• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Positioning dan Brand Awareness terhadap Keputusan Pembelian Oli Yamalube pada CV. Mitra Prima Lestari (Dealer Yamaha)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Positioning dan Brand Awareness terhadap Keputusan Pembelian Oli Yamalube pada CV. Mitra Prima Lestari (Dealer Yamaha)"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STRATA –1 MEDAN

ANALISIS PENGARUH POSITIONING DAN BRAND AWARENESS TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN OLI YAMALUBE PADA CV. MITRA PRIMA LESTARI (DEALER YAMAHA)

SKRIPSI

OLEH

PARADE HUTAPEA 060502200

DEPARTEMEN MANAJEMEN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Universitas Sumatera Utara Medan

(2)

ABSTRAK

Parade Hutapea,(2010). Pengaruh Positioning dan Brand Awareness terhadap Keputusan Pembelian Oli Yamalube pada CV. Mitra Prima Lestari (Dealer Yamaha). Di bawah arahan Dra. Frida Ramadini, MM selaku dosen pembimbing, Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, M.Si selaku ketua departemen Manajemen Fakultas Ekonomi, Dra. Marhayanie, M.Si selaku dosen Penguji I, Drs. Liasta Ginting, M.Si selaku dosen Penguji II.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh positioning dan brand awareness terhadap keputusan pembelian Oli Yamalube pada CV. Mitra Prima Lestari. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini menggunakan sampel yaitu konsumen CV. Mitra Prima Lestari yang pernah membeli Oli Yamalube minimal 2 kali pada CV. Mitra Prima Lestari. Jumlah sampel dihitung dengan rumus Slovin yakni sebanyak 92 responden, Metode analisis yang dipergunakan adalah metode analisis defkriptif, metode analisis statistik yang terdiri dari analisis regresi linier berganda, pengujian signifikan simultan dan pengujian signifikan parsial dan pengujian koefisien determasi.

Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa variabel bebas, yaitu variabel

positioning (X1) dan variabel brad awareness (X2) secara bersama-sama atau

simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel keputusan pembelian Oli Yamalube pada CV. Mitra Prima Lestari (Y), namun variabel

positioning merupakan variabel yang lebih dominan pengaruhnya dari pada

variabel brand awareness terhadap keputusan pembelian Oli Yamalube pada CV. Mitra Prima Lestari.

(3)

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur saya sampaikan kepada Allah yang berkuasa atas khalik langit dan bumi sebab atas kuasa dan penyertaanNya lah skripsi ini dapat saya selesaikan. Ada banyak pihak yang telah membantu saya dalam penulisan skripsi ini, pada saat ini saya ucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Drs. John Tafbu Ritonga, M.ec selaku dekan fakultas ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, M.Si selaku ketua departemen Manajemen Fakultas ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Nisrul Irawaty, MBA selaku sekretaris departemen Manajemen. 4. Ibu Dra. Frida Ramadini, MM selaku dosen pembimbing saya atas bantuan

dan dukungan yang telah diberikan kepada saya.

5. Ibu Dra. Marhayanie M.Si selaku dosen Penguji I yang telah memberikan masukan dan saran atas penulisan skripsi saya.

6. Bapak Drs. Liasta Ginting, M.Si selaku dosen Penguji II yang telah memberikan masukan dan saran atas penulisan skripsi saya.

7. Ibu Inneke Qomariah, SE selaku dosen wali saya selama menjalani kegiatan akademik.

8. Seluruh staf pegawai di fakultas ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah membantu saya dalam menyelesaikan kegitan akademik.

(4)

10. Buat rekan-rekan Manajemen ’06 semuanya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

11. Kepada seluruh Staff dan Pegawai CV. Mitra Prima Lestari yang telah membantu penulis dalam pengerjaan skripsi ini.

12. Semua Pihak yang belum saya sebutkan satu persatu pada kesempatan ini karena keterbatasan saya, saya ucapkan terimakasih untuks etiap hal yang telah Anda berikan.

Skripsi ini masih memiliki kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saya mengharapkan masukan berupa kritik dan saran dalam penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata saya ucapkan tetaplah belajar untuk mencapai hidup yang lebih bermakna.

Medan, Juni 2010 Penulis

(5)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... ii

DAFTAR GAMBAR ... iii

BAB I PENDAHULUAN

2. Defenisi Operasional Variabel ... 10

3. Skala pengukuran Variabel ... 11

4. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 12

5. Populasi dan Sampel ... 12

6. Jenis dan sumber data ... 13

7. Teknik Pengumpulan Data ... 14

8. Uji Validitas dan Realibilitas ... 14

9. Metode Analisis Data ... 15

BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu ... 19

B. Pengertian Pemasaran Jasa... 20

C. Positioning ... 24

D. Merek ... 27

E. Keputusan Pembelian ... 31

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Profil Perusahaan ... 33

B. Visi dan Misi Perusahaan ... 33

(6)

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHSAN

A. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 42

1. Uji Validitas ... 42

2. Uji Reliabilitas ... 44

B. Metode Analisis Deskriptif ... 45

1. Analisis Deskriptif Responden ... 45

2. Analisis Deskriptif Variabel ... 46

2.1. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Nilai Positioning ... 47

2.2. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Brand Awareness ... 48

2.3. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Keputusan Pembelian ... 50

C. Uji Asumsi Klasik ... 52

1. Uji Normalitas ... 52

2. Uji Heteroskedastisitas ... 54

3. Uji Multikolinearitas ... 56

D. Analisis Regresi Linier Berganda ... 57

E. Pengujian Hipotesis ... 59

1. Uji Signifikan Simultan (Uji-F) ... 59

2. Uji Signifikan Parsial (Uji-t) ... 61

3. Pengujian Koefisien Determinasi (R2) ... 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 64

B. Saran ... 65 DAFTAR PUSTAKA

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Volume Penjualan Oli di Indonesia ... 2

Tabel 1.2 Jumlah Penjualan Oli Yamalube pada CV. Mitra Prima Lestari ... 6

Tabel 1.3 Defenisi Operasional Variabel ... 11

Tabel 4.1 Item-Total Statistics ... 43

Tabel 4.2 Reliability Statistics ... 44

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 45

Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan... 46

Tabel 4.5 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Nilai Positioning ... 47

Tabel 4.6 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Nilai Brand Awareness ... 48

Tabel 4.7 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Keputusan Pembelian ... 50

Tabel 4.8 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 54

Tabel 4.9 Coefficientsa ... 56

Tabel 4.10 Coefficientsa ... 57

Tabel 4.11 Variables Entered/Removedb ... 57

Tabel 4.12 Coefficientsa ... 58

Tabel 4.13 ANOVAb ... 60

Tabel 4.14 Coefficientsa ... 62

(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual Penelitian ... 8

Gambar 3.1 Struktur organisasi ... 35

Gambar 3.2 Oil Change Kit ... 36

Gambar 3.3 Dua Stroke Oil A ... 37

Gambar 3.4 5W-40 Semi-Sintetis ... 37

Gambar 3.5 5W-30 Utility ... 38

Gambar 3.6 10W-50 Semi-sintetik ... 39

Gambar 3.7 10W-40 ... 40

Gambar 3.8 15W-50 Full Synthetic ... 40

Gambar 3.9 Purpose 20W-50 ... 41

Gambar 4.1 Histogram Uji Normalitas ... 53

Gambar 4.2 P-plot Uji Normalitas ... 53

Gambar 4.3 Scatterplot Uji Heteroskedastisitas ... 55

Gambar 4.1 Histogram Uji Normalitas ... 52

Gambar 4.1 Histogram Uji Normalitas ... 52

(9)

ABSTRAK

Parade Hutapea,(2010). Pengaruh Positioning dan Brand Awareness terhadap Keputusan Pembelian Oli Yamalube pada CV. Mitra Prima Lestari (Dealer Yamaha). Di bawah arahan Dra. Frida Ramadini, MM selaku dosen pembimbing, Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, M.Si selaku ketua departemen Manajemen Fakultas Ekonomi, Dra. Marhayanie, M.Si selaku dosen Penguji I, Drs. Liasta Ginting, M.Si selaku dosen Penguji II.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh positioning dan brand awareness terhadap keputusan pembelian Oli Yamalube pada CV. Mitra Prima Lestari. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini menggunakan sampel yaitu konsumen CV. Mitra Prima Lestari yang pernah membeli Oli Yamalube minimal 2 kali pada CV. Mitra Prima Lestari. Jumlah sampel dihitung dengan rumus Slovin yakni sebanyak 92 responden, Metode analisis yang dipergunakan adalah metode analisis defkriptif, metode analisis statistik yang terdiri dari analisis regresi linier berganda, pengujian signifikan simultan dan pengujian signifikan parsial dan pengujian koefisien determasi.

Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa variabel bebas, yaitu variabel

positioning (X1) dan variabel brad awareness (X2) secara bersama-sama atau

simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel keputusan pembelian Oli Yamalube pada CV. Mitra Prima Lestari (Y), namun variabel

positioning merupakan variabel yang lebih dominan pengaruhnya dari pada

variabel brand awareness terhadap keputusan pembelian Oli Yamalube pada CV. Mitra Prima Lestari.

