Lampiran i Daftar Sampel Perusahaan Perkebunan dan Pertambangan
No. Nama Perusahaan Kode
1 PT. Astra Agro Lestari AALI
2 PT. Bakrie Sumatera Plantations Tbk UNSP
3 PT. PP London Sumatera Tbk LSIP
4 PT SMART tbk SMAR
5 PT. Tunas Baru Lampung Tbk TBLA
6 PT. Multibreeder Adirama Indonesia Tbk MBAI
7 Pt. Dharma Samudra Finishing Indonesia Tbk DSFI
8 PT. Bumi Resource Tbk BUMI
9 PT. Tambang Batubara Bukitasam Tbk PTBA
10 PT. Energi Mega Persada Tbk ENRG
11 PT. Internasional Nickel Indonesia Tbk INCO
12 PT. Central Korporindo Internasional Tbk CNKO
13 PT. Citatah Industri Marmer Tbk CTTH
14 PT. Medco nergi Internasional Tbk MEDC
15 PT. Aneka Tambang Tbk ANTM
16 PT. Timah Tbk TINS
17 PT. Cita Mineral Isventindo Tbk CITA
Lampiran ii Data Variabel Debt To Assets Ratio
No. Nama Perusahaan 2008 2009 2010
1 PT. Astra Agro Lestari 0.18 0.15 0.15
2 PT. Bakrie Sumatera Plantations Tbk 0.47 0.47 0.54
3 PT. PP London Sumatera Tbk 0.35 0.21 0.18
4 PT SMART tbk 0.52 0.52 0.52
5 PT. Tunas Baru Lampung Tbk 0.68 0.68 0.66
6 PT. Multibreeder Adirama Indonesia Tbk 0.70 0.54 0.40 7 PT. Dharma Samudra Finishing Indonesia Tbk 0.53 0.88 0.85
8 PT. Bumi Resource Tbk 0.60 0.78 0.75
9 PT. Tambang Batubara Bukitasam Tbk 0.33 0.28 0.26
10 PT. Energi Mega Persada Tbk 0.70 0.83 0.50
11 PT. Internasional Nickel Indonesia Tbk 0.17 0.22 0.23 12 PT. Central Korporindo Internasional Tbk 0.16 0.25 0.40 13 PT. Citatah Industri Marmer Tbk 0.78 0.67 0.62 14 PT. Medco nergi Internasional Tbk 0.62 0.64 0.64
15 PT. Aneka Tambang Tbk 0.21 0.18 0.22
16 PT. Timah Tbk 0.34 0.29 0.29
Lampiran iii Data Variabel Debt To Equity Ratio
No. Nama Perusahaan 2008 2009 2010
1 PT. Astra Agro Lestari 0.23 0.18 0.19
2 PT. Bakrie Sumatera Plantations Tbk 0.90 0.90 1.20
3 PT. PP London Sumatera Tbk 0.54 0.27 0.22
4 PT SMART tbk 1.14 1.10 1.11
5 PT. Tunas Baru Lampung Tbk 2.15 2.09 1.95
6 PT. Multibreeder Adirama Indonesia Tbk 2.39 1.16 0.66 7 PT. Dharma Samudra Finishing Indonesia Tbk 1.12 7.48 5.83
8 PT. Bumi Resource Tbk 2.02 3.95 4.06
9 PT. Tambang Batubara Bukitasam Tbk 0.51 0.40 0.36
10 PT. Energi Mega Persada Tbk 2.39 4.87 1.00
11 PT. Internasional Nickel Indonesia Tbk 0.21 0.28 0.30 12 PT. Central Korporindo Internasional Tbk 0.18 0.34 0.67 13 PT. Citatah Industri Marmer Tbk 3.46 2.04 1.66 14 PT. Medco nergi Internasional Tbk 1.68 1.85 1.86
15 PT. Aneka Tambang Tbk 0.26 0.21 0.28
16 PT. Timah Tbk 0.51 0.42 0.40
Lampiran iv Data Variabel Long Term Debt To Assets Ratio
No. Nama Perusahaan 2008 2009 2010
1 PT. Astra Agro Lestari 0.03 0.03 0.03
2 PT. Bakrie Sumatera Plantations Tbk 0.37 0.34 0.36
3 PT. PP London Sumatera Tbk 0.18 0.07 0.07
4 PT SMART tbk 0.25 0.25 0.19
5 PT. Tunas Baru Lampung Tbk 0.32 0.33 0.26
6 PT. Multibreeder Adirama Indonesia Tbk 0.49 0.33 0.22 7 PT. Dharma Samudra Finishing Indonesia Tbk 0.02 0.01 0.52
8 PT. Bumi Resource Tbk 0.30 0.50 0.51
9 PT. Tambang Batubara Bukitasam Tbk 0.11 0.11 0.13
10 PT. Energi Mega Persada Tbk 0.58 0.42 0.23
11 PT. Internasional Nickel Indonesia Tbk 0.12 0.18 0.16 12 PT. Central Korporindo Internasional Tbk 0.10 0.11 0.08 13 PT. Citatah Industri Marmer Tbk 0.11 0.11 0.11 14 PT. Medco nergi Internasional Tbk 0.43 0.39 0.42
15 PT. Aneka Tambang Tbk 0.14 0.10 0.06
16 PT. Timah Tbk 0.06 0.07 0.07
Lampiran v Data Variabel Long Term Debt To Equity Ratio
No. Nama Perusahaan 2008 2009 2010
1 PT. Astra Agro Lestari 0.03 0.03 0.04
2 PT. Bakrie Sumatera Plantations Tbk 0.71 0.65 0.79
3 PT. PP London Sumatera Tbk 0.27 0.09 0.08
4 PT SMART tbk 0.54 0.52 0.41
5 PT. Tunas Baru Lampung Tbk 1.01 1.01 0.76
6 PT. Multibreeder Adirama Indonesia Tbk 1.65 0.72 0.37 7 PT. Dharma Samudra Finishing Indonesia Tbk 0.03 0.10 3.55
8 PT. Bumi Resource Tbk 1.01 2.51 2.79
9 PT. Tambang Batubara Bukitasam Tbk 0.17 0.16 0.18
10 PT. Energi Mega Persada Tbk 1.97 2.46 0.47
11 PT. Internasional Nickel Indonesia Tbk 0.14 0.23 0.21 12 PT. Central Korporindo Internasional Tbk 0.12 0.15 0.13 13 PT. Citatah Industri Marmer Tbk 0.47 0.35 0.29 14 PT. Medco nergi Internasional Tbk 1.16 1.13 1.23
15 PT. Aneka Tambang Tbk 0.17 0.12 0.08
16 PT. Timah Tbk 0.08 0.09 0.10
Lampiran vi Data Variabel Earning Per Share
No. Nama Perusahaan 2008 2009 2010
1 PT. Astra Agro Lestari 1671.00 1054.55 1280.70
2 PT. Bakrie Sumatera Plantations Tbk 45.82 66.73 67.56
3 PT. PP London Sumatera Tbk 136.00 105.00 151.00
4 PT SMART tbk 364.00 261.00 439.00
5 PT. Tunas Baru Lampung Tbk 15.26 61.12 56.07
6 PT. Multibreeder Adirama Indonesia Tbk 424.00 2623.00 3416.00 7 PT. Dharma Samudra Finishing Indonesia Tbk -38.64 -53.54 2.72
8 PT. Bumi Resource Tbk 33.62 10.06 16.16
9 PT. Tambang Batubara Bukitasam Tbk 741.00 1184.00 872.00
10 PT. Energi Mega Persada Tbk -2.43 -120.09 -1.67
11 PT. Internasional Nickel Indonesia Tbk 0.04 0.02 0.04 12 PT. Central Korporindo Internasional Tbk 0.39 0.65 16.65
13 PT. Citatah Industri Marmer Tbk 2.85 13.57 10.39
14 PT. Medco nergi Internasional Tbk 0.09 0.01 0.03
15 PT. Aneka Tambang Tbk 143.48 63.46 176.77
16 PT. Timah Tbk 267.00 62.00 188.00
Lampiran vii
1 161,448 199,5 215,71 224,58 230,16
Lampiran ix DAFTAR TABEL DURBIN-WATSON
Tingkat Signifikansi 5%
n k = 1 k = 2 k = 3
dl du dl du dl Du
6 0,61 1,4 - - - -
Lampiran x Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
DAR 54 .15 .95 .4776 .22736
DER 54 .18 18.95 1.7963 2.87739
LDAR 54 .01 .58 .2127 .16509
LDER 54 .02 7.01 .7890 1.23925
EPS 54 -309.00 3416.00 296.3720 659.45863
Valid N (listwise) 54
Lampiran xi
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Predicted Value
N 54
Normal Parametersa,,b Mean 296.3719796
Std. Deviation 1.93212770E2
Most Extreme Differences Absolute .095
Positive .088
Negative -.095
Kolmogorov-Smirnov Z .696
Asymp. Sig. (2-tailed) .718
a. Test distribution is Normal.
