FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BALITA DI KELURAHAN PADANG BULAN
KECAMATAN MEDAN BARU TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh :
DONI PRANCISKUS SINAGA NIM. 041000319
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BALITA DI KELURAHAN PADANG BULAN
KECAMATAN MEDAN BARU TAHUN 2010
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh :
DONI PRANCISKUS SINAGA NIM. 041000319
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Prevalensi pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih rendah. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2005 cakupan ASI eksklusif di Sumatera Utara 52 %. Sampai saat ini belum ada catatan mengenai cakupan pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Padang Bulan.
Penelitian bertujuan untuk menganalisa faktor - faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif pada balita di Kelurahan Padang bulan Kecamatan Medan Baru Tahun 2010. Jenis penelitian ini adalah penelitian survey bersifat observasional analitik dengan desain Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini seluruh Ibu yang memiliki balita di Kelurahan Padang bulan. Jumlah sampel yang dibutuhkan 106, dipilih secara purvosive dengan proporsi balita terbanyak terdapat di lingkungan I, II, III, IV, dan V. Data primer diperoleh dengan wawancara langsung dengan Ibu balita memakai kuesioner tertutup sedangkan data sekunder diperoleh dari kantor Kelurahan Padang Bulan. Analisis data dilakukan dengan analisis univariat dan analisis bivariat dengan uji chi – square.
Dari hasil analisis univariat menunjukkan bahwa proporsi prevalens pemberian ASI eksklusif 10%. Karakteristik umur ibu terbanyak pada usia 35-39 tahun 45%, pendidikan ibu terbanyak SLTA 54,7%, Ibu yang tidak bekerja (IRT) 51,9%, dan paritas terbanyak skundipara 51,9%. Hasil analisis bivariat menunjukkan terdapat 5 (lima) variabel yang mempunyai hubungan asosiasi yang bermakna dengan pemberian ASI eksklusif adalah faktor umur ibu yang tidak berisiko ( p=0,008), ibu yang tidak bekerja ( p=0,002), adanya dukungan keluarga ( p=0,015), jarak persalinan jarang ( p=0,00), dan sumber informasi ASI eksklusif dari petugas kesehatan (p=0,001).
Rendahnya prevalensi pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Padang bulan sehingga disarankan kepada tenaga kesehatan di Puskesmas Padang bulan agar lebih aktif dalam memberikan dukungan serta penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif.
ABSTRACT
The prevalence of Exclusive Breastfeeding in Indonesia is still at low level. Based on data of District of Health North Sumatera Province in 2005 the achievement of Exclusive Breastfeeding is 52%, even data of Exclusive Breastfeeding in Padang Bulan not collected. There are some factors that influence of Exclusive Breastfeeding.
The purpose of this research to analyze associated factors of Exclusive Breastfeeding at Padang Bulan. This research was an analytical cross sectional design. The population of research are the mother who has baby with age range between 1-5 years who lived at I, II, III, IV, V district with the total of sample are 106. Data primer was collected by direct interview with mothers by closed quationer. The data were analyzed with the univariat and bivariat by chi - square tests.
The result of the univariat analyze shows that prevalens of Exclusive Breastfeeding 10%,. Age of mother majority among 35-39 45%, education of mother majority SLTA 54,7%, mother without job (IRT) 51,9% and parity of mother with secundipara 51,9%. Bivariat result shows 5 variabel factors that have influence on Exclusive Breastfeeding ( age mother without risk, mother without job, family support, time between delivery, and information of exclusive breastfeeding from District of Health worker) with p-value <0.05.
It suggested that Padang Bulan District of Health, to increase the campaign on Exclusive Breastfeeding in order to increase the people whose care and to socialize how to give Exclusive Breastfeeding and to do counceling, monitoring, and evaluating which is purposed to increase the effectiveness of implementation of Exclusive Breastfeeding.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul :
“Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada Balita di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Tahun 2010”.
Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan
dan dukungan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Untuk itu pada
kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Bapak DR. Surya Utama, MS, selaku dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH, selaku Dosen Pembimbing I
dan sebagai ketua Penguji Skripsi yang telah banyak memberikan
bimbingan, masukan, maupun saran untuk kesempurnaan penulisan skripsi
ini.
3. Ibu Prof. dr. Nerseri Barus, MPH, Dosen Pembanding I yang telah
memberikan bimbingan, pengarahan dan masukan sehingga skripsi ini
dapat diselesaikan.
4. Ibu drh. Rasmaliah, M.Kes., selaku Ketua Departemen Epidemiologi
FKM USU dan Dosen Pembanding II yang telah banyak memberikan
5. Seluruh Dosen dan Pegawai Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara.
6. Juliani Pasaribu, AMKeb dan keluarga. Terimakasih buat kasih sayang
dan dukungan yang diberikan.
7. Bapak Lurah Padang Bulan, pegawai dan Kepling telah memberikan
kesempatan penelitian serta dukungan dalam pengumpulan data.
8. Kepada Orang tua tercinta, Ayahanda (H. Sinaga) dan Ibunda (E.
Situmorang), Kak Gita dan adik-adik saya yang telah banyak memberikan
semangat dan bantuan kepada penulis.
9. Mabes Dipanegara, bang Popoy dan Keluarga, Gibs, Niel, junis, horas,
febri, berto,bang edi, bang honda, bang cetus, bang tolop, bang odi dan
teman seperjuangan yang tidak dapat ditulis satu-persatu.
10. Amang Boru Feri dan keluarga, Bapa Uda dan keluarga.
11. GMKI Komisariat FKM-USU. Semoga Tuhan memberkati.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna, maka
saran dan kritik bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan dan
kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para
pembaca.God Bless You All.
Medan, Maret 2011
DAFTAR ISI
HALAMAN PESETUJUAN ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xi
BAB 1 PENDAHULUAN... 1
I.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 5
1.3. Tujuan Penelitian ... 5
1.3.1 Tujuan Umum ... 5
1.3.2 Tujuan Khusus ... 5
1.4. Manfaat Penelitian ... 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 7
2.1.Menyusui ... 7
2.1.1. Pengertian dan definisi ... 7
2.1.2. Pembentukan Air Susu ... 7
a. Refleks prolaktin ... 9
b. Refleks let down ... 9
2.1.3. Mekanisme menyusui ... 10
2.1.4. Manfaat menyusui ... 11
2.2. ASI dan ASI Eksklusif ... 14
2.2.1. Air Susu Ibu ... 14
2.2.2. ASI Eksklusif ... 15
2.3. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif ... 16
2.3.1. Umur Ibu... 16
2.3.2. Pendidikan Ibu ... 16
2.3.3. Pekerjaan Ibu ... 17
2.3.4. Pengetahuan Ibu ... 17
2.3.5. Paritas ... 18
2.3.6. Jarak Kelahiran ... 19
2.3.7. Rencana Kehamilan... 19
2.3.8. Jenis Kelamin Bayi ... 20
2.3.9. Berat Badan Bayi ... 20
2.3.10. Dukungan Keluarga ... 20
BAB 3 KERANGKA KONSEP ... 22
3.1. Kerangka Konsep ... 22
3.2. Defenisi Operasional ... 23
3.3. Aspek Pengukuran ... 25
BAB 4 METODELOGI PENELITIAN ... 27
4.1. Jenis Penelitian ... 27
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27
4.2.1. Lokasi penelitian ... 27
4.2.2. Waktu penelitian ... 27
4.3. Populasi dan Sampel ... 27
4.3.1. Populasi ... 27
4.3.2. Sampel ... 28
4.4. Metode Pengumpulan Data ... 29
4.4.1. Data primer ... 29
4.4.2. Data sekunder ... 29
4.5. Teknik Analisa Data ... 29
4.5.1. Analisa univariat ... 30
4.5.2. Analisa bivariat ... 30
BAB 5 HASIL PENELITIAN ... 31
5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 31
5.1.1. Geografis ... 31
5.1.2. Demografi ... 31
5.1.3. Sarana Kesehatan ... 32
5.2. Analisis Univariat ... 33
5.2.1. Karakteristik Ibu ... 33
5.2.2. Karakteristik Balita ... 35
5.2.3. Karakteristik Lingkungan ... 35
5.2.4. Proporsi prevalens Pemberian ASI eksklusif ... 37
5.3. Analisis Bivariat... 38
5.3.1. Hubungan Umur dengan pemberian ASI eksklusif ... 38
5.3.2. Hubungan Pendidikan dengan Pemberian ASI eksklusif ... 39
5.3.3. Hubungan Pekerjaan dengan Pemberian ASI eksklusif ... 40
5.3.4. Hubungan Pengetahuan dengan Pemberian ASI eksklusif ... 41
5.3.5. Hubungan Paritas dengan Pemberian ASI eksklusif ... 42
5.3.6. Hubungan Cara persalinan dengan Pemberian ASI eksklusif ... 43
5.3.7. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pemberian ASI eksklusif ... 43
5.3.8. Hubungan Jarak Persalinan dengan Pemberian ASI eksklusif ... 44
5.3.9. Hubungan Penolong persalinan dengan Pemberian ASI eksklusif... 45
5.3.11. Hubungan Jenis kelamin balita dengan Pemberian
ASI eksklusif ... 47
BAB 6 PEMBAHASAN ... 48
6.1. Analisis Univariat ... 48
6.1.1. Proporsi Pemberian ASI eksklusif ... 48
6.2. Analisis Bivariat... 49
6.2.1. Hubungan Umur dengan Pemberian ASI eksklusif ... 49
6.2.2. Hubungan Pendidikan dengan Pemberian ASI eksklusif ... 50
6.2.3. Hubungan Pekerjaan dengan Pemberian ASI eksklusif ... 52
6.2.4. Hubungan Pengetahuan dengan Pemberian ASI eksklusif ... 53
6.2.5. Hubungan Paritas dengan Pemberian ASI eksklusif ... 54
6.2.6. Hubungan Cara persalinan dengan Pemberian ASI eksklusif... 55
6.2.7. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pemberian ASI eksklusif ... 57
6.2.8. Hubungan Jarak Persalinan dengan Pemberian ASI eksklusif ... 58
6.2.9. Hubungan Penolong persalinan dengan Pemberian ASI eksklusif... 59
6.2.10. Hubungan Informasi ASI eksklusif dengan Pemberian ASI eksklusif ... 60
6.2.11. Hubungan Jenis kelamin balita dengan Pemberian ASI eksklusif ... 61
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ... 63
7.1. KESIMPULAN ... 63
7.2. SARAN ... 64
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Tahun 2010 ... .. ... 32
Tabel 5.2. Distribusi Sarana Kesehatan di Kelurahan Padang Bulan Tahun Kecamatan Medan Baru Tahun 2010 ... .. ... 32
Tabel 5.3. Distribusi Karakteristik Ibu Balita di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Tahun 2010 ... .. ... 33
Tabel 5.4. Distribusi Karakteristik Balita di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan
Medan Baru Tahun 2010 ... .. 35
Tabel 5.5. Distribusi Karakteristik Lingkungan di Kelurahan Padang Kecamatan Medan Baru Tahun 2010 ...
