• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyelesaian Sengketa Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama Operasional Antara Perum Bulog Divisi Regional Sumatera Utara Dengan Mitra Kerja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penyelesaian Sengketa Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama Operasional Antara Perum Bulog Divisi Regional Sumatera Utara Dengan Mitra Kerja"

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

Oleh :

MASITAH

087011071/M.Kn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Dalam Program Studi Kenotariatan

Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Oleh :

MASITAH 087011071/M.Kn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Nomor Pokok : 087011071 Program Studi : Kenotariatan

Menyetujui :

Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum Ketua

Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH,MS,CN Chairani Bustami, SH,SPN,MKn

Anggota Anggota

Ketua Program,

Prof.Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN

(4)

PANITIA PENGUJI TESIS :

Ketua : Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum

Anggota : 1. Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN

(5)

menyelenggarakan usaha pangan pokok dan usaha lainnya yang sifatnya menyediakan pelayanan bagi kemanfaatan umum dan sekaligus memupuk keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan Perusahaan. Untuk mencapai maksud dan tujuan Perusahaan dengan persetujuan Menteri Keuangan, Perusahaan dapat melakukan kerjasama usaha atau patungan (joint Venture) dengan badan usaha lain dan dapat juga melakukan penyertaan modal dalam usaha, dengan melakukan kegiatan komersial dengan melakukan Perjanjian Kerjasama dalam bidang usaha tertentu yang dapat memberikan hasil maksimal bagi perusahaan khususnya ditinjau dari sisi nilai tambah ekonomi.

Dalam rangka mewujudkan salah satu maksud dan tujuannya, Perusahaan umum Bulog membentuk Divisi Perencanaan Pengembangan usaha, Perencanaan Pengembangan Usaha ini adalah serangkaian aktivitas komersil Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Bulog), yang bertujuan untuk mendapatkan profit pada perusahaan yang dilakukan melalui peluang usaha baru.

Dari hal tersebut, ada beberapa permasalahan yang muncul antara lain : Bagaimanakah pelaksanaan perjanjian kerjasama yang dilakukan oleh Perum Bulog dengan mitra kerja, bagaimanakah Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya wanprestasi dalam pelaksanaan perjanjian kerjasama operasional tersebut, bagaimanakah penyelesaian sengketa dalam hal terjadinya wanprestasi dalam pelaksanaan perjanjian kerjasama antara Perum Bulog dengan mitra kerja.

Untuk membahas permasalahan tersebut, maka penelitian yang dilakukan bersifat penelitian yang bersifat deskriptif analitis yaitu merupakan penelitian yang berupaya mendeskripsikan, menggambarkan, menelaah dan menjelaskan secara analitis permasalahan yang di kemukakan, menjelaskan serta menganalisa peraturan-peraturan yang berhubungan dengan Penyelesaian sengketa Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama yang dilaksanakan oleh Perum Bulog Divisi Regional Sumatera Utara dengan Mitra Kerja. Penelitian ini menggunakan pendekatan metode yuridis normative yaitu pendekatan hukum dengan melihat peraturan-peraturan, baik bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder atau pendekatan terhadap masalah dengan cara melihat dari segi peraturan perundang undangan yang berlaku, buku-buku literature, pendapat para ahli dan lain sebagainya

Hasil yang ditemukan adalah pelaksanaan perjanjian kerjasama yang dilakukan oleh Perum Bulog dengan mitra kerja dalam hal penyertaan modal perjanjiannya harus dibuat dihadapan Notaris. Terhadap perjanjian kerjasama dibidang angkutan darat milik Perum Bulog dan perdagangan beras dilakukan dengan membuat perjanjian dibawah tangan.

(6)

petani tersebut juga tidak mampu membayar biaya pembelian pupuk. Dan dikarenakan pabrik pupuk mesinnya tidak produktif, belum rampung untuk dioperasikan dan masih dalam renovasi. terjadinya wanprestasi dalam Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama dibidang Angkutan Barang milik Perum Bulog dengan Mitra Kerja disebabkan Mitra Kerja memiliki armada angkutan yang terbatas, sedangkan kapasitas kerja yang dilakukan mereka banyak. Mitra kerja dan adanya kerusakan kenderaan pengangkut yang menyebabkan keterlambatan sampainya barang/beras yang diangkut ketempat tujuan. Keterbatasan sarana yang dimiliki oleh Mitra kerja dalam perlindungan barang yang diangkut sehingga barang tersebut mengalami kerusakan, misalnya Mitra Kerja tidak memiliki terpal penutup barang yang tebal, sehingga apabila terjadi hujan dijalan barang tersebut terkena air hujan.

Mitra Kerja yang melakukan wanprestasi terhadap pelaksanaan Perjanjian Pembelian Beras antara Perum Bulog dengan Mitra Kerja dikarenakan beras yang diserahkan tidak sesuai dengan standar kualitas sebagaimana yang telah disepakati dan karena didaerah tersebut mengalamii gagal panen, sehingga Mitra Kerja kesulitan didalam memenuhi beras dengan kualitas sebagaimana yang telah tercantum dalam isi perjanjian. Upaya untuk mengatasi terjadinya wanprestasi ini agar dalam melakukan perjanjian kerjasama operasional dengan mitra kerja diupayakan dengan menggunakan akta Notaris dan dicantumkan langsung pernyataan bahwa seluruh agunan yang menjadi objek jaminan apabila terjadi wanprestasi otomatis menjadi hak Perum Bulog dan perlunya dimintakan bantuan juru taksir didalam menaksir nilai objek jaminan dan perlunya seleksii yang ketat terhadap pemilihan mitra kerja. Dalam penyelesaian sengketa jikal terjadinya wanprestasi agar ditempuh jalan litigasi yaitu ke Pengadilan agar dapat penyelesaian yang seadil-adilnya.

(7)
(8)
(9)

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT karena hanya berkat dan

karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini dengan judul

“Penyelesaian Sengketa Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama Operasional antara Perum Bulog Divisi Regional Sumatera Utara dengan Mitra Kerja”. Penulisan

tesis ini merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Magister

Kenotariatan (MKn) Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan tesis ini banyak pihak yang telah memberikan bantuan

dorongan moril berupa masukan dan saran, sehingga penulisan tesis dapat

diselesaikan tepat pada waktunya. Oleh sebab itu, ucapan terima kasih

yang mendalam penulis sampaikan secara khusus kepada yang terhormat

dan amat terpelajar Bapak Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum, Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN dan Ibu Chairani Bustami, SH, SPN, MKn, selaku Komisi Pembimbing yang telah dengan tulus ikhlas memberikan bimbingan

dan arahan untuk kesempurnaan penulisan tesis ini.

Kemudian juga, semua pihak yang telah berkenan memberi masukan dan

arahan yang konstruktif dalam penulisan tesis ini sejak tahap kolokium, seminar hasil

sampai pada tahap ujian tertutup sehingga penulisan tesis ini menjadi lebih sempurna

dan terarah.

(10)

Kenotariatan Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara, atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan

kepada Penulis dalam menyelesaikan pendidikan ini.

3. Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN, selaku ketua program studi

Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang telah

memberikan dorongan kepada Penulis untuk segera menyelesaikan penulisan

tesis ini.

4. Ibu Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, M.Hum, selaku Sekretaris Magister

Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang telah

memberikan dorongan kepada Penulis untuk segera menyelesaikan penulisan

tesis ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, yang

telah memberikan bimbingan dan arahan serta ilmu yang sangat bermanfaat

selama Penulis mengikuti proses kegiatan belajar mengajar di bangku kuliah.

6. Seluruh Staf/Pegawai di Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara, yang telah banyak memberikan bantuan kepada Penulis selama

menjalani pendidikan.

7. Rekan-rekan Mahasiswa dan Mahasiswi di Magister Kenotariatan Fakultas

(11)

memberikan data dan informasi berguna dalam penelitian ini.

9. Motivator terbesar dalam hidup penulis Anak-anak penulis, Hardita Aulia Enda

Harahap dan Shabrina Enda Mahardika Harahap dan suami penulis Harles

Harahap,SH yang telah memberikan motivasi bagi penulis dalam penyelesaian

studi pada program studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara.

10. Sembah sujud ananda kepada Ayahanda Almarhum Sakti Hasibuan dan

Ibunda Hj. Raini, yang selalu memberikan cinta, kasih sayang, dukungan

dan doa yang tak putus-putusnya, serta seluruh keluarga besar penulis yang

telah memberikan semangat dan doa kepada Penulis.

