• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pelaksanaan Program Pos Pembinaan Terpadu Penyakit tidak menular (Posbindu PTM) dalam Deteksi Dini dan Pencegahan Komplikasi Diabetes Melitus di Puskesmas Glugur Darat Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Pelaksanaan Program Pos Pembinaan Terpadu Penyakit tidak menular (Posbindu PTM) dalam Deteksi Dini dan Pencegahan Komplikasi Diabetes Melitus di Puskesmas Glugur Darat Tahun 2014"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM POS PEMBINAAN TERPADU PENYAKIT TIDAK MENULAR (POSBINDU PTM) DALAM DETEKSI

DINI DAN PENCEGAHAN KOMPLIKASI DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS GLUGUR DARAT TAHUN 2014

SKRIPSI

OLEH:

NIM. 101000239

SITI KHODIJAH PARINDURI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM POS PEMBINAAN TERPADU PENYAKIT TIDAK MENULAR (POSBINDU PTM) DALAM DETEKSI

DINI DAN PENCEGAHAN KOMPLIKASI DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS GLUGUR DARAT TAHUN 2014

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Kesehatan Masyarakat

Oleh:

NIM.101000239

SITI KHODIJAH PARINDURI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Skripsi :ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM POS

PEMBINAAN TERPADU PENYAKIT TIDAK MENULAR (POSBINDU PTM) DALAM DETEKSI DINI DAN PENCEGAHAN DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS GLUGUR DARAT TAHUN 2014.

Nama Mahasiswa : SITI KHODIJAH PARINDURI Nomor Induk Mahasiswa : 101000239

Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat

Peminatan : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Tanggal Lulus : 20 November 2014

(4)

ABSTRAK

Penyakit diabetes merupakan salah satu PTM dimana kadar glukosa di dalam darah cukup tinggi. Berdasarkan WHO (2010) lebih dari 220 juta orang di dunia menderita diabetes di tahun 2004, WHO memprediksikan bahwa akan terjadi peningkatan dua kali lipat kematian akibat diabetes antara tahun 2005-2030. Berdasarkan data IDF (2013), Indonesia merupakan Negara ke-7 penderita diabetes terbanyak di dunia yaitu sebanyak 8,5 juta orang. Posbindu PTM merupakan program nasional untuk menanggulangi masalah PTM yang menentukan DM sebagai penyakit utama melalui pendekatan preventif dan promotif dengan sistem lima meja.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dimana bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan program Posbindu PTM dalam deteksi dini dan pencegahan komplikasi DM di Puskesmas Glugur Darat. Metode pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam dan observasi. Informan dalam penelitian ini berjumlah 6 orang, yaitu 1 kepala puskesmas, 1 petugas puskesmas terkait, 1 kader posbindu, 1 tokoh masyarakat dan 2 masyarakat (penderita DM dan bukan penderita DM). Analisis data dilakukan secara kualitatif berdasarkan keterangan serta alasan yang dinyatakan oleh informan dengan menggunakan teknik analisis domain.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan program Posbindu PTM memperoleh dukungan dari masyarakat sendiri dan telah berjalan dengan baik. Hal ini ditunjukkan melalui adanya sarana dan prasarana yang mendukung, pendanaan yang memadai melalui mitra dan kerjasama puskesmas dengan lembaga lain, adanya partisipasi dan sambutan baik dari masyarakat dan petugas pelaksana yang bertanggung jawab. Meskipun demikian, masih terdapat beberapa hal yang menjadi bahan evaluasi yang perlu ditingkatkan untuk pencapaian output dari pelaksanaan posbindu PTM dalam deteksi dini dan mencegah komplikasi diabetes melitus. Monitoring terhadap pelaksanaan program menjadi perhatian penting dalam menjaga keberlanjutan pelaksanaan program.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, diharapkan adanya dukungan dari berbagai pihak untuk penyelenggaraan posbindu PTM di Puskesmas Glugur Darat. Diharapkan petugas mampu menjalankan program posbindu PTM dengan inovasi-inovasi baru serta meningkatkan kualitas maupun kuantitas dari kegiatan posbindu PTM dalam deteksi dini dan mencegah komplikasi DM.

(5)

ABSTRACT

Diabetes is one of non communicable diseases (NCD) when glucose in blood higher than in usual. According to WHO (2010) more than 220 million people in the world suffer diabetes at 2004, WHO predict that it will increase twice of the death cause diabetes in 2005-2030. According to IDF (2013), Indonesia becoming the seventh country of the largest diabetes number in the world, 8.5 million people. Non Communicable Diseases Integrated Service Post (NCDISP) program is a national program for solving NCD, diabetes as one of main focus diseases, by using preventive and promotion approach in 5 desk systems.

This research was qualitative researches that aim to see the implementation of NCDISP program in early detection and complication prevention of diabetes at Glugur Darat Health Center. A method of data collection was done by in depth interview and observation. Informants of this research amounted to 6 informant, consisting of 1 Head of Glugur Darat Health Center, 1 staff of Glugur Darat Health Center, 1 cadres of Glugur Darat Health Center, 1 influence’s people for citizen, and 2 citizen (diabetes and non diabetes sufferer). Analysis of the data used qualitative depend on the information and reason that explained by informant with the domain analysis.

The result showed that NCDISP program was supported by the citizen and already well done. This proved by the equipment that already support the program, money from the donor and good cooperation between health center with others, participation and good welcome from citizen and the responsibility of the staff for implementing this program. Although there still any evaluation that should be done to increase the output in early detection and complication prevention for diabetes. Monitoring the program is one of the most important things to save the continuity of the implementation.

Based on the result of the research, expected there will supported by others for implementing NCDISP program at Glugur Darat Health Center. The Staff should implement the program with some innovation to increase quality and quantity of the program for early detection and complication prevention of diabetes.

(6)

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Siti Khodijah Parinduri Tempat/Tanggal Lahir : Bogor/ 14 Oktober 1991

Agama : Islam

Anak ke : 3 dari 4 Bersaudara Status Perkawinan : Belum Kawin

Alamat Rumah : Jl. Ciputih Gugah Sari RT 03 RW 03 No.12A, Dramaga, Bogor.

Riwayat Pendidikan : 1. Tahun 1997-1998 : TK Sejahtera Bogor 2. Tahun 1998-2004 : SDN Panaragan 1 Bogor 3. Tahun 2004-2007 : SMP Negeri 1 Bogor 4. Tahun 2007-2010 : SMA Negeri 1 Bogor

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah swt. Rabb semesta alam yang

telah memberikan rahmat dan karunia Nya sehingga skripsi ini dapat selesai pada waktunya dengan judul “ Analisis Pelaksanaan Program Pos Pembinaan Terpadu

Penyakit tidak menular (Posbindu PTM) dalam Deteksi Dini dan Pencegahan Komplikasi Diabetes Melitus di Puskesmas Glugur Darat Tahun 2014 ”.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini banyak pihak yang telah

memberikan bantuan, dukungan, kritik, saran dan doa yang membantu dalam penyelesaian skripsi ini, oleh karena itu penulis ingin sampaikan rasa terima kasih

serta apresiasi yang setinggi-tingginya kepada:

1. Dr.Drs.Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

2. dr. Heldy B.Z, MPH selaku Ketua Departemen Administrasi dan Kebijakan

Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sekaligus

Dosen Pembimbing 1 yang telah memberikan pengarahan, dukungan dan waktu untuk membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

3. dr. Rusmalawaty, M.Kes selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

pengarahan, dukungan dan waktu untuk membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Dr. Juanita, M.Kes selaku dosen penguji I yang telah memberikan pengarahan,

(8)

5. Siti Khadijah Nasution, M.Kes selaku dosen penguji II yang telah memberikan

pengarahan, dukungan dan waktu untuk membantu dalam penyelesaian skripsi

ini.

6. Seluruh dosen dan staff di FKM USU, terutama Departemen AKK yang telah

banyak memberikan pelajaran bagi penulis.

7. dr. Rugun dan seluruh staff Dinas Kesehatan Kota Medan yang telah membantu

dalam melengkapi penelitian penulis.

8. dr. Rosita selaku kepala Puskesmas Glugur Darat, dr. Sri Wiryaningsih selaku

penanggung jawab program, Ibu Suparniati, Ibu Sri, Ibu Delima, dan Ibu Djuriatna selaku informan yang telah banyak membantu, memberikan pelajaran

dan mendukung penelitian ini.

9. Teruntuk kedua orang tua tercinta, M. Zuhdi Parinduri dan Khairani Nasution

yang telah memberikan segalanya dan menjadi motivasi terbesar penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Keluarga tercinta, Kak Sri, Kak Wilda, Ria, Ratna, Zahra, Etek Nek dan Udak

yang selalu mengingatkan dan menyemati penulis.

11. Para Alumni FKM USU yang tetap mendukung dan memberikan doanya serta

masukan kepada penulis, Ka Hapni, Ka Defi, Ka Ulfah, Ka Sri Lestari, Ka Rafila, Ka Dina, Ka Anggi, Ka Kiki, Ka Lidya, dan seluruh alumni yang berperan dalam mensupport penulis.

12. Teman-teman seperjuangan FKM USU, Ima, Kiki, Tya, Muthia, Fiqo, Izzah,

Anif, Riri, Ayu, Arnis, Anggi, Magda, Nancy, Ines, Ka Ochi, Eela, Tasya, Vani,

(9)

13. Pengurus DTC UKMI Ad-Dakwah USU dan saudara-saudara seperjuangan Putri,

Ichsan, Rini, Tya, Dano, Fikri, Rudi, Andika, Intan, Sovia, Bayu, Yudi, Yayang,

Rahmat, Fadhlan, Eden, Najmi, Nisma, Halimah yang telah menginspirasi penulis untuk tetap semangat dan menyelesaikan skripsi hingga selesai.

