• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Program Bimbingan Keterampilan Terhadap Kemandirian Penyandang Disabilitas Tubuh di Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Program Bimbingan Keterampilan Terhadap Kemandirian Penyandang Disabilitas Tubuh di Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Program Bimbingan Keterampilan Terhadap Kemandirian Penyandang Disabilitas Tubuh di Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia”

Sumatera Utara

Diajukan Guna Memenuhi Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara

Disusun Oleh :

ASA MITRA IMANUEL

(110902018)

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan oleh :

Nama : Asa Mitra Imanuel NIM : 110902018

Departemen : Ilmu Kesejahteraan Sosial

Judul : Pengaruh Program Bimbingan Keterampilan Terhadap

Kemandirian Penyandang Disabilitas Tubuh di Panti Sosial Bina

Daksa “Bahagia” Sumatera Utara

Medan, Agustus 2015

PEMBIMBING

(Drs. Bengkel Ginting, M.Si) NIP. 19630103 198903 1 003

KETUA DEPARTEMEN

ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

(Hairani Siregar, S.Sos, M.SP) NIP. 19710927 199801 2 001

DEKAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Nama : Asa Mitra Imanuel

Nim : 110902018

ABSTRAK

PENGARUH PROGRAM BIMBINGAN KETERAMPILAN TERHADAP KEMANDIRIAN PENYANDANG DISABILITAS TUBUH DI PANTI SOSIAL

BINA DAKSA “BAHAGIA” SUMATERA UTARA

(Skripsi ini terdiri dari 6 bab, 95 halaman, 26 kepustakaan, 27 tabel, dan lampiran)

Skripsi ini diajukan guna memenuhi syarat meraih gelar sarjana Ilmu Kesejahteraan Sosial. Masalah yang dihadapi dalam skripsi ini adalah pengaruh program bimbingan keterampilan terhadap kemandirian penyandang disabilitas tubuh yang dilihat dari perkembangan sosial dan perkembangan kepribadian pada penyandang disabilitas tubuh.

Populasi dari penelitian ini adalah 47penyandang disabilitas tubuh yang menerima

program bimbingan keterampilan di Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera

Utara dengan tingkat usia 15-38 tahun. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan penelitian eksplanatif dengan pendekatan kuantitatif. Teknik pengumpulan data melalui kuesioner, wawancara dan observasi. Data yang didapat ditabulasikan kedalam tabel selanjutnya dianalisis dengan teknik Product Moment.

Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan dan telah dianalisis bahwa pengaruh program bimbingan keterampilan terhadap kemandirian penyandang disabilitas tubuh dimana nilai korelasi Product Momentlebih besar dari moment tabel, maka H0 di tolak dan Ha diterima. Artinya terdapat pengaruh signifikan antaraprogram bimbingan keterampilan terhadap kemandirian penyandang disabilitas tubuh.

Kesimpulan bahwa program bimbingan keterampilan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kemandirian penyandang disabilitas tubuh.

(4)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA

FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND POLITICAL SCIENCE

DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE

Name : Asa Mitra Imanuel

Nim : 110902072

ABSTRACT

INFLUENCE OF SKILLS COUNSELING PROGRAM FOR PERSONS WITH DISABILITIES INDEPENDENCE IN PANTI SOSIAL BINA DAKSA

“BAHAGIA” SUMATERA UTARA

(This thesis consists of 6 chapters, 95 pages, 26 libraries, 27 tables, and attachments)

This thesis put forward in order to qualify a bachelor's degree of Social Welfare. Problems encountered in this thesis is the influence of skills counseling program for persons with disabilities independence of the body as seen from the development of social and personal development of persons with disabilities in the body.

Population of this research are 47 persons with disabilities who receive skills counseling program in Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara with a level of 15-38 years of age. This type of research used in this study using an explanatory research with a quantitative approach. Data collection through questionnaires, interviews and observation. The data obtained are tabulated into a table then analyzed by Product Moment technique.

Based on the data that has been collected and analyzed that influence skills counseling program for persons with disabilities independence of the body where the product moment correlation value is greater than the moment the table, then H0 is rejected and Ha accepted. This means that there is significant influence between skills counseling program for persons with disabilities independence.

The conclusion that the skills counseling program have a significant influence on the independence of persons with disabilities.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Bapa di Surga, Tuhan Yesus

Kristus bersama para malaikat-Nya yang selalu menyertai penulis dalam setiap

perjalanan hidup, yang selalu menopang serta memberi jalan keluar, terkhusus dalam

proses penyelesaian skripsi ini. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Bunda

Maria yang senantiasa mengiringi penulis dalam doa sehingga dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan baik. Adapun judul skripsi ini adalah “Pengaruh Program

Bimbingan Keterampilan Terhadap Kemandirian Penyandang Disabilitas Tubuh di

Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara” Skripsi ini disusun untuk

diajukan sebagai salah satu syarat guna meraih gelar Sarjana Sosial pada

Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

Universitas Sumatera Utara.

Penulis mempersembahkan skripsi ini bagi keluargaku yang senantiasa

menjadi tempat berbagi suka dan duka. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibunda

tercinta (Ibu R. Tarigan) yang selalu menjadi wanita terhebat dalam keluarga, yang

senantiasa memberikan dukungan secara moril maupun materil, sabar, memberi

kasih sayang dan mendoakan penulis. Terima kasih juga kepada Alm. bapak (P.

Barus) dan kakak-kakak dan Alm abangku tersayang (Anita Karolina, Alm. Andi

Suranta dan Aan Iriani).

Penulis menyadari bahwasanya dalam banyak hal, dimulai dari awal sampai

akhir Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai

pihak. Untuk itu dengan rasa hormat penulis menyampaikan ucapan terima kasih

kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

(6)

2. Ibu Hairani Siregar, S.Sos. M.SP. selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan

Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Bengkel Ginting Msi selaku Dosen Pembimbing penulis yang telah

bersedia menyediakan waktu dan tenaga untuk penulis. Terimakasih banyak

Bapak atas bimbingan, kritik, saran dan juga dukungan yang berikan dalam

menyelesaikan skripsi ini.

4. Kepada seluruh staf pengajar FISIP USU, khususnya Departemen Ilmu

Kesejahteraan Sosial yang telah membimbing dan mengajar penulis selama masa

perkuliahan.

5. Seluruh staf pegawai administrasi Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial yang

telah memberikan informasi dan mempersiapkan segala kebutuhan penulis dalam

menjalani perkuliahan dan menyusun skripsi.

6. Kepada Sahabat dari kecil Riki Rinaldi, Tri Sandi, Natanail Ginting, dan Mandra

Sinuraya yang selalu memberikan doa, nasihat, semangat serta kasih dan

motivasi, agar penulis dapat menjadi orang sukses yang dapat membahagiakan

orang-orang tersayang kelak.

7. Kepada Kepala, Staf Pegawai, dan Pegawai Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia”

Sumatera Utara yang sudah membantu penulis dalam penulisan skripsi ini.

Terimakasih buat semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis.

8. Kepada seluruh responden yang telah membantu penulis selama mengadakan

penelitian. Penulis ucapkan terimakasih atas bantuan data dan informasinya.

9. Kepada teman seperdopingan Noni Gulo, Fery Arif, Herawati Anastasia, Revor

Manuel, dan Roni Situmorang terimakasih buat kebersamaan suka duka yang

(7)

10.Buat sahabat kampus sebeskem (Anugrah Ganteng, Bang Maco, Ecko sang papa,

dan sang Pemalu) dimanapun kalian berada kalian tetap memberikan sumber

semangat buat aku. Terimakasih buat semangat, waktu, yang kalian berikan

kepadaku dan menjadi pendengar seluruh keluh-kesahku Sukses buat kita yaa,

sampai jumpa lagi.

11.Buat teman yang selalu memberikan motivasi, doa dan semangat Elisabet

Sidabutar, Henny Sidabutar, Sawitri Manurung, Dewi Riris, Katrina Sinaga, dan

4 lelaki perkasa (10 Petualang) terimakasih banyak juga buat tawa canda yang

kita lalui selama kuliah ini dan membantu memotivasi dalam menyelesaikan

skripsi ini.

12.Buat Keluarga Besar UKM KMK Yohannes Don Bosco FISIP (Pengurus saat ini

Lilis, Anita, Santa dan anggota2nya). Caritas Christy, Urgetnos!!. Terimakasih

buat kebersamaan, dukungan dan semangat yang diterima penulis. Sukses buat

kita semuanya.

13.Buat Ikata Mahasiwa/i Karo Eguaninta FISIP . Terimakasih buat semangat dan

doa yang selalu kalian berikan. Baik-baik kuliah kalian semua biar cepat nyusul.

