• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIK SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN STAD DI KELAS VII SMP SWASTA YPK MEDAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIK SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN STAD DI KELAS VII SMP SWASTA YPK MEDAN."

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

P E R B E D A A N K E M A M P U A N P E N A L A R A N M A T E M A T I K SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN

KOO PERATI F T I PE JI GS AW DAN ST AD DI KELAS VII SMP SWASTA YPK MEDAN

Oleh: Tia Mariani NIM. 4121111027

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

ii

RIWAYAT HIDUP

Tia Mariani dilahirkan di Medan pada tanggal 18 April 1994. Anak

pertama dari Ayah yang bernama Jon Mariono dan Ibu yang bernama Nuraini.

Pada tahun 1999, penulis masuk TK Dewantara dan lulus pada tahun 2000. Pada

tahun 2000, penulis masuk SD Negeri 060900 dan lulus pada tahun 2006. Pada

tahun 2006, penulis melanjutkan sekolah di SMP Negeri 2 Medan dan lulus pada

tahun 2009. Setelah itu penulis melanjutkan sekolah di SMA Negeri 13 Medan

dan lulus pada tahun 2012. Pada tahun 2012, penulis diterima di Program Studi

Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

(4)

iii

P E R B E D A A N K E M A M P U A N P E N A L A R A N M A T E M A T I K SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN

K O OP ERATIF TIP E JIGS AW DA N S TA D DI KELAS VII SMP SWASTA YPK MEDAN

Tia Mariani (4121111027) ABSTRAK

(5)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan

rahmat dan karuniaNya yang memberikan kesehatan, kesempatan, dan kemudahan

kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada

waktunya.

Skripsi ini berjudul “Perbedaan Kemampuan Penalaran Matematik Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan STAD di Kelas VII SMP Swasta YPK Medan”, yang disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Program Studi Pendidikan

Matematika, Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam, Universitas Negeri Medan.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan dapat

diselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu

penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam–dalamnya kepada

semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun skripsi ini, antara

lain:

1. Bapak Prof. Dr. H. Syawal Gultom, M.Pd, selaku Rektor Universitas Negeri

Medan.

2. Bapak Dr. Asrin Lubis, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.

3. Bapak Prof. Dr. Herbert Sipahutar, M.S., M.Sc, selaku Wakil Dekan Bidang

Akademik, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Negeri Medan.

4. Bapak Dr. Edy Surya, M.Si, selaku Ketua Jurusan Matematika.

5. Bapak Drs. Zul Amry, M.Si, Ph.D, selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Matematika dan Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku Sekretaris Jurusan

Matematika.

6. Bapak Dr. E. Elvis Napitupulu, M.S., selaku Pembimbing Skripsi penulis

yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberi arahan, bimbingan,

(6)

v

7. Bapak Dr. Syafari, M.Pd, selaku dosen Penasehat Akademik (PA) yang telah

membimbing dan memotivasi penulis selama perkuliahan.

8. Bapak Prof. Dr. S. Saragih, M.Pd, Bapak Dr. W. Rajagukguk, M.Pd, dan

Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si, sebagai Dosen Penguji yang telah banyak

memberikan saran dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.

9. Bapak dan Ibu Dosen beserta Staf Pegawai Jurusan Matematika.

10. Ibu Rahma, S.Pd, sebagai Kepala Sekolah yang telah mengizinkan penulis

untuk melaksanakan penelitian di SMP Swasta YPK Medan.

11. Bapak Atma, F.S, S.Pd, sebagai guru bidang studi matematika di SMP Swasta

YPK Medan dan peserta didik kelas VII-A dan VII-D atas kerjasama dan

kesediannya dalam membantu penulisan ini.

12. Ibu Yuleli Nasution, M.Si, sebagai guru terbaik yang selalu mendukung dari

awal hingga akhir proses pembuatan skripsi ini.

13. Teristimewa rasa dan ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis

sampaikan kepada kedua orang tua tercinta Ayahanda Jon Mariono dan

Ibunda Nuraini untuk setiap tetes keringat dan air mata, untuk kasih sayang

yang tak pernah berkurang, untuk harapan yang tak pernah pudar, do’a yang

tak henti, yang selalu membanggakan tak peduli berapa kali mengecewakan,

dan terima kasih untuk perjuangan dan pengorbanan yang telah dilakukan

untuk penulis selama ini.

