LAMPIRAN GAMBAR KOMPONEN KRITIS
1. Tail pipe
Tail pipe : pipa ini dilengkapi dengan alat pembersih sehingga campuran gas secara berlebih tidak terjadi dalam sistem flare baik pada start-up atau selama operasi. Sebuah saluran tunggal dapat digunakan untuk mengalirkan oksigen dan bahan bakar saluran bergabung bersama-sama. Koneksi gas antara saluran dirancang fleksibel yang dibuat dengan menggunakan klip saluran berkerut atau
ferrules, sering disebut sebagai klip 'O'.
Dimensi : Diameter 1/2 inch, 75 inch length
Material : Alumunium
Gambar 1. Tail pipe
2. 14 Hole Double Row Burner
Dimensi : 12 inch length, 7 inch wide
Gambar 2. 14 Hole Double Row Burner
3. Tipping Burner
Ujung burner dirancang untuk memberikan pembakaran ramah lingkungan dari gas selama rentang proses pembakaran. Tipping burner memiliki beragam desain. Tipping burner digunakan untuk stabilitas nyala api, kehandalan pengapian dan peredam suara. Tipping burner dengan pemegang desain api modern dapat memiliki api stabil selama gas keluar dengan berbagai kecepatan semburan api dari 1 sampai 600 kaki / detik.
Dimensi : Diameter 1/4 inch, 4 inch length
Material : Tembaga dan Alumunium
DAFTAR PUSTAKA
A.S.Corder. 1997. Teknik Managemen Pemeliharaan. Jakarta. Erlangga.
Ben-Daya, Mohammed. 2009. Handbook of Maintenance Management and Engineering. Canada. Springer.
Ebeling, Charles E. 1997. Reliability and Maintainability. New York. McGraw-Hill.
Jardine, Andrew K.S dan Albert H.C. Tsang. 2013. Maintenance Replacement and Reliability. London. CRC Press.
Kapur, Kailash .C., and Lamberson, L.R. 2014. Reliability in Engineering Design. New-York. John Wiley & Sons.
Manzini, Ricardo. 2010. Maintenance For Industrial Systems. London. Springer-Verlag.
Purnama, Jaka.”Metode Age Replacement Digunakan untuk Menentukan Interval Waktu Perawatan Mesin Pada Armada Bus. Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya. 2015.
Prayogo, Thomas. 2015. Identifikasi Waste dengan Menggunakan Value Stream Mapping di Gudang PT. XYZ. (http://studentjournal.petra.ac. id/index.php/teknik-industri/article/download/1019/917. Pdf).
Ristono, Agus. 2009. Manajemen Persediaan. Yogyakarta : Graha Ilmu.
V-29
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1. Perawatan1
Reparasi juga merupakan bagian dari perawatan. Reparasi merupakan suatu proses perbaikan, penyetalan bagian-bagian yang rusak dengan tujuan agar fasilitas tersebut dapat dipergunakan kembali dalam keadaan dan kapasitas serta efisiensi seperti semula. Pada aktivitas reparasi diharapkan tidak mengganggu Perawatan merupakan pekerjaan rutin, pekerjaan yang berulang-ulang, diperlukan untuk menjaga fasilitas yang ada agar tetap dalam keadaan baik (optimal), dapat digunakan sesuai dengan kapasitas dan efisiensi semula. Fasilitas yang dimaksud di atas antara lain; mesin produksi, peralatan gedung, tanah, dan lain-lain. Dengan demikian, perusahaan terhindar dari terjadinya kerugian produksi dan kerugian lainnya.
Kegiatan perawatan juga mencakup kegiatan pembersihan (service), reparasi (repair), dan penggantian. Kaitan perawatan dengan service bahwa proses perawatan juga di dalamnya mencakup kegiatan service. Kegiatan membersihkan (service) janganlah dianggap sebagai pekerjaan yang dapat diabaikan.
Kegiatan membersihkan (service) adalah pekerjaan mengatur kerapian, keindahan, dan kebersihan yang diperlukan. Dengan demikian peralatan akan awet (tidak mudah rusak) dan tetap pada kondisi optimal.
1
kelancaran proses produksi, karena pekerjaanya ringan sehingga terhindar dari kerugian.
Penggantian (replacement) merupakan bagian kegiatan perawatan dengan mengganti beberapa bagian dari peralatan dan mesn sesuai dengan kapasitas usia peralatan mesin yang diperkenankan. Setiap peralatan/ mesin dan bagiannya pasti memiliki kapasitas usia penggunaan. Apabila suatu bagian peralatan/ mesin yang sudah melebihi kapasitas usia produksi digunakan terus, maka peralatan/ mesin tersebut sangat mungkin akan menimbulkan kerusakan bahkan mencelakakan. Oleh karena itu, kegiatan perawatan penggantian tersebut harus tau jadwal penggantian setiap bagian peralatan/ mesin. Dengan demikian akan dapat terhindar dari kecelakaan, dan pada akhirnya terhindar dari kerugian.
3.2. Tujuan Perawatan2
1. Memperpanjang usia kegunaan aset (yaitu setiap bagian darisuatu tempat kerja, bangunan dan isinya). Hal ini terutama penting di negara berkembang karena kurangnya sumber daya modal untuk penggantian. Di negara-negara maju kadang-kadang lebih menguntungkan untuk ‘mengganti’ daripada memelihara.
Tujuan pemeliharaan (maintenance) yang utama dapat didefenisikan sebagai berikut:
2
2. Menjamin ketersediaan optimum peralatan yang dipasang untuk produksi atau jasa untuk mendapatkan laba investasi (return of Investment) semaksimal mungkin.
3. Menjamin kesiapan operasional dari seluruh peralatan yang diperlukan dalam keadaan darurat setiap waktu, misalnya unit cadangan, unit pemadam kebakaran dan penyelamat, dan sebagainya.
4. Menjamin keselamatan orang yang menggunakan sarana tersebut.
3.3. Jenis-jenis Tindakan Perawatan3
1. Corrective Maintenance (perawatan perbaikan) yaitu perawatan yang dilakukan setelah kerusakan terjadi yang bertujuan untuk memperbaiki kerusakan tersebut. Tidak terdapat kegiatan perencanaan untuk mengoptimumkan perawatan peralatan dan manajemen pendukung keputusan. Strategi ini dipengaruhi oleh pemenuhan suku cadang dan biaya kegiatan perawatan sangat bergantung pada tersedianya atau tidak tesedianya kebutuhan suku cadang untuk melakukan kegiatan perbaikan.
Jenis-jenis tindakan perawatan terbagi atas :
2. Preventive Maintenance (perawatan pencegahan) yaitu kegiatan perawatan terencana yang dilakukan untuk menghadapi dan mencegah kegagalan potensial pada suatu komponen atau sistem. Pemilihan waktu dan hasil dari kegiatan perawatan pencegahan harus direncanakan dan dioptimalkan dengan baik untuk memaksimumkan hasil produksi dan meminimumkan biaya
3
perawatan.
3. Replacement (penggantian)
Replacement (penggantian) dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:
a. Planned replacement (penggantian terencana) yaitu pemilihan waktu terbaik penggantian berdasarkan penentuan interval waktu optimum untuk meminimumkan biaya perawatan. Kegiatan perawatan ini disebut juga preventive replacement atau penggantian pencegahan.
b. Replacement upon failure (penggantian saat kerusakan) yaitu penggantian yang dilakukan jika komponen atau sistem rusak. Kegiatan perawatan ini disebut juga corrective replacement atau penggantian perbaikan.
4. Inspection Maintenance (IM)
Tindakan perawatan ini terlebih dahulu menentukan keadaan peralatan dan metode untuk mengidentifikasi waktu di mana tindakan ini harus dilakukan. Strategi ini juga disebut "menenmukan kesalahan" yaitu pengukuran dan inspeksi dapat direncanakan dengan baik secara berkala, tetapi restoratif atau pencegahan tugas tidak bisa. Keadaan fungsi sistem/ komponen dapat didasarkan pada seperangkat indikator yang mampu menggambarkan kesehatan sistem sesuai dengan spesifikasi.
5. Condition-based maintenance
untuk pemeliharaan inspeksi, ketika keadaan peralatan hanya diketahui setelah kegiatan pemeriksaan yang dapat dijadwalkan benar.
6. Opportunistic Maintenance
Tindakan pemeliharaan dilakukan ketika kesempatan muncul (sepertiselama pabrik belum beroperasi).
