LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM
DASAR-DASAR AGRONOMI
TUMPANG SARI DAN MONOKULTUR
Oleh
KELOMPOK II
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM
DASAR-DASAR AGRONOMI
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Mata Kuliah
Dasar-Dasar Agronomi
Oleh
KELOMPOK II
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2012
Judul : Laporan Lengkap Praktikum Dasar-Dasar Agronomi
: Untuk Mengamati Perbedaan Tumbuh dari Hasil Tanaman Monokultur dan Tumpang Sari.
Kelompok : II (Dua)
Nama : Moh. Fajri. S. A E 281 10 144 Selvi Banne T E 281 10 154
Vidi Eka Andrean E 281 10 160 Mohammad E 281 10 155
Midun E 281 10 158 Ririn Pratiwi E 281 10 139
Ela Kartika E 281 10 190 Nur Fatima E 281 10 191
Andri E 281 10 145 Clausius Norri E 281 10 164
Program Studi : Agroteknologi
Fakultas : Pertanian
Universitas : Tadulako
Palu, Januari 2012 Mengetahui,
Koordinator Asisten Asisten Penanggung Jawab
EKO PRIYANTO ARIANTO
E 281 08 094
E 281 08 060
Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab Dasar-Dasar Agronomi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat
dan hidayahnya serta kekuatan sehingga penyusun dapat melaksanakan kegiatan prakikum dan
menyelesaikan penyusunan laporan.
Loporan ini tersusun atas kerja sama antar kelompok dan asisten dosen. Pelaksanaan
praktikum ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan mata kuliah Dasar-Dasar
Agronomi. Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena
itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penyusun harapkan dari pembaca demi
kesempurnaan laporan ini. Akhirnya penulis mengucapkan terimah kasih dan semoga laporan ini
dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian, khususnya bagi kelompok kami.
Palu, Januari 2012
UCAPAN TERIMAH KASIH
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat
dan hidayahnya serta kekuatan sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan lengkap dengan
tepat waktu.
Penyusun mengucapkan banyak-banyak terima kasih kepada Orang tua yang telah
mendoakan penyusun agar mendapat kesehatan sehingga dapat menyelesaikan laporan ini, serta
penyusun mengucapkan terima kasih pula kepada keluarga-keluarga walaupun tidak secara
langsung mempunyai andil dalam penyusunan laporan ini namum mereka merupakan motifasi
bagi penyusun.
Tidak lupa juga penyusun mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Dosen penanggung jawab mata kuliah Dasar-Dasar Agronomi dalam hal ini Ir.
YOHANIS TAMBING, M.Si. yang telah memberikan pemahaman tentang mata kuliah Dasar-Dasar Agronomi sehingga penulis dapat merealisasikannya pada saat praktek di Lapangan.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada para Asisten-asisten yang senantiasa
mencurahkan waktu dan tenaganya untuk membimbing serta menuntun kami selaku praktikan
dalam hal pembelajaran mengenai hal-hal yang terkait dalam praktikum ini, sehingga saat ini
kami dapat memahaminya walaupun masih terdapat sedikit kesalahan-kesalahan.
Penyusun juga menghaturkan banyak-banyak terima kasih kepada teman-teman
seperjuangan, yang telah memberikan bantuan berupa waktu, tenaga dan pikiran dengan bantuan
mereka penyusun dapat menyelesaikan laporan lengkap ini.
Penyusun menyadari bahwa penyusunan laporan lengkap ini sangatlah jauh dari
harapkan untuk mmengoreksi kesalahan penyusun, akan tetapi penyusun berharap semoga
laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua, terutama bagi yang membacanya.
Palu, Januari 2012
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
UCAPAN TERIMAH KASIH iv
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GRAFIK ix
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang... 1
1.2 Tujuan dan Kegunaan... 3
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi... 4
2.2 Teknik Budidaya... 4
2.2.1 Penyiapan lahan... 4
2.2.2 Penyiapan benih... 5
2.2.3 Tehnik penanaman... 6
2.2.4 Pemeliharaan... 7
2.2.5 Pengendalian hama dan penyakit... 8
2.2.6 Panen dan pasca panen... 8
III METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu... 13
3.2 Alat dan Bahan... 13
3.3 Cara Kerja... 13
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil... 15
4.1.1 Tumpang sari... 15
4.1.2 Monokultur... 20
4.2 Pembahasan... 23
4.2.1 Tumpang sari... 23
4.2.2 Monokultur... 29
V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... 33
5.2 Saran... 34
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Tinggi Tanaman Jagung pada Tumpang Sari... 15
2. Jumlah Daun Jagung pada Tumpang Sari... 16
3. Lilit Batang Jagung pada Tumpang Sari... 17
4. Tinggi Tanaman Kacang Hijau pada Tumpang Sari... 18
5. Daun Jagung Kacang Hijau pada Tumpang Sari... 19
6. Tinggi Tanaman Jagung pada Monokultur... 20
7. Jumlah Daun Jagung pada Monokultur... 21
DAFTAR GRAFIK
No. Halaman
1. Tinggi Tanaman Jagung pada Tumpang Sari... 15
2. Jumlah Daun Jagung pada Tumpang Sari... 16
3. Lilit Batang Jagung pada Tumpang Sari... 17
4. Tinggi Tanaman Kacang Hijau pada Tumpang Sari... 18
5. Daun Jagung Kacang Hijau pada Tumpang Sari... 19
6. Tinggi Tanaman Jagung pada Monokultur... 20
7. Jumlah Daun Jagung pada Monokultur... 21
8. Lilit Batang Jagung pada Monokultur... 22
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Segala bentuk pemanfaatan sumberdaya alam dan manusia dalam pemanfaatanya untuk
budidaya tanaman guna memdapat hasil yanng sebanyak-banyaknya secara berkelajutan. Pola
tanam atau (cropping patten) iyalah suatu urutan pertanaman pada sebidang tanah selama satu
periode. Lahan yang dimaksut bisa berupa lahan kosong atau lahan yang sudah terdapat tanaman
yang mampu dilakukan tumpang sirih.
Usaha yang dilakukan dengan melaksanakan penanaman pada sebidang lahan dengan
mengatur susunan tata letak dari tanaman dan tata urutan tanaman selama periode waktu tertentu,
termasuk masa pengolahan tanah dan masa tidak ditanami selama periode tertentu.
Produktivitas merupakan suatu hal yang sangat vital dalam usaha pertanian, dimana
akhir-akhir ini semakin ditantang untuk mengimbangi tuntutan sosial ekonomi masyarakat suatu
bangsa. Peningkatan jumlah penduduk menyebabkan permintaan akan kebutuhan hasil-hasil
Disisi lain lahan untuk pertanian semakin terbatas karena alih fungsi lahan menjadi
tempat pemukiman, industri, sarana jalan serta sarana fisik lainnya, Untuk itu, bagaimana
merancang suatu model penanaman, agar lahan yang semakin terbatas itu dapat menghasilkan
produksi yang tinggi secara berkelanjutan.
Jagung sebagai tanaman pangan, menduduki urutan kedua setelah padi. Disamping itu juga
mempunyai peranan yang tidak kalah pentingnya dengan padi, karena jagung merupakan salah
satu jenis bahan makanan yang banyak mengandung karbohidrat sehingga dapat dijadikan
sebagai pengganti beras. Di Indonesia sangat mendukung dikembangkannya komoditi jagung,
Sebab jagung memiliki potensi yang cukup baik untuk dibudidayakan dan mudah diusahakan.
Konsumsi jagung di Indonesia terus meningkat, karena itu peluang pemasaran jagung masih
terbuka lebar (Arif Ardiawan, 2008).Selain komoditi jagung sebagai bahan makanan, masih
dibutuhkan komoditi lain seperti kacang hijau. Kacang hijau merupakan salah satu jenis
komoditi dari jenis tanaman leguminosa yang mempunyai arti penting. Posisinya menduduki
urutan ketiga setelah kedelai dan kacang tanah. Manfaat kacang hijau sebagai penghasil bahan
makanan merupakan hal yang sangat penting, karena jenis kacang ini banyak mengandung
vitamin terutama vitamin B1 yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan gizi masyarakat yang
relatif kurang vitamin.
Beberapa pola tanam yang biasa diterapkan antara lain tumpang sari, tumpang gilir,
tanaman bersisispan, dan tanamana campuran. Tumpang sari (intercropping), adalah melakukan
penanaman lebih dari satu tanaman yang memiliki umur sama atau berbeda contoh tumpang sari
sama umur seperti jagung dan kedelai; tumpang sari beda umur seperti jagung, ketela pohon,
padi gogo.
tahun dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain untuk mendapat keuntungan maksimum
(Syaifuddin, 2008).
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Adapun tujuan dari pelaksanaan Praktek Lapang Dasar-Dasar Agronomi adalah untuk
mengamati perbedaan tumbuh dan hasil dari tanaman monokultur dan tumpang sari.
Adapun kegunaan dari pelaksanaan Praktek Lapang Dasar-Dasar Agronomi adalah untuk
II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi
Tanaman jagung (Zea mays L) dapat diklasifikasikan ke dalam Kingdom Plantae
(Tumbuhan), Subkingdom Tracheobionta (berpembuluh), Super Divisi Spermatophyta
(Menghasilkan biji), Divisi Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas: Liliopsida
(berkeping satu / monokotil) Sub Kelas: Commelinidae Ordo: Poales Famili: Poaceae (suku
rumput-rumputan) Genus ZeaSpesies: Zea mays L.
Klasifikasi dari kacang hijau (Phaseolus radiatus L) yakni
Kingdom Plantae, Subkingdom Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh), Super Divisi
Spermatophyta (tumbuhan yang menghasilkan biji), Divisi Magnoliophyta (Tumbuhan
berbunga), Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil), Sub Kelas: Rosidae, Ordo: Fabales,
Famili: Fabaceae (suku polong-polongan), Genus: Phaseolus, Spesies: Phaseolus radiatus L.
