• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Keluarga dan Ketersediaan pangan Keluarga di Lingkungan XIII Kelurahan Tanjung Rejo Medan Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Karakteristik Keluarga dan Ketersediaan pangan Keluarga di Lingkungan XIII Kelurahan Tanjung Rejo Medan Tahun 2013"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISTIK KELUARGA DAN KETERSEDIAAN PANGAN KELUARGA DI LINGKUNGAN XIII

KELURAHAN TANJUNG REJO TAHUN 2013

SKRIPSI

Oleh :

NIM. 061000188 TRI OCTADIANA P

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KARAKTERISTIK KELUARGA DAN KETERSEDIAAN PANGAN KELUARGA DI LINGKUNGAN XIII

KELURAHAN TANJUNG REJO TAHUN 2013

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

NIM. 061000188 TRI OCTADIANA P

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)
(4)

ABSTRAK

Pangan merupakan kebutuhan dasar sebagai hak setiap manusia dan sebagai salah satu faktor penentu kualitas sumber daya manusia. Ketidakseimbangan gizi akibat konsumsi pangan yang tidak terjamin berdampak pada timbulnya masalah gizi buruk.

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan gambaran karakteristik keluarga dan ketersediaan pangan keluarga di Lingkungan XIII Kelurahan Tanjung Rejo Medan Tahun 2013. Desain penelitian ini menggunakan survey deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Pengambilan data dan karakteristik keluarga dan ketersediaan pangan keluarga dilakukan dengan wawancara langsung menggunakan kuesioner terhadap 74 ibu rumah tangga sebagai responden.

Hasil penelitian menunjukkan ketersediaan pangan keluarga sebagian besar berada pada kategori terjamin yaitu sebanyak 55,4%. Ketersediaan pangan terjamin pada keluarga ditemukan 57,1% ibu dengan pengetahuan baik, 70,6% ibu dengan pendidikan tamat SMA, 57,7% suami dengan pekerjaan tidak tetap, 65,0% ibu dengan pekerjaan tetap, 60,8% pendapatan keluarga diatas UMK, dan 68,4% keluarga yang memiliki jumlah anak 1-2 orang.

Diharapkan kepada ibu-ibu rumah tangga di Lingkungan XIII Kelurahan Tanjung Rejo untuk mulai menumbuhkan sikap sadar gizi, rutin mengikuti posyandu, dan tanggap terhadap informasi-informasi kesehatan terutama informasi mengenai gizi anak dan keluarga untuk menghindari kejadian gizi kurang dan gizi buruk pada bayi dan balita

(5)

ABSTRACT

Food is a basic need as a right of every human being and as a determining factor for the quality of human resources. Nutritional imbalances due to the consumption of food that is not guaranteed impact on the incidence of malnutrition . This study aims to clarify the picture of the family characteristics and food availability in the family environment rejo XIII Village Tanjung Medan in 2013 . The design of this study using a descriptive survey with quantitative approach . Data retrieval and family characteristics and household food availability is done by direct interviews using questionnaires to 74 housewives as respondents .

The results of research showed most of the family food supply in the category secured as many as 55,4 %. Food security is assured at the family found 57,1 % of women with good knowledge, 70,6 % of mothers with completed high school education, 57.7% of husbands with odd jobs , 65.0 % of women with permanent jobs , 60.8 % of family income MSE above , and 68.4 % of families who have many children 1-2 people .

Expected to mothers in the household environment Tanjung Village XIII rejo to start growing a conscious attitude of nutrition , routine follow posyandu , and responsive to the health information , especially information about the child and family nutrition to avoid malnutrition and the incidence of malnutrition in infants and toddlers

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : TRI OCTADIANA P

Tempat/Tanggal Lahir : Palembang /26 Oktober 1987

Agama : Islam

Status Perkawinan : Kawin

Nama Orang Tua

Ayah : N. Perangin-angin

Ibu : Nurhayati Barus

Anak ke : 3 dari 4 orang bersaudara

Alamat Rumah : Jl. Bunga Cempaka Gang Bangun No.6 Pasar III Padang Bulan Medan

Riwayat Pendidikan

Tahun 1993-1999 : SDN. No. 12 Medan Jaya Bengkulu Utara

Tahun 1999-2002 : SMP Methodist-6 Medan

Tahun 2002-2005 : SMA. Negeri 2 Medan

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Karakteristik Keluarga dan Ketersediaan pangan Keluarga di Lingkungan XIII Kelurahan Tanjung Rejo Medan Tahun 2013”.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada orang tua tercinta, Ayahanda N. Perangin-angin dan Ibunda Nurhayati Barus, Bapak Mertua B. Sembiring dan Ibu Mertua Sehat Br. Bangun yang telah memberikan dukungan baik moril dan materil dalam membesarkan, mendidik, memotivasi dan selalu mendoakan penulis. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

(8)

3. Ir. Etti Sudaryati, MKM. PhD selaku dosen pembimbing I dan Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes selaku dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan petunjuk dan saran-saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Dra. Syarifah, MS selaku dosen pembimbing akademik yang telah banyak

memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.

5. Untuk suami tercinta Adi Pranata Sembiring, SE dan anak tersayang Kaila Karinna Metami Sembiring serta Kakak-kakak dan adikku/keluargaku (Kak Jeni, Kak Desi, Alvin, Emma, Memi, Alek) terimakasih untuk dukungan dan motivasi serta kesediaan menjaga Kei.

6. Teman-teman dan sahabatku Beta, Darli, Tri, Riri, Ika, Roy, Oji serta seluruh teman-teman Peminatan Gizi yang banyak memotovasi penulis selama ini.

7. Semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas dukungan, kerjasama dan doanya.

Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini baik dari segi isi maupun penyajianya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin

Medan, februari 2014 Penulis

(9)

DAFTAR ISI

1.4.Manfaat Penelitian ... 10

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1. Faktor-faktor Karakteristik Keluarga ... 11

2.1.1. Pengetahuan ... 11

2.3. Hubungan Karakteristik Keluarga dengan Ketersediaan Pangan Keluarga ... 21

2.4. Kerangka Konsep ... 23

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 24

(10)

3.4.2. Data Sekunder ... 26

3.5. Definisi Operasional... 26

3.6. Instrumen dan Aspek Pengukuran ... 27

3.6.1. Instrumen ... 27

3.6.2. Aspek Pengukuran Penelitian ... 27

3.7. Tehnik Pengolahan dan Analisa Data ... 29

3.7.1. Pengolahan Data ... 29

3.7.2. Analisa Data ... 29

BAB IV. HASIL PENELITIAN ... 31

4.1.Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 31

4.2.Karakteristik Keluarga Responden ... 32

4.2.1. Pengetahuan Gizi Ibu ... 32

4.3.Ketersediaan Pangan Keluarga Responden ... 34

4.4.Ketersediaan Pangan Berdasarkan Karakteristik Keluarga ... 35

4.2.1. Ketersediaan Pangan Berdasarkan Pengetahuan Gizi Ibu ... 35

4.2.2. Ketersediaan Pangan Berdasarkan Pendidikan Ibu ... 36

4.2.3. Ketersediaan Pangan Berdasarkan Pekerjaan Suami ... 36

4.2.4. Ketersediaan Pangan Berdasarkan Pekerjaan Responden ... 37

4.2.5. Ketersediaan Pangan Berdasarkan Pendapatan Keluarga ... 37

4.2.6. Ketersediaan Pangan Berdasarkan Jumlah Anak ... 38

BAB V. PEMBAHASAN ... 39

5.1. Pengetahuan Gizi Ibu dan Ketersediaan Pangan Keluarga ... 39

5.2. Pendidikan Ibu dan Ketersediaan Pangan Keluarga ... 41

5.3. Pekerjaan Orangtua dan Ketersediaan Pangan Keluarga ... 43

5.4. Pendapatan Keluarga dan Ketersediaan Pangan Keluarga ... 47

5.5. Jumlah Anak dan Ketersediaan Pangan Keluarga ... 48

5.6. Ketersediaan Pangan Keluarga ... 50

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 54

6.1. Kesimpulan ... 54

(11)
(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Distribusi Karakteristik Keluarga Berdasarkan Pengetahuan Tentang Gizi di Lingkungan XIII Kelurahan Tanjung Rejo Medan

Tahun 2013 ... 32 Tabel 4.2. Distribusi Karakteristik Keluarga Berdasarkan Pendidikan di

Lingkungan XIII Kelurahan Tanjung Rejo Medan Tahun 2013... 33 Tabel 4.3. Distribusi Karakteristik Keluarga Berdasarkan Pekerjaan Suami di

Lingkungan XIII Kelurahan Tanjung Rejo Medan Tahun 2013... 33 Tabel 4.4. Distribusi Karakteristik Keluarga Berdasarkan Pekerjaan Ibu di

Lingkungan XIII Kelurahan Tanjung Rejo Medan Tahun 2013... 33 Tabel 4.5. Distribusi Karakteristik Keluarga Berdasarkan Pendapatan Keluarga

di Lingkungan XIII Kelurahan Tanjung Rejo Medan Tahun 2013 ... 34 Tabel 4.6. Distribusi Karakteristik Keluarga Berdasarkan Jumlah Anak di

Lingkungan XIII Kelurahan Tanjung Rejo Medan Tahun 2013... 34 Tabel 4.7. Distribusi Karakteristik Keluarga Berdasarkan Ketersediaan Pangan

Keluarga Tentang Gizi di Lingkungan XIII Kelurahan Tanjung

Rejo Medan Tahun 2013 ... 35 Tabel 4.8. Distribusi Ketersediaan Pangan Berdasarkan Pengetahuan Ibu di

Lingkungan XIII Kelurahan Tanjung Rejo Medan Tahun 2013... 35 Tabel 4.9. Distribusi Ketersediaan Pangan Berdasarkan Pendidikan Ibu di

Lingkungan XIII Kelurahan Tanjung Rejo Medan Tahun 2013... 36 Tabel 4.10. Distribusi Ketersediaan Pangan Berdasarkan Pekerjaan Suami di

Lingkungan XIII Kelurahan Tanjung Rejo Medan Tahun 2013... 37 Tabel 4.11. Distribusi Ketersediaan Pangan Berdasarkan Pekerjaan Ibu di

Lingkungan XIII Kelurahan Tanjung Rejo Medan Tahun 2013... 37 Tabel 4.12. Distribusi Ketersediaan Pangan Berdasarkan Pendapatan Keluarga

di Lingkungan XIII Kelurahan Tanjung Rejo Medan Tahun 2013 ... 38 Tabel 4.13. Distribusi Ketersediaan Pangan Berdasarkan Jumlah Anak di

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian

Lampiran 1 : Master Data Penelitian

Lampiran 2 : Out Put Penelitian

Lampiran 3 : Surat Permohonan Izin Penelitian dari FKM USU

(14)

ABSTRAK

Pangan merupakan kebutuhan dasar sebagai hak setiap manusia dan sebagai salah satu faktor penentu kualitas sumber daya manusia. Ketidakseimbangan gizi akibat konsumsi pangan yang tidak terjamin berdampak pada timbulnya masalah gizi buruk.