14.Buat teman-teman sejalan-jalan Estina Aritonang, Fanni Simanjuntak, Angelita

Purba, Dwitika Tarigan, Santi Tarigan dan semuanya, terimakasih dukungan dan

penghiburan atas suka-duka yang kita jalani selama ini.

15.Buat teman seperjuangan ketika di PKBMEmphaty (Cindi CS, Elvana

Togatorop, Febriany Simanjuntak) sekarang saya menyusul kalian.

16.Buat Kessos 2011, Elvin Zebua, Ricky Anto Manulang, Marcelinus Manurung,

danseluruh teman-teman Kessos semoga kita tetap menjaga pertemanan ini ya.

(8)

17.Buat seluruh junior Kessos 2012, Kessos 2013, Kessos 2014 seluruhnya. Semoga

kita semua menjadi orang yang sukses dan berguna bagi orang yang

membutuhkan.

18.Kepada seluruh teman-teman yang lainnya yang namanya tidak disebut satu

persatu yang sudah ikut turut serta membantu dan memberikan dukungan serta

semangat saya mengucapkan terimakasih banyak.

Akhirnya, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Namun demikian, skripsi ini tentunya masih jauh dari kesempurnaan. Maka untuk

itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mohon maaf atas ketidaksempurnaan

tersebut. Akhir kata penulis mengucapkan sekian dan terimakasih.

Medan, Juli 2015

Penulis

(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... i

ABSTRACT...ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL...x

DAFTAR BAGAN...xiii

DAFTAR LAMPIRAN... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Perumusan Masalah ... 9

1.3Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 9

1.4Sistematika Penulisan... 10

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Program Bimbingan Keterampilan...12

2.1.1 Pengertian Program... . 12

2.1.2 Bimbingan Keterampilan...12

2.2Kemandirian... . 14

2.2.1 Pengertian Kemandirian... 14

2.2.2 Ciri-ciri Kemandirian... . 16

2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemandirian... 16

2.2.4 Proses Terbentuknya Kemandirian... 18

2.3 Penyandang Disabilitas Tubuh... 20

2.4 Pelayanan Sosial... 22

(10)

2.5.1 Pengertian Rehabilitasin Sosial... 24

2.5.2 Tujuan Rehabilitasin Sosial... 25

2.5.3 Sasaran Rehabilitasi... 26

2.5.4 Prinsip Dasar Filosofi Rehabilitasi... 27

2.5.5 Fungsi Rehabilitasi Sosial... 27

2.5.6 Model Pelayanan Rehabilitasi Sosial... 28

2.5.7 Kegiatan yang Dilakukan dalam Rehabilitasi Sosial.... 29

2.5.8 Tahap-Tahap Rehabilitasi Sosial... 29

2.5.9 Kode Etik dalam Layanan Rehabilitasi... 32

2.6 Panti Sosial Penyandang Disabilitas Tubuh... 33

2.7 Sistem Kesejahteraan sosial... 35

2.8Kerangka Pemikiran... 37

2.9Hipotesis... 40

2.10 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional... 40

2.10.1 Konsep... 40

2.10.2 Defenisi Operasional... 42

BAB III Metode Penelitian 3.1 Tipe Penelitian...44

3.2Lokasi Penelitian... 44

3.3Populasi... 45

3.4Teknik Pengumpulan Data... 45

3.5Teknik Analisa Data... 46

(11)

4.1.1 Sejarah Lembaga... 48

4.1.2 Visi dan Misi... 49

4.1.3 Pelayanan Sosial... 50

4.2Gambaran Umum Binaan... 52

4.2.1 Kondisi Geografis... 52

4.2.2 Kondisi Demografis... 55

4.2.3 Sosial Budaya... 56

BAB V ANALISA DATA 5.1Data Identitas Responden... 59

5.2Gambaran Variabel... 69

5.2.1 Program Bimbingan Keterampilan di Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara (Variabel X)... 69

5.2.2 Kemandirian Penyandang Disabilitas Tubuh di Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara (Variabel Y)... 78

5.3Uji Hipotesa... 84

5.4Analisis Kemandirian Penyandang Disabilitas Tubuh... 86

5.4.1 Sikap... 86

5.4.2 Kemampuan Keterampilan yang dimiliki... 88

BAB VI. PENUTUP 6.1 Kesimpulan... 89

6.2 Saran... 90

(12)

DAFTARTABEL

Tabel 1. Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 60

Tabel 2. Identitas Responden Berdasarkan Umur... 61

Tabel 3. Identitas Responden Berdasarkan Agama... 62

Tabel 4. Identitas Responden Berdasarkan Suku... 63

Tabel 5. Identitas Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir... 64

Tabel 6. Identitas Responden Berdasarkan Jenis Disabilitas... 65

Tabel 7. Identitas Responden Berdasarkan Cara Masuk Panti... 66

Tabel 8. Identitas Responden Berdasarkan Pemakaian Alat Bantu... 67

Tabel 9. Identitas Responden Berdasarkan Kelengkapan Keluarga... 68

Tabel 10. Tanggapan Responden mengenai pemberian bimbingan keterampilan sesuai dengan minat dan bakat di Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara... 69

Tabel 11. Tanggapan Responden mengenai program bimbingan keterampilan sudah sesuai dengan sasaran yang ditentukan di Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara... 70

(13)

Tabel 13. Tanggapan Responden mengenai tingkat kesulitan yang dihadapi ketika

mengikuti program bimbingan keterampilan di Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia”

Sumatera Utara... 72

Tabel 14. Tanggapan Responden mengenai keseriusan mengikuti program

bimbingan keterampilan di Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera

Utara... 73

Tabel 15. Tanggapan Responden mengenai keahlian keterampilan di Panti Sosial

Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara... 73

Tabel 16.Tanggapan Responden mengenai program bimbingan yang diikuti dapat

membantu dalam bersosialisasi di luar panti... 74

Tabel 17.Tanggapan Responden mengenai waktu bimbingan keterampilan telah

sesuai ketentuan di Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera

Utara... 75

Tabel 18. Tanggapan Responden mengenai cara pembelajaran di Panti Sosial Bina

Daksa “Bahagia” Sumatera Utara... 76

Tabel 19. Tanggapan Responden mengenai ilmu pengetahuan dibagian keterampilan

di Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara... 77

Tabel 20. Tanggapan Responden mengenai instruktur keterampilan di Panti Sosial

Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara... 78

Tabel 21. Tanggapan Responden mengenai pemberian bimbingan keterampilan

dapat meningkatkan kepercayaan diri... 78

Tabel 22. Tanggapan Responden mengenai keterampilan yang diikuti memiliki

peluang didunia kerja... 79

Tabel 23. Tanggapan Responden mengenai keterampilan dijadikan pekerjaan

(14)

Tabel 24. Tanggapan Responden mengenai bimbingan keterampilan mampu

memimpin diri sendiri... 81

Tabel 25. Tanggapan Responden mengenai bimbingan keterampilan mampu

meningkatkan rasa bertanggung jawab... 82

Tabel 26. Tanggapan Responden mengenai bimbingan keterampilan membuat

mereka tidak bergantung pada orang lain... 83

Tabel 27. Tanggapan Responden mengenai perbandingan kehidupan sebelum dan

(15)

DAFTAR BAGAN

Bagan Alur Pikir ... ... 39

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1,2,3, dan 4

2. Kuesioner Penelitian

3. Dokumentasi

4. Surat Pengajuan Judul Skripsi

5. Surat Keputusan Komisi Pembimbing

6. Lembar Daftar Hadir Seminar Proposal

7. Surat Permohonan Izin Penelitian

(17)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Nama : Asa Mitra Imanuel

Nim : 110902018

ABSTRAK

PENGARUH PROGRAM BIMBINGAN KETERAMPILAN TERHADAP KEMANDIRIAN PENYANDANG DISABILITAS TUBUH DI PANTI SOSIAL

BINA DAKSA “BAHAGIA” SUMATERA UTARA

(Skripsi ini terdiri dari 6 bab, 95 halaman, 26 kepustakaan, 27 tabel, dan lampiran)

Skripsi ini diajukan guna memenuhi syarat meraih gelar sarjana Ilmu Kesejahteraan Sosial. Masalah yang dihadapi dalam skripsi ini adalah pengaruh program bimbingan keterampilan terhadap kemandirian penyandang disabilitas tubuh yang dilihat dari perkembangan sosial dan perkembangan kepribadian pada penyandang disabilitas tubuh.

Populasi dari penelitian ini adalah 47penyandang disabilitas tubuh yang menerima

program bimbingan keterampilan di Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera

Utara dengan tingkat usia 15-38 tahun. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan penelitian eksplanatif dengan pendekatan kuantitatif. Teknik pengumpulan data melalui kuesioner, wawancara dan observasi. Data yang didapat ditabulasikan kedalam tabel selanjutnya dianalisis dengan teknik Product Moment.

Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan dan telah dianalisis bahwa pengaruh program bimbingan keterampilan terhadap kemandirian penyandang disabilitas tubuh dimana nilai korelasi Product Momentlebih besar dari moment tabel, maka H0 di tolak dan Ha diterima. Artinya terdapat pengaruh signifikan antaraprogram bimbingan keterampilan terhadap kemandirian penyandang disabilitas tubuh.

Kesimpulan bahwa program bimbingan keterampilan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kemandirian penyandang disabilitas tubuh.

(18)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA

FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND POLITICAL SCIENCE

DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE

Name : Asa Mitra Imanuel

Nim : 110902072

ABSTRACT

INFLUENCE OF SKILLS COUNSELING PROGRAM FOR PERSONS WITH DISABILITIES INDEPENDENCE IN PANTI SOSIAL BINA DAKSA

“BAHAGIA” SUMATERA UTARA

(This thesis consists of 6 chapters, 95 pages, 26 libraries, 27 tables, and attachments)

This thesis put forward in order to qualify a bachelor's degree of Social Welfare. Problems encountered in this thesis is the influence of skills counseling program for persons with disabilities independence of the body as seen from the development of social and personal development of persons with disabilities in the body.

Population of this research are 47 persons with disabilities who receive skills counseling program in Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara with a level of 15-38 years of age. This type of research used in this study using an explanatory research with a quantitative approach. Data collection through questionnaires, interviews and observation. The data obtained are tabulated into a table then analyzed by Product Moment technique.

Based on the data that has been collected and analyzed that influence skills counseling program for persons with disabilities independence of the body where the product moment correlation value is greater than the moment the table, then H0 is rejected and Ha accepted. This means that there is significant influence between skills counseling program for persons with disabilities independence.

The conclusion that the skills counseling program have a significant influence on the independence of persons with disabilities.

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Penyandang cacat tubuh atau disabilitas tubuh merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari masyarakat Indonesia. Sebelum istilah “Disabilitas” mungkin

kurang akrab disebagian masyarakat Indonesia berbeda dengan “Penyandang Cacat”.

Istilah ini banyak yang mengetahui atau sering digunakan ditengah masyarakat.

Istilah Disabilitas merupakan kata bahasa Indonesia berasal dari serapan kata bahasa

Inggris disability yang berarti cacat atau ketidakmampuan. Namun, dalam Kamus

Besar Bahasa Indonesia, kata “Disabilitas” belum tercantum. Penyandang Disabilitas

dapat diartikan individu yang mempunyai keterbatasan fisik atau mental atau

intelektual. Jadi, penyandang disabilitas tubuh adalah individu yang mempunyai

keterbatasan atau kekurangan fisik, seperti cacat tubuh bawaan lahir, mengidap

penyakit polio dan amputasi.

Munculnya diskriminasi dalam masalah sosial yang sering tidak bisa

dielakkan diantaranya kemampuan fisik yang berbeda antara masyarakat dengan

keadaan fisik sempurna dibandingkan masyarakat penyandang disabilitas tubuh.

Perbedaan kesempatan maupun perlakuan terhadap penyandang disabilitas dalam

kehidupan berbangsa, bermasyarakat akan menimbulkan perbedaan kehidupan sosial

maupun ekonomi pada kehidupan penyandang disabilitas yang pada akhirnya akan

mengarah pada masalah sosial yaitu kemiskinan. Selain masalah sosial seperti

kemiskinan, diskriminasi yang dihadapi oleh para masyarakat atau manusia yang

mempunyai kekurangan secara fisik atau mental yang bisa disebut disabilitas yang

secara kuantitas cenderung meningkat yang menjadi dasar pertimbangan terbitnya

(20)

disabilitas. Dimana disebutkan “bahwa dalam pelaksanaan pembangunan nasional

yang bertujuan mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar 1945, penyandang disabilitas merupakan bagian masyarakat

Indonesia yang juga memiliki kedudukan, hak, kewajiban dan peran yang sama”.

Perundang-Undang RI Nomor 4 Tahun 1997 dalam pasal 1, yang dimaksud

dengan penyandang disabilitas adalah setiap orang yang mempunyai kelainan fisik

atau mental, yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan

baginya untuk melakukan secara selayaknya. Disabilitas menyebabkan seseorang

mengalami keterbatasan atau gangguan yang mempengaruhi keleluasaan aktivitas

fisik, kepercayaan dan harga diri, hubungan antar manusia maupun dengan

lingkungannya. Dampak dari disabilitas tersebut menimbulkan permasalahan sosial

antara lain adalah ketidak berfungsian sosial, yaitu penyandang disabilitas kurang

mampu melaksanakan peran-peran sosialnya secara wajar dan hal ini yang semakin

meyakini pandangan masyarakat untuk meremehkan kemampuan penyandang

disabilitas dengan kekurangan fisiknya.

Peraturan Pemerintah No. 43 tahun 1998 tentang Upaya Peningkatan

Kesejahteraan Sosial Penyandang Disabilitas, sebagai penjabaran dari

Undang-Undang tentang penyandang disabilitas pasal 8 yang menyatakan bahwa pemerintah

dan atau masyarakat berkewajiban mengupayakan terwujudnya hak-hak penyandang

disabilitas. Serta pasal 16 yang menyatakan bahwa pemerintah dan atau masyarakat

menyelenggarakan upaya: 1.Rehabilitasi; 2.Bantuan Sosial; 3.Pemeliharaan Taraf

Kesejahteraan Sosial.

Berdasarkan data tahun 2011, menurut Siswadi, Ketua Umum Persatuan

Penyandang Disabilitas Indonesia, jumlah penyandang disabilitas di Indonesia

(21)

juta jiwa. Sementara bila mengacu pada standar yang diterapkan Organisasi

Kesehatan Dunia PBB dengan persyaratan lebih ketat, jumlah penyandang disabilitas

di Indonesia mencapai 10 juta jiwa (tribunnews.com, 11 Maret 2014).

Menurut ILO, prinsip untuk mengatasi diskriminasi yang terjadi pada

penyandang disabilitas ini adalah hak, kesempatan dan perlakuan yang adil dalam

semua siklus kehidupan dan pekerjaan untuk semua orang tanpa memandang

disabilitas mereka. Semua orang bebas mengembangkan kemampuan pribadi mereka

dan melakukan pilihan tanpa dibatasi oleh stereotip, asumsi dan prasangka tentang

disabilitas mereka. Jadi, semua orang punya kemampuan yang sama atau harus

diperlakukan dengan cara yang sama, tapi perilaku, aspirasi dan kebutuhan

masyarakat yang berbeda perlu secara adil dipertimbangkan, dinilai dan didukung,

tanpa memandang status disabilitas mereka diperlukannya upaya pemerintah untuk

meningkatkan kesejahteraan sosial bagi penyandang disabilitas.

Data Depkes tahun 2011 diatas menunjukkan bahwa terjadi peningkatan

jumlah penyandang disabilitas setiap tahun. Pada tahun 2010 sekitar 5,3 juta jiwa

pada tahun 2011 sekitar 6,7 juta jiwa. Hal ini perlu menjadi perhatian bagi

pemerintah maupun masyarakat agar diskriminasi terhadap penyandang disabilitas

bisa diperkecil seperti yang diharapkan oleh PP Nomor 43 tahun 1998 yang dalam

penjelasan menyatakan bahwa upaya peningkatan kesejahteraan sosial penyandang

disabilitas yang diatur dalam Peraturan Pemerintah ini meliputi kesamaan

kesempatan, rehabilitasi, pemberian bantuan sosial, dan pemeliharaan taraf

kesejahteraan sosial yang dilaksanakan oleh dan menjadi tanggung jawab bersama

Pemerintah, masyarakat, keluarga, dan penyandang disabilitas sendiri dengan

memberikan keterampilan sesuai dengan minat dan bakat dari penyandang disabilitas

(22)

Menangani penyandang disabilitas, dibutuhkan pendekatan-pendekatan yang

manusiawi agar mereka dapat lebih mudah mengadakan penyesuaian diri dalam

kehidupan, karena penyandang disabilitas pada umnya sangat perasa, yang kadang

berlebihan seperti rendah diri dan kemudian menjadi terisolasi dari kehidupan

masyarakat.

