Gamber 1.1 Pengangkutan dalam Tongkang
DAFTAR PUSTAKA
Harahap M.Yahya,1986, Segi-segiHukum Perjanjian,Bandung: PT.Alumni Muhammad Abdul Kadir, 1986, HukumPerjanjian,Bandung :PT.Alumni,
---,1991,Hukum Pengangkutan Niaga,Bandung: PT.Citra Aditya Bakti
Muljadi Kartini,Gunawan Widjaja,2004,Perikatan Pada Umumnya, Jakarta: PT.Raja Grafindo Pusaka
ProdjodikoroWirjono, 2000, Azas-AzasHukumPerjanjian, Bandung : MandarMaju
Purwosutjipto HMN,1987, PengertianPokokHukumDagangBuku III
HukumPengangkutan, Jakarta:Djambatan
Raharjo Handri, 2009, Hukum Perjanjian di Indonesia,Yogyakarta : Pustaka Yustisia Subekti R ,R.Tjitorosudibio, 1979,Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Jakarta :
Pradnya Paramita
---,1991,Kitab Undang-undang Hukum Dagang dan Undang-udang Kepailitan, Jakarta : Pradnya Paramita
Subekti R, 2002, Hukum Perjanjian,Jakarta: PT.Intermasa
---,1995,Aneka Perjanjian,Bandung:PT.CitraAditya Bakti Soekanto Soejono, 2006, Pengantar Peneltian Hukum, Jakarta: UI Press
Soemitro Ronny Hanitjo, 1999, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri,Jakarta :Ghalia Indonesia,
TjakranegaraSoegijatna,1995,Hukum Pengangkutan Barang dan Penumpang,Jakarta:PT.Rineka Cipta
Uli Sinta,2006,Pengangkutan Suatu Tinjauan Hukum Multimoda Transport Angkatan Laut dan Angkatan Udara,Medan:Usu Press
Peraturan Perundang-undangan :
Undang-undang No 4 Tahun 1982 Tentang Pengelolaan Lingkungan.
PeraturanPemerintahRepublik Indonesia Nomor 101 tahun 2014 TentangPengelolaanLimbahBahanBerbahayaDan Beracun
Undang-undang No 17 Tahun 2008 Pelayaran.
Peraturan Pemerintah No.17 tahun 1988 Tentang Penyelenggaraan dan Pengusahaan Angkutan Laut.
Website :
A. Pengertian Limbah B3 (Fly Ash)
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 tahun 2014
tentang pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun.Limbah merupakan sisa
suatu usaha dan/atau kegiatan.Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun yang
selanjutnya disebut Limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang
mengandung B3.
Limbah B3 yang dimaksud didalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 101 tahun 2014adalah zat, energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat,
konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat
mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau membahayakan
lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup
lain. 42
42
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 tahun 2014 tentang pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun, pasal 1.
Limbah b3 memiliki klasifikasi dimana limbah tersebut digolongkan
dalam 3 golongan sesuai dengan karakteristik dari limbah b3 tersebut,
klasifikasi atu penggolongan limbah tersebut sebagai berikut :
a. Limbah B3 kategori 1;
c. Limbah nonB3.
Karakteristik limbah B3 sebagaimana diatur didalam PP NO 101 Tahun 2014
merupakan limbah dengan karakteristik sebagai berikut:
1. Mudah menyala;
2. Mudah meledak;
3. Reaktif;
4. Infeksius;
5. Korosif dan/atau;
6. Beracun.43
Limbah B3 (fly ash) merupakan limbah yang dihasilkan dari sisa pembakaran
batu bara, dimana sisa dari pembakaran batu bara tersebut berupa abu. Sebelum
membahas limbah b3 (fly ash) penulis akan memberikan penjelasan terlebih dahulu
mengenai proses pembakaran batu bara tersebut hingga akhirnya menghasilkan
limbah berupa abu.
Batu bara sebagai sumber penghasil fly ash dikelompokkan menjadi empat,
yaitu :
a. Batu bara Lignitic
b. Batubara Sub-bitumminous
c. Batubara Bitumminous
d. Batubara Antrachite44
43
Untuk mengetahui lebih mendalam mengenai jenis-jenis batu bara tersebut,
penulis akan membahasnya satu-persatu :
Ad.a Batu baraLignitic
Lignite adalah kategori terendah dari batu bara, mempunyai kemampuan
menghasilkan panas terendah dan kadar air tertinggi, sering disebut "brown coal"
karena bersifat agak lunak dan berwarna coklat atau hitam, dan pada umumnya
digunakan untuk menghasilkan tenaga listrik.
Mempunyai kemampuan menghasilkan panas kurang dari 8300 British Thermal
Units per pound batu bara, mempunyai kadar karbon antara 60% - 70% dalam abu
kering. British Thermal Units atau disingkat dengan BTU merupaka
digunakan di
dibutuhkan untuk meningkatka
Ad.b Batubara Sub-bitumminous
Sub-bituminous coal adalah kategori menegah (intermediate) di antara lignite
dan bituminous coal, mempunyai kemampuan membangkitkan panas, pembakaran
dan kadar kelembaban sedang, digunakan untuk menghasilkan tenaga listrik.
44
Mempunyai kadar karbon 71% - 77% dalam abu kering dan kemampuan
membangkitkan panas antara 8.300 - 13.000 British Thermal Units per pound batu
bara.
Ad.c Batubara Bitumminous
Bituminous coal adalah jenis batu bara yang paling umum, disebut juga batu
bara hitam (black coal), pada umumnya batu bara jenis ini mempunyai kemampuan
menghasilkan panas yang tinggi dan kelembaban yang rendah, dapat digunakan untuk
menghasilkan tenaga listrik atau melebur biji besi.
Mempunyai kadar karbon antara 77% - 87% dalam abu kering, kemampuan
membangkitkan panas di atas 13.000 British thermal Unit per pound batu bara.
Ad.d Batubara Antrachite
Anthracite coal adalah jenis batu bara yang mempunyai kadar karbon tertinggi
dan kadar air dan abu terendah dan bersifat lambat terbakar. Kadar karbon di atas
87% dalam abu kering dan kemampuan membangkitan panas tertinggi.
Dengan berbagai jenis batu bara, tentu limbah yang dihasilkan tidaklah sama
seperti misalnya, limbah fly ash kelas F disebut juga low-calcium fly ash, yang
bersifat pozolanic(bahan yang mengandung senyawa silica) , fly ash ini mengandung
fly ash kelas C,Fly ash kelas C disebut juga high-calcium fly ash
Karena kandungan CaO yang cukup tinggi, Fly ash yang mengandung CaO di atas
10% yang dihasilkan daripembakaran lignite atau sub-bitumen batubara (batubara
muda / sub-bitumminous).45
Fly ash yang diperoleh dari produksi pembakaran batubara, dengan corong gas
dan menyebar ke atmosfer.Hal ini yang menimbulkan masalah lingkungan dan
kesehatan, karena fly ash hasil dari tempat pembakaran batubara dibuang sebagai
timbunan.Fly ash ini terdapat dalam jumlah yang cukup besar, sehingga Dengan mengetahui berbagai jenis batu bara dan limbah yang telah dihasilkan
berupa fly ash, dan untuk itu penulis akan membahas lebih jelas mengenai apa itu fly
ash, guna menambah pengetahuan tentang batu bara dan limbah yang dihasilkan dari
pembakaran batu bara tersebut.
Dari hasil sisa pembakaran batu bara,akan menghasilkan Fly ash yang
umumnya terdiri dari partikel solid yang berbentuk bulat, dan sebagian adalah
partikel bulat berongga serta partikel bulat yang berisi partikel-partikel bulat lain
yang lebih kecil.
45
memerlukanpengelolaan agar tidak menimbulkan masalah lingkungan, seperti
pencemaran udara, atau perairan, dan penurunan kualitas ekosistem.46
B. Pengelolaan Limbah B3 (Fly Ash)
Dengan proses pembakaran serta limbah yang dihasilkan dari proses
pembakaran itu sendiri, memunculkan berbagai ide untuk bagaimana memanfaatkan
kembali limbah ini agar mengurangi dampaknya terhadap lingkungan.
Semakin berkembangnya zaman dan bertambahnya pengetahuan manusia untuk
mengembangkan ide pemanfaatan limbah b3 (fly ash) ini.Manusia melakukan
penelitian terhadap bahan apa yang terkandung didalam fly ash ini, sehingga dapat
mengetahui apakah limbah fly ash ini dapat digunakan kembali untuk hal yang lain.
berikut adalah sifat dari limbah b3 fly ash (abu terbang).
Fly Ash(abu terbang) mempunyai sifat-sifat yang sangat menguntungkan di
dalam menunjang pemanfaatannya yaitu :
1.Sifat Fisik
Abu terbang merupakan material yang di hasilkan dari proses pembakaran
batubara pada alat pembangkit listrik. Dalamproses pembakaran batubara ini titik
leleh abu batu bara lebih tinggi dari temperatur pembakarannya. Dan kondisi ini
46
Juju Bandung, “limbah batu bara”, diakses dari
menghasilkan abu yang memiliki tekstur butiran yang sangat halus. Abu terbang
batubara terdiri dari butiran halus yang umumnya berbentuk bola padat atau
berongga. Ukuran partikel abu terbang hasil pembakaran batubara bituminous lebih
kecil dari 0,075mm. Adapun sifat-sifat fisiknya antara lain :
a) Warna : abu-abu keputihan
b) Ukuran butir : sangat halus yaitu sekitar 88 %
2. Sifat Kimia
Komponen utama dari abu terbang batubara yag berasal dari pembangkit listrik
adalah silikat (SiO2), alumina(Al2O3), dan besi oksida(Fe2O3), sisanya adalah karbon,
kalsium, magnesium, dan belerang.Sifat kimia dari abu terbang batubara dipengaruhi
oleh jenis batubara yang dibakar seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.47
Di Amerika Serikat, fly ash umumnya disimpan pada pembangkit listrik batu
bara atau ditempatkan di tempat pembuangan sampah. Sekitar 43% didaur ulang, Dengan mengetahui zat-zat yang terkandung didalam fly ash serta sifat dari
limbah tersebut. Muncullah ide untuk menggunakan fly ash ini sebagai mineral
pencampur dalam beton.Tentu fly ash diklasifikasikan berdasarkan komposisi
kimianya.Dengan munculnya gagasan tersebut maka ini merupakan suatu langkah
awal untuk mengubah limbah mejadi sesuatu hal yang bernilai.
