• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH PENGAWASAN FUNGSIONAL TERHADAP KINERJA APARATUR PEMERINTAH KABUPATEN PESAWARAN (Studi Kasus Empiris Pada Pemerintah Kabupaten Pesawaran)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PENGARUH PENGAWASAN FUNGSIONAL TERHADAP KINERJA APARATUR PEMERINTAH KABUPATEN PESAWARAN (Studi Kasus Empiris Pada Pemerintah Kabupaten Pesawaran)"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

ANALYSIS THE INFLUENCE OF THE FUNCTIONAL

SUPERVISION TO PERFORMANCE OF LOCAL GOVERNMENT OFFICIALS PESAWARAN

In order to improve the performance of government apparatus, it is required of functional control or supervision. Functional supervision is control by functional supervisory apparatus, both from the internal environment and the external environment government Baswir (1997). The performance of Local Government is the outcome results and actions in implementation of any work required to success and ability to achieve the goals, the performance is quite good if it can be achieved with goodness. This study aims to provide empirical evidence on the influence of functional supervision againts the performance of government officials at the Pesawaran district government. The research method used in this research is descriptive causal. The population in this study were all employees of the Department of Population and Civil Registration, Public Works Department, Investment Board and the Licensing and Health Center Gedong Tataan, there are total sixty four people.

General results of this study are :

1. There is the influence of functional supervision on government apparutus performance at the pesawaran district government.

2. Functional Supervision on Pesawaran District Government in category

"Effective Enough" and the performance of government officials in the category of "Good Enough"

(2)

ANALISIS PENGARUH PENGAWASAN FUNGSIONAL TERHADAP KINERJA APARATUR PEMERINTAH

KABUPATEN PESAWARAN

(Studi Kasus Empiris Pada Pemerintah Kabupaten Pesawaran)

Oleh

Rosa Rika Universitas Lampung Email : rosa_rikaa@yahoo.com

ABSTRAK

Dalam rangka meningkatkan kinerja aparatur pemerintah maka dibutuhkan lembaga control atau pengawasan fungsional. Pengawasan fungsional adalah pengawasan yang dilakukan oleh aparat pengawasan fungsional, baik yang berasal dari lingkungan internal pemerintah maupun yang berasal dari lingkungan eksternal pemerintah Baswir (1997). Sedangkan kinerja Pemerintah Daerah adalah seperangkat hasil yang dicapai dan merujuk terhadap tindakan pencapaian serta pelaksanaan sesuatu pekerjaan yang diminta pada tingkat keberhasilan dan kemampuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, kinerja dikatakan baik apabila dapat tercapai dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk menyediakan bukti empiris pengaruh pengawasan fungsional terhadap kinerja aparatur pemerintah pada Pemerintah Kabupaten Pesawaran. Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kausal. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, Dinas PU Bina Marga, Badan Penanaman Modal dan Perizinan dan Puskesmas Gedong Tatataan yang berjumlah 94 orang. Secara umum hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Ada pengaruh pengawasan fungsional terhadap kinerja aparatur pemerintah pada Pemerintah Kabupaten Pesawaran.

2. Pengawasan fungsional pada Pemerintah Kabupaten Pesawaran dalam kategori “Cukup Efektif” dan kinerja aparatur pemerintah dalam kategori “Cukup Baik”

(3)
(4)

ANALISIS PENGARUH PENGAWASAN FUNGSIONAL TERHADAP KINERJA APARATUR PEMERINTAH

KABUPATEN PESAWARAN

(Studi Kasus Empiris Pada Pemerintah Kabupaten Pesawaran)

(Skripsi)

Oleh

ROSA RIKA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(6)

DAFTAR ISI

1.2.Perumusan Masalah ... ...6

1.3.Tujuan Penelitian ... ...6

1.4 Manfaat Penelitian ... ...6

II. LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Pengawasan Fungsional ... ...8

2.1.1 Pengertian Pengawasan Fungsional ... ...8

2.1.2 Asas-Asas Pengawasan dan Jenis-Jenis Pengawasan ... ...11

2.1.3 Aparat Pengawasan Fungsional ... ...14

2.1.4 Ukuran Pengawasan Fungsional ... ...14

2.1.5 Pelaksanaan Pengawasan Fungsional Pemerintah Daerah...15

2.2 Kinerja...17

2.2.1 Ukuran Kinerja Aparatur Pemerintah ... ...19

2.2.2 Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah ... ...23

2.2.3 Perencanaan Kinerja ... ...24

(7)

3.1 Objek Penelitian ... ...33

3.2 Metode Penelitian ... ...33

3.3 Populasi dan Sampel ... ...37

3.4 Analisa Data ... ...38

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... ...41

4.1.1 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas... ...41

4.1.2 Analisis Data ... ...43

4.2 Pembahasan ... ...45

V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan...52

5.2 Saran ... ...53

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1Skor Pernyataan Variabel X (Pengawasan Fungsional) dan Variabel Y

3.2(Kinerja Aparat Pemerintah))... 35

3.3Dimensi Variabel X Pengawasan Fungsional...36

3.4Dimensi Variabel Y Kinerja Aparatur Pemerintah... 36

3.5Rincian Jumlah Populasi Sasaran……….. 37

Hasil Uji Validitas Variabel Pengawasan Fungsional... 41

Hasil Uji Validitas Variabel Kinerja Aparatur Pemerintah... 42

Hasil Uji Reliabilitas Variabel Pengawasan Fungsional... 42

Hasil Uji Reliabilitas Variabel Kinerja Aparatur Pemerintah...43

Distribusi Frekuensi Variabel Pengawasan Fungsional...45

(9)
(10)
(11)
(12)

M O T O

Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu

sendiri dan sebaliknya jika kamu berbuat jahat, maka kejahatan itu

(13)

PERSEMBAHAN

Bismillahirrohmanirrohim

Ku persembahkan karya kecilku ini kepada :

Kedua orang tuaku tercinta yang telah mencurahkan kasih sayangnya

dan selalu membimbing Penulis dalam setiap langkah. Adik-adikku yang selalu memberikan motivasi.

Suami tercinta Rangga Surya Utama, S.Farm., Apt. dan putri kecilku

Kanaya Uthia Azzahra yang selalu mendoakan serta memberikan semangat, motivasi, kasih sayang, perhatian yang begitu besar.

(14)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Karang pada tanggal 09 Agustus 1987, merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, putri dari Anna Listiawati, S.Pd.

Pendidikan Penulis dimulai pada tahun 1992, Penulis melewati masa kanak-kanak di TK Trisula I Bandar Lampung, pada tahun 1993 Penulis melanjutkan pendidikan di SDN 1 Rawa Laut dan menyelesaikan pada tahun 1999, seteah itu Peulis melanjutkan pendidikan di SMP KARTIKA II-2 Bandar Lampung dan diselesaikan pada tahun II-200II-2, kemudian dilanjutkan di SMAN 1 Bandar Lampung dan diselesaikan lulus pada tahun 2005.

(15)
(16)

SANWACANA

Alhamdulillah puji syukur kepada Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan karuni-Nya lah penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja Aparatur

Pemerintah Kabupaten Pesawaran (Studi Kasus Empiris Pada Pemerintah Kabupaten Pesawaran)” ini merupakan salah satu syarat untuk mencpai gelar Strata 1 pada program studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonoi dan Bisnis Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Satria Bangsawan, S.E., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Einde Evana, S.E., M.Si., Akt. selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

3. Bapak Sudrajat, S.E., M.Acc., Akt. selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

4. Bapak Saring Suhendro, S.E., M.Si., Akt. selaku Pembimbing Utama, yang telah banyak meluangkan waktu memberikan bimbingan, masukan serta arahan bagi Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

(17)

6. Bapak Sudrajat, S.E., M.ACC., Akt. selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah banyak membantu Penulis dalam proses kuliah sehingga Penulis dapat menyelesaikan pendidikan.

