ANALISIS KEBIJAKAN PENGELOLAAN DAN
PEMANFAATAN AIR TANAH DI KECAMATAN CIDAHU
KABUPATEN SUKABUMI
LUSI DARA MEGA
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kebijakan Pengelolaan dan Pemanfaatan Air Tanah di Kecamatan Cidahu Kabupaten Sukabumi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skirpsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2013
Lusi Dara Mega
ABSTRAK
LUSI DARA MEGA. Analisis Kebijakan Pengelolaan dan Pemanfaatan Air Tanah di Kecamatan Cidahu Kabupaten Sukabumi. Dibimbing oleh ACENG HIDAYAT.
Kecamatan Cidahu adalah salah satu daerah penyangga Hutan Gunung Salak yang memiliki potensi air tanah cukup besar. Air tanah di Kecamatan Cidahu selama ini telah menjadi sumber pemenuhan kebutuhan komersil maupun non komersil, seperti untuk pemenuhan kebutuhan air bersih perusahaan dan masyarakat lokal. Pemanfaatan air tanah yang terus-menerus dalam jumlah besar berpotensi menyebabkan kerusakan lingkungan seperti menurunnya kuantitas dan kualitas air tanah yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Penurunan kuantitas air tanah diindikasikan telah menyebabkan kerugian ekonomi bagi masyarakat. Kebijakan pengelolaan air tanah berbasis sinergisasi antar stakeholder menjadi sangat penting dilakukan untuk mengatur pemanfaatan air tanah secara berkeadilan dan berkelanjutan. Hasil penghitungan estimasi potensi kerugian ekonomi dengan menggunakan pendekatan replacement cost, kerugian ekonomi yang berpotensi dialami oleh masyarakat Kecamatan Cidahu akibat penurunan kuantitas air tanah mencapai Rp. 696.756.900 per tahun. Adapun hasil pemetaan
stakheolder menunjukkan bahwa Dinas Pertambangan Energi dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Sukabumi merupakan stakeholder yang paling berperan dalam pengelolaan dan pemanfaatan air tanah di Kecamatan Cidahu. Berdasarkan hasil analisis kebijakan menunjukkan bahwa instrumen kebijakan berupa pajak dan perizinan diindikasikan belum berjalan optimal untuk mengendalikan pemanfaatan air tanah oleh perusahaan.
ABSTRACT
LUSI DARA MEGA. Policy Analysis of Groundwater Management and Utilization in Cidahu District Sukabumi Regency. Supervised by ACENG HIDAYAT.
Cidahu District is one buffer zones of Mount Salak Forest which has quite large groundwater potential. Groundwater of Cidahu District has become the source for commercial and non comercial uses, such as to fulfill the needs of fresh water for companies and local society. Continuous utilization in large quantity will potentially cause damage to the environment, for example decrease in quantity and quality of groundwater that can be used by the society. Decrease in the quantity of groundwater is indicated have causing the economic losses to society. Therefore, groundwater management policy base on synergy among stakeholders becomes very important in order to regulate the use of groundwater to be equitable and sustainable. The estimation result by using replacement cost approach demonstrates the potential economic losses experienced by the local community of Cidahu District due to the quantity of groundwater, reached Rp. 696.756.900 per year. The result of stakeholders mapping shows that Department of Mines, Energies, and Mineral Resources of Sukabumi Regency held the most important role in managing groundwater utilization in Cidahu District. Based on the results of policy analysis, taxes and licensing policy instruments have not used optimally in order to control groundwater utilization by the companies.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
ANALISIS KEBIJAKAN PENGELOLAAN DAN
PEMANFAATAN AIR TANAH DI KECAMATAN CIDAHU
KABUPATEN SUKABUMI
LUSI DARA MEGA
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
Judul Skripsi : Analisis Kebijakan Pengelolaan dan Pemanfaatan Air Tanah di Kecamatan Cidahu Kabupaten Sukabumi
Nama : Lusi Dara Mega
NIM : H44090010
Disetujui oleh
Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT Dosen Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT Ketua Departemen
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini adalah pengelolaan dan pemanfaatan air tanah, dengan judul Analisis Kebijakan Pengelolaan dan Pemanfaatan Air Tanah di Kecamatan Cidahu Kabupaten Sukabumi. Penelitian dilaksanakan sejak bulan Maret 2013. Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran penelitian ini terutama kepada:
1. Keluargaku tersayang, Ibunda Euis Suryati, Ayahanda Asep Herliyana, Adik Lingga Nurma Mukarromah, terimakasih atas semua curahan perhatian, do’a, dukungan dan kasih sayang yang tiada henti kepada penulis. 2. Bapak Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah membimbing dan mengarahkan penulis hingga terselesaikannya penelitian ini dengan baik dan lancar.
3. Bapak Ir. Nondyantoro, M.SP selaku dosen penguji utama dan Bapak Kastana Sapanli, S.Pi, M.Si selaku dosen penguji perwakilan Departemen ESL.
4. Segenap Dosen dan Staf pengajar Departemen ESL.
5. Seluruh pihak pada instansi terkait (instansi pemerintah, perusahaan swasta, dan lembaga eksternal) yang telah banyak membantu penulis selama pengumpulan data.
6. Seluruh keluarga besar H.M. Mubarok, H. Kamaludin dan H. Asyari, terimakasih untuk semua dukungan dan do’a yang diberikan kepada penulis. 7. Sahabat GKC tersayang, Kukuh, Tina, Nunu, Fitri dan Frima. Sahabat
kesayangan, Ai dan Nce. Sahabat GS, Intan, April, Iyey, Bida, Febby, dan Gilang. Sahabat-sahabat di BEM FEM IPB Kabinet Sinergi dan Progresif. 8. Teman satu bimbingan, Adin, Chintia, Dinda, Nobel, Cicit, dan Eyi.
9. Qyqyy Yasmin, Anyis, Gugat, dan seluruh sahabat di keluarga Besar ESL 46 yang telah banyak memberikan saran dan dukungan selama penulis menyusun skripsi.
Bogor, Agustus 2013
VI ANALISIS PERSEPSI STAKEHOLDER DAN MASYARAKAT
TERHADAP PEMANFAATAN AIR TANAH ... 28
6.1 Analisis Persepsi Stakeholder dan Masyarakat ... 28
6.1.1 Persepsi Responden terhadap Sifat Air Tanah ... 28
6.1.2 Persepsi Responden terhadap Pemanfaatan Air Tanah yang dilakukan Perusahaan ... 31
6.1.3 Persepsi Responden terhadap Kondisi Lingkungan Kecamatan Cidahu ... 34
6.2 Estimasi Potensi Kerugian Ekonomi Masyarakat ... 37
6.2.1 Pola Penggunaan Air Bersih Masyarakat Kecamatan Cidahu … 37
6.2.2 Nilai Kerugian Ekonomi Masyarakat ... 39
VII ANALISIS STAKEHOLDER DALAM PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN AIR TANAH ... 43
7.1 Identifikasi Kepentingan dan Pengaruh Stakeholder ... 43
7.2 Fungsi dan Peran Masing-Masing Stakeholder ... 46
7.2.1 Kelompok Pemerintah ... 46
7.2.2 Kelompok Perusahaan ... 54
7.2.3 Kelompok Masyarakat ... 54
7.3 Pergeseran Pemetaan Stakeholder.... 55
7.4 Keterkaitan Antar Stakeholder ... 55
VIII ANALISIS KEBIJAKAN PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN AIR TANAH ... 57
8.1 Kebijakan Pengelolaan Air Tanah ... 57
8.1.1 Analisis Perizinan ... 59
8.1.2 Analisis Pengaawasan ... 65
8.1.3 Analisis Penertiban ... 68
8.1.4 Analisis Konservasi ... 71
8.2 Implikasi Kebijakan ... 73
IX SIMPULAN DAN SARAN ... 75
9.1 Simpulan ... 75
9.2 Saran ... 76
DAFTAR PUSTAKA ... 77
LAMPIRAN ... 80
DAFTAR TABEL
1 Jumlah Perusahaan dan Sumber Air Tanah yang digunakan oleh
Perusahaan di Kecamatan Cidahu pada Tahun 2013 ... 2 2 Kerangka Kebijakan untuk Perlindungan Lingkungan ... 10 3 Matriks Keterkaitan Antara Tujuan Penelitian Jenis Data, Sumber
Data, dan Metode Analisis ... 17 4 Matriks Analisis Persepsi Stakeholder dan Masyarakat terhadap
Pemanfaatan Air Tanah ... 18 5 Matriks Analisis Estimasi Potensi Nilai Kerugian Ekonomi
Masyarakat ... 19 6 Matriks Analisis Stakeholder ...... 20 7 Matriks Analisis Kebijakan Pengelolaan dan Pemanfaatan Air Tanah 21 8 Jumlah Sumber Air di Kecamatan Cidahu pada Tahun 2010 ... 23 9 Jenis Perusahaan dan Volume Debit Air yang dimanfaatkan oleh
Perusahaan di Kecamatan Cidahu pada Bulan Maret 2013 ... 25 10 Data Karakteristik Responden ... 26 11 Sebaran Persepsi Kelompok Pemerintah terhadap Sifat Air Tanah 28 12 Sebaran Persepsi Kelompok Perusahaan Pengguna terhadap Sifat
Air Tanah ... 29 13 Sebaran Persepsi Kelompok Lembaga Eksternal terhadap Sifat Air
Tanah ... 30 14 Sebaran Persepsi Kelompok Masyarakat terhadap Sifat Air Tanah 30 15 Sebaran Persepsi Kelompok Pemerintah terhadap Pemanfaatan Air
Tanah oleh Perusahaan ... 61 16 Sebaran Persepsi Kelompok Perusahaan Pengguna Air Tanah
terhadap Pemanfaatan Air Tanah oleh Perusahaan ... 32 17 Sebaran Persepsi Kelompok Lembaga Eksternal terhadap
Pemanfaatan Air Tanah oleh Perusahaan ... 33 18 Sebaran Persepsi Kelompok Masyarakat terhadap Pemanfaatan Air
Tanah oleh Perusahaan ... 33 19 Sebaran Persepsi Kelompok Pemerintah terhadap Kondisi
Lingkungan Kecamatan Cidahu ... 34 20 Sebaran Persepsi Kelompok Perusahaan Pengguna Air Tanah
terhadap Kondisi Lingkungan Kecamatan Cidahu ... 35 21 Sebaran Persepsi Kelompok Lembaga Eksternal terhadap Kondisi
Lingkungan Kecamatan Cidahu ... 36 22 Sebaran Persepsi Masyarakat terhadap Kondisi Lingkungan
23 Pola Penggunaan Air Bersih Masyarakat Kecamtan Cidahu Berdasarkan Klasifikasi Penggunaan Sumber Air
...
