• Tidak ada hasil yang ditemukan

Isolasi dan Identifikasi Bakteri pada Kloaka Imago Betina Ulat Sutera Liar Attacus Atlas L. (Lepidoptera: Saturniidae}

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Isolasi dan Identifikasi Bakteri pada Kloaka Imago Betina Ulat Sutera Liar Attacus Atlas L. (Lepidoptera: Saturniidae}"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

MUHAMMAD FAJAR. Isolasi dan Identifikasi Bakteri pada Kloaka Imago Betina Ulat Sutera Liar Attacus atlas L. (Lepidoptera: Saturniidae). Dibimbing oleh USAMAH AFIFF dan DAMIANA RITA EKASTUTI.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bakteri pada kloaka ulat sutera liar Attacus atlas menggunakan metode yang umum. Sampel yang telah disiapkan diambil menggunakan ose dan dibiakan ke dalam agar darah dan

MacConkey Agar (MCA) dengan tehnik goresan T. Koloni yang tumbuh pada agar darah dan MCA dibiakkan kembali ke trypticase soy agar (TSA). Identifikasi bakteri dilakukan dengan media identifikasi yakni indol, Simmon’s citrate Agar, TSIA, Oksidase, Urea, Voges Proskauer (VP) dan kaldu gula-gula (glukosa, sukrosa, manitol, maltosa, dan laktosa). Pada sampel imago tersebut terdapat 3 genus bakteri yakni Bacillus sp., Aeromonas sp. dan Pseudomonas sp.

Kata Kunci : A. atlas, bakteri, kloaka, identifikasi

ABSTRACT

MUHAMMAD FAJAR. Isolation and Identification Bacteria of Female Cloaca Imago Wild Silkworm Attacus atlas L.(Lepidoptera: Saturniidae). Supervised by USAMAH AFIFF and DAMIANA RITA EKASTUTI.

This study aimed to identify bacteria in the cloaca of wild silkworms Attacus atlas using common methods. Samples that have been prepared are taken using the ose and planted into the blood agar and MacConkey Agar (MCA) with T streaking. Each form colonies growing on blood agar and MCA were subculture onto trypticase soy agar (TSA). Identification of bacteria used media identification i.e. indole, Simmon's citrate Agar, TSIA, Oxidase, Urea, Voges proskauer (VP) and broth of karbohidrat (glucose, sucrose, maltose, manitol and lactose). The results showed that on the imagoes there were 3 genera of bacteria such as Bacillus sp., Aeromonas sp., and Pseudomonas sp..

(2)

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI PADA KLOAKA

IMAGO BETINA ULAT SUTERA LIAR

Attacus atlas

L

.

(Lepidoptera: Saturniidae)

MUHAMMAD FAJAR

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(3)
(4)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DANSUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudulIsolasi dan Identifikasi Bakteri pada Kloaka Imago Betina Ulat Sutera Liar Attacus atlas L. (Lepidoptera: Saturniidae) adalah benar karya saya denganarahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2015

Muhammad Fajar

(5)
(6)

ABSTRAK

MUHAMMAD FAJAR. Isolasi dan Identifikasi Bakteri pada Kloaka Imago Betina Ulat Sutera Liar Attacus atlas L. (Lepidoptera: Saturniidae). Dibimbing oleh USAMAH AFIFF dan DAMIANA RITA EKASTUTI.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bakteri pada kloaka ulat sutera liar Attacus atlas menggunakan metode yang umum. Sampel yang telah disiapkan diambil menggunakan ose dan dibiakan ke dalam agar darah dan

MacConkey Agar (MCA) dengan tehnik goresan T. Koloni yang tumbuh pada agar darah dan MCA dibiakkan kembali ke trypticase soy agar (TSA). Identifikasi bakteri dilakukan dengan media identifikasi yakni indol, Simmon’s citrate Agar, TSIA, Oksidase, Urea, Voges Proskauer (VP) dan kaldu gula-gula (glukosa, sukrosa, manitol, maltosa, dan laktosa). Pada sampel imago tersebut terdapat 3 genus bakteri yakni Bacillus sp., Aeromonas sp. dan Pseudomonas sp.

Kata Kunci : A. atlas, bakteri, kloaka, identifikasi

ABSTRACT

MUHAMMAD FAJAR. Isolation and Identification Bacteria of Female Cloaca Imago Wild Silkworm Attacus atlas L.(Lepidoptera: Saturniidae). Supervised by USAMAH AFIFF and DAMIANA RITA EKASTUTI.

This study aimed to identify bacteria in the cloaca of wild silkworms Attacus atlas using common methods. Samples that have been prepared are taken using the ose and planted into the blood agar and MacConkey Agar (MCA) with T streaking. Each form colonies growing on blood agar and MCA were subculture onto trypticase soy agar (TSA). Identification of bacteria used media identification i.e. indole, Simmon's citrate Agar, TSIA, Oxidase, Urea, Voges proskauer (VP) and broth of karbohidrat (glucose, sucrose, maltose, manitol and lactose). The results showed that on the imagoes there were 3 genera of bacteria such as Bacillus sp., Aeromonas sp., and Pseudomonas sp..

(7)
(8)

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI PADA KLOAKA

IMAGO BETINA ULAT SUTERA LIAR

Attacus atlas

L

.

(Lepidoptera: Saturniidae)

Skripsi

sebagai salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada

Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor

MUHAMMAD FAJAR

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(9)
(10)

Judul Skripsi: Isolasi dan Identiikasi Bakteri pada Kloaka Imago Betina Ulat

Sutera Liar Attacus Atlas L. (Lepidoptera: Saturniidae}

Nama NIM

: Muhammad Fajar

: B04100164

Disetujui oleh

Drh Usamah MSc

Pembimbing I

Tanggal Lulus:

.1 4

JAN

2015

Dr Drh Damiana Rita AIF

(11)
(12)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2014 ini ialah identifikasi bakteri, dengan judul Identifikasi Bakteri pada Kloaka Imago betina Ulat Sutera Liar Attacus atlasL.(Lepidoptera : Saturniidae).

Ungkapan terima kasih penulis sampaikan teruntuk Bapak Syahruddin dan Mama Nurrahmah atas doa yang tak henti mengalir serta teruntuk Fauzan, Faisal, Om Hadi dan Acil Maris yang senantiasa memberi dukungan. Terima kasih penulis ucapkan pula kepada Bapak Drh Usamah Afiff, MSc dan Ibu Dr Drh Damiana Rita Ekastuti MS. AIF selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Nursam dari perkebunan teh PTPN VIII Panleujar kabupaten Purwakarta provinsi Jawa Barat, yang telah membantu selama pengumpulan bahan penelitian Serta, Pak Ismed yang membantu dalam menyiapkan bahan penelitian. Selain itu, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada sahabat yang selalu mendukung saya yakni Hairiah Latief, Bagus Satriawan, Marwani Dianty, Diana Asriastita, Haryati Istiqomah, Windy Alvianty serta sahabat lemes yakni Mas Abid, Mbak Intan, Gambreng, Tri, Dince, Novan dan Kukuh serta kepada Rahmad Arsy dan Andra sebagai sahabat seperjuangan dalam penelitian yang penulis jalani. Tak lupa teruntuk Deviana Novitasari yang selalu membantu dan mendoakan penulis selama ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2015

(13)
(14)

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Manfaat Penelitian 1

TINJAUAN PUSTAKA

Taksonomi Ulat Sutera Liar (Attacus atlas) 2

Bakteri 3

Bakteri pada Ulat Sutera Bombyx mori 4

MATERI DAN METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian 4

Bahan dan Alat 4

Prosedur Penelitian 5

Identifikasi Bakteri 7

Analisis Data 7

HASIL DAN PEMBAHASAN

Isolasi Bakteri 8

Pewarnaan Gram 10

Identifikasi Bakteri 11

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan 14

Saran 14

(15)

DAFTAR TABEL

1 Identifikasi bakteri pada ulat sutera B. mori yang sakit 4 2 Hasil pengamatan morfologi koloni yang tumbuh pada media Agar

darah 8

3 Hasil pengamatan morfologi koloni yang tumbuh pada media Mac

Conkey Agar (MCA) 8

4 Hasil pengamatan morfologi koloni dari agar darah ke trypticase soy

agar (TSA) 9

5 Hasil pengamatan morfologi koloni dari macconkey agar (MCA)

ketrypticase soy agar (TSA) 9

6 Hasil pengamatan mikroskopis pada koloni yang berasal dari agar darah 10 7 Hasil pengamatan mikroskopis pada koloni yang berasal dari MCA 10 8 Hasil uji Indol, TSIA, Oksidase, Urea, Sitrat dan VP 11

9 Hasil uji kaldu gula-gula 12

DAFTAR GAMBAR

1 Siklus hidup Attacus atlas 2

2 Diagram alir identifikasi bakteri Gram positif 6

3 Diagram alir identifikasi bakteri Gram negatif 7

4 Koloni hemolitik pada media Agar darah 8

5 Koloni yang terbentuk pada media MCA 9

6 Uji Oksidase 12

7 Uji TSIA 12

8 Uji Urea 13

9 Uji Indol 13

10 Uji Sitrat 14

11 Uji VP 14

12 Uji Gula-gula 15

(16)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang diapit oleh dua benua yakni benua Asia dan Australia serta diantara 2 samudra yakni Samudera Pasifik dan Hindia. Selain itu, Indonesia juga terletak pada 60 LU, 110 LS, 97-1410 BT. Indonesia menjadi negara yang berbasis pertanian karena letak yang sangat strategis dan memiliki kesuburan tanah yang tinggi. Selain itu, lingkungan tropis membuat banyak flora dan fauna dapat hidup dengan baik di Indonesia. Salah satu hasil pertanian yang memiliki nilai jual tinggi adalah sutera. Menurut Riskomar (2000), permintaan dan harga sutera yang berasal dari ulat sutera liar lebih tinggi dibandingkan sutera biasa. Hal ini karena memiliki warna benang sutera yang menarik yaitu cokelat keemasan, lebih mengkilat, dan harga jual kokon yang tinggi (Rianto 2009). Salah satu ulat sutera liar yang mulai banyak dibudidayakan adalah Attacus atlas (A. atlas).