Keadaan disabilitas yang dimiliki oleh seseorang hanyalah sekedar kelainan

belaka. Sebenarnya mereka juga mempunyai kemampuan untuk mencari nafkah

sebagai sumber penghidupan bagi dirinya pribadi maupun keluarga. Hanya saja yang

mereka perlukan untuk itu adalah adanya suatu pembinaan dan pelayanan yang

intensif, dalam arti lebih tinggi intesitasnya dari orang yang normal, sehingga

mereka punya suatu bekal untuk dapat hidup secara mandiri tanpa perlu bergantung

pada orang lain. Disamping itu juga supaya dapat berinteraksi dengan sesama

anggota masyarakat disekelilingnya. Mereka juga sangat membutuhkan santunan

sosial dan bimbingan keterampilan, serta pertolongan medis. Dengan adanya

latihan-latihan bimbingan sosial dan bimbingan keterampilan tersebut diharapkan para

penyandang disabilitas dapat memiliki kepribadian sebagai manusia yang utuh,

produktif serta mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan masyarakat.

Menurut Maslow, pada dasarnya manusia mempunyai lima kebutuhan dasar

yang membentuk tingkatan-tingkatan atau hirarki yang disusun berdasarkan

kebutuhan yang paling penting hingga yang tidak penting dan yang mudah hingga

yang sulit untuk dicapai atau didapat. Kebutuhan tersebut adalah a) kebutuhan

fisiologis yaitu sandang, pangan dan kebutuhan biologis; b) kebutuhan keamanan

dan keselamatan yaitu bebas dari penjajahan, bebas dari ancaman, bebas dari rasa

sakit, dan bebas dari teror; c) kebutuhan sosial yaitu memiliki teman, keluarga, dan

(23)

piagam, tanda jasa, dan hadiah; dan e) kebutuhan aktualisasi diri yaitu keutuhan dan

keinginan untuk bertindak sesuka hati sesuai dengan bakat dan minatnya (Maslow

1988:39).

Namun salah satu kebutuhan manusia yang paling penting didalam hidupnya

adalah kebutuhan akan harga diri. Kebutuhan akan harga diri yang dibagi dalam dua

bagian. Pertama adalah penghormatan atau penghargaan pada diri sendiri yang

mencangkup pada rasa percaya diri, kemandirian dan kebutuhan pribadi. Kedua

adalah penghargaan dari orang lain, yang meliputi prestasi dan pengakuan dari orang

lain. (Nurdin 1990:20). Apabila kebutuhan akan harga diri pada individu itu

terpuaskan maka akan menghasilkan sikap percaya diri, rasa berharga, rasa kuat dan

mampu serta perasaan berguana. Sebaliknya pemuasan kebutuhan akan harga diri itu

terlambat maka akan menghasilkan sikap rendah hati, rasa tak pantas, rasa lemah,

rasa tidak mampu, dan perasaan tidak berguna yang menyebabkan seseorang

mengalami kehampaan, keraguan, dan keputusasaan dalam menghadapi tujuan

hidupnya, serta penilaian yang rendah atas dirinya sendiri dalam hubungannya

dengan orang lain. Hal ini berlaku pada setiap manusia ciptaan Tuhan, tidak

terkecuali pada penyandang disabilitas tubuh.

Penyandang disabilitas sebagai individu pada hakekatnya masih mempunyai

potensi yang dapat dikembangkan. Dalam mengembangkan potensi tersebut

diperlukan adanya program khusus, yaitu Program usaha kesejahteraan sosial bagi

orang dengan kecacatan. Oleh karena itu, penanganan terhadap orang dengan

disabilitas tubuh perlu ditingkatkan dan dikembangkan serta disempurnakan baik

kuantitas maupun kualitasnya menuju kearah tercapainya tujuan rehabilitasi secara

tuntas yang tercermin pada terwujudnya peningkatan kesejahteraan sosial dan

(24)

diusahakan agar dapat berusaha secara aktif dan positif mengembangkan

kemampuan dirinya dalam kehidupan bermasyarakat.

Pembangunan kesejahteraan sosial bagi penyandang disabilitas saat ini

diarahkan pada upaya rehabilitasi sosial, dimana secara teknis dilaksanakan oleh

Direktoriat Rehabilitasi Sosial orang dengan kecacatan Kementerian Sosial Republik

Indonesia. Dalam menangani masalah disabilitas ini Kementerian Sosial telah

melaksanakan usaha Rehabilitasi Sosial melalui sistem panti.

Panti Rehabilitasi Sosial orang dengan disabilitas tubuh sebagai unit

pelaksana teknis, mempunyai kedudukan sebagai lembaga yang melaksanakan

kegiatan operasional dibidang rehabilitasi sosial penyandang disabilitas, untuk

mempersiapkan mereka agar memiliki berbagai keterampilan dan kesiapan mental,

fisik, sosial yang dibutuhkan bagi kepentingan hidupnya secara wajar sebagai warga

negara dan anggota masyarakat umumnya. Dalam melaksanakan tugas-tugasnya

Panti Sosial penyandang disabilitas tubuh perlu dilengkapi dengan berbagai

perangkat , baik yang berupa sarana dan prasarana fisik, alat-alat keterampilan kerja,

tenaga pelaksanaan agar panti sosial penyandang disabilitas tubuh dapat

mempersiapkan para klien secara optimal. Hal ini sangat penting artinya, mengingat

program rehabilitasi sosial merupakan proses dari suatu sistem yang melibatkan

berbagai disiplin ilmu dari tahap pendekatan awal sampai dengan terminasi.

Lahirnya suatu lembaga seperti Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera

Utara bagi penyandang disabilitas tubuh dimaksudkan untuk membantu para orang

tua dan masyarakat dalam membina dan melayani penyandang disabilitas tubuh

segingga mereka dapat mengembangkan potensi dan bakat dengan pengetahuan dan

keahlian yang dimilikinya. Usaha mewujudkan kesejahteraan penyandang disabilitas

(25)

seutuhnya. Para penyandang disabilitas tubuh merupakan bagian dari tunas bangsa

yang memerlukan perhatian khusus dalam pembinaan tingkah lakunya dan

pemikiran intelektualnya.

Salah satu usaha dalam meningkatkan kesejahteraan penyandang disabilitas

tubuh adalah dengan pendidikan bagian keterampilan. Akan tetapi sering

berbenturan oleh karena diri pribadi seorang penyandang disabilitas itu sendiri. Oleh

karenanya dalam mencapai taraf hidup yang sejahtera, pendidikan dan keterampilan

memiliki peran yang penting. Pendidikan merupakan faktor utama dan sekaligus

dapat dijadikan alat ukur dalam melihat maju mundurnya peradapan manusia.

Pendidikan merupakan kunci utama pemberantasan kebodihan, tanpa menempuh

proses pendidikan yang wajar agar hal tersebut dapat terwujud, disini perlu diberikan

rehabilitasi sosial bagi penyandang disabilitas sehingga mereka mempunyai

kepercayaan diri dan mempunyai keterampilan yang dapat dimanfaatkan untuk

melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai manusia.

Program rehabilitasi bagi penyandang disabilitas tubuh melalui bimbingan

keterampilan mengarah pada membantu pribadi penyandang disabilitas tubuh serta

meningkatkan kualitas hidup mereka melalui bantuan-bantuan teknis dan

usaha-usaha untuk memperbaiki lingkungan hidupnya, membuka kesempatan bagi mereka,

menjamin dan menghormati hak manusia dan hak-hak mereka untuk duduk dalam

lembaga perwakilan. Disamping itu berusaha keras untuk mendapatkan pengertian

yang lebih baik dari masyarakat untuk memfasilitasi pemenuhan kebutuhan dan

solidaritas serta tanggung jawab kepada anggotanya yang menyandang kecacatan,

dengan menciptakan suatu masyarakat untuk sema yang didukung seluruh anggota

(26)

Adapun alasan peneliti tertarik untuk meneliti permasalahan ini adalah bahwa

setiap penyandang disabilitas tubuh mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan

bimbingan keterampilan dalam hidupnya, namun sering kali mereka merasa tidak

mampu untuk berdiri sendiri atau melakukan segala kegiatan mereka dengan

bergantung pada orang lain. Usaha-usaha pembinaan dan pelayanan program

bimbingan keterampilan untuk meningkatkan kemandirian terhadap penyandang

disabilitas tubuh merupakan tanggung jawab bersama, orang tua, masyarakat serta

pemerintah.

Salah satu usaha dalam mewujudkan kemandirian penyandang disabilitas

tubuh tersebut adalah melalui program bimbingan keterampilan di Panti Sosial Bina

Daksa “Bahagia” Sumatera Utara sebagai salah satu panti naungan Kementerian

Sosial Republik Indonesia. Yang khususnya melayani peyandang disabilitas tubuh di

Provinsi Sumatera Utara, Aceh, Riau, dan Sumatera Barat. Total hasil data

penyandang disabilitas wilayah Sumatera bagian Utara pada tahun 2008-2009

sejumlah 84.121 jiwa, dan yang sudah direhabilitasi atau mendapat bimbingan

keterampilan di Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara dari tahun 2009

-2012 sejumlah 273 jiwa. (Propil Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara)

Program bimbingan keterampilan yang dilaksanakan dipanti meliputi

bimbingan keterampilan menjahit, servis Hp, servis Elektronik dan Otomotif Sepeda

Motor. Tapi, disaat program bimbingan keterampilan di Panti Sosial Bina Daksa

“Bahagia” Sumatera Utara berlangsung, sering kali banyak klien penyandang

disabilitas pulang atau dipulangkan sebelum waktu pemulangan klien dilaksanakan.

