PENDUGAAN BOBOT BADAN SAPI BRAHMAN CROSS,
SAPI ACEH DAN SAPI BALI BERDASARKAN PANJANG
BADAN DAN LINGKAR DADA
SKRIPSI
M HARYONO SAMOSIR P 090306025
PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENDUGAAN BOBOT BADAN SAPI BRAHMAN CROSS,
SAPI ACEH DAN SAPI BALI BERDASARKAN PANJANG
BADAN DAN LINGKAR DADA
SKRIPSI
M HARYONO SAMOSIR P 090306025
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul : Pendugaan Bobot Badan Sapi Brahman Cross, Sapi Aceh dan Sapi Bali Berdasarkan Panjang Badan dan Lingkar Dada
Nama : M Haryono Samosir P
NIM : 090306025
Program Studi : Petenakan
Disetujui oleh: Komisi Pembimbing
Hamdan, S.Pt., M.Si Ir.Armyn Hakim Daulay, MBA Ketua Anggota
Mengetahui,
Dr.Ir. Ma’ruf Tafsin, M.Si Ketua Program Studi Peternakan
ABSTRAK
M HARYONO SAMOSIR, 2015: “PENDUGAAN BOBOT BADAN
SAPI BRAHMAN CROSS, SAPI ACEH DAN SAPI BALI BERDASARKAN PANJANG BADAN DAN LINGKAR DADA”. Dibimbing oleh HAMDAN dan ARMYN DAULAY.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rumus yang lebih akurat dalam pendugaan bobot badan berdasarkan ukuran tubuh (panjang badan dan lingkar dada) pada sapi Brahman Cross, sapi Aceh dan sapi Bali. Penelitian dilaksanakan pada 3 daerah berbeda berdasarkan masing-masing bangsa sapi yaitu sapi Brahman cross di PT Lembu Andalas Langkat (LAL), sapi Aceh di BPTU Indrapuri Aceh dan sapi Bali di daerah PTPN IV Siantar pada bulan Juni sampai dengan November 2014. Rumus yang dipakai dalam penelitian ini adalah rumus pendugaan bobot badan Schrool, Smith dan Winter, serta menggunakan analisa korelasi dan regresi berganda dalam pengujian data penelitian.
Hasil penelitian diperoleh bahwa hasil analisa pengujian diperoleh persamaan regresi, korelasi serta determinasi didapatkan hasil kelompok sapi Brahman Cross, Sapi Aceh dan Sapi Bali menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara panjang badan, lingkar dada dengan bobot badan. Pendugaan bobot badan pada sapi Brahman cross yang paling mendekati adalah dengan menggunakan rumus Schrool dengan persentase penyimpangan 0.15%, pada sapi Aceh yang paling mendekati dengan menggunakan rumus Winter dengan persentase penyimpangan 0.03% dan pada sapi Bali yang paling mendekati adalah dengan menggunakan rumus persamaan regresi dengan persentase penyimpangan 0%.
ABSTRACT
M HARYONO SAMOSIR, 2015: “PREDICTION BODY WEIGHT OF
BRAHMAN CROSS BEEF CATTLE, BODY WEIGHT OF ACEH BEEF CATTLE, BODY WEIGHT OF BALI BEEF CATTLE BASED ON BODY LENGTH AND CHEST SIZE ”. Under supervised by HAMDAN dan ARMYN DAULAY.
This study aimed to examine for more accurate formula to estimate body weight based on body size (body length and chest size) on Brahman cross beef cattle, Aceh beef cattle Aceh and Bali beef cattle. The experiment was conducted at three different regions based on each nation is Brahman cross cattle in PT Lembu Andalas Langkat (LAL), Aceh beef cattle in BPTU Indrapuri Aceh and Bali beef cattle in the area of PTPN IV Siantar in June to November 2014. The formula used in this study is the estimation formula weight Schrool, Smith and Winter, as well as using correlation and multiple regression analysis to test the research data.
The results showed that the test results obtained by regression analysis, correlation and determination showed Brahman Cross beef cattle, Aceh beef cattle and Bali beef cattle showed a significant relationship between body length, chest size with body weight. Estimation of body weight in Brahman cross beef cattle the closest is to use the formula Schrool the percentage deviation of 0.15%, the closest Aceh beef cattle by using the formula Winter with the percentage deviation of 0.03% and the Bali beef cattle that comes closest is to use the regression equation percentage deviation of 0%.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pendugaan Bobot Badan Sapi Brahman Cross, Sapi Aceh dan Sapi Bali Berdasarkan Panjang Badan dan Lingkar Dada”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua atas doa, semangat dan pengorbanan materil maupun moril yang telah diberikan selama ini. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Bapak Hamdan, S.Pt, M.Si selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. Armyn Hakim Daulay, MBA selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan arahan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
DAFTAR ISI
Rumus Pendugaan Bobot Badan Ternak ... 10
Analisa Korelasi dan Regresi Berganda ... 10
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Analisis Data Menggunakan Rumus Bobot Badan ... 15
Analisa Data Menggunakan Korelasi dan Regresi Liniar Berganda... 16
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian ... 18
Pendugaan Bobot Badan Berdasarkan Rumus Schrool, Winter dan Smith ... 20
Analisa Korelasi dan Regresi Linier Berganda pada Lingkar Dada, Panjang Badan dan Bobot Badan Sapi ... 25
1. Sapi Brahman cross ... 25
2. Sapi Aceh ... 28
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ... 37 Saran ... 37
DAFTAR PUSTAKA ... 38
DAFTAR TABEL
No. Hal.
1. Rataan Bobot Badan Sapi Brahman cross, sapi Aceh dan sapi Bali berdasarkan Bobot Badan Timbang dan Rumus Schrool, Winter,
Smith dan Regresi ... 20
2. Hubungan Bobot Badan dengan Ukuran Tubuh Sapi Brahman cross ... 26
3. Anova Regresi Linier Berganda Pendugaan Bobot Badan Sapi Brahman cross ... 28
4. Hubungan Bobot Badan dengan Ukuran tubuh Sapi Aceh ... 30
5. Anova Regresi Linier Berganda Pendugaan Bobot Badan Sapi Aceh ... 32
6. Hubungan Bobot Badan dengan Ukuran Tubuh Sapi Bali ... 33
DAFTAR GAMBAR
No. Hal.
1. Sapi Brahman cross ... 4
2. Sapi Aceh ... 5
3. Sapi Bali ... 7
4. Ukuran Variabel Tubuh Ternak ... 14
DAFTAR GRAFIK
No. Hal.
1. Jenis Kurva Korelasi Negatif ... .... 11
2. Jenis Kurva Korelasi Positif ... ... 12
3. Hubungan Panjang Badan dan Bobot Badan Sapi Brahman cross ... ... 27
4. Hubungan Lingkar Dada dan Bobot Badan Sapi Brahman cross ... ... 27
5. Hubungan Lingkar Dada dan Bobot Badan Sapi Aceh ... .... 30
6. Hubungan Panjang Badan dan Bobot Badan Sapi Aceh ... ... 31
7. Hubungan Lingkar Dada dan Bobot Badan Sapi Bali ... .... 34
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Seiring bertambahnya jumlah penduduk, pendapatan, perubahan
pola konsumsi dan selera masyarakat menyebabkan konsumsi daging secara
nasional terus meningkat. Pemenuhan konsumsi daging di Indonesia masih
belum optimum karena populasi ternak pedaging khususnya ternak sapi
masih sedikit dengan kondisi ternak yang kurang bagus teutama dalam hal
pertumbuhan dan bobot badan.
Data bobot badan sangat penting diketahui karena berguna dalam
manajemen pemeliharaan ternak sapi potong dan tataniaga. Dalam
manajemen pemeliharaan, bobot badan diperlukan untuk mengetahui
kebutuhan pakan ternak dan mengetahui pertumbuhan ternak demi
peningkatan produktivitas ternak, sedangkan dalam hal tataniaga, bobot
badan berguna untuk menaksir harga ternak tersebut.
