• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konflik Psikologis Tokoh „‟Je‟‟ dalam Roman Le Dernier Jour d‟un Condamné karya Victor Hugo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Konflik Psikologis Tokoh „‟Je‟‟ dalam Roman Le Dernier Jour d‟un Condamné karya Victor Hugo"

Copied!
335
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA VICTOR HUGO

skripsi

diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra Jurusan Bahasa dan Sastra Asing

Prodi Sastra Prancis

oleh Adesty Lasally

2350406007

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ASING

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)

ii

Jurusan Bahasa dan Sastra Asing, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang.

Pada hari : Senin

Tanggal : 3 September 2011

Panitia Ujian Skripsi

Ketua, Sekretaris,

Prof. Dr. Agus Nuryatin, M.Hum. Dra. Diah Vitri W, DEA.

NIP 195801271983031003 NIP 196508271989012001

Penguji I

Dra. Conny Handayani, M.Hum. NIP 194704261971062001

Penguji II, Penguji III,

(3)

iii

Panitia Ujian Skripsi Jurusan Bahasa dan Sastra Asing, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang.

Semarang, 23 September 2011

Pembimbing I, Pembimbing II,

(4)

iv

Nama : Adesty Lasally

NIM : 2350406007

Program studi : Sastra Prancis

Jurusan : Bahasa dan Sastra Asing

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul Konflik Psikologis Tokoh ‘’Je’’ dalam Roman Le Dernier Jour d’un Condamné karya Victor Hugo yang saya tulis dalam rangka memenuhi syarat memperoleh gelar

sarjana ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Skripsi ini saya hasilkan setelah melalui proses penelitian, bimbingan, diskusi, dan pemaparan atau ujian. Semua kutipan yang diperoleh dari sumber kepustakaan telah disertai keterangan melalui identitas sumbernya dengan cara yang sebagaimana lazimnya dalam penulisan karya tulis.

Dengan demikian, walaupun tim penguji dan pembimbing penulisan skripsi ini membubuhkan tanda tangan sebagai keabsahannya, seluruh isi karya ilmiah tetap menjadi tanggungjawab saya sendiri.

Dengan demikian pernyataan ini saya buat agar dapat digunakan seperlunya.

Semarang, 3 September 2011

(5)

v

Saya pasti bisa.

Berpikir positif, berusaha, dan berdoa.

Maju selangkah lebih depan.

Lakukan dengan niat hati yang tulus.

Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

Orang tua dan kedua saudariku

tercinta,

Para pembaca

Almamaterku, Sastra Prancis

(6)

vi

menyelesaikan skripsi ini karena atas limpahan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul:

Konflik Psikologis Tokoh ‘’Je’’ dalam Roman Le Dernier Jour d’un Condamné karya Victor Hugo. Penulis meyakini bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan

dapat selesai tanpa adanya peran serta dari berbagai pihak yang turut membantu terselesaikannya penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian;

2. Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Asing yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini;

3. Dra. Conny Handayani, M.Hum, dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini;

4. Dr. B. Wahyudi Joko Santoso, M. Hum, dosen pembimbing I yang telah membantu dan membimbing penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini;

5. Suluh Edhi Wibowo, S.S., M.Hum dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini;

(7)

vii

memberikan perhatian, kasih sayang, dan semangat terhadap penulis selama mengerjakan skripsi;

8. Keluarga besar Wiratama, khususnya (Bpk. Sandri, Mama Yani, adk Melvin, dan adk Gora) yang selalu memberikan perhatian dan kasih sayang terhadap penulis;

9. Saudari-saudariku penghuni kos Daun khususnya „‟Kunyuk dan Emol‟‟ yang selalu memberikan semangat meski berupa ejekan-ejekan menyakitkan, namun membangun.

10.Teman-teman jurusan Sastra Perancis angkatan 06-07 khususnya (Od2, Chapid, Erai, Vera, Evi, dan Inyong) atas kebersamaannya.

11.Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis berharap segala sesuatu yang tertuang di dalam skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada semua pembaca. Kritik dan saran dari pembaca tentu saja sangat penulis harapkan untuk perbaikan karya-karya tulis di masa mendatang.

Semarang, 3 September 2011

(8)

viii

Dernier Jour d‟un Condamné karya Victor Hugo. Skripsi. Jurusan Bahasa dan Sastra Asing. Fakultas Bahasa dan Seni. Univeritas Negeri Semarang. Pembimbing I: Dr. B. Wahyudi Joko Santoso, M. Hum., Pembimbing II: Suluh Edhi Wibowo, S.S., M.Hum.

Kata kunci: penokohan, konflik, dan akibat disertai reaksi-reaksi tokoh. Berawal dari pertanyaan besar: bagaimanakah Victor Hugo menggambarkan konflik psikologis yang dialami tokoh „‟Je‟‟ dalam roman Le Dernier Jour d’un Condamné, penulis memutuskan untuk menganalisis jenis

konflik psikologis, dan akibat yang disertai reaksi-reaksi tokoh „‟Je‟‟ terhadap timbulnya akibat tersebut. Adapun alasan penulis memilih Le Dernier Jour d’un Condamné sebagai objek material dalam penelitian ini adalah karena dalam roman

ini Victor Hugo menggambarkan konflik batin yang dialami tokoh „‟Je‟‟ secara mendalam dengan mengggunakan bentuk monolog.

Untuk mencapai tujuan akhir penelitian, yaitu mendeskripsikan konflik psikologis, dan akibat yang disertai reaksi-reaksi tokoh „‟Je‟‟ terhadap timbulnya akibat tersebut, penulis terlebih dahulu menganalisis penokohan sebagai tahap awal penelitian. Hal ini bertujuan untuk lebih memudahkan penulis dalam melakukan analisis konflik dan akibat yang disertai reaksi tokoh. Dalam menganalisis penokohan, penulis mengambil data-data yang mengandung unsur penokohan dalam roman Le Dernier Jour d’un Condamné kemudian

menganalisisnya dengan menggunakan teknik pelukisan tokoh Altenbernd dan Lewis. Selain mendeskripsikan data penokohan, penulis juga mendeskripsikan konflik dan akibat yang disertai reaksi-reaksi tokoh „‟Je‟‟ berdasarkan data penokohan dengan menggunakan teori kepribadian Atkinson, Atkinson, dan Hilgard.

Oleh karena perhatian penelitian ini lebih kepada segala sesuatu yang berhubungan dengan kejiwaan yang tertuang pada karya, yaitu roman Le Dernier Jour d’un Condamné, maka pendekatan penelitian ini adalah psikologis, dengan

mempergunakan sumber-sumber tertulis untuk memperoleh data penulis menggunakan teknik membaca efektif. Adapun metode yang digunakan penulis dalam menganalisis data adalah deskriptif analitis. Dengan menggunakan metode deskriptif analitis, penulis menganalisis data dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta kemudian disusul dengan analisis.

(9)

ix

d‟études de la Littérature Française. Faculté des Langues et des Arts. Université d‟État de Semarang. Directeurs: 1. Dr. B. Wahyudi Joko Santoso, M. Hum., 2. Suluh Edhi Wibowo, S.S., M. Hum.

Mots clés : la personnalité, conflits psychologique, conséquences, et réactions du personnage. Le roman Le dernier jour d‟un condamné, Victor Hugo.

A.

Introduction

La littérature est un domaine qui utilise la langue comme média et qui appartient à la création sociale présentant une illustration de la vie en tant qu‟un

phénomène social. Les phénomènes sociaux et la littérature ont la même

conception. C‟est la vie humaine (Damono, 1978 :1). Généralement, la littérature est un reflet de la vie qui décrit des conflits dans la vie humaine elle-même. Un des conflits subi par un personnage dans une œuvre littéraire est le conflit intérieur ou le conflit psychologique.

Selon Endraswara (2003:96-97), une œuvre littéraire est vu comme phénomène psychologique présentant des aspects psychologiques par des

personnages. La littérature et la psychologie ont une relation indirecte et fonctionnelle car les deux disciplines ont le même objet : c‟est la vie et la

psychologie humaine. La différence, c‟est que les phénomènes dans la

psychologie sont réels, mais les phénomènes dans la littérature sont imaginaires.

Dans cette recherche, j‟utilise le roman Le Dernier Jour d’un Condamné de

(10)

x

Beauchemin (http://fr.wikipedia.org/wiki/Le_Dernier_Jour_d‟un_condamné repris en 5 janvier 2010).

La raison du choix de cette source des données est que j‟ai trouvé le conflit

psychologique ou le conflit interne. Ce conflit provoque quelques conséquences et des réactions du personnage „‟Je‟‟. Ce conflit est décrit clairement dans la forme monologue par Victor Hugo. Les objectifs de cette recherche sont de décrire (a) les personnalités du personnage „‟Je‟‟, (b) les conflits psychologiques, (c) les

conséquences des conflits, et (d) les réactions du personnage „‟Je‟‟.

Dans cette recherche, j‟utilise la théorie de la psychologie de la personnalité de Rita L. Atkinson, Richard C. Atkinson, et Ernest R. Hilgard pour la théorie principale. Je l‟ai choisi parce qu‟elle décrit les types, les conséquences des

(11)

xi

dramatique (Altenbernd & Lewis dans Nurgiyantoro 2009:194).