14. Keluarga Kos Sarminers Arra, Yana, Tati, Siti Sun, Zilda, Yolanda, Murni.

15. Kepada adik-adik yang memotivasi Ade, Yani, Ana, Azizah, Naysya, Fitri, Ari,

Eri, Andri, Rifnal, Faris, Sahira, Susan, Kiki, Nisa, Anggi, Lila, Aisyah, Uno,

Serly, Delima, Lily, Nura, Saadah, Atika, Ricy, Fira, Dewi, Dian dan banyak nama yang belum tersebutkan.

16. Keluarga besar UKMI FKM USU, UKMI Ad-Dakwah USU, Sobat Bumi Medan

yang telah membantu dan turut mendoakan.

17. Seluruh keluarga besar FKM USU, terkhusus angkatan 2010 yang telah berjuang

bersama dan saling mendukung satu sama lain.

18. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak

membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini.

Tak ada gading yang tak retak, penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan yang perlu diperbaiki dari penulisan ini, untuk itu penulis mengharapkan

adanya kritik dan saran yang membangun dalam perbaikan penulisan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk para pembaca dan pengembangan kebijakan dan ilmu pengetahuan.

Medan, November 2014

(10)

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Abstact ... iii

Riwayat Hidup Penulis ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... viii

Daftar Tabel ... xi

Daftar Gambar ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Diabetes Melitus ... 9

2.1.1 Jenis Diabetes Melitus ... 9

2.1.2 Gejala Diabetes Melitus ... 13

2.1.3 Komplikasi Diabetes Melitus ... 17

2.1.4 Upaya Pencegahan ... 19

2.1.5 Upaya Pengendalian DM ... 21

2.1.5.1 Upaya Non Farmakologis ... 23

2.1.5.2 Upaya Farmakologis ... 25

2.1.5.3 Upaya dengan Injeksi Hormon ... 26

2.2 Puskesmas ... 27

2.2.1 Pengertian ... 27

2.2.2 Fungsi ... 28

2.2.3 Tujuan ... 29

2.3 Program Posbindu PTM ... 30

2.3.1 Pengertian ... 30

2.3.2 Tujuan ... 31

2.3.3 Sasaran Kegiatan ... 31

2.3.4 Wadah Kegiatan ... 31

2.3.5 Pelaku kegiatan ... 31

2.3.6 Bentuk Kegiatan ... 32

2.3.7 Pengelompokan Tipe Posbindu ... 34

2.3.8 Kemitraan ... 35

2.4 Langkah-Langkah Penyelenggaraan Posbindu PTM ... 36

2.4.1 Persiapan ... 36

2.4.2 Pelatihan PTM Tenaga Pelaksana/Kader Posbindu PTM ... 38

(11)

2.5 Pelaksanaan Posbindu PTM ... 42

2.5.1 Waktu Penyelenggaraan ... 42

2.5.2 Tempat ... 42

2.5.3 Pelaksanaan Kegiatan ... 42

2.5.4 Pembiayaan ... 46

2.5.5 Pencatatan dan Pelaporan... 48

2.5.6 Tindak lanjut Hasil Kegiatan ... 50

2.5.7 Rujukan Posbindu PTM ... 52

2.6 Fokus Penelitian ... 53

BAB III METODE PENELITIAN ... 55

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian ... 55

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 55

3.2.1 Lokasi ... 55

3.2.2 Waktu Penelitian ... 55

3.3 Informan Penelitian ... 55

3.4 Metoda Pengumpulan Data ... 56

3.4.1 Data Primer ... 56

3.4.2 Data Sekunder ... 56

3.5 Triangulasi ... 56

3.6 Teknik Analisis Data ... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 58

4.1 Gambaran Umum Puskesmas Glugur Darat ... 58

4.1.1 Letak Geografis Puskesmas ... 58

4.1.2 Visi dan Misi Puskesmas ... 58

4.1.3 Wilayah Kerja Puskesmas ... 59

4.1.4 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Wilayah Kerja Puskesmas Glugur Darat Kecamatan Medan Timur Tahun 2014 ... 59

4.1.5 Distribusi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan di Wilayah Kerja Puskesmas Glugur Darat Kecamatan Medan Timur Tahun 2014 ... 60

4.1.6 Tenaga Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Glugur Darat Kecamatan Medan Timur Tahun 2014 ... 60

4.2 Karakteristik Informan ... 61

4.3 Alur Pelaksanaan Posbindu PTM di Puskesmas Glugur Darat ... 62

4.4 Verbatim Wawancara Pelaksanaan Program Posbindu PTM dalam Deteksi Dini dan pencegahan Diabetes Melitus di Puskesmas Glugur Darat tahun 2014 ... 63

4.4.1 Pernyataan Informan tentang Posbindu PTM di Puskesmas Glugur Darat ... 63

(12)

4.4.3 Pernyataan Informan tentang Tenaga Pelaksana Posbindu

PTM di Puskesmas Glugur Darat ... 67

4.4.4 Pernyataan Informan tentang Pembiayaan Posbindu PTM di Puskesmas Glugur Darat ... 68

4.4.5 Pernyataan Informan tentang Sarana dan Prasarana Posbindu PTM di Puskesmas Glugur Darat ... 69

4.4.6 Pernyataan Informan tentang Monitoring dan Evaluasi Posbindu PTM Puskesmas Glugur Darat ... 70

4.4.7 Pernyataan Informan tentang Tantangan Internal dan Eksternal Posbindu PTM di Puskesmas Glugur Darat ... 71

4.4.8 Pernyataan Informan tentang Strategi Pelaksanaan Posbindu PTM di Puskesmas Glugur Darat ... 73

4.5 Lampiran Hasil Observasi pelaksanaan Program Posbindu PTM di Puskesmas Glugur Darat ... 75

BAB V PEMBAHASAN ... 77

5.1 Masukan (Input) ... 77

5.1.1 Tenaga Kesehatan ... 77

5.1.2 Dana ... 79

5.1.3 Sarana, Prasarana dan Peralatan ... 80

5.2 Proses ... 81

5.2.1 Pelaksanaan Posbindu PTM dalam mencegah DM ... 81

5.2.2 Monitoring dan Evaluasi ... 83

5.3 Output ... 84

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 86

6.1 Kesimpulan ... 86

6.2 Saran ... 87 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

-Pedoman Wawancara -Foto Kegiatan

-Surat Penelitian

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Penderita Diabetes Terbanyak di Dunia Usia 20-79 (IDF, 2013) ... 2 Tabel 2.1 Pembagian Peran Kader ... 43 Tabel 2.2 Frekuensi dan Jangka Waktu Pemantauan Faktor Risiko PTM ... 50 Tabel 4.1 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Wilayah

Kerja Puskesmas Glugur Darat Kecamatan Medan Timur Tahun 2014 ... 59 Tabel 4.2 Distribusi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan di Wilayah Kerja

Puskesmas Glugur Darat Kecamatan Medan Timur Tahun 2014.... 60 Tabel 4.3 Tenaga Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Glugur Darat

Kecamatan Medan Timur Tahun 2014 ... 60 Tabel 4.4 Karakteristik Informan ... 61 Tabel 4.5 Matriks Pernyataan Informan tentang Posbindu PTM di

Puskesmas Glugur Darat ... 63 Tabel 4.6 Matriks Pernyataan Informan tentang Persiapan Sumber Daya

Posbindu PTM di Puskesmas Glugur Darat ... 66 Tabel 4.7 Matriks Pernyataan Informan tentang Tenaga Pelaksana

Posbindu PTM di Puskesmas Glugur Darat ... 67 Tabel 4.8 Matriks Pernyataan Informan tentang Pembiayaan Posbindu

PTM di Puskesmas Glugur Darat ... 68 Tabel 4.9 Matriks Pernyataan Informan tentang Sarana dan Prasarana

Posbindu PTM di Puskesmas Glugur Darat ... 69 Tabel 4.10 Matriks Pernyataan Informan tentang Monitoring dan Evaluasi

Posbindu PTM di Puskesmas Glugur Darat ... 70 Tabel 4.11 Matriks Pernyataan Informan tentang Tantangan Internal dan

Eksternal Posbindu PTM di Puskesmas Glugur Darat ... 71 Tabel 4.12 Matriks Pernyataan Informan tentang Strategi Pelaksanaan

Posbindu PTM di Puskesmas Glugur Darat ... 73 Tabel 4.13 Lampiran Hasil Observasi Pelaksanaan Program Posbindu PTM

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Materi pelatihan kader/pelaksana Posbindu PTM ... 39 Gambar 2.2 Standar Sarana Posbindu PTM ... 41 Gambar 2.3 Proses Kegiatan Posbindu PTM ... 43 Gambar 2.4 Alur Tindak Lanjut dan Rujukan Hasil Deteksi Dini di Posbindu

PTM ... 52 Gambar 2.5 Fokus Penelitian ... 53 Gambar 4.1 Alur Pelaksanaan Posbindu PTM Hasil Observasi di Puskesmas

(15)

