• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Studi Pengaruh Penggunaan Blower Elektrik Terhadap Performansi Mesin Otto Efi Kapasitas 125 Cc Dengan Bakar Campuran Premium Dan Etanol

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kajian Studi Pengaruh Penggunaan Blower Elektrik Terhadap Performansi Mesin Otto Efi Kapasitas 125 Cc Dengan Bakar Campuran Premium Dan Etanol"

Copied!
141
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN STUDI PENGARUH PENGGUNAAN BLOWER

ELEKTRIK TERHADAP PERFORMANSI MESIN OTTO EFI

KAPASITAS 125 CC DENGAN BAKAR CAMPURAN

PREMIUM DAN ETANOL

Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

SIDO ALEXANDER LUMBANTORUAN

NIM : 090401021

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)

Abstrak

Ketergantungan masyarakat terhadap bahan bakar minyak sangat tinggi.

Disamping itu kelangkaan bahan bakar minyak juga mempersulit keadaan ini.

Pemanfaatan energi alternatif sebagai campuran bahan bakar merupakan hal yang

tepat untuk menghemat penggunaan minyak, Indonesia sangat kaya akan sumber

daya alam yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku energi alternatif,

misalnya bioetanol yang diproses dari tumbuhan tebu. Krisis energi ini

menyebabkan manusia harus beralih untuk lebih mengintensifkan penelitian dan

penggunaan energi yang tidak terbarukan ke energi yang terbarukan dan juga

berbagai macam peningkatan efisiensi untuk motor bakar, salah satunya dengan

menambahkan alat seperti penggunaan turbocharger dan supercharger guna meningkatkan efisiensi motor bakar tersebut. Pada pengujian ini, penulis

menggunakan blower elektrik sebagai penganti supercharger. Untuk itu perlu dilakukan pengujian terhadap performansi mesin supaya mengetahui dampak dari

penggunaan alat ini. Oleh karena itu, penulis melakukan pengujian menggunakan

bahan bakar premium yang dicampur dengan etanol dengan perbandingan

campuran 90% premium dan 10 % etanol dengan menggunakan blower elektrik

sebaga pengganti supercharger pada mesin honda supra x125 EFI. Perbandingan campuran bahan bakar ini sengaja dipilih penulis dalam pengujian, karena

berdasarkan data yang diperoleh dari berbagai negara yang sudah

mengembangkan penggunaan bahan bakar campuran etanol seperti Brazil dan

Amerika Serikat, bahwa pencampuran etanol terhadap bahan bakar premium

maximal sebanyak 10% untuk mesin otto sistem injeksi dengan kondisi kendaraan

standart pabrikan. Dari penelitian ini diketahui bahwa pengaruh pengunaan

blower elektrik sebagai pengganti supercharger yang digunakan pada mesin otto

honda supra-X 125 EFI dengan bahan bakar campuran 90% premium dan 10%

etanol dapat meningkatkan performansi mesin sebesar 11,854%.

Kata kunci : Mesin Otto, Bahan Bakar premiuml, bioetanol dari tebu,

(6)

Abstract

Society 's dependence on oil is very high . Besides, the scarcity of fossil fuels also complicates the situation. Utilization of alternative energy fuel mix is the right to save the use of oil , Indonesia is very rich in natural resources that can be utilized as raw material for alternative energy , such as bio-ethanol is processed from sugarcane plants . The energy crisis led to the human need to switch to intensify research and the use of non-renewable energy to renewable energy and efficiency improvements for a wide variety of motor fuel , one of them by adding a tool such as the use of turbochargers and superchargers to increase the efficiency of the internal combustion engine . In this test , the authors use an electric blower supercharger as a substitute . For it is necessary to test the performance of the machine in order to determine the impact of the use of this tool . Therefore , the authors conducted a test using premium fuel with ethanol blended with a mixture ratio of 90 % gasoline and 10 % ethanol by using an electric blower supercharger sebaga replacement on honda supra x125 EFI engine . Comparison of the fuel mixture in the test writers deliberately chosen , because it is based on data obtained from a variety of countries that have developed the use of ethanol fuel mixtures such as Brazil and the United States , that the mixing of ethanol on the maximum premium fuel as much as 10 % for otto engines with injection system the condition of the vehicle manufacturer standards . From this research it is known that the effect of the use of electric blower supercharger used in lieu of the otto engine honda supra - X 125 EFI with a fuel mixture of 90 % gasoline and 10 % ethanol can increase engine performance by 11.854 % .

Keywords : Otto Engines , Fuel premiuml , bioethanol from sugarcane , Performance .

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena

atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan

skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai

gelas Sarjana Teknik Jurusan Teknik Mesin pada Fakultas Teknik Universitas

Sumatera Utara. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari

berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan sikripsi ini,

sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan sikripsi ini. Oleh karena itu,

penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Kedua orang tua penulis, Ayahanda Sundar PT Lumbantoruan dan Ibunda

Dormina Manalu yang telah memberikan dukungan doa, semangat dan

dukungan materi kepada penulis untuk dapat mengikuti pendidikan di

Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik USU.

2. Bapak Dr.Ing.Ir. Ikhwansyah Isranuri selaku Ketua Departemen Teknik

Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

3. Ir. A Halim Nasution, MSc, selaku dosen pembimbing yang telah

menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam

penyusunan sikripsi ini.

4. Bapak Dr.Eng.Himsar Ambarita, ST MT beserta Bapak Tulus Burhanuddin

Sitorus, ST MT selaku dosen pembanding yang membantu penulis

menyempurnakan tugas akhir ini.

5. Bapak/Ibu staff pengajar dan pegawai di Departemen Teknik Mesin Fakultas

Teknik Universitas Sumatera Utara.

6. Laboran Laboratorium Prestasi Mesin Departemen Teknik Mesin Fakultas

Teknik Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan arahan

kepada penulis selama pengujian berlangsung.

7. AUTO 2000 yang telah bersedia meminjamkan alat uji dalam penyusunan

skripsi ini.

8. Saudaraku yang tercinta, Doras Saikin Gilbert Lumbantoruan dan keluarga,

Semar Runggu Lumbantoruan yang telah memberikan dukungan doa, materi

(8)

9. Seluruh teman-teman penulis, khususnya angkatan 2009 yang tidak dapat

penulis sebutkan satu-persatu yang telah menemani dan memberikan

masukan serta semangat kepada penulis

10.Teman-teman Tim Horas USU yang sama-sama berjuang dalam pengerjaan

mobil mesin USU.

Akhir kata, semoga Tuhan Yang Maha Kuasa berkenan membalas segala

kebaikan semua pihak yang telah membantu penulis. Semoga sikripsi ini memberi

manfaat bagi pengembangan ilmu kedepannya.

Medan, Februari 2014

Penulis,

NIM. 090401021

(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR NOTASI ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1

1.2Batasan Masalah ... 3

1.3Tujuan ... 4

1.4Manfaat ... 4

1.5Metodologi Penulisan ... 5

1.6Sistematika Penulisan ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Supercharger ... 7

2.1.1 Electric Supercharger ... 7

2.2 Mesin Otto ... 8

2.2.1 Prinsip Kerja Mesin Otto 4 Tak ... 9

2.3 Performansi Motor Bakar ... 12

2.3.1. Nilai Kalor Bahan Bakar ... 13

2.3.2. Torsi ... 14

2.3.3. Daya Poros... 16

2.3.4. Konsumsi Bahan Bakar Spesifik (SFC) ... 16

2.3.5. Efisiensi Thermal ... 17

2.3.6. Rasio Udara-Bahan Bakar (AFR) ... 17

2.3.7. Efisiensi Volumetris ... 19

2.4 Emisi Gas Buang ... 19

2.4.1 Sumber ... 20

(10)

2.4.3 Bahan Penyusun ... 20

2.5 Sejarah penggunaan Alkohol sebagai bahan bakar alternatif ... 25

2.6 Bioetanol dari Tanaman Tebu... 26

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Penelitian ... 28

3.2 Waktu Dan Tempat ... 28

3.2.1 Pengujian Konsumsi Bahan Bakar ... 28

3.2.2 Pengujian Torsi ... 29

3.2.3 Pengujian Emisi Gas Buang ... 29

3.2.4 Pengujian Nilai Kalor Bahan Bakar ... 30

3.3 Alat Dan Bahan ... 30

3.3.1 Alat ... 30

3.3.2 Bahan ... 39

3.4 Metode Pengolahan Data ... 41

3.4.1 Data Primer ... 41

3.4.2 Data Sekunder ... 41

3.5 Metode Pengolahan Data ... 41

3.6 Pengamatan Dan Tahapan Pengujian ... 41

3.6.1 Parameter ... 41

3.6.2 Prosedur Pengujian ... 41

3.7 Prosedur Pengujian Performansi Mesin ... 42

3.8 Prosedur Pengujian Konsumsi Bahan Bakar Spesifik ... 44

3.9 Prosedur Pengujian Nilai Kalor Bahan Bakar ... 46

3.10 Prosedur Pengujian Emisi Gas Buang ... 48

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Hasil Penelitian ... 50

4.1.1 Spesifikasi Data Alat dan Bahan Pengujian ... 50

4.1.1.1 Data Engine ... 50

4.1.1.2 Data Bahan Bakar ... 50

(11)