14. Adikku tersayang Fani Ionita dan Rendi Setiawan, untuk dukungan,

semangat, perhatian juga sayang yang begitu besar, dan juga terima kasih

untuk pelajaran hidup yang begitu berharga.

15. Kepada keluarga besar saya yang telah memberikan doa, semangat, serta

dukungan.

16. Kepada kakak tercinta Sisti Nadia Amalia, S.Pd, M.Stat yang telah

memberikan semangat yang luarbiasa dan dukungan yang tiap detiknya

dalam pengerjaan skripsi ini.

17. Khusus kepada sahabat-sahabat tercinta, terkasih, tersayang, Khairiah Fajrin

Nst, Norisa Zuhra, dan Tia Syefrina Nst, untuk dukungan, semangat, support

(7)

vi

18. Teman terdekat, tersayang, seperjuangan yang selalu memahami selama 4

tahun ini, Risma, Dewi Anggriani dan Inggri Adriyati.

19. Teman seperjuangan terkhusus Maulida Hafni, Windy, Kanura, Roy, dan

Danki untuk support dan canda tawa yang telah dilewati bersama.

20. Kawan-kawan PPLT SMK 1 BM Galang, yang pernah menjadi bagian cerita

indah dalam hidup penulis terkhusus Friska Harumnia Hutabarat, Devi Ratna

Sari untuk semangat yang luarbiasa buat adek.

21. Seluruh sahabat Matematika DIK-C 2012 yang sangat luar biasa, terima kasih

untuk perjuangan bersama yang berat tapi terasa menyenangkan, untuk

petualangan bersama yang telah kita lewati, untuk suka dan duka yang

tercipta, dan untuk kegilaan yang sulit dilupakan.

22. Seluruh teman-teman Matematika stambuk 2012 yang pernah berbagi cerita

dan membekaskan kenangan.

23. Seluruh kakak dan abang senior Matematika stambuk 2010 dan 2011 yang

telah berbagi informasi, pengalaman, semangat dan dukungan.

Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu baik secara

langsung maupun tidak langsung, yang tidak tercantum dalam ucapan ini. Semoga

dukungan dan bantuan yang telah diberikan dirahmati oleh Allah SWT. Akhir

kata dengan kerendahan hati penulis mempersembahkan karya yang sederhana ini

semoga bermanfaat bagi kita semua dan menjadi bahan masukan dalam dunia

pendidikan.

Medan, Juni 2016 Penulis,

(8)

vii

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vii

Daftar Tabel x

Daftar Gambar xi

Daftar Lampiran xii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Identifikasi Masalah 8

1.3 Batasan Masalah 9

1.4 Rumusan Masalah 9

1.5 Tujuan Penelitian 9

1.6 Manfaat Penelitian 10

1.7 Definisi Operasional 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11

2.1 Kerangka Teoritis 12

2.1.1 Pengertian Penalaran 12

2.1.2 Pengertian Penalaran Matematik 13

2.1.3 Kemampuan Penalaran Matematik 14

2.1.4 Model Pembelajaran Kooperatif 16

2.1.5 Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw 21

2.1.6 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw 24

2.1.7 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif tipe

(9)

viii

2.1.8 Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD 27

2.1.9 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD 29

2.1.10 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif

tipe STAD 30

2.1.11 Teori Belajar yang Mendukung Jigsaw dan STAD 31

2.1.12 Perbedaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw 33

dengan tipe STAD

2.1.13 Materi Jajar Genjang dan Belah Ketupat 35

2.2 Penelitian yang Relevan 42

2.3 Kerangka Konseptual 43

2.4 Hipotesis Penelitian 45

BAB III METODE PENELITIAN 46

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 46

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian 46

3.2.1 Populasi Penelitian 46

3.2.2 Sampel Penelitian 46

3.3 Variabel Penelitian 46

3.4 Jenis dan Desain Penelitian 46

3.5 Prosedur Penelitian 47

3.6 Instrumen Pengumpul Data 50

3.7 Teknik Analisis Data 50

3.7.1 Uji Normalitas 51

3.7.2 Uji Homogenitas 53

3.7.3 Pengujian Hipotesis 54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 56

4.1 Deskripsi Data Hasil Penelitian 56

4.1.1 Deskripsi Hasil Tes PAM Kelas Eksperimen 1 dan Eksperimen 2 56

4.1.2 Deskripsi Hasil Postes Kelas Eksperimen 1 dan Eksperimen 2 57

(10)

