• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMEGANG HAK DESAIN INDUSTRI MENURUT UNDANG-UNDANG NO.31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI (Studi Kasus Sengketa antara PT BAM dan Honda Motor Co.Ltd)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMEGANG HAK DESAIN INDUSTRI MENURUT UNDANG-UNDANG NO.31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI (Studi Kasus Sengketa antara PT BAM dan Honda Motor Co.Ltd)"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

i

ABSTRAK

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMEGANG HAK DESAIN INDUSTRI MENURUT UNDANG-UNDANG NO.31 TAHUN 2000 TENTANG

DESAIN INDUSTRI

(Studi Kasus Sengketa antara PT BAM dan Honda Motor Co.Ltd)

Oleh

RIZKY SANDIKA

Sengketa antaraPT Buana Agung Mulia dan Honda Motor bermula pada tindakan PT Buana yang melakukan produksi masal sepeda motor dengan menggunakan berbagai desain industri milik produsen-produsen. Penggunaan hak desain industri tersebut ternyata tidak memiliki perjanjian kerjasama dengan pemilik hak desain industri yaitu PT Honda Motor. PT Honda Motor merasa dirugikan atas tindakan PT Buana dalam penggunaan desain industri yang dimiliki oleh honda motor tersebut. Undang-Undang No.31 Tahun 2000 tentang Desain Industri mengatur ketentuan apabila terjadi sebuah sengketa hak desain industri dapat diambil tindakan berupa gugatan gantirugi maupun penghentian semua perbuatan. Hal ini tercantum pada Pasal 46 Ayat (1) Undang Undang Desain Industri.Bagaimanakah proses perdamaian yang ditempuh para pihak, bagaimanakah hak dan kewajiban pihak-pihak dalam perjanjian tersebut dan akibat hukum dari perjanjian perdamaian tersebut menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini.

(2)

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa,Honda Motor dan PT Buana Agung Mulia melakukan negosiasi guna menyelesaikan sengketa hak desain industri dan menghasilkan sebuah perjanjian perdamaian sebagai solusi dari sengketa tersebut dan PT Buana Agung Mulia menyetujui untuk melakukan pembayaran sebesar Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah) sebagai gantirugi kepada pihak Honda yang merasa dirugikan dan melakuakan penghentian produksi dan penjualan sepeda motor yang menggunakan paten dan hak desain milik pihak Honda adalah kewajiban bagi PT Buana Agung Mulia.

(3)

iii

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMEGANG HAK DESAIN INDUSTRI MENURUT UNDANG-UNDANG NO.31 TAHUN 2000 TENTANG

DESAIN INDUSTRI (Studi Kasus Sengketa Antara PT BAM dan Honda Motor Co.Ltd)

Oleh

RIZKY SANDIKA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMEGANG HAK DESAIN INDUSTRI MENURUT UNDANG-UNDANG NO.31 TAHUN 2000 TENTANG

DESAIN INDUSTRI

(Studi Kasus Sengketa antara PT BAM dan Honda Motor Co.Ltd)

(Skripsi)

Oleh

RIZKY SANDIKA

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)
(6)
(7)

vi

RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap penulis adalah Rizky Sandika. Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 28 Febuari 1991. Penulis merupakan anak tunggalpasangan Bapak Asan Samsudin dan Ibu Hj. Dra. Eka Tarina.

Penulis menyelesaikan pendidikannya di Sekolah Dasar SD AL-Kautsar Bandar Lampung pada tahun 2003, Sekolah Menengah Pertama di SLTP AL-Kautsar Bandar Lampung pada tahun 2006, dan Sekolah Menengah Atas di SMA AL-Kautsar Bandar Lampung pada tahun 2009.

Pada tahun 2009, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di organisasi internal maupun eksternal kampus. Penulis aktif dalam Himpunan Mahasiswa Perdata (HIMA Perdata) FH Unila.

(8)

MOTO

“Just because I don't care doesn't mean I don't understand”

(Homer Simpsons)

“Logic will get you from A to B, imagination will take you everywhere”

(Albert Einstein)

“Di balik misteri kehidupan selalu ada harapan”

(9)

vii

PERSEMBAHAN

Dengan segala ketulusan dan kerendahan hati kupersembahkan sebuah karya sederhana atas anugerah Tuhan dan tetesan keringatku ini kepada :

Ibunda Eka Tarina dan Ayahanda Asan Samsudin tercinta.

(10)

SANWACANA

Segala ucapan rasa syukur yang sebesar-besarnya penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam yang maha berhak menguasai seluruh langit dan bumi, yang tidak akan pernah memejamkan matanya untuk selalu tetap mengasihi ciptaannya yang paling mulia, serta yang akan menjadi hakim yang maha adil di hari pembalasan nanti. Penulis harus bersyukur, karena nikmat dan karunia-Nyalah, hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul

“PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMEGANG HAK DESAIN

INDUSTRI MENURUT UNDANG-UNDANG NO.31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI (Studi Kasus Sengketa Antara PT BAM dan Honda Motor Co.Ltd)”sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana hukum di Universitas Lampung.

Dalam penyelesaian penulisan skripsi ini, penulis tidak lepas dari bantuan, dorongan, serta doa dari berbagai pihak yang telah mendukung penulis. Maka dari itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Heryandi, S.H., M.S., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung;

(11)

x

3. Ibu Lindati Dwiatin, S.H., M.H., selaku Pembimbing Dua yang telah meluangkan waktunya, mencurahkan segenap pemikirannya, memberikan bimbingan, kritik dan saran dalam proses penyelesaian skripsi ini;

4. Ibu Rilda Murniati, S.H., M.H., selaku Pembahas Satu yang telah memberikan kritik, saran dan masukan yang membangun terhadap skripsi ini;

5. Ibu Dianne Eka Rusmawati, S.H., M.H., selaku Pembahas Dua yang juga telah memberikan kritik, saran dan masukan yang membangun terhadap skripsi ini; 6. Bapak Ahmad Zazili, S.H., M.H., selaku Pembimbing Akademik penulis, yang

telah membantu penulis menempuh pendidikan di Fakultas Hukum;

7. Seluruh dosen dan karyawan/i Fakultas Hukum Universitas Lampung yang penuh dedikasi dalam meneteskan ilmu-ilmu yang luar biasa selama ini kepada penulis dalam masa studi di Fakultas Hukum Universitas Lampung;

8. Seluruh Bapak dan Ibu guru semasa penulis masih duduk di SD dampai dengan SMA Al-Kautsar yang telah memberikan ilmu-ilmu dan pendidikan karakter yang sangat bermanfaat bagi penulis. Mereka semualah pahlawan-pahlawan tanpa tanda jasa;

9. Seluruh teman-teman Fakultas Hukum Universitas Lampung 2009, terima kasih atas semua bantuan, dukungan serta canda dan tawanya selama ini;

(12)

Akhir kata penulis meminta maaf yang sebesar-besarnya dalam proses penulisan skripsi ini, dan penulis sangat menyadari bahwasannya masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki dalam penulisan skripsi ini. Karena sesungguhnya kesempurnaan hanyalah milik sang maha kuasa Allah SWT. Semoga skripsi ini bisa menjadi inspirasi dan sebuah referensi positif bagi pembacanya, dan menjadi manfaat bagi penulis dalam mengembangkan ilmu pengetahuannya dibidang hukum.

Wabillahitaufik Walhidayah Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Bandar Lampung 2014, Penulis,

(13)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

PERNYATAAN ... v

RIWAYAT HIDUP ... vi

MOTO ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

SANWACANA ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR BAGAN ... xv

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup ... 6

1. Rumusan Masalah ... 6

2. Ruang Lingkup ... 7

C. Tujuan Penulisan ... 7

D. Kegunaan Penulisan ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Perlindungan Hukum ... 8

1. Sistem Perlindungan HKI ... 10

2. Sistem Perlindungan Hak Desain Industri ... 10

B. Desain Industri ... 11

(14)

