PENGARUH KONSENTRASI KALIUM SORBAT TERHADAP
MUTU BOLU UBI JALAR SELAMA PENYIMPANAN
SKRIPSI
Oleh :
HAMDANI 060305023
DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
SKRIPSI
Oleh :
HAMDANI
060305023/TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperolehGelar Sarjana Teknologi Pertanian di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
Judul Skripsi : Pengaruh Konsentrasi Kalium Sorbat terhadap Mutu Bolu Ubi Jalar Selama Penyimpanan
Nama : Hamdani
NIM : 060305023
Departemen : Teknologi Pertanian Program Studi : Teknologi Hasil Pertanian
Disetujui Oleh Komisi Pembimbing,
Ir. Sentosa Ginting, MP
Ketua Anggota
Ridwansyah, STP, M.Si
Mengetahui
HAMDANI : The Effect of potassium sorbate concentration on the quality of sweet potato cake during storage. Supervised by Ir. Sentosa Ginting and Ridwansyah, STP, Msi.
This research was conducted to find The Effect of potassium sorbate concentration on the quality of sweet potato cake during storage. This research was performed in August-Desember 2010 at the Laboratory of Microbiology, Agriculture Faculty, North Sumatera University, Medan, using factorial completely randomized design with two factors i.e, potassium sorbate concentration (K) 0%, 0,025%, 0,050%, and 0,075% and storage time (0, 2, 4, 6 days) Parameters analysed were moisture content, ash content, total mikrobial, degree of swelling, organoleptic values of colour, flavour and taste, and texture.
The result showed that potassium sorbate concentration gave highly significant different effect on total mikrobial, degree of swelling, organoleptic values of colour and gave nosignificant effect on moisture content, ash content, organoleptic of flavour, taste and texture. Storage time gave highly significant effect on moisture content, ash content, total mikrobial, degree of swelling, organoleptic of values colour, organoleptic flavour and taste, and texture. The combination of potassium sorbate concentration and storage time gave significant effect on total microbial, and texture. The combination of potassium sorbate concentration of 0,075% and 2 days of storage time gave the good and acceptable quality of aweet potato cake.
Keywords : Wheat Flour, Sweet Potato Flour, Potassium Sorbate, Cake.
ABSTRAK
HAMDANI :Pengaruh Konsentrasi Kalium Sorbat Terhadap Mutu Bolu Ubi Jalar Selama Penyimpanan dibimbing oleh Ir. Sentosa Ginting, MP dan Ridwansyah, STP, MSi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi kalium sorbat terhadap mutu bolu ubi jalar selama penyimpanan. Penelitian dilakukan pada Agustus-Desember 2010 di Laboratorium Mikrobiologi, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan, menggunakan rancangan acak lengkap dengan dua faktor yaitu konsentrasi kalium sorbat (K) 0%, 0,025%, 0,050%, dan 0,075% dan lama penyimpanan (S) yaitu (0, 2, 4, 6 hari). Parameter yang dianalis adalah kadar air, kadar abu, total mikroba, derajat pengembangan, dan uji organoleptik warna, organoleptik aroma dan rasa, organoleptik tekstur.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi kalium sorbat memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap total mikroba, derajat pengembangan, dan uji oerganoleptik warnadan memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata terhadap kadar air, kadar abu, uji organoleptik aroma dan rasa, dan uji organoleptik tekstur. Lama penyimpanan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar air, kadar abu, total mikroba, derajat pengembangan, uji organoleptik warna, uji organoleptik aroma dan rasa, dan uji organoleptik tekstur. Interaksi perlakuan konsentrasi kalium sorbat dan lama penyimpanan memberi pengaruh berbeda nyata terhadap total mikroba dan uji organoleptik tekstur. Konsentrasi kalium sorbat 0,075% dan lama penyimpanan 2 hari menghasilkan bolu ubi jalar yang baik dan diterima.
RIWAYAT HIDUP
Hamdani, dilahirkan di Medan pada tanggal 5 Mei 1988, anak pertama dari lima bersaudara dari Bapak Abu Zanar dan Ibu Asnizar, dan beragama Islam.
Adapun pendidikan formal yang pernah ditempuh, pada tahun 1994
penulis memasuki SD Negeri 106814 Medan, lulus tahun 2000. Tahun 2000
penulis memasuki MTs Swasta Muhammadiyah Kwala Madu Langkat, lulus
tahun 2003. Tahun 2003 penulis memasuki MA Laboratorium IAIN SU Medan,
lulus tahun 2006. Tahun 2006 penulis memasuki Universitas Sumatera Utara,
Fakultas Pertanian, Departemen Teknologi Pertanian, Program Studi Teknologi
Hasil Pertanian melalui jalur Pemanduan Minat dan Prestasi (PMP).
Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah menjadi asisten
Laboratorium Unit Produksi dan Mikrobiologi Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara. Penulis juga aktif berorganisasi di Himpunan Mahasiswa Islam
(HMI) sebagai Pengurus Komisariat Fakultas Pertanian periode 2009-2010,
Pengurus Ikatan Mahasiswa Teknologi Hasil Pertanian (IMTHP) periode
2009-2010, Pengurus Kumpulan Aspirasi Mahasiswa Madani (KAM Madani) periode
2008-2009, Pengurus pengajianAgriculture Technology Moeslem (ATM), dan
Sekretaris KPU Fakultas Pertanian 2009-2010 Penulis melaksanakan praktek
kerja lapangan (PKL) di PTP Nusantara IV Kebun Bah Butong, Sumatera Utara
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan anugerah-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi
ini berjudul “Pengaruh Konsentrasi Kalium Sorbat Terhadap Mutu Bolu Ubi Jalar
Selama Penyimpanan”Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada Ir. Sentosa Ginting selaku Ketua Komisi Pembimbing dan
Ridwansyah, STP, MSi selaku Anggota Komisi Pembimbing penulis yang telah
membimbing dan memberikan arahan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.
Penulis mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada kedua orang
tua penulis, Bapak dan Ibu, juga kepada adik-adik penulis yang telah memberikan
doa, kasih sayang, nasehat, semangat kepada penulis. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada asisten mikrobiologi, teman HMI FP USU,
teman-teman THP stambuk 2006, dan adik-adik THP stambuk 2007-2008 serta seluruh
pihak yang tidak sempat tertulis, atas segala bantuan moral, doa serta motivasinya
kepada penulis.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan dan untuk
kepentingan penelitian selanjutnya.
Medan, Desember 2010
DAFTAR ISI
Pengamatan dan Pengukuran Data ... 18
Parameter penelitian... 19
Pengaruh lama penyimpanan terhadap parameter yang diamati... 25 Kadar Air (%)
Pengaruh konsentrasi kalium sorbat terhadap kadar air (%) ... 26 Pengaruh lama penyimpanan terhadap kadar air (%) ... 26 Pengaruh interaksi antara konsentrasi kalium sorbat dan lama
penyimpananterhadap kadar air (%) ... 27 Kadar abu (%)
Pengaruh konsentrasi kalium sorbat terhadap kadar abu (%) ... 28 Pengaruh lama penyimpanan terhadap kadar abu (%) ... 28 Pengaruh interaksi antara konsentrasi kalium sorbat dan lama
penyimpananterhadap kadar abu (%) ... 29 Total mikroba (cfu/ml)
Pengaruh konsentrasi kalium sorbat terhadap total
mikroba (cfu/ml) ... 30 Pengaruh lama penyimpanan terhadap total
mikroba (cfu/ml) ... 32 Pengaruh interaksi antara konsentrasi kalium sorbat dan lama
penyimpananterhadap total mikroba (cfu/ml) ... 33 Derajat pengembangan (%)
Pengaruh konsentrasi kalium sorbat terhadap derajat
pengembangan (%) ... 36 Pengaruh lama penyimpanan terhadapderajat
pengembangan (%) ... 37 Pengaruh interaksi antara konsentrasi kalium sorbat dan lama
penyimpananterhadap derajat pengembangan (%) ... 39 Uji Organoleptik Warna (numerik)
Pengaruh konsentrasi kalium sorbat terhadap organoleptik
warna (numerik)... 39 Pengaruh lama penyimpanan terhadap organoleptik
warna (numerik)... 41 Pengaruh interaksi antara konsentrasi kalium sorbat dan lama
penyimpananterhadap organoleptik warna (numerik) ... 43 Uji Organoleptik Aroma Rasa (numerik)
Pengaruh konsentrasi kalium sorbat terhadap organoleptik
aroma dan rasa (numerik) ... 43 Pengaruh lama penyimpanan terhadap organoleptik
aroma dan rasa (numerik) ... 43 Pengaruh interaksi antara konsentrasi kalium sorbat dan lama
penyimpananterhadap organoleptik aroma dan rasa (numerik)... 45 Uji Organoleptik Tekstur (numerik)
Pengaruh konsentrasi kalium sorbat terhadap organoleptik
tekstur (numerik)... 45 Pengaruh lama penyimpanan terhadap organoleptik
tekstur (numerik)... 45 Pengaruh interaksi antara konsentrasi kalium sorbat dan lama
KESIMPULAN DAN SARAN... 50
Kesimpulan ... 50
Saran ... 50
DAFTAR PUSTAKA……….. 51
No Hal
Komposisi kimia ubi jalar dibanding ubi kayu dan beras giling...
