• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Strategi Mathematical Habits of Mind (MHM) terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Strategi Mathematical Habits of Mind (MHM) terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa"

Copied!
246
0
0

Teks penuh

(1)

(Quasi Eksperimen di Kelas V SD Islam Ruhama Cireundeu)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh : SITI FATIMAH

1111018300006

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)

disusun oleh

Siti Fatimah,

NIM.

1111018300006, Jurusan Pendidikan Guru

Madrasah Ibtidaiyah (PGMI), Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karyu ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang

(3)

kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 4 Agustus 2016

di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar sarjana

Sl (S.Pd) dalam bidang Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Jakarta, 4 Agustus 2016

Panitia Ujian Munaqasah

(4)
(5)

i

Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2016

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh strategi

mathematical habits of mind (MHM) terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis. Penelitian ini dilaksanakan di SDI Ruhama Cireundeu-Ciputat. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi ekpserimen dengan desain penelitian posttest only control design, yang melibatkan60 siswa sebagai sampel. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan taknik cluster random sampling. Sampel penelitian berjumlah 30 siswa untuk kelas eksperimen dan 30 siswa untuk kelas kontrol. Pengumpulan data setelah perlakuan dilakukan dengan menggunakan tes kemampuan berpikir kreatif matematis berbentuk uraian (essay). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diajarkan dengan strategi mathematical habits of mind

(MHM) lebih baik daripada siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional (strategi ekspositori). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa strategi pembelajaran mathematical habits of mind berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada aspek keluwesan dan aspek kerincian.

(6)

ii

Hidayatullah State Islamic University Jakarta, 2016

The purpose of this research is to analyze the effect of Mathematical Habits of Mind(MHM) strategy to student’s mathematical creative thinking skill. This research was conducted at SDI Cireundeu-Ciputat.This method used in this research is quasi experimental method with Posttest only control design, which involves 60 students as the sample.Sampling technique was random sampling techniques cluster. Sample was 30 students for the experimental class and 30 students for the control class. Data collection after the treatment is done by using a mathematical creative thinking skill test as written essay test. The research

showed that student’s mathematical creative thiking skill who are taught by mathematical habits of mind (MHM) strategy is better than student’s who taught by conventional learning (expository strategy). The result of this research that mathematical habits of mind strategy give a good affects to the student’s mathematical creative thinking skill in the flexibility aspects and elaboration aspects.

(7)

iii

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Alhamdulillahirobbil’amin segala puji bagi Allah SWT Maha Pengasih lagi Maha Penyayang yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya yang membalut hati penulis sehingga tertuntun untuk menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam selalu penulis lafadzkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan cahaya lentera hati untuk menerangi kehidupan seluruh umat.

Dengan penuh cinta dan karena pertolongan Allah Maha Pengasih serta Maha Penyayang, penulis mencoba melewati hambatan dan kesulitan dalam menyelesaikan penelitian ini, semua ini tidak lepas dari dukungan, bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak, yang selalu menyertai penulis, diantaranya:

1. Prof.Dr.Ahmad Thib Raya,M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Dr.Khalimi,M.Ag selaku Ketua Program Studi (Prodi) Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI), yang telah memberikan waktu, bimbingan, motivasi, saran, dan kritik yang membangun penulis. Terima kasih pula kepada bapak Asep Ediana Latip, M.Pd, selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI), yang telah meluangkan waktu, memberikan bimbingan dan saran yang bermanfaat bagi penulis. 3. Dr.Didi Suprijadi,M.M, selaku Dosen Penasehat Akademik program studi

Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, yang selalu memberikan bimbingan dan motivasinya.

4. Dr.Tita Khalis Maryati,M.Kom selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu, memberikan bimbingan, arahan, semangat dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

(8)

iv

yang telah Bapak dan Ibu berikan mendapatkan keberkahan dari Allah Ta’ala

6. Keluarga besar SDI Ruhama Cireundeu Ciputat. Nurhaidin Akbar, S.Pd.,selaku kepala sekolah, yang telah membrikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian. Sindi Rosmilda,S.S dan Ahmad Royani,S,Ag selaku wali kelas VA dan VC yang telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian ini, serta siswa dan siswi SD Islam Ruhama khususnya kelas VA dan VC, yang telah berusaha memberikan yang terbaik dalam proses penelitian.

7. Teristimewa untuk kedua orang tuaku tercinta Bapak Mazari,S.Pd.I dan Ibu Rukoyah, yang senantiasa mendoakan ananda di sini. Serta kedua kakakku Mas Slamet Agus Salim,S.Pd.I, dan Mas Ali Munsif, Amd.Kep dan adikku Laela Safitri yang telah memberikan doa dan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Sahabat-sahabat tersayang Femmy Rahayu, Sri Yulianingsih, Amelia Sidik, Siti Bahriyah, Saidatussaniyah, yang telah memberikan motivasi kepada penulis

9. Teman-teman PGMI 2011 yang tidak dapat kusebutkan satu-persatu, kebersamaan bersama kalian yang menyenangkan dan mengesankan. 10.Teman-teman Kosan Batubara Ka Nina, Ka Resti, Barkah, Ida, Syifa,

Hilya, Mimi, Aini, Qori, yang telah memberi semangat, hiburan disaat sedih dan senang.

11.Teruntuk seseorang yang kini menemani kehidupan baruku Ikbal Khasanudin,SH.,yang telah memberikan semangat, doa dan motivasi serta perhatian kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

(9)

v

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih belum sempurna, hal ini dikarenakan keterbatasan waktu dan kemampuan penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Atas semua bantuan yang telah diberikan semoga menjadi kebaikan dan bernilai ibadah serta mendapat balasan dari Allah SWT.

Jakarta, Maret 2016

(10)

vi

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Perumusan Masalah ... 8

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN TEORI KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ... 10

A. Deskripsi Teoritis ... 10

1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis... 10

2. Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ... 14

3. Tingkatan dalam Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis... ... 17

4. Strategi Mathematical Habits of Mind (MHM)... 19

5. Strategi Pembelajaran Ekspositori ... . 23

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 24

C. Kerangka Berpikir ... 26

D. Hipotesis Penelitian ... 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 29

(11)

vii

E. Instrumen Penelitian ... 31

1. Validitas Instrumen ... 33

2. Realibilitas Instrumen ... 34

3. Taraf Kesukaran ... 35

4. Daya Pembeda ... 36

F. Teknik Analisis Data ... 37

1. Uji Normalitas ... 37

2. Uji Homogenitas ... 37

3. Uji-t ... 38

G. Hipotesis Statistik ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 40

A. Deskripsi Data ... 40

1. Hasil Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Kelas Eksperimen ... 40

2. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Kelas Kontrol ... 44

3. Perbandingan Kemampuan Berpikir Kratif Matematis Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 47

B. Analisis Data ... 49

1. Uji Prasyarat ... 50

a. Uji Normalitas ... 50

b. Uji Homogenitas ... 51

2. Pengujian Hipotesis ... 51

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 52

(12)

viii

Indikator Aspek Keluwesan (Flexibility)... . 61

b. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa pada Indikator Aspek Kerincian (Elaboration)... .. 64

D. Keterbatasan Penelitian ... 66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 68

A. Kesimpulan ... 68

B. Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 70

(13)

ix

Tabel 3.1 Desain Penelitian ... 30

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ... 31

Tabel 3.3 Pedoman Penskoran Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa ... 32

Tabel 3.4 Kriteria Koefisien Reliabilitas ... 35

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Hasil Posttest Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Kelas Eksperimen ... 41

Tabel 4.2 Deskripsi Statistik Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Kelas Eksperimen ... 42

Tabel 4.3 Deskripsi Data Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Kelas Eksperimen Berdasarkan Indikator Berpikir Kreatif ... 43

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Hasil Posttest Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Kelas Kontrol ... 44

Tabel 4.5 Deskripsi Statistik Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Kelas Kontrol ... 46

Tabel 4.6 Deskripsi Data Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Kelas Kontrol Berdasarkan Indikator Berpikir Kreatif. ... 46

Tabel 4.7 Statistik Deskriptif Hasil Penelitian ... 48

Tabel 4.8 Perbandingan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Berdasarkan Indikator antara Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 49

Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas Data ... 50

Tabel 4.10 Hasil Uji Homogenitas Data ...51

(14)

x

Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berfikir Penelitian ... 27 Gambar 4.1 Grafik Histogram Frekuensi Hasil Posttest Kemampuan

Berpikir Kreatif Matematis Siswa Kelas Eksperimen ... 42 Gambar 4.2 Diagram Nilai Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif

Matematis Kelas Eksperimen ... ...44 Gambar 4.3 Grafik Histogram Frekuensi Hasil Posttest Kemampuan

Berpikir Kreatif Matematis Siswa Kelas Kontrol ... 45 Gambar 4.4 Diagram Nilai Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif

Matematis Kelas Kontrol ... 47 Gambar 4.5 Perbandingan Nilai Indikator Kemampuan Berpikir

Kreatif Matematis Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 50 Gambar 4.6 Perakilan Siswa Mempresentasikan Hasil Pekerjaannya ... 55 Gambar 4.7 Siswa Mengerjakan LKS secara Individual ... 56 Gambar 4.8 Hasil Kerja LKS 1 Kelas Eksperimen dengan Strategi

MHM ... 58 Gambar 4.9 Hasil Kerja LKS 6 Kelas Eksperimen dengan Strategi

MHM. ... 60 Gambar 4.10 Hasil Kerja Posttest Tes Kemampuan Berpikir Kreatif

Matematis pada Indikator Flexibility Kelas Eksperimen ... 63

Gambar 4.11 Hasil Kerja Posttest Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis pada Indikator Flexibility Kelas Kontrol ... 63

Gambar 4.12 Hasil Kerja Posttest Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis pada Indikator Elaboration Kelas Eksperimen .... 65

(15)

xi

Lampiran 2 Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa... ... 75

Lampiran 3 Lembar Observasi Aktivitas Mengajar... ... 77

Lampiran 4 Tes Pra Penelitian... ... 79

Lampiran 5 Daftar Nilai Hasil Pra Penelitian... ... 81

Lampiran 6 RPP Kelas Eksperimen ... 82

Lampiran 7 RPP Kelas Kontrol ... ... 113

Lampiran 8 Lembar Kerja Siswa ... ... 134

Lampiran 9 Kisi-Kisi Instrumen ... 174

Lampiran 10 Pedoman Penskoran ... 175

Lampiran 11 Uji Coba Instrumen Penelitian ... 176

Lampiran 12 Kunci Jawaban Instrumen ... 179

Lampiran 13 Uji Validitas ... 189

Lampiran 14 Perhitungan Uji Validitas ... 190

Lampiran 15 Uji Reliabilitas ... 192

Lampiran 16 Perhitungan Uji Reliabilitas ... 193

Lampiran 17 Uji Taraf Kesukaran ... 194

Lampiran 18 Perhitungan Uji Taraf Kesukaran ... 195

Lampiran 19 Uji Daya Beda Soal ... 196

Lampiran 20 Perhitungan Uji Daya Beda Soal ... 197

Lampiran 21 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen... ... 199

Lampiran 22 Hasil Posttest Kelas Eksperimen... ... 200

Lampiran 23 Distribusi Frekuensi Hasil Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Kelas Eksperimen... ... 201

Lampiran 24 Perhitungan Mean Berdasarkan Indikator Kelas Eksperimen... ... 204

Lampiran 25 Hasil Posttest Kelas Kontrol... ... 205

(16)

xii

Lampiran 29 Perhitungan Uji Normalitas Kelas Eksperimen... ... 211

Lampiran 30 Perhitungan Uji Normalitas Kelas Kontrol... ... 213

Lampiran 31 Perhitungan Uji Homogenitas.. ... 215

Lampiran 32 Perhitungan Uji Hipotesis Statistik.. ... 216

Lampiran 33 Distribusi Nilai r tabel ... 218

Lampiran 34 Distribusi Nilai Chi Kuadrat ... 219

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemajuan teknologi sangat dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan, untuk itu dalam menggunakan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dibutuhkan pendidikan yang baik. Untuk mewujudkan manusia yang berkualitas dan berdaya saing tinggi, pengembangan sumber daya manusia terus diusahakan dan dilakukan oleh indvidu, masyarakat, dan pemerintah. Sumber daya manusia yang berkualitas akan menentukan kehidupan yang bermutu. Dengan pendidikan yang memadai akan menjamin kelangsungan dan kemapanan hidupnya karena memiliki daya pikir, nalar, dan intelegensi yang lebih maju sehingga membuat mereka dapat mengatasi permasalahan yang timbul dalam kehidupan sehari-hari dengan lebih baik.

Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Dalam pendidikan, kegiatan belajar mengajar menjadi hal yang utama dilakukan. Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan.1 Oleh karena itu perkembangan pendidikan adalah hal yang seharusnya sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Di Indonesia pendidikan sudah dinilai sangatlah penting, dapat dilihat dari tindakan pemerintah yang telah mencanangkan program belajar sembilan tahun.

Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang menyebutkan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

1

(18)

serta keterampilan yang diperluakan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.2

Menurut Piaget, tahap perkembangan kognitif anak terdiri atas tahap sensorimotor (0-18 bulan), tahap praoperasional (18 bulan-7 tahun), tahap operasi konkret (7-12 tahun) dan tahap operasi formal (12 tahun dan seterusnya). Pada anak usia SD/MI umumnya berkisar antara 6 atau 7 tahun sampai 12 tahun atau 13 tahun, maka dari itu mereka berada dalam kategori tahap operasi konkret.3 Pada tahap ini siswa dapat berpikir secara logis mengenai peristiwa-peristiwa yang konkret dan mengklasifikasikan benda-benda ke dalam bentuk-bentuk yang berbeda.4

Dalam pendidikan, guru mempunyai peranan dan pengaruh terhadap perkembangan dalam mewujudkan potensi anak. Mengembangkan kemampuan berpikir kreatif berarti mewujudkan kemampuan potensial mereka dalam menciptakan sesuatu yang baru. Siks menekankan bahwa hanya sedikit mata pelajaran yang diajarkan dengan cara yang begitu kaku berdasarkan buku teks, tanpa imajinasi terutama pada tingkat sekolah dasar seperti matematika, padahal matematika begitu penting bagi siswa berbakat pada abad otomatisasi dan teknologi ini.5 Oleh karena itu, salah satu untuk mewujudkan potensi anak sejak dini yang dapat dilakukan pendidik kepada siswa adalah dengan cara mengajarkan berpikir kreatif melalui pembelajaran matematika di sekolah.

Proses pembelajaran di sekolah yang melibatkan peran guru sebagai pendidik sangat berpegaruh pada anak didik. Untuk itu, kemampuan berpikir kritis, kreatif, logis dan sistematis harus diajarkan kepada siswa demi meningkatkan SDM Indonesia berkompeten. Kemampuan ini dapat dikembangkan melalui kegiatan pembelajaran matematika karena tujuan

2

Undang-Undang Sisdiknas dan Undang-Undang Guru dan Dosen, (Jakarta: Asa Mandiri, 2009), cet.ke-9, hal.2.

3

Paul Henry Mussen,dkk. Perkembangan dan Kepribadian Anak.Jilid 1 (Jakarta: Erlangga).hal 201

4

Dra. Desmita,M.Si. Psikologi Perkembangan Peserta Didik-Panduan bagi Orang Tua dan Guru dalam Memahami Psikologi Anak Usia SD, SMP dan SMA, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2010), Cet.ke-2,hal.101

5

(19)

pembelajaran matematika di sekolah menurut Depdiknas (2004) yakni: 1) melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, 2) mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, rasa ingin tahu, intuisi, serta mencoba-coba, 3) mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, 4) mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi dan mengkomunikasi gagasan6

Matematika sebagai salah satu disiplin ilmu harus mengandalkan proses berpikir dan dipandang sangat baik untuk melatih potensi berpikir peserta didik. Dengan belajar matematika siswa mampu mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, kritis dan kreatif yang nantinya sangat dibutuhkan dalam kehidupan, agar mereka mampu menyaring informasi, memilih layak atau tidaknya suatu kebutuhan, dapat mengeluarkan ide-ide serta dapat mengidentifikasi dalam menyelesaikan masalah.

