1
SRIKANDI PEMUDA PANCASILA SUMATERA UTARA (1982 – 2007) SKRIPSI SARJANA
DIKERJAKAN O
L E H
Nama : RIANA H HUTAGAOL Nim : 080706010
DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
SRIKANDI PEMUDA PANCASILA SUMATERA UTARA (1982 – 2007) SKRIPSI SARJANA
DIKERJAKAN O
L E H
Nama : RIANA H HUTAGAOL Nim : 080706010
Pembimbing,
Dra. Nina Karina, M.SP
NIP. NIP 195908041985032002
Skripsi ini diajukan kepada panitia Fakultas Ilmu Budaya USU Medan,
Untuk melengkapi salah satu syarat ujian sarjana Ilmu Budaya
Dalam bidang Ilmu Sejarah
DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
3
LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI
SRIKANDI PEMUDA PANCASILA SUMATERA UTARA (1982 – 2007) Yang diajukan oleh:
Nama : Riana H Hutagaol
Nim : 080706010
Telah disetujui untuk diujikan dalam ujian skripsi oleh:
Pembimbing,
Dra. Nina Karina, M.SP Tanggal, 27 Maret 2013
NIP 195908041985032002
Ketua Departeman Sejarah
Drs. Edi Sumarno, M. Hum Tanggal, 27 Maret 2013
NIP 196409221989031001
DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4 2013
LEMBAR PERSETUJUAN KETUA DEPARTEMEN
DISETUJUI OLEH:
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
DEPARTEMEN SEJARAH Ketua Departemen,
Drs. Edi Sumarno, M.Hum.
NIP 196409221989031001
Medan, 27 Maret 2013
5 PENGESAHAN:
Diterima Oleh:
Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara
Untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjana Ilmu Budaya
Dalam Ilmu Sejarah pada Fakultas Ilmu Budaya USU Medan
Pada :`
Tanggal : 11 April 2013
Hari : Kamis
Fakultas Ilmu Budaya USU
Dekan,
Dr. Syahron Lubis. MA
NIP 195110131976031001
Panitia Ujian
No. Nama Tanda Tangan
1. Drs. Edi Sumarno, M. Hum ( )
2. Drs. Nurhabsyah, M.Si ( )
3. Dra. Ratna, M.S ( )
4. Dra. Penina Simanjuntak, M.Si ( )
5. Dra. Nina Karina, MSP ( ( )
6
Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala
anugerah, kasih dan penyertaanNya yang selalu Penulis terima, termasuk sepanjang proses
perkuliahan hingga penyusunan skripsi ini.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk melengkapi persyaratan di dalam mencapai gelar
sarjana di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara di bidang Ilmu Sejarah.
Suatu kebahagian tersendiri bagi penulis ketika mampu menyelesaikan rangkaian
penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul “SRIKANDI PEMUDA PANCASILA
SUMATERA UTARA (1982-2007)”, sebab dari masa studi hingga penyelesaian program pendidikan di Fakultas Ilmu Budaya Departemen Ilmu Sejarah Universitas Sumatera Utara,
Penulis menyadari adanya keterbatasan dalam pengerjaan skripsi ini. Akan tetapi, Penulis
merasakan banyak memperoleh bantuan serta bimbingan yang cukup berharga dari berbagai
pihak, terutama staf pengajar Departemen Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Sumatera Utara serta rekan-rekan yang telah banyak membantu penyelesaian skripsi ini.
Penulis berharap agar tulisan ini berguna bagi semua pihak, penulis menyadari bahwa
penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan untuk itu diharapkan saran dan kritik dari semua
pihak demi kesempurnaan penulisan skripsi yang memiliki pembahasannya yang sama
kedepannya
Medan, April 2013
Penulis,
(Riana H Hutagaol)
NIM: 080706010
UCAPAN TERIMAKASIH
7
Penulis menyadari bahwa pengerjaan skripsi ini bukan semata-mata kerja keras
penulis sendiri. Namun, banyak pihak-pihak yang telah membantu penulis baik dalam bentuk
dukungan materi maupun moril. Oleh karenanya, penulis di sini berkesempatan untuk
mengucapkan terima kasih kepada mereka, yaitu:
1. Kepada keluarga Penulis orang tua, St. H. Hutagaol, SE dan L. Malau yang telah
memberikan cinta kasihnya kepada penulis dari kecil hingga selama kuliah, selalu
mendoakan dan memberikan semangat, motivasi kepada Penulis. Penulis menyadari
tanpa kasih sayang mereka dan materi yang diberikan, penulis tidak bisa
menyelesaikan skripsi ini. Juga kepada kakak-adik tersayang Moon, Juan, Melda dan
Nuel yang tidak henti-hentinya memberikan dukungan, doa dan semangat kepada
Penulis setiap harinya
2. Bapak Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatra Utara, Dr. Syahron Lubis,
M. A
3. Ketua Departemen Sejarah, Drs. Edi Sumarno, M. Hum, dan Sekretaris Departemen
Sejarah, Drs. Nurhabsyah, M.Si yang telah memberikan dukungan dan arahan kepada
penulis
4. Dra. Nina Karina, M.SP selaku dosen pembimbing dan Ketua Srikandi Pemuda
Pancasila Sumatera Utara tahun 1998-2002 yang telah memberikan bimbingan dan
arahan dalam penulisan skripsi ini
5. Drs. Timbun Ritonga selaku dosen wali yang yang telah membantu Penulis selama
masa perkuliahan
8
6. Dosen-dosen Departemen Sejarah yang telah memberikan amal ilmunya kepada
penulis selama masa kuliah
7. Abang Ampera yang juga telah memberi masukan serta motivasi selama penulis
menjalankan perkuliahan di Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas
Sumatera Utara.
8. Dra. Fauziah Dongoran sebagai Ketua Srikandi Pemuda Pancasila Sumatera Utara
Tahun 1990-1996
9. Ir. Vera Azis selaku sekretaris Badan Koordinasi Srikandi Dewan Pimpinan Wilayah
Pemuda Pancasila Sumatera Utara Tahun 1997-1998
10. Efwita Nasution, SE selaku Ketua Srikandi Pemuda Pancasila Sumatera Utara Tahun
2003-2007
11. Sahabat terbaik Penulis yang tidak henti- hentinya memberikan doa, dukungan,
motivasi terhebat walau berada di seberang pulau, Reni Astuti Manurung, ST dan
Yuni Victoria Sembiring yang sama-sama berjuang dalam memperoleh gelar sarjana,
terimakasih telah menjadi sahabat-sahabat terbaik.
12. Teman-teman seperjuangan angkatan 2008 yang dikejar deadline skripsi Hotman
Siagian, Kuasa Saragih, Evi Christina, Wenny, Yhanie, Resty, Husein, Glorika, Erni,
Pussy tetap semangat koslap
13. Leonardo Gultom sebagai teman berbagi, selalu mendengar setiap keluhan yang ada
dan tetap memberikan perhatiannya
14. Adek iban Moses Berutu yang selalu siap sedia dan menemani di saat Penulis
melakukan wawancara, terimakasih untuk bantuan dan dukungan yang diberikan.
9
15. Firman Sinaga dan Hotmean Siagian untuk semua bantuan, pertolongan dan
dukungan dalam penulisan skripsi ini
16. Seluruh teman-teman kontrakan Bunga Cempaka no 24, Ka Juju, Ka Nancy, Ka
Betty, Ka Evi dan Ka Reni yang telah menjadi saksi perjuangan dalam penulisan
skripsi ini
17. Teman-teman sekampung Ika Afriani Manik, Sarah Siahaan dan Andrew Sirait yang
selalu bertanya kapan wisuda sebagai salah satu bentuk kepedulian dan perhatian
18. Anak-anak NERO Risma, Gaby, Bang Rando, Bang Surya, Bang Ai, Donald, Firman,
Hotman, dan Kak Herlin
Akhirnya, Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu, semoga segala amal baik mereka mendapatkan balasan anugerah dari Tuhan
Yang Maha Esa. Terima Kasih dan skripsi dapat bermanfaat bagi pembaca.
Medan, April 2013
Penulis
Riana H Hutagaol
10 ABSTRAK
Organisasi Kemasyarakatan adalah organisasi yang dibentuk oleh anggota masyarakat Warganegara Republik Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kegiatan, profesi, fungsi, agama, dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, untuk beperan serta dalam pembangunan dalam rangka mencapai tujuan Nasional dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila. Demikianlah tujuan pembentukan organisasi Kemasyarakatan Pemuda Pancasila yang telah menghimpun potensi-potensi Pemuda yang konsekuen, militant dan dinamis, berjiwa Proklamasi 1945 dan berideologi PANCASILA, sebagai manifestasi dari pada SUMPAH PEMUDA untuk memperjuangkan terwujudnya cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945.
Wanita Pancasila yang akhirnya meleburkan diri kedalam Organisasi Pemuda Pancasila yang kemudian berubah nama menjadi Srikandi yang merupakan sub-ordinat dari Organisasi Pemuda Pancasila yang berdiri pada tahun 1982. Nama Srikandi diambil dari nama sosok perempuan Panglima Perang yang merupakan sosok putri kedua Prabu Drupada, raja Negara Pancala dengan permaisuri Dewi Gandawati, yang kemudian diperistri oleh Arjuna. Srikandi merupakan perempuan cantik, anggun, luwes, sayang keluarga, punya kekuasaan tapi dibalik kehebatannya dia mampu menjaga harkat dan martabatnya sebagai seorang perempuan dan berjuang untuk negaranya. Dari nama inilah diharapkan perempuan Pemuda Pancasila menjadi mitra sejajar pria bukan dibawah pria.
