemarin, kenyataan esok hari ditentukan oleh impian hari ini.
(penulis)
Bermimpilah,
commit to user
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini didedikasikan kepada:
Setiap insan yang mewarnai perjalanan kehidupan ini, mereka yang
dicintai, dibanggakan, dihormati, disayangi, dan mereka yang
menuntunku menggapai cita dan cinta.
Karya ini penulis persembahkan:
1. Ibu dan Ayah untuk keikhlasannya,
ketabahannya, kasih sayangnya dan lantunan doa
yang memperkuat diri ku dalam melangkah.
2. Adik ku tercinta, Muh. Syaiful Ar Rosyid & F.
khoirunnisa smoga tergapai cita dan harapannya.
3. Kakak ku tersayang, S N Fathonah & Aris B
atas petuah, pelajaran, dan pengalamannya
sangatlah bermanfaat bagi ku.
4. Sohib ku, Alm. Nur Fatimah atas persahabatan
kita, waktunya, motivasinya, inspirator bagi ku.
5. Seluruh guru yang aku banggakan, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbilalamin, segala puji hanya bagi Allah SWT, Dzat yang
memberi rahmat dan karunia-Nya kepada hamba-hamba-Nya di jagad raya ini.
Salam dan Shalawat senantiasa tercurah pada junjungan-Nya Rosulullah
Muhammad SAW, tauladan bagi umat manusia.
Selangkah, dua langkah, tiga langkah dan beberapa langkah telah
terlampau sehingga karya ini pun terwujud. Perjalanan ini tak lepas dari dukungan
berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih
yang tulus kepada:
1. Bapak Prof. Dr. AA. Subijanto, dr, M.S. selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret.
2. Drs. Hardjono, M.Si., Ketua Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret.
3. Aditya Nanda Priyatama, M.Si., sekretaris Prodi Psikologi sekaligus bidang
pendidikan yang senantiasa memberikan pelayanan yang terbaik bagi
mahasiswanya.
4. Dra. Salmah Lilik, selaku pembimbing pertama, yang telah bersedia
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran, serta penuh kesabaran memberikan
bimbingan, arahan, motivasi, kepercayaan kepada penulis dari awal hingga
akhir penyusunan skripsi ini.
5. Nugraha Arif Karyanta, S. Psi., selaku pembimbing kedua, dengan
kesibukannya masih bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran, serta
commit to user
6. Dra. Machmuroch, MS., selaku penguji pertama yang penuh semangat dan
saran yang berarti bagi penulis demi penyempurnaan karya ini.
7. Tri Rejeki Andayani, S. Psi., M.Si., selaku penguji kedua yang
menyenangkan diajak berdiskusi, serta kritik dan saran yang berarti bagi
penulis demi penyempurnaan karya ini.
8. Ir. Eddy Triharyanto, MP selaku kepala Ppkwu UNS dan seluruh staf Ppkwu
(Mbak Irma, Mbak Luvi, Mbak Watik, dan yang lainnya) atas izin yang
diberikan dan dukungan serta kerjasamanya.
9. Drs. Tulus Hidayat, SU. MA, selaku pembimbing akademik atas petuah,
perhatian yang telah diberikan selama penulis menempuh studi di Program
Studi Psikologi Fakultas Kedokteran UNS.
10. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Psikologi (Bu Rin, Pak Arista, Bu Tutik,
Bu Wiyanti, beserta bapak ibu dosen yang tidak dapat disebutkan satu per
satu) yang telah memberikan bekal ilmu kepada penulis dalam penyelesaian
studi.
11. Staf Tata Usaha Program Studi Psikologi (Mbak Ana, Mas Dimas, dan Mas
Ryan) dan segenap karyawan Program Studi Psikologi (Pak No, Mas Aan,
Pak Satpam) atas kesabaran dan bantuannya yang dapat memperlancar proses
penyelesaian kuliah dan skripsi ini.
12. Keluarga penulis (ayah, ibu, kakak, adik) atas doa, kasih sayang, dorongan,
serta kesempatan yang diberikan untuk menyelesaikan pendidikan sampai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
13. Sahabat, kawan, rekan, (Rini, Candra, Aris, Iza, Vera, Ike, Nandes, Dika,
Dika IR, dan seluruh kawan psikologi 2006 lainnya yang tidak dapat
disebutkan satu persatu) atas kebersamaannya, semangatnya, dan
petuah-petuahnya.
14. Rekan-rekan ku (Pre, Putut, Ivan, Ika, Kurnia, Khoirul, Uud, Qomar, Isur,
dan seluruh rekan PMW lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu),
yang sangat dibanggakan, terimakasih atas bantuan, dukungan, dan
kerjasamanya dalam proses penelitian ini.
15. Keluarga besar himapsi khususnya POSDM Himapsi semesta (Mifta, Arfi,
Novel, Tutut, Puput, Nisa, Afif, Citra, Unu, Risa, Ichsan, Farah, Ica, Nike)
terimakasih atas kebersamaannya dalam berkarya dan organisasi lainnya
terimakasih atas pengalaman yang telah penulis peroleh.
Semoga Allah SWT berkenan memberikan pahala yang sepadan dengan
jerih payah Bapak Ibu dan teman-teman lakukan, dan semoga karya ini
bermanfaat bagi semua pihak.
Surakarta, Januari 2011
commit to user
HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA PESERTA
PROGRAM MAHASISWA WIRAUSAHA 2010 DI UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Fadhilah
Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
ABSTRAK
Wirausaha merupakan terobosan dalam mengurangi pengangguran, hal tersebut mendorong dari berbagai pihak turut andil dalam proses menumbuhkan wirausaha baru. Dikti melalui Ppkwu menyelenggarakan PMW yang bertujuan memfasilitasi mahasiswa menjadi wirausaha berhasil. Proses tersebut dilandaskan pada intensi berwirausaha. Intensi berwirausaha dipengaruhi beberapa faktor, antara lain: motivasi berprestasi dan dukungan sosial. Motivasi berprestasi yang tinggi mendorong seseorang untuk bergerak, ditambah adanya dukungan dari orang-orang disekitarnya. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara motivasi berprestasi dan dukungan sosial dengan intensi berwirausaha, serta hubungan masing-masing variabel prediktor motivasi berprestasi, dukungan sosial dengan intensi berwirausaha.
Penelitian ini merupakan studi populasi, yaitu: keseluruhan peserta program mahasiswa wirausaha (PMW) 2010 di Universitas Sebelas Maret yang berjumlah 112 orang. Pengumpulan data menggunakan Skala Motivasi Berprestasi, Skala Dukungan Sosial, Dan Skala Intensi Berwirausaha. Skala Motivasi Berprestasi terdiri dari 56 aitem dengan koefisien reliabilitas 0,884, Skala Dukungan Sosial terdiri dari 60 aitem dengan koefisien reliabilitas 0,944, Skala Intensi Berwirausaha terdiri dari 42 aitem dengan koefisien korelasi 0,885.
Analisis data menggunakan analisis regresi berganda yang menunjukkan
nilai R sebesar 0,782 dan Fhitung sebesar 85,981 dengan nilai signifikansi (p)
sebesar 0,000 (p<0,05). Terdapat hubungan kuat dan positif antara motivasi berprestasi dan dukungan sosial dengan intensi berwirausaha. Hasil analisis korelasi parsial antara motivasi berprestasi dengan intensi berwirausaha sebesar 0,539 dengan nilai signifikansi (p) sebesar 0,000 (p<0,05) dan antara dukungan social dengan intensi berwirausaha sebesar 0,517 dengan nilai signifikansi (p) sebesar 0,000 (p<0,05).
