SEJARAH AWAL PEMBUKAAN PERKEBUNAN KELAPA
SAWIT DI DESA PERKEBUNAN PADANG HALABAN
KABUPATEN LABUHAN BATU
(1915-1942)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
WAHYUDI HARNIADIN HARAHAP NIM. 3111121008
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
i ABSTRAK
Wahyudi Harniadin Harahap. NIM 3111121008. “Sejarah Awal Pembukaan Perkebunan Kelapa Sawit Di Desa Perkebunan Padang Halaban Kabupaten Labuhan Batu (1915-1942)”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (a) Sejarah Perkebunan di Labuhan Batu sebelum Pembukaan Perkebunan Kelapa Sawit di Labuhan Batu (b) Sejarah Awal Pembukaan Perkebunan Kelapa Sawit di Kabuapten Labuhan Batu (c) Untuk Mengetahui Dampak Pembukaan Lahan Perkebunan Kelapa Sawit di Kabupaten Labuhan Batu. Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan penelitian deskriptif kualitatif. Untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan, peneliti menggunakan metode penelitian lapangan (field research) dimana peneliti terjun langsung ke lapangan dan memperoleh data melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Metode lainnya adalah metode studi kepustakaan (library research) dengan mengumpulkan buku-buku yang berkaitan dengan judul penelitian. Dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti maka diketahui bahwa sebelum dibukanya lahan perkebunan kelapa sawit di afdeling Labuhanbatu telah dahulu terdapat perkebunan Karet Rakyat yang merupakan komoditas ekspor utama afdeling Labuhanbatu. Sejarah awal pembukaan perkebunan kelapa sawit di afdeling Labuhanbatu dimulai sejak tahun 1915. Perkebunan pertama di afdeling Labuhanbatu dibuka di Desa Padang Halaban. Pembukaan perkebunan kelapa sawit di Desa Padang Halaban afdeling Labuhanbatu juga menjadi penyebab utama bermigrasinya masyarakat etnsi Jawa ke Desa Padang Halaban. Pembukaan lahan perkebunan di afdeling Labuhanbatu juga membawa dampak dalam bidang sosial, budaya dan ekonomi masyarakat Desa Padang Halaban pada masa kolonial Hindia-Belanda.
iv
2.2.5. Desa Perkebunan Padang Halaban ... 22
v
4.1.Gambaran Umum Afdeling Labuhan Batu ... 31
4.2. Labuhan Batu Sebelum Kedatangan Belanda ... 32
4.2.1. Keadaan Sosial-Ekonomi ... 32
4.2.2. Keadaan Sosial-Budaya... 34
4.2.3. Sistem Pemerintahan ... 37
4.3. Labuhan Batu Setelah Kedatangan Belanda ... 39
4.3.1. Terbentuknya Afdeling Labuhan Batu ... 41
4.4. Perkebunan Karet Rakyat di Labuhan Batu ... 43
4.5. Sejarah Awal Pembukaan Perkebunan Kelapa Sawit di Desa Perkebunan Padang Halaban Afdeling Labuhan Batu. ... 45
4.6. Gambaran Umum Desa Perkebunan Padang Halaban ... 47
4.6.1. Perkebunan Kelapa Sawit Padang Halaban 1915-1928 . 50 4.6.2. Perkebunan Kelapa Sawit Padang Halaban 1928-1942 . 52 4.6.3. Perkebunan Kelapa Sawit Padang Halaban Pasca 1942 55
4.7. Dari Pelabuhan Labuhan Bilik Ke Pelabuhan Belawan ... 56
4.7.1. Rel Kereta Api Padang Halaban-Belawan ... 61
4.8. Dampak Pembukaan Lahan Perkebunan Kelapa Sawit Padang Halaban ... 62
4.8.1. Dampak Pembukaan Lahan Perkebunan Kelapa Sawit Padang Halaban Dalam Bidang Sosial-Budaya ... 63
4.8.2. Dampak Pembukaan Lahan Perkebunan Kelapa Sawit Padang Halaban Dalam Bidang Sosial-Ekonomi ... 64
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Labuhan Batu adalah sebuah kabupaten di Sumatera Utara yang identik dengan wilayah perkebunan kelapa sawit dan karet yang sangat luas. Bahkan bisa dikatakan bahwa hasil kebun berupa kelapa sawit dan getah karet merupakan
komoditas perdagangan utama dari wilayah tersebut. Hasil olahan kelapa sawit yang berupa CPO (Crude Palm Oil) merupakan bahan baku yang kita kenal
sebagai minyak goreng.
