• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku Ibu dalam Penatalaksanaan Rehidrasi Oral pada Balita Diare yang Berada di Rumah di Kelurahan Siringo-Ringo Labuhanbatu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perilaku Ibu dalam Penatalaksanaan Rehidrasi Oral pada Balita Diare yang Berada di Rumah di Kelurahan Siringo-Ringo Labuhanbatu"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

PERILAKU IBU DALAM PENATALAKSANAAN

REHIDRASI ORAL PADA BALITA DIARE

YANG BERADA DI RUMAH

DI KELURAHAN SIRINGO–RINGO LABUHANBATU

SKRIPSI

Oleh

Kartika Sari

081121021

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Judul : Perilaku Ibu dalam Penatalaksanaan Rehidrasi Oral pada Balita Diare yang Berada di Rumah di Kelurahan Siringo-Ringo Labuhanbatu

Nama Mahasiswa : Kartika Sari NIM : 081121021

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun Akademik : 2009

Tanggal Lulus :

Pembimbing Penguji I

……… ... Lufthiani, S.Kep, Ns Siti Zahara Nasution S.Kp, MNS NIP. 19710305 200112 2 001

Penguji II

... Farida Linda Sari Siregar, M.Kep NIP. 19780320 200501 2 003

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara telah menyetujui Skripsi ini sebagai bagian dari persyaratan kelulusan Sarjana Keperawatan (S.Kep).

Medan, Desember 2009 Pembantu Dekan I

(3)

Prakata

Bismillahirahmanirrahim

Alhamdullillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas skripsi yang berjudul “ Perilaku Ibu dalam Penatalaksanaan Rehidrasi Oral pada Balita

Diare yang Berada di Rumah di Kelurahan Siringo-ringo Labuhanbatu” yang merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

Selama proses penulisan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dr.Dedi Ardinata, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan USU dan Ibu Erniyati, Skp, MNS selaku Pembantu Dekan I,

2. Ibu Lufthiani, S.Kep.Ns, selaku dosen pembimbing skripsi dan Pembimbing Akademik.

3. Ibu Siti Zahara Nasution, SKp, MNS selaku Penguji II dan Ibu Farida

Linda Sari Siregar, S.Kep, Ns, M.Kep selaku penguji III.

4. Orang tua saya H. Muhammad Efendi dan Hj. Siti Fatimah Syam. Terima

kasih atas segala pengorbanan dan perjuangan ayahanda dan ibunda, setiap tetesan keringat telah menjadikan motivasi dan dorongan kuat dalm menggapai kesuksesan ananda, serta sentuhan kasih sayang dan doa

(4)

5. Terima kasih juga kepada abang, kakak dan adik saya M. Asri, Miana Efendi, Spd, M. Chandra, SH dan Rini Efendi atas support, semangat yang

selalu kalian berikan.

6. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada sahabat-sahabatku Eka, Fauziah, Sri, Fitri, Zakiah, Fika, Dani, Wak Genk, dan teman-teman FKep

08 Jalur B semoga kita tetap menjadi sahabat selamanya dan terima kasih atas kebersamaannya, support serta semangat yang selalu kalian berikan.

Kiranya Tuhanlah yang akan membalas setiap kebaikan semua pihak yang telah menolong penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Medan, Desember 2009

(5)

DAFTAR ISI

2.1 Pengertian Perilaku Kesehatan ... 17

2.2 Domain Perilaku ... 20

3. Perilaku ibu dalam penatalaksanaan rehidrasi oral pada balita diare ... 23

(6)

3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian ... 35

1.1. Deskripsi Karakteristik Responden ... 35

1.2. Gambaran Pengetahuan Ibu dalam Penatalaksanaan Rehidrasi Oral pada Balita diare di rumah ... 37

1.3. Tingkat Pengetahuan dalam Penatalaksanaan Rehidrasi Oral pada Balita Diare di Rumah ... 39

1.4. Gambaran Sikap Ibu dalam Penatalaksanaan Rehidrasi Oral pada Balita Diare di Rumah ... 40

1.5. Tingkat Sikap Ibu dalam Penatalaksanaan Rehidrasi Oral pada Balita Diare di Rumah ... 42

1.6. Gambaran Tindakan Ibu dalam Penatalaksanaan Rehidrasi Oral pada Balita Diare di Rumah ... 43

1.7. Tingkat Tindakan Ibu dalam Penatalaksanaan Rehidrasi Oral pada Balita Diare di Rumah ... 45

2. Pembahasan ... 46

2.1. Gambaran Pengetahuan Ibu dalam Penatalaksanaan Rehidrasi Oral pada Balita Diare di Rumah ... 46

2.2. Gambaran Sikap Ibu dalam Penatalaksanaan Rehidrasi Oral pada Balita Diare di Rumah ... 48

2.3. Gambaran Tindakan Ibu dalam Penatalaksanaan Rehidrasi Oral Pada Balita Diare di Rumah ... 51

(7)

DAFTAR SKEMA

Halaman Kerangka konsep penelitian ibu dalam penatalaksanaan rehidrasi oral

pada balita diare yang berada di rumah di Kelurahan Siringo-Ringo

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Derajat dehidrasi berdasarkan kehilangan berat badan ... 7

Tabel 2. Derajat dehidrasi berdasarkan gejala klinis ... 8

Tabel 3. Kebutuhan oralit per kelompok umur ... 12

Tabel 4. Jumlah oralit yang diberikan pada 3 jam pertama ... 13

Tabel 5. Jenis makanan saat balita diare ... 15

Tabel 1.1. Deskripsi karakteristik ibu di Kelurahan Siringo-ringo Kabupaten Labuhanbatu bulan Oktober-November 2009 (n= 54) ……….. 37

Tabel 1.2. Distribusi frekuensi pengetahuan ibudalam penatalaksanaan rehidrasi oral pada balita diare di rumah di Kelurahan Siringo-Ringo Kabupaten Labuhanbatu ……….. 39

Tabel 1.3. Tingkat pengetahuan ibudalam penatalaksanaan rehidrasi oral pada balita diare di rumah di Kelurahan Siringo-Ringo Kabupaten Labuhanbatu ………... 41

Tabel 1.4 Distribusi frekuensi sikap ibudalam penatalaksanaan rehidrasi oral pada balita diare di rumah di Kelurahan Siringo-Ringo Kabupaten Labuhanbatu ……… 42

Tabel 1.5. Tingkat sikap ibudalam penatalaksanaan rehidrasi oral pada balita diare di rumah di Kelurahan Siringo-Ringo Kabupaten Labuhanbatu ………... 45

Tabel 1.6. Distribusi frekuensi tindakan ibudalam penatalaksanaan rehidrasi oral pada balita diare di rumah di Kelurahan Siringo-Ringo Kabupaten Labuhanbatu ……… 46

(9)

Judul : Perilaku Ibu dalam Penatalaksanaan Rehidarsi Oral pada Balita Diare yang Berada di Rumah di Kelurahan Siringo-Ringo Kabupaten Labuhanbatu

Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, dengan konsisten feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah. Bahaya utama diare adalah dehidrasi karena tubuh banyak kehilangan air dan garam yang terlarut, sehingga bisa menyebabkan kematian. Karena bahaya diare terletak pada dehidrasi maka penanggulangannya dengan cara mencegah dehidrasi. Maka dari itu ibu harus segera memberikan terapi rehidrasi oral. Rehidrasi oral adalah upaya menggantikan cairan tubuh yang keluar bersama tinja dan cairan yang memadai. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran dan tingkat perilaku ibu dalam penatalaksanaan rehidrasi oral pada balita diare yang berada di rumah di Kelurahan Siringo – Ringo Kabupaten Labuhanbatu. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling

dengan sampel 54 orang ibu yang berusia dari >20 tahun. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Oktober - November 2009.instrumen penelitian menggunakan kuisioner pengetahuan, sikap, dan tindakan ibu dalam penatalaksanaan rehidrasi oral pada balita diare yang berada di rumah. Metode analisis menggunakan komputerisasi dan dideskriptisikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase.

Untuk data demografi: mayoritas usia 30-34 tahun (n=21, 38.9%), Pendidikan SMA (n=39, 72,2%). Berdasarkan analisa statistik, hasil menunjukkan bahwa sebagian besar ibu memiliki pengetahuan yang baik (n=40, 74,1%), (n=33, 61,1%) memiliki sikap baik, dan (n=40, 74,1%) memiliki tindakan yang baik pula. Jadi berdasarkan hasil di atas jelas bahwa sebagian besar ibu mempunyai perilaku yang baik dalam penatalaksanaan rehidrasi oral, perilaku ini bukan hanya dikaitkan dengan latar belakang pendidikan yang dimiliki ibu, tetapi juga informasi kesehatan yang didapatkan ibu.