Selain itu, pembelajaran di kelas berpikir kreatif sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah merupakan bentuk pemikiran yang masih kurang mendapat perhatian dalam pendidikan formal. Hal ini dikarenakan dalam pembelajaran yang menjadi fokus utama adalah pengetahuan, ingatan, dan kemampuan berpikir logis, yaitu kemampuan menemukan suatu jawaban yang paling tepat terhadap masalah yang diberikan. “Pembelajaran matematika di kelas masih banyak yang menekankan pemahaman siswa tanpa melibatkan kemampuan berpikir kreatif. Siswa tidak diberi kesempatan menemukan jawaban ataupun cara yang berbeda dari yang sudah diajarkan guru. Guru sering tidak membiarkan siswa mengkonstruk pendapat atau pemahamannya sendiri terhadap konsep matematika.”7

Kurang perhatiannya terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa didukung oleh rendahnya pengembangan kemampuan berpikir kreatif. Setidaknya hal ini diindikasikan oleh sedikitnya artikel atau penelitian yang terkait dengan pengembangan kemamapuan tersebut, yakni hanya ada 44 dari 2.426 artikel atau

6

Tatang Herman, Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi Siswa Sekolah Menengah Pertama, EDUCATIONIST No. I Vol I

7

(20)

kurang dari 2% yang terdapat dalam data base Educational Resources Information Center (ERIC) pada bulan September 2002.8 Dan juga berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Siswono, Abadi, & Rosyidi (2008) menjelaskan bahwa “Sebanyak 10,8% guru tidak pernah mengajarkan siswa menyelesaikan dengan cara yang berbeda dan 41,5% jarang melakukan kegiatan itu. Informasi lain sebanyak 55,4% guru tidak pernah meminta siswa mengembangkan imajinasinya.9 Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kreatif belum mendapat fokus dalam pembelajaran matematika.

Keberhasilan proses pembelajaran pada pelajaran matematika bergantung oleh banyak faktor diantaranya guru, proses belajar mengajar, dan siswa. Sejalan dengan ini, berdasarkan hasil wawancara (Lampiran 1 ) dengan guru matematika di SD Islam Ruhama Cireundeu yang sekaligus wali kelas VA diketahui bahwa metode pembelajaran yang seringkali digunakan adalah metode ceramah, tanya jawab, diskusi, dan hanya sesekali menggunakan strategi pembelajaran. Saat diskusipun hanya beberapa siswa saja yang aktif, selebihnya masih pasif dan hanya sebagai pendengar saja.

Selain itu, dari hasil observasi aktivitas belajar siswa (Lampiran 2) dan aktivitas mengajar (Lampiran 3) yang dilakukan di sekolah tersebut, terlihat bahwa proses pembelajaran di kelas didominasi oleh peran guru dibandingkan siswa. Pada pembelajaran ini siswa hanya menerima informasi saja dari guru, sehingga siswa hanya mampu meniru tanpa dapa memahami. Terlihat pula pada saat siswa diberi soal yang berbeda dengan contoh sebelumnya, masih banyak siswa yang belum mampu menyelesaikan soal tersebut dengan benar. Hal demikian menunjukkan bahwa siswa hanya mampu mengerjakan soal secara prosedural seperti yang telah dicontohkan oleh guru, namun saat dihadapkan dengan soal yang sedikit lebih sulit mereka mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal tersebut.

8Ali Mahmudi, “

Pemecahan Masalah dan Berpikir Kretaif”, Makalah disampaikan pada Konferensi Nasional Matematika (KNM) XIV Universitas Sriwijaya, 24-27 Juli 2008, hal.3

9Tatag Yuli E.,”

(21)

Dengan kata lain guru tidak mampu mengembangkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa, siswa tidak mendapat kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif, tingkat kemampuan siswa dalam pembelajaran masih kurang, siswa tidak dibiasakan untuk melakukan habits of mind (kebiasaan berpikir). Hal lainnya kebanyakan soal latihan yang diberikan guru hanya mengacu pada hafalan siswa dan menuntut siswa untuk dipecahkan dengan pemikiran yang konvergen yaitu menuju satu jawaban yang benar terhadap soal latihan yang diberikan. Sebaliknya pemikiran divergen atau pemikiran kreatif yang menuntut siswa menemukan lebih dari satu kemungkinan jawaban jarang dilatih oleh guru. Sehingga kemampuan berpikir kreatif siswa rendah dan tidak berkembang. Kendala yang dialami guru dalam proses pembelajaran matematika lebih dikarenakan karena kurangnya kemampuan berpikir siswa terhadap materi yang disampaikan dan sulitnya guru dalam mengkondisikan siswa di kelas, karena tidak sedikit siswa yang mengobrol saat pelajaran berlangsung atau membuat keributan di kelas.

Berdasarkan tes pra penelitian (Lampiran 4) yang dilakukan peneliti dengan memberikan 1 soal tes kemampuan berpikir kreatif pada aspek keluwesan (flexibility) dan aspek kelancaran (elaboration) menunjukkan hasil yang rendah. Dari beberapa indikator yang berpikir kreatif yang diujikan yaitu aspek keluwesan (flexibility) dan kelancaran (elaboration), dari 89 siswa yang terbagi dalam 3 kelas rata-rata masing-masing kelas kurang dari 17% yang mendapat nilai baik. Selebihnya kurang baik bahkan buruk karena tidak mampu memberikan jawaban (Lampiran 5). Dilihat dari kedua aspek berpikir kreatif dalam pelajarana matematika siswa masih merasa kesulitan dalam menghasilkan gagasan-gagasan yang bervariatif, sehingga masih terlihat kemampuan siswa yang belum dapat menuangkan contoh gagasan baru ke dalam sebuah tindakan atau pada saat menyelesaikan masalah.

(22)

strategi pembelajaran yang dapat diberikan untuk membiasakan kemampuan berpikir adalah strategi Mathematical Habits of Mind (MHM).

Strategi Mathematical Habits of Mind (MHM) merupakan suatu strategi pembelajaran yang membantu siswa mengeksplorasikan ide-ide matematis yang mereka ketahui sebelumnya. Strategi ini mempunyai enam tahapan yang menuntut siswa untuk melakukan kebiasaan-kebiasaan berpikir. Dengan tahap awal (explore mathematical ideas) yaitu dimana siswa harus menggunakan pemikirannya untuk memberikan ide-ide matematisnya yang sesuai dengan konsep materi yang disampaikan guru, (reflect on their answer to see wether they) merefleksi kebenaran dan kesesuaian jawaban, (identify problem soving approaches) mengidentifikasi strategi pemecahan masalah yang dapat diterapkan dalam menyelesaikan masalah yang ada, (generalization) membuat kesimpulan, (formulate question) memformulasi pertanyaan, dan (construct example) merekonstruksi contoh.

Kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekanannya adalah kuantitas, ketepatgunaan, dan keragaman jawaban.10 Semakin banyak dan beragam kemungkinan jawaban yang dikemukakan semakin kreatiflah kemampuan berpikir seseorang, tetapi keragaman jawaban tersebut merupakan jawaban yang tepat sesuai dengan konteks permasalahan. Kemampuan berpikir kreatif tidak datang dengan sendirinya, hal ini memerlukan latihan dan pembiasaan sedini mungkin. Ini dapat dilakukan pendidik kepada siswanya dengan cara mengajarkan anak cara berpikir kreatif melalui pembelajaran di sekolah.

Dengan melakukan kebiasaan mengeksplorasi ide-ide matematis dalam rangkaian kegiatan pembelajaran strategi MHM, siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir kreatif matematis. Selain itu, kebiasaan memformulasi pertanyaan, memeriksa kesesuaian solusi atau strategi penyelesaian masalah juga menumbuhkan kemampuan berpikir kreatif pada aspek keluwesan dan aspek

10

(23)

kerincian. Pembelajaran dengan strategi MHM yang berbasis pada masalah juga berpotensi sebagai sarana untuk mengembangkan persepsi yang tepat terhadap kretaivitas. Misalnya melalui pembelajaran demikian, siswa meyakini bahwa soal atau masalah matematika dapat memiliki lebih dari satu solusi atau strategi pembelajaran.