... 36
Tabel 5.6. Proporsi prevalens Pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Padang Bulan
Kecamatan Medan Baru Tahun 2010 ... ... .. 37
Tabel 5.7. Proporsi Prevalens Pemberian ASI eksklusif pada Balita berdasarkan Umur Ibu di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Tahun
2010 ... ... .. 38
Tabel 5.8. Proporsi Prevalens Pemberian ASI eksklusif pada Balita berdasarkan Pendidikan Ibu di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru
Tahun 2010... .. 39
Tabel 5.9. Proporsi Prevalens Pemberian ASI eksklusif pada Balita Berdasarkan Pekerjaan Ibu di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru
Tahun 2010... .. 40
Tabel 5.10. Proporsi Prevalens Pemberian ASI eksklusif pada Balita Berdasarkan Pengetahuan Ibu di Kelurahan Padang Bulan Tahun Kecamatan Medan
Baru Tahun 2010 ... .. 41
Tabel 5.11. Proporsi Prevalens Pemberian ASI eksklusif pada Balita Berdasarkan Paritas Ibu di Kelurahan Padang Bulan Tahun Kecamatan Medan Baru
Tabel 5.12. Proporsi Prevalens Pemberian ASI eksklusif pada Balita Berdasarkan Cara Persalinan Ibu di Kelurahan Padang Bulan Tahun Kecamatan
Medan Baru Tahun 2010 ... .. 43
Tabel 5.13. Proporsi Prevalens Pemberian ASI eksklusif pada Balita Berdasarkan Dukungan Keluarga di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan
Baru Tahun 2010 ... .. 43
Tabel 5.14. Proporsi Prevalens Pemberian ASI eksklusif pada Balita Berdasarkan Jarak Persalinan di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru
Tahun 2010... ... 44
Tabel 5.15. Proporsi Prevalens Pemberian ASI eksklusif pada Balita Berdasarkan Penolong Persalinan di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan
Baru Tahun 2010... ... 45
Tabel 5.16. Proporsi Prevalens Pemberian ASI eksklusif pada Balita Berdasarkan Sumber informasi ASI eksklusif di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan
Medan Baru Tahun 2010... ... 46
Tabel 5.17. Proporsi Prevalens Pemberian ASI eksklusif pada Balita Berdasarkan Jenis kelamin Balita di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan
DAFTAR GAMBAR
Gambar 6.1. Diagram Pie Proporsi Prevalens Pemberian ASI eksklusif Pada Balita di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Tahun 2010
………. ... 48
Gambar 6.2. Diagram Bar Proporsi Prevalens Pemberian ASI eksklusif Berdasarkan Umur Ibu di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Tahun 2010 ………… ...
... 49
Gambar 6.3. Diagram Bar Proporsi Prevalens Pemberian ASI eksklusif Berdasarkan Pendidikan Ibu di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Tahun 2010 ...
... 50
Gambar 6.4. Diagram Bar Proporsi Prevalens Pemberian ASI eksklusif Berdasarkan Pekerjaan Ibu di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Tahun 2010... ... 52
Gambar 6.5. Diagram Bar Proporsi Prevalens Pemberian ASI eksklusif Berdasarkan Pengetahuan Ibu di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Tahun 2010... ... 53
Gambar 6.6. Diagram Bar Proporsi Prevalens Pemberian ASI eksklusif Berdasarkan Jumlah anak di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Tahun 2010... ... 54
Gambar 6.7. Diagram Bar Proporsi Prevalens Pemberian ASI eksklusif Berdasarkan Dukungan Keluarga di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Tahun 2010... ... 55
Gambar 6.8. Diagram Bar Proporsi Prevalens Pemberian ASI eksklusif Berdasarkan Cara Persalinan di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Tahun 2010... ... 57
Tahun 2010... ... 58
Gambar 6.10. Diagram Bar Proporsi Prevalens Pemberian ASI eksklusif Berdasarkan Penolong Persalinan di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Tahun 2010... ... 59
Gambar 6.11. Diagram Bar Proporsi Prevalens Pemberian ASI eksklusif Berdasarkan Sumber Informasi ASI eksklusif di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Tahun 2010... ... 60
ABSTRAK
Prevalensi pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih rendah. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2005 cakupan ASI eksklusif di Sumatera Utara 52 %. Sampai saat ini belum ada catatan mengenai cakupan pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Padang Bulan.
Penelitian bertujuan untuk menganalisa faktor - faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif pada balita di Kelurahan Padang bulan Kecamatan Medan Baru Tahun 2010. Jenis penelitian ini adalah penelitian survey bersifat observasional analitik dengan desain Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini seluruh Ibu yang memiliki balita di Kelurahan Padang bulan. Jumlah sampel yang dibutuhkan 106, dipilih secara purvosive dengan proporsi balita terbanyak terdapat di lingkungan I, II, III, IV, dan V. Data primer diperoleh dengan wawancara langsung dengan Ibu balita memakai kuesioner tertutup sedangkan data sekunder diperoleh dari kantor Kelurahan Padang Bulan. Analisis data dilakukan dengan analisis univariat dan analisis bivariat dengan uji chi – square.
Dari hasil analisis univariat menunjukkan bahwa proporsi prevalens pemberian ASI eksklusif 10%. Karakteristik umur ibu terbanyak pada usia 35-39 tahun 45%, pendidikan ibu terbanyak SLTA 54,7%, Ibu yang tidak bekerja (IRT) 51,9%, dan paritas terbanyak skundipara 51,9%. Hasil analisis bivariat menunjukkan terdapat 5 (lima) variabel yang mempunyai hubungan asosiasi yang bermakna dengan pemberian ASI eksklusif adalah faktor umur ibu yang tidak berisiko ( p=0,008), ibu yang tidak bekerja ( p=0,002), adanya dukungan keluarga ( p=0,015), jarak persalinan jarang ( p=0,00), dan sumber informasi ASI eksklusif dari petugas kesehatan (p=0,001).
Rendahnya prevalensi pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Padang bulan sehingga disarankan kepada tenaga kesehatan di Puskesmas Padang bulan agar lebih aktif dalam memberikan dukungan serta penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif.
ABSTRACT
The prevalence of Exclusive Breastfeeding in Indonesia is still at low level. Based on data of District of Health North Sumatera Province in 2005 the achievement of Exclusive Breastfeeding is 52%, even data of Exclusive Breastfeeding in Padang Bulan not collected. There are some factors that influence of Exclusive Breastfeeding.
The purpose of this research to analyze associated factors of Exclusive Breastfeeding at Padang Bulan. This research was an analytical cross sectional design. The population of research are the mother who has baby with age range between 1-5 years who lived at I, II, III, IV, V district with the total of sample are 106. Data primer was collected by direct interview with mothers by closed quationer. The data were analyzed with the univariat and bivariat by chi - square tests.
