• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pemupukan, Berat dan Ukuran Benih Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) Asal Salatiga Terhadap Perkecambahan dan Pertumbuhan Bibit Di Persemaian dan Lapangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pemupukan, Berat dan Ukuran Benih Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) Asal Salatiga Terhadap Perkecambahan dan Pertumbuhan Bibit Di Persemaian dan Lapangan"

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMUPUKAN,

BERAT DAN UKURAN BENlH MAHKOTA DEWA

(Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) ASAL

SALATIGA TERHADAP PERKECAMBAHAN DAN

PERTUMBUHAN BlBlT Dl PERSEMAIAN DAN

LAPANGAN

Oleh :

ANISA AGUSTINA

E.

03400039

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN

FAKULTASKEHUTANAN

(2)

Anisa Agustina. E. 03400039. Pengaruh PemupuLan, Berat dan U k u r a n Benili Maliliota Dewa (I'ltrrlerirr r r l o c r o c r ~ r p ~ ~ (Sclieff.) Boerl.) Asal Salatiga terlladap Perkecarnbal~an dart Perturnbullan Bibit d l Persemaiail dan Lapangan, d i Bawalt Bimbirigan Bapali 11.. Ervizal 4. M. Zuhud, M S itan Rapak Ir. Siswoyo, M Si.

Malikota dews merupakan salali satu tumbuhan obat yang belum banyak d i b ~ d i d i i y a k a ~ dan hingga saat ini beluln terdapat teknologi budidaya mahkota dewa secara intensif. C i sisi lain, adanya keterbatasan pengobatan medis dan kecenderungan tnasyarakat untirk r~~enggunakan cbat tradisional dalam pengobatan, rnerijadikan permintaan terliadal, tnahkota dewa ontuk kepentingan pengobatan alternatif semakin ineningkat. Oleh karena itu, penelitian tentang pengaruh pemupukan, berat dari ukuran benili mahkota d e w terhadap perkecambahan dan pertulnbulian bibit di perse~ilaian dan lapangan perlu dike~i~bangltan ontuk mendukut~g keberhasilan budidaya malikota de\va.

Penelitian ini bertujuan ~rlituk mengetahui pengaruli pet~~upokan, berat dan ul<uran benih serta intel-aksinya terlladap perkecambahan, pertuliibulian semai dan pertutnbithan bibit

P.

~~?awoca,pa di lapangan pada kelas ukut-an buah 11, I11 dan I V .

Penelitian dilakukan dalarn tiga tahapan kegiatan utatna, yaitu perltecambahan benih, pe~-tombuhat~ semai dan pertumbuhan bibit di lapangan. Setiap taliapan kegiatan meliputi persiapan penelitian dan pelaksanaan penelitian. Peubah-peubali yang diahati tnieliputi perset~tase perkecatnbahan, laju perkecarnbahan, pettambahan tinggi, pertamballan diarneter dan pel-tatnbahan jumlali daun.

Rancangati percobaan yang d i g ~ ~ n a k a ~ ~ dala~n penelitian ini, yaitu rancangan faktorial 4 x 3 dalarii pola acak lengkap dengan ulangan sebanyak tpjuli kali untuk pertumbuhan selnai dan ill an gat^ sebaliyak tiga kali untuk pertumbulian bibit di lapangan. Berat datl ukurati benil] sebagai faktor A terdiri dari elnpat perlakuan, yaitu benil] dengan berat'di bawah rata-rata dan ukuran di bawali rata-rata (A,), benili dengan berat di bawah rata-rata dan okuran di atas rata-rata (A?), bcnili detlgan bcrat di atas rata-rata dan ukuran di bawali rata-rata (A;) dan benili dengan berat di atas rata-rata dan ukuran di atas rata-rata (A,). Faktor B (Petnupukan), meliputi tiga perlakuan yaitu tanpa perlakuan pemupul<an (BI), penambahan pupuk kandang katnbing pada 111edia (Br) selta penambahan pup~tk kandang sapi pada tnedia (B;).

(3)

I-lasil analisis sidik ragatn pada kelas ukitran buali I1 menunjukkati bahwa falctor t t ~ ~ i g g a l berat dan ukuran benili ( A ) berpengarul~ nyata terhadap penatnbahan tinggi selnai serta berpengaruh sangat nyata terliadap pet-tambalian diameter dan jutnlah daun. Nilai rata-rata peubal~ perlumbitlian tertinggi terdapat pada setnai dat-i kelas benil] A3, yaiti~ menunjukkan pellambahan tinggi sebesar 7.64 cm,

pertambalian diameter sebesar 0.39 tnm dan pertambahan jumlali daun sebesar 16.71 lielai. Nilai rata- I-ata peubali pertuti~buhan terendah terdapat pada selnai dari kelas benih A,,, yaitu menutijukkat> pertamballan tioggi sebesar 5.81 cm, pertambahan diameter sebesar 0.19 m m dan pertatnbahan jumlah daun sebesar 13.29 Ilelai.

Faktor tunggal berat dan ukuran benili ( A ) pada kelas itlatran buah I l l tidal< berpengarith nyata terhadap pertambahan tinggi dan jumlah daun natnun berpengaruh nyata terhadap pertambalian dialneter. Nilai rata-rata peubali pe~tutiibuhan tertinggi terdapat pada selnai dari kelas benili A,,, paitit menul~jukkan pertambahan tinggi sebesar 7.16 ctn, peltambahan diameter sebesar 0.34 mm dan petiambahan ju1nla11 daun sebesar 16.09 helai. Nilai rata-rata pertambahan tinggi terendali terdapat pada selnai dari kelas benih A t (6.1 I cm), nilai rata-rata pertamballan diameter terendah terdapat pada semai dari kelas benih A, (0.17 111111) d a t ~ nilai rata-rata pertalnbahali jumlah daun terendal~ terdapat pada semai dari kelas benil1 A; (15.57 lielai).

Pada kelas ukuran buali I V , faktor tunggal berat dan itkuran benih ( A ) bet-pengarit11 nyata terliadap petta~iibahan tinggi dan jumlali daun selta berpengaruli sangat nyata terliadap pcrtatnbalian diameter. Nilai rata-rata peubali pertumbulian tel?inggi terdapat pada semai dari kelas benih A 4 , yaitu tnenunjukkan pellatnbalian tinggi sebesar 7.60 cm, petlatnbahan dianieter sebesar 0.30 ~ n t n dan pertambahan jumla11 daun sebesar 17.24 lielai. Nilai rata-rata peubah peti~ttnbuhan terendal~ terdapat pada setnai dari kelas benih A l , yaitu tnenunji~kkan pertambahan tinggi sebesar 5.50 cm, pertambalian dialneter sebesar 0.19 m m dan pertambahan jurnlah daun sebesar 14.19 helai.

Hasil atlalisis sidik ragatn pada kelas ukuran buah 11 tnenul?jukkan bahwa faktor tut~gsal pe~nupukan ( B ) berpengaruh nyata terhadap pertamballan tinggi dan jumlah daun, narnun tidak berbeda nyata terl~adap pe~tambahan diameter. Nilai rata-rata peubah peltumbulian tertinggi terdapat pada semai yang diberi perlakuan pupuk kandang katnbiny, yaitu menunjukkan perlamballan tinggi sebesar 7.91 cm, petiambahan diameter sebesar 0.35 nitn dati pe~tambahan j u ~ n l a l i daun sebesar 16.82 Iielai. Nilai rata-rata peubah petii~mbuha~i terendah terdapat pada semai tanpa perlakuan pemupukan, yaitu ~nenunjukkan pertambahan tinggi sebesar 6.23 cm, peltamballan diameter sebesar 0.25 m m dan pertambahan jutnlali daun sebesar 14.36 lielai.

(4)
(5)

menutljukkan pertambahan tinggi sebesar 23.69 cm, pertan~bahan diameter sebesar 1.98 lnln dan pertalnbahan jumlah daun sebesar 37.78 helai. Nilai rata-rata peubah pertumbuhan tere~ldah terdapat pada senlai dari kelas benih A,2; yaitu menunjukkan pettatnbahan tinggi sebesar 21.72 cm, pel?zmbahan diatneter sebrsar 1.63 tnm dan pertambahan jumlah daun sebesal- 36.33 helai.

Faktor tunggal berat dan ukul-an benih ( A ) pada kelas ukut-an buah I11 tidak berpengarull nyata teshadap setiiua peubah pertu~nbulian semai di lapangan. Meskipun demikian, nilzii rata-rata peubah pertumbuhan tertinggi terdapat pada s e m i dari kelas benil1 A,. yailu n~enunjukkan pertambahan tinggi sebesar 21.23 ctn, petlambahan diatneter sebesar 1.83 mm dan pertambahati jumlah dau11 sebesar 34.67 helai. Nilai rata-rata peltamballan tinggi dan juinlah dauii terendah terdapat

pada semai dari kelas benih A l , yaitu sebesar 19.21 cm dan 33.1 1 helai. Nilai rata-rata pel-tambahan diameter terendah tet-dapat pada s e m i dari kelas benih A, (1.62 mm).

Pada kelas ukuran bitah I V faktor lunggal beratdan ukuran benih ( A ) tidak berpengaruh nyata terhadap se~nua peubah pertumbuhan semai di lapangan. Nilai rata-rata peubah pertumbuhan te~tinggi terdapat pada setnai dari kelas benih A d , yaitu menunjukkan pertambahan tinggi sebesar 24.85 cm, pestatiibalian diameter sebesar 1.70 mm dan pertambahan juinlah daun sebesar 37.67 lielai. Nilai rata- rata peubah petTumbuhan terendali terdapat pada sernai dari kelas benih A , , yaitu meninnjukkan perlamballan tinggi sebesar 22.88 ctn, pertambahan diameter sebesas 1.58 m m dan pertambahan jumlah daun sebesar 35.67 lielai.

Untuk pertombulian semai di lapangan, hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa faktor tunggal pemupukan (5) pada kelas ukuran buah I1 berpengaruh nyata terhadap perta~nbahan tinggi, namun tidal< berpengaruli nyata terhadap pe~talnbalian diameter dan jumlah daun. Nilai rata-rata peubah pertumbuhan te~tinggi terdapat pada se~nai yang diberi perlakuan pupuk kandang ka~nbing, yaitu lnenunjukkan pertamballan tinggi sebesar 26.03 cm, pertambahan diameter sebesar 1.93 mm dan pertambahan jumlah daun sebesar 42.67 helai. Nilai rata-rata peubah pertumbuhan terendall terdapat pada semai yang tidak diberikan perlakuan pemupukan, yaitu menunjukkan pertambahan tinggi sebesar 19.58 cm: pel<ambalian diameter sebesar 1.68 mrn dan pettatnbahan jumlah daun sebesar 33.42 helai.