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara motivasi berprestasi dan dukungan sosial dengan intensi berwirausaha, terdapat hubungan antara motivasi berprestasi dengan intensi berwirausaha dan dukungan sosial dengan intensi berwirausaha. Berarti semakin tinggi motivasi berprestasi dan dukungan sosial yang dimiliki seseorang dalam berwirausaha, semakin tinggi pula intensi berwirausaha, dan sebaliknya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
THE RELATIONSHIP BETWEEN ACHIEVEMENT MOTIVATION AND SOCIAL SUPPORT IN RELATION WITH ENTREPRENEURSHIP INTENTION OF THE PARTICIPANTS OF ENTREPRENEURSHIP
PROGRAM (PMW) 2010 AT SEBELAS MARET UNIVERSITY
Fadhilah
Psychology department of medical faculty, sebelas maret university ABSTRACT
Entrepreneurship is a breakthrough in reducing the number of unemployment. It is encouraging the various parties to take part in the process of growing new entrepreneurship. Dikti, trough Ppkwu, held PMW which aims to facilitate students to become successful entrepreneurs. The process is based on
entrepreneurship intention. Intention of entrepreneurship is influenced by several
factors, such as: achievement motivation and social support. High achievement motivation will encourage someone to move, plus the support of both psychological support and material support from the people around him. The purpose of this research were to determine the relationship between achievement motivation and social support with entrepreneurship intention.
This research is study of population. The population was all the participants of entrepreneurship program (PMW) 2010 at Sebelas Maret University. The overall amount of the participants was 112 people. Data collected by achievement motivation scale, social support scale, and entrepreneurship intention scale. The achievement motivation scale has 56 aitem with correlation coefficient 0,884, social support scale has 60 aitem with correlation coefficient 0,944, entrepreneurship intention scale has 42 aitem with correlation coefficient 0,885.
Multiple regression analysis showed that R values was about 0,782 and the F regression was about 85,981 with a significance p=0,000 (p<0,05). It mean that there were strong and positive relationship between achievement motivation and social support with entrepreneurship intention. The results parsial correlation analysis achievement motivation with entrepreneurship intention was about 0,539 with a significance p=0,000 (p<0,05) and social support with entrepreneurship intention was about 0,517 with a significance p=0,000 (p<0,05).
Based on the results of this study, it can be concluded that there was a correlation between achievement motivation and social support with entrepreneurship intention, there was a correlation between achievement motivation with entrepreneurship intention, there was a correlation between social support with entrepreneurship intention. In addition, the higher achievement motivation and social support of a person in doing entrepreneurship makes the intention to entrepreneurship higher too. It worked vice versa.
commit to user
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN ... iv
MOTTO ... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
ABSTRAK ... x
ABSTRACT ... xi
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ... xix
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 11
C. Tujuan Penelitian ... 12
D. Manfaat Penelitian... 12
BAB II. LANDASAN TEORI ... 13
A. Intensi Berwirausaha ... 13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
2. Karakteristik Wirausaha ... 16
3. Teori Intensi ... 18
4. Aspek-aspek Intensi Berwirausaha ... 20
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Intensi Berwirausaha ... 24
B. Motivasi Berprestasi... 27
1. Pengertian Motivasi Berprestasi ... 27
2. Aspek-aspek Motivasi Berprestasi ... 29
3. Ciri Motivasi Berprestasi Tinggi ... 31
C. Dukungan Sosial ... 33
1. Pengertian Dukungan Sosial ... 33
2. Aspek-aspek Dukungan Sosial ... 34
3. Sumber Dukungan Sosial ... 36
D. Hubungan antara Motivasi Berprestasi dan Dukungan Sosial dengan Intensi Berwirausaha ... 37
E. Hubungan Motivasi Berprestasi dengan Intensi Berwirausaha ... 40
F. Hubungan Dukungan Sosial dengan Intensi Berwirausaha ... 41
G. Kerangka Pikir ... 42
H. Hipotesis Penelitian ... 43
BAB III. METODE PENELITIAN... 44
A. Identifikasi Variabel Penelitian ... 44
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 44
C. Populasi, dan Sampel ... 46
commit to user
E. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 50
F. Teknik Analisis Data... 52
BAB IV. HASIL PENELITIAN ... 54
A. Persiapan Penelitian ... 54
1. Orientasi Kancah Penelitian ... 54
2. Persiapan Penelitian ... 58
3. Pelaksanaan Uji Coba ... 64
4. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 66
B. Pelaksanaan Penelitian ... 71
1. Penentuan Subjek Penelitian ... 71
2. Pengumpulan Data Penelitian ... 73
3. Pelaksanaan Skoring ... 73
C. Hasil Analisis Data ... 74
1. Uji Asumsi Dasar ... 74
2. Uji Asumsi Kalsik ... 76
3. Uji Hipotesis ... 79
4. Sumbangan Relatif dan Sumbangan Efektif ... 84
5. Analisis Deskriptif ... 85
6. Analisis Tambahan ... 87
D. Pembahasan ... 99
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 106
A. Kesimpulan ... 106
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR PUSTAKA ... 109
commit to user
DAFTAR TABEL
3.1 Blue Print Skala Motivasi Berprestasi ... 48
3.2 Blueprint Skala Dukungan Sosial ... 49
3.3 Blue Print Skala Intensi Berwirausaha ... 50
4.1 Pelaksanaan Uji Coba ... 66
4.2 Distribusi aitem yang valid dan gugur Skala Motivasi Berprestasi ... 68
4.3 Distribusi aitem yang valid dan gugur Skala Dukungan Sosial ... 69
4.4 Distribusi aitem yang valid dan gugur Skala Intensi Berwirausaha ... 70
4.5 Data Peserta Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) UNS 2010... 72
4.6 Hasil Uji Normalitas ... 74
4.7 Hasil Uji Linieritas antara Motivasi Berprestasi dengan Intensi Berwirausaha ... 75
4.8 Hasil Uji Linieritas antara Dukungan Sosial dengan Intensi Berwirausaha ... 76
4.9 Hasil Uji Multikolinieritas ... 77
4.10 Hasil Uji Autokorelasi ... 78
4.11 Hasil Analisis Regresi Berganda ... 80
4.12 Hasil Hipotesis Secara Simultan ... 81
4.13 Hasil Analisis Korelasi Parsial Motivasi Berprestasi dengan Intensi berwirausaha ... 82
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
4.16 Deskripsi Data Empirik ... 85
4.17 Deskripsi Data Penelitian ... 85
4.18 Kategorisasi berdasarkan Rumus Standar Deviasi ... 86
4.19 Kategorisasi Subjek Berdasar Skor Alat Ukur Penelitian ... 86
4.20 Materi Pelatihan Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) ... 91
commit to user
DAFTAR GAMBAR
2.1 Theory ifPlanned Behavior (Ajzen 1991) ... 19
2.2 Kerangka Pikir ... 43
4.1 Struktur Organisasi PPKwu UNS ... 57
4.2 Skema Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) ... 60
4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 79
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A. ALAT UKUR ... 116
1. Skala 1 ... 117
2. Skala 2 ... 121
3. Skala 3 ... 125
LAMPIRAN B. SEBARAN NILAI DATA ALAT UKUR... 128
1. Skala 1 ... 129
2. Skala 2 ... 144
3. Skala 3 ... 159
LAMPIRAN C. VALIDITAS DAN RELIABILITAS ALAT UKUR ... 169
1. Skala 1 ... 170
2. Skala 2 ... 173
3. Skala 3 ... 176
LAMPIRAN D. ANALISIS DATA PENELITIAN ... 179
1. Data Penelitian yang dianalisis ... 180
2. Hasil Uji Asumsi Dasar (Uji Normalitas dan Linearitas) ... 183
3. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 186
4. Hasil Uji Hipotesis (Analisis Regresi) ... 187
5. Hasil Uji Korelasi Parsial ... 188
6. Hasil Analisis Deskriptif ... 189
7. Sumbangan Relatif dan Sumbangan Efektif ... 189
commit to user
LAMPIRAN E. TANDA BUKTI ... 199
1. Surat Ijin Penelitian ... 200
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pengangguran merupakan problem yang kompleks bagi suatu negara.
Negara akan makmur apabila dapat menyelesaikan masalah pengangguran,
dengan demikian pengangguran selalu menjadi skala prioritas yang dituntaskan
oleh suatu negara. Berita Resmi Statistik (2009), melaporkan bahwa tingkat
pengangguran di Indonesia pada Desember 2009 sebesar 8,78 persen dari total
angkatan kerja atau 8,96 juta orang termasuk kategori sebagai pengangguran
terbuka. Laporan tersebut menyatakan bahwa lulusan sarjana mengalami
peningkatan sebesar 0,49 persen dari tahun lalu. Berdasarkan tingkat pendidikan,
lulusan sarjana merupakan tingkatan tertinggi, namun tingkat pengangguran
lulusan sarjana selalu beranjak naik. Dengan demikian tingkat pengangguran dari
kalangan terdidik masih mengalami peningkatan dan diprediksi cenderung
meningkat apabila tidak ada upaya dalam menanggapi kondisi ini.
