• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Status Psikososial Remaja Dengan Maloklusi Gigi Anterior pada Siswa-Siswi SMA Harapan Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Status Psikososial Remaja Dengan Maloklusi Gigi Anterior pada Siswa-Siswi SMA Harapan Medan"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN 1

KUESIONER PENELITIAN

GAMBARAN STATUS PSIKOSOSIAL REMAJA DENGAN MALOKLUSI ANTERIOR PADA SMA HARAPAN MEDAN

Nama : ______________________

Tempat / Tanggal Lahir : ______________________

Kelas : ______________________

Data Responden

Bacalah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini dengan teliti. Jawablah setiap pertanyaan dengan memberi tanda centang ( v ) pada satu kolom jawaban yang tepat menurut anda.

Keterangan Jawaban:

Tidak = Tidak sesuai dengan keadaan diri saya Sedikit = Sedikit sesuai dengan keadaan diri saya Agak = Agak sesuai dengan keadaan diri saya Setuju = Sesuai sesuai dengan keadaan diri saya Sangat Setuju = Sangat sesuai dengan keadaan diri saya

No Pernyataan tentang diri sendiri Tidak Sedikit Agak Setuju Sangat Setuju 1. Saya menyukai gigi saya

(2)

3. Saya puas melihat gigi saya sewaktu bercermin

3. Saya puas melihat gigi saya sewaktu bercermin

4. Gigi saya menarik menurut orang lain 5. Saya puas dengan penampilan gigi saya 6. Saya memiliki posisi gigi yang baik 7. Saya sedikit menahan diri sewaktu

tersenyum agar gigi saya tidak terlalu terlihat

8. Saya seringkali khawatir terhadap pendapat orang tentang gigi saya dan orang yang tidak cukup saya kenal 9. Saya takut orang lain akan berkomentar

yang tidak enak mengenai gigi saya 10. Saya seringkali kurang bisa bersosialisasi

dikarenakan keadaan gigi saya

11. Kadang-kadang saya menutup mulut saya dengan tangan

12. Kadang-kadang saya merasa orang lain memperhatikan gigi saya

13. Komentar-komentar mengenai gigi saya sangat mengganggu saya meskipun hanya untuk bercanda

14. Kadang-kadang saya khawatir terhadap pendapat lawan jenis mengenai gigi saya 15. Saya merasa iri dengan bentuk dan

keadaan gigi orang lain yang rapi 16. Saya merasa rendah diri ketika melihat

gigi orang lain

17. Kadang-kadang saya merasa tidak senang dengan penampilan gigi saya

18. Saya merasa kebanyakan orang memiliki gigi yang lebih bagus daripada saya 19. Saya merasa rendah diri jika memikirkan

penampilan gigi saya

20. Saya berharap gigi saya terlihat lebih bagus

21. Saya tidak suka melihat gigi saya ketika bercermin

22. Saya tidak suka melihat gigi saya dalam foto diri saya sendiri

(3)

LAMPIRAN 2

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertandatangan dibawah ini:

Nama : ______________________________________________________

Kelas : _____________

Jenis Kelamin : L / P

Menyatakan bersedia untuk menjadi sampel dalam penelitian mengenai Gambaran Status Psikososial Remaja Dengan Maloklusi Gigi Anterior pada Siswa-Siswi SMA Harapan Medan dan tidak akan menyatakan keberatan maupun tuntutan dikemudian hari.

Demikian pernyataan ini saya berikan dalam keadaan pikiran sehat/ sadar dan tanpa paksaan apapun dari pihak manapun juga.

Medan, November 2015

Pembuat pernyataan,

(4)

LAMPIRAN 3

DATA HASIL PEMERIKSAAN DAN KUESIONER PENELITIAN PADA SISWA-SISWI DI SMA HARAPAN MEDAN

No Nama Jenis Kelamin Karakteristik Maloklusi Anterior Skor kuesioner

1 NN Perempuan Crossbite 29

2 RH Laki-laki Edge to edge 17

3 NK Perempuan Crowded 62

4 S Perempuan Crossbite 49

5 KK Perempuan Diastema 25

6 AN Perempuan Crossbite 50

7 SS Perempuan Crowded 51

8 MS Perempuan Crossbite 59

9 DH Perempuan Diastema 26

10 AA Laki-laki Deepbite 39

11 RR Perempuan Crossbite 17

12 DM Laki-laki Edge to edge 31

13 MR Laki-laki Deepbite 24

14 NI Laki-laki Deepbite 24

(5)

16 KA Laki-laki Edge to edge 21

17 AN Perempuan Crossbite 50

18 AM Laki-laki Diastema 53

19 YF Laki-laki Deepbite 29

20 AR Perempuan Crowded 40

21 MA Laki-laki Edge to edge 20

22 MF Laki-laki Crowded 34

23 MF Laki-laki Deepbite 32

24 AF Laki-laki Protrusi 33

25 AA Perempuan Crossbite 41

26 IS Laki-laki Edge to edge 22

27 RM Laki-laki Deepbite 16

28 DH Perempuan Diastema 26

29 KN Perempuan Crowded 30

30 AF Laki-laki Crowded 41

31 FA Laki-laki Diastema 17

32 AH Laki-laki Crossbite 18

33 AG Perempuan Deepbite 24

(6)

35 CN Perempuan Diastema 38

36 NP Perempuan Crowded 58

37 PP Perempuan Deepbite 26

38 MD Laki-laki Edge to edge 35

39 AW Perempuan Edge to edge 35

40 HA Perempuan Deepbite 53

41 FN Perempuan Diastema 25

42 YA Perempuan Deepbite 27

43 EF Perempuan Crowded 23

44 JC Perempuan Crowded 37

45 AT Laki-laki Deepbite 44

46 LA Laki-laki Deepbite 43

47 RF Laki-laki Crossbite 43

48 SI Laki-laki Edge to edge 35

49 ZA Laki-laki Crowded 34

50 AA Laki-laki Edge to edge 22

51 RS Laki-laki Edge to edge 30

52 TA Laki-laki Edge to edge 24

(7)

54 MZ Laki-laki Diastema 47

55 IF Laki-laki Edge to egde 40

56 AL Laki-laki Openbite 36

57 YQ Laki-laki Crowded 59

58 AA Perempuan Protrusi 43

59 MM Laki-laki Protrusi 40

60 AE Laki-laki Protrusi 14

61 AA Laki-laki Crowded 36

62 WU Laki-laki Crowded 17

63 FH Laki-laki Crossbite 67

64 DA Laki-laki Edge to edge 29

65 MF Laki-laki Crossbite 24

66 NH Laki-laki Crossbite 60

67 TR Laki-laki Deepbite 30

68 SM Laki-laki Crowded 23

69 I Laki-laki Edge to edge 32

70 YK Laki-laki Diastema 68

71 MR Laki-laki Crowded 73

(8)

73 HN Laki-laki Diastema 41

74 IA Laki-laki Protrusi 44

75 FA Laki-laki Edge to edge 35

76 FH Laki-laki Protrusi 34

77 AS Laki-laki Protrusi 39

78 MA Laki-laki Crossbite 33

79 AD Laki-laki Protrusi 36

80 FM Perempuan Deepbite 44

81 DB Perempuan Deepbite 24

82 IS Laki-laki Deepbite 38

83 RF Laki-laki Deepbite 40

84 MY Perempuan Crowded 52

85 NR Perempuan Edge to edge 35

86 UN Perempuan Edge to edge 23

87 AR Perempuan Diastema 55

88 AI Perempuan Crowded 34

89 AN Perempuan Deepbite 54

90 NV Perempuan Deepbite 39

(9)

92 IO Perempuan Protrusi 49

93 FE Perempuan Edge to edge 25

94 TR Perempuan Deepbite 43

95 PB Perempuan Crowded 32

96 SN Perempuan Diastema 13

97 FF Laki-laki Crowded 34

98 HD Laki-laki Edge to edge 21

99 MR Laki-laki Edge to edge 41

100 MI Laki-laki Crowded 18

101 MR Laki-laki Edge to edge 21

102 RT Laki-laki Edge to edge 24

103 ZA Laki-laki Edge to edge 47

104 DA Laki-laki Deepbite 22

(10)

LAMPIRAN 4

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

(11)
(12)
(13)

DAFTAR PUSTAKA

1. Kharbanda OP. Orthodontics: Diagnosis and management of malocclusion and dentofacial deformities. 1st ed. New Delhi: Elsevier, 2009: 13.

2. Ahmad I. Anterior dental Aesthetics: facial perspective. British Dental J 2005;199: 15-21.

3. Khan M, Fida M. Assessment of psychosocial impact of dental aesthetics. J of The College of Physicians and Surgeon Pakistan 2008; 18: 559-64.

4. Devya. Hubungan citra diri dan perilaku konsumtif pada remaja putri yang memakai kosmetik wajah. eJournal Psikologi 2015; 3: 433-40.

5. Day RA, Paul P, Williams B, Smeltzer S, Bare B. Textbook of canadian medical-surgical nursing. 2nd ed. Canada: Wolters Kluwer Health, 2010: 1076. 6. Cobourne MT, DiBiase AT. Handbook of orthodontics. Edinburgh: Mosby,

2010: 2.

