• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMP SWASTA AR-RAHMAN MEDAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMP SWASTA AR-RAHMAN MEDAN."

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

i

ABSTRAK

Desi Novitri (NIM : 8146182004) Pengaruh Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dan Kemampuan Berpikir Kritis Terhadap Hasil Belajar Siswa SMP Swasta Ar-Rahman Medan.

Adapun masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini dibatasi pada model pembelajaran yang dipilah atas model pembelajaran CTL dan model pembelajaran ekspositori. Karakteristik peserta didik dibatasi pada kemampuan berpikir kritis tinggi dan kemampuan berpikir kritis rendah. Penelitian ini bertujuan:Untuk mengetahui apakah hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran CTL lebih tinggi dari pada siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran ekspositori,hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi lebih tinggi dari pada siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis rendah,terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan berpikir kritis terhadap hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan. Sampel dalam penelitian ini dilakukan secara cluster random sampling sebanyak dua kelas, dimana kelas pertama sebagai kelas eksperimen diterapkan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning dan kelas kedua sebagai kelas kontrol diterapkan model pembelajaran Ekspositori. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu instrumen teshasil belajar dalam bentuk pilihan ganda sebanyak 30 soal dan insrumentes berpikir kritis sebanyak 20 soal yang telah dinyatakan valid dan reliabel.Teknik pengolahan data menggunakan statistik anava dua jalur dengan desain faktorial. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar PKn peserta didik yang diajarkan denganModel pembelajaran Contextual Teaching and Learning lebih tinggi dari peserta didik yang diajarkan dengan model pembelajaran Ekspositori, hasil belajar PKn peserta didik yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi lebih tinggi dari peserta didik yang memiliki kemampuan berpikir kritis rendah dan ada interaksi antara Model Pembelajaran dan keterampilan berpikir kritis terhadap hasil belajar PKn model pembelajaran Contextual Teaching and Learning dan Kemampuan berpikir kritis berinteraksi dalam mempengaruhi hasil belajar siswa dan tidak terdapat interaksi antara berpikir kritis tinggi dan rendah pada model pembelajaran Ekspositori.

(5)

ii ABSTRACT

Desi Novitri (NIM: 8146182004) Effects of Contextual Learning Model of Teaching and Learning (CTL) and Critical Thinking Ability Towards Learning Outcomes SMP Ar-Rahman Medan.

As for the issue that will be examined in this study is limited to the learning model disaggregated on the learning model CTL and model of expository. Characteristics of students is limited to high critical thinking skills and the ability to think critically low. This study aims: To determine whether learning outcomes Civic education students taught learning model CTL was higher than students taught by learning model expository, learning outcomes Civic education students who have the ability to think critically high is higher than the students who have the ability to think critically low, there is an interaction between the learning model and ability to think critically about the learning outcomes of Civic Education. The sample in this study conducted in cluster random sampling two classes, of which the first class as experiment class applied learning models Contextual Teaching and Learning and second class as control class applied learning models Expository. Instruments used in this research achievement test in the form of multiple choice as many as 30 questionsand critical thinking test of 20 questions that have been declared valid and reliable. Statistical data processing techniques using anava two ways with a factorial design.The results were found: learning outcomes Civic education students taught learning model CTL was higher than students taught by learning model expository, learning outcomes Civic education students who have the ability to think critically high is higher than the students who have the ability to think critically low, there is interaction between the learning model and critical thinking ability to the learning outcomes Civics learning model Contextual teaching and learning and critical thinking ability to interact in influencing student learning outcomes and there is no interaction between the high and low critical thinking on Expository learning model.

(6)

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah

SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga tesis yang berjudul

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TEACHING AND

LEARNING (CTL) DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DI SMP AR-RAHMAN MEDAN” dapat diselesaikan. Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan dan memperoleh gelar Magister

Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Dasar di Program Pascasarjana

Universitas Negeri Medan.

Tesis ini dalam proses penulisan banyak menemui hambatan dan rintangan

namun dengan segala upaya maksimal yang dilakukan penulis serta bantuan dari

berbagai pihak, akhirnya tesis ini dapat selesai tepat waktu. Atas bantuan yang

diberikan, maka penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Deny Setiawan M,Si, selaku pembimbing I dan Dr. Evi Eviyanti, M.Pd selaku

pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu dalam mengarahkan,

memotivasi serta memberikan nasehat kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.