Komposisi kimia tepung ubi jalar...
Komposisi kimia tepung terigu...………...
Skala uji hedonik organoleptik warna (numerik)...
Skala uji hedonik organoleptik aroma dan rasa (numerik)...
Skala uji hedonik organoleptik tekstur (numerik)...
Pengaruh konsentrasi kalium sorbat terhadap parameter yang diamati...
Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap parameter yang diamati...
Uji LSR efek utama pengaruh lama penyimpananterhadap kadar air (%) ...
Uji LSR efek utama pengaruh lama penyimpananterhadap kadar abu (%) ...
Uji LSR efek utama pengaruh konsentrasi kalium sorbatterhadap total mikroba (cfu/ml)...
Uji LSR efek utama pengaruh lama penyimpananterhadap total mikroba (cfu/ml)...
Pengaruh interaksi antara konsentrasi kalium sorbat dan lama
penyimpanan terhadap total mikroba (cfu/ml)...
Uji LSR efek utama pengaruh konsentrasi kalium sorbatterhadap derajat Pengembangan (%)...
Uji LSR efek utama pengaruh lama penyimpananterhadap derajat
pengembangan (%)... ...
Uji LSR efek utama pengaruh konsentrasi kalium sorbatterhadap uji organoleptik warna (numerik)...
Uji LSR efek utama pengaruh lama penyimpananterhadap uji
18
19
20
Uji LSR efek utama pengaruh lama penyimpananterhadap uji
organoleptik aroma dan rasa (numerik)...
Uji LSR efek utama pengaruh lama penyimpananterhadap uji
organoleptik tekstur (numerik)...
Pengaruh interaksi antara konsentrasi kalium sorbat dan lama
penyimpanan terhadap organoleptik tekstur (numerik)...
43
46
No Hal
Skema pembuatan tepung ubi jalar………...
Skema pembuatan bolu ubi jalar..………..
Hubungan pengaruh lama penyimpananterhadap kadar air (%)…………
Hubungan pengaruh lama penyimpananterhadap kadar abu (%)……...
Hubungan pengaruh konsentrasi kalium sorbat terhadaptotal mikroba (cfu/ml)……….….
Hubunganpengaruh lama penyimpanan terhadap mikroba (cfu/ml).…..
Hubungan interaksi antara konsentrasi kalium sorbat dan lama
penyimpanan terhadap mikroba (cfu/ml)…...
Hubungan pengaruh konsentrasi kalium sorbat terhadapderajat
pengembangan (%)………...………...…………
Hubungan pengaruh lama penyimpanan terhadap derajat
pengembangan (%)………...………..………
Hubungan pengaruh konsentrasi kalium sorbat terhadaporganoleptik warna (numerik)………..………...
Hubungan pengaruh lama penyimpananterhadap organoleptik
warna (numerik)………..…………...
Hubungan pengaruh lama penyimpanan terhadap organoleptik aroma dan rasa (numerik)………...………...
Hubungan pengaruh lama penyimpanan terhadap organoleptik tekstur (numerik)………...
Hubungan interaksi antara konsentrasi kalium sorbat dan lama
DAFTAR LAMPIRAN
No Hal
1
2
3
4
5
6
7
Data pengamatan analisis kadar air (%) ...……...
Data pengamatan analisis kadar abu (%)…………..………..
Data pengamatan analisis total mikroba(cfu/ml)...…….
Data pengamatan analisis derajat pengembangan (%)...
Data pengamatan uji organoleptik warna (numerik)...…………
Data pengamatan uji organoleptik aroma dan rasa (numerik)...
Data pengamatan uji organoleptik tekstur (numerik)..………...
69
70
71
2
73
74
HAMDANI : The Effect of potassium sorbate concentration on the quality of sweet potato cake during storage. Supervised by Ir. Sentosa Ginting and Ridwansyah, STP, Msi.
This research was conducted to find The Effect of potassium sorbate concentration on the quality of sweet potato cake during storage. This research was performed in August-Desember 2010 at the Laboratory of Microbiology, Agriculture Faculty, North Sumatera University, Medan, using factorial completely randomized design with two factors i.e, potassium sorbate concentration (K) 0%, 0,025%, 0,050%, and 0,075% and storage time (0, 2, 4, 6 days) Parameters analysed were moisture content, ash content, total mikrobial, degree of swelling, organoleptic values of colour, flavour and taste, and texture.
The result showed that potassium sorbate concentration gave highly significant different effect on total mikrobial, degree of swelling, organoleptic values of colour and gave nosignificant effect on moisture content, ash content, organoleptic of flavour, taste and texture. Storage time gave highly significant effect on moisture content, ash content, total mikrobial, degree of swelling, organoleptic of values colour, organoleptic flavour and taste, and texture. The combination of potassium sorbate concentration and storage time gave significant effect on total microbial, and texture. The combination of potassium sorbate concentration of 0,075% and 2 days of storage time gave the good and acceptable quality of aweet potato cake.
Keywords : Wheat Flour, Sweet Potato Flour, Potassium Sorbate, Cake.
ABSTRAK
HAMDANI :Pengaruh Konsentrasi Kalium Sorbat Terhadap Mutu Bolu Ubi Jalar Selama Penyimpanan dibimbing oleh Ir. Sentosa Ginting, MP dan Ridwansyah, STP, MSi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi kalium sorbat terhadap mutu bolu ubi jalar selama penyimpanan. Penelitian dilakukan pada Agustus-Desember 2010 di Laboratorium Mikrobiologi, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan, menggunakan rancangan acak lengkap dengan dua faktor yaitu konsentrasi kalium sorbat (K) 0%, 0,025%, 0,050%, dan 0,075% dan lama penyimpanan (S) yaitu (0, 2, 4, 6 hari). Parameter yang dianalis adalah kadar air, kadar abu, total mikroba, derajat pengembangan, dan uji organoleptik warna, organoleptik aroma dan rasa, organoleptik tekstur.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi kalium sorbat memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap total mikroba, derajat pengembangan, dan uji oerganoleptik warnadan memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata terhadap kadar air, kadar abu, uji organoleptik aroma dan rasa, dan uji organoleptik tekstur. Lama penyimpanan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar air, kadar abu, total mikroba, derajat pengembangan, uji organoleptik warna, uji organoleptik aroma dan rasa, dan uji organoleptik tekstur. Interaksi perlakuan konsentrasi kalium sorbat dan lama penyimpanan memberi pengaruh berbeda nyata terhadap total mikroba dan uji organoleptik tekstur. Konsentrasi kalium sorbat 0,075% dan lama penyimpanan 2 hari menghasilkan bolu ubi jalar yang baik dan diterima.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sasaran pembangunan pangan di Indonesia adalah terwujudnya ketahanan
pangan serta terjaminnya keamanan pangan yang dicirikan oleh terbebasnya
masyarakat dari jenis pangan yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan tidak
sesuai dengan keyakinan masyarakat.Salah satu program dalam mewujudkan
ketahanan pangan nasional Penentuan Derajat pengembanganadalah diversifikasi
pangan, yaitu dengan pengembangan pangan pokok pengganti beras seperti
jagung, ubi jalar, ubi kayu dan umbi-umbian lainnya.
Di Indonesia umbi-umbian masih kurang mendapat perhatian, karena
komoditi ini dianggap sebagai makanan kelas rendahan yang dihubungkan dengan
kemiskinan. Padahal potensi ekonomi umbi-umbian cukup tinggi, antara lain
sebagai bahan pangan yang efisien pada masa mendatang, bahan pakan ternak,
bahan baku berbagai industry. Selain itu hasil dari penelitian menunjukkan
kandungan gizinya yang tinggi.
Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memilki berbagai tanaman
palawija, salah satu diantaranya adalah ubi jalar. Di Indonesia, status ubi jalar
sebagai komoditas pangan belum setaraf dengan padi atau jagung. Namun di
beberapa daerah seperti Irian Jaya, Maluku, dan beberapa tempat di pulau Jawa,
Umbi ubi jalar dijadikan sebagai bahan makanan pokok yang sepanjang tahun
terbatas dikonsumsi oleh masyarakat setempat, selain itu pada umumnya hanya
dapat dinikmati pada beberapa saat setelah panen.
dimiliki oleh terigu, misalnya kandungan beta karoten yang tinggi.Ubi jalar juga
banyak mengandung serat yang berguna bagi tubuh manusia.
Ubi jalar merupakan tanaman umbi-umbian dan tergolong tanaman
semusim (berumur pendek).Tanaman ubi jalar hanya satu kali berproduksi dan
setelah itu tanaman mati.Tanaman ubi jalar tumbuh menjalar pada permukaan
tanah dengan panjang tanaman dapat mencapai 3 meter, tergantung pada
varietasnya.
