DAFTAR PUSTAKA
[1] Wijaya Mochtar. 2001. Dasar-dasar Mesin Listrik. Jakarta: Penerbit
Djambatan.
[2] Lister Eugene C. 1988. Mesin dan Rangkaian Listrik. Edisi keenam.Jakarta:
Penerbit Erlangga.
[3] Purba Jupiter Arnold. Analisis Perbandingan Torsi Start dan Arus Start,
Dengan Menggunakan Pengasutan Autotrafo,Star Delta, dan Dol (Direct Online) Pada Motor Induksi 3 Fasa. Skripsi. Medan: Departemen Teknik
Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
[4] Theraja, B.L, Theraja., A.K. 1981. A Textbook Of Electrical Technology.
Volume II. New Delhi: Penerbit S. Chand.
[5] Fitzgerald, A.E., Jr,Charles Kingsley.,Umans Sthepen D. 1992. Mesin-mesin
Listrik. Edisi Keempat. Jakarta: Penerbit Erlangga.
[6] Zuhal. 1993. Dasar Teknik Tenaga Listrik dan Elektronika Daya. Edisi
Keempat. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.
[7] NEMA MG-1. 2009: Motors and Generators. Washington, D.C. Published by
National Electrical Manufacturers Association.
[8] Silalahi Aprido. 2011.Analisis Simulasi Starting Motor Induksi Rotor
Sangkar Dengan Autotransformator. Skripsi. Medan: Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas SumateraUtara.
[9] Quispe, E., Gonzalez, G., Aguado, J.Influence of Unbalanced and Waveform
[10] Siddique, A., Yadava, G.S., Singh B. 2004. Effects Of Voltage Unbalance On
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Dasar Konversi Energi Listrik
Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Penelitian dilaksanakan pada
minggu pertama bulan Mei. Lama penelitian yang dilakukan berkisar 2-3 jam.
3.2 Bahan dan Peralatan
Adapun bahan dan peralatan yang diperlukan dalam melaksanakan
penelitian sebagai berikut:
1. Motor induksi 3 fasa
Spesifikasi:
- Tipe rotor: rotor belitan
- AEG Typ C AM 112MU 4RI
- Δ / Υ 220/ 380 V; 10,7/ 6,2 A
- 2,2 Kw, cos ϕ 0,67
- Kelas Isolasi: B
2. Tachometer
3. Amperemeter
4. Voltmeter
5. Pengatur tegangan AC dan DC
6. Wattmeter
7. Timbangan torsi
8. Tahanan geser
9. Rangkaian kontrol Y-Δ
3.3 Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Konversi Energi Listrik
Departemen Teknik Elektro FT. USU yang akan dilaksanakan melalui beberapa
proses percobaan dan dilakukan sesuai dengan rangkaian percobaan, kemudian
akan diperoleh data yang akan dianalisis pada tahap berikutnya untuk memperoleh
hasil pengaruh tegangan tidak seimbang terhadap arus start, kecepatan
putaran,torsi start dan besar efisiensi yang dihasilkan. Cara ini dilakukan dengan
berbagai metode starting motor induksi, kemudian hasil yang didapat akan
dibandingkan dengan masing-masing metode starting sehingga dapat diketahui
seberapa besar pengaruh tegangan tidak seimbang terhadap faktor yang akan
diteliti terhadap masing-masing metode starting.
3.4 Variabel yang diamati
Pada penelitian ini variabel yang diamati adalah :
• Arus start motor pada kondisi tegangan seimbang dan tegangan tidak
seimbang dengan berbagai metode starting.
• Torsi start motor pada kondisi tegangan seimbang dan tegangan tidak
seimbang dengan berbagai metode starting.
• Putaran motor pada kondisi tegangan seimbang dan tegangan tidak
seimbang dengan berbagai metode starting.
• Efisiensi motor pada kondisi tegangan seimbang dan tegangan tidak
3.5 Flowchart Penelitian
Berdasarkan diagram alirberikut dijelaskan secara skematik prosedur
penelitian yang akan dilakukan:
Percobaan dengan
3.6 Prosedur penelitian 3.6.1 Rangkaian percobaan
Sebelum melakukan percobaan, terlebih dahulu dibuat rangkaian percobaan
sesuai dengan percobaan yang dilakukan. Adapun diagram skematik pecobaan
yang akan digunakan adalah seperti gambar berikut:
1. Diagram percobaan motor induksi 3 fasa tegangan seimbang
Gambar 3.2 Diagram percobaan motor induksi 3 fasa tegangan seimbang.
Dengan:
PTAC = Pengatur tegangan AC V = Voltmeter
M I = Motor induksi 3 fasa S = Switch
Gen DC = Generator DC RL = Tahanan geser
PTDC = Pengatur tegangan DC n = Tachometer
2. Diagram percobaan motor induksi 3 fasa tegangan tidak seimbang
Gambar 3.3 Diagram percobaan motor induksi 3 tegangan tidak seimbang.
Dengan:
PTAC = Pengatur tegangan AC V = Voltmeter
M I = Motor induksi 3 fasa S = Switch
Gen DC = Generator DC RL = Tahanan geser
PTDC = Pengatur tegangan DC n = Tachometer
A = Amperemeter T = Timbangan torsi
3. Diagram kontrol starting Y-∆
Gambar 3.4 Diagram kontrol starting Y-∆ pada motor induksi 3 fasa.
Dengan:
M = MC motor OLR = Relai beban lebih
T = Relai waktu tunda STOP = Tombol stop
Y = MC Y START = Tombol Start
3.6.2 Prosedur percobaan
1. Prosedur percobaan tegangan seimbang.
a) Motor induksi 3 fasa dikopel dengan generator DC, kemudian rangkaian
percobaan disusun seperti Gambar 3.2.
b) Seluruh switch dalam keadaan terbuka dan pengatur tegangan dalam
keadaan posisi minimum, sedangkan posisi tahan RL diatur sedemikian
dan dijaga konstan.
c) Switch S1 ditutup, pengatur PTAC dinaikan sampai 220 V untuk starting
langsung, PTAC diatur 50%, 65%,dan 80% untuk starting autotrafo,dan
untuk starting Y-∆ rangkaian dihubungkan dengan rangkaian kontrol
seperti Gambar 3.4.
d) Switch S3 ditutup, pengatur PTDC dinaikan hingga A5 menunjukan arus
penguat nominal.
e) Switch S2 ditutup, tahanan RL tetap dijaga konstan. Kemudian dicatat
pengukuran arus, torsi , putaran, dan daya masukan motor.
f) Percobaan selesai.
2. Prosedur percobaan tegangan tidak seimbang.
a) Motor induksi 3 fasa dikopel dengan generator DC, kemudian rangkaian
pengukuran disusun seperti Gambar 3.3.
b) Seluruh switch dalam keadaan terbuka dan pengatur tegangan dalam
keadaan posisi minimum, sedangkan posisi tahan RL diatur sedemikian
dan dijaga konstan.
c) Switch S1 ditutup, pengatur PTAC dinaikan sampai 220 V untuk starting
untuk starting Y-∆ rangkaian dihubungkan dengan rangkaian kontrol
seperti Gambar 3.4.
d) Tegangan suplai diatur agar tidak seimbang dengan mengatur tahanan
geser pada fasa T, sedangkan tegangan pada fasa R dan fasa S dijaga tetap
seimbang.
e) Switch S3 ditutup, pengatur PTDC dinaikan hingga A5 menunjukan arus
penguat nominal.
f) Switch S2 ditutup, tahanan RL tetap dijaga konstan. Kemudian dicatat
pengukuran arus, torsi , putaran, dan daya masukan motor.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Umum
Motor induksi 3 fasa merupaka jenis motor AC yang paling sering
digunakan dalam dunia industri maupun rumah tangga. Hal ini disebabkan motor
induksi 3 fasa sangat mudah dalam pengoperasiannya.
Adanya ketidakseimbangan tegangan yang menyuplai motor induksi 3 fasa
akan berakibat terhadap unjuk kerja motor induksi 3 fasa. Tegangan tidak
seimbang yang menyuplai motor induksi 3 fasa dapat disebabkan oleh adanya
gangguan asimetri pada sistem tenaga dan kegagalan studi peramalan beban
sehingga distribusi beban disetiap fasanya tidak sama.
Dalam bab ini akan dibahas mengenai pengaruh suplai tegangan tidak
seimbang terhadap unjuk kerja motor induksi 3 fasa dengan menggunakan jenis
starting yang sering digunakan.
4.2 Data Percobaan
Dari hasil penelitian percobaan motor induksi 3 fasa dengan menggunakan
starting langsung, starting Y-∆, starting autotransformer di Laboratorium Konversi
Energi, Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara
diperoleh data pengujian sebagai berikut:
4. 2. 1 Data percobaan Motor induksi 3 fasa tegangan seimbang.
Berikut data yang diperoleh dari pengujian motor induksi 3 fasa di
Laboratorium Konversi Energi FT USU dengan menggunakan starting langsung,
Tabel 4.1 Data hasil pengukuran unjuk kerja motor induksi dengan starting
Tabel 4.2 Data hasil pengukuran unjuk kerja motor induksi dengan starting Y-∆.