7. Bapak Harsono Edwin Puspita, S.E., M.Si. selaku dosen Penguji Utama yang telah bersedia meluangkan waktu untuk menguji dan memberikan saran kepada Penulis.

8. Bapak dan Ibu Dosen di lingkungan Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah banyak memberi ilmu pengetahuan kepada Penulis.

9. Seluruh staff dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unversitas Lampung, khususnya jurusan akuntansi.

10.Papa dan mama mertua yang senantiasa mendoakan dan memberi semangat, perhatian dan kasih sayang.

11.Aparat pemerintahan Kabupaten Pesawaran dan jajarannya yang telah berpartisipasi dalam rangka penyusunan skripsi ini.

12.Teman-teman seperjuangan semoga kebersamaan dan persaudaraan kita tidak hilang sampai kapan pun, terima kasih atas bantuan dan motivasi yang telah kalian berikan.

13.Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu persatu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya, tetapi Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihk yang membutuhkan.

Bandar Lampung, Oktober 2014 Penulis,

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masyarakat selaku pengguna jasa publik, selalu berhubungan dengan birokrasi aparatur pemerintah, di dalam setiap sendi kehidupan kalau seseorang tinggal di sebuah tempat dan melakukan interaksi sosial dengan orang lain serta merasakan hidup bernegara maka birokrasi pemerintah menjadi sesuatu faktor penting yang tidak bisa ditawar lagi.

Ketika membahas masalah birokrasi aparatur pemerintah juga tentu tidak lepas dari mekanisme pelayanan yang diberikan aparatur pemerintah kepada pelanggan atau konsumen, karena pada dasarnya motif dari birokrasi pemerintah atau aparatur

pemerintah itu sendiri adalah memberikan pelayan yang prima kepada masyarakat, baik dari segi standarisasi maupun kepuasan pelanggan, karena pada dasarnya sudah menjadi tugas dan tanggung jawab pemerintah untuk memberikan pelayanan yang berkualitas kepada masyarakat selaku public service.

(19)

2 daerah kepada warga masyarakatnya. Pelayanan publik adalah pelayanan yang wajib diselenggarakan negara untuk pemenuhan kebutuhan dasar atau hak-hak dasar warga negara (publik). Pelayanan publik harus diberikan pada setiap warga negara, baik yang kaya maupun miskin, baik yang berada dipusat kemajuan maupun daerah.

Fungsi pemerintah yang utama adalah menyelenggarakan pemerintah yang baik (good governance) sebagai tugas aparatur pemerintah untuk memberikan pelayanan yang prima kepada masyarakat. Birokrasi merupakan instrumen pemerintah untuk mewujudkan pelayanan publik yang efisien, efektif, berkeadilan, transparan dan akuntabel. Hal ini berarti bahwa untuk melaksanakan fungsi pemerintah dengan baik maka organisasi birokrasi harus profesional, tanggap, aspiratif terhadap berbagai tuntutan masyarakat yang dilayani.

Sorotan tajam tentang kinerja aparatur pemerintah dalam menyelenggarakan pelayanan publik akhir-akhir ini menjadi wacana yang aktual. Hal ini disinyalir karena terjadi penyimpangan penggunaan anggaran, maraknya kasus-kasus korupsi maupun rendahnya kinerja aparatur pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada publik. Studi yang dilakukan oleh Savas (2009) menyatakan bahwa kinerja birokrasi dalam

(20)

3 Berdasarkan survei KPK mengenai kualitas pelayanan publik tahun 2012, provinsi

Lampung termasuk katagori paling buruk untuk ukuran provinsi, serta pelayanan kepada publik sangat jauh dari apa yang disebut memuaskan dengan kata lain masih di bawah standar (Lampost, 23 Oktober 2012).

Kabupaten Pesawaran merupakan Ibukota Gedung Tataan, menjadi pusat pemerintahan, sosial, politik, pendidikan dan kebudayaan, serta kegiatan perekonomian. Luas wilayah Kabupaten Pesawaran mencapai 1173,77 km². Pembentukan Kabupaten Pesawaran yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2007 tanggal 10 Agustus 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Pesawaran di Provinsi Lampung pada dasarnya sebagai upaya peningkatan pelayanan publik, serta bertujuan untuk mendekatkan aparatur pelayanan dengan masyarakat, untuk menyentuh wilayah atau masyarakat yang

sebelumnya tidak terjangkau oleh perhatian dan penanganan aparatur pemerintah. Namun permasalahannya sekarang adalah adanya pembentukan kabupaten baru seperti

(21)

4 Perizinan, Puskesmas Gedong Tatataan, ke lima instansi tersebut di indikasikan masih berkinerja rendah. Berdasarkan data Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) yang dilakukan lembaga pengawasan atau Inspektorat tahun 2012, secara umum indikasi yang

menunjukkan rendahnya kinerja Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, Dinas PU Bina Marga, Badan Penanaman Modal dan Perizinan, Puskesmas Gedong Tatataan adalah rekap pembukuan retribusi pendapatan yang kurang tertata dengan baik, terjadi keterlambatan dalam penyetoran pendapatan, masih ditemukan penggunaan anggaran yang tidak dilengkapi bukti SPJ (Surat Pertanggungjawaban), pajak penggunaan

anggaran yang belum disetor. Selain itu berdasarkan data LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) masih ditemukan juga realisasi program-program kegiatan masing-masing instansi yang belum tercapai sesuai target.

Lebih lanjut indikasi yang menunjukkan rendahnya kinerja ke lima instansi tersebut adalah rendahnya mutu pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Rendahnya mutu pelayanan dalam organisasi pemerintah bukan menjadi rahasia lagi, tidak jarang

masyarakat sering dibuat kecewa dengan kinerja penyelenggara pelayanan publik yang buruk, kualitas pelayanan publik masih diwarnai oleh pelayanan yang sulit untuk diakses, masyarakat selalu dihadapkan pada birokrasi yang cenderung dipersulit, prosedur yang berbelit-belit, biaya yang tidak jelas terjadinya praktik pungutan liar,

ketidakpastian waktu pelayanan, di samping itu ada kecenderungan adanya

(22)

5 Dalam rangka meningkatkan kinerja aparatur pemerintah maka dibutuhkan lembaga

control atau pengawasan fungsional. Pengawasan fungsional adalah pengawasan yang dilakukan oleh aparat pengawasan fungsional, baik yang berasal dari lingkungan internal pemerintah maupun yang berasal dari lingkungan eksternal pemerintah Baswir (1997). Sedangkan kinerja Pemerintah Daerah adalah seperangkat hasil yang dicapai dan merujuk terhadap tindakan pencapaian serta pelaksanaan sesuatu pekerjaan yang diminta pada tingkat keberhasilan dan kemampuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, kinerja dikatan baik bila dapat tercapai dengan baik. Berdasarkan Pasal 1 Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2002 tentang Pertimbangan dan Pengawasan Atas

Penyelenggaraan Pemerintah Daerah mengemukan bahwa pengawasan fungsional adalah pengawasan yang dilakukan oleh lembaga atau badan atau unit yang mempunyai tugas dan fungsi melakukan pengawasan melalui pemeriksaan, pengkajian, pengusutan, dan penilaian dalam hal ini adalah inspektorat kabupaten/kota.

Pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen yang harus dilakukan untuk menjaga agar pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dalam rangka pencapaian tujuan. Melalui pengawasan dapat diperoleh informasi mengenai kehematan, efisiensi, dan efektivitas pelaksanaan kegiatan. Sumarlin (2004) menyatakan bahwa dengan semakin besarnya tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan

pemerintahan negara yang didasarkan pada prinsip-prinsip good governance, maka kebutuhan terhadap peran pengawasan akan semakin meningkat.

(23)

6 Penelitian ini direplikasi dari penelitian sebelumnya yang berjudul “Pengaruh

Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah (Studi pada Inspektorat Provinsi Jawa Barat)” Ardiyansyah (2010).

Berdasarkan pada latar belakang tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai kinerja aparatur negara Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran Tahun 2011, dengan judul “Analisis Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja Aparatur Pemerintah Kabupaten Pesawaran (Studi Kasus Empiris Pada Pemerintah Kabupaten Pesawaran).”

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah “Apakah pengawasan fungsional berpengaruh terhadap kinerja aparatur

pemerintah pada Pemerintah Kabupaten Pesawaran.”

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menyediakan bukti empiris pengaruh pengawasan fungsional terhadap kinerja aparatur pemerintah pada Pemerintah Kabupaten Pesawaran.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini, yaitu:

1. Bagi pihak akademisi, menyediakan bukti empiris atas pengaruh pengawasan fungsional berpengaruh terhadap kinerja aparat pemerintah.

(24)

7 3. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan penelitian ini digunakan sebagai sumber

(25)

8 BAB II

LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengawasan Fungsional

2.1.1 Pengertian Pengawasan Fungsional

Pengawasan merupakan salah satu fungsi dalam manajemen suatu organisasi. Dimana memiliki arti suatu proses mengawasi dan mengevaluasi suatu kegiatan. Suatu

Pengawasan dikatakan penting karena Tanpa adanya pengawasan yang baik tentunya akan menghasilkan tujuan yang kurang memuaskan, baik bagi organisasinya itu sendiri maupun bagi para pekerjanya.

(26)

9 Pengawasan bukan hanya untuk mencari kesalahan-kesalahan, tetapi berusaha untuk menghindari terjadinya kesalahan serta perbaikannya jika terdapat kesalahan-kesalahan. Jadi pengendalian dilakukan sebelum proses, saat proses dan setelah proses, yakni hingga hasil akhir diketahui. Dengan pengendalian diharapkan juga agar

pemanfaatan semua unsur manajemen (6 M), efektif dan efisien Pengawasan menurut Baswir (1997) adalah suatu kegiatan untuk memperoleh kepastian apakah pelaksanaan suatu pekerjaan atau kegiatan itu dilakukan sesuai dengan rencana, aturan-aturan dan tujuan yang telah ditetapkan.

Sedangkan pengertian pengawasan fungsional menurut Halim (2002) menyatakan segala kegiatan dan bentuk tindakan untuk menjamin agar pelaksanaan suatu kegiatan berjalan dengan sesuai dengan rencana, aturan-aturan dan tujuan yang telah ditetapkan. Secara khusus tujuan pengawasan fungsional menurut Halim (2002) adalah:

1. Menilai ketaatan terhadap perundang–undangan yang berlaku.

2. Menilai apakah kegiatan berjalan dengan pedoman akuntansi yang berlaku 3. Menilai apakah yang dilaksanakan secara ekonomis, efisien dan efektif. 4. Mendeteksi adanya kecurangan.

Menurut Hasibuan (2006) tujuan pengawasan adalah:

1. Agar proses Pelaksanaan dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan dari rencana. 2. Melakukan tindakan perbaikan, jika terdapat penyimpangan-penyimpangan.

(27)

10 Adapun pengertian pengawasan fungsional berdasarkan Pasal 1 Peraturan Pemerintah No 20 tahun 2002 tentang pertimbangan dan pengawasan atas penyelenggara pemerintah daerah pengawasan fungsional adalah pengawasan yang dilakukan oleh lembaga atau badan atau unit yang mempunyai tugas dan fungsi melakukan pengawasan melalui pemeriksaan, pengkajian, penyusutan dan penilaian.

Pengawasan ini dikenal atas beberapa macam, yaitu (Hasibuan 2006): 1. Internal control (pengawasan intern)

Adalah pengawasan yang dilakukan oleh seorang atasan kepada bawahannya. Cakupan dan pengendalian ini meliputi hal-hal yang cukup luas, baik pelaksanaan tugas, prosedur kerja, kedisplinan karyawan dan lain-lainnya. Audit control adalah pemeriksaan atau penilaian atas masalah-masalah yang berkaitan dengan pembukuan perusahaan. Jadi pengawasan atas masalah khusus, yaitu tentang kebenaran

pembukuan suatu perusahaan.

2. External control (pengawasan eskstern)

Adalah pengawasan yang dilakukan oleh pihak luar. pengawasan ekstren ini dapat dilakukan secara formal atau informal, misalnya pemeriksaan pembukuan oleh Kantor Akuntan dan penilaian yang dilakukan masyarakat.

3. Formal control (pengawasan resmi)

Adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh instansi atau pejabat resmi dan dapat dilakukan secara intern maupun ekstern. Misalnya permeriksaan yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terhadap BUMN dan lain-lainnya. Dewan

(28)

11 4. Informal control (pengawasan informal)

Adalah penilaian yang dilakukan oleh masyarakat atau konsumen baik langsung maupun tidak langsung. Misalnya melalui media massa cetak atau elektronik dan lain-lainnya

2.1.2 Asas-Asas Pengawasan dan Jenis-Jenis Pengawasan

Harold dan O’Donnel (dalam Hasibuan: 2006), mengemukakan asas-asas pengawasan,

yaitu:

1. Asas tercapainya tujuan, artinya pengendalian harus ditujukan ke arah tercapainya tujuan, yaitu dengan mengadakan perbaikan untuk menghindari penyimpangan-penyimpangan dari rencana.

2. Asas efisiensi pengendalian, artinya pengendalian itu efisien, jika dapat menghindari penyimpangan dari rencana, sehingga tidak menimbulkan hal-hal lain yang di luar dugaan.

3. Informasi setiap manajer, ruang lingkup informasi yang dibutuhkan itu berbeda satu sama lain, tergantung pada tingkat dan tugas manajer.

4. Asas standar, artinya pengendalian yang efektif dan efisien memerlukan standar yang tepat yang akan dipergunakan sebagai tolok ukur Pelaksanaan dan tujuan yang akan dicapai.

5. Asas pengendalian terhadap strategi, pengendalian yang efektif dan efisien

(29)

12 6. Asas pengecualian, artinya efisiensi dalam pengendalian membutuhkan adanya

perhatian yang ditujukan terhadap faktor pengeculian. Pengecualian ini dapat terjadi dalam keadaan tertentu ketika situasi berubah atau tidak sama.

7. Asas pengendalian fleksibel, artinya pengendalian harus luwes untuk menghindari kegagalan pelaksanaan rencana.

8. Asas peninjauan kembali, artinya sistem pengendalian harus ditinjau berkali-kali, agar sistem yang digunakan berguna untuk mencapai tujuan.

9. Asas tindakan, artinya pengendalian dapat dilakukan apabila ada ukuran-ukuran untuk mengoreksi penyimpangan-penyimpangan rencana, organisasi, staffing dan

directing

Hasibuan (2006:248) menyatakan jenis-jenis pengawasan dibagi menjadi 9 yaitu: 1. Pengawasan karyawan

Pengawasan ini ditujukan kepada hal-hal yang ada hubungannya dengan kegiatan karyawan. Misalnya apakah karyawan bekerja sesuai dengan rencana, perintah, tata kerja, disiplin, absensi, dan lain sebagainya.