Untuk dapat mengetahui pertumbuhan dan bobot badan ternak perlu
dilakukan penimbangan secara rutin sehingga mendapatkan data bobot
badan dan pertumbuhan secara tepat. Akan tetapi pengukuran bobot badan
ternak khususnya ternak sapi masih sangat sulit untuk dilakukan, karena
adanya faktor dari ternak sapi tersebut yaitu kurang jinak dan keterbatasan
fasilitas alat timbang yang tidak selalu tersedia di lapangan dan kurang
praktis untuk dibawa. Selain itu, faktor yang lain adalah dalam pengukuran
bobot badan ternak membutuhkan tenaga dan waktu yang banyak, sehingga
Untuk menanggulangi hal tersebut, pendugaan bobot badan ternak
sapi biasanya dilakukan dengan cara menduga bobot badan atas dasar
pengalaman atau dengan menggunakan rumus Schoorl, Smith dan rumus
Winter.
Berdasarkan hal tersebut, maka penulis tertarik melakukan penelitian
upaya memperoleh pendugaan bobot badan ternak secara tepat, praktis dan
efisien yaitu dengan persamaan regresi linier berganda berdasarkan
ukuran-ukuran linier tubuh tanpa menggunakan alat timbangan atau rumus Schoorl,
Smith dan Winter.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui rumus yang lebih akurat
dalam pendugaan bobot badan berdasarkan ukuran tubuh (panjang badan
dan lingkar dada) untuk sapi Brahman Cross, sapi Aceh dan sapi Bali.
Hipotesis Penelitian
Ukuran panjang badan dan lingkar dada dapat digunakan sebagai
penduga bobot badan sapi Brahman Cross, sapi Aceh dan sapi Bali .
Kegunaan Penelitian
Diharapkan dengan mengetahui ukuran tubuh ternak meliputi
panjang badan dan lingkar dada, kita dapat melakukan pendugaan bobot
TINJAUAN PUSTAKA
Bangsa SapiPenggolongan sapi ke dalam suatu bangsa (breed) sapi, didasarkan
atas sekumpulan persamaan karakteristik tertentu yang sama. Atas dasar
karakteristik tersebut, mereka dapat dibedakan dari ternak lainnya meskipun
masih dalam spesies yang sama. Karakteristik yang dimiliki tersebut akan
diturunkan ke generasi berikutnya. Menurut Blakely dan Bade (1992)
bangsa sapi mempunyai klasifikasi taksonomi sebagai berikut : Phylum :
Chordata; Subphylum : Vertebrata; Class : Mamalia; Ordo : Artiodactyla
Sub ordo : Ruminantia; Famili : Bovidae; Genus : Bos (cattle); Spesies : Bos taurus (sapi Eropa); Bos indicus (sapi India/sapi zebu) ; Bos javanicus
(banteng/sapi Bali).
Sapi Brahman Cross
Sapi Brahman Cross pada awalnya merupakan bangsa sapi
American Brahman yang diimpor Australia pada tahun 1933. Mulai
dikembangkan di stasiun CSIRO’s Tropical Cattle Research Centre
Rockhampton Australia, dengan materi dasar sapi Brahman, Hereford dan
Shorthorn dengan proporsi darah berturut-turut 50%, 25% dan 25% (Turner,
1977), sehingga secara fisik bentuk fenotip dan keistimewaan sapi Brahman
cross cenderung lebih mirip sapi American Brahman karena proporsi
darahnya lebih dominan. Sapi Brahman Cross mulai diimport Indonesia
(Sulawesi) dari Australia pada tahun 1973. (Hardjosubroto, 1984).
Ciri-ciri sapi Brahman mempunyai punuk besar dan gelambir yang
adaptasi yang tinggi, daya tahan terhadap panas juga lebih baik dari sapi
Eropa karena lebih banyak memiliki kelenjar keringat, kulit berminyak di
seluruh tubuh yang membantu resistensi terhadap parasit. Karakteristik sapi
Brahman berukuran sedang dengan berat jantan dewasa 800-1000 kg,
sedangkan betina 500-700 kg, berat pedet yang baru lahir antara 30-35 kg,
dan dapat tumbuh cepat dengan berat sapih kompetitif dengan jenis sapi
lainnya. Presentase karkas 48,6 – 54,2%, dan pertambahan berat harian 0,83
– 1,5 kg. Sapi Brahman memiliki warna yang bervariasi, dari abu-abu muda,
merah sampai hitam. Kebanyakan berwarna abu muda dan abu tua. Sapi
jantan berwarna lebih tua dari sapi betina dan memiliki warna gelap di
daerah leher, bahu, dan paha bagian bawah. Sapi Brahman dapat beradaptasi
dengan baik terhadap panas tanpa gangguan selera makan dan produksi
susu.
Sapi Aceh
Sapi Aceh merupakan salah satu rumpun sapi lokal Indonesia yang
telah ditetapkan oleh pemerintah melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian
No. 2907/Kpts/OT.140/6/2011, yang mempunyai sebaran asli geografis di
Provinsi Aceh yang dibudidayakan secara turun temurun. Sapi Aceh
umumnya diternakkan oleh masyarakat sebagai penghasil daging. Selain itu
juga sebagai ternak kerja, tabungan, budaya meugang dan peupok leumo
(adu sapi). Beberapa ahli berpendapat bahwa Bos sundaicus merupakan
biangnya sapi-sapi yang ada di Indonesia, berkembang dan mengalami
persilangan berurutan dengan sapi Zebu yang dibawa oleh orang-orang
Hindu. Sapi Aceh yang telah lama dipelihara rakyat merupakan jenis sapi
Zebu tropis berasal Bos indicus. Sapi Aceh yang dijumpai di beberapa
kabupaten di Provinsi Aceh memiliki fisik lebih besar dari sapi Sumatera
karena lebih banyak disilangkan dengan sapi Benggala (Zebu) Penampilan
Produksi Berat Lahir Berat lahir pedet betina sapi Aceh 14,75 kg dan pedet
jantan 15,9 kg dengan angka kelahiran rata-rata 65-85%. Adapun
karakteristik dari Sapi Aceh adalah: (1) Warna dominan merah bata dan
pada daerah pundak; (2) Berpunuk; (3) Tanduk mengarah ke atas dan lebih
besar; (4) Kuping dan daun telinga tidak jatuh, tidak besar dan agak runcing
Gambar 2. Sapi Aceh
Sapi Bali
Sapi Bali (Bos sondaicus) telah mengalami proses domestikasi yang
terjadi sebelum 3.500 SM di wilayah Pulau Jawa atau Bali dan Lombok. Hal
ini diperkuat dengan kenyataan bahwa sampai saat ini masih dijumpai
banteng yang hidup liar di beberapa lokasi di Pulau Jawa, seperti di Ujung
Kulon serta Pulau Bali yang menjadi pusat gen sapi Bali. Sapi Bali dikenal
juga dengan nama Balinese cow yang kadang-kadang disebut juga dengan
nama Bibos javanicus, meskipun sapi Bali bukan satu subgenus dengan bangsa sapi Bos taurus atau Bos indicus. Berdasarkan hubungan silsilah
famili Bovidae, kedudukan sapi Bali diklasifikasikan ke dalam
subgenus Bibovine tetapi masih
termasuk genus bos
Sapi Bali merupakan sapi asli Indonesia yang ciri - cirinya khas dan
berbeda dari bangsa sapi lainnya. Sapi Bali berukuran sedang, dadanya
dalam, tidak berpunuk dan kaki-kakinya ramping. Kulitnya berwarna merah
bata. Cermin hidung, kuku dan bulu ujung ekornya berwarna hitam. Kaki di
bawah persendian karpal dan tarsal berwarna putih. Kulit berwarna putih
juga ditemukan pada bagian pantatnya dan pada paha bagian dalam kulit
berwarna putih tersebut berbentuk oval (white mirror). Pada punggungnya selalu ditemukan bulu hitam membentuk garis (garis belut) memanjang dari
gumba hingga pangkal ekor. Sapi Bali jantan berwarna lebih gelap bila
dibandingkan dengan sapi Bali betina. Warna bulu sapi Bali jantan biasanya
berubah dari merah bata menjadi coklat tua atau hitam legam setelah sapi itu
mencapai dewasa kelamin sejak umur 1,5 tahun dan menjadi hitam mulus
pada umur 3 tahun. Warna hitam dapat berubah menjadi coklat tua atau
merah bata apabila sapi itu dikebiri. Adapun karakteristik Sapi Bali adalah
ukuran badan berukuran sedang dan bentuk badan memanjang, kepala agak
pendek dengan dahi datar, badan padat dengan dada yang dalam, tidak
berpunuk dan seolah tidak bergelambir, kakinya ramping, agak
pendek menyerupai kaki kerbau, pada punggungnya selalu ditemukan bulu
hitam membentuk garis (garis belut) memanjang dari gumba hingga pangkal
ekor, cermin hidung, kuku dan bulu ujung ekornya berwarna hitam,
tanduk pada sapi jantan tumbuh agak ke bagian luar kepala, sebaliknya
untuk jenis sapi betina tumbuh ke bagian dalam
Gambar 3. Sapi Bali
Bobot Badan dan Pengukuran Tubuh Ternak
Bobot badan ternak berhubungan dengan pertumbuhan dan karkas
yang dihasilkan, sedangkan bobot badan itu sendiri dipengaruhi sifat
perdagingan, karkas dan gemuknya hewan, isi perut serta besarnya
pertulangan kepala, kaki dan kulit. Umur dan jenis kelamin turut
mempengaruhi bobot badan dan ukuran ternak. Bobot badan pada umumnya
mempunyai hubungan positif dengan semua ukuran linier tubuh (Kidwell
dan Mc Cormick, 1956).