Berdasarkan dari pentingnya seorang siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatifnya, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Strategi Mathematical Habits of Mind (MHM) terhadap

Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan sebelumnya, penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut :

1. Proses pembelajaran lebih banyak didominasi oleh guru sedangkan siswa cenderung pasif

2. Rendahnya kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dalam pembelajaran matematika

3. Latihan soal-soal yang diberikan guru hanya mengacu pada hafalan siswa dan tidak menekankan pada proses berpikir kreatif

4. Siswa tidak dibiasakan untuk berpikir kreatif

C. Pembatasan Masalah

1. Penggunaan strategi Mathematical Habits of Mind (MHM) dalam penelitian ini adalah berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Millman dan Jacobbe yaitu dengan menggunakan kebiasaan berpikirnya dalam menghadapi permasalahan dimana hal yang dilakukan lebih mangasah pola pikir yang kreatif dalam berbagai tahapan yang melibatkan pemikiran diri sendiri dan diberi kesempatan untuk mengkontruksi sendiri pengetahuan matematika dengan masalah-masalah yang ada. 2. Kemampuan berpikir kreatif matematis yang dimaksud adalah menurut

(24)

menyelesaikan suatu masalah-masalah matematika secara lancar, luwes, rinci dan keaslian. Kemampuan berpikir kreatif matematis yang akan diamati pada siswa dibatasi hanya pada kemampuan berpikir luwes (flexibility) dan kemampuan berpikir rinci (elaboration)

3. Pembelajaran konvensional yang dimaksud disini adalah strategi ekspositori yaitu pola pembiasaan guru menjelaskan semua materi dan konsep-konsep, memberikan contoh soal, latihan dan tugas

4. Penelitian dilakukan pada siswa kelas V di SDI Ruhama Cireundeu tahun pelajaran 2015/2016 pada pokok bahasan luas bangun datar, meliputi luas persegi panjang, luas persegi, dan luas segitiga dan masalah yang berkaitan dengan luas bangun datar tersebut

D. Perumusuan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai beirkut :

1. Bagaimana kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diajarkan dengan strategi Mathematical Habits of Mind?

2. Bagaimana kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional?

3. Apakah kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diajarkan dengan strategi Mathematical Habits of Mind lebih tinggi daripada siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional?

4. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan strategi Mathematical Habits of Mind?

E. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk:

(25)

2. Mendeskripsikan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional

3. Membandingkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan strategi Mathematical Habits of Mind

dengan yang menggunakan pembelajaran konvensional

Sedangkan manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi Guru

Bagi para guru, khususnya mata pelajaran matematika, sebagai alternatif pendekatan dalam upaya meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa

2. Bagi Sekolah

Sebagai suatu masukan dalam rangka peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis pada siswa

3. Bagi Peneliti

(26)

10

BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoritis

1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Berpikir merupakan salah satu anugerah yang diberikan oleh Allah SWT kepada manusia, oleh karena itu manusia harus bersyukur terhadap nikmat yang telah diberikan dengan cara memanfaatkan sebaik-baiknya. Sebagai manusia yang dibekali akal untuk berpikir, kita hendaknya dapat menggunakannya semaksimal mungkin. Pada dasarnya setiap manusia memiliki tingkat kemampuan berpikir yang seringkali tidak disadari. Ketika kita mulai menggunakan kemampuan berpikir tersebut, fakta-fakta yang sampai sekarang tidak mampu diketahuinya, lambat laun mulai terbuka dihadapannya. Semakin ia berpikir, semakin bertambah pula kemampuan berpikirnya.1

Berpikir atau merenung untuk kemudian mengambil kesimpulan atau pelajaran-pelajaran dari apa yang kita renungkan untuk memahami kebenaran, akan menghasilkan sesuatu yang bernilai bagi kehidupannya di akhirat kelak. Dengan alasan inilah, Allah SWT mewajibkan manusia untuk berpikir secara mendalam atau merenung, sebagaimana Allah SWT berfirman bahwa Al-Qur’an diturunkan kepada manusia untuk dipikirkan atau direnungkan dalam firman-Nya:2







Artinya: “ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayat-Nya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.” (QS. Shaad, 38:29) Ayat tersebut menekankan bahwa hendaknya setiap manusia berusaha secara keras dan ikhlas dalam meningkatkan kemampuan dan kedalaman berpikirnya.

1

Harun Yahya, Bagaimana Seorang Muslim Berpikir?, Terj. Dari Deep Thingking oleh Catur Sriherwanto,(Jakarta : Robbani Press,2001), hal.9-10

2

(27)

Berpikir, memecahkan masalah dan menghasilkan sesuatu yang baru adalah kegiatan yang kompleks dan berhubungan erat satu sama lain. Suatu masalah tidak dapat dipecahkan tanpa berpikir dan banyak masalah memerlukan cara pemecahan yang baru, sedangkan untuk menghasilkan atau menciptakan sesuatu yang baru mencakup pemecahan masalah.3 Dengan kata lain, perlunya berpikir agar dapat menggunakan informasi yang kita miliki sebaik-baiknya untuk melakukan sesuatu yang kreatif, membuat rencana, memulai usaha, dan melakukan sesuatu yang baru.

Setiap orang dapat berpikir dan memecahkan masalah, tetapi jelas ada perbedaan yang luas dalam kecakapan-kecakapan tersebut antara orang yang satu dengan yang lain.4 Dalam kamus Oxford Advanced Learner’s Dictionry, istilah

thingking, salah satunya diartikan “ideas or opinions about something”. Pemikiran itu adalah idea atau opini.5 Dengan kata lain,orang yang berpikir adalah orang yang memiliki ide atau opini mengenai sesuatu.

Menurut Peter Reason berpikir (thinking) adalah proses mental yang lebih dari sekedar mengingat dan memahami. Berpikir Berpikir menyebabkan seseorang harus bergerak hingga di luar informasi yang didengarnya, misalkan kemampuan berpikir seseorang untuk menemukan solusi yang baru dari suatu persoalan yang dihadapi.6 Kemampuan merupakan daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan.7

Guilford mengemukakan dua cara berpikir, yaitu cara berpikir konvergen dan divergen. Cara berpikir konvergen adalah berpikir menuju satu arah yang benar atau satu jawaban yang paling tepat atau satu pemecahan dari suatu masalah. Sedangkan cara berpikir divergen adalah berpikir dalam arah yang berbeda-beda, akan diperoleh jawaban-jawaban unik yang berbeda-beda tetapi

3

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka CIpta,2010), hal.142

4

Ibid hal.143 5

Momon Sudarma, Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kreatif, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,2013),hal.37

6

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta : Kencana,2011),Ed 1. Cet.8, hal.230.

7

(28)

benar.8 Istilah lain yang sama dengan cara berpikir divergen adalah cara berpikir kreatif.

Hasil berpikir merupakan sesuatu yang dihasilkan melalui proses berpikir dan membawa atau mengarahkan untuk mencapai tujuan dan sasaran. Hasil berpikir dapat berupa ide, gagasan, penemuan dan pemecahan masalah, keputusan, serta selanjutnya dapat dikonkretisasi ke arah perwujudan, baik berupa tindakan untuk mencapai tujuan kehidupan praktis maupun untuk mencapai tujuan keilmuan tertentu.9

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir adalah kemampuan yang menunjukkan keterampilan proses mental yang matang yang lebih dari sekedar mengingat dan memahami fakta atau gagasan untuk melakukan suatu permasalahan yang dihadapi.

Kreativitas adalah kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru dan menerapkannya dalam pemecahan masalah. Kreativitas meliputi baik ciri-ciri kognitif (aptitude) seperti kelancaran, keluwesan (fleksibilitas), keaslian (orisinalitas) dalam pemikiran maupun ciri-ciri afektif (non-aptitude), seperti rasa ingin tahu, senang mengajukan pertanyaan, dan selalu ingin mencari pengalaman baru.10

Kemampuan dalam kreativitas dikemukakan oleh Utami Munandar yang mendefinisikan kreativitas sebagai kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibilitas), dan orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengebolarasi (mengembangkan dan memperinci) suatu gagasan.11 Adapun Semiawan mengemukakan bahwa kreativitas merupakan kemampuan untuk memberikan gagasan baru dan menerapkannya dalam pemecahan masalah.12

8

Slameto, OpCit. Hal 144 9

Wowo Sunaryo Kuswana, Taksonomi Berpikir, (Bandung: Remaja Rosdakarya,2011), hal.3 10

Conny Semiawan,dkk.,Memupuk Bakat dan Kreativitas siswa Sekolah Menengah Petunjuk bagi Guru dan Orang Tua,(Jakarta :Gramedia,1990), hal.7

11

S.C Utami Munandar, Op.Cit.,hal.50 12

(29)

Kreativitas berhubungan dengan penemuan sesuatu, mengenai hal yang menghasilkan sesuatu yang baru dengan menggunakan sesuatu yang telah ada.13

Dari beberapa definisi di atas kreativitas atau berpikir kreatif adalah kemampuan untuk mengembangkan, menciptakan dan memberikan gagasan baru maupun yang telah ada sebelumya untuk diterapkan dalam mengatasi suatu permasalahan.

Dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar, kreativitas memiliki peran yang sangat penting baik bagi guru maupun siswa. Kreativitas yang ditunjukkan guru dalam proses mengajar, menciptakan susasana belajar yang kondusif serta menyusun atau membuat soal latihan yang dapat menggali kreativitas siswa dan mampu mengambangkan potensi yang dimiliki siswa lebih optimal. Siswa yang terbiasa terlatih untuk menjadi pribadi yang kreatif akan menjadi pribadi yang tangguh yang mampu melihat sesuatu dari berbagai sisi dan mampu mencipatakan kreasi baik dalam hal akdemik maupun non akademik.

Memiliki keterampilan berpikir atau kemampuan berpikir yang terampil, dapat membangun pribadi individu yang demokratis. Karena tidak terbiasa berpikir terbuka, misalnya potensial akan melahirkan konflik/menyebabkan seseorang konflik dengan orang lain.14 Dengan kata lain seseorang yang tidak terbiasa atau terlatih dengan kemampuan berpikir yang baik, akan memosisikan dirinya sebagai pemilik pemikiran yang baik, dan menganggap pemikiran orang lain yang buruk.

Kemampuan berpikir kreatif seseorang dapat ditingkatkan dengan memahami proses berpikir kreatifnya dan berbagai faktor yang mempengaruhinya serta melalui latihan yang tepat. Kemampuan berpikir kreatif seseorang juga dapat ditingkatkan dari satu tingkat ke tingkat yang lebih tinggi yaitu dengan cara memahami proses berpikir dan faktor-faktor serta melalui latihan-latihan.15 Matematis sendiri memiliki makna bersangkutan dengan matematika, bersifat matematika16

13

Slameto ,Op.Cit.hal 145 14

Momon Sudarma, Op.Cit hal. 35 15

Huda, Berpikir Kreatif, Jakarta : Cahaya Press, 2011 hal 11 16

(30)

Kemampuan berpikir kreatif matematis merupakan kemampuan yang perlu dikembangkan dalam pembelajaran. Kemampuan berpikir kreatif matematis merupakan kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah matematis dengan menggunakan berbagai cara yang menghasilkan banyak gagasan dan jawaban.

Kemampuan berpikir kreatif matematis sendiri dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam menyelesaikan persoalan matematika secara fleksibel, luwes, orisinal dan elaboratif. Krutetski mendefinisikan kemampuan berpikir kreatif matematis sebagai kemampuan menemukan solusi maslaj matematika secara mudah dan fleksibel.17 Kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dapat diukur dari jawaban yang dikemukakannya berdasarkan aspek-aspek berpikir kreatif matematis.

Dalam pembelajaran matematika, maka keterampilan berpikir kreatif matematis adalah kemampuan menyelesaikan masalah-masalah matematika dengan memberikan gagasan maupun alternatif jawaban secara luwes, dan terperinci. Dimana menghasilkan beberapa kemungkinan jawaban dan solusi yang beragam atau bervariasi, memberikan gagasan baru yang berbeda serta memperinci suatu objek atau ide secara jelas.

2. Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Beberapa ahli telah mengembangkan instrumen untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif matematis, seperti Balka dan Torrance. Balka mengembangkan instrumen Creative Ability Mathematical Test (CAMT) sedangkan Torrance mengembangkan instrumen Torrance Tests of Creative Thinking (TTCT). Kedua instrumen ini berupa pemberian tugas membuat soal matematika berdasarkan informasi yang terdapat pada soal-soal terkait situasi sehari-hari yang diberikan.18 Melalui tes ini ada tiga aspek yang dinilai dalam kemampuan berpikir kreatif matematis, yaitu kelancaran, keluwesan dan kebaruan.19

17

Ali Mahmudi, Mengukur Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis, Manado : Makalah Konferensi Nasional Matematika XV, 2010 hal.3

18

Ibid,hal.4 19

(31)

Dari ketiga aspek tersebut yang kemudian diadaptasi oleh beberapa ahli matematika dan digunakan sebagai indikator untuk menilai kemampuan berpikir kreatif matematis.20 Indikator kemampuan berpikir kreatif menurut Munandar dapat diuraikan pada tabel berikut:21

Tabel 2.1

Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif

Pengertian Perilaku

Lancar (Fluency): mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah, atau

pertanyaan, memberikan

banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal, selalu memikirkan lebih dari satu jawaban.

Mengajukan banyak pertanyaan, menjawab dengan sejumlah jawaban jika ada pertanyaan, mempunyai banyak gagasan mengenai suatu masalah, lancar mengungkapkan gagasan-gagasannya, bekerja lebih cepat dan melakukan lebih banyak daripada anak-anak lain, dapat dengan cepat melihat kesalahan atau kekurangan pada suatu obyek atau situasi.

Luwes (Flexibility):

menghasilkan gagasan,

jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda, mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda-beda, mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran.

Memberikan aneka ragam penggunaan yang tidak lazim terhadap suatu obyek, memberikan macam-macam penafsiran (interpretasi) terhadap suatu gambar, cerita, atau masalah; menerapkan suatu konsep atau asas dengan

cara yang berbeda-beda, memberi

pertimbangan terhadap situasi yang berbeda dari yang diberikan orang lain, dalam membahas/mendiskusikan situasi selalu mempunyai posisi yang berbeda atau bertentangan dari mayoritas kelompok, jika diberikan suatu masalah biasanya memikirkan macam-macam cara yang berbeda-beda untuk

20

Tatag yuli eko siswono, “Desain Tugas untuk Mengidentifikasi Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa dalam Matematika” hal. 2-3. Dalam http://tatagyes.files.com/2007/10/tatag_jurnal_unej.pdf Diakses 9 Maret 2013.

21

(32)

menyelesaikannya, menggolongkan hal-hal menurut pembagian (kategori) yang berbeda-beda, mampu mengubah arah berpikir secara spontan.

Keaslian (Original): mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik, memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri, mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur.

Memikirkan masalah-masalah atau hal-hal yang tidak pernah terpikirkan oleh orang lain, mempertanyakan cara-cara yang lama dan berusaha memikirkan cara-cara yang baru, memilih a-simetri dalam menggambar atau membuat desain, memilih cara berpikir yang lain dari yang lain, mecari pendekatan yang baru dari yang stereotip, setelah membaca atau mendengar gagasan-gagasan, bekerja untuk menemukan penyelesaian yang baru,lebih senang mensintesis daripada menganalisa situasi.

Rinci (Elaboration): mampu

memperkaya dan

mengembangkan suatu gagasan atau produk, menambahkan atau memperinci detil-detil dari suatu obyek, gagasan, atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.

Mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban atau pemecahan masalah dengan melakukan langkah-langkah yang terperinci, mengembangkan atau memperkaya gagasan orang lain, mencoba atau menguji detil-detil untuk melihat arah yang akan ditempuh, mempunyai rasa keindahan yang kuat sehingga tidak puas dengan penampilan yang kosong atau sederhana, menambahkan garis-garis, warna-warna, dan detil-detil (bagian-bagian) terhadap gambarnya sendiri atau gambar orang lain

(33)

elaborasi pemikiran. Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat kelancaran, keluwesan, elaborasi dan keaslian pemikiran seseorang, semakin tinggi pula tingkat kemampuan kreativitas berpikirnya.