4.2 Pengujian Performansi Mesin Otto ... 52

4.2.1. Final Rasio ... 52

4.2.2. Torsi ... 53

4.2.3. Daya ... 64

4.2.4. Konsumsi Bahan Bakar Spesifik ... 71

4.2.5. Efisiensi Thermal Brake ... 78

4.2.6. Rasio Udara Bahan Bakar (AFR) ... 87

4.2.7. Efisiensi Volumetris ... 101

4.3 Pengujian Emisi Gas Buang ... 110

4.3.1 Emisi Gas Buang Sebelum Menggunakan Blower ... 110

4.3.2 Emisi Gas Buang Setelah Menggunakan Blower ... 110

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 115

5.2 Saran ... 115

DAFTAR PUSTAKA ... xiv

LAMPIRAN

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Modifikasi pada mesin sesuai persentase campuran etanol

pada bahan bakar premium ...3

Gambar 2.1 Supercharger ... 8

Gambar 2.2 Prinsip Kerja Mesin Otto 4 Langkah ...10

Gambar 2.3 Diagram Pv dan Ts Mesin Otto 4 Langkah ...11

Gambar 2.4 Tanaman Tebu ...27

Gambar 3.1 Pengujian Konsumsi Bahan Bakar ...28

Gambar 3.2 Pengujian Torsi Pada Roda...29

Gambar 3.3 TachometerPengujian Emisi Gas Buang Kendaraan...29

Gambar 3.4 Pengujian Bom Kalorimeter ...30

Gambar 3.5 Sepeda Motor Honda Suprax125 PgmFI ...30

Gambar 3.6 Blower ...32

Gambar 3.7 Alat Ukur Emisi Gas Buang ...33

Gambar 3.8 HiDS HD-30 ...34

Gambar 3.9 Digital Stop Watch ...35

Gambar 3.10 Buret Atau Tabung Ukur ...35

Gambar 3.11 Tools ...36

Gambar 3.12 Regulator dsn Tabung Bertekanan ...36

Gambar 3.13 Timbangan Pegas ...37

Gambar 3.14 Timbangan Digital ...37

Gambar 3.15 Pengatur Bukaan Gas ...38

Gambar 3.16 Selang Bertekanan Tinggi ...38

Gambar 3.17 Pipa Besi ...39

Gambar 3.18 Premium ...40

Gambar 3.19 Etanol...40

Gambar 3.20 Pengujian Performansi Mesin ...44

Gambar 3.21 Pengujian Konsumsi Bahan Bakar Spesifik ...46

Gambar 3.22 Bom Kalorimeter...46

Gambar 3.23 Pengujian Emisi Gas Buang ...48

(13)

Gambar 4.2 Grafik Torsi Vs Putaran sesudah menggunakan Blower...63

Gambar 4.3 Grafik Perbandingan Torsi Vs Putaran sebelum dan sesudah

menggunakan Blower ...63

Gambar 4.4 Grafik Daya Vs Putaran sebelum Menggunakan Blower ...67

Gambar 4.5 Grafik Daya Vs Putaran Menggunakan Blower ...69

Gambar 4.6 Grafik Perbandingan Daya Vs Putaran sebelum dan sesudah

menggunakan Blower ...69

Gambar 4.7 Grafik Sfc Vs Putaran Sebelum Menggunakan Blower ...73

Gambar 4.8 Grafik Sfc Vs Putaran Sesudah Menggunakan Blower ...77

Gambar 4.9 Grafik Sfc Vs Putaran sebelum dan sesudah menggunakan

blower ...77

Gambar 4.10 Grafik ηb Vs Putaran Sebelum Menggunakan Blower ...82

Gambar 4.11 Grafik ηb Vs Putaran Sesudah Menggunakan Blower ...85

Gambar 4.12 Grafik ηb Vs Putaran Sebelum Dan Sesudah Menggunakan

Blower ...86

Gambar 4.13 Grafik Perbandingan AFR Vs rpm sebelum penggunaan

blower ...97

Gambar 4.14 Grafik Perbandingan AFR Vs putaran sesudah penggunaan

blower ...100

Gambar 4.15 Grafik Perbandingan AFR sebelum dan sesudah penggunaan

blower ...100

Gambar 4.16 Grafik Perbandingan ɳv sebelum penggunaan blower ...105

Gambar 4.17 Grafik Efisiensi Volumetris Vs putaran sesudah penggunaan

blower ...108

Gambar 4.18 Grafik perbandingan Efisiensi Volumetris Vs putaran

sebelum dan sesudah penggunaan blower ...108

Gambar 4.19 Perbandingan CO sebelum dan sesudah penggunaan blower...111

Gambar 4.20 Perbandingan CO2 sebelum dan sesudah penggunaan blower...112

Gambar 4.21 Grafik Perbandingan HC sebelum dan sesudah penggunaan

blower ...113

Gambar 4.22 Grafik Perbandingan O2 sebelum dan sesudah penggunaan

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Pengujian nilai kalor bahan bakar campuran 90% premium

dengan 10% etanol ...51

Tabel 4.2 Massa rata-rata pada pengujian sebelum penggunaan blower ...54

Tabel 4.3 Massa rata-rata pada pengujian sesudah penggunaan blower ...59

Tabel 4.4 Perubahan torsi setelah penggunaan blower ...64

Tabel 4.5 Perubahan daya setelah penggunaan blower ...70

Tabel 4.6 Hasil pengujian mf bahan bakar tanpa blower ...71

Tabel 4.7 Hasil pengujian mf bahan bakar dengan menggunakan blower ...74

Tabel 4.8 Perubahan nilai Sfc setelah penggunaan blower ...78

Tabel 4.9 Perubahan nilai ηb sesudah penggunaan blower ...86

Tabel 4.10 Perbandingan AFR sesudah penggunaan blower ...101

Tabel 4.11 Perbandingan Efisiensi Volumetris sesudah penggunaan blower ...109

Tabel 4.12 Emisi Gas Buang sebelum penggunaan blower ...110

Tabel 4.13 Emisi Gas Buang setelah penggunaan blower ...110

Tabel 4.14 Perbandingan CO sesudah penggunaan blower ...111

Tabel 4.15 Perbandingan CO2 sebelum dan sesudah penggunaan blower ...112

Tabel 4.16 Perbandingan HC sesudah penggunaan blower ...113

(15)

DAFTAR NOTASI

Lambang Keterangan

ṁ� Laju massa udara dalam Silinder Kg/jam Satuan

Laju Aliran Bahan Bakar Kg/jam

AFR Rasio campuran bahan bakar dan udara

B Diameter Silinder mm

CV Nilai Kalor Kj/Kg

F Gaya N

G Gaya gravitasi m/s2

HHV Nilai kalor atas Kj/Kg

LHV Nilai kalor bawah Kj/Kg

ma massa aliran udara persiklus Kg/cyc-cycle

n Putaran rpm

ɳv Efisiensi Volumetris

PB Daya W

Pi Tekanan udara masuk ruang bakar kpa

rc Rasio kompresi

S

Panjang Langkah mm

Sfc Konsumsi Bahan Bakar Spesifik g/w.jam

t Waktu Jam

T Torsi N.m

Ti Temperatur udara masuk ruang bakar K

Vc Volume sisa m3

Vd Volume langkah m3

(16)

Abstrak

Ketergantungan masyarakat terhadap bahan bakar minyak sangat tinggi.

Disamping itu kelangkaan bahan bakar minyak juga mempersulit keadaan ini.

Pemanfaatan energi alternatif sebagai campuran bahan bakar merupakan hal yang

tepat untuk menghemat penggunaan minyak, Indonesia sangat kaya akan sumber

daya alam yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku energi alternatif,

misalnya bioetanol yang diproses dari tumbuhan tebu. Krisis energi ini

menyebabkan manusia harus beralih untuk lebih mengintensifkan penelitian dan

penggunaan energi yang tidak terbarukan ke energi yang terbarukan dan juga

berbagai macam peningkatan efisiensi untuk motor bakar, salah satunya dengan

menambahkan alat seperti penggunaan turbocharger dan supercharger guna meningkatkan efisiensi motor bakar tersebut. Pada pengujian ini, penulis

menggunakan blower elektrik sebagai penganti supercharger. Untuk itu perlu dilakukan pengujian terhadap performansi mesin supaya mengetahui dampak dari

penggunaan alat ini. Oleh karena itu, penulis melakukan pengujian menggunakan

bahan bakar premium yang dicampur dengan etanol dengan perbandingan

campuran 90% premium dan 10 % etanol dengan menggunakan blower elektrik

sebaga pengganti supercharger pada mesin honda supra x125 EFI. Perbandingan campuran bahan bakar ini sengaja dipilih penulis dalam pengujian, karena

berdasarkan data yang diperoleh dari berbagai negara yang sudah

mengembangkan penggunaan bahan bakar campuran etanol seperti Brazil dan

Amerika Serikat, bahwa pencampuran etanol terhadap bahan bakar premium

maximal sebanyak 10% untuk mesin otto sistem injeksi dengan kondisi kendaraan

standart pabrikan. Dari penelitian ini diketahui bahwa pengaruh pengunaan

blower elektrik sebagai pengganti supercharger yang digunakan pada mesin otto

honda supra-X 125 EFI dengan bahan bakar campuran 90% premium dan 10%

etanol dapat meningkatkan performansi mesin sebesar 11,854%.

Kata kunci : Mesin Otto, Bahan Bakar premiuml, bioetanol dari tebu,

(17)

Abstract

Society 's dependence on oil is very high . Besides, the scarcity of fossil fuels also complicates the situation. Utilization of alternative energy fuel mix is the right to save the use of oil , Indonesia is very rich in natural resources that can be utilized as raw material for alternative energy , such as bio-ethanol is processed from sugarcane plants . The energy crisis led to the human need to switch to intensify research and the use of non-renewable energy to renewable energy and efficiency improvements for a wide variety of motor fuel , one of them by adding a tool such as the use of turbochargers and superchargers to increase the efficiency of the internal combustion engine . In this test , the authors use an electric blower supercharger as a substitute . For it is necessary to test the performance of the machine in order to determine the impact of the use of this tool . Therefore , the authors conducted a test using premium fuel with ethanol blended with a mixture ratio of 90 % gasoline and 10 % ethanol by using an electric blower supercharger sebaga replacement on honda supra x125 EFI engine . Comparison of the fuel mixture in the test writers deliberately chosen , because it is based on data obtained from a variety of countries that have developed the use of ethanol fuel mixtures such as Brazil and the United States , that the mixing of ethanol on the maximum premium fuel as much as 10 % for otto engines with injection system the condition of the vehicle manufacturer standards . From this research it is known that the effect of the use of electric blower supercharger used in lieu of the otto engine honda supra - X 125 EFI with a fuel mixture of 90 % gasoline and 10 % ethanol can increase engine performance by 11.854 % .