(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia saat ini dituntut oleh tingkat mobilitas yang tinggi secara rutinitas. Salah satu sarana yang mendukung lancarnya kegiatan manusia itu sendiri adalah alat transportasi. Alat transportasi sangat dibutuhkan dalam menunjang aktivitas seseorang, bahkan dapat dikatakan aktivitas seseorang dapat tertunda jika alat transportasinya tidak mendukung. Salah satu alat transportasi yang berkembang saat ini adalah sepeda motor. Tingginya permintaan terhadap sepeda motor didorong oleh harga sepeda motor yang terjangkau oleh masyarakat, semakin mudahnya cara memiliki sepeda motor dan mudah dalam perawatan.

Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) memberikan keterangan pertumbuhan produksi sepeda motor yang mengalami kenaikan, tahun 2008 lalu produksi sepeda motor sejumlah 4,7 unit, pada tahun 2009 mengalami kenaikan menjadi 5,8 juta unit, dan pada tahun 2010 diprediksi akan naik menjadi 6,3 juta unit produksi sepeda motor juga akan menaikkan kebutuhan pada oli sepeda motor sebagai kebutuhan mesin agar tetap terjaga dengan baik.

(11)

Merek pelumas yang berbagai macam jenis tersedia di pasaran. Jumlah pesaing di pasar yang semakin meningkat akan menimbulkan ketajaman persaingan diantara merek-merek meningkat. Data menyebutkan, ada 198 produsen pelumas lokal dan impor yang menjajakan sekitar 250 merek. Tetapi dari ratusan merek itu yang terdistribusi secara nasional dan memiliki volume penjualan cukup besar, yakni Mesran, Prima XP, Fastron, Enduro 4T, Evalube, Top-1, Federal, Pennzoil, Agip, Castrol, Shell Helix, Fuchs Oli, Total, dan Motul

Pelumas yang dibutuhkan sangat tinggi. Di Indonesia belum ada lembaga yang menghitungnya secara detail. Namun, beberapa sumber menyebutkan kebutuhan pelumas secara nasional diperkirakan sekitar 700 juta kiloliter per tahun. Melihat potensi pasar pelumas yang besar itu, banyak perusahaan pelumas yang turut memperebutkan pasar.

Tabel 1.1

Volume Penjualan Oli di Indonesia

Jenis Volume

Sumber : www.kontan.co.id (diakses tanggal 26 Mei 2010)

(12)

Prima, Meditran, Prima XP, Federal, 2T Enviro, Rored dan lain-lain. Bahkan

merk Mesran dari Pertamina merupakan penguasa terbesar pasar pelumas Indonesia, terutama untuk mencukupi kebutuhan sepeda motor. Setelah Pertamina disusul pemain utama lainnya yaitu Penzzoil (12%), Evalube(12%), Top 1 (11%),

Castrol (5%), Shell (3%), Agip (3%), Motul (1%)

(http://wahyublocknote.blogspot.com). Sedangkan penjualan Oli Yamalube berhasil menembus angka 2,4 % (www.kontan.co.id).

Yamaha Indonesia terus mengalami kenaikan nilai penjualan dari tahun ke tahun. Hal ini merupakan fenomena pasar yang sangat luar biasa. Sebagai pabrikan sepeda motor yang tak pernah berhenti berinovasi, Yamaha memiliki tekad untuk menjadi no.1 di hati konsumen Indonesia. Hal ini dikarenakan Yamaha yang mengutamakan kepuasan konsumen dalam hal ini tidak hanya berkonsentrasi untuk menjual produknya, tetapi sadar betul bahwa tingkat pelayanan after sales service sangat besar pengaruhnya pada nilai guna sepeda motor itu sendiri.

Pasar oli yang diperebutkan beberapa persaingan ini tentunya tidak terlepas dari pertumbuhan pasar sepeda motor dan peningkatan produksi sepeda motor. Produsen kendaraan khususnya sepeda motor semakin bijak dengan menyesuaikan produksi oli sesuai dengan tipe sepeda motor yang diproduksi, salah satunya adalah Oli Yamalube.

(13)

dimiliki Oli Yamalube yaitu dapat menjadikan performa mesin lebih tinggi, bersifat ramah lingkungan, efisien, dan tahan lama.

Keputusan membeli seseorang merupakan hasil suatu hubungan yang saling mempengaruhi antara faktor-faktor budaya, sosial, pribadi, dan psikologi. Hal ini sangat berguna untuk mengidentifikasikan pembeli-pembeli yang mungkin memiliki minat terbesar trerhadap suatu produk. Konsumen menjadi fokus perhatian pabrik. Konsumen merupakan pusat dari seluruh usaha pemasaran. Pemasar harus melihat lebih jauh bermacam-macam faktor yang mempengaruhi konsumen dan mengembangkan pemahaman konsumen melakukan keputusan pembelian untuk meraih keberhasilan.

Para pemasar harus mendalami berbagai pengaruh terhadap para pembeli dan mengembangkan suatu pemahaman mengenai bagaimana sebenarnya para konsumen membuat keputusan pembelian mereka ( Kotler: 2000:246), dalam hal ini positioning dan brand awareness merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keputusan dalam melakukan pembelian terhadap suatu perusahaan.

Positioning sering disebut sebagai strategi untuk memenangi dan

menguasai benak pelanggan melalui produk yang kita tawarkan (Kartajaya: 2004:11). Kartajaya mempunyai definisi sendiri, positioning didefinisikan sebagai

the strategy to lead your customer credible, yaitu upaya mengarahkan pelanggan

(14)

Brand awareness (kesadaran akan merk) dari perusahaan tersebut, dimana

apabila suatu perusahaan yang sudah berdiri lama dan memiliki reputasi yang baik dimata pelanggan maka nama dari perusahaan tersebut akan menimbulkan loyalitas tersendiri di dalam hati para pelanggan, sehingga pelanggan akan melakukan pembelian pada perusahaan tersebut secara berulang-ulang. Suatu perusahaan terutama perusahaan jasa akan mendapatkan nilai yang baik oleh para pelanggannya di sebabkan oleh faktor-faktor pendukung yang biasa digunakan dalam bauran pemasaran jasa, seperti kualitas pelayanan yang baik, fasilitas-fasilitas yang memadai sehingga menciptakan kenyamanan.

Positioning dan brand awareness merupakan persepsi pelanggan terhadap

pembelian secara keseluruhan. Persepsi pelanggan terhadap positioning dan brand

awareness yang dimiliki oleh Oli Yamalube akan dapat memberikan dampak

positif bagi pelanggan yang kemudian akan menciptakan minat bagi pelanggan untuk mengambil keputusan melakukan pembelian Oli Yamalube. Pemberian atau pelayanan jasa oleh perusahaan akan dapat mengalami kegagalan dalam memberikan kepuasan kepada pelanggan apabila perusahaan tidak mengetahui bentuk layanan yang sebenarnya diinginkan pelanggan. Hal ini harus dapat dihindari oleh perusahaan-perusahaan karena dalam membangun positioning dan

brand awareness yang baik dimata pelanggan perusahaan harus menciptakan

(15)

Berikut ini adalah data jumlah konsumen yang melakukan pembelian Oli Yamalube pada CV. Mitra Prima Lestari (Dealer Yamaha).

Tabel 1.2

Jumlah Penjualan Oli Yamalube pada CV. Mitra Prima Lestari

No. Tahun Jumlah Pembelian

1 Januari 2010 1115 botol

2 Februari 2010 1144 botol

3 Maret 2010 1200 botol

Sumber: CV. Mitra Prima Lestari (Dealer Yamaha) (2010)

Tabel di atas menunjukkan terjadinya kenaikan pembelian Oli Yamalube setiap bulan. Pada bulan Februari terjadi kenaikan sebesar 29 unit dari bulan Januari, begitu juga pada bulan Maret terjadi kenaikan sebesar 56 unit dari bulan Februari. Sehingga dapat diasumsikan bahwa pembelian Oli Yamalube meningkat.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Analisis Pengaruh Positioning dan Brand awareness Terhadap Keputusan Pembelian Oli Yamalube pada CV. Mitra Prima Lestari (Dealer Yamaha)”

B. Perumusan Masalah

Pada penelitian ini permasalahan yang muncul adalah: “Apakah faktor

positioning dan brand awareness mempunyai pengaruh yang positif dan

(16)

C. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah pondasi utama dimana sepenuhnya proyek ditujukan, dimana hal ini merupakan jaringan antar variabel yang secara logis diterangkan, dikembangkan, dari perumusan yang telah diidentifikasi melalui proses wawancara, observasi dan survey literatur (Kuncoro, 2003). Keputusan pembelian merupakan keputusan yang diambil oleh konsmen untuk membeli merek yang disukai setelah mengetahui informasi yang didapat (Kotler, 2001: 221).

