TESIS
Oleh :
MASITAH
087011071/M.Kn
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Dalam Program Studi Kenotariatan
Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
Oleh :
MASITAH 087011071/M.Kn
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Nomor Pokok : 087011071 Program Studi : Kenotariatan
Menyetujui :
Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum Ketua
Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH,MS,CN Chairani Bustami, SH,SPN,MKn
Anggota Anggota
Ketua Program,
Prof.Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN
PANITIA PENGUJI TESIS :
Ketua : Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum
Anggota : 1. Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN
menyelenggarakan usaha pangan pokok dan usaha lainnya yang sifatnya menyediakan pelayanan bagi kemanfaatan umum dan sekaligus memupuk keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan Perusahaan. Untuk mencapai maksud dan tujuan Perusahaan dengan persetujuan Menteri Keuangan, Perusahaan dapat melakukan kerjasama usaha atau patungan (joint Venture) dengan badan usaha lain dan dapat juga melakukan penyertaan modal dalam usaha, dengan melakukan kegiatan komersial dengan melakukan Perjanjian Kerjasama dalam bidang usaha tertentu yang dapat memberikan hasil maksimal bagi perusahaan khususnya ditinjau dari sisi nilai tambah ekonomi.
Dalam rangka mewujudkan salah satu maksud dan tujuannya, Perusahaan umum Bulog membentuk Divisi Perencanaan Pengembangan usaha, Perencanaan Pengembangan Usaha ini adalah serangkaian aktivitas komersil Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Bulog), yang bertujuan untuk mendapatkan profit pada perusahaan yang dilakukan melalui peluang usaha baru.
Dari hal tersebut, ada beberapa permasalahan yang muncul antara lain : Bagaimanakah pelaksanaan perjanjian kerjasama yang dilakukan oleh Perum Bulog dengan mitra kerja, bagaimanakah Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya wanprestasi dalam pelaksanaan perjanjian kerjasama operasional tersebut, bagaimanakah penyelesaian sengketa dalam hal terjadinya wanprestasi dalam pelaksanaan perjanjian kerjasama antara Perum Bulog dengan mitra kerja.
Untuk membahas permasalahan tersebut, maka penelitian yang dilakukan bersifat penelitian yang bersifat deskriptif analitis yaitu merupakan penelitian yang berupaya mendeskripsikan, menggambarkan, menelaah dan menjelaskan secara analitis permasalahan yang di kemukakan, menjelaskan serta menganalisa peraturan-peraturan yang berhubungan dengan Penyelesaian sengketa Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama yang dilaksanakan oleh Perum Bulog Divisi Regional Sumatera Utara dengan Mitra Kerja. Penelitian ini menggunakan pendekatan metode yuridis normative yaitu pendekatan hukum dengan melihat peraturan-peraturan, baik bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder atau pendekatan terhadap masalah dengan cara melihat dari segi peraturan perundang undangan yang berlaku, buku-buku literature, pendapat para ahli dan lain sebagainya
Hasil yang ditemukan adalah pelaksanaan perjanjian kerjasama yang dilakukan oleh Perum Bulog dengan mitra kerja dalam hal penyertaan modal perjanjiannya harus dibuat dihadapan Notaris. Terhadap perjanjian kerjasama dibidang angkutan darat milik Perum Bulog dan perdagangan beras dilakukan dengan membuat perjanjian dibawah tangan.
petani tersebut juga tidak mampu membayar biaya pembelian pupuk. Dan dikarenakan pabrik pupuk mesinnya tidak produktif, belum rampung untuk dioperasikan dan masih dalam renovasi. terjadinya wanprestasi dalam Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama dibidang Angkutan Barang milik Perum Bulog dengan Mitra Kerja disebabkan Mitra Kerja memiliki armada angkutan yang terbatas, sedangkan kapasitas kerja yang dilakukan mereka banyak. Mitra kerja dan adanya kerusakan kenderaan pengangkut yang menyebabkan keterlambatan sampainya barang/beras yang diangkut ketempat tujuan. Keterbatasan sarana yang dimiliki oleh Mitra kerja dalam perlindungan barang yang diangkut sehingga barang tersebut mengalami kerusakan, misalnya Mitra Kerja tidak memiliki terpal penutup barang yang tebal, sehingga apabila terjadi hujan dijalan barang tersebut terkena air hujan.
Mitra Kerja yang melakukan wanprestasi terhadap pelaksanaan Perjanjian Pembelian Beras antara Perum Bulog dengan Mitra Kerja dikarenakan beras yang diserahkan tidak sesuai dengan standar kualitas sebagaimana yang telah disepakati dan karena didaerah tersebut mengalamii gagal panen, sehingga Mitra Kerja kesulitan didalam memenuhi beras dengan kualitas sebagaimana yang telah tercantum dalam isi perjanjian. Upaya untuk mengatasi terjadinya wanprestasi ini agar dalam melakukan perjanjian kerjasama operasional dengan mitra kerja diupayakan dengan menggunakan akta Notaris dan dicantumkan langsung pernyataan bahwa seluruh agunan yang menjadi objek jaminan apabila terjadi wanprestasi otomatis menjadi hak Perum Bulog dan perlunya dimintakan bantuan juru taksir didalam menaksir nilai objek jaminan dan perlunya seleksii yang ketat terhadap pemilihan mitra kerja. Dalam penyelesaian sengketa jikal terjadinya wanprestasi agar ditempuh jalan litigasi yaitu ke Pengadilan agar dapat penyelesaian yang seadil-adilnya.
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT karena hanya berkat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini dengan judul
“Penyelesaian Sengketa Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama Operasional antara Perum Bulog Divisi Regional Sumatera Utara dengan Mitra Kerja”. Penulisan
tesis ini merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Magister
Kenotariatan (MKn) Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
Dalam penulisan tesis ini banyak pihak yang telah memberikan bantuan
dorongan moril berupa masukan dan saran, sehingga penulisan tesis dapat
diselesaikan tepat pada waktunya. Oleh sebab itu, ucapan terima kasih
yang mendalam penulis sampaikan secara khusus kepada yang terhormat
dan amat terpelajar Bapak Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum, Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN dan Ibu Chairani Bustami, SH, SPN, MKn, selaku Komisi Pembimbing yang telah dengan tulus ikhlas memberikan bimbingan
dan arahan untuk kesempurnaan penulisan tesis ini.
Kemudian juga, semua pihak yang telah berkenan memberi masukan dan
arahan yang konstruktif dalam penulisan tesis ini sejak tahap kolokium, seminar hasil
sampai pada tahap ujian tertutup sehingga penulisan tesis ini menjadi lebih sempurna
dan terarah.
Kenotariatan Universitas Sumatera Utara
2. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara, atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan
kepada Penulis dalam menyelesaikan pendidikan ini.
3. Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN, selaku ketua program studi
Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang telah
memberikan dorongan kepada Penulis untuk segera menyelesaikan penulisan
tesis ini.
4. Ibu Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, M.Hum, selaku Sekretaris Magister
Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang telah
memberikan dorongan kepada Penulis untuk segera menyelesaikan penulisan
tesis ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, yang
telah memberikan bimbingan dan arahan serta ilmu yang sangat bermanfaat
selama Penulis mengikuti proses kegiatan belajar mengajar di bangku kuliah.
6. Seluruh Staf/Pegawai di Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara, yang telah banyak memberikan bantuan kepada Penulis selama
menjalani pendidikan.
7. Rekan-rekan Mahasiswa dan Mahasiswi di Magister Kenotariatan Fakultas
memberikan data dan informasi berguna dalam penelitian ini.
9. Motivator terbesar dalam hidup penulis Anak-anak penulis, Hardita Aulia Enda
Harahap dan Shabrina Enda Mahardika Harahap dan suami penulis Harles
Harahap,SH yang telah memberikan motivasi bagi penulis dalam penyelesaian
studi pada program studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara.
10. Sembah sujud ananda kepada Ayahanda Almarhum Sakti Hasibuan dan
Ibunda Hj. Raini, yang selalu memberikan cinta, kasih sayang, dukungan
dan doa yang tak putus-putusnya, serta seluruh keluarga besar penulis yang
telah memberikan semangat dan doa kepada Penulis.
