SKRIPSI
SUPARDIANSYAH
HUBUNGAN PROFIL PELAYANAN
KEFARMASIAN DENGAN PENDAPATAN
APOTEK
(Studi Apotek di Wilayah Kecamatan Belimbing
Kota Malang)
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
Lembar Pengesahan
HUBUNGAN PROFIL PELAYANAN KEFARMASIAN
DENGAN PENDAPATAN APOTEK
(Studi Apotek di Wilayah Kecamatan Belimbing Kota
Malang)
SKRIPSI
Dibuat untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana pada Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang
2011
Oleh :
SUPARDIANSYAH NIM : 07040036
Disetujui oleh :
Pembimbing I Pembimbing II
Dra. Lilik Yusetyani, .Si.Apt,Sp.FRS NIP.UMM : 114.0704.0450
Lembar Pengujian
HUBUNGAN PROFIL PELAYANAN KEFARMASIAN
DENGAN PENDAPATAN APOTEK
(Studi Apotek di Wilayah Kecamatan Belimbing Kota
Malang)
SKRIPSI
Telah diuji dan dipertahankan di depan tim penguji pada tanggal 11 Juli 2011
Oleh:
SUPARDIANSYAH NIM: 07040036
Tim Penguji:
Penguji I Penguji II
Dra. Lilik Yusetyani, Apt., Sp. FRS. Dr. H. Abdul Rahem, Apt., M. Kes. NIP UMM. 114.0704.0450
Penguji III Penguji IV
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur saya panjatkan kepada Allah S.W.T atas rahmat,
hidayah dan karuniaNya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan sebaik –
baiknya. Dengan selesainya skripsi ini yang berjudul Hubungan Profil Pelayanan
Kefarmasian dengan Pendapatan Apotek (Studi Apotek di Wilayah Kecamatan
Belimbing Kota Malang) ini, perkenankanlah untuk mengucapkan terimakasih
yang sebesar – besarnya kepada :
1. Tri Lestari Handayani, M.Kep., Sp.Mat., selaku Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan
kesempatan dan fasilitas kepada penulis untuk mengikuti program sarjana
Farmasi.
2. Drs. H. Achmad Inoni, S.Si.Apt., selaku Ketua Program Studi Farmasi yang
senantiasa sabar memberikan bimbingan, nasehat dan semangat kepada
penulis untuk lebih baik lagi dalam menimba ilmu.
3. Dra. Lilik Yusetyani, S.Si.Apt., Sp.FRS., sebagai Pembimbing I dan dosen
Wali serta Dr. H. Abdul Rahem, Apt., M.Kes., sebagai Pembimbing II yang
dengan tulus ikhlas dan penuh kesabaran, membimbing dan member dorongan
moral maupun materi sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
4. Ibu Ika Ratna Hidayati, S.Farm.,Apt., dan Ibu Dian Ermawati, S.Farm.,Apt.,
sebagai Tim Penguji yang memberikan saran, masukan, dan kritik yang
membangun terhadap skripsi yang telah dikerjakan ini.
5. Ibu Siti Rofida, S.Si.,Apt., terimakasih yang sebesar – besarnya atas masukan,
nasehat dan bimbingan serta semangat yang diberikan dalam perkuliahan
sampai saat menyelesaikan skripsi ini.
6. Seluruh staf pengajar Program studi Farmasi Universitas Muhammadiyah
Malang yang telah mendidik dan mengajarkan ilmu pengetahuan hingga dapat
menyelesaikan pendidikan sarjana.
7. Apoteker Pengelola Apotek dan Pemilik Sarana Apotek yang telah
8. Keluarga, kedua orang tua saya H. Marsidi dan Hj. Jasminah, kakak – kakaku
dr. Supian Syah, Sp.PD., dr. Yufidah, Sukriansyah, yang dengan kasih saying
dan kesabaran selalu memberikan semangat, nasehat, dukungan moral dan
materi serta doa sehingga dapat menjalani studi dengan baik dan
menyelesaikan skripsi ini.
9. Teman – teman skripsi : Kantata Aga Pangestu, Bangkit Sugiasmoro, Rizal
Andriono, Siti Khairatun Hisan, atas bantuan dan kerjasamanya selama ini.
10.Teman – teman Farmasi 2007, terimakasih atas persahabatan dan
kebersamaannya yang telah kita jalin selama ini, semoga hubungan ini tidak
akan pernah putus.
