• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendugaan Bobot Badan Sapi Brahman Cross, Sapi Aceh dan Sapi Bali Berdasarkan Panjang Badan dan Lingkar Dada

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pendugaan Bobot Badan Sapi Brahman Cross, Sapi Aceh dan Sapi Bali Berdasarkan Panjang Badan dan Lingkar Dada"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

PENDUGAAN BOBOT BADAN SAPI BRAHMAN CROSS,

SAPI ACEH DAN SAPI BALI BERDASARKAN PANJANG

BADAN DAN LINGKAR DADA

SKRIPSI

M HARYONO SAMOSIR P 090306025

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENDUGAAN BOBOT BADAN SAPI BRAHMAN CROSS,

SAPI ACEH DAN SAPI BALI BERDASARKAN PANJANG

BADAN DAN LINGKAR DADA

SKRIPSI

M HARYONO SAMOSIR P 090306025

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul : Pendugaan Bobot Badan Sapi Brahman Cross, Sapi Aceh dan Sapi Bali Berdasarkan Panjang Badan dan Lingkar Dada

Nama : M Haryono Samosir P

NIM : 090306025

Program Studi : Petenakan

Disetujui oleh: Komisi Pembimbing

Hamdan, S.Pt., M.Si Ir.Armyn Hakim Daulay, MBA Ketua Anggota

Mengetahui,

Dr.Ir. Ma’ruf Tafsin, M.Si Ketua Program Studi Peternakan

(4)

ABSTRAK

M HARYONO SAMOSIR, 2015: “PENDUGAAN BOBOT BADAN

SAPI BRAHMAN CROSS, SAPI ACEH DAN SAPI BALI BERDASARKAN PANJANG BADAN DAN LINGKAR DADA”. Dibimbing oleh HAMDAN dan ARMYN DAULAY.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rumus yang lebih akurat dalam pendugaan bobot badan berdasarkan ukuran tubuh (panjang badan dan lingkar dada) pada sapi Brahman Cross, sapi Aceh dan sapi Bali. Penelitian dilaksanakan pada 3 daerah berbeda berdasarkan masing-masing bangsa sapi yaitu sapi Brahman cross di PT Lembu Andalas Langkat (LAL), sapi Aceh di BPTU Indrapuri Aceh dan sapi Bali di daerah PTPN IV Siantar pada bulan Juni sampai dengan November 2014. Rumus yang dipakai dalam penelitian ini adalah rumus pendugaan bobot badan Schrool, Smith dan Winter, serta menggunakan analisa korelasi dan regresi berganda dalam pengujian data penelitian.

Hasil penelitian diperoleh bahwa hasil analisa pengujian diperoleh persamaan regresi, korelasi serta determinasi didapatkan hasil kelompok sapi Brahman Cross, Sapi Aceh dan Sapi Bali menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara panjang badan, lingkar dada dengan bobot badan. Pendugaan bobot badan pada sapi Brahman cross yang paling mendekati adalah dengan menggunakan rumus Schrool dengan persentase penyimpangan 0.15%, pada sapi Aceh yang paling mendekati dengan menggunakan rumus Winter dengan persentase penyimpangan 0.03% dan pada sapi Bali yang paling mendekati adalah dengan menggunakan rumus persamaan regresi dengan persentase penyimpangan 0%.

(5)

ABSTRACT

M HARYONO SAMOSIR, 2015: “PREDICTION BODY WEIGHT OF

BRAHMAN CROSS BEEF CATTLE, BODY WEIGHT OF ACEH BEEF CATTLE, BODY WEIGHT OF BALI BEEF CATTLE BASED ON BODY LENGTH AND CHEST SIZE ”. Under supervised by HAMDAN dan ARMYN DAULAY.

This study aimed to examine for more accurate formula to estimate body weight based on body size (body length and chest size) on Brahman cross beef cattle, Aceh beef cattle Aceh and Bali beef cattle. The experiment was conducted at three different regions based on each nation is Brahman cross cattle in PT Lembu Andalas Langkat (LAL), Aceh beef cattle in BPTU Indrapuri Aceh and Bali beef cattle in the area of PTPN IV Siantar in June to November 2014. The formula used in this study is the estimation formula weight Schrool, Smith and Winter, as well as using correlation and multiple regression analysis to test the research data.

The results showed that the test results obtained by regression analysis, correlation and determination showed Brahman Cross beef cattle, Aceh beef cattle and Bali beef cattle showed a significant relationship between body length, chest size with body weight. Estimation of body weight in Brahman cross beef cattle the closest is to use the formula Schrool the percentage deviation of 0.15%, the closest Aceh beef cattle by using the formula Winter with the percentage deviation of 0.03% and the Bali beef cattle that comes closest is to use the regression equation percentage deviation of 0%.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pendugaan Bobot Badan Sapi Brahman Cross, Sapi Aceh dan Sapi Bali Berdasarkan Panjang Badan dan Lingkar Dada”.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua atas doa, semangat dan pengorbanan materil maupun moril yang telah diberikan selama ini. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Bapak Hamdan, S.Pt, M.Si selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. Armyn Hakim Daulay, MBA selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan arahan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

(7)

DAFTAR ISI

Rumus Pendugaan Bobot Badan Ternak ... 10

Analisa Korelasi dan Regresi Berganda ... 10

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Analisis Data Menggunakan Rumus Bobot Badan ... 15

Analisa Data Menggunakan Korelasi dan Regresi Liniar Berganda... 16

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian ... 18

Pendugaan Bobot Badan Berdasarkan Rumus Schrool, Winter dan Smith ... 20

Analisa Korelasi dan Regresi Linier Berganda pada Lingkar Dada, Panjang Badan dan Bobot Badan Sapi ... 25

1. Sapi Brahman cross ... 25

2. Sapi Aceh ... 28

(8)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 37 Saran ... 37

DAFTAR PUSTAKA ... 38

(9)

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1. Rataan Bobot Badan Sapi Brahman cross, sapi Aceh dan sapi Bali berdasarkan Bobot Badan Timbang dan Rumus Schrool, Winter,

Smith dan Regresi ... 20

2. Hubungan Bobot Badan dengan Ukuran Tubuh Sapi Brahman cross ... 26

3. Anova Regresi Linier Berganda Pendugaan Bobot Badan Sapi Brahman cross ... 28

4. Hubungan Bobot Badan dengan Ukuran tubuh Sapi Aceh ... 30

5. Anova Regresi Linier Berganda Pendugaan Bobot Badan Sapi Aceh ... 32

6. Hubungan Bobot Badan dengan Ukuran Tubuh Sapi Bali ... 33

(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal.

1. Sapi Brahman cross ... 4

2. Sapi Aceh ... 5

3. Sapi Bali ... 7

4. Ukuran Variabel Tubuh Ternak ... 14

(11)

DAFTAR GRAFIK

No. Hal.

1. Jenis Kurva Korelasi Negatif ... .... 11

2. Jenis Kurva Korelasi Positif ... ... 12

3. Hubungan Panjang Badan dan Bobot Badan Sapi Brahman cross ... ... 27

4. Hubungan Lingkar Dada dan Bobot Badan Sapi Brahman cross ... ... 27

5. Hubungan Lingkar Dada dan Bobot Badan Sapi Aceh ... .... 30

6. Hubungan Panjang Badan dan Bobot Badan Sapi Aceh ... ... 31

7. Hubungan Lingkar Dada dan Bobot Badan Sapi Bali ... .... 34

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Seiring bertambahnya jumlah penduduk, pendapatan, perubahan

pola konsumsi dan selera masyarakat menyebabkan konsumsi daging secara

nasional terus meningkat. Pemenuhan konsumsi daging di Indonesia masih

belum optimum karena populasi ternak pedaging khususnya ternak sapi

masih sedikit dengan kondisi ternak yang kurang bagus teutama dalam hal

pertumbuhan dan bobot badan.

Data bobot badan sangat penting diketahui karena berguna dalam

manajemen pemeliharaan ternak sapi potong dan tataniaga. Dalam

manajemen pemeliharaan, bobot badan diperlukan untuk mengetahui

kebutuhan pakan ternak dan mengetahui pertumbuhan ternak demi

peningkatan produktivitas ternak, sedangkan dalam hal tataniaga, bobot

badan berguna untuk menaksir harga ternak tersebut.

