• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Persediaan Bahan Baku Kulit Sintetik di Perusahaan Tas Sumber Karya Indah Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Persediaan Bahan Baku Kulit Sintetik di Perusahaan Tas Sumber Karya Indah Bogor"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KULIT SINTETIK

DI PERUSAHAAN SUMBER KARYA INDAH

DENGAN METODE SIMULASI

Oleh:

ARI PURWANI

H24102019

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

ABSTRAK

Ari Purwani H24102019. Kajian Persediaan Bahan Baku Kulit Sintetik di Perusahaan Sumber Karya Indah dengan Metode Simulasi. Di bawah bimbingan Heti Mulyati.

Setiap perusahaan menginginkan kinerjanya tinggi, untuk mempertahankan keunggulan bersaingnya. Oleh karena itu, fungsi-fungsi dari berbagai bidang yang bekerja dalam perusahaan harus berjalan dengan baik. Salah satu hal yang sangat penting untuk diperhatikan oleh perusahaan adalah pengelolaan persediaan bahan baku. Persediaan bahan baku memerlukan biaya cukup mahal di perusahaan, baik manufaktur maupun jasa karena melibatkan investasi terbesar dari total modal perusahaan, yaitu sebesar 30-40 persen.

Perusahaan Sumber Karya Indah (SKI) adalah penghasil tas dari bahan kulit sintetik di Kota Bogor. Perusahaan ini terkenal dengan nama ”Tas Tajur” yang banyak dikunjungi konsumen baik dari Bogor maupun luar Bogor dengan rata-rata 1.750 pengunjung setiap minggunya. Namun demikian, pada saat ini masalah yang dihadapi perusahaan adalah pengendalian persediaan bahan baku kulit sintetik yang kurang baik, diantaranya adalah tidak adanya manajemen dalam pengadaan dan penggunaan bahan baku. Hal ini menyebabkan pembelian bahan baku yang terlalu sering, sehingga meningkatkan biaya produksi. Tujuan penelitian ini adalah : (1) Mengkaji sistem persediaan yang telah dilakukan SKI dan (2) Membuat model dan biaya persediaan dengan metode simulasi di SKI. Dalam penelitian ini persediaan bahan baku yang dikaji adalah jenis coper. Jenis ini merupakan bahan baku yang banyak digunakan dalam pembuatan tas di SKI.

Pengumpulan data dilakukan melalui data primer dan data sekunder. Data pimer adalah data yang langsung dikumpulkan dari perusahaan SKI. Data sekunder merupakan data yang telah tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen tertulis yang diperoleh dari perusahaan SKI, internet dan sumber lainnya yang relevan. Metode pengumpulan data berupa survai lapangan, wawancara, dokumentasi dan riset pustaka. Hal tersebut dilakukan ke perusahaan SKI dan instansi terkait untuk memperoleh gambaran kondisi aktual sistem persediaan bahan baku pada perusahaan SKI. Data yang diperoleh dari SKI selanjutnya diolah dan dianalisis. Data produksi diolah dengan menggunakan software

Minitab versi 14, MATLAB versi 13 dan Microsoft Excel untuk menghasilkan jumlah persediaan pengaman dan titik pemesanan kembali, peramalan produksi dan jumlah pemesanan ekonomis.

(3)

KAJIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KULIT SINTETIK

DI PERUSAHAAN SUMBER KARYA INDAH

DENGAN METODE SIMULASI

SKRIPSI

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh:

ARI PURWANI

H24102019

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(4)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

KAJIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KULIT SINTETIK

DI PERUSAHAAN TAS

SUMBER KARYA INDAH BOGOR

SKRIPSI

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI pada Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh: ARI PURWANI

H24102019

Menyetujui, Juni 2006

Heti Mulyati, MT Dosen Pembimbing

Mengetahui,

Dr. Ir. Jono Munandar, M.Sc. Ketua Departemen

(5)

iii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Wonosobo tanggal 23 Januari 1984. Penulis

merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan H. Kuwat Raharjo

dan Ngatiyah.

Pada tahun 1996 penulis menyelesaikan pendidikan SD Negeri 5 Wonosobo.

Penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Wonosobo. Pada tahun 1999

penulis melanjutkan pendidikan di SMU Negeri 2 Wonosobo. Pada tahun 2002,

penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Ujian Seleksi

Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI) di Departemen Manajemen, Fakultas

Ekonomi dan Manajemen (FEM) IPB.

Selama mengikuti perkuliahan di IPB, penulis aktif di berbagai kegiatan

mahasiswa yaitu sebagai Treasury Direktorat Keuangan Centre of Management

(COM@) periode 2003/2004, dan aktif sebagai panitia beberapa acara antara lain,

pada tahun 2004 menjadi panitia dalam seminar ’’Entrepreneurship and

Economics Empowerment Program 2004’’, pada bulan September 2004 menjadi

bendahara acara ’’Sharing Mahasiswa Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan dan

Manajemen’’. Pada bulan Oktober 2004 sebagai panitia dalam acara ’’Seminar of

(6)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun skripsi

dengan judul ”Kajian Persediaan Bahan Baku Kulit Sintetik di Perusahaan

Sumber Karya Indah dengan Metode Simulasi” yang dilakukan dalam rangka

tugas akhir untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen

Manajemen, FEM-IPB.

Sumber Karya Indah (SKI) adalah sebuah perusahaan tas yang banyak

dikunjungi oleh konsumen dari Kota Bogor maupun luar Bogor. Rata-rata jumlah

pengunjung per minggunya adalah 1750, namun demikian belum ada manajemen

dalam sistem persediaan bahan baku di SKI. Jumlah permintaan tas di SKI sangat

berfluktuatif (tidak konstan). Salah satu metode yang dapat digunakan SKI dalam

mengendalikan persediaan bahan baku adalah metode simulasi. Simulasi mampu

memberikan solusi alternatif dalam meminimalkan total biaya persediaan bagi

permintaan dan waktu pemesanan kembali yang tidak konstan. Dengan

menerapkan metode simulasi dalam pengendalian persediaan bahan baku,

diharapkan SKI mampu meminimalkan biaya produksi yang selanjutnya dapat

meningkat keunggulan bersaing SKI.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan

sebesar-besarnya kepada Ibu Heti Mulyati, MT yang telah memberikan

bimbingan, arahan, motivasi dan saran selama pelaksanaan penelitian dan

penyusunan skripsi. Serta tidak lupa kepada dosen penguji Bapak Ir. Pramono D.

Fewidarto, MS dan Bapak Ir. Abdul Basith, MS yang telah memberikan masukan

dan saran dalam skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh

staf pengajar dan karyawan/wati di Departemen Manajemen, FEM-IPB. Terima

kasih penulis ucapkan kepada Bapak Michael dan semua karyawati yang ada di

SKI yang telah memberikan informasi dan data selama penelitian.

Terima kasih penulis sampaikan pula kepada Ibu, Bapak, Adik dan seluruh

keluarga atas segala doa, kasih sayang, dan pengorbanan yang telah diberikan

kepada penulis selama ini, serta keluarga di Pamulang dan Bandung atas

(7)

v

Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada rekan-rekan di Departemen

Manajemen, FEM IPB angkatan 39 yang telah memberikan semangat, motivasi

dan tempat berbagi selama menjalani kuliah sampai pembuatan skripsi.

Akhir kata, penulis berharap semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi

yang memerlukannya.

Bogor, Juni 2006

(8)

vi DAFTAR ISI

Halaman ABSTRAK

RIWAYAT HIDUP ...iii

KATA PENGANTAR...iv

DAFTAR ISI ...vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR...ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

I. PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

1.5. Batasan Penelitian ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA... 5

2.1. Manajemen Produksi... 5

2.2. Persediaan ... 6

2.2.1. Definisi Persediaan ... 6

2.2.2. Pengelompokan Persediaan... 6

2.2.3. Fungsi Persediaan ... 7

2.2.4. Pengawasan Persediaan... 8

2.2.5. Faktor Yang Mempengaruhi Persediaan... 9

2.3. Kebijakan Pengawasan Persediaan Bahan Baku... 11

2.3.1. Peramalan Penjualan ... 11

2.3.2. Optimasi Pembelian Bahan Baku... 12

2.3.3. Safety Stock... 12

2.3.4. Reorder Point ... 13

2.3.5. Lead Time ... 14

2.3.6. Total Biaya Persediaan... 15

2.4. Simulasi ... 16

2.4.1. Pengertian Sistem dan Model... 16

2.4.2. Model Simulasi ... 18

2.4.3. Simulasi Monte Carlo ... 19

2.5. Penelitian Terdahulu ... 20

III.METODOLOGI PENELITIAN... 22

3.1. Kerangka Berpikir... 22

3.2. Tahapan Penelitian ... 23

3.3. Pengumpulan Data ... 25

3.4. Pengolahan dan Analisis Data... 26

(9)

vii

3.4.2. Menentukan Safety Stock... 26

3.4.3. Menentukan Lead Time... 27

3.4.4. Menetukan Reorder Point... 27

3.4.5. Pengolahan Data dengan Metode Simulasi... 27

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN... 31

4.1. Kondisi Umum Perusahaan... 31

4.1.1. Sejarah Perusahaan... 31

4.1.2. Struktur Organisasi dan Karyawan ... 32

4.2. Aspek Produksi ... 34

4.2.1. Gambaran Produk ... 34

4.2.2. Bahan Baku dan Alat/Mesin Produksi ... 35

4.2.3. Proses Produksi ... 35

4.3. Analisis Persediaan ... 39

4.3.1. Karakteristik Bahan Baku ... 39

4.3.2. Sistem Pembelian ... 39

4.3.3. Biaya Persediaan ... 40

4.4. Pengendalian Persediaan Bahan Baku ... 41

4.4.1. Pengendalian Persediaan Bahan Baku Perusahaan ... 41

4.4.2. Hasil Peramalan Produksi ... 43

4.4.3. Perhitungan Safety Stock dan Reorder Point... 45

4.4.4. Pengendalian Persediaan dengan Metode Simulasi ... 46

KESIMPULAN DAN SARAN ... 53

1. Kesimpulan ... 53

2. Saran ... 53

(10)

viii

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Kebutuhan, jenis, metode dan sumber data... 25

