• Tidak ada hasil yang ditemukan

Transmission of Values pada Serial Drama Korea Bread, Love, and Dreams (Analisis Isi Tayangan Serial Drama Korea dan Penyebaran Nilai-nilai Sosial di Dalamnya)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Transmission of Values pada Serial Drama Korea Bread, Love, and Dreams (Analisis Isi Tayangan Serial Drama Korea dan Penyebaran Nilai-nilai Sosial di Dalamnya)"

Copied!
143
0
0

Teks penuh

(1)

TRANSMISSION OF VALUES PADA SERIAL DRAMA KOREA

BREAD, LOVE, AND DREAMS

(Analisis Isi Tayangan Serial Drama Korea dan Penyebaran Nilai-nilai Sosial

yang Terdapat di Dalamnya)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Departemen Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Oleh

EVA FRISKA SIMANGUNSONG

090922001

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh:

Nama : Eva Friska Simangunsong

NIM : 090922001

Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul : Transmission of Values pada Serial Drama Korea Bread, Love, and Dreams (Analisis Isi Tayangan Serial Drama Korea dan Penyebaran Nilai-nilai

Sosial di Dalamnya)

Medan, Mei 2011

Pembimbing Ketua Departemen

Drs. Hendra Harahap, M.Si Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A NIP. 196710021994031002 NIP. 196208281987012001

Dekan

(3)

NIP. 196805251992031002

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Departemen Ilmu Komunikasi oleh:

Nama : Eva Friska Simangunsong

NIM : 090922001

Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul : Transmission of Values pada Serial Drama Korea Bread, Love, and Dreams (Analisis Isi Tayangan Serial Drama Korea dan Penyebaran Nilai-nilai

Sosial di Dalamnya) Hari/Tanggal : , Juni 2011

Pukul : WIB-selesai

Tempat :

PANITIA PENGUJI

Ketua Penguji :

Penguji I :

(4)

ABSTRAKSI

Serial drama Bread, Love, and Dreams yang merupakan subjek penelitian kali ini diproduksi oleh KBS2 (Korean Broadcasting System) Seoul ditayangkan perdana pada 20 Desember 2010 di Indonesia oleh Indosiar. Penelitian dilakukan dengan metode Analisis Isi Kualitatif. Analisis isi media kualitatif lebih banyak dipakai untuk meneliti dokumen yang dapat berupa teks, gambar, simbol dan sebagainya untuk memahami budaya dari suatu konteks sosial tertentu. Langkah kerjanya dimulai dengan menemukan lambang/simbol, mengklasifikasi data berdasarkan lambang tersebut, lalu menganalisis data yang telah diklasifikasi tersebut.

Bentuk klasifikasi yang digunakan adalah Analisis Isi Semantik, untuk mengklasifikasikan tanda menurut maknanya. Analisis ini terdiri dari tiga jenis, yaitu: analisis penunjukan (designation), analisis penyifatan (attributions), dan analisis pernyataan (assertions).

Serial dengan genre comedy, family, romance ini mengandung nilai-nilai sosial bangsa Korea dari segi material, vital, dan kerohanian. Nilai tersebut juga mirip dengan nilai sosial bangsa Indonesia, misalnya nilai moral yang diwujudkan dengan sikap tolong-menolong, menghormati orangtua, dan memberi sedekah kepada pengemis. Dengan didominasi dengan pesan moral/kebaikan maka serial ini berpengaruh positif bagi pembentukan karakter para remaja Indonesia.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya dalam hidup penulis. Terlebih hingga saat ini penulis masih diberi kesempatan dan kemampuan untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana (S-1) Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapat dukungan moral dan material dari semua pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Dayana, M.Si selaku Wakil Ketua Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Hendra Harahap, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi penulis. 5. Bapak Drs. Amir Purba, M.A selaku dosen penasehat akademik penulis. 6. Seluruh staf pengajar Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan

(6)

7. Seluruh staf/pegawai Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

8. Bapak M. Simangunsong dan Ibu S.M. Sianturi sebagai orangtua penulis yang selalu mendukung dalam segala hal.

9. Noa Violen Simangunsong dan Dian Julia Simangunsong sebagai kedua adik perempuan penulis yang menjadi penyemangat penulis.

10. Teman-teman penulis seluruh mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi Ekstensi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara angkatan 2009.

11. Serasi Malem Saragih sebagai sahabat penulis.

12. Keluarga besar GPdI Alfa dan Omega Jalan Danau Ranau Tebing Tinggi. 13. Kerabat dan keluarga besar Bapak M.Simangunsong dan Ibu S.M. Sianturi. 14. Seluruh pihak yang telah membantu penulis.

Medan, Mei 2011 Penulis,

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

BAB I: PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah ... 1

I.2 Perumusan Masalah ... 7

I.3 Pembatasan Masalah ... 7

I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

I.5 Kerangka Teori... 9

I.6 Kerangka Konsep ... 15

I.7 Model Teoritis ... 16

I.8 Operasional Konsep ... 16

I.9 Definisi Operasional ... 16

BAB II: LANDASAN TEORI II.1 Analisis Isi (Content Analysis) ... 19

II.2 Komunikasi dan Komunikasi Massa ... 23

II.3 Fungsi Komunikasi Massa ... 29

II.4 Drama ... 32

(8)

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN

III.1 Deskripsi Subjek Penelitian ... 41

III.2 Metode Penelitian ... 41

III.3 Unit dan Level Analisis ... 43

III.4 Metode Pengumpulan Data ... 43

III.5 Teknik Analisis Data ... 44

BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Deskripsi Subjek Penelitian ... 45

IV.2 Sinopsis Singkat ... 52

IV.3 Penyajian Data ... 52

IV.4 Analisis Data ... 106

IV.5 Pembahasan... 118

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN V.1 Kesimpulan ... 123

V.2 Saran ... 124

DAFTAR PUSTAKA ... 125

(9)

DAFTAR TABEL

(10)

ABSTRAKSI

Serial drama Bread, Love, and Dreams yang merupakan subjek penelitian kali ini diproduksi oleh KBS2 (Korean Broadcasting System) Seoul ditayangkan perdana pada 20 Desember 2010 di Indonesia oleh Indosiar. Penelitian dilakukan dengan metode Analisis Isi Kualitatif. Analisis isi media kualitatif lebih banyak dipakai untuk meneliti dokumen yang dapat berupa teks, gambar, simbol dan sebagainya untuk memahami budaya dari suatu konteks sosial tertentu. Langkah kerjanya dimulai dengan menemukan lambang/simbol, mengklasifikasi data berdasarkan lambang tersebut, lalu menganalisis data yang telah diklasifikasi tersebut.

Bentuk klasifikasi yang digunakan adalah Analisis Isi Semantik, untuk mengklasifikasikan tanda menurut maknanya. Analisis ini terdiri dari tiga jenis, yaitu: analisis penunjukan (designation), analisis penyifatan (attributions), dan analisis pernyataan (assertions).

Serial dengan genre comedy, family, romance ini mengandung nilai-nilai sosial bangsa Korea dari segi material, vital, dan kerohanian. Nilai tersebut juga mirip dengan nilai sosial bangsa Indonesia, misalnya nilai moral yang diwujudkan dengan sikap tolong-menolong, menghormati orangtua, dan memberi sedekah kepada pengemis. Dengan didominasi dengan pesan moral/kebaikan maka serial ini berpengaruh positif bagi pembentukan karakter para remaja Indonesia.

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Setiap hari, hampir banyak film yang diputar di televisi maupun di gedung-gedung film yang masing-masing filmnya mempunyai sasaran khalayak yang berbeda-beda karena setiap film yang ditayangkan mempunyai tujuan khalayak. Terlepas dari bahasan tentang komersialisasi film, unsur drama dan cerita yang ada mampu memperdaya penonton hingga mengalami gejala-gejala psikologis. Membuat orang merasa seakan terbawa cerita film itu. Begitu juga pemanfaatan film dalam dunia pendidikan, sebagian didasari oleh pertimbangan bahwa film memiliki kemampuan untuk menarik perhatian orang dan sebagian lagi didasari oleh alasan bahwa film memiliki kemampuan mengantar pesan secara unik. Pesan yang ada dalam cerita film, kebanyakan disesuaikan dengan fenomena yang ada di masyarakat, dengan memakai bahasa yang mudah dipahami oleh semua kalangan penonton.

(12)

Ada sebagian film yang ditayangkan, baik di televisi ataupun di bioskop-bioskop menuai kontroversi karena banyak kalangan masyarakat yang memprotes cerita atau adegan yang diperankan banyak yang menyimpang dari norma-norma sosial yang ada. Dari sini, kita akan mengetahui bahwa pesan yang disampaikan melalui film juga tidak sepenuhnya bersifat positif, contohnya di masyarakat, banyak tindakan-tindakan yang menyimpang dari norma sosial, juga kekerasan, pelecehan seksual dan HAM yang terjadi. Secara tidak langsung film telah mewariskan budaya-budaya negatif tersebut dan diterima masyarakat secara mentah. Dan masyarakat pun cenderung menerima budaya yang ditampilkan tanpa ada tindakan yang mengklaim tayangan seperti itu.

Namun selain menyajikan cerita dengan pesan yang bersifat kontroversial, film juga menyajikan pesan yang bersifat edukatif yang berfungsi sebagai kontrol atau penyeimbang antara pesan yang bersifat positif dan bersifat negatif. Tidak bisa disangkal lagi bahwa film juga bisa memunculkan budaya baru di masyarakat dan mampu merubah tatanan norma sosial, film juga dapat mempengaruhi penontonnya untuk meniru berbagai gaya hidup, fashion dan pergaulan yang ditampilkan dalam cerita.