3.4. Identifikasi Material Menggunakan Analisis Klasifikasi ABC4
ABC Analysis mengklasifikasi persediaan dalam tiga kategori, yaitu: A, B dan C dengan basis volume penggunaan biaya persediaan dalam setahun. Analisis ini sering disebut sebagai Pareto Analysis karena menggunakan prinsip-prinsip yang dikembangkan Vilfredo Pareto (ahli ekonomi italia). Untuk menghitung penggunaan biaya jenis persediaan tertentu, basis yang digunakan adalah jumlah unit kebutuhan persediaan per tahun dikalikan dengan biaya per unit.
A
B
C
100% Persen Volume100% Persen Volume
Gambar 3.1. Klasifikasi ABC Analysis
Kategori persediaan A adalah persediaan yang berjumlah hanya sekitar
4
15% dari jumlah total persediaan, tetapi menghabiskan sekitar 70-80% dari total biaya persediaan dalam setahun. Kategori B adalah persediaan dengan jumlah sekitar 30% dari total persediaan tetapi menghabiskan dana sekitar 15-25% dari total persediaan. Kategori C adalah persediaan dengan jumlah sekitar 55% dari total persediaan dan hanya menghabiskan dana sekitar 5% saja dri total biaya persediaan per tahun.
3.5. Component Replacement5
1. Waktu Pemeliharaan
Penggantian suku cadang dan komponen dari mesin produksi dapat menjadi tindakan perawatan preventif. Pertama sepakat dengan keputusan untuk mengganti komponen yang dibiarkan berjalan sampai mereka gagal. Keputusan kedua mengacu pada penentuan waktu tindakan mampu meningkatkan ketersediaan dan keandalan sistem. Barlow dan Hunter (1960) mengusulkan dua model analitis sederhana untuk penentuan kebijakan penggantian optimal meminimalkan biaya operasi dari sistem produksi.
Secara khusus, penggantian pencegahan harus dilakukan setelah komponen / sistem telah digunakan secara signifikan dan sebelum itu telah berusia terlalu lama. Akibatnya, penjadwalan terlalu dini atau terlalu terlambat dari tindakan penggantian pencegahan bukan keputusan yang baik. Contoh numerik digambarkan dalam menjelaskan aturan penting ini.
Interval waktu selama pemeliharaan dilakukan item secara manual atau secara
5
otomatis, termasuk teknis dan logistic penundaan; 2. Waktu Pemeliharaan Aktif (Active Maintenance Time)
Bagian dari pemeliharaan waktu selama perawatan aktif dilakukan pada item, termasuk penundaan logistik;
3. Waktu Perbaikan (repair time)
Bagian dari perawatan korektif aktif waktu selama perbaikan dilakukan pada item;
4. Logistik Delay
Akumulasi waktu selama pemeliharaan tidak dapat dilakukan karena perlunya untuk memperoleh sumber daya pemeliharaan, tidak termasuk keterlambatan administrasi;
5. Siklus Hidup
Interval waktu yang dimulai dengan inisiasi konsep dan berakhir dengan pembuangan item.
3.6. Teori Keandalan (Reliability)6
Keandalan didefinisikan sebagai probabilitas bahwa suatu komponen atau sistem akan melakukan fungsi yang diperlukan untuk jangka waktu tertentu bila digunakan dalam kondisi operasi yang dinyatakan. Ini adalah probabilitas kegagalan dari waktu ke waktu. Untuk memprediksi kapan suatu suku cadang pada suatu mesin akan mengalami kerusakan, sehingga dapat menentukan kapan
3.6.1. Pengertian Keandalan
6
harus dilakukan perawatan, penggantian, dan penyediaan komponen.. Kegagalan harus didefinisikan relatif terhadap fungsi yang dilakukan oleh sistem.
Tujuan reliability menurut R. Manzini (2010) adalah memberikan informasi sebagai basis untuk mengambil keputusan. Selain itu teori reliability
dapat digunakan untuk memprediksi kapan suatu suku cadang pada suatu mesin akan mengalami kerusakan, sehingga dapat menentukan kapan harus dilakukan perawatan, penggantian, dan penyediaan komponen.
3.6.2. Identifikasi Pola Distribusi dan Parameter Distribusi
Dapat dilakukan dalam dua tahap yaitu identifikasi distribusi awal dan estimasi parameter.
3.6.2.1. Identifikasi Distribusi
Dilakukan dengan mengunakan metode linear regresion dengan persamaan y = a + bx. Perhitungan dengan menggunakan metode ini adalah: 1. Nilai Tengah Kerusakan (Median Rank)7
Perhitungan identifikasi awal untuk masing-masing distribusi adalah :
a. Distribusi Normal Xi = ti
Yi = Zi= Ф-1(F(ti)), dimana Nilai Zi = Ф-1
b. Distribusi Lognormal i = ln ti
Yi = Zi = Ф-1
(F(ti))
c. Distribusi Eksponensial Xi = ti
Yi = ln(1/1-F(ti))
d. Distribusi Weibull Xi = ln ti
Yi = ln ln(1/1-F(ti))
3.6.2.2.Estimasi Parameter
Estimasi parameter dilakukan dengan menggunakan metode Maximum Likelihood Estimator (MLE). Estimasi untuk masing-masing parameter adalah:
a. Distribusi Normal Parameter adalah µ dan σ
� =�̅= ∑��−1��
� �= �
∑��−1(��−�)2 �
r = n = jumlah kerusakan dan T = total waktu kerusakan c. Distribusi Lognormal
Parameter adalah µ dan σ
� =�̅= ∑��−1�ln�� �= �∑��−1(ln��−�) 2
�
d. Distribusi Weibull
Parameter untuk distribusi weibull dapat ditulis sebagai berikut:
F (t)=1− ��� ��−� ��
� �
Untuk menafsirkan parameter α dan β dapat dilakukan dengan regresi
linear. Paremeterny adalah α dan β.
�=∑ ����
3.6.3. Distribusi Kerusakan9
9
Charles, E. Ebeling Opcit, h. 58-76.
1. Distribusi normal
Distribusi normal adalah distribusi kontinu yang memiliki aplikasi yang luas. Terkenal dengan berbentuk bel dan simetris terhadap nilai mean.
Fungsi-fungsi dalam distribusi normal adalah : a. Fungsi Kepadatan Probabilitas
� (�) = 1
�√2���� �−
(� − �)2
2�2 �
b. Fungsi Keandalan (Reliability Function)
R(t) =1- Φ��−�
� �
c. MTTF (Mean Time To Failure)
MTTF = µ
Konsep reliabilitydistribusi normal tergantung pada nilai μ (rata-rata) dan σ (standar deviasi). Dimana:
µ = rata-rata
σ = standar deviasi
2. Distribusi lognormal
Distribusi lognormal merupakan distribusi yang berguna untuk menggambarkan distribusi kerusakan untuk situasi yang bervariasi. Fungsi-fungsi dalam distribusi lognormal adalah:
a. Fungsi Kepadatan Probabilitas
f(t) = 1
��√2��
−12���� −µ� �2
b. Fungsi keandalan (Reliability Function)
R(t) =1- Φ �ln(�)−�
� �
c. MTTF (Mean Time To Failure)
MTTF =��� ��+ �2
2 �
di mana μ dan σ adalah parameter dari distribusi dengan σ> 0 Grafik dari
lognormal pdf ditunjukkan pada Gambar
Gambar 3.3. Kurva Distribusi Lognormal
Distribusi eksponensial adalah distribusi kontinu yang memiliki aplikasi yang luas. Hal ini dapat digunakan dalam kehandalan sebagai model waktu untuk kegagalan komponen.
Fungsi-fungsi dalam distribusi eksponensial adalah: a. Fungsi Kepadatan Probabilitas
f (t)=λ e−λt t > 0
b. Fungsi Keandalan (Reliability Function)
R(t) = e−λt
b. MTTF (Mean Time To Failure) MTTF = 1/λ
Gambar 3.4. Kurva Distribusi Eksponensial
Distribusi Weibull adalah salah satu distribusi seumur hidup yang paling banyak digunakan dalam kehandalan dan pemeliharaan rekayasa. Ini adalah distribusi serbaguna yang dapat mengambil bentuk yang berbeda. Tergantung pada nilai parameter bentuk, β, fungsi tingkat kegagalan yang dapat mengurangi, konstan, atau meningkat, karena itu dapat digunakan untuk model perilaku kegagalan beberapa sistem nyata.
Fungsi-fungsi dari distribusi Weibull: a. Fungsi Kepadatan Probabilitas
�(�) = �
b. Fungsi keandalan (Reliability Function)
R(t) =exp [ -��
∝� �
]
c. MTTF (Mean Time To Failure)
MTTF adalah rata-rata waktu atau interval waktu kerusakan mesin atau komponen dalam distribusi kegagalan.