Pada kondisi optimal, ubi jalar mempunyai kemampuan produksi bahan
pangan berupa karbohidrat yang cukup tinggi, sehingga perlu adanya teknologi
pemanfaatan ubi jalar sebagai produk yang mempunyai nilai yang lebih
tinggi.Pada saat ini ubi jalar yang dikenal umumnya lebih banyak dikonsumsi
dalam bentuk umbi segarnya, meskipun sebagian telah diolah menjadi makanan
ringan seperti kripik.Hal inilah yang membuktikan bahwa pemanfaatannya masih
terbatas di masyarakat.
Ubi jalar sebagai salah satu komoditas pertanian penghasil karbohidrat
sudah tidak disangsikan lagi bagi masyarakat kita.Bahkan, ubi jalar memiliki
peran yang penting sebagai cadangan pangan bila produksi padi dan jagung tidak
mencukupi lagi.Di daerah pedesaan yang sangat miskin ubi jlar dapat dijadikan
bahan pangan alternative untuk menggantikan beras dan jagung.
Data Badan Pusat Statistik menyebutkan volume impor tepung terigu
selama Januari 2010 mencapai 60.029 ton, melonjak 375,9% dibandingkan
dengan periode yang sama tahun lalu 15.968 ton. Turki menempati posisi tertinggi
yakni sebesar 42.048 ton atau 70% dari total impor terigu selama Januari. Disusul
Direktur Esksekutif Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo) Ratna
Sari Lopies mengatakan tidak benar jika impor terigu asal Turki telah berhenti
sejak Januari 2010. Berdasarkan data Bea Cukai, kata dia, impor terigu pada
Januari - 10 Maret 2010 dari pelabuhan bongkar Tanjung Priok mencapai 56.481
ton, dengan perincian pada Januari sebanyak 27.579 ton, 22.070 ton pada
Februari, dan 6.832 ton sampai dengan 10 Maret 2010.
Diversifikasi ubi jalar bertujuan untuk mengurangi ketergantungan dengan
terigu, karena impor terigu selalu meningkat setiap tahunnya.Dengan adanya
diversifikasi ini maka petani Indonesia menjadi semangat untuk bertani,
khususnya umbi-umbian seperti ubi jalar, sehingga impor terigu yang selalu
meningkat setiap tahun dapat dikurangi serta pendapatan petani menjadi
bertambah.
Kalium sorbat memiliki sekitar 74% dari aktivitas antimikroba asam
sorbat, sehingga membutuhkan konsentrasi yang lebih tinggi untuk memperoleh
hasil yang sama bahwa asam sorbat murni menyediakan. Kalium sorbat efektif
terhadap khamir, jamur, dan bakteri, pada tingkat 0,10% pada keju, yogurt, krim
asam, roti, kue, pie dan pengisi, baking campuran, adonan, minuman, margarin,
salad, difermentasi dan diasamkan sayuran, buah zaitun, produk buah-buahan,
asap dan ikan asin, kue dan mayones.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi kalium
sorbat terhadap mutu bolu ubi jalar selama penyimpanan.
Kegunaan Penelitian
- Sebagai sumber informasi untuk mengetahui pengaruh konsentrasi kalium
sorbat selama penyimpanan bolu ubi jalar
- Sebagai sumber data dalam penyusunan skripsi di Departemen Teknologi
Pertanian, Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Hipotesa Penelitian
- Diduga ada pengaruh konsentrasi kalium sorbat terhadap mutu bolu ubi
jalar.
- Diduga ada pengaruh mutu bolu ubi jalar terhadap penyimpanan ubi jalar
- Diduga ada interaksi antara konsentrasi kalium sorbat dan mutu bolu ubi
TINJAUAN PUSTAKA
Ubi Jalar dan Potensinya
Tanaman ubi jalar diduga berasal dari daerah tropius Amerika Tengah,
tetapi ada yang mengatakan dari polinesia. Penebaran tanaman ini banyak
dilakukan oleh bangsa portugis dan Spanyol pada abad ke-16, antara lain ke
filipina, Indonesia, Jepang dan Malaysia. Sekarang tanaman tersebut tumbuh
disekitar katulistiwa hingga 400LU dan 320
Tanaman ubi jalar mempunyai umbi akar yang merupakan simpanan
energi bagi tumbuhan tersebut. Bentuk daunnya sangat bervariasi dari bentuk
lonjong sampai bentuk seperti jari dengan lekukan tepi yang banyak dan dalam.
Ubi jalar dapat berwarna putih, orange sampai merah, bahkan ada yang berwarna
kebiruan, violet atau berbintik-bintik biru. Ubi yang berwarna kuning, orange
sampai merah banyak mengandung karatenoid yang merupakan prekursor vitamin
A (Sediaoetoma, 1993).
LS, dan tumbuh diketinggian 1 – 2200
m diatas permukaan laut (Edmond and Ammerman, 1971).
Secara fisik kulit ubi jalar lebih tipis dibandingkan kulit ubi kayu dan
merupakan umbi dari bagian tanaman. Warna kulit ubi jalar bervariasi dan tidak
selalu sama dengan warna umbi. Warna daging umbinya bermacam-macam, dapat
berwarna putih, kuning, jingga kemerahan atau keabuan. Demikian pula bentuk
umbinya sering kali tidak seragam (Syarief dan Irawati, 1986).
Berdasarkan warna umbinya ubi jalar terdiri dari ubi jalar putih, ubi jalar kuning,
ubi jalar orange, ubi jalar jingga dan ubi jalar ungu. Warna daging berhubungan
Menurut Juanda dan Cahyono (2004), ubi jlar dibedakan menjadi beberapa
golongan sebagai berikut.
1. Ubi jalar putih, yakni jenis ubi jalar yang memilki daging umbi berwarna putih.
2. Ubi jalar kuning, yakni jenis ubi jalar yang memiliki daging umbi berwarna kuning, kuning muda atau putih kekuning-kuningan
3. Ubi jlar orange, yakni jenis ubi jalar yang memiliki daging umbi berwarna orange.
4. Ubi jalar jingga, yakni jenis ubi jalar yang memilki daging umbi berwarna jingga jingga muda.
5. Ubi jalar ungu, yakni jenis ubi jalar yang memilki daging umbi berwarna ungu hingga ungu muda.
Penggunaan ubi jalar di Indonesia dewasa ini masih terbatas untuk bahan pangan.
Menurut Rukmana (1997), diluar negeri khususnya di negara-negara maju, ubi
jalar dijadikan makanan mewah dan bahan baku industri, seperti industri
fermentasi, tekstil, lem, kosmetika, farmasi dan sirup. Ubi jalar di Jepang
dijadikan makanan tradisonal yang publisitasnya setaraf dengan pizza atau
hamburger sehingga aneka makanan olahan dari ubi jalar banyak dijual
ditoko-toko sampai restoran-restoran bertaraf Internasional. Produk ubi jalar di Amerika
Serikat dijadikan bahan pengganti (subtitusi) kentang, dan 60% - 70%
diantaranyan digunakan sebagai makanan manusia.
Ubi jalar sebagai salah satu komoditas pertanian penghasil karbohidrat yang sudah
tidak disangsikan lagi bagi masyarakat kita. Bahkan, ubi jalar memililki peran
mencukupi lagi. Di daerah pedesaan yang miskin, ubi jalar dapat dijadikan bahan
pangan alternatif yang menggantikan beras dan jagung (Juanda dan Cahyono,
2004).
Bahkan di daerah tropis ubi jalar mulai dikembangkan dan dimanfaatkan sebagai
alternatif produk olahan, karena memilki keunggulan agronomik dan kualitas.
Rasa ubi jalar yang tidak manis merupakan syarat kualitas ubi jalar untuk dapat
dimanfaatkan sebagai bahan pokok atau produk olahan (Martin, 1987).
Menurut Widodo (1995), harga ubi jalardi Jepang lebih tinggi dan dapat
mencapai empat kali lipat dibanding padi, karena ubi jalar di Jepang digunakan
untuk beraneka ragam industri dari pangan (mie, permen, roti, dan lain-lain),
minuman (sake, es krim) hingga kosmetik.
Komposisi Kimia Ubi Jalar
Soenarjo (1984) mengatakan bahwa nilai gizi ubi jalar secara kualitatif
selalu dipengaruhi oleh varietas, lokasi dan musim tanam. Pada musim kemarau
dari varietas yang sama akan menghasilkan tepung yang relatif tinggi dari pada
musim penghujan, demikian juga ubi jalar yang berdaging merah muda umumya
mempunyai kadar karoten lebih tinggi daripada yang berwarna putih,
Komposisi kimia ubi jalar dibanding dengan ubi kayu dan beras giling
dapat dilihat pada Tabel-1.
`
Tabel-1. Komposisi Kimia Ubi Jalar Dibanding Ubi Kayu dan Beras Giling (100
Sumber : Departemen Kesehatan R.I., (1992).
Tsuno (1992) mengatakan bahwa pati merupakan karbohidrat utama yang
paling banyak ditimbun di dalam umbi dan sukrosa merupakan bentuk karbohidrat
utama yang ditranslokasikan ke dalam proses pembentukan umbi dan juga
merupakan gula non reduksi yang utama.