Siswa Sekolah Dasar yang memiliki usia 7-12 tahun memulai berpikir matematis logis. Tahap berpikirnya diawali dengan memanipulasi benda-benda konkret dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Hal ini ditandai dengan kemampuan pemahaman bilangan, memasangkan, memilih, mengklasifikasikan, mengidentifikasi, menguraikan, menggeneralisasi sederhana. Sedangkan keterampilan yang dapat dikembangkan pada tahap operasional konkret ini adalah agar siswa dapat menumbuhkan inisiatif untuk beraktivitas, keterampilan mengingat, keterampilan bermain-main dengan berbagai gagasan dan cara pandang yang fleksibel, keterampilan menguraikan informasi, dan keterampilan mengintegrasi. Pada usia tersebut siswa SD masih memiliki kemampuan berpikir secara holistik dalam menanggapi suatu permasalahan.22

Adapun dari keempat indikator tersebut di atas batasan peneliti dalam penelitian untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif matematis siswa ini hanya dua dari empat aspek kemampuan berpikir kreatif yaitu berpikir luwes (flexibility) untuk menghasilkan beberapa cara atau gagasan yang beragam dalam menyelesaikan soal dan berpikir rinci (elaboration) untuk memberikan jawaban dengan melakukan langkah-langkah terperinci.

3. Tingkatan dalam Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Dalam revisi Taksonomi Bloom karya Tatag Yuli Eko Siswono disebutkan bahwa Anderson mengembangkan suatu taxonomi untuk pembelajaran, pengajaran dan penilaian berdasar dimensi pengetahuan dan proses kognitif dengan merevisi taksonomi Bloom. Dimensi proses kognitif meliputi mengingat (remember), memahami (understand), mengaplikasi (apply), menganalisis

22

(34)
[image:34.595.116.511.195.620.2]

(analyze), menganalisis (evaluate) dan mencipta (create). Berikut ini urutan tingkatannya dari yang terendah hingga tertinggi dapat dilihat pada Gambar 2.1:23

Gambar 2.1 Dimensi Proses Kognitif

Pada urutan tersebut terlihat bahwa tingkatan tertinggi adalah berkreasi. Berkreasi artinya meletakkan elemen-elemen secara bersama-sama untuk membentuk suatu keseluruhan yang koheren dan fungsional atau mengatur kembali (reorganisasi) elemen-elemen ke dalam suatu struktur atau pola-pola baru. Individu atau siswa yang mempunyai tingkat kemampuan, latar belakang ekonomi maupun sosial budaya yang berbeda, tentu akan mempunyai kualitas proses kreatif yang berbeda pula.24 Karena perbedaan itu umumnya berjenjang/bertingkat, maka dapat dikatakan bahwa terdapat jenjang atau tingkat dalam berpikir kreatif itu.

Selanjutnya Tatag Yuli Eko Siswono menyebutkan tingkat kemampuan berpikir kreatif (TKBK) terdiri dari 5 tingkat yaitu tingkat 4 (sangat kreatif),

23

Maksum, Taksonomi Bloom Revisi, Dalam http://www.iaincirebon.ac.id/perpustakaanartikel-ilmiah/prof-dr-maksum-mukhtarma. Diakses 6 Januari 2014

24Tatag yuli eko siswono, “

(35)
[image:35.595.112.517.184.597.2]

tingkat 3 (kreatif), tingkat 2 (cukup kreatif), tingkat 1 (kurang kreatif) dan tingkat 0 (tidak kreatif). Adapun penjelasannya mengenai tingkat kemampuan berpikir kreatif adalah sebagai berikut:25

Tabel 2.2

Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

TKBK Karakteristik

TKBK 4 Siswa mampu menunjukkan kefasihan, fleksibilitas dan kebaruan atau fleksibilitas dan kebaruan dalam memecahkan maupun mengajukan masalah

TKBK 3 Siswa mampu menunjukkan kefasihan dan kebaruan atau kefasihan dan feksibilitas dalam memecahkan maupun mengajukan masalah TKBK 2 Siswa mampu menunjukkan kebaruan atau fleksibilitas dalam

memecahkan maupun mengajukan masalah

TKBK 1 Siswa mampu menunjukkan kefasihan dalam memecahkan maupun mengajukan masalah

TKBK 0 Siswa tidak mampu menunjukkan kefasihan, fleksibilitas dan kebaruan

Dari tingkat berpikir kreatif (TBK) ini bersifat teoritis-hipotesis, artinya dikembangkan berdasar teori-teori yang diketahui dan merupakan hipotesis yang memerlukan verifikasi secara empirik di lapangan (sekolah). Dalam penelitian ini, aspek yang diambil peneliti adalah aspek keluwesan (flexibility) dan aspek kerincian (elaboration).

4. Strategi Mathematical Habits of Mind

Kebiasaan adalah pola perilaku yang dibentuk oleh pengulangan yang berkelanjutan. Kebiasaan yang dilakukan secara terus menerus akan semakin kuat dan menetap pada diri individu sehingga sulit diubah. Dalam hal ini kebiasaan tersebut dilakukan secara berulang-ulang

Mathematical Habits of Mind atau kebiasaan berpikir secara matematis adalah suatu strategi yang mengedepankan perilaku berpikir seseorang dalam

25Tatag Yuli Eko Siswono, “

(36)

menyelesaikan persoalan matematika. Kebiasaan-kebiasaan baik yang dilakukan seorang individu akan sangat mempengaruhi hidupnya. Sebelum berbicara jauh tentang kebiasaan berpikir matematis ada baiknya kita mengenal tentang kebiasaan.

Dari kutipan yang dinyatakan oleh Wiliiam B. Allen menyebutkan bahwa ... informasi yang digambarkan kebiasaan berpikir itu adalah cepat dan jauh yang sangat berpengaruh dalam menentukan tingkah laku seseorang, dalam bukunya yang menyebutkan “... informed by the view that habits of mind are far and away the most influential determinants of human conduct

in our time...”26

Untuk membentuk „Kebiasaan pikiran’ diperlukan banyak pengalaman, usaha, perenungan, pelatihan, sesi praktik dan pengajaran. Untuk mewujudkan tujuan ini, guru harus membiasakan diri untuk mengajarkan kosakata „kebiasaan pikiran’ secara hati-hati menyusun pertanyaan dan mendorong siswa untuk merencanakan dan merenungkan bagaimana mereka menggunakan kebiasaan-kebiasaan itu.27 Banyak kegiatan yang dapat dilakukan untuk menerapakan kebiasaan di kelas dan berbagai cara menyiapkan siswa untuk lebih lama lagi mendengarkan materi. Mereka dapat mendorong siswa untuk awas dan sadar akan penggunaan kebiasaan pikirannya saat berusaha menyelesaikan permasalahan yang rumit dan tugas-tugas yang berat dan menantang secara kognitif.28 Dengan demikian siswa dapat memanfaatkan kebiasaan-kebiasaan ini dalam membantu meningkatkan kemampuan memecahkan masalah dan membuat keputusan

Ada berbagai macam kebiasaan yang mempengaruhi hidup seseorang untuk menuju kesuksesan, salah satunya adalah kebiasaan berpikir (habits of mind). Kesuksesan individu sangat ditentukan oleh kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh individu tersebut. Kebiasaan positif yang dilakukan secara konsisten akan berpotensi membentuk kemamapuan-kemampuan positif.

26 Allen, William B. And Carol M. Allen (2003). “

Habits of Mind : Fostering acces and excellene in higher education”. (New Jersey : Transaction Publisher). hal xi-xii

27

Arthur L.Costa dan Bena Kallick,Belajar dan Memimpin dengan Kebiasaan Pikiran 16 Karakteristk Penting untuk Sukses.(Jakarta : PT Indeks.2012), hal.56

28

(37)

Menurut Millman dan Jacobbe (2008), strategi Mathematical Habits of Mind (MHM) terdiri atas 5 komponen, yaitu :29

1. Mengeksplorasi ide-ide matematis, siswa menyampaikan pengetahuan yang dimilikinya dan menambahkan hal-hal baru yang saling berkaitan berkenaan dengan pembahasan yang sedang dibicarakan.