38
24 Jenis dan Besarnya Biaya Pengganti yang dikeluarkan oleh
Responden ... 39
25 Jumlah Kerugian Ekonomi yang Berpotensi dialami Masyarakat untuk Mendapatkan Air Bersih ... 40
26 Identifikasi Nilai Kepentingan dan Pengaruh Masing-masing Stakeholder dalam Pengelolaan dan Pemanfaatan Air Tanah di Kecamatan Cidahu ... 43
DAFTAR GAMBAR 1 Diagram Alur Pemikiran Operasional ... 15
2 Tingkat Kepentingan dan Pengaruh Stakeholder ... 21
3 Pemetaan Masing-Masing Stakeholder dalam Pengelolaan dan Pemanfaatan Air Tanah di Kecamatan Cidahu ... 44
4 Keterkaitan antar Stakeholder ... 56
5 Prosedur Perizinan Pemanfaatan Air Tanah di Kecamatan Cidahu 63 6 Pengawasan Pemanfaatan Air Tanah dan Prosedur Pembayaran Pajak ... 66
7 Prosedur Penertiban terhadap Pelanggaran Pemanfaatan Air Tanah 69 8 Prosedur Konservasi Air Tanah ... 72
DAFTAR LAMPIRAN 1 Kuesioner Penelitian untuk Responden Key Person Instansi Pemerintah dan Non-pemerintah ... 80
2 Kuesioner Penelitian untuk Responden Masyarakat ... 85
3 Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Cidahu pada Tahun 2012 ... 90
4 Daftar Perusahaan Pengguna Air Tanah di Kecamatan Cidahu ... 91
5 Peta Zonasi CAT di Kabupaten Sukabumi ... 92
6 Data Biaya Pengganti yang dikeluarkan oleh Masyarakat Kecamatan Cidahu untuk Mendapatkan Air Bersih ... 93
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang kaya akan sumber
daya alam. Indonesia memiliki berbagai sumber daya alam dalam jumlah yang
melimpah, seperti sumber daya air, sumber daya lahan, sumber daya perikanan,
dan sumber daya hutan. Seluruh sumber daya tersebut memiliki peran sangat
penting dalam kehidupan terutama sumber daya air. Air merupakan salah satu
sumber daya alam yang sangat penting bagi kehidupan manusia, baik untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari maupun untuk kepentingan lainnya seperti
pertanian dan industri.
Kebutuhan air akan terus meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan
bertambahnya penduduk. Kebutuhan sumber daya air terbesar di Indonesia
berpusat di Pulau Jawa. Pulau Jawa merupakan pulau yang memiliki jumlah
penduduk terbanyak. Jumlah penduduk Pulau Jawa pada tahun 2010 tercatat
sebanyak 135.208.641 jiwa dengan kebutuhan air mencapai 134,71 m3/det
(Radhika et al. 2012).
Sumber air terbesar untuk memenuhi kebutuhan air bersih di Indonesia
berasal dari air tanah. Sebesar 80% kebutuhan air bersih masyarakat berasal dari
air tanah, terutama di daerah urban, pusat industri, dan permukiman yang
perkembangannya cukup pesat. Pemenuhan kebutuhan air bersih di daerah-daerah
tersebut rata-rata 90% berasal dari air tanah (Djaendi 2003).
Indonesia memiliki potensi sumber daya air tanah yang melimpah. Salah
satu bagian wilayah di Indonesia yang memiliki potensi air tanah adalah kawasan
vulkanik. Bentuk bentang alamnya berupa perbukitan dan lereng-lereng
memungkinkan menjadi tempat masuk (recharge area) dan keluar air tanah (discharge area) yang besar. Kondisi demikian menjadikan kawasan vulkanik memiliki potensi sumber air tanah yang cukup besar untuk dikelola (Kartadinata
2007).
Kecamatan Cidahu merupakan salah satu wilayah penyangga kawasan
Pemanfaatan air tanah di wilayah ini selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat (non-komersil) juga digunakan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas
produksi perusahaan-perusahaan swasta (komersil).
Tabel 1 Jumlah perusahaan dan sumber air tanah yang digunakan oleh perusahaan di Kecamatan Cidahu pada tahun 2013
No. Jenis Pemanfaatan Jumlah Perusahaan
Sumber Air yang digunakan
1 Bahan Penunjang
Produksi:
Sumber : DPESDM Kabupaten Sukabumi 2013
Tabel 1 memperlihatkan bahwa terdapat 12 perusahaan menggunakan air
tanah di Kecamatan Cidahu. Perusahaan menggunakan air tanah sebagai bahan
penunjang produksi maupun sebagai bahan utama. Selain itu Tabel 1 juga
menunjukkan pada umumnya perusahaan memanfaatkan air tanah melalui
pembuatan sumur bor dalam. Artinya, air tanah yang digunakan oleh perusahaan
adalah air tanah dalam yang berada di bawah lapisan akuifer dengan rata-rata
kedalaman >100 m.
Pemanfaatan air tanah memiliki dampak positif dan negatif. Pemanfaatan air
tanah oleh perusahaan pada satu sisi memberikan dampak positif terhadap
peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Sukabumi, namun pada
sisi lain pemanfaatan yang dilakukan terus-menerus dan dalam jumlah besar dapat
menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Kerusakan lingkungan yang
terjadi pada akhirnya dapat menyebabkan kerugian ekonomi bagi masyarakat
Kecamatan Cidahu.
Air tanah yang digunakan oleh mayarakat pada dasarnya berbeda dengan air
tanah yang digunakan oleh perusahaan. Air tanah yang digunakan oleh
masyarakat merupakan air tanah dangkal yang diperoleh melalui pembuatan
sumur gali/dangkal (dug wells), sedangkan air tanah yang digunakan oleh perusahaan merupakan air tanah dalam melalui pembuatan sumur bor/sumur
lengkung-lengkung penurunan muka air tanah (depression cone) antara sumur satu dengan sumur lainnya. Selanjutnya hal tersebut akan menyebabkan terjadinya
penurunan muka air tanah secara permanen (Suripin 2002).
Melihat dampak kerusakan lingkungan dan potensi kerugian ekonomi yang
dialami masyarakat, kebijakan pemerintah menjadi sangat penting untuk mengatur
pengelolaan dan pemanfaatan air tanah di Kecamatan Cidahu. Kebijakan
berfungsi untuk mengendalikan pemanfaatan air tanah yang dilakukan oleh
perusahaan-perusahaan. Pengelolaan air tanah penting dilakukan mengingat sifat
air tanah pada kondisi geologi tertentu proses hidrologi air tanah membutuhkan
waktu ribuan tahun, sehingga bila pengambilan air tanah dilakukan secara
berlebihan maka air tanah akan habis (Kodoatie dan Sjarief 2010b).
Di India terdapat ketegangan yang menarik antara pemikiran yang
mengutamakan keadilan dan yang mengutamakan keberlanjutan. Kedua
kepentingan tersebut sering kali bertentangan. Kebijakan yang mengutamakan
kesetaraan politik dan ekonomi untuk kepentingan saat ini sering berbenturan
dengan kebijakan yang mengutamakan kepentingan keadilan antar generasi
(Aguilar 2011). Penelitian ini penting dilakukan untuk menganalisis kebijakan
pengelolaan air tanah serta potensi dampak kerusakan lingkungan yang
ditimbulkan akibat pemanfaatan air tanah. Harapannya air tanah di Kecamatan
Cidahu dapat dikelola dan dimanfaatkan berdasarkan prinsip berkeadilan dan
berkelanjutan.