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan gambaran karakteristik keluarga dan ketersediaan pangan keluarga di Lingkungan XIII Kelurahan Tanjung Rejo Medan Tahun 2013. Desain penelitian ini menggunakan survey deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Pengambilan data dan karakteristik keluarga dan ketersediaan pangan keluarga dilakukan dengan wawancara langsung menggunakan kuesioner terhadap 74 ibu rumah tangga sebagai responden.

Hasil penelitian menunjukkan ketersediaan pangan keluarga sebagian besar berada pada kategori terjamin yaitu sebanyak 55,4%. Ketersediaan pangan terjamin pada keluarga ditemukan 57,1% ibu dengan pengetahuan baik, 70,6% ibu dengan pendidikan tamat SMA, 57,7% suami dengan pekerjaan tidak tetap, 65,0% ibu dengan pekerjaan tetap, 60,8% pendapatan keluarga diatas UMK, dan 68,4% keluarga yang memiliki jumlah anak 1-2 orang.

Diharapkan kepada ibu-ibu rumah tangga di Lingkungan XIII Kelurahan Tanjung Rejo untuk mulai menumbuhkan sikap sadar gizi, rutin mengikuti posyandu, dan tanggap terhadap informasi-informasi kesehatan terutama informasi mengenai gizi anak dan keluarga untuk menghindari kejadian gizi kurang dan gizi buruk pada bayi dan balita

(15)

ABSTRACT

Food is a basic need as a right of every human being and as a determining factor for the quality of human resources. Nutritional imbalances due to the consumption of food that is not guaranteed impact on the incidence of malnutrition . This study aims to clarify the picture of the family characteristics and food availability in the family environment rejo XIII Village Tanjung Medan in 2013 . The design of this study using a descriptive survey with quantitative approach . Data retrieval and family characteristics and household food availability is done by direct interviews using questionnaires to 74 housewives as respondents .

The results of research showed most of the family food supply in the category secured as many as 55,4 %. Food security is assured at the family found 57,1 % of women with good knowledge, 70,6 % of mothers with completed high school education, 57.7% of husbands with odd jobs , 65.0 % of women with permanent jobs , 60.8 % of family income MSE above , and 68.4 % of families who have many children 1-2 people .

Expected to mothers in the household environment Tanjung Village XIII rejo to start growing a conscious attitude of nutrition , routine follow posyandu , and responsive to the health information , especially information about the child and family nutrition to avoid malnutrition and the incidence of malnutrition in infants and toddlers

(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Masalah kekurangan gizi merupakan masalah kesehatan tertinggi di dunia, terutama di negara-negara berkembang. Data statistik daripada United Nation Foods

and Agriculture Organization (FAO), menyatakan bahwa kekurangan gizi di dunia

mencapai 1,02 milyar orang yaitu kira-kira 15% populasi dunia dan sebagian besar berasal dari negara berkembang. Anak-anak adalah golongan yang sering mengalami masalah kekurangan gizi. Kira-kira setengah daripada 10,9 juta anak yaitu kira-kira 5 juta anak meninggal setiap tahun akibat kekurangan gizi (FAO, 1989).

Menurut data daripada World Health Organization, terdapat empat jenis masalah kekurangan gizi utama dan berpengaruh pada golongan berpendapatan rendah di negara berkembang. Masalah gizi utama tersebut adalah Kurang Energi Protein (KEP), Anemia Gizi Besi (AGB), Kurang Vitamin A (KVA) dan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) (World Health Organization, 1989). Masalah malnutrisi pada anak usia di bawah lima tahun dapat mengganggu proses tumbuh kembang secara fisikal maupun mental dan ini dapat memberikan dampak yang negatif pada sumber daya manusia pada masa mendatang.

(17)

pengetahuan, dan keterampilan dari anggota keluarga. Lebih lanjut Riyadi (2006) menyatakan bahwa status gizi dan keadaan kesehatan merupakan dua faktor yang saling berinteraksi.

Pertumbuhan dan perkembangan anak yang baik diantaranya ditentukan oleh ketersediaan makanan yang bergizi sejak dini. Namun sayang untuk beberapa daerah akses terhadap produk makanan yang bergizi dan terjangkau sangatlah rendah. Hal ini diperparah dengan minimnya pengetahuan dan pendidikan ibu tentang gizi seimbang untuk anak-anak mereka. Namun kondisi ini dapat diperbaiki salah satunya dengan mengatasi masalah-masalah di atas serta upaya meningkatkan peran Pos Pelayanan Kesehatan Terpadu (posyandu) yang dapat menjangkau (tersebar luas) di seluruh negeri (Fauziaty, 2007).

Masalah gizi terjadi disetiap siklus kehidupan, dimulai sejak dalam kandungan (janin), bayi, anak, dewasa dan usia lanjut. Periode dua tahun pertama kehidupan merupakan masa kritis, karena pada masa ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Gangguan gizi yang terjadi pada periode ini bersifat permanen tidak dapat dipulihkan walaupun kebutuhan gizi pada masa selanjutnya terpenuhi. Pada tingkat individu, keadaan gizi dipengaruhi oleh asupan gizi dan penyakit infeksi yang saling terkait. Apabila seseorang tidak mendapat asupan gizi yang cukup akan mengalami kekurangan gizi dan mudah sakit. Demikian juga bila seseorang sering sakit akan menyebabkan gangguan nafsu makan dan selanjutnya akan mengakibatkan gizi kurang (Depkes RI, 2007).

(18)

kualitas SDM. Pengaruh dari kedua masalah gizi ini sangat luas dalam berbagai sendi kehidupan masyarakat, baik dalam konteks masalah sosial budaya, maupun ekonomi dan status bangsa. (Dinkes Propinsi Sumatra Utara, 2006).

Menurut laporan UNICEF (United Nations International Children’s

Emergency Fund) jumlah anak balita penderita gizi buruk mengalami lonjakan dari

1,8 juta ( 2005), menjadi 2,3 juta (2006) diluar 2,3 juta penderita gizi buruk masih ada 3 juta lebih mengalami gizi kurang yaitu sekitar 28% dari total balita di seluruh Indonesia. Dari jumlah balita penderita gizi buruk dan kurang sekitar 10% berakhir dengan kematian. Dari angka kematian balita yang 37 per 1000 ini, separuhnya adalah kurang gizi (Depkes, 2006).

(19)

berdasarkan indeks BB/U gizi buruk 7,8%, gizi kurang 13,5%, sedangkan berdasarkan BB/TB kurus 5,6% dan kurus 8,4%.

Hasil RISKESDAS 2010 menunjukkan prevalensi gizi kurang menjadi 17.9% dan gizi buruk menjadi 4.9%. Di Indonesia jumlah anak balita yang mengalami gizi buruk dan gizi kurang pada tahun 2003 mencapai 27,5% dari total jumlah balita. Pada tahun 2004 mencapai 19,37% dari total jumlah balita. Pada tahun 2005 sebanyak 73.041 kasus balita yang mengalami gizi buruk di seluruh wilayah Indonesia. Sebanyak 2.580 mengalami marasmus, 88 orang mengalami kwashiorkor, 140 orang mengalami marasmus kwashiorkor, serta sebanyak 70.203 orang mengalami kasus gizi non klinis (Dewan Ketahanan Pangan, 2006).

Meningkatnya gizi buruk, terutama pada anak-anak di Indonesia harus diwaspadai. Khomsan (2008) menyebutkan bahwa pada tahun 2007 anak usia dibawah lima tahun (balita) yang mengalami gizi buruk sebanyak tujuh ratus ribu anak dan yang mengalami gizi kurang sebanyak empat juta balita. Keadaan gizi masyarakat Indonesia pada saat ini juga masih memprihatinkan, terutama pada anak-anak. Hasil penelitian program pangan dunia pada tahun 2008 yang menyebutkan bahwa sebanyak 13 juta anak Indonesia menderita mal nutrisi atau gizi buruk.

(20)

program perbaikan gizi dalam rangka pencegahan dan penanggulangan masalah gizi. Dengan adanya program keluarga sadar gizi diharapkan tidak ada lagi bayi berat badan lahir rendah (BBLR), gizi lebih, dan status gizi semua anggota keluarga baik (Dinkes Propinsi Sumatra Utara, 2006). Tingkat pendidikan ibu mempengaruhi sikap, perilaku, pola asuh, dan akses terhadap pelayanan kesehatan. Pentingnya pengetahuan gizi ibu, pola asuh, dan perilaku KADARZI dalam upaya meningkatkan kualitas sumberdaya manusia menjadi dasar perlu dilakukannya penelitian untuk mengetahui kaitan antara tingkat pendidikan ibu dengan pengetahuan gizi ibu, pola asuh dan kesehatan, perilaku KADARZI serta status gizi anak. Pengetahuan gizi ibu dapat mempengaruhi penyediaan dan pengelolaan pangan bagi anggota keluarganya serta perilaku KADARZI.

