• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Netralisasi Terhadap Penurunan Asam Lemak Bebas Dan Peningkatan Nilai Karoten Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Netralisasi Terhadap Penurunan Asam Lemak Bebas Dan Peningkatan Nilai Karoten Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH NETRALISASI TERHADAP PENURUNAN

ASAM LEMAK BEBAS DAN PENINGKATAN NILAI

KAROTEN DI PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT

TUGAS AKHIR

OLEH:

LIA YUNITA DAMANIK

NIM 122410097

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PENGARUH NETRALISASI TERHADAP PENURUNAN

ASAM LEMAK BEBAS DAN PENINGKATAN NILAI

KAROTEN DI PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

OLEH

LIA YUNITA DAMANIK

NIM 122410097

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015

(3)

PENGARUH NETRALISASI TERHADAP PENURUNAN

ASAM LEMAK BEBAS DAN PENINGKATAN NILAI

KAROTEN DI PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

OLEH:

LIA YUNITA DAMANIK

NIM 122410097

Medan, Mei 2015

Disetujui Oleh: Dosen Pembimbing

Prof. Dr. Jansen Silalahi, M. App. Sc., Apt. NIP. 195006071979031001

Disahkan oleh: Pembantu Dekan I

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena hanya oleh kasih karunia dan penyertaan-Nya lah penulis mampu menyelesaikan penulisan Tugas Akhir ini.

Penulisan Tugas Akhir ini dilaksanakan dengan tujuan untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Medan. Adapun judul dari Tugas Akhir ini adalah:

PengaruhNetralisasiTerhadapPenurunan Kadar

AsamLemakBebasdanPeningkatanNilaiKaroten.Penulisan Tugas Akhir ini didasarkan pada hasil Praktek Kerja Lapangan yang dilakukan pada 2 Februari 2015 – 28 Februari 2015 di Laboratorium Oleopangan di Pusat Penelitian Kelapa Sawit.

Dalam penulisan Tugas Akhir ini, penulis banyak menghadapi kendala dan masalah. Akan tetapi atas bantuan dan dorongan dari banyak pihak, akhirnya Tugas Akhir ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan kerendahan dan ketulusan hati penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M. Si., Apt selakuPembantuDekan I FakultasFarmasiUniversitas Sumatera Utara.

(5)

Sumatera Utara dan selakupembimbing yang telah memberi arahandanmembimbingpenulisselamapenulis menyelesaikan Tugas Akhir.

3. Bapak Dr. Donald Siahaan selaku Ketua

KelompokPenelitiPengolahanHasildanMutu (Ka. Kelti PAHAM) danselakupembimbing II di PPKS yang telahbanyakmembimbingselama PKL.

4. Bapak Ahmad Gazali Sinaga, S. Farm., M. Si., Apt. selaku peneliti di PPKS yang telahbanyakmengarahkanselama PKL.

5. Peneliti, Staf dan Teknisi Laboratorium Oleopangan di PPKS.

Orangtuapenulis, Alm. Drs. BahtiarDamanik/ Rosidadankeluargabesar yang telahmemberikandukungandoa, dorongan, semangat, nasehatdanmaterildalampenulisanTugasAkhirini.

Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan Tugas Akhir ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan Tugas Akhir ini.Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan memberi semangat. Semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, April 2015 Penulis,

(6)

NIM 122410097

PengaruhNetralisasiTerhadapPenurunanAsamLemakBebasdanP

eningkatanNilaiKaroten

Abstrak

Minyakdanlemakmengandungsejumlahkecilasamlemakbebas(free fatty acid) yang mempengaruhimutuminyakdan lemak serta turunannya. Proses penyimpanandanpengolahanpadaminyakdanlemakjugadapatmempengaruhimutum

inyakdanlemak serta turunannya. Oleh sebab itu

asamlemakbebasharusdipisahkandariminyakdanlemak.Pemisahanasamlemakdari

minyakdilakukan dengan cara netralisasi. PenelitianinibertujuanuntukmengetahuipengaruhkonsentrasiNaOHdan Na2CO3

terhadap asam lemak bebas yang menyangkut pada kualitasmutu minyak kelapa sawit serta interaksinya.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah minyak kelapa sawit, fenolftalein, NaOH, Na2CO3, hexane dan etanol licrosolv. Dilakukan netralisasi menggunakan NaOHdan Na2CO3 menggunakan konsentrasi masing-masing 10 – 80 % yang sebelumnya telah dilakukan uji kadar asam lemak bebasnya terlebih dahulu. Prosedurnya dengan menimbang ± 1 g minyak kelapa sawit, lalu ditambahkan 50 ml etanol lichrosolv, tambahkan 2 – 3 tetes fenolftalein, titrasi dengan KOH sampai berwarna oranye. Dilanjutkan dengan proses netralisasi dengan menimbang sampel baru ± 100 g dalam erlenmeyer, dilakukan pengadukan dengan stirrer diatas hotplate dengan kecepatan 100 rpm ditambahkan larutan basa (NaOH dan Na2CO3 10 – 80%) ditunggu selama 30 menit. Penambahan basa tergantung dari besarnya persen asam lemak bebas dikalikan dengan berat sampel. Lalu disaring dan ditimbang fraksi padat dan fraksi cairnya. Hasil percobaan menunjukkanbahwa netralisasi menggunakan NaOH dapat menurunkan nilai ALB 0,4005% dan menaikkan nilai karoten hingga 606 ppm sementara netralisasi menggunakan Na2CO3 dapat menurunkan nilai ALB 0,3520% dan menaikkan nilai karoten hingga 693 ppm.

(7)

Effect ofNeutralizationAgainst Free Fatty

AcidLevelsDeclineandIncreasedValueCarotene

Abstract

Oils and fats contain small amounts of free fatty acids that affect the quality of oils and fats and derivatives. The process of storing and processing the oils and fats can also affect the quality of oils and fats and derivatives. Therefore, free fatty acids must be separated from oil and grease. Separation of fatty acids from the oil is done by neutralization. This study aimed to determine the effect of concentration of NaOH and Na2CO3 to free fatty acids related to the quality of the quality of palm oil and its interactions.

Materials used in this study are palm oil, phenolphthalein, NaOH, Na2CO3, hexane and ethanol licrosolv. Do neutralization using NaOH and Na2CO3 use each concentration 10 – 80% previously tested free fatty acid levels in advance. The procedure by weighing ± 1 g of palm oil, then add 50 ml of ethanol LichroSolv, add 2 – 3 drops of phenolphthalein, titration with KOH to orange. Followed by neutralization with a new sample weighing ± 100 g in erlenmeyer, stirring with a stirrer hotplate with a speed above 100 rpm added an alkaline solution (NaOH and Na2CO3 10 – 80%) waited for 30 minutes. The addition of alkaline depending on the amount of free fatty acids per cent multiplied by the weight of the sample. Then filtered and weighed solid fractions and their liquid fractions. The experimental results indicate that neutralization using NaOH can lower the value of 0,4005% and increase the value of up to 606 ppm carotene while neutralization using Na2CO3 can lower the value of ALB 0,3520% and increase the value of up to 693 ppm carotene.

