• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ringkasan Materi Strategi Pembelajaran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Ringkasan Materi Strategi Pembelajaran"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PEMBELAJARAN RINGKASAN MATERI

Oleh

Muhammad Fais Alfafa 1411021018

JURUSAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

(2)

BAB I

LANDASAN PSIKOLOGI STRATEGI PEMBELAJARAN

A. Psikologi tingkah laku

Teori belajar menurut Psikologi Tingkah laku dengan aliran-aliran yang ada didalamnya yaitu Koneksionisme, Classical Conditioning, Operant Conditioning, dan Teori Belajar Sosial.

1. Teori Belajar Koneksionisme

Teori ini dipelopori oleh Thorndike dan kemudian dikembangkan oleh pakar-pakar lainnya. Teori ini menjelaskan bahwa kegiatan belajar, baik pada kehidupan hewan maupun dalam kehidupan manusia, berlangsung menurut prisip yang sama yaitu melalui proses pembentukan asosiasi antara kesan panca indera dengan perbuatan. Proses belajar berlangsung sesuai dengan hukum kesiapan, hukum latihan, dan hukum effect. Hukum transfer latihan.

2. Teori Belajar Classical Conditioning

Pavlov dan teman-temannya (Slavin, 1994, dan Elliott, dkk, 2000) melakukan eksperimen terhadap anjing. Melalui anjing percobaannya Pavlov ingin membuktikan bahwa tanpa makanpun, yaitu hanya dengan bunyi bel saja dapat keluar air liur. Hal ini bisa terjadi jika makanan yang menyebabkan timbulnya air liur itu disajikan berkali-kali bersama-sama dengan bunyi bel yang tidak bisa mengeluarkan air liur itu. Pavlov menamakan bunyi bel yang dapat mengeluarkan air liur itu sebagai rangsangan terkondisi, sedangkan makanan dinamakan rangsangan tak terkondisi. Akhirnya Pavlov menyimpulkan bahwa belajar atau pembentukan perilaku perlu dibantu dengan kondisi tertentu (Elliott, 2000). Sanjaya (2006) menyatakan bahwa untuk membentuk tingkah laku tertentu itu harus dilakukan secara berulang-ulang dengan melakukan pengkondisian tertentu. Pengkondisian itu dilakukan melalui pemberian pancingan dengan sesuatu yang dapat menimbulkan tingkah laku tertentu itu.

3. Teori Belajar Operant Conditioning

(3)

menyenangkan (ganjaran) dan yang tidak menyenangkan (hukuman) untuk mengubah tingkah laku dinamakan Operant Conditioning. Jadi konsekwensi digunakan untuk mengontrol terjadinya tingkah laku. Konsekwensi adalah kondisi yang mengikuti tingkah laku dan mempengaruhi frekuensi tingkah laku yang akan datang.

Sanjaya (2006) mengemukakan pendapat Skinner bahwa untuk membentuk tingkah laku tertentu perlu diurutkan atau dipecah-pecah menjadi bagian-bagian atau komponen-komponen tingkah laku yang spesifik. Selanjutnya setiap tingkah laku yang dilakukan dengan baik diberi penguatan supaya tingkah laku itu terus diulang-ulang dan agar termotivasi untuk mencapai tingkah laku puncak yang diharapkan. Sebagai ilustrasi, misalnya kita ingin membentuk kebiasaan agar anak suka membaca buku. Agar terbentuk kebiasaan itu, maka perilaku membaca dapat dipecah menjadi beberapa bagian melihat-lihat sampul buku, membuka-buka buku, memperhatikan gambar-gambar yang ada, membaca isi buku.

4. Teori Beajar Sosial (Social Learning Theory)

Slavin (1994), mengemukakan bahwa teori belajar sosial merupakan cabang dari teori belajar tingkah laku, dikembangkan oleh Albert Bandura. Teori Belajar Sosial ini umumnya menerima sebagian besar prinsip prinsip teori belajar tingkah laku, namun teori ini lebih memusatkan pada pengaruh signal (cues) pada tingkah laku dan pada proses mental internal, menekankan pengaruh pikiran pada tindakan dan pengaruh tindakan terhadap pikiran.

(4)

Self Regulator (mengatur diri sendiri) adalah cara belajar lainnya yang dikemukakan oleh Bandura. Bandura mengemukakan bahwa orang dapat belajar melalui mengobservasi tingkah laku sendiri, menilainya sesuai ukuran yang ditetapkan sendiri, dan memberi penguatan atau menghukumnya sendiri.

B. Psikologi Kognitif

Kognitif adalah suatu orientasi teoritis yang sifatnya ekletik (Eggen dan Kauchak, 1997). Mereka menyatakan bahwa tidak ada satu teori belajar Kognitif, tetapi lebih merupakan satu klaster (tandem, kumpulan) teori-teori Kognitif 1-20 Unit 1 (Elliott, dkk., 2000 : Slavin. 1994). Teori belajar Kognitif ini dipengaruhi oleh ilmu Jiwa Gestalt dengan tokoh-tokohnya Max Wertheimer, Wolfgang Kohler, dan Kurt Koffka (Elliot, dkk, 2000). Sumbangan ilmu Jiwa Gestalt yang utama kepada teori belajar Kognitif adalah persepsi. Persepsi ini mempertajam pemikiran para ahli kognitif modern lain seperti Bruner. Para ahli teori Gestalt memperluas usaha mereka membawa paham kognitif ke perkembangan manusia, intelegensi, dan terutama pemecahan masalah. Warisan terakhir teori Gestalt adalah prinsip-prinsip dari organisasi perseptual.