Keindahan serta keunggulan yang dimiliki sutera yang berasal dari Attacus atlas menyebabkan permintaan terhadap sutera tersebut cukup tinggi sehingga kebutuhan kokon pun menjadi ikut meningkat sedangkan produksi kokon belum banyak. Saat ini kebanyakan kokon A. atlas diambil dari alam, jika hal ini di lakukan terus menerus akan menyebabkan kelangkaan ulat sutera liar A. atlas. Di alam tingkat keberhasilan budidaya A. atlas masih rendah. Hal ini dikarenakan perubahan lingkungan yang tidak menentu (anomali cuaca) serta pengaruh predator, parasite,dan faktor penyebab lainnya (Rianto 2009), sehingga diperlukan pembudidayaan yang tepat agar kelangkaan tersebut dapat dihindari dan dapat meningkatkan nilai ekonomi.

Dewasa ini banyak penyakit dari hewan liar yang muncul dan menjadi

outbreak di dunia seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS), ebola, dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Hal ini harus diwaspadai keberadaannya karena ditakutkan zoonosis ke manusia dan hewan lainnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengamatan keberadaan bakteri pada A. atlas agar dapat diketahui jenis bakteri dan sifatnya sehingga dapat dilakukan pencegahan penularan ke manusia atau ke hewan lainnya.Kloaka merupakan salah satu bagian tubuh yang penting karena dalam reproduksi A. atlas kloaka akan menjadi saluran utama untuk mengeluarkan telur, apabila kloaka terkontaminasi maka akan ikut mengkontaminasi telur tersebut. Telur yang terkontaminasi akan mempengaruhi perkembangan telur selanjutnya dan dapat membahayakan pembudidayanya.

Tujuan Penelitian

(17)

2

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memberikan informasi mengenai bakteri yang terdapat pada kloaka imago betina ulat sutera liar Attacus atlas.

TINJAUAN PUSTAKA

Taksonomi Ulat Sutera Liar (Attacus atlas)

Pengembangan pemanfaatan ulat sutera liar dimulai tahun 1995 di Yogyakarta. Salah satu yang yang telah dimanfaatkan adalah Attacus atlas. Taksonomi A. atlas menurut Peigler (1989), sebagai berikut:

Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Lepidoptera Famili : Saturniidae Genus : Attacus

Spesies : Attacus atlas

Attacus atlas merupakan serangga dari ordo Lepidoptera yang ukuran tubuhnya besar, sehingga sering disebut kupu-kupu gajah (si rama-rama). Attacus atlas merupakan serangga nokturnal yang tersebar hampir diseluruh Indonesia karena memiliki adaptasi lingkungan tropis yang cukup baik (Awan 2007). A. atlas merupakan serangga yang poikiloterm dimana suhu tubuhnya berfluktuasi sesuai dengan suhu lingkungan sehingga fluktuasi suhu dan kelembaban sangat menentukan keberhasilan hidup larva selama pemeliharaan. Kelembaban dan aliran udara juga mempengaruhi suhu tubuhnya. Bila tidak ada aliran udara diatas tempat pemeliharaan, suhu tubuh ulat akan meningkat sejalan dengan meningkatnya suhu lingkungan (Mulyani 2008).

Attacus atlas adalah serangga holometabola yang melewati stadia telur, larva, pupa dan imago (Triplehorn & Johnson 2005). Menurut Peigler (1989), siklus hidup A. atlas tersaji pada Gambar 1

(18)

3 Berdasarkan siklus tersebut pada instar I berlangsung selama 4–6 hari ditandai dengan kepala berwarna hitam, lalu pada instar II terjadi selama 4–6 hari mulai ditutupi serbuk putih, instar III sampai instar IV selama 4–6 hari. Pada instar ini terjadi perubahan berupa munculnya warna merah di bagian lateral segmen tubuhnya, instar V berlangsung selama 7–8 hari dengan perubahan bentuk tubuh yang mulai gemuk. Pada instar enam terjadi selama 10–12 hari merupakan fase instar terlama karena larva mulai memasuki stadium pupa dan akan membentuk kokon yang berbeda dengan fase lain. Fase pupa terjadi selama 20–26 hari selanjutnya akan muncul imago(Peigler 1989).

Bakteri

Bakteri berkembang biak dengan membelah diri dan hanya dapat dilihat menggunakan mikroskop. Bakteri mempunyai beberapa organel yang dapat melaksanakan beberapa fungsi hidup (Waluyo 2004).Spesies bakteri dapat dibedakan berdasarkan morfologi (bentuk), komposisi kimia (umumnya dideteksi dengan reaksi biokimia), kebutuhan nutrisi, aktivitas biokimia, dan sumber energi (sinar matahari atau bahan kimia) (Pratiwi 2008).

Dinding sel bakteri yang kaku dapat mempertahankan bentuknya dan melindungi sel dari perubahan tekanan osmotik antara sel dengan lingkungannya. Dinding sel bakteri Gram positif memiliki lapisan peptidoglikan yang tebal dan membran sel, sementara dinding sel bakteri Gram negatif memiliki tiga lapisan: membran dalam, membran luar dan lapisan peptidoglikan yang lebih tipis. Bakteri merupakan organisme prokariot yaitu memiliki kromosom tunggal dan tidak memiliki nukleus. Untuk mengemas kromosom di dalam sel, DNA menggulung (coil dan supercoil); suatu proses yang diperantarai oleh sistem enzim DNA girase. Ribosom bakteri berbeda dengan ribosom eukariot, menjadikannya target untuk terapi antibakteri. Bakteri juga mengandung DNA tambahan dalam bentuk plasmid (Gillespie 2008).

Menurut Gillespie (2008) bakteri diklasifikasikan berdasarkan bentuknya: kokus berbentuk sferis, bacillus berbentuk panjang dan tipis, dengan kokobasilus diantara bentuk keduanya dan ada juga bacillus berbentuk melengkung dan spiral dengan panjang lengkungan yang berbeda. Menurut Pratiwi (2008) bentuk-bentuk bakteri yaitu bulat (tunggal: coccus, jamak: cocci), batang atau silinder (tunggal:

bacillus, jamak: bacilli), dan spiral yaitu berbentuk batang melengkung atau melingkar-lingkar.

Kokus Gram positif dibagi menjadi dua kelompok utama: stafilokokus (katalase positif), contoh patogen utamanya yaitu Staphylococcus aureus dan Streptokokus (katalase negatif), contoh patogen utamanya yaitu Streptococcus pyrogenes. Kokus Gram negatif meliputi Neisseria meningitides, sedangkan Kokobasilus Gram negatif meliputi patogen saluran nafas Haemophilus dan

Bordetella, agen zoonotik seperti Brucella dan Pasteurella (Gillespie 2008).

Bacillus Gram positif dibagi menjadi bacillus yang membentuk spora dan

bacillus yang tidak membentuk spora. Kelompok yang membentuk spora dibagi menjadi organisme aerob (Bacillus) dan organisme anaerob (Clostridium).

Bacillus bakteri Gram negatif meliputi keluarga bakteri fakultatif

(19)

4

hewan dan dapat ditemukan di lingkungan. Termasuk dalam kelompok ini yaitu

Salmonella, Shigella, Escherichia, Proteus danYersinia (Gillespie 2008).

Bakteri pada Ulat Sutera Bombyx mori

Sebagai perbandingan, terdapat penelitian yang memaparkan beberapa koloni bakteri dari ulat sutera Bombyx mori yang berhasil diisolasi dan diidentifikasi ditabulasi dalam Tabel1.

Tabel 1. Identifikasi bakteri pada ulat sutera Bombyx mori yang sakit (Sakthivel et al. 2012)

No Bakteri

1 Bacillus subtilis

2 Streptococcus pneumoniae

3 Staphylococcus aureus

4 Escherichia coli

5 Pseudomonas fluorescence

6 Bacillus cereus

7 Klebsiella cloacae

Bombyx mori merupakan salah satu jenis ulat sutera yang juga memberikan keuntungan ekonomis karena mampu menghasilkan benang sutera. Ulat sutera memiliki bentuk tubuh yang berwarna putih. Ulat sutera dapat melakukan molting (berganti kulit) pada saat memasuki instar baru. Larva ulat sutera mempunyai tanduk anal yang pendek dan memakan daun murbei (Morus

sp.) (Borror 1992).