2. Merefleksi kebenaran atau kesesuaian jawaban, siswa mengulas kembali dan memeriksa ulang jawaban yang sudah ada melalui cara penyelesaian yang lain dan menyamakan kembali

3. Generalisasi, siswa mengaitkan sebuah permasalahan dengan mencari cara penyelesaian apa yang tepat untuk menyelesaikannya

4. Memformulasi pertanyaan, siswa membuat pertanyaan baru dari sebuah soal yang sudah diberikan

5. Mengonstruksi contoh soal, siswa diberikan penjelasan dan contoh soal tentang materi yang akan dibahas kemudian siswa diminta untuk membuat soal dan pembahasan sendiri dengan mengacu pada contoh soal yang sudah diberikan oleh guru.

Kegiatan-kegiatan ini dapat dipandang sebagai kebiasaan-kebiasaan berpikir matematis yang apabila dilakukan secara konsisten berpotensi dapat membentuk kemampuan berpikir kreatif matematis.

Berikut diuraikan masing-masing aktivitas dalam strategi MHM tersebut.30

a. Mengeksplorasi ide-ide matematis

Eksplorasi ide-ide matematis dapat meliputi aktivitas mengeksplorasi berbagai data, informasi, atau strategi pemecahan masalah. Aktivitas demikian dapat mendorong siswa berpikir fleksibel, yakni mengidentifikasi berbagai cara atau strategi

29

Millman, R.S dan Jacobbe, T. (2008).Fostering Creativity in Preservice Teachers Though Mathematical Habits of Mind. Dalam Proceeding of the Discussing Group9. The 11th International Congress on Mathematical Education. [online]. Tersedia:http://dg.icme11.org/document/get/272

30

(38)

pemecahan masalah. Dengan aktivitas demikian dimungkinakn diperoleh strategi yang bersifat unik atau baru. Hal ini merupakan salah satu aspek kemampuan berpikir kreatif.

b. Merefleksi kesesuaian solusi atau strategi pemecahan masalah

Memeriksa atau merefleksi kesesuaian solusi atau strategi pemecahan masalah merupakan representasi dari tahap looking back (evaluate solution) pada tahap pemecahan masalah yang dikemukakan Polya (1973), yakni mengevaluasi atau menelaah kembali kesesuaian solusi masalah.

c. Generalisasi dan mengidentifikasi strategi penyelesaian maslah yang dapat diterapkan pada masalah lain

Komponen stratgi MHM berikutnya adalah mengidentifikasi apakah terdapat „sesuatu yang lebih’ dari aktivitas yang telah dilakukan dan mengidentifikasi pendekatan masalah yang dapat digunakan atau ditarapkan pada masalah lain dalam skala lebih luas. Aktivitas ini mengarah pada generalisasi ide-ide matematis yang telah dieksplorasikan dan mengarah pada konstruksi konsep-konsep matematika.

d. Memformulasi pertanyaan

Komponen strategi MHM berikutnya adalah memformulasi pertanyaan. Mengembangkan kebiasaan bertanya mempunyai peranan penting dalam pembelajaran matematika. Pertnayaan dapat menstimulasi siswa mengembangkan kemampuan berpikir kreatif. Siswa didorong untuk mengajukan berbagai pertanyaan terkait situasi atau masalah tertentu.

e. Mengkonstruksi contoh

(39)

5. Strategi Pembelajaran Ekspositori

a. Pengertian Strategi Pembelajaran Ekspositori

Wina menjelaskan bahwa “strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menkankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa untuk sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal”.31 Berdasarkan definisi tersebut, strategi ekspositori lebih menekankan pada pemberian konsep materi pelajaran dan memberikan contoh-contoh latihan soal dalam bentuk ceramah, tanya jawab, dan penugasan.

b. Karakteristik Srategi Pembelajaran Ekspositori

Terdapat beberapa karakteristik dan ciri-ciri dari strategi ekspositori, yaitu:32

1) Penyampaian materi pelajaran secara verbal, artinya bertutur secara lisan merupakan alat utama dalam melakukan strategi ini, oleh karena itu sering orang-orang mengidentifikasikannya dengan ceramah.

2) Materi pelajaran yang disampaikan adalah materi pelajaran yang sudah jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang hars dihapal sehingga tidak menuntut siswa untuk berpikir ulang. 3) Tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran itu

sendiri. Siswa diharapkan dapat memahaminya dengan benar dengan cara dapat mengungkapkan kembali materi yang telah diuraikan.

Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran ekspositori lebih berorientasi pada guru (teacher centered). Guru telah mengelola dan membuat bahan ajar yang telah dipersiapkan secara sistematis dan lengkap. Guru lebih aktif memberikan informasi dan

31

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2013),hal.177

32

(40)

menjelaskan materi pembelajaran dengan memberi contoh-contoh soal serta penyelesaiannya, memberi kesempatan siswa untuk bertanya, dan sebagainya. Sebaliknya siswa lebih pasif, siswa hanya menerima informasi dari guru kemudian membuat rangkuman. Pada pembelajaran yang menerapkan strategi ekspositori cenderung hanya terjadi komunikasi satu arah (one way communication), yaitu guru dengan murid atau sebaliknya murid dengan guru.

c. Tahapan Pembelajaran Matematika dengan Strategi Pembelajaran Ekspositori

Prosedur pembelajaran dengan ekspositori sebagai berikut:33 1) Persiapan (preparation)

2) Pertautan (apperception) 3) Penyajian (presentation) 4) Evaluasi (resitation)

Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa strategi ekspositori merupakan strategi yang menekankan penuturan lisan guru dalam penyajian materi sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai bergantung dengan kemampuan guru dalam menyampaikan materi.

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh Ali Mahmudi (2011) dalam “Pengaruh Strategi MHM Berasis Masalah terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif dan Persepsi terhadap Kreativitas”, makalah termuat dalam Jurnal Cakrawala Pendidikan. Hasil analisis data menyimpulkan bahwa pembelajaran dengan strategi MHM berbasis masalah berpengaruh terhadap pencapaian kemampuan berpikir kreatif matematis. Pembelajaran demikian juga berpengaruh terhadap pencapaian persepsi siswa terhadap kreativitas, terutama pada sekolah yang kategorinya sedang. Selain itu, disimpulkan bahwa tidak terdapat interaksi antara faktor pembelajaran dengan faktor kategori sekolah terhadap kemampuan

33

(41)

berpikir kreatif matematis. Sebaliknya, terdapat interaksi antara faktor pembelajaran dengan faktor kategori sekolah terhadap persepsi terhadap kreativitas.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Nurapriliani (Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah) dengan judul “Efektivitas Strategi Pemecahan Masalah Polya Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis” Penelitian ini dilakukan di MI Al Mursyidiyyah pada kelas V, menunjukkan bahwa pembelajaran matematika menggunakan strategi pemecahan masalah Polya dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Aktivitas siswa dalam pembelajaran mengalami peningkatan dari kategori baik menjadi sangat baik. Selain itu menunjukan respon positif terhadap strategi yang digunakan

3. Penelitian yang dilakukan oleh Ulfa Aminatul Faizah (Skripsi IAIN Walisongo Semarang, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Tadris Matematika) yang berjudul “Upaya Penerapan Strategi

(42)

Dalam penelitian ini strategi yang dugunakan adalah Mathematical Habits of Mind yaitu strategi pembelajaran dengan melakukan kebiasaan-kebiasaan berpikir kreatif terutama dalam pelajaran matematika, dengan kebiasaan berpikir kreatif siswa akan mampu memformulasikan pertanyaan dan siswa mampu menyelesaikan masalah dengan berbagai cara atau strategi terutama dalam menyelesaikan masalah dalam pembelajaran matematika.

C. Kerangka Berpikir

Salah satu penyebab rendahnya kemampuan berpikir kreatif matematis siswa adalah proses pembelajaran di kelas yang masih berpusat pada guru (teacher center), pembelajaran di kelas kurang mendorong siswa untuk mengemabngkan kemampuan berpikirnya. Yang menjadi fokus pembelajaran adalah kemampuan anak untuk menghafal tanpa memahami, tanpa melibatkan kemampuan berpikir kreatif. Siswa tidak diberi kesempatan untuk menemukan jawaban ataupun cara lain yang berbeda.