Lupiyoadi (2001 : 48) mengemukakan positioning mencakup perancangan penawaran dan citra perusahaan agar target pasar mengetahui dan menganggap penting posisi perusahaan di antara pesaing. Dinamika pesaing bisnis yang semakin ketat antara berbagai perusahaan dalam menghasilkan dan menjual produknya memberikan pengaruh terhadap pandangan bahwa perusahaan harus memberitahukan dan memperkenalkan produknya kepada masyarakat agar masyarakat terdorong untuk membeli produk perusahaan.

Positioning bertujuan untuk membedakan persepsi perusahaan berikut

produk dan jasanya dari pesaing. Istilah positioning mengacu pada upaya penempatan atau menggerakkan suatu produk ke suatu tingkatan yang diinginkan dan sesuai dengan perhatian konsumen.

(17)

tertentu dikenal menjadi keyakinan bahwa produk tersebut merupakan satu-satunya dalam kelas produk bersangkutan.

Pada penelitian ini ada dua faktor yang diteliti dalam pengambilan keputusan pembelian factor tersebut adalah positioning dan brand awareness dari perusahaan tersebut. Berdasarkan hal tersebut maka secara sederhana kerangka konseptual penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1.1: Kerangka Konseptual Penelitian

Sumber: Aaker (1997), Kotler (2001), Lupiyoadi (2001), Kuncoro (2003) diolah oleh penulis

D. Hipotesis

Dari permasalahan yang dikemukakan di atas, hipotesis penelitian dapat disimpulkan yaitu Faktor positioning dan brand awareness berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengambilan keputusan pembelian Oli Yamalube pada CV. Mitra Prima Lestari (Dealer Yamaha).

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh faktor

positioning dan brand awareness terhadap pengambilan keputusan untuk Positioning

(X1)

Brand Awareness

(X2)

Keputusan Pembelian

(18)

melakukan pembelian Oli Yamalube pada CV. Mitra Prima Lestari (Dealer Yamaha).

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut: a. Bagi perusahaan

Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan yang dapat dijadikan acuan untuk menciptakan minat melakukan pembelian Oli Yamalube.

b. Bagi peneliti lain

Sebagai referensi yang dapat menjadi bahan perbandingan dalam melakukan penelitian dimasa yang akan datang, khususnya penelitian yang berkaitan dengan positioning dan brand awareness terhadap keputusan melakukan pembelian.

c. Bagi penulis

Memberikan kontribusi bagi pemikiran untuk memperluas cakrawala berpikir dalam bidang pemasaran, khususnya yang berkaitan dengan dengan positioning dan brand awareness terhadap keputusan melakukan pembelian.

F. Metode Penelitian

1. Batasan Operasional

(19)

2. Definisi Operasional Variabel

Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel yang diteliti , yaitu: a. Variabel Positioning (X1)

Positioning merupakan segala upaya mendesain produk dan merek

agar dapat menempati sebuah posisi yang unik dibenak konsumen, apakah faktor harga, kualitas, berbeda, dan pelayanan dapat menjadi alasan melakukan pembelian.

b. Variabel Brand Awareness (X2)

Brand awareness adalah ukuran kesadaran akan suatu merek

perusahaan oleh konsumen menggunakan faktor-faktor pendukung diantaranya mudah dikenal, berbeda, familiar, dan memiliki sifat komitmen.

c. Variabel Pengambilan Keputusan Pembelian (Y)

(20)

Tabel 1.3

Definisi Operasional Variabel

Variabel Definisi Indikator Skala

Pengukuran b. Memiliki ciri khas c. Rasa suka

3. Skala Pengukuran Variabel

Skala pengukuran dan dalam penelitian ini adalah Skala Likert sebagai alat utuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam melakukan penelitian terhadap variabel-variabel yang akan diuji, pada setiap jawaban akan diberikan skor (Sugiono, 2005: 86). Kriteria pengukuran variabelnya adalah sebagai berikut :

Variabel bebas yaitu persepsi kualitas pelayanan dan kepuasan pelanggan diukur dengan skala likert dengan menggunakan angka 1 sampai dengan angka 5. Tingkatan indikator dengan skala Likert ini adalah:

(21)

4 = Setuju

3 = Kurang Setuju 2 = TidakSetuju

1 = Sangat Tidak Setuju

4. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di CV. Mitra Prima Lestari (Dealer Yamaha) yang berlokasi di Jl. Letda Sujono No.55-56 Medan. Penelitian dimulai dari bulan April 2010 sampai dengan bulan Juni 2010.

5. Populasi dan Sampel

Populasi adalah sekelompok elemen yang lengkap, yang biasanya berupa orang, objek atau kejadian dimana kita tertarik untuk mempelajari suatu objek penelitian (Kuncoro, 2003 : 103).

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah rata-rata dari konsumen CV. Mitra Prima Lestari (Dealer Yamaha) yang pernah melakukan transaksi pembelian produk Oli Yamalube sejak bulan Januari 2010 sampai dengan Maret 2010 yang berjumlah 1153 orang.

Sampel adalah suatu bagian dari populasi yang akan diteliti dan dianggap dapat menggambarkan populasinya ( Situmorang dan Ginting 2008:151).

Teknik pengambilan sampel menggunakan rumus Slovin (dalam Umar, 2004: 78), yaitu:

(22)

Dimana: n = Jumlah Sampel N = Jumlah Populasi

e = Taraf Kesalahan = 10% Sehingga:

n = 1153

1 + 1153(0.1)²

n = 92,019 dan digenapkan menjadi 92 orang

Berdasarkan rumus Slovin tersebut, peneliti menetapkan sampel sebanyak 92 orang dengan taraf kesalahan 10%. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dengan kriteria dan tujuan tertentu, yaitu :

a. Kriteria bahwa konsumen yang pernah melakukan transaksi pembelian minimal dua kali pada bulan Februari sampai dengan Maret terhadap produk Oli Yamalube pada CV. Mitra Prima Lestari (Dealer Yamaha). b. Pelanggan berumur 17-60 tahun, karena dianggap berada pada usia

yang sudah mampu mengambil keputusan.

Tujuan dari penetapan kriteria ini adalah dengan mempertimbangkan pengalaman pelanggan yang cukup dan usia yang dianggap mampu menilai kualitas pelayanan dan kepuasan pada CV. Mitra Prima Lestari (Dealer Yamaha).

6. Jenis dan Sumber Data

(23)

b.

Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari sumber-sumber lain yang telah mengolah informasi terlebih dahulu seperti data CV. Mitra Prima Lestari (Dealer Yamaha), jurnal, buku-buku pendukung, dan sebagainya.

7. Teknik Pengumpulan Data a. Wawancara

Yaitu pengumpulan data dengan mengadakan tanya jawab dengan responden maupun dengan para karyawan dan manajer CV. Mitra Prima Lestari (Dealer Yamaha).

b. Kuesioner

Yaitu pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan melalui daftar pertanyaan tertulis untuk diisi responden.

c. Studi Dokumentasi

Yaitu pengumpulan data dengan cara membaca dan mempelajari data CV. Mitra Prima Lestari (Dealer Yamaha), jurnal, buku-buku pendukung, dan sebagainya yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

8. Uji Validitas dan realibilitas

Uji validitas dan reliabilitas kuesioner dilakukan untuk menguji apakah kuesioner layak digunakan sebagai instrumen penelitian. Valid artinya data yang diperoleh melalui kuesioner dapat menjawab tujuan penelitian.

Apabila r hitung > r tabel, maka pernyataan dinyatakan valid. Sebaliknya, bila

r hitung < r tabel, maka pernyataan dinyatakan tidak valid. Reliabel artinya data

(24)

Bila r hitung > r tabel, maka kuesioner dinyatakan reliabel. Sebaliknya, bila

r hitung < r tabel, maka kuesioner dinyatakan tidak reliabel.

Adapun tempat untuk menguji validitas dan reliabilitas tersebut adalah di Dealer Yamaha Medan Barat. Uji validitas dan reliabilitas kuesioner dalam penelitian ini menggunakan bantuan aplikasi software SPSS 15.0 for Windows.

9. Metode Analisis Data a. Metode Deskriptif

Metode ini merupakan uraian atau penjelasan dari hasil pengumpulan data primer berupa kuesioner yang telah diisi oleh sejumlah responden penelitian sehingga mendapat gambaran umum.

b. Uji Asumsi Klasik

Sebelum melakukan analisis regresi, agar dapat perkiraan yang tidak bias dan efisiensi maka dilakukan pengujian asumsi klasik. Ada beberapa kriteria persyaratan asumsi klasik yang harus dipenuhi, yaitu:

1. Uji Normalitas

Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal (Situmorang

et al, 2008:55). Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan

(25)

2. Uji Heteroskedastisitas

Adanya varians variabel independen (homokedastisitas). Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Heteroskedastisitas diuji dengan menggunakan uji Glejser dengan pengambilan keputusan jika variabel independen signifikan secara statistik mempegaruhi variabel dependen, maka ada indikasi terjadinya heteroskedastisitas. Jika probabilitas signifikannya diatas tingkat kepercayaan 5% dapat disimpulkan model regresi tidak mengarah adanya heteroskedastisitas.