MATERI DAN METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2014 sampai dengan Oktober 2014. Pemeliharaan ulat sutera liar Attacus atlas dilaksanakan di Laboratorium Metabolisme Bagian Fisiologi Departemen Anatomi Fisiologi dan Farmakologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. Pengamatan dan identifikasi bakteri dilaksanakan di Laboratorium Bakteriologi Bagian Mikrobiologi Medis Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah imago ulat sutera liar

(20)

5 yakni agar darah, MacConkey Agar (MCA) dan trypticase soy agar (TSA). Media untuk mengidentifikasi bakteri yakni Indol, Triple Sugar Iron Agar (TSIA), Oksidase, Urea, Simmon’s citrate Agar, Voges-proskauer (VP) dan kaldu

gula-gula (glukosa, sukrosa, manitol, maltosa, dan laktosa). Bahan-bahan untuk pewarnaan Gram yakni kristal violet, lugol, aseton alkohol, safranin, dan alkohol 70%.

Alat yang digunakan pada penelitian kali ini adalah kandang kasa berukuran 50 cm x 50 cm x 50 cm, alat bedah minor seperti pinset, gunting dan scalpel, ose, needel, korek api, cawan petri, pipet, mikropipet, pembakar bunsen, inkubator, tabung reaksi, botol kaca 5 ml, tabung evendorf, mikroskop cahaya, pensil, kertas label, lemari pendingin dan kamera.

Prosedur Penelitian

Pengambilan dan penyimpanan kokon

Pengambilan kokon ulat sutera Attacus atlas dilakukan diperkebunan teh PTPN VIII Panleujar kabupaten Purwakarta provinsi Jawa Barat. Kokon dibawa ke Lab. Metabolisme kemudian disimpan dalam kandang kasa berukuran 50 cm X 50 cm X 50 cm. Pemisahan antara kokon betina dan jantan dilakukan dengan cara membuka kokon dan melihat bakal antena pada pupa, antena yang besar akan menjadi imago jantan, sedangkan antena yang kecil akan menjadi imago betina. Pengambilan kloaka

Sampel diambil dari 5 ekor imago betina A. atlas. Imago betina A. atlas

dimasukkan ke dalam freezer selama 60 menit agar imago mati. Dilakukan nekropsi pada imago menggunakan alat bedah minor yang sebelumnya telah disterilkan. Pengambilan kloaka dilakukan menggunakan pinset steril lalu dimasukkan ke dalam botol kaca yang berisi aquades steril 2 ml.

Isolasi bakteri

Sampel yang telah disiapkan diambil menggunakan ose dan dibiakkan ke dalam agar darah dan MacConkey Agar (MCA) dengan tehnik goresan T. Agar yang telah diinokulasi dengan sampel dimasukkan ke dalam inkubator selama 24 jam dengan suhu 370C. Setelah itu, koloni yang tumbuh dilakukan pengamatan dan pencatatan koloninya. Setiap bentuk koloni berbeda yang terpisah dibiakkan kembali ke agar miring trypticase soy agar (TSA) dan diberikan label agar tidak terjadi kekeliruan. Agar miring yang telah dibiakkan dimasukkan ke dalam inkubator selama 24 jam dengan suhu 370C.

Pewarnaan Gram

(21)

6

atas rak kaca objek. Ditetesi kristal violet dan didiamkan selama satu menit. Dicuci dengan aquades. Ditetesi lagi dengan lugol pada kaca objek dan didiamkan selama satu menit dan dicuci dengan aquades. Kemudian, ditetesi dengan larutan pemucat (aseton alkohol)selama 10 detik, kemudian dicuci lagi dengan aquades. Terakhir, ditetesi dengan safranin selama 10-20 detik lalu dicuci dengan aquades hingga bersih. Dikeringkan kaca objek dengan kertas saring lalu diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 1000x dengan bantuan minyak emersi dan ditentukan sifat Gramnya. Bakteri Gram positif akan berwarna ungu sedangkan bakteri Gram negatif akan terlihat berwarna merah. Jika koloni bakteri yang terlihat belum murni, maka dilakukan kembali isolasi pada agar darah maupun MCA dengan goresan T. Apabila hasil dari pewarnaan Gram tidak meyakinkan, dapat dilakukan Uji KOH 3% untuk menentukan sifat Gramnya. Jika pada hasil uji terlihat massa gelatin berupa benang-benang halus ketika diangkat menggunakan ose artinya sampel merupakan bakteri Gram negatif. Identifikasi Gram positif dan Gram negatif dapat dilihat dari Gambar 2 dan Gambar 3.

(22)

7

Gambar 3 Diagram identifikasi bakteri Gram negatif (Bergey dan Breed 1994; Lay 1994)

Identifikasi bakteri

Isolat dikeluarkan dari lemari pendingin dan dihangatkan dulu dalam inkubator selama beberapa menit. Ose dibakar terlebih dahulu pada api bunsen sampai terlihat merah, didinginkan beberapa saat lalu disentuhkan dengan isolat yang telah disiapkan kemudian ditanam ke setiap media identifikasi seperti indol,

tripel sugar iron agar (TSIA), oksidase, urea, Simmon’s citrate agar, voges -proskauer (VP) serta kaldu gula-gula yang terdiri atas glukosa, sukrosa, manitol, maltosa dan laktosa Setelah itu, dimasukkan ke dalam inkubator selama 24 jam pada suhu 370C.

Analisis Data Analisis data menggunakan metode deskripsi.

Bakteri Gram Negatif

Batang

(+)

Nonenterobakteriaceaae

Pseudomonas

Aeromonas Vibrio

(-)

Enterobakteriaceae

Laktosa positif Laktosa Negatif

Kokus

Neisseria

Pewarnaan Zielhl Neelsen Uji oksidase

MacConkey Agar

TSIA Indol Sitrat MRVP

(23)

8 makroskopik pada Agar darah dan MCA dari 5 sampel yang digunakan. Hasilnya terdapat beberapa koloni berbeda dari setiap sampel yang disajikan pada Tabel 2 dan Tabel 3.

Tabel 2 Hasil pengamatan morfologi koloni yang tumbuh pada media Agar darah

Parameter Agar Darah

A.1 B.1 B.2 C.1 C.2 D.1 D.2 E.1 E.2

Ukuran Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Bentuk Bulat Bulat Bulat Bulat Bulat Bulat Bulat Bulat Bulat sampai kelima terdapat dua koloni berbeda. Perbedaan terdapat pada parameter hemolisis, dimana terdapat koloni yang menghasilkan hemolisis dan koloni yang tidak menghasilkan hemolisis. -hemolisis di media menampilkan lingkaran jernih yang jelas di sekitar koloni bakteri karena lisisnya seluruh sel darah merah (Difco Manual1984).

(24)

9 Tabel 3 Hasil pengamatan morfologi koloni yang tumbuh pada media Mac ConkeyAgar

(MCA)

Parameter MCA

A.1 B.1 C.1 C.2 C.3 D.1 D.2 E.1 E.2

Ukuran Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang

Bentuk Bulat Bulat Bulat Bulat Bulat Bulat Bulat Bulat Bulat

Inokulasi pada media MCA terdapat beberapa koloni yang berbeda. Pada sampel 1 dan 2 hanya terdapat 1 koloni. Sampel 3 terdapat 3 koloni dengan perbedaan parameter warna koloni yaitu merah, pinkdengan tepi putih dan putih. Sampel 4 dan 5 terdapat 2 koloni berbeda dengan perbedaan parameter warna yaitu merah dan pink dengan tepi putih.

Gambar 5 Koloni yang terbentuk pada media MCA

(25)

10

Tabel 4 Hasil pengamatan dari agar darah ke TSA

Parameter Agar Darah

Opaque Opaque Opaque Opaque Opaque Opaque Opaque Opaque Opaque

Tabel 5 Hasil pengamatan dari MCA ke TSA Morfologi

Opaque Opaque Opaque Opaque Opaque Opaque Opaque Opaque Opaque

Penanaman koloni ke media agar miring TSA baik dari koloni agar darah maupun dari MCA menghasilkan pertumbuhan yang subur dan seragam.

Pewarnaan Gram

Koloni yang telah tumbuh pada media agar miring dilakukan pewarnaan Gram untuk melihat bentuk, susunan dan sifat Gram. Pewarnaan Gram dilakukan pada setiap koloni dan diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 100x. Bakteri Gram positif akan terlihat berwarna ungu sedangkan bakteri Gram negatif berwarna merah (Lay 1994). Hasil pengamatan mikroskopis pada setiap koloni dengan pewarnaan Gram disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Hasil pengamatan mikroskopis pada koloni yang berasal dari agar darah Morfologi

Susunan Tunggal Berantai Berantai Berantai Berantai Berantai Berantai Tunggal Berantai

Gram Negatif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Negatif Positif

Spora + + + + + + +

Dari pengamatan mikroskopis terdapat dua morfologi yang berbeda yakni batang dan batang halus. Dua bakteri gram negatif yakni A.1 dan E.1 memiliki susunan tunggal, sedangkan bakteri Gram Positif yakni B.1, B.2, C.1, C.2, C.3, D.1, D.2, dan E.2 memiliki susunan berantai.