(21)

gizi yang baik. Pada kondisi ini akan terjadi lingkaran sebab akibat antara akses pangan, status gizi dan kemiskinan/pendapatan (Dinkes Provinsi Sumut, 2006).

Daya beli atau pendapatan keluarga yang memadai untuk memenuhi biaya hidup merupakan salah satu kunci ketersediaan makanan bergizi keluarga. Keadaan ekonomi keluarga dan pola alokasi pendapatan menentukan daya beli keluarga terhadap pangan (Soekirman, 2000). Ketersediaan makanan bergizi sangat dipengaruhi oleh daya beli keluarga yang ditentukan oleh tingkat pendapatannya. Rendahnya tingkat pendapatan memperburuk konsumsi energi dan protein. Ketersediaan dan konsumsi pangan keluarga menjadi kurang, baik dalam jumlah, mutu maupun keragamannya. Hal ini akan berdampak buruk terhadap status gizi anak balita.

Pada tahun 2000 di Sumatera Utara terdapat kasus gizi kurang sebesar 17,3% dan gizi buruk 9,16%. Tahun 2003 terjadi peningkatan, gizi kurang 18,59% dan gizi buruk 12,3%, tahun 2005 terjadi penurunan gizi kurang menjadi 15,78% dan gizi buruk menjadi 8,82% pada tahun 2006 terjadi penurunan persentase balita dengan gizi buruk sebesar 1,02% menjadi 7,8% tetapi balita dengan gizi kurang meningkat menjadi 20,5%. Pada tahun 2006 balita yang tergolong gizi buruk yang mendapat perawatan di Sumatera Utara hanya mencapai 43,9%, tahun 2007 prevalensi gizi buruk 4,4% dan prevalensi gizi kurang 18,8%, bila dibandingkan dengan target 2010 yaitu 100% masih sangat rendah (Dinkes Provinsi Sumut,2006).

(22)

25,20% balita sangat pendek, 17,90 % balita pendek dan menurut indeks BB/TB terdapat 9,10 % balita sangat kurus, 7,90 % balita kurus.

Berdasarkan data surveilans gizi buruk yang dilaksanakan pada tahun 2008 di Kota Medan berdasarkan indeks BB/U gizi buruk sebanyak 447 balita (0,6%), gizi kurang 6545 balita (9,6%), tahun 2009 terdapat gizi buruk sebanyak 761orang (0,6%), gizi kurang sebanyak 7036 orang ( 5,9%), tahun 2010 terdapat gizi buruk sebesar 1018 balita (0,8%), gizi kurang 5466 balita(4,6%).( Dinkes Kota Medan, 2010).

Hasil penelitian Fauziaty (2007) menyatakan bahwa, diantara 50 keluarga yang berasal dari keluarga dengan ketahanan pangan keluarga cukup, terjamin terdapat 2,0% berstatus gizi lebih, 32 keluarga dengan ketahanan pangan dengan tingkat kelaparan tingkat ringan terdapat 43,7% dengan status gizi kurang, 16 keluarga rawan pangan tingkat sedang terdapat 68,7% balita dengan status balita gizi kurang, 2 keluarga rawan pangan tingkat berat 100 % berstatus gizi buruk. Hal ini dipengaruhi oleh rendahnya tingkat pendapatan.

Selama ini telah dilakukan upaya perbaikan gizi mencakup promosi gizi seimbang termasuk penyuluhan gizi di posyandu, fortifikasi pangan, pemberian makanan tambahan termasuk MP-ASI, pemberian suplemen gizi (kapsul Vitamin A dan tablet tambah darah TTD), pemantauan dan penanggulangan gizi buruk. Kenyataannya masih banyak keluarga yang belum berperilaku gizi baik sehingga penurunan masalah gizi berjalan lambat (Depkes RI, 2007).

(23)

Kota Medan di urutan pertama dengan 143 kasus. Setiap kasus gizi buruk dan gizi kurang akan ditangani khusus oleh Pusat Pemulihan Gizi (PPG) yang ada di puskesmas-puskesmas. Dari 80 Puskesmas yang ada di Medan, ada 10 unit yang bisa menangani PPG. Di puskesmas tersebut ibu dan balita penderita gizi buruk akan ditangani intensif rawat inap selama satu bulan(Yuzrizal, 2008).

Wilayah kerja Puskesmas Medan Sunggal terdapat 28 orang anak dengan status gizi kurang dan gizi buruk, delapan orang diantaranya dengan gizi buruk, 20 orang diantaranya adalah gizi kurang. Kelurahan Tanjung Rejo memiliki 3 orang anak dengan gizi buruk dan 6 orang anak dengan gizi kurang, 2 orang diantara balita gizi buruk dan 3 orang balita gizi kurang yang ditemukan pada masing-masing dari 3 (tiga) keluarga di Lingkungan XIII. Berdasarkan survei pendahuluan yang peneliti lakukan, Kelurahan Tanjung Rejo mempunyai jumlah penduduk 42.121 jiwa, serta 9872 KK. Tingkat pendidikan masyarakat mayoritas Sekolah Menengah. Penghasilan penduduk mayoritas dari Karyawan swasta dan berdagang dengan pendapatan rendah sampai menengah. Pendapatan keluarga tersebut telah menuntut ibu turut bekerja di luar rumah, sehingga ibu hanya memiliki sedikit waktu untuk mengurus balitanya di rumah (Puskesmas Medan Sunggal, 2012).

(24)

Berdasarkan penjelasan tersebut maka diduga maslaah gizi uruk disebabkan oleh kurangnya asupan gizi yang rendah dan adanya infeksi pada balita. Asupan yang rendah ini disebabkan oleh karena ketersediaan pangan yang kurang dalam keluarga dan faktor lainnya seperti karakteristik keluarga, sehingga peneliti bermaksud untuk mengetahui ketersediaan pangan dalam keluarga dan karakteristik keluarga di lingkungan XIII Kelurahan Tanjung Rejo.

1.2. Perumusan masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah penelitian adalah bagaimana karakteristik keluarga dan ketersediaan pangan keluarga di Lingkungan XIII Kelurahan Tanjung Rejo Medan 2013.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Tujuan umum penelitian adalah untuk menjelaskan gambaran karakteristik keluarga dan ketersediaan pangan keluarga di Lingkungan XIII Kelurahan Tanjung Rejo Medan 2013.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui ketersediaan pangan berdasarkan pengetahuan ibu di Lingkungan XIII Keluraham Tanjung Rejo Medan 2013

2. Untuk mengetahui ketersediaan pangan berdasarkan pendidikan ibu di Lingkungan XIII Kelurahan Tanjung Rejo Medan 2013

(25)

4. Untuk mengetahui ketersediaan pangan berdasarkan pekerjaan ibu di Lingkungan XIII Kelurahan Tanjung Rejo Medan 2013

5. Untuk mengetahui ketersediaan pangan berdasarkan pendapatan keluarga di Lingkungan XIII Kelurahan Tanjung Rejo Medan 2013

6. Untuk mengetahui ketersediaan pangan berdasarkan jumlah anak di Lingkungan XIII Kelurahan Tanjung Rejo Medan 2013

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Diharapkan hasil penelitian dapat menjadi informasi dan masukan bagi Dinas Kesehatan Kota Medan mengenai sejauh mana pendapatan dan pengetahuan ibu terhadap ketersediaan pangan keluarga, sehingga dapat mengambil suatu kebijakan terhadap pelaksanaan program gizi untuk mencegah terjadinya gizi buruk balita pada masyarakat.

2. Diharapkan hasil penelitian ini menjadi informasi dan masukan bagi Puskesmas Sunggal Kota Medan dalam memberikan pelayanan berupa penyuluhan di posyandu guna meningkatkan pengetahuan dan kesadaran ibu terhadap ketersediaan pangan keluarga.

3. Memberi kontribusi dalam pengembangan Ilmu Kesehatan Masyarakat dalam bidang Ilmu gizi.

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Keluarga

Keluarga adalah sekelompok orang yang tinggal atau hidup bersama dalam satu rumahtangga dan ada ikatan darah. Berdasarkan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) yang dikeluarkan oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), sebuah keluarga terdiri dari ayah, ibu dan dua orang anak (BPS 2010). Setiap keluarga memiliki kebiasaan yang berbeda-beda dalam hal konsumsi pangan. Kebiasaan ini dipengaruhi oleh karakteristik keluarga tersebut, diantaranya pendidikan orang tua, pengetahuan gizi ibu, pekerjaan orang tua, besar keluarga, dan besar pendapatan keluarga.

2.1.1. Pengetahuan Gizi

Pengetahuan gizi dapat mempengaruhi keragaman konsumsi pangan penduduk. Nemun demikian pengaruh positif ini dapat ditiadakan/berubah oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut adalah daya beli atau ekonomi, ketersediaan waktu untuk membeli, mengolah dan menyiapkan makanan, preferensi atau kesukaan pangan, kepercayaan terhadap jenis pangan, dan ketersediaan pangan. Selain faktor tersebut menyebutkan ada faktor lain yang berpengaruh terhadap keragaman konsumsi pangan, yaitu pendidikan gizi, paparan media massa dan pengalaman gizi, usia kedua orang tua, dan partisipasi ibu dalam kegiatan sosial (Hardinsyah, 2007).

Selanjutnya Menurut Suhardjo dkk, (1989), suatu hal yang meyakinkan tentang pentingnya pengetahuan gizi didasarkan pada tiga kenyataan :

(27)

2) Setiap orang hanya akan cukup gizi jika makanan yang dimakannya mampu menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh yang optimal, pemeliharaan dan energi.

3) Ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga penduduk dapat belajar menggunakan pangan dengan baik bagi kesejahteraan gizi.

Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan prilaku dalam pemilihan makananyang pada kahirnya akan berpengaruh pada keadaan gizi individu tersebut dan keluarganya. Semakin tinggi tingkat pengetahuan gizi seseorang diharapkan semakin baik pula keadaan gizinya (Irawati. 2004). Secara umum di negara berkembang iu memainkan peran pentingdalam memilih dan menyiapkan pangan untuk dikonsumsi anggota keluarganya.walaupun seringkali para ibu bekerja di luar, mereka tetap mempunyai andil besar dalam kegiatan pemilihan dan penyiapan makanan serta mengidentifikasi pola pengambilan keputusan dalam keluarga (Hardinsyah, 2007).

Umumnya penyelenggaraan makan dalam rumah tangga sehari-hari dikoordinir oleh ibu. Ibu yang mempunyai kesadaran gizi yang tinggi akan melatih kebiasaan makanan sehat sedini mungkin kepada putra-putrinya. Ibu berperan penting dalam melatih anggota keluarganya untuk membiasakan makan yang sehat. Untuk memperoleh pangan sehat dan sesuai dengan standar maka perlu menguasai pengetahuan tentang pemilihan pangan (Riyadi, 2006).

(28)

Pengetahuan ibu rumah tangga tentang bahan pangan akan mempengaruhi prilaku pangan dan ketidaktahuan dapat menyebabkan kesalahan dalam pemilihan dan pengolahan pangan. Pengetahuan gizi dan pangan yang harus dikonsumsi agar tetap sehat, merupakan faktor penentu kesehatan seseorang (Notoatmodjo, 2007).

Pengetahuan gizi meliputi pengetahuan tentang pemilihan dan konsumsi sehari-hari dengan baik dan memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh. Pemilihan dan konsumsi bahan makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi apabila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat gizi esensial. Sedangkan status gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat gizi dalam jumlah yang berlebihan, sehingga menimbulkan efek yang membahayakan. (Almatsier, 2009).

2.1.2. Pendidikan

Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan memengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan pelaku pendidikan. Dari batasan ini tersirat unsur-unsur pendidikan, yakni : a) input adalah sasaran pendidikan, b) proses (upaya yang direncakan untuk memengaruhi orang lain, c) out put (melakukan apa yang diharapkan atau perilaku) (Notoatmodjo, 2007).

(29)

Tingkat pendidikan dalam keluarga khususnya ibu dapat menjadi faktor yang mempengaruhi status gizi anak dalam keluarga. Semakin tinggi pendidikan orang tua maka pengetahuannya akan gizi akan lebih baik dari yang berpendidikan rendah. Salah satu penyebab gizi kurang pada anak adalah kurangnya perhatian orang tua akan gizi anak. Hal ini disebabkan karena pendidikan dan pengetahuan gizi ibu yang rendah. Pendidikan formal ibu akan mempengaruhi tingkat pengetahuan gizi, semakin tinggi pendidikan ibu, maka semakin tinggi kemampuan untuk menyerap pengetahuan praktis dan pendidikan formal terutama melalui masa media. Hal serupa juga dikatakan oleh L. Green, Rooger yang menyatakan bahwa semakin baik tingkat pendidikan ibu, maka baik pula keadaan gizi anaknya (Berg, 1986).

Menurut hasil penelitian Devi (2010), bahwa faktor pengetahuan ibu dan sosial ekonomi keluarga berupa pendapatan memiliki pengaruh terhadap tindakan ibu dalam pencegahan gizi buruk pada balita di wilayah kerja Puskesmas Amplas Kota Medan. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Yusrizal (2008), yang menunjukkan bahwa faktor sosial ekonomi keluarga (pendidikan, jenis pekerjaan) merupakan variabel yang sangat berpengaruh terhadap status gizi anak balita dan pengetahuan merupakan variabel dari faktor budaya masyarakat yang sangat berpengaruh dan paling dominan pengaruhnya terhadap status gizi balita balita di wilayah Pesisir Kabupaten Bireuen.

(30)

dan banyak di antara mereka yang memperoleh informasi tersebut dari media cetak, khusunya majalah dan koran.

Sebuah penelitian yang dilakukan di Indonesia menunjukkan bahwa ibu dengan tingkat pendidikan dan berpenghasilan lebih tinggi mendapat paparan media massa lebih tinggi juga (BKKBN, 2013). Di Indonesia, seseorang dengan tingkat pendapatan lebih tinggi relatif lebih mudah mengakses televisi dan mereka yang tinggal di daerah perkotaan lebih mudah mengakses berbagai majalah populer. Oleh karena itu, tingkat pendidikan orang tua, pendapatan rumah tangga dan wilayah tempat tinggal (desa atau kota) diasumsikan mempengaruhi kondisi individu seseorang/rumah tangga untuk terpapar media massa.

2.1.3. Pekerjaan

Pekerjaan orang tua turut menentukan kecukupan gizi dalam sebuah keluarga. Pekerjaan berhubungan dengan jumlah gaji yang diterima. Semakin tinggi kedudukan secara otomatis akan semakin tinggi penghasilan yang diterima, dan semakin besar pula jumlah uang yang di belanjakan untuk memenuhi kecukupan gizi dalam keluarga (Soeditama,2004).

Orang tua yang bekerja terutama ibu akan mempunyai waktu yang lebih sedikit untuk memperhatikan dan mengasuh anaknya . Pada umumnya didaerah pedesaaan anak yang orangtuanya bekerja akan diasuh oleh kakaknya atau sanak saudaranya. sehingga pengawasan terhadap makanan dan kesehatan anak tidak sebaik jika orang tua tidak bekerja (Hardinsyah, 2007 ).

(31)

antara pendapatan yang meningkat dan gizi yang didorong oleh pengaruh menguntungkan dari pendapatan yang meningkat bagi perbaikan kesehatan dan masalah keluarga lainnya yang berkaitan dengan keadaan gizi. Rendahnya penda patan orang-orang miskin dan lemahnya daya beli memungkinkan untuk mengatasi kebiasaan makan dengan cara-cara tertentu yang menghalangi perbaikan gizi yang efektif, terutama untuk anak-anak mereka. (Suhardjo, 1989).

Bagi pekerja wanita, bagaimanapun juga mereka adalah ibu rumah tangga yang sulit lepas begitu saja dari lingkungan keluarga. Wanita mempunyai beban dan hambatan lebih berat dibandingkan rekan prianya. Dalam arti wanita harus lebih dulu mengatasi urusan keluarga, suami, anak, dan hal-hal yang menyangkut masalah rumah tangganya.

Pada kenyataannya banyak wanita yang tidak cukup mampu mengatasi hambatan itu, sekalipun mereka mempunyai kemampuan teknis yang cukup tinggi jika mereka tidak mampu menyeimbangkan peran gandanya tersebut akhirnya mereka akan kerepotan. Akan tetapi bukan berarti wanita yang tidak bekerja merupakan jaminan bahwa anak-anaknya akan menjadi lebih baik dibanding dengan anak-anak dari wanita yang bekerja (Anoraga, 1998).

(32)

mempunyai cukup waktu untuk memperhatikan makanan anak yang sesuai dengan kebutuhan dan kecukupan serta kurang perhatian dan pengasuhan kepada anak (Berg, 1986).

2.1.4. Pendapatan Keluarga

Rendahnya pendapatan merupakan rintangan yang menyebabkan orang-orang tak mampu membeli pangan dalam jumlah yang diperlukan. Rendahnya pendapatan itu mungkin disebabkan menganggur atau setengah menganggur karena susahnya memperoleh lapangan kerja-tetap sesuai dengan yang diinginkan. Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh kembang anak karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak-anak baik yang primer maupun yang sekunder (Soetjiningsih, 1995).

(33)

Menurut Soekirman (2000), apabila pendapatan meningkat pola konsumsi pangan akan semakin beragam, serta umunya akan terjadi peningkatan konsumsi pangan yang lebih bernilai gizi tinggi. Peningkatan pendapatan lebih lanjut tidak hanya akan meningkatkan keanekaragaman konsumsi pangan dan peningkatan konsumsi pangan yang lebih mahal, tetapi juga terjadi peningkatan konsumsi pangan di luar rumah. Pola kondisi terjadi peningkatan pendapatan, konsumen akan membelanjakan pendapatannya untuk pangan dengan persentase yang semakin kecil.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pangsa pengeluaran pangan cenderung semakin menurun sejalan dengan meningkatnya pendapatan walaupun total pengeluaran semakin meningkat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rachman (2004) mengenai hukum Working yaitu pangsa pengeluaran pangan memiliki hubungan yang negatif dengan pengeluaran rumah tangga. Masyarakat akan terdorong memilih pangan dengan nilao prestise yang lebih tinggi sesuai dengan pendapatannya yang meningkat.

(34)

2.1.5. Jumlah Anak

Anggota rumah tangga adalah semua orang yang biasanya bertempat tinggal di suatu rumah tangga, baik berada di rumah pada saat pencacahan maupun sementara tidak ada. Anggota rumah tangga yang telah berpergian enam bulan atau lebih, dan anggota rumah tangga yang bepergian kurang dari enam bulan tetapi bertujuan pindah atau akan meninggalkan rumah enam bulan atau lebih, tidak dianggap anggota rumah tangga. Orang yang telah tinggal di suatu rumah tangga enam bulan atau lebih, atau yang telah tinggal di suatu rumah tangga kurang dari enam bulan tetapi berniat cenderung menjadikan seorang ibu akan lebih memperhatikan kepentingannya sendiri daripada kepentingan anaknya, sehingga kuantitas dan kualitas perawatan kurang terpenuhi. Sebaliknya, ibu yang lebih berumur cenderung akan menerima perannya dengan sepenuh hati (Gabriel, 2008).

