• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku Politik Soekarno(Suatu Studi Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia Dalam Konteks Politik Konfrontasi Indonesia Dengan Malaysia)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perilaku Politik Soekarno(Suatu Studi Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia Dalam Konteks Politik Konfrontasi Indonesia Dengan Malaysia)"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

PERILAKU POLITIK SOEKARNO :

STUDI PADA KEBIJAKAN POLITIK LUAR NEGERI

SOEKARNO DALAM KONFRONTASI INDONESIA DENGAN

MALAYSIA

DISUSUN OLEH

NAMA : TINA RAYA SIHOMBING NIM : 030906039

DOSEN PEMBIMBING : Drs. P. Antonius Sitepu, MSi DOSEN PEMBACA : Indra Kesuma Nasution, SIp Msi

DEPARTEMEN ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

DAFTAR ISI

Halaman Persetujuan ... i

Halaman Pengesahan ... ii

Ucapan Terimakasih ... iii

Abstraksi ... iv

Daftar Isi ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1. Latar Belakanng Masalah ... 1-5 2. Perumusan Masalah ... 5

3. Tujuan penelitian ... 5

4. Manfaat penelitian ... 5

5. Kerangka konseptual ... 6

5.1. Politik Luar Negeri ... 6-10 5.2. Kebijakan Politik Luar Negeri ... 10-15 5.3. Perilaku Politik ... 15-19 5.3.1. Pengertian perilaku politik ... 19-20 5.3.2. Ruang Lingkup Perilaku Politik ... 20-21 5.3.3. Faktor-Faktor yang Mampengaruhi Perilaku Politik ... 21-22 5.4. Politik Konfrontasi ... 22-24 6. Hepotesa ... 25

7. Metodologi Penelitian ... 25

7.1. Jenis Penelitian ... 25

7.2. Tehnik Pengumpulan Data ... 26

7.3. Analisa Data ... 26

(3)

BAB II PEMIKIRAN SOEKARNO TENTANG NASIONALISME

DAN MARXISME ... 27

2.1. Sketsa Biografi Soekarno ... 27

2.2. Nasionalisasi Pemikiran Soekarno ... 54

2.3. Prinsip Marxisme Soekarno ... 60

BAB III KONFRONTASI INDONESIA DENGAN MALAYSIA DITINJAU DARI NASINALISME DAN MARXISME SOEKARNO 3.1. Hubungan Soekarno Dengan Malaysia ... 69

3.2. Konfrontasi Indonesia Dengan Malaysia Ditinjau dari Nasionalisme Soekarno ... 73

3.3. Konfrontasi Indnesia Dengan Malaysia Ditinjau dari Marxisme Soekarno ... 76

3.4. Dampak Konfrontasi Indonesia Dengan Malaysia terhadap politik luar Negeri Indonesia-Malaysia ... 84

BAB IV KESIMPULAN ... 88

(4)

ABSTRAKSI

Judul : Perilaku Politik Soekarno

Suatu Studi Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia Dalam Konteks Politik Konfrontasi Indonesia Dengan Malaysia. Nama : Tina Raya Sihombing

Nim : 030906073 Departemen : Ilmu Politik

Skripsi ini membahas tentang Perilaku Politik Soekarno, dimana penulis mengambil studi pada Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia Dalam Konteks Politik Konfrontasi Indonesia. Perilaku politik (Political Behavior) adalah dirumuskan sebagai suatu kegiatan yang berkenaan dengan proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik, dalam hal ini adalah kebijakan politik luar negeri Soekarno dalam politik konfrontasi Indonesia dengan Malaysia.

(5)

Berkenaan dengan itu, penelitian yang mengkhususkan pada kebijakan luar negeri Indonesia pada masa pemerintahan Soekarno khususnya politik konfrontasi Indonesia dengan Malaysia ini, dimana hal yang menarik adalah konfrontasi tersebut terjadi ketika Indonesia berada dalam kondisi perekonomian yang sulit.

Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui alas an Presiden Soekarno dalam mengeluarkan kebijakan untuk melakukan konfrontasi dengan Malaysia serta bagaimana perilaku dari pembuat kebijakan ( Presiden Soekarno) dapat mempengaruhi pembuatan kebijakan luar negeri Indonesia ( Kebijakan Politik Konfrontasi Indonesia dengan Malaysia). Penelitian ini bersifat Deskriptif dimana data yang dikumpulkan dari berbagai sumber yaitu buku-buku literature / majala-majalah dan tulisan-tulisan lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini. Hasil penelitian ini menjunjukkan bahwa pribadi Soekarno memiliki pengaruh besar dalam pengambilan kebijakan politik konfrontasi Indonesia dengan Malaysia, disamping adanya kepentingan-kepentingan pribadi Soekarno lainnya.

(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas rahmatNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “ PERILAKU POLITIK SOEKARNO” : Suatu Studi Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia Dalam Konteks Politik Konfrontasi Indonesia Dengan Malaysia.”

Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat agar dapat menyelesaikan studi pada Departemen Ilmu Politik Fakultas Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

“Tak ada gading yang tak retak”, Penulis menyadari bahwa Skripsi ini jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari para pembaca untuk kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata, penulis ucapkan banyak terimakasih.

Medan, Januari 2010

(7)

ABSTRAKSI

Judul : Perilaku Politik Soekarno

Suatu Studi Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia Dalam Konteks Politik Konfrontasi Indonesia Dengan Malaysia. Nama : Tina Raya Sihombing

Nim : 030906073 Departemen : Ilmu Politik

Skripsi ini membahas tentang Perilaku Politik Soekarno, dimana penulis mengambil studi pada Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia Dalam Konteks Politik Konfrontasi Indonesia. Perilaku politik (Political Behavior) adalah dirumuskan sebagai suatu kegiatan yang berkenaan dengan proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik, dalam hal ini adalah kebijakan politik luar negeri Soekarno dalam politik konfrontasi Indonesia dengan Malaysia.

(8)

Berkenaan dengan itu, penelitian yang mengkhususkan pada kebijakan luar negeri Indonesia pada masa pemerintahan Soekarno khususnya politik konfrontasi Indonesia dengan Malaysia ini, dimana hal yang menarik adalah konfrontasi tersebut terjadi ketika Indonesia berada dalam kondisi perekonomian yang sulit.

Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui alas an Presiden Soekarno dalam mengeluarkan kebijakan untuk melakukan konfrontasi dengan Malaysia serta bagaimana perilaku dari pembuat kebijakan ( Presiden Soekarno) dapat mempengaruhi pembuatan kebijakan luar negeri Indonesia ( Kebijakan Politik Konfrontasi Indonesia dengan Malaysia). Penelitian ini bersifat Deskriptif dimana data yang dikumpulkan dari berbagai sumber yaitu buku-buku literature / majala-majalah dan tulisan-tulisan lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini. Hasil penelitian ini menjunjukkan bahwa pribadi Soekarno memiliki pengaruh besar dalam pengambilan kebijakan politik konfrontasi Indonesia dengan Malaysia, disamping adanya kepentingan-kepentingan pribadi Soekarno lainnya.

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang

Bagi sebuah negara yang merdeka dan berdaulat, adalah penting untuk melakukan hubungan dengan dunia internasional, terutama dengan negara – negara tetangganya. Karena dengan menjalin hubungan dengan negara lain sedikit banyak akan memberi nilai tambah bagi pembangunan di negara tersebut.

Karena setiap negara berdaulat menjalin hubungan dengan negara lain di luar negaranya atau melakukan hubungan pada dunia internasional, maka setiap negara mempunyai pula apa yang disebut dengan politik luar negeri. Politik luar negeri suatu negara mencerminkan sikap bangsa atau negara tersebut dan di dalamnya terkandung tujuan dan kepentingan nasional dari bangsa dan negara itu. Dalam pelaksanaanya politik luar negeri suatu negara diimplementasikan dalam bentuk keputusan ataupun kebijakan negara yang mencerminkan sikap atupun politik luar negeri dari negara tersebut. Bentuk implementasi dari politik luar negeri biasa disebut dengan kebijakan luar negeri. Kebijakan luar negeri suatu negara menunjukkan dasar-dasar umum yang dipakai pemerintah untuk bereaksi terhadap lingkungan internasional39

1

(10)

Proses pengambilan keputusan dalam politik luar negeri oleh elite politik sangat menentukan arah kebijakan dan tindakan yang akan diambil. Pemikiran dari individu pemimpin juga sangat mempengaruhi dalam pengambilan sebuah kebijakan. Seperti misalnya dalam memahami kebijakan luar negeri Jerman pada masa Nazi pengkajian terhadap hal tersebut lebih ditekankan pada pemahaman perilaku pribadi Adolf Hitler, seperti pada kepribadiannya, ideologi, keyakinan yang dianut serta bagaimana keyakinan, sikap dan ideologi tersebut mempengaruhi pandangannya terhadap kebijkan yang dikeluarkan40 Selain itu pengaruh individu pemimpin dapat dilihat dalam kebijakan ekonomi Amerika Serikat dimasa pemerintahan Ronal Wilson Reagan, kebijakan ekonominya lebih dikenal dengan “Reagonomics”. Kebijakan ekonomi ini banyak mendapat pengaruh dari cara pandang maupun pemikiran Reagan tentang perlunya penyegaran terhadap staknasi ekonomi yang diwarisi Amerika Serikat, ataupun terhadap inflasi dan pengangguran. Kebijakan Reagan ini berdasarkan pada ekonomi perbekalan yang dipandang mendorong ekonomi dengan pemotongan pajak yang berlaku untuk semua orang.41

40

K.J. Holsti, Politik Internasional Suatu Kerangka Analis, terjemahan Wawan Juanda, Bandung Binacipta , 1987, hal. 484.