Ubi jalar mengandung senyawa penyebab flatulensi.Flatulensi merupakan
akibat dari sisa karbohidrat yang tidak tercerna secara sempurna yang
difermentasi oleh bakteri tertentu dalam usus, sehingga dihasilkan gas H2 dan
CO2
Tepung Ubi Jalar
(penyebab kembung) (Palmer, 1982).
Tepung ubi jalar adalah sejenis pengolahan yang berguna untuk
memperpanjang umur simpan ubi jalar. Selain itutepung ubi jalar lebih luwes
dipergunakan untuk pembuatan berbagai jenis makanan lain. Tepung ubi jalar
diperoleh dari ubi jalar kering (gaplek ubi jalar) yang digiling kemudian diayak
Menurut Muchdi dan Sugiyono (1992), pembuatan tepung ubi jalar dalam
skala rumah tangga maupun industri kecil dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
cara kering dan cara basah. Cara kerjanya adalah sebagai berikut.
a. Cara kering
1. Pengeringan
Dilakukan pengupasan dan pencucian terhadap umbi yang akan
dikeringkan. Dicuci sekali lagi setelah umbi dikupas.Diiris atau dirajang
dengan ketebalan 2-5 mm. direndam dalam larutan garam dapur 3 persen
selama 5 menit.Dijemur diatas rak penjemuran sampai kering.
2. Penepungan
Ditumbuk umbi yang sudah kering menggunakan alu atau giling dengan
menggunakan penggiling mekanik.Tepungnya disaring untuk memperoleh
ukuran partikel-partikel yang seragam.
b. Cara basah
Umbi segar yang akan dibuat menjadi tepung dibersihkan, dikupas, dicuci
sekali lagi. Diparut secara mekanik atau manual.Hasil parutan dipres
sehingga sebagian air keluar hasil parutan dijemur sampai kering.Tumbuk
dengan alu atau giling dengan menggunakan penggiling mekanik.Saring
tepung yang diperoleh agar ukuran partikelnya seragam.
Komposisi kimia Tepungubi jalar dapat dilihat pada Tabel-2.
Tabel-2 Kandungan Kimia Tepung Ubi Jalar
Kandungan Kimia Jumlah
Air (%)
Sumber : Antarlina (1998)
Tepung Terigu
Tepung gandum dapat digunakan atau diolah menjadi produk lain, yaitu
dengan memindahkan zat pati dan gluten dalam tepung gandum itu. Gluten
digunakan sebagai bahan tambahan untuk mempertinggi kandungan protein dalam
roti, dalam pembuatan monosodium glutamate (MSG), sebagai bahan penyedap,
dan untuk keperluan lain. Pati digunakan untuk memperbaiki tekstur dan
kekentalan serta rasa (palabilitas) makanan (Moehyi, 1992).
Pati disusun oleh amilosa dan amilopektin.Amilosa merupakan
polisakarida yang linier sedangkan amilopektin adalah yang bercabang.Tiap jenis
pati tertentu disusun oleh kedua fraksi tersebut dalam perbandingan yang
berbeda-beda.Pada jenis yang rekat (addesif) amilosa dan pati berkisar 20-30%.Pati pada
beras dan sorgum (cantel) sebagian besar penyusunnya adalah amilopektin.Pati
bersifat tidak larut dalam air sehingga mudah dipisahkan dari zat lainnya
(Sudarmadji, dkk., 1989).
Pati memilki sifat-sifat yaitu dengan penambahan air panas akan
palabilitas dari berbagai makanan, sebagai perekat dalam industri fermentasi dan
ada yang larut dalam air juga ada yang tidak larut dalam air (Winarno, 1992).
Komposisi kimia tepung terigu dapat dilihat pada Tabel-3.
Tabel-3.Komposisi Kimia Tepung Terigu per 100 g Bahan.
Kandungan Jumlah
Karbohidrat (g) 77,3
Mineral (g) 0,5
Menurut Astawan (2004), berdasarkan kandungan gluten protein pada
tepung terigu yang beredar dipasaran dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu:
- Hard flour. Tepung ini berkualitas paling baik. Kandungan proteinnya
12-13%. Tepung ini biasanya digunakan pada pembuatan roti dan mie
berkualitas tinggi,. Contohnya, terigu dengan merk dagang Cakra Kembar.
- Medium Hard Flour. Terigu jenis ini mengandung protein 9,5-11%.
Tepung ini banyak digunakan untuk pembuatan roti, mie dan
macam-macam kue serta biscuit. Contohnya, terigu dengan merk dagang Sgitiga
Biru.
- Soft Flour. Terigu ini mengandung protein sebesar 7-8,5%. Penggunaanya
cocok sebagai bahan pembuatan kue dan biscuit. Contohnya, terigu dengan
merk dagang kunci biru.
Pembuatan Bolu Gula
Sukrosa adalah disakarida yang mempunyai peranan penting dalam
pengolahan makanan dan banyak terdapat pada tebu, bit, siwalan dan kelapa
kopra.Untuk industri-industri makanan biasanya digunakan sukrosa dalam bentuk
Kristal halus atau kasar dan dalam jumlah yang banyak dipergunakan dalam
bentuk cairan sukrosa (sirup). Pada pembutan sirup, gula pasir (sukrosa)
dilarutkan dalam air dan dipanaskan, sebahagian dari sukrosa akan terurai menjadi
glukosa dan fruktosa yang disebut gula invert (Winarno dan Laksmi, 1974).
Apabila gula ditambahkan ke dalam bahan makanan dalam konsentrasi
yang tinggi (paling sedikit 40% padatan terlarut) sebagian dari air yang ada
menjadi tidak tersedia untuk pertumbuhan mikroorganisme dan aktivitas air (aw)
Daya tahan khamir dan kapang terhadap konsentrasi gula yang tinggi berbeda
dengan bakteri dimana beberapa khamir dan kapang masih dapat tumbuh pada
kadar gula 60%, sedangkan pertumbuhan bakteri sudah terhambat pada kadar gula
tersebut (Jay, 1978).
dari bahan pangan berkurang (Buckle, et al., 1987).
Telur
Telur memiliki sifat dapat mengikat udara, sehingga jhika digunakan
dapat ditambahkan dalam jumlah sedikit untuk menghasilkan adonan yang lebih
kompak. Penggunaan kuning telur tanpa putih telur akan menghasilkan kue yang
lembut, tetapi strukturnya tidak sebaik jika digunakan telur utuh. Telur
membentuk warna, aroma, kelembutan dan berfungsi sebagai emulsifier
alami.Telur juga berfungsi membentuk struktur dan kekokohan.Disamping itu,
telur juga menambah nilai gizi produk akhir, karena mengandung protein, lemak
dan mineral (Anonimous, 1990).
Margarine
Margarine adalah emulsi air dalam lemak.Fase lemak merupakan
campuran beberapa minyak lemak nabati, sebagian darinya telah dipadatkan
dengan hidrogenasi agar diperoleh sifat plastis yang diinginkan pada produk
akhirnya.Minyak ikan dan lemak hewan juga dapat dicampurkan dalam campuran
itu. Proses hidrogenasi dilakukan dengan memanskan minyak dalam tangki
tertutup yang besar dan bertekanan (Gaman and Sherington, 1994).
Bahan Pengembang
Bahan pengembang adonan yang sekarang dipakai menggunakan
bahan-bahan kimia yang dapat menghasilkan gas CO2. Gas ini diperoleh dari karbonat
atau bikarbonat.Bahan pengembang yang umum digunakan adalah natrium
bikarbonat (NaHCO3).Kadang-kadang garam ammonium karbonat atau amonium
bikarbonat juga digunakan, tetapi garam-garam ini terurai pada suhu tinggi
(Winarno, 1992).
Kalium Sorbat
Kalium sorbat adalah garam potasium dari asam sorbat, dan jauh lebih
larut dalam air dari asam. Kalium sorbat akan menghasilkan asam sorbat setelah
dilarutkan dalam air dan merupakan makanan yang paling banyak digunakan di
dunia pengawet. Hal ini berlaku sampai dengan pH 6,5 tetapi meningkatkan
efektivitas sebagai pH menurun. Kalium sorbat memiliki sekitar 74% dari
aktivitas antimikroba asam sorbat, sehingga membutuhkan konsentrasi yang lebih
tinggi untuk memperoleh hasil yang sama bahwa asam sorbat murni menyediakan.
Kalium sorbat efektif terhadap khamir, jamur, dan bakteri pilih, dan secara luas
digunakan di 0,025 pada tingkat 0,10% pada keju, dips, yogurt, krim asam, roti,
kue, pie dan pengisi, baking campuran, adonan, icing, fudges, topping, minuman,
margarin, salad, difermentasi dan diasamkan sayuran, buah zaitun, produk
buah-buahan, dressing, asap dan ikan asin, kue dan mayones. Kalium sorbat adalah
bubuk kristal putih, murah (pada tingkat penggunaan), dengan tidak ada rasa pada
dasarnya terlihat pada konsentrasi penggunaan normal.Dalam pengolahan anggur,
sorbates digunakan untuk mencegah refermentation tingkat. Maksimum yang
BAHAN DAN METODA
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Oktober sampai Desember 2010 di
Laboratorium Mikrobiologi Departemen Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tepung ubi jalar dan
tepung terigu, margarine, telur, baking powder, dan gula.