7. Nazir R, Mahmood A, Anwar A. Assessment of psychosocial impact of dental

aesthetics and self perceived orthodontic treatment need in young adults. Pakistan Oral and Dental 2014; 34: 312-6.

8. Johal A, Cheung MYH, Marcenes W. The impact of malocclusion on quality of life. British Dental J 2007; 202: 88-9.

10.

(13 Agustus 2015).

11.Siddegowda R, Rani MS. A cross-sectional epidemiological survey on prevalance of malocclusion in government, aided and private school children of karnataka. Universal J of Public Health 2013; 1: 124-30.

(14)

13.Saguni F. Persepsi tentang penampilan fisik wanita pada masa remaja 2012; 4: 3-16.

14.Suryani L, Syahniar, Zikra. Penyesuaian diri pada masa pubertas 2013; 2: 136-40.

15.Permatasari B. Hubungan antara penerimaan terhadap kondisi fisik dengan kecenderungan anorexia nervosa pada remaja perempuan di SMAN1 Banjarmasin 2012; 1: 130-7.

16.Santrock JW. Remaja. Alih Bahasa. Widyasinta B. Jakarta: Erlangga, 2007: 20-1, 183, 190-1.

17.Valentini V, Nisfiannoor M. Identity achievement dengan intimacy pada remaja SMA. J Provitae 2006; 2: 1-12.

18.Sasea A, Lampus BS, Supit A. Gambaran status kebersihan rongga mulut dan status gingiva pada mahasiswa dengan gigi berjejal. J e-Gigi 2013; 1: 52-8. 19.De Paula Junior DF, da Santos NCM, Silva ET, Nunes MF, Leles CR.

Psychosocial impact of dental esthetics on quality of life in adolescents. Angle

Orthod 2009; 79: 1188-93.

20.Sheikh A, Mathew T, Siew TB. Dental malocclusion among university students and its effect on self-esteem: A cross-sectional study. World J of Dentistry 2014; 5: 204-8.

21.Paula DF, Silva ET, Campos ANV, Nunez MO, Leles CR. Effect of anterior teeth display during smiling on the self-perceived impacts of malocclusion in adolescents. Angle Orthod 2011; 81: 540-45.

22.Carvalho AC, Paiva SM, Viegas CM, Scarpelli AC, Ferreira FM, Pordeus IA. Impact of malocclusion on oral health-related quality of life among Brazilian preschool children: a population-based study 2013; 24: 655-61.

(15)

24.Klages U, Claus N, Wehrbein H, Zentner A. Development of questionnaire for assessment of the psychosocial impact of dental aesthetics in young adults. Eur J of Orthod 2006; 28: 103-11.

25.Arcis CB, Montiel JM, Silla JMA. Psychosocial impact of malocclusion in spanish adolescents. Korean J Orthod 2013; 43: 193-200.

26.Utami SW. Hubungan perawatan ortodontik dengan status psikososial pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hassanudin. BIMKGI. 2015; 3: 1-8.

27.Liling DT. 2013. Hubungan kasus maloklusi gigi anterior dengan status psikososial pada pelajar SMP di Makassar. Skripsi. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin.

28.Arsie RY. Dampak berbagai karakteristik oklusi gigi anterior terhadap status psiokososial remaja awal. Tesis. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia.

29.Bhalajhi SI, Orthodontic : The art and science. 3rd ed. New Delhi: Arya Publishing House, 2004: 59-62, 69-74, 76-7,82, 392.

30.Alamsyah RM, Tamba EHF, Natamiharja L. Kebutuhan pemakaian pesawat ortodonti pada siswa-siswi 4 SMA di Medan. Dentika Dent J 2006; 11: 9-15. 31.Bishara SE. Textbook of orthodontics. Philadelphia: WB Saunders Company,

2001: 56, 99-101, 312.

32.Singh G. Textbook of orthodontics. 2nd ed. New Delhi: Jaypee, 2007: 53, 59, 163-67, 171, 175-7.

33.Proffit WR. Contemporary orthodontics. 4th ed. St Louis: Elsevier, 2007: 12, 16, 192.

34.Manjunatha BS. Textbook of dental anatomy and oral pyhsiology. 1st ed. New Delhi: Jaypee, 2013: 34.

35.Proffit WR. Contemporary orthodontics. 5th ed. St Louis: Elsevier, 2012: 164. 36.Phulari BS. Orthodontics principles and practice. 1st ed. New Delhi: Jaypee,

2011: 524-5, 537-8, 549-50.

(16)

38.Cobb NJ. Adolescene. New York: McGraw-Hill, 2007: 8.

39.Bourguignon JP, Carel JC, Christen Y. Brain crosstalk in puberty and adolescene. New York: Springer, 2015: 51-2.

40.Nanda Ravindra. Biomechanical and esthetic strategies in clinical orthodontics. St. Louis, Missouri: Elsevier Saunders, 2005: 83, 85-6.

41.Min-Ho Jung. An evaluation of self-esteem and quality of life in orthodontic patients: Effect of crowding and protrusion. Angle Orthod 2015; 85: 812-19. 42.Nanda R, Kapila S. Current therapy in orthodontics. St. Louis, Missouri:

Mosby Elsevier, 2010: 4.

43.Puspitasari KI. Hubungan antara overjet dan overbite dengan status psikososial dewasa awal mahasiswa fakultas ekonomi dan bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta tahun 2014. Naskah Publikasi. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

44.Spano S. Stage of adolescent development. Research : Facts and Findings. Newyork 2004.

45.Johal A, Cheung MYH, Marcenes W. The impact of two different malocclusion traits on quality of life. British Dent J 2007; 202: 1-4.

46.Uslah I. Hubungan Maloklusi terhadap psikologis pada remaja SMA di Kota Makassar. Skripsi. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin.

(17)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif untuk melihat gambaran status psikososial remaja dengan maloklusi anterior pada siswa-siswi SMA Harapan Medan.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Harapan Medan, yang bertempat di jalan Imam Bonjol No.35, Medan.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai Desember 2015.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi di SMA Harapan sejumlah 628 orang. Sampel pada penelitian ini akan dikumpulkan dengan teknik simple random sampling Adapun kriteria inklusi dan eksklusi yang ditentukan dalam pemilihan sampel sebagai berikut:

3.3.1 Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi dalam penelitian ini, yaitu:

1. Siswa- siswi dengan maloklusi anterior : protrusi, crowded, diastema, crossbite anterior, openbite anterior, edge to edge, deepbite

(18)

3.3.2 Kriteria Eksklusi

Kriteria ekslusi dalam penelitian ini, yaitu:

1. Siswa-siswi yang menolak berpatisipasi dalam penelitian 2. Terdapat gigi berlebih pada anterior

3. Terdapat kehilangan satu gigi atau lebih pada bagian anterior

3.3.3 Besar Sampel

Besar sampel untuk penelitian ini diperoleh dengan perhitungan dengan rumus data deskriptif kategorik, yaitu:

n = 1.962 x 0.44 x 0.56

0.12

= 94,7

Dimana,

n = besar sampel

Zα2 = nilai sebaran normal baku, besarnya tergantung tingkat kepercayaan 95% (1,96)

P = proporsi penelitian sebelumnya sebesar 44% ( Liling DT, 2013)27

Q = 1-P  1- 0, 44=0, 56

d = presisi mutlak ditetapkan sebesar 10%

Dari perhitungan diperoleh sampel sebesar 95 orang. Untuk mencegah apabila terdapat beberapa sampel yang tidak layak untuk diteliti dan jumlah sampel tetap memenuhi besar sampel minimal, maka sampel ditambah 10% dari jumlah sampel yang ada menjadi 105 orang.

(19)

3.4 Variabel dan Definisi Operasional 3.4.1 Variabel

1.Maloklusi anterior : protrusi, crowded, diastema, crossbite anterior, openbite anterior, edge to edge, deepbite

2.Status psikososial remaja 3.Usia

4.Jenis kelamin

3.4.2 Definisi Operasional 1. Maloklusi anterior.

Yang termasuk ke dalam maloklusi anterior yaitu sebagai berikut:

a. Protrusi yaitu suatu kondisi dengan overjet yang lebih dari normal, dimana overjet yang normal yaitu 2-4 mm Cara pengukurannya dilakukan dengan menempatkan penggaris sejajar dataran oklusal kemudian mengukur jarak dari

permukaan labial insisivus sentralis bawah ke tepi insisal gigi insisivus sentralis atas. Subjek yang memenuhi kriteria yaitu dengan overjet > 4mm.

b.Gigi bercelah (diastema) yaitu suatu keadaan dimana terdapat ruang diantara kedua gigi. Subjek yang memenuhi kriteria yaitu jika terdapat minimal satu gigi yang bercelah pada bagian anterior rahang atas saat dilakukan pemeriksaan secara visual.

c. Gigi berjejal (crowded) yaitu keadaan suatu keadaan dimana gigi berada diluar susunan gigi yang normal. Subjek yang memenuhi kriteria yaitu jika terdapat minimal satu gigi yang bertumpang tindih pada bagian anterior rahang atas saat dilakukan pemeriksaan secara visual.

