• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh gaya pengasuhan, motivasi, dan strategi pengaturan diri dalam belajar terhadap prestasi akademik remaja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh gaya pengasuhan, motivasi, dan strategi pengaturan diri dalam belajar terhadap prestasi akademik remaja"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH GAYA PENGASUHAN, MOTIVASI, DAN STRATEGI PENGATURAN DIRI DALAM BELAJAR TERHADAP PRESTASI

AKADEMIK REMAJA

NURAINI NOVIANTI

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Gaya Pengasuhan, Motivasi, dan Strategi Pengaturan Diri dalam Belajar terhadap Prestasi Akademik Remaja adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, November 2014

(4)

ABSTRAK

NURAINI NOVIANTI. Pengaruh Gaya Pengasuhan, Motivasi, dan Strategi Pengaturan Diri dalam Belajar terhadap Prestasi Akademik Remaja. Dibimbing oleh MELLY LATIFAH dan NETI HERNAWATI.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh gaya pengasuhan, motivasi, dan strategi pengaturan diri dalam belajar terhadap prestasi akademik remaja. Pengambilan data dilakukan dengan teknik pelaporan diri menggunakan alat bantu kuesioner yang melibatkan 149 siswa kelas VIII dari dua Sekolah Menengah Pertama Negeri di Bogor. Hasil penelitian menemukan bahwa sebagian besar contoh mempersepsikan gaya pengasuhan otoritatif (89.3%). Analisis regresi menunjukkan bahwa gaya pengasuhan dipengaruhi oleh usia dan lama pendidikan ibu. Gaya pengasuhan otoritatif berpengaruh positif signifikan terhadap motivasi, sedangkan gaya pengasuhan permisif berpengaruh negatif signifikan terhadap motivasi. Selain itu, motivasi juga berpengaruh positif signifikan terhadap strategi pengaturan diri dalam belajar. Lama pendidikan ibu, dan gaya pengasuhan otoriter berpengaruh negatif signifikan terhadap prestasi akademik, sedangkan gaya pengasuhan otoritatif, dan strategi pengaturan diri dalam belajar berpengaruh positif signifikan terhadap prestasi akademik.

Kata kunci: gaya pengasuhan, motivasi, prestasi akademik, strategi pengaturan diri

ABSTRACT

NURAINI NOVIANTI. The Effect of Parenting Style, Motivation, and Self Regulation Learning Strategies on Adolescent’s Academic Achievement. Supervised by MELLY LATIFAH dan NETI HERNAWATI.

The aim of this study was to analyze the effect of parenting styles, motivation, and self regulation learning strategies towards academic achievement of adolescents. Data was collected through self-report by questionnaire that involved 149 students that attend second grade in two junior high schools in Bogor. The results of research showed that a considerable part of samples used otoritatif parenting style (89.3%). Regression analysis showed that parenting stlye

of parents was influenced by mother’s age and mother’s education. Otoritatif parenting styles had a positive significant effect to motivation, while permissive parenting styles had a negative significant effect to motivation. In addition, motivation had a positive significant effect to self regulation learning strategies. Length of mother’s education, and authoritarian parenting style had a negative significant effect to academic achievement, while otoritatif parenting style, and self regulation learning strategies had a positive significant effect to academic achievement.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

pada

Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

PENGARUH GAYA PENGASUHAN, MOTIVASI, DAN STRATEGI PENGATURAN DIRI DALAM BELAJAR TERHADAP PRESTASI

AKADEMIK REMAJA

NURAINI NOVIANTI

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengaruh Gaya Pengasuhan, Motivasi, dan Strategi Pengaturan Diri dalam Belajar terhadap Prestasi Akademik Remaja. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ir. Melly Latifah, M.Si dan Neti Hernawati, SP, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah bersedia membimbing dan membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

2. Ir. Retnaningsih, M.Si dan Dr. Ir. Diah Krisnatuti, P. MS selaku dosen penguji skripsi yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis selama penulisan skripsi ini.

3. Prof. Dr. Ir. Euis Sunarti, M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang telah bersedia membimbing penulis selama menempuh pendidikan di Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen.

4. Pihak sekolah SMPN 1 Dramaga yang telah bersedia menjadi lokasi try out kuesioner penelitian ini.

5. Pihak sekolah SMPN 9 Bogor dan SMPN 2 Bojong Gede yang telah bersedia menjadi lokasi penelitian ini.

6. Dosen Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis beserta para staff selama menempuh pendidikan di Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen.

7. Leni Novita, Zervina Rubyn Devi S., dan Tri Susandari selaku rekan sepayung dalam penelitian ini.

8. Kedua orangtua penulis Agus Eko Susanto, S.Pd dan Siti Juju Jubaedah, S.Pd, serta kakak penulis Nuraida Septiani dan adik penulis Ridhwan Nurjulianto dan Rizky Nurfahri yang telah memberikan doa, dan semangat serta dukungan kepada penulis, baik secara fisik maupun non fisik.

9. Levi, Neza, Lia, Mitha, Jasun, Kinan, Ima, Agung, Labschool Pendidikan Karakter IPB-ISFA, dan seluruh mahasiswa Ilmu Keluarga dan Konsumen angkatan 47 yang telah memberikan kritik dan saran serta dukungan yang menunjang penelitian ini.

10.Seluruh pihak terkait yang belum disebutkan namanya yang telah memberikan kontribusinya dalam penulisan penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat beberapa kekurangan dan keterbatasan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penelitian ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, November 2014

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... ii

DAFTAR GAMBAR ... ii

DAFTAR LAMPIRAN ... ii

PENDAHULUAN ...1

Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah ... 3

Tujuan Penelitian ... 4

Manfaat Penelitian ... 4

KERANGKA PEMIKIRAN ...4

METODE ...7

Desain, Lokasi, dan Waktu ... 7

Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh ... 7

Jenis dan Cara Pengumpulan Data ... 8

Pengolahan dan Analisis Data ... 9

Definisi Operasional ... 12

HASIL DAN PEMBAHASAN ...13

Hasil ... 13

Pembahasan ... 21

SIMPULAN DAN SARAN ...24

Simpulan ... 24

Saran ... 25

DAFTAR PUSTAKA ...26

(10)

DAFTAR TABEL

1. Jenis dan cara pengumpulan data ... 8

2. Jenis dan pengkategorian data ... 10

3. Sebaran data karakteristik keluarga ... 13

4. Sebaran contoh berdasarkan gaya pengasuhan ... 14

5. Sebaran contoh berdasarkan motivasi ... 14

6. Sebaran contoh berdasarkan dimensi motivasi ... 15

7. Sebaran contoh berdasarkan strategi pengaturan diri dalam belajar ... 16

8. Sebaran contoh berdasarkan dimensi strategi pengaturan diri dalam belajar ... 17

9. Sebaran contoh berdasarkan prestasi akademik ... 17

10. Koefisien uji regresi karakteristik keluarga terhadap gaya pengasuhan ... 18

11. Koefisien uji regresi gaya pengasuhan terhadap motivasi ... 19

12. Koefisien uji regresi gaya pengasuhan dan motivasi terhadap strategi pengaturan diri dalam belajar ... 19

13. Koefisien uji regresi karakteristik keluarga, gaya pengasuhan, dan strategi pengaturan diri dalam belajar terhadap prestasi akademik ... 20

DAFTAR GAMBAR

1. Pengaruh karakteristik keluarga, gaya pengasuhan, dan strategi pengaturan diri dalam belajar terhadap prestasi akademik remaja ... 6

2. Kerangka penarikan contoh ... 7

DAFTAR LAMPIRAN

1. Sebaran contoh berdasarkan jawaban kuesioner persepsi gaya pengasuhan ... 32

2. Sebaran contoh berdasarkan jawaban kuesioner motivasi ... 33

3. Sebaran contoh berdasarkan jawaban kuesioner strategi pengaturan diri dalam belajar... 34

4. Uji normalitas data penelitian ... 35

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Masa remaja merupakan masa peralihan seseorang dari dunia anak-anak ke dunia dewasa yang berusia 13 sampai 21 tahun (Gunarsa 2010; Papalia et al. 2008). Seorang remaja akan mengalami beberapa permasalahan terkait dengan intelegensi, penampilan fisik, keterampilan, status sosial, dan bakat khusus yang dimilikinya. Selain itu, seorang remaja juga akan mengalami banyak perubahan besar, seperti perubahan fisik dan pembentukan identitas diri yang dapat menimbulkan krisis identitas bagi remaja itu sendiri. Perubahan yang dialami remaja seringkali menimbulkan permasalahan yang sangat majemuk bagi orangtua atau orang dewasa yang berhubungan dengan kehidupan remaja, misalnya sekolah atau perkumpulan. Banyak konflik yang dihadapi orangtua atau remaja itu sendiri. Bagi orangtua, anak-anak pada masa remaja masih belum siap dalam menghadapi tantangan dunia luar dan perlu dilindungi, sedangkan bagi para remaja, masa itu merupakan masa pencarian atas keingintahuan (penasaran) yang dimilikinya. Setiap remaja diharapkan dapat mengendalikan dan memiliki pengaturan diri yang baik agar tidak memiliki kesulitan dalam menghadapi berbagai masalah di periode berikutnya, termasuk dalam memperoleh prestasi akademik yang baik (Gunarsa 2010).

