• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Metode Pembelajaran SQ3R Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Metode Pembelajaran SQ3R Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa"

Copied!
231
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Marina Tessa

NIM. 1110017000058

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Marina Tessa. Pengaruh Metode Pembelajaran SQ3R Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa, Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan dari tanggal 5 Januari – 3 Februari 2015. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh metode pembelajaran SQ3R terhadap kemampuan komunikasi matematik siswa. Metode yang digunakan adalah quasi eksperimen dengan desain penelitian Post Test Only Control Group Design. Sampel penelitian ini berjumlah 62 siswa yang terdiri dari 32 siswa pada kelas eksperimen dan 30 siswa pada kelas kontrol yang diperoleh dengan teknik Clauster Random Sampling.

Berdasarkan uji hipotesis dengan menggunakan uji-t diperoleh hasil �ℎ����� 2,88 dan ������ 1,671 pada taraf signifikan α = 0,05 sebesar 1,67. Maka

�ℎ����� >������. Hal ini menunjukkan kemampuan komunikasi matematik siswa

yang diajarkan dengan metode pembelajaran SQ3R lebih tinggi secara signifikan dari pada kemampuan komuniaksi matematik siswa yang diajarkan dengan menggunakan metode pembelajaran konvensional.

Kata kunci: Metode Pembelajaran SQ3R, Kemampuan Komunikasi Matematik.

MARINA TESSA (P. MATEMAATIKA)

(6)

ABSTRACT

Marina Tessa. The Influence of SQ3R Learning Method Through Student’s Mathematical Communication Skill. Thesis Department of Mathematics Education, Faculty of Tarbiyah and Teachers Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta.

The research was conducted in SMP Negeri 3 South Tangerang on January 5�ℎ���������� 3�ℎ 2015. Thepurpose of this research is to review and analyze the influence of SQ3R learning method through student’s mathematical communication skill. The method used is quasi eksperiment with post test only control group design. The sample of this study consisted of 62 students consisting of 32 students on claass experiment and 30 students on claass control obtained by clusters random sampling technique.

Based on test hypotheses by using t-test obtained the result ����� 2,88 and ������ 1,671 in standard significance 0,05 of 1,67, so ������ > ������. This shows

that the student’s mathematical communication skill wjho are taught with SQ3R learning method higher significantly from in the student’s mathematical communication skill who are taaught with convetional use the method of learning.

Keywords: SQ3R, Student’s Mathematical Communication Skill.

MARINA TESSA (P. MATEMATIKA)

(7)

KATA PENGANTAR

ﻢﯾﺤرﻟاﻦﻣﺤرﻟاﷲاﻢﺳﺑ

Alhamdulillah Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik, hidayat, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para sahabatnya, dan para umatnya yang selalu setia mengikuti petunjuknya sampai akhir zaman.

penyusunan skripsi ini diperuntukkan sebagai kelengkapan syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian di SMP Negeri 3 Tangerang selatan.

Disadari sepenuhnya bahwa kemampuan dan pengetahuan penulis sangat terbatas, maka adanya bimbingan, pengarahan dan dukungan dari berbagai pihak sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya, kepada yang terhormat :

1. Bapak Otong Suhyanto,M.Si, selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga, pikiran, motivasi serta saran dalam membimbing dan mengarahkan penulisan skripsi ini.

2. Ibu Gusni Satriawati, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing II yang sangat sabar dan tekun dalam memberikan arahan, waktu, saran serta motivasi dalam penulisan skripsi ini.

3. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya,MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Dr.kadir,M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Bapak Abdul Muin,S.Si, M.Pd, Sekretaris Jurusan Pendidikan Matematika

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

(8)

6. Ibu Khairunnisa, S.Pd, M.Si, Dosen pembimbing akademik yang telah memberikan arahan, motivasi, dan semangat dalam penulisan skripsi ini. 7. Seluruh Dosen dan Staff Jurusan Pendidikan Matematika UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang telah Bapak dan Ibu berikan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.

8. Teristimewa untuk Keluarga tercinta Ayahanda Dra. Afifi Fauzi Abbas, Ma dan ayahanda Badar Zaman serta Ibunda Drs. Mona Eliza, Ma dan Ibunda Alm. Delmida yang tak henti-hentinya mendoakan, meridhoi, melimpahkan kasih sayang dan memberikan dukungan moril dan materil kepada penulis. Kakak Rosa Adelina, Abdullah Arifianto, Evan azami dan adik Gustia Salam, serta semua keluarga yang selalu mendoakan, mendorong penulis untuk tetap semangat dalam mengejar dan meraih cita-cita.

9. Sahabat tercinta dan tersayang Indra Fattah, Novia Eka Agustina, Kania Amalia, Muhammad Muchtaruddin, Devi Intan Vebrianti, Venny Melfina, Zulfah Ubai’dilah juga Uly Mar’atu Soleha yang bersama- sama memberikan semangat, nasehat dan do’a kepada penulis.

10.Teman- teman seperjuangan dibangku kuliah Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan’10, kelas A, B dan C selalu semangat kawan-kawan yang sudah membantu menghilangkan stres, panik dan kesulitan serta memberikan motivasi penuh selama proses penyusunan skripsi. Khususnya “WASHABEE” semoga kebersamaan kita menjadi kenangan terindah yang tak terlupakan.

11.Pimpinan dan Staf Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberi kemudahan dalam pembuatan surat-surat serta sertifikat

12.Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Tarbiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

(9)

13.Keluarga besar SMP negeri 3 Tangerang Selatan. Bapak H. Maryono,S.E,M.M.Pd selaku kepala sekolah yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian skripsi ini, sertaIbu Sumarsih,M.Pd selaku guru pamong yang telah memberikan arahan dalam penelitian skripsi ini, seluruh dewan guru, serta siswa siswi SMP Negeri 3 Tangerang Selatan khususnya kelas VIII-2 dan VIII-3.

14.Semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan dan informasi yang sangat bermanfaat bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Ucapan terima kasih juga ditunjukan kepada semua pihak yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis hanya dapat memohon dan berdoa mudah-mudahan bantuan, bimbingan, dukungan, semangat, masukan dan doa yang telah diberikan menjadi pintu datangnya ridho dan kasih sayang Allah SWT di dunia dan akhirat. Amin yaa robbal’alamin.

Demikianlah, betapapun penulis telah berusaha dengan segenap kemampuan yang ada untuk menyusun karya tulis yang sebaik-baiknya, namun di atas lembaran-lembaran skripsi ini masih saja dirasakan dan ditemui berbagai macam kekurangan dan kelemahan. Karena itu, kritik dan saran dari siapa saja yang membaca skripsi ini akan penulis terima dengan hati terbuka.

Penulis berharap semoga skripsi ini akan membawa manfaat yang sebesar-besarnya bagi penulis khususnya dan bagi pembaca sekalian umumnya.

Jakarta, Februari 2015

Penulis Marina Tessa

(10)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Perumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 10

A.Deskripsi Teoritis ... 10

1. Pembelajaran Matematika ... 10

a. Belajar dan Pembelajaran ... 10

b. Pembelajaran Matematika ... 14

2. Kemampuan Komunikasi Matematik ... 19

3. Metode SQ3R ... 25

4. Metode Konvensional ... 32

B.Hasil Penelitian yang Relevan ... 32

C.Kerangka Berpikir ... 33

D.Hipotesis Penelitian ... 38

(11)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 39

A.Tempat dan Waktu Penelitian ... 39

B.Metode dan Desain Penelitian ... 39

C.Populasi dan Sampel ... 40

D.Teknik Pengumpulan Data ... 41

E. Instrumen Penelitian ... 42

F. Analisis Instrumen... 45

1. Validitas Instrumen ... 45

2. Reliabilitas Instrumen ... 47

3. Taraf Kesukaran ... 49

4. Daya Pembeda ... 50

G.Teknik Analisis Data ... 53

1. Uji Prasyarat ... 53

a. Uji Normalitas ... 53

b. Uji Homogenitas Varians ... 55

2. Uji Hipotesis ... 56

H. Hipotesis Statistik ... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 58

A. Deskripsi Data ... 58

1. Kemampuan Komunikasi Matematika Pada Kelas Eksperimen 59 2. Kemampuan Komunikasi Matematika Pada Kelas Kontrol ... 62

3. Perbandingan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas kontrol ... 64

B.Analisis Data ... 69

1. Uji Prasyarat ... 69

a. Uji Normalitas ... 69

b. Uji Homogenitas ... 70

2. Uji Hipotesis ... 71

C.Pembahasan Hasil Penelitian ... 73

1. Proses Pembelajaran di Kelas ... 74

(12)

