MATA PELAJARAN IPS SISWA KELAS V
SD NEGERI 2 WONOSARI
GADINGREJO
PRINGSEWU
(Skripsi)
Oleh
WINDARSIH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMUNG
ABSTRAK
PERUBAHAN SIKAP BELAJAR DAN HASIL BELAJAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STAD PADA MATA PELAJARAN IPS
SISWA KELAS V SD NEGERI 2 WONOSARI KECAMATAN GADINGREJO KABABUPATEN PRINGSEWU
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Oleh WINDARSIH
Permasalahan penelitian ini adalah rendahnya sikap belajar dan hasil belajar siswa kelas V SD pada mata pelajaran Ilmu Pengathauna Sosial di SD Negeri 2 Wonosari Kecamatan Gadingrejo. Hal ini disbabkan oleh bebrapa faktor diantaranya metode yang digunakan masih menggunakan metode ceramah. Tujuan penelitian tindakan kelas ini untuk meningkatkan sikap belajar da hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran STAD pada mata pelajaran IPS.
Metode penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas yang berbentuk siklus. Siklus dibagi menjadi empat tahap, tiap-tiap siklus meliputi: tahapan perencanaan, pelaksanaan, tindakan, observasi dan refleksi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran STAD dapat meningkatkan sikap belajar dan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 2 Wonosari Kecamatan Gadingrejo. Hal ini dapat dilihat dari sikap belajar siswa pada siklus I dan Siklus II mengalami peningkatan dan pada siklus III sikap positif belajar siswa meningkat secara signifikan.
Penulis adalah seorang wanita yang bernama Windarsih, dilahirkan di Palembang
pada tanggal 2 Juni 1958, merupakan putri pertama dari 10 (sepuluh) bersaudara
lahir dari pasangan bapak Watimin dan ibu Partiyem. Jenjang pendidikan yang
pernah ditempuh penulis diawali pada sekolah dasar negeri 1 Wonosari
diselesaikan pada tahun 1970, kemudian dilanjutkan sekolah menengah pertama
negeri 1 gadingrejo diselesaikan pada tahun 1973, kemudian melanjutkan
ksekolah pendidikan guru negeri 1 tanjung karang diselesaikan tahun 1976.
Kemudian pada tahun 2011 penulis mengikuti program S1 PGSD guru dalam
PERSEMBAHAN
Seiring dengan rasa syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala yang telah
diberikan dalam penyelesaian laporan akhir ini.
Ku persembahakan laporan akhir ini untuk
Ke dua orang tua tercinta yang telah mendidika dan mendoakan atas
keberhasilan ku.
Suami tercinta yang telah mendukung dan mendoakan atas keberhasilan ku.
Anak-anak ku tercinta yang telah mendukung serta mendoakan keberhasilan
ku.
Sahabat-shaabat ku yang telah mendukung dan mendoakan keberhasilan ku.
Teman-teman S1 PGSD terima kasih atas dukungannya.
MOTO
“Keridhoan Allah SWT itu tergantung
pada keridhoan orang tua dan murka Allah SWT itu
tergantung pada murka orang tua”
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori-Teori Belajar ... 8
2.1.1 Teori Belajar Konstruktivisme ... 8
2.1.2 Teori Belajar Gestalt ... 10
2.1.3 Teori Belajar Behaviorisme ... 12
2.2 Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) ... 14
2.2.1 Model Kooperatif STAD ... 15
2.2.2 Pengertian Sikap Belajar ... 20
2.2.3 Hasil Belajar ... 21
2.2.4 Pembelajaran IPS ... 23
2.2.5 Tujuan Pembelajaran IPS ... 23
2.2.6 Fungsi Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial ... 25
2.2.7 Materi Pelajaran IPS Kelas V Sekolah Dasar ... 26
2.3 Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 28
2.4 Kerangka Pikir ... 29
2.5 Hipotesis ... 31
BAB III PROSEDUR PENELITIAN 3.1 Setting Penelitian ... 39
3.1.1 Tempat Penelitian ... 39
3.3 Prosedur Penelitian ... 33
3.4 Sumber Data ... 39
3.5 Metode Pengumpulan Data ... 39
3.6 Tehnik Analisis Data ... 40
3.6.1 Analisis Data Perubahan Sikap Belajar ... 41
3.6.2 Ananlisi Data Perubahan Hasil Belajar ... 42
3.7 Uji Hipotesis Tindakan ... 43
3.8 Indikator Keberhasilan ... 44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 54
4.1.1 Hasil Penelitian Siklus I ... 57
4.1.2 Hasil Penelitian Siklus II ... 65
4.1.3 Hasil Penelitian Siklus III ... 75
4.2 Hasil Ananlisis Ketiga Siklus Tentang Sikap Belajar dan Hasil Belajar ... 86
4.2.1 Sikap Belajar Berdasarkan Sebaran Kategori ... 86
4.2.2 Hasil Belajar Berdasarkan Kategori ... 87
4.3 Uji Hipotesis ... 87
4.4 Pembahasan ... 89
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 92
5.2 Saran ... 92
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Silabus ... 94
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (Siklus I) ... 96
3. Observasi Aktivitas Guru Dalam Proses Pembelajaran (RPP I) ... 100
4. Lembar Observasi Kegiatan Siswa (RPP I) Siklus I ... 102
5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 (Siklus I) ... 103
6. Observasi Aktivitas Guru Dalam Proses Pembelajaran (RPP II) ... 107
7. Lembar Observasi Kegiatan Siswa RPP II ... 109
8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (Siklus II) ... 110
9. Observasi Aktivitas Guru Dalam Proses Pembelajaran (RPP I) ... 114
10. Lembar Observasi Kegiatan Siswa RPP I ... 116
11. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 (Siklus II) ... 117
12. Observasi Aktivitas Guru Dalam Proses Pembelajaran RPP II ... 121
13. Lembar Observasi Kegiatan Siswa RPP 2 ... 123
14. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (Siklus III) ... 124
15. Observasi Aktivitas Guru Dalam Proses Pembelajaran RPP I ... 128
16. Lembar Observasi Kegiatan Siswa RPP 1 ... 130
17. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 (Siklus III) ... 131
18. Observasi Aktivitas Guru Dalam Proses Pembelajaran RPP II ... 135
19. Lembar Observasi Kegiatan Siswa RPP 2 ... 137
20. Lembar Onservasi Sikap Belajar Siswa Pada Siklus I Pertemuan Kesatu .... 138
21. Lembar Onservasi Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I Pertemuan Kedua ... 139
22. Lembar Onservasi Sikap Belajar Siswa Pada Siklus II Pertemuan Kesatu .. 140
23. Lembar Onservasi Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II Pertemuan Kedua ... 141
24. Lembar Onservasi Sikap Belajar Siswa Pada Siklus III Pertemuan Kesatu . 142 25. Lembar Onservasi Hasil Belajar Siswa Pada Siklus III Pertemuan Kedua .. 143
26. Analisis Sikap Belajar Siswa Pada Siklus I Pertemuan Kesatu ... 144
27. Analisis Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I Pertemuan Kesatu ... 145
28. Analisis Sikap Belajar Siswa Pada Siklus I Pertemuan Kedua ... 146
29. Analisis Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I Pertemuan Kedua ... 147
30. Analisis Sikap Belajar Siswa Pada Siklus II Pertemuan Kesatu ... 148
31. Analisis Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II Pertemuan Kesatu ... 149
32. Analisis Sikap Belajar Siswa Pada Siklus II Pertemuan Kedua ... 150
33. Analisis Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II Pertemuan Kedua ... 151
34. Analisis Sikap Belajar Siswa Pada Siklus III Pertemuan Kesatu ... 152