(10)

Judul : Perilaku Ibu dalam Penatalaksanaan Rehidarsi Oral pada Balita Diare yang Berada di Rumah di Kelurahan Siringo-Ringo Kabupaten Labuhanbatu

Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, dengan konsisten feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah. Bahaya utama diare adalah dehidrasi karena tubuh banyak kehilangan air dan garam yang terlarut, sehingga bisa menyebabkan kematian. Karena bahaya diare terletak pada dehidrasi maka penanggulangannya dengan cara mencegah dehidrasi. Maka dari itu ibu harus segera memberikan terapi rehidrasi oral. Rehidrasi oral adalah upaya menggantikan cairan tubuh yang keluar bersama tinja dan cairan yang memadai. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran dan tingkat perilaku ibu dalam penatalaksanaan rehidrasi oral pada balita diare yang berada di rumah di Kelurahan Siringo – Ringo Kabupaten Labuhanbatu. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling

dengan sampel 54 orang ibu yang berusia dari >20 tahun. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Oktober - November 2009.instrumen penelitian menggunakan kuisioner pengetahuan, sikap, dan tindakan ibu dalam penatalaksanaan rehidrasi oral pada balita diare yang berada di rumah. Metode analisis menggunakan komputerisasi dan dideskriptisikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase.

Untuk data demografi: mayoritas usia 30-34 tahun (n=21, 38.9%), Pendidikan SMA (n=39, 72,2%). Berdasarkan analisa statistik, hasil menunjukkan bahwa sebagian besar ibu memiliki pengetahuan yang baik (n=40, 74,1%), (n=33, 61,1%) memiliki sikap baik, dan (n=40, 74,1%) memiliki tindakan yang baik pula. Jadi berdasarkan hasil di atas jelas bahwa sebagian besar ibu mempunyai perilaku yang baik dalam penatalaksanaan rehidrasi oral, perilaku ini bukan hanya dikaitkan dengan latar belakang pendidikan yang dimiliki ibu, tetapi juga informasi kesehatan yang didapatkan ibu.

(11)

BAB 1

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi

dan lebih dari 3 kali pada anak, dengan konsisten feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah (Ngastiyah, 1997). Hal ini

karena secara fisiologis sistem pencernaan pada balita belum cukup matur (organ-organnya belum matang), sehingga rentan sekali terkena penyakit saluran pencernaan. Penyakit saluran pencernaan ini dapat disebabkan oleh virus, bakteri

dan amoeba atau parasit melalui makanan yang masuk ke dalam tubuh dan juga mal absorpsi serta alergi zat makanan tertentu (Markum, 1998). Gejala penyerta

lain dari diare pada anak balita biasanya ditandai dengan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, nafsu makan menurun sampai tidak ada nafsu makan. Muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare karena lambung turut

meradang akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit (Ngastiyah, 1997).

Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan utama pada anak khususnya terjadi di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. I Wayan Widaya mengatakan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004,

angka kematian akibat diare 23 per 100 ribu penduduk dan pada balita 75 per 100 ribu balita. Jumlah kasus diare yang dilaporkan sebanyak 10.980 dan 277

(12)

Kesehatan (Dinkes) Sumut mencatat angka penderita diare 168.072 orang. Jumlah kematian akibat penyakit diare enam orang. Penderita diare terbanyak se-Sumut

terdapat di Kota Medan dengan jumlah 38.012 orang. Daerah terbanyak kedua penderita diare terdapat di Kabupaten Simalungun sebanyak 22.438 orang dan kemudian Kabupaten Labuhan Batu sebanyak 14.913 orang (Rosdiana, 2006).

Sementara itu data yang didapat dari Puskesmas Kota Rantauprapat Kecamatan Rantau Utara di Kelurahan Siringo-ringo terdapat 288 orang terkena diare pada

tahun 2008 dari 540 balita (Basaria, Puskesmas Kota Rantau Utara).

Bahaya utama diare adalah dehidrasi karena tubuh banyak kehilangan air dan garam yang terlarut, sehingga bisa menyebabkan kematian. Karena bahaya

diare terletak pada dehidrasi maka penanggulangannya dengan cara mencegah dehidrasi dan rehidrasi intensif. Rehidrasi adalah upaya menggantikan cairan

tubuh yang keluar bersama tinja dan cairan yang memadai melalui oral dan parenteral (Anonim,1985, dalam Harianto, 2004). Pemerintah Indonesia telah berusaha meningkatkan program pengawasan diare dengan melakukan berbagai

upaya penanggulangan, diantaranya dengan mengembangkan larutan rehidrasi oral sesuai dengan anjuran WHO yang terdiri dari elektrolit, glukosa, yang lebih

murah dan efektif untuk mengatasi dehidrasi non kholera (Depkes RI, 1993). Untuk itu peran ibu menjadi sangat penting karena di dalam merawat anaknya ibu seringkali berperan sebagai pelaksana dan pembuat keputusan dalam

pengasuhan anak, yaitu dalam hal memberi makan, memberi perawatan kesehatan dan penyakit, memberi stimulasi mental. Dengan demikian bila ibu berperilaku

(13)

pengasuhan, diharapkan dapat memberikan pencegahan dan pertolongan pertama pada diare dengan baik (Titi Sularyo dkk, 1984 dalam Hartaniyah, 2004).

Hasil Survei Nasional tentang Morbiditas Diare dan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku (2000), diketahui 91,2 % masyarakat mengetahui tentang rehidrasi penderita saat diare, 90 % mengetahui tentang tanda bahaya diare, sebagian tahu

tentang manfaat oralit (94,6 %) akan tetapi sebagian besar (49,3 %) tidak mau menggunakan oralit sebagai cairan rehidrasi di rumah tangga.

Peneliti akan melakukan penelitian di Kelurahan Siringo-Ringo dengan jumlah penduduk ± 7.589 jiwa, dan mempunyai 8 lingkungan yaitu: Cut Nyak Dien, Pelita I, Pemancar, Aek Siranda, Tenis, Maraton, Pondok (PT.

Siringo-Ringo), dan Kampung Tali. Adapun alasan pemilihan lingkungan ini karena letak geografisnya, daerah ini tidak dekat daerah kota dan sebagian besar masyarakat

disini masih menggunakan air sungai untuk mandi dan untuk minum karena belum mampu menggunakan air PAM. Hasil survei pendahuluan yang dilakukan peneliti kepada 7 orang ibu yang berada di kelurahan Siringo-ringo, telah didapat

bahwa 5 orang ibu tidak mengetahui cara pembuatan oralit maupun larutan gula garam dan mereka tidak pernah memberikan oralit pada balitanya ketika diare.

Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa penulis tertarik untuk melakukan penelitian menganai “Perilaku ibu dalam penatalaksanaan rehidrasi oral pada balita diare yang berada di rumah di Kelurahan Siringo – ringo

(14)

2. PERTANYAAN PENELITIAN

2.1. Bagaimana pengetahuan ibu dalam penatalaksanaan rehidrasi oral pada balita

diare yang berada di rumah

2.2. Bagaimana sikap ibu dalam penatalaksanaan rehidrasi oral pada balita diare yang berada di rumah

2.3. Bagaimana tindakan ibu dalam penatalaksanaan rehidrasi oral pada balita diare yang berada di rumah

3. TUJUAN PENELITIAN

3.1. Mengidentifikasi pengetahuan ibu dalam penatalaksaan rehidrasi oral pada

balita diare yang berada di rumah

3.2. Mengidentifikasi sikap ibu dalam penatalaksaan rehidrasi oral pada balita

diare yang berada di rumah

3.3. Mengidentifikasi tindakan ibu dalam penatalaksaan rehidrasi oral pada balita diare yang berada di rumah

4. MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi bagi pengembangan praktek keperawatan, pendidikan keperawatan dan penelitian yang akan datang. 4.1. Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini di harapakan menjadi bahan masukan bagi disiplin ilmu keperawatan dalam mengembangkan keilmuan khususnya ilmu

(15)

para mahasiswa ilmu keperawatan dapat mengetahui penatalaksanaan rehidrasi oral pada balita diare, serta perannya sebagai seorang perawat

yaitu memberikan pendidikan kesehatan, mempromosikan dan pencegahan (preventif) dehidrasi pada anak

4.2. Praktek Keperawatan

Sebagai sumber informasi bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan atau pendidikan kesehatan kepada orang tua terutama ibu

yang mendampingi anaknya selama anaknya menderita dehidrasi 4.3. Penelitian Keperawatan

Dapat digunakan sebagai sumber informasi dan penelitian ini diharapkan

dapat digunakan sebagai dasar bagi pengembangan penelitian tentang perilaku ibu dalam penatalaksanaan rehidrasi oral pada balita diare yang

(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. DIARE

1.1. Defenisi Diare

Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, dengan konsisten feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah (Ngastiyah, 1997).

Secara epidemiologi diare didefenisikan sebagai keluarnya tinja yang lunak atau cair tiga kali atau lebih dalam satu hari. Diare adalah penyebab penting

kekurangan gizi, ini disebabkan karena adanya anoreksia pada penderita diare sehingga anak makan lebih sedikit dari pada biasanya dan kemampuan menyerap sari makanan juga berkurang, padahal seharusnya kebutuhan sari makanannya

meningkat akibat dari adanya infeksi. Setiap episode diare menyebabkan kekurangan gizi, sehingga bila episodnya berkepanjangan dampak negatif

terhadap pertumbuhan akan meningkat (DITJEN, PPM & PLP 1999).