Dans la technique d‟exposé, les personnages sont décrits en forme d‟explication directe, comme l‟attitude, le caractère, et le comportement.

Dans la technique dramatique, le caractère du personnage est comme dans un théâtre, car l‟écrivain (Victor Hugo) ne le présente pas directement. Cette

technique se divise en huit catégories. Ce sont (1) la technique de la conversation (celle qui représente les caractères du personnage), (2) la technique du comportement (celle qui a un caractère non verbal et celle qui représente le caractère du personnage), (3) la technique de la pensée et du sentiment (celle qui reflète le caractère de son existence), (4) la technique de la conscience (celle qui explique la conception et le cours du processus de la mentalité du personnage), (5) la technique de la réaction d‟autres personnages (celle qui en dehors de la stimulation qui reflète ses caractères), (6) la technique de la réaction d‟autres personnages (celle qui recouvre l‟opinion, le commentaire, et (7) l‟attitude de l‟autre personnage au personnage principale), (8) la technique descriptive du

(12)

xii

psychologiques. Ce sont (1) le conflit de s’approcher-s’éloigner (celui qui surgit

s‟il y a une personne ayant un but passionnant et dangereux) et (2) le conflit de

s’éloigner-s’éloigner (celui qui surgit s‟il y a une personne qui choisit deux

alternatives négatives).

Les deux conflits ont trois conséquences : (i) la frustration (lors de l‟espoir ayant des obstacles internes et externes), (ii) l‟anxiété (celle qui est marquée par l‟inquiétude, la peur, et la préoccupation), et (iii) le stress de la physiologie (celui qui est marqué par les problèmes de la santé).

Les conséquences de ces conflits surgissent aussi les réactions du personnage „‟Je‟‟. C‟est la frustration surgissant, comme (a) l‟agression (celle qui est marquée par la plainte, l‟inquiétude, et le grognement), (b) l‟apathie (celui qui

est marquée par un attitude apathique), et (c) la régression (celui qui est marquée par l‟injure, le cri, la dispute et les efforts pour arrêter de surmonter des

problèmes) ; et l‟anxiété surgissant les réactions, ce sont (a) les réactions des mécanismes de la défense (celles sont marquées par les efforts pour déformer la réalité), (b) le refus (celui qui est remarqué par les efforts pour nier la réalité), (c) la pression (qui est marquée par les efforts pour s‟éloigner des mémoires

(13)

xiii

D.

Méthodologie de la recherche

J‟utilise la méthode descriptive de l‟analyse dans ce mémoire parce que les

objectifs sont les descriptions (a) des personnalités, (b) des conflits psychologique, (c) des conséquences de ces conflits, et (d) les réactions de personnage dans le roman Le Dernier Jour d’un Condamné de Victor Hugo.

L‟approche de cette recherche est utilisé c‟approche que psychologie pour prendre les données de ces trois objectifs, j‟ai utilisé la technique de "lire" (intensivement) le roman parce la source des données est écrite. Pour les analyser, j‟utilise la technique de descriptive de l‟analyse. Le choix de cette technique est

basé sur les données qui sont notées sur les cartes de données (Sudaryanto 1993:21).

E.

Analyse

Selon les quatre des objectif de cette recherche, je décris un par un. 1. Les personnalités du personnage „‟Je‟‟

(9)

LDJDC/II/07

Cependant mon avocat arriva. On l’attendait. Il venait de déjeuner copieusement et de bon appétit. Parvenu à sa place, il se pencha vers moi avec un sourire.

+ J’espère, me dit-il.

(14)

xiv

En utilisant la technique de la conversation, On peut savoir le caractère du personnage „‟Je‟‟ en marquant la citation en gros. Quand le personnage „‟Je‟‟ a assisté à la séance finale où le juge lira sa décision finale, il a eu une surprise parce que son avocat lui a dit qu‟il espérait que la décision du juge était la condamnation des travaux forcés à perpétuité. Après avoir entendu cette déclaration, le personnage „‟Je‟‟ était en colère, et puis il a dit à son avocat qu‟il

préférait la condamnation de la mort. Son comportement représente son caractère qui a eu le tempérament coléreux et l‟égoïsme. Ces comportements ont été

décrites clairement dans la citation „‟- Que dites-vous là, monsieur? Répliquai je indigné; plutôt cent fois la mort!‟‟.

2. Le conflit psychologique du personnage „‟Je‟‟

(4)

LDJDC/II/07

Cependant mon avocat arriva. On l’attendait. Il venait de déjeuner copieusement et de bon appétit. Parvenu à sa place, il se pencha vers moi avec un sourire.

+ J’espère, me dit-il.

- N’est-ce pas ? Répondis-je, léger et souriant aussi.

+ Oui, reprit-il ; je ne sais rien encore de leur déclaration, mais ils auront sans doute écarté la préméditation, et alors ce ne sera que les travaux forcés à perpétuité.

- Que dites-vous là, monsieur ? Répliquai je indigné ; plutôt cent fois la mort !

Dans cette citation en gros, on sait que le personnage „‟Je‟‟ a eu un conflit

(15)

xv

leur déclaration, mais ils auront sans doute écarté la préméditation, et alors ce

ne sera que les travaux forcés à perpétuité.) et la condamnation de la mort (elle est indiqué par la phrase : Que dites-vous là, monsieur ? Répliquai je indigné ; plutôt cent fois la mort ! ). Le point culminant du conflit a surgi quand le juge a donné l‟occasion au personnage „‟Je‟‟ et l„avocat pour faire des défenses afin de

ne pas obtenir la condamnation du mort. Le personnage „‟Je‟‟ était confus de

choisir entre (a) ce qu‟il fallait faire la défense de sorte que la décision du juge

soit la condamnation des travaux forcés à perpétuité (celle qui provoquait la colère du personnage "Je") comme l‟espoir de son avocat, et (b) ce qu‟il faillait accepter

la décision du juge d‟être condamné à mort (celle qui provoquait la peur du personnage „‟Je‟‟).

3. La conséquence du conflit psychologique (16)

LDJDC/II/8

Avocat, avez-vous quelque chose à dire sur l’application de la peine ? demanda le président.

J‟aurai eu, moi, tout à dire, mais rien ne me vint. Ma langue resta

collée à mon palais. Le défenseur se leva.

Je compris qu’il cherchait à atténuer la déclaration du jury, et à

mettre dessous, au lieu de peine qu’elle provoquait, l’autre peine, celle que j’avais été si blessé de lui voir espérer.

Il fallut que l‟indignation fût bien forte, pour se faire jour à travers

les mille émotions qui se disputaient ma pensée. Je voulus répéter à haute voix ce que je lui avais déjà dit : Plutôt cent fois la mort !

Mais l‟helaine me manqua, et je ne pus que l‟arrêter rudement par

(16)

xvi

a eu la frustration qui est provoquée par les obstacles internes. Ce sont des caractères du personnage „‟Je‟‟ ayant le tempérament coléreux, et l‟égoïsme.

Victor Hugo est indiqué du caractère de l‟égoïsme du personnage „‟Je‟‟ par la phrase: "J‟aurai eu, moi, tout à dire, mais rien ne me vint. Ma langue resta collée à mon palais”, et le caractère du tempérament coléreux du personnage

„‟Je‟‟ par la phrase: „‟Il fallut que l‟indignation fût bien forte, pour se faire jour

à travers les mille émotions qui se disputaient ma pensée. Je voulus répéter à

haute voix ce que je lui avais déjà dit : Plutôt cent fois la mort ! Mais l‟helaine

me manqua, et je ne pus que l‟arrêter rudement par le bras, en criant avec une

force convulsive : Non ! „‟. Selon les deux citations audessus, le personnage „‟Je‟‟ ne faisait pas les défenses. Il était silencieuse parce qu‟il préférait son ego

que les défenses de sorte que la décision du juge soit la condamnation à mort. En outre, le personnage „‟Je‟‟ voulait arrêter les efforts des défenses d‟avocat avec tirer son main et dire „‟non‟‟ en criant.

4. La réaction du personnage „‟Je‟‟

(23)

LDJDC/II/8

Avocat, avez-vous quelque chose à dire sur l’application de la peine ? demanda le président.

J’aurai eu, moi, tout à dire, mais rien ne me vint. Ma langue resta collée à mon palais.

(17)

xvii

haute voix ce que je lui avais déjà dit : Plutôt cent fois la mort !

Mais l‟helaine me manqua, et je ne pus que l‟arrêter rudement par

le bras, en criant avec une force convulsive : Non !

Le procureur général combattit l’avocat, et je l’écoutai avec une

satisfaction stupide. Puis les juges sortirent, puis ils rentrèrent, et le président me lut mon arrêt.

Dans cette citation en gros dans la donnée quatre, on sait que la frustration a provoqué la réaction du personnage „‟Je‟‟. C‟est l‟agression. Cette réaction est marquée par le cri. Cela s‟exprime dans la citation suivant: ‟‟ en criant avec une force convulsive : Non !„‟ et la réaction infantile du personnage „‟Je‟‟ qui voulait

arrêter l‟effort d‟avocat pour faire des défenses, Il est indiqué par la phrase: „‟ Il

fallut que l‟indignation fût bien forte, pour se faire jour à travers les mille

émotions qui se disputaient ma pensée. Je voulus répéter à haute voix ce que je

lui avais déjà dit : Plutôt cent fois la mort ! Mais l‟helaine me manqua, et je ne

pus que l‟arrêter rudement par le bras, en criant avec une force convulsive :

Non ! „‟. L‟écrivain utilise deux phrases d‟interjection qui indiquent qu‟elle était en colère et qu‟elle a une intonation montant.

