• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan strategi pembelajaran aktif metode information search dan role play dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada materi fiqih

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan strategi pembelajaran aktif metode information search dan role play dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada materi fiqih"

Copied!
143
0
0

Teks penuh

(1)

PADA MATERI FIQIH

(Penelitian tindakan kelas di MTs Muhammadiyah I Ciputat)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh: FAUZUL AZIM

NIM: 1110011000026

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

i

Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran fiqih dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif metode information search

dan role play. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, pada konsep shalat bejamaah. Subjek penelitiannya adalah siswa kelas VII II MTs Muhammadiyah I Ciputat yang berjumlah 32 orang. Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus, terdiri atas perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, evaluasi serta analisis dan refleksi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan strategi pembelajaran aktif metode information search dan role play mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Pada siklus I ketuntasan belajar mencapai 72% dan pada siklus II ketercapaian ketuntasan hasil belajar meningkat yaitu mencapai 100% dan respon siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif metode information search dan role play sebagian besar positif. Siswa senang dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif metode information search dan role play pada konsep shalat berjamaah dan mereka mampu belajar aktif.

(6)

iii

kekuatan dan ridha-Nya sehingga penulisan skripsi ini dengan judul “Penerapan

Strategi Pembelajaran Aktif Metode Information Search dan Role Play Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Fiqih” di MTs Muhammadiyah I

Ciputat telah dapat terselesaikan dengan baik dan lancar.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S.PdI) di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari dalam penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan

sebagaimana diharapkan, walaupun waktu, tenaga dan pikiran telah dicurahkan

dengan segala keterbatasan penulis demi terselesaikannya penulisan skripsi ini,

semoga karya ini dapat memberikan manfaat kepada penulis khususnya dan kepada

pembaca pada umumnya.

Terselesaikan skripsi ini tidak terlepas dari partisipasi dan bantuan berbagai

pihak. Adapun pihak-pihak yang berjasa itu adalah:

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

2. Kepala Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Sekretaris jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Jakarta beserta staff

jurusan Pendidikan Agama Islam yang selalu memberikan kemudahan

dalam pengurusan administrasi di Jurusan Pendidikan Agama Islam

(7)

iv

pembelajaran PAI, yang selalu memberikan kemudahan dan koreksi

dalam penulisan skripsi ini.

5. Prof. DR. H. Armai Arief, MA selaku dosen pembimbing akademik

yang selalu bisa meluangkan waktu untuk melakukan konsultasi bidang

akademik.

6. Kepada karyawan/ti perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan

Keguruan serta perpustakaan utama UIN Jakarta.

7. Ibuk Susanti, S.Pd selaku Kepala Madrasah di MTs Muhammadiyah I

Ciputat, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

melaksanakan penelitian di madrasah bersangkutan.

8. Ibuk Icih Herawati,BA selaku guru bidang studi fiqih di MTs

Muhammadiyah I Ciputat, yang telah meluangkan waktu dan

memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengajar dan meneliti

pada mata pelajaran fiqih di madrasah bersangkutan.

9. Kepada adik dan saudara-saudara ku ; Andriko, Indra Gunawan,

Nurhidayati, Muhammad Kalam Illahi yang selalu dekat dihati.

10.Kepada Ayahanda Syafrizal dan Ibunda Maimurni sekeluarga,

Salmayeni Asmara dan Muhammad Nur Dzaki yang selalu mencurahkan hati dan do’a nya sebagai penyemangat bagi penulis. 11.Teman-teman Pendidikan Agama Islam, khususnya angkatan 2010 UIN

Jakarta, semangat untuk anak-anak rantau (Roaz, Kharis, Hendri, Fadly)

dan teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

12.Teristimewa kepada Ayahanda Hardianto dan Umi ku tersayang

Syafrida yang selalu mencurahkan kasih sayang dan dukungannya baik

(8)

v

selalu terjalin. Aminn

Ciputat, 28-Agustus 2014

Penulis

(9)

vi

LEMBARAN PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 5

C.Batasan Masalah ... 5

D.Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II LANDASAN TEORI A.acuan teori dan fokus penelitian……….…. 7

1. Kajian Teori tentang Strategi Pembelajaran Aktif ... 7

a. Pengertian Strategi Pembelajaran ... 7

b. Pengertian Pembelajaran Aktif ... 9

c. Prinsip- Prinsip Belajar Aktif ... 11

d. Ciri- Ciri Pembelajaran Aktif ... 13

e. Teori Belajar yang Melandasi Pembelajaran Aktif ... 13

2. Metode Information Search Dan Role Play ... 16

a. Information Search ... 16

b. Role Play ... 17

c. Langkah-Langkah Information Search dan Role Play ... 19

(10)

vii

a. Pengertian Belajar ... 22

b. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Belajar ... 23

c. Pengertian Hasil Belajar ... 25

d. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 27

e. Pembelajaran Fiqih………. 29

B.Hasil penelitian yang relevan ... 27

C.Kerangka berpikir……… 36

D.Hipotesis tindakan ……….. 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 38

B. Metode dan Desain Intervensi Tindakan ... 38

C. Subjek Penelitian ... 39

D. Peran dan Posisi Peneliti Dalam Penelitian ... 39

E. Tahapan Intervensi Tindakan yang diharapkan ... 39

F. Hasil Intervensi Tindakan Yang Diinginkan ... 43

G. Data dan Sumber Data ... 43

H. Instrumen- Instrumen Pengumpulan Data Yang Diinginkan ... 43

I. Teknik Pengumpulan Data ... 44

J. Teknik Pemeriksaan KeterpercayaanStudi ... 45

K. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis ... 47

L. Pengembangan Perencanaan Tindakan ... 49

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A.Temuan Hasil Penelitian……….…. 52

1. Siklus I………...……… 52

2. Siklus II……….. 59

B.Pembahasan ... …. 64

(11)

viii

(12)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah untuk mencerdaskan

kehidupan bangsa. Upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, dapat dilakukan

melalui pendidikan. Pendidikan membutuhkan seorang guru yang profesional untuk

mewujudkan hal tersebut.

Semua orang yakin bahwa guru memiliki andil yang sangat besar terhadap

keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu

perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal.

Keyakinan ini muncul karena manusia adalah makhluk lemah, yang dalam

perkembangannya senantiasa membutuhkan orang lain, sejak lahir, bahkan pada saat

meninggal. Semua itu menunjukan bahwa setiap orang membutuhkan orang lain

dalam perkembangannnya, demikian halnya peserta didik.1 Setiap peserta didik bisa

berkembang secara optimal, apabila ada usaha yang optimal dari peserta didik dan

pendidik.

Sebagai pendidik, guru harus bisa berpacu dalam pembelajaran, dengan

memberikan kemudahan belajar bagi peserta didik, agar dapat mengembangkan

potensinya secara optimal. Dalam hal ini guru dituntut harus kreatif, professional dan

meyenangkan dalam mengajar, dengan memposisikan dirinya sebagai pendidik serta

fasilitator yang selalu siap memberikan kemudahan bagi peserta didiknya.