Tujuh sampel yang menghasilkan Gram positif dan memperlihatkan bentuk batang dan berspora pada pengamatan mikroskopis. Berdasarkan diagram alir identifikasi bakteri oleh Bergey dan Breed (1994); Lay (1994), dapat disimpulkan 7 sampel tersebut merupakan genus Bacillus sp.. Menurut Wongsa dan Werukhamkul (2007), Bacillus sp. merupakan bakteri berbentuk batang, bersifat Gram Positif. Bacillus sp.juga menghasilkan spora yang merupakan ciri khas bakteri ini.

(26)

11 dapat dijumpai di tanah dan di air. Pada penelitian Anand et al. (2010), Bacillus

sp. di temukan pada larva instar ke lima dan merupakan flora normal pada

Bombyx mori. Bakteri yang terdapat pada tahap larva ini diduga bertahan dan menyebar dalam tubuh A. atlas hingga imago karena menurut Keynan dan Sandler (1983), Bacillus sp. mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap faktor kimia dan fisika, seperti suhu ekstrim, alkohol, dan sebagainya.

Dari pengamatan mikroskopis pada koloni yang berasal dari MCA di dapatkan 2 bentuk morfologi yakni batang halus dan batang yang didominasi bentuk batang. Susunan tidak terdapat perbedaan yakni tunggal. Sifat Gram juga tidak terdapat perbedaan yakni negatif karena media MCA menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif (Lay 1994). Hasil pengamatan mikroskopis dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Hasil pengamatan mikroskopis pada koloni yang berasal dari MCA Morfologi

Susunan Tunggal Tunggal Tunggal Tunggal Tunggal Tunggal Tunggal Tunggal Tunggal

Gram Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif

Identifikasi Bakteri

Lima koloni yang berbeda pada pengamatan makroskopis maupun mikroskopis dipilih untuk selanjutnya dilakukan identifikasi bakteri menggunakan uji biokimia. Uji biokimia hanya dilakukan pada isolat yang bersifat Gram negatif. Lima koloni yang dipilih yakni 2 sampel berasal dari agar darah yang menghasilkan hemolisis (A.1) dan yang tidak mengalami hemolisis (E.1). 3 sampel lainnya berasal dari MCA yaitu koloni yang berwarna merah (C.1), pink dengan tepi putih (C.2) dan putih (C.3).

Tabel 8 Hasil uji Indol, TSIA, Oksidase, Urea, Sitrat dan VP

Koloni Indol Motilitas TSIA Oksidase Urea Sitrat VP

(27)

12

Enterobactericeaedilakukan uji lain yaitu uji TSIA, uji Indol, uji Sitrat, uji Urea dan fermentasi karbohidrat serta uji VP sebagai tambahan (Lay 1994).

Gambar 6 Uji Oksidase

Uji TSIA berperan untuk melihat kemampuan bakteri dalam memfermentasi karbohidrat serta kemampuan menghasilkan H2S dan gas (MacFaddin2000). Hasil uji TSIA dapat dilihat pada Tabel 7. Uji TSIA dari 2 isolat yakni isolat A.1 dan E.1 menghasilkan slant asam dan butt asam dengan gas positif dan tidak menghasilkan H2S. Hasil tersebut mengarah pada 8 bakteri yakni Aeromonas sp.,

E. Coli, Klebsiella pneumoniae, Citrobacter intermedius, Proteus rettgeri, Serratia sp. dan Erwinia herbicola(Jang et al 1976). Uji TSIA pada 3 isolat (C.1, C.2, dan C.3) lainnya menghasilkan slant basa dan butt basa dengan gas positif dan tidak menghasilkan H2S. Hasil ini mengarah pada 5 genus bakteri yakni

Alcaligenes sp., Bordetella sp., Pseudomonas sp., Flavobacterium sp. dan

Chromobacterium sp (Jang et al. 1976).

Gambar 7 Uji TSIA

(28)

13 hasil ini, isolat A.1 dan E.1 mengarah pada Aeromonas sp. dan E. Coli (Jang et al

1976). Isolat C.1, C.2 dan C.3 mengarah pada Alcaligenes sp., Pseudomonas sp.,

Flavobacterium sp. dan Chromobacterium sp. (Jang et al. 1976).

Gambar 8 Uji Urea

Setelah uji Urea, dilakukan uji indol berfungsi untuk melihat kemampuan bakteri dalam memecah asam amino tryptophan menggunakan enzim

tryptophanase (Isenberg dan Sundheim 1958). Hasil uji indol dapat dilihat pada tabel 7. Hasil negatif dari uji indol pada isolat A.1 dan E.1 mengarah pada

Aeromonas sp. (Jang et al 1976). Hasil negatif juga ditemukan pada isolat C.1, C.2 dan C.3 yang mengarah pada Alcaligenes sp., Pseudomonas sp. dan

Chromobacterium sp. (Jang et al. 1976).

Gambar 9. Uji Indol

Uji Sitrat berfungsi untuk mendeteksi kemampuan bakteri dalam menggunakan sitrat sebagai sumber karbon tunggal dan energi (MacFaddin2000). Uji sitrat menghasilkan hasil positif pada semua isolat. Isolat A.1 dan E.1 masih mengarah Aeromonas sp. sedangkan isolat C.1, C.2 dan C.3 mengarah ke genus

(29)

14

Gambar 10 Uji Sitrat

Uji VP merupakan uji tambahan yang dilakukan. Uji ini dilakukan untuk mendeteksi adanya butylene glycol yang diproduksi bakteri(Madigan dan Martinko2008). Menurut Spring (2009), isolat A.1 dan E.1 menghasilkan hasil negatif mengarah ke genus Aeromonas sp.. Pada sampel C.1, C.2 dan C.3 menghasilkan hasil positif pada uji VP yang mengarah pada genus Pseudomonas

sp.

Gambar 11 Uji VP

(30)

15 Tabel 9 Hasil uji kaldu gula-gula

Koloni Uji Karbohidrat

Sukrosa Laktosa Glukosa Manitol Maltosa A.1

(BA)

Asam/Gas Asam/Gas Asam/Gas Asam/Gas Asam/Gas

E.1 (BA)

Asam/Gas Asam/Gas Asam/Gas Asam/Gas Asam/Gas

C.1 (MCA)

Asam/Gas Basa/Gas Asam/Gas Asam/Gas Asam/Gas

C.2 (MCA)

Asam/Gas Basa/Gas Asam/Gas Asam/Gas Asam/Gas

C.3 (MCA)

Asam/Gas Basa/Gas Asam/Gas Asam/Gas Asam/Gas

Gambar 12 Hasil uji kaldu gula-gula

(31)

16

Gambar 13 Aeromonas sp., pewarnaan Gram, perbesaran objektif 100x

Genus Pseudomonas sp. merupakan bakteri Gram negatif. Bakteri ini berbentuk batang dan memiliki flagella yang berperan dalam patogenisitasnya (Arwiyanto et al. 2007). Pseudomonas sp. yang berhasil disolasi dan diidentifikasi berasal dari lingkungan sekitar karena bakteri ini banyak ditemukan di lingkungan seperti air, tanah, dan tanaman (Palleroni 1992, Schroth et al. 1992).Berdasarkan penelitian Sakthivel et al. (2012), Pseudomonas sp. juga ditemukan pada ulat sutera spesies lain yakni Bombyx mori. Selain itu, pada penelitian Anand et al. (2010), juga menemukan bakteri Pseudomonas sp. pada saluran pencernaan

Bombyx mori.

Pseudomonas sp. merupakan bakteri yang patogen karena dapat

menginfeksi saluran pernafasan, saluran pencernaan dan kornea (Driscoll et al. 2007). Kemampuan Pseudomonas sp. menyerang jaringan tergantung pada produksi enzim dan toksin yang merusak barier fisik dan sel-sel inang serta serta resistensi terhadap fagositosis dan pertahanan kekebalan tubuh inang (Kipnis et al. 2006).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Isolasi dan identifikasi bakteri pada kloaka imago betina ulat sutera liar A. atlas mendapat 3 genus bakteri yakni Bacillus sp., Aeromonas sp. dan

Pseudomonas sp.

Saran

(32)

17 DAFTAR PUSTAKA

Anand AAP, Vennison SJ, Sankar SG, Prabhu DIG, Vasan PT, Raghuraman T, Geoffrey CJ, Vendan SE. 2010. Isolation and characterization of bacteria from the gut of Bombyx mori that degrade cellulose, xylan, pectin, and starch and their impact on digestion. Journal of Insect Science 10:107. Arnaut RI., Vauterin L, De Vos P, Massart D.L, Devriese L.A, De Zutter L, Van

Hoof J. 1999. A numerical taxonomic study of the Pseudomonas flora isolated from poultry meat. J Appl Microbiol. 87: 15-28.

Arwiyanto T, Maryudani YMS, Azizah NA. 2007. Sifat-sifat fenotipik

Pseudomonas fluoresen, agensia pengendalian hayati penyakit lincat pada tembakau temanggung. Biodiversita. 8:147-151.

Awan A. 2007. Domestikasi ulat sutera liar Attacus atlas (Lepidoptera: Saturniidae) dalam usaha meningkatkan persuteraan nasional [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Bergey DH, Breed RS. 1994. Identification flow charts Bergey’s manual of determinative bacteriology. [internet]. [diunduh 1 september 2014]. Tersedia pada: http://www.uiweb.uidaho.edu/micro_biology/ 250/IDFlowcharts.pdf.