Pada kondisi seperti sekarang ini, diketahui bahwa jumlah pengangguran
dari kalangan terdidik beranjak naik dan lapangan pekerjaan terbatas, maka
wirausaha merupakan alternatif pekerjaan yang rasional (Wijaya, 2007). Hal sama
disampaikan oleh Widodo dalam Berita Mandiri, bahwa suatu negara akan
menjadi negara maju, apabila jumlah wirausahawan minimal sebesar 2% dari
jumlah populasi penduduk di negara tersebut. Hal itu berarti, Indonesia masih
commit to user
wirausahawan mendorong dari berbagai pihak turut andil dalam proses
menumbuhkan wirausaha baru, khususnya dikalangan mahasiswa yang dirasa
mempunyai sumber daya yang memadai dalam menciptakan lapangan kerja.
Menurut Eels dan Mas’oed (dalam Wardoyo, 2010), dibandingkan dengan
tenaga lain tenaga terdidik sarjana (S1) memiliki potensi untuk berhasil menjadi
seorang wirausaha karena memiliki kemampuan penalaran yang telah berkembang
dan wawasan berpikir yang luas. Seorang sarjana juga memiliki dua peran pokok,
pertama sebagai manajer dan kedua sebagai pencetus gagasan. Peran pertama
berupa tindakan untuk menyelesaikan masalah, sehingga pengetahuan manajemen
dan keteknikan yang memadai mutlak diperlukan. Peran kedua menekankan pada
kemampuan merangkai alternatif-alternatif. Pengetahuan keilmuan yang lengkap
merupakan bekal yang diperlukan untuk berhasil menjadi seorang wirausaha.
Kewirausahaan atau entrepreneurship adalah suatu proses kreativitas dan
inovasi yang mempunyai resiko tinggi untuk menghasilkan nilai tambah bagi
produk yang bermanfaat bagi masyarakat dan mendatangkan kemakmuran bagi
wirausahawan. Kewirausahaan merupakan kemampuan melihat dan menilai
peluang bisnis serta kemampuan mengoptimalkan sumberdaya dan mengambil
tindakan dan risiko dalam rangka menuju sukses (Siswoyo, 2009).
Salah satu bentuk upaya pengembangan kewirausahaan adalah pemberian
materi kewirausahaan pada peserta didik. Namun, materi kewirausahaan dirasa
masih kurang dalam menumbuhkan keinginan atau tekad peserta didik untuk
menjadi wirausaha. Hasil penelitian Sumarni (2006), menyatakan bahwa hal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
nilai semata tanpa dimaknai dan dihayati betul manfaatnya. Peserta didik
cenderung menghafal materi agar mendapatkan nilai yang baik tanpa mempelajari
betul kandungan materi atau mencoba merealisasikan materi yang dipelajari.
Pada tahun 2009, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi mengembangkan
sebuah Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) yang merupakan kelanjutan
Program Kreativitas Mahasiswa. Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) adalah
salah satu program kewirausahaan yang dikembangkan Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi dengan maksud berusaha menjembatani para mahasiswa
memasuki dunia riil melalui fasilitasi start-up bussines. Program Mahasiswa
Wirausaha (PMW) merupakan bagian dari strategi pendidikan di perguruan tinggi
dalam memfasilitasi para mahasiswa yang mempunyai minat dan bakat
kewirausahaan untuk memulai berwirausaha dengan basis ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni (PPKwu LPPM, 2009).
Berdasarkan data yang diambil dari PPKwu LPPM UNS, Program
Mahasiswa Wirausaha (PMW) menarik perhatian mahasiswa, terbukti dari
banyaknya mahasiswa yang mendaftarkan diri untuk mengikuti Program
Mahasiswa Wirausaha (PMW). Mahasiswa yang mendaftar Program Mahasiswa
Wirausaha (PMW) memperlihatkan adanya ketertarikan atau minat dengan
wirausaha.
Mulyati (2004) mengemukakan sejumlah hal pokok yang terdapat dalam
minat meliputi adanya perasaan senang dalam diri seseorang yang memberi
perhatian pada obyek tertentu, adanya ketertarikan pada obyek tertentu, adanya
commit to user
aktivitas tersebut dipandang fungsional dalam kehidupan dan cenderung bersifat
mempengaruhi tingkah laku individu.
Adanya minat mendorong seseorang untuk berbuat, dorongan tersebut
sering disebut motif. Motif merupakan suatu pengertian yang melingkupi semua
penggerak, alasan-alasan, atau dorongan-dorongan dalam diri individu yang
menyebabkan individu berbuat sesuatu (Gerungan, 1996). Berdasarkan hasil
wawancara dari sebagian peserta Program Mahasiswa Wirausaha terdapat
beberapa motif mahasiswa untuk berwirausaha, antara lain: mencoba-coba untuk
berkarir, adanya peluang terkait Program Mahasiswa Wirausaha (PMW),
keinginan menghasilkan produk atau karya, keinginan menciptakan lapangan
kerja dan ketidakinginan mencari kerja, dan adanya ketakutan menghadapi
persaingan mencari kerja, dan berbagai motif lainnya.
Prasyarat awal menjadi peserta Program Mahasiswa Wirausaha (PMW)
adalah mahasiswa S1 yang telah menyelesaikan kuliah empat semester atau
minimal telah menempuh 80 SKS dan mahasiswa program diploma dan politeknik
yang telah menyelesaikan kuliah tiga semester atau minimal telah menempuh 60
SKS. Hurlock (1980) berpendapat bahwa perkembangan karir berjalan seiring
dengan proses perkembangan manusia. Mahasiswa yang duduk disemester tiga
atau empat ke atas, usianya berkisar 18-23 tahun. Dalam psikologi perkembangan,
usia tersebut berada pada masa dewasa awal. Masa dewasa awal merupakan masa
dimana seseorang mencoba-coba untuk berkarir, artinya kemantapan karirnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Hal tersebut sering dialami individu yang memutuskan menjadi wirausaha
pada usia dini bukan karena karir tersebut sesuai dengan keinginan, bakat dan
minatnya, tetapi karena faktor yang lain. Apabila demikian halnya, jika individu
tersebut gagal maka akan mencoba bidang karir lain yang dianggap lebih sesuai,
atau tetap menjadi wirausaha dengan pikiran yang tidak fokus. Oleh karena itu,
komitmen menjadi wirausaha pada mahasiswa peserta Program Mahasiswa
Wirausaha masih perlu diteliti lebih lanjut.
Menurut Mc Clelland (1987) seorang entrepreneur adalah seorang yang
menerapkan kemampuannya untuk mengatur, menguasai alat-alat produksi dan
menghasilkan hasil yang berlebihan yang selanjutnya dijual atau ditukarkan dan
memperoleh pendapatan dari usahanya tersebut, Sedangkan menurut Sukardi
(dalam As’ad, 1991), pengertian entrepreneur menunjuk kepada kepribadian
tertentu, yakni pribadi yang mampu berdiri di atas kekuatan sendiri, berarti
mampu mengambil keputusan untuk diri sendiri, mampu menetapkan tujuan yang
ingin dicapai atas pertimbangan sendiri, dengan kata lain seorang entrepreneur
adalah seorang yang merdeka lahir dan batin.
Entrepreneur atau wirausaha terjadi melalui suatu proses. Keputusan
bertindak untuk berwirausaha merupakan suatu tingkah laku yang terencana.