1.2 Perumusan Masalah
Pemanfaatan air tanah di Kecamatan Cidahu didominasi oleh perusahaan
swasta. Data pada Dinas Pertambangan Energi dan Sumber Daya Mineral
(DPESDM) menunjukkan terdapat 12 perusahaan yang memanfaatkan air tanah di
Kecamatan Cidahu (DPESDM 2013). Pemanfaatan air tanah dilakukan
perusahaan secara terus-menerus dan dalam jumlah besar. Hal itu diindikasikan
dapat menyebabkan kuantitas air tanah terus berkurang apabila pengambilan air
tanah tidak diimbangi dengan pemasukan (run in).
Lokasi perusahaan pemanfaat air tanah terletak di wilayah hilir, yaitu pada
tanah di wilayah hilir diindikasikan berdampak terhadap ketersediaan air tanah di
wilayah hulu. Hal itu terjadi karena kondisi hidrogeologi dan kimia-air tanah
Kecamatan Cidahu sebagai wilayah penyangga kawasan vulkanik Gunung Salak.
Wilayah hulu Kecamatan Cidahu pada elevasi di atas 700 m dpl termasuk
pada kategori sistem aliran air tanah lokal (pendek penjalaran air tanahnya),
sementara itu wilayah hilir pada elevasi 500 m dpl termasuk pada kategori sistem
aliran air tanah regional (panjang penjalaran air tanahnya). Daerah resapan
(recharge area) sumber air perusahaan rata-rata terletak di wilayah hulu pada elevasi 700-900 m dpl (Kartadinata 2007).
Ketersediaan air pada sumur gali masyarakat saat ini sudah sangat jauh
berkurang jika dibandingkan dengan keadaan dahulu sebelum adanya
pengambilan air tanah oleh perusahaan. Kedalaman sumur gali milik masyarakat
saat ini rata-rata mencapai 15-17 m dari kedalaman awal sekitar 8-10 m
(Mangoting dan Surono 2006). Apabila kondisi tersebut terus dibiarkan, tidak
mustahil pada masa yang akan datang masyarakat Kecamatan Cidahu mengalami
krisis air bersih. Kebijakan pengelolaan yang mengatur pemanfaatan air tanah
menjadi sangat penting perannya untuk mengatasi kondisi tersebut. Penelitian ini
memiliki beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana persepsi stakeholder dan masyarakat terhadap pemanfaatan air tanah di Kecamatan Cidahu?
2. Berapa potensi nilai kerugian ekonomi masyarakat Kecamatan Cidahu
akibat pemanfaatan air tanah oleh perusahaan?
3. Siapa stakeholder yang berperan dalam pengelolaan dan pemanfaatan air tanah di Kecamatan Cidahu?
4. Bagaimana kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan air tanah di Kecamatan
Cidahu?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum dari
penelitian ini adalah tercapainya sinergisitas antar stakeholder dalam mengelola dan memanfaatkan air tanah di Kecamatan Cidahu, sehingga dapat terwujud
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini, yaitu:
1. Menganalisis persepsi stakeholder dan masyarakat terhadap pemanfaatan air tanah di Kecamatan Cidahu.
2. Mengestimasi potensi kerugian ekonomi masyarakat Kecamatan Cidahu
akibat pemanfaatan air tanah oleh perusahaan.
3. Menganalisis stakeholder yang berperan dalam pengelolaan dan pemanfaatan air tanah di Kecamatan Cidahu.
4. Menganalisis kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan air tanah di
Kecamatan Cidahu.
1.4 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian
Adapun ruang lingkup dan batasan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Penelitian yang dilakukan fokus terhadap pengelolaan dan pemanfaatan air
tanah di Kecamatan Cidahu serta penghitungan potensi kerugian ekonomi
masyarakat.
2. Pemilihan wilayah estimasi potensi kerugian ekonomi pada penelitian ini
dilakukan secara purposive, yaitu empat desa di wilayah hulu Kecamatan Cidahu yang mengalami kerugian ekonomi akibat kekeringan.
3. Penilaian kerugian fokus terhadap potensi kerugian ekonomi rumah tangga,
yaitu besar replacement cost yang dikeluarkan responden.
4. Pengaruh terhadap sektor pertanian tidak termasuk dalam penelitian ini.
Sawah di Kecamatan Cidahu berdasarkan profil kecamatan merupakan
sawah tadah hujan.
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
Ketersediaan sumber daya air sangat tergantung pada daya pulih dari air itu
sendiri. Menurut Fauzi (2010) air merupakan sumber daya yang dapat
digolongkan sebagai sumber daya terbarukan (renewable) maupun tidak terbarukan (non-renewable). Hal itu tegantung pada sumber dan pemanfaatannya. Air yang bersumber dari bawah tanah atau groundwater misalnya, diperoleh melalui proses geologi selama ratusan bahkan ribuan tahun, sehingga meskipun
memiliki daya pulih maka pemanfaatan melebihi kemampuan recharge dapat menjadikan air sebagai sumber daya yang tidak terbarukan. Sebaliknya, air
permukaan atau surface water seperti air yang diperoleh dari sungai maupun danau dapat dikategorikan sebagai sumber daya terbarukan karena adanya proses
siklus hidrologi dari bumi.
2.1.1 Permintaan dan Penawaran Sumber Daya Air
Permintaan sumber daya air di Indonesia terus mengalami peningkatan.
Menurut Sanim (2011) kebutuhan air meningkat mengikuti pertambahan jumlah
penduduk, taraf hidup dan perkembangan sektor industri. Peningkatan kebutuhan
air bersih akan merubah nilai dari sumber daya air tanah yang sebelumnya
merupakan barang bebas (free good) menjadi barang yang bernilai ekonomi (economic good) dan diperdagangkan seperti komoditi lain. Perkiraan dalam sepuluh tahun mendatang, nilai strategis sumber daya air tanah akan semakin
besar sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk yang diikuti dengan
meningkatnya pembangunan pemukiman, bangunan publik, perhotelan, industri
makanan, minuman, obat-obatan, dan indsutri lainnya yang memerlukan air
sebagai bahan baku dan proses (Kodoatie dan Sjarief 2008a).
Kondisi air di Indonesia apabila dilihat dari sisi penawaran termasuk sangat
melimpah. Menurut Sanim (2011) Indonesia memiliki luas daratan sekitar
1.918.410 Km2 dengan curah hujan sebesar 2.620 mm setahun. Kodoatie dan
Sjarief (2008) menjelaskan, jika dilihat dari begitu luasnya Indonesia dari sisi
Ketika hujan mencapai bumi yang menjadi aliran mantap hanya 25%, hampir tiga
perempat terbuang percuma ke laut. Hal ini menunjukkan bahwa sumber daya air
masih perlu dikelola dengan cara-cara yang benar agar air mantap meningkat dan
air yang terbuang percuma berkurang.
2.1.2 Sifat dan Nilai Air Tanah
Air tanah termasuk dalam kelompok sumber daya yang memiliki siklus
dalam proses pembentukannya. Menurut Kodoatie dan Sjarief (2010b), air tanah
merupakan salah satu komponen dalam daur hidrologi (hydrologic cycle) yang berlangsung di alam. Sumber ini terbentuk dari air hujan yang meresap ke dalam
tanah di daerah imbuhan (recharge area) dan mengalir melalui lapisan batuan, terutama lapisan pembawa air (akuifer) dalam satu cekungan air tanah
(groundwater basin) yang berada di bawah permukaan tanah menuju ke daerah lepasan (discharge area).
Lebih lanjut Kodoatie dan Sjarief (2010b) menjelaskan bahwa air tanah
dapat berupa air sumur dalam maupun air sumur dangkal. Air sumur dalam ialah
air yang telah merembes melalui lapisan-lapisan mineral masuk ke tanah, ketika
selama perembesan bahan-bahan organiknya tertahan. Oleh karena itu, air sumur
dalam dapat langsung diminum. Sebaliknya air sumur dangkal tidak dapat
langsung diminum karena rawan perembesan oleh zat pencemar yang berasal dari
limbah buangan kegiatan domestik, pertanian, ataupun industri.
Air tanah memiliki nilai yang sangat penting sebagai salah satu sumber
pasokan kebutuhan air dalam aktivitas manusia. Air lebih dari sekedar sebagai
nilai sosial, ekonomi, religius, kultural dan lingkungan (Sanim 2011). Kamper et al. (2006) dalam Siswanto (2011) menyebutkan nilai ekonomi air tanah yakni: (1) nilai penggunaan (use value), untuk keperluan air minum, industri, irigasi dan sebagainya; (2) diluar nilai penggunaan (non-use value) misalnya kemanfaatan untuk generasi yang akan datang; (3) nilai ekosistem, misalnya manfaat
2.1.3 Potensi Kerusakan Lingkungan Akibat Pemanfaatan Air Tanah
Menurut Undang-undang No. 7 Tahun 2004 Pasal 34 tentang Air Tanah
menyatakan bahwa air tanah merupakan salah satu sumber daya air yang
keberadaannya terbatas dan kerusakannya mengakibatkan dampak yang luas serta
pemulihannya sulit dilakukan. Contoh pemanfaatan air tanah yang tidak dikelola
dengan baik adalah pemanfaatan air tanah yang dilakukan secara terus-menerus
dan dalam jumlah yang melebihi daya pulihnya. Pemanfaatan air tanah seperti itu
dapat menimbulkan kerusakan lingkungan berupa penurunan jumlah debit air,
penurunan muka air tanah, penurunan mutu air, dan penurunan permukaan tanah
(Suripin 2002). Menurut Hindarko (2002) harus diakui bahwa dampak lingkungan
yang terjadi dari penyadapan air tanah secara masal ini sangat mengkhawatirkan,
seperti misalnya:
1. Intrusi air laut, berupa rembesan air asin yang mencemari sumur penduduk,
dan merusak bangunan bawah tanah lainnya.