2. Probabilitas dan interval angka acak untuk permintaan... 30

3. Jumlah karyawan dan latar belakang pendidikan... 33

4. Model tas wanita ... 34

5. Bagan aliran proses pembuatan tas model BL ... 37

6. Penentuan biaya penyimpanan persediaan... 40

7. Hasil peramalan jumlah produksi tas model BL ... 45

8. Probabilitas dan interval angka acak produksi tas per minggu ... 47

9. Hasil perhitungan simulasi skenario 1 ... 48

(11)

KAJIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KULIT SINTETIK

DI PERUSAHAAN SUMBER KARYA INDAH

DENGAN METODE SIMULASI

Oleh:

ARI PURWANI

H24102019

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

ABSTRAK

Ari Purwani H24102019. Kajian Persediaan Bahan Baku Kulit Sintetik di Perusahaan Sumber Karya Indah dengan Metode Simulasi. Di bawah bimbingan Heti Mulyati.

Setiap perusahaan menginginkan kinerjanya tinggi, untuk mempertahankan keunggulan bersaingnya. Oleh karena itu, fungsi-fungsi dari berbagai bidang yang bekerja dalam perusahaan harus berjalan dengan baik. Salah satu hal yang sangat penting untuk diperhatikan oleh perusahaan adalah pengelolaan persediaan bahan baku. Persediaan bahan baku memerlukan biaya cukup mahal di perusahaan, baik manufaktur maupun jasa karena melibatkan investasi terbesar dari total modal perusahaan, yaitu sebesar 30-40 persen.

Perusahaan Sumber Karya Indah (SKI) adalah penghasil tas dari bahan kulit sintetik di Kota Bogor. Perusahaan ini terkenal dengan nama ”Tas Tajur” yang banyak dikunjungi konsumen baik dari Bogor maupun luar Bogor dengan rata-rata 1.750 pengunjung setiap minggunya. Namun demikian, pada saat ini masalah yang dihadapi perusahaan adalah pengendalian persediaan bahan baku kulit sintetik yang kurang baik, diantaranya adalah tidak adanya manajemen dalam pengadaan dan penggunaan bahan baku. Hal ini menyebabkan pembelian bahan baku yang terlalu sering, sehingga meningkatkan biaya produksi. Tujuan penelitian ini adalah : (1) Mengkaji sistem persediaan yang telah dilakukan SKI dan (2) Membuat model dan biaya persediaan dengan metode simulasi di SKI. Dalam penelitian ini persediaan bahan baku yang dikaji adalah jenis coper. Jenis ini merupakan bahan baku yang banyak digunakan dalam pembuatan tas di SKI.

Pengumpulan data dilakukan melalui data primer dan data sekunder. Data pimer adalah data yang langsung dikumpulkan dari perusahaan SKI. Data sekunder merupakan data yang telah tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen tertulis yang diperoleh dari perusahaan SKI, internet dan sumber lainnya yang relevan. Metode pengumpulan data berupa survai lapangan, wawancara, dokumentasi dan riset pustaka. Hal tersebut dilakukan ke perusahaan SKI dan instansi terkait untuk memperoleh gambaran kondisi aktual sistem persediaan bahan baku pada perusahaan SKI. Data yang diperoleh dari SKI selanjutnya diolah dan dianalisis. Data produksi diolah dengan menggunakan software

Minitab versi 14, MATLAB versi 13 dan Microsoft Excel untuk menghasilkan jumlah persediaan pengaman dan titik pemesanan kembali, peramalan produksi dan jumlah pemesanan ekonomis.

(13)

KAJIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KULIT SINTETIK

DI PERUSAHAAN SUMBER KARYA INDAH

DENGAN METODE SIMULASI

SKRIPSI

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh:

ARI PURWANI

H24102019

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(14)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

KAJIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KULIT SINTETIK

DI PERUSAHAAN TAS

SUMBER KARYA INDAH BOGOR

SKRIPSI

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI pada Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh: ARI PURWANI

H24102019

Menyetujui, Juni 2006

Heti Mulyati, MT Dosen Pembimbing

Mengetahui,

Dr. Ir. Jono Munandar, M.Sc. Ketua Departemen

(15)

iii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Wonosobo tanggal 23 Januari 1984. Penulis

merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan H. Kuwat Raharjo

dan Ngatiyah.

Pada tahun 1996 penulis menyelesaikan pendidikan SD Negeri 5 Wonosobo.

Penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Wonosobo. Pada tahun 1999

penulis melanjutkan pendidikan di SMU Negeri 2 Wonosobo. Pada tahun 2002,

penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Ujian Seleksi

Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI) di Departemen Manajemen, Fakultas

Ekonomi dan Manajemen (FEM) IPB.

Selama mengikuti perkuliahan di IPB, penulis aktif di berbagai kegiatan

mahasiswa yaitu sebagai Treasury Direktorat Keuangan Centre of Management

(COM@) periode 2003/2004, dan aktif sebagai panitia beberapa acara antara lain,

pada tahun 2004 menjadi panitia dalam seminar ’’Entrepreneurship and

Economics Empowerment Program 2004’’, pada bulan September 2004 menjadi

bendahara acara ’’Sharing Mahasiswa Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan dan

Manajemen’’. Pada bulan Oktober 2004 sebagai panitia dalam acara ’’Seminar of

(16)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun skripsi

dengan judul ”Kajian Persediaan Bahan Baku Kulit Sintetik di Perusahaan

Sumber Karya Indah dengan Metode Simulasi” yang dilakukan dalam rangka

tugas akhir untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen

Manajemen, FEM-IPB.

Sumber Karya Indah (SKI) adalah sebuah perusahaan tas yang banyak

dikunjungi oleh konsumen dari Kota Bogor maupun luar Bogor. Rata-rata jumlah

pengunjung per minggunya adalah 1750, namun demikian belum ada manajemen

dalam sistem persediaan bahan baku di SKI. Jumlah permintaan tas di SKI sangat

berfluktuatif (tidak konstan). Salah satu metode yang dapat digunakan SKI dalam

mengendalikan persediaan bahan baku adalah metode simulasi. Simulasi mampu

memberikan solusi alternatif dalam meminimalkan total biaya persediaan bagi

permintaan dan waktu pemesanan kembali yang tidak konstan. Dengan

menerapkan metode simulasi dalam pengendalian persediaan bahan baku,

diharapkan SKI mampu meminimalkan biaya produksi yang selanjutnya dapat

meningkat keunggulan bersaing SKI.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan

sebesar-besarnya kepada Ibu Heti Mulyati, MT yang telah memberikan

bimbingan, arahan, motivasi dan saran selama pelaksanaan penelitian dan

penyusunan skripsi. Serta tidak lupa kepada dosen penguji Bapak Ir. Pramono D.

Fewidarto, MS dan Bapak Ir. Abdul Basith, MS yang telah memberikan masukan

dan saran dalam skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh

staf pengajar dan karyawan/wati di Departemen Manajemen, FEM-IPB. Terima

kasih penulis ucapkan kepada Bapak Michael dan semua karyawati yang ada di

SKI yang telah memberikan informasi dan data selama penelitian.

Terima kasih penulis sampaikan pula kepada Ibu, Bapak, Adik dan seluruh

keluarga atas segala doa, kasih sayang, dan pengorbanan yang telah diberikan

kepada penulis selama ini, serta keluarga di Pamulang dan Bandung atas

(17)

v

Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada rekan-rekan di Departemen

Manajemen, FEM IPB angkatan 39 yang telah memberikan semangat, motivasi

dan tempat berbagi selama menjalani kuliah sampai pembuatan skripsi.

Akhir kata, penulis berharap semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi

yang memerlukannya.