Dalam mencapai suatu tujuan seperti berwirausaha, diperlukan usaha yang gigih
untuk mengarahkan tingkah laku dan mengadopsi rencana-rencana supaya dapat
mewujudkan tujuan tersebut. Tingkah laku terarah ini berlandaskan pada intensi
commit to user
Hisrich,dkk., (2008) berpendapat bahwa intensi menunjukkan
faktor-faktor motivasional yang mempengaruhi perilaku dan merupakan indikasi tentang
betapa sulitnya orang bersedia untuk berusaha, serta seberapa banyak upaya yang
direncanakan untuk digunakan dalam melaksanakan perilaku tersebut. Semakin
kuat intensi seseorang untuk terlibat dalam sebuah perilaku wirausaha, semakin
besar kemungkinan kegiatan wirausaha itu dilaksanakan.
Riyanti (2008) mengemukakan bahwa intensi dapat menunjukkan
seberapa besar kemauan seseorang untuk berusaha melakukan suatu tingkah laku
tertentu. Intensi tersebut masih merupakan disposisi untuk bertingkah laku sampai
pada saat dan kesempatan yang tepat. Zimmerer (2008), menjelaskan bahwa
individu yang memiliki komitmen dan tekad yang bulat untuk mencurahkan
semua perhatiannya pada usaha, dengan kata lain memiliki intensi yang kuat
merupakan salah satu karakteristik sikap dan perilaku kewirausahaan yang
berhasil. Intensi yang lemah atau rendah hanya mengakibatkan kemungkinan
untuk gagal dalam berwirausaha.
Gambaran nyata dari etnis cina yang terlihat mempunyai intensi kuat
dalam berwirausaha. Selaras dengan Hasil penelitian Astutik (2007) menunjukkan
minat enterpreneurship remaja etnis Cina lebih tinggi (mean 152.52)
dibandingkan minat enterpreneurship remaja etnis Sunda (mean 146.48). Hal itu
dikarenakan etnis Cina lekat dengan nebula (megabudaya) China, yaitu:
menekankan pentingnya jiwa kewirausahaan, inovasi teknologi, dan kreativitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Jawa yang terkenal sebagai orang yang bersikap pasif terhadap hidup, lemah
dalam hal karya, dan nrimo (Riyanti, 2009).
Hasil penelitian Indarti & Rostiana (2008) mengenai perbedaan intensi
kewirausahaan mahasiswa pada negara berkembang dan negara maju,
menunjukkan tingkat intensi kewirausahaan mahasiswa Indonesia (negara
berkembang) lebih tinggi secara signifikan dibandingkan mahasiswa Jepang dan
Norwegia (negara maju). Dengan rata-rata nilai intensi kewirausahaan
masing-masing negara, berturut-turut sebesar 4,46 (Indonesia), 3,81 (Jepang) dan 3,04
(Norwegia). Hasil temuan tersebut merupakan indikator bahwa hambatan untuk
memulai usaha baru dipersepsikan lebih rendah di Indonesia dibandingkan di
Jepang dan Norwegia.
Intensi erat kaitanya dengan motivasi seseorang. Untuk memulai usaha
diperlukan tekad yang kuat atau karsa yang besar. Seseorang yang terjun dalam
dunia wirausaha diawali dengan adanya kebutuhan-kebutuhan, kemudian
mendorong dimunculkannya kegiatan tertentu, kegiatan tersebut ditujukan pada
pencapaian tujuan. Kebutuhan tersebut oleh McClelland (1987) dikelompokan
menjadi tiga, yaitu: need for achievement, need for power, need for affiliation.
Purwanto (1990), menjelaskan bahwa motif menunjukkan suatu dorongan
yang timbul dari dalam diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut mau
bertindak melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi adalah “pendorongan” suatu
usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang supaya orang
tersebut tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai
commit to user
yang dihadapi dan berusaha melebihi orang lain, dan bila hal tersebut berhasil
maka akan meningkatkan kepercayaan pada diri sendiri. Seseorang yang
mempunyai dorongan untuk bekerja keras dan gigih dalam upaya meraih prestasi
yang lebih baik dibandingkan orang lain identik dengan motif berprestasi.
Suryana (2003) dalam bukunya menyatakan bahwa keberadaan motivasi
berprestasi mendorong seseorang untuk berhasil. Sekali sukses atau berprestasi,
maka sukses berikutnya akan menyusul, sehingga usahanya semakin maju dan
semakin berkembang. Hal ini diperjelas oleh Hadisoegondo (2006) bahwa
wirausaha baru memerlukan ketangguhandan ketekunandalam menempuh
tahap-tahap pengembangan selanjutnya dan setelah kegiatan usaha mulai dilakukan.
Individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan selalu bekerja
keras, tangguh, tidak mudah putus asa, berorientasi ke masa depan, menyenangi
tugas yang memiliki tingkat kesulitan sedang, menyukai balikan yang cepat dan
efisien mengenai prestasinya serta mandiri (Riani, 2005). Individu yang memiliki
motivasi berprestasi rendah akan cenderung memberikan penghargaan kecil
terhadap prestasi yang bersifat bersaing, apatis, lesu, dan tidak mempunyai tujuan
(FkBA, 2001).
Menurut Hall dan Lindzey (dalam Riani, 2005), motif berprestasi sebagai
dorongan yang berhubungan dengan prestasi yaitu: menguasai, mengatur
lingkungan sosial, atau fisik, mengatasi rintangan dan memelihara kualitas kerja
yang tinggi, bersaing melebihi prestasi yang lampau dan mempengaruhi orang
lain. Motif berprestasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Selain seorang wirausaha cenderung mempunyai motivasi berprestasi
tinggi, seorang wirausaha cenderung mempunyai kebutuhan untuk berafiliasi.
Kebutuhan berafiliasi terkait dengan hubungan individu dengan orang lain, dari
hubungan tersebut sering kali individu mendapatkan bantuan baik materi ataupun
skill, individu merasa dipedulikan dan diperhatikan, sehingga hubungan ini dapat
berupa dukungan sosial. Sarafino (1998) menjelaskan bahwa dukungan sosial
adalah suatu kesenangan, rasa aman, perhatian, penghargaan, atau bantuan yang
dirasakan dari orang lain atau sekelompok. Hisrich, dkk., (2008) dukungan sosial
sangat diperlukan dalam fase pembentukan usaha atau memulai usaha, karena
memberikan informasi, nasihat, bimbingan, bantuan modal, jaringan, afiliasi, dan
lain-lainnya. Sehingga dengan dukungan sosial yang tinggi pada mahasiswa
dalam berwirausaha dimungkinkan memperkuat intensi berwirausaha pada
mahasiswa.
Dukungan sosial diharapkan mampu menunjang seseorang melalui
tindakan yang bersifat membantu dengan melibatkan emosi, pemberian informasi,
bantuan materi dan penilaian positif (Handoko, 2008). Faktor paling penting yang
mempengaruhi jalan karier seorang wirausaha adalah adanya seorang teladan (role
model), jaringan dukungan moral, dan jaringan dukungan profesional. Teladan
(role model) dan sistem-sistem pendukung memberikan point dalam intensi
seseorang berwirausaha (Hisrich, dkk., 2008).
Teladan (role model) bisa diperoleh dari orang tua, saudara, kerabat,
maupun pengusaha lain. Role model dapat berfungsi dalam kapasitas pendukung
commit to user
pendukung ini sangat penting selama fase pembentukan, karena sistem ini
memberikan informasi, nasihat, serta bimbingan. Jaringan dukungan moral
merupakan dukungan psikologis, dorongan ini diperoleh dari keluarga,
teman-teman, guru, dan sebagainya. Teman memainkan peran penting dalam jaringan
dukungan moral, teman sering memberikan nasihat yang seringkali lebih jujur
daripada nasihat dari sumber-sumber lain, memberikan dorongan, pengertian,
bahkan bantuan. Orang tua juga merupakan sumber dukungan moral yang kuat
dalam awal proses pembentukan usaha baru. Jaringan dukungan profesional
adalah individu-individu yang membantu dalam aktivitas-aktivitas usaha. Adanya
mentor (guru), faktor finansial, jaringan bisnis, informasi, teknologi dan
sebagainya merupakan jaringan dukungan profesional (Hisrich, dkk., 2008).