35. Analisis Hasil Belajar Siswa Pada Siklus III Pertemuan Kesatu ... 153
36. Analisis Sikap Belajar Siswa Pada Siklus III Pertemuan Kedua ... 154
37. Analisis Hasil Belajar Siswa Pada Siklus III Pertemuan Kedua ... 155
38. Surat Keterangan Penelitian ... 156
39. Surat Izin Penelitian ... 157
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Pikir Penelitian ... 31
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V Semester Ganjil SDN 2 Wonosari Tahun
Pelajaran 2013/2014 ... 4
3.1 Data Perolehan Hasil Belajar ... 51
3.2 Penilaian Sikap ... 52
3.3 Data Peningkatan Hasil Belajar Per-Siklus ... 52
4.1 Nama-Nama Yang Pernah Menjadi Kepala Sekolah SDN 2 Wonosari ... 54
4.2 Nama-Nama Guru SDN 2 Wonosari Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu ... 55
4.3 Sarana dan Prasarana yang Dimiliki SDN 2 Wonosari Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu ... 56
4.4 Jadwal Pertemuan Penelitian Mata Pelajaran IPS SDN 2 Wonosari Tahun Pelajraan 2013/2014 ... 57
4.5 Kategori Sikap Belajar Siswa Pada Siklus I Pertemuan Kesatu ... 60
4.6 Sebaran Hasil Belajar Nilai IPS Siklus I Pertemuan Kesatu ... 60
4.7 Kategori Sikap Belajar Siswa Pada Siklus I Pertemuan Kedua ... 63
4.8 Sebaran Hasil Belajar Nilai IPS Siklus I Pertemuan Kedua ... 64
4.9 Kategori Sikap Belajar Siswa dalam Pembelajaran Peristiwa Disekitar Proklamasi Siklus II Pertemuan Kesatu ... 68
4.10 Sebaran Hasil Belajar IPS Siklus II Pertemuan Kesatu ... 69
4.11 Kategori Sikap Belajar Siswa Pembelajaran Perjuangan Bersenjata Siklus II Pertemuan Kedua ... 73
4.12 Sebaran Hasil Belajar Siswa Pembelajaran Perjuangan Bersenjata Siklus II Pertemuan Kedua ... 74
4.13 Kategori Sikap Belajar Siswa dalam Pembelajaran Perjuangan Deplomasi Siklus III Pertemuan Kesatu ... 78
4.14 Sebaran Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Perjuangan Deplomasi Siklus III Pertemuan Kesatu ... 79
4.15 Kategori Sikap Belajar Siswa dalam Pembelajaran Perjuangan Deplomasi Siklus III Pertemuan Kedua ... 83
4.16 Sebaran Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Perjuangan Deplomasi Siklus III Pertemuan Kedua ... 84
4.17 Rata-rata Sikap Belajar Berdasarkan Sebaran Kategori ... 86
4.18 Rata-rata Hasil Belajar Berdasarkan Kategori ... 87
Dengan mengucapkan syukur alhamdulillah ke hadirat Allah SWT atas segala
limpahan rahmat, taufik, hidayah serta karunia-Nya sehingga tugas akhir ini yang berjudul” Perubahan Sikap Belajar Dan Hasil Belajar Melalui Model Pembelajaran STAD Pada Mata Pelajaran IPS Siswa Kelas V SDN 2 Wonosari
Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu Tahun Pelajaran 2013/2014 dapat
diselesaikan.
Penulis menyadari bahwa penyusunan tugas akhir ini dapat penulis diselesaikan
tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, saran dan dukungan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si Selaku Dekan FKIP UNILA
2. Bapak Dr. Baharudin Risyak, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan
3. Bapak Dr.H. Darsono, M.Pd selaku Ketua Program Studi PGSD dalam
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan dan sekaligus sebagai pembahas.
4. Bapak Dr. H.M. Thoha B.S Jaya, M.S selaku Pembimbing atas kesabaran dan
masukannya kepada penulis.
5. Bapak dan Ibu Dosen yang telah dengan sabar mengajar di Program Studi S-1
dalam jabatan yang telah memberikan ilmunya.
6. Bapak Kepala Sekolah SDN 2 Wonosari yang memberikan izin dan bantuan
selama penelitian
7. Suami dan anak-anak ku tercinta yang telah memberikan semangat, dukungan
dan motivasi serta doanya
8. Bapak dan Ibu guru SDN 2 Wonosari
9. Teman-teman seperjuangan S-1 dalam jabatan yang telah memberikan
motivasi dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas
akhit ini.
Penulis
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Bab II
Pasal 4 menjelaskan bahwa “kedudukan guru sebagai tenaga profesional
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) berfungsi untuk meningkatkan
martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk
meningkatkan mutu pendidikan Nasional”. Sebagai agen pembelajaran, guru
merupakan salah satu komponen pendidikan yang berperan penting terhadap
terciptanya proses pembelajaran yang dapat mengantarkan siswa ke arah tujuan
pengajaran yang telah ditetapkan.
Di tangan gurulah hasil pembelajaran yang merupakan salah satu indikator
mutu pendidikan lebih banyak ditentukan, yaitu pembelajaran yang bermutu
sekaligus bermakna bagi pemberdayaan kemampuan (ability) dan kesanggupan
(capability) peserta didik (siswa). Tugas seorang guru salah satunya yaitu
menciptakan suasana pembelajaran yang menarik dan menyenangkan serta dapat
menunjang tercapainya tujuan yang telah ditetapkan karena mutu hasil
pembelajaran dapat terwujud jika prosesnya diselenggarakan secara efektif,
artinya proses pembelajaran dapat berlangsung dengan lancar, terarah, dan sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Untuk mencapai tujuan
pembelajaran tentunya dibutuhkan suatu pola pembelajaran yang mampu
2
pada dasarnya harus senantiasa meningkatkan kemampuan dan keterampilannya
dalam memilih dan menggunakan berbagai model, metode, dan strategi
pembelajaran agar pembelajaran benar-benar mampu mengkondisikan upaya
pembekalan kemampuan dan keterampilan dasar bagi siswa untuk menjadi
manusia yang unggul. Untuk menjadikan siswa sebagai manusia yang unggul,
salah satunya dengan mengantarkan siswa untuk melakukan proses belajar secara
aktif.
Proses pembelajaran yang berlandaskan atas asas keaktifan belajar,
menekankan pada proses belajar siswa, bukan pada proses pembelajaran itu
sendiri. Misalnya terdapat seorang guru yang menginginkan agar siswanya
memahami suatu konsep. Hal yang harus dilakukan oleh guru bukan dengan
mengajarkan konsep tersebut, akan tetapi mendorong keaktifan siswa untuk
belajar melalui suatu kegiatan tertentu sehingga siswa dapat menemukan sendiri
konsep tersebut. Ketika siswa sudah dapat menemukan sendiri konsep yang
diajarkan oleh gurunya, maka siswa dapat dengan mudah mengikuti
pembelajaran, dan hal demikian tentu dapat berpengaruh terhadap hasil belajar.Di
sekolah dasar terdapat berbagai macam mata pelajaran di antaranya adalah
matematika, bahasa Indonesia, IPA, IPS, agama, PKn, dan muatan lokal (bahasa
Inggris, bahasa Lampung). Dari berbagai mata pelajaran yang ada, terdapat salah
satu mata pelajaran yang mempunyai nilai strategis dan penting dalam
mempersiapkan manusia unggul yang di dalamnya terdapat materi yang dapat
mendidik siswa akan kebhinekaan bangsa, budaya, peradaban dunia,
menanamkan kesadaran semakin terbukanya komunikasi dan transportasi antar
Mata pelajaran yang sesuai dengan kriteria tersebut yakni Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS).