Menurut Taylor (1995), bahwa berdasarkan kurva sigmoid pertumbuhan
ternak, pertumbuhan yang konstan pada ternak dimulai pada saat ternak berumur
22 bulan atau kurang lebih 1 tahun.
Penggunaan menggunakan parameter tubuh ternak antara lain
lingkar dada dan panjang badan untuk menduga bobot badan ternak, krena
panjang badan dan lingkar dada adalah komponen tubuh ternak yang
berkorelasi positif tinggi dengan memberikan nilai penyimpangan yang
Untuk menduga bobot badan seekor ternak dapat dilakukan dengan
mengetahui ukuran tubuh tertentu. Penelitian mengenai ukuran-ukuran
tubuh ternak telah banyak dilakukan, di antaranya oleh Otsuka et.al (1982)
yang meneliti asal-usul hubungan genealogical pada beberapa tipe sapi asli
Asia Timur, termasuk beberapa sapi lokal asli Indonesia. Bagian tubuh yang
diukur dalam penelitian adalah tinggi punak, tinggi pinggul, panjang badan,
lebar dada, dalam dada, lebar pinggul, lebar tulang duduk, lingkar dada dan
lingkar tungkai bawah.
Ukuran-ukuran tubuh ternak dapat berbeda satu sama lain secara
bebas, korelasinya dapat disebut positif apabila peningkatan satu sifat
menyebabkan sifat lain juga meningkat. Dan apabila satu sifat meningkat
dan satu sifat lain menurun maka korelasinya adalah negatif (Laidding,
1996).
Secara fisiologis lingkar dada memiliki pengaruh yang besar
terhadap bobot badan karena dalam rongga dada terdapat organ-organ
seperti jantung dan paru-paru, begitu juga dengan pertumbuhan panjang
badan tubuh ternak. Pertumbuhan tubuh dan organ-organ tersebut akan
tumbuh mengalami pembesaran sejalan dengan pertumbuhan ternak. Di
samping itu, pertambahan bobot badan juga dipengaruhi oleh penimbunan
lemak (Yusuf, 2004).
Menurut Dwiyanto (1982), komponen tubuh yang berhubungan erat
dengan bobot badan adalah lingkar dada dan panjang badan. Demikian
halnya menurut Williamson dan Payne (1986) bahwa pemakaian ukuran
seekor ternak dengan tepat. Menurut Massiara (1986), bobot badan lingkar
dada merupakan fungsi umur, maka lingkar dada dan bobot badan ternak
semakin meningkat dengan bertambahnya umur ternak.
Menurut Gilbert (1993) bahwa pengukuran lingkar dada dilakukan
dengan cara melingkari pita ukur pada tubuh ternak tepat dibelakang kaki
depan. Pita ukur harus dikencangkan sehingga pita ukur pada bagian dada
terasa. pengukuran panjang badan dilakukan dengan cara membentangkan
mistar ukur atau tongkat ukur mulai dari sendi bahu (scapula lateralis)
sampai tulang tapis (tuber ischii). Sebelum dilakukan pengukuran, ternak harus dalam posisi normal, kaki depan dan belakang harus sejajar satu sama
lain dan kepala ternak harus menghadap ke depan. Ternak sebaiknya
dipuasakan selama 12 jam sebelum dilakukan pengukuran dengan tujuan
agar kondisi ternak tersebut mencapai bobot badan kosong (Fry, 2008).
Adanya perbedaan ukuran tubuh suatu ternak dipengauhi oleh
adanya fator pakan. Faktor pakan sangat penting dalam pemenuhan
kebutuhan pertumbuhan. Kekurangan pakan merupakan kendala besar
dalam proses pertumbuhan, terrlebih apabila dalam pakan tersebut terdaat
banyak zat-zat pakan untuk pertumbuhan tersedia sangat kurang seperti
protein, vitamin dan mineral maka hal ini dapat menyebabkan pertumbuhan
tubuh ternak tersebut tidak dapat bertumbuh baik (Sumardono dan Bambang
Sugeng, 2008). Dilanjutkan dengan pernyataan Sugeng (2003) yang
menyatakan bahwa adanya perbedaan ukuran tubuh suatu ternak
dipengaruhi oleh adanya beberapa faktor yaitu faktor pengaruh bangsa sapi,
diberikan kepada ternak sapi dan pengaruh suhu serta iklm lingkungan di
sekitar habitat sapi.
Rumus Pendugaan Bobot Badan Ternak
Menurut Gafar (2007), rumus-rumus yang dapat digunakan untuk
menduga bobot badan adalah:
Analisa Korelasi dan Regresi Berganda
Secara umum ada dua hubungan antara dua variabel atau lebih, yaitu
bentuk hubungan dan keeratan hubungan. Untuk mengetahui bentuk
hubungan digunakan analisa regresi dan ntuk keeratan hubungan dapat
diketahui dengan analisa korelasi. Analisa regresi dipergunakan untuk
menelaah hubungan antara dua variabel atau lebih, terutama untuk
menelusuri pola hubungan yang modelnya belum diketahui dengan
sempurna, atau untuk mengetahui bagaimana variasi dari beberapa variabel
independen mempengaruhi variabel dependen dalam suatu fenomena yang
kompleks. Jika X1, X2,...Xn adalah variabel-variabel independen dan Y
Y, dimana variasi dari X akan diiringi pula oleh variasi dari Y. Secara
matematika hubungan di atas dapat dijabarkan sebagai berikut: Y = f(X1,
X2,...Xn, e), dimana Y adalah variabel dependen dan X adalah variabel
independen dan e adalah variabel residu (distubance term). Hubungan antara dua ubahan secara statistik dapat dinyatakan secara korelasi dan
regesi (Hardjosubroto, 1994).