Mahasiswa yang tergabung dalam Program Mahasiswa Wirausaha
(PMW) mendapat berbagai dukungan yang bertujuan untuk memfasilitasi start-up
bussines. Dukungan tersebut berupa in-class training, internship (pemagangan),
dan penyusunan rencana usaha. Dalam in-class training mahasiswa mendapatkan
materi tentang wawasan kewirausahaan, strategi pengelolaan bisnis, komunikasi
bisnis, manajemen keuangan, business plan, dan menghadirkan role model guna
memperlihatkan success story seseorang yang berhasil dalam berwirausaha.
Setelah mendapatkan materi tersebut, mahasiswa melaksanakan internship
(pemagangan) di beberapa UKM yang sudah ditunjuk. Dukungan tersebut
diharapkan mampu mendorong dan mengembangkan kewirausahaan yang akan
atau telah dilakukan mahasiswa, sehingga mampu memperkuat intensi mahasiswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Peserta yang tergabung dalam Program Mahasiswa Wirausaha (PMW)
diharapkan memiliki intensi berwirausaha yang kuat, sehingga memiliki tekad
yang bulat dalam mencurahkan perhatiannya pada usaha dan memiliki semangat
juang dalam merealisasikan tekadnya menjadi wirausaha dan mampu
mewujudkan dalam bentuk tindakan usaha. Hal tersebut penting terutama pada
awal proses pembentukan usaha baru, sehingga dapat memacu keberhasilan
usahanya. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang
“Hubungan antara Motivasi Berprestasi dan Dukungan Sosial dengan Intensi
Berwirausaha pada Peserta Program Mahasiswa Wirausaha”.
B. Rumusan Masalah
Permasalahan yang diajukan oleh peneliti dalam penelitian ini, antara lain:
1. Apakah ada hubungan antara Motivasi Berprestasi dan Dukungan Sosial
dengan Intensi Berwirausaha pada Peserta Program Mahasiswa Wirausaha?
2. Apakah ada hubungan antara Motivasi Berprestasi dengan Intensi
Berwirausaha pada Peserta Program Mahasiswa Wirausaha?
3. Apakah ada hubungan antara Dukungan Sosial dengan Intensi Berwirausaha
pada Peserta Program Mahasiswa Wirausaha?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini, antara lain:
1. Mengetahui hubungan antara Motivasi Berprestasi dan Dukungan Sosial
commit to user
2. Mengetahui hubungan antara Motivasi Berprestasi dengan Intensi
Berwirausaha pada Peserta Program Mahasiswa Wirausaha.
3. Mengetahui hubungan antara Dukungan Sosial dengan Intensi Berwirausaha
pada Peserta Program Mahasiswa Wirausaha.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini, antara lain:
1. Manfaat Teoritis
Sebagai bahan kajian dan informasi tentang intensi berwirausaha ditinjau
dari motivasi berprestasi dan dukungan sosial.
2. Manfaat Praktis
Bagi peserta dan penyelenggara Program Mahasiswa Wirausaha
a. Penelitian ini dapat memberikan informasi terkait hubungan antara
motivasi berprestasi dan dukungan sosial dengan intensi mahasiswa
yang terseleksi mengikuti Program Mahasiswa Wirausaha.
b. Sebagai bahan tambahan dan pertimbangan dalam mengetahui intensi
berwirausaha peserta Program Mahasiswa Wirausaha.
c. Sebagai sumbangan data guna pengembangan intensi berwirausaha
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Intensi Berwirausaha 1. Pengertian Intensi Berwirausaha
a. Wirausaha
Wirausaha berasal dari kata wira yang artinya gagah berani, perkasa
dan usaha jadi wirausaha berarti orang yang gagah berani atau perkasa dalam
usaha (Riyanti, 2009). Secara sederhana arti wirausaha (entrepreneur) adalah
orang yang berjiwa berani mengambil risiko untuk membuka usaha dalam
berbagai kesempatan (Kasmir, 2007). Sedangkan, Helmi (2006) menyatakan
bahwa kewirausahaan meliputi proses yang dinamis, sehingga timbul
pengertian baru dalam kewirausahaan adalah sebuah proses mengkreasikan
dengan menambahkan nilai sesuatu yang dicapai melalui usaha keras dan
waktu yang tepat dengan memperkirakan dana pendukung, fisik, dan risiko
sosial, dan akan menerima reward yang berupa keuangan dan kepuasan serta
kemandirian personal.
Hasil Simposium Nasional Kewirausahaan (1995) mendefinisikan
kewirausahaan adalah kesatuan terpadu dari semangat, nilai-nilai, dan prinsip
serta sikap, kiat, seni dan tindakan nyata yang sangat perlu, tepat, dan unggul
dalam menangani dan mengembangkan perusahaan atau kegiatan lain yang
mengarah kepada pelayanan terbaik kepada langganan dan pihak-pihak lain
commit to user
Hisrich, dkk., (2008) mengartikan kewirausahaan sebagai proses
penciptaan sesuatu yang baru serta pengambilan risiko dan menerima imbalan
yang dihasilkan dari proses tersebut. Pengertian tersebut hampir sama
diungkapkan oleh Drucker (dalam Kasmir, 2007) bahwa kewirausahaan
merupakan kemampuan dalam menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda.
Kao (dalam Lupiyoadi, 1998) memaparkan bahwa wirausaha mengacu
pada orang yang melaksanakan proses penciptaan kesejahteraan/kekayaan dan
nilai tambah, merealisasikan gagasan menjadi kenyataan. Hal ini bisa
dikatakan bahwa seorang wirausaha adalah orang yang mampu merealisaiskan
gagasan menjadi realitas. Selanjutnya, Suryana (2003) menyatakan bahwa
kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar,
kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses.
McClelland (1987) mendefinisikan entrepreneur adalah seorang yang
menerapkan kemampuannya untuk mengatur, menguasai alat-alat produksi dan
menghasilkan hasil yang berlebihan yang selanjutnya dijual atau ditukarkan
dan memperoleh pendapatan dari usaha tersebut.
Berdasarkan konsep yang diutarakan para ahli di atas dapat diketahui
bahwa wirausaha adalah suatu proses yang dinamis dalam menerapkan
kemampuannya untuk mengatur, menciptakan, memberi nilai tambah, dan
menghasilkan produk baik barang ataupun jasa yang selanjutnya dijual atau
ditukarkan, dan nantinya akan menerima hasil atau imbalan dari proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
b. Intensi Berwirausaha
Fishbein dan Ajzen (1975), intensi didefinisikan sebagai posisi
seseorang dalam dimensi probabilitas subjektif yang melibatkan suatu
hubungan antara diri dengan beberapa tindakan. Selanjutnya, Kruger,
dkk.(2000) mengartikan intensi sebagai derajat komitmen seseorang terhadap
target tingkah laku di masa yang akan datang. Intensi mengarahkan tingkah
laku dan membuat individu mengadopsi rencana-rencana dengan harapan
tujuan di masa yang akan datang dapat terlaksana.
Kartono (1990) berpendapat intensi adalah tujuan dan maksud untuk
berbuat sesuatu. Selanjutnya, Bird (dalam Riyanti, 2009) mendefinisikan
intensi sebagai keadaan pemikiran, yang mana dengan pemikiran tersebut
perhatian, pengalaman, dan tingkah laku seseorang akan terarah menuju suatu
objek atau tujuan untuk mencapai sesuatu yang mempunyai arti bagi orang
tersebut.
Hisrich, dkk. (2008) berpendapat bahwa intensi berwirausaha
menunjukkan faktor-faktor motivasional yang mempengaruhi perilaku dan
merupakan indikasi tentang betapa sulitnya orang-orang bersedia untuk
berusaha, serta seberapa banyak upaya yang direncanakan untuk digunakan
dalam melaksanakan perilaku wirausaha dan mengejar hasil-hasil dari
berwirausaha. Smet (1999) menyatakan bahwa intensi merupakan prediktor
yang terbaik dari perilaku. Hal ini berarti, apabila ingin mengetahui apa yang
akan dilakukan seseorang, cara terbaik untuk memprediksikannya adalah
commit to user
Wijaya (2007) bahwa intensi wirausaha adalah keinginan atau niat
yang ada pada diri seseorang untuk melakukan suatu tindakan wirausaha. Katz
dan Gartner (dalam Indarti dan Rostiani, 2008) mendefiniskan intensi
berwirausaha sebagai suatu proses pencarian informasi yang dapat digunakan
untuk mencapai tujuan pembentukan suatu usaha. Seseorang dengan intensi
untuk memulai suatu usaha akan memiliki kesiapan dan kemajuan yang lebih
baik dalam usaha yang dijalankannya apabila dibandingkan dengan seseorang
tanpa ada intensi.