Pada prakteknya di dalam proses pembelajaran, terkadang hal tersebut belum
bisa berjalan sesuai dengan apa yang diinginkan karena adanya hambatan yang
ada. Hal yang menjadi hambatan dalam pembelajaran IPS adalah kurangnya
kemampuan guru dalam mengemas pembelajaran IPS dengan metode yang
menarik, menantang, dan menyenangkan.Dalam proses pembelajaran ketika
peneliti melakukan observasi terlihat bahwa guru masih mendesain siswa untuk
mengingat dan menghafal seperangkat fakta yang diberikan oleh guru, seolah-olah
guru adalah sumber utama pengetahuan atau biasa disebut dengan teacher center dimana pembelajaran berpusat pada guru saja. Teknik pembelajaran seperti itu
tentu saja mengakibatkan kurangnya partisipasi siswa dalam pembelajaran karena
pembelajaran bersifat monoton dan siswa cenderung pasif. Pembelajaran yang
monoton dan pasif tersebut dapat menimbulkan kebosanan pada siswa dan
kurangnya minat siswa terhadap mata pelajaran IPS yang pada akhirnya dapat
berakibat pada menurunnya hasil belajar siswa. Seperti halnya pada SD Negeri 2
Wonosari, dari pengalaman peneliti pada saat melakukan observasi ditemukan
bahwa sebagian guru terlihat belum menyampaikan materi IPS dengan
menggunakan metode yang menarik, menantang, menyenangkan dan sedikit
sekali melibatkan keaktifan siswa pada saat pembelajaran dan peneliti juga
menemukan bahwa hasil belajar siswa kelas 5 pada mata pelajaran IPS masih
berada di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang ditetapkan yakni 65.
Pada observasi tersebut dapat dilihat bahwa 25%(5 siswa) tuntas dan 75% (15
4
nilai terendah yaitu 32. Hasil belajar tersebut lebih dijelaskan pada tabel di bawah
ini.
Tabel 1.1 Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V Semester Ganjil SDN 2 Wonosari Tahun Pelajaran 2013/2014
No Interval Nilai Jumlah Siswa
1 76 –100 -
2 51 –75 5
3 26 –50 15
4 ≤ 25 -
Jumlah 20
Berdasarkan tabel 1.1 hanya 5 siswa yang tuntas ( 25%) dan 15 siswa (75%)
belum tuntas. Kenyataan inilah yang mendorong penulis untuk melakukan
penilaian tindakan kelas (PTK) yang penulis beri judul “Perubahan sikap Belajar dan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Student Teams Achievement
Divisions (STAD) Pada Mata Pelajaran IPS Siswa Kelas V (lima) SDN 2 Wonosari Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu Tahun Pelajaran
2013/2014”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut masalah yang teridentifikasi dalam
proses pembelajaran antara lain:
2. Alat peraga jarang digunakan dalam mata pelajaran IPS
3. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru hanya menggunakan metode ceramah
sehingga siswa bersikap pasif
4. Kurangnya minat belajar siswa karena model pembelajaran tidak
menyenangkan
1.3 Rumusan Masalah dan Permasalahan
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas maka dapat dirumuskan
masalah yaitu “ Masih rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS di
kelas V (lima) SDN 2 Wonosari kecamatan Gadingrejo kabupaten Pringsewu
tahun pelajaran 2013/2014.
Maka dari itu permasalahan yang diajukan adalah :
1. Bagaimanakah meningkatkan sikap positif dalam belajar siswa mata pelajaran
IPS dengan menggunakan model pembelajaran STAD di kelas V (lima) SDN 2
Wonosari kecamatan Gadingrejo kabupaten Pringsewu tahun pelajaran
2013/2014?
2. Bagaimanakah meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS
dengan menggunakan model pembelajaran STAD?
3. Bagaimana hubungan antara sikap belajar dengan hasil belajar siswa pada
mata pelajaran IPS menggunakan model pembelajaran STAD dikelas V SDN
2 Wonosari Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu Tahun Ajaran
6
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah:
1. Untuk mengetahui perubahan sikap belajar siswa dalam mata pelajaran IPS
menggunakan model pembelajaran STAD di di kelas V (lima) SDN 2
Wonosari kecamatan gadingrejo kabupaten pringsewu tahun pelajaran
2013/2014.
2. Untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPS menggunakan model
pembelajaran STAD di di kelas V (lima) SDN 2 Wonosari kecamatan
gadingrejo kabupaten pringsewu tahun pelajaran 2013/2014.
3. Untuk mengetahui hubungan antara sikap belajar dengan hasil belajar siswa
pada mata pelajaran IPS menggunakan model pembelajaran STAD dikelas
V SDN 2 Wonosari Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu Tahun
Ajaran 2013/2014.
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan sangat besar sekali manfaatnya bagi
siswa, guru, dan sekolah.
a. Meningkatkan sikap dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS
dikelas V SDN 2 Wonosari Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu
Tahun Ajaran 2013/2014.
b. Model pembelajaran STAD menjadikan siswa lebih aktif dan
menyenangkan dalam proses pembelajaran IPS
2. Bagi Guru
a. Model pembelajaran STAD menjadi alternatif yang dapat
digunakan/diterapkan di kelas V untuk meningkatkan hasil belajar siswa
dalam pembelajaran IPS di kelas V SDN 2 Wonosari Kecamatan
Gadingrejo Kabupaten Pringsewu Tahun Ajaran 2013/2014.
b. Model pembelajaran STAD dapat meningkatkan kompetensi professional
guru dalam proses pembelajaran
3. Bagi Sekolah
a. Memberikan sumbangan yang berguna dalam upaya meningkatkan mutu
pembelajaran IPS kelas V SDN 2 Wonosari Kecamatan Gadingrejo
8
II. KAJIAN PUSTAKA
2.1 Teori Teori Belajar
2.1.1 Teori Belajar Konstruktivisme
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa teori belajar konstruktivisme
bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru
kepikiran peserta didik. Artinya bahwa peserta didik harus aktif secara mental
membangun struktur pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif yang
dimilikinya. Dengan kata lain peserta didik tidak diharapkan sebagai
botol-botol kecil yang siap di isi dengan berbagai ilmu pengetahuan sesuai dengan
kehendak guru. Sehubungan hal tersebut, Tasker (1992:30), mengemukakan 3
penekanan dalam teori belajar konstruktivisme sebagai berikut: Pertama
adalah peran aktif peserta didik dalam mengkonstruksi pengetahuan secara
bermakna, ke dua adalah pentingnya membuat kaitan antara gagasan dalam
pengkonstruksinan secara bermakna, ketiga adalah mengkaitkan antara
gagasan dengan informasi yang diterima.
Sedangkan konsep dasar belajar dalam teori humanisme didasarkan pada
pemikiran bahwa belajar merupakan kegiatan dilakukan seseorang dalam
upayanya memenuhi kebutuhan hidupnya, setiap manusia memiliki
kebutuhan dasar akan kehangatan, penghargaan penerimaan, pengagungan
dan cinta dari orang lain. Dalam proses pembelajaran, kebutuhan-kebutuhan
tersebut perlu diperhatikan agar peserta didik tidak merasa dikecawakan.
maka besar kemungkinan di dalam dirinya tidak akan tumbuh motivasi
berprestasi dalam belajarnya.
Sedangkan teori kognitivisme mengacu pada wacana pisikologi kognitif
dan berupaya menganalisis secara ilmiah proses mental dan proses mental
dan struktur ingatan atau kogtition dalam sikap belajar belajar cognition memperoleh mengorganisasikan, dan menggunakan pengetahuan tekanan
utama psikologi kognitif adalah struktur kognitif yaitu perbendaharaan
pengetahuan pribadi individu yang mencakup ingatan jangka panjang
(Long-term-memory).
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa belajar menurut
teori belajar yang banyak mempengaruhi pemikiran tentang proses
pembelajaran dan pendidikan (konstruktivisme, kognitivisme, humanisme)
hendaknya menjadi pertimbangan guru dalam menerapkan rancangan
pembelajaran dikelas. Hal ini disebabkan karena masing-masing teori belajar
tersebut memiliki sudut pandang yang khas dalam menjelaskan pengertian
dan hakikat belajar dan pembelajaran masing-masing saling melengkapi dan
memiliki dampak pedagogis yang relatif sama.
