i
ABSTRAK
Desi Novitri (NIM : 8146182004) Pengaruh Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dan Kemampuan Berpikir Kritis Terhadap Hasil Belajar Siswa SMP Swasta Ar-Rahman Medan.
Adapun masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini dibatasi pada model pembelajaran yang dipilah atas model pembelajaran CTL dan model pembelajaran ekspositori. Karakteristik peserta didik dibatasi pada kemampuan berpikir kritis tinggi dan kemampuan berpikir kritis rendah. Penelitian ini bertujuan:Untuk mengetahui apakah hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran CTL lebih tinggi dari pada siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran ekspositori,hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi lebih tinggi dari pada siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis rendah,terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan berpikir kritis terhadap hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan. Sampel dalam penelitian ini dilakukan secara cluster random sampling sebanyak dua kelas, dimana kelas pertama sebagai kelas eksperimen diterapkan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning dan kelas kedua sebagai kelas kontrol diterapkan model pembelajaran Ekspositori. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu instrumen teshasil belajar dalam bentuk pilihan ganda sebanyak 30 soal dan insrumentes berpikir kritis sebanyak 20 soal yang telah dinyatakan valid dan reliabel.Teknik pengolahan data menggunakan statistik anava dua jalur dengan desain faktorial. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar PKn peserta didik yang diajarkan denganModel pembelajaran Contextual Teaching and Learning lebih tinggi dari peserta didik yang diajarkan dengan model pembelajaran Ekspositori, hasil belajar PKn peserta didik yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi lebih tinggi dari peserta didik yang memiliki kemampuan berpikir kritis rendah dan ada interaksi antara Model Pembelajaran dan keterampilan berpikir kritis terhadap hasil belajar PKn model pembelajaran Contextual Teaching and Learning dan Kemampuan berpikir kritis berinteraksi dalam mempengaruhi hasil belajar siswa dan tidak terdapat interaksi antara berpikir kritis tinggi dan rendah pada model pembelajaran Ekspositori.
ii ABSTRACT
Desi Novitri (NIM: 8146182004) Effects of Contextual Learning Model of Teaching and Learning (CTL) and Critical Thinking Ability Towards Learning Outcomes SMP Ar-Rahman Medan.
As for the issue that will be examined in this study is limited to the learning model disaggregated on the learning model CTL and model of expository. Characteristics of students is limited to high critical thinking skills and the ability to think critically low. This study aims: To determine whether learning outcomes Civic education students taught learning model CTL was higher than students taught by learning model expository, learning outcomes Civic education students who have the ability to think critically high is higher than the students who have the ability to think critically low, there is an interaction between the learning model and ability to think critically about the learning outcomes of Civic Education. The sample in this study conducted in cluster random sampling two classes, of which the first class as experiment class applied learning models Contextual Teaching and Learning and second class as control class applied learning models Expository. Instruments used in this research achievement test in the form of multiple choice as many as 30 questionsand critical thinking test of 20 questions that have been declared valid and reliable. Statistical data processing techniques using anava two ways with a factorial design.The results were found: learning outcomes Civic education students taught learning model CTL was higher than students taught by learning model expository, learning outcomes Civic education students who have the ability to think critically high is higher than the students who have the ability to think critically low, there is interaction between the learning model and critical thinking ability to the learning outcomes Civics learning model Contextual teaching and learning and critical thinking ability to interact in influencing student learning outcomes and there is no interaction between the high and low critical thinking on Expository learning model.
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah
SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga tesis yang berjudul
“PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TEACHING AND
LEARNING (CTL) DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DI SMP AR-RAHMAN MEDAN” dapat diselesaikan. Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan dan memperoleh gelar Magister
Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Dasar di Program Pascasarjana
Universitas Negeri Medan.
Tesis ini dalam proses penulisan banyak menemui hambatan dan rintangan
namun dengan segala upaya maksimal yang dilakukan penulis serta bantuan dari
berbagai pihak, akhirnya tesis ini dapat selesai tepat waktu. Atas bantuan yang
diberikan, maka penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Deny Setiawan M,Si, selaku pembimbing I dan Dr. Evi Eviyanti, M.Pd selaku
pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu dalam mengarahkan,
memotivasi serta memberikan nasehat kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.