ABSTRAK

Penyakit diabetes merupakan salah satu PTM dimana kadar glukosa di dalam darah cukup tinggi. Berdasarkan WHO (2010) lebih dari 220 juta orang di dunia menderita diabetes di tahun 2004, WHO memprediksikan bahwa akan terjadi peningkatan dua kali lipat kematian akibat diabetes antara tahun 2005-2030. Berdasarkan data IDF (2013), Indonesia merupakan Negara ke-7 penderita diabetes terbanyak di dunia yaitu sebanyak 8,5 juta orang. Posbindu PTM merupakan program nasional untuk menanggulangi masalah PTM yang menentukan DM sebagai penyakit utama melalui pendekatan preventif dan promotif dengan sistem lima meja.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dimana bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan program Posbindu PTM dalam deteksi dini dan pencegahan komplikasi DM di Puskesmas Glugur Darat. Metode pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam dan observasi. Informan dalam penelitian ini berjumlah 6 orang, yaitu 1 kepala puskesmas, 1 petugas puskesmas terkait, 1 kader posbindu, 1 tokoh masyarakat dan 2 masyarakat (penderita DM dan bukan penderita DM). Analisis data dilakukan secara kualitatif berdasarkan keterangan serta alasan yang dinyatakan oleh informan dengan menggunakan teknik analisis domain.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan program Posbindu PTM memperoleh dukungan dari masyarakat sendiri dan telah berjalan dengan baik. Hal ini ditunjukkan melalui adanya sarana dan prasarana yang mendukung, pendanaan yang memadai melalui mitra dan kerjasama puskesmas dengan lembaga lain, adanya partisipasi dan sambutan baik dari masyarakat dan petugas pelaksana yang bertanggung jawab. Meskipun demikian, masih terdapat beberapa hal yang menjadi bahan evaluasi yang perlu ditingkatkan untuk pencapaian output dari pelaksanaan posbindu PTM dalam deteksi dini dan mencegah komplikasi diabetes melitus. Monitoring terhadap pelaksanaan program menjadi perhatian penting dalam menjaga keberlanjutan pelaksanaan program.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, diharapkan adanya dukungan dari berbagai pihak untuk penyelenggaraan posbindu PTM di Puskesmas Glugur Darat. Diharapkan petugas mampu menjalankan program posbindu PTM dengan inovasi-inovasi baru serta meningkatkan kualitas maupun kuantitas dari kegiatan posbindu PTM dalam deteksi dini dan mencegah komplikasi DM.

(16)

ABSTRACT

Diabetes is one of non communicable diseases (NCD) when glucose in blood higher than in usual. According to WHO (2010) more than 220 million people in the world suffer diabetes at 2004, WHO predict that it will increase twice of the death cause diabetes in 2005-2030. According to IDF (2013), Indonesia becoming the seventh country of the largest diabetes number in the world, 8.5 million people. Non Communicable Diseases Integrated Service Post (NCDISP) program is a national program for solving NCD, diabetes as one of main focus diseases, by using preventive and promotion approach in 5 desk systems.

This research was qualitative researches that aim to see the implementation of NCDISP program in early detection and complication prevention of diabetes at Glugur Darat Health Center. A method of data collection was done by in depth interview and observation. Informants of this research amounted to 6 informant, consisting of 1 Head of Glugur Darat Health Center, 1 staff of Glugur Darat Health Center, 1 cadres of Glugur Darat Health Center, 1 influence’s people for citizen, and 2 citizen (diabetes and non diabetes sufferer). Analysis of the data used qualitative depend on the information and reason that explained by informant with the domain analysis.

The result showed that NCDISP program was supported by the citizen and already well done. This proved by the equipment that already support the program, money from the donor and good cooperation between health center with others, participation and good welcome from citizen and the responsibility of the staff for implementing this program. Although there still any evaluation that should be done to increase the output in early detection and complication prevention for diabetes. Monitoring the program is one of the most important things to save the continuity of the implementation.

Based on the result of the research, expected there will supported by others for implementing NCDISP program at Glugur Darat Health Center. The Staff should implement the program with some innovation to increase quality and quantity of the program for early detection and complication prevention of diabetes.

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Masalah kesehatan di dunia merupakan tanggung jawab bersama dalam menanggulanginya demi terwujudnya masyarakat sehat. Hal ini mendorong setiap

negara untuk lebih serius dalam menangani masalah kesehatan, baik masalah penyakit menular maupun tidak menular. Pada penyakit tidak menular diketahui

bahwa dari 57 juta kematian yang terjadi di dunia pada tahun 2008, sebanyak 36 juta atau hampir dua pertiganya disebabkan oleh penyakit tidak menular (WHO, 2013).

Penyakit tidak menular (PTM) merupakan penyakit yang lebih banyak

disebabkan oleh gaya hidup manusia atau sering dikenal juga dengan penyakit degeneratif. Kematian akibat PTM diperkirakan akan terus meningkat di seluruh

dunia, peningkatan terbesar akan terjadi di negara-negara menengah dan miskin. Lebih dari dua pertiga (70%) dari populasi global akan meninggal akibat penyakit tidak menular seperti kanker, penyakit jantung, stroke dan diabetes (WHO dalam

bulletin PTM Kemenkes RI, 2011).

Penyakit diabetes merupakan salah satu PTM dimana kadar glukosa di dalam

darah cukup tinggi. Diabetes dapat disebabkan oleh gaya hidup tidak sehat ataupun diturunkan dari orang tua yang telah menderita diabetes melitus (DM). Diabetes perlu menjadi perhatian bagi dunia dan negara-negara yang memiliki angka kesakitan DM

yang tinggi karena dapat menimbulkan berbagai komplikasi, seperti penyakit jantung koroner, luka iskemi pada kaki, dan stroke yang dapat berakhir dengan kematian.

(18)

Berdasarkan WHO (2010) lebih dari 220 juta orang di dunia menderita diabetes di tahun 2004, WHO memprediksikan bahwa akan terjadi peningkatan dua

kali lipat kematian akibat diabetes antara tahun 2005-2030, hampir setengah dari penderita diabetes terjadi pada usia dibawah 70 tahun dan hampir 80% kematian akibat diabetes terjadi pada penduduk dengan pendapatan menengah dan rendah

seperti Indonesia.

Tabel 1.1 Penderita Diabetes Terbanyak di Dunia Usia 20-79 (International Diabetes Federation, 2013)

Negara Jumlah (Juta)

China 98,4

India 65,1

USA 24,4

Brazil 11,9

Rusia 10,9

Meksiko 8,7

Indonesia 8,5

Jerman 7,6

Mesir 7,5

Jepang 7,2

Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) 2013, Indonesia

(19)

tentu menjadi permasalahan penting bagi Indonesia untuk segera melakukan tindakan penanggulangan DM agar tidak semakin meningkat ke depannya.

Jumlah kasus diabetes melitus merupakan kasus terbanyak kedua yang ditemukan di Kota Medan selama bulan Januari-September tahun 2013 yaitu sebanyak 23.236 dari 70.002 (33%) kasus penyakit tidak menular. Sedangkan

penyakit tertinggi pertama ialah hipertensi dengan jumlah kasus 33.098 dari 70.002 (47%) kasus penyakit tidak menular. Jumlah kasus diabetes melitus yang

menunjukkan angka tertinggi kedua menunjukkan bahwa di Kota Medan diabetes merupakan salah satu PTM utama yang perlu menjadi perhatian dalam menanganinya.(Dinas Kesehatan Kota Medan, 2013)

Diabetes Melitus merupakan kelainan metabolisme yang berjalan secara progresif. Jika pengendalian diabetes dilakukan dengan buruk, maka timbulnya

komplikasi dapat berlangsung lebih cepat. Sebaliknya, pengendalian yang baik dapat memperlambat atau mencegah terjadinya komplikasi diabetes. Dalam hal ini, dunia maupun pemerintah Indonesia telah menentukan tindakan dalam menanggapi DM

yang semakin meningkat dan mengancam kehidupan masyarakat.

Untuk mendukung kebijakan yang telah ditetapkan oleh WHO dalam Action

Plan For The Global Strategy For The Prevention And Control Of Non

Communicable Diseases, Internatinal Diabetes Federation (IDF) menyusun Global

Diabetes Plan 2011-2021. Dalam diabetes plan tersebut terdapat beberapa kebijakan

(20)

penderita DM, melalui strategi utama yaitu adanya implementasi program nasional untuk penyakit DM.

Kementerian Kesehatan RI memprioritaskan pengendalian DM diantara gangguan penyakit metabolik lainnya selain penyakit penyerta seperti hipertensi, jantung korononer dan stroke. Pada pengendalian faktor risiko DM dilakukan

pengendalian melaui upaya promotif dan preventif dengan tidak mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif. Salah satu kegiatan pengendalian DM yang dilakukan

yaitu monitoring dan deteksi dini faktor risiko DM di Posbindu (Pos Pembinaan Terpadu) PTM dan implementasi perilaku Cek kondisi Kesehatan secara rutin dan teratur; Enyahkan asap rokok dan polusi udara lainnya; Rangsang aktivitas dengan

gerak olahraga dan seni; Diet yang sehat dengan kalori seimbang; Istirahat yang cukup; Kuatkan Iman dalam menghadapi stress (CERDIK).

Indonesia merupakan salah satu negara yang telah menetapkan program nasional untuk menanggulangi masalah PTM melalui program Posbindu PTM (Pos Pembinaan Terpadu) PTM yang menentukan DM sebagai penyakit utama selain

Penyakit Kanker, Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah (PJPD), penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), dan gangguan akibat kecelakaan dan tindak kekerasan.

Posbindu PTM merupakan kegiatan peran serta masyarakat dalam pengendalian faktor risiko PTM secara mandiri dan berkelanjutan. Posbindu PTM dilakukan untuk seluruh masyarakat yang berusia 15 tahun ke atas dengan pelaksana masyarakat dan

(21)

Posbindu PTM merupakan upaya pengendalian penyakit tidak menular yang dilakukan secara berkala dengan menggunakan sistem 5 meja, yaitu pendaftaran;

wawancara terarah; pengukuran TB, BB, IMT, Lingkar perut dan analisa lemak tubuh; pengukuran tekanan darah gula, kolesterol total dan trigliserida darah, Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA), kadar alkohol pernafasan dan tes amfetamin urin; serta

konseling, edukasi dan tindak lanjut lainnya. Peserta Posbindu PTM akan dipantau melalui KMS-FR PTM (Kartu Menuju Sehat Faktor Resiko Penyakit Tidak Menular)

sehingga monitoring dan deteksi dini penyakit tidak menular dapat dilaksanakan di wilayah kerja puskesmas.