2. Desain Industri dan Ruang lingkup ... 16

2.1. Desain Industri ... 16

2.2. Ruang Lingkup ... 17

3. Objek dan Subjek Desain Industri ... 18

3.1. Objek Desain Industri ... 18

3.2. Subjek Desain Industri ... 19

4. Permohonan Pendaftaran Desain Industri ... 20

5. Pengalihan Hak Desain Industri ... 21

6. Asas Hukum Perlindungan Desain Industri ... 22

C. Sengketa dan Cara Penyelesaiannya... 22

1. Cara-cara Penyelesaian Sengketa ... 23

2. Jalur Penyelesaian Sengketa Litigasi ... 24

3. Jalur Penyelesaian Sengketa Nonlitigasi ... 25

4. Penyelesaian Sengketa Desain Industri ... 27

D. Perjanjian Perdamaian ... 28

1. Pengertian Perjanjian ... 28

2. Pengertian Perjanjian Perdamaian ... 29

E. Kerangka Pikir ... 31

III. METODE PENELITIAN ... 33

A. Pendekatan Masalah ... 33

B. Jenis Penelitian ... 33

C. Tipe Penelitian ... 34

D. Data dan Sumber Data ... 34

1. Data Primer ... 34

2. Data Sekunder ... 34

E. Pengumpulan Data ... 35

1. Studi Kepustakaan ... 35

2. Studi Lapang ... 35

F. Pengolahan Data ... 57

(15)

xiv

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 37

A. Proses Perdamaian Bagi Para Pihak yang Bersengketa ... 37

1. Tahap Negoisasi terhadap Sengketa Hak Desain Industri .. 38

2. Tahap Pembuatan Perjanjian Perdamaian ... 39

B. Hak dan Kewajiban Pihak-Pihak dalam Perjanjian ... 40

1. Hak dan Kewajiban PT Buana Agung Mulia ... 43

2. Hak dan Kewajiban Pihak Honda ... 44

C. Akibat Hukum dari Perjanjian Perdamaian ... 45

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 47

A. Kesimpulan ... 47

B. Saran ... 49

DAFTAR PUSTAKA

(16)

DAFTAR BAGAN

Bagan Halaman

(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang mempunyai jumlah kendaraan yang tinggi. Jumlahnya menempati urutan pertama di kawasan Asia Tenggara. Berdasarkan data dari Kantor Kepolisian Republik Indonesia jumlah populasi kendaraan bermotor di Indonesia pada tahun 2009 mencapai 67.336.644 unit. Sedangkan, di Thailand hanya 25,29 juta unit, Vietnam 14,51 juta unit, Malaysia 7,28 juta unit, dan Filipina 2,15 juta unit.1 Selain itu, Indonesia merupakan produsen kendaraan roda dua yang besar karena permintaan pasar yang tinggi tiap tahunnya. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik yang bersumber dari Kantor Kepolisian Republik Indonesia perkembangan kendaraan roda dua tahun 2010 kendaraan roda dua di Indonesia sebanyak 61.078.188 dan pada tahun 2011 telah mencapai 68.839.341.2

Hal ini menunjukan bahwa Indonesia adalah pasar yang sangat potensial bagi produsen kendaraan untuk menjual produknya kepada masyarakat Indonesia, kendaraan bermotor roda dua adalah kendaraan yang paling diminati oleh

1

Arif Arianto, "Kendaraan Bermotor di Indonesia Terbanyak di ASEAN", http://www.tempo .co/read/news/2011/08/19/124352572/Kendaraan-Bermotor-di-Indonesia-Terbanyak-di-ASEAN/ , diakses tanggal 26 Febuari 2013

2

(18)

masyarakat Indonesia karena kepraktisan penggunaanya di kota besar yang sering mengalami kemacetan dan lebih efisien dalam konsumsi bahan bakarnya serta harga jualnya yang terjangkau bagi masyarakat luas. Tidaklah heran pertumbuhan kendaraan bermotor roda dua di kota-kota besar di Indonesia sangat berkembang pesat. Produsen kendaraan pun berlomba-lomba untuk mendesain kendaraan yang lebih baik dan dapat meningkatkan penjualan sehingga desain, jenis, dan bentuk yang baru pada tiap tahunnya berganti agar dapat merebut perhatian konsumen dalam penjualannya.

Di Indonesia produsen kendaraan bermotor roda dua didominasi oleh merek-merek luar negeri seperti Honda, Suzuki, Kawasaki, Yamaha, dan yang lain-lain. Merek luar negeri ini dominan dalam penjualan kendaraan bermotor roda dua di Indonesia, tetapi tidak membuat produsen merek dalam negeri patah arang. Masih ada beberapa merek kendaraan bermotor roda dua yang dimiliki oleh Indonesia seperti Minerva, Torindo, dan sebagainya. Meskipun pangsa pasar motor tersebut masih kecil tetapi tetap menjadi bagian dari beberapa produsen kendaraan bermotor roda dua yang ada di Indonesia.

(19)

3

kekayaan intelektual apabila tidak memperoleh izin dari pemegang hak desain industri kendaraan tersebut.

Perlindungan hukum mengenai desain industri diatur dalam Undang-Undang No. 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri (Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2000 No. 243), selanjutnya disebut UU DI 31/2000. Beberapa hal yang diatur dalam UU DI 31/2000 adalah tata cara permohonan pendaftaran desain industri, tata cara pemeriksaan desain industri, ketentuan pengalihan dan lisensi, tata cara pendaftaran desain industri dan tata cara penyelesaian sengketa.3 Desain industri merupakan salah satu wujud dari karya intelektual yang memiliki peranan penting bagi kelangsungan dan peningkatan barang atau jasa. Desain industri merupakan bagian dari hak kekayaan intelektual yang muncul dari aktivitas intelektual manusia dalam bidang industri, ilmu pengetahuan, sastra dan seni, yang artinya hak ini timbul dari hasil olah pikir otak.4

Pasal 1 UU DI 31/2000 disebutkan bahwa Desain Industri adalah suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi, atau komposisi garis atau warna, atau garis dan warna, atau gabungan dari padanya yang berbentuk tiga dimensi atau dua dimensi yang memberikan kesan estetis dan dapat diwujudkan dalam pola tiga dimensi dan dua dimensi serta dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk barang, komoditas industri atau kerajinan tangan.5 Perkembangan industri transportasi perlindungan hak desain industri memiliki peran yang sangat penting. Perlindungan hak intelektual atas desain kendaraan kendaraan bermotor roda dua

3

Muhamad Djumhana dan Djubaedillah, Hak Milik Intelektual: Sejarah, Teori dan Prakteknya di Indonesia.(Bandung:PT Citra Aditya Bakti, 2003), hlm 233.

4

Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual, Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia berkerja sama dengan Japan International Cooperation Agency, Buku Panduan Hak Kekayaan Intelektual, 2006, hlm 3.

(20)

memiliki kaitan dengan bentuk, konfigurasi, dan komposisi garis atau warna, yang berbentuk tiga dimensi yang diciptakan oleh para insinyur mesin dan desainer kendaraan.

Sebuah desain industri dilindungi karena desain industri dihasilkan oleh para pembuatnya atau desainer yang memerlukan kerja keras dan proses yang tidak mudah, sehingga harus dilindungi agar mendapatkan perlindungan hukum. Bagi konsumen desain industri berfungsi sebagai daya tarik untuk memilih suatu produk komoditas industri. Semakin menarik desain yang ditawarkan oleh produsen maka semakin menarik perhatian para konsumen untuk membeli produk tersebut.

Para produsen kendaraan bermotor roda dua yang baru memulai usaha perakitan dan penjualan banyak yang meniru bentuk dan desain produsen lain yang lebih dikenal oleh publik, dengan tujuan agar produk yang dibuat dapat sukses di pasaran tetapi tindakan tersebut merupakan bentuk pelanggaran hak desain industri. Apabila hal ini terjadi dapat muncul sengketa antara produsen yang memiliki hak desain industri yang sudah didaftarkan dengan produsen yang meniru desain kendaraan tersebut.

Sebuah kendaraan roda dua yang sudah didaftarkan mendapatkan perlindungan oleh hukum, lingkup perlindungan tersebut diatur dalam Pasal 9 ayat (1) UU DI 31/2000 yaitu :

(21)

5

Apabila ada pihak yang melanggar salah satu bentuk larangan pada Pasal 9 ayat (1) tersebut maka terjadilah pelanggaran hak desain industri dan juga dapat menimbulkan sengketa sehingga harus diselesaikan, penyelesaian dapat dilakukan melalui jalur pengadilan ataupun di luar pengadilan tergantung kepada kesepakatan kedua belah pihak. Apabila terjadi sengketa desain industri telah diatur cara penyelesaiannya, yaitu Pasal 46 Ayat (1) yaitu UU DI 31/2000 :

a. gugatan gantirugi dan/atau, b. penghentian semua perbuatan.

Penyelesaian sengketa tersebut dapat diselesaikan melalui jalur alternatif atau yang populer disebut sebagai penyelesaian sengketa alternatif (alternative dispute resolution), para pihak dapat menyelesaikan sengketa mereka dengan berbagai cara, seperti arbitrase, mediasi, negosiasi, dan konsiliasi.

Salah satu produsen kendaraan bermotor roda dua yang cukup terkenal di Indonesia, yaitu Honda Motor memiliki banyak desain kendaraan bermotor roda dua yang sukses di pasaran. Hal ini memicu para produsen yang baru memulai usaha produksi dan penjualan sepeda motor yang ingin penjualan kendaraannya sukses di pasaran untuk melakukan penduplikasian desain bentuk kendaraan bermotor roda dua yang diciptakan oleh Honda Motor. Salah satunya dilakukan oleh produsen kendaraan roda dua PT Buana Agung Mulia yang bermerek Torindo. Produsen tersebut meniru beberapa bentuk desain kendaraan yang diminati oleh masyarakat, dan desain tersebut adalah milik produsen lain yang telah memiliki perlindungan hak desain industri.