Oleh karena itu proses merupakan kegiatan yang melibatkan keseluruhan
potensi psikis peserta didik, maka pembelajaran yang mendidik harus
berpusat pada peserta didik sesuai dengan karakteristik masing-masing
keaktifan peserta didik harus diutamakan dalam proses pembelajaran. Peserta
didik perlu didorong untuk memiliki keberanian mengemukakan pendapat,
10
Dalam hubungan dengan kodratnya bahwa manusia hidup dalam
kelompok membentuk lingkungan sosial. Menurut Ischak, dkk (2005: 1.36),
IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala
dan masalah sosial di masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek
kehidupan atau suatu perpaduan. Sifat IPS sama dengan studi social yaitu praktis, interdisipliner dan dianjurkan mulai dari pendidikan dasar sampai
perguruan tinggi.
1.1.1 Teori Belajar Gestalt
Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang mempunyai arti sebagi
bentuk atau konfiguri, pokok pandangan Gestalt adalah bahwa obyek
tertentu akan dipandang suatu keseluruhan yang terorganisasikan.
Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain:
a. Pengalaman tilikan (insight) : bahwa tilikan merangsang dalam prilaku
dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta didik memiliki
kemampuan tilikan yaitu kemmapuan mengenal keterkaitan unsur-unsur
dalam suatu obyek atau peristiwa
b. Pembelajaran yang bermakna (maening ful leraning) kebermaknaan
unsur-unsur yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam
proses pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu unsur akan
makin efektif sesuatu yang dipelajari. Hal ini sangat penting dalam
kegiatan pemecahan masalah khususnya dalam identifikasi masalah dan
didik hendaknya meiliki makna yang jelas dan logis dengan proses
kehidupannya.
c. Perilaku bertujuan (pusposive behavior) : bahwa perilaku terarah pada
tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus respon
tetapi ada kaitannya dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses
pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan
yang ingin dicapainya. Oleh karena itu guru hendaknya menyadari sebagi
arah sikap belajar dan membantu peserta didik dalam memahami
tujuannya.
d. Prinsip ruang hidup (life space) : bahwa perilaku individu keterkaitan
dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu materi yang
diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi
lingkungan peserta didik.
e. Transper dalam belajar ; yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam
situasi pembelajaran tertentu kesituasi yang lain. Menurut pandanagn
Gestalt, transper belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian
dengan terjadi dengan jalan melepaskan pengertian obyek dan suatu
konvigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam
konvigurasi lain dalam tata susunannya yang tepat. Juga menekankan
pentingnya penangkapan prinsip-prinsip pokok yang luas dalam
pembelajaran dan kemudian menyusun ketentuan-ketentuan umum
(Generalisasi) Transper belajar akan terjadi apabila peserta didik telah
menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan
12
situasi lain. Oleh karena itu guru hendaknya dapat membantu peserta
didik untuk menguasai prinsip-prinsip dan materi yang diajarkannya.
1.1.2 Teori Belajar Behaviorisme
Pada prinsipnya teori belajar behaviorisme menjelaskan bahwa belajar
merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman individu banyak
ragamnya baik sifat amupun jenisnya, karena itu tidak semua perubahan
dalam diri individu merupakan perubahan dalam arti belajar. Jika tangan
seorang anak bengkok karena jatuh dari sepada motor, maka perubahan
seperti itu tidak dapat dikategorikan sebagi perubahan tingkah laku ranah
belajar, atas kebijakan yang demikian maka karakteristik perubahan tingkah
laku dalam belajar, menurut Tim Dosen Pengembang MKDK-IKIP Semarang
(1989) dan FKIP Universitas Lampung (2010 :1.12) mencakup hal-hal
seperti dikutip berikut ini :
a. Setiap individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan
tingkah laku atau sekurang-kurangnya merasakan telah terjadinya
perubahan dalam dirinya.
b. Perubahan yang terjadi dalam diri individu berlangsung terus menerus
dan tidak statis. Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan
perubahan berikutnya
c. Perubahan dalam belajar bersifat aktif dalam perubahan belajar,
perubahan-perubahan senantiasa bertambah dan tertuju untuk
makin banyak usaha belajar dilakukan makin banyak dan makin baik
perubahan yang diperoleh. Perubahan yang bersifat aktif artinya
perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha
individu sendiri.
d. Perubahan dalam belajar tidak bersifat sementara
Perubahan yang bersifat sementara atau temporer terjadi hanya untuk
beberapa saat saja, seperti berkeringat, keluar air mata, bersin dan
sebagainya tidak dapat dikategorikan sebagai perubahan dalam arti
belajar, perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap
atau permanen, itu berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar
akan bersifat menetap.
e. Perubahan dalam belajar bertujuan
Perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan di capai.
Perubahan belajar terarah kepada perubahan tingkah laku yang
benar-benar di sadari.
Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses belajar meliputi
perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika individu belajar sesuatu sebagai
hasilnya mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap,
keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya.
2.2 Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang
14
pembelajaran yang telah dirumuskan. Slavin dalam Isjoni (2009: 15)
pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar
dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya
5 orang dengan struktur kelompok heterogen.
Sedangkan menurut Sunal dan Hans dalam Isjoni (2009: 15)
mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu cara pendekatan
atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada
siswa agar bekerja sama selama proses pembelajaran. Selanjutnya Stahl dalam
Isjoni (2009: 15) menyatakan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan
belajar siswa lebih baik dan meningkatkan sikap saling tolong-menolong dalam
perilaku sosial.Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang berfokus
pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam
memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar (Sugiyanto, 2010:
37). Anita Lie (2007: 29) mengungkapkan bahwa model pembelajaran
cooperative learning tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada lima unsur dasar pembelajaran cooperative learning yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan.
Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif dengan benar akan
menunjukkan pendidik mengelola kelas lebih efektif. Johnson (Anita Lie,2007:
30) mengemukakan dalam model pembelajaran kooperatif ada lima unsur yaitu:
saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka,
komunikasi antar anggota, dan evaluasi proses kelompok.Pembelajaran kooperatif
(Cooperative learning) adalah model pembelajaran yang menekankan pada saling
tatap muka, komunikasi intensif antar siswa, dan evaluasi proses kelompok (Arif
Rohman, 2009: 186). Cooperative learning menurut Slavin (1995: 4) merujuk pada berbagai macam model pembelajaran di mana para siswa bekerja sama
dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari berbagai tingkat prestasi, jenis
kelamin, dan latar belakang etnik yang berbeda untuk saling membantu satu sama
lain dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif, para siswa
diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan, dan berargumentasi
untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup dalam
pemahaman masing-masing.
Cooperative learning lebih dari sekedar belajar kelompok karena dalam model pembelajaran ini harus ada struktur dorongan dan tugas yang bersifat
kooperatif sehingga memungkinkan terjadi interaksi secara terbuka dan
hubungan-hubungan yang bersifat interdependensi efektif antara anggota
kelompok. Agus Suprijono (2009: 54) mengemukakan bahwa pembelajaran
kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok
termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru.
Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, di
mana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan
bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu siswa menyelesaikan
masalah yang dimaksudkan. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu
pada akhir tugas.
Berlawanan dengan teori Darwin, filsafat ini menekankan bahwa manusia
adalah makhluk sosial. Dialog interaktif (interaksi sosial) adalah kunci seseorang
16
dikemukakan oleh para ahli di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang menempatkan siswa
dalam kelompok-kelompok kecil yang anggotanya bersifat heterogen, terdiri dari
siswa dengan prestasi tinggi, sedang, dan rendah, perempuan dan laki-laki dengan
latar belakang etnik yang berbeda untuk saling membantu dan bekerja sama
mempelajari materi pelajaran agar belajar semua anggota maksimal.
Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Slavin (1995,4) mengemukakan tujuan yang paling penting dari model
pembelajaran kooperatif adalah untuk memberikan para siswa pengetahuan,
konsep, kemampuan, dan pemahaman yang mereka butuhkan supaya bisa menjadi
anggota masyarakat yang bahagia dan memberikan kontribusi. Wisenbaken
(Slavin, 1995,4) mengemukakan bahwa tujuan model pembelajaran kooperatif
adalah menciptakan norma-norma yang pro-akademik di antara para siswa, dan
norma-norma pro-akademik memiliki pengaruh yang amat penting bagi
pencapaian siswa.
Unsur-unsur Dasar dalam Pembelajaran Kooperatif
a. para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “ tenggelam atau berenang
bersama”;
b. para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau siswa lain
dalam kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam
mempelajari materi yang dihadapi;
c. para siswa harus berpendapat bahwa mereka semua memiliki tujuan yang
d. para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab di antara para anggota
kelompok;
e. para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut
berpengaruh terhadap evaluasi kelompok;
f. para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan
bekerja sama selama belajar;
g. setiap siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi
yangditangani dalam kelompok kooperatif.
Kelemahan Pembelajaran Kooperatif
Kelemahan pembelajaran kooperatif bersumber pada dua faktor, yaitu faktor dari
dalam (intern) dan faktor dari luar (ekstern). Faktor dari dalam yaitu sebagai
berikut.
a. Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping itu
memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu;
b. Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan
fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai;
c. Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik
permasalahan yang sedang dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai
18
(diunduh http://eprints.uny.ac.id/7734/3/bab%202%20-%2008108241038.pdf
April 2014)
2.2.1 Model Kooperatif STAD
Model pembelajaran STAD dikemvbangkan oleh Robert E Slavin dan
teman-temannya di Universitas Jhon Hopkin. Guru yang menerapakan
pembelajaran STAD mengacu pada belajar kelompok siswa yang menyajikan
informasi akademik. Pembelajarn tipe STAD adalah tipe model pembelajaran
dimana siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri 5 sampai 8
orang bersifat hiterogin (Agus Suyatna dalam Modul 26,2010, PAIKEM, PLPG,
FKIP UNILA). Pelaksanaan pembelajaran STAD menurut Slavin (1995:71)
disusun dalam langkah-langkah berikut:
a. Presentasi kelas oleh guru
b. Membentuk kelompok yang anggotanya hiterogin
c. Kegiatan kelompok atau diskusi
d. Mengadakan Quis/tes
e. Meningkatkan poin siswa
f. Penghargaan kelompok.
Berdasarkan langkah-langkah diatsa komponen utama model pembelajaran
STAD adalah presentasi kelas atau pembelajaran kelas, pembentuka kelompk,
kegiatan kelompok, Quiz/tes, pemberian skor individu dan penghargaan kelompok. Pembelajaran model STAD menuntun siswa untuk berdiskusi dalam
STAD sangat berperan dalam aktualisasi kelompok secara sinergis untuk
mencapai hasil yang terbaik dalam pembimbingan antar anggota kelompok
sebagai satu kesatuan untuk mencapai yang terbaik.
Sedangkan menurut Eggen dalam bukunya (1996:289) dalam melaksanakan
pembelajaran STAD ada beberapa tahap yang harus dilakukan yaitu:
a. Pembelajaran (Instruktion)
b. Membentuk kelompok (Trantition to Teams)
c. Belajar kelompok dan pengawasan (Teams Studi and Monitoring)
d. Quis/tes
e. Poin peningkatan individu
f. Penghargaan kelompok
Model pembelajaarn STAD menggunakan pengajaran langsung atau diskusi yang
dipimpin oleh guru. Pembelajaran ini dipakai untuk menetapkan tujuan dan
kemampuan penerapan konsep, prinsip, pensamarataan, peraturan-peraturan dan
penyediaan buku praktek. Sedangkan guru dalam pembelajaran ini bertindak
sebagai fasilitator. Guru berperan sebagai pemberi simulasi, pembimbing kegiatan
siswa atau menentukan araah tentang hal-hal yang harus dilakukan siswa.
2.2.2 Pengertian Sikap Belajar
Sikap berkaitan dengan motif dan mendasari tingkah laku seseorang dapat
diramalkan tingkah laku apa yang dapat terjadi dan akan diperbuat jika telah
diketahui sikapnya. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau sikap belajar,
20
merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek dilingkungan tertentu sebagai
suatu penghayatan terhadap obyek tersebut.
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap
Sama seperti perkembangan yang lainnya, perkembangan sikap juga
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Tingkah laku yang terkendali disebabkan oleh
adanya kontrol dari masyarakat itu sendiri yang mempunyai sanksi-sanksi
tersendiri buat pelanggar-pelanggarnya.
1) Pengalaman pribadi. Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap
akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut melibatkan
faktor emosional. Dalam situasi yang melibatkan emosi, penghayatan akan
pengalaman akan lebih mendalam dan lebih lama berbekas.
2) Kebudayaan. menekankan pengaruh lingkungan (termasuk kebudayaan) dalam membentuk kepribadian seseorang. Kepribadian tidak lain daripada
pola perilaku yang konsisten yang menggambarkan sejarah reinforcement
(penguatan, ganjaran) yang dimiliki. Pola reinforcement dari masyarakat
untuk sikap dan perilaku tersebut, bukan untuk sikap dan perilaku yang lain.
3) Orang lain yang dianggap penting. Pada umumnya, individu bersikap konformis atau searah dengan sikap orang orang yang dianggapnya penting.
Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan
keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting
tersebut.
kepercayaan orang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan
landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut.
Pesan-pesan sugestif yang dibawa informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan
memberi dasar afektif dalam mempersiapkan dan menilai sesuatu hal
sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.
5) Institusi Pendidikan dan Agama. Sebagai suatu sistem, institusi pendidikan dan agama mempunyai pengaruh kuat dalam pembentukan sikap dikarenakan
keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu.
Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh
dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat
keagamaan serta ajaran-ajarannya.
6) Faktor emosi dalam diri. Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang, suatu bentuk
sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai
semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan
ego. Sikap demikian bersifat sementara dan segera berlalu begitu frustasi
telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan
lebih tahan lama. contohnya bentuk sikap yang didasari oleh faktor emosional
adalah prasangka.
b. Pengertian Disiplin
Disiplin bagi peserta didik adalah hal yang rumit dipelajari sebab merupakan
hal yang kompleks dan banyak kaitannya, yaitu dengan pengetahuan, sikap, dan
22
dilakukan oleh para siswa dalam kegiatan belajarnya baik dirumah maupun
disekolah.
Berdisiplin disini sangatlah penting bagi siswa. Berdisiplin akan membuat
seorang siswa memiliki beberapa mengenai cara belajar yang baik, juga
merupakan suatu proses kearah pembentukan watak yang baik. Disiplin tersebut
akan terwujud melalui pembinaan sejak dini, sejak usia muda dimulai dari
lingkungan keluarga melalui pendidikan yang tertanam sejak usia muda yang
semakin lama semakin menyatu dalam dirinya dengan bertambahnya usia.
Sehingga dalam hal ini dalam pendidikan khususnya di dalam sekolah disiplin
harus bisa diterapkan kepada para siswa tentu saja dengan proses dan cara
penerapan serta pembinaan yang berlanjut yang menjadikan siswa mempunyai
kedisiplinan dalam dunia sekolah yang berlaku dalam dunia pendidikan.
Untuk lebih memahami tentang disiplin belajar terlebih dahulu akan dikemukakan
pengertian disiplin menurut beberapa para ahli :
1. Disiplin ialah ketaatan atau kepatuhan kepada peraturan tata tertib, aturan
yang berkaitan dengan jam belajar di sekolah yang meliputi jam masuk
sekolah dan keluar sekolah, kepatuhan siswa dalam berpakaian, kepatuhan
siswa dalam mengikuti kegiatan sekolah.
Dari pengertian disiplin diatas dapat di simpulkan bahwa yang dimaksud
disiplin dalam penelitian ini adalah pernyataan sikap dan perbuatan siswa dalam
melaksanakan kewajibannya secara sadar dengan cara menaati peraturan yang ada
Berdisiplin sangat penting bagi setiap siswa. Karena dengan berdisiplin akan
membuat seorang siswa memiliki kecakapan mengenai cara bersikap dan juga
merupakan suatu proses kearah pembentukan watak yang baik.
1) Fungsi disiplin menurut Tulus Tu’u (2004) dalam buku peran disiplin pada prilaku dan prestasi siswa yaitu :
a) Menata Kehidupan Bersama
Disiplin berguna untuk menyadarkan seseorang bahwa dirinya perlu
menghargai orang lain dengan cara menaati dengan mematuhi peraturan yang
berlaku, sehingga tidak akan merugikan pihak lain dan hubungan dengan
sesama menjadi baik dan lancar.
b) Membangun Kepribadian
Pertumbuhan kepribadian seseorang biasanya di pengaruhi oleh faktor
lingkungan, disiplin yang diterapkan di masing-masing lingkungan tersebut
memberi dampak bagi pertumbuhan kepribadian yang baik. Oleh karena itu,
dengan disiplin seseorang akan terbiasa mengikuti, mematuhi aturan yang
berlaku dan kebiasaan itu lama kelamaan masuk kedalam dirinya serta
berperan dalam membangun kepribadian yang baik.
c) Melatih Kepribadian
Sikap, prilaku dan pola kehidupan yang baik dan berdisiplin terbentuk
melalui latihan. Demikian juga dengan kepribadian yang tertib teratur dan
patuh perlu dibiasakan dan di latih.
d) Pemaksaan
Disiplin dapat terjadi karena adanya pemaksaan dan tekanan dari luar,
misalnya ketika seorang siswa yang kurang disiplin masuk ke satu sekolah /
24
terpaksa siswa tersebut harus mematuhi tata tertib yang ada di sekolah /
Lembaga Pondok Pesantren tersebut.
e) Hukuman
Tata tertib biasanya berisi hal-hal positif dan sanksi atau hukuman bagi yang
melanggar tata tertib tersebut.
f) Menciptakan Lingkungan Yang Kondusif
Disiplin sekolah / Lembaga Ponpes berfungsi mendukung terlaksananya
proses dan kegiatan pendidikan agar berjalan lancar dan memberi pengaruh
bagi terciptanya sekolah / Lembaga Ponpes sebagai lingkungan pendidikan
yang kondusif bagi kegiatan pembelajaran.
2.2.3 Hasil Belajar
Menurut Daryanto dalam bukunya Evaluasi Hasil Belajar (1999:100) ada
tiga ranah yang menjadi sasaran daalm evaluasi hasil belajar yaitu ranah kognitif,
ranah efektif dan ranah psikomotor. Namun dlam penelitian ini hasil belajar siswa
dibatasi pada ranah kognitif saja. Masih Menurut Daryanto (1999:100-101) aspek
kognitif dibedakan enam jenjang diantaranya:
a. Pengetahuan
b. Pemahaman
c. Penerapan
d. Analisis
e. Sintesis
Nilai aspek kognitif diperoleh dari pengatahuan, pemahan, penerapan, analisi,
dan sistesis siswa yang dievaluasi disetiap akhir pembelajaran. Hasil evaluasi
kemudian dianalisis dan disajikan dalan bentuk hasil belajar siswa. Menurut
Dimyati dan Mudjiono (2002:3-4) bahwa hasil belajar merupakan hasil dari suatu
interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru tindak mengajar
diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar dari sisi siwa hasil belajar merupakan
berakhirnya puncak proses belajar.
Hasil belajar dari satu sisi berkat tindakan guru suatu pencapaian tujuan
pembelajaran. Pada sisi lain, merupakan peningkatan kemampuan mental siswa.
Hasil belajar dapat dibedakan menjadi dampak pengajaran dan dampak pengiring.
Dampak pengajaran adalah hasil yang dapat diukur seperti yang tertuang dalam
angka rapor, angka dalam ijazah atau kemampuan melompat setelah latihan,
menurut Dimyati (2002:4-5). Dampak pengiring adalah terapan pengetahuan dan
kemampuan dibidang lain yang merupakan transfer belajar.
Menurut Mulyono dalam bukunya Kemampuan hasil belajar (1999:37) Hasil
belajar adalah hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah
melalui kegiatan belajar belajar itu sendiri merupakan suatu proses yang berusaha
untuk memperoleh suatu bentuk perilaku yang menetap. Anak yang bethasil
dalam belajar ialah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran.
Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat dikatkan bahwa hasil belajar
merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah mengalami proses pembelajaran
yang diwujudkan dalam bentuk skor atau angka setelah mengikuti tes. Hasil
belajar sangat berkaitan dengan ketuntasan belajar siswa. Seorang siswa dikatakan
26
ditetapkan masing-maisng satuan pendidikan. Dalam hal ini pada SDN 2
Wonosari memperoleh skor 63. Pada KTSP ketuntasan belajar setiap indikator
yang telah ditetapkan dalam suatu kompetendi dasar berkisar antara (0-100%)
dimana kriteria ideal ketuntasan untuk masing-masing indikator sebesar 75%.
2.2.4 Pembelajaran IPS
Istilah “Ilmu Pengetahuan Sosial”, disingkat IPS, merupakan nama mata
pelajaran di tingkat sekolah dasar dan menengah atau nama program studi di
perguruan tinggi identik dengan istilah “social studies” Sapriya (2009: 19). Istilah IPS di sekolah dasar merupakan nama mata pelajaran yang berdiri sendiri sebagai
integrasi dari sejumlah konsep disiplin ilmu sosial, humaniora, sains bahkan
berbagai isu dan masalah sosial kehidupan Sapriya (2009: 20). Materi IPS untuk
jenjang sekolah dasar tidak terlihataspek disiplin ilmu karena lebih dipentingkan
adalah dimensi pedagogik dan psikologis serta karakteristik kemampuan berpikir
peserta didik yang bersifat holistik Sapriya (2009: 20).
Pembelajaran IPS lebih menekankan pada aspek “pendidikan ” dari pada
transfer konsep karena dalam pembelajaran IPS siswa diharapkan memperoleh
pemahaman terhadap sejumlah konsep dan mengembangkan serta melatih sikap,
nilai, moral dan ketrampilannya berdasarkan konsep yang telah dimilikinya. IPS
juga membahas hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Lingkungan
masyarakat dimana anak didik tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari
Berdasarkan uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran IPS
sebagai proses belajar yang mengintegrasikan konsep-konsep terpilih dari
berbagai ilmu-ilmu sosial dan humaniora siswa agar berlangsung secara optimal.
2.2.5 Tujuan Pembelajaran IPS
Hakikat tujuan mata pelajaran IPS menurut (Chapin, J.R, Messick, R.G.
1992: 5) dalam Ichas Hamid Al-lamri dan Tuti Istianti (2006: 15) dapat
diidentifikasi sebagai berikut:
a. Membina pengetahuan siswa tentang pengalaman manusia dalam kehidupan
bermasyarakat pada masa lalu, sekarang, dan dimasa yang akan datang.
b. Menolong siswa untuk mengembangkan ketrampilan (skill) untuk mencari
dan mengolah/ memproses informasi.
c. Menolong siswa untuk mengembangkan nilai/ sikap (value) demokrasi dalam
kehidupan bermasyarakat.
d. Menyediakan kesempatan kepada siswa untuk mengambil bagian/ berperan
serta dalam kehidupan sosial.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2006: 67), mata pelajaran IPS
bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan
lingkungannya
b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,
28
c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan
d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam
masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.
Adapun National Council For The Social Studies (NCSS), sebagai organisasi para
ahli Social Studies menjadi sumber rujukan selama ini merumuskan tujuan
pembelajaran Pengetahuan Sosial yaitu mengembangakan siswa untuk menjadi
warganegara yang memiliki pengetahuan, nilai, sikap dan ketrampilan memadai
untuk berperan serta dalam kehidupan demokrasi dimana konten mata
pelajarannya digali dan diseleksi berdasar sejarah dan ilmu sosial, serta dalam
banyak hal termasuk humaniora dan sains.
Kedua tujuan utama pembelajaran Pengetahuan Sosial tersebut, tidak
terpisahkan dan merupakan satu kesatuan yang terintegrasi,saling berhubungan
dan saling melengkapi. Ichas Hamid Al-lamri dan Tuti Istianti Pengembangan
Pendidikan Nilai Dalam Pembelajaran Pemgetahuan Sosial Di SD mempunyai
peran membantu dalam menyiapkan warga negara demokratis dengan penanaman
nilai-nilai kebangsaan dan kewarganegaraan didukung oleh penguasaan disiplin
ilmu-ilmu sosial. Tujuan dari penelitian ini agar para siswa dapat memiliki
pengetahuan dan wawasan tentang konsep-konsep dasar ilmu sosial dan
humaniora, memiliki kepekaan dan kesadaran terhadap masalah sosial di
lingkungannya, serta memiliki ketrampilan mengkaji dan memecahkan
Beberapa pengertian tentang IPS seperti yang telah dikemukakan oleh
beberapa ahli di atas, maka dapat peneliti simpulkan bahwa IPS adalah salah satu
mata pelajaran yang memadukan konsep-konsep dasar ilmu sosial seperti
geografi, sejarah,antropologi, dan psikologi untukdiajarkan pada jenjang
pendidikan. Definisi kata pembelajaran dan definisi kata IPS seperti yang telah
dikemukan di atas di gabung menjadi satu pengertian makapembelajaran IPS
adalah suatu upaya yang dilakukan secara sengaja oleh pendidik untuk
menyampaikan ilmu pengetahuan berkaitan dengan isu-isusosial dan
kewarganegaraan untukdiajarkan disetiap jenjang pendidikan dengan
menggunakan metode dan model pembelajaran efektif dan efisien.
2.2.6 Fungsi Pembelajaan Ilmu Pengetahuan Sosial
Ilmu pengetahuan sosial adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah,
menganalisis gejala, dan masalah sosial dan masyarakat dengan meninjau dari
berbagai aspek kehidupan dan perpaduan. Untuk melaksanakan program-program
IPS dengan baik, sudah sewajarnya bila guru mengetahui dengan benar fungsi dan
peranan mata pelajaran IPS. Fungsi pembelajaran IPS menurut Ishack
(Winataputra, 2008) diantaranya yaitu:
a. Memberi bekal pengetahuan dasar, baik untuk melanjutkan ke jenjang
pendidikan lebih tinggi maupun diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
b. Mengembangkan keterampilan dalam mengembangkan konsep-konsep IPS.
c. Menanamkan sikap ilmiah dan melatih siswa dalam menggunakan metode
30
d. Menyadarkan siswa akan kekuatan alam dan segala keindahannya sehingga
siswa terdorong untuk mencintai dan mengagungkan penciptanya.
e. Memupuk daya kreatif dan inovatif siswa.
f. Membantu siswa memahami gagasan atau informasi baru dalam bidang Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).
g. Memupuk diri serta mengembangkan minat siswa terhadap IPS.
Fungsi pembelajaran IPS dalam penelitian ini adalah untuk menanamkan sikap
ilmiah dan melatih siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapi,
mengembangkan daya kreatif dan inovatif siswa serta memberi bekal pengetahuan
dasar untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi.
2.2.7 Materi Pelajaran IPS Kelas V Sekolah Dasar
Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan
dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
1. Mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan
Belanda dan Jepang.
a. Perjuang melawan Belanda sebelum abad XX
- Indonesia dibawah kekuasaan VOC
- Perlawanan terhadap VOC
- Indonesia dibawah kekuasaan pemerintah Belanda.
b. Tokoh-tokoh pergerakan nasional
- Tokoh Budi Utomo
- Tokoh perhimpunan Indonesia
- Tokoh partai nasional Indonesia
- Tokoh pergerakan wanita
- Tokoh sumpah pemuda.
c. Tokoh pejuang melawan penjajah Jepang
- Tokoh organisasi pusat tenaga rakyat
- Tokoh barisan pelopor
- Tokoh Pembela Tanah Air (PETA)
- Tokoh perjuangan melalui gerakan bawah tanah
- Tokoh perjuangan melalui perlawanan bersenjata.
2. Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan
kemerdekaan Indonesia.
a. Persiapan melalui badan penyelidik usaha-usaha persiapan kemerdekaan
Indonesia.
b. Persiapan melalui panitia persiapan kemerdekaan Indonesia
3. Menghargai jasa dan peranan tokoh dalam memproklamasikan kemerdekaan.
a. Peristiwa di sekitar proklamasi.
b. Penyebaran berita proklamasi dan pembentukan negara kesatuan republik
Indonesia.
4. Menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan.
a. Perjuangan bensenjata
- Perlawanan di Surabaya
- Pertempuran lima hari di Semarang
32
- Pertempuran Ambarawa
- Perintiwa Bali puputan
- Pertempuran Medan area
- Peristiwa di Kalimantan
- Peristiwa di Aceh
- Peristiwa di Sulawesi.
b. Perjuangan deplomasi
- Perundingan linggar jati dan agresi militer I
- Perundingan renfil dan agresi militer II
- Pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda.
c. Tokoh-tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan
- Jenderal Sudirman
- Bung Tomo
- Sri Sultan Hamengkubuwono IX
- Mr. Syarifuddin Prawiranegara
2.3 Penelitian Terdahulu yang Relevan
Penelitian mengenai penerapan model kooperatif tipe STAD telah banyak
dilakukan, di antaranya:
a. Penelitian yang dilakukan oleh Irawati Eka Safitri (2009) dengan judul
Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran kooperatif tipe STAD pada mata
pelajaran kimia untuk peserta didik kelas X semester 2 SMAN I Pacitan.Hasil
dari penelitian penerapan Model Pembelajaran kooperatif tipe STAD
mengungkapkan bahwa melalui kegiatan pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD menunjukan bahwa hasil belajar
kelas eksperimen lebih baik dibanding dengan kelas kontrol.
b. Penelitian yang dilakukan oleh Ika Puspitasari (2007), yang hasilnya
menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dapat meningkatkan minat belajar kimia peserta didik dan juga dapat motivasi
belajar kimia peserta didik kelas XI semester 1 di SMA Negeri 9 Yogyakarta
pada tahun ajaran 2006/2007.
c. Penelitian yang dilakukan oleh Siwi Nugraheni (2007) menemukan bahwa
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dilakukan di kelas
X semester 1 SMA Negeri 1 Sewon Tahun Ajaran 2006/2007, tidak ada
peningkatan motivasi belajar kimia peserta didik di kelas eksperimen, tetapi
ada perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar kimia peserta didik kelas
eksperimen dengan kelas kontrol, jika pengetahuan awal peserta didik
dikendalikan secara statistik. Ketiga penelitian diatas cukup relevan kerena
ketiga penelitian mengungkap efektivitas penerapan model pembelajaran
34
mengenai model pembelajaran tipe STAD lebih lanjut.
(http://eprints.uny.ac.id/9194/3/bab%202%20-%2010303247005.pdf).(diunduh
pada tanggal 22 April 2014).
2.4 Kerangka Pikir
Model kooperatif learning memiliki beberapa tipe seperti kooperative
lerning tipe STAD dan demontrasi. Pembelajaran model tipe STAD menempatkan
pendidik sebagai fasilitator sehingga peran guru tidak lagi terlalu dominan. Guur
berperan sebagai pemberi stimulasi pembimbing kegiatan siswa, menentukan
araah tentang hal-hal yang harus dilakukan siswa
Pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode demonstrasi akan
menciptakan kondisi belajar siswa yang efektif. Pembelajaran dimulai dengan
membagi siswa ke dalam kelompok yang terdiri dari 4-5 orang anggota kelompok.