(6)

Pada kelas ukuran buali IV, faktor tunggal pemupukan (0) tidak bel-pengaruh nyata terhadap selnila peubali pertumbuhan scmai di lapangan. Nilai rata-rata peubali pertumbuhan iertitiggi let-dapat pada semai yang diberi pet-lakuan pupok kandang kambing, yaitu menitt?jukkan pertambahali titiggi sebesar 26.12 ctn, pertambalian diametet- sebesar 1.74 m m dan pertambahan jilmlah d'iun sebesar 39.17 helai. Nilai rata-rata peubali pertu~nbuhan terendali terdapat pada setnai yang tidak diberiltan perlakuan pemopukan, yaitu menunjukkan peliamballan t i n g ~ i sebesar 21.21 clli, pertaiitbaban diameter sebesar

1 .GO mm dan pertambahatl jumlah daun sebesar 33.33 helai.

Fakt3r iliteraksi antara berat dan ukuran benih dengan pemupokao pada kelas okuran buah 11, I11 dan I V tidak berpengat.uli nyata terliadap pertambalian tinggi semai di lapangan. Nilai rata-rata peltamballan tinggi terbesar untuk kelas ukut-an buah 11, terdapat pada perlakoan AIBz (27.50 cm) dan riilai rata-rata terendali terdapat pada perlakuan A j B l (17.00 cm). Pada kelas ukurati buah Ill, nilai rata-rata pel-lambahan tinggi terbesar let-dapat pada perlakuan A2B2 (28.53 cm) dan nilai rala-rata ierendali terdapat pada perlakuan A2B, (14.33 cm). Nilai rata-rata pertambahan tinggi tcrbesar untuk kelas ukuran bud11 I V terdapal pada perlakuan A4B2 (30.20 cln) dan nilai rata-rata terendah terdapat perlakuan AIBl (19.40 cm).

Falctor interaksi antara berat dan ukoran benih dengan pemupukan pada kelas olturan buali 11. 111 dan I V tidak bcrpengaruli nyata terhadap pertatiibalian dianieter semai di lapangan. Nilai rata-rata pelta~nbalian diameter tertitlggi itntuk kelas ukuran buah 11, terdapat pada perlaltuan (2.27 mm) dan nilai rata-rata terendali terdapat pada perlakuali A j B l (1.48 mm). Pada kelas ukuran buah Ill, nilai rata-rata petzambalian diameter terbesar terdapat pada perlakuan AjB2 (2.00 liitn) dan A4B2 (2.00 mm), sedangkan nilai rata-rata terendah terdapat pada perlakuali AIBl (1.47 mm). Nilai rata-rata pertambalian diameter terbesar untuk kelas okuran buah I V terdapat pada perlakuan AIB2 (1.77mm) dan nilai rata-rata tere~idah terdapat perlakuan A 1 B 1 (1.48 mm).

(7)

PENGARUH PEMUPUKAN,

BERAT DAN UKURAN BENiH RnAHKOTA DEWA

(Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) ASAL

SALATIGA TERHADAP PERKECAMBAHAN DAN

PERTUMBUHAN BlBlT Dl PERSEMAIAN DAN

LAPANGAN

Oleh

:

ANISA AGUSTINA

E. 03400039

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

Gelar Sarjana Kehutanan

pada

Fakultas Kehutanan

lnstitut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

(8)

: Pengaruli Pcmupukan, Berat dan Ukuran Bcnili Maliltota Dewa (Phlericr macrocarpn (Scheff.) Boerl.) Asal Salatiga terlladap Perkecambalian dan Pertumbuhan Bibit di Persernaian dan Lapangan

Nama Mahasiswa : Anisa Agustina

N ~ P :

E.

03400039

DepartemeelFaltultas : Konservasi Sumberdaya Hutan/Kehntanan

Menyetujui :

Ir. Ervizal A. M. Zuliud, MS. Tanggal :

Ir. Siswovo, M Si. Tanggal :

n

-

Institut Pertanian Bogor
(9)

Penulis dilahirkali di Bogot- pada tanggal 3 Agustus 1982 sebagai putri perlama dari tiga

bersaudara keluarga pasangan bet-bahagia Bapak Ir. Gunawan Sjamsidi dan Ibu Eti Suliaeli.

Penaidikan formal penulis dimulai pada tahun 1987 di TI< Melati Bogor. Pada tahun 1988,

peliulis melanjutkan ke SD Negeri Gunungbatu I Bogor dan lulus pada lallun 1991. Peliulis

melanjutkan pe~ididikan ke SLTP Negeri 4 Bogor dan lulus pada tahun 1997. Pendidikaii sclanjutnya

diternpuh di SMU Negeri 1 Bogor dan lulus pada tahun 2000. Tada tahun 2000, penulis diterima

menjadi mahasiswa lnstitut Penanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) di

Departemen I<onservasi Sumberdaya I-lulan Fakultas Kehutanan.

Salali satu syarat untuk memperoleh gelar saijana kehutanan. penulis melakultan penelitiali

dengall judul "l'engaroh Pemupukan, Bcrat d a n Uliuran Benih Mallliota Dcwa (Plrrrlcrio

nrocrocnrp(1 (Sclieff.) Boer].) Asal Salatiga terliadap Perltecambahan d a n Pertunlbulian Bibit di Persemaian d a n Lapangen". di bawali bimbingan lr. €1-vizal A. M. Zuhud, MS. dali 11'. Siswoyo,

(10)

KATA PENGANTAR

TCI-batasnya inrorlnasi dalaln budidaya mahkota de\va ~niulai dari perkecambalian sampai

penanaman di lapangan inierupakan salali satu kendala dalani pengembangannya. Olel; kal-cna itu,

skripsi dengan judul "Pengaruli Pemupukan, Berat d a n U k u r a n Benih M a h k o t a Dewa (Pirolerirr

i~rrrcroctirpcr (Sclieff.) Hoerl.) Asal Salatiga terliadap Perliecambahan d a n Pertunibuhan Bibit ili

Perseniaian d a n Lapangan" diharapkan malnpu memberikan tambahan informasi yang berarti untuk

nienu~ljang keberhasilan budidaya tumbulian obat niahkota dewa.

Pertumbulian dan perkeinbaligan yang optimal dari tanaman dipengaruhi oleli raktor internal

dan faktor eksternal. Berat dan ukuran benih menentukan besarnya cadangan makanan benih yang

berperan penting dalam tahap awal pertumbuhan tanaman. Selain itu. pertumbuhan tanaman akan

maksimal apabila kandungan unsur hara di dalam tanah cukup tersedia.

Dalaln kesempatan ini, penulis inengucapkan terima kasili yang sebesar-besamya kepada

Bapak Ir. Ervizal A. M . Zulii~d, MS. dan Bapak Ir. Siswoyo. M Si. atas bimbingan. arahan dan

lilotivasi yang diberikan d a l a ~ n penyelesaian skripsi ini.

Penolis menyadari masill terdapat kekurangan-kekura1iga11 dalam ski-ipsi ini; ole11 karena itu

masukan dan saran unt~lk perbaikan dan pengembangan penelitian sela~ljut~iya sangat diperlukdn.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita seiiiua.

(11)

UCAPAN T E R I M A KASIH

BismiIlahin.aIimanirraliiiii,

Segala puji bagi Allah S W T yang telah melimpahkan secercah liikmah, rahmat dati illnu-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan ranykaian penyosunan skripsi dengati judul " P e ~ t g a ~ - u l ~

Pemupulian, Berat da11 Ulioran Benil1 M a i ~ l t o t a Dewa (P/ri~leriir rrrtrcrocirr[)rr (Scheff.) Boerl.) Asal Salatiga t e r h a d a p Perliecambahan dali Pertuntbulian Bibit d i P e r s e m a i a o d a t ~ Lapangan".

Ter\wujudnya skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan bantua~i berbagai piliak. Untuk itu.

perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan tel.inia kasih yang sebesar-besarnya kepada :

I . Maina dan Papa tercinta, skripsi ini penulis persembahkan, atas segala doa, perliatian dan

kasih sayangnya, serla kepada saudaraku, Tia dan Ari atas d u l a ~ n g a n dan kebersamaannya.

2 . Bapak Ir. Ervizal A. M. Zuhod. MS. dan Bapak Ir. Sis\voyo, M Si. alas bimbingan, arahan dan tiiotivasi kepada penolis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Dra. Sri Ral~ayu, M Si. dan Bapak 1s. I. Ketut N. Patidit, MS. sebagai dosen penguji dari Departetnen Manajemen Hutan dan Departemen Teknologi Hasil 1-lutan alas saran dan

~niotivasi yang diberikan.

4. A Ali, terima kasili atas segala doa, perhalian dan pengel-tiannya selama ini. Senioya segala

harapan dan cita-cita dapat terwujud.

5. Aji dan Dwi, terima kasih atas motivasi, dukungan serta kerjasa~nanya d a l a ~ n pelaloanaan

penelitian ini.

6 . Unin, terima kasil~ atas segala dukungat~, bantuan dan motivasi yatig diberil~an serta

kebersamaannya selarna ini.

7 . Yuli, Eka, Santi, Ika, Dua. Waliyu, Suwarna, Naitn, Samsudin, Indi, Onya, Rohtnah dan

Desi, terima kasili atas segala bantuan, dokungan dan ~notivasi yang diberikan.

8. Pak Basuki, Pak Mingan dan Pak Santa, terima kasih atas segaia bantuannya.

9 . Mbak Nurul, Mbak lim, Mbak A'i, Betty, lis, Arini dan Cici, t e r i ~ n a kasili untuk setiap

kenangan indali yang pemah tercipta.

10. Tetnan-temanku KSH ' 3 7 , teri~na kasih atas persaliabatan d a l a ~ i i kebersaniaan kita. Setnoga

tali silaturalitni di antara kita kan tetap terjalin.

Bogor, Mei 2004

(12)

Halaman

KATA PENGANTAR

...

i UCAPAN TERIMA KASIH

...

11

...

DAFTAR IS1

...

111

DAFTAR TABEL

...

v DAFTAR GAMBAR

...

vi

...

DAFTAR LAMPIRAN

...

V I I I

I. PENDAHULUAN

...

I

A. Latar Belakang I

B. Tujuan Penelitian

.