Hasil penelitian yang dilakukan Rafni (2010) mengenai pemanfaatan klinik

DM menunjukkan bahwa sikap responden tentang pasien DM mengikuti program-program yang ada di klinik diabetes melitus, sebagian besar responden setuju 32

orang (80%). Hal ini menunjukkan bahwa sikap responden terhadap pemanfaatan klinik diabetes melitus sudah baik karena tujuan utama dari klinik DM adalah pasien bisa mandiri atau dapat mengatur dietnya sendiri untuk mengontrol kadar gula darah.

Hasil Penelitian Ulfah (2013) mengenai pelaksanaan fungsi koordinasi dalam program penanggulangan DBD di puskesmas menunjukkan bahwa dalam

penanggulangan masalah DBD bentuk komunikasi vertikal ke bawah dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Medan kepada puskesmas, kepala puskesmas kepada petugas DBD, serta camat kepada lurah dan selanjutnya kepada kepala lingkungan. Hal ini

(22)

Berdasarkan survei pendahuluan yang telah dilakukan, rekapitulasi penyakit tidak menular di Puskesmas Glugur Darat menunjukkan pada bulan Januari 2014

bahwa dari 338 kasus PTM, ditemukan kasus DM sebanyak 83 kasus (24%). Pada bulan April sebanyak 105 dari 405 (25%) kasus; pada bulan Mei 41 dari 266 (15%) kasus dan pada bulan Juni 77 dari 265 (29%) kasus. Berdasarkan data tersebut, DM

termasuk kasus terbesar kedua dalam kasus PTM di Puskesmas Glugur Darat, sehingga menjadi perhatian besar dalam upaya penanganannya.

Pelaksanaan Posbindu PTM di Puskesmas Glugur Darat melibatkan 3 orang petugas puskesmas sebagai pelaksana program. Jadwal pelaksanaan Posbindu PTM ditetapkan melalui kesepakatan dengan masyarakat yaitu pada hari Kamis di pekan

ke-2 dan ke-4 setiap bulannya. Posbindu PTM dilaksanakan di Puskesmas Glugur Darat. Kegiatan yang dilakukan dalam program Posbindu PTM adalah edukasi,

senam, pemeriksaan dan konsultasi. Berdasarkan hasil pencatatan jumlah peserta yang mengikuti Posbindu PTM di tahun 2013 mengalami peningkatan setiap bulannya yaitu, 55 orang pada bulan Oktober, 56 orang pada bulan November, dan 58

orang pada bulan Desember.

Dalam pemanfaatan Posbindu PTM, peserta prediabetes maupun penderita

diabetes yang telah mengalami luka kaki akan diberikan pertolongan agar diabetes dapat dicegah dan komplikasi tidak semakin memburuk, salah satunya ialah melalui edukasi perawatan luka dan pengaturan pola makan terhadap penderita oleh tenaga

kesehatan Posbindu PTM. Dalam pelaksanaannya, Posbindu PTM masih dikelola oleh petugas Puskesmas Glugur Darat sendiri dan belum menjadikan masyarakat

(23)

Mengacu pada latar belakang di atas maka penulis akan melakukan penelitian untuk menganalisis pelaksanaan program Posbindu PTM dalam deteksi dini dan

pencegahan komplikasi DM di Puskesmas Glugur Darat tahun 2014. 1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka yang menjadi permasalahan dalam

penelitian ini adalah “Bagaimana pelaksanaan program Posbindu PTM dalam deteksi dini dan pencegahan komplikasi DM di Puskesmas Glugur Darat tahun 2014?”

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan program Posbindu PTM dalam deteksi dini dan pencegahan komplikasi DM di Puskesmas Glugur Darat

tahun 2014.

1.4Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi Dinas Kesehatan Kota Medan

mengenai penanggulangan diabetes melitus sehingga dapat meningkatkan

efektivitas dan efisiensi penanggulangan diabetes melitus di Kota Medan.

2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi

(24)

3. Sebagai bahan menambah ilmu pengetahuan serta wawasan secara nyata bagi

penulis.

4. Menjadi wawasan baru bagi peneliti lain dalam penelitian mengenai deteksi dini

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Diabetes Melitus

Diabetes melitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa di dalam darah cukup tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara

cukup. Menurut kriteria diagnostik PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia) 2006, seseorang dikatakan menderita diabetes melitus jika memiliki kadar

gula darah pada saat puasa >126 mg/dl dan pada saat tes >200 mg/dl. 2.1.1 Jenis Diabetes Melitus

Secara umum, diabetes melitus dibagi menjadi 3 macam, yaitu : 1. Diabetes Melitus yang tergantung pada insulin (DM Tipe-1)

Diabetes tipe 1 disebabkan karena pankreas tidak dapat menghasilkan

cukup insulin. Hal ini bisa disebabkan oleh kelainan sistem imun tubuh yang menghancurkan sel yang menghasilkan insulin atau karena infeksi virus sehingga hormone insulin dalam tubuh berkurang dan mengakibatkan timbunan gula pada

aliran darah. Penderita penyakit diabetes tipe-1 sebagian besar terjadi pada orang di bawah usia 30 tahun. Oleh karena itu, penyakit ini sering dijuluki diabetes

anak-anak karena penderitanya lebih banyak terjadi pada anak-anak dan remaja. Diabetes tipe 1 disebabkan pankreas tidak dapat menghasilkan cukup insulin. Karena kekurangan insulin maka menyebabkan glukosa tetap ada di

dalam aliran darah dan tidak dapat digunakan sebagai energi. Beberapa penyebab pankreas tidak dapat menghasilkan cukup insulin pada penderita diabetes tipe 1

(26)

a. Keturunan atau genetika

Jika salah satu atau kedua orang tua dari seorang anak menderita diabetes,

maka anak tersebut akan beresiko terkena diabetes. b. Autoimunitas

Autoimunitas adalah tubuh mengalami alergi terhadap salah satu jaringan

atau jenis selnya sendiri. Dalam kasus ini alergi yang ada dalam pankreas. Oleh sebab itu, tubuh kehilangan kemampuan untuk membentuk insulin

karena sistem kekebalan tubuh menghancurkan sel-sel yang memproduksi insulin.

c. Virus atau zat kimia

Virus atau zat kimia yang menyebabkan kerusakan pada pulau sel atau kelompok sel dalam pankreas tempat insulin dibuat. Semakin banyak

pulau sel yang rusak semakin besar kemungkinan seseorang menderita diabetes.

Oleh karena pankreas kesulitan menghasilkan insulin, maka insulin harus

ditambahkan setiap hari. Umumnya dengan cara suntik insulin. Insulin tidak dapat diberikan secara oral, karena insulin dapat hancur dalam lambung bila

dimasukkan melalui mulut. Cara lain adalah dengan memperbaiki fungsi kerja pankreas.Jika pankreas bisa kembali berfungsi dengan normal, maka pankreas bisa memenuhi kebutuhan insulin yang dibutuhkan tubuh.

2. Diabetes Melitus Tanpa Bergantung pada Insulin (DiabetesTipe-2)

Penyakit diabetes tipe -2 sering juga disebut non insulin dependent

(27)

diabetes tipe-2 ini sering disebut sebagai penyakit kencing manis atau penyakit gula. Diabetes tipe 2 merupakan jenis diabetes yang sebagian besar diderita.

Sekitar 90% hingga 95% penderita diabetes menderita diabetes tipe 2. Jenis diabetes ini paling sering diderita oleh orang dewasa yang berusia lebih dari 30 tahun dan cenderung semakin parah secara bertahap.

Diabetes tipe 2 disebabkan karena pankreas tidak bisa memproduksi insulin yang cukup. Kebanyak dari insulin yang diproduksi pankreas dihisap oleh

sel-sel lemak akibat gaya hidup dan pola makan yang tidak baik. Karena pankreas tidak dapat membuat cukup insulin untuk mengatasi kekurangan insulin sehingga kadar kadar gula dalam darah naik.

Beberapa penyebab utama diabetes tipe 2 : a. Faktor Keturunan

Apabila orang tua atau saudara sekandung yang mengalami penyakit ini, maka resiko diabetes tipe 2 lebih tinggi.

b. Pola makan dan gaya hidup

Pola makan dan gaya hidup yang tidak sehat menjadi pemicu utama pankreas tidak dapat memproduksi insulin secara maksimal.

Mengkonsumsi makanan cepat saji atau fast food yang menyajikan makanan berlemak dan tidak sehat merupakan penyebab utama. Kurang olahraga dan istirahat yang tidak mencukupi juga berpengaruh terhadap

(28)

c. Kadar kolesterol

Kadar kolesterol dalam darah yang tinggi akan menyerap insulin yang

diproduksi oleh pankreas. Pada akhirnya, tubuh tidak dapat menyerap insulin ini untuk merubahnya menjadi energi.

d. Obesitas

Obesitas atau kelebihan berat badan disebabkan oleh timbunan lemak yang tidak positif bagi tubuh. Seperti kolesterol, lemak juga akan

menyerap produksi insulin pankreas secara habis-habisan sehingga tubuh tidak kebagian insulin untuk diproduksi sebagai energi.

Semua penyebab diabetes tipe 2 umumnya karena gaya hidup yang tidak

sehat. Hal ini membuat metabolisme dalam tubuh tidak berjalan sempurna, metabolismee tubuh yang tidak sempurna membuat insulin dalam tubuh tidak

dapat berfungsi dengan baik. Penanganan pada penderita diabetes tipe 2 adalah dengan memaksa fungsi kerja pankreas sehingga dapat menghasilkan insulin lebih banyak. Jika pankreas dapat menghasilkan insulin yang dibutuhkan tubuh,

maka kadar gula dalam darah akan menurun karena dapat diubah menjadi energi. Dalam banyak kasus, penyakit ini dapat diobati dengan minum pil untuk

merangsang pankreas agar menghasilkan lebih banyak insulin. Namun pankreas bisa lelah menghasilkan insulin jika terus menerus dipaksa. Cara terbaik untuk mengatasi diabetes tipe 2 adalah dengan diet yang baik untuk mengurangi berat

(29)

3. Diabetes Melitus Gestasional (Diabetes Kehamilan)

Diabetes melitus gestasional melibatkan suatu kombinasi dari kemampuan

reaksi dan pengeluaran hormon insulin yang tidak cukup, yang meniru DM Tipe-2. Jenis diabetes ini terjadi selama kehamilan dan bisa juga meningkat atau lenyap. Meskipun kejadiannya sementara, namun diabetes jenis ini bisa merusak

kesehatan janin dan ibu.