2. Land subsidence, penurunan muka tanah, seperti yang sedang terjadi di daerah pantai Kota Semarang, muka tanah diperkirakan turun 5 cm setiap
tahunnya.
3. Penurunan muka air tanah secara masal, sehingga sungai menjadi kering,
sumur penduduk habis airnya, mata air berhenti mengalir.
2.1.4 Metode Estimasi Potensi Kerugian Akibat Pemanfaatan Air Tanah
Menurunnya ketersediaan air menimbulkan kerugian ekonomi bagi
masyarakat Kecamatan Cidahu. Nilai kerugian ekonomi akibat degradasi
lingkungan salah satunya dapat dihitung dengan Averting Behavior Methods
(ABM). ABM menggambarkan pengeluaran yang dibuat atau dikeluarkan
masyarakat dengan tujuan untuk mencegah atau mengurangi dampak negatif
degradasi lingkungan. Metode ini menggunakan biaya dari pembelian barang
(produk) tertentu untuk menilai kualitas lingkungan. Secara umum, metode ini
sangat sesuai diaplikasikan untuk kasus-kasus ketika pencegahan kerusakan atau
pengeluaran untuk barang-barang pengganti benar-benar ada atau benar-benar
Pendekatan ABM didasarkan pada asumsi bahwa apabila orang menerima
biaya untuk mencegah kerusakan yang disebabkan oleh hilangnya jasa lingkungan
atau mengganti jasa ekosistem, maka nilai jasa lingkungan tersebut setidaknya
harus sama dengan harga yang dibayarkan individu untuk penggantian tersebut.
Adapun asumsi lain dalam ABM adalah sebagai berikut :
1. Individu mengenali dampak negatif kerusakan lingkungan terhadap
kesejahteraan mereka;
2. Individu mampu menyesuaikan kebiasaan mereka untuk mencegah atau
mengurangi dampak tersebut.
Estimasi potensi kerugian ekonomi yang dialami masyarakat Kecamatan
Cidahu pada penelitian ini dinilai melalui analisis ABM pendekatan Replacement Cost. Replacement Cost adalah pendekatan ABM yang mengestimasi nilai jasa lingkungan melalui biaya pengganti jasa tersebut dengan barang dan jasa alternatif
buatan. Metode ini menggambarkan jasa lingkungan yang bisa ditiru dengan
menggunakan teknologi (Jones, et al. 2000). Adapun menurut Garrod and Willis (1999), pendekatan replacement cost menilai nilai sumber daya dengan berapa besar biaya yang dikeluarkan untuk mengganti atau mengembalikan setelah
sumber daya tersebut telah rusak.
2.1.5 Kebijakan Pengelolaan dan Pemanfaatan Air Tanah
Menurut Suparmoko (2008), suatu kebijakan sumber daya alam dan
lingkungan yang bertanggung jawab terhadap generasi saat ini maupun generasi
yang akan datang terdiri dari satu himpunan peraturan serta tindakan yang
berhubungan dengan penggunaan sumber daya alam dan lingkungan yang
membuat perekonomian bekerja efisien serta bertahan dalam waktu yang tidak
terbatas, tidak menurunkan pola konsumsi agregat dan tidak membiarkan
lingkungan fisik menjadi rusak, maupun tidak menimbulkan risiko yang besar
bagi generasi yang akan datang, tetapi justru sebaliknya akan membuat generasi
yang akan datang lebih sejahtera.
Menurut Suparmoko dan Suparmoko (2000), intervensi kebijakan dapat
dikelompokkan menjadi: a) insentif atas dasar kekuatan pasar yang diharapkan
komando dan pengawasan (comand and control = CAC) yang mengatur kegiatan lewat larangan atau pembatasan pada sumber-sumber pencemaran, dan
pengeluaran-pengeluaran pemerintah untuk pembersihan lingkungan kerangka
kebijakan ini dapat dilihat pengelompokannya seperti pada Tabel 2.
Tabel 2 Kerangka kebijakan untuk perlindungan lingkungan
Kebijakan Instrumen Langsung Instrumen tidak Langsung
Insentif dengan mekanisme pasar
Pengaturan pencemaran; perdagangan perizinan; sistem pembayaran kembali deposit.
Pajak dan subsidi terhadap bahan dan produk; subsidi pada barang dan bahan pengganti.
Komando dan pengawasan
Peraturan/ketentuan
emisi/buangan (sumber pasti, kuota yang tidak dapat diganti).
Pearturan/pembatasan terhadap peralatan, proses, bahan dan produk.
Pengeluaran pemerintah
Pengaturan terhadap pengeluaran lembaga pemerintah untuk kegiatan purifikasi, pembersihan, buangan limbah, dan penegakan hukum dan peraturan.
Pengembangan teknologi bersih, produksi bersih
Sumber: Eskeland dan Jimmenez (1992) dalam Suparmoko dan Suparmoko (2000)
Pengelolaan dan pemanfaatan air tanah sangat bergantung pada kebijakan
aturan yang ada. Menurut Kodoatie et al. (2007) dalam Adoe (2008), kebijakan yang diambil dalam rangka pengendalian pemanfaatan air tanah antara lain
pengaturan persyaratan dalam pemberian izin pengeboran, penurapan mata air dan
pengambilan, serta pembatasan debit pengambilan. Kebijakan ini bertujuan
mempertahankan kesinambungan keberadaan air tanah agar mampu menopang
kebutuhan untuk jangka panjang dan masa datang.
Kebijakan pengendalian pemanfaatan air tanah merupakan instrumen yang
sangat penting dalam rangka pengendalian dampak lingkungan. Menurut
Kodoatie et.al. (2007) dalam Adoe (2008), perizinan air tanah merupakan bentuk legitimasi dalam pengelolaan air tanah juga dimaksud sebagai pengendalian
dalam pendayagunaan air tanah. Izin dapat dicabut jika terbukti menimbulkan
kerusakan lingkungan. Izin hanya diberikan untuk daerah-daerah yang kondisi air
tanahnya masih aman atau masih memungkinkan dapat diambil tanpa mengakibatkan kemerosotan kondisi dan lingkungan air tanah. Izin pemakaian air
tanah perlu dimiliki mengingat cara pengeboran air tanah atau penggunaannya
mengubah kondisi dan lingkungan air tanah antara lain berupa penyusutan
ketersediaan air tanah, penurunan muka air tanah, perubahan pola aliran air tanah,
untuk memenuhi kebutuhan, mengambil air tanah dalam jumlah yang melebihi
ketentuan.
2.1.6 Metode Analisis stakeholder
Kebijakan yang berlaku dalam pengelolaan dan pemanfaatan air tanah di
Kecamatan Cidahu tidak terlepas dari peran seluruh stakeholder. Grimbel dan Chan (1995) mendeskripsikan analisis stakeholder sebagai suatu pendekatan dan
prosedur untuk mencapai pemahaman suatu sistem dengan cara mengidentifikasi
aktor-aktor kunci atau stakeholder kunci di dalam sistem serta menilai
kepentingan masing-masing di dalam sistem tersebut. Stakeholder yang dimaksud
adalah semua yang memengaruhi dan/atau dipengaruhi oleh kebijakan, keputusan
dan tindakan sistem tersebut. Hal itu dapat bersifat individual, masyarakat,
kelompok sosial atau isntitusi dalam berbagai ukuran. Stakeholder meliputi
pembuat kebijakan, perancang dan administrator dalam pemerintah, serta
kelompok pengguna objek dalam sistem.
Konsep analisis stakeholder pernah dideskripsikan oleh Freeman (1984) dalam Suhana (2008). Freeman mengemukakan stakeholder sebagai kelompok atau individu yang dapat memengaruhi atau dipengaruhi oleh suatu tujuan
pencapaian organisasi. Ada tiga tingkat analisis pemangku kepentingan:
1. Tingkat Rasional
Tingkat rasional sangat membutuhkan pemahaman tentang stakeholder dari organisasi. Freeman menggunakan peta umum stakeholder, kemudian mengidentifikasi masing-masing stakeholder berdasarkan peta stakeholder.
Lebih lanjut, masing-masing stakeholder diidentifikasi dan dianalisis. Freeman juga menggunakan dua dimensi grid sebagai perangkat analisis organisasi stakeholder. Dimensi pertama merupakan kelompok stakeholder
dilihat dari sisi kepentingannya, dan dimensi kedua merupakan kelompok
stakehoder dilihat dari sisi pengaruh/kekuatannya dalam organisasi. 2. Tingkat Proses
Tingkat proses diperlukan untuk memahami bagaimana organisasi baik
masing-masing stakeholder, dan apakah proses ini sesuai dengan peta stakeholder
rasional organisasi.