(22)

dengan Honda Motor. Produk yang dibuat oleh PT Buana Agung Mulia tersebut di beri merek Torindo dan dijual kepada pasar Indonesia. Tindakan tersebut menimbulkan sengketa desain industri antara kedua produsen itu. Penyelesaian sengketa dapat ditempuh melalui jalur litigasi maupun non litigasi tergantung pada kesepakatan kedua belah pihak yang mengalami sengketa tersebut.

Berdasarkan kesepakatan para pihak yang bersengketa, mereka memutuskan untuk menyelesaikan sengketa tersebut melalui perdamaian dengan membuat perjanjian perdamaian. Dalam perjanjian perdamaian tersebut ada klausul-klausul yang disepakati oleh para pihak dan berkekuatan hukum sehingga apabila ada pihak yang melanggar perjanjian perdamaian tersebut dapat diambil tindakan hukum dalam gugatan di pengadilan niaga.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik mengadakan penelitian yang dengan judul “Perlindungan Hukum terhadap Pemegang Hak Desain Industri Menurut Undang-Undang No. 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri ”.

B. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup Penelitian

1. Rumusan Masalah

Berkaitan dengan latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini adalah:

1. Bagaimanakah proses perdamaian yang ditempuh oleh pihak-pihak yang bersengketa ?

2. Apakah hak dan kewajiban bagi pihak-pihak dalam perjanjian perdamaian tersebut ?

(23)

7

2. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini meliputi lingkup pembahasan dan lingkup bidang ilmu. Lingkup pembahasan adalah bagaimanakah perlindungan atas hak desain industri dari sebuah produk desain industri yaitu kendaraan bermotor roda dua, mengenai berbagai bentuk perlindungan, dan cara penyelesaian sengketa apabila terjadi sebuah sengketa. Sedangkan lingkup bidang ilmu adalah Hukum Ekonomi tentang Hak Kekayaan Intelektual khususnya mengenai desain industri.

C.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memahami secara lengkap, rinci, jelas dan sistematis mengenai:

1. Proses perdamaian bagi para pihak yang bersengketa dalam kasus persengketaan desain industri antara PT Buana Agung Mulia dengan Honda Motor.

2. Isi perjanjian perdamaian terhadap sengketa tersebut.

3. Akibat hukum dari persetujuan perjanjian perdamaian bagi para pihak yang bersengketa.

D.Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini mencakup kegunaan teoritis dan kegunaan praktis, yaitu : 1. Kegunaan Teoritis, penelitian ini berguna sebagai sumber bacaan tentang

penyelesaian sengketa mengenai desain industri; 2. Kegunaan Praktis, penelitian ini berguna:

a. Sebagai upaya pengembangan wawasan keilmuan dan pengetahuan peneliti di bidang ilmu hukum khususnya ilmu hukum yang berkenaan dengan hukum hak kekayaan intelektual dalam sudut desain industri. b. Sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana di Fakultas

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Perlindungan Hukum

Perlindungan hukum bila dijelaskan harafiah dapat menimbulkan banyak persepsi.

Sebelum mengurai perlindungan hukum dalam makna yang sebenarnya dalam

ilmu hukum, menarik pula untuk mengurai sedikit mengenai

pengertian-pengertian yang dapat timbul dari penggunaan istilah perlindungan hukum, yakni

Perlindungan hukum bisa berarti perlindungan yang diberikan terhadap hukum

agar tidak ditafsirkan berbeda dan tidak cederai oleh aparat penegak hukum dan

juga bisa berarti perlindungan yang diberikan oleh hukum terhadap sesuatu.

Hukum dalam memberikan perlindungan dapat melalui cara cara tertentu, antara

lain dengan:6

1) Membuat peraturan (by giving regulation), bertujuan untuk: a) memberikan hak dan kewajiban;

b) menjamin hak-hak para subjek hukum;

2) Menegakan peraturan (by law enforcement) melalui:

a) hukum administrasi negara yang berfungsi untuk mencegah (preventive) terjadinya pelanggaran hak-hak konsumen, dengan perijinan dan pengawasan;

b) hukum pidana yang berfungsi untuk menanggulangi (repressive) pelanggaran, dengan mengenakan sanksi pidana dan hukuman;

c) hukum perdata yang berfungsi untuk memulihkan hak (curative; recovery; remedy), dengan membayar kompensasi atau ganti kerugian.

6

(25)

9

Perlindungan hukum juga dapat menimbulkan pertanyaan yang kemudian

meragukan keberadaan hukum. Oleh karena hukum sejatinya harus memberikan

perlindungan terhadap semua pihak sesuai dengan status hukumnya karena setiap

orang memiliki kedudukan yang sama dihadapan hukum. Setiap aparat penegak

hukum jelas wajib menegakkan hukum dan dengan berfungsinya aturan hukum,

maka secara tidak langsung pula hukum akan memberikan perlindungan terhadap

setiap hubungan hukum atau segala aspek dalam kehidupan masyarakat yang

diatur oleh hukum itu sendiri.

Perlindungan hukum merupakan gambaran dari bekerjanya fungsi hukum untuk

mewujudkan tujuan-tujuan hukum, yakni keadilan, kemanfaatan dan kepastian

hukum. Perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang diberikan kepada

subyek hukum sesuai dengan aturan hukum, baik itu yang bersifat preventif

(pencegahan) maupun dalam bentuk yang bersifat represif (pemaksaan), baik yang

secara tertulis maupun tidak tertulis dalam rangka menegakkan peraturan hukum.

Menurut Hadjon7, perlindungan hukum bagi rakyat meliputi dua hal, yakni

Pertama, Perlindungan Hukum Preventif, yakni bentuk perlindungan hukum

dimana kepada rakyat diberi kesempatan untuk mengajukan keberatan atau

pendapatnya sebelum suatu keputusan pemerintah mendapat bentuk yang definitif.

Kedua, Perlindungan Hukum Represif, yakni bentuk perlindungan hukum dimana

lebih ditujukan dalam penyelesian sengketa.

Secara konseptual, perlindungan hukum yang diberikan bagi rakyat Indonesia

merupakan implementasi atas prinsip pengakuan dan perlindungan terhadap

7

(26)

harkat dan martabat manusia yang bersumber pada Pancasila dan prinsip Negara

Hukum yang berdasarkan Pancasila.

1. Sistem Perlindungan HKI

Hak Kekayaan Intelektual pada kenyataan masih kurang mendapat perhatian lebih di kalangan masyarakat umum, apalagi secara khusus di kalangan akademisi dan dunia industri yang banyak berhubungan dengan kepentingan penemuan produk industri baik yang dihasilkan tidak mendapat perhatian besar untuk dilegalkan, agar mendapat perlindungan hukum dan menghindari sengketa dikemudian hari.

Lingkup perlindungan HKI dibagi menjadi dua yaitu:

a) Deklaratif (first to announce), pada sistem ini memberikan hak perlindungan hukum kepada siapapun yang pertama kali mengumumkan suatu hasil ciptaannya maka secara otomatis dianggap sebagai pemilik dari ciptaannya.

b) Kualitatif (first to file), pada sistem ini memberikan hak perlindungan hukum kepada siapapun yang mendaftaran temuannnya pertama kali kepada dirjen Haki.

2. Sistem Perlindungan Hak Desain Industri

(27)

11

Bentuk perlindungan atas hak desain industri diatur dalam Pasal 9 UU DI 31/2000 pada ayat (1) meyebutkan bahwa pemegang hak desain industri memiliki hak eksklusif untuk melarang orang lain yang tanpa persetujuannya membuat, memakai, menjual, mengimpor, mengekspor, dan/atau mengedarkan barang yang diberi hak desain industri, hal ini telah menjelaskan bentuk perlindungan yang diberikan oleh UU DI 31/2000 kepada setiap pemilik hak desain industri yang telah didaftarkan secara resmi kepada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual.

Delik yang digunakan dalam perlindungan hak desain industri adalah delik aduan, karena tidak ada lembaga resmi dari pemerintah yang memilikin tugas pokok sebagai pengawas penggunaan hak desain industri, sehingga setiap pemilik hak desain industri harus waspada terhadap pemakaian hak desain industrinya yang tidak atas kesepakatan kerjasama terlebih dahulu, karena dapat merugikan para pemegang hak desain industri yang telah terdaftar pada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual.