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTARLAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Percobaan ... 2

1.3 Manfaat Percobaan ... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak dan Lemak ... 3

2.1.1 Fungsi Lemak dalam Tubuh ... 4

2.2 Asam Lemak ... 4

2.3 Asam Lemak Bebas ... 5

2.3.1 Pengujian Kadar Asam Lemak Bebas Minyak Kelapa Sawit ... 7

(9)

2.5 Netralisasi Minyak Kelapa Sawit ... 9

2.5.1 Netralisasi dengan Kaustik Soda ... 10

2.5.2 Netralisasi dengan Natrium Karbonat ... 13

2.6 Karotenoid ... 14

2.6.1 Sifat Kimia Karoten ... 16

2.6.2 Analisa Karoten pada Minyak Kelapa Sawit ... 18

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN 3.1 Netralisasi Minyak Kelapa Sawit ... 19

3.1.1 Alat ... 19

3.1.2 Bahan ... 19

3.1.3 Prosedur ... 19

3.1.3.1 Pengujian Kadar ALB Sebelum dan Sesudah Netralisasi ... 19

3.1.3.2 Proses Netralisasi ... 19

3.1.3.3 Penimbangan Fraksi Padat dan Fraksi Cair .. 20

3.2 Analisa Karoten ... 21

3.2.1 Alat ... 21

3.2.2 Bahan ... 21

3.2.3 Prosedur ... 21

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Netralisasi Minyak Kelapa Sawit ... 22

4.2 Pembahasan ... 24

(10)
(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran

1. Struktur α-karoten ... 17 2. Struktur β-karoten ... 17 3. Struktur γ-karoten ... 17 4. Perhitungan Proses Netralisasi Minyak Kelapa Sawit

Menggunakan NaOH ... 28 5. Perhitungan Proses Netralisasi Minyak Kelapa Sawit Menggunakan

(12)

DAFTAR TABEL

(13)

NIM 122410097

PengaruhNetralisasiTerhadapPenurunanAsamLemakBebasdanP

eningkatanNilaiKaroten

Abstrak

Minyakdanlemakmengandungsejumlahkecilasamlemakbebas(free fatty acid) yang mempengaruhimutuminyakdan lemak serta turunannya. Proses penyimpanandanpengolahanpadaminyakdanlemakjugadapatmempengaruhimutum

inyakdanlemak serta turunannya. Oleh sebab itu

asamlemakbebasharusdipisahkandariminyakdanlemak.Pemisahanasamlemakdari

minyakdilakukan dengan cara netralisasi. PenelitianinibertujuanuntukmengetahuipengaruhkonsentrasiNaOHdan Na2CO3

terhadap asam lemak bebas yang menyangkut pada kualitasmutu minyak kelapa sawit serta interaksinya.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah minyak kelapa sawit, fenolftalein, NaOH, Na2CO3, hexane dan etanol licrosolv. Dilakukan netralisasi menggunakan NaOHdan Na2CO3 menggunakan konsentrasi masing-masing 10 – 80 % yang sebelumnya telah dilakukan uji kadar asam lemak bebasnya terlebih dahulu. Prosedurnya dengan menimbang ± 1 g minyak kelapa sawit, lalu ditambahkan 50 ml etanol lichrosolv, tambahkan 2 – 3 tetes fenolftalein, titrasi dengan KOH sampai berwarna oranye. Dilanjutkan dengan proses netralisasi dengan menimbang sampel baru ± 100 g dalam erlenmeyer, dilakukan pengadukan dengan stirrer diatas hotplate dengan kecepatan 100 rpm ditambahkan larutan basa (NaOH dan Na2CO3 10 – 80%) ditunggu selama 30 menit. Penambahan basa tergantung dari besarnya persen asam lemak bebas dikalikan dengan berat sampel. Lalu disaring dan ditimbang fraksi padat dan fraksi cairnya. Hasil percobaan menunjukkanbahwa netralisasi menggunakan NaOH dapat menurunkan nilai ALB 0,4005% dan menaikkan nilai karoten hingga 606 ppm sementara netralisasi menggunakan Na2CO3 dapat menurunkan nilai ALB 0,3520% dan menaikkan nilai karoten hingga 693 ppm.

(14)

Effect ofNeutralizationAgainst Free Fatty

AcidLevelsDeclineandIncreasedValueCarotene

Abstract

Oils and fats contain small amounts of free fatty acids that affect the quality of oils and fats and derivatives. The process of storing and processing the oils and fats can also affect the quality of oils and fats and derivatives. Therefore, free fatty acids must be separated from oil and grease. Separation of fatty acids from the oil is done by neutralization. This study aimed to determine the effect of concentration of NaOH and Na2CO3 to free fatty acids related to the quality of the quality of palm oil and its interactions.

Materials used in this study are palm oil, phenolphthalein, NaOH, Na2CO3, hexane and ethanol licrosolv. Do neutralization using NaOH and Na2CO3 use each concentration 10 – 80% previously tested free fatty acid levels in advance. The procedure by weighing ± 1 g of palm oil, then add 50 ml of ethanol LichroSolv, add 2 – 3 drops of phenolphthalein, titration with KOH to orange. Followed by neutralization with a new sample weighing ± 100 g in erlenmeyer, stirring with a stirrer hotplate with a speed above 100 rpm added an alkaline solution (NaOH and Na2CO3 10 – 80%) waited for 30 minutes. The addition of alkaline depending on the amount of free fatty acids per cent multiplied by the weight of the sample. Then filtered and weighed solid fractions and their liquid fractions. The experimental results indicate that neutralization using NaOH can lower the value of 0,4005% and increase the value of up to 606 ppm carotene while neutralization using Na2CO3 can lower the value of ALB 0,3520% and increase the value of up to 693 ppm carotene.

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Minyak dan lemak merupakan ester dari 1 molekul gliserin dan 3 molekul asam lemak dengan rantai karbon yang berbeda atau sama, berantai jenuh dan tidak jenuh. Rantai tidak jenuh ini bersifat labil terhadap oksidasi oleh oksigen dan panas. Sifat minyak dan lemak sangat dipengaruhi asam lemak penyusunnya, jumlah dan jenis impurities atau bahan pengotor didalamnya, seperti asam lemak bebas berantai atom C pendek (seperti C6-10), colour body atau zat warna dan odor. Zat warna dan odor yang sama juga terdapat pada asam lemak kasar dan gliserin sebagai hasil hidrolisa minyak kelapa sawit, minyak inti kelapa sawit dan minyak kelapa kopra misalnya. Oleh sebab itu proses pemurnian yang diterapkan pada minyak dan lemak adalah proses netralisasi dan deodorasi(Yusuf dan Eka, 2008).

(16)

harusdipisahkan dari minyak dan lemak. Pemisahan asam lemak dari minyak dilakukan dengan cara netralisasi (Yusuf dan Eka, 2008).

1.2 Tujuan Percobaan

a. Untuk mengetahui pengaruhnetralisasi menggunakan NaOH terhadap penurunan Asam Lemak Bebas (ALB).

b. Untuk mengetahui pengaruhnetralisasi menggunakan Na2CO3 terhadap penurunan Asam Lemak Bebas (ALB).

c. Untuk mengetahui pengaruh netralisasi menggunakan NaOH terhadap peningkatan kadar karoten.

d. Untuk mengetahui pengaruh netralisasi menggunakan Na2CO3 terhadap peningkatan kadar karoten.