. 1

C. Hipotesis P e n e l ~ t ~ a n ...

...

... 2

D. Kegunaan Penelitian 2

11. TINJAUAN PUSTAKA

...

A. Deskripsi Tutnbuhan Obat Maltkota Dewa

1. Proses Perkec

D. Pemupukan

E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pellumbuhan Tanaman

111. METODOLOGI PENELITIAN

...

A. Tempat dan Waktu Penelitian B. Bahan dan Alat Penelitian

C. Metoda Penelitian

2. Pertumbulian Se~nai Mahkota Dewa

3 , Penanaman Bibit Mahkota Dewa di D. Rancangan Percobaan dan Analisis Da a

1. Rancangan Percobaan 2. Analisis Data

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

...

A. Perkecambahan Benih P. macrocarpa

I . Pengaruh Berat dan 2. Pengaruh Berat dan U

B. Pe~tumbuhan Semai P. niaoocarpa

I . Pe~igaruh Berat dan U 2. Pengaruh Pemupukan 3. Pengaruh lnteraksi C. Pertumbuhan Bibit di

I. Pengaruh Berat dan Ukuran Benih 2. Pengaruh Pemopokan

(13)

...

V

.

KESIMPULAN DAN SARAN 6 1

...

A

.

I<esimpulan 61

B . Saran ... 61

(14)

DAIiTAR TABEL

No.

I .

Teks I

Klasitikasi Benili P. ~~iocrocrr,pu Asal Salatiga Bet-dasarkan Berat dan Ukuran Benili ...

ReLapitulasi Data Persentme Perkecambahan Benih P. maoocarpa [<elas Ukura~l Buah 11, !I1 dan IV oada [<elas Benih yang Berbeda ...

Rekapitulasi Data Laju Perkecambahan Benih P. niacrocrrrpa I<elas Ukuran Buah 11,

111 dan :V pada Kelas Benih yang Berbeda ...

I<ekapitulasi Analisis Sidik Ragam terhadap Berbagai Peubah Pertumbuhan Semai P. ri~(~o.ocar/~ir I<elas Ukuran Boah 11, III dan IV ...

Uji Beda Nyata Pengaruh Berat dan Ukuran Benih P. nlao.ocarl>a

Kelas Ukuran 3ual1 11. dan IV terhadap Petiambahan Tinggi Semai ...

Uji Beda Nyata Pengaruh Berat dan Ukuran Benih P. ~iiucrocarpo l<elas Ukuran Buah 11. I11 dan IV terhadap Pettambahan Diametel- Semai ...

Uji Beda Nyata Pengaruh Berat dan Ukuran Benih P. Irirrcrocrrrlln ]<elas Ukuran Buah 11, dan IV terl~adap Pertambahan Juunlah Daon ...

Uji Beda Nyata Pengaruh Pe~nitpukan terhadap Pe~tambahan Tinggi Semai

P. ~ i ~ ~ c r o c a r p r r Kelas Ukuran Buah 11, 111 dan IV

...

Uji Beda Nyata Pengaruh Petnupukan terhadap Pertambahan Diameter Semai P. ~irncroca,pa Kelas Ukuran Buah IV

...

Uji Beda Nyata Pengaruh Pemupukan terhadap Pertambahan Juti~lah Daun

Setl~ai P. ~~iacroca,pa I<elas Ukuran Buah 11, 111 dan IV ...

Uji Beda Nyata Pengaruh interaksi antara Berat dan Ukuran Benih serta Pemopultan terhadap Pertambahan Jumlah Daun Setliai Mahkota Dewa dari Kelas

Ukuran Buah I l l ... ... ...

Rekapitulasi Analisis Sidik Ragam terhadap Berbagai Peubah Pertu~nbuhan Semai

...

P.

!nacroca,pa di Lapangan dari Kelas Ukuran Buah 11, Ill dan IV

Uji Beda Nyata Pengaruh Petnupukan terhadap Pertambahan Tinggi Setnai

P. ~~iao.oca,pa di Lapangan dari Kelas Ukuran Buah I1 ...

.

.

...
(15)
[image:15.602.113.527.84.693.2]

DAFTAR GAMBAR Teks No. I. 2 . 3 . ...

Bagian Tuliibuhan Malikota Dewa

.

.

'Turnbuhan d a ~ i Bagian Buah Mahkota Dewa ...

Gralik Hubungan antara Waktu Pengamatan dengan Junilali Benih yang Eel-kecambh untuk Masing-masing Kelas Benili pada Kelas Ukuran Buah yang berbeda ...

Grafik Hubungan antara Waktu Pengamatan dengan Jumlah Benih yang Berkecambali Setiap Harinya untuk Masing-masing Kelas Benih pada

Kelas Ukuran Buah yang berbeda ...

Perbandingan Rata-Rata Peliambahan Tinggi Selnai P. 117ao.ocorprr dari Berat dan Ukuran Benih yang Berbeda pada Kelas Ukuran Buah 11

...

Perbandingan Rata-Rata Pertambahan Tinggi Setnai P. ~ ~ l a c r o c a r p a dari

...

Berat dan Ukuran Benih yang Berbeda pada Kelas Ukuran Buah IV

Perbandingan Rata-Rata Pertambahan Diameter Semai P. ~ i ~ a c r o c n , p n dari Berat dan Ukuran Benih yalig Berbeda pada Kelas Ukuran Buah I 1 ... Perbandingan Rata-Rata Pet-ta~iibaha~i Diameter Semai P. 1i7ocrocr1rl~a dari Berat dan Ukuran Benih yang Berbeda pada l<elas Ukuran Buah 111 ...

Perbandingan Rata-Rata Pertambahan Diameter Semai P. ~ i ~ a c r o c a r p u dari Berat dan Ukuran Benili yang Berbeda pada Kelas Ukuran Buah IV ...

Perbandingan Rata-Rata Petiambahan Junilah Daun Setnai P. irlrrcrocrfrpn dari

...

Berat dan Ukuran Benih yang Berbeda pada Kelas Ukuran Buah I 1

Perbandingan Rata-Rata Pettambahan Julnlah Daun S e m i P. 117acroca,pa dari Berat dan Ukurau Benili yang Berbeda pada Kelas Ukuran Buah IV

...

Perbandingan Rata-Rata Pe~tarnbahan Tinggi Semai P. lnacrocarpa dari Kelas Ukuran Buah 11 yang Diberi Berbagai Perlakuan Pemupukan ...

Perbatidingan Rata-Rata Perlambahan Tinggi Semai P. 117acrocmpo dari Kelas Ukuran Buali 111 yang Diberi Berbagai Perlakuan Pemupukan ...

Perbandingan Rata-Rata Pertambahan Tinggi Setnai P. ~ ~ ~ r r c r o c a r p a dari Kelas Ukurali Buah IV yang Diberi Berbagai Perlakuan Pemupukan ...

Perbandingan Rala-Rala Pettambahan Diameter Selnai P. 117acrocarprr dari Kelas Uknran Buah IV yang Diberi Berbagai Perlakuan Pemupukan ... I'erbandingan Rala-Rata Pettambahan Jumlah Daun Setnai P. ~ ~ ~ a c r o c t r r l ? ~ dari Kelas Ukuran Buali 11 yang Diberi Berbagai Perlakuan Peliiupukan

...

Perbandingan Rata-Rata Pertambahan Junilah Daun Setiiai P. Inacroctvpa dari

(16)

IS. Perbandingan Rata-Rata Pet-taml'ahan Jumlah Daun Semai P. jilawocnvpa dal-i

... ...

Icelas Ukuran Buah I\/ yang Diberi Berbagai Perlakuan Pemupukan

.

.

43

19. Perbandingan Rata-Rata Pel-iambahan Jumlah Daun Selnai P. ~ ~ i r m o c o r l m dari Bcrat dan Ukuran Benih yang Berbeda pada l<e!as Ukuran Buah Ill yang Diberi

Berbagai Perlakuan Pemupukan ... 48

20. Perbandingan Rata-Rata Pertamballan Tinggi Seniai P. j?facrocarpa di Lapangan ...

dari Icelas Ukuran Buah I1 yang Diberi Berbagai Perlakuan Pemupukan 53

21. Perbandingan Rata-Rata Perlambahan Jumlall Dsun Semai P. litacrocarpa di Lapangan

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Teks tlalaman

...

I . Data Berat dan Ukuran Benih Mahkota Dewa dari [<elas Ukuran Buall I I 64

...

2. Data Berat dan Ukoran Benih Mal~kota Dzwa dari Kelas Ukuran Buah 111 66

...

3. Data Berat dan Ukurzn Benih Mahkols Dewa dari Kelas Ukoran Buah IV 68

4. Data Jumlah Benih Mahkota Dewa yang Bei.kecambah Selama

Periode Pengamatan 3 l l-lari ... 7 0

5. Data Pertambahan Jumlah Benih Mahkota Dewa yang Berkecambah

Setiap Harinya

...

.

.

... 71

6. Data Tinggi Selnai Mahkota Gewa dari Kelas Ukurao Buah I 1 Selama

Periode Pengamatan ... 7 2

7. Data Diameter Seniai Mahkota Dewa dari Kelas Ukuran Buah I1 Selama

Periodc Pengamatan ... 7 4

S. Data Jutnlah Daun Semai Mahkota Dewa dari l<elas Ukuran Buah I 1

Selalna Pel-iode Pengamalan ...

9. Data Tinggi Semai Mahkota Dewa dari Kelas Ukuran Buah 111 Selama

Periode Penga~llatan

...

78

10. Data Diameter Semai Mahkota Dewa dari Kelas Ukuran Buah I 1 1

Selarna Periode Pengamatan ...

I I. Data Julnlah Daun Seinai Mahkota Dewa dari Kelas Ulturan Buah Ill

...

Selama Periode Pensamatan

...

.

.

12. Data Tinggi Semai Mahkota Dewa dari Kelas Ukuran Buah 1V

...

...

...

Selama Periode Pengalllatan

.

.

...

...

13. Data Diameter Semai Mahkota Dewa dari Kelas Ukuran Buah IV Selama Periode Pensamatan ...

14. Data Jumlah Daun Semai Mahkota Dewa dari Icelas Ukuran Buah IV Selama Periode Pensanlatan ...

IG.

Daftar Sidik Ragam Pengarull Berat dan Ukuran Benih, Pemupuka~l dan interaksinya ...

terhadap Pertamballan Diameter S e m i P. ~nacrocarpa dari Kelas Ulturan Buah I 1 90

17. Daftar Sidik Ragam Pengamh Berat dan Ukuran Benih, ~ e m u ~ ~ u k a n ' d a n interaksinya terhadap Pertambahan Jumlah Daun Semai P. !nacrocarpa

...