Berdasarkan data Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) tahun 2011, Indonesia menempati tingkatan keempat (standar rendah) karena hanya memperoleh skor rata-rata sebesar 386 pada kemampuan matematika dan 406 pada kemampuan sciences (IEA 2011). Capaian skor rata-rata tersebut mengalami penurunan pada kemampuan matematika karena pada TIMSS 2007, Indonesia memiliki skor rata-rata sebesar 397 (Rosnawati 2013). Selain TIMSS, terdapat pula data Program for International Student Assessment (PISA) tahun 2012 yang menyatakan bahwa Indonesia telah mengalami penurunan capaian skor rata-rata pada kompetensi sciences dan membaca, namun masih tetap berada di bawah level 2. Capaian skor rata-rata pada tahun 2012 adalah 375 untuk kompetensi matematika, 382 untuk kompetensi sciences, dan 396 untuk kompetensi membaca (Kelly et al. 2013), sedangkan capaian skor rata-rata pada tahun 2009 adalah 371 untuk kompetensi matematika, 383 untuk kompetensi sciences, dan 402 untuk kompetensi membaca (OECD 2010).

(12)

Namun, pada penelitian ini peneliti hanya memfokuskan pada satu komponen saja, yaitu komponen strategi belajar. Penerapan pendekatan model pembelajaran self-regulated learning memberikan pengaruh positif signifikan terhadap motivasi belajar (Hidayat & Budiman 2000). Salmeron-Perez et al (2010) mengatakan bahwa strategi pengaturan diri dalam belajar memiliki pengaruh langsung secara positif signifikan terhadap prestasi akademik.

Motivasi merupakan suatu hal yang penting dalam proses belajar karena dapat menggerakkan organism, mengarahkan tindakan, serta memilih tujuan belajar yang paling berguna bagi kehidupannya (Soemanto 2006). Motivasi terbagi menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan pada motivasi intrinsik. Motivasi intrinsik merupakan motivasi yang paling berpengaruh dalam proses belajar, karena seseorang yang memiliki motivasi intrinsik tidak akan merasa terhambat oleh berbagai rintangan yang ada di sekitarnya (Santrock 2003). Hal ini didukung pula oleh Ryan dan Deci (2000) yang mengatakan bahwa seseorang yang memiliki motivasi intrinsik akan menghasilkan kualitas belajar dan kreativitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan motivasi ekstrinsik, sehingga motivasi intrinsik perlu ditingkatkan agar dapat berinisiatif dengan minat dan kesenangan sebagai motivator dalam kegiatan belajar yang dapat meningkatkan prestasi akademiknya secara optimal. Nilai intrinsik seseorang memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap penggunaan komponen strategi pengaturan diri dalam belajar (self-regulated learning strategies) (Pintrich & De Groot 1990). Keuntungan yang diperoleh dari motivasi adalah ketekunan, kreativitas, konsep belajar, dan kesejahteraan (Saari 2012). Motivasi berhubungan negatif dengan prestasi akademik (Novariandhini & Latifah 2012), sehingga dapat dikatakan bahwa motivasi berpengaruh tidak langsung terhadap prestasi akademik (Santrock 2003). Pengasuhan adalah perilaku orangtua terhadap anak agar dapat bertanggungjawab serta memberikan kontribusi sebagai anggota masyarakat, termasuk perilaku orangtua ketika menghadapi emosi anak, seperti menangis, agresif, berbohong atau menunjukkan kompetensi yang kurang dalam pendidikan (Brooks 2001). Kecenderungan yang semakin menurun pada pola asuh akademik orangtua dikemukakan oleh Srinovita et al. (2012) seiring dengan bertambahnya usia anak. Hal ini diduga karena orangtua seringkali menganggap anaknya sudah dewasa dan mampu mengurus dirinya sendiri sehingga orangtua akan lebih memilih untuk bekerja dan menyibukkan diri di luar rumah. Gaya pengasuhan disiplin diklasifikasikan ke dalam tiga aspek, yaitu otoritatif, otoriter, dan permisif. Ketiga gaya pengasuhan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain orangtua, anak, dan lingkungan sosial (Baumrind 1966). Orangtua yang acuh tak acuh tidak akan memiliki kelekatan yang tinggi dengan anak sehingga menyebabkan menurunnya gaya pengasuhan otoritatif yang diterapkan (Clark 1983). Gaya pengasuhan otoritatif berhubungan positif dengan motivasi, sedangkan gaya pengasuhan otoriter berhubungan negatif dengan motivasi (Cramer 2002). Gaya pengasuhan otoriter berhubungan positif dengan pengaturan diri dalam belajar (Theresya 2013), dan gaya pengasuhan otoritatif berpengaruh positif terhadap prestasi akademik (Theresya 2013).

(13)

manusia berupa aspek emosi, akademik, dan sosial yang perlu dikembangkan melalui pendidikan. Oleh sebab itu, peneliti melihat pentingnya melakukan penelitian mengenai Pengaruh Gaya Pengasuhan, Motivasi, dan Strategi Pengaturan Diri dalam Belajar terhadap Prestasi Akademik Remaja.

Perumusan Masalah

Data TIMSS dan PISA menunjukkan bahwa prestasi anak usia remaja di Indonesia berada pada standar yang rendah dalam kemampuan matematika, sciences, dan membaca. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan anak usia remaja di Indonesia belum dikembangkan secara optimal. Permasalahan yang sering muncul adalah potensi akademik anak usia remaja yang tinggi/berada di atas rata-rata tidak menjadi jaminan untuk mendapatkan prestasi akademik yang tinggi pula. Pengetahuan kognitif dan strategi metakognitif diketahui belum cukup untuk meningkatkan prestasi akademik remaja (Pintrich & De Groot 1990). Kualitas gaya pengasuhan yang baik akan berdampak pada pengoptimalan strategi belajar, serta meningkatkan motivasi agar dapat mencapai prestasi akademik yang baik (Hastuti 2006; Clark 1983). Hal ini diperkuat Chung (2000) yang mengatakan bahwa proses belajar bukan hanya dikontrol oleh aspek eksternal saja, melainkan juga dikontrol oleh aspek internal, seperti pengaturan diri dalam belajar (self regulated learning) yang di dalamnya terdapat komponen strategi pengaturan diri dalam belajar.

Siswa dengan nilai yang tinggi lebih banyak menggunakan strategi pengaturan diri dibandingkan dengan siswa yang nilainya rendah. Oleh sebab itu, diperlukan motivasi untuk menggunakan strategi pengaturan diri dalam kognitif dan usahanya (Pintrich & De Groot 1990). Motivasi berhubungan positif signifikan dengan pengaturan diri dalam belajar (Hidayat & Budiman 2000; Inayah 2013), karena pada dasarnya pengaturan diri bukan hanya terkait proses logika dan mental, melainkan juga kondisi emosional dan motivasi belajar (Salmeron-Perez et al. 2010). Proses pengaturan diri dalam belajar erat kaitannya dengan perilaku pengasuhan orangtua yang terdiri dari otoritatif, otoriter, dan permisif (Purdie et al. 2004). Gaya pengasuhan otoritatif dan motivasi menjadi prediktor yang signifikan terhadap prestasi akademik remaja (Turner et al. 2009; Tavani & Losh 2003). Akan tetapi, Santrock (2003) menemukan bahwa motivasi berpengaruh secara tidak langsung terhadap pencapaian prestasi akademik, sehingga diperlukan strategi pengaturan diri dalam belajar yang merupakan salah satu prediktor terbaik antara motivasi dan prestasi akademik (Pintrich & De Groot 1990). Berdasarkan pemaparan tersebut, masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh gaya pengasuhan yang diberikan orangtua terhadap motivasi remaja?

2. Bagaimana pengaruh gaya pengasuhan yang diberikan orangtua, dan motivasi terhadap strategi pengaturan diri dalam belajar?

(14)

Tujuan Penelitian

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh gaya pengasuhan, motivasi, dan strategi pengaturan diri dalam belajar terhadap prestasi akademik remaja, sedangkan tujuan penelitian secara khusus adalah:

1. Menganalisis pengaruh karakteristik keluarga terhadap gaya pengasuhan yang diberikan orangtua.

2. Menganalisis pengaruh gaya pengasuhan yang diberikan orangtua terhadap motivasi remaja.

3. Menganalisis pengaruh gaya pengasuhan yang diberikan orangtua dan motivasi terhadap strategi pengaturan diri dalam belajar.

4. Menganalisis pengaruh karakteristik keluarga, gaya pengasuhan yang diberikan orangtua, dan strategi pengaturan diri dalam belajar terhadap prestasi akademik remaja.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi bagi masyarakat, terutama orangtua terkait dengan penerapan gaya pengasuhan yang tepat, meningkatkan motivasi, strategi pengaturan diri dalam belajar, serta prestasi akademik remaja. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu, terutama dalam ilmu keluarga dan anak, serta menjadi landasan bagi pengembangan penelitian-penelitian sejenis di masa yang akan datang. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pemerintah dan lembaga terkait dalam perumusan kebijakan serta pengentasan masalah terkait dengan kualitas perkembangan anak.