1.3 Manfaat Percobaan

a. Mahasiswa/i dapat mengetahui pengaruh netralisasi menggunakan NaOH terhadap penurunan Asam Lemak Bebas (ALB).

b. Mahasiswa/i dapat mengetahui pengaruh netralisasi menggunakan NaCO3 terhadap penurunan Asam Lemak Bebas (ALB).

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Minyak dan Lemak

Minyak dan lemak adalah salah satu kelompok yang termasuk pada golongan lipid, yaitu senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik non-polar,misalnya dietil eter (C2H5OC2H5), kloroform(CHCl3), benzena dan hidrokarbon lainnya. Lemak dan minyak dapat larut dalam pelarut yang disebutkan diatas karena lemak dan minyak mempunyai polaritas yang sama dengan pelarut tersebut (Herlina dan Hendra, 2002).

Minyak dan lemak merupakan senyawa trigliserida dari gliserol. Dalam pembentukannya, trigliserida merupakan hasil proses kondensasi satu molekul gliserol dan tiga molekul asam lemak (umumnya ketiga asam lemak tersebut berbeda-beda), yang membentuk satu molekul trigliserida dan satu molekul air.

O O

CH2OH R1COH CH2OCR1

O O

CHOH + R2COH CHOCR2 + 3H2O

O O

CH2OH R3COH CH2OCR2

Gliserol Asam Lemak Trigliserida

(18)

disebut trigliserida campuran (mixed triglyceride) tersebut (Herlina dan Hendra, 2002).

2.1.2 Fungsi Lemak dalam Tubuh

Lemak adalah salah satu komponen makanan multifungsi yang sangat penting untuk kehidupan.Selain memiliki sisi positif, lemak juga mempunyai sisi negatif terhadap kesehatan.Fungsi lemak dalam tubuh antara lain :

1. Sebagai sumber energi, bagian dari membran sel, 2. Sediator aktivitas biologis antar sel,

3. Sebagai sumber asam lemak esensial,

4. Isolator dalam menjaga keseimbangan suhu tubuh,

5. Pelindung organ-organ tubuh serta pelarut vitamin A, D, E, dan K. 6. Penambahan lemak dalam makanan memberikan efek rasa lezat dan

tekstur makanan menjadi lembut serta gurih. Lemak menghasilkan energi dua kali lebih banyak dibandingkan dengan protein dan karbohidrat, yaitu 9 Kkal/gram (Sartika, 2008).

2.2 Asam Lemak

Asam lemak adalah asam monokarboksilat rantai lurus tanpa cabang yang mengandung atom karbon genap mulai dari C-4, tetapi paling banyak adalah C-16 dan C-18.Asam lemak dapat dikelompokkan berdasarkan panjang rantai, ada tidaknya ikatan rangkap dan isomer trans-cis (Silalahi dan Siti Nurbaya, 2011).

(19)

C-4 sampai dengan C-8 asam lemak rantai sedang (medium chain fatty acids, MCFA) yang mengandung jumlah atom karbon C-10 dan C-12 serta asam lemak rantai panjang (long chain fatty acids, LCFA) yang mengandung jumlah atom karbon C-14 atau lebih (Silalahi dan Siti Nurbaya, 2011).

Berdasarkan jumlah ikatan rangkap, asam lemak terdiri dari asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Asam lemak jenuh dapat dibagi lagi menjadi tiga golongan, yaitu asam lemak jenuh (saturated fatty acid, SFA), asam lemak tak jenuh tunggal(mono unsaturated fatty acids, MUFA), dan asam lemak tak jenuh jamak (polyunsaturated fatty acid, PUFA) (Silalahi dan Siti Nurbaya, 2011).

Asam lemak tak jenuh dikenal dalam bentuk cis dan trans-isomer. Secara alamiah asam lemak tak jenuh biasanya berbentuk cis-isomer dan hanya sedikit dalam bentuk trans(trans fatty acid, TFA) yakni di dalam ruminansia dan susu (Silalahi dan Siti Nurbaya, 2011).

2.3 Asam Lemak Bebas

(20)

Asam lemak bebas terbentuk karena proses oksidasi, dan hidrolisa enzim selama pengolahan dan penyimpanan. Dalam bahan pangan, asam lemak dengan kadar lebih besar dari 0,2 persen dari berat lemak akan mengakibatkan flavor yang tidak diinginkan dan kadang-kadang dapat meracuni tubuh (Ketaren, 1986).

Pemanenan pada waktu yang tepat merupakan salah satu usaha untuk menekan terjadinya asam lemak bebas dalam minyak kelapa sawit. Sedangkan pemetikan setelah batas panen yang ditandai dengan buah yang berjatuhan dan menyebabkan kelukaan pada buah yang lainnya akan menstimulir penguraian enzim pada buah, sehingga menghasilkan asam lemak bebas dan akhirnya terjangkit pada buah sawit yang masih utuh, sehingga kadar asam lemak bebas meningkat. Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa peningkatan kadar asam lemak bebas yang relatif tinggi dalam minyak kelapa sawit antara lain : pemanenan buah kelapa sawit yang tidak tepat waktu, keterlambatan dalam proses pengumpulan dan pengangkutanbuah, penumpukan buah terlalu lama, dan proses hidrolisa selama pemrosesan di dalam pabrik (Rangkuti, 2007).

(21)

berlangsung, maka akan semakin banyak asam lemak bebas yang terbentuk (Rangkuti, 2007).

Dengan proses netralisasi minyak sebelum digunakan dalam bahan pangan, maka jumlah asam lemak bebas dalam lemak dapat dikurangi sampai kadar maksimum 0,2 persen (Ketaren, 1986).

2.3.1 Pengujian Kadar Asam Lemak Bebas Minyak Kelapa Sawit

Asam lemak bebas terbentuk karena terjadinya reaksi hidrolisis dan proses oksidasi selama pengolahan dan penyimpanan. Dalam bahan pangan asam lemak dengan kadar lebih besar dari 0,2% dari berat lemak akan mengakibatkan keracunan bagi tubuh. Karena degradasi asam lemak bebas tersebut menghasilkan rasa dan bau yang tidak disukai.Oleh sebab itu, dalam pengolahan minyak diupayakan kandungan asam lemak bebas serendah mungkin (Zulkifli, 2014).

Menurut Naibaho (1992), prinsip yang digunakan pada penentuan kadar asam lemak bebas adalah asam lemak bebas dalam minyak dapat diukur dengan cara mentitrasi minyak dengan menggunakan alkali dalam larutan alkohol.