ix

4.2.1 Uji Normalitas Data 59

4.2.2 Uji Homogenitas Data 59

4.2.3 Uji Hipotesis 60

4.3 Proses Penyelesaian Jawaban Siswa 61

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian 82

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 87

5.1 Kesimpulan 87

5.2 Saran 87

(11)

x

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal 4

Tabel 2.1 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif 20

Tabel 2.2 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw 24

Tabel 2.3 Fase-fase Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD 30

Tabel 2.4 Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw dan STAD 33

Tabel 2.5 Dasar yang membedakan penalaran matematik dengan model

pembelajaran kooperati tipe Jigsaw dan STAD 34

Tabel 3.1 Desain Penelitian 47 Tabel 3.2 Kategori Tingkat Kemampuan Penalaran 50

Tabel 4.1 Data Nilai Tes PAM Kelas Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2 57

Tabel 4.2 Data Nilai Postes Kelas Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2 58

Tabel 4.3 Ringkasan Hasil Pengujian Normalitas Data 59

Tabel 4.4 Ringkasan Hasil Pengujian Homogenitas Data 60

Tabel 4.5 Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian 61

Tabel 4.6 Soal Penalaran Matematik 62

Tabel 4.7 Proses Jawaban Sampel Kelas Eksperimen 1 (kriteria tinggi) yang diajar dengan model kooperatif tipe Jigsaw 63

Tabel 4.8 Proses Jawaban Sampel Kelas Eksperimen 1 (kriteria sedang) yang diajar dengan model kooperatif tipe Jigsaw 66

Tabel 4.9 Proses Jawaban Sampel Kelas Eksperimen 1 (kriteria rendah) yang diajar dengan model kooperatif tipe Jigsaw 70

Tabel 4.10 Proses Jawaban Sampel Kelas Eksperimen 2 (kriteria tinggi) yang diajar dengan model kooperatif tipe STAD 73

Tabel 4.11 Proses Jawaban Sampel Kelas Eksperimen 2 (kriteria sedang) yang diajar dengan model kooperatif tipe STAD 77

(12)

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Potongan kue 35

Gambar 2.2 Jajar genjang 37

Gambar 2.3 Jajar genjang 38

Gambar 2.4 Peta perjalanan pedagang 39

Gambar 2.5 Belahketupat ABCD, segitiga BDA, dan segitiga BDC 41

Gambar 2.6 Belahketupat 41

Gambar 3.1 Prosedur penelitian 49

Gambar 4.1 Diagram Rata-rata dan Simpangan Baku Data PAM 57

(13)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Jigsaw ( RPP I) 92

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran STAD ( RPP II) 97

Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Jigsaw ( RPP III) 101

Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran STAD ( RPP IV) 106

Lampiran 5 Lembar Aktivitas Siswa I 111

Lampiran 6 Lembar Aktivitas Siswa II 117

Lampiran 7 Tes PAM 120

Lampiran 8 Alternatif Penyelesaian Tes PAM 123

Lampiran 9 Kisi-kisi Post-Test 124

Lampiran 10 Soal Post-Test 126

Lampiran 11 Alternatif Penyelesaian Soal Post-Test 128

Lampiran 12 Pedoman Penskoran Post-Test 132

Lampiran 13 Lembar Validasi Tes Kemampuan Penalaran Matematik 134

Lampiran 14 Data Tes Pengetahuan Awal Matematika Siswa 137

Lampiran 15 Data Tes Kemampuan Penalaran Matematik Siswa 139

Lampiran 16 Tabulasi Nilai Tes Kemampuan Penalaran Matematik 141

Lampiran 17 Perhitungan Nilai Rata-rata Dan Simpangan Baku 146

Lampiran 18 Perhitungan Uji Normalitas Data 148

Lampiran 19 Perhitungan Uji Homogenitas Data 156

Lampiran 20 Uji Hipotesis Hasil Tes Kemampuan Penalaran Matematik 158

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Matematika sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah dinilai

memegang peranan penting dalam membentuk siswa menjadi berkualitas, karena

matematika merupakan suatu sarana berpikir untuk mengkaji sesuatu secara logis

dan sistematis. Matematika sangat diperlukan untuk kehidupan sehari-hari dalam

menghadapi kemajuan IPTEK.

Mengingat peran matematika yang sangat penting dalam proses

peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia, maka upaya untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran matematika memerlukan perhatian yang

serius. Ada banyak alasan tentang perlunya belajar matematika. Seperti yang

dikemukakan oleh Cockroft (dalam Abdurrahman, 2012: 204) :

Alasan perlunya matematika diajarkan kepada siswa karena (1) selalu digunakan dalam segi kehidupan, (2) semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai, (3) merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat,dan jelas, (4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara, (5) meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan, dan (6) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.