Bahan Kimia
Bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini adalah kalium sorbat,
plat count agar (PCA), silika gel dan alkohol
Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah oven, loyang, mixer,
mesh 80, baskom, timbangan, kurs porselin, gelas ukur, desikator, inkubator,
colony counter, sendok, beaker glass, cawan petridis, autoclave, kompor, panci
Metoda Penelitian (Bangun, 1991)
Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan dua faktor, sebagai berikut.
Faktor 1 : Konsentrasi Kalium Sorbat (K)
K1
Faktor II : Masa simpan(S) = 0,075%
Model Rancangan
Penelitian ini dilakukan dengan model Rancangan Acak Lengkap (RAL)
faktor dengan model:
Ŷijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + εijk
Dimana :
Ŷijk : Hasil pengamatan dari faktor K pada taraf ke-i dan faktor S pada taraf
ke –j dalam ulangan ke –k
µ : Efek nilai tengah
αi : Efek faktor K pada taraf ke-i
βj : Efek faktor S pada taraf ke-j
(αβ)ij : Efek interaksi faktor K pada taraf ke-i dan faktor S pada taraf ke-j
εijk : Efek galat dari faktor K pada taraf ke-i dan faktor S pada taraf ke-j
dalam ulangan.
Apabila diperoleh hasil yang berbeda nyata dan sangat nyata maka uji
dilanjutkan dengan uji beda rataan dengan menggunakan uji LSR (Least
Significant Range)
Pelaksanaan Penelitian
Dipilih ubi jalar yang bagus, yaitu dagingnya yang berwarna ungu,
kemudian dikupas untuk membuang kulitnya, lalu ubi tersebut dicuci dan diiris
tipis, kemudian ubi jalar dilakukan pengeringan didalam oven dengan
menggunakan suhu 50 0C selama 12 jam, hingga kadar airnya 12%. Saat
penggilingan dengan blender dan diayak dengan menggunakan 80
mesh.Pembuatan tepung disajikan pada Gambar 1.
Pembuatan Bolu Kukus
Ditimbang tepung ubi jalar dan tepung terigu dengan perbandingan
70 : 30. Banyaknya tepung yang digunakan adalah 150 g, kemudian dilakukan
pencampuran dengan gula (125 g), coklat batang (40 g), telur (5 butir), dicampur
semua bahan dan ditambah dengan kalium sorbat sesuai dengan perlakuan,
maksimum yang diijinkan oleh hukum adalah 0,1% (Lewis, 1989), diaduk
dengan mixer sampai terbentuk adonan homogen, kemudian dicetak dalam
Loyang dan dilakukan pengukusan dalam wadah pengukus dengan selama 30
menit, lalu dikeluarkan dan didinginkan sampai suhu kamar, kemudian dilakukan
analisa terhadap : kadar air dan organoleptik (warna, aroma, rasa, dan tekstur).
Bolu kukus dengan nilai organoleptik tertinggi dianalisa kadar protein dan kadar
abunya (tahapan secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 2).
Pengamatan dan pengukuran data
Pengamatan dan pengukuran data dilakukan dengan cara analisa sesuai
dengan parameter :
1. Penentuan Kadar Air
2. Penentuan Kadar Abu
3. Penentuan Total Mikroba
4. Penentuan Derajat pengembangan
5. Penentuan Uji Organoleptik Warna
6. Penentuan Uji Organoleptik Aroma dan Rasa
Parameter Penelitian
Penentuan Kadar Air (AOAC, 1970; dalam Sudarmadji, dkk., 1989)
Ditimbang sampel sebanyak 2 g dalam alumunium foil yang telah
diketahui beratnya. Kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 1050
Kadar Air =
C selama 4
jam, setelah itu didinginkan dalam desikator selama 15 menit dan
ditimbang.Kemudian dipanaskan lagi selama 30 menit, didinginkan dalam
desikator dan ditimbang, perlakuan ini diulangi sampai didapat berat yang
konstan. Pengurangan berat merupakan banyaknya air dalam bahan dengan
perhitungan :
Berat Awal –Berat Akhir Berat Awal
X 100%
Penentuan Kadar Abu ((Sudarmadji, et al., 1989)
Ditimbang 2 gram bahan dalam krus porselin yang kering dan telah
diketahui beratnya, dipijarkan dalam muffle dengan suhu 300oC selama 1 jam dan
dinaikkan suhu menjadi 500o
% Kadar Abu =
C selama 3 jam lalu didinginkan dalam desikator
selama 15 menit lalau ditimbng beratnya. Kadar abu dihitung dengan rumus :
Berat setelah dikeringkan Berat sebelum dikeringkan
x 100%
Penentuan Total Mikroba (Fardiaz, 1992)
Bahan diambil sebanyak 1 g lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi
kemudian ditambahkan aquadest 9 ml dan diaduk sampai merata. Hasil
pengenceran ini diambil sebanyak 1 ml kemudian ditambahkan aquadest 9 ml,
hasil pengenceran ini diambil dengan pipet tetes sebanyak 1 ml dan ditambahkan
dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan aquadest sebanyak 9 ml.
Pengenceran dilakukan sampai 10.000 kali (104
Dari hasil pengenceran pada tabung reaksi terakhir diambil sebanyak 1 ml
dan diratakan pada medium agar PCA yang telah disiapkan diatas cawan petri,
selanjutnya diinkubasi selama 24 jam pada suhu 32 ).
0
Total Koloni/ml = Jumlah koloni hasil perhitungan x 1
C dengan posisi terbalik.
Jumlah koloni yang ada di hitung dengan colony counter.
FP
Penentuan Derajat Pengembangan (%)
Adonan yang telah dicetak diukur tinginya. Adonan yang telah matang
diukur tingginya, kemudian diukur derajat pengembangan sebelum dan sesudah
pengovenan dengan perhitungan:
Derajat Pengembangan =X-Y Y
x 100%
X = Tinggi setelah Pengovenan
Y =Tinggi sebelum Pengovenan
Penentuan Uji Organoleptik Warna (Soekarto, 1985)
Uji organoleptik digunakan dengan menggunakan panelis sebanyak 10
orang. Pengujian dilakukan secara inderawi (organoleptik) yang ditentukan
berdasarkan skala numerik. Untuk skala warna, adalah sebagai berikut.
Tabel 4. Skala Uji Hedonik Warna
Skala Hedonik Skala Numerik
Hijau lumut 4
Hijau 3
Ungu Kehijauan 2
Penentuan Uji Organoleptik Aroma dan Rasa (Soekarto, 1985)
Uji organoleptik digunakan dengan menggunakan panelis sebanyak 10
orang. Pengujian dilakukan secara inderawi (organoleptik) yang ditentukan
berdasarkan skala numerik. Untuk skala aroma adalah sebagai berikut.
Tabel 5. Skala Uji Hedonik (Aroma dan Rasa)
Skala Hedonik Skala Numerik
Sangat Suka 4
Suka 3
Agak Suka 2
Tidak Suka 1
Penentuan Uji Organoleptik Tekstur (Soekarto, 1985)
Uji organoleptik dilakukan dengan menggunakan panelis sebanyak 10
orang. Pengujian dilakukan secara inderawi (organoleptik) yang ditentukan
berdasarkan skala numerik.
Uji organoleptik yang digunakan untuk menentukan tingkat kelembutan
dilakukan berdasarkan skala numerik sebagai berikut :
Tabel 6. Skala Uji Hedonik Tekstur
Skala Hedonik Skala Numerik
Sangat Lembut 4
Lembut 3
Agak Lembut 2
Keras 1
Gambar 1. Skema Pembuatan Tepung Ubi Jalar Pengupasan
Pencucian
Pengirisan tipis-tipis
Pengovenan dengan suhu 600 C Selama 12 jam
Penggilingan
Pengayakan dengan 80 Mesh
Gambar 2. Skema Pembuatan Bolu Ubi Jalar
5 butir telur dan 125 g gula diaduk hingga mengembang
Dimasukkan tepung ubi jalar dan tepung terigu
Konsentrasi
Ditambahkan 40 g coklat batang yang telah dilelehkan
dengan mentega
Homogenisasi
Pengukusan selama 25-30 menit
Hasil penelitian yang dilakukan diperoleh bahwa konsentrasi kalium
sorbat memberikan pengaruh terhadap kadar air (%), kadar abu (%) , total
mikroba (koloni/g), derajat pengembangan (%), uji organoleptik warna, aroma
dan rasa, dan tekstur seperti pada Tabel 7 berikut.