11.Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu, terimakasih sebesar –
besarnya atas bantuan, dukungan, semangat, dan doa yang telah diberikan
dalam penyelesaian skripsi ini.
Akhir kata, semoga Allah S.W.T membalas kebaikan Bapak, Ibu, dan Saudara
sekalian. Semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan
ilmu pengetahuan dalam bidang kefarmasian bagi kita semua, Amin.
Malang, 11 Juli 2011
Penyusun
RINGKASAN
HUBUNGAN PROFIL PELAYANAN KEFARMASIAN DENGAN PENDAPATAN APOTEK
(Studi Apotek di Wilayah Kecamatan Belimbing Kota Malang)
Supardiansyah
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 Tahun 2009
Tentang Pekerjaan Kefarmasian, apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian
tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker . Menurut Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Kepmenkes RI) No.
1332/MENKES/SK/X/2002, tentang Perubahan atas Peraturan Menkes RI No.
922/MENKES/PER/X/1993 mengenai Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin
Apotek, yang dimaksud dengan apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat
dilakukan pekerjaan kefarmasian penyaluran perbekalan farmasi kepada
masyarakat. Pelayanan kefarmasian kini telah berubah, pelayanan yang diberikan
seorang Apoteker di Apotek haruslah berdasar pada Pharmaceutical Care, yakni
bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung profesi Apoteker dalam pekerjaan
kefarmasian untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.
Selain memiliki fungsi sosial sebagai tempat pengabdian dan
pengembangan jasa pelayanan pendistribusian dan informasi obat perbekalan
kesehatan, apotek juga memiliki fungsi ekonomi yang mengharuskan suatu apotek
memperoleh laba untuk meningkatkan mutu pelayanan dan menjaga kelangsungan
usahanya. Sehingga pada penelitian ini akan melihat apakah ada hubungan atau
pengaruh antara profil pelayanan kefarmasian di Apotek dengan omset yang di
terima Apotek.
Penelitian ini termasuk Penelitian kohort. Penelitian kohort bersifat analitik, yakni untuk mempelajari hubungan antara variabel bebas dengan variabel
Probability Sampling dengan cara simple random sampling atau pengambilan sampel secara acak sederhana.
Dari pelaksanaan penelitian didapat 6 sampel Apotek yang kemudian
dianalisa dengan metode Korelasi Spearman Rank (Rho) dan metode Regresi Linier. Dari metode analisa tersebut akan di dapat apakah ada hunbungan dan atau
pengaruh dari kedua variable yang diteliti.
Dari penelitian yang dilakukan di kecamatan Belimbing Kota Malang tentang
Hubungan Profil Pelayanan Kefarmasian dengan Pendapatan Apotek, di dapatkan
hasil Profil Pelayanan yang dilakukan didapatkan profil apotek di kecamatan
Belimbing Kota Malang dari 6 Apotek yang menjadi sampel : 2 Apotek bernilai
Cukup dan 4 Apotek bernilai Baik. Omset Apotek yang dilakukan didapatkan
nilai omset Apotek di kecamatan Belimbing Kota Malang dari 6 Apotek yang
menjadi sampel pada survei bulan Juni 2010 dan Maret 2011 : 5 Apotek dengan
nilai omset yang meningkat dan 1 Apotek yang bernilai omset tetap.
Pada hasil olah data dengan metode Sparmean rank didapat Signifikansi
0,541 dan pada metode regresi linier Signifikansi 0.831. Dari hasil pengolahan
data dari dua metode diatas nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 di tarik
kesimpulan bahwa tidak ada Hubungan dan Pengaruh profil pelayanan
kefarmasian dengan omset Apotek.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi nilai omset Apotek, seperti
: Harga Obat, Sumber Daya Manusia, Lokasi, dan Pelayanan itu sendiri.
Sedangkan dalam melihat atau menilai suatu pelayanan seharusnya tidak hanya
dilihat dari satu variable saja tetapi perlu juga untuk dilihat dari variable
ABSTRACT
THE RELATIONSHIP PHARMACY SERVICE PROFILE
WITH PHARMACY INCOME
(Pharmacy Research at District Belimbing, Malang City)
Supardiansyah
In addition to having a social function as a place of devotion, service development, distribution of medical supplies and drug information. Pharmacies also have economic functions that require to obtain profits to improve the quality of service and maintain business continuity. So in this research will see whether there is a connection or influence between the profile of pharmacy services at the pharmacy with a turnover of the received Pharmacies.