KERANGKA PEMIKIRAN

Prestasi akademik adalah tingkat keberhasilan seseorang yang ditunjukkan melalui pencapaian prestasi dalam bidang akademik. Pencapaian prestasi tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor internal dan faktor eksternal (Santrock 2003). Salah satu faktor internal yang memengaruhi prestasi akademik adalah pengaturan diri dalam belajar (self regulated learning) yang berkorelasi positif signifikan dengan prestasi akademik (Kosnin 2007; Zimmerman 1990; Zimmerman & Martinez-Pons 1986). Strategi pengaturan diri dalam belajar merupakan salah satu komponen dari self regulated learning yang berpengaruh langsung signifikan terhadap prestasi akademik (Salmeron-Perez et al. 2010). Faktor lain yang memengaruhi prestasi akademik adalah motivasi. Pintrich dan De Groot (1990) menemukan bahwa motivasi berpengaruh secara tidak langsung terhadap pencapaian prestasi akademik, dan salah satu prediktor terbaik antara motivasi dan prestasi akademik adalah pengaturan diri dalam belajar.

(15)
(16)

Gambar 1 Pengaruh karakteristik keluarga, gaya pengasuhan, dan strategi pengaturan diri dalam belajar terhadap prestasi akademik remaja

Karakteristik Keluarga : 1. Usia Orangtua 2. Lama Pendidikan

Orangtua 3. Besar Keluarga

4. Pendapatan per Kapita

Gaya Pengasuhan : 1. Otoritatif 2. Otoriter 3. Permisif

Strategi Pengaturan Diri

dalam Belajar

Prestasi Akademik

Motivasi Karakteristik Anak :

(17)

METODE

Desain, Lokasi, dan Waktu

Penelitian ini merupakan penelitian payung dengan topik “Faktor-Faktor yang Memengaruhi Prestasi Akademik” menggunakan desain cross-sectional study. Penetapan lokasi penelitian ini menggunakan metode cluster random sampling yang didasarkan pada kenyataan bahwa orang hidup dalam kelompok alami (kota, kabupaten), dan berpartisipasi dalam kegiatan lembaga (sekolah). Lokasi penelitian ini berada di dua Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) wilayah Bogor, yaitu satu SMPN di Kota Bogor dan satu SMPN di Kabupaten Bogor. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei 2014.

Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh

Populasi penelitian ini adalah seluruh remaja di wilayah Bogor, sedangkan contoh penelitian adalah remaja yang berada di kelas VIII SMPN X Kota Bogor dan SMPN Y Kabupaten Bogor. Karakteristik contoh yang diambil adalah siswa kelas VIII dengan berbagai pertimbangan, antara lain siswa kelas VIII tidak disibukkan dengan berbagai rutinitas kegiatan belajar dalam menghadapi Ujian Akhir Nasional, dan siswa kelas VIII sudah lebih lama menempuh pendidikan dibandingkan dengan siswa kelas VII sehingga siswa kelas VIII akan memiliki pengalaman yang lebih banyak dan lebih siap untuk menjadi contoh penelitian dibandingkan siswa kelas VII. Pengambilan contoh tersebut dilakukan dengan menggunakan teknik stratified random sampling. Contoh yang diambil adalah seluruh siswa kelas VIII-A dan VIII-G di SMPN X Kota Bogor, serta VIII-D dan VIII-E di SMPN Y Kabupaten Bogor. Penelitian ini melibatkan 149 siswa, yaitu 84 siswa mewakili Kota Bogor, dan 65 siswa mewakili Kabupaten Bogor. Proporsi yang berbeda dikarenakan jumlah siswa kelas VIII yang berbeda pada masing-masing sekolah yang terpilih.

Gambar 2 Kerangka Penarikan Contoh Bogor

Kota Bogor Kabupaten Bogor

SMPN X SMPN Y

VIII-D VIII-E VIII-G

VIII-A

(18)

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan hasil dari pelaporan diri (self-report) contoh dengan alat bantu kuesioner, meliputi karakteristik anak (jenis kelamin, dan urutan kelahiran), karakteristik keluarga (usia orangtua, lama pendidikan orangtua, besar keluarga, dan pendapatan per kapita), gaya pengasuhan, motivasi, dan strategi pengaturan diri anak usia remaja. Kemudian untuk data sekunder terdiri dari data siswa dan data orangtua siswa, serta nilai rapor siswa kelas VIII semester awal/ganjil di SMPN terkait. Rincian jenis dan cara pengumpulan data disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data

Jenis Data Variabel Alat Bantu Skala Data

Primer

- Lama pendidikan orangtua Rasio

- Besar keluarga Rasio

- Pendapatan per kapita Rasio

Gaya Pengasuhan

Primer Motivasi Kuesioner Ordinal

Primer Strategi Pengaturan Diri dalam

Belajar Kuesioner Ordinal

Sekunder Prestasi Akademik Rapor siswa Rasio

(19)

pernyataan dengan skala Likert 1-4, yaitu 1=sangat tidak sesuai, 2=tidak sesuai, 3=sesuai, dan 4=sangat sesuai. Reliabilitas kuesioner ini adalah 0.845.

Pengolahan dan Analisis Data

Proses pengolahan data yang dilakukan adalah editing, coding, scoring, entry data, dan cleaning data. Konsistensi kuesioner penelitian ini dilihat dengan uji validitas dan reliabilitas menggunakan metode Cronbach’s Alpha sebelum penelitian dilakukan (uji coba/try out).

Data karakteristik anak terdiri dari jenis kelamin dan urutan kelahiran contoh. Data jenis kelamin dibedakan menjadi dua, yaitu laki-laki dan perempuan, sedangkan data urutan kelahiran tidak dikategorikan. Data karakteristik keluarga terdiri dari usia orangtua, lama pendidikan orangtua, besar keluarga, dan pendapatan per kapita. Data usia orangtua dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu dewasa awal (18-40 tahun), dewasa madya (41-60 tahun, dan dewasa lanjut (61-kematian) (Hurlock 1980). Data lama pendidikan orangtua dibagi menjadi dua kategori, yaitu pendidikan yang ditempuh selama 0-12 tahun, dan di atas 12 tahun. Data besar keluarga dibagi menjadi 3 kategori, yaitu keluarga besar (≥8 orang), keluarga sedang (5-7 orang), dan keluarga kecil (≤4 orang) (BKKBN 1998). Data pendapatan per kapita dibedakan menjadi empat kategori, yaitu di atas garis kemiskinan Kota Bogor (>Rp305870/kapita/bulan), di bawah garis kemiskinan

Kota Bogor (≤Rp305870/kapita/bulan), di atas garis kemiskinan Kabupaten Bogor (>Rp235682/kapita/bulan), dan di bawah garis kemiskinan Kabupaten Bogor

(≤Rp235682/kapita/bulan) (BPS 2011).

Sistem skoring pada variabel gaya pengasuhan, motivasi, dan strategi pengaturan diri didasarkan pada jawaban dari masing-masing pernyataan dalam kuesioner yang diberikan. Skor total dari jawaban kuesioner tersebut dijumlahkan dan dikategorikan menggunakan rumus indeks sebagai berikut :

Keterangan: Indeks variabel = skor contoh yang telah diindeks Xreal = skor real yang diperoleh contoh Xminimal = skor minimal pada kuesioner Xmaksimal = skor maksimal pada kuesioner

Kategori gaya pengasuhan contoh didasarkan pada indeks variabel tertinggi, yaitu semakin tinggi indeks variabel, maka semakin dominan gaya pengasuhan tersebut diterapkan orangtua. Motivasi dan strategi pengaturan diri dalam belajar dikategorikan berdasarkan hasil indeks variabel terbesar menggunakan metode cut off yang terdiri dari tiga kategori, yaitu tinggi (>80), sedang (60-80), dan rendah (<60). Selain itu, peneliti juga menggunakan rapor siswa kelas VIII semester satu yang diperoleh dari pihak sekolah terkait. Nilai rapor contoh tersebut akan dirata-ratakan, dan skor yang didapat dirata-ratakan kembali dengan keseluruhan nilai rata-rata contoh dan diubah ke dalam nilai IP dengan rumus sebagai berikut:

(20)

Setelah itu, nilai tersebut dikategorikan berdasarkan Permendikbud (2013), yaitu kurang (≤2.49), cukup (2.50-2.99), baik (3.00-3.49), dan sangat baik (3.50-4.00). Berikut adalah jenis dan pengkategorian data yang disajikan dalam Tabel 2.