1. Dasar Belajar Menurut Psikologi Kognitif

Elliot, dkk. (2000) mengemukakan konsep dasar tentang belajar menurut teori Kognitif yang meliputi:

a. Schema (Schemata)

Phye dan Andre (Elliott, dkk; 2000) memberi pengertian schemata (bentuk jamak dari schema) sebagai kerangka mental pengetahuan terorganisir mengenai kejadian, situasi atau objek yang mengubah data yang masuk sehingga data itu cocok dengan pengalaman dan persepsi orang itu. Schema bisa spesifik seperti teknik yang digunakan untuk menambah lajur angka, atau yang umum seperti interpretasi intelegensi. Psikologi kognitif member istilah lain tentang schemata yaitu bentuk struktur kognitif yang abstrak. Schemata ini adalah dasar ingatan hasil dari pengalaman yang lalu yang diorganisir secara individual.

(5)

Dalam pendekatan utama belajar dengan orientasi psikologi kognitif meliputi belajar reseptif, belajar penemuan, belajar hafalan, dan belajar bermakna (penuh arti).

c. Model Pemrosesan Informasi

Morris (Slavin, 1994) menyatakan bahwa alur pemrosesan informasi dari luar sehingga kita mengingatnya adalah: pertama masuk melalui indera, lalu sampai ke sensor register dan ditransfer dari sensory register ke ingatan jangka pendek, kemudian diproses lagi untuk diteruskan ke ingatan jangka panjang.

d. Otak dan Pikiran

Tahukan anda bagaimana hubungan antara otak dan pikiran, apa itu lateralisasi, pattern matching, dan basic biologis dari belajar.

Hubungan antara otak dan pikiran adalah Menurut Luria (Elliot, dkk. 2000) kegiatan intelektual dimulai dengan menganalisis kondisi dari tugas dan kemudian mengidentifikasi elemen-elemen pentingnya.

Lateralisasi adalah sistem pengontrolan oleh otak yang sifatnya menyamping. Otak kanan mengontrol gerakan tubuh sebelah kiri dan sebaliknya otak kiri mengontrol gerakan tubuh sebelah kanan.

Deteksi pola dan pencocokan pola tampaknya merupakan fungsi yang melekat pada otak. Hubel (Elliot, dkk. 2000) menyimpulkan bagaimana otak mengorganisir informasi (melalui pola-pola) dan menyatakan bahwa pada akhir input, otak yang pertama terpikat oleh informasi dunia luar yang secara biologis menarik.

BAB II

PENDEKATAN CBSA DAN PKP

A. Pengertian Pendekatan CBSA

(6)

demikian, Pendekatan CBSA menekankan keaktifan semua pihak yang terlibat dalam proses pembelajaran tersebut. Dalam mengkaji derajat keaktifan dalam pembelajaran, McKeachie (1954, dari T.Raka Joni, 1985: 2) mengemukakan 7 (tujuh) dimensi yang dapat menjadikan variasi kadar keaktifan dalam pembelajaran itu, yakni:

1. Partisipasi murid dalam menetapkan tujuan kegiatan pembelajaran. 2. Penekanan pada aspek afektif dalam pembelajaran.

3. Partisipasi murid dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, terutama yang berbentuk interaksi antar murid.

4. Penerimaan guru terhadap perbuatan/kontribusi murid yang kurang relevan, bahkan salah.

5. Kekohesifan kelas sebagai kelompok.

6. Kebebasan/kesempatan yang diberikan kepada murid untuk mengambil keputusan penting dalam kehidupan sekolah.

7. Jumlah waktu yang dipergunakan untuk menanggulangi masalah pribadi murid.

B. Prinsip dan Indikator Penerapan Pendekatan CBSA 1. Prinsip Pendekatan CBSA

Terdapat sejumlah prinsip belejar yang harus diperhatikan agar proses belajar itu yang dapat berhasil dengan efisien dan efektif. Prinsip-prinsip tersebut dilandasi penelitian dalam piskologi belajar dan diujicobakan dalam

pembelajaran. Prinsip-prinsip terseut (Conny Semiawan, dkk, 1985: 9-13; Sulo Lipu, dkk, 2002: 11) adalah sebagai berikut :

1. Prinsip motivasi yakni penumbuhan motivasi belajar

2. Prinsip latar atau konteks yakni memposisikan pengalaman belajar baru. 3. Prinsip fokus yakni keterarahan kepada suatu titik pusat pemerhatian 4. Prinsip sosialisasi (hubungan sosial) yakni belajar dalam kelompok 5. Prinsip belajar sampai berkerja, bermain, atau kegiatan lainya yang

sesuai dengan kegiatan murid untuk melakukan kegiatan manipulatif. 6. Prinsip individualisasi yakin penyesusaian kegiatan pembelajaran dengan

perbedaan individual murid.