F.

Conclusion

(18)

xviii

l‟anxiété. Quand le personnage „‟Je‟‟ a eu le conflit de s’approcher-s’éloigner, il a

eu l‟anxiété qui a surgit les certaines réactions. Ce sont (a) les mécanismes de la

défense, (b) la pression, (c) la rationalisation, et (d) la formation de la réaction, mais quand il a eu le conflit de s’éloigner-s’éloigner, son anxiété a surgit quelques

(19)

xix

PENGESAHAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

ABSTRAK ... viii

RESUMÉ ... ix

DAFTAR ISI ... xix

DAFTAR LAMPIRAN ... xxiii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 6

1.3Tujuan Penelitian ... 8

1.4Manfaat Penelitian ... 9

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1Kajian Terdahulu ... 10

2.2Landasan Teoretis ... 12

2.2.1Teknik Pelukisan Tokoh ... 13

2.2.1.1 Teknik Ekspositori ... 13

2.2.1.2 Teknik Dramatik ... 13

2.2.2Psikologi Sastra ... 18

2.2.3Psikologi Kepribadian Menurut Atkinson, dkk ... 19

2.2.3.1Konflik Psikologi………. ... 22

2.2.3.2Macam-macam Konflik Psikologis……… ... 22

2.2.3.2.1 Konflik Mendekat-Menghindar (Approach-Avoidance Conflict)……… ... 23

(20)

Avoidance-xx

a) Agresi……… ... 26

b) Apati……… ... 26

c) Regresi……… ... 26

2.2.3.3.2 Kecemasan……… ... 27

a) Mekanisme Pertahanan……… ... 27

b) Penolakan……… ... 28

c) Penekanan ………. ... 28

d) Rasionalisasi……… ... 29

e) Pembentukan Reaksi……… ... 29

f) Proyeksi……… ... 30

g) Intelektualitas……… ... 30

h) Pengalihan……… ... 30

2.2.3.3.3 Stres dan Fisiologi………... ... 31

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1Pendekatan Penelitian ... 32

3.2Objek Penelitian ... 33

3.3Sasaran Penelitian ... 34

3.4Sumber Penelitian ... 34

3.5Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 35

3.6Metode dan Teknik Analisis Data ... 36

3.7Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data ... 36

3.8Langkah Kerja Penelitian... ... 37

BAB 4 JENIS DAN AKIBAT KONFLIK PSIKOLOGI DISERTAI REAKSI TOKOH UTAMA “JE” DALAM ROMAN LE DERNIER JOUR D‟UN CONDAMNÉ KARYA VICTOR HUGO 4.1 Pelukisan Tokoh „‟Je‟‟ ... 39

(21)

xxi

4.1.2.4Teknik Reaksi Tokoh ... 134

4.2 Konflik Mendekat-Menghindar (Approach-Avoidance Conflict) Menurut Atkinson, Atkinson, dan Hilgard ... 149

4.3 Konflik Menghindar-Menghindar (Avoidance-Avoidance Conflict) Menurut Atkinson, Atkinson, dan Hilgard……… ... 159

4.4 Akibat Konflik Psikologi dan Reaksi Tokoh Menurut Atkinson, Atkinson, dan Hilgard... ... 167

4.4.1 Akibat Konflik Mendekat-Menghindar (Approach-Avoidance Conflict)……… ... 167

4.4.1.1Frustrasi... ... 168

4.4.1.1.1 Agresi... ... 174

4.4.1.1.2 Apati... ... 186

4.4.1.1.3 Regresi... ... 190

4.4.1.2Kecemasan... ... 194

4.4.1.2.1 Mekanisme Pertahanan... ... 202

4.4.1.2.2 Penolakan... ... 207

4.4.1.2.3 Penekanan... ... 207

4.4.1.2.4 Rasionalisasi... ... 212

4.4.1.2.5 Pembentukan Reaksi... ... 215

4.4.1.2.6 Proyeksi... ... 219

4.4.1.2.7 Intelektualitas... ... 219

4.4.1.2.8 Pengalihan... ... 219

4.4.1.3Stres dan Fisiologi... ... 219

4.4.2 Akibat Konflik Menghindar-Menghindar (Avoidance-Avoidance Conflict)……… ... 226

4.4.2.1Frustrasi ... 226

(22)

xxii

4.4.2.2.2 Penolakan………. ... 267 4.4.2.2.3 Penekanan……… ... 273 4.4.2.2.4 Rasionalisasi………. ... 274 4.4.2.2.5 Pembentukan Reaksi……… ... 277 4.4.2.2.6 Proyeksi……… ... 283 4.4.2.2.7 Intelektualitas………... ... 283 4.4.2.2.8 Pengalihan……… ... 287 4.4.2.3Stres dan Fisiologi……… ... 294 BAB V PENUTUP

(23)

xxiii

Skema 2 Landasan Teoretis: Teknik Pelukisan Tokoh ... xxiv Skema 3 Landasan Teoretis: Psikologi Kepribadian ... xxv Tabel 1 Hasil Analisis Penokohan Melalui Teknik Pelukisan Tokoh... ... xxvi Tabel 2 Hasil Analisis Konflik,Akibat, dan Reaksi Tokoh Melalui Psikologi

(24)

BAB 1

PENDAHULUAN

2.1

Latar Belakang Masalah

Sastra merupakan sebuah lembaga yang menggunakan bahasa sebagai medium dan merupakan ciptaan sosial yang menampilkan gambaran kehidupan sebagai gejala sosial (Domono, 1978:1). Dalam kutipan tersebut dijelaskan bahwa gejala sosial dan sastra memilki kesamaan pandangan yaitu tentang kehidupan manusia. Inilah yang disebut dengan sastra sebagai cermin kehidupan. Hal ini sesuai dengan pendapat Wellek (1989:109) yang mengatakan bahwa sastra menyajikan kehidupan yang sebagian besar terdiri atas kenyataan sosial, walaupun karya sastra juga meniru alam dan dunia subjektif manusia. Berbagai peristiwa merupakan perjalanan hidup yang seringkali terekam dalam karya sastra.

Karya sastra dibuat sesuai pengalaman kehidupan pengarang di masyarakat. Oleh karena itu, karya sastra dapat diartikan sebagai suatu gambaran mengenai kehidupan sehari-hari di masyarakat. Endraswara (2003:96) menyatakan bahwa pengarang akan menangkap gejala jiwa kemudian diolah ke dalam teks dan dilengkapi kejiwaannya. Proyeksi pengalaman sendiri dan pengalaman hidup di sekitar pengarang akan terproyeksi secara imajiner ke dalam teks sastra.

(25)

Karya sastra sebagai hasil dari imajinasi dalam sastra menjadi refleksi ungkapan hati seseorang yang dipengaruhi oleh lingkungannya. Gejala sosial yang terefleksi juga akan memuat berbagai macam konflik termasuk konflik psikologis. Dalam sastra, konflik psikologis termasuk bidang kajian psikologi sastra. Terkait dengan psikologi sastra Endraswara (2003:96) menjelaskan bahwa Psikologi sastra adalah kajian sastra yang memandang karya sebagai aktivitas kejiwaan. Pengarang akan menggunakan cipta, rasa, dan karya dalam berkarya. Begitu pula pembaca, dalam menanggapi karya juga tak akan lepas dari kejiwaan masing-masing. Bahkan, sebagaimana sosiologi refleksi, psikologi sastra pun mengenal karya sastra sebagai pantulan kejiwaan.

(26)

Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan roman sebagai sumber data. Roman menurut Frye, tidak berusaha menggambarkan tokoh secara nyata, secara lebih realistis. Ia lebih merupakan gambaran angan, dengan tokoh yang lebih bersifat introver dan subjektif (Frye dalam Nurgiyantoro 1994:15). Dalam pengertian modern, roman berarti cerita prosa yang melukiskan pengalaman-pengalaman batin dari beberapa orang yang berhubungan satu dengan yang lain dalam suatu keadaan (Van Leeuwen dalam Nurgiyantoro 1994:15).

Roman adalah salah satu karya sastra yang menarik perhatian orang. Dalam penelitian ini penulis memilih roman Le Dernier Jour d’un Condamné sebagai

sumber data. Roman ini adalah salah satu roman karya Victor Hugo. Victor Hugo adalah salah satu penulis terkemuka di Prancis. Ia menghasilkan banyak buku, baik yang berbahasa Prancis maupun yang menggunakan bahasa Inggris, diantaranya : Han d’island (FR) 1823, The History of a Crime/The Testimony of an Eye- Witness

(EN) 1823, Le Roi s’amuse (FR) 1832,Lucrèce (FR) 1833, Littérature et Philosophie mêlées (FR) 1834, Les Chat Du Crépuscule (FR) 1835, La Esmeralda (FR) 1836, Claude Gueux (FR) 1834, La Grand’mère (FR) 1865, Torquemada (FR) 1869,

L’homme Qui Rit (FR) 1869, Actes et Paroles Vol 1 (FR) 1870, Actes et ParoleVol 2 (FR) 1870, Actes et Parole Vol 3 (FR) 1870, Actes et Parole Vol 4 (FR) 1870, La Petié (FR) 1879, Supreme Quatrevingt-Treize (FR) 1874, Nopaléon Le Petit

(FR)1882, Ocean (FR) 1942, dan karyanya yang paling terkenal adalah Les Miserables (FR) 1862 dan NOTRE-DAME DE PARIS (FR) 1831 (fr.