Menurut Hardinsyah (2007), menyatakan bahwa pasangan orang tua dengan usia lebih tua kemingkinan mempunyai pengetahuan gizi dan kesehatan lebih baik jika dibandingkan dengan pasangan orangtua dengan usia muda karena pengalam mereka dalam menggunakan berbagai layanan kesehatan. Akan tetapi, bahwa pasangan orang tua dengan usia lebih tinggi mungkin mempunyai kekurangan informasi tentang pengetahuan gizi yang terbaru jika dibandingkan dengan pasangan orang tua dengan usia muda. Hal ini terjadi karena perkembangan ilmu gizi dan berbagai promosi produk-produk gizi dan kesehatan.

2.2. Ketersediaan Pangan

(35)

dikonsumsi di rumah. Hal ini penting karena jenis makanan yang dikonsumsi tiap individu mempengaruhi kesehatannya secara keseluruhan. Ada sejumlah faktor yang dapat mempegaruhi ketersediaan pangan keluarga, seperti komposisi rumah tangga, akses ke outlet makanan, pendapatan rumah tangga, transportasi ke akses pangan, pendapatan, dan fasilitas penyimpanan rumah tangga (Sisk, Sharkey, Mcintosh & Anding, 2010).

Ketersedian dan distribusi pangan serta konsumsi pangan merupakan subsistem dari ketahanan pangan. Ketersediaan dan distribusi pangan memfasilitasi pasokan pangan yang stabil dan merata ke seluruh wilayah. Subsistem konsumsi pangan memungkinkan setiap rumah tangga memperoleh pangan yang cukup dan memanfaatkannya untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga (Suryana, 2008).

Rasmussen, Krolner & Klep (2006), melaporkan ketersediaan pangan rumah tangga sebagai salah satu faktor penentu yang paling penting dari pola makan keluarga. Ketersediaan pangan keluarga dianggap sebagi hubungan antara masyarakat atau sumber lingkungan penjualan makanan dan asupan gizi perorangan. Berdasarkan penelitian Sisk, et.al (2010), bahwa masyarakat di Amerika lebih dari 70% ketersediaan pangan di rumah tangga di dapat dari membeli, dan 75% makanan tersebut merupakan sumber energi. Makanan yang tersedia di rumah tangga dapat memberikan gambaran tentang ketersediaan pangan keluarga dan pola konsumsi pangan keluarga.

(36)

rum ah tangga dapat diketahui berdasarkan perkiraan pengeluaran pangan dalam seminggu terakhir. Dari data SUSENAS tahun 1995 dan 2003 terjadi perubahan rasio pengeluaran pangan sumber nergi 32.64% tahun 1995 menjadi 24,2 % tahun 2003. Pengeluaran pangan untuk makanan jadi meningkat dari 7,9% tahun 1995 menjadi 8,7% tahun 2003. Pengeluaran pangan untuk konsumsi lainnya juga meningkat, terutama ikan, daging dan buah-buahan.

2.3. Karakteristik Keluarga dengan Ketersediaan Pangan Keluarga

Dari hasil penelitian Fauziaty (2007), menunjukkan bahwa peningkatan besar keluarga berhubungan negatif dengan konsumsi panngan hewani dan makanan pokok, yang mengakibatkan menurunnya konsumsi energi dan protein. Keluarga yang mempunyai jumlah anggota kurang dari empat orang, dapat menyediakan energi sebesar 181% dari kebutuhannya;keluarga yang mempunyai jumlah anggota empat sampai tujuh orang, dapat menyedikan energi sebesar 95% dari kebutuhannya; sedangkan keluarga dengan jumlah anggota lebih dari tujuh orang hanya dapat menyediakan energi sebesar 68% dari kebutuhannya. Hasil penelitian tersebut juga memperlihatkan bahwa meningkatnya besar keluarga mempengaruhi pemilihan bahan pangan kepada yang lebih murah.

(37)

seimbang dan penyakit infeksi, dan diantara keduanya saling berhubungan. Pada anak yang konsumsi makanannya tidak cukup, maka daya tahan tubuhnya lemah. Pada keadaan tersebut mudah terserang penyakit infeksi yang dapat mengurangi nafsu makan dan akhirnya dapat menderita kurang gizi.

Sedangkan untuk faktor penyebab tidak langsung berupa ketersediaan makanan, pola asuh serta sanitasi dan pelayanan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor pendidikan, pengetahuan, dan keterampilan. Ketiga penyebab tidak langsung tersebut dapat menyebabkan gizi kurang. Ketahanan pangan keluarga yang kurang memadai, dimana setiap keluarga diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarga dalam jumlah yang cukup baik jumlah maupun mutu gizinya.

Status gizi seseorang merupakan gambaran apa yang dikonsumsi dalam jangka waktu yang cukup lama. Keadaan gizi dapat berupa gizi baik (seimbang), gizi kurang, gizi buruk dan gizi lebih (Supariasa, 2002). Keadaan gizi merupakakan akibat dari keseimbangang antara konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat gizi tersebut, atau keadaan fisiologik akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh. Penentuan gizi seseorang ditentukan oleh beberapa kejadian antara lain pola makan, ketersediaan pangan keluarga, pendapatan keluarga, pendidikan orang tua dan pekerjaan.

(38)

memadai penyediaan pangan dan kases pangan akan lebih besar, sehingga status gizi baik.

2.4. Kerangka Konsep

Kerangka konsep menggambarkan variabel yang akan diteliti, yang meliputi ketersediaan pangan dan karakteristik keluarga yang dilihat secara deskriptif.

Karakteristik keluarga:

- Pengetahuan

- Pendidikan

- Pendapatan Keluarga

- Pekerjaan

- Jumlah Anak

KETERSEDIAAN PANGAN

(39)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yang bertujuan untuk melihat gambaran karakteristik keluarga dan ketersediaan pangan pada keluarga di Lingkungan XIII Kelurahan Tanjung Rejo Medan Tahun 2013.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Lingkungan XIII Kelurahan Tanjung Rejo Medan dengan alasan pemilihan lokasi yaitu masyarakatnya banyak yang tingkat pendapatan dan pendidikan yang rendah hal ini berhubungan terhadap penyediaan makanan bergizi seimbang pada keluarga. Berdasarkan data dari puskesmas Kecamatan Sunggal pada tahun 2012 – September 2013 di Lingkungan XIII terdapat dua balita gizi buruk.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2013 sampai dengan Januari 2014. 3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

(40)

3.3.2 Sampel

Penentuan sampel yang akan dijadikan unit analisis atau terpilih sebagai sampel dilakukan dengan metode acak sederhana.

Penentuan besar sampel yang akan diteliti ditentukan dengan menggunakan rumus Lameshow(1994) sebagai berikut :

=

Z2 . P (1

P). N

d2 . (N – 1) + Z2 P ( 1 – P)

Dimana :

N : Besar populasi n : Besar Sampel

d : galat pendugaan (0.1)

Z : Tingkat kepercayaan (90% = 1.645) P : Proporsi Populasi (50%)

n =

0.12 . (324- 1) + 1.6452..1.646 (1-0.5) 1.6452 . 0.5(1-0.5). 324

n = 2.140

219.186

n = 74,39 n = 74 orang

(41)

3.4 Metode Pengumpulan data 3.4.1 Data Primer

Data primer diperoleh melalui wawancara langsung (tatap muka) kepada responden yaitu para ibu rumah tangga yang berdomisili di Lingkungan XIII Kelurahan Tanjung Rejo dengan menggunakan instrumen berupa kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder yang dikumpulkan adalah data-data yang terkait seperti data jumlah balita kasus gizi kurang dan gizi buruk dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dan Kota Medan, Puskesmas wilayah kerja Sunggal. Data berupa jumlah penduduk, jumlah kepala keluarga diambil dari Kelurahan Tanjung Rejo. 3.5. Defenisi Operasional

1. Karakteristik Keluarga adalah ciri-ciri khas yang dimiliki oleh masing-masing rumah tangga, seperti pendapatan keluarga, pekerjaan, jumlah anak, pendidikan, dan pengetahuan gizi ibu.

2. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh responden mengenai kesehatan dan gizi yang di ukur dengan melihat nilai skor jawaban responden dari kuesioner.

3. Pendapatan adalah jumlah penghasilan keluarga dalam satu bulan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, yang diukur dalam satuan rupiah.

(42)

5. Jumlah anak adalah jumlah anak yang dilahirkan dan hidup di dalam keluarga yang masih menjadi tanggungan orang tua.

6. Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal terkakhir yang ditamatkan keluarga (suami dan istri).

7. Ketersediaan pangan keluarga adalah keadaan pangan keluarga yang tersedia dalam 12 (dua belas) bulan terakhir dan diukur dengan menggunakan kuesioner

Measuring household food security.

3.6. Instrumen dan Aspek Pengukuran 3.6.1 Instrumen

Alat untuk pengumpulan data adalah kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan tentang pendapatan, pendidikan, jumlah anak, pengetahuan gizi ibu dan ketersediaan pangan keluarga. Kuesioner ketersediaan pangan keluarga adalah kuesioner yang telah dipakai peneliti lain. Kuesioner pengetahuan dususun berdasarkan pengetahuan yang berkaitan dengan gizi.