2. Prof. Dr. Anita Yus, M.Pd selaku ketua Program Studi Pendidikan Dasar dan Dr.
Daulat Saragih, M.Pd selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan Dasar
Pascasarjana UNIMED.
3. Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd,selaku Direktur PPs UNIMED.
4. Bapak/Ibu Dosen di lingkungan Program Studi Pendidikan Dasar yang telah
iv
5. Bapak Muhammad Yulfikar Akmal, S.Pd.I selaku Kepala SMP AR-RAHMAN
beserta seluruh dewan guru yang telah memberikan kesempatan dan izin kepada
penulis untuk melakukan penelitian.
6. Teristimewa buat ayahanda tercinta Zulkani dan ibunda Zulfikar (almarhum) yang
telah membesarkan dan membimbing penulis menjadi yang lebih baik, dan buat
adikku Rina Susanti.
7. Etek tersayang (Erlis) dan pak etek (Asdin) serta adik-adikku Yuni Erlia dan
Nabilla yang senantiasa memberi motivasi dan do’a.
8. Uda yang senantiasa memberikan nasihat, motivasi dan do’a.
9. Teman-teman Program Studi Pendidikan Dasar Angkatan XXVyang sangat
membantu dalam memberikan motivasi bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan
studi dan penulisan tesis ini.
Dengan segala kerendahan hati penulis mengakui bahwa Tesis ini masih perlu
perbaikan dalam rangka penyempurnaan, oleh karenanya kritik, saran yang sifatnya
membangun sungguh sangat diperlukan. Akhirnya penulis berharap semoga Tesis
bermanfaat bukan hanya kepada penulis tetapi juga kepada pembaca yang
membutuhkannya, Amin.
Medan, Mei 2016
Penulis,
Desi Novitri
v
A. Latar Belakang Masalah ... B. Identifikasi Masalah ... C. Pembatasan Masalah ... D. Rumusan Masalah ... E. Tujuan Penelitian ... F. Manfaat Penelitian ... BAB II KAJIAN TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR DAN
PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Kajian teoretis ... 1. Hakikat belajar dan hasil belajar pendidikan
kewarganegaraan ... 2. Hakikat model pembelajaran ... 3. Berpikir kritis ... B. Penelitian yang relevan ... C. Kerangka berpikir ...
1. Hasil belajar PKn siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran CTL Lebih tinggi dari pada siswa yang
diajarkan dengan model pembelajaranEkspositori ... 2. Hasil belajar PKn siswa yang memiliki kemampuan berpikir
kritis tinggi Lebih tinggi daripada siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis rendah ... 3. Interaksi model pembelajaran dan kemampuan berpikir kritis
terhadap hasil belajar PKn ... D. Pengajuan hipotesis penelitian... BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan waktu penelitian ... B. Populasi dan sampel penelitian ... C. Metode dan desain penelitian ... D. Variabel dan defenisi operasional penelitian ... E. Prosedur pelaksanaan penelitian ... F. Pengontrolan Perlakuan ... G. Teknik pengumpulan data ... H. Teknik Analisis Data ...
vi
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi hasil penelitian ... B. Perlakuan ... C. Hasil Belajar ... 1. Hasil belajar model CTL dan Ekspositori ... 2. Hasil belajar berpikir kritis tinggi dan rendah ... 3. Hasil belajar model terhadap kemampuan berpikir kritis ... D. Analisis hasil belajar dan berpikir kritis berdasarkan tingkat
kognitif.
1. Analisis tingkat kognitif hasil belajar model CTL dan
ekspositori ... 2. Analisis tingkat kognitif hasil belajar keterampilan berpikir
kritis tinggi dan rendah ... 3. Analisis tingkat kognitif antara model pembelajaran terhadap kemampuan berpikir kritis ... E. Pengujian hipotesis ... F. Pembahasan hasil penelitian ...
1. Hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan model CTL lebih tinggi daripada model pembelajaran
ekspositori ... 2. Hasil belajar kelompok siswa yang memiliki kemampuan
berpikir kritis tinggi lebih tinggi daripada hasil belajar siswa berpikir kritis rendah ... 3. Interaksi antara model pembelajaran CTL dan Ekspositori
dengan kemampuan berpikir kritis ... G. Keterbatasan Penelitian ... BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Data hasil UAS PKn siswa SMP Ar-Rahman ... Tabel 2.1 Perbandingan model pembelajaran CTL dan model
pembelajaran Ekspositori ... Tabel 3.1 Rancangan Penelitian ... Tabel 3.3 Prosedur Model CTL ... Tabel 3.4 Kisi-kisi instrumen hasil belajar PKn ... Tabel 3.5 Kisi-kisi instrumen berpikir kritis ... Tabel 3.6 Interprestasi Koofesien Reliabilitas ... Tabel 3.7 Iterprestasi tingkat kesukaran ... Tabel 3.8 Interprestasi daya pembeda ... Tabel 4.1 Kemampuan berpikir kritis kelas CTL dan Ekspositori ... Tabel 4.2 pembagian kelompok berpikir kritis tinggi dan rendah ... Tabel 4.3 Hasil belajar kelas CTL dan Ekspositori ... Tabel 4.4 Uji normalitas hasil belajar siswa kelas CTL dan Ekspositori.. Tabel 4.5 Uji homogenitas hasil belajar siswa kelas CTL dan
Ekspositori ... . Tabel 4.6 Hasil belajar kemampuan berpikir kritis tinggi dan rendah ... Tabel 4.7 Uji normalitas hasil belajar kemampuan berpikir kritis ... Tabel 4.8 Uji homogenitas hasil belajar siswa kemampuan berpikir
kritis tinggi dan rendah ... Tabel 4.9 Hasil Model pembelajaran terhadap kemampuan berpikir
kritis ... Tabel 4.10 Uji normalitas hasil belajar model terhadap kemampuan
berpikir kritis ... Tabel 4.11 Uji homogenitas hasil belajar model terhadap kemampuan
berpikir kritis ... Tabel 4.12 Deskripsi statistik hasil belajar terhadap berpikir kritis ... Tabel 4.13 Data disain factorial rata-rata hasil belajar terhadap
kelompok berpikir kritis tinggi dan rendah ... Tabel 4.14 Hasil belajar berdasarkan tingkat kognitif model CTL dan
Ekspositori ... Tabel 4.15 Hasil belajar berpikir kritis tinggi dan rendah berdasarkan
tingkat kognitif ... Tabel 4.16 Hasil belajar kelas CTL dan Ekspositori berdasarkan tingkat
kognitif ... Tabel 4.17 Data faktor antar subjek ... Tabel 4.18 Uji homogenitas antar kelompok ... Tabel 4.19 Hasil perhitungan ANAVA dua Jalur ...
viii DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Grafik kemampuan berpikir kritis kelas CTL dan
Ekspositori ... Gambar 4.2 Grafik hasil belajar kelas CTL dan Ekspositori ... Gambar 4.3 Diagram distribusi normal kelas CTL ... Gambar 4.4 Diagram distribusi normal kelas Ekspositori ... Gambar 4.5 Grafik hasil belajar kemampuan berpikir kritis ... Gambar 4.6 Diagram distribusi normal kemampuan berpikir kritis tinggi Gambar 4.7 Diagram distribusi normal kemampuan berpikir kritis
rendah ... Gambar 4.8 Grafik hasil belajar model pembelajaran terhadap
kemampuan berpikir kritis ... Gambar 4.9 Grafik hasil belajar berdasarkan tingkat kognitif model
CTL dan Ekspositori ... Gambar 4.10 Grafik hasil belajar berpikir kritis tinggi dan rendah
berdasaran tingkat kognitif ... Gambar 4.11 Grafik hasil belajar kelas CTL dan Ekspositori dengan
tingkat berpikir kritis tinggi dan rendah ... Gambar 4.12 Grafik interaksi model pembelajaran dan berpikir kritis ...