Tabel 2 Jenis dan pengkategorian data

Jenis Data Pengkategorian Data

Karakteristik Anak:

-Jenis kelamin Laki-laki, Perempuan Karakteristik Keluarga: (>Rp305870/kapita/bulan), Di bawah garis kemiskinan Kota Bogor (≤Rp305870/kapita/bulan), Di atas garis kemiskinan Kabupaten Bogor (>Rp235682/kapita/bulan), Di bawah garis

kemiskinan Kabupaten Bogor (≤Rp235682/kapita/bulan) Gaya Pengasuhan Otoritatif, Otoriter, Permisif

Motivasi Tinggi (>80), Sedang (60-80), Rendah (<60) Strategi Pengaturan Diri Tinggi (>80), Sedang (60-80), Rendah (<60)

Prestasi Akademik Kurang (≤2.49), Cukup (2.50-2.99), Baik (3.00-3.49), Sangat baik (3.50-4.00)

Analisis deskriptif pada penelitian ini digunakan untuk melihat frekuensi, rataan, nilai maksimum, nilai minimum, dan standar deviasi yang menggambarkan karakteristik anak, karakteristik keluarga, gaya pengasuhan, motivasi, strategi pengaturan diri, dan prestasi akademik. Analisis inferensia yang digunakan pada penelitian ini adalah uji korelasi Pearson untuk melihat hubungan antar variabel, serta uji regresi berupa logistik dan linier berganda untuk melihat pengaruh antar variabel yang diteliti. Persamaan uji regresi logistik yang dilakukan adalah sebagai berikut:

4 4

Keterangan: Y : Gaya pengasuhan (1=non otoritatif; 2= otoritatif) a : Konstanta

b1-4 : Unstandardized coeficient β x1 : Usia ibu (skor)

x2 : Lama pendidikan ibu (skor) x3 : Besar keluarga (skor) x4 : Pendapatan per kapita (skor)

€ : Galat

(21)

heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. Pada penelitian ini terdapat tiga model uji regresi linear berganda yang telah diuji asumsi klasik sebelumnya. Ketiga model tersebut adalah pengaruh gaya pengasuhan terhadap motivasi remaja; pengaruh gaya pengasuhan dan motivasi terhadap strategi pengaturan diri dalam belajar; serta pengaruh karakteristik keluarga (usia ibu, lama pendidikan ibu, dan besar keluarga), gaya pengasuhan, dan strategi pengaturan diri terhadap prestasi akademik remaja. Uji asumsi klasik ketiga model di atas menunjukkan bahwa data yang diperoleh menyebar secara normal, yaitu di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah grafik histogram. Kemudian tidak terjadi korelasi antar variabel independen karena nilai Value Inflation Factor berada di bawah 10 (VIF<10). Hasil uji asumsi klasik juga tidak menunjukkan adanya heteroskedastisitas karena terdapat pola yang jelas dan titik-titik yang menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y di grafik Scatterplot. Ketiga model memiliki nilai Durbin-Watson (D-W) sebesar 1.385, 1.404, dan 1.839. Semua nilai tersebut berada di antara -2 sampai +2 sehingga dapat dikatakan bahwa model ini tidak memiliki autokorelasi dan uji asumsi terpenuhi (Lampiran 5).

Persamaan uji regresi yang dilakukan pada model pertama adalah sebagai berikut:

Keterangan: Y : Motivasi a : Konstanta

b1-3 : Koefisien regresi variabel X x1 : Gaya pengasuhan otoritatif x2 : Gaya pengasuhan otoriter x3 : Gaya pengasuhan permisif

Persamaan uji regresi yang dilakukan pada model kedua adalah sebagai berikut:

4 4

Keterangan: Y : Strategi pengaturan diri dalam belajar a : Konstanta

b1-4 : Koefisien regresi variabel X x1 : Gaya pengasuhan otoritatif x2 : Gaya pengasuhan otoriter x3 : Gaya pengasuhan permisif x4 : Motivasi

Persamaan uji regresi yang dilakukan pada model ketiga adalah sebagai berikut:

4 4

Keterangan: Y : Prestasi akademik a : Konstanta

b1-8 : Koefisien regresi variabel X x1 : Usia ibu

(22)

x4 : Pendapatan per kapita x5 : Gaya pengasuhan otoritatif x6 : Gaya pengasuhan otoriter x7 : Gaya pengasuhan permisif x8 : Strategi pengaturan diri

Definisi Operasional

Contoh. Anak usia remaja tingkat Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kota Bogor dan Kabupaten Bogor (SMPN 9 Bogor dan SMPN 2 Bojong Gede). Karakteristik Anak. Ciri yang melekat pada anak, meliputi jenis kelamin dan

urutan kelahiran.

Jenis Kelamin. Ciri biologis yang membedakan contoh penelitian, yaitu laki-laki atau perempuan.

Urutan Kelahiran. Nomor urut kelahiran contoh di dalam keluarga pada saat penelitian dilakukan.

Karakteristik Keluarga. Ciri khas yang dimiliki suatu keluarga pada saat penelitian dilakukan, yakni meliputi usia ayah, usia ibu, lama pendidikan ayah, lama pendidikan ibu, pendapatan per kapita, dan besar keluarga. Usia Ayah. Rentang usia ayah contoh pada saat penelitian dilakukan.

Usia Ibu. Rentang usia ibu contoh pada saat penelitian dilakukan.

Lama Pendidikan Ayah. Kurun waktu yang dibutuhkan ayah contoh untuk menempuh pendidikan pada saat penelitian dilakukan.

Lama Pendidikan Ibu. Kurun waktu yang dibutuhkan ibu contoh untuk menempuh pendidikan pada saat penelitian dilakukan.

Pendapatan per Kapita. Pendapatan yang diperoleh dari seluruh anggota keluarga dalam kurun waktu sebulan yang dibagi dengan jumlah tanggungan dalam keluarga/jumlah orang yang tinggal dalam satu rumah. Besar Keluarga. Jumlah anggota keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, atau

anggota keluarga lain yang tinggal di dalam satu rumah.

Gaya Pengasuhan. Cara asuh yang diterapkan orangtua dalam melakukan interaksi dan komunikasi sehari-hari, meliputi otoritatif, otoriter, dan permisif berdasarkan persepsi anak usia remaja.

Gaya Pengasuhan Otoritatif. Cara asuh yang diterapkan orangtua dengan memberikan kesempatan kepada anak dalam menyampaikan pendapatnya, melakukan musyawarah dalam menentukan masa depan anak, memberikan kehangatan dan penjelasan terhadap batasan yang diberikan kepada anak. Gaya Pengasuhan Otoriter. Cara asuh orangtua yang bersifat terlalu kaku, tidak

memberikan kehangatan dan kesempatan kepada anak untuk menyampaikan pendapatnya serta mengharapkan ketaatan anak untuk mengikuti seluruh batasan yang telah ditetapkan.

Gaya Pengasuhan Permisif. Cara asuh yang diterapkan orangtua dengan tidak memberikan batasan kepada anak.

(23)

Strategi Pengaturan Diri. Cara, metode, atau strategi yang dimiliki remaja untuk mengatur dirinya, terutama dalam belajar.

Prestasi Akademik. Tingkat keberhasilan contoh yang ditunjukkan melalui pencapaian prestasi dalam bidang akademik (proses belajar) pada kurun waktu tertentu yang dapat dilihat dari rata-rata nilai rapor contoh.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Karakteristik Anak

Remaja adalah seorang individu yang berusia 13 sampai 21 tahun (Gunarsa 2010). Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase terbesar contoh memiliki jenis kelamin perempuan, yaitu 59.1 persen dan sisanya laki-laki sebanyak 40.9 persen. Hampir separuh contoh (42.3%) memiliki urutan kelahiran pertama dan sisanya berada pada urutan kelahiran kedua sampai kedelapan dalam keluarga.

Karakteristik Keluarga

Persentase terbesar usia ayah dan ibu contoh berada pada kategori usia dewasa madya (41-60 tahun), yaitu 81.2 persen untuk usia ayah dan 57.0 persen untuk usia ibu. Lebih dari separuh ayah dan ibu contoh telah menempuh pendidikan di bawah 12 tahun, yaitu 66.4 persen untuk lama pendidikan ayah dan 79.2 persen untuk lama pendidikan ibu. Sebagian besar keluarga contoh memiliki pendapatan per kapita di atas garis kemiskinan (75.8%), dan lebih dari separuh contoh tergolong ke dalam keluarga sedang (5-7 orang) (56.4%) (Tabel 3).

Tabel 3 Sebaran data karakteristik keluarga

Karakteristik Keluarga Min – Maks Rataan ± SD.

Usia ayah (tahun) 31 – 65 45.93 ± 6.25

Usia ibu (tahun) 29 – 57 41.82 ± 5.63

Lama pendidikan ayah (tahun) 3 – 20 12.62 ± 2.97 Lama pendidikan ibu (tahun) 0 – 20 11.79 ± 2.80 Besar keluarga (orang) 3 – 10 4.91 ± 1.23 Pendapatan per kapita (Rp/kapita/bulan) 125000 – 8750000 867079.17 ± 1127229.64 Keterangan: min=minimum; maks=maksimum; SD=standar deviasi

Gaya Pengasuhan

(24)

pengasuhan otoritatif sebesar 89.3 persen. Hasil ini didukung oleh data rataan ketiga jenis gaya pengasuhan yang nilai terbesarnya dimiliki gaya pengasuhan otoritatif (66.02) (Tabel 4). Hal ini diperkuat pula oleh sebaran contoh yang menunjukkan bahwa lebih dari separuh contoh menjawab tidak pernah pada item-item gaya pengasuhan otoriter, seperti orangtua memberikan hukuman tanpa penjelasan, menuntut prestasi yang baik, menentukan dengan siapa harus bergaul, serta mengikuti les tambahan. Lebih dari separuh contoh pula menjawab tidak pernah pada item-item gaya pengasuhan permisif, seperti orangtua tidak menerapkan aturan apapun di rumah atau di sekolah, membebaskan pergaulan tanpa batasan, serta membebaskan pergi kemanapun sesuai keinginan. Di samping itu, persentase terbesar pada item-item gaya pengasuhan otoritatif berada pada jawaban sering di seluruh item pernyataan (Lampiran 1).

Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan gaya pengasuhan

Gaya Pengasuhan Frekuensi Rataan ± Std.

n %

Otoritatif 133 89.3 66.02 ± 15.53

Otoriter 12 8.1 35.17 ± 14.70

Permisif 4 2.7 29.62 ± 12.48

Total 149 100

Motivasi

Motivasi merupakan suatu dorongan yang menggambarkan kecenderungan alami manusia untuk belajar dan mengasimilasi (Ryan & Deci 2000). Lebih dari separuh contoh memiliki motivasi kategori sedang (53%) dengan rata-rata skor sebesar 60.87 (Tabel 5). Hal ini berarti lebih dari separuh contoh memiliki motivasi yang cukup untuk melibatkan diri dalam aktivitas belajar.

Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan motivasi

Motivasi Frekuensi

n %

Rendah (< 60) 66 44.3

Sedang (60 - 80) 79 53.0

Tinggi (> 80) 4 2.7

Total 149 100

Min - Maks 38.67 – 84.00

60.87 ± 9.06 Rataan ± Std.

(25)

menyenangkan. Hampir separuh contoh memiliki perceived competence kategori rendah (48.3%) dan sedang (45.6%) yang tidak berbeda jauh. Artinya hampir separuh contoh masih merasa kurang dalam kompetensi diri, namun masih merasa cukup mampu untuk mengerjakan tugas sekolah dengan baik. Lebih dari separuh contoh memiliki effort/importance kategori sedang (55.7%). Hal ini berarti lebih dari separuh contoh berusaha memahami setiap materi pelajaran di kelas, dan merasa penting untuk mengerjakan tugas sekolah dengan baik.

Tabel 6 menunjukkan lebih dari separuh contoh memiliki pressure/tension kategori sedang (51.7%). Hal ini berarti lebih dari separuh contoh tidak pernah merasa gugup pada saat mengerjakan ujian, dan merasa tertekan apabila tidak mengerjakan ujian dengan baik. Sebagian besar contoh memiliki perceived choice kategori rendah sebesar 85.9 persen. Artinya masih banyak contoh yang merasa tidak memiliki pilihan lain selain kegiatan belajar di kelas, dan merasa bahwa mengerjakan tugas adalah suatu keharusan. Di samping itu, sebagian besar contoh pula memiliki value/usefulness kategori sedang (72.5%). Hal ini berarti sebagian besar contoh sudah menyadari nilai atau kegunaan dari proses belajar tersebut, seperti menyadari bahwa kegiatan di kelas adalah kegiatan yang penting untuk dilakukan agar dapat meningkatkan prestasi di sekolah, dan mendengarkan penjelasan guru dapat membantu dalam memahami materi pelajaran, serta mengerjakan tugas sekolah dapat meningkatkan kebiasaan dan konsentrasi belajar (Lampiran 2).

Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan dimensi motivasi

Variabel

(26)

Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan strategi pengaturan diri dalam belajar Strategi pengaturan diri dalam belajar Frekuensi

n %

Strategi pengaturan diri dalam belajar terbagi ke dalam sembilan dimensi penilaian, yaitu rehearsal, elaboration, organization, critical thinking, metacognitive self-regulation, time/study environmental management, effort regulation, peer learning, dan help seeking (Pintrich et al. 1991). Tabel 8 menunjukkan hampir seluruh dimensi penilaian berada pada kategori rendah, kecuali dimensi effort regulation (57.0%), dan peer learning (51.7%) yang berada pada kategori sedang. Sebagian besar contoh memiliki rehearsal kategori rendah sebesar 75.8 persen. Hal ini berarti sebagian besar contoh masih merasa kurang dalam penamaan suatu informasi dari sebuah daftar yang harus dipelajari, seperti kata kunci untuk mengingat inti materi pelajaran atau mengulang materi yang telah diajarkan. Lebih dari separuh contoh memiliki elaboration terkategori rendah (65.8%). Artinya masih banyak contoh yang belum mampu menyimpan informasi jangka panjang dengan menghubungkan beberapa informasi yang harus dipelajari, seperti menghubungkan pengetahuan dari satu materi ke materi lainnya. Sebagian besar contoh memiliki organization kategori rendah sebesar 82.6 persen. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar contoh belum mampu memilih informasi yang sesuai dengan strategi yang digunakan, seperti membuat catatan-catatan penting, diagram atau tabel, serta poin-poin penting dari materi yang dipelajari. Lebih dari separuh contoh memiliki critical thinking terkategori rendah (68.5%). Artinya kemampuan contoh untuk menerapkan pengetahuan yang dimilikinya sebagai usaha dalam memecahkan suatu masalah, seperti memahami materi pelajaran dengan bereksperimen atau mengembangkan ide-ide kreatif masih tergolong rendah.

(27)

teman, dan membahas materi pelajaran yang sulit ketika sedang belajar kelompok. Lebih dari separuh contoh memiliki help seeking kategori rendah (51.0%). Artinya masih banyak contoh yang mencoba menyelesaikan kesulitan belajarnya sendiri tanpa bantuan orang lain (Lampiran 3).

Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan dimensi strategi pengaturan diri dalam belajar

Variabel

Kategori

Min - Maks Rataan ± Std. Tinggi

(%)

Sedang (%)

Rendah (%)

Rehearsal 2.7 21.5 75.8 16.67 – 83.33 50.95 ± 15.12 Elaboration 5.4 28.9 65.8 22.22 – 88.89 55.86 ± 14.95 Organization 0.0 17.4 82.6 0.00 – 77.78 46.61 ± 15.96 Critical thinking 2.0 29.5 68.5 11.11 – 88.89 51.98 ± 16.30 MSR 1.3 19.5 79.2 20.83 – 83.33 51.85 ± 11.44 TEM/SEM 3.4 45.6 51.0 23.81 – 90.48 59.06 ± 11.38 Effort regulation 14.8 57.0 28.2 33.33 – 100.00 68.91 ± 14.44 Peer learning 4.7 51.7 43.6 22.22 – 88.89 62.72 ± 13.05 Help seeking 0.7 48.3 51.0 22.22 – 100.00 60.78 ± 11.00 Keterangan: MSR = Metacognitive self-regulation

TEM/SEM = Time/study environmental management

Prestasi Akademik

Prestasi akademik adalah tingkat keberhasilan seseorang yang ditunjukkan melalui pencapaian prestasi di bidang akademik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir seluruh contoh berada pada kategori baik (95.3%). Hal ini berarti lebih dari 95 persen contoh memiliki nilai IP yang berkisar antara 3.0-3.49. Di samping itu, tidak ditemukan adanya prestasi akademik contoh yang terkategori kurang ataupun sangat baik.

Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan prestasi akademik

Prestasi akademik Frekuensi

n %

Kurang (≤ 2.49) 0 0.0

Cukup (2.5 - 2.99) 7 4.7

Baik (3.0 - 3.49) 142 95.3

Sangat baik (3.5 - 4.0) 0 0.0

Total 149 100

Min – Maks 2.58 – 3.44

(28)

Pengaruh Karakteristik Keluarga terhadap Gaya Pengasuhan

Variabel yang diduga memiliki pengaruh terhadap gaya pengasuhan adalah usia ibu, lama pendidikan ibu, besar keluarga, dan pendapatan per kapita. Model ini memiliki koefisien determinasi (Nagelkerke R square) sebesar 0.540. Artinya 54.0 persen gaya pengasuhan dapat dijelaskan oleh perubahan variabel dalam model, dan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. Tabel 10 menunjukkan bahwa usia ibu berpengaruh negatif signifikan terhadap gaya pengasuhan yang diterapkan (β=-0.386, p-value<0.01). Hal ini berarti usia ibu contoh yang muda memiliki peluang 0.680 lebih besar untuk menerapkan gaya pengasuhan otoritatif dibandingkan dengan usia ibu contoh yang lebih tua. Berkurangnya kemampuan diri dan faktor kesehatan dapat menjadi faktor penyebab ibu dengan usia yang lebih tua kesulitan dalam menerapkan gaya pengasuhan yang tepat (otoritatif). Lama pendidikan ibu berpengaruh positif signifikan terhadap gaya pengasuhan yang diterapkan (β=0.215, p-value<0.05). Artinya pendidikan ibu yang tinggi memiliki peluang 1.239 lebih besar untuk menerapkan gaya pengasuhan otoritatif dibandingkan dengan pendidikan ibu contoh yang rendah. Hasil ini diduga karena ibu dengan pendidikan tinggi dianggap lebih mudah dalam mengakses informasi dan memiliki pengetahuan yang lebih luas mengenai gaya pengasuhan yang tepat (otoritatif) dibandingkan dengan ibu berpendidikan rendah.