Penulis menyadari sepenuhnya tulisan ini masih jauh dari sempurna, namun
besar harapan penulis kiranya tesis ini dapat memberikan manfaat kepada semua
pihak, terutama para pemerhati hukum perdata pada umumnya dan ilmu kenotariaan
pada khususnya. Demikian pula atas bantuan dan kebaikan yang telah diberikan
kepada penulis mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT, agar selalu
dilimpahkan kebaikan, kesehatan, kesejahteraan dan rezeki yang melimpah kepada
kita semua. Amien Ya Rabbal ‘Alamin
Medan, Februari 2011
Penulis,
Tempat Tanggal Lahir : Medan, 22 Maret 1965 Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Kawin
Agama : Islam
Pekerjaan : Pegawai Perum Bulog
Alamat : Jalan Tunggal Nomor 35 C Medan Perjuangan
II. Identitas Keluarga
Nama Orang Tua
Nama Ayah : Sakti Hasibuan
Nama Ibu : Hj.Raini
III. Riwayat Pendidikan
1. Sekolah Dasar : Negeri 060857 Medan 3. SMP : SMP Negeri 10 Medan
4. SMA : SMA Negeri 8 Medan
5. S-1 : Fakultas Hukum Universitas Islam Sumatera Utara
6. S-2 : Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum
ABSTRACT ... iii
KATA PENGANTAR... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... viii
DAFTAR ISI... ix
I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 18
C. Tujuan Penelitian ... 19
D. Manfaat Penelitian ... 19
E. Keaslian Penelitian... 20
F. Kerangka Teori dan Konsepsi... 20
G. Metode Penelitian... 29
II PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJASAMA ANTARA PERUM BULOG DENGAN MITRA KERJA... 34
A. Sejarah berdirinya BULOG... 34
B. Perlunya Kerjasama ... 49
C. Syarat Mitra Kerja ... 55
D. Prosedur Pengikatan Perjanjian Kerjasama. ... 56
E. Hak dan Kewajiban Para pihak ... 57
A. Pengertian Wanprestasi dalam Kontrak ... 64
B. Bentuk-Bentuk Wanprestasi Dalam Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama Antara, Perum Bulog dengan Mitra Kerja ... 67
C. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Wanprestasi Dalam Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama... 71
IV PENYELESAIAN SENGKETA DALAM HAL TERJADINYA WANPRESTASI ... 76
A. Dalam Kontrak ... 76
B. Penyelesaian Sengketa Pelaksanaan Perjanjian Diluar Pengadilan. ... 83
C. Penyelesaian Sengketa Di Pengadilan ... 92
V KESIMPULAN DAN SARAN ... 102
A. Kesimpulan. ... 102
B. Saran... 103
menyelenggarakan usaha pangan pokok dan usaha lainnya yang sifatnya menyediakan pelayanan bagi kemanfaatan umum dan sekaligus memupuk keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan Perusahaan. Untuk mencapai maksud dan tujuan Perusahaan dengan persetujuan Menteri Keuangan, Perusahaan dapat melakukan kerjasama usaha atau patungan (joint Venture) dengan badan usaha lain dan dapat juga melakukan penyertaan modal dalam usaha, dengan melakukan kegiatan komersial dengan melakukan Perjanjian Kerjasama dalam bidang usaha tertentu yang dapat memberikan hasil maksimal bagi perusahaan khususnya ditinjau dari sisi nilai tambah ekonomi.
Dalam rangka mewujudkan salah satu maksud dan tujuannya, Perusahaan umum Bulog membentuk Divisi Perencanaan Pengembangan usaha, Perencanaan Pengembangan Usaha ini adalah serangkaian aktivitas komersil Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Bulog), yang bertujuan untuk mendapatkan profit pada perusahaan yang dilakukan melalui peluang usaha baru.
Dari hal tersebut, ada beberapa permasalahan yang muncul antara lain : Bagaimanakah pelaksanaan perjanjian kerjasama yang dilakukan oleh Perum Bulog dengan mitra kerja, bagaimanakah Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya wanprestasi dalam pelaksanaan perjanjian kerjasama operasional tersebut, bagaimanakah penyelesaian sengketa dalam hal terjadinya wanprestasi dalam pelaksanaan perjanjian kerjasama antara Perum Bulog dengan mitra kerja.
Untuk membahas permasalahan tersebut, maka penelitian yang dilakukan bersifat penelitian yang bersifat deskriptif analitis yaitu merupakan penelitian yang berupaya mendeskripsikan, menggambarkan, menelaah dan menjelaskan secara analitis permasalahan yang di kemukakan, menjelaskan serta menganalisa peraturan-peraturan yang berhubungan dengan Penyelesaian sengketa Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama yang dilaksanakan oleh Perum Bulog Divisi Regional Sumatera Utara dengan Mitra Kerja. Penelitian ini menggunakan pendekatan metode yuridis normative yaitu pendekatan hukum dengan melihat peraturan-peraturan, baik bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder atau pendekatan terhadap masalah dengan cara melihat dari segi peraturan perundang undangan yang berlaku, buku-buku literature, pendapat para ahli dan lain sebagainya
Hasil yang ditemukan adalah pelaksanaan perjanjian kerjasama yang dilakukan oleh Perum Bulog dengan mitra kerja dalam hal penyertaan modal perjanjiannya harus dibuat dihadapan Notaris. Terhadap perjanjian kerjasama dibidang angkutan darat milik Perum Bulog dan perdagangan beras dilakukan dengan membuat perjanjian dibawah tangan.
petani tersebut juga tidak mampu membayar biaya pembelian pupuk. Dan dikarenakan pabrik pupuk mesinnya tidak produktif, belum rampung untuk dioperasikan dan masih dalam renovasi. terjadinya wanprestasi dalam Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama dibidang Angkutan Barang milik Perum Bulog dengan Mitra Kerja disebabkan Mitra Kerja memiliki armada angkutan yang terbatas, sedangkan kapasitas kerja yang dilakukan mereka banyak. Mitra kerja dan adanya kerusakan kenderaan pengangkut yang menyebabkan keterlambatan sampainya barang/beras yang diangkut ketempat tujuan. Keterbatasan sarana yang dimiliki oleh Mitra kerja dalam perlindungan barang yang diangkut sehingga barang tersebut mengalami kerusakan, misalnya Mitra Kerja tidak memiliki terpal penutup barang yang tebal, sehingga apabila terjadi hujan dijalan barang tersebut terkena air hujan.
Mitra Kerja yang melakukan wanprestasi terhadap pelaksanaan Perjanjian Pembelian Beras antara Perum Bulog dengan Mitra Kerja dikarenakan beras yang diserahkan tidak sesuai dengan standar kualitas sebagaimana yang telah disepakati dan karena didaerah tersebut mengalamii gagal panen, sehingga Mitra Kerja kesulitan didalam memenuhi beras dengan kualitas sebagaimana yang telah tercantum dalam isi perjanjian. Upaya untuk mengatasi terjadinya wanprestasi ini agar dalam melakukan perjanjian kerjasama operasional dengan mitra kerja diupayakan dengan menggunakan akta Notaris dan dicantumkan langsung pernyataan bahwa seluruh agunan yang menjadi objek jaminan apabila terjadi wanprestasi otomatis menjadi hak Perum Bulog dan perlunya dimintakan bantuan juru taksir didalam menaksir nilai objek jaminan dan perlunya seleksii yang ketat terhadap pemilihan mitra kerja. Dalam penyelesaian sengketa jikal terjadinya wanprestasi agar ditempuh jalan litigasi yaitu ke Pengadilan agar dapat penyelesaian yang seadil-adilnya.
A. Latar Belakang
Dalam rangka usaha logistik pangan pokok Nasional secara mandiri, baik
yang bersifat pelayanan masyarakat maupun bersifat komersial, dengan Peraturan
Pemerintah nomor 7 Tahun 2003 yang berlaku sejak tanggal 20 Januari 2003,
didirikan Perusahaan Umum Bulog. Perusahaan ini merupakan Badan Usaha Milik
Negara yang diberi tugas dan wewenang untuk menyelenggarakan usaha logistik
pangan pokok dan usaha-usaha lainnya, yang sifatnya adalah menyediakan pelayanan
bagi kemanfaatan umum dan sekaligus memupuk keuntungan berdasarkan prinsip
pengelolaan Perusahaan. Untuk mencapai maksud dan tujuan perusahaan
berdasarkan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 dan Peraturan Pemerintah
Nomor 45 Tahun 2005 tentang Badan Usaha Milik Negara, Pendirian, Pengurusan
dan Pembubaran Badan Usaha Milik Negara diatur tentang pelaksanaan kegiatan
komersial yang dapat dilakukan oleh Perum Bulog, untuk mencapai maksud dan
tujuan perusahaan yang dilakukan dengan persetujuan Menteri Keuangan, Perusahaan
dapat ;
a. Melakukan kerjasama usaha atau patungan ( joint venture ) dengan badan
usaha lain
b. Membentuk anak Perusahaan
Dalam rangka mewujudkan salah satu maksud dan tujuan tersebut
Perusahaan umum Bulog membentuk Divisi Perencanaan Pengembangan usaha,
Perencanaan Pengembangan Usaha ini adalah serangkaian aktivitas komersil
Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Bulog), yang bertujuan untuk
mendapatkan profit pada perusahaan yang dilakukan melalui peluang usaha baru.
terkait dengan visi, misi, dan strategi perusahaan, baik yang bersifat baru sama sekali,
usaha baru yang merupakan tujuan dari usaha-usaha yang telah ada saat ini, maupun
usaha yang ekspansi atau untuk meningkatkan skala usaha yang dilakukan dalam
kurun waktu tertentu.