Dari pernyataan diatas maka terlihat tujuan belajar matematika adalah

untuk membuat semua pihak harus terus meningkatkan kualitas pendidikan. Salah

satu kemampuan yang diharapkan dapat dicapai siswa adalah kemampuan

bernalar matematika. Hal tersebut tertuang dalam PERMENDIKNAS No.22

Tahun 2006 tentang Standar Isi Mata Pelajaran Matematika, tujuan pembelajaran

matematika adalah agar siswa mampu:

(15)

2

dan menafsirkan solusi yang diperoleh, (4) mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah, dan (5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Berbagai alasan perlunya sekolah mengajarkan matematika kepada siswa

pada hakikatnya dapat diringkaskan karena masalah kehidupan sehari-hari.

Menurut pemaparan Liebeck (dalam Abdurrahman, 2012: 204) “ada dua macam

hasil belajar matematika yang harus dikuasai oleh siswa, perhitungan matematis

(mathematics calculation) dan penalaran matematik (mathematics reasoning)”.

Penalaran dalam matematika memiliki peran yang sangat penting dalam

proses berfikir seseorang. Penalaran juga merupakan pondasi dalam pembelajaran

matematika. Bila kemampuan bernalar siswa tidak dikembangkan, maka bagi

siswa matematika hanya akan menjadi materi yang mengikuti serangkaian

prosedur dan meniru contoh-contoh tanpa mengetahui maknanya.

Matematika dan penalaran merupakan dua hal yang tidak dapat

dipisahkan, yaitu materi matematika dipahami melalui penalaran dan penalaran

dapat dipahami dan dilatih melalui belajar matematika. Siswa dapat berfikir dan

menalar suatu persoalan matematika apabila telah dapat memahami persoalan

matematika tersebut. Suatu cara pandang siswa tentang persoalan matematika ikut

mempengaruhi pola fikir tentang penyelesaian yang akan dilakukan.Selain karena

matematika merupakan ilmu yang dipahami melalui penalaran, tetapi juga karena

salah satu tujuan dari pembelajaran matematika adalah agar siswa mampu

menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika

dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan

pernyataan matematika. Hal tersebut senada dengan penjelasan Peraturan Dirjen

Dikdasmen Depdiknas No. 506/C/PP/2004 (dalam Shadiq, 2009 : 14) menyatakan

tentang indikator dari penalaran dan komunikasi. Dalam hal ini, peneliti memilih

beberapa indikator yang sesuai terhadap peningkatan kemampuan penalaran

(16)

3

(1) menyajikan pernyataan matematika secara lisan, tertulis, gambar, dan diagram, (2) mengajukan dugaan, (3) melakukan manipulasi matematika, (4) menarik kesimpulan dari pernyataan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar matematika dalam

menyelesaikan soal-soal matematika salah satunya adalah kemampuan penalaran.

Salah satu contoh yang menandakan penalaran itu rendah adalah ketika siswa

menyelesaikan masalah. Kesulitan yang dialami siswa dalam mempelajari

matematika yang membuat penalaran matematika siswa menjadi bermasalah . Hal

ini didukung oleh hasil tes yang telah dilaksanakan di kelas VIII-C SMP Swasta

YPK Medan terlihat bahwa siswa tidak mampu mengajukan dugaan, mengalami

kesulitan dalam memanipulasi rumus, dan banyak siswa kurang teliti dalam

perhitungan akhir sehingga tidak dapat menarik kesimpulan dari suatu hasil akhir.

Terutama pada saat siswa menyelesaikan soal berikut ini :

1. Misalkan ABCD sebuah belahketupat dengan luas 24

cm. Panjang OC= x cm dan OD = y cm, dan nilai x +

y= 7. Hitunglah keliling belahketupat ABCD?

2. Pak Ilham mempunyai kebun dengan bentuk seperti

gambar di samping.Kebun tersebut akan dijual

dengan harga Rp.200.000,00 per m2. Hitunglah

(17)

4

Tabel 1.1 Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal

Dari contoh-contoh diatas dapat disimpulkan bahwa masih banyak siswa

yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal matematika sehingga

penalaran matematik siswa belum dapat meningkat seperti yang diharapkan guru.