This study included into cohort study. Cohort analytical method to study the relationship between the independent variables and the dependent variable. It used probability sampling techniques that earn sample with simple random sampling. From the implementation of the study, obtained 6 samples pharmacy. Then ist which analyzed by the method of Spearman Correlation Rank (Rho) and using Linear Regression Method.
In result using sparmean rank method obtained significance at 0,541 and significance at 0,831 by using linier regression. From result of both method had significance over that significance value which 0.05 and can be conclusion that there is no relationship and influence the between profile of pharmacy services with a turnover of Pharmacy.
Several factors can affect the value of pharmacy turnover, such as: Drug Prices, Human Resources, Locations, and Service. While in seeing or assessing a service should not be viewed only from one variable but needs also to be seen from the subsequent variables such as patient satisfaction with the service provided.
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN………... ii
KATA PENGANTAR………. iv
RINGKASAN……….. vi
ABSTRACT……… viii
DAFTAR ISI……… ix
DAFTAR GAMBAR………... xii
DAFTAR TABEL……… xiii
DAFTAR LAMPIRAN……… xiv
BAB I PENDAHULUAN………... 1
1.1 Latar Belakang……… 1
1.2 Rumusan Masalah………... 4
1.3 Tujuan………. 4
1.4 Manfaat Penelitian……….. 4
1.5 Hipotesis………. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………..….. 6
2.1 Apotek……… 6
2.1.1 Definisi Apotek………...….. 6
2.1.2 Tugas dan Fungsi Apotek………....….. 6
2.2 Tinjauan Tentang Pelayanan………...…… 7
2.2.1 Definisi Pelayanan Umum………...…….. 9
2.2.2 Definisi Pelayanan Prima………...… 10
2.3 Tinjauan Tentang Kualitas Pelayanan………...…. 13
2.4 Kepuasan Konsumen………...…... 14
2.4.1 Strategi Peningkatan Kepuasan………...….. 15
2.4.2 Mengukur Kepuasan Konsumen……… 16
2.5 Standar Pelayanan Kefarmasian……….…… 16
2.5.1 Pelayanan……….…. 17
2.6 Tinjauan Farmakoekonomi……… 22
2.6.1 Definisi dan Tinjauan Farmakoekonomi……….. 22
2.7 Tinjauan Pendapatan………. 22
2.7.1 Definisi Pendapatan………. 22
2.7.2 Pendapatan Menurut Ilmu Ekonomi……… 23
2.7.3 Pendapatan Menurut Ilmu Akutansi……… 23
2.7.4 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan……….. 25
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL……….. 27
BAB IV METODE PENELITIAN……….………....……... 28
4.1 Rancangan Penelitian………...…. 28
4.1.1 Jenis Penelitian………...….. 28
4.2 Populasi………...……….. 28
4.3.1 Besar Sampel………...……. 29
4.3.2 Teknik Pengambilan Sampel………...………. 29
4.4 Variabel Penelitian………....…. 30
4.5 Definisi Oprasional……… 30
4.6 Klasifikasi dan Definisi Oprasional………... 31
4.7 Teknik Pengumpulan Data……… 31
4.8 Teknik Pengolahan Data………... 32
4.9 Teknik Analisis Data………. 33
4.10 Lokasi dan Waktu Penelitian………... 35
BAB V HASIL PENELITIAN……….. 36
5.1 Gambaran Umum Penelitian……… 36
5.2 Distribusi Frekuensi……… 36
5.2.1 Tabel Profil Apotek……….. 36
5.2.2 Tabel Omset Apotek………. 37
5.3 Tabulasi Silang……….. 38
5.4 Korelasi Spearman Rank (rho)……….. 39
5.5 Regresi Linier……… 39
BAB VI PEMBAHASAN………. 40
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN………. 45
DAFTAR PUSTAKA………. 47
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
3.1 Kerangka Konseptual……… 27
5.1 Distribusi Frekuensi Profil Apotek……… 36
5.2 Distribusi Frekuensi Omset Bulan Juni 2010……… 37
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.1 Klasifikasi dan Definisi Oprasional………... 31
5.1 Distribusi Frekuensi Profil Apotek……….. 36
5.2 Distribusi Frekuensi Omset Apotek Bulan Juni 2010………….. 37
5.3 Distribusi Frekuensi Omset Apotek Bulan Maret 2011………… 37
5.4 Tabulasi Silang Profil dan Omset Apotek Bulan Juni 2010……. 38
5.5 Tabulasi Silang Profil dan Omset Apotek Bulan Maret 2011….. 38
5.6 Hasil Korelasi Spearman Rank (rho)……… 39
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Daftar Riwayat Hidup………... 49
2. Surat Peryataan……….. 50
3. Kuissioner……….. 51
4. Penilaian Kuissioner………... 55
5. Kuissioner Pendapatan Apotek……….. 59
6. Data Profil Pelayanan Kefarmasian……… 60
DAFTAR PUSTAKA
Aditama, T.Y., 2004. Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Jakarta : Universitas Indonesia.