Untuk itu peneliti ingin melihat bagaimana pengaruh Program Bimbingan

(27)

Berdasarkan latar belakang pemasalahan diatas, penulis tertarik untuk

meneliti dan mengetahui bagaimana pengaruh program bimbingan keterampilan

terhadap kemandirian penyandang disabilitas tubuh di Panti Sosial Bina Daksa

“Bahagia” Sumatera Utara.

Penulis membatasi penelitian ini hanya pada ruang lingkup proses sedang

berjalannya program bimbingan keterampilan yang diberikan kepada klien

penyandang disabilitas tubuh. Penulis mengangkat permasalahan yang dirangkum

dalam penelitian sebuah karya ilmiah berbentuk skripsi dengan judul “Pengaruh

Program Bimbingan Keterampilan Terhadap Kemandirian Penyandang

Disabilitas Tubuh di Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara.”

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis

merumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah “BagaimanaPengaruh

Program Bimbingan Keterampilan Terhadap Kemandirian Penyandang

Disabilitas Tubuh Di Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara?”

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh

gambaran pelaksanaan program bimbingan keterampilan terhadap kemandirian

penyandang disabilitas tubuh di Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang akan diperoleh dalam penelitian ini adalah

1. Bagi Penulis sendiri menambah pengetahuan apakah pelaksanaan program

(28)

“Bahagia” Sumatera Utara dapat mengubah kemandirian penyandang disabilitas

tubuh.

2. Bagi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik penelitian ini diharapkan dapat

menambah refrensi karya ilmiah dan sebagai bahan kajian yang menyangkut

Pengaruh Program Bimbingan Keterampilan dalam meningkatkan Kemandirian

penyandang disabilitas tubuh.

3. Mencari strategi pemikiran untukmemberi masukan kepada pemerintah,

lembaga-lembaga masyarakat maupun instansi terkait dalam upaya

meningkatkan kemandirian penyandang disabilitas tubuh.

1.4Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan memahami dan mengetahui isi yang terkandung dalam

skripsi ini, maka diperlukan sistematika. Sistematika penulisan skripsi ini meliputi :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah,tujuan dan

manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan uraian dan konsep yang berkaitan denganmasalah dan

obyek yang diteliti, kerangka pemikiran, definisi konsep dan definisi operasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi, teknik

pengumpulan data, serta teknik analisa data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan sejarah singkat gambaran umum lokasi penelitian dan

(29)

BAB V : ANALISIS DATA

Bab ini berisikan uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian beserta

dengan analisisnya.

BAB VI : PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang bermanfaat sehubungan dengan

(30)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Program Bimbingan Keterampilan

2.1.1 Pengertian Program

Program adalah unsur pertama yang dirancang demi pencapaian suatu tujuan

tertentu. Program adalah produk yang dihasilkan dari seluruh kegiatan perencanaan ,

program dapat juga diartikan sebagai pelayanan tertulis mengenai:

a. adanya tujuan yang mau dicapai.

b. Adanya cara pencapaian tujuan

c. Adanya berbagai kebijakan yang diambil dalam upaya penangan masalah yang

dihadapi.

d. Adanya pemikiran atau rancangan tentang anggaran yang diperlukan.

e. Adanya strategi yang harus diterapkan dalam pelaksanaan aktivitas (Wahab

dalam Siagian dan Agus, 2010:117).

2.1.2 Bimbingan Keterampilan

Pada dasarnya bimbingan merupakan upaya pembimbingan untuk membantu

mengoptimalkan individu. Model bimbingan yang berkembang saat ini adalah

bimbingan perkembangan. Visi bimbingan perkembangan bersifat edukatif,

pengembangan, dan outreach. Edukatif karena titik berat layanan bimbingan

perkembangan ditekankan pada pencegahan dan pembangunan, bukan korektif atau

terapuektif, walaupun layanan tersebut juga tidak diabaikan. Pengembangan karena

titik sentral sasaran bimbingan perkembangan dalah perkembangan optimal seluruh

aspek kepribadian individu dengan upaya pokoknya memberikan kemudahan

perkembangan melalui perekayasa lingkungan perkembangan. Outreach karena

(31)

bermasalah, tetapi semua individu berkenaan dengan semua aspek kepribadiannya

dalam semua konteks kehidupan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, keterampilan yaitu kemampuan

untuk menggunakan akal, fikiran, ide dan kreatifitas dalam mengerjakan, mengubah

ataupun membuat sesuatu menjadi lebih bermakna sehingga menghasilkan sebuah

nilai dari hasil pekerjaan tersebut.

Bimbingan keterampilan di lingkungan Panti sosial merupakan pemberian

bantuan kepada seluruh penyandang disabilitas tubuh yang dilakukan secara

kesinambungan agar mereka dapat memahami dirinya, lingkungan, dan

tugas-tugasnya sehingga mereka sanggup mengarahkan diri, menyesuaikan diri, serta

bertindak wajar sesuai dengan keadaan dan tuntutan lembaga sosial, keadaan

keluarga, masyarakat dan lingkungan kerja yang akan kelak dimasukinya. Dengan

pemberian layanan bimbingan, mereka lebih produktif, dapat menikmati

kesejahteraan hidupnya, dan dapat memberikan sumbangan yang berarti pada

lembaga tempat mereka bekerja kelak, serta masyarakat pada umumnya. Pemberian

bimbingan juga membantu mereka mencapai tugas-tugas perkembangan secara

optimal.

Tujuan utama bimbingan keterampilan kepada penyandang disabilitas tubuh

adalah memberikan keterampilan kepada penyandang disabilitas tubuh sesuai minat

dan bakat dan kemampuan dalam upaya meningkatkan keterampilan kerja untuk

kemandirian dalam masyarakat. Jenis-jenis keterampilan yang diberikan :

1. Keterampilan diri meliputi keterampilan hidup sehari-hari :

a. Music

b. Keterampilan tangan

(32)

2. Keterampilan kerja antara lain :

a. Menjahit

b. Otomotif

c. Servis Elektorik

d. Servis Ponsel

Secara umum manfaat bimbingan keterampilan bagi klien penyandang

disabilitas tubuh adalah sebagai bekal dalam menghadapi dan memecahkan

problema hidup dan kehidupan, baik sebagai pribadi yang mandiri, warga

masyarakat maupun sebagai warga negara. Pelaksanaan layanan bimbingan

keterampilan merupakan bentuk praktek pemberian bekal dan penyaluran potensi,

bakan dan minat, serta latihan kerja sesuai dengan pilihan karir yang diminati.

(Pedoman Rehabilitasi Sosial orang dengan Penyandang Disabilitas Tubuh dalam

panti, 2013:19-20).

Program bimbingan keterampilan adalah suatu proyek yang berhubungan

dengan mengoptimalkan individu dalam mengembangan suatu kemampuan

kreatifitas intektual diri yang dimiliki sebagai bekal pengenalan diri dan penyiapan

diri untuk memilih bidang pekerjaan nantinya. Maka program bimbingan

keterampilan yang diterapkan dipanti sosial adalah sebagai penyiapan bekal bagi

penyandang disabilitas tubuh untuk direhabilitasi sebagai modal awal

mengembalikan fungsi sosial dan sebagai awal memulai pemilihan pekerjaan dimasa

depannya.

2.2 Kemandirian

2.2.1 Pengertian Kemandirian

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kemandirian adalah suatu sikap

(33)

dorongan sendiri dan untuk kebutuhannya sendiri tanpa bantuan dari orang lain,

maupun berpikir dan bertindak original/kreatif, dan penuh inisiatif, mampu

mempengaruhi lingkungan, mempunyai rasa percaya diri dan memperoleh kepuasan

dari usahanya(kbbi.web.id/mandiri, 12 Maret 2015).

Kemandirian secara psikologis dan mentalis yaitu keadaan seseorang yang

dalam kehidupannya mampu memutuskan dan mengerjakan sesuatu tanpa bantuan

dari orang lain. Kemampuan demikian hanya mungkin dimiliki jika seseorang

berkemampuan memikirkan dengan seksama tentang sesuatu yang dikerjakannya

atau diputuskannya, baik dalam segi manfaat atau keuntungannya, maupun

segi-segi negatif dan kerugian yang akan dialaminya. Setiap kegiatan yang dilakukan oleh

seseorang agar berhasil sesuai keinginan dirinya maka diperlukan adanya

kemandirian yang kuat.