(Arif Ardiawan, 2008 ).
2.2 Teknik Budidaya
2.2.1 Penyipan lahan
Pengolahan tanah dikerjakan saat hujan pertama mulai turun. Saat ini musim hujan kadang
kurang jelas jatuhnya, namun sebagai ancer-ancer bisa pada bulan Oktober sampai awal
Nopember. Pengolahan tanah ini dilakukan agar tanah menjadi gembur. Selain membuat tanah
menjadi gembur, pengolahan tanah akan dapat menghilangkan gulma. Pengolahan tanah
dilakukan dengan dicangkul sedalam 10-15 cm, kemudian dicacah sambil membuang gulma
yang ada dan yang terakhir dibuat guludan. Arah guludan sebaiknya menghadap ke barat-timur
untuk mengalirkan air, agar saat hujan tanah tetap dalam keadaan atus sehingga akar tanaman
jagung maupun kacang tanah tidak tergenang (Warsana, 2009).
2.2.2 Penyiapan benih
Dengan pemilihan tanaman yang tepat, sistem ini dapat memberikan beberapa keuntungan,
antara lain mengurangi serangan OPT (pemantauan populasi hama), karena tanaman yang satu
dapat mengurangi serangan OPT lainnya. Misalnya bawang daun dapat mengusir hama aphids
dan ulat pada tanaman kubis karena mengeluarkan bau allicin, menambah kesuburan tanah.
Dengan menanam kacang-kacangan- kandungan unsur N dalam tanah bertambah karena adanya
bakteri Rhizobium yang terdapat dalam bintil akar. Dengan menanam yang mempunyai
perakaran berbeda, misalnya tanaman berakar dangkal ditanam berdampingan dengan tanaman
berakardalam, tanah disekitarnya akan lebih gembur. Keuntungan yang lain yaitu siklus hidup
hama atau penyakit dapat terputus, karena sistem ini dibarengi dengan rotasi tanaman dapat
memutus siklus OPT serta memperoleh hasil panen yang beragam. Penanaman lebih dari satu
jenis tanaman akan menghasilkan panen yang beragam. Ini menguntungkan karena bila harga
salah satu komoditas rendah, dapat ditutup oleh harga komoditas lainnya (Warsana, 2009).
2.2.3 Tehnik penanaman
Pada pola tumpangsari jagung dan kacang hijau, diatur dimana jagung sebagai tanaman
pokok dan kacang hijau sebagai tanaman sela. Benih jagung yang akan ditanam adalah jagung
komposit (bersari bebas) varietas Bisma berlabel yang sudah diberi seed treatment. Lubang
tanam dibuat dengan tugal sedalam 2-3 cm, dengan jarak antar barisan tanaman 200 cm,
sedangkan jarak dalam barisan adalah 40 cm. Kebutuhan benih jagung setiap hektar lahan
dengan pola tumpangsari adalah 15 kg (2 benih tiap lubang tanam), sehingga populasi tanaman
ditanam adalah kacang tanah varietas Jerapah, varietas ini mempunyai biji 2 dalam setiap
polong. Jarak tanaman kacang tanah adalah 25 x 25 cm, sehingga dalam setiap guludan
terdapat 1 baris tanaman jagung dan 5 baris tanaman kacang hijau. Populasi tanaman kacang
hijau dalam 1 ha kurang lebih 100.000 tanaman atau sekitar 70% dibanding pola monokultur.
Kebutuhan benih kacang tanah untuk setiap 1 ha lahan dengan pola tumpangsari dengan jagung
adalah 50 kg biji kering (1 benih tiap lubang tanam) (Warsana, 2009).
Jagung manis tumbuh baik pada berbagai jenis tanah. Tanah liat lebih di ssukai karena
mampu menaha lengas yang tinggi. Tanaman ini peka terhadap tah masam dan tumbuhb baik
pada kisaran pH antara 6,0 – 6,8 dan agak toleran terhadap- kondisi basa. Hampir selalu di
tanamn dengan kedalaman 3-5 cm. Jarak tanam rata-rata jagung manis umumnya 20-25 cm
dalam barisan dan 70- 90 cm antar barisan (Sumoprastowo, 2000)
2.2.4 Pemeliharaan
Perawatan atau pemeliharaan tanaman meliputi beberapa kegiatan antara lain penyulaman,
penyiangan dan pembumbunan. Penyulaman sebaiknya dilakukan agar tidak ada spot-spot
kosong yang akan diisi oleh gulma bila tidak dilakukan penyulaman. Penyulaman untuk tanaman
jagung dilakukan antara 4-7 hari setelah tanam, sedangkan untuk kacang tanah antara 5-10
hari setelah tanam. Sebaiknya penyulaman tidak terlalu lama melakukannya. Penyiangan dan
pembumbunan dilakukan paling tidak sebanyak dua kali atau menyesuaikan dengan kondisi
gulma, bila memang gulma tumbuh dominan dapat dilakukan penyiangan lagi. Penyiangan
pertama dilakukan pada saat tanaman berumur 15 hari, sedangkan penyiangan yang kedua
dilakukan setelah tanaman berumur 30 hari sebelum dilakukan pemupukan susulan. Pada
dan menikkan tanah ke sekitar batang. Untuk kacang tanah sebaiknya dilakukan pembumbunan
sekali lagi yaitu pada saat tanaman selesai berbunga sekitar 40 hari setelah tanam (Warsana,
2009).
Pemupukan dilakukan dua kali yaitu pada saat tanam dan pada saat tanaman telah berumur
1 bulan. Dosis pupuk untuk jagung adalah 120 kg Urea, 65 kg SP-36 dan 50 kg KCL. Dosis
pupuk untuk kacang tanah adalah 40 kg Urea, 80 kg SP-36 yang masing-masing diberikan dalam
dua kali pemupukan. Pemupukan pertama pada jagung adalah 80 kg Urea, 65 kg SP-36 dan 50
kg KCl, satu bulan kemudian ditambahkan pupuk susulan yaitu Urea sebanyak 40 kg.
Pemupukan pertama pada kacang tanah adalah: 20 kg Urea, 80 kg SP-36 dan 40 kg KCL, selang
satu bulan ditambahkan pupuk susulan yaitu 20 kg Urea. Cara pemupukan yaitu semua pupuk
yang akan diberikan dicampur jadi satu, kemudian dibuat larikan dekat barisan tanaman (sekitar
5 cm dari barisan tanaman dengan kedalaman antara 5-7 cm), pupuk ditabur sepanjang
larikan kemudian ditutup
kembali dengan tanah. Pemupukan kedua untuk tanaman jagung larikan disesuaikan dengan
tajuk tanaman, sedangkan untuk kacang tanah larikan dibuat di tengah jarak antara dua barisan
tanaman kacang tanah (Warsana, 2009).
2.2.5 Pengendalian hama dan penyakit
Pengendalian hama penyakit dimaksukkan agar kesehatan tanaman dapat terjaga sehingga
tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Pengendalian hama maupun penyakit
dengan menggunakan pestisida sebaiknya dilakukan dengan bijaksana, karena bahan kimia ini
selain membunuhhama tetapi juga sekaligus membunuh predatornya juga. Jadikanlah pestisida
yang mempunyai spektrum sempit. Pada jagung yang sering dijumpai adalah penyakit bulai
untuk hamanya adalah penggerek daun penghisap daun (Warsana,2009) .
2.2.6 Panen dan pasca panen
Ciri jagung yang siap dipanen adalah Umur panen adalah 86-96 hari setelah tanam.
Jagung siap dipanen dengan tongkol atau kelobot mulai mengering yang ditandai dengan adanya
lapisan hitam pada biji bagian lembaga. Biji kering, keras, dan mengkilat, apabila ditekan tidak
membekas. Jagung untuk sayur (jagung muda), dipanen sebelum bijinya terisi penuh. Saat itu
diameter tongkol baru mencapai 1-2 cm. Jagung untuk direbus dan dibakar, dipanen ketika
matang susu. Tanda-tandanya kelobot masih berwarna hijau, dan bila biji dipijit tidak terlalu
keras serta akan mengeluarkan cairan putih. Jagung untuk makanan pokok (beras jagung), pakan
ternak, benih, tepung dan berbagai keperluan lainnya dipanen jika sudah matang fisiologis.
Tanda-tandanya: sebagian besar daun dan kelobot telah menguning. Apabila bijinya dilepaskan
akan ada warna coklat kehitaman pada tangkainya (tempat menempelnya biji pada tongkol). Bila
biji dipijit dengan kuku, tidak meninggalkan bekas.
Jagung dikupas pada saat masih menempel pada batang atau setelah pemetikan selesai.
Pengupasan ini dilakukan untuk menjaga agar kadar air di dalam tongkol dapat diturunkan dan
kelembaban di sekitar biji tidak menimbulkan kerusakan biji atau mengakibatkan tumbuhnya
cendawan. Pengupasan dapat memudahkan atau memperingan pengangkutan selama proses
pengeringan. Pengeringan jagung dapat dilakukan secara alami atau buatan.
Secara tradisional jagung dijemur di bawah sinar matahari sehingga kadar air berkisar 9–11 %.
Biasanya penjemuran memakan waktu sekitar 7-8 hari. Penjemuran dapat dilakukan di lantai,
dengan alas anyaman bambu atau dengan cara diikat dan digantung. Secara buatan dapat
hujan. Terdapat berbagai cara pengeringan buatan, tetapi prinsipnya sama yaitu untuk
mengurangi kadar air di
dalam biji dengan panas pengeringan sekitar 38-430 C, sehingga kadar air turun menjadi 12-13
%. Mesin pengering dapat digunakan setiap saat dan dapat dilakukan pengaturan suhu sesuai
dengan kadar air biji jagung yang diinginkan ( Kasryno 2009 ).