Berdasarkan konsep yang diutarakan para ahli di atas dapat diketahui
bahwa intensi berwirausaha adalah posisi individu dalam dimensi probabilitas
subjektif yang melibatkan suatu hubungan antara diri dengan beberapa
tindakan berwirausaha guna mencapai tujuan yaitu menjadi wirausaha yang
berhasil.
2. Karakteristik Wirausaha
Wirausaha yang berhasil memiliki karakteristik tertentu. Zimmerer (2008)
memaparkan bahwa seorang wirausaha yang berhasil memiliki karakteristik
sebagai berikut:
a. Komitmen yang tinggi
Kewirausahaan adalah kerja keras, dan agar sukses dalam
menjalankan usaha, seorang wirausaha harus memiliki komitmen penuh. Para
pendiri usaha sering kali membenamkan diri sepenuhnya dalam usaha yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
mengecilkan hati ketika memulai usaha dan mempertahankan
perkembangannya. Hal tersebut memerlukan sebuah komitmen yang penuh.
b. Toleransi terhadap ambiguitas
Para wirausaha cenderung memiliki toleransi tinggi terhadap situasi
yang selalu berubah dan ambigu, lingkungan tempat kerjanya. Kemampuan
untuk menangani ketidakpastian ini sangat penting sebab seorang wirausaha
akan terus menerus dituntut mengambil keputusan dengan menggunakan
informasi-informasi baru yang kadang-kadang bertentangan dengan yang
diperoleh dari berbagi sumber yang tidak lazim.
c. Fleksibilitas
Kemampuan beradaptasi dengan perubahan permintaan pelanggan dan
usahanya. Adanya kekakuan sering mengakibatkan kegagalan. Dengan
berubahnya masyarakat, orang –orang, dan selera para wirausaha juga harus
bersedia menyesuaikan usahanya untuk memenuhi perubahan-perubahan ini.
d. Keuletan
Hambatan, rintangan, dan kekalahan umumnya tidak menghalangi
para wirausaha yang bertekad baja menggapai visinya.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa wirausaha yang berhasil
memiliki karakteristik sebagai berikut: komitmen yang tinggi dalam menjalankan
usahanya, toleransi terhadap ambiguitas, fleksibilitas dalam melihat situasi, dan
commit to user
3. Teori Intensi
Teori intensi dari Fishbein dan Ajzen (1991) mendasarkan pada Theory if
planned behavior. Teori tersebut mengasumsikan bahwa perilaku yang
ditampilkan oleh seseorang didasarkan atas alasan tertentu. Individu akan berpikir
tentang konsekuensi perilaku yang ditampilkan dan membuat keputusan atas
pertimbangan-pertimbangan dalam mencapai hasil tertentu. Kunci dari anteseden
perilaku dalam teori ini adalah intensi (Riyanti, 2009).
Menurut Theory if planned behavior, perilaku individu dituntun oleh tiga
hal, yaitu: behavioral beliefs, normative beliefs, dan control beliefs. Behavioral
beliefs adalah keyakinan seseorang tentang outcome yang diharapkan dari tingkah
laku yang dimaksud serta evaluasi terhadap outcome tersebut. Normative beliefs
memuat harapan normatif mengenai perilaku yang dimaksud dan motivasi untuk
memenuhi harapan tersebut. Control beliefs adalah keyakinan individu tentang
faktor-faktor yang dapat memfasilitasi dan menghambat ditampilkannya perilaku
dan keyakinan individu tentang kemampuannya mengatasi faktor-faktor tersebut.
Proses selanjutnya, behavioral beliefs akan menghasilkan sikap terhadap
perilaku (attitude towards behavior). Normative beliefs akan menghasilkan
penerimaan tekanan sosial yang disebut subjective norm, dan akan
membangkitkan perceived behavior control. Kombinasi antara sikap terhadap
perilaku, subjective norm, dan perceived behavior control akan menghasilkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Hal tersebut dapat ditunjukan melalui gambar berikut ini:
Gambar 2.1 Theory ifPlanned Behavior (Ajzen 1991)
Allport (dalam Riyanti, 2009) menyatakan bahwa sikap adalah keadaan
mental dan saraf dari kesiapan, yang diatur melalui pengalaman yang memberikan
pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon individu pada semua obyek dan
situasi yang berkaitan dengannya. Sikap seseorang terhadap suatu tingkah laku
dipengaruhi oleh keyakinannya tentang konsekuensi (yaitu: cost dan benefit)
terhadap ditampilkannya tingkah laku. Misalnya seorang wirausaha membutuhkan
keuletan dan modal yang kuat. Selain itu juga adanya evaluasi terhadap
konsekuensinya, misal dengan menjadi wirausahawan tidak perlu bekerja kepada
orang lain, bisa mengumpulkan uang lebih banyak, dan sebagainya.
Norma subyektif merupakan persepsi seseorang terhadap tekanan sosial
untuk melakukan atau tidak melakukan tingkah laku tertentu. Sedangkan
perceived behavioral control sebagai derajat kemudahan atau kesulitan yang
Attitude toward the behavior
Subjective norm
Perceived behavioral control
commit to user
dipersiapkan untuk melakukan tingkah laku dan hal tersebut diasumsikan
mencerminkan pengalaman masa lampau (Ajzen, 1991).
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa perilaku individu
dituntun melalui tiga hal, yaitu: behavioral beliefs, normative beliefs, dan control
beliefs. Tiga hal ini akan menghasilkan sikap perilaku, norma subyektif, dan
kontrol perilaku. Hasil tersebut merupakan determinan dasar untuk mengukur
intensi.
4. Aspek-aspek Intensi Berwirausaha
Teori intensi yang dikemukakan Ajzen (1991) terdiri dari tiga determinan
dasar yang dapat digunakan untuk mengukur intensi, yaitu:
a. Aspek sikap pribadi
Merupakan dorongan, pikiran, dan keinginan untuk melakukan (atau
tidak melakukan). Wirausaha dipengaruhi oleh keyakinan subyektif akan
akibat perilaku wirausaha tersebut. Dua aspek pokok dalam keyakinan pribadi,
yaitu: keyakinan individu bahwa menampilkan atau tidak menampilkan
perilaku tertentu akan menghasilkan akibat-akibat atau hasil-hasil tertentu, dan
merupakan aspek pengetahuan individu tentang obyek sikap atau opini
individu. Semakin positif keyakinan individu akan akibat dari suatu obyek
sikap, maka akan semakin positif pula sikap individu terhadap obyek tersebut,
demikian pula sebaliknya.
b. Aspek norma subyektif
Dorongan, pikiran, dan keinginan untuk melakukan norma dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
aspek pokok dalam norma subyektif adalah keyakinan akan harapan, harapan
norma referen yaitu pandangan pihak lain yang dianggap penting oleh individu
yang menyarankan individu untuk menampilkan atau tidak menampilkan
perilaku.
c. Aspek kontrol perilaku
Merupakan dasar bagi pembentukan kontrol perilaku yang
dipersepsikan. Kontrol perilaku yang dipersepsi merupakan persepsi terhadap
kekuatan faktor-faktor yang mempermudah atau mempersulit. Kontrol perilaku
melibatkan dua aspek internal dan eksternal. Aspek internal meliputi:
informasi, keterampilan dan kemampuan individu untuk melaksanakan
perilakunya. Sedangkan, aspek eksternal meliputi: hal-hal yang menghalangi
individu untuk melakukan kegiatan, seperti ketergantungan individu pada
orang lain.