Tabel 10 Koefisien uji regresi karakteristik keluarga terhadap gaya pengasuhan

Variabel Jenis Gaya Pengasuhan

B Sig. EXP (B)

Usia ibu -0.386 0.000** 0.680

Lama pendidikan ibu 0.215 0.021* 1.239

Besar keluarga -0.125 0.477 0.883

Pendapatan per kapita 0.000 0.152 1.000

Sig. 0.000*

Nagelkerke R square 0.540

Keterangan: *signifikan pada p-value<0.05;**signifikan pada p-value<0.01

Pengaruh Gaya Pengasuhan terhadap Motivasi

Hasil uji regresi menunjukkan gaya pengasuhan memengaruhi motivasi sebesar 0.07 (Adjusted R square), dan sisanya dipengaruhi variabel lain yang tidak diteliti. Gaya pengasuhan otoritatif berpengaruh positif signifikan terhadap

(29)

Tabel 11 Koefisien uji regresi gaya pengasuhan terhadap motivasi

Variabel

Motivasi

β

Sig. Unstandardized Standardized

Konstanta 60.737 0.000

Gaya pengasuhan otoritatif 0.095 0.162 0.045*

Gaya pengasuhan otoriter -0.038 -0.061 0.442

Gaya pengasuhan permisif -0.162 -0.223 0.006**

n 149

R² adjusted 0.070

Keterangan: *signifikan pada p-value<0.05;**signifikan pada p-value<0.01

Pengaruh Gaya Pengasuhan dan Motivasi terhadap Strategi Pengaturan Diri dalam Belajar

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 28.6 persen (Adjusted R square) memengaruhi model dan sisanya dipengaruhi variabel lain yang tidak diteliti. Tabel 12 menunjukkan bahwa tidak ditemukan pengaruh yang signifikan antara gaya pengasuhan otoritatif, otoriter, dan permisif terhadap strategi pengaturan diri dalam belajar, sedangkan motivasi ditemukan berpengaruh positif signifikan terhadap strategi pengaturan diri dalam belajar (β=0.554, p-value=0.000). Hal ini berarti gaya pengasuhan yang diterapkan orangtua tidak memiliki pengaruh nyata terhadap strategi pengaturan diri dalam belajar, sedangkan motivasi memiliki pengaruh nyata sebesar 0.554, yaitu semakin baik motivasi seorang remaja, maka skor strategi pengaturan diri dalam belajar akan meningkat sebesar 0.554.

Tabel 12 Koefisien uji regresi gaya pengasuhan dan motivasi terhadap strategi pengaturan diri dalam belajar

Variabel

Strategi Pengaturan Diri

β Sig.

Unstandardized Standardized

Konstanta 21.557 0.000

Gaya pengasuhan otoritatif 0.003 0.006 0.935

Gaya pengasuhan otoriter -0.029 -0.047 0.503

Gaya pengasuhan permisif 0.006 0.009 0.904

Motivasi 0.554 0.549 0.000**

n 149

R² adjusted 0.286

(30)

Pengaruh Karakteristik Keluarga, Gaya Pengasuhan, dan Strategi Pengaturan Diri dalam Belajar terhadap Prestasi Akademik

Variabel yang diduga berpengaruh terhadap prestasi akademik adalah karakteristik keluarga (usia ibu, lama pendidikan ibu, besar keluarga, dan pendapatan per kapita), gaya pengasuhan otoritatif, gaya pengasuhan otoriter, gaya pengasuhan permisif, dan strategi pengaturan diri dalam belajar. Model ini memiliki nilai Adjusted R square sebesar 0.134, yang artinya 13.4 persen prestasi akademik dipengaruhi oleh beberapa variabel dalam model dan 86.6 persen dipengaruhi variabel lain di luar model (Tabel 13). Lama pendidikan ibu memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap prestasi akademik remaja (β=-0.239, p-value=0.003). Artinya semakin rendah pendidikan ibu contoh, maka akan meningkatkan skor prestasi akademik remaja sebesar 0.239. Hal ini diduga karena sebagian besar ibu contoh dalam penelitian ini berpendidikan SMA dan tidak bekerja (sebagai ibu rumah tangga) sehingga memiliki lebih banyak waktu untuk mendampingi anak-anaknya dalam meningkatkan prestasi akademik.

Gaya pengasuhan otoriter memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap prestasi akademik remaja (β=-0.031, p-value=0.041). Artinya semakin gaya pengasuhan otoriter diterapkan orangtua, maka akan menurunkan skor prestasi akademik sebesar 0.031. Di samping itu, gaya pengasuhan otoritatif memiliki pengaruh positif signifikan terhadap prestasi akademik remaja (β=0.034, p-value=0.020), yang berarti semakin tinggi gaya pengasuhan otoritatif yang diterapkan orangtua, maka akan meningkatkan skor prestasi akademiknya sebesar 0.034. Hasil lain dalam penelitian ini adalah strategi pengaturan diri dalam belajar memiliki pengaruh positif signifikan terhadap prestasi akademik remaja (β=0.084, p-value=0.001). Hal ini berarti semakin baik strategi pengaturan diri yang dimiliki contoh, maka akan meningkatkan skor prestasi akademiknya sebesar 0.084. Tabel 13 Koefisien uji regresi karakteristik keluarga, gaya pengasuhan, dan

strategi pengaturan diri dalam belajar terhadap prestasi akademik

Variabel

Prestasi akademik

β Sig.

Unstandardized Standardized

Konstanta 78.289 0.000

Usia ibu -0.045 -0.091 0.239

Lama pendidikan ibu -0.239 -0.240 0.003**

Besar keluarga -0.099 -0.044 0.581

Pendapatan per kapita -1.954 -0.079 0.314

Gaya pengasuhan otoritatif 0.034 0.188 0.020* Gaya pengasuhan otoriter -0.031 -0.162 0.041*

Gaya pengasuhan permisif 0.005 0.022 0.781

Strategi pengaturan diri 0.084 0.276 0.001**

n 149

R² adjusted 0.134

(31)

Pembahasan

Perilaku orangtua dalam bentuk gaya pengasuhan cenderung berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak. Dwairy et al. (2006) mengatakan bahwa gaya pengasuhan yang diterapkan orangtua memiliki peranan dalam menentukan kualitas remaja di berbagai aspek perkembangannya. Karakteristik keluarga dapat memengaruhi perilaku orangtua dalam bentuk pengasuhan, karena setiap keluarga memiliki perbedaan nilai-nilai dan norma yang diterapkan kepada anak. Sebagian besar contoh mempersepsikan gaya pengasuhan otoritatif (89.3%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia orangtua, lama pendidikan ibu, dan pendapatan per kapita tidak memiliki hubungan nyata terhadap ketiga jenis gaya pengasuhan. Sementara itu, lama pendidikan ayah memiliki hubungan positif signifikan dengan gaya pengasuhan otoritatif, dan besar keluarga memiliki hubungan positif signifikan dengan gaya pengasuhan otoriter (Lampiran 5). Hal ini berarti semakin tinggi pendidikan ayah, maka akan semakin baik gaya pengasuhan otoritatif diterapkan, dan semakin banyak jumlah anggota keluarga, maka gaya pengasuhan yang diterapkan akan semakin otoriter. Hasil ini sejalan dengan Sari et al. (2013) yang menyatakan usia ibu, dan tingkat pendidikan ibu tidak berhubungan nyata dengan gaya pengasuhan. Srinovita et al. (2012) juga menyatakan bahwa pendidikan ibu dan pendapatan per kapita tidak berhubungan nyata dengan gaya pengasuhan, sedangkan besar keluarga berhubungan nyata positif dengan gaya pengasuhan otoriter. Hal ini diduga karena banyaknya anggota keluarga dapat mengganggu hubungan antar anggota keluarga dan memunculkan berbagai reaksi, seperti sikap acuh tak acuh, otoriter, dan tersisih. Turner et al. (2009) juga menemukan bahwa lama pendidikan ayah berhubungan positif dengan gaya pengasuhan otoritatif.

Hasil penelitian menunjukkan motivasi berhubungan nyata positif dengan lama pendidikan orangtua. Artinya semakin tinggi pendidikan orangtua, maka semakin tinggi pula motivasi yang dimiliki anak. Tidak ditemukan adanya hubungan nyata antara ketiga jenis gaya pengasuhan dengan motivasi, namun gaya pengasuhan permisif berhubungan nyata negatif dengan strategi pengaturan diri dalam belajar, dan gaya pengasuhan otoritatif serta motivasi berhubungan nyata positif dengan strategi pengaturan diri dalam belajar dan prestasi akademik. Strategi pengaturan diri dalam belajar juga ditemukan berhubungan nyata positif dengan prestasi akademik (Lampiran 5). Artinya strategi pengaturan diri yang dimiliki anak akan semakin baik apabila gaya pengasuhan permisif dihilangkan, dan gaya pengasuhan otoritatif semakin diterapkan, serta motivasi yang semakin ditingkatkan. Strategi pengaturan diri yang baik akan menghasilkan prestasi akademik yang baik pula.

(32)

menyatakan bahwa motivasi berkorelasi positif dengan prestasi akademik, sedangkan Novariandhini dan Latifah (2012) menyatakan bahwa motivasi berhubungan negatif signifikan dengan prestasi akademik. Alfiasari et al. (2012) juga menyatakan bahwa gaya pengasuhan otoritatif berhubungan nyata negatif dengan prestasi akademik, sedangkan gaya pengasuhan permisif memiliki hubungan nyata positif dengan prestasi akademik.