Tabel 7. Pengaruh konsentrasi kalium sorbat terhadap parameter yang diamati
Konsentrasi Kadar Kadar Total Derajat Uji Organoleptik (Numerik)
Kalium sorbet Air Abu Mikroba Pengembangan Warna Aroma Tekstur
(%) (%) (%) (x104) (%) dan Rasa
K1 = 0% 23,30 2,00 5,21 51,39 1,66 1,63 1,56
K2 = 0,025% 22,83 2,01 4,63 51,21 1,80 1,64 1,61
K3 = 0,050% 22,32 2,02 4,51 50,86 1,99 1,71 1,64
K4 = 0,075% 21,53 2,04 4,08 50,12 2,06 1,79 1,66
Dari tabel 7 dapat dilihat bahwa konsentrasi kalium sorbat memberikan
pengaruh terhadap parameter yang diuji. Persen kadar air yang tertinggi terdapat
pada perlakuan K1 (0%) yaitu sebesar 23,30% dan terendah terdapat pada
perlakuan K4 (0,075%) yaitu sebesar 21,53%. Kadar abu yang tertinggi terdapat
pada perlakuan K4 (0,075) yaitu sebesar 2,04% dan terendah terdapat pada
perlakuan K1 (0%) yaitu sebesar 2,00%. Total mikroba yang tertinggi terdapat
pada perlakuan K1 (0%) yaitu sebesar 5,21 x 104koloni/g dan terendah terdapat
pada perlakuan K4 (0,075%)yaitu sebesar 4,08 x 104koloni/g. Derajat
pengembangan yang tertinggi terdapat pada perlakuan K1 (0%) yaitu sebesar
51,39% dan terendah terdapat pada perlakuan K4 (0,075%)yaitu sebesar 50,12%.
Uji organoleptik warna yang tertinggi terdapat pada perlakuan K4 (0,075%) yaitu
sebesar 2,06 dan terendah terdapat pada perlakuan K1 (0%) yaitu sebesar 1,66. Uji
yaitu sebesar 1,79 dan terendah terdapat pada perlakuan K1 (0%) yaitu sebesar
1,63. Uji organoleptik tekstur yang tertinggi yaitu terdapat pada perlakuan
K4(0,075) yaitu sebesar 1,66 dan terendah terdapat pada perlakuan K1
Hasil penelitian yang dilakukan diperoleh bahwa lama penyimpanan
memberikan pengaruh terhadap kadar air (%), kadar abu (%) , total mikroba
(koloni/g), derajat pengembangan (%), uji organoleptik warna, uji organoleptik
aroma dan rasa, uji organoleptik tekstur seperti pada Tabel 8 berikut.
(0%)
yaitu sebesar 1.56.
Tabel 8. Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap parameter yang diamati
Lama Kadar Kadar Total Derajat Uji Organoleptik (Numerik)
Penyimpanan Air Abu Mikroba Pengembangan Warna Aroma Tekstur
(%) (%) (%) (x104) (%)
Dari tabel 8memperlihatkan bahwa lama penyimpanan memberikan
pengaruh terhadap parameter yang diuji. Persen kadar air yang tertinggi terdapat
pada perlakuan S4 (6 hari) yaitu sebesar 24,11 % dan terendah terdapat pada
perlakuan S1 (0 hari)yaitu sebesar 20,99%. kadar abu yang tertinggi terdapat pada
perlakuan S1 (0 hari) yaitu sebesar 2,10% dan terendah terdapat pada perlakuan
S4 (6 hari) yaitu sebesar 1,94%. Total mikroba yang tertinggi terdapat pada
perlakuan S4 (6 hari) yaitu sebesar 6,70 x 104 koloni/g dan terendah terdapat pada
perlakuan S1 (0 hari)yaitu sebesar 2,79 x 104 koloni/g. Derajat pengembangan
yang tertinggi terdapat pada perlakuan S1 (0 hari) yaitu sebesar 52,04 dan
terendah terdapat pada perlakuan S4 (6 hari)yaitu sebesar 49,73. Uji organoleptik
aroma dan rasa yang tertinggi terdapat pada perlakuan S1(0 hari) yaitu sebesar
2,87 dan terendah terdapat pada perlakuan S4 (6 hari) yaitu sebesar 1,01. Uji
organoleptik tekstur yang tertinggi terdapat pada perlakuan S1 (0 hari) yaitu
sebesar 2,48 dan terendah terdapat pada perlakuan S4 (6 hari) yaitu sebesar 1,00.
Kadar Air (%)
Pengaruh Konsentrasi Kalium Sorbat terhadap kadar air (%)
Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 1) memperlihatkan bahwa
konsentrasi kalium sorbat memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05)
terhadap kadar air, sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.
Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap kadar air (%)
Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 1) memperlihatkan bahwa
konsentrasi gum arab memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01)
terhadap kadar air (%) yang dihasilkan. Hasil uji LSR lama penyimpanan terhadap
kadar air ditampilkan pada Tabel 9.
Tabel 9. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Kadar Air (%)
Jarak LSR Lama Rataan Notasi
0.05 0.01 Penyimpanan 0.05 0.01
- - - S1 = 0 hari 20.99 c C
2 1.310 1.804 S2 = 2 hari 21.85 bc BC
3 1.376 1.896 S3= 4 hari 23.04 ab AB
4 1.411 1.944 S4 = 6 hari 24.11 a A
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar).
Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa perlakuan S1 berbeda tidak nyata
terhadap perlakuan S2,dan berbeda sangat nyata terhadap perlakuan S3, dan
S4.Perlakuan S2 berbeda tidak nyata terhadap perlakuan S3 dan berbeda sangat
perlakuan S4. Persen kadar air yang tertinggi terdapat pada perlakuan S4 yaitu
sebesar 24,11% dan terendah terdapat pada perlakuan S1
Hubungan pengaruh lama penyimpanan dengan kadar air (%) dapatdilihat pada
Gambar 3 berikut.
yaitu sebesar 20,99%.
Gambar 3. Hubungan pengaruh lama penyimpanan terhadap kadar air (%)
Dari gambar3 semakin lama penyimpanan maka kadar air akan semakin
besar,begitu juga sebaliknya. Hal ini disesbabkan kurang memperhatikan suhu dan
kelembaban selama penyimpanan yang menyebabkan kadar air semakin tinggi,
sehingga produk menjadi cepat rusak.
Pengaruh interaksi antara konsentrasi kalium dan lama penyimpanan sorbat terhadap kadar air (%)
Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 1) memperlihatkan interaksi
konsentrasi kalium sorbat terhadap lama penyimpanan memberikan pengaruh
berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap kadar air (%) yang dihasilkan, sehingga uji
Kadar Abu (%)
Pengaruh konsentrasi kalium sorbat terhadap kadar abu (%)
Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 2) memperlihatkan bahwa
perbandingan konsentrasi kalium sorbat memberikan pengaruh berbeda tidak
nyata (P>0,05) terhadap kadar abu (%) yang dihasilkan, sehingga uji LSR tidak
dilanjutkan.
Pengaruh lama penyimpanan terhadap kadar abu (%)
Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 2) memperlihatkan bahwa lama
penyimpanan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap
kadar abu (%) yang dihasilkan. Hasil uji LSR pengaruh lama penyimpanan
terhadap kadar abu ditampilkan pada Tabel 10 berikut.
Tabel 10. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Kadar Abu (%)
Jarak LSR Lama Rataan Notasi
0.05 0.01 Penyimpanan 0.05 0.01
- - - S1 = 0 hari 2.10 a A
2 0.041 0.056 S2 = 2 hari 2.05 b A
3 0.043 0.059 S3= 4 hari 1.97 c B
4 0.044 0.060 S4 = 6 hari 1.94 c B
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar).
Dari tabel10memperlihatkan bahwa perlakuan S1 berbeda nyata terhadap
perlakuan S2, dan berbeda sangat nyata terhadap perlakuan S3 dan S4. Perlakuan
S2 berbeda sangat nyata terhadap perlakuan S3 dan S4.Perlakuan S3 berbeda tidak
nyata terhadap perlakuan S4. Persen kadar abu yang tertinggi terdapat pada
perlakuan S1 yaitu sebesar 2,10% dan terendah terdapat pada perlakuan S4 yaitu
Hubungan pengaruh lama penyimpanan terhadap kadar abu (%) dapat
dilihat pada Gambar 4 berikut.
Gambar 4. Hubungan pengaruh lama penyimpanan terhadap kadar abu (%)
Hubungan antara kalium sorbat terhadap kadar abu (%) dapat dilihat pada
Gambar 4. Semakin lama penyimpanan maka kadar abu (%) akan semakin
menurun. Hal ini disebabkan semakin lama penyimpanan yang dilakukan, maka
kandungan air yang terdapat pada bahan akan semakin meningkat, sehingga total
bahan dalam penghitung kadar abu akan semakin besar yang menyebabkan kadar
abu yang dihasilkan semakin menurun, serta sebagian mineral yang terdapat pada
bahan digunakan oleh mikroba untuk pertumbuhan dan perkembangbiakannya.