2. Hasil Post Test Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa ... 82

D.Keterbatasan Penelitian ... 88

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 89

A.Kesimpulan... 89

B.Saran ... 90

DAFTAR PUSTAKA ... 91

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 94

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Langkah- langkah Metode SQ3R... 30

Tabel 3.1 Rancangan Desain Penelitian... 40

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Tes kemampuan Komunikasi Sebelum Validasi ... 42

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Tes kemampuan Komunikasi Sesudah Validasi ... 44

Tabel 3.4 Pedoman Penskoran Kemampuan Komunikasi ... 45

Tabel 3.5 Hasil Perhitungan Uji validitas ... 47Tabel 3.6 Klasifikasi Interpretasi Reliabilitas ... 48

Tabel 3.7 Klasifikasi Tingkat Kesukaran ... 49

Tabel 3.8 Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran ... 50

Tabel 3.9 Indeks Daya Pembeda ... 51

Tabel 3.10 Hasil Perhitungan Uji Daya Pembeda ... 52

Tabel 3.11 Rekapitulasi Data Hasil Uji Istrumen ... 52

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi KemampuanKomunikasiMatematika Kelas Eksperimen…………... 59

Tabel 4.2 Data Kemampuan komunikasi Matematik Siswa Kelas Eksperimen Berdasarkan Indikator Kemampuan komunikasi ... 61

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi KemampuanKomunikasi Matematika KelasKontrol ... 62

Tabel 4.4 Data Kemampuan komunikasi Matematik Siswa Kelas Kontrol Berdasarkan Indikator Kemampuan komunikasi ... ... 64

Tabel 4.5 Perbandingan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 65

Tabel 4.6 Perbandingan kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol Berdasarkan Indikator Kemampuan komunikasi ... ... 67

Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Uji Normalitas ... 70

Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas... 71

Tabel 4.9 Hasil Uji Hipotesis ... 72

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir... 37 Gambar 4.1 Grafik Histogram dan Poligon Hasil Tes Kemampuan

Komunikasi Matematika Siswa Kelas Eksperimen ... 60 Gambar 4.2 Grafik Histogram dan Poligon Hasil Tes Kemampuan

Komunikasi Matematika Siswa KelasKontrol ... 63 Gambar 4.3 Kurva Perbandingan Nilai Kemampuan Komunikasi Kelas

Eksperimen dan Kelompok Kontrol... 66 Gambar 4.4 Perbandingan Indikator Kemampuan Komunikasi Kelas

Eksperimen dan KelasKontrol... ... 68 Gambar 4.5 Kurva Uji Perbedaan Kemampuan Komunikasi Kelas

Eksperimen dan Kelas Kontrol... ... 73 Gambar 4.6 Contoh Pertanyaan Yang dibuat oleh Siswa Pada Tahap

Question... ... 76 Gambar 4.7 Aktivitas Siswa Pada Tahap Read... 77 Gambar 4.8 Kegiatan Diskusi Pada Tahap Recite... ... 79 Gambar 4.9 Salah Satu Hasil jawaban Siswa dalam Menjawab Pertanyaan

Pada Tahap Recite... ... 80 Gambar 4.10 Perwakilan Kelompok Menjelaskan didepan Kelas... ... 82 Gambar 4.11 Jawaban Posttest nomor 4 Pada Indikator Pertama Kelas

Eksperimen ... 84 Gambar 4.12 Jawaban Posttest nomor 4 Pada Indikator Pertama Kelas

Kontrol ... 84 Gambar 4.13 Jawaban Posttest nomor 2Pada Indikator Kedua Kelas

Eksperimen ... 86 Gambar 4.14 Jawaban Posttest nomor 2Pada Indikator Kedua Kelas

Kontrol ... 87

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil wawancara Pra Penelitian dengan guru ... 94

Lampiran 2. Hasil wawancara Pra Penelitian dengan siswa... 97

Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen 98 Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol ... 113

Lampiran 5. Lembar Kerja Siswa Kelas Eksperimen ... 124

Lampiran 6. Soal Uji Coba Instrumen TesKemampuan Komunikasi ... 167

Lampiran 7. Hasil Uji Validitas ... 169

Lampiran 8. Hasil Uji Reliabilitas ... 170

Lampiran 9. Hasil Uji Taraf Kesukaran ... 171

Lampiran 10. Hasil Uji Daya Beda... 172

Lampiran 11. Instrumen TesKemampuan Komunikasi... .... 173

Lampiran 12. Kunci Jawaban TesKemampuan Komunikasi ... 175

Lampiran 13. Perhitungan Uji Validitas, Reliabilitas, Tahap Kesukaran, dan Daya Pembeda ... 183

Lampiran 14. Distribusi Frekuensi Kelas Eksperimen ... 185

Lampiran 15. Distribusi Frekuensi Kelas Kontrol ... 189

Lampiran 16. Hasil Posttes Kelas Eksperimen ... 193

Lampiran 17. Hasil Posttes Kelas Kontrol ... 194

Lampiran 18. Perhitungan Uji Normalitas Kelas Eksperimen ... 195

Lampiran 19. Perhitungan Uji Normalitas Kelas Kontrol ... 196

Lampiran 20. Perhitungan Uji Homogenitas ... 197

Lampiran 21. Perhitungan Uji Hipotesis Statistik ... 198

Lampiran 22. Tabel Nilai”r” Product Moment ... 199

Lampiran 23. Tabel luas Kurva dibawah Normal ... 200

Lampiran 24. Nilai Kritis Distribusi Kai Kuadrat (Chi Square) ... 201

Lampiran 25. Nilai Kritis Distribusi F ... 203

Lampiran 26. Nilai Kritis Distribusi t ... 205

Lampiran 27. Uji Referensi ... 207

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia karena dapat berpengaruh pada maju dan mundurnya suatu bangsa dan negara, sehingga dapat dilihat bahwa pendidikan menjadi suatu kegiatan yang universal.

Menurut Ngalim, pendidikan diartikan sebagai usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak- anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan”.1 Sedangkan menurut Jean Piaget, pendidikan berarti menghasilkan walaupun yang dihasilkan tidak banyak dan pendidikan juga sebagai penghubung dua sisi yaitu sisi individu yang sedang mencari pengetahuan dan juga sisi individu yang mengajarkan pengetahuan tersebut dengan tak terlepas dari nilai sosial dan moral baik dan yang buruk.2 Dari kedua pendapat diatas dapat dikatakan bahwa pendidikan adalah suatu interaksi. Yaitu interaksi antara seorang yang sedang mencari ilmu dengan orang yang memberikan ilmu, dalam lingkungan formal interaksi terjadi antara siswa dengan guru, siswa dengan siswa dan juga siswa dengan lingkungannya.

Pendidikan bukanlah suatu hal yang statis atau tetap, melainkan suatu hal yang dinamis sehingga menuntut adanya suatu perubahan atau perbaikan secara terus menerus sesuai dengan pembaharuan dan perkembangan zaman. Seperti yang dikatakan oleh Oemar Hamalik, Pendidikan adalah suatu proses yang dapat membuat perubahan pada diri siswa sehingga ia mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan masyarakat.3

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, matematika memiliki peranan penting dalam menunjang ilmu pengetahuan terutama dalam bidang pendidikan, sehingga matematika diajarkan dalam lingkungan pendidikan formal maupun nonformal. Dijelaskan oleh Cockroft,

1 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan teoritis dan Praktis, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2011), h. 11

2 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta,2011), h. 1 3 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Bumi Aksara, 2005), h. 79

(17)

matematika diajarkan karena matematika sangat dibutuhkan dan berguna dalam kehidupan sehari- hari, bagi sains, perdagangan dan industri, dan karena matematika juga merupakan alat komunikasi yang singkat dan tidak ambigu.4

Suhendra mengemukakan pendapat lain mengenai pengertian matematika, yaitu: (1)matematika adalah disiplin ilmu yang bersifat abstrak karena semua konsep, pengertian maupun devinisi yang ada di dalam matematika terdiri atas ide yang abstrak, (2)matematika adalah bidang yang berhubungan dengan ide, proses dan penalaran, (3)matematika adalah disiplin ilmu yang penalarannya bersifat deduktif, (4)matematika adalah bahasa simbol dan numerik yang didefinisikan secara cermat, jelas dan akurat, (5)matematika adalah metode belajar atau berfikir secara logis, (6)matematika adalah ilmu mengenai kuantitas dan besaran, (7)matematika adalah ilmu tentang berhitung, (8)matematika adalah ilmu tentang hubungan, pola, bentuk, dan struktur, (9)matematika adalah karya seni, (10)matemtika adalah “ratu” ilmu pengetahuan.5 Dikatakan bahwa matematika adalah ratu ilmu pengetahuan, hal ini menjelaskan bahwa matematika selalu dipakai dari waktu kewaktu, hampir semua kegiatan manusia terutama yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan selalu melibatkan matematika didalamnya. Matematika memiliki peranan penting karena matematika menunjang ilmu pengetahuan lainnya, Hal ini dapat di lihat dari lamanya jam pelajaran matematika pada pendidikan formal yaitu sekolah. Mata pelajaran ini disekolah memiliki jam belajar lebih banyak dibandingkan jam belajar mata pelajaran lainnya.