2.3 Monokultur dan Tumpang Sari
Pertanaman tunggal atau monokultur adalah salah satu cara budidaya di lahan pertanian
dengan menanam satu jenis tanaman pada satu areal. Cara budidaya ini meluas praktiknya sejak
paruh kedua abad ke-20 di dunia serta menjadi penciri pertanian intensif dan pertanian industrial.
Monokultur menjadikan penggunaan lahan efisien karena memungkinkan perawatan dan
pemanenan secara cepat dengan bantuan mesin pertanian dan menekan biaya tenaga kerja karena
wajah lahan menjadi seragam. Kelemahan utamanya adalah keseragaman kultivar mempercepat
penyebaran organisme pengganggu tanaman (OPT, seperti hama dan penyakit tanaman).
Pertanaman padi, jagung, atau gandum sejak dulu bersifat monokultur karena memudahkan
perawatan. Dalam setahun, misalnya, satu lahan sawah ditanami hanya padi, tanpa variasi apa
pun. Akibatnya hama atau penyakit dapat bersintas dan menyerang tanaman pada periode
penanaman berikutnya. Pertanian pada masa kini biasanya menerapkan monokultur spasial tetapi
lahan ditanami oleh tanaman lain untuk musim tanam berikutnya untuk memutus siklus hidup
Istilah monokultur sekarang juga dipinjam oleh bidang-bidang lainnya, seperti peternakan,
kebudayaan (mengenai dominasi jenis aliran musik tertentu), atau ilmu komputer (mengenai
sekelompok komputer yang menjalankan perangkat lunak yang sama).
Tumpang sari (intercropping), adalah melakukan penanaman lebih dari satu tanaman yang
memiliki umur sama atau berbeda. Sistem tanam tumpangsari adalah menanam beberapa jenis
tanaman dalam satu lahan. Ada tiga jenis bertanam tumpangsari yakni tumpngsari campuran,
tumpangsari baris dan tumpang sari pita/jalur. Pada system tanam tumpangsari campuran di atas
lahan yang sama ditanam dua atu lebih tanaman secara bersama-sama dengan tidak
memperhatikan jarak tanam. Pada system tanam tumpngsari baris di atas lahan yang sama
ditanam dua atau lebih tanaman dengan mempertimbangkan baris-baris dan jarak tanam tertentu.
Sedangkan dalam system tanam tumpangsari pita/jalur di atas lahan yang sama ditanam dua atau
lebih tanaman dalam jalur-jalur yang ditentukan. Sistem tumpangsari jenis terakhir ini sering
disebut sebagai system surjan.
Sistem tumpangsari memberikan beberapa manfaat bagi petani yakni antara lain
mengurangi biaya pengolahan lahan, mudah dalam menanggulangi hama, memudahkan proses
pembersihan atau penyiangan dan yang terakhir adalah meningkatkan hasil produksi atau panen.
Fahrudin dan beberapa kader petani di Gunung Panah Kecamatan Bubon Aceh Barat sudah
mencoba menggunakan sistem tanam tumpangsari. Dan yang dikembangkan sejauh ini adalah
tumpang sari antara semangka dan jagung. Tanaman utamanya adalah semangka dan
ditumpangsari dengan tanaman jagung, atau kacang tanah yang ditumpangsari dengan jagung.
“pertama-tama harus menentukan dulu tanaman utamanya, baru kemudian ditumpangsari dengan
menerapkan system tanam tumpangsari, para kader juga berusaha untuk terus belajar
menggunakan system tumpangsari yang baik dan benar
Kekurangan sistem polikultur adalah apabila pemilihan jenis tanaman tidak sesuai, sistem
polikultur dapat memberzi dampak negatif, misalnya terjadi persaingan unsur hara antar tanaman
III
METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum Lapang Dasar Dasar Agronomi yaitu bertempat dilahan Pendidikan Fakultas
Pertanian Universitas Tadulako, Palu dan dilaksanakan pada tanggal 7 Oktober sampai 30
Desember 2011 pukul 15.00 WITA sampai dengan 17.00 WITA.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam Praktikum Lapang Dasar Dasar Agronomi yaitu
cangkul, linggis, ember, mistar, meteran gulung, alat tulis menulis.
Adapun bahan yang digunakan dalam Praktikum Lapang Dasar Dasar Agronomi yaitu
benih jagung manis, benih kacang hijau, pupuk SP-36, pupuk kandang dan tali rafia.
3.3 Cara Kerja
Pertama tama melakukan penyiapan lahan seperti sanitasi untuk membersihkan lahan
pertanaman dari akar akar tanaman yang besar dan batu. serta mengolah tanah dan membuat
saluran air di pinggir bedengan. Tanah yang berada di atas bedengan yang berukuran 5m × 8m
dicampur dengan pupuk kandang dan menentukan jarak tanaman (untuk tanaman jagung jarak
tanam yakni 100cm×20cm dengan jumlah benih dua biji dan untuk penanaman kacang hijau
dilakukan penanaman antar barisan tanaman jagung dilakukan penanaman sebanyak tiga baris
dengan jumlah benih 2 biji per lubang tanam). Penanaman benih dilakukan dengan cara
menugal. Selanjutnya melakukan pemeliharaan dengan cara penyiraman, penyiangan,
jumat melakukan pengamatan dengan cara mengukur jumlah daun, tinggi tanaman, dan jumlah
daun.
Setelah tanaman berumur 30 hari dan tanaman telah kelihatan tanda-tanda ke kurangan
unsur hara maka di lakukan pemberian pupuk NPK dengan dosis empat gram pertanaman
dengan jarak antara tanaman dengan pupuk sekitar 20 cm dan setelah itu tanaman di siram agar
pupuk yang di berikan cepat larut di dalam tanah dengan begitu tanaman dengan mudah untuk
IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil 4.1.1 Tumpang sari
Dari data pengamatan yang telah dilakukan terhadap tumpang sari antara jagung dan
kacang hijau di lahan percobaan, maka didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 1. Tinggi Tanaman Jagung pada Tumpang Sari
Sampel Minggu Pengamatan (Cm) Jumlah
Rata-Rata
1 2 3 4 5 6 7
A1 27 30,4 41,5 58 68 74 82 38,09 54,4
A2 26,3 29,1 35 69,9 75,5 78,5 100,5 414,8 59,2
A3 26 29,4 32 98 106 105,5 115,5 512,4 73,2
A4 15,9 20,8 33,5 107,1 111,5 119,5 128,5 536,8 76,6
A5 31 37 37 124 137 177,5 187,5 731 133
Jumlah 126,2 146,7 179 457 498 555 614
Rata-Rata 25,2 29,3 35,8 91,4 99,4 111 122,8
Tabel 2. Jumlah Daun Tanaman Jagung pada Tumpang Sari
Sampel Minggu Pengamatan (Cm) Jumlah Rata-Rata
1 2 3 4 5 6 7
A1 5 5 6 10 8 8 8 50 7,14
A2 5 5 6 10 10 10 10 56 8
A3 5 6 8 12 10 10 10 61 8,71
A4 4 5 7 15 10 10 10 61 8,71
A5 6 6 6 14 14 14 14 74 10,57
Jumlah 25 27 36 61 52 52 52
Rata-Rata 5 5,4 7,2 12,2 10,4 10,4 10,4
Tabel 3. Lilit Batang Tanaman Jagung pada Tumpang Sari
Sampel Minggu Pengamatan (Cm) Juml
ah
Rata-Rata
1 2 3 4 5 6 7
A1 1,3 1,8 2,1 4 4 4,4 4,7 22,3 3,18
A2 1,3 1,7 2,4 4,2 4,2 5,8 6,2 25,8 3,68
A3 1,3 1,9 2,8 5,6 5,4 6,3 6,6 29,9 4,27
A4 2 2,9 4,5 6,8 4,3 4,5 4,9 29,9 4,27
A5 2,4 2,4 4,4 7 7 8 11 42,2 6,02
Jumlah 8,3 10,7 16,2 27,6 24,9 29 33,4
Rata-Rata 1,66 2,4 3,24 5,52 4,98 5,8 6,68
Tabel 4. Tinggi Tanaman Kacang Hijau pada Tumpang Sari
Sampel Minggu Pengamatan (Cm) Jumlah Rata-Rata
1 2 3
A1 13,5 16 23 52,5 17,5
A2 14,2 16 22 52,2 17,4
A3 12 19,5 30 61,5 20,5
A4 14,4 17,5 22 53,9 17,9
A5 18 19 27 64 21,3
Jumlah 71,8 88 124
Rata-Rata 14,42 17,6 24,8
Tabel 5. Jumlah Daun Tanaman Kacang Hijau pada Tumpang Sari
Sampel Minggu Pengamatan (Cm) Jumlah Rata-Rata
1 2 3
A1 3 8 11 22 7,3
A2 2 3 11 16 5,3
A3 2 8 11 21 7
A4 5 8 11 24 8
A5 5 8 11 24 8
Jumlah 17 35 55
Rata-Rata 3,4 7 11
4.1.2 Monokultur
Dari data pengamatan yang telah dilakukan terhadap monokultur di lahan percobaan, maka
didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 6. Tinggi Tanaman Jagung pada Monokultur Sampe
Tabel 7. Jumlah Daun Tanaman Jagung pada Monokultur
Sampel Minggu Pengamatan (Cm) Jumlah
Rata-Rata
1 2 3 4 5 6 7 8
A1 6 10 12 14 16 16 16 16 106 13,25
A2 6 9 11 14 15 14 15 15 99 12,37
A3 7 10 13 15 16 16 16 16 109 13,62
A4 5 7 9 10 12 10 11 12 76 9,5
A5 5 7 8 7 9 6 6 8 56 7
Jumlah 29 43 53 69 68 62 64 67
Rata-Rata 5,8 8,6 10,6 12 13,6 12,4 12,8 13,4
Tabel 8. Lilit Batang Tanaman Jagung pada Monokultur
Sampel Minggu Pengamatan (Cm) Jumlah
Rata-Rata
1 2 3 4 5 6 7 8
A1 3 3,7 5 7,7 9 8,5 9 9 54,9 6,8
A2 3 3,9 7,2 7,1 7,3 6,8 8 8 51,3 6,4
A3 4 4,6 6,5 7,7 8,3 8,6 9 9 57,7 7,2
A4 3 2,4 4 5 6 6,5 6,7 6,7 46,3 5,03
A5 3 2,2 3,2 7,3 4 3,5 3,8 3,8 30,8 3,85
Jumlah 16 16,8 25, 9
34,8 34,6 33, 9
36,5 36, 5
Rata-Rata
3,2 3,36 5,1 8
6,96 6,92 6,7 8
7,3 7,3
4.2 Pembahasan
4.2.1 Tumpang sari
Pada pengamatan tinggi tanaman jagung pada tumpang sari seperti yang terlihat pada tabel
1, terlihat perbandingan tinggi secara bertahap yaitu pada tanaman satu minggu pertama 27 cm,
kedua 30,4 cm, ketiga 41,5 cm, keempat 58 cm, kelima 68 cm, keenam 74 cm dan ketujuh 82
cm, pada tanaman dua minggu pertama 26,3 cm, kedua 29,1 cm, ketiga 35 cm, keempat 69,9
cm, kelima 75,5 cm, keenam 78,5 cm dan ketujuh 100,5 cm, pada tanaman tiga minggu pertama
26 cm, kedua 29,4 cm, ketiga 32 cm, keempat 98 cm, kelima 106 cm, keenam 100,5 cm dan
ketujuh 115,5 cm, pada tanaman empat minggu pertama 15,9 cm, kedua 20,8 cm, ketiga 33,5 cm,
keempat 107,1 cm, kelima 111,5 cm, keenam 119,5 cm dan ketujuh 128,5 cm serta pada
tanaman lima minggu pertama 31 cm, kedua 37 cm, ketiga 37 cm, keempat 124 cm, kelima 137
cm, keenam 177,5 cm dan ketujuh 187,5 cm.