(13)

norma-norma sosial yang penting dalam kehidupan akan selalu terjadi. Jadi, media massa dapat berfungsi menjadi penyebar nilai-nilai, seperti yang disebutkan di atas.

Dan oleh karena sepanjang hidupnya, manusia akan hidup dan berhubungan dengan banyak orang dalam masyarakat. Dalam melaksanakan hubungan tersebut, setiap orang berkeinginan untuk dapat bebas melakukan hal yang diinginkan, tanpa ada batasan. Namun hal itu tidak mungkin dilakukan karena akan terjadi benturan dan pertentangan dengan kepentingan-kepentingan anggota masyarakat lainnya. Oleh karena itu, kehidupan bersama manusia sebagai makhluk pribadi dan sosial selalu dilandasi oleh aturan-aturan tertentu. Misalnya, ketika teman kita sedang belajar atau menjalankan ibadah, kita tidak boleh bernyanyi, atau berteriak-teriak meskipun sedang dalam keadaan gembira. Contoh lain, meskipun sedang lapar, kita tidak boleh mengambil kue yang ada di kantin tanpa membayar. Kita harus membelinya dahulu karena kue itu merupakan dagangan dan mata pencaharian penjaga kantin.

Aturan-aturan diciptakan dan disepakati bersama untuk mencapai ketentraman dan kenyamanan hidup bersama dengan orang lain. Selanjutnya aturan-aturan itu dipakai sebagai ukuran, patokan, anggapan, serta keyakinan tentang sesuatu itu baik, buruk, pantas, janggal, asing dan seterusnya. Selama hidup kita, banyak sekali aturan-aturan yang wajib kita pahami dan ikuti dengan kesungguhan dalam bermasyarakat.

(14)

khususnya remaja. Apalagi dengan bertambahnya jumlah tayangan ini di televisi Indonesia, menunjukkan penggemarnya yang cukup banyak. Oleh sebab itu, sedikit banyak pastilah terjadi penyebaran nilai-nilai sosial yang terdapat dalam drama terhadap pemirsa.

Korea Selatan yang pada satu dasawarsa lalu tidak berpengaruh dalam bidang industri budaya populer dan bahkan berposisi marginal dalam bidang tersebut, kini telah berhasil menjadi salah satu negara “cultural exporter” di Asia. Korea telah menjadi sebuah negara dengan industri budaya yang kuat, mampu mengekspor produk-produk budaya populernya ke luar negeri dan menyebarkan pengaruh kultural. Gelombang pasang Korea yang fenomenal tersebut diawali dan dipelopori oleh drama televisi. Serial drama merupakan pusat dari Hallyu, bentuk budaya populer Korea yang paling sukses dan berpengaruh di Asia (sumber:

Beberapa judul drama Korea yang pernah ditayangkan di televisi swasta Indonesia, yaitu A Love to Kill, All about Eve, Boys Before Flowers, Becoming a Billioner, Cinderella Step Sister, Coffee Prince, Endless Love, Full House, 18 vs

29, He’s Beautiful, Hello Miss, Hotelier, Let’s Go to School, Love in Paris,

Princess Hours, Beethoven Virus, Thank You, My Fair Lady, Mr. Goodbye, Still

Marry Me, My Love Patzzi, Rosy Life, Romance, Sad Love Song, Sassy Grl, Style,

Summer Scent, Sunshine of Love, Winter Sonata, Wedding, Wonderful Life, Cruel

Temptation, My Lovely Sam Soon, Bread, Love, and Dreams, Personal Taste,

(15)

Secara unik, drama-drama tersebut ternyata dapat memberikan banyak hal yang berbeda pada setiap pribadi yang menontonnya. Memberikan perasaan hangat setelah lelah dengan rutinitas kehidupan, atau memenuhi kebutuhan akan sensasi emosional dalam luapan tawa atau tetesan air mata terharu. Sementara bagi sebagian orang, nostalgia indah akan nilai-nilai hidup yang berharga dihadirkan kembali. Untuk orang-orang yang lain, rangkaian gambar hidup itu juga dapat membawa perasaan simpati yang dalam, bahkan dapat menjadi refleksi akan pengalaman dan pelajaran kehidupan yang seperti dialami sendiri. Banyak hati manusia juga tergugah, ketika inspirasi dan motivasi diberikan pada mereka lewat tampilan-tampilan dalam layar kaca tersebut, untuk berjuang mewujudkan impian yang belum tercapai.

Drama Korea memiliki kualitas dan keunikan tersendiri. Keterampilan dan kreativitas para crew produksinya berhasil memadukan cerita narasi yang menarik, teknik sinematografi yang handal, penggunaan background musik yang mendukung dan kemampuan akting yang memadai, menjadi karya seni populer yang bukan hanya menghibur, namun dapat menyentuh hati dan perasaan para penontonnya, terutama orang Asia.

(16)

Masyarakat Asia telah lama mengkonsumsi budaya populer dari Barat dengan banyaknya tampilan seks dan kekerasan yang vulgar serta sentimen individualisme. Dengan serial drama Korea, masyarakat Asia menemukan bentuk budaya populer baru, menampilkan nilai kultural yang dekat dengan mereka, sehingga dapat mengidentifikasi diri mereka di dalamnya. Drama Korea secara terampil dapat memadukan sentimen tradisional Asia dengan nilai-nilai modern, menjadikan Korea sebagai negara Asia panutan untuk diikuti dan dicontoh, yaitu mampu mengharmoniskan budaya Timur dan Barat.

Selain itu, sering menampilkan adegan menangis atau adegan yang sentimental sebab ternyata menangis merupakan karakter orang Korea. O-Yong, mantan Menteri Kebudayaan Korea, mengatakan bukan orang Korea kalau tidak bisa menangis. Jika sedih orang Korea menangis, jika bahagia juga menangis. Meskipun suku Indian Sioux di Amerika terkenal sebagai suku yang paling mudah menangis, tak ada yang menandingi orang Korea dalam hal menangis akibat lamanya mereka hidup dalam penderitaan karena keterbatasan sumber daya alam, iklim yang keras, perang dan kediktatoran. Oleh sebab itu, tak heran jika aktor dan artis Korea bisa berakting menangis dengan sangat piawai (sumber:

diakses pada 19 Januari 2011

pukul 10.00 WIB).

Serial drama yang dijadikan subjek penelitian kali ini adalah Bread, Love and Dreams. Serial drama ini ditayangkan perdana pada 20 Desember 2010 di

(17)

anak selingkuhan dari Goo In Jong, presiden Samhwa Enterprise, sebuah legenda dalam industri roti. Meskipun ia adalah pembuat roti yang sangat berbakat dan sepertinya ditakdirkan untuk menggantikan ayahnya sebagai presiden, keluarga Goo In Jong berencana untuk membuang statusnya sebagai ahli waris. Tekad Tak Goo untuk menjadi nomor satu dalam industri roti mendorong dia untuk membangun kembali karirnya dari awal meskipun banyak pencobaan dihadapinya. Intrik, konflik seputar cinta, persaingan dan perebutan harta memang menjadi ide sentral serial ini. Serial drama tersebut dikemas menjadi suatu kisah yang menarik dan tentunya mengandung pesan yang bermakna karena adanya nilai-nilai sosial yang ditunjukkan lewat peran para pemainnya. Dan kita dapat mencontoh nilai-nilai positif dari serial drama ini.

Berdasarkan penjelasan tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang Transmission of Values pada Serial Drama Korea.

I.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berkut, “Bagaimana penyebaran nilai-nilai sosial yang ditampilkan dalam serial drama Korea?”

I.3 Pembatasan Masalah

(18)

1. Penelitian ini terbatas pada sembilan adegan serial drama Bread, Love and Dreams dari beberapa episode agar penelitian lebih spesifik dan tidak terlalu

luas.

2. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis nilai-nilai sosial yang ada pada drama serial yang akan diteliti.

3. Penelitian ini menggunakan metode Analisis Isi Kualitatif.

I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

I.4.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui nilai-nilai sosial apa saja yang ditampilkan pada serial drama Korea yang diteliti.

2. Untuk mengetahui adegan-adegan pada serial drama Korea yang mengandung unsur nilai sosial.

I.4.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pengetahuan penulis dan pembaca.

1. Penelitian ini dapat menambah khasanah penelitian dan sumber bacaan di bidang Ilmu Komunikasi.

(19)

I.5 Kerangka Teori

Dalam melaksanakan penelitian ilmiah, teori berperan sebagai landasan berpikir untuk mendukung pemecahan suatu masalah dengan jelas dan sistematis. Gibbs menyatakan bahwa teori adalah sekumpulan pernyataan yang saling berkaitan secara logis dalam bentuk penegasan empiris mengenai sifat-sifat dari

kelas-kelas yang tak terbatas dari berbagai kejadian atau benda (dalam Black, 2001 : 48). Dalam penelitian ini, teori-teori yang dianggap relevan

adalah sebagai berikut:

I.5.1 Analisis Isi (Content Analysis)

Analisis isi (Content Analysis) adalah teknik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru (replicable), dan sahih data dengan memperhatikan konteksnya. Analisis isi berhubungan dengan komunikasi atau isi komunikasi. Logika dasar dalam komunikasi, bahwa setiap komunikasi selalu berisi pesan dalam sinyal komunikasinya itu, baik berupa verbal maupun non verbal. Sejauh ini, makna komunikasi menjadi amat dominan dalam setiap peristiwa komunikasi.