Lampiran xiii
Lampiran xiv Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 DAR .226 4.434
DER .066 15.161
LDAR .136 7.373
LDER .055 18.227
Lampiran xv
Lampiran xvi Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .293a .086 .011 655.74990 1.908
a. Predictors: (Constant), LDER, DAR, LDAR, DER
b. Dependent Variable: EPS
Lampiran xvii ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 1978552.238 4 494638.060 1.150 .344a
Residual 2.107E7 49 430007.936
Total 2.305E7 53
a. Predictors: (Constant), LDER, DAR, LDAR, DER
b. Dependent Variable: EPS
Lampiran xviii
1 (Constant) 627.953 237.374 2.645 .011
DAR -1000.105 834.201 -.345 -1.199 .236
DER 29.310 121.887 .128 .240 .811
LDAR 924.883 1481.472 .232 .624 .535
LDER -131.035 310.308 -.246 -.422 .675
a. Dependent Variable: EPS
Lampiran xix
c. Predictors: (Constant), LDER, DAR, LDAR, DER
DAFTAR PUSTAKA
Bodie, Kane, Marcus. 2002. Investment. Buku Satu. Jakarta: Salemba Empat.
Brigham, Eugene F dan J.F Houston. 2006. Manajemen Keuangan. Buku satu Edisi Kesepuluh. Jakarta: Salemba Empat.
Brigham, Eugene F dan J.F Houston. 2006. Manajemen Keuangan. Buku dua Edisi Kesepuluh. Jakarta: Salemba Empat.
Fabozzi, Frank J. 2000. Manajemen Investasi. Jakarta: Salemba Empat.
Ghozali, Imam, 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Edisi ketiga, Badan penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Keown, Arthur J, David F. Scott, John D. Martin, dan Jay W. Petty. 2000. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Buku Kedua. Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Empat.
Sartono, R Agus. 2001. Manajemen Keuangan : Teori dan Aplikasi. Edisi Keempat. Yogyakarta: BPFE.
Situmorang, Syafrizal Helmi; Muda, Iskandar; M Jafar Dalimunthe, Doli; Fadli; Syarief, Fauzi. 2010. Analisis Data Untuk Riset Manajemen dan Bisnis. Medan: USU Press.
Sjahrial, Dermawan. 2009. Manajemen Keuangan. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Subramanyam,K.R dan John J.Wild. 2006. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Kesepuluh. Jakarta: Salemba Empat.
Syamsuddin, Lukman. 2009. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta: PT Grafindo Persada.
Van Horne, James C dan John M Wachowicz JR. 2005. Fundamentals of Financial Management. Edisi 12. Jakarta: Salemba empat.
Warsono, M. W. 2003. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jilid 1. Edisi Ketiga. Malang: Bayumedia Publishing.
www.idx.co.id/annualreport, diakses oleh Baleo Martua Harahap, pada tanggal 05 Januari 2012 pukul 10.00 wib.
www.duniainvestasi.com/bei/sectors/perkebunan dan pertambangan, diakses pada tanggal 05 Januari 2012 pukul 10.00
www.idsaham.com/laporan-keuangan-saham-balance_sheet-FT-bsannual.html, diakses pada tanggal 05 Januari 2012 pukul 11.00 wib
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian
Penelitian eksplanasi (kuantitatif) dimaksud untuk memperoleh kejelasan
atau menjelaskan suatu fenomena, menjelaskan hubungan, menguji pengaruh
(hubungan sebab-akibat) antar variabel, melakukan evaluasi, dan mengetahui
perbedaan atau komparasi satu atau lebih kelompok (yang dikenai perlakuan
dengan yang tidak dikenai perlakuan) atau perbedaan kondisi satu atau lebih
kelompok. Penelitian eksplanasi dapat dilakukan untuk menguji hipotesis dengan
statistik infrensial (korelasi, regresi, regresi multi variate/path analisis) untuk
generalisasi data sampel pada populasi dengan menarik sampel random dari suatu
populasi.
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di bursa Efek Indonesia (BEI) melalui media internet
dengan menggunakan situs www.idx.co.id dan www.duniainvestasi.com mulai
dari bulan Desember 2010 sampai dengan Februari 2011.
3.3. Batasan Operasional Penelitian
Batasan operasional dalam penelitian ini terdiri atas hal-hal berikut ini:
3.3.1. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terbagi dalam dua
bagian, yaitu :
1) Variable independen (X) di dalam penelitian ini adalah Debt to
Debt to otal Asset (LDAR), Long Term Debt To Equity Ratio
(LDER).
2) Variable dependen (Y) di dalam penelitian ini adalah Earning Per
Share (EPS).
3.3.2. Perusahaan yang diteliti adalah perusahaan pertambangan dan
perkebunan di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2008-2010.
3.4. Defenisi Operasional
Defenisi operasional dalam penelitian ini adalah :
3.4.1 Variabel Debt To Total Asset Ratio (X1)
Debt to Total Asset Ratio merupakan perbandingan antara hutang
lancar dan hutang jangka panjang dan jumlah seluruh aktiva diketahui.
Rasio ini menunjukkan berapa bagian dari keseluruhan aktiva yang
dibelanjai oleh hutang.
Rumus ( Van Horne, 2005: 209) :
X 100%
3.4.2 Variable Debt to Equity Ratio (X2)
Debt to Equity Ratio adalah rasio utang yang menunjukkan hubungan
antara jumlah pinjaman yang diberikan kreditur dengan jumlah modal
sendiri yang diberikan oleh pemilik perusahaan.
Rumus (Van Horne, 2005:209) :
3.4.3 Variabel Long Term Debt To Total Asset Ratio (X3)
Long Term Debt to Total asset adalah rasio yang menunjukkan
besarnya tingkat penggunaan hutang jangka panjang dibandingkan
dengan total aset yang dimiliki perusahaan.
X 100%
3.4.4 Variabel Long Term Debt To Equity Ratio (X4)
Long Term Debt To Equity Ratio adalah rasio yang
memperbandingkan proporsi utang jangka panjang dengan ekuitas
saham biasa. Semakin tinggi rasio LDER, maka semakin besar risiko
yang ditanggung para pemegang saham (Warsono, 2003:239).
X 100%
3.4.5 Variabel Earning Per Share (Y)
EPS atau laba per lembar saham adalah tingkat keuntungan bersih
untuk tiap lembar sahamnya yang mampu diraih perusahaan pada saat
menjalankan operasinya.
3.5. Populasi dan Sampel
Jumlah populasi dalam dalam penelitian ini sebanyak 27 perusahaan
dengan periode penelitian selama 3 tahun, Peneliti mengambil 18 perusahaan
sebagai sampel dengan beberapa kriteria yang telah ditetapkan sehingga jumlah
seluruh sampel adalah sebanyak 54. Teknik pengumpulan sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel
berdasarkan suatu ktiteria tertentu. Adapun yang menjadi kriteria perusahaan
dalam penentuan sampel dalam penelitian ini adalah :
1. perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode
2008 sampai 2010,
2. menerbitkan laporan keuangan selama periode penelitian yaitu dari tahun 2008
sampai tahun 2010,
3. perusahaan yang diteliti tersebut tidak mengalami delisting selama periode
penelitian.
Berikut ini merupakan hasil pengolahan data jumlah perusahaan yang dapat
dijadikan sebagai sampel berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan
Tabel 3.1.
Daftar Populasi dan Sampel
No. Kode Nama Perusahaan Kriteria Ket. 1 2 3
Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang meliputi laporan
keuangan perusahaan periode 2008 sampai dengan 2010 yang diperoleh dari
3.7. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui metode
dokumentasi. Data dikumpulkan dari berbagai sumber data yang relevan dengan
penelitian, yaitu melalui buku, jurnal, skripsi, dan data-data internet.