Vrs= 220V Vst= 220V Vtr=220V
Tabel 4.3 Data hasil pengukuran unjuk kerja motor induksi dengan starting
autotransformer.
4. 2. 2 Data percobaan Motor induksi 3 fasa tegangan tidak seimbang.
Berikut data yang diperoleh dari pengujian motor induksi 3 fasa di
Laboratorium Konversi Energi FT USU dengan menggunakan starting langsung,
4.2.2.1 Data percobaan Motor induksi 3 fasa tegangan tidak seimbang sebesar 1%.
Tabel 4.4 Data hasil pengukuran unjuk kerja motor induksi dengan starting
langsung.
Tabel 4.5 Data hasil pengukuran unjuk kerja motor induksi dengan starting Y-∆.
Vrs= 220V Vst= 220V Vtr=216V
Tabel 4.6 Data hasil pengukuran unjuk kerja motor induksi dengan starting
4.2.2.2 Data percobaan Motor induksi 3 fasa tegangan tidak seimbang sebesar 3%.
Tabel 4.7 Data hasil pengukuran unjuk kerja motor induksi dengan starting
langsung.
Tabel 4.8 Data hasil pengukuran unjuk kerja motor induksi dengan starting Y-∆.
Vrs= 220V Vst= 220V Vtr=209V
Tabel 4.9 Data hasil pengukuran unjuk kerja motor induksi dengan starting
4.3 Analisis Data
Dari data hasil penelitian di Laboratorium Konversi Energi FT. USU dapat
dilakukan analisis data sebagai berikut:
4.3.1 Motor induksi 3 fasa dengan suplai tegangan tidak seimbang.
Berdasarkan suplai tegangan yang digunakan dalam penelitian di
Laboratorium Konversi Energi FT. USU diperoleh nilai persentase
ketidakseimbangan tegangan suplainya dengan menggunakan Persamaan 2.30:
1. VR= 220V, VS= 220V, VT= 220V
Vrata-rata = 220+220+220 3
= 220V
Selisih maksimum Vrata-rata dengan Vline = 220-220
= 0 V
Vunbalanced= 0
220x 100%= 0%
2. VR= 220V, VS= 220V, VT = 216V
Vrata-rata = 220+220+216 3
= 218,7V
Selisih maksimum Vrata-rata dengan Vline = 218,7-216
= 2,7V
Vunbalanced= 2,7
218,7x 100%
Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh persentase ketidakseimbangan
tegangan sebesar 1,2 %. Untuk selanjutnya nilai 1,2 % sama dengan atau
dibulatkan menjadi 1%.
3. VR= 220V, VS= 220V, VT= 209V
Vrata-rata = 220+220+209 3
= 216,3V
Selisih maksimum Vrata-rata dengan Vline= 216,3-209
= 7,3V
Vunbalanced= 7,3
216,3x 100%
= 3,4%
Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh persentase ketidakseimbangan
tegangan sebesar 3,4 %. Untuk selanjutnya nilai 3,4 % sama dengan atau
dibulatkan menjadi 3 %.
Dari perhitungan tersebut pengoperasian motor induksi 3 fasa dengan
ketidakseimbangan tegangan sebesar 1% dan 3% masih diizinkan sebab masih
memenuhi persyaratan pengoperasian motor induksi dengan persentase
ketidakseimbangan tegangan dibawah 5 %.
4.3.2 Menghitung torsi motor induksi 3 fasa.
Dalam pengujian di Laboratorium Konversi Energi FT. USU untuk
memperoleh torsi motor menggunakan timbangan torsi dan yang diperoleh adalah
massa(gr). Untuk itu perlu dilakukan konversi kesatuan torsi (Nm) dengan
4.3.2.1 Menghitung torsi motor induksi 3 fasa tegangan seimbang. a. Starting langsung
m = 740 gr
c. Starting autotransformer
4.3.2.2 Menghitung torsi motor induksi 3 fasa tegangan tidak seimbang 1.Tegangan tidak seimbang sebesar 1%.
a. Starting langsung
m = 735 gr
c. Starting autotransformer
2.Tegangan tidak seimbang sebesar 3%. a. Starting langsung
m = 700 gr
c. Starting autotransformer
4.3.3 Menghitung putaran motor induksi 3 fasa.
Putaran motor induksi 3 fasa yang diperoleh dari penelitian di
Laboratorium Konversi Energi FT. USU adalah dalam satuan rpm, agar dapat
dihitung daya keluaran motor maka putaran motor akan diubah dalam satuan rad/s
dengan Persamaan 4.1 berikut:
n�rad
s �= 2∏
60 × n (rpm)(4.1)
4.3.3.1 Menghitung putaran motor induksi 3 fasa tegangan seimbang.
n = 2∏
60 × 1410 rpm
= 147,58 rad/s
4.3.3.2 Menghitung putaran motor induksi 3 fasa tegangan tidak seimbang. 1.Tegangan tidak seimbang 1%
n = 2∏
60 × 1405 rpm
= 147 rad/s
2.Tegangan tidak seimbang 3%
n = 2∏
60 × 1400 rpm
=146 rad/s
4.3.4 Menghitung daya keluaran(Pout) motor induksi 3 fasa.
Daya keluaran motor induksi 3 fasa dapat dihitung dengan mengetahui
besar torsi motor tersebut. Besar daya keluaran motor berdasarkan Persamaan
2.18 adalah sebagai berikut:
Pout= T.ω
Dengan, T = torsi motor(Nm)
4.3.4.1 Menghitung daya keluaran(Pout) motor induksi 3 fasa tegangan
seimbang. a. Starting Langsung
Pout = 1 Nm×147,58 rad/s
=147,58 W
b. StartingY-∆
Pout = 1 Nm×147,58 rad/s
=147,58 W
c. Starting Autotransformer
Pout = 1.1 Nm×147,58 rad/s
=162,3 W
4.3.4.2 Menghitung daya keluaran(Pout) motor induksi 3 fasa tegangan tidak
seimbang.
1. Tegangan tidak seimbang 1% a. Starting Langsung
Pout = 0,97 Nm×147 rad/s
=143,3 W
b. StartingY-∆
Pout = 0,95 Nm×147 rad/s
=140 W
c. Starting Autotransformer
Pout = 1 Nm×147 rad/s
2. Tegangan tidak seimbang 3% a. Starting Langsung
Pout = 0,92 Nm×146 rad/s
=136 W
b. StartingY-∆
Pout = 0.9 Nm×146 rad/s
=131 W
c. Starting Autotransformer
Pout = 0.95 Nm×146 rad/s
=139 W
4.3.5 Menghitung efisiensi(η) motor induksi 3 fasa.
Efisiensi motor induksi 3 fasa dapat dihitung dengan membandingkan
daya keluaran motor dengan daya masukan motor. Berdasarkan Persamaan 2.19
nilai efisiensi motor induksi 3 fasa adalah sebagai berikut:
4.3.5.1 Menghitung efisiensi(η) motor induksi 3 fasa tegangan seimbang. a. Starting langsung
η(%) =148
c. Starting autotransformer
η(%) =162
4.3.5.2 Menghitung efisiensi(η) motor induksi 3 fasa tegangan tidak seimbang.
1. Tegangan tidak seimbang 1% a. Starting langsung
η(%) =143
c. Starting autotransformer η(%) =147
275× 100%
=53%
2. Tegangan tidak seimbang 3% a. Starting langsung
η(%) =136
c. Starting autotransformer
η(%) =139
290× 100%
Berdasrkan tabel data percobaan dan perhitungan tersebut, maka dapat
dibuat tabel baru untuk melihat perbandingan arus,torsi,putaran, dan efisiensi
motor terhadap tingkat ketidakseimbangan tegangan yang menyuplai motor.
Berikut adalah tabel perbandingan Arus terhadap tingkat
ketidakseimbangan tegangan dengan berbagai starting:
Tabel 4.10 Perbandingan Arus (I) terhadap tingkat ketidakseimbangan tegangan
dengan starting langsung.
Kondisi
Tabel 4.11 Perbandingan Arus (I) terhadap tingkat ketidakseimbangan tegangan
Tabel 4.12 Perbandingan Arus (I) terhadap tingkat ketidakseimbang tegangan
dengan starting autotransformer.
Kondisi
Berdasarkan Tabel 4.10, Tabel 4.11 dan Tabel 4.12 dapat dilihat bahwa
tegangan tidak seimbang menyebabkan kenaikan arus pada pengoperasian motor
induksi, baik arus start maupun arus nominalnya. Selain itu suplai tegangan yang
tidak seimbang juga menyebabkan arus yang menyuplai motor tidak terdistribusi
secara merata, hal tersebut disebabkan tegangan yang menyuplai motor tidak
seimbang lagi.