Hal ini menggambarkan penalaran matematika bermasalah, maka perlu adanya

suatu tindakan untuk dapat melatih dan mengembangkan kemampuan penalaran

matematika siswa agar dapat meningkat dalam pembelajaran matematika. Trianto

(2011: 1) menyatakan bahwa salah satu masalah pokok dalam pembelajaran pada

pendidikan formal (sekolah) dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap

peserta didik.

Hal ini juga didukung oleh hasil wawancara dengan guru bidang studi

matematika di SMP Swasta YPK Medan (20 Agustus 2015) mengatakan bahwa

pada umumnya kesulitan dalam mempelajari matematika ketika soal yang

diberikan tidak sama dengan contoh, ini berarti kurangnya pemahaman siswa

dalam pemahaman konsep sehingga kemampuan berpikir tidak terlalu maksimal N

O Hasil Jawaban Siswa Kesalahan Yang Ditemukan

1 Siswa tidak dapat menghitung

keliling jajargenjang jika yang

diketahui luas belah ketupat. Hal

ini berarti siswa tidak bisa

melakukan manipulasi matematika

2 Siswa tidak dapat memberi alasan

kebenaran jawaban yang telah

dikerjakannya sehingga kesulitan

(18)

5

dan dampaknya kemampuan bernalar juga menjadi rendah, pelaksanaan

pembelajaran matematika yang didominasi oleh guru membuat keterlibatan siswa

selama ini masih belum optimal. Beliau juga mengatakan siswanya tidak begitu

berminat terhadap pelajaran matematika sehingga siswa mudah lupa dan mengerti

hanya ketika ia menjelaskan.

Kenyataannya pembelajaran matematika cenderung abstrak dengan

metode ceramah sehingga konsep-konsep matematika sulit dipahami. Siswa hanya

menerima apa yang mereka pelajari tanpa memaknai apa yang mereka pelajari.

Siswa hanya menghapal rumus dan langkah-langkah pengerjaan soal tanpa

melibatkan daya nalar yang optimal. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa

faktor, salah satunya adalah model pembelajaran yang digunakan guru dalam

proses pembelajaran. Selama ini siswa hanya disuruh untuk belajar atau

mengerjakan soal-soal yang ada secara pribadi. Bagi siswa yang mengalami

kesulitan ataupun kurang mengerti dengan materi atau soal yang ada pada saat

proses belajar berlangsung maka siswa cenderung hanya diam tanpa bertanya

kepada teman lain atau guru karena siswa merasa malu untuk bertanya. Sehingga

kemampuan penalaran yang dimiliki kurang berkembang. Oleh karena itu, guru

sangat membutuhkan model pembelajaran yang dapat meningkatkan atau

menumbuhkembangkan kemampuan penalaran matematika siswa.

Dalam upaya meningkatkan kemampuan penalaran matematika siswa

diperlukan suatu model pembelajaran yang tepat. Salah satunya adalah model

pembelajaran kooperatif. Dalam belajar kooperatif siswa belajar bersama sebagai

suatu tim dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan

bersama. Jadi, setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab yang sama

untuk keberhasilan kelompoknya. Beberapa ahli menyatakan bahwa model ini

tidak hanya unggul dalam membantu siswa memahami konsep yang sulit, tetapi

juga sangat berguna untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, bekerja

sama, dan membantu teman. Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang

dilakukan oleh Slavin (dalam Rusman, 2012: 205 ) menyatakan bahwa :

(19)

6

(2) pembelajaran kooperatif dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam berpikir kritis, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan pengalaman.

Dalam model pembelajaran koperatif ini, guru tidak hanya memberikan

pengetahuan pada siswa, tetapi juga harus membangun pengetahuan dalam

pikirannya. Siswa mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pengalaman

langsung dalam menerapkan ide-ide mereka, ini merupakan kesempatan bagi

siswa untuk menemukan dan menerapkan ide-ide mereka sendiri (Rusman, 2012:

201).

Melalui diskusi akan terjadi elaborasi kognitif yang

baik, sehingga dapat meningkatkan daya nalar, keterlibatan siswa dalam

pembelajaran dan memberi kesempatan pada siswa untuk mengungkapkan

pendapatnya. Model pembelajaran kooperatif diharapakan dapat membantu

meningkatkan kemampuan bernalar, yaitu dengan adanya pembelajaran kooperatif

siswa dituntut untuk mampu mengajukan dugaan, menyusun bukti baru, serta

menarik kesimpulan yang logis dari pernyataan yang ada melalui diskusi antar

anggota kelompok.