2. Prof. Dr. Anita Yus, M.Pd selaku ketua Program Studi Pendidikan Dasar dan Dr.

Daulat Saragih, M.Pd selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan Dasar

Pascasarjana UNIMED.

3. Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd,selaku Direktur PPs UNIMED.

4. Bapak/Ibu Dosen di lingkungan Program Studi Pendidikan Dasar yang telah

(7)

iv

5. Bapak Muhammad Yulfikar Akmal, S.Pd.I selaku Kepala SMP AR-RAHMAN

beserta seluruh dewan guru yang telah memberikan kesempatan dan izin kepada

penulis untuk melakukan penelitian.

6. Teristimewa buat ayahanda tercinta Zulkani dan ibunda Zulfikar (almarhum) yang

telah membesarkan dan membimbing penulis menjadi yang lebih baik, dan buat

adikku Rina Susanti.

7. Etek tersayang (Erlis) dan pak etek (Asdin) serta adik-adikku Yuni Erlia dan

Nabilla yang senantiasa memberi motivasi dan do’a.

8. Uda yang senantiasa memberikan nasihat, motivasi dan do’a.

9. Teman-teman Program Studi Pendidikan Dasar Angkatan XXVyang sangat

membantu dalam memberikan motivasi bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan

studi dan penulisan tesis ini.

Dengan segala kerendahan hati penulis mengakui bahwa Tesis ini masih perlu

perbaikan dalam rangka penyempurnaan, oleh karenanya kritik, saran yang sifatnya

membangun sungguh sangat diperlukan. Akhirnya penulis berharap semoga Tesis

bermanfaat bukan hanya kepada penulis tetapi juga kepada pembaca yang

membutuhkannya, Amin.

Medan, Mei 2016

Penulis,

Desi Novitri

(8)

v

A. Latar Belakang Masalah ... B. Identifikasi Masalah ... C. Pembatasan Masalah ... D. Rumusan Masalah ... E. Tujuan Penelitian ... F. Manfaat Penelitian ... BAB II KAJIAN TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR DAN

PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Kajian teoretis ... 1. Hakikat belajar dan hasil belajar pendidikan

kewarganegaraan ... 2. Hakikat model pembelajaran ... 3. Berpikir kritis ... B. Penelitian yang relevan ... C. Kerangka berpikir ...

1. Hasil belajar PKn siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran CTL Lebih tinggi dari pada siswa yang

diajarkan dengan model pembelajaranEkspositori ... 2. Hasil belajar PKn siswa yang memiliki kemampuan berpikir

kritis tinggi Lebih tinggi daripada siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis rendah ... 3. Interaksi model pembelajaran dan kemampuan berpikir kritis

terhadap hasil belajar PKn ... D. Pengajuan hipotesis penelitian... BAB III METODE PENELITIAN

A. Tempat dan waktu penelitian ... B. Populasi dan sampel penelitian ... C. Metode dan desain penelitian ... D. Variabel dan defenisi operasional penelitian ... E. Prosedur pelaksanaan penelitian ... F. Pengontrolan Perlakuan ... G. Teknik pengumpulan data ... H. Teknik Analisis Data ...

(9)

vi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi hasil penelitian ... B. Perlakuan ... C. Hasil Belajar ... 1. Hasil belajar model CTL dan Ekspositori ... 2. Hasil belajar berpikir kritis tinggi dan rendah ... 3. Hasil belajar model terhadap kemampuan berpikir kritis ... D. Analisis hasil belajar dan berpikir kritis berdasarkan tingkat

kognitif.

1. Analisis tingkat kognitif hasil belajar model CTL dan

ekspositori ... 2. Analisis tingkat kognitif hasil belajar keterampilan berpikir

kritis tinggi dan rendah ... 3. Analisis tingkat kognitif antara model pembelajaran terhadap kemampuan berpikir kritis ... E. Pengujian hipotesis ... F. Pembahasan hasil penelitian ...

1. Hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan model CTL lebih tinggi daripada model pembelajaran

ekspositori ... 2. Hasil belajar kelompok siswa yang memiliki kemampuan

berpikir kritis tinggi lebih tinggi daripada hasil belajar siswa berpikir kritis rendah ... 3. Interaksi antara model pembelajaran CTL dan Ekspositori

dengan kemampuan berpikir kritis ... G. Keterbatasan Penelitian ... BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

(10)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data hasil UAS PKn siswa SMP Ar-Rahman ... Tabel 2.1 Perbandingan model pembelajaran CTL dan model

pembelajaran Ekspositori ... Tabel 3.1 Rancangan Penelitian ... Tabel 3.3 Prosedur Model CTL ... Tabel 3.4 Kisi-kisi instrumen hasil belajar PKn ... Tabel 3.5 Kisi-kisi instrumen berpikir kritis ... Tabel 3.6 Interprestasi Koofesien Reliabilitas ... Tabel 3.7 Iterprestasi tingkat kesukaran ... Tabel 3.8 Interprestasi daya pembeda ... Tabel 4.1 Kemampuan berpikir kritis kelas CTL dan Ekspositori ... Tabel 4.2 pembagian kelompok berpikir kritis tinggi dan rendah ... Tabel 4.3 Hasil belajar kelas CTL dan Ekspositori ... Tabel 4.4 Uji normalitas hasil belajar siswa kelas CTL dan Ekspositori.. Tabel 4.5 Uji homogenitas hasil belajar siswa kelas CTL dan

Ekspositori ... . Tabel 4.6 Hasil belajar kemampuan berpikir kritis tinggi dan rendah ... Tabel 4.7 Uji normalitas hasil belajar kemampuan berpikir kritis ... Tabel 4.8 Uji homogenitas hasil belajar siswa kemampuan berpikir

kritis tinggi dan rendah ... Tabel 4.9 Hasil Model pembelajaran terhadap kemampuan berpikir

kritis ... Tabel 4.10 Uji normalitas hasil belajar model terhadap kemampuan

berpikir kritis ... Tabel 4.11 Uji homogenitas hasil belajar model terhadap kemampuan

berpikir kritis ... Tabel 4.12 Deskripsi statistik hasil belajar terhadap berpikir kritis ... Tabel 4.13 Data disain factorial rata-rata hasil belajar terhadap

kelompok berpikir kritis tinggi dan rendah ... Tabel 4.14 Hasil belajar berdasarkan tingkat kognitif model CTL dan

Ekspositori ... Tabel 4.15 Hasil belajar berpikir kritis tinggi dan rendah berdasarkan

tingkat kognitif ... Tabel 4.16 Hasil belajar kelas CTL dan Ekspositori berdasarkan tingkat

kognitif ... Tabel 4.17 Data faktor antar subjek ... Tabel 4.18 Uji homogenitas antar kelompok ... Tabel 4.19 Hasil perhitungan ANAVA dua Jalur ...

(11)

viii DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Grafik kemampuan berpikir kritis kelas CTL dan

Ekspositori ... Gambar 4.2 Grafik hasil belajar kelas CTL dan Ekspositori ... Gambar 4.3 Diagram distribusi normal kelas CTL ... Gambar 4.4 Diagram distribusi normal kelas Ekspositori ... Gambar 4.5 Grafik hasil belajar kemampuan berpikir kritis ... Gambar 4.6 Diagram distribusi normal kemampuan berpikir kritis tinggi Gambar 4.7 Diagram distribusi normal kemampuan berpikir kritis

rendah ... Gambar 4.8 Grafik hasil belajar model pembelajaran terhadap

kemampuan berpikir kritis ... Gambar 4.9 Grafik hasil belajar berdasarkan tingkat kognitif model

CTL dan Ekspositori ... Gambar 4.10 Grafik hasil belajar berpikir kritis tinggi dan rendah

berdasaran tingkat kognitif ... Gambar 4.11 Grafik hasil belajar kelas CTL dan Ekspositori dengan

tingkat berpikir kritis tinggi dan rendah ... Gambar 4.12 Grafik interaksi model pembelajaran dan berpikir kritis ...