Berikut adalah tabel perbandingan Torsi (Nm), dan Putaran (rpm) terhadap
tingkat ketidakseimbangan tegangan dengan berbagai starting:
Tabel 4.13 Perbandingan Torsi(Nm), dan Putaran(rpm) terhadap tingkat
ketidakseimbangan tegangan starting langsung.
Tabel 4.14 Perbandingan Torsi(Nm), dan Putaran(rpm) terhadap tingkat
ketidakseimbangan tegangan starting Y-∆.
Kondisi tegangan Torsi (Nm) Putaran (rpm) Ts Tn
Seimbang 3 1 1410
tidak seimbang
1% 2,75 0,95 1410
tidak seimbang
3% 2,75 0,9 1405
Tabel 4.15 Perbandingan Torsi(Nm), dan Putaran(rpm) terhadap tingkat
ketidakseimbangan tegangan starting autotransformer.
Kondisi tegangan Torsi (Nm) Putaran (rpm) Ts Tn
Seimbang 2,75 1,1 1410 tidak seimbang
1% 2,4 1 1410
tidak seimbang
3% 2,3 0,95 1405
Berdasarkan Tabel 4.13, Tabel 4.14 dan Tabel 4.15 tersebut dapat dibuat
Grafik 4.1 yang menggambarkan perbandingan torsi start(Ts) dengan
Grafik 4.1 Perbandingan torsi (Nm) dengan suplai tegangan tidak seimbang.
Berdasarkan Grafik 4.1 tersebut dapat dilihat bahwa torsi start yang paling
besar terjadi pada starting langsung, hal tersebut disebabkan starting langsung
membutuhkan arus start yang tinggi dibandingkan starting yang lainnya. Grafik
4.1 juga menggambarkan bahwa suplai tegangan tidak seimbang menyebabkan
penurunan torsi start dan torsi nominal dibandingkan dengan suplai tegangan
seimbang.
Tabel 4.13, Tabel 4.14 dan Tabel 4.15 juga memberikan informasi bahwa
suplai tegangan tidak seimbang juga menyebabkan penurunan putaran motor
induksi, hal ini terlihat bahwa putaran motor turun dari 1410 rpm menjadi 1405
pada saat ketidakseimbangan tegangan mencapai 3%.
0
Torsi vs Tegangan tidak seimbang
Ts DOL Ts wye-delta TS autotrafo
Berikut adalah tabel perbandingan efisiensi terhadap tingkat
ketidakseimbangan tegangan dengan berbagai starting:
Tabel 4.16 Perbandingan efisiensi terhadap ketidakseimbangan tegangan dengan
starting langsung.
Tabel 4.17 Perbandingan efisiensi terhadap ketidakseimbangan teganagan dengan
starting Y-∆.
Tabel 4.18 Perbandingan efisiensi terhadap ketidakseimbangan teganagan dengan
Berdasarkan Tabel 4.16, Tabel 4.17, dan Tabel 4.18 dapat dibuat Grafik
4.2 yang menunjukan perbandingan efisiensi motor pada saat tegangan seimbang
dan pada saat tegangan tidak seimbang sebagai berikut:
Grafik 4.2 Perbandingan efisieni terhadap suplai tegangan tidak seimbang.
Berdasarkan Grafik 4.2 tersebut dapat dilihat bahwa tingkat efisiensi
motor menurun saat terjadi suplai tegangan yang tidak seimbang pada motor.
Penurunan efisiensi yang paling drastis terjadi pada saat starting autotransformer
dengan tingkat ketidakseimbangan tegangan yang sama, yaitu dari 60% pada
suplai tegangan seimbang menjadi 48% pada tingkat ketidakseimbangan tegangan
3%.
Efisiensi vs Tegangan tidak seimbang
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan dan pembahasan yang dilakukan, diperoleh kesimpulan
sebagai berikut:
1. Pada saat suplai tegangan seimbang, arus start terbesar terjadi pada
starting langsung, yaitu sebesar 5 A dengan dengan torsi start 3,7 Nm,
sedangkan arus start terkecil terjadi pada starting autotrafo yaitu sebesar
3,1 A dengan torsi start 2,75 Nm. Efisiensi paling besar terjadi pada
starting autotrafo yaitu sebesar 60%.
2. Pada saat suplai tegangan tidak seimbang, arus yang mengalir pada motor
tidak terdistribusi secara merata, yaitu IR = 6 A, IS = 6,2 A, IT = 5,9 A pada
starting langsung , IR = 3,4 A, IS = 3,5 A, IT = 3,3 A pada starting Y-∆, dan
IR = 3,3 A, IS = 3,1 A, IT = 3,4 A pada starting autotrafo, hal ini
disebabkan suplai tegangan yang dibutuhkan motor sudah terganggu. Dan
terjadi peningkatan arus dan penurunan torsi dan putaran motor yang
mengakibatkan terjadinya penurunan efisiensi motor.
3. Semakin besar persentase ketidakseimbangan tegangan akan semakin
5.2 Saran
Adapun saran dari penulis sebagai pengembangan dari tugas akhir ini adalah
sebagai berikut:
1. Melakukan penelitian tegangan tidak seimbang yang diakibatkan
perbedaan sudut fasa dan magnitude.
2. Melakukan penelitan tegangan tidak seimbang dengan kondisi
ketidakseimbangan tegangan yang berbeda dan terhadap kapasitas motor
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Umum
Motor induksi merupakan motor AC yang paling luas digunakan dan dapat
dijumpai dalam setiap penggunaannya pada industri-industri, pembangkit listrik,
ataupun dalam rumah tangga. Motor induksi bekerja dengan adanya perbedaan
antara medan putar distator dan dirotor atau yang disebut slip. Motor induksi
memiliki kelebihan tertentu yaitu kontruksinya yang kuat, sederhana, handal, serta
berbiaya murah. Disamping itu motor induksi juga memiliki efisiensi yang tinggi
saat berbeban penuh dan tidak membutuhkan perawatan yang banyak. Jika
dibandingkan dengan motor arus searah (dc), motor induksi ini masih memiliki
beberapa kekurangan khususnya dalam hal pengaturan kecepatan. Dimana pada
motor induksi pengaturan kecepatannya masih sukar dilakukan,sementara pada
motor DC hal ini sangat jarang ditemukan [1].
Jika dilihat dari penggunaan sekarang ini motor induksi sangat berperan
penting dalam industri,khususnya motor induksi 3 fasa banyak dijumpai di
perusahaan atau pabrik yang digunakan sebagai sumber penggerak peralatan yang
digunakan. Hal ini dikarenakan motor induksi memiliki keuntungan tersendiri.
Keuntungan dari motor induksi ini antara lain[4]:
1. Bentuknya sederhana, konstruksinya cukup kuat,
2. Biayanya murah dan dapat diandalkan,
3. Efisiensinya tinggi,
5. Pada waktu mulai beroperasi tidak memerlukan tambahan peralatan
khusus.
Meskipun mesin induksi paling banyak dipergunakan sebagai motor, tetapi
jarang dipergunakan sebagai generator, karakteristik penampilannya sebagai
generator tidak memuaskan pada kebanyakan pemakaiannya disebabkan
diperlukannya pengaturan daya reaktifnya[5].
2.2 Konstruksi Motor Induksi
Motor induksi pada dasarnya memiliki konstruksi yang sama dengan motor
sinkronyaitu memiliki stator dan memiliki perbedaan dalam hal konstruksi
rotornya. Stator dibentuk dari laminasi-laminasi tipis yang terbuat dari aluminium
ataupun dari besi tuang dan kemudian dipasang bersama-sama sehingga
membentuk inti stator dengan slot. Kemudian bagian yang berputar disebut
dengan rotor, rotor ini terletak dibagian dalam dari motor induksi tepatnya
dibagian dalam dari stator. Untuk lebih jelasnya konstrusi dari motor induksi
dapat ditunjukkan oleh Gambar 2.1 berikut:
2.2.1 Stator
Stator adalah bagian terluar dari motor yang merupakan bagian yang diam
dan tempat mengalirkan arus fasa (Gambar 2.2(a)). Stator terdiri atas tumpukan
laminasi inti yang memiliki alur yang menjadi tempat kumparan dililitkan yang
berbentuk silindris. Tiap elemen laminasi inti dibentuk dari lembaran
besi(Gambar 2.2(b)). Alur pada tumpukan laminasi inti diisolasi dengan kertas
(Gambar 2.2(c)). Tiap lembaran besi tersebut memiliki beberapa alur dan
beberapa lubang pengikat untuk menyatukan inti. Tiap kumparan tersebar dalam
alur yang disebut belitan fasa yang terpisah secara listrik sebesar 1200. Kawat
kumparan yang digunakan terbuat dari tembaga yang dilapisi dengan isolasi tipis.