Jika dilihat dari kenyataan sekarang tentulah sangatlah berbeda, kebanyakan

dari pada guru hanya menggunakan metode ceramah yang sangat sedikit melibatkan

peserta didik untuk aktif didalamnya. Hal ini terjadi pada Madrasah Tsanawiyah I

Ciputat. Guru lebih sering menggunakan metode ceramah, dibanding metode

pembelajaran aktif lainnya. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan peneliti

1

E. Mulyasa, Menjadi Guru Professional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Meyenangkan,

(13)

terhadap guru bidang studi Fiqih di Madrasah Tsanawiyah I Ciputat, peneliti

menyimpulkan ada beberapa alasan yang menyebabkan guru lebih sering

menggunakan metode ceramah yaitu: 1) Kemampuan kepribadian dan kompetensi

guru yang masih kurang, penggunaan metode ceramah di sekolah bagi guru sudah

menjadi kebiasaan dari dulu, hal ini dianggap lebih mudah dan lebih praktis untuk

dilaksanakan, 2) Fasilitas media di sekolah yang masih kurang, terutama alat untuk

peraga, sekalipun ada penggunaan media peraga, namun untuk beberapa tahun

terakhir ini tidak digunakan lagi, dikarenakan peralatan yang ada sudah berdebu dan

usang, sehingga guru menjadi kurang tertarik untuk menggunakan media peraga yang

ada. Selanjutnya penyediaan alat lain seperti proyektor di sekolah hanya mempunyai

satu proyektor, namun dalam penggunaannya, guru sedikit mempunyai keterbatasan,

sehingga penggunaan media proyektor sulit dilaksanakan pada pembelajaran fiqih di

sekolah tersebut. Ketidakaktifan guru dalam pengunaan metode yang bervariasi akan

berakibat pada minat siswa, penggunaan metode ceramah yang terus menerus

meyebabkan suasana belajar menjadi tidak kondusif, beberapa siswa terlihat sibuk

dengan aktivitasnya sendiri. Sehinggga hal ini berakibat langsung pada hasil belajar

siswa.2

Berdasarkan hasil wawacara dengan guru bidang studi fiqih, kebanyakan siswa

masih belum bisa mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah

ditetapkan oleh sekolah, tepatnya dikelas VII MTs Muhammadiyah I Ciputat. Hal ini

dibuktikan dengan melihat hasil belajar siswa, yang meliputi tugas harian, ulangan

harian dan ujian semester yang diperoleh siswa yang masih rendah. Dari data yang

ada lebih kurang sekitar 65% siswa yang baru mencapai ketuntasan yang telah

ditetapkan.3

Faktor lain yang menyebabkan nilai siswa rendah adalah kurangnya minat baca

siswa terhadap sumber belajar yang ada. Pelajaran Fiqih di sekolah, khususnya

2

Hasil Wawancara dengan guru bidang studi fiqih di MTs Muhammadiyah I Ciputat pada 12April 2014

3

(14)

madrasah berkenaan dengan kebutuhan ibadah untuk siswa dalam kehidupannya

sehari-hari, materi ini sangatlah penting untuk dipahami secara jelas oleh setiap siswa

di madrasah. Setiap praktek ibadah dalam kehidupan sehari-hari berhubungan erat

dengan materi Fiqih. Sehingga pelajaran Fiqih sangatlah membutuhkan keaktifan dari

pada peserta didik salah satunya dalam hal membaca. Melihat kondisi saat ini di

Indonesia khususnya, sangatlah mengkawatirkan, minat baca para siswa di

sekolah-sekolah sangatlah rendah. Hal ini dibuktikan dari data Badan Pusat Statistik tahun

2006 menunjukan bahwa penduduk Indonesia yang menjadikan bacaan sebagai

sumber informasi baru sekitar 23,5%. Sedangkan yang menonton televisi 85,9% dan-

mendengarkan radio 40,3%.4

Masalah diatas terjadi pula pada para siswa di MTs Muhammadiyah I Ciputat,

kebanyakan siswa mempunyai minat baca yang rendah khususnya kelas VII

Madrasah Tsanawiyah.Berdasarkan pengamatan peneliti di lapangan, kebanyakan

siswa mempunyai minat baca yang rendah hal ini dikarenakan pertama, berasal dari

faktor pribadi siswa yang sangat sedikit mempunyai hobi membaca terutama

membaca buku pelajaran, sebagai bukti disaat sebelum pelaksanaan proses belajar

mengajar, kebanyakan siswa belum membaca materi yang akan dipelajari. Padahal

untuk menemukan sumber bacaaan, sekolah telah menyediakan perpustakaan

sekolah, namun kebanyakan para siswa tidak memanfaatkan fasilitas tersebut dengan

baik. Faktor kedua, keadaan perpustakaan yang masih berantakan, berdebu dan

buku-buku yang ada belum tersusun dengan baik, sehingga membuat siswa menjadi malas

dan merasa kesulitan untuk memperoleh buku-buku yang dibutuhkannya.5

Pada mata pelajaran Fiqih siswa selain dituntut mau membaca untuk

meningkatkan pengetahuannya. Siswa juga harus bisa mengaktualisasikan

pengetahuan mereka tersebut dalam bentuk perbuatan. Karena seperti yang kita

ketahui pelajaran Fiqih di madrasah tidak terlepas dari yang namanya praktek ibadah.

4

http://sahabatguru.wordpress.com/2012/08/29/fakta-minat-baca-di-indonesia/ 27/09/2013

;13:37

5

(15)

Maka dibutuhkan cara belajar yang beragam yang juga dapat mencakup semua aspek

;aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Sebagaimana yang dikutip oleh Pupuh

Fathurrohman dari Vernon A. Magnesen yang mengatakan: “Kita belajar berdasarkan

10% apa yang kita baca, 20% dari apa yang kita dengar, 30% dari apa yang kita lihat,

50% dari apa yang kita lihat dan dengar, 70% dari apa yang kita katakan, dan 90%

dari apa yang kita katakan dan lakukan”.6

Kalangan pendidikpun telah menyadari bahwa peserta didik memiliki

bermacam cara belajar. Sebagian siswa belajar dengan sangat baik hanya dengan

melihat orang lain melakukannya. Biasanya, mereka ini menyukai penyajian

informasi yang runtut. Mereka lebih suka menuliskan apa yang dikatakan guru.

Selama pelajaran, mereka biasanya diam dan jarang terganggu oleh kebisingan.

Peserta didik visual berbeda dengan tipe auditori, yang biasa tidak sungkan-sungkan untuk memperhatikan apa yang dilakukan guru dan membuat catatan. Mereka

mengandalkan kemampuan untuk mendengar dan mengingat. Selama pelajaran,

mereka mungkin banyak bicara dan mudah teralihkan perhatiannya oleh suara atau

kebisingan. Selanjutnya, peserta didik kinestetik belajar terutama dengan terlibat langsung dalam kegiatan.7 Perberdaan gaya belajar ini menjadi tantangan untuk

seorang pendidik, guna memenuhi kebutuhan ini, pengajaran yang dilakukan haruslah

bersifat multisensori dan penuh variasi, demi tercapainya keberhasilan belajar yang

lebih baik.

Perlu dipahami juga bahwa pemilihan dan penetapan prosedur, metode atau

teknik belajar mengajar yang paling tepat dan efektif menjadi bagian untuk mencapai

keberhasilan dalam belajar. Sehingga perlu dipahami bahwa suatu metode mungkin

hanya cocok untuk dipakai untuk mencapai tujuan tertentu. Jadi, dengan sasaran

yang berbeda, guru hendaknya jangan menggunakan teknik penyajian yang sama.

Bila beberapa tujuan ingin diperoleh, kita dituntut untuk memiliki kemampuan

6 Pupuh fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum dan Islami (Bandung: PT Refika Aditama, 2009), Cet. III, h.3.

(16)

menggunakan berbagai metode atau mengkombinasikan beberapa metode yang

relevan.8

Berdasarkan hal tersebut, peneliti mencoba menawarkan strategi pembelajaran

aktif. Adapun metode pembelajaran yang ditawarkan adalah Strategi pembelajaran

aktif metode Information Search dan Role Play , metode ini adalah kombinasi dari dua metode menjadi satu (two in one). Hal ini dilakukan agar pembelajaran tidak hanya terpaku pada cara tertentu yang menoton, melainkan mencoba melakukan

variasi metode yang digunakan dengan tepat.

Berdasarkan penjelasan di atas peneliti mencoba mengkaji lebih dalam

penggunaan metode Information Search dan Role Play dalam mata pelajaran Fiqih Islam di Madrasah Tsanawiyah I Ciputat. Dengan judul penelitian “Penerapan

Strategi Pembelajaran Aktif Metode Information Search dan Role Play Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Fiqih”

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas mengenai penerapan model pengajaran aktif

dengan metode Information Search dan Role Play , maka permasalahan penelitian yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:

1. Kurangnya variasi dalam pembelajaran fiqih di sekolah yang hanya berpusat pada guru dengan penggunaan metode ceramah.

2. Rendahnya hasil belajar siswa pada pelajaran fiqih. Ketuntasan belajar hanya mencapai 65%.

3. Kurangnya minat baca para siswa.

4. Beragamnya kemampuan siswa dalam memahami dan menangkap pelajaran.

8 Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, SBM (Strategi Belajar Mengajar) untuk Fakultas Tarbiyah

(17)

C. Batasan Masalah Penelitian

Dari beberapa identifikasi masalah yang ditemukan, penelitian ini dibatasi pada

masalah hasil belajar siswa pada mata pelajaran Fiqih mengenai materi pelaksanaan

shalat berjamaah melalui penerapan strategi pembelajaran aktif dengan metode

Information Search dan Role Play. Siswa yang dimaksud diatas adalah siswa kelas VII-2 Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah I Ciputat tahun ajaran 2013/2014.