MTTF = αΓ �1 +β��
Setelah nilai a dan b diketahui, dilakukan perhitungan untuk mendapatkan nilai �. (parameter skala) dengan satuan jam dan β (parameter bentuk).
α = e(−�
�)dan β = b
Γ = Fu n gsi Gamma, Γ(n ) = (n-1)!, dapat diperoleh melalui nilai
dengan parameter skala. Bentuk fungsi distribusi weibull
bergantung pada parameter bentuknya (β), yaitu:
β < 1 : Distribusi weibull akan menyerupai distribusi
hyper-exponential dengan laju kerusakan cenderung menurun.
β = 1 : Distribusi weibull akan menyerupai distribusi eksponensial
dengan laju kerusakan cenderung konstan.
β > 1 : Distribusi weibull akan menyerupai distribusi normal
dengan laju kerusakan cenderung meningkat.
Gambar 3.5. Kurva Distribusi Weibull
3.7. Model Age Replacement10
Model Age Replacement adalah suatu model penggantian dimana interval waktu penggantian komponen dilakukan dengan memperhatikan umur pemakaian dari komponen tersebut, sehingga dapat menghindari terjadinya penggantian peralatan yang masih baru dipasang akan diganti dalam waktu yang relatif singkat. Jika terjadi suatu kerusakan, model ini akan menyesuaikan kembali
10
jadwalnya setelah penggantian komponen dilakukan, baik akibat terjadi kerusakan maupun hanya bersifat sebagai perawatan pencegahan.
3.8. Value Stream Mapping (VSM)
Value Stream Mapping (VSM) adalah suatu konsep dari lean manufacturing yang menunjukkan suatu gambar dari seluruh kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh sebuah perusahaan. Menurut Wilson [2] (2010) VSM digunakan untuk menemukan waste dalam penggambaran value streamtersebut, apabila waste sudah ditemukan maka waste tersebut harus dieliminasi. Tujuan dari VSM adalah untuk proses improvement dalam sebuah sistem11
3.9. Maintenance Value Stream Mapping (MVSM)
.
12
Salah satu metode yang sangat efektif di perusahaan lean untuk mengeliminasi kegiatan-kegiatan non value added adalah dengan menggunakan
Value Stream Mapping (VSM). VSM merupakan tools yang digunakan dalam memvisualisasikan suatu sistem yang merepresentasikan aliran material dan informasi. Metode ini juga telah dijelaskan sebelumnya dapat menghasilkan suatu gambaran umum sebuah proses yang mudah dipahami. Hal ini juga semakin
3.9.1. Pendahuluan
11
Thomas Prayogo, Identifikasi Waste dengan Menggunakan Value Stream Mapping di Gudang PT. XYZ,2013,(Journal Titra. Pdf)
12
memudahkan untuk mengambil keputusan dalam mengeliminasi kegiatan-kegiatan yang tidak memberikan nilai tambah (non value added activities).
Hingga saat ini, telah diidentifikasi dan di-review ada 7 jenis teknik di dalam VSM, yaitu big picture mapping (Rother and Shook , 1999), supply chain response matrix (Hines, Rich dan Jones, 1997), production variety funnel (New, 1974), quality filter mapping (Hines dan Rich, 1997), demand amplification mapping (Hines dan Taylor, 2000), decision point analysis (Hines, Rich dan Jones, 1997), dan physical structure mapping (Hines dan Rich, 1997). Namun, tidak satu pun dari ketujuh teknik tersebut yang berhubungan dengan kegiatan
maintenance (perawatan) sehingga tidak dapat digunakan untuk memetakan kegiatan perawatan tesebut. Jika diperhatikan lebih lanjut, dalam setiap kegiatan perawatan tentu terdapat kegiatan yang memberikan nilai tambah maupun yang tidak memberikan nilai tambah. Sehingga, keunikan dari teknik ini adalah untuk mengembangkan VSM dalam kegiatan perawatan yang disebut dengan
Maintenance Value Stream Mapping (MVSM).
3.9.2. Variabel yang Digunakan dalam MVSM
dilakukan pengujian terhadap dampak dari buruk atau kurangnya strategi perawatan di lantai produksi, melainkan digunakan sebagai alat untuk mengukur waktu aktivitas perawatan. Secara matematis, MMLT dirumuskan dengan persamaan:
MMLT = MTTO + MTTR + MTTY
dimana:
MTTO = Mean Time To Organize (Rata-rata waktu yang diperlukan untuk mengkoordinasikan tugas-tugas untuk memulai kegiatan perawatan mesin/peralatan setelah diketahui adanya kerusakan atau berdasarkan jadwal yang telah dibuat)
MTTR = Mean Time To Repair (Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk melakukan aktivitas perawatan mesin/peralatan)
MTTY = Mean Time To Yield (Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk memastikan bahwa mesin/peralatan dapat digunakan kembali setelah kegiatan perawatan mesin/peralatan dilakukan).
Berdasarkan definisi tersebut, komponen waktu yang memberikan nilai tambah bagi kegiatan perawatan adalah MTTR karena hanya komponen waktu ini merupakan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan perawatan atau perbaikan terhadap mesin/peralatan. Untuk dua komponen waktu lainnya, yaitu MTTO dan MTTY merupakan kegiatan yang tidak memberikan nilai tambah (non value added time). Oleh karena itu, value added time dan non value added time
ditunjukkan dengan persamaan:
Non value added time = MTTO + MTTR
Efisiensi perawatan dihitung dengan menggunakan persentase dari MMLT aktual dibandingkan dengan MMLT. Secara matematis:
%EfisiensiPerawatan =MTTR
MMLT X 100%
3.9.3. Framework yang Digunakan dalam MVSM
Pada bagian ini akan dijelaskan framework (kerangka kerja) yang akan digunakan dalam dalam mengembangkan MVSM, yaitu tujuh kategori kerangka kerja yang merupakan simbol-simbol dari konsep VSM secara umum dan dikembangkan menjadi beberapa simbol baru. Berikut ini adalah uraian terhadap tujuh kategori kerangka kerja yang digunakan dalam MVSM:
a. Equipment breakdown
Simbol ini menggambarkan bahwa terjadi kerusakan atau perlunya dilakukan perawatan pada satu mesin/peralatan yang dapat mempengaruhi proses produksi.
b. Proses
pekerjaan perawatan/perbaikan selesai. c. Aliran fisik
Aliran fisik menggambarkan aktivitas transportasi antara kegiatan yang satu dengan kegiatan yang lain yang dapat diamati secara fisik.
d. Aliran informasi
Aliran fisik dalam proses perawatan berhubungan dengan aliran informasi. Terkadang aliran informasi merupakan penghambat dalam aktivitas perawatan sehingga waktu yang dibutuhkan untuk proses selanjutnya jadi semakin lama.
e. Kotak data
Di setiap simbol proses terdapat kotak data yang berisi data mengenai simbol tersebut.
f. Delay
Simbol ini mengindikasikan bahwa terdapat waktu mengganggur di antara dua proses. Delay merupakan jenis kegiatan non value added yang dapat menambah nilai MMLT. Ada 3 jenis delay yang digunakan dalam menggambarkan MVSM, yaitu delay akibat operator yang menggunakan mesin/peralatan lambat dalam merespon masalah kerusakan, delay akibat tidak tersedianya komponen, dan delay akibat tidak tersedianya operator perawatan (tidak standby di tempat).
g. Timeline
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di PT. Sinar Sanata Electronic Industry yang memproduksi bola lampu yang berlokasi di Jl.Pertahanan Lorong 3 No. 7A, Medan-Amplas. Waktu penelitian dilakukan pada Desember 2015 sampai dengan Juni 2016.
4.2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah action research karena penilitian ini hanya mengajukan usulan jadwal perawatan yang belum diaplikasikan oleh perusahaan.
Action Research merupakan penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan temuan-temuan praktis dalam keperluan pengambilan keputusan operasional13
13
Sukaria Sinulingga, Metode Penelitian, 2011, Medan, USU Pressh 32.
. Hasil penelitian bertujuan memaparkan pemecahan masalah aktual yang terjadi pada perusahaan secara sistematis dan mengusulkan interval waktu penggantian
(replacement) optimum komponen kritis mesin Tiup dengan model Age Replacement
untuk menentukan selang waktu penggantian yang optimum sehingga biaya
4.3. Objek Penelitian
Objek penelitian yang diamati adalah pada stasiun pembuatan bola lampu yaitu mesin Tiup. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan jadwal penggantian komponen mesin. Membandingkan biaya strategi perawatan yang diterapkan perusahaan saat ini dengan kebijakan perawatan yang diusulkan.