2.4 Minyak Kelapa Sawit

(22)
[image:22.595.167.374.279.385.2]

jenuh rantai panjang yang memiliki titik cair (meelting point) yang tinggi yaitu 64°C. Asam palmitat yang tinggi membuat minyak sawit lebih tahan terhadap oksidasi (ketengikan) dibanding jenis minyak lain. Titik cair asam palmitat yaitu 14°C (Zulkifli, 2014).Komposisi asam lemak minyak sawit merah dapat dilihat pada Tabel 2.1

Tabel 2.1 Komposisi Asam Lemak Minyak Sawit Merah Komposisi Asam Lemak Jumlah (%)

Asam lemak jenuh

Asam palmitat 36,6 Asam stearat 3,7 Asam lemak tidak jenuh

Asam oleat 40,8 Asam linoleat 11,9 Asam linolenat 0,4

Minyak kelapa sawit terdiri atas berbagai trigliserida dengan rantai asam lemak yangpanjang dan jenisnya berbeda-beda.Dengan demikian, sifat minyak kelapa sawit ditentukan oleh perbandingan dan komposisi trigliserida tersebut.Karena kandungan asam lemak yang terbanyak ialah asam lemak tak jenuh oleat dan linoleat, maka minyak kelapa sawit masuk golongan minyak asam oleat-linoleat.Asam oleat merupakan asam lemak tidak jenuh rantai panjang dengan memiliki satu ikatan rangkap.Asam linoleat bersifat tidak jenuh, merupakan asam lemak omega-6, dan memiliki rantai 18-karbon panjang(Ketaren, 1986).

(23)

berfungi sebagai pelindung sel dari membran oksidatif, mengurangi resiko diabetes, dan meningkatkan sistem imun (Ayustaningwarno, 2012).

2.5 Netralisasi Minyak Kelapa Sawit

Netralisasi pada industri edible oil merupakan proses pemisahan asam lemak bebas yang tidak diinginkan dalam minyak dan lemak yang juga bertujuan untuk memisahkan bahan pengotor, yakni bahan penyebab warna (colour body) dan penyebab bau (odor) yang bertitik didih lebih rendah dari minyak dan lemak (Yusuf dan Eka, 2008).

Minyak nabati mentah yang akandikonsumsi manusia telah dinetralisasi terlebih dahulu untuk menghilangkan asam lemak bebas, protein, zat perekat cair dan juga untuk mengurangi kandungan sabun dari minyak netral agar menghasilkan produk yang lebih stabil. Hasil netralisasi lebih efektif lagi dengan tahap berikutnya seperti pemutihan, hidrogenesi, winterisasi, deodorisasi, dan hasil selanjutnya adalah produk berkualitas dengan hasil yang tinggi. Netralisasi juga menghasilkan penghilangan fosfat, asam lemak bebas, dan warna.Netralisasi yang paling sering dilakukan adalah dengan penambahan alkali yang pada umumnya adalah NaOH(Tambunan, 2006).

(24)

minyak sawit sehingga mempengaruhi produk-produk olahannya.Deasidifikasi dengan menggunakan alkali merupakan metode yang paling umum dilakukan pada skala industri karena lebih murah dan efisien dalam mereduksi asam lemak bebas pada minyak mentah/kasar sampai kadar tertentu yang diinginkan. Alkali yang paling sering digunakan untuk netralisasi adalah NaOH(Haryati, 2008).

2.5.1 Netralisasi dengan Kaustik Soda

Netralisasi dengan kaustik soda banyak dilakukan dalam skala industri, karena lebih efesien dan lebih murah dibandingkan dengan cara netralisasi lainnya. Selain itu penggunaan kaustik soda, membantu dalam mengurangi zat warna dan kotoran yang berupa getah dan lendir dalam minyak (Ketaren, 1986).

Reaksi antara asam lemak bebas dengan NaOH adalah sebagai berikut :

O O

R – C + NaOH R – C + H2O

OH ONa

Asam Lemak Bebas Sabun

(25)

kualitas minyak kelapa sawit pasca netralisasi. Sehingga dilakukan penambahan NaOH dengan konsentrasi yang berbeda. Dilakukan juga penambahan basa yang berbeda yaitu :Na2CO3 untuk membandingkan pengaruh kadar asam lemak bebas sebelum netralisasi penurunan ALB dan peningkatan karoten yang didapat (Kurniati, 2015).

Sabun yang terbentuk dapat membantu pemisahan zat warna dan kotoran seperti fosfatida dan protein, dengan cara membentuk emulsi. Sabun atau emulsi yang terbentuk dapat dipisahkan dari minyak dengan cara sentrifugasi (Ketaren, 1986).

Dengan cara hidrasi dan dibantu dengan proses pemisahan sabun secara mekanis, maka netralisasi dengan menggunakan kaustik soda dapat menghilangkan fosfatida, protein, resin dan suspensi dalam minyak yang tidak dapat dihilangkan dengan proses pemisahan gum. Komponen minor (minor component) dalam minyak berupa sterol, klorofil, vitamin E dan karotenoid hanya sebagian kecil dapat dikurangi dengan proses netralisasi (Ketaren, 1986).

Menurut Ketaren (1986),netralisasi menggunakan kaustik soda akan menyabunkan sejumlah kecil trigliserida. Molekul mono dan digliserida lebih mudah bereaksi dengan persenyawaan alkali. Reaksi penyabunan mono, digliserida dan trigliserida dalam minyak terjadi sebagai berikut :

O

CH2 – O – C – R1 CH2 – OH O

CH – OH + NaOH CH – OH + R1 – C

CH2– OH CH2 – OH ONa

(26)

O

CH2 – O – C – R1 CH2 – OH O

O

CH – O – C – R2 + 2NaOH CH – OH + R1 C

CH2– OH CH2– OH ONa

Digliserida gliserol O

R2 C ONa

O sabun

CH2 – O – C – R1 CH2 – OH O

O

CH – O – C – R2 + 3NaOH CH – OH + R1 C O

CH2– OH ONa

CH2 – O – C – R3 O

Trigliserida gliserol

R2 C

ONa O R3 C

(27)

yang sifatnya tidak stabil terhadap proses pemanasan. Jadi penambahan basa sangat mempengaruhi hasil akhir yang diinginkan(Haryati, 2008).

2.5.2 Netralisasi dengan Natrium Karbonat

Keuntungan menggunakan persenyawaan karbonat adalah karena trigliserida tidak ikut tersabunkan.Suatu kelemahan dari pemakaian senyawa ini adalah karena sabun yang terbentuk sukar dipisahkan. Hal ini disebabkan karena gas CO2yang dibebaskan dari karbonat akan menimbulkan busa dalam minyak (Ketaren, 1986).

Netralisasi menggunakan natrium karbonat biasanya disusul dengan pencucian kaustik soda encer sehingga memperbaiki mutu terutama warna minyak. Hal ini akan mengurangi jumlah absorben yang dibutuhkan pada proses pemucatan (Ketaren, 1986).

Netralisasi minyak menggunakan natrium karbonat dilakukan dibawah suhu 50°C, sehinggga seluruh asam lemak bebas yang bereaksi dengan natrium karbonat akan membentuk sabun dan asam karbonat, reaksi sebagai berikut :

O O CO2

R – C + Na2CO3 R – C + H2CO3

OH ONa H2O

Asam lemak bebas sabun asam karbonat

(28)

menurunkan tekanan udara di atas permukaan minyak dengan pompa vakum (Ketaren, 1986).

2.6 Karotenoid

Karotenoid adalah suatu pigmen alami berupa zat warna kuning sampai merah yang terbagi ke dalam dua golongan. Pertama, karotenoid pro-vitamin A yang berfungsi sebagai zat nutrisi aktif, seperti α-karoten, β-karoten, dan γ -karoten. Kedua, karotenoid non-pro-vitamin A yaitu nonnutrisi aktif, seperti fucoxanthin, neokanthin, dan violaxanthin(Khomsan dan Anwar, 2008).