Di dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, disebutkan bahwa pembelajaran matematika bertujuan agar siswa mempunyai kompetensi berikut :

1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah;

4 Hamzah B. Uno dan Masri Kudrat Umar, Mengelola Kecerdasan Dalam pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 108

5 Suhendra, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), Cet. 2, h. 7.5- 7.11

(18)

3

2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika;

3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh;

4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah;

5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. 6

Berdasarkan permendiknas yang telah dikemukakan diatas, terlihat bahwa salah satu tolak ukur yang menggambarkan tinggi rendahnya keberhasilan siswa dalam belajar matematika adalah kemampuan komunikasi matematik siswa terhadap pembelajaran matematika yang diajarkan di sekolah. Kemampuan komunikasi matematik merupakan kemampuan menyampaikan ide atau gagasan baik secara lisan maupun tulisan dengan simbol- simbol, grafik, atau diagram untuk menjelaskan keadaan atau masalah dari informasi yang diperoleh.

Menurut Suhendra, bahwa matematika akan berhasil dan berdampak apabila dilandasi daya matematika yang salah satunya adalah matematika sebagai media mengkomunikasikan ide atau gagasan (Mathematics as communication) sehingga apabila seseorang yang menguasai matematika akan mampu mengkomunikasikan ide maupun gagasan yang ia pahami kepada orang lain.7

Wahid Umar mengatakan bahwa komunikasi matematik merupakan aspek yang sangat penting yang harus dimiliki siswa bila ingin berhasil dalam studynya, Sehingga komunikasi matematik memang perlu ditumbuh kembangkan dikalangan siswa. 8

6 Sri Wardhani dan Rumiyati, Instrumen Penilaian Hasil Belajar Matematika SMP: Belajar dari PISA dan TIMSS, (Yogyakarta: PPPPTK Matematika, 2011), h. 1-2.

7 Suhendra, op. cit., h. 7.19

8 Wahid Umar,Membangun Kemampuan Komunikasi Matematis Dalam Pembelajaran Matematika”, Infinity, Jurnal Jurnal Ilmiah Program Study Matematika STKIP: Vol. 1,No. 1, 2012, h. 1- 2

(19)

Namun sering sekali pada saat pembelajaran terjadi komunikasi satu arah, komunikasi satu arah yang terjadi pada saat pembelajaran dapat memicu rendahnya kemampuan komunikasi matematik siswa. Penggunaan metode yang kurang variatif dan melibatkan siswa secara pasif membiasakan siswa untuk tidak memberikan argumen atas jawabannya dan tanggapan atas jawaban yang diberikan oleh orang lain, sehingga apa yang dipelajari menjadi kurang bermakna. Kemampuan komunikasi setiap individu akan mempengaruhi proses dan hasil belajar yang bersangkutan. Oleh karena itu, peserta didik harus memaksimalkan fungsi- fungsi komunikasi matematik yang dimilikinya saat belajar.

Pada hasil penelitian yang dilakukan PISA (Programme for International Student Assessment) tahun 2012 menunjukan bahwa hasil skor rata-rata prestasi matematika siswa Indonesia yaitu 375, dimana skor rata-rata internasionl yaitu 494. Indonesia berada diperingkat ke-64 dari 65 negara yang berpartisipasi.9 Dengan skor siswa Indonesia yang hanya 375 menunjukan bahwa siswa Indonesia berada pada kemampuan matematika dibawah level 2 yaitu level dasar yang artinya siswa hanya mampu memecahkan permasalahan untuk masalah matematika yang sangat sederhana, kurang bisa mengkomunikasikan pemahaman mereka dan juga hanya mampu menjawab soal-soal yang biasa diajarkan dalam konteks permasalahan rutin dan familiar.10

Begitu juga dengan hasil penelitian yang dilakukan TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study) tahun 2011 menunjukan bahwa hasil skor prestasi matematika siswa Indonesia yaitu 386, di mana skor rata-rata internasional yaitu 500, menempatkan siswa Indonesia pada peringkat ke 38 dari 42 negara yang berpartisipasi.11 Dari skor prestasi matematika siswa diatas menunjukkan bahwa siswa Indonesia berada dalam kategori rendah di mana siswa hanya memiliki kemampuan dasar matematika saja, siswa dapat menyelesaikan permasalahan- permasalahan matematika namun hanya dalam konteks yang

9 OECD, Pisa 2012 Result In Focus: What 15-year-olds Know And What They Can Do With What They Know, (AS: OECD, 2014), h. 18- 19

10Ibid., h. 30

11 Ina V.S Mullis, et.al., TIMSS 2011 International Results In Mathematics, (USA:TIMSS & PIRLS International Study Center, 2012), h. 42

(20)

5

sederhana. Rendahnya skor yang dimiliki negara Indonesia maupun negara lainnya yang tidak mencapai rata- rata adalah karena disebabkan kurangnya penerapan pemahaman dalam situasi yang lebih komples sehingga mereka tidak mampu menyelesaikan masalah langkah demi langkah, dan juga kurang mampu mengkomunikasikan pemahaman mereka dalam berbagai situasi.12

Data pendukung lainnya adalah penelitian yang telah dilakukan oleh Priatna, dimana didalam penelitiannya ia mengemukakan bahwa kemampuan komunikasi matematik siswa SMP masih rendah, sehingga perlu mendapat perhatikan lebih lanjut. 13

Sebagai data pendukung tambahan , peneliti juga melakukan wawancara dengan guru bidang studi matematika di SMP Negari 3 Tangerang Selatan mengenai proses pembelajaran di kelas VIII SMP. Dari hasil wawancara diketahui, bahwa kemampuan siswa dalam meyelesaikan soal komunikasi masih rendah. Hal ini ditandai dengan siswa kurang mampu menghubungkan gambar, diagram kedalam ide dan simbol matematika dan juga siswa masih kesulitan menentukan langkah awal apa yang harus dilakukan dari informasi yang terdapat dalam soal. Serta masih banyak siswa yang kurang antusias terhadap pembelajaran matematika.14

Dari uraian diatas jelas bahwa kemampuan komunikasi matematik siswa perlu mendapat perhatian lebih, sebab kemampuan komunikasi matematik merupakan salah satu kemampuan yang diperlukan dalam tercapainya tujuan belajar matematik. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan suatu pengamatan yang ruang lingkupnya lebih khusus tentang kemampuan komunikasi matematik di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan.

Terlepas dari rendahnya komunikasi matematik siswa, pelajaran matematika juga mengalami masalah dalam peminatnya. Walau jam pelajaran matematika sudah lebih banyak dari mata pelajaran lain, dimana seharusnya

12Ibid., h. 87-88

13 Gusni Satriawati, Pembelajaran dengan Pendekatan Open-Ended untuk Meningkatkan Pemahaman dan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa”, Algoritma, Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika: CeMED, Vol. 1,No. 1, 2006, hal. 103

14 Wawancara dengan Guru Matematika di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan, Lamp.1

(21)

semakin banyak siswa yang antusias, menyenangi dan memahami dengan mudah pelajaran matematika namun malah sebaliknya. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara peneliti dengan beberapa siswa SMP Negeri 3 Tangerang selatan kelas VIII-1, dimana sebagian dari mereka mengatakan bahwa matematika merupakan pembelajaran yang membosankan.15 Hal ini bisa disebabkan oleh Ketidaktepatan menggunakan suatu metode dan kurang variatif memilih metode dan juga karena metode pembelajaran yang digunakan lebih didominasi oleh guru. Jika kita melihat kembali tujuan pembelajaran matematika yang telah disebutkan sebelumnya, maka sudah selayaknya paradigma pembelajaran dirubah dari

teacher centered menjadi student centered. Karena, pembelajaran matematika yang melibatkan siswa secara aktif akan membentuk siswa mampu menggunakan pengetahuan dan kemampuan matematikanya secara optimal dalam menyelesaikan masalah matematika. Untuk memperoleh pengetahuannya, siswa mengumpulkan informasi kemudian mengolah dan menjelaskan informasi yang didapat secara matematis. Guru harus membangun komunitas dimana para siswa bebas mengepresikan ide mereka dan mengkrontruksi sendiri pengetahuan melalui berbagai aktivitas salah satunya adalah komunikasi.