Adapun masalah yang diangkat dari skripsi ini adalah bagaimana perempuan khususnya Srikandi berperan di dalam organisasi dan di dalam masyarakat, eksistensi dan perjuangannya dalam meningkatkan kualitas perempuan di dalam berorganisasi dan bermasyarakat sehingga mampu mensejajarkan posisi di antara maraknya peranan pria di organisasi.
Metode penelitian dalam penulisan skripsi ini menggunakan metode sejarah yaitu: Heuristik, Kritik Sumber, Interpretasi, dan Historiografi. Dalam heuristik, sumber tentang Srikandi Pemuda Pancasila didapat dengan mengumpulkan sumber tertulis dan menggunakan penelitian lapangan melalui wawancara. Untuk kritik sumber digunakan agar keabsahan data tersebut dapat dinilai keobjektifannya melalui kritik intern dan kritik ekstern. Untuk metode interprtasi digunakan agar memastikan hasil penelitian dengan cara membandingkan dengan penelitian sebelumnya. Dalam historiografi dilakukan penyusunan hasil penelitian ke dalam karya tulis sejarah yang deskriptif analisis.
Kesimpulan penelitian ini adalah bagaimana Srikandi akhirnya mampu membentuk mental, intelektual dan kualitas perempuan di dalam berorganisasi sehingga pada akhirnya ketika diterjunkan di dalam masyarakat telah menjadi kader-kader yang mampu bersaing secara positif dan disegani karena kemampuannya bukan ditakuti karena keormasannya. Dan bagaimana akhirnya Srikandi mampu melakukan transformasi yang dimaksud adanya pergeseran citra atau image dari organisasi yang selama ini dijuluki dengan tukang pukul, preman dan sebagainya kepada transformasi intelektual dan profesionalisme.
Saran dari skripsi ini adalah perlu adanya penyuluhan kepada masyarakat tentang apa, siapa, bagaimana Srikandi itu karena Srikandi merupakan suatu wadah pembentukan kualitas perempuan Indonesia yang tangguh sehingga masyarakat bisa memahami dan ikut berpartisipasi, hal ini saya sebutkan karena sudah melekatnya image negatif di dalam organisasi Pemuda Pancasila membuat masyarakat antipati.
11 DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR i
UCAPAN TERIMAKASIH ii
ABSTRAK v
DAFTAR ISI vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang 1
1.2Rumusan Masalah 7
1.3Tujuan Dan Manfaat Penelitian 8
1.4Tinjauan Pustaka 8
1.5Metode Penelitian 9
BAB II PEMUDA PANCASILA DARI ORGANISASI KEMASYARAKATAN PEMUDA (OKP) MENJADI ORGANISASI MASYARAKAT (ORMAS) 2.1 Pemuda Pancasila sebagai Organisasi Kemasyarakatan
Pemuda (OKP) 31
2.2 Pemuda Pancasila sebagai Organisasi Kemasyarakatan
(ORMAS) 35
BAB III LATARBELAKANG BERDIRINYA SRIKANDI PP SUMUT
3.1 Pergerakan Wanita Indonesia 26
3.2 Berdirinya Pemuda Pancasila SUMUT 31
3.3 Berdirinya SRIKANDI PP SUMUT 35
3.4 Struktur Pengurus Satuan Srikandi Pemuda Pancasila
12
SUMUT 43
BAB IV DINAMIKA SRIKANDI PP SUMUT
4.1 Kepemimpinan Ketua Srikandi 46
4.2 Eksistensi SRIKANDI PP Sumut 57
4.3 Peranan SRIKANDI PP Sumut di dalam organisasi 58
4.4 Orientasi gerak SRIKANDI PP Sumut 60
4.5 Pasang surut berdirinya SRIKANDI PP Sumut 61
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 63
5.2 Saran 64
DAFTAR PUSTAKA 66
DAFTAR INFORMAN LAMPIRAN
10 ABSTRAK
Organisasi Kemasyarakatan adalah organisasi yang dibentuk oleh anggota masyarakat Warganegara Republik Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kegiatan, profesi, fungsi, agama, dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, untuk beperan serta dalam pembangunan dalam rangka mencapai tujuan Nasional dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila. Demikianlah tujuan pembentukan organisasi Kemasyarakatan Pemuda Pancasila yang telah menghimpun potensi-potensi Pemuda yang konsekuen, militant dan dinamis, berjiwa Proklamasi 1945 dan berideologi PANCASILA, sebagai manifestasi dari pada SUMPAH PEMUDA untuk memperjuangkan terwujudnya cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945.
Wanita Pancasila yang akhirnya meleburkan diri kedalam Organisasi Pemuda Pancasila yang kemudian berubah nama menjadi Srikandi yang merupakan sub-ordinat dari Organisasi Pemuda Pancasila yang berdiri pada tahun 1982. Nama Srikandi diambil dari nama sosok perempuan Panglima Perang yang merupakan sosok putri kedua Prabu Drupada, raja Negara Pancala dengan permaisuri Dewi Gandawati, yang kemudian diperistri oleh Arjuna. Srikandi merupakan perempuan cantik, anggun, luwes, sayang keluarga, punya kekuasaan tapi dibalik kehebatannya dia mampu menjaga harkat dan martabatnya sebagai seorang perempuan dan berjuang untuk negaranya. Dari nama inilah diharapkan perempuan Pemuda Pancasila menjadi mitra sejajar pria bukan dibawah pria.
Adapun masalah yang diangkat dari skripsi ini adalah bagaimana perempuan khususnya Srikandi berperan di dalam organisasi dan di dalam masyarakat, eksistensi dan perjuangannya dalam meningkatkan kualitas perempuan di dalam berorganisasi dan bermasyarakat sehingga mampu mensejajarkan posisi di antara maraknya peranan pria di organisasi.
Metode penelitian dalam penulisan skripsi ini menggunakan metode sejarah yaitu: Heuristik, Kritik Sumber, Interpretasi, dan Historiografi. Dalam heuristik, sumber tentang Srikandi Pemuda Pancasila didapat dengan mengumpulkan sumber tertulis dan menggunakan penelitian lapangan melalui wawancara. Untuk kritik sumber digunakan agar keabsahan data tersebut dapat dinilai keobjektifannya melalui kritik intern dan kritik ekstern. Untuk metode interprtasi digunakan agar memastikan hasil penelitian dengan cara membandingkan dengan penelitian sebelumnya. Dalam historiografi dilakukan penyusunan hasil penelitian ke dalam karya tulis sejarah yang deskriptif analisis.
Kesimpulan penelitian ini adalah bagaimana Srikandi akhirnya mampu membentuk mental, intelektual dan kualitas perempuan di dalam berorganisasi sehingga pada akhirnya ketika diterjunkan di dalam masyarakat telah menjadi kader-kader yang mampu bersaing secara positif dan disegani karena kemampuannya bukan ditakuti karena keormasannya. Dan bagaimana akhirnya Srikandi mampu melakukan transformasi yang dimaksud adanya pergeseran citra atau image dari organisasi yang selama ini dijuluki dengan tukang pukul, preman dan sebagainya kepada transformasi intelektual dan profesionalisme.
Saran dari skripsi ini adalah perlu adanya penyuluhan kepada masyarakat tentang apa, siapa, bagaimana Srikandi itu karena Srikandi merupakan suatu wadah pembentukan kualitas perempuan Indonesia yang tangguh sehingga masyarakat bisa memahami dan ikut berpartisipasi, hal ini saya sebutkan karena sudah melekatnya image negatif di dalam organisasi Pemuda Pancasila membuat masyarakat antipati.
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini perempuan sebagai sumber insani yang amat potensial bagi
pembangunan, menempati jumlah terbesar dalam masyarakat.1 Sumber ini tidak pernah habis
karena merupakan kekayaan nasional yang tidak ternilai harganya dan akan lebih berharga
lagi apabila dipersiapkan sebagai kader pembangunan.2
Melihat hasil sensus penduduk tahun 1990-2000, yang mencatat penduduk Indonesia
terdiri dari pria : 49,53 juta jiwa dan wanita : 51,47 juta jiwa, maka sudah selayaknya
ditinjau apakah kaum perempuan dibandingkan dengan kaum pria sudah berperan serta
sepenuhnya dalam pembangunan nasional, jumlah perempuan di Indonesia saat ini sebanyak
± 50, 3% dari seluruh jumlah penduduk Indonesia.
Perhatian yang ditujukan terhadap
masalah perempuan di dalam organisasi sosial kemasyarakatanpun masih sangat kecil,
menyertakan perempuan di dalam proses pembangunan yang nyata bukanlah hanya suatu
tindakan perikemanusiaan yang adil belaka, melainkan tindakan nyata didalam memasukkan
perempuan didalam proses pembangunan bangsa merupakan tindakan efisien. Bukankah
ikutnya perempuan di dalam pembangunan berarti pula memanfaatkan suatu sumber manusia
dengan potensi yang tinggi.
3
1
Perempuan = orang (manusia) yg mempunyai puki, dapat menstruasi, hamil, melahirkan anak, dan menyusui ; Wanita = perempuan dewasa: kaum - kaum putri (dewasa), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta : Bumi Aksara 1991, hal 1251 dan 1616.