Warna kuning-jingga yang terdapat di dalam Minyak Sawit Merah (MSM) adalah berasal dari senyawa karotenoid yang jumlahnya sekitar 500 – 2000 ppm, dimana sekitar 80% dari total senyawa karotenoid tersebut adalah β-karoten. Senyawa β-karoten dapat berperan sebagai pro-vitamin A, senyawa anti kanker dan anti oksidan yang sangat aktif. Namun pada proses pembuatan minyak goreng dari minyak sawit merah, β-karoten ini sengaja dihilangkan untuk memperoleh minyak goreng yang jernih. Senyawa β-karoten dipandang sebagai produk yang penting dan bernilai ekonomis tinggi, karena senyawa ini ternyata memperlihatkan pengaruh yang positif terhadap kesehatan. Manfaat tersebut antara lain adalah pada pembentukan vitamin A, karena β-karoten berperan sebagai pro-vitamin A. Disamping itu manfaat β-karoten yang lain adalah sebagai senyawa anti kanker dan senyawa anti oksidan yang sangat aktif (Sahidin., dkk, 2001).

(29)

tetapi tidak larut dalam air. Senyawa ini dapat dihilangkan dengan proses adsorpsi dengan tanah pemucat. Fraksi karoten yang paling berpengaruh dalam CPO adalah β-carotein, pigmen ini juga tidak stabil terhadap pemanasan (Tambunan, 2006).

α-karoten mempunyai kemampuan sebagai antioksidan dan bersinergi dengan β-karoten dalam mencegah pertumbuhan tumor. Dalam penelitian, karotenoid α-karoten dan β-karoten dapat menghambat gen N-myc. N-myc adalah gen yang berperan dalam pembentukan dan pertumbuhan sel kanker (Astawan dan Leomitro, 2008).

Dibandingkan dengan β-karoten, kandunganα-karoten di dalam bahan pangan memang termasuk sedikit.Namun, khasiat dan manfaat α-karoten tidak kalah dengan β-karoten.Penelitian menunjukkan bahwa α-karoten dapat menghambat gen N-myc 10 kali lebih kuat dibandingkan β-karoten (Astawan dan Leomitro, 2008).

α-karoten juga mempunyai aktivitas vitamin A. Sebanyak 53 persen dariα -karoten dapat diubah menjadi vitamin A. Di dalam hati terdapat α-karoten dalam keadaan nonaktif. Bila tubuh kekurangan vitamin A, α-karoten tersebut dapat segera diubah menjadi vitamin A (Astawan dan Leomitro, 2008).

(30)

β-karoten mempunyai kemampuan sebagai antioksidan yang dapat berperan penting dalam menstabilkan radikal berinti karbon, sehingga mengurangi resiko terjadinya kanker. Salah satu keunikan sifat antioksidan β-karoten adalah efektif pada konsentrasi rendah oksigen, sehingga dapat melengkapi sifat antioksidan vitamin E yang efektif pada konsentrasi tinggi oksigen (Astawan dan Leomitro, 2008).

β-karoten telah terbukti mempunyai banyak manfaat bagi kesehatan, tetapi yang baik untuk dikonsumsi adalah β-karoten alami yang berasal dari bahan pangan. Berdasarkan penelitian yang dimuat pada The New England Journal of Medicinepada tahun 1994, komsumsi β-karoten sintetik pada perokok berat justru dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker paru-paru. Sebaliknya tidak akan terjadi pada mereka yang mendapat asupan β-karoten alami dari bahan pangan (Astawan dan Leomitro, 2008).

Yang paling dominan dan banyak jumlahnya dalam minyak kelapa sawit adalah β-karoten.Minyak sawit yang diperoleh dari bagian mesokarp buah kelapa sawit kaya akan karotenoid melalui proses pengepresan. Konsentrasi karotenoid dalam minyak kelapa sawit berkisar 500-700 ppm terutama dalam bentuk α- dan β-karoten yang jumlahnya lebih dari 90 persen dari total karoten.Karotenoid merupakan prekursor vitamin A yang disebut sebagai provitamin A (Haryati, 2008).

2.6.1 Sifat Kimia Karoten

(31)

alisiklik yang umumnya disusun oleh delapan unit isoprene atau 2-metil butadiena. Kedua gugus metil yang dekat pada molekul pusat terletak pada posisi C-1 dan C-6, sedangkan gugus metil lainnya terletak pada posisi C-1 dan C-5, serta di antara kedua gugus metil tersebut terdapat ikatan ganda terkonjugasi. (Susilawati dan Eka, 2000).

Ikatan ganda terkonjugasi adalah ikatan ganda yang diselingi oleh ikatan tunggal. Ikatan ganda terkonjugasi ini merupakan penyusun yang bertanggung jawab atas kecerahan dan kegelapan pigmen-pigmen karoten, makin banyak ikatan ganda makin pekat warna karotenoid tersebut, artinya semakin mengarah ke warna merah (Susilawati dan Eka, 2000).

Gambar 1. Rumus Struktur α-Karoten

Gambar 2. Rumus Struktur β-Karoten

(32)

Karoten adalah senyawa hidrokarbon yang tersusun oleh unsur-unsur C dan H, sedangkan xantofil adalah senyawa turunan dari karoten yang mengandung oksigen di dalam struktur molekulnya. Sehingga unsur penyusun xantofil adalah C, H, dan O. Contoh senyawa yang termasuk karoten misalnya α-, β-, dan γ -karoten, sedangkan yang termasuk xantofil misalnya kriptoksantin, kapsantin dan turolarodin. Adanya ikatan ganda di dalam struktur molekul karotenoid mengakibatkan senyawa ini mudah mengalami oksidasi.Oksidasi terjadi secara acak pada rantai karbon yang mengandung ikatan ganda (Susilawati dan Eka, 2000).

2.6.2 Analisa Karoten pada Minyak Kelapa Sawit

Analisa karoten pada minyak kelapa sawit menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Prinsip kerja spektrofotometer UV-Vis adalah interaksi yang terjadi antara energi yang berupa sinar monokromatis dari sumber sinar dengan materi yang berupa molekul.Besar energi yang diserap tertentu dan menyebabkan elektron tereksitasi yang memiliki energi lebih tinggi. Serapan tidak terjadi seketika pada daerah ultraviolet–visible untuk semua struktur elektronik, tetapi hanya pada sistem terkonjugasi, stuktur elektronik dengan adanya ikatan π dan

(33)

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Netralisasi Minyak Kelapa Sawit

3.1.1 Alat

Erlemeyer 250 ml, pipet tetes, buret, neraca analitik, sendok, magnetic stirer, hotplate, statif dan klem.

3.1.2 Bahan

Minyak nabati, fenolftalein, basa (NaOH/ Na2CO3), Hexane, etanol lichrosolv.