Content Analysis yang digunakan memiliki kerangka kerja sebagai

pedoman penggunaannya sebagaimana diajukan Janis (dalam Krippendorff, 1980:35-36) bahwa Analisis Isi Semantik (Semantic

Content Analysis), yakni prosedur yang mengklasifikasikan tanda menurut

(20)

oleh Obama sebagai rujukan contoh negara dengan keragaman suku, budaya dan agama, yang mampu mempersatukan semuanya dalam bingkai negara kesatuan. Secara rinci, Janis mengembangkan Analisis Isi Semantik menjadi tiga macam kategori sebagai berikut:

a) Analisis Penunjukan (Designation Analysis), yakni menghitung frekuensi berapa sering objek tertentu (orang, benda, kelompok, konsep) dirujuk. Analisis model ini juga biasa disebut sebagai Analisis Isi Pokok Bahasan (Subject-Matter Content Analysis).

b) Analisis Penyifatan (Attribution Analysis), yakni menghitung frekuensi berapa sering karakterisasi objek tertentu dirujuk atau disebut. (Misalnya, karakterisasi tentang bahaya penggunaan obat terlarang bagi kehidupan).

c) Analisis Pernyataan (Assertion Analysis), yakni analisis teks dengan menghitung seberapa sering objek tertentu dilabel atau diberi karakter secara khusus. (Misalnya, berapa sering Iran disebut oleh Amerika sebagai negara yang menantang himbauan masyarakat internasional dalam hal pembangunan proyek nuklir).

I.5.2 Komunikasi dan Komunikasi Massa

Istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin, yaitu communication, yang bersumber dari kata communis yang artinya sama, dan communico, communication, atau communicare yang berarti membuat sama. Istilah yang

(21)

Komunikasi merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan manusia dalam kaitannya dengan hubungan antar individu. Komunikasi merupakan sarana vital untuk mengerti diri sendiri, orang lain dan memahami apa yang dibutuhkannya maupun apa yang dibutuhkan orang lain serta untuk mencapai pemahaman tentang dirinya dan sesama.

“Who says what in which channel to whom and with what effect?” merupakan rumusan yang dibuat oleh Harold Laswell yang merupakan rumusan paling populer di kalangan orang-orang yang mempelajari komunikasi dalam memberikan pengertian komunikasi. Melalui pertanyaan ini, Laswell menjabarkan lima komponen atau unsur yang ada dalam komunikasi, yaitu siapa yang mengatakan (komunikator), apa yang dikatakan (pesan), saluran apa yang digunakan (media), kepada siapa pesan disampaikan (komunikan), dan dengan akibat apa yang terjadi (efek) (Effendy, 2003:253).

Dari pengertian Laswell tersebut, media merupakan salah satu unsur yang terdapat dalam kegiatan komunikasi. Ketika kita berbicara mengenai media, maka hal yang cukup menarik dibahas adalah media massa yang menjadikan komunikasi berperan sebagai penghubung sistem sosial. Di mana kegiatan ini dikenal sebagai komunikasi massa.

Komunikasi massa dapat diartikan sebagai proses komunikasi yang berlangsung di mana pesannya dikirim dari sumber yang melembaga kepada khalayak yang sifatnya massal melalui alat-alat yang bersifat mekanis seperti radio, televisi, dan film (Cangara, 2002:36).

(22)

dalam jumlah besar. Di samping itu ada pula makna lain yang dianggap makna asli dari kata massa, yakni suatu makna yang mengacu pada kolektivitas tanpa bentuk yang komponen-komponennya sulit dibedakan satu sama lain. Kamus bahasa Inggris ringkas memberikan definisi massa sebagai suatu kumpulan orang banyak yang tidak mengenal keberadaan individualitas.

Sedangkan Saverin dan Tankard (dalam Effendy, 2005:21) menyatakan bahwa komunikasi massa adalah sebagian keterampilan (skill), sebagian seni (art), dan sebagian ilmu (science). Maksudnya tanpa adanya dimensi menata pesan tidak mungkin media massa dapat memikat khalayak yang pada akhirnya pesan tersebut dapat mengubah sikap, pandangan, dan perilaku komunikan.

I.5.3 Fungsi Komunikasi Massa

Para pakar mengemukakan tentang sejumlah fungsi komunikasi, kendati dalam setiap item fungsi terdapat persamaan dan perbedaan. Pembahasan fungsi komunikasi telah menjadi diskusi yang cukup penting, terutama konsekuensi komunikasi melalui media massa. Fungsi komunikasi massa bagi masyarakat menurut Dominick (2001), terdiri dari surveillance (pengawasan), interpretation (penafsiran), linkage (keterkaitan), transmission of values (penyebaran nilai) dan entertainment (hiburan).

1. Surveillance (Pengawasan)

(23)

Fungsi pengawasan peringatan terjadi ketika media massa menginformasikan tentang ancaman dari angin topan, meletusnya gunung merapi, kondisi efek yang memprihatinkan, tayangan inflasi atau adanya serangan militer.

b. Instrumental Surveillance (Pengawasan Instrumental)

Fungsi pengawasan instrumental adalah penyampaian atau penyebaran informasi yang memiliki kegunaan atau dapat membantu khalayak dalam kehidupan sehari-hari. Berita tentang film apa yang sedang dimainkan di bioskop, bagaimana harga-harga saham di bursa efek, produk-produk baru, ide-ide tentang mode, resep masakan dan sebagainya, adalah contoh-contoh pengawasan instrumental.

2. Interpretation (Penafsiran)

Fungsi penafsiran hampir mirip dengan fungsi pengawasan. Media massa tidak hanya memasok fakta dan data, tetapi juga memberikan penafsiran terhadap kejadian-kejadian penting. Contoh nyata penafsiran media dapat dilihat pada halaman tajuk rencana (editorial) surat kabar. Penafsiran ini berbentuk komentar dan opini yang ditujukan kepada khalayak pembaca, serta dilengkapi perspektif terhadap berita yang disajikan pada halaman lainnya.

3. Linkage (Pertalian)

Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam sehingga membentuk linkage (pertalian) berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu. Contoh masyarakat yang tersebar telah dipertalikan oleh media massa untuk memilih Partai Demokrat.

(24)

Fungsi penyebaran nilai tidak kentara. Fungsi ini disebut juga socialization (sosialisasi). Sosialisasi mengacu pada cara di mana individu mengadopsi perilaku dan nilai kelompok. Media massa yang mewakili gambaran masyarakat itu ditonton, didengar dan dibaca. Dengan perkataan lain, media massa mewakili kita dengan model peran yang kita amati dan harapan untuk menirunya.

5. Entertainment (Hiburan)

Televisi adalah media massa yang mengutamakan sajian hiburan, hampir 3/4 bentuk siaran televisi setiap hari merupakan tayangan hiburan. Begitu pun radio siaran, siarannya banyak dimuati acara hiburan. Memang ada beberapa televisi dan radio siaran yang memuat 100% berita. Tetapi televisi dan radio siaran lainnya menyajikan berita kurang dari 5%, majalah pun demikian halnya. Ada yang banyak memuat hiburan, ada pula yang sedikit memuat hiburan.

I.5.4 Nilai Sosial

Nilai sosial adalah suatu perbuatan atau tindakan yang oleh masyarakat dianggap baik. Nilai sosial dalam setiap masyarakat tidak selalu sama, karena nilai di masyarakat tertentu dianggap baik tapi dapat dianggap tidak baik di masyarakat lain. Klasifikasi nilai sosial menurut Prof. Notonegoro (dalam Muin, 2006:49) dapat dibagai menjadi tiga bagian yaitu :

1) Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi jasmani manusia atau benda-benda nyata yang dapat dimanfaatkan sebagai kebutuhan fisik manusia. 2) Nilai vital yaitu, segala sesuatu yang berguna bagi manusia agar dapat

(25)

3) Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi pemenuhan kebutuhan rohani (spiritual) manusia yang bersifat universal. Nilai kerohanian ini dibagi menjadi empat macam yaitu:

a) Nilai kebenaran dan nilai empiris, yaitu nilai yang bersumber pada akal manusia (logika, rasio, budi, cipta).

b) Nilai keindahan, yaitu nilai yang bersumber pada unsur perasaan manusia (perasaan atau estetika).

c) Nilai moral/kebaikan, yaitu nilai sosial yang berkenaan dengan kebaikan dan keburukan, bersumber dari kehendak/kemauan manusia (karsa, etika). d) Nilai religius, yaitu nilai yang bersumber kepada keyakinan atau

kepercayaan manusia kepada Tuhan Yang Maha Esa.

I.6 Kerangka Konsep

Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitan yang dicapai dapat mengantar penelitian pada rumusan hipotesis (Nawawi, 1995:33).

Konsep adalah istilah yang mengekspresikan sebuah ide abstrak yang dibentuk dengan menggeneralisasikan objek atau hubungan fakta-fakta yang diperoleh dari pengamatan. Bungin mengartikan konsep sebagai generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu yang dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang sama.

(26)

harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel. Adapun konsep-konsep yang diteliti dalam penelitian ini adalah

- Serial drama Korea Bread, Love and Dreams sebanyak sembilan adegan. - Nilai-nilai sosial dalam kehidupan manusia.