47
sering digunakan untuk melengkapi semen Portland dalam produksi beton. Tidak
hanya di Amerika serikat, tetapi juga telah digunakan oleh Negara-negara lainnya
seperti Jerman, India, China, bahkan Indonesia sendiri.48
C. Sejarah Pengangkutan Laut
Dengan mempelajari limbah b3 fly ash tersebut. Manusia telah berhasil
melakukan penanggulangan terhadap limbah b3 fly ash tersebut bahkan menghasilkan
bahan yang sangat bermanfaat berupa semen, bahan campur beton, bahan pembuat
cor tahan panas, sehingga manjadikan fly ash sebagai bahan yang cukup potensial
untuk berbagai keperluan sehingga dapat menghemat biaya dan dapat mengurangi
pencemeran lingkungan akibat fly ash itu sendiri. Bagi industri yang menggunakan
bahan bakar batu bara, seperti PLTU dapat memanfaatkan fly ash sebagai sumber
ekonomi sampingan. Karena keberadaan fly ash yang semakin populer dan
dibutuhkan oleh berbagai kalangan.
Perkembangan pesat yang dicapai ilmu pengetahuan dalam abad modern ini
mampu mempersingkat jarak jauh dan mempercepat waktu bagi penyelesaian
kegiatan perdagangan yang berlangsung dalam kehidupan manusia.Hal ini
dimungkinkan berkat hasil pemikiran manusia menciptakan alat transportasi kapal
dalam bidang pelayaran.
48
Wilayah Indonesia terdiri atas pulau besar dan kecil yang dihubungkan oleh
selat dan laut, hal ini menyebabkan sarana pelayaran merupakan lalu lintas utama
penghubung antarpulau. Pelayaran ini dilakukan dalam rangka mendorong aktifitas
perdagangan.Pelayaran perdagangan yang dilakukan oleh kerajaan-kerajaan di
Indonesia bukan hanya dalam wilayah Indonesia saja, tetapi telah jauh keluar wilayah
Indonesia.
Pelayaran dan perdagangan di Asia semakin ramai setelah ditemukan jalan
melalui laut antara Romawi dan Cina. Rute jalur laut yang dilalui dalam jalur dagang
Cina dan Romawi telah mendorong munculnya hubungan dagang pada daerah-daerah
yang dilalui, termasuk wilayah Indonesia oleh karena posisi Indonesia yang strategis
di tengah-tengah jalur hubungan dagang Cina dengan Romawi, maka terjadilah
hubungan dagang antara kerajaan-kerajaan di Indonesia dan Cina beserta India.49
Banyak feri melayani selat-selat antara pulau yang berdekatan, terutama antara
pulau Sumatra dan Jawa, dan juga antara pulau-pulau lain di Indonesia. Ada juga Oleh sebab Indonesia adalah sebuah negara kepulauan, pengangkutan laut
merupakan pengangkutan penting yang menghubungkan banyak tempat di negara
ini.Kapal yang banyak digunakan termasuk kapal kontener besar, berbagai jenis feri,
kapal penumpang, kapal layar, dan kapal bermotor kecil.
49
beberapa feri antar bangsa yang melayani Selat Melaka antara Sumatra dan Malaysia,
dan juga Singapura dan pulau-pulau kecil Indonesia seperti Batam.Beberapa jaringan
juga melayani hubungan laut yang lebih panjang ke daerah pulau-pulau terpencil,
terutama yang terletak di timur Indonesia.
Dengan semakin berkembangnya pemikiran manusia tersebut, kini tidak adalagi
hambatan untuk mencapai suatu tujuan melalui jalur perairan. Semakin dengan
berkembangnya zaman dan juga teknologi tentu kedepannya akan semakin banyak
inovasi-inovasi yang diciptakan manusia untuk mendukung kelangsungan hidup kita
dan generasi yang akan datang nantinya.
Keuntungan yang disebabkan adanya pengangkutan.Keuntungan yang
disebabkan tersedianya jasa angkutan bagi masyarakat yang selalu menggunakan jasa
angkutan baik melalui darat, laut, maupun udara. Keuntungan yang dapat diterima
adalah sebagai berikut :
a. Dapat dipertahankan stabilitas ekonomi terutama terhadap harga barang
dipasaran.
b. Naiknya nilai tanah di sekitarnya, dimana fasilitas angkutan tersedia
dengan baik.
c. Adanya jasa produksi angkutan, persediaan barang akan lebih merata.
d. Dengan adanya pengangkutan memungkinkan tersebarnya tenaga kerja
e. Produksi dengan istilah lerge scale production dapat dicapai karena
adanya trasnportasi, dapat ditekan pada tingkat yang paling ekonomis.
f. Kedudukan monopoli akan hapus dengan adanya transportasi,dan
dengan tarif yang wajar, dapat dicapai kemungkinan memperluas
kebutuhan nasional dipasaran dunia yang membutuhkan produk nasional
serta mendorong meningkatnya pendapatan nasional.50
Di Indonesia penyelenggaraan pengangkutan mempunyai peranan sangat
penting dalam pembangunan bidang ekonomi, politik,sosial budaya dan pertahanan
keamanan Negara serta menunjang pelaksanaan tugas-tugas pemerintah. Dalam hal
ini, penyelenggaraan jasa pengangkutan yang terkhusus dalam pengangkutan limbah
B3 diserahkan kepada badan hukum yang berbentuk perseroan terbatas.Salah satunya
Multi Cargo.
D. Pengertian Pengangkutan
Pengangkutan adalah perpindahan tempat, baik mengenai benda-benda maupun
orang, karena perpindahan itu mutlak diperlukan untuk mencapai dan meninggikan
manfaat serta efisien.51
50
Soegijatna Tjakranegara,hukum pengangkutan barang dan penumpang,PT.Rineka Cipta,Jakarta,1995,hlm 3.
51
Kegiatan dari transportasi memindahkan barang dan penumpang dari suatu
tempat ke tempat lain, maka dengan demikian pengangkut menghasilkan jasa
angkutan atau dengan perkataan lain produksi jasa bagi masyarakat yang
membutuhkan sangat bermanfaat untuk pemindahan/pengiriman barang-barangnya.52
52
Soegijatna Tjakranegara,Op.Cit.,hlm.1.
Khusus mengenai pengangkutan laut tidak di jumpai definisinya dalam
KUHD.Namun dalam PP No. 17 tahun 1988 di jumpai mengenai pengangkutan laut.
“Setiap kegiatan pelayaran yang menggunakan kapal laut untuk mengangkut
penumpang, barang dan atau hewan untuk satu perjalanan atau lebih dari satu
pelabuhan ke pelabuhan lain antara beberapa pelabuhan”. (Pasal 1 angka 1 PP
No. 17 tahun 1988)
Berkaitan dengan pengaturan pengangkutan laut, pada awalnya hanya diatur
dalam KUHD buku II, Bab V karena KUHD ini merupakan warisan dari Hindia
Belanda, namun kemudian diganti dan disempurkandengan UU No. 21 tahun
1992tentang pelayaran, kemudian dilakukannya perubahan atas UU No. 21 tahun
1992 dengan UU No.17 tahun 2004 tentang pelayaran.
Sebagaimana dimaksud dalam UU No.17 tahun 2008 Angkutan di Perairan
adalah kegiatan mengangkut dan/atau memindahkan penumpang dan/atau barang
Dalam kegiatan bisnis, pengangkutan laut, darat dan udara di butuhkan dan
sangat berperanannya sangat penting sekali, karena selain sebagai alat fisik yang
membawa barang-barang dari produsen ke konsumen, juga sebagai alat penentu harga
barang-barang tersebut. Disamping itu, jika di tinjau dari beberapa segi,
pengangkutan banyak mempunyai manfaat, antara lain sebagai berikut ;
a. Dari kepentingan pengirim barang, pengirim memperoleh manfaat untuk
konsumsi pribadi maupun keuntungan komersial.
b. Dari segi pengangkut barang, pengangkut mendapat keuntungan material
sejumlah uang atau keuntuangan immaterial, berupa peningkatan kepercayaan
masyarkat atau jasa angkutan yang di usahakan oleh pengangkut
c. Dari kepentingan penerima barang, penerima barang mendapat manfaat untuk
kepentiangan konsumsi pribadi maupun keuntungan komersial.
d. Dari beberapa uraian diatas peranan penting alat transpiortasi laut, darat dan
udara.Adalah demi kelancaran kegiatan ekonomi maupun kegiatan sosial
masyarkat, baik itu dalam negeri maupun luar negeri (kegiatan internasional)
Disamping hal-hal yang diuraikan diatas.Manfaat pengangkutan melalui laut ini
mempunyai keunikan tersendiri bagi perusahaan pengangkutan.Bukan mengangkut
penumpang atau barang-barang logistik.Namun mengangkut limbah melalui laut.