2. Pengawasan keuangan

Pengawasan ini ditujukan kepada hal-hal yang menyangkut keuangan, tentang pemasukan dan pengeluaran. Biaya-biaya perusahaan termasuk pengendalian anggarannya.

3. Pengawasan produksi

(30)

13 4. Pengawasan waktu

Pengawasan ini ditujukan kepada penggunaan waktu, artinya apakah waktu untuk mengerjakan suatu pekerjaan sesuai atau tidak dengan rencana.

5. Pengawasan teknis

Pengawasan ini ditujukan kepada hal-hal yang bersifat fisik, yang berhubungan dengan tindakan dan teknis pelaksanaan.

6. Pengawasan kebijaksanaan

Pengawasan ini ditujukan untuk mengetahui dan menilai, apakah kebijaksanaan-kebijaksanaan organisasi telah dilaksanakan sesuai dengan yang telah digariskan. 7. Pengawasan penjualan

Pengawasan ditujukan untuk mengetahui,apakah produksi atau jasa yang dihasilkan terjual sesuai dengan target yang ditetapkan.

8. Pengawasan inventaris

Pengawasan ini ditujukan untuk mengetahui, apakah inventaris perusahaan masih ada semuanya atau ada yang hilang.

9. Pengawasan pemeliharaan

Pengawasan ini ditujukan untuk mengetahui, apakah semua inventaris perusahaan dan kantor dipelihara dengan baik atau tidak, dan jika ada yang rusak apa

kerusakannya,apa masih dapat diperbaiki atau tidak.

Proses pengawasan dilakukan secara bertahap melalui langkah-langkah berikut (Hasibuan 2006:249)

(31)

14 3. Membandingkan Pelaksanaan atau hasil dengan standar dan menentukan

penyimpangan bila ada.

4. Melakukan tindakan perbaikan, jika terdapat penyimpangan agar Pelaksanaan dan tujuan sesuai dengan rencana.

2.13 Aparat Pengawasan Fungsional

Menurut Baswir (2001) aparat pengawasan fungsional terdiri dari: 1. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan.

2. Inspektorat Jendral Departemen, Aparat Pengawasan Lembaga Pemerintah Non Departemen dan Instansi Pemerintah lainnya.

3. Inspektorat Wilayah Provinsi.

4. Inspektorat Wilayah Kabupaten atau Kotamadya.

2.1.4 Ukuran Pengawasan Fungsional

Ukuran pengawasan fungsional terdiri dari (Baswir, 2001): 1. Pengawasan

a. Jadwal pada saat pengawasan yang dilakukan Inspektorat. b. Pemeriksaan berkala atau sewaktu waktu.

c. Pengelolaan administrasi pembukuan dan pelaporan keuangan daerah. d. Peningkatan sarana dan prasarana administrasi umum.

e. Optimalisasi Pendapatan Asli Daerah.

(32)

15 2. Pengkajian

a. Jumlah dokumen yang diperlukan. b. Jumlah tenaga ahli yang diperlukan.

c. Pembinaan tenaga fungsional pengawasan dilingkungan Inspektorat. 3. Pengusutan

a. Pengusutan atas kebenaran laporan mengenai adanya indikasi terjadinya penyimpangan, korupsi, kolusi dan nepotisme.

b. Mencari dan mengumpulkan bukti-bukti yang relevan, kompeten, cukup, serta material untuk mendukung hasil pemeriksaan

c. Pengecekan mengenai kebenaran laporan atau pengaduan tentang hambatan, penyimpangan atau penyalahgunaan tugas Perangkat Daerah.

4. Penilaian

a. Menguji dan mengevaluasi pelaksanaan tugas untuk menghindari kebocoran dan penyelewengan.

b. Penilaian atas manfaat dan keberhasilan program kebijakan pelaksanaan program dan kegiatan.

c. Pengujian dan penelitian atas kebenaran laporan berkala atau sewaktu-waktu dari setiap tugas Perangkat Daerah.

d. Menilai kesesuaian laporan dengan pedoman akuntansi yang berlaku.

2.1.5 Pelaksanaan Pengawasan Fungsional Pemerintah Daerah

Pelaksanaan pengawasan fungsional diarahkan terhadap pelaksanaan tugas umum pemerintah dan pembangunan. Dengan tujuan agar pelaksanaan tugas umum dan

(33)

16 yang berlaku. Menurut Baswir (2001) dapat digolongkan kedalam bentuk kategori

sebagai berikut:

a. Kegiatan Pengawasan Tahunan. b. Kegiatan Pengawasan Khusus.

c. Kegiatan Pengawasan hal- hal tertentu. a. Kegiatan Pengawasan Tahunan

Kegiatan pengawasan tahunan didasarkan pada Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT) manfaat yang diharapkan dari keberadaan PTKP ini adalah sebagai berikut : a. Dihindarinya sejauh mungkin tumpang tindih pelaksanaan pemeriksaan.

b. Terarahnya ruang lingkup dan sasaran pemeriksaan

c. Dikuranginya inefesiensi dan pemborosan penggunaan tenaga pemeriksaan yaitu dengan jalan menentukan standar hasil pemeriksaan (HP) untuk setiap jenis pemeriksaan.

d. Karena rencana kerja dikaitan dengan hasil pemeriksaan yang tersedia, maka penyusunan rencana kerja yang melebihi kemampuan yang diharapkan dapat dihindari.

Dalam pelaksanaanya PKPT dikoordinasikan oleh BPKP yaitu dengan penerbitan nama pengawasan fungsional pemerintah, dapat dihindari dengan jalan sebagai berikut:

a. Penerbitan nama pengawas aparat pengawasan fungsional pemerintah. b. Mengeluarkan pedoman pemeriksaan.

(34)

17 d. Menyelenggarakan rapat koordinasi aparat pengawasan fungsional pemerintah

untuk mengevaluasi hasil pelaksanaan PKPT. b. Kegiatan Pengawasan Khusus

Pengawasan khusus biasanya ditujukan terhadap penyimpanga -penyimpangan dan atau masalah – masalah dalam bidang administrasi dalam lingkungan pemerintah, yang dinilai mengundang dampak luas terhadap jalannya pemerintah dan kehidupan masyarakat. Pengawasan khusus ini dapat dilakukan sendiri oleh BPKP atau oleh tim pemeriksa gabungan yang terbentuk oleh kepala BPKP.

c. Kegiatan Pengawasan Hal-hal Tertentu

Sedangkan pengawasan hal-hal tertentu dilaksanakan oleh Inspektur Jendral

Pembangunan atas petunjuk Presiden dan atau Wakil Presiden. Hasilnya dilaporkan kepada Presiden atau Wakil Presiden dengan tembusan kepada kepala BPKP.

2.2 Kinerja

Kata kinerja belakangan ini menjadi topik yang hangat di kalangan pegawai pengusaha dan kalangan administrator. Kinerja seakan menjadi sosok yang bernilai dan telah dijadikan tujuan pokok pada organisasi atau badan usaha, selain profit. Karena dengan laba saja tidak cukup apabila tidak dibarengi dengan efektivitas dan efisiensi.

(35)

18 Kinerja dihasilkan oleh adanya tiga hal, yaitu:

a. Kemampuan (ability) dalam wujudnya sebagai kapasitas untuk berprestasi (capacity to perform).

b. Kemampuan, semangat, hasrat atau motivasi dalam wujudnya sebagai kesediaan untuk berprestasi (willingness to perform).

c. Kesempatan untuk berprestasi (opportunity to perform).