Kemandirian pada hakikatnya dapat dikatakan sebagai kemampuan manusia

atau suatu bangsa untuk bertahan dalam lingkungan yang berubah, baik lingkungan

alam, masyarakat ataupun lingkungan antar bangsa tanpa mengorbankan falsafah

hidupnya. Dalam pengertian yang lebih dinamis, kemandirian bukan hanya

kemampuan bertahan hidup, tetapi untuk tumbuhnberkembang dengan kekuatan

sendiri. (Ginandjar Kartasasmita, 1992:6)

Menurut Kartini Kartono (1985:21) kemandirian seseorang terlihat

padawaktu orang tersebut menghadapi masalah. Bila masalah itu dapat diselesaikan

sendiri tanpa meminta bantuan dariorang tua dan akan bertanggung jawab terhadap

segala keputusan yang telah diambil melalui berbagai pertimbangan maka hal ini

menunjukkan bahwa orang tersebut mampu untuk mandiri.

Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat diambil kesimpulan bahwa

(34)

bebas, melakukan sesuatu atas dorongan sendiri dan kemampuan mengatur diri

sendiri, sesuai dengan hak dan kewajibannya sehingga dapat menyelesaikan sendiri

masalah-masalah yang dihadapi tanpa meminta bantuan atau tergantung dari orang

lain dan dapat bertanggung jawab terhadap segala keputusan yang telah diambil

melalui berbagai pertimbangan sebelumnya.

2.2.2 Ciri-ciri Kemandirian

Ciri-ciri kemandirian tersebut antara lain:

a. Individu yang berinisiatif dalam segala hal

b. Mampu mengerjakan tugas rutin yang dipertanggungjawabkan padanya, tanpa

mencari pertolongan dari orang lain

c. Memperoleh kepuasan dari pekerjaannya

d. Mampu mengatasi rintangan yang dihadapi dalam mencapai kesuksesan

e. Mampu berpikir secara kritis, kreatif dan inovatif terhadap tugas dan kegiatan

yang dihadapi

f. Tidak merasa rendah diri apabila harus berbeda pendapat dengan orang lain, dan

merasa senang karena dia berani mengemukakan pendapatnya walaupun

nantinya berbeda dengan orang lain

2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemandirian

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kemandirian pada remaja

menurut Kartini Kartono, (1985:8) yaitu:

1.Usia

Pengaruh dari orang lain akan berkurang secara perlahan-lahan pada saat

anak menginjak usia lebih tinggi. Pada usia remaja mereka lebih berorientasi

(35)

tindakannya sendiri. Anak-anak akan lebihtergantung pada orang tuanya, tetapi

ketergantungan itu lambat laun akan berkurang sesuai dengan bertambahnya usia.

2.Jenis kelamin

Keinginan untuk berdiri sendiri dan mewujudkan dirinya sendiri merupakan

kecenderungan yang ada pada setiap remaja. Perbedaan sifat-sifat yang dimiliki oleh

pria dan wanita disebabkan oleh perbedaan pribadi individu yang diberikan pada

anak pria dan wanita. Dan perbedaan jasmani yang menyolok antara pria dan wanita

secara psikis menyebabkan orang beranggapan bahwa perbedaan kemandirian antara

pria dan wanita.

3. Konsep diri

Konsep diri yang positif mendukung adanya perasaan yang kompeten pada

individu untuk menentukan langkah yang diambil. Bagaimana individu tersebut

memandang dan menilai keseluruhan dirinya atau menentukan sejauh mana pribadi

individualnya. Mereka yang mmandang dan menilai dirinya mampu, cenderung

memiliki kemandirian dan sebaliknya mereka yang memandang dan menilai dirinya

sendiri kurang atau cenderung menggantungkan dirinya pada orang lain.

4. Pendidikan

Semakin bertambahnya pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang,

kemungkinan untuk mencoba sesuatu baru semakin besar, sehingga orang akan lebih

kreatif dan memiliki kemampuan. Dengan belajar seseorang dapat mewujudkan

dirinya sendiri sehingga orang memiliki keinginan sesuatu secara tepat tanpa

(36)

5. Keluarga

Orang tua mempunyai peranan yang sangat penting dalam melatarkan

dasar-dasar kepribadian seorang anak, demikian pula dalam pembentukan kemandirian

pada diri seseorang.

6. Interaksi sosial

Kemampuan remaja dalam berinteraksi dengan lingkungan sosial serta

mampu melakukan penyesuaian diri dengan baik akan mendukung perilaku remaja

yang bertanggung jawab, mempunyai perasaan aman dan mampu menyelesaikan

segala permasalahan yang dihadapi dengan baik tidak mudah menyerah akan

mendukung untuk berperilaku mandiri.

Dari uraian tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa dalam mencapai

kemandirian seseorang tidak dapat terlepas dari faktor-faktor yang mendasari

terbentuknya kemandirian itu sendiri. Faktor-faktor ini mempunyai peranan yang

sangat penting dalam kehidupan yang selanjutnya akan menentukan seberapa jauh

seorang individu bersikap dan berpikir cara mandiri dalam menjalani kehidupan

lebih lanjut.

2.2.4 Proses Terbentuknya Kemandirian

Lingkungan kehidupan yang dihadapi individu sangat mempengaruhi

perkembangan kepribadian seseorang, baik segi-segi positif maupun negatif.

Lingkungan keluarga dan masyarakat yang baik terutama dalam bidang nilai dan

kebiasaan-kebiasaan hidup akan membentuk kepribadiannya, dalam hal ini adalah

kemandiriannya. Lingkungan sosial yang mempunyai kebiasaan yang baik dalam

melaksanakan tugas-tugas dalam kehidupan mereka, demikian pula keadaan dalam

kehidupan keluarga akan mempengaruhi perkembangan keadaan kemandirian anak.

(37)

secara wajar dan menggembirakan. Sebaliknya anak yang dimanjakan akan

mengalami kesukaran dalam hal kemandiriannya.

Pola pendidikan yang baik selalu ditegakkan dengan prinsip-prinsip memberi

hadiah dan memberi hukuman yang akan menyebabkan anak-anak dalam keluarga

memiliki taraf kesadaran dan pengalaman nilai-nilai kehidupan yang lebih baik.

Kehidupan yang terkesan amburadul, anormatif dan gersang dari keteladanan yang

terpuji, menyebabkan anak-anak didikyang tumbuh dalam keluarga tersebut akan

menunjukkan keadaan kepribadian yang kurang bahkan tidak menggembirakan. Dan

indikator dari kemandirian bagi penyandang disabilitas tubuh adalah sikap dan

keterampilan yang dimilik.

Lingkungan sosial ekonomi yang memadai dengan pola pendidikan dan

pembiasaan yang baik akan mendukung perkembangan anak-anak menjadi mandiri,

demikian pula sebaliknya. Keadaan sosial ekonomi yang belum menguntungkan

bahkan paspasan jika ditunjang dengan penanaman taraf kesadaran yang baik

terutamadalam hal upaya mencari nafkah dan nilai-nilai luhur dalam kehidupan,

akan menyebabkan anak-anak mempunyai nilai kemandirian yang baik. Sebaliknya

jika keadaan sosial ekonomi masih kurang menggembirakan, sedang kedua orang tua

tidak menghiraukan pendidikan yang baik bagi anak-anaknya, dan taraf keteladanan

pun jauh dari taraf keluhuran, maka bukan tidak mungkin anak-anak berkembang

salah dan sangat merugikan masa depannya jika tidak tertolong dengan pendidikan

selanjutnya.

Lingkungan keluarga yang mempunyai nilai-nilai yang baik akan

memungkinkan anak berkemampuan untuk melakukan pilihan terhadap sesuatu

secara baik. Sebaliknya keluarga yang tidak mempunyai nilai-nilai baik akan

(38)

selalu memperhatikan teman sepergaulannya. Dianjurkan untuk selalu mencari

teman yang baik akhlaknya, bukan sekedar mempunyai teman dalam kehidupan

tanpa memperhatikan taraf kebaikan sikap dan tingkah lakunya. Individu yang

memiliki konsep diri positif akan menilai dirinya mampu, cenderung memiliki

kemandirian dan sebaliknya individu yang memiliki konsep diri negatif akan menilai

dirinya sendiri kurang atau cenderung menggantungkan dirinya pada orang lain.