(20)

e. Gigitan dalam anterior (deepbite anterior) yaitu overbite yang lebih dari normal, dimana overbite yang normal adalah 2-4mm. Cara pengukurannya dilakukan secara vertikal antara insisal maksila dan mandibula dalam keadaan oklusi sentrik dengan cara menarik garis khayal dari dataran insisal sentralis atas ke gigi insisivus sentralis bawah bagian labial, kemudian menggunakan penggaris untuk mengukur garis khayal tersebut ke dataran insisal sentralis bawah. Subjek yang memenuhi kriteria yaitu dengan overbite >4mm.

f. Gigitan terbuka anterior (anterior openbite) yaitu kurangnya overlap antara gigi-geligi anterior maksila dan mandibula saat oklusi sentrik. Subjek yang memenuhi kriteria yaitu tidak terdapatnya kontak antara gigi insisivus atas dan bawah saat oklusi sentrik.

g. Edge to edge yaitu suatu keadaan yang ditandai dengan beroklusinya insisivus atas dan bawah pada ujung insisalnya dan tidak overlap atau zero overbite. Subjek yang memenuhi kriteria yaitu overbite = 0 saat oklusi sentrik.

2. Status psikososial remaja yaitu dampak yang diakibatkan dari maloklusi

anterior terhadap psikososial seseorang. Pengukuran dampak psikososial dilakukan dengan alat ukur kuesioner Psychosocial Impact of Dental Aesthetic Questionnaire (PIDAQ) yang meliputi aspek rasa percaya diri, dampak sosial, dampak psikologi, dan dampak estetika.

a. Untuk penilaian dampak sosial, dampak psikologi, dan dampak estetika diberikan skor sebagai berikut:

b. Untuk penilaian rasa kepercayaan diri diberikan skor sebagai berikut:

(21)

-3 = bila subjek menjawab sedikit -2 = bila subjek menjawab agak -1 = bila subjek menjawab setuju

-0 = bila subjek menjawab sangat setuju

Setelah penilaian dilakukan dengan menjumlahkan respon jawaban setiap butir pertanyaan. Total dari skor minimum yang diperoleh adalah 0 dan skor maksimum adalah 92 yaitu:

- 0 - 30.6 = psikososial baik - 30.7 - 61.3 = psikososial sedang - 61.4 - 92 = psikososial buruk

3. Usia adalah lama hidup seseorang dari lahir sampai dengan sekarang yang diukur dalam tahun.

4. Jenis kelamin adalah tanda atau ciri dari lahir yang membedakan antara

laki-laki dan perempuan.

3.5 Alat dan Bahan Penelitian

Alat dan bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Masker

2. Sarung tangan 3. Penggaris besi 4. Kaca mulut 5. Alkohol 70% 6. Kapas

7. Alat tulis

(22)

3.6 Metode Pengumpulan Data

1. Pengambilan data dilakukan setelah mendapatkan persetujuan dari pihak sekolah SMA Harapan Medan dan mendapat surat ethical clearance dari komisi etik FK USU.

2. Sampel dipilih dengan teknik simple random sampling dengan cara memberikan kesempatan kepada siswa-siswi dengan nomor urut genap dari absensi kelas.

3. Menjelaskan mengenai penelitian yang dilakukan kepada siswa-siswi. 4. Peneliti menyiapkan alat dan bahan untuk melakukan pemeriksaan intra oral pada siswa-siswi dengan cara mereka duduk tegak pada kursi masing-masing. Pemeriksaan berupa protrusi, crowded, diastema, crossbite anterior, openbite anterior, edge to edge, deepbite anterior

5. Hasil dari pemeriksaan ditandai pada lembar data kuesioner dan lembar tersebut dipegang oleh calon sampel.

A B C

D E F G H

(23)

6. Membagikan surat informed consent pada calon sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

7. Mengumpulkan calon sampel pada suatu ruangan.

8. Peneliti memberikan penjelasan singkat tentang cara pengisian kuesioner kepada sampel.

9. Pengisian kuesioner pada lembar data kuesioner oleh sampel selama 15 menit.

10. Pengumpulan lembar data kuesioner. 11. Dalam sehari diambil sebanyak 37 sampel.

3.7 Pengolahan dan Analisis Data

Sebanyak 30 data kuesioner yang diperoleh akan dilakukan uji Alpha Cronbach untuk mengetahui apakah jawaban yang diberikan responden reabel atau tidak. Kemudian, semua data kuesioner yang diperoleh akan dilakukan uji deskriptif untuk mendapatkan gambaran status psikososial remaja dengan maloklusi gigi

anterior pada siswa-siswi SMA Harapan Medan

3.8 Etika Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti selalu berpedoman pada norma dan etika berikut, yaitu

3.8.1 Informed Consent

Surat persetujuan penelitian diberikan kepada responden tujuannya adalah agar subjek penelitian mengetahui maksud dan tujuan penelitian. Jika subjek bersedia maka harus menandatangani informed consent yang diajukan peneliti.

3.8.2 Ethical Clearanc

(24)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Sekolah SMA Harapan Medan dengan cara pemeriksaan intra oral dan pengisian lembar kuesioner oleh siswa-siswi yang memenuhi kriteria inklusi yaitu sebanyak 105 orang. Sampel diseleksi secara simple random sampling. Hasil pemeriksaan dan pengisian lembar kuesioner dari sampel tersebut diolah secara komputerisasi sehingga diperoleh gambaran status psikososial remaja dengan maloklusi gigi anterior pada siswa-siswi SMA Harapan Medan. Sebelum kuesioner digunakan dalam penelitian ini, dilakukan uji reliabilitas kuesioner dengan menguji kuesioner pada 30 siswa-siswi. Kemudian hasil jawaban dari tiap butir pertanyaan dari kusioner tersebut dimasukkan dalam analisis Alpha Cronbach. Dari hasil analisis diperoleh nilai alpha > 0,60. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa butir-butir pertanyaan kuesioner ini dapat diandalkan.

Tabel 1. Distribusi frekuensi sampel dengan maloklusi gigi anterior berdasarkan jenis kelamin pada siswa-siswi SMA Harapan Medan

Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persentase (%) Laki-laki

Tabel 1 diatas menggambarkan sampel secara keseluruhan berjumlah 105 orang. Dimana sampel berjenis kelamin laki-laki sebanyak 64 orang (60,95%), sedangkan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 41 orang (39,05%).

(25)

Tabel 2. Distribusi sampel berdasarkan karakteristik maloklusi gigi anterior pada siswa-siswi SMA Harapan Medan

Maloklusi Gigi Anterior

Jenis Kelamin Jumlah (N) Persentase (%) Laki-laki Perempuan

Tabel 2 diatas menggambarkan distribusi sampel berdasarkan karakteristik maloklusi gigi anterior. Distribusi maloklusi terbanyak yaitu edge to edge sebanyak 25 orang (23,8%) yang terdiri dari 21 laki-laki dan 4 perempuan. Distribusi maloklusi terbanyak kedua yaitu crowded sebanyak 22 orang (21%) yang terdiri dari 11 laki-laki dan 11 perempuan. Distribusi maloklusi terbanyak ketiga yaitu deepbite sebanyak 21 orang (20%) yang terdiri dari 12 laki-laki dan 9 perempuan. Distribusi

(26)

Tabel 3. Skor rata-rata PIDAQ pada remaja dengan maloklusi gigi anterior pada

(27)

Tabel 4. Skor rata-rata PIDAQ pada remaja dengan maloklusi gigi anterior berdasarkan jenis kelamin pada siswa-siswi SMA Harapan Medan

* Lk = Laki-laki ; Pr = perempuan

Tabel 4 diatas menggambarkan skor rata-rata PIDAQ pada remaja dengan maloklusi gigi anterior berdasarkan jenis kelamin pada siswa-siswi SMA Harapan Medan. Total skor rata-rata DSC pada laki-laki yaitu 12,3 sedangkan pada perempuan 14,9. Total skor rata-rata SI pada laki-laki yaitu 9,4 sedangkan pada perempuan 9,1. Total skor rata-rata PI pada laki-laki yaitu 8,8 sedangkan pada perempuan 11,5. Total skor rata-rata AC pada laki-laki yaitu 3,5 sedangkan pada perempuan 4,3.

(28)

Tabel 5. Status psikososial remaja dengan maloklusi gigi anterior pada siswa-siswi

(29)

Grafik 1. Status psikososial remaja dengan maloklusi gigi anterior pada siswa-siswi SMA Harapan Medan

Hasil penelitian juga akan dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin untuk melihat gambaran status psikososial remaja dengan maloklusi gigi anterior pada siswa-siswi SMA Harapan Medan. Hasil perhitungan akan dilampirkan dalam tabel di bawah ini.

0 2 4 6 8 10 12 14 16

Protrusi Crowded Diastema Deepbite Edge to edge

Crossbite openbite

Psikososial Baik

Psikososial Sedang

(30)

Tabel 6. Status psikososial remaja dengan maloklusi gigi anterior berdasarkan jenis kelamin pada siswa-siswi SMA Harapan Medan

Maloklusi Gigi

Tabel 6 diatas menggambarkan status psikososial remaja dengan maloklusi gigi anterior berdasarkan jenis kelamin. Dari 41 siswa-siswi yang mempunyai status psikososial baik, sebanyak 27 orang adalah laki-laki (65,8%) dan 14 orang adalah perempuan (34,2%). Dari 58 siswa-siswi yang mempunyai status psikososial sedang, sebanyak 33 orang adalah laki-laki (56,9%) dan 25 orang adalah perempuan (43,1%).