B.Desain Industri

1. Sejarah Perlindungan Desain Industri

(28)

industrinya atau yang lebih umum disebut dengan istilah "revolusi industri". Revolusi industri besar terjadi di eropa yaitu di negara Inggris, pengaturan perlindungan desain industri dibutuhkan pada saat itu untuk melindungi pada desainer dari tindakan peniruan dari pesaingnya terhadap barang-barang yang sangat laku di pasaran.8

Pada saat revolusi industri di Inggris, desain industri berkembang di sektor pertekstilan dan kerajinan tangan yang dubuat secara masal. Pada tahun 1787 Pemerintah Inggris membuat peraturan perundang-undangan pertama yang mengatur mengenai desain industri, yaitu The Designing and Printing Lines, Cotton, Calicoes and Muslins Act. Undang-Undang tersebut memberikan jangka waktu perlindungan terhadap desain industri hanya selama dua bulan dan dapat diperpanjang sampai tiga bulan, pada saat itu pengaturan mengenai desain industri hanya pada benda yang berbentuk dua dimensi.9

Perkembangan selanjutnya desain industri mengalami perkembangan yang cukup pesat dan mulai mencakup desain industri dalam bentuk tiga dimensi, pemerintah Inggris pada tahun 1798 mengeluarkan peraturan mengenai desain industri dalam bentuk tiga dimensi secara lebih spesifik, yakni melalui Sculpture Copyright Act 1798. Bentuk pengaturanya pun masih sederhana, yaitu meliputi model manusia dan binatang. Pada tahun 1849 muncul peraturan perundang-undangan yang cakupan pengaturanya lebih diperluas lagi yaitu mengenai perlunya diadakan pendaftaran untuk desain industri. Jangka perlindungan atas hak desain industri tahap demi tahap menjadi lebih panjang melalui Registered Design Act

8

Rachmadi Usman, Hukum Hak Kekayaan Intelektual, (Bandung : Alumni, 2003),hlm 413.

9Ibid

(29)

13

1949,perlindungan desain industri diberikan untuk jangka waktu lima tahun dan dapat diperpanjang dua kali, sehingga total lamanya perlindungan dapat menjadi lima belas tahun.10

Perkembangan terahir dalam aturan internasional mengenai desain industri yaitu pengaturan dalam Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights (TRIPs), yaitu setelah ditandatangani kesepakatan pada tanggal 15 April 1994 di Marakesh, Maroko. Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights pada dasarnya berisi paket persetujuan antara lain :

1) Pembentukan Organisasi Perdaganagn Dunia sebagai pengganti Sekertariat General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) yang selanjutnya akan mengadministrasi dan mengawasi pelaksanaan persetujuan perdaganagn serta menyelesaikan sengketa dagang di antara negara anggota;

2) Penurunan tarif impor berbagai komoditi perdagangan secara menyeluruh dan akses pasar domestik dengan mengurangi beban hambatan proteksi perdangangan yang nyata;

3) Pengaturan baru di bidang aspek-aspek dagang yang terkait dengan hak kekayaan intelektual, ketentuan investasi yang berkaitan dengan perdagangan, dan perdagangan jasa.

Di negara kita Indonesia, pengaturan tentang desain industri tercakup dalam UU No.25 Tahun 1984 tentang Perindustrian dan sekarang telah diatur sendiri dalam UU No.31 Tahun 2000 tentang Desain Industri. Hak desain industri diberikan untuk desain industri yang baru, pemegang hak desain memiliki hak eksklusif untuk melaksanakan hak desain industri yang dimilikinya dan melarang siapapun yang tanpa persetujuannya untuk membuat, memakai, menjual, mengimpor, dan atau mengedarkan barang yang diberi hak desain industri.

Desain industri juga merupakan aspek HKI yang cukup penting bagi masyarakat

10Ibid

(30)

industri, dukungan aspek ini sangat penting untuk menghasilkan suatu produk yang menarik minat konsumen.11 Sehingga desain industri merupakan elemen penting bagi memajukan perkembangan industri suatu negara berkembang seperti Indonesia.

Indonesia sebagai salah satu anggota dari masyarakat dunia yang aktif harus terlibat dalam perjanjian-perjanjian internasional yang berhubungan dengan hak kekayaan intelektual, karena dalam perjanjian-perjanjian tersebut Indonesia dapat memperoleh perlindungan hukum internasional mengenai hak kekayaan intelektual, keikutsertaan Indonesia dalam perjanjian-perjanjian atau konvensi internasional membawa pengaruh langsung.

Wujud dari pelaksanaan ratifikasi tersebut, pemerintah Indonesia dengan diwakili oleh Menteri Hukum dan Perundang-undangan pada tanggal 17 Desember 1999 memberikan keterangan pemerintah dalam rapat paripurna dewan perwakilan rakyat mengenai usulan rancangan Undang-Undang dalam bidang hak kekayaan intelektual. Keterangan pemerintah tersebut telah didahului dengan amanat presiden republik Indonesia No.R.43/PU/XII/1999 Tanggal 8 Desember 1999 kepada Dewan perwakilan rakyat untuk membicarakan rancangan Undang-Undang tentang Desain Industri, Rancangan Undang-Undang-Undang-Undang tentang Rahasia dagang dan Rancangan Undang-Undang tentang Tata Letak Sirkuit Terpadu.12

Bila disimak pada konsiderans bagian menimbang Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri, maka terdapat dua pertimbangan pokok yang

11

Sudarmanto, KI&HKI Serta Impementasinya Bagi Indonesia, (Jakarta : PT Elex Media Komputindo, 2012), hlm 74.

12

(31)

15

melatar- belakangi perlunya dibentuk undang-undang tersebut antara lain:

1) Bahwa untuk memajukan industri yang mampu bersaing dalam lingkup perdagangan nasional dan internasional perlu diciptakan iklim yang mendorong kreasi dan inovasi masyarakat di bidang desain industri sebagai bagian dari sistem Hak Kekayaan Intelektual.

2) Bahwa Indonesia telah meratifikasi Agreement Establishing the World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia) yang mencakup Agreement on Trade Related Aspect of Intellectual Property Rights (Persetujuan TRIPs) dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia.13

Dalam pelaksanaan dan konsekuensi keikutsertaan Indonesia dalam World Trade Organization, Indonesia juga mempunyai kepentingan nasional dengan diterimanya rancangan undang-undang tersebut, salah satunya untuk memenuhi kewajiban yang tertera dalam perjanjian World Trade Organization dan Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights yang mengharuskan setiap peserta dalam WTO untuk menaati dan menerima dalam bentuk undang-undang tersendiri atau aturan lainnya secara nasional.

Keikutsertaan World Trade Organization mewajibkan Indonesia sebagai anggota

untuk mentaati dan memuat semua ketentuan yang termasuk dalam persetujuan

Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights ini dalam tata

peraturan perundang-undangannya. Rancangan undang-undang ini diharapkan

akan meningkatkan harkat dan martabat bangsa Indonesia, karena telah

melaksanakan kewajibannya sebagai anggota masyarakat internasional, World

Trade Organization berikut peraturan-peraturan konvensi dan persetujuan lainnya.

Peraturan perundangan yang memberikan perlindungan atas hak milik

13

(32)

perindustrian, pengakuan hak diberikan atas hak milik perindustrian yang

diperoleh seseorang atau pihak dalam masyarakat.14

2. Desain Industri dan Ruang Lingkupnya

2.1. Desain Industri

Desain Industri adalah suatu kreasitentang bentuk, konfigurasi, atau komposisi garis atau warna, atau garis dan warna atau gabungan dari padanya yang berbentuk tiga demensi atau dua dimensi yang memberikan kesan estatis dan dapat diwujud kan dalam pola tiga demensi atau dua demensi serta dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk, barang, komoditas industri atau kerajinan tangan.

Desain industri memiliki hak eksklusif yaitu hak yang hanya diberikan kepada pemegang hak desain industri untuk dalam jangka waktu tertentu melaksanakan sendiri atau memberi izin kepada orang lain untuk melaksanakannya, lingkup hak desain industri :

1) Melaksanakan hak yang dimilikinya sendiri;

2) Melarang orang lain yang tanpa persetujuannya membuat, memakai, mengimpor, mengekspor dan/atau mengedarkan barang yang diberi hak desain industri.

Desain industri adalah bagian dari hak kekayaan intelektual. Perlindungan atas desain industri didasarkan pada konsep bahwa lahirnya desain industri tidak lepas dari kemampuan imajinasi, kreativitas, rasa dan karsa yang dimiliki oleh manusia,

14

(33)

17

jadi desain industri merupakan produk intelektual manusia.15Desain industri memiliki kesamaan antara hak cipta bidang seni lukis atau seni grafika, tetapi desain industri dalam wujudnya lebih mendekati paten. Jika desain industri itu semula diwujudkan dalam bentuk lukisan, karikatur atau gambar grafik, suatu dimensi yang dapat diklaim sebagai hak cipta, maka tahapan berikutnya ia disusun dalam bentuk dua atau tiga dimensi dan dapat diwujudkan dalam suatu pola yang melahirkan produk materiil dan dapat diterapkan dalam aktivitas industri, dalam wujud itulah kemudian dirumuskan sebagai desain industri.16

Indonesia adalah salah satu negara desain industri memang sudah diakui berbeda dengan hak cipta, dalam beberapa dekade hak desain industri tersebut dalam pengaturannya belum tertuang dalam undang-undang tersendiri yang secara lengkap mengaturnya, tetapi masih merupakan bagian dari peraturan perindustrian secara umumnya yaitu bagian dari ketentuan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang perindustrian. Pada tahun 2000 lahir sebuah undang-undnag yang secara khusus mengatur tentang desain industri tersebut, yaitu melalui Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri, undang-undang tersebut telah melengkapi peraturan perundang-undangan di bidang hak kekayaan intelektual.