3.8. Teknik Analisis Data
Teknik penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
dan analisis statistik. Bila dilihat dari tinjauan penelitian ini yaitu ingin
mengetahui pengaruh dari Financial Leverage terhadap Earning Per Share, maka
metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
tahap-tahap sebagai berikut :
3.8.1. Metode Deskriptif
Metode analisis deskriptif merupakan metode yang digunakan untuk
menganalisis dan mengolah data-data yang tersedia sehingga diperoleh gambaran
yang jelas mengenai fakta-fakta dan hubungan antara fenomena yang diteliti.
3.8.2. Model Analisis Statistik 3.8.2.1. Pengujian Asumsi Klasik a. Uji Normalitas
Tujuan uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Uji ini
berguna untuk tahap awal dalam metode pemilihan analisis data. Jika data
normal, maka digunakan statistik parametrik, dan jika data tidak normal, maka
digunakan statistik nonparametrik atau lakukan treatment agar data normal.
berdistribusi normal atau tidak ada dua, yaitu analisis grafik dan analisis statistik.
Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu
diagonal dan grafik dengan melihat histogram dari residualnya”. Dasar
pengambilan keputusannya adalah :
1) jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal
atau grafik histogramnya menunjukkan pola berdistribusi normal, maka model
regresi memenuhi asumsi normalitas,
2) jika data menyebar jauh dari diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal
atau grafik histogram tidak menunjukkan data berdistribusi normal, maka
model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
Dalam penelitian ini Peneliti menggunakan uji Kolmogorov Smirnov (K-S)
untuk menguji normalitas data.. Uji K-S dibuat dengan membuat hipotesis :
Ho : data residual berdistribusi normal,
Ha : data residual tidak berdistribusi normal
Bila signifikansi > 0,05 dengan α = 5% berarti distribusi data normal dan Ho
diterima, sebaliknya bila nilai signifikan < 0,05 berarti distribusi data tidak normal
dan Ha diterima. Data yang tidak terdistribusi secara tidak normal dapat
ditransformasi agar menjadi normal. Jika data tidak normal ada beberapa cara
mengubah model regresi menjadi normal menurut Jogiyanto(2004:172), yaitu :
1) dengan melakukan transformasi data ke bentuk lain, yaitu: Logaritma Natural,
akar kuadrat, Logaritma lo,
3) lakukan winsorizing, yaitu mengubah nilai-nilai data outlier menjadi nili-nilai
minimum atau maksimum yang diizinkan supaya distribusinya menjadi
normal.
b. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
mempunyai korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya
tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Multikolinearitas adalah
situasi adanya korelasi variabel – variabel independen antara yang satu dengan
yang lainnya. Jika terjadi korelasi sempurna diantara sesama variabel bebas, maka
konsekuensinya adalah :
1.) koefisien – koefisien regresi menjadi tidak dapat ditaksir,
2.) nilai standar error setiap koefisien regresi menjadi tak terhingga.
Ada tidaknya multikolonieritas dapat dideteksi dengan melihat nilai
tolerance dan variance inflation factor (VIF), serta dengan menganalisis matrik
korelasi variabel-variabel independen. Nilai cutoff yang umum dipakai untuk
menunjukkan adanya multikolonieritas adalah jika nilai Variance Inflation Factor
(VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance tidak kurang dari 0,1 maka model
dapat dikatakan terbebas dari multikolenearitas.
c. Uji Autokorelasi
Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi linear
periode t-1. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang
tahun yang berkaitan satu dengan yang lainnya. Hal ini sering ditemukan pada
data time series. Pada data cross-section, masalah autokorelasi relatif tidak terjadi.
Uji yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendeteksi ada tidaknya
autokorelasi adalah menggunakan uji Durbin Watson dengan ketentuan sebagai
berikut :
1) bila nilai DW (Durbin-Watson) terletak antara batas atas (DU) dan
4-DU, maka koefisien autokorelasi sama dengan nol artinya tidak
terjadi autokorelasi,
2) bila nilai DW<DL (batas bawah) maka koefisien autokorelasi lebih
besar dari nol artinya ada autokorelasi positif,
3) bila nilai DW>4-DL, maka koefisien autokorelasi lebih kecil dari
nol artinya ada autokorelasi negatif,
4) bila nilai DW terletak antara DU dengan DL atau DW terletak
diantara 4-DU dan 4-DL, maka hasilnya tidak dapat diputuskan ada
autokorelasi atau tidak.
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang
lain. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas. Menurut
model dapat diihat dari pola gambar Scatterplot model tersebut. Analisis pada
gambar Scatterplot yang menyatakan model regresi linear berganda tidak terdapat
heteroskedastisitas jika :
1) titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka 0,
2) titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja,
3) penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang
melebar kemudian menyempit dan melebar kembali,
4) penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola.
3.8.3. Pengujian Hipotesis 1. Uji Simultan / Uji F
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel bebas
berpengaruh secara simultan terhadap variabel terikat.
Bentuk pengujiannya adalah :
Ho : b1 = b2 = b3 = b4 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh antara variabel DAR,
DER, LDAR, LDER secara bersama-sama terhadap EPS.
Ha : b1≠ b2 ≠ b3≠ b4≠ 0, artinya terdapat pengaruh antara variabel DAR, DER,
LDAR, LDER secara bersama-sama terhadap EPS.
Pada penelitian ini nilai F hitung akan dibandingkan dengan F tabel pada tingkat
signifikan (α) = 5%
Kriteria pengambilan keputusan :
Ha diterima jika F hitung > F tabel pada α = 5%
2. Uji Parsial / Uji t
Pengujian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat secara terpisah (parsial). Adapun bentuk pengujiannya adalah :
H0 : b1 =0, artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang positif dan
signifikan dari variabel DAR terhadap variabel EPS.
Ha : b1 ≠ 0, artinya secara parsial terdapat pengaruh yang positif dan signifikan
dari variabel DAR terhadap variabel EPS.
H0 : b2 =0, artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang positif dan
signifikan dari variabel DER terhadap variabel EPS.
Ha : b2 ≠ 0, artinya secara parsial terdapat pengaruh yang positif dan signifikan
dari variabel DER terhadap variabel EPS.
H0 : b3 =0, artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang positif dan
signifikan dari variabel LDAR terhadap variabel EPS.
Ha : b3 ≠ 0, artinya secara parsial terdapat pengaruh yang positif dan signifikan
dari variabel LDAR terhadap variabel EPS.
H0 : b4 =0, artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang positif dan
signifikan dari variabel LDER terhadap variabel EPS.
Ha : b4 ≠ 0, artinya secara parsial terdapat pengaruh yang positif dan signifikan
dari variabel LDER terhadap variabel EPS.
Pada penelitian ini nilai t hitung akan dibandingkan dengan t tabel pada tingkat
signifikan (α) = 5%
H0 diterima jika t hitung < t tabel pada α = 5%
H0 ditolak jika t hitung > t tabel pada α = 5%
3.8.4. Koefisien Determinasi
Nilai Adjusted R Square menunjukkan proporsi variabel dependen yang
dijelaskan oleh variabel independen. Semakin tinggi nilai Adjusted R Square
maka akan semakin baik bagi model regresi variabel terikat juga semakin besar.
Kelemahan mendasar dalam penggunaan koefisien determinasi adalah biasa
terhadap jumlah variabel independen. Semakin banyak variabel independen
ditambahkan ke dalam model maka R square akan meningkat walaupun variabel
tersebut tidak berpengaruh secara signifikan ke dalam model. Oleh karena itu
banyak peneliti yang menganjurkan untuk menggunakan nilai Adjusted R Square
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Penelitian
Sebelum melakukan pembahasan mengenai data statistik harus terlebih
dahulu telah ditentukan sebanyak 18 sampel. Perusahaan yang telah menjadi
sampel kemudian dicari nilai DAR, DER, LDAR, LDER dan EPS masing-masing
perusahaan. Perusahaan yang menjadi sampel disajikan dalam tabel dibawah ini.