Untuk lebih mengetahui tentang pengangkutan khususnya pengangkutan barang
melalui laut, harus diketahui terlebih dahulu memahami konsep pengangkutan secara
komprehensif, perlu dikaji terlebih dahulu, aspek-aspek yang tersirat dalam konsep
1. Pengangkutan sebagai usaha;
2. Pengangkutan sebagai perjanjian;
3. Pengangkutan sebagai proses penerapan.
Ketiga aspek pengangkutan tersebut menyatakan kegiatan yang berakhir dengan
pencapaian tujuan pengangkutan. Tujuan kegiatan usaha pengangkutan adalah
memperoleh keuntungan dan laba, tujuan kegiatan perjanjian pengangkutan adalah
memperoleh hasil realisasi yang diinginkan oleh pihak-pihak, tujuan kegiatan
pelaksanaan pengangkutan adalah memperoleh keuntungan dan tiba dengan selamat
di tempat tujuan.
Kata yang paling tepat untuk menyatakan ketiga aspek kegiatan dan hasilnya itu
adalah “pengangkutan” karena sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia, bukan
“angkutan”. Istilah angkutan artinya hasil dari perbuatan mengangkut atau
menyatakan apa yang diangkut (muatan). Apabila dipakai dengan istilah hukum, yang
tepat adalah “hukum pengangkutan”, bukan “hukum angkutan”53
Dalam perjanjian pengangkutan itu pihak pengangkut dapat dikatakan sudah
mengakui menerima barang-barang dan meyanggupi untuk membawanya ketempat Sebagaimana halnya dengan perjanjian-perjanjian lainnya, kedua belah pihak
diberikan kebebasan seluas-luasnya untuk mengatur sendiri segala hal mengenai
pengangkutan yang akan diselenggarakan itu. Apabila terjadi kelalaian pada salah
satu pihak, maka akibat-akibatnya ditetapkan sebagaimana berlaku untuk
perjanjian-perjanjian pada umumnya dalam Buku III KUHPerdata.
53
yang telah ditunjuk dan menyerahkan kepada orang yang dialamatkan. Kewajiban ini
dapat dipersamakan dengan kewajiban seorang harus menyerahkan suatu barang
berdasarkan suatu perikatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 1235 B.W., dalam
perikatan mana termaktub kewajiban untuk menyimpan dan memelihara barang
tersebut sebagai : “seorang bapak rumah yang baik.”54
Perihal pengangkutan orang dan barang melalui laut, diatur dalam Kitab
Undang-undang Hukum Dagang dalam Buku II bab V A dan bab V B , dimana
memuat peraturan-peraturan yang melarang seorang pengangkut untuk
memperjanjikan bahwa ia tidak akan menanggung atau hanya akan menanggung
sebagian saja kerusakan-kerusakan pada barang-barang yang diangkutnya, yang akan
ditimbulkan oleh kurang baiknya alat pengangkut atau kurang cakapnya Apabila si pengangkut lalai
menjalankan kewajibannya, maka pada umumnya akan berlaku peraturan-peraturan
yang untuk itu telah ditetapkan dalam Buku III dari Kitab Undang-undang Hukum
Perdata.
Meskipun perjanjian pengangkutan pada hakekatnya sudah harus tunduk pada
pasal-pasal dari bagian umum dari hukum perjanjian yang diatur didalam KUH
Perdata, akan tetapi oleh undang-undang telah ditetapkan berbagai peraturan khusus
yang bertujuan untuk kepentingan umum membatasi kebebasan dalam hal membuat
perjanjian pengangkutan.
54
pekerja yang dipakainya.Perjanjian yang dibuat dengan melanggar aturan tersebut,
diancam dengan kebatalan juga.55
E.Peraturan Pengangkutan Limbah B3
Dalam pengangkutan barang yang dilakukan melalui laut, atau melalui udara.
Dibuat sepucuk surat yang dinamakan konosemen ialah sepucuk surat yang
ditanda-tangani oleh atas nama pengangkut, yaitu atas nama maskapai tersebut. Yang
menyatakan bahwa si pengangkut telah menerima barang-barang tertentu untuk
diangkut ketempat yang ditunjuk dan diserahkan kepada orang yang dialamatkan.
Penyelenggaraan jasa pengangkutan khususnya dalam jasa pengangkutan
limbah b3 merupakan badan usaha yang dituntut untuk melayani masyarakat dengan
turut serta dalam pelestarian alam dengan cara melakukan pengangkutan serta
pengelolaan terhadap limba b3 yang mencemari lingkungan.
Untuk memperluas dan meingkatkan pelayanannya terhadap masyrakat
Indonesia PT.Trans Multi Cargo mengadakan perjanjian dengan PT.Ivo Mas Lubuk
Gaung Dumai.Dalam rangka meningkatkan pelayanan dibidang pengangkutan limbah
b3, serta turut memberikan kontribusi terhadap pelestarian lingkungan.
Dalam mempelajari mengenai kegiatan yang terjadi dalam pengangkutan
limbah B3 dalam suatu perusahaan yang menghasilkan limbah B3 (Bahan berbahaya
Beracun) dan badan usaha yang melakukan kegiatan pengangkutan limbah, dalam hal
ini PT.Trans Multi Cargo merupakan suatu perusahaan yang bergerak di bidang jasa
55
pengangkutan limbah B3 yang sudah memiliki Izin dari Kementrian Lingkungan
Hidup dengan No : B–2474/Dep.IV/ LH/PDAL/03/2015.
Dalam aktivitas penangangan limbah, transporter limbah juga melibatkan
beberapa pihak untuk menangani limbah dari perusahaan penghasil sampai ke tempat
pengelola/penghancur limbah B3, maka pemahaman dalam pengangkutan limbah
harus diketahui secara teknis maupun non teknis, baik dari segi tata cara
pengangkutan atau disebut waktu muat (loading) hingga waktu bongkar (unloading)
Limbah B3, Legalitas (izin pengangkutan) dan begitu juga pihak yang terkait juga
harus memperlengkapi Izin dari Kementrian Lingkungan Hidup.
Pengangkutan Limbah B3 harus ditangani dengan perlakukan khusus
mengingat bahaya dan resiko yang mungkin ditimbulkan apabila limbah ini menyebar
ke lingkungan. Hal tersebut termasuk proses pengemasan, penyimpanan, dan
pengangkutannya.
Pengangkutan limbah B3 dilakukan sesuai dengan karakteristik limbah yang
bersangkutan. Namun secara umum dapat dikatakan bahwa mengangkut limbah B3
harus memiliki sertifikasi izin terlebih dahulu sebelum melakukan aktivitas
pengangkutan.
Mengenai pengangkutan limbah B3, Pemerintah Indonesia telah menetapkan
dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2014 tentang
pengangkut limbah b3 adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pengangkutan
limbah b3.56
a. Melakukan pengangkutan limbah b3 sesuai dengan rekomendasi
pengangkutan limbah b3 dan izin pengelolaan limbah b3 untuk kegiatan
pengangkutan limbah b3;
Pengangkut limbah b3 yang telah memiliki izin pengelolaan limbah b3 untuk
kegiatan pengangkutan limbah b3 memiliki kewajiban sebagai berikut :
b. Menyampaikan manifes limbah b3 kepada menteri; dan
c. Melaporkan pelaksanaan pengangkutan limbah b3.57
Sebagaimana dalam peraturan pemerintah tentang Pengelolaan limbah b3 untuk
kegiatan Pengangkutan limbah b3 wajib memiliki ;
a. Rekomendasi pengangkutan limbah b3;
b. Izin pengelolaan limbah b3 untuk kegiatan pengangkutan limbah b3.
Rekomendasi pengangkutan limbah b3 sebagai dasar diterbitkannya izin
pengelolaan limbah b3 untuk kegitan pengangkutan limbah b3, untuk memperoleh
rekomendasi dalam pengangkutan limbah b3 harus mengajukan permohonan secara
tertulis kepada menteri dan dilengkapi dengan persyaratan sebagai berikut :
a. Identitas pemohon;
b. Akta pendirian badan usaha;
56
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 tahun 2014 tentang pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun, pasal 1.
57
c. Bukti kepemilikan atas dana Penanggulangan Pencemaran Lingkungan
Hidup dan/Kerusakan Lingkungan Hidup dan dana penjamin pemulihan
fungsi lingkungan hidup;
d. Bukti kepemilikan alat angkut;
e. Dokumen pengangkutan limbah b3; dan
f. Kontrak kerjasama antara Pengahasil limbah b3 dengan Pengumpul limbah
b3, dan/atau penimbun limbah b3 yang telah memiliki izin.
Karena limbah b3 merupakan sesuatu yang dapat menimbulkan pencemaran
dan serta ekosistem lainnya. Untuk itu dalam pengelolaan limbah b3 itu sendiri
haruslah dengan sangat hati-hati agar tidak terjadi dampak lain yang ditimbulkan,
seperti halnya kecelakaan kapal laut yang mengangkut limbah oli bekas, dimana
kapal pengangkut tersebut terbakar sehingga limbah oli bekas tersebut mencemari
laut.
Dengan demikian harus dipenuhinya syarat-syarat agar perusahaan pengangkut
limbah memiliki izin operasi, dalam menjalankan usaha jasa dibidang pengangkutan
BAB IV
PERJANJIAN KERJA SAMA ANTARA PT.IVO MAS LUBUK GAUNG
DUMAI DENGAN KONSORSIUM PT.TRANS MULTI CARGO &
PT.TENANG JAYA SEJAHTERAH
A.Tanggung Jawab Perusahaan Pengangkut Limbah
Tanggung jawab pada hakekatnya terdiri dari 2(dua) aspek, yaitu tanggung
jawab yang bersifat kewajiban yang harus dilaksanakan sebaik-baiknya
(responsibility) dan tanggung jawab ganti rugi (liability), yaitu kewajiban untuk
memberi ganti rugi kepada pihak yang dirugikan.58
58
M.Husseyin Umar,Aspek Hukum Tanggung Jawab Dalam Pengangkutan Laut, Makalah pada Seminar Nasional Hukum Pelayaran Tanggal 17-18 Januari 1994 di Jakarta,hlm.1.