Analisa korelasi merupakan alat yang dipakai untuk mengukur
keeratan hubungan antara dua variabel. Perhitungan dari derajat keeratan
diasarkan pada persamaan regresi (Kustituanto, 1984). Korelasi r adalah
hubungan timbal balik atau asosiasi yaitu saling bergantungnya dua variabel
misalnya Y1 dan Y2. Ada dua hubungan antara dua variabel tersebut, yaitu
hubungan negatif pada Gambar 3 dan hubungan positif pada Gambar 4. Bila
variabel-variabel memiliki hubungan negatif, maka hubungannya tidak
searah yaitu semakin tinggi variabel Y1 maka semakin rendah variabel Y2.
Begitupun sebaliknya jika dua variabel berhubungan positif, maka
hubungan di antara keduanya bersifat searah yaitu semakin tinggi variabel
Y1 maka semakin tinggi pula variabel Y2.
Gambar 5. Jenis Kurva Korelasi Positif
Analisa regresi ganda merupakan pengembangan dari analisa regresi
sederhana. Kegunaannya yaitu untuk meramalkan nilai variabel terikat (Y)
apabila variabel bebasnya (X) dua atau lebih. Analisa regresi ganda adalah
alat untuk meramalkan nilai pengaruh dua variabel bebas atau lebih
terhadap satu variabel terikat atau untuk membuktikan ada tidaknya
hubungan fungsional atau hubungan kausal antara dua atu lebih variabel
bebas X1, X2,..., Xn terhadap suatu variabel terikat Y. Persamaan regresi
berganda dirumuskan sebagai beikut:
1. Dua variabel bebas : Ŷ = a + b1 x1 + b2 x2
2. Tiga variabel bebas : Ŷ = a + b1 x1 + b2 x2 + b3 x3
Analisa korelasi bertujuan untuk mengukur kekuatan asosiasi
(hubungan) liniear antara dua variabel atau lebih. Besarnya koefisien relasi
berkisarr antar +1 sampai dengan -1, dimana koefisien relasi menunjukkan
kekuatan (stregth) hubungan linear dan arrah hubungan dua variabel acak
(Sarwono, 2006). Pengambilan keputusan dalam uji regresi sederhana dapat
mengacu pada dua hal, yakni dengan membandingkan nilai t hitung dengan
t tabel, atau dengan membandingkan nilai signifikansi dengan nilai
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di PT LAL(Lembu Andalas Langkat),
PTPN IV Siantar dan BPTU Indrapuri Aceh pada bulan Juni - November
2014.
Bahan dan Alat Penelitian
Bahan
Bahan yang digunakan adalah sapi Brahman Cross 100 ekor, sapi
Aceh 100 ekor dan sapi Bali 100 ekor dengan rentang umur 2 - 3 tahun.
Alat
Alat yang digunakan adalah timbangan digital untuk menimbang
bobot hidup sapi, pita ukur untuk mengukur lingkar dada, tongkat ukur
untuk mengukur panjang badan.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah survey. Teknik
pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling atau
dilakukan dengan cara mengambil subyek didasarkan atas kriteria tertentu
yaitu sapi Brahman Cross, sapi Aceh dan sapi Bali jantan berumur 2 - 3
tahun. Data yang diambil berupa bobot badan tiap sapi yang diukur
menggunakan timbangan digital, ukuran panjang badan diukur dengan
menggunakan tongkat ukur serta lingkar dada yang diukur menggunakan
Pengukuran Variabel
1. Panjang badan (cm), diukur dari jarak garis lurus dari tepi tulang
processus spinosus sampai dengan tonjolan tulang tapis (os ichium) dengan menggunakan tongkat ukur.
2. Lingkar dada (cm), diukur melingkar tepat di belakang scapula dengan
menggunakan pita ukur.
Gambar berikut ini menyajikan metode pengukuran panjang badan dan
lingkar dada pada sapi.
Keterangan Gambar: a – b : pengukuran panjang badan sapi c : pengukuran lingkar dada sapi
Gambar 7. Pengukuran Lingkar Dada Sapi dengan Menggunakan Pita
Ukur
Analisa Data Menggunakan Rumus Bobot Badan
Data yang diperoleh meliputi panjang badan dan lingkar dada
dimasukkan dalam rumus pendugaan bobot badan yaitu rumus Schoorl,
Smith dan Winter. Menurut Gafar (2007), rumus-rumus yang dapat
digunakan untuk menduga bobot badan adalah
Rumus Schoorl (lbs) = (LD (cm) +22) 2 100
Rumus Winter = ( LD)2(inchi) x PB(inchi) (dalam satuan pound) 300
Rumus Smith = (LD (cm) +18) 2 100
Keterangan: LD = Lingkar Dada
Untuk mengetahui ketepatan rumus pendugaan maka dihitung
besarnya nilai penyimpangan antara bobot badan hasil pendugaan
menggunakan rumus dengan bobot badan yang diukur dengan
menggunakan timbangan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
P = BBR−BBT
BBT x 100%
Keterangan:
P = Persentase penyimpangan
BBR = Bobot badan hasil pendugaan menggunakan rumus
BBT = Bobot badan hasil timbang
Hasil perhitungan P (persentase penyimpangan) merupakan bilangan
mutlak.
Analisa Data Menggunakan Korelasi dan Regresi Linear Berganda
Data hasil penelitian dihitung dan diolah untuk mengetahui
hubungan antara variabel bebas (X) yaitu eksterior tubuh sapi yang meliputi
panjang badan dan lingkar dada terhadap variabel tidak bebas (Y) yaitu
bobot badan sapi.
Data-data yang diperoleh dapat dihitung dan diolah dengan metode
analisa korelasi dan regresi sederhana dan berganda. Angka koefisien relasi
(r) baik ganda maupun sederhana menunjukkan arah dan derajat keeratan
hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Persamaan
regresi baik sederhana menunjukkan bentuk hubungan secara matematis
antara variabel independen dengan variabel dependen. Pengambilan
dengan membandingkan nilai t hitung dengan t tabel atau dengan
membandingkan nilai signifikansi dengan nilai probabilitas 0,05.
Pengujian statistik terhadap koefisien relasi (baik sederhana maupun
ganda) digunakan untuk menjawab hipotesis mengenai ada tidaknya
hubungan yang signifikan antara variabel independen dengan variabel
dependen. Adapun rosedur pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:
1. Menentukan rumusan hipotesis H0 dan H1
H0 : r = 0 berati tidak ada hubungan signifikan antara X dan Y
H0 : r ≠ 0 berarti ada hubungan signiikan antara X dan Y
2. Menghitung nilai uji statistik
Nilai uji statistik regresi sederhana adalah t, sedangkan nilai uji statistik
untuk regresi beganda adalah F. Nilai t diperoleh dengan
membandingkan nilai t hitung dengan t tabel atau dengan
membandingkan nilai signifikansi dengan nilai probabilitas 0,05.
membandingkan nilai t hitung dengan t tabel atau dengan
membandingkan nilai signifikansi dengan nilai probabilitas 0,05.
Demikian juga halnya dengan nilai F diperoleh melalui perbandingan
nilai hitung dengan tabel pada taraf nyata.
3. Menentukan kriteria pengambilan keputusan
H0 diterima (H1 ditolak) apabila t atau F hitung < t atau F tabel
H0 ditolak (H1 diterima) apabila t atau F hitung ≥ t atau tabel
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada 3 peternakan penggemukan sapi
potong skala besar yang berada di wilayah Sumatera yaitu Peternakan Sapi
Bali di siantar, peternakan sapi Aceh di BPTU Indrapuri Aceh dan sapi
Brahman Cross di Langkat. Jumlah masing-masing sapi yang ditimbang dan
diukur statistik vitalnya (panjang badan dan lingkar dada) adalah sebanyak
100 ekor sapi Bali, 100 ekor sapi Aceh dan 100 ekor sapi Brahman Cross.