Aderiyanto, 2010. Strategi Meningkatkan Kepuasan Pelangan.
http://adruyan.blogspot.com/2010/09/strategi-meningkatkan-kepuasan.html. Diakses tanggal 11 desember 2010
Angki, P., 2004. Gambaran Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek DKI Jakarta tahun 2003. Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol.1 No.2, p. 102-15.
Anief, M., 2000. Prinsip dan dasar manajemen, pemasaran umum dan farmasi.
Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Anief, M., 2005. Manajemen Farmasi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Arnold, Renee J.G, 2010. Pharmacoeconomics : from theory to practice.New York : Taylor & Francis Group.
Azwar, Azrul. 1996. Menuju pelayanan kesehatan yang lebih bermutu. Jakarta : Yayasan Penerbitan Ikatan Dokter Indonesia
Daris, Azwar. 2008. Himpunan Peraturan Perundang – Undangan Kefarmasian. Jakarta : PT. ISFI Penerbitan.
Departemen Kesehatan RI., 2002. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1332/MENKES/SK/X/2002 : Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Ijin Apotik. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
Departemen Kesehatan RI., 2004. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 : Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
Departemen Kesehatan RI., 2009. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 51 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
Hartini, Yustina Sri. 2006. Ulasan beserta naskah peraturan perundang-undangan terkait Apotek. Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma.
Lupiyoadi, R & A. Hamdani, 2006. Manajemen Pemasaran Jasa. Edisi Kedua, Jakarta, Salemba Empat.
Mun’im, A., Supardi S., dan Jamal S., 2009. Pengembangan model dan indikator pelayanan kefarmasian prima di Apotek.
http://apotekputer.com/ma/index.php?option=com_content&task=view&id =149&Itemid=63. Diakses tanggal 26 Desember 2010.
Notoatmodjo, S., 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Prasetyorini, Retno. 2003. Pelayanan Prima. Temanggung : Guruvalah Inc.
Pugliese, Tina L. 2000. Public Relations for Pharmacists. Washington, D.C. : American Pharmaceutical Association.
Rakhmat, J., 1998. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung : Rosda Karya.
Rustam, 2002. Pendapatan Menurut Standar Akuntansi Keuangan No. 23. Fakultas Ekonomi. Universitas Sumatera Utara.
Simanjuntak, M.P., 2010 Strategi Pelayanan Prima.
http://www.scribd.com/doc/17216928/strategi-pelayanan-prima. Diakses tanggal 11 Desember 2010.
Soesilo, S., 1991. Langkah antisipasi profesi farmasi dalam menghadapi peluang tantangan menjelang tahun 2000. Majalah Farmasi Indonesia, Vol. 2 No.1, p. 18-21.
Sugiyono, 2010. Statistik Nonparametris. Bandung : Alfabeta
Tjiptono, Fandi, 2006, Manajemen Jasa. Yogyakarta.
Trisna, Y., 2007. Aplikasi Farmakoekonomi dalam Pelayanan Kesehatan. Majalah Medisina, edisi 3, Vol.1, p.24-7.
Wijono, D., 2000. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan (Teori, Strategi dan Aplikasi). Surabaya : Airlangga University Press.
Wirjatmi, Endang., 2001. Filosofi Strategi dan Teknik Pelayanan Prima Di Sektor Publik. Bandung.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1LATAR BELAKANG
Dunia kesehatan di Indonesia terus berbenah untuk mencapai pelayanan
kesehatan yang maksimum yang berdasar pada peningkatan kualitas hidup pasien.