4.4. Variabel Penelitian
Variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Variabel Dependen
Variabel dependen adalah yang nilainya dipengaruhi atau ditentukan oleh nilai variabel lain. Variabel dependen pada penelitian ini adalah jadwal penggantian komponen dengan biaya perawatan yang minimum. Perencanaan dan Biaya Pergantian Komponen Kritis Variabel yang menunjukkan interval pergantian komponen mesin sebelum mesin mengalami kerusakan (Breakdown) sehingga biaya penggantian menjadi minimum.
2. Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel dependen baik secara positif maupun negatif. Variabel-variabel independen dalam penelitian ini adalah :
a. Component Failure Frequency
b. Cost of Failure
Variabel yang menyatakan biaya yang timbul pada saat terjadi kerusakan
yang menyebabkan terhentinya mesin pada saat proses produksi. Biaya ini
terdiri dari biaya tenaga kerja, biaya komponen, biaya pemasangan, dan
opportunity cost. c. Cost of Preventive
Variabel yang menyatakan biaya yang timbul karena adanya penggantian
terencana. Biaya ini terdiri dari biaya tenaga kerja , biaya pemasangan dan
biaya pembelian komponen.
d. Corrective and Preventive Maintenance Time
BAB V
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
5.1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan mewawancarai pekerja pada bagian
maintenance. Data yang diperoleh antara lain daftar komponen mesin, data
kerusakan komponen Mesin Tiup. PT. Sintar Sanata Electronic Industry.
5.1.2. Data Frekuensi Kerusakan dan Harga Komponen Mesin Tiup
Komponen Mesin Tiupyang pernah dilakukan penggantian pada periode 2014-2015 yang dapat dilihat pada Tabel 5.2 sampai Tabel 5.10.
5.2. Pengolahan Data
5.2.1. Penentuan Komponen Kritis dengan Metode ABC
Pemilihan komponen mesin yang akan ditentukan dengan metode ABC. Melalui metode ABC akan ditentukan komponen mesin berdasarkan tingkat harga tertinggi dari biaya penggunaan material per periode waktu tertentu.
V-53
Tabel 5.2. Data Frekuensi Kerusakan dan Harga Komponen Mesin Tiup
No. Nama Komponen Jumlah
Kebutuhan Unit
Nama Mesin Tiup Frekuensi
Kerusakan MT-1 MT-2 MT-3 MT-4 MT-5 MT-6 MT-7 MT-8
1 Valve Core PH16 2 1 1 2 1 2 1 2 1 22
2 Tipping Burner 1 3 5 3 6 3 5 5 2 32
3 Rotary Barrel 1 2 3 2 3 1 2 1 1 15
4 Flare Fittings 41 FL 1 2 4 3 4 5 3 4 3 28
5 Verical Gear 80mm 1 1 1 1 2 5
6 Gas Hoses d 6mm, L 2m 1 2 1 1 3 1 1 2 11
7 Link Belt 1 1 2 1 1 2 1 1 9
8 Flare Pin 1 3 2 2 3 1 3 3 2 19
9 Glass Tube Clamp 1 1 2 2 2 2 9
10 Inner Cutter Holder 1 2 1 1 1 2 3 10
11 Twizer –SS 2 1 2 3 2 1 2 1 1 26
12 Gas Balancing 1 1 1 2 3 2 2 1 12
13 A-60 Mould 1 4 3 2 3 2 2 3 19
14 14 Hole Double Row Burner 1 5 3 5 2 4 5 3 4 31
15 Tail Pipe 1 2 2 4 5 3 5 4 3 28
V-54
Tabel 5.3. Analisa ABC Komponen Mesin Tiup
No. Nama
5.2.2.1. Komponen Tail Pipe
Perhitungan untuk mendapatkan pola distribusi Tail Pipe berdasarkan nilai Index of Fit yang terbesar.
a. Distribusi Normal
1. Mengurutkan data interval kerusakan (ti) dari yang terkecil sampai yang terbesar.
2. Menghitung nilai F(ti)
Rumus: F(ti) = i – 0,3 N+0,4
Dimana: i = Data ke- N = Jumlah Data
Pada data ke- 1 dan jumlah data adalah 28,
Maka F(ti) = 1 – 0,3 28+0,4
= 0,02465 3. Menghitung nilai Yi Rumus: Yi = Ф(Z)
Untuk menghitung Yi didapat dati Tabel Standarized Normal Probabilities, dimana Z = F(ti). Misalkan pada data ke-1 (ti = 32)
Yi = Ф(Z)
Yi = Ф(0, 02465) = -1,96602 4. Menghitung nilai Ti2
Yi2 = (-1,96602)2 = 3,86525 6. Menghitung nilai Ti x Yi
Ti x Yi = 32 x (-1,96602) = -62,91279
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5.6.
Tabel 5.6. Perhitungan Index of Fit dengan Distribusi Normal pada
Tabel 5.6. Perhitungan Index of Fit dengan Distribusi Normal pada
Komponen Tail Pipe (Lanjutan)
i Ti F(ti) Yi Ti2 Yi2 Ti. Yi
23 54 0,79930 0,83911 2916 0,70410 45,31186
24 56 0,83451 0,97213 3136 0,94504 54,43928
25 57 0,86972 1,12506 3249 1,26576 64,12845
26 59 0,90493 1,31016 3481 1,71653 77,29959
27 60 0,94014 1,55596 3600 2,42100 93,35742
28 60 0,97535 1,96602 3600 3,86525 117,96147
Total 1285 14 0,00 60709 24,79474 204,71212
Sumber: Penglohana Data
Perhitungan Index of Fit dimana langkah – langkahnya adalah sebagai berikut :
7. Sxy = N∑��−1���� - (∑��−1��)(∑��−1��)
= (28) (204,71212) – (1285) (0) = 5731,93941
8. Sxx = N∑��−1��2 - (∑��−1��)2
= (28)(60709) – (1285)2 = 48627
9. Syy = N∑��−1��2 - (∑��−1��)2
= (28)(24,79474) – (0)2 = 694,25280
10 Nilai Index of Fit (r)
Index of Fit (r) = ���
���� −���
b. Distribusi Lognormal
1. Mengurutkan data interval kerusakan (ti) dari yang terkecil sampai yang terbesar.
2. Menghitung nilai F(ti)
Rumus: F(ti) = i – 0,3 N+0,4
Dimana: i = Data ke- N = Jumlah Data
Pada data ke- 1 dan jumlah data adalah 28,
Maka F(ti) = 1 – 0,3 28+0,4
= 0,02465 3. Menghitung nilai Yi
Rumus: Yi = Ф(Z)
Untuk menghitung Yi didapat dati Tabel Standarized Normal Probabilities, dimana Z = F(ti). Misalkan pada data ke-1 (ti = 32)
Yi = Ф(Z)
Yi = Ф(0, 02465) = -1,96602 4. Menghitung nilai Ti
Ti = Ln(ti) = Ln(32) = 3,64574 5. Menghitung nilai Ti2
7. Menghitung nilai Ti x Yi
Ti x Yi = 3,46574 x (-1,96602) = -6,81372 Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5.7.
Tabel 5.7. Perhitungan Index of Fit dengan Distribusi Lognormal pada
Perhitungan Index of Fit dimana langkah – langkahnya adalah sebagai berikut :
8. Sxy = N∑��−1���� - (∑��−1��)(∑��−1��)
= (28) (4,50984) – (1285) (0) = 126,27546
9. Sxx = N∑��−1��2 - (∑��−1��)2
= (28)(407,59999) – (106,72078)2 = 23,47531
10.Menghitung nilai Syy
Syy = N∑��−1��2 - (∑��−1��)2
= (28)(24,79474) – (0)2 = 694,25280
11.Nilai Index of Fit (r)
Index of Fit (r) = ���
���� −���
= 0,98913
c. Distribusi Eksponensial
1. Mengurutkan data interval kerusakan (ti) dari yang terkecil sampai yang terbesar.
2. Menghitung nilai F(ti)
Rumus: F(ti) = i – 0,3 N+0,4
Pada data ke- 1 dan jumlah data adalah 28,
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5.8.
