• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DALAM MENINGKATKAN KEPUASAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM KARDINAH KOTA TEGAL TAHUN 2016 (Action Research)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DALAM MENINGKATKAN KEPUASAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM KARDINAH KOTA TEGAL TAHUN 2016 (Action Research)"

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

KARDINAH KOTA TEGAL

TAHUN 2016

(Action Research)

TESIS

ANITA PERMATASARI

20111030023

PROGRAM STUDI MANAJEMEN RUMAH SAKIT

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(2)

TAHUN 2016

(Action Research)

TESIS

Diajukan Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata 2

Program Studi Manajemen Rumah Sakit

ANITA PERMATASARI

20111030023

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(3)

PENERAPAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT

DALAM MENINGKATKAN KEPUASAN PASIEN

DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM

KARDINAH KOTA TEGAL

TAHUN 2016

(Action Research)

TESIS

ANITA PERMATASARI

20111030023

Pembimbing I,

Dr. Elsye Maria Rosa, SKM, M Kep Tanggal …………...

Pembimbing II,

Sri Handari Wahyuningsih, S.E, M.Si Tanggal ……….

(4)

PENERAPAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT

DALAM MENINGKATKAN KEPUASAN PASIEN

DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM

KARDINAH KOTA TEGAL

TAHUN 2016

(Action Research)

TESIS

ANITA PERMATASARI

20111030023

Pembimbing I,

Dr. Elsye Maria Rosa, SKM, M Kep Tanggal …………...

Pembimbing II,

Sri Handari Wahyuningsih, S.E, M.Si Tanggal ……….

(5)

Nama : Anita Permatasari

NIM : 20111030023

Jurusan : Magister Manajemen Rumah Sakit

Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Judul Tesis :Penerapan Komunikasi Terapeutik Dalam Meningkatkan

Kepuasan Pasien di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit

Kardinah Kota Tegal Tahun 2016 (Action Research)

Dengan ini menyatakan bahwa hasil tesis yang saya ajukan asli dan belum

pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik (Magister baik di Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta maupun perguruan tinggi lainnya). Dalam tesis ini

tidak terdapat karya-karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan

orang lain atau penulis sendiri kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan

sebagai acuan/referensi dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang atau

dicantumkan dalam daftar pustaka.

Pernyataan ini saya buat dengan penuh tanggungjawab dan saya bersedia

menerima sanksi apabila di kemudian hari diketahui tidak benar.

Tegal, 27 Desember 2016

Anita Permatasari

(6)

yang berjudul “Penerapan Komunikasi Terapeutik Perawat dalam Meningkatkan

Kepuasan Pasien Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Kardinah Kota Tegal

Tahun 2016 (Action Research) tepat pada waktunya.

Penulisan proposal tesis ini adalah dalam rangka memenuhi sebagian

syarat memperoleh gelar Sarjanan Strata 2 pada Program Studi Manajemen

Rumah Sakit Program Pascasarjana UMY. Di sisi lain, penelitian ini dilaksanakan

mengingat pentingya aspek kepuasan pelanggan RS dalam rangka peningkatan

kualitas pelayanan RS yang pada akhirnya diharapkan bermanfaat bagi RS

Kardinah pada khususnya dan pelayanan kesehatan pada umumnya. Tidak bisa

dipungkiri, bahwa fokus pelayanan kesehatan kini adalah pasien di mana

sekaligus menjadi sumber revenue bagi RS, oleh karenanya segala upaya yang

bersifat positif dalam rangka meningkatkan kepuasan hingga loyalitasnya adalah

aspek yang penting untuk dikembangkan. Dalam penelitian ini, penulis

menggunakan komunikasi terapeutik dan

Penghargaan setinggi-tinginya dan ucapan terimakasih, jazakumullohu

khoiron katsiron kami sampaikan kepada:

1. dr. Erwin Santosa, Sp.A., M.Kes. selaku Kaprodi MMR UMY.

2. Dr. Elsye Maria Rosa, SKM, M. Kep dan Sri Handari Wahyuningsih, SE, M.Si

selaku dosen pembimbing tesis, serta Dr. Dr. Nur Hidayah, M.M selaku dosen

penguji.

3. Seluruh dosen Prodi MMR UMY atas seluruh ilmu yang dicurahkan kepada

kami.

4. Dr. Abdal Hakim Tohari,Sp RM, MMR dan segenap karyawan RSU Kardinah

Kota Tegal yang telah memberikan dukungan kesempatan yang sangat luas dalam

penelitian ini.

5. Orang tua dan segenap keluarga besar atas doa dan dukungannya.

6. Rekan-rekan seperjuangan Prodi MMR atas semangat dan kebersamaannya.

(7)

penyusunan proposal tesis ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, saran

dan kritik yang membangun kami harapkan demi kemajuan bersama.

Yogyakarta, 15 Desember 2016

Penulis

(8)

maka Allah memberikan jalan keluar kepadanya dan memberikan rezeki dari arah

yang tidak disangka-sangka. Barangsiapa yang bertaqwa pada Allah,

maka Allah jadikan urusannya menjadi mudah.

(Q.S Ath-Thalaq : 2 dan 3)

Kudedikasikan karyaku untuk :

Ayah, Ibu, dan Suamiku Tercinta

Almamaterku

(9)

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 37

B. Subjek dan Obyek Penelitian ... 37

C. Populasi dan Sampel ... 37

D. Variabel Penelitian ... 38

E. Definisi Operasional ... 38

F. Instrumen Penelitian... 40

G. Vliditas Data... 40

H. Perencanaan Kegiatan ... 42

I. Etika Penelitian ... 42

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 49

B. Pembahasan ... 52

(10)

DAFTAR PUSTAKA ... 64 LAMPIRAN

(11)

Gambar 2.1. Kerangka teori ... 31

Gambar 2.2. Kerangka konsep ... 32

(12)

Tabel 3.1. Definisi operasional ... 38

Tabel 3.2 Perencanaan Kegiatan ... 42

Tabel 4.1 Hasil Kegiatan Action Research per Siklus ... 48

Tabel 4.2 Karakteristik Responden (pasien) ... 49

Tabel 4.3 Perbandingan Kepuasan Pasien Antara Sebelum dan Sesudah Treatment ... 50

Tabel 4.4 Karakteristik Responden (perawat) ... 50

Table 4.5 Ditribusi Frekuensi Berdasarkan Komunikasi Terapeutik ... 51

Table 4.6 Rata-Rata Nilai Kepuasan Sebelum dan Sesudah Treatment Berdasarkan Dimensi Kepuasan ... 51

Table 4.7 Perbandingan Komunikasi Sebelum dan Sesudah Treatment... 51

(13)

Lampiran 2. Surat Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 3. Kuesioner

(14)

(Action Research)

APPLICATION OF THERAPEUTIC COMMUNICATION FOR IMPROVING PATIENT’S SATISFACTION IN THE INPATIENT PUBLIC HOSPITAL OF

KARDINAH TEGAL IN 2016

Anita Permatasari

Program Studi Manajemen Rumah sakit Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

INTISARI

Rumah Sakit Kardinah adalah rumah sakit pemerintah yang diklasifikasikan sebagai pelayanan kesehatan rujukan yang bermutu. Banyaknya pasien yang mencapai kisaran 25.318 pasien setiap tahunnya menjadikan perlunya suatu monitoring dalam meningkatkan mutu sebuah pelayanan melalui peningkatan komunikasi yang efektif dari setiap unit pelayanan. Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan efektivitas komunikasi terapeutik yang mendorong kepuasan pasien ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Kardinah Kota Tegal tahun 2016.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif bersifat deskriptif menggunakan metode action research. Action research merupakan suatu metode penelitian pada bidang ilmu pendidikan yang ditujukan untuk memecahkan masalah melalui penerapan langsung di kelas atau tempat kerja. Dalam penelitian alat yang digunakan adalah kuesioner.

Hasil penelitian menunjukkan sebelum treatment didapatkan hasil bahwa kepuasan pasien dalam kategori memuaskan yaitu sebanyak 3 responden (60%), sedangkan bagi respoden dengan kepuasan pasien dalam kategori cukup memuaskan sebanyak 2 responden (40%). Sesudah Treatment didapatkan hasil bahwa kepuasan pasien dalam kategori memuaskan yaitu sebanyak 4 responden (80%), sedangkan bagi respoden dengan kepuasan pasien dalam kategori cukup memuaskan sebanyak 1 responden (20%). Observasi Perawat didapatkan hasil bahwa perawat dalam melakukan komunikasi terapeutik dengan baik yaitu sebanyak 4 responden (80%), sedangkan bagi perawat dengan komunikasi terapeutik kurang baik sebanyak 1 responden (20%).

Kata Kunci : Komunikasi terapeutik, kepuasan pasien, action research

(15)

supervision for improving quality of services through effective communication from each unit. The general objective of this research is to improve the effective communication which encourage patient satisfaction in Inpatient General Hospital Kardinah Tegal 2016.

This research is qualitative with action research as a method. Action Research is a method of research in the field of science education to aim at solving the problem through direct application in the classroom or workplace. This research used questionner as the instrument.

The result before treatment, showed that the majority of patient satisfaction in the category satisfying as many as 3 respondents (60%), while for respondents with satisfaction in the category was satisfactory as much as 2 respondents (40%). After treatment showed that the majority of patient satisfaction in the category satisfying as many as 4 respondents (80%), while for respondents with satisfaction in the category was satisfactory as 1 respondent (20%). Nurses Observation showed that the majority of nurses in communication with good therapeutic communication as many as 4 respondents (80%), whereas for nurses who perform therapeutic communication less well as 2 respondents (20%).

Keywords : therapeutic communication, patient satisfaction, action research

(16)
(17)

TAHUN 2016 (Action Research)

APPLICATION OF THERAPEUTIC COMMUNICATION FOR IMPROVING PATIENT’S SATISFACTION IN THE INPATIENT PUBLIC HOSPITAL OF

KARDINAH TEGAL IN 2016

Anita Permatasari

Program Studi Manajemen Rumah sakit Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

INTISARI

Rumah Sakit Kardinah adalah rumah sakit pemerintah yang diklasifikasikan sebagai pelayanan kesehatan rujukan yang bermutu. Banyaknya pasien yang mencapai kisaran 25.318 pasien setiap tahunnya menjadikan perlunya suatu monitoring dalam meningkatkan mutu sebuah pelayanan melalui peningkatan komunikasi yang efektif dari setiap unit pelayanan. Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan efektivitas komunikasi terapeutik yang mendorong kepuasan pasien ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Kardinah Kota Tegal tahun 2016.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif bersifat deskriptif menggunakan metode action research. Action research merupakan suatu metode penelitian pada bidang ilmu pendidikan yang ditujukan untuk memecahkan masalah melalui penerapan langsung di kelas atau tempat kerja. Dalam penelitian alat yang digunakan adalah kuesioner.

Hasil penelitian menunjukkan sebelum treatment didapatkan hasil bahwa kepuasan pasien dalam kategori memuaskan yaitu sebanyak 3 responden (60%), sedangkan bagi respoden dengan kepuasan pasien dalam kategori cukup memuaskan sebanyak 2 responden (40%). Sesudah Treatment didapatkan hasil bahwa kepuasan pasien dalam kategori memuaskan yaitu sebanyak 4 responden (80%), sedangkan bagi respoden dengan kepuasan pasien dalam kategori cukup memuaskan sebanyak 1 responden (20%). Observasi Perawat didapatkan hasil bahwa perawat dalam melakukan komunikasi terapeutik dengan baik yaitu sebanyak 4 responden (80%), sedangkan bagi perawat dengan komunikasi terapeutik kurang baik sebanyak 1 responden (20%).

Kata Kunci : Komunikasi terapeutik, kepuasan pasien, action research

(18)

with good quality. Many patient which achieve 25.318 every year, it caused need supervision for improving quality of services through effective communication from each unit. The general objective of this research is to improve the effective communication which encourage patient satisfaction in Inpatient General Hospital Kardinah Tegal 2016.

This research is qualitative with action research as a method. Action Research is a method of research in the field of science education to aim at solving the problem through direct application in the classroom or workplace. This research used questionner as the instrument.

The result before treatment, showed that the majority of patient satisfaction in the category satisfying as many as 3 respondents (60%), while for respondents with satisfaction in the category was satisfactory as much as 2 respondents (40%). After treatment showed that the majority of patient satisfaction in the category satisfying as many as 4 respondents (80%), while for respondents with satisfaction in the category was satisfactory as 1 respondent (20%). Nurses Observation showed that the majority of nurses in communication with good therapeutic communication as many as 4 respondents (80%), whereas for nurses who perform therapeutic communication less well as 2 respondents (20%).

Keywords : therapeutic communication, patient satisfaction, action research

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakah kebutuhan paling mendasar yang

harus dimiliki oleh manusia. Kesadaran akan arti pentingnya

kesehatan merupakan salah satu alasan dimana kebutuhan akan

mutu pelayanan juga semakin meningkat. Selain itu masyarakat

akan semakin pandai memilih mana yang terbaik sesuai dengan

apa yang mereka inginkan dan butuhkan (Mudayana dan

Cahyadi, 2014). Keberhasilan yang diperoleh suatu layanan

kesehatan dalam meningkatkan mutu pelayanannya sangat

berhubungan erat dengan kepuasan pasien (Sudian, 2012). Oleh

karena itu, diperlukan pelayanan kesehatan yang bermutu sebagai

salah satu bentuk perlindungan sosial bagi masyarakat. Seperti

halnya yang dikemukakan oleh Hafid (2014), setiap individu,

keluarga dan masyarakat berhak memperoleh perlindungan

kesehatannya dan Negara bertanggungjawab mengatur agar

(20)

Mudayana dan Cahyadi (2014) mengemukakan:

“Dalam mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi mayarakat, diselenggarakan upaya kesehatan perseorangan dan upaya kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative yang dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh dan berkesinambungan.”

Berbagai fakta menunjukkan adanya masalah serius dalam

mutu pelayanan kesehatan di Indonesia. Sudian (2012),

pelayanan kesehatan yang belum sesuai dengan harapan pasien

maka diharapkan menjadi masukan bagi organisasi pelayanan

kesehatan agar berupaya memenuhinya. Oleh sebab itu, kualitas

pelayanan merupakan hal penting untuk diperhatikan. Penilaian

konsumen pada kualitas pelayanan rumah sakit merupakan hal

penting sebagai acuan dalam pembenahan pelayanan sehingga

terciptanya suatu kepuasan pelanggan dan menciptakan suatu

loyalitas dari konsumen. (Puti, 2012).

Dharminto, Shaluhiyah, dan Suryawati (2006) mengatakan:

(21)

masuk rawat, aspek pelayanan “hotel” di RS, serta ketertiban dan kebersihan lingkungan RS”.

Menurut Mubarak (2012), komunikasi menjadi alat yang

efektif untuk mempengaruhi tingkah laku manusia menjadikan

komunikasi dikembangkan dan dipelihara secara terus menerus.

Oleh sebab itu, komunikasi menjadi komponen penting dalam

praktik keperawatan. Dalam jurnalnya, Hafid (2014) berpendapat

bahwa perawat sebagai profesi yang berperan dalam memberikan

pelayanan kesehatan sehingga tidak jarang pelayanan

keperawatan menjadi sasaran dari ketidakpuasan pasien. Pada

sebuah organisasi pelayanan kesehatan seperti rumah sakit sering

terjadi permasalahan yang berhubungan dengan komunikasi.

Sikap petugas yang tidak ramah terhadap pasien dan empati yang

kurang efektif mengakibatkan pasien kurang puas. Hal tersebut

jelas sangat mempengaruhi mutu pelayanan di Rumah Sakit.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Maharani, Mukaddas, dan

Indriani (2016) menunjukkan bahwa tangible, reliability,

responsivenesess, assurance, dan empati berpengaruh seginifikan

terhadap kepuasan pasien. Hasil yang dilakukan Sudian (2012)

(22)

komunikasi dengan kepuasan pasien di salah satu Rumah Sakit di

Kabupaten Aceh Utara.

Komunikasi adalah komponen penting dalam praktik

keperawatan. Komunikasi menjadi salah satu upaya individu

dalam menjaga dan mempertahankan proses interaksi dengan

orang lain. Komunikasi merupakan alat yang efektif untuk

mempengaruhi tingkah laku manusia, sehingga komunikasi

dikembangkan dan dipelihara secara terus menerus (Mubarak.

2012).

Perawat sebagai tenaga kesehatan yang paling lama dan

sering berinteraksi dengan klien. Oleh karena itu, perawat

diharapkan dapat menjadi “obat” secara psikologis bagi

pasiennya. Menurut Simamora (2011), kesan lahiriah perawat dan

keramah tamahan perawat mulai dari senyum yang penuh

ketulusan, kerapian berbusana, sikap familiar, serta sikap

bertemperamen bijak dibutuhkan untuk menjadi obat pertama

bagi pasien.

Oleh karena itu, perawat memerlukan keterampilan khusus

(23)

dalam perilaku berkomunikasi secara terapeutik dengan orang

lain (Sheldon, 2013). Perawat yang memiliki keterampilan

berkomunikasi secara terapeutik tidak akan hanya mudah

menjalin hubungan rasa percaya dengan klien, tetapi juga

mencegah terjadinya masalah legal, memberikan kepuasan

profesional dalam pelayanan keperawatan, dan meningkatkan

citra profesi serta citra Rumah Sakit (Mubarak, 2012).

Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang

direncanakan dan dilakukan untuk membantu penyembuhan atau

pemulihan klien. Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi

profesional bagi perawat (Nunung, 2011). Perawat dituntut untuk

melakukan komunikasi terapeutik dalam melakukan tindakan

keperawatan agar pasien atau keluarganya tahu tindakan apa

yang akan dilakukan pada pasien (Hermawan, 2009).

Menurut Pratiwi (2015), komunikasi terapeutik termasuk

dalam komunikasi antar pribadi dimana komunikasi antar pribadi

merupakan komunikasi inti yang dilakukan oleh perawat.

Komunikasi antar pribadi dilakukan secara interpersonal dimana

(24)

komunikasi terapeutik merupakan cara yang efektif untuk

mempengaruhi tingkah laku manusia dan bermanfaat dalam

melaksanakan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit, sehingga

komunikasi harus dikembangkan secara terus-menerus.

Hubungan antara perawat dan klien yang terapeutik bisa terwujud

dengan adanya interaksi yang terapeutik antar keduanya

(Damaiyanti, M, 2014).

Purwanto (2012), ada beberapa kemungkinan kurang

berhasilnya komunikasi terapeutik perawat pada klien

diantaranya dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan perawat

dalam komunikasi terapeutik, sikap perawat, tingkat pendidikan,

pengalaman, lingkungan, jumlah tenaga yang kurang dan lain-

lain. Rendahnya komunikasi terapeutik yang dilakukan oleh

perawat berdampak terhadap ketidakpuasan pasien.

Seorang klien yang tidak puas, akan menghasilkan sikap

atau perilaku tidak patuh pada seluruh prosedur keperawatan dan

prosedur medis misalnya menolak pemasangan infus, menolak

meminum obat, menolak untuk dikompres panas atau dingin, dan

(25)

mencari jasa pelayanan yang bermutu di tempat yang lain. Oleh

sebab itu sudah saatnya kepuasaan klien menjadi bagian integral

dalam misi dan tujuan profesi keperawatan karena semakin

meningkatnya intensitas kompetensi global dan domestik, serta

berubahnya preferensi dan perilaku dari klien untuk mencari

pelayanan jasa keperawatan yang bermutu (Haryanti, 2012).

Kepuasan klien adalah hal utama yang perlu diprioritaskan

oleh rumah sakit agar dapat bertahan, bersaing dan

mempertahankan pasar yang sudah ada karena rumah sakit

merupakan badan usaha yang bergerak dibidang jasa pelayanan

kesehatan (Irawan, 2011). Menurut laporan data Sensus Nasional

(2001) pelayanan kesehatan untuk rawat inap yang banyak

dimanfaatkan adalah rumah sakit pemerintah adalah (37,1%) dan

rumah sakit swasta (34,3%) sisanya adalah rumah sakit bersalin

dan puskesmas, sedangkan untuk pelayanan komunikasi

terapeutik disimpulkan bahwa ketidakpuasan dari pelayanan

komunikasi terapeutik rumah sakit pemerintah dan rumah sakit

swasta untuk rawat jalan dan rawat inap semakin meningkat.

(26)

pemerintah secara umum lebih rendah dibandingkan dengan

rumah sakit swasta.

Rumah Sakit Umum Daerah Kardinah (RSUD Kardinah)

Kota Tegal bermula dari balai pengobatan yang didirikan pada

tahun 1927 oleh Raden Ajeng Kardinah. Raden Ajeng Kardinah

adalah istri Bupati Tegal pada masa itu, merupakan sosok yang

sangat peduli dengan nasib rakyat, khususnya dalam hal

pengobatan yang masih sangat tradisional pada masa tersebut.

Dengan modal awal 16.000 golden hasil penjualan buku

karangan beliau berjudul ”Cara Membatik” ditambah bantuan

dari Residen Pekalongan, maka didirikanlah Balai Pengobatan

yang bertujuan untuk memberikan bantuan pengobatan kepada

rakyat yang kurang mampu.

Pada tahun 1971 setelah Raden Ajeng Kardinah wafat,

Balai Pengobatan yang sudah mengalami berbagai peningkatan

sarana dan prasarana diserahkan kepada Pemerintah Daerah

Tingkat II Kotamadya Tegal dan kemudian berubah menjadi

rumah sakit yang kemudian diberi nama Rumah Sakit Umum

(27)

Pada tahun 1983, dengan Surat Keputusan Walikota Madya

Dati II Tegal Nomor 61/1/1004/1983, Rumah Sakit Umum

Kardinah ditetapkan sebagai Rumah Sakit Umum tipe C,

selanjutnya pada tahun 1995 dengan Surat Keputusan Menteri

Kesehatan No. 92/ Menkes/SK/I/1995 ditetapkan sebagai Rumah

Sakit Umum Daerah tipe B non Pendidikan.

Pada tahun 1998 Rumah Sakit Umum Kardinah dinyatakan

lulus akreditasi dengan sertifikat akreditasi rumah sakit untuk 5

(lima) Pelayanan Dasar, dan pada tahun 2002 Rumah Sakit

Umum Kardinah dinyatakan lulus akreditasi dengan sertifikat

akreditasi rumah sakit untuk 12 (duabelas) Pelayanan.

Dalam upaya meningkatkan pelayanan kepada masyarakat,

maka berdasarkan Keputusan Walikota Tegal Nomor 445 /244

/2008 Tanggal 31 Desember 2008, ditetapkanlah status

pengelolaan keuangan RSUD Kardinah sebagai Satuan Kerja

Perangkat Daerah (SKPD) yang mempunyai hak pengelolaan

keuangan dalam bentuk Badan Layanan Umum Daerah (BLUD)

dengan status penuh. Kemudian pada tanggal 16 Desember 2011,

(28)

2008 Certificate of Registration No : D0023.1.1023.12.11 dan

berhasil mempertahankan sampai dengan sekarang.

Rumah Sakit Kardinah adalah rumah sakit pemerintah yang

diklasifikasikan sebagai pelayanan kesehatan rujukan yang

bermutu. Banyaknya pasien yang mencapai kisaran 25.318 pasien

setiap tahunnya menjadikan perlunya suatu monitoring dalam

meningkatkan mutu sebuah pelayanan melalui peningkatan

komunikasi yang efektif dari setiap unit pelayanan. Survey awal

dilakukan penulis dengan mewawancarai pasien yang menjalani

rawat inap di Rumah Sakit Kardinah Kota Tegal. Hasil

wawancara survey awal menunjukkan bahwa penyebab

ketidakpuasan pasien akan pelayanan asuhan keperawatan antara

lain : perawat jarang menyediakan waktu untuk

mendengarkankan keluhan pasien tentang sakit yang

dirasakannya, perawat kurang memberikan penjelasan tentang

tindakan keperawatan yang dilakukan, perawat tidak bisa

memberikan keyakinan bahwa tindakan keperawatan yang

(29)

pasien tanpa ada perhatian dan akan datang ke ruang perawatan

pasien apabila keluarga pasien menyampaikan keluhan.

Berdasarkan hasil wawancara survey awal pada 15 orang

pasien rawat inap yang ada di Rumah Sakit Kardinah Kota Tegal

didapatkan hasil bahwa 10 orang mengatakan komunikasi

perawat kepada pasien sudah baik dan 5 orang mengatakan

kurang baik dalam penyampaian.

Hasil analisa kajian pendahuluan dan jurnal yang ada maka

penelitian ini mempunyai kesempatan yang sangat besar dimana

alokasi tempat, waktu dan jumlah populasi yang berbeda dengan

metode yang berbeda pula. Dalam penelitian ini digunakan

metode action research dimana metode ini masih jarang

digunakan dalam penelitian dengan judul-judul yang serupa.

Berdasarkan studi di atas maka penulis tertarik untuk

mengadakan penelitian tentang “Penerapan komunikasi

terapeutik perawat dalam meningkatkan kepuasan pasien di ruang

Rawat Inap Rumah Sakit Umum Kardinah Kota Tegal tahun

(30)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan hasil uraian kajian pendahuluan diatas maka

peneliti merumuskan masalah sebagai berikut “Bagaimana

penerapan komunikasi terapeutik perawat dalam meningkatkan

kepuasan pasien di ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum

Kardinah Kota Tegal tahun 2016?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk

meningkatkan efektivitas komunikasi terapeutik yang mendorong

kepuasan pasien ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Kardinah

Kota Tegal tahun 2016.

2. Tujuan Khusus

a. Mengkaji komunikasi terapeutik perawat di ruang rawat

inap Rumah Sakit Umum Kardinah Kota Tegal tahun 2016

b. Mengkajikepuasan pasien di ruang rawat inap Rumah Sakit

(31)

D. Manfaat Penelitian

1. Teoritis

a. Bagi Manajemen Rumah Sakit

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

pada pengembangan ilmu manajemen Rumah Sakit.

b. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi

penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan komunikasi

terapeutik perawat dengan menggunakan metode yang

berbeda.

2. Praktis

a. Bagi RSU Kardinah Kota Tegal

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan

yang positif untuk membangun motivasi dalam

penyampaian suatu informasi yang memang sudah menjadi

hak pasien dan keluarga.

(32)

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan motivasi

petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan baik rawat

(33)
(34)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Komunikasi Terapeutik

1. Pengertian komunikasi terapeutik

Terapeutik merupakan kata sifat yang dihubungkan dengan

seni dari penyembuhan (Anas, 2014). Maka di sini diartikan

bahwa terapeutik adalah segala sesuatu yang memfasilitasi proses

penyembuhan. Sehingga komunikasi terapeutik itu sendiri adalah

komunikasi yang direncanakan dan dilakukan untuk membantu

penyembuhan/ pemulihan pasien. Komunikasi terapeutik

merupakan komunikasi profesional bagi perawat.

Komunikasi mengandung makna bersama – sama

(common). Istilah komunikasi atau communication berasal dari

bahasa Latin, yaitu communication yang berarti pemberitahuan

atau pertukaran.Kata sifatnya communis, yang bernakna umum

atau bersama – sama (Devi, 2012)

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan

(35)

membantu klien mengatasi masalah yang dihadapinya melalui

komunikasi (Damaiyanti, 2014).

Komunikasi terapeutik adalah modalitas dasar intervensi

utama yang terdiri atas teknik verbal dan nonverbal yang

digunakan untuk membentuk hubungan antara terapis dan pasien

dalam pemenuhan kebutuhan (Mubarak, 2012). Oleh karena itu,

komunikasi terapeutik merupakan hal penting dalam kelancaran

pelayanan kesehatan yang dilakukan terapis untuk mengetahui

apa yang dirasakan dan diinginkan pasien.

2. Tujuan komunikasi terapeutik

Dalam konteks pelayanan keperawatan kepada klien,

pertama-tama klien harus percaya bahwa perawat mampu

memberikan pelayanan keperawatan dalam mengatasi

keluhannya, demikian juga perawat harus dapat dipercaya dan

diandalkan atas kemampuan yang telah dimiliki perawat

(Simamora, 2013). Dengan memiliki keterampilan berkomunikasi

terapeutik, perawat akan lebih mudah menjalin hubungan saling

percaya dengan klien, sehingga akan lebih efektif dalam

(36)

memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan keperawatan

dan akan meningkatkan profesi (Damaiyanti, 2012).

Tujuan komunikasi terapeutik (Purwanto, 1994 seperti

dikutip dalam Damaiyanti, 2012) adalah:

a. Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi

beban perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan

untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada

hal yang diperlukan.

b. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil

tindakan yang efektif dan mempertahankan kekuatan

egonya.

c. Memengaruhi orang lain, lingkungan fisik, dan dirinya

sendiri.

3. Manfaat komunikasi terapeutik

Manfaat komunikasi terapeutik (Anas, 2014) adalah:

a. Mendorong dan menganjurkan kerja sama antara perawat

(37)

b. Mengidentifikasi, mengungkapkan perasaan, mengkaji

masalah, dan mengevaluasi tindakan yang dilakukan oleh

perawat.

4. Prinsip-prinsip komunikasi terapeutik

Prinsip-prinsip komunikasi terapeutik:

a. Perawat harus mengenal dirinya sendiri yang berarti

menghayati, memahami dirinya sendiri serta nilai yang

dianut.

b. Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima,

saling percaya dan saling menghargai.

c. Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik

fisik maupun mental.

d. Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan

pasien bebas berkembang tanpa rasa takut.

e. Perawat harus dapat menciptakan suasana yang

memungkinkan pasien memiliki motivasi untuk mengubah

dirinya baik sikap, tingkah lakunya sehingga tumbuh makin

matang dan dapat memecahkan masalah – masalah yang

(38)

f. Perawat harus mampu menguasai perasaan sendiri secara

bertahap untuk mengetahui dan mengatasi perasaan

gembira, sedih, marah, keberhasilan, amupun frustasi.

g. Mampu menentukan batas waktu yang sesuai dan dapat

mempertahankan konsistensinya.

h. Memahami betul arti empati sebagai tindakan yang

terapeutik dan sebaliknya simpati bukan tindakan yang

terapeutik.

i. Kejujuran dan komunikasi terbuka merupakan dasar dari

hubungan terapeutik.

j. Mampu berperan sebagai role model agar dapat

menunjukkan dan meyakinkan orang lain tentang

kesehatan, oleh karena itu perawat perlu mempertahankan

suatu keadaan sehat fisik mental, spiritual, dan gaya hidup.

k. Disarankan untuk mengekspresikan perasaan bila dianggap

mengganggu.

l. Altruisme untuk mendapatkan kepuasan dengan menolong

(39)

m. Berpegang pada etika dengan cara berusaha sedapat

mungkin mengambil keputusan berdasarkan prinsip

kesejahteraan manusia.

n. Bertanggung jawab dalam dua dimensi yaitu tanggung

jawab terhadap diri sendiri atas tindakan yang dilakukan

dan tanggung jawab terhadap orang lain.

5. Sikap komunikasi terapeutik

Menurut Devi (2012) terdapat 5 sikap atau cara untuk

menghadirkan diri secara fisik yang dapat memfasilitasi

komunikasi terapeutik, yaitu:

a. Berhadapan; arti dari posisi ini adalah saya siap untuk anda.

b. Mempertahankan kontak mata; kontak mata pada level

yang sama berarti menghargai pasien dan menyatakan

keinginan untuk tetap berkomunikasi.

c. Membungkuk kearah pasien; posisi ini menunjukkan

keinginan untuk menyatakan atau mendengarkan sesuatu.

d. Memperlihatkan sikap terbuka; tidak melipat kaki atau

tangan menunjukkan keterbukaan untuk berkomunikasi dan

(40)

e. Tetap rileks; tetap dapat mengendalikan keseimbangan

antara ketegangan dan relaksasi dalam memberikan respons

kepada pasien, meskipun dalam situasi yang kurang

menyenangkan.

6. Teknik-teknik komunikasi terapeutik

Beberapa teknik komunikasi terapeutik menurut Aisah

(2015) antara lain:

a. Mendengarkan dengan penuh perhatian

Perawat diharapkan dapat mengerti klien dengan cara

Mendengarkan apa yang disampaikan klien. Ciri dari

pendengar yang baik antara lain: pandangan saat berbicara,

tidak menyilangkan kaki dan tangan, hindari tindakan yang

tidak perlu, anggukan kepala jika klien membicarakan hal

hal yang penting atau memerlukan umpan balik,

condongkan tubuh kearah lawan bicara.

b. Menunjukkan penerimaan

Perawat harus waspada terhadap ekspresi wajah dan

(41)

mengerutkan kening atau menggeleng yang menyatakan

tidak percaya.

c. Menanyakan pertanyaan yang berkaitan

Tujuan perawat bertanya adalah untuk mendapatkan

informasi yang spesifik mengenai apa yang disampaikan

oleh klien dengan menggunakan kata-kata yang sesuai

dengan konteks sosial budaya klien.

d. Pertanyaan terbuka (Open-Ended Question)

Pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban ”ya” dan

”mungkin”, tetapi memerlukan jawaban yang luas. Dengan

begitu klien dapat mengemukakan masalahnya dengan

kata-katanya sendiri atau memberikan informasi yang

diperlukan.

e. Mengulang ucapan pasien dengan menggunakan kata-kata

sendiri

Dengan pengulangan kembali kata-kata klien, perawat

memberikan umpan balik bahwa ia mengerti pesan klien

dan berharap komunikasi dilanjutkan.

(42)

Klarifikasi terjadi saat perawat berusaha menjelaskan dalam

kata-kata, ide atau pikiran yang tidak jelas dikatakan oleh

klien. Tujuannya adalah untuk menyamakan pengertian.

g. Memfokuskan

Metode ini bertujuan untuk membatasi bahan pembicaraan

sehingga percakapan menjadi lebih spesifik dan mengerti,

usahakan tidak memutus pembicaraan ketika klien

menyampaikan masalah yang penting

h. Menyatakan hasil observasi

Dengan perawat memberikan umpan balik berupa isyarat

non verbal, klien dapat mengetahui apakah pesannya

diterima dengan benar atau tidak. Teknik ini seringkali

membuat klien berkomunikasi lebih jelas tanpa perawat

harus bertanya, memfokuskan dan mengklarifikasi pesan.

i. Menawarkan informasi

Memberikan tambahan informasi seperti tindakan

penyuluhan kesehatan untuk klien. Penahanan informasi

yang dilakukan saat klien membutuhkan akan

(43)

j. Diam (memelihara ketenangan)

Diam akan memberikan kesempatan kepada perawat dan

klien untuk mengorganisir pikirannya. Diam

memungkinkan klien untuk berkomunikasi dengan dirinya

sendiri, mengorganisir pikiran dan memproses informasi,

terutama pada saat klien harus mengambil keputusan. Diam

yang tidak tepat dapat menyebabkan orang lain merasa

cemas.

k. Meringkas

Meringkas adalah pengulangan ide utama yang telah

dikomunikasikan secara singkat. Metode ini bermanfaat

untuk membantu mengingat topik yang telah dibahas

sebelum meneruskan pembicaraan berikutnya.

l. Memberi penghargaan

Berilah penghargaan pada klien dan jangan sampai menjadi

beban. Dalam arti jangan sampai klien berusaha keras dan

melakukan segalanya demi untuk mendapatkan pujian atau

persetujuan atas perbuatannya.

(44)

Perawat menyediakan diri tanpa respons bersyarat atau

respon yang diharapkan.

n. Memberi kesempatan pada klien untuk memulai

pembicaraan

Memberi kesempatan pada klien untuk berinisiatif dalam

memilih topik pembicaraan. Untuk klien yang merasa

ragu-ragu, perawat dapat menstimulusnya untuk membuka

pembicaraan.

o. Menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan

Teknik ini memberikan kesempatan kepada klien untuk

mengarahkan hampir seluruh pembicaraan. Teknik ini juga

mengindikasikan bahwa perawat mengikuti apa yang

dibicarakan dan tertarik dengan apa yang akan dibicarakan

selanjutnya.

p. Menempatkan kejadian secara berurutan

Mengurutkan kejadian secara teratur akan membantu

perawat dan klien untuk melihatnya dalam suatu perspektif,

(45)

q. Memberikan kesempatan pada pasien untuk menguraikan

persepsinya

Jika perawat ingin mengerti klien, maka ia harus melihat

segala sesuatunya dari perspektif klien.

r. Refleksi

Refleksi ini memberikan kesempatan kepada klien untuk

mengemukakan dan menerima ide dan perasaannya sebagai

bagian dari dirinya sendiri. Dengan demikian klien dapat

mengemukakan pendapatnya, membuat keputusan, dan

memikirkan dirinya sendiri.

s. Assertive

Assertive adalah kemampuan dalam meyakinkan,

mengekspresikan pikiran dan perasaan diri dengan tetap

menghargai orang lain. Kemampuan asertif antara lain:

berbicara jelas, mampu menghadapi manipulasi pihak lain

tanpa menyakiti hatinya, melindungi diri dari kritik.

t. Humor

Humor merupakan hal yang penting dalam komunikasi

(46)

sakit akibat stres, serta meningkatkan keberhasilan asuhan

keperawatan.

7. Hubungan Perawat dan Klien/Helping Relationship

Salah satu karakteristik dasar dari komunikasi yaitu ketika

seseorang melakukan komunikasi terhadap orang lain maka akan

tercipta suatu hubungan diantara keduanya,. Hal inilah yang pada

akhirnya membentuk suatu hubungan ‘helping relationship’.

Helping relationship adalah hubungan yang terjadi diantara dua

(atau lebih) individu maupun kelompok yang saling memberikan

dan menerima bantuan atau dukungan untuk memenuhi

kebutuhan dasarnya sepanjang kehidupan. Pada konteks

keperawatan, hubungan yang dimaksud adalah hubungan antara

perawat dan klien. Ketika hubungan antara perawat dan klien

terjadi, perawat sebagai penolong (helper) membantu klien

sebagai orang yang membutuhkan pertolongan, untuk mencapai

tujuan yaitu terpenuhinya kebutuhan dasar manusia klien

(47)

Menurut Suryani (2015), ada beberapa karakteristik seorang

helper (perawat) yang dapat memfasilitasi tumbuhnya hubungan

yang terapeutik, yaitu:

a. Kejujuran

Kejujuran sangat penting, karena tanpa adanya kejujuran

mustahil bisa terbina hubungan saling percaya. Sangat

penting bagi perawat untuk menjaga kejujuran saat

berkomunikasi dengan klien, karena apabila hal tersebut

tidak dilakukan maka klien akan menarik diri, merasa

dibohongi, membenci perawat atau bisa juga berpura-pura

patuh terhadap perawat.

b. Tidak membingungkan dan cukup ekspresi

Dalam berkomunikasi dengan klien, perawat sebaiknya

menggunakan kata-kata yang mudah dipahami oleh klien.

Komunikasi nonverbal harus cukup ekspresif dan sesuai

dengan verbalnya karena ketidaksesuaian akan

menimbulkan kebingungan bagi klien.

(48)

Bersikap positif ditunjukkan dengan bersikap hangat, penuh

perhatian dan penghargaan terhadap klien. Untuk mencapai

kehangatan dan ketulusan dalam hubungan terapeutik tidak

memerlukan kedekatan yang kuat atau ikatan tertentu

diantara perawat dan klien akan tetapi penciptaan suasana

yang dapat membuat klien merasa aman dan diterima dalam

mengungkapkan perasaan dan pikirannya

d. Empati bukan simpati

Dengan empati, perawat dapat memberikan alternatif

pemecahan masalah karena perawat tidak hanya merasakan

permasalahan klien tetapi juga tidak berlarut-larut dalam

perasaan tersebut dan turut berupaya mencari penyelesaian

masalah secara objektif.

e. Mampu melihat permasalahan dari kacamata klien

Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus

berorientasi pada klien, melihat permasalahan yang sedang

dihadapi klien dari sudut pandang klien. Untuk dapat

melakukan hal ini perawat harus memahami dan

(49)

f. Menerima klien apa adanya

Jika seseorang merasa diterima maka dia akan merasa aman

dalam menjalin hubungan interpersonal.

g. Sensitif terhadap perasaan klien

Dengan bersikap sensitif terhadap perasaan klien, perawat

dapat terhindar dari berkata atau melakukan hal-hal yang

menyinggung privasi ataupun perasaan klien.

h. Tidak mudah terpengaruh oleh masa lalu klien ataupun diri

perawat sendiri

Perawat harus mampu memandang dan menghargai klien

sebagai individu yang ada pada saat ini, bukan atas masa

lalunya, demikian pula terhadap dirinya sendiri.

8. Tahap-tahap hubungan terapeutik

Dalam mmembina hubungan terapeutik (berinteraksi)

perawat mempunyai 4 tahap yang pada setiap tahapnya

mempunyai tugas yang harus diselesaikan oleh perawat

(Damaiyanti, 2014).

(50)

Pra interaksi merupakan masa persiapan sebelum

berhubungan dan berkomunikasi dengan pasien. Anda perlu

mengevaluasi diri tentang kemampuan yang anda miliki.

Jika merasakan ketidakpastian maka anda perlu membaca

kembali, diskusi dengan teman sekelompok atau diskusi

dengan tutor. Adapun hal yang perlu dilakukan pada fase

ini adalah :

1) Mengumpulkan data tentang pasien

2) Mengeksplorasi perasaan, fantasi, dan ketakutan diri

3) Membuat rencana pertemuan dengan pasien (kegiatan,

waktu, tempat)

b. Fase orientasi/ perkenalan

Perkenalan merupakan kegiatan yang dilakukan saat

pertama kali bertemu dengan pasien. Hal-hal yang perlu

dilakukan adalah :

1) Memberi salam

2) Memperkenalkan diri perawat

3) Menanyakan nama pasien

(51)

5) Menghadapi kontrak

6) Memulai percakapan awal

7) Menyepakati masalah pasien

8) Mengakhiri perkenalan

Orientasi dilaksanakan pada awal setiap pertemuan kedua

dan seterusnya. Tujuan fase orientasi adalah memvalidasi

kekurangan data, rencana yang telah dibuat dengan keadaan

pasien saat ini dan mengevaluasi hasil tindakan yang lalu.

Umumnya dikaitkan dengan hal yang telah dilakukan

bersama pasien. Adapun hal-hal yang perlu dilakukan

adalah :

1) Memberikan salam dan tersenyum ke arah pasien

2) Melakukan validasi (kognitif, psikomotor, afektif)

3) Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan

4) Menjelaskan tujuan

5) Menjelaskan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan

kegiatan

6) Menjelaskan kerahasiaan

(52)

Fase kerja merupakan inti hubungan perawatan pasien yang

terkait erat dengan pelaksanaan rencana tindakan

keperawatan yang akan dilaksanakan sesuai dengan tujuan

yang akan dicapai. Tujuan tindakan keperawatan adalah :

1) Meningkatkan pengertian dan pengenalan pasien akan

dirinya, perilakunya, perasaannya, pikirannya. Tujuan ini

sering disebut tujuan kognitif.

2) Mengembangkan, mempertahankan dan meningkatkan

kemampuan pasien secara mandiri menyelesaikan

masalah yang dihadapi. Tujuan ini sering disebut tujuan

afektif atau psikomotor.

3) Melaksanakan terapi/ teknikal keperawatan

4) Melaksanakan pendidikan kesehatan

5) Melaksanakan kolaborasi

6) Melaksanakan observasi dan monitoring

d. Fase terminasi

Terminasi merupakan akhir dari setiap pertemuan perawat

dan pasien. Terminasi dibagi dua, yaitu terminasi sementara

(53)

a) Terminasi sementara

Terminasi sementara adalah akhir dari tiap pertemuan

perawat dan pasien. Pada terminasi sementara, perawat

akan bertemu lagi dengan pasien pada waktu yang telah

ditentukan, misalnya satu atau dua jam pada hari

berikutnya.

b) Terminasi akhir

Terminasi akhir terjadi jika pasien akan pulang dari rumah

sakit atau perawat selesai praktik di rumah sakit. Adapun

komponen dari fase terminasi adalah :

a) Menyimpulkan hasil kegiatan; evaluasi proses dan hasil

b) Memberikan reinforcement positif

c) Merencanakan tindak lanjut dengan pasien

d) Melakukan kontrak untuk pertemuan selanjutnya (waktu,

tempat, topik)

e) Mengakhiri kegiatan dengan cara yang baik.

B. Kepuasan Pasien

(54)

Pasien baru akan merasa puas apabila kinerja layanan

kesehatan yang diperolehnya sama atau melebihi harapannya dan

sebaliknya, ketidakpuasan atau perasaan kecewa pasien akan

muncul apabila kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya itu

tidak sesuai dengan harapannya. Berdasarkan apa yang disebut di

atas, pengertian kepuasan pasien dapat dijabarkan sebagai

berikut. Kepuasan pasien adalah suatu tingkat perasaan pasien

yang timbul sebagai akibat dari kinerja layanan kesehatan yang

diperolehnya setelah pasien membandingkannya dengan apa yang

diharapkannya.

2. Tingkat kepuasan pasien

Tingkat kepuasan pasien dapat diukur baik secara

kuantitatif maupun secara kualitatif dan banyak cara mengukur

tingkat kepuasan pasien. Berbagai pengalaman pengukuran

tingkat kepuasan pasien menunjukkan bahwa upaya untuk

mengukur tingkat kepuasan pasien tidak mudah. Karena upaya

untuk memperoleh informasi yang diperlukan untuk mengukur

tingkat kepuasan pasien akan berhadapan dengan suatu kendala

(55)

enggan atau tidak mau mengemukakan kritik, apalagi terhadap

fasilitas pelayanan kesehatan milik pemerintah. Seperti yang kita

ketahui saat ini, sebagian besar fasilitas layanan kesehatan yang

digunakan masyarakat dari golongan strata bawah adalah fasilitas

layanan kesehatan milik pemerintah (Praptiwi, 2011). Tingkat

kepuasan pasien yang akurat dibutuhkan dalam upaya

peningkatan mutu layanan kesehatan. Oleh karena itu,

pengukuran tingkat kepuasan pasien perlu dilakukan secara

berkala, teratur, akurat, dan berkesinambungan.

Penilaian kepuasan pasien penting diketahui karena berikut

ini:

a. Bagian dari mutu pelayanan

b. Berhubungan dengan pemasaran rumah sakit

1) Pasien yang puas akan memberi tahu pada teman,

keluarga dan tetangga

2) Pasien yang puas akan datang lagi kontrol atau

membutuhkan pelayanan yang lain

3) Iklan dari mulut ke mulut akan menarik pelanggan

(56)

c. Berhubungan dengan prioritas peningkatan pelayanan

dalam dana yang terbatas, peningkatan pelayanan harus

selektif, dan sesuai dengan kebutuhan pasien.

d. Analisis kuantitatif

Dengan bukti hasil survey berarti tanggapan tersebut dapat

diperhitungkan dengan angka kuantitatif tidak perkiraan

atau perasaan belaka, yang dapat memberikan kesempatan

pada berbagai pihak untuk diskusi.

e. Aspek kepuasan pasien

Aspek kepuasan pasien adalah:

1) Kenyamanan

2) Hubungan pasien dengan petugas rumah sakit

3) Kompetensi teknis petugas

4) Biaya

f. Kaitan komunikasi perawat dengan tingkat kepuasan pasien

Dalam praktik keperawatan, komunikasi adalah suatu alat

yang penting untuk membina hubungan terapeutik dan

dapat mempengaruhi kualitas pelayanan keperawatan.

(57)

tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan yang

diberikan. Oleh karena itu, pengukuran kepuasan pasien

terhadap komunikasi terapeutik perawat akan bermanfaat

dalam memonitor dan meningkatkan kualitas pelayanan

keperawatan.

Dalam pelayanan keperawatan ada parameter tingkat

kepuasan pasien seperti dikutip oleh Purwanto (2015), sebagai

berikut: perawat memperkenalkan diri, bersikap sopan dan

ramah, menjelaskan peraturan di RS, menjelaskan fasilitas yang

tersedia di RS, menjelaskan penyakit atau masalah yang dialami,

menjelaskan perawat yang bertanggung jawab setiap pergantian

dinas, memperhatikan keluhan pasien, menjelaskan setiap

tindakan yang akan dilakukan kepada pasien (tujuan dan manfaat,

prosedur, akibat/resiko, alternatif tindakan), menjaga kebersihan

lingkungan (ruangan, wc), menjaga kebersihan peralatan

perawatan, mengobservasi keadaan pasien secara teratur (sesuai

kebutuhan pasien), dan melaksanakan tindakan sesuai standar dan

etika keperawatan. Banyak faktor penyebab ketidakpuasan pasien

(58)

dokter dan perawat. Tingkat kepuasan pasien sangat tergantung

pada bagaimana faktor tersebut di atas dapat memenuhi harapan.

Seorang pasien yang tidak puas pada gilirannya akan

menghasilkan sikap/perilaku tidak patuh terhadap seluruh

prosedur keperawatan dan prosedur medis. Oleh sebab itu, sudah

saatnya kepuasan pasien menjadi bagian integral dalam misi dan

tujuan profesi keperawatan.

Untuk mengukur tingkat kepuasan tentang suatu pelayanan

dapat dilakukan berdasarkan beberapa dimensi yaitu :

REHABILITY ( Kehandalan ), RESPONSIVENESS ( Ketanggapan

), CONFIDENCE ( Jaminan ), EMPATHY dan TANGIBLE (

Tampilan ).

a. Rehability (Kehandalan)

Dimensi Rehability (Kehandalan) merupakan salah satu

yang dapat mempengaruhi pelanggan atau pasien dalam melilih

suatu rumah sakit. Kehandalan disini adalah kemampuan untuk

menghasilkan jasa yang dapat dijangkau dengan tepat dan

(59)

pelayanan kesehatan dapat terjangkau dalam hal biaya oleh

pasien atau pelanggan dengan tetap memberikan pemenuhan

keinginan pasien atau pelanggan sesuai kebutuhannya.

b. Responsiveness (Ketanggapan)

Dimensi Responsiveness (Ketanggapan) adalah kemampuan

petugas di rumah sakit untuk membantu pasien dan memberikan

jasa dengan cepat dan tanggap. Perawat segera melakukan

tindakan atau memberi respon terhadap semua masalah pasien

selama berada di rumah sakit, seperti memberikan penanganan

dengan tingkat kemampuannya.

Pemberian bantuan pasien atau pelanggan harus

mempertimbangkan : urutan timbulnya masalah, masalah yang

lebih mudah untuk diatasi dan mendahulukan masalah yang kritis

sebelum masalah yang lainnya.

Dengan mempertimbangkan hal tersebut diharapkan tidak

akan ditemukan kesan bahwa seolah-olah petugas tidak tanggap

terhadap masalah yang dihadapi pasien dan penilaian negatif

tentang petugas yang kurang tanggap dapat dihindari.

(60)

Dimensi Confidence (Jaminan) adalah pengetahuan dan

kesopanan karyawan serta kemampuan mereka untuk

menimbulkan kepercayaan dan keyakinan atau “Assurance“.

Suatu program jaminan dalam suatu organisasi harus memiliki

komponen sebagai berikut :

1. Adanya pernyataan tertulis jelas dan tepat tentang tujuan

dan filosofi secara objektif

2. Standar atau indikator untuk mengukur kualitas

3. Adanya kebijakan tentang struktur organisasi

4. Adanya analisa dan pelaporan data tentang masalah

5. Menggunakan hasil untuk mengutamakan masalah

6. Memantau kinerja klinis, manajerial dan meminta umpan

balik atas masalah yang terpecahkan

7. Evaluasi tentang sistem jaminan kualitas

Rumah sakit harus mampu memberikan jaminan kepada

pasien atau pelanggan melalui pengetahuan petugas yang cukup,

keterampilan yang memadai, keramahan/tingkat kesopanan yang

sesuai, dan keamanan pada saat berada di dalam ruangan

(61)

keyakinan kepada pasien atau pelanggan dari berbagai aspek tadi

diharapkan akan memberi tingkat kepercayaan yang lebih pada

saat pasien membutuhkan palayanan kesehatan.

d. Empathy (Sikap empati)

Dimensi Empathy (Sikap empati) adalah sikap untuk peduli

dan memberi perhatian yang tulus kepada semua pasien.

Sikap empati merupakan sikap dimana seseorang

mempunyai kemampuan untuk merasakan dunia pasien

seolah-olah dunia kita sendiri, tetapi tidak kehilangan untuk melihat

perbedaannya.

e. Tangible (Tampilan)

Dimensi Tangible (Tampilan) meliputi tampilan fisik alat

dan personal. Tampilan fisik alat dan personal rumah sakit akan

mmberikan penilaian awal pasien terhadap kemungkinan baik

atau buruknya pelayanan yang akan di terimanya. Tingkat

kebersihan lingkungan di luar atau di dalam ruangan, peralatan

yang memadai dan selalu tersedia pada saat pasien membutuhkan

akan memberikan tingkat kepercayaan yang lebih kepada pasien.

(62)

alat, penampilan petugas saat memberikan pelayanan, bahasa

yang disampaikan, bentuk dandanan/seragam akan memberikan

penilaian tersendiri bagi pasien. Hal ini akan memberikan

perasaan nyaman dan aman selama mendapatkan pelayanan

kesehatan.

C. Penelitian Terdahulu

No Nama Peneliti Judul Tahun Perbedaan

1 Rhona Sandra Hubungan komunikasi terapeutik perawat dengan kepuasan pasien di ruang instalasi rawat inap non bedah (penyakit dalam pria dan wanita) rsup dr. M. Djamil padang tahun 2013

2013 Desain penelitian menggunakan deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional.

2 Irawan Hubungan antara komunikasi perawat dengan kepuasan pasien Terhadap pelayanan keperawatan di irna rumah sakit Muhammadiyah palembang 2015

2015 Lokasi penelitian dan banyaknya responden.

3 Anis Rosiatul Husna

Hubungan komunikasi terapeutik perawat Dengan kepuasan pasien dalam pelayanan keperawatan Di rumah sakit siti khodijah sepanjang

2009 Metode penelitian yang digunakan adalah korelasi.

4. Nora Jessica Simamora

Intensitas Komunikasi Terapeutik Perawat dan Pasien Anak (Studi Kasus tentang Komunikasi Terapeutik Perawat dalam

2013 Penelitian ini menggunakan

(63)

Kaitannya dengan Semangat Pasien Anak untuk Sembuh di RSUP H. Adam

Persepsi Pasien tentang Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik Perawat dalam Asuhan Keperawatan pada Pasien di Unit Gawat Darurat RS Mardi Rahayu Kudus November 2009

2009 Penelitian ini menggunakan

metode penelitian kualitatif dan teknik snowball sampling. Analisa hasil penelitian

Gambaran Kepuasan Pasien Terhadap Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik Perawat Di Instalasi Instalasi Rawat Inap RSUD Labuang Baji Makassar Tahun 2013

2013 Penelitian ini menggunakan

metode Deskriptif dengan

pendekatan kuatitatif. 7. Budiman Hubungan Status Demografi

dengan Kepuasan Pelayanan Jamkesmas di Wilayah Puskesmas Tanjungsari Kabupaten Bogor tahun 2010

2010 Desain penelitian menggunakan

Hubungan Kepuasan Pasien dengan Minat Pasien Dalam Pemanfaatan Ulang

Pelayanan Kesehatan Pada Praktek Dokter Keluarga

(64)

Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian (Aisah,2015)

1. Teknik-teknik komunikasi terapeutik

a. Mendengarkan dengan penuh perhatian b. Menunjukkan penerimaan

c. Menanyakan pertanyaan yang berkaitan d. Pertanyaan terbuka (Open-Ended

Question)

e. Mengulang ucapan pasien dengan menggunakan kata-kata sendiri

f. Mengklarifikasi g. Memfokuskan

h. Menyatakan hasil observasi i. Menawarkan informasi

j. Diam (memelihara ketenangan) k. Meringkas

l. Memberi penghargaan m. Menawarkan diri

n. Memberi kesempatan pada klien untuk memulai pembicaraan

o. Menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan

p. Menempatkan kejadian secara berurutan q. Memberikan kesempatan pada pasien

(65)

Kerangka Konsep

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian Sikap komunikasi

4. Membungkuk kearah

pasien

5. Memperlihatkan sikap

terbuka

6. Tetap rileks

Faktor yang mempengaruhi komunikasi terapeutik

a. Jujur

b. Bersikap positif

c. Tidak membingungkan dan cukup ekspresi

d. Empati bukan simpati

e. Mampu melihat permasalahan dari kacamata klien

f. Menerima klien apa adanya g. Sensitif terhadap perasaan klien. h. Tidak mudah terpengaruh oleh

masa lalu klien

Tahap-tahap hubungan terapeutik

a. Fase pra-interaksi

b. Fase orientasi/ perkenalan c. Fase kerja

d. Fase terminasi e. Terminasi akhir

(66)

D. Landasan Teori

Upaya kesehatan ditujukan untuk peningkatan kualitas

pelayanan, pemerataan dan jangkauan pelayanan kesehatan. Mutu

pelayanan kesehatan masyarakat perlu terus ditingkatkan untuk

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat karena terwujudnya

keadaan sehat adalah kehendak semua pihak (Anggraeni, 2012).

Komunikasi merupakan upaya individu dalam menjaga dan

mempertahankan individu untuk tetap berinteraksi dengan orang

lain dan komponen penting dalam praktik keperawatan.

Komunikasi yang jelas dan tepat penting untuk memberikan

asuhan keperawatan yang efektif, dan ini adalah tantangan yang

unik dalam bidang perawatan kesehatan saat ini (Hermawan,

2009). Komunikasi merupakan alat yang efektif untuk

mempengaruhi tingkah laku manusia, sehingga komunikasi

dikembangkan dan dipelihara secara terus menerus (Mubarak.

2012).

Komunikasi terapeutik adalah modalitas dasar intervensi

utama yang terdiri atas teknik verbal dan nonverbal yang

(67)

dalam pemenuhan kebutuhan (Mubarak, 2012). Keterampilan

komunikasi yang baik akan membedakan asuhan keperawatan

rata-rata dengan asuhan keperawatan yang sangat baik (Roganda,

2016). Dalam hal ini tentu saja perawat memegang peranan yang

besar. Salah satu indikator yang menentukan penilaian terhadap

kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan adalah tenaga

keperawatan. Hal ini dikarenakan perawat merupakan tenaga

medis yang memberikan perawatan kepada pasien secara

langsung (Dhaneswari, 2010).

Tujuan komunikasi terapeutik (Purwanto, 1994 seperti

dikutip dalam Damaiyanti, 2012) adalah:

1. Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi

beban perasaan dan pikiran serta dapat mengambil

tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien

percaya pada hal yang diperlukan.

2. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil

tindakan yang efektif dan mempertahankan kekuatan

(68)

3. Memengaruhi orang lain, lingkungan fisik, dan dirinya

sendiri.

Prinsip-prinsip komunikasi terapeutik :

1. Perawat harus mengenal dirinya sendiri yang berarti

menghayati, memahami dirinya sendiri serta nilai yang

dianut.

2. Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima,

saling percaya dan saling menghargai.

3. Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien

baik fisik maupun mental.

4. Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan

pasien bebas berkembang tanpa rasa takut.

5. Perawat harus dapat menciptakan suasana yang

memungkinkan pasien memiliki motivasi untuk

mengubah dirinya baik sikap, tingkah lakunya sehingga

tumbuh makin matang dan dapat memecahkan

(69)

6. Perawat harus mampu menguasai perasaan sendiri secara

bertahap untuk mengetahui dan mengatasi perasaan

gembira, sedih, marah, keberhasilan, maupun frustasi.

7. Mampu menentukan batas waktu yang sesuai dan dapat

mempertahankan konsistensinya.

8. Memahami betul arti empati sebagai tindakan yang

terapeutik dan sebaliknya simpati bukan tindakan yang

terapeutik.

9. Kejujuran dan komunikasi terbuka merupakan dasar dari

hubungan terapeutik.

10.Mampu berperan sebagai role model agar dapat

menunjukkan dan meyakinkan orang lain tentang

kesehatan. Oleh karena itu perawat perlu mempertahankan

suatu keadaan sehat fisik mental, spiritual, dan gaya

hidup.

11.Disarankan untuk mengekspresikan perasaan bila

dianggap mengganggu.

12.Altruisme untuk mendapatkan kepuasan dengan menolong

(70)

13.Berpegang pada etika dengan cara berusaha sedapat

mungkin mengambil keputusan berdasarkan prinsip

kesejahteraan manusia.

14.Bertanggung jawab dalam dua dimensi yaitu tanggung

jawab terhadap diri sendiri atas tindakan yang dilakukan

dan tanggung jawab terhadap orang lain.

Pasien baru akan merasa puas apabila kinerja layanan

kesehatan yang diperolehnya sama atau melebihi harapannya dan

sebaliknya, ketidakpuasan atau perasaan kecewa pasien akan

muncul apabila kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya itu

tidak sesuai dengan harapannya.

E. Pertanyaan Penelitian

Bagaimana penerapan komunikasi terapeutik perawat

dalam meningkatkan kepuasan pasien di ruang rawat inap RSU

(71)
(72)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif

dengan rancangan action research. Pendekatan kualitatif

dilakukan sebagai suatu proses penelitian dan pemahaman yang

berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena

sosial dan masalah manusia. Action Research atau penelitian

tindakan merupakan salah satu bentuk rancangan penelitian,

dimana peneliti mendeskripsikan, menginterpretasi dan

menjelaskan suatu situasi sosial pada waktu yang bersamaan

dengan melakukan perubahan atau intervensi dengan tujuan

perbaikan atau partisipasi.

B. Subjek dan Obyek Penelitian

(73)

Subyek : perawat yang sedang menjalankan komunikasi

terapeutik dan pasien yang memperoleh pelayanan komunikasi

terapeutik.

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Kardinah

Kota Tegal pada bulan Desember 2016.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian atau subyek

yang diteliti (Notoatmodjo, 2015). Dalam penelitian ini adalah

perawat yang sedang memberikan komunikasi terapeutik dan

pasien rawat inap di bangsal wijaya kusuma bawah RSU

Kardinah Kota Tegal tahun 2016.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah perawat yang sedang

memberikan komunikasi terapeutik pada saat penelitian

dilakukan, yaitu dari tanggal 20-22 Desember 2016. Perawat

yang dipilih adalah perawat baru (magang plus) sebagai

(74)

D. Variabel Penelitian

1. Variabel Independent

Variabel Independent dalam penelitian ini adalah penerapan

komunikasi terapeutik perawat dalam meningkatkan kepuasan

pasien.

2. Variabel Dependent

Variabel dependent dalam penelitian ini adalah kepuasan

pasien rawat inap bangsal wijaya kusuma bawah RSU Kardinah

Tegal.

E. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

N o

Variabel Dimensi Instrume

n

Parame ter

1 Komunikasi Teraputik

adalah hubungan interpersonal antara perawat dengan klien dalam memperbaiki klien, dalam hal ini perawat dan

klien memperoleh pengalaman belajar bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman emosi klien (Stuart GW,

Tahapan komunikasi terapeutik (Damaiyanti,

2014) :

a. Fase pra-interaksi

Pra interaksi merupakan masa

persiapan sebelum berhubungan dan berkomunikasi dengan pasien

b. Fase orientasi/ perkenalan

(75)

1998) kegiatan yang dilakukan saat pertama kali bertemu dengan

pasien. Orientasi dilaksanakan pada awal

setiap pertemuan kedua dan seterusnya.

c. Fase kerja

Fase kerja merupakan inti hubungan perawatan pasien yang terkait erat dengan pelaksanaan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. d. Fase terminasi

Terminasi merupakan akhir dari setiap pertemuan perawat dan pasien.

2 Kepuasan pasien adalah suatu tingkat perasaan pasien yang timbul sebagai akibat dari kinerja layanan kesehatan yang diperoleh

setelah pasien membandingkannya

dengan apa yang diharapkan (Imbalo, 2006).

Penilaian kualitas pelayanan dikaitkan dengan kepuasan pasien dengan aspek fungsi dari proses pelayanan (Supranto, 2001) :

a. Tangibles (wujud nyata) b. Reliability (kepercayaan) c. Responsiveness

(tanggungjawab) d. Assurance (jaminan) e. Empathy (empati)

(76)

F. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian alat yang digunakan adalah kuesioner.

Kuesioner diartikan sebagai daftar pertanyaan yang sudah

tersusun dengan baik, dimana responden dalam interview tinggal

memberikan tanda tertentu (Notoatmodjo, 2015). Bentuk

pertanyaan dalam kuesioner pada penelitian ini adalah tertutup

yang mencakup 2 jawaban/alternatif, dan harus dijawab atau diisi

oleh responden dengan memilih salah satu diantaranya mengenai

komunikasi terapeutik perawat dan kepuasan pasien. Dengan

memilih salah satu jawaban dengan ketentuan untuk jawaban

benar diberi nilai 1 (satu) dan jawaban yang salah diberi nilai 0

(nol) (Notoatmodjo, 2015).

G. Validitas Data

Di dalam penelitian kualitatif, data maupun temuan

dinyatakan valid, jika tidak ada perbedaan antara apa yang

dilaporkan oleh peneliti dengan apa yang terjadi pada objek yang

(77)

validitas kualitatif merupakan upaya pemeriksaan terhadap

akurasi hasil penelitian dengan menerapkan prosedur-prosedur

tertentu.

Yin, 2003 dalam Creswell 2012 menegaskan bahwa para

peneliti kualitatif harus mendokumentasikan prosedur-prosedur

studi kasus mereka dan mendokumentasikan sebanyak mungkin

langkah-langkah dalam prosedur tersebut. Dia juga

merekomendasikan agar para peneliti kualitatif merancang secara

cermat protokol dan database studi kasusnya. Penentuan valid

tidaknya penelitian ini diidentifikasi melalui triangulasi.

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut.

Moleong (2008) membedakan empat macam teknik triangulasi,

yaitu:

1. Triangulasi Sumber, yakni menggunakan berbagai sumber

data seperti notulen, dokumen, arsip, hasil wawancara dan

(78)

2. Triangulasi Pengamat, yakni menggunakan pengamat di

luar peneliti yang ikut memeriksa hasil penelitian.

Penelitian ini yang menjadi pengamat adalah dosen

pembimbing yang senantiasa memberikan kritik dan saran

dalam hal pengumpulan data.

3. Triangulasi Teori, yakni penggunaan teori untuk

memastikan bahwa pengambilan sampel telah memenuhi

syarat.

4. Triangulasi Metode, yakni penggunaan berbagai metode

dalam melakukan penelitian, seperti metode wawancara,

observasi, dll.

Penelitian dengan jelas menggunakan seluruh jenis

triangulasi tersebut sesuai dengan kebutuhan di dalam proses

pengumpulan data. Oleh karena itu, kesahihan penelitian ini dapat

terjamin. Moleong (2012) berpendapat bahwa triangulasi

merupakan cara terbaik untuk menghilangkan

perbedaan-perbedaan konstruksi kenyataan yang ada dalam konteks suatu

studi sewaktu mengumpulkan data tentang berbagai kejadian dan

Gambar

Gambaran Kepuasan Pasien
Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian (Aisah,2015)
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 3.1 Definisi Operasional
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh komunikasi efektif terhadap kepuasan pasien rawat inap di Rumah Sakit Wijayakusuma (DKT) purwokerto.. adalah

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bagaimana kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan di ruang rawat inap Rumah Sakit Islam Malahayati Medan berdasarkan 5

perawat akan meningkatkan proporsi kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan. Kontak pertama antara seorang perawat dan pasien dimulai dari anamnese yang mana

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasannya yang berjudul Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat Dengan Tingkat Kepuasan Pasien di Ruang Rawat Inap RSUD Wates

Hubungan antara mutu pelayanan perawat dengan kepuasan pasien rawat inap pada kategori kurang dan pasien merasa tidak puas sebesar 6 responden (11 %).Hal tersebut menunjukkan

Hasil penelitian yang didapatkan bahwa pelaksanaan Pendidikan Pasien dan Keluarga (PPK) berada dalam kategori baik sebanyak 97,7% dan tingkat kepuasan pasien

Jawablah pertanyaan di bawah ini yang menyangkut kepuasan pasien pada pelayanan keperawatan setelah anda menerima/ mengalami pelayanan keperawatan di RSUD Sidikalang dengan

Menurut Husana (2016) dengan judul hubungan komunikasi terapeutik perawat dengan kepuasan pasien dalam pelayanan keperawatan Di Rumah Sakit Siti Khodijah