Dalam hal ini agar dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa dan tidak membuat siswa bosan dalam pembelajaran maka dicarikan suatu metode pembelajaran yang tepat yang erat kaitannya dengan kemampuan komunikasi matematik siswa juga metode yang membiasakan siswa untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuannya serta siswa mampu mengkomuniaksikan pemikirannya baik dengan guru, teman maupun terhadap materi pelajaran matematika. Pemilihan metode pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran matematika akan mengaktifkan siswa serta menyadari siswa bahwa matematika tidak selalu membosankan.

Berdasarkan permasalahan diatas peneliti tertarik melakukan penelitian eksperimen untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa dengan menerapkan salah satu metode yaitu metode SQ3R. Metode ini merupakan suatu metode yang melibatkan keterampilan membaca dalam matematik dimana

15 Wawancara dengan siswa kelas VIII-1 SMP Negeri 3 Tangerang selatan, Lamp. 2

(22)

7

keterampilan membaca mampu mengembangkan indikator- indikator dari jenis- jenis kompetensi berfikir, salah satunya yaitu indikator- indikator kemampuan komunikasi matematik siswa.16 Penggunaan Metode ini dapat melibatkan siswa secara aktif sehingga pembelajaran tidak berpusat pada guru.

Metode SQ3R merupakan singkatan dari kata “Survey, Question, Read, Recite, dan Review”. Pada pelaksanaan metode SQ3R ini guru akan menyajikan materi berupa teks bacaan, berdasarkan apa yang telah diutarakan oleh Utari Sumarmo dalam artikelnya, pembelajaran keterampilan membaca harus menyajikan sebuah teks matematika yang dapat mengembangkan komunikasi matematik siswa.17 Kemudian siswa mengolah teks bacaan tersebut berdasarkan langkah- langkah metode SQ3R dan petunjuk yang ada didalamnya. Pada langkah- langkah dalam metode ini siswa diberi kesempatan untuk menjelaskan kepada siswa lain, guru meninjau ulang serta menyimpulkan ide atau pendapat dari siswa sekaligus memberikan penjelasan singkat, evaluasi dan penutup. Melalui metode SQ3R siswa diajak untuk dapat membaca, memahami teks, menerangkan kepada siswa lain, siswa dapat mengeluarkan ide- ide yang ada dipikirannya sehingga lebih dapat memahami materi tersebut. Dengan demikian proses pembelajaran matematika yang menerapkan metode SQ3R diharapkan dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa. Dari uraian permasalahan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Metode Pembelajaran SQ3R Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa”

16 Utari Sumarm o, Pembelajaran Keterampilan Membaca Matematik pada Siswa Sekolah Menengah”, Artikel Penelitian (Bandung: FMIPA UPI, 2006). Hal.3

17Ibid, hal.5

(23)

B.

ldentifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kurangnya antusias siswa terhadap pembelajaran matematika. 2. Komunikasi matematika siswa masih rendah.

3. Metode pembelajaran kurang bervariasi sehingga menimbulkan kebosanan 4. Guru masih sering menjadi sentral utama dalam proses pembelajaran dan

mendominasi aktivitas mengajar.

C.

Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini lebih jelas dan terarah, maka perlu pembatasan masalah, yaitu:

1) Penelitian ini terbatas pada kemampuan komunikasi matematik tertulis yaitu menghubungkan benda nyata atau gambar kedalam idea matematika kemudian melakukan perhitungan untuk mendapatkan solusi secara lengkap dan benar; menjelaskan idea, situasi dan relasi matematika secara tulisan dengan grafik.

2) Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan pada kelas VIII semester 2 tahun ajaran 2014/2015.

3) Pokok bahasan adalah Sistem Persamaan Linear Dua Variabel.

D.

Perumusan Masalah

1. Bagaimana kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajarkan dengan metode SQ3R?

2. Bagaimana kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajarkan dengan metode konvensional?

(24)

9

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan data kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajarkan dengan metode SQ3R.

2. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan data kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajarkan dengan motode konvensional.

3. Untuk mengetahui apakah kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajarkan menggunakan metode SQ3R lebih tinggi dari kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajarkan dengan metode konvensional.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Bagi siswa, untuk motivasi belajar matematika siswa dan mengemba kemampuan komunikasi matematika.

2. Bagi guru, penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan kreativitas dan inovasi pembelajaran yang bermakna bagi siswa serta menambah wawasan tentang metode pembelajaran matematika

3. Bagi sekolah yang diteliti, agar dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan mutu pendidikan sekolah tersebut.

(25)

A.

Deskripsi Teoretis

1. Pembelajaran Matematika

a. Belajar dan Pembejalaran

Belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk dapat mengerti akan sesuatu hal. Dari yang sebelumnya tidak tahu menjadi tahu, tidak bisa menjadi bisa, dari belajar seseorang juga dapat memperoleh banyak informasi sesuai dengan perkembangan zaman yang menuntut adanya perubahan. Belajar juga menciptakan interaksi guru dengan murid, murid dengan murid juga murid dengan lingkungan. Setiap belajar seseorang pasti akan menghasilkan sebuah pengetahuan baru yang bermanfaat untuk dirinya maupun masyarakat.

Para ahli mendefinisikan belajar dalam beberapa teori yang berbeda. Menurut teori Behaviorisme bahwa belajar adalah perubahan perilaku yang dapat diamati dan juga diukur serta dinilai secara kongkrit. Perubahan terjadi melalui rangsangan sehingga menimbulkan respon, dan respon diperoleh dengan menggunakan sebuah metode. Apabila hal ini dilakukan secara terus- menerus sampai mendapatkan hasil maka respon akan semakin kuat.1

Hilgard mengungkapkan “Learning is the process by which an activity originates or changed through training procedurs (whether in the

laboratory or in the natural environment) as distinguished from changes

by factors not atributable to training”.2 Artinya, belajar merupakan proses mencari ilmu yang terjadi dalam diri seseorang melalui latihan,

1 Ridwan Abdullah Sani, Inovasi Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), h. 4- 5 2Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana, 2011), Cet. 4, hh. 228-229.

(26)

11

pembelajaran, dan lain-lain sehingga terjadi perubahan pada orang yang bersangkutan.

Menurut teori belajar konstruktivistik belajar bukanlah sekedar menghafal, akan tetapi proses mengkonstruksi pengetahuan melalui pengalaman.3 Pengetahuan bukanlah hasil “pemberian” dari orang lain seperti guru, akan tetapi hasil dari proses mengkonstruksi yang dilakukan setiap individu. Sehingga dapat dikatakan bahwa belajar merupakan proses membangun sendiri pengetahuan.

Menurut Majid “Belajar pada dasarnya adalah tahapan perubahan perilaku siswa yang relatif positif dan menetap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif”.4 Proses tersebut meliputi pengamatan, tanggapan, ingatan, berfikir dan kecerdasan. Sama halnya dengan Morgan “belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai sutu hasil dari latihan atau pengalaman”.5 Sehingga dengan belajar akan ada sebuah perubahan yang positif dalam tingkah laku yang menetap sebagai hasil dari latihan dan pengalaman.

Bloom, menyimpulkan bahwa “belajar adalah perubahan kualitas kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor untuk meningkatkan taraf hidupnya sebagai pribadi, sebagai masyarakat, maupun sebagai makhluk tuhan Yang Maha Esa”.6

Tak jauh berbeda dengan beberapa pendapat sebelumnya, Hamalik merumuskan bahwa belajar merupakan suatu proses, bukan hanya proses mengingat namun lebih luas dari itu, yakni mengalami perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan.7

Dari beberapa definisi belajar yang telah dikemukakan di atas, belajar dapat diartikan sebagai perubahan pemahaman, pandangan, pola

3Ibid., h. 246.

4 Abdul Majid, Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: Interes Media, 2014), h. 63 5 Saiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Badung: Alfabeta, 2013), h. 13 6Ibid., h. 34.

7 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (jakarta: PT Bumi Aksara, 2005), h. 27.

(27)

pikir, atau tingkah laku yang terjadi karena proses menemukan pengetahuan melalui pengalamannya sendiri. Kemudian hasil dari perubahan-perubahan tersebut dapat meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor.

Perubahan yang dialami siswa karena akibat dari adanya proses pembelajaran. Kata “pembelajaran” adalah terjemahan dari “instruction”, yang banyak dipakai dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Istilah ini banyak dipengaruhi oleh aliran psikologi kognitif holistik, yang menempatkan siswa sebagai sumber dari kegiatan.8 Siswa diposisikan sebagai subjek belajar yang memegang peranan utama, sehingga dalam

setting proses belajar mengajar siswa dituntut beraktivitas secara penuh bahkan secara individual mempelajari bahan pelajaran. Dalam “instruction” guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator, me-manage

berbagai sumber dan fasilitas untuk dipelajari siswa.