(27)

Salah satu dari sekian banyak karyanya yang mengandung konflik psikologis adalah roman Le Dernier Jour d’Un Condamné. Dalam http://fr.wikipedia.org/wiki/Le_Dernier_Jour_d‟un_condamné (disunting pada

tanggal 5 januari 2010) dijelaskan bahwa roman yang diterbitkan pada tahun 1892 di rumah Gosselin ini merupakan karya yang bertaraf internasional (sastra internasional). Sebagai bukti, roman yang sebagian besar berbentuk monolog ini, telah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa, telah diadaptasi menjadi sebuah komik oleh Stanislas, dan pada tahun 1985 diadaptasi menjadi sebuah film oleh Jean-Michel Mongrédien. Selain itu, roman yang terdiri dari 49 bab ini telah digunakan sebagai bahan studi tentang karya sastra oleh Chantal Saint-Jarre, dan Groupe Beauchemin.

Dalam romannya tersebut, Victor Hugo menggambarkan konflik psikologis pada tokoh utamanya yaitu tokoh “Je”. Konflik yang dialaminya adalah konflik

batin. Kisahnya berawal dari sebuah kesalahan yang dilakukan tokoh „‟Je „‟ sehingga

dirinya kemudian masuk penjara dan harus mengikuti jalnnya persidangan. Setelah beberapa hari mengikuti jalannya persidangan, tokoh „‟Je‟‟ semakin lama semakin

dirundung rasa takut dan rasa khawatir tarhadap kemungkinan vonis hakim. Semakin hari, tokoh „‟Je‟‟ semakin gelisah, meski ia telah mencoba menenangkan dirinya. Di

(28)

mendengarkan keputusan hukumannya. Namun tidak seperti harapannya, setelah persidangan berjalan tokoh „‟Je‟‟ baru mengetahui bahwa pengacara memiliki harapan yang sangat bertolak belakang dengannya. Ia berharap keputusan hukuman tokoh „‟Je‟‟ adalah hukuman kerja paksa seumur hidup. Pada situasi inilah, tokoh

„‟Je‟‟ mulai mengalami konflik psikologis di mana dirinya dihadapkan oleh dua pilihan yang sangat sulit.

Dalam roman Le Dernier Jour d’un Condamné, konflik psikologis yang

terjadi pada tokoh „‟Je‟‟ menimbulkan beberapa akibat sehingga menimbulkan

reaksi-reaksi pada tokoh. Sosok yang tadinya adalah orang biasa, penuh kebebasan, dan dapat melakukan apapun yang disukainya berubah menjadi seorang yang hidupnya dipenuhi oleh tekanan, kecemasan, dan frustrasi. Hal tersebut membuat tokoh „‟Je‟‟ menjadi sosok yang pendiam, terasingkan, dan penuh dengan ketakutan.

Penonjolan karakter tokoh dalam segi konflik psikologinya inilah yang menjadi dasar penelitian karya dengan pendekatan psikologi sastra dari konflik tokoh utamannya. Dengan menggunakan pendekatan psikologi dapat diungkapkan berbagai macam watak tokoh, sikap, dan kepribadian tokoh. Melalui penokohan, cerita akan lebih nyata dalam pikiran pembaca dan dapat dengan jelas menangkap wujud nyata manusia yang sedang diceritakan oleh pengarang.

(29)

pada nalar prilaku tokoh. Tokoh yang disoroti tidak hanya terfokus pada tokoh utama saja. Yang lebih penting, peneliti harus memiliki alasan yang masuk akal tentang watak tokoh. Ketiga, konflik perwatakan tokoh perlu dikaitkan dengan alur cerita. Misalkan saja, ada tokoh yang phobi, neurosis, halusinasi, gila, dan sebagainya, harus dihubungkan dengan jalan cerita secara struktural. Jadi, konflik psikologis pada tokoh utama dibangun dari hubungan yang terjalin antartokoh dan struktur lain dalam roman tersebut.

Sesuai dengan pernyataan Endraswara bahwa kajian karya sastra memerlukan unsur lainnya, penelitian ini menggunakan teori psikologi kepribadian (Teori-Teori Sifat dan Behavioristik) sebagai teori utama. Penulis menggunakan teori tersebut karena Rita L. Atkinson, Richard C. Atkinson, dan Ernest R. Hilgard menjabarkan secara rinci jenis-jenis konflik psikologi dan akibat yang disertai reaksi-reaksi tokoh. Selain itu, penulis juga menggunakan teknik pelukisan tokoh Altenbernd dan Lewis sebagai teori pembantu. Teori ini digunakan untuk menganalisis penokohan tokoh „‟Je”. Hal ini sangat penting, karena unsur utama yang dikaji dalam roman ini berkaitan dengan tokoh, khususnya tokoh utama. Dengan adanya penokohan kita akan lebih mudah melakukan analisis.

2.2

Permasalahan

Latar belakang penulisan ini adalah sebagai pembuktian atas pertanyaan yang muncul di dalam benak penulis setelah membaca roman Le Dernier Jour d’un Condamné. Berawal dari pertanyaan “termasuk ke dalam jenis konflik yang

(30)

Condamné?” dan “akibat-akibat apa sajakah yang ditimbulkan oleh konflik, serta

reaksi yang bagaimankah yang dialami tokoh „‟Je‟‟ dalam roman Le Dernier Jour

d’un Condamné?”. Dilatarbelakangi pertanyaan-pertanyaan diatas, dalam penelitian

ini penulis akan menganalisis jenis konflik, akibat yang disertai reaksi-reaksi yang ditimbulkannya terhadap tokoh „‟Je„‟ dalam Le Dernier Jour d’un Condamné

dengan menggunakan teori kepribadian (Teori-Teori Sifat dan Behavioristik) oleh Rita L. Atkinson, Richard C. Atkinson, dan Ernest R. Hilgard.

Sesuai dengan pernyataan diatas, secara garis besar rumusan masalah dalam penelitian ini adalah, jika dikaji dari teknik pelukisan tokoh Altenbernd dan Lewis, Bagaimana konflik batin yang dialami oleh tokoh “Je”, akibat, dan reaksi tokoh „‟Je‟‟ dalam roman Le Dernier Jour d’un Condamné karya Victor Hugo dibahas

melalui teori kepribadian (Teori-Teori Sifat dan Behavioristik) oleh Atkinson, Atkinson, dan Hilgard (1983 :203-225).

Secara sistematis rumusan masalah penulisan ini adalah:

2.2.1 Bagaimanakah penokohan tokoh „‟Je‟‟ jika dianalisis dengan teknik pelukisan tokoh Altenbernd dan Lewis?

2.2.2 Bagaimanakan konflik psikologis, dan akibat beserta reaksi-reaksi tokoh

„‟Je‟‟ jika dianalisis dengan teori Atkinson, Atkinson, dan Hilgard?

2.2.2.1 Bagaimanakah konflik psikologis yang berupa approace-avoidance

conflict (mendekat-menghindar) mempengaruhi tokoh “Je” berdasarkan

(31)

2.2.2.2 Bagaimanakah konflik psikologis yang berupa avoidance-avoidance

conflict (menghindar-menghindar) mempengaruhi tokoh “Je”

berdasarkan analisis pelukisan tokoh?

2.2.2.3 Berdasarkan analisis pelukisan tokoh, bagaimanakah akibat konflik

psikologis yang berupa (1) kefrustrasian yang disertai reaksi (a) agresi,

(b) apati, (c) regresi; (2) kecemasan disertai reaksi yang berupa (a)

penolakan, (b) rasionalisasi, (c) pembentukan reaksi, (d) proyeksi, (e)

intelektualitas, dan (f) pengalihan; dan (3) stres kejiwaan, berupa

kekacauan fisik mempengaruhi tokoh tersebut ?

2.3

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut.

2.3.1 Mendeskripsikan penokohan tokoh “Je” jika dianalisis dengan teknik pelukisan tokoh Altenbernd dan Lewis.

2.3.2 Mendeskripsikan konflik dan akibat beserta reaksi-reaksi tokoh „‟Je‟‟

jika dianalisis dengan teori Atkinson, Atkinson, dan Hilgard.

2.3.2.1 Mendeskripsikan konflik psikologi yang berupa konflik

mendekat-menghindar (Approach-Avoidance Conflict) yang mempengaruhi tokoh

“Je”.

2.3.2.2 Mendeskripsikan konflik menghindar-menghindar (Avoidance-Avoidance

Conflict) yang mempengaruhi tokoh “Je”.