(http://dansite.wordpress.com/2010/10/kemandirian.html?m=1, 12 Maret 2015)

2.3 Penyandang Disabilitas Tubuh

Penyandang disabilitas tubuh adalah seseorang yang mempunyai kelainan

tubuh pada alat gerak yang meliputi tulang, otot dan persendian, baik dalam struktur

maupun fungsinya yang dapat menggangu atau merupakan rintangan dan hambatan

baginya untuk melakukan kegiatan secara selayaknya. (Pedoman rehabilitasi sosial

orang dengan kecacatan tubuh dalam panti, kementerian sosial Republik Indonesia,

direktorat jenderal rehabilitasi sosial orang dengan kecacatan 2013:5).

Kelainan fisik dimaksudkan pada hakikatnya bukan berarti membuat

penyandang disabilitas tubuh kehilangan hak dan peluang untuk hidup sejajar dengan

orang lain, karena mereka memiliki potensi yang dapat dikembangkan secara

maksimal. Untuk dapat hidup sejajar dengan orang lain, penyandang disabilitas

tubuh perlu mendapat program rehabilitasi yang merupakan proses refungsionalsasi

dan pengembangan untuk memungkinkan penyandang disabilitas untuk mampu

melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan bermasyarakat.

Berdasarkan kebutuhan tersebut, kurikulum bimbingan keterampilan ini

diharapkan dapat mendekatkan pada usaha pencapaian UU no. 4 tahun 1997 yang

menyebutkan bahwa setiap penyandang disabilitas tubuh mempunyai kewajiban

(39)

setiap penyandang disabilitas mempunyai kesamaan kesempatan untuk mendapat

pendidikan pada satuan, jalur, jenis dan jenjang pendidikan sesuai dengan derajat

kedisabilitasan dan kemampuannya. (Kurikulum rehabilitasi penyandang disabilitas

tubuh, PSBD “Bahagia” Sumatera Utara, 2013:5).

Menurut Herman Sukarman, penyebab timbulnya ketunaan atau kecacatan

tubuh dikarenakan hal-hal sebagai berikut :

1. Penyakit, misalnya polio, rematik, catitis, dan lepra. Sebab, dengan kemajuan

ilmu kedokteran orang yang menderita penyakit tertentu dapat diselamatkan

jiwanya, tetapi meninggalkan bekas dalam bentuk kecacatan. Sedangkan

penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan kecacatan misalnya polio, TBC

tulang dan TBC sendi.

2. Kecacatan dalam pekerjaan atau perusahaan. Apabila bekerja disuatu pabrik atau

perusahaan baik milik pemerintah maupun swasta tentu berhadapan dengan

mesin-mesin., dalam menjalankan mesin-mesin ada hal si pekerja tersebut

mengalami suatu kelengahan yang mengakibatkan terjadinya kecelakaan kerja.

Kecelakaan kerja akibat dari mesin-mesin tersebut dapat berupa anggota

tubuhnya tergilas oleh mesin yang menyebabkan anggota tubuhnya putus atau

harus diamputasi.

3. Peperangan, juga merupakan bencana yang tidak menimbulkan keuntungan bagi

semua pihak, bagi mereka yang menang juga mengalami pengorbanan yang

besar dan yang kalah pun mengalami pengorbanan yang lebih banyak.

Pengorbanan itu meliputi harta benda, nyawa dan pula perjuangan yang masih

hidup namun menjalani kecacatan akibat dari peperangan. Banyak para pejuang

(40)

dapat berupa kaki atau lengannya dipotong (amputasi), lumpuh dan

ketidakberfungsian sebagian tubuh.

4. Cacat sejak lahir. Majunya ilmu pengetahuan dan majunya teknoligi modern

atau kebudayaan yang menganut faham kebebasan yang masuk sedikit banyak

akan mempengaruhi bahkan mengubah kebudayaan dan tingkah laku pergaulan

masyarakat kita. Ekses dari masuknya pengetahuan dan teknologi modern

tersebut tidak menimbulkan kecacatan tubuh, misalnya karena obat-obatan yang

mengakibatkan anak ketergantungan lahir cacat(Sudjadi, 2005 : 72-74).

2.4 Pelayanan Sosial

Pengertian pelayanan sosial adalah perihal atau cara melayani atau usaha

melayani kebutuhan orang lain dengan memperoleh imbalan (uang). Pelayanan

sosial adalah aktivitas yang terorganisasi yang bertujuan untuk membantu para

anggota masyarakat untuk saling menyesuaikan diri dengan sesamanya dan dengan

lingkungan sosialnya.

Selanjutnya, Alfred J. Khan memberikan pengertian pelayanan sosial sebagai

berikut:“Pelayanan sosial terdiri dari program-program yang diadakan tanpa

mempertimbangkan kriteria pasar untuk menjamin suatu tingkatan dasar dalam

penyediaan fasilitas pemenuhan kebutuhan akan kesehatan, pendidikan dan

kesejahteraan untuk meningkatkan kehidupan masyarakat serta kemampuan

perorangan untuk pelaksanaan fungsi-fungsinya, untuk memperlancar kemampuan

menjangkau dan menggunakan pelayanan-pelayanan serta lembaga-lembaga yang

telah ada dan membantu warga masyarakat yang mengalami kesulitan dan

keterlantaran”.

Penggunaan kata mempertimbangkan kriteria pasar mengungkapkan bahwa

(41)

warga negara untuk menjangkau dan menggunakan setiap bentuk pelayanan yang

sudah menjadi haknya. Ketidakmampuan seseorang untuk membayar pelayanan

karena penghasilannya tidak mencukupi ( karena berdasarkan kriteria pasar) jangan

menjadi hambatan untuk memperoleh pelayanan. Berarti di sini, pemberi pelayanan

harus melayani tanpa mempertimbangkan si penerima pelayanan mampu membayar

atau tidak.

Pelayanan sosial pada hakekatnya dibuat untuk memberikan bantuan kepada

individu dan masyarakat untuk menghadapi permasalahan-permasalahan yang

semakin rumit itu. Y.B.Suparlan mengatakan bahwa, “Pelayanan adalah usaha untuk

memberikan bantuan atau pertolongan kepada orang lain baik materi maupun non

materi agar orang lain dapat mengatasi masalahnya sendiri”.

Pelaksanaan pelayanan sosial mencakup adanya perbuatan yang aktif antara

pemberi dan penerima. Bahwa untuk mencapai sasaran sebaik mungkin maka

pelaksanaan pelayanan sosial mempergunakan sumber-sumber tersedia sehingga

benar-benar efisien dan tepat guna. Sehubungan dengan itu maka dalam konsepsi

sosial service delivery, sasaran utama adalah si penerima bantuan (beneficiary

group).

Dilihat dari sasaran perubahan maka sasarannya adalah sumber daya manusia

dan sumber-sumber natural. Pelayanan sosial tidak hanya mengganti atau berusaha

memperbaiki keluarga dan bentuk-bentuk organisasi sosial, tetapi juga merupakan

penemuan sosial yang berusaha untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia

modern dalam berbagai hubungan dan peran-perannya sama halnya seperti inovasi

teknologis yang berfungsi sebagai tanggapan terhadap persyaratan fisik dari

(42)

2.5 Rehabilitasi sosial

2.5.1 Pengertian Rehabilitasin Sosial

Rehabilitasi adalah proses perbaikan yang ditujukan pada penderita cacat

agar mereka cakap berbuat untuk memiliki kegunaan jasmani, rohani, sosial,

pekerjaan dan ekonomi. Rehabilitasi didefinisikan sebagai “satu program holistik

dan terpadu atas intervensi-intervensi medis, fisik, psikososial, dan vokasional yang

memberdayakan seorang (individu penyandang cacat) untuk meraih pencapaian

pribadi kebermaknaan sosial, dan interaksi efektif yang fungsional dengan dunia.

(Pedoman Rehabilitasi Sosial Orang dengan Kecacatan Tubuh dalam Panti.

Kementerian Sosial RI.)

Sifat kegiatan yang dilakukan oleh petugas rehabilitasi adalah berupa

bantuan, dengan pengertian setiap usaha rehabilitasi harus selalu berorientasi kepada

pemberian kesempatan kepada peserta didik yang dibantu untuk mencoba melakukan

dan memecahkan sendiri masalah-masalah yang disandangnya.

Arah tujuan rehabilitasi adalah refungsionalisasi dan pengembangan.

Refungsionalisasi dimaksudkan bahwa rehabilitasi lebih diarahkan pada

pengembalian fungsi dari peserta didik, sedangkan pengembangan diarahkan untuk

menggali atau menemukan dan memanfaatkan kemampuan siswa yang masih ada

serta potensi yang dimiliki untuk memenuhi fungsi diri dan fungsi sosial dimana ia

berada.