(18)

IS.

19.

20.

Daftar Sidik Ragam I'engaruh Berat dan Ukuran Benih, Petnupukan dan lnteraksitiya tcrhadap Pertambahan Titiggi Semai P. niucrocarpa dari I<elas Ukuran Buah I11 ...

Daftar Sidik Ragam Pengaruh Beral dan Ukuran Benih, Pelnupukatl dan lt:teral<sit?ya terhadap Pertatnbahan Diameter Setnai 1'. lnacrocarpa dari i<elas Ukuratl Buah 111 ... Daftar Sidik Ragam I'engaruh Berat dan Ukuran Benih, Petnup~tlcan dan I n t e r a l ~ i n y a lerhadap Perta~nbahan Jumlah Daun Semai P. macrocarpa

dari Kelas Ukuran Buah Ill ...

Daftar Sidik Ragam Pengaruh Berat dan Ukuran Benih, Petnupukan dan Interaksinya terhadap Pertambahan Tinggi Semai P. !izocrocavpo dari i<elas Ukuran Buah IV ...

Daftar Sidik Ragam Pengaruh Berat dan Ukuran Benih, Pe~liupukati dati Interaksitiya ... tcrhadap Pertatnbalian Diameter Semai P. ~iiacrocorpo dari [<elas B~tali IV

Daftar Sidik Ragatn Pengaruh Berat dan Ukuran Benih, Petnupukan dan interaksinya terhadap Pertambahan J u ~ n l a h Daun Setnai P. !iiacrocar/m dari I<clas

Ukuran Buah IV ...

.

.

...

Daftar Sidilc Ragatn Pengaruh Berat dati Ukuran Benih, Petnupokan dan Interalcsinya terhadap Pertambahan Tinggi Setnai P. tilanocarpa di Lapangan

dari Kelas Ukuran Buah I1 ...

Daftar Sidik Ragatn Pengaruh Beral dan Ukuran Benih, Pemupukan dan Interaksinya terhadap Pertambahan Diameter Semai P. rtiacrocmpa di Lapangan

dari Kelas Ukuran Buah I1

...

Daftar Sidik Ragatn Pengaruh Berat dan Ukuran Benih, Pe~nupukan dan lnteraksinya tet-hadap Penambahan Jutnlah Daun Semai P. aiacrocmpa di Lapangan

dari Kelas Ukuran Buah I1 ...

Daftar Sidik Ragam Pengaruh Berat dan Ukuran Benih, Pelnupukatl dan tnteraksinya terhadap Pettatnbahan l'inggi Semai

P.

Jnacrocorpa di Lapangan

...

dari Kelas Ukuran Buah Ill

Daftar Sidik Raga111 Pengaruh Berat dan Ukuran Benih, Petnupukan dan interalcsinya terhadap Pertambahan Diameter Setnai P. Jiiacrocarpa di Lapangati

daii Kelas Ukuratl Buah 111 ...

Daftar Sidik Ragam Pengaruh Berat dan Ukuran Benih, Petilupukan datl lnteraksinya terhadap Pertatnbalian Jut~ilah Dauti Semai P. niacrocarpa di Lapangati

dari Icelas Ukurau Buah I11 ...

Daftar Sidik Ragam Pengaruh Berat dan Ukuran Benih, Petnupukan dan Interaksinsa terhadap Pertamballan Tinggi Semai P. macrocarpa di Lapangan

dari Kelas Ukuran Buali IV ...

... ...

Daftar Sidik Ragat11 Pengaruh Beral dan Ukurat~ Benih, Petnupulcan dan Inlet-aksitiya terhadap Petlambahan Diameter Semai P. lnacrocorpo di Lapangan

(19)

Daftar Sidik Ragacn Pengaruli Berat dan Ukuran Benili, Pemupukan dan lnteraksinya terliadap Pertambahan Jumlah Daun Semai

P.

liIacrocn,pn di Lapangan

dari Kelas Ukuran Buah IV ... Data Tinggi Semai Malikota Dewa di Lapangan dari Kelas Ukuran Buall 11 Selama !'eriode Pengamatan ...

Data Diameter Secnai Mahkota Dewa di Lapangan dari Kelas Ukural~ Buali I1 Selalna Periode Pengamatan ... .... ...

Data Jurnlali Daun Semai Mahkota Dewa di Lapangan dari Kelas Ukuran Buah I 1

Selama Periode Pengalnatan ...

Data Tinggi Semai Mahkota Dewa di Lapangan dari Kelas Ukuran Buah Ill Selalna Periode Pengamatan

...

Data Diameter S e ~ n a i Mahkota Dewa di Lapangall dari Kelas Ukuran Buah 111 Selama Periode Pengainatan ...

Data Junilah Daun Semai Mahkota Dewa di Lapangan dari Kelas Ultul-an Buali I l l

Selama Pesiode Pengamatan ...

Data Tinggi Semai Mahkota Dewa di Lapangan dari Kelas Ukuran Boah IV Selama Periode Peiigainataii ...

Data Diameter Semai Malikota Dewa di Lapangan dari Kelas Ukuran Buah I V Selama Periode Penga~iiatan ...

Data Jumlali Darcn Semai Mahkota Dewa di Lapangan dari Kelas Ukuran Buah IV Selalna Periode Pengatnatan ...

Perkecambahan Mahkota Dewa ...

(20)

L PENDAHULUAN

A. L a t a r Belakatng

Indonesia termasuk tneyara yang memiliki kekayaan keanekaragaiilan hayati tumbuhan obat

yang sangat tinggi, yait~t sekitat- 1260 spesies. Salah satu spesies tumbuhan obat tet-sebut adalali

tnaliltota dewa yang merupakan spesies asli Indonesia yatig berasal dari Papua. Mahkota dews antara

lain bergona sebagai obat kanker, diabetes, darah tinggi, jantung d a n hepatitis.

Permintaan simplisia tumbuhan obat ~naltkota dewa cenderung iiie~iingkat dari tal~un ke

tahun. I-la1 ini terlihat dari liarganya yang c i ~ k u p tinggi yang dapat mencapai Rp. 20.000 salnpai Rp.

50.000 per kilogram (Winarto, 2003). Tingkat serapan total simplisia dalam dan luar negeri selama

periode 1983-1988. mengalami peningkatan sebesar 346.78% ( S a n d r a d a n Kemala. 1994). Adanya

pet-tnintaan tumbuhan obat mahkota dewa yarlg cenderung meninykat diduga karetia keterbatasan

pengobatan ~ n e d i s dan kecenderungan inasyaralat untuk menggunakan obat tradisiotial dalann

pengobatan. Apabila lidak segera dilakokati ~tpaya budidaya, iiiaka kelestariaonya kemungkinan akan

terganggit.

Mahkota dews tergolong tanaman yang dapat dibudidayalan detigan mudali dati dapat

tutnbuli dengan baik di berbagai kondisi, pada dataran rendah satiipai dataran tinggi, tiamuti

budidayanya liingga saat ini belum banyak dilakukan. Hal ini disebabkant kareoa masill terbatastiya

informasi tentang budidaya tumbuhan obat tersebut mulai dari perkecamllahan sa~iipai penanaman di

lapangan.

Berat dan ukuratl benih merupakan salali satu faktor yang menentinkan perkecatnbalian,

pertutnbuhan dan perkembangan selatljutliya dari tanaman. Menurut S u t o p o (2002), ukurat~ dan berat

benih berhubungan erat dengan cadangan ~nakanan yang terdapat di dalamnya. Berat benih

nnenentnkan besalnya kecambali pada saat per~nulaan datl berat tanaman pada saat dipanen.

Mahkota dewa dalam per-tumbuliannya membutuhkan unsut- hara yatig dapat dipenulii ~nelalui

Itegiatan petnupultan, karena dapat menyediakan utlsur lhara yang k u r a ~ i g atau balikan tidak tersedia di

dalam tatlali. Di Indonesia, liampir sebagian besar tanalinya berada pada kondisi Itelatrangan tiara dan

memiliki struktur yang padat karena didomitiasi ole11 utisur liat ( M a r s o n o d a n Sigit, 2001).

Sehubungan dengan ha1 tersebut di atas dalam rangka menyediakan informasi tentang

bi~didaya tumbuhan obat malikota dewa mulai dari perkecambahan s a ~ n p a i penanaman di lapangan.

maka penelitian ini perlu dilaki~kan.

B. Tujuatn Penelitinn

Tujuan dari penelitian ini adalah :

I. Mengetalioi pengaruh berat datn ulatrat~ benil1 malikota dewa (P. A;/ncrucur/~a) asdl Salatiga dari

(21)

2 . Meogetaliui pengaroh berat dan ukuran benili niahkota dewa (P. Macrocn~pn) asal Salatiga serta pemupukan terliadap pettumbuhan setnai pada setiap kelas ukuvan buali.

3. Mengetaliui pengaruh berat da11 ukuran benih mahkots dewa

(P,

A4acrocnrpa) asal Salatiga sena pemopukan terliadap pertitmbuhan bibit di lapangan pada setiap kelas ukuran buali.

C . Hipotesis Penelitian

Iklipotesis yang dibuktikan dalaln penelitian ini, yaitu :

I . Berat dan ukuran benili mahkota dewa yang lebih besar pada masing-tnasing kelas u k u ~ a n buah

akan menutijukkan respon pe~.kecambalian (pel-sentasc perkecambahao dan rata-rata hari

berkecambali) yang lebili baik dibandingkan yatig lebih kecil.

2. Berat dan ukuran benil1 yang lebih besar tnalnpu meningkatkan pertamballan tinggi. junulah daun

dan diameter batang bibit di perselnaian dan lapangan.

3. Jenis pupuk kandang berpengal-uh terliadap pe~talnbahan tinggi. jumlah daun dan diatiieter batang bibit di persetiiaian dan lapangan.

D. K e g u n a a r ~ Penelitian

Penelitian i t i i diliarapkan dapat menyliasilkan kualitas benih yang baik dati jellis pupuk

kandang yang tepat dalaln kegiatan budidaya turnbullan obat tn~alil;ota dewa, scliingga dapat

(22)

11. TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Tumhuhan Obat Mahkota Dewa (Plmleria macrocarpo (Scheff.) Boerl.)