3.6.2 Aspek Pengukuran Penelitian

Menurut Arikunto (2002), aspek pengukuran dengan kategori (baik, sedang, kurang) terlebih dahulu menetukan kriteria (tolak ukur) yang akan dijadikan penentuan.

a. Pengukuran Pengetahuan

(43)

Berdasarkan Arikunto (2002), aspek pengukuran dengan kategori dari jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu :

a. Tingkat pengetahuan baik, apabila nilai yang diperoleh >75% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan yaitu 8-12

b. Tingkat pengetahuan sedang, apabila nilai yang diperoleh 45-75% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan yaitu 5-8

c. Tingkat pengetahuan kurang, apabila nilai yang diperoleh < 45% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan yaitu 0-4

b. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan ibu dikelompokkan menjadi SD, SMP, SMA dan Akademi/Perguruan Tinggi.

c. Pengukuran Pendapatan Keluarga

Tingkat pendapatan keluarga dikategorikan berdasarkan UMK, dengan skala ordinal :

a. Pendapatan tinggi > UMK (Rp. 1.650.000,- (Berdasarkan Upah Minimum Kota Medan, 2013)

b. Pendapatan rendah < UMK (Rp. 1.650.000,- (Berdasarkan Upah Minimum Kota Medan, 2013)

d. Pengukuran Pekerjaan

(44)

sedangkan kelompok pekerjan tidak tetap adalah merupakan kelompok pekerjaan dengan penghasilan tidak tetap.

e. Jumlah Anak

Jumlah anak diketahui dengan menanyakan kepada responden jumlah anaknya. Data yang diperoleh dikelompokkan menjadi 1-2 orang anak, 3-4 orang anak, dan > 4 orang anak.

f. Pengukuran Ketersediaan Makanan

Ketersediaan pangan keluarga diukur dengan mengguanakan kuesioner

measuring household food security (Bickel, dkk, 2000 dalam Arbaiyah, 2013)

kemudian dikategorikan menjadi 2 kategori seperti berikut :

1. Ketersediaan pangan keluarga terjamin, jika < 3 dari 18 pertanyaan yang ada dijawab : sering/kadang-kadang, ya dan hampir setiap bulan/beberapa bulan tetapi tidak setiap bulan

2. Ketersediaan pangan keluarga tidak terjamin, jika 3-18 dari 18 pertanyaan yang ada dijawab : sering/kadang-kadang, ya dan hampir setiap bulan/beberapa bulan tetapi tidak setiap bulan.

3.7.Teknik Pengolahan Dan Analisa Data 3.7.1. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan secara manual dan proses komputerisasi dengan langkah-langkah sebagai berikut :

(45)

Pengeditan dilakukan dengan memeriksa kelengkapan isi kuesioner dengan tujuan agar data masuk dan dapat diolah secara benar, sehingga pengolahan data memberikan hasil yang menggambarkan masalah yang diteliti.

2. Coding (pengkodean)

Setelah data diperoleh dan melakukan pengeditan maka peneliti melakukan pengkodean pada setiap jawaban responden untuk mempermudah analisis data yang telah dikumpulkan.

3. Entri

Yaitu kegiatan memasukkan data ke dalam program computer untuk pengambilan hasil dan kesimpulan.

3.7.2. Analisa Data

(46)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kelurahan Tanjung Rejo terletak di Kecamatan Medan Sunggal Kota Medan dengan luas wilayah 350 ha dan memiliki 24 lingkungan. Batas-batas wilayah Kelurahan Tanjung Rejo adalah :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Sei Sikambing B.

- Sebelah Selatan berbatasan dengan kelurahan Asam Kumbang dan Kelurahan Tanjung Sari.

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Sunggal.

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Padang Bulan Selayang I. Jumlah penduduk Kelurahan Tanjung Rejo sebanyak 42.512 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 20.619 jiwa (48,5%) dan perempuan sebanyak 21.893 jiwa (51,5%).

(47)

Lingkungan XIII merupakan salah satu bagian dari wilayah lingkungan Kelurahan Tanjung Rejo dengan jumlah Keluarga sebanyak 324 Keluarga. Lingkungan XIII berada di Jalan Abadi Kelurahan Tanjung Rejo.

4.2. Karakteristik Keluarga 4.2.1. Pengetahuan Gizi Ibu

Karakteristik keluarga yang diamati dalam penelitian ini meliputi pengetahuan, pendidikan, pekerjaan suami, pekerjaan istri, pendapatan dan jumlah anak. Tingkat pengetahuan dikategorikan menjadi 3 kategori yaitu pengetahuan baik, pengetahuan sedang dan pengetahuan kurang. Berdasarkan tingkat pengetahuan dapat dilihat bahwa sebagian besar tingkat kategori pengetahuan adalah baik sebanyak 35 orang (47,3%), kategori pengetahuan sedang sebanyak 25 orang (33,8%), dan hanya sebanyak 14 orang (18,9%) dengan kategori pengatahuan kurang. Tingkat pengetahuan tentang gizi dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini :

Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Keluarga Berdasarkan Pengetahuan Tentang Gizi di Lingkungan XIII Kelurahan Tanjung Rejo Medan Tahun 2013

No. Pengetahuan Jumlah

(Orang)

Persen (%)

1 Baik 35 47,3

2 Sedang 25 33,8

3 Kurang 14 18,9

Total 74 100

4.2.2. Pendidikan Ibu

(48)

adalah Tamat Akademi/Perguruan Tinggi yaitu 13 orang (17,6 %). Disajikan dalam tabel 4.2 berikut ini :

Tabel 4.2. Distribusi Karakteristik Keluarga Berdasarkan Pendidikan Ibu di Lingkungan XIII Kelurahan Tanjung Rejo Medan Tahun 2013

No. Pendidikan Ibu Jumlah

(Orang)

4 Tamat Akademi/Perguruan Tinggi 13 17,6

Total 74 100,0

4.2.3. Pekerjaan Suami Responden

Berdasarkan pekerjaan suami yang paling banyak adalah pekerjaan tetap yaitu sebanyak 48 orang (64,9%), sedangkan suami dengan pekerjaan tidak tetap sebanyak 26 orang (35,1%). Disajikan dalam tabel 4.3 berikut ini :

Tabel 4.3. Distribusi Karakteristik Keluarga Berdasarkan Pekerjaan Suami di Lingkungan XIII Kelurahan Tanjung Rejo Medan Tahun 2013

No. Pekerjaan Suami Jumlah

(Orang)

(49)

Tabel 4.4. Distribusi Karakteristik Keluarga Berdasarkan Pekerjaan Ibu di Lingkungan XIII Kelurahan Tanjung Rejo Medan Tahun 2013

No. Pekerjaan Ibu Jumlah

Berdasarkan pendapatan keluarga yang paling banyak adalah diatas UMK yaitu sebanyak 51 orang (68,9%), dan yang paling sedikit adalah berpendapatan dibawah UMK sebanyak 16 orang (21,6%). Disajikan dalam tabel 4.5 berikut ini : Tabel 4.5. Distribusi Karakteristik Keluarga Berdasarkan Pendapatan Keluarga

di Lingkungan XIII Kelurahan Tanjung Rejo Medan Tahun 2013

No. Pendapatan Jumlah

(Orang)

Berdasarkan jumlah anak yang paling banyak adalah yang memiliki 3-4 orang anak yaitu sebanyak 46 orang (62,2%), sedangkan yang paling sedikit adalah yang memiliki > 4 orang anak yaitu sebanyak 9 orang (12,2%). Disajikan dalam tabel 4.6 berikut ini :

Tabel 4.6. Distribusi Karakteristik Keluarga Berdasarkan Jumlah Anak di Lingkungan XIII Kelurahan Tanjung Rejo Medan Tahun 2013

(50)

Total 74 100,0

4.3 Ketersediaan Pangan Keluarga

Penilaian terhadap ketersediaan pangan keluarga dilakukan berdasarkan perhitungan total skor jawaban. Tingkat ketersediaan pangan keluarga diukur dengan menggunakan kuesioner measuring household food securuty selanjutnya dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu ketersediaan pangan keluarga terjamin, dan ketersediaan pangan keluarga tidak terjamin. Berdasarkan ketersediaan pangan keluarga sebagian besar berada pada kategori terjamin yaitu sebanyak 41 orang responden (55,4%), sedangkan sebagian kecil keluarga berada pada kategori ketersediaan pangan tidak terjamin yaitu sebanyak 33 responden (44,6%). Tingkat ketersediaan pangan keluarga dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut :

Tabel 4.7. Distribusi Karakteristik Keluarga Berdasarkan Ketersediaan Pangan Keluarga Tentang Gizi di Lingkungan XIII Kelurahan Tanjung Rejo Medan Tahun 2013

No. Ketersediaan Pangan Keluarga Jumlah (Orang)

Persentase (%)

1 Terjamin 41 55,4

2 Tidak terjamin 33 44,6

Total 74 100

4.4. Ketersediaan Pangan Berdasarkan Karakteristik Keluarga 4.4.1. Ketersediaan Pangan Berdasarkan Pengetahuan Ibu

(51)

Pengetahuan ibu yang kurang mempunyai ketersediaan pangan keluarganya yang terjamin ada 50%, dan setengahnya lagi ada pada ketersediaan pangan yang tidak terjamin. Dapat dilihat berdasarkan tabel Tabel 4.8 berikut :

Tabel 4.8 Distribusi Ketersediaan Pangan Berdasarkan Pengetahuan Ibu di Lingkungan XIII Kelurahan Tanjung Rejo Medan Tahun 2013

Pengetahuan Ibu Ketersediaan Pangan Total

Tidak Terjamin Terjamin

n % N % n %

Baik 15 42,9 20 57,1 35 100,0

Sedang 11 44,0 14 56,0 25 100,0

Kurang 7 50,0 7 50,0 14 100,0

Total 33 44,6 41 55,4 74 100,0

4.4.2. Ketersediaan Pangan Berdasarkan Pendidikan Ibu

Ketersediaan pangan berdasarkan pendidikan ibu menunjukkan bahwa diantara 24 ibu berpendidikan SD yang terjamin ketersediaan pangan keluarganya ada 14 (58,3%). Pada 20 ibu berpendidikan SMP maka ada 10 (50%) keluarga yang terjamin ketersediaan pangannya. Diantara 17 ibu yang pendidikannya tingkat SMA maka ada 12 (70,6%) keluarga yang terjamin ketersediaan pangannya. Sedangkan ibu yang berpendidikan sampai tingkat perguruan tinggi lebih banyak keluarganya tidak terjamin ketersediaan pangannya (61,5%). Dapat dilihat berdasarkan tabel Tabel 4.9 berikut