D. Perumusan Masalah penelitian

Perumusan masalah pada penelitian ini adalah: Bagaimana hasil belajar siswa

pada materi fiqih (tentang pelaksanaan Shalat berjamaah) melalui penerapan strategi

pembelajaran aktif metode Information Search dan Role Play di MTs Muhammadiyah I Ciputat?

E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian

1. Tujuan penelitian

Adapun Tujuan penelitian ini dilakukan adalah sebagai berikut: Untuk

mendeskripsikan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Fiqih (tentang

pelaksanaan shalat berjamaah) melalui penerapan strategi pembelajaran

aktif dengan metode Information Search dan Role Play. 2. Kegunaan hasil penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka dengan dilakukannya penelitian

ini diharapkan bisa memberikan manfaat bagi seluruh masyarakat

pendidikan, diantaranya:

a.Bagi guru: sebagai bahan untuk pembelajaran, tentang pentingnya

penggunaan strategi pembelajaran aktif dalam kegiatan belajar mengajar .

b.Bagi peneliti: sebagai langkah awal untuk pengembangan keilmuan dan

bahan untuk pelaksanaan penelitian selanjutnya dengan mata pelajaran

(18)

7

A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti

1. Kajian Teori Tentang Strategi Pembelajaran Aktif a. Pengertian Strategi Pembelajaran

Secara umum strategi mempunyai pengertian sebagai suatu garis besar

haluan dalam bertindak untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dilihat

dalam kaitannya dalam pembelajaran, strategi disini dimaksudkan sebagai

daya upaya guru dalam menciptakan suatu sistem lingkungan yang

memungkinkan terjadinya proses mengajar.1

Sedangkan dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai a plan, method, or series of activities designed to achieves a particular educational goal. Jadi dengan demikian strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk

mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Lebih jelasnya Kemp menjelaskan seperti dikutip oleh Wina Sanjaya,

bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus

dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara

efektif dan efisien. Senada dengan pendapat ini, Dick dan Carey menyebutkan

bahwa strategi pembelajaran itu adalah suatu set materi dan prosedur

(19)

pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil

belajar pada siswa.2

Dalam buku strategi belajar mengajar dijelaskan bahwa, strategi dasar

dalam pendidikan meliputi empat masalah pokok yang dapat menjadikan

pedoman dalam keberhasilan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yaitu:

1) Mengidentifikasi Spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan

kepribadian yang hendak dicapai dalam kegiatan belajar mengajar.

Dengan kata lain menentukan sasaran dari kegiatan belajar mengajar

tersebut. Sasaran itu harus dirumuskan secara jelas dan kongkret sehingga

mudah dipahami peserta didik.

2) Memilih cara pendekatan belajar mengajar yang dianggap paling tepat

dan efektif untuk mencapai sasaran.

3) Memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik belajar mengajar

yang dianggap paling tepat dan efektif.

4) Menetapkan norma-norma atau kriteria keberhasilan sehingga guru

mempunyai pegangan yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai sampai

sejauh mana keberhasilan tugas-tugas yang dilakukannya.3

Penggunaan strategi pembelajaran sangatlah perlu karena untuk

mempermudah proses pembelajaran sangat perlu karena untuk mempermudah

proses pembelajaran sehingga dapat mencapai hasil yang optimal. Tanpa

strategi yang jelas, proses pembelajaran tidak akan terarah sehingga tujuan

pembelajaran yang telah ditetapkan sulit tercapai secara optimal, dengan kata

lain pembelajaran tidak dapat berlangsung secara efektif dan efisien.

Strategi pembelajaran sangat berguna bagi guru maupun siswa. Bagi

guru, strategi dapat dijadikan pedoman dan acuan bertindak yang sistematis

dalam pelaksanaan pembelajaran. Bagi siswa, penggunaan strategi

2 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorentasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet.8, h.126.

(20)

pembelajaran dapat mempermudah proses belajar (mempermudah dan

mempercepat memahami isi pembelajaran), karena setiap strategi

pembelajaran dirancang untuk mempermudah proses belajar siswa. Hubungan

ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar hubungan strategi pembelajaran

Dari penjelasan di atas jelas bagi kita strategi sangatlah penting bagi

persiapan pembelajaran, begitu pula pada pembelajaran fiqih di madrasah.

Strategi pembelajaran fiqih berisi perencanaan tentang pembelajaran materi

fiqih , sehingga tujuan pembelajaran fiqih tersebut dapat dicapai secara efektif

dan efisien, sehingga pada akhirnya bisa meningkatkan hasil belajar siswa.

b. Pengertian Pembelajaran Aktif

Pembelajaran aktif merupakan pendekatan pembelajaran yang lebih

banyak melibatkan aktivitas siswa dalam mengakses berbagai informasi dan

pengetahuan untuk dibahas dan dikaji dalam proses pembelajaran di kelas, Bagi guru

Strategi

pembelajaran

Peningkatan Hasil

belajar siswa

(21)

sehingga mereka mendapatkan berbagai pengalaman yang dapat

meningkatkan pemahaman dan kompetensinya.4

Untuk mengetahui konsep pembelajaran aktif Melvin L. Silberman

mengemukakan kata-kata bijak dari seorang filosofis Cina, Confucius yang

hidup lebih 2400 tahun lalu yang menyatakan:

What I hear, I forget (apa yang saya dengar, saya lupa)

What I see, I remember (apa yang saya lihat, saya ingat)

What I do, I understand (apa yang saya lakukan, saya paham)

Tiga peryataan diatas kemudian dikembangkan oleh Melvin L. Silberman

yang menjadi sesuatu yang ia sebut sebagai belajar aktif. Pengembangan

peryataan itu adalah:

What I hear, I forget (apa yang saya dengar saya lupa)

What I hear, see and ask question about or discuss with someone else, I begin to understand (Apa yang saya dengar, lihat dan tanyakan atau diskusikan dengan beberapa teman, saya mulai paham).

What I hear, see, discuss, and do, I acquire knowledge and skill (Apa yang saya dengar, lihat, diskusikan, dan lakukan, saya memperoleh

pengetahuan dan keterampilan).

What I teach to another, I master (Apa yang saya ajarkan pada orang lain, saya menguasainya)5

Secara impilisit Melvin L. Silberman ingin menunjukan bahwa belajar

lebih bermakna dan bermanfaat apabila siswa menggunakan semua alat indra,

mulai dari telinga, mata, sekaligus berpikir mengolah informasi dan ditambah

dengan mengerjakan sesuatu.6

4 Rusman, Model-Model Pembelajaran; Mengembangkan Profesionlisme Guru (Jakarta: PT

Grafindo Persada, 2011), Cet. 3, h. 324.

5 Mel Siberman. Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif (Yogyakarta:Pustaka Insan Madani,2009), Cet.6, h.1-2.

(22)

Dari penjelasan ini dapat diketahui bahwa pembelajaran aktif adalah

suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar aktif. Ketika

peserta didik belajar dengan aktif, berarti mereka yang mendominasi aktivitas

pembelajaran. Dengan belajar aktif ini, peserta didik diajak untuk ikut serta

dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya mental akan tetapi juga

melibatkan fisik. Melalui cara ini biasanya peserta didik akan merasakan

suasana belajar yang lebih menyenangkan, sehingga pada akhirnya hasil

belajar dapat dimaksimalkan.7

c. Prinsip-Prinsip Belajar Aktif

Prinsip-prinsip belajar aktif dapat dilihat dari beberapa aspek:

1) Aspek subjek peserta didik

a) Adanya keberanian untuk mewujudkan minat, keinginan maupun

dorongan dari anak dalam proses belajar mengajar. Anak tanpa

rasa takut menyampaikan pendapatnya.

b) Adanya keinginan atau keberanian untuk mencari kesempatan untuk

berpartisipasi dalam proses belajar mengajar, baik dalam tahap

persiapan pelaksanaan maupun tindak lanjut.

c) Adanya usaha maupun kreatifitas anak dalam menyelesaikan

kegiatan belajar sehingga mencapai hasil yang maksimal.

d) Adanya dorongan ingin tahu yang besar (curiousity) pada siswa untuk mengetahui dan mengerjakan sesuatu yang baru dalam

proses belajar mengajar.

e) Adanya perasaan lapang dan bebas dalam melakukan sesuatu tanpa

tekanan dari siapapun termaksuk guru dalam proses belajar

mengajar.