78 82 83 83 85 86

87

89

92

94

(12)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Perhitungan validitas, reliabilitas tingkat kesukaran dan daya pembeda instrumen hasil belajar ... Lampiran 2 Perhitungan viliditas, reliabilitas tingkat kesukaran dan daya

pembeda instrumen berpikir kritis ... Lampiran 3 Silabus ... Lampiran 4 RPP ... Lampiran 5 Bahan ajar ... Lampiran 6 Soal tes hasil belajar ... Lampiran 7 Tes kemmpuan berpikir kritis ... Lampiran 8 Data hasil belajar kelas eksperimen dan kontrol ... Lampiran 9 Data hasil belajar berpikir kritis ... Lampiran 10 Data hasil belajar model terhadap berpikir kritis ... Lampiran 11 Uji normalitas dan homogenitas ... Lampiran 12 Anava ... Lampiran 13 Data hasil berpikir kritis ...

115

(13)

1

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat

dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat, dan

bangsa. Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh tingkat keberhasilan pendidikan.

Keberhasilan pendidikan akan dicapai suatu bangsa apabila ada usaha untuk

meningkatkan mutu pendidikan bangsa itu sendiri. Pendidikan adalah usaha sadar

untuk menumbuh kembangkan potensi Sumber Daya Manusia (SDM). Fungsi dan

tujuan pendidikan nasional menurut pasal 3 UU No. 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Kemudian

pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa agar menjadi

manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis dan bertanggungjawab.

Dengan demikian pendidikan merupakan ujung tombak dalam

mempersiapkan SDM yang handal. Pendidikan diyakini dapat memaksimalkan

potensi siswa untuk dapat bersikap kritis, logis dan inovatif dalam menyelesaikan

setiap permasalahan yang dihadapinya. Dalam proses kegiatan belajar mengajar

perlu adanya model pembelajaran yang penekanannya mengarah kepada

kemampuan berfikir kritis. Kemampuan berpikir kritis dapat membantu siswa

membuat keputusan yang tepat berdasarkan usaha yang cermat, sistematis, logis

(14)

2

dan mempertimbangkan berbagai sudut pandang khususnya dalam mata pelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan.

Masalah yang dihadapi dalam dunia pendidikan dewasa ini adalah

lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran siswa kurang

didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran

didalam kelas diarahkan kepada kemampuan siswa untuk menghapal informasi,

siswa terbiasa untuk mengingat dan mengumpulkan berbagai informasi tanpa

dituntut untuk memahami informasi yang diingat dan menghubungkannya dengan

kehidupan sehari-hari, akibatnya siswa hanya pintar secara teoritis dan miskin

aplikasi. Hal ini juga terjadi pada proses pembelajaran mata pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan belum dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir

kritis.

Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah program

pendidikan yang berintikan demokrasi politik yang diperluas dengan

sumber-sumber pengetahuan lainnya, pengaruh-pengaruh positif dari pendidikan

persekolahan, masyarakat dan orang tua yang kesemuanya itu di proses guna

melatih siswa untuk berfikir kritis, analitis, bersikap dan bertindak demokratis

yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. (Somantri, 2001:299)

Sedangkan menurut Azra (2003: 10) menjelaskan bahwa pendidikan

kewarganegaraan merupakan kebutuhan mendesak saat ini, karena beberapa

alasan antara lain (1) meningkatkan gejala dan kecendrungan political illiteracy,

dan (2) meningkatkan apatisme politik (political aphatisme). Untuk itu pendidikan

kewarganegaraan (civic education) harus mulai ditepkan sejak dini, dalam dunia

(15)

3

kecakapan partisipatif yang bermutu dan bertanggung jawab dalam kehidupan

berpolitik dan bermasyarakat baik ditingkat lokal, nasional, regional dan global

yang mampu menjadikan warga negara Indonesia menjadi masyarakat yang baik

dan mampu menjaga persatuan dan integritas bangsa guna mewujudkan Indonesia

yang tangguh, sejahtera dan demokratis, serta mampu menghasilkan siswa yang

berpikir komprehensif, analitis, kritis dan bertindak demokratis sesuai dengan apa

yang dikatakan Lord Henry Peter Broughton ( dalam Azra, 2003:10)

mengedepankan dengan pendidikan kewarganegaraan (civic education) akan

mampu menjadikan warga negara yang mudah dipimpin tetapi sulit untuk

dikendalikan, mudah diperintah tetapi sulit untuk diperbudak.

Untuk mencapai tujuan tersebut, tentunya guru sebagai pengajar harus

mendidik siswa melalui proses berpikir kritis, reflektif, analitis dan kreatif

dikembangkan menjadi cara-cara berpikir warga negara yang demokratis, cerdas

dan bertanggungjawab berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Proses mencapai tujuan tersebut salah satunya perlu dipersiapkan inovasi

baru dalam pembelajaran PKn yang lebih berpusat pada kepentingan siswa.