7. Prinsip menemukan yakni dengan pemberian informasi pancingan 8. Prinsip pemecahan masalah

2. Indikator dalam Penerapan Pendekatan CBSA

(7)

itu (T.Raka Joni, 1983: 22-24; dan 19-20 ; Sula La Sulo, dkk, 2002: 12-13) adalah:

1. Keterlibatan murid dalam pembelajaran 2. Prakarsa murid dalam pembelajaran

3. Perana guru lebih ditekankan sebagai fasilitator

4. Belajar dengan pengalaman langsung (belajar eksperiensial, exspriential learning).

5. Varaiasi penggunaan multi metode dan multi media dalam setiap pembelajaran

6. Kualitas interaksi antar murid dalam pembelajaran C. Pengertian Pendekatan Keterampilan Proses (PKP)

Pendekatan Keterampilan Proses (PKP) adalah pendekatan pembelajaran yang mengutamakan penerapan berbagai keterampilan memproseskan perolehan dalam pembelajaran itu. Keterampilan memproseskan perolehan adalah suatu konsep terlaksana yang dapat membantu kita untuk menerapkan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).

D. Keterampilan Proses dan Penerapannya dalam Pembelajaran 1. Jenis-jenis Keterampilan Proses

Terdapat berbagai keterampilan proses yang perlu diterapkan dalam pembelajaran yang menggunakan Pendekatan Keterampilan Proses itu sebagai berikut:

a. Observasi

Mengobservasi atau mengamati adalah penggunaan semua alat indra dengan seksama untuk memilah-milah sesuatu yang penting dari yang kurang/tidak penting.

b. Penghitungan

Menghitung merupakan keterampilan mendasar yang banyak sekali dipergunakan dalam bekerja.

c. Pengukuran

Keterampilan pengukuran adalah salah satu keterampilan penting dan banyak digunaka ilmuwan. Pengukuran didasarkan pada perbandingan.

(8)

Murid harus terlatih melihat persamaa dan perbedaan sesuatu sebagai dasar klasifikasi itu, baik berdasarkan ciri khusus, tujuan, maupun kepentingan tertentu.

e. Pengenalan Ruang dan Waktu serta Hubungan Keduanya

Keterampilan berkaitan dengan pengenalan bentuk-bentuk ruang, pengenalan arah, pengenalan waktu serta hubungan yang satu dengan yang lainnya.

f. Pembuatan Hipotesis

Hipotesis adalah suatu perkiraan ilmiah tentang pemecahan suatu masalah. Murid perlu memperoleh untuk membuat hipotesis yang kemudian diuji dengan eksperimen sederhana melalui berbagai pembelajaran disekolah.

g. Perencanaan Penelitian/Eksperimen

Eksperimen atau percobaan dapat dilakukan siapa saja, melakukan eksperimen dilandasi oleh dasar teoritis, serta dilakukan secara sistematis dan terarah.

h. Pengendalian Variabel

Pengendalian variabel meliputi baik variabel bebas maupun variabel tergantung (variabel eksperimen). Pengendalian variabel sangat penting. Murid perlu segera diperkenalkan dengan keterampilan pengendalian variabel itu melalui pembelajaran.

i. Interpretasi Data

Menginterpretasi atau menafsirkan data adalah salah satu keterampilan kunci dalam keberhasilan dalam pekerjaannya.

j. Kesimpulan Sementara (Interfensi)

Murid dilatih untuk membuat kesimpulan sementara berdasarkan informasi atau data yang dimilikinya pada suatu waktu tertentu, yang masih akan diuji kembali dengan diperolehnya informasi/data tambahan.

k. Peramalan

(9)

l. Penerapan (Aplikasi)

Untuk menggunakan keterampilan penerapan ini, baik dengan langsung melakukannya maupun dengan menunjukkan bukti penerapan itu disekitarnya.

m.Komunikasi

Keterampilan komunikasi digunakan untuk menyampaikan gagasan, hasil penelitian, penemuan, dll kepada orang lain, baik lisan maupun tulisan, yang biasanya dilengkapi dengan penyajian data dalam bentuk gambar, model, tabel, grafik, diagram, dan sebagainya yang akan memudahkan orang lain untuk memahami apa yang dikomunikasikan itu.

BAB III

PEMILIHAN STRATEGI PEMBELAJARAN

A. Kriteria Pemilihan Strategi Pembelajaran

Strategi Pembelajaran, seperti telah dikemukakan selalu mengandung makna pemilahan upaya pembelajaran yang akan memberikan peluang tercapainya tujuan yang optima, baik dri segi hasil belajar, hasil kerja (produk), maupun proses belajar. Terdapat beberapa kriteria yang biasa dijadikan acuan dalam pemilahan strategi pebelajaran (Sulo Lipu La Sulo dkk dalam Abimanyu, 2008: 8) antara lain:

(10)

Epistemologi yakni relevansi dengan hakekat ilmu pengetahuan, Psikologi yakni pengalaman belajar sebagai pengembangan psikis, Sosial

2. Efektivitas (hasil guna)

Dampak instruksional pada umumnya ditinjau dari segi ketercapaian tujuan pembelajaran yakni terjadi perubahan perilaku murid sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Dampak pengiring yakni sesuatu yang ikut tercapai di dalam pembelajaran meskipun di luar kawasan tujuan pembelajaran.