Tabel 4.9 Distribusi Ketersediaan Pangan Berdasarkan Pendidikan Ibu di Lingkungan XIII Kelurahan Tanjung Rejo Medan Tahun 2013

Pendidikan Ibu

Ketersediaan Pangan Total

Tidak Terjamin Terjamin

n % n % n %

SD 10 41,7 14 58,3 24 100,0

SMP 10 50,0 10 50,0 20 100,0

(52)

Akad/PT 8 61,5 5 38,5 13 100,0

Total 33 44,6 41 55,4 74 100,0

4.4.3. Ketersediaan Pangan Berdasarkan Pekerjaan Suami

Ketersediaan pangan berdasarkan pekerjaan suami menunjukkan distribusi ke. Hasil menunjukkan bahwa pekerjaan suami yang tetap maupun tidak tetap sama-sama mempunyai lebih banyak ketersediaan pangan yang terjamin. Namun lebih banyak keluarga yang terjamin ketersediaan pangan dari suami yang mempunyai pekerjaan tidak tetap, yaitu 57,7%, daripada suami yang mempunyai pekerjaan tetap (54,2%). Dapat dilihat berdasarkan tabel Tabel 4.10 berikut :

Tabel 4.10 Distribusi Keluarga berdasarkan Pekerjaan Suami dan Ketersediaan Pangan Keluarga di Lingkungan XIII Kelurahan Tanjung Rejo Medan Tahun 2013

Pekerjaan Ketersediaan Pangan Total

Tidak Terjamin Terjamin

n % n % n %

Tetap 22 45,8 26 54,2 48 100,0

Tidak tetap 11 42,3 15 57,7 26 100,0

Total 33 44,6 41 55,4 74 100,0

4.4.4. Ketersediaan Pangan Berdasarkan Pekerjaan Ibu

(53)

Tabel 4.11 Distribusi Ketersediaan Pangan Berdasarkan Pekerjaan Ibu di Lingkungan XIII Kelurahan Tanjung Rejo Medan Tahun 2013 Pekerjaan

Ibu

Ketersediaan Pangan Total

Tidak Terjamin Terjamin

n % n % n %

Tetap 7 35,0 13 65,0 20 100,0

Tidak tetap 18 51,4 17 48,6 35 100,0

Tidak Bekerja 8 42,1 11 57,9 19 100,0

Total 33 44,6 41 55,4 74 100,0

4.4.5. Ketersediaan Pangan Berdasarkan Pendapatan Keluarga

Ketersediaan pangan berdasarkan pendapatan keluarga menyatakan bahwa diantara 51 keluarga yang pendapatannya di atas UMK maka ada 608% keluarga yang ketersediaan pangannya terjamin. Sedangkan dari kelompok keluarga yang di bawah UMK, keluarga yang ketersediaan pangannya terjamin hanya ada 43,5% keluarga, lebih banyak keluarga yang tidak terjamin ketersediaan pangannya, yaitu ada 56,5% . Dapat dilihat berdasarkan tabel Tabel 4.12 berikut :

Tabel 4.12 Ketersediaan Pangan Berdasarkan Pendapatan Keluarga di Lingkungan XIII Kelurahan Tanjung Rejo Medan Tahun 2013 Pendapatan

Keluarga

Ketersediaan Pangan Total

Tidak Terjamin Terjamin

n % n % n %

< UMK 13 56,5 10 43,5 23 100,0

≥ UMK 20 39,2 31 60,8 51 100,0

Total 33 44,6 41 55,4 74 100,0

4.4.6. Ketersediaan Pangan Berdasarkan Jumlah Anak

(54)

keluarga yang mempunyai jumlah anak 3-4 orang mempunyai ketersediaan pangan terjamin ada 52,2% keluarga. Tetapi persentase yang terjamin ketersediaan pangannya lebih kecil dari kelompok keluarga yang mempunyai jumlah anak 1-2 orang (68,4% < 52,2%). Sedangkan keluarga yang mempunyai jumlah anak di atas 4 orang maka lebih banyak mempunyai ketersediaan pangan yang tidak terjamin (55,6%) dari yang terjamin (44,4%). Dapat dilihat berdasarkan tabel Tabel 4.13 berikut :

Tabel 4.13 Ketersediaan Pangan Berdasarkan Jumlah Anak di Lingkungan XIII Kelurahan Tanjung Rejo Medan Tahun 2013

Jumlah Anak

Ketersediaan Pangan Total

Tidak Terjamin Terjamin

n % n % n %

1-2 6 31,6 13 68,4 19 100,0

3-4 22 47,8 24 52,2 46 100,0

>4 5 55,6 4 44,4 9 100,0

(55)

BAB V PEMBAHASAN

Dalam pemahasan ini difokuskan pada hal-hal yang berkaitan dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui gambaran karakteristik keluarga dan ketersediaan pangan keluarga di Lingkungan XIII Kelurahan Tanjung Rejo Medan Tahun 2013. 5.1. Pengetahuan Gizi Ibu dan Ketersediaan Pangan Keluarga

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa sebagian besar tingkat kategori pengetahuan adalah baik sebanyak 35 orang (47,3%), kategori pengetahuan sedang sebanyak 25 orang (33,8%), dan hanya sebanyak 14 orang (18,9%) dengan kategori pengatahuan kurang. Pengetahuan gizi ibu yang baik dapat dilihat berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa banyak ibu mengetahui tentang apa yang dimaksud dengan makanan yang begizi, makanan yang banyak mengandung zat gizi, manfaat dari makanan yang beraneka ragam, manfat zat gizi bagi tubuh dan sebagainya. Pengetahuan gizi meliputi pengetahuan tentang pemilihan dan konsumsi sehari-hari dengan baik dan memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh. Pemilihan dan konsumsi bahan makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi apabila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat gizi esensial. Sedangkan status gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat gizi dalam jumlah yang berlebihan, sehingga menimbulkan efek yang membahayakan. (Almatsier, 2009).

(56)

yang berpengetahuan sedang, hanya 56% yang keluarganya mempunyai ketersediaan pangan yang terjamin. Pengetahuan ibu yang kurang mempunyai ketersediaan pangan keluarganya yang terjamin ada 50%, dan setengahnya lagi ada pada ketersediaan pangan yang tidak terjamin. Pengetahuan yang dimiliki keluarga khususnya ibu sangat berperan mengatur makanan dalam rumah tangga. Hasil tabulasi silang antara pengetahuan gizi ibu dengan ketersediaan pangan keluarga menunjukkan bahwa pada ibu yang berpengetahuan baik maka ketersediaan pangan cenderung lebih banyak yang terjamin daripada yang tidak, demikian juga pada pengetahuan ibu yangs sedang. Tetapi pada pengetahuan gizi ibu yang kurang maka ketersediaan pangan yang terjamin maupun tidak sama. Begitupun juka dibandingkan antara pengetahuan gizi ibu yang baik, sedang dan kurang, persentase terjamin ketersediaan pangan diantara pengetahuan tersebut sedikit menurun dari baik, sedang dan kurang.

Pengetahuan gizi dapat mempengaruhi keragaman konsumsi pangan penduduk. Namun demikian pengaruh positif ini dapat ditiadakan/berubah oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut adalah daya beli atau ekonomi, ketersediaan waktu untuk membeli, mengolah dan menyiapkan makanan, preferensi atau kesukaan pangan, kepercayaan terhadap jenis pangan, dan ketersediaan pangan. Selain faktor tersebut menyebutkan ada faktor lain yang berpengaruh terhadap keragaman konsumsi pangan, yaitu pendidikan gizi, paparan media massa dan pengalaman gizi, usia kedua orang tua, dan partisipasi ibu dalam kegiatan sosial (Hardinsyah, 2007).

(57)

rumah tangga. Tujuan pendidikan gizi adalah mempengaruhi perilaku sehingga menerapkan pengetahuan gizi dalam kebiasaan makn sehari-hari.

Peneliti berasumsi bahwa pengetahuan memiliki hubungan yang erat dengan baik buruknya kualitas gizi dari pangan yang dikonsumsi. Dengan pengetahuan yang benar mengenai gizi, maka orang akan tahu dan berupaya untuk mengatur pola konsumsi pangan keluarganya sedemikian rupa sehingga seimbang, tidak kekurangan, dan tidak kelebihan. Pentingnya peningkatan pengetahuan gizi, sikap gizi, dan keterampilan gizi yang secara bersama-sama akan menetukan perilaku gizi yang lebih baik.

5.2. Pendidikan Ibu dan Ketersediaan Pangan Keluarga

Dari hasil penelitian diketahui bahwa mayoritas pendidikan responden yang paling banyak dengan pendidikan Tamat SD yaitu 24 orang (32,4 %), sedangkan tingkat pendidikan paling sedikit adalah Tamat Akademi/Perguruan Tinggi yaitu 13 orang (17,6 %). Tetapi pendidikan dalam penelitian ini tidak mempunyai kecenderungan hubungan dengan ketersediaan pangan dalam keluarga. Hal ini dapat dilihat dari data persentase pada tabulasi silang antara pendidikan ibu dengan ketersediaan pangan, dimana ketersediaan pangan terjamin dalam keluarga lebih banyak pada kelompok ibu yang berpendidikan SD, SMP, SMA, dari keluarga yang tidak terjamin ketersediaan pangannya. Bahkan pada ibu yang berpendidikan sampai PT/Akademi lebih banyak tidak terjamin ketersediaan pangannya dari yang terjamin.