Tabel 5.8. Perhitungan Index of Fit dengan Distribusi Eksponensial pada
Komponen Tail Pipe
Tabel 5.8. Perhitungan Index of Fit dengan Distribusi Eksponensial pada
9.Menghitung nilai Syy
Syy = N∑��−1��2 - (∑��−1��)2
= (28)( 48,29652) – (-27,07342)2 = 619,33232
10.Nilai Index of Fit (r)
Index of Fit (r) = ���
���� −���
= -0,93043
d. Distribusi Weibull
1. Mengurutkan data interval kerusakan (ti) dari yang terkecil sampai yang terbesar.
2. Menghitung nilai F(ti)
Rumus: F(ti) = i – 0,3 N+0,4
Dimana: i = Data ke- N = Jumlah Data
Pada data ke- 1 dan jumlah data adalah 28,
Maka F(ti) = 1 – 0,3 28+0,4
= 0,02465 3. Menghitung nilai Ti, Ti = ln (ti) = ln (32) = 3,46574
4. Menghitung nilai Yi, untuk data 1 nilai F(ti)= 0,02465 Maka nilai Yi = ln{- ln [(1- F(ti)]}
= - 3,69061
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5.9.
Tabel 5.9. Perhitungan Index of Fit dengan Distribusi Weibull pada
Tabel 5.9. Perhitungan Index of Fit dengan Distribusi Weibull pada
Komponen Tail Pipe (Lanjutan)
i ti F(ti) Ti=LN(t) Yi=LN(-LN(I-F(Ti))) Ti2 Yi2 TiYi
22 53 0,76408 3,97029 0,36761 15,76322 0,13514 1,45953
23 54 0,79930 3,98898 0,47370 15,91199 0,22439 1,88958
24 56 0,83451 4,02535 0,58713 16,20346 0,34473 2,36342
25 57 0,86972 4,04305 0,71200 16,34626 0,50694 2,87864
26 59 0,90493 4,07754 0,85575 16,62631 0,73231 3,48935
27 60 0,94014 4,09434 1,03523 16,76366 1,07171 4,23860
28 60 0,97535 4,09434 1,30916 16,76366 1,71390 5,36015
Total 1285 14,0 106,72078 -15,45008 407,59999 46,94912 -53,34960
Sumber: Penglohana Data
Perhitungan Index of Fit dimana langkah – langkahnya adalah sebagai berikut :
8. Sxy = N∑��−1���� - (∑��−1��)(∑��−1��)
= (28) (-53,34960) – (106,72078) (-15,45008) = 155,05597
9. Sxx = N∑��−1��2 - (∑��−1��)2
= (28)(407,59999) – (106,72078)2 = 23,47531
10. Syy = N∑��−1��2 - (∑��−1��)2
= (28)( 46,94912) – (-15,45008)2 = 1075,87035
11. Nilai Index of Fit (r)
Index of Fit (r) = ���
���� −���
5.2.2.2. Komponen 14 Hole Double Row Burner
Perhitungan untuk mendapatkan pola distribusi 14 Hole Double Row Burner
berdasarkan nilai Index of Fit yang terbesar. a. Distribusi Normal
1. Mengurutkan data interval kerusakan (ti) dari yang terkecil sampai yang terbesar.
2. Menghitung nilai F(ti)
Rumus: F(ti) = i – 0,3 N+0,4
Dimana: i = Data ke- N = Jumlah Data
Pada data ke- 1 dan jumlah data adalah 31,
Maka F(ti) = 1 – 0,3 31+0,4
= 0,02229 3. Menghitung nilai Yi
Rumus: Yi = Ф(Z)
Untuk menghitung Yi didapat dati Tabel Standarized Normal Probabilities, dimana Z = F(ti). Misalkan pada data ke-1 (ti = 24)
Yi = Ф(Z)
Yi = Ф(0, 02229) = -2,00854 3. Menghitung nilai Ti2 Ti2 = 242 = 576
Yi2 = (-2,00854)2 = 4,03423
5. Menghitung nilai Ti x Yi
Ti x Yi = 24 x (-2,00854) = -48,20495
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5.10.
Tabel 5.10. Perhitungan Index of Fit dengan Distribusi Normal pada
Komponen 14 Hole Double Row Burner
Tabel 5.10. Perhitungan Index of Fit dengan Distribusi Normal pada
Komponen 14 Hole Double Row Burner (Lanjutan)
i Ti F(ti) Yi Ti2 Yi2 Ti. Yi
27 56 0,85032 1,03780 3136 1,07703 58,11681
28 56 0,88217 1,18588 3136 1,40632 66,40941
29 56 0,91401 1,36589 3136 1,86565 76,48966
30 56 0,94586 1,60597 3136 2,57914 89,93438
31 58 0,97771 2,00854 3364 4,03423 116,49529
Total 1187 15,5 0,00 49829 27,72060312 332,22587
Sumber: Penglohana Data
Perhitungan Index of Fit dimana langkah – langkahnya adalah sebagai berikut :
6. Sxy = N∑�−� 1���� - (∑�−�1��)(∑��−1��)
= (31) (332,22587) – (1187) (0) = 10299,00202
7. Sxx = N∑��−1��2 - (∑��−1��)2
= (31)(49829) – (1187)2 = 135730
8. Menghitung nilai Syy
Syy = N∑��−1��2 - (∑��−1��)2
= (31)(27,72060) – (0)2 = 859,33870
9. Nilai Index of Fit (r)
Index of Fit (r) = ���
���� −���
b. Distribusi Lognormal
1. Mengurutkan data interval kerusakan (ti) dari yang terkecil sampai yang terbesar.
2. Menghitung nilai F(ti)
Rumus: F(ti) = i – 0,3 N+0,4
Dimana: i = Data ke- N = Jumlah Data
Pada data ke- 1 dan jumlah data adalah 31,
Maka F(ti) = 1 – 0,3 31+0,4
= 0,02229 3. Menghitung nilai Yi
Rumus: Yi = Ф(Z)
Untuk menghitung Yi didapat dati Tabel Standarized Normal Probabilities, dimana Z = F(ti). Misalkan pada data ke-1 (ti = 24)
Yi = Ф(Z)
Yi = Ф(0, 02229) = -2,00854 4. Menghitung nilai Ti Ti = Ln(ti) = Ln(24) = 3,17805 5. Menghitung nilai Ti2 Ti2 = 3,178052 = 10,10003
7. Menghitung nilai Ti x Yi
Ti x Yi = 3,17805 x (-2,00854) = -6,38325
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5.11.
Tabel 5.11. Perhitungan Index of Fit dengan Distribusi Lognormal pada
Komponen 14 Hole Double Row Burner
Perhitungan Index of Fit dimana langkah – langkahnya adalah sebagai berikut :
8. Sxy = N∑��−1���� - (∑��−1��)(∑��−1��)
= (31) (8,81268) – (1187) (0) = 273,19295
9. Sxx = N∑��−1��2 - (∑��−1��)2
= (31)(403,99254) – (111,48598)2 = 94,64428
10.Menghitung nilai Syy
Syy = N∑��−1��2 - (∑��−1��)2
= (31)(27,72060) – (0)2 = 859,33870
11.Nilai Index of Fit (r)
Index of Fit (r) = ���
���� −���
= 0,95794
c. Distribusi Eksponensial
1. Mengurutkan data interval kerusakan (ti) dari yang terkecil sampai yang terbesar.
2. Menghitung nilai F(ti)
Rumus: F(ti) = i – 0,3
N+0,4
Dimana: i = Data ke- N = Jumlah Data
Maka F(ti) = 1 – 0,3 31+0,4
= 0,02229
3. Menghitung nilai Yi, untuk data 1 nilai F(ti)= 0,02229 Maka nilai Yi = ln [(1- F(ti)]
Yi = ln [(1- 0,02229],
= - 0,02255
4. Menghitung nilai Ti2 Ti2 = 242 = 576
5. Menghitung nilai Yi2 Yi2 = (-0,02255)2 = 0,00051
6. Menghitung nilai Ti x Yi
Ti x Yi = 31 x (-0,02255) = -0,54109
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5.12.
Tabel 5.12. Perhitungan Index of Fit dengan Distribusi Eksponensial pada
Komponen 14 Hole Double Row Burner
i Ti F(ti) Yi=LN(1-F(ti)) Ti2 Yi2 TiYi
1 24 0,02229 -0,02255 576 0,00051 -0,54109
2 24 0,05414 -0,05566 576 0,00310 -1,33586
3 24 0,08599 -0,08991 576 0,00808 -2,15786
4 24 0,11783 -0,12538 576 0,01572 -3,00901
5 25 0,14968 -0,16214 625 0,02629 -4,05361
6 25 0,18153 -0,20032 625 0,04013 -5,00792
7 25 0,21338 -0,24000 625 0,05760 -6,00012
8 26 0,24522 -0,28133 676 0,07915 -7,31465
Tabel 5.12. Perhitungan Index of Fit dengan Distribusi Eksponensial pada
Komponen 14 Hole Double Row Burner (Lanjutan)
i Ti F(ti) Yi=LN(1-F(ti)) Ti2 Yi2 TiYi
Perhitungan Index of Fit dimana langkah – langkahnya adalah sebagai berikut :
7. Sxy = N∑��−1���� - (∑��−1��)(∑��−1��)
= (31) (-81452,34176) – (1187) (-30,05326) = -9349,40107
8. Sxx = N∑��−1��2 - (∑��−1��)2
9.Menghitung nilai Syy
Syy = N∑��−1��2 - (∑��−1��)2
= (31)( 54,02792) – (-30,05326)2 = 771,66675
10.Nilai Index of Fit (r)
Index of Fit (r) = ���
���� −���
= -0,91355
d. Distribusi Weibull
1. Mengurutkan data interval kerusakan (ti) dari yang terkecil sampai yang terbesar.
2. Menghitung nilai F(ti)
Rumus: F(ti) = i – 0,3 N+0,4
Dimana: i = Data ke- N = Jumlah Data
Pada data ke- 1 dan jumlah data adalah 31,
Maka F(ti) = 1 – 0,3 31+0,4
= 0,02229 3. Menghitung nilai Ti, Ti = ln (ti) = ln (24) = 3,17805
4. Menghitung nilai Yi, untuk data 1 nilai F(ti)= 0,02229 Maka nilai Yi = ln{- ln [(1- F(ti)]}
= - 3,79223
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5.13.
Tabel 5.13. Perhitungan Index of Fit dengan Distribusi Weibull pada
Komponen 14 Hole Double Row Burner
Tabel 5.13. Perhitungan Index of Fit dengan Distribusi Weibull pada
Komponen 14 Hole Double Row Burner (Lanjutan)
i ti F(ti) Ti=LN(t) Yi=LN(-LN(I-F(Ti))) Ti2 Yi2 TiYi
22 48 0,69108 3,87120 0,16100 14,98620 0,0259 0,62325
23 48 0,72293 3,87120 0,24958 14,98620 0,0623 0,96617
24 49 0,75478 3,89182 0,34046 15,14627 0,1159 1,32499
25 52 0,78662 3,95124 0,43483 15,61233 0,1891 1,71812
26 53 0,81847 3,97029 0,53435 15,76322 0,2855 2,12153
27 56 0,85032 4,02535 0,64146 16,20346 0,4115 2,58209
28 56 0,88217 4,02535 0,76009 16,20346 0,5777 3,05964
29 56 0,91401 4,02535 0,89754 16,20346 0,8056 3,61291
30 56 0,94586 4,02535 1,07027 16,20346 1,1455 4,30823
31 58 0,97771 4,06044 1,33592 16,48720 1,7847 5,42442
Total 1187 15,5 111,48598 -17,16444 403,99254 52,60359 -51,11975
Sumber: Penglohana Data
Perhitungan Index of Fit dimana langkah – langkahnya adalah sebagai berikut :
8. Sxy = N∑��−1���� - (∑��−1��)(∑��−1��)
= (31) (-51,11975) – (111,48598) (-17,16444) = 328,88230
9. Sxx = N∑��−1��2 - (∑��−1��)2
= (31)(403,99254) – (111,48598)2 = 94,64428
10.Menghitung nilai Syy
Syy = N∑��−1��2 - (∑��−1��)2
11.Nilai Index of Fit (r)
Index of Fit (r) = ���
���� −���
= 0,92486
5.2.2.3. Komponen Tipping Burner
Perhitungan untuk mendapatkan pola distribusi Tipping Burner berdasarkan nilai
Index of Fit yang terbesar. a. Distribusi Normal
1. Mengurutkan data interval kerusakan (ti) dari yang terkecil sampai yang terbesar.
2. Menghitung nilai F(ti)
Rumus: F(ti) = i – 0,3 N+0,4
Dimana: i = Data ke- N = Jumlah Data
Pada data ke- 1 dan jumlah data adalah 32,
Maka F(ti) = 1 – 0,3 32+0,4
= 0,02160 3. Menghitung nilai Yi Rumus: Yi = Ф(Z)
Untuk menghitung Yi didapat dati Tabel Standarized Normal Probabilities, dimana Z = F(ti). Misalkan pada data ke-1 (ti = 29)
Yi = Ф(0, 02160) = -2,02168
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5.14.
Tabel 5.14. Perhitungan Index of Fit dengan Distribusi Normal pada
Komponen Tipping Burner
17 45 0,51543 0,03869 2025 0,00150 1,74115
18 45 0,54630 0,11631 2025 0,01353 5,23392
19 45 0,57716 0,19463 2025 0,03788 8,75856
Tabel 5.14. Perhitungan Index of Fit dengan Distribusi Normal pada
Komponen Tipping Burner (Lanjutan)
i Ti F(ti) Yi Ti2 Yi2 Ti. Yi
21 47 0,63889 0,35549 2209 0,12637 16,70805
22 47 0,66975 0,43923 2209 0,19292 20,64388
23 47 0,70062 0,52618 2209 0,27686 24,73031
24 48 0,73148 0,61730 2304 0,38106 29,63039
25 48 0,76235 0,71387 2304 0,50961 34,26568
26 49 0,79321 0,81761 2401 0,66849 40,06286
27 50 0,82407 0,93100 2500 0,86677 46,55017
28 50 0,85494 1,05785 2500 1,11905 52,89254
29 51 0,88580 1,20450 2601 1,45083 61,42967
30 52 0,91667 1,38299 2704 1,91267 71,91569
31 53 0,94753 1,62137 2809 2,62884 85,93262
32 54 0,97840 2,02168 2916 4,08717 109,17048
Total 1390 16 0,00 61748 28,69744 194,21079
Sumber: Penglohana Data
Perhitungan Index of Fit dimana langkah – langkahnya adalah sebagai berikut :
7. Sxy = N∑��−1���� - (∑��−1��)(∑��−1��)
= (32) (194,21079) – (1390) (0) = 6214,74521
8. Sxx = N∑��−1��2 - (∑��−1��)2
= (32)(61748) – (1390)2 = 43836
9. Syy = N∑��−1��2 - (∑��−1��)2
10 Nilai Index of Fit (r)
Index of Fit (r) = ���
���� −���
= 0,97952
b. Distribusi Lognormal
1. Mengurutkan data interval kerusakan (ti) dari yang terkecil sampai yang terbesar.
2. Menghitung nilai F(ti)
Rumus: F(ti) = i – 0,3 N+0,4
Dimana: i = Data ke- N = Jumlah Data
Pada data ke- 1 dan jumlah data adalah 32,
Maka F(ti) = 1 – 0,3 32+0,4
= 0,02160 3. Menghitung nilai Yi
Rumus: Yi = Ф(Z)
Untuk menghitung Yi didapat dati Tabel Standarized Normal Probabilities, dimana Z = F(ti). Misalkan pada data ke-1 (ti = 29)
Yi = Ф(Z)
Yi = Ф(0, 02160) = -2,02168 4. Menghitung nilai Ti
5. Menghitung nilai Ti2 Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5.15.
Tabel 5.15. Perhitungan Index of Fit dengan Distribusi Lognormal pada
Tabel 5.15. Perhitungan Index of Fit dengan Distribusi Lognormal pada
Komponen Tipping Burner (Lanjutan)
i ti F(ti) Ti=LN(ti) Yi Ti2 Yi2 Ti.Yi
23 47 0,70062 3,85015 0,52618 14,82364 0,27686 2,02586 24 48 0,73148 3,87120 0,61730 14,98620 0,38106 2,38969 25 48 0,76235 3,87120 0,71387 14,98620 0,50961 2,76353 26 49 0,79321 3,89182 0,81761 15,14627 0,66849 3,18199 27 50 0,82407 3,91202 0,93100 15,30392 0,86677 3,64211 28 50 0,85494 3,91202 1,05785 15,30392 1,11905 4,13834 29 51 0,88580 3,93183 1,20450 15,45925 1,45083 4,73590 30 52 0,91667 3,95124 1,38299 15,61233 1,91267 5,46455 31 53 0,94753 3,97029 1,62137 15,76322 2,62884 6,43731 32 54 0,9784 3,98898 2,02168 15,91199 4,08717 8,06443
Total 1390 16,0 120,28683 0,00000 452,98192 28,69744 4,69441 Sumber: Penglohana Data
Perhitungan Index of Fit dimana langkah – langkahnya adalah sebagai berikut :
8. Sxy = N∑��−1���� - (∑��−1��)(∑��−1��)
= (32) (4,69441) – (1390) (0) = 150,22108
9. Sxx = N∑��−1��2 - (∑��−1��)2
= (32)(452,98192) – (120,28683)2 = 26,50047
10.Menghitung nilai Syy
11.Nilai Index of Fit (r)