Didalam UU No.17 Tahun 2008 mengenai tanggung jawab pengangkut diatur
dalam Pasal 40 sampai dengan Pasal 43. Dalam Pasal 40 Ayat 1 menyatakan bahwa
perusahaan angkutan diperairan bertanggung jawab terhadap keselamatan dan
keamanan penumpang dan atau barang yang diangkutnya, Pasal 40 Ayat 2
menyatakan bahwa perusahaan angkutan diperairan bertanggung jawab terhadap
muatan kapal sesuai dengan jenis dan jumlah yang dinyatakan dalam dokumen
muatan dan/atau perjanjian atau kontrak pengangkutan yang telah disepakati.
Perusahan ekspedisi muatan dikenal dalam perjanjian pengangkutan
barang.Perusahaan ekspedisi muatan digolongkan sebagai subjek hukum pengangkut
karena mempunyai hubungan yang sangat erat dengan pengirim atau pengangkut atau
Mengenai pengertian tanggung jawab pengangkut menurut Pasal 468 KUHD
menyatakan :
“Persetujuan pengangkutan mewajibkan si pengangkut untuk menjaga akan
keselamatan barang yang harus diangkutnya, mulai saat diterimanya hingga
saat diserahkannya barang tersebut.”
Menurut ketentuan tersebut dapat dilihat periode tanggung jawab pengangkut
dimulai sejak barang diterima untuk diangkut sampai penyerahannya kepada si
penerima. Di samping itu pengangkut juga mempunyai kewajiban untuk menjaga
keselamatan barang selama periode tersebut.
Selanjutnya dalam Pasal 468 Ayat 2 KUHD menyebutkan bahwa si pengangkut
diwajibkan mengganti segala kerugian, yang disebabkan karena barang tersebut
seluruhnya atau sebagian tidak dapat diserahkannya, atau karena terjadi kerusakan
pada barang.
Menurut KUHD Indonesia, perusahaan ekspedisi muatan adalah perusahaan
yang kegiatan usahanya mencarikan pengangkut barang di darat atau diperairan untuk
kepentingan pengirim. Perusahaan ekspedisi muatan wajib mencatat dalam buku
catatan hariannya sifat, jumlah, dan harga barang yang harus diangkut(Pasal 86
KUHD).Perusahaan ekspedisi muatan harus menjamin pengirim barang dan barang
yang diterimanya tiba dengan baik dengan mengindahkan segala upaya yang dapat
digunakan untuk menyerahkan barang dengan baik(Pasal 87 KUHD).
Dengan adanya perjanjian maka akan timbul hak dan kewajiban bagi pihak
masing-masing pihak yaitu pengangkut dan pengguna jasa angkutan mempunyai kewajiban
untuk melakukan prestasi.
Seperti yang telah dikatakan didalam bab sebelumnya,kewajibanharus dipenuhi
pihak yang berkewajiban.Kewajiban untuk memberikan sesuatu, melakukan sesuatu,
atau untuk tidak melakukan sesuatu tersebut disebut dengan “prestasi”. Seperti telah
dituliskan dalam Pasal 1234 Kitab Undang-undang Hukum Perdata menyatakan
bahwa:
“Tiap-tiap perikatan adalah untuk memberikan sesuatu, untuk berbuat sesuatu,
atau untuk tidak berbuat sesuatu.”
Dari rumusan tersebut dapat kita ketahui bahwa Kitab Undang-undang Hukum
Perdata membagi jenis prestasi kedalam tiga macam “prestasi” yaitu:
1. Prestasi untuk melakukan sesuatu;
2. Prestasi untuk melakukan atau berbuat sesuatu;
3. Prestasi untuk tidak melakukan sesuatu.59
Selanjutnya dalam uraian sebelumnya juga telah dikatakan bahwa dalam suatu
perikatan terlibat atau terikat dua pihak, yaitu “debitur” dan “kreditur” dimana debitur
adalah pihak yang berkewajiban untuk melaksanakan kewajiban yang telah
ditetapkan pada waktu yang ditentukan pula.Sedangakan kreditur adalah pihak yang
berhak untuk memperoleh yang telah menjadi “prestasi”
59
Kewajiban untuk melaksanakan prestasi tersebut memiliki dua unsur
penting.Pertama berhubungan dengan persoalan tanggung jawab hukum atas
pelaksanaan prestasi tersebut oleh pihak yang berkewajiban, dalam hal ini pihak yang
berkewajiban untuk melaksanakan prestasi di perjanjian yang telah disepakati adalah
perusahaan pengangkut dimana perusahaan pengangkut limbah itu adalah PT.Trans
Multi Cargo.
Hal kedua berkaitan dengan pertanggungjawaban pemenuhan kewajiban dari
harta kekayaan pihak yang berkewajiban tersebut tanpa memperhatikan siapa pihak
yang berkewajiban untuk memenuhi kewajiban tersebut.60
Didalam perjanjian yang telah disepakati oleh pihak-pihak yang terkait dalam
perjanjian tersebut.Dimana PT.Trans Multi Cargo sebagai perusahaan pengangkut
limbah yang diberikan kewajiban untuk melaksanakan kewajiban yang telah
diberikan.Dimana dalam perjanjian tersebut tepatnya pada pasal 3 yaitu “Hak dan Pada umumnya dalam setiap perikatan, pemenuhan prestasi yang berhubungan
dengan kedua hal tersebut terletak di pundak “debitur” dalam hal ini yang menjadi
debitur adalah PT.TransMulti Cargo.Jadi setiap pihak yang berkewajiban untuk
memenuhi perikatan, juga dapat dimintakan pertanggungjawaban untuk memenuhi
kewajiban yang dibebankan padanya berdasarkan pada perjanjian yang disepakati
diantara para pihak. Misalanya dalam perjanjian pengangkutan limbah ini, perusahaan
pengangkut limbah dapat dimintakan pertanggungjawabannya oleh pihak lainnya
yaitu kreditur untuk memenuhi kewajibannya.
60
Kewajiban Para Pihak”.Dimana PT.Trans Multi Cargo sebagai pihak kedua dalam
perjanjian ini berkewajiban untuk.
“melakukan segala perbuatan, langkah, tindakan dan/atau prakarsa apapun yang
diperlukan untuk memastikan bahwa jasa-jasa yang dilakukan mulai dari
pengangkutan hingga pemanfaatan limbah telah memenuhi persyaratan dan
segala perundang-undangan yang berlaku”.
Perusahaan pengangkutan diperairan juga bertanggung jawab terhadap
keselamatan dan keamanan penumpang dan/atau barang bawaan yang diangkutnya
sejak naik kekapal sampai saat turun dari kapal.Perusahaan pengangkutan di perairan
juga bertanggung jawab terhadap muatan kapal yang sesuai dengan jenis dan jumlah
yang dinyatakan dalam dokumen muatan dan/atau kontrak pengangkutan yang telah
disepakati (Pasal 40).
Tanggung jawab sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 40 dapat timbul
sebagai akibat pengoperasian kapal berupa:
a. Kematian atau lukanya penumpang yang diangkut;
b. Musnah, hilang,atau rusaknya barang yang diangkut;
c. Keterlambatan pengangkutan penumpang dan/atau barang yang diangkut;
atau
d. Kerugian pihak ketiga.
Jika dapat membuktikan bahwa kerugian sebagaimana dimaksud pada butir a-d
bukan disebabkan oleh kesalahannya, perusahaan pengangkutan di perairan dapat
perairan wajib mengasuransikan tanggung jawabnya dan melaksanakan asuransi
perlindungan dasar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan(Pasal 41)
Seperti halnya dalam perjanjian antara PT.Trans Multi Cargo dan PT.Ivo Mas
Lubuk Gaung Dumai dimana dalam pasal 5 dalam perjanjian ini sebutkan mengenai
aturan mengenai asuransi, dimana bunyi pasal tersebut sebagai berikut :
“PIHAK KEDUA wajib menyediakan asuransi pertanggung jawaban terhadap
pihak ketiga untuk perjanjian kerjasama ini sekurang-kurangnya dalam jumlah yang
disyaratkan oleh undang-undang yang berlaku.”
Dalam pengangkutan barang dimungkinkan terjadinya peristiwa yang dapat
menimbulkan kerugian bagi pemilik atau pengirim barang, kerugian tersebut dapat
berupa berkurangnya jumlah barang, atau hal lain yang menimbulkan kerugian,
kerusakan untuk itu dapat diajukan tuntutan ganti kerugian kepada pengangkut.
Terhadap tuntutan tersebut ada batas-batas tanggung jawab dari
pengangkut.Masa tanggung jawab pengangkut menurut KUHD dimulai sejak
barang-barang diterima hingga saat penyerahan (Pasal 468 KUHD) .