Dalam fungsinya sebagai Perusahaan Umum, maka kegiatan komersial perlu
diarahkan dalam bidang-bidang usaha tertentu yang memberikan hasil maksimal
khususnya ditinjau dari sisi nilai tambah ekonomi dan nilai tambah strategis bagi
stakeholder, dan yang berkaitan dengan pelayanan publik.
Ruang lingkup pengembangan usaha bidang komersial ini meliputi :
1. Bidang usaha jasa: adalah aktivitas usaha jasa logistik dalam turunan rantai
nilai dari kegiatan logistik ,jasa angkutan, jasa pergudangan,jasa survey dan
pemberantasan hama, jasa property, jasa manajement serta jasa pendukung
lainnya.1
2. Bidang usaha perdagangan : adalah aktivitas usaha perdagangan komoditas
hasil produksi pertanian dalam arti luas termasuk, gabah beras dan semua
produk hasil turunannya yang terkait.
1
3. Bidang usaha industri : adalah aktivitas usaha produksi manufaktur yang
dilakukan untuk menghasilkan dan meningkatkan nilai tambah dari suatu
komoditi/bahan baku dan bahan mentah yang berkaitan dengan produk
pangan pokok dan produk pendukung lainnya.
4. Bidang usaha lainnya diluar bidang usaha tersebut diatas, adalah aktivitas
usaha komersil yang dapat dilakukan oleh Perum Bulog selama itu telah
disetujui oleh Dewan Direksi maupun pihak berwenang.
Adapun konsep pengembangan usaha bidang komersial dan lainnya harus
memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Sesuai dengan visi, misi dan strategi perusahaan. 2. Sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
3. Memiliki potensi usaha yang jelas bila dibandingkan dengan produk sejenis, baik produksi pesaing maupun produk sendiri, baik langsung maupun tidak langsung.
4. Memiliki target pasar yang spesifik, terukur, terjangkau, segnifikan dan menguntungkan bagi perusahan dan nilai tambah bagi stake hoder.
5. Aktifitas usaha komersial lainnya yang pelaksanaannya telah disetujui oleh dewan pengawas dan atau Dereksi maupun stakeholder.2
Pendanaan untuk pelaksanaan pengembangan usaha bidang komersial dan
lainnya dijalankan dengan ketentuan sebagai berikut antara lain yaitu:
1. Pemenuhan kebutuhan dana dan anggaran dilakukan secara terpusat oleh
kantor pusat,
2. Dengan pemanfaatan dana secara optimal dari sumber internal maupun
eksternal perusahaan.
2
3. Pemenuhan kebutuhan dana dan anggaran diluar sumber dana yang diperoleh
dari kantor pusat harus memperoleh persetujuan Dereksi.
4. Hubungan kerja sama dengan lembaga keuangan dan pihak ketiga lainnya,
sebagai upaya dalam penyelenggaraan dana dan anggaran dilakukan oleh
kantor pusat, bentuk pendanaan mengacu kepada kaidah perbankan business
best practice rules yang sudah dikembangkan dan berlaku di industri yang
bersangkutan.
5. Persetujuan dan pengesahan anggaran dilakukan oleh dewan Dereksi setelah
mendapatkan rekomentasi kelayakan yang mengikuti aspek bisnis dan
kelayakan dari aspek penyelenggaraan dari divisi investasi dapat mengusulkan
pembentukan Buisness Recomendetion commite (BRC) atau pihak ketiga
independent.
Alokasi sumber daya, pemenuhan sumber daya yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan kegiatan ini harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
Pelaksanaan kegiatan diutamakan untuk dapat memanfaatkan sarana dan prasarana
serta sumber daya yang telah ada secara optimal. Pemenuhan kebutuhan SDM baru
diluar yang telah ada harus dilakukan berdasarkan kesesuaian kompetensi,
pengetahuan/keahlian, serta sikap dan perilaku yang selaras dengan nilai inti dan
budaya perusahaan.
Dalam hal pemenuhan kebutuhan SDM tersebut pada point tersebut
biaya-biaya yang timbul karenanya dilakukan secara mandiri dan menjadi tanggung jawab
Bidang Usahanya Komersil.3
Dalam pelaksanaan kegiatan komersil ini, Perum Bulog sangat
memperhatikan pemberdayaan potensi daerah yang meliputi :
Kegiatan usaha komersial harus dapat mengakomodasi pemberdayaan potensi
dan komoditas Unggulan daerah dan harus memperhatikan optimalisasi potensi
sumber daya Perum Bulog, baik di Divisi Regional maupun Sub Divisi Regional
dalam rangka pemanfaatan peluang usaha di daerah.
Ruang lingkup penelitian yang akan dipaparkan oleh peneliti adalah beberapa
persoalan penyelesaian sengketa pelaksanaan perjanjian kerjasama operasional
antara Perum Bulog Divisi Regional Sumatera Utara dengan Mitra Kerja yang sangat
perlu mendapat penyelesaian secara Hukum yakni;
I. Penyelesaian sengketa pelaksanaan perjanjian kerjasama operasional di Bidang Perdagangan yang dilakukan antara Perum Bulog Sub Divisi Regional Sumatera Utara dengan CV.Tolan Dua Permai.
Dalam pelaksanaan Kerjasama ini Perum Bulog Sub Divisi Regional
Pematang Siantar terlebih dahulu mengajukan Proposal Kerja Sama Operasi (KSO)
ke Perum Bulog Divisi Regional Sumatera Utara, proposal mana berisi rencana
Kerjasama Operasional dibidang pemasaran dan perdagangan pupuk NPK Evolution
dan SOR SR-178 dengan CV. Tolan Dua Permai. CV. Tolan Dua Permai merupakan
salah satu Perusahaan Comonditer yang bergerak khusus dibidang penyaluran pupuk
3
di Pematang Siantar yang berdomisili dijalan Medan Km 6,5 No 277 Simpang
Karang Sari Pematang Siantar.
Proposal Kerjasama Operasional tersebut disampaikan kepada Direktur
Pengembangan Usaha Perum Bulog Pusat dan mendapat persetujuan untuk
pelaksanaannya. Perum Bulog Pusat memberikan modal kerja sebesar Rp
625.000.000 yang ditransfer ke rekening Komersil Perum Bulog Divisi Regional
Sumatera Utara dengan syarat penggunaan modal kerja yang diberikan secara cermat,
tepat dan melaporkan secara berkala pelaksanaannya. Pemberian modal kerja tersebut
disetor kerekening pihak kedua atas nama Direktur yakni Tony Patogap Simatupang
di Bank Rakyat Indonesia Cabang Pematang Siantar dengan Nomor Rekening
0113-01-023235-50-2.
Sehubungan dengan proposal dan persetujuan diatas dibuatlah perjanjian kerja
sama antara H.M.Usman.SH sebagai Kasub Divisi II P.Siantar dengan Tony Patogap
Simatupang , Direktur CV.Tolan Dua Permai.
Kontrak kerja sama tersebut dibuat dihadapan Notaris Aloina Sinulingga
Sarjana Hukum dalam akta perjanjian kerjasama Nomor 7 tanggal 21 Maret 2005
yang berisi kesepakatan kedua belah pihak dalam pelaksanaan kerjasama dibidang
pemasaran dan pendistribusian pupuk, yang mana pihak kedua (CV.Tolan Dua
Permai) membutuhkan dana pembelian dan pengambilan pupuk tersebut dari
produsen, sedangkan pihak pertama dalam kedudukannya sebagai Kepala Perum
Bulog Sub Divisi Regional II Pematang Siantar memiliki dana yang dibutuhkan.
pupuk NPK Evolution dan SOR SR-178 kepada petani untuk wilayah Sumatera
Utara sebanyak 450 Ton ditambah biaya operasionalnya sehingga total modal kerja
yang dibutuhkan sebesar Rp 650.110.000 yang akan diputar kembali selama satu
semester atau dalam waktu enam bulan lamanya sebagai modal awal bergerak dan
selanjutnya dapat diperpanjang enam bulan kedepan. Perincian penjualan dari pupuk
tersebut adalah sebagai berikut ;
1. NPK Evolution Butiran (tablet) sebanyak 90 Ton dengan harga perton adalah
Rp 2.200.000, sehingga total harga penjualan sebesar Rp 198.000.000.
