• Tidak ada hasil yang ditemukan

Redesign Alat Bantu Pengutip Brondolan Kelapa Sawit Secara Ergonomis Guna Peningkatan Produktivitas. (Kasus: PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Rambutan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Redesign Alat Bantu Pengutip Brondolan Kelapa Sawit Secara Ergonomis Guna Peningkatan Produktivitas. (Kasus: PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Rambutan)"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

REDESIGN ALAT BANTU PENGUTIP BRONDOLAN KELAPA SAWIT SECARA ERGONOMIS GUNA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS (KASUS: PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III KEBUN RAMBUTAN)

TUGAS SARJANA

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh

DONNY HERI PASARIBU

0 9 0 4 0 3 1 0 3

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

(2)

REDESIGN ALAT BANTU PENGUTIP BRONDOLAN KELAPA SAWIT SECARA ERGONOMIS GUNA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS (KASUS: PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III KEBUN RAMBUTAN)

TUGAS SARJANA

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh

DONNY HERI PASARIBU

0 9 0 4 0 3 1 0 3

Disetujui oleh:

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Ir. Sugiharto Pujangkoro, M.M. Dr. Eng. Listiani Nurul Huda, M.T.

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan rahmat-Nya yang dilimpahkan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Tugas Sarjana ini dengan baik.

Penulisan Tugas Sarjana ini adalah bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat akademis dalam menyelesaikan studi di Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Tugas Sarjana ini merupakan road map penelitian analisis fasilitas dan lingkungan kerja pada proses panen dan pengutipan brondolan di PT. Perkebunan Nusantara Sumatera Utara yang diketuai oleh pembimbing II. Tugas sarjana ini juga merupakan kerja sama tim dan Bidang Rekayasa Teknologi dan Pengelolaan Lingkungan Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) dan penulis merupakan salah satu tim tersebut yang melakukan penelitian terhadap permasalahan nyata yang ada di perkebunan kelapa sawit. Tugas Sarjana ini berjudul “Redesign Alat Bantu Pengutip Brondolan Kelapa Sawit Secara Ergonomis Guna Peningkatan Produktivitas. (Kasus: PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Rambutan)”.

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk melengkapi Tugas Sarjana ini. Akhir kata, penulis berharap agar Tugas Sarjana ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.

Medan, Agustus 2014

(4)

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam penelitian dan penulisan Tugas Sarjana ini, penulis telah mendapat bimbingan dan dukungan yang besar dari berbagai pihak, baik dalam hal materi, spiritual, informasi, maupun administrasi. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Ir. Sugiharto Pujangkoro, M.M., selaku Dosen Pembimbing I yang telah bersedia memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi dengan sabar bagi penulis dalam menyelesaikan Tugas Sarjana ini.

2. Ibu Dr. Eng. Listiani Nurul Huda, M.T., selaku ketua Tim Peneliti dan Dosen Pembimbing II yang telah bersedia memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi dengan sabar bagi penulis dalam menyelesaikan Tugas Sarjana ini 3. Ibu Ir. Khawarita Siregar, M.T., selaku Ketua Departemen Teknik Industri,

dan Bapak Ir. Ukurta Tarigan, M.T., selaku Sekretaris Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Suhartono, selaku asisten afdeling VII Kebun Rambutan yang telah memberikan bimbingan selama penelitian di PTPN III.

5. Bapak Tumiran dan Seluruh staf pegawai afdeling VII Kebun Rambutan yang telah memberikan bantuan selama penulis melakukan penelitian di afdeling VII Sei BanBan.

(5)

7. Seluruh dosen Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan pengajaran selama perkuliahan sebagai bekal untuk penulisan Tugas Sarjana ini.

8. Staf pegawai Teknik Industri FT-USU, Bang Ridho, Bang Mijo, Kak Dina, Bang Nurmansyah, Kak Rahma, Bang Kumis, Kak Mia, dan Ibu Ani, atas bantuannya dalam hal administrasi penyelesaian Tugas Sarjana ini.

9. Kedua orang tua penulis yaitu Bapak S. Pasaribu dan Ibu M. Banjarnahor yang telah memberikan dukungan penuh, doa, motivasi, materil dan segalanya bagi penulis dalam menyelesaikan Tugas Sarjana ini.

10. Seluruh keluarga besar dan saudara penulis yaitu Kak Evi Juliati Pasaribu, Bang Daniel Erikson Pasaribu, Amd., Bang Donald Mangara Pasaribu, S.H., R. Simanungkalit, dan Kak Eparina Hutabarat yang selalu memberikan semangat kepada penulis.

11. Fredrik Wesly Nainggolan sebagai teman seperjuangan selama penelitian yang telah memberikan dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan Tugas Sarjana ini.

(6)

13. Teman baik penulis yaitu Yon Handika Siregar, Ezrilona Silalahi, Prima Satria Barus, Perlin Martua Limbong, Ade Maranata Gorat, Leo Pasaribu, Bermart Parapat, Recky Yohani Simamora, Teguh Ersada Sitepu, Tonggo Hutabarat, Leo Silalahi, Parlaungan Sipayung, Vachiona Napitu, Rodearto Damanik dan Hendra Simorangkir yang selalu bersama baik masa liburan maupun perkuliahan dari semester awal sampai semester akhir.

14. Seluruh pihak yang telah banyak memberi bantuan kepada penulis dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

(7)