Index of Fit (r) = ���
���� −���
= 0,96296
c. Distribusi Eksponensial
1. Mengurutkan data interval kerusakan (ti) dari yang terkecil sampai yang terbesar.
2. Menghitung nilai F(ti)
Rumus: F(ti) = i – 0,3 N+0,4
Dimana: i = Data ke- N = Jumlah Data
Pada data ke- 1 dan jumlah data adalah 32,
Maka F(ti) = 1 – 0,3 32+0,4
= 0,02160
3. Menghitung nilai Yi, untuk data 1 nilai F(ti)= 0,02160 Maka nilai Yi = ln [(1- F(ti)]
Yi = ln [(1- 0,02160],
= - 0,02184
4. Menghitung nilai Ti2 Ti2 = 292 = 841
5. Menghitung nilai Yi2 Yi2 = (-0,02184)2 = 0,00048
Ti x Yi = 29 x (-0,02184) = -0,63341
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5.16.
Tabel 5.16. Perhitungan Index of Fit dengan Distribusi Eksponensial pada
Perhitungan Index of Fit dimana langkah – langkahnya adalah sebagai berikut :
7. Sxy = N∑��−1���� - (∑��−1��)(∑��−1��)
= (32) (-1509,08806) – (1390) (-31,04697) = -5103,52636
8. Sxx = N∑��−1��2 - (∑��−1��)2
= (32)(61748) – (1390)2 = 43836
9.Menghitung nilai Syy
Syy = N∑��−1��2 - (∑��−1��)2
= (32)( 55,94323) – (-31,04697)2 = 826,26901
10.Nilai Index of Fit (r)
Index of Fit (r) = ���
���� −���
= -0,84800
d. Distribusi Weibull
1. Mengurutkan data interval kerusakan (ti) dari yang terkecil sampai yang terbesar.
2. Menghitung nilai F(ti)
Rumus: F(ti) = i – 0,3
N+0,4
Dimana: i = Data ke- N = Jumlah Data
Maka F(ti) =
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5.17.
Tabel 5.17. Perhitungan Index of Fit dengan Distribusi Weibull pada
Tabel 5.17. Perhitungan Index of Fit dengan Distribusi Weibull pada
Total 677 14,0 88,67853 -15,45008 281,91362 46,94912 -42,72461
Sumber: Penglohana Data
Perhitungan Index of Fit dimana langkah – langkahnya adalah sebagai berikut :
8. Sxy = N∑��−1���� - (∑��−1��)(∑��−1��)
9. Sxx = N∑��−1��2 - (∑��−1��)2
= (32)(452,98192) – (120,28683)2 = 26,50047
5.2.3. Perhitungan Parameter Komponen Mesin
Pola distribusi untuk setiap komponen kritis sudah didapat berdasarkan nilai Index of Fit yang terbesar. Rekapitulasi perhitungan Index of Fit untuk pola distribusi selang waktu kerusakan komponen Kritis dapat dilihat pada Tabel 5.22.
Tabel 5.22. Rekapitulasi Perhitungan Perhitungan Index of Fit Komponen
Kritis Mesin Tiup
Nama Komponen Distribusi Index of Fit Terpilih
Tail Pipe
Normal 0,98652
Lognormal 0,98913 Lognormal
Eksponensial -0,93043
Tabel 5.22. Rekapitulasi Perhitungan Perhitungan Index of Fit Komponen
Kritis Mesin Tiup
Nama Komponen Distribusi Index of Fit Terpilih
Tipping Burner
Normal 0,97952
Lognormal 0,96296
Eksponensial -0,84800
Weibull 0,98850 Weibull
Sumber: Penglohana Data
Perhitungan nilai parameter untuk tiap komponen kritis yang disesuaikan dengan jenis pola distribusi adalah sebagai berikut:
1. Komponen Tail Pipe
Pola distribusi komponen Tail Pipe adalah Lognormal, maka parameter distribusi kerusakan adalah sebagai berikut
2. Komponen 14 Hole double Row Burner
�
=
�̅
=
∑
ln
��
3. Komponen Tipping Burner
Pola distribusi komponen Tipping Burner adalah Weibull, maka parameter distribusi kerusakan adalah sebagai berikut
c. Menghitung parameter bentuk (β)
β = b = 7,25940
e. Menghitung parameter skala (α) α = e(−�� )
= e(−
(−27 ,84207 ) 7,25940 )
= 26,08553
5.2.4. Perhitungan MTTF Komponen Mesin
Nilai MTTF dihitung berdasarkan pola distribusi kerusakan dan parameter distribusi setiap komponen kritis. Langkah berikutnya adalah menghitung parameter dan nilai Mean Time To Failure (MTTF) untuk setiap komponen kritis Mesin Tiup.
1. Komponen Tail Pipe
Parameter distribusi Lognormal adalah σ =0,17304 ; μ =3,81146, maka
perhitungan MTTF komponen adalah sebagai berikut
MTTF=��� ��+ �2
2 �
= Exp (3,81146+0,173042
2 )
= 45,89829 ≈ 45 hari 2. Komponen 14 Hole double Row Burner
Parameter distribusi Lognormal adalah σ =0,31382 ; μ =3,59632, maka
perhitungan MTTF komponen adalah sebagai berikut
MTTF=��� ��+ �2
= Exp (3,59362+0,31382 2
2 )
= 38,30440 ≈ 38 hari 3. Komponen Tipping Burner
Parameter distribusi Weibull adalah � = 46,30796 ; β = 7,25940 , maka perhitungan MTTF komponen adalah sebagai berikut
MTTF = αΓ�1 +�1�
= 46,30796 Γ�1 + 1
7,25940�
= 46,30796 x 0,93993 = 43,52623 ≈ 43 hari
Berdasarakan tabel tersebut diatas maka rencana jadwal penggantian komponen dapat disusun seperti Tabel 5.23. berikut ini:
Tabel 5.23. Jadwal Interval Penggantian (Replacement) Komponen Kritis
No Komponen MTTF Hari ke-
1 Tail Pipe 45
2 14 Hole double Row Burner 38
3 Tipping Burner 43
BAB VI
ANALISIS DAN EVALUASI PEMABAHASAN MASALAH
6.1. Analisis
6.1.1. Analisis Komponen Kritis Mesin Tiup
PT. Sinar Sanata Electronic Industry melakukan penggantian komponen ketika mesin telah rusak. Hal ini mengakibatkan pemberhentian proses produksi secara tiba-tiba. Perusahaan ini sering mengalami kendala beroperasi dikarenakan Mesin Tiup mengalami kerusakan. Berdasarkan data historis periode 2014-2015 komponen Mesin Tiup yang mengalami kerusakan adalah sebagai berikut.
Tabel 6.1. Data Frekuensi Kerusakan dan Harga Komponen Mesin Tiup
No. Nama Komponen
Nama Mesin Tiup Frekuensi
Kerusakan
Tabel 6.1. Data Frekuensi Kerusakan dan Harga Komponen Mesin Tiup
No. Nama Komponen
Nama Mesin Tiup Frekuensi
Kerusakan
Sumber : PT. Sinar Sanata Electronic Industry
Pemilihan komponen mesin yang akan ditentukan dengan metode ABC. Analisa persentase nilai komponen dibagi menjadi 3 kelas berdasarkan tingkat harga tertinggi dari biaya penggunaan material per periode waktu tertentu. Berdasarkan penentuan komponen kritis dengan metode ABC dan analisis Pareto pada Mesin Tiup, Komponen yang memiliki investasi biaya terbesar (komponen kritis kelas A) hingga kumulatif 80% dapat dilihat pada Tabel 6.2.