The result of the univariat analyze shows that prevalens of Exclusive Breastfeeding 10%,. Age of mother majority among 35-39 45%, education of mother majority SLTA 54,7%, mother without job (IRT) 51,9% and parity of mother with secundipara 51,9%. Bivariat result shows 5 variabel factors that have influence on Exclusive Breastfeeding ( age mother without risk, mother without job, family support, time between delivery, and information of exclusive breastfeeding from District of Health worker) with p-value <0.05.
It suggested that Padang Bulan District of Health, to increase the campaign on Exclusive Breastfeeding in order to increase the people whose care and to socialize how to give Exclusive Breastfeeding and to do counceling, monitoring, and evaluating which is purposed to increase the effectiveness of implementation of Exclusive Breastfeeding.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang
optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai
oleh penduduk yang hidup dalam lingkungan dan perilaku yang sehat, memiliki
kemampuan untuk menjangkau kesehatan yang optimal di seluruh wilayah
Indonesia.1
Sejak pemerintah Indonesia menandatangani World Summit Children (WSC)
pada tanggal 30 september 1990 di New york, dan deklarasi innocent promotion and
support of breast feeding pada tahun 1990,maka program peningkatan penggunaan air
susu ibu (ASI) mulai diintensifkan pelaksanaannya melalui berbagai pendekatan
lintas program. Deklarasi tersebut bertujuan untuk memberikan masa depan anak
yang lebih baik. Kebijakan ini dikeluarkan mengingat derajat kesehatan ibu dan anak
belum seperti yang diharapkan.
Hasil studi kesehatan ibu dan anak dalam Survei Kesehatan Nasional 2001
menyatakan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-3 bulan hanya mencapai 48 %
dan bahkan pada usia 4-5 bulan hanya 14 %. Rata – rata lama pemberian ASI
eksklusif 1,7 bulan.2
Berdasarkan data Statistik Kesejahteraan Rakyat pada tahun 2006 dan 2007
diperoleh data rata-rata persentase pemberian ASI eksklusif yang semakin menurun
Di Indonesia banyak terjadi kegagalan dalam pemberian ASI eksklusif karena
kekeliruan dalam praktek pemberian ASI dalam 3 hari pertama kelahiran bayi. Tiga
hari pertama kelahiran bayi merupakan masa yang sangat penting dalam keberhasilan
pemberian ASI, karena pada saat ini menentukan apakah pemberian ASI eksklusif
akan berhasil atau tidak, demikian juga untuk keberhasilan menyusui selanjutnya
(WHO-UNICEF, 1993). Penelitian Fikawati dan Syafiq (2003), menunjukkan
kegagalan pelaksanaan ASI eksklusif telah dimulai sejak 3 hari pertama kelahiran
yaitu lebih dari 80% responden yang tidak ASI eksklusif 4 bulan, telah memberikan
makanan/minuman pralakteal dalam tiga hari pertama kepada bayinya.4
Hasil studi di Bogor menunjukkan pemberian ASI eksklusif pada bayi berusia
kurang dari satu bulan sebanyak 17 %, serta Makanan Pendamping (MP ASI) 17,2 %.
Di Jakarta pemberian ASI eksklusif paling rendah dibandingkan dengan kota lain
(Surabaya dan Makasar) yaitu bayi usia 1-3 bulan sebanyak 25 %, dan pada bayi usia
5-6 bulan hanya 1 % (Balitbangkes dan Helen Keller Internasional, 2002).5 Hasil
penelitian tersebut menunjukkan pemberian ASI eksklusif sungguh memprihatinkan,
terutama di Jakarta dengan angka prevalensi yang sangat rendah. Demikian halnya di
kota medan yang menjadi kota terbesar ke tiga di indonesia, pemberian ASI eksklusif
di Kota Medan juga Masih rendah.
Berdasarkan profil Indonesia tahun 2004, menggambarkan data tentang
pemberian ASI eksklusif di Sumatera Utara sebanyak 42,64 % dari jumlah bayi yang
ada, yaitu sebanyak 245.432. Hal ini menunjukkan bahwa cakupan pemberian ASI
eksklusif pada bayi sampai 6 bulan masih rendah. Data yang dipublikasikan oleh
0-6 bulan adalah 52 %. Bila dikaitkan dengan standar pelayanan minimal untuk
indikator ASI eksklusif, angka pencapaian ini masih jauh dari yang diharapkan, yaitu
80%.6
Puskesmas Padang Bulan merupakan salah satu puskesmas di Kecamatan
Medan Baru yang wilayah kerjannya mencakup 6 kelurahan dan salah satunya adalah
kelurahan Padang Bulan. Berdasarkan survei awal peneliti dari Kelurahan dan
Puskesmas diperoleh bahwa rata- rata lama pemberian ASI eksklusif hanya 1-2 bulan
saja sedangkan lama pemberian ASI eksklusif 4 sampai 6 bulan masih jarang dan
tidak terdata oleh petugas kesehatan.
Ketidakberhasilan ASI eksklusif pada umumnya disebabkan karena masih ada
rumah sakit tidak melakukan praktek rawat gabung (rooming in), bayi secara rutin
diberi susu formula dengan menggunakan susu botol, jadwal pemberian 3 jam sekali
(Martini, 2003). Begitu pula yang dinyatakan Imas (2003), bayi yang diberi ASI
selama perawatan dengan rawat gabung hanya 47,75 %. Alasan dari ibu-ibu yang
tidak menyusui bayi yaitu kurang mengertinya ibu tentang manfaat ASI eksklusif, ibu
menolak untuk rawat gabung karena mengganggu istirahat ibu, ibu tidak mampu
menyusui bayi karena payudara bengkak dan puting lecet. Hal ini perlu mendapat
perhatian serius dari masyarakat agar program pemberian ASI eksklusif berjalan
dengan baik.
Keadaaan demikian juga mencerminkan banyak ibu belum menyadari bahwa
pemberian makanan tambahan pada bayi berumur di bawah satu bulan dapat
membahayakan keselamatan bayinya, mengingat pencernaan bayi belum sempurna
Oleh karena itu, upaya peningkatan penggunaan ASI sangat penting karena
ASI adalah hak dasar yang harus diterima anak untuk tumbuh kembang secara
optimal ( Depkes, 2002).8 Modal dasar pembentukan manusia berkualitas dimulai
sejak bayi dalam kandungan disertai dengan pemberian ASI sejak dini, terutama
pemberian ASI eksklusif yaitu pemberian hanya ASI saja kepada bayi sejak lahir
sampai berusia 4-6 bulan. Sebagai makanan terbaik bagi bayi, ASI harus diberikan
sedini mungkin, yaitu 30 menit setelah persalinan. Pemberian ASI dini memberikan
keuntungan dan merupakan kunci keberhasilan menyusui selanjutnya. Keuntungan
bagi bayi yaitu bayi lebih cepat mendaptat kolostrum yang banyak mengandung anti
bodi dan bagi ibu memperkecil terjadinya pendarahan setelah persalinan,
mempercepat rangsangan pada payudara untuk mengeluarkan ASI dan menambah
rasa percaya diri bahwa ia mampu menyusui (Suradi, 2003).9
Data di atas memperlihatkan bahwa pemberian ASI eksklusif yang masih
rendah. Lama pemberian ASI eksklusif yang seharusnya diberi selama 6 (enam)
bulan masih jauh dari target yang diharapkan. Oleh karena itu, perlu diketahui
faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Padang
Bulan Kecamatan Medan Baru.
1.2.Perumusan Masalah
Semakin rendahnya pemberian ASI eksklusif dan belum diketahuinya
faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Padang
1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif
pada balita di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Tahun 2010.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui proporsi prevalens pemberian ASI eksklusif di Kelurahan
Padang Bulan Kecamatan Medan Baru tahun 2010.
2. Mengetahui Karakteristik responden berdasarkan umur, pengetahuan,
paritas, pendidikan, pekerjaan dan cara persalinan pada Ibu balita.
3. Mengetahui Karakteristik responden berdasarkan sumber informasi
ASI eksklusif, penolong persalinan, dan dukungan keluarga.
4. Mengetahui Karakteristik balita berdasarkan jenis kelamin dan jarak
kelahiran balita.
5. Mengetahui hubungan faktor Ibu ( umur, pendidikan, paritas, cara
persalinan, pendidikan, dan pekerjaan responden) dengan pemberian
ASI eksklusif.
6. Mengetahui hubungan jarak kelahiran balita dan jenis kelamin balita
dengan pemberian ASI eksklusif.
7. Mengetahui hubungan faktor lingkungan (sumber informasi ASI
eksklusif, penolong persalinan, dan dukungan keluarga responden)
dengan pemberian ASI eksklusif.
1. Menambah wawasan petugas kesehatan Puskesmas Padang Bulan tentang
faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah
kerja Puskesmas Padang Bulan.