Sejarah awal pembukaan perkebunan kelapa sawit di Indonesia khususnya di wilayah Sumatera Timur tidaklah terlalu banyak dibahas oleh para peneliti,
setidaknya tidak sebanyak penelitian tentang sejarah awal pembukaan perkebunan tembakau di daerah ini. Hal ini cukup wajar kiranya dikarenakan ketika dibukanya lahan-lahan perkebunan baru di Sumatera Timur oleh Nienhuys pada 1863
bukanlah untuk penanaman kelapa sawit melainkan untuk penanaman tembakau yang kala itu menjadi komoditas utama yang diperdagangkan di pasar Eropa.
2
Siak (Ardiani, 2009:9). Traktat Siak yang ditandatangani pada tanggal 1 Februari 1858 menyebabkan kerajaan-kerajaan yang ada di bawah taklukan Siak yakni
seluruh kerajaan yang ada di Sumatera Timur kecuali Aceh menjadi berada di bawah pengaruh kolonial Belanda (Simanjuntak, 2009:4).
Pendudukan Kolonial Belanda atas wilayah Labuhan Batu sudah dimulai sejak tahun 1862 dan Kampung Labuhan Batu menjadi pusat pemerintahan Kolonial Belanda untuk wilayah ini (Rathomi, 2011:5). Beberapa kerajaan yang
ada di Labuhan Batu seperti Kesultanan Panai, Kesultanan Kualuh dan Kesultanan Bilah satu per satu perlahan tapi pasti tunduk dibawah kekuasaaan Kolonial
Belanda. Sementara Kesultanan Kota Pinang sudah lebih dulu dikuasai oleh Belanda pada tahun 1837.
Dengan dikuasainya kesultanan-kesultanan yang ada di Labuhan Batu tersebut maka pemerintah Kolonial Belanda akan mudah mendapatkan hak konsesi tanah untuk pembukaan perkebunan. Berbeda dengan perkebunan di
afdeling Deli dan Serdang yang didominasi oleh perkebunan tembakau, di
afdeling Labuhan Batu perkebunan didominasi oleh perkebunan tanaman keras
seperti karet dan kelapa sawit.
Sebelum dibukanya perkebunan kelapa sawit di Labuhan Batu, kehidupan sosial ekonomi masyarakat Afdeling Labuhanbatu dipengaruhi oleh keadaan alam
yang masih berhutan dan banyak dilalui oleh sungai. Sistem mata pencaharian masyarakat Kota Pinang pada dasarnya adalah bertani dan berkebun. Adapun hasil
3
perkebunan Kelapa Sawit antara lain: padi, karet, kopi dan kopra. Selain bertani, masyarakat juga mengumpulkan hasil hutan seperti rotan, damar dan pinang.
Bahkan tanaman karet telah menjadi komoditas hasil perkebunan utama yang diperdagangkan melalui Pelabuhan Labuhan Bilik. Tanaman karet merupakan
perkebunan yang diusahakan oleh rakyat kesultanan Kota Pinang sebelum masuknya kekuasaan Kolonial Belanda di daerah itu. Hal ini dibuktikan dengan kebijakan Sultan berupa pembagian kupon kepada setiap pemilik karet agar
penjualan karet terkontrol dan harga karet tetap stabil sehingga rakyat tidak dirugikan karena harga karet yang murah (Simanjuntak, 2009:13).
Sejarah awal pembukaan perkebunan kelapa sawit di Labuhan Batu dipelopori oleh perusahaan Perkebunan Padang Halaban Plantagen AG Zurich
pada tahun 1915 di Desa Perkebunan Padang Halaban (Pardede, 2014:41). Tahun 1911, pohon kelapa sawit diperkenalkan di Sumatera Timur. Tanah Itam Hulu dan Pulau Raja di afdeling Asahan adalah lokasi pertama kali perkebunan kelapa sawit
dibuka oleh perusahaan Oliepalmen Cultuur dan Huileries de Sumatera. Hingga tahun 1915 luas perkebunan sawit sudah mencapai 2.715 Ha. Hal ini merupakan
babak baru perkebunan kelapa sawit skala luas.
Pada tahun 1934 muncul komoditi ekspor baru dari afdeling Labuhan Batu yaitu palm-olie yang jumlahnya meningkat drastis dari tahun ke tahun (Rathomi,
4
Untuk mendukung usaha perkebunan-perkebunan baru di Desa Perkebunan Padang Halaban ini maka di datangkan para kuli atau buruh dari
Pulau Jawa. Maka gelombang migrasi orang Jawa-pun semakin ramai ke daerah-daerah Perkebunan Sumatera Timur termasuk ke Desa Perkebunan Padang
Halaban. Sejak dibukanya lahan perkebunan baru di Sumatera Timur maka jumlah orang Jawa melonjak dari 25.224 jiwa pada 1900 menjadi 150.392 pada 1916 dan terus melonjak menjadi 194.189 jiwa pada 1926 (Reid, 2011:220)
Berdasarkan pemaparan masalah diatas maka peneliti mengambil judul penelitian “Sejarah Awal Pembukaan Perkebunan Kelapa Sawit di Desa
Perkebunan Padang Halaban Kabupaten Labuhan Batu (1915-1942)”. Hal-hal
yang menjadi fokus penelitian ini adalah latar belakang dibukanya perkebunan
kelapa sawit di Desa Perkebunan Padang Halaban Kabupaten Labuhan Batu, faktor pendorong dibukanya lahan perkebunan kelapa sawit di Desa Perkebunan Padang Halaban Kabupaten Labuhan Batu dan dampak sosial dan ekonomi
dibukanya perkebunan kelapa sawit di Desa Perkebunan Padang Halaban Kabupaten Labuhan Batu.