Rehabilitasi mangandung makna pemulihan kepada kedudukan (keadaan, nama

baik) yg dahulu (semula) atau perbaikan anggota tubuh yg cacat dan sebagainya atas

individu supaya menjadi manusia yg berguna dan memiliki tempat di masyarakat

(43)

Jadi apabila kata rehabilitasi dipadukan dengan kata sosial, maka rehabilitasi

sosial bisa diartikan sebagai pemulihan kembali keadaan individu yang mengalamai

permasalahan sosial kembali seperti semula. Rehabilitasi sosial merupakan upaya

yang ditujukan untuk mengintegrasikan kembali seseorang ke dalam kehidupan

masyarakat dengan cara membantunya menyesuaikan diri dengan keluarga,

masyarakat, dan pekerjaan. Seseorang dapat berintegrasi dengan masyarakat apabila

memiliki kemampuan fisik, mental, dan sosial serta diberikan kesempatan untuk

berpartisipasi. Semisal terdapat seseorang yang mengalami permasalahan sosial

seperti gelandangan atau pengemis, maka mereka akan dicoba untuk dikembalikan

kedalam keadaan sosial yang normal seperti orang pada umumnya. Mereka diberi

pelatihan atau keterampilan sehingga mereka tidak kembali lagi menjadi

gelandangan atau pengemis dan bisa mencari nafkah dari keterampilan yang ia miliki

tadi.

Dijaman sekarang ini sudah banyak panti-panti rehabilitasi sosial yang banyak

menampung berbagai orang yang mengalami gangguan sosial seperti panti

rehabilitasi anak jalanan, gelandangan dan pengemis(gepeng), tuna wisma, tuna

susila, panti rehabilitasi narkoba dll.

2.5.2 TujuanRehabilitasin Sosial

Dalam undang-undang Nomor 4 tahun 1997 dijelaskan bahwa rehabilitasi

diarahkan untuk memfungsikan kembali dan mengembangkan kemampuan fisik,

mental dan sosial penyandang cacat agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara

wajar sesuai dengan bakat,kemampuan, pendidikan dan pengalaman. Tujuan utama

rehabilitasi adalah membantu mencapai kemandirian optimal secara fisik, mental,

sosial, vokasional dan ekonomi sesuai dengan kemampuannya. Jadi tujuan

(44)

Aspek berguna dapat mencakup self realization, human relationship,

economic efficiency, dan civic responsibility. Artinya melalui kegiatan-kegiatan

rehabilitasi peserta didik cacat diharapkan :

1. Dapat menyadari kelainannya dan dapat menguasai diri sedemikian rupa,

sehingga tidak menggantungkan diri pada orang lain (self realization).

2. Dapat bergaul dan bekerjasama dengan orang lain dalam kelompok, tahu akan

perannya, dan dapat menyesuaikan diri dengan perannya di lingkungannya

(human relationship).

3. Mempunyai kemampuan dan keterampilan ekonomis produktif tertentu yang

dapat menjamin kehidupannya kelak dibidang ekonomi (economic efficiency).

4. Memiliki tanggungjawab dan mampu berpartisipasi terhadap lingkungan

masyarakat (civic responsibility).

Rehabilitasi sosial mempunyai beberapa tujuan, diantaranya adalah sebagai

berikut :

1. Memulihkan kembali rasa harga diri, percaya diri, kesadaran serta tanggung

jawab terhadap masa depan diri, keluarga maupun masyarakat atau lingkungan

sosialnya.

2. Memulihkan kembali kemauan dan kemampuan untuk dapat melaksanakan

fungsi sosialnya secara wajar.

2.5.3 Sasaran Rehabilitasi

Sasaran rehabilitasi adalah individu sebagai suatu totalitas yang terdiri dari

aspek jasmani, kejiwaan dan sebagai anggota masyarakat. Sasaran rehabilitasi cukup

luas, karena tidak hanya terfokus pada penderita cacat saja, tetapi juga pada

petugas-petugas panti rehabilitasi, orang tua dan keluarga, masyarakat, lembaga-lembaga

(45)

2.5.4 Prinsip Dasar Filosofi Rehabilitasi

Prinsip dasar rehabilitasi adalah sebagai berikut :

a. Setiap orang menganut nilai-nilainya sendiri dan itu harus dihormati.

b. Setiap orang adalah anggota dari masyarakat, dan rehabilitasi memupuk agar

orang itu diterima sepenuhnya oleh masyarakatnya.

c. Aset yang terdapat dalam diri individu harus ditekankan, didukung dan

dikembangkan.

d. Faktor-faktor realita ditekankan dalam membantu individu menghadapi

lingkungannya.

e. Perlakuan yang komprehensif harus melibatkan orang itu seutuhnya karena

bidang-bidang kehidupan itu saling ketergantungan.

f. Perlakuan bervariasi dan fleksibel sesuai dengan karakteristik dan pribadi orang.

g. Rehabilitasi merupakan proses berkelanjutan selama masih dibutuhkan.

h. Reaksi psikologis dan personal selalu ada dan sering kali sangat penting

diperhatikan.

2.5.5 Fungsi Rehabilitasi Sosial

Pada umumnya, rehabilitasi yang diberikan pada peserta didik berkelainan

berfungsi untuk pencegahan, penyembuhan atau pemulihan dan pemeliharaan.

a. Fungsi pencegahan,melalui program dan pelaksanaan kegiatan rehabilitasi

peserta didik dapat menghindari hal-hal yang dapat menambah kecacatan yang

lebih berat/lebih parah. Misalnya melalui terapi,penyebaran kecacatan dapat

dicegah dan dibatasi.

b. Fungsi penyembuhan/pemulihan, melalui kegiatan rehabilitasi peserta didik

dapat sembuh dari sakit, organ tubuh yang semula tidak kuat menjadi kuat, yang

(46)

penyembuhan dapat berarti pemulihan atau pengembalian atau penyegaran

kembali.

c. Fungsi pemeliharaan/penjagaan, bagi peserta didik yang pernah memperoleh

layanan rehabilitasi tertentu diharapkan kondisi medik, sosial, dan keterampilan

organ gerak/keterampilan vokasional tertentu yang sudah dimiliki dapat tetap

terpelihara/tetap terjadi melalui kegiatan-kegiatan rehabilitasi yang dilakukan.

Ditinjau dari bidang pelayanan, rehabilitasi memiliki fungsi medik, sosial dan

keterampilan :

a. Fungsi medik, kegiatan rehabilitasi yang dilakukan oleh petugas rehabilitasi

medik memiliki fungsi untuk mencegah penyakit, menyembukan dan

meningkatkan serta memelihara status kesehatan individu/peserta didik.

b. Fungsi sosial, peserta didik yang cacat pada umumnya memiliki masalah sosial,

baik yang bersifat primer (misalnya : rendah diri, isolasi diri, dsb). Melalui

upaya rehabilitasi dapat berfungsi memupuk kemampuan anak dalam

bersosialisasi dengan lingkungannya.

c. Fungsi keterampilan, melalui kegiatan rehabilitasi peserta didik akan memiliki

dasar-dasar keterampilan kerja yang akan menjadi fondasi dalam memilih dan

menekuni keterampilan profesional tertentu di masa depan.

2.5.6 Model Pelayanan Rehabilitasi Sosial

Dalam rehabilitasi sosial terdapat tiga model pelayanan yang diberikan kepada

klien, yaitu sebagai berikut :

1. Institutional Based Rehabilitation (IBR), suatu sistem pelayanan rehabilitasi

sosial dengan menempatkan penyandang masalah dalam suatu institusi

Gambar

Tabel 1 Jenis Kelamin
Tabel 2 Umur Responden
Tabel 3
Tabel 4 Suku bangsa/ Etnis Responden
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pelaksanaan perjanjian rehabilitasi anak penyandang cacat tubuh di Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara dilakukan dengan sebuah format perjanjian

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai evaluasi pelaksanaan program bimbingan keterampilan bagi penyandang disabilitas tubuh berjalan dengan baik dan

Peyandang disabilitas tubuh ini adalah pelayanan yang dilakukan dalam panti sosial. yang berfungsi sebagai lembaga subtitusi keluarga yaitu keluarga pengganti

Pedoman Rehabilitasi Sosial Orang dengan Kecacatan Tubuh

Usaha-usaha kesejahteraan yang diberikan pada panti sosial berupa peningkatan pemenuhan kebutuhan pokok, peningkatan pendidikan dan keterampilan anak binaan, pemenuhan

“Perekrutan yang dilaksanakan lembaga Panti Sosial Bina Daksa Wirajaya Makassar terhadap para penyandang disabilita tubuh melalui Dinas Sosial daerah setempat meliputi

Karena Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara tidak hanya memberikan pendidikan keterampilan dan keahlian namun juga diiringi dengan Pendidikan kerohanian dan

Pada penelitian ini penulis mencoba menyoroti upaya peningkatan fungsi sosial tersebut, untuk selanjutnya dapat diketahui bagaimana upaya Panti Sosial Bina Daksa (PSBD)