Kebijakan Reagan segera menjadi terkenal sebagai “Reaganomics”, nama panggilan yang digunakan pendukung dan pencelanya. Pemotongan pajak itu bergabung dengan pengeluaran militer yang berat yang

41

(11)

ditimbulkan pengeluaran defisit yang amat besar dan pertambahan dramatis dalam hutang nasional. Hutang bertambah dengan sekitar 200% (3 kali lipat) antara saat Reagan menjabat dan saat penggantinya George H. W. Bush menduduki jabatan42

Seperti yang telah dikemukanan sebelumnya, kebijakan luar negeri adalah adalah implementasi dari politik luar negeri suatu negara. Dalam hal ini Indonesia adalah negara yang memiliki politik luar negeri bebas aktif, maka kebijakan luar negeri yang dikeluarkan haruslah mengacu pada politik luar negeri bebas dan aktif tersebut

Dalam dunia internasional, arus perubahan dalam politik globalpun telah menjadikan isu internasional menjadi semakin kompleks. Karakteristik dan dimensi hubungan antar negara, baik dalam konteks regional maupun global, telah menjadi semakin rumit dan kompleks. Misalnya saja, bagaimana era 1990-an dan awal 2000-an diwarnai dengan perubahan di arena politik internasional, baik dalam kompleksitas permasalahan dan pelaku hubungan internasional maupun dalam konteks hubungan antar negara. Justru dalam proses perubahan itulah terjadi perkembangan menarik dalam panggung internasional dengan segala implikasinya dan tidak terkecuali Indonesia.

43

42

Ibid. Hal. 20 43

Sumaryono Suryokusumo, Praktik Diplomasi, Jakarta, Badan Penerbitan Iblam,2004 hal. 240

(12)

regional maupun global. Karena itu, setiap dinamika yang terjadi dalam perpolitikan dalam negeri akan mempengaruhi diplomasi sebagai manifestasi kebijakan luar negeri. Secara umum visi dan orientasi politik luar negeri Indonesia seharusnya tidak berubah. Namun, perubahan dimungkinkan jika berkaitan dengan usaha perbaikan ekonomi dan citra Indonesia di mata dunia internasional. Dasarnya tetap bertitik tolak pada konstitusi, tetap ikut membantu menciptakan perdamaian dan keadilan sosial, serta politik bebas-aktif yang diabdikan pada kepentingan nasional.

Selama pemerintahan, dibawah Presiden Seokarno, kebijakan luar negerinya di nilai sangat berani dan bersifat konfrontatif. Politik konfrontatifnya amat kentara saat mendapati realita pembentukan, negara federasi Malaya (Malaysia) oleh Inggris. Ia memandang hal tersebut sebagai upaya Barat, terutama Inggris, untuk membentuk alat dalam melestarikan kehadiran dan pengaruhnya di Asia Tenggara, khususnya Malaysia dan Indonesia.44

44

Carsiwan M.Pd, dala

Kebijakan konfrontasi yang diambil Soekarno tersebut menimbulkan pro dan kontra dikalangan pemerintah maupun masyarakat saat itu. Soekarno dalam kebijakan politik luar negerinya dianggap telah merupakan fungsi konvensionalnya (memajukan kepentingan luar negeri suatu negara) dan cenderung lebih memajukan dan melindungi kepentingan politik domestik.

(13)

Selain alasan diatas kenyataan Soekarno yang lebih cenderung ke kiri-kirian (RRC dan Uni Soviet) menimbulkan persepsi dikalangan masyarakat mengenai konsistensinya yang bebas aktif. 45

Pemerintahan Soekarno menjadi menarik untuk dibahas (terutama dari segi kebijakan luar negerinya yang dihasilkan) karena pada periode pemerintahan Indonesia dibawah pimpinan Soekarno dinilai oleh banyak pihak sebagai pemerintahan yang sarat dengan budaya tradisional

Persoalan atau kasus ini menjadi menarik karena pada dasarnya Indonesia atau negara manapun mempunyai hak dan kebebasan untuk menjalin ataupun memutuskan hubungan dengan negara lain apabila dirasa menguntungkan atau tidak menguntungkan tetapi di sisi lain konfrontasi Indonesia dengan Malaysia ini dianggap sebagai sebuah kebijakan yang tidak tepat, hal ini dapat dimaklumi karena konfrontasi yang terjadi antara Indonesia dengan Malaysia ini membawa keterpurukan sosial-ekonomi bangsa Indonesia.

46

. Pola tradisional adalah pola yang mengedepankan peranan pemimpin dan mengeyampingkan keputusan yang dibuat bersama. Kehendak dan pengaruh pimpinan secara individual menjadi patokan dalam membuat dan

mengambil kebijakan yang membuat bawahan hanyalah sekedar pendukung belaka. Oleh karena itu keinginan dan pertimbangan pemimpin menjadi amat penting dalam pola pikir tradisional.47

45

Ibid 46

Marwadi Rauf “kata Pengantar “ Muhammad Nasir, konflik Presiden verus POLRI Era Transisi Demokrasi, Jakarta, Riset Studi Politik Madai Institute, 2009, hal. 6

47

(14)

1.2.

Permasalahan

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan tersebut, maka penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu “Mengapa Soekarno ketika menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia Mengeluarkan Kebijakan untuk

melakukan Konfrontasi dengan Malaysia.”

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui alasan Presiden Soekarno melakukan konfrontasi dengan Negara Malaysia.

1.4. Manfaat Penelitan

(15)

1.5. Kerangka Konseptual

Kebijakan luar negeri adalah strategi implementasi yang diterapkan dengan variasi yang bergantung pada pendekatan, gaya, dan keinginan pemerintah terpilih.

48

Dalam upaya memahami dan melakukan pengkajian terhadap kebijakan luar negeri dapat diajukan berdasarkan pemahaman tindakan dan perilaku individu negarawan.49

Dengan memahami perilaku pembuat kebijakan dapat diketahui mengapa mereka memiliki respons yang berbeda terhadap suatu kondisi

Kajian ini merupakan pendekatan yang berdasarkan pada ungkapan kata perilaku “Negara” dipandang dalam arti bahwa para pembuat kebijakan sedang menetapkan tujuan, memilih berbagai sebab tindakan dan mendaya gunakan kapabilitas nasional untuk mencapai tujuan politik luar negeri atas nama “negara”.

50

. Tingkatan atau unit analisis ini memusatkan kajuannya pada indiosinkrasis pembuat kebijakan atau keputusan bagi Negara.51

1. Imajinasi.

Unsur-unsur dari indiosinkrasi ini antara lain adalah sebagai berikut :

Setiap gambaran mengenai sasaran, pemilihan tindakan, atau respon terhadap situasi yang berlangsung bias diterangkan berdasarkan persepsi para pembuat kebijakan berdasarkan realitas yang dihadapi, karena manusia akan bereaksi sesuai dengan imajinasinya mengenai lingkungan.

48

Ari Margiono, Adakah Politik Luar Negeri Indonesia?, dala

49

K.J. Holsti, Politik Internasional Suatu Kerangka Analisis, terjemahan Wawan Juanda, Bandung Binacipta,1987, hal. 22

50

(16)

imajinasi yang dimaksud adalah persepsi individu terhadap sasaran, fakta atau kondisi, evaluasi mereka terhadap sasaran, fakta dan kondisi dalam keadaan baik atau buruk, bersahabat atau bermusuhan, atau nilai; serta arti yang dianggap bersal dari sasaran, fakta atau kondisi52

2. Sikap

. Perbedaan antara imajinasi dan realitas merupakan rintangan fisik terhadap arus informasi, seperti kurang baiknya sarana komunikasi, sensor, atau kurangnya tenaga penasehat yang benar-benar ahli, atau sumber intelijen yang kurang berfungsi. Jika para pembuat kebijakan politik luar negeri mendasarkan imajinasinya pada informasi yang kurang memadai, penafsiran yang salah atau menurut kehendaknya sendiri atau tidak menghargai informasi yang bertentangan dengan apa yang diyakininya, kondisi ini menjelaskan bahwa kondisi psokologis pembuat kebijakan harus terus dijalankan, sehingga perbedaan ini akan terus mendasari setiaptindakan yang dilakukan.

Sikap bisa digambarkan sebagai proposisi evaluative terhadap berbagai sasaran, fakta atau kondisi, baik yang bersahabat atau bermusuhan, berbahaya, keras atau sebaliknya53

51

Ibid 52

Ibid, Hal. 469.

53

(17)

Dalam setiap hubungan internasional, para pembuat kebijakan melakukan tugasnya dalam kerangka berfikir evaluative mengenai permusuhan atau persahabatan percaya atau tidak mempercayai, yakin atau khawatir terhadap pemerintah dan masyarakat negara lain. Sikap demikian memiliki pengaruh penting terhadap reaksi atau tindakan serta pandangan para pengambil kebijakan terhadap isyarat serta tuntutan negara lain.

3. Nilai

Nilai yang dimaksud adalah nilai yang diperoleh melalui proses sosialisasi politik dalam berbagai kelompok social, indoktrinisasi serta pengalaman pribadi54

4. Keyakinan

. Nilai tersebut merupakan tolak ukur terhadap tindakan yang dilakukan dan sebagai dasar menilai tindakan Negara lain, dan nilai yang dimaksud merupakan dasar dari berbagai sikap. Nilai memberikan pedoman umum terhadap tindakan serta memberikan arah bagi tindakan yang akan dilakukan terhadap sasaran, tindakan, atau keputusan yang ditetapkan, serta bisa pula dijadikan pedoman untuk pembuatan kebijakan luar negeri.

Keyakinan bisa ditetapkan sebagai proposisi yang dianggap benar oleh para pengambil kebijakan, meskipun kebenaran yang diyakininya tidak dapat dibuktika. Keyakinan merupakan fondasi bagi ideologi nasional dan setiap,

54

(18)

usaha mempermasalahkannya hanya akan mendapatkan kesulitan. Dalam proses pembentukan kebijakan luar negeri. Keyakinan menjadi penting sekali karena keyakinan dijadikan dasar untuk menetapkan sejumlah pilihan55

5. Doktrin atau Ideologi

.

Doktrin dapat didefenisikan sebagai sekumpulan keyakinan yang berisikan nilai-nilai yang dipakai untuk menerangkan realitas dan biasanya digunakan untuk menjelaskan sasaran atau memandu tindakan politik56. Sasaran politik luar negeri yang berasal dari doktrin politik sering dinyatakan dalam bentuk slogan. Pada beberapa system politik pada masyarakat, lebih dikenal dengan sebutan ideologi. Ideologi membentuk kerangka intelektual yang dijadikan dasar oleh pembuat kebijakan dalam mengamati realita.57 Ideologi tidak hanya mendasari pembentukan sasaran kebijakan luar negeri, kriteria evakuasi, serta pembenaran tindakan, tetapi juga memiliki pengaruh penting dalam proses perspesi.