2. Bagi penulis berguna untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan tentang
faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi,
serta salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
(SKM).
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Menyusui
2.1.1. Pengertian dan definisi
Menyusui adalah proses pemberian Air Susu Ibu (ASI) kepada bayi, dimana
bayi memiliki refleks menghisap untuk mendapatkan dan menelan ASI. Menyusui
merupakan proses alamiah yang keberhasilannya tidak diperlukan alat-alat khusus
dan biaya yang mahal namun membutuhkan kesabaran, waktu, dan pengetahuan
tentang menyusui serta dukungan dari lingkungan keluarga terutama suami ( Roesli,
2000), Lawrence (1994) dalam Roesli (2001), menyatakan bahwa menyusui adalah
pemberian sangat berharga yang dapat diberikan seorang ibu pada bayinya. Dalam
keadaan miskin, sakit atau kurang gizi, menyusui merupakan pemberian yang dapat
menyelamatkan kehidupan bayi. Hal tersebut sejalan dengan Suryaatmaja dalam
Soetjiningsih (1997), yang mengatakan menyusui adalah realisasi dari tugas yang
wajar dan mulia seorang ibu.11
2.1.2. Pembentukan Air Susu
Keberhasilan dalam menyusui menurut San Diego Lactacion clinic dalam
Soetjiningsih (1997) dipengaruhi adanya dukungan keluarga, informasi yang jelas
dan profesi atau tenaga kesehatan. Pendidikan ibu dan keluarga , nutirisi yang
adekuat juga akan mempengaruhi proses dalam menyusui. Bayi sesegera mungkin
disusukan setelah lahir dan pemberian ASI tidak dijadwal sesuai keinginan bayi,
dengan menggunakan kedua payudara setiap menyusui secara bergantian, dan
atau menyusui memerlukan dukungan dari berbagai macam faktor, antara lain
payudara sebagai perangkat pemberian ASI, perlu diperhatikan apakah cukup mampu
menghasilkan ASI dan kondisi putingnya memadai bagi bayi untuk bisa menyusui
dengan mudah. Bayi dibiasakan menyusui sejak dini , yaitu segera setelah dilahirkan,
ibu siap mental untuk menyusui bayinya, petugas kesehatan siap membantu ibu agar
dapat menyusui dengan mudah, suami siap mendukung ibu untuk menyusui dengan
baik. Misalnya dengan menyediakan menu makanan yang memenuhi keperluan ibu
menyusui, membuat pikiran ibu tenang, mau berbagi dengan ibu dalam melaksanakan
pekerjaan di rumah.
Hal senada telah diungkapkan oleh Soeharyono (1992), yang mennyebutkan
bahwa keberhasilan menyusui dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu : faktor ibu
melalui mekanisme fisiologi yang dapat menyebabkan payudara membentuk air susu,
faktor bayi melalui refleks yang secara alami dibawa sejak masih dalam kandungan
yang memungkinkan bayi mendapatkan air susu. Faktor eksternal yaitu petugas
kesehatan yang berperan selaku katalisator proses fisiologi yang dapat membantu ibu
dan bayi sukses dalam proses menyusui. Bantuan utama dari petugas kesehatan
adalah memberikan keyakinan serta dorongan emosi kepada ibu yang sering
diganggu oleh segala macam bentuk kecemasan.12
Seorang ibu dikodratkan untuk dapat memberikan air susunya kepada bayi yang
telah dilahirkannya, dimana kodrat ini merupakan suatu tugas yang mulia bagi ibu
demi keselamatan bayinya di kemudian hari. Pada seorang ibu yang menyusui
dikenal 2 refleks yang masing-masing berperan sebagai pembentukan dan
a. Refleks prolaktin
Hisapan bayi pada putting ibu menyebabkan aliran listrik yang bergerak ke
hipotalamus yang kemudian akan menuju kelenjar hipofisis bagian depan.
Selanjutnya kelenjar ini akan merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk
memproduksi ASI. Makin sering dan makin lama ASI diberikan, maka kadar
prolaktin akan tetap tinggal dan akan berakaibat ASI akan terus di produksi. Efek lain
dari prolaktin adalah menekan fungsi indung telur ( ovarium). Efek penekanan ini
pada ibu yang menyusui secara ekslusif akan memperlambat kemabalinya fungsi
kesuburan dan haid. Dengan kata lain, menyusui secara eksklusif dapat menjarangkan
kehamilan.
b. Refleks let down ( milk ejection refleks)
Bersamaan dengan pembentukan prolaktin rangsangan hisapan bayi selain
disampaikan ke kelenjar hipofisis bagian belakang dimana kelenjar ini akan
mengeluarkan oksitosin yang berfungsi memacu kontraksi otot polos yang berada di
bawah alveoli dan dinding saluran sekitar kelenjar payudara mengerut sehingga
memeras ASI keluar. Semakin sering ASI diberikan terjadi pengosongan alveoli,
sehingga semakin kecil terjadi pembendungan ASI di alveoli. Untuk itu dianjurkan
kepada ibu menyusukan bayi tidak dibatasi waktu dan “on demand”, akan membantu
air susu.
Disamping itu kontraksi otot-otot rahim untuk mencegah timbulnya
pendarahan setelah persalinan serta mempercepat proses involusi rahim. Hal yang
membantu refleks oksitosin adalah ibu memikirkan hal-hal yang dapat menimbulkan
Hal-hal tersebut di atas menurut Cunningham (1995), dengan isapan dalam 30
menit setelah lahir akan merangsang pelepasan oksitosin yang dapat mengurangi
haemorhagic post partum. Pendapat Cunningham, didukung oleh penelitian Odent
(2002), bahwa meskipun ASI belum keluar, kontak fisik bayi dengan ibu dan
membantu ibu menyusui harus tetap di fasilitasi oleh petugas, Karena pada jam
pertama persalinan pelepasan oksitosin berbanding lurus dengan prolaktin, dalam
level tertinggi sehingga memacu otot polos yang berada di alveoli dan akan
memperlancar produksi ASI. Juga secara psikologis memberi kepuasan kepada ibu
dan manfaat yang tidak kalah pentingnya bagi bayi adalah mendukung kemampuan
untuk menyusui secara naluriah14.
2.1.3. Mekanisme Menyusui
Bayi yang sehat mempunyai 3 (tiga) refleks intrinsik, yang diperlukan untuk
keberhasilannya menyusui seperti :
a. Refleks mencari ( Rooting refleks)
Payudara ibu yang menempel pada pipi atau daerah sekeliling mulut
merupakan rangsangan yang menimbulkan refleks mencari pada bayi. Ini
menyebabkan kepala bayi berputar menuju puting susu ditarik masuk ke dalam
mulut.
b. Refleks menghisap (Sucking refleks)
Teknik menyusui yang baik adalah apabila kalang payudara sedapat mungkin
dilakukan pada ibu yang kalang payudaranya besar. Untuk itu sudah dikatakan cukup
bila rahang bayi menekan sinus laktiferus yang terletak di puncak kalang payudara
Dengan tekanan bibir dan gerakan rahang secara berirama, maka gusi akan
menjepit kalang payudara dan sinus laktiferus, sehingga air susu akan mengalir ke
putting susu, selanjutnya bagian belakang lidah menekan puting susu pada
langit-langit yang mengakibatkan air susu keluar dari putting susu. Cara ini akan membantu
bayi mendapatkan jumlah air susu yang maksimal dan tidak akan menimbulkan luka
pada putting susu ibu.
c. Refleks menelan ( Swallowing refleks)
Pada saat air susu keluar dari putting susu, akan disusul dengan gerakan
menghisap ( tekanan negative) yang ditimbulkan oleh otot-otot pipi, sehingga
pengeluaran air susu akan bertambah dan diteruskan dengan mekanisme menelan
masuk lambung. Keadaan ini tidak akan terjadi bila bayi diberi susu formula dengan
botol. Dalam penggunaan susu botol rahang bayi kurang berperan, sebab susu dapat
mengalir dengan mudah dari lubang dot.
2.1.4. Manfaat menyusui
Menyusui bukan hanya bermanfaat untuk bayi akan tetapi juga memberikan
keuntungan dan manfaat bagi ibu terutama dengan menyusui bayi secara ekslusif.
Manfaat untuk bayi adalah : menerima nutrisi terbaik, baik kualitas maupun
kuantitasnya, meningkatkan daya tahan tubuh , jalinan kasih sayang (bonding), dan
meningkatkan kecerdasan. Bagi ibu dapat mengurangi pendarahan pos partum (paska
melahirkan), terjadinya anemia, kemungkinan penderita kanker payudara dan kanker
indung telur, menjarangkan kelahiran, dapat mengembalikan lebih cepat berat badan
terutama saat menyusui dimalam hari, juga dapat memberikan kepuasan dan rasa
bahagia bagi ibu (Supriyadi, 2002).15
a. ASI sebagai nutrisi
Setiap mamalia secara alamiah dipersiapkan untuk mempunyai sepasang atau
lebih kelenjar air susu. Pada saat melahirkan, kelenjar ini akan memproduksi air susu
khusus untuk makanan bayinya. Komposisi air susu untuk setiap mamalia berbeda
satu sama lainnya. Air susu seorang ibu juga secara khusus disesuaikan untuk bayinya
sendiri, misalnya ASI dari seorang ibu yang melahirkan prematur komposisinya akan
berbeda dengan ASI yang dihasilkan oleh ibu yang melahirkan bayi cukup bulan.