Dokumen pengangkutan merupakan perjanjian antara pengirim atau perusahaan
ekspedisi muatan dengan pengangkut, yang memuat isi yang diperjanjikan antara
pihak-pihak tentang berakhirnya pengangkutan, penggantian kerugian karena telah
Perusahaan ekspedisi muatan adalah pihak dalam perjanjian pemberian kuasa
(keagenan) yang mengikatkan diri untuk mencari pengangkut bagi kepentingan
pengirim, sedangkan pengirim mengikatkan diri untuk membayar provisi (imbalan
jasa) kepada perusahaan ekspedisi muatan atas jasanya. Ketentuan tersebut diatas
menggambarkan betapa rumit dan beratnya tanggung jawab perusahaan ekspedisi
muatan sebagi perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa ekspedisi antara pengirim
dan perusahaan ekspedisi muatan.61
Terdapat 2(dua) faktor tanggung jawab, yaitu tanggung jawab secara relatif
mupun secara mutlak.62
1. Tanggung jawab secara relatif
Yaitu kerugian yang tidak dapat dicegah atau dihindarkan secara layak
akibat dari badai/topan yang luar biasa sehingga kapal terkena karang,
kandas dilaut, diluar kekuasaan pengangkut meskipun ia berusaha secara
layak, air laut tetap masuk keruang palka kapal. Karena topan itu menjadi
rusak atau hilang hingga alat mekanisme tidak dapat bekerja lagi. Selain
dari itu, akibat tidak sempurnanya atau tidak memenuhi syarat baik
pengemasannya, pemberian merek dan label sehingga orang yang dengan
cepat, mencukupi kebutuhan waktu mendesak tidak dapat memperlakukan
61
Abdulkadir Muhammad,Hukum Perjanjian di Indonesia,PT.Alumni,Bandung,1986,72.
62
secara baik terhadap barang itu akibat kurang jelas, kurang tanda/labeling
permintaan barang itu sendiri.
Dalam pasal 10 perjanjian ini disebutkan juga mengenai keadaan kahar seperti
yang disebutkan diatas,keadaan kahar merupakan :
“Setiap sebab yang berada diluar batas kekuasaan para pihak, yang mereka
tidak dapat ramalkan dan menjaga terhadapnya, tidak terbatas pada perang
(dinyatakan atau tidak dinyatakan), permusuhan pembatasan dari penguasa atau
pemberontakan, gangguan sipil, pemogokan, wabah penyakit, kecelakaan,
kebakaran,banjir,angin ribut, penghentian yang dilakukan oleh pegawai,
kemacetan atau tertundanya komunikasi atau disebabkan suatu kodrat Tuhan ,
atau disebabkan tindakan pemerintah, yang diluar kekuasaaan para pihak yang
bersangkutan.”
Dalam hal ini pihak yang mengalami keadaan kahar, diwajibkan
memberitahukan hal tersebut secara tertulis selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja
terhitung sejak terjadinya keadaan kahar tersebut kepada pihak lain.
Perjanjian ini tidak berakhir secara otomatis.Parapihak sepakat untuk
mengadakan suatu pembicaraan untuk menetapkan tindakan-tindakan yang
diperlukan guna mengatasi permasalahan-permasalahan yang timbul sebagai akibat
dari keadaan kahar tersebut, dengan ketentuan bahwa apabila para pihak tidak dapat
2. Tanggung jawab secara mutlak
Ialah akibat kelalaian pengangkutan yang mempunyai kewajiban mutlak
terhadap tanggung jawab:
a. Perbuatan mereka yang dikerjakan awak kapal dalam pengangkutan
lalai tidak memenuhi kewajiban secara layak, baik disengaja ataupun
tidak, melihara barang muatan sehingga tidak terdapat kerusakan,
kehilangan dan kerugian lainnya.
b. Pengangkut tidak dibenarkan lalai memelihara alat-alat pengangkutan
termasuk segala keperluan selama dalam perjalanan, baik itu disengaja
maupun tidak disengaja bahwa ia patut mengetahui syarat layaklaut
yang disinggung-singgung tersebut diatas yang diperlukan kapal selama
dalam perjalanan.
Dalam perjanjian yang menjadi pembahasan dalam penulisan skripsi ini ada
diatur mengenai batas tanggungjawab dimana dalam pasal 7 perjanjian ini
menuliskan bahwa :
“Dalam hal pencemaran lingkungan yang timbul selama perjanjian ini
berlangsung baik setelah perjanjian ini berakhir sepenuhnya merupakan
tanggung jawab dari PIHAK KEDUA dan PIHAK KEDUA dengan ini
melepaskan PIHAK PERTAMA dari segala gugatan dan/atau tuntutan yang
ditimbulkan dari pencemaran lingkungan yang terjadi atas pengolahan Limbah
B3”
Dengan adanya pasal yang mengatur sendiri tentang batas-batas tanggung
jawab antar pihak, semakin memberikan kejelasan kepada para pihak mengenai
hal-hal yang menjadi beban tanggung jawab masing-masing pihak.
B.Latar Belakang Lahirnya Perjanjian Kerjasama
PT.Trans Multi Cargo telah berdiri sejak tahun 1998 sebagai perusahaan jasa
transportasi, forwarding dan menyediakan jasa pengiriman antar domestik dan luar
negeri.Bermula dari ide bagaimana menjadi bagian dari solusi atas masalah
penanganan limbah B3, dan sejak izin publikasi Kementerian Lingkungan Hidup
Indonesia pada tahun 2005. Perusahaan ini menjadi salah satu perusahaan sebagai
perusahaan yang bergerak dalam bidang mengumpulkan dan mengangkut semua jenis
limbah dari perusahaan di Pulau Batam, Sumatera, Lombok (NTT) dan akan terus
meningkatkan kemampuannya untuk dapat memberikan layanan kepada seluruh
daerah di Indonesia. Untuk memudahkan pelayanannya perusahaan ini memiliki
beberapa cabang di beberapa kota seperti, PekanBaru, Medan, Jakarta dan NTT
(Lombok) dan kantor pusat di Batam, Kepulauan Riau.
Memberikan pelayanan yang terbaik, standarisasi sesuai prosedur dan
peraturan kerja, dan dokumentasi yang sesuai sehingga regulasi limbah industri dapat
ditangani dengan baik, menjaga kepercayaan dan komitmen dengan setiap klien dan
Untuk melakukan kegiatan pengangkutan di perairan, orang perseorangan
warga negara Indonesia atau badan usaha wajib memiliki izin usaha. Izin usaha
pengangkutan laut diberikan oleh:
a. Bupati/wali kota yang bersangkutan bagi badan usaha yang berdomisili
dalam wilayah kabupaten/kota dan beroperasi pada lintas pelabuhan dalam
wilayah kabupaten/kota;
b. Gubernur provinsi yang bersangkutan bagi badan usaha berdomisili dalam
wilayah provinsi dan beroperasi pada lintas pelabuhan antar
kabupaten/kota dalam wilayah provinsi; atau
c. Menteri bagi badan usaha yang melakukan kegiatan pada lintas labuhan
antar provinsi dan internasional.63
Berikut adalah Dokumen Legal yang dimiliki oleh PT. Trans Multi Cargo :
1. Surat Keterangan Domisili Usaha
No : 120/DOM/517BK/VII/2009
2. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)
No : HK.501/B.28/KW.IV
3. Surat Tanda Daftar Perusahaan
No : 041015205835
63
4. Surat Izin Usaha Jasa Pengurusan Transportasi (SIUJPT)
Nomor : 552/DPHB-KBD.2/5187 dari Dinas Perhubungan Prov.Riau.
5. Surat Keterangan Terdaftar (SKT Migas )
No.Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun Dari Dir.Jenderal Minyak dan
Gas Bumi,Jakarta ; No. 0713/SKT-02/DMT/2015
6. Surat Rekomendasi dari Kementrian Lingkungan Hidup RI
No : B–2474/Dep.IV/ LH/PDAL/03/2015
7. Surat Keputusan Dir.Jen.Perhubungan Darat
No SK: 544 / AJ.309 / DJPD / 2015 / 210050120BB
Berdasarkan uraian diatas, dapat dirumuskan bahwa pengangkutan pada
pengangkutan perairan adalah perusahaan pengangkutan perairan dengan
menggunakan kapal yang mendapat izin operasi dari pemerintah, dengan memungut
bayaran.
PT.Trans Multi Cargo memiliki visi dan misi sebagai badan usaha yang
bergerak dalam bidang pengangkutan serta pengelolaan limbah, perusahaan ini ikut
berpartisipasi dalam melestarikan lingkungan hidup Indonesia menjaga sehat dan
nyaman dengan menyediakan jasa transportasi dan pengelolaan semua jenis limbah
dari kawasan industri, fabrikasi-fabrikasi sampai limbah dapat dimanfaatkan kembali
Memberikan pelayanan yang terbaik, standarisasi sesuai prosedur dan
peraturan kerja, dan dokumentasi yang sesuai sehingga regulasi limbah industri dapat
ditangani dengan baik, menjaga kepercayaan dan komitmen dengan setiap klien dan
mitra untuk perusahaan mitra.
Dalam setiap perusahaan atau badan usaha yang sudah berbadan hukum harus
memiliki struktur organisasi, apakah struktur organisasi ini besar atau kecil. Struktur
organisasi dapat mengelompokkan dan mengatur orang-orang untuk dapat digerakkan
sebagai satu kesatuan, sesuai dengan rencana yang telah dirumuskan demi menuju
tercapainya tujuan.
Struktur Organisasi yang baik dapat membantu para pekerja melakukan
pekerjaannya dengan baik. Sehingga ada pembagian tugas dan wewenang secara jelas
dan terstruktur, sehingga mereka yang telah mendapatkan tanggung jawab di posisi
yang telah ditetapkan memiliki beban tanggung jawab untuk dapat melaksanakan
tugas yang dibebankan kepadanya dengan baik dan maksimal.