Dalam proses pembelajaran PKn guru harus menciptakan situasi yang kondusif

artinya situasi yang dapat merangsang aktivitas dan kreativitas peserta didik yang

dapat menumbuhkan keterampilan berpikir kritis serta prilaku yang inovatif dan

kreatif. Hasil pengamatan awal di kelas VII SMP Ar-Rahman Medan, diperoleh

gambaran faktual bahwa hasil belajar PKn peserta didik masih dikategorikan

rendah, hal ini disebabkan oleh pembelajaran yang dikembangkan selama ini

didalam kelas kurang melibatkan peran serta siswa secara aktif, hal ini

(16)

4

diberikan oleh guru melalui metode ceramah (ekspositori) sehingga tidak

merangsang daya berpikir siswa. Penjelasan dan informasi secara lisan dari guru

kurang memberikan motivasi bagi siswa untuk lebih memperdalam dan

memperluas informasi yang didapatnya. Winkel (2014:274) menjelaskan bahwa

kelemahan dari informasi lisan ialah sulit mendapatkan jaminan bahwa siswa

sungguh-sungguh terlibat dalam mengelola materi belajar yang disampaikan

dengan baik karena perbedaan diantara siswa itu sendiri seperti motivasi, daya

kosentrasi, daya tangkap dan tempo belajar kurang diperhatikan; (2) siswa masih

beranggapan bahwa guru sebagai satu-satunya sumber informasi. Hal ini terlihat

saat proses pembelajaran berlangsung: (3) siswa hanya menerima apa yang

diberikan oleh guru untuk dihapal; (4) penggunaan media pembelajaran masih

terbatas sehingga kurang membantu siswa dalam memahami konsep-konsep

pembelajaran PKn. Hal ini menyebabkan mata pelajaran PKn menjadi

membosankan dan kurang merangsang siswa untuk terlibat secara aktif dalam

proses pembelajaran; (5) evaluasi yang diberikan pada umumnya berkadar dalam

ranah tingkat kognitif rendah yang bersifat hapalan. Hal itu terlihat pada soal tes

yang dibuat guru umumnya masih tingkat ranah kognitif rendah sehingga siswa

hanya dilatih untuk mengingat saja bukan untuk mengembangkan keterampilan

berfikir.

Kondisi diatas menggambarkan bahwa proses pembelajaran masih terbatas

pada satu atau dua metode saja dan belum menumbuhkan kemampuan berpikir

kritis siswa. Implikasi keadaan tersebut mengakibatkan kemampuan berpikir kritis

siswa dalam pelajaran PKn belum mencapai taraf optimal. Oleh karena itu untuk

(17)

5

diperlukan suatu model pembelajaran. Hal itu sesuai dengan apa yang

dikemukakan oleh Dick & Carrey (2005) bahwa terjadinya penyimpangan

terhadap pembelajaran, karena pemilihan suatu model pembelajaran yang masih

belum tepat yang tidak menyesuaikan dengan karakteristik siswa. Menurut

Suparman (2001:117) ada dua pendekatan yang dapat dipilih untuk mengatasi

masalah karakteristik siswa yang mempunyai ketrampilan yang heterogen dalam

saatu kelas yaitu: (1) pertama siswa menyesuaikan dengan hasil belajar pelajaran,

dan (2) sebaliknya, hasil belajar pelajaran disesuaikan dengan siswa.

Selain kemampuan berfikir kritis siswa yang rendah di SMP Ar-Rahman

Medan, permasalahan juga terlihat dari rendahnya hasil belajar siswa pada Ujian

Akhir Semester (UAS) pada mata pelajaran PKn dikelas VII, seperti terlihat pada

Tabel 1.1 dibawah ini:

Tabel 1.1: Data Hasil UAS PKn SMP Ar-Rahman Medan

No Mata Pelajaran Tahun Ajaran Nilai Rata-Rata

1. 2. 3.