Gaya pengasuhan orangtua dipengaruhi oleh karakteristik keluarga (Martin & Colbert 1997). Hasil regresi menemukan adanya pengaruh nyata usia ibu dan lama pendidikan ibu terhadap gaya pengasuhan yang diterapkan orangtua. Semakin muda usia ibu contoh, maka semakin memiliki peluang untuk menerapkan gaya pengasuhan otoritatif, dan semakin lama pendidikan ibu, maka akan semakin berpeluang untuk menerapkan gaya pengasuhan otoritatif. Hasil ini sejalan dengan Elmanora et al. (2012) yang menyimpulkan bahwa lama pendidikan ibu berpengaruh positif signifikan terhadap gaya pengasuhan yang diterapkan orangtua. Pendidikan ibu merupakan faktor penentu yang penting dalam menerapkan gaya pengasuhan yang lebih baik, karena pendidikan ibu dapat meningkatkan pengetahuan ibu dalam mengasuh anak-anaknya. Oleh sebab itu, semakin tinggi tingkat pendidikan ibu, maka semakin diharapkan bertambah pengetahuannya (Baumrind 1966).

Hasil penelitian menunjukkan lama pendidikan ibu berpengaruh negatif signifikan terhadap prestasi akademik remaja. Hasil ini sejalan dengan Abuya et al. (2014), namun bertolak belakang dengan Kaplan et al. (2001), Suksmadi et al. (2009), dan Amelia (2013) karena lama pendidikan ibu berpengaruh positif signifikan terhadap prestasi akademik remaja. Pengaruh negatif signifikan juga ditemukan pada gaya pengasuhan otoriter terhadap prestasi akademik remaja. Hal ini diduga karena gaya pengasuhan otoriter memberikan kontrol yang sangat ketat, kurang memberi kehangatan, tidak memberikan alasan atas harapan dan larangan, serta tidak mengizinkan anak untuk mengekspresikan pandangannya, dan seringkali mempertahankan posisinya dengan menggunakan tekanan. Hasil ini sejalan dengan Huey et al. (2013) yang menyatakan bahwa gaya pengasuhan otoriter berpengaruh negatif signifikan terhadap prestasi akademik. Anak yang diasuh dengan gaya pengasuhan otoriter cenderung sering berbuat kekacauan, mencari perhatian, sedikit menggunakan waktunya untuk mengerjakan tugas, dan suka melakukan tindakan yang bertentangan di sekolah (Schickedanz 1995).

Gaya pengasuhan otoritatif berpengaruh positif signifikan terhadap prestasi akademik remaja. Hasil ini sejalan dengan penelitian Seth dan Ghormode (2013), serta Theresya (2013) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif signifikan yang kuat antara gaya pengasuhan otoritatif dengan prestasi akademik. Gaya pengasuhan otoritatif menjadi gaya pengasuhan terbaik untuk diterapkan secara konsisten pada anak agar menghasilkan outcome anak yang optimal (Calhoun & Acocella 1990; Gracia & Gracia 2009). Gaya pengasuhan permisif tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prestasi akademik. Hal ini berbeda dengan penelitian Theresya (2013) yang menyebutkan gaya pengasuhan permisif memiliki pengaruh negatif terhadap prestasi akademik. Pengasuhan yang diterapkan orangtua memengaruhi kemampuan anak dalam memotivasi diri, khususnya di bidang akademik.

(33)

dan menjadi orang yang berpengetahuan adalah salah satu contoh perilaku yang dapat dilakukan orangtua untuk meningkatkan motivasi remaja. Tinggi rendahnya motivasi sangat ditentukan oleh gaya pengasuhan yang diberikan oleh orangtua dan pemberian kesempatan untuk mengembangkan sikap agar dapat berdiri sendiri (Winkel 2007). Penelitian ini menemukan pengaruh positif signifikan gaya pengasuhan otoritatif terhadap motivasi. Hal ini diduga karena gaya pengasuhan otoritatif memberikan kehangatan yang dapat meningkatkan motivasi remaja. Santrock (2003) mengatakan bahwa kualitas pola interaksi yang dihasilkan dalam gaya pengasuhan otoritatif menimbulkan keberanian, kemandirian, dan motivasi anak dalam menghadapi masa depannya sehingga akan berpengaruh dalam peningkatan motivasi berupa dukungan atau kekuatan. Hasil ini sejalan dengan Rahmaisya (2011) bahwa salah satu faktor yang memengaruhi motivasi adalah gaya pengasuhan otoritatif. Hasil penelitian juga menunjukkan adanya pengaruh negatif signifikan gaya pengasuhan permisif terhadap motivasi. Hal ini diduga karena anak merasa sangat bebas dalam melakukan banyak kegiatan yang disukainya, sehingga anak tidak akan termotivasi untuk belajar jika kegiatan belajar tersebut tidak disukai. Baumrind (1966) mengatakan bahwa gaya pengasuhan permisif akan menghasilkan anak yang rendah kontrol diri, kurang bertanggungjawab, dan tidak terampil dalam menghadapi masalah.

Dalam penelitian, tidak ditemukan adanya pengaruh yang signifikan antara gaya pengasuhan otoritatif, otoriter, dan permisif terhadap strategi pengaturan diri dalam belajar. Hal ini diduga karena gaya pengasuhan lebih berpengaruh nyata terhadap motivasi dibandingkan dengan strategi pengaturan diri dalam belajar. Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Erden dan Uredi (2008) serta Bojeva (1998) yang menyebutkan bahwa gaya pengasuhan otoritatif akan menghasilkan anak dengan strategi pengaturan diri yang lebih baik dibandingkan dengan gaya pengasuhan otoriter atau permisif. Penelitian ini menemukan adanya pengaruh positif signifikan motivasi terhadap strategi pengaturan diri dalam belajar. Motivasi merupakan salah satu aspek penting dalam proses strategi pengaturan diri dalam belajar. Kemampuan strategi pengaturan diri seseorang tidak akan dapat berkembang dengan sendirinya, karena dibutuhkan dorongan atau keinginan dari dalam diri sendiri atau yang biasa disebut dengan motivasi (Santrock 2003; Inayah 2013). Motivasi berpengaruh positif signifikan terhadap strategi pengaturan diri dalam belajar (Pintrich & De Groot 1990; Metallidou & Vlachou 2010; Hidayat & Budiman 2000). Menurut Metallidou dan Vlachou (2010), siswa yang termotivasi secara intrinsik akan menjaga ketertarikan terhadap materi pelajaran, serta mencari informasi dan bantuan ketika mengalami kesulitan dalam proses belajar, dan akan lebih selektif dalam memilih strategi pengaturan diri yang sesuai untuk digunakan.

(34)

hubungan kompleks antara kemampuan individu, persepsi diri, penilaian terhadap tugas, harapan akan kesuksesan, strategi kognitif dan regulasi diri, gender, gaya pengasuhan, status sosio-ekonomi, kinerja, dan sikap individu terhadap sekolah (Sui-Chu 2005). Metallidou dan Vlachou (2010) menyatakan bahwa tingkat prestasi seseorang berjalan seiring dengan prosedural (bijaksana dalam memilih strategi yang digunakan), dan kondisional pengetahuan tentang strategi pengaturan diri dalam belajar yang tersedia (mengetahui tentang bagaimana, kapan, dan dimana harus menggunakan strategi tersebut). Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi pengaturan diri dalam belajar berpengaruh positif signifikan terhadap prestasi akademik remaja. Hal ini sejalan dengan Judd (2005), namun bertolak belakang dengan Theresya (2013) karena tidak ditemukan adanya pengaruh signifikan antara pengaturan diri dalam belajar dengan prestasi akademik. Remaja yang memiliki strategi pengaturan diri yang baik cenderung memiliki catatan prestasi akademik yang baik pula (Sui-Chu Ho 2005; Zimmerman & Pons 1986). Semakin tinggi strategi pengaturan diri dalam belajar, maka semakin tinggi pula prestasi akademiknya (Salmeron-Perez et al. 2010).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia ibu dan lama pendidikan ibu berpengaruh terhadap gaya pengasuhan yang diterapkan. Gaya pengasuhan otoritatif berpengaruh positif signifikan terhadap motivasi, sedangkan gaya pengasuhan permisif berpengaruh negatif signifikan terhadap motivasi. Strategi pengaturan diri dalam belajar dipengaruhi motivasi secara positif signifikan, dan prestasi akademik remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu lama pendidikan ibu, gaya pengasuhan otoritatif, gaya pengasuhan otoriter, dan strategi pengaturan diri dalam belajar.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Hampir 60 persen remaja dalam penelitian ini berjenis kelamin perempuan. Lebih dari separuh remaja memiliki ayah dan ibu berusia dewasa madya dengan lama pendidikan di bawah 12 tahun. Besar keluarga remaja dalam penelitian ini terkategori sedang (5-7 orang) dengan 75.8 persen keluarga remaja memiliki pendapatan per kapita di atas garis kemiskinan. Sebagian besar remaja mempersepsikan gaya pengasuhan authoritative, kemudian lebih dari separuh remaja memiliki motivasi kategori sedang dan strategi pengaturan diri dalam belajar kategori rendah.

(35)

pendidikan ibu, gaya pengasuhan otoritatif, gaya pengasuhan otoriter, dan strategi pengaturan diri dalam belajar.