3. Efisiensi (Daya Guna)

Perbandingan upaya (proses belajar) dengan hasil (pencapaian tujuan) khususnya ditinjau dari prinsip ekonomis.

B. Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM)

Pakem sebagai upaya menciptakan sistem lingkungan belajar yang memberi peluang murid terlibat secara aktif (fisik, intelektual, dan atau emosional) mengembangkan kreativitas, dan menyenangkan (menggairahkan untuk belajar-serta dapat mewujudkan tujuan pembelajaran (instruksional dan pengiring) secara optimal. Seperti telah dikemukakan bahwa belajar itu pada prinsipnya selalu bermakna ada keaktifan, sehingga yang diupayakan dalam PAKEM adalah mengoptimalkan keaktifan murid itu.

1. Kriteria Strategi Pembelajaran dari PAKEM

Secara garis besar, keempat kriteria pembelajaran dalam PAKEM adalah sebagai berikut:

a. Pembelajaran Aktif

Dalam rangka kajian PAKEM, perlu ditekankan bahwa keaktifan siswa tersebut tidak hanya keterlibatan fisik, tetapi yang utama adalah keterlibatan mental, khususnya keterlibatan intelektual-emosional.

b. Pembelajaran Kreatif

(11)

kemampuan berpikir kreatif. Pengembangan kemampuan berpikir kereatif haruslah seimbang dengan pengembangan kemampuan berpikir rasional logis.

c. Pembelajaran efektif

Aspek efektivitas pembelajaran merupakan kriteria penting dalam setiap pembelajaran yakni tercapainya tujuan pembelajaran. Tujuan yang diinginkan dalam pembelajaran itu mencakup penguasan IPTEKS sebagai bahan ajar, tetapi juga pembentukan keterampilan/kemampuan belajar yang lebih efektif dan efisien (belajar bagaimana belajar), bahkan pembentukan kemampuan meta-kognisi (kemampuan pengendalian proses kognitif itu sendiri).

d. Pembelajaran Menyenangkan

Aspek ini berkaitan dengan motivasi dan minat murid dalam belajar yang harus terus ditumbuhkan dan dikembangkan selama pembelajaran berlangsung. Kesenangan belajar bukan hanya karena lingkungan belajar yang menggairahkan (mungkin belajar sambil bermain, menggunakan lingkungan alam sekitar, dsb), tetapi juga karena terpenuhinya hasrat ingin tahu (need achievement) murid.

2. Penerapan PAKEM dalam Pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran yang mengutamakan keaktifan dan kreativitas sehingga efektif dan menyenangkan peserta didik menuntut penguasaan berbagai metode mengajar serta berbagai ketrampilan dasar mengajar. Penguasaan berbagai metode mengajar tersebut akan memberi keleluasaan untuk memilih metode yang sesuat dengan tujuan, materi, peserta didik, dan lain-lain sehingga dapat diterapkan prinsip-prinsip dari PAKEM secara optimal.

C. Pembelajaran Tematik

Keterpaduan pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek prosesatau waktu, aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar. Jadi pembelajaran tematik juga bisa diartikan sebagai pembelajaran terpadu yang menggunakan tema sebagai pemersatu materi dalam beberapa mata pelajaran sekaligus dalam satu kali pertemuan. Sebagai suatu model pembelajaran, pembelajaran tematik memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut:

1. Berpusat pada siswa

2. Memberikan pengalaman langsung

(12)

5. Bersifat fleksibel

6. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa D. Pembelajaran Berbantuan Komputer

Pembelajaran Computer-Assisted Instruction atau Pembelajaran Berbantuan Komputer (PBK) sebagai proses mengajar yang dilakukan secara langsung yang melibatkan komputer untuk mempresentasikan bahan ajar dalam suatu model pembelajaran yang interaktif untuk memberikan dan mengendalikan lingkungan belajar secara individual pada masing-masing mahasiswa (Splittgerber dan Stirzaker, 1984).

karakteristik PBK antara lain:

1. Tersedianya fasilitas komputer untuk kegiatan belajar 2. Tutorial, drill and practice, problem solving atau simulation 3. Relevan dengan ragam karakteristik

4. Mengoptimalkan interaksi belajar dengan materi ajar

5. Mengatur kegiatan belajar sesuai dengan kebutuhan mahasiswa 6. Efektif untuk mempertahankan minat belajar mahasiswa

7. Memberikan pendekatan yang positif terhadap mahasiswa

8. Memberikan variasi umpan balik dan dilakukan secepat mungkin 9. Relevan digunakan untuk berbagai lingkungan belajar

BAB IV

METODE PEMBELAJARAN

A. Pengertian Metode Pembelajaran

Metode berasal dari Bahasa Yunani “Methodos’’ yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan. Pengetahuan tentang metode-metode mengajar sangat di perlukan oleh para pendidik, sebab berhasil atau tidaknya siswa belajar sangat bergantung pada tepat atau tidaknya metode mengajar yang digunakan oleh guru.