Penulis menyadari sepenuhnya tulisan ini masih jauh dari sempurna, namun

besar harapan penulis kiranya tesis ini dapat memberikan manfaat kepada semua

pihak, terutama para pemerhati hukum perdata pada umumnya dan ilmu kenotariaan

pada khususnya. Demikian pula atas bantuan dan kebaikan yang telah diberikan

kepada penulis mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT, agar selalu

dilimpahkan kebaikan, kesehatan, kesejahteraan dan rezeki yang melimpah kepada

kita semua. Amien Ya Rabbal ‘Alamin

Medan, Februari 2011

Penulis,

(12)

Tempat Tanggal Lahir : Medan, 22 Maret 1965 Jenis Kelamin : Perempuan

Status : Kawin

Agama : Islam

Pekerjaan : Pegawai Perum Bulog

Alamat : Jalan Tunggal Nomor 35 C Medan Perjuangan

II. Identitas Keluarga

Nama Orang Tua

Nama Ayah : Sakti Hasibuan

Nama Ibu : Hj.Raini

III. Riwayat Pendidikan

1. Sekolah Dasar : Negeri 060857 Medan 3. SMP : SMP Negeri 10 Medan

4. SMA : SMA Negeri 8 Medan

5. S-1 : Fakultas Hukum Universitas Islam Sumatera Utara

6. S-2 : Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum

(13)

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR... v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... viii

DAFTAR ISI... ix

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 18

C. Tujuan Penelitian ... 19

D. Manfaat Penelitian ... 19

E. Keaslian Penelitian... 20

F. Kerangka Teori dan Konsepsi... 20

G. Metode Penelitian... 29

II PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJASAMA ANTARA PERUM BULOG DENGAN MITRA KERJA... 34

A. Sejarah berdirinya BULOG... 34

B. Perlunya Kerjasama ... 49

C. Syarat Mitra Kerja ... 55

D. Prosedur Pengikatan Perjanjian Kerjasama. ... 56

E. Hak dan Kewajiban Para pihak ... 57

(14)

A. Pengertian Wanprestasi dalam Kontrak ... 64

B. Bentuk-Bentuk Wanprestasi Dalam Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama Antara, Perum Bulog dengan Mitra Kerja ... 67

C. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Wanprestasi Dalam Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama... 71

IV PENYELESAIAN SENGKETA DALAM HAL TERJADINYA WANPRESTASI ... 76

A. Dalam Kontrak ... 76

B. Penyelesaian Sengketa Pelaksanaan Perjanjian Diluar Pengadilan. ... 83

C. Penyelesaian Sengketa Di Pengadilan ... 92

V KESIMPULAN DAN SARAN ... 102

A. Kesimpulan. ... 102

B. Saran... 103

(15)

menyelenggarakan usaha pangan pokok dan usaha lainnya yang sifatnya menyediakan pelayanan bagi kemanfaatan umum dan sekaligus memupuk keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan Perusahaan. Untuk mencapai maksud dan tujuan Perusahaan dengan persetujuan Menteri Keuangan, Perusahaan dapat melakukan kerjasama usaha atau patungan (joint Venture) dengan badan usaha lain dan dapat juga melakukan penyertaan modal dalam usaha, dengan melakukan kegiatan komersial dengan melakukan Perjanjian Kerjasama dalam bidang usaha tertentu yang dapat memberikan hasil maksimal bagi perusahaan khususnya ditinjau dari sisi nilai tambah ekonomi.

Dalam rangka mewujudkan salah satu maksud dan tujuannya, Perusahaan umum Bulog membentuk Divisi Perencanaan Pengembangan usaha, Perencanaan Pengembangan Usaha ini adalah serangkaian aktivitas komersil Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Bulog), yang bertujuan untuk mendapatkan profit pada perusahaan yang dilakukan melalui peluang usaha baru.

Dari hal tersebut, ada beberapa permasalahan yang muncul antara lain : Bagaimanakah pelaksanaan perjanjian kerjasama yang dilakukan oleh Perum Bulog dengan mitra kerja, bagaimanakah Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya wanprestasi dalam pelaksanaan perjanjian kerjasama operasional tersebut, bagaimanakah penyelesaian sengketa dalam hal terjadinya wanprestasi dalam pelaksanaan perjanjian kerjasama antara Perum Bulog dengan mitra kerja.

Untuk membahas permasalahan tersebut, maka penelitian yang dilakukan bersifat penelitian yang bersifat deskriptif analitis yaitu merupakan penelitian yang berupaya mendeskripsikan, menggambarkan, menelaah dan menjelaskan secara analitis permasalahan yang di kemukakan, menjelaskan serta menganalisa peraturan-peraturan yang berhubungan dengan Penyelesaian sengketa Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama yang dilaksanakan oleh Perum Bulog Divisi Regional Sumatera Utara dengan Mitra Kerja. Penelitian ini menggunakan pendekatan metode yuridis normative yaitu pendekatan hukum dengan melihat peraturan-peraturan, baik bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder atau pendekatan terhadap masalah dengan cara melihat dari segi peraturan perundang undangan yang berlaku, buku-buku literature, pendapat para ahli dan lain sebagainya

Hasil yang ditemukan adalah pelaksanaan perjanjian kerjasama yang dilakukan oleh Perum Bulog dengan mitra kerja dalam hal penyertaan modal perjanjiannya harus dibuat dihadapan Notaris. Terhadap perjanjian kerjasama dibidang angkutan darat milik Perum Bulog dan perdagangan beras dilakukan dengan membuat perjanjian dibawah tangan.

(16)

petani tersebut juga tidak mampu membayar biaya pembelian pupuk. Dan dikarenakan pabrik pupuk mesinnya tidak produktif, belum rampung untuk dioperasikan dan masih dalam renovasi. terjadinya wanprestasi dalam Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama dibidang Angkutan Barang milik Perum Bulog dengan Mitra Kerja disebabkan Mitra Kerja memiliki armada angkutan yang terbatas, sedangkan kapasitas kerja yang dilakukan mereka banyak. Mitra kerja dan adanya kerusakan kenderaan pengangkut yang menyebabkan keterlambatan sampainya barang/beras yang diangkut ketempat tujuan. Keterbatasan sarana yang dimiliki oleh Mitra kerja dalam perlindungan barang yang diangkut sehingga barang tersebut mengalami kerusakan, misalnya Mitra Kerja tidak memiliki terpal penutup barang yang tebal, sehingga apabila terjadi hujan dijalan barang tersebut terkena air hujan.

Mitra Kerja yang melakukan wanprestasi terhadap pelaksanaan Perjanjian Pembelian Beras antara Perum Bulog dengan Mitra Kerja dikarenakan beras yang diserahkan tidak sesuai dengan standar kualitas sebagaimana yang telah disepakati dan karena didaerah tersebut mengalamii gagal panen, sehingga Mitra Kerja kesulitan didalam memenuhi beras dengan kualitas sebagaimana yang telah tercantum dalam isi perjanjian. Upaya untuk mengatasi terjadinya wanprestasi ini agar dalam melakukan perjanjian kerjasama operasional dengan mitra kerja diupayakan dengan menggunakan akta Notaris dan dicantumkan langsung pernyataan bahwa seluruh agunan yang menjadi objek jaminan apabila terjadi wanprestasi otomatis menjadi hak Perum Bulog dan perlunya dimintakan bantuan juru taksir didalam menaksir nilai objek jaminan dan perlunya seleksii yang ketat terhadap pemilihan mitra kerja. Dalam penyelesaian sengketa jikal terjadinya wanprestasi agar ditempuh jalan litigasi yaitu ke Pengadilan agar dapat penyelesaian yang seadil-adilnya.

(17)
(18)
(19)

A. Latar Belakang

Dalam rangka usaha logistik pangan pokok Nasional secara mandiri, baik

yang bersifat pelayanan masyarakat maupun bersifat komersial, dengan Peraturan

Pemerintah nomor 7 Tahun 2003 yang berlaku sejak tanggal 20 Januari 2003,

didirikan Perusahaan Umum Bulog. Perusahaan ini merupakan Badan Usaha Milik

Negara yang diberi tugas dan wewenang untuk menyelenggarakan usaha logistik

pangan pokok dan usaha-usaha lainnya, yang sifatnya adalah menyediakan pelayanan

bagi kemanfaatan umum dan sekaligus memupuk keuntungan berdasarkan prinsip

pengelolaan Perusahaan. Untuk mencapai maksud dan tujuan perusahaan

berdasarkan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 dan Peraturan Pemerintah

Nomor 45 Tahun 2005 tentang Badan Usaha Milik Negara, Pendirian, Pengurusan

dan Pembubaran Badan Usaha Milik Negara diatur tentang pelaksanaan kegiatan

komersial yang dapat dilakukan oleh Perum Bulog, untuk mencapai maksud dan

tujuan perusahaan yang dilakukan dengan persetujuan Menteri Keuangan, Perusahaan

dapat ;

a. Melakukan kerjasama usaha atau patungan ( joint venture ) dengan badan

usaha lain

b. Membentuk anak Perusahaan

(20)

Dalam rangka mewujudkan salah satu maksud dan tujuan tersebut

Perusahaan umum Bulog membentuk Divisi Perencanaan Pengembangan usaha,

Perencanaan Pengembangan Usaha ini adalah serangkaian aktivitas komersil

Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Bulog), yang bertujuan untuk

mendapatkan profit pada perusahaan yang dilakukan melalui peluang usaha baru.

terkait dengan visi, misi, dan strategi perusahaan, baik yang bersifat baru sama sekali,

usaha baru yang merupakan tujuan dari usaha-usaha yang telah ada saat ini, maupun

usaha yang ekspansi atau untuk meningkatkan skala usaha yang dilakukan dalam

kurun waktu tertentu.