Untuk dapat mengetahui pertumbuhan dan bobot badan ternak perlu

dilakukan penimbangan secara rutin sehingga mendapatkan data bobot

badan dan pertumbuhan secara tepat. Akan tetapi pengukuran bobot badan

ternak khususnya ternak sapi masih sangat sulit untuk dilakukan, karena

adanya faktor dari ternak sapi tersebut yaitu kurang jinak dan keterbatasan

fasilitas alat timbang yang tidak selalu tersedia di lapangan dan kurang

praktis untuk dibawa. Selain itu, faktor yang lain adalah dalam pengukuran

bobot badan ternak membutuhkan tenaga dan waktu yang banyak, sehingga

(13)

Untuk menanggulangi hal tersebut, pendugaan bobot badan ternak

sapi biasanya dilakukan dengan cara menduga bobot badan atas dasar

pengalaman atau dengan menggunakan rumus Schoorl, Smith dan rumus

Winter.

Berdasarkan hal tersebut, maka penulis tertarik melakukan penelitian

upaya memperoleh pendugaan bobot badan ternak secara tepat, praktis dan

efisien yaitu dengan persamaan regresi linier berganda berdasarkan

ukuran-ukuran linier tubuh tanpa menggunakan alat timbangan atau rumus Schoorl,

Smith dan Winter.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui rumus yang lebih akurat

dalam pendugaan bobot badan berdasarkan ukuran tubuh (panjang badan

dan lingkar dada) untuk sapi Brahman Cross, sapi Aceh dan sapi Bali.

Hipotesis Penelitian

Ukuran panjang badan dan lingkar dada dapat digunakan sebagai

penduga bobot badan sapi Brahman Cross, sapi Aceh dan sapi Bali .

Kegunaan Penelitian

Diharapkan dengan mengetahui ukuran tubuh ternak meliputi

panjang badan dan lingkar dada, kita dapat melakukan pendugaan bobot

(14)

TINJAUAN PUSTAKA

Bangsa Sapi

Penggolongan sapi ke dalam suatu bangsa (breed) sapi, didasarkan

atas sekumpulan persamaan karakteristik tertentu yang sama. Atas dasar

karakteristik tersebut, mereka dapat dibedakan dari ternak lainnya meskipun

masih dalam spesies yang sama. Karakteristik yang dimiliki tersebut akan

diturunkan ke generasi berikutnya. Menurut Blakely dan Bade (1992)

bangsa sapi mempunyai klasifikasi taksonomi sebagai berikut : Phylum :

Chordata; Subphylum : Vertebrata; Class : Mamalia; Ordo : Artiodactyla

Sub ordo : Ruminantia; Famili : Bovidae; Genus : Bos (cattle); Spesies : Bos taurus (sapi Eropa); Bos indicus (sapi India/sapi zebu) ; Bos javanicus

(banteng/sapi Bali).

Sapi Brahman Cross

Sapi Brahman Cross pada awalnya merupakan bangsa sapi

American Brahman yang diimpor Australia pada tahun 1933. Mulai

dikembangkan di stasiun CSIRO’s Tropical Cattle Research Centre

Rockhampton Australia, dengan materi dasar sapi Brahman, Hereford dan

Shorthorn dengan proporsi darah berturut-turut 50%, 25% dan 25% (Turner,

1977), sehingga secara fisik bentuk fenotip dan keistimewaan sapi Brahman

cross cenderung lebih mirip sapi American Brahman karena proporsi

darahnya lebih dominan. Sapi Brahman Cross mulai diimport Indonesia

(Sulawesi) dari Australia pada tahun 1973. (Hardjosubroto, 1984).

Ciri-ciri sapi Brahman mempunyai punuk besar dan gelambir yang

(15)

adaptasi yang tinggi, daya tahan terhadap panas juga lebih baik dari sapi

Eropa karena lebih banyak memiliki kelenjar keringat, kulit berminyak di

seluruh tubuh yang membantu resistensi terhadap parasit. Karakteristik sapi

Brahman berukuran sedang dengan berat jantan dewasa 800-1000 kg,

sedangkan betina 500-700 kg, berat pedet yang baru lahir antara 30-35 kg,

dan dapat tumbuh cepat dengan berat sapih kompetitif dengan jenis sapi

lainnya. Presentase karkas 48,6 – 54,2%, dan pertambahan berat harian 0,83

– 1,5 kg. Sapi Brahman memiliki warna yang bervariasi, dari abu-abu muda,

merah sampai hitam. Kebanyakan berwarna abu muda dan abu tua. Sapi

jantan berwarna lebih tua dari sapi betina dan memiliki warna gelap di

daerah leher, bahu, dan paha bagian bawah. Sapi Brahman dapat beradaptasi

dengan baik terhadap panas tanpa gangguan selera makan dan produksi

susu.

(16)

Sapi Aceh

Sapi Aceh merupakan salah satu rumpun sapi lokal Indonesia yang

telah ditetapkan oleh pemerintah melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian

No. 2907/Kpts/OT.140/6/2011, yang mempunyai sebaran asli geografis di

Provinsi Aceh yang dibudidayakan secara turun temurun. Sapi Aceh

umumnya diternakkan oleh masyarakat sebagai penghasil daging. Selain itu

juga sebagai ternak kerja, tabungan, budaya meugang dan peupok leumo

(adu sapi). Beberapa ahli berpendapat bahwa Bos sundaicus merupakan

biangnya sapi-sapi yang ada di Indonesia, berkembang dan mengalami

persilangan berurutan dengan sapi Zebu yang dibawa oleh orang-orang

Hindu. Sapi Aceh yang telah lama dipelihara rakyat merupakan jenis sapi

Zebu tropis berasal Bos indicus. Sapi Aceh yang dijumpai di beberapa

kabupaten di Provinsi Aceh memiliki fisik lebih besar dari sapi Sumatera

karena lebih banyak disilangkan dengan sapi Benggala (Zebu) Penampilan

Produksi Berat Lahir Berat lahir pedet betina sapi Aceh 14,75 kg dan pedet

jantan 15,9 kg dengan angka kelahiran rata-rata 65-85%. Adapun

karakteristik dari Sapi Aceh adalah: (1) Warna dominan merah bata dan

pada daerah pundak; (2) Berpunuk; (3) Tanduk mengarah ke atas dan lebih

besar; (4) Kuping dan daun telinga tidak jatuh, tidak besar dan agak runcing

(17)

Gambar 2. Sapi Aceh

Sapi Bali

Sapi Bali (Bos sondaicus) telah mengalami proses domestikasi yang

terjadi sebelum 3.500 SM di wilayah Pulau Jawa atau Bali dan Lombok. Hal

ini diperkuat dengan kenyataan bahwa sampai saat ini masih dijumpai

banteng yang hidup liar di beberapa lokasi di Pulau Jawa, seperti di Ujung

Kulon serta Pulau Bali yang menjadi pusat gen sapi Bali. Sapi Bali dikenal

juga dengan nama Balinese cow yang kadang-kadang disebut juga dengan

nama Bibos javanicus, meskipun sapi Bali bukan satu subgenus dengan bangsa sapi Bos taurus atau Bos indicus. Berdasarkan hubungan silsilah

famili Bovidae, kedudukan sapi Bali diklasifikasikan ke dalam

subgenus Bibovine tetapi masih

termasuk genus bos

(18)