ABSTRAK

Pengutipan brondolan kelapa sawit dilakukan para buruh panen (BP) secara manual atau tidak menggunakan alat bantu. Posisi kerja para BP tersebut umumnya dalam keadaan jongkok dan membungkuk yang dilakukan secara berulang-ulang mulai dari jam 7 pagi sampai jam 1 siang. Sikap kerja dari berbagai postur tersebut cenderung menyebabkan timbulnya kelelahan pada beberapa anggota tubuh dan merupakan penyebab terjadinya gangguan musculoskeletal. Oleh karena itu, postur tubuh dari berbagai sikap kerja diamati pada penelitian ini untuk menganalisis produktivitas para buruh panen pengutip brondolan. Pengamatan juga dilakukan pada uji coba alat bantu pengutip brondolan yang sudah ada selama ini tetapi belum digunakan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner Standard Nordic Questionnaire untuk mengidentifikasi keluhan yang dirasakan buruh panen pada 28 bagian tubuh yang ditanyakan dan analisis sikap kerja atau postur kerja terhadap buruh panen brondolan dengan metode REBA (Rapid Entire Body Assessment). Penilaian postur kerja dilakukan pada saat bekerja manual terhadap 13 buruh panen dan pada saat uji coba alat bantu pengutip brondolan. Adapun alat bantu yang dicobakan masih belum sesuai dengan dimensi tubuh pekerja dan akan dianalisis dengan menggunakan metode antropometri. Jam produktif buruh panen juga diamati untuk menganalisis produktivitas yang diukur dengan membagi jumlah brondolan yang dikutip dengan jumlah waktu produktif masing-masing buruh panen brondolan. Hasil dari metode ini digunakan sebagai masukan bagi perancangan alat bantu yang pengutipan brondolan yang ergonomis. Alat bantu disebut Ergo Picker. Alat bantu ini dikembangkan dari alat yang sudah ada dan diharapkan mampu mereduksi keluhan MSDs. Pengukuran antropometri merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan dalam perancangan alat bantu guna menentukan dimensi alat bantu yang tepat dan dapat memfasilitasi pengguna dengan sikap berdiri yang baik.

Hasil yang diperoleh ketika mengutip brondolan adalah posisi membungkuk, dan posisi jongkok. Dari 13 BP yang diamati, sikap kerja pada posisi membungkuk dilakukan oleh 8 BP dan posisi jongkok dilakukan oleh 5 BP. Sedangkan untuk persentasi keluhan tertinggi kategori “sangat sakit” terdapat pada bagian anggota tubuh 7 (pinggang) sebesar 76,9 % dan keluhan tertinggi pada kategori “sakit” terdapat pada bagian anggota tubuh 22 (betis kiri) dan bagian tubuh 23 (betis kanan) yang sebesar 69,2 %. Penilaian postur REBA terhadap 13 BP berada dari nilai 9-11 (perlu tindakan secepatnya dan sekarang juga). Produktivitas BP pada saat bekerja manual adalah 0,3 dan mengalami peningkatan setelah menggunakan alat bantu menjadi 0,5. Namun, alat bantu yang dicobakan tersebut belum sesuai dengan dimensi BP. Ketidaksesuain berada pada dimensi diameter genggaman dan tinggi tiang. Oleh karena itu dirancang alat bantu yang lebih ergonomis. Alat bantu disebut Ergo Picker. Alat bantu ini dikembangkan dari alat yang sudah ada dan diharapkan mampu mereduksi keluhan MSDs dan meningkatkan produktivitas.

(8)

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

SERTIFIKAT EVALUASI TUGAS SARJANA ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xxi

(9)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... II-1 2.1 Sejarah Perusahaan ... II-1 2.2 Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-2 2.3 Organisasi dan Manajemen ... II-3 2.3.1 Struktur Organisasi Perusahaan ... II-3 2.3.2 Deskripsi Tugas dan Tanggung Jawab ... II-4 2.3.3 Tenaga Kerja dan Jam Kerja Perusahaan ... II-10 2.4 Proses Pemanenan ... II-12

III LANDASAN TEORI ... III-1 3.1 Perancangan Secara Ergonomi ... III-1 3.2 Prinsip Perancangan Tempat Kerja ... III-3 3.3 Postur Kerja ... III-4

3.3.1 Faktor Resiko Sikap Kerja Terhadap

Gangguan Musculoskeletal ... III-6 3.3.2 REBA (Rapid Entire Body Assessment) ... III-13 3.4 Antropometri ... III-20 3.4.1 Persentil ... III-20 3.4.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengukuran

(10)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

3.4.3 Prinsip-prinsip Penggunaan Data Antropometri ... III-23 3.4.4 Dimensi Antropometri ... III-25 3.4.5 Uji Keseragaman Data ... III-29 3.4.6 Aplikasi Distribusi Normal Dalam Penetapan Data

Antropometri ... III-31 3.5 Model Perancangan Produk ... III-33

(11)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

4.11 Analisis Pemecahan Masalah ... IV-9 4.12 Kesimpulan dan Saran ... IV-9

V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... V-1 5.1 Pengumpulan Data ... V-1 5.1.1 Data Hasil Standard Nordic Questionnaire (SNQ) ... V-2 5.1.2 Data Postur Kerja Buruh Panen Brondolan ... V-4 5.1.3 Data Antropometri Buruh Panen Brondolan ... V-7 5.2 Pengolahan Data ... V-11

5.2.1 Data Hasil Standard Nordic Questionnaire Secara

Manual ... V-11 5.2.2 Penilaian Postur Kerja dengan Metode REBA Secara

Manual ... V-14 5.2.3 Perhitungan Produktivitas Buruh Panen Brondolan

Secara Manual ... V-19 5.2.4 Data Hasil Standard Nordic Questionnaire

Menggunakan Alat Bantu ... V-23 5.2.5 Penilaian Postur Kerja dengan Metode REBA

(12)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

5.2.6 Perhitungan Produktivitas Buruh Panen Brondolan

Menggunakan Alat Bantu ... V-26 5.2.7 Perhitungan Data Antropometri Tubuh Buruh

Panen Brondolan ... V-29 5.2.7.1 Perhitungan Rata-rata dan Standard Deviasi ... V-29 5.2.7.2 Uji Keseragaman Data ... V-30 5.2.7.3 Uji Kecukupan Data ... V-32 5.2.7.4 Uji Kenormalan Data ... V-33 5.2.7.5 Perhitungan Persentil ... V-34 5.3 Perancangan Alat Bantu Berdasarkan Langkah-langkah

Perancangan Menurut French ... V-35 5.3.1 Analisis Masalah ... V-36 5.3.2 Perancangan Konsep ... V-38 5.3.3 Pemberian Bentuk Pada Sketsa ... V-38 5.3.4 Detail ... V-40