Keywords : Otto Engines , Fuel premiuml , bioethanol from sugarcane , Performance .

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelangkaan bahan bakar minyak yang terjadi belakangan ini telah

memberikan dampak yang luas di berbagai sektor kehidupan. Dimana sektor yang

paling cepat terkena dampak kelangkaan bahan bakar ini adalah sektor

transportasi, karena sektor ini merupakan salah satu sektor yang hampir

keseluruhannya menggunakan bahan bakar minyak. Kelangkaan bahan bakar fosil

ini menyebabkan kenaikan harga minyak yang signifikan di seluruh dunia.

Disamping itu, penggunaan bahan bakar fosil ini juga memberikan dampak

negatif terhadap kelestarian lingkungan. Dimana udara telah tercemar oleh polusi

akibat asap pembakaran bahan bakar minyak yang mengandung gas – gas

berbahaya seperti CO, NOX, dan UHC, serta unsur metalik seperti timbal (Pb)

dan yang paling berbahaya adalah terjadinya pemanasan global (global warming). Untuk menanggulangi hal di atas, maka dibutuhkan energi alternatif yang

nantinya bisa digunakan untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar

fosil, seperti penggunaan energi alternatif dan penambahan atau penggantian

perangkat mesin yang dapat meningkatkan performasi mesin tersebut seperti

penggunaan fuel injection yang menggantikan fungsi karburator dan penambahan alat seperti turbocharger dan supercharger.

Sebenarnya di Indonesia terdapat berbagai sumber energi yang melimpah

yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar altenatif seperti biodiesel dari

tanaman jarak, kelapa sawit serta kedelai. Metanol dan etanol yang terbuat dari

bio massa, dari tanaman tebu, jagung, nenas, beras, gandum, sorgum, kentang dan

masih banyak yang lain. Namun semua sumber daya hayati ini belum

dimanfaatkan secara maksimal sebagai bahan bakar alternatif.

Beberapa tahun terakhir ini teknologi-teknologi pada motor bakar terus

mengalami perkembangan. Pengembangan terus dilakukan demi peningkatan

efisiensi dari pada motor bakar untuk mendapatkan motor bakar dengan tenaga

sebesar-besarnya namun dengan konsumsi bahan bakar yang lebih hemat energi.

(19)

mengintensifkan penelitian dan penggunaan energi yang tidak terbarukan ke

energi yang terbarukan. Berbagai macam peningkatan efisiensi untuk motor bakar

sudah dilakukan baik dalam hal pemasukan bahan bakar (PGMFI, EFI, GDI dsb),

penyempurnaan pembakaran (Twin spark plug, ignition timing), timing katup

(vvti, vtec dsb) , piranti pendukung performansi seperti pemampatan udara masuk

(Supercharger dan turbocharger) dan masih banyak pengembangan-pengembangan lainnya. Namun belum semua pengembangan-pengembangan dilakukan pada

motor bakar terutama pada motor bakar berkapasitas kecil seperti pada sepeda

motor. Menurut data kepolisisan RI (2011), di Indonesia penggunaan sepeda

motor mencapai 68.839.341 unit sepeda motor, 6 kali lebih banyak dibandingkan

jumlah penggunaan truk, bis ataupun mobil pribadi. Hal ini dikarenakan sepeda

motor merupakan alat transportasi utama yang paling banyak di gunakan oleh

masyarakat pada zaman sekarang ini. Hal ini disebabkan oleh karena nilai

ekonomis ataupun kepraktisan yang dihadirkan oleh sepeda motor bagi

penggunanya. Nilai ekonomis dapat kita lihat dengan harga sepeda motor yang

relatif terjangkau. Sedangkan nila kepraktisannya dapat kita lihat dengan

lincahnya kenderaan bermotor roda dua ini bila digunakan pada jalan raya yang

padat dan juga dengan pembatasan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi

terhadap kendaraan pribadi di Indonesia diyakini akan memicu peningkatan

jumlah pengguna sepeda motor karena terjadi peralihan pemakaian alat

transportasi pada masa mendatang. Oleh karena itu, pengembangan penggunaan

untuk motor bensin berkapasitas kecil yang umumnya digunakan pada sepeda

motor ini perlu dilakukan guna peningkatan efisiensinya.

Berdasarkan pada data yang diperoleh dari berbagai negara yang

mengembangkan penggunaan bahan bakar alternatif seperti Brazil dan Amerika

Serikat, dimana dengan mesin otto standart pabrikan dengan sistem Injection, campuran 10 % etanol yang dicampur pada bahan bakar premium masih bisa

terbakar dengan baik, dan belum menimbulkan kerusakan pada mesin, sehingga

(20)

Gambar 1.1 Modifikasi pada mesin sesuai persentase campuran etanol

pada bahan bakar premium[2].

Oleh karena itu dalam pengujian ini, digunakan mesin otto EFI

dengan bahan bakar campuran etanol sebanyak 10% dan premium

sebanyak 90% sesuai dengan data yang didapat dari negara yang

mengembangkan penggunaan bahan bakar alternatif diatas.

1.2 Batasan Masalah

Pengujian ini dilakukan dengan batasan masalah sebagai berikut :

1. Bahan bakar yang digunakan dalam pengujian yaitu bahan bakar

campuran 90% premium dengan 10% etanol.

2. Alat uji yang digunakan untuk mengetahui komposisi emisi gas buang

mesin otto yaitu “Autologic Gas Analyzer” merek stargas 898.

3. Mesin uji yang digunakan adalah mesin otto EFI 4-langkah 1-silinder

berkapasitas 125cc pada laboratorium Motor Bakar Departemen Teknik

Mesin FT. USU.

4. Unjuk kerja mesin yang diteliti adalah :

 Torsi (Torsion)

 Daya (Brake Power)

 Konsumsi bahan bakar spesifik (Spesific Fuel Consumption)

 Efisiensi Thermal (Thermal Efficiency)

 AFR (Air Fuel Ratio)

 Efisiensi Volumetris

(21)

5. Senyawa gas buang mesin otto yang diamati adalah karbon monoksida

(CO), karbon dioksida (CO2), hidrokarbon (HC), dan oksigen (O2).

6. Blower elektrik digunakan sebagai pengganti Supercharger untuk pengujian ini.

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dilakukan pengujian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui perbandingan torsi motor bakar otto sesudah

penggunaan blower dengan bahan bakar campuran.

2. Untuk mengetahui perbandingan daya motor bakar otto sesudah

penggunaan blower dengan bahan bakar campuran.

3. Untuk mengetahui perbandingan konsumsi bahan bakar spesifik (sfc) motor bakar otto sesudah penggunaan blower dengan bahan bakar

campuran.

4. Untuk mengetahui perbandingan Efisiensi Thermal motor bakar otto

sebelum dan sesudah penggunaan blower dengan bahan bakar campuran.

5. Untuk mengetahui perbandingan AFR (Air Fuel Ratio) motor otto sesudah pneggunaan blower dengan bahan bakar campuran.

6. Untuk mengetahui perbandingan Efisiensi Volumetris motor otto sesudah

penggunaan blower dengan bahan bakar campuran.

7. Untuk mengetahui perbandingan emisi gas buang yang dihasilkan mesin

otto sesudah penggunaan blower dengan bahan bakar campuran.

1.4 Manfaat

Adapun manfaat dilakukan pengujian ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai pertimbangan terhadap pemerintah untuk menghemat devisa

Negara terhadap anggaran subsidi bahan bakar premium.

2. Untuk memotivasi masyarakat memanfaatkan bioetanol sebagai bahan

bakar, yang mudah didapat dari berbagai tumbuhan yang tumbuh di

Indonesia seperti tumbuhan tebu sehingga akan bernilai lebih ekonomis.

3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari penggunaan alat

(22)

4. Sebagai pertimbangan terhadap produsen sepeda motor untuk peningkatan

efisiensi produknya.

5. Untuk memberikan dukungan terhadap pemerintah dalam meningkatkan

efisiensi dan penggunaan bahan bakar alternatif pada sepeda motor.

1.5 Metodologi Penulisan

Metodologi penulisan yang digunakan pada penulisan skripsi ini adalah

sebagai berikut :

1. Studi literatur, berupa studi kepustakaan, kajian dari buku-buku dan

tulisan-tulisan yang terkait.

2. Browsing internet, berupa studi artikel-artikel, gambar-gambar dan buku

elektronik (e-book) serta data-data lain yang berhubungan.

3. Metode studi lapangan, yaitu dengan mengambil data dari hasil pengujian

yang dilakukan di Laboratorium Motor Bakar Fakultas Teknik,

Laboratorium Teknologi Mekanik Fakultas Teknik, dan AUTO 2000.

4. Diskusi, berupa tanya jawab dengan dosen pembimbing yang ditunjuk oleh

Departemen Teknik Mesin Universitas Sumatera Utara.

1.6 Sistematika penulisan

Skripsi ini dibagi dalam beberapa bab dengan garis besar tiap bab adalah

sebagai berikut :

Bab I : Pendahuluan

Bab ini berisikan tentang latar belakang, tujuan, manfaat serta ruang lingkup

pengujian.