Dalam fungsinya sebagai Perusahaan Umum, maka kegiatan komersial perlu

diarahkan dalam bidang-bidang usaha tertentu yang memberikan hasil maksimal

khususnya ditinjau dari sisi nilai tambah ekonomi dan nilai tambah strategis bagi

stakeholder, dan yang berkaitan dengan pelayanan publik.

Ruang lingkup pengembangan usaha bidang komersial ini meliputi :

1. Bidang usaha jasa: adalah aktivitas usaha jasa logistik dalam turunan rantai

nilai dari kegiatan logistik ,jasa angkutan, jasa pergudangan,jasa survey dan

pemberantasan hama, jasa property, jasa manajement serta jasa pendukung

lainnya.1

2. Bidang usaha perdagangan : adalah aktivitas usaha perdagangan komoditas

hasil produksi pertanian dalam arti luas termasuk, gabah beras dan semua

produk hasil turunannya yang terkait.

1

(21)

3. Bidang usaha industri : adalah aktivitas usaha produksi manufaktur yang

dilakukan untuk menghasilkan dan meningkatkan nilai tambah dari suatu

komoditi/bahan baku dan bahan mentah yang berkaitan dengan produk

pangan pokok dan produk pendukung lainnya.

4. Bidang usaha lainnya diluar bidang usaha tersebut diatas, adalah aktivitas

usaha komersil yang dapat dilakukan oleh Perum Bulog selama itu telah

disetujui oleh Dewan Direksi maupun pihak berwenang.

Adapun konsep pengembangan usaha bidang komersial dan lainnya harus

memenuhi kriteria sebagai berikut :

1. Sesuai dengan visi, misi dan strategi perusahaan. 2. Sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

3. Memiliki potensi usaha yang jelas bila dibandingkan dengan produk sejenis, baik produksi pesaing maupun produk sendiri, baik langsung maupun tidak langsung.

4. Memiliki target pasar yang spesifik, terukur, terjangkau, segnifikan dan menguntungkan bagi perusahan dan nilai tambah bagi stake hoder.

5. Aktifitas usaha komersial lainnya yang pelaksanaannya telah disetujui oleh dewan pengawas dan atau Dereksi maupun stakeholder.2

Pendanaan untuk pelaksanaan pengembangan usaha bidang komersial dan

lainnya dijalankan dengan ketentuan sebagai berikut antara lain yaitu:

1. Pemenuhan kebutuhan dana dan anggaran dilakukan secara terpusat oleh

kantor pusat,

2. Dengan pemanfaatan dana secara optimal dari sumber internal maupun

eksternal perusahaan.

2

(22)

3. Pemenuhan kebutuhan dana dan anggaran diluar sumber dana yang diperoleh

dari kantor pusat harus memperoleh persetujuan Dereksi.

4. Hubungan kerja sama dengan lembaga keuangan dan pihak ketiga lainnya,

sebagai upaya dalam penyelenggaraan dana dan anggaran dilakukan oleh

kantor pusat, bentuk pendanaan mengacu kepada kaidah perbankan business

best practice rules yang sudah dikembangkan dan berlaku di industri yang

bersangkutan.

5. Persetujuan dan pengesahan anggaran dilakukan oleh dewan Dereksi setelah

mendapatkan rekomentasi kelayakan yang mengikuti aspek bisnis dan

kelayakan dari aspek penyelenggaraan dari divisi investasi dapat mengusulkan

pembentukan Buisness Recomendetion commite (BRC) atau pihak ketiga

independent.

Alokasi sumber daya, pemenuhan sumber daya yang dibutuhkan dalam

pelaksanaan kegiatan ini harus memenuhi kriteria sebagai berikut :

Pelaksanaan kegiatan diutamakan untuk dapat memanfaatkan sarana dan prasarana

serta sumber daya yang telah ada secara optimal. Pemenuhan kebutuhan SDM baru

diluar yang telah ada harus dilakukan berdasarkan kesesuaian kompetensi,

pengetahuan/keahlian, serta sikap dan perilaku yang selaras dengan nilai inti dan

budaya perusahaan.

Dalam hal pemenuhan kebutuhan SDM tersebut pada point tersebut

(23)

biaya-biaya yang timbul karenanya dilakukan secara mandiri dan menjadi tanggung jawab

Bidang Usahanya Komersil.3

Dalam pelaksanaan kegiatan komersil ini, Perum Bulog sangat

memperhatikan pemberdayaan potensi daerah yang meliputi :

Kegiatan usaha komersial harus dapat mengakomodasi pemberdayaan potensi

dan komoditas Unggulan daerah dan harus memperhatikan optimalisasi potensi

sumber daya Perum Bulog, baik di Divisi Regional maupun Sub Divisi Regional

dalam rangka pemanfaatan peluang usaha di daerah.

Ruang lingkup penelitian yang akan dipaparkan oleh peneliti adalah beberapa

persoalan penyelesaian sengketa pelaksanaan perjanjian kerjasama operasional

antara Perum Bulog Divisi Regional Sumatera Utara dengan Mitra Kerja yang sangat

perlu mendapat penyelesaian secara Hukum yakni;

I. Penyelesaian sengketa pelaksanaan perjanjian kerjasama operasional di Bidang Perdagangan yang dilakukan antara Perum Bulog Sub Divisi Regional Sumatera Utara dengan CV.Tolan Dua Permai.

Dalam pelaksanaan Kerjasama ini Perum Bulog Sub Divisi Regional

Pematang Siantar terlebih dahulu mengajukan Proposal Kerja Sama Operasi (KSO)

ke Perum Bulog Divisi Regional Sumatera Utara, proposal mana berisi rencana

Kerjasama Operasional dibidang pemasaran dan perdagangan pupuk NPK Evolution

dan SOR SR-178 dengan CV. Tolan Dua Permai. CV. Tolan Dua Permai merupakan

salah satu Perusahaan Comonditer yang bergerak khusus dibidang penyaluran pupuk

3

(24)

di Pematang Siantar yang berdomisili dijalan Medan Km 6,5 No 277 Simpang

Karang Sari Pematang Siantar.

Proposal Kerjasama Operasional tersebut disampaikan kepada Direktur

Pengembangan Usaha Perum Bulog Pusat dan mendapat persetujuan untuk

pelaksanaannya. Perum Bulog Pusat memberikan modal kerja sebesar Rp

625.000.000 yang ditransfer ke rekening Komersil Perum Bulog Divisi Regional

Sumatera Utara dengan syarat penggunaan modal kerja yang diberikan secara cermat,

tepat dan melaporkan secara berkala pelaksanaannya. Pemberian modal kerja tersebut

disetor kerekening pihak kedua atas nama Direktur yakni Tony Patogap Simatupang

di Bank Rakyat Indonesia Cabang Pematang Siantar dengan Nomor Rekening

0113-01-023235-50-2.

Sehubungan dengan proposal dan persetujuan diatas dibuatlah perjanjian kerja

sama antara H.M.Usman.SH sebagai Kasub Divisi II P.Siantar dengan Tony Patogap

Simatupang , Direktur CV.Tolan Dua Permai.

Kontrak kerja sama tersebut dibuat dihadapan Notaris Aloina Sinulingga

Sarjana Hukum dalam akta perjanjian kerjasama Nomor 7 tanggal 21 Maret 2005

yang berisi kesepakatan kedua belah pihak dalam pelaksanaan kerjasama dibidang

pemasaran dan pendistribusian pupuk, yang mana pihak kedua (CV.Tolan Dua

Permai) membutuhkan dana pembelian dan pengambilan pupuk tersebut dari

produsen, sedangkan pihak pertama dalam kedudukannya sebagai Kepala Perum

Bulog Sub Divisi Regional II Pematang Siantar memiliki dana yang dibutuhkan.

(25)

pupuk NPK Evolution dan SOR SR-178 kepada petani untuk wilayah Sumatera

Utara sebanyak 450 Ton ditambah biaya operasionalnya sehingga total modal kerja

yang dibutuhkan sebesar Rp 650.110.000 yang akan diputar kembali selama satu

semester atau dalam waktu enam bulan lamanya sebagai modal awal bergerak dan

selanjutnya dapat diperpanjang enam bulan kedepan. Perincian penjualan dari pupuk

tersebut adalah sebagai berikut ;

1. NPK Evolution Butiran (tablet) sebanyak 90 Ton dengan harga perton adalah

Rp 2.200.000, sehingga total harga penjualan sebesar Rp 198.000.000.