Pendidikan Kewarganegaraan Pendidikan Kewarganegaraan Pendidikan Kewarganegaraan

2011-2012 2012/2013 2013/2014

69,34 68,75 71,00

Data di atas menunjukkan bahwa perolehan hasil belajar PKn masih

tergolong rendah dimana mata pelajaran PKn di SMP ar-rahman memiliki KKM

70, tapi kenyataannya masih rendahnya nilai yang diperoleh siswa yaitu dibawah

kriteria ketuntasan yang sudah ditetapkan. Hal tersebut disebabkan karena

kurangnya pemahaman siswa terhadap konsep pembelajaran PKn. Mereka

(18)

6

lain yang ditemukan adalah kurangnya perhatian guru dalam mengembangkan

keterampilan belajar.

Untuk mengatasi berbagai permasalahan dalam pelaksanaan pembelajaran

diatas, dibutuhkan suatu model pembelajaran yang lebih efektif dan inovatif yang

membuat siswa lebih aktif selama pembelajaran berlangsung, sehingga terjadi

perubahan paradigma belajar yang semula berpusat pada guru (teacher- centered)

beralih menjadi pembelajaran yang berpusat siswa (student-centered); metodologi

yang semula lebih didominasi dengan pembelajaran ekspositori berganti ke

pembelajaran partismatematikatori; dan pendekan yang semula bersifat tekstual

beralih ke kontekstual. Ada asumsi tentang pembelajaran yang mengaitkan bahwa

siswa akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan

lebih bermakna jika siswa mengalami sendiri apa yang dipelajarinya, bukan

mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan hasil belajar

terbukti gagal dalam membekali siswa memecahkan persoalan dalam kehidupan

yang mereka hadapi, dalam sebuah teori common sense menurut Sukmara

(2003:98) menyatakan, bahwa “karena terjadinya perubahan terus menerus dalam

masyarakat, semakin pentingnya setiap lulusan memiliki kemampuan dalam

bertindak, belajar dan mengatur masa depan sendiri secara mandiri dengan

memadukan unsur-unsur terbaik dari sistem-sistem yang telah terbukti berhasil”.

Oleh karena itu dalam mengatasi permasalahan tersebut perlu diterapkan suatu

model pembelajaran yang dapat menyentuh dengan tingkat pemahaman siswa,

salah satu cara dari sekian banyak model pembelajaran adalah pembelajaran

(19)

7

Model pembelajaran CTL adalah konsep belajar yang membantu guru

mengaitkan antara materi belajar yang diaajarkan dengan situasi dunia nyata siswa

dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya

dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan

tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yaitu: Konstruktivisme

(Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (inquiri), masyarakat

belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), dan penilaian sebenarnya (

Authentic Assesment) serta refleksi. Dengan konsep itu hasil pembelajaran

diharapkan lebih bermakna bagi siswa dan dapat meningkatkan kemampuan

berfikir kritis terhadap berbagai masalah yang dihadapi oleh siswa. Proses

pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan

mengalami sendiri, bukan mentransfer pengetahuan secara ekspositori. Menurut

Komalasari (2010:8) menjelaskan bahwa pembelajaran CTL adalah merupakan

konsep belajar dan mengajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi

belajar yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa

membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya

dalam kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga, masyarakat maupun warga

negara.

Untuk itu model pembelajaran CTL diharapkan mampu untuk menjawab

tantangan dan permasalahan yang dihadapi, karena model pembelajaran CTL

memandang bahwa proses belajar benar-benar berlangsung hanya jika siswa dapat

menemukan hubungan yang bermakna antara pemikiran yang abstrak dengan

penerapan praktis dalam konteks dunia nyata. Dalam pengalaman belajar yang

(20)

8

melalui proses penemuan, penguatan, keterkaitan dan keterpaduan . Selanjutnya,

Johnson (2002:25) menegaskan bahwa model CTL membantu siswa melihat

makna di dalam hasil belajar akademik yang mereka pelajari dengan cara

menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan

keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya

mereka.

Dengan demikian model pembelajaran CTL dapat menuntun siswa untuk

aktif dalam belajar dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis mereka. Karena

tugas guru tidak lagi dijadikan sebagai sumber utama melainkan mengatur model

belajar, membantu menghubungkan pengetahuan lama dengan pengetahuan baru

dan memfasilitasi pembelajaran PKn. Kemampuan berpikir kritis memberikan

arahan yang tepat dalam berfikir dan bekerja, dan membantu dalam menentukan

keterkaitan sesuatu dengan yang lainnya dengan lebih akurat. Oleh sebab itu

reformasi dalam pembelajaran perlu dibangun dan dikembangkan guna

menciptakan suasana belajar yang lebih demokratis dan dapat memacu peserta

didik untuk berpikir kritis dalam pemecahan masalah dalam pembelajaran.