Bab II : Tinjauan Pustaka

Bab ini berisikan landasan teori yang digunakan untuk menyusun sikripsi

yaitu tentang biomassa, tentang mesin otto dan prinsip kerjanya, tentang

(23)

Bab III : Metodologi Penelitian

Bab ini memberikan informasi mengenai tempat pelaksanaan pengujian,

bahan dan peralatan yang digunakan serta tahapan dan prosedur dalam

pengujian.

Bab IV : Hasil Dan Analisa Pengujian

Bab ini membahas tentang hasil data yang diperoleh dari setiap pengujian

melalui pembahasan dengan perhitungan dan penganalisaan serta

memaparkannya dalam bentuk tabel dan grafik.

Bab V : Kesimpulan Dan Saran

Bab ini merupakan bagian penutup yang berisikan kesimpulan dan saran

yang diperoleh dari pengujian yang dilakukan.

Daftar Pustaka

Daftar pustaka berisikan literatur yang digunakan untuk menyusun laporan.

Lampiran

Pada lampiran dapat dilihat hasil data yang diperoleh dari pengujian dalam

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Supercharger

Supercharger mesin pertama dunia yang bisa digunakan dan diuji diciptakan oleh Dugald Clerk, dimana dia menggunakannya pertama kali pada

mesin 2-tak pada tahun 1878[6]. Sebuah supercharger memampatkan asupan udara untuk tekanan atmosfer yang meningkatkan densitas saluran udara masuk ke

ruang bakar. Daya dihasilkan ketika campuran udara dan bahan bakar dibakar di

dalam sebuah silinder mesin. Jika udara dipaksa lebih banyak ke dalam silinder,

maka bahan bakar akan lebih banyak yang akan terbakar.

Mesin beroperasi dengan udara terkompresi pada tekanan atmosfer, yaitu

1 bar. Ketika katup intake silinder terbuka, tekanan atmosfer mendorong udara ke

dalam silinder disaat piston diturunkan. Ketika katup buang terbuka, piston

mendorong gas buang keluar ke dalam sistem knalpot, pada tekanan atmosfer

normal. Semua sistem ini berada pada tekanan udara yang sama. Pada mesin

tersebut, timing katup, timing camshaft & ukuran knalpot sangat penting untuk

mendapatkan output daya yang maksimum.

Dalam sistem supercharger, laju aliran massa udara yang lebih besar akan dipasok atau dimasukkan ke ruang bakar, sehingga kerapatan udara yang lebih

tinggi dan kecepatan aliran udara yang lebih tinggi pula. Tekanan udara yang

masuk keruang bakar akan meningkat, sehingga daya akan meningkat akibat

pembakaran yang lebih sempurna.

Supercharger membutuhkan sumber putaran untuk menggerakan komponennya, sumber putarannya biasanya diambil dari tenaga mesin dan ada

juga dari baterai (supercharger elecktric), sehingga hal ini akan mengurangi performansi mesin. Namun semua itu akan tertutupi oleh daya yang dihasilkan

setelah penggunaan alat ini. Keunggulan dari supercharger ini, efek peningkatan performansi mesin terasa lebih spontan dibanding penggunaan turbocharger, dimana mulai dari putaran rendah sudah terjadi kenaikkan tenaga. Tidak seperti

(25)

pada hal akselerasi pada rpm rendah, ditambah dengan tenaga yang digunakan

untuk memutar turbin berasal dari gas buang pembakaran, sehingga akan

menghambat pelepasan kalor dari ruang bakar.

Gambar 2.1 Supercharger[6]

2.1.1 Electric supercharger

Mengantisipasi regulasi yang harus dijalankan negara-negara dunia pada

tahun 2012, yaitu tentang emisi gas buang yang makin ketat. Di samping itu, juga

memenuhi keinginan konsumen secara umum di seluruh dunia, yaitu kendaraan

yang irit konsumsi bahan bakar, sekaligus ramah lingkungan.

Salah satu caranya adalah dengan menggunakan perangkat supercharger listrik (electric supercharger). Dengan tujuan agar mesin bekerja makin efisien. Supercharger atau turbocharger listrik bukanlah temuan baru. Di Indonesia alat ini sudah dipasarkan sejak awal 1990-an.

Supercharger ini biayanya lebih murah dibandingkan dengan versi mekanis atau yang diputar oleh mesin (drive belt). Pemasangannya pun dinilai

lebih gampang karena tak banyak lagi modifikasi. Supercharger ini ditargetkan untuk mesin yang berkapasitas kecil.

Diharapkan, dengan supercharger ini, penggunaan supercharger pada mesin ber-cc lebih kecil makin berkembang. Hal ini tidak hanya menguntungkan

pemakai mesin dari konsumsi bahan bakar, dari segi nilai ekonomis juga perlu di

(26)

pengaplikasian yang lebih mudah dibanding versi mekanisnya dan dibanding

dengan turbocharger.

Electric supercharger ini menggunakan daya untuk memutar turbin yang berasal dari energi listrik yang bisa diperoleh dari baterai pada kendaraan,

sehingga penggunaan daya mesin tidak ada sama sekali untuk memutar turbin.

Maka dengan ini, daya yang dihasilkan akan meningkat lebih tinggi. Namun

kekurangannya adalah, ketersediaan energi baterai yang terbatas.

Pada pengujian ini, supercharger yang digunakan adalah blower elektrik yang dipasang atau diaplikasikan langsung pada motor. Dimana energi listrik yang

digunakan untuk menghasilkan putaran pada turbin blower berasal dari luar

kendaraan alat uji yaitu energi listrik AC.

2.2 Mesin Otto

Nikolaus August Otto

mesin gas dan pada

perusahaannya sendiri. Perusahaan itu dinamai

merupakan perusahaan pertama yang menghasilka

Perusahaan ini masih ada sampai kini dengan nama

oleh

gagasan

Pertama kali dibuat pada

piston silinder. Paten Otto dibuat tak berlaku pada

penemu lain,

selebaran yang diterbitkan sendirian. Menurut studi sejarah terkini, penemu Italia

dari mesin pembakaran dalam pada

(27)

2.2.1 Prinsip Kerja Mesin Otto 4 tak

Disebut mesin empat langkah atau empat tak karena dalam sekali proses kerja

mesin atau dalam satu siklus kerja mesin diperlukan empat langkah piston atau

dua kali putaran poros engkol. Gambar dibawah merupakan prinsip cara kerja

mesin otto empat tak.

Gambar 2.2 Prinsip Kerja Mesin Otto 4 Langkah[9]

Dari skema di atas tersebut, (a) langkah hisap, (b) langkah kompresi, (c)

langkah usaha, (d) langkah buang. Kondisi awal kedua katup hisap dan buang

dalam keadaan tertutup rapat sedangkan piston (torak) pada posisi terendahnya

yaitu pada titik mati bawah (Bottom Dead Center/BDC) yang sering disebut TMB. Selama langkah kompresi, piston bergerak ke atas, dimana campuran

bahan bakar dan udara dikompresikan. Sesaat sebelum piston mencapai posisi

tertingginya yaitu titik mati atas (Top Dead Center/TDC)yang sering disebut TMA, percikan api terjadi yang ditimbulkan oleh busi sehingga membakar

campuran bahan bakar dan udara yang telah terkompresi, yang kemudian

menaikkan tekanan dan temperatur pada daerah ruang bakar. Tekanan gas yang

tinggi tersebut mendorong piston kebawah menuju TMB sehingga

menyebabkan poros engkol berputar. Selama langkah usaha (langkah ekspansi)

ini menghasilkan kerja keluaran yang merupakan torsi terbesar pada siklus

pembakaran motor otto. Pada ujung langkah ini, piston berada pada posisi

TMB untuk menyelesaikan siklus yang pertama (mesin satu siklus), sehingga

isi silindernya berupa sisa pembakaran. Piston bergerak kembali ke atas

membersihkan gas buang melalui katup buang (langkah pembuangan),

kemudian piston turun kembali ke bawah mengambil campuran udara-bahan

(28)

bakar yang baru melalui katup hisap (langkah hisap). Sebagai catatan bahwa

tekanan dalam silinder di atas tekanan lingkungan saat langkah buang dan

berada di bawah tekanan lingkungan saat langkah hisap. Analisis

termodinamika untuk kondisi aktual tersebut dapat disederhanakan bila

digunakan asumsi udara-standar yang berlaku sebagai gas-ideal. Karenaitu,

siklus untuk kondisi aktual dimodifikasi menjadi sistem tertutup yang disebut

sebagai siklus Otto ideal.

Siklus otto merupakan siklus ideal untuk mesin torak dengan pengapian nyala

bunga api. Pada mesin pembakaran dengan sistem pengapian nyala api,

campuran bahan bakar dan udara dibakar dengan menggunakan percikan bunga

api dari busi. Piston bergerak dalam empat langkah ( disebut juga mesin dua

siklus) dalam silinder. Skema berikut memperlihatkan setiap langkah piston

dan pernyataan prosesnya pada diagram P-v dan T-s untuk kondisi aktual

mesin pengapian nyala api empat langkah.

Gambar 2.3 Diagram P-v dan T-s Mesin Otto 4 Langkah[2]

Siklus Otto ideal terdiri dari empat proses reversibel internal, yaitu proses

1-2 kompresi isentropik, proses 2-3 penambahan kalor pada volume tetap,

proses 3-4 ekspansi isentropik, dan proses 4-1 pelepasan kalor pada volume

tetap. Karena siklus Otto ideal ini merupakan sistem tertutup, maka ada

(29)

kinetik dan potensial, dan (2) tidak ada kerja yang timbul selama proses

perpindahan kalor.