(58)

maka ada 10 (50%) keluarga yang terjamin ketersediaan pangannya. Diantara 17 ibu yang pendidikannya tingkat SMA maka ada 12 (70,6%) keluarga yang terjamin ketersediaan pangannya. Sedangkan ibu yang berpendidikan sampai tingkat perguruan tinggi lebih banyak keluarganya tidak terjamin ketersediaan pangannya (61,5%). Pendidikan merupakan salah satu faktor sosial ekonomi yang ikut mempengaruhi tumbuh kembang anak (Suparisa, 2002). Pendidikan yang tinggi diharapkan sampai kepada perubahan tingkah laku yang baik. Pendidikan sangat mempengaruhi penerimaan informasi tentang gizi. Masyarakat dengan pendidikan yang rendah akan lebih mempertahankan tradisi-tradisi yang berhubungan dengan makanan sehingga sulit menerima informasi baru di bidang gizi.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yusrizal (2008), yang menunjukkan bahwa faktor sosial ekonomi keluarga (pendidikan, jenis pekerjaan) merupakan variabel yang sangat berpengaruh terhadap status gizi anak balita dan pengetahuan merupakan variabel dari faktor budaya masyarakat yang sangat berpengaruh dan paling dominan pengaruhnya terhadap status gizi balita balita di wilayah Pesisir Kabupaten Bireuen.

(59)

Peneliti berasumsi bahwa pendidikan memegang peranan sangat penting terhadap ketersediaan pangan keluarga dan gizi keluarga, walaupun dalam hasil penelitian ini kecenderungan hubungan tidak nampak antara pendidikan dengan ketersediaan pangan. Semestinya, harapan semakin tinggi pendidikan seseorang memungkinkan mereka mendapatkan pekerjaan yang lebih layak, dengan pekerjaan yang layak kesempatan bergaul dengan orang yang lebih tinggi pendidikannya ataupun yang pengetahuan gizinya lebih baik memiliki peluang yang lebih baik pula. Jika pun tidak tamat sekolah atau hanya sampai jenjang pendidikan dini dapat memungkinkan ibu memiliki pengetahuan yang baik apabila ibu rajin mengikuti sosialisasi gizi dari posyandu ataupun petugas kesehatan, rajin membaca atau menonton acara yang sarat akan informasi gizi. Ketersediaan pangan di rumah tidak bisa dihindari dari adanya uang untuk membeli pangan apalagi untuk masyarakat daerah perkotaan yang tidak mempunyai lahan untuk bercocok tanam. Maka pendidikan tinggi pun tanpa diiringi dengan pengetahuan yang memadai dan pendapatan yang cukup tidak menjamin ketersediaan pangan dalam keluarga terjamin.

5.3. Pekerjaan Orangtua dan Ketersediaan Pangan Keluarga

(60)

yang diterima. Semakin tinggi kedudukan secara otomatis akan semakin tinggi penghasilan yang diterima, dan semakin besar pula jumlah uang yang di belanjakan untuk memenuhi kecukupan gizi dalam keluarga (Sediaoetama, 2004).

(61)

Bagi pekerja wanita, bagaimanapun juga mereka adalah ibu rumah tangga yang sulit lepas begitu saja dari lingkungan keluarga. Wanita mempunyai beban dan hambatan lebih berat dibandingkan rekan prianya. Dalam arti wanita harus lebih dulu mengatasi urusan keluarga, suami, anak, dan hal-hal yang menyangkut masalah rumah tangganya.

Pada kenyataannya banyak wanita yang tidak cukup mampu mengatasi hambatan itu, sekalipun mereka mempunyai kemampuan teknis yang cukup tinggi jika mereka tidak mampu menyeimbangkan peran gandanya tersebut akhirnya mereka akan kerepotan. Akan tetapi bukan berarti wanita yang tidak bekerja merupakan jaminan bahwa anak-anaknya akan menjadi lebih baik dibanding dengan anak-anak dari wanita yang bekerja (Anoraga, 1998).

(62)

ketersediaan pangan di rumah, karena suami ada mempunyai peendapatan dari pekerjaannya, baik tetap maupun tidak.

Jenis pekerjaan suami yang tidak tetap, adalah seperti makelar atau agen tanah dan barang berharga, MLM, dan pekerjaan yang sifatnya tidak menetap dalam suatu instansi perusahaan. Pekerjaan suami yang tidak tetap tidak menyebabkan ketersediaan pangan keluarga rendah, ini dapat ditemukan berdasarkan hasil penelitian ini. Hal ini dapat disebabkan karena meskipun pekerjaan suami tidak tetap tidak menutup kemungkinan suami mendapatkan penghasilan yang lebih besar daripada pekerjaan yang tetap sehingga biaya untuk memenuhi ketersediaan pangan keluarga dapat terpenuhi ditambah lagi adanya dukungan dari ibu yang bekerja dan mempunyai pendapatan.

Ibu yang bekerja mempunyai kecenderungan yang berbeda dengan jenis pekerjaan tetap atau tidak tetap dengan ketersediaan pangan keluarga, dimana ibu yang bekerja tetap lebih banyak mempunyai ketersediaan pangan keluarga yang terjamin. Namun ibu yang bekerja tidak tetap lebih banyak mempunyai ketersediaan pangan keluarga yang tidak terjamin. Jenis pekerjaan ibu yang tidak tetap, adalah buruh cuci, membantu di warung orang, pembantu rumah tangga atau buruh harian. Sementara itu ibu yang tidak bekerja lebih banyak mempunyai ketersediaan pangan keluarga yang terjamin dari yang tidak terjamin. Hal ini karena ketersediaan pangan keluarga didukung oleh suami yang bekerja dan mempunyai pendapatan.

(63)

penghasilan yang didapatkan untuk memenuhi pangan keluarga. Pekerjaan yang tidak tetap suami juga mampu menghasilkan pendapatan yang cukup untuk biaya kebutuhan pangan keluarga ditambah pula dengan penghasilan tambahan dari ibu yang bekerja baik tetap maupun tidak tetap.

5.4. Pendapatan Keluarga dan Ketersediaan Pangan Keluarga

Berdasarkan hail penelitian, mayoritas pendapatan keluarga yang paling banyak adalah diatas UMK yaitu sebanyak 51 orang (68,9%), dan yang paling sedikit adalah berpendapatan dibawah UMK sebanyak 23 orang (31,1%). Diantara keluarga yang mempunyai pendapatan di atas UMK mereka mempunyai ketersediaan pangan yang terjamin lebih banyak dari yang tidak terjamin. Sementara itu, dari keluarga yang berpendapatan di bawah UMK lebih banyak mempunyai ketersediaan pangan yang tidak terjamin. Hal ini diasumsikan bahwa pendapatan yang lebih tinggi akan menjamin keluarga dapat memenuhi ketersediaan pangannya.

(64)

pangan di luar rumah. Pola kondisi terjadi peningkatan pendapatan, konsumen akan membelanjakan pendapatannya untuk pangan dengan persentase yang semakin kecil.

Menurut asumsi peneliti pengeluaran keluaraga dapat dijadikan sebagai gambaran tingkat pendapatan keluarga. Pengeluaran keluarga yang rendah merupakan salah satu faktor penyebab masalah gizi yang dapat mengakibatkan rumah tangga tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam jumlah dan kualitas yang baik. Hal ini berakibat pada kekurangan gizi, baik gizi makro maupun gizi mikro. Pada saat pengeluaran keluarga berada di satu titik dimana rumah tangga tidak mampu membeli kebutuhan pangan, maka ketahanan pangan dan status gizi dari kelompok rawan mulai terancam. Pengeluaran makan keluarga ditentukan oleh daya beli makanan, kualitas, dan kuantitas makanan yang dikonsumsi oleh anggota keluarga dan pola makan keluarga sehingga mempengaruhi asupan gizi. Kenaikan pendapatan mendorong masyarakat untuk memilih makanan yang kualitas nya lebih tinggi dengn kuantitas yang cukup.

5.5. Jumlah Anak dan Ketersediaan Pangan Keluarga

Gambar

Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Keluarga Berdasarkan Pengetahuan Tentang Gizi di Lingkungan XIII Kelurahan Tanjung Rejo Medan Tahun
Tabel 4.2.  Distribusi Karakteristik Keluarga Berdasarkan Pendidikan Ibu di Lingkungan XIII Kelurahan Tanjung Rejo Medan Tahun 2013
Tabel 4.4.  Distribusi Karakteristik Keluarga Berdasarkan Pekerjaan Ibu di Lingkungan XIII Kelurahan Tanjung Rejo Medan Tahun 2013
Tabel 4.7. Distribusi Karakteristik Keluarga Berdasarkan Ketersediaan Pangan Keluarga Tentang Gizi di Lingkungan XIII Kelurahan Tanjung Rejo
+4

Referensi

Dokumen terkait

Persentase kegiatan Pemkab yang dapat difasilitasi dengan lancar bidang Kesejahteraa n Sosial Jumlah kegiatan yang dapat di fasilitasi dengan baik dan.. lancar / Jumlah

lever-arm is the vector between optical center position and antenna phase center expressed in camera frame.. 3.4

[r]

As a result, 18 full papers are included in the following pages, covering the various GeoUAV sessions (Signal processing and synchronization, 3D data

Rencana Strategis Kecamatan Besuk Kabupaten Probolinggo Tahun 2013 - 2018, yang selanjutnya disebut RENSTRA KECAMATAN BESUK adalah dokumen perencanaan SKPD untuk periode

[r]

In this paper, we present an approach based on RS, GIS and two-dimensional (2D) flood modelling to generate new flood layers (in addition to the usual flood depths and hazard

Dari analisis yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk lebih likuid sedangkan PT Semen Gresik Tbk lebih solvabel, lebih efesien dalam penggunaan