Shapero dan Sokol (dalam Riyanti, 2009) mengadaptasi Theory ofPlanned
Behavior dari Ajzen (1991) yang diaplikasikan secara khusus dalam dunia
wirausaha untuk mengetahui intensi menjadi seorang wirausaha. Menurut Shapero
dan Sokol (dalam Riyanti, 2009) intensi menjadi wirausaha dipengaruhi oleh tiga
dimensi, yaitu:
a. Perceived desirability
Perceived desirability adalah bias personal seseorang yang
memandang penciptaan usaha baru sebagai sesuatu yang menarik dan
diinginkan. Bias ini tumbuh dari pandangan dan konsekuensi personal
commit to user
teman, kerabat, sejawat, dan sebagainya). Variabel ini merefleksikan afeksi
individu terhadap kewirausahaan.
b. Perceived feasibility
Perceived feasibility menunjukkan derajat kepercayaan dimana
seseorang memandang dirinya mempunyai kemampuan untuk mengumpulkan
sumber daya (manusia, sosial, finansial) untuk membangun usaha baru.
c. Prospensity to act
Propensity to act menunjukkan dorongan dalam diri seseorang untuk
bertingkah laku dan intesitasnya sangat bervariasi bagi tiap individu. Ketika
prospensity to act individu rendah, intensi berwirausaha hanya mempunyai
kemungkinan sedikit untuk berkembang.
Linan dan Moriano (2007), dengan mengadaptasi teori dari Ajzen (1991)
menjelaskan bahwa intensi berwirausaha dapat diungkap melalui tiga aspek, yaitu:
a. Sikap terhadap kewirausahaan (attitude towards start-up/personal
attitude)
Sikap kewirausahaan merujuk pada derajat penilaian sejauh mana
individu memiliki penilaian positif atau negatif untuk menjadi seorang
wirausaha. Penilaian tersebut tidak hanya mencakup aspek afektif saja, tetapi
juga mencakup aspek penilaian evaluatif dalam menjadi wirausaha.
b. Norma-norma subjektif (subjective norms)
Norma sosial yang dimaksud adalah persepsi individu mengenai
tekanan sosial yang diberikan oleh keluarga, teman, atau orang-orang terdekat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Persepsi akan penilaian sosial tersebut menjadi acuan bagi individu untuk
menyetujui atau tidak menyetujui keputusannya menjadi wirausaha. Apabila
individu yakin bahwa orang-orang dekatnya mengharapkannya untuk
menampilkan perilaku berwirausaha, individu tersebut cenderung untuk
menampilkan perilaku berwirausaha. Jika yang terjadi adalah sebaliknya, maka
individu akan cenderung menghindari untuk menampilkan perilaku
berwirausaha.
c. Kendali tingkah laku yang dipersepsikan (perceived behavioral control)
Hal ini berkaitan dengan persepsi yang dimiliki individu terhadap
kompetensinya dalam mengendalikan tingkah laku berwirausaha. Faktor ini
sering disebut juga self efficacy, yang merupakan persepsi seseorang akan
kemudahan atau kesukaran menjadi seorang wirausaha. Hal tersebut dapat
dipengaruhi oleh berbagai proses yang berbeda, seperti penguasaan materi,
adanya role model, adanya persuasi sosial, dan juga penilaian.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa aspek-aspek yang
digunakan untuk mengukur tingkat intensi berwirausaha adalah aspek sikap
terhadap kewirausahaan yang merupakan keyakinan individu untuk menampilkan
atau tidak menampilkan perilaku berwirausaha dan keyakinan individu akan
akibat dari perilaku tersebut, aspek norma-norma subyektif yang merupakan
kesediaan individu melaksanakan atau tidak melaksanakan pendapat atau pikiran
pihak lain mengenai wirausaha, dan aspek kendali tingkah laku yang
dipersepsikan yang merupakan persepsi terhadap kekuatan dan kesulitan dalam
commit to user
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Intensi Berwirausaha
Karakteristik-karakteristik dasar memberikan sebuah indikasi mengenai
kecenderungan individu untuk lebih atau kurang menganggap tindakan wirausaha
sebagai tindakan yang layak dilakukan dan diinginkan, dan oleh karena itu
muncul kecenderungan lebih atau kurang bermaksud untuk menjadi pengusaha.
Menurut Ajzen (1991) ada dua macam faktor utama penentu terwujudnya
intensi ke dalam perilaku nyata, yaitu:
a. Faktor internal
Faktor internal terbentuk karena pengaruh pelatihan dan pengalaman
yang ada dalam diri individu. Faktor internal yang mempengaruhi terwujudnya
intensi ke dalam perilaku nyata, antara lain:
1) Informasi, keahlian
Individu yang akan berperilaku membutuhkan informasi yang
diperlukannya serta keahlian dan keterampilan untuk mewujudkan
intensinya ke dalam bentuk perilaku nyata.
2) Emosi dan pengulangan
Perilaku emosional mempunyai karakteristik-karakteristik tertentu,
yaitu tindakan tersebut dilakukan dengan tertekan dan penuh emosi, misal
tindak kejahatan, aksi pengrusakan, dan sebagainya.
b. Faktor eksternal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
1) Kesempatan
Individu yang kehilangan kesempatan untuk mewujudkan intensi
ke dalam perilaku yang sesungguhnya dapat mengalami perubahan intensi
yang belum diwujudkan dalam perilaku nyata dan kemudian mendapatkan
informasi baru, maka informasi baru tersebut kemungkinann akan
mengubah intensi tersebut.
2) Ketergantungan terhadap individu lain
Ketergantungan individu terhadap individu lain dapat
mempengaruhi perilaku yang dilakukan. Individu yang mengalami
kesulitan dalam melakukan hubungan interpersonal kadang mengalami
kesulitan dalam mewujudkan intensi dalam perilaku nyata apabila
berhadapan dengan orang yang asing.
Selanjutnya, Hisrich, dkk. (2008) menjelaskan beberapa faktor yang
mempengaruhi intensi berwirausaha adalah:
a. Lingkungan keluarga
Orang tua akan memberikan corak budaya, suasana rumah, pandangan
hidup dan pola sosialisasi yang akan menentukan sikap, perilaku serta proses
pendidikan terhadap anak-anaknya. Orang tua yang bekerja sebagai
wirausaha akan mendukung dan mendorong kemandirian, berprestasi dan
bertanggung jawab. Dukungan orang tua ini, terutama ayah sangat penting
commit to user
b. Pendidikan
Pendidikan penting bagi wirausaha, tidak hanya gelar yang
didapatkannya saja, namun pendidikan juga mempunyai peranan yang besar
dalam membantu mengatasi masalah-masalah dalam bisnis seperti keputusan
investasi dan sebagainya. Secara lebih spesifik penelitian ini menemukan
bahwa pendidikan yang dibutuhkan untuk berwirausaha termasuk dalam area
finansial, strategi perencanaan, marketing (termasuk pemasaran dan
manajemen).
c. Nilai Personal
Beberapa penelitian menemukan bahwa wirausahawan memiliki sikap
yang berbeda terhadap proses manajemen dan bisnis secara. Nilai personal
dibentuk oleh motivasi, dan optimisme individu. Penelitian Indarti dan
Kristiansen (2003) menemukan bahwa tingkat intensi wirausaha siswa
dipengaruhi tinggi rendahnya kapasitas motivasi, pengendalian diri dan
optimisme siswa.
d. Usia
Pada masa dewasa awal yang dimulai pada umur 18 tahun sampai
kira-kira umur 40 tahun merupakan masa individu mencoba-coba untuk
berkarir, artinya kemantapan karir masih belum pasti (Horluck, 1980).
e. Jenis kelamin
Jenis kelamin sangat berpengaruh terhadap minat berwirausaha
mengingat adanya perbedaan terhadap pandangan pekerjaan antara laki-laki
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
kurang mantap dalam pekerjaan yang dipilih dari pada laki-laki, terutama
karena perempuan berkeluarga, perempuan harus lebih sering melakukan
penyesuaian pekerjaan yang disukai sesuai dengan tanggung jawab rumah
tangga. Namun, perbedaan pandangan pekerjaan antara laki-laki dan
perempuan pada masa sekarang dianggap sama. Tidak ada perbedaan gender
untuk profesi apapun (Erwindia, 2009).