Bogor, Juni 2006

(18)

vi DAFTAR ISI

Halaman ABSTRAK

RIWAYAT HIDUP ...iii

KATA PENGANTAR...iv

DAFTAR ISI ...vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR...ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

I. PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

1.5. Batasan Penelitian ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA... 5

2.1. Manajemen Produksi... 5

2.2. Persediaan ... 6

2.2.1. Definisi Persediaan ... 6

2.2.2. Pengelompokan Persediaan... 6

2.2.3. Fungsi Persediaan ... 7

2.2.4. Pengawasan Persediaan... 8

2.2.5. Faktor Yang Mempengaruhi Persediaan... 9

2.3. Kebijakan Pengawasan Persediaan Bahan Baku... 11

2.3.1. Peramalan Penjualan ... 11

2.3.2. Optimasi Pembelian Bahan Baku... 12

2.3.3. Safety Stock... 12

2.3.4. Reorder Point ... 13

2.3.5. Lead Time ... 14

2.3.6. Total Biaya Persediaan... 15

2.4. Simulasi ... 16

2.4.1. Pengertian Sistem dan Model... 16

2.4.2. Model Simulasi ... 18

2.4.3. Simulasi Monte Carlo ... 19

2.5. Penelitian Terdahulu ... 20

III.METODOLOGI PENELITIAN... 22

3.1. Kerangka Berpikir... 22

3.2. Tahapan Penelitian ... 23

3.3. Pengumpulan Data ... 25

3.4. Pengolahan dan Analisis Data... 26

(19)

vii

3.4.2. Menentukan Safety Stock... 26

3.4.3. Menentukan Lead Time... 27

3.4.4. Menetukan Reorder Point... 27

3.4.5. Pengolahan Data dengan Metode Simulasi... 27

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN... 31

4.1. Kondisi Umum Perusahaan... 31

4.1.1. Sejarah Perusahaan... 31

4.1.2. Struktur Organisasi dan Karyawan ... 32

4.2. Aspek Produksi ... 34

4.2.1. Gambaran Produk ... 34

4.2.2. Bahan Baku dan Alat/Mesin Produksi ... 35

4.2.3. Proses Produksi ... 35

4.3. Analisis Persediaan ... 39

4.3.1. Karakteristik Bahan Baku ... 39

4.3.2. Sistem Pembelian ... 39

4.3.3. Biaya Persediaan ... 40

4.4. Pengendalian Persediaan Bahan Baku ... 41

4.4.1. Pengendalian Persediaan Bahan Baku Perusahaan ... 41

4.4.2. Hasil Peramalan Produksi ... 43

4.4.3. Perhitungan Safety Stock dan Reorder Point... 45

4.4.4. Pengendalian Persediaan dengan Metode Simulasi ... 46

KESIMPULAN DAN SARAN ... 53

1. Kesimpulan ... 53

2. Saran ... 53

(20)

viii

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Kebutuhan, jenis, metode dan sumber data... 25

2. Probabilitas dan interval angka acak untuk permintaan... 30

3. Jumlah karyawan dan latar belakang pendidikan... 33

4. Model tas wanita ... 34

5. Bagan aliran proses pembuatan tas model BL ... 37

6. Penentuan biaya penyimpanan persediaan... 40

7. Hasil peramalan jumlah produksi tas model BL ... 45

8. Probabilitas dan interval angka acak produksi tas per minggu ... 47

9. Hasil perhitungan simulasi skenario 1 ... 48

(21)

ix

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi persediaan bahan ... 11

2. Klasifikasi sistem ... 16

3. Struktur model... 17

4. Peran simulasi dalam pemecahan model... 18

5. Kerangka berpikir... 23

6. Tahapan penelitian ... 24

7. Proses simulasi ... 28

8. Struktur organisasi ... 32

9. Tahapan pembuatan tas kulit model bl ... 36

10. Jumlah produksi tas model BL tahun 2003... 41

11 jumlah produksi tas model BL tahun 2004 ... 42

12. Jumlah produksi tas model BL tahun 2005... 42

(22)

x

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

(23)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Setiap perusahaan menginginkan kinerjanya tinggi untuk mempertahankan

keunggulan bersaingnya. Oleh karena itu, perusahaan harus mampu mengelola

aktivitasnya dengan mengoptimalkan fungsi-fungsi yang ada di perusahaan, yaitu

pemasaran, sumber daya manusia, produksi dan operasi, teknologi dan informasi

serta keuangan. Keunggulan bersaing perusahaan dapat diraih apabila

fungsi-fungsi dari berbagai bidang yang bekerja dalam perusahaan berjalan dengan baik.

Berbagai bidang yang ada dalam perusahaan saling terkait antara yang satu

dengan lainnya. Apabila fungsi-fungsi tersebut bekerja secara optimal, maka

perusahaan dapat mencapai tujuannya secara efektif dan efisien.

Fungsi produksi dan operasi memegang peranan yang sangat penting dalam

kelangsungan hidup perusahaan. Hal ini disebabkan karena hampir 50-60 persen

kegiatan perusahaan merupakan aktivitas produksi dan operasi (Render dan

Heizer, 2005). Oleh karena itu, perusahaan harus memperhatikan berbagai hal

yang akan membantu kelancaran proses produksi sehingga dapat mencapai

tujuannya. Salah satu hal yang sangat penting untuk diperhatikan dari proses

produksi adalah pengelolaan persediaan. Persediaan adalah salah satu elemen

yang harus ada untuk menunjang kelangsungan hidup perusahaan tersebut.

Persediaan memerlukan biaya yang cukup mahal karena melibatkan investasi

terbesar dari total modal perusahaan, yaitu sebesar 30-40 persen (Hill, 1994).

Perusahaan yang menyimpan persediaan lebih besar akan mengakibatkan

biaya penyimpanan meningkat. Perusahaan yang tidak memiliki persediaan bahan

baku yang mencukupi dapat menimbulkan biaya-biaya yang disebabkan oleh

kurangnya bahan baku perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan harus dapat

mengendalikan persediaan bahan baku secara efisien agar tidak mengeluarkan

biaya terlalu banyak. Hal ini dapat dicapai dengan pengendalian persediaan yang

sesuai dengan kebutuhan proses produksi. Salah satu jenis persediaan yang ada di

perusahaan adalah persediaan bahan baku. Alasan diperlakukannya persediaan

(24)

2

memenuhi kebutuhan normal, memenuhi kebutuhan mendadak, dan

memungkinkan pembelian atas dasar jumlah ekonomis.

Beberapa kerugian yang timbul apabila jumlah bahan baku yang tersedia

terlalu besar adalah biaya penyimpanan atau pergudangan persediaan bahan baku

tinggi, sehingga dapat mengurangi dana investasi di bidang lainnya. Selain itu bila

bahan baku memiliki risiko kerusakan yang tinggi, maka semakin besar jumlah

kerusakan yang terjadi, sehingga perusahaan harus menanggung biaya yang lebih

besar. Hal lainnya adalah apabila terjadi penurunan harga barang yang diproduksi

perusahaan, maka jumlah persediaan yang sangat besar akan sangat merugikan

perusahaan.

Kerugian yang terjadi apabila perusahaan mempunyai persediaan bahan

baku yang terlalu sedikit adalah sering terjadinya kekurangan bahan baku dalam

proses produksi. Hal ini akan mengakibatkan tidak lancarnya proses produksi,

sehingga kualitas dan kuantitas produk akhir perusahaan tidak akan stabil.

Persediaan bahan baku yang terlalu kecil akan menyebabkan frekuensi pembelian

bahan baku perusahaan tinggi. Terlalu seringnya perusahaan dalam melakukan

pembelian bahan baku akan meningkatkan biaya pembelian.

Pada saat ini, produk jadi kulit cukup digemari oleh masyarakat, baik di

dalam maupun luar negeri. Menurut data dari Departemen Perindustrian bahwa

jumlah ekspor Indonesia untuk barang-barang kulit pada bulan Januari sampai

September 2005 adalah sebesar US$ 2.315,1 juta (www.deprin.com). Angka ini

menunjukkan peningkatan sebesar 58,35 persen dari tahun sebelumnya. Agar

perusahaan barang-barang kulit dapat terus memenuhi jumlah ekspor ini, maka

perusahaan harus mampu mengendalikan persediaan bahan baku kulit dengan baik

sehingga dapat memuaskan konsumen.

Salah satu barang jadi kulit yang ada di Indonesia adalah tas kulit sintetik.

Tas kulit selain berfungsi sebagai tempat untuk membawa berbagai barang juga

berfungsi sebagai tolak ukur gaya hidup seseorang. Terutama bagi kaum wanita,

tas berfungsi sebagai pelengkap aksesoris sehingga dalam menggunakannya

disesuaikan dengan pakaian yang dikenakan.

Sumber Karya Indah (SKI) adalah perusahaan yang memproduksi tas dari

(25)

3

Tajur” yang banyak dikunjungi konsumen baik dari Bogor maupun luar Bogor,

dengan rata-rata pengunjung setiap minggunya sejumlah 1750 orang. Namun

demikian, pada saat ini masalah yang dihadapi perusahaan adalah pengendalian

persediaan bahan baku kulit sintetik yang kurang baik. Hal tersebut diindikasikan

oleh belum adanya manajemen pengadaan dan penggunaan bahan baku. Hal ini

menyebabkan pembelian bahan baku yang terlalu sering, sehingga meningkatkan

biaya produksi. Jumlah permintaan tas di SKI cenderung berfluktuatif dari waktu

ke waktu. Simulasi merupakan suatu metode yang dapat digunakan dalam

meminimumkan biaya persediaan di saat permintaan tidak konstan. Oleh karena

itu, pengendalian efisiensi persediaan bahan baku pada perusahaan tas kulit

sintetik SKI Bogor perlu dikaji dengan metode simulasi.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka

penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana persediaan yang telah dilakukan SKI?