Pada pengamatan tinggi tanaman jagung pada tumpang sari, tampak terlihat adanya
perbandingan tinggi secara bertahap dengan baik yaitu pada tanaman satu peningkatan tinggi
setiap hari tergolong baik yaitu tanpa adanya pengurangan maupun pertumbuhan yang tergolong
Tanama jagung tergolong mempunya peningkatan tinggi yang baik. Yaitu dengan rata-rata
3-4 cm perminggu. Namun tinggi tanaman jagung juga dapat betkurang sesuai dengan keadaan
umurnya, dimana ujung tanaman (daun)telah menguning. Ada pula pengurangan tinggi tanaman
disebabkan oleh OPT (Bahri, S. 2007).
Pada pengamatan jumlah daun tanaman jagung pada tumpang sari seperti yang terlihat
pada tabel 2, terlihat perbandingan yaitu pada tanaman satu minggu pertama 5 cm, kedua 5 cm,
ketiga 6 cm, keempat10 cm, kelima 8 cm, keenam 8 cm dan ketujuh 8 cm, pada tanaman dua
minggu pertama 5 cm, kedua 5 cm, ketiga 6 cm, keempat 10 cm, kelima 10 cm, keenam 10 cm
dan ketujuh 10 cm, pada tanaman tiga minggu pertama 5 cm, kedua 6 cm, ketiga 8 cm, keempat
12 cm, kelima 10 cm, keenam 10 cm dan ketujuh 10 cm, pada tanaman empat minggu pertama 4
cm, kedua 5 cm, ketiga 7 cm, keempat 15 cm, kelima 10 cm, keenam 10 cm dan ketujuh 10 cm
serta pada tanaman lima minggu pertama 6 cm, kedua 6 cm, ketiga 6 cm, keempat 14 cm, kelima
14 cm, keenam 14 cm dan ketujuh 14 cm.
Pada pengamatan jumlah daun pada tanaman jagung pada tumpang sari, terlihat
bertanbahnya jumlah daun yang cukup baik. Yaitu dari awal minggu pertama sampai minggu
keempat jumlah daun terus meningkat namun pada minggu kelima terdapat penurunan dan
jumlah daun tetap hingga pengamatan minggu terakhir. Hal ini dikarenakan daun tanaman
jagung mengalami perontokan akibat adanya kekeringan sehingga daun tanaman jagung
menguning sehingga rontok.
Daun jagung adalah daun sempurna dan berbentuk memanjang. Daun jagung dapat pula
gugur atu berkurang akibat adanya usia maupun faktor-faktor lainya (Bahri, S. 2007).
Pada pengamatan lilit batang tanaman jagung pada tumpang sari seperti yang terlihat pada
ketiga 2,1 cm, keempat 4 cm, kelima 4 cm, keenam 4,4 cm dan ketujuh 4,7 cm, pada tanaman
dua minggu pertama 1,3 cm, kedua 1,7 cm, ketiga 2,4 cm, keempat 4,2 cm, kelima 4,2 cm,
keenam 5,8 cm dan ketujuh 6,2 cm, pada tanaman tiga minggu pertama 1,3 cm, kedua 1,9 cm,
ketiga 2,8 cm, keempat 5,6 cm, kelima 5,4 cm, keenam 6,3 cm dan ketujuh 6,6 cm, pada
tanaman empat minggu pertama 2 cm, kedua 2,9 cm, ketiga 4,5 cm, keempat 6,8 cm,
kelima 4,3 cm, keenam 4,5 cm dan ketujuh 4,9 cm serta pada tanaman lima minggu pertama 2,4
cm, kedua 2,4 cm, ketiga 4,4 cm, keempat 7 cm, kelima 7 cm, keenam 8 cm dan ketujuh
11cm.
Pada pengamatan lilit batang tanaman jagung pada tumpang sari, terlihat bertambahnya
ukuran lilit batang secara bertahap. Pada pengamatan minggu pertama hingga minggu keempat
ukuran lilit batang naik hingga 2 cm, namun pada minggu kelima kenaikan tidak terlalu nampak
dan pada minggu berikutnya kenaikan ukran lilit batang kembali normal. Namun pada tanaman
empat pada minggu kelima terjadi penurunan lilit batang hingga 1,5 cm. Hai ini disebabkan oleh
faktor cuaca seningga daun tanaman layu dan akan mempengaruhi ukuran lilit batang tanaman
Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak
seperti padi atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat sehingga tanaman
berbentuk roset. Batang beruas-ruas. Ruas terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku
sehinga saat daun jagung mengering, maka dapat mengurangi diameter batang (Bahri, S. 2007).
Pada pengamatan tinggi tanaman kacang hijau pada tumpang sari seperti yang terlihat pada
tabel 4, terlihat perbandingan tinggi secara bertahap yaitu pada tanaman satu minggu pertama
13,5 cm, kedua 16 cm dan ketiga 23 cm, pada tanaman dua minggu pertama 14,2 cm, kedua 16
cm, ketiga 22 cm, pada tanaman tiga minggu pertama 12 cm, kedua 19,5 cm dan ketiga 30 cm,
pada tanaman empat minggu pertama 14,4 cm, kedua 17,5 cm dan ketiga 22 cm serta pada
tanaman lima minggu pertama 18 cm, kedua 19 cm, ketiga 27 cm.
Pada pengamatan tinggi tanaman kacang hijau pada tumpang sari, terlihat bertambahnya
tinggi tanaman yang sangat baik. Dari minggu awal sampai minggu terakhir tinggi tanaman naik
meningkat secara bertahap. Hal ini dikarenakan oleh tanaman kacang hijau terhalang tanaman
jagung sehingga tanaman kacang hijau mencari cahaya yang cukup untuk melakukan proses
fotosintesis.
Tinggi tanaman kacang hijau dapat terhalang oleh berbagai aspek seperti cahaya atau suhu,
unsur hara mineral dan air maupun OPT yaang menyerang. Kacang hijau dapat tumbuh dengan
baik jika prosesfotosintesis berjalan lancar yakni tanaman tidak terhalang oleh tanaman lain
dalam penyerapan sinar matahari (Atman, 2007).
Pada pengamatan jumlah daun kacang hijau pada tumpang sari seperti yang terlihat pada
tabel 5, terlihat perbandingan tinggi secara bertahap yaitu pada tanaman satu minggu pertama 3
cm, kedua 8 cm dan ketiga 11 cm, pada tanaman dua minggu pertama 2 cm, kedua 3 cm, ketiga
empat minggu pertama 5 cm, kedua 8 cm dan ketiga 11 cm serta pada tanaman lima minggu
pertama 5 cm, kedua 8 cm, ketiga 11 cm.
Pada pengamatan jumlah daun kacang hijau pada tumpang sari, terlihat bertambah jumlah
daun yang sangat tinggi. Tnggi tanaman dari minggu pertama menujukan peningkatan hingga
minggu ketiga, namun pada tanaman dua peningkatan tertinggi hanya terdapat pada minggu
ketiga.
Kacang hijau mempunyai helaian daun yang kecil. Daun ini dapat gugur ketika telah
mencapai usia yang tidak produktif atau daun telah menguning oleh usia, selain itu daun juga
dapat rontok akibat adanya suhu yang ekstrim (Atman, 2007).
Pada pola tanama tumpang sari, kami melakukan penanaman dengan jarak jagung 20 X
100 cm sedangkan kacang hijau berada diantara tanaman jagung yaitu 20 X 20 cm. Hal ini
bertujuan agar tanaman kacang hijau tidak mengalami perebutan unsurhara dengan tanaman
Lubang tanam dibuat dengan tugal sedalam 2-3 cm, dengan jarak antar barisan tanaman
200 cm, sedangkan jarak dalam barisan adalah 40 cm. Kebutuhan benih jagung setiap hektar
lahan dengan pola tumpangsari adalah 15 kg (2 benih tiap lubang tanam), sehingga populasi
tanaman jagung dalam 1 ha lahan adalah 25.000 batang (Atman, 2007).