2.3.2.3 Mendeskripsikan akibat konflik psikologis yang berupa (1) kefrustrasian

(32)

disertai reaksi yang berupa (a) penolakan, (b) rasionalisasi, (c)

pembentukan reaksi, (d) proyeksi, (e) intelektualitas, dan (f) pengalihan;

dan (3) stres kejiwaan, berupa kekacauan fisik yang mempengaruhi tokoh

„‟Je‟‟.

2.4

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

2.4.1 Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan dan memperkaya khazanah ilmu pengetahuan mahasiswa jurusan bahasa dan sastra asing mengenai studi sastra khususnya dengan pendekatan psikologi sastra. Di samping itu, penelitian ini juga diharapkan mampu memberi sumbangan dalam teori sastra dan teori psikologi dalam mengungkap roman Le Dernier Jour d’un Condamné.

2.4.2 Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat membantu mahasiswa jurusan bahasa dan sastra asing untuk lebih memahami isi cerita dalam roman Le Dernier

Jour d’un Condamné terutama kondisi kejiwaan tokoh utama dan konflik yang

(33)

BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

2.1

Kajian Terdahulu

Setiap orang yang akan melakukan suatu penelitian tidak akan beranjak dari awal. Pada umumnya suatu penelitian akan mengacu pada penelitian lain yang dijadikan titik tolak dalam penelitian selanjutnya. Dengan demikian, peninjauan terhadap penelitian lain sangatlah penting untuk digunakan sebagai relevansi penelitian yang terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan. Selain itu, peninjauan penelitian sebelumnya dapat dipergunakan untuk membandingkan seberapa besar keaslian dari penelitian yang akan dilakukan.

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang pernah menganalisis roman Le Dernier Jour d’un Condamné karya Victor Hugo, salah satunya adalah Tri Hartanto

yang merupakan mahasiswa sastra Prancis Unnes angkatan 2005. Dalam skripsinya yang berjudul „‟Kesantunan dalam Roman Le Dernier Jour d’un Condamné Karya

Victor Hugo‟‟. Peneliti menggunakan teori-teori prinsip kesantunan menurut Grice

dan teori maksim-maksim prinsip kesantunan menurut Leech dalam melakukan analisis tentang prinsip kesantunan yang dipatuhi dan yang dilanggar dalam roman

Le Dernier Jour d’un CondamnéKarya Victor Hugo. Setelah melakukan analisis 50

data, penulis menyimpulkan bahwa dalam roman Le Dernier Jour d’un Condamné Karya Victor Hugo ditemukan 13 data yang mematuhi prinsip kesantunan dan 16 data yang melanggar prinsip kesantunan. Selain itu, ditemukan 22 data yang mematuhi dan melanggar prinsip kesantunan. Persamaan penelitian yang dilakukan

(34)

peneliti saat ini dengan penelitian sebelumnya adalah menggunakan data yang sama, yaitu roman Le Dernier Jour d’un Condamné Karya Victor Hugo.

Selain itu, penelitian yang menggunakan roman Le Dernier Jour d’un Condamné Karya Victor Hugo sebagai data penelitian adalah Rifki Eko Wahyudi

yang juga mahasiswa Unnes jurusan Sastra Prancis angkatan 2005. Dalam skripsinya yang berjudul „‟Aspek-aspek Kepribadian Tokoh Utama Dalam Roman Le Dernier

Jour d’un Condamné karya Victor Hugo‟‟. Peneliti menggunakan teori-teori

mengenai aspek-aspek kepribadian Klages (dalam Suryabrata 2002 : 96-118) untuk mengetahui aspek kepribadian yang mempengaruhi tokoh yang terdiri dari materi kepribadian, struktur kepribadian, dan kualitas kepribadian. Struktur kepribadian dibagi tiga yaitu temperamen, perasaan, dan daya ekspresi.

Setelah melakukan analisis, peneliti menyimpulkan bahwa kepribadian tokoh utama dalam Roman Le Dernier Jour d’un Condamné karya Victor Hugo yang ditinjau dari aspek-aspek kepribadian yaitu (1) temperamen „‟ kepribadian tokoh

utama yang paling dominan dalam aspek temperamen ini adalah kepribadian phlegmatis karena tokoh menunjukkan sikap yang serba lambat, tidak mempunyai minat dan apatis karena dia di vonis hukuman mati dan menanti hari-hari pelaksanaan hukuman mati tersebut‟‟. (2) perasaan „‟kepribadian tokoh utama yang

paling dominan adalah aspek perasaan ini adalah kepribadian depresi karena tokoh yang di vonis hukuman mati dan menanti hari-hari pelaksanaan hukuman mati tersebut menjadikan tokoh orang yang depresi dengan hal-hal itu‟‟. (3) daya ekspresi „‟ kepribadian tokoh utama dalam aspek ini tidak terlalu dominan kerena dia juga

(35)

dibatasi oleh hukuman mati‟‟. Dari ketiga aspek tersebut, aspek yang paling dominan

dalam roman Le Dernier Jour d’un Condamné karya Victor Hugo adalah aspek perasaan yaitu kepribadian depresif. Jadi kepribadian tokoh utama dalam roman tersebut adalah kepribadian depresif. Persamaan penelitian yang dilakukan peneliti saat ini dengan penelitian sebelumnya adalah menggunakan data yang sama, yaitu roman Le Dernier Jour d’un Condamné Karya Victor Hugo.

Berdasarkan uraian mengenai penelitian terdahulu, maka dapat dilihat bahwa orisinalitas penelitian dengan judul “konflik psikologi tokoh utama dalam roman Le Dernier Jour d’un Condamné karya Victor Hugo” belum pernah dianalisis

sebelumnya dan dapat dipertanggungjawabkan.

2.2

Landasan Teori

Seperti yang tertera dalam pendahuluan, penulisan ini bertujuan mendeskripsikan penokohan, konflik psikologi, akibat yang disertai reaksi-reaksi tokoh utama dalam roman Le Dernier Jour d’un Condamné Karya Victor Hugo.

Sebagai analisis tahap awal penulis menggunakan teknik pelukisan tokoh oleh Altenbernd dan Lewis. Setelah menganalisis penokohan, penulis mencapai tujuan akhir penelitian ini yaitu mendeskripsikan konflik psikologi dan akibat yang ditimbulkan konflik tersebut disertai reaksi-reaksi tokoh utama dalam roman Le Dernier Jour d’un Condamné Karya Victor Hugo dengan menggunakan teori utama

(36)

2.2.1 Teknik Pelukisan Tokoh

Tokoh adalah pelaku yang mengembangkan peristiwa dalam cerita fiksi sehingga pelaku itu mampu menjalin suatu cerita disebut dengan tokoh (Aminudin 1995:79).

Ada beberapa metode penyajian watak tokoh atau penokohan. menurut Altenbernd dan Lewis dalam Nurgiyantoro (1994 :56) menyatakan bahwa secara garis besar ada dua cara teknik pelukisan tokoh dalam suatu karya, yaitu sebagai berikut.

2.2.1.1Teknik Ekspositori atau Teknik Analisis.

Pelukisan tokoh cerita dilakukan dengan memberikan deskripsi, uraian atau penjelasan secara langsung. Tokoh cerita hadir dan dihadirkan langsung. Tokoh cerita hadir dan dihadirkan oleh pengarang kehadapan pembaca secara tidak berbelit-belit, yang mungkin berupa sikap, sifat watak, tingkah laku, bahkan juga ciri fisiknya.

2.2.1.2Teknik Dramatik.

(37)

Wujud penggambaran teknik dramatik dapat dilakukan dengan sejumlah teknik yaitu, (a) Teknik Cakapan, (b) Teknik Tingkah Laku, (c) Teknik Pikiran dan Perasaan, (d) Teknik Arus Kesadaran, (e) Teknik Reaksi Tokoh, (f) Teknik Reaksi Tokoh Lain, (g) Teknik Pelukisan Latar, (h) Teknik Pelukisan Fisik, keseluruhan hal tersebut akan dibahas satu per satu berikut ini:

a. Teknik Cakapan

Percakapan yang dilakukan oleh tokoh cerita biasanya juga dimaksudkan untuk menggambarkan sifat-sifat tokoh yang bersangkutan. Bentuk percakapan dalam sebuah karya fiksi, khususnya novel, umumnya cukup banyak, baik percakapan yang pendek maupun yang panjang. Percakapan yang baik, yang efektif, yang lebih fungsional, adalah yang menunjukkan perkembangan plot dan sekaligus mencerminkan sifat kedirian tokoh pelakunya.

b. Teknik Tingkah Laku

Apa yang dilakukan orang dalam wujud tindakan dan tingkah laku, dalam banyak hal dapat dipandang sebagai menunjukkan reaksi, tanggapan sifat dan sikap yang mencerminkan sifat-sifat kehadirannya.

c. Teknik Pikiran atau Perasaan

(38)

d. Teknik Arus Kesadaran

Arus kesadaran merupakan sebuah teknik narasi yang berusaha menangkap pandangan dan aliran proses mental tokoh, dimana tanggapan indra pandang dan tanggapan indra bercampur dengan kesadaran pikiran, perasaan, inggatan, harapan, dan asosiasi-asosiasi acak.