2. NPK Evolution (tepung) sebanyak 150 Ton dengan harga perton Rp

1.800.000 sehingga total harga penjualan Rp 270.000.000

3. SOR SR-178 (tepung) sebanyak 120 Ton dengan harga perton Rp 1.400.000

sehingga total harga penjualan sebesar Rp 168.000.000

Adapun keuntungan atau profit kotor yang diperoleh dari hasil penjualan

tersebut sebesar Rp 798.000.000 dikurangi modal usaha sebesar Rp 650.000.000

dikurangi biaya Bank, pajak, dan biaya –biaya lainnya maka diperoleh profit bersih

seluruhnya sebesar Rp 85.422.099. Dari keuntungan bersih tersebut diatas kedua

belah pihak masing-masing berhak memperoleh bagian 50% . Keuntungan tersebut

akan disetor oleh pihak kedua kepada pihak pertama melalui Bank Rakyat Indonesia

Cabang Pematang Siantar dengan Nomor Rekening 0113.01.000337.30. Apabila

pihak kedua terlambat menyetor bagian keuntungan kepada pihak pertama, maka

untuk setiap hari keterlambatan tersebut dikenakan denda sebesar 1% perhari dan

(26)

batal demi hukum dengan mengesampingkan pasal 1266 dan pasal 1267 dari Kitab

Undang – Undang Hukum Perdata Indonesia, dengan mengembalikan seluruh modal

pihak pertama yang telah disetor kerekening pihak kedua berikut denda. Apabila

perjanjian ini telah batal demi hukum dan pihak kedua tidak dapat memenuhi

kewajibannya maka pihak kedua secara pribadi dengan persetujuan istrinya bersedia

menyerahkan pihak pertama sebagai jaminan atas nama pribadinya sebagai berikut :

a. Sebidang tanah yang di kuasai Negara seluas lebih kurang 2.500M2 atau

dengan luas 25 m x 100 m yang terletak di kecamatan Huta Bayu Raja, Desa

Hombang, Kabupaten Simalungun.

b. Sebidang tanah Hak milik nomor 119 seluas 19.994 M2 yang terletak di

Kecamatan Tanah Jawa, Desa Meriah Humbang Kabupaten Simalungun.

c. Sebidang tanah Hak milik nomor 155, seluas 380 m yang terletak di

Kecamatan Huta Bayu Kabupaten Simalungun.

d. Sebidang tanah Hak milik nomor 43, seluas 4.807 M2 yang terletak di

Kecamatan Tanah Jawa, Desa Meriah Hutagalung, Kabupaten Simalungun.

e. Sebidang tanah yang terletak di desa Perdagangan I Kecamatan Bandar

Kabupaten Simalungun seluas 716 M2 berdasarkan sertifikat Nomor 620

tertanggal 29 Mei 1998.

Kerja sama ini berjalan normal hanya 1 bulan (Bulan Maret 2005), dimana

CV. Tolan Dua Permai hanya membayar kewajibannya sebesar Rp 64.357.295 dari

modal kerja Rp 625.000.000 kemudian, pada Bulan April 2005 dan seterusnya kerja

(27)

kerja sama operasional tersebut yang dibuat dihadapan Notaris Aloina Sinulingga

Sarjana Hukum dengan akta nomor 15 tanggal 10 Agustus 2005, yang mana

perubahan akta tersebut semula penjualan pupuk adalah cash, diubah menjadi kerja

sama, dengan sistem pola panen, dalam artian bahwa penjualan pupuk dilakukan

kepada petani yang mana pembayarannya dilakukan setelah petani panen. Sistim pola

panen inipun ternyata tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan, sampai dengan

awal Desember CV. Tolan Dua Permai tidak menyelesaikan kewajibannya.

Tunggakan kewajiban CV.Tolan Dua Permai sebesar Rp 830.942.768 kepada

pihak Perum Bulog Sub Divre II Pematang Siantar tidak dapat dipenuhi. Dalam

menyikapi masalah ini Perum Bulog Divisi Regional Sumatera Utara memanggil

Kepala Sub Divisi Regional II Pematang Siantar untuk dimintai keterangannya, dari

hasil keterangan yang diperoleh Divisi Regional Sumatera Utara menganggap bahwa

kerugian perusahaan terjadi dikarenakan kelalaian dan kekurang hati-hatian Kepala

Sub divisi II Pematang Siantar dan oleh sebab itu Kepala Divisi Regional Sumatera

Utara menerbitkan Surat Pemberitahuan Kerugian Keuangan yang isinya meminta

pertanggung jawaban pembayaran atas kerugian yang dialami Perusahaan sebesar Rp

687.500.000, sebagaimana yang diatur dalam Pedoman Penyelesaian Kerugian

dilingkungan Perum Bulog yang tertuang dalam Surat Keputusan Direktur No

(28)

Dalam hal penyelesaian piutang ekstern ditempuh langkah-langkah sebagai

berikut :

1. Mengefektifkan penagihan dengan membuat perjanjian pengakuan hutang

disertai penyerahan jaminan dengan kuasa menjual yang dibuat dalam bentuk

notariil akta

2. Mengupayakan penarikan jaminan dengan kuasa menjual yang dibuat dalam

bentuk notaril akta

3. Melakukan penjualan jaminan hutang untuk pelunasan hutang

4. Meminta kejaksaan Negeri Siantar sebagai pengacara Negara untuk

membantu menindak lanjuti. Melalui Surat No B-01/N.2.24/Gp.2/01/2006,

tanggal 3 Januari 2006 Kejaksaan Negeri Pematang Siantar berupaya

memanggil Tony Patogap Simatupang menghadap kekantor Kejaksaan Negeri

Pematang Siantar, namun upaya pemanggilan tersebut tidak dipenuhi

sehingga kepala Perum Bulog Sub Divisi Regional II Pematang Siantar

memberikan kuasa kepada Kejaksaan Negeri Siantar selaku Pengacara Negara

untuk mengajukan Gugatan Perdata Kepada Ketua Pengadilan Negeri

Pematang Siantar terhadap perbuatan (Tony Patogap Simatupang).

II. Penyelesaian sengketa pelaksanaan perjanjian kerjasaman angkutan barang milik Perum Bulog dengan mitra Kerja

Bahwa tugas pokok Bulog menurut Kepres Nomor 50 tahun 1995 adalah

membantu Presiden dalam mengendalikan harga dan mengelola persediaan beras

(29)

kebutuhan pangan berdasarkan keputusan umum pemerintah. Bahwa untuk

melaksanakan tugas pokok tersebut, Perum Bulog menyelenggarakan beberapa fungsi

diantaranya adalah pengadaan dalam negeri.

Dalam rangka mengadaan dalam negeri ini, penyebaran terhadap komoditinya

dilakukan dengan angkutan darat dan angkutan laut sebagaimana diatur dalam

keputusan Direksi Perum Bulog No KD-18/DU.000/01/2009, tanggal 16 januari

2009. Kegiatan angkutan dilaksanakan oleh perusahaan jasa angkutan yang

memenuhi persyaratan dalam melakukan pemindahan barang milik Perum Bulog

secara regional maupun lokal.

Adapun metode dan prosedur pengadaan jasa dan angkutan dilakukan dengan

beberapa cara yakni;

a. Pelelangan umum atau terbatas untuk angkutan diatas 2.000 ton

b. Pemilihan langsung, untuk angkutan diatas 1.000 ton sampai dengan 2.000 ton

c. Penunjukan langsung untuk angkutan sampai dengan 1.000 ton.4

d. Dalam melaksanakan pengadaan jasa angkutan Perum Bulog Divisi

e. Penunjukan langsung untuk angkutan sampai dengan 1.000 ton.5

Dalam melaksanakan pengadaan jasa angkutan Perum Bulog Divisi Regional

membentuk panitia pelelangan jasa angkutan barang, membuat surat penetapan

pengangkut sesuai dengan hasil pemenang pelelangan, membuat dan menandatangani

4

Keputusan Direksi Perusahaan Umum Bulog No : KD-18/DU.000/01/2009. Peraturan

Angkutan Barang Dalam Negeri di Lingkungan Perusahaan Umum Bulog, hal 4.

5

Keputusan Direksi Perusahaan Umum Bulog No : KD-18/DU.000/01/2009. Peraturan

(30)

perjanjian jasa angkutan dengan pengangkut yang dinyatakan menang. 6 Disamping

itu pengangkut harus menyediakan biaya dan peralatan serta sarana angkutan yang

memadai untuk menjamin terselenggaranya kegiatan angkutan dengan

sebaik-baiknya. Pengangkut diberikan wewenang dalam berhubungan dengan pihak-pihak

lain yang terkait untuk kelancaran pelaksanaan angkutan dapat bertindak mewakili

kepentingan Perum Bulog selaku pemilik barang dan berwenang menolak untuk

mengangkut barang yang menurut bukti-bukti yang sah tidak sesuai kuantum maupun

berat netto, jenis/kualitas barang yang ditugaskan kepadanya untuk diangkut. Apabila

dalam melakukan pengangkutan tersebut timbul kerugian akibat kesusutan,

kekurangan, kerusakan barang selama dalam penguasaannya maka tanggung jawab

terhadap terjadinya kerugian tersebut dibebankan kepada pengangkut. Besarnya ganti

rugi tersebut adalah sebesar kesusutan, kekurangan, kerusakan yang terjadi dikalikan

harga barang dan seluruh barang yang rusak diserahkan kepada pengangkut.

Terhadap keterlambatan pelaksanaan angkutan dari waktu yang ditetapkan dalam

perjanjian angkutan, maka untuk setiap keterlambatan pengangkut dikenakan klaim

sebesar 1% per hari dari nilai uang jasa angkutan untuk barang yang belum

diserahkan. Jika pengangkut dapat membuktikan bahwa dengan disertai alat bukti

yang sah bahwa kerugian tersebut karena force majeur, maka ia dibebaskan dari

beban tanggung jawab atas kerugian tersebut. Pada kenyataannya kesusutan,

kekurangan yang terjadi sebabkan unsur kesengajaan dari pihak pengangkut,

sedangkan terhadap kerusakan barang hal ini sering terjadi karena kelalaian dari

6

(31)

pihak pengangkut dan sering juga terjadi karena force majeur, yakni terjadi hujan

lebat yang menyebabkan beras yang diangkut basah sehingga ketika sampai ditempat

tujuan beras tersebut sudah berbau busuk.