Mardiasmo (2002) menjelaskan bahwa untuk organisasi pemerintahan, kinerja pemerintahan yang baik (good government performance) bukan saja memerlukan kebijakan yang baik (good policy), tetapi juga system dan proses pelaksanaan kebijakan yang baik (good policy implementation system and process); dan kedua hal terakhir itu memerlukan system administrasi pemerintahan negara yang baik (good publik

administration system) yang mensyaratkan adanya sumberdaya manusia yang baik dan diindahkannya prinsip "the right men and women and the right places". Kebijakan yang baik tidak akan menghasilkan kinerja yang baik apabila system dan proses

pelaksanaannya tidak baik, dan kesemuanya itu juga tergantung pada kompetensi sumberdaya manusianya yang berperan dalam system dan proses kebijakan.

(36)

19 2.2.1 Ukuran Kinerja Aparatur Pemerintah

Menurut Bastian (2002) kinerja aparatur pemerintah diukur atau dikategorikan sebagai berikut :

1. Masukan (Input)

Masukan adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dan program dapat berjalan atau dalam rangka menghasilkan output, misalnya sumber daya manusia, dana, material, kebijakan atau peraturan perundang-undang. Yang dipergunakan untuk melaksanakan kegiatan dengan meninjau distribusi sumber daya suatu lembaga dapat menganalisis apakah alkasi sumber daya yang dimiliki telah sesuai dengan rencana strategi yang telah ditetapkan, masukan terdiri dari yaitu:

a. Penggunaan Dana b. Sumber daya Manusia c. Material

2. Keluaran (Output)

Segala sesuatu berupa produk atau jasa (fisik dan atau non fisik) sebagai hasil langsung dari pelaksanaan suatu kegiatan dan program berdasarkan masukan yang digunakan untuk mengukur keluaran yang dihasilkan dari suatu kegiatan. Dengan menbandingkan keluaran, instansi dapat menganalisis apakah kegiatan terlaksana sesuai dengan rencana. Indikator keluaran dijadikan landasan untuk menilai kemajuan suatu kegiatan apabila tolak ukur dikaitan dengan sasaran

(37)

20 3. Hasil (Outcomes)

Segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah. Hasil merupakan ukuran seberapa jauh setiap produk/jasa dapat memenuhi keutuhan dan harapan masyarakat. Walaupun produk telah berhasil dicapai dengan baik, belum tentu secara hasilkegiatan tersebut telah tercapai. Hasil menggambarkan tingkat pencapaian atas hasil lebih tinggi yang mungkin menyangkut kepentingan banyak pihak. Dengan indikator hasil,

organisasi akan dapat mengetahui apakah hasil yang telah diperoleh dalam bentuk output memang dapat dipergunakan sebagaimana mestinya dan

memberikan keguanaan yang besar bagi masyarakat banyak. Hasil terdiri dari: a. Pelaksanaan program dan kegiatan

b. Laporan akuntabilitas kinerja

c. Tingkat kualitas produk dan jasa yang dihasilkan d. Produktivitas para karyawan atau pegawai. 4. Manfaat (Benefit)

(38)

21 5. Dampak (Impact)

Dampak (Impact) adalah pengaruh atau akibat yang ditimbulkan oleh manfaat dari suatu kegiatan. Indikator dampak merupakan akumulasi dari beberapa manfaat yang terjadi, dampaknya baru terlihat setelah beberapa waktu kemudian. Lebih lanjut dampak adalah tolok ukur kinerja berdasarkan dampaknya terhadap kondisi makro yang ingin dicapai dari manfaat.

Pengukuran kinerja merupakan suatu alat manajemen yang digunakan untuk

meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas. Pengukuran kinerja juga digunakan untuk menilai pencapaian tujuan dan sasaran (goals and objective). Pengukuran kinerja organisasi menurut LAN dan BPKP (2000) dapat dilakukan terhadap aspek:

1. Aspek finansial

Aspek finansial meliputi anggaran rutin dan pembangunan dari suatu instansi pemerintah. Karena aspek finansial dapat dianalogikan sebagai aliran darah dalam tubuh manusia, maka aspek finansial merupakan aspek penting yang perlu

diperhatikan dalam pengukuran kinerja.

2. Kepuasan pelanggan

(39)

22 3. Operasi bisnis internal

Informasi operasi bisnis internal diperlukan untuk memastikan bahwa seluruh kegiatan instansi pemerintah sudah in-concert (seirama) untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi seperti yang tercantum dalam rencana strategi.

4. Kepuasan pegawai

Organisasi pegawai merupakan asset yang harus dikelola dengan baik. Apabila pegawai tidak dikelola dengan baik, maka kehancuran instansi pemerintah sungguh sulit untuk dicegah.

5. Kepuasan komunitas dan shareholders/stakeholders

Instansi pemerintah tidak beroperasi "in vacuum" artinya kegiatan instansi pemerintah berinteraksi dengan berbagai pihak yang menaruh kepentingan terhadap

keberadaannya. 6. Waktu

Ukuran waktu juga merupakan variabel yang perlu diperhatikan dalam desain pengukuran kinerja. Sering informasi untuk pengambilan keputusan terlambat diterima, sementara informasi yang ada sering sudah tidak relevan atau kadaluwarsa.

Kinerja memerlukan adanya dukungan sarana, kompetensi, peluang, standar, dan umpan balik. Kaitan di antara ketujuh indikator tersebut digambarkan oleh Hersey, Blanchard, dan Johnson dengan penjelasan seperti berikut:

1. Tujuan (Goal)

(40)

23 2. Standar (Standart)

Standar merupakan suatu ukuran apakah tujuan yang diinginkan dapat dicapai.

3. Umpan Balik (Feedback)

Umpan balik merupakan masukan yang dipergunakan untuk mengukur kemajuan kinerja, standar kerja, dan pencapaian tujuan.

4. Alat atau Sarana (Mean)

Alat atau sarana merupakan sumberdaya yang dapat dipergunakan untuk membantu menyelesaikan tujuan dengan sukses.

5. Kompetensi (Competence)

Kompetensi merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk menjalankan pekerjaan yang diberikan kepadanya dengan baik.

6. Motif (Motive)

Motif merupakan alasan atau pendorong bagi seseorang untuk melakukan sesuatu. 7. Peluang (Opportunity)

Pekerja perlu mendapatkan kesempatan untuk menunjukkan prestasi kerjanya.

2.2.2 Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

(41)

24 Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) adalah instrumen yang

digunakan instansi pemerintah dalam memenuhi kewajiban untuk

mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan melalui sistem

pertanggungjawaban keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misi organisasi, terdiri dari berbagai komponen yang merupakan satu kesatuan, yaitu perencanaan strategis,

perencanaan kinerja, dan pelaporan kinerja.

2.2.3 Perencanaan Kinerja

Perencanaan kinerja merupakan proses penetapan kegiatan tahunan dan indikator kinerja berdasarkan program, kebijakan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam rencana

strategik. Hasil dari proses ini berupa rencana kinerja tahunan. Perencanaan kinerja merupakan proses penyusunan rencana kinerja sebagai penjabaran dari sasaran dan program yang telah ditetapkan dalam rencana strategis, yang akan dilaksanakan oleh instansi pemerintah melalui berbagai kegiatan tahunan. Didalam rencana kinerja ditetapkan rencana capaian kerja tahunan untuk seluruh indikator kinerja yang susunan rencana kerja dilakukann seiring dengan agenda penyusunan dan kebijakan anggaran, serta merupakan komitmen bagi instansi untuk mencapainya dalam tahun

(42)

25 2.2.4 Indikator Kinerja

Menurut Bastian (2002) indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu kinerja harus merupakan sesuatu yang akan dihitung dan diukur serta

digunakan sebagai dasar untuk menilai atau melihat tingkat kinerja baik dalam tahapan perencanaan, tahap pelaksanaan, maupun tahap setelah kegiatan selesai dan berfungsi. Oleh karena itu Kinerja Pemerintah Daerah perlu dikembangkan agar dalam kinerjanya dapat mencapai suatu tujuan yang tepat dengan sesuai peraturan perundang – undang yang berlaku. Hal ini dimaksudkan untuk dapat suatu kinerja yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan terhadap kinerja pemerintah daerah yang akurat.