Saran

Perilaku orangtua dalam pengasuhan memiliki peranan yang sangat penting dalam pencapaian prestasi akademik anak. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa gaya pengasuhan otoritatif adalah salah satu gaya pengasuhan yang paling baik untuk diterapkan karena memiliki pengaruh yang cukup besar dalam pencapaian prestasi akademik remaja. Oleh sebab itu, orangtua dapat membantu remaja dalam meningkatkan prestasi akademiknya dengan mempertahankan gaya pengasuhan otoritatif dan mulai menghilangkan gaya pengasuhan otoriter serta gaya pengasuhan permisif. Orangtua dapat memberikan perhatian, pujian, dan kehangatan dengan meningkatkan intensitas komunikasi dengan remaja, serta mengurangi tuntutan kepada, dan mempererat hubungan agar dapat menjadi tempat curahan atas segala permasalahan yang sedang dihadapinya. Selain itu, orangtua dapat membantu dan membimbing dalam mengerjakan tugas sekolahnya, serta mengawasi aktivitas remaja setelah pulang sekolah.

Motivasi merupakan salah satu faktor yang harus ditingkatkan dalam penggunaan strategi pengaturan diri. Penelitian ini menemukan bahwa dimensi perceived choice pada motivasi memiliki persentase terbesar dalam kategori rendah. Hal ini berarti dalam melakukan proses belajar, remaja masih sering merasa terpaksa dan tidak memiliki pilihan lain selain mengikuti proses belajar tersebut. Orangtua dapat memberikan pilihan lain kepada remaja dalam melakukan proses belajar, seperti memperbolehkan remaja dalam mengikuti kegiatan lain di luar proses belajar, menciptakan lingkungan belajar yang nyaman dan kondusif, serta memberikan kebebasan dalam memilih tempat belajar yang disukainya (les, atau sekolah). Selain itu, remaja juga dapat meningkatkan motivasi dalam dirinya dengan melakukan hal-hal yang menyenangkan dan menghibur di saat jenuh dalam belajar, seperti melakukan eksperimen, mengikuti kegiatan sekolah yang disukai, atau lainnya.

(36)

diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai prestasi akademik dengan menambahkan variabel-variabel lain yang diduga memiliki pengaruh terhadap prestasi akademik namun belum diteliti dalam penelitian ini, seperti self-esteem, self efficacy, atau variabel lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

[BKKBN]. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. 1998. Data Besar Keluarga. Jakarta: BKKBN.

[BPS]. Badan Pusat Statistik. 2011. Provinsi Jawa Barat [internet]. [diunduh pada 2014 Mei 15]. Tersedia pada: www.jabar.bps.go.id/subyek/jumlah-dan- presentase-penduduk-miskin-dan-garis-kemiskinan-menurut-kabupatenkota-2011.

[IEA]. International Association for the Evaluation of Educational Achievement. 2011. Highlight from TIMSS 2011: The South African Perspective. Human Sciences Research Council (HSRC): IEA.

[OECD]. Organization for Economic Cooperation and Development. 2010. PISA 2009 Database. Di dalam What Students Know and Can Do: Student Performance in Reading, Mathematics and Sciences. Executive Summary. [Permendikbud]. Peraturan Pemerintah Pendidikan dan Budaya No. 81A Tahun 2013

tentang Implementasi Kurikulum [internet]. [diunduh pada 2014 Mei 27]. Tersedia pada: urip.files.wordPr.com/2013 /06/salinan-permendikbud-nomor-81a-tahun-2013-tentang-implementasi-kurikulum-garuda.pdf

[SDT] Self Determination Theory. 2014. Intrinsic motivation inventory (IMI) [internet]. [diunduh 2014 Mar 3]. Tersedia pada: www. selfdeterminationtheory.org/questionnaires.

Abuya BA, Mutisya M, Ngware M. 2014. Assosiation between mother’s

education and grade six children numeracy and literacy in Kenya. Education. 3-13.

Alfiasari, Latifah M, Wulandari A. 2011. Pengasuhan otoriter berpotensi menurunkan kecerdasan sosial, self-esteem, dan prestasi akademik remaja. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen. 4 (1): 46-56.

Amelia R. 2013. Pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik individu, kecerdasan kognitif, dan self regulated learning terhadap prestasi akademik remaja [skripsi]. Bogor (ID): Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Asmaliyah. 2009. Hubungan antara persepsi remaja awal terhadap pola asuh orangtua otoriter dengan motivasi berprestasi di SMPN 13 Malang [skripsi]. Malang (ID): Jurusan Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.

Baumrind D. 1966. Effects of otoritatif parental control on child behavior. Child Development. 37(4): 887-907.

Bojeva ME. 1998. Parenting style and adolescent’s learning strategies in the urban

comunity. Journal of Multicultural Counseling and Development. 26 (2): 110-119.

(37)

Calhoun JF, Acocella JS. 1990. Psikologi tentang Penyesuaian dan Hubungan Kemanusiaan. Jakarta: Erlangga.

Clark F. 1983. Self administered desensitization behavior and therapy. Journal of Behavior. 11: 56-59.

Chung MK. 2000. The development of self-regulated learning. The Institute of Asia Pasific Education Development. 1(1): 55-56.

Cramer KE. 2002. The influences of parenting styles on children’s classroom motivation [tesis]. The School of Human Ecology, Louisiana State University and Agricultural and Mechanical College.

Dwairy M, Achoul M, Abouserie R, Farah A, Sakhleh AA, Fayad M, Khan HK. 2006. Parenting styles in Arab societies: A first cross-regional research study. Journal of Cross-Cultural Psychology. 37: 230-247.

Elmanora, Muflikhati I, Alfiasari. 2012. Gaya pengasuhan dan perkembangan sosial emosi anak usia sekolah pada keluarga petani kayu manis. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen. 5 (2): 128-137.

Erden M, Uredi I. 2008. The effect of perceived parenting styles on self regulated learning strategies and motivational beliefs. International Journal about Parents in Education. 2 (1): 25-34.

Gracia F, Gracia E. 2009. Is always otoritatif the optimum parenting style? Evidence from spanish families. Adolescence. 44 (173).

Gunarsa. 2010. Dasar dan Teori Perkembangan Anak. Jakarta: BPK. Gunung Mulia.

Hastuti D. 2006. Analisis pengaruh model pendidikan prasekolah pada pembentukan anak sehat, cerdas, dan berkarakter secara berkelanjutan [disertasi]. Bogor (ID): Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Herniati H. 2011. Gaya pengasuhan, konsep diri, motivasi belajar, dan prestasi

belajar siswa SMA pada berbagai model pembelajaran [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Hidayah ST. 2012. Hubungan pola asuh orangtua dengan motivasi belajar siswa kelas V MI Negeri Sindutan Temon Kulon Progo [skripsi]. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.

Hidayat Y, Budiman D. 2000. Pengaruh penerapan pendekatan model self-regulated learning terhadap motivasi belajar siswa dalam pembelajaran penjas di Sekolah Dasar [tesis]. Yogyakarta (ID): Universitas Gajah Mada. Huey EL, Sayler MF, Rinn AN. 2013. Effects of family functioning and parenting

style on early entrant’s academic performance and program completion.

Journal for the Education of the Gifted. 36 (4): 418-432.

Hurlock EB. 1980. Psikologi Perkembangan Edisi ke 5. Istiwidayanti, Soedjarwo, penerjemah. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Development Psychology, A life Span Approach, Fifth Edition (Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan).

Inayah ERN. 2013. Motivasi berprestasi dan self-regulated learning. Jurnal Online Psikologi. 1(2).

Judd JS. 2005. The relationship between self-regulatory learning strategies and the academic achivement of high school chemistry students [tesis]. University

Gambar

Gambar 1 Pengaruh karakteristik keluarga, gaya pengasuhan, dan strategi pengaturan diri dalam belajar terhadap prestasi akademik remaja
Gambar 2 Kerangka Penarikan Contoh
Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data
Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan dimensi motivasi
+3

Referensi

Dokumen terkait

Objek tidak ada (tanah musnah), subjek diketahui, sertipikat tidak ada lagi dan dokumen pada Kantor Pertanahan masih ada, maka kebijakan yang diambil adalah hak atas tanah dan

A.3 Iterasi Rancangan Antena Mikrostrip Patch Segiempat dengan Pencatuan Aperture Coupled.. Gambar A.3.1 Iterasi Ukuran

The research was conducted from September to November, 2014. Its objective was 1) to analyze internal and external factors which influenced the strategy of developing

sekunder sama dengan tegangan induksi masing – masing lilitan pada primer. Tegangan yang menginduksikan sendiri pada tiap – tiap lilitan primer

Tesco Santosa selalu berubah-ubah baik dalam rupiah maupun dalam unit, Perubahan ini disebabkan oleh adanya perubahan-perubahan yang terjadi baik pada biaya

Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan dengan menggunakan alat analisis SEM dapat diketahui bahwa indikator yang paling dominan dari variabel gaya kepemimpinan

Untuk mengukur kinerja unit pelayanan pelanggan tersebut, dibutuhkan unsur sebagai acuan untuk memberikan penilaian terhadap hasil kinerja penyedia layanan publik,

Titik kesamaan hotel Aryuka dengan pesaing adalah menyediakan jasa perhotelan dan konsep hotel budget, sedangkan titik perbedaan yaitu pelayanan dengan menyampaikan nilai