Penyelesaian dan pembayaran ganri rugi terhadap kesalahan dan kelalaian yang dilakukan oleh mitra usaha Perum Bulog melakukan tindakan dengan cara ;

1) Menerbitkan Nota Klaim untuk dasar memotong tagihan biaya angkutan yang diajukan pengangkut

2) Apabila biaya angkutan yang ditagih oleh pengangkut tidak mencukupi untuk melunasi klaim yang dibebankan , maka kekurangan pemotongan klaim harus diperhitungkan dengan jaminan yang ada, apabila belum mencukupi maka kekurangannya harus dibayar dengan tunai.

3) Jika kedua cara tersebut diatas juga tidak dapat menyelesaikan masalah kerugian tersebut Perum Bulog dapat melakukan tindakan Hukum guna mencegah terjadinya kerugian

4) Apabila pengangkut mengajukan keberatan terhadap pembebanan ganti rugi tersebut , maka Perum Bulog harus mengkaji dan memutuskannya sesuai ketentuan yang berlaku.7

III Penyelesaian sengketa pelaksanaan Perjanjian Jual Beli Beras antara Perum Bulog Divisi Regional Sumatera Utara dengan CV.Hasil Tani Sejahtera

Pengadaan Beras dalam Negeri Perum Bulog adalah kegiatan pembelian beras

yang dilakukan oleh Perum Bulog dalam rangka penugasan kegiatan Pelayanan

Publik ( Publik Service Obligation ) berdasarkan ketentuan Instruksi Presiden No 7

tahun 2009 tanggal 29 Desember 2009 tentang kebijakan perberasan, yang

memberikan landasan operasional dalam pelaksanaan pengadaan beras dalam negeri.

Sasaran yang hendak dicapai adalah :

7

(32)

1) Untuk mengarahkan pelaksanaan Pengadaan beras Dalam Negeri

2) Petani prodesen dalam negeri mendapatkan harga jual yang wajar sesuai harga

ketentuan Harga Pembelian Pemerintah (HPP)

3) Menyediakan Stok pangan untuk keperluan

a. Penyaluran beras bersubsidi bagi kelompok masyarakat berpendapatan

rendah (RASKIN) dan rawan pangan.

b. Penyaluran beras untuk menanggulangi keadaan darurat dan bencana alam

c. Pemupukan Cadangan Beras Pemerintah (CBP)

d. Pasaran Umum dan lainnya

Pengadaan Dalam Negeri ini pada dasarnya dilaksanakan berdasarkan

prognosa pengadaan Dalam Negeri pada tahun berjalan yakni :

1. Prognosa pengadaan Dalam Negeri dibuat berdasarkan perhitungan kebutuhan

Perum Bulog terhadap stok beras untuk keprluan penyaluran serta stok akhir

yang diperlukan.

2. Prognosa pengadaan Dalam Negeri dibuat secara berjenjang mulai dari tingkat

Pusat yang dirinci perDivisi Regional selanjutnya ditingkat Divisi Regional di

Breakdown per Sub Divre Prognosa dirinci perbulan perkomoditi beras sesuai

kebutuhan dan kondisi objektif daerah masing-masing, yang akan dijadikan

dasar perncanaan kebutuhan dana dan sarana pengadaan lainnya sebagaimana

tertuang dalam Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP). 8

(33)

Pengadaan Beras Dalam Negeri ini dilaksanakan melalui :

1. Mitra Kerja Pengadaan Beras Dalam Negeri

2. Unit Pengelolaan Gabah / Beras

3. Satuan Tugas Operasional Pengadaan Gabah Dalam Negeri9

Pelaksanaan Pengadaan Beras Dalam Negeri melalui Mitra Kerja dilakukan

dengan prosedur :

1) Mitra Kerja mengajukan permohonan pengadaan beras berdasarkan

permohonan tersebut Kepala Divisi Regional Sumatera Utara menentukan

jumlah, waktu dan tempat pelaksanaan pengadaan

2) Kepala Divisi Regional Sumatera Utara membuat Perjanjian Jual Beli Beras

dengan Mitra Kerja dan menerbitkan Deliver Order (DO) karung kuralon dan

karung plastic kepada mitra kerja dengan terlebih dahulu menyerahkan

jaminan atas karung plastik dan karung kuralon tersebut.

3) Penentuan kuantum Perjanjian Jual Beli disesuaikan dengan kapasitas

penggilingan yang dimiliki/dikuasai mitra kerja.

4) Mitra kerja membuat surat pernyataan Pakta Integritas bahwa beras yang

diserahkan / dimasukkan ke gudang Bulog merupakan hasil panen

tahunberjalan dan telah memenuhi persyaratan kualitas yang ditetapkan Perum

Bulog. Mitra Kerja menyerahkan beras sesuai Perjanjian Jual Beli yang

8

Pedoman Umum dan Standar Operasional prosedur Pengadaan Beras Dalam Negeri Perum Bulog Tahun 2009

(34)

ditunjuk untuk dilakukan pemerikasaan kualitas oleh Petugas Pemeriksa

Kualitas Beras.

5) Berdasarkan hasil pemeriksan kualitas oleh petugas pemeriksa kualitas beras

yang dituangkan dalam risalah Pemeriksaan Kualitas (RPK).

6) Beras yang memenuhi persyaratan diterima oleh Kepala Gudang untuk

kemudian disimpan digudang Bulog

7) Atas penyerahan beras kepada Kepala Gudang, Mitra Kerja berhak

memperoleh GDIM dan LHPK. Kemasan dan Label beras pengadaan dalam

negeri dengan menggunakan karung plastik baru / bekas kondisi baik

disediakan oleh mitra kerja yang ukuran, isi dan tarranya ditetapkan oleh

Perum Bulog10

8) Untuk pembayaran harga beras kepada mitra kerja dilakukan oleh Divisi

regional atau Sub Divisi regional dengan menerbitkan Surat perintah

Pembayaran (SPP) kepada Bank pelaksana Kredit Perum Bulog. Apabila

didaerah tersebut tidak terdapat Bank pelaksana Kredit Perum Bulog, Divisi

Regional Sumatera Utara dengan Bank pelaksana Kredit Perum Bulog dapat

menunjuk Bank pelaksana kredit lainnya atau Bank koresponden.

Untuk pembayaran harga beras kepada mitra kerja dilakukan oleh Divisi

Regional atau Sub Divisi regional dengan menerbitkan Surat perintah Pembayaran

(SPP) kepada Bank pelaksana Kredit Perum Bulog. Apabila didaerah tersebut tidak

terdapat Bank pelaksana Kredit Perum Bulog, Divisi Regional Sumatera Utara

10

(35)

dengan Bank pelaksana Kredit Perum Bulog dapat menunjuk Bank pelaksana kredit

lainnya atau Bank koresponden.

Menurut Pasal 1233 Kitab Undang-undang Hukum Perdata :

“Tiap-tiap perikatan dilahirkan, baik karena persetujuan, baik karena undang-undang

dan pada pasal 1234 KUH perdata, dikatakan bahwa tiap-tiap perikatan adalah untuk

memberikan sesuatu untuk berbuat sesuatu atau untuk tidak berbuat sesuatu.

Menurut R. Subekti yang dimaksud dengan perikatan adalah suatu perhubungan hukum antara dua orang atau dua pihak berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak yang lain dan pihak yang lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu .Pihak yang berhak menuntut sesuatu dinamakan kreditor dari pihak yang berkewajiban memenuhi tuntutan di namakan debitur11

Dalam perikatan apabila terjadi Wanprestasi maka dapat dipaksakan

pelaksanaan prestasinya di sebut dengan Obligato Naturalis yang berarti bahwa

pemenuhan perikatan itu bukan hanya merupakan kewajiban hukum tetapi juga

kewajiban moral.

Wanprestasi adalah suatu keadaan tidak dilaksanakannya apa yang tidak

diperjanjikan dalam suatu perjanjian oleh karena kelalaian salah satu pihak yang

melakukan perjanjian.12

Terdapat empat bentuk wanprestasi, yaitu;

1. Tidak melakukan yang disanggupi akan dilaksanakannya

2. Melakukan apa yang dijanjikan tetapi tidak sebagaimana yang dijanjikan

11

R.Subekti, Hukum Perjanjian, PT.Intermasa, Jakarta, 1985, Cetakan 15, hal 1

12

(36)

3. Melaksanakan apa yang dijanjikan, tetapi terlambat

4. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan.

Pihak yang lalai dan melakukan wanprestasi dapat di gugat di depan hakim

tentang wanprestasi ini harus di nyatakan dahulu secara tertulis, yaitu dengan

memperhatikan pihak tersebut, bahwa pihak yang lain mengkehendaki pembayaran

seketika atau dalam jangka waktu yang pendek, peringatan atau tagihan ini di sebut

somasi. Cara melakukan somasi ini di tentukan dalam pasal 1238 KUH Perdata.