Menurut Corey pembelajaran adalah suatu proses dimana sebuah lingkungan dikelola secara sengaja agar menghasilkan respon terhadap suatu situasi.9 Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono pembelajaran adalah “kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar”.10 Sedangkan “UUSPN no. 20 tahun 2003 menyatakan pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.11

Pembelajaran mempunyai 2 karakteristik, yaitu (1) dalam proses pembelajaran melibatkan proses mental siswa secara maksimal, bukan hanya menuntut siswa sekedar mendengar, mencatat, akan tetapi menghendaki aktivitas siswa dalam proses berfikir dan belajar sehingga pembelajaran tidak berpusat kepada guru, (2) dalam proses pembelajaran membangun suasana yang dialogis dan proses tanya jawab yang

8 Sanjaya, op.cit., h. 213. 9 Sagala, op.cit,. h. 61. 10 Sagala, op.cit,. h. 62. 11Ibid.

(28)

13

dilakukan terus menerus dapat diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berfikir siswa, dimana kemampuan berfikir itu dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka kontruksi sendiri.12 Dari hal ini, pembelajaran dapat dikatakan sebagai suatu kegiatan yang dirancang agar siswa melakukan kegiatan belajar untuk mencapai tujuan atau kompetensi yang diharapkan. Pembelajaran menaruh perhatian pada “bagaimana membelajarkan peserta didik”, bukan pada “apa yang dipelajari peserta didik”. Dengan demikian, pembelajaran menempatkan peserta didik sebagi subjek bukan sebagai objek.

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses yang berasal dari individu siswa sendiri, sedangkan pembelajaran merupakan usaha yang direncanakan yang berasal dari luar individu siswa, seperti guru, bahan ajar, metode pembelajaran dan yang berasal dari lingkungan yang secara sengaja diciptakan.

b. Pembelajaran Matematika

Matematika memiliki banyak istilah yang diungkapkan dalam berbagai bahasa antara lain mathematics (Bahasa Inggris), Mathematik

(Bahasa jerman), mathematique (Bahasa Perancis), matematico (Bahasa Italia), matematiceski (Bahasa Rusia), dan Mathematick (Bahasa belanda). Istilah matematika yang dinyatakan dalam berbagai ungkapan tersebut awal mulanya berasal dari Bahasa Yunani, yaitu mathematike

yang mengandung arti hal- hal yang berhubungan dengan belajar (Relating to Learning). Kata tersebut mempunyai akar kata mathema

yang artinya pengetahuan atau ilmu. Kata inipun berhubungan erat

12 Sagala, op.cit,. h. 63.

(29)

dengan kata lain, yaitu Mathenein yang maknanya adalah belajar (Learning).13

Ada beberapa gambaran tentang pendapat lain mengenai definisi matematika yaitu:

1) Matematika adalah disiplin ilmu yang bersifat abstrak. Matematika dikatakan bersifat abstrak karena terdiri atas ide atau gagasan yang bersifat abstrak (tidak nyata).

2) Matematika adalah Bidang yang berhubungan dengan Ide, Proses, dan penalaran. Didalam matematika terdapat berbagai ide yang saling berhubungan dan proses mengerjakan matematika dipandang lebih penting daripada hasil kerja, dan semua konsep matematika semuanya memenuhi kaidah bernalar.

3) Matematika adalah disiplin ilmu yang penalarannya bersifat deduktif. Dikatakan begini karena matematika penalarannya berlangsung dari hal- hal yang bersifat umum menuju kearah yang bersifat khusus. Dalam penalaran ini kebenaran suatu konsep matematika diperoleh dari kebenaran konsep sebelumnya yang telah diterima. Sehingga penalaran deduktif ini tidak menerima generalisasi berdasarkan hasil pengamatan yang bersifat khusus. 4) Matematika adalah bahasa simbol dan numerik yang didefinisikan

secara cermat, jelas dan akurat serta bersifat universal, dikatakan bersifat universal karena matematika disepakati dan berlaku secara umum.

5) Matematika adalah metode bernalar atau berfikir secara logis Yang menjadikan landasan kita dalam bertindak secara logis pula karena suatu kebenaran di dalam matematika dikembangkan secara logis pula.

6) Matematika adalah ilmu mengenai kuantitas dan besaran.

13 Suhendra, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), h. 7.4

(30)

15

7) Matematika adalah ilmu tentang berhitung. Walaupun matematika membahas bilangan namun matematika tidak identik dengan bilangan kajian karena matematika juga membahas tentang bilangan dan cara menghitung bilangan.

8) Matematika adalah ilmu tentang hubungan, pola, bentuk, dan struktur.

9) Matematiak adalah karya seni.

10) Matematika dalah “Ratu Ilmu Pengetahuan”, karena hampir semua kegiatan manusia melibatkan matematika didalamnya. 14

Matematika merupakan bahasa yang universal dimana bahasa, simbol- simbol, konsep matematika banyak ditemui dalam kehidupan sehari- hari misalnya dalam kegiatan jual beli, pengukuran, bentuk lahan dalam dunia pertanian, sensus dan data kependudukan dan lain sebagainya. Oleh karena itu matematika sangat berkaitan erat dengan kehidupan sehari- hari dan merupakan salah satu alat bahasa yang sering digunakan untuk berkomunikasi dalam kegiatan sehari- hari.15

Walaupun matematika pada dasarnya disiplin ilmu yang bersifat deduktif namun pembelajaran dipendidikan formal yaitu sekolah diperbolehkan menggunakan proses penalaran yang bersifat induktif terlebih dahulu. Dari hal yang khusus ke hal yang umum. Karena pembelajaran matematika tidak harus berlangsung dalam situasi kongkrit namun berjalan secara berangsur- angsur hingga masuk pada tujuan pembelajaran matematika tersebut. Pembelajaran matematika sangatlah penting pada tahap awal pendidikan anak. Berdasarkan pendapat diatas matematika merupakan bahasa yang universal berupa simbol, konsep yang banyak ditemukan dan dipakai dalam kehidupan sehari- hari, maka dari itu diperlukan belajar matematika. Menurut penjelasan- penjelasan

14Ibid., h. 7.5- 7.11

15 Nina Yuliyanti, “Pengaruh Pembelajaran Learning Cycle 5E terhadap kemampuan komunikasi matematika siswa”, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Mei 2013, h.11, tidak dipublikasikan.

(31)

sebelumnya dapat diartikan bahwa pembelajaran matematika adalah suatu proses untuk dapat mengerti suatu bidang ilmu yang bersifat abstrak penuh dengan simbol- simbol dan juga ilmu tentang berhitung yang sering ditemukan dikehidupan sehari- hari.

Pembelajaran matematika pada dasarnya menganut prinsip belajar sepanjang hayat, prinsip siswa belajar aktif, dan prinsip “learning how to learn”.16 Prinsip siswa belajar aktif, merujuk pada pengertian belajar sebagai sesuatu yang dilakukan oleh siswa, dan bukan sesuatu yang dilakukan terhadap siswa. Dengan kata lain, dalam pembelajaran guru berperan sebagai fasilitator, motivator, dan manajer belajar bagi siswanya. Jadi, pada dasarnya pembelajaran matematika merupakan pembelajaran yang prinsipnya adalah siswa berperan sebagai subjek belajar.

Hal ini serupa dengan salah satu prinsip matematika sekolah yang dirumuskan oleh NCTM, yaitu prinsip pembelajaran yang mengharuskan siswa mempelajari matematika melalui pemahaman serta secara aktif membangun pengetahuan baru.17 Cara dan pendekatan dalam pembelajaran matematika sangat dipengaruhi oleh pandangan guru terhadap matematika dan siswa dalam pembelajaran. Adam dan Hamm menyebutkan empat macam pandangan tentang posisi dan peran matematika, yaitu:

1) Matematika sebagai suatu cara untuk berpikir.

Pandangan ini berawal dari bagaimana karakter logis dan sistematis dari matematika berperan dalam proses mengorganisasi gagasan, menganalisis informasi, dan menarik kesimpulan antar data;

2) Matematika sebagai suatu pemahaman tentang pola dan hubungan (pattern and relationship).

16 Utari Sumarmo, “Berfikir dan Disposisi Matematik: Apa, Mengapa, dan Bagaimana Dikembangkan Pada Peserta Didik”, Jurnal Pendidikan Matematika, 2010, h. 14.

17 Ariyadi Wijaya, Pendidikan Matematika Realistik, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2012), h. 11.

(32)

17

Dalam mempelajari matematika siswa perlu menghubungkan suatu konsep matematika dengan pengetahuan yang sudah mereka miliki; 3) Matematika sebagai suatu alat (Mathematics as a tool).

Pandangan ini sangat dipengaruhi oleh aspek aplikasi dan aspek sejarah dari konsep matematika;

4) Matematika sebagai bahasa atau alat untuk berkomunikasi.