1. Botani

Menurut Harmanto (2003), sebagian ahli botani menyebut mahkota dewa berdasarkan

tempat asalnya, yaitu Phaleria papuana Warb. Var. ~vichannii (Val.) Back. Namun adapula yang

menyebutnya berdasarkan ukuran buahnya yang hesar-besar, yaitu Phaleria macrocarpa (Scheff.)

Boerl. Nama lain dari mahkota dewa, antara lain : pusaka dewa, derajat, mahkota ratu, mahkota raja dan trimahkota. Di Jawa Tengah mahkota dewa dikenal dengan nama makz~to mmvo, makuto rojo atau

makuto ratu. Di Banten, orang menyehutnya dengan nama raja obat, sedangkan orang Cina lebih

senang menyebutnyapau yang berarti obat pusaka.

Menurut Winarto (2003), klasifikasi mahkota dewa dalam taksonomi tumbuhan adalah

sebagai berikut :

Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Bangsa : Thymelaeales Suku : Thymelaeaceae Marga : Phaleria

[image:22.602.123.480.296.683.2]

Spesies : Phaleria nlacrocarpa (Scheff.) Boerl.

(23)

Daun mahkota dewa termasuk daun tunggal yang duduknya saling berhadapan dan memiliki

pertulangan daun yang menyirip. Daun benvarna hijau dengan permukaan licin dan tidak berbulu

(Winarto, 2003). Daun tua benvarna lebih gelap daripada daun muda. Permukaan bagian atas daun

berwarna lebih tua daripada permukaan bagian bawah (Harmantn, 2003). Helaian daunnya berbentuk

lanset atau lonjong. Ujung dan pangkal daun runcing dengan tepi rata. Tangkai daun berbentuk bulat

dengan panjang 3 - 5 mm (Winarto, 2003). Panjang daun dapat mencapai 7 -10 cm dengan lebar 3

-

5 cm (Harmanto, 2003).

Bunga mahkota dewa mempakan bunga majemuk yang tersusun dalam kelompok 2 - 4

bunga. Pertumbuhannya tersebar di batang atau di ketiak daun (Harmanto, 2003). Bunga mahkota

dewa benvarna putih dan berbau harum. Bunga berukuran kecil menyempai bunga cengkeh. Mahkota

dewa berbunga sepanjang tahun dan tidak mengenal musim. Bunga mahkota dewa biasanya paling

banyak muncul pada saat musim penghujan (Winarto, 2003).

Gambar 2. Tumbuhan dan Bagian Buah Mahkota Dewa

Buah mahkota dewa terdiri dari kulit, daging, cangkang dan biji. Buah benvarna hijau muda

saat masih muda dan setelah tua akan benvarna merah marun. Ukuran buahnya bervariasi, dari sebesar

telur ayam kampung hingga sebesar ape1 merah (Winarto, 2003). Ketebalan kulit buah bewariasi

antara 0.5

-

1.0 mm. Daging buah berwarna putih dengan ketebalan bewariasi tergantung ukuran buah. Cangkang buah benvarna putih dengan ketebalan dapat mencapai 2 mm. Biji berbentuk bulat lonjong

dengan diameter sekitar 1 cm dan memiliki bagian dalam biji yang berwarna putih (Harmantn, 2003).

Menurut Winarto (2003), mahkota dewa berbatang bulat dengan permukaan yang kasar dan

memiliki percabangan simpodial. Kulitnya berwarna coklat kehijauan, sedangkan kayunya berwarna

putih. Akar mahkota dewa termasuk akar tunggang. Penyebaran akarnya ke samping sesuai dengan

ukuran panjang sekeliling lingkaran tajuk (Winarto, 2003). Panjang akar mahkota dewa dapat

[image:23.602.110.496.288.429.2]
(24)
(25)

dengan cara dikeringIan datl disangrai sampai gosong, sedangkan batang mahkota dewa dapat digutlakati ~lrituk lilengobati penyakit kanker tulang.

Canglcang buah mahkota d e w terbukti dapat digunakan ontok pengobatan penyakit kanker payudara, kanker rahim, sakit partl-paru dan sirosis hati. Cangkang ini lebih mujarab dibandingkati dengan kulit dan dagilig buah (Ilarmanto, 2003).

Berdasarka:? penelilian praklinis yang dilakukan ole11 dr. R. Sumastuii; rebusan daun atau buah mallkoia dewa dapat pula rnemperlancar persalinan dengan memacu lkontraksi i~~i.rus, namun pemakaian yany berlebihan dapat menyebabkan kegugitran (Winarto, 2003).

B. Perliecamballan

B i j i merupakan suatu bentuk tanaman mini (embrio) yang masili berada dalanl perkenlbangan yang rerkekang (Sutopo, 1002). Benih adalali biji tanaman yang dipergunakan itntolk tujuan penanaman (Sutopo. 2002). Sebuah beliih dapat dinyatakan telah berkecan~bah apabila telah berkembang me~ijadi semai yang normal (Manan, 1976).

Perkecatnbahan adalah suatu kejadian yang diniulai dengan ilnbibisi dan diakhiri ketika radikitla (akar letnbaga ; atau pada beberapa biji disebut kotiledon/l~ipolkotil) memanjang atau muncul melesvari kulii b i j i (Mayes, 1974 drria~n Salisbury dan Ross, 1992), sedangkan menitrut Colds\\,ortlly dan Fislier (1992). pet-kecambahan merupakan s u a t ~ ~ proses yang menyebabkan biji yang tidak aktif mengalami perkembangan sedemikian rupa sehingga akan memunculkan suatu selnai.

Perkecatnbahan benili didefi~iisikan sebagai suatu rangkaian kejadian diliiana benili menyerap air yang inenyebabkan peningkatan aktivitas metabolisliie dan terbentuknya bibit dari embt-io (Arteca, 1995). Secara teknis. perkecambahan dimulai saat kulit benil1 pecah dan sebuali akat- yang liidup muncul. sedangkan secara praktis. perkecambahan biasanya terjadi apabila sebuali kecambah aiau setiiai muncul di atas tanah (Manan, 1976).

1. Proses Perkecambahan

Proses perkecamballan benih nlerupakan suatu rangkaian kotnpleks dari perubalian-perilballan ~ ~ ~ o r f o l o g i , fisiologi dan biokilnia (Sutopo, 2002). Perkecambahan meliputi pengalnbilan air (imbibisi), mobilisasi persediaan cadangan makanan di dalaln biji dan berlangsungnya kelnbali pertumbuhan dan perkembangan embrio untuk lnelnbenttik struktur tunas dan akar selnai (Goldsworthy dan Fisher,

1992).

(26)

telali diul-aikan tadi di daerah meristem untuk menghasilkan e~iergi bagi kegiatan pe~nbentukan

kotnponen dan pet-tu~nbullan sel-sel bal-u. Taliap keli~na adalali pertumbulian dari kecambah nielalui

proses pembelalian, pembesaran dan pembagian sel-sel pada titik-titik tumbuli (Sutopo, 2002).

Menurut Salisbury dan Ross (1992). perbecambalian terdiri dari empat tahapan, yaitrt : I. Hidrasi atau imbibisi. dimana tejadi tnasuknya air ke dalam embrio sehingga tnembasalii protein

dan koloid lainnya.

2. Pembentukan atau pengaktifan enziln yatig menyebab!can peningkatan aktivitas metah~~lik

3. Penianjangan sel radikel yang diikuti muncolnya radikel dari kulit biji (perkecambahan yang

sebenarnya).

4. Pertumbuhan keca~iibah selat1jutnya

Menurut Sutopo (2002), terdapat dua ripe perkecambahan dari suatn kecambali tanaman,

yaitu:

1. T i ~ e Epigeal (Lpigeoirs), diinana tnunculnya radikel diikuti dengan mematijangnya liipokotil secaia keseluruhaii d a ~ i membawa serta kotiledon dan pluniula ke atas permukaan tanall.

2. Tipe I-lipogeal (Ni/>ageoi~,s), diniana munculoya radikel diikuti dengan peti~atljatigan plumula.

liipokotil tidak nietiiaiijang ke atas pernuikaan tanah, sedangkan kot~ledon tetap berada di dalaiii

kulit biji di bawali permukaan tanali.

2. Falctor-falitor yang R'lempengaruhi Perkecarnbal~an

2. 1. Fakror Internal

2.1.1. T i t ~ g k a t I<cmasalian Bcnili

Benili yang ~nasak adalali benih yang mernililii berat kering maksimu~n (Sadjad, 1980).

Benili yaiig berasal dari bual~ yang masih muda atau belum masak benar akan menghasilkan penenlase

0 ~nasak

berkecambah yang lebili rendali dibandingkan dengan benili yang, berasal daii benil1 yan,

(Sutopo. 2002).

Tingkat ke~nasakan buah mempengaiuhi mutu viabilitas benih (Sadjad, 1980). Benili yang

dipanen sebelunn tingkat keiilasaka~i fisiologisnya lercapai akan tneniiliki viabilitas yang rendali,

di~nana pada beberapa jellis tananJan. benil1 tidak dapat berkecambah. I-la1 ini disebabkan pada tingkat

tersebut benili belum n~e~niliki cadaiigan niakanan yang cukup dan peinbentukat~ embrio benih belum

sempurna. Benili yang dipanen saat tnasak tisiologis akan niemiliki daya keca~nbah maksiniu~n serta

(27)

Menusut Sadjad (19SO), proses perkernbangan dan pemasakan buah lerdisi dari tiga fase, yaitu:

I . Fase pertumbuhan

Fase ini tejadi beberapa hari setelali terjadinya penyerbultan dan pe~nbuahan cletlgan laju pet-tombul~annya menyikitti laju pembentukan jai-ingan. I<adar ail- benili tetap 11nggi yailu sebesar 75 - 80%.

2. Fare pengliilnputian bahan

Laju proses penghi~npunan bahan ditenrukan oleh ketersediaan bahan makanan. laju tsanslokasi balian tersebut ke jasingan benili yang bestitgas menimbun ballan maltanan sesta lteadaan jarinyan pengliobungnya. Selama Case ini &aha11 kering mengalami kenaikao sampai tiga kali d a ~ i kadas

air benili mengalaini penurunan saliipai sekitar 60%.

1 Fase pemasakan

Benih inericapai tingkat keillasalta~i fisiologis pada akliir fase penitnbunan bahan makanan. Pada keadaan tersebut benih memiliki vigor yang maksimum.