e. Teknik Reaksi Tokoh

Teknik reaksi tokoh dimaksudkan sebagai reaksi tokoh terhadap suatu kejadian, masalah, keadaan, dan sikap tingkah laku orang lain, dan sebagainya yang berupa “rangsangan” dari luar tokoh yang bersangkutan. Bagaimana reaksi tokoh

terhadap hal-hal tersebut dapat dipandang sebagai suatu bentuk penampilan yang mencerminkan sifat-sifat kehadirannya.

f. Teknik Reaksi Tokoh Lain

Reaksi tokoh lain dimaksudkan sebagai reaksi yang diberikan oleh tokoh lain terhadap tokoh utama, atau tokoh yang dipelajari kediriannya, yang berupa pandangan, pendapat, sikap, komentar, dan lain-lain. Reaksi tokoh juga merupakan teknik penokohan untuk menginformasikan kedirian tokoh kepada pembaca. Tokoh-tokoh lain itu pada hakikatnya melakukan penilaian atas Tokoh-tokoh utama untuk pembaca.

g. Teknik Pelukisan Latar

(39)

h. Teknik Pelukisan Fisik

Keadaan fisik seseorang sering berkaitan dengan keadaan kejiwaannya, atau paling tidak, pengarang sengaja mencari dan menghubungkan adanya keterkaitan itu. Misalnya, bibir tipis menayaran pada sifat ceriwis dan bawel, rambu lurus menyaran pada sifat tak mau mengalah, pandangan mata tajam, hidung agak mendongak, bibir yang bagaimana, dan lain-lain yang dapat menyaran pada sifat tertentu. Tentu saja hal itu berkaitan dengan pandangan budaya masyarakat yang bersangkutan.

SKEMA 1 : TEKNIK PELUKISAN TOKOH

Teknik ekspositori (analitik)

Teknik dramatik Teknik pelukisan

tokoh

Teknik pelukisan fisik Teknik pelukisan latar

Teknik arus kesadaraan

Teknik reaksi tokoh lain

Teknik reaksi tokoh Teknik pikiran dan

perasaan Teknik tingkah laku

(40)

Sumber : hasil hipotesis penulis berdasarkan teknik pelukisan tokoh Altenbernd dan Lewis dalam Nurgiantoro (1994:195-210)

2.2.2 Psikologi Sastra

Secara sederhana pisikologi sastra dapat diartikan sebagai gabungan disiplin psikologi dan sastra. Ditinjau dari asal katanya, pisikologi sastra berasal dari kata “psyche” yang berarti jiwa dan “logos” yang berarti ilmu. Secara harfiah, psikologi

berarti ilmu jiwa atau ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia (Dirgagunarsa 1975:9).

Psikologi sastra adalah kajian sastra yang memandang karya sebagai aktivitas kejiwaan (Endraswara 2003:96). Karya sastra yang bermutu menurut pandangan pendekatan psikologis adalah karya sastra yang mampu menggambarkan kekalutan dan kekacauan batin manusia karena hakekat kehidupan manusia itu adalah perjuangan menghadapi kekelutan batinnya sendiri (Endraswara 2008:8).

Ratna (1994:342-343) menyatakan bahwa secara definitif, tujuan psikologi sastra adalah untuk memenuhi asfek-asfek kejiwaan yang terkandung dalam suatu karya. Dengan demikian, pada dasarnya psikologi lebih menekankan pada pembicaraan dalam kaitannya dengan unsur-unsur kejiwaan tokoh-tokoh fiksional dalam sebuah karya.

Menurut Ratna (1994:343) ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk memahami hubungan antara psikologi dengan sastra, yakni: (a) Memahami unsur-unsur kejiwaan pengarang sebagai penulis. (b) Memahami unsur-unsur-unsur-unsur kejiwaan tokoh fiksional dalam karya sastra. (c) Memahami unsur-unsur kejiwaan pembaca.

(41)

tokoh tersebut dilakukan dengan cara terlebihdahulu menentukan sebuah karya sastra sebagai objek penelitian dalam hal ini berupa karya roman, kemudian ditentukan teori-teori psikologi yang dianggap relevan untuk pelaksanaan analisis.

Roman Le Dernier Jour d’Un Condamné karya Victor Hugo diteliti dengan pendekatan psikologis, menggunakan teori pertarungan antara motif-motif bilamana pada suatu saat terdapat beberapa motif yang muncul secara serempak, yaitu tahap pertarungan antara motif-motif, karena tahap ini dapat membawa seseorang kedalam situasi konflik. Roman ini menekankan pada konflik yang dialami oleh tokoh utamanya. Konflik merupakan pertentangan yang terjadi akibat adanya dua atau lebih keinginan yang saling bertentangan untuk menguasai diri sehingga mempengaruhi perilaku dan konflik tersebut yang akhirnya menimbulkan pergolakan dalam diri tokoh.

2.2.3 Psikologi Kepribadian Menurut Atkinson, Atkinson, dan Hilgard

Psikologi secara harfiah berarti ilmu jiwa yang mempelajari tentang gejala-gejala kejiwaan. Pada perkembangannya dalam sejarah arti psikologi menjadi ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia. Hal ini terjadi karena jiwa yang mempelajari tingkah laku manusia. Hal ini terjadi karena jiwa yang abstrak itu sukar dipelajari secara objektif. Di samping itu, keadaan jiwa seseorang melatarbelakangi hampir seluruh tingkah laku (Dirgagunarsa 1975:9).

Psikologi berasal dari bahasa yunani kuno yaitu kata “pchyche” dan “logos”.

Secara etimologis, psyche berarti jiwa, roh, sukma dan nafas hidup dan logos berarti

(42)

Menurut Kartono (1974:15) secara umum psikologi adalah suatu ilmu yang mempelajari struktur kehidupan psikis manusia dengan sifat-sifat dan ciri-cirinya yang umum dan berlaku untuk semua manusia sebagai subjek. Jadi objek psikologi secara umum adalah manusia sebagai subjek penghayatan dan mencakup segala tingkah laku serta aktivitas itu sebagai manivestasi hidup kejiwaan.

Walgito (2003:3) mengatakan psikologi merupakan salah satu macam ilmu dari berbagai ilmu yang ada. Sebagai satu ilmu, psikologi juga mempunyai ciri atau sifat seperti yang dimiliki oleh ilmuan-ilmuan pada umumnya. Sebagai suatu ilmu, psikologi mempunyai: (1) objek tertentu, (2) metode penyelidikan tertentu, 3) sistematika yang teratur sebagai hasil pendekatan terhadap objeknya, dan (4) sejarah tertentu.

Psikologi yang berhubungan dengan kejiwaan seseorang adalah psikologi kepribadian. Mempelajari psikologi berarti usaha untuk mengenal manusia. Mengenal berarti dapat memahami, menguraikan, atau menggambarkan tingkah laku manusia beserta aspek-aspeknya.

Kata kepribadian, merupakan terjemahan dari bahasa inggris “personality”. Secara etimologis, kata personality berasal dari bahasa latin “persona” yang berarti

topeng. Topeng ini sering dipakai oleh pemain panggung dengan maksud untuk menggambarkan watak seseorang. Menurut Sujanto (1997:10), watak adalah sifat batin seseorang yang mempengruhi segenap pikiran dan tingkah laku beserta aspek-aspeknya.

(43)
(44)

2.2.3.1Konflik Psikologis

Menurut Wellek dan Warren dalam Nurgiyantoro (1994:122) konflik adalah sesuatu yang dramatik, mengacu pada pertarungan antara dua kekuatan yang seimbang dan menyiratkan adanya aksi balasan.

Konflik sebagai bentuk kejadian dapat dibedakan menjadi dua yaitu konflik eksternal dan konflik internal. Konflik eksternal adalah konflik terjadi antara seorang tokoh dengan sesuatu yang di luar dirinya, mungkin dengan lingkungan alam mungkin lingkungan manusia. Konflik internal (konflik kejiwaan) adalah konflik yang terjadi dalam hati, jiwa seorang tokoh cerita, dapat dikatakan konflik yang dialami manusia dengan dirinya sendiri, ia lebih merupakan permasalahan intern seorang manusia. Misalnya, hal itu, terjadi akibat adanya pertentangan antara dua keinginan, keyakinan, pilihan yang berbeda, harapan-harapan, masalah-masalah lainnya (Nurgiyantoro 1994:124).

Konflik dalam diri seseorang dapat terjadi karena adanya dua motif keinginan atau tujuan yang ingin dicapai secara bersamaan. Motif merupakan suatu pengertian yang melingkupi semua penggerak, alasan atau dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan ia berbuat sesuatu (Gerungan, 2004:151). Konflik itu terjadi akibat adanya perbedaan yang tak dapat diatasi antara kebutuhan individu dengan kemampuannya yang potensial. Konflik yang terjadi dalam diri seseorang hanya dapat diselesaikan dengan kata hati.

2.2.3.2Macam-Macam Konflik Psikologi

(45)

artinya bisa jadi konflik terjadi pada diri individu. Situasi konflik adalah situasi yang membuat seseorang merasa bimbang atau bingung karena harus memilih antara dua tiga macam atau beberapa motif yang muncul saat bersamaan. Kebimbangan itu ditandai adanya ketegangan dalam mengambil suatu keputusan atau pilihan (Dirgagunarsa 1975:98).