Sapi Bali merupakan sapi asli Indonesia yang ciri - cirinya khas dan

berbeda dari bangsa sapi lainnya. Sapi Bali berukuran sedang, dadanya

dalam, tidak berpunuk dan kaki-kakinya ramping. Kulitnya berwarna merah

bata. Cermin hidung, kuku dan bulu ujung ekornya berwarna hitam. Kaki di

bawah persendian karpal dan tarsal berwarna putih. Kulit berwarna putih

juga ditemukan pada bagian pantatnya dan pada paha bagian dalam kulit

berwarna putih tersebut berbentuk oval (white mirror). Pada punggungnya selalu ditemukan bulu hitam membentuk garis (garis belut) memanjang dari

gumba hingga pangkal ekor. Sapi Bali jantan berwarna lebih gelap bila

dibandingkan dengan sapi Bali betina. Warna bulu sapi Bali jantan biasanya

berubah dari merah bata menjadi coklat tua atau hitam legam setelah sapi itu

mencapai dewasa kelamin sejak umur 1,5 tahun dan menjadi hitam mulus

pada umur 3 tahun. Warna hitam dapat berubah menjadi coklat tua atau

merah bata apabila sapi itu dikebiri. Adapun karakteristik Sapi Bali adalah

ukuran badan berukuran sedang dan bentuk badan memanjang, kepala agak

pendek dengan dahi datar, badan padat dengan dada yang dalam, tidak

berpunuk dan seolah tidak bergelambir, kakinya ramping, agak

pendek menyerupai kaki kerbau, pada punggungnya selalu ditemukan bulu

hitam membentuk garis (garis belut) memanjang dari gumba hingga pangkal

ekor, cermin hidung, kuku dan bulu ujung ekornya berwarna hitam,

tanduk pada sapi jantan tumbuh agak ke bagian luar kepala, sebaliknya

untuk jenis sapi betina tumbuh ke bagian dalam

(19)

Gambar 3. Sapi Bali

Bobot Badan dan Pengukuran Tubuh Ternak

Bobot badan ternak berhubungan dengan pertumbuhan dan karkas

yang dihasilkan, sedangkan bobot badan itu sendiri dipengaruhi sifat

perdagingan, karkas dan gemuknya hewan, isi perut serta besarnya

pertulangan kepala, kaki dan kulit. Umur dan jenis kelamin turut

mempengaruhi bobot badan dan ukuran ternak. Bobot badan pada umumnya

mempunyai hubungan positif dengan semua ukuran linier tubuh (Kidwell

dan Mc Cormick, 1956).

Menurut Taylor (1995), bahwa berdasarkan kurva sigmoid pertumbuhan

ternak, pertumbuhan yang konstan pada ternak dimulai pada saat ternak berumur

22 bulan atau kurang lebih 1 tahun.

Penggunaan menggunakan parameter tubuh ternak antara lain

lingkar dada dan panjang badan untuk menduga bobot badan ternak, krena

panjang badan dan lingkar dada adalah komponen tubuh ternak yang

berkorelasi positif tinggi dengan memberikan nilai penyimpangan yang

(20)

Untuk menduga bobot badan seekor ternak dapat dilakukan dengan

mengetahui ukuran tubuh tertentu. Penelitian mengenai ukuran-ukuran

tubuh ternak telah banyak dilakukan, di antaranya oleh Otsuka et.al (1982)

yang meneliti asal-usul hubungan genealogical pada beberapa tipe sapi asli

Asia Timur, termasuk beberapa sapi lokal asli Indonesia. Bagian tubuh yang

diukur dalam penelitian adalah tinggi punak, tinggi pinggul, panjang badan,

lebar dada, dalam dada, lebar pinggul, lebar tulang duduk, lingkar dada dan

lingkar tungkai bawah.

Ukuran-ukuran tubuh ternak dapat berbeda satu sama lain secara

bebas, korelasinya dapat disebut positif apabila peningkatan satu sifat

menyebabkan sifat lain juga meningkat. Dan apabila satu sifat meningkat

dan satu sifat lain menurun maka korelasinya adalah negatif (Laidding,

1996).

Secara fisiologis lingkar dada memiliki pengaruh yang besar

terhadap bobot badan karena dalam rongga dada terdapat organ-organ

seperti jantung dan paru-paru, begitu juga dengan pertumbuhan panjang

badan tubuh ternak. Pertumbuhan tubuh dan organ-organ tersebut akan

tumbuh mengalami pembesaran sejalan dengan pertumbuhan ternak. Di

samping itu, pertambahan bobot badan juga dipengaruhi oleh penimbunan

lemak (Yusuf, 2004).

Menurut Dwiyanto (1982), komponen tubuh yang berhubungan erat

dengan bobot badan adalah lingkar dada dan panjang badan. Demikian

halnya menurut Williamson dan Payne (1986) bahwa pemakaian ukuran

(21)

seekor ternak dengan tepat. Menurut Massiara (1986), bobot badan lingkar

dada merupakan fungsi umur, maka lingkar dada dan bobot badan ternak

semakin meningkat dengan bertambahnya umur ternak.

Menurut Gilbert (1993) bahwa pengukuran lingkar dada dilakukan

dengan cara melingkari pita ukur pada tubuh ternak tepat dibelakang kaki

depan. Pita ukur harus dikencangkan sehingga pita ukur pada bagian dada

terasa. pengukuran panjang badan dilakukan dengan cara membentangkan

mistar ukur atau tongkat ukur mulai dari sendi bahu (scapula lateralis)

sampai tulang tapis (tuber ischii). Sebelum dilakukan pengukuran, ternak harus dalam posisi normal, kaki depan dan belakang harus sejajar satu sama

lain dan kepala ternak harus menghadap ke depan. Ternak sebaiknya

dipuasakan selama 12 jam sebelum dilakukan pengukuran dengan tujuan

agar kondisi ternak tersebut mencapai bobot badan kosong (Fry, 2008).

Adanya perbedaan ukuran tubuh suatu ternak dipengauhi oleh

adanya fator pakan. Faktor pakan sangat penting dalam pemenuhan

kebutuhan pertumbuhan. Kekurangan pakan merupakan kendala besar

dalam proses pertumbuhan, terrlebih apabila dalam pakan tersebut terdaat

banyak zat-zat pakan untuk pertumbuhan tersedia sangat kurang seperti

protein, vitamin dan mineral maka hal ini dapat menyebabkan pertumbuhan

tubuh ternak tersebut tidak dapat bertumbuh baik (Sumardono dan Bambang

Sugeng, 2008). Dilanjutkan dengan pernyataan Sugeng (2003) yang

menyatakan bahwa adanya perbedaan ukuran tubuh suatu ternak

dipengaruhi oleh adanya beberapa faktor yaitu faktor pengaruh bangsa sapi,

(22)

diberikan kepada ternak sapi dan pengaruh suhu serta iklm lingkungan di

sekitar habitat sapi.

Rumus Pendugaan Bobot Badan Ternak

Menurut Gafar (2007), rumus-rumus yang dapat digunakan untuk

menduga bobot badan adalah:

Analisa Korelasi dan Regresi Berganda

Secara umum ada dua hubungan antara dua variabel atau lebih, yaitu

bentuk hubungan dan keeratan hubungan. Untuk mengetahui bentuk

hubungan digunakan analisa regresi dan ntuk keeratan hubungan dapat

diketahui dengan analisa korelasi. Analisa regresi dipergunakan untuk

menelaah hubungan antara dua variabel atau lebih, terutama untuk

menelusuri pola hubungan yang modelnya belum diketahui dengan

sempurna, atau untuk mengetahui bagaimana variasi dari beberapa variabel

independen mempengaruhi variabel dependen dalam suatu fenomena yang

kompleks. Jika X1, X2,...Xn adalah variabel-variabel independen dan Y

(23)

Y, dimana variasi dari X akan diiringi pula oleh variasi dari Y. Secara

matematika hubungan di atas dapat dijabarkan sebagai berikut: Y = f(X1,

X2,...Xn, e), dimana Y adalah variabel dependen dan X adalah variabel

independen dan e adalah variabel residu (distubance term). Hubungan antara dua ubahan secara statistik dapat dinyatakan secara korelasi dan

regesi (Hardjosubroto, 1994).

Analisa korelasi merupakan alat yang dipakai untuk mengukur

keeratan hubungan antara dua variabel. Perhitungan dari derajat keeratan

diasarkan pada persamaan regresi (Kustituanto, 1984). Korelasi r adalah

hubungan timbal balik atau asosiasi yaitu saling bergantungnya dua variabel

misalnya Y1 dan Y2. Ada dua hubungan antara dua variabel tersebut, yaitu

hubungan negatif pada Gambar 3 dan hubungan positif pada Gambar 4. Bila

variabel-variabel memiliki hubungan negatif, maka hubungannya tidak

searah yaitu semakin tinggi variabel Y1 maka semakin rendah variabel Y2.