BKIPM [Badan Karantina Ikan dan Pengendalian Mutu]. 2011. Stasiun karantina ikan pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan kelas II Cirebon. [internet]. [diunduh 1 September 2014]. Tersedia pada :http://www.bkipm.kkp.go.id/bkipm/profil/upt/37.0/Stasiun%20Kara ntina%20Ikan%20Kelas%20II%20Cirebon.html.

Borror. 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga. Yogyakarta (ID) : Gajah Mada Pr. Brooks,GF. 2005. Mikrobiologi Kedokteran Edisi Pertama. Jakarta (ID): Salemba

Medika

Buchanan RE, Gibbons. 2006. Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology. Baltimore (US): Woverly.

Difco M. 1984. Dehydrated culture media and reagents for microbiology, 10th ed.Detroit (US): Difco Laboratories.

Driscoll JA, Brody SL, Kollef MH. 2007. The epidemiology, pathogenesis and treatment of Pseudomonas aeruginosa infections. Drugs. 67(3):351-68 Dwidjoseputro D. 1994. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta (ID) : Djambatan. Fischetti AV, RP Novick, JJ Ferreti, DA Portnoy,JI Rood. 2000. GramPositife.

Washington (US): ASM Pr

Gillespie, Stephen, Kathleen Bamford. 2008. At a Glance Mikrobiologi Medis dan Infeksi Edisi Ketiga. Jakarta (ID) : Erlangga

Isenberg H. D., and L. H. Sundheim. 1958. Indole reactions in bacteria. J. Bacteriol. 75:682–690.

Janda JM, Duffey PS (1988). Mesophilic aeromonads in human disease: current taxonomy, laboratory identification, and infectious disease spectrum.

Reviews in Infectious Diseases, 10:980–987.

Jang SS, Biberstein EL, Hirsh DC. 1976. A Manual of Vetrinary Clinical

Bacteriology and Miology. Davis (US) : Univercity of California

Jawetz E, JL Melnick, EA Adelberg, GF Brooks, JS Butel, LN Ornston,

(33)

18

Keynan, A. and N. Sandler 1983. The Bacterial Spore, vol 2. (Hurst, A. and Gould, G. W., eds). New York (US) : Academic Press.

Kipnis E, Sawa T, Wiener-Kronish J.2006.Targeting mechanisms of pseudomonas aeruginosa pathogenesis. Médecine et maladies infectieuses. 36: 78–91. Lay BW. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta (ID): Raja Grafindo

Persada.

MacFaddin JF.2000. Biochemical Tests for the Identification of Medical Bacteria, 3rd ed.Philadelphia (US) : Lippincott Williams & Wilkins.

Madigan, M. T., and J. M. Martinko. 2008. Brock biology of microorganisms, 12th ed. New Jersey (US) : Benjamin Cummings, Upper Saddle River. Mulyani N. 2008. Biologi Attacus atlas (Lepidoptera: Saturniidae) Dengan Pakan

Daun Kaliki (Ricinus communis L.) dan Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) di Laboratorium [tesis]. Bogor (ID): Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Nichols GL et al. 1996. Health Significance of Bacteria in Distribution Systems Review of Aeromonas. London (UK) : Water Industry Research Ltd (Report DW-02/A).

Palleroni NJ. 1992. Present situation of the taxonomy of aerobic pseudomonads. Di dalam:E. Galli, S. Silver, and B. Witholt, editor. Pseudomonas Molecular Biology and Biotechnology. Washington (DC): ASM Press. Peigler RS. 1989. A Revision of The Indo-Australian Genus Attacus. California

(US): The Lepidoptera Researc Foundation, Inc.

Pratiwi, Sylvia T. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta (ID) : Erlangga

Pelczar MJ, ECSChan. 1986. Microbiology.New York (US) :MC Graw Hill Book Company.

Popoff M. 1984. Genus III Aeromonas Kluyver and van Niel 1936 398AL. In: Krieg NR, Holt JG, eds. Bergey’s manual of systematic bacteriology, Vol.

1.Baltimore (US) : Williams & Wilkins: 545–548.

Purves Bill, Sadava D. 2003. Life The Science of Biology 7th Edition. Sinauer Associates Inc. New York.

Rianto F. 2009. Performa reproduksi imago Attacus atlas L. yang berasal dari perkebunan teh Purwakarta [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Riskomar D. β000. Soleh:”Kesulitan Bahan Baku untuk Memenuhi Pesanan

Barang”. Mitra Bisnis. Minggu III April 2000 hal 8 kolom 1-4.

Sakthivel S, Angaleswari C, Mahalingam PU. 2012. Isolation and identification of bacteria responsible for flacherie in silkworms. Adv Appl Sci Res. 3:4066-4068

Schroth M, D C Hildebrand, N. Panopoulos. 1992. Phytopathogenic pseudomonads and plant-associated pseudomonads. Di dalam:A. Balows, H G. Trüper, M. Dworkin, W. Harder, and K.-H. Schleifer, Editor. Ney York (US) The Prokaryotes, 2nd ed. Springer-Verlag. New York (US), NY. 3:3104–3131.

Singleton, Sainsbury. 2006. Dictionary of Microbiology and Molecular Biology 3rd Edition.England (UK) J Wiley.

(34)

19 Spring. 2009. Microbiology 20 Biochemical Unknown. [internet]. [diunduh 6 September 2014]. Tersedia pada: http://www.lamission. edu/lifesciences/Steven/Biochemical%20Unknown%20guidelines.pdf Tay L, KT Goh, SETan. 2008. An Outbreak of Bacillus cereusfood poisoning.

Singapore Medical Journal.23(04):214-217.

Triplehorn CA, Johnson NF. 2005. Borror and Delong’s Introduction to the Study

of Insect. Seventh Edition. USA: Tomson Brooks/Cole.

Vecchi E D, L Dargo. 2006. Lactobacillus sporogenes or

Bacilluscoagulans:Misidentification or Mislabelling?. International Journal of Probiotics and Prebiotics. 3(1):3-10.

Volk and Wheleer. 1993. Analisis Praktikum Mikrobiologi Umum untuk Perguruan Tinggi. Yogyakarta (ID) : UGM Press.

Waluyo, L. 2004. Mikrobiologi Umum. Malang (ID) : Universitas Muhammadiyah Press : Malang

(35)

20

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 29 Januari 1993 dari ayah bernama Syahruddin dan ibu bernama Nurrahmah di Sanggatta, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur. Penulis merupakan anak pertama dari 3 bersaudara. Penulis menyelesaikan sekolah dasar di SD Negeri 001 Sangatta Selatan dan lulus pada tahun 2004. Kemudian penulis melanjutkan ke SMP YPPSB (Yayasan Pendidikan Prima Swarga Bara) dan lulus pada tahun 2007. Penulis melanjutkan sekolah menengah atas di SMA Negeri 1 Sangatta Selatan dan lulus pada tahun 2010. Penulis diterima sebagai mahasiawa Institut Pertanian Bogor melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD).

(36)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang diapit oleh dua benua yakni benua Asia dan Australia serta diantara 2 samudra yakni Samudera Pasifik dan Hindia. Selain itu, Indonesia juga terletak pada 60 LU, 110 LS, 97-1410 BT. Indonesia menjadi negara yang berbasis pertanian karena letak yang sangat strategis dan memiliki kesuburan tanah yang tinggi. Selain itu, lingkungan tropis membuat banyak flora dan fauna dapat hidup dengan baik di Indonesia. Salah satu hasil pertanian yang memiliki nilai jual tinggi adalah sutera. Menurut Riskomar (2000), permintaan dan harga sutera yang berasal dari ulat sutera liar lebih tinggi dibandingkan sutera biasa. Hal ini karena memiliki warna benang sutera yang menarik yaitu cokelat keemasan, lebih mengkilat, dan harga jual kokon yang tinggi (Rianto 2009). Salah satu ulat sutera liar yang mulai banyak dibudidayakan adalah Attacus atlas (A. atlas).

Keindahan serta keunggulan yang dimiliki sutera yang berasal dari Attacus atlas menyebabkan permintaan terhadap sutera tersebut cukup tinggi sehingga kebutuhan kokon pun menjadi ikut meningkat sedangkan produksi kokon belum banyak. Saat ini kebanyakan kokon A. atlas diambil dari alam, jika hal ini di lakukan terus menerus akan menyebabkan kelangkaan ulat sutera liar A. atlas. Di alam tingkat keberhasilan budidaya A. atlas masih rendah. Hal ini dikarenakan perubahan lingkungan yang tidak menentu (anomali cuaca) serta pengaruh predator, parasite,dan faktor penyebab lainnya (Rianto 2009), sehingga diperlukan pembudidayaan yang tepat agar kelangkaan tersebut dapat dihindari dan dapat meningkatkan nilai ekonomi.

Dewasa ini banyak penyakit dari hewan liar yang muncul dan menjadi

outbreak di dunia seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS), ebola, dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Hal ini harus diwaspadai keberadaannya karena ditakutkan zoonosis ke manusia dan hewan lainnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengamatan keberadaan bakteri pada A. atlas agar dapat diketahui jenis bakteri dan sifatnya sehingga dapat dilakukan pencegahan penularan ke manusia atau ke hewan lainnya.Kloaka merupakan salah satu bagian tubuh yang penting karena dalam reproduksi A. atlas kloaka akan menjadi saluran utama untuk mengeluarkan telur, apabila kloaka terkontaminasi maka akan ikut mengkontaminasi telur tersebut. Telur yang terkontaminasi akan mempengaruhi perkembangan telur selanjutnya dan dapat membahayakan pembudidayanya.

Tujuan Penelitian

(37)

2

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memberikan informasi mengenai bakteri yang terdapat pada kloaka imago betina ulat sutera liar Attacus atlas.

TINJAUAN PUSTAKA

Taksonomi Ulat Sutera Liar (Attacus atlas)

Pengembangan pemanfaatan ulat sutera liar dimulai tahun 1995 di Yogyakarta. Salah satu yang yang telah dimanfaatkan adalah Attacus atlas. Taksonomi A. atlas menurut Peigler (1989), sebagai berikut:

Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Lepidoptera Famili : Saturniidae Genus : Attacus

Spesies : Attacus atlas

Attacus atlas merupakan serangga dari ordo Lepidoptera yang ukuran tubuhnya besar, sehingga sering disebut kupu-kupu gajah (si rama-rama). Attacus atlas merupakan serangga nokturnal yang tersebar hampir diseluruh Indonesia karena memiliki adaptasi lingkungan tropis yang cukup baik (Awan 2007). A. atlas merupakan serangga yang poikiloterm dimana suhu tubuhnya berfluktuasi sesuai dengan suhu lingkungan sehingga fluktuasi suhu dan kelembaban sangat menentukan keberhasilan hidup larva selama pemeliharaan. Kelembaban dan aliran udara juga mempengaruhi suhu tubuhnya. Bila tidak ada aliran udara diatas tempat pemeliharaan, suhu tubuh ulat akan meningkat sejalan dengan meningkatnya suhu lingkungan (Mulyani 2008).

Attacus atlas adalah serangga holometabola yang melewati stadia telur, larva, pupa dan imago (Triplehorn & Johnson 2005). Menurut Peigler (1989), siklus hidup A. atlas tersaji pada Gambar 1

(38)

2

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memberikan informasi mengenai bakteri yang terdapat pada kloaka imago betina ulat sutera liar Attacus atlas.

TINJAUAN PUSTAKA

Taksonomi Ulat Sutera Liar (Attacus atlas)

Pengembangan pemanfaatan ulat sutera liar dimulai tahun 1995 di Yogyakarta. Salah satu yang yang telah dimanfaatkan adalah Attacus atlas. Taksonomi A. atlas menurut Peigler (1989), sebagai berikut:

Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Lepidoptera Famili : Saturniidae Genus : Attacus

Spesies : Attacus atlas

Attacus atlas merupakan serangga dari ordo Lepidoptera yang ukuran tubuhnya besar, sehingga sering disebut kupu-kupu gajah (si rama-rama). Attacus atlas merupakan serangga nokturnal yang tersebar hampir diseluruh Indonesia karena memiliki adaptasi lingkungan tropis yang cukup baik (Awan 2007). A. atlas merupakan serangga yang poikiloterm dimana suhu tubuhnya berfluktuasi sesuai dengan suhu lingkungan sehingga fluktuasi suhu dan kelembaban sangat menentukan keberhasilan hidup larva selama pemeliharaan. Kelembaban dan aliran udara juga mempengaruhi suhu tubuhnya. Bila tidak ada aliran udara diatas tempat pemeliharaan, suhu tubuh ulat akan meningkat sejalan dengan meningkatnya suhu lingkungan (Mulyani 2008).

Attacus atlas adalah serangga holometabola yang melewati stadia telur, larva, pupa dan imago (Triplehorn & Johnson 2005). Menurut Peigler (1989), siklus hidup A. atlas tersaji pada Gambar 1

(39)

3 Berdasarkan siklus tersebut pada instar I berlangsung selama 4–6 hari ditandai dengan kepala berwarna hitam, lalu pada instar II terjadi selama 4–6 hari mulai ditutupi serbuk putih, instar III sampai instar IV selama 4–6 hari. Pada instar ini terjadi perubahan berupa munculnya warna merah di bagian lateral segmen tubuhnya, instar V berlangsung selama 7–8 hari dengan perubahan bentuk tubuh yang mulai gemuk. Pada instar enam terjadi selama 10–12 hari merupakan fase instar terlama karena larva mulai memasuki stadium pupa dan akan membentuk kokon yang berbeda dengan fase lain. Fase pupa terjadi selama 20–26 hari selanjutnya akan muncul imago(Peigler 1989).

Bakteri

Bakteri berkembang biak dengan membelah diri dan hanya dapat dilihat menggunakan mikroskop. Bakteri mempunyai beberapa organel yang dapat melaksanakan beberapa fungsi hidup (Waluyo 2004).Spesies bakteri dapat dibedakan berdasarkan morfologi (bentuk), komposisi kimia (umumnya dideteksi dengan reaksi biokimia), kebutuhan nutrisi, aktivitas biokimia, dan sumber energi (sinar matahari atau bahan kimia) (Pratiwi 2008).

Dinding sel bakteri yang kaku dapat mempertahankan bentuknya dan melindungi sel dari perubahan tekanan osmotik antara sel dengan lingkungannya. Dinding sel bakteri Gram positif memiliki lapisan peptidoglikan yang tebal dan membran sel, sementara dinding sel bakteri Gram negatif memiliki tiga lapisan: membran dalam, membran luar dan lapisan peptidoglikan yang lebih tipis. Bakteri merupakan organisme prokariot yaitu memiliki kromosom tunggal dan tidak memiliki nukleus. Untuk mengemas kromosom di dalam sel, DNA menggulung (coil dan supercoil); suatu proses yang diperantarai oleh sistem enzim DNA girase. Ribosom bakteri berbeda dengan ribosom eukariot, menjadikannya target untuk terapi antibakteri. Bakteri juga mengandung DNA tambahan dalam bentuk plasmid (Gillespie 2008).

Menurut Gillespie (2008) bakteri diklasifikasikan berdasarkan bentuknya: kokus berbentuk sferis, bacillus berbentuk panjang dan tipis, dengan kokobasilus diantara bentuk keduanya dan ada juga bacillus berbentuk melengkung dan spiral dengan panjang lengkungan yang berbeda. Menurut Pratiwi (2008) bentuk-bentuk bakteri yaitu bulat (tunggal: coccus, jamak: cocci), batang atau silinder (tunggal:

bacillus, jamak: bacilli), dan spiral yaitu berbentuk batang melengkung atau melingkar-lingkar.

Kokus Gram positif dibagi menjadi dua kelompok utama: stafilokokus (katalase positif), contoh patogen utamanya yaitu Staphylococcus aureus dan Streptokokus (katalase negatif), contoh patogen utamanya yaitu Streptococcus pyrogenes. Kokus Gram negatif meliputi Neisseria meningitides, sedangkan Kokobasilus Gram negatif meliputi patogen saluran nafas Haemophilus dan

Bordetella, agen zoonotik seperti Brucella dan Pasteurella (Gillespie 2008).

Bacillus Gram positif dibagi menjadi bacillus yang membentuk spora dan

bacillus yang tidak membentuk spora. Kelompok yang membentuk spora dibagi menjadi organisme aerob (Bacillus) dan organisme anaerob (Clostridium).

Bacillus bakteri Gram negatif meliputi keluarga bakteri fakultatif

(40)

4

hewan dan dapat ditemukan di lingkungan. Termasuk dalam kelompok ini yaitu

Salmonella, Shigella, Escherichia, Proteus danYersinia (Gillespie 2008).

Bakteri pada Ulat Sutera Bombyx mori

Sebagai perbandingan, terdapat penelitian yang memaparkan beberapa koloni bakteri dari ulat sutera Bombyx mori yang berhasil diisolasi dan diidentifikasi ditabulasi dalam Tabel1.

Tabel 1. Identifikasi bakteri pada ulat sutera Bombyx mori yang sakit (Sakthivel et al. 2012)

No Bakteri

1 Bacillus subtilis

2 Streptococcus pneumoniae

3 Staphylococcus aureus

4 Escherichia coli

5 Pseudomonas fluorescence

6 Bacillus cereus

7 Klebsiella cloacae

Bombyx mori merupakan salah satu jenis ulat sutera yang juga memberikan keuntungan ekonomis karena mampu menghasilkan benang sutera. Ulat sutera memiliki bentuk tubuh yang berwarna putih. Ulat sutera dapat melakukan molting (berganti kulit) pada saat memasuki instar baru. Larva ulat sutera mempunyai tanduk anal yang pendek dan memakan daun murbei (Morus

sp.) (Borror 1992).

MATERI DAN METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2014 sampai dengan Oktober 2014. Pemeliharaan ulat sutera liar Attacus atlas dilaksanakan di Laboratorium Metabolisme Bagian Fisiologi Departemen Anatomi Fisiologi dan Farmakologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. Pengamatan dan identifikasi bakteri dilaksanakan di Laboratorium Bakteriologi Bagian Mikrobiologi Medis Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah imago ulat sutera liar

(41)

4

hewan dan dapat ditemukan di lingkungan. Termasuk dalam kelompok ini yaitu

Salmonella, Shigella, Escherichia, Proteus danYersinia (Gillespie 2008).

Bakteri pada Ulat Sutera Bombyx mori

Sebagai perbandingan, terdapat penelitian yang memaparkan beberapa koloni bakteri dari ulat sutera Bombyx mori yang berhasil diisolasi dan diidentifikasi ditabulasi dalam Tabel1.