Terdapat beberapa ideologi atau doktrin yang mempengaruhi Soekarno dalam menentukan kebijakan luar negeri Indonesia pada saat pemerintahannya terutama dalam hal Konfrensi Indonesia dengan Malaysia doktrin yang mempengaruhi Soekarno tersebut adalah :

55

Ibid, Hal. 474

56

Ibid, Hal. 475 57

(19)

BAB II

SOEKARNO DAN PERKEMBANGAN POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA TAHUN (1945-1966)

2.1. Riwayat Hidup Soekarno

2.1.1 Napak Tilas Soekarno Kecil (1901-1916)

Soekarno dengan nama kecil Kusno lahir di Lawang Seketeh, Kalimas, Suarabaya, di sebuah rumah dekat dengan pasar besar pada tanggal 06 Juni 1901. Soekarno lahir dari pasangan Soekemi Sosrodihardjo dan Nyoman Rai. Ayahnya Soekemi, yang bergelar “Raden” merupakan seorang guru pembantu dari sekolah pribumi dan sempat pula dicatat bahwa Soekemi merupakan ‘asisten’ sarjana peneliti bahasa bagi Van Den Took, sebuah kesempatan yang hanya bisa didapatkan bagi keturunan Jawa Priyayi. Raden Soekemi sendiri pernah tinggal di Buleleng/ Singaraja, karena istrinya, Nyoman Rai berasal dari keluarga Serimbin yang tinggal di Buleleng, Bali. Raden Soekmi tercatat wafat pada umur 76 Tahun, dan tepatnya pada 08 Mei 194558

58

Lihat Lambert Gimbels, Soekarno Biografi 1901-1950, PT Gramedia, Jakarta 2001, Hal 5-7

. Dan 2 tahun sebelum Soekarno lahir, tepatnya di Buleleng 1899, Saudara perempuan Soekarno lahir dengan nama Karismah.

(20)

Dari kelahiran Soekarno sampai dengan 1907, yaitu sampai pada saat usianya menginjak 6 tahun, Soekarno dibesarkan di sebuah perkampungan yang begitu terasa suasana pedesaannya.

Hal yang sekarang dapat saja kita temui sebagai sebuah gambaran realita ke-Indonesia-an, dimana anak-anak perempuan membantu untuk menjaga adik-adiknya, jalan-jalan perkampungan yang masih setapak, penduduk yang tidak begitu padat, hubungan kekeluargaan yang begitu erat satu dengan yang lainnya. Kebiasaaan para anak-anak yang main di pinggir kali dan dengan rumah yang begitu sederhana, dimana kehidupan mereka pun hanya memiliki sebidang tanah untuk menanam buah dan sayur-sayuran seadanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri.

Pada saat Soekarno berusia eman tahun, ayahnya, Raden Soekemi, diangkat menjadi Kepala Sekolah pribumi kelas dua dan membuat Soekemi serta Nyoman Rai pindah ke Mojokerto. Pada 1907, karena kepindahan ayahnya, Soekarno dan kakaknya, Karsimah, dititipkan dan tinggal bersama kakek dan neneknya di Tulungagung dan di sinilah Soekarno dimasukkan kedalam Frobel59.

Menurut Soekarno bahwa Eyangnya ini adalah orang yang berkecukupan dengan usaha batiknya di Tulungagung. Walau hanya setahun hidup bersama di rumah Kakek dan Neneknya, tetapi hal ini begitu meninggalkan kesan bagi Soekarno. Kakeknya sering memandu Soekarno kedalam dunia pewayangan dan mengenalkannya dengan dunia tersebut.

59

(21)

Bagi Seokarno dunia pewayangan begitu memberikannya banyak arti, dimana dia memahaminya, bahwa peperangan antara para Kesatria Pandawa dengan Prajurit Korawa untuk memperebutkan kerajaan Ngastina menginterpretasikan sebuah hal yang tidak pernah selesai sesuai dengan cerita di dalam dunia pewayangan60

Pada 1908, tepat saat dia berusia tujuh tahun, Soekarno kembali tinggal dan ikut bersama orang tuanya di Mojokerto. Setelah sempat tinggal di Surabaya dan Tulungalung, sekarang Soekarno kecil bertempat tinggal di Mojokerto bersama dengan

. Dari sini Soekarno memahami dan dapat kita pahami pula bahwa apa yang dirasakannya dalam dunia pewayangan adalah ibarat sebuah pertempuran dalam memperebutkan basis materi dunia, tidak akan selesai karena dunia terus berdialektika. Soekarno juga bayak mengambil sikap dan karakter yang kuat dari tokoh-tokoh pewayangannya, yang telah merebut pengalaman inderawi Soekarno.

Di sisi lain Soekarno diperkenalkan juga dengan kekuatan – kekuatan gaib yang diajarkan dan diperkenalkan oleh neneknya. Neneknya pernah mengajak Soekarno untuk mengunjungi orang-orang kampung yang sakit dan menyuruh Soekarno untuk menggunakan tangannya demi proses penyembuhan. Neneknya juga sering membuka mata batin Soekarno untuk meramalkan masa depan. Sebuah kemampuan spiritual yang sempat mengugah inderawi Soekarno, hanya saja kemampuan spiritual tersebut hilang pada saat Soekarno menjadi remaja, karena dia lebih mengagumi bakat duniawinya dan menganggap bahwa semua hal gaib yang pernah dirasakannya adalah gejala psikologi yang biasa walau menarik rasa keingintahuannya.

60

(22)

Soekemi, ayahnya. Tahun 1907 samapi 1911 Soekarno bersekolah di HIS61

Dalam bahasa Soekarno “sebagai manusia sarinah-lah yang mempengaruhi hidup saya”

. Sebagai sebuah ingatan bagi kita semua, sebelumnya sekolah di masa itu dibagi menjadi dua. Sekolah kelas satu khusus bagi keluarga pemimpin pribumi, sedang sekolah kelas dua untuk keluarga pribumi pada umumnya. Di sekolah jenis pertama menggunakan pola belajar selama 6 tahun dan sekolah jenis kedua menggunakan pola belajar selama 3 tahun, dengan bahasa pengantar melayu dan jawa, yang pada akhirnya digunakan sebagai bahasa persatuan Indonesia.

Kehidupan masa kanak-kanak Soekarno di Mojokerto memberikan pesan tersendiri. Selain hidup dalam sebuah kesederhanaan, di mana rumahnya pun sering mengalami kebanjiran kalau sedang musim hujan. Tetapi yang begitu diingat oleh Soekarno adalah ayahnya yang berwatak keras yang memberikan kesan dalam kehidupan kecil Soekarno. Dan juga seperti apa yang perah Soekarno siratkan di dalam buku Biografinya yang ditulis oleh Cindy Adams, ia bukannya mendapat kasih sayang yang cukup dari Ibu dan Kakanya, sebagai seorang wanita, yang dalam pandangan Soekarno banyak mendapatkan sebuah petualangan dan pengajaran untuk mencintai seseorang, kesederhanaan, dan keinginan untuk dapat berbagi dari seorang bernama Sarinah, seorang gadis pembantu yang tinggal bersama mereka.

62

61

(Hollands Inlandsche School), sebuah sekola pribumi belanda.

62

Lihat Cindy Adams, Soekarno, An Autobiography, as told to Cindy Adams, Jakarta, 1966

(23)

untuk pindah ke ELS63

Soekarno menyelesaikan pendikannya di ELS tepat pada waktunya, sesudah kelas tujuh, dia mengantongi ijjazah kelulusannya. Setelah menempuh pendidikannya di ELS kelak, ia bermaksud mencoba untuk menjadi pegawai pemerintah kecil dan memiliki kesempatan untuk menjadi pamong praja. Tapi Soekemi, ayah Soekarno, lebih menginginkan anaknya untuk melanjutkan pendidikan tinggi di HBS

di Mojokerto. Demi mengikuti apa yang menjadi keinginan Ayahnya, Soekarno pun kemudian mengecap pendidikannya di ELS. Seokarno yang seharusnya berkelas 4, harus bersedia mengulang di kelas tiga karena keterbatasannya dalam bahasa Belanda kala itu. Dan dalam kurun waktu 1911-1916, Soekarno menempuh pendidikan di ELS. Hanya sedikit anak dari Hindia-Belanda yang memiliki kesempatan untuk bersekolah di sini, sebuah sekolah dengan metoda yang diajarkan berasal dari Belanda, metoda yang cenderung pula mencegah masuknya pendidikan yang bersentuhan dengan perjuangan Asia timur.

Di sekolah ini juga pertama kali Soekarno jatuh cinta dengan seorang gadis dari Belanda yang bernama Rika Meelhuysen, dan Soekarno banyak belajar pula dari gadis yang bernama Rika ini untuk melatih bahasa Belandanya.

64

63

Europeeshe lagere School, Sekolah Dasar Eropa.

64

Hoogere Burger School sebuah sekolah lanjutan tinggi.

(24)

Hal ini meninggalkan sebuah konsekuensi, di mana Soekarno harus meninggalkan keinginannya untuk menjadi pamong. Keinginan Soekemi ini pula yang kemudian membawa Soekarno berpisah dengan orangtuanya dan hidup mandiri untuk menempuh pendidikan tinggi. Karena bertepatan pada tahun-tahun itu, Raden Soekemi diharuskan pindah ke Blitar untuk menjadi guru sekolah di Blitar, sedang Soekarno harus menempuh pendidikan tingginya di Surabaya.

Demi menjalankan pendidikannya, maka Soekarno sendiri dititipkan kepada kawan lama ayahnya yang bernama Haji Oemar Said Tjokroamino (HOS Tjokroaminoto), yang lebih kita kenal dengan sebutan Tjokro. Tjokro merupakan keturunan yang berasal dari keluarga jawa priyayi sekaligus merupakan ketua Sarekat Islam (SI), sebuah gerakan massa Nasionalis pertama di Indonesia kala itu…

2.1.2 Soekarno Muda dan Pergerakan Nasional (1916-1934)

Pada kurun waktu dimana Soekarno melanjutkan pendidikan di HBS, dan dibarengi dengan pertemuan serta perkenalan dengan Tjokro. Disinilah untuk pertama kali tumbuhnya Nasionalisme baru Indonesia ditubuhnya Soekarno, karena kesempatannya untuk merasakan kehidupan jawa yang sarat gotong royong dan kesempatan untuk menyerap pengetahuan dari Tjokro.

(25)

untuk memenuhi kebutuhan akan sebuah pendidikan yang hanya dapat ditempuh bagi mereka yang tergolong kaya pada masa itu.

Hal ini dibarengi keinginan Soekemi, demi memberikan Soekarno untuk mendapatkan pendidikan sebaiknya. Di luar pendidikan formalnya yang bergaya Belanda, perkenalan Soekarno dengan Tjokro sendiri membawa peranan yang besar dalam hidup Soekarno. Tetapi pula belajar di HBS juga membawa Soekarno dapat melihat kondisi realitas bangsa ini. Hal yang paling dirasakannya selama bergaul di tengah lingkungan sekolah yang kebanyakan berasal dari keluarga Belanda dan pemimpin pribumi adalah Soekarno kerap mendapat perlakuan diskriminatif. Hanya karena dia lahir dan besar sebagai orang pribumi65

Di kesempatan lainnya bersama Tjokro pada tahun – tahun ini Soekarno banyak mendapat kesempatan untuk berjumpa dengan berbagai tokoh-tokoh

, dan ayahnya hanya seorang tenaga pengajar bantu.

Perkenalannya dengan wacana pergerakan serta dunia politik didapatkannya di Sekolah tinggi ini pula (baca: HBS), dirinya mulai menggemari untuk membaca literature dan buku, mulai dari Voltaire, Rousseau sampai dengan pengenalan dirinya dengan pemikiran Marx dan Lenin, sebagai orang yang sangat dikaguminya akan sebuah pemikiran yang revolusioner. Soekarno pada masa mudanya ini dikenal sebagai seorang yang kutu-buku. Soekarno mengatakan bahwa buku-buku yang dibacanya ini ditemukannya di perpustakaan Teofis, dan dari gurunya semasa di HBS, yaitu C. Hartough, seorang penganut ISDV Sneevliet.

65

(26)

pergerakan nasional antara lain, yakni; Sneevliet, Baars, Douwes Dekker, ada juga Agus Salim, dan para tokoh PKI, Tan Malaka, Semaun dan Alimin.

Sebuah kesempatan yang membawanya untuk menyerap berbagai pengetahuan melalui diskusi-diskusi yang diikuti dengan tokoh pergerakan nasional tersebut.Di sini pula dendam yang membara terhadap penjajahan belanda muncul, dikarenakan berbagai cerita dan pengalaman yang diterimanya dari berbagai tokoh pergerakan nasional tersebut, yang menguraikan peristiwa-peristiwa kesengsaraan rakyat Indonesia yang disebabkan penjajahan Kolonial Belanda.

Kedekatan Soekarno dengan Tjokro begitu terasa, Tjokro sendiri telah menganggap Soekarno sebagai anaknya sendiri, begitu pula Soekarno, yang telah menganggap Tjokro sebagai Guru sekaligus ayahnya. Sampai dengan Soekarno yang masih muda belia, saat berusia delapan belas tahun sudah menjadi kepala keluarga saat dia menikahi putri dari Tjokro yaitu Siti Oetari.Kesediaan Soekarno yang tidak ingin menolak apa yang menjadi keinginan Tjokro, yang dibarengi dengan kekhawatiran Tjokro terhadap perkembangan putrinya itu, Oetari, selepas di tinggal oleh istrinya,ibu dari Oetari,Soeharsikin.

Dengan ini kedekatan Soekarno semakin erat dengan mertuanya, Tjokro. Hal ini membuka kesempatan bagi Soekarno untuk masuk ke dalam Sarekat Islam (SI) dengan akses dari Tjokro sendiri sebagai pimpinan di dalam SI.Keterlibatan di dalam berbagai kegiatan di dalam berbagai kegiatan di dalam SI sendiri mengakibatkan Soekarno harus membagi waktu antara Sarekat Islam dan sekolahnya.

(27)

yang dimuat di dalam media propaganda SI, dan Oetoesan Hindia tercatat menjadi tulisan pertamanya yang terbit pertama tanggal 21 Januari 1921.

Pada tanggal 10 juni 1921, Soekarno akhirnya menyelesaikan pendidikannya di HBS setelah menempuh ujian akhir. Semasa di HBS Soekarno mulai jauh dari kawan-kawannya, yang lebih dikarenakan umurnya dua tahun lebih tua dari rata-rata siswa, dan ia juga telah menikah, dan keterlibatan dalam dunia politik turut membawa dirinya lebih maju pemikirannya dari orang seusianya. Walau menyelesaikan pendidikan tingginya dalam kurun waktu selama lima tahun, dan di sisi lain dengan berbagai kegiatan organisasi serta pergerakan yang diikutinya, tentu saja menyita waktunya, maka Soekarno dapat di golongkan cerdas.

Selanjutnya dengan kesadaran untuk memperkaya dirinya dengan berbagai ilmu dan pengetahuan, Soekarno ingin sekali melanjutkan pendidikannya ke sekolah Tinggi yang sekarang setara dengan Universitas. Walau memang agak mengherankan apa yang menjadi pilihan hidup dan pendidikan Soekarno selanjutnya, siswa HBS yang telah mendalami dunia politik dan memilki kesadaran politik ini, lebih memilih pendidikan yang tidak sama sekali bersentuhan dengan politik.

(28)

Namun keinginannya tersebut sempat tertunda karena sebelumnya pada agustus 1920, Tjokro dituduh dan dimasukkan penjara oleh polisi Belanda di Surabaya, dia ditahan atas tuduhan memberikan sumpah palsu tentang keterlibatan Sarekat Islam di dalam pemberontakan di Garut pada 1918. Pada saat itu Soekarno menceritakan bahwa dirinya tidak tahu berapa lama Tjokro akan di tahan, tapi atas kejadian ini Soekarno diberikan kepercayaan lebih untuk bertanggung jawab atas keluarga Tjokro dan keberlangsungan Sarekat Islam. Demi sebuah pengabdiannya kepada seorang Guru yaitu Tjokro, maka pada tahun-tahun itu, Soekarno sempat kembali ke Surabaya dan menunda keinginannya sementara untuk melanjutkan sekolahnya, sebagai bentuk tanggung jawabnya dan atas budi yang telah diberikan oleh Tjokro selama ini.

Sekembalinya ke Surabaya, dengan bermaksud untuk memberikan penghidupan kepada Oetari dan sebagai bentuk tanggung jawabnya, Soekarno pun bekerja di SS, sebuah perusahaan kereta api dan Trem Negara, Ia pun diterima bekerja dengan berkedudukan sebagai kepala bagian personalia. Sebuah kedudukan yang menjadi Soekarno harus menjadi jembatan antara pimpinan ‘SS’ dan perserikatan buruh ‘SS’ dalam rangka persiapan pembentukan sebuah badan Musyawarah di perusahaan kereta api ini. Hal ini turut pula menguraikan pengalaman inderawinya untuk melihat realitas buruh pribumi di Hindia Belanda.

(29)

para penganut ISDV Sneevlit di dalam Sarekat Islam juga menyita pikiran Soekarno. Pada masa-masa infiltrasi komunis di dalam SI kala itu membuka sebuah kesadaran politik serta keyakinan akan taktik di dalam politiknya, ini disebabkan Karena Soekarno melihat bahwa ada usaha Tjokro dengan menjauhkan pengaruh dan Infiltrasi komunis di Sarekat Islam dengan cara paksa, dan dengan sebuah penolakan terhadap status keanggotaan ganda Sarekat Islam dengan ISDV66

Soekarno memilih Fakultas Teknik Sipil sebagai lanjutan pendidikan tingginya. Di sekolah barunya ini bersama dengan 20 orang pribumi lainnya, mereka mendirikan sebuah klub studi ini dan kedekatannya dengan sesama pelajar pribumi membawanya . Sehingga para pengikut ISDV terpaksa keluar dari tubuh SI yang kemudian para pengikut ISDV telah berubah menjadi Perserikatan Komunis Di Hindia (PKH), Sebuah cikal bakal Partai Komunis Indonesia (PKI).

Sebuah sikap yang dianggap Soekarno begitu otoriter dari diri Tjokro, hal ini pula yang meyebabkan hubungan mereka sebagai guru dan murid kemudian merenggang. Bulan april 1922 menyusul dibebaskannya Tjokro setelah melalui sidang banding di pengadilan Belanda, dan sembari menunggu tahun ajaran baru, dengan sebuah keyakinan untuk melanjutkan pendidikan di Sekolah Tinggi Teknik, maka pada bulan Juni pada tahun yang sama, Soekarno pindah ke Bandung dan tinggal di rumah keluarga Sanusi. Hal dan keputusan ini demi keinginan Soekarno untuk melanjutkan pendidikannya di Sekolah Tinggi Teknik Bandung, walau disertai dengan kondisi yang merenggang, Tjokro masih saja ikut dalam membantu kehidupan baru mereka di Bandung, dengan memberikan sejumlah gulden.

66

(30)

untuk berkenalan dengan Tjipto Mangoenkoesoemo salah satu pendiri Indische partif49

dan Mohammad Natsir yang jatuh lebih muda darinya dan berasal dari Sumatera barat. Berbagai perkembangan dan hal-hal baru ditemukannya di sini dan pada akhirnya sebuah keyakinan politik pada saatnya menghantarkan Soekarno beberapa kali terlibat dalam demonstrasi dan dalam orasi-orasinya serta sikap politik yang dipertunjukkan oleh Soekarno sendiri selama bersekolah di sekolah Teknik ini telah mengundang kekesalan dari Gurunya, Klooper.

Kekacauan disaat demonstrasi yang ditimbulkan karena orasi yang diutarakan oleh Soekarno telah menimbulkan kecemasan, dan berita ini dikabarkan luas, yang memberikatakan bagaimana Soekarno begitu menentang penjajahan dan pemerintah Kolonial Belanda, yang tentu saja mendapatkan perhatian tajam dari pihak pemerintahan Belanda.

(31)

Tekad belajar memang diperlukan di Sekolah Tinggi Teknik ini. Setiap siswa harus melewati 13 testamen untuk menjadi kandidat Insinyur, dan Soekarno akhirnya dapat melewatinya dan sebagai proyek akhir studi Soekarno menurut keterangan Soekarno, adalah pembuatan rancangan suatu jembatan. Sebuah hal yang menginspirasikannya akan sebuah jembatan emas kemerdekaan Indonesia. Akhirnya setelah menempuh pendidikan 5 tahun, tepatnya pada bulan Juli 1926 Soekarno maju ujian untuk gelar insinyur, dan sukses menyelesaikan studi yang berat ini.

Hal diatas begitu membawa Soekarno ke dalam sebuah suasana yang begitu menyenangkan, apabila ditambah suasanan pernikahannya dengan Inggit yang terjadi sebelum kelulusannya, pada 24 Maret 1923. Inggit sendiri adalah ibu kosnya, istri dari Sanusi, dimana dia dan Oetari pernah tinggal di rumah Sanusi semasa menempuh pendidikan di Bandung. Perkawinan yang gantung antara Soekarno dan Oetari sendiri pun turut diakhiri dengan perceraian beberapa tahun sebelumnya. Sebuah perkawinan, dengan apa yang dikatakan oleh Soekarno dia tidak pernah melakukan hubungan suami-istri karena menganggap Oetari seperti saudara perempuannya dan tidak pernah mencintai Oetari.

(32)

Namun di awal setelah tamat dari Sekolah Tinggi Teknik di Bandung, Soekarno sempat memiliki keinginan untuk memadukan atas apa yang telah diterimanya di dunia pendidikan berupa arsitektur dengan kegiatan-kegiatan politiknya. Tapi tak lama berselang, dan sesudah dipacu oleh waktu dan keadaan materi bangsa ini, akhirnya Soekarno menetapkan pilihannya untuk sepenuhnya masuk kedalam dunia pergerakan nasional. Yang membawa Soekarno menghabiskan waktunya dengan kegiatan-kegiatan politik dan selanjutnya politik dan selanjutnya politiklah yang mengisi hari-hari Soekarno.

Pertemuan dengan berbagai pimpinan kelompok Nasionalis membawa banyak wacana baru dalam pemikiran Soekarno, hal yang diterimanya dari sebuah pilihan untuk melibatkan diri dalam pergerakan nasional untuk melepaskan diri dari penjajahan. Pertemuan dengan Mohammad Hatta dan Doktor Soepomo membawa pengaruh besar bagi Soekarno, kedua mentornya ini mendorong Soekarno untuk menjadi Pimpian Nasional. Dengan sebuah ide persatuan kekuatan-kekuatan Nasionalis dan menokohkan diri Soekarno dalam menentang penjajahan, maka pada 4 Juli 192767

Bersama dengan itu pada tahun tersebut Pemerintah Hindia Belanda sedang menebarkan ancaman terhadap setiap kegiatan yang menolak pemerintahan Kolonial di dirikan Perserikatan Nasionalis Indonesia (PNI), yang memiliki program mengusahakan kemerdekaan Indonesia dengan jalan perjuangan Non Ko-operasi dan Swadaya. Dalam waktu singkat pun akhirnya Soekarno menjadi tokoh di dalam pergerakan nasional.

67

(33)

Belanda. Pemberantasan kaum komunis oleh pemerintah Hindia Belanda termasuk di dalam berbagai ancaman tersebut, dikarenakan terciumnya dan gagalnya pemberontakan Silungkang 1928.

Tapi hal ini bukannya membuat Soekarno takut, tapi lebih membuat Soekarno lebih revolusioner dan membakar semangat perlawanannya dengan bentuk nasionalisme non ko-operatif dalam menentang penjajah.

Pada tahun 1928, Soekarno pun ikut mengucapkan sumpah setia untuk satu nusa dan satu bangsa. Dalam tahun-tahun ini suasana politik, kultur dan religiutas Soekarno terpengaruh dengan seiring makin besarnya berbagai pemberontakan dan gerakan kaum Nasionalis, Islam, dan Komunis dalam upaya menuju Indonesia merdeka. Pengaruh yang ditimbulkan dengan kehadiran Soekarno di dalam pergerakan nasional adalah membawa semangat api revolusi dalam menentang penjajahan, serta makin membesarnya keinginan dari rakyat untuk menuntut persatuan sebagai bahagian jalan menuju kemerdekaan Hindia Belanda. Pada Desember 1929, Soekarno menghadiri kongres PPPKI dalam sebuah upaya-upaya dan mempercepat proses menuju kemerdekaan. Sebuah badan yang mempersiapkan berbagai strategi dan taktik dalam rangka merebut kemerdekaan dari pihak Belanda.

(34)

pengadilan, serta tanpa proses pengadilan, Soekarno harus di tahan begitu lama. Ini adalah taktik dan sebuah usaha yang dengan sengaja oleh Gubernur Jenderal Belanda De Graef untuk membungkam pergerakan PNI dan membuat Soekarno sebagai pimpinan, untuk dilupakan oleh massa dan kehilangan pengaruhnya. Perkara yang dinamakan oleh pers saat itu sebagai ‘perkara PNI’ lambat laun menjadi perkara yang besar.

Akhirnya pada Agustus 1930, persidangan atas tuduhan yang dikenakan kepada Soekarno pun digulirkan. Lima bulan Soekarno menunggu lamanya proses persidangan yang berjalan sampai dengan putusan dijatuhkan yang dilaksanakan oleh Departemen Kehakiman. Situasi ini oleh pihak Kehakiman Belanda, terjadi dikarenakan dengan alasan ingin berjalannya proses ini dengan seadilnya, mulai dari bulan Agustus sampai dengan Desember 1930, perkara ini bergulir di pengadilan Belanda. Tapi kenyataannya proses pengadilan ini berjalan lambat dan terkesan berlarut-larut. Sebuah strategi oleh Belanda agar massa kala itu lupa dan tidak lagi ingat akan sosok Soekarno karena kesempatannya untuk memberikan pengaruh dari balik tahanan tidak memungkinkan, sebuah scenario yang pada awalnya dirasa cukup berhasil oleh Belanda.

(35)

Belanda, Indonesia Mengugat68

Setelah menjadi masa kurungan dan tahanan serta lamanya proses pengadilan yang memakan waktu selama 2 tahun, akhirnya pada 31 Desember 1931 Soekarno keluar dari tahanannya. Pengaruh tersendiri yang dirasakan oleh Soekarno selepas dari

; yang beriskan pembelannya di depan pengadilan Belanda.

Walaupun pengadilan ini mendapatkan perhatian khusus dari pihak Belanda dan mendapat dukungan dari rakyat Indonesia, dan menyita perhatian dari sisi hukum Belanda, tetapi pihak pemerintahan Belanda selalu mempertentangkan keinginan para pemimpin pergerakan nasional ini untuk di bebaskan, karena dianggap berbahaya dengan agitasi pola perjuangan mereka yang Non ko-operatif.

Yang menurut Belanda, ini hal yang melawan hukum di Negeri Belanda. Belanda mengatakan yang sedang diadili adalah kejahatan yang dirumuskan di dalam Kitab Hukum Pidana Belanda pasal 169 sebagai suatu keterlibatan perkumpulan dan perserikatan yang bertujuan melakukan tindakan pidana. Dengan mengadili Soekarno dan PNI, tujuan Den Graef untuk membubarkan PNI tercapai, dan PNI terpaksa untuk membubarkan diri dan putusan ini diberikan oleh pengadilan negeri pada senin, 21 Desember 1930.

Dan Soekarno pun di jatuhi hukuman kurungan dan diasingkan, tetapi peristiwa dan keberanian Soekarno di dalam pengadilan sampai dengan ditahannya dia, baik dari rumah tahanan Bantjeuj sampai dengan Penjara Sukamiskin, telah menjadikan Soekarno pahlawan dihati rakyat dan para pimpinan pergerakan nasional.

68

(36)

tahanan, ia seperti lahir kembali sebagai sebuah keris yang baru saja diasah, lebih tajam dari semula.

Di hari itu ia disambut didepan penjara Sukamiskin, kemunculan kembali Soekarno dalam dunia pergerakan nasional disambut dengan antusias. Tepat pada 2 Januari 1932, saat baru sehari Soekarno merasakan udara kebebasan setelah ditahan oleh pemerintahan kolonial Belanda, dia hadir di Kongres Indonesia Raya.

Munculnya Soekarno didalam Kongres, disambut dengan antusias dan dianggap menjadi Pimpinan pergerakan nasional tapi disisi lain Soekarno tidak dapat menymbunyikan kekecewaannya akan sebuah kenyataan bahwa PNI telah pecah menjadi dua. Dan keduanya memperebutkan Pimpinan gerakan kaum nasionalis yang non-koperatif. Di satu sisi ada Partai Patindo yang lahir dan didirikan oleh Sartono setelah dibubarkannya PNI lama, dan dilain pihak ada PNI baru yang menaungi kaum ko-operatif berpihak kepada Muhammad Hatta dengan Sutan Sjahrir sebagai Pimpinan.

(37)

Peristiwa tersebut menjadi salah satu hal yang menyebabkan retaknya hubungan antara Soekarno dengan Hatta-Sjahrir yang kian lama semakin merenggang. Ada dua perbedaan mendasar dalam kepemimpinan kaum nasionalis oleh Soekarno dan Hatta dan hal ini juga menjadi pemicu keretakan selanjutnya, kedua Pimpinan pergerakan nasional ini.

Hatta – Sjahrir berpendapat bahwa diperlukannya bentuk pendidikan dan kaderisasi dalam membangun gerakan kaum nasionalis, sedangkan Soekarno beranggapan dengan mobilasasi massa dan agitasi revolusioner maka pemerintahan Belanda akan tidak berdaya menghadapi gerakan non ko-operatif. Sehingga dengan sebuah kekuatan besar tidak ada pertentangan dari pihak Belanda dan keberanian untuk kemudian melumpuhkan pergerakan ini. Dalam kurun waktu itu, Mei 1932, Soekarno kembali melakukan agitasinya “Swadesi dan Aksi Massa di Indonesia”69

Tetapi Gubernur Jenderal yang baru De Jonge disisi lain dengan cepat membaca situasi yang ada, bertindak cepat dan tegas menghadapi agitasi perjuangan yang terus dilancarkan oleh Soekarno. Melalui PID70

Keberadaan Soekarno, yang dalam pemikiran Belanda sebagai pemberontak nasionalis menjadikan sebuah ancaman riil dan kemampuannya beragitasi yang sangat menakjubkan menebarkan ancaman serius di pihak Belanda. Sebagai sebuah tindakan setiap langkah Soekarno diikuti. Dan pada masa itu, beberapa tulisan Soekarno yang muncul dan mendapat kecaman dari pemerintah Beladan, yakni antara lain; Artikelnya “Kuli-kuli” yang dimuat di dalam Soeloeh Indonesia Moeda, pada November 1932.

69

(38)

pencegahan meluasnya agitasi Soekarno pada permulaan Juni 1933 pegawai negeri dilarang menjadi bagian dari Partindo ataupun PNI baru, dan sampai dengan pembubaran massa disaat Soekarno berpidato di depan massa rakyat. Tapi hal ini ternyata tidak menyurutkan langkahnya bahkan melalui brosurnya “Mencapai Indonesia Merdeka”71

70

Politieke Inlichtingendienst, badan Intelijen Politik Belanda

71

Lihat Soekarno, ibid, hal. 257

ia mengumunkan bahwa pada tanggal 2 sampai dengan 31 Agustus akan dijadikan hari-hari aksi Partindo Bandung.

(39)

Melalui surat yang ditulisnya pada 21 September 1993 tentang keinginannya untuk keluar dari Partindo72

Mereka menganggap Soekarno mengkhianati perjuang Non ko-operatif dengan meminta maaf kepada pihak Belanda dan memohon pengampunan. Tapi di sisi lain Gubernur Jenderal De Jonge dan para petinggi pemerintah Belanda tidak percaya apa yang diuangkapkan dan dijanjikan oleh Soekarno akan bertahan dengan lama, dan dengan segera Soekarno diasingkan ke pulau Flores. Hatta menggunakan peluang yang ada untuk mengumunkan dan menuduh bahwa Soekarno telah menyerah pada sebuah kondisi dan jatuh pada tangan Belanda

tapi baru diterima oleh pimpinan umum Partindo pada 21 November 1933. Hal ini mengundang dan mendapat barbagai reaksi negative dari kaum nasionalis.

73

Empat tahun masa pengasingan Soekarno di Endeh, Flores, dihabiskannya dengan penuh pengalaman baru. Sejak dibawa pada Februari 1934, mulai dari Bandung ke Surabaya, lalu pada 17 Februari ia dan keluarga dibawa dengan kapal KPM Jan Van Riebeeck menuju Flores dengan perjalanan delapan hari lamanya. Walau hidup dengan makmur, tenang dan bebas, tapi pada bula-bulan pertamnya, ia . Serta politik Soekarno telah mati, dalam pemikiran Hatta-Sjahrir, dan mereka mengambil kesempatan ini untuk dapat menjadi pimpinan kaum Nasionalis Non Ko-operatif. Tapi hal ini juga di ketahui oleh Gubernur Jenderal De Jonge, karena juga dianggap sebuah bahaya yang laten maka pada januari 1935, Hatta dan sjahrir pun ditangkap dan kemudian diasingkan di Boven-Digoel.

2.1.3 Soekarno dan Kemerdekaan Indonesia (1934-1945)

72

(40)

cukup terpukul setelah mendengar berita kematian Tjokroaminoto, karena dia pun sudah lama tidak bertemu dengan orang tua angkatnya sekaligus Gurunya itu. Tapi seiring waktu, Soekarno yang tak pernah mengeluh, akhirnya membuka ruang sosialnya. Pergaulan Soekarno di Flores dengan pater-pater (baca; pendeta) di Endeh dan Pastur Huytink membuatnya sering berkunjung missi, bermula dari hanya sekedar minum kopi sampai dengan aktivitas rutin. Dia sering membaca buku-buku di perpustakan missi, dan sering pula mengisi waktu dengan berbagai aktivitas. Di Endeh Soekarno memiliki kesempatan untuk kembali menggambar, hal yang ditinggalkannya sejak lulus dari Pendidikan Tinggi di Bandung. Dengan hidup yang berkecukupan, sesuai perannya sebagai orang terhormat. Lagi kebutuhan di pulau ini terhitung murah, tapi karena rombongan sandiwara mondok di rumahnya juga maka kebutuhan hidup juga ikut bertambah dan begitu besar. Rombongan sandiwara ini adalah salah satu aktivitas kreatif Soekarno di dalam kehidupannya di pengasingan.

Soekarno dalam pengasingan juga mengalami pergaulan pemikiran, disini melalui pertemuannya dengan para pater Soekarno banyak mendapat pengetahuan tentang agama dunia dan mendapat pengertian Katolik Roma.

Dan pertemuan khusus dengan Hasan, seorang ulama yang dia kenal semasa waktunya di Bandung, yang termasuk di dalam pimpinan Persatuan Islam begitu berkesan serta menggugah keinginan Soekarno untuk melakukan Tanya – jawab melalui surat. Korespondensi yang dijalankan Soekarno sejak 1 Desember 1934 melalui surat meminta Hasan untuk mengirimkannya buku pelajaran tentang Islam. Dan sebuah

73

(41)

perjalanan spiritual bagi Soekarno sendiri bahwa di Endeh dia menjadi seorang Islam yang aktif menjalankan agamanya.

Pada kurun waktu ini Soekarno terus berdialog dengan mentor agamanya tersebut, dan terus berdialektika dengan Islam, yang menurut kritiknya bahwa Islam tidak akan maju dikarenakan pimpinan spiritual baik. Ulama maupun Kiai kala itu tidak mau menyerap pengetahuan modern. Melalui tulisannya “Surat-Surat Islam dari Endeh”74

Mulanya Soekarno menuis untuk Pandji Islam, dengan frekuensi yang terus meningkat, majalah ini adalah majalah adalah majalah terbitan Muhammadiyah yang terbit di Medan. Soekarno dengan kreatifitasnya akhir-akhir masa itu kemudian menghasilkan buku yang berjudul ‘Sarinah’

yang diterbitkan oleh bantuan Hasan, Soekarno mengkritik bahwa dalam pelaksanaan Figh, Islam ketinggalan seribu tahun lamanya.

Setelah lima tahun diasingkan di Flores dan terpinggirkan dari arena panggung politik Nasional, akhirnya pada 1938 Soekarno dipindahkan ke Bengkulu. Kota yang baik daripada Endeh, di sini Soekarno aktif di Muhammadiyah dan mendapat kesempatan untuk kembali aktif membuat tulisan-tulisan. Hal – hal kecil yang dilakukannya dan dianggap Soekarno sebagai sebuah cara yang dengan hati-hati akan kembali memperluas pengaruh Seokarno melalui berbagai propagandanya serta menghantarkannya ke panggung politik nasional kembali.

75

74

Lihat Soekarno, ibid, hal. 325

75

Buku ini, ‘Sarinah,” Kewadjiban Wanita Dalam Perdjoangan Republik Indonesia, ditulis di tahun 1947. Buku ini berisi pergulatan soekarno tentang fungsi dan peran perempuan (sarinah) Indonesia dalam mencapai kemerdekaan.

(42)

perbudakan wanita oleh Belanda. Dan pada bulan 1940, Soekarno mendapat kesempatan menjadi koresponden tetap harian Pemandangan.

Kehidupan pribadi Soekarno dan Inggit istrinya pun terganggu dan mulai renggang semasa pengasingannya di Bengkulu, pertemuannya dengan gadis di Bengkulu, yang berusia sekitar lima belas tahun benar mempesona Soekarno. Gadis yang bernama Fatmawati ini cukup menggangu kehidupan Soekarno-Inggit, Inggit yang tidak mau begitu saja dikesampingkan, terus menganggu batin Soekarno dengan berbagai pertengkaran. Soekarno ingin menikahi Fatmawati dengan tata cara Islam untuk memperoleh keturunan, karena sampai berumur 42 tahun, dia belum memiliki keturunan, sedang Inggit yang berusia 53 tahun sudah tidak mungkin lagi memperoleh keturunan.

Ketika Soekarno dan tokoh pergerakan nasioanl lainnya di asingkan, pertentangan antara golongan kooperatif dan non-kooperatif dalam gerakan nasional digantikan dan beralih dengan pertentangan antara gololongan nasionalis sekuler dan golongan politik Islam. Keduanya melakukan sebuah proses konsolidasi kekuatan dan terus membangun kekuatan nasional.

(43)

Soetardjo yang sangat lunak, sebagaimana dirumuskan oleh Dewan Rakyat, ditolak secara mentah oleh pihak Belanda. Dengan penolakan – penolakan ini baik dari pemerintahan Hindia – Belanda maupun Pemerintahan Belanda disebut sebagai sebuah peluang yang tidak dimanfaatkan, karena pada Januari 1942, pasukan Jepang telah mendarat untuk pertama kali di Hindia-Belanda76

Impian yang diberikan oleh Jepang untuk menggabungkan kekuatan dalam Persemakmuran Asia Timur Raya, adalah sebuah taktik dalam upaya Jepang untuk

.

Periodesasi penduduk Jepang merupakan masa-masa yang begitu peka. Soekarno pernah dijuluki dengan Mussert Indonesia. Karena dalam menghadapi penjajahan pasukan fasis Jepang Soekarno memiliki haluan yang tidak sama ketika dia berhadapan dengan penguasa Kolonial Belanda. Dulunya Soekarno yang non-kooperatif, perlahan dan dengan sangat hati-hati lambat – laun mulai membuka diri dengan pemerintah Jepang. Semua timbul karena adanya keyakinan Soekarno, dan kekagumannya kepada bangsa Jepang, yang menunjukkan banyak kesamaan dan disebutnya sebagai saudara tua.

Dan didorong pula rasa kebencian para penguasa yang berasal dari lautan dan belahan dunia lain yaitu Kolonial Belanda. Masa kependudukan Jepang memberi kesempatan bagi dirinya untuk memperkuat figur sebagai tokoh pimpinan di pentas politik nasional masa itu. Jepang juga berjanji untuk memberikan apa yang tidak pernah diberikan oleh pihak Belanda dibawah perlindungan Sekutu untuk mencapai kemerdekaan.

76

(44)

menjajah Belanda. Tapi Soekarno menanggapinya sebagai upaya untuk bekerjasama dengan saudara tuanya Jepang.

Dengan terbentuknya PUTERA (Pusat Tenaga Rakayat) pada 8 Maret 1943 oleh Jepang dimanfaatkan sebagai sebuah wadah yang strateginya dalam mengumpulkan kekuatan nasional dan reorientasi pergerakan nasional, tapi dalam upayanya strategi dan taktik ini disamarkan dari oleh pihak Jepang. Waktu realisasi itu begitu dekat, kesediaan Soekarno untuk bekerjasama begitu besar sehingga mau tidak mau dari sudut pandang sekutu dianggap sesuatu kolaborasi. Semua ketika peluang-peluang peperangan bagi Jepang telah tertutup, jalan kembali tidak ada lagi dan realisasi impian tadi berubah menjadi suatu perlombaan dengan waktu. Pendirian PUTERA agaknya sebuah langkah maju dan menggembirakan dalam rangka menuju Indonesia Merdeka.

Tetapi rasa puas tentang kemajuan ini sudah banyak berkurang sebelum tanggal didirikannya, karena Perdana Menteri Tokjo mengumumkan kemerdekaan bagi Filiphina dan Burma, sesuatu yang belum di dapatkan Indonesia terlebih lagi Jawa dari Pemerintahan Jepang. Tapi karena peran Sentralnya di PUTERA dalam kurun waktu berbulan-bulan akhirnya Soekarno dapat tampil sebagai pemeran pergerakan nasioanl utama di pulau Jawa77

77

Giebels, op. cit, 2001, hal. 282

(45)

dianggap organisasi yang tidak tunduk terhadap pemerintah Belanda, termasuk Soekarno yang tetap pada jalur Non ko-operatif dengan kolonial Belanda.

2.2

. Perkembangan Politik Luar Negeri Indonesia Tahun (1945-1966)

2.2.1. Politik Luar negeri Indonesia Periode Perjuangan Kemerdekaan

(1945-1949)

Terbentuknya Indonesia sebagai negara kesatuan merupakan kesadaran seluruh komponen bangsa tanpa mempersoalkan latar belakang agama, suku dan bahasa. Kesadaran itu lahir dari kehendak bersama untuk membebaskan diri dari belenggu penjajahan dan kolonialisme yang tidak sesuai dengan semangat dan nilai-nilai kemanusiaan universal. Semangat ini menjadi modal dasar dan landasan kuat untuk menyatukan dan meleburkan diri dengan penuh kerelaan dalam bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia78

Proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 menjadi pemisah antara masa kehidupan sebagai Negara jajahan dan masa menjadi masa yang merdeka, berdaulat serta bebas menentukan jalan hidupnya. Kemerdekaan Indonesia direbut

. Keinginan untuk bernegara ini tercermin secara nyata dalam Sumpah Pemuda tahun 1928 yang melahirkan nasionalisme Indonesia yang sekaligus mampu mendorong dalam proses pencapaian kemerdekaan Republik Indonesia.

78

(46)

melalui perjuangan bersenjata dengan mematahkan kekutan senjata penjajah yang jauh lebih modern. Sekalipun kekutan persenjataannya tidak memadai, berkat perjuangan yang dijiwai semangat persatuan dan kesatuan bangsa yang tidak kenal menyerah, rela berkorban yang diiringi motivasi tinggi maka penjajah akhirnya bias diusir. Diantara Negara-negara yang merdeka setelah perang dunia ke II hanya sedikit yang merebut kemerdekaannya dengan revolusi, salah satunya adalah Indonesia.

Perumusan politik luar negeri Indonesia pascakemerdekaan merupakan kalkulasi yang komprehensif antara posisi realpolitik Indonesia secara internasional (Pem. RI atas pidato Hatta), image positif founding father terhadap Indonesia, serta keinginan untuk eksis dalam percaturan politik internasional yang dibungkus Dalam pertimbangan geopolitik untuk mencari kemerdekaan RI secara menyeluruh (Pem RI respon pidato Hatta) sebagai tujuan nasional. Kemerdekaan yang dimaksudkan adalah pengakuan internasional – yang bisa didapatkan melalui usaha penegakan ketertiban umum demi meraih simpati Sekutu – dan upaya untuk menjaga kesatuan wilayah kedaulatan secara integral. Upaya ini bukanlah hal yang mudah dengan aib militerisme Jepang dimasa lampau (MichaelLeifer,1989).79

79

Ibid

(47)

Politik luar negeri merupakan suatu aspek kegiatan kehidupan bangsa dan negara dalam artian bahwa melalui pelaksanaan politik luar negeri itu terselenggaralah interaksi bangsa dan negara dengan komunitas internasional

(masyarakat internasional); melalui politik luar negeri maka suatu bangsa dan negara memasuki pergaulan antar bangsa.80

Yang mendasari pelaksanaan politik luar negeri pada masa itu ialah suatu pendekatan unik untuk mencapai sasaran. Perlawanan bersenjata tidak dikesampingkan begitu saja, akan tetapi kemerdekaan dipandang lebih dapat dicapai dan dipeertahankan melalui proses diplomasi yang melibatkan mediasi pihak ketiga.

Politik luar negeri Indonesia lahir dari rentetan sejarah yang panjang diawali dari perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia. Indonesia memperoleh pengakuan kedaulatan dari pemerintah belanda pada tanggal 27 desember 1949 sebagai hasil konferensi meja bundar (KMB) yang diselenggarakan di Den Haag, negeri belanda. Empat tahun sebelumnya, tepatnya pada tanggal 17 agustus 1945, kemerdekaan Indonesia telah diproklamasikan hanya dua hari setelah jepang menyerah pada sekutu. Politik luar negeri Indonesia mendapatkan bentuk awalnya dari usaha-usaha repoblik ini memperoleh pengakuan internasional guna mencegah kembalinya kekuasaan Kolonial Belanda.

(48)

melibatkan diri selama tahun 1947 melalui media PBB, indentitas internasional Indonesia semakin diperkuat.

Sehubungan dengan itu Presiden Soekarno sendiri pada peringatan Hari Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan Ketiga mengatakan :

“Bangsa Indonesia telah memasuki dunia internasional. Cepat atau lambat dunia pasti akan ikut serta dalam menyelesaikan konflik Indonesia-belanda. Hal inilah yang menjadi dasar politikluar negeri Republik.” 82

Pengalaman mencapai kemerdekaan dengan cara seperti ini menunjukan kegunaan suatu teknik Diplomasi yang pada waktu berikut-berikutnya digunakan dalam menyelesaikan perselisihan internasional. Disamping itu pengalaman pahit dengan belanda, dan sikap Negara-negara adikuasa yang serba mendua terhadap pernyataan kemerdekaan Indonesia mempunyai pengaruh yang menentukan pada wawasan internasional para pemimpin politik setelaha penyerahan kedaulatan. Disamping itu konflik dengan Belanda juga berperan mempertegas pertentangan politik di dalam pergerakannasionalis yang tak begitu homogen.

(49)

Pandangan yang terakhir ini memainkan peranan penting dalam mempertahankan momentum revolusi nasional, dan pada akhirnya juga memainkan peranan penting dalam mencegah upaya Belanda menerapkan penyelesaian secara militer.

Walaupun esensi kedua cara ini berbeda, tetapi para pendukung kedua strategi ini memiliki titik temu dalam kesamaan pengalaman yang diteruskan kedalam kemerdekaan.

Pada periode ini ada tiga sasaran pokok yang hendak dicapai oleh politik luar negeri Indonesia, yakni :

a) Mencari pengakuan internasional atas kemerdekaan Indonesia

b) Mempertahankan kemerdekaan dari usaha Belanda yang ingin kembali ke Indonesia memaksakan pemerintah kolonialnya berdasarkan pada dekrit Ratu Wihelmina 7 Desember 1942;

c) Mencari penyelesaian sengketa dengan Belanda melalui Negara ketiga sebagai mediator atau dengan melalui forum PBB (Agung, 1973,29)

Prinsip ideal politik luar negeri telah dinyatakan dinegara Indonesia sebagai “bebas dan aktif”. Prinsip ini dikemukakan pertama kali pada bulan September 1948 oleh Almarhum Mohammad Hatta, Wakil Presiden pertama yang merangkap sebagai Perdana Menteri yang disampaikan melalui pidatonya yang berjudul ”Mendayung Antara Dua Karang”.

Sejak saat itu, RI menganut ”politik luar negeri yang bebas dan aktif yang dipahami sebagai sikap dasar RI yang menolak masuk dalam salah satu blok

82

(50)

negara superpowers; menentang pembangunan pangkalan militer asing di dalam negeri; serta menolak terlibat dalam pakta pertahanan negara-negara besar.

Namun, RI tetap berusaha aktif terlibat dalam setiap upaya meredakan ketegangan di dunia internasional. Seperti diamanatkan konstitusi, RI juga menentang segala bentuk penjajahan di atas muka bumi ini, dan menegaskan bahwa politik luar negeri harus diabdikan untuk kepentingan nasional.

Inti dari azas politik luar negeri yang harus ditempu Indonesia dalam situasi internasional yang ditanda tangani oleh pertentangan antara dua raksasa atau kubu, adalah tidak memihak dan kepercayaan pada diri sendiri. Dalam kata-kata Bung Hatta pada waktu itu antara lain adalah :

“Tetapi mestikah kita bangsa Indonesia memperjuangkan kemerdekaan bangsa dan negara kita, hanya harus memilih anatara Rusia atau pro-AS? Apakah tak ada pemikiran yanh harus kita ambil dan mengejar cita-cita kita? Pendirian yang harus kita ambil adalah supaya kita jangan menjadi objek dalam pertarungan politik internasional melainkan kita harus tetap menjadi subjek yang menentukan sikap kita sendiri, berhak menentukan tujuan kita sendiri, yaitu Indonesia merdeka seutuhnya. Perjuangan kita harus diperjuangkan atas dasar semboyan yana lama; percaya akn diri sendiri dan berjuang atas kesanggupan diri sendiri. Ini tidak berarti kita tidak mengambil keuntungan dari pada pergolakan politik Internasional. Memang tiap-tiap politik untuk mencapai kedudukan negara yang kuat telah”.83

(51)

dan menempuh jalannya sendiri dalam berbagai masalah Internasional. Selain itu pernyataan pemerintah dan penjelasan hatta itu menggungkapkan dalil-dalil dasar dari apa yang kemudian dikenal sebagai azas non blok dalam politik luar negeri, suatu azas yang merupakan dasar bersama bagi Negara-negara Asia, Afrika dan Amerika Latin.

Selain bebas dan aktif, politik luar negeri Indonesia sebagai negara yang baru saja merdeka, Indonesia sangat sadar akan kemerdekaannya itu dengan sangat peka terhadap penjajahan. Sebab itu, politik luar negeri Indonesia pada dasarnya yang anti-kolonialisme, seperti tercermin dalam pembukaan UUD 1945, diawali dengan kalimat “ Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”. Sikap ini diperkuat dengan penjelasan lebih lanjut oleh Bung Hatta dlam kaitannya dengan politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif, bahwa tujuan utama politik luar negeri Indonesia, yakni :

a) Mempertahankan kemerdekaan rakyat dengan menjaga keselamatan Negara. b) Untuk mendapatkan perlengkapan pokok yang membangun kembali apa yang

telah hancur atau rusak dan modal bagi industri aliansi, pembuatan dan mekaninisme sebagaian pertanian.

Ada dua hal yang dapat dicatat dalam periode ini, yaitu :

- pencapaian kepentingan nasional (national interest) untuk mendapatkan pengakuan internasional karena pada periode ini banyak negara yang belum mengakui keberadaan indonesia sebagai negara yang berdaulat.

83

(52)

- Pada periode ini, politik luar negeri yang bebas-aktif mendapatkan suatu ujian dengan terjadinya pemberontakan PKI di Madiun 1948.

2.2.2 Politik Luar Negeri Indonesia Periode Demokrasi Liberal

(1950-1959)

Awal tahun 1950-an, Indonesia memperlihatkan diri seperti apa yang menjadi pidato Moh. Hatta, sebagai suatu negara yang tidak memihak kepada salah satu blok yang terlibat dalam perang dingin. Walaupun Indonesia bersikap netral, bukan berarti Indonesia bekerja secara aktif untuk perdamaian dunia dan peredaan ketegangan internasional. Meskipun Indonesia sering dianggap ekslusif condong ke Barat, tetapi Indonesia menolak menyokong Amerika dalam Perang Korea. Tanggapan Indonesia itu bisa ditafsirkan sebagai adanya perasaan takut akan dominasi asing yang baru, yang diakibatkan adanya perasaan baru bebas dari kolonialisme yang bercampur-baur dengan dampak pertentangan perang dingin yang terjadi pada saat itu.

(53)

Di sini dapat diartikan bahwa politik luar negeri yang bebas dan aktif adalah Indonesia harus menghindarkan diri dari perjanjian internasional yang memungkinkan Indonesia terikat kepada salah satu blok. Bahkan secara tegas, Moh. Hatta dalam tulisannya di majalah politik, Foreign Affairs, pada tahun 1953, menolak pandangan yang mengatakan bahwa tidak adanya suatu posisi tengah dalam perang dingin. Selanjutnya Moh. Hatta menegaskan bahwa situasi geopolitik Indonesia yang tidak mengandung “keharusan untuk membuat pilihan di antara dua blok besar”.

Kebijakan Indonesia yang memilih jalan tengah dalam masalah luar negeri, dianggap oleh Justus M. Van der Kroef, sebagai suatu kondisi yang diperlukan bagi pembangunan dalam negeri. Keterlibatan luar negeri dan mengikat diri secara tetap terhadap negara-negara besar, dianggap mengganggu keseimbangan kehidupan poltik dalam negeri yang tak menentu dan akan pula menghambat pembangunan Indonesia sebagai suatu bangsa yang bebas. Ketika Ali Sastroamidojo, tokoh PNI menjabat sebagai Perdana Menteri. ia menafsirkan politik luar negeri yang bebas dan aktif itu bukan berarti menghindari dari fakta tetapi juga menjalin hubungan yang berimbang di antara kedua blok.

(54)

bekas jajahan yang mampu menyelenggarakan suatu pertemuan internasional yang bertujuan untuk menyatakan sesuatu dalam pengaturan menyeluruh masyarakat dunia internasional.

Pada tanggal 17 Mei 1956 Presiden Soekarno mendapat kehormatan untuk menyampaikan pidato di depan Kongres Amerika Serikat dalam rangka kunjungan resminya ke negeri tersebut. Sebagaimana dilaporkan dalam halaman pertama New York Times pada hari berikutnya, dalam pidato itu dengan gigih Soekarno menyerang kolonialisme. Perjuangan dan pengorbanan yang telah kami lakukan demi pembebasan rakyat kami dari belenggu kolonialisme,” kata Bung Karno, “telah berlangsung dari generasi ke generasi selama berabad-abad.” Tetapi, tambahnya, perjuangan itu masih belum selesai. “Bagaimana perjuangan itu bisa dikatakan selesai jika jutaan manusia di Asia maupun Afrika masih berada di bawah dominasi kolonial, masih belum bisa menikmati kemerdekaan?”84 pekik Soekarno di depan para pendengarnya.

Pemberontakan yang gagal di lainnya yang dimulai sejak 1958, ditambah kegagalan MPR untuk mengembangkan konstitusi baru, melemahkan sistem parlemen Indonesia. Akibatnya pada Presiden bersifat sementara, yang memberikan kekuatan presidensil yang besar, dia tidak menemui banyak hambatan.

84

(55)

Dalam masa ini yang patut dicatat adalah :

- Awal dari perjuangan Indonesia untuk mencapai kepentingan nasional, yaitu keutuhan wilayah (dalam mempertahankan wilayah Irian Barat).

- Bangsa Indonesia berhasil menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika pada tanggal 18 April 1955 di Bandung. Ini merupakan yang pertama kali Indonesia dan bangsa-bangsa di Asia-Afrika berkumpul dan menyatakan tekad bahwa mereka tidak bersedia mengikuti salah satu blok Negara-negara besar dalam menghadapi masalah-masalah dunia.

Sistem Demokrasi Liberal ternyata membawa akibat yang kurang menguntungkan bagi stabilitas politik. Berbagai konflik muncul ke permukaan. Misalnya konflik ideologis, konflik antar kelompok dan daerah, konflik kepentingan antarpartai politik. Hal ini mendorong Presiden Soekarno untuk mengemukakan Konsepsi Presiden pada tanggal 21 Februari 1957.Berikut ini isi Konsepsi Presiden.:

a. Penerapan sistem Demokrasi Parlementer secara Barat tidak cocok dengan kepribadian Indonesia, sehingga sistem demokrasi parlementer harus diganti denganDemokrasiTerpimpin

.b. Membentuk Kabinet Gotong Royong yang anggotanyasemuapartaipolitik.c. Segera dibentuk Dewan Nasional.

(56)

pada sat lain dapat memihak ke Blok Timur. Ini menunjukan bahwa Indonesia mempunyai pandangan sendiri dalam menghadapi masalah-masalah internasional.

2.2.3. Politik Luar Negeri Indonesia Peride Demokrasi Terpimpin

(1960-1966).

Istilah “demokrasi terpimpin” untuk pertama kalinya dipakai secara resmi dalam pidato Presiden Soekarno pada tanggal 10 November 1956 ketika membuka Konstituante. Istilah dan pengertian “demokrasi terpimpin” timbul dari keinsafan, kesadaran dan keyakinan akan keburukan-keburukan yang diakibatkan oleh paham liberalisme. Paham liberalisme yang mendewa-dewakan kebebasan perseorangan seperti dianut dan dilaksanakan di dunia Barat mengakibatkan terpecahnya masyarakat menjadi dua golongan ekonomi yang kepentingan hidupnya saling bertentangan, yaitu golongan manusia yang dapat menguasai alat-alat produksi sebagai hasil perlombaan yang bebas dan golongan manusia yang tidak mempunyai kekuasaan atas alat-alat produksi karena terdesak di dalam perlombaan yang bebas itu.

(57)

Pelaksanaan demokrasi terpimpin dimulai dengan berlakunya Dekrit Presiden 5 Juli 1959.

Latar Belakang dikeluarkan dekrit Presiden :

Undang-undang Dasar yang menjadi pelaksanaan pemerintahan negara belum berhasil dibuat sedangkan Undang-undang Dasar Sementara (UUDS 1950) dengan sistem pemerintahan demokrasi liberal dianggap tidak sesuai dengan kondisi kehidupan masyarakat Indonesia. Kegagalan konstituante dalam menetapkan undang-undang dasar sehingga membawa Indonesia ke jurang kehancuran sebab Indonesia tidak mempunyai pijakan hukum yang mantap. Situasi politik yang kacau dan semakin buruk.

Terjadinya sejumlah pemberontakan di dalam negeri yang semakin bertambah gawat bahkan menjurus menuju gerakan sparatisme. Konflik antar partai politik yang mengganggu stabilitas nasional Banyaknya partai dalam parlemen yang saling berbeda pendapat sementara sulit sekali untuk mempertemukannya. Masing-masing partai politik selalu berusaha untuk menghalalkan segala cara agar tujuan partainya tercapai. Demi menyelamatkan negara maka presiden melakukan tindakan mengeluarkan keputusan Presiden RI No. 75/1959 sebuah dekrit yang selanjutnya dikenal dengan Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Tujuan dikeluarkan dekrit adalah untuk menyelesaikan masalah negara yang semakin tidak menentu dan untuk menyelamatkan negara. Disebut Demokrasi terpimpin karena demokrasi di Indonesia saat itu mengandalkan pada

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan internasional saat ini bukan hanya ditentukan oleh kebijakan luar negeri Indonesia terhadap suatu masalah saja, melainkan politik luar negeri juga

Konsep politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif dan dapat bekerjasama membentuk interaksi satu sama lain menjadikan Indonesia memiliki banyak relasi yang dapat membantu

(1) Pedoman Retensi Arsip Sektor Politik, Hukum dan Keamanan Urusan Hubungan Luar Negeri dan Politik Luar Negeri ini disusun oleh Arsip Nasional Republik Indonesia bersama dengan

Pada era Soeharto lebih memfokuskan kebijakan politik luar negeri untuk memperbaiki citra Indonesia di kancah Internasional dan mengarahkan kepada pembangunan ekonomi

MAKALAH POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA PADA MASA PEMERINTAHAN PRESIDEN B.J

Tidak tertutup kemungkinan bahwa kesederhanaan dan kejujuran Jokowi akan sangat menentukan prioritas-prioritas dalam politik luar negeri Indonesia,

Kedekatan Indonesia dengan negara-negara komunis pada saat itu ternyata mempengaruhi agresivitas politik luar negeri Indonesia. Hal ini tidak lepas dari faktor-faktor determinan

Pada masa Soeharto, politik luar negeri Indonesia cenderung sangat kooperatif dengan negara- negara lain, khususnya negara-negara Barat. Konsep kebangsaan atau