Selain itu, komposisi ASI dari seorang ibu juga berbeda-beda dari hari ke hari. ASI
yang keluar pada saat kelahiran sampai hari ke-4 atau ke-7 (kolostrum) berbeda
dengan ASI yang keluar dari ke-4 atau ke-7 sampai hari ke 10 atau ke-14setelah
kelahiran (ASI transisi). Komposisi ini akan berbeda lagi setelah hari ke-14 ( ASI
matang). ASI yang keluar pada menit-menit pertama menyusui disebut foremilk,
sedangkan ASI yang keluar pada saat akhir menyusui disebut hindmilk.
b. ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi
Bayi yang baru lahir secara alamiah mendapat immunoglobulin ( zat
kekebalan tubuh) dari ibunya melalui ari-ari. Namun, kadar zat ini akan cepat sekali
menurun segera setelah lahir. Badan bayi sendiri membuatzat kekebalan cukup
banyak sehingga mencapai kadar protektif pada waktu berusia sekitar 9 sampai 12
bulan. Pada saat kadar zat kekebalan bawaan menurun, sedangkan yang dibentuk oleh
badan bayi belum mencukupi maka akan terjadi kesenjangan zat kekebalan pada bayi.
mengandung zat kekebalan yang akan melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi
bakteri, virus, parasit, dan jamur. Kolostrum mengandung zat kekebalan 10-17 kali
lebih banyak dari susu matang ( mature). Zat kekebalan yang terdapat di ASI antara
lain akan melindungi bayi dari penyakit mencret (diare). Pada suatu penelitian di
Brasil Selatan bayi-bayi yang tidak diberi ASI mempunyai kemungkinan meninggal
karena mencret 14,2 kali lebih banyak daripada bayi ASI eksklusif. ASI juga akan
menurunkan kemungkinkan bayi terkena penyakit infeksi telinga, batuk, pilek, dan
penyakit alergi.
Bayi ASI eksklusif ternyata akan lebih sehat dan lebih jarang sakit
dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi ASI eksklusif. Anak yang sehat tentu
akan lebih berkembang kepandaiannya dibanding anak yang sering sakit terutama
bila sakitnya berat.
c. ASI meningkatkan kecerdasan
Mengingat bahwa kecerdasan anak berkaitan erat dengan otak, maka jelas
bahwa faktor utama yang mempengaruhi perkembangan kecerdasan adalah
pertumbuhan otak. Sementara itu, faktor terpenting dalam proses pertumbuhan
termasuk pertumbuhan otak adalah nutrisi yang diberikan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kualitas dan kuantitas nutrisi secara langsung juga dapat
mempengaruhi pertumbuhan, termasuk pertumbuhan otak.
Nutrien yang diperlukan untuk pertumbuhan otak bayi yang tidak ada atau
sedikit sekali pada susu sapi, antara lain :
c.2. Laktosa : merupakan hidrat arang utama dari ASI yang hanya sedikit
sekali terdapat dalam susu sapi.
c.3. Asam lemak ( DHA, omega-3, omega-6) : merupakan asam lemak utama
dalam ASI yang hanya terdapat sedikit dalam susu sapi.
Mengingat hal-hal tersebut, dapat dimengerti bahwa pertumbuhan otak bayi
yang diberi ASI eksklusif selama 6 bulan akan optimal dengan kualitas yang optimal
pula. Hasil penelitian Dr. Lucas (1993) secara crossectional terhadap 300 bayi
premature membuktikan bahwa bayi-bayi prematur yang diberi ASI eksklusif
mempunyai IQ yang lebih tinggi secara bermakna (RP = 8,3) dibanding dengan bayi
prematur yang tidak diberi ASI11.
2.2. ASI dan ASI Eksklusif 2.2.1. Air Susu Ibu
ASI adalah makanan terbaik yang dapat diberikan ibu kepada anaknya yang
baru dilahirkannya. Komposisi ASI berubah setiap saat sesuai dengan kebutuhan bayi
dan bila diberikan dengan baik dan benar dapat memenuhi kebutuhan untuk tumbuh
kembang bayi secara optimal sampai 6 (enam) bulan. Selain itu ASI mengandung
makrofag, limfosit dan antibodi yang dapat mencegah bayi terinfeksi dengan penyakit
tertentu. Pemberian ASI mempunyai pengaruh biologis dan emosional yang luar biasa
terhadap kesehatan ibu dan anak serta terdapatnya hubungan yang erat antara
menyusui ekslusif dan penjarangan kelahiran (Suradi, 2001). Hal yang sama juga
diunkapkan oleh Roesli (2001), ASI sebagai makanan tunggal yang akan mencukupi
mulai mendapatkan makanan padat, sedangkan pemberian ASI dapat terus
dilanjutkan sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih.
2.2.2. ASI Eksklusif
ASI eksklusif adalah memberikan hanya ASI tanpa makanan dan minuman
lain kepada bayi sejak lahir, kecuali obat dan vitamin ( Depkes, 2003)16. Pemberian
ASI ekslusif dapat berlangsung selama 4-6 bulan. Menurut WHO-UNICEF (1989)
pemberian ASI ekslusif mencakup hal-hal berikut ini, hanya ASI sampai usia 4-6
bulan, menyusui dimulai < 30 menit setelah bayi lahir. Tidak memberikan bayi
makanan prelaktal seperti air tajin, air gula, madu, dsb kepada bayi baru lahir.
Memberikan kolostrum / ASI pada hari-hari pertama keluar yang bernilai gizi tinggi
kepada bayi, menyusui sesering mungkin, termasuk pemberian ASI pada malam hari.
Cairan yang diperbolehkan hanya vitamin, mineral dan obat dalam bentuk tetes
maupun sirup.
The 54th World Health Assembly WHO (2001) merekomendasikan pemberian
ASI eksklusif sampai bayi berumur 6 bulan dan setelahnya dikenalkan makanan
tambahan dengan nutrisi yang adekuat, aman dan tepat serta pemberian ASI
dilanjutkan sampai 2 tahun.
Lawrence (1994) mendefinisikan kategori pemberian ASI adalah pemberian
ASI penuh (eksklusif dan mendekati eksklusif), pemberian Asi secara parsial ( tinggi)
bila pemberian ASI mencapai 80 %, medium bila mencapai 20-79 %, dan rendah bila
mencapai < 20 %, dan token breasfeeding yaitu ASI diberikan secara berjadwal, baik
frekuensi maupun waktu pemberiannya berdasarkan aturan waktu/jam, dan bayi
mengagalkan pemberian ASI ekslusif, juga mengakibatkan bayi menjadi bingung
putting.
2.3.Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Eksklusif 2.3.1 Umur Ibu
Menurut Hartanto (1996) periode umur antara 20-35 tahun merupakan periode
usia yang baik untuk melahirkan. Bila umur ibu kurang dari 20 tahun, wanita masih
dalam masa pertumbuhan dari faktor biologis sudah siap namun psikologis belum
matang. Begitu pula jika ibu melahirkan di usia 35 tahun masalah kesehatan sering
timbul dengan komplikasi. Menyusui bayi memerlukan kondisi kesehatan ibu yang
baik.
Penelitian Kristina (2003) dengan desain penelitian crosssectonal,
memberikan hasil tidak ada pengaruh antara usia ibu dengan pemberian ASI eksklusif
pada bayi 0-4 bulan ( p > 0.05). Begitu pula penelitian yang dilakukan Madjid (2003)
tidak ada hubungan antara umur ibu melahirkan dengan praktik pemberian ASI
selama tiga hari setelah kelahiran.17
2.3.2 . Pendidikan Ibu
Pendidikan akan memberikan kesempatan kepada seorang untuk membuka
jalan pikiran dalam menemui ide-ide atau nilai-nilai baru. Ibu yang terpelajar
biasanya mendapatkan keuntungan psikologis dan fisiologis dari menyusui karena
lebih termotivasi, mempunyai fasilitas yang lebih baik serta posisi yang lebih
memungkinkan mereka untuk menyusui dibandingkan dengan ibu yang kurang
terpelajar. Namun tidak ada hubungan yang bermakna antara pendidikan tinggi
Penilitian Trisnawati (2008) menunjukkan hasil yang ditelitinya, antara pendidikan
ibu dengan ASI eksklusif tidak ada hubungan yang bermakna. Ibu yang
berpendidikan rendah maupun tinggi telah memiliki kesadaran memberikan ASI
eksklusif.18
2.3.3. Pekerjaaan Ibu
Penelitian yang dilakukan Lebuan (2003) menemukan pemberian ASI selama
perawatan setelah lahir baik pada ibu yang bekerja maupum yang tidak bekerja, tidak
menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara pekerjaaan dengan praktik
pemberian ASI.19
Menurut Soetjaningsih (1997) ada kecendrungan semakin banyak ibu tidak
memberikan ASI pada bayinya. Salah satu penyebabnya adalah banyaknya ibu yang
bekerja terutama di kota besar. Peran ganda seorang ibu antara mengasuh anaknya
dengan memberikan asi ekslusif, dan membantu ekonomi keluarga mencari nafkah
dengan bekerja di luar maupun di dalam lingkungan rumah tangga, yang membuat
seorang ibu sulit untuk mengatasinya. Bila ibu sebelum berangkat bekerja bayi harus
disusui, selanjutnya ASI diperas dan di simpan untuk diberikan kepada bayi selama
ibu bekerja. Sama halnya dengan Supriyadi (2002), pada waktu ibu bekerja sekalipun
ibu tidak dapat langsung memberikan ASI, namun ibu masih tetap dapat memerah
ASI dan menyimpannya untuk dibawa pulang pada bayinya.