Pada tahap pemupukan kami menggunakan pupuk NPK pada minggu ketiga dengan jarak
20 cm pertanaman. Hal ini ditujukan agar tanaman dapat menyerap pupuk yang diberikan dengan
baik.
Pemupukan dilakukan dua kali yaitu pada saat tanam dan pada saat tanaman telah berumur
1 bulan. Dosis pupuk untuk jagung adalah 120 kg Urea, 65 kg SP- 36 dan 50 kg KCL.
Dosis pupuk untuk kacang tanah adalah 40 kg Urea, 80 kg SP-36 yang masing-masing diberikan
dalam dua kali pemupukan. Pemupukan pertama pada jagung adalah 80 kg Urea, 65 kg SP-36
dan 50 kg KCl, satu bulan kemudian ditambahkan pupuk susulan yaitu Urea sebanyak 40 kg.
Pemupukan pertama pada kacang tanah adalah: 20 kg Urea, 80 kg SP-36 dan 40 kg KCL, selang
satu bulan ditambahkan pupuk susulan yaitu 20 kg Urea. Cara pemupukan yaitu semua pupuk
yang akan diberikan dicampur jadi satu, kemudian dibuat larikan dekat barisan tanaman (sekitar
5 cm dari barisan tanaman dengan kedalaman antara 5-7 cm), pupuk ditabur sepanjang larikan
4.2.2 Monokultur
Pada pengamatan tinggi tanaman jagung pada monokultur seperti yang terlihat pada tabel
6, terlihat perbandingan tinggi secara bertahap yaitu pada tanaman satu minggu pertama 26 cm,
kedua 67 cm, ketiga 80 cm, keempat 90 cm, kelima 129,9 cm, keenam 145,5 cm, ketujuh 146
cm dan kedelapan 150 cm, pada tanaman dua minggu pertama 33 cm, kedua 65 cm,
ketiga 83 cm, keempat 102 cm, kelima 123 cm, keenam 135,5 cm, ketujuh 155 cm dan
kedelapan 166 cm, pada tanaman tiga minggu pertama 40 cm, kedua 67,5 cm, ketiga 99 cm,
keempat 128,4 cm, kelima 149 cm, keenam 160,6 cm, ketujuh 180 cm dan kedelapan 189
cm, pada tanaman empat minggu pertama 22 cm, kedua 42 cm, ketiga 65 cm, keempat 72 cm,
kelima 99,5 cm, keenam 105,5 cm, ketujuh 107 cm dan kedelapan 123 cm serta pada tanaman
lima minggu pertama 25 cm, kedua 46 cm, ketiga 60 cm, keempat 70,5 cm, kelima 98 cm,
keenam 97,5 cm ketujuh 77 cm dan kedelapan 84,2 cm.
Pada pengamatan tinggi tanaman jagung pada monokultur, terlihat penaikan tinggi secara
bertahap yaitu pada tanaman satu sampai empat mengalami penaikan yang cukup baik sedangka
pada tanaman lima mengalami penurunan pada minggu keenam sampai tujuh. Hal ini
dikarenakan adanya hama penggerek daun dan hama belalang yang memakan daun tanaman
Tanama jagung tergolong mempunya peningkatan tinggi yang baik. Yaitu dengan rata-rata
3-4 cm perminggu. Namun tinggi tanaman jagung juga dapat betkurang sesuai dengan keadaan
umurnya, dimana ujung tanaman (daun) telah menguning. Ada pula pengurangan tinggi tanaman
disebabkan oleh OPT (Bahri, S. 2007).
Pada pengamatan jumlah daun jagung pada monokultur seperti yang terlihat pada tabel 7,
terlihat perbandingan yaitu pada tanaman satu minggu pertama 6 cm, kedua 10 cm, ketiga 12
cm, keempat 14 cm, kelima 16 cm, keenam 16 cm, ketujuh 16 cm dan kedelapan 16 cm, pada
tanaman dua minggu pertama 6 cm, kedua 9 cm, ketiga 11 cm, keempat 14 cm, kelima 15 cm,
keenam 14 cm, ketujuh 15 cm dan kedelapan 15 cm, pada tanaman tiga minggu pertama 7 cm,
kedua 10 cm, ketiga 13 cm, keempat 15 cm, kelima 16 cm, keenam 16 cm, ketujuh
16 cm dan kedelapan 16 cm, pada tanaman empat minggu pertama 5 cm, kedua 7 cm,
ketiga 9 cm, keempat 10 cm, kelima 12 cm, keenam 10 cm, ketujuh 11 cm dan kedelapan 12 cm
serta pada tanaman lima minggu pertama 5 cm, kedua 7 cm, ketiga 8 cm, keempat 7 cm, kelima
9 cm, keenam 6 cm ketujuh 6 cm dan kedelapan 8 cm.
Pada pengamatan jumlah daun pada tanaman kacang hijau pada monokultur, terlihat
bertanbahnya jumlah daun yang cukup baik, namun pada tanaman dua, empat dan lima
mengalami pengurangan pada minggu keempat dan keenam. Hal ini dikarenakan oleh faktor
cuaca dan hama sehingga daun tanaman berlubang dan layu mengering.
Daun jagung adalah daun sempurna dan berbentuk memanjang. Daun jagung dapat pula
gugur atu berkurang akibat adanya usia maupun faktor-faktor lainya (Bahri, S. 2007).
Pada pengamatan lilit batang jagung pada monokultur seperti yang terlihat pada tabel 8,
terlihat perbandingan yaitu pada tanaman satu minggu pertama 3 cm, kedua 3,7 cm, ketiga 5 cm,
dua minggu pertama 3 cm, kedua 3,9 cm, ketiga 7,2 cm, keempat 7,1 cm, kelima 7,3 cm,
keenam 6,8 cm, ketujuh 8 cm dan kedelapan 8 cm, pada tanaman tiga minggu pertama 4
cm, kedua 4,6 cm, ketiga 6,5 cm, keempat 7,7 cm, kelima 8,3 cm, keenam 8,6 cm,
ketujuh 9 cm dan kedelapan 9 cm, pada tanaman empat minggu pertama 3 cm, kedua
2,4 cm, ketiga 4 cm, keempat 5 cm, kelima 6 cm, keenam 6,5 cm, ketujuh 6,7 cm dan kedelapan
6,7 cm serta pada tanaman lima minggu pertama 3 cm, kedua 2,2 cm, ketiga 3,2 cm,
keempat 7,3 cm, kelima 4 cm, keenam 3,5 cm ketujuh 3,8 cm dan kedelapan 3,8 cm.
Pada pengamatan lilit batang jagung pada monokultur, terlihat peningkatan yang tinggi
namun terdapat pengurangan pula. Pada tanaman satu, dua dan tiga mengalami peningkatan yang
baik, tetapi pada tanaman empat mengalami penurunan pada minggu kedua dan seterusnya
mengalami peningkatan sedangkan pada tanaman lima mengalami penurunan pada minggu
kedua dan mengalami penaikan sampai minggu keempat namun minggu berikutnya kembali
mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan oleh faktor cuaca dan hama yang menyebabkan daun
tanaman mengering sehingga dapat mengurangi besarnya lilit batang.
Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak
seperti padi atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat sehingga tanaman
berbentuk roset. Batang beruas-ruas. Ruas terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku
sehinga saat daun jagung mengering, maka dapat mengurangi diameter batang (Bahri, S. 2007).
Pada pola tanam monokultur, kami melakukan penanaman jagung dengan jarak 20 X 80
cm. Hal ini bertujuan agar tanaman jagung mengalami perebutan unsur hara mikro maupun
LAPORAN PRAKTIKUM DASAR – DASAR AGRONOMI “APLIKASI DOSIS
PUPUK NITROGEN (N) PADA BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG”
LAPORAN PRAKTIKUM
Dasar-dasar Agronomi adalah mata kuliah Program Studi Agroekoteknologi fakultas pertanian universitas bengkulu dengan kode (AGT- 202) berbobot SKS 3(2-1), menjadi mata kuliah wajib pada Program Studi Agroekoteknologi dan Agribisnis. Untuk mencapai Tujuan Instruksionak Umum yang ditargetkan, kegiatan pembelajaran dilaksanakan dalam dua bentuk yaitu perkuliahan dengan bobot 2 sks dan praktikum dengan bobot 1 sks. Di dalam latar belakang dan tujuan laporan ini membahas tentang budidaya tanaman jagung yang telah dipraktekkan dilapangan dalam mata kuliah Dasar Dasar Agronomi.
Jagung sebagai tanaman pangan di Indonesia, menduduki urutan kedua setelah padi. Namun jagung mempunyai peranan yang tidak kalah pentingnya dengan padi.
Di Negara agraris seperti Indonesia, sangat mendukung dikembangkannya komoditi jagung. Sebab tanaman jagung memiliki potensi yang cukup untuk dibudidayakan dan mudah diusahakan. Peranan panagan keanekaragaman kebutuhan pangan dari bahan jagung sangat diperlukan dalam usaha tani ini, Sehingga tidak mustahil komoditi jagung pada dewasa ini mendapat perhatian. Bahkan dalam jangka waktu yang relative pendek areal penanaman jagung . Pada kesempatan ini saya sebagai penyusun mencoba membuat laporan praktikum Dasar Dasar Agronomi berupa laporan Aplikasi Dosis Pupuk Nitrogen (N)Pada Budidaya Tanaman Jagung dan Budi Daya Jagung.