3. Uji Multikolinearitas

Artinya variabel indepen yang satu dengan yang lain dalam model regresi berganda tidak saling berhubungan secara sempurna. Untuk mengetahui ada tidaknya gejala multikololinearitas dapat dilihat dari besarnya nilai Tolerance dan VIF (Varience Inflation

Factor) melalui program SPSS. Tolerance mengukur variabilitas

variabel terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Nilai umum yang biasa dipakai adalah nilai Tolerance > 0,1 atau nilai VIF < 5, maka tidak terjadi multikolinearitas (Situmorang

et al, 2008:104).

(26)

Y=a+b1X1+b2X2+e Dimana:

Y = Keputusan Pembelian a = Konstanta

b1 = Koefisien Regresi X1 X1 = Persepsi Positioning b2 = Koefisien Regresi X2 X2 = Brand Awreness e = Standart Error

Dalam analisis regresi ada tiga jenis kriteria ketepatan yaitu:

1. Uji F, yaitu untuk membuktikan hipotesis awal tentang pengaruh persepsi kualitas pelayanan dan kepuasan pelanggan terhadap minat pembelian konsumen. Dengan rumus hipotesis sebagai berikut:

Ho: b1 = b2 = 0, artinya variabel bebas (X1,X2) secara serentak tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (Y).

Ha: b1 ≠ b2 ≠ 0, artinya variabel be bas (X1,X2) secara serentak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (Y).

Kriteria Pengambilan Keputusan:

Ho diterima jika F hitung < F tabelpada α = 5%

Ha diterima jika F hitung > F tabelpada α = 5%

(27)

Ho: b1, b2 = 0, artinya variabel bebas (X1,X2) secara parsial tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel terikat (Y).

Ha: b1, b2 ≠ 0, artinya variabel bebas (X1,X2) secara parsial mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel terikat (Y). Kriteria Pengambilan Keputusan:

Ho diterima jika t hitung < t tabelpada α = 5%

Ha diterima jika t hitung > t tabelpada α = 5%

3. Koefisien Determinan (R²)

(28)

BAB II

URAIAN TEORETIS

A. Penelitian Terdahulu

Ada beberapa penelitian terdahulu yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam penelitian ini, antara lain meliputi:

Ikhwan Nur Ridwan (2007) Dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi pemetaan (Positioning) pada penumpang maskapai penerbangan Indonesia AIR ASIA jalur Medan – Jakarta (studi kasus Indonesia AIR ASIA Medan)”. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan disimpulkan sebagai berikut : Secara simultan (Serentak) menunjukkan bahwa variabel bebas (X1,X2,X3,X4) yaitu citra merk (brand Image) atribut Produk, Pesaing, dan harga berpengaruh positif dan signifikan terhadap positioning pada maskapai penerbangan Indonesia AIR ASIA (Y) Karena penerbangan Indonesia AIR ASIA dipengaruhi oleh citra Merk (brand image), pesaing, dan harga berpengaruh positif dan signifikan terhadap positioning pada maskapai penerbangan Indonesia AIR ASIA dan variabel atribut produk secara negatif dan signifikan tidak berpengaruh terhadap positioning pada maskapai penerbangan Indonesia AIR ASIA.

(29)

merek sebesar 80,60 % dan sisanya 19,40 % kesadaran merek dijelaskan oleh variabel lain diluar iklan.

B. Pengertian Pemasaran Jasa

Banyak orang mengira pemasaran hanya sekedar penjualan atau periklanan. Namun penjualan dan periklanan hanyalah puncak pemasaran. Pada saat ini pemasaran haruslah dipahami tidak dalam pengertian lama yaitu “katakan dan jual” tetapi dalam pengertian baru yaitu memuaskan kebutuhan pelanggan. Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang membuat individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan lewat penciptaan dan pertukaran timbal balik produk dan nilai dengan orang lain (Kotler, 2001:7) Kotler (2001: 605) membagi karakteristik jasa ke dalam empat bagian, yaitu:

1. Intangible (Tidak Berwujud)

Jasa merupakan sesuatu yang tidak berwujud. Tidak seperti produk fisik, jasa tidak dapat dilihat, diraba, didengar, atau dicium sebelum jasa itu dibeli.

2. Inseparability (Tidak Dapat Dipisahkan)

(30)

3. Variability (Variabilitas)

Jasa sangat bervariasi, karena tergantung pada siapa yang menyediakan dan kapan serta dimana jasa itu dilakukan. Pembeli jasa menyadari tingginya variabilitas ini sering membicarakannya dengan orang lain sebelum memilih seorang penyedia jasa.

4. Perishability (Tidak Tahan Lama)

Jasa tidak untuk disimpan, namun untuk digunakan. Perusahaan transportasi umum harus memiliki lebih banyak kendaraan karena permintaan pada jam-jam sibuk, daripada jika permintaan sama sepanjang hari.

Swastha (1997: 83) membagi jasa ke dalam dua golongan besar, yaitu: 1. Jasa Industri (Industrial Service)

Jasa industri ini disebutkan untuk organisasi dalam lingkup yang luas. Termasuk industri pengolahan, pertambangan, pertanian, organisasi non laba, dan pemerintah. Sebagai contoh jasa pendidikan, lembaga keuangan, jasa pengangkutan.

2. Jasa Konsumen (Consumer Service)

Jasa ini banyak digunakan secara luas dari dalam masyarakat seperti halnya dengan bahan konsumsi. Jasa konsumsi ini dapat pula dibagi ke dalam tiga golongan yaitu:

a. Jasa Konvenien (Convenience Service)

(31)

adalah jasa reperasi kendaraan dan sepatu, jasa tukang pangkas, dan sebagainya.

b. Jasa Shopping (Shopping Service)

Adalah jasa konsumsi setelah mengadakan perbandingan kualitas, harga, dan reputasi dari jasa tersebut. Seperti persewaan mobil dan gedung, jasa asuransi, dan jasa informasi.

c. Jasa Spesial (Special Service)

Merupakan jasa konsumsi dimana dalam pembeliannya konsumen harus melakukan usaha pembelian khusus dengan cara tertentu dengan pembayaran yang lebih besar. Contoh jasa spesialis, jasa akuntan, konsultan manajemen, dan jasa advokat. Penggolongan jasa ini sangat relatif mengingat suatu jasa merupakan jasa konvenier, akan tetapi bagi orang lain merupakan jasa shopping dalam mencari ataupun membelinya. Peluang bisnis dan pemasaran jasa tidak bisa dilepaskan dari dinamika situasi dan kondisi sejumlah faktor eksternal yang melingkupinya. Para pengelola perusahaan jasa, khususnya manajer pemasarannya perlu secara cermat memperhatikan situasi dan kondisi dari faktor-faktor tersebut.

(32)

1. Penentuan segmen pasar sasaran

Dalam menentukan segmen pasar sasaran dilakukan pengidentifikasian karakteristik-karakteristik umum pasar, kebutuhan penting pasar, dan kekuatan-kekuatan dari pesaing yang ada.

2. Perumusan konsep jasa

Dilakukan upaya-upaya untuk menanamkan dalam pikiran konsumen, karyawan, pemegang saham ekspektasi, dan persepsi jasa itu sendiri. Untuk mengintegrasikan pasar sasaran dan konsep jasa, perusahaan jasa harus memposisikan dirinya sendiri dalam lingkungan kompetitif dari pasar yang dipilih.

3. Strategi operasi

Dalam mengembangkan strategi operasi tidak mengabaikan peran operasi, keuangan, pemasaran serta kualitas dan biaya dari jasa tersebut. Untuk mengintegrasikan konsep jasa dengan strategi operasi, maka perlu dilakukan upaya-upaya untuk mempersempit perbedaan-perbedaan antara nilai dengan manfaat yang dipersepsikan dengan biaya jasanya.

4. Sistem penyajian jasa

(33)

Keberhasilan perusahaan ditentukan oleh dua aspek kecocokan strategis (Boyd-Walker-Larrache, 2000: 204) yaitu:

1. Strategi persaingan dan pemasarannya harus cocok dengan keutuhan dan hambatan-hambatan dari lingkungan dasar dan persaingan eksternal.

2. Perusahaan harus mampu dengan efektif menerapkan strategi.

C. Positioning

Positioning adalah tindakan perusahaan untuk merancang produk dan

bauran pemasaran agar dapat tercipta kesan tertentu diingatan konsumen, sehingga dengan demikian konsumen segmen memahami dan menghargai apa yang dilakukan perusahaan dalam kaitannya dengan para pesaingnya. Bila sebuah merek menemukan positioning statement yang efektif, tim merek sering dan sangat bijaksana mempertahankannya dan menggunakannya lagi dan lagi, itulah inti dari positioning statement memosisikan nama merek secara kuat dalam benak orang-orang.

Bagi perusahaan tindakan untuk meneliti atau mengidentifikasi posisi pesaing dan memutuskan untuk mengambil posisi setaraf dengan posisi pesaing atau mencari kesempatan dalam pasar. Jika posisi perusahaan itu sendiri dekat dengan pesaing lainnya, perusahaan itu harus menyeleksi dan kemudian mencari perbedaan lebih lanjut melalui perbedaan-perbedaan tersendiri.