2. Bagaimana model dan biaya persediaan dengan metode simulasi di SKI?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini antara lain adalah :

1. Mengkaji sistem persediaan yang telah dilakukan SKI.

2. Membuat model dan biaya persediaan dengan simulasi di SKI.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian adalah sebagai berikut :

1. Penelitian ini diharapkan bisa menjadi sarana bagi penulis untuk

mengaplikasikan ilmu secara langsung yang diperoleh selama kuliah.

2. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan bisa memberi masukan dan

sumber pemikiran baru di bidang produksi perusahaan yaitu dapat

melakukan kebijakan persediaan bahan baku yang optimal.

(26)

4

1.5. Batasan Penelitian

Penulis membatasi masalah pada faktor-faktor yang meliputi:

1. Model yang digunakan penulis adalah model dinamis melalui simulasi.

2. Bahan baku yang dijadikan kajian penelitian adalah bahan baku kulit sintetik

jenis coper.

3. Data yang digunakan adalah data produksi tas model BL tahun 2003-2005,

(27)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Manajemen Produksi

Menurut Hanafi (1997), definisi manajemen adalah suatu usaha

merencanakan, mengorganisir, mengarahkan dan mengendalikan kegiatan untuk

mencapai tujuan organisasi dengan menggunakan sumber daya organisasi.

Kegiatan manajemen sangat dibutuhkan dalam pengendalian sumber daya

perusahaan, yaitu meliputi faktor-faktor produksi yang ada dalam perusahaan baik

bahan dasar, bahan pembantu, mesin-mesin dan peralatan lain, tenaga kerja serta

modal perusahaan sehingga proses produksi perusahaan dapat berjalan dengan

efektif dan efisien.

Pengertian produksi menurut Assauri (1993) adalah suatu kegiatan atau

proses yang mentransformasikan masukan (input) menjadi hasil keluaran (output).

Pengertian produksi tersebut masih bersifat umum sehingga dapat digunakan

secara luas yaitu mencakup keluaran (output) yang berupa barang atau jasa.

Pengertian produksi dan operasi tercakup setiap proses yang merubah masukan

dan menggunakan sumber-sumber daya untuk menghasilkan keluaran-keluaran

yang berupa barang-barang dan jasa-jasa.

Gaspersz (2004) menambahkan bahwa proses produksi adalah sekuensial

dari tenaga kerja, material, informasi, metode kerja dan mesin atau peralatan

dalam suatu lingkungan untuk menghasilkan produk bernilai tambah agar dapat

dijual dengan harga kompetitif di pasar. Proses itu mengkonversi input terukur ke

dalam output terukur melalui sejumlah langkah sekuensial yang terorganisasi.

Suatu proses memiliki kemampuan untuk menyimpan material (yang diubah

menjadi barang setengah jadi) dan informasi selama transformasi berlangsung.

Sedangkan yang dimaksud manajemen produksi menurut Assauri (1993)

adalah kegiatan untuk mengatur dan mengkoordinasikan penggunaan sumber

daya, berupa sumber daya manusia, alat, dana serta bahan, secara efektif dan

efisien, untuk menciptakan dan menambah kegunaaan (utility) barang atau jasa.

Untuk menjalankan manajemen produksi perlu dibuat keputusan-keputusan yang

(28)

6

atau jasa yang dihasilkan sesuai dengan apa yang diharapkan, baik mengenai

kualitas, kuantitas, waktu yang direncanakan maupun mengenai biaya-biayanya.

2.2. Persediaan

2.2.1. Definisi Persediaan

Menurut Russell dan Taylor (2003) pengertian dari persediaan adalah

berbagai stock barang-barang yang disimpan oleh organisasi untuk memenuhi permintaan pelanggan internal maupun eksternal. Sebenarnya semua perusahaan

selalu memelihara berbagai macam persediaan. Sebagian besar orang beranggapan

bahwa persediaan hanyalah berupa produk akhir yang menunggu untuk dijual

kepada konsumen. Produk jadi hanyalah salah satu bentuk dari persediaan.

Sedangkan menurut Indrajit dan Pranoto (2003) pengertian dari barang

persediaan adalah sejumlah material yang disimpan dan dirawat menurut aturan

tertentu dalam tempat persediaan agar selalu dalam keadaan siap pakai dan dicatat

dalam buku perusahaan. Setiap perusahaan selalu mengadakan persediaan, karena

tanpa adanya persediaan para pengusaha akan dihadapkan pada risiko perusahaan

yang pada suatu waktu tidak dapat memenuhi keinginan pelanggan yang

memerlukan barang hasil produksi. Akibatnya pelanggan dapat berpindah ke

perusahaan lain yang memproduksi barang yang sejenis. Keadaan seperti ini harus

dihindari oleh setiap perusahaan, jika perusahaan tidak ingin kehilangan

kesempatan untuk memperoleh keuntungan. Jadi persediaan ini sangat penting

artinya bagi setiap perusahaan, terutama perusahaan yang menghasilkan barang.

(Assauri, 1993)

2.2.2. Pengelompokan Persediaan.

Menurut Render dan Heizer (1997) persediaan merupakan salah satu aset

yang paling mahal di banyak perusahaan, mencerminkan sebanyak 40% dari

modal yang diinvestasikan. Persediaan dikelompokkan dalam empat jenis, yaitu:

1. Persediaan bahan mentah

Persediaan bahan mentah merupakan bahan baku yang telah dibeli, namun

(29)

7

2. Persediaan barang dalam proses

Persediaan barang dalam proses merupakan bahan baku yang telah

mengalami beberapa perubahan, tetapi belum selesai. Persediaan ini ada

karena untuk membuat produk diperlukan waktu (disebut waktu siklus). 3. Persediaan perlengkapan pemeliharaan

Persediaan ini merupakan persediaan yang dikhususkan untuk perlengkapan

pemeliharaan/perbaikan/operasi. Persediaan ini ada karena waktu dan

kebutuhan untuk pemeliharaan dan perbaikan dari beberapa peralatan tidak

dapat diketahui.

4. Persediaan barang jadi

Persediaan barang jadi merupakan persediaan barang yang selesai diproses

dan menunggu untuk dikirimkan. Barang jadi dimasukkan ke dalam

persediaan karena permintaan konsumen untuk jangka waktu tertentu

mungkin tidak diketahui.

2.2.3. Fungsi Persediaan

Persediaan sangat penting bagi perusahaan karena persediaan dapat menjadi

jalan keluar jika pemasok tidak menyerahkan barang dengan tepat waktu,

kejadian tak terduga pada produksi dan estimasi permintaan pasar yang tidak

akurat. Menurut Handoko (2000) fungsi-fungsi dari persediaan adalah:

1. Fungsi “Decoupling

Fungsi ini merupakan persediaan yang memungkinkan perusahaan dapat

memenuhi permintaan langganan tanpa tergantung pemasok. Fluctuation Stock adalah persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diperkirakan atau diramal.

2. Fungsi “Economic Lot Sizing

Fungsi ini merupakan persediaan yang mempertimbangkan

penghematan-penghematan (potongan pembelian, biaya pengangkutan per unit lebih murah

dan sebagainya) karena perusahaan melakukan pembelian dalam kuantitas

yang lebih besar, dibanding dengan biaya-biaya yang timbul karena besarnya

(30)

8

3. Fungsi Antisipasi

Fungsi ini merupakan persediaan yang disediakan untuk menghadapi fluktuasi

permintaan yang dapat diperkirakan dan diramalkan berdasarkan pengalaman

atau data-data masa lalu, sehingga tidak mengganggu kelancaran proses

produksi atau menghindari kemacetan proses produksi.

Sedangkan menurut Render dan Heizer (2004) fungsi dari persediaan

adalah:

1. Untuk memisahkan beragam bagian proses produksi. Sebagai contoh adalah

jika pasokan sebuah perusahaan berfluktuasi, maka mungkin diperlukan

persediaan tambahan untuk memisahkan proses produksi dari para pemasok.

2. Untuk memisahkan perusahaan dari fluktuasi permintaan dan menyediakan

persediaan barang-barang yang akan memberikan pilihan bagi pelanggan.

Persedian semacam ini umumnya terjadi pada perdagangan eceran.

3. Untuk mengambil keuntungan diskon kuantitas, sebab pembelian dalam

jumlah lebih besar dapat mengurangi biaya produksi atau pengiriman barang.

4. Untuk menjaga pengaruh inflasi dari naiknya harga.

2.2.4. Pengawasan Persediaan

Pengertian pengawasan persediaan menurut Assauri (1993) adalah suatu

kegiatan untuk menentukan tingkat dan komposisi dari persediaan parts, bahan

baku, dan barang hasil/produk, sehingga perusahaan dapat melindungi kelancaran

produksi dan penjualan serta kebutuhan-kebutuhan pembelanjaan perusahaan

dengan efektif dan efisien. Perusahaan harus mampu melakukan pengawasan

persediaan yang baik untuk kelangsungan proses produksinya. Berdasarkan

keterangan di atas maka jelaslah bahwa pengawasan persediaan adalah masalah

yang penting, karena dengan pengawasan persediaan yang baik maka perusahaan

dapat mempertahankan suatu jumlah persediaan yang optimum serta dapat

menjamin kebutuhan bagi kelancaran kegiatan perusahaan dalam jumlah dan mutu

yang tepat dengan biaya yang serendah-rendahnya.

Jumlah persediaan akan menentukan atau mempengaruhi kelancaran

produksi serta efektivitas dan efisiensi perusahaan yang bersangkutan.