I.7 Model Teoritis

Variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep akan dibentuk menjadi suatu model teoritis sebagai berikut:

Menemukan lambang/simbol

I.8 Operasional Konsep

Operasional konsep berfungsi untuk memudahkan kerangka konsep dalam penelitian. Maka berdasarkan kerangka konsep dibuatlah operasionalisasi konsep untuk membentuk kesamaan dan kesesuaian dalam penelitian. Berdasarkan hal itu, maka operasionalisasi konsep yang diukur dalam penelitian ini adalah

1) Nilai material. 2) Nilai vital.

3) Nilai kerohanian. Nilai kerohanian ini dibagi menjadi empat macam yaitu: a) Nilai kebenaran dan nilai empiris.

b) Nilai keindahan. c) Nilai moral/kebaikan.

(27)

d) Nilai religius.

I.9 Definisi Operasional

Menurut Singarimbun (1995:46) definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya untuk mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, definisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama. Konsep-konsep dalam penelitian ini dapat didefinisikan sebagai berikut:

1) Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi jasmani manusia atau benda-benda nyata yang dapat dimanfaatkan sebagai kebutuhan fisik manusia. Misalnya, pakaian, tempat tinggal, uang, kendaraan, dan sebagainya.

2) Nilai vital yaitu, segala sesuatu yang berguna bagi manusia agar dapat melakukan aktivitas atau kegiatan dalam hidupnya. Nilai vital dapat bersifat konkret atau abstrak. Nilai vital bisa dimasukkan ke dalam nilai material, tetapi belum tentu nilai material merupakan nilai vital. Misalnya: makanan dan minuman, kasih sayang orangtua, dan sebagainya.

3) Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi pemenuhan kebutuhan rohani (spiritual) manusia yang bersifat universal. Nilai kerohanian ini dibagi menjadi empat macam yaitu:

a) Nilai kebenaran dan nilai empiris, yaitu nilai yang bersumber dari proses berpikir teratur menggunakan akal manusia dan diikuti dengan fakta-fakta yang telah terjadi (logika, rasio).

(28)

b) Nilai keindahan, yaitu nilai yang bersumber dari unsur rasa manusia (perasaan atau estetika). Nilai keindahan bersifat subjektif pada diri yang bersangkutan.

Contohnya: ketika kita melihat suatu pemandangan, menonton pentas pertunjukan, merasa senang dengan melihat sebuah lukisan yang indah, atau merasakan makanan yang enak.

c) Nilai moral/kebaikan, yaitu nilai sosial yang berkenaan dengan kebaikan dan keburukan, bersumber dari kehendak/kemauan (karsa, etika). Nilai yang menangani kelakuan, atau behubungan dengan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.

Contohnya: memberi salam ketika berjumpa dengan orang yang lebih tua. d) Nilai religius, yaitu nilai yang berisi keyakinan atau kepercayaan manusia

(29)

BAB II

LANDASAN TEORI

II.1 Analisis Isi (Content Analysis)

Krippendorff (1980) mendefinisikan analisis isi suatu penelitian untuk membuat referensi-referensi valid dan dapat ditiru dari data ke konteks. Definisi Kerlinger (1986) agak khas, yaitu: analisis komunikasi secara sistematis, obyektif, dan secara kuantitatif untuk mengukur variabel.

Dalam definisi Kerlinger ada tiga konsep yang tercakup di dalamnya. Pertama, analisis ini bersifat sistematis. Hal ini berarti isi yang akan dianalisis dipilih menurut aturan-aturan yang ditetapkan secara implisit misalnya: cara penentuan sampel. Kedua, analisis isi bersifat obyektif. Ketiga, analisis isi bersifat kuantitatif. Ada lima tujuan analisis isi, yaitu:

1. Menggambarkan isi komunikasi

2. Menguji hipotesis karakteristik-karakteristik suatu pesan 3. Membandingkan isi media dengan “dunia nyata”

4. Melalui image suatu kelompok tertentu dan masyarakat 5. Menciptakan titik awal terhadap studi efek media

(30)

mengemukakan klaim atau pernyataan bahwa anak-anak menonton film akan membeli susu tersebut. Temuan-temuan dalam analisis isi tertentu dibatasi oleh kerangka kategori-kategori dan definisi yang digunakan dalam analisis isi adalah kurangnya pesan-pesan yang relevan dengan penelitian tersebut. Sedangkan tahap-tahap dalam analisis isi adalah sebagai berikut:

1. Merumuskan pertanyaan penelitian atau hipotesis 2. Mendefinisikan populasi yang diteliti

3. Memilih sampel yang sesuai dari populasi 4. Memilih dan menentukan unit analisis

5. Menyusun kategori-kategori isi yang dianalisis 6. Membuat sistem hitungan

7. Melatih para pengkode dan melakukan studi percobaan 8. Mengkode isi menurut definisi yang telah ditentukan 9. Menganalisis data yang telah dikumpulkan

10. Menarik kesimpulan-kesimpulan dan mencari indikasi

(31)

1. Menggambarkan karakteristik komunikasi dengan mengajukan pertanyaan: apa, bagaimana, dan kepada siapa pesan itu disampaikan

2. Membuat kesimpulan-kesimpulan, seperti anteseden komunikasi, dengan mengajukan pertanyaan mengapa pesan itu disampaikan, dan

3. Membuat kesimpulan-kesimpulan tentang konsekuensi komunikasi dengan mengajukan apa efek pesan-pesan tersebut.

Fungsi deskriptif dalam analisis isi mencakup identifikasi terhadap tema-tema dan pola struktural dalam suatu pesan, dan perbandingan isi pesan yang disampaikan oleh komunikator yang berbeda atau sebaliknya pesan yang disampaikan oleh komunikator yang sama dalam konteks yang berbeda. Fungsi inferensial adalah mencakup penarikan kesimpulan tentang efek-efek yang mungkin ditimbulkan oleh pesan tersebut dan menyimpulkan norma-norma perilaku sosial yang direfleksikan oleh pesan tersebut. Secara teknik Content Analysis mencakup upaya-upaya: klasifikasi lambang-lambang yang dipakai

dalam komunikasi, menggunakan kriteria dalam klasifikasi, dan menggunakan teknik analisis tertentu dalam membuat prediksi.

(32)

dan tujuan isi komunikasi itu. Hasil analisis ini dideskripsikan dalam bentuk draf laporan penelitian sebagaimana umumnya laporan penelitian.

Definisi Krippendorff berusaha mengeksplisitkan objek analisis isi. Secara intuitif, analisis isi dapat dikarakterisasikan sebagai metode penelitian makna simbolik pesan-pesan. Krippendorff dalam bukunya Content Analysis: Introduction to Its Theory and Methodology memuat klasifikasi Janis dalam

analisis isi, yaitu:

1. Analisis Isi Pragmatik (Pragmatic Content Analysis), yakni prosedur memahami teks dengan mengklasifikasikan tanda menurut sebab atau akibatnya yang mungkin timbul. (Misalnya, penghitungan berapa kali suatu kata ditulis atau diucapkan, yang dapat mengakibatkan munculnya sikap suka atau tidak suka terhadap sebuah rezim pemerintahan).

2. Analisis Isi Semantik (Semantic Content Analysis), yakni prosedur yang mengklasifikasikan tanda menurut maknanya. (Misalnya, menghitung berapa kali kata demokrasi dijadikan sebagai rujukan sebagai salah satu pilihan sistem politik yang dianut oleh sebagian besar masyarakat dunia). Atau, misalnya yang lain, berapa kali kata Indonesia disebut oleh Obama sebagai rujukan contoh negara dengan keragaman suku, budaya dan agama, yang mampu mempersatukan semuanya dalam bingkai negara kesatuan. Secara rinci, Janis mengembangkan Analisis Isi Semantik menjadi tiga macam kategori sebagai berikut:

(33)

Analisis model ini juga biasa disebut sebagai Analisis Isi Pokok Bahasan (Subject-Matter Content Analysis).

b) Analisis Pensifatan (Attribution Analysis), yakni menghitung frekuensi berapa sering karakterisasi objek tertentu dirujuk atau disebut. (Misalnya, karakterisasi tentang bahaya penggunaan obat terlarang bagi kehidupan). c) Analisis Pernyataan (Assertion Analysis), yakni analisis teks dengan

menghitung seberapa sering objek tertentu dilabel atau diberi karakter secara khusus. (Misalnya, berapa sering Iran disebut oleh Amerika sebagai negara yang menantang himbauan masyarakat internasional dalam hal pembangunan proyek nuklir).

3. Analisis Sarana Tanda (Sign-Vehicle Analysis), yakni prosedur memahami teks dengan cara menghitung frekuensi berapa kali, misalnya, kata negara Indonesia muncul dalam sambutan Obama tatkala berkunjung ke Indonesia.

II.2 Komunikasi dan Komunikasi Massa

Carl I Hovland dalam bukunya Social Communication (Amir Purba, dkk dalam buku Pengantar Ilmu Komunikasi) menyebutkan communication is the process by which an individual (the communicator) transmit stimuly (usually

verbal symbol) to modify the behavior of the individual (communicate),

(komunikasi adalah suatu proses di mana seorang individu/komunikator mengirimkan stimuli biasanya dalam bentuk simbol verbal atau kata-kata untuk mengubah perilaku orang lain/komunikan).

(34)

apa), in which channel (saluran apa), to whom (kepada siapa), with what effect (dengan efek apa).

Komunikasi massa adalah proses komunikasi yang dilakukan melalui media massa dengan berbagai tujuan komunikasi dan untuk menyampaikan informasi kepada khalayak luas. Dengan demikian, maka unsur-unsur penting dalam komunikasi adalah

a) Komunikator b) Media massa

c) Informasi (pesan) massa d) Gatekeeper

e) Khalayak (publik), dan f) Umpan balik

Komunikator dalam komunikasi massa adalah

1) Pihak yang mengandalkan media massa dengan teknologi telematika modern sehingga dalam menyebarkan suatu informasi, maka informasi ini dengan cepat ditangkap oleh publik.