Hasil penelitian Indarti (2008) menunjukkan bahwa jender tidak
terbukti secara signifikan sebagai prediktor intensi kewirausahaan, dan tidak
menujukkan adanya bahwa intensi berwirausaha laki-laki lebih tinggi dari
pada perempuan.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui faktor-faktor yang
mempengaruhi intensi berwirausaha adalah dukungan sosial yang berasal dari
keluarga atau pihak lain, pendidikan khususnya pendidikan kewirausahaan, usia
individu, keahlian atau kemampuan individu, nilai pribadi yang erat kaitannya
dengan kapasitas motivasi individu.
B. Motivasi Berprestasi 1. Pengertian Motivasi Berprestasi
Motif adalah dorongan yang datang dari dalam untuk berbuat. Karena itu
motif diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri organisme yang
mendorong untuk berbuat atau merupakan driving force (Walgito, 2003).
Motivasi merupakan motif yang seringkali diartikan dengan istilah dorongan.
commit to user
Gerungan (1996) menyatakan bahwa motif merupakan suatu pengertian
yang melingkupi semua penggerak, alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam
diri manusia yang menyebabkan seorang berbuat sesuatu. Motif manusia
merupakan dorongan, keinginan, hasrat, dan tenaga penggerak lainnya yang
berasal dari dalam diri untuk melakukan sesuatu. Motif-motif tersebut memberi
tujuan dan arah kepada tingkah laku.
Kartono (1990) mengungkapkan motif dengan istilah dorongan (drives)
adalah desakan yang alami untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan hidup, dan
merupakan kecenderungan untuk mempertahankan hidup. Pendidikan dan
kebiasaan yang baik ikut mempengaruhi dorongan-dorongan tersebut, bahkan
dapat memperkuatnya. Motif merupakan sebab atau gambaran penyebab yang
akan menimbulkan tingkah laku menuju pada satu tujuan.
McClelland (1987), menggunakan istilah n-Ach (need for achievement)
atau motivasi berprestasi yaitu kebutuhan untuk meraih hasil atau prestasi.
Motivasi berprestasi ditemukan pada pikiran yang berhubungan dengan
melakukan sesuatu yang baik, lebih baik dari sebelumnya dan lebih efisisien.
Motivasi berprestasi adalah motif yang mendorong individu dalam
mencapai sukses dan tujuan untuk berhasil dalam kompetisi dengan beberapa
ukuran keberhasilan, yaitu dengan membandingkan perstasi. Selanjutnya, As’ad
(1991) menyatakan bahwa motivasi berprestasi adalah kebutuhan untuk berbuat
lebih baik dari orang lain, yang mendorong individu untuk menyelesaikan tugas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat diketahui bahwa motivasi
berprestasi adalah kebutuhan atau dorongan dari diri individu untuk meraih hasil
atau prestasi yang tinggi dengan melakukan sesuatu yang lebih baik dari
sebelumnya atau bekerja lebih baik dari orang lain.
2. Aspek-aspek Motivasi Berprestasi
McClelland (1987) menggambarkan beberapa aspek untuk melihat adanya
motivasi berprestasi yang tinggi, adalah:
a. Kreatif dan inovatif
Individu dengan motivasi berprestasi tinggi cenderung bosan dengan
rutinitas dan berusaha menghasilkan sesuatu yang baru atau original, terlibat
dalam kegiatan inovasi, mampu berdaya cipta dan penuh semangat. Individu
yang memiliki motivasi berprestasi tinggi lebih suka perbedaan dan kekhasan
tersendiri sesuai dengan kompetensi profesional yang di miliki.
b. Ukuran atas hasil dan umpan balik
Individu dengan motivasi berprestasi tinggi cenderung membutuhkan
umpan balik untuk mengetahui hasil atas tindakan yang dilakukan. Umpan
balik diartikan sebagai reward bisa dalam bentuk keuntungan, masukan dari
orang lain, dan penghargaan. Individu dengan motivasi berprestasi tinggi
cenderung senang menyelesaikan tugas dengan tuntas dan setiap tugas akan
diselesaikan sesuai dengan batas waktu yang sudah ditentukan dan ukuran yang
jelas. Individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi selalu ingin
mengetahui hasil nyata dari tindakannya, agar segera dapat memperbaiki
commit to user
c. Tanggung jawab pribadi
Pengambilan tanggung jawab secara pribadi atas perbuatan
menentukan standar prestasi. Individu dengan motivasi berprestasi tinggi
menyukai situasi yang terdapat peluang bagi prestasi pribadi, menerima
penghargaan atas keberhasilan maupun tumpuan kesalahan karena kegagalan,
dan cenderung menampilkan perilaku tertentu melebihi atau mengungguli
orang lain tanpa mengabaikan kepentingan orang lain.
d. Pemilihan Tugas
1) Tugas-tugas yang menantang
Individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi senang dengan
tugas-tugas yang dapat menguji kemampuan yang dimilikinya.
2) Tugas-tugas yang memperlihatkan keunggulan
Individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan tertarik
dan memilih tugas yang melibatkan persaingan.
3) Pengambilan resiko sedang
Individu dengan motivasi berprestasi tinggi cenderung untuk
memilih risiko yang relatif sedang (moderat) supaya kesempatan berhasil
lebih besar dari pada gagal. Santrock (2001) yang menyatakan bahwa
orang yang memiliki motivasi berprestasi rendah cenderung memilih tugas
yang taraf kesulitannya rendah.
e. Berorientasi sukses
Berorientasi sukses artinya apabila individu dihadapkan pada situasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
mengerjakan tugas akan lebih terdorong oleh harapan untuk sukses dari pada
menghindar yang berakhir dengan kegagalan. Individu dengan motivasi
berprestasi tinggi cenderung bertahan dalam menghadapi rintangan, tidak
mudah putus asa, optimis, dan percaya diri serta membuat tujuan-tujuan yang
hendak dicapainya di waktu yang akan datang, sangat menghargai waktu, dan
lebih dapat menangguhkan pemuasan untuk mendapatkan penghargaan di
waktu mendatang.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa aspek-aspek motivasi
berprestasi meliputi: 1) kreatif dan inovatif, yaitu berusaha melakukan sesuatu
dengan cara-cara baru, 2) ukuran hasil dan umpan balik terkait perbuatan yang
dilakukan, 3) pengambilan tanggung jawab pribadi atas perbuatan yang dilakukan,
4) pemilihan tugas, yaitu memilih tugas yang risiko sedang, menantang, dan
menunjukkan keunggulan, dan 5) berorientasi sukses, menunjukkan kerja keras,
ulet, dan optimis.
3. Ciri-ciri Motivasi Berprestasi Tinggi
Dalam beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang yang mempunyai
n-achievement tinggi akan mempunyai performance yang lebih baik apabila
dibandingkan dengan orang yang mempunyai n-achievement rendah (Walgito,
2003). Ciri-ciri individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi, sebagai
berikut:
a. Selalu bekerja keras dan tangguh, serta tidak mudah putus asa.
b. Berorientasi kemasa depan dan menyenangi tugas.
commit to user
d. Bertanggung jawab dalam memecahkan masalah
e. Efektif dan efisien dalam usahanya mencapai tujuan
f. Memilih tugas yang ada tantangan dan menurut kemampuannya.
Suryana (2003) menjelaskan bahwa wirausaha yang memiliki motif
berprestasi tinggi pada umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Ingin mengatasi sendiri kesulitan dan persoalan-persoalan yang timbul
pada dirinya.
b. Selalu memerlukan umpan balik yang segera untuk melihat keberhasilan
dan kegagalan.
c. Memiliki tanggung jawab personal yang tinggi.
d. Berani menghadapi risiko dengan penuh perhitungan.
e. Menyukai tantangan dan melihat tantangan secara seimbang.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa ciri-ciri individu yang
mempunyai motivasi berprestasi tinggi adalah adanya keinginan mengatasi
sendiri kesulitan dan persoalan-persoalan yang timbul pada dirinya, selalu
memerlukan umpan balik yang segera untuk melihat keberhasilan dan kegagalan,
memiliki tanggung jawab personal yang tinggi, dan berani menghadapi risiko
dengan penuh perhitungan, serta menyukai tantangan dan melihat tantangan