2.2. Ruang Lingkup

Ruang lingkup desain industri ada pandangan dari Misha Black yang memuat dalam laporannya kepada United Nations Industrial Development Organization

15

Tim Lindsley, Eddy Damian Simon Butt dan Tomi Suryo Utomo, Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar, (Bandung: Asian Law Group Pty Ltd berkerjasama dengan PT Alumni, 2006), cet 5, hlm 467.

16Ibid

(34)

yang menyebutkan beberapa aspek dari perencanaan sebuah produk industri terdiri dari:17

1) Aspek kegunaan, mengacu kepada interaksi langsung antara manusia dan produk dengan dilandasi pertimbangan-pertimbangan seperti kenyamanan, kepraktisan, keselamatan, kemudahan, perawatan, perbaikan, termasuk juga faktor-faktor ergonomi dan anthropometri; 2) Aspek fungsi, mengacu pada prinsip fisik dan teknik dari desain dan

dilandasi oleh pertimbangan permesinan, persediaan bahan baku, tata cara kerja, perakitan, tingkat keterampilan tenaga kerja, efisiensi, penghematan biaya, toleransi, kelayakan standarnisasi dan lain-lain; 3) Aspek pemasaran, berorientasi pada kebutuhan konsumen yang dilandasi

pertimbangan akan kebutuhan dan keinginan, kebijakan produk, diversifikasi produk, skala prioritas harga, jaringan distribusi, dan lain-lain;

4) Aspek nilai estetis dan penampilan suatu produk, mengacu pada nilai visual dan psikologis dari desain yang dilandasi oleh pertimbangan seperti bentuk keseluruhan, unsur penampilan, pembuatan detail, proporsi, tekstur, warna, grafis dan penyelesaian akhir.

3. Objek dan Subjek Desain Industri

3.1. Objek Desain Industri.

Tidak semua desain industri yang mendapat perlindungan hukum, hanya desain industri yang memenuhi persyaratan dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri, yang mendapatkan perlindungan hukum. Menurut Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000, yang menjadi objek perlindungan hukum desain industri adalah desain industri yang baru dan telah terdaftar.18

17

Muhammad Djumhana dan R. Djubaedillah, Aspek-Aspek Hukum Desain Industri Indonesia, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1999), hlm 214.

18

(35)

19

Desain industri yang mendapat perlindungan harus memenuhi kriteria berikut antara lain:19

a) Desain industri yang baru, ketentuan dalam Pasal 2 ayat (1) UU DI 31/2000 tentang Desain Industri menyatakan hak desain industri diberikan untuk desain yang baru. Hal ini berarti bahwa hanya desain industri yang mempunyai unsusr kebaruan saja yang dapat diberikan perlindungan hukum dan dengan sendirinya dapat didaftar. Pendaftaran merupakan syarat mutlak agar desain industri yang mempunyai unsur kebaruan tadi diberikan perlindungan hukum dalam jangka waktu tertentu. Menurut Pasal 2 ayat (2) dan ayat (3) Undang-Undang Desain Industri, suatu desain industri dianggap baru apabila pada tanggal penerimaan permohonan pendaftaran desain industri yang telah memenuhi persyaratan administratif, desain industri tersebut tidak sama dengan pengungkapan yang telah ada sebelumnya.

b) Tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, ketertiban umum, agama atau kesusilaan. Tidak semua desain industri yang baru diberikan hak desain industri, Pasal 3 UU DI 31/2000 mengatur desain industri yang tidak mendapat perlindungan, yaitu desain industri yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, ketertiban umum, agama atau kesusilaan.

3.2. Subjek Desain Industri

Subjek Desain Industri yang dapat diberi hak untuk memperoleh hak atas desain industri antara lain: 20

1) Pendesain atau yang menerima hak tersebut dari pendesain.

2) Pendesain yang terdiri atas beberapa orang secara bersama, hak desain industri diberikan kepada mereka secara bersama, kecuali jika diperjanjikan lain.

3) Jika desain industri dibuat dalam hubungan dinas dengan pihak lain dalam lingkungan perkerjaanya, pemegang hak desain industri adalah pihak yang untuk atau dalam dinasnya desain industri tersebut dikerjakan, kecuali ada perjanjian lain antara kedua pihak dengan tidak mengurangi hak pendesain apabila penggunaan desain industri itu diperluas sampai keluar hubungan dinas.

19

Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia berkerjasama denag Japan International Corporation Agency, Op.Cit. hlm 39.

20Ibid

(36)

4) Jika suatu desain industri dibuat dalam hubungan kerja atau berdasarkan pesanan, orang yang membuat desain industri itu dianggap sebagai pendesain dan pemegang hak desain industri, kecuali jika diperjanjikan lain antara kedua pihak.

4. Permohonan Pendaftaran Desain Industri

Hak atas desain industri diberikan oleh negara, dan tidak diberikan begitu saja tanpa ada pihak yang meminta. Secara garis besar proseduran permohonan terdapat di dalam bab dua UU DI 31/2000 yaitu pada Pasal 10 sampai dengan Pasal 15. Berikut ini adalah tahapan dalam proses pendaftaran desain industri :

1) Permohonan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia ke Direktorat Jenderal dengan membayar biaya sebagaimana diatur dalam undang-undang desain indusri.

2) Permohonan sebagaimana dimaksudkan harus ditandatangani oleh pemohon atau kuasanya.

3) Dalam surat permohonan harus memuat: a) tanggal, bulan, dan tahun surat permohonan;

b) nama, alamat lengkap, dan kewarganegaraan pendesain; c) nama, alamat lengkap, dan kewarganegaraan pemohon;

d) nama dan alamat lengkap kuasa apabila permohonan diajukan melalui kuasa;

e) nama negara dan tanggal penerimaan permohonan yang pertama kali dalam hal permohonan diajukan dengan hak prioritas.

4) Permohonan sebagaimana dimaksud harus dilampiri dengan:

a) contoh fisik atau gambar atau foto dan uraian dari desain industri yang di mohonkan pendaftarannya;

b) surat kuasa khusus dalam hal permohonan diajukan melalui kuasa; c) surat pernyataan bahwa desain industri yang dimohonkan

pendaftarannya adalah milik pemohon atau milik pendesain.

5) Dalam hal permohonan diajukan secara bersama-sama oleh lebih dari satu pemohon, permohonan tersebut ditandatangani oleh salah satu pemohon dengan melampirkan persetujuan dari para pemohon lain. 6) Dalam hal permohonan diajukan oleh bukan pendesain, permohonan

(37)

21

5. Pengalihan Hak Desain Industri

Pengalihan hak desain industri dapat beralih atau dialihkan dengan cara : pewarisan, hibah, wasiat, perjanjian tertulis atau sebab lain yang di benarkan oleh peraturan perundang-undangan yang ada. Pengalihan hak tersebut harus disertai dengan dokumen dan wajib dicatat dalam daftar umum desain industri dan membayar biaya. Perjanjian lisensi adalah perjanjian untuk menggunakan manfaat ekonomi dari hak tersebut dan bukan memperalihkan hak milik atas desain industri. Perjanjian lisensi wajib dicatat kan dalam daftar umum desain industri.

Hak yang diberikan kepada pemegang hak desain industri adalah hak eksklusif yakni hak untuk melaksanakan hak desain industri yang dimilikinya dan untuk melarang orang lain tanpa persetujuannya memuat, memakai, menjual, mengimpor, mengekspor dan/atau mengedarkan barang yang diberi hak desain industri. Namun demikian pelaksanaan hak tersebut dikecualikan terhadap pemakaian desain industri untuk kepentingan penelitian dan pendidikan sepanjang tidak merugikan kepentingan yang wajar dari pemegang hak desain industri.21

Sebagai suatu hak atas karya intelektual, maka hak atas desain industri suatu saat harus menjadi milik publik dan menjalankan fungsi sosialnya, oleh karena tenggang waktu perlindungannya dibatasi. Dalam undang-undang desain industri perlindungan terhadap hak atas desain industri hanya diberikan selama kurun waktu 10 tahun terhitung sejak tanggal penerimaan pendaftaran yang dimuat dalam daftar umum desain industri yang diumumkan dalam berita resmi departemen kehakiman republik Indonesia.

21

(38)

6. Asas Hukum Perlindungan Desain Industri

Asas yang mendasari ataas hak desain industri adalah:22

1) Asas Publisitas, yaitu bahwa adanya hak tersebut didasarkan pada pengumuman publikasi di mana masyarakat umum dapat mengetahui keberadaan tersebut. Untuk itu hak desain industri diberikan oleh negara setelah hak tersebut terdaftar dalam berita resmi negara. Di situlah perbedaan yang mendasar dengan hak cipta, yang menyangkut sistem pendaftaran deklaratif, sedangkan hak atas desain industri menganut sistem pendaftaran konsumtif, jadi ada persamaan dengan paten.