2) Komunikator dalam penyebaran informasi mencoba berbagai informasi, pemahaman, wawasan, dan solusi-solusi dengan jutaan massa yang tersebar di mana tanpa diketahui dengan jelas keberadaan mereka.

3) Komunikator juga berperan sebagai sumber pemberitaan yang mewakili institusi formal yang sifatnya mencari keuntungan dari penyebaran informasi itu.

(35)

massal pula. Bentuk-bentuk media massa, antara lain: surat kabar, majalah, radio siaran, televisi, dan film.

Informasi massa adalah informasi yang diperuntukkan kepada masyarakat secara massal, bukan informasi yang hanya boleh dikonsumsi oleh pribadi. Dengan demikian maka informasi massa adalah milik publik, bukan ditujukan kepada individu masing-masing. Jadi karakteristik pesan dalam komunikasi massa bersifat umum. Pesan komunikasi massa dapat berupa fakta, peristiwa atau opini. Namun tidak semua fakta dan peristiwa yang terjadi di sekeliling kita dapat dimuat di media massa. Pesan komunikasi massa yang dikemas dalam bentuk apapun harus memenuhi kriteria penting atau menarik, atau penting sekaligus menarik, bagi sebagian besar komunikan.

Gatekeeper adalah penyeleksi informasi. Gatekeepers dapat berupa

seseorang atau satu kelompokyang dilalui suatu pesan dalam perjalanannya dari sumber ke penerima. Fungsi utama gatekeeper adalah menyaring pesan yang diterima seseorang. Ketika menyampaikan pesan tersebut, gatekeeper mungkin memodifikasi dengan berbagai cara dan berbagai alasan, gatekeeper membatasi pesan yang diterima komunikan. Keputusan gatekeeper mengenai informasi yang harus dipilih atau ditolak dipengaruhi oleh beberapa variabel, yaitu sebagai berikut:

1. Ekonomi

(36)

2. Pembatasan Legal

Yang dimaksud dengan pembatasan legal adalah semacam hukum atau peraturan baik yang bersifat lokal maupun nasional yang dapat mempengaruhi seleksi dan penyajian berita, contohnya peraturan tentang film yang dikategorikan untuk orang dewasa di televisi harus ditayangkan pada jam-jam tertentu, hukum mengenai pencemaran nama baik, dan sebagainya.

3. Batas Waktu (Deadline)

Batas waktu dapat mempengaruhi apa yang akan disiarkan. Gatekeeper membuat pilihan-pilihan mengenai tingkat pentingnya sebuah berita.

4. Etika Pribadi dan Profesionalisme

Etika pribadi dan profesionalisme seorang gatekeeper juga dapat mempengaruhi berita yang akan disiarkan. Sebagai contoh seorang kolumnis keuangan akan mempengaruhi harga saham suatu perusahaan lewat tulisannya dan mempersilakan teman-temannya memperoleh informasi pada saat pracetak tulisannya.

5. Kompetisi

Kompetisi di antara media juga berpengaruh terhadap sebuah berita. Kompetisi atau persaingan demikian cenderung untuk meningkatkan tingkat profesionalisme sehingga dapat menjamin penyajian informasi yang lebih obyektif.

6. Nilai Berita

(37)

harus diseimbangkan. Di sini penjaga gawang harus menilai pandangan-pandangan pihak lain baik di tingkat lokal maupun tingkat nasional.

7. Reaksi terhadap feedback (umpan balik) tertunda

Misalnya, dalam sebuah surat kabar ada ilustrasi kartun bertema politik yang menyinggung suatu kelompok etnik tertentu, kemudian kelompok etnik tersebut menulis permohonan maaf dari media yang bersangkutan.

Wartawan, desk surat kabar, editor, dan sebagainya, bahkan penerima telepon di sebuah institusi media massa memiliki kesempatan untuk menjadi gatekeeper ini.

Khalayak adalah massa yang menerima informasi massa yang disebarkan oleh media massa, mereka ini terdiri dari publik pendengar atau pemirsa sebuah media massa. Sehubungan dengan itu konsep khalayak dapat dijelaskan lebih terperinci pada konsep massa. Massa memiliki unsur-unsur penting, yaitu:

1. Terdiri dari masyarakat dalam jumlah yang besar (large aggregate). Media massa terdiri dari jumlah masyarakat yang sangat besar yang menyebar di mana-mana, di mana satu dengan lainnya tidak saling tahu-menahu, bahkan tidak pernah bertemu dan berhubungan secara personal.

2. Jumlah massa yang besar menyebabkan massa tidak bisa dibedakan satu dengan lainnya (undifferentiated). Sulit dibedakan mana anggota massa satu dengan lainnya di suatu masyarakat karena jumlahnya yang besar itu.

(38)

4. Karena jumlah yang besar, maka massa juga sukar diorganisir. Jumlah massa yang besar itu maka massa cenderung bergerak sendiri-sendiri berdasarkan sel-sel massa yang dapat dikendalikan oleh orang-orang dalam sel-sel itu. Gerakan-gerakan massa akan semakin besar apabila sel-sel itu bertemu dan bergerak berdasarkan kondisi sesaat yang terjadi di lapangan.

5. Kemudian massa merupakan refleksi dari kehidupan sosial secara luas. Setiap bentuk kehidupan sosial yang ada dalam sebuah masyarakat adalah refleksi dari kondisi sosial masyarakat itu sendiri, begitu pula dengan massa adalah refleksi dari keadaan sosial masyarakat secara keseluruhan.

Sedangkan umpan balik dalam media massa berbeda dengan umpan balik dalam komunikasi antar pribadi. Umpan balik dalam komunikasi massa umumnya bersifat tertunda, sedangkan umpan balik pada komunikasi tatap muka bersifat langsung. Akan tetapi konsep umpan balik tertunda dalam komunikasi massa ini telah dikoreksi karena semakin majunya media teknologi, maka proses penundaan umpan balik menjadi sangat tradisional. Saat ini media massa juga telah melakukan berbagai komunikasi interaktif antara komunikator dan publik, dengan demikian maka sifat umpan balik yang tertunda ini sudah mulai ditinggalkan seirama dengan perkembangan teknologi telepon dan internet serta berbagai teknologi media yang mengikutinya.

Sebagaimana yang telah disinggung di muka, komunikasi massa memiliki proses yang berbeda dengan komunikasi tatap muka, maka proses komunikasi massa terlihat berproses dalam bentuk:

(39)

yang besar, sekali siaran pemberitaan yang disebarkan dalam jumlah yang luas, dan diterima oleh massa yang besar pula.

b) Proses komunikasi massa juga dilakukan melalui satu arah, yaitu dari komunikator ke komunikan. Kalau terjadi interaktif di antara mereka maka, maka proses komunikasi (balik) yang disampaikan oleh komunikan ke komunikator sifatnya sangat terbatas, sehingga tetap saja didominasi oleh komunikator.

c) Proses komunikasi massa berlangsung secara asimetris di antara komunikator dan komunikan, menyebabkan komunikasi berlangsung datar dan bersifat sementara.

d) Proses komunikasi massa juga berlangsung impersonal (non pribadi) dan tanpa nama. Proses ini menjamin bahwa komunikasi massa akan sulit diidentifikasi siapa penggerak dan menjadi motor dalam sebuah gerakan massa di jalan. e) Proses komunikasi massa juga berlangsung berdasarkan pada

hubungan-hubungan kebutuhan (market) di masyarakat. Seperti televisi dan radio melakukan penyiaran mereka karena kebutuhan masyarakat. Dengan demikian maka agenda acara televisi dan radio juga sangat ditentukan oleh rating, yaitu bagaimana masyarakat mendengar atau menonton acara itu, apabila tidak ada pemirsanya maka acara tersebut dihentikan karena dianggap merugi dan tidak disponsori oleh pasar.

II.3 Fungsi Komunikasi Massa

(40)

Dalam menjalankan paradigmanya media massa berperan sebagai institusi pencerahan masyarakat, yaitu perannya sebagai media edukasi. Media massa menjadi media yang setiap saat mendidik masyarakat supaya cerdas, terbuka pikirannya, dan menjadi masyarakat yang maju.

Selain itu, media massa juga menjadi media informasi, yaitu media yang setiap saat menyampaikan informasi kepada masyarakat. Dengan informasi yang terbuka, jujur, dan benar disampaikan media massa kepada masyarakat, maka masyarakat akan menjadi masyarakat yang terbuka dengan informasi, sebaliknya pula masyarakat akan menjadi masyarakat informatif, masyarakat yang dapat menyampaikan informasi dengan jujur kepada media massa. Selain itu, informasi yang banyak dimiliki masyarakat menjadikan masyarakat sebagai masyarakat dunia yang dapat berpartisipasi dengan berbagai kemampuannya.

Terakhir media massa sebagai media hiburan. Sebagai agent of change, media massa juga menjadi institusi budaya, yaitu institusi yang setiap saat menjadi corong kebudayaan, katalisator perkembangan budaya. Yang dimaksud adalah mendorong perkembangan budaya itu bermanfaat bagi manusia bermoral. Dengan demikian media massa juga berperan untuk mencegah berkembangnya budaya-budaya yang justru merusak peradaban manusia dan masyarakatnya.