2) Aspek guru

(23)

a) Adanya usaha untuk membina dan mendorong subjek didik dalam

meningkatkan kegairahan serta partisipasi siswa secara aktif dalam

proses belajar mengajar.

b) Adanya kemampuan guru dalam melakukan peran sebagai

motivator terhadap hal-hal baru di bidang masing-masing dalam

proses belajar mengajar.

c) Adanya sikap tidak mendominasi kegiatan belajar mengajar. Guru

hanya berfungsi sebagai fasilitator.

d) Adanya pemberian kesempatan kepada siswa untuk belajar menurut

cara, irama maupun tingkat kemampuan masing-masing individu.

e) Adanya kemampuan untuk menggunakan berbagai macam strategi

belajar mengajar dan menggunakan multimedia maupun multi

metode dalam proses belajar mengajar.

3) Aspek program

a) Adanya program pengajaran yang memuat tujuan materi, metode

yang dapat memenuhi kebutuhan, minat maupun kemampuan

subjek didik.

b) Adanya program yang memungkinkan terjadinya pengembangan

konsep dan metode maupun aktivitas siswa dalam proses belajar

mengajar.

c) Program yang luwes dalam penentuan media dan metode sehingga

semua siswa dapat memahami materi dalam proses belajar

mengajar.

4) Aspek situasi belajar mengajar

a) Adanya situasi belajar mengajar yang di dalamnya terdapat

komunikasi, baik antara guru dengan siswa maupun siswa dengan

(24)

b) Ada kegairahan maupun kegembiraan belajar siswa dalam proses

belajar mengajar.8

d. Ciri-Ciri Pembelajaran Aktif

1) Adanya keterlibatan siswa dalam menyusun atau membuat

perencanaan.

2) Adanya keterlibatan intelektual-emosional siswa, baik melalui

kegiatan mengalami, menganalisis, berbuat, atau pembentukan sikap.

3) Adanya keikutsertaan siswa secara kreatif dalam menciptakan situasi

yang cocok untuk kelangsungan proses belajar mengajar.

4) Guru bertindak sebagai fasilitator dan koordinator kegiatan belajar

siswa, bukan sebagai pengajar atau instruktur yang mendominasi

kegiatan kelas.

5) Menggunakan bermacam-macam metode teknik secara bervariasi,

disamping penggunaan alat dan media secara terencana dan

terintegrasi dalam pengajaran.9

e. Teori Belajar yang Melandasi Belajar Aktif

Salah satu landasan teori pendidikan modern adalah teori kontruktivisme.

Pendekatan ini pada dasarnya menekankan pentingnya siswa membangun

sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif proses belajar mengajar.

Proses belajar mengajar lebih diwarnai student centered daripada teacher centered .10

8 Abu Ahmadi, op.cit., h.129-131.

9 Basyiruddin, Metodologi Pembelajaran Agama Islam (Jakarta Selatan: Ciputat Press, 2002), Cet.I, h.27.

(25)

Salah satu prinsip kontruktivisme adalah guru tidak hanya sekadar

memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri

pengetahuan dibenaknya. Guru bertugas memberikan kemudahan untuk

proses ini, dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan

atau menerapkan ide-ide mereka sendiri. Sebagian besar waktu proses belajar

mengajar berlangsung dengan berbasis pada aktivitas siswa.11

Dengan dasar itu, pembelajaran harus dikemas menjadi proses

mengkonstruksi bukan menerima pengetahuan. Dalam proses pembelajaran,

siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif

dalam proses belajar mengajar. Siswa menjadi pusat kegiatan bukan guru.12

Untuk itu tugas guru hanya sebagai fasilitator, berikut ini dapat dirincikan

tugas guru tesebut adalah;

1) Menciptakan lingkungan yang inovatif.

2) Menyediakan bahan-bahan sebagai sumber belajar.

3) Membantu siswa mendapatkan pengalaman atau mengekplorasi

pengalaman.

4) Membantu siswa dalam membentuk konsep.

5) Membantu siswa dalam mengemukakan pikirannya.

6) Membantu siswa dalam menyelesaikan masalah.13

Sebagai kelanjutan dari hal ini metode information search dan role play yang akan dibahas lebih lanjut dapat disebut bagian dari proses ini,

sebagaimana disebutkan bahwa metode ini mengunakan prinsip student centered, yaitu siswa yang aktif sebagai pusat kegiatan belajar mengajar.

11 Trianto, Ibid., h.28. 12 Ibid., h.113.

13 Anisah Baslemen dan Syamsu Mappa, Teori Belajar Orang Dewasa, (Bandung: PT Rosda

(26)

2. Metode Information Search dan Role Play

Metode Information Search dan Role Play merupakan gabungan dari dua metode pembelajaran aktif menjadi satu. Penggabungan dua metode ini

bertujuan memberikan variasi pada kegiatan pembelajaran. Hal ini juga

bertujuan memberikan keseimbangan pada kemampuan peserta didik yang

beranekaragam dalam menangkap setiap materi pembelajaran.

Setiap peserta didik memiliki bermacam cara belajar. Sebagian siswa

belajar dengan sangat baik hanya dengan melihat orang lain melakukannya.

Biasanya mereka lebih suka menuliskan apa yang dikatakan guru. Selama

pelajaran, mereka biasanya diam dan jarang terganggu oleh kebisingan.

Peserta didik visual berbeda dengan tipe auditori, yang biasa tidak sungkan-sungkan untuk memperhatikan apa yang dilakukan guru dan membuat catatan.

Mereka mengandalkan kemampuan untuk mendengar dan mengingat. Selama

pelajaran, mereka mungkin banyak bicara dan mudah teralihkan perhatiannya

oleh suara atau kebisingan. Selanjutnya, peserta didik kinestetik belajar terutama dengan terlibat langsung dalam kegiatan.

Perlu kita ketahui, bahwa sedikit siswa yang mutlak satu jenis cara

belajar. Grinder menyatakan sebagaimana dikutip Melvin bahwa setiap 30

siswa, 22 diantaranya rata-rata dapat belajar secara efektif selama gurunya

menghadirkan kegiatan belajar secara efektif selama gurunya menghadirkan

kegiatan belajar yang mengkombinasikan antara visual, auditori dan

kinestetik.14 Guna memenuhi kebutuhan tersebut, metode Information Search

dan Role Play menawarkan pengajaran yang bersifat multisensori dan penuh dengan variasi.

(27)

a. Information search

MetodeInformation search adalah salah metode pembelajaran aktif, yaitu mencari informasi. Metode ini sangat membantu menjadikan materi yang

biasa-biasa saja menjadi lebih menarik.15 Dalam pelaksanaan metode ini siswa

belajar membaca sendiri bahan-bahan pelajaran dan mereka dituntut untuk

menemukan informasi yang kemudian menyimpulkan hasil bacaan mereka

tersebut berdasarkan intruksi guru sesuai dengan indikator pembelajaran.

Metode ini memberikan kemampuan kepada siswa untuk dapat berpikir kritis

dan mengembangkan kemampuan daya nalar mereka.

Tujuan yang hendak dicapai melalui penerapan metode ini adalah untuk

menumbuhkan minat baca siswa dengan mencari informasi melalui

sumber-sumber belajar yang ada.

Adapun tahapan yang dapat dilakukan secara umum mengenai penerapan

metode ini adalah:

1) Guru membagikan sumber materi pelajaran yang mencakup: buku

pegangan, dokumen, buku teks, panduan referensi, informasi yang

diakses melalui internet, artifak, dan lain sebagainya.