2) Asas Kesatuan, asas ini bermakna bahwa hak atas desain industri tidak boleh dipisah-pisahkan dalam satu kesatuan yang utuh untuk satu komponen desain. Misalnya desain itu berupa sepatu, maka harus sepatu yang utuh, tidak boleh hanya desain taplaknya saja, maka hak yang dilindungi hanya telapaknya saja. Demikian pula bila desain tersebut berupa botol berikut tutupnya, maka yang dilindungi dapat berupa botol dan tutupnya berupa satu kesatuan. Konsekuensinya jika ada pendesain baru mengubah bentuk tutupnya, maka pendesain pertama tidak bisa mengklaim. Oleh karena itu, jika botol dan tutupnya dapat dipisahkan, maka tutup botol satu kesatuan dan botolnya satu kesatuan, jadi ada dua desain industri.

Sengketa tidak lepas dari suatu konflik, dimana ada sengketa pasti hal tersebut di latar belakangi oleh sebuah konflik. Banyak konflik yang terjadi pada kehidupan sehari-hari maupun antar individu maupun antar badan hukum, dari mulai konflik ringan hingga konflik besar. Hal ini bisa di alami oleh semua kalangan, hal tersebut tergantung bagaimana cara menyikapi konflik tersebut. Dengan cara apakah konflik yang terjadi tersebut diselesaikan.

22Ibid

(39)

23

Pengertian dari sengketa menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah sebuah pertentangan atau konflik, konflik berarti adanya oposisi atau pertentangan antara orang-orang, kelompok-kelompok, atau organisasi-organisasi terhadap satu objek permasalahan.

Menurut Ali Achmad sengketa adalah masalah antara dua orang atau lebih dimana keduanya saling mempermasalahkan suatu objek tertentu, hal ini terjadi dikarenakan kesalahpahaman atau perbedaan pendapat atau persepsi antara keduanya yang kemudian menimbulkan suatu sengketa dan subjeknya tidak hanya satu, namun lebih dari satu, entah antar individu, kelompok, organisasi, bahkan lembaga besar sekalipun.23

1. Cara-Cara Penyelesaian Sengketa

Indonesia merupakan negara yang memiliki berbagai macam suku dan budaya,

setiap suku dan budaya memiliki cara yang berbeda-beda dalam menyelesaikan

sengketa yang terjadi diantara mereka, secara garis besar masyarakat Indonesia

pada umumnya menyelesaikan sengketa melalui musyawarah sebagai cara untuk

menyelesaikan sengketa yang ada, dan seiring perkembangan zaman penyelesaian

sengketa masyarakat Indonesia dipengaruhi oleh negara Belanda yang sempat

menjajah Indonesia dengan waktu yang cukup lama, sehingga penyelesaian

sengketa dapat dilakukan melalui jalur pengadilan.

Sejarah tersebut pada umumnya penyelesaian sengketa dapat dibedakan menjadi

dua jalur yaitu jalur litigasi atau melalui pengadilan dan proses hukum atau

23

(40)

dengan jalur nonlitigasi yaitu diluar pengadilan, masing-masing cara memiliki

keunggulan dan kelemahan sebagai berikut.24

1) Penyelesaian sengketa melalui litigasi dapat dikatakan sebagai penyelesaian sengketa yang memaksa salah satu pihak untuk menyelesaikan sengketa dengan perantaraan pengadilan, sedangkan penyelesaian sengketa melalui nonlitigasi dilakukan dengan berdasarkan kehendak dan itikad baik dari para pihak untuk menyelesaikan sengketa. 2) Penyelesaian sengketa melalui litigasi memiliki sifat eksekutorial dalam

arti pelaksanaan terhadap putusan dapat dipaksakan oleh lembaga yang berwenang. Sedangkan dalam menyelesaikan sengketa melalui nonlitigasi tidak dapat dipaksakan pelaksanaanya sebab bergantung pada kehendak dan itikad baik para pihak.

3) Penyelesaian sengketa melalui litigasi pada umumnya dilakukan dengan menyewa jasa dari advokat sehingga biaya yang harus dikeluarkan tentunya besar.

4) Penyelesaian sengketa melalui litigasi tentu harus mengikuti persyaratan-persyaratan dan prosedur-prosedur formal di pengadilan dan sebagai akibatnya jangka waktu untuk menyelesaikan suatu sengketa menjadi lebih lama. Sedangkan, penyelesaian sengketa melalui nonlitigasi tidak mempunyai prosedur-prosedur atau persyaratan-persyaratan formal sebab bentuk dan tata cara penyelesaian sengketa diserahkan sepenuhnya kepada para pihak.

5) Penyelesaian sengketa pada proses litigasi yang bersifat terbuka mengandung makna bahwa siapa saja dapat menyaksikan jalannya persidangan, terkecuali untuk perkara tertentu, misalnya perkara asusila. Sedangkan, sifat rahasia dari penyelesaian sengketa melalui nonlitigasi berarti hanya pihak-pihak yang bersengketa yang dapat menghadiri persidangan yang bersifat tertutup untuk umum sehingga hal yang diungkapkan pada pemeriksaan tidak dapat diketahui oleh khalayak ramai dengan maksud menjaga reputasi dari para pihak yang bersengketa.

2. Jalur Penyelesaian Sengketa Litigasi

Penyelesaian sengketa melalui jalur litigasi adalah penyelesaian sengketa yang melalui jalur pengadilan yang resmi dan mempunyai kewenangan untuk

24

(41)

25

menylesaikan jenis sengketa yang merupakan lingkup kewenangan dari pengadilan tersebut, di Indonesia ada beberapan jenis pengadilan yang berkewenangan untuk menyelesaikan sengketa keperdataan yaitu :

a) Pengadilan Niaga, pengadilan tersebut memiliki kewenangan untuk menyelesaikan sengketa-sengketa komersial di bidang hak kekayaan intelektual mengenai desain industri, desain tata letak sirkuit terpadu, paten, merek, dan hak cipta. Pengadilan niaga juga berwenang dalam proses likuidasi bank yang dilakukan oleh Lembaga Penjamin Simpanan. b) Pengadilan Agama, pengadilan agama memiliki kewenangan dalam menyelesaikan sengketa perbankan syariah hal ini dikuatkan oleh Undang No.3 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Undang-Undang No.7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama, di dalam undang-undang tersebut disebutkan dalam pasal 49 bahwa pengadlian agama memiliki kewenangan untuk menyelesaikan segala bentuk sengketa mengenai ekonomi syariah yang meliputi juga tentang perbankan syariah.

3. Jalur Penyelesaian Sengketa Nonlitigasi

Penyelesaian sengketa melalui jalur nonlitigasi atau bisa disebut juga penyelesaian alternatif yang dikenal di Indonesia pada saat ini dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Negosiasi.

Menurut Suyud Margono, negosiasi adalah "Komunikasi dua arah yang dirancang untuk mencapai kesepakatan pada saat kedua belah puhak memiliki berbagai kepentingan yang sama maupun yang berbeda".25 Gary Goodpaster menyatakan bahwa negosiasi adalah "Proses upaya untuk mencapai kesepakatan dengan pihak lain, suatu proses interaksi dan komunikasi yang dinamis dan beraneka ragam".26

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa negosiasi merupakan proses tawar-menawar dari masing-masing pihak untuk mencapai kesepakatan. Jenis negosiasi dapat dibagi menjadi dua, sebagaimana yang dikemukakan oleh Budiono Kusumohamidjojo,27 yakni negosiasi yang bersifat positif dan

25

Suyud Margono, ADR (Alternative Dispute Resolution) & Arbitrase: Proses Pelembagaan dan Aspek Hukum, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2004), hlm 49.

26

Rachmadi Usman, Pilihan Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003), hlm 53.

27

(42)

negosiasi yang bersifat negatif. Negosiasi mempunyai sifat positif jika para pelaku negosiasi hendak mencapai suatu perjanjian yang bersifat kerja sama. Negosiasi mempunyai sifat negatif jika para pelaku negosiasi hendak mencapai perdamaian saja.

b. Mediasi.