Gestasional Diabetes Melitus (GDM) terjadi sekitar 2-5 % dari semua

kehamilan. Diabetes ini sifatnya sementara dan harus ditangani dengan baik, karena jika tidak, bisa menyebabkan masalah dalam kehamilan seperti makrosomia, cacat janin, penyakit jantung sejak lahir, gangguan pada sistem saraf

pusat, dan juga cacat otot. Bahkan ada dugaan bahwa hiperbillirubinemia juga diakibatkan oleh binasanya sel darah merah akibat dari meningkatnya gula dalam

darah. Bahkan dalam kasus yang parah hal ini bisa mengakibatkan kematian. Karena itulah, hal ini harus mendapat pengawasan medis yang seksama selama kehamilan.

2.1.2 Gejala Diabetes Melitus a. Gejala Khas

1. Poliuri (Sering Buang Air Kecil)

Sering buang air kecil dalam jumlah banyak terutama pada malam hari sehingga pengidap diabetes sering terbangun karena ingin kencing. Pada

kondisi ini, ginjal bekerja sangat aktif untuk menyingkirkan kelebihan glukosa dalam darah.

(30)

Rasa haus berlebihan adalah respon tubuh untuk mengisi cairan yang hilang akibat sering buang air kecil. Tanda-tanda ini berjalan seiring sebagai

mekanisme tubuh untuk menurunkan kadar gula darah. 3. Polifagi (Rasa Lapar Berlebihan)

Rasa lapar berlebihan adalah tanda lain dari diabetes. Ini terjadi akibat

kadar gula yang tinggi namun tidak dapat masuk ke dalam sel untuk digunakan dalam proses metabolisme. Ketika kadar gula darah tidak dapat

masuk ke dalam sel, tubuh berpikir belum mendapatkan asupan makanan sehingga mengirim sinyal lapar untuk mendapatkan glukosa lebih banyak agar sel-sel dapat berfungsi (Garnadi, 2012).

b. Gejala Tidak Khas

Gejala tidak khas diabetes adalah keluhan yang memang tidak khas untuk

diabetes karena gejala-gejala tersebut bisa juga gejala dari penyakit atau kondisi selain diabetes. Namun, gejala tidak khas ini tidak boleh diabaikan. 1. Lemas dan tidak bertenaga

Terjadinya gangguan metabolisme energi. Munculnya rasa lemah, lelah atau tidak bertenaga Karena tubuh diabetes tidak dapat mengubah gula

menjadi energi meski kadar gula darahnya tinggi. Akibatnya, badan menjadi kurus karena cadangan lemak dan protein dibakar untuk dijadikan energy (Garnadi, 2012).

2. Timbulnya penyakit infeksi

Diabetesi sering mengeluhkan rasa gatal pada kulit karena jamur. Gatal

(31)

Keluhan rasa gatal juga terjadi pada selangkangan dan bibir kemaluan wanita (vagina). Kadar gula darah yang tinggi menyebabkan sistem sistem

pertahanan tubuh bekerja tidak optimal. Selain itu, agen infeksi juga tumbuh menjadi lebih subur karena kadar gula darah yang tinggi. Infeksi lain yang sering terjadi pada diabetes antara lain:

-Infeksi saluran kemih hingga menimbulkan radang ginjal (pyelonephritis) -Radang paru termasuk infeksi TBC.

-Infeksi gigi

-Infeksi ruang telinga luar (otitis eksternal) -Keputihan pada wanita(Garnadi, 2012). 3. Luka yang sulit sembuh

Infeksi, luka, dan memar yang tidak kunjung sembuh adalah tanda

klasik diabetes. Hal ini terjadi karena pembuluh darah vena dan arteri rusak akibat jumlah glukosa berlebih. Kondisi ini membuat darah sulit menjangkau daerah-daerah tubuh yang luka untuk memfasilitasi proses penyembuhan

(Fauzi,2014).

4. Kesemutan pada anggota gerak

Kesemutan dan mati rasa di tangan dan kaki, bersama dengan rasa sakit terbakar atau bengkak merupakan tanda-tanda bahwa saraf sedang dirusak oleh diabetes. Jika dibiarkan kondisi ini dapat menyebabkan neropati

(32)

5. Kulit bermasalah

Kulit gatal dan kering bisa menjadi tanda diabetes. Contoh lain adalah

acanthosis nigricans, yaitu penggelapan kulit di sekitar leher atau ketiak.

Orang yang memiliki kondisi ini sudah mengalami resistensi insulin meskipun gula darah mereka mungkin tidak tinggi (Fauzi,2014).

6. Pandangan mata menjadi kabur

Pandangan mata diabetes menjadi berkurang atau pandangan menjadi

kabur akibat adnaya gangguan pada lensa dan retina mata(retinopati). Sebagian pengidap diabetes sering kali mengganti-ganti kacamatanya karena ada keluhan pandangan kabur.

Diabetes dapat merusak pembuluh darah halus di retina amta. Retina adalah bagian mata yang berfungsi untuk menagkap cahaya. Karena itu,

kerusakan retina bisa mengancam terjadinya buta mata. Pada stadium dini, retinopati diabetic tidak menimbulkan keluhan. Adanya kejadian retinopati diabetic dapat dideteksi dengan melakukan pemeriksaan funduskopi (Garnadi,

2012).

7. Disfungsi seksual pada pria atau wanita

Gangguan fungsi seksual (disfungsi seksual) dapat terjadi baik pada pria maupun wanita penderita diabetes. Kejadian gangguang fungsi seksual (disfungsi seksual) pada pria, seperti impotensi seolah-olah lebih sering terjadi

(33)

kerusakan pembuluh darah dan sistem saraf pada organ seksual (Garnadi, 2012).

2.1.3 Komplikasi Diabetes Melitus a. Komplikasi akut

Keadaan yang termasuk dalam komplikasi akut DM adalah ketoasidosis

diabetik (KAD) dan Status Hiperglikemi Hiperosmolar (SHH). Pada dua keadaan ini kadar glukosa darah sangat tinggi (pada KAD 300-600 mg/dL, pada

SHH 600-1200 mg/dL), dan pasien biasanya tidak sadarkan diri. Karena angka kematiannya tinggi, pasien harus segera dibawa ke rumah sakit untuk penanganan yang memadai.

Keadaan hipoglikemia juga termasuk dalam komplikasi akut DM, di mana terjadi penurunan kadar glukosa darah sampai < 60 mg/dL. Pasien DM

yang tidak sadarkan diri harus dipikirkan mengalami keadaan hipoglikemia. Hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya hipoglikemia misalnya pasien meminum obat terlalu banyak (paling sering golongan sulfonilurea) atau

menyuntik insulin terlalu banyak, atau pasien tidak makan setelah minum obat atau menyuntik insulin.

Gejala hipoglikemia antara lain banyak berkeringat, berdebar-debar, gemetar, rasa lapar, pusing, gelisah, dan jika berat, dapat hilang kesadaran sampai koma. Jika pasien sadar, dapat segera diberikan minuman manis yang

mengandung glukosa. Jika keadaan pasien tidak membaik atau pasien tidak sadarkan diri harus segera dibawa ke rumah sakit untuk penanganan dan

(34)

b. Komplikasi kronik

Penyakit diabetes melitus yang tidak terkontrol dalam waktu lama akan

menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah dan saraf. Pembuluh darah yang dapat mengalami kerusakan dibagi menjadi dua jenis, yakni pembuluh darah besar dan kecil.

Yang termasuk dalam pembuluh darah besar antara lain:

1) Pembuluh darah jantung, yang jika rusak akan menyebabkan penyakit

jantung koroner dan serangan jantung mendadak

2) Pembuluh darah tepi, terutama pada tungkai, yang jika rusak akan

menyebabkan luka iskemik pada kaki

3) Pembuluh darah otak, yang jika rusak akan dapat menyebabkan stroke

Kerusakan pembuluh darah kecil (mikroangiopati) misalnya mengenai

pembuluh darah retina dan dapat menyebabkan kebutaan. Selain itu, dapat terjadi kerusakan pada pembuluh darah ginjal yang akan menyebabkan nefropati diabetikum. Saraf yang paling sering rusak adalah saraf perifer, yang

menyebabkan perasaan kebas atau baal pada ujung-ujung jari. Karena rasa kebas, terutama pada kakinya, maka pasien DM sering kali tidak menyadari

adanya luka pada kaki, sehingga meningkatkan risiko menjadi luka yang lebih dalam (ulkus kaki) dan perlunya melakukan tindakan amputasi. Selain kebas, pasien mungkin juga mengalami kaki terasa terbakar dan bergetar sendiri, lebih

(35)

perawatan kaki yang memadai sehingga mengurangi risiko luka dan amputasi (Regina, 2012).