Setiap anggota kelompok harus bertanggungjawab atas keberhasilan anggota
kelompok nereka dan harus membantu satu sama lain. Hal ini dilakukan agar
setiap anggota kelompoknya benar-benar memahami materi yang dipelajari
karena keberhasilan dari setiap individu akan mempengaruhi keberhasilan
kelompoknya. Kemudian siswa memperhatikan penjelasan guru terkait materi
yang disampaikan berdasarkan lembar kerja kelompok (LKK) selama guru
melakukan penjelasan siswa aktif memperhatikan dan mempelajari materi secara
individual sambil menyelesaikan tugas kelompok. Kemudian dilanjutkan dengan
diskusi kelompok berdasarkan model kooperatif tipe STAD.
Pembelajaran kooperatif tipe STAD dan demonstrasi akan membuat siswa
kemampuan berpikir kreatif dan kritis. Melalui adanya kerjasama dan diskusi
akan terjadi hubungan yang saling menguntungkan diantara anggota kelompk
tanpa adanya pengucilan individu. Model dan metode ini juga dapat
mengembangkan semangat kerja kelompok, serat menumbuhkan komunikasi yang
efektif dan semangat kompetisi diatara anggota kelompok. Dengan demikian akan
terjadi peningkatan sikap belajar dan pencapaian kompetensi belajar siswa dapat
berkembang yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatakan hasil belajar
IPS siswa kelas V SDN 2 Wonosari. Hasil belajar pada penelitian ini untuk
meningkatakan sikap belajar dan hasil belajar dari berbagai aspek meliputi
afektiv, kognitif dan psokomotor. Atas dasar uaraian diatas, kerangka pikir
36
Gambar 2.1 : Kerangka pikir penelitian
Kerangka pikir peneliti
Penggunaan media pembelajaran yang tidak bervariatif dalam pembelajaran IPS
dapat membuat siswa bosan dan enggan untuk belajar, pembelajaran yang
berpusat pada guru cenderung monoton siswa pun akan mengalami kejenuhan
sehingga mengakibatkan sikap belajar siswa nyaris tidak terlihat sehingga
berdampak pada hasil pencapaian hasil belajar yang rendah. Diharapakan model
pembelajaran tipe STAD siswa bereksplorasi dan berkembang secara wajar sesuai
dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak usia SD yang masih dalam Kondisi Akhir Kondisi awal Model Pembelajaran STAD Guru: belum menggunakan
tahap operasional konkrit menurut peneliti dengan mengkombinasikan media
pembelajaran siswa lebih tertantang dan terlibat langsung dalam proses
pembelajaran akan dapat meningkatkan sikap belajar dan hasil belajar yang lebih
baik.
2.5 Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir penelitian, dapat diajukan
hipotesis sebagai berikut :
1. Model pembelajaran STAD dapat meningkatkan sikap belajar mata pelajaran
IPS siswa Kelas V SDN 2 Wonosari Kecamatan Gadingrejo Kabupaten
Pringsewu tahun ajaran 2013/2014.
2. Model pembelajaran STAD dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran
IPS siswa Kelas V SDN 2 Wonosari Kecamatan Gadingrejo Kabupaten
38
3. Ada hubungan antara sikap belajar dengan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran IPS dikelas V SDN 2 Wonosari Kecamatan Gadingrejo Kabupaten
III. PROSEDUR PENELITIAN
3.1 Setting Penelitian
3.1.1 Tempat Penelitian
Pada penelitian ini penulis mengambil lokasi di SDN 2 Wonosari
Kecamatan Gadingrejo kabupaten Pringsewu. Alasan mengambil lokasi
atau tempat ini yaitu dengan pertimbangan karena penulis bekerja pada
sekolah tersebut, sehingga dapat memudahkan penulis dalam mencari data,
peluang waktu yang luas dan subyek penelitian yang sangat sesuai dengan
profesi penulis
3.1.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan yaitu penelitian dilakukan
dikelas V semester genap tahun pelajaran 2013/2014 SD Negeri 2 Wonosari
Kecamatan Gadingrejo.
3.2 Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas V yang berjumlah 20
40
3.2.1 Rencana Penelitian
Rencana Penelitian ini terdiri dari tiga siklus. Banyaknya pertemuan setiap
siklus dilaksanakan dua kali pertemuan dengan materi pelajaran. Setiap akhir
siklus akan diadakan tes untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap
konsep yang telah dipelajari pada siklus tersebut. Pada setiap pembelajaran akan
dilakukan observasi oleh guru lain yang berperan sebagai observer untuk
mengamati guru peneliti yang sedang mengajar, dan mengamati siswa yang
sedang belajar untuk melihat sikap belajar siswa dalam proses pembelajaran.
3.3 Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga siklus masing-masing siklus dengan
tahapan perencanaan-tindakan-onservasi-refleksi, dan dilaksanakan dengan
kolaborasi partisipasi anatara peneliti dengan guru, prosedur penelitian yang akan
ditempuh adalah suatu bentuk proses pengkajian berdaur siklus yang terdiri dari
empat tahapan dasar yang saling terkait dan berkesinambungan yaitu (1)
Perencanaan (planning) (2) pelaksanaan (acting), (3) pengamatan (observing), dan
Adapun urutan kegiatan secara garis besar dapat dilihat pada skema berikut :
SIKLUS I
SIKLUS II
SIKLUS III
DST
Gambar 3.1 Skema Tahap Pelaksanaan Tindakan
Prosedur penelitian seperti tergambar diatas diterjemahkan sebagai berikut:
1. Tahap Perencanaan yaitu merupakan langkah pertama dalam setiap kegiatan.
Rencana akan menjadi acuan dalam melaksanakan tindakan. Menyusun
rencana tindakan yang hendak diselenggarakn didalam pembelajaran IPS.
42
anatara peneliti dan guru agar tindakan dapat lebih terarah pada sasaran yang
hendak diteliti
2. Pelaksanaan, sebagai langkah kedua merupakan realisasi dari rencana yang kita
buat. Praktek pembelajaran berdasarkan rencana tindakan yang telah disusun
secara bersama-sama sebelumhya.
3. Observasi yaitu merupakan kegiatan melakukan pengamatan terhadap
pelaksanaan tindakan. Berdasarkan pengamatan ini kita akan dapat
menentukan apakah ada hal-hal yang perlu segera diperbaiki agar dapat
mencapai tujuan yang kita inginkan
4. Refleksi, yaitu merupak kegiatan yang dilakukan setelah tindakan berakhir.
Pada kegiatan ini kita akan mencoba melihat atau merenungkan kembali apa
yang telah kita lakukan dan apa dampaknya bagi proses belajara siswa.
5. Rekomendasi, dalam penelitian ini, teman sejawat adalah memberikan
masukan atau saran untuk ditindak lanjuti atau dilaksanakan pada siklus
berikutnya
SIKLUS I
Materi siklus satu adalah peristiwa di sekitar proklamasi, materi tersebut diberikan
2 kali pertemuan, tahap-tahap yang dilakukan adalah
Perencanaan (Planning) mencakup :
- Menganilisis silabus/ kurikulum tingkat satuan pendidikan
- Menyusun RPP dengan menggunakan alat peraga
- Mendiskusikan pembelajaran yang akan disajikan
- Menyusun kelompok belajar peserta didik
- Merencanakan tugas kelompok
- Melakukan diskusi dengan guru pendamping dan kepala sekolah untuk rencana
observasi
Tahap melakukan tindakan (Action) mencakup :
1. Melaksanakan langkah-langkah sesuai perencanaan (RPP)
a. Pertemuan 1 (2 x 35 menit)
Kompetensi dasar : menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam
memproklamasikan kemerdekaan indonesia
Indikator : menceritakan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi
disekitar proklamasi
Kegiatan awal
Mempersiapkan alat dan bahan
Apersepsi dengan bertanya tentang peristiwa-peristiwa penting yang terjadi
disekitar proklamasi dan menyampaikan kompetensi yang akan dicapai oleh
siswa
Memberikan motovasi dengan bertanya tentang yang membaca proklamasi,
tanggal proklamasi diproklamirkan
Kegiatan inti