Mediasi adalah proses penyelesaian sengketadengan perantaraan pihak ketiga, yakni pihak yang memberi masukan dan saran kepada para pihak untuk menyelesaikan sengketa mereka. Berbeda dengan arbitrase, keputusan dari arbiter atau majelis arbitrase harus ditaati oleh para pihak, layaknya keputusan pengadilan. Sedangkan pada mediasi, tidak terdapat kewajiban dari masing-masing pihak untk menaati apa yang disarankan oleh mediator. Saat ini, mediasi mulai diperkenalkan di Indonesia sebagai salah satu alternatif penyelesaian sengketa. Mediasi dapat dilakukan di pengadilan dan di luar pengadilan, hal ini bergantung pada keinginan dari masing-masing pihak.28

c. Konsiliasi

Konsiliasi menurut Suyud Margono merupakan tahap awal dari proses mediasi dengan acuan penerapan, yaitu apabila seseorang diajukan kepada proses mediasi dan tuntutan yang diajukan oleh penuntut dapat diterima dalam kedudukannya sebagai responden.29 Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa konsiliasi pada praktiknya hampir sama dengan mediasi, yang membedakan adalah kewenangan dari pihak ketiga yang menengahi sengketa tersebut. Pada mediasi, pihak ketiga yang menengahi sengketa tidak memiliki kewenangan untuk memaksa para pihak mematuhi keputusan yang diambil. Sedangkan pada konsiliasi pihak ketiga yang menengahi sengketa tersebut memiliki kewenangan untuk memaksa para pihak agar mematuhi keputusan yang diambil.30

d. Arbitrase.

Arbitrase merupakan suatu pengadilan swasta yang sering juga disebut dengan pengadian wasit, sehingga para arbiter dalam arbitrase berfungsi sebagaimana layaknya seorang wasit. Arbitrase diatur dalam Undang-undang No. 30 Tahun 1999 merupakan penyelesaian suatu sengketa di luar pengadilan umum yang didasarkan atas perjanjian tertulis dari pihak yang bersengketa. Walau demikian tidak semua sengketa dapat diselesaikan melalui arbitrase melainkan hanya sengketa mengenai hak menurut hukum dikuasai semua atau sepenuhnya oleh para pihak yang bersengketa atas dasar kata sepakat.31

28

Jimmy Joses Sembiring, Cara Menyelesaikan Sengketa di Luar Pengadilan, (Ciganjur :Visi Media, 2011), hlm 46.

29

Suyud Margono, Op.Cit., hlm 72-73.

30

Jimmy Joses Sembiring, Op.Cit., hlm 47.

31

(43)

27

Tampak bahwa arbitrase tidak lain merupakan suatu badan peradilan yang putusanya memiliki sifat final dan mengikat para pihak yang menginginkan penyelesaian perselisihan mereka dilakukan melalui arbritrase. Dalam hal ini para pihak berhak dan berwenang untuk menentukan dan mengangkat sendiri para arbiter yang akan menyelesaikan sengketa, yang berarti adanya kebebasan dalam menentukan para pihak untuk dijadikan arbiter yang dipercayai oleh para pihak yang bersengketa untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh pihak-pihak yang bersengketa, arbiter haruslah orang-orang yang berkompetensi dibidangnya masing-masing dan tidak mempunyai hubungan kekeluargaan dengan salah satu pihak yang bersengketa.

4. Penyelesaian Sengketa Desain Industri

Pnyelesaian sengketa desain industriUU DI 30/2000 telah memberikan ketentuan, apabila terjadi sengketa desain industri maka pemegang hak desain industri atau penerima lisensi dapat menggugat siapapun yang dengan sengaja dan tanpa hak melakukan jenis pelanggaran yang dimaksud dalam Pasal 9 UU DI 30/2000. undang-undang juga menyebutkan, pihak yang dirugikan dapat memberikan gugatan kepada pihak yang melanggar dan juga, gantirugi dan/atau penghentian semua perbuatan yang merugikan pihak pemegang hak desain industri, gugatan tersebut diajukan ke pengadilan niaga.

(44)

D. Perjanjian Perdamaian

1. Pengertian Perjanjian

Definisi perjanjian diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal (KUH Perdata) 1313, yaitu bahwa perjanjian atau persetujuan adalah suatu perbuatan satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Kata persetujuan tersebut merupakan terjemahan dari perkataan overeekomst dalam bahasa Belanda.

Menurut Pasal 1320 KUH Perdata, suatu perjanjian itu harus terpenuhi 4 syarat , yaitu :

1) Adanya kata sepakat. Kata sepakat berarti kesesuaian kehendak, maksudnya memberikan persetujuan atau kesepakatan, jadi sepakat merupakan pertemuan dua kehendak dimana kehendak pihak yang satu saling mengisi dengan apa dikehendaki pihak lain dan kehendak saling bertemu. Menurut Subekti, yang dimaksud dengan kata sepakat adalah penyesuaian kehendak antara dua pihak yaitu apa yang dikehendaki oleh pihak ke satu juga dikehendaki oleh pihak lain dan kedua kehendak tersebut menghendaki sesuatu yang sama secara timbal balik.32

2) Kecakapan untuk membuat perjanjian. Dalam Pasal 1329 KUH Perdata menyebutkan bahwa setiap orang adalah cakap untuk membuat suatu perjanjian dengan ketentuan oleh undang-undang tidak ditentukan lain yaitu ditentukan sebagai orang yang tidak cakap untuk membuat suatu perjanjian. Pada Pasal 1330 KUH Perdata menyebutkan bahwa orang yang tidak cakap membuat perjanjian yaitu orang yang belum dewasa, orang yang dalam pengampuan atau perwalian, dan orang perempuan/isteri dalam hal telah ditetapkan oleh undang-undang dan semua orang kepada siapa undang-undang telah melarang perjanjian-perjanjian tertentu. Mengenai orang yang belum dewasa diatur dalam Pasal 1330 KUH Perdata dinyatakan bahwa "mereka yang belum mencapai umur genap 21 tahun dan sebelumnya belum kawin".

3) Adanya suatu hal tertentu. Yang dimaksud dengan suatu hal tertentu dalam perjanjian ialah objek perjanjian, objek perjanjian adalah prestasi yang menjadi pokok perjanjian yang bersangkutan. Prestasi itu sendiri bisa berupa perbuatan untuk memberikan suatu, melakukan sesuatu atau

32

(45)

29

tidak melakukan sesuatu. Dalam KUH Perdata Pasal 1333 ayat (1) menyebutkan bahwa suatu perjanjian harus mempunyai hal tertentu sebagai pokok perjanjian yaitu barang yang paling sedikit ditentukan jenisnya.

4) Adanya kausa yang halal. Pada Pasal 1337 KUH Perdata menentukan bahwa suatu sebab atau kausa yang halal adalah apabila tidak dilarang oleh undang-undang, tidak bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilaan. Perjanjian yang tidak mempunyai sebab yang tidak halal akan berakibat perjanjian itu batal demi hukum.

2. Pengertian Perjanjian Perdamaian

Perjanjian perdamaian disebut juga dengan istilah darling. Perjanjian perdamaian diatur dalam Pasal 1851 sampai dengan Pasal 1864 KUH Perdata. Menurut Pasal 1851 KUH Perdata, perjanjian perdamaian adalah suatu persetujuan yang berisi bahwa dengan menyerahkan, menjanjikan atau menahan suatu barang, kedua belah pihak dalam mengakhiri suatu perkara yang sedang diperiksa pengadilan atau mencegah timbulnya suatu perkara. Definisi lain disebutkan bahwa perdamaian adalah "persetujuan dengan mana kedua belah pihak atas dasar Baling pengertian mengakhiri suatu perkara yang sedang berlangsung atau mencegah tirnbulnya suatu sengketa."

Unsur-unsur yang tercantum dalam perjanjian perdamaian: a) adanya kesepakatan keduabelah pihak:

b) isi perjanjiannya menyerahkan, menjanjikan atau menahan suatu barang; c) kedua belah pihak sepakat mengakhiri sengketa;

d) sengketa tersebut sedang diperiksa untuk mencegah timbulnya suatu perkara.

(46)

yang termaktub dalam perdamaian itu. Sedangkan orang yang tidak berwenang mengadakan perdamaian adalah para wali dan pengampu, kecuali jika mereka bertindak menurut ketentuanketentuan dari Bab XV dan Bab XVII dalam Buku Kesatu KUH Perdata, dan kepala-kepala daerah dan kepala lembaga-lembaga umum.

Pada dasarnya substansi perdamaian dapat dilakukan secara bebas oleh para pihak, namun undang-undang telah mengatur berbagai jenis perdamaian yang tidak boleh dilakukan oleh para pihak.Perdamaian yang tidak dibolehkan ditentukan dalam Pasal 1859 sampai dengan Pasal 1862 KUH Perdata. Perdamaian yang tidak dibolehkan adalah sebagai berikut :

a) Perdamaian tentang telah terjadi kekeliruan mengenai orang yang bersangkutan atau pokok perkara.

b) Perdamaian yang telah dilakukan dengan cara penipuan (dwaling) atau paksaan (dwang).

c) Perdamaian mengenai kekeliruan mengenai duduknya perkara tentang suatu alas hak yang batal, kecuali bila para pihak telah mengadakan perdamaian tentang kebatalan itu dengan pernyataan tegas.

d) Perdamaian yang diadakan atas dasar Surat-Surat yang kemudian dinyatakan palsu.

e) Perdamaian mengenai sengketa yang sudah diakhiri dengan suatu keputusanhakim yang telah memperoleh kekuatan hukum yang pasti, namun tidak diketahui oleh kedua belah pihak atau salah satu pihak. Akan tetapi, jika keputusan yang tidak diketahui itu masih dimintakan banding makaperdamaian mengenai sengketa yang bersangkutan adalah sah.

f) Perdamaian hanya mengenai suatu urusan, sedangkan dari Surat-Surat yang ditemukan kemudian ternyata salah satu pihak tidak berhak atas hal itu.