Dari uraian tersebut diatas menjadi motivasi bagi penulis untuk melakukan

penelitian ini, agar kedepannya di dalam melaksanakan Perjanjian kerjasama dengan

mitra kerja, memperhatikan prinsip kehati-hatian dalam memilih dan menyeleksi

mitra kerja sehingga tidak terjadi kerugian besar dikemudian hari.

B. Perumusan Masalah

Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah pelaksanaan perjanjian kerjasama yang dilakukan oleh Perum

Bulog dengan mitra kerja?

2. Apakah Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya wanprestasi dalam

pelaksanaan perjanjian kerjasama operasional tersebut ?

3. Bagaimanakah penyelesaian sengketa dalam hal terjadinya wanprestasi dalam

(37)

C . Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini :

a. Untuk mengkaji pelaksanaan kerjasama yang dilakukan oleh Perum Bulog

Divisi Regional Sumatera Utara dengan mitra kerja

b. Untuk mengkaji faktor-faktor yang menyebabkan wanprestasi dalam

pelaksanaan kerjasama tersebut

c. Untuk mengkaji cara penyelesaian terhadap perbuatan wanprestasi dalam

pelaksanan perjanjian kerjasama antara Perum Bulog dengan mitra kerja

Oleh karena itu tujuan fungsional dalam penelitian ini, peneliti ingin

menyumbangkan pemikiran-pemikiran dalam bidang hukum khususnya tentang

penyelesaian sengketa wanprestasi dalam pelaksanaan kerjasama antara Perum Bulog

Divisi Regional Sumatera Utara dengan mitra kerja .

D . Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

Mengharapkan bahwa hasil penelitian ini dapat menyumbangkan penilaian di

bidang hukum yang akan mengembangkan disiplin ilmu hukum, khususnya

mengenai pelaksanaan suatu perjanjian, sanksi-sanksi yang harus

dicantumkan dalam perjanjian dan menelaah kelemahan – kelemahan yang

diperbuat sehingga menimbulkan wanprestasi dalam melakukan perjanjian

kerjasama serta mencari jalan keluar serta cara penyelesaian masalah dan

(38)

2. Secara Praktis

Mengharapkan bahwa hasil penelitian ini dapat memberikan jalan akurat

terhadap penyelesaian permasalahan yang diteliti dan juga di samping itu hasil

penelitian ini dapat mengungkapkan teori-teori baru serta pengembangan

teori-teori yang sudah ada.

E . Keaslian Penelitian

Berdasarkan penelusuran kepustakaan baik perpustakaan pusat maupun yang

ada di sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, ternyata belum di temukan

judul mengenai penyelesaian sengketa pelaksanaan perjanjian kerjasama operasional

antara Perum Bulog Divisi Regional Sumatera Utara dengan mitra kerja oleh karena

itu, penulisan ini dapat dikatakan asli.

F . Kerangka Teori dan Konsep

1. Kerangka Teori

Kerangka teori adalah langkah penilaian atau butir-butir pendapat, teori, tesis

mengenai suatu kasus permasalahan (problem) yang menjadi bahan pembanding,

pegangan teoritis.13

Menurut Dr. Siswojo teori dapat di artikan sebagai seperangkat konsep dan

defenisi yang saling berhubungan yang mencerminkan suatu pandangan sistematik

13

(39)

mengenai fenomena dengan menerangkan hubungan antara variabel dengan tujuan

untuk menerangkan dan menambahkan fenomena.

Masyarakat Indonesia pada khususnya mempunyai pendapat-pendapat

tertentu mengenai hukum :

1. Hukum diartikan sebagai ilmu pengetahuan

2. Hukum diartikan sebagai disiplin

3. Hukum diartikan sebagai tata hukum (yakni hukum positif tertulis)

4. Hukum diartikan sebagai norma atau kaidah ,yakni patokan perilaku pantas

yang diharapkan

5. Hukum diartikan sebagai petugas atau pejabat

6. Hukum dianggap sebagai keputusan pejabat atau penguasa

7. Hukum diartikan sebagai proses pemerintahan

8. Hukum diartikan sebagai perilaku teratur dan cocok

9. Hukum diartikan sebagai jalinan nilai

10. Hukum diartikan sebagai seni14

Hukum yang didukung oleh sejumlah azas ,azas-azas tersebut

bertingkat-tingkat mulai dari grundnorm yaitu Pancasila sebagai azas filosofis kemudian

Undang-Undang Dasar 45 sebagai azas konstitusional, dan akhirnya undang-undang

sebagai azas operasional15

14

Soerjono Soekamto, Op.Cit, hal 33

15

(40)

Selama ini orang memandang hukum itu identik dengan peraturan

perundang-undangan, padahal peraturan perundang-undangan itu merupakan salah satu unsur

dari keseluruhan sistim hukum, sistim adalah keseluruhan bangunan.

Hukum sebagai suatu sistem sebagaimana yang dikemukakan oleh Sunaryati

Hartono tersebut diatas harus berjalan seimbang dari ketujuh unsur tersebut dan tidak

bisa dijalankan secara parsial, karena jika dijalankan secara parsial maka sistem tidak

jalan dengan baik, sistem dapat berjalan dengan baik ketujuh unsur itu berjalan secara

seimbang.

Hukum juga mengatur hubungan antara orang perorangan yang melakukan

suatu perikatan, perikatan merupakan suatu kewajiban atas suatu prestasi.

Di dalam suatu perikatan apabila terjadi wanprestasi, maka dapat di paksakan

pelaksanaan prestasinya di sebut dengan Obligato Naturalis, yang berarti bahwa

pemenuhan perikatan itu bukan hanya merupakan kewajiban hukum tetapi juga

kewajiban moral.

Dalam bentuknya, perjanjian itu berupa suatu rangkaian perikatan yang

mengandung janji-janji atau kesanggupan yang di ucapkan atau di tulis. Disini dapat

di lihat bahwa perikatan adalah pengertian abstrak, sedangkan perjanjian adalah suatu

hal yang konkrit atau suatu peristiwa.16

Oleh karena itu, hubungan antara perikatan dan perjanjian dapat di

bandingkan dengan kejadian dan akibat dari kejadian. Perikatan adalah kejadian dan

perikatan adalah akibat kejadian. Lazimnya suatu perjanjian adalah hubungan timbal

16

(41)

balik, artinya suatu pihak yang memperoleh hak-hak dari perjanjian itu juga

menerima kewajiban-kewajiban yang merupakan konsekuensi dari hak-hak yang di

perolehnya. Hugo De Groot mengemukakan bahwa “Azas hukum alam menentukan

janji itu mengikat” (pacta sunt servanda).17

Dari pengertian di atas di jumpai di dalamnya beberapa unsur dari perjanjian

itu antara lain, adanya hubungan hukum yang mengikat hukum kekayaan antara 2

orang atau lebih, memberi hak pada satu pihak dan kewajiban pada pihak lain tentang

suatu prestasi.

Menurut Agus Yudha Hernoko Perjanjian itu atau persetujuan mempunyai

pengertian yang sama dengan kontrak18 oleh karena itu dalam penelitian ini kedua

istilah tersebut akan digunakan bersama-sama yang bertujuan untuk memudahkan

pemahaman terhadap rangkaian kalimat yang disusun. Menurut Subekti bahwa

perjanjian adalah suatu peristiwa di mana seseorang berjanji kepada seorang lain atau

di mana ke dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal.19

M. Yahya Harahap mengatakan perjanjian mengandung pengertian “ Suatu

hubungan kekayaan atau harta benda antara dua orang atau lebih memberikan

kekuatan hak pada suatu pihak untuk memperoleh prestasi dan sekaligus mewajibkan

para pihak lain untuk menunaikan prestasi.20

17

Prof.Dr.Mariam Darus Badrulzaman,SH,Pfor.Dr.Sutan Remi Syahdeini,SH,Prof.Dr.Heru Supraptono,SH, _SE,Prof Dr.H.Faturrahman Djamil,M.A, Taryana Sunandar,SH.MH, Kompilasi

Hukum Perikatan, PT.Citra Aditya Bakti,Bandung 2001

18

DR.Agus Yudho Harnoko, SH, Mh, Hukum Perjanjian Azas Proporsional itas Dalam Kontrak Komersil , Laksbang Mediatama Yogyakarta kerjasama dengan Kantor Advocat Hufron

19

R. Subekti , opcit hal 3

20

(42)

Saat terjadinya perjanjian ini adalah merupakan suatu hal atau masalah yang

penting dalam hukum perjanjian demi terciptanya suatu kepastian hukum yang di

harapkan oleh pihak-pihak khususnya untuk itu para ahli telah menciptakan beberapa

teori tentang terciptanya perjanjian.

Konsekuensi dari perjanjian adalah memenuhi kewajiban-kewajiban yang

harus di laksanakan para pihak, kewajiban-kewajiban yang di bebankan para pihak

dapat di artikan suatu prestasi yaitu sesuatu yang wajib di penuhi oleh debitor.