Tabel 4.1
Daftar Sampel Perusahaan Perkebunan dan Pertambangan
No. Nama Perusahaan Kode
1 PT. Astra Agro Lestari AALI 2 PT. Bakrie Sumatera Plantations Tbk UNSP 3 PT. PP London Sumatera Tbk LSIP
4 PT SMART tbk SMAR
5 PT. Tunas Baru Lampung Tbk TBLA 6 PT. Multibreeder Adirama Indonesia Tbk MBAI 7 Pt. Dharma Samudra Finishing Indonesia Tbk DSFI 8 PT. Bumi Resource Tbk BUMI 9 PT. Tambang Batubara Bukitasam Tbk PTBA 10 PT. Energi Mega Persada Tbk ENRG 11 PT. Internasional Nickel Indonesia Tbk INCO 12 PT. Central Korporindo Internasional Tbk CNKO 13 PT. Citatah Industri Marmer Tbk CTTH 14 PT. Medco nergi Internasional Tbk MEDC 15 PT. Aneka Tambang Tbk ANTM
16 PT. Timah Tbk TINS
17 PT. Cipta Panelutama Tbk CITA
18 PT. Adaro Energy Tbk ADRO
Sumber : Lampiran i
4.2. Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan penjelasan mengenai nilai minimum, nilai
maksimum, nilai rata-rata (mean), dan nilai standar deviasi dari variabel-variabel
independen dan variabel dependen.
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
DAR 54 .15 .95 .4776 .22736
DER 54 .18 18.95 1.7963 2.87739
LDAR 54 .01 .58 .2127 .16509
LDER 54 .02 7.01 .7890 1.23925
EPS 54 -309.00 3416.00 296.3720 659.45863
Valid N (listwise) 54
Sumber : Lampiran vii
Dari tabel 4.2 dapat dijelaskan beberapa hal seperti yang dijelaskan di bawah ini:
a. Variabel debt to assets ratio memiliki nilai minimum 0,15 dan nilai
maksimum 0,95 dengan rata-rata sebesar 0,4776 dan standar deviasi 0,22736.
Hal ini berarti nilai minimun DAR perusahaan perkebunan dan pertambangan
yang menjadi sampel penelitian dari tahun 2008 sampai 2010 adalah 0,15 dan
nilai maksimun sebesar 0,95 dengan rata-rata nilai DAR perusahaan
perkebunan dan pertambangan yang menjadi sampel penelitian adalah sebesar
0,4776.
b. Variabel debt to equity ratio memiliki nilai minimum 0,18 dan nilai
Hal ini berarti nilai minimun DER perusahaan perkebunan dan pertambangan
yang menjadi sampel penelitian dari tahun 2008 sampai 2010 adalah 0,18 dan
nilai maksimun sebesar 18,95 dengan rata-rata nilai DER perusahaan
perkebunan dan pertambangan yang menjadi sampel penelitian adalah sebesar
1,7963.
c. Variabel Long term debt to assets ratio memiliki nilai minimum 0,01 dan nilai
maksimum 0,58 dengan rata-rata sebesar 0,2127 dan standar deviasi 0,16509.
Hal ini berarti nilai minimum LDAR perusahaan perkebunan dan
pertambangan yang menjadi sampel penelitian dari tahun 2008 sampai 2010
adalah 0,01 dan nilai maksimun sebesar 0,58 dengan rata-rata nilai LDAR
perusahaan perkebunan dan pertambangan yang menjadi sampel penelitian
adalah sebesar 0,2127.
d. Variabel Long term debt to equity ratio memiliki nilai minimum 0,02 dan nilai
maksimum 7,01 dengan rata-rata sebesar 0,7890 dan standar deviasi 1,23925.
Hal ini berarti nilai minimum LDER perusahaan perkebunan dan
pertambangan yang menjadi sampel penelitian dari tahun 2008 sampai 2010
adalah 0,02 dan nilai maksimun sebesar 7,01 dengan rata-rata nilai LDER
perusahaan perkebunan dan pertambangan yang menjadi sampel penelitian
adalah sebesar 0,7890.
e. Variabel earning per share memiliki nilai minimum -309,00 dan nilai
maksimum 3416,00 dengan rata-rata sebesar 296,3720 dan standar deviasi
659,45863. Hal ini berarti nilai minimun EPS perusahaan perkebunan dan
adalah -309,00 dan nilai maksimun sebesar 3416,00 dengan rata-rata nilai EPS
perusahaan perkebunan dan pertambangan yang menjadi sampel penelitian
adalah sebesar 296,3720.
4.3. Uji Asumsi Klasik
Untuk menghasilkan suatu model regresi yang baik, analisis regresi
memerlukan pengujian asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis.
Apabila terjadi penyimpangan dalam pengujian asumsi klasik perlu dilakukan
perbaikan terlebih dahulu.
4.3.1. Uji Normalitas Data
Uji normalitas bertujuan menguji apakah variabel residual berdistribusi
normal atau tidak. Uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji apakah
residual berdistribusi normal adalah uji statistik non parametric
Kolmogorov-smirnov (K-S) dengan membuat hipotesis:
H0 : data residual berdistribusi normal
Ha : data residual tidak berdistribusi normal
Apabila nilai signifikasi lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima dan sebaliknya
Tabel 4.3
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Predicted Value
N 54
Normal Parametersa,,b Mean 296.3719796
Std. Deviation 1.93212770E2
Most Extreme Differences Absolute .095
Positive .088
Negative -.095
Kolmogorov-Smirnov Z .696
Asymp. Sig. (2-tailed) .718
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber : Lampiran viii
Dari hasil pengolahan data pada tabel 4.3 diperoleh besarnya nilai
Kolmogorov-Smirnov adalah 0.696 dan signifikan pada 0,718. Nilai signifikasi
lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima yang berarti data residual berdistribusi
normal. Data yang berdistribusi normal tersebut juga dapat dilihat melalui grafik
Gambar 4.1 Histogram Sumber : Lampiran ix
Grafik histogram pada gambar 4.1 menunjukkan pola distribusi normal
karena grafik tidak menceng kiri maupun menceng kanan. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa model regresi telah memenuhi asumsi normalitas. Demikian
Gambar 4.2 Grafik Normal P-Plot Sumber : Lampiran x
Pada grafik normal p-plot terlihat bahwa data menyebar disekitar garis
diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa
4.3.2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah terdapat korelasi
antar variabel independen dalam model regresi. Jika pada model regresi terjadi
multikolinearitas, maka koefisien regresi tidak dapat ditaksir dan nilai standard
error menjadi tidak terhingga. Menurut Nugroho (2005:58) deteksi
multikolenaritas pada suatu model dapat dilihat yaitu jika nilai Variance Inflation
Factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance tidak kurang dari 0,1 maka
model dapat dikatakan terbebas dari multikolenearitas.
Tabel 4.4
Hasil Uji Multikolinearitas
Sumber : Lampiran xi
Dari data pada tabel 4.4, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala
multikolinearitas antara variabel independen yang diindikasikan dari nilai
tolerance setiap variabel independen lebih besar dari 0,1 yakni sebesar 0,226
(DAR), 0,136 (DER) dan nilai VIF lebih kecil dari 10 yakni sebesar 4,434 (DAR),
7,373 (DER) sedangkan terjadi gejala multikolineritas antara variabel independen Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 DAR .226 4.434
DER .066 15.161
LDAR .136 7.373
LDER .055 18.227
DER dan LDER dimana nilai tolerance lebih kecil dari 0,1 dan nilai VIF lebih
besar dari 10. Maka dapat disimpulkan bahwa analisis lebih lanjut dapat dilakukan
dengan menggunakan model regresi berganda.
4.3.3. Uji Heteroskeditas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang
lain. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas. Menurut
Nugroho (2005:62) cara memprediksi ada tidaknya heteroskedastisitas pada suatu
model dapat diihat dari pola gambar Scatterplot model tersebut. Analisis pada
gambar Scatterplot yang menyatakan model regresi linear berganda tidak terdapat
heteroskedastisitas jika :
1) titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka 0,
2) titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja,
3) penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang
melebar kemudian menyempit dan melebar kembali,
Gambar 4.3
Hasil Uji Heteroskedastisitas (Scatterplot) Sumber : Lampiran xii
Dari garfik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta
tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi sehingga
model regresi layak dipakai untuk memprediksi EPS perusahaan perkebunan dan
pertambangan yang terdaftar di BEI berdasarkan masukan variabel independen
Debt to total assets ratio, debt to equity ratio, long term debt total assets ratio,
4.3.4. Uji Autokorelasi
Pengujian autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah terdapat korelasi
antara kesalahan pengganggu pada suatu periode dengan kesalahan pengganggu
periode sebelumnya dalam model regresi. Jika terjadi autokorelasi dalam model
regresi berarti koefisien korelasi yang diperoleh menjadi tidak akurat, sehingga
model regresi yang baik adalah model regresi yang bebas dari autokorelasi. Cara
yang dapat dilakukan untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi adalah dengan
melakukan pengujian Durbin Watson (DW). Dalam model regresi tidak terjadi
autokorelasi apabila nilai du < dw < 4 – du.