2.1.4 Upaya Pencegahan

Diabetes merupakan kondisi yang dapat berjalan hingga menimbulkan suatu komplikasi, jumlah pasien yang semakin meningkat, dan besarnya biaya perawatan

pasien penderita diabetes melitus yang terutama disebabkan oleh karena komplikasi, maka upaya yang paling baik adalah pencegahan. Upaya pencegahan pada penderita

diabetes melitus ada 3 tahap, yaitu : a. Pencegahan Primer

Pengertian pencegahan primer adalah mencegah orang normal dan

pengidap prediabetes agar tidak menjadi pengidap diabetes. Banyak masyarakat yang tidak sadar bahwa dirinya mengidap prediabetes. Prediabetes

dapat dicegah agar tidak menjadi diabetes dengan mengendalikan faktor risiko diabetes. Pencegahan dini terjadinya diabetes dapat dilakukan dengan mencegah kelebihan bobot badan dan kegemukan (obesitas), olahraga teratur,

serta pengaturan pola makan yang baik. Untuk menghilangkan faktor resiko, dilakukan pendekatan komunitas. Pencegahan primer terdiri dari :

1. General Health Promotion (Penyuluhan Kesehatan Secara Umum), yaitu

dengan peningkatan gizi yang baik.

Contoh: Mengkonsusmsi makanan dengan kandungan karbohidrat yang

berserat tinggi dan bukan olahan.

2. Spesifik Protection (Perlindungan Kesehatan Spesifik).

(36)

b. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder adalah upaya pencegahan atau menghambat

timbulnya komplikasi dengan deteksi dini dan memberikan pengobatan sejak awal penyakit. Deteksi dini dilakukan dengan tes penyaringan terutama pada populasi resiko tinggi. Apabila seseorang telah mengidap penyakit diabetes,

maka tindakan pencegahannya adalah tindakan pencegahan sekunder. Yaitu berbagai upaya untuk mencegah timbulnya komplikasi diabetes.Upaya

tersebut meliputi lima pilar (edukasi diabetes,mengatur pola makan, melakukan aktivitas fisik dan olahraga, obat hipoglikemik oral dan pemantauan gula darah secara mandiri) (Garnadi, 2012).

Pada pencegahan sekunder penyuluhan tentang perilaku terhadap sehat seperti pada pencegahan primer harus dilaksanakan ditambah dengan

peningkatan pelayanan kesehatan primer di pusat-pusat pelayanan kesehatan, disamping itu juga diperlukan penyuluhan kepada pasien dan keluarganya tentang berbagai hal mengenai penatalaksanaan dan pencegahan komplikasi.

Ditujukan pada pendeteksian dini DM serta penanganan segera dan efektif, sehingga komplikasi dapat dicegah. Hal ini dapat dilakukan dengan

skrining, untuk menemukan penderita sedini mungkin terutama individu/ populasi. Kalaupun ada komplikasi masih reversible/kembali seperti semula. Selain itu, penyuluhan kesehatan secara profesional dengan memberikan

materi penyuluhan seperti : apakah itu DM, bagaimana penatalaksanaan DM, obat-obatan untuk mengontrol glukosa darah, perencanaan makan, dan olah

(37)

c. Pencegahan Tertier

Upaya mencegah komplikasi dan kecacatan yang diakibatkannya

terdiri dari 3 tahap, antara lain :

1. Mencegah timbulnya komplikasi.

2. Mencegah berlanjutnya komplikasi untuk tidak terjadi kegagalan organ.

3. Mencegah terjadinya kecacatan oleh karena kegagalan organ atau jaringan.

Apabila pengidap diabetes sudah mengalami komplikasi diabetes, maka tindakan pencegahannya adalah mencegah kecacatan akibat berbagai komplikasi diabetes. Pengidap diabetes tetap harus menjalani lima pilar

pencegahan diabetes. Berbagai penyakit komplikasi, seperti penyakit jantung koroner, retinopati diabetic, atau nefropati diabetic harus diterapi oleh dokter

agar tidak berlanjut menjadi serangan jantung, kebutaan, atau kegagalan fungsi jantung (Garnadi, 2012).

2.1.5 Upaya Pengendalian DM

Diabetes melitus merupakan kondisi yang tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat dikendalikan melalui lima pilar kendali diabetes. Upaya pengendalian diabetes

akan membuat diabetes dapat hidup normal layaknya orang sehat yang lain.

Upaya kendali diabetes melitus tipe 2 diibaratkan seperti mobil yang harus sukses melewati jembatan.Jembatan tidak akan roboh jika disangga oleh lima

(38)

1) Edukasi Diabetes

Diabetesi harus selalu ingin tahu perihal diabetes melalui kegiatan

membaca, mengikuti ceramah edukasi, seminar dan lain sebagainya. 2) Mengatur pola makan

Diabetesi harus mengatur pola makannya dengan prinsip 3 J yaitu tepat

jadwal, tepat jenis, dan tepat jumlah makan. 3) Melakukan Aktivitas fisik

Diabetesi harus melakukan aktivitas fisik dan olahraga secara teratur. Dosis olahraga dapat diatur dengan pedoman FIT, yaitu frekuensi, intensitas, dan time (waktu).

4) Obat hipoglikemik oral dan mungkin juga suntikan insulin

Diberikan jika upaya pengaturan makan dan olahraga tidak cukup

mengembalikan kadar darah diabetes. 5) Pemantauan gula darah secara mandiri.

Pemeriksaan gula darah secara mandiri bermanfaat agar pengidap diabetes

mengetahui kadar gula darahnya sehingga bisa mengatur pola makan, aktivitas, dan dosis obat atau dosis hormone insulin yang harus diterapkan.

(39)

2.1.5.1Upaya Non Farmakologis

Terapi pengendalian bagi diabetes yang paling utama adalah upaya

non-farmakologis meliputi pengaturan pola makan, pengaturan aktivitas fisik dan cek gula darah mandiri.

1. Pengatutran pola makan

Bagi penderita diabetes , kecenderungan perubahan kadar gula yang drastis akan terjadi pada saat sehabis makan. Sehabis makan maka kadar gula

akan tinggi. Namun beberapa lama tidak mendapat asupan makanan maka kadar gula darah akan rendah sekali.

Prinsip pengaturan makan bagi diabetes adalah prinsip 3 J, yaitu

mengatur jumlah, jenis dan jadwal. Artinya, diabetes harus mengatur jumlah kebutuhan energi, mengatur jenis sumber energi(karbohidrat, protein, dan

lemak) dalam menu makanan dan mengatur jadwal makan. a. Mengatur jumlah makanan

Jumlah makanan yang dikonsumsi oleh diabetes harus diatur

sesuai dengan kebutuhan energi hariannya. Akumulasi kelebihan asupan energi dari makanan secara berangsur-angsur dapat menimbulkan

kegemukan. Kondisi ini sangat tidak menguntungkan bagi diabetes. Begitu juga sebaliknya, akumulasi kekurangan asupan energi dari makanan dapat menimbulkan penurunan bobot badan pada diabetesi.

Besarnya kebutuhan asupan energi bagi diabetes dapat dihitung setelah diketahui bobot badan ideal dan indeks masa tubuhnya.

(40)

ideal menurut Broca. Bobot badan dan besarnya aktivitas dapat memengaruhi besarnya kebutuhan asupan energi. Kebutuhan energi akan

semakin kecil jika aktivitas fisiknya lebih rendah. Begitu juga sebaliknya, kebutuhan energi lebih besar jika kurus atau kebutuhan energi lebih besar jika aktivitas kerja lebih berat. Jumlah(porsi) makanan yang dikonsumsi

harus diatur agar mencapai bobot badan normal. b. Memilih Jenis makanan

Jenis makanan menentukan kecepatan naik atau turunnya kadar gula darah. Kecepatan suatu makanan dalam menaikkan kadar gula darah disebut juga indeks glikemik. Semakin cepat menaikkan kadar gula darah

sehabis makan tersebut dikonsumsi, maka semakin tinggi indeks glikemik makanan tersebut.

Hindari makanan yang berindeks glikemik tinggi, seperti sumber karbohidrat sederhana, gula, madu, sirup, roti, mie dan lain-lain. Makanan yang berindeks glikemik lebih rendah adalah makanan yang

kaya dengan serat, contohnya sayuran dan buah-buahan. c. Mengatur jadwal makanan

Jadwal makan bagi diabetes harus diatur agar kadar gula darah terkendali tidak tinggi dan tidak rendah. Pengaturan jadwal makannnya adalah makan besar sebanyak tiga kali(makan pagi, makan siang, makan

malam) dan disisipi dengan makan selingan atau camilan sebanyak tiga kali. Makanan selingan sebaiknya berupa buah-buahan dan bukan snack

(41)

Usahakan makan tepat pada waktu. Apabila terlambat makan maka bisa terjadi hipoglikemia atau rendahnya kadar gula darah. Hipoglikemia

meliputi gejala, seperti pusing, mual, dan pingsan. Apabila hal ini terjadi maka dianjurkan segera minum air gula.

2.1.5.2Upaya Farmakologis

Upaya pengendalian diabetes dengan obat-obatan termasuk ke dalam upaya farmakologis. Konsumsi obat diabetes tidak bisa menggantikan upaya pengaturan

makan dan olahraga. Meskipun sudah minum obat, tetapi diabetes harus melakukan upaya pengaturan makan dan olahraga.

Obat-obatan hipoglikemik oral bermacam-macam jenisnya. Ada yang

berdasarkan cara kerja, lamanya reaksi obat, dan komposisinya. Berikut ini golongan obat hipoglikemik oral berdasarkan cara kerjanya:

1) Obat golongan sulfonylurea dan golongan glinid.

Keduanya bekerja dengan cara merangsang sel beta pankreas untuk memproduksi hormone insulin.

2) Obat golongang biguanid dan tiazolidindion.

Kedua golongan ini bekerja dengan cara meningkatkan kerja insulin dan

meningkatkan kepekaan reseptor insulin. 3) Obat golongan penghambat glukosidase alfa.

Obat golongan ini bekerja dengan cara menghambat kerja enzim pencerna

(42)

Obat golonga ini bekerja dengan cara menghambat pembentukan gula dari glikogen (cadangan gula) di hati.