(31)

BAB 5 PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan pada siswa-siswi SMA Harapan Medan sebanyak 105 orang. Distribusi sampel yang mengalami maloklusi gigi anterior berdasarkan jenis kelamin yaitu sebanyak 64 orang laki-laki dan 41 orang perempuan. Dari beberapa karakteristik maloklusi gigi anterior, distribusi sampel berdasarkan karakteristik maloklusi yaitu edge to edge sebanyak 21 orang, deepbite sebanyak 12 orang, crowded sebanyak 11 orang, protrusi sebanyak 7 orang, diastema sebanyak 6 orang, anterior crossbite sebanyak 6 orang, dan openbite sebanyak 1 orang.

Mayoritas siswa-siswi SMA Harapan Medan memiliki sosial ekonomi menengah ke atas. Remaja dengan sosial ekonomi menegah ke atas memiliki banyak kebutuhan untuk memuaskan dirinya sendiri, salah satunya yaitu dengan menghabiskan banyak waktu diluar rumah untuk bergaul dengan teman sebaya

mereka. Akan tetapi, penampilan fisik merupakan hal yang penting untuk melakukan sosialisasi agar mampu menarik teman sebaya maupun lawan jenis.4,13 Apabila terdapat perubahan fisik maka akan mempengaruhi psikososialnya.12,13

Penurunan status psikososial dapat dilihat dari seseorang dengan maloklusi gigi anterior. Faktor kunci dalam daya tarik fisik seseorang secara keseluruhan merupakan bentuk dari estetika gigi. Seseorang dengan estetika gigi yang ideal dinilai oleh rekan-rekannya sebagai sosok yang lebih atletis, populer dan lebih kompeten dalam semua bidang. Bentuk estetika gigi ini menghasilkan peningkatan yang signifikan dalam kualitas hidup yang berpengaruh pada kondisi psikologis pasien. Kualitas hidup adalah tingkatan yang menggambarkan keunggulan seorang individu yang dapat dinilai dari kehidupan mereka. Kualitas hidup individu tersebut biasanya dapat dinilai dari kondisi fisiknya, psikologis, hubungan sosial dan lingkungannya.43

(32)

maloklusi gigi anterior yaitu 35,3 dengan skor rata-rata Dental Self-Confidence (DSC) 13,3 ; skor rata-rata Social Impact (SI) 8,5 ; skor rata-rata Psychological Impact (PI) 9,5 ; dan skor rata-rata Aesthetic Concern (AC) 3,9. Skor rata-rata DSC menunjukkan bagaimana dampak dari estetika gigi-geligi terhadap keadaan emosional, skor rata-rata SI menunjukkan masalah potensial dalam lingkungan sosial seseorang yang dapat timbul karena persepsi tentang penampilan gigi-geligi yang kurang baik dari diri sendiri maupun orang lain, skor rata-rata PI menunjukkan perasaan rendah diri dan tidak bahagia pada saat individu membandingkan diri sendiri dengan orang lain yang lebih baik estetika giginya, dan skor rata-rata AC menunjukkan perasaan tidak puas dari individu dengan keadaan gigi-geliginya saat melihat dengan cermin, foto, maupun video.7,24 Penelitian yang dilakukan oleh Arcis CB dkk di Spanyol pada remaja berusia 12-15 tahun sebanyak 627 orang menunjukkan bahwa skor total rata-rata PIDAQ adalah 32,2 dengan skor rata-rata Dental Self-Confidence (DSC) 11,3 ; skor rata Social Impact (SI) 6,1 ; skor rata-rata Psychological Impact (PI) 5,9 ; dan skor rata-rata-rata-rata Aesthetic Concern (AC)

7,44.25 Skor total rata-rata PIDAQ dari hasil penelitian ini lebih besar jika dibandingkan dengan hasil penelitian Arcis CB dkk, sehingga dapat disimpulkan bahwa dampak dari estetika gigi-geligi pada siswa-siswi SMA Harapan Medan lebih besar dari pada remaja di Spanyol. Dampak yang lebih besar pada hasil penelitian ini disebabkan karena terdapat perbedaan usia antara sampel, dimana sampel peneliti berkisaran antara usia 15-17 tahun. Remaja dengan usia 15-17 tahun merupakan suatu periode pertengahan remaja yang sangat memperhatikan penampilan fisik mereka dalam berinteraksi jika dibandingkan dengan periode awal remaja.44

(33)

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Arcis CB dkk menunjukkan bahwa skor total rata-rata PIDAQ berdasarkan jenis kelamin yaitu pada laki-laki 31,9 dengan skor rata-rata Dental Self-Confidence (DSC) 11,3 ; skor rata-rata Social Impact (SI) 6,18 ; skor rata-rata Psychological Impact (PI) 5,5 ; dan skor rata-rata Aesthetic Concern (AC) 7,54. Untuk skor total rata-rata PIDAQ pada perempuan yaitu 32,5 dengan skor rata-rata Dental Self-Confidence (DSC) 11,3 ; skor rata-rata Social Impact (SI) 6,02 ; skor rata-rata Psychological Impact (PI) 6,41 ; dan skor rata-rata Aesthetic Concern (AC) 7,35.25 Hasil antara penelitian ini berserta penelitian Arcis CB dkk menunjukkan skor total rata-rata PIDAQ pada perempuan yang lebih tinggi dari pada laki-laki. Sehingga pada penelitian ini, dampak estetika gigi-geligi lebih besar terjadi pada subjek dengan jenis kelamin perempuan. Hal ini disebabkan karena seorang remaja dengan jenis kelamin perempuan lebih kritis terhadap persepsi mengenai dampak dari estetika gigi-geligi dan cenderung lebih memperhatikan gigi-geligi mereka jika dibandingkan laki-laki.19,45

Status psikososial dari 105 subjek dengan maloklusi gigi anterior, terdapat 41

sampel yang memiliki status psikososial baik, 58 sampel dengan status psikososial sedang, dan 6 sampel dengan status psikososial buruk. Hasil dari penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian dari Liling DT pada 214 pelajar SMP di Makassar, dimana status psikososial yang baik merupakan jumlah terbanyak yaitu sebanyak 94 orang, selanjutnya status psikososial buruk sebanyak 65 orang, dan paling sedikit yaitu status psikososial sedang sebanyak 55 orang.27 Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Uslah I pada 30 pelajar SMA di Makassar juga memiliki hasil yang berbeda dengan penelitian ini, dimana status psikososial buruk sebanyak 17 orang, status psikososial sedang sebanyak 13 orang, dan tidak terdapat pelajar dengan psikososial baik.46 Perbedaan ini mungkin diakibatkan adanya perbedaan jumlah sampel dan populasi antara penelitian ini berserta kedua penelitian tersebut.

(34)
(35)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Gambaran status psikososial remaja dengan maloklusi gigi anterior pada siswa-siswi SMA Harapan Medan yaitu sebagai berikut :

1. Skor total rata-rata PIDAQ sebesar 35,3 dengan skor rata-rata Dental Self Confidence (DSC) 13,3 ; Social Impact (SI) 8,5 ; Psychological Impact (PI) 9,5 ; dan Aesthetic Concern (AC) 3,9. Status psikososialnya yaitu terdapat 41 orang dengan status psikososial baik, 58 orang dengan status psikososial sedang, dan 6 orang dengan status psikososial buruk.

2. Skor total rata-rata PIDAQ pada laki-laki sebesar 34 dengan dengan skor rata-rata Dental Self-Confidence (DSC) 12,3 ; skor rata-rata Social Impact (SI) 9,4 ; skor rata-rata Psychological Impact (PI) 8,8 ; dan skor rata-rata Aesthetic Concern (AC) 3,5. Skor total rata PIDAQ pada perempuan sebesar 39,8 dengan skor

rata-rata Dental Self-Confidence (DSC) 14,9 ; skor rata-rata-rata-rata Social Impact (SI) 9,1 ; skor rata-rata Psychological Impact (PI) 11,5 ; dan skor rata-rata Aesthetic Concern (AC) 4,3.

3. Status psikososial pada laki-laki yaitu terdapat 27 orang dengan status psikososial baik, 33 orang dengan status psikososial sedang, dan 3 orang dengan status psikososial buruk. Status psikososial pada perempuan yaitu terdapat 14 orang dengan status psikososial baik, 25 orang dengan status psikososial sedang, dan 3 orang dengan status psikososial buruk.

6.2. Saran

1. Diperlukan penelitian lebih lanjut tentang gambaran status psikososial remaja dengan berbagai tipe maloklusi berdasarkan tingkat pendidikan.

(36)

3. Diperlukan modifikasi dari pertanyaan yang terdapat dalam PIDAQ untuk penelitian selanjutnya.

(37)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Istilah oklusi dapat ditinjau dalam dua aspek, yaitu aspek statis dan aspek dinamis. Pada aspek statis menunjukkan bagaimana bentuk, keselarasan, dan artikulasi dari gigi-geligi dalam lengkung gigi. Sedangkan pada aspek dinamis menunjukkan bagaimana fungsi dari sistem stomatognasi seperti gigi-geligi, jaringan pendukung, sendi temporomandibular, neuromuskular, dan nutrisi. Oklusi normal dan maloklusi merupakan salah satu keadaan yang akan melibatkan aspek statis.29

2.1 Oklusi Normal

Oklusi adalah kontak maksimum antara gigi-geligi rahang atas dan rahang bawah dengan lengkung gigi atas dan bawah dalam keadaan tertutup.30 Angle mendefinisikan oklusi normal sebagai sebuah hubungan yang harmonis antara

gigi-geligi rahang atas dan rahang bawah. Konsep oklusi normal menurut Angle yaitu berdasarkan hubungan anteroposterior gigi molar pertama atas dan bawah. Menurut Angle, oklusi normal yaitu tonjol mesiobukal molar pertama atas berkontak dengan groove diantara tonjol mesiobukal dan distobukal dari gigi molar pertama bawah.31,32

(38)

Gambar1. Oklusi Normal29

2.2 Maloklusi

2.2.1 Definisi dan Etiologi Maloklusi

Maloklusi adalah suatu bentuk penyimpangan posisi antara gigi-geligi atas dan bawah terhadap lengkung gigi yang dapat memperburuk estetika dan fungsional.5,6 Maloklusi dapat disebabkan karena tidak ada keseimbangan dentofasial. Keseimbangan dentofasial ini tidak disebabkan oleh satu faktor saja, tetapi beberapa faktor saling mempengaruhi. Faktor-faktor yang mempengaruhi maloklusi menurut Salzman dibagi atas faktor prenatal dan postnatal. Faktor prenatal terdiri dari genetik, diferensiasi, dan kongenital. Sedangkan faktor postnatal terdiri dari perkembangan, fingsional, dan lingkungan.19,32

Menurut Moyer, maloklusi dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya:29,32

1. Faktor keturunan 2. Gangguan pertumbuhan

3. Trauma, yaitu trauma sebelum lahir dan trauma saat dilahirkan serta trauma setelah dilahirkan

4. Keadaan fisik, seperti prematur ekstraksi gigi desidui

5. Kebiasaan buruk, seperti menghisap jari-jari dan ibu jari, menjulurkan lidah, menggigit dan menghisap bibir, menggigit jari

(39)

7. Penyakit seperti penyakit sistemik, kelainan endokrin, penyakit lokal (gangguan saluran pernafasan, penyakit gusi, tumor, dan karies)

8. Malnutrisi

2.2.2 Klasifikasi Angle

Pada tahun 1889, Dr.E.H.Angle memperkenalkan klasifikasi maloklusi. Maloklusi menurut Angle tersebut diklasifikasikan berdasarkan hubungan gigi molar pertama permanen bawah terhadap molar pertama atas. Klasifikasi ini masih digunakan hingga saat ini, yang terbagi menjadi:29,31,32

1. Maloklusi Klas I Angle

Memiliki hubungan molar pertama permanen yang normal, yaitu tonjol mesiobukal molar pertama permanen atas beroklusi dengan groove bukal gigi molar pertama permanen bawah. Selain itu, dapat juga disertai dengan gigi yang berjejal, rotasi, kehilangan gigi, dan sebagainya.

2. Maloklusi Klas II Angle

Memiliki hubungan molar bawah yang lebih ke distal dari molar atas (distooklusi), dimana tonjol distobukal gigi molar pertama permanen atas berkontak dengan groove bukal gigi molar pertama permanen bawah.

Maloklusi Klas II ini terbagi menjadi 2 divisi, yaitu: a. Maloklusi Klas II divisi 1

Maloklusi Klas II divisi 1 ditandai dengan overjet yang besar dan biasanya disertai dengan overbite yang dalam, bibir atas hipotonus, bibir bawah terletak pada bagian palatal dari insisif atas, dan lengkung maksila yang menyempit.

b. Maloklusi Klas II divisi 2

Maloklusi Klas II divisi 2 ditandai dengan inklinasi gigi insisif sentral atas lebih ke lingual dan insisif lateral atas lebih ke labial bertumpang tindih dengan insisif sentral.

3. Maloklusi Klas III Angle

(40)

Pada tahun 1915, Dewey memodifikasi klasifikasi dari Angle, yaitu dengan membagi Klas I menjadi 5 tipe dan Klas II menjadi 3 tipe.29,32

Modifikasi Klas I, yaitu:

a. Tipe 1 yaitu maloklusi Klas I dengan gigi berjejal pada anterior rahang atas

b. Tipe 2 yaitu maloklusi Klas I dengan gigi insisif rahang atas protrusif c. Tipe 3 yaitu dengan gigitan silang di anterior

d. Tipe 4 yaitu dengan gigitan silang di posterior

e. Tipe 5 yaitu bergesernya gigi molar permanen ke mesial karena kehilangan dini gigi molar desidui atau premolar

Modifikasi Klas III, yaitu:

a. Tipe 1 yaitu hubungan insisif anterior edge to edge

b. Tipe 2 yaitu gigi insisif bawah berjejal dan berada dibelakang gigi insisif atas

c. Tipe 3 yaitu gigi insisif atas berjejal dan berada di belakang gigi insisif bawah

(41)

2.2.3 Karakteristik Maloklusi Anterior 2.2.3.1Gigi Anterior berjejal (crowding)

Gigi berjejal merupakan suatu keadaan dimana gigi berada diluar susunan gigi yang normal. Kondisi gigi berjejal terkadang akan menjadi masalah bagi penderitanya karena sangat sulit untuk dibersihkan dengan menyikat gigi.18,29 Gigi berjejal biasanya terjadi dikarenakan ketidakseimbangan antara ukuran gigi dengan panjang lengkung gigi.29

Kategori gigi berjejal berdasarkan tingkat keparahannya adalah gigi berjejal ringan (2-3 mm), gigi berjejal sedang (4-6 mm), gigi berjejal berat (7-10 mm), gigi berjejal sangat berat (> 10 mm).33 Penyebab dari gigi berjejal dapat disebabkan oleh karena adanya gigi berlebih (supernumerary teeth), abnormalitas dari bentuk dan ukuran gigi, premature loss dari gigi desidui.29

2.2.3.2Gigi Bercelah (diastema)

Gigi bercelah (diastema) merupakan suatu keadaan dimana terdapat ruang diantara kedua gigi. Besarnya ruang antar gigi yang sering ditemukan yaitu antara 1-3 mm. Diastema yang terdapat pada periode gigi permanen dapat terjadi karena beberapa penyebab, seperti ukuran gigi inisisif normal yang berada pada lengkung gigi yang berukuran normal, ukuran gigi insisif yang kecil tetapi berada pada lengkung gigi yang berukuran normal, ukuran gigi insisif yang kecil tetapi berada pada lengkung gigi yang besar, posisi gigi insisif yang lebih ke labial terhadap insisif

(42)

bawah dengan overjet lebih dari normal, adanya rotasi gigi insisif atas, dan frenulum labial atas yang melekat pada jaringan lunak dan tulang pada daerah diastema.31

2.2.3.3 Protrusi

Protrusi merupakan suatu kondisi dengan overjet yang lebih dari normal, dimana overjet yang normal yaitu 2-4 mm.34 Dalam menentukan seberapa maju gigi insisif atas, dapat dilakukan pemeriksaan bibir. Bila dalam kondisi istirahat atau relaks, bibir tampak maju dengan adanya celah di antara bibir atas dan bawah sebesar 3-4 mm, serta adanya kesulitan saat mengatupkan bibir atas dan bawah, maka dapat disimpulkan bahwa gigi insisif protrusif.35

Gambar 4. Gigi bercelah31

(43)

2.2.3.4 Gigitan Dalam (deepbite)

Menurut Graber, deepbite merupakan overbite yang berlebih dengan pengukurannya dilakukan secara vertikal antara insisal maksila dan mandibula dalam keadaan oklusi sentrik.36 Overbite yang normal yaitu 2-4 mm.35 Jenis deepbite dapat diklasifikasikan menjadi dua tipe, yaitu incomplete overbite dan complete overbite. Incomplete overbite yaitu insisal bawah yang gagal beroklusi dengan insisal atas atau gagal beroklusi dengan mukosa palatum. Complete overbite yaitu insisal bawah berkontak dengan bagian palatal dari insisal atas pada saat oklusi sentrik.Selain itu, deepbite juga bisa diklasifikasikan menjadi dental deepbite dan skeletal deepbite. Dental deepbite dapat terjadi jika gigi anterior mengalami ekstruksi dan gigi molar mengalami intrusi. Dental deepbite sering dijumpai pada maloklusi Klas II divisi 2. Sedangkan skeletal deepbite biasanya terjadi karena genetik. 36

2.2.3.5Gigitan Silang Anterior (anterior crossbite)

Gigitan silang anterior merupakan suatu kondisi dimana gigi anterior mandibula terletak pada bagian luar dari gigi anterior maksila. Gigitan silang anterior

sering terjadi karena posisi lingual dari gigi anterior maksila berhubungan dengan gigi anterior mandibula. Gigitan silang anterior dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu single tooth crossbite dan segmental anterior crossbite. Single tooth crossbite yaitu satu gigi anterior mandibula bertumpang tindih dengan satu gigi anterior

(44)

maksila. Segmental anterior crossbite yaitu beberapa gigi anterior mandibula bertumpang tindih dengan beberapa gigi anterior maksila. 36