Kemudian tumpukan inti dan belitan stator diletakkan dalam cangkang silindris
(Gambar 2.2(c)). Berikut ini contoh lempengan laminasi inti, lempengan inti yang
disatukan, belitan stator yang telah dilekatkan pada cangkang luar untuk motor
induksi 3 fasa. Berikut konstruksi stator dan laminasi-laminasi stator ditunjukkan
pada Gambar 2.2 berikut:
a.Stator dan tumpukan laminasi b. Lempengan inti stator c. Tumpukan inti dan
kertas isolasi
2.2.2 Rotor
Rotor merupakan bagian dari mesin induksi yang berputar dan terletak di
dalam motor induksi. Rotor dari motor induksi terdiri dari 2 bagian yaitu rotor
sangkar (squirrel cage rotor)dan rotor belitan (wound rotor)[6].
Pada rotor sangkar terdiri dari susunan batang konduktor yang
dibentangkan ke dalam slot-slot yang terdapat pada permukaan rotor dan tiap-tiap
ujungnya dihubung singkat dengan menggunakan cincin aluminium. Batang rotor
dan cincin ujung sangkar tupai yang kecil merupakan hasil cetakan tembaga atau
aluminium dalam satu lempeng pada inti rotor, maka batang rotor ini kelihatan
seperti kandang tupai sehingga disebut motor induksi rotor sangkar tupai.
Berikut gambar rotor sangkar tupai yang ditunjukan oleh Gambar 2.3:
Gambar 2.3 Rotor sangkar tupai
Berbeda dengan rotor belitan (wound rotor), rotor dililit dengan lilitan
terisolasi dengan lilitan stator. Lilitan fasa rotor dihubungkan dengan hubungan
wyedan masing-masing ujung fasa terbuka dikeluarkan ke cincin slip yang
terpasang pada poros rotor. Slot rotor menampung belitan terisolasi yang mirip
dengan belitan pada stator. Dalam hal ini, sikat karbon menekan cincin slip, oleh
karena itu tahanan eksternal dapat dihubungkan seri ke belitan rotor untuk
mengontrol torsi start dan kecepatan selama pengasutan. Penambahan tahanan
eksternal pada rangkaian rotor belitan mengahasilkan torsi yang lebih besar
Konstruksi motor induksi 3 fasa dengan rotor belitan dapat ditunjukkan
Gambar 2.4 berikut [6]:
Gambar 2.4 Konstruksi rotor belitan 2.3 Medan Putar
Adanya putaran dalam motor induksi 3 fasa terjadi akibat adanya medan
putar (fluks yang berputar) yang memotong rotor. Medan putar ini terjadi apabila
kumparan stator dihubungkan dengan suplai fasa banyak, umumnya tiga fasa [6].
Pada saat terminal tiga fasa motor induksi dihubungkan dengan suplai tiga
fasa maka arus bolak-balik tiga fasa ia, ib, ic,yang terpisah sebesar 1200 satu sama
lain akan mengalir pada kumparan stator. Arus-arus ini akan menghasilkan gaya
gerak magnet yang kemudian menghasilkan fluks yang berputar atau disebut juga
medan putar. Untuk melihat bagaimana medan putar dihasilkan, dapat diambil
contoh sebuah motor induksi tiga fasa yang dihubungkan dengan sumber tiga fasa
sehingga pada stator mengalir arus tiga fasa yang kemudian menghasilkan medan
Gambar 2.5 Medan putar motor induksi 3 fasa, dan arus 3 fasa seimbang Pada t1 fluks resultan mempunyai arah yang sama dengan arah fluks yang
dihasilkan ole kumparan a-a, pada t2 fluks resultannya dihasilkan oleh kumparan
b-b. Untuk t4, fluks resultannya berlawanan arah dengan fluks resultan yang
dihasilkan pada saat t1 [6].
Arah putaran rotor motor induksi searah dengan putaran medan putar stator,
namun kecepatan putaran rotor lebih rendah daripada kecepatan sinkronnya.
Perbedaan dari kecepatan putar ini disebut dengan slip motor induksi.
2.4 Slip
Perbedaan antara kecepatan sinkron dengan keceptan rotor disebut slip [4].
Motor induksi tidak dapat berputar pada kecepatan sinkron. Jika hal ini terjadi
maka rotor tidak akan berputar relatif terhadap fluksi yang berputar. Maka tidak
ada arus yang mengalir pada rotor dan tidak akan menghasilkan torsi. Apabila
rotor motor induksi berputar dengan kecepatan nr dan kecepatan medan putar
stator adalah ns maka slip (s) adalah[1]:
�= ns−nr
ns x100% (2.1)
Dimana : ns= kecepatan medan putar distator (Rpm)
nr = kecepatan rotor (Rpm)
Persamaan (2.1) memberikan informasi yaitu:
1. Saat s = 1 dimana nr = 0, ini berarti rotor masih dalam keadaan diam atau
akan berputar.
2. s = 0 menyatakan bahwa ns = nr, ini berarti rotor berputar sampai
kecepatan sinkron. Hal ini dapat terjadi jika arus dc yang diinjeksikan ke
belitan rotor, atau rotor digerakkan secara mekanik.
3. 0 < s < 1, ini berarti kecepatan rotor diantara keadaan diam dengan
kecepatan sinkron. Kecepatan rotor dalam keadaan inilah dikatakan
kecepatan tidak sinkron. Biasanya slip untuk mendapatkan efisiensi yang
tinggi pada saat beban penuh adalah 0,04.
2.5 Prinsip Kerja Motor Induksi Tiga Fasa
Motor induksi adalah peralatan pengubah energi listrik keenergi mekanik.
Listrik yang diubah merupakan listrik tiga phasa. Arus pada rotor didapat dari
arus induksi dimana arus ini berada dalam medan magnetik sehingga akan terjadi
gaya (F) pada rotor yang akan menggerakkan rotor dalam arah tegak lurus medan.
Untuk memperjelas prinsip kerja motor induksi tiga fasa adalah sebagai berikut
1. Apabila sumber tegangan 3 fasa dihubungkan kekumparan stator maka
kumparan stator akan mengalirkan arus 3 fasa.
2. Arus 3 fasa tersebut akan menghasilkan fluksi bolak-balik yang
berubah – ubah.
3. Interaksi ketiga fluksi bolak-balik tersebut akan menghasilkan medan
putar yang berputar dengan kecepatan sinkron ns dimana:
Ns = 120�
� (2.2)
4. Fluksi yang berputar tersebut akan memotong batang konduktor pada
rotor, akibatnya pada kumparan rotor akan timbul tegangan induksi
(ggl) sebesar E2 yakni:
5. Karena kumparan rotor merupakan rangkaian tertutup, maka ggl akan
menghasilkan arus I2.
6. Adanya arus I2 didalam medan magnet menimbulkan gaya F pada
rotor.
7. Bila torsi awal yang dihasilkan oleh gaya F pada rotor cukup besar
untuk memikul torsi beban, rotor akan berputar searah dengan medan
putar stator.
8. Perputaran rotor akan semakin meningkat hingga mendekati kecepatan
medan putar stator (ns) dengan kecepatan putar rotor (nr). Perbedaan
kecepatan antara ns dan nr disebut dengan slip.
9. Pada saat rotor dalam keadaan berputar, besarnya tegangan yang
terinduksi pada kumparan rotor tergantung dari besarnya slip.
Tegangan ini dinyatakan E2s yaitu
E2S = 4,44fN2Фm (Volt) (2.4)
Dimana:
E2S = Tegangan induksi pada saat rotor berputar (Volt)
N2 = Jumlah lilitan kumparan rotor
f = frekuensi rotor yang berputar (Hertz)
10.Bila nr = ns, tegangan tidak akan terinduksi dan arus tidak akan
mengalir pada kumparan jangkar rotor, dengan demikian tidak
dihasilkan torsi. Torsi motor akan timbul apabila nr< ns,dan apabila nr
> ns maka motor induksi beroperasi sebagai generator induksi yang
menghasilkan energi listrik.
2.6 Rangkaian Ekivalen Motor Induksi
Pada prinsipnya, proses dalam motor induksi identik dengan sebuah
transformator, dengan demikian rangkaian ekivalen motor induksi sama dengan
rangkaian ekivalen transformator. Perbedaan yang ada hanyalah karena pada
kenyataan bahwa kumparan rotor (kumparan sekunder pada transformator) dari
motor induksi berputar, yang mana berfungsi untuk menghasilkan daya mekanik.
Awal dari rangkaian ekivalen motor induksi dihasilkan dengan cara yang sama
Rangkaian ekivalen motor induksi untuk masing-masing sisi dapat
diperlihatkan sebagai berikut:
2.6.1 Rangkaian Stator Motor Induksi
Fluks pada celah udara yang berputar menghasilkan ggl induksi lawan pada
setiap fasa dari stator. Sehingga tegangan terminal V1 menjadi ggl induksi lawan
dari E1 dan jatuh tegangan pada impedansi bocor stator. Sehingga diperoleh
persamaan tegangan pada stator adalah[5]:
V1 = E1 + I1 ( R1 + X1) (Volt) (2.5)
Dimana:
V1 = Tegangan nominal stator (Volt)
E1 = Ggl lawan yang dihasilkan oleh fluks celah udara (Volt)
I1 = Arus stator ( Ampere)
R1 = Resistansi stator (Ohm)
X1 = Reaktansi bocor stator (Ohm)
Sama seperti halnya trafo, maka arus stator (I1) terdiri dari dua buah
komponen. Salah satunya adalah komponen beban (I2). Dan komponen yang
lainnya adalah arus eksitasi Ic (excitting current). Dan arus eksitasi ini dapat
dibagi menjadi dua bagian yaitu, komponen rugi-rugi inti Ic yang sefasa dengan
E1 dan komponen magnetisasi Im yang tertinggal 900 dengan E1. Arus Ic akan
menghasilkan rugi-rugi inti dan arus Im akan menghasilkan resultan fluks celah
udara. Pada trafo arus eksitasi disebut juga arus beban nol, akan tetapi dalam
motor induksi 3 fasa tidak, hal ini disebabkan pada motor induksi arus beban nol
+ rugi gesek angin + rugi I2R dalam jumlah kecil ) sedangkan pada trafo fungsi
eksitasi untuk menghasilkan fluksi dan menghasilkan rugi-rugi inti.
Rangkaian ekivalen dari stator ini dapat ditunjukkan oleh Gambar 2.6 berikut:
Gambar 2.6Rangkaian ekivalen stator motor induksi
2.6.2 Rangkaian Rotor Motor Induksi
Pada saat motor start dan rotor belum berputar, maka stator dan rotor
memiliki frekuensi yang sama. Tegangan induksi pada rotor dalam kondisi ini
dilambangkan dengan E2. Pada saat rotor sudah berputar, maka besarnya tegangan
induksi pada rotor sudah dipengaruhi slip. Besarnya tegangan induksi pada rotor
pada saat berputar untuk berbagai slip sesuai dengan persamaan berikut[5].
E2S = s E2 (2.6)
Dimana:
E2 = Tegangan Induksi pada rotor pada saat diam (Volt)
E2S = Tegangan induksi pada rotor saat berputar ( Volt)
Tegangan induksi pada saat motor berputar akan mempengaruhi tahanan
dan reaktansi pada rotor. Tahanan pada rotor adalah konstan, dan tidak
dipengaruhi oleh slip. Reaktansi dari motor induksi tergantung pada induktansi
Pada saat diberikan beban atau dipengaruhi slip, maka besarnya arus yang
mengalir pada rotor adalah:
I2S = E2
R2/s+JX 2 (Ampere) (2.7)
Maka rangkaian ekivalen rotor yang dipengaruhi slip adalah seperti pada Gambar
2.7 berikut :
R2/S
I2S
E2
jX2
Gambar 2.7Rangkaian ekivalen rotor motor induksi yang sudah dipengaruhi slip. Impedansi ekivalen rotor motor induksi pada Gambar 2.7 adalah[5]:
Z2S = R2
S + JX2 (Ohm) (2.8)
Padamotorinduksirotorbelitan,makarotorpadamotorinduksidapatdigantideng
an rangkaian ekivalen rotoryangmemilikibelitan denganjumlah
fasadanbelitanyang samadenganstatorakan tetapi
gayagerakmagnetdanfluksiyangdihasilkan
harussamadenganrotorsebenarnya,makaperformansi rotoryangdilihatdari sisi
primertidakakanmengalamiperubahan.
Sehinggahubunganantarateganganyangdiinduksikanpadarotoryangsebenarny
a (Erotor) dan tegangan yang diinduksikan pada rangkaian ekivalen rotor (E2S)
adalah[5]:
Dimana:
a adalah perbandingan belitan stator dengan belitan rotor sebenarnya.
Sedangkan hubungan antara arus rotor sebenarnya (IRotor) dengan arus I2S
pada rangkaian ekivalen haruslah[2]:
I2S = I rotor
a (2.10)
Rotor dari motor induksi adalah terhubung singkat, sehingga impedansi
yang diinduksikan tegangan dapat disederhanakan dengan impedansi rotor hubung
singkat. Sehingga hubungan anatara impedansi bocor, slip dan frekuensi dari
rangkaian ekivalen rotor (Z2S) dengan impedansi bocor, slip dan frekuensi rotor
sebenarnya (ZRotor) adalah[5]:
Z2S =
Dengan mengingat kembali impedansi dari rangkaian ekivalen rotor yang
sudah dipengaruhi oleh slip seperti Persamaan (2.8) maka besarnya arus
impedansi bocor slip frekuensi dari rangkaian ekivalen rotor[5]:
Z2S = E2s
I2s =R2 + JsX2 (2.12)
Dimana:
R2 = Tahanan rotor (Ohm)
sX = Reaktansi rotor yang sudah berputar (Ohm)
Z2S = Impedansi slip bocor frekuensi dari rangkaian ekivalen rotor (Ohm)
Pada stator dihasilkan medan putar yang berputar dengan kecepatan sinkron.
Medan putar ini akan menginduksikan ggl induksi pada rangkaian rotor (E2S) dan
menginduksikan ggl lawan pada stator sebesar E2. Bila bukan karena efek
kecepatan, maka tegangan yang diinduksikan pada rangkaian ekivalen rotor (E2S)
ekivalen rotor memiliki jumlah belitan yang sama dengan rangkaian ekivalen
stator. Akan tetapi dengan kecepatan relative medan putar yang direferensikan
pada sisi rotor adalah s kali kecepatan medan putar yang direfensikan pada sisi
stator, maka hubungan kedua ggl adalah [5]:
E2S = s E1 (2.13)
Karena resultan fluks celah udara ditentukan oleh fasor penjumlahan dari arus stator
dan arus rotor baik itu arus dari rotor sebenarnya maupun arus dari rangkaian ekivalen
rotor, maka dalam hal ini dikarenakan jumlah belitan stator dan rangkaian ekivalen
rotor adalah sama maka hubungan arus yang mengalir pada stator dan rotor adalah [5]:
I2S = I2 (2.14)
Apabila Persamaan (2.13) dibagi dengan Persamaan (2.14) maka diperoleh [5]:
E2s I2s =
sE 2
I2 (2.15)
Dengan mensubtitusikan Persamaan (2.15) kePersamaan (2.12) maka diperoleh [5]:
E2s I2s =
sE 1
I1 = R2 + JsX2 (2.16)
Dengan membagi Persamaan (2.16) berikut dengan s maka diperoleh[5]:
E1 I2 =
R2
S + JX2 (2.17)
Sehingga dari persamaan-persamaan yang sudah dijabarkan diatas diperoleh
suatu rangkaian umum dari rangkaian ekivalen rotor seperti yang ditunjukkan oleh
X
2R
2I
2E
2Gambar 2.8Rangkaian ekivalen rotor motor induksi.
Dari penjelasan diatas maka dapat dibuat rangkaian ekivalen perfasa motor
induksi. Gambar 2.9 berikutmenunjukkan gambar rangkaian ekivalen perfasa
motor induksi [6]:
R1 JX1 I2
Gambar 2.9Rangkaian ekivalen motor induksi
2.7 Efisiensi Motor Induksi
Efisiensimotorinduksi adalah ukuran keefektifanmotorinduksi
untukmengubah energilistrikmenjadienergimekanikyang dinyatakan
sebagaiperbandingan antara masukan dan keluaranataudalambentuk
energilistrikberupaperbandingan Watt keluarandanWattmasukan.
Daya keluaran motor induksi adalah daya mekanis yang dihasilkan motor
Pout= T.ω (2.18)
Dengan, T = torsi motor (Nm)
ω = Kecepatan putaran (rad/s)
DefinisiNEMA terhadapefisiensienergiadalahbahwa efisiensi merupakan
perbandingan atau rasio dari daya keluaran yang berguna terhadapdayamasukan
total danbiasanyadinyatakan dalampersen. Efisiensi jugasering
dinyatakandengan perbandinganantaradaya keluarandengan daya keluaran
ditambah rugi - rugi,yangdirumuskandalamPersamaan (2.19)berikut[7]:
Ƞ=Pout
rugipadapersamaantersebutadalahpenjumlahankeseluruhankomponenrugi – rugi
yang dibahas sebelumnya. Pada motor induksi pengukuran efisiensi motor induksi
sering dilakukan dengan beberapa cara seperti:
1. Mengukur langsung daya listrik masukan dan daya mekanik keluaran
2. Mengukur langsung seluruh rugi-rugi dan daya masukan
3. Mengukur setiap komponen rugi-rugi dan daya masukan
Dimana pengukuran daya masukan tetap membutuhkan ketiga cara
diatas.Umumnya,daya listrik dapat diukur dengan sangat tepat, keberadaan daya
mekanik lebih sulit untuk diukur. Saat ini lebih dimungkinkan untuk mengukur
torsi dan kecepatan dengan akurat yang bertujuan untuk mengetahui harga
efisiensi yang tepat. Pengukuran kepada keseluruhan rugi-rugi ada yang
berdasarkan kalometri. Walupun pengukran dengan metode ini sangat sulit
didapat dengan pengukuran langsung pada daya keluaran.