Hormat saya
Jagung merupakan tanaman pangan yang banyak digunakan untuk bahan makanan pokok. Salah satu produk dari tanaman jagung yang mempunyai prospek cerah untuk dikembangkan adalah jagung semi (baby corn), yaitu jagung yang dipanen saat masih muda dan belum membentuk biji. Kendala yang umum timbul dalam memproduksi jagung semi antara lain adalah belum tersedianya varietas unggul jagung yang dirakit khusus sebagai jagung semi. Sebagian besar produksi jagung semi menggunakan varietas jagung pipil yang sudah tersedia di pasar. Yodpetch dan Bautista (1983) mengemukakan karakteristik varietas jagung yang dapat digunakan untuk memproduksi jagung semi diantaranya yaitu umur panen pendek, hasil panen tinggi, jumlah tongkol tiap tanaman banyak (prolifik), dan tongkol berkualitas baik dalam hal rasa, ukuran, dan warnanya. Menurut Adisarwanto dan Widyastuti (2002), varietas jagung yang banyak digunakan sebagai benih jagung baby corn di Indonesia antara lain adalah jagung hinrida varietas C-1 dan C-2, Pioneer-1, 2, 7, dan 8, CPI-1, Bisi-2 dan Bisi-3, IPB-4, serta Semar-1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9. Aplikasi pupuk pada tanaman jagung terutama urea adalah dengan cara ditugal di samping tanaman, kemudian ditutup dengan tanah. Cara ini diketahui lebih efisien, namun kini perlu dikaji kembali karena banyak petani berdasarkan pertimbangan sosial, tenaga kerja dan biaya, sehingga pupuk hanya disebarkan di atas permukaan tanah (Akil et al. 2007). Di banyak tempat utamanya di Jawa Timur, cara aplikasi pupuk dengan di itugal di samping tanaman telah ditinggalkan petani dengan alasan kekurangan tenaga kerja. Sebagai penggantinya petani menempatkan pupuk di atas permukaan tanah tanpa ditutup tanah, dan sehari kemudian diairi atau dibiarkan saja.
pengamatan Ispandi dan Soepangat (1986) yang menyatakan bahwa petani di Kabupaten Kediri menggunakan pupuk urea dengan takaran 500 – 700 kg/ha. Pengaruh pupuk terhadap pertumbuhan jagung antara lain :
1). Pentingnya kecepatan perkecambahan dikaitkan dengan jumlah\pupuk yang digunakan. 2). Nilai jual jagung dengan pupuk urea lebih mahal dibandingkan dengan jagung yang menggunakan pupuk micin.
3). Jagung yang diberi pupuk urea terlihat lebih menarik dibangingkan dengan jagung yang menggunakan pupuk micin.
Pusat produksi jagung di dunia tersebar di negara tropis dan subtropis. Tanaman jagung tumbuh optimal pada tanah yang gembur, drainase baik, dengan kelembaban tanah cukup, dan akan layu bila kelembaban tanah kurang dari 40% kapasitas lapang, atau bila batangnya terendam air.
tinggi tempat 50 m dari permukaan laut, umur panen jagung akan mundur satu hari (Hyene 1987).
Areal dan agroekologi pertanaman jagung sangat bervariasi, dari dataran rendah sampai dataran tinggi, pada berbagai jenis tanah, berbagai tipe iklim dan bermacam pola tanam. Tanaman jagung dapat ditanam pada lahan kering beriklim basah dan beriklim kering, sawah irigasi dan sawah tadah hujan, toleran terhadap kompetisi pada pola tanam tumpang sari, sesuai untuk pertanian subsistem, pertanian komersial skala kecil, menengah, hingga skala sangat besar. Suhu optimum untuk pertumbuhan tanaman jagung rata-rata 26-300C dan pH tanah 5,7-6,8 (Subandi et al. 1988). Produksi jagung berbeda antardaerah, terutama disebabkan oleh perbedaan kesuburan tanah, ketersediaan air, dan varietas yang ditanam. Variasi lingkungan tumbuh akan mengakibatkan adanya interaksi genotipe dengan lingkungan (Allard and Brashaw 1964), yang berarti agroekologi spesifik memerlukan varietas yang spesifik untuk dapat memperoleh produktivitas optimal.
Produksi jagung di Indonesia selama 5 tahun terakhir terus meningkat, pada tahun 2006 mencapai sekitar 12 juta ton dan pada tahun 2010 diperkirakan meningkat menjadi 13,6 juta ton. Pengguna jagung yang terbesar adalah industri pakan ternak, kemudian menyusul untuk industri makanan dan untuk konsumsi langsung manusia. Kebutuhan jagung untuk industri pakan ternak berkisar 5 juta ton/tahun dengan laju kenaikan sekitar 10% - 15% setiap tahunnya. Dengan demikian seharusnya produksi jagung dalam negeri mampu memenuhi kebutuhan pabrikan pakan ternak. Namun demikian, produksi jagung di Indonesia umumnya bersifat musiman dan wilayahnya tersebar di berbagai daerah/ wilayah. Kondisi ini menyebabkan pasokan (supply) jagung dan proses pengumpulannya untuk keperluan pabrik pakan ternak tidak terjamin kuantitas, kualitas maupun kontinyuitasnya. Hal ini menyebabkan para industri pakan ternak cenderung melakukan impor jagung. Ketergantungan pabrik pakan ternak terhadap jagung impor sangat tinggi yaitu sekitar 40% atau lebih kurang 1 juta ton pertahun. Hal tersebut disebabkan karena para industri pakan ternak lebih senang untuk melakukan impor karena terjaminnya pasokan yang kontinyu serta terjaminnnya kualitas/mutu dengan harga yang relatif lebih rendah.
Pada saat ini pabrikan pakan ternak memiliki kapasitas penyimpanan jagung dalam bentuk silo dan gudang-gudang penyimpanan yang sangat terbatas. Sementara itu, para petani dan pedagang juga belum memiliki gudang penyimpanan atau silo yang memadai, sehingga pada saat panen raya produksi jagung melimpah dan harga menjadi rendah. Keadaan ini menyebabkan hilangnya kesempatan petani untuk meningkatkan pendapatannya. Hal ini dikhawatirkan akan mendorong keengganan petani untuk menanam jagung di masa depan.
· Jenis-Jenis Jagung
lingkungan tempat tumbuh meliputi: (i) dataran rendah tropik (<1.000 m dpl), (ii) dataran rendah subtropik dan mid-altitude (1.000-1.600 m dpl), dan (iii) dataran tinggi tropik (>1.600 m dpl). Jenis jagung berdasarkan umur panen dikelompokkan menjadi dua yaitu jagung umur genjah dan umur dalam. Jagung umur genjah adalah jagung yang dipanen pada umur kurang dari 90 hari, jagung umur dalam dipanen pada umur lebih dari 90 hari. Sejalan dengan perkembangan pemuliaan tanaman jagung, jenis jagung dapat dibedakan berdasarkan komposisi genetiknya, yaitu jagung hibrida dan jagung bersari bebas. Jagung hibrida mempunyai komposisi genetik yang heterosigot homogenus, sedangkan jagung bersari bebas memiliki komposisi genetik heterosigot heterogenus. Kelompok genotipe dengan karakteristik yang spesifik (distinct), seragam (uniform), dan stabil disebut sebagai varietas atau kultivar, yaitu kelompok genotipe dengan sifat-sifat tertentu yang dirakit oleh pemulia jagung. Diperkirakan di seluruh dunia terdapat lebih dari 50.000 varietas jagung.
1.2 Tujuan Praktikum
Ø Mahasiswa dapat menghitung dosis pupuk N dan mempraktekkan cara pemupukannya pada pembudidaya tanaman jagung
Ø Mahasiswa diharapkan mampu menghitung kebutuhan pupuk dan menganalisis akibat perbedaan dosis pupuk yang diaplikasikan terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung.
Ø Mahasiswa dapat mendiskripsikan karakteristik berbagai jenis sarana produksi (saprodi) pertanian.
Ø Mahasiswa dapat menentukan kebutuhan jumleh setiap jenis bahan dari saprodi yang akan diperlukan untuk kegiatan usaha pertanian.
Ø Mahasiswa dapat melakukan pengamatan kualitatif dan kuantitatif secara benar terhadap setiap peubah pertumbuhan tanaman dan dapat mengkorelasikan antara data peubah ke dalam bentuk informasi sederhana dan lengkap.
1.3 Rumusan masalah
1.4 Hipotesis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a) Iklim yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung adalah daerah-daerah beriklim sedang hingga daerah beriklim sub-tropis/tropis yang basah. Jagung dapat tumbuh di daerah yang terletak antara 0-50 derajat LU hingga 0-40 derajat LS.
b) Pada lahan yang tidak beririgasi, pertumbuhan tanaman ini memerlukan curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan dan pengisian biji tanaman jagung perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya jagung ditanam diawal musim hujan, dan menjelang musim kemarau.
c) Pertumbuhan tanaman jagung sangat membutuhkan sinar matahari. Tanaman jagung yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat/ merana, dan memberikan hasil biji yang kurang baik bahkan tidak dapat membentuk buah.
d) Suhu yang dikehendaki tanaman jagung antara 21-34 derajat C, akan tetapi bagi pertumbuhan tanaman yang ideal memerlukan suhu optimum antara 23-27 derajat C. Pada proses perkecambahan benih jagung memerlukan suhu yang cocok sekitar 30 derajat C.
e) Saat panen jagung yang jatuh pada musim kemarau akan lebih baik daripada musim hujan, karena berpengaruh terhadap waktu pemasakan biji dan pengeringan hasil. (Makarim et al. 2003)
Pupuk Urea adalah pupuk kimia yang mengandung Nitrogen (N) berkadar tinggi. Unsur Nitrogen merupakan zat hara yang sangat diperlukan tanaman. Pupuk Urea berbentuk butir-butir kristal berwarna putih, dengan rumus kimia NH2 CONH2, merupakan pupuk yang mudah larut dalam air dan sifatnya sangat mudah menghisap air (higroskopis), karena itu sebaiknya disimpan di tempat kering dan tertutup rapat. Pupuk urea mengandung unsur hara N sebesar 46% dengan pengertian setiap 100 kg urea mengandung 46 kg Nitrogen.