Selanjutnya Karlinah menyebutkan fungsi komunikasi massa secara khusus, dengan menyinggung pendapat DeVito (dalam Ardianto, Elvinaro dan Lukiati Komala, 2004) adalah

a) Fungsi Meyakinkan (Persuade)

Fungsi meyakinkan dapat dinyatakan dalam bentuk:

(41)

2. Mengubah sikap, kepercayaan, atau nilai seseorang 3. Menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu

4. Memperkenalkan etika atau menawarkan sistem nilai tertentu b) Fungsi Menganugerahkan Status

Penganugerahan status terjadi apabila berita yang disebarluaskan melaporkan kegiatan individu-individu tertentu sehingga prestise (gengsi) mereka meningkat. Misalnya, harian Ekonomi Bisnis Indonesi menyajikan rubrik profil dan views pengusaha di halaman depan, sehingga menaikkan prestise mereka sebagai pengusaha.

Dengan memfokuskan kekuatan media massa pada orang-orang tertentu, masyarakat menganugerahkan kepada orang-orang tertentu suatu status publik yang tinggi. Kegiatan ini dalam dunia public relations disebut publicity (publisitas).

c) Fungsi Membius (Narcotization)

Salah satu fungsi media massa yang paling menarik dan paling banyak dilupakan adalah fungsi membiusnya (narcotization). Ini berarti bahwa apabila media menyajikan informasi tentang sesuatu, penerima percaya bahwa tindakan tertentu harus diambil. Sebagai akibatnya pemirsa atau penerima terbius ke dalam pengaruh narkotik. Misalnya, televisi telah menayangkan tentang kematian tragis Putri Diana.

(42)

berlomba untuk menarik perhatian pembacanya dengan menulis berita-berita tentang Diana dari berbagai sudut pandang.

d) Fungsi Menciptakan Rasa Kebersatuan

Komunikasi massa mampu membuat kita merasa menjadi anggota suatu kelompok. Sebagai contoh, seseorang yang sedang sendirian di rumah, duduk di ruang keluarga sambil minum teh. Acara yang ditayangkan televisi membuat orang tersebut merasa menjadi anggota keluarga, karena merasa terhibur dan menyatu dengan acara tersebut.

e) Fungsi Privatisasi

Privatisasi adalah kecenderungan bagi seseoran untuk menarik diri dari kelompok sosial dan mengucilkan diri ke dalam dunianya sendiri. Laporan yang gencar tentang perang, inflasi, kejahatan dan pengangguran membuat sebagian orang merasa putus asa sehingga mereka menarik diri ke dalam dunia mereka sendiri. Dalam banyak hal, ini dilakukan untuk memusatkan perhatian pada masalah-masalah sepele. Contohnya, baju atau kosmetik apa yang harus dibeli, restoran mana yang akan dikunjungi untuk makan malam, atau film yang akan ditonton, dan sebagainya.

II.4 Drama

(43)

Kata “drama” berasal dai bahasa Yunani dran yang berarti bertindak atau berbuat (action). Program drama adalah pertunjukan (show) yang menyajikan cerita mengenai kehidupan atau karakter seseorang atau beberapa orang tokoh yang diperankan oleh pemain (artis) yang melibatkan konflik dan emosi. Dengan demikian, program drama biasanya menampilkan sejumlah pemain yang memerankan tokoh tertentu. Suatu drama akan mengikuti kehidupan atau petualangan para tokohnya. Program televisi yang termasuk dalam program drama adalah sinema elektronik (sinetron) dan film.

Sinetron di negara lain disebut dengan opera sabun (soap opera atau daytime serial), namun di Indonesia lebih popular dengan sebutan sinetron.

Telenovela merupakan istilah yang digunakan televisi Indonesia untuk sinetron yang berasal dari Amerika Latin. Sinetron merupakan drama yang menyajikan cerita dari berbagai tokoh secara bersamaan. Masing-masing tokoh memiliki alur cerita mereka masing-masing tanpa harus dirangkum menjadi suatu kesimpulan. Akhir cerita sinetron cenderung selalu terbuka dan seringkali tanpa penyelesaian (open-ended). Cerita cenderung dibuat berpanjang-panjang selama masih ada audien yang menyukainya.

(44)

dinamakan opera sabun. Penayangan sinetron biasanya terbagi dalam beberapa episode. Sinetron yang memiliki episode terbatas disebut dengan miniseri. Episode dalam suatu miniseri merupakan bagian dari cerita keseluruhan. Dengan demikian, episode sama seperti bab dari buku. Di Amerika, suatu episode miniseri yang berakhir pada saat puncak ketegangan disebut cliffhanger (Morissan, 2008:214).

Televisi sering menayangkan film sebagai salah satu jenis program yang masuk dalam kelompok atau kategori drama. Adapun yang dimaksud film di sini adalah film layar lebar yang dibuat oleh perusahaan-perusahaan film. Karena tujuan pembuatannya adalah untuk layar lebar (theatre), maka biasanya film baru bisa ditayangkan di televisi setelah terlebih dahulu dipertunjukkan di bioskop atau bahkan setelah film itu didistribusikan atau dipasarkan dalam bentuk VCD atau DVD.

Alan Landsburg salah seorang produser acara televisi paling sukses di Amerika menyatakan hanya ada tiga tema dalam setiap program drama yang disukai audien, yaitu: tema seks, uang, dan kekuasaan. Tiga tema tersebut merupakan daya tarik yang dapat mendorong audien mengikuti program drama atau komedi. Tema-tema sinetron ataupun telenovela yang sukses ditayangkan di televisi Indonesia juga memiliki ketiga tema tersebut. Lebih lanjut Alan mengatakan, “Any drama, or comedy, that explores these qualities is on a solid footing.” Ini merupakan penegasan bahwa suatu program drama atau komedi yang

(45)

Namun harus diperhatikan bahwa tema seks tidak harus diartikan secara vulgar. Seks harus dipahami dalam pengertian cinta secara luas dan upaya untuk mendapatkan perhatian orang lain. Hal ini harus diterapkan terhadap semua cerita sebagai suatu daya tarik karena sifatnya yang universal. Dengan demikian, kisah mengenai pria atau wanita yang mendapatkan pria atau wanita idaman lain selain pasangannya sendiri selalu menarik perhatian audien yang menontonnya, seperti kisah perselingkuhan.

Episode mengenai uang biasanya juga dapat menyentuh perasaan banyak orang. Keinginan untuk mendapatkan uang dan ketakutan atau kekhawatiran kehilangan penghasilan (uang) selalu menjadi pemikiran banyak audien setiap harinya. Keinginan untuk menjadi cepat kaya merupakan impian setiap orang dalam hidupnya.

Kekuasaan (power), yaitu zat perangsang yang paling mujarab. Orang akan berjuang, berbohong, dan bahkan membunuh untuk mendapatkan kekuasaan. Kekuasaan telah menjadi tema yang selalu digunakan dalam banyak cerita besar mulai dari Shakespeare hingga drama seri Dynasty.

Tema-tema cerita lain, seperti balas dendam, penaklukan, simpati, dan nostalgia juga menjadi tema yang menarik perhatian audien, namun demikian sebenarnya berbagai tema tersebut dapat dirangkum dalam tiga tema besar awal, yaitu seks, uang, dan kekuasaan yang merupakan tema dasar cerita (Morissan, 2008:216).

(46)

Nilai atau value termasuk bidang kajian filsafat. Persoalan-persoalan tentang nilai dibahas dan dipelajari salah satu cabang filsafat, yaitu filsafat nilai (axiology, theory of value). Filsafat sering juga diartikan sebagai ilmu tentang nilai-nilai. Istilah nilai di dalam bidang filsafat dipakai untuk menunjuk kata benda abstrak yang artinya keberhargaan (worth) atau kebaikan (goodness), dan kata kerja yang artinya suatu tindakan kejiwaan tertentu dalam menilai atau melakukan penilaian (Frank, 1987:229).

Di dalam Dictionary of Sociology and Related Sciences dikemukakan bahwa nilai adalah kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda untuk memuaskan manusia. Sifat dari suatu benda yang menyebabkan menarik minat seseorang atau kelompok. Jadi, nilai itu pada hakikatnya adalah sifat atau kualitas yang melekat pada suatu objek, bukan objek itu sendiri. Sesuatu itu mengandung nilai artinya ada sifat atau kualitas yang melekat pada sesuatu itu. Misalnya, bunga itu indah, perbuatan itu susila. Indah, susila adalah sifat atau kualitas yang melekat pada bunga dan perbuatan. Dengan demikian maka nilai itu sebenarnya adalah suatu kenyataan yang tersembunyi di balik kenyataan-kenyataan lainnya (dalam Budiyono, 2007:70).

(47)

rasa, karsa (kehendak) dan kepercayaan. Sesuatu itu dikatakan bernilai apabila sesuatu itu berharga, berguna, benar, indah, baik, dan lain sebagainya.

Nilai (values) menjadi daya tarik dalam mengukur suatu keadaan, eksistensi dan perilaku individu dan organisasi. Bahkan tidak hanya individu dan organisasi yang menjadi objek tetapi juga benda. Apakah suatu eksistensi itu berharga, baik, bermanfaat, ataukah tak berharga, buruk, tiada manfaat. Semuanya itu berkaitan dengan nilai. Menentukan nilai dari suatu keadaan, eksistensi dan perilaku harus jelas dan tegas, harus ada pembatas yang tegas mana sesuatu yang dapat dikatakan nilai dan sebaliknya mana yang bukan nilai.