Kebanyakan pabrik menggunakan pengukuran komponen rugi-rugi secara
individual, karena dalam teorinya metode ini tidak memerlukan pembebanan pada
motor dan ini adalah suatu keuntungan pada suatu pabrikan. Keuntungan lainnya
yang sering dibicarakan adalah bahwa benar error pada komponen rugi-rugi tidak
mempengaruhi keseluran efisiensi. Keuntungannya terutama adalah fakta ada
kemungkinan koreksi untuk temperatur lingkungan yang berbeda. Biasanya data
efisiensi yang disediakan oleh pembuat diukur atau dihitung berdasarkan data
tertentu.
2.8 Torsi Motor Induksi
Suatu persamaan torsi dari motor induksi dapat dihasilkan dan dijelaskan
dengan rangkaian Thevenin. Dalam bentuk umumnya, teori thevenin mengizinkan
pergantian sembarang yang terdiri dari unsur-unsur rangkaian linear dan sumber
tegangan tetap [5].
Rangkaian thevenin diasumsikan dengan Gambar 2.10[5] berikut, dimana
sumber tegangan V1eqterhubung seri dengan impedansi Z1eq = R1eq + Jx1eq
Gambar 2.10Rangkaian Ekivalen Thevenin motor induksi
Dari Gambar 2.10(a) besar tegangan Thevenin (V1eq) dan impedansi thevenin
V1eq = V1(
Dari Gambar 2.10(b) nilai I2dapat dihitung dengan Persamaan (2.22) berikut:
I2 =
V1eq
Z1eq +jX 2+(R2/s) (2.22)
Torsi mekanik pada motor induksi dapat dihitung dengan persamaan berikut:
(2.23)
Dimana:
(2.24)
Torsi motor juga dapat diperoleh dengan meggunakan timbangan torsi, yaitu
dengan menggunakan Persamaan 2.25 berikut:
T(Nm) = m .g.l
1000 (2.25)
Dengan: m = massa (gr)
g = gravitasi (10 ms-2)
l = lengan torsi (0.5 m)
2.9 Metode-metode starting motor induksi 3 fasa
Motor induksi tiga fasa tidak mengalami masalah pengasutan/starting
seperti pada motor sinkron. Motor induksi dapat diasutlangsung dengan
menghubungkan langsung dengan sumber tegangan.Untuk motor induksi rotor
belitan, pengasutan dapat dilakukan pada arus yang relatif kecil dengan
menambahkan tahanan pada belitan rotor melalui cincin slip. Penambahan
memperkecil arus start. Untuk motor induksi tipe rotor sangkar, pengasutan
motor induksi dapat dilakukan dengan banyak cara tergantung pada daya nominal
motor dan tahanan efektif rotor saat motor distart. Ada beberapa metode starting
motor induksi tiga fasa antara lain [1]:
1. Starting langsung (Direct online starting)
2. Starting wye-delta
3. Starting dengan autotransformator
2.9.1 Starting Langsung (Direct online starting)
Starting langsung (Direct Online Starting)merupakan cara paling
sederhana, dimana stator langsung dihubungkan langsung dengan sumber
tegangan, artinya tidak perlu mengatur atau menurunkan tegangan pada saat
starting. Penggunaan metode ini sering dilakukan untuk motor-motor AC yang
mempunyai kapasitas daya yang kecil[1]. Untuk memperjelas mengenai metode
starting secara langsung perhatikan Gambar 2.11 berikut [8]:
Keterangan:
So = tombol OFF F2 = Overload Relay
S1 = tombol ON F3 = Control circuit fuse
K1 = Start Contactor U,V,W = Motor winding
F1 = Thermal Overload Relay M = Motor
2.9.2. Starting wye-delta
Metode starting wye-delta dipergunakan untuk motor induksi rotor sangkar
yang dirancang untuk memberikan keluaran nominal bila kumparan stator
dihubungkan delta dan biasanya dipakai pada motor yang mempunyai keluaran
nominal sampai 25HP. Belitan stator dirancang beroperasi pada hubungan delta
dan pada saat starting belitan tersebut terhubung dengan hubungan bintang/wye.
Mula-mula motor distart pada hubungan bintang, ketika kecepatan motor
meningkat maka hubungan pada motor tersebut berganti dari hubungan bintang
ke hubungan delta.
Pada starting hubungan delta [8]:
Arus start per phasa, Isc = V
Zsc (Ampere) (2.26)
Arus starting = √3Isc(Ampere) (2.27)
Pada starting hubungan wye [8]:
Arus start per phasa, Isc = � /√3
��� (Ampere) (2.28)
Arus starting = 1
√3Isc (Ampere) (2.29)
Untuk memperjelas mengenai starting wye-delta, perhatikan diagram skematik
Gambar 2.12 (a) Diagramdaya starting Y-∆. (b) Diagram kontrol Y-∆. 2.9.3 Starting Autotransformator
Metode starting dengan autotransformator adalah suatu metode starting
yang digunakan untuk mengurangi tegangan pada stator pada saat start, yang
akan membatasi arus start.
Starting dengan autotransformator digunakan untuk mengurangi tegangan
pada saat start. Dengan berkurangnya tegangan pada saat start, maka arus start
yang dihasilkan akan rendah juga. Setelah waktu tunda ditetapkan,
autotransformator dilepas dari rangkaian dan selanjutnya motor induksi rotor
sangkar akan beroperasi pada tegangan penuh. Autotransformator dilengkapi
dengan tap yang terdiri dari 50%, 65% atau 80% dari tegangan saluran sebagai
tegangan start dengan pengurangan arus yang sesuai. Tap dapat dipilih agar
sesuai dengan kopel start yang diperlukan oleh motor untuk dapat mengatasi
beban yang dipikul oleh motor. Pengasutan autotransformator dapat dioperasikan
Diagram skematik fasa dan diagram kontrol pada starting autotransformer
ditunjukan oleh Gambar 2.13 [8] berikut:
Gambar 2.13 (a) Diagram startingautotransformator (b) Diagramkontrol starting autotransformator
2.10 Tegangan tidak seimbang
Ketika sumber tegangan yang disuplai pada motor induksi 3 fasa tidak
merata, maka akan dihasilkan arus tidak seimbang pada kumparan stator.
Tegangan tidak seimbang dalam persentase yang kecil akan menghasilkan arus
tidak seimbang dalam jumlah besar. Jika sumber tegangan tidak seimbang, maka
nilai daya pada motor induksi 3 fasa rotor sangkar tupai harus dikali dengan faktor
pengali seperti yang ditunjukan pada Gambar 2.14 untuk kemungkinan
pengurangan beban pada motor. Mengoperasikan motor dengan
Hubungan faktor derating motor induksi dengan tingkat ketidakseimbangan
tegangan dalam persen ditunjukan oleh Gambar 2.14 [7] berikut:
Gambar 2.14 Kurva penurunan rating motor induksi 3 fasa.
Berdasarkan gambar kurva penurunan rating motor induksi 3 fasa terhadap
suplai tegangan tidak seimbang, jika terjadi ketidakseimbangan tegangan sebesar
1% maka tidak ada masalah, jika ketidakseimbangan tegangan sebesar 2% maka
terjadi penurunan rating motor sebesar 0,96. Demikian seterusnya tergantung pada
persentase ketidakseimbangan tegangan hingga mencapai penurunan rating
sebesar 0,76 pada ketidakseimbangan tegangan 5% [9].
Ada banyak kondisi ketidakseimbangan tegangan yang terjadi dengan VUF
(Voltage Unbalanced Factor) yang sama, salah satunya adalah Single Phase
Under Voltage Unbalance. Dimana pada kondisi tersebut salah satu fasa dari sistem tiga fasa bertegangan lebih rendah dibandingkan dengan tegangan
nominalnya [10].
Tegangan tidak seimbang dalam persen didefinisikan berdasarkan
Persamaan 2.30 berikut [7][9]:
V��(%) =Selisih tegangan maksimum dari tegangan rata−rata
Sebagai contoh, jika tegangan tidak seimbang yang menyuplai motor
induksi 3 fasa adalah Vab= 450 V, Vbc= 363,6 V, Vca= 405 V [7][9]. Maka
tegangan rata-rata yang masuk ke motor adalah 406,2 V dan selisih tegangan
maksimum dari tegangan rata-rata adalah 43,8 V. Berdasarkan Persamaan 2.30
akan diperoleh besar persentase ketidakseimbangan tegangan yang menyuplai
motor. Yaitu:
% ���������������� = 43.8
406.2� 100 = 10.78 %
Penyebab tegangan tidak seimbang termasuk impedansi saluran transmisi
dan saluran distribusi yang tidak sama, distribusi beban-beban satu fasa yang tidak
merata dalam jumlah besar, dan lain-lain. Ketika beban tiga fasa seimbang
dihubungkan dengan sistem suplai yang tidak seimbang, maka arus yang dialirkan
ke beban juga tidak seimbang. Oleh karena itu sangat sulit atau tidak mungkin
untuk menyediakan suatu sistem suplai tegangan seimbang yang sempurna kepada
konsumen, sehingga perlu dilakukan berbagai upaya untuk meminimalisasikan
pengaruh ketidakseimbangan tegangan dan mengurangi pengaruhnya pada beban–
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Motor induksi 3 fasa merupakan motor arus bolak-balik yang paling luas
digunakan dalam dunia industri sebagai penggerak. Harganya yang relatif murah,
konstruksi yang kuat, sederhana, mudah pemeliharaanya dan cukup tingginya
nilai efisiensi yang dimilikinya menjadikan motor induksi 3 fasa lebih banyak
digunakan dalam berbagai kegiatan perindustrian [1].