78 82 83 83 85 86
87
89
92
94
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Perhitungan validitas, reliabilitas tingkat kesukaran dan daya pembeda instrumen hasil belajar ... Lampiran 2 Perhitungan viliditas, reliabilitas tingkat kesukaran dan daya
pembeda instrumen berpikir kritis ... Lampiran 3 Silabus ... Lampiran 4 RPP ... Lampiran 5 Bahan ajar ... Lampiran 6 Soal tes hasil belajar ... Lampiran 7 Tes kemmpuan berpikir kritis ... Lampiran 8 Data hasil belajar kelas eksperimen dan kontrol ... Lampiran 9 Data hasil belajar berpikir kritis ... Lampiran 10 Data hasil belajar model terhadap berpikir kritis ... Lampiran 11 Uji normalitas dan homogenitas ... Lampiran 12 Anava ... Lampiran 13 Data hasil berpikir kritis ...
115
1
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat, dan
bangsa. Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh tingkat keberhasilan pendidikan.
Keberhasilan pendidikan akan dicapai suatu bangsa apabila ada usaha untuk
meningkatkan mutu pendidikan bangsa itu sendiri. Pendidikan adalah usaha sadar
untuk menumbuh kembangkan potensi Sumber Daya Manusia (SDM). Fungsi dan
tujuan pendidikan nasional menurut pasal 3 UU No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Kemudian
pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis dan bertanggungjawab.
Dengan demikian pendidikan merupakan ujung tombak dalam
mempersiapkan SDM yang handal. Pendidikan diyakini dapat memaksimalkan
potensi siswa untuk dapat bersikap kritis, logis dan inovatif dalam menyelesaikan
setiap permasalahan yang dihadapinya. Dalam proses kegiatan belajar mengajar
perlu adanya model pembelajaran yang penekanannya mengarah kepada
kemampuan berfikir kritis. Kemampuan berpikir kritis dapat membantu siswa
membuat keputusan yang tepat berdasarkan usaha yang cermat, sistematis, logis
2
dan mempertimbangkan berbagai sudut pandang khususnya dalam mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan.
Masalah yang dihadapi dalam dunia pendidikan dewasa ini adalah
lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran siswa kurang
didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran
didalam kelas diarahkan kepada kemampuan siswa untuk menghapal informasi,
siswa terbiasa untuk mengingat dan mengumpulkan berbagai informasi tanpa
dituntut untuk memahami informasi yang diingat dan menghubungkannya dengan
kehidupan sehari-hari, akibatnya siswa hanya pintar secara teoritis dan miskin
aplikasi. Hal ini juga terjadi pada proses pembelajaran mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan belum dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir
kritis.
Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah program
pendidikan yang berintikan demokrasi politik yang diperluas dengan
sumber-sumber pengetahuan lainnya, pengaruh-pengaruh positif dari pendidikan
persekolahan, masyarakat dan orang tua yang kesemuanya itu di proses guna
melatih siswa untuk berfikir kritis, analitis, bersikap dan bertindak demokratis
yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. (Somantri, 2001:299)
Sedangkan menurut Azra (2003: 10) menjelaskan bahwa pendidikan
kewarganegaraan merupakan kebutuhan mendesak saat ini, karena beberapa
alasan antara lain (1) meningkatkan gejala dan kecendrungan political illiteracy,
dan (2) meningkatkan apatisme politik (political aphatisme). Untuk itu pendidikan
kewarganegaraan (civic education) harus mulai ditepkan sejak dini, dalam dunia
3
kecakapan partisipatif yang bermutu dan bertanggung jawab dalam kehidupan
berpolitik dan bermasyarakat baik ditingkat lokal, nasional, regional dan global
yang mampu menjadikan warga negara Indonesia menjadi masyarakat yang baik
dan mampu menjaga persatuan dan integritas bangsa guna mewujudkan Indonesia
yang tangguh, sejahtera dan demokratis, serta mampu menghasilkan siswa yang
berpikir komprehensif, analitis, kritis dan bertindak demokratis sesuai dengan apa
yang dikatakan Lord Henry Peter Broughton ( dalam Azra, 2003:10)
mengedepankan dengan pendidikan kewarganegaraan (civic education) akan
mampu menjadikan warga negara yang mudah dipimpin tetapi sulit untuk
dikendalikan, mudah diperintah tetapi sulit untuk diperbudak.
Untuk mencapai tujuan tersebut, tentunya guru sebagai pengajar harus
mendidik siswa melalui proses berpikir kritis, reflektif, analitis dan kreatif
dikembangkan menjadi cara-cara berpikir warga negara yang demokratis, cerdas
dan bertanggungjawab berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Proses mencapai tujuan tersebut salah satunya perlu dipersiapkan inovasi
baru dalam pembelajaran PKn yang lebih berpusat pada kepentingan siswa.
Dalam proses pembelajaran PKn guru harus menciptakan situasi yang kondusif
artinya situasi yang dapat merangsang aktivitas dan kreativitas peserta didik yang
dapat menumbuhkan keterampilan berpikir kritis serta prilaku yang inovatif dan
kreatif. Hasil pengamatan awal di kelas VII SMP Ar-Rahman Medan, diperoleh
gambaran faktual bahwa hasil belajar PKn peserta didik masih dikategorikan
rendah, hal ini disebabkan oleh pembelajaran yang dikembangkan selama ini
didalam kelas kurang melibatkan peran serta siswa secara aktif, hal ini
4
diberikan oleh guru melalui metode ceramah (ekspositori) sehingga tidak
merangsang daya berpikir siswa. Penjelasan dan informasi secara lisan dari guru
kurang memberikan motivasi bagi siswa untuk lebih memperdalam dan
memperluas informasi yang didapatnya. Winkel (2014:274) menjelaskan bahwa
kelemahan dari informasi lisan ialah sulit mendapatkan jaminan bahwa siswa
sungguh-sungguh terlibat dalam mengelola materi belajar yang disampaikan
dengan baik karena perbedaan diantara siswa itu sendiri seperti motivasi, daya
kosentrasi, daya tangkap dan tempo belajar kurang diperhatikan; (2) siswa masih
beranggapan bahwa guru sebagai satu-satunya sumber informasi. Hal ini terlihat
saat proses pembelajaran berlangsung: (3) siswa hanya menerima apa yang
diberikan oleh guru untuk dihapal; (4) penggunaan media pembelajaran masih
terbatas sehingga kurang membantu siswa dalam memahami konsep-konsep
pembelajaran PKn. Hal ini menyebabkan mata pelajaran PKn menjadi
membosankan dan kurang merangsang siswa untuk terlibat secara aktif dalam
proses pembelajaran; (5) evaluasi yang diberikan pada umumnya berkadar dalam
ranah tingkat kognitif rendah yang bersifat hapalan. Hal itu terlihat pada soal tes
yang dibuat guru umumnya masih tingkat ranah kognitif rendah sehingga siswa
hanya dilatih untuk mengingat saja bukan untuk mengembangkan keterampilan
berfikir.
Kondisi diatas menggambarkan bahwa proses pembelajaran masih terbatas
pada satu atau dua metode saja dan belum menumbuhkan kemampuan berpikir
kritis siswa. Implikasi keadaan tersebut mengakibatkan kemampuan berpikir kritis
siswa dalam pelajaran PKn belum mencapai taraf optimal. Oleh karena itu untuk
5
diperlukan suatu model pembelajaran. Hal itu sesuai dengan apa yang
dikemukakan oleh Dick & Carrey (2005) bahwa terjadinya penyimpangan
terhadap pembelajaran, karena pemilihan suatu model pembelajaran yang masih
belum tepat yang tidak menyesuaikan dengan karakteristik siswa. Menurut
Suparman (2001:117) ada dua pendekatan yang dapat dipilih untuk mengatasi
masalah karakteristik siswa yang mempunyai ketrampilan yang heterogen dalam
saatu kelas yaitu: (1) pertama siswa menyesuaikan dengan hasil belajar pelajaran,
dan (2) sebaliknya, hasil belajar pelajaran disesuaikan dengan siswa.
Selain kemampuan berfikir kritis siswa yang rendah di SMP Ar-Rahman
Medan, permasalahan juga terlihat dari rendahnya hasil belajar siswa pada Ujian
Akhir Semester (UAS) pada mata pelajaran PKn dikelas VII, seperti terlihat pada
Tabel 1.1 dibawah ini:
Tabel 1.1: Data Hasil UAS PKn SMP Ar-Rahman Medan
No Mata Pelajaran Tahun Ajaran Nilai Rata-Rata
1. 2. 3.
Pendidikan Kewarganegaraan Pendidikan Kewarganegaraan Pendidikan Kewarganegaraan
2011-2012 2012/2013 2013/2014
69,34 68,75 71,00
Data di atas menunjukkan bahwa perolehan hasil belajar PKn masih
tergolong rendah dimana mata pelajaran PKn di SMP ar-rahman memiliki KKM
70, tapi kenyataannya masih rendahnya nilai yang diperoleh siswa yaitu dibawah
kriteria ketuntasan yang sudah ditetapkan. Hal tersebut disebabkan karena
kurangnya pemahaman siswa terhadap konsep pembelajaran PKn. Mereka
6
lain yang ditemukan adalah kurangnya perhatian guru dalam mengembangkan
keterampilan belajar.
Untuk mengatasi berbagai permasalahan dalam pelaksanaan pembelajaran
diatas, dibutuhkan suatu model pembelajaran yang lebih efektif dan inovatif yang
membuat siswa lebih aktif selama pembelajaran berlangsung, sehingga terjadi
perubahan paradigma belajar yang semula berpusat pada guru (teacher- centered)
beralih menjadi pembelajaran yang berpusat siswa (student-centered); metodologi
yang semula lebih didominasi dengan pembelajaran ekspositori berganti ke
pembelajaran partismatematikatori; dan pendekan yang semula bersifat tekstual
beralih ke kontekstual. Ada asumsi tentang pembelajaran yang mengaitkan bahwa
siswa akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan
lebih bermakna jika siswa mengalami sendiri apa yang dipelajarinya, bukan
mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan hasil belajar
terbukti gagal dalam membekali siswa memecahkan persoalan dalam kehidupan
yang mereka hadapi, dalam sebuah teori common sense menurut Sukmara
(2003:98) menyatakan, bahwa “karena terjadinya perubahan terus menerus dalam
masyarakat, semakin pentingnya setiap lulusan memiliki kemampuan dalam
bertindak, belajar dan mengatur masa depan sendiri secara mandiri dengan
memadukan unsur-unsur terbaik dari sistem-sistem yang telah terbukti berhasil”.
Oleh karena itu dalam mengatasi permasalahan tersebut perlu diterapkan suatu
model pembelajaran yang dapat menyentuh dengan tingkat pemahaman siswa,
salah satu cara dari sekian banyak model pembelajaran adalah pembelajaran
7
Model pembelajaran CTL adalah konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi belajar yang diaajarkan dengan situasi dunia nyata siswa
dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan
tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yaitu: Konstruktivisme
(Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (inquiri), masyarakat
belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), dan penilaian sebenarnya (
Authentic Assesment) serta refleksi. Dengan konsep itu hasil pembelajaran
diharapkan lebih bermakna bagi siswa dan dapat meningkatkan kemampuan
berfikir kritis terhadap berbagai masalah yang dihadapi oleh siswa. Proses
pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan
mengalami sendiri, bukan mentransfer pengetahuan secara ekspositori. Menurut
Komalasari (2010:8) menjelaskan bahwa pembelajaran CTL adalah merupakan
konsep belajar dan mengajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi
belajar yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga, masyarakat maupun warga
negara.
Untuk itu model pembelajaran CTL diharapkan mampu untuk menjawab
tantangan dan permasalahan yang dihadapi, karena model pembelajaran CTL
memandang bahwa proses belajar benar-benar berlangsung hanya jika siswa dapat
menemukan hubungan yang bermakna antara pemikiran yang abstrak dengan
penerapan praktis dalam konteks dunia nyata. Dalam pengalaman belajar yang
8
melalui proses penemuan, penguatan, keterkaitan dan keterpaduan . Selanjutnya,
Johnson (2002:25) menegaskan bahwa model CTL membantu siswa melihat
makna di dalam hasil belajar akademik yang mereka pelajari dengan cara
menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan
keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya
mereka.
Dengan demikian model pembelajaran CTL dapat menuntun siswa untuk
aktif dalam belajar dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis mereka. Karena
tugas guru tidak lagi dijadikan sebagai sumber utama melainkan mengatur model
belajar, membantu menghubungkan pengetahuan lama dengan pengetahuan baru
dan memfasilitasi pembelajaran PKn. Kemampuan berpikir kritis memberikan
arahan yang tepat dalam berfikir dan bekerja, dan membantu dalam menentukan
keterkaitan sesuatu dengan yang lainnya dengan lebih akurat. Oleh sebab itu
reformasi dalam pembelajaran perlu dibangun dan dikembangkan guna
menciptakan suasana belajar yang lebih demokratis dan dapat memacu peserta
didik untuk berpikir kritis dalam pemecahan masalah dalam pembelajaran.
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian
tentang “Pengaruh Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
dan Kemampuan Berpikir Kritis Terhadap Hasil Belajar Siswa SMP Swasta
9
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian yang dikemukakan pada latar belakang masalah, maka
dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Apakah faktor yang mempengaruhi hasil belajar PKn di SMP Swasta
Ar-Rahman Medan?
2. Apakah perbedaan model pembelajaran yang digunakan berpengaruh
terhadap hasil belajar PKn siswa?
3. Apakah kemampuan berpikir kritis mempengaruhi hasil belajar siswa?
4. Apakah hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran
CTL lebih tinggi dari pada hasil belajar siswa yang diajarkan dengan
model pembelajaran ekspositori?
5. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang memiliki
kemampuan berpikir kritis tinggi dan yang memiliki kemampuan
berpikir kritis rendah?
6. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan
berpikir kritis dalam meningkatkan hasil belajar siswa?
C. Pembatasan Masalah
Banyak masalah yang berkaitan dengan rendahnya hasil belajar siswa.
untuk itu perlu dibatasi permasalahan yang akan diteliti agar penelitian mencapai
tujuan yang diharapkan. Adapun masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini
dibatasi pada model pembelajaran yang dipilah atas model pembelajaran CTL dan
10
kemampuan berpikir kritis tinggi dan kemampuan berpikir kritis rendah, dan
materi yang dibahas mengenai Hak Asasi Manusia .
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan batasan
masalah yang telah dikemukakan diatas, maka dibuat rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Apakah hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa yang
diajarkan dengan model pembelajaran CTL lebih tinggi daripada siswa
yang diajarkan dengan model pembelajaran ekspositori?
2. Apakah hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa yang
memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi lebih tinggi daripada siswa
yang memiliki kemampuan berpikir kritis rendah?
3. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan
berpikir kritis terhadap hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui:
1. Hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa yang diajarkan
dengan model pembelajaran CTL lebih tinggi daripada siswa yang
diajarkan dengan model pembelajaran ekspositori.
2. Hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa yang memiliki
kemampuan berpikir kritis tinggi lebih tinggi daripada siswa yang
11
3. Adanya interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan
berpikir kritis terhadap hasil belajar pendidikan kewarganegaraan.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermamfaat bagi dunia pendidikan
pada umumnya dan pada mata pelaajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada
khususnya.
1) Manfaat teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi terhadap perkembangan ilmu pendidikan terutama dalam
pengembangan model pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
2) Manfaat praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
masukn-masukan yang berarti dan berguna bagi peningkatan penelitian
pembelajaran, terutama:
a. Guru
1) Model pembelajaran dapat membantu dan menciptakan suasana belajar
mengajar yang aktif, interaktif dan memicu keterampilan berpikir kritis
siswa.
2) Merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan dan
dikembangkan oleh guru dalam proses pembelajaran yang dapat
12
b. siswa
1) Dengan model pembelajaran CTL dapat memberikan bekal dan
keterampilan berpikir kritis bagi siswa dalam kemampuan
menganalisis, memecahkan permasalahan, pengambilan keputusan,
dan menuntun peserta didik akrab dengan dunia nyata, serta
memberikan bekal dalam memecahkan masalahnya dalam kehidupan
sehari-hari.
2) Dengan model pembelajaran CTL dapat meningkatkan hasil belajar
siswa.
c. Pihak sekolah
1) Dapat mengoptimalkan sumber daya yang tersedia untuk memajukan
sekolahnya melalui pengembangan model pembelajaran.
2) Diharapkan mampu mencermati kebutuhan siswa yang beragam
dengan kondisi lingkungan yang berbeda, serta mampu mewujudkan
harapan masyarkat terhadap dunia kerja untuk menghasilkan out put
yng mandiri, produktif, potensial, dan berkualitas.
3) Diharapkan dapat menjadi sumber inspirasi dalam menemukan model
pembelajaran yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran
110
110 109 BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dan pembahasan maka dapat diperoleh
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil belajar PKn siswa yang diajarkan dengan Model pembelajaran
Contextual Teaching and Learning lebih tinggi dari siswa yang diajarkan
dengan model pembelajaran Ekspositori. Terlihat bahwa rata-rata skor hasil
belajar didik yang diajarkan dengan Model pembelajaran Contextual Teaching
and Learning adalah 23,67 lebih tinggi dari model pembelajaran Ekspositori
yaitu 20,81.
2. Hasil belajar PKn siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi lebih
tinggi dari peserta didik yang memiliki kemampuan berpikir kritis rendah.
Terlihat bahwa rata-rata skor hasil belajar peserta didik yang memiliki
kemampuan berpikir kritis adalah 23,33 lebih tinggi dari kemampuan berpikir
kritis rendah yaitu 21,53.
3. Ada interaksi antara Model Pembelajaran dan kemampuan berpikir kritis
terhadap hasil belajar PKn.Model pembelajaran Contextual Teaching and
Learning dan Kemampuan berpikir kritis berinteraksi dalam mempengaruhi
hasil belajar siswa dan tidak terdapat interaksi antara berpikir kritis tinggi dan
rendah pada model pembelajaran Ekspositori. Terlihat bahwa rata-rata skor
110
yaitu 22,28, sedangkan pada hasil belajar ekspositori- KBK tinggi 21,18 dan
ekspositori- KBK rendah 20,87 tidak signifikan berbeda.
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian ini yang menyatakan bahwa
siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran CTL lebih tinggi dibandingkan
dengan hasil belajar PKn siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model
pembelajaran ekspositori. Dengan demikian diharapkan agar para guru
mempunyai pengalaman, pemahaman dan wawasan dalam memilih model
pembelajaran. Karena dengan penguasaan model-model pembelajaran yang
dimiliki oleh guru dapat menciptakan pembelajaran PKn yang menarik dan tidak
membosankan bagi siswa. untuk itu perlu kiranya disosialisasikan dan dilatih
kepada guru-guru yang mengajar tentang penerapan model pembelajaran. Karena
dengan menggunakan model pembelajaran CTL sesuai dengan temuan penelitian
dapat menin gkatkan hasil belajar PKn siswa.
C. Saran
Berdasarkan hasil dan kesimpulan penelitian ini, maka peneliti memiliki
beberapa saran untuk menerapkan model pembelajaran Contextual Teaching and
Learning sebagai berikut:
1. Guru harus memperhatikan berpikir kritis siswa, karena model ini tepat untuk
siswa yang berpikir kritis tinggi.
2. Untuk siswa yang memiliki berpikir kritis rendah disarankan untuk tidak
diajarkan dengan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning
111
selama pembelajaran, siswa sulit menganalisis data dan fenomena alam yang
mereka temukan selama pembelajaran
3. Disarankan kepada peneliti selanjutnya, kiranya dapat melanjutnya penelitian
ini dengan menerapkan Model Pembelajaran contextual teaching and learning
dengan bantuan metode ataupun media pembelajaran kreatif dalam proses