Pengaruh interaksi antara konsentrasi kalium sorbat dan lama penyimpanan terhadap kadar abu (%)
Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 2) memperlihatkan bahwa
interaksi kalium sorbat dan lama penyimpanan memberikan pengaruh berbeda
tidak nyata (P>0,05) terhadap kadar abu (%) yang dihasilkan. Sehingga uji LSR
Total Mikroba (koloni/g)
Pengaruh konsentrasi kalium sorbat terhadap total mikroba (koloni/g)
Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 3) memperlihatkan bahwa
konsentrasi kalium sorbat memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01)
terhadap total mikroba. Hasil uji LSR konsentrasi kalium sorbat terhadap total
mikroba ditampilkan pada Tabel 11 berikut.
Tabel 11. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Konsentrasi Kalium Sorbat terhadap Total Mikroba (x104
Jarak
koloni/g)
LSR Konsentrasi
Rataan Notasi
0,05 0,01 Kalium Sorbat 0,05 0,01
- - - K1 = 0% 5,21 a A
2 0,228 0,314 K2 = 0,025% 4,63 b B
3 0,240 0,330 K3 = 0,050% 4,51 b B
4 0,246 0,338 K4 = 0,075% 4,08 c C
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5%(huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar).
Dari tabel 11memperlihatkan bahwa perlakuan K1 berbeda sangat nyata
terhadap perlakuan K2, K3, dan K4.Perlakuan K2 berbeda tidak nyata terhadap
perlakuan K3 dan berbeda nyata terhadap perlakuan K4.Perlakuan K3 berbeda
sangat nyata terhadap perlakuan K4. Total mikroba (x104koloni/g) yang tertinggi
terdapat pada perlakuan K1 (0%) yaitu sebesar 5,21 x 104koloni/g dan terendah
Hubungan pengaruhkonsentrasi kalium sorbat terhadap total mikroba
(x104
Gambar 5. Hubungan pengaruh konsentrasi kalium sorbat terhadap total mikroba (x10
koloni/g) dapat dilihat pada Gambar 5 berikut.
4
koloni/g)
Dari gambar 5 memperlihatkan bahwa semakin tinggi konsentrasi kalium
sorbat maka total mikroba (x104koloni/g) yang dihasilkan semakin menurun. Hal
ini disebabkan karena penambahan konsentrasi kalium sorbat dapat menghambat
aktivitas mikroba yang terjadi pada proses fermentasi selama penyimpanan.
Mikrobia mendegradasi mikromolekul yang menyusun bahan menjadi
fraksi-fraksi yang lebih kecil misalnya karbohidrat dirombak menjadi gula-gula
sederhana atau pemecahan lebih lanjut menjadi asam-asam organik.Hal ini sesuai
dengan Nickerson dan Ronsivalli (1980) bahwa asam sorbat dapat menghambat
metabolisme enzim dari mikroba tertentu yang dibutuhkan mikroba ini untuk
pertumbuhan dan perkembangbiakannya, maka semakin tinggi konsentrasi kalium
sorbat maka pertumbuhan mikroba menjadi berkurang.
Pengaruh lama penyimpanan terhadap total mikroba (x104 koloni/g)
Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 3) memperlihatkan bahwa lama
penyimpanan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap total
mikroba. Hasil uji LSR lama penyimpnan terhadap total mikroba (x104
Tabel 3. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap koloni/g)dapat dilihat pada Tabel 12 berikut.
Total Mikroba (x104 Jarak
koloni/g)
LSR Lama
Rataan Notasi
0,05 0,01 Penyimpanan 0,05 0,01
- - - S1 = 0 hari 2,79 d D
2 0,228 0,314 S2 = 2 hari 3,90 c C
3 0,240 0,330 S3= 4 hari 5,04 b B
4 0,246 0,338 S4 = 6 hari 6,70 a A
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar).
Dari tabel 12 dapat dilihat bahwa perlakuan S1 berbeda sangat nyata
terhadap perlakuan S2, S3,dan S4. Perlakuan S2 berbeda sangat nyata terhadap
perlakuan S3 dan berbeda sangat nyata terhadap perlakuan S4.Perlakuan S3
berbeda sangat nyata terhadap perlakuan S4. Total mikroba (x104 koloni/g)yang
tertinggi terdapat pada perlakuan S4 yaitu sebesar 6,70 x 104 koloni/g terendah
terdapat pada perlakuan S1 yaitu sebesar 2,79 x104
Hubungan pengaruh lama penyimpanan terhadap total mikroba (x10 koloni/g.
4
Gambar 6. Hubungan pengaruh lama penyimpanan terhadap total mikroba (x104 koloni/g)
Hubungan antara lama penyimpanan terhadap total mikroba dapat dilihat
pada Gambar 6. Semakin lama penyimpanan maka total mikroba akan semakin
meningkat. Peningkatan total mikroba selama penyimpanan disebabkan
kandungan air dalam bahan yang mempengaruhi daya tahan bahan terhadap
serangan mikroba untuk pertumbuhan. Hal ini sesuai dengan Winarno, et al.,
(1980) bahwa dengan bertambahnya lama penyimpanan maka semakin bertambah
jumlah mikrobia dan kesempatan bagi mikrobia untuk mendegradasi
senyawa-senyawa dalam bahan pangan.
Pengaruh interaksi antara konsentrasi kalium sorbat dan lama penyimpanan terhadap total mikroba (x104koloni/g)
Dari daftar sidik ragam (Lampiran 3) memperlihatkan bahwa interaksi
konsentrasi kalium sorbat dan lama penyimpanan memberikan pengaruh berbeda
sangat nyata (P<0,01) terhadap total mikroba (x104koloni/g) yang dihasilkan.
Hasil pengujian dengan LSR menunjukkan pengaruh interaksi konsentrasi
kalium sorbat dan lama penyimpanan terhadap total mikroba (x104
Tabel 13. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Interaksi Konsentrasi Kalium Sorbat dan Lama Penyimpanan terhadap Total Mikroba(x10
koloni/g)setiap
perlakuan dapat dilihat pada Tabel 13 berikut.
4
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar).
Dari tabel 13 dapat dilihat bahwa interaksi perlakuan antara konsentrasi
kalium sorbat dan lama penyimpanan berbeda sangat nyata terhadap total
mikroba (x104 koloni/g). Nilai total mikroba (x104 koloni/g) tertinggi diperoleh
pada interaksi perlakuanK1S4, yaitu sebesar 6,90 x104 koloni/g dan terendah
diperoleh pada interaksi perlakuan K4S1, yaitu sebesar 2,00 x104
Pengaruh interaksi antara konsentrasi kalium sorbat dan lama
penyimpanan terhadap total mikroba (x10
koloni/g.
4
koloni/g) dapat dilihat pada Gambar 7
Gambar7 . Pengaruh interaksi antara konsentrasi kalium sorbat dan lama penyimpanan terhadap total mikroba (x104 koloni/g)
Dari gambar 7 memperlihatkan bahwa interaksi kalium sorbat dan lama
penyimpanan nilai total mikroba (x104 koloni/g) tertinggi diperoleh pada
interaksi perlakuanK4S4, yaitu sebesar 6,90 x104 koloni/g dan terendah diperoleh
pada interaksi perlakuan K4S1, yaitu sebesar 2,00 x104 koloni/g. Hal ini
disebabkan mikrobia mendegradasi mikromolekul yang menyusun bahan menjadi
fraksi-fraksi yang lebih kecil misalnya karbohidrat dirombak menjadi gula-gula
sederhana atau pemecahan lebih lanjut menjadi asam-asam organik. Hal ini sesuai
dengan Nickerson dan Ronsivalli (1980) bahwa asam sorbat dapat menghambat
metabolisme enzim dari mikroba tertentu yang dibutuhkan mikroba ini untuk
pertumbuhan dan perkembangbiakannya. Dan Peningkatan total mikroba selama
penyimpanan disebabkan tersedianya nutrisi yang cukup bagi mikrobia tersebut
untuk pertumbuhan dan berkembang. Hal ini sesuai dengan
Winarno, et al., (1980) bahwa dengan bertambahnya lama penyimpanan maka
semakin bertambah jumlah mikrobia dan kesempatan bagi mikrobia untuk
mendegradasi senyawa-senyawa dalam bahan pangan.
Derajat Pengembangan (%)
Pengaruh konsentrasi kalium sorbat terhadap derajat pengembangan (%) Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 4) memperlihatkan bahwa
konsentrasi kalium sorbat memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01)
terhadap derajat pengembangan yang dihasilkan. Hasil uji LSR konsentrasi
kalium sorbat terhadap derajat pengembangan (%) dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Konsentrasi Kalium Sorbat terhadap Derajat Pengembangan (%)
Jarak LSR Konsentrasi Rataan Notasi
0.05 0.01 Kalium Sorbat 0.05 0.01
- - - K1 = 0% 51.39 a A
2 0.700 0.964 K2 = 0,025% 51.21 a A
3 0.735 1.013 K3 = 0,050% 50.86 a AB
4 0.754 1.039 K4 = 0,075% 50.12 b B
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar).
Dari tabel 14 memperlihatkan bahwa perlakuan K1 berbeda tidak nyata
terhadap perlakuan K2 dan K3, danberbeda sangat nyataterhadap perlakuan K4..