Diantara berbagai tipe pembelajaran kooperatif, sesuai dengan

karakteristik maka pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan STAD (Student Team

Achievement Divisions) diperkirakan akan dapat diterapkan di kelas. Jigsaw adalah tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan dan diuji coba oleh Elliot

Aronson dan teman-teman dari Universitas Texas. Model pembelajaran kooperatif

tipe jigsaw, dapat menjadikan siswa belajar untuk bertanggung jawab dalam

kegiatan belajar, tidak sekedar menjadi penerima informasi yang pasif namun

harus aktif mencari informasi yang diperlukan sesuai dengan kapasitas yang ia

miliki sebagai ahli dalam suatu materi.

Setting kooperatif tipe jigsaw siswa dituntut untuk terampil bertanya dan

mengemukakan pendapat, menemukan informasi yang relevan dari sumber yang

ada, mencari berbagai cara alternatif untuk mendapatkan solusi, dan menentukan

cara yang paling efektif untuk menyelesaikan persoalan dalam matematika. Dalam

(20)

7

kebuntuan, sehingga mengharuskannya untuk meninjau ulang cara berpikir yang

telah ia gunakan. Dengan demikian, jelaslah bahwa melalui pembelajaran

matematika kooperatif tipe jigsaw, siswa dikondisikan untuk mampu mengajukan

dugaan, menyusun bukti baru, serta menarik kesimpulan yang logis dari pernyataan

yang ada. Hal-hal tersebut merupakan ciri dari kemampuan bernalar matematik.

Dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, siswa dimungkinkan

terlibat aktif pada proses pembelajaran sehingga memberikan dampak yang positif

terhadap kemampuan siswa dalam memahami suatu konsep. Hal ini didukung

oleh hasil penelitian Jhonson and Jhonson (dalam Rusman, 2012: 219) tentang

pembelajaran kooperatif model jigsaw yang hasilnya menunjukkan bahwa

interaksi kooperatif memiliki berbagai pengaruh positif terhadap perkembangan

anak. Pengaruh positif tersebut adalah : “…. (2) meningkatkan daya ingat, (3)

dapat digunakan untuk mencapai tarap penalaran tingkat tinggi ….”. Senada

dengan hasil peneltian Yusri (2012) yang menyimpulkan bahwa penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan kemampuan penalaran

matematik.

Sedangkan STAD (Student Team Achievement Divisions) dikembangkan

oleh Robert Slavin di John Hopkins. Pembelajaran kooperarif tipe STAD

merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan

menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok

4-6 orang siswa secara heterogen ( Trianto, 2009: 68). Teknik belajar mengajar

tipe STAD ini adalah siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata akan

menularkan kemampuan matematikanya kepada temannya yang berkemampuan

matematika rendah, sehingga kemampuan penalaran siswa dapat berkembang

karena saling berbagi informasi dan pengetahuan.

Pelaksanaan pembelajaran matematika dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD turut melibatkan aktivitas bernalar. Di dalam

pembelajaran kooperatif tipe STAD, semua siswa dituntut untuk dapat mengerti

semua materi yang dipelajari. Hal ini berarti bahwa saling memberikan

(21)

8

penalarannya sehingga siswa terlatih untuk bernalar. Senada dengan hasil

penelitian Tri Muhti Haryani dan Ety Septiati (2011) meyimpulkan bahwa

kemampuan penalaran matematik siswa melalui model pembelajaran kooperatif

tipe STAD adalah baik. Kemudian dalam penelitian Nur Nikmah (2014)

menyimpulkan bahwa kemampuan penalaran matematika siswa meningkat

melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan

investigasi.

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, peneliti melakukan penelitian berjudul : “Perbedaan Kemampuan Penalaran Matematik Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dan STAD Di Kelas VII SMP Swasta YPK Medan”

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, dapat

diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Rendahnya minat belajar matematika siswa

2. Pembelajaran matematika masih berorientasi pada guru

3. Peran guru kurang membawa siswa untuk lebih aktif berfikir

mengeluarkan ide-idenya sehingga kemampuan penalarannya masih

rendah

4. Rendahnya kemampuan penalaran matematik siswa terhadap soal-soal

yang bervariasi terlihat dari proses penyelesaian jawaban siswa

5. Belum adanya penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan

STAD untuk mengaktifkan siswa agar kemampuan penalaran matematik

(22)