2
Pudjwati Sajogyo, Peranan wanita dalam masyarakat desa, Jakarta: CV Rajawali, 1983, hal 42. Jumlah yang besar ini merupakan potensi
3
2
dari sumber daya manusia yang perlu didayagunakan di dalam pembangunan. Hal ini pun
didukung dengan adanya kesadaran internasional yang didukung dengan data-data sebagai
berikut : 4
a) Jumlah perempuan lebih banyak dari jumlah pria
b) 70% perempuan di dunia ini masih perlu diangkat dalam apa yang disebut
dengan arus utama pembangunan.
c) 50% dari tenaga kerja di dunia adalah perempuan
d) 66% jam kerja yang ada adalah jam kerja perempuan
e) Perempuan hanya memperoleh 10% pendapatan dunia
f) Perempuan hanya memiliki ± 1% dari world properties
Data tersebut membuktikan gambaran keadaan perempuan Indonesia bahwa betapa
usaha-usaha mengintregasikan potensi-potensi kaum perempuan dalam pembangunan
nasional kita ini, merupakan sesuatu yang bersifat mendesak. Dalam zaman pembangunan
yang multidimensional ini, maka disamping tugas pokoknya sebagai pembina kesejahteraan
keluarga pada umumnya dan pembina generasi muda pada khususnya, maka dari kaum
perempuan dituntut pula partisipasinya dalam kehidupan kemasyarakatan yang berguna bagi
tercapainya tujuan pembangunan.
4
3
Kemajuan yang dicapai oleh perempuan Indonesia dimulai dari Kongres Wanita I
sampai saat ini grafiknya terus menanjak. Kenaikan ini bukan berarti sudah memenuhi
keinginan kaum perempuan seluruhnya, karena masih banyak kedudukan dan hal-hal
perempuan yang masih harus diperjuangkan lagi, sehingga benar-benar dapat tercipta hak
yang sama sebagaimana yang tercantum dalam UUD 1945.
UUD 1945 pun telah menjamin adanya kesamaan kedudukan, kesamaan hak dan
kewajiban setiap warga negara. Dengan rumusan–rumusan konstitusional itulah maka kaum
perempuan Indonesia telah dibekali dengan kekuatan yang dapat menempatkan dirinnya
sebagai salah satu unsur perjuangan bangsa Indonesia yang sama kemampuan dan haknya
dengan kaum pria dan yang kemampuan dan kewajibannya tidak terbatas pada lingkup
keluarganya.
Peranan (role) ialah tingkah laku yang diwujudkan sesuai dengan hak-hak dan
kewajiban-kewajiban suatu kedudukan tertentu.5
1. Perempuan sebagai istri pendamping suami
Pada umumnya peranan perempuan dapat
dibagi berdasarkan Panca Dharma Wanita sebagai berikut :
2. Perempuan sebagai ibu rumah tangga dalam keluarga
3. Perempuan sebagai pekerja sosial dan penambah pendapatan keluarga
4. Perempuan sebagai ibu pendidik anak-anaknya
5. Perempuan sebagai warga negara dan anggota masyarakat
5
4
Perempuan sebagai warga negara dan anggota masyarakat yang bergerak dalam
kehidupan sosial-ekonomi dan politik, dimana Perempuan sebagai warga masyarakat harus
pula menunjukkan baktinya di tengah-tengah masyarakat atau dengan pengertian lain bahwa
wanita mempunyai kewajiban di luar rumahtangga yaitu di lingkungan masyarakat. Sebagai
warga masyarakat perempuan harus memperhatikan perkembangan ditengah-tengah
masyarakat itu sendiri, misalnya berpartisipasi bagi kemajuan masyarakat dan melibatkan
diri dalam kegiatan-kegiatan sosial atau organisasi.
Jika kita melihat sisi historis Kongres Perempuan Indonesia pertama diselenggarakan
pada tanggal 22 Desember 1928 yang diprakarsai oleh Ibu Soekanto (Wanita Oetomo), Nyi
Hajar Dewantoro (Wanita Taman Siswa), dan Nona Soejatin (Putri Indonesia). Ki Hajar
Dewantara menyambut peristiwa itu sebagai tonggak sejarah pergerakan perempuan
Indonesia dan mengakhiri sambutannya dengan tembang “witing kelopo” yang
melambangkan sebagai mahluk yang sanggup dan mampu mengatur masyarakat.6
Demikianlah sedikit ungkapan sejarah permulaan pergerakan perempuan Indonesia,
bahwa semenjak itulah kaum perempuan dengan kaum pria bahu membahu berjuang bersama
untuk kejayaan nusa dan bangsa, tidak pernah absen pada tahap perjuangan. Di era
Reformasi perempuan sudah terlibat di dalam pembangunan secara nyata, misalnya
keterlibatan perempuan di dalam Organisasi Kemasyarakatan, salah satunya ialah Organisasi
6
5
Kemasyarakatan (ORMAS) Pemuda Pancasila Sumatera Utara, adapun perjalanan panjang
Pemuda Pancasila dimulai semenjak era kemerdekaan Indonesia.
Pada mulanya Pada tanggal 28 Oktober 1962 Wanita Pancasila dilahirkan oleh IPKI
(Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia) bersamaan dengan Pemuda Pancasila untuk
mengimbangi GERWANI Komunis pada saat itu. Tahun 1973 setelah pemerintah Indonesia
mengeluarkan UU No.3 tentang pengurangan partai politik dari 10 partai menjadi 3 partai
yaitu PDI, P3, GOLKAR, kemudian IPKI (Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia)
memutuskan melakukan peleburan partai kedalam PDI. Sehingga pada tahun 1974 Pemuda
Pancasila menunjukkan reaksi keberatan terhadap kebijakan IPKI tersebut dan keluar dari
naungan IPKI dan menyatakan dirinya Independen, tidak lagi sebagai anak partai dari IPKI
tetapi telah berdiri sendiri. Ternyata hal ini membawa dampak yang kurang sehat dalam
tubuh Wanita Pancasila, mereka tidak menunjukkan reaksi pada kebijakan IPKI tersebut
tetapi mereka mulai mengalami penurunan, kegiatannya tidak pernah lagi kelihatan,
seolah-olah bagaikan wadah yang mati sampai pada tahun 1980.
Pada tahun 1980 Wanita Pancasila menyatukan diri dengan Pemuda Pancasila. Pada
tahun 1980 pada Mubes ke III Pemuda Pancasila di Cibubur, masalah perempuan Pancasila
dimasukkan ke dalam agenda pembahasan. Maka disepakati bahwa nama perempuan
Pancasila diganti menjadi Srikandi Pemuda Pancasila, dan pemantapan nama Srikandi
dilakukan di Jakarta tahun 1982. Pada tahun 1982 atas usulan rancangan rancangan yang
diajukan DPW Pemuda Pancasila Sumatera Utara dibawah pimpinan Amran YS, disepakati
6
Nama Srikandi sendiri tercetus oleh Dik Tandayu yang merupakan ketua bidang
Peranan Wanita Dewan Pimpinan Pusat Pemuda Pancasila, nama sosok perempuan Panglima
Perang yang merupakan sosok putri kedua Prabu Drupada, Raja Negara Pancala dengan
Permaisuri Dewi Gandawati, yang kemudian diperistri oleh Arjuna.7
Pada tahun 1989 melalui Musyawarah Wilayah Pemuda Pancasila Sumatera Utara
VIII dibentuklah bidang Peranan Wanita. Maka kehidupan berorganisasi Srikandi Pemuda
Pancasila menjadi berkembang secara struktural karena dimasukkannya ke dalam susunan
kepengurusan di Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Sumatera Utara bidang Peranan Wanita
dan menjadikan Srikandi Pemuda Pancasila ini lebih berkembang secara kuantitatif dan
kualitasnya. Tahun 1990 DPW Pemuda Pancasila Sumatera Utara membentuk BKS (Badan
Kordinasi Srikandi) Pemuda Pancasila Sumatera Utara dengan SK
NO.OO3/KPTS-PP/SU/I/1990, dengan ketuanya langsung dipegang oleh Wakil Ketua Bidang Peranan
Wanita. Tahun 1994 MPP Pemuda Pancasila di Cisarua Bogor memutuskan BKS Pemuda
Pancasila masuk sebagai satu lembaga di AD/ART dan tahun 1996 saat Mubes VI di Jakarta Srikandi merupakan
perempuan cantik, anggun, luwes, sayang keluarga, punya kekuasaan tapi dibalik
kehebatannya dia mampu menjaga harkat dan martabatnya sebagai seorang perempuan dan
berjuang untuk negaranya. Dari nama inilah diharapkan perempuan Pemuda Pancasila
menjadi mitra sejajar pria bukan dibawah pria. Maka pembinaan peranan wanita sebagai
mitra sejajar pria ditujukan untuk meningkatkan peran aktif dalam pembangunan serta
kemampuan wanita lebih ditingkatkan dalam penguasaan ilmu dan teknologi, termasuk pula
proses pengambilan keputusan dan mampu menghadapi perubahan baik didalam masyarakat
maupun keluarga.
7
7
BKS Pemuda Pancasila menjadi Lembaga Srikandi Pemuda Pancasila dan masuk kedalam
AD/ART.
Salah satu lembaga yang ada di dalam Pemuda Pancasila adalah BKS atau Badan
Koordinasi Srikandi yang dibentuk pada tahun 1990 di Sumatera Utara yang pada Mubes ke
VI resmi menjadi Lembaga Srikandi dan dimasukkan ke dalam AD/ ART dan langsung
dipimpin oleh Ketua Bidang Peranan Wanita di Dewan Pimpinan Wilayah Pemuda Pancasila
Sumatera Utara. Peranan Srikandi ini adalah merekrut kader dari kalangan wanita, sebab
banyak organisasi yang tidak tahu bahwa Pemuda Pancasila ada wanitanya. Barangkali
karena nama Pemuda didepan Pancasila sehingga identik dengan jenis kelamin laki-laki,
maka masyarakat menganggap pemuda Pancasila organisasinya laki- laki. Tapi setelah
dikenalkannya nama Srikandi ternyata banyak wanita yang suka dan masuk menjadi anggota
organisasi Pemuda Pancasila.