Efisiensi termal siklus Otto ideal ini tergantung dari besarnya rasio

kompresi mesin dan rasio kalor spesifik dari fluida kerjanya. Efisiensi siklus

akan naik bila rasio kompresi semakin besar. Berikut siklus motor otto empat

langkah secara singkat :

a) Langkah Hisap

• Piston bergerak dari TMA ke TMB

• Katup hisap terbuka dan katup buang tertutup

• Terjadi kevakuman dalam silinder, yang menyebabkan campuran udara

dan bahan bakar masuk ke dalam silinder

b) Langkah Kompresi

• Piston bergerak dari TMB ke TMA

• Katup hisap tertutup dan katup buang tertutup

• Pada akhir langkah kompresi busi memercikkan bunga api

c) Langkah Usaha

• Piston bergerak dari TMA ke TMB

• Katup hisap tertutup dan katup buang tertutup

• Hasil pembakaran menekan piston

d) Langkah buang

• Piston bergerak dari TMB ke TMA

• Katup hisap tertutup

• Katup buang terbuka

• Piston mendorong gas sisa pembakaran keluar

2.3 Performansi Motor Bakar

Perfonmansi motor bakar dipengaruhi oleh berbagai hal, diantaranya

perbandingan kompresi, homogenitas campuran bahan bakar dengan udara, angka

oktan bahan bakar serta tekanan udara masuk kedalam ruang bakar. Apabila

perbandingan udara pada ruang bakar semakin besar, maka efisiensi motor bakar

(30)

masalah ini bisa diimbangi dengan meningkatkan angka oktan bahan bakar yang

dingunakan, akan tetapi perlu diketahui, apabila angka oktannya terlalu tinggi,

maka performansi motor tersebut juga tidak maksimal.

2.3.1 Nilai Kalor Bahan Bakar.

Reaksi kimia antara bahan bakar dengan oksigen dari udara menghasilkan panas.

Besarnya panas yang ditimbulkan jika satu satuan bahan bakar dibakar sempurna

disebut nilai kalor bahan bakar (Calorific Value, CV). Bedasarkan asumsi ikut tidaknya panas laten pengembunan uap air dihitung sebagai bagian dari nilai kalor

suatu bahan bakar, maka nilai kalor bahan bakar dapat dibedakan menjadi nilai

kalor atas dan nilai kalor bawah.

Nilai kalor atas (High Heating Value,HHV), merupakan nilai kalor yang diperoleh secara eksperimen dengan menggunakan kalorimeter dimana hasil pembakaran

bahan bakar didinginkan sampai suhu kamar sehingga sebagian besar uap air yang

terbentuk dari pembakaran hidrogen mengembun dan melepaskan panas latennya.

Secara teoritis, besarnya nilai kalor atas (HHV) dapat dihitung bila diketahui

komposisi bahan bakarnya dengan menggunakan persamaan :

��� = (�2 – �1 – ���) ��� ... (1)

Dimana:

HHV = Nilai kalor atas (kJ/kg)

T1 = Temperatur air pendingin sebelum penyalaan (0C)

T2 = Temperatur air pendingin sesudah penyalaan (0C)

Tkp = Kenaikan temperatur akibat kawat penyala (0,05 0C)

Cv = Panas jenis bom kalorimeter (KJ/Kg0C)

Nilai kalor bawah (low Heating Value, LHV), merupakan nilai kalor bahan

bakar tanpa panas laten yang berasal dari pengembunan uap air.

Umumnya kandungan hidrogen dalam bahan bakar cair berkisar 15 %

yang berarti setiap satu satuan bahan bakar, 0,15 bagian merupakan

hidrogen. Pada proses pembakaran sempurna, air yang dihasilkan dari

(31)

Selain berasal dari pembakaran hidrogen, uap air yang terbentuk pada

proses pembakaran dapat pula berasal dari kandungan air yang memang

sudah ada didalam bahan bakar (moisture). Panas laten pengkondensasian

uap air pada tekanan parsial 20 kN/m2 (tekanan yang umum timbul pada

gas buang) adalah sebesar 2400 kJ/kg, sehingga besarnya nilai kalor

bawah (LHV) dapat dihitung berdasarkan persamaan berikut :

��� = ��� – 3240 ... (2)

Dimana:

LHV = Nilai Kalor Bawah (KJ/Kg)

Dalam perhitungan efisiensi panas dari motor bakar, dapat menggunakan

nilai kalor bawah (LHV) dengan asumsi pada suhu tinggi saat gas buang

meninggalkan mesin tidak terjadi pengembunan uap air. Namun dapat

juga menggunakan nilai kalor atas (HHV) karena nilai tersebut umumnya

lebih cepat tersedia. Peraturan pengujian berdasarkan ASME (American of

Mechanical Enggineers) menentukan penggunaan nilai kalor atas (HHV),

sedangkan peraturan SAE (Society of Automotive Engineers) menentukan

penggunaan nilai kalor bawah (LHV).

2.3.2 Torsi

Torsi adalah perkalian antara gaya dengan jarak. Selama proses usaha maka

tekanan-tekanan yang terjadi di dalam silinder motor menimbulkan suatu gaya

yang luar biasa kuatnya pada torak. Gaya tersebut dipindahkan kepada pena

engkol melalui batang torak , dan mengakibatkan adanya momen putar atau torsi

pada poros engkol. Untuk mengetahui besarnya torsi digunakan alat

dynamometer. Biasanya motor pembakaran ini dihubungkan dengan dynamometer dengan maksud mendapatkan keluaran dari motor pembakaran dengan cara

menghubungkan poros motor pembakaran dengan poros dynamometer dengan

(32)

Pada percobaan ini, alat yang digunakan untuk mengukur torsi motor adalah

dengan timbangan pegas. Dimana timbangan pegas ini diikat pada roda belakang

sepeda motor yang akan diuji nantinya. Maka didapat torsi pada roda dari hasil

pembacaan pada timbangan pegas dengan menggunakan persamaan :

� = ��� ... (3)

Troda = F x r ... (4)

Dimana :

F = Gaya (N)

G = Percepatan gravitasi (9,86 m/s2)

m = Massa (Kg)

Troda = Torsi pada roda (Nm)

r = Jari – jari roda (m)

Dengan rumus diatas akan didapat torsi pada roda, sedangkan torsi pada motor

dapat dihitung dengan membagikan torsi pada roda terhadap perbandingan rasio

(final rasio), adapun perbandingan rasio dapat diketahui dengan rumus berikut :

final rasio = perbandingan rasio gear roda x perbandingan rasio

gear speed 3 x perbandingan rasio poros engkol ... (5)

Jadi torsi mesin dapat diketahui dengan rumus berikut :

Tmesin = Troda

final rasio ... (6)

Dimana :

Tmesin = torsi pada mesin (Nm)

Sedangkan untuk percobaan dengan menggunakan blower, maka torsi pada mesin

yang telah didapat akan dikurangkan lagi dengan torsi yang digunakan oleh

blower, sehingga rumus menjadi :

Tmesin =

Troda

(33)

Dimana :

Tblower = Torsi pada blower (Nm)

Adapun rumus untuk mencari Tblower adalah sebagai berikut :

Tblower =

PB.60

2.π.n... (8)

Dimana :

PB = Daya blower (W)

n = Putaran blower (rpm)

2.3.3 Daya Poros

Daya mesin adalah besarnya kerja mesin selama waktu tertentu. Pada

motor bakar daya yang berguna adalah daya poros, dikarenakan poros tersebut

menggerakan beban. Daya poros dibangkitkan oleh daya indikator , yang

merupakan daya gas pembakaran yang menggerakan torak selanjutnya

menggerakan semua mekanisme, sebagian daya indikator dibutuhkan untuk

mengatasi gesekan mekanik, seperti pada torak dan dinding silinder dan gesekan

antara poros dan bantalan. Prestasi motor bakar pertama-tama tergantung dari

daya yang dapat ditimbulkannya. Semakin tinggi frekuensi putar motor makin

tinggi daya yang diberikan hal ini disebabkan oleh semakin besarnya frekuensi

semakin banyak langkah kerja yang dialami pada waktu yang sama. Dengan

demikian besar daya poros itu adalah :

PB =

2π.n

60 T ... (9)

Dimana :

PB = Daya mesin ( W )

n = putaran mesin ( rpm )

2.3.4 Konsumsi Bahan Bakar Spesifik (SFC)

Konsumsi bahan bakar spesifik merupakan salah satu parameter prestasi mesin

yang penting di dalam suatu motor bakar. Parameter ini biasa dipakai sebagai

(34)

kuda (Hp) yang dihasilkan. Adapun persamaan yang digunakan adalah sebagai

berikut :

SFC = ṁfx 103

PB ... (10)

f = mfx 10−3

t x 3600 ... (11)

Dimana :

SFC = Konsumsi Bahan Bakar Spesifik (Kg/kW.h)

PB = Daya (W)

f = Laju aliran bahan bakar (gr/jam) t = Waktu (jam)

2.3.5 Efisiensi Thermal

Kinerja yang dihasilkan motor selalu lebih kecil dari pada energi yang

dibangkitkan piston karena sejumlah enegi hilang akibat adanya rugi-rugi mekanis

(mechanical losses). Dengan alasan ekonomis, perlu dicari kerja maksimium yang dapat dihasilkan dari pembakaran sejumlah bahan bakar. Efisiensi ini disebut

juga sebagai efisiensi thermal brake (thermal efficiency, ηb). Jika daya keluaran (PB) dalam satuan W, laju aliran bahan bakar (mf) dalam satuan kg/jam, maka:

ηb =PB.10−3

mf . LHV x 3600

... (12)

Dimana :

ηb : Efisiensi Thermal Brake

LHV : Nilai Kalor Bahan Bakar (Kj/Kg)

2.3.6 Rasio Udara - Bahan Bakar (AFR)

Energi yang masuk kedalam sebuah mesin Q_in berasal dari pembakaran

bahan bakar hidrokarbon. Udara digunakan untuk menyuplai oksigen yang

dibutuhkan untuk mendapatkan reaksi kimia didalam ruang bakar. Agar terjadi

reaksi pembakaran, jumlah oksigen dan bahan bakar yang masuk ke ruang bakar

(35)

diantara 12 ≤ AFR ≥ 18 sedangkan untuk mesin diesel berada diantara

18 ≤ AFR ≥ 70[1].