1.2. Faktor Penyebab Diare

Menurut Ngastiyah (1997) penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor antar lain:

1.2.1. Faktor Infeksi

Infeksi internal terdiri dari; (1) Infeksi bakteri; Vibrio, E.Coli, salmonella, campylobacter, yersinia, aeromonas, dan sebagainya. (2) Infeksi virus;

(17)

Astrovirus, dan lain-lain. (3) Infeksi paratisit; Cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyiuris, Strongyloides); protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia tamblia, Trichomonas hominis) dan jamur (Candida albicans). Infeksi parenteral ialah

infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti: Otitis media akut, tonsillitis, bronkopneumoni, ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada

bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun. 1.2.2. Faktor malabsorbsi

Malabsorbsi karbohidrat: Disakarida (intoleransi laktosa, maltosa, dan sukrosa); monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering intoleransi laktosa. Malabsorbsi lemak,

dan malabsorbsi protein. 1.2.3. Faktor makanan

Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan. Diare dapat disebabkan oleh intoksikasi makanan, makanan pedas, makanan yang mengandung bakteri atau toksin. Alergi terhadap makanan tertentu seperti susu sapi.

1.3. Klasifikasi Diare

Menurut Ellis et el (1973) dalam Suharyono (2008) klasifikasi diare berdasarkan lama waktu diare terdiri dari diare akut, dan diare kronis. 1) Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak atau sewaktu-waktu, berlangsung

kurang dari 14 hari, dengan pengeluaran tinja lunak atau cair yang dapat atau tanpa disertai lendir dan darah. 2) Diare kronis adalah diare hilang-timbul, atau

(18)

gluten atau gangguan metabolisme yang menurun, lama diare kronik lebih dari 30 hari.

1.4. Akibat Diare 1.4.1. Dehidrasi

Pada diare akut dehidrasi merupakan gejala yang segera terjadi akibat

pengeluaran cairan tinja yang berulang-ulang Menurut DITJEN, PPM & PLP (1999) dehidrasi terjadi karena kehilangan air lebih banyak dari pada pemasukan

air. Derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan kehilangan berat badan dan gejala klinis. Berdasarkan kehilangan berat badan, apabila berat air kurang dari 5 % berat badan, maka dehidrasinya bersifat ringan dan satu – satunya gejala dehidrasi

yang jelas ialah haus. Bila defisit melebihi 5 % berat badan, penderita mungkin akan sangat haus. Hilangnya cairan dalam rongga ekstrasel mengakibatkan turgor

kulit berkurang, ubun-ubun dan mata cekung, serta mukosa kering. Defisit cairan 5-10 % berat badan mengakibatkan dehidrasi sedang, sedangkan defisit cairan 10 % atau lebih disebut dehidrasi berat (Dell, 1973 dalam Suharyono, 2008).

Derajat dehidrasi menurut kehilangan berat badan, diklasifikasikan menjadi tiga, dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel 1. Derajat dehidrasi berdasarkan kehilangan berat badan

Derajat dehidrasi Penurunan berat badan

Tidak dehidrasi < 5 %

Dehidrasi ringan sedang 5-10 %

(19)

Derajat dehidrasi berdasarkan gejala klinisnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2. Derajat dehidrasi berdasarkan gejala klinis

Penilaian A B C

Keadaan umum Baik, sadar Gelisah, rewel Lesu, tidak sadar

Mata Normal Cekung Sangat cekung

Air mata Ada Tidak ada Tidak ada

Mulut, lidah Basah Kering Sangat kering

Rasa haus Minum seperti

biasa

Kembali cepat Kembali lambat Kembali sangat lambat

Hasil pemeriksaan Tanpa dehidrasi Dehidrasi ringan/ sedang Keadaan umum Baik, sadar Gelisah, rewel Lesu, tidak sadar

1.4.2. Gangguan keseimbangan asam-basa

Gangguan keseimbangan asam basa yang biasa terjadi adalah metabolik asidosis. Metabolik asidosis ini terjadi karena kehilangan Na-bikarbonat bersama

tinja, terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan, produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh

(20)

1.4.3. Hipoglikemia

Pada anak-anak dengan gizi cukup/baik, hipoglikemia ini jarang terjadi,

lebih sering terjadi pada anak yang sebelumnya sudah menderita kekurangan kalori protein (KKP). Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah

menurun sampai 40 mg % pada bayi dan 50 mg % pada anak-anak. Gejala hipoglikemia tersebut dapat berupa : lemas, apatis , tremor, berkeringat, pucat,

syok, kejang sampai koma.

1.4. 4. Gangguan gizi

Sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi dengan akibat terjadinya penurunan berat badan dalam waktu yang singkat. Hal ini disebabkan karena makanan sering dihentikan oleh orang tua. Walaupun susu diteruskan,

sering diberikan pengenceran. Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena adanya hiperperistaltik.

1.4.5. Gangguan sirkulasi

Gangguan sirkulasi darah berupa renjatan atau shock hipovolemik. Akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan dalam otak, kesadaran menurun dan bila

tidak segera ditolong penderita dapat meninggal.

1.5. Penatalaksanaan

Menurut DITJEN, PPM & PLP (1999) tujuan dalam mengelola dehidrasi yang disebabkan diare adalah untuk mengoreksi kekurangan cairan dan elektrolit

(21)

diarenya berhenti (terapi rumatan). Kehilangan cairan dapat diganti baik secara oral maupun intravena.

1.5.1. Cairan rehidrasi oral

Prinsip yang mendasari URO (upaya rehidrasi oral) telah diterapkan untuk pengembangan campuran glukosa dan elektrolit yang seimbang untuk digunakan dalam pengobatan dan pencegahan dehidrasi, kekurangan kalium, dan kekurangan

basa yang terjadi karena diare. Untuk memenuhi dua tujuan terakhir, kalium dan garam sitrat (bikarbonat) dimasukkan sebagai tambahan terhadap natrium klorida.

Campuran garam dan glukosa ini dinamakan oral rehydration salt (ORS) atau disebut cairan rehidrasi oral (oralit). Bila oralit dicampurkan dalam air, campuran ini disebut larutan oralit. Oralit memiliki kandungan 3,5 gram/L NaCL, 2,5

gram/L Na bikarbonat, 1,5 gramKCL dan 20 gram glukosa. Cairan rehidrasi oral (ORS) tersebut dinamakan cairan rehidrasi oral formula lengkap, disamping itu

terdapat formula tidak lengkap atau formula sederhana atau sering disebut cairan rumah tangga yang hanya mengandung 2 komponen yaitu NaCL dan glukosa atau penggantinya misalnya sukrosa dan merupakan larutan gula garam (LGG).

1.5.2. Cairan rumah tangga (CRT)

Meskipun komposisinya tidak setepat larutan oralit untuk mengobati dehidrasi, cairan lain seperti larutan sup, larutan garam – air kelapa, air tajin,

(22)

cairan dari biasannya. Pemberian makanan juga harus diteruskan. Berikut ini beberapa cairan rumah tangga yang dapat menggantikan oralit :

1. Campurkan 1 gelas (200 ml) air putih, 1 sendok teh besar gula (gula pasir atau gula merah), dan 1 ujung pisau garam dapur.

2. Campurkan 1 gelas (200 ml) air tajin, 1 sendok teh besar gula (gula pasir

atau gula merah), dan satu ujung pisau garam dapur.

3. Campurkan 1 gelas (200 ml) air kelapa dan 1 sendok teh besar gula.

Cairan yang berasal dari makanan paling efektif untuk terapi di rumah jika mengandung beberapa garam, dan kandungan natrium harus sekitar 50 mmol/l. Konsentrasi ini didapat melalui pengenceran 3 gram garam dapur ke dalam 1 liter

air. Bila yang diberikan hanya cairan bebas garam, bila memungkinkan diberikan pula makanan yang mengandung garam. Namun begitu kombinasi ini kurang

efektif dalam pencegahan diare berat. Bayi yang diare harus selalu diteruskan pemberian ASInya. Pemberian ASI pada saat diare merupakan sumber penting air dan nutrisi, sedangkan garam dapat menurunkan volume tinja dan lamanya sakit.

1.5.3. Cara pembuatan dan pemberian oralit

Gunakan gelas, cangkir, atau botol yang bersih. Gunakanlah air minum

baik air putih atau air teh atau susus yang telah dimasak. Kemudian masukkan 1 bungkus oralit , (kecil , kemasan untuk 200 cc) ke dalam 1 gelas (200cc) yang telah berisis air minum tadidan aduk hingga larut betul. Pada prinsipnya berikan

sebanyak anak mau minum. Mula – mula berikan sedikit demi sedikit agar anak jangan muntah. Bila anak muntah, tunggu dengan pemberian oralit selama 5-10

(23)

berikan oralit sebanyak mungkin misalnya 2 gelas. Sebaiknya penderita secepatnya di bawa ke puskesmas atau rumah sakit terdekat untuk di nilai derajat

rehidrasinya oleh petugas kesehatan. Bila tanda-tanda dehidrasi sudah berkurang pemberian cairan dapat dikurangi, misalnya 1 gelas tiap 2 atau 3 jam, sampai diare berhenti. Sebagai pedoman berikan 50 cc per kg berat badan sehari pada dehidrasi

ringan dan 100 cc per kg berat badan sehari pada dehidrasi sedangatau dapat pula setiap kali anak di bawah umur 6 tahun dan 2 gelas oralit untuk anak besar.

1.6. Rencana Pengobatan

Berdasarkan derajat dehidrasi maka terapi pada penderita diare dibagi

menjadi tiga, yakni rencana pengobatan A, B dan C.

1.6.1. Rencana pengobatan A : Rencana pengobatan diare di rumah

Digunakan untuk mengatasi diare tanpa dehidrasi, meneruskan terapi diare di rumah, memberikan terapi awal bila anak terkena diare lagi. Cairan rumah tangga yang dianjurkan seperti oralit, makanan cair (sup, air tajin), air matang.

Gunakan larutan oralit untuk anak seperti dijelaskan dalam tabel berikut :

Tabel 3. Kebutuhan oralit per kelompok umur

Umur Jumlah oralit yang diberikan tiap BAB

Jumlah oralit yang disediakan di rumah

(24)

1.6.2. Rencana pengobatan B

Digunakan untuk mengatasi diare dengan derajat dehidrasi ringan dan sedang, dengan cara ; dalam 3 jam pertama, berikan 75 ml/KgBB. Berat badan

anak tidak diketahui, berikan oralit paling sedikit sesuai tabel berikut:

Tabel 4. Jumlah oralit yang diberikan pada 3 jam pertama

Umur < 1 tahun 1-5 tahun > 5 tahun

Jumlah oralit 300 ml 600 ml 1200 ml

Berikan anak yang menginginkan lebih banyak oralit, dorong juga ibu

untuk meneruskan ASI. Bayi kurang dari 6 bulan yang tidak mendapatkan ASI, berikan juga 100-200 ml air masak. Setelah 3-4 jam, nilai kembali anak menggunakan bagan penilaian, kemudian pilih rencana A, B atau C untuk

melanjutkan pengobatan. 1.6.3. Rencana pengobatan C

Digunakan untuk mengatasi diare dengan derajat dehidrasi berat. Pertama-tama berikan cairan intravena, nilai setelah 3 jam. Jika keadaan anak sudah cukup baik maka berikan oralit. Setelah 1-3 jam berikutnya nilai ulang anak dan pilihlah

rencana pengobatan yang sesuai.

1.7. Diit Pada Balita Diare

(25)

mempengaruhi keadaan gizi anak, maka diperlukan persyaratan diit sebagai berikut:

a. Pasien segera diberikan makanan oral setelah rehidrasi atau keadaan telah memungkingkan, sedapat-dapatnya dilakukan dalam 24 jam pertama. Pemberian makanan secara dini penting untuk mengurangi sekecil

mungkin perubahan keseimbangan protein-kalori.

b. Makanan cukup energi dan protein. Bila terjadi gizi kurang dapat

diberikan diit energi lebih tinggi 25% dari kebutuhan normalnya dan tinggi protein.

c. Pemberian ASI diutamakan pada bayi. Pada anak yang mendapat susu

formula dapat diberikan selang-seling dengan oralit sehingga terjadi pengenceran laktosa di dalam perut

d. Pemberian cairan dan elektrolit sesuai dengan kebutuhan menurut berat badan dan umur

e. Pemberian vitamindan mineral dalam jumlah cukup

f. Makanan yang tidak merangsang (bumbu tajam dan tidak menimbulkan gas dan rendah serat)

g. Makanan diberikan bertahap mulai dengan yang mudah dicerna ke bentuk yang sesuai umur dan keadaan penyakit

h. Makanan diberikan dalam porsi kecil dengan frekuensi sering

(26)

j. Parenteral nutrisi dapat dimulai apabila ternyata dalam 5 hari atau 7 hari masukan nutrisi tidak optimal

Tabel 5. Jenis makanan saat balita diare

Bahan makanan Yang dapat diberikan Yang dilarang Bahan makanan Rebus kentang, lalu haluskan Rebus mie dan makaroni Biskuit dan roti tawar tanpa lemak

Telur direbus atau masak ceplok, atau dadar

Cincang daging rendah lemak dan ayam

Rebus ikan tanpa tulang

Rebus atau tim tahu Rebus atau kukus tempe

Sari sayuran (air kaldu)

Tim, lalu haluskan wortel, labu siam, dan labu kunig sari buah yang manis, kukus pisang lalu haluskan

Tergantung jenis diare:

(27)

Minuman Teh, sirup, dan sari buah

merangsang, seperti lada, cabai dan cuka

Minuman yang mengandung soda dan

alkohol

2. PERILAKU

2.1. Pengertian Perilaku

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Perilaku manusia berasal dari dorongan yang ada dalam diri manusia, sedang dorongan merupakan usaha untuk memenuhi kebutuhan yang

ada dalam diri manusia. Terdapat berbagai macam kebutuhan diantaranya kebutuhan dasar dan kebutuhan tambahan (Purwanto, 1999).

Perilaku kesehatan adalah tindakan seseoranng yang mengerti status kesehatan mereka, mempertahankan setatus kesehatan mereka secara optimal, mencegah sakit dan luka dan mencapai kemampuan fisik dan mental secara

maksimal (Kozier, et al, 1995). Tindakan seperti diet, latihan, perhatian terhadap gejala sakit, mengikuti nasehat pengobatan dan mencegah terjadinya resiko

terhadap kesehatan. Perilaku kesehatan adalah suatu aktivitas yang dilakukan oleh individu yang meyakini dirinya sehat untuk tujuan mencegah penyakit atau mendeteksinya dalam tahap asimtomatik (Klas & Cobb, 1996 dalam Niven,

(28)

Dari batasan tersebut, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi : a. Perilaku pemeliharaan kesehatan (Health maintenance)

Merupakan perilaku atau usaha seseorang untuk memlihara atau menjaga kesehatan untuk tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bila sakit.

b. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan

Merupakan upaya atau tindakam seseorang pada saat menderita penyakit, dimulai dari mengobati sendiri sampai mencari pengobatan ke luar negeri.

c. Perilaku kesehatan lingkungan

Seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun social budaya,sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya. Dengan

kata lain bagaimana seseorang mengelola lingkungan dan memanfaatkan lingkungan dengan baik sangat diperlukan, agar tidak mengganggu kesehatannya

sendiri, keluarga, dan masyarakat.

Becker (1979) dalam Notoatmodjo (2003) membuat klasifikasi lain tentang perilaku kesehatan ini, yaitu :

a. Perilaku hidup sehat

Merupakan perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang

untuk mempertahankan atau meningkatkan kesehatannya. Perilaku ini mencakup makan dengan menu seimbang dengan kualitas makanan dan kualitas makanan terpenuhi sesuai kebutuhan tubuh, olah raga teratur dengan kualitas (gerakan) dan

(29)

cukup dan mampu untuk mengendalikan stress serta gaya hidup yang positif bagi kesehatan

b. Perilaku sakit

Perilaku sakit mencakup respon seseorang terhadap sakit dan penyakit, persepsi terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab dan gejala penyakit,

pengobatan penyakit. Perilaku sakit merupakan aktifitas apapun yang dilakukan individu yang merasa sakit, untuk mendefenisikan keadaan kesehatannya dan

menemukan pengobatan yang tepat. c. Perilaku peran sakit

Mencakup hak dan kewajiban pasien sendiri maupun keluarganya,

perilaku ini meliputi tindakan memperoleh kesembuhan, mengenal dan mengetahui hak untuk memperolah perawatan dan pelayanan kesehatan dan

kewajiban untuk mengobati penyakitnya dan mencegah penularan penyakitnya pada orang lain.

2.2. Domain Perilaku

Bloom (1976), dalam Suliha (2002), mengatakan bahwa aspek perilaku

yang dikembangkan dalam proses pendidikan meliputi tiga ranah yaitu : ranah Kognitif (pengetahuan), ranah afektif (sikap), dan ranah Psikomotor (keterampilan).

(30)

perkembangannya, teori Bloom dimodifikasi untuk mengukur hasil pendidikan kesehatan, yakni :

2.2.1. Pengetahuan (knowledge)

Menurut Bloom 1908 dalam Notoadmodjo 2003), pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek

tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan atau kognitif

merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 (enam) tingkatan yaitu: Tahu (know), memahami (comprehension), aplikasi (application), analisa

(analysis), sintesis ( syntesis) dan evaluasi (evaluation).

Tahu (know), diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

Memahami (comprehension ), diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

Aplikasi (application), diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasii atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi

(31)

Analisis (analysis), adalah suatu kemampuan untuk menjabarkanmateri suatu objek ke dalam komponen – komponen, tetapi masih di dalam satu struktur

organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

Sintesis (synthesis), sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian – bagian di dalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru.

Evaluasi (evaluation), berkaitan dengan kemmpuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian – penilaian itu didasarkan pada suatu criteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria – kriteria yang telah ada.

2.2.2. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau objek (Notoadmodjo, 2003). Komponen pokok dari sikap adalah kepercayaan terhadap suatu objek, kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek, dan kecendrungan untuk bertindak.

Tingkatan dari pembentukan sikap, yakni : (1)Menerima (receiving),

dimana bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan

(objek). (2)Merespon (responding), dimana individu memberikan jawaban bila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indiasi dari sikap. (3)Menghargai (valuing), dimana individu mengajak orang lain

untuk mengerjakan atau mendiskusikan atau masalah. (4)Bertanggungjawab

(responsible), dimana individu bertanggungjawab terhadap terhadap segala

(32)

2.2.3. Praktek atau Tindakan (practice)

Menurut Notoadmodjo, (2003) untuk mewujudkan suatu sikap menjadi

tindakan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan. Tingkatan dari praktek atau tindakan, yaitu : (1)Persepsi

(perseption), mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan

yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama. (2)Respon terpimpin (guided response), dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang

benar dan sesuai dengan contoh adalah indikator praktik tingkat kedua. (3) Mekanisme (mecanism), apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah

mencapai praktik tingkat tiga. (4)Adopsi (adoption), adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah

dimodifikasikannya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

3. PENATALAKSANAAN REHIDRASI ORAL PADA BALITA DIARE

Pengobatan diare di rumah yang efektif hanya dapat diberikan oleh ibu. Ibulah yang harus menyiapkan cairan rehidrasi oral dan memberikannya dengan

benar, memberikan makanan yang disiapkan dengan benar dan memutuskan kapan harus di bawa ke tempat pengobatan. Ibu dapat melakukan tugas ini dengan benar bila dia jelas mengetahui kebutuhan apa yang harus dilakukan dan

bagaimana melakukannya. Keterlambatan untuk mendapatkan pertolongan memegang peranan dalam terjadinya kematian akibat diare tersebut, seringkali ibu

(33)

kesadaran atau faktor lainnya seperti kejang, sehingga penanganannya menjadi lebih sulit. Padahal dengan terapi awal yang tepat, diare akan mudah

disembuhkan. Maka dari itu kesempatan terbaik bagi ibu untuk belajar tentang pengobatan diare di rumah adalah ketika dia membawa anaknya ke tempat pengobatan karena anaknya diare. Sayangnya, kesempatan ini sering hilang

karena dokter atau petugas kesehatan tidak berkomunikasi dengan baik terhadap ibu- ibu, akibatnya ibu-ibu sering pulang ke rumah tanpa mengerti bagaimana

meneruskan pengobatan anaknya dengan efektif (DITJEN, PPM & PLP 1999). Sebaiknya dokter atau petugas kesehatan memberikan informasi tentang cara penanganan diare, yaitu pertama langkah yangtepat yang harus dilakukan adal

memberikan cairan secukupnya. Ibu – ibu yang balitanya diare sebaiknya memberikan ASI jika anaknya masih menyusui, selain itu anak diberi minum

kuah sayur atau sup, oralit, LGG (larutan gula garam) dan sebagainya. Jika anak bisa memngkonsumsi makanan , ibu hendaknya memberi makanan harian yang di haluskan. Pengetahuan dan kesadaran orang tua terhadap masalah kesehatan anak

(34)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

1. KERANGKA KONSEPTUAL

Kerangka ini disusun berdasarkan perilaku ibu yang mempunyai anak

balita yang menderita diare dalam terapi rehidrasi oral pada anak balita yang mengalami diare. Penatalaksaan rehidrasi oral adalah upaya untuk mengoreksi

kekurangan cairan dan elektrolit secara cepat, dan kemudian mengganti cairan yang hilang sampai diarenya berhenti. Perilaku ibu pada saat penatalaksanaan rehidrasi oral pada balita diare yang berada di rumah meliputi pengetahuan,

sikap, dan tindakan. Sesuai dengan tujuan penelitian, maka konsep tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

Skema 3. Kerangka Konsep Penelitian Perilaku ibu :

- pengetahuan - sikap

- tindakan

Penatalaksanaan rehidrasi oral pada Balita diare yang berada di rumah

(35)

2. DEFENISI KONSEPTUAL dan OPERASIONAL

2.1. Defenisi konseptual

Penatalaksanaan rehidrasi oral adalah upaya untuk mengganti cairan yang keluar bersama tinja

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup)

yang bersangkutan

Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi seseorang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.

Tindakan yakni berupa perbuatan atau action terhadap situasi atau rangsangan dari luar.

2.2. Defenisi Operasional

Penatalaksanaan rehidrasi oral didefenisikan sebagai tindakan yang

seharusnya dilakukan ibu untuk memenuhi rehidrasi oral balitanya selama diare. Perilaku ibu dalam rehidrasi oral adalah pengetahuan, sikap, dan tindakan

yang dilakukan ibu dalam memberikan penatalaksanaan rehidrasi oral pada balitanya yang mengalami diare.

Pengetahuan adalah informasi yang diketahui ibu-ibu tentang

penatalaksanaan rehidrasi pada balita diare di Kelurahan Siringo- ringo, yang diukur dengan menggunakan instrumen berupa kuisioner yang digambarkan

(36)

Sikap adalah respon ibu terhadap penatalaksanaan rehidrasi oral pada balita diare di Kelurahan Sirongo-ringo, yang diukur dengan menggunakan

instrumen berupa kuisioner yang digambarkan dengan kriteria yaitu baik, cukup, dan kurang.

Tindakan adalah kegiatan dalam memberikan penatalaksanaan rehidrasi

oral pada balita yang mengalami diare yang diukur dengan menggunakan instrumen berupa kuisioner yang digambarkan dengan kriteria yaitu baik, cukup,

(37)

BAB 4

METODE PENELITIAN

1. DESAIN PENELITIAN

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

yang bertujuan untuk mengidentifikasi perilaku ibu dalam penatalaksanaan rehidrasi oral pada balita diare yang berada di rumah.

2. POPULASI dan SAMPEL

2.1. Populasi

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua keluarga yang memiliki balita yang bertempat tinggal di wilayah Kelurahan Siringo-ringo.

berdasarkan dari data Puskesmas Kota Rantauprapat di Kecamatan Rantau Utara jumlah populasi ibu yang memiliki balita berjumlah 540 orang.

2.2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Arikunto, 2002) pada peneliti ini metode pengukuran sampel yang diinginkan adalah

purposive sampling. Penentuan jumlah sampel minimal yang dibutuhkan berdasararkan jumlah subjeknya dapat diambil 10% dari 540 sehingga didapat jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 54 orang, dengan kriteria responden

sebagai subjek penelitian antara lain:

a. Ibu memiliki anak Balita yang sudah pernah diare

(38)

c. Ibu yang menetap tinggal di Kelurahan Siringo – ringo d. Bersedia menjadi responden penelitian

3. LOKASI dan WAKTU PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Siringo-ringo Kabupaten

Labuhanbatu. Adapun alasan pemilihan lokasi ini adalah karena Kelurahan ini memiliki banyak populasi balita sehingga memudahkan peneliti untuk

mendapatkan data. Selain itu penelitian tentang perilaku ibu dalam penatalaksanaan rehidrasi oral pada balita diare belum pernah dilakukan. Waktu pengambilan data dilakukan pada bulan Oktober-November 2009. Peneliti

memilih tempat penelitian di Kelurahan Siringo-ringo yaitu di tempat pengajian ibu-ibu pada hari Jum’at dan Sabtu.

4. PERTIMBANGAN ETIK

Penelitian ini dilakukan setelah peneliti mendapat persetujuan dari

Fakultas Keperawatan USU dan Kelurahan Siringo-Ringo. Sebelum peneliti melakukan penelitian, terlebih dahulu peneliti memberikan penjelasan kepada

responden tentang tujuan dan prosedur penelitian yang akan dilaksanakan dan meyakinkan responden bahwa responden bahwa informasi yang telah diberikan akan dirahasiakan dan tidak akan dipergunakan dalam hal yang merugikan

responden serta hanya dipergunakan untuk penelitian. Calon responden yang bersedia dipersilahkan menandatangani surat persetuiuan, tetapi jika tidak

(39)

5. INSTRUMENT PENELITIAN

Untuk memperoleh informasi dari responden peneliti menggunakan alat

pengumpulan data dalam bentuk kuisioner yang disusun sendiri oleh peneliti dengan berpedoman kepada tinjauan pustaka. Kuisioner terdiri dari 2 (dua) bagian yaitu kuisioner data demografi dan kuisioner perilaku. Kuisioner perilaku

berisikan pernyataan yang terdiri dari 3 (tiga) bagian yaitu kuisioner pengetahuan, kuisioner sikap, dan kuisioner tindakan ibu dalam penatalaksanaan rehidrasi oral

pada Balita diare.

5.1 Kuisioner Data Demografi

Pada bagian awal instrumen penelitian berisi data demografi responden

melilputi inisial nama, usia, agama, penghasilan perbulan, pendidikan, pekerjaan, dan jumlah Balita.

5.2. Kuisioner Pengetahuan

Instrument penelitian tentang pengetahuan penatalaksana rehidrasi oral pada balita diare yang berada di rumah, terdiri dari 10 pernyataan. Penilaian

menggunakan Skala Guttman dengan cara menetapkan bobot jawaban terhadap terhadap tiap-tiap item yaitu skor pernyataan positif sebanyak 7 kuisioner pada

nomor 1, 2, 4, 6, 7, 8, 9, dengan jawaban Benar (skor 1) dan Salah (skor 0). Skor untuk pernyataan negatif sebanyak 3 kuisioner pada nomor 3, 5, 10, dengan jawaban Benar (skor 0) dan Salah (skor 1). Total skor diperoleh terendah 0 yang

(40)

Berdasarkan rumus statistik menurut Sudjana (2002), adalah :

Rentang

P =

Banyak kelas

Dengan P merupakan panjang kelas dengan rentang 0 dan 3 kategori kelas untuk menilai pengetahuan ibu dalam penatalaksanaan rehidrasi oral yaitu pengetahuan

baik, pengetahuan cukup, dan pengetahuan kurang, maka didapatkan panjang kelas 3. menggunakan P = 3 dengan nilai terendah 0 sebagai batas bawah kelas. Maka pengetahuan dikategorikan ordinal sebagai berikut : 0-3 adalah pengetahuan

kurang, 4-6 adalah pengetahuan cukup dan 7-10 adalah pengetahuan baik. 5.3. Kuisioner Sikap

Instrumen penelitian tentang sikap ibu dalam penatalaksanaan rehidrasi oral terdiri dari 10 pernyataan. Penilaian menggunakan Skala Likert dengan cara menetapkan bobot jawaban terhadap tiap- tiap item yaitu skor pernyataan positif

yaitu sangat setuju (skor 3), setuju (skor 2), skor tidak setuju (skor 1), sangat tidak setuju (skor 0). Skor pernyataan negatif yaitu sangat setuju (skor 0), setuju (skor

1), tidak setuju (skor 2), sangat tidak setuju (skor 3). Untuk pernyataan positif sebanyak 7 kuisioner yaitu pada nomor 1, 3, 4, 7, 8, 9, 10, dan untuk pernyataan negatif sebanyak 3 kuisioner pada nomor 2, 5, dan 6. Total skor diperoleh

terendah 0 dan tertinggi 30.

Berdasarkan rumus statistik menurut Sudjana (2002) adalah :

Rentang P =

(41)

Dimana P merupakan panjang kelas dengan rentang 30 dan 3 katagori kelas untuk menilai sikap ibu dalam penatalaksanaan rehidrasi oral pada balita diare di rumah

yaitu sikap baik, cukup,dan kurang, maka didapatkan panjang kelas sebesar P = 3, maka sikap dikatagorikan ordinal sebagai berikut 0 – 10 adalah sikap kurang dan 11 – 20 sikap cukup, dan 21 – 30 sikap baik.

5.4. Kuisioner Tindakan

Instrumen penelitian tentang tindakan dalam penatalaksanaan rehidrasi

oral pada balita diare terdiri dari 10 pernyataan penilaian menggunakan skala Guttman dengan cara menetapkan bobot jawaban terhadap tiap – tiap item yaitu skor pernyataan positif dengan jawaban ya (skor 1) tidak (skor 0), dan untuk

pernyataan negatif dengan jawaban ya (skor 0) tidak (skor 1). Untuk pernyataan positif terdapat 7 kuisioner pada nomor 1, 3, 4, 5, 7, 8, 10, dan untuk pernyataan

negatif ada 3 kuisioner terdapat pada nomor 2, 6, 9.Total skor terendah 0 dan tertinggi 10. Semakin tinggi nilai maka semakin baik tindakan yang dilakukan ibu.

Berdasarkan rumus statistik menurut Sudjana (1992) adalah:

Rentang P =

Banyak kelas

Dimana P merupakan panjang kelas dengan rentang 10 dan 3 kategori kelas untuk menilai tindakan ibu dalam penatalaksanaan rehidrasi oral yaitu tindakan baik,

(42)

pengetahuan dikategorikan ordinal sebagai berikut : 0-3 adalah tindakan ibu kurang, 4-6 tindakan cukup dan 7-10 adalah tindakan ibu baik.

6. VALIDITAS dan RELIABILITAS INSTRUMEN

Validitas dapat diuraikan sebagai tindakan ukuran penelitian yang

sebenarnya, yang memang didesain untuk mengukur. Validitas berkaitan dengan nilai sesungguhnya dari hasil dan merupakan karakteristik yang penting dari

penelitian yang baik (Slevin dkk, 2005). Uji validitas penelitian ini akan dilakukan oleh dosen Keperawatan Anak dan Keperawatan Keluarga, yaitu Ibu Reni Asmara Ariga, S.Kp, MARS dan Ibu Lufthiani, S.Kep, Ns.

Uji reliabilitas instrumen adalah suatu uji yang dilakukan untk mengetahui konsistensi dari instrumen sehingga dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya

dalam ruang lingkup yang sama. Dalam penelitian ini digunakan reliabilitas konsistensi internal karena memiliki beberapa kelebihan diantaranya pemberian instrumen hanya satu kali dengan bentuk intrumen kepada satu subjek studi

(Demsey & Demsey 2002).

Uji reliabilitas dilakukan kepada 30 orang subjek yang sesuai dengan

kriteria dan diluar sampel yang ditentukan sebagai subjek studi. Teknik analisa data telah dilakukan rumus Kuder Richardson 21 (KR-21) pada instrumen pengetahuan dengan hasil 0,88 dan tindakan 0.87, sedangkan instrumen sikap

(43)

7. PENGUMPULAN DATA

Peneliti terlebih dahulu mengajukan permohonan izin pelaksanaan

penelitian melalui bagian pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, kemudian mengajukan permohonan izin pelaksana penelitian pada Kelurahan Siringo - Ringo Kabupaten Labuhanbatu. Setelah mendapatkan izin

maka dilakukan pengumpulan data. Peneliti akan mencari responden di tempat pengajian ibu-ibu, kemudian peneliti menentukan responden sesuai dengan

kriteria yang telah dibuat sebelumnya, apabila peneliti telah menemukan calon responden, selanjutnya peneliti menjelaskan tujuan dan manfaat dan cara pengisisan kuisioner, kemudian responden diminta untuk menandatangani surat

persetujuan (informed consent) ataupun memberikan persetujuan secara lisan. Selanjutnya peneliti mengambil data dari responden yang bersedia mengisi

kuisioner. Pada saat pengambilan kuesioner peneliti melihat kelengkapan jawaban responden, jika dalam ada pernyataan yang belum diisi oleh responden maka peneliti menjelaskan maksud dari pernyataan tersebut, sehingga semua pernyataan

terjawab, dan peneliti mengumpulkan semua kuesioner. Karena dari tempat pengajian jumlah responden yang didapat belum lengkap peneliti juga

mengunjungi rumah-rumah penduduk di Kelurahan Siringo-Ringo dengan cara seperti di atas, selain itu peneliti juga meninggalkan kuisioner bila responden meminta untuk meninggalkan saja dan bersedia mengisi sendiri, kemudian

diambil kembali keesokan harinya. Dalam pengisian kuisioner ini membutuhkan waktu 10-15 menit untuk masing-masing responden yang bersedia mengisi

(44)

8. ANALISA DATA

Data yang telah terkumpul diolah dan ditabulasi dengan langkah – langkah

yaitu memeriksa kembali semua kuisioner yang telah diisi oleh responden, denngan maksud untuk memeriksa apakah setiap kuisioner telah diisi sesuai dengan petunjuk (editing). Memberikan kode tertentu pada kuisioner yang telah

diajukan untuk mempermudah sewaktu mengadakan tabulasi dan analisa data (coding). Dan mempermudah analisa data, pengolahan dan pengambilan

kesimpulan melakukan tabulasi (tabulating). Setelah data terkumpul, maka analisa data dilakukan melalui pengolahan dan secara komputerisasi dengan versi 15,0.

Dari pengolahan data statistik deskriptif, data demografi akan disajikan

dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentasi. Hasil analisa data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi untuk melihat gambaran pengetahuan,

(45)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian dan pembahasan setelah dilakukan pengumpulan data mulai tanggal 30 Oktober sampai 20

November 2009 di kelurahan Siringo- Ringo Kecamatan Rantau Utara Kabupaten Labuhanbatu.

1. HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian ini akan dijabarkan mulai dari deskripsi karakteristik

responden, gambaran dan tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan ibu dalam penatalaksanaan rehidrasi oral pada balita diare yang berada di rumah di

Kelurahan Siringo-Ringo Kabupaten Labuhanbatu.

1.1. Deskripsi Karakteristik Responden

Deskripsi karakteristik responden mencakup usia, agama, suku bangsa, pekerjaan, pendidikan, penghasilan.

Dari tabel dapat dilihat bahwa mayorita usia responden berada pada 30-34 tahun yaitu sebanyak 21 orang (38,9%). Responden yang beragama Islam sebanyak 54 orang (100%), dengan beragam suku Jawa sebanyak 36 orang

(66,7%). Berdasarkan pekerjaan responden mayoritas sebagai ibu rumah tangga yaitu sebanyak 47 orang (87 %). Tingkat pendidikan mulai dari SD sampai

(46)

(72,2%). Sebagian besar responden mempunyai penghasilan keluarga perbulan di atas Rp. 1.500.000 sebanyak 24 orang (44,4%).

Tabel 1.1. Deskripsi karakteristik Ibu di Kelurahan Siringo-ringo Labuhanbatu bulan Oktober-November 2009 (n= 54)

Karakteristik Frekuensi Persentase

Usia

- 20-24 tahun 6 11,1

- 25-29 tahun 16 29,6

- 30-34 tahun 21 38,9

- > 35 tahun 11 20,4

Agama

- Islam 54 100

- Kristen 0 0

- Hindu 0 0

- Budha 0 0

Suku

- Batak 16 29,6

- Minang 0 0

- Jawa 36 66,7

- Melayu 2 3,7

Pekerjaan

- ibu rumah tangga 47 87,0

- pegawai swasta 1 1,9

- wiraswasta 2 3,7

- PNS 4 7,4

Pendidikan

- SD 1 1,9

- SMP 9 16,7

- SMA 39 72,2

(47)

Lanjutan

1.2. Gambaran pengetahuan Ibu dalam penatalaksanaan rehidrasi oral pada

balita diare di rumah

Tabel 1.2. Distribusi frekuensi pengetahuan ibu dalam penatalaksanaan rehidrasi oral pada balita diare di rumah di Kelurahan Siringo -Ringo Kabupaten Labuhanbatu

Bila anak diare maka saya segera memberikan oralit/ larutan gula garam Air tajin dan air kelapa dapat diberikan pada balita diare

Air gula garam tidak dapat menggantikan cairan oralit yang dapat mencegah dehidrasi

Bubur atau campuran tepung lainnya, dicampur dengan kacang-kacangan, sayur, atau ikan dapat diberikan pada balita diare

Bila anak saya diare maka saya akan puasakan anak saya

Dengan meminum oralit anak saya terhindar dari dehidrasi

Bila anak saya diare saya akan tetap memberikan susu formula yang biasa diminumnya

(48)

dehidrasi

Diare yang tidak diobati tidak bisa mengakibatkan gizi buruk

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa 52 responden (96,3%) menjawab benar dan 2 responden (3,7%) menjawab salah pada pernyataan segera

memberikan oralit pada anak diare. Selain itu 35 responden (64,2%) menjawab benar dan 19 (35%) menjawab salah pada pernyataan air tajin dan air kelapa dapat

diberikan pada balita diare. Pada pernyataan air gula garam tidak dapat menggantikan cairan oralit sebanyak 40 responden (74,1%) menjawab salah dan 14 responden (25,9%) menjawab benar. Kemudian pada pernyataan bubur yang

dicampur dengan kacang-kacangan, sayur dan ikan dapat diberikan pada balita diare diperoleh bahwa 33 responden (61,1%) menjawab benar dan 21 responden

(38,8%) menjawab salah. Selain itu diperoleh bahwa 48 responden (88,9%) menjawab salah dan 6 responden 11,1% menjawab benar pada pernyataan bila diare maka saya akan puasakan anak saya. Pada pernyataan minum oralit anak

saya terhindar dari dehidrasi diperoleh bahwa 42 responden (77,8%) menjawab benar dan 12 responden (22,2%). Kemudian pada pernyataan bila anak saya diare

saya tetap memberikan susu formula telah diperoleh 47 responden (87,0%) yang menyatakan salah dan 7 responden (13,0%) menjawab benar. Selain itu diperolah bahwa 38 responden (70,4%) menjawab benar dan 16 responden (29,6%)

menjawab salah pda pernyataan sup sayur dapat mencegah dehidrasi. Pada pernyataan memberi minum banyak dari biasanya adalah suatu pencegahan

(49)

pernyataan diare yang tidak diobati tidak bisa mengakibatkan gizi buruk diperoleh bahwa 47 responden (87,0%) menjawab salah dan 7 reponden (13,0%) menjawab

benar.

1.3. Tingkat pengetahuan ibu dalam penatalaksanaan rehidrasi oral pada

balita diare

Tabel 1.3. Tingkat pengetahuan ibu dalam penatalaksanaan rehidrasi oral pada balita diare di rumah di Kelurahan Siringo-Ringo Kabupaten Labuhanbatu

Pengetahuan responden penelitian mengenai penatalaksaan rehidrasi oral dinilai berdasarkan kemampuan responden menjawab benar kuisioner yang

meliputi 10 bagian pernyataan, pengetahuan responden mengenai penatalaksanaan rehidrasi oral dikatagorikan menjadi 3 katagori yaitu: baik, cukup, kurang. Dari

hasil penelitian in menunjukkan bahwa sebagian besar ibu-ibu di di kelurahan siringo-ringo memiliki pengetahuan baik yaitu 40 responden (74,1%).

1.4. Gambaran sikap Ibu dalam penatalaksanaan rehidrasi oral pada balita

diare di rumah

(50)

3.

Karena anak saya sangat suka makan jajanan di luar rumah maka saya tidak akan melarang anak saya jajan di luar rumah Saya akan menambahkan lada yang banyak dalam masakan untuk anak saya walaupun anak saya diare

Saya akan berikan makanan yang segar atau dimasak dan haluskan dengan baik cairan oralit pada anak saya sampai diarenya berhenti

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa 35 responden (64,8%) menjawab sangat setuju dan 17 responden (31,5) maenjawab setuju pada pernyataan saya selalu mengontrol makanan yang dimakan anak saya walaupun saya sibuk.

Kemudian dari hasil penelitian diperoleh bahwa 22 responden (40,7%) menjawab tidak setuju dan 18 responden (33,3%) pada pernyataan memberikan cairan yang

(51)

responden (46,3%) menjawab setuju 17 responden (31,5%) pada pernyataan saya selalu membujuk anak saya untuk meminum oralit walaupun dia tidak mau. Pada

pernyataan saya selalu menyediakan oralit di rumah diperoleh bahwa 28 responden (51,9%) menjawab setuju dan 22 responden (40,7%) menjawab sangat setuju. Kemudian dari hasil penelitian bahwa 24 responden (44,4%) menjawab

tidak setuju dan15 responden (27,8%) mejawab sangat tidak setuju pada pernyataan anak saya sangat suka makan jajanan di luar rumah maka saya tidak

akan melarang anak saya jajan diluar rumah. Pada pernyataan saya akan menambahkan lada yang banyak dalam masakan anak saya walaupun anak saya diare diperoleh bahwa 26 responden (48,1) menjawab sangat tidak setuju dan 25

responden (46,3%) tidak setuju. Kemudian diperoleh bahwa 25 responden (46,3%) menjawab setuju dan 24 responden (44,4%) menjawab sangat setuju pada

pernyataan saya akan berikan makanan yang segar atau dimasak dan dihaluskan dengan baik. Pada pernyataan penggunaan oralit di rumah memberikan keuntungan diantaranya dehidrasi dapat dicegah hasil penelitiannya adalah 21

responden 38,9% menjawab setuju dan 25 responden 46,3% menjawab tidak setuju. Selain itu pada pernyataan akan terus memberikan oralit pada anak saya

sampai diarenya berhenti 23 responden 46,5% menjawab setuju dan 17 responden 31,5% menjawab sangat setuju. Pada pernyataan saya selalu memberikan makanan yang bergizi dan bersih untuk anak saya diperoleh bahwa 37 responden

(52)

1.5. Tingkat sikap ibu dalam penatalaksanaan rehidrasi oral pada balita

diare

Tabel 1.5. Tingkat sikap ibu dalam penatalaksanaan rehidrasi oral pada balita diare di rumah di Kelurahan Siringo-Ringo Kabupaten Labuhanbatu

Tingkat sikap Frekuensi Persentase

Sikap baik (21-30) 33 61,1 Sikap cukup (11-20) 19 35,2 Sikap kurang(0-10) 2 3,7

Sikap responden penelitian mengenai penatalaksaan rehidrasi oral dinilai berdasarkan kemampuan responden menjawab benar kuisioner yang meliputi 10

bagian pernyataan, sikap responden mengenai penatalaksanaan rehidrasi oral dikatagorikan menjadi 3 katagori yaitu: baik, cukup, kurang. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar ibu-ibu di Kelurahan Siringo-Ringo

memiliki sikap baik yaitu 33 responden (61,1%).

1.6. Gambaran tindakan Ibu dalam penatalaksanaan rehidrasi oral pada

balita diare di rumah

Tabel 1.6. Distribusi frekuensi tindakan ibu dalam penatalaksanaan rehidrasi oral pada balita diare di rumah di Kelurahan Siringo -Ringo Kabupaten Labuhanbatu

Saya segera memberi anak saya minum yang banyak dari biasanya bila mengalami diare

Saya tidak akan memberikan ASI pada saat anak saya diare

(53)

4.

Dalam 2 jam pertama sebaiknya anak di berikan oralit sebanyak mungkin misalnya 2 gelas

Saya dapat memberikan makanan seperti beras menjadi bubur nasi, rebus kentang atau wortel yang dihaluskan Bila oralit tidak ada maka saya tidak bisa memberikan larutan gula garam Untuk membuat cairan oralit saya memasukkan 1 bungkus oralit kedalam gelas dicampur air putih sebanyak 200 cc

Bila anak saya umurnya > 2 tahun maka saya memberikan oralit 1-2 sendok setiap 1 menit agar anak tidak muntah

Saya akan memberikan makanan yang sudah dimasak lebih dari 24 jam untuk anak saya

Bila diare anak saya tidak membaik, menunjukkan tinja cair keluar amat sering, muntah berulang, tidak dapat minum/makan maka saya akan

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa 54 responden (100%) menjawab ya pada pernyataan saya segera memberi anak saya minum yang banyak dari

biasanya bila mengalami diare. Pada pernyataan saya tidak akan memberikan ASI pada saat anak saya diare 34 responden 63,0% menjawab tidak. Kemudian dari hasil penelitian diperoleh 49 responden (90,7%) menjawab ya pada pernyataan bila anak saya muntah pada saat meminum larutan oralit maka saya memberikan

sedikit-sedikit tapi sering. Selain itu dari hasil penelitian diperoleh bahwa 30 responden (55,6%) menjawab ya dan 24 (44,4%) menjawab tidak pada pernyataan

(54)

pada pernyataan saya dapat memberikan makanan seperti beras menjadi bubur nasi, rebus kentang atau wortel yang dihaluskan. Kemudian dari hasil penelitian

diperoleh bahwa 36 responden 66,7% menjawab tidak dan 18 responden (33,3%) pada pernyataan bila oralit tidak ada maka saya tidak bisa memberikan larutan gula garam. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa 46 responden (85%) menjawab

tidak dan 8 responden (14,8%) menjawab ya pada pernyataan untuk membuat cairan oralit saya memasukkan1 bungkus oralit kedalam gelas dicampur air putih

sebanyak 200 cc. Pada pernyataan bila anak saya berumur > 2 tahun maka saya memberikan oralit 1-2 sendok setiap 1 menit agar anak tidak muntah, maka diperoleh 38 responden (70,4%) menjawab ya dan 16 responden (29,6%)

menjawab tidak. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa 32 responden (59,3%) dan 22 responden (40,7%) menjawab ya pada pernyataan saya akan memberikan

makanan yang sudah dimasak lebih dari 24 jam untuk anak saya. Pada pernyataan bila diare anak saya tidak membaik, menunjukkan tinja cair keluar amat sering, muntah berulang, tidak dapat minum/makan maka saya akan membawanya ke

Puskesmas atau Rumah Sakit terdekat diperoleh bahwa semua atau 54 responden (100%) menjawab ya.

1.7. Tingkat tindakan ibu dalam penatalaksanaan rehidrasi oral pada balita

diare

Tabel 1.7. Tingkat tindakan ibu dalam penatalaksanaan rehidrasi oral pada balita diare di rumah di Kelurahan Siringo-Ringo Kabupaten Labuhanbatu Tingkat tindakan Frekuensi Persentase

(55)

Tindakan responden penelitian mengenai penatalaksaan rehidrasi oral dinilai berdasarkan kemampuan responden menjawab benar kuisioner yang

meliputi 10 bagian pernyataan, tindakan responden mengenai penatalaksanaan rehidrasi oral dikatagorikan menjadi 3 katagori yaitu: baik, cukup, kurang. Dari hasil penelitian in menunjukkan bahwa sebagian besar ibu-ibu di kelurahan

siringo-ringo memiliki tindakan baik yaitu 40 responden (74,1%).

2. PEMBAHASAN

Dalam pembahasan ini peneliti mendiskusikan pernyataan penelitian yaitu gambaran dan tingkat pengetahuan ibu dalam penatalaksanaan rehidrasi oral pada

balita diare yanng berada di rumah di Kelurahan Siringo-Ringo.

2.1. Gambaran perilaku ibu dalam penatalaksanaan rehidrasi oral pada

balita diare

2.1.1. Pengetahuan ibu dalam penatalaksanaan rehidrasi oral pada balita

diare

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh mayoritas ibu yaitu sebanyak 52 (96,3%) menjawab benar bahwa bila anak diare segera diberi oralit/larutan gula

garam. Tingginya persentase ini dapat diasumsikan bahwa pengetahuan responden baik. Dikarenakan informasi yang didapatkan mengenai oralit. Hal ini sesuai dengan Pendidikan Medik Pemberantasan Diare yang menyebutkan bahwa ibu

memerlukan informasi tentang pengobatan diare dirumah, kesempatan mendapatkan informasi ini didapat ketika ibu membawa anaknya ke tempat

(56)

Selanjutnya 35 responden (64,2%) menjawab benar dan 19 responden (35,2%) salah bahwa air tajin dan air kelapa dapat diberikan pada balita diare.

Hal ini menggambarkan sebagian responden masih masih kurang memahami bahwa air tajin dan air kelapa dapat menjadi pengganti oralit dengan cairan seperti air tajin1 gelas (200 ml) atau 1 gelas air kelapa yang dicampur dengan 1 sendok

teh besar gula (Uripi, 2004).

Kemudian dari hasil penelitian di dapat bahwa 40 responden (70,4%)

menjawab salah bahwa cairan gula garam tidak dapat menggantikan cairan oralit yang dapat mencegah dehidrasi, ini dapat dikatagorikan baik karena lebih dari 50% responden telah memahami bahwa cairan gula garam dapat menggantikan

oralit dan dapat mencegah dehidrasi pada balita diare. Selain itu hasil penelitian diperoleh bahwa 33 responden 66,1% menjawab benar bahwa bubur yang

dicampur kacang-kacangan, sayur ataupun ikan dapat diberikan pada balita diare, ini dapat diasumsikan bahwa sebagian besar dari ibu-ibu berpengetahuan baik, karena responden mengetahui tentang pemilihan makanan yang dapat diberikan

pada balita diare. Karena memberikan makanan dapat memenuhi kebutuhan zat gizi, baik zat tenaga, pembangun, maupun pengatur tanpa memberatkan kerja usus

(Uripi, 2004).

Dari hasil penelitian didapat bahwa 48 responden 88,0% menjawab salah bahwa anak yang diare akan dipuasakan. Tingginya persentase ini jelas bahwa

(57)

balita dehidrasi berat. Makanan juga mempercepat penyembuhan diare dan juga penting untuk suplai gizi pada balita diare tersebut (Kuntari, 2009).

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa 47 responden (87,0%) menjawab salah bahwa anak yang diare akan tetap diberikan susu formula yang biasa diberikan, ini diasumsikan bahwa sebagian besar ibu memiliki pengetahuan

kurang baik dan belum memahami bahwa susu yang biasa diberikan pada balita dapat mencegah kekurangan gizinya.

Dari hasil penelitian pada pernyataan memberikan minuman lebih banyak dari biasanya pada anak diare adalah suatu pencegahan dehidrasi, 47 responden menjawab benar, hal ini sesuai dengan DITJEN PPM & PLP (1999) yang

menyatakan bahwa anak yang diare membutuhkan cairan yang banyak dari biasanya untuk menggantikan cairan yang keluar dari tinja dan muntah, bila diare

segera berikan cairan yang tepat dalam jumlah yang memadai.

Makanan juga penting untuk suplai gizi pada penderita diare tersebut. Diare dan gizi buruk diketahui merupakan lingkaran setan, gizi buruk

mempermudah anak menderita diare dan sebaliknya diare bisa mengakibatkan gizi buruk. Dari hasil penelitian pada pernyataan diare yang tidak diobati tidak bisa

mengakibatkan gizi buruk diperoleh bahwa 47 responden (87,0%) menjawab salah dan 7 reponden (13,0%) menjawab benar.

2.1.2. Sikap ibu dalam penatalaksanaan rehidrasi oral pada balita diare

yang berada di rumah

Tatalaksana diare akut di rumah salah satunya adalah memberikan

(58)

ini diperoleh bahwa 35 responden (64,8%) menjawab sangat setuju dan 17 responden (31,5%) menjawab setuju bahwa selalu mengontrol makanan yang

dimakan anak saya walaupun saya dalam kondisi sibuk dan memberikan makanan yang bergizi agar anak tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat badan (DITJEN PPM & PLP, 1999).

Selain itu hasil penelitian diperoleh 22 responden (40,7%) menjawab tidak setuju 18 responden (33,3%) menjawab setuju bahwa memberikan cairan gula

garam dengan segera tidak dapat menggantikan cairan yang hilang memalui BAB di sini jelas bahwa sebagian besar ibu belum memahami manfaat dari larutan gula garam adalah pengganti cairan elektrolit tubuh, ini dikarenakan kurangnya

informasi yang dimiliki ibu-ibu tentang penanganan diare (DITJEN PPM & PLP 1999).

Meskipun tidak selalu dianggap sebagai cairan rumah tangga, larutan oralit dapat digunakan di rumah untuk mencegah dehidrasi (DITJEN PPM & PLP 1999). Dari hasil penelitian dapat diperoleh bahwa 28 responden (51,9%)

menjawab setuju dan 22 responden (40,7%) menjawab sangat setuju, hasil ini membuktikan cukup baik karena sebagian besar ibu-ibu selalu menyediakan oralit

di rumah.

Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui fecal oral antara lain melalui makanan/minunan yang tercemar tinja dan atau kontak langsung dengan

tinja penderita. Beberapa perilaku dapat menyebabkan penyebaran kuman enterik dan meningkatkan risiko terjadinya diare perilaku tersebut salah satunya adalah

Gambar

Tabel 2. Derajat dehidrasi berdasarkan gejala klinis
Tabel  3. Kebutuhan oralit per kelompok umur
Tabel 5. Jenis makanan saat balita diare
Tabel 1.1. Deskripsi karakteristik Ibu di Kelurahan Siringo-ringo Labuhanbatu bulan Oktober-November 2009 (n= 54)
+5

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa item rasio profitabilitas yang diwakili oleh Gross Profit Margin (GPM), rasio aktivitas yang diwakili oleh Total

76 Activity Diagram Cetak Laporan Data Pembayaran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat dijelaskan bahwa pelaksanaan tanggung jawab yang dilakukan PDAM Tirta Moedal Semarang merupakan upaya

Using the data from the NSFG, what is the posterior probability that the distribution of birth weights is different for first babies and others.. You can start with the code I used

adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37 minggu atau kurang. b) Masalah persalinan preterm atau kurang bulan. Kesulitan utama dalam persalinan preterm atau kurang

PENGARUH MACHIAVELLIAN, LOVE OF MONEY, ETHICAL SENSITIVITY, DAN PENGETAHUAN ETIKA TERHADAP PERSEPSI ETIS MAHASISWA AKUNTANSIi. DENGAN GENDER SEBAGAI

(2) Pangkat awal yang ditetapkan bagi Pegawai PNS Kemhan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sama dengan pangkat yang dimilikinya, sedangkan jenjang jabatan Assessor

Supaya gambarnya membentuk lingkaran cd, terlebih dahulu sobat harus bikin objek lingkaran seperti leingkaran cd dengan menggunakan tool oval yang ada di sebelah kiri layar..