5) Obat golongan penghambat enzim DPP IV

Golongan obat ini bekerja dengan menurunkan kinerja hormone glukagon. Golongan obat hipoglikemik oral berdasarkan lama kerjanya efek dari obat:

1) Obat hipoglikemik oral efek singkat. Biasanya diminum sebanyak 2-3

kali sehari.

2) Obat hipoglikemik oral efek menengah. Biasanya diminum sebanyak 2

kali sehari.

3) Obat hipoglikemik oral efek panjang. Obat ini biasa diminum satu kali

sehari. Golongan ini akan meningkatkan kepatuhan, tetapi tidak dianjurkan untuk diabetes yang beresiko mengalami hipoglikemia.

Sediaan obat hipoglikemik oral berdasarkan komposisinya:

1) Obat tunggal adalah di dalam satu tablet hanya mengandung satu

golongan obat.

2) Obat kombinasi atau di dalam satu tablet terdapat kombinasi dua

golongan obat.

2.1.5.3Upaya dengan Injeksi Hormon

Diabetes melitus tipe 2 terjadi karena kekurangan hormone insulin dan atau gangguan kerja hormone insulin. Terapi awal pengendalian kadar gula darah

(43)

Penggunaan obat hipoglikemik oral secara umum dapat dimulai dari obat tunggal dosis terendah hingga dosis tertinggi kombinasi dua atau tiga golongan obat

yang berbeda. Apabila pemberian obat hipoglikemik oral dosis maksimal belum mampu mencapai sasaran pengendalian gula darah, maka digunakan kombinasi obat hipoglikemik oral dan injeksi insulin.

Terapi yang paling banyak digunakan adalah kombinasi obat hipoglikemik oral dan insulin basal (insulin kerja panjang) yang diberikan pada malam hari

menjelang tidur. Pemberiannya dimulai dari dosis terendah. Apabila terapi tersebut tidak berhasil, maka diberikan injeksi insulin saja, yaitu kombinasi insulin jangka panjang (insulin basal) dengan insulin jangka pendek atau insulin kerja cepat.

Diabetesi sebaiknya melakukan evaluasi terapi pengendalian gula darah secara mandiri menggunakan glukometer. Sehingga dosis obat dan hormone insulin

dapat diatur sesuai dengan kadar gula darah yang telah diketahui. Jadi, tidak semua pengidap diabetes melitus tipe 2 membutuhkan injeksi insulin. Berbeda dengan pengidap diabetes tipe 1 yang mutlak memerlukan injeksi insulin.

2.2Puskesmas 2.2.1 Pengertian

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Unit pelaksana teknis yang dimaksud di atas adalah bahwa Puskesmas berperan menyelengarakan sebagian dari teknis operasional Dinas Kesehatan

(44)

pembangunan kesehatan di Indonesia .Pembangunan kesehatan yang dimaksud adalah penyelenggara upaya kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

kemampuan hidup sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Pengertian pembangunan kesehatan juga meliputi pembangunan yang berwawasan kesehatan, pemberdayaan masyarakat dan keluarga, serta pelayanan

kesehatan. Sementara yang dimaksud dengan wilayah kecamatan adalah batas wilayah kerja Puskesmas dalam melaksanakan tugas dan fungsi pembangunan

kesehatan.

2.2.2 Fungsi Puskesmas

a. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan.

Puskesmas selalu berupaya mengerakkan dan memantau penyelenggaraan pembangunan lintas sektor, termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di

wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan.

b. Puskesmas pemberdayaan masyarakat

Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan

dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk sumber pembiayaan, serta ikut memantapkan, menyelenggarakan dan

memantau pelaksana program kesehatan. Pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat ini diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan

(45)

c. Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama.

Puskesmas bertanggung jawab melaksanakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggung jawab Puskesmas meliputi: a) Pelayanan kesehatan perorangan

Adalah pelayanan yang bersifat pribadi dengan tujuan utama

menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan pencegahan penyakit. Pelayanan kesehatan tersebut adalah rawat jalan dan untuk Puskesmas tertentu di

tambah rawat inap.

b) Pelayanan kesehatan masyarakat

Adalah bersifat umum dengan tujuan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat

tersebut antara lain adalah promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, pemeliharaan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga,

kesehatan jiwa serta program kesehatan lainya. 2.2.3 Tujuan Puskesmas

Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggrakan oleh Puskesmas adalah

(46)

wilayah kerja Puskesmas agar terwujudnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat 2010.

2.3Program Posbindu PTM 2.3.1 Pengertian

Penyusunan program adalah upaya menyusun rangkaian kegiatan yang akan dilaksanakan. Program adalah cara yang disahkan untuk mencapai tujuan. Program

kesehatan diadakan sebagai realisasi dari rencana program kesehatan di bidang kesehatan yang akan memberikan dampak pada peningkatan derajat kesehatan suatu

masyarakat. Blum membedakan ruang lingkup penilaian program atas enam macam, yaitu: Pelaksanaan program, pemenuhan kriteria yang telah ditetapkan, efektivitas program dan efisiensi program. Penilaian Pelaksanaan program memiliki pertanyaan

pokok yang akan dijawab pada penilaian tentang pelaksanaan program ialah apakah program tersebut terlaksana atau tidak, bagaimana pelaksanaannya serta faktor-faktor

penopang dan penghambat apakah yang ditemukan pada pelaksanaan program.(Azwar, 2010)

Posbindu PTM merupakan peran serta masyarakat dalam melakukan kegiatan

deteksi dini dan pemantauan faktor resiko PTM utama yang dilaksanakan secara terpadu, rutin, dan periodik. Faktor risiko penyakit tidak menular (PTM) meliputi

merokok, konumsi minuman beralkohol, pola makan tidak sehat, kurang aktivitas fisik, obesitas, stress, hipertensi, hiperglikemi, hiperkolesterol serta menindaklanjuti secara dini faktor risiko yang ditemukan melalui konseling kesehatan dan segera

(47)

Kelompok PTM utama adalah diabetes melitus (DM), kanker, penyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD), penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), dan

gangguan akibat kecelakaan dan tindak kekerasan. 2.3.2 Tujuan

Meningkatkan peran serta masyarakat sehat, berisiko dan penyandang PTM

berusia 15 tahun ke atas. 2.3.3 Sasaran Kegiatan

Sasaran utama adalah kelompok masyarakat sehat, berisiko dan penyandang PTM berusia 15 tahun ke atas.

2.3.4 Wadah Kegiatan

Posbindu PTM dapat dilaksanakan terintegrasi dengan upaya kesehatan bersumber masyarakat yang sudah ada, di tempat kerja atau klinik di perusahaan, di

lembaga pendidikan, tempat lain di mana masyarakat dalam jumlah tertentu berkumpul/beraktivitas secara rutin, misalnya di mesjid, gereja klub olahraga, pertemuan organisasi politik maupun kemasyarakatan.

Pengintegrasian yang dimaksud adalah memadukan pelaksanaan Posbindu PTM dengan kegiatan yang sudah dilakukan meliputi kesesuaian waktu dan tempat,

serta memanfaatkan sarana dan tenaga yang ada. 2.3.5 Pelaku Kegiatan

Pelaksanaan Posbindu PTM dilakukan oleh kader kesehatan yang telah ada

atau beberapa orang dari masing-masing kelompok/organisasi/lembaga/ tempat kerja yang bersedia menyelenggarakan posbindu PTM, yang dilatih secara khusus, dibina

(48)

kelompok atau organisasinya. Kriteria kader posbindu antara lain, berpendidikan minimal SLTA, mau dan mampu melakukan kegiatan berkaitan dengan posbindu

PTM.

2.3.6 Bentuk Kegiatan

Posbindu PTM meliputi 10 (sepuluh) kegiatan:

1. Kegiatan penggalian informasi faktor risiko dengan wawancara sederhana

tentang riwayat PTM pada keluarga dan diri peserta, aktifitas fisik, merokok,

kurang makan sayur dan buah, potensi terjadinya cedera dan kekerasan rumah tangga, serta informasi lainnya yang dibutuhkan untuk identifikasi masalah kesehatan berkaitan dengan terjadinya PTM. Aktifitas ini dilakukan saat

pertama kali kunjungan dan berkala sebulan sekali.

2. Kegiatan pengukuran berat badan, tinggi badan, Indeks Masa Tubuh(IMT),

lingkar perut, analisis lemak tubuh, dan tekanan darah sebaiknya diselenggarakan 1 bulan sekali. Analisa lemak tubuh hanya dapat dilakukan pada usia 10 tahun ke atas. Untuk anak, pengukuran tekanan darah

disesuaikan ukuran mansetnya dengan ukuran lengan atas.

3. Kegiatan pemeriksaan fungsi paru sederhana diselenggarakan 1 tahun sekali

bagi yang sehat, sementara yang beresiko 3 bulan sekali dan penderita gangguan paru dianjurkan 1 bulan sekali. Pemeriksaan fungsi paru sederhana sebaiknya dilakukan oleh tenaga kesehatan yang telah terlatih.

4. Kegiatan pemeriksaan gula darah bagi individu sehat paling sedikit

diselenggarakan 3 tahun sekali dan bagi yang telah mempunyai faktor risiko

(49)

pemeriksaan glukosa darah dilakukan oleh tenaga kesehatan (dokter/perawat/ bidan/analis laboratorium dan lainnya).

5. Kegiatan pemeriksaan kolesterol total dan trigliserida, bagi individu sehat

disarankan 5 tahun sekali dan bagi yang telah mempunyai faktor risiko PTM 6 bulan sekali dan penderita dislipedemia/gangguan lemak dalam darah minimal

3 bulan sekali. Untuk pemeriksaan gula darah dan kolesterol darah dilakukan oleh tenaga kesehatan yang ada di lingkungan kelompok masyarakat tersebut. 6. Kegiatan pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) dilakukan

sebaiknya minimal 5 tahun sekali bagi individu sehat, setelah hasil IVA positif, dilakukan tindakan pengobbatan krioterapi, diulangi setelah 6 bulan,

jika hasil IVA negatif dilakukan pemeriksaan ulang 5 tahun, namun bila hasil IVA positif dilakukan tindakan pengobatan krioterapi kembali. Pemeriksaan

IVA dilakukan oleh bidan/dokter yang telah terlatih dan tatalaksana lanjutan dilakukan oleh dokter terlatih di puskesmas.