Dalam kenyataan motif atau dorongan seringkali muncul pada saat yang bersamaan sehingga menimbulkan konflik psikologis pada jiwa seseorang. Berdasarkan motifnya Atkinson, Rita L, Richard C, dan Hilgard, Ernest R. (1983:201-203) mengelompokkan konflik menjadi dua macam, yaitu konflik mendekat-menghindar (approach-avoidance conflict), konflik menjauh-menjauh

(avoidance-avoidance conflict) yang akan kita bahas satu per satu berikut ini.

2.2.3.2.1 Konflik Mendekat-Menghindar(Approach-Avoidance Conflict)

(46)

2.2.3.2.1 Konflik Menghindar-Menghindar (Avoidance-Avoidance Conflict)

Konflik ini timbul apabila seseorang dihadapkan pada keharusan untuk memilih di antara dua alternatif negatif sehingga menimbulkan kebimbangan, karena menjauhi alternatif yang satu berarti harus memenuhi alternatif yang lain sama negatifnya (tidak menyenangkan). Contoh: seorang ibu pada saat anak sedang sakit tetapi pada saat kebersamaan itu ibu harus tetap bekerja. Hal ini menimbulkan konflik bagi ibu dan bila memilih salah satu diantara keduanya tetap akan menimbulkan nilai negatif bagi individu yang bersangkutan, yaitu sebagai ibu tetap tidak bisa merawat anak yang sedang sakit, sedangkan dalam pekerjaan ibu tidak bisa sepenuhnya konsentrasi.

2.2.3.3Akibat Konflik Psikologis dan Reaksi Tokoh

(47)

Terlalu sering melakukan kegiatan yang bertentangan dengan suara batin hanya menyebabkan pecahnya pribadi seseorang, akibat individu selalu merasakan konflik-konflik jiwa yang tidak berkesudahan. Sebagai akibat pribadi yang dihinggapi konflik itu tidak mengenal atau tidak menyadari lagi apakah yang dilakukannya. Berdasarkan konflik psikologi tersebut, menurut Rita L. Atkinson, Richard C. Atkinson, Ernest R. Hilgard (1983:203-225) akibat dan reaksi terhadap akibat yang timbul dapat kita lihat pada halaman berikutnya.

2.2.3.3.1 Frustrasi

Frustrasi terjadi bila gerak ke arah tujuan yang diinginkan terhambat atau tertunda. Berbagai hambatan, baik eksternal maupun internal, dapat mengganggu usaha seseorang untuk mencapai tujuan.

Menurut C. E. Morgan (dalam Dirgagunarsa 1978 : 145) mengatakan ada beberapa macam sumber yang menyebabkan terjadinya frustasi. (1) diri pribadi sendiri. Misalnya seseorang ingin menjadi dokter gigi, tetapi gagal karena ia buta warna. (2) keadaan lingkungan (fisik) misalnya, ingin datang ke kampus pada waktunya, tidak bisa karena tiba-tiba sepeda motor kempes. (3) keadaan objeknya sendiri. Dalam hal ini kaitannya dengan tujuan sudah tercapai, tetapi ternyata tujuan (objek) itu tidak sesuai dengan harapan. Misalnya, kain sudah terbeli ternyata luntur. Ketika seseorang telah mengalami frustrasi timbul reaksi-reaksi, yaitu (a) agresi, (b) apati, dan (c) regresi. Keseluruhan hal tersebut akan dibahas satu per satu pada halaman 26.

(48)

a) Agresi

Reaksi yang timbul ketika dalam situasi frustrasi, biasanya seseorang tampak gelisah dan tidak senang: mereka menggerutu, resah, dan mengeluh, dan dalam banyak hal, orang yang mengalami frustrasi tidak dapat mengekspresikan agresi terhadap sumber frustrasi. Kadang-kadang sumber itu tidak jelas. Orang itu tidak tahu apa yang akan diserang tetapi ia merasa marah dan mencari sesuatu yang diserang, kadang-kadang orang yang menyebabkan frustrasi itu terlalu kuat sehingga serangan terhadap orang itu akan menimbulkan bahaya.

b) Apati

Reaksi yang berupa sikap acuh tak acuh dan menarik diri. Seseorang yang menyerang dengan penuh kemarahan ketika mengalami frustrasi dan mengetahui bahwa akhirnya kebutuhan mereka terpenuhi (baik itu melalui usaha mereka sendiri ataupun karena ada seseorang yang cepat-cepat menentramkan mereka ) mungkin kelak menampilkan perilaku yang sama bila motif mereka dihambat. Contoh: Seseorang yang ledakan agresifnya tidak pernah memberikan hasil dan seseorang yang tidak mampu memuaskan kebutuhan mereka melalui tindakan mereka sendiri, mungkin bertindak apatis dan menarik diri bila dihadapkan pada situasi yang menimbulkan frustrasi.

c) Regresi

(49)

menghadapi situasi yang menimbulkan frustrasi. Mereka memaki, berteriak, mulai berkelahi, atau menghentikan usaha mengatasi masalah dan mencari seseorang untuk membantu memecahkan masalah tersebut.

2.2.3.3.2Kecemasan

Kecemasan adalah emosi yang tidak menyenangkan, yang ditandai dengan istulah-istilah seperti “kekhawatiran,” “keprihatinan,” dan “rasa takut,” yang kadang kita alami dalam tingkat yang berbeda-beda karena kurangnya kesepakatan tentang definisi kecemasan yang lebih tepat, kami tidak akan memberi definisi. Contoh: Seorang gadis kecil yang dihukum orang tuanya karena menentang kehendak mereka dan berusaha memaksa kehendaknya sendiri pada akhirnya belajar mengasosiasikan rasa sakit hukuman dengan perilaku memaksa. Bila dia memikirkan usaha memaksa kehendaknya dan menentang orang tuanya, dia akan mengalami kecemasan.

Ketika seseorang telah mengalami kecemasan timbul reaksi-reaksi sebagai berikut, yaitu (a) mekanisme pertahanan, (b) penolakan, (c) penekanan, (d) rasionalisasi, (e) pembentukan reaksi, (f) proyeksi, (g) intelektualitas, (h) pengalihan. Keseluruhan hal tersebut akan dibahas satu per satu berikut ini.

a. Mekanisme Pertahanan

Sebagian dari cara seseorang mereduksi perasaan cemas tanpa memfokuskan masalahnya diberi nama mekanisme pertahanan, karena sering dilakukan. Freud (dalam Rita L. Atkinson, Richard C. Atkinson, Ernest R. Hilgard 1983:215) menggunakan istilah mekanisme pertahanan (defense mechanism) untuk

(50)

pemutarbalikkan kenyataan. Strategi-strategi ini tidak mengubah kondisi objektif bahaya dan hanya mengubah cara orang mempersepsi atau memikirkan masalah itu.

b. Penolakan

Bila kenyataan eksternal terlalu menyakitkan untuk dihadapi, seseorang mungkin mengingkari adanya kenyataan itu. Contoh: Orang tua seorang anak yang sedang sakit gawat mungkin menolak mengakui bahwa anaknya sakit keras walaupun mereka sudah diberi tahu dengan jelas diagnosisnya dan akibat yang terjadi. Karena mereka tidak tahan sakitnya mengakui kenyataan yang mungkin muncul, mereka terpaksa menggunakan mekanisme bela diri dalam bentuk penolakan (danial), setidak-tidaknya untuk sementara.

c. Penekanan

Pengingkaran atas kenyataan adalah pembelaan diri terhadap ancaman

eksternal; penekanan (represi) adalah pembelaan diri terhadap ancaman internal.

Dalam penekanan, implus-implus dan ingatan-ingatan yang terlalu menakutkan dibuang jauh dari tindakan-tindakan atau kesadaran-kesadaran. Freud (dalam Rita L. Atkinson, Richard C. Atkinson, Ernest R. Hilgard 1983:217) mengatakan bahwa penekanan implus-implus tertentu pada masa kanak-kanak merupakan hal yang universal. Misalnya, dia berpendapat bahwa semua anak-anak laki merasakan gairah terhadap ibunya dan perasaan persaingan dan permusuhan terhadap bapak mereka (odipus kompleks); perasaan ini ditekan untuk menghindarkan akibat-akibat yang

(51)

mereka tidak mantap dengan gagasan pribadinya. Perasaan permusuhan terhadap orang yang dicintai dan pengalaman kegagalan mungkin dibuang dari ingatan.

d. Rasionalisasi

Rasionalisasi bukan berarti “bertindak menurut akal”; hal ini merupakan penentu motif yang masuk akal atau layak secara sosial pada sesuatu yang kita lakukan sehingga kita tampak bertindak sesuai dengan akal pikiran dan sepatutnya. Dalam usaha mencari alasan yang “baik” ketimbang yang “benar” orang-orang membuat sejumlah dalih. Dalih-dalih itu biasanya masuk akal; hanya saja mereka itu tidak mengatakan seluruh cerita. Misal: suka atau tidak suka sebagai suatu dalih: “

Saya tidak akan pergi ke pesta itu walaupun seandainya saya diundang. Saya tidak suka berkumpul-kumpul dengan orang banyak itu.

e. Pembentukan Reaksi

Kadangkala orang-orang dapat menyembunyikan motif dari diri mereka sendiri dengan memberikan pernyataan yang kuat terhadap yang bertentangan. Kecendrungan demikian disebut pembentukan reaksi (reaction formation). Contoh:

(52)

f. Proyeksi

Proyeksi adalah bentuk dari rasionalisasi, tetapi hal itu meresap ke dalam kebudayaan kita sehingga hal itu layak di perbincangkan karena sifatnya sendiri. Anggota-anggota setiap perkumpulan di universitas memberikan gambaran tentang proyeksi. Anggota-anggota setiap perkumpulan diminta untuk menilai anggota perkumpulan lainnya sifat-sifat yang tidak terpuji seperti kikir, keras kepala, dan keberandalan. Setiap mahasiswa diminta juga menilai dirinya sendiri. Yang menarik disini adalah mahasiswa yang memiliki sifat-sifat yang sangat tidak terpuji (yang dinyatakan menurut cara anggota lain menilai mereka) tapi mereka tidak menyadari memiliki sifat itu (yang dinyatakan oleh penilaian mereka atas diri mereka sendiri). Orang-orang semacam ini cendrung memberikan sifat yang tak terpuji terhadap mahasiswa lainnya. Datanya bersesuaian dengan pengertian mekanisme proyeksi Sears dalam Atkinson, Rita L, Richard C, dan Hilgard, Ernest R ( 1983:220 ).

g. Intelektualitas

Intelektualitas adalah usaha untuk memperoleh pembebasan dari situasi yang mengancam dan menghadapinya dengan istilah-istilah abstrak dan ilmiah. Doktor yang terus-terusan dihadapkan dengan penderitaan manusia tidak dapat berusaha untuk terlibat secara emosional dengan setiap pasien; kenyataannya, sejumlah pembebasan tertentu mungkin sangat perlu agar dokter itu dapat bekerja dengan baik.

h. Pengalihan

(53)

tak layak. Melalui mekanisme pengalihan (displacement), suatu motif yang tidak

dapat dipuaskan dalam satu bentuk diarahkan kedalam saluran baru. Contoh: kegiatan ibu-ibu, mengasuh atau mencari sahabat mungkin membantu mengurangi ketegangan yang berhubungan dengan kebutuhan seks yang tak terpenuhi.

2.2.3.3.3 Stres dan Fisiologi

(54)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini akan dibahas mengenai pendekatan penelitian, sasaran penelitian, sumber penelitian, teknik pengumpulan data, metode dan teknik analisis data, metode dan teknik penyajian hasil analisis data, serta langkah kerja penelitian.

3.1

Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan untuk menganalisis konflik psikologis tokoh “Je” yang terdapat dalam roman Le Dernier Jour d’un Condamné karya Victor

Hugo adalah pendekatan psikologis. Menurut Ratna (2004:41) pendekatan psikologis pada dasarnya berhubungan dengan tiga gejala utama, yaitu: pengarang, karya sastra, dan pembaca. Pendekatan ini digunakan dengan alasan bahwa pendekatan psikologis merupakan pendekatan yang memperhatikan segi-segi kejiwaan yang terdapat dalam karya sastra. Pendekatan ini digunakan untuk menganalisis konflik yang dialami oleh tokoh „‟Je‟‟ dalam romanLe Dernier Jour d’un Condamné karya Victor Hugo.

Sejalan dengan itu, teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori psikologi sastra. Menurut Ratna (2004:346), psikologi sastra adalah analisis teks dengan mempertimbangkan relevansi dan peranan studi psikologis. Dengan memusatkan kepada tokoh-tokoh, maka akan dapat di analisis konflik batin yang mungkin saja bertentangan dengan teori psikologis. Dalam hubungan inilah penelitian harus menemukan gejala yang tersembunyi atau sengaja disembunyikan oleh pengarangnya, yaitu dengan memanfaatkan teori-teori psikologi yang dianggap

(55)

relevan. Penelitian ini dilakukan menggunakan pendekatan psikologi sastra selanjutnya dihubungkan dengan teori psikologi yaitu teori kepribadian dari Rita L. Atkinson, Richard C. Atkinson, dan Ernest L. Hilgard. Unsur-unsur Psikologis dalam roman Le Dernier Jour d’un Condamné Karya Victor Hugo yang diteliti oleh penulis yaitu tokoh “Je” yang diduga mengalami konflik psikologis. Hal ini bertujuan untuk mengetahui konflik apa saja dan akibat disertai reaksi apakah yang dialami oleh tokoh “Je” dalam roman Le Dernier Jour d’un Condamné karya Victor Hugo.

3.2

Objek Penelitian

Objek penelitian ini terdiri dari dua bagian, yaitu objek material dan objek formal. Objek material adalah objek yang dijadikan sasaran untuk menyelidiki suatu ilmu (www.one.indoskripsi.com/node/cetak disunting pada tanggal 14 Januari 2011).

Objek material penelitian ini adalah roman Le Dernier Jour d’un Condamné karya

Victor Hugo.

Sedanglan objek formal adalah sudut pandang subjek menelaah objek materialnya (www.one.indoskripsi.com/node/cetak disunting pada tanggal 14 Januari

2011). Objek formal penelitian ini adalah konflik psikologi, akibat, dan reaksi-reaksi tokoh „‟Je‟‟ yang tampak dalam kalimat-kalimat dalam roman Le Dernier Jour d’un

Condamné karya Victor Hugo.

3.3

Sasaran Penelitian

(56)

kalimat-kalimat atau pernyataan-pernyataan yang terdapat dalam roman Le Dernier

Jour d’un Condamné karya Victor Hugo yang mengandung informasi tentang

jenis-jenis, akibat, dan reaksi tokoh utama „„Aku‟‟ yang ditimbulkan konflik pasikologis

tersebut.

3.4

Sumber Penelitian

Penelitian ini mengambil kalimat-kalimat yang mengandung unsur-unsur penokohan pada tokoh “Je” dalam roman Le Dernier Jour d’un Condamné karya Victor Hugo, penerbit Charles Gosselin, tahun 1829, cetakan pertama yang terdiri dari 49 bab yang panjangnya sangat varitif mulai dari satu halaman hingga ke beberapa halaman.

Di Indonesia, roman ini telah diterjemahkan oleh M. Lady Lesmana. Akan tetapi pada penelitian ini, penulis tidak sepenuhnya mengikuti terjemahan oleh M. Lady Lesmana tersebut. Penulis akan menggunakan terjemahan bebas oleh penulis sendiri untuk mempermudah penulis dalam menginterpretasikan makna yang terkandung dalam Le Dernier Jour d’un Condamné karya Victor Hugo.

3.5

Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini dilakukan metode library research yaitu penelitian

pustaka. Selain itu, penulis menggunakan teknik membaca efektif untuk memperoleh data dari sumber-sumber tertulis.

(57)

yang relevan dituliskan pada kartu data yang berisi komponen-komponen yang dapat kita lihat pada halaman berikut:

(1) Nomor data : 1

(2) Sumber : (LDJDC/1/I/4) (3) Korpus data

Data Terjemahan

(4) Analisis Korpus Data

Keterangan:

Bagian 1 berisi : Nomor urut kartu data

Bagian 2 berisi : Judul roman yaitu Le Dernier Jour d’un Condamné Bab (Chapitre)

Halaman (page)

Bagian 3 berisi : Korpus data

Bagian 4 berisi : Analisis korpus data

3.6

Metode dan Teknik Analisis Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis, yaitu metode penelitian yang dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta kemudian disusul dengan analisis (Endraswara 2008:53).

(58)

data-data yang telah diperoleh kemudian dideskripsikan dan kemudian disusul dengan analisis. Selain itu, data yang telah siap dan sudah tercatat dalam kartu data disusun secara sistematis sesuai kepentingan penelitian dengan harapan akan diperoleh kejelasan mengenai cara-cara yang ditempuh untuk menjawab permasalahan yang dikemukakan dalam penelitian ini.

3.7

Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Da

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil identifikasi menunjukan bahwa lanskap desa Purwodadi memiliki potensi objek dan atraksi sebanyak 22 jenis yang terdiri dari wisata alam dan

Pada emulsi ganda A/M/A yang dibuat dengan menggunakan hidrokoloid sebagai penstabil antara fase dispers A/M dan fase air eksternal, viskositasnya dapat lebih

Sedangkan dalam hal pelanggaran hak cipta yang ada dalam perbuatan cyber crime dalam bentuk phising, yang mana perbuatannya adalah membuat tampilan yang mirip dengan

Pertama, penyalurannya dijelaskan secara detil di website baik Global Qurban maupun Aksi Cepat Tanggap, seperti cara bayarnya yang cukup jelas,”

Peralatan yang dapat digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk memonitor apakah pengelolaannya terhadap piutang sudah cukup baik adalah : (a) analisa umur piutang, (b)

Gesekan budaya dapat terjadi saat seseorang tidak memiliki rasa simpati pada suatu kebudayaan, sehingga ia meninggalkan budayanya tersebut. Simpati dan empati sendiri perlu

Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikasi untuk kedua model Altman Modifikasi dan Springate sebesar 0,135 lebih besar dari tingkat signifikan sebesar 0,05

Selain itu dengan adanya public goods yang disediakan oleh Pemerintah akibat adanya TPST Bantar Gebang tersebut juga menyebabkan eksternalitas positif di masyarakat