Peningkatan kualitas hidup pasien yang dimaksud bukan hanya bagaimana pasien
sembuh dari penyakit yang ia derita tetapi juga begaimana kualitas nilai sehat
dapat meningkat. Mulai dari pemerintah dalam hal tersebut membuat regulasi,
petugas kesehatan hingga akademisi terus berjuang untuk berbenah dalam
masalah tersebut.
Apotek merupakan salah satu fasilitas kesehatan yang menjadi tempat
tujuan berikutnya setelah seorang pasien meninggalkan tempat praktek dokter
untuk berobat. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 Tahun
2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian, apotek adalah sarana pelayanan
kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker . Menurut
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Kepmenkes RI) No.
1332/MENKES/SK/X/2002, tentang Perubahan atas Peraturan Menkes RI No.
922/MENKES/PER/X/1993 mengenai Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin
Apotek, yang dimaksud dengan apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat
dilakukan pekerjaan kefarmasian penyaluran perbekalan farmasi kepada
masyarakat.
Di Apotek pelayanan kefarmasian kini telah berubah, pelayanan yang
diberikan seorang Apoteker di Apotek haruslah berdasar pada Pharmaceutical
Care, yakni bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung profesi Apoteker
dalam pekerjaan kefarmasian untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Dengan
begitu farmasis dituntut untuk dapat memberikan jaminan bahwa segala keputusan
didasarkan pada pertimbangan pelayanan kepada pasien dan aspek ekonomi.
Dengan demikian pasien dan masyarakat akan diuntungkan dengan kegiatan
Asuhan kefarmasian diapotek secara umum dapat digambarkan, yang
mana pekerjaan kefarmasian diapotek bisa meliputi antara lain produksi,
pengamanan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian atau penyaluran obat,
pelayanan obat atas resep dokter dan informasi obat. Sedangkan pengembangan
obat, bahan obat dan obat tradisional kelihatannya belum dimungkinkan. Pada
pengembangan ini, yang mungkin bisa melibatkan para praktisi di apotek hanya
masalah formulasi (komposisi yang disesuaikan dengan kebutuhan lapangan).
(HISFARMA,2009)
Dalam mencapai tujuan terwujudnya pelayanan kefarmasian yang
maksimal Pemerintah dalam hal ini Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan
Klinik Direktorat Jendral Pelayanan Farmasi Departemen Kesehatan bekerja sama
dengan Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia pada tahun 2003 menyusun standar
palayanan farmasi di Apotek yang tertuang dalam keputusan mentri kesehatan
Republik Indonesia No.1027/MENKES/SK/IX/2004. Standar kompetensi
Apoteker di apotek ini dimaksudkan untuk melindungi masyarakat dari pelayanan
yang tidak profesional, melindungi profesi dari tuntutan masyarakat yang tidak
wajar, sebagai pedoman dalam pengawasan praktek apoteker dan untuk
pembinaan serta meningkatkan mutu pelayanan farmasi di apotek. Standar
pelayanan tersebut mencakup pengelolaan sumber daya dan pelayanan.(Direktorat
Jendral Pelayanan Farmasi,2003)
Berdasarkan penelitian gambaran pelaksanaan standar pelayanan
kefarmasian yang telah dilakukan di apotek DKI Jakarta tahun 2003 adalah 76,5%
apotek tidak memenuhi standar pelayanan obat non resep, 98,5% apotek tidak
memenuhi standar pelayanan KIE, 67,6% apotek tidak memenuhi standar
pelayanan obat resep dan 5,8% apotek tidak memenuhi standar pengelolaan obat
di apotek. Rerata skor pelaksanaan dari keempat bidang tersebut adalah 61,02
(masuk dalam kategori kurang baik) (Angki, 2004).
Standar kefarmasian yang telah di buat seharusnya bukan saja memiliki
kepentingan kepada masyarakat tetapi juga harus berdampak positif bagi Apotek.
Penerapan standar kefarmasian di Apotek memicu semua pengusaha Apotek
untuk berpacu meningkatkan pengelolaan Apotek baik dari sisi sumber daya
mutu pelayanan ke pada konsumen juga menjadi titik berat dalam pelaksanaan
standarisasi pelayanan kefarmasian. Peningkatan Mutu pelayanan kesehatan adalah
yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan kesehatan yang di satu pihak dapat
menimbulkan kepuasan pada setiap pasien, serta di pihak lain tata cara
penyelenggaraannya sesuai dengan standar dan kode etik profesi yang telah
ditetapkan (Azwar, 1996).