Tabel 4.8 menyajikan hasil uji Durbin Watson dengan menggunakan program
SPSS Versi 17.
a. Predictors: (Constant), LDER, DAR, LDAR, DER
b. Dependent Variable: EPS
Sumber : Lampiran xiii
Hasil uji autokorelasi di atas menunjukkan nilai statistik Durbin Watson
(dw) sebesar 1,908. Nilai ini akan peneliti bandingkan dengan nilai tabel dengan
menggunakan signifikansi 5%, jumlah pengamatan (n) sebanyak 54, dan jumlah
batas atas (du) sebesar 1,7324 dan nilai batas bawah (dl) sebesar 1,4069. Oleh
karena itu, nilai (dw) lebih besar dari 1,7324 dan lebih kecil dari 4 – 1,7324 atau
dapat dinyatakan bahwa 1,6540 < 1,908 < 4 - 1,6540 (du < dw < 4 – du). Dengan
demikian dapat disimpulkan tidak terdapat autokorelasi baik positif maupun
negatif.
4.4. Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis, peneliti menggunakan analisis regresi berganda.
Data diolah dengan menggunakan program SPSS versi 17. Berdasarkan hasil
pengolahan data dengan program SPSS versi 17, maka diperoleh hasil sebagai
berikut:
a. Uji F (Uji signifikasi simultan)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel
independen (bebas) mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel
dependen (terikat). Hipotesisnya adalah sebagai berikut :
Ho : b1 = b2 = b3 = b4 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh antara variabel DAR,
DER, LDAR, LDER secara bersama-sama terhadap EPS.
Ha : b1≠ b2 ≠ b3≠ b4≠ 0, artinya terdapat pengaruh antara variabel DAR, DER,
LDAR, LDER secara bersama-sama terhadap EPS.
Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan
antara variabel DAR, DER, LDAR dan LDER terhadap EPS dapat dilakukan
dengan membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel pada tingkat signifikansi (α) =
5%.
Tabel 4.6
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 1978552.238 4 494638.060 1.150 .344a
Residual 2.107E7 49 430007.936
Total 2.305E7 53
a. Predictors: (Constant), LDER, DAR, LDAR, DER
b. Dependent Variable: EPS
Sumber : Lampiran xiv
Dari uji ANOVA ( Analysis of Variance) didapat Fhitung sebesar 1,150
dengan tingkat signifikasi sebesar 0,344. Sedangkan Ftabel diketahui sebesar 2,561.
Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa Fhitung < Ftabel (1,150<2,561)
maka H0 diterima dan Ha ditolak. Jadi dapat disimpulkan bahwa variabel financial
leverage (debt to total assets ratio, debt to equity ratio, long term debt to total asset
ratio, dan long term debt to equity ratio) secara simultan tidak berpengaruh
signifikan terhadap earning per share pada perusahaan perkebunan dan
pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
b. Uji-t (Signifikasi Parsial)
Uji-t dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh satu variabel
independen terhadap variabel dependen secara parsial. Dalam uji-t digunakan
hipotesis sebagai berikut:
H0 : b1 =0, artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang positif dan
Ha : b1 ≠ 0, artinya secara parsial terdapat pengaruh yang positif dan signifikan
dari variabel DAR terhadap variabel EPS.
H0 : b2 =0, artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang positif dan
signifikan dari variabel DER terhadap variabel EPS.
Ha : b2 ≠ 0, artinya secara parsial terdapat pengaruh yang positif dan signifikan
dari variabel DER terhadap variabel EPS.
H0 : b3 =0, artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang positif dan
signifikan dari variabel LDAR terhadap variabel EPS.
Ha : b3 ≠ 0, artinya secara parsial terdapat pengaruh yang positif dan signifikan
dari variabel LDAR terhadap variabel EPS.
H0 : b4 =0, artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang positif dan
signifikan dari variabel LDER terhadap variabel EPS.
Ha : b4 ≠ 0, artinya secara parsial terdapat pengaruh yang positif dan signifikan
dari variabel LDER terhadap variabel EPS.
Uji ini dilakukan dengan membandingkan signifikasi thitung dengan ttabel dengan
ketentuan:
- jika thitung < ttabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak untuk α = 5% atau
signifikansi > 0,05,
- jika thitung > ttabel, maka Ha diterima dan H0 ditolak untuk α = 5% atau
signifikansi < 0,05.
Tabel 4.7
1 (Constant) 627.953 237.374 2.645 .011
DAR -1000.105 834.201 -.345 -1.199 .236
DER 29.310 121.887 .128 .240 .811
LDAR 924.883 1481.472 .232 .624 .535
LDER -131.035 310.308 -.246 -.422 .675
a. Dependent Variable: EPS
Sumber : Lampiran xv
Hasil pengujian statistik thitung pada tabel 4.7 dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1) Pengujian terhadap variabel DAR
Berdasarkan tabel 4.8 dapat ditentukan bahwa variabel DAR mempunyai
pengaruh negatif terhadap EPS, koefisiennya menunjukkan -1,199 dengan
nilai signifikasi 0,236 > 0,05 dan thitung(-1,199) < ttabel(2,021). Dengan demikian
diterima Ho artinya variabel DAR secara parsial tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap EPS pada perusahaan perkebunan dan pertambangan pada
tingkat kepercayaan 95%.
2) Pengujian terhadap variabel DER
Berdasarkan tabel 4.8 dapat ditentukan bahwa variabel DER mempunyai
pengaruh negatif terhadap EPS, koefisiennya menunjukkan 0,240 dengan nilai
Ho artinya variabel DER secara parsial tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap EPS pada perusahaan perkebunan dan pertambangan pada tingkat
kepercayaan 95%.
3) Pengujian terhadap variabel LDAR
Berdasarkan tabel 4.8 dapat ditentukan bahwa variabel LDAR mempunyai
pengaruh negatif terhadap EPS, koefisiennya menunjukkan 0,624 dengan nilai
signifikasi 0,535 > 0,05 dan thitung(0,624) < ttabel(2,021). Dengan demikian diterima
Ho artinya variabel LDAR secara parsial tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap EPS pada perusahaan perkebunan dan pertambangan pada tingkat
kepercayaan 95%.
4) Pengujian terhadap variabel LDER
Berdasarkan tabel 4.8 dapat ditentukan bahwa variabel LDER mempunyai
pengaruh negatif terhadap EPS, koefisiennya menunjukkan -0,422 dengan
nilai signifikasi 0,675 > 0,05 dan thitung(-0,422) < ttabel(2,021). Dengan demikian
diterima Ho artinya variabel LDER secara parsial tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap EPS pada perusahaan perkebunan dan pertambangan pada
4.4.1. Koefisien Determinasi
Tabel 4.8
Sumber : Lampiran xvi
Nilai R pada tabel 4.8 menunjukkan hubungan antara variabel DAR, DER,
LDAR,dan LDER terhadap EPS adalah sebesar 0,293 atau sama dengan 29,30%
yang artinya mempunyai tingkat hubungan rendah. Dengan demikian secara
bersamaan variabel DAR, DER, LDAR, dan LDER mampu memberikan
penjelasan pada variabel EPS sebesar 29,30% sedangkan sisanya sebesar 70,70%
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak disertakan pada tabel 4.8. Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .293a .086 .011 655.74990
a. Predictors: (Constant), LDER, DAR, LDAR, DER
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan yang telah
dikemukakan oleh penulis, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Secara parsial, financial leverage yang terdiri dari variabel debt to total asset ratio berpengaruh negatif terhadap earning per share pada perusahaan
perkebunan dan pertambangan pada tingkat kepercayaan 95%.
2. Secara parsial, variabel debt to equity ratio berpengaruh negatif atau tidak berpengaruh secara signifikan terhadap earning per share pada perusahaan
perkebunan dan pertambangan pada tingkat kepercayaan 95%. Hal ini
bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh vani (2006) yang
menyatakan bahwa financial leverage berpengaruh secara signifikan terhadap
earning per share. Perbedaan ini disebabkan karena perbedaan rasio yang
digunakan, jenis perusahaan perusahaan yang dijadikan sebagai sampel
penelitian, serta perbedaan tahun atau periode penelitian.