2. NPK Evolution (tepung) sebanyak 150 Ton dengan harga perton Rp
1.800.000 sehingga total harga penjualan Rp 270.000.000
3. SOR SR-178 (tepung) sebanyak 120 Ton dengan harga perton Rp 1.400.000
sehingga total harga penjualan sebesar Rp 168.000.000
Adapun keuntungan atau profit kotor yang diperoleh dari hasil penjualan
tersebut sebesar Rp 798.000.000 dikurangi modal usaha sebesar Rp 650.000.000
dikurangi biaya Bank, pajak, dan biaya –biaya lainnya maka diperoleh profit bersih
seluruhnya sebesar Rp 85.422.099. Dari keuntungan bersih tersebut diatas kedua
belah pihak masing-masing berhak memperoleh bagian 50% . Keuntungan tersebut
akan disetor oleh pihak kedua kepada pihak pertama melalui Bank Rakyat Indonesia
Cabang Pematang Siantar dengan Nomor Rekening 0113.01.000337.30. Apabila
pihak kedua terlambat menyetor bagian keuntungan kepada pihak pertama, maka
untuk setiap hari keterlambatan tersebut dikenakan denda sebesar 1% perhari dan
batal demi hukum dengan mengesampingkan pasal 1266 dan pasal 1267 dari Kitab
Undang – Undang Hukum Perdata Indonesia, dengan mengembalikan seluruh modal
pihak pertama yang telah disetor kerekening pihak kedua berikut denda. Apabila
perjanjian ini telah batal demi hukum dan pihak kedua tidak dapat memenuhi
kewajibannya maka pihak kedua secara pribadi dengan persetujuan istrinya bersedia
menyerahkan pihak pertama sebagai jaminan atas nama pribadinya sebagai berikut :
a. Sebidang tanah yang di kuasai Negara seluas lebih kurang 2.500M2 atau
dengan luas 25 m x 100 m yang terletak di kecamatan Huta Bayu Raja, Desa
Hombang, Kabupaten Simalungun.
b. Sebidang tanah Hak milik nomor 119 seluas 19.994 M2 yang terletak di
Kecamatan Tanah Jawa, Desa Meriah Humbang Kabupaten Simalungun.
c. Sebidang tanah Hak milik nomor 155, seluas 380 m yang terletak di
Kecamatan Huta Bayu Kabupaten Simalungun.
d. Sebidang tanah Hak milik nomor 43, seluas 4.807 M2 yang terletak di
Kecamatan Tanah Jawa, Desa Meriah Hutagalung, Kabupaten Simalungun.
e. Sebidang tanah yang terletak di desa Perdagangan I Kecamatan Bandar
Kabupaten Simalungun seluas 716 M2 berdasarkan sertifikat Nomor 620
tertanggal 29 Mei 1998.
Kerja sama ini berjalan normal hanya 1 bulan (Bulan Maret 2005), dimana
CV. Tolan Dua Permai hanya membayar kewajibannya sebesar Rp 64.357.295 dari
modal kerja Rp 625.000.000 kemudian, pada Bulan April 2005 dan seterusnya kerja
kerja sama operasional tersebut yang dibuat dihadapan Notaris Aloina Sinulingga
Sarjana Hukum dengan akta nomor 15 tanggal 10 Agustus 2005, yang mana
perubahan akta tersebut semula penjualan pupuk adalah cash, diubah menjadi kerja
sama, dengan sistem pola panen, dalam artian bahwa penjualan pupuk dilakukan
kepada petani yang mana pembayarannya dilakukan setelah petani panen. Sistim pola
panen inipun ternyata tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan, sampai dengan
awal Desember CV. Tolan Dua Permai tidak menyelesaikan kewajibannya.
Tunggakan kewajiban CV.Tolan Dua Permai sebesar Rp 830.942.768 kepada
pihak Perum Bulog Sub Divre II Pematang Siantar tidak dapat dipenuhi. Dalam
menyikapi masalah ini Perum Bulog Divisi Regional Sumatera Utara memanggil
Kepala Sub Divisi Regional II Pematang Siantar untuk dimintai keterangannya, dari
hasil keterangan yang diperoleh Divisi Regional Sumatera Utara menganggap bahwa
kerugian perusahaan terjadi dikarenakan kelalaian dan kekurang hati-hatian Kepala
Sub divisi II Pematang Siantar dan oleh sebab itu Kepala Divisi Regional Sumatera
Utara menerbitkan Surat Pemberitahuan Kerugian Keuangan yang isinya meminta
pertanggung jawaban pembayaran atas kerugian yang dialami Perusahaan sebesar Rp
687.500.000, sebagaimana yang diatur dalam Pedoman Penyelesaian Kerugian
dilingkungan Perum Bulog yang tertuang dalam Surat Keputusan Direktur No
Dalam hal penyelesaian piutang ekstern ditempuh langkah-langkah sebagai
berikut :
1. Mengefektifkan penagihan dengan membuat perjanjian pengakuan hutang
disertai penyerahan jaminan dengan kuasa menjual yang dibuat dalam bentuk
notariil akta
2. Mengupayakan penarikan jaminan dengan kuasa menjual yang dibuat dalam
bentuk notaril akta
3. Melakukan penjualan jaminan hutang untuk pelunasan hutang
4. Meminta kejaksaan Negeri Siantar sebagai pengacara Negara untuk
membantu menindak lanjuti. Melalui Surat No B-01/N.2.24/Gp.2/01/2006,
tanggal 3 Januari 2006 Kejaksaan Negeri Pematang Siantar berupaya
memanggil Tony Patogap Simatupang menghadap kekantor Kejaksaan Negeri
Pematang Siantar, namun upaya pemanggilan tersebut tidak dipenuhi
sehingga kepala Perum Bulog Sub Divisi Regional II Pematang Siantar
memberikan kuasa kepada Kejaksaan Negeri Siantar selaku Pengacara Negara
untuk mengajukan Gugatan Perdata Kepada Ketua Pengadilan Negeri
Pematang Siantar terhadap perbuatan (Tony Patogap Simatupang).
II. Penyelesaian sengketa pelaksanaan perjanjian kerjasaman angkutan barang milik Perum Bulog dengan mitra Kerja
Bahwa tugas pokok Bulog menurut Kepres Nomor 50 tahun 1995 adalah
membantu Presiden dalam mengendalikan harga dan mengelola persediaan beras
kebutuhan pangan berdasarkan keputusan umum pemerintah. Bahwa untuk
melaksanakan tugas pokok tersebut, Perum Bulog menyelenggarakan beberapa fungsi
diantaranya adalah pengadaan dalam negeri.
Dalam rangka mengadaan dalam negeri ini, penyebaran terhadap komoditinya
dilakukan dengan angkutan darat dan angkutan laut sebagaimana diatur dalam
keputusan Direksi Perum Bulog No KD-18/DU.000/01/2009, tanggal 16 januari
2009. Kegiatan angkutan dilaksanakan oleh perusahaan jasa angkutan yang
memenuhi persyaratan dalam melakukan pemindahan barang milik Perum Bulog
secara regional maupun lokal.
Adapun metode dan prosedur pengadaan jasa dan angkutan dilakukan dengan
beberapa cara yakni;
a. Pelelangan umum atau terbatas untuk angkutan diatas 2.000 ton
b. Pemilihan langsung, untuk angkutan diatas 1.000 ton sampai dengan 2.000 ton
c. Penunjukan langsung untuk angkutan sampai dengan 1.000 ton.4
d. Dalam melaksanakan pengadaan jasa angkutan Perum Bulog Divisi
e. Penunjukan langsung untuk angkutan sampai dengan 1.000 ton.5
Dalam melaksanakan pengadaan jasa angkutan Perum Bulog Divisi Regional
membentuk panitia pelelangan jasa angkutan barang, membuat surat penetapan
pengangkut sesuai dengan hasil pemenang pelelangan, membuat dan menandatangani
4
Keputusan Direksi Perusahaan Umum Bulog No : KD-18/DU.000/01/2009. Peraturan
Angkutan Barang Dalam Negeri di Lingkungan Perusahaan Umum Bulog, hal 4.
5
Keputusan Direksi Perusahaan Umum Bulog No : KD-18/DU.000/01/2009. Peraturan
perjanjian jasa angkutan dengan pengangkut yang dinyatakan menang. 6 Disamping
itu pengangkut harus menyediakan biaya dan peralatan serta sarana angkutan yang
memadai untuk menjamin terselenggaranya kegiatan angkutan dengan
sebaik-baiknya. Pengangkut diberikan wewenang dalam berhubungan dengan pihak-pihak
lain yang terkait untuk kelancaran pelaksanaan angkutan dapat bertindak mewakili
kepentingan Perum Bulog selaku pemilik barang dan berwenang menolak untuk
mengangkut barang yang menurut bukti-bukti yang sah tidak sesuai kuantum maupun
berat netto, jenis/kualitas barang yang ditugaskan kepadanya untuk diangkut. Apabila
dalam melakukan pengangkutan tersebut timbul kerugian akibat kesusutan,
kekurangan, kerusakan barang selama dalam penguasaannya maka tanggung jawab
terhadap terjadinya kerugian tersebut dibebankan kepada pengangkut. Besarnya ganti
rugi tersebut adalah sebesar kesusutan, kekurangan, kerusakan yang terjadi dikalikan
harga barang dan seluruh barang yang rusak diserahkan kepada pengangkut.