3.1.3 Prosedur

3.1.3.1 Pengujian Kadar ALB Sebelum dan Sesudah Netralisasi

Menurut Naibaho (1992), prosedur pengujian kadar asam lemak bebas : ditimbang sampel sebanyak± 1 g, tambahkan 50 ml etanol lichrosolv, tambahkan 2-3 tetes fenolftalein, titrasi dengan KOH sampai berwarna orange.Dapat dihitung dengan rumus berikut ini :

% ALB = volume titrasi × N KOH ×

1

10 BM Asam Palmitat

beratsampel (g) × 100%

3.1.3.2 Proses Netralisasi

(34)

dan sesudah dinetralisasi, untuk menurunkan kadar asam lemak bebas pada minyak kelapa sawit.

Menurut Naibaho (1992), prosedur netralisasi : ditimbang ± 100 g sampel di dalam erlemeyer, masukkan stirrer, letakkan diatas hot plate homogenkan pada kecepatan 100 rpm, tambahkan NaOH. Ditunggu selama 30 menit. Disiapkan erlemeyer kosong yang sudah ditimbang terlebih dahulu dan dicatat beratnya digunakan untuktempat menyaring fraksi cair. Disaring kemudian ditimbang fraksi cair dan fraksi padat. Banyaknya jumlah NaOH yang ditambahlan ke dalam ± 100 g sampel dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

ml NaOH = ALB

100x Berat Sampel

Dilakukan prosedur yang sama menggunakan Na2CO3 dengan berat sampel ± 20 g.

3.1.3.3 Penimbangan Fraksi Padat dan Fraksi Cair 3.1.3.3.1 Fraksi Padat

Saringan yang didalamnya terdapat fraksi padat dibersihkan dari saringannya, lalu fraksi padat tersebut ditimbang dengan menggunakan neraca analitik.Dicatat beratnya (Naibaho, 1992).

3.1.3.3.2 Fraksi Cair

(35)

3.2 Analisa Karoten

3.2.1 Alat

Labu tentukur 10 ml, pipit mikro, beaker glass, neraca analitis, dan spektrofotometer.

3.2.2 Bahan

Fraksi cair dan n-heksan. 3.2.3 Prosedur

Menurut Naibaho (1992), untuk melakukan analisa karoten ditimbang±0,025 g sampel sebelum dan setelah penambahan basa di dalam labu tentukur 10 ml, addkan sampai batas tanda dengan n-hexan. Dianalisa dengan alat spektrofotometer UV. Kadar karoten dapat dihitung dengan :

Kadar Karoten = V (ml labu ukur ) ×A x 383 W ×100

Keterangan : V = Volume karoten yang telah diencerkan A = Absorbansi

(36)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Netralisasi Minyak Kelapa Sawit

- Netralisasi dengan NaOH

[image:36.595.114.518.399.550.2]

Hasil perhitungan kadar asam lemak bebas dan karoten dapat dilihat pada Lampiran 1 dan hasil netralisasi dapat dilihat pada Tabel 4.2 dibawah ini.

Tabel 4.2Hasil netralisasi menggunakan NaOH

No NaOH (%)

NaOH (ml)

Fraksi Cair (g)

Fraksi Padat (g)

ALB (%)

Total Karoten (ppm) 1 10 4,4701 80,53 14,5 0,107 606 2 20 4,4697 29,57 69,42 0,0479 494 3 30 4,4692 60,88 28,44 0,0723 503,5 4 40 4,4679 45,82 43,05 0,0599 491,5 5 50 4,4688 49,14 48,41 0,0715 486 6 60 4,4692 43,08 53,4 0,0590 488,5 7 70 4,4849 18,98 75,29 0,0462 493 8 80 4,4768 30,87 69,87 0,0482 503 Catatan : sampel dalam ±100 g

(37)

- Netralisasi dengan Na2CO3

[image:37.595.117.489.278.463.2]

Hasil perhitungan kadar asam lemak bebas dan karoten dapat dilihat pada Lampiran 2 dan hasil netralisasi dapat dilihat pada Tabel 4.3 dibawah ini.

Tabel 4.3Hasil netralisasi menggunakan Na2CO3 No Na2CO3

(%)

Na2CO3

(ml)

Fraksi Cair (g)

Fraksi Padat (g)

ALB (%)

Total Karoten (ppm) 1 10 1,0027 17,3684 0,7563 0,3788 693

2 20 1,0037 13,1201 3,6987 0,3032 469

3 30 1,0020 11,7354 5,3938 0,2507 611

4 40 1,0017 9,8915 6,7745 0,2450 608

5 50 1,0021 10,704 6,6509 0,1480 612

6 60 1,0033 10,6756 7,0334 0,1513 608

7 70 1,0047 9,9003 7,97 0,2013 622

8 80 1,0062 8,5538 10,3198 0,1515 607

Catatan :sampel dalam ±20 g

(38)

4.2 Pembahasan

Dari percobaan netralisasi yang telah dilakukan dengan menggunakan NaOH dan Na2CO3 diperoleh hasil penurunan ALB, peningkatan nilai karoten, berat fraksi cair dan berat fraksi padat yang berbeda-beda. Dalam percobaan basa NaOH dapat menurunkan nilai ALB paling tinggi yaitu 0,4005% sedangkan basa lemah Na2CO3 dapat meningkatkan nilai karoten hingga 693 ppm.

(39)

Dari percobaan yang dilakukan NaOH sangat berpengaruh untuk menurunkan ALB sedangkan Na2CO3 berpengaruh untuk meningkatkan nilai karoten.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulanp

a. Netralisasi menggunakan NaOH dapat menurunkan Asam Lemak Bebas (ALB) sebesar 0,4005%.

b. Netralisasi menggunakan NaCO3 dapat menurunkan Asam Lemak Bebas (ALB) sebesar 0,3520%.

c. Netralisasi menggunakan NaOH dapat meningkatan kadar karoten sebesar 606 ppm.

d. Netralisasi menggunakan NaCO3 dapat meningkatan kadar karoten sebesar 693 ppm.

5.2 Saran

Saran yang dapat penulis berikan setelah melaksanakan Praktek KerjaLapangan yang dilaksanakan di Laboratorium Oleopangan Pusat Penelitian Kelapa Sawit adalah:

(40)

b. Sebaiknya dilakukan penentuan standar mutu yang lain seperti penetapan bilangan penyabunan, bilangan peroksida, bilangan iodin, ataupun kekentalan (viskositas) untuk lebih menjamin mutu hasil produksi dan meningkatkan daya saing dalam pemasaran.

DAFTAR PUSTAKA

Astawan, M., dan Leomitro, A.(2008).Khasiat Warna-Warni Makanan. Jakarta: PT Gramedia Pusaka Utama. Hal. 82.

Ayustaningwarno, F. (2012).ProsesPengolahan dan Aplikasi Minyak Sawit Merah Pada Industri Pangan.2: 3.

Haryati, T. (2008).Kendali Proses Deasidifikasi Dalam Pemurnian Minyak Sawit Merah Skala Pilot Plant. Palembang : Seminar PATPI.Hal. 1072.

Herlina, N., dan Hendra.(2002).Lemak dan Minyak. Medan: USU Digital Library. Hal.1 – 2.

Ketaren, S. (1986).Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: UI Press.Hal. 65.