(13)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

6.4 Perancangan Alat Pengutip Brondolan Usulan ... VI-9

VII KESIMPULAN DAN SARAN ... VII-1 7.1 Kesimpulan ... VII-1 7.2 Saran ... VII-2

(14)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

2.1 Daftar Tenaga Kerja ... II-11 3.1 Skor Batang Tubuh REBA ... III-14 3.2 Skor Leher REBA ... III-15 3.3 Skor Kaki REBA ... III-15 3.4 Skor Beban REBA ... III-16 3.5 Skor Lengan Atas REBA ... III-16 3.6 Skor Lengan Bawah REBA ... III-17 3.7 Skor Pergelangan Tangan Reba ... III-17 3.8 Coupling ... III-18 3.9 Skor Aktivitas... III-18 3.10 Nilai Level Tindakan REBA ... III-18 3.11 Pengukuran Data Antropometri ... III-25 3.12 Aplikasi Dimensi Antropometri ... III-29 3.13 Macam Persentil dan Cara Perhitungan Dalam Distribusi

Normal ... III-32 5.1 Rekapitulasi Data Standard Nordic Questionaire Buruh Panen

Secara Manual ... V-3 5.2 Rekapitulasi Data Standard Nordic Questionaire Buruh Panen

(15)

DAFTAR TABEL (Lanjutan)

TABEL HALAMAN

5.3 Data Antropometri Buruh Panen Brondolan ... V-9 5.4 Persentase Keluhan Musculoskeletal Disorders Buruh Panen

Brondolan Secara Manual ... V-12 5.5 Penilaian Postur Kerja Buruh Panen Brondolan Secara Manual ... V-16 5.6 Jumlah Total Brondolan yang Dikutip Pekerja ... V-19 5.7 Tabel Pengamatan untuk Pekerja 11 ... V-20 5.8 Persentase Keluhan Musculoskeletal Disorders Buruh Panen

Brondolan Secara Manual ... V-23 5.9 Penilaian Postur Kerja Buruh Panen Brondolan dalam

Percobaan Alat Bantu ... V-25 5.10 Tabel Pengamatan Pekerja percobaan Alat Bantu ... V-26 5.11 Rekapitulasi Uji Kecukupan Data ... V-33 5.12 Uji Kenormalan Data Buruh Panen Brondolan ... V-34 5.13 Perhitungan Persentil Buruh Panen Brondolan ... V-35 5.14 Ketidaksesuaian Dimensi Aktual Alat Bantu ... V-37 5.15 Pemberian Bentuk pada Perancangan ... V-40 5.16 Rekapitulasi Detail Perancangan Alat Bantu Pengutip

(16)

DAFTAR TABEL (Lanjutan)

TABEL HALAMAN

6.2 Rekapitulasi Perbandingan Penilaian Postur Kerja Manual,

(17)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

(18)

DAFTAR GAMBAR (Lanjutan)

GAMBAR HALAMAN

3.18 Flowchart Penilaian Data Antropometri ... III-30 3.19 Distribusi Normal dengan Data Antropometri ... III-32 3.20 Model Perancangan Deskriptif ... III-33 3.21 Proses Perancangan Zeid ... III-35 3.22 Diagram Alir Cara Merancang French ... III-36 3.23 Model Cara Merancang VDI ... III-37 3.24 Diagram Alir Cara Merancang Pahl & Beitz ... III-38 4.1 Kerangka Konseptual ... IV-2 4.2 BlokDiagramMetodologi Penelitian ... IV-5 4.3 Mekanisme Pengumpulan Data ... IV-7 4.4 Blok Diagram Pengolahan Data Penelitian ... IV-8 5.1 Kondisi Kerja dan Sikap Kerja Beberapa Buruh Panen

Pengutip Brondolan ... V-5 5.2 Gambar Uji Coba Alat Bantu ... V-6 5.3 Gambar Alat Bantu yang Dicobakan ... V-7 5.4 Grafik Persentase Keluhan Musculoskletal Disorders Buruh Panen

Brondolan Secara Manual ... V-13 5.5 Grafik Persentase Keluhan Musculoskletal Disorders Buruh Panen

(19)

DAFTAR GAMBAR (Lanjutan)

GAMBAR HALAMAN

5.7 Skema Konsep Perancangan Alat Pengutip Brondolan yang

(20)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN HALAMAN

(21)

ABSTRAK

Pengutipan brondolan kelapa sawit dilakukan para buruh panen (BP) secara manual atau tidak menggunakan alat bantu. Posisi kerja para BP tersebut umumnya dalam keadaan jongkok dan membungkuk yang dilakukan secara berulang-ulang mulai dari jam 7 pagi sampai jam 1 siang. Sikap kerja dari berbagai postur tersebut cenderung menyebabkan timbulnya kelelahan pada beberapa anggota tubuh dan merupakan penyebab terjadinya gangguan musculoskeletal. Oleh karena itu, postur tubuh dari berbagai sikap kerja diamati pada penelitian ini untuk menganalisis produktivitas para buruh panen pengutip brondolan. Pengamatan juga dilakukan pada uji coba alat bantu pengutip brondolan yang sudah ada selama ini tetapi belum digunakan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner Standard Nordic Questionnaire untuk mengidentifikasi keluhan yang dirasakan buruh panen pada 28 bagian tubuh yang ditanyakan dan analisis sikap kerja atau postur kerja terhadap buruh panen brondolan dengan metode REBA (Rapid Entire Body Assessment). Penilaian postur kerja dilakukan pada saat bekerja manual terhadap 13 buruh panen dan pada saat uji coba alat bantu pengutip brondolan. Adapun alat bantu yang dicobakan masih belum sesuai dengan dimensi tubuh pekerja dan akan dianalisis dengan menggunakan metode antropometri. Jam produktif buruh panen juga diamati untuk menganalisis produktivitas yang diukur dengan membagi jumlah brondolan yang dikutip dengan jumlah waktu produktif masing-masing buruh panen brondolan. Hasil dari metode ini digunakan sebagai masukan bagi perancangan alat bantu yang pengutipan brondolan yang ergonomis. Alat bantu disebut Ergo Picker. Alat bantu ini dikembangkan dari alat yang sudah ada dan diharapkan mampu mereduksi keluhan MSDs. Pengukuran antropometri merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan dalam perancangan alat bantu guna menentukan dimensi alat bantu yang tepat dan dapat memfasilitasi pengguna dengan sikap berdiri yang baik.