(31)

9

tercapainya tujuan yang diinginkan perusahaan dengan jalan mengadakan

pengawasan mulai dari bahan mentah sampai barang jadi. Dengan pengawasan

diharapkan tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan yang tidak diharapkan

selanjutnya dapat diarahkan pada tujuan yang ingin dicapai. Oleh karena itu

pengawasan sebaiknya dijalankan secara preventif. Pada hakekatnya pengawasan

adalah realisasi dari rencana dan dapat dikatakan efisien apabila dalam

pelaksanaannya hanya terjadi penyimpangan-penyimpangan yang sekecil

mungkin terhadap rencana yang telah ditentukan.

Menurut Assauri (1993) tujuan pengawasan persediaan secara terperinci

dapatlah dinyatakan sebagai usaha untuk:

1. Menjaga jangan sampai perusahaan kehabisan persediaan sehingga dapat

mengakibatkan terhentinya kegiatan produksi.

2. Menjaga agar supaya pembentukan persediaan oleh perusahaan tidak terlalu

besar atau berlebih-lebihan, sehingga biaya yang timbul dari persediaan

tidak terlalu besar.

3. Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari karena ini akan

berakibat biaya pemesanan menjadi besar.

2.2.5. Faktor yang Mempengaruhi Persediaan

Menurut Ahyari (1999) faktor-faktor yang mempengaruhi persediaan

diantaranya adalah :

1. Perkiraan pemakaian.

Manajemen harus dapat membuat perkiraan bahan baku yang akan

dipergunakan di dalam proses produksi pada suatu periode sebelum kegiatan

pembelian bahan baku dilaksanakan. Perkiraan kebutuhan bahan baku ini

merupakan perkiraan tentang berapa besar bahan baku yang akan

dipergunakan oleh perusahaan untuk keperluan proses produksi pada periode

yang akan datang. Perkiraan kebutuhan bahan baku tersebut dapat diketahui

dari perencanaan produksi pada periode yang bersamaan. Sedangkan

perencanaan produksi perusahaan dapat ditelusur dari perencanaan penjualan

perusahaan berikut tingkat persediaan barang jadi yang dikehendaki oleh

(32)

10

2. Harga bahan.

Harga bahan baku yang akan dibeli menjadi salah satu faktor penentu dalam

kebijaksanaan persediaan bahan. Harga ini merupakan dasar penyusunan

perhitungan berapa besar dana perusahaan yang harus disediakan untuk

investasi dalam persediaan bahan baku ini. Sehubungan dengan masalah ini,

maka biaya modal (cost of capital) yang dipergunakan dalam persediaan

bahan baku tersebut harus pula diperhitungkan.

3. Biaya-biaya persediaan.

Biaya-biaya untuk menyelenggarakan persediaan bahan baku ini sudah

selayaknya diperhitungkan pula di dalam penentuan besarnya persediaan

bahan baku. Di dalam perhitungan biaya persediaan ini dikenal adanya dua

tipe biaya, yaitu biaya-biaya yang semakin besar dengan semakin besarnya

rata-rata persediaan, serta biaya yang justru semakin kecil dengan semakin

besarnya rata-rata persediaan.

4. Kebijakan pembelanjaan.

Seberapa besar persediaan bahan baku akan mendapatkan dana dari

perusahaan akan tergantung kepada kebijakan pembelanjaan dari dalam

perusahaan tersebut. Apakah perusahaan akan memberikan fasilitas yang

pertama, kedua atau justru yang terakhir untuk dana bagi persediaan bahan

baku ini. Di samping itu juga dilihat apakah dana yang disediakan tersebut

cukup untuk pembayaran semua bahan yang diperlukan perusahaan, ataukah

hanya sebagian saja.

5. Pemakaian senyatanya.

Pemakaian bahan baku senyatanya dari periode-periode yang lalu (actual demand) merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan. Seberapa besar penyerapan bahan baku oleh proses produksi perusahaan serta bagaimana

hubungannya dengan perkiraan pemakaian yang sudah disusun harus

senantiasa dianalisa. Dengan demikian akan dapat disusun perkiraan

kebutuhan bahan baku mendekati kepada kenyataan.

6. Waktu tunggu.

(33)

11

sangat perlu untuk diperhatikan. Hal ini disebabkan karena sangat erat

hubungannya dengan penentuan saat pemesanan kembali (reorder point). Dengan diketahuinya waktu tunggu yang tepat maka perusahaan akan dapat

membeli pada saat yang tepat pula, sehingga resiko penumpukan persediaan

atau kekurangan persediaan dapat ditekan seminimal mungkin. Faktor-faktor

[image:33.612.164.483.213.419.2]

yang mempengaruhi persediaan disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi persediaan bahan (Ahyari, 1999)

2.3. Kebijakan Pengawasan Persediaan Bahan Baku

2.3.1. Peramalan Penjualan

Pengertian peramalan penjualan menurut Indrajit dan Pranoto (2003)

merupakan kegiatan yang berhubungan dengan meramalkan atau

memproyeksikan hal-hal yang terjadi di masa lampau ke masa depan. Peramalan

penjualan adalah istilah yang sangat populer di dunia bisnis dan menyangkut

peramalan permintaan yang akan datang berdasarkan permintaan yang lalu atau

berdasarkan perhitungan tertentu.

Salah satu model untuk menghitung peramalan adalah ARIMA. Menurut

Aritonang (2002) ARIMA adalah suatu model peramalan yang merupakan

gabungan dari model autoregressive (AR), integrated/differencing (I) dan moving average (MA). Analisis ARIMA digunakan untuk data yang bersifat stasioner.

Biaya-biaya persediaan

Optimasi pembelian bahan baku Harga Bahan

Kebijaks anaan Pembelanjaan.

Perkiraan Pemakaian

Pemakaian Senyatanya

Waktu Tunggu

Persediaan Pengaman

Pembelian

Kembali Produksi

(34)

12

2.3.2. Optimasi Pembelian Bahan Baku

Menurut Assauri (1993) jumlah pemesanan ekonomis merupakan besarnya

pesanan yang diadakan agar menghasilkan biaya-biaya persediaan yang minimal.

Untuk menentukan jumlah pemesanan yang ekonomis ini, harus diupayakan agar

biaya-biaya pemesanan dan biaya penyimpanan diperkecil. Usaha untuk

memperkecil biaya pemesanan dan penyimpanan ini menyebabkan sistem

persediaan dihadapkan pada dua sifat biaya yang bertentangan. Sifat yang pertama

menekankan agar jumlah pemesanan sangat kecil sehingga biaya penyimpanan

menjadi kecil, tetapi hal ini mengakibatkan biaya pemesanan menjadi besar

selama satu tahun. Berdasarkan kedua sifat tersebut, maka dapat dilihat bahwa

jumlah pemesanan ekonomis terletak antara biaya penyimpanan dan biaya

pemesanan.

Optimasi pembelian bahan baku dan waktu pemesanan kembali dapat

diperoleh dengan menggunakan metode simulasi. Serangkaian simulasi mencoba

beragam jumlah pemesanan untuk mendapatkan total biaya persediaan yang

minimal.

2.3.3. Safety Stock

Menurut Indrajit dan Pranoto (2003), safety stock atau persediaan pengaman adalah persediaan ekstra yang harus diadakan untuk proteksi atau pengaman

dalam menghindari kehabisan persediaan karena berbagai sebab. Persediaan

pengaman mempunyai dua aspek dalam pembiayaan perusahaan, yaitu:

1. Persediaan pengaman akan mengurangi biaya yang timbul karena

kehabisan persediaan. Makin besar persediaan pengaman, makin kecil

kemungkinan kehabisan persediaan, sehingga semakin kecil pula biaya

karena kehabisan persediaan.

2. Tetapi adanya persediaan pengaman akan menambah biaya penyediaan

barang. Makin besar persediaan pengaman, makin besar pula biaya

(35)

13

Menurut Assauri (1993) safety stock dimaksudkan untuk menjaga

kemungkinan terjadinya kekurangan bahan baku yang mungkin disebabkan oleh

penggunaan bahan baku yang lebih besar daripada perkiraan semula atau

keterlambatan dalam penerimaan bahan baku yang dipesan.