(47)

31

E. Kerangka Pikir

UU No. 31 Tahun Tahun 2000 Tentang

Desain Industri

Penggunaan Hak Desain Industri yang Menimbulkan sengketa

Honda Motor Co. Ltd PT Buana Agung

Mulia

Penyelesaian Sengketa Jalur Non Litigasi

Penyelesaian Sengketa Dengan Pembuatan Perjanjian Perdamaian

Perlindungan Hak Desain Industri

Proses Perdamaian

Pihak yang Bersengketa

Hak dan Kewajiban Pihak-Pihak dalam Perjanjian Perdamaian

Akibat Hukum dari Perjanjian Perdamaian bagi

(48)

Bagan 1. Kerangka Pikir

Keterangan bagan di atas adalah Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri memberikan perlindungan hukum terhadap pemegang hak desain industri sehingga pemegang mendapatkan sebuah kepastian perlindungan atas hak desain industri yang telah dimilikinya, hak desain industri dapat dipergunakan oleh pemegang hak yang terdaftar di Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual.

Pemegang hak desain industri mendapatkan perlindungan hukum sehingga apabila ada pihak lain yang menggunakan hak desain industri tidak dengan izin oleh pihak pertama maka pihak yang telah mendaftarkan hak desain industri terlebih dahulu tersebut dapat mengajukan gugatan kepada pihak yang melakukan pelanggaran hak desain industri tersebut.

(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah pada penelitian ini adalah pendekatan normatif-terapan. Dengan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:

1) Mengidentifikasi pokok bahasan, subpokok bahasan berdasarkan rumusan masalah;

2) Atas dasar setiap subpokok bahasan yang sudah teridentifikasi tersebut, diinventarisasi pula ketentuan-ketentuan hukum normatif yang menjadi tolak ukur terapan.

3) Implementasi tolak ukur terapan tersebut pada peristiwa hukum pemberian saran dan pertimbangan terhadap kebijakan pemerintah. 4) Hasil Implementasi, yaitu kesesuaian pemberian saran dan pertimbangan

terhadap kebijakan pemerintah Peraturan Perundang-undangan mengenai perlindungan hak desain industri.

B.Jenis Penelitian

Penilitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan cara menganalisisnya.33Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah penelitian hukum Empiris.

33

(50)

C.Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan secara rinci, jelas dan sistematis mengenai perlindungan terhadap pemegang hak desain industri berdasarkan Undang-Undang No.31 Tahun 2000 tentang Desain Industri.

D.Data dan Sumber Data

Jenis data dapat dilihat dari sumbernya, dapat dibedakan antara data yang diperoleh langsung dari masyarakat dan data yang diperoleh dari bahan pustaka.34 Adapun dalam mendapatkan data atau jawaban yang tepat dalam membahas skripsi ini, serta sesuai dengan pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini maka jenis data yang digunakan dalam penellitian ini dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung berupa surat perjanjian perdamaian dan melalui wawancara dengan para pihak yang mengetahui tentang penyelesaian sengketa desain industri yang terjadi antara PT Buana Agung Mulia dengan Honda Motor Co. Ltd.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui studi kepustakaan berupa bahan-bahan hukum.

34Ibid

(51)

35

E.Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penulisan skripsi ini dilakukan dengan menggunakan dua cara sebagai berikut:

1. Studi Kepustakaan (Library Research)

Studi kepustakaan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan penulisan dengan maksud untuk memperoleh data sekunder dengan cara membaca, mencatat, dan mengutip dari berbagai literatur, peraturan perundang-undangan, buku-buku, media masa, dan bahan tulisan lainnya yang ada hubungannya dengan penelitian yang dilakukan. Data yang dipergunakan dalam penulisan ini terdiri dari:

1) Bahan Hukum Primer, yaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan hukum yang mengikat, terdapat dalam peraturan perundang-undangan.:

a. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata)

b. Undang-Undang Nomor31 Tahun 2000 tentang Desain Industri. c. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2005

tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 31Tahun 2000 tentang Desain Industri ditetapkan Tanggal 5 Januari 2005.

2) Bahan Hukum sekunder. Yaitu bahan-bahan yang erat hubungannya dengan bahan baku primer dan dapat membantu dalam menganalisa serta memahami bahan hukum primer, seperti literatur dan norma-norma hukum yang berhubungan dengan dengan masalah yang dibahas dalam skripsi ini.

3) Bahan Hukum Tersier, yaitu bahan-bahan yang memberikan informasi, petunjuk maupun penjelasan tentang bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, antara lain berupa Kamus Besar Bahasa Indonesia, Media Massa, Artikel, makalah, naskah, paper, jurnal, internet yang barkaitan dengan masalah yang akan dibahas atau diteliti dalam skripsi ini.

2. Studi Lapang (Field Research)

(52)

pertanyaan secara lisan, kepada perwakilan PT Buana Agung Mulia yaitu bapak Asan Samsudin selaku direktur, dan kepada pewakilan pihak Honda Motor yaitu Gunawan Suryomurcito selaku kuasa hukum.

F. Pengolahan Data

Data yang diperoleh baik dari hasil studi kepustakaan dan wawancara, selanjutnya diolah dengan menggunakan metode:

1) Editing, yaitu data yang diperoleh diperiksa apakah masih terdapat kekurangan serta apakah data tersebut sesuai dengan permasalahan. 2) Klasifikasi data, yaitu proses pengelompokan data sesuai dengan bidang

pokok bahasan agar memudahkan dalam menganalisa data.

3) Sistematisi data, yaitu melakukan penyusunan dan penempatan data pada tiap pokok bahasan secara sistemasi sehingga memudahkan pembahasan.

G.Analisis Data

(53)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka peneliti memberikan simpulan sebagai berikut, yaitu :

1. Dalam proses pembuatan perjanjian perdamaian kedua belah pihak melakukan negosiasi guna menemukan kata sepakat dalam proses perdamaian tersebut, dalam proses negosiasi tersebut melahirkan surat perjanjian perdamaian yang melalui proses tawar menawar dalam pembentukan isi perjanjian tersebut, sehingga isi perjanjian perdamaian tersebut memberikan keadilan bagi para pihak yang terlibat dalam sengketa desain industri yang terjadi.

(54)

memiliki kekuatan hukum diantara para pihak, didalam perjanjian perdamaian telah mengatur tentang larangan untuk memproduksi sepeda motor yang menggunakan desain industri milik pihak Honda dan denda yang diganjarkan kepada pihak Buana yaitu pihak yang melakukan peniruan hak desain milik pihak Honda dan juga kesepakatan untuk tidak melanjutkan sengketa ke jalur litigasi yaitu melalui pengadilan niaga, pada perjanjian perdamaian terdapat hak dan kewajiban kepada para pihak hak dan kewajiban tersebut dirumuskan oleh keduabelah pihak yang dituangkan pada klausul perjanjian yang mewakili kepentingan para pihak dalam menyelesaikan sengketa yang terjadi.

Referensi

Dokumen terkait

At dahil sa kanila, magpahanggang ngayon, nakikilala natin para sa atin ang sinabi ni San Agustin, “Si Hesus ay naglaho sa ating mga mata, upang matagpuan natin siya sa

berbasis pendidikan multikultural dapat dikembangkan baik dengan basis teori behavioristik, kognitif, maupun konstruktivistik. Tinggal bagaimana guru dan siswa

• Periksa secara visual lokasi pemasangan kateter untuk mengetahui apakah ada pembengkakan, demam tanpa adanya penyebab yang jelas, atau gejala

4 Lihat Sapardi Djoko Damono “Sastra, Politik, Ideologi”, dalam Politik, Ideologi, dan Sastra Hibrida. Pelarangan di dalam terbitan buku biasanya terjadi pada para penulis

Dalam penelitian ini, yang di maksud kinerja profesional guru yang bersertifikasi pendidik adalah kemampuan profesional guru yang bersertifikasi pendidik pada MI

Penggunaan yang tercantum dalam Lembaran Data Keselamatan Bahan ini tidak mewakili kesepakatan pada kualitas bahan / campuran atau penggunaan yang tercantum sesuai dalam kontrak.

Ayat aktif ialah ayat yang mengandungi kata kerja yang mengutamakan subjek asal sebagai unsur yang diterangkan. Ayat aktif terdiri daripada ayat aktif transitif

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh pengetahuan kepala sekolah tentang rokok dan kawasan tanpa rokok terhadap dukungan penerapan wilayah kawasan tanpa