Adapun perbandingan udara dan bahan bakar tersebut dapat dirumuskan

sebagai berikut:

AFR =ma

mf =

ṁa

ṁf

... (13)

Dimana:

ma = massa udara di dalam silinder per siklus (Kg/cyl-cycle)

mf = massa bahan bakar di dalam silinder per siklus (Kg/cyl-cycle) ṁa = laju aliran udara didalam ruang bakar (Kg/jam)

ṁf = laju aliran bahan bakar didalam ruang bakar (Kg/jam)

Untuk menghitung laju aliran udara didalam ruang bakar, digunakan

persamaan berikut :

�̇� = (��)(���)�360060��� � �12�������� � ... (14)

�� =��(�.+��) ... (15)

Dimana :

Pi = tekanan udara masuk ruang bakar (kpa)

Vd = Volume langkah (m3)

Vc = Volume sisa (m3)

R = Konstanta udara

Ti = Temperatur udara masuk ruang bakar (K)

Sedangkan untuk menghitung volume langkah dan volume sisa digunakan

persamaan berikut :

�� = ��4.�2.� ... (16)

�� = ���1 ... (17)

(36)

B = Bore (m)

S = Stroke (m)

rc = Rasio Kompresi

2.3.7 Efisiensi Volumetris

Efisiensi volumetris ηV merupakan volume campuran udara-bahan bakar yang masuk ke dalam silinder. Campuran udara-bahan bakar yang memasuki

silinder ketika langkah isap inilah yang akan menghasilkan daya. Efisiensi

volumetris ηV mengindikasikan jumlah campuran udara-bahan bakar relatif terhadap tekanan udara atmosfir. Bila tekanan campuran udara-bahan bakar sama

dengan tekanan atmosfir, maka dikatakan bahwa mesin memiliki Efisiensi

volumetris 100%. Dengan menggunakan supercharger dan turbocharger akan menaikkan tekanan campuran udara-bahan bakar masuk silinder, sehingga

efisiensi volumetris mesin akan lebih besar dari 100%. Namun, bila silinder diisi

dengan tekanan kurang dari tekanan atmosfir, maka efisiensi volumetrisnya

dibawah 100%. Efisiensi volumetris mesin standart biasanya berkisar antara 80%

hingga 100%.

ɳv =

ma

(vd.ρ) ... (18)

ρ= Patm

Rx Ti ... (19)

Dimana :

ɳv =Efisiensi Volumetris

ρ = Density udara (Kg/m3

)

2.4 Emisi Gas Buang

Emisi gas buang adalah sisa hasil pembakaran bahan bakar di dalam

pembakaran yang tidak sempurna dari sistem pembuangan dan pembakaran mesin

serta lepasnya partikel-partikel karena kurang tercukupinya oksigen dalam proses

(37)

Adapun ambang batas emisi gas buang yang telah ditetapkan oleh pemerintah

sesuai peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 05 tahun 2006, tentang

ambang batas emisi gas buang kendaraan bermotor oleh menteri negara

lingkungan hidup dapat dilihat pada lampiran.

2.4.1. Sumber

Polutan dibedakan menjadi polutan primer atau sekunder. Polutan primer

seperti nitrogen oksida (NOX) dan hidrokarbon (HC) langsung

dibuangkan ke udara bebas dan mempertahankan bentuknya seperti pada

saat pembuangan. Polutan sekunder seperti ozon (O3) dan peroksiasetil

nitrat (PAN) adalah polutan yang terbentuk di atmosfer melalui reaksi

fotokimia, hidrolisis atau oksidasi.

2.4.2 Komposisi Kimia

Polutan dibedakan menjadi organik dan inorganik. Polutan organik

mengandung karbon dan hidrogen, juga beberapa elemen seperti oksigen,

nitrogen, sulfur atau fosfor, contohnya : hidrokarbon, keton, alkohol, ester

dan lain-lain. Polutan inorganik seperti : karbon monoksida, karbonat,

nitrogen oksida, ozon dan lainnya.

2.4.3. Bahan Penyusun

Polutan dibedakan menjadi partikulat atau gas. Partikulat dibagi menjadi

padatan dan cairan seperti : debu, asap, abu, kabut dan spray, partikulat

dapat bertahan di atmosfer. Sedangkan polutan berupa gas tidak bertahan

di atmosfer dan bercampur dengan udara bebas. Bahan pencemar

(polutan) yang berasal dari mesin otto diklasifikasikan menjadi beberapa

kategori sebagai berikut :

a. Partikulat

Polutan partikulat yang berasal dari kendaraan bermotor umumnya

merupakan fasa padat yang terdispersi dalam udara dan membentuk

asap. Fasa padatan tersebut berasal dari pembakaran tak sempurna bahan

(38)

Selain itu partikulat juga mengandung timbal yang merupakan bahan

aditif untuk meningkatkan kinerja pembakaran bahan bakar pada mesin

kendaraan.

Apabila butir-butir bahan bakar yang terjadi pada penyemprotan kedalam

silinder motor terlalu besar atau apabila butir–butir berkumpul menjadi

satu, maka akan terjadi dekomposisi yang menyebabkan terbentuknya

karbon–karbon padat atau angus. Hal ini disebabkan karena pemanasan

udara yang bertemperatur tinggi, tetapi penguapan dan pencampuran

bahan bakar dengan udara yang ada di dalam silinder tidak dapat

berlangsung sempurna, terutama pada saat–saat dimana terlalu banyak

bahan bakar disemprotkan yaitu pada waktu daya motor akan diperbesar,

misalnya untuk akselerasi, maka terjadinya angus itu tidak dapat

dihindarkan. Jika angus yang terjadi itu terlalu banyak, maka gas buang

yang keluar dari gas buang motor akan bewarna hitam.

b. Unburned Hidrocarbon (UHC)

Hidrokarbon yang tidak terbakar dapat terbentuk tidak hanya karena

campuran udara bahan bakar yang gemuk, tetapi bisa saja pada campuran

kurus bila suhu pembakarannya rendah dan lambat serta bagian dari

dinding ruang pembakarannya yang dingin dan agak besar. Motor

memancarkan banyak hidrokarbon kalau baru saja dihidupkan atau

berputar bebas (idle) atau waktu pemanasan.

Pemanasan dari udara yang masuk dengan menggunakan gas buang

meningkatkan penguapan dari bahan bakar dan mencegah pemancaran

hidrokarbon. Jumlah hidrokarbon tertentu selalu ada dalam penguapan

bahan bakar, di tangki bahan bakar dan dari kebocoran gas yang melalui

celah antara silinder dari torak masuk kedalam poros engkol, yang

disebut dengan blow by gasses (gas lalu). Pembakaran tak sempurna pada

kendaraan juga menghasilkan gas buang yang mengandung hidrokarbon.

(39)

Karbon dan Oksigen dapat bergabung membentuk senyawa karbon

monoksida (CO) sebagai hasil pembakaran yang tidak sempurna dan

karbon dioksida (CO2) sebagai hasil pembakaran sempurna. Karbon

monoksida merupakan senyawa yang tidak berbau, tidak berasa dan pada

suhu udara normal berbentuk gas yang tidak berwarna. Gas ini akan

dihasilkan bila karbon yang terdapat dalam bahan bakar (kira–kira 85 %

dari berat dan sisanya hidrogen) terbakar tidak sempurna karena

kekurangan oksigen. Hal ini terjadi bila campuran udara bahan bakar

lebih gemuk dari pada campuran stoikiometris, dan terjadi selama idling

pada beban rendah atau pada output maksimum. Karbon monoksida

tidak dapat dihilangkan jika campuran udara bahan bakar gemuk. Bila

campuran kurus karbon monoksida tidak terbentuk.

Asap kendaraan merupakan sumber utama bagi karbonmonoksida di

berbagai perkotaan. Data mengungkapkan bahwa 60% pencemaran udara

di Jakarta di sebabkan karena benda bergerak atau transportasi umum

yang berbahan bakar solar terutama berasal dari Metromini. Formasi CO

merupakan fungsi dari rasio kebutuhan udara dan bahan bakar dalam

proses pembakaran di dalam ruang bakar. Percampuran yang baik antara

udara dan bahan bakar terutama yang terjadi pada mesin-mesin yang

menggunakan Turbocharger atau supercharger merupakan salah satu

strategi untuk meminimalkan emisi CO. Karbon monoksida yang

meningkat di berbagai perkotaan dapat mengakibatkan turunnya berat

janin dan meningkatkan jumlah kematian bayi serta kerusakan otak.

Karena itu strategi penurunan kadar karbon monoksida akan tergantung

pada pengendalian emisi seperti penggunaan bahan katalis yang

mengubah bahan karbon monoksida menjadi karbon dioksida dan

penggunaan bahan bakar terbarukan yang rendah polusi bagi kendaraan

bermotor seperti dengan penggunaan bahan bakar alternatif.