3. Secara parsial, variabel long term debt to total asset ratio berpengaruh negatif atau tidak berpengaruh secara signifikan terhadap earning per share pada
4. Secara parsial, variabel long term debt to equity ratio berpengaruh negatif atau tidak berpengaruh secara signifikan terhadap earning per share pada
perusahaan perkebunan dan pertambangan pada tingkat kepercayaan 95%.
5. Secara simultan, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa financial leverage
(debt to total asset ratio, debt to equity ratio, long term debt to total asset
ratio, long term debt to equity ratio) tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap earning per share pada tingkat kepercayaan 95%.
5.2. Saran
Beberapa saran yang dapat diberikan berkaitan dengan hasil penelitian ini
bagi perusahaan, investor dan calon investor, dan bagi peneliti selanjutnya.
1. Bagi perusahaan
Perusahaan disarankan berhati-hati dalam memutuskan alternatif sumber
pendanaan dari hutang.
2. Bagi investor dan calon investor
Investor atau calon investor disarankan untuk melakukan analisis terhadap
financial leverage berkaitan dengan tingkat earning per share karena besarnya
earning per share yang diperoleh perusahaan mencerminkan tingkat
pengembalian yang akan diterima oleh pemegang saham atau investor.
3. Bagi peneliti selanjutnya
a) Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk menggunakan sampel lebih
banyak dengan karakteristik yang lebih beragam dari berbagai sektor dan
b) Penelitian yang akan datang juga sebaiknya menambah variabel
independen yang masih berbasis pada laporan keuangan seperti net profit
margin, current ratio, total asset turn over, dan net sales selain yang
digunakan dalam penelitian ini dengan tetap berlandaskan pada penelitian-
penelitian sebelumnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1. Saham
Saham adalah bukti yang menunjukkan bagian kepemilikan di sebuah
perusahaan. Saham berupa selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik
kertas adalah pemilik perusahaan. Masing-masing lembar saham biasa mewakili
satu suara tentang segala hal dalam pengurusan perusahaan (Bodie, Kane, Marcus,
2002:59).
Terdapat dua jenis saham yang diperdagangkan yaitu saham biasa
(common stock) dan saham preferen (prefered stock). Saham biasa (common
stock) yang paling dikenal di masyarakat. Secara sederhana saham dapat
didefenisikan sebagai penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam
suatu perusahaan. Saham preferen adalah suatu jenis hibrida, dalam beberapa hal
tertentu mirip dengan obligasi dan mirip dengan saham biasa dalam beberapa hal
lain (Brigham dan Houston, 2006:446). Saham preferen seperti obligasi dimana
memiliki nilai pari dan terdapat dividen dalam jumlah tetap yang harus dibayarkan
sebelum dividen dapat dibayarkan kepada pemilik saham biasa.
2.1.2. Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah beberapa lembar kertas dengan angka-angka
yang tertulis di atasnya, tetapi penting juga untuk memikirkan asset-aset nyata
yang mendasari angka-angka tersebut. Laporan keuangan dari perusahaan sangat
informasi akuntansi yang terdapat pada laporan keuangan untuk membuat
keputusan yang cerdas, manajer membutuhkannya untuk mengoperasikan bisnis
secara efisien dan badan perpajakan membutuhkannya untuk menilai pajak
dengan cara yang wajar (Brigham dan Houston, 2006: 44).
Laporan ini melaksanakan beberapa fungsi (Horne, 2005:193). Pertama,
Neraca (Balance sheet) meringkas aktiva, kewajiban, dan ekuitas pemilik suatu
perusahaan pada suatu periode, biasanya pada akhir tahun atau kuartal. Laporan
laba rugi (Income statement) meringkas pendapatan dan biaya perusahaan selama
satu periode waktu tertentu yang biasanya untuk periode satu tahun atau kuartal.
Laporan laba ditahan (Statement of retained earning) melaporkan berapa banyak
laba perusahaan yang ditahan dalam usahanya dan tidak dibayarkan ke
dividennya. Laporan arus kas adalah laporan yang melaporkan dampak dari
aktivitas-aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan oleh perusahaan pada arus kas
selama satu periode akuntansi. Jika disajikan bersama, semua laporan ini
memberikan gambaran akuntansi atas operasi dan posisi keuangan perusahaan.
2.1.3. Analisis Rasio Keuangan
Agar dapat mengevaluasi kondisi keuangan perusahaan dan kinerjanya,
analisis keuangan perlu melakukan pemeriksaan atas berbagai aspek kesehatan
keuangan perusahaan. Alat yang sering kali digunakan selama pemeriksaan
tersebut adalah rasio keuangan (financial ratio) atau indeks yang menghubungkan
dua angka akuntansi dan didapat dengan membagi satu angka dengan angka
Rasio-rasio keuangan dapat dikelompokkan menjadi lima kelompok
(Brigham dan Houston, 2006:95), yaitu:
1. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan hubungan antara kas dan
aktiva lancar lainnya dari sebuah perusahaan dengan kewajiban lancarnya.
Rasio ini terdiri dari Current Ratio, Acid Test Ratio, dan Cash Ratio.
2. Rasio Manajemen Aktiva
Serangkaian rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan telah mengelola
aktiva-aktivanya.
Rasio ini terdiri dari inventory turnover ratio, days sales outstanding, fixed
asset turnover ratio, dan total asset turnover ratio.
3. Rasio Manajemen Utang
Rasio manajemen utang atau rasio leverage keuangan adalah rasio yang
menunjukkan penggunaan dana melalui utang.
Rasio ini terdiri atas Debt to total asset, debt to total equity, times interest
earned, dan rasio cakupan EBITDA.
4. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas adalah sekelompok rasio yang menunjukkan gabungan
efek-efek dari likuiditas, manajemen aktiva, dan utang pada hasil-hasil operasi.
Rasio ini terdiri dari profit margin on sales, basic earning power, return on
5. Rasio Nilai Pasar
Rasio nilai pasar adalah sekumpulan rasio yang menghubungkan harga saham
perusahaan dengan laba, arus kas, dan nilai buku per lembar sahamnya.
Rasio ini terdiri price earning ratio, price cash flow ratio, book value per
share, earning per share, dan dividend per share.
2.1.4. Financial leverage 2.1.4.1 Pengertian Leverage
Leverage jika diartikan secara harfiah berarti pengungkit, pengungkit
digunakan untuk mengangkat beban berat. Dalam ilmu manajemen keuangan juga
dikenal leverage, namun dalam makna yang berbeda tentunya. Menurut Sartono
(2001:257) “leverage adalah penggunaan aset dan sumber dana (sources of funds)
oleh perusahaan yang memiliki beban tetap dengan maksud agar meningkatkan
keuntungan potensial pemegang saham”. Dengan kata lain, penggunaan leverage
ditujukan agar keuntungan yang diperoleh lebih besar daripada biaya aset dan
sumber dananya, sehingga dapat meningkatkan keuntungan perusahaan atau
pemegang saham.
Gitman (2003:508) mengemukakan dampak dari penggunaan leverage
bagi perusahaan yaitu “Results from the use of fixed-cost or funds to magnify
returns to the firms owners. Generally increases in leverage result in increased
return and risk, whereas decreases in leverage result in decreases return and
risk”. Artinya bahwa akibat dari penggunaan biaya tetap untuk memperoleh
return bagi pemilik perusahaan secara umum juga akan meningkatan risiko.
pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa leverage digunakan oleh suatu
perusahaan bukan hanya untuk membiayai aktiva serta menanggung beban tetap
melainkan juga untuk memperbesar pendapatan. Konsep leverage tersebut sangat
penting terutama untuk menunjukkan kepada analis keuangan dalam melihat
trade-off (persimpangan) antara risiko dan tingkat keuntungan dari berbagai tipe
keputusan finansial.
2.1.4.2 Jenis-jenis Leverage
Pinjaman yang diperoleh perusahaan dapat berupa pinjaman operasional
dan pinjaman finansial. Kedua jenis pinjaman tersebut masing-masing memiliki
keunggulan dan kelemahannya. Pembahasan mengenai kedua jenis pinjaman
tersebut dikemukakan oleh Van Horne (2000;440,445) sebagai berikut.
1. Leverage Operasi (Operating Leverage)
Leverage operasi merupakan penggunaan aktiva dengan biaya tetap yang
bertujuan untuk menghasilkan pendapatan yang cukup untuk menutup biaya tetap
dan variabel serta dapat meningkatkan profitabilitas. Leverage operasi timbul
setiap saat perusahaan memiliki biaya-biaya tetap tanpa memperhatikan jumlah
biaya tersebut. Biasanya biaya-biaya yang menyangkut leverage operasi timbul
dari penggunaan aset tetap, seperti biaya depresiasi atau penyusutan aset tetap.
2. Leverage Keuangan (Financial Leverage)
Financial leverage berasal dari keberadaan biaya finansial tetap dalam
arus pendapatan perusahaan. Ada dua biaya finansial eksternal dalam hal
pendanaan, yaitu bunga pinjaman dan dividen saham preferen. Biaya-biaya ini
tersedia untuk membiayai biaya-biaya tersebut. Financial leverage dapat
didefenisikan sebagai kemampuan perusahaan perusahaan dalam menggunakan
kewajiban-kewajiban keuangan yang sifatnya tetap untuk mempengaruhi
perubahan EBIT terhadap pendapatan per lembar saham biasa (earning per share).
Financial leverage atau leverage keuangan timbul karena adanya
kewajiban-kewajiban keuangan yang sifatnya tetap yang harus dibayar oleh
perusahaan. Kewajiban-kewajiban keuangan yang tetap ini tidaklah berubah
dengan adanya perubahan pada tingkat EBIT dan harus dibayar tanpa melihat
sebesar apapun tingkat EBIT yang dicapai oleh perusahaan. Ada dua kewajiban
keuangan yang sifatnya tetap, yaitu: 1) bunga atas hutang, dan 2) dividen untuk
saham preferen.
Di dalam analisis financial leverage diasumsikan bahwa dividen untuk
pemegang saham preferen selalu dibayar dalam setiap periode. Asumsi ini
diperlukan karena tujuan utama dari finacial leverage adalah untuk mengetahui
berapa jumlah uang yang sesungguhnya tersedia bagi pemegang saham biasa
setelah bunga dan dividen untuk pemegang saham preferen dibayarkan.
Leverage keuangan menilai sejauh mana perusahaan menggunakan utang
yang dipinjam. Jenis-jenis dari rasio leverage keuangan adalah DAR, DER, LDAR dan LDER. Debt to Total asset Ratio adalah rasio utang terhadap total
aktiva didapat dari membagi total utang perusahaan dengan total utang
perusahaan. Rasio ini menekankan pada peran penting pendanaan utang bagi
oleh pendanaan utang. Besarnya hasil perhitungan rasio utang menunjukkan
besarnya total utang yang dapat dijamin oleh aktiva total.
Semakin tinggi DAR semakin besar resiko keuangan yang dihadapi
perusahaan, karena utang membawa konsekuensi beban bunga tetap, semakin
rendah rasio ini, maka akan semakin rendah resiko keuangannya. Para pemegang
saham biasanya lebih menyukai rasio leverage lebih banyak karena akan
memperbesar ekspektasi keuntungan, sedangkan para kreditor lebih menyukai
rasio leverage yang lebih rendah, karena semakin rendah rasio utang, maka resiko
kerugian yang dialami kreditor akan lebih rendah jika terjadi likuidasi.
Debt to Equity Ratio adala rasio utang terhadap ekuitas dihitung dengan
hanya membagi total utang perusahaan (termasuk kewajiban jangka pendek)
dengan ekuitas pemegang saham. Rasio ini menunjukkan hubungan antara jumlah
pinjaman yang diberikan kreditur dengan jumlah modal sendiri yang diberikan
oleh pemilik perusahaan. Besarnya hasil perhitungan rasio utang terhadap ekuitas
menunjukkan seberapa besar utang jangka panjang yang dapat dijamin dengan
ekuitas, maka akan semakin besar risiko keuangan yang ditanggung perusahaan.
Para kreditor secara umum menyukai jika rasio ini lebih rendah. Semakin
rendah rasio ini, semakin tinggi tingkat pendanaan perusahaan yang tersedia bagi
pemegang saham dan semakin besar perlindungan bagi kreditor. Jika DER
semakin meningkat maka menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin
memburuk, selain itu semakin tinggi DER menunjukkan struktur permodalan
lebih banyak dibiayai oleh pinjaman sehingga ketergantungan perusahaan
Long Term Debt to Total Asset Ratio adalah rasio yang menggambarkan
besarnya tingkat penggunaan hutang jangka panjang dibandingkan dengan total
aset yang dimiliki. Long Term Debt To Equity (LDER) merupakan perbandingan
antara utang jangka panjang dengan ekuitas saham biasa. Semakin tinggi rasio
LDER, maka semakin besar risiko yang ditanggung para pemegang saham
(Warsono, 2003:239).
3. Leverage Total / Gabungan (Combination leverage)
Leverage gabungan atau kombinasi merupakan pengaruh perubahan
penjualan terhadap laba setelah pajak ataupun pendapatan per lembar saham
(EPS). Leverage kombinasi terjadi apabila perusahaan baik operating leverage
maupun financial leverage dalam usahanya untuk meningkatkan keuntungan bagi
pemegang saham biasa. Leverage operasi timbul ketika ada biaya tetap dari
penggunaan aset (depresiasi), sedangkan leverage keuangan timbul pada saat ada
biaya tetap atas penggunaan dana pinjaman
2.1.5. Earning Per Share
Pada umumnya manajemen perusahaan, pemegang saham biasa dan calon
pemegang saham sangat tertarik akan Earning Per Share, karena hal ini
menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa.
Para calon pemegang saham tertarik dengan earning per share yang besar, karena
hal ini merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu perusahaan. EPS adalah
salah satu dari dua alat ukur yang sering digunakan untuk mengevaluasi saham
biasa disamping PER (Price Earning Ratio) dalam lingkaran keuangan (Fabozzi,
untuk tiap lembar sahamnya yang mampu diraih perusahaan pada saat
menjalankan operasinya.
EPS dapat dihitung dengan membagi laba yang tersedia bagi pemegang
saham biasa (laba setelah dikurangi dividen saham preferen) dengan rata-rata
tertimbang jumlah lembar saham yang beredar selama periode perhitungan
dilakukan. Semakin tinggi nilai EPS akan menggembirakan pemegang saham
karena semakin besar laba yang disediakan untuk pemegang saham. Dengan
meningkatnya laba maka harga saham cenderung naik sedangkan ketika laba
menurun maka harga saham ikut juga turun, hal itu juga akan diikuti perubahan
return sahamnya.
Laba per lembar saham adalah suatu ukuran dimana baik manajemen
maupun pemegang saham menaruh perhatian besar (Helfert, 1993:67). Itu
digunakan secara luas dalam penaksiran nilai saham biasa dan sering merupakan
basis untuk menetapkan tujuan serta sasaran spesifik perusahaan sebagai bagian
dari perencanaan strategis. Walaupun angka laba per saham adalah salah satu
statistik yang selalu tersedia dalam laporan perusahaan yang dimiliki umum,
namun ada beberapa komplikasi. Terlepas dari elemen tidak biasa yang mungkin
ada pada pola laba bersih triwulanan dan tahunan, jumlah saham beredar
berbeda-beda dalam satu tahun pada banyak perusahaan, itu disebabkan oleh pengeluaran
saham-saham baru atau penarikan saham lama yang beredar.
Para analis mempunyai perhatian besar terhadap laba per saham yang lalu,
baik triwulan maupun tahunan. Proyeksi untuk masa datang sering dibuat
dibandingkan dengan proyeksi yang diamati secara teliti untuk melihat indikasi
kekuatan dan kelemahan. Pertumbuhan EPS memberikan informasi yang lebih
banyak kepada kita tentang perkembangan suatu perusahaan, bukan pertumbuhan
laba absolut.
Berdasarkan apa yang dijelaskan oleh Fabozzi mengenai earning per
share, maka Peneliti menggunakan rumus sebagai berikut untuk menentukan
besarnya EPS.
Berdasarkan rumus di atas, setidaknya ada dua faktor yang menentukan
besarnya tingkat EPS yang dihasilkan. Pertama yakni pada angka pembilangnya,
dimana jika net income after tax (laba bersih setelah pajak) semakin besar maka
besaran EPS nya juga akan besar. Faktor kedua yang menentukan besarnya
tingkat EPS adalah jumlah saham beredar (number of share outstanding) yang
fungsinya sebagai angka penyebut dalam rumus tersebut, dimana semakin banyak
perusahaan menggunakan dana dari penambahan jumlah saham beredar, maka
akan semakin memperkecil besarnya tingkat EPS yang diperoleh. Dalam
penelitian ini jumlah saham beredar yang peneliti gunakan adalah jumlah saham
2.1.6. Pengaruh Financial Leverage terhadap EPS
Tujuan utama perusahaan pada dasarnya adalah untuk meningkatkan dan
memaksimalkan keuntungan pemilik perusahaan. Keuntungan perusahaan
tercermin dalam laba bersih pada laporan keuangan, sedangkan keuntungan
pemilik perusahaan lebih spesifik lagi tercermin dalam laba untuk pemegang
saham biasa atau disebut sebagai Earning Per Share (EPS) atau laba per lembar
saham.