Penentuan besarnya persediaan pengaman ini mempergunakan analisa

statistik. Standar penyimpangan dari bahan baku dapat diketahui dengan cara

melihat dan memperhitungkan penyimpangan-penyimpangan yang sudah terjadi

antara perkiraan kebutuhan bahan baku dengan pemakaian sesungguhnya dalam

analisa statistik. Selanjutnya manajemen perusahaan akan menentukan seberapa

jauh penyimpangan-penyimpangan yang terjadi tersebut dapat ditolelir. Rumus

untuk menghitung standar penyimpangan adalah: (Assauri, 1993)

(

)

N Y Y SE

2

'

= ... (1)

Dimana:

SE = standard error (unit)

Y = pemakaian sesungguhnya (unit)

Y′ = perkiraan pemakaian (unit)

N = jumlah (banyaknya) data (unit)

2.3.4. Reorder Point

Menurut Render dan Heizer (1997), setelah perusahaan menentukan

jumlah bahan baku yang dipesan, maka perusahaan akan melakukan pemesanan

yang kedua. Pemesanan kedua atau pemesanan ulang bertujuan agar persediaan

tidak sama dengan nol. Titik pemesanan ulang (reorder point) dicari dengan cara:

L d

ROP= × ... (2) Dimana:

ROP = reorder point (unit)

d = permintaan per hari (unit)

L = lead time untuk pemesanan baru dalam hari

Persamaan di atas mengasumsikan bahwa permintaannya adalah sama dan

(36)

14

sering kali disebut dengan stock pengaman (safety stock). Maka rumusnya akan menjadi :

stock safety dL

ROP= + ... (3) Permintaan perhari (d) dicari dengan rumus :

d = permintaan tahunan : jumlah hari kerja per tahun

2.3.5. Lead Time

Menurut Render dan Heizer (1997), pengertian lead time adalah waktu antara dilakukannya pemesanan atau waktu pengiriman. Model-model persediaan

mengasumsikan bahwa suatu perusahaan akan menunggu sampai tingkat

persediaannya mencapai nol sebelum perusahaan memesan kembali dan dengan

seketika kiriman yang dipesan akan segera diterima. Akan tetapi waktu antara

dilakukannya pemesanan bisa cepat, beberapa jam atau bahkan lambat, yaitu

beberapa bulan. Oleh karena itu perusahaan harus dapat menentukan waktu yang

paling optimal untuk melakukan pemesanan kembali. Menurut Ahyari (1999),

penentuan waktu tunggu ini mempunyai dua macam biaya, yaitu:

1. Biaya Penyimpanan Tambahan.

Biaya Penyimpanan Tambahan (BPT) atau sering disebut dengan extra carrying cost adalah biaya penyimpanan yang harus dibayar oleh perusahaan oleh karena adanya surplus bahan baku (persediaan bertambah di atas

rata-rata sebesar surplus bahan baku). Keadaan ini disebabkan oleh karena

datangnya bahan yang dipesan lebih awal dari waktu yang telah

direncanakan.

2. Biaya Kekurangan Bahan.

Biaya Kekurangan Bahan (BKB) atau sering disebut dengan stock out cost

adalah merupakan biaya yang harus dikeluarkan perusahaan karena

perusahaan kekurangan bahan baku untuk keperluan proses produksinya.

Biaya-biaya untuk mendapatkan bahan baku pengganti, termasuk selisih

harganya merupakan contoh dari biaya kekurangan bahan ini. Hal ini

disebabkan apabila perusahaan tidak berhasil mendapatkan bahan pengganti

(37)

15

bahan ini diakibatkan oleh karena bahan baku yang dipesan datangnya lebih

lama dari waktu yang sudah ditentukan.

2.3.6. Total Biaya Persediaan

Menurut Assauri (1993) unsur-unsur biaya yang terdapat dalam total biaya

persediaan antara lain adalah:

1. Biaya penyimpanan.

Jumlah biaya penyimpanan akan semakin besar apabila kuantitas

bahan baku yang dibeli semakin banyak, atau rata-rata persediaan

semakin tinggi. Beberapa contoh daripada biaya penyimpanan ini

antara lain adalah:

- biaya gudang (simpan bahan)

- biaya asuransi bahan

- biaya pemeliharaan bahan

- biaya pengepakan kembali

- biaya atas modal yang ditanam dalam persediaan

- biaya kerusakan bahan dalam simpanan

- tidak terpakainya karena usang

2. Biaya Pemesanan.

Biaya pesan akan semakin kecil apabila kuantitas bahan yang dibeli

semakin besar, atau rata-rata persediaan semakin tinggi. Beberapa

contoh daripada biaya pesan antara lain adalah:

- biaya persiapan pembelian

- biaya pembuatan faktur

- biaya ekspedisi dan administrasi

- biaya pemesanan

3. Biaya Kekurangan Persediaan.

Biaya kekurangan persediaan merupakan biaya yang timbul sebagai

akibat terjadinya persediaan yang lebih kecil dari pada jumlah yang

diperlukan, seperti kerugian atau biaya-biaya tambahan yang

diperlukan karena seorang pelanggan meminta atau memesan suatu

(38)

16

2.4. Simulasi

2.4.1. Pengertian Sistem dan Model

Sistem dapat didefinisikan sebagai agregasi objek yang saling berinteraksi

untuk mencapai tujuan tertentu (Ma’arif dan Tanjung, 2003). Objek yang

dijadikan perhatian dalam suatu sistem adalah entity. Selain entity di dalam sebuah sistem juga terdapat atribut, bagian dari atribut adalah nilai, kondisi atau

informasi. Hal lain yang terdapat di dalam sistem adalah aktivitas. Aktivitas

merupakan proses yang menyebabkan perubahan dalam sistem. Deskripsi tentang

tujuan, entity, atribut dan aktivitas pada suatu waktu tertentu merupakan pernyataan dari suatu sistem. Sistem dapat dibagi menjadi dua bagian besar yaitu

sistem statis dan sistem dinamis. Sistem statis adalah sistem yang tidak berubah

dengan berjalannya waktu, sedangkan sistem dinamis adalah interaksi-interaksi

yang terjadi yang menyebabkan perubahan dengan berjalannya waktu.

Pengklasifikasian sistem dapat dilanjutkan lagi berdasarkan pengaruh

aktivitasnya. Apabila sistem tidak dipengaruhi oleh aktivitas eksogenous maka

disebut sebagai sistem tertutup, sebaliknya apabila sistem terpengaruh oleh

aktivitas eksogenous maka disebut sistem terbuka.

Jika dilihat dari perubahan yang terjadi, maka suatu sistem dibagi menjadi

dua jenis yaitu sistem kontinu dan sistem diskrit. Sistem kontinu adalah sistem

dimana perubahan terjadi pada setiap waktu. Sistem diskrit adalah sistem dimana

perubahan terjadi pada waktu tertentu. Gambar 2 memberikan ilustrasi mengenai

[image:38.612.172.458.521.661.2]

pengklasifikasian sistem. (Khosnevi dalam Harahap, 1994)

Gambar 2.Klasifikasi sistem (Khosnevi dalam Harahap, 1994).

Kontinu Diskrit Gabungan Sistem

(39)

17

Menurut Ma’arif dan Tanjung (2003) model adalah abstraksi dari suatu

sistem yang dikembangkan untuk tujuan studi. Observasi terhadap suatu model

akan menyebabkan pengaruh pada perubahan sistem. Model biasanya

dikembangkan untuk menjawab pertanyaan yang diajukan. Melalui model

tersebut, dapat diprediksi hal-hal yang terkait dengan jawaban atas permasalahan

atau jawaban atas pertanyaan. Gambar 3. menyajikan struktur model:

pertanyaan jawab

[image:39.612.195.407.209.313.2]

percobaan prediksi

Gambar 3. Struktur model (Ma’arif dan Tanjung, 2003).

Dalam rangka menjawab pertanyaan, maka di dalam simulasi harus

dilakukan perubahan terhadap beberapa parameter dan atau konfigurasi struktural

dari model sistem. Perubahan yang dilakukan seringkali disebut skenario dan

prosesnya disebut eksperimentasi model. Eksperimen terhadap model dapat

dilakukan dengan model matematik atau model fisik. Dasar dari model fisik

adalah analogi. Model matematik terdiri dari simbol-simbol matematik/persamaan

untuk menjelaskan suatu sistem. Eksperimen dengan model matematik dapat

dilakukan dengan solusi analitik atau dengan menggunakan simulasi. Model

simulasi merupakan alat pemecahan masalah yang fleksibel. Model simulasi lebih

tepat digunakan untuk sistem yang relatif kompleks. Gambar 4. merupakan

penggunaan simulasi sebagai alat untuk mempelajari sistem dan melakukan

eksperimen terhadap model dari sistem. (Khosnevi dalam Harahap, 1994)

(40)

18

[image:40.612.158.486.76.243.2]

simulasi

Gambar 4. Peran simulasi dalam pemecahan model (Khosnevi dalam

Harahap, 1994)

2.4.2. Model Simulasi

Menurut Render dan Heizer (2004) simulasi diartikan sebagai sebuah

usaha untuk menyalin fitur, tampilan dan karakteristik sebuah sistem nyata,

biasanya melalui sebuah model yang terkomputerisasi. Simulasi merupakan

bentuk prosedural dan matematik. Dalam simulasi suatu sistem diabstraksikan

dalam bentuk model matematika. Kemudian model tersebut dikembangkan

sehingga mengggambarkan sistem yang sesungguhnya. Model ini kemudian akan

digunakan untuk memperkirakan efek dari berbagai tindakan. Simulasi mampu

menyediakan suatu pendekatan alternatif untuk permasalahan yang sangat

kompleks secara matematis.

Sebagai alat analisa, simulasi mempunyai kelebihan dan kekurangan.

Menurut Render dan Heizer (2004), kelebihan dan kekurangan simulasi dalam

manajemen produksi operasi dijelaskan sebagai berikut:

1. Kelebihan Simulasi.

Simulasi secara relatif sederhana dan fleksibel.

Simulasi dapat digunakan untuk menganalisa situasi dunia nyata yang

besar dan kompleks yang tidak bisa dipecahkan oleh model manajemen

operasi konvensional.

Kerumitan dunia nyata dapat dimasukkan, di mana kerumitan tersebut

tidak dapat diatasi oleh sebagian besar model Manajemen Operasi lain.