Lokasi Balai Pembibitan Ternak Unggul (BPTU) Sapi Aceh
Indrapuri berupa perbukitan dan lembah yang agak landau, di bagian tengah
dengan ketinggian dari permukaan laut antara 30 – 80 m. iklim rata-rata
panasmdengan suhu 27,50C dan tingkat kelembaban 81,8%. BPTU Sapi
Aceh Indrapuri terletak di Blang Lam Lhui, Desa Reukih Dayah,
Kecamatan Indrapuri Kabupaten Aceh besar. Ternak sapi Aceh yang
terdapat pada BPTU Sapi Aceh berjumlah 513 ekor dengan luas lahan
adalah 430 Ha (bptu-hptindrapuri.com). Sapi Aceh memiliki ciri-ciri warna
dominan merah bata dan pada daerah pundak, berpunuk, tanduk mengarah
ke atas dan lebih besar, kuping dan daun telinga tidak jatuh, tidak besar dan
agak runcing dan tinggi gumba rata-rata 110 cm (Salim, B. 1990).
Sapi Bali memiliki karakteristik ukuran badan berukuran sedang dan
bentuk badan memanjang, kepala agak pendek dengan dahi datar, badan
padat dengan dada yang dalam, tidak berpunuk dan seolah tidak
punggungnya selalu ditemukan bulu hitam membentuk garis (garis belut)
memanjang dari gumba hingga pangkal ekor, cermin hidung, kuku dan bulu
ujung ekornya berwarna hitam, tanduk pada sapi jantan tumbuh agak ke
bagian luar kepala, sebaliknya untuk jenis sapi betina tumbuh ke bagian
dalam
.
Sapi Brahman Cross memiliki karakteristik warna yang bervariasi,
dari abu-abu muda, merah sampai hitam. Kebanyakan berwarna abu muda
dan abu tua. Sapi jantan berwarna lebih tua dari sapi betina dan memiliki
warna gelap di daerah leher, bahu, dan paha bagian bawah. Sapi Brahman
dapat beradaptasi dengan baik terhadap panas tanpa gangguan selera makan
dan produksi susu. Sedangkan pada sapi Aceh memiliki ciri-ciri warna
dominan merah bata dan pada daerah pundak, berpunuk, tanduk mengarah
ke atas dan lebih besar, kuping dan daun telinga tidak jatuh, tidak besar dan
agak runcing dan tinggi gumba rata-rata 110 cm (Salim, 1990).
Penimbangan bobot badan dan pengukuran statistic vital yaitu
panjang badan dan lingkar dada dilakukan pada sapi dengan rataan umur 2
tahun dengan tujuan untuk memperoleh keseragaman data pengukuran
sehingga variasi data yang diperoleh tidak dipengaruhi oleh umur ternak.
Sapi yang telah mencapai umur 2 tahun umumnya memiliki pertambahan
bobot badan yang konstan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Taylor (1995),
yang menyatakan bahwa berdasarkan kurva sigmoid pertumbuhan ternak,
pertumbuhan yang konstan pada ternak dimulai pada ssat ternak berumur 22
Penimbangan bobot badandilakukan dengan cara sapi dinaikkan ke
atas bantalan timbangan dengan posisi kaki sejajar satu sama lain. Sapi
diusahakan tidak banyak bergerak saat dilakukan pencatatan bobot badan.
Penimbangan dilakukan pada pagi hari sebelum ternak diberi pakan, hal ini
dilakukan agar ternak dalam kondisi bobot badan kosong (empty day
weight) karena ternak telah dipuasakan pada sore hari. Menurut Fry (2008),
menyatakan bahwa ternak sebaiknya dipuasakan selama 12 jam sebelum
dilakukan pengukuran dengan tujuan agar kondisi ternak tersebut mencapai
bobot badan kosong.
Pendugaan Bobot Badan berdasarkan Rumus Schrool, Winter dan Smith
Hasil pendugaan bobit badan sapi Bali berdasarkan rumus Schrool,
Winter dan Smith dapat dilihat pada data berikut ini.
Rata-rata pendugaan bobot badan pada sapi Brahman cross, sapi
Aceh dan sapi Bali hasilnya yang paling mendekati adalah dengan
menggunakan rumus persamaan regresi yaitu rata-rata bobot badan
sebenarnya atau dengan menggunakan timbangan. Rumus Schrool, Smith
dan inter terdapat selisih yang cukup besar terhadap rata-rata bobot badan
sebenarnya. Perbedaan bobot badan sebenarnya/tertimbang dengan
pendugaan bobot badan dengan rumus disebabkan karena rumus tersebut
digunakan untuk bangsa sapi Eropa dan tidak cocok untuk sapi-sapi lokal,
serta pada pendugaan bobot badan dengan persamaan regresi baik koefisien
korelasi maupun koefisien determinasi memiliki nilai hampir mendekati
nilai 1 yang menunjukkan hubungan signifikan antar variabel, baik lingkar
dada, panjang badan dan bobot badan ternak (Mansyur, 2010).
Pendugaan bobot badan sapi Brahman Cross dengan menggunakan
rumus Shrool diperoleh bobot badan sebesar 421.95 ± 18.89 kg,
menggunakan rumus Winter diperoleh bobot badan sebesar 569.88 ± 43.04
kg dan dengan rumus Smith diperoleh bobot badan sebesar 405.68 ± 18.53
kg, sedangkan bobot badan sapi Brahman Cross berdasarkan bobot badan
timbang diperoleh 422.59 ± 17.92 kg. Nilai penyimpangan yang diperoleh
berdasarkan selisih bobot badan timbang dan rumus pendugaan bobot badan
antara lain Schrool yaitu –0.64 kg dengan persentase penyimpangan 0.15%,
Winter yaitu 147.29 kg dengan persentase penyimpangan 34.7% dan Smith
yaitu 16.91 kg dengan persentase penyimpangan 4%. Dari hasil
data penelitian yang diperoleh diketahui bahwa nilai penyimpangan yang
persentase penyimpangan 0.15 %. Rendahnya nilai penyimpangan pada
rumus Schrool terjadi karena rumus Schrool biasa digunakan pada sapi
potong yang berasal dari luar yang memiliki konformasi tubuh yang berbeda
dengan sapi potong lokal pada umumnya, dimana rumus Schrool biasa
digunakan pada sapi berukuran badan besar > 350 kg. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Williamson dan Payne (1978), yang menyatakan bahwa
menyatakan bahwa pendugaan berat badan sapi menggunakan rumus Schoorl
biasa dilakukan pada sapi yang berukuran besar yaitu seperti sapi Frisien
Holstein (FH) atau Brahman Cross.
Pendugaan bobot badan sapi Aceh dengan menggunakan rumus Schrool
diperoleh bobot badan sebesar 281.88 ± 21.74 kg, dengan rumus Winter
diperoleh bobot badan sebesar 208.38 ± 23.45 kg, sedangkan bobot badan
sapi Aceh berdasarkan bobot badan timbang diperoleh 209 ± 23.5 kg. Nilai
penyimpangan yang diperoleh berdasarkan selisih bobot badan timbang dan
penggunaan rumus pendugaan bobot badan antara lain Schrool yaitu 73.36
kg dengan persentase penyimpangan 35.76%, dengan rumus Winter yaitu
-0.14 dengan persentase penyimpangan 0.03% dan rumus Smith yaitu 60.10
kg dengan persentase penyimpangan 29.34%. Sedangkan pada pendugaan
bobot badan sapi Bali dengan menggunakan rumus Schrool diperoleh bobot
badan sebesar 277.92 ± 27.30 kg, dengan rumus
Winter diperoleh bobot badan sebesar 204.62 ± 26.51 kg dan
rumus Smith diperoleh bobot badan sebesar 267.95 ±
20.22 kg, sedangkan bobot badan sapi Bali berdasarkan bobot badan
timbang diperoleh 207.33 ± 25.35 kg. Nilai penyimpangan yang diperoleh
bobot badan antara lain Schrool 70.59 kg dengan persentase penyimpangan
34.80%, dengan rumus Winter yaitu -2.71 kg dengan persentase
penyimpangan 1.37% dan dengan rumus Smith yaitu 60.62 kg dengan
persentase penyimpangan 30.05%.