Secara umum ada dua faktor yang bisa mempengaruhi besar kecilnya
tingkat EPS, yakni struktur modal dan tingkat laba bersih sebelum bunga dan
pajak. Kedua faktor tersebut pada dasarnya sama-sama menekankan pada
alternatif sumber pendanaan melalui hutang atau modal pinjaman, dimana
perubahan dalam penggunaan hutang akan mengakibatkan perubahan laba per
lembar saham, dan juga mengakibatkan perubahan harga saham perusahaan.
Perusahaan yang menggunakan lebih banyak leverage keuangan (daripada
yang kurang) akan mengalami perubahan yang relatif besar dalam pendapatan per
lembar sahamnya. Efek Leverage berhubungan dengan tingkat pendapatan per
saham pada EBIT tertentu dengan struktur modal tertentu. Perusahaan sebaiknya
terlebih dahulu menganalisa sejumlah faktor dan kemudian menentapkan struktur
modal yang optimal agar tingkat pengembalian optimum. Struktur modal yang
optimal diperkirakan dengan identifikasi target rasio hutang (Keown, 200:584).
Alasan mengapa perusahaan melakukan pendanaan melalui utang
i. Karena beban dapat menjadi pengurang pajak, pengunaan utang akan
menurunkan tagihan pajak dan memberikan lebih banyak laba operasi
perusahaan yang tersedia bagi para investornya.
ii. Jika laba operasi dinyatakan dari aktiva ternyata melebihi tingkat bunga
atas pinjaman, seperti yang biasa terjadi, maka sebuah perusahaan dapat
menggunakan utang untuk memperoleh aktiva, membayar bunga atas
utang, dan masih memiliki sisa sebagai bonus bagi para pemegang
sahamnya.
Rasio leverage memiliki tiga implikasi penting: (1) Dengan memperoleh
dana melalui utang, para pemegang saham dapat mempertahankan kendali mereka
atas perusahaan tersebut sekaligus membatasi investasi yang mereka berikan. (2)
Kreditor akan melihat pada ekuitas atau dana yang diperoleh sendiri sebagai
suatau batas keamanan , sehingga semakin tinggi proporsi dari jumlah modal yang
diberikan oleh pemegang saham, maka semakin kecil resiko yang harus dihadapi
kreditor. (3) Jika perusahaan mendapatkan hasil dari inventasi yang didanai
dengan hasil pinjaman lebih besar daripada bunga yang dibayarkan, maka
pengembalian dari modal pemilik akan diperbesar (Brigham dan Houston,
2006:101).
Menurut Brigham (2006:213) “leverage keuangan (financial leverage)
merupakan penggunaan utang untuk meningkatkan laba”. Penggunaan utang
dalam investasi sebagai tambahan untuk mendanai aktiva perusahaan diharapkan
dapat meningkatkan keuntungan yang akan diperoleh pemilik perusahaan, karena
perusahaan yang tujuannya untuk menghasilkan laba. Selain itu ada dua alasan
yang dikemukakan oleh Brigham mengenai alasan mengapa penggunaan utang
ataupun financial leverage lebih menguntungkan, yakni (1) bunga merupakan
pengurang pajak sementara dividen untuk pemegang ekuitas bukan, serta (2)
karena bunga merupakan pengurang pajak, laba yang tersedia untuk pemegang
ekuitas menjadi lebih besar.
Brigham (2006:486) menyatakan bahwa hubungan financial leverage
terhadap EPS yaitu sebagai berikut “Changes in the use of debt will cause changes
in earning per share (EPS) as well as changes in risk both of which will affect the
company’s stock price”. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa penggunaan
hutang akan mengakibatkan perubahan EPS demikian pula dengan risiko.
Financial levarage dianggap menguntungkan apabila laba yang diperoleh lebih
besar dari pada beban tetap yang timbul akibat penggunaan utang tersebut, dan
financial leverage dianggap merugikan apabila laba yang diperoleh lebih kecil
dari pada beban tetap yang timbul akibat penggunaan utangnya tersebut. Jadi
dalam penggunaan financial leverage faktor yang paling menentukan adalah
kemampuan pihak manajemen dalam memanfaatkan dana pinjaman itu sendiri.
Faktor-faktor yang mempengaruhi EPS yang digunakan dalam Penelitian
ini adalah Debt to Total Asset Ratio, Debt to Equity Ratio, dan Long Term Debt
To Equity. Ketiga rasio ini merupakan bagian dari rasio leverage atau rasio utang
yang akan diteliti lebih lanjut pengaruhnya terhadap EPS. Kreditor lebih
menyukai Apabila Financial Leverage memiliki rasio yang lebih rendah, karena
akan terjadi. Sebaliknya, para pemegang saham mungkin menginginkan lebih
banyak leverage karena akan memperbesar ekspektasi keuntungan (Brigham dan
Houston, 2006:104).
2.2 Penelitian Terdahulu
Vani (2006) melakukan penelitian mengenai pengaruh financial leverage
terhadap earning per share pada PT. Aqua Golden Mississippi, Tbk, Jakarta,
dengan menggunakan variabel debt to equity ratio (DER) sebagai variabel
independennya, menemukan bahwa financial leverage (debt to equity ratio)
berpengaruh terhadap laba per lembar saham (earning per share) . Firani ( 2006)
melakukan penelitian mengenai pengaruh financial leverage terhadap rentabilitas
(earning per share) pada emiten sektor infrastruktur di Bursa Efek Jakarta,
dengan menggunakan variabel long term debt to equity ratio (LDER) sebagai
variabel independennya. Menemukan bahwa bahwa tidak ada pengaruh antara
financial leverage (long term debt to equity ratio) terhadap rentabilitas (earning
per share). Niranda (2008) melakukan penelitian mengenai pengaruh financial
leverage terhadap earning per share pada sub sektor industri makanan dan
minuman di Bursa Efek Jakarta periode 2001-2006, dengan menggunakan
variabel degree of financial leverage (DFL) sebagai variabel independennya,
menemukan bahwa financial leverage (degree of financial leverage) tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap earning per share. Dwi Armaya (2010)
melakukan penelitian pengaruh financial leverage terhadap earning per share pada
perusahaan perkebunan dan pertambangan yang terdaftar di BEI periode
over sebagai variabel independennya, menemukan bahwa financial leverage tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap earning per share.
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
Nama Judul Variabel Hasil Penelitian
Reviska Mega Vani
2006
Pengaruh Financial Leverage terhadap
Earning Per Share pada PT. Aqua Golden
Earning Per Share pada sub sektor industri makanan dan minuman di Bursa efek Jakarta periode 2001-2006
2006-2.3 Kerangka Konseptual
Earning per share merupakan alat analisis tingkat profitibilitas perusahaan
yang menggunakan konsep laba konvensional, Earning Per Share adalah salah
satu pertimbangan sebelum berinvestasi. Perubahan dalam penggunaan utang akan
menyebabkan terjadinya perubahan pada laba per lembar saham (Earning Per
Share-EPS) dan juga perubahan resiko (Brigham dan Houston, 2006:17).
Debt to Total Asset Ratio merupakan perbandingan antara hutang lancar
dan hutang jangka panjang dan jumlah seluruh aktiva diketahui. Rasio ini
menunjukkan berapa bagian dari keseluruhan aktiva yang dibelanjai oleh hutang.
Debt to Equity Ratio adalah rasio utang yang menunjukkan hubungan antara
jumlah pinjaman yang diberikan kreditur dengan jumlah modal sendiri yang
diberikan oleh pemilik perusahaan.
Long Term Debt to Total Asset Ratio adalah rasio yang menggambarkan
besarnya tingkat penggunaan hutang jangka panjang dibandingkan dengan total
aset yang dimiliki. Long Term Debt To Equity adalah rasio yang
memperbandingkan proporsi utang jangka panjang dengan ekuitas saham biasa.
Semakin tinggi rasio LDER, maka semakin besar risiko yang ditanggung para