Matematika merupakan bahasa yang paling universal karena simbol matematika memiliki makna yang sama untuk berbagai istilah dari bahasa yang berbeda.18

Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang SI mata pelajaran Matematika lingkup pendidikan dasar menyebutkan bahwa mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.

2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5) Memiliki sikap mengahargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. 19

18Ibid., h. 5-6.

19 Sri Wardhani dan Rumiyati, Instrumen Penilaian Hasil Belajar Matematika SMP: Belajar dari PISA dan TIMSS, (Yogyakarta: PPPPTK Matematika, 2011), h. 1-2.

(33)

Secara garis besar, kemampuan dasar matematika dapat di klasifikasikan dalam lima standar yaitu kemampuan:

(1) Mengenal, memahami dan menerapkan konsep, prosedur, prinsip dan idea matematika,

(2) Menyelesaikan masalah matematik (mathematical problem solving), (3) Bernalar matematik (mathematical reasoning),

(4) Melakukan koneksi matematik (mathematical connection), dan (5) Komunikasi matematik (mathematical communication).20

Berdasarkan pemaparan tujuan pembelajaran matematika di atas, pembelajaran matematika di tingkat satuan pendidikan haruslah disesuaikan dengan kondisi kognitif siswa dan relevan dengan standar kompetensi yang telah ditetapkan oleh pemerintah

2. Kemampuan Komunikasi Matematik

Berdasarkan tujuan pembelajaran matematika yang telah dipaparkan sebelumnya, kemampuan komunikasi matemati merupakan salah satu kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran matematika.

Secara umum komunikasi di pahami sebagai bentuk aktivitas penyampaian informasi dari pemberi informasi ke penerima informasi. Komunikasi juga merupakan suatu kemampuan yang sangat penting dalam kehidupan manusia untuk berhubungan dengan orang lain. Komunikasipun dapat dikatakan sebuah cara berbagi ide- ide dan memperjelas pemahaman.

William Albiq dalam Roudhonah mengemukakan bahwa “komunikasi adalah proses pengoperan lambang- lambang yang berarti diantara individu- individu”.21 Sedangkan menurut Bereslon dan Steiner “komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi,

20Utari Sumarmo, “Pembelajaran keterampilan membaca Matematika pada siswa sekolah Menengah”, Jurnal FPMIPA UPI, 2006, h. 3.

21 Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: lembaga Penelitian UIN, 2007), h. 20.

(34)

19

keahlian dan lain- lain. Melalui penggunaaan simbol- simbol seperti kata- kata, gambar, angka- angka dan lain- lain”.22

Roudhonah mengatakan bahwa komunikasi memiliki beberapa karakter, salah satunya adalah komunikasi bersifat simbolik yaitu komunikasi yang dilakukan pada dasarnya menggunakan lambang- lambang atau simbol- simbol.23 Dalam berkomunikasi diperlukan alat berupa bahasa. Matematika adalah salah satu alat bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi.

Cockroft menyatakan bahwa: “We believe that all this perceptions of the usefulness of mathematics arise from the fact that mathematics

provide a means of communication which is powerful, concise, and

unambiguous.” Pernyataan ini menunjukkan tentang perlunya para siswa belajar matematika dengan alasan bahwa matematika merupakan alat komunikasi yang sangat kuat, teliti, dan tidak membingungkan.24

Menurut Satriawati komunikasi matematika adalah sebuah cara berbagi ide-ide dan memperjelas pemahaman, maka melalui komunikasi ide-ide direfleksikan, diperbaiki, didiskusikan, dan diubah.25

Komunikasi matematika adalah kemampuan menyatakan dan menafsirkan gagasan matematika secara lisan, tertulis, tabel, dan grafik.26 komunikasi dalam matematika atau komunikasi matematik merupakan suatu aktivitas baik fisik maupun mental dalam mendengar, membaca, menulis, berbicara, merefleksikan dan mendemontrasikan gagasan- gagasan matematika.27

22Ibid., h. 21. 23Ibid., h. 23.

24Fadjar Shadiq, Kemahiran Matematika, (Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional, PPPPTK Matematika, 2009), h. 5-6.

25Gusni Satriawati, Pembelajaran dengan Pendekatan Open-Ended untuk Meningkatkan Pemahaman dan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa”, Algoritma, Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika: CeMED, Vol. 1,No. 1, , h. 109.

26Depag, Standar Kompetensi, (Jakarta: Dirjen Kelembagaan agama Islam, 2004), hal. 222.

27Abdul Muin, “Pendekatan Metakognitif Untuk Meningkatkan Kemampuan Matematika

siswa SMA”, Algoritma, Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika: CeMED, Vol. 1,No. 1, h. 36.

(35)

Tingkat kemampuan komunikasi matematika siswa sangat beragam sesuai dengan jenjang atau tingkat pendidikan. Menurut LACOE (Mahmudi) terdapat beragam bentuk komunikasi matematika, misalnya (1)merefleksikan ide- ide matematika, (2)menghubungankan bahasa sehari- hari dengan bahasa matematika menggunakan simbol, (3)menggunakan keterampilan membaca, mendengarkan, menginterprestasikan, dan mengevaluasi ide- ide matematika, (4)menggunkan ide- ide matematika untuk membuat dugaan atau argumen.28

Melalui komunikasi matematika, ide matematika dapat dieksplorasi dalam berbagai perspektif Cara berfikir siswa dapat dipertajam, pengetahuan matematika dan pengembangan masalah siswa dapat ditingkatkan. Komunikasi matematika sangat penting karena matematika tidak hanya menjadi alat berfikir yang membantu siswa untuk mengembangkan pola, menyelesaikan masalah dan menarik kesimpulan tetapi juga sebagai alat untuk mengkomunikasikan pikiran, ide dan gagasan secara jelas, tepat dan singkat. Seorang siswa disamping mampu bernalar dan memecahkan masalah dengan baik sebagai suatu kegiatan atau aktivitas berpikir, maka ia harus mampu mengkomunikasikan kemampuan tersebut secara nyata dalam bentuk lisan dan tulisan.

Kemampuan komunikasi matematis merupakan kemampuan yang harus dimiliki siswa Sekolah Menengah Pertama dalam pencapaian Kurikulum. Berkaitan dengan peningkatan kemampuan komunikasi, NCTM menyatakan bahwa program pembelajaran dari TK sampai kelas 12 hendaknya memungkinkan siswa untuk :

a. Mengorganisasi dan mengkonsolidasi pikiran matematika mereka melalui komunikasi (Organize and consolidate their mathematical thinking though communication).

28 Ali Mahmudi, “Komunikasi dalam Pembelajaran Matematika”, Jurnal MIPMIPA UNHALU: vol. 8, no. 1, 2009, h. 3.

(36)

21

b. Mengkomunikasikan pikiran matematika mereka secara logis dan jelas kepada teman, guru, ataupun orang lain (Communicate their mathematical thinking coherently and clearly to peers, teachers, and

others).

c. Menganalisis dan mengevaluasi pikiran matematika dan strategi yang digunakan orang lain (Analyze and evaluate the mathematical thinking and strategies of others).

d. Menggunakan bahasa matematika untuk menyatakan ide-ide matematika secara tepat (Use the language of mathematics to express mathematical ideas precisely). 29

Baroody berpendapat bahwa pembelajaran harus dapat membantu siswa mengkomunikasikan ide matematika melalui lima aspek komunikasi, yaitu repres enting, listening, reading, discussing, dan

writing:

a) Representasi (Representing)

konsep yang mempunyai beberapa pengertian. Ia adalah proses sosial dari 'representing'. Representasi menunjuk baik pada proses maupun produk dari pemaknaan suatu tanda. Representasi juga bisa berarti proses perubahan konsep-konsep ideologi yang abstrak dalam bentuk-bentuk yang kongkret.

b) Mendengar (Listening)

Siswa dapat menangkap suara dengan telinga kemudian memberi respon terhadap apa yang didengar. Siswa akan mampu memberikan respon atau komentar dengan baik apabila telah mendengar dan menyimak penjelasan dengan baik.

c) Membaca (Reading)

Melalui membaca siswa mengkontruksi makna matematika. Membaca tidak hanya melafalkan sajian tertulis saja, tetapi dengan 29 Shadiq, op. cit., h. 12

(37)

menggunakan pengetahuannya, minatnya, nilainya, membaca dapat mengembangkan makna yang termuat didalam teks yang sedang dibaca.

d) Berdiskusi (Discussing)

Merupakan kegiatan pertukaran pemikiran mengenai suatu masalah. Siswa dikatakan mampu berdiskusi dengan baik apabila mempunyai kemampuan membaca, mendengar dan keberanian.

e) Menulis (Writing)

Menulis adalah melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan. Menulis berarti menuangkan isi hati si penulis ke dalam bentuk tulisan, sehingga maksud hati penulis bisa diketahui banyak orang orang melalui tulisan yang dituliskan. Kemampuan seseorang dalam menuangkan isi hatinya ke dalam sebuah tulisan sangatlah berbeda, dipengaruhi oleh latar belakang penulis. Dengan demikian, mutu atau kualitas tulisan setiap penulis berbeda pula satu sama lain. 30

Dengan demikian, kemampuan komunikasi matematik mengandung arti kemampuan siswa dalam matematika yang meliputi kemampuan membaca, menyimak, berdiskusi, menelaah, mengevaluasikan ide, simbol, istilah, serta informasi matematika. Dalam prosesnya siswa dapat mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan temannya untuk memperoleh informasi, membagi fikiran dan penemuan curah pendapat, menilai dan mempertajam ide untuk meyakinkan bagi yang lain. Melalui komunikasi matematik siswa diharapkan mampu menyelesaikan suatu permasalahan dengan menggunakan grafik, tabel atau strategi untuk menjelaskan hasil pemikirannya.