Khomsan, A., dan Anwar, F. (2008).Sehat itu Mudah.Jakarta: PT Mizan Publika. Hal. 86 – 87; 92 – 94.

Kurniati, Y. (2015). Pengaruh Basa Naoh dan Kandungan ALB CPO Terhadap Kualitas Minyak Kelapa Sawit Pasca Netralisasi.Malang : Universitas Brawijaya. 3 (1): 194

Muchtadi, D. (2009). Pengantar Ilmu Gizi. Bandung : CV Alfabeta.Hal. 39. Naibaho, P. (1992). Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Medan: Pusat Penelitian

Kelapa Sawit. Hal. 219 – 222.

Rangkuti, L. (2007). Analisa Kadar Asam Lemak Bebas (ALB), Kadar Air dan Kadar Kotoran pada Minyak Kelapa Sawit (CPO) Hasil Olahan PT. Mopoli Raya Aceh Tamiang.Medan: Universitas Sumatera Utara.Hal. 7. Sahidin., Matsjeh, S., dan Nuryanto, E.(2001). Warta Pusat Penelitian Kelapa

(41)

Sartika, RA. (2008). Pengaruh Asam Lemak Jenuh, Tidak Jenuh dan Asam Lemak Trans terhadap Kesehatan. 2 (4): 155.

Silalahi, J., dan Siti Nurbaya.(2011). Komposisi, Distribusi dan Sifat Aterogenik Asam Lemak dalam Minyak Kelapa dan Kelapa Sawit.61 :454.

Susilawati, E., dan Eka.(2000). Warta Pusat Penelitian Kelapa Sawit.Medan: Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Hal. 80 – 81.

Tambunan, R. (2006). Buku Ajar Teknologi Oleokimia. Medan: Universitas Sumatera Utara. Hal. 12 – 13, 27, 60.

Yusuf, M., dan Eka.(2008). Warta Pusat Penelitian Kelapa Sawit.Medan: Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Hal. 1 – 3.

(42)

Lampiran1. Perhitungan Proses Netralisasi Minyak Kelapa Sawit menggunakan NaOH

A. Kadar asam lemak bebas sebelum netralisasi % ALB minyak kelapa sawit (1) =2,0 ×0,09579 ×25,6

1.020 × 100% =0,4808% % ALB minyak kelapa sawit (2) =1,7 ×0,09579 ×25,6

1.010 × 100% = 0,4127% % ALB rata – rata = 0,4808 +0,4127

2 = 0,4467% B. Kadar total karoten sebelum netralisasi

Kadar karoten minyak kelapa sawit (1) = 10 × 0,38293 × 383

0,0329 × 100 = 445,7817 ppm Kadar karoten minyak kelapa sawit (2) = 10 × 0,52441 × 383

0,0449× 100 = 447,3252 ppm % Karoten rata – rata = 445,7817 +447,3252

2 = 446,5534 ppm

C. Jumlah NaOH yang ditambahkan pada proses netralisasi dengan konsentrasi 10 – 80%

ml NaOH = ALB

100x Berat Sampel

ml NaOH dengan konsentrasi 10% = 4,4675

100 x 100,06 gr = 4,4701 ml

ml NaOH dengan konsentrasi 20% = 4,4675

100 x 100,05 gr = 4,4697 ml

ml NaOH dengan konsentrasi 30% = 4,4675

100 x 100,04 gr = 4,4692 ml

ml NaOH dengan konsentrasi 40% = 4,4675

100 x 100,01 gr = 4,4679 ml

ml NaOH dengan konsentrasi 50% = 4,4675

100 x 100,03 gr = 4,4688 ml

ml NaOH dengan konsentrasi 60% = 4,4675

100 x 100,04 gr = 4,4692 ml

ml NaOH dengan konsentrasi 70% = 4,4675

(43)

ml NaOH dengan konsentrasi 80% = 4,4675

100 x 100,21 gr = 4,4768 ml D. Kadar asam lemak bebas setelah proses netralisasi

Kadar ALB dengan NaOH 10% a = 0,4 x 0,0957 x 25,6

1.025 x 100% = 0,0956%

Kadar ALB dengan NaOH 10% b = 0,5 x 0,0957 x 25,6

1.034 x 100% = 0,1184%

Rata-rata kadar ALB= 0,0956+0,1184

2 = 0,107% Kadar ALB dengan NaOH 20% a = 0,2 x 0,0957 x 25.6

1.021 x 100% = 0,0479%

Kadar ALB dengan NaOH 20% b = 0,2 x 0,0957 x 25,6

1.021 x 100% = 0,0479%

Rata-rata kadar ALB= 0,0479+0,0479

2 = 0,0479% Kadar ALB dengan NaOH30% a = 0,3 x 0,0957 x 25,6

1.009 x 100% = 0,0728%

Kadar ALB dengan NaOH30% b = 0,3 x 0,0957 x 25,6

1.022 x 100%= 0,0719%

Rata-rata kadar ALB= 0,0728 +0,0719

2 = 0,0723% Kadar ALB dengan NaOH40% a = 0,2 x 0,0957 x 25,6

1.025 x 100% = 0,0478%

Kadar ALB dengan NaOH40% b = 0,3 x 0,0957 x 25,6

1.019 x 100% = 0,0721%

Rata-rata kadar ALB= 0,0478 +0,0721

2 = 0,0599% Kadar ALB dengan NaOH50% a = 0,3 x 0,0957 x 25,6

1.027 x 100% = 0,0715%

Kadar ALB dengan NaOH50% b = 0,3 x 0,0957 x 25,6

1.026 x 100% = 0,0716%

Rata-rata kadar ALB = 0,0715 +0,0716

2 = 0,0715% Kadar ALB dengan NaOH60% a = 0,2 x 0,0957 x 25,6

1.051 x 100%= 0,0465%

Kadar ALB dengan NaOH60% b = 0,3 x 0,0957 x 25,6

1.027 x 100%= 0,0715%

Rata-rata kadar ALB = 0,0465 +0,0715

(44)

Kadar ALB dengan NaOH70% a = 0,2 x 0,0957 x 25,6

1.061 x 100%= 0,0461%

Kadar ALB dengan NaOH70% b = 0,2 x 0,0957 x 25,6

1.056 x 100%= 0,0464%

Rata-rata kadar ALB = 0,0461 +0,0464

2 = 0,0462% Kadar ALB dengan NaOH80% a = 0,2 x 0,0957 x 25,6

1.002 x 100%= 0,0489%

Kadar ALB dengan NaOH80% b = 0,2 x 0,0957 x 25.6

1.028 x 100%= 0,0476%

Rata-rata kadar ALB = 0,0489+0,0476

2 = 0,0482% E. Kadar total karoten pada prosesnetralisasi

Kadar karoten 10 % a = 10 × 0,74939× 383

0,0414 × 100 = 693 ppm Kadar karoten 10 % b = 10 × 0,39307 × 383

0,029 × 100 = 519 ppm Rata-rata kadar karoten = 693+519

2 = 606 ppm Kadar karoten 20 % a = 10 × 0,39307 × 383

0,029 × 100 = 519ppm Kadar karoten 20 % b = 10 × 0,60254 × 383

0,0492× 100 = 469 ppm Rata-rata kadar karoten = 519+469

2 = 494 ppm Kadar karoten 30 % a = 10 × 0,39307 × 383

0,029 × 100 = 519 ppm Kadar karoten 30 % b = 10 × 0,39478 × 383

0,031 × 100 = 488 ppm Rata-rata kadar karoten = 519+488

2 = 503,5 ppm Kadar karoten 40 % a = 10 × 0,45789 × 383

0,036 × 100 = 487 ppm Kadar karoten 40 % b = 10 × 0,42781 × 383

0,033 × 100 = 496 ppm Rata-rata kadar karoten = 487+496

(45)