2) Memberikan pertayaan mengenai topik yang akan dibahas.

3) Membagi siswa dalam beberapa kelompok kecil.

4) Pembahasan informasi yang didapat.16

Sebagai catatan penting untuk penerapan metode ini diharapkan guru

mampu membuat pertayaan-pertayaan yang dapat mendorong peserta didik

untuk menjawabnya dengan cara menyimpulkan sumber informasi yang

tersedia.17

15Ibid., h.164.

(28)

b. Role Play

Role Play (bermain peran) merupakan metode belajar pengalaman (eksperiensial) yang sangat bermanfaat. Metode ini digunakan untuk

menggairahkan diskusi, menyemarakkan suasana, atau untuk merangsang atau

mengalami seperti apa rasanya suatu kejadian18. Bentuk peran yang dilakukan

siswa adalah bermain peran secara terarah, siswa diberikan instruksi yang

telah tersiapkan yang menyatakan fakta-fakta tentang peran yang mereka

mainkan dan cara mereka memperagakannya.

Adapun mengenai tahapan pelaksanaan penggunaan metode role play secara umum adalah sebagai berikut:

1) Persiapan; dalam tahap ini perlunya menentukan pokok masalah yang

akan didramasikan, menentukan para pemain, dan mempersiapkan para

siswa sebagai pendengar yang menyaksikan jalannya cerita.

2) Pelaksanaan; setelah masalah dan pemainnya dipersiapkan, dipersilakan

kepada mereka untuk mendramatisasikan masalah yang diminta selama

beberapa menit.

3) Tindak lanjut; kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah Tanya

jawab, diskusi, atau analisis persoalan.19

Ada beberapa tujuan pelaksanaan role play (bermain peran) , sesuai dengan jenis belajar yaitu:

1) Belajar dengan berbuat. Para siswa melakukan peranan tertentu sesuai

dengan kenyataan yang sesungguhnya. Tujuanya adalah untuk

mengembangkan keterampilan interaktif atau

keterampilan-keterampilan reaktif.

18Ibid., h.55.

(29)

2) Belajar melalui peniruan (imitasi). Para siswa pengamat drama

menyamakan diri dengan pelaku (aktor) dan tingkah laku mereka.

3) Belajar melalui balikan. Para pengamat mengomentari (menanggapi)

perilaku pemain/ pemegang peran yang telah ditampilkan. Tujuannya

untuk mengembangkan prosedur-prosedur kognitif dan prinsip-prinsip

yang mendasari perilaku keterampilan yang telah didramatisasikan.

4) Belajar melalui pengkajian, penilaian dan pengulangan. Para peserta

dapat memperbaiki keterampilan-keterampilan mereka dengan

mengulanginya dalam penampilan berikutnya.20

Adapun Dampak psikologis dan paedagogis dari metode pembelajaran Role Play (bermain peran) terhadap siswa antara lain:

1) Menimbulkan rasa tanggung jawab masing-masing untuk berhasilnya

peran yang dilakukan mereka (sense of responsibility).

2) Mempererat rasa kedekatan diatara mereka (sense of solidarity and sense of good relationship and closely).

3) Hasil pembentukan sikap kebersamaan ini (togetherness situation) dapat mereka aplikasikan dalam kehidupan nyata lingkungan masing-masing.

4) Guru dan peserta dapat bekerja sama membicarakan pokok bahasan yang

disepakati untuk diperankan.

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh pakar metodologi pembelajaran

Edgar Dale bahwa hasil pembelajaran melalui:

1) Alat indera penglihatan 75% dapat menyerap ilmu yang dilihat.

2) Alat indera pendengaran 13%, dapat menyerap ilmu yang didengar.

3) Alat indera lainnya 12%, dapat menyerap ilmu dengan ketiga alat indera

lainnya.21

(30)

Atas dasar penjelasan diatas Information Search dan Role Play bisa digolongkan pada golongan pertama, ini berarti metode ini dapat memberikan

kemungkinan efek positif yang banyak bagi keberhasilan belajar bagi siswa dalam

menyerap pengetahuan.

c. Langkah-Langkah Metode Pembelajaran Aktif Metode Information Search dan Role Play.

Tahapan-tahapan yang dapat dilakukan dalam pembelajaran aktif metode

Information Search dan Role Play adalah sebagai berikut: 1) Guru menyiapkan materi ajar yang mencakup:

 Selebaran yang berisi materi fiqih.

 Buku teks Fiqih Islam

2) Memberikan waktu kepada siswa untuk membaca buku teks dan

selebaran yang telah dibagikan bagi setiap individu, kemudian mencari

informasi penting tentang materi yang akan diajarkan dan siswa

menyimpulkan informasi yang didapat sesuai dengan pertayaan yang

telah diberikan oleh guru.22

3) Pada tahap selanjutnya siswa berkumpul dalam kelompok kecil yang

setiap kelompok terdiri minimal 4 sampai 5 orang.

4) Guru memberikan instruksi kepada masing-masing kelompok untuk

memerankan tentang materi yang telah dipelajari oleh siswa.

5) Tindak lanjut; melakukan tanya jawab, diskusi, dan kritik terhadap

pelaksanaan kegiatan pemeranan.

21 Aminudin Rasyad, Teori Belajar dan Pembelajaran. (Jakarta: UHAMKA Press, 2003), Cet. IV, h.116.

(31)

d. Kelebihan dan Kekurangan Metode Information Search dan Role Play

1) Segi Positif

a) Melatih anak untuk mendramatisasikan sesuatu serta melatih

keberanian.

b) Metode ini akan menarik perhatian anak sehingga suasana kelas

menjadi hidup.

c) Anak-anak dapat menghayati suatu peristiwa sehingga mudah

mengambil kesimpulan berdasarkan pengahayatan sendiri.

d) Anak dilatih untuk menyusun pikirannya dengan teratur.

2) Segi Negatif

a) Metode ini memerlukan waktu cukup banyak

b) memerlukan persiapan yang teliti dan matang

c) Kadang-kadang anak-anak tidak mau mendramatisasikan suatu

adegan karena malu.

e. Urgensi/ Pertimbangan Penggunaan Metode Information Search dan

Role Play.

Metode adalah cara digunakan untuk melaksanakan strategi

pembelajaran. Sedangkan strategi pembelajaran berisi perencanaan

pembelajaran untuk mencapai hasil belajar yang diharapkan.

Melalui strategi pembelajaran aktif dengan menggunakan metode

Information Search dan Role Play diharapkan siswa memperoleh manfaat sebagai berikut:

a) Siswa akan lebih termotivasi karena akan lebih mudah belajar di saat

enjoy.

b) Berlangsung dalam lingkungan yang tenang, karena percobaan dan

(32)

c) Adanya partisipasi dari semua kelompok, melalui metode Information Search dan Role Play siswa akan dituntut aktif, tanpa seorangpun bersikap pasif.

d) Setiap orang bertanggung jawab atas pembelajarannya masing-masing.

e) Disaat pelaksanaan pembelajaran, siswa mempunyai tugas

masing-masing untuk dikerjakan.

f) Fleksibel dan relevan.

g) Sesuatu menyatakan pemikirannya.

h) Masing-masing memberikan koreksi jika ada kesalahan.

Metode Information Search dan Role Play muncul sebagai jawaban atas kebutuhan siswa, setiap siswa punya kemampuan yang berbeda dalam

memahami pelajaran yang diajarkan. Ada siswa yang mempunyai kemampuan

memahami melalui pengalaman langsung, yang disebut gaya belajar

kinestetik, ada yang memahami pelajaran dengan dengan melihat, yang disebut gaya belajar visual dan ada juga yang menangkap pelajaran melalui ceramah ataupun suara, tipe ini disebut gaya belajar auditori. Setiap satu gaya belajar hal ini tidaklah dominan pada setiap siswa, ada yang memahami

dengan dua cara ataupun dengan tiga cara yang telah disebutkan diatas.