Tabel 6.2. Persentase Biaya Komponen Kritis Mesin Tiup
No. Nama Komponen Persentase
6.1.2. Analisis Strategi Perawatan Usulan dengan Age Replacement
Dalam menangani kondisi perusahaan saat ini maka dibutuhkan strategi perawatan yang efisien. Strategi perawatan dengan preventive replacement
memerlukan interval waktu penggantian dalam menentukan jadwal penggantian komponen mesin. Konsep reliability digunakan untuk menentukan interval waktu penggantian optimum. Konsep reliability (keandalan) digunakan untuk mendapatkan nilai keandalan, probabilitas kegagalan, nilai mean time to failure
(MTTF). MTTF merupakan waktu rata-rata suatu komponen sampai mengalami kerusakan yang digunakan sebagai basis informasi untuk melakukan penggantian komponen berdasarkan data historis kerusakan komponen kritis Mesin Tiup sebelum terjadinya kerusakan/kegagalan komponen.
Age Replacement digunakan untuk menentukan interval waktu penggantian optimum berdasarkan kriteria biaya penggantian yang minimum. Dalam menggunakan model Age Replacement diperlukan pendekatan kehandalan (reliability) untuk mendapatkan nilai keandalan, probabilitas kegagalan, nilai
mean time to failure (MTTF). MTTF merupakan waktu rata-rata suatu komponen sampai mengalami kerusakan yang digunakan sebagai basis informasi untuk melakukan penggantian komponen berdasarkan data historis kerusakan komponen kritis Mesin Tiupsebelum terjadinya kerusakan/kegagalan komponen.
Burner selama 34 hari.
6.2. Evaluasi
6.2.1. Evaluasi Komponen Kritis Mesin Tiup
PT.Sinar Sanata Electronic Industry adalah perusahaan yang memproduksi jenis lampu (Stainless Star) kendaraan bermotor. Tahap pertama dalam pembuatan bola lampu adalah mencetak gelembung kaca (glass bulb). Mesin yang membuat gelembung kaca adalah Mesin Tiup yang beroperasi selama 8 jam per hari. Mesin ini memiliki frekuensi kerusakan yang tinggi selama periode 2014-2015. Mesin ini memproduksi gelembung kaca sebanyak 1200 unit/ jam. Silinder kaca yang ditirunkan melalui pergelangan clamp dimasukkan kedalam pencetak lalu dipanaskan sehingga membentuk cetakan tersebut.
Komponen-komponen Mesin Tiup terdiri dari 15 komponen yaitu Valve Core PH16, Tipping Burner, Rotary Barrel, Flare Fittings 41 FL, Verical Gear
80mm, Gas Hoses d 6mm, L 2m, Glass Tube Clamp, Inner Cutter Holder, Twizer
komponen-komponen ini dapat menghentikan proses produksi sehingga merugikan perusahaan.
6.2.2. Evaluasi Strategi Perawatan Usulan dengan Age Replacement
Strategi perawatan dengan cara preventive maintenance dapat menjadwalkan penggantian komponen kritis Mesin Tiup. Komponen yang sudah mencapai interval waktu usulan harus diganti dengan komponen yang baru. Strategi perawatan ini dapat menekan biaya perawatan pada Mesin Tiup dan menurunkan kehilangan waktu produksi ketika Mesin Tiup berproduksi. Penerapan strategi penggantian pencegahan dengan model Age Replacement
penentuan jadwal penggantian komponen mesin harus memperhatikan kondisi mesin seperti yang ditunjukkan pada gambar 6.3
Operasi
Gambar 6.4. Strategi Penggantian Model Age Replacement
6.2.4.2.Evaluasi Future State Map
Future state map yang dibuat berdasarkan eliminasi kegiatan delay pada
current state map, sehingga menurunkan nilai waktu MTTO. Kegiatan non value added yang dieliminasi memberikan dampak akan meningkatnya persentase
maintenance efficiency. Pengembangan yang dilakukan pada future state map
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis pemecahan masalah, maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan ABC analysis komponen kritis yang dibahas dalam penelitian adalah Tail Pipe, 14 Hole Double Row Burner, dan Tipping Burner. Komponen-komponen tersebut yang memiliki kriteria frekuensi dan investasi
biaya yang termasuk klasifikasi A pada ABC analysis.
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1. Sejarah Perusahaan
PT. Sinar Sanata Electronic Industry berdiri pada tanggal 29 April 1976, mulai beroperasi dan memasuki pasaran lokal pada awal tahun 1977. PT. Sinar Sanata Electronic Industry merupakan perusahaan yang bergerak di bidang produksi bola lampu untuk kebutuhan rumah tangga (merk Dai-ichi) dan kendaraan bermotor (merek Stainlee star).
Produk bola lampu yang dihasilkan perusahaan ini mendapat respon yang baik dari masyarakat. Hal ini karenakan produk yang dihasilkan memiliki mutu dan harga yang dapat bersaing dengan produk import. Jumlah permintaan akan produk meningkat tiap tahunnya, maka pada periode tahun 1978 dan awal 1979 dilakukan penambahan mesin dan peralatan produksi menjadi 3 set. Perusahaan ini mengembangkan daerah pemasarannya hingga ke Pulau Jawa.
Memasuki tahun 1982, jumlah produk yang sejenis sudah banyak beredar
yang diproduksi dari perusahaan yang berbeda, akibatnya terjadi persaingan di dalam
merebut pasar dalam negeri. Hal ini menyebabkan perusahaan harus menyususun
ulang strategi pemasaran untuk menghadapi keadaan yang sulit ini. Perusahaan
berupaya dan berusaha melakukan eksport pemasaran produk keluar negeri
menumbuhkan motivasi perusahaan untuk menghasilkan produk yang lebih bersiang di pasaran International.
Penjualan bola lampu yang di pasarkan di Malaysia dan Singapura semakin meningkat. Melihat potensi pasar yang bagus PT. Sinar Sanata Electronic Industry memasarkan produk baru seperti bola lampu pijar, dekorasi dan
Flourescent. Proses pembuatan produk lampu pijar dan Flourescent hampir sama dengan teknik pembuatan bola lampu untuk kendaraan.
2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha
PT. Sinar Sanata Electronic Industry adalah perusahaan yang memproduksi bola lampu rumah tangga dan kendaraan bermotor/transportasi seperti sepeda motor,
mobil dan pesawat terbang. Produk bola lampu untuk pesawat diproduksi jika ada
permintaan khusus.
2.3. Lokasi Perusahaan
PT. Sinar Sanata Electronic Industry beralamat di Jl.Pertahanan Lrg III/7 Desa Timbang Deli, Medan-Amplas. Keuntungan-keuntungan dari tempat usaha adalah sebagai berikut:
1. Lokasi perusahaan yang dekat dengan pelabuhan Belawan sehingga memudahkan pemasokan bahan baku dari luar negeri seperti Thailand dan Vietnam.
2.4. Organisasi dan Manajemen
2.4.1. Struktur Organisasi
Sturktur organisasi bagi suatu perusahaan mempunyai pernanan penting yang sangat dalam menentukan dan memperlancar jalannya roda perusahaan. Pendistribusian tugas-tugas, wewenang dan tanggung jawab serta hubungannya satu sama lain pada dasarnya digambarkan pada sturktur organisasi, sehingga para pegawai dan karyawan akan mengetahui dengan jelas apa tujuannya, dari mana dia mendapat perintah dan kepada siapa dia bertanggung jawab.
Direktur Utama
Sumber : PT Sinar Sanata Electronic Industry
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Permasalahan
Perkembangan teknologi pada industri manufaktur bertujuan untuk meningkatkan kapasitas produksi. Pengoperasian mesin produksi yang dilakukan secara terus-menerus harus didukung oleh aktivitas perawatan mesin yang baik. Tujuan perawatan mesin adalah untuk menghindari penurunan kemampuan mesin dalam berproduksi dan menghindari terjadinya kerusakan total mesin. Proses produksi pada industri manufaktur sering mengalami gangguan dikarenakan mesin produksi mengalami kerusakan pada bagian komponen-komponen Mesin Produksi. Salah satu masalah yang menyebabkan ketidak lancaran proses produksi adalah proses perawatan mesin serta penggantian komponen-komponen mesin yang rusak. Perbaikan dan penggantian mesin serta komponen-komponennya maupun peralatan produksi adalah satu masalah yang sangat penting karena permasalahan ini akan memberikan dampak diantaranya tidak tercapainya target produksi, kehilangan waktu produksi dan biaya perawatan (maintenance cost) yang ditanggung perusahaan.
hoses dan komponen lainnya. Output dari Mesin Tiup yaitu Glass Bulb. Kerusakan pada Mesin Tiup memerlukan waktu perbaikan maupun penggantian komponen mesin. Perbaikan dan pergantian pada komponen mesin produksi mempunyai fungsi yang sangat penting untuk menjamin kelancaran produksi. Mesin ini beroperasi selama 8 jam dalam satu hari.