2.3.4. Pengetahuan Ibu
Peningkatan pengetahuan tidak selalu menggambarkan perubahan perilaku.
Dimana pengetahuan merupakan hasil tidak dari tahu, ini merupakan hasil dari tahu,
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang (over behaviour). Perilaku yang disadari oleh pengetahuan akan
lebih langgeng daripada perilaku yang tidak disadari oleh pengetahuan, sehingga
pengetahuan merupakan faktor yang penting untuk melakukan perubahan perilaku
kesehatan, dengan sendirinya pengetahuan dapat diukur atau di observasi atau melalui
media apa yang diketahui tentang objek.
Penilitian yang dilakukan Ibrahim (2000) di provinsi Daerah Istimewah
Aceh, ibu yang memiliki pengetahuan yang baik mempunyai kesempatan dua kali
untuk memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya dibandingkan dengan ibu
yang memiliki pengetahuan kurang.
2.3.5. Paritas
Paritas adalah jumlah kehamilan yang berakhir dengan kelahiran bayi dalam
keadaan hidup dengan usia kehamilan yang > 28 minggu . Walaupun berat badan
bayi ≤ 1000 gram dan dapat hidup dengan kemajuan ilmu dan teknologi maka berat
badan bayi < 1000 gram masih digolongkan kedalam paritas.21
Sastrawinata (1980), mengatakan primapara adalah wanita baru pertama kali
melahirkan anak dalam keadaan hidup baik matur maupun prematur. Multipara
adalah wanita yang telah melahirkan anak ≥ 3 orang anak .Caporto et. al (1987)
mengemukakan bahwa grandemulti , yaitu seorang wanita yang telah mengalami
hamil ke 4 atau lebih dan dengan usia kehamilan > 28 minggu.
Iskandar (1987) menyatakan bahwa hubungan paritas dengan pemberian
kolostrum yang dilakukan di daerah pedesaan Jawa dan Bali serta di Sumatera dan
memberikan kolostrum pada bayi dibandingkan dengan paritas rendah. Penelitian ini
didukung oleh Suradi (1992) bahwa ASI lebih cepat keluar pada multipara daripada
primapara, walaupun perbedaan tersebut secara statistik tidak bermakna.
Penelitian madjid (2003) menyimpulkan bahwa ibu-ibu yang baru pertama
kali mempunyai anak (primapara) memiliki masalah-masalah menyusui. Berbeda
dengan ibu-ibu yang sudah menyusui sebelumnya lebih baik daripada yang pertama.
2.3.6. Jarak Kelahiran
Menurut Hartanto (1996) bila jarak kelahiran < 2 tahun dapat menyebabkan
kelahiran bayi dengan berat badan lahir rendah, sering terkena penyakit dan waktu
bagi ibu untuk menyusui bayi sebelumnya akan berkurang. Jarak kelahiran yang
dianjurkan adalah antara 2-4 tahun, karena kondisi dan kesehatan ibu sudah pulih
kembali. Bila jarak kelahiran < 2 tahun dapat mengakibatkan ibu menderita anemia
kronis, sehingga produksi ASI akan terganggu. Jadi, semakin rapat jarak kelahiran
bayi mengakibatkan produksi asi menurun dan menyebabkan kegagalan pemberian
ASI eksklusif.
2.3.7. Rencana Kehamilan
Nurjanah (1998) mendefinisikan unwanted pregnancy adalah kehamilan yang
terjadi pada wanita yang tidak diinginkannya pada saat itu maupun waktu yang akan
datang. Menurut kafman (1997), unwanted pregnancy yaitu kehamilan yang tidak
dikehendaki sama sekali, dan mistined kehamilan yang dikehendaki kemudian. Pada
penelitian Iskandar (1991) di luar Jawa ada hubungan bermakna antara kehamilan
2.3.8. Jenis Kelamin Bayi
Di Banglades pemberian ASI untuk bayi perempuan 5 bulan lebih pendek
dari bayi laki-laki (Iskandar, 1991). Bahkan menurut Roesli(2000), konsekuensi fatal
yang sering terjadi pada pemberian Asi, yaitu budaya yang mengutamakan bayi
laki-laki sehingga bayi laki-laki-laki-laki pertumbuhannya normal sedangkan bayi perempuan
terhambat.
2.3.9. Berat Badan Lahir
Bayi dengan berat badan lahir rendah ( premature), seharusnya diberikan ASI
dari ibunya sendiri, bila tidak terdapat komplikasi seperti kesulitan pernapasan,
sepsis, dan malformasi, maka sebagian besar bayi premature biasanya mampu
menyusui dengan segera (Supriadi, 2002).
2.3.10. Dukungan Suami Dan Orang Tua
Peran suami selaku pendukung dalam memberikan ASI, telah banyak
dilaporkan dalam literatur. Khususnya bila suami mempunyai pemikiran yang positif
tentang masalah-masalah yang berkaitan dengan menyusui dan berpikir bahwa ia
dapat memainkan peran serta dalam masalah ini (Riodan, 1998)21
Dukungan suami dan orang tua mempengaruhi praktik. pemberian ASI, yang
selanjutnya akan mempengaruhi angka sukses pemberian ASI dan usia penyapihan.
Seorang wanita yang suaminya tidak mendukung dalam menyusui, bayinya di sapih
lebih awal.
2.3.11. Perilaku Petugas Kesehatan
Dalam penggunaan ASI peran bidan dan penyuluh kesehatan masyarakat
melaksanakan antenatal yang baik, peranan penyuluh kesehatan memberikan
penyuluhan pembinaan, persiapan bersalin, penyuluhan akan pentingnya menyusui
bayi secara ASI eksklusif dan meyakinkan arti penting keluarga berencana (Madjid,
BAB 3
KERANGKA KONSEP
3.1. Kerangka Konsep Penelitian Faktor Ibu
1. Umur 2. Pendidikan 3. Pekerjaan 4. Pengetahuan 5. Paritas
6. Cara Persalinan
Faktor Anak 1. Jarak kelahiran 2. Jenis kelamin balita
3.2. Defenisi Operasional
3.2.1. Pemberian ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja pada bayi sampai usia 6 (enam) bulan, tanpa mendapatkan makanan dan minuman tambahan lainya, dikategorikan atas :
1.Ya 2. Tidak
Faktor Lingkungan 1. Dukungan Keluarga 2. Penolong Persalinan 3. Informasi ASI eksklusif