2.1.2. Pollon Indult

Setiap jenis polion rnemiliki umus tellento unluk menyhasilkan benih dalalii jumlah besar maupun lama waktu berlangsungnya produksi benih. Kebanyakan pohon menghasill.;an benih dalam jumlah besar selali~a unlur pestengallan, yaitu sesudah periode pertu~nbuhan tingsi yang cepat tetjadi

(Manan. 1976).

Tekanan-teltanan yang tel-jadi pada pohon induk dapat menyurangi perkecambahan dan vigor dasi bellill yang dihasilkannya. Tekanan tersebut dapat berupa keterbatasan nutrisi maupun akibat kondisi cuaca yalig tidak menguntungkan (Forbes dan Watson, 1992).

U~nomnya produksi beriih akan lllellingkat dengan beltambalinya umur, kemudian pada umur yans sangat tua produksi benih akan menurun kembali. Keriiamp~~an suatu polion untult tnengl~asilkan benih pada umur tertentu ditentukan oleh tingkat kegiatan metabolismenya (Manan. 1976).

2.1.3. Dormansi

Dormansi adalah penangguhan pestumbul~an selnentara dari suato struktul- turnbullan yang mengandung mesistem (Lang, I987 clalaiil Arteca, 1995). Benil1 dikatakan dosman apabila benih 0 secara tersebut sebenarnya hidup tetapi tidak berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yan,

L I I ~ L I I ~ diangsap telah ~niernenulli persyarataii bagi suatu perkecambahan (Sutopo, 2002). Menurul

(28)

Mcnurut Sulopo (2002), icrdapat dua tipe dormansi benili, yaltu : I . Dormansi lisilk

Dormalisi fisik n?eiiycbabkan petnbatasan struktural terhadap pel-kecatiibaliaii. seperti kulil biji yang keras dan lkedap seliingga menjadi penghalang mekanis terliadap masuknya air atau gas pada beberapa jenis benih tanaman.

2. Dor~nalisi fisiologis

Dot-lnaiisi fisioloyis disebabkan oleh sejumlah niekanisine yang utiiumnya disebabka!i oleli zat pengatilr rumbull, bail< zat penyliatnbat maupon zat perangsany tumbuh. Dormansi ini dapat pula disebabkan oleh faktor-faktor dalam, seperti ketidak~nasakan einbrio dan sebab-sebab fisiologis lainnya.

2.1.4. Berat dan Ulioran B e t ~ i l ~

Benili dengan ula~rati yany besar biasanya dihasilkan dari buah terbesar. Benih yang terletak di delkat bagian tengali buah biasanya berukuran lebili besar daripada benili y a y terdapat pada kedua ujuiiy buali (Wlanan. 1976).

Beliili yang bet-ukuran besar dan berat mengandung cadangan makanan yany lebili banyalc d a ~ i kenlungkinan ~iieniiliki embrio yang lebih besar dibandingkan benili yang lkecil (Sutopo. 2002). Menurut M a n a n (1976). pengaruh ukuran benih lianya penting selaliia musim pertnmbulian perlama dan yang akan metilegang peranan selalijutnya adalah faktor kelurunan.

2. 2. Faktor Eltsternal

2.2.1. A i r

A i r merupakan faktor yang sangat penting pada awal perkecanibalian benih dan keberlangsungan liidup suatu bibit tatlalnan pada awal pertumbuliantiya (Arteca. 1995). I<ekurangan air pada lnedia selama proses perkecambahan dapat ~nenurunlkan persentase perkecambalian karena adanya stress terliadap air (Hanks dan Thorp, 1956 dalan~ Arteca, 1995).

ivlenurut Goldswortl1y dan Fisher (1992), ketersediaan air penting bagi perkecambahan karena taliapan perkecambalian yang pertama mernerlukan pengambilan air yang sangat banyak. Banyaknya air yang diperlukan bervariasi tergantung kepada jenis benih, tetapi umumnya tidak melampatti 2

-

3 kali berat keringnya (Sutopo, 2002).
(29)

Temper-atur tiierupakan syarat penting bagi perkecatnbahan (Sutopo, 2002), l.e~nperatur

mengator kecepatan perkecambahan, penentase perkecarrtbahan dan pertumbuhan berikutnya dari

bibit (Arteca. 1995). Coldswortlry dan Fisher (1992) tnenge~llultakao baliwa suhu met~ipenparuhi

waktu y a t ~ g diperlukan ttntuk berkecambah, dimana kot~disi yang lebih hangat menyokong

perkecatnbaliart yang lebih cepat. Pada ttmutnnya kecepatan perhecambahan semakin latnbat dengan

metiurilllnya temperatur, aka11 tetapi met~itigkat dengat] m2ningkatnya teliiperatur hingga suatu level

yanp optimutn dimana akan inengurangi kemungltinan kerusakan benih (Arteca. 1995).

Setiap benili tnemiliki temperarur minitnu~n. temperatur optimum dan temperatur t~iaksitnum

untuk berkecambah dengan nilai yang berbeda untuk setiap jenisnya (Arteca, 1995). Menurut Sutopo

(2002), temperatur optimum adalah temperatur yang paling ti~eng~tntnqgkan bagi berlangsungnya

perkecambahan benih dimana dihasilkan persentase perkecambahan tertinggi. Temperator minimom

adalall temperatur terendah yang tnasih tnemungkinkan terjadinya perkecambahan yang efektif,

sedangkan temperatur maksi~nutn adalah temperatur tertinggi dirnana perkecambahan terjadi (Arteca,

1995).

Temperator optimum bagi kebanyakan benih tatiatnan yaitu antara 26.5 - 30°C. Pada

temperatur minimum antara 0

-

j 0 C kebanyakan benih akan gaga1 untuk berltecambali atau met~galami kel-usakan yang mengakibatkan terbentuknya kecambali abnormal (Sutopo. 2002). Menurut M a n a s

(1976). suliu perkecatnbahan yang terbaik bagi benili yaitu berltisat- antara 2 0 - 30°C. l'anaman-

tanaman tropis dapat men~rnjukkan perkecambahan terbatas pada suliu yang lebili rendali dari 20°C.

tetapi ulnutnnya akan berkecambah cukup baik pada suliu setinggi 40°C (Coldswortlry da11 Fisher,

1992).

2.2.3. C a h a y a

Benih me~niliki kebutuhan yang berbeda terlladap callaya untttk perkecambahannya,

tergantung pada jenis tanamannya (Sutopo, 2002). Menorut Croclter (1930) c/u/u~n Arteca ( 1 9 9 9 ,

cahaya merupakan faktor kritis yang rnengat~tr perkecambahan.

Benih yang dikecambahkarl pada keadaan yang sangat kurang cahaya atau gelap dapat

menghasilkan kecambah yang Inengalami etiolasi. I<ecatnbah akan tnengalatni pemanjangan yang

tidak nonual pada epikotil atau hipokotilnya selia berwarna pLtcat dan letnah (Sutopo, 2002).

2.2.1. Olisigen

Benih dari setiap jenis tutnbuhan metniliki kebutuhan oltsigen yang bervariasi Bebcrapa

benili tnembutohkan oksigen sdbanyak 21% dan benill dari jenis lain tnarnpil bertahan dati tumbuh

(30)

Proses sespirasi akan meningltat pada saat perkecambahan berlangsung. I-la1 ini diset-tai pula

dengan meningkaunya pengambilan oksigen serta pelepasan karbondioltsida, air dan energi yang

berupa panas. Tel-batasnya oltsiyen yang dapat digunakan akan menyebabkatl terhatlibatnya proses

perkccambahan betiill (Sutopo, 2002).

lvlenusut Arteca (1995), untuk memperoleh perkecambahan yang cepat dan sesagam.

perlultaran gas dalam media perkecambahan sangat diperlukan. Oksigen dibutuhl<at~ agar proses

respirasi berjalan ncsmal untuk menjamin kebeslangsungan perkecatnbahan benih dan Ikeberadaan

oksigen harus dipertahankan minimal sebanyak 21%. Sedangkan akumulasi ltarbondioksida dalam

niedia akibat buruknya pertokaran gas akan melighanibat perkecambahan benth.

C . Pertumbulian S e m a i

Ukuran dan asal benih berpengaruh terhadap pelrurnbuhan selanjutnya dat-i semai. Benih yang

dianggap baik adalali apabila daya kecambahnya mendekati loo%, sehingga akan menghasilkan bibit

(seedli~ig) di persemaian yang banyak jumlahnya dan kurany lebih s e r a g a ~ n pertutiibuhannya ( M a n a n ,

1976).

Betlih yang besat- akan menghasilkan semai yang besar pula, karena bellill yang besas akan

mcnsuplai lebih banyak makanan untuk pertumbuhan permulaan ( M a n a n . 1976). Semai dasi benih

yang besas lebih mudali bersaing dengan benih kecil atau tombuhan lain, misalnya yang mengganggu

(Korstian, 1927 d n l n ~ n M a n a n , 1976).

Menurut M a n a n (1976), tajuk yang tne~nperoleli cahaya tiiatahari langsung akan

mengliasilkan buah yang lebih banyak dibandingkan bagian bawah tajuk yang hanya sedikit

memperoleh cahaya matahari. Kecenderungan polioti untuk berbuali banyak atau sedikit dapat pula

disebabkan oleh sifat-sifat yang diturunkan (faktos keturunan).

Tanah yang selalu basal1 akan lnengganggu penyerapan nitrogen dan zat hara lainnya.

Kusangnya kelembaban seringkali rnenghalnbat pemasakan buah, bahkan kekesingan yang lama dapat

menyebabkati berkurangnya produksi buah ( M a n a n , 1976).

Pengalaman di seluruh dunia telah menutijukkan secara jelas bahwa bibit dan stek dengan

kualitas dan kondisi yang buruk tidak dapat bertahan hidup atau tumbuh dengan baik (I'ait el 111. 1991

d n l m ~ i Nyland, 1996). Menurut Nyland (1996), ketersediaan nutrisi bagi tanaman dan kesehatan

tanaman dapat dililiat dari warna daunnya. Pohon yang sellat memiliki w a m a daun yang seraSam serta

tunas dan daun yang kol<oli. Bibit bervigor rendali umutiinya akan memiliki tonas yang kecil selta

batang yang pendek dan langsing. Apabila keadaan tersebut terjadi pada kondisi kekttl-angan nutsisi,

(31)

D. Pemupultao

Menurut M a r s o n o dan Sigit (2001), nianfaat utalna dari pupuk yang berkaitati dengan sifat fisika tanah yaitu memperbailki struktur tanah dari padat melijadi gentbur. Selain itu, manfaat pupuk yatig berkaitan dengan sifat kimia tanah yaitu menyediakan unsur hara yang diperlukan basi tanaman. Selain menyediakan unsur hara, pemupukan juga mernbantu mencegah kehilangan onsur hara yang mudah lillang, seperti N , P dan K yang mudah hilang ole11 pengtlapan atau ole11 air perkolasi. Pelnberiall pupuk lengkap dan pengairan yang teratur akan meningkatkan kekuatan tuinbuli pohon, sehinyga produksi buah dan benih akan bertambah ( M a n a n , 1976).