30Wahid Umar,Membangun Kemampuan Komunikasi Matematis Dalam Pembelajaran Matematika”, Infinity, Jurnal Jurnal Ilmiah Program Study Matematika STKIP: Vol. 1,No. 1, 2012, h. 1- 2

.

(38)

23

Mengenai indikator dari komunikasi dijelaskan pada dokumen peraturan dirjen dikdasmen no. 506/C/PP/2004, bahwa komunikasi merupakan kompetensi yang ditunjukan siswa dalam mengkomunikasikan gagasan matematika. Menurut dokumen diatas indikator yang menunjukan komunikasi matematik antara lain adalah:

1. Menyajikan pernyataan matematika secara lisan, tertulis, gambar, dan diagram.

2. Mengajukan dugaan (conjectures). 3. Melakukan manipulasi matematika.

4. Menarik kesimpulan, menyusun bukti, memberikan alasan atau bukti terhadap beberapa solusi.

5. Menarik kesimpulan dari pernyataan. 6. Memeriksa kesahihan suatu argumen.

7. Menemukan pola atau sifat dari geajala matematis untuk membuat generalisasi. 31

Sedangkan menurut Utari Sumarmo kemampuan yang tergolong pada komunikasi matematika di antaranya adalah:

1) Menghubungkan benda nyata, gambar dan diagram kedalam idea matematika

2) Menjelaskan idea, situasi dan relasi matematik, secara lisan atau tulisan dengan benda nyata, gambar, grafik dan aljabar.

3) Menyatakan peristiwa sehari- hari dalam bahasa atau simbol matematika

4) Mendengarkan, berdiskusi dan menulis tentang matematika

5) Membaca presentasi matematika tertulis dan menyusun pertanyaan yang relevan

6) Membuat konjektur, menyusun argumen, merumuskan definisi dan generalisasi.

7) Menjelaskan dan membuat pernyataan matematika yang telah dipelajari. 32

31 Shadiq, op. cit., h. 14

(39)

Berdasarkan uraian di atas, terlihat bahwa untuk dapat mengetahui apakah siswa telah mampu mengkomunikasikan gagasan matematik dengan baik maka diperlukan suatu tolak ukur. Oleh karena itu, untuk dapat mengetahui bagaimana kemampuan komunikasi matematik siswa diperlukan suatu tolak ukur pula. Adapun beberapa tolak ukur kemampuan komunikasi matematik menurut NCTM yaitu sebagai berikut:

1) Kemampuan mengekspresikan ide-ide matematis melalui lisan, tulisan, dan mendemonstrasikannya serta menggambarkannya secara visual

2) Kemampuan memahami, mengiterpretasikan, dan mengevaluasi ide-ide matematis baik secara lisan, tulisan, maupun dalam bentuk visual lainnya

3) Kemampuan dalam menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi matematika dan struktur-strukturnya untuk menyajikan ide-ide, menggambarkan hubungan-hubungan dengan model-model situasi. 33

Dalam penelitian ini peneliti menfokuskan untuk meneliti kemampuan komunikasi tertulis, dengan indikator kemampuan matematika yang akan di teliti meliputi:

 Menghubungkan benda nyata atau gambar kedalam idea matematika kemudian melakukan perhitungan untuk mendapatkan solusi secara lengkap dan benar.

 Menjelaskan idea, situasi, dan relasi matematika secara tulisan dengan grafik.

32 Utari. loc. Cit.

33Darto, “Mengembangkan Kemampuan Komunikasi Matematika Dalam Pembelajaran Geometri di Sekolah Dasar”, Prosiding seminar Nasional pendidikan Matematika, 2013, h. 77.

(40)

25

3. Metode SQ3R

a. Pengertian metode SQ3R

Metode pembelajaran SQ3R merupakan suatu metode yang berkaitan dengan keterampilan membaca yang dapat mengembangkan metakognitif siswa, bersifat praktis dan dapat diaplikasikan dalam berbagai pendekatan belajar.34

Keterampilan membaca suatu teks, merupakan salah satu bagian yang penting dalam pembelajaran matematika. Pada dasarnya keterampilan membaca matematika berkaitan erat dengan semua kemampuan- kemampuan matematika, salah satunya yaitu kemampuan komunikasi matematik siswa. Sebab, pengembangan keterampilan membaca matematika akan mendukung pengembangan indikator- indikator kemampuan berfikir matematik yang salah satunya adalah indikator- indikator kemampuan komunikasi matematik siswa.35

Beberapa metode yang berkaitan dengan keterampilan membaca yang mampu mengembangkan kemampuan komunikasi matematik siswa yang telah dikembangkan dan diterapkan dalam berbagai penelitian, salah satunya adalah metode SQ3R(survey, question, read, recite, review).36

Metode ini dikembangkan oleh Francis P. Robinson di Universitas Negeri Ohio Amerika Serikat. metode SQ3R ini dapat digunakan dalam pembelajaran untuk membantu memahami materi, seperti diperguruan tinggi atau sekolah- sekolah. Dahulu metode ini digunakan sebagai sistem belajar untuk mahasiswa diperguruan tinggi tetapi metode belajar ini cocock untuk alat belajar siswa, karena metode ini mudah diadaptasikan untuk teks cerita nyata yang lebih sederhana.37

34 Ngalimun, Strategi dan Model Pembelajaran, (Banjarmasin: Aswaja Pressindo, 2012), h. 171.

35

Utari. loc. Cit. 36 Utari, op. cit., h. 4.

37 Pamela J. Farris. Teaching Reding: A Balanced Approach For Today’s Classroom, (Ney

York: MC Graw Hill,2004), h. 356.

(41)

Ada pakar yang berpendapat bahwa SQ3R merupakan metode pembelajaran yang membantu siswa berfikir tentang teks yang sedang mereka baca. Sering kali dikategorikan sebagai strategi belajar, SQ3R membantu siswa ‘mendapatkan sesuatu’ ketika pertama kali mereka membaca teks. Bagi guru, SQ3R membantu mereka dalam membimbing siswa bagaimana membaca dan berfikir layaknya para pembaca efektif.38

Salah satu pakar mengatakan SQ3R adalah metode untuk mempelajari suatu bacaan pada mata pelajaran yang banyak mengandung bacaan, seperti mata pelajaran geografi, sejarah dan bahasa inggris. Padahal setelah dilakukan beberapa penelitian ternyata metode SQ3R ini juga dapat diterapkan pada mata pelajaran eksakta seperti, matematika, fisika, biologi dan kimia. Seperti yang diungkapkan oleh Muhibbinsyah (Sagala, 2013) bahwa metode ini bersifat praktis dan dapat diaplikasikan dalam berbagai pendekatan belajar untuk semua mata pelajaran.39

Ada beberapa keuntungan menerapkan metode SQ3R dalam proses pembelajaran, yaitu:

1. Pendekatan tugas melalui membaca teks membuat siswa lebih percaya diri.

2. Membantu konsentrasi siswa.

3. Metode ini dapat membantu siswa dalam memfokuskan bagian- bagian yang tersulit dalam membaca, bila suatu pertanyaan tidak dapat dijawab atau tidak dimengerti, siswa dapat mengidentifikasinya dan mendapat jawabannya.

4. Melatih memberikan jawaban dalam pertanyaan tentang materi. 5. Membantu mempersiapkan catatan dalam bentuk tanya jawab.40

38 Miftahul Huda, Model- model pengajaran dan pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), Hal. 244

39 Sagala, op.cit., h.59

40 Nina Husna, Step by Step to Reading Skill, (Jakarta: English Department Faculty

of Tarbiyah and Teachers Training Syarif Hidayatullah State Islamic University, 2006), Cet. 3, h.11.