(34)

Kartajaya, 2005:56) mengatakan, “positioning is not what you do to a product,

positioning is what you do to the mind of the prospect. that is you position the

product in the mind of prospect”. Intinya positioning adalah menempatkan produk

dan merek kita di benak pelanggan. Dengan definisi ini Ries-Trout mengatakan bahwa perang pemasaran bukanlah terletak di pasar, tapi di benak pelanggan. Perang pemasaran adalah perang untuk memperebutkan sejengkal ruang di benak pelanggan.

Menurut Kartajaya (2005:57) positioning adalah “The strategy for leading

your consumer credibly” . Positioning adalah menyangkut bagaiman perusahaan

membangun kepercayaan, keyakinan, dan trust kepada pelanggan.

Menurut Kotler (2000:265), terdapat beberapa cara penentuan posisi di benak konsumen, antara lain :

1. Penentuan Posisi Menurut Atribut

Ini terjadi bila suatu perusahaan mempromosikan atribut produk yang lebih unggul di banding pesaingnya.

2. Penentuan Posisi Menurut Manfaat

Dalam pengertian ini produk di posisikan sebagai pemimpin suatu manfaat tertentu.

3. Penentuan Posisi Menurut Penggunaan atau Penerapan.

(35)

4. Penentuan Posisi Menurut Pemakai

Ini berarti memposisikan produk sebagai yang terbaik untuk sejumlah kelompok pemakai. Dengan kata lain pasar sasaran lebih ditujukan pada satu atau lebih komunitas, baik dalam arti sempit maupun luas.

5. Penentuan Posisi Menurut Pesaing

Disini produk secara keseluruhan menonjolkan mereknya secara utuh dan diposisikan lebih baik dari pada pesaing.

6. Penentuan Posisi Menurut Kategori Produk

Disini produk diposisikan sebagai pemimpin dalam suatu kategori produk 7. Penentuan Posisi Menurut Harga

Disini produk di posisikan memberikan nilai terbaik untuk harganya.

Menurut Kartajaya (2005:62) terdapat empat syarat dalam membangun

positioning :

1. Positioning haruslah dipersepsi secara positif oleh para pelanggan dan

menjadi alasan untuk membeli oleh pelanggan.

2. Positioning mencerminkan kekuatan dan keunggulan kompetitif

perusahaan.

3. Positioning haruslah bersifat unik dan dengan mudah mendiferensiasikan

diri dari para pesaing.

4. Positioning harus berkelanjutan dan selalu relevan dengan berbagai

(36)

Menurut Kotler (Dalam Lupiyoadi, 2001:48) setidaknya ada tiga langkah dalam melakukan positioning, yaitu:

1. Mengenali keunggulan-keunggulan yang mungkin dapat ditampilkan dalam hubungan dengan pesaing.

2. Memilih keunggulan-keunggulan yang paling kuat atau menonjol.

3. Menyampaikan keunggulan-keunggulan itu secara efektif kepada target pasar.

Menurut Kotler (Dalam Lupiyoadi, 2001:48), sebuah keunggulan yang patut ditampilkan harus memenuhi kriteria antara lain :

1. Penting.

Keunggulan itu harus merupakan kemampuan yang dianggap sangat penting oleh banyak pembeli.

2. Over Positioning.

Konsumen mempunyai gambaran yang terlalu sempit mengenai suatu atribut.

3. Confused Positioning.

Konsumen merasa tidak pasti dengan citra suatu produk karena terlalu banyak janji yang diberikan atau positioning yang terlalu sering berubah.

D. Merek

1. Pengertian Merek (Brand)

(37)

pesaing. Merek tidak sekedar nama, bukan juga sebuah logo atau simbol. Merek adalah payung yang mempresentasikan produk atau layanan. Merek adalah cerminan Value yang diberikan perusahaan kepada pelanggan. Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikemukakan bahwa merek disamping menjadi identitas produk yang membedakan dengan produk pesaing tetapi juga memberi manfaat bagi pembeli, penjual maupun masyarakat.

Seiring dengan peningkatan intensitas persingan dan perubahan pola konsumsi, proses penciptaan merek atau branding menjadi sangat penting. Lain dengan produk yang bisa dengan mudah ditiru oleh pesaing, suatu brand sulit ditiru karena persepsi yang konsisten dari konsumen atas nilai suatu brand tidak mudah diciptakan. Karenanya brand bisa menjadi sumber daya saing yang bisa berlangsung lama dan bisa menjadi penghasil arus kas bagi perusahaan dalam jangka panjang. Pada saat sebuah brand sudah jadi atau sudah memiliki ekuitas maka perusahaan bisa mendapatkan manfaat baik dari produk mula-mula maupun dari produk-produk lain yang dipasarkan dengan brand tersebut (brand

extensions).

2. Ekuitas Merek (Brand Equity)

Brand Equity adalah nilai dari suatu merek menurut sejauh mana mereka

(38)

Sedangkan menurut Aaker (1997:22), ekuitas merek adalah seperangkat aset dan liabilitas merek, nama dan simbolnya yang menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah barang atau jasa kepada perusahaan tau para pelanggan perusahaan. Merek bukan merupakan sesuatu yang tercetak dalam produk atau kemasannya, tetapi termasuk apa yang ada dalam benak konsumen dan bagaimana konsumen mengasosiasikannya.

Suatu kesadaran seharusnya memberikan suatu alasan untuk diperhatikan dan seharusnya itu bisa dikenang. Ada banyak cara yang bisa ditempuh namun hal yang paling pokok adalah menjadi berbeda dan istimewa. Bila terlalu banyak kelas produk mempunyai pendekatan komunikasi yang sama, maka akan sulit untuk menjadi istimewa. Tentu saja perlu untuk menciptakan kaitan antara merek dan kelas produk.

Ekuitas merek bersumber pada lima komponen yaitu :

a. Brand Awareness (Kesadaran Merek)

Mengacu pada sejauh mana sebuah merek dikenal atau tinggal dibenak pelanggan. Kesadaran ini dapat diukur dengan beberapa tingkatan antara lain :

1. Brand Recognition

Sejauh mana sebuah merek akrab dikenal berdasarkan eksposur masa lalu.

2. Brand Recall

(39)

ii. Pengingatan kembali dengan bantuan (Aided Recall)

b. Brand Association (Asosiasi Merek)

Mencerminkan asosiasi yang dibuat oleh pelanggan terhadap sebuah merek tertentu. Asosiasi merek dikendalikan oleh identitas merek. Asosiasi merek yang kuat dapat membantu pelanggan memproses dan menerima informasi menjadi alasan pembeli serta menciptakan sikap atau perasaan positif terhadap merek bersangkutan.

c. Perceived Quality (Kesan Kualitas)

Persepsi pelanggan terhadap kualitas dan superioritas produk relatif terhadap pesaing.

d. Brand Loyality (Loyalitas Merek)

(40)

e. Aset-aset merek yang lain seperti trade mark, Patern dan relationship dengan komponen saluran distribusi.

Menurut Aaker (1997:66) ekuitas merek menciptakan nilai yang sama baiknya bagi perusahaan maupun konsumen. Seperti halnya manfaat yang telah diberikan ekuitas merek akan menguatkan proses informasi, rasa percaya diri dan pencapaian kepuasan dari pelanggan (Bagi Pelanggan). Sedangkan untuk perusahaan akan menguatkan efisiensi dan efektivitas program, loyalitas merek, harga atau laba, perluasan merek, peningkatan perdagangan, dan keunggulan kompetitif.

E. Keputusan Pembelian

Secara teoritis, setiap kali seseorang membeli suatu barang atau jasa, ia berharap barang atau jasa tersebut akan mampu memberikan kegunaan maksimum. Dengan kata lain, “setiap konsumen adalah rational economic man yang memiliki alasan rasional dan membuat pilihan rasional dalam setiap pembelian produk dan jasa”, (Tjiptono, 2005 : 179). Ada lima tahapan dalam pembelian, yaitu:

1. Pengenalan Kebutuhan

Merupakan tahap awal dimana seseorang merasa memiliki kebutuhan dan keinginannya yang harus dipenuhi.

2. Mencari Informasi

(41)

didapat dari pengalaman sendiri, tetapi ada juga yang mencari dari jalur komersil, misalnya iklan Koran dan majalah.

3. Evaluasi Alternatif

Setelah memiliki informasi yang cukup lengkap, maka konsumen tersebut mengevaluasi alternatif yang ada. Dalam mengevaluasi, konsumen dapat menggunakan kalkulasi yang ketat dan berpikir tentang barang yang akan dibeli, namun kadang konsumen hanya mengandalkan intuisi saja.

4. Keputusan Pembelian

Saat memutuskan pun terkadang ada perilaku tertentu dari individu. Situasi yang terjadi bisa tegantung sikap orang lain.

5. Perilaku Setelah Pembelian

(42)

BAB III

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Profil Perusahaan

CV. Mitra Prima Lestari merupakan perusahaan yang menyalurkan dan memasarkan produk Yamaha. CV. Mitra Prima Lestari didirikan pada tahun 1996 oleh Siswanto. Mulanya perusahaan ini hanya bergerak dalam bidang penyaluran dan pemasaran sepeda motor Yamaha yang sering juga disebut sebagai dealer Yamaha. Namun terjadi perkembangan di tahun-tahun berikutnya dan Siswanto pun mendirikan bengkel service Yamaha pada tahun 2002 tepat berada pada CV. Mitra Prima Lestari.