Model

Statis Dinamis

(41)

19

Memungkinkan adanya faktor “pemadatan waktu”. Efek kebijakan

Manajemen Operasi selama bertahun-tahun atau berbulan-bulan dapat

diperoleh dengan simulasi komputer dalam waktu singkat.

Simulasi memungkinkan pertanyaan “bagaimana akibatnya jika “. Para

manajer ingin mengetahui terlebih dahulu pilihan mana yang menjadi

pilihan yang paling menarik. Dengan sebuah model yang

terkomputerisasi, seorang manajer dapat mencoba beberapa keputusan

kebijakan dalam waktu hanya beberapa menit.

Simulasi tidak bertentangan dengan sistem dunia nyata.

Simulasi dapat meneliti efek interaksi antara komponen individu atau

variabel untuk menentukan komponen atau variabel yang penting.

2. Kekurangan Simulasi

Model simulasi yang baik bisa jadi sangat mahal karena untuk

mengembangkannya dibutuhkan waktu berbulan-bulan.

Simulasi merupakan sebuah pendekatan trial-and-error yang dapat menghasilkan solusi berbeda jika diulangi. Simulasi tidak menghasilkan

solusi optimal permasalahan (seperti halnya pada pemrograman linear).

Para manajer harus menetapkan semua kondisi dan kendala untuk solusi

yang ingin mereka uji. Model simulasi tidak menghasilkan jawaban

tanpa adanya input yang cukup dan realistis. Setiap model simulasi

bersifat unik. Solusi sebuah model dan kesimpulannya pada umumnya

tidak dapat diterapkan pada persoalan lain.

2.4.3. Simulasi Monte Carlo

Definisi Simulasi Monte Carlo menurut Render dan Heizer (2004) adalah

sebuah teknik simulasi yang menggunakan unsur acak di saat terdapat peluang.

Dasar simulasi Monte Carlo adalah percobaan pada unsur peluang (bersifat

probabilistik) dengan menggunakan pengambilan sample secara acak. Terdapat

(42)

20

1. Menetapkan distribusi probabilitas.

Ide dasar simulasi Monte Carlo adalah untuk membangkitkan nilai untuk

variabel pada model yang sedang diuji. Dalam sistem dunia nyata, sebagian

besar variabel memiliki probabilitas alami.

2. Membuat distribusi probabilitas kumulatif bagi setiap variabel.

Distribusi kumulatif merupakan akumulasi probabilitas individu dalam

sebuah distribusi.

3. Menetapkan interval angka acak.

Angka acak merupakan serangkaian digit yang telah terpilih oleh sebuah

proses acak yang sempurna.

4. Membangkitkan angka acak.

Angka acak dapat dibangkitkan dengan dua cara. Jika persoalan yang

dihadapi besar dan proses yang sedang diteliti melibatkan banyak percobaan

simulasi, maka digunakan program komputer untuk membangkitkan angka

acak. Jika simulasi dilakukan dengan perhitungan tangan, angka acak dapat

diambil dari sebuah tabel angka acak.

5. Mensimulasikan serangkaian percobaan.

Variabel yang akan digunakan dalam simulasi dibuat dalam berbagai variasi.

Variasi-variasi dari variabel tersebut pada tahap ini dicoba untuk

disimulasikan.

2.5. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian mengenai persediaan bahan baku telah dilakukan

diantara adalah pada tahun 2004, Dianita Rahmawati Zein melakukan penelitian

dengan judul Kajian Pengendalian dan Pengadaan Bahan Baku pada PT

Petrokimia Gresik. Hasil penelitian ini adalah sistem pengadaan bahan baku

untuk pupuk SP-36 yang dilakukan oleh perusahaan diawali dengan kegiatan

perencanaan kebutuhan bahan baku yang dilakukan oleh bagian produksi pada

pabrik II PT. Petrokimia Gresik, perencanaan tersebut diberikan pada bagian

pengadaan. Bahan baku pupuk SP-36 adalah phospate rock, asam fosfat dan asam

(43)

21

Tahun 2004, Tanu Anggara Putra mengadakan penelitian mengenai

persediaan bahan baku dengan judul Analisis Pengendalian Persediaan Bahan

Baku Produk Ban pada PT. Good Year Indonesia, Tbk. Hasil penelitian ini adalah

berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

pengendalian persediaan yang cukup signifikan antara metode EOQ hasil

perhitungan dengan perusahaan. Untuk bahan baku yang diimpor, metode EOQ

menunjukkan hasil yang lebih optimal jika dibandingkan dengan kebijakan

perusahaan. Untuk bahan baku lokal, kebijakan perusahaan telah optimal. Total

penghematan dengan metode EOQ dalam penentuan kuantitas optimal dan

persediaan pengaman untuk bahan baku lokal dan impor adalah sebesar 20,49

persen. Lampiran 1. menyajikan secara lengkap penelitian terdahulu yang terkait

(44)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Kerangka Berpikir

Setiap perusahaan menginginkan kinerjanya tinggi untuk mempertahankan

keunggulan bersaingnya. Oleh karena itu, perusahaan harus mampu mengelola

aktivitasnya dengan mengoptimalkan fungsi-fungsi yang ada di perusahaan, yaitu

pemasaran, sumber daya manusia, produksi dan operasi, teknologi dan informasi

serta keuangan. Keunggulan bersaing perusahaan dapat diraih apabila

fungsi-fungsi dari berbagai bidang yang bekerja dalam perusahaan berjalan dengan baik.

Berbagai bidang yang ada dalam perusahaan saling terkait antara yang satu

dengan lainnya. Apabila fungsi-fungsi tersebut bekerja secara optimal, maka

perusahaan dapat mencapai tujuannya secara efektif dan efisien.

Salah satu fungsi dalam perusahaan adalah fungsi produksi. Proses produksi

sebagai bagian dari fungsi produksi sangat membutuhkan pengelolaan persediaan

bahan baku yang baik. Metode simulasi adalah sebuah metode yang mampu

menganalisa situasi dunia nyata yang kompleks dan rumit menjadi suatu model

manajemen operasi sehingga dapat memecahkan permasalahan. Dalam sistem

persediaan simulasi mampu menentukan jumlah pemesanan dan waktu pemesanan

yang dapat meminimalkan biaya total persediaan pada saat jumlah permintaan dan

waktu tunggu tidak konstan. Minimalnya biaya persediaan akan meminimalkan

biaya produksi.

Perusahaan tas kulit sintetik di Bogor yaitu SKI belum mempunyai sistem

pengelolaan persediaan bahan baku yang baik. Saat ini perusahaan belum

mempunyai persediaan bahan baku yang dapat meminimumkan biaya produksi,

sehingga perusahaan terlalu sering mengadakan pembelian bahan baku. Hal ini

mengakibatkan biaya produksi menjadi besar. Penelitian ini diadakan untuk

memberikan solusi alternatif yang dapat diterapkan perusahaan, agar perusahaan

dapat mengadakan persediaan bahan baku sesuai dengan kebutuhan proses

produksi. Dengan demikian, diharapkan melalui manajemen persediaan yang baik

dapat memenuhi keinginan konsumen.

(45)
[image:45.612.215.440.110.506.2]

23

Gambar 5.Kerangka berpikir

3.2. Tahapan Penelitian

Tahapan penelitian didahului dengan pengamatan mekanisme sistem

keseluruhan, dilanjutkan dengan pendefinisian kebutuhan sistem yang akan

diamati yaitu sistem persediaan. Variabel – variabel yang berpengaruh terhadap

sistem persediaan digunakan sebagai pembatasan masalah. Langkah selanjutnya

adalah melakukan pemodelan sistem persediaan yang meliputi pendefinisian

sistem, penentuan dan pengambilan data. Setelah memperoleh data, sistem

Perusahaan harus mempertahankan keunggulan bersaingnya

Fungsi di perusahaan harus bekerja optimal (SDM, operasi, pemasaran dan keuangan)

Fungsi produksi operasi signifikan dalam kegiatan perusahaan

Fungsi persediaan harus optimal dengan meminimumkan biaya terutama bahan baku

Pengendalian persediaan harus dilakukan di perusahaan

SKI belum ada pengendalian persediaan bahan baku yang baik

(46)

24

persediaan dilakukan pengolahan data sesuai metode perusahaan dan simulasi.

Tahap terakhir penelitian adalah merekomendasikan implementasi skenario

terbaik dari hasil simulasi.

Tahapan penelitian disajikan dalam Gambar 6. berikut ini:

Kebijakan perusahaan saat ini

[image:46.612.152.481.167.637.2]

Metode Simulasi

Gambar 6. Tahapan penelitian Pengamatan Pendahuluan Pengamatan mekanisme sistem keseluruhan

Perumusan Masalah

Pendefinisian kebutuhan sistem yang akan diamati yaitu sistem persediaan

Pembatasan Masalah

Menentukan variabel yang berpengaruh, yaitu: Jumlah dan waktu pemesanan kembali

Pemodelan Sistem 1. Pendefinisian sistem 2. Penentuan dan pengambilan data

Sistem Persediaan

Perbandingan biaya diantara kedua metode

Interpretasi dan analisis data

(47)

25

3.3. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui data primer dan data sekunder. Data

pimer adalah data yang langsung dikumpulkan dari perusahaan SKI. Data

sekunder merupakan data yang telah tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen

tertulis yang diperoleh dari perusahaan SKI dan internet. Metode pengumpulan

data berupa survai lapangan wawancara, dokumentasi dan riset pustaka.