7. Kegiatan pemeriksaan kadar alkohol pernafasan dan tes amfetamin urin bagi

kelompok pengemudi umum yang dilakukan oleh tenaga kesehatan(dokter, perawat/bidan/analis laboratorium dan lainnya)

8. Kegiatan konseling dan penyuluhan, harus dilakukan setiap pelaksanaan

posbindu PTM. Hal ini penting dilakukan karena pemantauan faktor risiko kurang bermanfaat bila masyarakat tidak tahu cara mengendalikannya.

9. Kegiatan aktifitas fisik atau olahraga bersama, sebaiknya tidak hanya

dilakukan jika ada penyelenggaraan posbindu PTM namun perlu dilakukan

(50)

10. Kegiatan rujukan ke fasilitas layanan kesehatan dasar di wilayahnya dengan

pemanfaatan sumber daya tersedia termasuk upaya respon cepat sederhana

dalam penanganan pra rujukan. 2.3.7 Pengelompokan Tipe Posbindu

Berdasarkan jenis kegiatan deteksi dini, pemantauan dan tindak lanjut yang

dapat dilakukan oleh posbindu PTM, maka dapat dibagi menjadi 2 kelompok tipe posbindu, yaitu:

a. Posbindu PTM dasar meliputi pelayanan deteksi dini faktor risiko sederhana, yang dilakukan dengan wawancara terarah melalui penggunaan instrument untuk mengidentifikasi riwayat penyakit tidak

menular dalam keluarga dan yang telah diderita sebelumnya, perilaku beresiko, potensi terjadinya cedera dan kekerasan dalam rumah tangga,

pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar perut, Indeks Masa Tubuh (IMT), alat analisa lemak tubuh, pengukuran tekanan darah, pemeriksaan uji fungsi paru sederhana serta penyuluhan mengenai

pemeriksaan payudara sendiri.

b. Posbindu PTM utama yang meliputi pelayanan posbindu PTM Dasar

ditambah pemeriksaan gula darah, kolesterol total dan trigliserida, pemeriksaan klinis payudara, pemeriksaan IVA (Inspeksi Asam Asetat), pemeriksaan kadar alkohol pernafasan dan tes amfetamin urin

bagi kelompok pengemudi umum, dengan pelaksana tenaga kesehatan terlatih (Dokter, bidan, perawat kesehatan/tenaga analis

(51)

lembaga/institusi. Untuk penyelenggaraan posbindu PTM utama dapat dipadukan dengan pos Kesehatan Desa atau Kelurahan siaga aktif,

maupun di kelompok masyarakat/lembaga/institusi yang tersedia tenaga kesehatan tersebut sesuai dengan kompetensinya.

2.3.8 Kemitraan

Dalam penyelenggaraan posbindu PTM tatanan desa/kelurahan perlu dilakukan kemitraan dengan forum desa/kelurahan Siaga, industry, dan klinik swasta

untuk mendukung implementasi dan pengembangan kegiatan.

Kemitraan dengan forum desa/kelurahan siaga aktif, pos kesehatan desa/kelurahan serta klinik swasta bermanfaat bagi posbindu PTM untuk komunikasi

dan koordinasi dalam mendapatkan dukungan dari pemerintah daerah.

Dukungan dapat berupa sarana/prasarana lingkungan yang kondusif untuk

menjalankan pola hidup sehat misalnya fasilitas olahraga atau sarana pejalan kaki yang aman dan sehat. Melalui klinik desa siaga (jika sudah ada) dapat dikembangkan sistem rujukan dan dapat diperoleh bantuan teknis medis untuk pelayanan kesehatan.

Sebaliknya bagi forum desa siaga penyelenggaraan posbindu PTM merupakan akselerasi pencapaian desa/kelurahan siaga aktif.

Kemitraan dengan industri khususnya industri farmasi bermanfaat dalam pendanaan dan fasilitas alat. Misalnya pemberian alat glukometer, tensimeter, sangat bermanfaat untuk pelaksanaan Posbindu PTM dengan standar lengkap. Sedangkan

(52)

swasta, kontribusinya dalam penyelenggaraan posbindu PTM dapat meningkatkan citra dan fungsi sosialnya.

2.4Langkah-Langkah Penyelenggaraan Posbindu PTM 2.4.1 Persiapan

A. Kabupaten/Kota berperan untuk melakukan inisiasi dengan berbagai rangkaian kegiatan.

1. Langkah persiapan diawali dengan pengumpulan data dan informasi

besaran masalah PTM, sarana-prasarana pendukung dan sumber daya manusia. Hali ini dapat diambil dari data RS kabupaten/kota,

puskesmas, profil kesehatan daerah, riskesdas atau hasil survey lainnya. Informasi tersebut dipergunakan oleh fasilitator sebagai bahan

advokasi untuk mendapatkan dukungan kebijakan maupun dukungan pendanaan sebagai dasar perencanaan kegiatan Posbindu PTM.

2. Selanjutnya dilakukan identifikasi kelompok potensial, baik ditingkat

kabupaten/kota maupun lingkup puskesmas. Klompok potensial antara lain kelompok/organisasi masyarakat, tempat kerja, sekolah, koperasi, klub olahraga, karang taruna dan kelompok lainnya. Kepada kelompok

masyarakat potensial terpilih dilakukan sosialisasi tentang besarnya maslah PTM, dampaknya bagi masyarakat dan dunia usaha, strategi

(53)

potensial terlalu besar pertemuan sosialisasi dan acvokasi dapat dilakukan beberapa kali. Dari pertemuan sosialisasi tersebut

diharapkan telah teridentifikasi kelompok/ lembaga/ organisasi yang bersedia menyelenggarakan posbindu PTM.

3. Tindak lanjut yang dilakukan pengelola program di kabupaten/kota

adalah melakukan pertemuan koordinasi dengan kelompok potensial yang bersedia menyelenggarakan posbindu PTM. Pertemuan ini

diharapkan mengahasilkan kesepakatan bersama berupa kegiatan penyelenggaraan posbindu PTM, yaitu:

a. Kesepakatan menyelenggarakan posbindu PTM.

b. Menetapkan kader dan pembagian peran, fungsinya sebagai tenaga

pelaksana posbindu PTM.

c. Menetapkan jadwal pelaksanaan posbindu PTM. d. Merencanakan besaran dan sumber pembiayaan.

e. Melengkapi sarana dan prasarana.

f. Menetapkan tipe posbindu PTM sesuai kesepakatan dan

kebutuhan.

g. Menetapkan mekanisme kerja antara kelompok potensial dengan

petugas kesehatan pembinanya. B. Puskesmas berperan untuk;

(54)

1) Memberikan informasi dan sosialisasi tentang PTM (termasuk DM),

upaya pengendalian serta manfaat bagi masyarakat, kepada pimpinan

wilayah misalnya camat, kepala desa/lurah.

2) Mempersiapkan sarana dan tenaga di puskesmas dalam menerima

rujukan dari posbindu PTM.

3) Memastikan ketersediaan sarana, buku pencatatan hasil kegiatan dan

lainnya untuk kegiatan posbindu PTM di kelompok potensial yang

telah bersedia menyelenggarkan posbindu PTM.

4) Mempersiapkan pelatihan tenaga pelaksana Posbindu PTM

5) Menyelenggarkan pelatihan bersama pengelola program di

kabupaten/kota

6) Mempersiapkan mekanisme pembinaan.

7) Mengidentifikasi k

Gambar

Tabel 1.1 Penderita Diabetes Terbanyak di Dunia Usia 20-79 (International
Gambar 2.1 Materi pelatihan kader/pelaksana Posbindu PTM
Gambar 2.3 Proses Kegiatan Posbindu PTM
Tabel 2.2  Frekuensi dan Jangka Waktu Pemantauan Faktor Risiko PTM Faktor Risiko Orang sakit Faktor Risiko Penderita
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil Penelitian Ulfah (2013) mengenai pelaksanaan fungsi koordinasi dalam program penanggulangan DBD di puskesmas menunjukkan bahwa dalam penanggulangan masalah DBD bentuk

Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Penderita Diabetes Melitus (DM) dengan Pemanfaatan Klinik Diabetes Melitus di Puskesmas Sering Kecamatan Medan Tembung Tahun 2010.. Skripsi

Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular merupakan peran serta masyarakat dalam melakukan kegiatan deteksi dini dan pemantauan faktor risiko PTM yang dilaksanakan

Hasil penelitian memberikan kesimpulan bahwa: Efektivitas Program Pos Pembinaan Terpadu (POSBINDU) Pnyakit Tidak Menular (PTM) di Desa Anggaswangi Kecamatan Sukodono

Tidak Menular (Posbindu PTM) pada penderita hipertensi di Puskesmas Padang Bulan

Pelaksana posbindu masih belum sesuai dengan SPO (Standart Prosedur Operasional) Posbindu PTM, karena masih dilakukan oleh tenaga kesehatan Puskesmas Padang Bulan

Hasil penelitian memberikan kesimpulan bahwa: Efektivitas Program Pos Pembinaan Terpadu (POSBINDU) Pnyakit Tidak Menular (PTM) di Desa Anggaswangi Kecamatan Sukodono Sidoarjo

penanggung jawab Posbindu PTM di masing-masing wilayah kerjanya sebaiknya mengadakan refreshing kader khususnya dalam pengukuran faktor risiko PTM, pemeriksaan, tindak