3. Tingkat Transaksional
Tingkat transaksional membutuhkan pemahaman hubungan transaksi antar
organisasi dan stakeholder serta mampu menyimpulkan apakah
hubungan/kerjasama yang terjadi sesuai dengan peta stakehoder dan proses organisasi stakeholder. Pemahaman legitimasi masing-masing stakeholder
sangat penting dalam keberhasilan tingkat transaksional.
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang air tanah sudah banyak dilakukan, namun sebagian besar
meneliti tentang pencemaran air tanah dan willingnes to pay masyarakat terhadap pencemaran air tanah. Penelitian tentang kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan
air tanah serta dampak kerugian ekonomi masyarakat secara umum masih jarang
diteliti. Oleh karena itu, penulis meneliti mengenai analisis kebijakan pengelolaan
dan pemanfaatan air tanah yang membahas peran stakeholder dalam pengelolaan dan pemanfaatan air tanah, serta estimasi nilai kerugian ekonomi masyarakat
akibat pemanfaatan air tanah oleh perusahaan.
Penelitian mengenai pengelolaan dan pemanfaatan air tanah sebelumnya
pernah dilakukan oleh Adoe (2008) yang berjudul “Pengendalian Pemanfaatan
Air tanah Di Kota Kupang”. Metode analisis yang digunakan adalah deskriptif
kualitatif. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa proses pengendalian
pemanfaatan air tanah merupakan upaya untuk menjamin pemanfaatan air tanah
secara bijaksana serta menjaga kesinambungan kuantitas dan kualitasnya.
Penelitian lain pernah dilakukan oleh Siswanto (2011) yang berjudul
“Evaluasi Kebijakan Pengambilan dan Pemanfaatan Air Tanah di Provinsi DKI
Jakarta”. Metode analisis yang digunakan untuk menganalisis evaluasi kebijakan
adalah analisis isi (content analysis). Penelitiannya menyimpulkan bahwa Pemerintah Provinsi DKI Jakarta hanya menggunakan pajak dan retribusi air
tanah sebagai kebijakan untuk membatasi pemakaian dan pemanfaatan air tanah di
wilayah Provinsi DKI Jakarta. Kontribusi pajak dan retribusi air tanah terhadap
lain. Fungsi instrumen pajak dan retribusi air tanah adalah upaya pembatasan
pemakaian dan konservasi air tanah.
Penelitian nilai kerugian ekonomi masyarakat akibat pemanfaatan
sumberdaya air sebelumnya pernah dilakukan oleh Setiawan (2012) yang berjudul
“Penilaian Economic Losses Masyarakat Desa Cijeruk Kabupaten Bogor Akibat Adanya Pemanfaatan Sumber Mata Air Oleh Perusahaan Air Minum”. Metode
analisis yang digunakan dalam menilai economic losses adalah averted cost methods. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa berdasarkan persepsi masyarakat (petani dan rumah tangga), telah terjadi kelangkaan sumber daya air akibat adanya
pemanfaatan sumber mata air secara berlebihan oleh perusaha air minum.
Kelangkaan sumber daya air menimbulkan kerugian bagi masyarakat. Hasil
penilaian economic losses masyarakat Desa Cijeruk akibat adanya pemanfaatan sumber mata air secara berlebihan oleh perusahaan air minum adalah sebesar
Rp.740.466.000 per tahun.
Adapun penelitian lain yang menghitung estimasi nilai kerugian ekonomi
akibat pemanfaatan air tanah pernah dilakukan oleh Ismail et al. (2011) yang berjudul “Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi dan Willingness to Pay Masyarakat Akibat Pencemaran Air Tanah (Studi Kasus di Kelurahan Kapuk Muara, Jakarta
Utara)”. Metode analisis yang digunakan untuk menghitung kerugian ekonomi
adalah melalui penghitungan biaya pencegahan, biaya kesehatan dan biaya
penggantian. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa responden yang sudah tidak
menggunakan air tanah, umumnya menggunakan sumber air bersih pengganti
berupa air ledeng. Total kerugian yang dialami masyarakat Kelurahan Kapuk
III KERANGKA PEMIKIRAN
Kecamatan Cidahu adalah salah satu wilayah penyangga kawasan vulkanik
Gunung Salak. Gunung Salak berfungsi sebagai daerah tangkapan air yang
memasok air tanah dan air permukaan dalam jumlah sangat besar ke
daerah-daerah yang ada di sekitar kawasan yang dilingkupinya. Air tanah dan air
permukaan tersebut telah menjadi sumber pemenuhan kebutuhan masyarakat, baik
itu untuk pemanfaatan komersil maupun pemanfaatan non-komersil.
Pemanfaatan komersil dapat memberikan dampak positif, yaitu
meningkatkan PAD Kabupaten Sukabumi dan menunjang keuntungan
perusahaan. Akan tetapi, pemanfaatan komersil juga dapat berdampak terhadap
lingkungan, salah satunya terjadi deplesi air tanah. Deplesi air tanah lebih lanjut
dapat menimbulkan kerugian ekonomi bagi masyarakat lokal. Masyarakat harus
mengeluarkan biaya pengganti karena penurunan kuantitas air yang dapat
dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Oleh karena itu, untuk
mengatasi kondisi tersebut diperlukan kebijakan pengelolaan air tanah yang
mengatur pemanfaatan air tanah secara berkeadilan dan berkelanjutan.
Pengelolaan dan pemanfaatan air dipengaruhi oleh peran seluruh
stakeholder. Persepsi stakeholder juga penting dianalisis untuk mengetahui sejauh mana pemahaman stakeholder terhadap sifat dan kondisi air tanah. Kemudahan dalam mendapatkan izin usaha dan lemahnya penegakkan pengawasan terhadap
pemanfaatan air tanah oleh perusahaan diindikasikan menjadi penyabab semakin
banyak berdirinya perusahaan-perusahaan yang memanfaatkan air tanah di
Kecamatan Cidahu. Analisis kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan air tanah
penting dilakukan untuk mengetahui kesesuaian kebijakan dengan fakta
pemanfaatan yang terjadi dilapangan. Adapun analisis tingkat kepentingan dan
pengaruh stakeholder penting dilakukan untuk mengetahui peran stakeholder
dalam kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan air tanah. Analisis kebijakan dan
analisis stakeholder serta persepsi pemahaman stakeholder dapat menjadi arah perbaikan kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan air tanah di Kecamatan
Sumber: Data primer diolah 2013
Keterangan : : Ruang lingkup penelitian
: Alur penelitian
Gambar 1 Diagram alur pemikiran operasional
Air Tanah di Kecamatan Cidahu
Perbaikan Kebijakan Pengelolaan dan Pemanfaatan Air Tanah di Kecamatan Cidahu
IV METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi,
Provinsi Jawa Barat. Wilayah penelitian meliputi empat desa, yaitu Desa Cidahu,
Desa Girijaya, Desa Jayabakti, dan Desa Tangkil. Lokasi ini dipilih secara sengaja
(purposive) dengan pertimbangan pada lokasi tersebut diduga telah terjadi penurunan kuantitas air yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Pengambilan
data primer dilakukan pada bulan Maret – April 2013.
4.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah berupa data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan
responden melalui kuesioner serta observasi lapang. Responden meliputi
stakeholder yang berperan dalam pengelolaan dan pemanfaatan air tanah di Kecamatan Cidahu dan masyarakat (rumah tangga) yang diindikasikan mengalami
kerugian ekonomi.
Data sekunder diperoleh dari instansi yang berhubungan dengan
pengelolaan dan pemanfaatan air tanah di Kecamatan Cidahu, yaitu Kecamatan
Cidahu, Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT), Dinas
Pengelolaan Energi dan Sumber Daya Mineral (DPESDM), Badan Lingkungan
Hidup (BLH), Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
(DPPKAD), Sekretariat Daerah (Setda) Bagian Hukum, Dinas Tata Ruang
Permukiman dan kebersihan (Dinas Tarkimsih), Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD), Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), Badan Perencanaan dan
Pembangunan Daerah (Bappeda),dan LSM. Data pendukung lainnya diperoleh
dari studi literatur yang relevan dengan penelitian. Secara lengkap matriks
keterkaitan antara tujuan penelitian, jenis data, sumber data dan metode analisis
Tabel 3 Matriks keterkaitan antara tujuan penelitian, jenis data, sumber data, dan metode analisis
No. Tujuan Penelitian Jenis Data Sumebr Data Metode Analisis 1 Analisis persepsi stakeholder
dan masyarakat terhadap pemanfaatan air tanah di Kecamatan Cidahu.
2 Estimasi potensi kerugian ekonomi masyarakat Kecamatan Cidahu akibat pemanfaatan air tanah oleh perusahaan. 3 Analisis stakeholder yang
berperan dalam pengelolaan dan pemanfaatan air tanah di Kecamatan Cidahu.
4 Analisis kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan air tanah di Kecamatan Cidahu.
Sumber: Data primer diolah 2013
4.3 Metode Pengambilan Contoh
Penelitian ini menggunakan dua kelompok responden. Pertama, responden kunci (key person). Responden ini diambil dari staff dan pejabat instansi yang dianggap memiliki informasi penting terkait penelitian. Kedua, responden masyarakat. Responden masyarakat dipilih secara sengaja dengan teknik snowball sampling, yaitu rumah tangga di empat desa wilayah hulu yang mengalami kerugian ekonomi. Selanjutnya populasi dipilih dari rumah tangga yang
diindikasikan terkena dampak. Total responden dalam penelitian ini adalah 78
responden. Masing-masing jumlah responden adalah 11 responden kelompok
pemerintah, 5 responden kelompok perusahaan pengguna air tanah, 2 responden
lembaga eksternal dan 60 responden KK masyarakat Kecamatan Cidahu.