Dari data hasil penelitian yang diperoleh diketahui bahwa nilai
penyimpangan yang paling rendah pada pendugaan bobot badan sapi Aceh
terdapat pada rumus Winter yaitu -0.14 dengan persentase penyimpangan
0.03%. Sama halnya dengan data hasil penelitian terhadap sapi Bali
diketahui bahwa nilai penyimpangan yang paling rendah terdapat pada
rumus Winter yaitu -2.71 kg dengan persentase penyimpangan 1.37%. Data
penyimpangan tersebut menunjukkan bahwa persamaan regresi linier
dengan menggunakan lebih dari satu parameter ukuran tubuh memberikan
nilai koefisien determinasi lebih tinggi atau dengan kata lain memberikan
hasil penyimpangan yang lebih rendah dibandingkan dengan nilai
persamaan regresi linier sederhana, yaitu pendugaan bobot badan dengan
menggunakan rumus regresi yang menggunakan beberapa parameter tubuh
antara lain panjang badan dan lingkar untuk bobot badan sapi 200 – 350 kg
memiliki penyimpangan yang lebih kecil jika dibandingkan dengan bobot
badan sapi 300 – 656 kg. Nilai penyimpangan bobot badan sapi akan
semakin besar apabila menggunakan rumus linier sederhana yaitu hanya
menggunakan satu parameter tubuh saja, yaitu dapat dilihat pada hasil
rumus Schrool dan Smith yang hanya menggunakan nilai lingkar dada,
sehingga penyimpangan bobot badan sapi Aceh dan Bali dalam penelitian
(1982), yang menyatakan bahwa menggunakan parameter tubuh ternak
antara lain lingkar dada dan panjang badan untuk menduga bobot badan
ternak, krena panjang badan dan lingkar dada adalah komponen tubuh
ternak yang berkorelasi positif tinggi dengan memberikan nilai
penyimpangan yang semakin kecil.
Dari data penelitian diketahui bahwa nilai penyimpangan pendugaan
bobot badan sapi Aceh dan sapi Bali dari hasil rumus Winter yaitu 0.03 %
untuk sapi Aceh dan 1.37% untuk sapi Bali lebih kecil dibandingkan hasil
rumus Schrool, yaitu sebesar 35.76% pada sapi Aceh dan 34.80% pada sapi
Bali. Sedangkan hasil dari persamaan pendugaan Smith memberikan nilai
29.34% pada sapi Aceh dan 30.05% pada sapi bali. Hal ini menunjukkan
bahwa hasil koefisien regresi linier yang diperoleh dari persamaan
pendugaan bobot badan oleh Winter lebih mendekati pada nilai bobot badan
ternak dengan menggunakan timbangan, karena rata-rata penyimpangan
yang diperoleh dalam pendugaan bobot badan tersebut mencapai 5 – 10%.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Williamson dan Payne (1978), yang
menyatakan bahwa penyimpangan pendugaan bobot badan umumnya
berkisar antara 5% sampai 10% dari bobot sebenarnya.
Pendugaan bobot badan dengan menggunakan rumus Schrool,
Winter dan Smith dalam penelitian memberikan hasil bahwa untuk menduga
bobot badan sapi lokal seperti sapi Aceh dan sapi Bali dapat menggunakan
rumus Winter, karena nilai penyimpangan yang dihasilkan dari regresi lebih
kecil dibandingkan rumus Schrool dan Smith. Hal ini disebabkan karena
dada. Menurut Dwiyanto (1982), komponen tubuh yang berhubungan erat
dengan bobot badan adalah lingkar dada dan panjang badan. Demikian
halnya menurut Williamson dan Payne (1986) bahwa pemakaian ukuran
lingkar dada, panjang badan dapat memberikan petunjuk bobot badan
seekor ternak dengan tepat.
Tingginya nilai penyimpangan pada rumus Schrool dan Smith dapat
disebabkan karena rumus Schrool dan Smith diperoleh dengan penelitian
terhadap hubungan bobot badan ternak dengan ukuran statistik vital yang
dilakukan pada kondisi lingkungan dan bangsa sapi yang berbeda dengan
kondisi penelitian. Variasi berat alat pencernaan merupakan sumber utama
penyimpangan dalam pengukuran bobot badan ternak. Penggunaan
rumus-rumus pendugaan bobot badan ini akan lebih efektif apabila pengukuran
lingkar dada dan panjang badan dilakukan dengan benar dan tepat. Rumus
regresi linier berganda akan memberikan hasil yang terbaik apabila
digunakan untuk menduga bobot badan sapi hasil persilangan ternak lokal
dan ternak luar dengan manajemen pemeliharaan ternak yang intensif.
Analisis, Korelasi dan Regresi Linier Berganda pada Lingkar Dada, Panjang
Badan dan Bobot Badan Sapi
1. Sapi Brahman Crosss
Signifikansi hubungan antara masing-masing ukuran eksterior tubuh
dengan bobot badan diperoleh berdasarkan analisa data penelitian yaitu uji t
terhadap koefisien relasi (r) dan analisis regresi linier berganda.
dengan bobot badan pada tabel 1, diketahui bahwa uji signifikansi nilai
absolut pada analisis korelasi dan regresi linier sederhana hubungan antara
bobot badan dengan panjang badan menghasilkan P > 0.05 atau nilai P 0.05
= 0.05 dan hubungan antara bobot badan dengan lingkar dada menghasilkan
nilai P < 0.05 atau nilai P 0.00 < 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara lingkar dada dan panjang badan terhadap
bobot badan, dimana nilai signifikan pada lingkar dada dan panjang badan
lebih kecil dan sama dengan nilai probabilitas. Dengan demikian, variabel
lingkar dada (X1) dan panjang badan (X2) memiliki kontribusi atau nilai
positif terhadap bobot badan (Y),.
Uji hubungan signifikan pada analisis regresi linear berganda
diperoleh bahwa nilai uji statistik P < 0.05, sehingga disimpulkan terdapat
hubungan yang signifikan anatra panjang badan dan lingkar dada secara
bersama-sama dengan bobot badan terhadap sapi Brahman cross. Selain
faktor pengaruh bangsa sapi, pengaruh umur sapid an pengaruh jenis
kelamin sapi, menurut Sudarmono dan Bambang Sugeng (2008), adanya
perbedaan ukuran tubuh suatu ternak dipengaruhi oleh adanya faktor pakan.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Yusuf (2004), yang
menyatakan bahwa secara fisiologis lingkar dada memiliki pengaruh yang
besar terhadap bobot badan karena dalam rongga dada terdapat organ-organ
seperti jantung dan paru-paru, begitu juga dengan pertumbuhan panjang
badan tubuh ternak. Pertumbuhan tubuh dan organ-organ tersebut akan
samping itu, pertambahan bobot badan juga dipengaruhi oleh penimbunan
lemak.
Tabel 2. Hubungan Bobot Badan dengan Ukuran Tubuh Sapi Brahman Cross
Analisis Korelasi dan Regresi Linier Sederhana
Variabel r R Persamaan Regresi t P Keterangan
Lingkar Dada (X1) 0.928 0.861 Y= -242.727 + 3.628 X1 24.055 0.000 Signifikan Panjang Badan (X2) 0.197 0.039 Y= 325.770 + 0.670X2 1.983 0.05 Signifikan
Analisis Korelasi dan Regresi Linier Berganda
Persamaan Regresi R R2 F P
Y= -245.043 + 3.621X1 + 0.027X2
0.929 0.863 302.988 0.000 Signifikan
Adapun gambaran sebaran data hubungan bobot badan dengan
ukuran eksterior tubuh ternak pada sapi Brahman cross dapat dilihat pada
grafik berikut ini.