Pada saat berlangsungnya pembelajaran, penggunaan dan pemahaman pola pikir sangatlah dibutuhkan. Terutama pada pelajaran matematika, sangat membutuhkan kemampuan berpikir kreatif. Penggunaan cara belajar dengan memfokuskan pada siswa (student center) dan habits of mind (kebiasaan berpikir) dapat menjadi salah satu upaya membantu siswa dalam menggunakan kreativitasnya. Belajar matematika yang baik adalah dengan disertai dengan kemampuan dan pola berpikir yang kretaif dalam mengembangkan pelajaran di sekolah seperti mengemukakan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah dan menyampaikan pertanyaan saat guru menerangkan pelajaran. Adapun kemampuan berpikir kreatif matematis adalah proses mental yang menghasilkan suatu ide yang baru (novelty), menghasilkan ide yang banyak (fluency), berbeda-beda (flexibility) dan terperinci (elaboration) untuk memperbaiki keadaan atau menyelesaikan masalah.

(43)

dan sistematis. Oleh sebab itu, pemilihan cara penyampaian atau metode pengajaran yang akan digunakan oeh guru haruslah tepat dan benar. Karena metode atau strategi yang tepat dan sesuai dengan kondisi siswa akan menarik bagi siswa dan membuat siswa senang dengan materi pelajaran tersebut. Selain itu, media pembelajaran yang dipakai oleh guru haruslah sekreatif mungkin.

Untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa perlu diperhatikan aspek atau indikator apa saja yang akan dicapai. Contohnya aspek kemampuan untuk mengemukakan banyak gagasan atau jawaban (flexibility), aspek kerincian jawaban sesuai dengan langkah-langkah penyelesaian masalah.

Kemampuan mengeksplorasi ide-ide matematis, merefleksi kebenaran jawaban, mengidentifikasi strategi pemecahan masalah yang dapat diterapkan untuk menyelesaikan masalah dalam skala lebih luas dan mengidentifikasi konsep ilmu pengetahuan (generalisasi), memformulasi pertanyaan, dan merekonstruksi contoh. Kelima aspek atau indikator strategi Mathematical Habits of Mind (MHM) sangat cocokdibutuhkan dalam mengembangkan kemampuan berpikir kreatif matematis.

Dari penjelasan di atas, antara indikator kemampuan berpikir kreatif dengan indikator strategi Mathematical Habits of Mind (MHM) terdapat kesamaan. Hubungan yang terlihat dari indikator strategi MHM dengan indikator kemampuan berpikir kreatif matematis sangat erat. Dimana kedua variabel sama-sama mengedepankan kemampuan untuk berpikir kreatif. Adapun langkah-langkah yang terdapat dalam strategi Mathematical Habits of Mind

(MHM) memiliki tujuan yang sama untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Sehingga besar kemungkinan peluang strategi ini dapat mempengaruhi kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dalam pelajaran matematika. Dari uraian di atas memberi gambaran bahwa ada keterkaitan yang saling melengkapi antara kemampuan berpikir kreatif matematis dengan strategi

(44)

Faktor Penyebab

Alternatif

Strategi Pembelajaran

[image:44.595.115.523.139.599.2]

Pengaruh

Gambar 2.2

Bagan Kerangka Berpikir Penelitian

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan deskripsi teoritik dan kerangka berpikir yang telah diuraikan sebelumnya, dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: “kemamapuan berpikir kreatif matematis siswa yang diajar menggunakan strategi Mathematical Habits of Mind lebih tinggi daripada kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional”.

Strategi Mathematical Habits of Mind (MHM)

Mengeksplorasi ide-ide matematis

(Explore mathematical ideas)

Memformulasi pertanyaan (Formulate

question)

Mengkonstruksi contoh (Construct

example) Merefleksi kebenaran

atau kesesuaian jawaban(Reflection their

answer to see weather they)

Generalisasi (Generalization)

Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa

Luwes Rinci

Rendahnya Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Strategi pembelajaran yang digunakan belum melatih kemampuan berpikir kreatif

Pembelajaran masih

berpusat pada guru.

(45)

29

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Islam Ruhama Cireundeu-Ciputat Timur pada kelas V semester 1 tahun pelajaran 2015/2016 yang beralamat di Jalan Tarumanegara No.67 Cireundeu Ciputat Timur Tangerang Selatan-Banten

B. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.1 Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SD Islam Ruhama Cireundeu tahun pelajaran 2015/2016. Sedangkan populasi terjangkaunya adalah seluruh siswa kelas V SD Islam Ruhama Cireundeu yang berjumlah 89 siswa terdiri dari 3 kelas, yaitu kelas V A yang berjumlah 30 orang, kelas V B yang berjumlah 29 orang dan kelas V C yang berjumlah 30 orang.

Sampel adalah himpunan bagian atau sebagian dari populasi yang karakteristiknya benar-benar diselidiki.2 Sampel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 kelompok, yaitu :

a. Kelompok eksperimen ialah kelompok siswa yang diajar dengan menggunakan strategi mathematical habits of mind (MHM)

b. Kelompok kontrol ialah kelompok siswa yang diajar dengan menggunakan pembelajaran konvensional.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Cluster Random Sampling yaitu pengambilan sampel yang dilakukan secara acak untuk populasi target tertentu yang tidak memiliki strata.3 Tpengambilan sampel ini untuk menentukan kelas kontrol dan kelas eksperimen. Dari seluruh kelas V yang ada, kemudian dirandom dan terpilih dua kelas yaitu

1

Suharismi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rrineka Cipta,2013), hal.173

2

Kadir, Statistika Untuk Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta: Rosemata Sampurna, 2010), hal.85 3

(46)

kelas VA dan VC. Kemudian dari kedua kelas tersebut dirandom lagi untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol, dan terpilh kelas VA untuk kelas eksperimen dan kelas VC untuk kelas kontrol.

C. Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi eksperimen

(eksperimen semu), metode eksperimen yang tidak memungkinkan peneliti melakukan pengontrolan penuh terhadap faktor lain yang mempengaruhi variabel dan kondisi eksperimen. Tujuan penelitian eksperimen semu adalah untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan tidak memungkinkan untuk mengontrol dan atau memanipulasikan semua variabel yang relevan.4

[image:46.595.113.513.216.623.2]

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah posttest only control design, berikut.5

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Kelompok Perlakuan Tes

E XE Y

K XK Y

Keterangan :

E : Kelas Eksperimen K : Kelas Kontrol

XE : Perlakuan dengan menggunankan strategi mathematic habits of mind (MHM)

XK : Perlakuan dengan menggunakan pembelajaran konvensional

4

Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan-Metode dan Paradigma Baru, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya Offset,2011),hal.74

5

(47)

Y : Pemberian tes kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada kedua kelompok

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui pemberian instrumen kepada siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen. Instrumen yang diberikan adalah tes kemampuan berpikir kreatif matematis siswa berupa tes

Gambar

Gambar 2.1 Dimensi Proses Kognitif
Tabel 2.2 Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berpikir Penelitian
Tabel 3.1 Desain Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini tepat pada waktunya, dalam usaha memenuhi

Berdasarkan tabel survey awal tentang Kepemimpinan CV.Tugu Mandiri Fresh Milk diatas, terdapat masalah pada faktor-faktor yang terjadi seperti pada analisa pemimpin

KADISOBO PAROKI SANTO YOSEPH MEDARI”. Penulis memilih judul tersebut berdasarkan keprihatinan penulis terhadap kurangnya minat kaum muda untuk ikut terlibat ambil

Dengan ini diberitahukan kepada sudara, apabila dikuasakan harus disertai dengan surat kuasa atau surat tugas dari direktur kepada penerima kuasa atau penerima tugas dan

Untuk itu kami meminta kepada saudara untuk menunjukan asli dokumen yang sah dan masih berlaku ( beserta copynya ), sebagaimana yang terlampir dalam daftar isian

Yang hadir adalah yang menandatangani surat penawaran atau dapat diwakilkan kepada yang namanya tercantum dalam akte perusahaan dengan membawa surat kuasa. Membawa

2) pengujian aksi objek pesawat berdasarkan kemungkinan yang dihasilkan. Prosedur pengujian pertama selengkapnya dijelaskan pada Tabel 5. Pengujian dilakukan untuk

PARAMETER PERHITUNGAN Hasil perhitungan yang akan dilakukan adalah melakukan perhitungan link budget komunikasi radio pada navigasi udara Non Direction Beacon