4.4 Metode Analisi Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis secara deskriptif
kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk
mengkaji kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan air tanah, analisis stakeholder
Analisis stakeholder digunakan untuk mengetahui peran stakeholder dalam pengelolaan dan pemanfaatan air tanah. Adapun analisis deskriptif kuantitatif
digunakan untuk mengestimasi potensi kerugian ekonomi masyarakat melalui
analisis biaya pengganti (replacement cost). Data yang telah terkumpul diolah dengan menggunakan Microsoft Excel 2007.
4.4.1 Analisis Persepsi Stakeholder dan Masyarakat
Analisis deskriptif digunakan untuk mengidentifikasi persepsi stakeholder
dan masyarakat terhadap pemanfaatan air tanah di Kecamatan Cidahu. Persepsi
responden didapatkan melalui wawancara dengan pegawai instansi terkait dan
masyarakat. Matriks analisis persepsi stakeholder dan masyarakat terhadap pemanfaatan air tanah oleh perusahaan disajikan dalam Tabel 4.
Tabel 4 Matriks analisis persepsi stakeholder dan masyarakat terhadap pemanfaatan air tanah
No. Parameter Analisis Tujuan Analisis
1 Sifat air tanah Mengetahui sifat air tanah menurut persepsi masing-masing stakeholder
2 Pemanfaatan Air Tanah oleh Perusahaan
Mengetahui persepsi masyarakat tentang pemanfaatan air tanah oleh perusahaan
3 Kondisi air tanah Mengetahui kondisi air tanah di Kecamatan Cidahu menurut persepsi masing-masing stakeholder
Sumber: Data primer diolah 2013
4.4.2 Estimasi Potensi Kerugian Ekonomi Masyarakat
Penilaian potensi kerugian ekonomi diestimasi dengan menggunakan analsis
Averting Behaviour Methods (ABM) melalui pendekatan replacement cost (biaya untuk mengganti jasa yang hilang/rusak). Metode ini digunakan untuk mengetahui
besarnya kerugian ekonomi masyarakat melalui biaya pengganti untuk
memperoleh air bersih, seperti biaya yang dikeluarkan untuk pembayaran
penggunaan air pipanisasi, biaya penggalian sumur, serta biaya lainnya yang
dikeluarkan untuk mendapatkan sejumlah air bersih. Informasi besarnya kerugian
masyarakat diperoleh dengan menghitung biaya pengeluaran responden pada
masing-masing KK. Matriks analisis estimasi potensi nilai kerugian ekonomi
Tabel 5 Matriks analisis estimasi potensi nilai kerugian ekonomi masyarakat No Parameter Analisis Tujuan Analisis
1 Kondisi air Mengetahui kondisi umum pola penggunaan air bersih masyarakat
2 Biaya penggantian Mengetahui jenis tindakan biaya penggantian untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari
3 Kerugian ekonomi Mengestimasi besar biaya yang dikeluarkan oleh rumah tangga yang kemudian digunakan sebagai dasar penghitungan nilai kerugian ekonomi masyarakat
Sumber: Data primer diolah 2013
Perhitungan estimasi potensi nilai kerugian ekonomi mayarakat diperoleh
dari besarnya replacement cost yang dikeluarkan oleh masyarakat untuk mendapatkan air bersih. Masing-masing data biaya yang dikeluarkan oleh
responden rumah tangga ditabulasikan ke dalam tabel yang berisi jenis tindakan
penggantian yang dilakukan, jumlah rumah tangga responden yang melakukan
tindakan penggantian, biaya rata-rata yang dikeluarkan serta total biaya untuk
setiap tindakan penggantian yang dilakukan. Rata-rata biaya yang dikeluarkan
masing-masing responden dihitung dengan menggunakan persamaan berikut.
RBP = ...
Keterangan:
RBP = Rata-rata biaya pengganti (Rp)
BPi = Jumlah biaya pengganti responden i (Rp)
n = Jumlah responden
i = Responden ke-i (1,2,3,….,n)
4.4.3 Analisis Stakeholder dalam Pengelolaan dan Pemanfaatan Air Tanah
Identifikasi peran stakeholder dilakukan dengan metode deskriptif pada hasil analisis stakeholder. Analisis stakeholder dilakukan dengan cara mengidentifikasi tingkat kepentingan dan pengaruh masing-masing stakeholder
dalam pengelolaan dan pemanfaatan air tanah di Kecamatan Cidahu. Matriks
Tabel 6 Matriks analisis stakeholder
No. Parameter Analisis Tujuan Analisis
1 Kepentingan stakeholder Mengetahui siapa saja stakeholder yang terlibat dan menganalisis kepentingan masing-masing stakeholder
2 Pengaruh stakeholder Mengetahui siapa saja stakeholder yang terlibat dan menganalisis pengaruh masing-masing stakeholder
3 Posisi stakeholder Mengetahui posisi masing-masing stakeholder dalam pemanfaatan air tanah di Kecamatan Cidahu
Sumber: Data primer diolah 2013
Adapun tahapan analisis stakeholder dalam penelitian ini adalah: 1. Identifikasi stakehoder
2. Membuat tabel stakeholder yang berisi informasi: a. Daftar stakeholder
b. Tingkat kepentingan stakeholder, yaitu motif dan perhatiannya terhadap kebijakan. Kepentingan aktor dinilai dengan menggunakan skala likert,
yaitu antara 1 sampai 5. Angka tersebut masing-masing menunjukkan nilai; 1 = sangat rendah; 2 = rendah; 3 = sedang/cukup tinggi; 4 = tinggi;
dan 5= sangat tinggi. Indikator tinggi dilihat dari seberapa penting
pengelolaan dan pemanfaatan air tanah bagi masing – masing
stakeholder.
c. Tingkat pengaruh stakeholder. Pengaruh stakeholder mengacu pada tiga aspek yang dimiliki stakeholder, yaitu aspek sumber daya manusia (SDM), finansial, dan politik. Penilaian tingkat pengaruh akan
menggunakan skala likert yaitu antara 1 sampai 5. Angka tersebut
masing-masing menunjukkan nilai; 1 = sangat rendah; 2 = rendah; 3 =
sedang/cukup tinggi; 4 = tinggi; dan 5 = sangat tinggi. Indikator tinggi
atau rendahnya pengaruh masing-masing stakeholder dilihat dari tingkat kewenangan/kekuatan respon stakeholder dalam pengelolaan dan pemanfaatan air tanah. Nilai pengaruh didapatkan dari penjumlahan
aspek SDM, finansial, dan politik.
3. Selanjutnya dibuat diagram seperti Gambar 2 untuk mengetahui tingkat
kepentingan dan pengaruh masing-masing stakeholder serta posisi
stakeholder apakah masuk pada kategori subeject, player, by stander, atau
Tinggi
A B
Tingkat kepentingan Subject Player
C D
By Stander Actor
Rendah Tinggi
Tingkat pengaruh
Gambar 2 Tingkat kepentingan dan pengaruh stakeholder
4.4.4 Analisis Kebijakan Pengelolaan dan Pemanfaatan Air Tanah
Analisis kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan air tanah diarahkan pada
parameter perencanaan (prosedur perizinan), pengawasan, penertiban dan evaluasi
kegiatan konservasi air tanah. Matriks analisis kebijakan pengelolaan dan
pemanfaatan air tanah disajikan dalam Tabel 7.
Tabel 7 Matriks analisis kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan air tanah
No. Parameter Analisis Tujuan Analisis
1 Perizinan: Konsep perizinan, dasar aturan yang digunakan, dan persyaratan perizinan
Mengetahui dan mengkaji dokumen prosedur perizinan yang seharusnya dilakukan oleh perusahaan pengguna air tanah
2 Pengawasan: Motivasi perlunya pengawasan, jumlah izin, laporan pengawasan, dan aktor yang terlibat.
Mengetahui dan memahami proses pengawasan pemanfaatan air tanah yang dilakukan oleh perusahaan pengguna air tanah.
3 Penertiban: Dasar aturan penertiban, motivasi dilakukan penertiban, jumlah kasus penertiban, dan aktor yang terlibat.
Mengetahui dan memahami proses penertiban terhadapa pelanggaran yang dilakukan perusahaan pengguna air tanah.
4 Konservasi: Motivasi konservasi, lokasi daerah resapan, konservasi yang dilakukan, dan aktor yang terlibat.
Mengetahui dan memahami proses konservasi yang harus dilakukan oleh perusahaan pengguna air tanah.
5 Implikasi kebijakan Mengetahui apakah kebijakan pengelolaan yang ada telah sesuai dengan pemanfaatan air tanah yang terjadi dilapangan.
V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
5.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi,
Provinsi Jawa Barat. Luas Kecamatan Cidahu adalah 2.916,90 Ha. Kecamatan
Cidahu terdiri dari delapan desa, yaitu Desa Pondok Kaso Tengah, Pasir Doton,
Pondok Kaso Tonggoh, Babakan Pari, Tangkil, Jayabakti, Cidahu dan Giri Jaya.