Unsur hara Nitrogen yang dikandung dalam pupuk Urea sangat besar kegunaannya bagi tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan, antara lain:
1. Membuat daun tanaman lebih hijau segar dan banyak mengandung butir hijau daun (chlorophyl) yang mempunyai peranan sangat panting dalam proses fotosintesa
2. Mempercepat pertumbuhan tanaman (tinggi, jumlah anakan, cabang dan lain-lain)
4. Dapat dipakai untuk semua jenis tanaman baik tanaman pangan, holtikultura, tanaman perkebunan, usaha peternakan dan usaha perikanan. (Makarim et al. 2003)
Konsep serupa juga digunakan untuk rekomendasi pemupukan yang baru pada tanaman jagung di Nebraska(Amerika Serikat), dengan penekanan khusus pada pemahaman potensi hasil dan senjang hasil sebagai dasar perbaikan rekomendasi pengelolaan hara yang bersifat spesifik lokasi (Dobermann et al. 2003). Pengelolaan hara spesifik lokasi berupaya menyediakan hara bagi tanaman secara tepat, baik jumlah, jenis, maupun waktu pemberiannya, dengan mempertimbangkan kebutuhan tanaman, dan kapasitas lahan dalam menyediakan hara bagi
tanaman (Makarim et al. 2003)
Pengapuran masih cukup relevan dalam upaya ameliorasi lahan kering yang bereaksi masam dengan kandungan Al yang tinggi dan pada lahan pasang surut sulfat masam untuk menetralisasi keracunan Al maupun Fe.Tidak tersedianya kapur pada saat yang tepat dan biaya pengapuran yang mahal sering menjadi kendala dalam upaya peningkatan produktivitas lahanmelalui pengapuran.Penggunaan bahan organik perlu mendapat perhatian yang lebih besar,mengingat banyaknya lahan yang telah mengalami degradasi bahan organik,di samping mahalnya pupuk anorganik (urea, ZA, SP36, dan KCl). Penggunaan pupuk anorganik secara terus-menerus tanpa tambahan pupuk organik dapat menguras bahan organik tanah dan menyebabkan degradasikesuburan hayati tanah.
Kebutuhan Hara Pada Tanaman Jagung
Pola serapan hara tanaman jagung dalam satu musim mengikuti pola akumulasi bahan kering sebagaimana dijelaskan oleh Olson dan Sander(1988). Sedikit N, P, dan K diserap tanaman pada pertumbuhan fase 2, danserapan hara sangat cepat terjadi selama fase vegetatif dan pengisian biji. Unsur N dan P terus-menerus diserap tanaman sampai mendekati matang, sedangkan K terutama diperlukan saat silking. Sebagian besar N dan P dibawa ke titik tumbuh, batang, daun, dan bunga jantan, lalu dialihkan kebiji. Sebanyak 2/3-3/4 unsur K tertinggal di batang. Dengan demikian, N dan P terangkut dari tanah melalui biji saat panen, tetapi K tidak.
Pemupukan N, P, K, Dan S
Pupuk yang diberikan pada tanaman jagung di Indonesia umumnya mengandungvhara makro N, P, K, dan S, tetapi belum mengandung hara mikro,vkarena belum ada sentra sentra pengembangan jagung yang berindikasi kekurangan hara mikro.
Takaran Pupuk N P, K, dan S
di mana:
Fx = Takaran pupuk N, P, K, atau S yang direkomendasikan (kg/ha)
Rex = efisiensi recovery N, P, atau K (kg pupuk yang dimanfaatkan
per kg pupuk yang diaplikasikan)
Htarget = serapan hara pemupukan lengkap NPKS (kg hara/ha)
berdasarkan prediksi target hasil maksimum
H o x = Pasokan hara alami, yaitu serapan hara N, P, K atau S jika
tanpa pemberian N, P, K, atau S (kg/ha)
Sumber Pupuk N, P, K, dan S
Pada tanah kapuran di Sinjai, Sulawesi Selatan, pupuk ZA memberikan kadar N daun, panjang tongkol,dan hasil yang lebih tinggi dibanding urea (Gunarto et al. 1986). Hal tersebut disebabkan karena tanah kapuran tanggap terhadap hara S, sehingga Za lebih efektif dibanding urea.
Pemberian hara P dalam bentuk fosfat alam pada lahan sulfat masam relatif lebih baik dibanding pemberian dalam bentuk TSP (Raihana 1993).Sebaliknya pada tanah kapuran, pemberian P dalam bentuk TSP lebih baik dibanding fosfat alam (Sudaryono 1998).Pemberian hara P pada tanah Ultisol dalam bentuk SP36 sama baiknya dengan TSP, walaupun kadar P2O5 pada SP36 (36%) lebih rendah dibadingTSP (46%). Hal yang sama juga terjadi pada tanah sulfat masam (Noor danNingsih 1998).
Waktu dan Cara Pemberian Pupuk
Selain takaran dan bentuk pupuk, waktu dan cara pemupukan juga berperan penting dalam meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk. Waktu dan cara pemberian pupuk berkaitan erat dengan laju pertumbuhan tanaman dimana hara dibutuhkan oleh tanaman dan kehilangan pupuk (dapat terjadimelalui proses pencucian, penguapan, dan fikssasi). Hara N banyak menguap dan tercuci, hara K banyak tercuci, sedangkan hara P terfiksasi didalam tanah.Untuk mengurangi kehilangan N, pemberian pupuk N harus dilakukan secara bertahap.
Klasifikasi
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisio : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Sub Divisio : Angiospermae (berbiji tertutup)
Classis : Monocotyledone (berkeping satu)
Ordo : Graminae (rumput-rumputan)
Familia : Graminaceae
Genus : Zea
Species : Zea mays L.
Jenis – jenis Jagung
Banyak orang yang mengklasifikasikan tanaman jagung menurut sistem penggolongan dari masing-masing seperti Metzger, Alefeld, Harz dan Kornicke, tetapi hanya sedikit yang menggunakanny. Sistem penggolongan (klasifikasi) yang sering digunakan yaitu penggolongan yang disusun oleh Sturtevant’s, Grebencsikow, Kuleshow dan sistem penggolongan dari inggris dan jerman menurut jenisnya.
Tanaman jagung jenis flour corn atau soft corn sangat berarti di Amerika selatan, sebagian Peru, Bolivia dan Columbia serta di Afrika. Biji jagung ini banyak mengandung zat pati/tepung sehingga sebagian orang mengenal dengan nama jagung tepung. Biji jagung ini bersifat lunak dan merupakan jagung yang tertua. Pada endosperm (Cadangan makanan) dalam biji biasanya berisi tepung lunak. Apabila kena panas mudah pecah.
· Dent Corn (Zea mays indentata = Jagung gigi kuda)
Biji jagung yang berbentuk gigi kuda ini telah berkembang di lading jagung Amerika Serikat, Meksiko Utara dan terjadi peningkatan usaha di Eropa setelah jagung tersebut masuk ke Eropa.
Bentuk biji jagung jenis ini merupakan akibat dari depresi pada bagian tengah atau bagian atas biji. Lekukan yang menjadi cirri khas ini disebabkan pengerutan lapisan tepung pada saat biji mongering, sedangkan bagian samping dari biji mengalami pengerasan.pengerutan biji dari zat tepung yang lunak ini menyebabkan biji seperti gigi kuda.
· Flint corn (Zea mays indurate = jagung mutiara)
· Pop corn (Zea mays L. everta Sturt = jagung berondong)
Jagung yang termasuk kelompok pop corn mempunyai cirri biji yang lebih kecil dan keras tetapi apabila di panaskan dapat mengembang, sebab didalam biji terkandung zat pati yang penuh/cukup akibatnya biji menjadi keras. Biasanya jagung jenis ini bewarna putih atau kuning dengan bentuk yang agak meruncing dan tongkolnya berukuran kecil. Brat 1.000 biji antara 80 sampai 130 gram.
Jenis jagung ini terbagi dalam dua tipe yaitu :
- jagung yang berbiji pipih dan meruncing yang disebut tipe Rice pop corn.
- Jagung yang bentuk bijinya bulat dan kompak/mampat,disebut tipe pearl pop corn.
· Sweet corn (Zea mays L. saccharta = Jagung manis)
Tanaman jagung ini dapat menyumbangkan hasil untuk keperluan konsumsi manusia. Hasil produksinya yang berupa jagung muda apabila telah direbus mempunyai rasa enakdan manis. Rasa manis ini disebabkan kandungan zat gulnya yang terlalu tinggi, bahkan di meksiko ada beberapa varieta jagung yang dapat digunakan sebagai bahan pembuat sirup. Disamping itu terdapat gen yang resesif yang dapat mencegah perubahan gula menjadi pati.
Jagung manis mempunyai ciri-ciri, biji yang masih muda bercahaya dan bewarna jernih seperti kaca sedangkan biji yang telah masak dan kering akan menjadi keriput/berkerut. Kandungan protein dan lemak di dalam biji lebih tinggi dari jagung biasa sehingga banyak diusahakan secara besar-besaran di Amerika.
namun pada dataran tinggi yaitu 400 meter diatas permukaan laut atau lebih, biasanya bisa mencapai 80 hari.
· Pod corn (Zea mays L. tunicate Sturt = jagung bungkus)
Bentuk bijinya sangat sederhana dan mempunyai daun pembungkus ganda yaitu kelobot yang bentuknya kecil berasal dari sekam. Mahkota menyelubungi setiap biji pada janggel sedangkan tongkolnya terselubung oleh kelobot besar. Jadi bijinya tidak nampak.