Hasil yang diperoleh ketika mengutip brondolan adalah posisi membungkuk, dan posisi jongkok. Dari 13 BP yang diamati, sikap kerja pada posisi membungkuk dilakukan oleh 8 BP dan posisi jongkok dilakukan oleh 5 BP. Sedangkan untuk persentasi keluhan tertinggi kategori “sangat sakit” terdapat pada bagian anggota tubuh 7 (pinggang) sebesar 76,9 % dan keluhan tertinggi pada kategori “sakit” terdapat pada bagian anggota tubuh 22 (betis kiri) dan bagian tubuh 23 (betis kanan) yang sebesar 69,2 %. Penilaian postur REBA terhadap 13 BP berada dari nilai 9-11 (perlu tindakan secepatnya dan sekarang juga). Produktivitas BP pada saat bekerja manual adalah 0,3 dan mengalami peningkatan setelah menggunakan alat bantu menjadi 0,5. Namun, alat bantu yang dicobakan tersebut belum sesuai dengan dimensi BP. Ketidaksesuain berada pada dimensi diameter genggaman dan tinggi tiang. Oleh karena itu dirancang alat bantu yang lebih ergonomis. Alat bantu disebut Ergo Picker. Alat bantu ini dikembangkan dari alat yang sudah ada dan diharapkan mampu mereduksi keluhan MSDs dan meningkatkan produktivitas.

(22)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kegiatan panen kelapa sawit terdiri atas kegiatan pemotongan Tandan Buah Segar (TBS), pengutipan brondolan, pemotongan pelepah, pengangkutan TBS ke Tempat Pengumpulan Hasil (TPH), serta pengiriman ke Pengumpulan Kelapa Sawit (PKS). Pengutipan brondolan merupakan satu kegiatan yang penting untuk dilakukan karena dalam mendapatkan standar kematangan buah kelapa sawit ditentukan berdasarkan jumlah brondolan yang berada di permukaan tanah di sekitar pohon kelapa sawit. Proses pengutipan brondolan membutuhkan waktu yang lama karena dikerjakan secara manual oleh Tukang Brondolan (TB). Proses pengutipan brondolan secara manual berpotensi menyebabkan gangguan kesehatan seperti gangguan otot rangka (Musculosceletal Disorders), cedera dari sistem muskuloskeletal dan saraf (Repetitive Strain Injury), timbul seperti sakit di pergelangan tangan (Carpal Tunnel Syndrome) (Ardi, 2012).

Hasil studi Departemen Kesehatan dalam profil masalah kesehatan di

Indonesia tahun 2005 menunjukkan bahwa sekitar 40,5% penyakit yang diderita

pekerja berhubungan dengan pekerjaannya. Gangguan yang dialami pada 9.482

pekerja di 12 kabupaten/kota di Indonesia umumnya berupa penyakit MSDs (16%),

kardiovaskuler (8%), gangguan saraf (5%), gangguan pernapasan (3%), dan gangguan

(23)

Penerapan ilmu ergonomi dalam merancang tempat kerja dan lingkungan kerja banyak menarik perhatian para peneliti beberapa dekade ini, seperti penelitian yang dilakukan Asni Sang (2012), ”Hubungan risiko postur kerja dengan keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada pemanen kelapa sawit di PT. Sinergi Perkebunan Nusantara” menemukan adanya hubungan keluhan MSDs yang cukup tinggi dirasakan oleh 34 pemanen (73,9%). Dampak MSDs adalah sebagian besar pekerjaan agak terganggu (79,4%) dan tidak bisa bekerja (20,6%). Analisis data menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan dengan keluhan MSDs adalah postur kerja (p value: 0,022), umur (p value: 0,044) dan masa kerja (p value: 0,018). Disarankan kepada pemanen untuk melakukan pemanasan (stretching) agar dapat mengurangi risiko postur kerja dan kepada pihak perusahaan dapat memberikan pelatihan tata cara bekerja yang ergonomis.

Yee Guan, dkk (2013) juga melakukan penelitian tentang analisis postur kerja pemanenan kelapa sawit dan pengutipan brondolan di Malaysia dan menemukan bahwa pengutipan brondolan secara manual menyebabkan pekerja mengalami stress postural atau MSDs yang berbahaya bagi kesehatan pekerja. Stress postural atau MSDs terjadi hampir pada seluruh bagian tubuh, terutama di punggung, pinggang, leher dan bahu. Stress postural disebabkan karena pekerja membungkuk berulang-ulang dan dalam waktu yang lama untuk mengumpulkan brondolan.

(24)

lahan kelapa sawit. Afdeling VII Kebun Rambutan juga memiliki 13 pekerja untuk lahan kelapa sawit. Ketiga belas pekerja ini dibagi ke dalam 2 grup kerja, 7 orang bekerja untuk tanaman kelapa sawit muda dan 6 orang bekerja untuk tanaman kelapa sawit tua. Proses pengutipan brondolan kelapa sawit dilakukan secara manual dengan sebuah karung dan kemudian membawanya ke Tempat Pengumpulan Hasil (TPH). Proses pengutipan brondolan kelapa sawit dilakukan dengan postur jongkok, membungkuk dan kemudian berdiri secara berulang– ulang hampir selama 6 jam tiap harinya. Kondisi jongkok yang berulang-ulang menyebabkan pekerja cenderung mengalami MSDs. Hal ini terlihat dari seringnya tukang brondolan mengurut pinggang dan lamanya tukang brondolan untuk berdiri tegak dari posisi jongkok atau membungkuk.

(25)

bantu yang dicobakan masih memiliki kelemahan dan belum sesuai dengan dimensi tubuh pekerja sehingga masih perlu dilakukan perbaikan terhadap alat bantu tersebut.

Tukang brondolan biasanya dapat mengutip brondolan sekitar 70 sampai 80 Kg per hari secara manual. Penggunaan alat bantu dalam mengutip brondolan diharapkan dapat membantu tukang brondolan dalam meningkatkan produktivitas kerja. Produktivitas pekerja dapat ditingkatkan apabila fasilitas kerja yang tersedia sesuai dengan dimensi tubuh pekerja sehingga tukang brondolan dapat bekerja dengan efektif, aman, sehat, nyaman, dan efisien.