Terhadap keterlambatan pelaksanaan angkutan dari waktu yang ditetapkan dalam
perjanjian angkutan, maka untuk setiap keterlambatan pengangkut dikenakan klaim
sebesar 1% per hari dari nilai uang jasa angkutan untuk barang yang belum
diserahkan. Jika pengangkut dapat membuktikan bahwa dengan disertai alat bukti
yang sah bahwa kerugian tersebut karena force majeur, maka ia dibebaskan dari
beban tanggung jawab atas kerugian tersebut. Pada kenyataannya kesusutan,
kekurangan yang terjadi sebabkan unsur kesengajaan dari pihak pengangkut,
sedangkan terhadap kerusakan barang hal ini sering terjadi karena kelalaian dari
6
pihak pengangkut dan sering juga terjadi karena force majeur, yakni terjadi hujan
lebat yang menyebabkan beras yang diangkut basah sehingga ketika sampai ditempat
tujuan beras tersebut sudah berbau busuk.
Penyelesaian dan pembayaran ganri rugi terhadap kesalahan dan kelalaian yang dilakukan oleh mitra usaha Perum Bulog melakukan tindakan dengan cara ;
1) Menerbitkan Nota Klaim untuk dasar memotong tagihan biaya angkutan yang diajukan pengangkut
2) Apabila biaya angkutan yang ditagih oleh pengangkut tidak mencukupi untuk melunasi klaim yang dibebankan , maka kekurangan pemotongan klaim harus diperhitungkan dengan jaminan yang ada, apabila belum mencukupi maka kekurangannya harus dibayar dengan tunai.
3) Jika kedua cara tersebut diatas juga tidak dapat menyelesaikan masalah kerugian tersebut Perum Bulog dapat melakukan tindakan Hukum guna mencegah terjadinya kerugian
4) Apabila pengangkut mengajukan keberatan terhadap pembebanan ganti rugi tersebut , maka Perum Bulog harus mengkaji dan memutuskannya sesuai ketentuan yang berlaku.7
III Penyelesaian sengketa pelaksanaan Perjanjian Jual Beli Beras antara Perum Bulog Divisi Regional Sumatera Utara dengan CV.Hasil Tani Sejahtera
Pengadaan Beras dalam Negeri Perum Bulog adalah kegiatan pembelian beras
yang dilakukan oleh Perum Bulog dalam rangka penugasan kegiatan Pelayanan
Publik ( Publik Service Obligation ) berdasarkan ketentuan Instruksi Presiden No 7
tahun 2009 tanggal 29 Desember 2009 tentang kebijakan perberasan, yang
memberikan landasan operasional dalam pelaksanaan pengadaan beras dalam negeri.
Sasaran yang hendak dicapai adalah :
7
1) Untuk mengarahkan pelaksanaan Pengadaan beras Dalam Negeri
2) Petani prodesen dalam negeri mendapatkan harga jual yang wajar sesuai harga
ketentuan Harga Pembelian Pemerintah (HPP)
3) Menyediakan Stok pangan untuk keperluan
a. Penyaluran beras bersubsidi bagi kelompok masyarakat berpendapatan
rendah (RASKIN) dan rawan pangan.
b. Penyaluran beras untuk menanggulangi keadaan darurat dan bencana alam
c. Pemupukan Cadangan Beras Pemerintah (CBP)
d. Pasaran Umum dan lainnya
Pengadaan Dalam Negeri ini pada dasarnya dilaksanakan berdasarkan
prognosa pengadaan Dalam Negeri pada tahun berjalan yakni :
1. Prognosa pengadaan Dalam Negeri dibuat berdasarkan perhitungan kebutuhan
Perum Bulog terhadap stok beras untuk keprluan penyaluran serta stok akhir
yang diperlukan.
2. Prognosa pengadaan Dalam Negeri dibuat secara berjenjang mulai dari tingkat
Pusat yang dirinci perDivisi Regional selanjutnya ditingkat Divisi Regional di
Breakdown per Sub Divre Prognosa dirinci perbulan perkomoditi beras sesuai
kebutuhan dan kondisi objektif daerah masing-masing, yang akan dijadikan
dasar perncanaan kebutuhan dana dan sarana pengadaan lainnya sebagaimana
tertuang dalam Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP). 8
Pengadaan Beras Dalam Negeri ini dilaksanakan melalui :
1. Mitra Kerja Pengadaan Beras Dalam Negeri
2. Unit Pengelolaan Gabah / Beras
3. Satuan Tugas Operasional Pengadaan Gabah Dalam Negeri9
Pelaksanaan Pengadaan Beras Dalam Negeri melalui Mitra Kerja dilakukan
dengan prosedur :
1) Mitra Kerja mengajukan permohonan pengadaan beras berdasarkan
permohonan tersebut Kepala Divisi Regional Sumatera Utara menentukan
jumlah, waktu dan tempat pelaksanaan pengadaan
2) Kepala Divisi Regional Sumatera Utara membuat Perjanjian Jual Beli Beras
dengan Mitra Kerja dan menerbitkan Deliver Order (DO) karung kuralon dan
karung plastic kepada mitra kerja dengan terlebih dahulu menyerahkan
jaminan atas karung plastik dan karung kuralon tersebut.
3) Penentuan kuantum Perjanjian Jual Beli disesuaikan dengan kapasitas
penggilingan yang dimiliki/dikuasai mitra kerja.
4) Mitra kerja membuat surat pernyataan Pakta Integritas bahwa beras yang
diserahkan / dimasukkan ke gudang Bulog merupakan hasil panen
tahunberjalan dan telah memenuhi persyaratan kualitas yang ditetapkan Perum
Bulog. Mitra Kerja menyerahkan beras sesuai Perjanjian Jual Beli yang
8
Pedoman Umum dan Standar Operasional prosedur Pengadaan Beras Dalam Negeri Perum Bulog Tahun 2009
ditunjuk untuk dilakukan pemerikasaan kualitas oleh Petugas Pemeriksa
Kualitas Beras.
5) Berdasarkan hasil pemeriksan kualitas oleh petugas pemeriksa kualitas beras
yang dituangkan dalam risalah Pemeriksaan Kualitas (RPK).
6) Beras yang memenuhi persyaratan diterima oleh Kepala Gudang untuk
kemudian disimpan digudang Bulog
7) Atas penyerahan beras kepada Kepala Gudang, Mitra Kerja berhak
memperoleh GDIM dan LHPK. Kemasan dan Label beras pengadaan dalam
negeri dengan menggunakan karung plastik baru / bekas kondisi baik
disediakan oleh mitra kerja yang ukuran, isi dan tarranya ditetapkan oleh
Perum Bulog10
8) Untuk pembayaran harga beras kepada mitra kerja dilakukan oleh Divisi
regional atau Sub Divisi regional dengan menerbitkan Surat perintah
Pembayaran (SPP) kepada Bank pelaksana Kredit Perum Bulog. Apabila
didaerah tersebut tidak terdapat Bank pelaksana Kredit Perum Bulog, Divisi
Regional Sumatera Utara dengan Bank pelaksana Kredit Perum Bulog dapat
menunjuk Bank pelaksana kredit lainnya atau Bank koresponden.
Untuk pembayaran harga beras kepada mitra kerja dilakukan oleh Divisi
Regional atau Sub Divisi regional dengan menerbitkan Surat perintah Pembayaran
(SPP) kepada Bank pelaksana Kredit Perum Bulog. Apabila didaerah tersebut tidak
terdapat Bank pelaksana Kredit Perum Bulog, Divisi Regional Sumatera Utara
10
dengan Bank pelaksana Kredit Perum Bulog dapat menunjuk Bank pelaksana kredit
lainnya atau Bank koresponden.
Menurut Pasal 1233 Kitab Undang-undang Hukum Perdata :
“Tiap-tiap perikatan dilahirkan, baik karena persetujuan, baik karena undang-undang
dan pada pasal 1234 KUH perdata, dikatakan bahwa tiap-tiap perikatan adalah untuk
memberikan sesuatu untuk berbuat sesuatu atau untuk tidak berbuat sesuatu.
Menurut R. Subekti yang dimaksud dengan perikatan adalah suatu perhubungan hukum antara dua orang atau dua pihak berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak yang lain dan pihak yang lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu .Pihak yang berhak menuntut sesuatu dinamakan kreditor dari pihak yang berkewajiban memenuhi tuntutan di namakan debitur11
Dalam perikatan apabila terjadi Wanprestasi maka dapat dipaksakan
pelaksanaan prestasinya di sebut dengan Obligato Naturalis yang berarti bahwa
pemenuhan perikatan itu bukan hanya merupakan kewajiban hukum tetapi juga
kewajiban moral.