B. Alasan Menentukan Metode

(13)

(tema, pokok masalah) sebagai bagian kurikulum dalam upaya mencapai sasaran tujuan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran dan kerjasama guru dan siswa dalam mencapai sasaran dan tujuan pembelajaran ialah melalui cara atau metode, yang pada hakekatnya ialah jalan mencapai sasaran dan tujuan pembelajaran.

C. Metode Pembelajaran yang berpusat pada Guru 1. Metode Ceramah

Metode Ceramah adalah cara menyajikan pelajaran melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung kepada sekelompok siswa (Wina Sanjaya, 2010).

2. Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab adalah cara penyampaian suatu pelajaran melalui interaksi dua arah dari guru kepada siswa atau dari siswa kepada guru agar diperoleh jawaban kepastian materi melalui jawaban lisan guru atau siswa (Soli Abimanyu, dkk., 2008).

3. Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi (Wina Sanjaya, 2010) adalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekadar tiruan.

4. Metode Diskusi

Metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan. Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan Killen (dalam Wina Sanjaya, 2010).

5. Metode Simulasi

Simulasi adalah suatu usaha pembelajaran untuk memperoleh pemahaman akan hakekat suatu konsep atau prinsip, atau sesuatu keterampilan tertentu melalui proses kegiatan atau latihan dalam situasi tiruan. Melalui simulasi itu siswa akan mampu menghadapi kenyataan yang mungkin terjadi secara lebih efektif dan efisien.

6. Metode Pemberian Tugas

(14)

D. Pembelajaran yang berpusat pada Siswa

Pembahasan tentang metode pembelajaran yang lebih berpusat pada siswa meliputi: kerja kelompok, karya wisata, penemuan, eksperimen, pengajaran unit, dan pengajaran.

1. Metode Kerja Kelompok

Sagala 2006 (dalam Soli Abimayu, dkk., 2008) mengatakan bahwa metode kerja kelompok adalah cara pembelajaran dimana siswa dalam kelas dibagi dalam beberapa kelompok, dimana setiap kelompok dipandang sebagai satu kesatuan tersendiri untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditetapkan untuk diselesaikan secara bersama-sama.

2. Metode Karya Wisata

Sagala 2006 (dalam Soli Abimayu, dkk., 2008: 6-9) menyatakan bahwa karya wisata atau studi wisata sebagai metode pembelajaran adalah siswa dibawah bimbingan guru mengunjungi tempat-tempat tertentu dengan maksud untuk mempelajari objek belajar yang ada ditempat itu.

3. Metode Penemuan (Discovery)

Dengan demikian penemuan diartikan sebagai prosedur pembelajaran yang mementingkan pembelajaran perseorangan, manipulasi obyek, melakukan percobaan, sebelum sampai kepada generalisasi. Metode penemuan mengutamakan cara belajar siswa aktif (CBSA), berorientasi pada proses, mengarahkan sendiri, mencari sendiri, dan reflektif.

4. Metode Eksperimen

Sagala 2006, Sumantri dan Permana 1998/1999 (dalam Soli Abimayu, dkk., 2008) menyatakan bahwa eksperimen adalah percobaan untuk membuktikan suatu pertanyaan atau hipotesis tertentu. Eksperimen dapat dilakukan pada suatu laboratorium atau diluar laboratorium. Sedangkan metode eksperimen dalam pembelajaran adalah cara penyajian bahan pelajaran yang memungkinkan siswa melakukan percobaan untuk membuktikan sendiri suatu pertanyaan atau hipotesis yang dipelajari.

5. Metode Pembelajaran Unit

(15)

pembelajaran dimana siswa dan guru mengarahkan segala kegiatannya pada pemecahan suatu masalah yang dipelajari melalui berbagai segi yang berhubungan, sehingga pemecahannya secara keseluruhan dan bermakna. Pengajaran unit ini sekarang dinamakan pembelajaran terpadu.

6. Metode pembelajaran dengan Modul

Modul adalah suatu paket pembelajaran yang membicarakan satu satuan konsep tunggal mata pembelajaran. Sagala 2006 (dalam Soli Abimayu, dkk., 2008: 7-24) mengemukakan ada empat bentuk belajar mandiri yaitu: (l) self instruction semacam modul, (2) independent study, (3) individualized prescribed instruction, dan (4) self package learning.

BAB V

PEMBELAJARAN TIPE STAD

A. Pengertian Model Pembelajaran Koperatif

Salah satu model pembelajaran kelompok adalah model koperatif. Model koperatif akhir – akhir ini menjadi perhatian dan dianjurkan para ahli pendidikan untuk digunakan. Pembelajaran koperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan atau tim kecil, yaitu antara 4 sampai 6 orang yang mempunyi latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda ( heterogen ). Dalam penyelesaian tugas kelompoknya, setiap siswa harus saling bekerja sama, saling membantu untuk memahami materi pelajaran.