21

Sehingga ketiadaan pemenuhan atau kegagalan atau pihak lainnya dalam perjanjian

ini untuk melaksanakan kontra prestasi merupakan suatu pelanggaran terhadap

perjanjian (wanprestasi).

Akibat yang sangat penting dari tidak di penuhinya perikatan ialah bahwa

kreditur dapat meminta ganti rugi atas ongkos, rugi, dan bunga yang di deritanya

untuk adanya kewajiban ganti rugi bagi debitur maka undang-undang menentukan

bahwa debitur harus terlebih dahulu dinyatakan dalam keadaan lalai

(Ingebrelustelling). Dengan kata lain, apabila seseorang melakukan kesalahan atau

kelalaian yang menyebabkan kerugian bagi orang lain, maka ia harus bertanggung

jawab bukan hanya atas kerugian akibat perbuatannya ,melainkan atas kerugian yang

disebabkan kelalaiannya. Akibat kerugian yang diderita pihak debitur, dapat

dilakukan gugatan ke pengadilan negeri sehubungan perjanjian yang dilakukan oleh

para pihak. Atas dasar gugatan tersebut, akan diperoleh putusan pengadilan yang

berisi ketetapan pihak yang harus bertanggung jawab terhadap kerugian yang diderita

21

(43)

debitur. Pertanggung jawaban ganti kerugian tersebut, dapat diperoleh dengan

memohon kepada pengadilan untuk melakukan sita jaminan atas objek jaminan dalam

perjanjian.

Setiap debitur mempunyai kewajiban menyerahkan prestasi kepada kreditur,

karena itu debitur mempunyai kewajiban untuk melakukan prestasinya (Shuld),

apabila debitur tidak memenuhi kewajibannya membayar hutang tersebut, misalnya

adanya ikatan jaminan hutang.22

Setiap kreditur mempunyai piutang terhadap debitur, maka para kreditur

mempunyai hak menagih piutang tersebut, sebesar piutangnya pada debitur itu.

Menurut para sarjana shuld dan haftung itu dapat dibedakan akan tetapi pada

hakekatnya tidak dapat dipisahkan.

Setiap kreditur mempunyai piutang terhadap debitur, maka para kreditur

mempunyai hak menagih piutang tersebut, sebesar piutangnya pada debitur itu.

Menurut para sarjana shuld dan haftung itu dapat dibedakan akan tetapi pada

hakekatnya tidak dapat dipisahkan.

Dalam pasal 1131 KUH Perdata disebutkan bahwa “segala kebendaan

siberutang ,baik yang bergerak maupun yang tak bergerak, baik yang sudah ada

maupun yang akan ada dikemudiaa hari ,menjadi tanggungan untuk segala perikatan

perseorangan“. Menurut hukum perdata terdapat 2 jenis jaminan, yaitu, Jaminan

perorangan (personal quaranty), yaitu jaminan yang hanya mempunyai hubungan

22

(44)

langsung dengan pihak pemberi jaminan, bukan terhadap benda tertentu, yang hanya

dapat dipertahankan terhadap orang-orang tertentu.23

Segala kebendaan si berhutang, baik yang bergerak maupun tak bergerak,

yang sudah ada maupun yang baru akan ada dikemudian hari, menjadi tanggungan

untuk segala perikatannya perseorangan. Jadi hak tagihan seorang kreditur dijamin

dengan :

1. Semua barang-barang debitur yang sudah ada, artinya yang sudah ada saat

hutang dibuat.

2. Semua barang yang akan ada, disini berarti barang –barang yang pada saat

pembuatan hutang belum menjadi kepunyaan debitur, tetapi kemudian

menjadi miliknya, dengan kata lain hak kreditur meliputi barang-barang yang

akan menjadi milik debitur, asal kemudian menjadi miliknya baik barang

bergerak maupun tak bergerak. Ini menunjukkan, bahwa piutang kreditur

menindih pada seluruh harta debitur tanpa kecuali.

Dalam perkembangannya sekarang ini jaminan perorangan diwajibkan untuk

mengikut sertakan kebendaan yang dimiliki oleh yang memberikan jaminan tersebut,

dengan membuat daftar harta benda yang dijaminkan bahkan terhadap benda tersebut

apabila dipandang perlu oleh kreditur diwajibkan kepadanya untuk

mengasuransikannya. Jaminan kebendaan (personalijke en zakerheid), yaitu jaminan

yang berupa hak mutlak atas sesuatu benda dengan cirri-ciri mempunyai hubungan

23

(45)

langsung dengan benda tertentu dari debitur atau pihak ke tiga sebagai penjamin,

dapat dipertahankan terhadap siapapun, selalu mengikuti bendanya dan dapat

diperalihkan. Jaminan kebendaan ini selain dapat diadakan antara kreditur dengan

debiturnya dapat juga diadakan antara pihak kreditur dengan pihak ketiga yang

menjamin dipenuhinya kewajiban siberutang (debitur) sehingga hak kebendaan ini

memberikan kekuasaan yang langsung terhadap bendanya.

Yang termasuk dalam jaminan kebendaan adalah : hak tanggungan, hipotik,

gadai, dan jaminan fidusia.24

Ada dua pertimbangan yang setidaknya menjadi persyaratan utama untuk

sesuatu benda dapat diterima sebagai jaminan, yaitu : Secured, artinya benda jaminan

dapat diadakan pengikatan secara yuridis formal, sesuai dengan ketentuan hukum

dan perundang-undangan. Jika dikemudian hari terjadi wanprestasi dari debitur, maka

pihak kreditur memiliki kekuatan yuridis untuk melakukan tindakan eksekusi.

Marketable, artinya benda jaminan tersebut bila hendak dieksekusi dapat segera

dijual dan diuangkan untuk melunasi seluruh kewajiban debitur.25

Pasal 1241 KUH Perdata dikatakan, “apabila perikatan tidak dilaksanakannya,

maka siberpiutang boleh juga dikuasakan supaya ia sendirilah mengusahakan

pelaksanaannya atas biaya siberhutang”.

24

Munir Fuady,SH.MH,LLM, Hukum Kontrak Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis, PT,Citra Aditya Bakti ,Bandung.

25

(46)

Kreditur dapat mewujudkan sendiri prestasi yang dijanjikan dengan biaya

debitur berdasarkan kuasa yang diberikan hakim, apabila debitur enggan

melaksanakan prestasi itu, (riil eksekusi). Sebagaimana diketahui, untuk

melaksanakan riil eksekusi itu harus dipenuhi satu syarat yaitu izin dari hakim ini

adalah, sebagai akibat berlakunya azas hukum yaitu orang tidak diperbolehkan

menjadi hakim sendiri. Seorang kreditur yang menghendaki pelaksanaan suatu

perjanjian dari seorang debitur yang tidak memenuhi kewajibannya, harus minta

bantuan dari Pengadilan.

2. Konsepsi

Kerangka konsep sehubungan dengan penelitian ini dapat dijelaskan sebagai

berikut :

1. Sengketa adalah Suatu perbuatan akibat adanya ketidak sepakatan, perbedaan,

gangguan, kompetisi, atau ketidak seimbangan para pihak..

2 Perjanjian Kerjasama adalah suatu perhubungan hukum antara dua Badan Hukum

atau dua pihak, berdasarkan mana pihak yang satu berhak atas sesuatu hal dan

pihak yang lain berkewajiban untuk memenuhi sesuatu dalam suatu hubungan

bisnis yang masing-masing pihak bertujuan untuk mendapatkan keuntungan..

3. Penyelesaian sengketa di Pengadilan adalah alternatif penyelesaian sengketa

dengan mengajukan gugatan ke Pengadilan, sedang penyelesaian sengketa

(47)

pola penyelesaian win-win solution yang meliputi negosiasi, mediasi dan

arbitrase.

G. Metode Penelitian

1. Sifat dan Metode Penelitian

Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian, maka sifat penelitian

adalah deskripsif analitis, yaitu mendeskripsikan, menggambarkan, menelaah dan

menjelaskan secara analitis permasalahan yang di kemukakan.

Jadi penelitian bersifat deskriptif analisis adalah suatu penelitian yang

berusaha menggambarkan fakta dan data-data mengenai penyebab terjadinya

wanprestasi yang dilakukan mitra usaha, kelemahan-kelemahan pihak perum Bulog

dalam pemberian dana, dan penilaian nilai asset yang dijadikan sebagai jaminan

dalam pelaksanaan perjanjian kerja sama tersebut dan akibat-akibat hukum yang

timbul serta cara penyelesaiannya, kemudian melakukan penyusunan, pengolahan dan

penelitian terhadap data-data yang di temukan sehingga di peroleh gambaran lengkap

dan menyeluruh mengenai permasalahan yang diteliti.