Secara umum indikator kinerja memiliki beberapa fungsi sebagai berikut: 1. Memperjelas tentang apa, berapa dan kapan suatu kegiatan dilaksanakan. 2. Menciptakan konsensus yang dibangun oleh berbagai pihak terkait untuk

menghindari kesalahan interpretasi selama pelaksanaan /program /kegiatan dan dalam menilai kinerjanya termasuk kinerja instansi pemerintah yang melaksanakannya. 3. Membangun bagi dasar pengukuran, analisis dan evaluasi kinerja organisasi atau unit

kerja.

(43)

26 1. Produktivitas

Konsep produktivitas tidak hanya mengukur tingkat efisiensi, tetapi juga efektivitas pelayanan. produktivitas pada umumnya dipahami sebagai rasio antara input dengan output.

2. Akuntabilitas

Akuntabilitas publik menunjukan seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik tunduk pada para pejabat politik yang dipilih oleh rakyat.

2.2.5 Pengukuran Kinerja

Pengukuran kinerja adalah proses sistematis dan berkesinambungan untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan program, kebijakan, sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam mewujudkan visi, misi dan strategi instansi pemerintah.

Pengukuran kinerja mencakup:

1. Kinerja kegiatan yang merupakan tingkat pencapaian target (rencana tingkat pencapaian) dari masing-masing kelompok.

2. Tingkat pencapaian sasaran instansi pemerintah yang merupakan tingkat pencapaian target (rencana tingkat pencapaian) dari masing-masing indikator sasaran yang telah ditetapkan.

2.2.6 Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja adalah proses untuk mengukur prestasi kerja pegawai

(44)

27 yag telah ditetapkan selama periode tertentu. Penilaian kinerja juga merupakan

proses formal untuk melakukan evaluasi kinerja secara periodik. Penilaian kinerja dapat memotivasi pegawai agar terdorong untuk bekerja lebih baik. Oleh karena itu diperlukan penilaian kinerja yang tepat dan konsisten. Penilaian kinerja dapat terpenuhi apabila penilaian mempunyai hubungan dengan pekerjaan (job related) dan adanya standar pelaksanaan kerja (performance standar) agar penilaian dapat

dilaksanakan secara efektif, maka standar penilaian hendaknya berhubungan dengan hasil-hasil yang diinginkan setiap pekerjaan. Menurut Panggabean (2002) tahapan pada proses penilaian adalah:

1. Identifikasi 2. Observasi 3. Pengukuran 4. Pengembangan

Parker (1993:3) dalam Baswir (2001) menyebutkan lima manfaat adanya pengukuran/penilaian kinerja suatu entitas pemerintahan yaitu:

a. Peningkatan kinerja meningkatkan mutu pengambilan keputusan.

(45)

28 tehadap pelaksanaan anggaran serta melakukan diskusi mengenai usulan-usulan program baru.

b. Pengukuran kinerja meningkatkan akuntabilitas internal.

Dengan adanya pengukuran kinerja ini, secara otomatis akan tercipta akuntabilitas di seluruh lini pemerintahan, dari lini terbawah sampai teratas. Lini teratas pun

kemudian akan bertanggungjawab kepada pihak legislatif. Dalam hal ini disarankan pemakaian sistem pengukuran standar seperti halnya management by objectives untuk pengukuran outputs dan outcomes.

c. Pengukuran kinerja meningkatkan akuntabilitas publik.

Meskipun bagi sebagian pihak, pelaporan evaluasi kinerja pemerintah kepada

masyarakat dirasakan cukup menakutkan, namun publikasi laporan ini sangat penting dalam keberhasilan sistem pengukuran kinerja yang baik. Keterlibatan masyarakat terhadap pengambilan kebijakan pemerintah menjadi semakin besar dan kualitas hasil suatu program juga semakin diperhatikan.

d. Pengukuran kinerja mendukung perencanaan strategi dan penetapan tujuan.

Proses perencanaan strategi dan tujuan akan kurang berarti tanpa adanya kemampuan untuk mengukur kinerja dan kemajuan suatu program. Tanpa ukuran-ukuran ini, kesuksesan suatu program juga tidak pernah akan dinilai dengan obyektif. e. Pengukuran kinerja memungkinkan suatu entitas untuk menentukan penggunaan

sumber daya secara efektif.

(46)

29 dapat memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat. Dalam hal ini

pemerintah juga mempunyai kesempatan untuk menyerahkan sebagian pelayanan publik kepada sektor swasta dengan tetap bertujuan untuk memberikan pelayanan yang terbaik.

2.2.7 Tujuan Penilaian Kinerja

Tujuan Penilaian kinerja dimaksudkan untuk memenuhi 3 hal yaitu:

1. Penilaian kinerja dimaksudkan untuk membantu memperbaiki kinerja organisasi dimana ukuran kinerja ini nantinya dapat digunakan untuk membantu organisasi berfokus pada tujuan dan sasaran program unit kerja. Hal ini nantinya dapat

meningkatkan efesiensi dan efektivitas suatu organisasi sehingga tujuan dan sasaran program kerja dapat tercapai.

2. Penilaian kinerja suatu organisasi digunakan untuk pengalokasian sumber daya dan pembuatan keputusan.

3. Penilaian kinerja suatu organisasi dimaksudkan untuk mewujudkan

pertanggungjawaban kepada atasan dan memperbaiki komunikasi kelembagaan.

2.2.8 Efektivitas Kinerja

Efektivitas merupakan ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai tujuan. Apabila suatu Instansi berhasil mencapai tujuan, maka Instansi tersebut bisa dikatakan telah berjalan dengan efektif. Pengertian efektivitas menurut Mardiasmo (2002)

(47)

30 yang telah ditetapkan, dimana suatu organisasi juga dikatakan telah beroperasi secara efektif apabila organisasi tersebut telah mencapai hasil sesuai dengan yang telah ditetapkan.

2.3 Pengembangan Hipotesis

Pembangunan aparatur pemerintahan diarahkan untuk makin terwujudnya keberhasilan dalam pencapaian pembangunan yang mensejahterakan masyarakat. Untuk itu dukungan administrasi negara yang mampu menjamin kelancaran dan keterpaduan tugas dan fungsi penyelanggaraan pemerintahan negara dan pembangunan untuk mewujudkan sistem administrasi negara yang handal, profesional, efektif dan efisien serta tanggap dengan kondisi masyarakat dalam dinamika pembangunan.Peningkatan sumber daya aparatur pemerintahan negara bertujuan agar dapat mendukung tugas-tugas aparatur pada bidangnya, maka hendaklah diciptakan pegawai yang mempunyai keterampilan yang handal serta mempunyai motivasi kerja yang tinggi sehingga dalam menjalankan tugasnya dapat dilakukan dengan penuh kesadaran dan rasa tanggung jawab.

Esensi pemerintah dalam suatu wilayah adalah untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat, karena pada hakekatnya pemerintah adalah “public service” pemerintah tidak diadakan untuk dirinya sendiri tapi untuk melayani masyarakat serta menciptakan suasana kondisi yang memungkinkan setiap anggota masyarakat untuk mengembangkan kemampuan dan kreativitas nya untuk mencapai tujuan bersama. Pelayanan yang

(48)

31 untuk berkinerja dengan baik sehingga mampu menghasilkan jasa yang benar-benar prima dan sesuai kebutuhan masyarakat.