Berikut merupakan bagan struktur organisasi dari PT.Trans Multi Cargo
sebagai perusahaan yang sudah berdiri sejak lama, dan harus terus menjaga
eksistensinya, tentu perusahaan ini memilih orang-orang terbaik yang pantas untuk
Struktur Organisasi PT. TRANS MULTI CARGO - BATAM
Melihat kepada latar belakang perusahaan ini dapat menjadi suatu alasan atau
menjadi suatu dasar yang melatarbelakangi lahirnya perjanjian ini.Karena kerjasama
perjanjian ini lahir berdasarkan kesepakatan untuk melakukan kerjasama.Disamping
memang kedua perusahaan ini saling membutuhkan.Dimana PT.Ivo Mas Lubuk
Gaung Dumai membutuhkan perusahaan yang bergerak dalam bidang pengangkutan
serta pengelolaan limbah yang dihasilkan dari PT.Ivo Mas Lubuk Gaung
Dumai.Disisi lain PT.Trans Multi Cargo membutuhkan partner kerja yang cocok
C. Kedudukan Para Pihak Dalam Perjanjian
Sebagaimana lazimnya dalam suatu hubungan hukum khususnya dalam hal
perjanjian, maka sudah tentu pihak/subjek hukum yang melaksanakan perjanjian
dimaksud adalah suatu hal yang keberadaanya tidak dapat dikesampingkan begitu
saja. Para pihak dalam hal ini biasa disebut dengan subjek perjanjian.Subjek hukum
lazimnya dibagi atas manusia dan badan hukum. Manusia dan badan hukum inilah
yang menjadi pendukung hak dan kewajiban dalam kaitannya dengan perjanjian
yang dilaksanakan.
Pada penjelasan diatas telah dikatakan bahwa setiap kewajiban atau prestasi
untuk melaksanakan sesuatu adalah juga utang yang harus dipenuhi oleh pihak yang
memiliki kewajiban, atau prestasi tersebut.Kewajiban, prestasi atau utang tersebut
dijamin pemenuhannya oleh harta kekayaan pihak yang berkewajiban tersebut.
Karena itu maka pihak yang berkewajiban sering kali disebut dengan nama pihak
yang berutang, atau disebut debitur.
Dalam setiap hubungan yang melibatkan dua orang atau lebih, keberadaan
pihak yang berkewajiban untuk melakukan prestasi atau debitur pada satu sisi, pada
pihak lain yang berhak atas prestasi yang wajib dipenuhi debitur.
Subjek hukum adalah pendukung kewajiban dan hak. Dalam hubungan hukum
pengangkutan, yaitu pihak-pihak yang terlibat secara langsung dalam proses
perjanjian sebagai pihak dalam perjanjian pengangkutan. Mereka terdiri atas :
a. Pihak pengangkut;
c. Pihak pengirim;
d. Pihak penerima kiriman.
Selain itu, ada pula pihak-pihak yang berkepentingan dengan pengangkutan
sebagi perusahaan penunjang pengangkutan. Mereka itu adalah :
a. Perusahaan ekspedisi muatan;
b. Perusahaan agen perjalanan;
c. Perusahaan agen pelayaran;
d. Perusahaan bongkar muat.
Subjek hukum pengangkutan dapat berstatus badan hukum, persekutuan bukan
badan hukum, atau perseorangan.Pihak penumpang selalu berstatus perseorangan,
sedangkan pihak penerima kiriman dapat berstatus perseorangan atau
perusahaan.Pihak-pihak lainnya yang berkepentingan dengan pengangkutan selalu
berstatus perusahaan badan hukum atau persekutuan bukan badan hukum.64
a. Pengangkut
Pihak-pihak dalam perjanjian pengangkutan adalah mereka yang secara
langsung terikat memenuhi kewajiban dan memperoleh hak dalam perjanjian
pengangkutan. Mereka adalah pihak :
Berkewajiban utama menyelanggarakan pengangkutan dan berhak atas
biaya pengangkutan.
64
b. Pengirim
Berkewajiban utama membayar biaya pengangkutan dan berhak atas
pelayanan pengangkutan.
Istilah pengirim tidak dijumpai dalam UU No 17 Tahun 2008 tentang
Pelayaran.Perusahaan pengangkutan diperairan wajib mengangkut penumpang
dan/atau barang terutama pengangkutan pos yang disepakati dalam perjanjian
pengangkutan perairan.
Karcis penumpang dan dokumen muatan merupakan tanda bukti sudah terjadi
perjanjian pengangkutan perairan. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan,
pengirim barang dalam Undang-Undang Pelayaran Indonesia adalah:
a. Pihak dalam perjanjian yang berstatus sebagai pemilik barang, atau orang
yang bertindak atas nama pemilik barang, atau sebagai penjual;
b. Membayar biaya pengangkutan;
c. Pemegang dokumen pengangkutan barang.65
Ada juga yang mereka secara tidak langsung terikat pada perjanjian
pengangkutan, tetapi bukan pihak dalam perjanjian pengangkutan, melainkan
bertindak atas nama atau untuk kepentingan pihak lain, seperti:
a. Perusahaan ekspedisi muatan;
b. Perusahaan agen perjalanan;
65
c. Perusahaan agen bongkar muat;
d. Perusahaan pergudangan atau karena memperoleh hak dalam perjanjian
pengangkutan; dan
e. Penerima kiriman.
Mereka menjalankan perusahaan dibidang jasa pelayanan yang menunjang
kegiatan perusahaan pengangkutan. Pihak yang bertindak atas nama pengirim, seperti
perusahaan ekspedisi muatan; penerima kiriman; dan pihak yang bertindak atas nama
pengangkut, seperti perusahaan keagenan dan perusahaan pergudangan.
Dilihat dari pihak dalam perjanjian pengangkutan, pengangkut adalah pihak
yang mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan orang(penumpang),
singkatnya pengangkut adalah penyelenggara pengangkutan. Dilihat dari sisi
statusnya sebagai pengangkut dapat dikelompokkna menjadi 4 jenis, yaitu:
a. Perusahaan pengangkutan kereta api;
b. Perusahaan pengangkutan jalan:
c. Perusahaan pengangkutan perairan;
d. Perusahaan pengangkutan udara.
Dilihat dari sisi kepemilikan badan usaha, pengangkut dapat dikelompokkan
dalam tiga jenis, yaitu:
a. Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
Ada yang berbentuk perusahaan perseroan (Persero), contohnya PT.Kereta
PT Pelayaran Nusantara Indonesia (Persero). Ada juga yang berbentuk
Perusahaan Umum (Perum) contohnya Perum DAMRI.
b. Badan Usaha Milik Swasta (BUMS)
Umumnya berbentuk badan hukum perseroan terbatas, contohnya
PT.Sriwijaya Airlines, PT Lion Airlines, sedangkan yang berbentuk badan
hukum koperasi, contohnya Taksi Kopti Jaya.Akan tetapi, ada juga yang
berbentuk persekutan bukan badan hukum CV, contohnya CV Titipan Kilat.
c. Badan Usaha Milik Perseorangan
Contohnya PO Putra Remaja.66
1. PT. Trans Multi Cargo
Sebagaimana halnya dalam suatu hubungan hukum, khusunya suatu perjanjian
maka sudah tentu pihak/subjek hukum yang melaksanakan perjanjian dimaksud
adalah suatu hal yang keberadaaanya tidak dapat dikesempingkan begitu saja.Para
pihak dalam hal ini bisa disebut sebagai subjek perjanjian sebagaimana subjek hukum
dibagi atas manusia dan badan hukum.Manusia dan badan hukum inilah yang
menjadi pendukung hak dan kewajiban dalam kaitannya dengan perjanjian yang
dilaksanakan.
Dalam kaitannya dengan skripsi ini , maka para pihak yang terkait adalah
sebagai berikut :
Sebuah Perseroan Terbatas yang didirikan berdasarkan Hukum Republik
Indonesia, berkedudukan di Batam beralamat dijalan Komp.Ruko Duta Mas
66
BlokH No.11 B Batam Center, Batam.Dalam hal ini diwakili oleh bapak
Ronald R Siregar dalam jabatannya sebagai Direktur. Mengenai profil dan
sejarah berdirinya perusahaan ini telah dibahas di bab sebelumnya.
2. PT. Tenang Jaya Sejahterah
Sebuah Perseroan Terbatas yang didirikan berdasarkan hukum Republik
Indonesia, berkedudukan dijalan Raya Madani Ds.Maga Karya Teluk
Jambe Barat, Karawang.Dalam hal ini diwakili oleh Tulus Widodo dalam
jabatannya selaku Direktur.PT.Tenang Jaya Sejahtera didirikan pada tahun
2008 oleh putra putri terbaik bangsa Indonesia. Perusahaan ini bergerak
dalam bidang industri Jasa Pengangkutan dan Pengumpulan serta
Pengelolaan (Pengolahan dan Pemanfaatan) Limbah Bahan Berbahaya Dan
Beracun (Limbah B3) yang telah mempunyai ijin dari Kementerian Negara
Lingkungan Hidup (KLH) maupun Ijin dari Instansi lainnya.
Didalam melakukan kegiatan usahanya, dimulai dari pembersihan,
pengangkutan, pengumpulan serta pengelolaan dilakukan sesuai dengan
kaidah yang telah diatur. Selain itu perusahaan ini bergerak dalam hal
pembuatan batako,dan kertas low grade sebagai komoditi dari hasil
pengolahan material limbah B3 tersebut yang telah melalui proses
pengolahan (treatment).67
3. PT. Ivo Mas Lubuk Gaung Dumai
67
Sebuah Perseroan Terbatas yang didirikan berdasarkan hukum Republik
Indonesia, berkedudukan di Jakarta Pusat dalam hal ini diwakili oleh Dr.Ing
Gianto Wijaja dan Ertin Tanuwandi, dalam jabatan mereka masing-masing
selaku Direktur PT.Ivo Mas Tunggal.PT Ivo Mas Tunggal merupakan
anggota dari Grup Sinarmas perusahaan dan Golden Agri Resources
Ltd,adalah sebuah perusahaan kelapa sawit milik swasta . Perusahaan dan
anak itu memiliki total lahan yang ditanami sekitar 87.000 Ha. Meliputi inti
dan plasma perkebunan , dan terletak di Provinsi Riau saat ini, perusahaan
dan anak perusahaan mengoperasikan 8 CPO (Crude Palm Oil) perusahaan
berkomitmen untuk menerapkan praktek-praktek berkelanjutan di daerah
operasinya terutama di perkebunan dan pabrik.Sejak RSPO dirilis prinsip
dan kriteria untuk produksi kelapa sawit berkelanjutan pada bulan
November 2005 , perusahaan telah berusaha untuk melakukan self
assessment disebut sebagai RSPO Analisis Gap dan membuat banyak
perbaikan sesuai dengan kriteria berkelanjutan.68
68
Round Table On Sustainable Palm Oil, diakses dari
Dalam perjanjian ini PT.Ivo Mas Lubuk Gaung Dumai disebutkan sebagai
Pihak Pertama , selanjutnya PT.Trans Multi Cargo Konsorsium PT.Tenang Jaya
Sejahterah disebut sebagai Pihak Kedua dalam perjanjian ini.