3.2.2. Umur ibu adalah usia ibu sewaktu melahirkan balita terbungsu.
Untuk uji statistik , variabel ini dikategorikan atas :
1. Risiko tinggi, jika umur ibu <20 dan >35 2. Risiko rendah, jika umur ibu 20-35
3.2.3. Pendidikan ibu adalah tingkat pendidikan formal terakhir ibu balita, dikategorikan atas :
1. Rendah : Belum sekolah, SD, SMP 2. Tinggi : SMA-Perguruan Tinggi
3.2.4. Pekerjaan ibu adalah kegiatan yang dilakukan sehari-hari oleh ibu balita baik di dalam rumah maupun di luar rumah untuk menghasilkan uang, dikategorikan atas :
1. Bekerja : Pegawai Negeri Sipil (PNS) , wiraswata, karyawan, petani/nelayan
2. Tidak bekerja : Ibu Rumah Tangga (IRT)
3.2.5. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh ibu mengenai ASI eksklusif23, dikategorikan atas :
1. Baik : > 75-100 % pertanyaan dijawab benar 2. Sedang : 45-75 % pertanyaan dijawab benar 3. Kurang : < 45 % pertanyaan dijawab benar
Untuk uji statistik, variabel ini dikategorikan atas :
1. Baik, apabila total skor ≥ 6 2. Kurang, apabila total skor < 6
3.2.6. Paritas adalah frekuensi ibu melahirkan, dikategorikan atas :
1. Primapara : 1 orang anak 2. Skundipara : 2 orang anak 3. Multipara : > 2 orang anak
Untuk uji statistik, variabel ini dikategorikan atas :
2. Lebih, jika responden memiliki jumlah anak ≥ 3
3.2.7. Cara persalinan adalah cara ibu dalam melahirkan balita terakhirnya, dikategorikan atas :
1. Normal 2. Caesar
3.2.8. Jarak kelahiran adalah jarak kelahiran balita dengan kelahiran anak sebelumnya, dikategorikan atas :
1. anak pertama 2. < 2 tahun 3. ≥ 2 tahun
Untuk uji statistik , variabel ini dikategorikan atas :
1. Rapat, jika jarak kelahiran bayi terakhir < 2 tahun dari anak sebelumnya 2. Jarang, jika memiliki anak kelahiran pertama dan jarak kelahiran bayi
terakhir ≥ 2 tahun dari anak sebelumnya
3.2.9. Dukungan Keluarga adalah ada tidaknya anjuran keluarga untuk memberikan ASI eksklsusif kepada ibu yang melahirkan bayinya, dikategorikan atas :
1.Ada 2.Tidak ada
3.2.10. Informasi ASI eksklusif adalah informasi dimana ibu mendapat informasi pentingnya pemberian ASI eksklusif untuk bayinya, dikategorikan atas :
1. Media tulis/elektronik 2. Petugas kesehatan
3.2.11. Penolong persalinan adalah orang yang menolong ibu ketika melahirkan balita, dikategorikan atas :
1. Bidan 2. Dokter
3. Dukun Beranak
Untuk uji statistik , variabel ini dikategorikan atas :
2. Non medis, jika penolong persalinan dibantu oleh dukun beranak
3.2.12. Jenis kelamin adalah jenis kelamin balita, dikategorikan ata : 1. Laki-laki
2. Perempuan
3.3. Aspek Pengukuran
No Variabel Cara
dan Alat Ukur
Hasil Ukur Skala
Ukur 1 Pemberian ASI
Eksklusif
Wawancara (kuesioner)
1. Ya 2. Tidak
Nominal
2 Umur Ibu Wawancara (kuesioner)
1.< 20 tahun 2. 20-35 tahun 3. > 35 tahun
Ordinal
3 Pendidikan Ibu Wawancara (kuesioner)
1.Rendah
2.Tinggi Ordinal
4 Pengetahuan Ibu
Wawancara (kuesioner)
1. Baik 2. Sedang 3. Kurang
Ordinal
5 Pekerjaan Ibu Wawancara (kuesioner)
1.Bekerja
2.Tidak bekerja Ordinal
6 Dukungan Keluarga
Wawancara (kuesioner)
1.Ada
2.Tidak ada Ordinal
7 Informasi susu formula
Wawancara (kuesioner)
1. Media tulis/elektronik 2. Petugas kesehatan
Ordinal
8 Jarak Kelahiran Wawancara (kuesioner)
1. anak pertama 2. < 2 tahun 3. > 2 tahun
Ordinal
9 Penolong Persalinan
Wawancara 1. Bidan 2. Dokter
3. Dukun Beranak
10 Cara Persalinan Wawancara 1. Normal 2. Caesar
Nominal
11 Paritas Wawancara (kuesioner)
1. Primipara : 1 anak 2. Skundipara : 2 anak 3. Multipara : ≥ 3 anak
Ordinal
12 Jenis Kelamin balita
Wawancara (kuesioner
1. Laki-laki
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini bersifat analitik dengan menggunakan desain cross
sectional.
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan
Medan Baru dengan pertimbangan bahwa lama pemberian ASI eksklusif di daerah ini
masih rendah.
4.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai bulan November 2009 sampai November 2010.
Penelitian dimulai dengan melakukan pengajuan judul proposal, penelusuran
kepustakaan, survei pendahuluan, penyusunan proposal, penelitian dan analisa data
serta penyusunan laporan akhir penelitian.
4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua anak balita terkecil yang berusia
4.3.2. Sampel24 a. Besar Sampel
Rumus ukuran sampel minimal untuk menaksir proporsi populasi adalah
sebagai berikut :
n = Z21-α/2 p.q d2
Keterangan :
P = Perkiraan proporsi (prevalensi) pemberian ASI ekskulisif (variable dependent) pada populasi (p=0,5)
q = 1-p Z1-α/2 = Statistik Z
d = Delta, presisi, absolute yang diinginkan di kedua sisi proporsi (0,1)
Maka besar sampel adalah :
n = (1,96)2 x 0,5 x 0,5 (0,1)2
= 3,84 x 0,25 (0,01)
= 96
Jadi besarnya sampel minimal yang diperlukan dalam penelitian ini adalah 96.
Untuk memperhitungkan adanya kesalahan dan sebagainya maka pengambilan
sampel diperbesar sebanyak 10%, sehingga diperoleh jumlah sampel sebanyak 96 +
b. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dilakukan secara purposive, yaitu berdasarkan
pertimbangan peneliti. Oleh karena keterbatasan waktu dan dana maka peneliti
memilih dusun I, II, III, dan IV dengan pertimbangan bahwa dusun tersebut sudah
mencukupi sampel yang dibutuhkan, yaitu balita terkecil yang mendapat pemberian
ASI eksklusif dan berdekatan satu dengan yang lainnya.
4.4. Metode Pengumpulan Data 4.4.1. Data Primer
Untuk pengumpulan data primer diperoleh melalui wawancara dengan Ibu
yang memiliki balita mengenai pola pemberian ASI eksklusif balita usia 1-5 tahun
dengan menggunakan kuesioner yang meliputi: berat bayi, jenis kelamin bayi, umur
bayi, jarak kelahiran, umur ibu, pekerjaan ibu, pendidikan ibu, pengetahuan ibu, sikap
ibu, dukungan suami, orang tua, paritas dan perilaku petugas kesehatan.
4.4.2. Data Sekunder
Untuk data sekunder didapatkan dari Puskesmas Padang Bulan, dan data dari
Kelurahan Padang Bulan.
4.5. Teknik Analisa Data
Data yang diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan bantuan
komputer yaitu program SPSS (Statistical Product and Service Solution) melalui
4.5.1. Analisis Univariat
Analisis ini digunakan untuk memperoleh gambaran distribusi frekwensi atau
besarnya proporsi berdasarkan variabel yang diteliti.
4.5.2. Analisis Bivariat
Analisis Bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas
dan variabel terikat dilakukan analisis bivariat dengan menggunakan menggunakan
uji Chi-Square dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05).
Pengukuran Ratio Prevalens dilakukan dengan menggunakan rumus25 :
RP = A/(A+B) : C/(C+D) Keterangan :
A/(A+B) = proporsi (prevalens) subjek yang mempunyai faktor yang
berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif
C/(C+D) = proporsi (prevalens) subjek yang mempunyai faktor yang
BAB 5
HASIL PENELITIAN
5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 5.1.1 Geografis
Kelurahan Padang Bulan termasuk dalam Kecamatan Medan Baru dengan
luas wilayah 168 Ha. Luas wilayah kelurahan ini banyak digunakan untuk
pemukiman dan sarana umum (kantor, kampus, sekolah, wirausaha dan sebagainya).
Batas-batas wilayah Kelurahan Padang Bulan adalah :
- Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Merdeka.
- Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Titi rante.
- Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Selayang.
- Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Polonia.
5.1.2. Demografi
Jumlah penduduk di Kelurahan Padang Bulan sebanyak 11.562 jiwa yang
terdiri dari laki-laki sebanyak 6.012 jiwa (52%) dan perempuan sebanyak 5.550 jiwa
(48%). Secara rinci data kependudukan menurut jenis kelamin di Kelurahan Padang
Bulan dapat dilihat di bawah ini :
Tabel 5.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2010
Sumber : Kantor Lurah Padang Bulan
No Jenis Kelamin Total
f %
1 Laki-laki 6.012 52
2 Perempuan 5.550 48
[image:46.612.114.532.586.674.2]Dari tabel di atas dapa dilihat bahwa distribusi penduduk berdasarkan jenis
kelamin yang terbanyak jenis kelamin Laki-laki dengan proporsi 52%.
5.1.3. Sarana Kesehatan
Kelurahan Padang bulan memiliki beberapa sarana kesehatan. Jumlah sarana
[image:47.612.114.529.260.370.2]kesehatan dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5.2. Distribusi Sarana Kesehatan di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2010
No Sarana Kesehatan Jumlah
1 Puskesmas 1
2 Poliklinik 2
3 Posyandu 6
4 Praktek dokter 4
5 Apotek 3
Jumlah 16
Sumber : Kantor Kelurahan Padang Bulan
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa sarana kesehatan di kelurahan
Padang bulan berjumlah 16 unit dan paling banyak adalah Posyandu sebanyak 6
tempat.