Perlumbulian tanaman akan maksimal apabila kandungan unsur hara di dalani tanah culkup tersedia. Malikota dewa ~nembutulikati unsur tiara makro, ilnsur liara mikro dan mineral. I'upuk yang diberikan pada tanaman obat dianjurkao berasal dari ballan alanii atau pupulc organik, seperti popolk kandang ( W i n a r t o , 2003). Pupuk anorganik tidak dianjurkan tlntuk pernupukan mahkota dews, lkarena diduga dapat n~enimbulkan perubahan efek far~~iakologis ( W i n a r t o , 2003).

Pupuk kandanz adalal~ catnpuran antara kotoran hewan dengan sisa makanan dan alas tidur lhewan. Campitran i t i i telah mengalami pembusukan seliingga tidak berbentulk seperti asalnya lagi dan memiliki kandungan Iiara yang cukup ur~tuk rnenunjang pe~iumbuhan tanaman ( M a r s o n o dan Sigit, 2001). Jenis kotoran hewan yang umum digunakan adalali kotoran sapi, Ikolol-an lkerbao, lkotoran kelinci, kotoran ayam dan kotoran kuda. Tidak ada bukti yang cukrtp signifikan mengenai keunggolan ~nasing-tnasing jenis katoran liewan, tetapi secara umum kotoran sapi lebih banyak digunakan karena ketersediaannya yang lebili banyak dibandingkan kotoran hewan lain ( M a r s o n o dan Sigit, 2001).

Menurut M a r s o n o dan Sigit (2001), kelebihan dari pupuk kandang adalah : Aman digunaltan dalam jumlali besar.

Membantu menetralkan PI-1.

Meliibantu nlenetralkan racun akibat adanya logani berat dalaln tanali. Memperbaiki struktor tanah menjadi lebili gembur.

Mempertinggi porositas tanah dan secara langsung meningkatkan ketersediaan air tanah. Membantu penyerapan hara dari pupuk kitnia yang ditambahkan.

Membantu mempe~?ahanltan suliu tanah sehingga fluktuasinya tidak tinggi. Kekurangan dari pupuk kandang, yaitu :

liarus diberikan dalam jiimlah besar.

Secara perbandingall berat, kadar hara yang tersedia bagi tanaman relatif sedikit. Dapat menurunkan kualitas air bila berdekatan dengan sunlber air.

E. Falitol--falitor yang Mernpengaruhi Perturnbullan T a n a m a n

(32)

mempengaruhi pertumbuhan, dapat dikategorikan sebagai faktor eksternal (linylcungan) clan faktor

internal. Faktor ekstel-nal yang niempengarulii periumbuhan tatialnan adalah iklim, edafik (tanali) dan

faktol- biologis. Sedangkan faktor internal meliputi ketahanan terhadap tekanan ilcli~n, tanali dari

biologis, laju fotosintesis, respirasi, pembagian hasil asimilasi dan N, aktivitas enzim. kapasitas ~ t ~ i t ~ i k menyimpan cadangan makanan, pengaruh langsung gen dan diferensiasi.

Selain faktor genetik, pel-tumbuhan tanaman sangat tergantung pula pada berbagai faktor

lingkungan. I<oranynya ketersediaan air bagi tanaman dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan.

De~nikian pula halnya apabila tanalnan kekurangan nitrogen, posfor. kalium dan unsur hara penting

lainnya, tidak hanya meugakibatkan terhambatnya pettu~nbuhan, tetapi dapat pula menyebabkan

kematian. lntensitas cahaya yang berperan dalam proses fotosintesis tidak hanya meneiitukan laju

per~umbuhan tanaman, tetapi menentokan pula ke~natilpuan tanaman untuk tetap bertalian hidup.

Banyaknya intensitas cahaya yang diserap oleli tanaman liarus lnatlipli menjamin fiksasi COI dan

cadangan energi yang seimbang dengan kebutuhan pertumbi~lian tanaman (Galston, 1964).

Setiap jenis [anaman inemiliki temperatur optimnm yaiig berbeda. Hal ini menutijukkan

bahwa beberapa proses biolci~nia dasar dalam pertonlbuhan tanaman memiliki sensitivitas yang tinggi

terhadap temperatur lingkungan. Te~nperator optimilm bagi tanaman berkisar antara 28 -22°C. Secara

(33)

A. T e m p a t d a n W a k t u Penelitian

Penelitian ini dilaksanaltao di Laborato:iuin Konservasi Tutnbuhan dan Arboretutn

.l'umbuhan, Departemen I<onservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas I<eliotanan IPB. Pelaltsanaan

peticlitian dimulai pada bulan Maret 2003 sampai dcngan Juni 2003 dan bulan Maret 2004 sampai

dengan Mei 2004.

U. Uallan datr AIat Penelitian

Ballan-bahan yang digunakan adalali benih ~nalikota dewa, ranah latosol, pasir, r~tradan.

pup~tk ltandang sapi dan pupirk kandang kainbinp. Benili P. ~nacroco~.l~o berasal dari Salatiga, Jawa

Tengah. Benih berasal dal-i tiga kelas ukuran buah yang berbeda, yaitu kelas ttko[.an b u a l ~ 11, 111 dan

LV.

Alat-alal yatig digunakan dalani penelitian ini adalah caliper, timbangan analitik, bak

kecatiibah, polybag, sprayer, penggaris, cangkul, ayakan tanah, tali rafia dan alat tulis.

C . Metoda P c r ~ c l i t i a r ~

Penelitian ini dilakukan dalani tiga taliapan kegiatan utama, yait~t perkccambahan benih,

pertutnbithan setiiai dan peltumbulian bibit di lapangan. Setiap tahapati kegiatan, meliputi persiapan

penelitian dan pelaksanaati penelitian.

I . I'erl;ecambal~an Bellill M a h k o t a Dewa

1. I. Persiapan I'enelitian

1. 1. I . Penelitiar~ P e ~ r d a l ~ u l u a n

Penelitiati pendahuluan dilakukan untuk iiiengltlasifikasiltan benil] berdasarltati beralnya.

I<egiatan ini diawali dengan cara menyeleksi 100 benili pada setiap kelas ulturan buali yatig digunakan,

yaitu kelas ukuran buah 11, Ill dan IV. Benill dari ltelas ukuran buah I1 dihasilkan dari buah dengan

diameter 3

-

4.5 c ~ l l dan patijang 5 - 6 cm. Benih dari kelas ulturan buah 111 dihasilkan dari buali dengan diameter 1.G

-

3 c m dan panjang 2 - 5 cm, sedangkan benih dari kelas ukuran buah 1V dihasilkan dari buall dengan diameter < 1.6 c m dati panjang < 2 cm. Benih dari kelas ukuran buah I tidak digunakan dalam penelitian ini karena jirinlahnya yang terbatas. Benih pada semua kclas ulcurali

buah diperoleh dari pengumpul dan berasal dari beberapa pohon induk karcna benih yatig dihasilkan

ole11 saw polion iiiduk tidal< dapat rnencapai j 0 0 benih. Pada setiap Itelas ukuran buali_ scluruh benili

(34)

1. 1. 2. Pengul(uran Rerat dan Volume Bettill

Pengukuran berat dilakukan pada masing-masing kelas okuran buah. Nilai berat dari seiiap

benih digunakan sebagai dasar u ~ l l u l t niengltlasifikasikan benili ke dalalii kelotnpok benil] denyan beral

kurang dari rala-rata dan keiompok benih dengan berat lebih dari rata-rata.

Pengukuran patijang, lebar dan tebal benih dilakukan unt~tk menentukan volume rata-rata

pada setiap kelolnpok berat benih. Nilai tersebut digunakan sebagai dasar ontuk mengklasifikasikan

benili ke dalatn kclompok benih dengan volume kurang dari rata-rata dan kelotnpok i?enih dengan

[image:34.605.110.523.213.405.2]

volume lebih dari rata-rata. Klasifikasi benih berdasarkan berat dan ukurannya disajikan pada Tabel I.

Tabel 1. Klasifikasi Benil, P. n~ocroctrrpn Asal Salatiga Berdasarlian Berat d a n Ukuran Benill Kelas

Kclas Berat Rata- - Uliuran Rata-rata

Ukuran Lebar Tcbal Volunic Rata-

rata (mg) Patijang

B u a l ~ (m in) (mm) rata (mm3)

A I < 950 ing < 15.03 < 13.91 z 5 9 3 mm'

I1 A? < 950 lng > 15.03 > 13.91 > 7.62 > 1593 mln'

A; > 950 iny < 15.85 < 15.18 < 8.33 < 201 1 inm'

Ai > 950 tng > 15.85 > 15.18 > 8.33 >2011 mm'

-,

1

1

AJ

(

> GS8 mg

1

> 14.04

1

> 12.52

1

> 7.68

1

> 1344 inm'

1

111

IV

1. 1. 3. Persiapan Media

Media yang digonakan untuk perkecambahan adalah tanah latosol dan pasir dengan

perbandingan 1 : I . Pasir yang telali diayak dicarnpur dengan tanah, kemudian diaduk hingya rata. Campuran tersebut selal~jutnya dimasukkan ke dalam bak kecambah. Sedikit furadan dicainpurkan

pada lapisan permnkaan atas media.