Batas wilayah Kecamatan Cidahu secara administratif adalah:
1. Sebelah utara : Kabupaten Bogor
2. Sebelah selatan : Kecamatan Parungkuda
3. Sebelah barat : Kecamatan Parakansalak
4. Sebelah timur : Kecamatan Cicurug
Berdasarkan profil Kecamatan Cidahu dalam angka (2010), kondisi
topografi Kecamatan Cidahu secara umum bervariasi antara 0-3%, 3-8%, 15-25%
dan >40%. Kemiringan lahan didominasi oleh lahan dengan kemiringan 15-25%.
Ketinggian diatas permukaan laut berkisar antara 500-1.000 m dpl. Potensi
geologi Kecamatan Cidahu pada umumnya berupa struktur tanah dan batuan hasil
pelapukan batuan dari aktivitas Gunung Gede Pangrango.
Iklim di Kecamatan Cidahu masih dipengaruhi iklim regional wilayah
Kabupaten Sukabumi yang beriklim tropis basah dengan curah hujan yang
dipengaruhi oleh angin Muson yang bertiup dari daratan Australia dan Asia.
Rata-rata curah hujan di Kecamatan Cidahu pada Tahun 2004 adalah 2.309 mm/tahun
dengan jumlah hari hujan 158 hari. Suhu udara berkisar antara 18-300C dengan
suhu rata-rata 260C. Kelembaban rata-rata sebesar 85%.
Penduduk Kecamatan Cidahu berjumlah 60.567 jiwa dengan jumlah KK
mencapai 15.520 KK. Jumlah penduduk pada kategori usia di dominasi oleh usia
>18 tahun, yaitu sebanyak 33.976 jiwa. Tingkat pendidikan masyarakat masih
didominasi oleh lulusan SD yaitu sebanyak 16.042 jiwa. Adapun mayoritas mata
pencaharian masyarakat didominasi oleh penduduk yang bermatapencaharian
sebagai karyawan swasta, yaitu sebanyak 5.756 jiwa (Kecamatan Cidahu dalam
5.1.1 Potensi Air Tanah di Kecamatan Cidahu
Wilayah Cidahu berada pada sistem Cekungan Air Tanah (CAT) Sukabumi.
CAT Sukabumi memiliki potensi air tanah bebas/dangkal sebesar 759 juta
m3/tahun, dan air tanah dalam sebesar 34 juta m3/tahun (DPESDM Kabupaten
Sukabumi 2012). Data potensi sumber air di Kecamatan Cidahu, dapat dilihat
pada pada Tabel 8 di bawah ini.
Tabel 8 Jumlah sumber air di Kecamatan Cidahu pada Tahun 2010
No Desa Sungai Mata Air
1 Pondok kaso Tengah 1 2
2 Pasir doton 1 2
3 Pondok kaso Tonggoh 1 0
4 Babakan Pari 2 3
5 Tangkil 2 4
6 Jayabakti 2 6
7 Cidahu 2 3
8 Girijaya 2 3
Jumlah 13 23
Sumber: Kecamatan Cidahu dalam angka 2010
Tabel 8 memperlihatkan masing-masing desa di Kecamatan Cidahu
memiliki potensi sumber air cukup banyak. Umumnya masing-masing desa
memiliki aliran sungai dan beberapa sumber mata air, kecuali Desa Pondok Kaso
Tonggoh yang hanya memiliki satu aliran sungai dan tidak memiliki sumber mata
air. Desa-desa di Kecamatan Cidahu tersebar pada dataran rendah dan dataran
tinggi, empat desa pertama berada pada dataran rendah, sedangkan 4 desa
berikutnya berada pada dataran tinggi.
5.1.2 Aspek Geometri
Kartadinata (2007) menyatakan bahwa secara geologi Kecamatan Cidahu
tersusun dari bawah ke atas berupa breksi laharik (laharic breccia), tuff padu (welded tuff), tuff batuapung (pumiceous tuff), paleosil, tuff lapilli (lapilli tuff), dan lava. Perubahan facies batuan relatif berubah pada jarak yang dekat. Hasil
kajian penampang geologi menunjukkan akuifer yang berkembang berupa akuifer
breksi laharik, akuifer lava, akuifer tuff lapilli dan akuifer tuff batu apung. Akuifer
breksi laharik bersifat tertekan yang ditutupi oleh lapisan tuff padu, sementara
apung sangat mungkin berhubungan dengan air permukaan. Hal itu berbeda
dengan breksi laharik yang terhambat oleh lapisan tuff padu, namun demikian
masih mungkin adanya interaksi dengan air yang menerobos pada lapisan tuff
padu berfraktur.
Potensi air tanah di Kecamatan Cidahu terdiri dari dua elevasi kedalaman
akuifer yang berbeda. Umumnya interpretasi nilai resistivity menunjukkan bahwa pada elevasi 875 – 1.225 m lapisan akuifer air tanah dangkal diduga akan
ditemukan antara kedalaman 2,6 – 27,1 m dan lapisan air tanah dalam antara
kedalaman 44,25 – 55,1 m, sedangkan pada elevasi 525 m lapisan akuifer air
tanah dangkal diduga akan ditemukan antara kedalaman 4,1 – 30,7 m dan lapisan
air tanah dalam antara kedalaman 64,4 – 112,6 m.
5.1.3 Aspek Ekosistem Air Tanah
Menurut Kartadinata (2007), hasil interpretasi data hydrogelogy, kimia-air tanah, dan isotop air tanah menunjukkan bahwa pada elevasi diatas 700 m dpl
(wilayah hulu) Kecamatan Cidahu termasuk dalam kategori sistem aliran lokal
(pendek penjalarannya), sementara pada elevasi 500 m dpl (wilayah perusahaan
pemanafaat air tanah) termasuk dalam kategori sistem aliran regional (panjang
penjalarannya). Pada elevasi 499-550 m dpl tipe air tanah berupa facies Na+K,
SO42-Na+K, Cl- merefleksikan aliran air yang cukup panjang atau jauh, sementara
pada elevasi diatas 800 m dpl berupa Mg, Cl- merefleksikan aliran air tanah yang
relatif pendek.
Hasil analisis geologi yang dipadukan dengan kimia-air tanah menunjukkan
bahwa daerah resapan (recharge area) terletak pada elevasi 600 - 815 m dpl. Analisis terobosan air melalui tuff padu (geology leakage) menununjukkan daerah resapan terletak pada elevasi 600 – 850 m dpl. Analisis isotop menunjukkan
bahwa daerah resapan sumber air yang dimanfaatkan di wilayah hilir oleh
perusahaan terletak pada elevasi 700 – 900 m dpl.
5.2 Kondisi Pemanfaatan Air Tanah
Pemanfaatan air tanah di Kecamatan Cidahu didominasi oleh perusahaan.
Jenis perusahaan tersebut diantaranya perusahaan AMDK, garmen dan minuman
energi. Perusahaan menggunakan air artesis (air tanah dalam) melalui pemasangan
sumur bor. Jenis perusahaan dan volume debit air tanah yang dimanfaatkan dapat
dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9 Jenis perusahaan dan volume debit air yang dimanfaatkan oleh perusahaan di Kecamatan Cidahu pada bulan Maret 2013
No Jenis Pemanfaatan Jumlah Perusahaan 1 Bahan Penunjang
Produksi:
Sumber: DPESDM Kabupaten Sukabumi 2013
Tabel 9 memperlihatkan pengguna dominan air tanah di Kecamatan Cidahu
adalah perusahaan garmen. Volume total air tanah yang dimanfaatkan sebesar
83.820m3 (per Bulan Maret 2013) atau setara 1.388.644 m3/tahun. Volume total
pemanfaatan air tanah pada tabel diatas sudah termasuk penghitungan over debit
(jumlah over debit x 10).
5.3 Karakteristik Responden
Karakteristik responden dibagi ke dalam enam karakteristik, antara lain
jenis kelamin, tingkat usia, tingkat pendidikan formal, tingkat pendapatan, jenis
pekerjaan, dan kategori penduduk. Responden unit rumah tangga sebagian besar
merupakan kepala keluarga. Kepala keluarga dalam suatu rumah tangga diduga
telah memiliki informasi yang cukup mengenai perilaku rumah tangganya dalam
memenuhi kebutuhan air.
Sebagian besar responden (78,33%) yang diwawancarai merupakan
penduduk asli. Pada umumnya responden telah menetap semenjak mereka lahir.
Lamanya mereka tinggal dapat dijadikan dasar analisis perubahan lingkungan
yang terjadi di Kecamatan Cidahu. Mayoritas responden berada pada rentang usia
memberikan informasi yang baik mengenai perubahan lingkungan yang terjadi.
Data karakteristik responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10 Data karakteristik responden
No. Kategori Responden
Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1. Jenis Kelamin:
Sumber: Data primer diolah 2013
Tabel 10 memperlihatkan pada umunya responden memiliki tingkat
(31,67%) memiliki jenis pekerjaan sebagai karyawan. Pekerjaan sebagai
karyawan tidak terlepas dari kondisi wilayah Kecamatan Cidahu yang merupakan
kawasan industri, terutama industri air minum dalam kemasan (AMDK) dan
garmen. Perusahaan-perusahaan tersebut bersifat padat karya sehingga banyak
penduduk lokal yang bekerja sebagai karyawan.