Begitupun sebaliknya jika dua variabel berhubungan positif, maka

hubungan di antara keduanya bersifat searah yaitu semakin tinggi variabel

Y1 maka semakin tinggi pula variabel Y2.

(24)

Gambar 5. Jenis Kurva Korelasi Positif

Analisa regresi ganda merupakan pengembangan dari analisa regresi

sederhana. Kegunaannya yaitu untuk meramalkan nilai variabel terikat (Y)

apabila variabel bebasnya (X) dua atau lebih. Analisa regresi ganda adalah

alat untuk meramalkan nilai pengaruh dua variabel bebas atau lebih

terhadap satu variabel terikat atau untuk membuktikan ada tidaknya

hubungan fungsional atau hubungan kausal antara dua atu lebih variabel

bebas X1, X2,..., Xn terhadap suatu variabel terikat Y. Persamaan regresi

berganda dirumuskan sebagai beikut:

1. Dua variabel bebas : Ŷ = a + b1 x1 + b2 x2

2. Tiga variabel bebas : Ŷ = a + b1 x1 + b2 x2 + b3 x3

(25)

Analisa korelasi bertujuan untuk mengukur kekuatan asosiasi

(hubungan) liniear antara dua variabel atau lebih. Besarnya koefisien relasi

berkisarr antar +1 sampai dengan -1, dimana koefisien relasi menunjukkan

kekuatan (stregth) hubungan linear dan arrah hubungan dua variabel acak

(Sarwono, 2006). Pengambilan keputusan dalam uji regresi sederhana dapat

mengacu pada dua hal, yakni dengan membandingkan nilai t hitung dengan

t tabel, atau dengan membandingkan nilai signifikansi dengan nilai

(26)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di PT LAL(Lembu Andalas Langkat),

PTPN IV Siantar dan BPTU Indrapuri Aceh pada bulan Juni - November

2014.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan

Bahan yang digunakan adalah sapi Brahman Cross 100 ekor, sapi

Aceh 100 ekor dan sapi Bali 100 ekor dengan rentang umur 2 - 3 tahun.

Alat

Alat yang digunakan adalah timbangan digital untuk menimbang

bobot hidup sapi, pita ukur untuk mengukur lingkar dada, tongkat ukur

untuk mengukur panjang badan.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah survey. Teknik

pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling atau

dilakukan dengan cara mengambil subyek didasarkan atas kriteria tertentu

yaitu sapi Brahman Cross, sapi Aceh dan sapi Bali jantan berumur 2 - 3

tahun. Data yang diambil berupa bobot badan tiap sapi yang diukur

menggunakan timbangan digital, ukuran panjang badan diukur dengan

menggunakan tongkat ukur serta lingkar dada yang diukur menggunakan

(27)

Pengukuran Variabel

1. Panjang badan (cm), diukur dari jarak garis lurus dari tepi tulang

processus spinosus sampai dengan tonjolan tulang tapis (os ichium) dengan menggunakan tongkat ukur.

2. Lingkar dada (cm), diukur melingkar tepat di belakang scapula dengan

menggunakan pita ukur.

Gambar berikut ini menyajikan metode pengukuran panjang badan dan

lingkar dada pada sapi.

Keterangan Gambar: a – b : pengukuran panjang badan sapi c : pengukuran lingkar dada sapi

(28)

Gambar 7. Pengukuran Lingkar Dada Sapi dengan Menggunakan Pita

Ukur

Analisa Data Menggunakan Rumus Bobot Badan

Data yang diperoleh meliputi panjang badan dan lingkar dada

dimasukkan dalam rumus pendugaan bobot badan yaitu rumus Schoorl,

Smith dan Winter. Menurut Gafar (2007), rumus-rumus yang dapat

digunakan untuk menduga bobot badan adalah

Rumus Schoorl (lbs) = (LD (cm) +22) 2 100

Rumus Winter = ( LD)2(inchi) x PB(inchi) (dalam satuan pound) 300

Rumus Smith = (LD (cm) +18) 2 100

Keterangan: LD = Lingkar Dada

(29)

Untuk mengetahui ketepatan rumus pendugaan maka dihitung

besarnya nilai penyimpangan antara bobot badan hasil pendugaan

menggunakan rumus dengan bobot badan yang diukur dengan

menggunakan timbangan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

P = BBR−BBT

BBT x 100%

Keterangan:

P = Persentase penyimpangan

BBR = Bobot badan hasil pendugaan menggunakan rumus

BBT = Bobot badan hasil timbang

Hasil perhitungan P (persentase penyimpangan) merupakan bilangan

mutlak.

Analisa Data Menggunakan Korelasi dan Regresi Linear Berganda

Data hasil penelitian dihitung dan diolah untuk mengetahui

hubungan antara variabel bebas (X) yaitu eksterior tubuh sapi yang meliputi

panjang badan dan lingkar dada terhadap variabel tidak bebas (Y) yaitu

bobot badan sapi.

Data-data yang diperoleh dapat dihitung dan diolah dengan metode

analisa korelasi dan regresi sederhana dan berganda. Angka koefisien relasi

(r) baik ganda maupun sederhana menunjukkan arah dan derajat keeratan

hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Persamaan

regresi baik sederhana menunjukkan bentuk hubungan secara matematis

antara variabel independen dengan variabel dependen. Pengambilan

(30)

dengan membandingkan nilai t hitung dengan t tabel atau dengan

membandingkan nilai signifikansi dengan nilai probabilitas 0,05.

Pengujian statistik terhadap koefisien relasi (baik sederhana maupun

ganda) digunakan untuk menjawab hipotesis mengenai ada tidaknya

hubungan yang signifikan antara variabel independen dengan variabel

dependen. Adapun rosedur pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:

1. Menentukan rumusan hipotesis H0 dan H1

H0 : r = 0 berati tidak ada hubungan signifikan antara X dan Y

H0 : r ≠ 0 berarti ada hubungan signiikan antara X dan Y

2. Menghitung nilai uji statistik

Nilai uji statistik regresi sederhana adalah t, sedangkan nilai uji statistik

untuk regresi beganda adalah F. Nilai t diperoleh dengan

membandingkan nilai t hitung dengan t tabel atau dengan

membandingkan nilai signifikansi dengan nilai probabilitas 0,05.

membandingkan nilai t hitung dengan t tabel atau dengan

membandingkan nilai signifikansi dengan nilai probabilitas 0,05.

Demikian juga halnya dengan nilai F diperoleh melalui perbandingan

nilai hitung dengan tabel pada taraf nyata.

3. Menentukan kriteria pengambilan keputusan

H0 diterima (H1 ditolak) apabila t atau F hitung < t atau F tabel

H0 ditolak (H1 diterima) apabila t atau F hitung ≥ t atau tabel

(31)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada 3 peternakan penggemukan sapi

potong skala besar yang berada di wilayah Sumatera yaitu Peternakan Sapi

Bali di siantar, peternakan sapi Aceh di BPTU Indrapuri Aceh dan sapi

Brahman Cross di Langkat. Jumlah masing-masing sapi yang ditimbang dan

diukur statistik vitalnya (panjang badan dan lingkar dada) adalah sebanyak

100 ekor sapi Bali, 100 ekor sapi Aceh dan 100 ekor sapi Brahman Cross.

Lokasi Balai Pembibitan Ternak Unggul (BPTU) Sapi Aceh

Indrapuri berupa perbukitan dan lembah yang agak landau, di bagian tengah

dengan ketinggian dari permukaan laut antara 30 – 80 m. iklim rata-rata

panasmdengan suhu 27,50C dan tingkat kelembaban 81,8%. BPTU Sapi

Aceh Indrapuri terletak di Blang Lam Lhui, Desa Reukih Dayah,

Kecamatan Indrapuri Kabupaten Aceh besar. Ternak sapi Aceh yang

terdapat pada BPTU Sapi Aceh berjumlah 513 ekor dengan luas lahan

adalah 430 Ha (bptu-hptindrapuri.com). Sapi Aceh memiliki ciri-ciri warna

dominan merah bata dan pada daerah pundak, berpunuk, tanduk mengarah

ke atas dan lebih besar, kuping dan daun telinga tidak jatuh, tidak besar dan

agak runcing dan tinggi gumba rata-rata 110 cm (Salim, B. 1990).

Sapi Bali memiliki karakteristik ukuran badan berukuran sedang dan

bentuk badan memanjang, kepala agak pendek dengan dahi datar, badan

padat dengan dada yang dalam, tidak berpunuk dan seolah tidak

(32)

punggungnya selalu ditemukan bulu hitam membentuk garis (garis belut)

memanjang dari gumba hingga pangkal ekor, cermin hidung, kuku dan bulu

ujung ekornya berwarna hitam, tanduk pada sapi jantan tumbuh agak ke

bagian luar kepala, sebaliknya untuk jenis sapi betina tumbuh ke bagian

dalam

.

Sapi Brahman Cross memiliki karakteristik warna yang bervariasi,

dari abu-abu muda, merah sampai hitam. Kebanyakan berwarna abu muda

dan abu tua. Sapi jantan berwarna lebih tua dari sapi betina dan memiliki

warna gelap di daerah leher, bahu, dan paha bagian bawah. Sapi Brahman

dapat beradaptasi dengan baik terhadap panas tanpa gangguan selera makan

dan produksi susu. Sedangkan pada sapi Aceh memiliki ciri-ciri warna

dominan merah bata dan pada daerah pundak, berpunuk, tanduk mengarah

ke atas dan lebih besar, kuping dan daun telinga tidak jatuh, tidak besar dan

agak runcing dan tinggi gumba rata-rata 110 cm (Salim, 1990).

Penimbangan bobot badan dan pengukuran statistic vital yaitu

panjang badan dan lingkar dada dilakukan pada sapi dengan rataan umur 2

tahun dengan tujuan untuk memperoleh keseragaman data pengukuran

sehingga variasi data yang diperoleh tidak dipengaruhi oleh umur ternak.

Sapi yang telah mencapai umur 2 tahun umumnya memiliki pertambahan

bobot badan yang konstan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Taylor (1995),

yang menyatakan bahwa berdasarkan kurva sigmoid pertumbuhan ternak,

pertumbuhan yang konstan pada ternak dimulai pada ssat ternak berumur 22

(33)

Penimbangan bobot badandilakukan dengan cara sapi dinaikkan ke

atas bantalan timbangan dengan posisi kaki sejajar satu sama lain. Sapi

diusahakan tidak banyak bergerak saat dilakukan pencatatan bobot badan.

Penimbangan dilakukan pada pagi hari sebelum ternak diberi pakan, hal ini

dilakukan agar ternak dalam kondisi bobot badan kosong (empty day

weight) karena ternak telah dipuasakan pada sore hari. Menurut Fry (2008),

menyatakan bahwa ternak sebaiknya dipuasakan selama 12 jam sebelum

dilakukan pengukuran dengan tujuan agar kondisi ternak tersebut mencapai

bobot badan kosong.

Pendugaan Bobot Badan berdasarkan Rumus Schrool, Winter dan Smith

Hasil pendugaan bobit badan sapi Bali berdasarkan rumus Schrool,

Winter dan Smith dapat dilihat pada data berikut ini.

(34)

Rata-rata pendugaan bobot badan pada sapi Brahman cross, sapi

Aceh dan sapi Bali hasilnya yang paling mendekati adalah dengan

menggunakan rumus persamaan regresi yaitu rata-rata bobot badan

sebenarnya atau dengan menggunakan timbangan. Rumus Schrool, Smith

dan inter terdapat selisih yang cukup besar terhadap rata-rata bobot badan

sebenarnya. Perbedaan bobot badan sebenarnya/tertimbang dengan

pendugaan bobot badan dengan rumus disebabkan karena rumus tersebut

digunakan untuk bangsa sapi Eropa dan tidak cocok untuk sapi-sapi lokal,

serta pada pendugaan bobot badan dengan persamaan regresi baik koefisien

korelasi maupun koefisien determinasi memiliki nilai hampir mendekati

nilai 1 yang menunjukkan hubungan signifikan antar variabel, baik lingkar

dada, panjang badan dan bobot badan ternak (Mansyur, 2010).

Pendugaan bobot badan sapi Brahman Cross dengan menggunakan

rumus Shrool diperoleh bobot badan sebesar 421.95 ± 18.89 kg,

menggunakan rumus Winter diperoleh bobot badan sebesar 569.88 ± 43.04

kg dan dengan rumus Smith diperoleh bobot badan sebesar 405.68 ± 18.53

kg, sedangkan bobot badan sapi Brahman Cross berdasarkan bobot badan

timbang diperoleh 422.59 ± 17.92 kg. Nilai penyimpangan yang diperoleh

berdasarkan selisih bobot badan timbang dan rumus pendugaan bobot badan

antara lain Schrool yaitu –0.64 kg dengan persentase penyimpangan 0.15%,

Winter yaitu 147.29 kg dengan persentase penyimpangan 34.7% dan Smith

yaitu 16.91 kg dengan persentase penyimpangan 4%. Dari hasil

data penelitian yang diperoleh diketahui bahwa nilai penyimpangan yang

(35)

persentase penyimpangan 0.15 %. Rendahnya nilai penyimpangan pada

rumus Schrool terjadi karena rumus Schrool biasa digunakan pada sapi

potong yang berasal dari luar yang memiliki konformasi tubuh yang berbeda

dengan sapi potong lokal pada umumnya, dimana rumus Schrool biasa

digunakan pada sapi berukuran badan besar > 350 kg. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Williamson dan Payne (1978), yang menyatakan bahwa

menyatakan bahwa pendugaan berat badan sapi menggunakan rumus Schoorl

biasa dilakukan pada sapi yang berukuran besar yaitu seperti sapi Frisien

Holstein (FH) atau Brahman Cross.

Pendugaan bobot badan sapi Aceh dengan menggunakan rumus Schrool

diperoleh bobot badan sebesar 281.88 ± 21.74 kg, dengan rumus Winter

diperoleh bobot badan sebesar 208.38 ± 23.45 kg, sedangkan bobot badan

sapi Aceh berdasarkan bobot badan timbang diperoleh 209 ± 23.5 kg. Nilai

penyimpangan yang diperoleh berdasarkan selisih bobot badan timbang dan

penggunaan rumus pendugaan bobot badan antara lain Schrool yaitu 73.36

kg dengan persentase penyimpangan 35.76%, dengan rumus Winter yaitu

-0.14 dengan persentase penyimpangan 0.03% dan rumus Smith yaitu 60.10

kg dengan persentase penyimpangan 29.34%. Sedangkan pada pendugaan

bobot badan sapi Bali dengan menggunakan rumus Schrool diperoleh bobot

badan sebesar 277.92 ± 27.30 kg, dengan rumus

Winter diperoleh bobot badan sebesar 204.62 ± 26.51 kg dan

rumus Smith diperoleh bobot badan sebesar 267.95 ±

20.22 kg, sedangkan bobot badan sapi Bali berdasarkan bobot badan

timbang diperoleh 207.33 ± 25.35 kg. Nilai penyimpangan yang diperoleh

(36)

bobot badan antara lain Schrool 70.59 kg dengan persentase penyimpangan

34.80%, dengan rumus Winter yaitu -2.71 kg dengan persentase

penyimpangan 1.37% dan dengan rumus Smith yaitu 60.62 kg dengan

persentase penyimpangan 30.05%.

Dari data hasil penelitian yang diperoleh diketahui bahwa nilai

penyimpangan yang paling rendah pada pendugaan bobot badan sapi Aceh

terdapat pada rumus Winter yaitu -0.14 dengan persentase penyimpangan

0.03%. Sama halnya dengan data hasil penelitian terhadap sapi Bali

diketahui bahwa nilai penyimpangan yang paling rendah terdapat pada

rumus Winter yaitu -2.71 kg dengan persentase penyimpangan 1.37%. Data

penyimpangan tersebut menunjukkan bahwa persamaan regresi linier

dengan menggunakan lebih dari satu parameter ukuran tubuh memberikan

nilai koefisien determinasi lebih tinggi atau dengan kata lain memberikan

hasil penyimpangan yang lebih rendah dibandingkan dengan nilai

persamaan regresi linier sederhana, yaitu pendugaan bobot badan dengan

menggunakan rumus regresi yang menggunakan beberapa parameter tubuh

antara lain panjang badan dan lingkar untuk bobot badan sapi 200 – 350 kg

memiliki penyimpangan yang lebih kecil jika dibandingkan dengan bobot

badan sapi 300 – 656 kg. Nilai penyimpangan bobot badan sapi akan

semakin besar apabila menggunakan rumus linier sederhana yaitu hanya

menggunakan satu parameter tubuh saja, yaitu dapat dilihat pada hasil

rumus Schrool dan Smith yang hanya menggunakan nilai lingkar dada,

sehingga penyimpangan bobot badan sapi Aceh dan Bali dalam penelitian

(37)

(1982), yang menyatakan bahwa menggunakan parameter tubuh ternak

antara lain lingkar dada dan panjang badan untuk menduga bobot badan

ternak, krena panjang badan dan lingkar dada adalah komponen tubuh

ternak yang berkorelasi positif tinggi dengan memberikan nilai

penyimpangan yang semakin kecil.

Dari data penelitian diketahui bahwa nilai penyimpangan pendugaan

bobot badan sapi Aceh dan sapi Bali dari hasil rumus Winter yaitu 0.03 %

untuk sapi Aceh dan 1.37% untuk sapi Bali lebih kecil dibandingkan hasil

rumus Schrool, yaitu sebesar 35.76% pada sapi Aceh dan 34.80% pada sapi

Bali. Sedangkan hasil dari persamaan pendugaan Smith memberikan nilai

29.34% pada sapi Aceh dan 30.05% pada sapi bali. Hal ini menunjukkan

bahwa hasil koefisien regresi linier yang diperoleh dari persamaan

pendugaan bobot badan oleh Winter lebih mendekati pada nilai bobot badan

ternak dengan menggunakan timbangan, karena rata-rata penyimpangan

yang diperoleh dalam pendugaan bobot badan tersebut mencapai 5 – 10%.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Williamson dan Payne (1978), yang

menyatakan bahwa penyimpangan pendugaan bobot badan umumnya

berkisar antara 5% sampai 10% dari bobot sebenarnya.

Pendugaan bobot badan dengan menggunakan rumus Schrool,

Winter dan Smith dalam penelitian memberikan hasil bahwa untuk menduga

bobot badan sapi lokal seperti sapi Aceh dan sapi Bali dapat menggunakan

rumus Winter, karena nilai penyimpangan yang dihasilkan dari regresi lebih

kecil dibandingkan rumus Schrool dan Smith. Hal ini disebabkan karena

(38)

dada. Menurut Dwiyanto (1982), komponen tubuh yang berhubungan erat

dengan bobot badan adalah lingkar dada dan panjang badan. Demikian

halnya menurut Williamson dan Payne (1986) bahwa pemakaian ukuran

lingkar dada, panjang badan dapat memberikan petunjuk bobot badan

seekor ternak dengan tepat.

Tingginya nilai penyimpangan pada rumus Schrool dan Smith dapat

disebabkan karena rumus Schrool dan Smith diperoleh dengan penelitian

terhadap hubungan bobot badan ternak dengan ukuran statistik vital yang

dilakukan pada kondisi lingkungan dan bangsa sapi yang berbeda dengan

kondisi penelitian. Variasi berat alat pencernaan merupakan sumber utama

penyimpangan dalam pengukuran bobot badan ternak. Penggunaan

rumus-rumus pendugaan bobot badan ini akan lebih efektif apabila pengukuran

lingkar dada dan panjang badan dilakukan dengan benar dan tepat. Rumus

regresi linier berganda akan memberikan hasil yang terbaik apabila

digunakan untuk menduga bobot badan sapi hasil persilangan ternak lokal

dan ternak luar dengan manajemen pemeliharaan ternak yang intensif.

Analisis, Korelasi dan Regresi Linier Berganda pada Lingkar Dada, Panjang

Badan dan Bobot Badan Sapi

1. Sapi Brahman Crosss

Signifikansi hubungan antara masing-masing ukuran eksterior tubuh

dengan bobot badan diperoleh berdasarkan analisa data penelitian yaitu uji t

terhadap koefisien relasi (r) dan analisis regresi linier berganda.

(39)

dengan bobot badan pada tabel 1, diketahui bahwa uji signifikansi nilai

absolut pada analisis korelasi dan regresi linier sederhana hubungan antara

bobot badan dengan panjang badan menghasilkan P > 0.05 atau nilai P 0.05

= 0.05 dan hubungan antara bobot badan dengan lingkar dada menghasilkan

nilai P < 0.05 atau nilai P 0.00 < 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara lingkar dada dan panjang badan terhadap

bobot badan, dimana nilai signifikan pada lingkar dada dan panjang badan

lebih kecil dan sama dengan nilai probabilitas. Dengan demikian, variabel

lingkar dada (X1) dan panjang badan (X2) memiliki kontribusi atau nilai

positif terhadap bobot badan (Y),.

Uji hubungan signifikan pada analisis regresi linear berganda

diperoleh bahwa nilai uji statistik P < 0.05, sehingga disimpulkan terdapat

hubungan yang signifikan anatra panjang badan dan lingkar dada secara

bersama-sama dengan bobot badan terhadap sapi Brahman cross. Selain

faktor pengaruh bangsa sapi, pengaruh umur sapid an pengaruh jenis

kelamin sapi, menurut Sudarmono dan Bambang Sugeng (2008), adanya

perbedaan ukuran tubuh suatu ternak dipengaruhi oleh adanya faktor pakan.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Yusuf (2004), yang

menyatakan bahwa secara fisiologis lingkar dada memiliki pengaruh yang

besar terhadap bobot badan karena dalam rongga dada terdapat organ-organ

seperti jantung dan paru-paru, begitu juga dengan pertumbuhan panjang

badan tubuh ternak. Pertumbuhan tubuh dan organ-organ tersebut akan

(40)

samping itu, pertambahan bobot badan juga dipengaruhi oleh penimbunan

lemak.

Tabel 2. Hubungan Bobot Badan dengan Ukuran Tubuh Sapi Brahman Cross

Analisis Korelasi dan Regresi Linier Sederhana

Variabel r R Persamaan Regresi t P Keterangan

Lingkar Dada (X1) 0.928 0.861 Y= -242.727 + 3.628 X1 24.055 0.000 Signifikan Panjang Badan (X2) 0.197 0.039 Y= 325.770 + 0.670X2 1.983 0.05 Signifikan

Analisis Korelasi dan Regresi Linier Berganda

Persamaan Regresi R R2 F P

Y= -245.043 + 3.621X1 + 0.027X2

0.929 0.863 302.988 0.000 Signifikan

Adapun gambaran sebaran data hubungan bobot badan dengan

ukuran eksterior tubuh ternak pada sapi Brahman cross dapat dilihat pada

grafik berikut ini.

(41)

Gambar 9. Grafik Hubungan Lingkar dada dengan Bobot Badan Sapi Brahman Cross

Pada gambar 8 dan 9 menunjukan pola titik-titik yang menunjukkan

garis lurus diagonal miring ke kanan dengan tingkat kemiringan yang cukup

tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara bobot badan dengan

panjang badan dan lingkar dada masing-masing membentuk garis linier

dengan arah positif. Berdasarkan hasil statistik regresi linier berganda yang

dilakukan pada data hasil penelitian, diketahui bahwa pendugaan bobot

Y = 325.770 + 0.67X R2 = 0.039

(42)

badan sapi Brahman cross dapat menggunakan formula BB = 3.621 LD +

0.027 PB – 245.043, dengan menggunakan 2 peubah bebas yaitu lingkar

dada dan panjang badan. Hasil pendugaan bobot badan menggunakan

formula tersebut mendekati nilai penimbangan bobot badan sapi yang

menggunakan timbangan dengan nilai akurasi dari formula tersebut adalah

R2 = 86.3%. Pada tabel Anova hasil pengujian regresi linier berganda,

diperoleh bahwa nilai F hitung adalah sebesar 302.988 dengan tingkat

sigifikansi atau probabilitas 0.000 < 0.05, maka dengan demikian regresi

formula pendugaan bobot badan sapi Bahman cross dapat digunakan dalam

pendugaan bobot badan pada sapi Brahman cross.

Tabel 3. Anova Regresi Linier Berganda Pendugaan Bobot Badan Sapi

a. Predictors: (Constant), pb, ld

b. Dependent Variable: bb

2. Sapi Aceh

Berdasarkan data hasil penelitian pendugaan bobot badan pada sapi

Aceh, diperoleh hubungan signifikan antara panjang badan dan lingkar dada

dengan boot badan ternak dengan menggunakan analisis data uji t terhadap

koefisien relasi (r) dan analisisi regresi linier berganda pada data penelitian.

Berdasarkan hasil penelitian, hubungan antara ukuran eksterior tubuh sapi

(43)

absolut pada analisis korelasi dan regresi linier sederhana hubungan antara

bobot badan dengan panjang badan menghasilkan P < 0.05 atau nilai P 0.00

> 0.05 dan hubungan antara bobot badan dengan lingkar dada menghasilkan

nilai P < 0.05 atau nilai P 0.00 < 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara lingkar dada dan bobot badan dan

demikian halnya juga dengan panjang badan yang memiliki hubungan

signifikan dengan bobot badan. Dengan demikian, variabel lingkar dada

(X1) dan variabel panjang badan (X2) memiliki kontribusi atau nilai positif

terhadap bobot badan (Y). Koefisien relasi (r) antara variabel panjang badan

dan lingkar dada terhadap bobot badan yang diperoleh pada hasil analisis

regresi linier berganda adalah memiliki nilai 0.740, yang berarti bahwa

variabel bobot badan dan panjang badan serta lingkar dada memiliki

hubungan linier yang sangat kuat. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Sarwono (2006), yang menyatakan bahwa besarnya koefisien relasi berkisar

antara+1 sampai dengan -1. Koefisien relasi menunjukkan kekuatan

hubungan linier dan arah hubungan 2 variabel acak. Jika koefisien korelasi

positif, maka variabel mempunyai hubungan linier yang searah. Demikian

juga halnya dengan hasil analisis data koefisien determinasi (R2) yang

memiliki nilai sebesar 0.947 atau 94.7%, yang menunjukkan bahwa panjang

badan dan lingkar dada memberikan pengaruh sebesar 94.7% terhadap

bobot badan ternak, sedangkan 5,3% dipengaruhi oleh variabel atau faktor

(44)

Tabel 4. Hubungan Bobot Badan dengan Ukuran Tubuh Sapi Aceh Analisis Korelasi dan Regresi

Linier Sederhana

Variabel r R Persamaan Regresi t P Keterangan

Lingkar Dada (X1) 0.960 0.922 -302.101+ 3.503 X1 -20.094 0.00 Signifikan Panjang Badan (X2) 0.684 0.468 -259.496 + 4.42 X2 9.278 0.00 Signifikan

Analisis Korelasi dan Regresi Linier Berganda

Persamaan Regresi r R2 F P

Y= -375.462+3.093 X1 + 1.256 X2 0.973 0.947 867.165 0.00 Signifikan

Adapun gambaran sebaran data hubungan bobot badan dengan

ukuran eksterior tubuh ternak pada sapi Aceh dapat dilihat pada grafik

berikut ini.

Gambar 10. Hubungan Lingkar Dada dengan Bobot Badan Sapi Aceh

(45)

Gambar 11. Hubungan Panjang Badan dengan Bobot Badan Sapi Aceh

Pada gambar 10 dan 11 menunjukan pola titik-titik yang

menunjukkan garis lurus diagonal miring ke kanan dan memiliki garis linear

yang positif. Berdasarkan hasil statistik regresi linier berganda yang

dilakukan pada data hasil penelitian, diketahui bahwa pendugaan bobot

badan sapi Aceh dapat menggunakan formula BB = 3.093 LD+ 1.256 PB -

375.462, dengan menggunakan 2 peubah bebas yaitu lingkar dada dan

panjang badan. Pada tabel Anova hasil pengujian regresi linier berganda,

diperoleh bahwa nilai F hitung adalah sebesar 867.165 dengan tingkat

sigifikansi atau probabilitas 0.000 < 0.05, maka dengan demikian regresi

formula pendugaan bobot badan sapi Aceh dapat digunakan dalam

pendugaan bobot badan pada sapi Aceh.

(46)

Tabel 5. Anova Regresi Linier Berganda Pendugaan Bobot Badan Sapi

Aceh

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 51644.514 2 25822.257 867.165 .000a

Residual 2888.446 97 29.778

Total 54532.960 99

a. Predictors: (Constant), pb, ld

b. Dependent Variable: bb

3. Sapi Bali

Berdasarkan data hasil penelitian pendugaan bobot badan pada sapi

Bali, diperoleh hubungan signifikan antara panjang badan dan lingkar dada

dengan bobot badan ternak dengan menggunakan analisis data uji t terhadap

koefisien relasi (r) dan analisisi regresi linier berganda pada data penelitian.

Berdasarkan hasil penelitian, hubungan antara ukuran eksterior tubuh sapi

dengan bobot badan pada tabel 3, diketahui bahwa uji signifikansi nilai

absolut pada analisis korelasi dan regresi linier sederhana hubungan antara

bobot badan dengan panjang badan menghasilkan nilai probabilitas atau

signifikan yaitu P < 0.05 atau nilai P 0.00 > 0.05 dan hubungan antara

(47)

signifikan yaitu P < 0.05 atau nilai P 0.00 < 0.05. Hal ini menunjukkan

bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara lingkar dada dan bobot

badan dan demikian halnya juga dengan panjang badan yang memiliki

hubungan signifikan dengan bobot badan. Dengan demikian, variabel

lingkar dada (X1) dan variabel panjang badan (X2) memiliki kontribusi atau

nilai positif terhadap bobot badan (Y). Koefisien relasi (r) antara variabel

panjang badan dan lingkar dada terhadap bobot badan yang diperoleh pada

hasil analisis regresi linier berganda adalah memiliki nilai 0.977, yang

berarti bahwa variabel bobot badan dan panjang badan serta lingkar dada

memiliki hubungan linier yang sangat kuat.hal ini sesuai dengan pernyataan

Sarwono (2006), yang menyatakan bahwa besarnya koefisien relasi berkisar

antara+1 sampai dengan -1. Koefisien relasi menunjukkan kekuatan

hubungan linier dan arah hubungan 2 variabel acak. Jika koefisien korelasi

positif, maka variabel mempunyai hubungan linier yang searah. Demikian

juga halnya dengan hasil analisis data koefisien determinasi (R2) yang

memiliki nilai sebesar 0.955 atau 95.5%, yang menunjukkan bahwa panjang

badan dan lingkar dada memberikan pengaruh sebesar 95.5% terhadap

bobot badan ternak, sedangkan 4.5% dipengaruhi oleh variabel atau faktor

lain di luar penelitian.

(48)

Persamaan Regresi r R2 F P

Y= -357.159 + 2.712 X1 + 1.63 X2 0.977 0.955 1036.043 0.000 Signifikan

Adapun gambaran sebaran data hubungan bobot badan dengan

ukuran eksterior tubuh ternak pada sapi Bali dapat dilihat pada grafik

berikut ini.

Gambar 12. Hubungan Lingkar Dada dengan Bobot Badan Sapi Bali

Gambar 13. Hubungan Panjang Badan dengan Bobot Badan Sapi Bali

(49)

Pada gambar 12 dan 13 menunjukan pola titik-titik yang

menunjukkan garis lurus diagonal miring ke kanan dan memiliki garis linear

yang positif. Berdasarkan hasil statistik regresi linier berganda yang

dilakukan pada data hasil penelitian, diketahui bahwa pendugaan bobot

badan sapi Bali dapat menggunakan formula BB = 2.712 LD+ 1.63 PB -

357.159, dengan menggunakan 2 peubah bebas yaitu lingkar dada dan

panjang badan. Pada tabel Anova hasil pengujian regresi linier berganda,

diperoleh bahwa nilai F hitung adalah sebesar 1036.043 dengan tingkat

sigifikansi atau probabilitas 0.000 < 0.05, maka dengan demikian regresi

formula pendugaan bobot badan sapi Aceh dapat digunakan dalam

pendugaan bobot badan pada sapi Aceh, dengan tingkat signifikansi

sebesar 95.5%.