Perlakuan K2 berbeda tidak nyata terhadap perlakuan K3 dan berbeda sangat
nyataterhadap perlakuan K4. Perlakuan K3 berbeda sangat nyata terhadap
perlakuan K4. Derajat pengembangan (%) yang tertinggi terdapat pada perlakuan
K1 (0%) yaitu sebesar 51,39% dan terendah terdapat pada perlakuan K4
Hubungan antara konsentrasi kalium sorbat terhadap derajat
pengembangan (%) dapat dilihat pada Gambar 8 berikut.
(0,075%)
Gambar 8. Hubunganpengaruh konsentrasi kalium sorbat terhadap derajat pengembangan (%)
Dari gambar 8memperlihatkan bahwa dengan semakintingginya
konsentrasi kalium sorbat yang digunakan maka derajat pengembangan akan
semakin menurun. Hal ini dikarenakan kalium sorbat dapat menyerap air sehingga
bolu kukus menjadi lembek dan derajat pengembanga berkurang.
Pengaruh lama penyimpanan terhadap derajat pengembangan (%)
Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 4) memperlihatkan bahwa lama
pentimpanan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap
derajat pengembangan (%) yang dihasilkan. Hasil uji LSR pengaruh lama
penyimpanan terhadap derajat pengembangan (%) dapat dilihat pada Tabel15
Tabel 15. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Derajat Pengembangan (%)
Jarak LSR Lama Rataan Notasi
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar).
Dari tabel 15 dapat dilihat bahwa perlakuan S1 berbeda nyata terhadap
perlakuan S2, danberbeda sangat nyata terhadap perlakuan S3 dan S4.Perlakuan S2
berbeda nyata terhadap perlakuan S3, dan berbeda sangat nyata terhadap perlakuan
S4.Perlakuan S3 berbeda nyata terhadap perlakuan S4.Persen derajat
pengembangan yang tertinggi terdapat pada perlakuan S1 yaitu sebesar 52,04%
dan terendah terdapat pada perlakuan S4
Hubungan pengaruh lama penyimpanan terhadap derajat pengembangan
(%) dapat dilihat pada Gambar 9.
yaitu sebesar 49,73 %.
Hubungan pengaruh lama penyimpanan terhadap derajat pengembangan
(%) dapat dilihat pada Gambar 9. Semakin tinggi lama penyimpanan maka derajat
pengembangan akan semakin menurun. Hal ini karena adanya aktivitas mikroba
yang mengubah gula-gula menjadi asam-asam organik sehingga derajat
pengembangan menjadi berkurang selama penyimpanan.Hal ini sesuai dengan
Buckle, et al., (1987) yang menyatakan bahwa pembentukan asam organik dapat
terjadi selama penyimpanan oleh aktivitas mikroba.
Pengaruh interaksi konsentrasi kalium sorbat dan lama penyimpanan terhadap derajat pengembangan (%)
Dari aftar analisis sidik ragam (Lampiran 4) memperlihatkan bahwa
interaksi konsentrasi kalium sorbat dan lama penyimpanan memberikan pengaruh
berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap derajat pengembangan (%) yang
dihasilkan. Sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.
Uji Organoleptik Warna (numerik)
Pengaruh konsentrasi kalium sorbat terhadap uji organoleptik warna (numerik)
Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 5) memperlihatkan bahwa
konsentrasi kalium sorbat memberikan pengaruh berbeda nyata (P<0,05) terhadap
uji organoleptik yang dihasilkan. Hasil uji LSR konsentrasi kalium sorbat
terhadap uji organoleptik warna (numerik) ditampilkan pada Tabel 16.
Tabel 16. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Konsentrasi Kalium Sorbat terhadap Orgnoleptik Warna (Numerik)
Jarak LSR Konsentrasi Rataan Notasi
0.05 0.01 Kalium Sorbat 0.05 0.01
- - - K1 = 0% 1.66 c B
2 0.201 0.277 K2 = 0,025% 1.80 bc AB
3 0.211 0.291 K3 = 0,050% 1.99 ab A
4 0.216 0.298 K4 = 0,075% 2.06 a A
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar).
Dari tabel 16memperlihatkan bahwa perlakuan K1 berbeda tidak nyata
terhadap perlakuan K2,dan berbeda sangat nyata terhadap perlakuan K3, dan
K4.Perlakuan K2 berbeda tidak nyata terhadap perlakuan K3, dan bebeda sangat
nyata terhadap perlakuan K4.Perlakuan K3 berbeda tidak nyata terhadap perlakuan
K4. Uji organoleptik warna (numerik) yang tertinggi terdapat pada perlakuan K4
yaitu sebesar 2,06 dan terendah terdapat pada perlakuan K1
Hubungan pengaruh kalium sorbat terhadap uji organoleptik warna dapat
dilihat pada Gambar 10.
yaitu sebesar 1,66.
Gambar 10. Hubungan pengaruh kalium sorbat terhadap uji organoleptik warna (numerik)
Gambar 10 memperlihatkan bahwa semakin tinggi kalium sorbat maka
warna yang dihasilkan semakin meningkat. Hal ini dikarenakan terjadinya
perombakan pati dan proses fermentasi oleh mikroba yang menyebabkan warna
berubah. Hal ini sesuai dengan Gaman dan Sherrington (1994) bahwa penyebab
utama kerusakan mikrobiologik adalah bakteri, jamur dan khamir dimanan
organisme-organisme tersebut memecah komponen organik kompleks dalam
pangan menjadi senyawa lebih sederhana dan menyebabkan perubahan flavor,
tekstur dan warna pada bahan pangan. Penambahan kalium sorbat dapat
menghambat aktivitas mikroba yang dapat merombak pati.
Pengaruh lama penyimpanan terhadap uji organoleptik warna
Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 5) memperlihatkan bahwa lama
penyimpanan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap uji
organoleptik warna (numerik) yang dihasilkan.Hasil uji LSR lama penyimpanan
terhadap uji organoleptik warna (numerik) ditampilkan pada Tabel 17.
Tabel 17. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Organoleptik Warna (Numerik)
Jarak LSR Lama Rataan Notasi
0.05 0.01 Penyimpanan 0.05 0.01
- - - S1 = 0 hari 2.56 a A
2 0.201 0.277 S2 = 2 hari 2.33 b A
3 0.211 0.291 S3= 4 hari 1.45 c B
4 0.216 0.298 S4 = 6 hari 1.18 d B
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar).
Dari tabel 17 memperlihatkan bahwa perlakuan S1 berbeda nyata terhadap
perlakuan S2,dan berbeda sangat nyata terhadap perlakuan S3, dan S4.Perlakuan S2
berbeda sangat nyata terhadap perlakuan S3,dan S4. Perlakuan S3 berbeda tidak
nyata terhadap perlakuan S4. Uji organoleptik warna (numerik) yang tertinggi
terdapat pada perlakuan S1 yaitu sebesar 2,56 dan terendah terdapat pada
perlakuan S4yaitu sebesar 1,18.
Hubungan pengaruh lama penyimpanan terhadap uji organoleptik warna
dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11. Hubungan pengaruh lama penyimpanan terhadap uji organoleptik warna (numerik)
Dari gambar 11memperlihatkan bahwa semakin lama penyimpanan maka
warna yang dihasilkan semakin menurun. Hal ini dikarenakan terjadinya
perombakan pati dan proses fermentasi oleh mikroba yang menyebabkan warna
berubah. Hal ini sesuai dengan Gaman dan Sherrington (1994) bahwa penyebab
utama kerusakan mikrobiologik adalah bakteri, jamur dan khamir dimanan
organisme-organisme tersebut memecah komponen organik kompleks dalam
pangan menjadi senyawa lebih sederhana dan menyebabkan perubahan flavor,
tekstur dan warna pada bahan pangan.
Pengaruh interaksi antara konsentrasi kalium sorbat dan lama penyimpanan terhadap uji oerganoleptik warna (warna)
Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 5) memperlihatkan bahwa
interaksi konsentrasi kalium sorbat dan lama penyimpanan memberikan pengaruh
berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap organoleptik warna yang dihasilkan
sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.
Uji Organoleptik Aroma dan Rasa (numerik)
Pengaruh konsentrasi kalium sorbat terhadap uji organoleptik aroma dan rasa (numerik)
Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 6) memperlihatkan bahwa
konsentrasi kalium sorbat memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05)
terhadap uji organoleptik tekstur (numerik) yang dihasilkan, sehingga uji LSR
tidak dilanjutkan.
Pengaruh lama penyimpanan terhadap uji organoleptik aroma dan rasa (numerik)
Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 6) memperlihatkan bahwa
konsentrasi kalium sorbat memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01)
terhadap uji organoleptik aroma dan rasa yang dihasilkan. Hasil uji LSR pengaruh
konsentrasi kalium sorbat terhadap uji organoleptik aroma dan rasa dapat dilihat
pada Tabel 18.
Tabel 18. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Organoleptik Aroma dan Rasa(Numerik)
Jarak LSR Lama Rataan Notasi