(42)

27

b. Langkah- langkah Metode SQ3R

Dalman mengatakan bahwa metode pembelajaran SQ3R adalah salah satu teknik membaca untuk memahami isi bacaan yang menggunakan langkah- langkah secara sistematis dalam pelaksanaannya, langkah- langkahnya yaitu:

1) Survey

Survei atau prabaca adalah teknik untuk mengenal bahan bacaan sebelum membacanya secara lengkap, dilakukan untuk mengenal ikhtisar umum yang akan dibaca dengan maksud mempercepat menagkap arti, mendapatkan abstrak, mengetahui ide- ide penting.

2) Question

Question ialah mengajukan pertanyaan tentang isi bacaan itu dengan mengubah judul dan subjudul serta sub dari subjudul menjadi sebuah pertanyaan.gunakan kata- kata siapa, apa, kapan, di mana, atau mengapa.

3) Read

Read merupakan tahapan membaca secara cermat teks bacaan dimana dapat menemukan jawaban dari pertanyaan yang telah dibuat sebelumnya.

4) Recite

Tahap ini merupakan kelanjutan dari tahap membaca (read), oleh karena itu tahap ini merupakan tahapan untuk menjawab pertanyaan yang telah diajukan pada tahap ke-2 dari metode SQ3R. Jadi pada tahap ke- 4 ini merupakan aktifitas menyampaikan kembali hasil pemahaman membaca dengan menggunakan bahasa sendiri.

5) Review

(43)

diberikan. Pada aktivitas review ini, guru mengkonfirmasi pemahaman siswa dan hasil pekerjaan siswa.41

Adapun pendapat lain mengenai langkah- langkah Strategi SQ3R, yaitu:

1) Survey

Survey adalah aktivitas untuk mengamati atau mengidentifikasi seluruh teks dari segi judul, subjudul, kata- kata yang bercetak miring, kata- kata yang di bold atau kata- kata yang dianggap penting. Survey ini dilakukan hanya beberapa menit. Tahap survey bertujuan untuk mengidentifikasi pengetahuan awal siswa. Pada langkah survey, siswa dianjurkan menyiapkan pensil, kertas, stabilo untuk menandai bagian- bagian tertentu. Bagian- bagian ini akan dijadikan dan mempermudah menyusun bahan pertanyaan pada langkah berikutnya.

2) Question

Question adalah aktivitas siswa untuk menyusun pertanyaan- pertanyaan yang relevan dengan teks. Pada langkah ini guru memberikan petunjuk atau contoh kepada siswa untuk membuat pertanyaan- pertanyaan yang jelas, singkat, dan relevan, misalnya dengan menggunakan kata tanya apa, bagaimana, mengapa, kapan, dimana, siapa, dll. Misalkanya, jika judul bacaan itu menyelesaikan SPLDV dengan metode substitusi, maka pertanyaan yang dapat dibuat adalah, bagaimana cara menyelesaikan SPLDV dengan metode substitusi?.

3) Read

Read adalah aktivitas membaca teks secara aktif. Aktivitas ini dilakukan untuk mencari ide pokok atau jawaban atas pertanyaan- pertanyaan yang telah dibuat pada langkah kedua. Tandailah kata kunci dengan menggaris bawahi, memberikan warna, atau membuat catatan dipinggir halaman.

41 Dalman, Keterampilan Membaca, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2013). H.189.

(44)

29

4) Recite

Recite adalah aktivitas berdiskusi dan menjawab setiap pertanyaan yang telah ditentukan. Pada langkah ini siswa menyebutkan jawaban atas pertanyaan- pertanyaan yang telah disususn. Recite merupakan aktivitas siswa untuk mendemostrasikan pemahaman tentang materi ajar yang sedang dipelajari.

5) Review

Review adalah aktivitas siswa bersama- sama dengan guru meninjau ulang seluruh pertanyaan dan jawaban. Aktivitas review digunakan untuk memastikan siswa menangkap informasi dan memahami ide pokok dari bahan bacaan yang diberikan. Pada aktivitas review ini, guru mengkonfirmasi pemahaman siswa dan hasil pekerjaan siswa. 42

Penggunaan metode SQ3R tidak hanya terbatas pada kegiatan belajar individual saja, tetapi metode ini bisa juga diterapkan pada pembelajaran berkelompok.43 Penerapan SQ3R pada pembelajaran berkelompok akan lebih membantu siswa dalam belajar. Hal ini dikarenakan dengan adanya pembentukan kelompok belajar akan terjadi diskusi antar anggota kelompok. Selain diskusi, keuntungan lain yaitu siswa yang lebih pandai dan lebih paham dalam kelompok akan menjadi tutor bagi anggota kelompoknya yang kurang pandai atau paham.

Berdasarkan deskripsi diatas, peneliti dapat berkesimpulan bahwa penerapan metode SQ3R pada pembelajaran matematika dapat mengembangkan kemampuan komunikasi matematik siswa. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode SQ3R yang dikemukakan oleh Dalman.

42 Huda, op. cit., h. 244-245

43 Pamela J. Parris, op. cit., h.357

(45)

Adapun langkah- langkah metode SQ3R dapat disimpulkan melalui tabel berikut ini:

Tabel 2. 1

Langkah- Langkah Metode SQ3R

Tahapan Aktivitas guru Aktivitas siswa

Survey

a. Memberikan teks materi kepada setiap siswa disetiap

kelompok. b. Pada pertemuan

pertama guru membimbing siswa dalam melakukan tahap survey. Namun pada pertemuan berikutnya guru memantau siswa dalam melaksanakan tahap Survey

a. Mencermati secara singkat judul dan bacaan dari teks materi yang telah dibagikan kesetiap siswa.

Question

Guru memantau siswa dalam melaksanakan

tahapan Question.

a. Membuat pertanyaan berdasarkan perintah yang tertera pada teks materi.

Read

Memantau siswa dalam melaksanakan tahap Read

a. Membaca secara aktif teks materi dan

mencermatinya hingga paham dan menemukan jawaban yang dicari.

(46)

31

melaksanakan tahap Recite kelompok, peserta didik menganalisis, menyimpulkan, informasi yang telah diperoleh kemudian menjawab pertanyaan yang sebelumnya telah mereka tulis.

b. Peserta didik berlatih menyelesaikan soal- soal latihan yang telah disediakan dan

mendiskusikannya bersama teman kelompok

Review a. Meminta siswa mengumpulkan tugas kelompok.

b. Memilih perwakilan dari 2 kelompok yang untuk mengkomunikasikan hasil diskusinya didepan kelas dan menuliskannya dipapan tulis.

c. Membantu siswa melakukan konfirmasi terhadap hasil pekerjaan mereka.

a. Mengumpulkan tugas kelompok.

(47)

4. Metode Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang selama ini masih banyak diterapkan oleh guru ketika mengajar. Pembelajaran konvensional dilakukan guru dengan langkah- langkah sebagai berikut:

1. Guru memberikan penjelasan materi

2. Guru memberikan contoh permasalahan dan penyelesaiannya. 3. Guru melakukan tanya jawab tentang materi yang sedang

dipelajari.

4. Siswa menyimak, mencatat dan mengerjakan tugas- tugas yang diberikan guru.

Pada pembelajaran konvensional ini mengakibatkan siswa menjadi pasif karena tidak diberi kesempatan untuk berdiskusi dan mengembangkan keberanian untuk

Referensi

Dokumen terkait

Jakarta : Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Cetakan Kedua.. Jakarta :

Sahabat MQ/ Sejumlah politisi di DPR RI baru-baru ini menyatakan hendak menyusun sebuah kabinet bayangan// Kabinet bayangan ini akan terdiri dari sejumlah

Bermaksud akan mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan dukungan keluarga dengan keikutsertaan wanita resiko tinggi pada program KB”. Penelitian ini tidak akan menimbulkan

32/2004 telah menjadi blunder politik bagi pemerintah pusat, khususnya berkaitan dengan keberadaan Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan pemerintahan desa. Tuntutan para

Catat hasil percobaan ini dalam tabel kegiatan berikut. Apa yang dimaksud dengan konfigurasi forward pada server DNS? 2. Apa yang dimaksud dengan FQDN dalam penamaan domain?

Sehingga dengan jumlah hasil panen yang tinggi serta kualitas buah yang bagus, maka dapat diperoleh keuntungan.Namun, ada beberapa hal yang sangat berpengaruh terhadap produksi

Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan merek yang sama pada keselurahannya dengan merek terdaftar milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis yang \

Pejabat Pengadaan Barang/Jasa Kegiatan Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Musi Banyuasin Tahun Anggaran 2013, berdasarkan Berita Acara Hasil Pengadaan