2.2.3.6Gigitan Terbuka Anterior (anterior openbite)

Gigitan terbuka anterior terjadi karena kurangnya overlap antara gigi-geligi anterior maksila dan mandibula saat oklusi sentrik. Gigitan terbuka anterior dapat berupa dental atau skeletal openbite yang etiologinya karena kebiasaan buruk seperti menghisap ibu jari, menjulurkan lidah, bernafas dari mulut.36

Gambar 7. Gigitan silang anterior36

(45)

2.2.3.7Edge to edge

Edge to edge yaitu suatu maloklusi yang ditandai dengan beroklusinya insisivus atas dan bawah pada ujung insisalnya dan tidak overlap atau tidak terdapatnya overbite yang sering disebut zero overbite. Edge to edge sering disebabkan oleh interkuspasi dari gigi desidui yang kurang baik sehingga gigi desidui menjadi aus.34

2.3 Psikososial

Erik Erikson merupakan salah satu ahli psikoanalisis yang memperkenalkan istilah psikososial pada tahun 1950 dalam bentuk teori perkembangan psikososial manusia. Perkembangan psikososial menurut Erikson dapat dikelompokkan menjadi delapan tahap perkembangan karakter, yaitu percaya lawan tidak percaya (trust vs mistrust), otonomi lawan perasaan malu dan ragu (autonomy vs shame and doubt), tahap inisiatif lawan rasa bersalah (initiative vs guilt), tahap industri lawan perasaan rendah hati (industry vs inferiority), tahap identitas lawan kebingungan dalam peran (identity vs role confusion), tahap intimasi lawan isolasi (intimacy vs isolation), tahap generativitas lawan stagnasi (generativity vs stagnation), dan tahap kejujuran lawan keputusasaan (integrity vs despair).10

Psikososial merupakan istilah yang digunakan untuk menekankan hubungan yang erat antara aspek psikologis dari pengalaman manusia dan pengalaman sosial

(46)

yang lebih luas. Dampak secara psikologis adalah sesuatu yang akan mempengaruhi berbagai tingkat fungsi yaitu kognitif (persepsi dan memori sebagai dasar untuk pengalaman dan pembelajaran), emosi, dan perilaku. Dampak secara sosial yaitu kemampuan dalam menjalin hubungan dengan orang lain, keluarga, jaringan komunitas, tradisi budaya, status ekonomi, dan termasuk juga sekolah atau bekerja.9

Tahap perkembangan psikososial yang berlangsung selama masa remaja menurut Erikson yaitu tahap identitas versus kebingungan identitas. Pada masa ini, remaja berusaha dalam menjelaskan siapakah dirinya, keunikan, serta tujuan dari kehidupannya. Dalam usaha yang dilakukan untuk mencari identitasnya tersebut, remaja akan melakukan eskprimen dengan berbagai peran. Di samping itu, akan muncul suatu kepedulain terhadap pandangan orang lain mengenai identitas diri dan pandangan tersebut akan memengaruhi pembentukan konsep diri. Konsep diri adalah cara individu dalam melihat pribadinya secara utuh menyangkut fisik, emosi, intelektual, sosial, dan spiritual.16 Dalam konsep diri terdapat lima komponen, yaitu gambaran diri (body image), ideal diri (self ideal), harga diri (self esteem), peran diri

(self role), dan identitas diri (self identity).37

2.4 Remaja

Definisi remaja secara biologis adalah suatu keadaan dimana awal tejadinya pubertas yang ditandai dengan adanya perubahan fisik. Perubahan fisik tersebut berbeda antara perempuan dan laki-laki, perbedaannya meliputi tinggi, berat, dan proporsi tubuh, serta terdapat juga perbedaan pada sistem reproduksi.38 Definsi mengenai remaja dalam konteks sosio-historis merupakan suatu periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan biologis, kognitif, dan sosioemosional.16

(47)

remaja yang usianya berkisar antara 12 hingga 23 tahun diwarnai oleh pergolakan. Pandangan badai dan stress (storm and stress view) adalah konsep dari Hall yang menyatakan bahwa remaja merupakan masa pergolakan yang dipenuhi oleh konflik dan perubahan suasana hati.16

Menurut world health organization (WHO) masa remaja terbagi menjadi tiga periode, yaitu awal remaja, pertengahan remaja, dan akhir remaja. Awal remaja adalah suatu periode dari umur 10-13 tahun. Pada periode ini merupakan awal terjadinya pubertas dan individu tidak begitu dekat dengan orangtua tetapi lebih dekat dengan teman sesama jenis. Pertengahan remaja adalah suatu periode dari umur 14-16 atau 14-17 tahun. Pada periode ini remaja sering melakukan ekseperimental bersama temannya. Akhir remaja adalah suatu periode dari umur 17-19 atau 17-20 tahun. Pada periode ini, terjadi perubahan yang luas karena pada tahap ini remaja akan mulai memasuki tahap dewasa muda yang merupakan waktu untuk berpikir tentang masa depan.39

2.5 Dampak Maloklusi terhadap Status Psikososial

Menurut Hassebrauk, senyum merupakan daya tarik kedua dari wajah setelah mata. Penampilan wajah individu dan besarnya tingkat daya tarik tersebut dapat berpengaruh pada aspek personal dan kehidupan sosial. Penampilan wajah mempengaruhi bagaimana individu akan dilihat dan diperlakukan dalam setiap aktivitas sosial serta akan berdampak pada kualitas hidup.40

Maloklusi bukan hanya akan berdampak terhadap fungsi mulut dan penampilan individu, akan tetapi juga berdampak terhadap ekonomi, sosial, psikologi, serta rasa ketidakpuasan seseorang terhadap dirinya sendiri.21,41 Pada tahun1980-an sejumlah besar peneliti menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara psikososial dengan penampilan wajah dan maloklusi.42 Selain itu, maloklusi juga dapat menyebabkan dampak pada self esteem dan kualitas kehidupan seseorang, maloklusi juga dapat menyebabkan pekerjaan menjadi terganggu.1

(48)

penampilan gigi-geligi yang tidak baik sehingga individu akan diganggu, diejek, serta ditertawakan oleh teman-temannya. Individu dapat membatasi aktivitas sosial karena individu akan merasa bahwa hanya seseorang dengan penampilan menarik yang akan menjadi daya tarik dalam aktivitas sosial. Individu akan merasa tergganggu dalam pekerjaan karena tidak percaya diri untuk senyum, berbicara di depan umum, ataupun berinteraksi dengan orang lain.1

Perbedaan psikososial antara individu dengan gigi yang rapi dan memiliki senyum yang indah dengan individu yang memiliki gigi yang tidak rapi yaitu pada individu dengan gigi yang rapi akan memberikan status positif dalam bersosialisasi, sedangkan seseorang dengan gigi yang tidak rapi akan memberikan status negatif dalam bersosialisasi.33 Perubahan dalam pemikiran tentang diri sendiri dan interaksi sosial akan terjadi setelah individu melakukan perawatan ortodonti.42 Oleh karena itu, kebutuhan perawatan ortodonti bukan hanya bermanfaat untuk menambah estetika tetapi akan menambah kualitas hidup individu. 33

Menurut Min Ho Jung dalam penelitiannya, penampilan gigi-geligi lebih

(49)

2.6 Pengukuran Status Psikososial

2.6.1 Psychosocial Impact of Dental Aesthetic Questionnaire / PIDAQ Psychosocial Impact of Dental Aesthetic Questionnaire / PIDAQ adalah suatu alat ukur psikometrik untuk mengukur dampak psikososial dari estetika gigi dan kualitas hidup yang berkaitan dengan kesehatan mulut.21,24 Butir-butir pertanyaan yang terdapat dalam PIDAQ telah teruji validitas dan reabilitasnya.21PIDAQ merupakan hasil reformasi dari kuesioner yang telah ada dalam perawatan bedah ortognatik yang dikenal dengan Orthognatic Quality of Life Questionnaire (OQLQ). Pertanyaan dalam PIDAQ terdiri dari 23 butir yang terbagi menjadi 6 butir pertanyaan mengenai rasa percaya diri pada gigi-geligi (Dental Self-Confidence), 8 butir pertanyaan mengenai aspek sosial (Social Impact), 6 butir pertanyaan mengenai aspek psikologi (Psychological Impact) dan 3 butir pertanyaan mengenai estetika wajah(Aesthetic Concern).21,24

Faktor pertama dari kuesioner ini yaitu rasa percaya diri pada gigi-geligi (dental Self-Confidence), yang menunjukkan bagaimana dampak dari estetika gigi-geligi terhadap keadaan emosional seseorang. Fakor kedua yaitu dampak sosial (Social Impact), yang menunjukkan masalah potensial dalam lingkungan sosial seseorang yang dapat timbul karena persepsi tentang penampilan gigi-geligi yang kurang baik dari diri sendiri maupun orang lain. Faktor ketiga yaitu dampak psikologis (Psychological Impact), yang menunjukkan perasaan rendah diri dan tidak bahagia pada saat individu membandingkan diri sendiri dengan orang lain yang lebih baik estetika giginya. Faktor keempat yaitu estetika wajah (Aesthetic Concern), yang menunjukkan perasaan tidak puas dari individu dengan keadaan gigi-geliginya saat melihat dengan cermin, foto, maupun video.7,24