B. Tipe – Tipe Pembelajaran Koperatif

(16)

Teams Achievement Division (STAD), 2) Investigasi Kelompok, 3) Pendekatan Struktural, 4) Jigsaw.

C. Karakteristik Pembelajaran Koperatif

Menurut Sanjaya (2007), karakteristik pembelajaran koperatif adalah sebagai berikut :

a. Pembelajaran Secara Tim

b. Didasarkan pada Manajemen Koperatif c. Kemampuan untuk Bekerja Sama d. Keterampilan Bekerja Sama D.Model Pembelajaran Kooperatif STAD

Teknik STAD merupakan model pembelajaran koperatif yang paling sederhana. Menurut Slavin (1995) dalam Lianita (2013) langkah – langkah teknik STAD adalah sebagai berikut :

1. Membetuk kelompok anggotanya terdiri dari 4 orang secara hiterogen 2. Guru menyajikan pelajaran

3. Guru memberikan tugas kepada kelompok utnuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggotanya tahu menjelaskan kepada anggota lainnya, sampai semua anggota kelompoknya mengerti

4. Guru memberikan kuis atau pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu

5. Memberikan evaluasi 6. Kesimpulan.

E. Teori-Teori pendukung Model Pembelajaran Kooperatif 1. Teori Psikologi Kognitif -Konstruktivistik

Jean Piaget dan Lev Vygotsky merupakan dua ahli psikologi kognitif yang besar sumbangannya dalam mendukung pengembangan pembelajaran kooperatif.

2. Teori Psikologi Sosial

(17)

BAB VI

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW, TGT, DAN TAI

A. Pengertian Model Pembelajaran Komperatif Tipe Jigsaw

Jigsaw adalah salah satu dari metode-metode kooperatif yang paling fleksibel (Slavin, 2005:246). Model pembelajaran Jigsaw merupakan salah satu variasi model Collaborative Learning yaitu proses belajar kelompok dimana setiap anggota menyumbangkan informasi, pengalaman, ide, sikap, pendapat, kemampuan, dan keterampilan yang dimilikinya, untuk secara bersama-sama saling meningkatkan pemahaman seluruh anggota.

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Sudrajat, 2008:1).

1. Penerapan Model Pembelajaran Jigsaw

Pada pembelajaran model Jigsaw para siswa bekerja dalam tim yang heterogen. Para siswa tersebut diberikan tugas untuk membaca beberapa bab atau unit, dan diberikan lembar ahli yang terdiri atas topik-topik yang berbeda yang harus menjadi fokus perhatian masing-masing anggota tim saat mereka membaca. Setelah semua peserta didik selesai membaca, siswa dari tim berbeda yang mempunyai fokus topik sama bertemu dalam kelompok ahli untuk menentukan topik mereka. Para ahli tersebut kemudian kembali kepada tim mereka dan secara bergantian mengajari teman satu timnya mengenai topik mereka.

[image:17.595.116.538.625.677.2]

Secara umum langkah-langkah model pembelajaran kooperatif yaitu sebagai berikut:

(18)

2. Faktor Keberhasilan Model Pembelajaran Jigsaw

Faktor-faktor kunci keberhasilan yang harus diperhatikan dalam penerapan model pembelajaran jigsaw adalah:

1. Positive interdependence. Setiap anggota kelompok harus memiliki ketergantungan satu sama lain yang dapat menguntungkan dan merugikan anggota kelompok lainnya.

2. Individual accountability. Setiap anggota kelompok harus memiliki rasa tanggung jawab atas kemajuan proses belajar seluruh anggota termasuk dirinya sendiri.

3. Face-to-face promotive interaction. Anggota kelompok melakukan interaksi tatap muka yang mencakup diskusi dan elaborasi dari materi pembahasan.

4. Social skills. Setiap anggota kelompok harus memiliki kemampuan bersosialisasi dengan anggota lainnya sehingga pemahaman materi dapat diperoleh secara kolektif.

5. Groups processing and Reflection. Kelompok harus melakukan evaluasi terhadap proses belajar untuk meningkatkan kinerja kelompok.

B. MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

TGT merupakan salah sat tipe model pembelajaran kooperatif. Slavin (2005: 163) mengemukakan TGT adalah model pembelajaran kooperatif menggunakan turnamen akademik dan menggunakan kuis-kuis, dimana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka.

Metode ini memiliki banyak kesamaan dengan STAD, tetapi TGT menambahkan dimensi kegembiraan dengan mengganti kuis pada STAD menjadi permainan atau tournament.

1. Komponen-komponen model TGT

Model TGT terdiri atas lima komponen utama. Deskripsi dari masing-masing komponen adalah sebagai berikut:

a. Presentasi di kelas b. Tim c. Permainan (Game)

(19)

TAI (Team Assisted Individualization) adalah salah satu jenis pembelajaran kooperatif ( cooperative learning). Frase Team Assisted Individualization dapat diterjemahkan sebagai “Bantuan Individual Dalam Kelompok (BIDaK)”. Model pembelajaran kooperatif TAI ini sering pula dimaknai sebagai Team Accelerated Instruction. Model pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Assisted Individualization) merupakanpembelajaran kooperatif yang pada pelaksanaannya siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen. Salah satu poin penting yang harus diperhatikan untuk membentuk kelompok yang heterogen di sini adalah kemampuan akademik siswa. Masing-masing kelompok dapat beranggotakan 4 – 5 orang siswa. Anggota kelompok berbagi tanggung jawab.