(40)

Oksigen (O2) sangat berperan dalam proses pembakaran, dimana oksigen

tersebut akan diinjeksikan ke ruang bakar. Dengan tekanan yang sesuai

akan mengakibatkan terjadinya pembakaran bahan bakar. Nitrogen

monoksida (NO) merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak berbau

sebaliknya nitrogen dioksida (NO2) berwarna coklat kemerahan dan

berbau tajam. NO merupakan gas yang berbahaya karena mengganggu

saraf pusat. NO terjadi karena adanya reaksi antara N2 dan O2 pada

temperature tinggi di atas 1210oC. Persamaan reaksinya adalah sebagai

berikut:

O2 → 2O

N2+O → NO+N

N+O2 → NO+O

Konsentrasi dari oksigen di gas buang kendaraan berbanding

terbalik dengan konsentrasi CO2. Untuk mendapatkan proses pembakaran

yang sempurna, maka kadar oksigen yang masuk ke ruang bakar harus

mencukupi untuk setiap molekul hidrokarbon. Dalam ruang bakar,

campuran udara dan bensin dapat terbakar dengan sempurna apabila

bentuk dari ruang bakar tersebut melengkung secara sempurna. Kondisi

ini memungkinkan molekul bensin dan molekul udara dapat dengan

mudah bertemu untuk bereaksi dengan sempurna pada proses

pembakaran. Tapi sayangnya, ruang bakar tidak dapat sempurna

melengkung dan halus sehingga memungkinkan molekul bensin

seolah-olah bersembunyi dari molekul oksigen dan menyebabkan proses

pembakaran tidak terjadi dengan sempurna.

Normalnya konsentrasi oksigen di gas buang adalah sekitar 1.2%

atau lebih kecil bahkan mungkin 0%. Tapi kita harus berhati-hati apabila

konsentrasi oksigen mencapai 0%. Ini menunjukkan bahwa semua oksigen

dapat terpakai semua dalam proses pembakaran dan ini dapat berarti

(41)

konsentrasi oksigen akan berbarengan dengan tingginya emisi CO.

Apabila konsentrasi oksigen tinggi dapat berarti AFR terlalu kurus tapi

juga dapat menunjukkan beberapa hal lain. Apabila dibarengi dengan

tingginya CO dan HC, maka pada mobil yang dilengkapi dengan CC

berarti CC mengalami kerusakan. Untuk mobil yang tidak dilengkapi

dengan CC, bila oksigen terlalu tinggi dan lainnya rendah berarti ada

kebocoran di exhaust system.

e. Hidrokarbon (HC)

Bensin adalah senyawa hidrokarbon, jadi setiap HC yang didapat

di gas buang kendaraan menunjukkan adanya bensin yang tidak terbakar

dan terbuang bersama sisa pembakaran. Apabila suatu senyawa

hidrokarbon terbakar sempurna (bereaksi dengan oksigen) maka hasil

reaksi pembakaran tersebut adalah karbondioksida (CO2) dan air (H2O).

Walaupun rasio perbandingan antara udara dan bensin (AFR=Air Fuel

Ratio) sudah tepat dan didukung oleh desain ruang bakar mesin saat ini

yang sudah mendekati ideal, tetapi tetap saja sebagian dari bensin

seolah-olah tetap dapat “bersembunyi” dari api saat terjadi proses pembakaran

dan menyebabkan emisi HC pada ujung knalpot pun tinggi.

Untuk mesin otto yang tidak dilengkapi dengan Catalytic Converter

(CC), emisi HC yang dapat ditolerir adalah 500 ppm dan untuk mesin otto

yang dilengkapi dengan CC, emisi HC yang dapat ditolerir adalah 50

ppm. Emisi HC ini dapat ditekan dengan cara memberikan tambahan

panas dan oksigen diluar ruang bakar untuk menuntaskan proses

pembakaran. Proses injeksi oksigen tepat setelah exhaust port akan dapat

menekan emisi HC secara drastis. Saat ini, beberapa mesin otto yang pada

umumnya pada mesin mobil sudah dilengkapi dengan electronic air

injection reaction pump yang langsung bekerja saat cold-start untuk

(42)

Apabila emisi HC tinggi, menunjukkan ada 3 kemungkinan

penyebabnya yaitu CC yang tidak berfungsi, AFR yang tidak tepat (terlalu

kaya) atau bensin tidak terbakar dengan sempurna di ruang bakar.

Apabila mesin otto dilengkapi dengan CC, maka harus dilakukan

pengujian terlebih dahulu terhadap CC dengan cara mengukur perbedaan

suhu antara inlet CC dan outletnya. Seharusnya suhu di outlet akan lebih

tinggi minimal 10% daripada inletnya.

Apabila CC bekerja dengan normal tapi HC tetap tinggi, maka hal

ini menunjukkan gejala bahwa AFR yang tidak tepat atau terjadi misfire.

AFR yang terlalu kaya akan menyebabkan emisi HC menjadi tinggi. Ini

bisa disebabkan antara lain kebocoran fuel pressure regulator, setelan

karburator tidak tepat, filter udara yang tersumbat, sensor temperature

mesin yang tidak normal dan sebagainya yang dapat membuat AFR

terlalu kaya. Injector yang kotor atau fuel pressure yang terlalu rendah

dapat membuat butiran bensin menjadi terlalu besar untuk terbakar

dengan sempurna dan ini juga akan membuat emisi HC menjadi tinggi.

AFR yang terlalu kaya juga akan membuat emisi CO menjadi tinggi dan

bahkan menyebabkan outlet dari CC mengalami overheat, tetapi CO dan

HC yang tinggi juga bisa disebabkan oleh rembasnya pelumas ke ruang

bakar. Apabila hanya HC yang tinggi, maka harus ditelusuri penyebab

yang membuat ECU memerintahkan injektor untuk menyemprotkan

bensin hanya sedikit sehingga AFR terlalu kurus yang menyebabkan

terjadinya intermittent misfire. Pada mesin otto yang masih menggunakan

karburator, penyebab misfire antara lain adalah kabel busi yang tidak

baik, timing pengapian yang terlalu mundur, kebocoran udara disekitar

intake manifold atau mechanical problem yang menyebabkan angka kompresi

mesin rendah.

Untuk mengurangi emisi HC, maka dibutuhkan sedikit tambahan

udara atau oksigen untuk memastikan bahwa semua molekul bensin

(43)

sempurna. Ini berarti AFR 14,7:1 (lambda = 1.00) sebenarnya merupakan

kondisi yang sedikit kurus. Inilah yang menyebabkan oksigen dalam gas

buang akan berkisar antara 0.5% sampai 1%. Pada mesin yang dilengkapi

dengan CC, kondisi ini akan baik karena membantu fungsi CC untuk

mengubah CO dan HC menjadi CO2. Mesin tetap dapat bekerja dengan

baik walaupun AFR terlalu kurus bahkan hingga AFR mencapai 16:1. Tapi

dalam kondisi seperti ini akan timbul efek lain seperti mesin cenderung

knocking, suhu mesin bertambah dan emisi senyawa NOX juga akan

meningkat drastis.

2.5 Sejarah Penggunaan Alkohol Sebagai Bahan Bakar Alternatif

(Bio)Etanol telah digunakan manusia sejak zaman prasejarah sebagai

bahan pemabuk dalam minuman beralkohol. Residu yang ditemukan pada

peninggalan keramik yang berumur 9000 tahun dari China bagian utara

menunjukkan bahwa minuman beralkohol telah digunakan oleh manusia

prasejarah dari masa Neolitik.

Campuran dari (Bio)etanol yang mendekati kemrunian untuk pertama kali

ditemukan oleh Kimiawan Muslim yang mengembangkan proses distilasi pada

masa Kalifah Abbasid dengan peneliti yang terkenal waktu itu adalah Jabir ibn

Hayyan (Geber), Al-Kindi (Alkindus) dan al-Razi (Rhazes). Catatan yang disusun

oleh Jabir ibn Hayyan (721-815) menyebutkan bahwa uap dari wine yang

mendidih mudah terbakar. Al-Kindi (801-873) dengan tegas menjelaskan tentang

proses distilasi wine. Sedangkan (Bio)etanol absolut didapatkan pada tahun 1796

oleh Johann Tobias Lowitz, dengan menggunakan distilasi saringan arang.

Antoine Lavoisier menggambarkan bahwa (Bio)etanol adalah senyawa

yang terbentuk dari karbon, hidrogen dan oksigen. Pada tahun 1808

Nicolas-Théodore de Saussure dapat menentukan rumus kimia etanol. Limapuluh tahun

kemudian (1858), Archibald Scott Couper menerbitkan rumus bangun etanol.

Dengan demikian etanol adalah salah satu senyawa kimia yang pertama kali

ditemukan rumus bangunnya. Etanol pertama kali dibuat secara sintetis pada tahu

(44)

membuat etanol dengan menggunakan hidrasi katalis asam pada etilen pada tahun

1982 yang digunakan pada proses produksi etanol sintetis hingga saat ini.

Pada tahun 1840 etanol menjadi bahan bakar lampu di Amerika Serikat,

pada tahun 1880-an Henry Ford membuat mobil quadrycycle dan sejak tahun

1908 mobil Ford model T telah dapat menggunakan (bio)etanol sebagai bahan

bakarnya. Namun pada tahun 1920an bahan bakar dari petroleum yang harganya

lebih murah telah menjadi dominan menyebabkan etanol kurang mendapatkan

perhatian. Akhir-akhir ini, dengan meningkatnya harga minyak bumi, bioetanol

kembali mendapatkan perhatian dan telah menjadi alternatif energi yang terus

dikembangkan.