Dalam pelaksanaan metode Information Search dan Role Play untuk tahapan pertama melalui information search, siswa diarahkan untuk menggali dan mengumpulkan informasi dari sumber belajar yang ada. Pada tahapan

kedua siswa tidak hanya mendapatkan materi berupa pengetahuan tertulis saja,

tapi mereka diberikan kesempatan untuk menerapkannya melalui praktek,

(33)

3. Kajian Teori Tentang Hasil Belajar dan Pembelajaran Fiqih

a. Pengertian Belajar

Menurut pendapat yang tradisional, belajar itu ialah menambah dan

mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Pendidikan yang dimaksud disini

diutamakan pendidikan intelektual.23

E.R. Hilgard dan D.G. Marquis, sebagaimana dikutip Aminudin Rasyad,

mendefenisikan belajar sebagai: “Learning is the process by which an activity originates or is changed through training procedure (whether in the laboratory or in natural environment) as distringuished from changes by factor not attributable to training.”

Belajar merupakan proses mencari ilmu yang terjadi dalam diri seseorang

melalui latihan, pembelajaran dan sebagainya, sehingga terjadi perubahan

dalam diri.24

Belajar juga diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri

individu berkat adanya interaksi antara individu dan individu dengan

lingkungannya. Buton menyatakan “…Learning is change in the individual due to instruction of that individual and his environment, wich fells a need and makes him more capable of dealing adequennly with his environment…”.

Dalam pengertian ini terdapat kata change atau “perubahan” yang berarti

bahwa seseorang setelah mengalami proses belajar, akan mengalami

perubahan tingkah laku, baik aspek pengetahuannya, keterampilannya,

maupun aspek sikapnya.25

Lebih lanjut Abu Ahmadi mengutip dari Abin Syamsudin yang

menjelaskan, untuk mengidentifikasi perubahan tingkah laku tersebut dapat

dilakukan dengan cara:

23 Nasution, Asas-Asas Kurikulum, (Bandung: Jemmars,1986), h.67-68. 24Op.cit.,.29.

(34)

1) Secara tradisional, para guru memberikan pertayaan tentang bahan

yang pernah diberikan sebelum menyajikan bahan baru.

2) Secara inovatif, guru membuat dan mengembangkan instrumen

pengukuran prestasi belajar dengan mengadakan Pre-test sebelum siswa mengikuti program belajar mengajar.26

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses dan belajar siswa

di sekolah yang secara garis besarnya dapat dibagi dalam dua bagian yaitu

faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor-faktor yang berasal dari luar diri siswa (Eksternal) terdiri dari

faktor lingkungan dan faktor instrumental; sedangkan faktor-faktor yang

berasal dari dalam diri siswa (internal) adalah faktor fisiologis dan faktor

psikologis pada diri siswa.

1) Faktor lingkungan (environmental input)

Faktor lingkungan siswa dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu:

pertama, faktor lingkungan alam/ non sosial; meliputi keadaan suhu,

kelembaban udara, waktu (pagi, siang, malam), tempat letak gedung

sekolah dan kedua, faktor lingkungan sosial, baik yang berwujud

manusia dan representasinya termaksuk budayanya dan mempengaruhi

proses dan hasil belajar siswa.

2) Faktor instrumental

Faktor instrumental terdiri dari gedung/sarana fisik kelas, sarana/alat

pengajaran serta strategi belajar mengajar yang digunakan akan

mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa.

3) Faktor kondisi internal siswa

(35)

Faktor kondisi internal meliputi faktor fisiologis; terdiri dari kesehatan

dan kebugaran fisik, selanjutnya faktor psikologis yang meliputi:

minat, bakat, integensi, motivasi dan kemampuan-kemampuan kognitif

seperti; kemampuan persepsi, ingatan, berpikir, dan kemampuan dasar

pengetahuan (bahan appersepsi) yang dimiliki siswa.27

Lebih jelas Slameto dalam bukunya belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, Ia membagi faktor-faktor yang mempengaruhi belajar menjadi dua yaitu faktor intern dan ekstern.

1) Faktor intern, terbagi atas tiga bagian:

a) Faktor jasmaniah; yaitu faktor yang meliputi keadaan fisik

seseorang, dalam hal ini termaksuk faktor kesehatan serta cacat

tubuh yang dimiliki seorang siswa.

b) Faktor psikologis; ada tujuh faktor yang tergolong kedalam faktor

psikologis yang mempengaruhi belajar, faktor itu adalah

intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan

kesiapan.

c) Faktor kelelahan; kelelahan dibedakan menjadi dua, pertama,

kelelahan jasmani, terlihat dari lunglainya tubuh yang disebabkan

oleh kurang lancarnya aliran darah pada bagian tertentu pada

tubuh. Kedua kelelahan rohani, dilihat dengan adanya kelesuan

dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan

sesuatu menjadi hilang.

2) Faktor ekstern; faktor ini dapat dikelompokkan menjadi tiga:

a) Faktor keluarga; faktor ini dipengaruhi oleh beberapa hal dilihat

dari cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga,

suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua,

(36)

latar belakang kebudayaan atau pendidikan yang dimiliki oleh

keluarga.

b) Faktor sekolah: faktor sekolah yang berpengaruh terhadap belajar

siswa meliputi: metode mengajar yang digunakan oleh guru

disekolah, kurikulum sekolah, relasi guru dengan siswa, relasi

siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu

sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode

belajar dan tugas rumah yang diberikan oleh guru di sekolah.

c) Faktor masyarakat; masyarakat merupakan faktor ekstern yang

berpengaruh terhadap belajara siswa. Pengaruh tersebut karena

keberadaan siswa dalam masyarakat tidak bisa dihindari. Faktor

masyarakat yang dimaksud adalah; kegiatan siswa dalam

masyarakat, mass media, teman bergaul, serta bentuk kehidupan

masyarakat.28

c. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah

dalam sikap dan tingkah laku. Aspek perubahan ini mengacu kepada

taksonomi tujuan pengajaran yang dikembangkan Bloom, Sipsom dan

Harrow, mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.29 Sedangkan

menurut Mulyono hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak

setelah melalui kegiatan belajar.30

Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar itu terjadi melalui usaha

dengan mendengar, membaca, mengikuti petunjuk, mengamati, memikirkan,

menghayati, meniru, melatih dan mencoba sendiri atau berarti dengan

pengalaman atau latihan. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar harus

28 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), Cet.5, h.54-71.

29 Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar (Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2010 ), h.45.

(37)

relatif menetap bukan perubahan yang bersifat sementara atau tiba-tiba terjadi

kemudian cepat hilang kembali.31

Lebih jelas menurut Agus Suprijono, bahwa hasil belajar adalah pola-pola

perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan

keterampilan. Merujuk pada pemikiran Gagne sebagaimana dikutip oleh

Suprijono, hasil belajar berupa:

1) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan

dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis.

2) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan

konsep dan lambang.

3) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan

aktivitas kognitifnya sendiri.

4) Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian

gerakan jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud

otomatisme gerak jasmani.

5) Sikap yaitu kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan

penilaian terhadap objek tersebut.32

Pengertian diatas diperjelas menjadi tiga oleh Bloom, sebagaimana

dikutip oleh Thobari, hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif,

dan psikomotorik. Berikut penjabarannya:

1) Domain kognitif mencakup:

a) Knowledge (penegtahuan, ingatan);

b)Comperehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh); c) Application (menerapkan)

d)Analysis (menguraikan, menentukan hubungan);

31 M.Alisuf Sabri, op.cit., h.55.

(38)

e) Synthesis (mengorganisasikan, merencanakan,, membentuk bangunan baru);

f) Evaluating (menilai) 2) Domain afektif mencakup:

a) Receiving (sikap menerima); b)Responding (memberikan respon) c) Valuing (nilai)

d)Organization (organisasi) e) Characterization (karakterisasi). 3) Domain psikomotor mencakup:

a) Initiatory

b)Pre-routine

c) Rountinized

d)Keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan

intelektual.