(20)

MODEL PEMBELAJAN BERBASIS MASALAH

A. Pengertian Model Pembelajan Berbasis Masalah

Model Problem Based learning (PBL) atau pembelajaran berbasis masalah adalah,model mengajar dengan fokus pemecahan masalah yang nyata, proses dimana peserta didik melaksanakan kerja kelompok, umpan balik, diskusi, yang dapat berfungsi sebagai batu loncatan untuk investigasi dan penyelidikan dan laporan akhir. Dengan demikian peserta didik didorong untuk lebih aktif terlibat dalam materi pelajaran dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis menurut Arends (dalam Rokhanah, d.k.k. 2008). Pada Pembelajaran Berbasis Masalah ini, siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan kemampuannya sendiri. Pembelajaran Berbasis Masalah dirancang terutama untuk membantu siswa untuk mengembangkan keterampilan berfikir, keterampilan menyelesaikan masalah, dan keterampilan intelektualnya, mempelajari peran-peran orang dewasa dengan mengalaminya melalui berbagai situasi riil atau situasi yang disimulasikan dan menjadi pelajar mandiri dan otonom.

B. Karakteristik Model Pembelajan Berbasis Masalah

Karakterisktik pembelajaran berbasis masalah menurut Tan (dalam Amir, 2003) adalah sebagai berikut :

1. Pemebelajaran di mulai dengan pemberian masalah 2. Masalah memiliki konteks dengan dunia nyata

3. Peserta didik secara berkelompok aktif merumuskan masalah dan mengidentifikasi kesenjangan pengetahuan mereka

4. Peserta didik mempelajari sendiri materi yang terkait dengan masalah 5. Pendidik lebih banyak memfasilitasi dan merancang sebuah skenario

masalah

6. Pendidik memberikan indikasi-indikasi tentang sumber bacaan tambahan dan berbagai arahan yang diperlukan peserta didik saat menjalankan proses

(21)

1. Teori Belajar Konstruktivisme 2. Teori Belajar dari Piaget

3. Teori Belajar Bermakna dari David Ausubel 4. Teori Belajar Vigotsky

5. Teori Belajar dari Albert Bandura 6. Teori Belajar Jerome S. Bruner

D. SINTAKS PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

David Johnson dan Johnson (dalam suryani & Leo, 2012 :114) mengemukakan strategi PBL melalui kegiatan kelompok:

1. Mendefinisikan masalah, yaitu merumuskan masalah dari peristiwa tertentu yang mendukung isu konflik, hingga siswa menjadi jelas masalah apa yang akan dikaji. Dalam kegiatan ini guru bisa meminta pendapat dan penjelasan siswa tentang isu-isu hangat yang menarik untuk dipecahkan.

2. Mendiaknosis masalah, yaitu menentukan sebab-sebab terjadinya masalah, serta menganalisis berbagai faktor baik faktor yang menghambat maupun faktor yang dapat mendukung dalam menyelesaikan masalah. Kegiatan ini bisa dilakukan dalam kelompok kecil, hingga akhirnya peserta didik dapat mengurutkan tindakan-tindakan prioritas yang dapat dilakukan sesuai dengan jenis penghambat yang diperkirakan.

3. Merumuskan alternatif strategi, yaitu menguji setiap tindakan yang telah dirumuskan melalui diskusi kelas. Pada tahapan ini setiap siswa didorong untuk berpikir mengemukakan pendapat dan argumentasi tentang kemungkinan setiap tindakan yang dapat dilakukan.

4. Menentukan dan menetapkan strategi pilihan, yaitu pengambilan keputusan tentang strategi mana yang dapat dilakukan.

5. Melakukan evaluasi, baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil. Evaluasi proses adalah evaluasi terhadap seluruh proses pelakasanaan kegiatan, evaluasi hasil adalah evaluasi terhadap akibat dari penerapan strategi yang diterapkan.

BAB VIII

PENGERTIAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

A. Pengertian Pembelajaran Kontekstual

(22)

siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari konteks yang terbatas sedikit demi sedikit, dan dari proses mengkontruksi sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat.

B. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual

Menurut Johnson (2002) dalam Kunandar (2007), ada delapan komponen utama dalam sistem pembelajaran kontekstual,

1. Melakukan hubungan yang bermakna (Making meaningful connections). 2. Melakukan kegiatan-kegiatan yang signifikan (Doing significant work). 3. Belajar yang diatur sendiri (Self regulated lerning).

4. Bekerja sama (Collaborating).

5. Berfikir Kritis dan Kreatif (Critical and Creative thinking).

6. Mengasuh atau memelihara pribadi siswa (Nurturing the Individual). 7. Mencapai standar yang tinggi (Reaching high standards).