2.6 Bioetanol dari Tanaman tebu

Tanaman tebu (Saccharum officinarum L) adalah satu anggota familia

rumput-rumputan (Graminae) yang merupakan tanaman asli tropika

basah, namun masih dapat tumbuh baik dan berkembang di daerah

subtropika, pada berbagai jenis tanah dari daratan rendah hingga

ketinggian 1.400 m diatas permukaan laut (dpl). Adapun klasisfikasi

tanaman tebu secara biologi yaitu:

Kerajaan : plantae

Divisi : magnoliophyta

Kelas : liliopsida

Ordo : poales

Famili : poaceae

Genus : saccharum

(45)
[image:45.595.181.446.84.285.2]

Gambar 2.4 Tanaman Tebu[8]

Penggunaan bensin yang dicampur dengan etanol pada kendaraan

berbahan bakar bensin biasa hanya diperbolehkan dalam kadar yang

rendah saja. Hal ini karena etanol bersifat korosif dan dapat merusak

beberapa material di dalam mesin dan sistem bahan bakar. Mesinnya

sendiri pun harus dikonfigurasi ulang sehingga memiliki rasio kompresi

yang tinggi, agar dapat memanfaatkan kelebihan yang dimiliki oleh

etanol, yang nantinya bisa berpengaruh pada efisiensi bahan bakar dan

emisi gas buang yang lebih baik. Tabel di bawah ini menunjukkan

modifikasi yang dibutuhkan pada mesin bensin biasa agar mobilnya bisa

berjalan dengan halus dan tidak menyebabkan kerusakan apapun.

Informasi di bawah ini didasarkan dari modifikasi yang dibuat oleh

pabrikan otomotif di Brasil pada awal program etanol di negara itu pada

(46)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1.Penelitian

Untuk mencapai tujuan yang diinginkan, penelitian ini dilakukan dengan

metode penelitian eksperimental yaitu metode yang dapat dipakai untuk menguji

pengaruh dari suatu perlakuan atau desain baru dengan cara membandingkan

antara desain baru atau perlakuan baru dengan desain lain tanpa perlakuan baru

(kondisi awal desain) sebagai control atau pembanding pada hasil penelitian.

Pada pengujian ini, kondisi awal pengujian yaitu pada saat pengujian tanpa

menggunakan blower dan hasil pengujian akan dibandingkan dengan pengujian

menggunakan blower, sehingga peningkatan performansi mesin dapat diketahui.

Pengujian ini dilakukan dengan memvariasikan putaran motor (variable speed) pada penggunaan blower dan tanpa penggunaan blower dengan rentang rpm 1000 yang dimulai dari rpm 1000 hingga rpm 9000.

3.2.Waktu dan Tempat

3.2.1. Pengujian Konsumsi Bahan Bakar

Dilakukan di Laboratorium Teknologi Mekanik Departemen

[image:46.595.203.470.509.713.2]

Teknik Mesin Universitas Sumatera Utara selama 1 minggu.

(47)

3.2.2. Pengujian Torsi

Dilakukan di Laboratorium Teknologi Mekanik Departemen

Teknik Mesin Universitas Sumatera Utara selama 1 bulan.

Gambar 3.2 Pengujian Torsi Pada Roda

3.2.3. Pengujian Emisi Gas Buang

Dilakukan di Bengkel Toyota AUTO 2000 Jln. SM. Raja selama 1

[image:47.595.207.476.145.347.2]

minggu.

(48)

3.2.4. Pengujian Nilai Kalor Bahan Bakar

Dilakukan di Laboratorium Motor Bakar Departemen Teknik

Mesin Universitas Sumatera Utara selama 1 hari.

Gambar 3.4 Pengujian Bom Kalorimeter

3.3.Alat dan Bahan

3.3.1. Alat

1. Mesin

Mesin yang digunakan yaitu mesin otto 4 langkah, dimana mesin yang

digunakan adalah mesin Sepeda Motor Honda Supra-X 125 PGMFI.

(49)

Spesifikasi:

1. Engine :

• Mesin : 4 langkah SOHC, pendingin udara

• Kelas : 125

• Volume langkah : 124,8 cc

• Diameter X Langkah : 52,4 x 57,9 mm

• Perbandingan Kompresi : 9 : 1

• Sistem pemasukan : Injection

• Sistem pengapian : Full transistorized

• Daya Maksimum : 9,63 PS / 7.500 RPM

• Torsi Maksimum : 1,08 kgf.m / 5.500 RPM

• Kapasitas Pelumas Mesin : 0,7 L dalam penggantian periodik

• Tipe Starter : pedal dan elektrik

• Sistem Pendingin : pendinginan udara

• Kopling : ganda, sentrifugal, tipe basah

• Busi : ND U20EPR9, NGK CPR6EA-9

2. Transmisi :

• Tipe Transmisi : 4 kecepatan rotari

• Pola Pengoperan Gigi : N-1-2-3-4-N (rotari)

• Rasio Gigi : Speed 1 = 35/14

Speed 2 = 31/20

Speed 3 = 23/20

Speed 4 = 26/24

2. Blower

Blower yang digunakan bertujuan untuk mensuplai atau

memampatkan udara keruang bakar sebagai pengganti penggunaan

supercharger pada umumnya. Pada pengujian ini digunakan blower

elektrik dengan spesifikasi sebagai berikut :

Speed : 0-15000 RPM • Input power : 650 W

(50)

Gambar 3.6 Blower

3. Alat Ukur Emisi Gas Buang

Alat ukur yang digunakan adalah Stargas 898, alat ini merupakan

gas buang analyzer CO, CO2, HC, O2, NOX (opsional). Kondisi

lingkungan pengukuran meliputi : temperatur, tekanan atmosfer,

kelembaban relatif. Stargas juga dapat memeriksa operasional dari probe lambda seluruh simulasi yang beroperasi. (1V/5V) Stargas analyzer adalah unit multifungsi opsional, tanpa perlu yang terhubung ke PC. Stargas

dapat dikendalikan dari jauh melalui keyboard opsional inframerah.

Stargas dapat digunakan dengan mudah untuk melakukan pengujian emisi

gas buang kendaraan dan data yang diambil dapat disimpan dan dicetak

langsung.

Spesifikasi:

• Daya 270V, 50 – 60Hz

• Baterai 16V (sekering 5A)

• IR remote Keyboard 3 x AAA

• Max Konsumsi 70W

• Tampilan LCD 320x240

Keyboard silicone karet, dilapisi

• Printer termal bi-warna (hitam / merah, 24 kolom)

Serial port COM1, COM2, RS232, RS485

(51)

• Parameter ambient suhu -40 - +60 celcius

• Parameter ambient suhu -40 - +60 celcius

• Ambient tekanan 750 – 1060 hPa

• Ambient kelembaban relatif 0% - 100%

Refresh rate 20 kali per detik

• Tingkat arus <10 liter per menit

• Bekerja suhu 5-40 celcius

• Fitur jam, tanggal, waktu & cetak

• Ukuran 400mm x 180mm x 450mm

• Berat 8.6 kgs

Gambar 3.7 Alat Ukur Emisi Gas Buang

4. HiDS HD-30

HiDS adalah alat yang mampu berkomunikasi dengan Engine Control Module (ECM) yaitu pada motor honda injection, data-data berupa sinyal dari ECM akan dibaca HiDS dan ditampilkan pada layar peraga dalam bentuk

besaran-besaran fisika, seperti:

- Suhu ditampilkan dalam °C.

- Tekanan ditampilkan dalam kPA.

- Putaran mesin ditampilkan dalam RPM.

(52)

Gambar 3.8 HiDS HD-30

HiDS juga dilengkapi dengan fasilitas untuk menampilkan data data

kesalahan sensor yang terdeteksi ECM, baik data kesalahan yang sudah

terjadi dan tersimpan dalam memory ECM ataupun data yang sedang terjadi yang terdeteksi ECM, data-data tersebut akan ditampilkan pada

layar peraga HiDS dengan menggunakan Bahasa Indonesia sehingga

mudah dimengerti dan informatif, HiDS juga memiliki fasilitas untuk

melakukan re-set atau menghapus data-data kesalahan yang tersimpan di

ECM dengan amat mudah, HiDS juga memiliki kemampuan untuk

menampilkan data-data saat sepeda motor dalam kondisi st

Gambar

Gambar 2.4 Tanaman Tebu[8]
Gambar 3.1 Pengujian Konsumsi Bahan Bakar
Gambar 3.3 Pengujian Emisi Gas Buang Kendaraan
Gambar 3.18 Premium
+7

Referensi

Dokumen terkait

Motor bakar telah mengalami banyak pengembangan, beberapa pengembangan telah dilakukan untuk dapat meningkatan efisiensi motor bakar, tetapi umumnya pengembangan dilakukan

Motor bakar telah mengalami banyak pengembangan, beberapa pengembangan telah dilakukan untuk dapat meningkatan efisiensi motor bakar, tetapi umumnya pengembangan dilakukan

Dengan demikian perlu diadakannya pengujian performansi untuk mengetahui peningatan yang didapatkan dari penggunaan alat tersebut pada motor bakar dengan kapasitas kecil

pembakaran dalam untuk mencampur bahan bakar dengan udara sebelum dibakar.. Penggunaan injeksi bahan bakar akan meningkatkan tenaga mesin bila. dibandingkan dengan penggunaan

Dari hasil penelitian ini, dapat dinyatakan bahwa penggunaan hidrogen sebagai campuran bahan bakar premium dapat menigkatkan energi pembakaran pada proses pembakaran

Walaupun performansi mesin cenderung belum memberikan hasil yang optimal seperti performansi mesin pada saat menggunakan Premium, tetapi bahan bakar campuran hidrogen dan etanol

Dari hasil pengujian didapat bahwa penggunaan blower sebagai supercharger elektrik dapat meningkatkan torsi, daya, efisiensi dan menurunkan konsumsi bahan bakar spesifik.. Kata

UJI PERFORMANSI MESIN OTTO SATU SILINDER DENGAN BAHAN BAKAR PREMIUM DAN..