Secara umum, motor induksi dapat dioperasikan baik dengan
menghubungkan motor secara langsung ke rangkaian pencatu ataupun dengan
mengenakan tegangan yang telah dikurangi ke motor selama periode starting [2].
Permasalahan tegangan tidak seimbang yang menyuplai motor induksi 3
fasa merupakan salah satu masalah dalam pengoperasian motor induksi 3 fasa.
Tegangan tidak seimbang dapat disebabkan oleh berbagai macam gangguan
asimetri pada sistem tenaga dan kegagalan studi peramalan beban sehingga
distribusi beban disetiap fasanya tidak sama.
Adanya ketidakseimbangan tegangan suplai 3 fasa pada motor induksi 3
fasa akan mempengaruhi unjuk kerja motor induksi 3 fasa, hal ini disebabkan
adanya arus yang berlebih pada salah satu fasa yang menyuplai motor induksi 3
fasa yang berakibat pada perubahan torsi start, putaran, dan efisiensinya.
Di lapangan, motor induksi 3 fasa dapat diasut/start dengan berbagai metode
starting, antara lain yang umum digunakan yaitu starting langsung, starting
Salah satu masalah yang sering muncul pada saat pengasutan adalah
besarnya nilai arus start yang dihasilkan yang bisa mencapai 5-6 kali dari arus
nominal motor [3]. Untuk motor-motor yang besar hal ini tidak dapat diizinkan,
karena akan menggangu jaringan, dan akan merusak motor itu sendiri. Hal ini
perlu diperhatikan untuk metode starting yang digunakan sesuai dengan keperluan
pengoperasin motor induksi tiga fasa tersebut[1].
Oleh sebab itu perlu dilakukan percobaan dan analisis untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh tegangan tidak seimbang terhadap unjuk kerja motor
induksi 3 fasa dengan berbagai metode starting yang digunakan dalam
pengoperasiannya. Sehingga dapat diperhatikan bagaimana relevansinya terhadap
operasi motor induksi pada tegangan yang tidak seimbang dengan menggunakan
metode pengasutanmotor induksi 3 fasa.
1.2 Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah dari tugas akhir ini adalah:
1. Bagaimana unjuk kerja motor induksi 3 fasapada tegangan seimbang
dengan metode starting langsung.
2. Bagaimana unjuk kerja motor induksi 3 fasa pada tegangan seimbang
dengan metode starting wye-delta.
3. Bagaimana unjuk kerja motor induksi 3 fasa pada tegangan seimbang
dengan metode starting autotransformer.
4. Bagaimana unjuk kerja motor induksi 3 fasa pada tegangan tidak seimbang
dengan metode starting langsung.
5. Bagaimana unjuk kerja motor induksi 3 fasa pada tegangan tidak seimbang
6. Bagaimana unjuk kerja motor induksi 3 fasa pada tegangan tidak seimbang
dengan metode autotransformer.
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penulisan tugas akhir adalah:
1. Untuk mengetahuiunjuk kerja motor induksi 3 fasa pada tegangan
seimbang dengan menggunakan berbagai metode starting.
2. Untuk mengetahui unjuk kerja motor induksi 3 fasa pada tegangan tidak
seimbang dengan menggunakan berbagai metode starting.
3. Untuk mengetahui perbandingan antara pengaruh tegangan seimbang dan
tegangan tidak seimbang tehadap unjuk kerja motor induksi dengan
menggunakan metode-metode starting.
1.4 Batasan Masalah
Adapun batasan masalah dari penulisan dari penulisan tugas akhir ini
adalah:
1. Definisi tegangan tidak seimbang yang digunakan dalam tulisan ini adalah
definisi yang digunakan NEMA standard MG1. 2009.
2. Analisis data berdasarkan penelitian di Laboratorium Konversi Energi
Listrik FT. USU.
3. Unjuk kerja yang diamati dalam tulisan ini adalah arus start, kecepatan
putaran, torsi start dan efisiensi motor induksi 3 fasa.
4. Tidak membahas ketidakseimbangan tegangan yang disebabkan oleh
ketidakseimbangan sudut fasa dan tidak melibatkan teori
5. Beban yang dipikul oleh motor induksi 3 fasa adalah beban tetap (beban
tidak berubah-ubah).
6. Motor induksi yang digunakan adalah motor induksi 3 fasa yang terdapat
pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT. USU.
7. Metode starting yang digunakan adalah metode starting langsung, metode
starting wye-delta, dan metode starting autotransformer.
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui karateristik unjuk kerja motor induksi 3 fasa saat tegangan
seimbang dan tegangan tidak seimbang dengan menggunakan berbagai
metode starting.
2. Mengetahui metode starting terbaik dalam pengoperasian motor induksi
akibat pengaruh ketidakseimbangan tegangan.
3. Memberikan informasi kepada pembaca bagaimana pengaruh tegangan
tidak seimbang tersebut terhadap unjuk kerja motor induksi 3 fasa pada
ABSTRAK
Motor induksi 3 fasa merupakan motor AC yang paling sering digunakan
dalam dunia industri dan rumah tangga, hal ini disebabkan konstruksinya yang
sederhana dan kehandalannya yang tangguh. Motor induksi dapat dioperasikan
dengan starting langsung, Y-∆, dan autotransformer. Motor induksi disuplai oleh
tegangan 3 fasa yang seimbang agar dapat beroperasi dengan baik. Namun apabila
suplai tegangannya tidak seimbang akan mempengaruhi unjuk kerja motor induksi
3 fasa.
Pada Tugas Akhir ini, penulis menganalisis pengaruh tegangan tidak
seimbang terhadap unjuk kerja motor induksi 3 fasa dengan menggunakan
berbagai macam starting. Berdasarkan hasil pengujian dan perhitungan, terjadi
peningkatan arus akibat suplai tegangan tidak seimbang dan terjadi penurunan
torsi dan putaran motor akibat suplai tegangan yang tidak seimbang yang
mengakibatkan efisiensi motor ikut menurun. Peningkatan arus terbesar tejadi
pada starting langsung yaitu 5 A pada saat tegangan seimbang dan 6.3 A pada
ketidakseimbangan 3%. Penurunan efisiensi terbesar terjadi pada starting
autotransformer yaitu 60% pada saat tegangan seimbang dan menurun hingga
48% pada saat ketidakseimbangan 3%.
TUGAS AKHIR
ANALISIS TEGANGAN TIDAK SEIMBANG TERHADAP UNJUK KERJAMOTOR INDUKSI 3 FASA PADA BERBAGAI METODE
STARTING
(Aplikasi Pada Laboratorium Konversi Energi Listrik Fakultas Teknik USU) Diajukan untuk memenuhi syarat dalam
Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) pada
Departemen Teknik ElektroFakultas Teknik Universitas Sumatera Utara
Oleh
110402078
AFRISANTO PAKPAHAN
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
ABSTRAK
Motor induksi 3 fasa merupakan motor AC yang paling sering digunakan
dalam dunia industri dan rumah tangga, hal ini disebabkan konstruksinya yang
sederhana dan kehandalannya yang tangguh. Motor induksi dapat dioperasikan
dengan starting langsung, Y-∆, dan autotransformer. Motor induksi disuplai oleh
tegangan 3 fasa yang seimbang agar dapat beroperasi dengan baik. Namun apabila
suplai tegangannya tidak seimbang akan mempengaruhi unjuk kerja motor induksi
3 fasa.
Pada Tugas Akhir ini, penulis menganalisis pengaruh tegangan tidak
seimbang terhadap unjuk kerja motor induksi 3 fasa dengan menggunakan
berbagai macam starting. Berdasarkan hasil pengujian dan perhitungan, terjadi
peningkatan arus akibat suplai tegangan tidak seimbang dan terjadi penurunan
torsi dan putaran motor akibat suplai tegangan yang tidak seimbang yang
mengakibatkan efisiensi motor ikut menurun. Peningkatan arus terbesar tejadi
pada starting langsung yaitu 5 A pada saat tegangan seimbang dan 6.3 A pada
ketidakseimbangan 3%. Penurunan efisiensi terbesar terjadi pada starting
autotransformer yaitu 60% pada saat tegangan seimbang dan menurun hingga
48% pada saat ketidakseimbangan 3%.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas
kasih dan berkat yang telah diberikan-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “ANALISIS TEGANGAN TIDAK
SEIMBANG TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR INDUKSI 3 FASA PADA BERBAGAI METODE STARTING”. Penulisan Tugas Akhir ini merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan studi dan memperoleh
gelar Sarjana Teknik di Departemen Elektro, Fakultas Teknik, Universitas
Sumatera Utara.