(26)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Perusahaan

Kebun Rambutan merupakan salah satu unit PTPN III Medan – Sumatera Utara, yang bergerak dalam usaha Perkebunan Karet dan Kelapa Sawit, serta mempunyai pabrik pengolahan Lateks Pekat dan dari sisa Lateks Pekat didapat produk yang masih mempunyai nilai jual yaitu Block Skim Rubber (BSR) dimana produk Lateks diolah di kebun sendiri. Kebun Rambutan berasal dari perkebunan milik Maatscappay Hindia Belanda di bawah naungan NV RCMA (Rubber Culltur Maatscappay Amsterdam) yang pada tahun 1958 dinasionalisasikan menjadi PPN baru cabang Sumatera Utara.

(27)

Batu Bara. Sedangkan dari daerah Lubuk Pakam ± 31 Km, dan dari pusat Kota Tebing Tinggi ± 2 Km. Secara umum Kebun Rambutan berada pada ketinggian 18 m dari permukaan laut, dan bertofografi datar yang didominasi oleh jenis tanah podsolik merah kuning, Aluvial dan hidromorfik kelabu. curah hujan per tahun 1.300 - 2.100 mm, dan bulan basah ± 8 bulan serta bulan kering ± 4 bulan.

PTPN III Kebun Rambutan juga memiliki kesesuaian dokumen kepada konsumen dengan konsisten mengimplementasikan ISO.9002 (Manajemen Mutu) dan ISO 14000 (Manajemen Lingkungan), sehingga menghasikan produk-produk bermutu tinggi serta ramah linggkungan, disamping itu manajemen juga mempunyai komitmen yang tinggi terhadap keselamatan kerja karyawan dengan mengimplementasikan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) secara konsisten. Tanggung jawab PTPN III Kebun Rambutan mempunyai manajemen yang telah menyalurkan sebagian labanya untuk dana kemitraan dan bina lingkungan Comunity Development (CD) kepada masyarakat sekitar. Kemudian dalam rangka mewujudkan manusia yang sejahtera.

2.2 Ruang Lingkup Bidang Usaha

Pada PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Rambutan terdiri Kebun kelapa sawit dan karet dari mulai tanam, perawatan sampai pemanenan dengan hasil: 1. Tandan Buah Segar (TBS)

2. Karet

(28)

LANDASAN TEORI

3.1 Perancangan Secara Ergonomi1

Pada prinsipnya disiplin ergonomi akan mempelajari apa akibat-akibat jasmani, kejiwaan dan sosial dari teknologi dan produk-produknya terhadap manusia melalui pengetahuan-pengetahuan tersebut pada jenjang mikro maupun makro. Karena yang dipelajari adalah akibat-akibat (dampak) dari teknologi dan produk-produknya, maka pengetahuan yang khusus dipelajari akan berkaitan dengan teknologi seperti biomekanika, anthropometri teknik, teknologi produksi, lingkungan fisik (temperatur, pencahayaan, dan sebagainya) dan lain-lain.

Maksud dan tujuan dari disiplin ergonomi adalah mendapatkan suatu pengetahuan yang utuh tentang permasalahan-permasalahan interaksi manusia dengan teknologi dan produk-produknya, sehingga dimungkinkan adanya suatu rancangan sistem manusia-manusia (teknologi) yang optimal. Dengan demikian disiplin ergonomi melihat permasalahan interaksi tersebut sebagai suatu sistem dengan pemecahan-pemecahan masalahnya melalui proses pendekatan sistem pula.

Human engineering atau sering pula disebut sebagai ergonomi didefinisikan sebagai perancangan “man-machine interface” sehingga pekerja dan mesin (atau produk lainnya) bisa berfungsi lebih efektif dan efisien sebagai sistem manusia – mesin yang terpadu. Disiplin ini akan mencoba membawa ke arah proses perancangan mesin yang tidak saja memiliki kemampuan produksi yang lebih

1

(29)

canggih lagi, melainkan juga memerhatikan aspek-aspek yang berkaitan dengan kemampuan dan keterbatasan manusia yang mengoerasikan mesin tersebut. Tujuan pokoknya adalah terciptanya desain sistem manusia-mesin yang terpadu sehingga efektifitas dan efisiensi kerja bisa tercapai secara optimal.

(30)

dengan bentuk genggaman tangan akan memudahkan cara pengoperasian peralatan tersebut.

3.2 Prinsip Perancangan Tempat Kerja2

Tujuan pendekatan ergonomi dalam perancanagan tempat kerja adalah agar terjadi keserasian antara manusia dengan sistem kerja (man machine system) atau dapat dikatakan bahwa desain sistem kerja harus menjadikan tenaga kerja dapat bekerja secara layak. Ini memerlukan keahlian desain alat dan perlengkapan, penataan (layout) ruang kerja, penataan organisasi kerja sehingga tenaga kerja dapat beerja dengan baik dan efisien.

Tenaga kerja akan bekerja secara terus-menerus pada setiap hari kerja di tempat kerja di tempat kerja tersebut. Oleh karena itu perancangan tempat kerja menjadi penting, karena berhasil tidaknya penyelesaian suatu pekerjaan ditentukan oleh keoptimalan tenaga kerja. Diane (2004) memberikan 12 prinsip ergonomik dalam perancangan tempat kerja agar efisien, antara lain:

1. Pastikan semua benda yang ada mudah digunakan 2. Bekerja dengan ketepatan yang tinggi

3. Hindarkan ekses kerja terulang – ulang (mengulangi tugas karena ada kesalahan)

4. Postur kerja harus baik (tepat)

5. Hindarkan atau kurangi dari paparan getaran

6. Minimkan kelelahan dan ketegangan otot (hindarka kerja melebihi jam kerja)

2

(31)

7. Minimkan dari tekanan secara langsung

8. Peralaatan dalam ruang kerja dapat disetel (adjustable) 9. Perlengkapan kerja harus standar

10. Perbaiki organisasi kerja 11. Perbaiki desain tempat kerja

12. Berilah latihan (trainning) bila bekerja masih belum sempurna

(32)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Afdeling VII PTPN III Kebun Rambutan yang beralamat di Jalan Sei Banban, Tebing Tinggi, kabupaten Deli Serdang. Waktu pelaksanaan penelitian adalah selama 3 bulan.

4.2 Jenis Penelitian3

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu suatu jenis penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematik, factual dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat suatu objek atau populasi tertentu. Penelitian ini juga merupakan action reaseach yang merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan suatu solusi yang akan diaplikasikan pada perusahaan sebagai bentuk perbaikan dari sistem semula.