Materi penelitian di peroleh melalui pendekatan yuridis normative yaitu

pendekatan hukum dengan melihat peraturan-peraturan, baik bahan hukum primer

maupun bahan hukum sekunder atau pendekatan terhadap masalah dengan cara

melihat dari segi peraturan perundang undangan yang berlaku, buku-buku literature,

pendapat para ahli dan lain sebagainya, sebagaimana yang di kemukakan oleh

(48)

“Penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum yang di lakukan dengan

meneliti bahan pustaka atau data sekunder belaka. Penelitian hukum normatif

mencakup tentang penelitian azas-azas hukum, penelitian terhadap sistematika

Hukum , perbandingan Hukum dan sejarah Hukum.”26

Penelitian ini di peroleh melalui metode pengumpulan data yang di lakukan

dengan menggunakan : Library Research (Penelitian Kepustakaan) yang di lakukan

untuk menghimpun data sekunder berupa bahan hukum baik primer, sekunder

maupun tertier yang berhubungan dengan materi penelitian.27 Pengumpulan data di

lakukan dengan menggunakan alat sebagai berikut :

Studi dokumen yaitu menganalisa bahan pustaka , wawancara yang di lakukan

penelitian kepada pihak-pihak yang berhubungan dengan penelitian ini. Penelitian ini

mempergunakan metode pendekatan deduktif, di mulai analisis pasal-pasal yang

mengatur hal-hal yang menjadi permasalahan di atas dengan mengingat permasalahan

yang di teliti berdasarkan pada peraturan-peraturan perundang-undangan yaitu

hubungan peraturan yang satu dengan peraturan yang lain serta kaitannya dengan

penerapannya dalam praktek, maka penelitian juga menggunakan pendekatan secara

yudiris , sosiologis , karena untuk melihat penerapan peraturan perundang-undangan

dibidang Keperdataan terhadap putusan wanprestasi yang dilakukan oleh Direktur

CV. Tolan Dua Permai perlu dilakukan penelitian lapangan yang diperoleh data

melalui Pengadilan Negeri Pematang Siantar.

26

Surjono Sukanto dan Sri Mamudji , Penelitian Hukum normative , Rajawali , Jakarta , 1985, hal 13

27

(49)

2. Teknik Pengumpulan Data

Penelitan ini menggunakan 2 (dua) sumber data, yaitu data primer (dari

penelitian lapangan) dan data sekunder (dari penelitian kepustakaan). Data primer

diperoleh dengan mewawancarai Bapak H,M Usman (mantan Kepala Sub Divisi

Regional II Pematang Siantar), Ani Suyati Regional Manager Unit Bisnis Jasa

Angkutan, Bapak Supriya Waspada Manager CV. Harapan Tani Nusantara Cabang

Sumatera Utara.

3. Alat Pengumpulan Data

Pada umumnya pada penelitian mempergunakan alat pengumpulan data

berupa :

1. Studi dokumen (Documentary Study)

2. Wawancara (Interview)

Pada perakteknya kedua jenis alat pengumpul data tersebut dapat di

pergunakan secara bersama-sama, karena di samping studi dokumen, juga peneliti

melakukan wawancara kepada pihak-pihak yang terkait dengan penelitian ini. Untuk

memperoleh data yang relevan dengan permasalahan yang di teliti di laksaakan dua

tahap peneliti.

a. Studi dokumen ini untuk mencari konsep-konsep, teori-teori,

pendapat-pendapat atau penemuan-penemuan yang berhubungan erat dengan pokok

(50)

b. Studi lapangan adalah cara memperoleh data yang bersifat primer. Dalam hal

ini akan diusahakan untuk memperoleh data-data dengan mengadakan tanya

jawab (wawancara) dengan pihak yang berhubungan dengan Kontrak kerja

sama ini.

4. Lokasi Penelitian.

Lokasi dari penelitian ini dilakukan di Perum Bulog Divisi Regional Sumatera

Utara, DiSub Divisi Regional II Pematang Siantar, Di Kantor Unit Bisnis Jasa

Angkutan dan di Kantor Cabang CV.Harapan Tani Sejahtera.

5. Populasi dan Sample

Semua Perusahaan yang menjadi rekanan dari Perum Bulog Divisi Regional

Sumatera Utara yang dalam melakukan Perjanjian Kerjasama Operasional melakukan

wanprestasi ataupun perbuatan melawan hukum. Sample Penelitian adalah diambil

sebanyak 3 (tiga) Perusahaan yaitu : Cv.Tolan Dua Permai, Unit Bisnis jasang dan

CV.Harapan Tani Sejahtera.

6. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini diawali dengan pengumpulan data secara

primer dan sekunder, setelah itu ditabulasi, lalu dianalisis secara kualitatif karena

prosedur pemecahan masalah tersebut menggunakan metode deskriptif, karena

(51)

fenomena-fenomena berdasarkan fakta seadanya (Fact finding), dan termasuk juga usaha

mengemukakan hubungan-hubungan satu dengan lainnya lebih menekankan

(52)

A. Sejarah Berdirinya BULOG

Kehadiran lembaga pangan telah ada sejak zaman sebelum kemerdekaan.

Pada saat zaman Belanda, berdiri Voeding Middelen Fonds yang bertugas membeli,

menjual, dan menyediakan bahan makanan. Dalam masa Jepang VMF dibekukan dan

muncul Nanyo Kohatsu Kaisa. Pada masa peralihan sesudah kemerdekaan RI, di

bawah Kementrian Perekonomian diubah menjadi Yayasan Urusan Bahan Makanan

(YUBM), sedangkan pelaksanaan pembelian padi dilakukan oleh Yayasan Badan

Pembelian Padi (YBPP).

Berdasarkan Peraturan Presiden No.3 Th 1964 dibentuk Dewan Bahan

Makanan (DBM), sejalan dengan itu, dibentuklah Badan Pelaksanaan Urusan Pangan

(BPUP) yang bertujuan mengurus bahan pangan, pengangkutan, dan pengolahannya,

menyimpan dan menyalurkannya menurut ketentuan dari Dewan Bahan Makanan.

Memasuki operasional bahan pokok kebutuhan hidup dilaksanakan oleh Komando

Logistik Nasional (kolognas), namun peranannya tidak era orde baru, penanganan

pengendalian Campur tangan pemerintah dalam komoditas beras diawali sejak Maret

1933 yaitu di zaman pemerintahan Belanda. Saat itu, untuk pertama kalinya

pemerintah Belanda mengatur kebijakan perberasan, yaitu dengan menghapus impor

beras secara bebas dan membatasi impor melalui sistem lisensi. Latar belakang ikut

(53)

fluktuasi harga beras yang cukup tajam (tahun 1919/1920) dan sempat merosot tajam

pada tahun 1930, sehingga petani mengalami kesulitan untuk membayar pajak.

Menjelang pecahnya Perang Dunia II, pemerintah Belanda memandang perlu untuk

secara resmi dan permanen mendirikan suatu lembaga pangan.28

Pembentukan suatu Badan yang menangani bahan pangan pokok pada zaman

pemerintahan kolonial Belanda dengan dibentuknya Yayasan Bahan Pangan atau

Voeding Middelen Fonds (VMF) pada tanggal 25 April 1939, di bawah pembinaan

Departemen Ekonomi. Yayasan ini diberi tugas mengadakan pengadaan, penjualan

dan penyediaan bahan pangan. Selama masa pendudukan Jepang VMF dibubarkan

dan diganti Badan baru bernama Sangyobu-Nanyo Kohatsu Kaisa yang bertugas

melakukan pembelian padi dari petani dengan harga yang sangat rendah.

Pada awal kemerdekaan (1945 s/d 1950) didirikanlah dua organisasi untuk

menangani penyediaan dan distribusi pangan yaitu dalam wilayah Republik Indonesia

terdapat Jawatan Pengawasan Makanan Rakyat (PMR) yang kemudian menjadi

Kementerian Penyediaan Makanan Rakyat. Sedang dalam wilayah pendudukan

Belanda dihidupkan kembali Voeding Middelen Fonds (VMF).

Lembaga pangan ini banyak mengalami perubahan nama maupun fungsi.

Secara ringkas, perkembangannya sebagai berikut:

a. Tahun 1939 didirikan VMF yang tugasnya membeli, menjual dan

mengadakan persediaan bahan makanan.

28

Referensi

Dokumen terkait

Dari Tabel 3.3 diatas diperoleh responden yang menjawab pernyataan no.5 pada butir variable kompetensi yang memilih Sangat setuju sebanyak 80%, setuju 20%, ragu 0%, tidak setuju

Dewasa ini transportasi semakn lancer, arus informasi tidak mungkin dapat dibendung lagi. Termasuk informasi tentang kompensasi yang berlaku di perusahaan lain

beras yang dilakukan oleh Perum BULOG dengan metode Tsukamoto. Menarik kesimpulan berdasarkan

Pada penelitian ini membahas penerapan logika fuzzy dalam menyelesaikan permasalahan stok beras pada Perum BULOG Divisi Regional Sumatera Utara dengan pendekatan

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi kerja merupakan hasil yang dapat dicapai oleh seseorang baik secara kualitas dan kuantitas di

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research) yang bersifat deskriptif-analitis. Adapun penelitian ini berupaya untuk menjawab pertanyaan;

Hal ini jelas bertentangan dengan yang disampaikan oleh Kotler (2005:49) adalah kualitas produk merupakan keseluruhan ciri serta dari suatu produk atau pelayanan pada

form penilaian kinerja tersebut maka dapat disimpulkan hasil kinerja yang dilakukan oleh bidang pengawasan dalam melaksanakan tugasnya akan meningkatkan kemajuan pada perusahaan