Metode pengumpulan data adalah sebagai berikut :

a. Studi Literatur

Data yang diperlukan dan dikumpulkan dengan membaca dan mempelajari

buku literatur serta sumber-sumber yang sesuai dengan permasalahan.

b. Metode Wawancara (Interview)

Wawancara merupakan pengumpulan data dengan cara tanya jawab

langsung dengan pihak yang bersangkutan.

c. Metode Dokumentasi

Metode ini merupakan cara mengumpulkan data dengan menggunakan

dokumen-dokumen perusahaan yang relevan dengan penelitian.

[image:47.612.130.573.434.702.2]

Kebutuhan, jenis , metode dan sumber data dibuat dalam Tabel 1. berikut.

Tabel 1. Kebutuhan, jenis , metode dan sumber data

Kebutuhan Data Jenis Data Metode Sumber Data

Identifikasi permintaan barang jadi kulit. Sekunder Studi Literatur Internet Data umum perusahaan:

Sejarah dan perkembangan perusahaan

Lokasi perusahaan

Struktur organisasi perusahaan Personalia

Produksi Pemasaran

Primer • Survai

• Wawancara

Sumber Karya Indah

Data khusus perusahaan: Data produksi

Data penjualan

Data pembelian bahan baku

Data kebutuhan bahan baku per unit barang jadi

Data harga beli per unit bahan baku Data penyimpanan bahan baku Data lead time (waktu tunggu)

• Primer

• Sekunder

• Survai

• Wawancara

(48)

26

3.4. Pengolahan dan Analisis Data

3.4.1. Peramalan Produksi

Peramalan digunakan untuk memproyeksikan volume produksi pada

periode mendatang. Alat yang digunakan untuk meramalkan produksi adalah

ARIMA. ARIMA merupakan suatu model peramalan yang merupakan gabungan

dari model autoregressive (AR), integrated/differencing (I) dan moving average

(MA). Perhitungan ARIMA menggunakan perangkat lunak Minitab versi 14 dan

Microsoft Excel. Perhitungan ARIMA ini melalui beberapa tahap, yaitu: 1. Pemeriksaan kestasioneran data.

Pada tahap ini data runtut waktu harus diperiksa kestasionerannya untuk

melihat apakah rata-rata dan variansinya konstan, homogen dari waktu ke

waktu, karena data yang dianalisis pada ARIMA adalah data yang stasioner.

Pemeriksaan ini dilakukan berdasarkan analisis otokorelasi dan otokorelasi

parsial. Bila databelum stasioner maka data harus ditransformasi dengan

metode tertentu hingga menjadi stasioner.

2. Pengidentifikasian model.

Model data yang telah stasioner akan diidentifikasi berdasarkan hasil analisis

otokorelasi dan otokorelasi parsial. pengidentifikasian ini mungkin

menghasilkan model AR, I, MA atau ARI, IMA, ARMA atau ARIMA.

3. Pengestimasian parameter model.

Parameter model diestimasi berdasarkan taraf nyata model.

4. Penggunaan model untuk peramalan.

Model ARIMA yang telah diperoleh digunakan untuk menentukan peramalan.

3.4.2. Menentukan Safety Stock

Menentukan persediaan pengaman menggunakan dasar analisa statistik dengan mencari standar penyimpangan dengan rumus:

(

)

N Y Y SE

2

'

(49)

27

Dimana:

SE = standard error (unit)

Y = pemakaian sesungguhnya (unit)

Y′ = perkiraan pemakaian (unit)

N = jumlah (banyaknya) data (unit)

3.4.3. Menentukan Lead Time.

Lead time merupakan lamanya waktu antara mulai dilakukan pemesanan bahan baku sampai dengan kedatangan bahan baku yang dipesan tersebut dan siap

digunakan dalam proses produksi.

3.4.4. Menentukan Reorder Point.

Reorder Point merupakan titik dimana perusahaan harus melakukan pemesanan bahan baku lagi, sehingga bahan baku yang dipesan tersebut datang

tepat pada saat safety stock sama dengan nol. ROP juga merupakan variabel input dalam perhitungan dengan metode simulasi. Rumus ROP adalah:

stock safety dL

ROP= + ... (2) Dimana:

ROP = reorder point (unit)

d = permintaan per hari (unit)

L = lead time untuk pemesanan baru dalam hari Permintaan perhari (d) dicari dengan rumus :

d = permintaan tahunan : jumlah hari kerja per tahun 3.4.5. Pengolahan Data dengan metode Simulasi

Tujuan akhir dari perhitungan dengan model simulasi adalah merumuskan

skenario kebijakan pembelian bahan baku terbaik berdasarkan kriteria biaya

persediaan. Simulasi mampu menyediakan suatu pendekatan alternatif untuk

permasalahan yang sangat kompleks secara matematis. Pada kasus persediaan,

simulasi mampu menangani permasalahan persediaan di saat permintaan atau

(50)

28

Dengan menggunakan simulasi, sebuah sistem nyata tidak perlu disentuh

hingga kelebihan dan kelemahan dari sebuah keputusan kebijakan utama dapat

diukur dalam model. Simulasi mempunyai beberapa tahapan proses, Gambar 7.

[image:50.612.249.375.164.504.2]

menyajikan proses simulasi.

Gambar 7. Proses simulasi (Render dan Heizer, 2004).

Simulasi digunakan untuk mengestimasi karakteristik (input, output dan

proses) dari sistem sebenarnya. Simulasi dapat merepresentasikan sistem dengan

baik bila didukung dengan model yang sangat representatif terhadap sistem.

Perhitungan simulasi ini menggunakan software MATLAB versi 13. Langkah-langkah dalam menggunakan simulasi:

1. Mendefinisikan masalah.

Masalah yang didefinisikan adalah minimisasi total biaya persediaan.

Definisikan masalah

Memperkenalkan variabel

Mengembangkan model

Menetapkan nilai variabel

Melaksanakan simulasi

Menguji hasil simulasi

(51)

29

2. Memperkenalkan variabel penting yang berkaitan dengan masalah.

Dalam simulasi sistem persediaan terdapat dua variabel input yaitu titik

reorder dan jumlah pemesanan. Nilai output yang akan dioptimasi adalah

rata-rata biaya total persediaan (Average Total Cost), sedangkan faktor random yang terdapat pada sistem adalah jumlah permintaan (demand) dan

lead time pesanan.

3. Mengembangkan sebuah model kuantitatif.

Berdasarkan teknik simulasi Monte Carlo langkah-langkah yang dilakukan

dalam pengendalian persediaan adalah:

1. Menetapkan distribusi probabilitas.

Ide dasar simulasi Monte Carlo adalah untuk membangkitkan nilai

untuk variabel pada model yang sedang diuji. Dalam sistem dunia

nyata, sebagian besar variabel memiliki probabilitas alami. Variabel

yang akan dinilai distribusi probabilitasnya adalah permintaan.

2. Membuat distribusi probabilitas kumulatif bagi setiap variabel.

Distribusi kumulatif merupakan akumulasi probabilitas individu dalam

sebuah distribusi, pada tahap ini permintaan akan ditentukan distribusi

probabilitas kumulatifnya.

3. Menetapkan interval angka acak.

Angka acak merupakan serangkaian digit yang telah terpilih oleh

sebuah proses acak yang sempurna. Angka acak ini berfungsi untuk

mewakili setiap nilai atau output yang mungkin dari permintaan. Pada

Tabel 2, disajikan probabilitas dan interval angka acak untuk

permin

Gambar

Gambar 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi persediaan bahan (Ahyari, 1999)
Gambar 2. Klasifikasi sistem (Khosnevi dalam Harahap, 1994).
Gambar 3. Struktur model (Ma’arif  dan Tanjung, 2003).
Gambar 4. Peran simulasi dalam pemecahan model (Khosnevi dalam          Harahap, 1994)
+7

Referensi

Dokumen terkait

pengendalian persediaan bahan baku yang sebaiknya diterapkan oleh perusahaan adalah dengan teknik lot sizing Wagner Whitin, hal tersebut dikarenakan teknik lot

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui masalah- masalah yang dihadapi perusahaan dalam mengendalikan persediaan bahan baku dan untuk mengetahui pengaruh

Pengendalian persediaan bahan baku kopi pada Daerah Perkebunan Kabupaten Jember terdiri dari dua sistem yaitu pengendalian administratif yang

Pengendalian persediaan yang selama ini dilakukan oleh CV.X adalah berdasarkan perkiraan dari pemilik semata, sehingga sering terjadi kekurangan bahan baku

Masalah dalam penelitian ini adalah kebijakan pengendalian persediaan bahan baku menurut Soto Sedeep dinilai kurang efektif karena terdapat kelebihan bahan baku yang

“Pengendalian Persediaan adalah sebagai suatu kegiatan untuk menentukan Tingkat dan komposisi dari persediaan parts, bahan baku dan barang hasil atau produk,

Judul skripsi ini adalah “Pengendalian Persediaan Bahan Baku Logam dengan Metode Period Order Quantity (POQ) dan Reorder Point (ROP) untuk Meminimalisasi Biaya Persediaan

ANALISIS PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TEPUNG DALAM PROSES PRODUKSI PADA PERUSAHAAN ROTI CAP IGOY Yogi Pugu Dwi Cahyono,Farida Yulianti,Nurul Hasanah