.

4.3 Subjek Penelitian

Subjek penelitian yang diamati adalah pekerja pengutip brondolan di lahan PTPN III Kebun Rambutan dengan melihat postur kerja dan fasilitas kerja yang tersedia.

3

(33)

4.4 Kerangka Konseptual

Adapun kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah keluhan muskuloskeletal yang dirasakan tenaga kerja disebabkan oleh ketidaksesuaian antara fasilitas kerja yang tersedia dengan antropometri tubuh pekerja sehingga menimbulkan postur kerja yang tidak ergonomis. Penilaian postur kerja dilakukan dengan menggunakan metode REBA. Rancangan fasilitas dilakukan untuk mendapatkan fasilitas kerja ergonomis sesuai dengan antropometri tubuh pekerja sehingga menciptakan kondisi kerja yang lebih baik.

Adapun gambar kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1. Kerangka Konseptual

4.5 Variabel Penelitian

(34)

keluhan muscoluskeletal dan produktivitas. Variabel bebas dan variabel terikat (variabel yang dipengaruhi) dalam penelitian ini, yaitu:

1. Keluhan muscoluskeletal adalah persentasi keluhan atau rasa sakit yang dirasakan oleh buruh pengutip brondolan pada saat bekerja.

2. Postur kerja adalah sikap kerja yang dilakukan oleh buruh pengutip brondolan pada saat mengutip brondolan.

3. Produktivitas adalah jumlah brondolan yang dapat dikutip tukang brondolan dalam satuan waktu.

4.6 Tahap Penelitian

(35)

BAB V

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja buruh panen pada Afdeling VII Sei Banban Kebun Rambutan PT. Perkebunan Nusantara III. Jumlah buruh panen brondolan adalah sebanyak 13 orang. Data responden yang dijadikan sampel dapat dilihat pada Lampiran 1.

Gambar 5.1 menunjukkan beberapa kondisi pekerja buruh panen saat melakukan pengutipan brondolan. Pengutipan brondolan masih dilakukan secara manual. Buruh panen harus berulang kali berdiri dan jongkok atau bungkuk untuk mengutip brondolan yang jatuh dari Tandan Buah Segar (TBS). Hal ini dapat menyebabkan terjadinya Musculoskletal Disorders bagi para pekerja. Kondisi area kerja yang licin dan tidak rata juga menyebabkan pekerja cepat mengalami kelelahan yang mengakibatkan turunnya produktivitas dari pekerja itu sendiri.

5.1 Pengumpulan Data

(36)

5.1.1 Data Hasil Standard Nordic Qustionaire

Penilaian dengan Standard Nordic Questionnaire digunakan untuk mengetahui level keluhan musculoskeletal yang dialami buruh panen brondolan serta dinilai dengan pemberian bobot nilai, yaitu:

1. Untuk tidak ada keluhan diberikan bobot nilai 0 2. Untuk keluhan agak sakit diberikan bobot nilai 1 3. Untuk keluhan sakit diberikan bobot nilai 2

4. Untuk keluhan sangat sakit diberikan bobot nilai 3.

kategori keluhan yang dirasakan buruh panen brondolan saat bekerja adalah sebagai berikut:

1. Tidak sakit (dengan skor 0), hal ini apabila buruh panen brondolan tidak merasakan keluhan yang berarti terhadap bagian tubuh.

2. Rasa agak sakit (dengan skor 1), hal ini apabila buruh panen brondolan hanya merasakan rasa nyeri sesekali saja ataupun kesemutan.

3. Rasa sakit (dengan skor 2), hal ini apabila buruh panen brondolan sering merasakan rasa nyeri terhadap bagian tubuh mereka ataupun pegal.

4. Rasa sangat sakit (dengan skor 3), hal ini apabila buruh panen brondolan mengalami rasa pegal dan nyeri yang lama (masih dirasakan walaupun pekerjaan sudah selesai atau sudah sampai dirumah).

(37)

Tabel 5.1 Rekapitulasi Data Standard Nordic Questionaire Buruh Panen Secara Manual Keluhan

Pekerja

Ke- 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 1 2 0 3 3 2 2 2 3 3 3 0 1 2 2 0 0 1 1 0 0 1 1 2 2 3 3 2 2 2 2 1 3 3 2 1 2 3 2 0 1 0 2 2 0 0 0 0 2 2 1 1 2 2 2 2 3 3 3 2 0 3 3 2 2 2 3 3 1 1 1 1 2 2 1 0 0 1 1 1 1 2 2 2 3 2 2 4 3 2 2 2 3 1 1 3 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 3 3 0 0 2 2 0 0 1 1 5 2 1 3 3 2 2 2 3 3 1 0 0 2 2 2 1 0 0 0 0 1 1 2 2 3 3 2 2 6 2 3 1 2 3 2 3 3 1 0 1 1 2 2 0 0 0 0 3 3 0 0 3 3 0 0 2 2 7 3 0 3 2 2 3 2 2 2 0 1 1 3 3 0 0 1 1 0 0 1 2 2 2 3 3 2 3 8 2 1 2 2 2 1 2 3 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 3 3 0 0 2 2 1 1 3 3 9 3 0 3 3 2 2 2 3 3 1 0 0 2 3 1 1 0 0 1 1 2 2 2 2 2 2 3 3 10 3 2 2 2 1 1 1 3 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 2 2 0 0 2 2 11 2 1 2 3 2 3 2 2 2 1 0 0 3 3 0 0 0 0 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 12 2 1 1 1 0 1 0 3 1 1 2 2 1 1 0 0 0 0 2 2 1 1 3 3 1 1 0 0 13 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1

Tabel 5.2 Rekapitulasi Data Standard Nordic Questionaire Buruh Panen Menggunakan Alat Bantu Keluhan

Pekerja

(38)

5.1.2 Data Postur Kerja Buruh Panen Brondolan

Postur kerja buruh panen brondolan merupakan sikap ataupun posisi tubuh buruh panen saat mengutip brondolan. Posisi tubuh buruh panen pada saat mengutip brondolan adalah mengambil brondolan dan meletakkan ke karung yang telah disediakan oleh buruh panen. Faktor kenyamanan pada saat mengambil brondolan yaitu jika pekerja tidak bungkuk atau jongkok dalam mengutip brondolan sehingga pekerja tidak perlu jongkok dan kemudian berdiri berulang kali dalam bekerja. oleh karena itu, akan dilakukan uji coba alat bantu untuk mengutip brondolan tersebut.