Memang jumlah anggota Srikandi Pemuda Pancasila Sumut belum didata secara
pasti, tetapi sebenarnya jumlah anggota Srikandi tidak kalah jauh dari jumlah anggota
pemudanya, padahal organisasi Pemuda Pancasila sudah mengakar di tingkat basis, yakni
ranting- ranting tetapi amat disayangkan jumlah Srikandi yang besar tidak dioptimalkan
perannya. Srikandi memang sering kecewa karena tidak diperhatikan, banyak program kerja
yang ingin dilaksanakan oleh Srikandi tetapi karena birokrasi membuat program kerja tidak
jalan. Peranan wanita seolah nama baru di dalam di Pemuda Pancasila yang menjalankan
program sendiri dan sementara Srikandi juga melaksanakan program sendiri, semestinya
8 1.2 Rumusan Masalah
Dalam pertumbuhan dan perkembangan peranan perempuan Indonesia di dalam
organisasi masyarakat telah mengalami berbagai peristiwa sejarah. Peristiwa-peristiwa
sejarah tersebut sangat banyak dan tidak semua bisa di tulis dan di teliti satu persatu.
Melihat begitu banyaknya peristiwa sejarah yang ada di dalam perjuangan peranan
perempuan-perempuan Indonesia, khususnya perempuan di dalam organisasi Pemuda
Pancasila maka pokok permasalahan yang akan dibahas oleh penulis adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana latar belakang lahirnya SRIKANDI PP SUMUT?
2. Bagaimana perkembangan dan dinamika SRIKANDI di dalam organisasi Pemuda
Pancasila SUMUT ?
3. Apa peranan SRIKANDI di dalam organisasi kemasyarakatan Pemuda Pancasila
SUMUT?
1.3Tujuan dan Manfaat.
Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penelitian mengenai perempuan di dalam
Ormas Srikandi PP Sumut :
1. Menjelaskan latar belakang lahirnya SRIKANDI PP SUMUT
2. Menjelaskan bagaimana perkembangan dan dinamika SRIKANDI PP SUMUT
3. Menjelaskan peranan SRIKANDI di dalam organisasi Pemuda Pancasila
Manfaat yang ingin dicapai oleh penulis dalam penelitian mengenai perempuan di
9
1. Memberi informasi bagi peneliti dan pembaca serta tentang Srikandi Pemuda
Pancasila di Sumatera Utara
2. Pembaca mengetaui peranan Srikandi Pemuda Pancasila di Sumatera Utara
3. Memperkaya inventarisasi pergerakan perempuan, serta membantu pemerintah dalam
mendokumentasikan Srikandi Pemuda Pancasila.
1.4. Tinjauan Pustaka
Ada beberapa buku yang digunakan sebagai tinjauan pustaka untuk mendekatkan
konsep-konsep teori yang diajukan dalam penelitian ini dan diharapkan mampu mendekatkan
dengan pokok permasalahan yang ada.
Adapun salah satu buku yang digunakan adalah “ Swadaya Politik Masyarakat “ oleh
Arbi Sanit tahun 1998 dimana buku ini membahas tentang organisasi didalam
kemasyarakatan dimana organisasi masyarakat merupakan unit sosial yang sengaja dibentuk
atau didirikan kembali dengan penuh pertimbangan dalam rangka mencapai tujuan-tujuan
tertentu.
Buku kedua yang digunakan penulis sebagai acuan penulisan proposal ini yaitu
“Partisipasi Wanita dalam Pembangunan” oleh Ny. L Sutanto tahun 1977, dimana buku ini membahas tentang persamaan hak dan kewajiban antara pria dan wanita, dan tidak ada
satupun yang mencerminkan diskriminasi terhadap kaum wanita. Dengan rumusan–rumusan
konstitusional itulah maka kaum wanita Indonesia telah dibekali dengan kekuatan yang dapat
menempatkan dirinya sebagai salah satu unsur perjuangan bangsa Indonesia yang sama
kemampuan dan haknya dengan kaum pria dan yang kemampuan dan kewajibannya tidak
terbatas pada lingkup keluarganya juga di dalam lingkungan masyarakat termasuk didalam
10
Buku ketiga yang digunakan adalah “Perkembangan Sosial Politik Organisasi
Pemuda Pancasila Sumatera Utara” oleh Nina Karina tahun 2009. Dalam penulisan ini mengungkapkan peranan organisasi Pemuda Pancasila yang secara langsung dapat
menyentuh masyarakat Sumatera Utara melalui program-program yang sudah direncanakan,
termasuk juga peranan Srikandi sebagai salah satu elemen di dalam tubuh Pemuda Pancasila,
baik dalam menggalang pemuda untuk berpartisipasi dalam pembangunan maupun dalam
bentuk kegiatan yang dapat memperlancar roda pembangunan di Sumatera Utara.
Buku keempat yang digunakan adalah “ Kedudukan Wanita Indonesia dalam
Hukum dan Masyarakat” oleh Nani Soewondo tahun 1997. Dalam buku ini dituliskan berbicara tentang wanita tak terlepas dari konsep emansipasi, karena justru hal inilah yang
menjadi tema sentral perdebatan panjang selama ini. Penindasan kaum wanita dianggap
mengingkari nilai-nilai hakiki pemberian ilahi dan merupakan penyelewengan terhadap
martabat wanita sendiri. Karena itu kemudian muncullah gerakan-gerakan emansipasi yang
memeratakan persamaan hak antara pria dan wanita.
Buku kelima yang digunakan adalah “Buku Saku Anggota Pemuda Pancasila” oleh
Sekretariat Jenderal Pimpinan Pusat Pemuda Pancasila. Dalam buku ini dituliskan tentang
visi misi dari organisasi Pemuda Pancasila itu sendiri, program, struktur organisasi,
anggaran-anggaran, keputusan musyawarah besar dan esensi dari Pemuda Pancasila tersebut.
1.5 Metode Penelitian.
Kemajuan ilmu pengetahuan dalam berbagai bidang, sangat berpengaruh terhadap ilmu
11
atau memiliki berbagai dimensi. Analisis terhadap suatu unsur dan faktor penyebab yang
melatar-belakangi gejala sejarah, oleh karena itu penggarapan sejarah harus menggunakan
metodologi dan teori serta konsep-konsep dari ilmu-ilmu lain seperti ilmu Sosiologi,
Antropologi dan lain-lain. Metodologi adalah ilmu yang membahas mengenai cara-cara yang
di gunakan untuk mengumpulkan data dan menjelaskan segala suatu peristiwa sejarah
dengan bantuan seperangkat konsep dan teori.
Metode penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam menyusun tulisan, dilakukan
melalui tahapan-tahapan penulisan yang disesuaikan dengan syarat-syarat dalam penulisan
sejarah. Secara kronologis penulis menempuh langkah-langkah penulisan berikut :
Langkah Pertama yaitu Heuristik.
Yaitu proses pemilihan objek dan pengumpulan informasi atau sumber yang berkaitan
dengan tulisan yang sedang dikaji. Untuk mengumpulkan sumber-sumber atau data mengenai
peralihan sistem Peranan Perempuan dalam Organisasi Kemasyarakatan (ORMAS) Penulis
melakukan dua metode. Metode yang pertama dilakukan melalui metode penelitian
kepustakaan (library research). Penulis mengumpulkan sumber yang berupa buku-buku yang
relevan, majalah, artikel –artikel, skripsi dan karya tulis yang pernah ditulis sebelumnya
berkaitan dengan judul yang dikaji dari Perpustakaan Universitas Sumatera Utara.
Beberapa buku yang digunakan penulis untuk penulisan skripsi ini adalah buku-buku
dari perpustakaan Universitas Sumatera Utara dan dokumen, arsip dan poto-poto didapat dari
Srikandi Pemuda Pancasila Sumatera Utara. Field research (penelitian lapangan) yaitu
12
wawancara. Penulis melakukan wawancara dengan berbagai pihak, seperti wawancara
dengan Ketua Srikandi Pemuda Pancasila Sumatera Utara, Srikandi-Srikandi Pemuda
Pancasila, beberapa anggota Pemuda Pancasila dan masyarakat sekitar.
Langkah kedua Kritik Intern dan Ekstern
Proses ini merupakan proses kedua sesudah pengumpulan data. Kritik intern yaitu
melihat dan menyelidiki isi dari sumber-sumber sejarah dalam hal ini buku-buku dan
dokumen yang berkaitan yang dikumpulkan. Dalam proses menulis, penulis meneliti apakah
pernyataan yang dibuat merupakan fakta historis. Kritik Intern meliputi isi dan bahasa.
Selanjutnya, akan dilakukan kritik ekstern yang menyelidiki keadaan luar dari
sumber-sumber penulisan yang meliputi penelitian terhadap otentik tidaknya tulisan untuk
mengetahui keaslian atau palsukah sumber tersebut, juga bentuk kertas dan usia dari sumber
yang bersangkutan.
Langkah ketiga Interpretasi
Yaitu hasil pengamatan dan menganalisa sumber- sumber itu suatu dengan
berpedoman pada fenomena yang telah di selidiki. Dalam tahapan ini data yang diperoleh
dianalisis sehingga melahirkan suatu analisis yang baru yang sifatnya lebih objektif dan
ilmiah dari objek yang diteliti. Objek kajian yang cukup jauh ke belakang serta minimnya
data dan fakta yang ada membuat interpretasi menjadi sangat vital dan dibutuhkan
keakuratan serta analisis yang tajam agar mendapat fakta sejarah yang objektif. Dalam
13
permasalahannya, penulis berbicara tentang sistem dan struktur serta perubahan yang terjadi
di dalam pandangan terhadap peranan perempuan.
Langkah keempatHistoriografi
Proses ini adalah tahapan terakhir dalam langkah- langkah penulisan sejarah dimana
melakukan pemaparan atas hasil sintesa dengan merangkum semuanya menjadi sebuah
tulisan ilmiah. Dimana dibuat penyusunan kesaksian yang dapat dipercaya tersebut menjadi
satu kisah atau kajian yang menarik dan selalu berusaha memperhatikan aspek
kronologisnya. Metode yang dipakai dalam penulisan ini adalah deskriptif analitis yaitu
dengan menganalisis setiap data dan fakta yang ada untuk mendapatkan penulisan sejarah
14 BAB II
PEMUDA PANCASILA DARI ORGANISASI KEMASYARAKATAN PEMUDA MENJADI ORGANISASI KEMASYARAKATAN
2.1Organisasi Pemuda Pancasila sebagai Organisasi Kemasyarakatan Pemuda (OKP)
Organisasi Kemasyarakatan Pemuda yaitu lembaga kepemudaan yang tumbuh dan eksis
dalam masyarakat, dimana umur dari anggota-anggotanya dibatasi sampai dengan umur 35
tahun.Didalam penjelasan atas Peraturan Pemerintah Indonesia Nomor 18 thun 1986 tentang
Pelaksanaan Undang-Undang no 8 tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan bahwa
untuk melaksanakan Undang-Undang nomor 8 tahun 1985 tentang Organisasi
Kemasyarakatan agar dapat berlaku secara berdaya guna dan berhasil ditengah-tengah
masyarakat sehingga perlu ditetapkan peraturan pemerintah.8
Setelah keluarnya Undang-Undang nomor 8 tahun 1985 tentang keormasan, maka
dalam undang-undang itu diatur, bahwa organisasi kemasyarakatan bersifat independen.
Pada masa Orde Baru partai politik pada waktu itu hanya tiga, yaitu PPP, GOLKAR, dan
PDI. Sebagai wadah penyaluran aspirasi politik bagi setiap orang, kelompok, lembaga atau
8
15
komponen masyarakat lainnya, maka organisasi Pemuda Pancasila mempercayakan
Golongan Karya sebagai tempat aspirasinya politiknya. Tetapi pada Mubeslub tahun 1999 di
cipayung Jawa Barat aspirasi politiknya itu dicabut dan organisasi Pemuda Pancasila
menjadi independent sampai sekarang.
Membicarakan struktur organisasi Pemuda Pancasila secara garis besar tidak jauh
berbeda dengan organisasi kemasyarakatan pemuda lainnya, karena sama-sama
membicarakan tentang suatu kerangka hubungan yang berstruktur yang didalamnya terdapat
wewenang dan tanggung jawab serta pembagian kerja untuk menjalankan fungsinya
masing-masing. Pada saat Pemuda Pancasila masih berbasis Organisasi Kemasyarakatan
Pemuda(OKP) dipakai istilah “Dewan” untuk susunan kepengurusannya dan semenjak
menjadi Organisasi Kemasyarakatan (ORMAS) berubah menjadi “Majelis”. Pada tahun 1996
bulan Desember diadakanlah Musyawarah Wilayah ke-XI Dewan Pimpinan Wilayah
Pemuda Pancasila Sumatera Utara yang mengeluarkan beberapa pokok pikiran antara lain:
1. Dewan Pimpinan Wilayah Pemuda Pancasila hasil musyawarah Pemuda Pancasila
Sumatera Utara dalam mengemban misi dan visi dalam pembangunan nasional akan
sangat tergantung pada kualitas kepemimpinan yang berperan pada segenap jenjang
struktur organisasi.
2. Pemuda Pancasila sebagai salah satu organisasi terdepan dalam penumpasan komunis
beserta dengan antek-anteknya senantiasa tetap waspada terhadap bahaya laten
komunis yang sewaktu-waktu dapat muncul menjadi gerakan nyata dalam
16
3. Menguatkan arus globalisasi sebagai akibat dari perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi khususnya transportasi dan komunikasi menghadapkan bangsa Indonesia
khususnya masyarakat Sumatera Utara kepada pemikiran-pemikiran yang dibingkai
oleh faham liberalis yang semakin dominan dalam pergaulan antar bangsa.
4. Pembangunan ekonomi yang dilaksanakan diakui telah memperlihatkan hasil dimana
penghasilan perkapita bangsa Indonesia semakin meningkat, akan tetapi disisi lain
masalah pemerataan pendapatan dan ketimpangan pembangunan masih tetap
merupakan isu sentral yang harus mendapatkan penyelesaian.
5. Pemuda Pancasila tetap memiliki komitmen yang tinggi dan mendukung upaya
pemerintah dalam penanganan kemiskinan melalui Inpres Desa Tertinggal (IDT),
Gerakan Marsipature Huta Na Be (MHB) yang sudah memperlihatkan hasil.
6. Bangsa Indonesia khususnya yang berdiam di Sumatera Utara merupakan bangsa dan
masyarakat yang majemuk, oleh karena itu Pemuda Pancasila menyusulkan agar
dibentuk dan diterapkan peraturan perundang-undangan untuk kemajemukan ini agar
tidak berpotensi menimbulkan disintegrasi bangsa.
7. Keberhasilan pembangunan politik ditandai oleh berfungsinya mekanisme politik,
dimana salah satu diantaranya adalah pemilihan umum yang akan dilaksanakan pada
tanggal 29 Mei 1997.
8. Pemuda Pancasila Sumatera Utara tetap mendukung sepenuhnya kesinambungan
perjuangan Orde Baru dan pelaksanaan dwi fungsi ABRI, mendukung sepenuhnya
kebijakan pemerintah untuk menciptakan aparatur yang bersih dan berwibawa serta
17
9. Pemuda Pancasila mengusulkan kepada pemerintah menindak dengan tegas dan tanpa
pandang bulu para penjual serta pemakai minuman keras, pil ectasy, pil koplo, ganja
dll yang dapat merusak fisik dan psikis bangsa Indonesia.
10.Pemuda Pancasila menyatakan siap mendukung sepenuhnya upaya pemerintah dan
aparat kepolisian dalam menindak pelaku serta penyelenggara segala bentuk
kejahatan yang akhir-akhir ini semakin berkembang di wilayah Sumatera Utara.
Adapun struktur organisasi Pemuda Pancasila sewaktu menjadi Organisasi
Kemasyarakatan Pemuda secara keseluruhan adalah sebagai berikut :9
1. Ketua Dewan Penasehat
a. Dewan Penasehat :
2. Anggota-anggota.
b. Dewan Pembina :
1. Ketua Dewan Pembina
2. Anggota-anggota
c. Presidium
1. Ketua Presidium
2. Wakil Ketua
3. Anggota-anggota
9Ibid.,
18 d. Badan Pelaksana Harian :
1. Seorang Ketua
2. Wakil-wakil ketua
3. Sekretaris
4. Wakil-wakil Sekretaris
5. Bendahara
6. Wakil-wakil Bendahara
7. Biro-biro
e. Lembaga-lembaga
f. Koperasi
g. Yayasan.
Susunan Kepengurusan Dewan Pimpinan Pusat, Dewan Pimpinan Wilayah, Dewan
Pimpinan Cabang, Pimpinan Ranting dan pimpinan Anak Ranting semuanya terdapat
didalam AD dan ART (Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga). Adapun struktur
organisasinya secara keseluruhan adalah sebagai berikut :
1. Dewan Penasehat ( ada di DPP, DPW dan DPC)
2. Dewan Pembina (ada di DPP, DPW, DPC)
3. Presidium (di DPP dan DPW)
19
Didalam organisasi Pemuda Pancasila pembagian kerjanya disebut dengan Departemen
pada Majelis Pimpinan Pusat, di Majelis Pimpinan Wilayah dibentuk Biro, di Majelis
Pimpinan Cabang dibentuk bagian dan pada Pimpinan anak Cabang dibentuk seksi, maka
biro yang ada di Majelis Pimpinan Wilayah Pemuda Pancasila Sumatera Utara berada pada
Badan Pelaksana Harian yang bertugas untuk mengkoordinir setiap kegiatan organisasi
Pemuda Pancasila ditingkat Propinsi Sumatera Utara. Dalam organisasi Pemuda Pancasila
Sumatera Utara ada tujuh biro :
1. Biro Organisasi, Pendidikan dan pengembangan Anggota
2. Biro Cendikiawan dan Penelitian
3. Biro Seni Budaya dan Olahraga
4. Biro kewiraswastaan dan Pengembangan Usaha
5. Biro Hukum dan hubungan Lembaga Negara
6. Biro pengembangan Sumber Daya Manusia dan Lingkungan Hidup
7. Biro Peranan Wanita
Dalam menghadapi tantangan-tantangan dalam menjalankan program kerja Organisasi
Pemuda Pancasila Sumatera Utara perlu untuk melakukan langkah-langkah terobosan dalam
memperkuat keadaannya di tengah-tengah masyarakat dan diantara OKP-OKP lainnya.
Adapun langkah-langkah yang dapat dicapai melalui pendataan kembali seluruh anggota
Pemuda Pancasila dari pengurus wilayah sampai anak ranting, kemudian pelaksanann
kaderisasi. Kemudian dilakukan pembentukan lembaga-lembaga pada organisasi Pemuda
20
(BKS), Lembaga Penyuluhan dan Pembelaan Hukum (LPPH), dan Komando Inti (KOTI
MAHATIDANA).
Adapun pembentukan lembaga-lembaga ini dilakukan dalam rangka merubah citra
Pemuda Pancasila yang dipandang negatif dengan melakukan pengkaderan dari kalangan
terpelajar seperti SAPMA dan LPPH diharapkan bahwa pengembangan sumber daya
manusia yang lebih berkualitas. Jadi tuntutan akan kualitas sumber daya manusia guna
mengantisipasi pengelolaan organisasi, kaderisasi akan turut mempengaruhi kualitas orientasi
dari OKP itu sendiri dalam menjawab persoalan bangsa, masyarakat dan masa depan.
Konkritnya setiap anggota Pemuda Pancasila Sumatera Utara termasuk pengurusnya harus
mengaktualisasikan potensi dirinya sebagai kader organisasi sehingga akan mampu
mengakumulasikan diri dalam merespon serta menjawab permasalahan.
Selain itu tantangan kedepan juga menyangkut bagaimana kemandirian Pemuda
Pancasila Sumatera Utara. Salah satu faktor penting bagi sebuah organisasi yaitu masalah
kemandirian. Karena kemandirian akan memperkuat Pemuda Pancasila Sumatera Utara bisa
bertahan dari ujian kultural, maupun dari gesekan-gesekan berbagai kepentingan baik, antara
OKP serta kekuatan sospol lainnya di Sumatera Utara haruslah dapat terjalin dengan
harmonis saling bahu membahu, berat sama dipikul dan ringan sama dijinjing saling
menghormati perbedaan antara sesame organisasi kepemudaan.
2.3 Pemuda Pancasila sebagai Organisasi Kemasyarakatan (ORMAS) 2001 sampai sekarang
Derasnya arus reformasi yang mengkehendaki perubahan disegala aspek kehidupan
21
reformasinyapun melanda organisasi kepemudaan seperti Pemuda Pancasila yang dilahirkan
tanggal 28 Oktober 1959 secara historis politis tidak bisa dilepaskan dari misi perjuangannya
sebagai “Benteng Pancasila”. Sejarah perjalanan Pemuda Pancasila membuatnya tidak
pernah ragu sedikitpun dalam mempertahankan Pancasila. Sebagai salah satu organisasi
kepemudaan yang menyandang nama Pancasila membuat setiap gerakannya selalu diikuti
oleh masyarakat luas. Anehnya masyarakat atau kelompok-kelompok masyarakat selalu saja
mengidentikkan Pemuda Pancasila dengan berbagai cap negatif atau stigma sehingga
terkadang menimbulkan nada-nada sumbang bahkan tidak jarang mendatangkan antipasti.
Derasnya tuntutan perubahan dan pembaharuan yang sedang terjadi akibat reformasi
yang mempunyai implikasi kepada wajah dunia kepemudaan termasuk Pemuda Pancasila.
Maka pada tanggal 28-30 April tahun 1999 diadakanlah Musyawarah Luar Biasa untuk
menjawab semua tuntutan-tuntutan itu. Tuntutan yang pertama adalah perlunya revaluasi,
reposisi, dan reaktualisasi peran dan fungsi Pemuda Pancasila sebagai Organisasi
Kepemudaan (OKP) menjadi Organisasi sosial Kemasyarakatan (ORMAS) yang diharapkan
akan teridentifikasi tantangan dan peluang yang harus dihadapi dimasa mendatang. Kedua
adalah tuntutan reformasi adalah peninjauan ulang hal-hal yang selama ini dianggap telah
usang tidak up to date lagi dan segera diganti dengan hal-hal baru yang sesuai dengan iklim
reformasi.10
Untuk menghadapi tantangan bangsa di masa depan Organisasi Pemuda Pancasila
harus mampu mengantisipasinya secara cepat, karena demokratisasi partisipasi bisa
berkembang dalam dua kemungkinan. Pertama, demokrasi dengan partisipasi masyarakat
10Ibid
22
luas yang menggunakan kelompok sebagai mekanisme operasinya. Kedua, demokrasi yang
melibatkan masyarakat secara langsung dalam proses politik. Dalam keadaan ini Pemuda
Pancasila dapat memainkan peranan diantara dua faktor tersebut. Artinya Pemuda Pancasila
bisa dikatakan satu-satunya Ormas Pemuda yang mampu menunjukkan kemandiriannya.
Kemandirian dalam program akan menjadi sarana untuk negoisasi politik. Dengan demikian
peran dan fungsi yang dilakukan Pemuda Pancasila sebagai penyambung aspirasi masyarakat
dalam hal ini pemuda dari tingakat bawah ke elite yang memerintah. Inilah asset yang harus
dimanfaatkan Pemuda Pancasila. Dengan itu berupaya meningkatkan kualitas dirinya dengan
berbagai persiapan penataan sumber daya manusia yang sejalan dengan dinamika dan
tuntutan jaman.
Musyawarah Luar Biasa Pemuda Pancasila di Cipayung Bogor pada tahun 1999 telah
telah mencanangkan bahwa Pemuda Pancasila menjadi Organisasi Sosial Kemasyarakatan
sehingga tidak lagi menjadi Organisasi Kemasyarakatan Pemuda(OKP), te1tapi wacana ini
tidak mendapat respon dari para peserta, sebab dianggap kalau tidak lagi menjadi OKP
Organisasi Pemuda Pancasila tidak lagi besar dan tidak mempunyai kegiatan lagi, sehingga
serupa dengan OKP-OKP lainnya.
Pada tanggal 28-30 Oktober 2001 di Caringin Bogor diselenggarakan suatu momentum
yang meneguhkan itikad dan eksistensi Pemuda pancasila sebagai kader bangsa yang tidak
membeda-bedakan suku, agama ras dan golongan, terbuka tetapi berbeda dilintas politik.
Mubes ke VII 2001 juga merupakan langkah besar Pemuda Pancasila melaksanakan
reorientasinya pada dua aspek yaitu: Pertama, orientasi kemasyarakatan, yang memposisikan
23
pemerintahan sekaligus membina kesadaran dan kecerdasan masyarakat. Kedua, orientasi
kepemudaan telah meluas pada berbagai bidang kehidupan seperti petani, nelayan, pekerja,
wanita, pengusaha, mahasiswa, pelajar, sarjana dan lain-lain.
Pada Mubes VII target program umum yang merupakan aspek kualitas atau program
diklasifikasikan berdasarkan ruang lingkup internal dan eksternal. Pada ruang lingkup
internal yaitu meningkatkan sumber daya manusia (SDM), kedua yaitu mengemban kualitas
peran sektoral organisasi meliputi pendayagunaan lembaga dan badan. Dalam lingkup
eksternal ialah meningkatkan kualitas partisipasi organisasi. Pada Mubes ke VII ini
organisasi Pemuda Pancasila telah mendeklarasikan sebagai organisasi yang tidak lagi
berorientasi kepemudaan (OKP) melainkan berorientasi kemasyarakatan (ormas). Dewan
Presidium dan Badan Pelaksana Harian ditiadakan juga penggunaan kata Dewan diganti
menjadi Majelis. Majelis melambangkan adanya akomodasi struktur secara lebih paripurna
dengan bobot dan ruang lingkup pergumulan organisasi yang telah meluas.
Mubes VII tahun 2001 telah mendeklarasikan Pemuda Pancasila sebagai organisasi
yang tidak lagi berorientasi kepemudaan melainkan berorientasi kemasyarakatan adapun
konsekuensinya ialah Ormas Pemuda Pancasila sudah harus menempatkan anggotanya bukan
saja sekedar objek tetapi juga subjek dari sutu pelaksanaan program. Disisi lain Pemuda
Pancasila juga harus menjadikan masyarakat umum sebagai aset program bukan anggotanya
saja baik potensi maupun kondisi masyarakat itu sendiri.11
Selepas pengembangan organisasi menjadi Ormas, dalam kurun waktu beberapa tahun
ini dirasakan masih banyak terdapat kendala untuk mensejajarkan Ormas Pemuda Pancasila
11 Makalah Rapat Kerja Wilayah Pemuda Pancasila Sumatera Utara
24
dengan Ormas lainnya yang tidak mengkhususkan diri bagi kelompok pemuda (seperti
Muhammadiyah, NU, Kosgoro, MKGR dan lain-lain). Pasalnya semangat untuk menjadi
pemuda Pancasila sebagi Ormas yang mengakar, mandiri, modern, memang membentuk
ketentuan dengan waktu yang cukup, mengingat selama 41 tahun sebelumnya Pemuda
Pancasila mengidentifikasikan diri sebagai wadah berkumpulnya Pemuda.
Adapun struktur organisasi Pemuda Pancasila setelah menjadi Organisasi
kemasyarakatan keseluruhan adalah sebagai berikut :12
a) 1 (satu) orang Ketua
Majelis Pimpinan Wilayah:
b) 2 (dua) orang wakil ketua
c) 9 (sembilan) orang ketua bidang
d) 1 (satu) orang sekretaris
e) 9 (Sembilan) orang sekretaris
f) 1 (satu) orang bendahara
g) 2 (dua) orang wakil bendahara
h) 4 (empat) orang anggota masing-masing bidang
i) Ex-Officio Lembaga/Badan
Bidang-bidang pada Majelis Pimpinan Wilayah Pemuda Pancasila (MPW) Sumatera
Utara terdiri dari :
a) Bidang Organisasi dan Keanggotaan
12
25
b) Bidang Ideologi dan Politik
c) Bidang Pertahanan dan Keamanan Nasional (Hankamnas)
d) Bidang Latihan Pengembangan dan Kaderisasi
e) Bidang Ekonomi
f) Bidang Agama, Sosial dan Budaya
g) Bidang Hukum dan HAM
h) Bidang Pengembangan Usaha
i) Bidang Alam dan Lingkungan Hidup
Majelis Pimpinan Wilayah Pemuda Pancasila Sumatera Utara hanya mempunyai 4
(empat) lembaga, padahal ada 8 (delapan) lembaga yang ada di pusat (DPP), karena
lembaga yang empat ini sudah dianggap mencakup segala kebutuhan organisasi Pemuda
Pancasila di Sumatera Utara adalah :
a. Komando inti Mahatidana (KOTI)
b. Satuan Siswa, Pelajar dan Mahasiswa Pemuda Pancasila (SAPMA)
c. Lembaga Penyuluhan dan Pembelaan Hukum (LPPH)
26 BAB III
LATAR BELAKANG BERDIRINYA SRIKANDI PP SUMUT
3.1 Pergerakan Wanita Indonesia
Srikandi merupakan salah satu bentuk nyata daripada pergerakan wanita Indonesia.
Pergerakan Wanita Indonesia pun sudah dimulai pada jaman Raden Ajeng Kartini. Dalam
hidupnya yang singkat, lahir pada 21 April 1879 dan meninggal pada 17 September 1904
oleh kaum wanita dianggap sebagai tonggak awal bagi gerakan feminis di Indonesia. Ia telah
menulis lusinan surat dan publikasinya, setelah ia meninggal, mengobarkan semangat di
antara kaum muda Indonesia dan juga menimbulkan simpati bagi timbulnya gerakan feminis
di Indonesia dan Negara-negara lain. Kehidupan Kartini yang sangat singkat tetapi dapat
merubah pandangan dunia terhadap kehidupan wanita Indonesia, dituliskan oleh sahabat
Kartini yang bernama Abendanon berdasarkan surat-surat yang dikirim oleh Kartini kepada
Mr.J.H Abendanon tulisan itu dikumpulkan sehingga menjadi sebuah buku yang berjudul
Door duis-ternis tot licht ( Habis Gelap Terbitlah Terang).13
Dengan jelas dikemukakannya dalam buku itu segala hal yang dianggap kurang
memuaskan dalam masyarakat Indonesia pada waktu itu dan yang harus diusahakan
13
27
perbaikannya. Soal-soal yang terpenting yang ditegaskan olehnya yaitu: kawin paksa,
(perempuan umumnya kawin dengan laki-laki yang belum dikenal, bahkan belum pernah
dilihat sebelumnya), poligami ( terutama diantara golongan bangsawan yang sudah menjadi
kebiasaan seorang laki-laki beristri lebih dari satu dan semua istri itu biasanya tinggal dalam
satu rumah).
Bagaimana akibat dari poligami sudah diketahui benar-benar oleh Kartini karena
ayahnya berpoligami dan ia pun kemudian kawin pula dengan seorang yang berpoligami
yaitu R.M.A.A Djojodhiningrat, bupati Rembang ).14
Buku ini mendapat sambutan yang baik sekali sehingga berkat uang penjualannya
dapat didirikan perhimpunan “Kartinifonds” di Den Haag, yang bermaksud mendirikan dan Pada masa itu, perceraian dengan
sewenang-wenang dilakukan pihak suami, dan kebiasaan juga bahwa gadis-gadis dipingit di
rumah dan baru boleh keluar setelah bersuami, berarti pula bahwa mereka kurang mendapat
kesempatan untuk belajar di sekolah .
Demikianlah yang terutama dikehendaki oleh Kartini yaitu : perbaikan kedudukan
wanita dalam perkawinan, suami dan pengajaran yang baik bagi orang Indonesia pada
umumnya, gadis-gadis pada khususnya supaya gadis-gadis itu dapat mencari penghidupan
sendiri dan nasibnya tidak semata mata tergantung dari perkawinan. Surat-surat yang ditulis
oleh Kartini kepada beberapa kenalan Belanda, kemudian dikumpulkan oleh Mr .J.H
Abendanon dan diterbitkan tahun 1911 sebagai buku yang disebut “Habis Gelap terbitlah
Terang”.
14
28
membantu sekolah anak perempuan. Pada akhir tahun 1913 didirikan sekolah Kartini yang
pertama di Semarang.
Hari lahir R.A Kartini yaitu tanggal 21 April kemudian diperingati setiap tahun ,
mula-mula hanya dalam sekolah Kartini, kemudian oleh perkumpulan wanita, hingga akhirnya
ditetapkan sebagai Hari Nasional sebagai Hari Kartini.
Salah satu pejuang perempuan setelah Kartini ialah Dewi Sartika, perempuan Sunda
yang lahir 1 Desember 1884 dan wafat 11 September 1947 dianggap sebagai salah satu
pelopor kemajuan perempuan.15 Ia juga bercita-cita seperti Kartini, tetapi tidak tinggal
berangan-angan saja, melainkan segera melaksanakannya dengan pengetahuan yang sudah
ada padanya. Dalam tahun 1904 didirikan sekolah gadis yang pertama-tama yang disebut
“Sekolah Isteri” yang kemudian diganti nama menjadi “Sekolah Keutamaan Isteri”. Tahun
1906 ia menikah dengan seorang guru bernama Raden Agah Suriawinata yang membantunya
dalam melaksanakan cita-citanya. Dalam tahun 1912 sudah ada 9 sekolah gadis didirikan di
berbagai kabupaten, yaitu 50% dari seluruh jumlah sekolah di Pasundan. Sampai waktu
meninggalnya, ketika mengungsi dari Bandung di zaman revolusi, Dewi Sartika tetap bekerja
dengan giat untuk kepentingan sekolah-sekolahnya.16
15
Cora Vreede-De Stuers, op. cit., hal. 32.
16
Nani Soewondo, op. cit., hal. 116-117.
Jauh sebelum gerakan feminis mengemuka dan terorganisir, Dewi Sartika telah
berbicara tentang ketidakadilan pembagian upah buruh antara lelaki dan perempuan dimana
perempuan dibayar lebih rendah daripada lelaki dalam pekerjaan yang sama beratnya mereka
29
Beberapa perempuan yang telah disebut sebagai pelopor pergerakan perempuan
sebenarnya hanya sebagian kecil dari pejuang perempuan lain yang tak pernah dikenal, tetapi
mereka telah berjuang untuk mewujudkan pendidikan modern. Lingkungan Aristokrat Jawa
yang mengekang dan menghalangi perempuan telah menghasilkan sesuatu yang
mengejutkan. Di daerah lain, seperti Minahasa, perempuan dapat menikmati kemerdekaan
dan kebudayaan Barat telah merasuk terlalu dalam ke sekolah-sekolah misionaris, sementara
para pelopor perempuan yang tidak terkungkung di Jawa, dimana kerja Dewi Sartika seperti
dijelaskan seorang guru Belanda sebagai suatu tindakan berani.
Sesudah tahun 1920 jumlah perkumpulan wanita bertambah banyak, begitu juga
didalam Partai Komunis Indonesia, Sarikat Islam, Muhammadiyah dan Sarekat Ambon,
mempunyai bagian khusus wanita, wanita sebagai pusat rumah-tangga dan pendidik anak
yang sangat penting artinya untuk menyebarkan cita-citanya yang khusus menarik kaum
wanita. Di samping itu terdapat pula perkumpulan wanita-wanita terpelajar, yang telah
mempunyai tujuan yang nyata antara lain “ Wanita Utomo”, “Wanita Muljo”, “Wanita
Katolik”, yang semuanya didirikan di Jogjakarta kira-kira tahun 1920, “ Putri Budi Sedjati “
di Surabaya dan sebagainya. Terdapat pula organisasi-organisasi disamping Pemuda
Indonesia , “Jong Islamieten Bond, “Jong Java-Meisheskring”, dan “Wanita Taman Siswa”.
Pada tanggal 22-25 Desember 1928 diadakan Kongres Perempuan Pertama di
Jogjakarta dihadiri oleh 30 perkumpulan wanita. Diantara pendorong-pendorongnya terdapat
30
Mulyo”, “Muhammadiyah bagian Wanita”, “ Serikat Islam bagian Wanita” dan dari kalangan
pemudi: “J.I.B bagian Wanita” dan “ J.J bagian Wanita” serta “ Wanita Taman Siswa”17
Dalam kongres inilah diambil keputusan: mendirikan gabungan
perkumpulan-perkumpulan wanita-wanita dengan nama Perikatan Perempuan Indonesia ( PPI ); tujuannya
memberi penerangan dan pemerataan kepada perkumpulan yang tergabung di dalam PPI
akan memberikan beasiswa untuk anak-anak perempuan yang pandai tapi tidak mampu,
mengadakan kursus tentang kesehatan, memberantas perkawinan anak-anak memajukan
kepandaian anak-anak perempuan. Hal inilah menjadi pelopor pergerakan perempuan
Indonesia mulai berdiri peranan wanita di setiap organisasi maupun masyarakat.
Begitu juga di dalam Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia yang pada saat itu
menaungi Wanita Pancasila dan Pemuda Pancasila. Pada tanggal 28 Oktober 1962 Wanita
Pancasila dilahirkan oleh IPKI (Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia) bersamaan
waktunya dengan Pemuda Pancasila. Tujuannya pada saat itu aalah untuk mengimbangi
kekuatan dari Gerakan Wanita Komunis (Gerwani) yang mengangkat eksistensi Pancasila
dan UUD 1945 serta Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pada masa itu Wanita Pancasila
belum terorganisir dengan baik. Wanit Pancasila pada masa itu belum mempunyai identitas
atribut dan tidak memiliki perencanaan-perencanaan. Kecuali gerakan itu dimobilisasi oleh
tingkat kesadaran cinta tanah air dan dilengkapi oleh kekuatan, keberanian serta militansi
yang tinggi. Wanita Pancasila kegiatannya hanya bersifat internal non formal yang mengarah
bentuk kekeluargaan. Kegiatan ini sampai kira-kira tahun 1980.
17
31
3.2 Berdirinya Pemuda Pancasila (PP) Sumatera Utara
Pada tanggal 28 Oktober 1959 lahirlah Organisasi Pemuda Pancasila yang didasari
situasi politik yang ada pada masa itu, karena Partai Komunis Indonesia bermaksud
merongrong keabsahan Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan keinginan merubah
ideologinya menjadi paham Komunis.18
Pada mulanya Pemuda Pancasila bernama Pemuda Patriotik yang merupakan onderbow
dari partai IPKI (Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia) yang orientasi perjuangannya
adalah mempertahankan keutuhan Negara kesatuan Republik Indonesia, dan berdasarkan
hasil kongres IPKI pada tahun 1959 di Lembang, Jawa Barat, nama Pemuda Patriotik diubah
menjadi Pemuda Pancasila. Pada bulan Mei 1961 beberapa pengurus IPKI dengan membawa Waktu itu ide untuk melahirkan dan membentuk
organisasi Pemuda Pancasila datang dari IPKI (Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia)
yang bersama-sama ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia) khususnya Angkatan
Darat untuk membentuk sebuah organisasi yang didalamnya berkumpul pemuda-pemuda
yang dapat mengamankan Negara Kesatuan Republik Indonesia serta untuk pengamanan
Dekrit Presiden 5 Juli 1959. IPKI sendiri dibentuk oleh petinggi-petinggi TNI dengan dasar
pemikiran untuk mempertahankan Bangsa dan Negara dari faham komunis. Dan tetap
melindungi serta setia kepada Pancasila dan UUD 45 dan menjaganya dari rongrongan PKI
yang ingin menukar ideologinya dengan kepunyaan mereka.
18
32
nama Pemuda Pancasila berdelegasi dan menghadap Ketua Umum DPD IPKI Ny. Ratu
Aminah Hidayat yang kemudian melantik Pemuda Pancasila sebagai organisasi pemuda yang
bernaung dbawah panji- panji IPKI. Adapun fungsionaris pertama pertama adalah S. Gonie,
Andi Parereng, Taufik, Yoenus Majid dan Albert Sondakh.
Di Sumatera Utara Pemuda Pancasila lahir pada tahun 1960 atas prakarsa dari ketua
partai IPKI Sumatera Utara pada masa itu Kerani Bukit. Pada tahun 1960-an, kota Medan
sebagai ibukota provinsi Sumatera Utara terkenal sebagai kota ‘ preman “ 19
19
Preman= pre·man /préman/ n cak sebutan kpd orang jahat (penodong, perampok, pemeras, dsb): --Medan sangat terkenal. Kamus Besar Bahasa Indonesia, op.cit., hal 1935.
serta khas
dengan pameo “ ini Medan Bung! “, sikap toleransi pemudanya cukup tinggi serta dikenal
sebagai pemberani, keras, tetapi sportif. Di perantauan banyak pemuda asal Medan yang
mendapat peran di bidang keamanan dan hal esensial adalah belum pernah memasuki
organisasi yang ada.
Faktor-faktor inilah yang membuat Kerani Bukit mengambil kesimpulan bahwa
Pemuda sebagai asset potensial untuk menggalang massa melalui organisasi Pemuda
Pancasila. Kerani Bukit sendiri sangat antisipasi terhadap PKI dan segala manifestasinya.
Dalam pertemuan dialog pertama sekitar awal tahun 1960-an dengan pemuda asal
Medan Kerani Bukit mengatakan bahwa keselamatan bangsa dan Negara terancam oleh PKI,
oleh sebab itu ia meminta kepada pemuda-pemudi Medan untuk membela serta
mempertahankan Negara dari rongrongan PKI. Para pemuda diminta untuk memasuki
33
Pada bulan Agustus 1961 di gedung Selecta jalan Listrik dengan disaksikan serta
direstui oleh H.A. Aziz yang mewakili Gubernur Sumatera Utara, Kerani Bukit yang
bertindak sebagai ketua IPKI Sumatera Utara melantik serta meresmikan berdirinya
organisasi Pemuda Pancasila Kota Medan. Jumlah personil perdananya adalah sekitar 40
orang dan sebagai ketua diangkatlah M. Y Effendi sebagai ketua dengan tugas pokok
menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, menjadi pengawal serta pengaman
Pancasila dan UUD 1945.20
Demikianlah masa-masa awal pembentukan Pemuda Pancasila, dimana sistem
organisasinya masih belum terarah dan belumlah sebaik sekarang, masih hanya mengarah
kepada pembentukan dan perbaikan-perbaikan. Tentang hubungan organisator atau hierarki
antara Pemuda Pancasiila di tempat yang satu dengan di tempat yang lain tidak begitu jelas. Susunan Pimpinan Wilayah Pemuda Pancasila Sumatera Utara
untuk pertama kalinya adalah :
Ketua Umum : M. Y Effendi Nasution
Ketua : Daniel Simamora
Ketua : Barik
Sekretaris Umum : Jansen Hasibuan
Sekretaris : Rosiman
Bendahara : Klengki A
20
34
Hubungan antara mereka hanya karena sama-sama berinduk kepada organisasi IPKI dan
menentang Pemuda Rakyat. Kegiatan nyata yang dikelola berdasarkan Pemuda Pancasila
boleh dikatakan tidak ada. Kalaupun ada kegiatannya dikelola oleh IPKI. Hal ini
dilatarbelakangi oleh belum jelasnya garis koordinasi antara organisasi-organisasi Pemuda
Pancasila yang ada, dan belum adanya konsolidasi organisasi oleh IPKI sebagai induk
organisasi terhadap kepengurusan Pemuda Pancasila
Seiring Perjalanan organisasi Pemuda Pancasila yang sudah hampir setengah abad ini
ternyata banyak mengalami perkembangannya yang jelas, lika-liku perjalanan, dan itu telah
membentuk karakter keras Pemuda Pancasila. Tidak bisa dipungkiri Pemuda Pancasila
dimata masyarakat sangatlah tidak seperti namanya yang menyandang nama sakral, Pemuda
Pancasila sangat di indentikkan dengan "Pemuda Preman", "Antek-antek Orde Baru"
sehingga pada sekarang ini Pemuda Pancasila sangatlah menjadi momok bagi masyarakat, ini
diakibatkan oleh tingkah oknum selama ini.
Adapun struktur organisasi Pemuda Pancasila 1959 adalah: 21
1. Dewan Pimpinan Pusat : tingkat pusat berkedudukan di ibukota Negara Republik
Indonesia.
2. Dewan Pimpinan Wilayah : daerah tingkat I (Dati) berkedudukan di ibukota
propinsi atau yang setingkat dengan itu.
3. Dewan Pimpinan Cabang : daerah tingkat II (Dati) berkedudukan di Ibukota
Kabupaten/Kotamadya atau yang setingkat dengan itu
21
35
4. Pimpinan Anak Cabang : tingkat kecamatan yang berkedudukan di Ibukota
Kecamatan atau yang setingkat dengan itu
5. Pimpinan Ranting : tingkat Kelurahan /Desa atau yang setingkat dengan itu
Pimpinan
6. Pimpinan Anak Ranting : tingkat lingkungan/dusun atau yang setingkat dengan
itu
3.3 Berdirinya SRIKANDI Pemuda Pancasila SUMUT
Pada tanggal 28 Oktober 1962 Wanita Pancasila dilahirkan oleh IPKI (Ikatan
Pendukung Kemerdekaan Indonesia) bersamaan dengan Pemuda Pancasila untuk
mengimbangi GERWANI Komunis pada saat itu. Tahun 1973 setelah pemerintah
mengeluarkan UU No.3 tentang pengurangan partai politik dari 10 partai menjadi 3 partai
yaitu Partai Demokrasi Indonesia (PDI), Patai Persatuan Pembangunan (PPP), Golangan
Karya (GOLKAR), IPKI (Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia) memutuskan
melakukan peleburan partai kedalam PDI . Sehingga pada tahun 1974 Pemuda Pancasila
menunjukkan reaksi keberatan terhadap kebijakan IPKI tersebut dan keluar dari naungan
IPKI dan menyatakan dirinya Independen, tidak lagi sebagai anak partai dari IPKI tetapi
telah berdiri sendiri. Ternyata hal ini membawa dampak yang kurang sehat dalam tubuh
36
mereka mengalami penurunan, kegiatannya tidak pernah lagi kelihatan, seolah-olah bagaikan
wadah yang mati sampai pada tahun 1980. 22
Nama Srikandi sendiri tercetus oleh Dik Tandayu yang merupakan ketua bidang
Peranan Wanita Pemuda Pancasila,
Pada tahun 1980 Wanita Pancasila menyatukan diri dengan Pemuda Pancasila. Pada
saat Mubes ke III Pemuda Pancasila di Cibubur, masalah perempuan Pancasila dimasukkan
kedalam agenda pembahasan. Maka disepakati bahwa nama perempuan Pancasila diganti
menjadi Srikandi Pemuda Pancasila, dan pemantapan nama Srikandi dilakukan di Jakarta
tahun 1982. Pada tahun 1982 atas usulan rancangan rancangan yang diajukan DPW Pemuda
Pancasila SUMUT dibawah pimpinan Amran YS, disepakati penyempurnaan nama Wanita
Pancasila menjadi SRIKANDI.
23
22
Wawancara, dengan Fauziah Dongoran , Medan 16 Februari 2013. 23
Wawancara, dengan Vera Azis, Medan 7 November 2012.
nama sosok perempuan Panglima Perang yang
merupakan sosok putri kedua Prabu Drupada, raja Negara Pancala dengan permaisuri Dewi
Gandawati, yang kemudian diperistri oleh Arjuna. Srikandi merupakan perempuan cantik,
anggun, luwes, sayang keluarga, punya kekuasaan tapi dibalik kehebatannya dia mampu
menjaga harkat dan martabatnya sebagai seorang perempuan dan berjuang untuk negaranya.
Dari nama inilah diharapkan perempuan Pemuda Pancasila menjadi mitra sejajar pria bukan
dibawah pria. Maka pembinaan peranan wanita sebagai mitra sejajar pria bukan dibawah pria
ditujukan untuk meningkatkan peran aktif dalam pembangunan serta kemampuan perempuan
lebih ditingkatkan dalam penguasaan ilmu dan teknologi, termasuk pula proses pengambilan