Tabel 1. Identifikasi bakteri pada ulat sutera Bombyx mori yang sakit (Sakthivel et al. 2012)

No Bakteri

1 Bacillus subtilis

2 Streptococcus pneumoniae

3 Staphylococcus aureus

4 Escherichia coli

5 Pseudomonas fluorescence

6 Bacillus cereus

7 Klebsiella cloacae

Bombyx mori merupakan salah satu jenis ulat sutera yang juga memberikan keuntungan ekonomis karena mampu menghasilkan benang sutera. Ulat sutera memiliki bentuk tubuh yang berwarna putih. Ulat sutera dapat melakukan molting (berganti kulit) pada saat memasuki instar baru. Larva ulat sutera mempunyai tanduk anal yang pendek dan memakan daun murbei (Morus

sp.) (Borror 1992).

MATERI DAN METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2014 sampai dengan Oktober 2014. Pemeliharaan ulat sutera liar Attacus atlas dilaksanakan di Laboratorium Metabolisme Bagian Fisiologi Departemen Anatomi Fisiologi dan Farmakologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. Pengamatan dan identifikasi bakteri dilaksanakan di Laboratorium Bakteriologi Bagian Mikrobiologi Medis Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah imago ulat sutera liar

(42)

5 yakni agar darah, MacConkey Agar (MCA) dan trypticase soy agar (TSA). Media untuk mengidentifikasi bakteri yakni Indol, Triple Sugar Iron Agar (TSIA), Oksidase, Urea, Simmon’s citrate Agar, Voges-proskauer (VP) dan kaldu

gula-gula (glukosa, sukrosa, manitol, maltosa, dan laktosa). Bahan-bahan untuk pewarnaan Gram yakni kristal violet, lugol, aseton alkohol, safranin, dan alkohol 70%.

Alat yang digunakan pada penelitian kali ini adalah kandang kasa berukuran 50 cm x 50 cm x 50 cm, alat bedah minor seperti pinset, gunting dan scalpel, ose, needel, korek api, cawan petri, pipet, mikropipet, pembakar bunsen, inkubator, tabung reaksi, botol kaca 5 ml, tabung evendorf, mikroskop cahaya, pensil, kertas label, lemari pendingin dan kamera.

Prosedur Penelitian

Pengambilan dan penyimpanan kokon

Pengambilan kokon ulat sutera Attacus atlas dilakukan diperkebunan teh PTPN VIII Panleujar kabupaten Purwakarta provinsi Jawa Barat. Kokon dibawa ke Lab. Metabolisme kemudian disimpan dalam kandang kasa berukuran 50 cm X 50 cm X 50 cm. Pemisahan antara kokon betina dan jantan dilakukan dengan cara membuka kokon dan melihat bakal antena pada pupa, antena yang besar akan menjadi imago jantan, sedangkan antena yang kecil akan menjadi imago betina. Pengambilan kloaka

Sampel diambil dari 5 ekor imago betina A. atlas. Imago betina A. atlas

dimasukkan ke dalam freezer selama 60 menit agar imago mati. Dilakukan nekropsi pada imago menggunakan alat bedah minor yang sebelumnya telah disterilkan. Pengambilan kloaka dilakukan menggunakan pinset steril lalu dimasukkan ke dalam botol kaca yang berisi aquades steril 2 ml.

Isolasi bakteri

Sampel yang telah disiapkan diambil menggunakan ose dan dibiakkan ke dalam agar darah dan MacConkey Agar (MCA) dengan tehnik goresan T. Agar yang telah diinokulasi dengan sampel dimasukkan ke dalam inkubator selama 24 jam dengan suhu 370C. Setelah itu, koloni yang tumbuh dilakukan pengamatan dan pencatatan koloninya. Setiap bentuk koloni berbeda yang terpisah dibiakkan kembali ke agar miring trypticase soy agar (TSA) dan diberikan label agar tidak terjadi kekeliruan. Agar miring yang telah dibiakkan dimasukkan ke dalam inkubator selama 24 jam dengan suhu 370C.

Pewarnaan Gram

(43)

6

atas rak kaca objek. Ditetesi kristal violet dan didiamkan selama satu menit. Dicuci dengan aquades. Ditetesi lagi dengan lugol pada kaca objek dan didiamkan selama satu menit dan dicuci dengan aquades. Kemudian, ditetesi dengan larutan pemucat (aseton alkohol)selama 10 detik, kemudian dicuci lagi dengan aquades. Terakhir, ditetesi dengan safranin selama 10-20 detik lalu dicuci dengan aquades hingga bersih. Dikeringkan kaca objek dengan kertas saring lalu diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 1000x dengan bantuan minyak emersi dan ditentukan sifat Gramnya. Bakteri Gram positif akan berwarna ungu sedangkan bakteri Gram negatif akan terlihat berwarna merah. Jika koloni bakteri yang terlihat belum murni, maka dilakukan kembali isolasi pada agar darah maupun MCA dengan goresan T. Apabila hasil dari pewarnaan Gram tidak meyakinkan, dapat dilakukan Uji KOH 3% untuk menentukan sifat Gramnya. Jika pada hasil uji terlihat massa gelatin berupa benang-benang halus ketika diangkat menggunakan ose artinya sampel merupakan bakteri Gram negatif. Identifikasi Gram positif dan Gram negatif dapat dilihat dari Gambar 2 dan Gambar 3.

(44)

7

Gambar 3 Diagram identifikasi bakteri Gram negatif (Bergey dan Breed 1994; Lay 1994)

Identifikasi bakteri

Isolat dikeluarkan dari lemari pendingin dan dihangatkan dulu dalam inkubator selama beberapa menit. Ose dibakar terlebih dahulu pada api bunsen sampai terlihat merah, didinginkan beberapa saat lalu disentuhkan dengan isolat yang telah disiapkan kemudian ditanam ke setiap media identifikasi seperti indol,

tripel sugar iron agar (TSIA), oksidase, urea, Simmon’s citrate agar, voges -proskauer (VP) serta kaldu gula-gula yang terdiri atas glukosa, sukrosa, manitol, maltosa dan laktosa Setelah itu, dimasukkan ke dalam inkubator selama 24 jam pada suhu 370C.

Analisis Data Analisis data menggunakan metode deskripsi.

Bakteri Gram Negatif

Batang

(+)

Nonenterobakteriaceaae

Pseudomonas

Aeromonas Vibrio

(-)

Enterobakteriaceae

Laktosa positif Laktosa Negatif

Kokus

Neisseria

Pewarnaan Zielhl Neelsen Uji oksidase

MacConkey Agar

TSIA Indol Sitrat MRVP

(45)

8 makroskopik pada Agar darah dan MCA dari 5 sampel yang digunakan. Hasilnya terdapat beberapa koloni berbeda dari setiap sampel yang disajikan pada Tabel 2 dan Tabel 3.

Tabel 2 Hasil pengamatan morfologi koloni yang tumbuh pada media Agar darah

Parameter Agar Darah

A.1 B.1 B.2 C.1 C.2 D.1 D.2 E.1 E.2

Ukuran Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Bentuk Bulat Bulat Bulat Bulat Bulat Bulat Bulat Bulat Bulat sampai kelima terdapat dua koloni berbeda. Perbedaan terdapat pada parameter hemolisis, dimana terdapat koloni yang menghasilkan hemolisis dan koloni yang tidak menghasilkan hemolisis. -hemolisis di media menampilkan lingkaran jernih yang jelas di sekitar koloni bakteri karena lisisnya seluruh sel darah merah (Difco Manual1984).

(46)

9 Tabel 3 Hasil pengamatan morfologi koloni yang tumbuh pada media Mac ConkeyAgar

(MCA)

Parameter MCA

A.1 B.1 C.1 C.2 C.3 D.1 D.2 E.1 E.2

Ukuran Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang

Bentuk Bulat Bulat Bulat Bulat Bulat Bulat Bulat Bulat Bulat

Inokulasi pada media MCA terdapat beberapa koloni yang berbeda. Pada sampel 1 dan 2 hanya terdapat 1 koloni. Sampel 3 terdapat 3 koloni dengan perbedaan parameter warna koloni yaitu merah, pinkdengan tepi putih dan putih. Sampel 4 dan 5 terdapat 2 koloni berbeda dengan perbedaan parameter warna yaitu merah dan pink dengan tepi putih.

Gambar 5 Koloni yang terbentuk pada media MCA

(47)

10

Tabel 4 Hasil pengamatan dari agar darah ke TSA

Parameter Agar Darah

Opaque Opaque Opaque Opaque Opaque Opaque Opaque Opaque Opaque

Tabel 5 Hasil pengamatan dari MCA ke TSA Morfologi

Opaque Opaque Opaque Opaque Opaque Opaque Opaque Opaque Opaque

Penanaman koloni ke media agar miring TSA baik dari koloni agar darah maupun dari MCA menghasilkan pertumbuhan yang subur dan seragam.