(39)

BAB VI

ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

6.1 Analisis Standard Nordic Questionnaire

Kuisioner SNQ merupakan tools yang digunakan untuk mengidentifikasi keluhan yang dirasakan buruh panen brondolan pada 28 bagian tubuh yang ditanyakan dalam kuisioner. Kuisioner dibagikan kepada seluruh di afdeling VII Kebun Rambutan PT. Perkebunan Nusantara III untuk mengetahui keluhan pada saat melakukan pengutipan brondolan dengan cara manual sedangkan untuk pengutipan menggunakan alat bantu, kuisioner SNQ hanya dibagikan kepada buruh panen yang mencoba alat bantu tersebut.

1. Analisis Standard Nordic Questionnaire Manual

Persentase yang diperoleh dari hasil pengumpulan kuisioner SNQ secara manual untuk 3 tingkat keluhan kategori dapat dilihat pada Gambar 6.1

Sumber: Pengolahan Data

(40)

Berdasarkan Gambar 6.1, persentase keluhan musculoskletal disorders untuk kategori agak sakit, dapat diketahui bahwa keluhan tertinggi pada kategori “agak sakit” terdapat pada bagian anggota tubuh 9 (bagian Pantat), 12 (lengan bawah kiri), 20 (lutut kiri), dan 21 (lutut kanan) yang masing-masing sebesar 46,2 % disusul dengan keluhan kaku di bagian tubuh 1 (leher bagian bawah), 5 (punggung), 8 (bokong), dan 13 (lengan bawah kanan) yang masing-masing sebesar 38,5 %. Keluhan tertinggi pada kategori “sakit” terdapat pada bagian anggota tubuh 22 (betis kiri) dan bagian tubuh 23 (betis kanan) yang masing-masing sebesar 69,2 % disusul dengan keluhan pada bagian tubuh 0 (leher bagian atas), 4 (lengan atas kiri), dan 6 (lengan atas kanan) yang masing-masing sebesar 61,5 %.

Keluhan pada bagian lengan dan punggung dikarenakan bagian lengan dan punggung yang melakukan banyak pergerakan pada saat mengutip brondolan dan keluhan pada bagian leher bawah dan leher atas karena objek yang hendak dikutip (brondolan) berada dibawah buruh panen sehingga buruh panen secara terus-menerus melihat kebawah pada saat melakukan pengutipan. Sedangkan keluhan pada bagian lutut dan betis dikarenakan posisi tubuh yang jongkok sehingga menyebabkan semua beban berat badan betumpu pada betis dan lutut.

(41)

2. Analisis Standard Nordic Questionnaire Percobaan Alat Bantu

Kuisioner SNQ untuk percobaan alat bantu hanya dibagikan kepada buruh panen yang menjadi operator percobaan alat bantu tersebut. Buruh panen yang menjadi operator percobaan alat bantu tersebut adalah pekerja ke-11. Persentase yang diperoleh dari hasil kuisioner SNQ percobaan alat bantu untuk dapat dilihat pada Gambar 6.2

Gambar 6.2 Persentase Kuisioner SNQ Percobaan Alat Bantu Berdasarkan Gambar 6.2, dapat dilihat bahwa masih terdapat keluhan pada kategori agak sakit dan kategori sakit. Keluhan agak sakit sebesar 42,86% dari 28 anggota tubuh sedangkan keluhan kategori sakit sebesar 10,71% dari 28 anggota tubuh. Kategori agak sakit dan kategori sakit masih terdapat pada 15 bagian tubuh dari 28 anggota tubuh yang ditanyakan pada kuisioner. Sepuluh dari 15 bagian tubuh yang merasakan sakit berada pada bagian tangan.

(42)

menyebabkan rasa sakit yang dialami buruh panen sebagian besar pada bagian tangan.

6.2 Analisis Postur Tubuh

Analisis postur tubuh dilakukan untuk mengetahui kategori level resiko dan tindakan yang harus dilakukan. Dalam hal ini, postur tubuh dianalisa dengan metode penilaian postur tubuh REBA. Penilaian postur tubuh REBA dilakukan terhadap seluruh buruh panen. Penilaian postur tubuh dilakukan terhadap dua elemen kegiatan yaitu postur tubuh membungkuk dan postur tubuh jongkok. Dari hasil penilaian postur tubuh REBA, posisi jongkok berada dalam level resiko tinggi dan posisi membungkuk berada dalam level resiko sangat tinggi. Penilaian postur tubuh REBA diperoleh hasil dengan level resiko sangat tinggi sehingga diperlukan tindakan sekarang juga, level resiko tinggi sehingga diperlukan tindakan secepatnya dan level resiko sedang sehingga perlu tindakan.

(43)

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan landasan teori, hasil penelitian, analisis pemecahan masalah, maka kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagian tubuh yang mengalami resiko musculoskeletal disorders tertinggi adalah pinggang, bagian betis, leher bagian atas, bagian lengan, bagian bahu, bagian lutut dan keluhan bagian pantat.

2. Level resiko postur tukang brondolan brondolan saat mengutip brondolan secara manual adalah level resiko sangat tinggi sehingga diperlukan tindakan sekarang juga, level resiko tinggi sehingga diperlukan tindakan secepatnya dan level resiko sedang sehingga perlu tindakan. Sedangkan level resiko postur tukang brondolan brondolan saat mengutip brondolan dengan alat bantu yang dicobakan adalah level resiko sedang sehingga diperlukan tindakan.

3. Data antropometri dimensi tubuh yang dikumpulkan adalah tinggi siku berdiri, diameter genggaman, panjang tangan, lebar tangan, dan lebar jari. 4. Hasil perancangan yang dilakukan dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu

konsep fix dan konsep adjustable.

(44)

6. Produktivitas rata-rata per hari pengutip brondolan secara manual sebesar 0,35 sedangkan produktivitas pengutip brondolan dengan menggunakan alat bantu sebesar 0,5.

7.2 Saran

Adapun saran yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Hasil perancangan Ergo Picker pada perkebunan kelapa sawit diharapkan

dapat digunakan di PT. Perkebunan Nusantara III sehingga dapat mengurangi keluhan Musculoskeletal Disorders serta memperbaiki postur tukang brondolan brondolan.

2. Pengumpulan data antropometri tukang brondolan brondolan diharapkan dapat menjadi acuan untuk menentukan standar ukuran sarana dan prasarana sesuai dengan dimensi tubuh tukang brondolan.

3. Penelitian ini hanya berfokus pada aspek perancangan alat bantu secara ergonomis, maka disarankan bagi para peneliti lainnya untuk meneliti lebih mendalam ditinjau dari aspek lainnya, seperti aspek ekonomi dan aspek lingkungan kerja.

4. Perhitungan produktivitas alat bantu sebaiknya dilakukan kepada seluruh pekerja dan di analisis lebih mendalam pada penelitian selanjutnya.

(45)

DAFTAR PUSTAKA

Ardi, Khairil. 2012. K3 di Perusahaan Kelapa Sawit. (online available at

Perkebunan-Kelapa-Sawit-Dan-Industri-Minyak-Kelapa Sawit diakses pada 18 April 2013)

Barnes, Ralph M. 1980. Motion and Time study : Design and Measurement of work. New York: John Wiley and Sons.

Bridger, R.S. 1995. Introduction to ergonomics. International Editions. Singapore: McGraw-Hill Book Co.

Cross, Nigel. 2000. Engineering Design Methods Strategies for Product Design. Edisi Ketiga. Chichester: John Wiley&Sons.

Cynthia, Valentina. 2011. Analisis Ergonomi Gerobak Sampah Manual Dalam Virtual Environment Studi Wilayah Jakarta Barat. Universitas Indonesia. Depok

Grandjean, E. dan K. H. E. Kroemer. 2009. Fitting The Task to The Human. Edisi Kelima. London: Taylor & Francis.

Guan, Yee dkk. 2013. Ergonomics Observation: Harvesting Tasks at Oil Palm Plantation. Universitas Putra Malaysia. Malaysia

Hartono, Markus. 2012. Panduan Survei Data Antropometri. Surabaya: Jurusan Teknik Industri, Universitas Surabaya.

http://4shared.com /berbagi-pakai dan menyimpan file gratis /Document Preview/ text.htm (diakses tanggal 18 Juli 2014)

Nurmianto, Eko. 2004. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Edisi Kedua. Surabaya: Guna Widya.

(46)

Retnawan, Sultra Suripto. 2011. Perancangan Alat Bantu Las Listrik dengan Teknik Pengelasan Dua Sisi Berdasarkan Prinsip Ergonomi (Studi Kasus Bengkel las Mulyana Sukoharjo). Surakarta: Universitas Sebelas Maret Rinawati, Dyah Ika dan Karina. 2011. Perancangan Ulang Alat Bantu

KerjaWheel Chock untuk Haul Truck 793C Caterpillar pada Fuel Station di PT. Newmont Nusa Tenggara dengan Pendekatan Anthropometri. Semarang : Univeritas Diponegoro

Ristyowati, Trismi . 2011. Perancangan Fasilitas Kerja untuk Meningkatkan Efisiensi Kerja dengan Analisis Rapid Entire Body Assesments (REBA). Yogyakarta : UPN

Sang Asni dan Rafael Djajakusli. Hubungan Risiko Postur Kerja dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) Pada Pemanen Kelapa Sawit di PT. Sinergi Perkebunan Nusantara. Jurnal UNHAS. Makasar. 2012.

Santoso, Gempur. 2004. Ergonomi Manusia, Peralatan, dan Lingkungan. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Sinulingga, Sukaria. 2011. Metode Penelitian. Edisi Pertama. Medan: USU Press. Suprapta, I Gusti Made Oka. 2009. “Ergonomi Desain Stasiun Kerja

Dikaitkan dengan Antropometri

(diakses tanggal 18 Juli 2014)

Sumiati. 2007. Analisa Risiko Low Back Pain (LBP) pada Perawat Unit Darurat dan Ruang Operasi di RS. Prikasih Jakarta Selatan. Skripsi. Jakarta: FKM UI.

Sutalaksana, Iftikar Z. 1979. Teknik Tata Cara Kerja. Bandung: Jurusan Teknik Industri, ITB.

Tarwaka, dkk. 2004. Ergonomi untuk Keselamatan Kerja, Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Surakarta: UNIBA Press.

(47)
(48)

Lampiran 1

DATA RESPONDEN

Tabel 1 Data Responden Buruh Panen Responden

ke

Jenis

Kelamin Umur

Lama Bekerja (Tahun)

1 L 47 26

2 L 47 26

3 L 47 24

4 L 22 4

5 L 53 33

6 L 52 26

7 P 42 26

8 L 33 4

9 P 32 5

10 L 25 5

11 L 50 30

12 L 29 4

(49)

Lampiran 2

Berilah tanda X atau √ pada kolom yang tersedia tentang keluhan/ rasa sakit yang anda rasakan ketika sedang belajar menggunakan meja dan kursi sekolah.

Gambar

TABEL
Tabel Pengamatan untuk Pekerja 11 ..............................................
GAMBAR
GAMBAR
+6

Referensi

Dokumen terkait

This study demonstrated that even in the 1990s some police agencies are still utilizing physical ability testing methodologies that have an adverse impact on women and are

Perusahaan telah menandatangani perjanjian kontrak dengan Agrocom Ltd pada tanggal 14 Juni 2012 dan telah dilakukan Amandemen pada tanggal 9 Agustus 2012, selanjutnya

In addition to perceptions of disorder, the effects on confidence of the other community context variable – informal collective security, or the willingness of neighbors to

This research has examined the effect of temporal and weather effects on the total aggregate of calls for service received by the Minneapolis Police Department (MPD).. However, not

Aset keuangan dalam kelompok tersedia untuk dijual adalah aset keuangan non derivatif yang ditetapkan untuk dimiliki selama periode tertentu, dimana akan dijual dalam rangka

[r]

This includes the definition of a lightweight OGC SOS profile (OGC 11- 169r1), an analysis of and contribution to the specification of the Sensor Observation Service (SOS) 2.0

[r]