No. Pernyataan tentang diri sendiri

1. Saya menyukai gigi saya

(50)

3. Saya puas melihat gigi saya sewaktu bercermin 4. Gigi saya menarik menurut orang lain

5. Saya puas dengan penampilan gigi saya

6. Saya memiliki posisi gigi yang baik

7. Saya sedikit menahan diri sewaktu tersenyum agar gigi saya tidak terlalu terlihat

8. Saya seringkali khawatir terhadap pendapat orang tentang gigi saya dan orang yang tidak cukup saya kenal

9. Saya takut orang lain akan berkomentar yang tidak enak mengenai gigi saya 10. Saya seringkali kurang bisa bersosialisasi dikarenakan keadaan gigi saya

11. Kadang-kadang saya menutup mulut saya dengan tangan

12. Kadang-kadang saya merasa orang lain memperhatikan gigi saya

13. Komentar-komentar mengenai gigi saya sangat mengganggu saya meskipun hanya untuk bercanda

14. Kadang-kadang saya khawatir terhadap pendapat lawan jenis mengenai gigi

saya

15. Saya merasa iri dengan bentuk dan keadaan gigi orang lain yang rapi

16. Saya merasa rendah diri ketika melihat gigi orang lain

17. Kadang-kadang saya merasa tidak senang dengan penampilan gigi saya

18. Saya merasa kebanyakan orang memiliki gigi yang lebih bagus daripada saya

19. Saya merasa rendah diri jika memikirkan penampilan gigi saya 20. Saya berharap gigi saya terlihat lebih bagus

21. Saya tidak suka melihat gigi saya ketika bercermin

22. Saya tidak suka melihat gigi saya dalam foto diri saya sendiri

(51)

2.6.2 Orthognatic Quality of Life Questionnaire (OQLQ)

Orthognatic Quality of Life Questionnaire (OQLQ) merupakan suatu alat ukur untuk melihat kualitas hidup dari individu dengan deformitas dentofasial. OQLQ terdiri dari 22 butir pertanyaan yang mengukur dampak sosial, estetika wajah, fungsi, dan kesadaran terhadap deformitas fasial. Terdapat 8 pertanyaan mengenai dampak sosial. Pertanyaan tersebut terletak pada nomor 15-22. Pertanyaan mengenai esetetika wajah terletak pada nomor 1,7,10,11,14. Pertanyaan mengenai fungsi terdapat pada nomor 2-6, dan pertanyaan mengenai kesadaran terhadap deformitas wajah terdapat pada nomor 8,9,12,13. Setiap pertanyaan dijawab menggunakan skala likert yang terdiri dari 4 angka. Semakin rendah skor OQLQ, semakin baik kualitas hidupnya dengan skor antara 0-88.41

2.6.3 Oral Health Impact Profile (OHIP-14)

OHIP-14 merupakan kuesioner yang terdiri dari 14 butir pertanyaan dan digunakan untuk mengukur kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan oral.

(52)
(53)

2.8 Kerangka Konsep

Psychosocial Impact of Dental Aesthetic

Questionnaire (PIDAQ)

Status Psikososial Remaja pada SMA

Harapan Medan Maloklusi Gigi

(54)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Wajah merupakan komponen terpenting dalam penampilan fisik individu.1,2,3 Keseimbangan dalam wajah dipengaruhi antara keseimbangan proporsi wajah dan jaringan keras. Maloklusi dental maupun skeletal yang terutama terdapat pada gigi regio anterior merupakan salah satu penyebab yang dapat mengacaukan keseimbangan tersebut sehingga akan membuat rasa ketidakpuasan individu terhadap hidup dan akan mengganggu harga dirinya.1,3 Selain itu, rasa tidak puas terhadap penampilan wajah juga dapat berdampak negatif pada kehidupan sosial, keluarga, sekolah bahkan pekerjaan.3,4

Maloklusi adalah suatu bentuk penyimpangan posisi antara gigi-geligi atas dan bawah terhadap lengkung gigi yang dapat memperburuk estetika dan fungsional.5,6,7 Salah satu jenis maloklusi yang sering menjadi pusat perhatian adalah maloklusi pada regio anterior.3,7 Akibatnya, individu akan merasakan keadaan tidak menyenangkan saat bersosialisasi dan akhirnya berdampak pada kualitas hidup.3,8

Psikososial merupakan suatu hubungan yang erat antara faktor psikologis dan sosial. Faktor psikologis meliputi emosi dan kognitif yang berhubungan dengan

kemampuan belajar, merasakan serta mengingat. Sedangkan faktor sosial meliputi

kemampuan menjalin hubungan dengan orang lain dan keluarga.9,10 Masalah

psikososial seseorang dapat terganggu jika mengalami maloklusi, karena akibat dari

timbulnya maloklusi menyebabkan penampilan gigi-geligi tidak baik sehingga akan

ditertawakan dan diganggu oleh orang lain.1,11

(55)

berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekunder sampai saat mencapai kematangan seksual, individu yang mengalami perkembangan psikologis, dan pola identifikasi dari kanak-kanak menuju dewasa.13,17 Masa remaja merupakan masa dimana seseorang memulai pergaulan sosial lebih luas. Untuk menjalani hubungan sosial yang lebih luas pada remaja, dibutuhkan keterampilan bersosialisasi yang baik. Bagi remaja, penampilan fisik merupakan hal yang penting untuk melakukan sosialisasi agar mampu menarik teman sebaya maupun lawan jenis.4,13

Prevalensi maloklusi pada tahun 2008 mencapai 80% dan menduduki urutan ketiga setelah karies dan penyakit periodontal. Jenis-jenis maloklusi yang dapat dijumpai antara lain protrusi, intrusi dan ekstrusi, crossbite, open bite, gigi berjejal, dan diastema. Hal tersebut dapat dilihat dari penelitian di Departemen Ortodonti FKG-UI tahun 1999 di Jakarta yang menunjukkan bahwa 270 sampel pada anak usia 12-14 tahun ditemukan gigi berjejal sebesar 44,9%, gigi renggang (diastema) 16,7%, gigi protrusi 6,3%, tumpang gigit dalam (deep bite) 6,3%, gigitan silang (scissor bite)

12,3%, dan gigitan terbuka (open bite) 13,2 %.18

de Paula-Junior dkk menyatakan bahwa remaja akan merasakan dampak pada kualitas hidup yang dihubungkan dengan tingkat keparahan maloklusi.19 Pada penelitian tentang hubungan antara maloklusi dengan self-esteem yang dilakukan Sun dan Jiang pada anak berusia 12-18 tahun menunjukkan bahwa maloklusi dapat memberikan dampak negatif terhadap self-esteem remaja.20 Penelitian yang dilakukan oleh Al-Sarheed dkk pada anak usia 11-14 tahun menunjukkan bahwa anak dengan maloklusi memiliki kualitas hidup yang lebih rendah dari pada anak yang tidak maloklusi ataupun maloklusi yang ringan.21 Maloklusi dapat mempengaruhi kualitas hidup karena penampilan individu merupakan salah satu hal yang mempengaruhi kualitas hidup. Penampilan menarik mempunyai efek besar terhadap bagaimana individu merasakan dirinya sendiri seperti mempunyai kemampuan untuk mendapatkan banyak teman serta kemampuan dalam mencapai kesuksesan.22,23

(56)

estetika gigi dan kualitas hidup yang berkaitan dengan kesehatan mulut. Pertanyaan dalam PIDAQ terdiri dari 23 butir pertanyaan yang terbagi menjadi 6 butir pertanyaan mengenai dental self confidence (DSC), 8 butir pertanyaan mengenai social impact (SI), 6 butir pertanyaan mengenai psychological impact (PI), dan 3 butir pertanyaan mengenai Aesthetic concern (AC). Skor PIDAQ berkisaran antara 0-92. Semakin tinggi skor PIDAQ, semakin tinggi dampak dari estetika gigi-geligi.7,24,25

Penelitian yang dilakukan oleh Arcis CB dkk pada remaja berusia 12-15 tahun menunjukkan bahwa skor total rata-rata PIDAQ adalah 32.2, dengan rata-rata skor DSC 11.3, rata-rata skor SI 6.1, rata-rata skor PI 5.9, dan rata-rata skor AC 7.44. Untuk skor PIDAQ tertinggi dijumpai pada subjek yang memiliki overjet dan overbite yang besar, gigi yang erupsi terhambat, serta displacement teeth. Dalam hasilnya tersebut juga menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan skor PIDAQ antara laki-laki dan perempuan kecuali skor PI dimana perempuan mempunyai skor lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Selain itu, mereka menyimpulkan bahwa semakin

tinggi tingkat keparahan maloklusi seseorang semakin tinggi juga dampak terhadap

status psikososial.25 Penelitan yang dilakukan oleh Paula DF dkk menunjukkan bahwa skor PIDAQ tertinggi pada subjek dengan skor Dental Aesthetic Index (DAI) yang tinggi, garis senyum yang tinggi, dan ketidakpuasan terhadap penampilan gigi-geligi.21

(57)