Tugas Akhir ini penulis persembahkan untuk kedua orangtua penulis yang
telah membesarkan penulis dengan kasih sayang yang tak ternilai harganya, yaitu
M. Pakpahan dan R. Nababan, saudara/saudari kandung penulis Lindra Pakpahan,
Aris Pakpahan, Lenny Pakpahan, dan Anri Pakpahan atas seluruh perhatian dan
dukungannya selama ini.
Selama masa perkuliahan sampai masa penyelesaian Tugas Akhir ini,
penulis mendapat dukungan, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk
itu, dengan setulus hati penulis hendak menyampaikan ucapan terima kasih
kepada:
1. Bapak Ir. Raja Harahap, MT, selaku dosen pembimbing Tugas
Akhir dan dosen pembimbing akademik yang telah banyak
meluangkan waktu dan memberikan ide dalam menyelesaikan
Tugas Akhir penulis, dan senantiasa memberikan bimbingannya
2. Bapak Ir. Syamsul Amien, M.S, selaku dosen penguji Tugas Akhir
dan kepala Laboratorium Konversi Energi Listrik yang telah
memberikan masukan dan arahan demi perbaikan Tugas Akhir
penulis.
3. Bapak Ir. Syahrawardi, selaku dosen penguji Tugas Akhir yang
telah memberikan masukan dan arahan demi perbaikan Tugas
Akhir penulis.
4. Bapak Ir. Surya Tarmizi Kasim, Msi, selaku Ketua Departemen
Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak dan Ibu dosen pengajar Departemen Teknik Elektro yang
telah memberi bekal ilmu dan bimbingan kepada penulis selama
perkuliahan.
6. Bapak dan Ibu pegawai administrasi Departemen Teknik Elektro
yang membantu dalam pengurusan administrasi selama
perkuliahan sampai penyusunan Tugas Akhir.
7. Laboran dan asisten Laboratorium Konversi Energi Listrik bapak
Isroy Tanjung, ST , Aspar, dan Zein yang membantu dalam
penyusunan Tugas Akhir penulis.
8. Keluarga kakakku M. Parhusip dan L. Pakpahan dan keponakanku
Samuel Parhusip.
9. Teman-teman kos Bahagia, dan teman futsal: Henry cecep, Putra,
10.Teman-teman elektro balak satu: Toncop, Longser, Harry, Winner,
Yudha dan Bembeng, Canboy, Riswanta, Faisal, Anri Sihite dan
teman -teman lainnya yang menemani penulis selama perkuliahan.
11.Teman-teman Com-Labs, yang menyediakan tempat bagi penulis
dalam penyusunan tugas akhir: Frans, Mian, Albert, Yosua, Marco,
Andreas dan Uci.
12.Para pemimpi Goes to Moscow 2018, Risjen, Christo, Fandry,
Guntur, Andri, Samgar.
13.Seluruh mahasiswa Departemen Teknik Elektro yang telah berbagi
pengalaman hidup dan memberikan kesan selama masa
perkuliahan yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Akhir kata penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun
demi penyempurnaan Tugas Akhir penulis. Akhir kata, semoga Tulisan ini
bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang membutuhkannya.
Medan, Agustus 2016
Penulis,
(Afrisanto Pakpahan
110402078
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK...i
KATA PENGANTAR...ii
DAFTAR ISI ...v
DAFTAR GAMBAR ...viii
DAFTAR TABEL...ix
BAB I. PENDAHULUAN ...1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 2
1.3 Tujuan Penelitian ...3
1.4 Batasan Masalah ...3
1.5 Manfaat Penelitian ...4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...5
2.1 Umum ... 5
2.2 Konstruksi Motor Induksi 3 fasa ...6
2.2.1 Stator ...6
2.2.2 Rotor ... 7
2.3 Medan Putar ... 9
2.4 Slip ...10
2.5 Prinsip Kerja Motor Induksi ... 11
2.6 Rangkaian Ekivalen Motor induksi ... 13
2.6.1 Rangkaian Stator Motor Induksi ... 13
2.7 Efisiensi Motor Induksi ... 18
2.8 Torsi Motor Induksi ... 20
2.9 Metode-metode Starting Motor Induksi 3 fasa ... 21
2.9.1 Starting Langsung ... 22
2.9.2 Starting wye-delta ... 23
2.9.3 Starting Autotransformator ... 24
2.10 Tegangan Tidak Seimbang ... 25
BAB III. METODE PENELITIAN...28
3.1 Tempat dan Waktu ... 28
3.2 Bahan dan Peralatan ... 28
3.3 Pelaksanaan Penelitian ... 29
3.4 Variabel yang Diamati ... 29
3.5 Flowchart Penelitian ... 30
3.6 Prosedur penelitian... 32
3.6.1 Rangkaian percobaan...32
3.6.2 Prosedur percobaan...35
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...37
4.1 Umum ...37
4.2 Data Pecobaan ...37
4.2.1 Data pecobaan tegangan seimbang...37
4.2.2 Data percobaan tegangan tidak seimbang...38
4.3 Analisis Data...41
4.3.2 Menghitung torsi motor induksi 3 fasa...42
4.3.3 Menghitung putaran motor induksi 3 fasa...46
4.3.4 Menghitung daya keluaran(Pout) motor induksi 3 fasa...46
4.3.5 Menghitung efisiensi(η) motor induksi 3 fasa...48
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN...56
5.1 Kesimpulan...56
5.2 aran...57
DAFTAR PUSTAKA...58
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Konstruksi umum motor induksi ... 6
Gambar 2.2 Komponen stator motor induksi 3 fasa ... 7
Gambar 2.3 Rotor sangkar tupai ... 8
Gambar 2.4 Konstruksi rotor belitan ... 8
Gambar 2.5 Medan putar motor induksi 3 fasa, dan arus 3 fasa seimbang ... 9
Gambar 2.6Rangkaian ekivalen stator motor induksi ... 14
Gambar 2.7Rangkaian ekivalen rotor motor induksi yang sudah dipengaruhi slip...15
Gambar 2.8Gambar rangkaian ekivalen rotor motor induksi ... 18
Gambar 2.9Rangkaian ekivalen motor induksi ... 18
Gambar 2.10Rangkaian Ekivalen Thevenin motor induksi ... 20
Gambar 2.11(a) Diagram skematikstartinglangsung (b) Diagram kontrol starting langsung...22
Gambar 2.12 (a) Diagramdaya starting Y-∆ (b) Diagram kontrol Y-∆...24
Gambar 2.14 Kurva penurunan rating motor induksi 3 fasa ... 26
Gambar 3.1 Flowchart Penelitian ...31
Gambar 3.2Diagram percobaan motor induksi 3 fasa tegangan seimbang...32
Gambar 3.3Diagram percobaan motor induksi 3 tegangan tidak seimbang...33
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Data hasil pengukuran unjuk kerja motor induksi dengan starting
langsung...38
Tabel 4.2 Data hasil pengukuran unjuk kerja motor induksi dengan starting
Y-∆...38
Tabel 4.3 Data hasil pengukuran unjuk kerja motor induksi dengan
starting
autotransformer...38
Tabel 4.4 Data hasil pengukuran unjuk kerja motor induksi dengan starting
langsung...39
Tabel 4.5 Data hasil pengukuran unjuk kerja motor induksi dengan starting
Y-∆...39
Tabel 4.6 Data hasil pengukuran unjuk kerja motor induksi dengan starting
autotransformer...39
Tabel 4.7 Data hasil pengukuran unjuk kerja motor induksi dengan starting
langsung...40
Tabel 4.8 Data hasil pengukuran unjuk kerja motor induksidengan starting
Y-∆....40
Tabel 4.9 Data hasil pengukuran unjuk kerja motor induksi dengan
starting
Tabel 4.10 Perbandingan arus (I) terhadap tingkat ketidakseimbang
tegangan dengan starting langsung...50
Tabel 4.11 Perbandingan arus (I) terhadap tingkat ketidakseimbang
tegangan
dengan starting Y-∆...50
Tabel 4.12 Perbandingan arus (I) terhadap tingkat ketidakseimbang tegangan
dengan starting autotransformer...51
Tabel 4.13 Perbandingan Torsi(T), dan Putaran(n) terhadap
tingkat ketidakseimbangan tegangan starting
langsung...51
Tabel 4.14 Perbandingan Torsi(T), dan Putaran(n) terhadap tingkat
ketidakseimbangan tegangan starting Y-∆...52
Tabel 4.15 Perbandingan Torsi(T), dan Putaran(n) terhadap tingkat
ketidakseimbangan tegangan starting
autotransformer...52
Tabel 4.16 Perbandingan efisiensi terhadap ketidakseimbangan tegangan
dengan starting langsung...54
Tabel 4.17 Perbandingan efisiensi terhadap ketidakseimbangan tegangan
dengan starting Y-∆...54
Tabel 4.18 Perbandingan efisiensi terhadap ketidakseimbangan tegangan