Berdasarkan penjelasan diatas diketahui bahwa hasil belajar adalah

perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi

kemanusiaan saja. Artinya, hasil pembelajaran yang dikategorisasi oleh para

pakar pedidikan diatas tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah, tetapi

secara komprehensif.33

d. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan peserta didik

dalam belajar adalah:

1) Faktor endogen antara lain seperti minat belajar, kesehatan, perhatian,

ketengangan jiwa di waktu belajar, motivasi, kegairahan diri, cita-cita,

(39)

kebugaran jasmani, kepekaan alat-alat indera dalam belajar. dengan

kata lain alat-alat indera berfungsi dengan baik atau sebaliknya seperti

mata sakit, pendengarannya terganggu dan lain-lain.

2) Faktor eksogen yang mempengaruhi keberhasilan belajar peserta didik

antara lain seperti keadaan lingkungan belajar (suasana kelas), cuaca,

letak sekolah (ditempat ramai atau tidak), faktor interaksi sosial

dengan teman sebangku, interaksi peserta didik dengan pendidikannya.

Faktor eksogen lainnya seperti alat-alat belajar yang digunakan guru

dalam proses belajar mengajar.34

Semua faktor diatas membutuhkan perhatian dari pendidik dan guru. Bila

ada permasalahan perlu dicarikan pemecahan dari permasalahan tersebut.

Guru tidak boleh membiarkan atau tidak peduli menghadapi masalah belajar

mereka. Bila perlu dibicarakan secara bersama oleh majelis guru dan orang

tua murid atau pihak terkait dengan pendidikan tersebut.35

e. Pembelajaran Fiqih

Pembelajaran merupakan terjemahan dari kata learning. Pembelajaran berdasarkan makna leksikal berarti proses, cara, perbuatan mempelajari.36

Menurut Kimble dan Garmezy, sebagaimana dikutip oleh Muhammad

Thobori, bahwa pembelajaran adalah suatu perubahan perilaku yang relatif

tetap dan merupakan hasil praktik yang diulang-ulang. Dalam hal ini siswa

sebagai subjek belajar dituntut aktif mecari, menemukan, menganalisis,

merumuskan, memecahkan masalah dan menyimpulkan suatu masalah. Selain

itu, Rombepajung juga berpendapat bahwa pembelajaran adalah pemerolehan

34 Aminudin Rasyad, op.cit., h.104.

35Perangkat Pembelajaran Madrasah Tsanawiyah / MTs Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)

(40)

suatu mata pelajaran atau pemrolehan suatu keterampilan melalui pelajaran,

pengalaman atau pengajaran.37

Selanjutnya pengertian Fiqih, secara bahasa berarti faham yang

mendalam, mengetahui batinnya sampai kedalam. Selanjutnya secara istilah,

Fiqih adalah ilmu tentang hukum-hukum syar’i yang bersifat amaliyah, yang

digali dan ditemukan dari dalil-dalil yang tafsili.38

Sebagaimana kita ketahui bahwa Fiqih merupakan salah satu dari

pembahasan materi pembelajaran pendidikan agama Islam. Pendidikan Islam

menurut Prof. Dr. Omar Muhammad al-Touny al-Syaebani, sebagaimana

dikutip Muzayyin Arifin, pendidikan Islam adalah “usaha mengubah tingkah

laku individu dalam kehidupan pribadinya atau kehidupan masyarakatnya dan

kehidupan alam sekitarnya melalui kependidikan. Lebih lanjut dari hasil

seminar pendidikan Islam se-Indonesia tahun 1960, memberikan pengertian

pendidikan Islam: “sebagai bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan

jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan,

melatih, mengasuh, dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam.39

1) Latar Belakang Pembelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah

Dengan munculnya berbagai perubahan yang sangat cepat pada hampir

semua aspek dan perkembangan paradigma baru dalam kehidupan berbangsa,

bernegara, dan bermasyarakat, maka perlu dikembangkan kurikulum Fiqih

Madrasah Tsanawiyah (MTs) secara nasional, yaitu kurikulum yang ditandai

dengan ciri-ciri , antara lain :

a) Lebih menitikberatkan pencapaian target kompetensi (attainment targets) dari pada penguasaan materi;

36 Muhammad Thobroni ., op.cit., h.18.

(41)

b)Lebih mengakomodasikan keragaman kebutuhan dan sumber daya

pendidikan yang tersedia;

c) Memberikan kebebasan yang lebih luas kepada pelaksana pendidikan

di lapangan untuk mengembangkan dan melaksanakan program

pembelajaran sesuai dengan kebutuhan.

Kurikulum dimaksud, kurikulum yang hanya berisi tentang standar

kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD) dan Standar Kompetensi Lulusan

(SKL). Adapun tentang indikator, kegiatan pembelajaran, sumber dan alat

pembelajaran dan metode pembelajaran diserahkan kepada madrasah untuk

mengembangkannya sesuai dengan situasi dan kondisi dimana madrasah itu

berada.

Pembelajaran fiqih diarahkan untuk mengantarkan peserta didik dapat

memahami pokok-pokok hukum Islam dan tata cara pelaksanaannya untuk

diaplikasikankan dalam kehidupan sehingga menjadi muslim yang selalu taat

menjalankan syariat Islam secara kaffah (sempurna).

Pengembangan Isi kurikulum fiqih di Madrasah Tsanawiyah (MTs)

merupakan kelanjutan dari kurikulum di MI, beberapa isi kurikulum

merupakan perluasan dan pendalaman dari kurikulum sebelumnya. Dalam hal

ini pendidik diharapkan dapat mengembangkan metode pembelajaran sesuai

dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar, sehingga peran semua

unsur sekolah, orang tua siswa dan masyarakat sangat penting dalam

mendukung keberhasilan pencapaian tujuan tersebut.

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar merupakan kurikulum hasil

refleksi, pemikiran dan pengkajian dari kurikulum yang telah berlaku

sebelumnya. Kurikulum baru ini diharapkan dapat membantu mempersiapkan

peserta didik menghadapi tantangan di masa depan. Standar kompetensi dan

kompetensi dasar diarahkan untuk memberikan keterampilan dan keahlian

(42)

persaingan, ketidakpastian dan kerumitan dalam kehidupan. Kurikulum ini

diciptakan untuk menghasilkan output yang kompeten, cerdas dalam

membangun integritas sosial, serta mewujudkan karakter nasional.

Dalam implementasi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, telah

dilakukan berbagai studi yang mengarahkan pada peningkatan efisiensi dan

efektivitas layanan dan pengembangan sebagai konsekuensi dari suatu inovasi

pendidikan. Sebagai salah satu bentuk efisiensi dan efektivitas implementasi

kurikulum dikembangkan berbagai model implementasi kurikulum.

Dalam konteks Madrasah, agar lulusan memiliki keunggulan kompetitif

dan komparatif, maka kurikulum Madrasah perlu dikembangkan dengan

pendekatan berbasis kompetensi. Hal ini dilakukan agar Madrasah secara

kelembagaan dapat merespon secara proaktif berbagai perkembangan

informasi, ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, serta tuntutan desentralisasi.

Dengan cara seperti itu, Madrasah tidak akan kehilangan relevansi program

pembelajaran.

Selanjutnya, basis kompetensi yang dikembangkan di Madrasah harus

menjamin pertumbuhan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT,

penguasaan keterampilan hidup, penguasaan kemampuan akademik, seni dan

pengembangan kepribadian yang paripurna. Dengan pertimbangan ini, maka

disusun kurikulum nasional Pendidikan Agama di Madrasah yang berbasis

kompetensi yang mencerminkan kebutuhan keberagamaan peserta didik di

Madrasah secara nasional. Standar ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai

acuan dalam mengembangkan kurikulum Fiqih di Madrasah sesuai dengan

kebutuhan Madrasah.40

40

(43)

2) Tujuan Pembelajaran Fiqih

Pembelajaran Fikih di Madrasah Tsanawiyah bertujuan untuk membekali

peserta didik agar dapat: (1) mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum

Islam dalam mengatur ketentuan dan tata cara menjalankan hubungan

manusia dengan Allah yang diatur dalam Fiqih ibadah dan hubungan manusia

dengan sesama yang diatur dalam Fiqih muammalah. (2) Melaksanakan dan

mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar dalam melaksanakan

ibadah kepada kepada Allah dan ibadah sosial. Pengalaman tersebut

diharapkan menumbuhkan ketaatan menjalankan hukum Islam, disiplin dan

tanggung jawab sosial yang tinggi dalam kehidupan pribadi maupun sosial.