Saat ini CV. Mitra Prima Lestari bukan hanya sebagai dealer sepeda motor Yamaha, tetapi juga sebagai tempat service sepeda motor Yamaha. Selain penjualan sepeda motor Yamaha, CV. Mitra Prima Lestari juga menjual Oli khusus untuk sepeda motor Yamaha yaitu Oli Yamalube. Penjualan Oli Yamalube itu juga dilakukan di tempat service tepat berada di CV. Mitra Prima Lestari.

B. Visi dan Misi Perusahaan

(43)

Misi Perusahaan adalah:

1. Seluruh proses dan system kerja di design untuk selalu adaptable terhadap perubahan kebutuhan dan minat Pelanggan.

2. Peningkatan kualitas produk dan pelayanan di bidang Sales – Service – Spare parts merupakan komitmen kami kepada semua Pelanggan, dengan didukung oleh SDM yang berkompeten di bidangnya.

3. Produk, pelayanan, dan seluruh system dan aktivitas kerja yang terkait akan kami arahkan untuk dapat mencapai keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif dibandingkan dengan perusahaan lain yang sejenis.

C. Struktur Organisasi CV. Mitra Prima Lestari

(44)

Gambar 3.1 : Struktur organisasi

Sumber : CV. Mitra Prima Lestari (2010)

1. Manajer

Mengkoordinir, mengevaluasi kinerja anggota, mengarahkan dan memantau pengelolaan keuangan, SDM, persediaan, dan bagian umum guna mendukung kegiatan pada CV. Mitra Prima Lestari.

2. Chief Operasional

Melaksanakan proses kegiatan operasional perusahaan, mengkoordinir lingkungan kerja dan memantau kondisi pasar.

3. Chief Mechanic

Mengawasi pekerjaan anggota, mengatasi masalah dalam service, melakukan evaluasi anggota tiap minggunya, dan membahas permasalahan yang timbul pada mesin.

(45)

4. Service Counter

Menerima saat awal masuk service, memberikan keterangan tentang produk, mengontrol saat service dilakukan, dan menerima pembayaran setelah service selesai dilakukan.

5. Sparepart Counter

Mengontrol jumlah persediaan sparepart yang tersedia, mengawasi keluar masuk barang khususnya sparepart. Memesan dan memberikan persediaan barang sparepart.

6. Mechanic

Memberikan pelayanan berupa melakukan service sepeda motor. Melakukan perbaikan terhadap kerusakan.

Berikut uraian dari Oli Yamalube:

Gambar 3.2 : Oil Change Kit

Sumber : www.yamaha-motor.com (diakses 2010)

(46)

Gambar 3.3 : Dua Stroke Oil A

Sumber : www.yamaha-motor.com (diakses 2010)

Kinerja Dua Stroke Oil A berteknologi maju dengan dasar semi-sintetik dan sistem aditif memberikan performa terhadap semua musim dan sangat mengurangi asap terlihat. Rendah Simpanan aditif sintetik Khusus secara signifikan mengurangi karbon dan pernis penumpukan deposit. Itu berarti usia mesin lebih lama dan performa yang lebih baik dari waktu ke waktu. Semua-Cuaca Kinerja 2S memberikan pelumasan yang luar biasa di semua suhu. Sebuah aditif khusus menjaga arus dan mencegah "gelling" dalam kondisi sub-pembekuan, sehingga sangat efektif dalam Snowmobiles.

Gambar 3.4 : 5W-40 Semi-Sintetis

Sumber : www.yamaha-motor.com (diakses 2010)

(47)

Side aplikasi mana kecepatan rendah pengangkutan dan pendakian benar stres minyak mesin untuk ekstrim. Diformulasikan khusus untuk ATV utilitas oleh tim yang tahu mereka masuk dan keluar.

Yamalube 5W-40 dibangun untuk menangani melelahkan kondisi off-road dan menjagakondisi kasar, Yamaha diandalkan akan kuat. Diformulasikan untuk standar Yamaha, mengandung aditif kinerja lebih dari pada minyak tipikal. Aditif dapat memerangi korosi, pernis memakai suatu, mengurangi gesekan, rev up kinerja dan memperpanjang hidup mesin. Sebuah Yamaha kasar ATV berdiri untuk menghukum temperatur subzero, kerasnya pekerjaan pertanian dan medan kasar. Ini formula semi-sintetik menyediakan optimum, pumpability rendah-temperatur bawah untuk -40 º F (-40 º C) dan perlindungan selama mulai dingin.

Gambar 3.5 : 5W-30 Utility

Sumber : www.yamaha-motor.com (diakses 2010)

(48)

memberikan pumpability rendah suhu optimum ke -20 º F (-29 º C) sehingga mesin dapat mulai lebih mudah, bahkan di pagi yang sangat dingin, namun menyediakan karateristik performa tinggi.

Gambar 3.6 : 10W-50 Semi-sintetik

Sumber : www.yamaha-motor.com (diakses 2010)

(49)

Gambar 3.7 : 10W-40

Sumber : www.yamaha-motor.com (diakses 2010)

Yamalube 10W-40 yaitu kinerja oli mesin dicampur dengan menggunakan dasar mineral kualitas tinggi untuk digunakan di sepeda motor, ATV, Side x kendaraan Side, dan skuter. Memberikan performa kopling stabil dan kekuatan film untuk melindungi mesin dari keausan dalam penggunaan sehari-hari. Excellent perlindungan dan teknologi aditif unggul membuat minyak ini luar biasa. Yamalube Semua Tujuan formula memenuhi atau melebihi semua rekomendasi pabrik untuk digunakan dalam mesin Yamaha.

Gambar 3.8 : 15W-50 Full Synthetic

Sumber :www.yamaha-motor.com (diakses 2010)

(50)

sebagai ester. Pelumas ini sepenuhnya sintetik dan memberikan kemampuan melumasi tiada bandingnya bahwa obligasi dengan komponen mesin logam menciptakan perisai melawan pakai.

Gambar 3.9 : Purpose 20W-50

Sumber : www.yamaha-motor.com (diakses 2010)

(51)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHSAN

A. Uji Validitas dan Reliabilitas

Kualitas hasil penelitian yang baik sudah semestinya diperoleh jika rangkaian penelitian dilakukan dengan baik. Perencanaan yang matang, dengan alat penelitian seperti daftar pertanyaan yang digunakan harus dalam kondisi baik. Valid artinya data-data yang diperoleh dengan penggunaan instrumen penelitian dapat menjawab tujuan penelitian. Reliabel artinya data yang diperoleh konsisten atau stabil. Agar data yang diperoleh valid dan reliabel maka dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Uji validitas dan reliabilitas kuesioner penelitian ini menggunakan bantuan software SPSS 16.0 for windows.

1. Uji Validitas

Uji validitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS 16.0 dengan kriteria sebagai berikut :

a. Jika rhitu ng > rtabel, maka butir pertanyaan tersebut valid.

b. Jika rhitu ng < rtabel, maka butir pertanyaan tersebut tidak valid.

Penyebaran kuesioner khusus dalam uji validitas dan reliabilitas diberikan kepada 30 orang responden diluar dari responden penelitian. Nilai rtabel

(52)

Tabel 4.1

Sumber : Hasil Pengolahan SPSS (2010)

Corrected item total correlation menunjukkan korelasi antara skor item

dengan skor total item yang dapat digunakan untuk menguji validitas instrumen. Untuk mengetahui validitas pada setiap pertanyaan, maka nilai pada corrected

item total correlation yang merupakan nilai rhitung dibandingkan dengan rtabel.

(53)

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa seluruh butir pertanyaan valid, yang dapat dilihat dari rhitung pada corrected item total correlation yang pada keseluruhan

butir lebih besar dari rta bel (0,361), sehingga diperoleh 18 pertanyaan valid yang

digunakan untuk melakukan penelitian seperti pada Tabel 4.1.

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen itu sudah baik. Reliabilitas menunjukkan tingkat kestabilan, konsistensi, dan atau kehandalan instrumen untuk menggambarkan gejala seperti apa adanya.

Menurut Ghozali dan Kuncoro (Ginting dan Situmorang, 2008:179) butir pertanyaan yang sudah dinyatakan valid dalam uji validitas akan ditentukan reliabilitasnya dengan kriteria sebagai berikut:

a. Menurut Ghozali nilai Cronbach’s Alpha > 0.60 b. Menurut Kuncoro nilai Cronbach’s Alpha > 0.80

Tabel 4.2 Reliability Statistics Cronbach's

Alpha N of Items

.930 18

Sumber : Hasil Pengolahan SPSS (2010)

(54)

dinyatakan bahwa kuesioner tersebut telah reliabel dan dapat disebarkan kepada responden untuk dapat dijadikan sebagai instrumen penelitian ini.