Pengukuran kepuasan customer merupakan elemen penting dalam menyediakan pelayanan yang lebih baik, lebih efisien dan lebih efektif. Apabila
customer merasa tidak puas terhadap suatu pelayanan yang disediakan, maka pelayanan tersebut dapat dipastikan tidak efektif dan tidak efisien.
Pelayanan konsumen dapat berupa produk dan jasa, atau campuran produk
dan jasa. Apotek merupakan pelayanan produk dan jasa yang dikaitkan dengan
kepuasan customer. Model yang komperhensif dengan fokus utama pada pelayanan produk dan jasa meliputi lima dimensi penilaian yaitu realiability
(kehandalan), responsiveness (ketanggapan), assurance (jaminan), emphaty
(empati), dan tangibles (bukti langsung). (khasanah et al,2003)
Selain memiliki fungsi sosial sebagai tempat pengabdian dan
pengembangan jasa pelayanan pendistribusian dan informasi obat perbekalan
kesehatan, apotek juga memiliki fungsi ekonomi yang mengharuskan suatu apotek
memperoleh laba untuk meningkatkan mutu pelayanan dan menjaga kelangsungan
usahanya. Oleh karena itu apoteker sebagai salah satu tenaga professional
kesehatan dalam mengelola apotek tidak hanya dituntut dari segi teknis
kefarmasian saja tapi juga dari segi manajemen.
Jika pelaku usaha apotek melakukan standar pelayanan kefarmasian di
apotek dengan benar dan sesuai maka di harapkan bukan hanya kepuasan
konsumen yang didapat, di harapkan omset apotek juga meningkat. Pendapatan
adalah arus masuk atau peningkatan nilai aset dari suatu en tity atau penyelesaian
kewajiban dari en tity atau gabungan dari keduanya selama periode tertentu yang
berasal dari penyerahan/ produksi barang, pemberian jasa atas pelaksana kegiatan
lainnya yang merupakan kegiatan utama perusahaan yang sedang
Kekecewaan atau ketidakpuasan yang dirasakan konsumen terhadap
Apotek akan berdampak buruk bagi apotek itu sendiri dan konsumen yang kecewa
akan beralih ke Apotek lain. Terdapat beberapa hal yang menyebabkan kosumen
beralih ke pada apotek lain, yaitu : sikap masa bodoh yang diperlihatkan pegawai
apotek, harga obat yang mahal, tidak puas terhadap produk yang dibeli. Hal
tersebut tentunya akan berakibat pada turunnya jumlah konsumen dan pada
akhirnya omset dari apotek juga akan menurun.
Dalam penelitian ini akan dilihat hubungan antara pelaksanaan standar
pelayanan kefarmasian di apotek dengan nilai omset yang di dapat apotek wilayah
kotamadya Malang di kecamatan Blimbing.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakan yang telah diuraikan, maka hal yang menjadi
permasalahan dalam penelitian ini adalah : Apakah ada hubungan antara standar
pelayanan kefermasian di apotek dengan nilai omset apotek yang ada di wilayah
kecamatan Belimbing kota Malang ?
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui hubungan profil Apotek yang melaksanakan standar
pelayanan kefarmasian di apotek dan apotek yang tidak melaksanakan standar
pelayanan kefarmasian di apotek dengan nilai omset yang dihasilkan di beberapa
apotek wilayah kecamatan Belimbing kota Malang.
1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti
- Peneliti dapat mengetahui tingkat pendapatan suatu apotek pada
beberapa apotek di wilayah Kecamatan Belimbing Kota Malang.
- Sebagai salah satu prasyarat yang harus ditempuh untuk
menyelesaikan pendidikan sarjana farmasi di Universitas
Muhammadiyah Malang.
2. Bagi apotek dan institusi pendidikan
- Sebagai bahan evaluasi bagi apotek-apotek di wilayah Kecamatan
Belimbing khususnya dan wilayah Kota Malang umunya, untuk
- Sebagai bahan referensi ilmiah bagi mahasiswa dalam melakukan
penelitian selanjutnya.
- Sebagai refrensi Apotek guna memperoleh pendapatan yang lebih
baik.
3. Bagi masyarakat
- Masyarakat mendapatkan pelayanan kefarmasian yang profesional.
1.5 Hipotesis
Penerapan standar pelayanan kefarmasian di apotek berdampak terhadap