3) Ruang Lingkup

Ruang lingkup Fikih di Madrasah Tsanawiyah meliputi ketentuan

pengaturan hukum Islam dalam menjaga keserasian, keselarasan, dan

keseimbangan antara hubungan manusia dengan Allah Swt dan hubungan

manusia dengan sesama manusia. Adapun ruang lingkup mata pelajaran Fikih

di Madrasah Tsanawiyah meliputi :

a) Aspek Fikih Ibadah melipuiti : ketentuan dan tatacara thaharah, shalat fardlu, shalat sunnah, dan shalat dalam keadaan dlorurat, sujud, adzan dan iqomah, berdzikir dan berdo’a setelah shalat, puasa, zakat, haji dan umrah, qurban dan aqiqah, makanan, perawatan jenazah dan ziarah

kubur)

b) Aspek Fikih Muamalah melipuiti : ketentuan dan hukum jual beli, qiradh, riba, pinjam meminjam, utang piutang, gadai dan borg serta upah

4) Standar Kompetensi Lulusan (SKL)

(44)

mahdloh dan muammalah serta dapat mempraktekkan dengan benar dalam

kehidupan sehari-hari

5) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR

MAPEL FIQIH KELAS VII

STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR

1. Melaksanakan ketentuan taharah

(bersuci) 1.1 Menjelaskan macam-macam najis dan tatacara taharahnya

1.4 Mempraktikkan bersuci dari najis dan hadas

2. Melaksanakan tatacara shalat fardu dan sujud sahwi

2.1 Menjelaskan tatacara shalat lima waktu

2.5 Mempraktikkan shalat lima waktu dan sujud sahwi

3.3 Menjelaskan ketentuan makmum masbuk

3.4 Menjelaskan cara mengingatkan imam yang lupa

(45)

imam yang batal

3.6 Mempraktikkan azan, iqamah, dan shalat jamaah

4. Melaksanakan tatacara berzikir dan berdoa

setelah salat

4.1 Menjelaskan tatacara berzikir dan berdoa setelah salat 6.2. Mempraktikkan salat jama’,

qashar dan jama’ qashar

6.3. Menjelaskan ketentuan shalat dalam keadaan darurat ketika sedang sakit dan di kendaraan 6.4. Mempraktikkan shalat dalam

(46)

7.6.Mempraktikkan shalat sunnah ghairu muakkad

6) Arah Pengembangan

Standar kompetensi dan kompetensi dasar menjadi arah dan landasan

untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator

pencapaian kompetensi untuk penilaian. Dalam merancang kegiatan

pembelajaran dan penilaian perlu memperhatikan standar proses dan standar

penilaian.41

B. Hasil Penelitian yang Relevan

1. Pengaruh strategi active learning (belajar aktif) teknik information search

(mencari informasi) terhadap hasil belajar matematika siswa. Oleh Mahfuzhdin,

mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2011. Hasil penelitian

menunjukkan hasil belajar Matematika dengan menggunakan strategi active learning (belajar aktif) teknik information search (mencari informasi) lebih tinggi dibanding menggunakan metode konvensional.42

2. Penerapan metode role playing (bermain peran) dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKN. Oleh Adang Saputra, Mahasiswa

PGMI Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012. Hasil penelitian menunjukkan

terdapat peningkatan hasil belajar siswa setelah dilaksanakannya pembelajaran

41

Perangkat Pembelajaran Madrasah Tsanawiyah / MTs Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)

42

(47)

dengan menggunakan metode Role Playing (bermain peran) pada konsep pilkada.43

Pada penelitian kali ini peneliti mencoba menggabungkan tentang kedua metode

tersebut diatas (metode information search dan role play) dengan penerapan pada mata pelajaran fiqih pada konsep shalat berjamaah.

C. Kerangka Berpikir

Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan pelatihan.

Artinya tujuan belajar adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut

pengetahuan, keterampilan, sikap, bahkan meliputi aspek pribadi.44 Dalam proses

belajar mengajar fiqih membutuhkan minat baca dan keaktifan siswa untuk bisa aktif

mendemonstrasi materi yang telah didapatnya. Karena setiap materi fiqih berkenaan

dengan kebutuhan siswa dalam melakukan pratek ibadah dalam kehidupan

sehari-harinya. Hal ini dapat dilakukan dengan pengajaran dengan mengggunakan Metode

Information Search dan Role Play

Penggunaan metode Information Search dan Role Play menekankan pada keaktifan siswa. Sehingga proses pembelajaran tidak lagi berpusat secara penuh pada

pengajar. Siswa dituntut untuk bersikap kritis dan analisis terhadap materi yang

sedang dibahas. Dengan demikian siswa tidak hanya mendengarkan materi secara

pasif, melainkan mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan materi, dalam hal ini

melakukan permainan peran terhadap materi yang sedang dipelajari.

Penggunaan Metode Information Search dan Role Play, selain dapat menumbuhkan minat baca siswa melalui pencarian informasi secara mandiri,

selanjutnya ada penekanan pada eksplorasi pengetahuan siswa mengenai nilai-nilai

dan sikap yang berkenaan dengan materi. Hal ini dilengkapi dengan metode yang

43

Adang Saputra, “Penerapan Metode Role Playing (Bermain Peran) Dalam Meningkatkan Hasil

Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PKN”. Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta: Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012), h.62, t.d

39

(48)

dapat merangsang jiwa belajar siswa dan melibatkan mereka secara aktif melalui

bermain peran mengenai materi yang sedang dipelajari.

D. Hipotesis Tindakan

Adapun rumusan hipotesis penelitian ini adalah; Penerapan strategi pembelajaran

(49)

38

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ini dilaksanakan di kelas VII MTs Muhammadiyah I

Ciputat, dengan alamat lengkap Jl. Dewi Sartika Gg. Nangka No. 4 Ciputat, Kota

Tangerang Selatan. Adapun waktu penelitian dilaksanakan dimulai dari bulan

April sampai akhir bulan juni 2014.

B. Metode dan Desain Intervensi Tindakan/ Rancangan Siklus Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode yang akan dilakukan adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi didalam

sebuah kelas secara bersama.1 Pelaksanaan tindakan kelas mencakup empat

langkah yaitu:

a. Menyusun rancangan tindakan (planning) b. Pelaksanaan tindakan (acting)

c. Pengamatan (observing) d. Refleksi (reflecting)

Langkah-langkah tersebut masuk dalam satu siklus yang merupakan satu

putaran kegiatan yang terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan dan

refleksi. Untuk pelaksanaan sesungguhnya tergantung pada masalah yang

dipecahkan.2

Gambar

Gambar hubungan strategi pembelajaran
Gambaran mengenai langkah tindakan yang akan dilakukan:
Tabel 3.1 Berikut Klasifikasi Guilford untuk derajat reliabilitas9
Tabel 3.2 pedoman penafsiran presentase hasil belajar11
+7

Referensi

Dokumen terkait

Seluruh informan yaitu masyarakat kampung bantaran Kali Pepe yang telah.. banyak membantu dengan memberikan waktu dan kesempatan

In this type of reading material the students are involved in reading in order to confirm their expectations about the information they think the text will contain. This

Penulis menyadari penyusunan TA ini masih jauh dari kata sempurna, penulis memohon kepada pembaca sekalian sekiranya berkenan memberikan saran dan kritik yang

Munandar (1999: 35) menekankan perlunya kreativitas sejak dini, disebabkan beberapa faktor, yaitu:.. a) Dengan berkreasi orang dapat mewujudkan dirinya, dan

b) Berdasarkan rasio dosen yang bergelar S3.. d) Menentukan target dan kriteria yang ingin dicapai FTI UAJY. e) Mendesain kartu skor untuk pengukuran kinerja pada FTI UAJY.

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua, sehingga penuli s

Implementasi kebijakan desetralisasi juga dapat memeperbaiki pereencanaan dan pengurusan di dalam borokrasi pusat dalam rangka menyelesaikan masalah ekonomi ,sosial dan politik

Alamat Suami /Istri (bila berbeda dengan alamat Anda) Kode Pos (PLZ) Nama Kota Telepon. Diisi dengan sebenarnya di …………...………… pada