Pekerjaan responden berpengaruh terhadap pendapatan rata-rata responden.
Mayoritas pekerjaan responden sebagian karyawan swasta memberikan implikasi
bahwa rata-rata pendapatan responden adalah sebesar rata-rata Upah Minimum
Kabupaten (UMK) Kabupaten Sukabumi, yaitu sebesar Rp. 1.200.000. Tingkat
pendapatan responden sebagian besar (45%) berada pada rentang Rp. 1.000.000 –
VI ANALISIS PERSEPSI
STAKEHOLDER
DAN
MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN AIR TANAH
6.1 Analisis Persepsi Stakeholder dan Masyarakat
Persepsi stakeholder dan masyarakat terhadap pemanfaatan air tanah penting diidentifikasi. Hasil identifikasi persepsi dapat dijadikan sebagai dasar
arahan perbaikan pengelolaan dan pemanfaatan air tanah yang berbasis sinergisasi
antara seluruh stakeholder. Identifikasi persepsi responden mencakup persepsi kelompok pemerintah, kelompok perusahaan pengguna air tanah, kelompok
lembaga eksternal dan masyarakat lokal Kecamatan Cidahu. Parameter yang
digunakan untuk menganalisis persepsi responden terhadap pemanfaatan air tanah
adalah sifat air tanah, pemanfaatan air tanah yang dilakukan perusahaan, dan
kondisi lingkungan
6.1.1 Persepsi Responden terhadap Sifat Air Tanah
Sifat air tanah sangat menentukan keberadaan dan ketersediaan air tanah.
Pengetahuan stakeholder dan masyarakat terhadap sifat air tanah dapat mengarahkan perilaku mereka dalam upaya mengelola dan menjaga potensi air
tanah di Kecamatan Cidahu. Persepsi responden diidentifikasi melalui indikator
pengetahuan responden terhadap sifat daya pulih air tanah dan hakikat air tanah
dalam pemanfaatannya.
Tabel 11 Sebaran persepsi kelompok pemerintah terhadap sifat air tanah
Sifat Air Tanah Sebaran Persepsi
Jumlah (orang) Persentase (%) 1. Sifat Daya Pulih Air Tanah:
a terbarukan 11 100
b tidak terbarukan 0 0
c.tidak mengetahui 0 0
2.Hakikat Air Tanah:
a.boleh dimanfaatkan 11 100
b.tidak boleh dimanfaatkan 0 0
c. tidak mengetahui 0 0
Sumber: Data primer diolah 2013
Berdasarkan hasil identifikasi persepsi kelompok pemerintah pada Tabel 11
bersifat terbarukan. Seluruh responden menyatakan air tanah terbarukan, hanya
saja membutuhkan waktu yang lama untuk pulih. Konservasi air tanah sangat
penting dilakukan untuk tetap menjaga keberadaan air tanah, sehingga tetap dapat
memenuhi kebutuhan permintaan sumber daya air masyarakat maupun perusahaan
pengguna air tanah.
Sebaran persepsi kelompok pemerintah menunjukkan bahwa 100%
responden menyatakan air tanah merupakan sumber daya yang boleh
dimanfaatkan. Pemanfaatan air tanah memberikan kontribusi terhadap
pembangunan melalui pemungutan pajak air tanah, namun disisi lain pemanfaatan
air tanah yang berlebihan dapat menimbulkan dampak kerusakan lingkungan.
Mengingat sifat air tanah yang membutuhkan waktu lama untuk pulih, maka
pemanfaatan air tanah harus diatur agar keberadaannya dapat terus berkelanjutan.
Peran pemerintah dibutuhkan sebagai pihak yang berwenang melaksanakan
kebijakan perizinan, pengawasan, penertiban serta upaya konservasi pengelolaan
dan pemanfaatan air tanah.
Tabel 12 Sebaran persepsi kelompok perusahaan pengguna air tanah terhadap sifat air tanah
Sifat Air Tanah Sebaran Persepsi
Jumlah (orang) Persentase (%) 1. Sifat Daya Pulih Air Tanah:
a terbarukan 4 80
b tidak terbarukan 0 0
c.tidak mengetahui 1 20
2.Hakikat Air Tanah:
a.boleh dimanfaatkan 5 100
b.tidak boleh dimanfaatkan 0 0
c. tidak mengetahui 0 0
Sumber: Data primer diolah 2013
Sebaran persepsi kelompok perusahaan pengguna air tanah pada Tabel 12
menunjukan bahwa 80% responden menyatakan sifat air tanah terbarukan.
Mayoritas responden telah mengetahui bahwa air tanah memiliki sifat terbarukan
namun membutuhkan waktu yang lama untuk pulih. Sebaran persepsi kelompok
perusahaan menunjukkan bahwa 100% resonden menyatakan air tanah boleh
dimanfaatkan. Perusahaan membutuhkan air tanah untuk proses produksi, baik
Alasan perusahaan lebih memilih menggunakan air tanah dibandingkan air
permukaan diantaranya adalah karena tidak adanya sumber air bersih lain yang
dapat memenuhi kebutuhan perusahaan baik dari segi kuantitas maupun kualitas.
Tabel 13 Sebaran persepsi kelompok lembaga eksternal terhadap sifat air tanah
Sifat Air Tanah Sebaran Persepsi
Jumlah (orang) Persentase (%) 1. Sifat Daya Pulih Air Tanah:
a terbarukan 2 100
b tidak terbarukan 0 0
c.tidak mengetahui 0 0
2.Hakikat Air Tanah:
a.boleh dimanfaatkan 2 100
b.tidak boleh dimanfaatkan 0 0
c. tidak mengetahui 0 0
Sumber: Data primer diolah 2013
Sebaran persepsi lembaga eksternal pada Tabel 13 menunjukan bahwa
100% responden menyatakan sifat air tanah terbarukan. Responden lembaga
eksternal terdiri dari LSM dan perguruan tinggi, keduanya menyatakan bahwa air
tanah memiliki sifat terbarukan namun membutuhkan waktu yang lama untuk
pulih. Berdasarkan hasil wawancara langsung dengan pihak LSM, pemahaman
LSM terhadap sifat air tanah diperoleh dari kajian rutin yang sering mereka
laksanakan. Sebaran persepsi lembaga eksternal menunjukkan bahwa 100%
responden menyatakan air tanah boleh dimanfaatkan. Air tanah pada hakikatnya
merupakan sumber daya pemberian Tuhan YME untuk dimanfaatkan
sebaik-baiknya guna memenuhi kebutuhan makhluk hidup.
Tabel 14 Sebaran persepsi kelompok masyarakat terhadap sifat air tanah
Sifat Air Tanah Sebaran Persepsi
Jumlah (orang) Persentase (%) 1. Sifat Daya Pulih Air Tanah:
a terbarukan 14 23,33
b tidak terbarukan 0 0
c.tidak mengetahui 46 76,67
2.Hakikat Air Tanah:
a.boleh dimanfaatkan 45 75
b.tidak boleh dimanfaatkan 2 3,33
c. tidak mengetahui 13 21,67
Berdasarkan sebaran persepsi masyarakat pada Tabel 17, diperoleh
informasi bahwa mayoritas masyarakat Kecamatan Cidahu tidak mengetahui sifat
daya pulih air tanah. Sebanyak 76,67% responden menyatakan tidak mengetahui.
Ketidaktahuan responden diindikasikan terjadi karena pendidikan formal terkahir
responden mayoritas lulusan SD dan SMP. Mengatasi hak tersebut, seharusnya
pemerintah lebih giat melakukan penyuluhan/sosialisasi untuk membuat
masyarakat lebih mengetahui dan lebih memahami tentang keberadaan air tanah.
Sebaran persepsi masyarakat menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat (75%)
menyatakan air tanah boleh dimanfaatkan selama untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat. Pemenuhan kebutuhan air bersih masyarakat Kecamatan Cidahu
selama ini pada umumnya berasal dari sumur dangkal, maupun mata air.
6.1.2 Persepsi Responden terhadap Pemanfaatan Air Tanah yang dilakukan Perusahaan
Persepsi responden terhadap pemanfaatan air tanah yang dilakukan
perusahaan penting diidentifikasi. Pengetahuan responden dapat dijadikan sebagai
pemikiran awal untuk melakukan pengawasan pemanfaatan air tanah berbasis
keterlibatan masyarakat lokal. Indikator yang digunakan untuk mengetahui
persepsi responden terhadap pemanfaatan air tanah adalah pengetahuan responden
terhadap adanya perusahaan yang memanfaatkan air tanah, dan apakah
pemanfaatan air tanah yang dilakukan perusahaan berlebihan.
Tabel 15 Sebaran persepsi kelompok pemerintah terhadap pemanfaatan air tanah oleh perusahaan
Pemanfaatan Air Tanah oleh Perusahaan
Sebaran Persepsi
Jumlah (orang) Persentase (%)
1.Mengetahui Terdapat Perusahaan yang Menggunakan Air Tanah:
a.mengetahui 11 100
b.tidak mengetahui 0 0
2.Apakah Pengambilan Air Tanah Berlebihan:
a.berlebihan 5 45,45
b.tidak berlebihan 5 45,45
c.tidak mengetahui 1 9,09