Untuk mengetahui bagaimana proses pengangkutan limbah B3 .bagan dibawah
ini merupakan gambaran umum tentang proses pengangkutan limbah B3 di PT.Trans
Multi Cargo ;
Bagan Proses Pengangkutan LimbahB3
INPUT :IZIN MUAT LIMBAH, MANIFEST, FOTO KEMASAN
SURVEY SYAHBANDAR
PREPARATION : ALAT ANGKUT DARAT & LAUT, JADWAL, KONDISI LAPANGAN, KONDISI CARGO, KEMASAN
INPUT :MANIFEST LIMBAH, INVOICE, BAP SERAH TERIMA LIMBAH DARI PENGHASIL
OUTPUT : IZIN MUAT LIMBAH
OUTPUT : IZIN ANGKUT LIMBAH B3, DAN SIB PENANDATANGAN MOU& SPK KELUAR
MULAI: PENGHASIL LIMBAH B3
INPUT : BERITA ACARA SERAH TERIMA BARANG, IZIN ANGKUT B3 SYAHBANDAR
PROSES PENGANGKUTAN KE BATAM
OUTPUT : BAP BONGKAR , TRANSHIPMEN DARI
BAPEDAL BATAM INPUT : BAP BAPEDAL, DOKUMEN KAPAL, IZIN
ANGKUT B3 SYAHBANDAR
IZIN BONGKAR B3 DARI SYAHBANDAR BATAM
MANIFEST, INVOICE , BAP KE BEA
CUKAI OUTPUT :
SPP DAN BUKTI PAJAK
PROSES PEGANGKUTAN BY CONTAINER MENUJU PERUSAHAAN PEMANFAAT /
PEMUSNAH JALUR DARAT INPUT : MANIFEST, INVOICE, P.LIST
PROSES PEMANFAATAN / PEMUSNAHAN LIMBAH B3 DI
PERUSAHAAN TUJUAN
OUTPUT : SERTIFIKAT PEMANFAAT / PEMUSNAHAN LIMBAH B3, DAN PENANADATANGANAN SERTIFIKAT
PROSES LAPORAN DENGAN PENYERAHAN SERTIFIKAT DAN MANIFEST LEMBAR KE-7 KEPADA
PERUSAHAAN PENGHASIL
Secara teoritis dapat disebutkan bahwa perjanjian lahir pada saat tercapainya
kesepakatan, lahir pada saat diterimanya suatu penawaran.Setelah mengetahui tentang
latar belakang lahirnya perjanjian ini, yang mana perjanjian ini lahir karena
kebutuhan masing-masing pihak, dimana PT.Ivo Mas Lubuk Gaung Dumai sebagai
perusahaan yang menghasilkan limbah membutuhkan peran dari PT.Trans Multi
Cargo yang bergerak dalam bidang pengangkutan limbah.
Perjanjian yang lahir dari suatu hubungan saling membutuhkan baik adanya.
Karena dengan begitu masing pihak sadar betul mengenai hubungan
masing-masing pihak yang saling membutuhkan satu sama lainnya, dengan begitu para pihak
akan melakukan segala upaya yang terbaik untuk melaksanakan perjanjian tersebut,
guna menjaga hubungan yang berkelanjutan.
Kedudukan para pihak dalam kaitannya dengan perjanjian yang mereka
sepakati pada hakekatnya adalah setara, dimana masing-masing pihak memiliki
kedudukan yang tidak lebih tinggi dari pada pihak lainnya, yang membedakan
keduanya selain pada kedudukan sebagai kreditur dan debitur juga pada tanggung
jawab yang lebih dibebankan kepada pihak pengangkut dimana pihak pengangkut
yaitu PT.Trans Multi Cargo sebagai debitur memiliki tanggung jawab lebih untuk
dapat melaksanakan prestasi yang telah disepakati. Meskipun PT.Ivo Mas Lubuk
Gaung Dumai juga memiliki tanggung jawab dalam perjanjian ini, namun melihat
kepada isi dari perjanjian ini tanggung jawab PT.Ivo Mas Lubuk Gaung Dumai tidak
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari judul “AspekHukumPerjanjianKerjasamaPengangkutanLimbah B3
(FlyAsh) Pada Perusahaan Pengangkutan (StudiPerjanjianKerjasama PT. Trans Multi
Cargo Dan PT.Ivo Mas) akan disimpulkan beberapa kesimpulan setelah melakukan
pembahasan terhadap permasalahan yang diangkat pada skripsi ini sebagai berikut :
1. Dalam hal perjanjian ini yang menjadi debitur adalah PT.TransMulti
Cargo. Jadi setiap pihak yang berkewajiban untuk memenuhi perikatan,
juga dapat dimintakan pertanggungjawaban untuk memenuhi kewajiban
yang dibebankan padanya berdasarkan pada perjanjian yang disepakati
diantara para pihak. Misalanya dalam perjanjian pengangkutan limbah
ini, perusahaan pengangkut limbah dapat dimintakan
pertanggungjawabannya oleh pihak lainnya yaitu kreditur untuk
memenuhi kewajibannya.
Didalam perjanjian yang telah disepakati oleh pihak-pihak yang terkait
dalam perjanjian tersebut.Dimana PT.Trans Multi Cargo sebagai
perusahaan pengangkut limbah yang diberikan kewajiban untuk
melaksanakan kewajiban yang telah diberikan. Dalam perjanjian
tersebut tepatnya pada pasal 3 yaitu “Hak dan Kewajiban Para
Pihak”.Dimana PT.Trans Multi Cargo sebagai pihak kedua dalam
“Melakukan segala perbuatan, langkah, tindakan dan/atau prakarsa
apapun yang diperlukan untuk memastikan bahwa jasa-jasa yang
dilakukan mulai dari pengangkutan hingga pemanfaatan limbah
telah memenuhi persyaratan dan segala perundang-undangan yang
berlaku”.
Dengan begitu jelas bahwa PT.Trans Multi Cargo sebagai perusahaan
pengangkut limbah b3 memiliki tanggung jawab untuk melakukan
segala perbuatan , tindakan yang diperlukan telah memenuhi syarat dan
sesuai dengan perundang-undangan.
2. Latar belakang lahirnya perjanjian kerjasama ini berdasarkan
kesepakatan untuk melakukan kerjasama. Disamping memang kedua
perusahaan ini saling membutuhkan. Dimana PT.Ivo Mas Lubuk Gaung
Dumai membutuhkan perusahaan yang bergerak dalam bidang
pengangkutan serta pengelolaan limbah yang dihasilkan dari PT.Ivo
Mas Lubuk Gaung Dumai. Disisi lain PT.Trans Multi Cargo
membutuhkan partner kerja yang cocok dalam bidang usaha yang
dijalankan. Sehingga menjadi satu alasan yang menjadi latar belakang
lahirnya perjanjian ini adalah karena simbiosis mutualisme dimana
PT.Ivo Mas Lubuk Gaung Dumai diuntungkan dengan hadirnya
PT.Trans Multi Cargo sebagai perusahaan pengangkut limbah b3.Dan
disisi lain PT.Trans Multi Cargo mendapatkanpartner kerja yang cocok
3. Kedudukan para pihak dalam kaitannya dengan perjanjian yang mereka
sepakati pada hakekatnya adalah setara, dimana masing-masing pihak
memiliki kedudukan yang tidak lebih tinggi dari pada pihak lainnya,
yang membedakan keduanya selain pada kedudukan sebagai kerditur
dan debitur juga pada tanggung jawab yang lebih dibebankan kepada
pihak pengangkut dimana pihak pengangkut yaitu PT.Trans Multi Cargo
sebagai debitur memiliki tanggung jawab lebih untuk dapat
melaksanakan prestasi yang telah disepakati. Meskipun PT.Ivo Mas
Lubuk Gaung Dumai juga memiliki tanggung jawab dalam perjanjian
ini, namun melihat kepada isi dari perjanjian ini tanggung jawab PT.Ivo
Mas Lubuk Gaung Dumai tidak lebih besar dari tanggung jawab
PT.Trans Multi Cargo.
B. Saran
Dalam kaitannya dengan perjanjian kerjasama antara PT.Ivo Mas Lubuk Gaung
Dumai dengan PT.Trans Multi Cargo konsorsium PT.Tenang Jaya Sejahterah, penulis
dapat memberikan saran sebagai berikut :
a. Agar disusun kembali peraturan perundang-undangan yang mengatur
secara tegas dan terperinci mengenai pengangkutan limbah khusunya
limbah b3. Yang mana kiranya peraturan perundang-undangan yang akan
disusun tersebut harus disesuaikan dengan keadaan sekarang ini.
b. Bahwa kiranya dalam penyusunan perjanjian hendaknya dibuat secara
c. Bahwa agar terciptanya kepastian hukum maka perjanjian tersebut harus
dibuat di atas dan dibubuhi materai dan dibuat dengan akte notaris.