Gambar 9. Grafik Hubungan Lingkar dada dengan Bobot Badan Sapi Brahman Cross
Pada gambar 8 dan 9 menunjukan pola titik-titik yang menunjukkan
garis lurus diagonal miring ke kanan dengan tingkat kemiringan yang cukup
tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara bobot badan dengan
panjang badan dan lingkar dada masing-masing membentuk garis linier
dengan arah positif. Berdasarkan hasil statistik regresi linier berganda yang
dilakukan pada data hasil penelitian, diketahui bahwa pendugaan bobot
Y = 325.770 + 0.67X R2 = 0.039
badan sapi Brahman cross dapat menggunakan formula BB = 3.621 LD +
0.027 PB – 245.043, dengan menggunakan 2 peubah bebas yaitu lingkar
dada dan panjang badan. Hasil pendugaan bobot badan menggunakan
formula tersebut mendekati nilai penimbangan bobot badan sapi yang
menggunakan timbangan dengan nilai akurasi dari formula tersebut adalah
R2 = 86.3%. Pada tabel Anova hasil pengujian regresi linier berganda,
diperoleh bahwa nilai F hitung adalah sebesar 302.988 dengan tingkat
sigifikansi atau probabilitas 0.000 < 0.05, maka dengan demikian regresi
formula pendugaan bobot badan sapi Bahman cross dapat digunakan dalam
pendugaan bobot badan pada sapi Brahman cross.
Tabel 3. Anova Regresi Linier Berganda Pendugaan Bobot Badan Sapi
a. Predictors: (Constant), pb, ld
b. Dependent Variable: bb
2. Sapi Aceh
Berdasarkan data hasil penelitian pendugaan bobot badan pada sapi
Aceh, diperoleh hubungan signifikan antara panjang badan dan lingkar dada
dengan boot badan ternak dengan menggunakan analisis data uji t terhadap
koefisien relasi (r) dan analisisi regresi linier berganda pada data penelitian.
Berdasarkan hasil penelitian, hubungan antara ukuran eksterior tubuh sapi
absolut pada analisis korelasi dan regresi linier sederhana hubungan antara
bobot badan dengan panjang badan menghasilkan P < 0.05 atau nilai P 0.00
> 0.05 dan hubungan antara bobot badan dengan lingkar dada menghasilkan
nilai P < 0.05 atau nilai P 0.00 < 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara lingkar dada dan bobot badan dan
demikian halnya juga dengan panjang badan yang memiliki hubungan
signifikan dengan bobot badan. Dengan demikian, variabel lingkar dada
(X1) dan variabel panjang badan (X2) memiliki kontribusi atau nilai positif
terhadap bobot badan (Y). Koefisien relasi (r) antara variabel panjang badan
dan lingkar dada terhadap bobot badan yang diperoleh pada hasil analisis
regresi linier berganda adalah memiliki nilai 0.740, yang berarti bahwa
variabel bobot badan dan panjang badan serta lingkar dada memiliki
hubungan linier yang sangat kuat. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Sarwono (2006), yang menyatakan bahwa besarnya koefisien relasi berkisar
antara+1 sampai dengan -1. Koefisien relasi menunjukkan kekuatan
hubungan linier dan arah hubungan 2 variabel acak. Jika koefisien korelasi
positif, maka variabel mempunyai hubungan linier yang searah. Demikian
juga halnya dengan hasil analisis data koefisien determinasi (R2) yang
memiliki nilai sebesar 0.947 atau 94.7%, yang menunjukkan bahwa panjang
badan dan lingkar dada memberikan pengaruh sebesar 94.7% terhadap
bobot badan ternak, sedangkan 5,3% dipengaruhi oleh variabel atau faktor
Tabel 4. Hubungan Bobot Badan dengan Ukuran Tubuh Sapi Aceh Analisis Korelasi dan Regresi
Linier Sederhana
Variabel r R Persamaan Regresi t P Keterangan
Lingkar Dada (X1) 0.960 0.922 -302.101+ 3.503 X1 -20.094 0.00 Signifikan Panjang Badan (X2) 0.684 0.468 -259.496 + 4.42 X2 9.278 0.00 Signifikan
Analisis Korelasi dan Regresi Linier Berganda
Persamaan Regresi r R2 F P
Y= -375.462+3.093 X1 + 1.256 X2 0.973 0.947 867.165 0.00 Signifikan
Adapun gambaran sebaran data hubungan bobot badan dengan
ukuran eksterior tubuh ternak pada sapi Aceh dapat dilihat pada grafik
berikut ini.
Gambar 10. Hubungan Lingkar Dada dengan Bobot Badan Sapi Aceh
Gambar 11. Hubungan Panjang Badan dengan Bobot Badan Sapi Aceh
Pada gambar 10 dan 11 menunjukan pola titik-titik yang
menunjukkan garis lurus diagonal miring ke kanan dan memiliki garis linear
yang positif. Berdasarkan hasil statistik regresi linier berganda yang
dilakukan pada data hasil penelitian, diketahui bahwa pendugaan bobot
badan sapi Aceh dapat menggunakan formula BB = 3.093 LD+ 1.256 PB -
375.462, dengan menggunakan 2 peubah bebas yaitu lingkar dada dan
panjang badan. Pada tabel Anova hasil pengujian regresi linier berganda,
diperoleh bahwa nilai F hitung adalah sebesar 867.165 dengan tingkat
sigifikansi atau probabilitas 0.000 < 0.05, maka dengan demikian regresi
formula pendugaan bobot badan sapi Aceh dapat digunakan dalam
pendugaan bobot badan pada sapi Aceh.
Tabel 5. Anova Regresi Linier Berganda Pendugaan Bobot Badan Sapi
Aceh
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 51644.514 2 25822.257 867.165 .000a
Residual 2888.446 97 29.778
Total 54532.960 99
a. Predictors: (Constant), pb, ld
b. Dependent Variable: bb
3. Sapi Bali
Berdasarkan data hasil penelitian pendugaan bobot badan pada sapi
Bali, diperoleh hubungan signifikan antara panjang badan dan lingkar dada
dengan bobot badan ternak dengan menggunakan analisis data uji t terhadap
koefisien relasi (r) dan analisisi regresi linier berganda pada data penelitian.
Berdasarkan hasil penelitian, hubungan antara ukuran eksterior tubuh sapi
dengan bobot badan pada tabel 3, diketahui bahwa uji signifikansi nilai
absolut pada analisis korelasi dan regresi linier sederhana hubungan antara
bobot badan dengan panjang badan menghasilkan nilai probabilitas atau
signifikan yaitu P < 0.05 atau nilai P 0.00 > 0.05 dan hubungan antara
signifikan yaitu P < 0.05 atau nilai P 0.00 < 0.05. Hal ini menunjukkan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara lingkar dada dan bobot
badan dan demikian halnya juga dengan panjang badan yang memiliki
hubungan signifikan dengan bobot badan. Dengan demikian, variabel
lingkar dada (X1) dan variabel panjang badan (X2) memiliki kontribusi atau
nilai positif terhadap bobot badan (Y). Koefisien relasi (r) antara variabel
panjang badan dan lingkar dada terhadap bobot badan yang diperoleh pada
hasil analisis regresi linier berganda adalah memiliki nilai 0.977, yang
berarti bahwa variabel bobot badan dan panjang badan serta lingkar dada
memiliki hubungan linier yang sangat kuat.hal ini sesuai dengan pernyataan
Sarwono (2006), yang menyatakan bahwa besarnya koefisien relasi berkisar
antara+1 sampai dengan -1. Koefisien relasi menunjukkan kekuatan
hubungan linier dan arah hubungan 2 variabel acak. Jika koefisien korelasi
positif, maka variabel mempunyai hubungan linier yang searah. Demikian
juga halnya dengan hasil analisis data koefisien determinasi (R2) yang
memiliki nilai sebesar 0.955 atau 95.5%, yang menunjukkan bahwa panjang
badan dan lingkar dada memberikan pengaruh sebesar 95.5% terhadap
bobot badan ternak, sedangkan 4.5% dipengaruhi oleh variabel atau faktor
lain di luar penelitian.