B. Metode Analisis Deskriptif

Metode analisis deskriptif adalah cara merumuskan dan menafsirkan data yang ada sehingga memberikan gambaran yang jelas melalui pengumpulan, penyusunan, dan penganalisisan data, sehingga dapat diketahui gambaran umum dari objek yang diteliti. Data utama dalam penelitian ini adalah informasi dari responden melalui kuesioner yang berisikan tentang karakteristik responden dan pernyataan-pernyataan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dalam menganalisis masalah penelitian yang telah dirumuskan.

1. Analisis Deskriptif Responden

Analisis deskriptif dalam penelitian ini merupakan uraian atau penjelasan dari hasil pengumpulan data primer berupa kuesioner yang telah diisi oleh responden penelitian. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah rata-rata dari konsumen CV. Mitra Prima Lestari (Dealer Yamaha) yang pernah melakukan transaksi pembelian produk Oli Yamalube sejak bulan Januari 2010 sampai dengan Maret 2010 yang berjumlah 1153 orang. Sampel diambil dengan rumus Slovin, maka jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 92 responden.

a. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 4.3

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Responden %

Laki-Laki 67 73

Perempuan 25 27

Total 92 100

(55)

Berdasarkan Tabel 4.3 maka dapat dilihat bahwa karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin laki-laki berjumlah 67 responden, dan responden perempuan berjumlah 25 resonden maka total responden keseluruhan berjumlah 92 responden. Hal ini menunjukkan bahwa para responden kebanyakan berjenis kelamin laki-laki.

b. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Tabel 4.4

Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Usia Frekuensi Persentase

Pelajar/Mahasiswa 23 25%

Wiraswasta 17 18%

Pegawai Negeri 12 13%

Pegawai Swasta 26 29%

Lain-lain 14 15%

Total 92 100%

Sumber: Data Primer dengan pengolahan SPSS (2010)

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa pegawai swasta adalah responden terbanyak yang melakukan transaksi pembelian yaitu sebesar 29%.

2. Analisis Deskriptif Variabel

Kuesioner yang dilakukan dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan skala likert untuk menanyakan tanggapan pelanggan terhadap nilai

positioning dan Brand Awareness terhadap pengambilan keputusan pembelian

(56)

2.1 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Nilai Positioning Tabel 4.5

Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Nilai Positioning

Tanggapan Responden

Frekuensi Pendapat Responden (%)

Total (%)

Sumber: Data Primer dengan pengolahan SPSS (2010)

Hasil jawaban kuesioner yang diperoleh dari 92 orang responden untuk variabel

positioning pada tabel 4.5 yaitu:

a Pada pernyataan pertama (Harga Oli Yamalube yang ditawarkan terjangkau) sebanyak 39 orang atau 42,4 % yang menyatakan sangat setuju, 48 orang atau 52,2 % menyatakan setuju, 2 orang atau 2,2 % menyatakan kurang setuju, 3 orang atau 3,3 % menyatakan tidak setuju dan tidak ada responden menyatakan sangat tidak setuju.

b Pada pernyataan kedua (Oli Yamalube mempunyai kualitas sesuai dengan yang diharapkan) sebanyak 29 orang atau 31,5 % yang menyatakan sangat setuju, 57 orang atau 62,0 % menyatakan setuju, 5 orang atau 5,4 % menyatakan kurang setuju, 1 orang atau 1,1 % menyatakan tidak setuju dan tidak ada responden menyatakan sangat tidak setuju.

(57)

menyatakan kurang setuju, 3 orang atau 3,3 % menyatakan tidak setuju dan tidak ada responden menyatakan sangat tidak setuju.

d Pada pernyataan keempat (Pelayanan dalam pergantian Oli Yamalube pada sepeda motor sangat memuaskan) sebanyak 31 orang atau 33,7% yang menyatakan sangat setuju, 57 orang atau 62,0 % menyatakan setuju, 3 orang atau 3,3 % menyatakan kurang setuju, 1 orang atau 1,1 % menyatakan tidak setuju dan tidak ada responden menyatakan sangat tidak setuju.

e Pada pernyataan kelima (Oli Yamalube menghasilkan performa mesin yang baik) sebanyak 28 orang atau 30,4 % yang menyatakan sangat setuju, 55 orang atau 59,8 % menyatakan setuju, 9 orang atau 9,8 % menyatakan kurang setuju, tidak ada responden menyatakan tidak setuju dan tidak ada responden menyatakan sangat tidak setuju.

2.2 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Brand Awareness Tabel 4.6

Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Nilai Brand Awareness.

Tanggapan

Frekuensi Pendapat Responden (%)

Total (%) Sumber: Data Primer dengan pengolahan SPSS (2010)

Hasil jawaban kuesioner yang diperoleh dari 92 orang responden untuk variabel

(58)

a Pada pernyataan pertama (Merek Oli Yamalube cukup dikenal) sebanyak 50 orang atau 54,3 % yang menyatakan sangat setuju, 34 orang atau 37 % menyatakan setuju, 7 orang atau 7,6 % menyatakan kurang setuju, 1 orang atau 1,1 % menyatakan tidak setuju dan tidak ada responden menyatakan sangat tidak setuju.

b Pada pernyataan kedua (Oli Yamalube merupakan pelumas yang pertama dijual sesuai dengan merek sepeda motor) sebanyak 28 orang atau 30,4 % yang menyatakan sangat setuju, 55 orang atau 59,8 % menyatakan setuju, 9 orang atau 9,8 % menyatakan kurang setuju, tidak ada responden menyatakan tidak setuju dan tidak ada responden menyatakan sangat tidak setuju.

c Pada pernyataan ketiga (Merek Oli Yamalube mencerminkan kualitas) sebanyak 31 orang atau 33,7 % yang menyatakan sangat setuju, 57 orang atau 62,0 % menyatakan setuju, 3 orang atau 3,3 % menyatakan kurang setuju, 1 orang atau 1,1 % menyatakan tidak setuju dan tidak ada responden menyatakan sangat tidak setuju.

d Pada pernyataan keempat (Merek Oli Yamalube unik) sebanyak 41 orang atau 44,6 % yang menyatakan sangat setuju, 43 orang atau 46,7 % menyatakan setuju, 8 orang atau 8,7 % menyatakan kurang setuju, tidak ada responden menyatakan tidak setuju dan tidak ada responden menyatakan sangat tidak setuju.

(59)

menyatakan tidak setuju dan tidak ada responden menyatakan sangat tidak setuju.

f Pada pernyataan keenam (Merek Oli Yamalube memberikan informasi kondisi sepeda motor) sebanyak 29 orang atau 31,5 % yang menyatakan sangat setuju, 57 orang atau 62,0 % menyatakan setuju, 5 orang atau 5,4 % menyatakan kurang setuju, 1 orang atau 1,1 % menyatakan tidak setuju dan tidak ada responden menyatakan sangat tidak setuju.

2.3 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Keputusan Pembelian Tabel 4.7

Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Keputusan Pembelian

Tanggapan Responden

Frekuensi Pendapat Responden (%) Sumber: Data Primer dengan pengolahan SPSS (2009)

Hasil jawaban kuesioner yang diperoleh dari 92 orang responden untuk variabel Keputusan Pembelian pada tabel 4.7 yaitu:

(60)

menyatakan tidak setuju dan tidak ada responden menyatakan sangat tidak setuju.

b Pada pernyataan kedua (Saya memilih Oli Yamalube karena memiliki kualitas baik) sebanyak 31 orang atau 33,7 % yang menyatakan sangat setuju, 57 orang atau 62,0 % menyatakan setuju, 3 orang atau 3,3 % menyatakan kurang setuju, 1 orang atau 1,1 % menyatakan tidak setuju dan tidak ada responden menyatakan sangat tidak setuju.

c Pada pernyataan ketiga (Saya menggunakan Oli Yamalube karena memberikan respon tanggap pada sepeda motor) sebanyak 35 orang atau 38,0 % yang menyatakan sangat setuju, 38 orang atau 41,3 % menyatakan setuju, 16 orang atau 17,4 % menyatakan kurang setuju, 3 orang atau 3,3 % menyatakan tidak setuju dan tidak ada responden menyatakan sangat tidak setuju.

d Pada pernyataan keempat (Saya merasa puas terhadap pelayanan Yamaha) sebanyak 34 orang atau 37,0 % yang menyatakan sangat setuju, 48 orang atau 52,2 % menyatakan setuju, 10 orang atau 10,9 % menyatakan kurang setuju, tidak ada responden menyatakan tidak setuju dan tidak ada responden menyatakan sangat tidak setuju.

(61)

f Pada pernyataan keenam (Saya mengetahui jenis produk Oli Yamalube) sebanyak 34 orang atau 37,0 % yang menyatakan sangat setuju, 52 orang atau 56,5 % menyatakan setuju, 6 orang atau 6,5 % menyatakan kurang setuju, tidak ada responden menyatakan tidak setuju dan tidak ada responden menyatakan sangat tidak setuju.

g Pada pernyataan ketujuh (Saya selalu menggunakan Oli Yamalube karena selalu memperhatikan kebutuhan konsumen khususnya pengguna sepeda motor) sebanyak 30 orang atau 32,6,0 % yang menyatakan sangat setuju, 52 orang atau 56,5 % menyatakan setuju, 10 orang atau 10,9 % menyatakan kurang setuju, tidak ada responden menyatakan tidak setuju dan tidak ada responden menyatakan sangat tidak setuju.

C. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas

Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal (Situmorang et al, 2008:55). Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan pendekatan kolmogrov smirnov. Dengan menggunakan tingkat signifikan 5% maka jika nilai Asymp.Sig. (2-tailed) diatas nilai signifikan 5% artinya variabel residual berdistribusi normal (Situmorang et al, 2008:62).

(62)

Hasil dari output SPSS terlihat seperti Gambar 4.1 dan Gambar 4.2:

Gambar 4.1 : Histogram Uji Normalitas Sumber: Pengolahan SPSS (2010)

(63)

Pada gambar 4.2 terlihat titik-titik yang mengikuti data di sepanjang garis diagonal, hal ini berarti data berdistribusu normal. Untuk memastikan apakah data di sepanjang garis diagonal berdistribusi normal maka dilakukan uji kolmogorov

smirnov.

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation 1.49437998

Most Extreme Differences Absolute .063

Positive .063

Negative -.055

Kolmogorov-Smirnov Z .604

Asymp. Sig. (2-tailed) .859

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from Data

Pada Tabel 4.8 terlihat bahwa nilai Asymp.Sig. (2-tailed) adalah 0,859 dan diatas nilai signifikan (0,05), dengan demikian variabel residual berdistribusi normal.

2. Uji Heteroskedastisitas

(64)

terjadi heteroskedastisitas, jika titik-titik menyebar secara acak tidak membentuk suatu pola tertentu yang jelas serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka nol pada sumbu Y.

Gambar 4.3: Scatterplot Uji Heteroskedastisitas Sumber: Pengolahan SPSS (2010)

(65)

Tabel 4.9

a. Dependent Variable: absut

Sumber : Pengolahan SPSS (2010)

Kriteria pengambilan keputusan dengan uji glejser sebagai berikut:

a. Jika nilai signifikansi > 0,05 maka tidak mengalami gangguan heteroskedastisitas

b. Jika nilai signifikansi < 0,05 maka mengalami gangguan heteroskedastisitas

Tabel 4.9 memperlihatkan bahwa tidak satupun variabel independen yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen absolut (absut). Hal ini terlihat dari probabilitas signifikansi di atas tingkat kepercayaan 5%, jadi model regresi tidak mengarah adanya heteroskedastisitas.

3. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi diantara variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Gejala multikololinearitas dapat dilihat dari besarnya nilai Tolerance dan VIF (Varience

(66)

variabel terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Nilai umum yang biasa dipakai adalah nilai Tolerance > 0,1 atau nilai VIF < 5, maka tidak terjadi multikolinearitas (Situmorang et al, 2008:104).

Tabel 4.10

a. Dependent Variable: keputusan_pembelian

Sumber : Pengolahan SPSS (2010)

Dari tabel 4.7 dapat dilihat bahwa VIF < 5, maka tidak terjadi multikolinearitas dan tolerance > 0,1 maka tidak terjadi multikolinearitas.

D. Analisis Regresi Linier Berganda

Untuk mengetahui pengaruh atau hubungan variabel bebas (X1,X2) berupa positioning, brand awareness dan variabel terikat (Y) berupa keputusan

pembelian, maka untuk memperoleh hasil yang lebih akurat, penulis menggunakan bantuan program software SPSS (Statistik Product and Service

Solution) versi 16.0 dari Tabel coefficient maka dihasilkan output sebagai berikut:

Tabel 4.11

s, positioninga . Enter

a. All requested variables entered.

(67)

Pada 4.11 dapat dilihat bahwa seluruh variabel independen dimasukkan dalam analisis ini, atau dengan kata lain tidak ada variabel independen yang tidak digunakan, atau yang disebut dengan metode enter.

Sumber : Hasil Pengolahan SPSS (2010)

Berdasarkan hasil pengolahan data seperti terlihat pada Tabel 4.12 Kolom

Unstandardized Coefficients bagian B diperoleh persamaan regresi linier berganda

sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + e

Y = 13,893 + 0,847X1 – 0,89X2

Berdasarkan persamaan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

a. Konstanta (a) = 13,893. Ini mempunyai arti bahwa variabel

positioning, brand awareness dianggap konstan maka tingkat

pengambilan keputusan pembelian pelanggan (Y) sebesar 13,893. b. Koefisien X1 (b1) = 0,847. Variabel positioning terhadap keputusan

pembelian dengan koefisien regresi sebesar 0,847. Ini mempunyai arti bahwa setiap terjadi pengurangan variabel positioning sebesar 1 satuan, maka keputusan pembelian Oli Yamalube pada CV. Mitra Prima Lestari Tabel 4.12

(68)

akan menurun sebesar 0,847, begitu pula sebaliknya dengan asumsi variabel lainnya tetap.

c. Koefisien X2 (b2) = 0,89. Variabel brand awareness terhadap keputusan pembelian dengan koefisien regresi sebesar 0,89. Ini mempunyai arti bahwa setiap terjadi pengurangan variabel brand

awareness sebesar 1 satuan, maka keputusan pembelian Oli Yamalube

pada CV. Mitra Prima Lestari akan menurun sebesar 0,89, begitu pula sebaliknya dengan asumsi variabel lainnya tetap.

E. Pengujian Hipotesis

1. Uji Signifikan Simultan (Uji-F)

Uji F (uji serentak) dilakukan untuk melihat secara bersama-sama pengaruh atau hubungan positif dan signifiken variabel bebas (X1,X2) berupa positioning

dan brand awareness terhadap variabel terikat (Y) berupa keputusan pembelian. Model hipotesis yang digunakan dalam Uji F ini adalah sebagai berikut:

H0 : b1 = b2 = 0, Artinya secara serentak tidak terdapat pengaruh positif dan

signifikan dari variabel bebas (X1,X2,) berupa positioning dan brand awareness

terhadap variabel terikat (Y). H0 : b1 ≠ b2 = 0, Artinya secara serentak terdapat

pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas (X1, X2) berupa positioning dan brand awareness terhadap variabel terikat (Y). Untuk menentukan

nilai F, maka diperlukan adanya derajat bebas pembilang dan derajat bebas penyebut, dengan rumus sebagai berikut:

(69)

Keterangan:

n = jumlah sampel penelitian

k = jumlah variabel bebas dan terikat

Pada penelitian ini diketahui jumlah sampel (n) adalah 92 dan jumlah keseluruhan variabel (k) adalah 3, sehingga diperoleh:

1) df (pembilang) = k-1 df (pembilang) = 3-1 = 2 2) df (penyebut) = n-k df (penyebut) = 92-3 = 89

Nilai Fhitung akan diperoleh dengan menggunakan bantuan software SPSS 16,0 for Windows, kemudian akan dibandingkan dengan nilai Ftabel pada tingkat α

= 5% (2:89) = 3,00, dengan kriteria uji sebagai berikut: H0 diterima bila Fhitung < Ftabel pada α = 5%

H0 ditolak bila Fhitung > Ftabel pada α = 5%

Tabel 4.13 ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 295.510 2 147.755 64.710 .000a

Residual 203.219 89 2.283

Total 498.728 91

a. Predictors: (Constant), brand_awareness, positioning

b. Dependent Variable: keputusan_pembelian

Sumber : Pengolaha SPSS(2010)

Berdasarkan tabel 4.13 bahwa nilai Fhitu ng > Ftabel (64,710 > 3,00) dengan

hipotesis Ho ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel bebas yaitu (X1, X2) berupa positioning dan brand awareness secara

Gambar

Tabel 1.1 Volume Penjualan Oli di Indonesia
Tabel 1.2 Jumlah Penjualan Oli Yamalube pada CV. Mitra Prima Lestari
Gambar 1.1: Kerangka Konseptual Penelitian            Sumber: Aaker (1997), Kotler (2001), Lupiyoadi (2001), Kuncoro (2003)
Tabel 1.3 Definisi Operasional Variabel
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sikap konsumen harus dapat diperhatikan oleh CV.Bina Putra Sanjaya agar strategi bauran pemasaran sepeda motor merek Honda yang diterapkan di CV.Bina Putra Sanjaya

Koefisien determinasi menunjukkan nilai adjusted R square adalah 0,466 artinya kemampuan variabel brand positioning sepeda motor merek Honda dalam menjelaskan variabel

Berdasarkan hasil analisis uji t yang berkaitan dengan brand image terhadap keputusan pembelian konsumen sepeda motor merek Yamaha di Surakarta diperoleh nilai thitung &gt; ttabel

celebrity endorser memiliki pengaruh positif signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen sepeda motor merek Yamaha di Surakarta dengan perolehan t hitung = 5,235 dan t tabel

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh brand image terhadap keputusan pembelian sepeda motor merek honda yang diukur dengan: kualitas merek, loyalitas merek

Pada variabel kesadaran merek butir pernyataan sepeda motor yang pertama kali saya ingat adalah Honda Vario memiliki skor terendah yaitu 3,72. Sebaiknya perusahaan