Kalau kita sepakat bahwa fungsi ideal dari pelaksanaan tugas pegawai khususnya bidang pemerintahan dalam unit kerja adalah fungsi pelayanan, maka orientasi organisasi harus berfokus pada pelanggan. Maka konteks seharusnya adalah bahwa arah pelaksanaan tugas pegawai adalah memberikan pelayanan pada pelanggan yang berkualitas, baik internal maupun external. Hal tersebut sesuai pendapat Kumorotomo (2001) menyatakan bahwa keberadaan aparatur birokrasi pemerintah menjadi hal yang tidak dapat ditawar lagi yakni sebagai pelayan masyarakat (public service), sebagai Pelayanan Masyarakat maka seyogyanya aparatur pemerintah dituntut agar mampu memberi pelayanan yang terbaik (Excellent service). Hal ini juga sangat sesuai seperti yang dikemukakan oleh Lukman (2002) dari Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia bahwa pelayanan yaitu upaya membantu, menyediakan, mengurus dan menyiapkan apa yang diperlukan oleh orang lain baik berupa barang atau jasa dilakukan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan standar pelayanan.

Pengawasan fungsional sangat berperan dalam memantau jalannya roda pemerintahan yang dilaksanakan oleh aparatur pemerintah. Pengawasan fungsional yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengawasan yang dilakukan oleh aparat pengawasan

fungsional berasal dari lingkungan internal pemerintah. Kinerja aparat pemerintah adalah proses adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu

(49)

32 Dengan efektifnya pengawasan yang dilakukan maka diharapkan kinerja aparatur

pemerintah dapat berjalan dengan baik sesuai dengan SOP (Standar Operasional) yang berlaku, penyimpangan-penyimpangan dapat diminimalisir, sehingga dapat disimpulkan bahwa pengawasan fungsional yang baik maka diharapkan kinerja aparatur pemerintah juga akan baik dan dapat berjalan secara efektif dan efisien.

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitian ini penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut: pengawasan fungsional berpengaruh signifikan terhadap kinerja aparatur pemerintah pada Pemerintah Kabupaten Pesawaran

.

Pengawasan Fungsional (X) Kinerja Aparatur Pemerintah (Y)

1. Pengawasan

2. Pengkajian 3. Pengusutan 4. Penilaian

Baswir (2001)

1. Produktivitas 2. Akuntabilitas

(50)

33 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini yang menjadi objek penelitian adalah pengawasan fungsional terhadap kinerja aparatur pemerintah Kabupaten Pesawaran sebagai sampel Dinas

Kependudukan dan Catatan Sipil, Dinas PU Bina Marga, Badan Penanaman Modal dan Perizinan, Puskesmas Gedong Tatataan.

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kausal. Metode penelitian deskriptif kausal adalah suatu metode yang menjelaskan keterkaitan antara 2 (dua) variabel atau lebih yaitu variabel bebas dan variabel terikat dengan membuktikan kebenaran hipotesis.

3.2.1 Sumber Data Penelitian

Penelitian ini menggunakan data primer melalui teknik pengumpulan data survei.

(51)

34 1. Variabel Independent (X)

Pengawasan Fungsional sebagai variabel independent (X) adalah pengawasan yang dilakukan oleh aparat pengawas fungsional yang berasal dari lingkungan internal pemerintahan. Instrumen untuk mengukur pengawasan fungsional sebagai variabel independen (X) dengan menggunakan menggunakan metode pertanyaan tertutup dimana kemungkinan jawaban sudah ditentukan terlebih dahulu dan responden tidak diberikan alternatif jawaban lain. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, format respon atas instrumen tersebut melalui skala pengukuran yaitu skala Likert melalui 5 (lima) point skala Likert yaitu dengan penilaian (scoring) terhadap masing-masing jawaban dengan skala 1 sampai dengan 5 yang diungkapkan melalui pernyataan sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju, sampai sangat tidak setuju.

2. Variabel Dependen (Y)

(52)

35 Tabel 3.1

Skor Pernyataan Variabel X (Pengawasan Fungsional) dan Variabel Y (Kinerja Aparat Pemerintah)

Keterangan Skor Positif Skor Negatif

Sangat Setuju

3.2.2 Metode Pengumpulan Data

Penulis melakukan studi kepustakaan dengan cara membaca buku dan literatur, jurnal-jurnal penelitian, hasil penelitian, teori-teori yang dipelajari selama kuliah serta sumber lain seperti internet yang berhubungan dengan penelitian ini dan melakukan studi lapangan dengan cara melakukan pengumpulan data yang diperoleh dari kuesioner tertutup yang dibagikan kepada responden sehingga hasil dari kuesioner dapat diukur secara kuantitatif.

3.2.3 Dimensi Variabel

Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan yang hendak diteliti dan untuk menyamankan pandangan yang berkaitan dengan variabel-variabel, maka penulis memandang perlu untuk menetapkan operasionalisasi variabel penelitian. Adapun operasional variabel penelitian terbagi dua yaitu pengawasan fungsional dan kinerja aparatur pemerintah, untuk pengawasan fungsional yang menjadi sub indikator adalah

(53)

36 . Adapun sasaran pemeriksaan terhadap kinerja pemerintah daerah meliputi sub indikator terdiri dari produktivitas, kualitas layanan, responsivitas dan akuntabilitas

Tabel 3.2

Dimensi Variabel X Pengawasan Fungsional

Variabel Konsep Variabel Indikator Prediktor

Variabel (X)

a. Ketersedian memberikan waktu.

b. Ketersedian mengirimkan tenaga ahli

a. Profesional dalam pemeriksaan

b. Pengecekan kebenaran laporan

a. Proses mengevaluasi

b. Hasil

c. LHP dan Sanksi

Sumber: Baswir (2001) Tabel 3.3

Dimensi Variabel Y Kinerja Aparatur Pemerintah

Variabel Konsep Variabel Indikator Prediktor

Variabel (Y) tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan skema strategis suatu organisasi.

1. Produktivitas

2. Akuntabilitas

a. Realisasi rencana kerja

b. Realisasi program kegiatan

c. Realisasi RKA

d. Ketercapaian Arah kebijakan, skenario

strategi

d. Ketercapaian visi-mis

a. Tertib rekap pembukuan

b. Tertib SPJ

c. Tertib membayar pajak

d. Bertanggung jawab dalam pelayanan

d. Bertanggung jawab terhadap temuan

(54)

37 3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Menurut Sutrisno Hadi (1999) yang dimaksud populasi adalah kumpulan individu-individu dalam suatu daerah. Menurut Sugiono (2002) yang dimaksud dengan populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Maka jelaslah yang dimaksud dengan populasi adalah sejumlah individu yang akan dijadikan subyek dalam penelitian. Berdasarkan pendapat tersebut dalam hal ini penulis menjadikan populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, Dinas PU Bina Marga, Badan Penanaman Modal dan Perizinan dan Puskesmas Gedong Tatataan yang berjumlah 94 orang.

Tabel 3.4

Rincian Jumlah Populasi Sasaran Instansi/Lembaga

Jumlah Pegawai

Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Dinas PU Bina Marga

Badan Penanaman Modal dan Perizinan Puskesmas Gedong Tatataan

Jumlah

(55)

38 di bawah 100 maka lebih baik diambil seluruhnya dan penelitian tersebut adalah

penelitian populasi, karena jumlah subjek pada penelitian ini berjumlah 94 orang atau di bawah 100 maka diambil seluruhnya sehingga penelitian ini adalah penelitian populasi.

