• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Pengendalian Internal Persediaan Barang Dagangan Dalam Menunjang Efektivitas Pengelolaan Persediaan Barang Dagangan Pada PT. Pupuk Sriwidjaja Kantor Pemasaran Daerah Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Peranan Pengendalian Internal Persediaan Barang Dagangan Dalam Menunjang Efektivitas Pengelolaan Persediaan Barang Dagangan Pada PT. Pupuk Sriwidjaja Kantor Pemasaran Daerah Sumatera Utara"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM S1 EKSTENSI MEDAN

DRAFT SKRIPSI

PERANAN PENGENDALIAN INTERNAL PERSEDIAAN BARANG

DAGANGAN DALAM MENUNJANG EFEKTIVITAS PENGELOLAAN

PERSEDIAAN BARANG DAGANGAN PADA PT. PUPUK SRIWIDJAJA

KANTOR PEMASARAN DAERAH SUMATERA UTARA

Oleh :

Nama : Tuti Auliawati

NIM : 070522020

Departemen : Akuntansi

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul : Peranan

Pengendalian Internal Persediaan Barang Dagangan Dalam Menunjang Efektivitas

Pengelolaan Persediaan Barang Dagangan Pada PT. Pupuk Sriwidjaja Kantor

Pemasaran Daerah Sumatera Utara adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang

dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan, atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam

konteks skripsi Program S1 Ekstensi Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah

dinyatakan dengan jelas apa adanya dan apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak

benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.

Medan, Januari 2010 Yang Membuat Pernyataan,

(3)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan pengendalian internal persediaan barang dagangan dalam menunjang efektivitas pengelolaan persediaan barang dagangan pada PT. Pupuk Sriwidjaja Kantor Pemasaran Daerah Sumatera Utara.

Jenis data yang digunakan adalah adalah data primer dan data sekunder. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik dokumentasi dan teknik wawancara. Metode penganalisaan data yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu dengan mengumpulkan, mengolah dan menggambarkan keadaan objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya kemudian dianalisis sehingga memberikan keterangan yang lengkap.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengendalian internal persediaan barang dagangan yang dilaksanakan secara memadai akan berperan dalam menunjang efektivitas pengelolaan persediaan barangan.

(4)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada

kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan kesehatan serta kesempatan

kepada penulis untuk menyelesaikan dan mempersembahkan skripsi ini dengan baik.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Departemen Akuntansi

Universitas Sumatera Utara. Adapun judul skripsi ini adalah Peranan Pengendalian

Internal Persediaan Barang Dagangan Dalam Menunjang Efektivitas Pengelolaan

Persediaan Barang Dagangan Pada PT. Pupuk Sriwidjaja Kantor Pemasaran Pusri

Daerah Sumatera Utara.

. Maka pada kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa terima kasih dan

penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang terlibat dan turut

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas

Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak., selaku Ketua Departemen Akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak., selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas

Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak., selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan

begitu banyak waktu untuk memberikan bimbingan, arahan dan saran kepada

(5)

5. Ibu Dra. Salbiah, M.Si, selaku Dosen Penguji I dan Bapak Drs. Sucipto, MM, selaku

Dosen Penguji II yang telah membantu penulis melalui saran dan kritik yang

diberikan demi kesempurnaan skripsi ini.

6. Teristimewa kepada orang tua Drs. H. Tusiran Tono (Alm) dan Hj. Sudarmiaty yang

senantiasa memberikan kasih sayang, dukungan moril, materil, nasehat dan do’a

selama menjalani perkuliahan di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

7. Buat Panji Dwinoto, SE, MBA, terima kasih atas kasih sayang, dukungan, semangat

yang sangat berharga yang telah diberikan kepada penulis selama penyelesaian

skripsi ini.

8. Terimakasih kepada Bapak Soeriyanrie Lubis yang telah memberikan banyak waktu

dan kesempatan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Buat sahabatku

Hililyah Wilastuty Yusuf, atas bantuan dan dorongannya selama ini, semoga

persahabatan kita tetap berjalan.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini, masih banyak

kekurangannya baik dari segi isi maupun cara penyajiannya. Hal ini disebabkan karena

keterbatasan kemampuan penulis. Namun demikian, penulis akan tetap berusaha untuk

memperbaiki diri lebih baik lagi di masa yang akan datang. Akhirnya, penulis berharap

semoga kiranya skripsi ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan khususnya dalam

bidang akuntansi.

Medan, Januari 2010 Penulis,

Tuti Auliawati

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

A. Pengertian Pengendalian Internal ... 6

1. Pengertian Pengendalian Internal ... 6

2. Tujuan Pengendalian Internal ... 7

3. Unsur-unsur Pengendalian Internal ... 8

4. Keterbatasan Pengendalian Internal... 9

B. Persediaan ... 10

1. Pengertian Persediaan ... 10

2. Penggolongan Persediaan ... 11

C. Tujuan Pengendalian Internal Persediaan Barang Dagangan ... 11

D. Pengertian Efektivitas ... 12

E. Pengelolaan Persediaan Barang Dagangan yang Efektif ... 13

(7)

G. Peranan Pengendalian Internal Persediaan Barang

Dagangan dalam Menunjang Efektivitas Pengelolaan

Persediaan Barang Dagangan ... 30

H. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 31

I. Kerangka Konseptual ... 32

BAB III METODE PENELITIAN ... 33

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 33

B. Jenis Data ... 33

C. Teknik Pengumpulan Data ... 34

D. Metode Analisis Data ... 34

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN ... 35

A. Data Penelitian ... 35

1. Data Perusahaan... 35

a.Sejarah Singkat Perusahaan ... 35

b.Struktur Organisasi Perusahaan ... 41

2. Pelaksanaan Pengendalian Internal Persediaan Barang Dagangan ... 47

a.Unsur-unsur Pengendalian Internal Persediaan Barang Dagangan ... 47

b.Tujuan Pengendalian Internal Persediaan Barang Dagangan ... 51

3. Pelaksanaan Pengelolaan Persediaan Barang Dagangan ... 53

(8)

b.Syarat-syarat Pengelolaan Persediaan Barang Dagangan

yang Efektif... 59

B.Analisis Hasil Penelitian Pembahasan Peranan Pengendalian Internal Persediaan Barang Dagangan Dalam Menunjang Efektivitas Pengelolaan Persediaan Barang Dagangan ... 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 64

A. Kesimpulan ... 64

B. Saran ... 69

(9)

DAFTAR TABEL

(10)

DAFTAR GAMBAR

(11)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan pengendalian internal persediaan barang dagangan dalam menunjang efektivitas pengelolaan persediaan barang dagangan pada PT. Pupuk Sriwidjaja Kantor Pemasaran Daerah Sumatera Utara.

Jenis data yang digunakan adalah adalah data primer dan data sekunder. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik dokumentasi dan teknik wawancara. Metode penganalisaan data yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu dengan mengumpulkan, mengolah dan menggambarkan keadaan objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya kemudian dianalisis sehingga memberikan keterangan yang lengkap.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengendalian internal persediaan barang dagangan yang dilaksanakan secara memadai akan berperan dalam menunjang efektivitas pengelolaan persediaan barangan.

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan dunia usaha yang bertambah pesat seiring dengan

perkembangan teknologi telah membawa pengaruh besar terhadap perkembangan

ekonomi Indonesia. Hal ini terlihat dengan adanya persaingan yang ketat dalam

dunia usaha, baik perdagangan maupun perindustrian, serta adanya peningkatan

tuntutan konsumen akan produk atau barang yang dikonsumsinya.

Persaingan yang semakin ketat ini mengharuskan perusahaan untuk

mengelola semua sumber daya yang dimilikinya seoptimal mungkin supaya

perusahaan dapat menghasilkan dan menawarkan produk yang dibutuhkan dan

diinginkan konsumen dengan kualitas tinggi pada harga yang memadai untuk tetap

dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya dan dapat semakin berkembang.

Pengendalian internal suatu perusahaan terdiri dari kebijakan dan prosedur

yang diciptakan untuk memberikan jaminan yang memadai agar tujuan

perusahaan dapat tercapai. Kebijakan adalah pedoman yang dibuat manajemen

untuk mencapai tujuan perusahaan, prosedur merupakan langkah-langkah yang

harus dilakukan dan tujuan yaitu akhir dari kegiatan yang sesuai dengan sasaran

hasil yang dicapai adalah maksimal.

Salah satu bagian dalam perusahaan yang perlu dilakukan suatu

pengendalian internal adalah masalah pengelolaan persedian barang dagangan

karena persediaan barang dagangan merupakan bagian utama dalam neraca dan

(13)

modal kerja yang besar pula. Dengan besarnya jumlah uang yang ditanamkan pada

persediaan barang dagangan suatu perusahaan, jelaslah bahwa persediaan barang

dagangan merupakan aktiva yang sangat penting untuk dilindungi.

Setiap perusahaan dalam melaksanakan kegiatan pemasaran tidak terlepas

akan kebutuhan akan barang-barang dagangan yang menjadi faktor utama dalam

menunjang jalannya aktivitas pemasaran perusahaan. Dengan terpenuhinya akan

barang tepat pada waktunya, maka kegiatan suatu perusahaan akan dapat berjalan

dengan lancar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Tanpa adanya persediaan

barang dagangan, perusahaan akan menghadapi resiko dimana pada suatu waktu

tidak dapat memenuhi keinginan dari para pelanggannya. Tentu saja kenyataan ini

dapat berakibat buruk bagi perusahaan, karena secara tidak langsung perusahaan

menjadi kehilangan kesempatan untuk memperoleh keuntungan yang seharusnya

didapatkan.

PT Pupuk Sriwidjaja Medan atau yang lebih dikenal sebagai PT PUSRI

adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri pupuk. Persediaan barang

dagangan yang terdapat pada PT Pusri Medan terdiri dari persediaan urea dan

hasil produksi sampingannya. Untuk memenuhi kebutuhan barang-barang tersebut

dan untuk menunjang kegiatan pemasaran, maka perusahaan perlu mengadakan

persediaan barang dagangan dalam jumlah tertentu yang disimpan dalam gudang

untuk selanjutnya dikeluarkan ke truk, kapal atau alat angkut lainnya dan

kemudian dikirim ke gudang unit pemasaran masing-masing daerah.

Menurut riset pendahuluan pada PT. PUSRI Medan, diidentifikasi masalah

(14)

barang dagangan sehingga berdampak terhadap efektivitas pengelolaan persediaan

barang dagangan.

Pengelolaan persediaan merupakan fungsi manajerial yang sangat penting,

karena pemeriksaan fisik atas persediaan ini banyak melibatkan investasi rupiah

dan mempengaruhi efektifitas dan efisiensi kegiatan perusahaan. Oleh sebab itu,

pengendalian internal atas persediaan barang sangat diperlukan untuk mengurangi

resiko terjadinya selisih, kehilangan, mengantisipasi kemungkinan terjadinya

kecurangan dan memastikan bahwa prosedur telah dilakukan dengan baik

sehingga kemudian dapat dibuatlah suatu usulan perbaikan. Berkaitan dengan

hal-hal tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk memilih judul:

Berkaitan dengan hal-hal tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk

memilih judul:

“Peranan Pengendalian Internal Persediaan Barang Dagangan Dalam

Menunjang Efektivitas Pengelolaan Persediaan Barang Dagangan Pada PT.

Pupuk Sriwidjaja Kantor Pemasaran Medan”

B. Perumusan Masalah

Setiap perusahaan, termasuk PT Pupuk Sriwidjaja, dalam menjalankan

usahanya bertujuan untuk mencapai tujuan perusahaan seperti maksimalisasi laba,

mengembangkan perusahaan, maupun mempertahankan kelangsungan hidupnya.

Dari uraian di atas, peneliti dapat mengemukakan beberapa permasalahan

sebagai berikut:

1. Apakah pelaksanaan pengelolaan persediaan barang dagangan di

(15)

2. Apakah pelaksanaan pengendalian internal persediaan barang dagangan di PT.

Pusri Medan telah dilaksanakan secara efektif?

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

a. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui dan menilai efektivitas pengendalian internal

persediaan barang dagangan yang diterapkan di PT. Pusri Medan.

2. Untuk mengetahui dan menilai efektivitas pengelolaan persediaan barang

dagangan yang diterapkan di PT. Pusri Medan.

3. Untuk mengetahui peranan pengendalian internal persediaan barang

dagangan dalam menunjang efektivitas pengelolaan persediaan barang

dagangan di PT. Pusri Medan.

b. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1.Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi kesempatan bagi peneliti untuk

menerapkan teori-teori yang diperoleh di bangku kuliah dan

membandingkannya dengan praktek yang terjadi dalam perusahaan.

2.Bagi PT. Pusri (Persero) Medan

Dapat memberikan manfaat sebagai bahan masukan dalam mengelola

persediaan, sehingga pihak manajemen dapat memperoleh tambahan

(16)

3. Bagi Pihak Lain

Dapat bermanfaat untuk menambah wawasan pengetahuan khusunya dalam

bidang pengendalian internal dan dapat memberikan informasi dan gambaran

(17)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengendalian Internal

1. Pengertian Pengendalian Internal

Berikut ini penjelasan mengenai pengertian pengendalian internal menurut

Sawyers (2000 : 10) memberikan pengertian pengendalian internal sebagai

berikut:

Audit internal adalah sebuah aktivitas konsultasi dan keyakinan objektif yang dikelola secara independen di dalam organisasi dan diarahkan oleh filosofi penambahan nilai untuk meningkatkan operasional perusahaan. Audit tersebut membantu organisasi dalam mencapai tujuannya dengan menerapkan pendekatan yang sistematis dan berdisiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas proses pengelolaan resiko, kecukupan kontrol dan pengelolaan organisasi.

Jika dilihat dari defenisi tersebut, maka hakikatnya pengendalian internal

sesungguhnya mencakup seluruh kegiatan operasional perusahaan. selanjutnya

setelah diuraikan pengertian sistem pengendalian intern, berikutnya

dikemukakan pengertian sistem pengendalian internal sebagai berikut.

Mulyadi (2001 : 163) menjelaskan bahwa “sistem pengendalian intern

meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan

untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data

akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan

manajemen.”

Dari defenisi diatas dapat diterapkan baik dalam perusahaan yang

mengelola informasinya secara manual, dengan mesin pembukuan maupun

dengan komputer. Sistem pengendalian intern dalam perusahaan yang

(18)

pelaksanaannya. Sebaliknya pada perusahaan yang telah menggunakan

computer sebagai alat bantu pengolahan data menitikberatkan pada sistem yang

berorientasi pada komputer.

2. Tujuan Pengendalian Internal

Sesuai dengan defenisinya maka aktivitas pengendalian internal adalah

aktivitas yang memiliki tujuan membantu pihak yang berkepentingan untuk

mendapatkan keandalan informasi yang diperoleh mengenai operasional

perusahaan agar sesuai dengan tujuan perusahaan yang telah ditetapkan.

Menurut Mulyadi (2001 : 163) menerangkan bahwa tujuan sistem

pengendalian internal menurut defenisinya adalah: (1) mejaga kekayaan

organisasi, (2) mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, (3)

mendorong efisiensi, dan (4) mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.

Maka menurut tujuannya pengendalian internal dapat dibagi menjadi

pengendalian akuntansi (internal accounting control) dan pengendalian

administrative (internal administrative control) dimana tujuan menjaga kekayaan

dan mengecek ketelitian dan keandalan data merupakan bagian dari internal

accounting kontrol dan tujuan mendorong efisiensi dan kepatuhan terhadap

kebijakan manajemen merupakan bagian dari internal administrative kontrol.

3. Unsur-unsur Pengendalian Internal

Setiap perusahaan memiliki karakteristik atau sifat-sifat khusus yang

berbeda. Karena perbedaan karakteristik tersebut, pengendalian internal yang

baik dalam suatu perusahaan belum tentu baik untuk perusahaan lainnya. Oleh

sebab itu untuk menciptakan pengendalian internal harus memperhatikan

(19)

Unsur-unsur pengendalian internal menurut Mulyadi (2001 : 164) terdiri

dari empat unsur yaitu:

1. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas

2. Sistem otorisasi dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup tentang kekayaan, utang, pendapatan dan biaya

3. Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi

4. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya

Dalam menunjang pencapaian tujuan pengendalian (control) internal

memerlukan komponen kontrol internal. Menurut Sawyers (2005 : 58):

Statement of Auditing Standards (SAS) mendefenisikan lima komponen kontrol

internal yang saling berkaitan pada pernyataan COSO:

1. Lingkungan Kontrol

Lingkungan control meliputi sikap manajemen disemua tingkatan operasi secara umum dan konsep control secara khusus. Hal ini mencakup etika, kompetensi, serta integritas dan kepentingan terhadap kesejahteraan organisasi. Juga mencakup struktur organisasi serta kebijakan dan filosofi manajemen.

2. Penentuan Risiko

Penentuan risiko telah menjadi bagian dari aktivitas audit internal yang terus berkembang. Penentuan risiko mencakup penentuan risiko di semua aspek organisasi dan penentuan kekuatan organisasi melalui evaluasi risiko. Pertimbangan-pertimbagan untuk memastikan bahwa semua bagian organisasi bekerja secara harmonis juga menjadi tambahan.

3. Aktivitas Kontrol

Aktivitas control mencakup aktivitas-aktivitas yang dahulunya dikaitkan dengan konsep control internal. Aktivitas-aktivitas ini meliputi persetujuan, tanggung jawab dan kewenangan, pemisahan tugas, pendokumentasian, rekonsiliasi, karyawan yang kompeten dan jujur, pemeriksaaan internal dan audit internal. Aktivitas-aktivitas ini harus dievaluasi risikonya untuk organisasi secara keseluruhan.

4. Informasi dan komunikasi

Informasi dan komunikasi merupakan bagian penting dari proses manajemen. Manajemen tidak dapat berfungsi tanpa informasi. Komunikasi informasi tentang operasi control internal memberikan substansi yang dapat digunakan manajemen untuk mengevaluasi efektivitas control dan untuk mengelola operasinya.

5. Pengawasan

(20)

4. Keterbatasan Pengendalian Internal

Tidak ada satu sistem pun yang dapat mencegah secara sempurna semua

pemborosan dan penyelewengan yang terjadi pada suatu perusahaan. karena

pengendalian internal setiap perusahaan memiliki keterbatasan bawaan.

Keterbatasan bawaan yang melekat pada pengendalian internal menurut Mulyadi

(2002 : 181) sebagai berikut:

1. Kesalahan dalam pertimbangan

Seringkali, manajemen dan personil lain dapat salah dalam mempertimbangkan keputusan bisnis yang diambil atau dalam melaksanakan tugas rutin karena tidak memadainya informasi, keterbatasan waktu, atau tekanan lain.

2. Gangguan

Gangguan dalam pengendalian yang telah ditetapkan dapat terjadi karena personil secara keliru memahami perintah atau membuat kesalahan karena kelalaian, tidak adanya perhatian, atau kelelahan. Perubahan yang bersifat sementara atau permanen dalam personil atau dalam system dan prosedur dapat pula mengakibatkan gangguan.

3. Kolusi

Tindakan bersama beberapa individu untuk tujuan kejahatan disebut dengan kolusi (collusion). Kolusi dapat mengakibatkan bobolnya pengendalian internal yang dibangun untuk melindungi kekayaan entitas dan tidak terungkapnya ketidakberesan atau tidak terdeteksinya kecurangan oleh pengendalian internal yang dirancang.

4. Pengabaian oleh manajemen

Manajemen dapat mengabaikan kebijakan atau prosedur yang telah ditetapkan untuk tujuan yang tidak sah seperti keuntungan pribadi manajer, penyjian kondisi keuangan yang berlebihan, atau kepatuhan semu.

5. Biaya lawan manfaat

(21)

B. Pengertian Persediaan

1. Pengertian Persediaaan

Menurut Standar Akuntansi Keuangan yang dikeluarkan oleh Ikatan

Akuntan Indonesia (2002: 14.1-14.3) didefenisikan sebagai berikut:

“Persediaan adalah aktiva:

(a) tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal (b) dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan; atau

(c) dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa”

sedangkan menurut Horngren, dkk (2002: 167) mengemukakan pendapat

mereka mengenai persediaan barang dagangan sebagai berikut:

“Inventory include all goods that the company owns and expect to sell in the normal course of operation”

Pengertian di atas menyatakan bahwa pada intinya persediaan adalah barang

milik perusahaan untuk dijual kembali dalam kegiatan usahanya, barang-barang

yang masih dalam proses produksi, atau bahan-bahan yang akan digunakan

dalam proses produksi.

2. Penggolongan Persediaan

Mulyadi (2001 : 553) mengelompokkan persediaan sebagai berikut:

“Dalam perusahaan manufaktur persediaan terdiri dari : persediaan produk jadi, persediaan produk dalam proses, persediaan bahan baku, persediaan bahan penolong, persediaan habis pakai pabrik, persediaan suku cadang. Dalam perusahaan dagang persediaan hanya terdiri dari satu golongan saja yaitu persediaan barang dagangan”

C. Tujuan Pengendalian Internal Persediaan Barang Dagangan

Secara umum telah disebutkan bahwa tujuan pengendalian internal dalam suatu

(22)

bahwa tujuan tertentu dari perusahaan akan tercapai. Menurut Arens, dkk (2003:

272) terdapat enam rincian yang harus dipenuhi oleh pengendalian internal untuk

mencegah terjadinya kesalahan dalam jurnal dan catatan perusahaan:

1. Recorded transaction are exist (existence)

2. Exisiting transaction are recorded (completeness)

3. Recorded transaction are stated at the correct amount (accurancy) 4. Transaction are properly classified (classification)

5. Transaction are recorded on the correct dates (timing)

6. Recorded transaction are properly included in the master file and correctly summarized (posting and summarization)

Tujuan pengendalian internal persediaan barang dagangan adalah:

1. Transaksi benar-benar terjadi dan dilaksanakan (eksistensi)

Menyatakan bahwa transaksi yang dicatat adalah transaksi yang benar-benar

terjadi dalam perusahaan.

2. Transaksi yang terjadi diidentifikasikan dan dicatat secara lengkap

(kelengkapan)

Menyatakan bahwa transaksi telah dicatat dengan lengkap sehingga mencegah

penghilangan transaksi dari catatan.

3. Transaksi yang terjadi telah dicatat dengan benar (akurasi)

Menyatakan bahwa transaksi telah dicatat dengan benar. Tujuan ini menyangkut

keakuratan informasi untuk transaksi akuntansi.

4. Transaksi yang terjadi diklasifikasikan dengan benar (klasifikasi)

Menyatakan bahwa transaksi yang telah terjadi diklasifikasikan pada perkiraan

yang benar.

5. Transaksi yang terjadi dicatat pada saat yang tepat (ketepatan waktu)

Menyatakan bahwa transaksi yang dicatat pada waktu yang tepat, sehingga

(23)

6. Transaksi yang dimasukkan ke dalam catatan tambahan dan diikhtisarkan

(posting dan pengikhtiaran)

D. Pengertian Efektivitas

Pengertian efektivitas menurut IBK. Bayangkara (2008: 14) efektivitas

adalah merupakan tingkat keberhasilan suatu perusahaan untuk mencapai tujuannya

atau merupakan ukuran dari output.

Dari pernyataan diatas dapat diketahui bahwa efektivitas lebih menitik

beratkan tingkat keberhasilan organisasi dalam pencapaian tujuan yang telah

ditetapkan. Penilaian efektivitas didasarkan atas sejauh mana tujuan organisasi

dapat dicapai. Jadi, efektivitas merupakan derajat tingkat keberhasilan atau

kegagalan dalam mencapai target yang telah ditentukan.

E. Pengelolaan Persediaan Barang Dagangan yang Efektif

Pengelolaam persediaan barang dagangan merupakan aktivitas yang selalu

melekat pada persediaan barang dagangan, karena melalui pengelolaan persediaan

barang dagangan yang efektif akan memberikan pendapatan maksimal bagi

perusahaan. Menurut Willson dan Campbell yang dialihbahasakan oleh Tjintjin

Fenix Tjendera (2001:428) pengelolaan persediaan secara luas adalah:

Secara luas fungsi pengelolaan persediaan meliputi pengarahan arus dan

penanganan barang secara wajar mulai dari penerimaan sampai pergudanagan dan

penyimpanan, menjadi barang dalam pengolahan dan barang jadi, sampai berada di

tangan pelanggan.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur

pengelolaan barang dagangan terdiri dari:

(24)

Biasanya dilakukan oleh departemen pembelian yang dipimpin oleh kepala

pembelian umum. Dalam keadaan apapun. Prosedur sistematis harus dinyatakan

dalam bentuk tertulis untuk menetapkan tanggung jawab dan untuk memberi

informasi yang lengkap mengenai penggunaan seluruh barang yang terima.

2. Prosedur penerimaan persediaan barang dagangan

Kegiatan dalam prosedur penerimaan persediaan barang dagangan adalah

penanganan fisik atas persediaan barang dagangan yang diterima dan

mengirimkannya kepada bagian gudang. Jenis dan kuantitas barang yang

diterima harus diverifikasi secara hati-hati. Verifikasi ini dalam perusahaan

besar dilakukan dua kali, pertama pada waktu barang diterima oleh bagian

penerimaan dan yang kedua pada waktu barang diterima oleh bagian gudang

untuk disimpan.

3. Prosedur penyimpanan persediaan barang dagangan

Prosedur penyimpanan barang dimulai dari penerimaan barang dari departemen

penerimaan yang dilampirkan dengan laporan penerimaan yang diteruskan ke

gudang. Tujuan penyimpanan barang di gudang adalah untuk mencegah dan

mengurangi kerugian yang timbul akibat pencurian dan kerusakan barang. Yang

bertanggung jawab disini adalah kepala gudang, artinya barang harus disimpan

dalam gudang agar tetap terjaga baik kualitasnya maupun kuantitasnya.

Persediaan barang dagangan yang ada di gudang harus dikelompokkan menurut

jenis, ukuran dan sifat sehingga akan memudahkan bila diperlukan.

4. Prosedur pengeluaran persediaan barang dagangan

Kepala gudang sebagai pejabat bagian penyimpanan biasanya menerima

(25)

barang yaitu bahwa barang hanya boleh dikeluarkan berdasarkan instruksi dari

pejabat yang berwenang atau berdasarkan bon permintaan barang dari bagian

yang memerlukan barang dagangan tersebut. Kepala gudang bertanggung jawab

atas pelaksanaan pengeluaran barang maupun kelengkapan dokumen yang

menyertainya. Surat permintaan barang merupakan dokumen permintaan barang

yang ditujukan kepada bagian gudang agar mengeluarkan dan mengangkat

barang ke tempat yang telah ditentukan dan menyerahkan kepada personel yang

mengajukan dengan prosedur yang sesuai. Bagian gudang kemudian

mengeluarkan bukti pengeluaran barang yang didistribusikan kepada bagian

akuntansi, bagian yang meminta pengeluaran barang, serta arsip untuk bagian

gudang sendiri.

5. Prosedur pencatatan persediaan barang dagangan

Menurut Horngren (2002: 356) persediaan dapat dicatat dengan dua cara yaitu:

a. Perpetual Inventory System b. Periodic Inventory System Berikut penjelasannya:

a. Perpetual Inventory System

Dalam system ini pembelian barang dagangan untuk dijual kembali atau

bahan baku untuk diproduksi didebet pada perkiraan persediaan. Biaya

pengangkutan, pengembalian barang dan potongan pembelian dicatat pada

perkiraan persediaan, harga pokok barang diperoleh untuk setiap penjualan

dengan mendebit perkiraan harga pokok barang dan mengkredit persediaan.

Persediaan harga pokok barang diperlukan untuk mengakumulasi cost dari

(26)

menunjukkan nilai persediaan akhir yang dimiliki. Perpetual inventory

system menyediakan catatan yang kontinyu dari saldo perkiraan persediaan dan harga pokok barang.

Adapun ayat jurnal untuk metode perpetual adalah:

Aktivitas pembelian

Dr. Persediaan barang dagangan Rp. XXX

Cr. Kas/Hutang dagang Rp. XXX

Aktivitas penjualan

Dr. Harga pokok barang yang dijual Rp. XXX

Cr. Persediaan barang dagangan Rp. XXX

Dr. Kas/Piutang dagang Rp. XXX

Cr. Penjualan Rp. XXX

b. Periodic Inventory System

Pada sistem ini, pembelian yang terjadi didebet ke perkiraan pembelian. Jadi

dengan menggunakan system ini perkiraan persediaan tidak akan

terpengaruh atau tetap sampai akhir periode akuntansi karena tidak ada

jurnal yang berhubungan dengan perkiraan persediaan saat terjadi pembelian

dan penjualan. Pada akhir akuntansi, seluruh persediaan yang ada dihitung

dan nilainya ditetapkan sebesar cost, dimana nilai ini akan dimasukkan

sebagai jumlah persediaan akhir yang ada. Harga pokok barang yang dijual

pada akhir peroide ditentukan dengan cara persediaan awal ditambah

pembelian lalu dikurangi dengna persediaan akhir. Jika perusahaan

menggunakan sistem ini maka salah satu cara yang dapat digunakan untuk

(27)

metode fisik setahun sekali. Adapun ayat jurnal untuk metode periodik

adalah:

Aktivitas pembelian

Dr. Pembelian barang dagangan Rp. XXX

Cr. Kas/Hutang dagang Rp. XXX

Aktivitas penjualan

Dr. Kas/piutang dagang Rp. XXX

Cr. Penjualan Rp. XXX

Metode penilaian persediaan merupakan faktor penting dalam menetapkan

hasil operasi dan kondisi keuangan karena berkaitan dengan menentukan

harga pokok barang yang dijual.

6. Prosedur penilaian persediaan barang dagangan

Metode penilaian persediaan menurut Kieso, dkk (2007 : 334-340) yang

biasa dipergunakan perusahaan antara lain:

1. Specific Indentification Method 2. First-in, First-out Method 3. Last-in, First-out Method 4. Average Method

Berikut ini merupakan penjelasannya, yaitu:

1. Specific Identification Method

Metode ini menelusuri arus fisik aktual dari barang. Masing-masing

jenis persediaan ditandai, diberi label, ataupun diberi kode sesuai dengan

spesifik biaya per unitnya. Pada akhir periode, biaya spesifik dari

persediaan yang masih menjadi persediaan merupakan biaya total dari

(28)

diasumsikan Southland Music Company membeli 3 set televisi 46 inchi

dengan harga masing-masing $700, $750, dan $800. Selama tahun

berjalan 2 set televisi tersebut terjual dengan harga $1.200 per unit. Pada

tanggal 31 Desember, televisi dengan harga $750 masih belum terjual.

Persediaan akhirnya adalah $750 dengan harga pokok penjualannya

adalah $1.500 ($700 + $800).

2. First-in, First-Out method (FIFO)

Metode ini mengasumsikan bahwa barang yang pertama kali dibeli

adalah barang yang pertama kali dijual. FIFO bahkan paralel dengan

arus fisik aktual persediaan barang dagang karena umumnya merupakan

praktik bisnis yang sehat untuk menjual pertama kali barang yang dibeli

lebih dulu. Dengan metode FIFO, harga pokok barang yang lebih dulu

dibeli merupakan biaya yang pertama kali diakui sebagai harga pokok

penjualan. Sebagai contoh,

Kumpulan Biaya

Harga Pokok Barang Tersedia untuk dijual

Tanggal Uraian Unit Biaya per Unit Biaya Total

1/1 Persediaan awal 100 $10 $ 1.000

15/4 Pembelian 200 $11 $ 2.200

24/8 Pembelian 300 $12 $ 3.600

27/11 Pembelian 400 $13 $ 5.200

Total 1.000 $12.000

(29)

Selama tahun berjalan, 550 unit terjual dan 450 unit masih tersisa per

tanggal 31 Desember, dengan perincian sebagai berikut:

Tanggal Unit Biaya per Unit Biaya Total

27/11 400 $13 $5.200

24/8 50 $12

Total 450 $5.800

$ 600

Maka, harga pokok penjualannya adalah sebagai berikut:

Harga pokok barang tersedia untuk dijual $12.000

Dikurangi : Persediaan akhir

Harga pokok penjualan $ 6.200

$ 5.800

3. Last-in, First-out method (LIFO)

Metode ini mengasumsikan bahwa barang yang terakhir dibeli adalah

barang yang pertama kali ditetapkan dalam menghitung harga pokok

penjualan. Sebagai contoh,

Kumpulan Biaya

Harga Pokok Barang Tersedia untuk Dijual

Tanggal Uraian Unit Biaya per Unit Biaya Total

1/1 Persediaan awal 100 $10 $ 1.000

15/4 Pembelian 200 $11 $ 2.200

24/8 Pembelian 300 $12 $ 3.600

27/11 Pembelian 400 $13 $ 5.200

Total 1.000 $12.000

(30)

Selama tahun berjalan, 550 unit terjual dan 450 unit masih tersisa per

tanggal 31 Desember, dengan perincian sebagai berikut:

Tanggal Unit Biaya per Unit Biaya Total

1/1 100 $10 $1.000

15/4 200 $11 $2.200

24/8 150 $12

Total 450 $5.000

$1.800

Maka, harga pokok penjualannya adalah:

Harga pokok barang tersedia untuk dijual $12.000

Dikurangi : Persediaan akhir

Harga pokok penjualan $ 7.000

$ 5.000

4. Average method (Metode rata-rata)

Metode ini mengasumsikan bahwa barang yang tersedia untuk dijual

memiliki biaya per unit yang sama (rata-rata). Pada umumnya barang

yang dijual adalah identik. Berdasarkan metode tersebut, harga pokok

barang tersedia untuk dijual dialokasikan pada dasar biaya rata-rata

tertimbang per unit. Rumus dan contoh perhitungan dari biaya rata-rata

tertimbang per unit adalah sebagai berikut:

Biaya rata-rata tertimbang per unit =

(31)

Sebagai contoh,

Kumpulan Biaya

Harga Pokok Barang Tersedia untuk Dijual

Tanggal Uraian Unit Biaya per unit Biaya Total

1/1 Persediaan awal 100 $10 $ 1.000

15/4 Pembelian 200 $11 $ 2.200

24/8 Pembelian 300 $12 $ 3.600

27/11 Pembelian 400 $13 $ 5.200

Total 1.000 $12.000

Sumber : Kieso (2007 : 340)

Selama tahun berjalan, 550 unit terjual dan 450 unit masih tersisa per

tanggal 31 Desember, dengan perincian sebagai berikut:

$12.000 : 1.000 = $12

Unit Biaya per unit

450 x $12 = $5.400

Biaya Total

Maka, harga pokok penjualan sebagai berikut:

Harga pokok barang tersedia untuk dijual $12.000

Dikurangi : Persediaan akhir

Harga pokok penjualan $ 6.600

$ 5.400

7. Prosedur pengendalian persediaan barang dagangan

Pengendalian persediaan menurut Willson dan Campbell yang

(32)

“Pengendalian persediaan meliputi pengendalian kuantitas dan jumlah

dalam batas-batas yang telah direncanakan dan perlindungan fisik

persediaan.”

Jadi pengendalian persediaan barang dagangan meliputi:

1. Penentuan kuantitas persediaan barang dagangan yang mencukupi

kebutuhan untuk proses penjualan.

2. Perlindungan fisik terhadap persediaan barang dagangan.

Menurut Willson dan Campbell yang dialihbahasakan oleh Tjintjin

Tjendera (2001: 430) ada beberapa titik persediaan yang dapat dipandang

sebagai alat untuk mencapai pengendalian persediaan yaitu:

1. Penetapan titik persediaan maksimum dan minimum

2. Penggunaan rasio perputaran persediaan (inventory turn over) 3. Pertimbangan manajemen

4. Analisa nilai

5. Pengendalian budgeter

Dalam berbagai perusahaan terdapat beberapa macam cara pengendalian

tergantung dari jenis pengendalian. Berikut ini pendapat dari beberapa pakar

mengenai pengendalian terhadap persediaan barang dagangan:

1. Economic Order Quantity (EOQ)

Adalah jumlah pesanan yang secara ekonomis menguntungkan yaitu

besarnya pesanan yang menyebabkan biaya pemesanan dan biaya pengiriman

yang minimal. Sebenarnya penggunaan rumus EOQ banyak diterapkan dalam

menetapkan jumlah pembelian setiap kali untuk perusahaan industri. Meskipun

demikian rumus ini dapat pula dipakai untuk menetapkan jumlah tiap kali

pembelian yang tepat untuk pedagang perantara.

(33)

EOQ =

R = Jumlah (dalam unit) yang dibutuhkan dalam satu periode tertentu, misalnya

satu tahun

S = Biaya pesanan setiap kali pesan

P = Harga per unit yang dibayarkan

I = Biaya penyimpanan dan pemeliharaan di gudang, dinyatakan dalam

persentase dari nilai rata-rata dalam rupiah dari persediaan

2. Reorder Point (ROP) dan Safety Stock (SS)

Reorder point adalah titik dimana harus diadakan pemesanan kembali sehingga kedatangan barang yang dipesan tepat pada waktunya, dimana

persediaan atas safety stock sama dengna nol. Masalah pesanan ini tergantung

pada tiga faktor yaitu:

a. Waktu yang diperlukan untuk penyimpanan

b. Tingkat pemakaian barang

c. Persediaan minimal atau penyelamat (safety stock)

Perkiraaan atau penaksiran lead time dari pesanan biasanya menggunakan

ratarata hitung beberapa hari pesanan lead time pesanan sebelumnya.

Tingkat pemakaian barang juga diperlukan untuk menentukan waktu

pemesanan yang tepat. Salah satu dasar untuk memperkirakan kuantitas barang

dalam periode tertentu, khususnya selama periode pemesanan adalah rata-rata

pemakaian kuantitas barang masa sebelumnya atau selama periode waktu.

(34)

pembelian persediaan yang ekonomis untuk penjagaan atau permintaan

langganan yang tidak umum.

Rumus Reorder Point:

ROP = (Lead time x average inventory usage rate) + safety stock 3. Budgetary Control (Pengendalian Budgeter)

Pengendalian melalui penyusunan anggaran merupakan suatu cara yang

dilakukan untuk membandingkan antara keadaan yang sebenarnya dengan

keadaan yang direncanakan. Dalam penyusunan anggaran , perlu dimulai

dengan menetapkan terlebih dahulu berapa jumlah yang harus dijual. Jumlah ini

ditetapkan lebih dulu melalui suatu estimasi atau taksiran datri pihak pimpinan

kemudian berdasarkan rencana penjualan dan rencana persediaan barang

dagangan, dapat dibuat anggaran pembelian barang dagangan dan anggaran

lainnya.

4. Inventory Turn Over (Rasio Perputaran Persediaan)

Perputaran persediaan merupakan angka yang menunjukkan kecepatan

pergantian dalam periode tertentu, biasanya dalam waktu satu tahun. Angka

tersebut dapat diperoleh dengan membagi semua harga persediaan atau barang

yang dipergunakan selama periode tertentu dengan jumlah rata-rata persediaan

selama periode tertentu. Perhitungan inventory turn over dapat dilakukan untuk

semua persediaan yang ada dalam perusahaan. untuk persediaan barang

dagangan dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Merchandise Inventory Turn Over =

(35)

Tinggi rendahnya inventory turn over menunjukkan esar kecilnya investasi

pada persediaan barang dagangan. Suatu tingkat merchandise inventory yang

rendah dapat menunjukkan adanya investasi yang terlalu besar dalam persediaan

dan makin lamanya modal yang tertanam dalam persediaan. Sedangkan

merchandise inventory yang tinggi menunjukkan adanya invenstas yang terlalu

rendah atau pendeknya waktu tertanamnya modal dalam perusahaan. Apabila

modal yang digunakan untuk membiayai persediaan tersebut adalah modal asing

tingginya inventory turn over memperkecil beban harga. Tingkat perputaran

persediaan memegang yang penting dalam efisiensi.

Jadi berdasarkan pengertian di atas, maka pengendalian persediaan dapat

digunakan sebagai alat untuk memastikan bahwa perencanaan persediaan telah

dikerjakan dengan sesuai atau tidak. Apabila belum dikerjakan dengan sesuai

maka pengendalian persediaan akan membuat tindakan yang tepat untuk

mengarahkannya.

F. Syarat-syarat Pengelolaan Persediaan Barang Dagangan yang Efektif

Menurut Willson dan Campbell yang dialihbahasakan oleh Tjintjin Felix

Tjendera (2001: 430-431) mengungkapkan mengenai syarat-syarat pengelolaan

persediaan barang dagang yang efektif adalah sebagai berikut:

1. Penetapan tanggung jawab dan kewenangan yang jelas terhadap persediaan 2. Sasaran dan kebijakan yang dirumuskan dengan baik

3. Fasilitas pergudangan dan penanganan yang memuaskan 4. Klasifikasi dan identifikasi persediaan yang layak

(36)

Adapun ketujuh syarat pengelolaan persediaan barang dagang yang efektif

adalah sebagai berikut:

1. Penetapan tanggungjawab dan kewenangan yang jelas terhadap persediaan

Tanggung jawab didefenisikan sebagai penugasan pekerjaan dan kewajiban

spesifik untuk dilaksanakan oleh seseorang dengan sebaik-baiknya. Tanggung

jawab ini harus disertai kewenangan yang diperlukan yaitu hak untuk membuat

keputusan-keputusan dan untuk meminta atau memperoleh ketaatan terhadap

instruksi-instruksi yang ada hubungannya dengan pelaksanaan permintaan.

2. Sasaran dan kebijakan yang dirumuskan dengan baik

Mereka yang bertanggung jawab untuk melaksanakan keinginan pimpinan

dalam hubungannya dengan persediaan, harus memahami dengan jelas

aturan-aturan bertindak yang akan menjadi pedoman bagi mereka. Tidak ada yang

demikian dan merusak moral dan dapat menimbulkan kebingungan pelimpahan

suatu tugas tetapi tidak mengetahui harapan dari tugas yang diharapkan dati

tugas itu.

3. Fasilitas pergudangan dan penanganan yang memuaskan

Faktor ketiga yang penting dalam pengendalian persediaan adalah

fasilitas-fasilitas pergudangan dan penyelengaraan yang cukup. Tidak ada prosedur yang

sekalipun telah direncakan dengan sangat baik dapat berhasil dalam suatu bidang

pergudangan atau penyimpanan yang tidak terorganisir, atau dilengkapi dengan

tindakan yang tidak baik.

4. Klasifikasi dan identifikasi persediaan secara layak

Klasifikasi ini harus dikenal dalam menetapkan anggaran dan pengendalian serta

(37)

Pengendalian akuntansi menjadi betul-betul tidak berguna apabila barang yang

diminta dilaporkan sebagai barang lain. Klasifikasi dan identifikasi persediaan

secara wajar adalah perlu bagi suatu pengendalian persediaan yang efektif.

5. Standarisasi dan simplikasi persediaan

Standarisasi merupakan suatu istilah yang lebih lazim yang berhubungan dengan

penetapan standar. Dalam hal persediaan, standarisasi berhubungan dengan

pengurangan suatu garis produk menjadi beberapa jenis, ukuran, karakteristik

tetap yang dianggap sebagai standar. Tujuannya adalah untuk mengurangi

banyaknya unsur atau jenis barang, untuk menetapkan standar kualitas bahan.

Dengan adanya dengan banyaknya jenis atau unsur persediaan yang mungkin

diselenggarakan, maka masalah pengendalian dapat dipermudah. Simplikasi

hanya menyangkut eliminasi jenis dan ukuran produk yang berlebihan.

Eliminasi produk-produk yang tidak dijual dapat dengan cepat memberikan

kontribusi besar untuk mengurangi persediaan yang harus dilaksanakan.

6. Catatan dan laporan yang cukup

Perencanaan dan pengendalian persediaan didasarkan pada suatu anggapan

pendahuluan yaitu adanya pengetahuan mengenai fakta-fakta dan ketersediaan

fakta-fakta memerlukan catatan dan laporan persediaan yang cukup.

Catatan-catatan persediaan harus berisi informasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan

para staf pembelian, produksi, penjualan, dan keuangan.

7. Tenaga kerja yang memuaskan

Pengelolaan persediaan tidak dicapai melalui penetapan prosedur dan

penyelenggaraan catatan pembukuan, tapi diperoleh melalui tindakan manusia,

(38)

Seseorang harus mempunyai perhatian dan inisiatif yang cukup untuk menelaah

catatan dan merekomndasikan atau mengambil tindakan perbaikan. Kecakapan

ini tidak dapat hanya berada di jenjang pimpinan yang tinggi, tetapi harus

sampai pada mereka yang diberi tanggung jawab khusus terhadap pengendalian

persediaan.

Berdasarkan defenisi di atas, suatu pengelolaan persediaan barang

dagangan dikatakan efektif jika telah memenuhi ketujuh persyataran di atas.

G. Peranan Pengendalian Internal Persediaan Barang Dagangan dalam

Menunjang Efektivitas Pengelolaan Persediaan Barang Dagangan

Pengendalian internal merupakan metode dan tindakan yang dilaksanakan oleh

perusahaan dan dipakai sebagai alat pengendali yang berfungsi untuk mengamankan

persediaan barang dagangan sejak mendatangkan, menerima, menyimpan,

mengeluarkannya, baik fisik maurpun kuantitas dan pencatatannya, termasuk

penilaiannya. Hal ini berarti dengan adanya pengendalian internal persediaan barang

dagangan yang memadai, maka pengelolaan persediaan barang dagangan yang efektif

diharapkan dapat tercapai.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mencapai pengendalian internal

persediaan barang dagangan yang efektif yaitu pengendalian persediaan barang

dagangan yang memadai. Pengendalian internal yang efektif selalu terikat dengan

unsur-unsur pengendalian internal, sehingga berfungsi atau tidaknya pengendalian

internal dapat dilihat dari bagaimana menerapkan unsur-unsur pengendalian internal

tersebut dalam aktivitas pengelolaan persediaan barang dagangan. Adapun

(39)

pengendalian, penilaian risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi serta

pemantauan.

Pengendalian internal persediaan barang dagangan dapat berperan jika dapat

mencapai tujuannya untuk mencapai pengelolaan persediaan barang dagangan yang

efektif. Dengan diterapkannya unsur-unsur dan tujuan pengendalian internal persediaan

barang dagangan tersebut, diharapkan dapat menciptakan pengendalian internal

persediaan barang dagangan yang memadai. Efektif tidaknya pengelolaan persediaan

barang dagangan dapat diukur dari sejauh mana perusahaan dapat melaksanakan

unsur-unsur pengelolaan persediaan barang dagangan yang efektif. Dengan demikian

pengendalian internal persediaan barang dagangan yang merupakan salah satu alat

untuk mencapai syarat-syarat pengelolaan persediaan barang dagang yang efektif yaitu

penetapan tanggung jawab dan kewenangan yang jelas terhadap persediaan, sasaran dan

kebijakan yang dirumuskan dengan baik, fasilitas pergudangan dan penanganan yang

memuaskan, klasifikasi dan identifikasi persediaan secara layak, standarisasi dan

simplikasi persediaan, catatan dan laporan yang cukup serta tenaga kerja yang

memuaskan.

H. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian terdahulu yang mendukung terhadap penelitian yang akan

dilakukan penulis antara lain:

Penelitian yang dilakukan oleh Dian Radiani tahun pada tahun 2004,

berdasarkan penelitiannya diperoleh hasil bahwa pengendalian internal yang memadai

dan efektif atas persediaan barang dagangan akan dapat menunjang efektivitas

(40)

I. Kerangka Konseptual

Keterangan:

Pengendalian merupakan fungsi manajemen yang melaksanakan analisa seluruh

aktivitas perusahaan. Fungsi ini sangat penting karena menghasilkan pertimbagan dan

saran yang bermanfaat untuk perencanaan berikutnya. Adanya pengendalian di

perusahaan, maka diharapkan seluruh aktivitas perusahaan termasuk pengelolaan

persediaan barang dagangan dapat berjalan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang

telah ditetapkan sebelumnya. Efektivitas adalah ukuran keberhasilan suatu kegiatan

atau program yang dikaitkan dengan tujuan yang ditetapkan. Efektivitas dalam

pengelolaan persediaan barang dagangan berarti penyediaan persediaan barang

dagangan tepat waktu pada saat dibutuhkan dengan harga yang terjangkau. PT. PUSRI Medan

Pengelolaan Persediaan Barang dagangan Pengendalian Internal

Persediaan Barang Dagangan

(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Dalam menulis skripsi ini, penulis melakukan penelitian di PT. Pupuk

Sriwidjaja Medan dengan lokasi di Jl. Gajah Mada No. 25 Medan. Waktu penelitian

yang dimulai dari bulan Juli sampai dengan selesai. Jadwal penelitian yang

direncanakan adalah sebagai berikut:

Jadwal Penelitian

Data yang digunakan untuk menunjang penelitian ini adalah:

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari perusahaan mengenai

objek penelitian yang diteliti dan kemudian akan diolah lagi oleh penulis.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang telah ada di perusahaan, seperti struktur

(42)

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Teknik dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data yang berkaitan dengan

pengendalian internal persediaan barang dagangan dan pengelolaan persediaan

barang dagangan.

b. Teknik wawancara, yaitu pengumpulan data dengan mengajukan

pertanyaan-pertanyaan kepada pihak-pihak yang berwenang atau bagian-bagian yang

berhubungan dengan masalah yang diteliti.

D. Metode Analisis Data

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menggunakan metode deskriptif, yaitu

suatu metode penganalisaan data, dimana data yang sudah dikumpulkan kemudian

diklasifikasikan, diinterpretasikan dan kemudian dianalisis sehingga memberikan

(43)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Data Penelitian

1. Data Perusahaan

a. Sejarah Singkat Perusahaan

PT. Pupuk Sriwijaja Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dibawah

Departemen Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia yang didirikan

pada tanggal 24 Desember 1959, dengan Akte Notaris Eliza Pondang No.177

dengan status hukum Perseroan Terbatas (PT). PT. Pupuk Sriwijaja dicantumkan

keberadaannya pada lembar Berita Negara No.46 sebagai Badan Usaha Milik

Negara (BUMN) yang kegiatan utamanya adalah memproduksi pupuk urea

dengan pemegang saham tunggal yaitu Pemerintah Republik Indonesia Pemegang

sahamnya adalah Meteri Keuangan dan sebagai kuasa hukum adalah Meteri

Perindustrian.

PT. Pupuk Sriwijaja (Persero) sejak berdirinya telah mengalami perubahan

Badan Usaha sebagai berikut :

1. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.20 tahun 1964 sejak bulan Mei 1964

berubah dari Perseroan Terbatas (PT) menjadi Perusahaan Negara (PN).

2. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.20 tahun 1969 dengan Akte Notaris

Soeleman Arjasasmita pada bulan Januari 1976 dikembalikan lagi menjadi

Perseroan Terbatas (PT).

Saat ini kantor pusat berlokasi di Palembang di lingkungan area pabrik

pupuk Pusri IB, Pusri II, Pusri III, dan Pusri IV Keempat pabrik tersebut

(44)

1. Pada tahun 1963 didirikan pabrik pupuk urea pertama yaitu Pusri I dengan

kapasitas terpasang sebesar 100.000 ton per tahun.

2. Pada tahun 1974 didirikan pabrik urea kedua yaitu Pusri II dengan kapasitas

sebesar 380.000 ton per tahun, sejak tahun 1992 kapasitasnya bertambah

menjadi 570.000 ton per tahun.

3. Pada tahun 1976 didirikan pabrik pupuk urea ketiga yaitu Pusri III dengan

kapasitas terpasang 570.000 ton per tahun.

4. Pada tahun 1977 didirikan pabrik pupuk urea keempat yaitu Pusri IV dengan

kapasitas 570.000 ton per tahun.

5. Pada tahun 1990 didirikan pabrik pupuk urea kelima yaitu Pusri IB dengan

kapasitas terpasang 570.000 ton per tahun sebagai pengganti Pusri I karena

usia teknisnya tidak memungkinkan dan secara efisien sudah tidak layak

untuk dipergunakan lagi, tetapi Pusri IB ini mulai berproduksi tahun 1994.

Adapun faktor-faktor yang menyebabkan PT. PUSRI berkantor pusat dan

pusat produksi di Palembang adalah :

1. Faktor bahan dasar yang diperlukan dalam pembuatan pupuk urea yang cukup

banyak tersedia.

2. Faktor gas alam dimana untuk penyediaannya disanggupi PT. Stanvac

Indonesia dengan kontrak selama 20 tahun dan selanjutnya disediakan oleh

Pertamina.

3. faktor air sebagai bahan dan pendingin mesin yang tersedia yang diperoleh

dari sungai Musi, dimana lakoasi Pabrik PT. PUSRI berada di tepi sungai

(45)

Disamping kantor pusat dan pabrik yang berlokasi di Palembang, PT.

Pupuk Sriwijaja juga memiliki Kantor-Kantor Pemasaran Wilayah (KPW) yang

tersebar di seluruh daerah tingkat II di Indonesia serta unit-unit pengantongan

Pupuk curah di Belawan, Cilacap, Semarang dan Meneng (Banyuwangi) berikut

kapal-kapal angkutan pupuk curah dan armada kereta apai untuk mengangkut

pupuk ke dalam kantong.

Akselerasi pembangunan di sektor agroindustri telah membuka peluang

besar bagi industri pupuk di Indonesia. Industri pupuk nasional hampir dikatakan

identik dengan Molding BUMN pupuk, dimana PT. PUSRI merupakan BUMN

dengan pemegang saham tunggal adalah pemerintah Indonesia. Kemudian

menyusul industri pupuk di tanah air antara lain pendirian PT. Petrokimia Gresik

dan PT. Kujang pada tahun 1975, PT. Pupuk Kaltim tahun 1977, PT. Pupuk

Iskandar Muda pada tahun 1982. berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No.28

tahun 1997 dan PP no.34 tahun 1998, industri pupuk di tanah air menjadi satu

keluarga (Holding Company) atau satu wadah persatuan pupuk nasional guna

menggalang persatuan diantara produsen-produsen pupuk dengan ditunjukkannya

PT. PUSRI sebagai induk perusahaan (Operating Holding Company) dengan anak

perusahaan yaitu industri pupuk di tanah air.

Sejalan dengan perkembangan industri pupuk di tanah air, pemerintah

Republik Indonesia melalui Peraturan Pemerintah nomor 17 tanggal 24 Juni 1997

dan nomor 28 tanggal 07 Agustus 1997 dengan akta notaris Imas Fatimah, SH

nomor 47 tanggal 13 Agustus 1997 dan nomor 41 tanggal 14 Oktober 1997,

menetapkan seluruh saham Pemerintah pada Industri pupuk PT. Pupuk Kujang,

(46)

Gresk sejumlah Rp. 1.829.290.000.000,00 dialihkan kepemilikannya kepada PT.

PUSRI.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 34 tanggal 28 Februari

1998 menetapkan peralihan saham pemerintah sebesar Rp. 6.000.000.000,00 di

PT. Mega Eltra kepada PT. PUSRI dan selanjutnya Menteri Negara Penanaman

Modal dan Pembinaan BUMN dengan keputusan nomor

Kep-26/M-PM/BUMN/2000 tanggal 03 Juni 2000, menyetujui kapitalisasi laba ditahan PT.

Pupuk Kalimantan Timur Tbk. Sebesar Rp. 728.768.000.000,00 menjadi

tambahan modal disetor.

PT Pupuk Sriwijaya yang lebih dikenal dengan singkatan PT PUSRI

adalah salah satu perusahaan milik negara dengan tugas utama memproduksi

pupuk ke seluruh wilayah Indonesia. Dalam mengembangkan usahanya, PT

PUSRI mempunyai visi dan misi untuk meningkatkan pelayanan kepada

masyarakat. Adapun visi dan misi tersebut adalah:

Visi

“Menjadi perusahaan kelas dunia dalam industri pupuk, petrokimia dan jasa-jasa

teknik melalui maksimasi nilai untuk perusahaan dan kepuasaan pelanggan“.

Misi

“Memproduksi dan memsarkan pupuk untuk Ketahanan Pangan Nasional

(Swasembada Pangan), produk-produk kimia dan jasa-jasa teknik di pasar

nasional dan global dengan memperhatikan aspek mutu secara menyeluruh”.

Sebagai BUMN, PT PUSRI mengemban nilai dalam rangka pembangunan

nasional yaitu :

(47)

PT PUSRI harus mampu mengelola modal yang dipercayakan kepadanya

sehingga mendatangkan untung dan mampu membayar operasinya sendiri dan

mampu menghasilkan surplus dari perputaran modal tersebut.

2. Sebagai penggerak pembangunan (Agent of Development)

Sejalan dengan program pemerintah dalam pembangunan perekonomian

nasional seperti yang tertera dalam UUD 1945, GBHN telah secara jelas dan

tegas menunjukkan bahwa dalam kegiatan ekonomi termasuk industri harus

dihindarkan timbulnya “etatisme” dan sistem “free fight lineralism”, maka

dalam hubungan inilah PT. PUSRI diharapkan kontribusinya yaitu sebagai

penggerak pembangunan dalam perekonomian industri baik untuk wilayah

Sumatera Selatan maupun nasional antara lain dengan program “Bapak

Angkat”.

3. Sebagai Stabilator

Pengadaan pupuk adalah masalah yang tidak dapat dipisahkan dari masalah

stabilisasi pengadaan/penyediaan pangan nasional perusahaan mendapat

kepercayaan untuk ikut serta mengelola pengadaan pupuk nasional, buka saja

pupuk yang berasal dari produksi sendiri tetapi juga pupuk dari unit-unit

produksi lainnya serta dari impor dengan prinsip 6 tepat yaitu : tepat jumlah,

waktu, jenis, tempat, harga, dan pembayaran (PT. PUSRI ditunjuk sebagai

penyalur tunggal dalam pengadaan penyediaan serta penyaluran pupuk untuk

kebutuhan dalam negeri).

Adapun tujuan perusahaan adalah untuk turut melaksanakan dan

menunjang kebijaksanaan program pemerintah di bidang ekonomi dan

(48)

industri kimia lainnya, disamping menyelenggarakan kegiatan distribusi dan

perdagangan baik dalam maupun di luar negeri yang berhubungan dengan

produk-produk tersebut diatas.

Dalam rangka penyaluran dan penjualan pupuk untuk mencapai tingkat

pemasaran yang diharapkan dilakukan usaha melalui kegiatan promosi,

penyuluhan dan popularisasi. Untuk meningkatkan kelancaran usaha

penyaluran pupuk ke daerah-daerah dan menggerakkan kegiatan untuk

persiapan program pemasran di masa mendatang, Direksi PT. Pusri dengan

Surat Keputusan No. KPTS/Dir/001/D/1970 tanggal 3 Januari 1970 telah

membentuk kantor-kantor pemasaran daerah yang berjumlah 25 kantor.

Tugas pokok kantor Pemasaran Pusri Daerah (PPD) adalah mengadakan

pengawasan dan pengarahan atas penyaluran pupuk melalui distributor, pupuk

yang dihasilkan PT. Pusri ada yang berbentuk kemasan dalam kantong dan ada

yang berbentuk curah sehingga pengantongan di daerah PT. Pusri mempunyai

unit pengantongan pupuk, antara lain:

1. Unit pengantongan pupuk PT. Pusri Belawan

2. Unit pengantongan pupuk PT. Pusri Cilacap

3. Unit pengantongan pupuk PT. Pusri Meneg

4. Unit pengantongan pupuk PT. Pusri Surabaya

5. Unit pengantongan pupuk PT. Pusri Ujung Pandang

PT. Pusri Medan yang berkedudukan di Medan merupakan salah satu

cabang pemasaran yang bertugas untuk menyalurkan pupuk ke seluruh daerah

(49)

b. Struktur Organisasi Perusahaan

Organisasi merupakan perkumpulan orang-orang dengan tujuan yang

sama dan bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan bersama

harus memiliki struktur organisasi yang baik. Dengan adanya struktur

organisasi maka dapat diketahui tempat dan fungsinya masing-masing untuk

bekerja dan melaksanakan tugasnya sesuai dengan tujuan pokok yang

digariskan oleh pimpinan.

Mengingat besaranya peranan dan sumbangan dari struktur organisasi

dalam mencapai tujuan perusahaan, maka PT. Pusri Medan turut serta memilih

(50)

Gambar 4.1

STRUKTUR ORGANISASI PT. PUPUK SRIWIDJAJA KANTOR PPD SUMUT-MEDAN

(51)

Dari bagan struktur organisasi PT. Pusri Medan, maka tugas dan tanggung

jawab masing-masing bagian dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Kepala Kantor Pemasaran Pusri Daerah (PPD), mempunyai fungsi:

1. Melaksanakan pemasaran dan pendistrbusian setiap produk pupuk

2. Menjalin hubungan dan kerjasama yang baik dengan instansi/jawatan

pemerintah setempat. Kepala PPD secara hirarki bertanggung jawab

kepada Kepala Divisi Operasi di Kantor Pusat.

Tugas dan tanggung jawabnya:

a. Melaksanakan program kerja sesuai dengan kebijaksanaa yang telah

ditentukan oleh Kepala Divisi dan Kepala Pemasaran Produk.

b. Menentukan prioritas kegiatan dan langkah-langkah kegiatan yang akan

dilaksanakan dan sarana-sarana yang telah ditentukan sebelumnya.

c. Mengkoordinir pekerjaan-pekerjaan di Kantor Pemasaran Pusri Daerah.

d. Memberikan laporan formal secara periodik kepada Kepala Divisi

Operasi.

e. Menghubungi pihak-pihak ekstern untuk menjalin kerjsaama dan menjaga

hubungan baik.

f. Aktif membina peningkatan kemampuan KUD baik dalam administrasi

maupun operasional dalam hal penyaluran pupuk bersubsidi di tingkat

kecamatan.

g. Mengawasi adanya kekurangan pupuk pada salah satu kecamatan yang

diakibatkan ketidakmampuan KUD penyalur pupuk.

b. Kepala Seksi Administrasi dan Keuangan

(52)

1. Melaksanakan kegiatan keuangan Kantor PPD sesuai dengan Standard Operating Procedure (SOP) bidang keuangan.

2. Melaksanakan kegiatan administrasi dan tata usaha kantor PPD

(Pemasaran Pusri Daerah)

3. Melaksanakan kegiatan administrasi kepegawaian sesuai dengan

ketentuan-ketentuan yang digariskan.

4. Menyusun anggaran PPD, laporan keuangan, inventaris PPD serta

kepegawaian

c. Kepala Seksi Penjualan

Tugas dan tanggung jawab:

1. Menghubungi pihak-pihak yang membutuhkan pupuk dan non pupuk.

2. Menginventarisir seluruh kebutuhan pupuk dan non pupuk untuk

dilaporakan kepada Kepala PPD.

3. Menyiapkan data-data lengkap mengenai rencana kebutuhan pupuk

untuk dibahas Kepala PPD dengan Bapem.

4. Menyiapkan laporan kebutuhan pupuk secara periodik.

5. Memonitor dan melaporkan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi

dibandingkan dengan rencana penjualan.

6. Mengawasi penditribusian pupuk melalui penyaluran-penyaluran,

pengecer-pengecer sampai ke KUD maupun para petani.

7. Mengawasi penerbitan DO atau faktur sesuai dengan rencana.

8. Menyusun rencana kerja serta rencana anggaran kegiatan

(53)

d. Kepala Seksi Penyediaan dan Pergudangan

Tugas dan tanggung jawab:

1. Mengatur penerimaan pupuk dan non pupuk sesuai dengan rencana yang

telah ditentukan.

2. Mengatur sarana angkutan dan prasarana gudang tempat penyimpanan

pupuk.

3. Mengawasi pelaksanaan dan penerimaan serta penyimpanan

dibandingkan dengan rencana.

4. Memberi penugasan, pengendalian, pembinaan dan penilaian kerja

kepada para Asisten Manger dalam lingkungan Bagian Keuangan.

5. Memonitor seluruh biaya pelaksanaan, penerimaan dan penyimpanan

pupuk dan non pupuk dibandingkan dengan rencana anggaran.

6. Memonitor pengeluaran pupuk dan non pupuk dari gudang-gudang.

7. Membimbing dan mengarahkan sub ordinasi.

2. Pelaksanaan Pengendalian Internal Persediaan Barang Dagangan

a. Unsur-unsur Pengendalian Internal Persediaan Barang Dagangan yang di

ada di PT. Pusri adalah

1. Lingkungan Pengendalian

Terdiri dari tindakan, kebijakan, dan prosedur yang mencerminkan

sikap menyeluruh manajemen puncak. Lingkungan pengendalian di

PT. Pusri digambarkan dengan integritas dan nilai etika yang

ditetapkan manajemen perusahaan dengan menerapkan

peraturan-peraturan yaitu tata cara kepegawaian mengenai etika dan perilaku

baik lisan maupun tulisan, yang dikmonukasikan kepada setiap

(54)

pegawai yang tidak melaksanakan aturan dan kebijakan tersebut,

akan dikenakan sanksi berupa teguran lisan, teguran tertulis dan surat

peringatan.

2. Penilaian Risiko

Dalam proses penaksiran resiko yang mungkin timbul dalam

perusahaan, PT. Pusri harus mempertimbangkan faktor-faktor yang

mungkin timbul, diantaranya kualitas mutu karyawan sangat

mempengaruhi pengendalian internal di PT. Pusri. Pihak personalia

melakukan penempatan pegawai sesuai keahlian dan latar belakang

pendidikannya masing-masing dengan bidang pekerjaan yang sesuai

pula. Risiko penempatan karyawan yang tidak sesuai dengan

kemampuan dan latar belakang pendidikan diminimalkan dengan

diadakannya training. Dalam kegiatan tersebut pihak manajemen

berusaha untuk melatih karyawan baru dengan kriteria yang sesuai

dengan bidang pekerjaan yang ada si PT. Pusri.

3. Aktivitas pengendalian

Aktivitas pengendalian di PT. Pusri meliputi adanya kebijakan dan

prosedur-prosedur yang dijalankan dalam perusahaan yang dapat

menjamin bahwa sistem tersebut telah berjalan dengan efektif.

Aktivitas pengendalian yang dilakukan oleh PT. Pusri terdiri dari:

a. Pemisahan tugas yang cukup

Struktur organisasi merupakan rangkaian pembagian tugas

(55)

untuk mencegah kesalahan dan agar dilakukannya tindakan

perbaikan.

b. Otorisasi yang pantas atas transaksi

Penentuan fungsi yang memberikan otorisasi telah diterapkan di

PT. Pusri. Setiap dokumen yang telah diotorisasi merupakan

pedoman bahwa dokumen yang ada adalah sah. Otorisasi atas

transaksi di PT. Pusri adalah sebagai berikut:

1. Pada aktivitas permintaan barang untuk kantor daerah

diotoriasasi oleh kepala seksi pengadaan dan pergudangan.

2. Pada aktivitas penerimaan barang, bukti penerimaan barang

diotorisasi oleh kepala pengadaan dan pergudangan serta

kepala gudang.

3. Pada aktivitas pengeluaran barang dari gudang, formulir

pengeluaran barang diotoriasi oleh kepala gudang.

4. Pada aktivitas pembayaran dan pengeluaran kas, diotorisasi

oleh kepala seksi administrasi dan keuangan.

c. Dokumen dan catatan yang memadai

Catatan yang dibuat dengan baik akan berfungsi sebagai

informasi dan dapat meningkatkan pengendalian internal. Oleh

karenanya PT. Pusri perlu membuat catatan dengan baik agar

dapat memenuhi fungsi tersebut. Penggunaan sistem komputer

telah mengubah sebagian dokumen dan catatan ke dalam bentuk

(56)

menyediakan data yang dapat diandalkan untuk pengambilan

keputusan.

d. Pengendalian fisik atas aktiva dan catatan

Pengendalian fisik atas aktiva dan catatan merupakan

faktor yang penting dalam pengelolaan persediaan barang

dagangan. Pengawasan fisik atas aktiva dilakukan oleh kepala

gudang pada penyimpanan barang dan penerimaan barang serta

pengeluaran barang.

PT. Pusri telah membuat laporan sisa stok di gudang yang

dilakukan setiap harinya atas transaksi pengeluaran barang yang

telah dilakukan merupakan suatu pengendalian internal yang baik

untuk menyesuaikan data persediaan barang dagangan yang ada

di gudang secara fisik. Dengan adanya pengendalian ini

diharapkan dapat menghindari pencurian dan penyelewengan

terhadap persediaan barang dagangan.

4. Informasi dan komunikasi

Informasi dan komunikasi yang ada di PT.Pusri berjalan

dengan lancar. Informasi yang diperlukan untuk pimpinan disajikan

oleh pihak yang berkepentingan untuk mengidentifikasikan tindakan

yang akan dilakukan. Kendala-kendala yang dihadapi PT. Pusri

selalu dikomunikasikan dengan atasan masing-masing. Adanya

komunikasi yang baik antara atasan dengan bawahan sehingga setiap

masalah dapat didiskusikan dengna baik. Adanya komunikasi dan

Gambar

Tahapan Penelitian Tabel 3.1 Jul Agus Sep  Okt
Gambar 4.1 STRUKTUR ORGANISASI PT. PUPUK

Referensi

Dokumen terkait

Kariadi dan dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai efektivitas kombinasi nifedipin dan metildopa sebagai terapi pilihan dalam penanganan preeklampsia berat

Dari ketujuh komponen ada empat komponen yang mendapat penilaian Amat baik yaitu: Mempersiapkan diri untuk belajar, Memperhatikan secara seksama penjelasan

Pada tahap ketiga dari perencanaan transportasi ini sering ditemui berbagai kendala/hambatan berupa sulit dan rumitnya memodelkan realita yang terjadi di dunia nyata sebagai

Hasil pengujian menunjukkan bahwa mobile device memiliki kemampuan untuk melakukan proses digital image wateramarking pada sebuah citra yang diambil dari fitur kameranya

Terlihat bahwa variabel yang paling dominan mempengaruhi tingkat kepatuhan ibu terhadap pemberian imunisasi dasar di wilayah Kelurahan Ngestiharjo adalah variabel dukungan

masyarakat yang lebih besar tidak akan tercapai secara tepat guna.. a) Fungsi afektif adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk.. mempersiapkan

Judul : Penggunaan Kode Terbatas pada Masyarakat Tutur Bahasa Indonesia di Jawa Tengah. Program : Dosen Muda Tahun : 2003 Status :

[r]