Wanprestasi adalah suatu keadaan tidak dilaksanakannya apa yang tidak
diperjanjikan dalam suatu perjanjian oleh karena kelalaian salah satu pihak yang
melakukan perjanjian.12
Terdapat empat bentuk wanprestasi, yaitu;
1. Tidak melakukan yang disanggupi akan dilaksanakannya
2. Melakukan apa yang dijanjikan tetapi tidak sebagaimana yang dijanjikan
11
R.Subekti, Hukum Perjanjian, PT.Intermasa, Jakarta, 1985, Cetakan 15, hal 1
12
3. Melaksanakan apa yang dijanjikan, tetapi terlambat
4. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan.
Pihak yang lalai dan melakukan wanprestasi dapat di gugat di depan hakim
tentang wanprestasi ini harus di nyatakan dahulu secara tertulis, yaitu dengan
memperhatikan pihak tersebut, bahwa pihak yang lain mengkehendaki pembayaran
seketika atau dalam jangka waktu yang pendek, peringatan atau tagihan ini di sebut
somasi. Cara melakukan somasi ini di tentukan dalam pasal 1238 KUH Perdata.
Dari uraian tersebut diatas menjadi motivasi bagi penulis untuk melakukan
penelitian ini, agar kedepannya di dalam melaksanakan Perjanjian kerjasama dengan
mitra kerja, memperhatikan prinsip kehati-hatian dalam memilih dan menyeleksi
mitra kerja sehingga tidak terjadi kerugian besar dikemudian hari.
B. Perumusan Masalah
Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah pelaksanaan perjanjian kerjasama yang dilakukan oleh Perum
Bulog dengan mitra kerja?
2. Apakah Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya wanprestasi dalam
pelaksanaan perjanjian kerjasama operasional tersebut ?
3. Bagaimanakah penyelesaian sengketa dalam hal terjadinya wanprestasi dalam
C . Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini :
a. Untuk mengkaji pelaksanaan kerjasama yang dilakukan oleh Perum Bulog
Divisi Regional Sumatera Utara dengan mitra kerja
b. Untuk mengkaji faktor-faktor yang menyebabkan wanprestasi dalam
pelaksanaan kerjasama tersebut
c. Untuk mengkaji cara penyelesaian terhadap perbuatan wanprestasi dalam
pelaksanan perjanjian kerjasama antara Perum Bulog dengan mitra kerja
Oleh karena itu tujuan fungsional dalam penelitian ini, peneliti ingin
menyumbangkan pemikiran-pemikiran dalam bidang hukum khususnya tentang
penyelesaian sengketa wanprestasi dalam pelaksanaan kerjasama antara Perum Bulog
Divisi Regional Sumatera Utara dengan mitra kerja .
D . Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
Mengharapkan bahwa hasil penelitian ini dapat menyumbangkan penilaian di
bidang hukum yang akan mengembangkan disiplin ilmu hukum, khususnya
mengenai pelaksanaan suatu perjanjian, sanksi-sanksi yang harus
dicantumkan dalam perjanjian dan menelaah kelemahan – kelemahan yang
diperbuat sehingga menimbulkan wanprestasi dalam melakukan perjanjian
kerjasama serta mencari jalan keluar serta cara penyelesaian masalah dan
2. Secara Praktis
Mengharapkan bahwa hasil penelitian ini dapat memberikan jalan akurat
terhadap penyelesaian permasalahan yang diteliti dan juga di samping itu hasil
penelitian ini dapat mengungkapkan teori-teori baru serta pengembangan
teori-teori yang sudah ada.
E . Keaslian Penelitian
Berdasarkan penelusuran kepustakaan baik perpustakaan pusat maupun yang
ada di sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, ternyata belum di temukan
judul mengenai penyelesaian sengketa pelaksanaan perjanjian kerjasama operasional
antara Perum Bulog Divisi Regional Sumatera Utara dengan mitra kerja oleh karena
itu, penulisan ini dapat dikatakan asli.
F . Kerangka Teori dan Konsep
1. Kerangka Teori
Kerangka teori adalah langkah penilaian atau butir-butir pendapat, teori, tesis
mengenai suatu kasus permasalahan (problem) yang menjadi bahan pembanding,
pegangan teoritis.13
Menurut Dr. Siswojo teori dapat di artikan sebagai seperangkat konsep dan
defenisi yang saling berhubungan yang mencerminkan suatu pandangan sistematik
13
mengenai fenomena dengan menerangkan hubungan antara variabel dengan tujuan
untuk menerangkan dan menambahkan fenomena.
Masyarakat Indonesia pada khususnya mempunyai pendapat-pendapat
tertentu mengenai hukum :
1. Hukum diartikan sebagai ilmu pengetahuan
2. Hukum diartikan sebagai disiplin
3. Hukum diartikan sebagai tata hukum (yakni hukum positif tertulis)
4. Hukum diartikan sebagai norma atau kaidah ,yakni patokan perilaku pantas
yang diharapkan
5. Hukum diartikan sebagai petugas atau pejabat
6. Hukum dianggap sebagai keputusan pejabat atau penguasa
7. Hukum diartikan sebagai proses pemerintahan
8. Hukum diartikan sebagai perilaku teratur dan cocok
9. Hukum diartikan sebagai jalinan nilai
10. Hukum diartikan sebagai seni14
Hukum yang didukung oleh sejumlah azas ,azas-azas tersebut
bertingkat-tingkat mulai dari grundnorm yaitu Pancasila sebagai azas filosofis kemudian
Undang-Undang Dasar 45 sebagai azas konstitusional, dan akhirnya undang-undang
sebagai azas operasional15
14
Soerjono Soekamto, Op.Cit, hal 33
15
Selama ini orang memandang hukum itu identik dengan peraturan
perundang-undangan, padahal peraturan perundang-undangan itu merupakan salah satu unsur
dari keseluruhan sistim hukum, sistim adalah keseluruhan bangunan.
Hukum sebagai suatu sistem sebagaimana yang dikemukakan oleh Sunaryati
Hartono tersebut diatas harus berjalan seimbang dari ketujuh unsur tersebut dan tidak
bisa dijalankan secara parsial, karena jika dijalankan secara parsial maka sistem tidak
jalan dengan baik, sistem dapat berjalan dengan baik ketujuh unsur itu berjalan secara
seimbang.
Hukum juga mengatur hubungan antara orang perorangan yang melakukan
suatu perikatan, perikatan merupakan suatu kewajiban atas suatu prestasi.
Di dalam suatu perikatan apabila terjadi wanprestasi, maka dapat di paksakan
pelaksanaan prestasinya di sebut dengan Obligato Naturalis, yang berarti bahwa
pemenuhan perikatan itu bukan hanya merupakan kewajiban hukum tetapi juga
kewajiban moral.
Dalam bentuknya, perjanjian itu berupa suatu rangkaian perikatan yang
mengandung janji-janji atau kesanggupan yang di ucapkan atau di tulis. Disini dapat
di lihat bahwa perikatan adalah pengertian abstrak, sedangkan perjanjian adalah suatu
hal yang konkrit atau suatu peristiwa.16
Oleh karena itu, hubungan antara perikatan dan perjanjian dapat di
bandingkan dengan kejadian dan akibat dari kejadian. Perikatan adalah kejadian dan
perikatan adalah akibat kejadian. Lazimnya suatu perjanjian adalah hubungan timbal
16
balik, artinya suatu pihak yang memperoleh hak-hak dari perjanjian itu juga
menerima kewajiban-kewajiban yang merupakan konsekuensi dari hak-hak yang di
perolehnya. Hugo De Groot mengemukakan bahwa “Azas hukum alam menentukan
janji itu mengikat” (pacta sunt servanda).17
Dari pengertian di atas di jumpai di dalamnya beberapa unsur dari perjanjian
itu antara lain, adanya hubungan hukum yang mengikat hukum kekayaan antara 2
orang atau lebih, memberi hak pada satu pihak dan kewajiban pada pihak lain tentang
suatu prestasi.
Menurut Agus Yudha Hernoko Perjanjian itu atau persetujuan mempunyai
pengertian yang sama dengan kontrak18 oleh karena itu dalam penelitian ini kedua
istilah tersebut akan digunakan bersama-sama yang bertujuan untuk memudahkan
pemahaman terhadap rangkaian kalimat yang disusun. Menurut Subekti bahwa
perjanjian adalah suatu peristiwa di mana seseorang berjanji kepada seorang lain atau
di mana ke dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal.19
M. Yahya Harahap mengatakan perjanjian mengandung pengertian “ Suatu
hubungan kekayaan atau harta benda antara dua orang atau lebih memberikan
kekuatan hak pada suatu pihak untuk memperoleh prestasi dan sekaligus mewajibkan
para pihak lain untuk menunaikan prestasi.20
17
Prof.Dr.Mariam Darus Badrulzaman,SH,Pfor.Dr.Sutan Remi Syahdeini,SH,Prof.Dr.Heru Supraptono,SH, _SE,Prof Dr.H.Faturrahman Djamil,M.A, Taryana Sunandar,SH.MH, Kompilasi
Hukum Perikatan, PT.Citra Aditya Bakti,Bandung 2001
18
DR.Agus Yudho Harnoko, SH, Mh, Hukum Perjanjian Azas Proporsional itas Dalam Kontrak Komersil , Laksbang Mediatama Yogyakarta kerjasama dengan Kantor Advocat Hufron
19
R. Subekti , opcit hal 3
20
Saat terjadinya perjanjian ini adalah merupakan suatu hal atau masalah yang
penting dalam hukum perjanjian demi terciptanya suatu kepastian hukum yang di
harapkan oleh pihak-pihak khususnya untuk itu para ahli telah menciptakan beberapa
teori tentang terciptanya perjanjian.
Konsekuensi dari perjanjian adalah memenuhi kewajiban-kewajiban yang
harus di laksanakan para pihak, kewajiban-kewajiban yang di bebankan para pihak
dapat di artikan suatu prestasi yaitu sesuatu yang wajib di penuhi oleh debitor.
21
Sehingga ketiadaan pemenuhan atau kegagalan atau pihak lainnya dalam perjanjian
ini untuk melaksanakan kontra prestasi merupakan suatu pelanggaran terhadap
perjanjian (wanprestasi).
Akibat yang sangat penting dari tidak di penuhinya perikatan ialah bahwa
kreditur dapat meminta ganti rugi atas ongkos, rugi, dan bunga yang di deritanya
untuk adanya kewajiban ganti rugi bagi debitur maka undang-undang menentukan
bahwa debitur harus terlebih dahulu dinyatakan dalam keadaan lalai
(Ingebrelustelling). Dengan kata lain, apabila seseorang melakukan kesalahan atau
kelalaian yang menyebabkan kerugian bagi orang lain, maka ia harus bertanggung
jawab bukan hanya atas kerugian akibat perbuatannya ,melainkan atas kerugian yang
disebabkan kelalaiannya. Akibat kerugian yang diderita pihak debitur, dapat
dilakukan gugatan ke pengadilan negeri sehubungan perjanjian yang dilakukan oleh
para pihak. Atas dasar gugatan tersebut, akan diperoleh putusan pengadilan yang
berisi ketetapan pihak yang harus bertanggung jawab terhadap kerugian yang diderita
21
debitur. Pertanggung jawaban ganti kerugian tersebut, dapat diperoleh dengan
memohon kepada pengadilan untuk melakukan sita jaminan atas objek jaminan dalam
perjanjian.
Setiap debitur mempunyai kewajiban menyerahkan prestasi kepada kreditur,
karena itu debitur mempunyai kewajiban untuk melakukan prestasinya (Shuld),
apabila debitur tidak memenuhi kewajibannya membayar hutang tersebut, misalnya
adanya ikatan jaminan hutang.22
Setiap kreditur mempunyai piutang terhadap debitur, maka para kreditur
mempunyai hak menagih piutang tersebut, sebesar piutangnya pada debitur itu.
Menurut para sarjana shuld dan haftung itu dapat dibedakan akan tetapi pada
hakekatnya tidak dapat dipisahkan.
Setiap kreditur mempunyai piutang terhadap debitur, maka para kreditur
mempunyai hak menagih piutang tersebut, sebesar piutangnya pada debitur itu.
Menurut para sarjana shuld dan haftung itu dapat dibedakan akan tetapi pada
hakekatnya tidak dapat dipisahkan.
Dalam pasal 1131 KUH Perdata disebutkan bahwa “segala kebendaan
siberutang ,baik yang bergerak maupun yang tak bergerak, baik yang sudah ada
maupun yang akan ada dikemudiaa hari ,menjadi tanggungan untuk segala perikatan
perseorangan“. Menurut hukum perdata terdapat 2 jenis jaminan, yaitu, Jaminan
perorangan (personal quaranty), yaitu jaminan yang hanya mempunyai hubungan
22
langsung dengan pihak pemberi jaminan, bukan terhadap benda tertentu, yang hanya
dapat dipertahankan terhadap orang-orang tertentu.23
Segala kebendaan si berhutang, baik yang bergerak maupun tak bergerak,
yang sudah ada maupun yang baru akan ada dikemudian hari, menjadi tanggungan
untuk segala perikatannya perseorangan. Jadi hak tagihan seorang kreditur dijamin
dengan :
1. Semua barang-barang debitur yang sudah ada, artinya yang sudah ada saat
hutang dibuat.
2. Semua barang yang akan ada, disini berarti barang –barang yang pada saat
pembuatan hutang belum menjadi kepunyaan debitur, tetapi kemudian
menjadi miliknya, dengan kata lain hak kreditur meliputi barang-barang yang
akan menjadi milik debitur, asal kemudian menjadi miliknya baik barang
bergerak maupun tak bergerak. Ini menunjukkan, bahwa piutang kreditur
menindih pada seluruh harta debitur tanpa kecuali.
Dalam perkembangannya sekarang ini jaminan perorangan diwajibkan untuk
mengikut sertakan kebendaan yang dimiliki oleh yang memberikan jaminan tersebut,
dengan membuat daftar harta benda yang dijaminkan bahkan terhadap benda tersebut
apabila dipandang perlu oleh kreditur diwajibkan kepadanya untuk
mengasuransikannya. Jaminan kebendaan (personalijke en zakerheid), yaitu jaminan
yang berupa hak mutlak atas sesuatu benda dengan cirri-ciri mempunyai hubungan
23
langsung dengan benda tertentu dari debitur atau pihak ke tiga sebagai penjamin,
dapat dipertahankan terhadap siapapun, selalu mengikuti bendanya dan dapat
diperalihkan. Jaminan kebendaan ini selain dapat diadakan antara kreditur dengan
debiturnya dapat juga diadakan antara pihak kreditur dengan pihak ketiga yang
menjamin dipenuhinya kewajiban siberutang (debitur) sehingga hak kebendaan ini
memberikan kekuasaan yang langsung terhadap bendanya.
Yang termasuk dalam jaminan kebendaan adalah : hak tanggungan, hipotik,
gadai, dan jaminan fidusia.24
Ada dua pertimbangan yang setidaknya menjadi persyaratan utama untuk
sesuatu benda dapat diterima sebagai jaminan, yaitu : Secured, artinya benda jaminan
dapat diadakan pengikatan secara yuridis formal, sesuai dengan ketentuan hukum
dan perundang-undangan. Jika dikemudian hari terjadi wanprestasi dari debitur, maka
pihak kreditur memiliki kekuatan yuridis untuk melakukan tindakan eksekusi.
Marketable, artinya benda jaminan tersebut bila hendak dieksekusi dapat segera
dijual dan diuangkan untuk melunasi seluruh kewajiban debitur.25
Pasal 1241 KUH Perdata dikatakan, “apabila perikatan tidak dilaksanakannya,
maka siberpiutang boleh juga dikuasakan supaya ia sendirilah mengusahakan
pelaksanaannya atas biaya siberhutang”.
24
Munir Fuady,SH.MH,LLM, Hukum Kontrak Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis, PT,Citra Aditya Bakti ,Bandung.
25
Kreditur dapat mewujudkan sendiri prestasi yang dijanjikan dengan biaya
debitur berdasarkan kuasa yang diberikan hakim, apabila debitur enggan
melaksanakan prestasi itu, (riil eksekusi). Sebagaimana diketahui, untuk
melaksanakan riil eksekusi itu harus dipenuhi satu syarat yaitu izin dari hakim ini
adalah, sebagai akibat berlakunya azas hukum yaitu orang tidak diperbolehkan
menjadi hakim sendiri. Seorang kreditur yang menghendaki pelaksanaan suatu
perjanjian dari seorang debitur yang tidak memenuhi kewajibannya, harus minta
bantuan dari Pengadilan.
2. Konsepsi
Kerangka konsep sehubungan dengan penelitian ini dapat dijelaskan sebagai
berikut :
1. Sengketa adalah Suatu perbuatan akibat adanya ketidak sepakatan, perbedaan,
gangguan, kompetisi, atau ketidak seimbangan para pihak..
2 Perjanjian Kerjasama adalah suatu perhubungan hukum antara dua Badan Hukum
atau dua pihak, berdasarkan mana pihak yang satu berhak atas sesuatu hal dan
pihak yang lain berkewajiban untuk memenuhi sesuatu dalam suatu hubungan
bisnis yang masing-masing pihak bertujuan untuk mendapatkan keuntungan..
3. Penyelesaian sengketa di Pengadilan adalah alternatif penyelesaian sengketa
dengan mengajukan gugatan ke Pengadilan, sedang penyelesaian sengketa
pola penyelesaian win-win solution yang meliputi negosiasi, mediasi dan
arbitrase.
G. Metode Penelitian
1. Sifat dan Metode Penelitian
Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian, maka sifat penelitian
adalah deskripsif analitis, yaitu mendeskripsikan, menggambarkan, menelaah dan
menjelaskan secara analitis permasalahan yang di kemukakan.
Jadi penelitian bersifat deskriptif analisis adalah suatu penelitian yang
berusaha menggambarkan fakta dan data-data mengenai penyebab terjadinya
wanprestasi yang dilakukan mitra usaha, kelemahan-kelemahan pihak perum Bulog
dalam pemberian dana, dan penilaian nilai asset yang dijadikan sebagai jaminan
dalam pelaksanaan perjanjian kerja sama tersebut dan akibat-akibat hukum yang
timbul serta cara penyelesaiannya, kemudian melakukan penyusunan, pengolahan dan
penelitian terhadap data-data yang di temukan sehingga di peroleh gambaran lengkap
dan menyeluruh mengenai permasalahan yang diteliti.
Materi penelitian di peroleh melalui pendekatan yuridis normative yaitu
pendekatan hukum dengan melihat peraturan-peraturan, baik bahan hukum primer
maupun bahan hukum sekunder atau pendekatan terhadap masalah dengan cara
melihat dari segi peraturan perundang undangan yang berlaku, buku-buku literature,
pendapat para ahli dan lain sebagainya, sebagaimana yang di kemukakan oleh
“Penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum yang di lakukan dengan
meneliti bahan pustaka atau data sekunder belaka. Penelitian hukum normatif
mencakup tentang penelitian azas-azas hukum, penelitian terhadap sistematika
Hukum , perbandingan Hukum dan sejarah Hukum.”26
Penelitian ini di peroleh melalui metode pengumpulan data yang di lakukan
dengan menggunakan : Library Research (Penelitian Kepustakaan) yang di lakukan
untuk menghimpun data sekunder berupa bahan hukum baik primer, sekunder
maupun tertier yang berhubungan dengan materi penelitian.27 Pengumpulan data di
lakukan dengan menggunakan alat sebagai berikut :
Studi dokumen yaitu menganalisa bahan pustaka , wawancara yang di lakukan
penelitian kepada pihak-pihak yang berhubungan dengan penelitian ini. Penelitian ini
mempergunakan metode pendekatan deduktif, di mulai analisis pasal-pasal yang
mengatur hal-hal yang menjadi permasalahan di atas dengan mengingat permasalahan
yang di teliti berdasarkan pada peraturan-peraturan perundang-undangan yaitu
hubungan peraturan yang satu dengan peraturan yang lain serta kaitannya dengan
penerapannya dalam praktek, maka penelitian juga menggunakan pendekatan secara
yudiris , sosiologis , karena untuk melihat penerapan peraturan perundang-undangan
dibidang Keperdataan terhadap putusan wanprestasi yang dilakukan oleh Direktur
CV. Tolan Dua Permai perlu dilakukan penelitian lapangan yang diperoleh data
melalui Pengadilan Negeri Pematang Siantar.
26
Surjono Sukanto dan Sri Mamudji , Penelitian Hukum normative , Rajawali , Jakarta , 1985, hal 13
27
2. Teknik Pengumpulan Data
Penelitan ini menggunakan 2 (dua) sumber data, yaitu data primer (dari
penelitian lapangan) dan data sekunder (dari penelitian kepustakaan). Data primer
diperoleh dengan mewawancarai Bapak H,M Usman (mantan Kepala Sub Divisi
Regional II Pematang Siantar), Ani Suyati Regional Manager Unit Bisnis Jasa
Angkutan, Bapak Supriya Waspada Manager CV. Harapan Tani Nusantara Cabang
Sumatera Utara.
3. Alat Pengumpulan Data
Pada umumnya pada penelitian mempergunakan alat pengumpulan data
berupa :
1. Studi dokumen (Documentary Study)
2. Wawancara (Interview)
Pada perakteknya kedua jenis alat pengumpul data tersebut dapat di
pergunakan secara bersama-sama, karena di samping studi dokumen, juga peneliti
melakukan wawancara kepada pihak-pihak yang terkait dengan penelitian ini. Untuk
memperoleh data yang relevan dengan permasalahan yang di teliti di laksaakan dua
tahap peneliti.
a. Studi dokumen ini untuk mencari konsep-konsep, teori-teori,
pendapat-pendapat atau penemuan-penemuan yang berhubungan erat dengan pokok
b. Studi lapangan adalah cara memperoleh data yang bersifat primer. Dalam hal
ini akan diusahakan untuk memperoleh data-data dengan mengadakan tanya
jawab (wawancara) dengan pihak yang berhubungan dengan Kontrak kerja
sama ini.
4. Lokasi Penelitian.
Lokasi dari penelitian ini dilakukan di Perum Bulog Divisi Regional Sumatera
Utara, DiSub Divisi Regional II Pematang Siantar, Di Kantor Unit Bisnis Jasa
Angkutan dan di Kantor Cabang CV.Harapan Tani Sejahtera.
5. Populasi dan Sample
Semua Perusahaan yang menjadi rekanan dari Perum Bulog Divisi Regional
Sumatera Utara yang dalam melakukan Perjanjian Kerjasama Operasional melakukan
wanprestasi ataupun perbuatan melawan hukum. Sample Penelitian adalah diambil
sebanyak 3 (tiga) Perusahaan yaitu : Cv.Tolan Dua Permai, Unit Bisnis jasang dan
CV.Harapan Tani Sejahtera.
6. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini diawali dengan pengumpulan data secara
primer dan sekunder, setelah itu ditabulasi, lalu dianalisis secara kualitatif karena
prosedur pemecahan masalah tersebut menggunakan metode deskriptif, karena
fenomena-fenomena berdasarkan fakta seadanya (Fact finding), dan termasuk juga usaha
mengemukakan hubungan-hubungan satu dengan lainnya lebih menekankan
A. Sejarah Berdirinya BULOG
Kehadiran lembaga pangan telah ada sejak zaman sebelum kemerdekaan.
Pada saat zaman Belanda, berdiri Voeding Middelen Fonds yang bertugas membeli,
menjual, dan menyediakan bahan makanan. Dalam masa Jepang VMF dibekukan dan
muncul Nanyo Kohatsu Kaisa. Pada masa peralihan sesudah kemerdekaan RI, di
bawah Kementrian Perekonomian diubah menjadi Yayasan Urusan Bahan Makanan
(YUBM), sedangkan pelaksanaan pembelian padi dilakukan oleh Yayasan Badan
Pembelian Padi (YBPP).
Berdasarkan Peraturan Presiden No.3 Th 1964 dibentuk Dewan Bahan
Makanan (DBM), sejalan dengan itu, dibentuklah Badan Pelaksanaan Urusan Pangan
(BPUP) yang bertujuan mengurus bahan pangan, pengangkutan, dan pengolahannya,
menyimpan dan menyalurkannya menurut ketentuan dari Dewan Bahan Makanan.
Memasuki operasional bahan pokok kebutuhan hidup dilaksanakan oleh Komando
Logistik Nasional (kolognas), namun peranannya tidak era orde baru, penanganan
pengendalian Campur tangan pemerintah dalam komoditas beras diawali sejak Maret
1933 yaitu di zaman pemerintahan Belanda. Saat itu, untuk pertama kalinya
pemerintah Belanda mengatur kebijakan perberasan, yaitu dengan menghapus impor
beras secara bebas dan membatasi impor melalui sistem lisensi. Latar belakang ikut
fluktuasi harga beras yang cukup tajam (tahun 1919/1920) dan sempat merosot tajam
pada tahun 1930, sehingga petani mengalami kesulitan untuk membayar pajak.
Menjelang pecahnya Perang Dunia II, pemerintah Belanda memandang perlu untuk
secara resmi dan permanen mendirikan suatu lembaga pangan.28
Pembentukan suatu Badan yang menangani bahan pangan pokok pada zaman
pemerintahan kolonial Belanda dengan dibentuknya Yayasan Bahan Pangan atau
Voeding Middelen Fonds (VMF) pada tanggal 25 April 1939, di bawah pembinaan
Departemen Ekonomi. Yayasan ini diberi tugas mengadakan pengadaan, penjualan
dan penyediaan bahan pangan. Selama masa pendudukan Jepang VMF dibubarkan
dan diganti Badan baru bernama Sangyobu-Nanyo Kohatsu Kaisa yang bertugas
melakukan pembelian padi dari petani dengan harga yang sangat rendah.
Pada awal kemerdekaan (1945 s/d 1950) didirikanlah dua organisasi untuk
menangani penyediaan dan distribusi pangan yaitu dalam wilayah Republik Indonesia
terdapat Jawatan Pengawasan Makanan Rakyat (PMR) yang kemudian menjadi
Kementerian Penyediaan Makanan Rakyat. Sedang dalam wilayah pendudukan
Belanda dihidupkan kembali Voeding Middelen Fonds (VMF).
Lembaga pangan ini banyak mengalami perubahan nama maupun fungsi.
Secara ringkas, perkembangannya sebagai berikut:
a. Tahun 1939 didirikan VMF yang tugasnya membeli, menjual dan
mengadakan persediaan bahan makanan.
28