Penelitian yang dilakukan oleh Liling DT mengenai hubungan status psikososial remaja dengan maloklusi anterior menggunakan PIDAQ pada pelajar SMP di Makassar menunjukkan bahwa dari 214 pelajar, status psikososial pada pelajar dengan kondisi gigi anterior protrusi yaitu psikososial tinggi sebanyak 30 orang, psikososial sedang 12 orang, dan psikososial rendah 3 orang. Status psikososial pada pelajar dengan kondisi gigi anterior crowded yaitu psikososial tinggi sebanyak 31 orang, psikososial sedang 17 orang, dan psikososial rendah 19 orang. Status psikososial dengan kondisi gigi anterior diastema yaitu psikososial tinggi sebanyak 3 orang, psikososial sedang 14 orang, dan psikososial rendah 56 orang. Status psikososial dengan kondisi gigi anterior edge to edge yaitu psikososial tinggi sebanyak 30 orang, psikososial sedang 12 orang, dan psikososial rendah 4 orang.27

Penelitian yang dilakukan oleh Arsie RY mengenai dampak berbagai karakteristik oklusi gigi anterior terhadap status psikososial remaja menunjukkan bahwa dampak psikososial dari maloklusi gigi anterior atas menurut aspek percaya diri paling negatif pada karakteristik gigi anterior atas crowding, diikuti dengan gigi

anterior atas protrusi, gigi anterior atas diastema, dan oklusi normal. Menurut aspek dampak sosial, tidak terdapat perbedaan bermakna secara statistik dari antara berbagai karakteristik oklusi. Menurut aspek dampak psikologis, terdapat perbedaan bermakna secara statistik antara karakteristik oklusi normal dengan gigi anterior rahang atas diastema, dan oklusi normal dengan gigi anterior atas protrusi. Menurut aspek dampak estetika, tidak terdapat perbedaan bermakna secara statistika antara berbagai karakteristik oklusi gigi anterior atas.28

(58)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka timbul permasalahan :

Bagaimana gambaran status psikososial remaja dengan maloklusi gigi anterior pada siswa-siswi SMA Harapan Medan?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran status psikososial remaja dengan maloklusi gigi anterior pada siswa-siswi SMA Harapan Medan.

1.3.2 Tujuan Khusus

Untuk mengetahui gambaran status psikososial remaja dengan maloklusi gigi anterior berdasarkan jenis kelamin pada siswa-siswi SMA Harapan Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi di bidang ortodonsia mengenai gambaran status psikososial remaja dengan maloklusi gigi anterior.

(59)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ortodonsia

Tahun 2016

Ivanna Sundary Ongko

Gambaran Status Psikososial Remaja Dengan Maloklusi Gigi Anterior pada Siswa-Siswi SMA Harapan Medan

xii + 46 halaman

Maloklusi adalah suatu bentuk penyimpangan posisi antara gigi-geligi atas dan bawah terhadap lengkung gigi yang dapat memperburuk estetika dan fungsional. Maloklusi yang sering menjadi perhatian utama adalah maloklusi pada regio anterior. Akibatnya dapat menyebabkan dampak pada kualitas hidup individu. Dampak tersebut lebih terlihat saat masa remaja karena perubahan fisik pada remaja akan mempengaruhi psikologis serta membawa pengaruh terhadap rasa percaya diri.

(60)
(61)

GAMBARAN STATUS PSIKOSOSIAL REMAJA DENGAN

MALOKLUSI GIGI ANTERIOR PADA SISWA-SISWI

SMA HARAPAN MEDAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

IVANNA SUNDARY ONGKO NIM : 120600052

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(62)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ortodonsia

Tahun 2016

Ivanna Sundary Ongko

Gambaran Status Psikososial Remaja Dengan Maloklusi Gigi Anterior pada Siswa-Siswi SMA Harapan Medan

xii + 46 halaman

Maloklusi adalah suatu bentuk penyimpangan posisi antara gigi-geligi atas dan bawah terhadap lengkung gigi yang dapat memperburuk estetika dan fungsional. Maloklusi yang sering menjadi perhatian utama adalah maloklusi pada regio anterior. Akibatnya dapat menyebabkan dampak pada kualitas hidup individu. Dampak tersebut lebih terlihat saat masa remaja karena perubahan fisik pada remaja akan mempengaruhi psikologis serta membawa pengaruh terhadap rasa percaya diri.

(63)
(64)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 29 Februari 2016

Pembimbing: Tanda tangan

Mimi Marina Lubis, drg., Sp.Ort

(65)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan tim penguji

Pada tanggal 29 Februari 2016

TIM PENGUJI

KETUA : Mimi Marina Lubis, drg., Sp.Ort

ANGGOTA : 1. Erna Sulistyawati, drg., Sp.Ort (K)

(66)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat banyak bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati dan penghargaan yang tulus, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Prof. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Erna Sulistyawati, drg., Sp.Ort (K) selaku Ketua Departemen Ortodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dan penguji skripsi yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis.

3. Hilda Fitria Lubis, drg., Sp.Ort., selaku koordinator skripsi di Departemen Ortodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

4. Mimi Marina Lubis, drg., Sp.Ort., selaku pembimbing yang telah meluangkan banyak waktu, tenaga, pikiran, kesabaran dan dukungan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

5. Ervina Sofyanti, drg., Sp.Ort., selaku penguji skripsi yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis.

6. Seluruh staf pengajar dan pegawai Departemen Ortodonsia Universitas

Sumatera Utara atas bantuan dan motivasinya.

7. Syafrinani, drg., Sp.Pros sebagai dosen pembimbing akademik atas motivasi dan bantuannya kepada penulis selama masa pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

(67)

9. Orang tua dan keluarga tersayang yang telah memberikan motivasi dan semangat dalam pengerjaan skripsi ini.

10. Sahabat-sahabat penulis yaitu Olivian, Sarah, Novia, Jessica, Jenny, Linda, Sherly dan semuanya yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang selalu membantu dalam segala hal.

11. Teman-teman seperjuangan skripsi di Departemen Ortodonsia yaitu Joselin, Olda dan teman-teman angkatan 2012 lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas dukungan dan bantuan selama pengerjaan skripsi.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, khususnya di Departemen Ortodonsia.

Medan, 1 Februari 2016 Penulis,

(68)

DAFTAR ISI

2.2.3.5 Gigitan Silang Anterior (crossbite anterior) ... 12

2.2.3.6 Gigitan Terbuka Anterior (anterior openbite) ... 13

(69)

2.3 Psikososial ... 14

2.4 Remaja ... 15

2.5 Dampak Maloklusi terhadap Status Psikososial ... 16

2.6 Pengukuran Status Psikososial ... . 18

2.6.1 Psychosocial Impact of Dental Aesthetic Questionnaire/PIDAQ . 18

2.6.2 Orthogntaic Quality of Life Questionnaire/OQLQ ... 20

(70)
(71)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

(72)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Oklusi normal ... 7

2 Klasifikasi Angle ... 9

3 Gigi berjejal ... 10

4 Gigi bercelah ... 11

5 Protrusi ... 11

6 Gigitan dalam ... 12

7 Gigitan silang anterior ... 13

8 Gigitan terbuka anterior ... 13

9 Edge to edge ... 14

(73)

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

1. Status psikososial remaja dengan maloklusi gigi anterior pada

(74)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Lembar Kuesioner

2. Informed Consent

3. Data Hasil Pemeriksaan dan Kuesioner Penelitian pada Siswa-siswi SMA

Harapan Medan

4. Uji Alpha Cronbach

5. Surat Keterangan Selesai Penelitian di SMA Harapan Medan

Gambar

Gambar 10.  Alat dan bahan  penelitian (A)Masker (B)Sarung tangan   (C)Kapas (D)Lembar data kuesioner (E)Alkohol 70% (F)Alat tulis (G)Kaca mulut (H)Penggaris besi
Tabel 1. Distribusi frekuensi sampel dengan maloklusi gigi anterior berdasarkan jenis  kelamin pada siswa-siswi SMA Harapan Medan
Tabel 2. Distribusi sampel berdasarkan karakteristik maloklusi gigi anterior pada  siswa-siswi SMA Harapan Medan
Tabel 3. Skor rata-rata PIDAQ pada remaja dengan maloklusi gigi anterior pada  siswa-siswi SMA Harapan Medan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan penelitian ini adalah Siswa SMA dan SMP yang berusia antara 12-18 tahun yang memiliki pengetahuan baik akan imunisasi remaja hanya 2 (2%) orang.. Sebanyak 89 (89%)

Pengaruh Penampilan Gigi Anterior Berdasarkan Aesthetic Component dari IOTN terhadap Psikososial Remaja pada Siswa SMAN 10

PENGARUH PENAMPILAN GIGI ANTERIOR BERDASARKAN AESTHETIC COMPONENT DARI IOTN TERHADAP PSIKOSOSIAL.. REMAJA PADA SISWA SMAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara derajat keparahan maloklusi gigi anterior protrusif terhadap

psikososial berdasarkan sekolah pada siswa SMA Global Prima Nasional Plus dengan. SMA

Persentase responden yang mengalami dampak maloklusi terhadap aspek kepercayaan diri terhadap gigi geligi lebih banyak di SMA Global Prima Nasional Plus (71,7%)

Pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa penampilan gigi anterior berdasarkan Aesthetic Component dari IOTN memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keadaan