Ciri-ciri nilai sosial adalah sebagai berikut:

a. Diterapkan melalui proses interaksi antar manusia yang terjadi secara intensif dan bukan perilaku yang dibawa sejak lahir.

Contoh:

Agar seorang anak bisa menerima nilai menghargai waktu, orang tuanya harus mengajarkan disiplin dan memberi contoh sejak dia kecil.

b. Ditransformasikan melalui proses belajar yang meliputi sosialisasi, enkulturasi, dan difusi.

Contoh:

Nilai menghargai persahabatan akan dipelajari anak dari pergaulan dengan teman-temannya di sekolah.

c. Berupa ukuran atau peraturan sosial yang turut memenuhi kebutuhan-kebutuhan sosial.

(48)

Nilai menghargai antrian yang ada menjadi ukuran tertib tidaknya seseorang, sekaligus menjadi aturan yang wajib diikuti.

d. Berbeda-beda pada tiap kelompok manusia. Contoh:

Masyarakat Eropa sangat menghargai waktu sehingga sulit memberikan toleransi pada keterlambatan. Sebaliknya, di Indonesia keterlambatan dalam jangka waktu tertentu masih dapat ditoleransi.

e. Memiliki efek yang berbeda-beda terhadap tindakan manusia. Contoh:

Nilai mengutamakan uang di atas segalanya membuat orang berusaha mencari uang sebanyak-banyaknya. Namun, nilai kebahagiaan lebih penting dari uang membuat orang lebih mengutamakan hubungan baik dengan sesama.

f. Dapat mempengaruhi kepribadian individu sebagai anggota masyarakat. Contoh:

Nilai yang lebih mengutamakan kepentingan pribadi akan melahirkan individu yang egois dan kurang peduli pada orang lain. Sedangkan nilai yang mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi akan membuat individu tersebut lebih peka secara sosial.

Klasifikasi nilai sosial menurut Prof. Notonegoro (dalam Muin, 2006:49) dapat dibagai menjadi tiga bagian yaitu :

(49)

5) Nilai vital yaitu, segala sesuatu yang berguna bagi manusia agar dapat melakukan aktivitas atau kegiatan dalam hidupnya. Nilai vital dapat bersifat konkret atau abstrak. Nilai vital bisa dimasukkan ke dalam nilai material, tetapi belum tentu nilai material merupakan nilai vital. Misalnya: makanan dan minuman, kasih sayang orangtua, dan sebagainya.

6) Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi pemenuhan kebutuhan rohani (spiritual) manusia yang bersifat universal. Nilai kerohanian ini dibagi menjadi empat macam yaitu:

a) Nilai kebenaran dan nilai empiris, yaitu nilai yang bersumber dari proses berpikir teratur menggunakan akal manusia dan diikuti dengan fakta-fakta yang telah terjadi (logika, rasio).

Contohnya: mahasiswa yang bisa menjawab suatu pertanyaan dengan benar, ia benar secara logika, apabila ia keliru dalam menjawab dikatakan salah. b) Nilai keindahan, yaitu nilai yang bersumber dari unsur rasa manusia

(perasaan atau estetika). Nilai keindahan bersifat subjektif pada diri yang bersangkutan.

Contohnya: ketika kita melihat suatu pemandangan, menonton pentas pertunjukan, merasa senang dengan melihat sebuah lukisan yang indah, atau merasakan makanan yang enak.

c) Nilai moral/kebaikan, yaitu nilai sosial yang berkenaan dengan kebaikan dan keburukan, bersumber dari kehendak/kemauan (karsa, etika). Nilai yang menangani kelakuan, atau behubungan dengan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.

(50)

d) Nilai religius, yaitu nilai yang berisi keyakinan atau kepercayaan manusia kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Dari uraian mengenai nilai di atas, dapat dikemukakan bahwa yang mengandung nilai itu bukan hanya sesuatu yang berwujud material saja, akan tetapi juga sesuatu yang berwujud non material atau immaterial. Bahkan sesuatu yang immaterial itu dapat mengandung nilai yang sangat tinggi dan mutlak bagi manusia. Nilai-nilai material relatif lebih mudah diukur, yaitu dengan menggunakan alat indera, maupun alat pengukur seperti, berat panjang, luas, dan sebagainya. Sedangkan nilai kerohanian/spiritual lebih sulit mengukurnya. Dalam menilai hal-hal kerohanian/spiritual, yang menjadi alat ukurnya adalah hati nurani manusia yang dibantu oleh alat indera, cipta, rasa, karsa, dan keyakinan manusia. Peran nilai sosial dalam kehidupan bermasyarakat adalah sebagai berikut:

a. Alat untuk menentukan harga dan kelas sosial seseorang dalam stuktur stratifikasi sosial. Misalnya, kelompok masyarakat ekonomi kaya (upper class), kelompok masyarakat ekonomi menengah (middle class), dan kelompok

masyarakat kelas rendah (lower class).

b. Mengarahkan masyarakat untuk berpikir dan bertingkah laku sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat (berperilaku pantas), agar tercipta integrasi dan tertib sosial.

c. Memotivasi manusia untuk mewujudkan dirinya dalam perilaku sesuai dengan yang diharapkan oleh peran-perannya dalam mencapai tujuan.

(51)
(52)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.1 Deskripsi Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah serial drama Korea Bread, Love, and Dreams atau dikenal juga dengan Kim Tak Goo, King of Baking yang pernah ditayangkan di Indosiar setiap Senin-Jumat, pukul 16.00-17.00 WIB dan tayang perdana pada 10 Desember 2010. Serial Bread, Love, and Dreams diproduksi oleh KBS2 (Korean System Broadcasting) secara keseluruhan memiliki 30 episode, namun yang akan diteliti tidak semuanya melainkan sembilan adegan dari beberapa episode, dengan maksud agar penelitian tidak terlalu luas. Serial drama ini memiliki genre comedy, family, romance.

III.2 Metode Penelitian

(53)

direkam/didokumentasikan atau disimpan untuk dianalisis. Analisis isi media kualitatif ini merujuk pada metode analisis yang integratif dan lebih secara konseptual untuk menemukan, mengidentifikasi, mengolah, dan menganalisis

dokumen untuk memahami makna, signifikansi, dan relevansinya (Bungin, 2001:203).

Analisis isi merupakan penelitian yang bersifat pembahasan mendalam terhadap isi suatu informasi tertulis atau tercetak dalam media massa. Pelopor analisis isi adalah Harold D. Lasswell, yang memelopori teknik symbol coding, yaitu mencatat lambang atau pesan secara sistematis, kemudian diberi interpretasi. Analisis isi tidak dapat diberlakukan pada semua penelitian sosial. Analisis isi dapat dipergunakan jika memiliki syarat berikut:

1. Data yang tersedia sebagian besar terdiri dari berbagai bahan yang terdokumentasi (buku, surat kabar, pita rekaman, naskah/manuscript).

2. Ada keterangan pelengkap atau kerangka teori tertentu yang menerangkan tentang dan sebagai metode pendekatan terhadap data tersebut.

3. Peneliti memilki kemampuan teknis untuk mengolah bahan/data yang dikumpulkannya karena sebagian dokumentasi tersebut sangat spesifik.

(54)

dokumentasi audiovisual. Kelebihan lainnya ialah ketika peneliti tidak dapat melakukan penelitian survei atau pengamatan terhadap populasi, analisis isi dapat digunakan.

Kekurangan analisis isi terpenting adalah hanya meneliti pesan yang tampak, sesuatu yang disembunyikan dalam pesan bisa luput dari analisis isi. Selanjutnya adalah kesulitan menentukan media atau tempat memperoleh pesan yang relevan dengan masalah yang diteliti.

III.3 Unit dan Level Analisis

Unit yang dianalisis adalah serial drama Korea Bread, Love, and Dreams, sedangkan tingkat analisisnya adalah makna pesan mengenai nilai-nilai sosial yang disebarkan oleh serial drama tersebut.

III.4 Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah a) Penelitian Kepustakaan

Penelitian kepustakaan dilakukan dengan cara mempelajari dan mengumpulkan data melalui literatur dan sumber bacaan yang relevan dan mendukung penelitian. Dalam hal ini penelitian kepustakaan dilakukan melalui buku-buku, jurnal, internet dan sebagainya.

b) Dokumentasi

(55)

III.5 Teknik Analisis Data

Analisis data menunjukkan kegiatan penyederhanaan data ke dalam susunan tertentu yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Penelitian ini menganalisis nilai-nilai sosial yang disebarkan, meliputi nilai material, nilai vital, dan nilai rohani. Dengan menggunakan kategorisasi yang kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis isi Semantik, meliputi:

d) Analisis Penunjukan (Designation Analysis), yakni menghitung frekuensi berapa sering objek tertentu (orang, benda, kelompok, konsep) yang mengandung nilai-nilai sosial dirujuk.

e) Analisis Penyifatan (Attribution Analysis), yakni menghitung frekuensi berapa sering karakterisasi objek tertentu yang mengandung nilai-nilai sosial dirujuk atau disebut.

f) Analisis Pernyataan (Assertion Analysis), yakni analisis teks dengan menghitung seberapa sering objek tertentu yang mengandung nilai-nilai sosial dilabel atau diberi karakter secara khusus.

(56)

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Deskripsi Subjek Penelitian

Serial drama Bread, Love, and Dreams merupakan subjek penelitian kali ini dan terbatas pada sembilan adegan saja agar penelitian tidak terlalu luas. Serial drama Korea ini diproduksi oleh KBS2 (Korean Broadcasting System) Seoul, disiarkan mulai pm (waktu Korea), dan ditayangkan perdana pada 20 Desember 2010 di Indonesia

oleh Indosiar setiap Senin-Jumat pukul 16.00 WIB-18.00 WIB.