Persamaan Regresi r R2 F P
Y= -357.159 + 2.712 X1 + 1.63 X2 0.977 0.955 1036.043 0.000 Signifikan
Adapun gambaran sebaran data hubungan bobot badan dengan
ukuran eksterior tubuh ternak pada sapi Bali dapat dilihat pada grafik
berikut ini.
Gambar 12. Hubungan Lingkar Dada dengan Bobot Badan Sapi Bali
Gambar 13. Hubungan Panjang Badan dengan Bobot Badan Sapi Bali
Pada gambar 12 dan 13 menunjukan pola titik-titik yang
menunjukkan garis lurus diagonal miring ke kanan dan memiliki garis linear
yang positif. Berdasarkan hasil statistik regresi linier berganda yang
dilakukan pada data hasil penelitian, diketahui bahwa pendugaan bobot
badan sapi Bali dapat menggunakan formula BB = 2.712 LD+ 1.63 PB -
357.159, dengan menggunakan 2 peubah bebas yaitu lingkar dada dan
panjang badan. Pada tabel Anova hasil pengujian regresi linier berganda,
diperoleh bahwa nilai F hitung adalah sebesar 1036.043 dengan tingkat
sigifikansi atau probabilitas 0.000 < 0.05, maka dengan demikian regresi
formula pendugaan bobot badan sapi Aceh dapat digunakan dalam
pendugaan bobot badan pada sapi Aceh, dengan tingkat signifikansi
sebesar 95.5%.
Tabel 7. Anova Regresi Linier Berganda Pendugaan Bobot Badan Sapi Bali
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 60790.349 2 30395.175 1036.043 .000a
Residual 2845.761 97 29.338
Total 63636.110 99
a. Predictors: (Constant), pb, ld
b. Dependent Variable: bb
Selain pengaruh faktor bangsa sapi, pengaruh umur sapi dan
pengaruh jenis kelamin sapi. Menurut Sumardono dan Bambang Sugeng
(2008), adanya perbedaan ukuran tubuh suatu ternak dipengauhi oleh
adanya fator pakan. Faktor pakan sangat penting dalam pemenuhan
kebutuhan pertumbuhan. Kekurangan pakan merupakan kendala besar
dalam proses pertumbuhan, terrlebih apabila dalam pakan tersebut terdaat
banyak zat-zat pakan untuk pertumbuhan tersedia sangat kurang seperti
protein, vitamin dan mineral maka hal ini dapat menyebabkan pertumbuhan
tubuh ternak tersebut tidak dapat bertumbuh baik.
Laju pertumbuhan setelah sapih ditentukan oleh beberapa faktor,
yaitu antara lain potensi pertumbuhan dari masing-masing individu ternak
dan pakan yang tersedia, juga dipengaruhi oleh aktor bangsa, heterosis dan
jenis kelamin. Menurut Sugeng (2003), adanya perbedaan ukuran tubuh
suatu ternak dipengaruhi oleh adanya beberapa faktor yaitu faktor pengaruh
bangsa sapi, pengaruh umur sapi, pengaruh jenis kelamin sapi, pengaruh
pakan yang diberikan kepada ternak sapi dan pengaruh suhu serta iklm
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Hasil analisa perhitungan diperoleh persamaan regresi, korelasi serta
determinasi didapatkan hasil kelompok sapi Brahman Cross, sapi Aceh dan
sapi Bali menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara panjang
badan, lingkar dada dengan bobot badan.
Pendugaan bobot badan pada sapi Brahman Cross yang paling
mendekati adalah dengan menggunakan rumus Scroll ( 0,15 % ), pada sapi
Aceh yang paling mendekati adalah dengan menggunakan rumus Winter (
0,03 % ) dan pada sapi Bali yang paling mendekati adalah dengan
menggunakan rumus persamaan regresi ( 0 % ).
Lingkar dada dan panjang badan dapat mengestimasi bobot badan
sapi Brahman Cross sapi Aceh dan sapi Bali.
Saran
Untuk memprediksi bobot badan sapi, dapat menggunakan panjang
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, M. 2008. Skripsi: Pendugaan Bobot Badan Sapi Persilangan Limousin berdasarkan Panjang Badan dan Lingkar Dada. Universitas Brawijaya, Malang.
Apriliyani, I.N. 2007. Skripsi: Penampilan Produksi dan Pendugaan Bobot Hidup Berdasarkan ukuran-ukuran tubuh linear sapi. IPB, Bogor.
Blakely and Bade. 1992. Ilmu Peternakan Edisi IV. UGM Press, Yogyakarta
Dwiyanto. K. 1982. Pengamatan fenotip domba Priangan serta Hubungan antara Beberapa Ukuran Tubuh dengan Bobot Badan. Tesis. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Erlangga, 2009. Info Ternak://http.infoduniapeternakan.org.id.
Fry, G. 2008. Linear Measurement Male.
Gafar, S. 2007. Memilih dan Memilah Hewan Qurban. http//www.disnksumbar.org.
Gilbert, R. P., D. R. Bailey dan N. H. Shannon. 1993. Linear Body Measurements of Cattle before and after 20 Years of Selection for Postweaning Gain when Fed Two Different Diets.
Hadi, P. U dan N. Ilham. 2002. Problem dan Prospek Pengembangan Usaha Pembibitan Sapi Potong Di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian.
Hardjosubroto, W. 1994. Aplikasi Pemulibiakan Ternak di Lapangan. PT Gramedia Widyasarana Indonesia, Jakarta.
Kidwell, J.F and J.A. Mc Cromick. 1956. The Influence of Science and Type Growth and Development of Cattle. J. Amin. Sci. 15:199-218.
Laidding, A.R. 1996. Hubungan Berat Badan dan Lingkar Dada dengan beberapa sifat-sifat ekonomi penting pada Sapi Bali. Buletin Ilmu Peternakan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin. Ujung Pandang. G di Unit Pendidikan dan Penelitian Peternakan Jonggol. Karya Ilmiah. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Mansyur, M.S.A. 2010. Hubungan antara Ukuran Eksterior Tubuh terhadap bobot Badan pada sapi Peranakan Ongole (PO) Jantan. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Massiara, L. 1986. Pendugaan Bobot Badan melalui Beberapa Ukuran Tubuh pada kambing kacan
Otsuka, J., T. Namikawa, K and H. Martojo. 1982. Statistical Analysis on the Body Measurement of East Asian Native Cattle and Bantengs : The Origin and Phiylogeniy of Indonesia Native Livestock (Part 111). The Research Group of Overseas Scientific Survey. Bogor.
Sarwono, B dan Arianto, H.B. 2003. Penggemukan Sapi Potong Secara Cepat. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sarwono, J. 2006. Path Analysis – Menggunakan SPSS. Elex Media Komputindo, Jakarta.
Sugeng, B. 2003. Sapi Potong. Penebar Swadaya, Jakarta.3
Sudarmono, A.S., Bambang Sugeng, Y. 2008. Sapi Potong. Penebar Swadaya , Jakarta.
Tanari, M. 2001. Estimasi Dinamika Populasi dan Produktivitas Sapi Bali di Provinsi Daerah Tingkat I Bali. Thesis, Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Taylor, R.E. 1995. Scientific Farm Animal Produvction. An Introduction Animal Science, Fifth Edition. Prentice-Hall Inc. New Jersey.
Williamson, G. dan W. J. A Payne. 1978. An Introduction to Animal Husbandry in The Tropics. Third Edition. Longman Inc. London.
Yusuf, M. 2004. Hubungan antara Ukuran Tubuh dengan Bobot Badan Sapi Bali di daerah Bima NTB. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.