Pewarnaan Gram

Koloni yang telah tumbuh pada media agar miring dilakukan pewarnaan Gram untuk melihat bentuk, susunan dan sifat Gram. Pewarnaan Gram dilakukan pada setiap koloni dan diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 100x. Bakteri Gram positif akan terlihat berwarna ungu sedangkan bakteri Gram negatif berwarna merah (Lay 1994). Hasil pengamatan mikroskopis pada setiap koloni dengan pewarnaan Gram disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Hasil pengamatan mikroskopis pada koloni yang berasal dari agar darah Morfologi

Susunan Tunggal Berantai Berantai Berantai Berantai Berantai Berantai Tunggal Berantai

Gram Negatif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Negatif Positif

Spora + + + + + + +

Dari pengamatan mikroskopis terdapat dua morfologi yang berbeda yakni batang dan batang halus. Dua bakteri gram negatif yakni A.1 dan E.1 memiliki susunan tunggal, sedangkan bakteri Gram Positif yakni B.1, B.2, C.1, C.2, C.3, D.1, D.2, dan E.2 memiliki susunan berantai.

Tujuh sampel yang menghasilkan Gram positif dan memperlihatkan bentuk batang dan berspora pada pengamatan mikroskopis. Berdasarkan diagram alir identifikasi bakteri oleh Bergey dan Breed (1994); Lay (1994), dapat disimpulkan 7 sampel tersebut merupakan genus Bacillus sp.. Menurut Wongsa dan Werukhamkul (2007), Bacillus sp. merupakan bakteri berbentuk batang, bersifat Gram Positif. Bacillus sp.juga menghasilkan spora yang merupakan ciri khas bakteri ini.

(48)

11 dapat dijumpai di tanah dan di air. Pada penelitian Anand et al. (2010), Bacillus

sp. di temukan pada larva instar ke lima dan merupakan flora normal pada

Bombyx mori. Bakteri yang terdapat pada tahap larva ini diduga bertahan dan menyebar dalam tubuh A. atlas hingga imago karena menurut Keynan dan Sandler (1983), Bacillus sp. mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap faktor kimia dan fisika, seperti suhu ekstrim, alkohol, dan sebagainya.

Dari pengamatan mikroskopis pada koloni yang berasal dari MCA di dapatkan 2 bentuk morfologi yakni batang halus dan batang yang didominasi bentuk batang. Susunan tidak terdapat perbedaan yakni tunggal. Sifat Gram juga tidak terdapat perbedaan yakni negatif karena media MCA menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif (Lay 1994). Hasil pengamatan mikroskopis dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Hasil pengamatan mikroskopis pada koloni yang berasal dari MCA Morfologi

Susunan Tunggal Tunggal Tunggal Tunggal Tunggal Tunggal Tunggal Tunggal Tunggal

Gram Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif

Identifikasi Bakteri

Lima koloni yang berbeda pada pengamatan makroskopis maupun mikroskopis dipilih untuk selanjutnya dilakukan identifikasi bakteri menggunakan uji biokimia. Uji biokimia hanya dilakukan pada isolat yang bersifat Gram negatif. Lima koloni yang dipilih yakni 2 sampel berasal dari agar darah yang menghasilkan hemolisis (A.1) dan yang tidak mengalami hemolisis (E.1). 3 sampel lainnya berasal dari MCA yaitu koloni yang berwarna merah (C.1), pink dengan tepi putih (C.2) dan putih (C.3).

Tabel 8 Hasil uji Indol, TSIA, Oksidase, Urea, Sitrat dan VP

Koloni Indol Motilitas TSIA Oksidase Urea Sitrat VP

(49)

12

Enterobactericeaedilakukan uji lain yaitu uji TSIA, uji Indol, uji Sitrat, uji Urea dan fermentasi karbohidrat serta uji VP sebagai tambahan (Lay 1994).

Gambar 6 Uji Oksidase

Uji TSIA berperan untuk melihat kemampuan bakteri dalam memfermentasi karbohidrat serta kemampuan menghasilkan H2S dan gas (MacFaddin2000). Hasil uji TSIA dapat dilihat pada Tabel 7. Uji TSIA dari 2 isolat yakni isolat A.1 dan E.1 menghasilkan slant asam dan butt asam dengan gas positif dan tidak menghasilkan H2S. Hasil tersebut mengarah pada 8 bakteri yakni Aeromonas sp.,

E. Coli, Klebsiella pneumoniae, Citrobacter intermedius, Proteus rettgeri, Serratia sp. dan Erwinia herbicola(Jang et al 1976). Uji TSIA pada 3 isolat (C.1, C.2, dan C.3) lainnya menghasilkan slant basa dan butt basa dengan gas positif dan tidak menghasilkan H2S. Hasil ini mengarah pada 5 genus bakteri yakni

Alcaligenes sp., Bordetella sp., Pseudomonas sp., Flavobacterium sp. dan

Chromobacterium sp (Jang et al. 1976).

Gambar 7 Uji TSIA

(50)

13 hasil ini, isolat A.1 dan E.1 mengarah pada Aeromonas sp. dan E. Coli (Jang et al

1976). Isolat C.1, C.2 dan C.3 mengarah pada Alcaligenes sp., Pseudomonas sp.,

Flavobacterium sp. dan Chromobacterium sp. (Jang et al. 1976).

Gambar 8 Uji Urea

Setelah uji Urea, dilakukan uji indol berfungsi untuk melihat kemampuan bakteri dalam memecah asam amino tryptophan menggunakan enzim

tryptophanase (Isenberg dan Sundheim 1958). Hasil uji indol dapat dilihat pada tabel 7. Hasil negatif dari uji indol pada isolat A.1 dan E.1 mengarah pada

Aeromonas sp. (Jang et al 1976). Hasil negatif juga ditemukan pada isolat C.1, C.2 dan C.3 yang mengarah pada Alcaligenes sp., Pseudomonas sp. dan

Chromobacterium sp. (Jang et al. 1976).

Gambar 9. Uji Indol

Uji Sitrat berfungsi untuk mendeteksi kemampuan bakteri dalam menggunakan sitrat sebagai sumber karbon tunggal dan energi (MacFaddin2000). Uji sitrat menghasilkan hasil positif pada semua isolat. Isolat A.1 dan E.1 masih mengarah Aeromonas sp. sedangkan isolat C.1, C.2 dan C.3 mengarah ke genus

(51)

14

Gambar 10 Uji Sitrat

Uji VP merupakan uji tambahan yang dilakukan. Uji ini dilakukan untuk mendeteksi adanya butylene glycol yang diproduksi bakteri(Madigan dan Martinko2008). Menurut Spring (2009), isolat A.1 dan E.1 menghasilkan hasil negatif mengarah ke genus Aeromonas sp.. Pada sampel C.1, C.2 dan C.3 menghasilkan hasil positif pada uji VP yang mengarah pada genus Pseudomonas

sp.

Gambar 11 Uji VP

(52)

15 Tabel 9 Hasil uji kaldu gula-gula

Koloni Uji Karbohidrat

Sukrosa Laktosa Glukosa Manitol Maltosa A.1

(BA)

Asam/Gas Asam/Gas Asam/Gas Asam/Gas Asam/Gas

E.1 (BA)

Asam/Gas Asam/Gas Asam/Gas Asam/Gas Asam/Gas

C.1 (MCA)

Asam/Gas Basa/Gas Asam/Gas Asam/Gas Asam/Gas

C.2 (MCA)

Asam/Gas Basa/Gas Asam/Gas Asam/Gas Asam/Gas

C.3 (MCA)

Asam/Gas Basa/Gas Asam/Gas Asam/Gas Asam/Gas

Gambar 12 Hasil uji kaldu gula-gula

Gambar

Gambar 1  Siklus hidup Attacus atlas (sumber: Peigler 1989)
Gambar 2  Diagram identifikasi bakteri Gram positif (Bergey dan Breed 1994; Lay 1994)
Gambar 3 Diagram identifikasi bakteri Gram negatif (Bergey dan Breed 1994; Lay 1994)
Gambar 4 Koloni � hemolitik pada media Agar darah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Morfometri yang diteliti dalam penelitian ini adalah sayap ( bentangan dan panjangnya), kepala, toraks dan abdomen (panjang dan lebar) serta panjang badan total..

Pakan Uji yang digunakan Pada Pemeliharaan Ulat Sutera Liar Attacus atlas. Pakan sangat penting dalam usaha ternak apapun termasuk

Dari paparan di atas dapat diambil beberapa kesimpulan bahwa (1) domestikasi Attacus atlas akan membawa banyak manfaat karena merubah perilaku liar menjadi jinak;

Periode instar I yang diberi daun kenari lebih singkat dibandingkan larva yang memakan daun jambu biji hal ini sesuai dengan tingkat konsumsi, kecernaan pakan

Daya tahan hidup (umur) sperma baik yang disimpan pada suhu kamar maupun suhu dingin sama dengan daya tahan hidup imagoA. Hal ini berarti bahwa sperma masih hidup

Morfometri yang diteliti dalam penelitian ini adalah sayap ( bentangan dan panjangnya), kepala, toraks dan abdomen (panjang dan lebar) serta panjang badan total..

Terdapat tiga jenis kapang dari larva instar keenam yaitu, Aspergillus fumigatus , Aspergillus flavus, dan Fusarium dimerum .Kapang yang bersifat patogen oportunistik bagi

(2013) yang menyatakan jumlah telur dari hasil perkawinan 6, 12 dan 24 jam tidak berbeda nyata, sehingga imago jantan dapat dimanfaatkan untuk perkawinan selanjutnya Semakin