Penjelasan lengkap mengenai serial drama Korea Bread, Love and Dreams adalah sebagai berikut:

1) Judul : Jeppangwang Kim Tak Goo

2) Juga dikenal dengan : Baker King, Kim Tak Goo atau Bread, Love, and Dreams

3) Genre : comedy, family, romance

4) Episode : 30

5) Disiarkan oleh : KBS2

6) Periode penayangan : 09 Juni 2010-16 September 2010

7) Jam tayang : setiap Rabu dan Kamis pukul 21:55 pm (waktu Korea)

8) Rating penonton : Puncak=50.8%, rata-rata=38.6% (sumber:

(57)

a.

b.

c.

d.

e. Keluarga Goo

a)

b)

c)

d)

e)

f)

g)

h) f. Keluarga Yang

a)

b)

c)

d) g. Orang-orang lainnya

a)

b)

c)

d)

(58)

f) g) h)

i)

j)

k)

l)

n) o)

p) q)

10) Director

11) Penulis naskah

(sumber:

pada 3 Mei 2011 pukul 14.00 WIB). 12) Karakter/penokohan :

1. Kim Tak Goo diperankan oleh

(59)

2. Goo Ma Joon diperankan oleh Joo Won

Dia seorang yang temperamental dan tidak konsisten, dia juga keras kepala. Kalau sudah ingin melakukan sesuatu, ia akan mencari segala cara untuk mendapatkan yang ia inginkan. Dia seharusnya menjadi pewaris dari kerajaan bisnis milik ayahnya kalau saja kakaknya dari lain ibu, Tak Goo tidak muncul. Ma Joon cemburu pada bakat dan posisi kakaknya. Ia akhirnya masuk ke dunia roti untuk mendapatkan restu ayahnya, tapi justru menghadapi banyak masalah karena ia kurang berbakat. Ma Joon sering memiliki keinginan untuk menghancurkan kakaknya yang akhirnya akan membuatnya berakhir dengan kemalangan.

3. Yang Mi Sun diperankan oleh Lee Young Ah

Dia seorang patissier atau ahli roti yang bekerja bersama Tak Goo setelah warisannya diambil paksa darinya. Keduanya belajar ilmu membuat roti dari kakek Bong. Mi Sun memiliki mimpi untuk menjadi pemilik Paris-Blanc meskipun ia kerja di toko roti pinggiran dan ia belajar memanggang roti sejak usia 5 tahun. Mi Sun awalnya menganggap Tak Goo sebagai saingannya, tapi akhirnya justru jatuh cinta pada Tak Goo karena kepribadiannya yang baik. Mi sun jelas adalah lawan Yu Kyung dan ia sangat menghargai persahabatan, cinta dan keluarga diatas segalanya dan bersedia berkorban demi orang lain. Meskipun kebaikannya selalu menyentuh hati Tak Goo, ia juga sering disakiti oleh Shin Yu Kyung.

(60)

Dia adalah cinta pertama Tak Goo yang mengalami masa kecil mengenaskan karena kemiskinan dan juga kekerasan dari ayahnya yang pemabuk. Yu Kyung selalu menginginkan kehidupan yang lebih baik, ia memilih menikah dengan Ma Joon dan terjebak dalam kehidupan pernikahan tanpa cinta. Yu Kyung meninggalkan Tak Goo setelah hak waris Tak Goo dicabut.

5. Goo In Jong diperankan oleh Jeon Gwang Ryul

Presiden direktur Geosung, ia percaya jika seseorang tekun maka bisa mengatasi segalanya, dan akan mendapat hasil terbaik jika seseorang mau kerja keras. Seorang konservatif dan keras pada semua orang disekitarnya. Seorang legenda dalam dunia industri roti. In Jong memilih Tak Goo sebagai pewarisnya, meskipun ia bukan anak dari istri sahnya, karena Tak Goo berbakat. Keputusan ini menimbukan goncangan dalam keluarga besarnya dan juga memicu kebencian pada Tak Goo. Istri dan ketiga anaknya bekerja sama untuk mengambil kembali apa yang didapatkan Tak Goo. Tak Goo tidak memiliki apa-apa dan harus berjuang dari bawah.

6. Seo In Sook diperankan oleh Jeon In Hwa

Istri sah Goo In Jong. Ia menyingkirkan Kim Mi Sun 12 tahun lalu karena mengandung anak dari suaminya. In Sook tidak menyangka kalau 12 tahun kemudian, anak itu kembali dan berkata kalau ia adalah putra Goo In Jong di pesta ulang tahun suaminya, dan di hadapan semua orang. In Sook tidak terima dan ia membuat rencana untuk menyingkirkan Tak Goo dan melindungi apa yang menjadi haknya dan anak-anaknya. In Sook selalu terlihat elegan dan anggun, tapi ia juga lihai dan kekuatan utama bagi putranya Ma Joon.

(61)

Tangan kanan Goo In Jong. Tinggal dalam rumah yang sama dengan keluarga Goo. Tapi dulu, ia adalah cinta pertama Seo In Sook sebelum In Sook menikah dengan Goo In Jong. Han Seung Jae justru lebih setia pada In sook daripada bos sebenarnya, Goo In Jong. Seung Jae membantu In Sook menyingkirkan Kim Tak Goo, tapi sebenarnya ia juga memiliki ambisinya sendiri yang akhirnya justru membuat Samhwa runtuh.

8. Goo Ja Kyung diperankan oleh Choi Ja Hye

Rajin, bertanggung jawab, dan kuat. Ia paling mirip dengan ayahnya di antara anak Goo In Jong yang lain. Ia menjadi urutan kedua sebagai pewaris bisnis keluarga. Tapi Ja Kyung tidak bisa menerima Tak Goo, meskipun ia selalu baik pada keluarganya.

9. Goo Ja Rim diperankan oleh Choi Yun Young

Putri bungsu keluarga Goo, manja dan selalu membuat masalah. 10. Nyonya Hong diperankan oleh Jung Hye Sun

Ibu Goo In Jong yang membawa Tak Goo pulang ke keluarga Goo. 11. Yang In Mok diperankan oleh Park Sang Myung

In Mok adalah ayah Mi sun, ia seorang ahli adonan (dough). Putrinya memohon agar In Mok membantu Tak Goo. Akhirnya ia bersedia melatih kedua anak itu menjadi ahli roti, ia adalah guru yang sangat keras karena ia ingin yang terbaik dari keduanya.

12. Yang Pal Bong diperankan oleh Jang Hang Seon

(62)

mengangkat Tak Goo sebagai muridnya setelah menyelamatkan Tak Goo dari cengkeraman maut.

13. Oh Young Ja diperankan oleh Hwang Mi Sun

Ibu Mi Sun, ia pintar berhitung dan selalu riang. Ia banyak memberikan dukungan dan semangat juga nasihat untuk Tak Goo dan Mi sun.

14. Choi Jin Ku diperankan oleh Park Sung Woong

Ia bertanggung jawab atas adonan dan juga murid guru Pal Bong, ia awalnya harus mengawasi perkembangan Tak Goo tapi justru akhirnya ingin melawan Tak Goo juga.

15. Heo Gap Soo diperankan oleh Lee Han Wie

Ia murid guru Pal Bong juga, tapi ia dikenal sebagai manajer dimana Tak Goo kerja. Gap Soo adalah ahli membuat cake dengan cara lama dan ia selalu cemas kalau Tak Goo akan mengambil alih posisinya dan menjadi penerus Guru Pal Bong.

16. Kim Mi Sun diperankan oleh Jun Mi Seon

Ibu kandung Kim Tak Goo. Ia dulu kerja sebagai pelayan di keluarga Goo dan memiliki affair dengan Tuan Goo sehingga mengandung dan melahirkan Tak Goo. Nyonya Goo mengetahui ini dan langsung mengusir Mi Sun

(sumber: 4 Mei 2011 pukul 14.00 WIB).

Referensi

Dokumen terkait

1) Risiko audit dan materialitas, bersama dengan hal-hal lain perlu dipertimbangkan dalam menentukan sifat, saat dan luas prosedur audit serta dalam mengevaluasi

Salah satu yang perlu dilakukan agar semuanya itu menjadi lebih teratur adalah perlunya sebuah management system yang diterapkan pada setiap jaringan internet,

Secara teoritis, kiranya melalui penulisan skripsi ini mampu mengisi ruang- ruang kosong dalam ilmu pengetahuan yang berkenaan dengan substansi penulisan skripsi ini, hingga

In addition, we demonstrated very simi- lar REE values immediately after feeding for our 20 preterm study infants fed breast milk directly at the breast or ex- pressed into a

Salah satupekerjaanrumahtangga yang menjadirutinitasseharihariadalahmemasak air untukkeperluanmandibagi orang yang tidaksukadingin

whatsapp , peserta didik dapat mengidentifikasi pesan yang tersirat dalam lagu dengan teliti secara mandiri. Setelah menyanyikan lagu bersama-sama dalam waktu yang telah

Hasil penelitian ini adalah metode demonstrasi dapat meningkatkan rata-rata hasil belajar materi soal matematika menyelesaikan masalah yang melibatkan penggunaan

13 nilai yang berlaku di tengah- tengah masyarakat, dengan kata lain pengertian zina tersebut sesuai dengan rumusan tindak pidana zina menurut hukum pi- dana adat,