1. 2. Pelalisanaan Penelitian

1. 2. I . Penaburan Benih

Bak kecambah disiram dengall air sampai basah. Benih kemudian ditaburkan pada bak

kecambah dengan posisi niata tunas mengarall ke samping. -Az A3 A4 A I Az A3

1. 2.2. Pemeliharaan

Pemeliharaan meliputi penyiraman, penyiangan dan pengontrolan. Penyiraman dilaltukan satu

hari sekali. Winarto (2003) mengemukakan bahwa penyiraman dilakukan setiap hari agar keleliibaban

media tetap terjaga. Penyialigan dilakukan terlladap tanaman pengganggu, sedangkan pengontrolan

dilakukan terliadap serangan hama, olat maupttn penyaltit yany disebabkan oleh jamur. < 778 mg

> 778 nig > 778 mg < 688 tng < 688 ~ n g > 688 mg

> 13.93 < 14.42 > 14.42 < 13.14 > 13.14 < 14.04

> 12.49 < 13.35 > 13.35 < 11.89 > 11.89 < 12.52

> 7.49 < 7.99 > 7.99 < 7.01 > 7.01 < 7.68

> I301 1nm3 < I 534 mm"

-

> 1534 mm'

, > 1092 mm'

(35)

Pengamatan terhadap perkecambahan benih dilakukan selanla satu bulan. I'arameter yang

diamati adalah jumlali benil1 yang berkecanibah setiap harinya. Respon yang diamat] dalam 11enelitia11

ini, yaitu :

a. I'ersentasc p e r k e c a m b a h a n (Gcr~nirrtr/ion pocentflgc)

Persentase perkecambahan adalah persentase kecalnbali normal yanz dapat dihasilkan uleli

benili rnurni pada kondisi yang menguntongkan dalam jangka waktu yany sudah ditetaphan (Sutopo,

2002).

J u n ~ l a l ~ k e c i ~ r n b a l ~ llortnal y a n g dihasilliao

% Perltecambahan = x 100'%~

J u t n l a l ~ contoll bellill y a n g diuji

Kecambali noriiial adalah kecambah yang ~netiiiliki perkenibangan akar primer yang baik.

perkenibangan liipokotil yang baik dan sempurna tanpa kerusakan jaringan, pel-tombulian plull~ola

yang semporna dengan daun berwarna liijau yang tombuh dengan baik serta ~ile~iiiliki sat11 kotiledon

untuk kecambah monokotil dan dua kotiledon unlulc kecambah dikotil (Sutopo, 2002).

b. Laju perltecarnbahan

Menurut S u t o p o ( 2 0 0 3 , laju perkeca~nbahan dapat diulcur deiigan ~iiengliituny jumlal~ liari

yang diperlukan untuk munculnya radikel atau plumula. Rata-rata liari berkecambah (RHB) dil~itung

dcngan iiienggunakan I-umi~s :

111 h~ +n2112

+....

.+

I I ~ hi

RHB =

nl

+

n2+... +ni

dimana :

nl =jumlali benih yang berkecambah pada liari ke-i

11, = Iiari saat benih mencapai jumlal~ kecambah Ice-i

2. P e r t u n ~ b u h a n S c n ~ a i M a l ~ l i o t a D e w

2. 1. Persiapan Penelitian

Kegiatan yang dilakukan d a l a ~ n persiapan penelitian adalah mempersiaplian media tanam.

Terdapat tiga macam perlakuan media tanatii yang digunakan, yaitu tanah latosol niurni, campuran

tanali latosol dan pupuk kandang kambing serta calnpuran tanah latosol dan pupuk lcandang sapi.

Untuk perlakuan dengan rnenggunakan popuk lcandang, baik tanah latosol dan pupuk kandang

kambing lnaupun tanali latosol dan pupuk kandang sapi dicampur dengan perbandingan 92.5% : 7.5%.

(36)

2. 2. I'claksanaan Penclitian

2. 2. I . I'enyapihan Bibit

I<eca~nbah P. lrlczrocalpu yany telah berumur satu bulan disapih ke dalam polybag. Langkal~ pertanla dalarn kegialan ini yaitu dengan cara menyiratl~ balt kecambah s a ~ n p a i telgenang air.

Pengambilan bibit dari bak kecan~bah dilakukan dengan mengikutsertaltan sejumlah tanah di sekeliling

pel-akaran bibit. I-la1 ini benujuan untuk meminimalkan terjadinya ket-usakan akar. Selelal~ perakaran

dibersihkan dari tanah di sekelilingnya, bibit keinudian dipindahltan ke dalam polybag. Seiiikit Furadan

ditatnbahkan pada per~nukaan atas media.

2. 2. 2. P c n ~ e l i h a r a a n Bibit

Pemeliharaan terhadap bibit lnal~kota dewa dilakukan dengan nienyiram bibit setiap satu lhari

sekali. Selain itu, dilakukan pula penyiangan terhadap tanaman pengganggu dall pengontrolan terhadap

serangan hama. ulat ~ n ~ a u p u n penyaltit yang disebabkan ole11 jamur.

2.2. 3. I'engamatan d a n Pengambilan Data

I'engamatan dan pengambilan data dilakukan setiap dua tniinygu seltali selama 10 minggu.

Parametel--paratne(eter yang diamati, yaitu diameter semai, linggi senlai dan jumlah daun. l'enyukuran

diameter dilakukan 2.5 cm di atas pangkal batang, sedangkan pengukuran tinggi dilakuka~l dari leher

akar satnpai titil; pertumbuhan tertinggi.

3. P e n a n a m a n Bibit Mahltota Dewa di Lapangan

3. 1. Persiapan Penelitian

Persiapan penelitian t n e l i p ~ ~ t i kegiatan pembersihan lahan, pengolahan tanah, pemasangan

ajir, dan pembuatan lubang tanam.

3. 1. 1. Pembersihan lahan

Pe~nbersillan lahan dilakukan pada selurull bagian lahan yang akan ditanami. Dalam kegiatan

ini dilakukan pula penyingkiran terhadap perakaran selnak belukar dari lahan. Menurut W i n a r t o

(2003), apabila pembersihan hanya dilakukan di sekitar tananlan saja, pertumbuhan lnallkota dewa

sangat dikhawatirkan akan terha~llbat dan kalali cepat dibandingkan dengan p e r t ~ ~ m b u h a n setnak

belukar.

3. I . 2. Pengolahan tanall

Pengolahan tanah dilakukan pada lokasi-lokasi yang akan ditanami. Lapisan tanah atas

(ropsoil) dan humus sedapat ~nungkin tidak hilang atau rusak agar zat-zat yang dibutul~kan tanaman

(37)

kondisi lapisan tanahnya, maka pet-ttttnbuhan tanaman tidak dapat berlangsung sesuai dengau yang diliarapltan (Winarto, 2003).

3. 1. 3. I'emasatigan A j i r

Penlasangan ajir dilakukan pada lokasi-lokasi dimana lubany tanatn aka11 dibuat. Ajir ditempatkan herdasarkan jarak antar ltrbangtanaln yang ditetapkan, yaitu dengan jarak 2 111 s 2 m.

3. 1.4. Pernbuatan Lubang Tanam

Lubang tanani dibuat denyan ukuran 30 cm x 30 cm

x

30 cm pada tempat-letnpat yang telah dipasang ajir. Tanali yaliati dari lapisan atas (fop.suil) dan dari lapisati bawali (.s~~hsuil) ditumpuk terpisah. Kegiatan ini dilakultan seminggu sebelutn penanaman. Menurut W i n a r t o (2003). pembuatan lubang tanatii dilakukan minimal satu minygu sebelutn penanaman agat- aerasi tanali tnetijadi lebili baik. Atlitiya, bagian dasar lubatig tanatii memperoleh udara luar, si~iar matahari dan lii!jati seliingga tnikroba tanali dan perakaran bibit mudah berkembang setelall bibit ditanam.

3. 2. Pelaltsanaan Penelitian 3. 2. 1. Penanatnan B i b i t

Penanaman bibit mahkota dewa dilakukan detigat~ menggunakati tiya macatii pet-lakuan petnup~tltan~ yaitu penambahan pitpuk kandang katnbing pada media, penamballan pupitk katidang sapi pada tiledia dan tatipa perlakuati petnupukan. Untult perlakuan petnupukan, pupilk kandang yang dicamporkati pada tnedia yaitu sebanyak -t 3 kg pel. lubang tanatn.

Pada saat penanaman, tanah galian dari lapisan atas pada setiap perlakitan pemupokati dimasitkkan terlebili dahulu sehingga berada pada lapisan bawah lubang tanani. Tanali galian dari lapisan bawali kelnudian diletakkan di atasnya. Tirnbunan tanali dibuat metnbentuk kerltcut (meniburnbun) di selteliling batany tanaman.

Tahapan kegiatan penanamail bibit mahkota dewa d i lapangan adalah sebagai berikut : I. Bibit mahkota dewa dalatn polybag dipindahkan ke areal penanaman dan diletakkan pada setiap

lubang tanam di bagian tepi lubang tanalu. Pemindahan bibit dilakukan delipan hati-hali agar tanah dalalil polybag tidak retak. Menurut Winarto (2003), tanah yang retalt dapat menyakibatkan akar metijadi putus sehingga menggangyo proses pettotnbuhan tanaman, bahkan dapat menitiibulltan kematian.

2. P o l y b a ~ disobek dari atas ke bawali dengan tnenggunakan pisau tajatii secara hati-hati agar tnedia tidak liancur.

3. Tanali salian ditnastikkan liingga seten

Gambar

Grafik Hubungan antara Waktu Pengamatan dengan Jumlah Benih yang Berkecambali
Gambar I. Bagiau Tumbuhan Mahkota Dewa
Gambar 2. Tumbuhan dan Bagian Buah Mahkota Dewa
Tabel 1. Klasifikasi Benil, P. n~ocroctrrpn Asal Salatiga Berdasarlian Berat dan Ukuran Benill
+7

Referensi

Dokumen terkait

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 16 ayat (6) Undang­ Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun

menurut FCGI (Forum for Corporate Governance in Indonesia) adalah seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, Pihak

PENGARUH KOMITMEN DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP KINERJA MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DASAR NEGERI DI KECAMATAN CICALENGKA KABUPATEN BANDUNG. Universitas Pendidikan Indonesia

PENGARUH MEWARNAI GAMBAR BINATANG UNTUK MENGURANGI PERILAKU HIPERAKTIF ANAK TUNARUNGU KELAS 1 D I SLB BC YPNI PAMEUNGPEUK KABUPATEN BAND UNG. Universitas Pendidikan Indonesia |

SeksiRehabilitasi, Pengembangan Lahan dan Perlindungan Tanman Pangan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas Pertanian Tanamn Pangan di Bidang Pembinaan, rehabilitasi,

Pengukuran secara subjektif dilakukan dengan mengukur perasaan lelah dengan menggunakan Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja (KAUPK2) yang disusun oleoleh

Thus the shoreline points were incorporated within a kinetic Voronoi diagram layer, expressing the neighbourhood relations on the sea surface, and this was used for collision

The CityGML UtilityNetwork ADE was applied in the SIMKAS 3D project which aimed at identifying and analysing the mutual interdependencies of critical infrastructures and