Tabel 7. Anova Regresi Linier Berganda Pendugaan Bobot Badan Sapi Bali

(50)

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 60790.349 2 30395.175 1036.043 .000a

Residual 2845.761 97 29.338

Total 63636.110 99

a. Predictors: (Constant), pb, ld

b. Dependent Variable: bb

Selain pengaruh faktor bangsa sapi, pengaruh umur sapi dan

pengaruh jenis kelamin sapi. Menurut Sumardono dan Bambang Sugeng

(2008), adanya perbedaan ukuran tubuh suatu ternak dipengauhi oleh

adanya fator pakan. Faktor pakan sangat penting dalam pemenuhan

kebutuhan pertumbuhan. Kekurangan pakan merupakan kendala besar

dalam proses pertumbuhan, terrlebih apabila dalam pakan tersebut terdaat

banyak zat-zat pakan untuk pertumbuhan tersedia sangat kurang seperti

protein, vitamin dan mineral maka hal ini dapat menyebabkan pertumbuhan

tubuh ternak tersebut tidak dapat bertumbuh baik.

Laju pertumbuhan setelah sapih ditentukan oleh beberapa faktor,

yaitu antara lain potensi pertumbuhan dari masing-masing individu ternak

dan pakan yang tersedia, juga dipengaruhi oleh aktor bangsa, heterosis dan

jenis kelamin. Menurut Sugeng (2003), adanya perbedaan ukuran tubuh

suatu ternak dipengaruhi oleh adanya beberapa faktor yaitu faktor pengaruh

bangsa sapi, pengaruh umur sapi, pengaruh jenis kelamin sapi, pengaruh

pakan yang diberikan kepada ternak sapi dan pengaruh suhu serta iklm

(51)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Hasil analisa perhitungan diperoleh persamaan regresi, korelasi serta

determinasi didapatkan hasil kelompok sapi Brahman Cross, sapi Aceh dan

sapi Bali menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara panjang

badan, lingkar dada dengan bobot badan.

Pendugaan bobot badan pada sapi Brahman Cross yang paling

mendekati adalah dengan menggunakan rumus Scroll ( 0,15 % ), pada sapi

Aceh yang paling mendekati adalah dengan menggunakan rumus Winter (

0,03 % ) dan pada sapi Bali yang paling mendekati adalah dengan

menggunakan rumus persamaan regresi ( 0 % ).

Lingkar dada dan panjang badan dapat mengestimasi bobot badan

sapi Brahman Cross sapi Aceh dan sapi Bali.

Saran

Untuk memprediksi bobot badan sapi, dapat menggunakan panjang

(52)

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, M. 2008. Skripsi: Pendugaan Bobot Badan Sapi Persilangan Limousin berdasarkan Panjang Badan dan Lingkar Dada. Universitas Brawijaya, Malang.

Apriliyani, I.N. 2007. Skripsi: Penampilan Produksi dan Pendugaan Bobot Hidup Berdasarkan ukuran-ukuran tubuh linear sapi. IPB, Bogor.

Blakely and Bade. 1992. Ilmu Peternakan Edisi IV. UGM Press, Yogyakarta

Dwiyanto. K. 1982. Pengamatan fenotip domba Priangan serta Hubungan antara Beberapa Ukuran Tubuh dengan Bobot Badan. Tesis. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Erlangga, 2009. Info Ternak://http.infoduniapeternakan.org.id.

Fry, G. 2008. Linear Measurement Male.

Gafar, S. 2007. Memilih dan Memilah Hewan Qurban. http//www.disnksumbar.org.

Gilbert, R. P., D. R. Bailey dan N. H. Shannon. 1993. Linear Body Measurements of Cattle before and after 20 Years of Selection for Postweaning Gain when Fed Two Different Diets.

Hadi, P. U dan N. Ilham. 2002. Problem dan Prospek Pengembangan Usaha Pembibitan Sapi Potong Di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian.

Hardjosubroto, W. 1994. Aplikasi Pemulibiakan Ternak di Lapangan. PT Gramedia Widyasarana Indonesia, Jakarta.

Kidwell, J.F and J.A. Mc Cromick. 1956. The Influence of Science and Type Growth and Development of Cattle. J. Amin. Sci. 15:199-218.

(53)

Laidding, A.R. 1996. Hubungan Berat Badan dan Lingkar Dada dengan beberapa sifat-sifat ekonomi penting pada Sapi Bali. Buletin Ilmu Peternakan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin. Ujung Pandang. G di Unit Pendidikan dan Penelitian Peternakan Jonggol. Karya Ilmiah. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Mansyur, M.S.A. 2010. Hubungan antara Ukuran Eksterior Tubuh terhadap bobot Badan pada sapi Peranakan Ongole (PO) Jantan. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Massiara, L. 1986. Pendugaan Bobot Badan melalui Beberapa Ukuran Tubuh pada kambing kacan

Otsuka, J., T. Namikawa, K and H. Martojo. 1982. Statistical Analysis on the Body Measurement of East Asian Native Cattle and Bantengs : The Origin and Phiylogeniy of Indonesia Native Livestock (Part 111). The Research Group of Overseas Scientific Survey. Bogor.

Sarwono, B dan Arianto, H.B. 2003. Penggemukan Sapi Potong Secara Cepat. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sarwono, J. 2006. Path Analysis – Menggunakan SPSS. Elex Media Komputindo, Jakarta.

Sugeng, B. 2003. Sapi Potong. Penebar Swadaya, Jakarta.3

Sudarmono, A.S., Bambang Sugeng, Y. 2008. Sapi Potong. Penebar Swadaya , Jakarta.

Tanari, M. 2001. Estimasi Dinamika Populasi dan Produktivitas Sapi Bali di Provinsi Daerah Tingkat I Bali. Thesis, Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Taylor, R.E. 1995. Scientific Farm Animal Produvction. An Introduction Animal Science, Fifth Edition. Prentice-Hall Inc. New Jersey.

Williamson, G. dan W. J. A Payne. 1978. An Introduction to Animal Husbandry in The Tropics. Third Edition. Longman Inc. London.

(54)

Yusuf, M. 2004. Hubungan antara Ukuran Tubuh dengan Bobot Badan Sapi Bali di daerah Bima NTB. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Gambar

Gambar 1. Sapi Brahman Cross
Gambar 2. Sapi Aceh
Gambar 3. Sapi Bali
Gambar 4. Jenis Kurva Korelasi Negatif
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tidak adanya pendokumentasian secara digital mengenai hasil – hasil karya yang telah dibuat oleh dosen Universitas AKI, sehingga orang yang ingin mengetahui dan membaca

Dalam sel ini, energi kimia diubah menjadi energi listrik atau reaksi redoks menghasilkan arus listrik dimana katoda sebagai elektroda positif yang menerima elektron dari

Gambar 4.25 Distribusi Tegangan yang Terjadi Akibat Gaya Geser pada Fondasi Tiang Kelompok .... Gambar 4.26 Distribusi Tegangan yang Terjadi Akibat Gaya

klasikal dalam kategori sedang dan tinggi sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran IPA di kelas VI

mengandalkan bahan belajar dari buku sumber PKn kelas VIII yang tersedia. Metode belajar yang selama ini dirasakan kurang cocok untuk menyampaikan materi ceramah

TEBAL PERKERASAN DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA (RUAS JALAN KRASAK – PRINGAPUS)..

litura dari kelompok pengujian larva instar kedua dan ketiga yang berhasil keluar dari pupa memiliki abnormalitas pada bagian sayap yakni kedua pasang sayapnya

Akan tetapi, pada penelitian ini hanya sampai pada tahap develop (pengembangan) dikarenakan keterbatasan waktu peneliti. Sedangkan desain penelitian ini menggunakan