3.4 Analisis Data

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif yaitu analisis secara statistik dikarenakan data yang dikumpul adalah berupa data kuantitatif atau data yang berbentuk angka-angka yang didapat dari hasil penyebaran angket.

Analisis untuk mengetahui pengaruh pengawasan fungsional terhadap kinerja aparatur pemerintah pada Pemerintah Kabupaten Pesawaran yaitu dengan menggunakan rumus regresi linier sederhana, menggunakan bantuan program

softwareStatistical Product and Service Solution (SPSS) 12th version.dengan rumus : Y = a + b X

Keterangan

Y = Pengawasan fungsional a = Parameter

b = Koefisien Regresi

X = Kinerja aparatur pemerintah

Analisis untuk mengetahui kadar persentase pengaruh pengawasan fungsional terhadap kinerja aparatur pemerintah pada Pemerintah Kabupaten Pesawaran yaitu dengan menggunakan rumus regresi linier sederhana, menggunakan bantuan program

(56)

39 KP = r2 x 100%

Dimana : r2 = Korelasi

KP = Koefisien penentu

Sedangkan untuk menguji kebenaran hipotesis pengaruh pengawasan fungsional terhadap kinerja aparatur pemerintah pada Pemerintah Kabupaten Pesawaran yaitu dengan menggunakan uji t, menggunakan bantuan program softwareStatistical Product and Service Solution (SPSS) 12th version dimana jika nilai sig < 0,05 maka hipotesis yang diajukan diterima atau Ho ditolak dan Ha diterima

2

thit = Pengujian signifikansi koefisien korelasi product moment

r2 = KoefisienKorelasiProductmoment

n = Jumlah anggota sampel

a. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur, valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Uji validitas menggunakan bantuan program software SPSS dengan analisa uji skala alpha cronbach. Hasil uji validitas rhit kemudian di

(57)
(58)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil dan dan temuan-temuan, maka dapat disimpulkan hasil analisis sebagai berikut:

1. Berdasarkan uji hipotesis di dapat t hitung sebesar 3,805 dengan tingkat signifikan 0,000. karena probability atau tingkat sig yang didapat < 0,05, maka secara statistik hipotesis diterima, artinya ada pengaruh pengawasan fungsional terhadap kinerja aparatur pemerintah pada Pemerintah Kabupaten Pesawaran.

2. Besarnya pengaruh pengawasan fungsional terhadap kinerja aparatur pemerintah hanya sebesar 13,6% dan sisanya sebesar 86,4%

(59)

53 5.1 Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka terdapat beberapa saran yang penulis ajukan sebagai berikut:

1. Diharapkan kepada lembaga yang bertugas melakukan fungsi pengawasan agar dapat bekerja profesional, dengan kata pada saat membuat Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) sesuai dengan fakta yang ada atau sesuai dengan hasil temuan.

2. Diharapkan kepada lembaga yang bertugas melakukan fungsi

pengawasan memberikan sanksi yang tegas dan tidak memihak bagi seluruh instansi yang melakukan pelanggaran dalam rangka memberi efek jera bagi instansi tersebut.

3. Dalam rangka memantau kinerja aparatur pemerintah hendaknya lembaga yang bertugas melakukan fungsi pengawasan bekerja sama dengan lembaga-lembaga monitoring seperti Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) untuk mengevaluasi kinerja instansi sehingga dapat dijadikan bahan perbandingan untuk lebih meningkatkan kinerja di kemudian hari

(60)
(61)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Halim. 2002, Akuntansi Sektor Publik Akuntansi Keuangan Daerah,ANDI, Yogyakarta.

Ardiyansyah, Andika. 2010, Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah (Studi pada Inspektorat Provinsi Jawa Barat), Unpas, Bandung.

Arikunto,2001, Metodologi Penelitian. Cetakan sebelas. PT RajaGrafindo Persada, Jakarta

Bastian, Indra. 2002, Akuntansi Sektor Publik. Erlangga, Jakarta. Baswir, Revrisond. 1997, Akuntansi Pemerintahan Indonesia, BPFE,

Yogyakarta.

Baswir, Revrisond. 2001, Akuntansi Pemerintahan Indonesia, Yogyakarta.

Dwiyanto, 1995, Manajemen Sumber Daya Manusia, Remaja Rosdakarya, Bandung.

Ghozali, Imam. 2002, Analisis Multivariate dengan program SPSS, Badan Penerbit Undip, Semarang.

Hadi,1999, Statistik 2. Andi Offset, Yogyakarta

Halim, Abdul. 2002, Akuntansi Keuangan Daerah, Salemba Empat, Jakarta.

Handoko, T. Hani. 1999, Manajemen, BPFE, Yogyakarta. Hasibuan, 2006, Manajemen sumber daya manusia: dasar kunci

keberhasilan. CV Haji Mas Agung, Jakarta

Kumorotomo, 2001, Mutu Pelayanan publik dan swasta.. Erlangga, Jakarta, PT. Pustaka LP3ES. Jakarta

Lukman, 2002, Konsep-konsep Dasar Manajemen Pelayanan, Universitas Gadjah Mada, Jogjakarta.

(62)

Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2002 tentang Pertimbangan dan Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah.

Permendagri No. 64 tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat Propinsi dan Kabupaten/Kota.

Santoso, Singgih. 2006, Statistik di Era Reformasi dengan SPSS 14, Elex Media Komputindo, Jakarta.

Santoso. 2000, SPSS Statistik Parametrik, ElexMedia Komputindo, Jakarta.

Savas,2009, Penelitian Pelaksanaan Pekerjaan Dan Pengembangan Birokrasi Pemerintah. BPFE, Yogyakarta

Sudarmanto, R. Gunawan. 2005, Analisis Regresi Linier Berganda dengan SPSS, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Sugiyono. 2002, Statistika untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung. Sumarlin, 2004, Administrasi Birokrasi dan Pelayanan Publik, Nimas

Multima, Jakarta.

Sumarsono, Sonny. 2010 : Teori dan Kebijakan Publik Publik Ekonomi Sumber Daya Manusia, diunduh dari

http://www.grahailmu.co.id/index/buku/detil/30/4/3/10/html Sunyoto, Danang. 2007, Analisis Regresi dan Korelasi Bivariat, Amara

Books, Yogyakarta.

Gambar

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran
Tabel 3.1
Tabel 3.2 Dimensi Variabel X Pengawasan Fungsional
Tabel 3.4 Rincian Jumlah Populasi Sasaran

Referensi

Dokumen terkait

Capaian kinerja yang dilaporkan adalah penilaian atas keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan program, kebijakan, sasaran dan tujuan dalam mewujudkan Visi,

Pengukuran Kinerja digunakan sebagai dasar untuk penelitian keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang dimaksud, yang

Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2015 Page iv Pengukuran kinerja digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan

Pengukuran capaian kinerja merupakan proses sistematis dan berkesinambungan yang digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan

Pengukuran Kinerja adalah proses sistematis dan berkesinambungan untuk menilai keberhasilan dan/ atau kcgagalan pclaksanaan kegiatan sesuai dengan sasaran, tujuan,

Hasil pengukuran dan capaian indikator kinerja dimaksud, digunakan untuk menilai keberhasilan/kegagalan pencapaian sasaran strategis dalam rangka mewujudkan visi dan

Akuntabilitas Kinerja merupakan gambaran dari pengukuran kinerja, yang digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan dan kegagalan dari pelaksanaan kegiatan

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah 2019 2019 xl Laporan Kinerja 2018L Laporan Kinerja 2019 Pengukuran kinerja digunakan untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan