• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ekuitas Merek Dan Brand Loyalty Blackberry (Studi Deskriptif tentang Pengaruh Ekuitas Merek Blackberry terhadap Brand Loyalty pada Kalangan Mahasiswa FISIP USU)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Ekuitas Merek Dan Brand Loyalty Blackberry (Studi Deskriptif tentang Pengaruh Ekuitas Merek Blackberry terhadap Brand Loyalty pada Kalangan Mahasiswa FISIP USU)"

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)

EKUITAS MEREK DAN BRAND LOYALTY BLACKBERRY

(Studi Deskriptif tentang Pengaruh Ekuitas Merek Blackberry terhadap Brand Loyalty pada Kalangan Mahasiswa FISIP USU)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana llmu Sosial dan Ilmu Politik

Diajukan Oleh:

IRA ELVIANA

070904090

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Ekuitas Merek Dan Brand Loyalty BlackBerry (Studi Deskriptif tentang Pengaruh Ekuitas Merek BlackBerry terhadap Brand Loyalty pada Kalangan Mahasiswa FISIP USU). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana ekuitas merek BlackBerry dikalangan mahasiswa FISIP USU serta bertujuan untuk mengetahui sejauh mana ekuitas merek produk BlackBerry berpengaruh pada Brand Loyalty.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu metode yang hanya memaparkan situasi atau peristiwa, tidak menjelaskan hubungan dan tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Objek penelitian merupakan mahasiswa FISIP USU program regular S1 stambuk 2007-2008 yang masih aktif kuliah. Dengan demikian, maka Populasi dalam penelitian ini berasal dari enam jurusan yang ada di FISIP USU, yaitu: Sosiologi, Administrasi Negara, Kesejahteraan Sosial, Ilmu Komunikasi, Antropologi, Ilmu Politik. Sampel diperoleh berdasarkan pendapat Suharsimi Arikunto, sebesar 7% atau sebanyak 62 orang dari jumlah populasi yaitu 885 orang. Teknik penarikan sampel yang digunakan yaitu teknik penarikan sampel Stratifikasi Proporsional dan Purposive Sampling.

Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Teori Komunikasi, Komunikasi Pemasaran, Teori S-O-R, Merek dan Ekuitas Merek. Data diperoleh melalui penelitian kepustakaan (Library Research) dan penelitian lapangan (Field Research) dengan instrumen kuesioner yang berisi 25 pertanyaan tertulis, yang harus dijawab oleh para responden. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif, dengan menggunakan aplikasi Statistical Product and System Solution (SPSS) 17.0.

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME, karena berkat

rahmat dan karunia-Nya, yang telah mengkaruniai kesehatan dan kelapangan

berpikir kepada Penulis sehingga akhirnya tulisan ilmiah dalam bentuk skripsi ini

dapat diselesaikan.

Adapun judul skripsi ini adalah Ekuitas Merek Dan Brand Loyalty BlackBerry (Studi Deskriptif tentang Pengaruh Ekuitas Merek Blackberry terhadap Brand Loyality pada Kalangan Mahasiswa FISIP USU). Penulisan skripsi ini dimaksudkan guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar sarjana dari Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari banyak mengalami

kesulitan karena keterbatasan dan kemampuan, namun penulis bersyukur dan

berterima kasih karena telah mendapat perhatian dan dukungan dari berbagai

pihak yang turut membantu menyelesaikan skripsi ini. Maka, pada kesempatan ini

penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua orang tuaku tercinta, Papa saya P. Simbolon dan Mama saya

S. Br. Lumban Gaol yang telah memberikan didikan, nasehat, dukungan

yang begitu luar biasa serta doa yang senantiasa menguatkan penulis.

Tiada kata atau apapun di dunia ini yang mampu membalasnya, namun

doaku senantiasa agar Tuhan mengaruniakan yang terbaik untuki Papa &

Mamaku tersayang.

2. Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

(4)

3. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A, selaku Ketua Departemen Ilmu

Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera

Utara.

4. Ibu Dra. Dayana, M.Si, selaku Sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi,

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

5. Drs. Safrin, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi penulis, yang telah

membimbing dan memberikan arahan kepada penulis hingga selesainya

skripsi ini dengan baik.

6. Drs. Syafruddin Pohan, M.Si, Ph.D selaku dosen wali penulis selama ini.

7. Keluarga besar penulis, yaitu adik-adik tercinta Frido Canigia Simbolon

dan Stefan Ray Simbolon. Doa dan dukungan kalian adalah semangat

terbesar bagi kakak adik-adikku.

8. Untuk yang terkasih Josafat Manurung yang tiada hentinya memberikan

doa, dukungan, perhatian, nasihat, serta semangat untuk saya selama ini,

terkhusus dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Sahabatku tercinta, yaitu Lehe dan Rona, tempat menuangkan segala

sesuatu, kesal, gundah, dan marah. Bahkan tempat berekspresi dengan

tertawa riang (sekuat-kuatnya) bersama. Aku menyayangi kalian

sahabatku.

10.Teman-teman di UKM Bola Voly USU yang selalu memberikan semangat

serta waktu libur latian voly untuk beberapa saat selama saya mengerjakan

(5)

11. Teman-teman di Kost Bulang, terutama Yuni dan Endang, dua orang jawa

yang begitu sering aku ganggu (teman berbagi suka dan duka).

12.Teman – teman GMKI Komisariat FISIP USU, tempat dimana penulis

mendapatkan pelajaran dan hal bermakna serta pengalaman berharga.

13.Teman - teman di Komunikasi ‘07, yang selama ini memberikan warna,

canda, tawa, serta semangat di hari-hari penulis. Oche, Tika, Setya, Randy,

Andi, Astri, Inda, terima kasih sudah menjadi teman yang baik di

Komunikasi ‘07. Sukses untuk kita semua Komunikasi ‘07.

14.Kepada para Dosen Departemen Ilmu Komunikasi yang selama ini telah

memberikan ilmu yang sangat berguna kepada penulis.

15.Kak Icut (yang selalu mengatakan aku mirip dengan Kak Khairi Nur

Samsi), Kak Maya, dan Kak Ros yang telah membantu dalam segala hal

yang berkaitan dengan proses administrasi.

16.Teman-teman yang telah membantu saya dalam proses penyebaran dan

pengolahan data kuesioner serta semua pihak yang telah membantu

penulis selama ini, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Saya menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu

penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun

demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga bermanfaat bagi kita semua.

Penulis, Mei 2011

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah ... 1

I.2 Perumusan Masalah ... 6

I.3 Pembatasan Masalah ... 6

I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

I.4.1 Tujuan Penelitian ... 7

I.4.2 Manfaat Penelitian ... I.5 Kerangka Teori ... 8

I.5.1 Komunikasi ... 9

I.5.2 Komunikasi Pemasaran ... 11

I.5.3 Merek ... 12

I.5.4 Ekuitas Merek ... 15

I.5.5 Brand Loyalty ... 16

I.5.6 Teori S-O-R ... 19

I.6 Kerangka Konsep ... 21

I.7 Model Teoritis ... 23

(7)

I.9 Defenisi Operasional ... 25

BAB II URAIAN TEORITIS II.1 Komunikasi II.1.1 Pengertian Komunikasi ... 32

II.1.2 Proses Komunikasi ... 34

II.1.3 Unsur-Unsur Komunikasi ... 36

II.1.4 Hambatan Komunikasi ... 38

II.1.5 Ruang Lingkup Komunikasi ... 39

II.2 Komunikasi Pemasaran ... 42

II.2.1 Sejarah Komunikasi Pemasaran ... 42

II.2.2 Defenisi Komunikasi Pemasaran... 43

II.2.3 Sifat Dasar Komunikasi Pemasaran ... 48

II.2.4 Lingkup Dan Sarana Komunikasi Pemasaran ... 51

II.2.5 Kegunaan Komunikasi Pemasaran ... 55

II.3 Merek ... 56

II.4 Ekuitas Merek ... 60

II.5 Brand Loyalty ... 63

II.6 Teori S-O-R ... 66

BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Deskripsi Lokasi Penelitian III.1.1 Sejarah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU ... 69

III.1.2 Program Studi ... 79

(8)

III.1.4 Tujuan, Tugas dan Fungsi FISIP USU ... 80

III.2 Metodologi Penelitian III.2.1 Metode Penelitian ... 81

III.2.2 Lokasi Penelitian ... 81

III.3 Populasi dan Sampel ... 82

III.4 Teknik Penarikan Sampel ... 84

III.5 Teknik Pengumpulan Data ... 86

III.6 Teknik Analisis Data ... 87

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Pelaksanaan Pengumpulan Data ... 88

IV.2 Pengolahan Data ... 89

IV.3 Analisis Deskriptif ... 90

IV.3.1 Karakteristik Responden ... 91

IV.3.2 Tingkat Ekuitas Merek BlackBerry pada Mahasiswa ... 93

IV.3.3 Tingkat Loyalitas Merek BlackBerry pada Mahasiswa ... 105

IV.4 Pembahasan ... 112

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1 Kesimpulan ... 119

V.2 Saran ... 120

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1. Variabel Operasional ... 24

2. Populasi ... 83

3. Distribusi Sampel ... 86

4. Projective Questioner ... 87

5. Jenis Kelamin ... 92

6. Stambuk ... 92

7. Departemen ... 93

8. Tingkat Pengenalan Merek BlackBerry ... 94

9. Tingkat Kemudahan BlackBerry Diingat ... 95

10. Pernyataan tentang BlackBerry merek yang Pertama Muncul dalam Ingatann ... 96

11. Gambaran tentang BlackBerry ... 97

12. Kata-kata yang Terlintas saat mendengar BlackBerry ... 98

13. Pengetahuan akan Keberadaan Fitur BlackBerry Messenger ... 99

14. Pemenhuhan Fitur BlackBerry ... 100

15. Slogan BlackBerry ... 101

16. Pengaruh Slogan dalam Keputusan Pengunaan ... 102

17. Kepuasan terhadap Fasilitas BlackBerry ... 103

18. Pernyataan Bangga terhadap Penggunaan BlackBerry ... 104

19. Penilaian terhadap BlackBerry ... 105

20. BlackBerry Mmpermudah Akses berbagai Situs... 105

21. BlackBerry Mempermudah Pengiriman File ... 106

22. Kesesuaian Penggunaan BlackBerry Dengan Gaya Hidup ... 107

23. BlackBerry dapat Meningkatkan Prestige ... 108

24. Produk Sejenis Lain Mempengaruhi Keputusan Penggunaan ... 109

25. BlackBerry Digunakan Sesuai dengan Kebutuhan ... 110

26. BlackBerry Memiliki Keunikan dan Ciri Khas ... 111

27. Fitur BlackBerry Mempengaruhi Penggunaannya ... 112

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(11)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Ekuitas Merek Dan Brand Loyalty BlackBerry (Studi Deskriptif tentang Pengaruh Ekuitas Merek BlackBerry terhadap Brand Loyalty pada Kalangan Mahasiswa FISIP USU). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana ekuitas merek BlackBerry dikalangan mahasiswa FISIP USU serta bertujuan untuk mengetahui sejauh mana ekuitas merek produk BlackBerry berpengaruh pada Brand Loyalty.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu metode yang hanya memaparkan situasi atau peristiwa, tidak menjelaskan hubungan dan tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Objek penelitian merupakan mahasiswa FISIP USU program regular S1 stambuk 2007-2008 yang masih aktif kuliah. Dengan demikian, maka Populasi dalam penelitian ini berasal dari enam jurusan yang ada di FISIP USU, yaitu: Sosiologi, Administrasi Negara, Kesejahteraan Sosial, Ilmu Komunikasi, Antropologi, Ilmu Politik. Sampel diperoleh berdasarkan pendapat Suharsimi Arikunto, sebesar 7% atau sebanyak 62 orang dari jumlah populasi yaitu 885 orang. Teknik penarikan sampel yang digunakan yaitu teknik penarikan sampel Stratifikasi Proporsional dan Purposive Sampling.

Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Teori Komunikasi, Komunikasi Pemasaran, Teori S-O-R, Merek dan Ekuitas Merek. Data diperoleh melalui penelitian kepustakaan (Library Research) dan penelitian lapangan (Field Research) dengan instrumen kuesioner yang berisi 25 pertanyaan tertulis, yang harus dijawab oleh para responden. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif, dengan menggunakan aplikasi Statistical Product and System Solution (SPSS) 17.0.

(12)

BAB 1

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah

Setiap saat di hadapan kita terpampang aneka merek yang menyampaikan

pesan berupa bujukan untuk mengkonsumsi dan memakai suatu produk. Kita

menyadari bahwa pada dasarnya kita merupakan sasaran terpaan komunikasi

pemasaran. Ada banyak tempat yang dijadikan sebagai lokasi strategis penyampai

pesan iklan, seperti jalan, pasar swalayan, tempat kerja, dan tempat-tempat

lainnya. Pesan-pesan aneka merek tersebut dapat ditemui dalam berbagai bentuk,

ukuran dan model yang menarik, juga melalui berbagai media lain baik elektronik

maupun cetak.

Keberadaan merek-merek ini tentu saja tidak terlepas dari kampanye

komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh produsen. Merek diperkenalkan

melalui metode pemasaran yang biasa dilakukan melalui kegiatan periklanan.

Melalui kegiatan ini khalayak memperoleh informasi tentang produknya sebelum

mengkonsumsi atau menggunakannya. Berangkat dari persoalan ini, maka sangat

diperlukan suatu langkah pengelolaan merek yang diintegrasikan juga dalam

manajemen perusahaan.

Pengakuan bahwa merek adalah aktiva atau ekuitas perusahaan adalah dasar

bagi perlakuan terhadap merek selanjutnya sekaligus penghormatan bagi

kelangsungan kehidupan perusahaan. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa

merek merupakan identitas khas bagi produk. Merek juga mencerminkan apa

(13)

kalangan pemasar sebagai suatu relatifitas nilai atas merek yang dipersepsikan

oleh konsumen dan rantai penjualan (distribusi hingga ke konsumen). Relatifitas

nilai itu sendiri dikaitkan terhadap persaingan pasar untuk jangka waktu yang

tertentu. Artinya, suatu merek bisa ekuitasnya naik atau menurun pada suatu

masa, tergantung dari apa yang dilakukan pemilik merek terhadap mereknya

selama kurun waktu itu.

Pada saat ini, ekuitas merek juga sedang marak dalam bisnis produksi

handphone. Handphone saat ini bukan menjadi kebutuhan mewah lagi, namun

sudah menjadi kebutuhan pokok bagi setiap orang. Dari masa ke masa bukan

hanya fasilitas yang ditawarkan semakin lengkap, namun dari segi harga juga

tidak semahal dulu, banyak pilihan untuk memiliki sebuah handphone yang sesuai

dengan keinginan. Mulai dari yang hanya berfungsi untuk sms dan telepon saja,

hingga akses internet (browsing) lewat handphone sekarang juga bisa.

Berbagai fasilitas yang ditawarkan dalam handphone sekarang hampir mirip

dengan komputer berjalan (mini komputer) atau bahkan mungkin dapat dikatakan

memang sama persis fungsinya dengan komputer hanya bentuk dan dari segi

harga yang berbeda, bisa jadi handphone yang memiliki fasilitas terlengkap

sekarang harganya justu lebih mahal dari pada sebuah komputer.

Produk BlackBerry atau BB yang diproduksi oleh RIM (Research in Motion)

setahun terakhir ini, memang menjadi handphone cerdas yang paling diminati

pengguna handphone di tanah air. Tidak heran jika angka pertumbuhannya di

Indonesia dalam setahun bisa mencapai mendekati 500%, saat ini pengguna BB di

(14)

gadget yang paling tinggi pertumbuhan penjualannya, tetapi juga menjadi berita

yang paling diminati pembaca media maupun portal media. BlackBerry, memang

bukan handphone pintar biasa. Sesuai positioning-nya, “Always on, always

connected”, RIM sengaja mengemas handphone ini dengan servis data BB, yang

dikembangkan dan dikelola dalam server RIM. Untuk melayani servis BB ini

RIM mempunyai 2 jenis layanan: BES/BB Entreprise Service dan BIS/BB

Internet Service, dimana sampai saat ini layanan BES masih mendominasi sekitar

80% layanan RIM (id.BlackBerry.com).

BES/BB Entreprise Service merupakan perangkat genggam BlackBerry yang

terintegrasi pada sistem e-mail yang terorganisasi melalui paket perangkat lunak.

BES dapat digunakan oleh jaringan e-mail yang berbasis Microsoft Exchange,

Lotus Domino, dan Novell Group Wise. Khusus pada pengguna individu, mereka

dapat menggunakan layanan e-mail nirkabel yang disediakan oleh provider tanpa

harus menginstalasi BES. Para pengguna individu dapat menggunakan

BlackBerry Internet Solution tanpa harus menginstalasi BES di smartphone

mereka. BES memang ditujukan bagi pelanggan korporasi dengan cakupan usaha

yang besar. Perangkat lunak ini mengintegrasikan seluruh smartphone BlackBerry

pada suatu organisasi dengan sistem perusahaan yang telah ada. Keuntungan yang

diperoleh adalah memperluas komunikasi nirkabel dan data perusahaan kepada

pengguna aktif dengan cara yang aman.

BIS/BB Internet Service Merupakan perangkat lunak yang diperuntukkan

bagi pengguna pribadi ini memungkinkan Anda untuk mengintegrasikan

smartphone dengan 10 akun e-mail yang berbasis

(15)

instan, serta berselancar di internet. Dengan BIS, kita juga dapat membuka

tambahan data (attachment) dalam bentuk excel, word, powerpoint, pdf, zip, jpg,

gif dengan tingkat kompresi data yang tinggi.

Pada tahun fiskal 2009, RIM telah menjual sekitar 25 juta BB ke 160 negara

di dunia. Dan itu menghasilkan sekitar USD 11 miliar, dimana 96,5% diperoleh

dari penjualan melalui operator. Karena keunikan produk, dan sasaran pasarnya

yang mengarah ke dalam bentuk usaha, maka sejak awal RIM menggunakan jalur

operator telekomunikasi dan distributor yang ditunjuk sebagai mitra distribusi.

Saat ini ada lebih dari 475 operator dan distributor yang menjadi kanal penjualan

BB di dunia. Pola ini cukup berhasil dikembangkan di AS maupun Eropa.

Pertumbuhan pasar di Indonesia memang berbeda dengan negara-negara lain.

Di sini, pengguna BB jenis BIS yang tumbuh pesat, menguasai sekitar 80-90%

pengguna BB Tanah Air. Ini memang anomali, karena pasar BB di Asia pun

masih didominasi jenis BES. Sementara model bisnis yang diterapkan RIM di sini

sama dengan di negara lain, yakni bekerjasama dengan sejumlah operator di

Tanah Air. Saat ini tercatat ada 4 operator yang menjadi partner RIM: Indosat,

XL, Telkomsel, dan Axis (id.BlackBerry.com).

Permintaan pasar yang cukup besar, ditambah kekhususan BB ini memang

menimbulkan sejumlah dampak bagi pasar BB di Tanah Air. Pertama, maraknya

penjualan BB yang bukan berasal dari operator partner (dan distributornya) RIM.

Saat ini tercatat ada 3 jenis BB yang beredar di sini, yakni: BB yang diimpor

operator yang menjadi mitra RIM, BB dari importir paralel, bukan ditunjuk RIM

(16)

Masalah yang terjadi adalah seberapa besarkah ekuitas merek yang dimiliki

oleh sebuah BlackBerry, sehingga membuat produk ini begitu diminati oleh

beberapa kalangan masyarakat terutama kalangan muda. BlackBerry yang dalam

perkembangannya di dunia bisnis alat telekomunikasi di Indonesia masih

tergolong baru, sudah mampu menyita perhatian beberapa “penggila” handphone

jenis baru. Tersedianya fitur-fitur internet yang dapat terkoneksi ke berbagai situs

secara cepat menjadi salah satu concern dari BlackBerry yang membuatnya

mampu bersaing dengan produk handphone lainnya. Padahal banyak

produk-produk lainnya yang juga menawarkan fitur-fitur sejenis, namun sepertinya ada

kekuatan merek atau nilai lebih yang dimiliki oleh BlackBerry yang membuat

calon konsumen memilih untuk menggunakannya.

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sumatera Utara. Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sumatera Utara dipilih menjadi responden penelitian, karena menurut peneliti

mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik merupakan khalayak yang

memiliki daya analisis yang lebih responsif dalam menentukan sikap dengan apa

yang ada di sekitarnya, yang dalam hal ini pada segi penentuan suatu produk

handphone, khususnya pengguna BlackBerry. Hal ini juga tidak terlepas dari

konsentrasi studi mahasiswa yang terdiri dari berbagai departemen, yang erat

dengan permasalahan sosial budaya, politik dan lebih spesifiknya dari segi

ekonomi. Tentu pemahaman akan suatu produk yang memiliki inovasi-inovasi

terbaru, dapat digunakan sebagai suatu wacana yang menarik untuk didiskusikan.

Bahkan sampai pada tahap keputusan untuk menggunakan produk itu sendiri tidak

(17)

dengan permasalahan publik yang sedang hangat dibicarakan, melihat trend dari

BlackBerry ini merupakan suatu inovasi yang penelitian ini nantinya akan

dilakukan dengan memilih sampel yang tidak dapat langsung dipandang sebelah

mata, justru jika digali lebih dalam, ini akan menjadi topik yang juga dapat

menambah wawasan akan dunia teknologi.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk meneliti bagaimana

ekuitas merek BlackBerry berpengaruh terhadap brand loyalty pada kalangan

mahasiswa FISIP USU.

I.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat

dikemukakan perumusan masalah sebagai berikut: “Bagaimana Ekuitas Merek

BlackBerry berpengaruh terhadap Brand Loyalty pada Kalangan Mahasiswa

FISIP USU?”

I.3. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas, maka

peneliti merasa perlu untuk membuat pembatasan masalah yang diteliti sehingga

lebih fokus dan spesifik. Adapun yang menjadi pembatasan masalah dalam

penelitian ini adalah:

a. Penelitian ini bersifat deskriptif dimana hanya memaparkan suatu situasi

atau peristiwa secara sistematis, tidak mencari atau menjelaskan hubungan,

(18)

b. Objek penelitian merupakan mahasiswa FISIP USU Pogram S1 angkatan

2007-2008.

c. Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa FISIP USU Pogram S1

angkatan 2007-2008 pengguna BlackBerry.

d. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2011.

I.4. Tujuan dan Manfaat Penelelitian

I.4.1.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan arah pelaksanaan penelitian yang

akan menguraikan apa yang dicapai, disesuaikan dengan kebutuhan

peneliti dari pihak lain yang berhubungan dengan penelitian. Adapun

tujuan penelitian ini terdiri dari:

a. Untuk mengetahui bagaimana ekuitas merek produk BlackBerry di

kalangan mahasiswa FISIP USU.

b. Untuk mengetahui bagaimana ekuitas merek produk BlackBerry

berpengaruh pada Brand Loyalty di kalangan mahasiswa FISIP

USU.

I.4.2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan agar dapat memberikan beberapa manfaat,

(19)

1. Secara Akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya

referensi, bahan penelitian serta sumber bacaan khususnya penelitian

analisis wacana di Lingkungan Ilmu Komunikasi FISIP USU.

2. Secara Teoritis, penelitian ini ditujukan untuk memperkaya khasanah

penelitian terutama tentang komunikasi massa.

3. Secara Praktis, penelitian ini dapat memberi masukan kepada pihak

produsen tentang posisi ekuitas merek BlackBerry di masyarakat

khususnya pada kalangan mahasiswa FISIP USU.

I.5. Kerangka Teori

Rakhmat (1993:6), Kerlinger menyatakan, teori adalah himpunan konstruk

(konsep), defenisi, dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis

tentang gejala dengan menjabarkan relasi di antara variabel, untuk menjelaskan

dan meramalkan gejala tersebut.

Nawawi (1993:40), menjelaskan setiap penelitian memerlukan teori

sebagai landasan kerangka untuk mendukung pemecahan suatu masalah secara

sistematis. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang akan memuat

pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan

(20)

Adapun teori yang relevan dengan penelitian ini adalah:

I.5.1 Komunikasi

Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Dengan berkomunikasi,

manusia dapat saling berhubungan satu sama lain baik dalam kehidupan

sehari-hari di rumah tangga, di tempat pekerjaan, di pasar, dalam masyarakat atau

dimana saja manusia berada. Tidak ada manusia yang tidak akan terlibat dalam

komunikasi.

Secara sederhana dalam proses komunikasi yang terjadi adalah bermuara

pada usaha untuk mendapatkan kesamaan makna atau pemahaman pada subjek

yang melakukan komunikasi tersebut. Komunikasi bukan hanya hal yang paling

wajar dalam pola tindakan manusia, tetapi juga paling rumit (Purba, dkk,

2006:29). Ungkapan diatas tidak dapat dipungkiri karena komunikasi merupakan

hal yang dilakukan sejak manusia lahir ke bumi. Komunikasi dapat diartikan

sebagai bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain

dengan sengaja ataupun tidak sengaja, dan tidak terbatas pada kamunikasi verbal

saja (Cangara, 2006:20).

Komunikasi adalah pertukaran pesan verbal maupun nonverbal antara si

pengirim dan si penerima pesan untuk mengubah tingkah laku (Muhammad,

2007: 4-5). Komunikasi juga dapat diartikan sebagai proses penyampaian pesan

oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau merubah sikap,

pendapat atau perilaku baik langsung maupun tidak langsung melalui media.

Bermacam-macam definisi komunikasi yang dikemukakan orang untuk

(21)

sudut mana mereka memandangnya. Tentu saja masing-masing definisi tersebut

ada benarnya dan tidak salah karena disesuaikan dengan bidang dan tujuan

mereka masing-masing. Rubben memberikan definisi komunikasi manusia yang

lebih komprehensif, yaitu suatu proses melalui mana individu dalam

hubungannya, dalam kelompok, dalam organisasi dan dalam masyarakat

menciptakan, mengirimkan, dan menggunakan informasi untuk mengkoordinasi

lingkungannya dan orang lain.

Lasswel menerangkan bahwa cara terbaik untuk menerangkan komunikasi

adalah dengan menjawab pertanyaan : Who Says What In Which Channel to

Whom With What effect (Siapa Mengatakan Apa Melalui Saluran Apa Kepada

Siapa Dengan Efek Apa). Jawaban dari pertanyaan paradigmatik Lasswell

merupakan unsur-usur proses komunikasi yang meliputi: komunikator, pesan,

media, komunikan, dan efek (Effendy , 2003:254).

Adapun fungsi komunikasi menurut Lasswell adalah sebagai berikut:

1. Pengamatan lingkungan.

2. Korelasi kelompok-kelompok dalam masyarakat ketika menghadapi

lingkungan.

3. Transmisi warisan sosial dari generasi sosial satu ke generasi social

lainnya (Effendy 2003:254).

Tujuan utama mempelajari komunikasi adalah untuk mengetahui

bagaimana efek komunikasi terhadap seseorang, yaitu kondisi yang harus

dipenuhi jika kita menginginkan agar suatu pesan membangkitkan tanggapan

(22)

Seorang komunikator akan mempunyai kemampuan untuk melakukan

perubahan sikap. Pendapat dan tingkah laku komunikator melalui mekanisme

daya tarik pihak komunikan merasa bahwa komunikator ikut serta dengannya,

dengan kata lain pihak komunikan merasa adanya persamaan antara komunikator

dengannya sehingga dengan demikian komunikan bersedia taat kepada pesan

yang dikomunikasikan oleh komunikator.

I.5.2. Komunikasi Pemasaran

Secara konseptual, komunikasi pemasaran pada dasarnya merupakan

bagian integral dari pemasaran. Menurut Nikcels (1984:7), mengatakan bahwa

komunikasi pemasaran adalah pertukaran informasi dan dua arah dan persuasi

yang menunjang proses pemasaran agar berfungsi lebih efektif dan efisien.

Sementara bila diformulasikan secara sederhana, komunikasi pemasaran

merupakan proses pengolahan, produksi, dan penyampaian pesan-pesan melalui

satu atau lebih saluran kepada kelompok khalayak sasaran, yang dilakukan secara

berkesinambungan dan bersifat dua arah dengan tujuan menunjang efektivitas

pemasaran suatu produk (Sendjaja, 1995:3).

Dari literatur konsepsi komunikasi pemasaran ini pada dasarnya berkaitan

dengan konsepsi komunikasi tentang unsur-unsur klasik pemasaran yang lazim

disebut dengan formula “4-P” yakni Product (produk), Price (harga), Place

(tempat), dan Promotion (promosi). Komunikasi tentang 4-P ini kemudian

dijabarkan lagi menjadi beberapa konsep sentral yang meliputi segmentasi pasar,

(23)

merek (branding), pemosisian merek (positioning), serta pelayanan pelanggan

(customer service). (Sendjaja, 1995:4)

I.5.3. Merek

Secara sederhana, merek (brand, brynan) diartikan sebagai “a mark of

simple easly recognized pattern by burning with a hot iron to attest manufacturing

or quality or to designate ownership”. Sebagai identifikasi, suatu merek terdiri

dari unsur nama (brand name), yakni bagian yang dapat diucapkan (seperti

Marlboro, A. Mild, Gudang Garam ) dan unsur (brand mark), yakni bagian merek

yang tidak dapat diucapkan bisa berupa suatu simbol, desain atau suatu

pengepakan yang unik (Wilffidus, 1999:9).

Sebuah merek pada dasarnya mencerminkan janji penjual (produsen)

untuk secara konsisten menyediakan sekumpulan manfaat dan layanan kepada

pembeli. Merek juga mengandung jaminan akan kualitas seperti yang

diungkapkan oleh William G. Nikels yaitu nama merek adalah simbol dari

kualitas bagi para konsumen untuk meyakinkan mereka bahwa produk dan jasa

yang mereka beli hari ini adalah sama kualitasnya dengan yang mereka beli

minggu lalu atau tahun lalu.

Sebagai contoh, deterjen dengan merek So-Klin tentu mengisyaratkan janji

dari produsennya bahwa pengguna merek tersebut akan mendapatkan pakaiannya

menjadi “begitu bersih” setelah dicuci dengan So-Klin. Untuk kasus merek

(24)

atau pengguna handphone mengasosiasikan handphone dengan prestige dan gaya

hidup disamping kegunaan utamanya sebagai salah satu alat komunikasi.

Dewasa ini, ketika tingkat persaingan pasar sudah semakin ketat, merek

bagi produk menjadi sangat penting. Merek menjadi pembeda. Orang tidak

membeli handphone, mereka membeli BlackBerry, NOKIA, Samsung atau yang

lain. BlackBerry berbeda dengan NOKIA, karena konsumen dapat langung

melihat perbedaan dari pengemasannya yaitu tipe handphone, fitur, dan model

dari handphone itu sendiri.

Philip Kotler dan Garry Amstrong (1996:17) memberikan pesan bahwa

perusahaan yang ingin memilih merek untuk produknya harus mempertimbangkan

lima aspek, yaitu:

1. Merek harus mengisyaratkan manfaat dan kualitas produk. Kopi

Torabika berusaha mengkonsumsikan pesan yang berasosiasi

dengan Toraja (salah satu daerah yang dikenal sebagai penghasil

kopi). Arabika (salah satu jenis kpi yang digemari orang). Pasta

gigi Close Up mengirimkan pesan bahwa para penggunanya tidak

perlu takut untuk berbicara dalam jarak dekat.

2. Merek harus mudah diucapkan, dikenal dan diingat. Merek yang

singkat tentu lebih mudah diingat dan diucapkan. Stasiun-stasiun

televisi swasta di Indonesia lebih suka menyingkat nama mereka

yang panjang dan bagus agar lebih mudah diingat dan diucapkan,

(25)

berarti merek yang agak panjang tidak boleh digunakan, syaratnya

nama tersebut tetap mudah diingat dan diucapkan.

3. Merek harus bersifat khas. Ford adalah salah satu merek mobil

terkenal di Amerika, mengambil nama dari pendirinya Henry Ford.

Nama yang khas akan lebih mungkin menjadi faktor pembeda

dibandigkan nama yang bersifat umum dan karenanya akan lebih

berpeluang menonjolkan produk yang menyandang nama tersebut.

4. Merek harus mudah diterjemahkan, diucapkan dalam berbagai

bahasa berbeda dan tidak mengandung arti yang negatif. Pasta gigi

Darkie akhirnya berganti nama/merek menjadi Darlie, karena kara

“Darkie” dirasakan mengandung arti yang melecahkan orang kulit

hitam.

5. Merek harus dapat didaftarkan dan mendapatkan perlindungan

hukum. Merek yang diambil dari kata yang bersifat deskriptif dan

generik mungkin tidak dapat memperoleh perlindungan hukun

yang memadai. Beberapa tahun lalu, Aqua pernah menggugat

produk air minum dalam kemasan (AMDK) lain yang mereknya

mengandung kata aqua. Produk yang mereknya mengandung kata

Aqua membela diri dengan mengatakan bahwa merek Aqua tidak

mendapatkan perlindungan hukum karena kata Aqua bersifat

(26)

I.5.4. Ekuitas Merek

Kekuatan merek (brand equity) atau ekuitas merek sesungguhnya dapat

menjadi sumber-sumber keunggulan bersaing yang berkelanjutan bagi

perusahaan. Lebih dari itu merek sebenarnya membentuk personifikasi dari

produk atau perusahaan yang menghasilkannya, hal ini sejalan dengan pepatah

lama Nomen Est Omen (Latin: nama adalah tanda, pengenal atau identitas).

Merek produk membentuk atau memiliki identitas, citra dan integritas dari

produk atau perusahaan melalui proses persepsi dalam pikiran. Hal ini sejalan

dengan pendapat Stephen pask (1998:30) bahwa suatu merek berkaitan dengan

pelanggan potensial meyakini suatu produk atau jasa.

Pemilik merek tentunya berharap agar merek produknya dapat mencapai

tingkat tertinggi ini. Kekuatan merek jika dilihat secara mendalam dapat diuraikan

lima kelompok Brand Equity (Aaker, 1991:15) yaitu:

1. Brand Loyalty

2. Brand Awarnes

3. Perceived Quality

4. Brand Assosiasion

(27)

Suatu merek yang kuat secara nyata dapat mendukung peningkatan nilai

perusahaan dalam enam hal:

a. Merek yang kuat sangat potensial untuk mendukung keberhasilan

dalam menarik pelanggan-pelanggan lama, daripada suatu merek yang

diragukan konsumen.

b. Merek yang kuat dapat meningkatkan loyalitas konsumen, yang sangat

dibutuhkan oleh perusahaan dalam menghadapi persaingan seperti

dalam hal inovasi.

c. Merek yang kuat pada umumnya memungkinkan pembatasan yang

lebih besar, baik melalui penetapan harga premi, maupun melalui

penekanan biaya-biaya promosi untuk mendapatkan posisi di pasar.

d. Brand Equity merupakan dasar bagi pertumbuhan perusahaan melalui

perluasan merek.

e. Merek yang kuat dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan dalam

mendapatkan kerjasama dengan pihak-pihak terkait dalam rantai nilai

perusahaan, khususnya dengan anggota-anggota sistem saluran

distribusi.

f. Merek yang kuat dapat menjadi jalur untuk membentuk,

mengembangkan, dan mempertahankan keunggulan kompetitif

berkelanjutan perusahaan.

I.5.5. Brand Loyalty

Loyalitas pelanggan merupakan tujuan inti yang diupayakan pemasar. Hal

(28)

perusahaan akan meraih keuntungan. Istilah loyalitas pelanggan sebetulnya

berasal dari loyalitas merek yang mencerminkan loyalitas pelanggan pada merek

tertentu (Dharmmesta, 1999). Loyalitas pelanggan sangat penting untuk dikenali

pemasar dalam rangka menentukan strategi yang diperlukan untuk meraih,

memperluas dan mempertahankan pasar. Salah satu strategi tersebut adalah

strategi penentuan harga, yaitu bagaimana menentukan harga yang sesuai dengan

keadaan dari produk yang ditawarkan. Menurut Kotler (1997) strategi penetapan

harga biasanya berubah kalau produk melewati berbagai tahap daur hidupnya.

Tahap pengenalan memberikan tantangan yang paling besar.

Perusahaan harus memutuskan dimana memposisikan produknya terhadap

produk saingannya dalam mutu dan harga, apakah pada strategi harga premium,

strategi nilai baik, strategi harga tinggi ataukah strategi ekonomi. Pertanyaan

mendasar tentang loyalitas merek adalah, apakah merek cukup kuat untuk

membuat pelanggan kembali lagi untuk membeli? (Hislop, 2001). Namun

demikian banyak diantara peneliti (Dick dan Basu, 1994; Jacoby dan Olson, 1970;

Dharmmesta, 1999) berpendapat bahwa jika pengertian loyalitas pelanggan

menekankan pada runtutan pembelian, proporsi pembelian atau dapat juga

probabilitas pembelian, hal ini lebih bersifat operasional, bukan teoritis. Jacoby

dan Kryner (1973) dalam Dharmmesta (1999) mendefinisikan enam kondisi yang

secara kolektif memadahi sebagai berikut: Loyalitas merek adalah (1) respon

keperilakuan (yaitu pembelian), (2) yang bersifat bias (nonrandom), (3) terungkap

secara terus-menerus, (4) oleh unit pengambilan keputusan, (5) dengan

memperhatikan satu atau beberapa merek alternatif dari sejumlah merek sejenis,

(29)

Sedangkan Mowen dan Minor (1998) dalam Dharmmesta (1999)

menggunakan definisi loyalitas merek dalam arti kondisi dimana konsumen

mempunyai sikap positif terhadap sebuah merek, mempunyai komitmen pada

merek tersebut dan bermaksud meneruskan pembeliannya dimasa mendatang.

Defenisi ini didasarkan pada pendekatan keperilakuan dan pendekatan sikap.

Pendekatan keperilakuan mengungkapkan bahwa loyalitas berbeda dengan

perilaku beli ulang, loyalitas merek menyertakan aspek emosi, perasaan atau

kesukaan terhadap merek tertentu di dalamnya sedang pembelian ulang hanya

perilaku konsumen yang membeli berulang-ulang.

Kategori loyalitas merek diungkapkan oleh Jacoby dn Chesnut (1978)

dalam Dharmmesta (1999) sebagai berikut:

1. Loyalitas merek utama yang sesungguhnya, loyalitas pada merek tertentu yang

menjadi minatnya.

2. Loyalitas merek ganda yang sesungguhnya, termasuk merek utama.

3. Pembelian ulang merek utama dari non loyal.

4. Pembelian secara kebetulan merek utama oleh pembeli-pembeli loyal dan non

loyal merek lain.

Konsumen yang loyal merek dapat diidentifikasi berdasarkan pola

pembeliannya, seperti runtutan pembelian atau proporsi pembelian. Loyalitas

merek harus dikembangkan mencakup semua aspek psikologis secara total agar

tidak mudah berubah, yaitu aspek kognitif, afektif, konatif dan tindakan

(Dharmmesta, 1999). Harga bukan satu-satunya biaya yang dihadapi oleh

pelanggan. Biaya lain yang termasuk dalam biaya pelanggan adalah waktu

(30)

yang paling mudah dilihat, sehingga merupakan unsur penting bagi pelanggan

dalam mengambil keputusan (Kenesei dan Todd, 2003).

I.5.6. Teori S-O-R

S-O-R merupakan singkatan dari Stimulus-Organism-Response. Objek

materialnya adalah manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen seperti

sikap, opini, perilaku, kognisi afeksi dan konasi. Teori ini menunjukkan bahwa

komunikasi merupakan proses aksi-reaksi yang mengasumsikan bahwa kata-kata

verbal, isyarat non-verbal, simbol-simbol tertentu akan merangsang orang lain

memberikan respon dengan cara tertentu.

Menurut stimulus respon ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus

terhadap stimulus khusus sehingga seseorang dapat mengharapkan dan

memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi unsur-unsur

dalam model ini adalah ; Pesan (stimulus, S), Komunikan (organism, O), dan Efek

(Response, R).

Hovland, Carl I (1953) mengatakan bahwa proses perubahan perilaku

maupun kognitif pada hakikatnya sama dengan proses belajar. Proses perubahan

tersebut menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri dari:

a. Stimulus (ransangan) yang diberikan pada organisme dapat

diterima atau ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau

ditolak berarti stimulus itu tidak efektif mempengaruhi perhatian

individu dan berhenti di sini. Tetapi stimulus diterima oleh

organisme berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut

(31)

b. Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme

(diterima) maka ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada

proses berikutnya.

c. Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi

kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya

(bersikap).

d. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari

lingkungan maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari

individu tersebut (perubahan perilaku).

Dalam proses komunikasi berkenaan dengan perubahan sikap adalah

“how”, bukan “what” atau “why”. Dalam perubahan sikap, tampak bahwa sikap

yang dapat berubah hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi

semula. Hovland, Janis, dan Kelley mengatakan bahwa dalam menelaah sikap

yang baru ada tiga variabel penting yaitu:

a. Perhatian

b. Pengertian

[image:31.595.155.513.455.803.2]

c. Penerimaan

Gambar 1

Model S-O-R

Stimulus

Organism:

(32)

Bagan di atas menunjukkan bahwa perubahan sikap tergantung pada

proses yang terjadi pada individu. Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada

komunikan mungkin diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan

berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya, komunikan

mengerti setelah komunikan menerima dan mengolahnya, maka terjadilah

kesediaan untuk mengubah sikap (Effendy, 1990:254).

Bila dikaitkan dengan penelitian ini, bagaimana pengaruh . Ada tiga

variabel penting dalam menelaah sikap yang dirumuskan dalam teori S-O-R

yakni:

Stimulus: Ekuitas merek BlackBerry terhadap brand loyalty pada kalangan

mahasiswa FISIP USU

Organism: Mahasiswa FISIP Universitas Sumatera Utara.

Response: Efek yang ditimbulkan melalui ekuitas merek BlackBerry berupa

pendapat, sikap dan perilaku mahasiswa yang terlihat dari

tanggapan mereka terhadap brand loyalty pada kalangan

mahasiswa FISIP USU.

I.6. Kerangka Konsep

Menurut Kerlinger, konsep adalah abstraksi yang dibentuk dengan

mengeneralisasikan hal-hal khusus (Jalaluddinn, 2004:12). Kerangka konsep

(33)

kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai. Kerangka konsep akan

menuntun penelitian dalam menentukan hipotesa. (Nawawi, 1993:40)

Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris maka harus diopersionalkan

menjadi variabel. Beberapa hal harus dibatasi, diberi nilai, dan diukur,

digeneralisasikan menjadi satu variabel. Adapun variabel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah :

1. Variabel bebas (X)

Variabel bebas adalah sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang

menentukan atau mempengaruhi munculnya gejala, faktor, atau unsur

lainnya (Nawawi, 1993 : 56). Variabel bebas penelitian ini adalah:

Ekuitas Merek

Indikatornya:

a. BlackBerry memiliki jaringan yang bagus

b. BlackBerry memiliki fitur BBM (BlackBerry Messenger)

c. BlackBerry memiliki fasilitas push e-mail

d. BlackBerry memiliki fasilitas koneksi Blackberry (BlackBerry

Connect)

e. BlackBerry memiliki desain yang menarik

2. Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat adalah sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang

dipengaruhi oleh variabel bebas (Nawawi, 1993:57). Variabel terikat

(34)

Brand Loyalty

Indikatornya:

a. Pembeli yang setia/komit (comitted buyer)

b. Pembeli yang berpindah-pindah (switcher)

c. Pembeli yang menyukai merek (likes the brand)

d. Pembeli yang bersifat kebiasaan (habitual buyer)

e. Pembeli yang puas dengan biaya peralihan (satisfied buyer)

3. Variabel Antaseden (Z)

Nilai-nilai yang dimiliki seseorang (responden) yang dapat

membedakannya dengan orang lain yakni:

a. Jenis kelamin

b. Angkatan

c. Departemen

I.7. Model Teoritis

Model Teoritis merupakan paradigma yang mentransformasikan

permasalahan-permasalahan terkait satu dengan lainnya. variabel-variabel yang

telah dikelompokkan dalam kerangka konsep dibentuk menjadi satu model

teoritis sebagai berikut:

Gambar 2

Model Teoritis

Ekuitas merek produk BlackBerry

(35)

I.8. Variabel Operasional

Operasional adalah mengukur konsep yang abstrak menjadi konstruk yang

dapat diamati dan diukur. (Rakhmat, 1993:1)

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan di

[image:35.595.142.518.266.742.2]

atas, maka operasional variabel terkait yaitu sebagai berikut:

Tabel 1

Variabel Operasional

Variabel Teoritis Variabel Operasional

Variabel Bebas (X)

Ekuitas Merek

• BlackBerry memiliki jaringan

yang bagus

• BlackBerry memiliki fitur

BBM (BlackBerry Messenger)

• BlackBerry memiliki fasilitas

push e-mail

• BlackBerry memiliki fasilitas

koneksi Blackberry

(BlackBerry Connect)

• BlackBerry memiliki desain

yang menarik

Variabel Terikat (Y)

Brand Loyalty

• Pembeli yang setia/komit

(comitted buyer)

• Pembeli yang

(36)

• Pembeli yang menyukai

merek (likes the brand)

• Pembeli yang bersifat

kebiasaan (habitual buyer)

• Pembeli yang puas dengan

biaya peralihan (satisfied

buyer)

Variabel Anteseden (Z)

Karakter Responden

• Jenis kelamin • Angkatan

• Departemen

I.9. Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan

bagaimana caranya untuk mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, defenisi

operasional adalah suatu informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti yang

ingin menggunakan variabel yang sama. Defenisi operasional variabel dalam

penelitian ini sebagai berikut:

1. Variabel Bebas (X)

Ekuitas merek

Indikatornya:

• BlackBerry memiliki jaringan yang bagus (id.BlackBerry.com),

(37)

a. Jaringan CDMA2000 1X, memungkinkan kita untuk

memelihara koneksi jaringan nirkabel untuk layanan data.

Jaringan ini menyokong layanan untuk data

berkecepatan-tinggi, dirancang untuk komunikasi data di area luas serta

menawarkan layanan suara berkualitas tinggi, didukung oleh

Ev-DO (Evolution Data Optimized) atau Evolusi Optimalisasi

Data.

b. Jaringan GSM/GPRS/EDGE/UMTS, memungkinkan kita

untuk memelihara koneksi virtual dengan jaringan nirkabel

untuk layanan data. GPRS (General Packet Radio Service),

EDGE (Enhanced Data rates for Global Evolution) dan

UMTS (Universal Mobile Telecommunications System) adalah

sebuah jaringan paket yang bisa dipakai bergantian, dirancang

untuk komunikasi data pada area luas, sementara GSM

(Global System for Mobile Communications) memberikan

layanan suara berkualitas tinggi. UMTS atau biasa dikenal

sebagai 3GSM, memberikan sinkronisasi suara dan

fungsionalitas data, memberikan dukungan bagi perpindahan

data dengan kecepatan tinggi.

c. Jaringan Mike, mengggunakan teknologi Digital Enhanced

Network (iDEN) yang telah terintegrasi. Teknologi yang serba

digital ini dirancang untuk menyediakan suara berkualitas

(38)

d. Jaringan Mobitex dan Nextel, yaitu jaringan yang dirancang

untuk komunikasi data nirkabel pada area yang luas. Ia

menyediakan cakupan yang luas dan penetrasi ke dalam

gedung, pencarian data dengan mulus, pengiriman dan

peneriman pesan dengan sangat cepat, serta layanan pesan

tingkat lanjut yang dapat diandalkan (id.BlackBerry.com).

• BlackBerry memiliki fitur BBM (BlackBerry Messenger), yaitu

sebuah fasilitas yang memungkinkan seseorang dapat mengirimkan

SMS kepada pengguna BlackBerry lainnya, tanpa dikenakan pulsa.

Cukup dengan menambahkan pengguna BlackBerry lainnya

melalui PIN.

BlackBerry memiliki fasilitas push e-mail, Pengguna tidak perlu

mengakses Internet terlebih dulu dan membuka satu persatu surat-e

yang masuk, atau pemeriksaan surat-e baru. Hal ini dimungkinkan

karena pengguna akan terhubung secara terus-menerus dengan

dunia maya melalui jaringan telepon seluler yang tersedia. Alat

penyimpanan juga memungkinkan para pengguna untuk

mengakses data yang sampai ketika berada di luar layanan

jangkauan nirkabel. Begitu pengguna terhubung lagi, BlackBerry

Enterprise Server akan menyampaikan data terbaru yang masuk.

Kelebihan lainnya adalah kemampuan BlackBerry yang dapat

menampung e-mail hingga puluhan ribu tanpa ada resiko hang,

(39)

• BlackBerry memiliki fasilitas koneksi Blackberry (BlackBerry

Connect), dengan BlackBerry Connect, pengguna tidak lagi harus

menggunakan perangkat genggam BlackBerry untuk

memanfaatkan BlackBerry Internet Solution. Pengguna hanya

perlu menginstalasi BlackBerry Connect pada smartphone merek

apapun yang dimiliki, kita bisa memanfaatkan BlackBerry Internet

Solution.

• BlackBerry memiliki desain yang menarik yang menjadi ciri khas

dari BlackBerry itu sendiri. Sehingga ketika orang menggunakan

BlackBerry, orang lain yang melihatnya akan langsung

menyimpulkan bahwa itu adalah BlackBerry. Karena di salah satu

sudut (belakang) BlackBerry tersebut, dibuat logo yang

menandakan itu adalah BlackBerry.

2. Variabel Terikat (Y)

Indikatornya:

• Pembeli yang setia/komit (comitted buyer)

Pada tahap ini pembeli merupakan pelanggan yang setia. Mereka

memiliki suatu kebanggaan sebagai pengguna suatu merek yang

dalam hal ini adalah BlackBerry dan bahkan merek tersebut

menjadi sangat penting bagi mereka dipandang dari segi fungsinya

maupun sebagai suatu ekspresi mengenai siapa sebenarnya mereka.

Pada tingkatan ini, salah satu aktualisasi loyalitas pembeli

ditunjukkan oleh tindakan merekomendasikan dan mempromosikan

(40)

• Pembeli yang berpindah-pindah (switcher)

Pelanggan yang berada pada tingkat loyalitas ini dikatakan sebagai

pelanggan yang berada pada tingkat paling dasar. Semakin tinggi

frekuensi pelanggan untuk memindahkan pembeliannya dari suatu

merek ke merek-merek yang lain mengindikasikan mereka sebagai

pembeli yang sama sekali tidak loyal atau tidak tertarik pada merek

tersebut. Di sini ekuitas merek dari BlackBerry itu sendiri mulai

dibuktikan, apakah pembeli tetap loyal pada suatu merek. Pada

tingkatan ini merek apapun mereka anggap memadai serta

memegang peranan yang sangat kecil dalam keputusan pembelian.

Ciri yang paling nampak dari jenis pelanggan ini adalah mereka

membeli suatu produk karena harganya murah.

• Pembeli yang menyukai merek (likes the brand)

Pembeli yang masuk dalam kategori loyalitas ini merupakan

pembeli yang sungguh-sungguh menyukai merek tersebut. Pada

tingkatan ini dijumpai perasaan emosional yang terkait pada merek.

Rasa suka pembeli bisa saja didasari oleh asosiasi yang terkait

dengan simbol, rangkaian pengalaman dalam penggunaan

sebelumnya baik yang dialami pribadi maupun oleh kerabatnya

ataupun disebabkan oleh kesan kualitas yang tinggi. Hal inilah

yang senantiasa diusahakan oleh RIM melalui produk unggulannya

BlackBerry agar pelanggan tetap menyukai merek BlackBerry dari

berbagai kualitas yang ditawarkan.

(41)

Pembeli yang berada dalam tingkat loyalitas ini dapat

dikategorikan sebagai pembeli yang puas dengan merek produk

yang dikonsumsinya atau setidaknya mereka tidak mengalami

ketidakpuasan dalam mengkonsumsi produk tersebut. Pada

tingkatan ini pada dasarnya tidak didapati alasan yang cukup untuk

menciptakan keinginan untuk membeli merek produk yang lain

atau berpindah merek terutama jika peralihan tersebut memerlukan

usaha, biaya, maupun berbagai bentuk pengorbanan lain. Jadi dapat

disimpulkan bahwa pembeli ini dalam membeli suatu merek

didasarkan atas kebiasaan mereka selama ini.

• Pembeli yang puas dengan biaya peralihan (satisfied buyer)

Pada tingkat ini pembeli merek masuk dalam kategori puas bila

mereka mengkonsumsi merek tersebut, meskipun demikian

mungkin saja mereka memindahkan pembeliannya ke merek lain

dengan menanggung biaya peralihan (switching cost) yang terkait

dengan waktu, uang, atau resiko kinerja yang melekat dengan

tindakan mereka beralih merek. Untuk dapat menarik minat para

pembeli yang masuk dalam tingkat loyalitas ini maka para pesaing

perlu mengatasi biaya peralihan yang harus ditanggung oleh

pembeli yang masuk dalam kategori ini dengan menawarkan

berbagai manfaat yang cukup besar sebagai kompensasinya

(42)

3. Variabel Z (Karakteristik Responden)

• Jenis kelamin : Pria dan Wanita

• Angkatan : Angkatan tahun masuk universitas, yaitu 2008

dan 2009 yang masih aktif kuliah

(43)

BAB II

URAIAN TEORITIS

II.1. Komunikasi

II.1.1. Pengertian Komunikasi

Komunikasi adalah hal yang paling wajar dalam pola tindakan manusia,

tetapi juga paling komplit dan rumit. Bagaimana tidak, komunikasi sudah

berlangsung sejak manusia lahir, dilakukan secara wajar dan leluasa seperti halnya

bernafas, namun ketika harus membujuk, membuat tulisan, mengemukakan

pikiran dan menginginkan orang lain bertindak sesuai dengan harapan kita,

barulah disadari bahwa komunikasi adalah sesuatu yang sulit dan berbelit-belit.

Sebagai makluk sosial, manusia senantiasa ingin berhubungan dengan

manusia lainnya. Manusia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ia

ingin mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya. Rasa ingin tahu inilah yang

memaksa manusia untuk berkomunikasi.

Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Dengan berkomunikasi

manusia dapat saling berhubungan satu sama lain baik secara individu maupun

kelompok dalam kehidupan sehari-hari. Hakikat komunikasi adalah proses

pernyataan antar manusia (Effendy, 2003:8). Komunikasi juga dapat diartikan

sebaai bentuk interaksi antar manusia yang saling berpengaruh dan mempengaruhi

satu sama lain, sengaja atau tidak sengaja. Tidak terbatas pada bentuk komunikasi

menggunakan bahasa verbal, tetapi juga ekspresi muka, lukisan, seni dan

(44)

Secara etimologi istilah komunikasi dalam bahasa Inggris yaitu

communication, berasal dari kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata

communis yang berarti sama. Sama yang dimaksud adalah sama makna atau sama

arti. Jadi komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu

pesan yang disampaikan oleh komunikator dan diterima oleh komunikan

(Effendy, 2003:30). Dari hal tersebut dapat diartikan jika tidak terjadi kesamaan

makna antara komunikator dan komunikan maka komunikasi tidak akan terjadi.

Di antara sosiolog, ahli psikologi dan ahli politik di Amerika Serikat,yang

menaruh perhatian terhadap perkembangan komunikasi adalah Carl I. Hovland

yang memberi pengertian tentang komunikasi. Menurut Hovland, komunikasi

adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas azas-azas

penyampaian informasi serta pembentukan sikap dan pendapat (Effendy,

2003:10). Hal ini menunjukkan bahwa komunikasi itu meliputi proses

penyampaian pesan, pembentukan kepercayaan, sikap, pendapat dan tingkah laku

publik. Sedangkan menurut Wilbur Schramm seorang ahli linguistik, mengatakan

communication berasal dari kata Latin “communis” yang artinya common atau

sama. Jadi menurut Schramm jika mengadakan komunikasi dengan suatu pihak,

maka kita menyatakan gagasan kita untuk memperoleh commones dengan pihak

lain mengenai suatu objek tertentu (Purba, dkk, 2006:30).

Laswell menerangkan bahwa bahwa cara terbaik untuk menerangkan

komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan : Who Says What In Which

Channel To Whom With What Effect (Siapa Mengatakan Melalui Saluran Apa

Kepada Siapa Dengan Efek Apa). Jawaban dari pertanyaan paradigmatik Laswell

(45)

media, komunikan, dan efek (Effendy, 2003:253). Paradigma tersebut dapat

dijelaskan sebagai berikut:

1. Who : Komunikator; orang yang menyampaikan pesan

2. Says What : Pernyataan yang didukung oleh lambing-lambang

3. In Which Channel : Media; sarana atau saluran yang mendukung pesan

yang disampaikan.

4. To Whom : Komunikan; orang yang menerima pesan.

5. With What Effect : Efek dampak sebagai pengaruh pesan atau dapat

juga dikatakan sebagai hasil dari proses komunikasi.

Manusia merupakan makhluk sosial yang mempunyai kemampuan untuk

melakukan interaksi yang telah menyebabkannya berbeda dengan

makhluk-makhluk lain. Dalam prosesnya, terjadi pertukaran informasi dan adanya saling

ketergantungan. Sementara penyampaiannya dilakukan secara langsung maupun

melalui media.

Komunikasi yang dilakukan bertujuan untuk mencapai suatu tujuan

komunikasi yang dapat dilihat dari berbagai kegiatan. Tujuan komunikasi itu

pada dasarnya menyerapkan pengertian, dukungan, gagasan, dan tindakan orang

lain. Dengan demikian, suatu kegiatan yang dilakukan tersebut memberikan

dampak sosial terhadap masyarakat.

II.1.2. Proses Komunikasi

Kategori-kategori proses komunikasi ditinjau dari dua perspektif:

(46)

Proses komunikasi perspektif ini terjadi pada diri komunikator dan

komunikan. Ketika seorang komunikator berminat akan menyampaikan suatu

pesan kepada komunikan, maka dalam dirinya terjadi suatu proses. Pesan

komunikasi terdiri dari dua aspek yakni isi pesan dan lambang. Isi pesan

umumnya adalah pikiran, sedangkan lambang adalah bahasa. Walter Lipman

menyebut isi pesan itu “picture in our head”, sedangkan Walter Hagemann

menamakannya “das Bewustseininhalte”. Proses “mengemas” atau

“membungkus” pikiran dengan bahasa yang dilakukan komunikator itu

dalam bahasa komunikan dinamakan encoding. Hasil encoding berupa

pesan itu yang kemudian ia transmisikan atau kirimkan kepada komunikan.

Kemudian proses dalam diri komunikan disebut decoding seolah-olah

membuka kemasan atau bungkusan pesan yang ia terima dari komunikator

tadi. Isi bungkusan tadi adalah pikiran komunikator. Apabila komunikan

mengerti isi pesan atau pikiran komunikator, maka komunikasi terjadi.

Sebaliknya bilamana komunikan tidak mengerti, maka komunikasi pun tidak

terjadi (Effendy 2003:32).

2. Proses Komunikasi dalam Perspektif Mekanistis

Proses ini berlangsung ketika komunikator mengoperkan atau

“melemparkan” dengan bibir kalau lisan atau tangan jika lukisannya sampai

ditangkap oleh komunikan. Penangkapan pesan dari komunikator kepada

komunikanya itu dapat dilakukan dengan indera telinga atau mata, atau

(47)

Proses komunikasi dalam perspektif ini kompleks atau rumit, sebab

bersifat situasional, bergantung pada situasi ketika komunikasi itu

berlangsung. Ada kalanya komunikannya seorang, maka komunikasi dalam

situasi ini dinamakan komunikasi interpersonal atau komunikasi antar

pribadi, kadang-kadang komunikannya sekelompok orang: acapkali pula

komunikannya tersebar dalam jumlah yang relatif amat banyak sehingga

untuk menjangkaunya diperlukan suatu media atau sarana, maka komunikasi

dalam situasi seperti ini dinamakan komunikasi massa (Effendy,2003:30).

II.1.3. Unsur-unsur Komunikasi

Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat dilaksanakan

secara efektif, maka diperlukan pemahaman tentang unsur komunikasi.

Adapun unsur ataupun elemen yang mendukung terjadinya suatu komunikasi.

(Cangara, 2006:23-26) sebagai berikut:

1. Sumber

Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat

atau pengirim informasi. Sumber sering disebut pengirim, komunikator (source,

sender).

2. Pesan

Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang

disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara

tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan,

(48)

3. Media

Media yang dimaksud disini adalah alat yang digunakan untuk

memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Dalam komunikasi massa,

media adalah alat yang dapat menghubungkan antara sumber dan penerima yang

sifatnya terbuka, dimana setiap orang dapat melihat, membaca, dan

mendengarnya.

4. Penerima

Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran yang dikirim oleh sumber.

Penerima bisa terdiri dari satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok,

partai, atau negara. Penerima adalah elemen yang penting dalam proses

komunikasi, karena dialah yang menjadi sasaran dari komunikasi. Jika suatu

pesan tidak diterima oleh penerima, akan menimbulkan berbagai macam masalah

yang seringkali menuntut perubahan, apakah pada sumber, pesan, atau saluran.

5. Pengaruh

Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan,

dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan.

Pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap, dan tingkah laku seseorang.

Karena itu, pengaruh bisa juga diartikan perubahan atau penguatan keyakinan

pada pengetahuan, sikap, dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan

pesan.

6. Tanggapan balik

Ada yang beranggapan bahwa umpan balik sebenarnya adalah salah satu

(49)

balik bisa juga berasal dari unsur lain seperti pesan dan media, meski pesan belum

sampai pada penerima.

7. Lingkungan

Lingkungan atau situasi adalah faktor-faktor tertentu yang dapat

mempengaruhi jalannya komunikasi.

II.1.4. Hambatan Komunikasi

Tidaklah mudah untuk melakukan komunikasi secara efektif. Bahkan

beberapa ahli komunikasi menyatakan bahwa tidak mungkinlah seseorang

melakukan komunikasi yang sebenar-benarnya efektif. Ada banyak hambatan

yang dapat merusak komunikasi. Berikut ini adalah beberapa hal yang merupakan

hambatan komunikasi yang harus menjadi perhatian bagi komunikator kalau ingin

komunikasinya sukses (Effendy,2003:45).

a) Gangguan

Ada dua jenis gangguan terhadap jalannya komunikasi yang menurut sifatnya dapat diklasifikasikan sebagai gangguan mekanik dan gangguan semantik. Gangguan mekanik adalah gangguan yang disebabkan saluran komunikasi atau kegaduhan yang bersifat fisik. Sebagai contoh ialah gangguan suara ganda (interfensi) pada pesawat radio, gambar meliuk-liuk atau berubah-ubah pada layer televisi, huruf yang tidak jelas, jalur huruf yang hilang atau terbalik atau halaman yang sobek pada surat kabar. Sedangkan gangguan semantik adalah jenis gangguan yang bersangkutan dengan pesan komunikasi yang pengertiannya menjadi rusak. Gangguan semantik ini tersaring ke dalam pesan istilah atau konsep yang terdapat pada komunikator, maka akan lebih banyak gangguan semantik dalam pesannya. Gangguan semantik terjadi dalam sebuah pengertian.

b) Kepentingan

Interest atau kepentingan akan mebuat seseorang selektif dalam

(50)

c) Motivasi Terpendam

Motivation atau motivasi akan mendorong seseorang berbuat sesuatu yang sesuai benar dengan keinginan, kebutuhan dan kekurangannya. Keinginan, kebutuhan dan kekurangan seseorang berbeda berbeda dengan orang lain, dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat, sehingga karena motivasinya itu berbeda intensitasnya. Semakin sesuai komunikasi dengan motivasi seseorang semakin besar kemungkinan komunikasi itu dapat diterima dengan baik oleh pihak yang bersangkutan. Sebaliknya, komunikan akan mengabaikan suatu komunikasi yang tidak sesuai dengan motivasinya.

d) Prasangka

Prejudice atau prasangka merupakan salah satu rintangan atau hambatan

terberat bagi suatu kegiatan komunikasi oleh karena orang yang mempunyai prasangka belum apa-apa sudah bersikap curiga dan menentang komunikator yang hendak melancarkan komunikasi. Dalam prasangka, emosi memaksa kita untuk menarik kesimpulan atas dasar syakwasangka tanpa menggunakan pikiran yang rasional. Prasangka bukan saja dapat terjadi terhadap suatu ras, seperti sering kita dengar, melainkan juga terhadap agama, pendirian politik, pendek kata suatu perangsang yang dalam pengalaman pernah memberi kesan yang tidak enak.

II.1.5. Ruang Lingkup Komunikasi

Dalam mempelajari komunikasi yang memiliki fungsi untuk

menginformasikan, mendidik, menghibur, dan mempengaruhi. Dalam menelaah

komunikasi sangatlah luas ruang lingkup dan mengklasifikasikan ilmu

komunikasi sebagai berikut:

1. Bidang Komunikasi

a. Komunikasi Sosial (social communication)

b. Komunikasi Organisasi/Manajemen (organization/managemen communication)

c. Komunikasi Bisnis (business communication) d. Komunikasi Politik (political communication)

e. Komunikasi Internasional (international communication) f. Komunikasi Antar budaya (intercultural communication) g. Komunikasi Pembangunan (development communication) h. Komunikasi Tradisional (traditional communication) i.

2. Sifat Komunikasi

(51)

b. Komunikasi tulisan (written communication) 2. Komunikasi nonverbal (nonverbal communication)

a. Komunikasi kial (gestural/body communication) b. Komunikasi gambar (pictorial communication) 3. Komunikasi tatap muka (face to face communication) 4. Komunikasi bermedia (mediated communication)

3. Bentuk atau tatanan komunikasi dapat ditinjau dari jumlah komunikannya yaitu:

1. Komunikasi pribadi (personal communication)

− Komunikasi antar pribadi (interpersonal communication) − Komunikasi intra pribadi (intrapersonal communication) 2. Komunikasi kelompok (group communication)

Komunikasi kelompok kecil (small group communication) seperti: Ceramah (lecture), Forum, Simposium, Diskusi panel, Seminar, Curahsaran (brainstorming).

Komunikasi kelompok besar (large group communication/public speaking) 3. Komunikasi organisasi (organization communication)

4. Komunikasi massa (mass communication)

- Komunikasi Media Massa Cetak (printed mass media communicatio /public speaking) seperti , surat Kabar (daily), majalah (magazine)

- Komunikasi Media Massa Elektronik (electronik mass media communication) seperti, radio, televisi, film, dan lain-lain.

5. Komunikasi Medio (medio communication) seperti, surat, telepon, pamflet, poster, spaduk. Dan lain-lain yang tidak termasuk media massa.

6. Tujuan Komunikasi

Berdasarkan tujuannya, komunikasi terbagi empat yakni:

1. Untuk mengubah sikap (to change the attitude)

2. Untuk mengubah opini/pendapat/pandangan (to change the opinion) 3. Untuk mengubah perilaku (to change behavior)

4. Untuk mengubah masyarakat (to change the society)

Fungsi Komunikasi

a) Menginformasikan (to inform) b) Mendidik (to educate)

c) Menghibur (to entertain) d) Mempengaruhi (to influence)

Sean MacBride dan kawan-kawan dalam buku Aneka Suara, Satu Dunia

(Many Voices One World) menyatakan tentang fungsi komunikasi bila

(52)

pertukaran berita dan pesan, tetapi sebagai kegiatan individu dan kelompok

mengenai tukar menukar data, fakta, dan ide, fungsi komunikasi dalam setiap

system, yaitu sebagai berikut: (Effendy, 1995: 27-28)

1. Informasi

Pengumpulan, penyimpanan, pemrosesan, penyebaran berita, data, gambar, fakta dan pesan, opini dan komentar yang dibutuhkan agar orang dapat mengerti dan bereaksi secara jelas terhadap kondisi internasional, lingkungan, dan orang lain, dan agar dapat mengambil keputusan yang tepat.

2. Sosialisasi (Pemasyarakatan)

Penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan orang bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif yang menyebabkan ia sadar akan fungsi sosialnya sehingga ia dapat aktif di dalam masyarakat.

3. Motivasi

Menjelaskan tujuan setiap masyarakat jangka pendek maupun jangka panjang, mendorong orang menentukan pilihannya dan keinginannya, mendorong kegiatan individu dan kelompok berdasarkan tujuan bersama yang akan dikejar.

4. Perdebatan dan diskusi

Menyediakan dan saling menukar fakta yang diperlukan untuk memungkinkan persetujuan atau menyelesaikan perbedaan pendapat mengenai masalah publik, menyediakan bukti-bukti yang relevan yang diperlukan untuk kepentingan umum dan agar masyarakat lebih melibatkan diri dalam masalah yang menyangkut kegiatan bersama di tingkat internasional, nasional, dan lokal.

5. Pendidikan

Pengalihan ilmu pengetahuan sehingga mendorong perkembangan intelektual, pembentukan watak, dan pendidikan keterampilan serta kemahiran yang diperlukan pada semua bidang kehidupan.

6. Memajukan Kebudayaan

Penyebarluasan hasil kebudayaan dan seni dengan maksud melestarikan masa lalu

7. Hiburan Penyebarluasan simbol, suara, dan citra (image) dari drama, tari, kesenian, kesusastraan, musik, komedi, olahraga, permainan, dan sebagainya untuk rekreasi dan kesenangan kelompok, dan individu. 8. Integrasi Menyediakan bagi bangsa, kelompok, dan individu

kesempatan memperoleh berbagai pesan yang diperlukan mereka agar mereka dapat saling kenal dan mengerti dan menghargai kondisi, pandangan, dan keinginan orang lain.

Teknik Komunikasi

(53)

d) Komunikasi koersif (coersive communication) e) Komunikasi instruktif (instructive communication) f) Komunikasi manusiawi (human relations)

Metode Komunikasi

a) Jurnalisme/jurnalistik (journalism) b) Hubungan masyarakat (public relations) c) Periklanan (advertising)

d)

Gambar

Tabel  Halaman
Gambar 1 Model S-O-R
Tabel 1
Gambar 3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Namun, didapatkan hasil korelasi dengan menggunakan uji parsial terdapat hubungan antara variabel X1 (Pengetahuan) dan Y (Frekuensi konsumsi sayur anak) yang

Given the specific postcolonial conditions, the female characters in both novels come across as autonomous and having their individual voices that cannot be reduced into one

Untuk mengetahui ada atau tidaknya peningkatan prestasi belajar dengan menggunakan metode inquiry berbasis media simulasi PhET, hasil skor yang diperoleh kelompok Kelas

Kondisi sumberdaya perikanan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Pasir masih tinggi, hal tersebut dapat dilihat dari jumlah dan nilai produksi ikan setiap tahun,

Hasil uji statistik menunjukkan terdapat perbedaan selisih rerata ion kalsium saliva yang signifikan antara sebelum dan sesudah tujuh hari mengonsumsiyoghurt dua strains

Anak mengalami peningkatan dalam menyiapkan perlengkapan makan sendiri, mengambil makanan sendiri, dan membereskan perlengkapan makan secara mandiri, pada proses

Pada analisa kali ini juga akan dilakukan beberapa variasi yang sudah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya seperti melakukannya terhadap beberapa variasi sudut skew,

(2) lulusan terbaik (cumlaude/dengan pujian) dibuktikan dengan fotokopi Ijazah dan Transkrip Nilai, dilegalisir sekurang-kurangnya oleh Dekan atau yang sederajat. b)