Alasan peneliti mengangkat judul penelitian ini dikarenakan sampai hari ini Desa Perkebunan Padang Halaban Kabupaten Labuhan Batu menjadi salah satu daerah penghasil kelapa sawit terbesar di Labuhan Batu serta Kabupaten
Labuhan Batu sendiri merupakan penghasil kelapa sawit terbesar di Provinsi Sumatera Utara. Perlu kiranya ditelusuri sejarah awal pembukaan perkebunan
5
merupakan salah satu komoditas dagang utama Labuhan Batu sejak masa kolonial sampai sekarang. Di samping itu pembukaan perkebunan Kelapa Sawit di Desa
Perkebunan Padang Halaban Kabupaten Labuhan Batu juga menjadi salah satu cikal-bakal bermigrasinya masyarakat Etnis Jawa ke daerah ini sebagai kuli
perkebunan.
Adapun periodesasi waktu dalam penelitian ini dimulai pada tahun 1915, dimana pada tahun 1915 untuk pertama kalinya dibuka perkebunan kelapa sawit
di Desa Perkebunan Padang Halaban afdeling Labuhan Batu tepatnya di Padang Halaban oleh Plantagen AG Zurich. Batasan penelitian ini adalah perkembangan
perkebunan kelapa sawit di Labuhan Batu hingga tahun 1942, dimana pada masa itu ditandai dengan beralihnya kekuasaan Kolonial Belanda di Indonesia kepada
masa Pendudukan Jepang. Peralihan kekuasaan ini menyebabkan jatuhnya hak atas pengelolaan perkebunan kelapa sawit di Desa Perkebunan Padang Halaban afdeling Labuhanbatu kepada Jepang.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pemaparan diatas maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sejarah awal pembukaan perkebunan kelapa sawit di Desa Perkebunan Padang Halaban afdeling Labuhan Batu
2. Faktor yang mendorong dibukanya perkebunan kelapa sawit di Desa
6
3. Dampak dibukanya perkebunan kelapa sawit terhadap kehidupan sosial-ekonomi dan budaya di Desa Perkebunan Padang Halaban afdeling
Labuhan Batu
1.3. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah “Sejarah Awal Pembukaan Perkebunan Kelapa Sawit di Desa Perkebunan Padang Halaban Kabupaten Labuhan Batu Tahun 1915-1942”.
1.4. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini antara lain:
1. Bagaimana sejarah awal pembukaan perkebunan kelapa sawit di Desa Perkebunan Padang Halaban afdeling Labuhan Batu ?
2. Apa saja faktor yang mendorong dibukanya perkebunan kelapa sawit di Desa Perkebunan Padang Halaban afdeling Labuhan Batu ?
3. Bagaimana dampak dibukanya perkebunan kelapa sawit terhadap
kehidupan sosial-ekonomi dan budaya di Desa Perkebunan Padang Halaban afdeling Labuhan Batu ?
1.5. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:
7
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendorong dibukanya perkebunan kelapa sawit di Desa Perkebunan Padang Halaban afdeling Labuhan Batu
3. Untuk mengetahui dampak dibukanya perkebunan kelapa sawit terhadap kehidupan sosial-ekonomi dan budaya di Desa Perkebunan Padang
Halaban afdeling Labuhan Batu ?
1.6. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini dapat dikemukakan menjadi dua sisi :
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis,
sekurang-kurangnya dapat berguna sebagai sumbangan pengetahuan bagi dunia pendidikan tentang Sejarah Awal Pembukaan Perkebunan Kelapa
Sawit di Desa Perkebunan Padang Halaban Kabupaten Labuhan Batu. 2. Manfaat Praktis
1. Bagi Lembaga Pendidikan
Sebagai masukan yang membangun guna meningkatkan kualitas lembaga pendidik yang ada di dalamnya, dan penentu kebijakan
dalam lembaga pendidikan, serta pemerintah seacara umum. 2. Bagi Ilmu Pengetahuan
Sebagai bahan referensi dalam ilmu pendidikan sehingga dapat
memperkaya dan menambah wawasan khususnya tentang Sejarah Awal Pembukaan Perkebunan Kelapa Sawit di Kabupaten Labuhan
8 3. Bagi Peneliti Berikutnya
Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan atau dikembangkan