9

1.3. Batasan Masalah

Dari identifikasi masalah di atas, maka peneliti membatasi masalah pada

penelitian ini sebagai berikut :

1. Kemampuan penalaran matematik siswa yang diajar dengan model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan STAD di kelas VII SMP Swasta

YPK Medan

2. Proses penyelesaian jawaban siswa dalam menyelesaikan soal matematika

yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan

STAD di kelas VII SMP Swasta YPK Medan

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah di atas, maka yang menjadi

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah kemampuan penalaran matematik siswa yang diajar dengan model

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih baik dibandingkan dengan siswa

yang diajar dengan model pembelajaran STAD di kelas VII SMP Swasta

YPK Medan?

2. Bagaimana proses jawaban siswa pada kemampuan penalaran matematik

siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan

STAD di kelas VII SMP Swasta YPK Medan ?

1.5. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui apakah kemampuan penalaran matematik siswa yang

diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih baik

dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan model pembelajaran

STAD di kelas VII SMP Swasta YPK Medan.

2. Untuk mengetahui proses penyelesaian jawaban siswa dalam

menyelesaikan soal matematika yang diajar menggunakan model

(23)

10

1.6. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat

sebagai berikut :

1. Bagi guru, dapat memperluas pengetahuan mengenai model pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw dan STAD dalam membantu siswa guna

meningkatkan kemampuan penalaran matematik.

2. Bagi siswa, melalui model pembelajaran kooperatif ini dapat membantu

siswa meningkatkan kemampuan penalaran matematik.

3. Bagi sekolah, sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangan dan

penyempurnaan program pengajaran matematika di sekolah.

4. Bagi peneliti, sebagai bahan informasi sekaligus sebagai bahan pegangan

bagi peneliti dalam menjalankan tugas pengajaran sebagai calon tenaga

pengajar di masa yang akan datang.

5. Sebagai bahan informasi bagi pembaca atau peneliti lain yang ingin

melakukan penelitian sejenis.

1.7. Definisi Operasional

Adapun defenisi operasional dalam penelitian ini adalah :

1. Kemampuan penalaran matematik adalah kemampuan mengajukan

dugaan, melakukan manipulasi matematika, dan menarik kesimpulan,

menyusun bukti, memberikan alasan atau bukti terhadap solusi pada pokok

bahasan jajarangenjang dan belahketupat.

2. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement

Divisions) adalah model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah tiap anggota tiap kelompok 4-5

orang siswa secara heterogen. Diawali dengan penyampaian tujuan

pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan

penghargaan kelompok. Guru menyajikan pelajaran, dan kemudian siswa

bekerja dalam tim mereka memastikan bahwa seluruh anggota tim telah

(24)

11

3. Model pembelajaran koopertaif tipe Jigsaw adalah model pembelajaran

kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri

atas 4-6 orang secara heterogen. Dalam pelaksanaan pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw, kelas dibagi ke dalam beberapa kelompok yang

terdiri dari kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal adalah

kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan

yang berbeda. Kelompok ahli adalah kelompok siswa yang terdiri dari

anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari

dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang

berhubungan dengan topik untuk kemudian dijelaskan kepada kelompok

(25)

87 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. Kemampuan penalaran matematik siswa yang diajar dengan model

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih baik dibandingkan dengan siswa

yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD di Kelas

VII SMP Swasta YPK Medan dengan rata-rata nilai kemampuan penalaran

matematik yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

adalah 74,98 dan rata-rata nilai kemampuan penalaran matematik yang

diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah 70,46.

Hal ini juga dibuktikan dari hasil pengujian hipotesis dimana thitung > ttabel

yaitu 3,25 > 2,001

2. Proses jawaban siswa dalam penalaran matematik di kelas eksperimen 1

yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan

di kelas eksperimen 2 yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif

STAD sama-sama memiliki kelebihan dan kekurangan di setiap indikator

penalaran matematik. Dari hasil penelitian, menunjukkan bahwa model

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih unggul dibandingkan dengan

model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini maka saran yang dapat peneliti berikan

adalah:

1. Kepada pengajar matematika agar dapat menjadikan model pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw ataupun STAD sebagai salah satu alternatif dalam

memilih model pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan

(26)

88

2. Bagi guru atau calon guru yang akan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw atau STAD agar memperhatikan alokasi waktu yang

ada agar seluruh tahapan-tahapan pembelajaran dapat dilaksanakan dengan

(27)

89

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M., (2012), Anak Berkesulitan Belajar: Teori, Diagnosis, dan Remediasinya, Rineka Cipta, Jakarta.