5.2. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan
proporsi dari variabel-variabel independent yang berhubungan dengan pemberian ASI
eksklusif pada balita. Sesuai dengan tujuan penelitian, maka variabel yang dianalisis
5.2.1. Karakteristik Ibu balita
Karakteristik Ibu balita meliputi umur, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan,
[image:48.612.114.529.192.678.2]paritas, dan cara persalinan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.3. Distribusi Karakteristik Ibu Balita
Karakteristik Ibu (Host) f %
Umur ( tahun ) 1. 15 - 19 2. 20 - 24 3. 25 - 29 4. 30 - 34 5. 35 - 39 6. 40 - 45
2 4 27 20 48 5 1,9 3,6 25,5 18,9 45,4 4,7
Total 106 100
Pendidikan :
1. Tidak sekolah/tidak tamat SD 2. Tamat SD/sederajat
3. Tamat SLTP/sederajat 4. Tamat SLTA/sederajat 5. Perguruan Tinggi
0 4 39 58 5 0,0 3,8 36,8 54,7 4,7
Total 106 100
Pekerjaan 1. Petani
2. Pegawai Negeri Sipil (PNS) 3. Pegawai Swasta
4. Wiraswasta
5. Ibu Rumah Tangga
6 3 23 19 55 5,7 2,8 21,7 17,9 51,9
Total 106 100
Paritas
1. Primipara 2. Skundipara 3. Multipara
7 77 22 6,6 72,6 20,8
Total 106 100,0
Pengetahuan 1. Baik 2. Kurang
79 27
74,5 25,5
Berdasarkan kelompok umur dapat diketahui bahwa kebanyakan umur Ibu
balita berada pada kelompok umur 20-35 tahun yaitu 53,8% dan terendah pada
kelompok umur 15-19 tahun yaitu 1,9%.
Berdasarkan pendidikan dapat diketahui bahwa pendidikan tertinggi pada
tingkat pendidikan SLTA Sederajat yaitu 54,7% dan terendah pada tingkat
pendidikan SD sebanyak 3,8%.
Berdasarkan pekerjaan dapat diketahui bahwa terbanyak responden adalah
IRT (Ibu rumah tangga) yaitu 51,9% dan terendah adalah pegawai negeri sipil
sebanyak 2,8%.
Berdasarkan paritas dapat diketahui bahwa Ibu balita terbanyak adalah
skundipara sebanyak 72,6% dan terendah pada primipara sebanyak 6,6%.
Berdasarkan pengetahuan dapat diketahui bahwa pengetahuan Ibu pada
kategori pengetahuan baik sebanyak 74,5% dan pada kategori pengetahuan kurang
5.2.2. Karakteristik Balita
Karakteristik Balita meliputi, Jenis kelamin dan jarak kelahiran bayi dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5.4. Distribusi Karakteristik Balita di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2010
Karakteristik Bayi f %
Jenis Kelamin 1. Laki-laki 2. Perempuan
52 54
49,1 50,9
Total 106 100
Jarak Kelahiran ( tahun ) 1. Anak pertama 2. < 2
3. > 2
24 49 33
22,6 46,2 31,2
Total 106 100
Berdasarkan karakteristik jenis kelamin balita dapat diketahui bahwa jenis
kelamin balita hampir sama banyaknya yaitu perempuan sebanyak 50,9% sedangkan
laki-laki sebanyak 49,1%.
Berdasarkan jarak kelahiran balita diketahui bahwa jarak kelahiran terbanyak
adalah lebih kecil dari 2 (dua) tahun yaitu 46,2% sedangkan terendah adalah anak
[image:50.612.114.527.208.381.2]5.2.3. Karakteristik Lingkungan
Karakteristik lingkungan meliputi, dukungan keluarga, Penolong persalinan
tempat persalinan, cara persalinan,dan informasi susu formula dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 5.5. Distribusi Karakteristik Ligkungan Responden di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2010
Karakteristik Lingkungan f %
Dukungan Keluarga 1. Ada
2. Tidak ada
71 35
67 33
Total 106 100
Penolong Persalinan 1. Bidan
2. Dokter
3. Dukun beranak
83 21 2 78,3 19,8 1,9
Total 106 100
Tempat Persalinan 1. Klinik Bersalin 2. Praktek Bidan 3. RS
32 55 19 30,2 51,9 17,9
Total 106 100
Cara Persalinan 1. Normal 2. Caesar
92 14
86,8 13,2
Total 106 100
Informasi ASI eksklusif 1. Media Tulis/elektronik 2. Tenaga kesehatan
72 34
67,9 32,1
[image:51.612.114.529.233.643.2]Berdasarkan dukungan keluarga dapat diketahui bahwa lebih banyak
dukungan dari keluarga untuk memberikan ASI eksklusif yaitu sebanyak 67% dan
yang menyatakan tidak ada dukungan dari keluarga sebanyak 33%.
Berdasarkan penolong persalinan dapat diketahui bahwa penolong persalinan
terbanyak dibantu oleh bidan yaitu sebanyak 78,3% dan terendah dibantu oleh dukun
beranak sebanyak 1,9%.
Berdasarkan tempat persalinan dapat diketahui bahwa kebanyakan Ibu
melahirkan di praktek bidan sebanyak 51,9% dan terendah melahirkan di Rumah
Sakit sebanyak 17,9%.
Berdasarkan cara persalinan Ibu terbanyak dengan persalinan normal
sebanyak 86,8% sedangkan persalinan Caesar sebanyak 13,2%.
Berdasarkan informasi ASI eksklusif dapat diketahui bahwa informasi
mengenai ASI eksklusif banyak diperoleh oleh ibu melalui media sebanyak 67,9%
sedangkan dari informasi mengenai ASI eksklusif dari petugas kesehatan sebanyak
32,1%.
5.2.4. Proporsi Prevalens Pemberian ASI Eksklusif
Distribusi lama pemberian ASI eksklusif dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5.6. Proporsi Prevalens Pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Tahun 2010
No Pemberian ASI eksklusif F %
1 2
Ya Tidak
11 95
10 90
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa Prevalensi pemberian ASI
eksklusif di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2010 yaitu 10% sedangkan Prevalensi
yang tidak memberikan ASI eksklusif sebanyak 90%.
5.3 Analisis Bivariat
[image:53.612.114.538.279.378.2]5.3.1. Hubungan Umur dengan Pemberian ASI eksklusif
Tabel 5.7. Proporsi Prevalens Pemberian ASI eksklusif pada Balita Berdasarkan Umur Ibu, Ratio Prevalens, 95% CI, dan P-value Di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Meda Baru Tahun 2010
No
Umur
Pemberian ASI eksklusif
Total
RP
(95%CI) P-value
Ya Tidak
f % f % f % 9,27
1,23 – 69,9 0,016 1 Risiko rendah 10 18,2 45 81,8 55 100
2 Risiko tinggi 1 2 50 98 51 100
RP : Ratio Prevalens df =1
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa proporsi prevalens pemberian
ASI eksklusif pada umur resiko rendah sebesar 18,2% sedangkan pada umur berisiko
rendah sebesar sebesar 2%. Nilai p-value dilihat dari kolom ke-4 print out chi-square
test pada continuity correction karena tidak memiliki nilai expected sehingga
diperoleh hasil p = 0,016 ( p<0,05 ) dengan convidence interval 95%. Ratio
prevalens pemberian ASI eksklusif pada kelompok umur risiko rendah dibandingkan
dengan umur risiko tinggi adalah 1,23 – 69,6. Umur ibu risiko rendah merupakan
faktor risiko untuk memberikan ASI esklusif.
Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh nilai
p<0,05, artinya ada hubungan asosiasi yang bermakna antara umur ibu resiko rendah
5.3.2. Hubungan Pendidikan dengan Pemberian ASI eksklusif
Tabel 5.8. Proporsi Prevalens Pemberian ASI eksklusif Berdasarkan Pendidikan , Ratio Prevalens, 95% CI, P-value di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Meda Baru Tahun 2010
No
Pendidikan
Pemberian ASI eksklusif
Total
RP
(95%CI) P-value
Ya Tidak
f % f % f % 0,348
0,098-1,239 0,159 1 Tinggi 3 5,5 52 94,5 55 100
2 Rendah 8 15,7 43 84,3 51 100
RP : Ratio Prevalens df =1
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa proporsi prevalens pemberian
ASI eksklusif pada pendidikan tinggi sebesar 5,5% sedangkan pada pendidikan
rendah sebesar 15,7% dengan CI 95%. Ratio prevalens pemberian ASI eksklusif
pada kelompok pendidikan tinggi dibandingkan dengan pendidikan rendah adalah
0,098 – 1,239. Adanya nilai CI < 1 (satu) membuktikan bahwa Pendidikan ibu yang
tinggi merupakan faktor risiko penghambat ibu untuk memberikan ASI eksklusif
kepada bayinya.
Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh nilai
p>0,05, artinya tidak terdapat hubungan asosiasi yang bermakna antara pendidikan