8. Menggunakan penilaian autentik (Using authentic assessment). C. Fokus Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran Kontekstual menempatkan siswa di dalam konteks bermakna yang menghubungkan pengetahuan awal siswa dengan materi yang sedang dipelajari dan sekaligus memperhatikan factor kebutuhan individual siswa dan peranan guru. Berkaitan dengan itu, maka pendekatan pembelajaran kontekstual harus menekankan hal-hal sebagai berikut, (Kunandar, 2007: 278)

1. Belajar berbasis masalah (Problem based learning) 2. Pengajaran Autentik (Authentic Instruktion)

3. Belajar Berbasis Inquiri (Inquiry Based Learning)

4. Belajar Berbasis Proyek atau Tugas (Project Based Learning) 5. Belajar Berbasis Kerja (work Based Learning)

6. Balajar Berbasis jasa layanan (Service Learning) 7. Belajar Kooperatif (Cooperative Learning) D. Komponen Utama Pembelajran Kontekstual

Ada tujuh komponen utama pembelajatan yang mendasari penerapan pembelajaran kontekstual di kelas, yaitu (Kunandar, 2007: 283):

(23)

4. Masyarakat Belajar ( Learning Community) 5. Pemodelan (Modeling)

6. Refleksi (Reflection)

(24)

BAB IX

PENGERTIAN PEMBELAJARAN INKUIRI

A. PENGERTIAN PEMBELAJARAN INKUIRI

Inkuiri dalam bahasa Inggris inquiry, berarti pertanyaan, atau pemeriksa, penyelidikan. Suryosubroto (1993: 193) menyatakan bahwa discovery merupakan bagian dari inquiry, atau inquiry merupakan perluasan proses discovery yang digunakan lebih mendalam. Gulo (2002), menyatakan strategi inquiry berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analistis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Sasaran utama kegiatan pembalajaran inkuiri adalah 1. Keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar 2. Keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran dan 3. Mengembangkan sikap percaya diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri.

B. PRINSIP-PRINSIP PENGGUNAAN PEMBELAJARAN INKUIRI

Model pembelajaran Inkuiri merupakan strategi yang menekankan kepada pengembangan intelektual anak. Perkembangan mental(intelektual) itu menurut Piaget dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu maturation, physical, experience, dan equilibration (Wina Sanjaya. 2010: 198). Maturation atau kematangan adalah proses perubahan fisiologis dan anatomis, yaitu proses pertumbuhan fisik yang meliputi pertumbuhan tubuh, pertumbuhan otak dan pertumbuhan sistem syaraf.

Physical experience adalah tindakan-tindakan fisik yang dilakukan individu terhadap benda-benda yang ada di lingkungan individu terhadap benda-benda yang ada di lingkungan sekitarnya.

Social experience adalah akivitas dalam berhubungan dengan orang lain. Melalui pengalaman sosial, anak bukan hanya dituntut untuk mempertimbangkan atau mendengarkan pandangan orang lain tetapi juga akan menumbuhkan kesadaran bahwa ada aturan lain di samping aturannya sendiri.

(25)

C. SINTAKS PEMBELAJARAN INKURI

Pada penelitian ini tahapan pembelajaran yang digunakan mengadaptasi dari tahapan pembelajaran inkuiri yang dikemukakan oleh Eggen & Kauchak (1996). Adapun tahap pembelajaran inkuiri sebagai berikut (Trianto, 2010: 172):

1. Menyajikan pertanyaan atau masalah. 2. Membuat hipotesis.

3. Merancang percobaan.

4. Melakukan percobaan untuk memperoleh informasi. 5. Mengumpulkan dan menganalisis data.

Gambar

Gambar. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif

Referensi

Dokumen terkait

Peserta Didik dibagi dalam beberapa kelompok, setiap kelompok didampingi oleh seorang Pembina Pramuka dan atau Pembantu Pembina.. Pembina Pramuka

Analisis persentase laporan keuangan dimana semua komponen dalam Neraca dibagi Total Aktiva dan semua komponen dalam. Laporan Laba Rugi dibagi Pendapatan

 Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang pembagian kelompokdalam bentu jigsaw , dimana siswa dibagi ke dalam 6 kelompok yang terdiri dari 4 orang, dan setiap

a. Peserta didik dibagi dalam kelompok, setiap peserta didik dalam setiap kelompok mendapatkan nomor. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakan. Kelompok

a) Guru membagi kelas menjadi lima kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5 siswa yang dibagi dengan cara mengambil undian permen di dalam sebuah kotak. Pengelompokan

Peserta akan dibagi menjadi kelompok, dimana satu kelompok terdiri atas 5 orang, dan setiap kelompok akan mempraktekkan Unit Kompetensi bidang Manajemen SDM di UMKM atau Perusahaan

Setelah mendengarkan penjelasan guru, siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok kecil, yang mana setiap kelompok terdiri dari 5 orang siswa.Setelah semua siswa masuk ke

Peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 4 siswa untuk melakukan Kegiatan pengamatan salah satu contoh makhluk hidup dari setiap kingdom,