Dengan kata lain bahwa penggunaan bentuk, wujud dan format
tertentu(yang dikehendaki para pihak atau disyaratkan oleh hukum positif)
agar kontrak perjanjian memiliki kekuatan mengikat secara hukum harus
diperhatikan demi terwujudnya kepastian hukum dalam arti luas.
d. Bahwa harus diperhatikan lebih jelas lagi mengenai bagaimana penulisan
dari satu kontrak perjanjian agar tidak terjadi kesalahpahaman dikemudian
Dalam buku III kitab undang-undang hukum perdata yang berisi tentang
pengaturan mengenai perikatan.Pada pasal 1233 kitab undang-undang hukum perdata
bahwa tiap-tiap perikatan dilahirkan baik karena persetujuan,baik karena
undang-undang.BW (K.U.H. Perdata) sebagai undang-undang mulai berlaku atau diumumkan
secara resmi pada tanggal 30 April 1847 (St. No.23/1847).Dari tahun
pengundangannya jelas dapat kita ketahui,BW yang dalam Buku III mengatur Hukum
Perjanjian adalah undang-undang produk kolonial Belanda8
A.Pengertian Perjanjian
Untuk mengetahui arti sebenarnya dari suatu perjanjian tidaklah mudah karena
banyak pendapat para ahli-ahli hukum didalam memberikan rumusan perjanjian
tersebut.Dengan adanya berbagai pendapat tentang rumusan dari perjanjian
tersebut.Penulis merasa perlu memberikan beberapa pengertian perjanjian menurut
para sarjana.
Buku III KUH Perdata bebicara tentang perikatan (Van Verbibtenissen) yang
memiliki sifat terbuka artinya isinya dapat ditentukan oleh para pihak dengan
8
beberapa syarat yaitu tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan, dan
undang-undang.9
Menurut Prof.Dr.Wrijono Prodjodikoro Perjanjian adalah : “Sebagai suatu
perhubungan hukum mengenai harta benda antara dua pihak, dalam mana suatu pihak
berjanji atau dianggap berjanji untuk melakukan suatu hal, sedang pihak lain berhak
menuntut janji itu.”10
Menurut Abdul Kadir Muhammad, SH. Bahwa : “Perjanjian adalah suatu
perjanjian dengan mana dua orang atau lebih mengikatkan diri untuk saling
melaksanakan sesuatu hal dalam lapangan harta kekayaan.”11
Menurut M. Yahya Harahap,SH ,perjanjian atau Verbintenis mengandung
pengertian: “Suatu hubungan Hukum kekayaan/harta benda antara dua orang atau
lebih, yang memberi kekuatan hak pada satu pihak untuk memperoleh prestasi dan
sekaligus mewajibkan pada pihak lain untuk menunaikan prestasi. 12
9
Handri Raharjo,Hukum Perjanjian di Indonesia,Pustaka Yustisia,Yogyakarta,2009,hlm 39.
10
Wirjono Prodjodikoro, Azas-azas hukum perjanjian, Mandar Maju, Bandung, 2000, hlm 7
11
Abdul Kadir Muhammad, Hukum Perjanjian,PT.Alumni, Bandung, 1986, hlm 78
12
M.Yahya Harahap, Op.Cit.,hlm.6.
Secara harafiah kata “verbintenis”yang merupakan pengambilalihan dari kata
“obligation” dalam Code Civil Perancis dengan demikian berarti perikatan adalah
Dengan demikian berarti perikatan adalah kewajiban pada salah satu pihak
dalam hubungan hukum perikatan tersebut.Kitab Undang-undang Hukum Perdata
tidak memberikan rumusan, definisi, maupun arti istilah “perikatan”.Diawali dengan
ketentuan pasal 1233, yang menyatakan bahwa.“Tiap-tiap perikatan dilahirkan baik
karena undang-undang”, ditegaskan bahwa setiap kewajiban perdata dapat terjadi
karena dikehendaki oleh pihak-pihak yang terkait dalam perikatan yang secara
sengaja dibuat oleh mereka, ataupun karena ditentukan oleh peraturan
perundang-undangan yang berlaku.13
Oleh karena itu prestasi dapat dirumuskan secara luas sebagai “sesuatu yang
diberikan, dijanjikan, atau dilakukan secara timbal balik.Perbuatan, sikap tidak Dari beberapa pengertian perjanjian yang telah dikemukakan diatas dapat
disimpulkan bahwa wujud pengertian perjanjian itu sendiri yaitu, hubungan hukum
antara dua orang atau lebih yang memberi hak pada satu pihak dan kewajiban dipihak
lain untuk memenuhi suatu hal (prestasi) yang telah disepakati.
Perjanjian harus menjadi perbuatan kedua belah pihak, tiap-tiap pihak yang
berjanji untuk mematuhi prestasi kepada pihak lainnya, begitupula pihak lainnya
harus memperoleh pemenuhan prestasi yang telah dijanjikan oleh pihak lainnya itu.
13
berbuat, atau janji dari masing-masing pihak adalah harga bagi janji yang telah dibeli
oleh pihak lainnya itu.”14
Adapun bunyi dari pasal 1313 KUH Perdata tersebut adalah sebagai berikut :
“Suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.
Prestasi ini adalah “objek” tanpa prestasi hubungan hukum yang dilakukan
tidak mempunyai arti apa-apa bagi hukum perjanjian.Prestasi harus berwujud dan
mempunyai nilai; jika tidak demikian, maka tidak ada perjanjian.
Dari pengertian yang telah dikemukakan para sarjana di atas, maka dalam buku
III kitab undang-undang hukum perdata terdapat rumusan tentang perjanjian itu, yang
diatur dalam pasal 1313 KUH Perdata
15
1. Didalam KUH Perdata disebutkan “Merupakan perbuatan” menurut handri
raharjo makna ini terlalu luas, seharusnya dipersempit dengan “Merupakan
perbuatan hukum”
Namun menurut Handri Raharjo ada beberapa kelemahan dalam definisi
perjanjian menurut KUH Perdata tersebut diantara nya:
14
Ibid.,hlm.99.
15
2. Dari pengertian diatas juga ditemukan “Yang mengikatkan dirinya hanya 1
pihak , hal tersebut kurang lengkap sehingga bisa disebut perjanjian
sepihak, seharusnya “saling mengikatkan diri”.
3. Apa yang menjadi tujuan tidak jelas, seharusnya diperjelas.
Penyempurnaan terhadap definisi perjanjian menurut Handri Raharjo adalah :
“Suatau hubungan hukum dibidang harta kekayaan yang didasari kata sepakat
antara subjek hukum yang satu dengan yang lain, dan diantara mereka(para
pihak/subjek hukum) saling mengikatkan dirinya sehingga subjek hukum yang
satu berhak atas prestasi dan begitu juga subjek hukum lainnya berkewajiban
untuk melaksanakan prestasinya sesuai dengan kesepakatan yang telah
disepakati para pihak tersebut serta menimbulkan akibat hukum.” 16
Dari rumusan itu dapat kita ketahui ada dua pihak dalam suatu perikatan, yaitu
pihak yang berhak dan pihak yang berkewajiban.Pihak yang berhak dinamakan pihak
berpiutang atau “kreditur”, sedangkan pihak yang wajib memenuhi tuntutan
dinamakan pihak berhutang atau “debitur”.Dalam hal ini kedua belah pihak memiliki
hubungan hukum dengan arti jika pihak debitur tidak melakukan kewajibannya untuk
memenuhi hak kreditur, maka pihak kreditur dapat melakukan tuntutan kepada pihak
debitur. Dengan kata lain bahwa perikatan adalah suatu hubungan hukum untuk
16
memenuhi suatu prestasi, prestasi adalah suatu hal tertentu yang patut dipenuhi
menurut undang-undang.
Menurut pasal 1338 KUH Perdata: semua persetujuan yang dibuat secara sah
berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.
Dengan begitu segala sesuatu yang telah dibuat didalam suatu persetujuan
berlaku sebagai suatu undang-undang atau aturan bagi para pihak yang turut sepakat
dalam penyusunan perjanjian tersebut.Dengan berlakunya segala sesuatu tersebut
sebagai suatu undang-undang maka apabila ada pihak yang melakukan suatu hal
sebagaimana dilarang didalam suatu perjanjian, pihak lainnya dapat melakukan
penuntutan untuk mendapatkan pertanggungjawaban atas hal tersebut.
Persetujuan yang telah disepakati tersebut tidak dapat ditarik kembali selain
dengan sepakat kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang oleh
undang-undang dinyatakan cukup untuk itu.Dan tentunya persetujuan yang telah disepakati
tersebut harus dilaksanakan dengan itikad baik, sebagaimana diatur dalam pasal 1338
kitab undang-undang hukum perdata.
Suatu perjanjian adalah semata-mata suatu persetujuan yang diakui oleh
hukum.Persetujuan ini merupakan kepentingan yang pokok dalam dunia usaha, dan
menjadi dasar dari kebanyakan transaksi dagang, seperti jual beli barang, tanah,
Oleh karena itu hubungan hukum dalam perjanjian, bukan suatu hubungan yang
bisa timbul dengan sendirinya.Hubungan tersebut timbul karena adanya “tindakan
hukum”.Tindakan hukum yang dilakukan oleh pihak-pihak yang menimbulkan
hubungan hukum perjanjian, sehingga terhadap satu pihak diberi hak oleh pihak yang
lain untuk memperoleh prestasi. Sedangkan pihak yang lain berkewajiban untuk
melaksanakan prestasi.
Seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa prestasi adalah sebuah “objek”
dan kreditur berhak atas prestasi yang diperjanjikan dan debitur wajib melaksanakan
prestasi tersebut. Jika demikian inti dari suatu perjanjian tiada lain adal