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian

tentang “Pengaruh Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

dan Kemampuan Berpikir Kritis Terhadap Hasil Belajar Siswa SMP Swasta

(21)

9

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian yang dikemukakan pada latar belakang masalah, maka

dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Apakah faktor yang mempengaruhi hasil belajar PKn di SMP Swasta

Ar-Rahman Medan?

2. Apakah perbedaan model pembelajaran yang digunakan berpengaruh

terhadap hasil belajar PKn siswa?

3. Apakah kemampuan berpikir kritis mempengaruhi hasil belajar siswa?

4. Apakah hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran

CTL lebih tinggi dari pada hasil belajar siswa yang diajarkan dengan

model pembelajaran ekspositori?

5. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang memiliki

kemampuan berpikir kritis tinggi dan yang memiliki kemampuan

berpikir kritis rendah?

6. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan

berpikir kritis dalam meningkatkan hasil belajar siswa?

C. Pembatasan Masalah

Banyak masalah yang berkaitan dengan rendahnya hasil belajar siswa.

untuk itu perlu dibatasi permasalahan yang akan diteliti agar penelitian mencapai

tujuan yang diharapkan. Adapun masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini

dibatasi pada model pembelajaran yang dipilah atas model pembelajaran CTL dan

(22)

10

kemampuan berpikir kritis tinggi dan kemampuan berpikir kritis rendah, dan

materi yang dibahas mengenai Hak Asasi Manusia .

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan batasan

masalah yang telah dikemukakan diatas, maka dibuat rumusan masalah sebagai

berikut:

1. Apakah hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa yang

diajarkan dengan model pembelajaran CTL lebih tinggi daripada siswa

yang diajarkan dengan model pembelajaran ekspositori?

2. Apakah hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa yang

memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi lebih tinggi daripada siswa

yang memiliki kemampuan berpikir kritis rendah?

3. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan

berpikir kritis terhadap hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui:

1. Hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa yang diajarkan

dengan model pembelajaran CTL lebih tinggi daripada siswa yang

diajarkan dengan model pembelajaran ekspositori.

2. Hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa yang memiliki

kemampuan berpikir kritis tinggi lebih tinggi daripada siswa yang

(23)

11

3. Adanya interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan

berpikir kritis terhadap hasil belajar pendidikan kewarganegaraan.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermamfaat bagi dunia pendidikan

pada umumnya dan pada mata pelaajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada

khususnya.

1) Manfaat teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan

kontribusi terhadap perkembangan ilmu pendidikan terutama dalam

pengembangan model pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

2) Manfaat praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

masukn-masukan yang berarti dan berguna bagi peningkatan penelitian

pembelajaran, terutama:

a. Guru

1) Model pembelajaran dapat membantu dan menciptakan suasana belajar

mengajar yang aktif, interaktif dan memicu keterampilan berpikir kritis

siswa.

2) Merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan dan

dikembangkan oleh guru dalam proses pembelajaran yang dapat

(24)

12

b. siswa

1) Dengan model pembelajaran CTL dapat memberikan bekal dan

keterampilan berpikir kritis bagi siswa dalam kemampuan

menganalisis, memecahkan permasalahan, pengambilan keputusan,

dan menuntun peserta didik akrab dengan dunia nyata, serta

memberikan bekal dalam memecahkan masalahnya dalam kehidupan

sehari-hari.

2) Dengan model pembelajaran CTL dapat meningkatkan hasil belajar

siswa.

c. Pihak sekolah

1) Dapat mengoptimalkan sumber daya yang tersedia untuk memajukan

sekolahnya melalui pengembangan model pembelajaran.

2) Diharapkan mampu mencermati kebutuhan siswa yang beragam

dengan kondisi lingkungan yang berbeda, serta mampu mewujudkan

harapan masyarkat terhadap dunia kerja untuk menghasilkan out put

yng mandiri, produktif, potensial, dan berkualitas.