Kadar karoten 50 % a = 10 × 0,4104 × 383

0,034 × 100 = 462 ppm Kadar karoten 50 % b = 10 × 0,42603 × 383

0,032 × 100 = 510 ppm Rata-rata kadar karoten = 462+510

2 = 486 ppm Kadar karoten 60 % a = 10 × 0,38013 × 383

0,034 × 100 = 428 ppm Kadar karoten 60 % b = 10 × 0,43018 × 383

0,03 × 100 = 549 ppm Rata-rata kadar karoten = 428+549

2 = 488,5 ppm Kadar karoten 70 % a = 10 × 0,39819× 383

0,031× 100 = 492 ppm Kadar karoten 70 % b = 10 × 0,33521 × 383

0,026 × 100 = 494 ppm Rata-rata kadar karoten = 492+494

2 = 493 ppm Kadar karoten 80 % a =10 × 0,36694 × 383

0,033 × 100 = 426 ppm Kadar karoten 80 % b = 10 × 0,42407 × 383

0,028 × 100 = 580 ppm

Rata-rata kadar karoten = 426+580

2 = 503 ppm

Lampiran 2. Perhitungan Proses Netralisasi Minyak Kelapa Sawit menggunakan Na2CO3

A. Kadar asam lemak bebas sebelum netralisasi % ALB = volume titrasi ×N KOH ×BM Asam Palmitat

berat sampel (mg ) × 100%

% ALB minyak kelapa sawit (1) = 2,1 ×0.0994 ×25,6

1047 ,6 × 100% = 0,5100 % ALB minyak kelapa sawit (2) = 2,0 ×0.0994 ×25,6

1038 ,6 × 100% = 0,4900 % ALB rata – rata = 0,5100 +0,4900

(46)

B. Kadar Total Karoten sebelum netralisasi Kadar Karoten = V (ml labu ukur ) × A × 383

W ×100

Kadar karoten kelapa sawit (1) = 10 × 0,5153 8× 383

0,0349 × 100 = 565,58 ppm Kadar karoten minyak kelapa sawit (2) = 10 × 0,60938 × 383

0,0414 × 100 = 563,75 ppm % Karoten rata – rata = 565,58+563,75

2 = 564,665

C. Jumlah Na2CO3 yang digunakan pada proses netralisasi

mlNa2CO3dengan konsentrasi10% = 5,0005

100 x 20,0521 gr = 1,0027 mlNa2CO3 dengan konsentrasi20% =

5,0005

100 x 20,0730 gr = 1,0037 mlNa2CO3 dengan konsentrasi30% =

5,0005

100 x 20,0391 gr = 1,0020 mlNa2CO3 dengan konsentrasi 40% =

5,0005

100 x 20,0334 gr = 1,0017 mlNa2CO3 dengan konsentrasi50% =

5,0005

100 x 20,0410 gr = 1,0021 mlNa2CO3 dengan konsentrasi60% =

5,0005

100 x 20,0654 gr = 1,0033 mlNa2CO3 dengan konsentrasi70% =

5,0005

100 x 20,0938 gr = 1,0047 mlNa2CO3 dengan konsentrasi80% =

5,0005

100 x 20,1228 gr = 1,0062 D. Kadar Asam Lemak Bebas setelah Netralisasi

% ALB 10 % = 1,5 × 0.0994 × 25,6

1007 ,6 × 100% = 0,3788 % ALB 20 % =1,2 × 0,0994 × 25,6

1010 ,0 × 100% = 0,3023 % ALB 30 % =1 × 0,0994 × 25,6

1014 ,9 × 100% = 0,2507 % ALB 40 % =1 × 0,0994 × 25,6

1038 ,6 × 100% = 0,2450 % ALB 50 % =0,6 × 0,0994 × 25,6

(47)

% ALB 60 % =0,6 × 0,0994 × 25,6

1009 ,0 × 100% = 0,1513 % ALB 70 % =0,8 × 0,0994 × 25,6

1011 ,2 × 100% = 0,2013 % ALB 80 % =0,6 ×0,0994 ×25,6

1007 ,4 × 100% = 0,1515 E. Kadar total karoten setelah proses netralisasi

Kadar karoten 10 % = 10 × 0,74939× 383

0,0414 × 100 = 693 ppm Kadar karoten 20 % =10 × 0,60254 × 383

0,0492× 100 = 469 ppm Kadar karoten 30 % =10 × 0,68005 × 383

0,0426 × 100 = 611 ppm Kadar karoten 40 % =10 × 0,77037 × 383

0,0485 × 100 = 608 ppm Kadar karoten 50 % =10 × 0,69299× 383

0,0433 × 100 = 612 ppm Kadar karoten 60 % =10 × 0,69238 × 383

0,0436 × 100 = 608 ppm Kadar karoten 70 % =10 × 0,71704 × 383

0,0441 × 100 = 622 ppm Kadar karoten 80 % =10 × 0,67847 × 383

Gambar

Tabel 2.1 Komposisi Asam Lemak Minyak Sawit Merah
Tabel  4.2Hasil netralisasi menggunakan NaOH
Tabel  4.3Hasil netralisasi menggunakan Na2CO3

Referensi

Dokumen terkait

Hasil rata – rata yang diperoleh dari penetapan kadar asam lemak bebas pada minyak kelapa murni adalah 0,2320% sedangkan kadar asam lemak bebas pada minyak inti sawit yang

Minyak kelapa sawit untuk industri non-pangan, dalam hal ini minyak kelapa sawit antara lain digunakan sebagai bahan baku untuk industri farmasi, kandungan minor antara lain

Dari hasil analisa yang dilakukan di Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan diketahui bahwa kadar asam lemak bebas yang terkandung dalam produk mayonnes berjumlah 0,1063%, dan karotenoid

Data yang ada juga menunjuk- kan bahwa minyak sawit merah yang dipanaskan selama dua jam pada semua perlakuan pemanasan mengalami penurunan kandungan β-karoten yang cukup

Pemakaian inti sawit adalah untuk pembuatan bahan makanan sama seperti minyak kelapa nyiur karena komposisinya hampir sama, dan untuk pemakaian dalam industri,

Penentuan asam lemak bebas dilakukan dalam metode titrasi alkalimetri dengan menggunakan KOH 0,1043 N dan indikator Phenolphtalein dengan pemanasan pada suhu ± 45º

  Kandungan asam lemak bebas pada minyak sawit adalah salah satu penentu utama mutu minyak sawit yang diperdagangkan. Terbentuknya asam lemak bebas ini adalah sebagai bentuk

Menurut Prahastuti (2000), dalam penelitiannya yang mengambil judul Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perdagangan minyak sawit (CPO); serta keterkaitan pasar