Arikunto, S., (2009), Manajemen Penelitian, PT Rineka Cipta, Jakarta.

Aryani, T., dan Septiati, E., (2011), Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD di SMPN 7 Palembang, Prosiding Juni 2011.

Astuti, R.D., dan Abadi, A.M., (2015), Keefektifan Pembelajaran Jigsaw dan TAI Ditinjau Dari Kemampuan Penalaran dan Sikap Belajar Matematika Siswa, Jurnal Riset Pendidikan Matematika 2 : 235-250.

Bani, A., (2011), Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematik Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pembelajaran Penemuan Terbimbing, Edisi Khusus No. 1: 12-20.

Istarani, (2012), 58 Model Pembelajaran Inovatif, Media Persada, Medan.

Lie, A., (2002), Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas, PT Grasindo, Jakarta.

Mas’un, A., (2012), Profil Kemampuan Penalaran Matematis Siswa dalam

Menyelesaikan Soal Bangun Ruang Sisi Lengkung, Skripsi, STKIP PGRI, Jombang.

Muharom, T., (2014), Pengaruh Pembelajaran dengan Model Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) terhadap Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematik Peserta Didik Di SMK Negeri Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya, Jurnal Pendidikan 1: 1-11.

(28)

90

Rosita, C.D., (2009), Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematis : Apa, Mengapa, dan Bagaimana Ditingkatkan pada Mahasiswa, Jurnal Euclid 1: 33-46 [Online] http://core.ac.uk/download/files/335/11060047.pdf, 14 Desember 2015.

Rusman, (2012), Model-Model Pembelajaran (Mengembangkan Profesionalisme Guru), Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Sanjaya, W., (2006), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Kencana Prenada Group, Jakarta.

Sari, D.K., (2011), Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan STAD Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematika pada Materi Persamaan Garis Lurus Kelas VIII, Skripsi, FMIPA, Unnes, Semarang.

Shadiq, F., (2007), Penalaran atau Reasoning. Mengaapa Perlu Dipelajari Para Siswa di Sekolah? [Online] http://fadjarp3g.files.wordpress.com/2007/09/ok-penalaran gerbang.pdf, 20 Desember 2015

Shadiq, F., (2009), Kemahiran Matematika, Pusat Perkembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependididkan Matematika, Yogyakarta.

Slavin, R. E., (2005), Cooperative Learning : Teori, Riset, Praktik, Penerbit Nusa Media, Bandung.

Sudjana, (2005), Metoda Statistika, Tarsito, Bandung.

Sugianto, dkk., (2014), Perbedaan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan STAD Ditinjau dari Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematis Siswa SMA, Jurnal didaktik 1, FMIPA UNIMED [Online] http://download.portalgaruda.org/ , 07 Agustus 2015

(29)

91

Wulandari, E., (2011), Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Melalui Pendekatan Problem Posing di Kelas VIII A SMP Negeri 2 Yogyakarta, Skripsi, FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta [Online] http://Eprints.uny.ac.id/1709/1/Enika_Wulandari.pdf, 15 Desember 2015

Gambar

Gambar 2.1 Potongan kue
gambar di samping.Kebun tersebut akan dijual
Tabel 1.1 Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal

Referensi

Dokumen terkait

Kepribadian anak tunrungu juga banyak ditentukan oleh disposisi (pembawaan) dan perlakuan-perlakuan dari lingkungan. Ayah, ibu keluarga selalu memberikan

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif, sedangkan bentuk penelitiannya menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Lokasi

Berdasarkan penjelasan proyeksi kebutuhan dan jumlah lulusan pada sub bab sebelumnya terdapat adanya kesenjangan antara kebutuhan tenaga kerja pada armada kapal penangkap

Selain itu juga diperoleh informasi bioekologi patogen, respon pertumbuhan in vitro patogen karena pengaruh pH dan suhu; kemampuan bertahan inokulum (tubuh buah) pada

[r]

[r]

menilai sangat baik. Sebaran responden berdasarkan penilaiannya terhadap tingkat.. 77 kinerja atribut variasi pilihan rasa pada produk susu pasteurisasi Milkfood.

Pada dasarnya guru dalam lembaga pendidikan sangat berpengaruh dalam perkembangan para peserta didik, termasuk guru Pendidikan Agama Islam. Guru Pendidikan Agama