Biji jagung ini kurang menguntungkan bila diusahakan tetapi seperti di Amerika seperti Uruguay, Paraguay juga jenis ini banyak ditanam sebab dianggap lebih dulu ada.
· Waxy corn (Zea mays L. ceratina Kulesch)
Jenis jagung ini warnanya jernih seperti lilin sehingga sering disebut waxy corn. Bijinya kecil dan mengkilap. Biji jagung ini mengandung zat pati yang berbeda dari jagung lain. Zat pati yang dibentuk mengandung erythrodextrine, tepung substansi keras lain. Jagung jenis ini berasal dari Asia, dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi sebab dapat menggantikan kedudukan tepung tapioca dan bahan pengganti.
BAB III
METODE PERCOBAAN
Untuk pelaksanaan kegiatan ini akan diperlukan bahan dan alat sebagai berikut: Bahan: - Benih jagung
- Pupuk Urea - SP 36 - KCl
- Dan Pestisida Furadan 3G
Alat : - Cangkul, Sabit, Tugal Meteran, Ajir, Tali Rafia, Timbangan
Pada praktikum ini akan dicoba taraf dosis pemupukan Nitrogen Yang terdiri dari : D2 = 90 kg N per hektar (dosis sedang)
1. Tentukan Lahan yang datar berukuran 2 m x 2,4 m, kemudian dibersihkan dari gulma atau sisa-sisa tanaman yang ada.
2. buatlah bedengan berukuran 2,4 x 2 m
3. Sebagai pembatas antar bedengan buatlah siring berukuran lebar 50 cm dan dalam 30 cm 4. Buatlah lubang tanam dengan menugal sedalam 5-7 cm berjarak tanam 60 cm x 40 cm pada setiap petakan.
5. Masukan 2 butir benih jagung dan 5-10 butir Furadan 3 G ke dalam setiap lubang tanam, kemudian tutuplah dengan tanah sembil ditekan lemah.
6. Rawatlah pertanaman seluas 2 m x 2,4 m untuk setiap praktikum, hingga panen. Perawatan meliputi :
a. Lakukan pengairan setiap hari jika tanah kurang lembab.
b. Lakukan pemupukan dengan dosis per hektar, N sesuai perlakuan pada umur 0 hari setelah tanam sebanyak 1/3 bagian dosis Urea, 1 bagian dosis SP 18 dan 1 bagian dosis KCL per petak dengan cara dibenam sedalam 5 cm pada aluran yang berjarak 7-10 cm dari sebelah kanan dan kiri barisan tanaman. Dengan cara yang sama 2/3 bagian urea diberikan saat tanaman berumur 3 mingggu setelah tanam.
c. Lakukan pengendalian dulma secara manual (mekanik) dengan cara mencabuti semua gulma yang tumbuh pada petakan tersebut.
d. Lakukan pengendalian hama secara mekanik dengan cara menangkap dan membunuh setiap hewan yang mengganggu tanaman (kecuali binatang dilindungi/dipelihara) cukup dihalau (diusir) saja.
7. Lakukan Pemanenan tongkol jagung pada umur 10 mst dengan cara mematahkan dari batangnya.
· Pengamatan
Untuk memperoleh data yang akan digunakan dalam pembuatan laporan, lakukanlah pengamatan secara cermat terhadap 10 tanaman sampel peubah pertumbuhan dan hasil tanaman sejak tanaman berumur 1 mst hingga panen, yang meliputi :
a. Amati tipe perkecambahan benih jagung pada umur 1 mst.
b. Amati jumlah tanaman yang tumbuh pada seluruh petakan anda dan hitunglah daya tumbuhnya.
c. Ukurlah tinggi tanaman dari pangkal batang/ permukaan tanah hingga ujung daun tertinggi dengan cara menguncupkan tajuk tanaman secara vertical.
d. Hitunglah jumlah seluruh daun yang bewarna hijau dan telah membuka sempurna pada setiap tanaman sampel.
e. Lakukan pengamatan luas daun per tanaman (A) dengan cara sebagai mengukur panjang (p) dan lebar (1) maksimum dari setiap daun efektif, lalu hitunglah luas daunnya dengan rumus sebagai berikut :
A = Σ (p x 1 x 0,75)
g. Amatilah tongkol tanpa kelobot meliputi : berat, panjang, diameter, jumlah barisan biji per barisan rata-rata dari setiap tongkol sampel.
Keterangan :
Ø Pengamatan terhadap peubah a,b,c dan d dilakukan seminggu sekali hingga panen Ø Pengamatan terhadap peubah e, f, dan g dilakukan pada saat panen
· Metode Analisis Data
a. Buatlah kurva laju pertumbuhan dari nilai rataan untuk membandingkan pengaruh perlakuan jarak tanam pada peubah a,b,c dan d.
b. Hitunglah nilai rataan dan simpangan baku dari seluruh peubah pengamatan dan susunlah dalam bentuk table sistematis.
· Waktu dan tempat percobaaan :
Pada pelaksanaan praktikum Dasar dasar Agronomi ini dilaksanakan pada Hari Senin, jam 08.00 – 10.00 WIB, yaitu bertempat pada lahan percobaan praktikum yang telah disediakan Oleh dosen pembimbing.
· Metode Pelaksanaan :
A. Teknik Pengamatan.
Ambilah satu contoh tanaman sebagai objek pengamatan. Lakukan pengukuran terhadap tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun dan bobot tanaman dengan cara :
a. Tinggi/panjang total tanaman : Diamati dengan cara mengukur panjang tanaman dari pangkal batang kr ujung daun terjauh dari pangkal batang ( untuk tanaman jagung).alat yang digunakan meteran
b. Diameter batang diukur sisi batang yang berukuran maksimim. Pengukuran menggunakan janka sorong.
c. Luas daun diukur dengan cara menghitung jumlah luasan mm2 dari kertas millimeter blok yang tertutup oleh lembaran daun terukur yang diletak rata di atasnya. Alat yang digunakan : millimeter blok, pensil, dan counter.
d. Bobot hasil pertanaman dengan cara menimbang semua buah/biji/umbi/polong yang ada pada satu tanaman. Alat yang digunakan : timbangan digital/Ohouse.
B. Analis Pertumbuhan tanaman
Lakukan perhitungan analisis pertumbuhan tanaman dari data berikut dengan menggunakan rumus berikut dibawah ini :
ILD = (Jumlah daun x rata-rata luas daun) : Luas area tanaman
NPA = Bobot bagian tanaman diatas permukaan tanah : Bobot bagian tanaman di bawah permukaaan tanah.
Keterangan :
11 melakukan pengamatan pertumbuhan tanaman masing-masing kelompok dan tergantung jenis tanaman yang di tanam untuk mendapatkan analisis dan hasil pengamatan berupa: tinggi batang, panjang daun, Jumlah Daun, dan lebar daun yang hrus diamati pertumbuhannya setiap
Pada praktikum dasar-dasar agronomi, didapat data hasil sebagai berikut : 1. Sebelum panen
Persiapan Lahan
Persiapan lahan untuk tanaman jagung meliputi pengolahan tanah dan pembuatan saluran drainase. Pengolahan tanah dapat dilakukan 2 (dua) kali, pertama kegiatan pembongkahan tanah dan kedua meratakan, menghaluskan serta membersihkan gulma dan sisa tanaman. Kemudian dibuat saluran di sekeliling lokasi pertanaman. Pada tanah berpasir, pengolahan tanah dapat dilakukan secara minimum sedangkan pada tanah berlempung berat maka pengolahan tanah dilakukan secara sempurna. Untuk tanah yang mempunyai struktur yang gembur, pengolahan tanah tidak perlu dilakukan secara sempurna, cukup diolah sepanjang barisan tanaman sedalam lapisan olah, yaitu sekitar 2 – 4 cm.
Penanaman
Penanaman tanaman jagung harus memperhatikan kondisi kelembaban tanah. Pada saat tanam tanah harus cukup lembab tapi tidak terlalu basah. Untuk lahan kering penanaman dapat dilakukan dua kalli dalam setahun yaiut; pada Bulan Oktober atau November dan pada Bulan Maret atau April. Penanammn jagung dilakukan dengan cara menugal pada kedalaman 3 – 5 cm, tiap lubang diisi 2 benih. Setelah 15 hari dilakukan penjarangan sekaligus penyulaman pada tanaman yang mati agar tanaman dapat tumbuh dengan baik dan optimal serta seragam.
Pemupukan
Produksi jagung dipengaruhi oleh pupuk, tanpa dilakukan pemupukan produksi jagung akan rendah. Sebaliknya pemupukan yang berlebihan tidak hanya berpengaruh negatif terhadap lingkungan dan produksi tetapi juga dapat menurunkan pendapatn petani, oleh karena itu penggunaan pupuk perlu memperhatikan aspek efisiensinya. Dosis pemupukan jagung di lahan kering adalah; 300 kg/ha Urea, 200 kg/ha SP-36, dan 100 kg/ha KCL. Dengan cara dan waktu aplikasi 1/3 bagian Urea dan seluruh SP-36 dan KCL diberikan dalam larikan di samping barisan tanaman pada saat tanam. Selanjutnya 2/3 bagian Urea diberikan saat tanaman berumur 30 HST biasanya dilakukan bersamaan dengan penyiangan. Setelah dilakukan penyiangan, pada acara ke 7 tanggal 8-09-2010, dilakukan observasi pemupukan dengan menggunakan insektisida Saung Decis. Decis 25 EC adalah insektisida racun kontak dan lambung berbentuk pekatan berwarna kuning jernih yang dapat di emulsikan. Decis 2.5 EC
Grup : Insektisida
Bahan Aktif : Deltamethrin 25 g/l