3) Diharapkan dapat menjadi sumber inspirasi dalam menemukan model

pembelajaran yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran

(25)

110

110 109 BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dan pembahasan maka dapat diperoleh

beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil belajar PKn siswa yang diajarkan dengan Model pembelajaran

Contextual Teaching and Learning lebih tinggi dari siswa yang diajarkan

dengan model pembelajaran Ekspositori. Terlihat bahwa rata-rata skor hasil

belajar didik yang diajarkan dengan Model pembelajaran Contextual Teaching

and Learning adalah 23,67 lebih tinggi dari model pembelajaran Ekspositori

yaitu 20,81.

2. Hasil belajar PKn siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi lebih

tinggi dari peserta didik yang memiliki kemampuan berpikir kritis rendah.

Terlihat bahwa rata-rata skor hasil belajar peserta didik yang memiliki

kemampuan berpikir kritis adalah 23,33 lebih tinggi dari kemampuan berpikir

kritis rendah yaitu 21,53.

3. Ada interaksi antara Model Pembelajaran dan kemampuan berpikir kritis

terhadap hasil belajar PKn.Model pembelajaran Contextual Teaching and

Learning dan Kemampuan berpikir kritis berinteraksi dalam mempengaruhi

hasil belajar siswa dan tidak terdapat interaksi antara berpikir kritis tinggi dan

rendah pada model pembelajaran Ekspositori. Terlihat bahwa rata-rata skor

(26)

110

yaitu 22,28, sedangkan pada hasil belajar ekspositori- KBK tinggi 21,18 dan

ekspositori- KBK rendah 20,87 tidak signifikan berbeda.

B. Implikasi

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian ini yang menyatakan bahwa

siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran CTL lebih tinggi dibandingkan

dengan hasil belajar PKn siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model

pembelajaran ekspositori. Dengan demikian diharapkan agar para guru

mempunyai pengalaman, pemahaman dan wawasan dalam memilih model

pembelajaran. Karena dengan penguasaan model-model pembelajaran yang

dimiliki oleh guru dapat menciptakan pembelajaran PKn yang menarik dan tidak

membosankan bagi siswa. untuk itu perlu kiranya disosialisasikan dan dilatih

kepada guru-guru yang mengajar tentang penerapan model pembelajaran. Karena

dengan menggunakan model pembelajaran CTL sesuai dengan temuan penelitian

dapat menin gkatkan hasil belajar PKn siswa.

C. Saran

Berdasarkan hasil dan kesimpulan penelitian ini, maka peneliti memiliki

beberapa saran untuk menerapkan model pembelajaran Contextual Teaching and

Learning sebagai berikut:

1. Guru harus memperhatikan berpikir kritis siswa, karena model ini tepat untuk

siswa yang berpikir kritis tinggi.

2. Untuk siswa yang memiliki berpikir kritis rendah disarankan untuk tidak

diajarkan dengan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning

(27)

111

selama pembelajaran, siswa sulit menganalisis data dan fenomena alam yang

mereka temukan selama pembelajaran

3. Disarankan kepada peneliti selanjutnya, kiranya dapat melanjutnya penelitian

ini dengan menerapkan Model Pembelajaran contextual teaching and learning

dengan bantuan metode ataupun media pembelajaran kreatif dalam proses

Gambar

Tabel 1.1 dibawah ini:

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa bentuk bahan ajar melalui Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk mengembangkan kemampuan

Berdasarkan hasil analisis data, dapat disimpulkan bahwa: (1) ada pengaruh model pembelajaran Contextual Teaching and Learning dan Quantum Learning terhadap prestasi

bahwa model pembelajaran contextual teaching learning lebih tepat dari pada model pembelajaran ekspositori dalam meningkatkan hasil belajar PKn, dan peserta didik

Tingkat kecenderungan hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) pada mata pelajaran boga

Dari beberapa pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan proses pembelajaran yang holistik dan bertujuan membantu

sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap hasil belajar matematika SMP Negeri 4 Waru Tahun Ajaran

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas belajar siswa dan hasil belajar siswa setelah menerapkan model Contextual Teaching And Learning (CTL) pada

Adapun kelebihan dari model pembelajaran Contextual Teaching and Learning CTL Sepriady, 2018 antara lain : pembelajaran CTL memberikan kesempatan peserta didik untuk dapat menunjukkan