LAPORAN TUGAS AKHIR TENTANG
MEKANISME PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI
(PPN) PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA
LUBUK PAKAM
O L E H
NAMA : RIDHO PRAWIRA ARDY NIM : 122600057
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Menyelesaikan Studi pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat, karunia, kesehatan, hidayah, keselamatan dan kemampuan
kepada penulis sehingga dapat menyusun dan menyelesaikan Laporan Tugas Akhir
ini.Tidak lupa pula penulis sanjung sajikan kepada Baginda Nabi Besar Muhammad
SAW yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju alam terang benderang
yang seperti kita rasakan pada saat ini.
Laporan Tugas Akhir ini disusun dalam rangka menyelesaikan studi pada
Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU. Adapun judul Tugas
Akhir ini adalah “Mekanisme Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) padaKantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam”.
Medan, April 2015
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... ii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 1
B.Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 3
1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ... 3
2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ... 4
C. Uraian Teoritis ... 5
1. Definisi Pajak Secara Umum ... 5
2. Fungsi pajak ... 6
3. Pengertian Wajib Pajak ... 6
4. Pajak Pertambahan Nilai ... 7
5. Karekteristik Pajak Pertambahan Nilai ... 7
D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 8
E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 8
F. Metode Pengumpulan Data ... 10
1. Studi Pustaka (liberary research) ... 10
2. Observasi (Observation) ... 10
BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP)
PRATAMA LUBUK PAKAM . ... 12
A. Sejarah Umum Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam..12
1. Tugas dan Fungsi KPP Pratama Lubuk Pakam . ... 13
2. Visi dan Misi KPP Pratama Lubuk Pakam . ... 14
3. Nilai-nilai KPP Pratama Lubuk Pakam . ... 14
4. Wilayah kerja KPP Pratama Lubuk Pakam . ... 16
B. Struktur Organisasi KPP Pratama Lubuk Pakam. ... 19
C. Bidang-bidang Kerja KPP Pratama Lubuk Pakam. ... 21
1. Kepala kantor. ... 21
2. Sub. Bagian Umum. ... 21
3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi. ... 22
4. Seksi Pelayanan . ... 22
5. Seksi Penagihan. ... 23
6. Seksi Pemeriksaan. ... 23
7. Seksi Ekstensifikasi. ... 23
8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi. ... 24
9. Fungsional Pemeriksa dan Penilai. ... 24
BAB III PEMBAHASAN. ... 25
A. Pajak Pertambahan Nilai. ... 25
B. Dasar Hukum Pajak Pertambahan Nilai. ... 25
C. Subjek dan Objek Pajak Pertambahan Nilai. ... 25
E. Saat Terutang Pajak Pertambahan Nilai. ... 29
F. Mekanisme Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai. ... 32
G. Tempat Terutang Pajak Pertambahan Nilai. ... 34
H. Dasar Pengenaan Pajak. ... 34
I. Faktur Pajak. ... 36
BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI DATA. ... 39
A. Dekskripsi. ... 39
B. Dasar Hukum. ... 39
C. Pihak yang Terkait. ... 40
D. Input. ... 40
E. Output. ... 40
F. Prosedur Kerja. ... 41
G. Kendala dan Masalah yang Dihadapi KPP Pratama Lubuk Pakam. ... 46
H. Upaya yang Dilakukan oleh KPP Pratama Lubuk Pakam. ... 46
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ... 48
A. Kesimpulan... 48
B. Saran. ... 49
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Dalam mewujudkan pembangunan yang adil dan merata di segala bidang
yang diperlukan adalahadanya sumber pemerintahan yang menunjang peningkatan
sumber penerimaan negara yang diperlukan untuk membiayai pengeluaran rutin dan
untuk membiayai pembangunan. Untuk mencapai target yang telah ditentukan oleh
pemerintah melalui anggaran-anggaran yang telah disusun,maka pemerintah
mengupayakan agar sumber pajak dapat terus meningkat dari tahun ketahunnya
dengan cara memberikan penjelasan kepada masyarakat.
Pajak merupakan penerimaan negara terbesar setelah migas.Dimana
penerimaan negara dari sektor pajak setiap tahun terus meningkat.Hal ini dapat dilihat
dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dimana rencana
pendapatan negaradari sektor pajak terus meningkat.Pendapatan negara dari sektor
pajak inilah yang digunakan untuk membiayai pelaksanaan pembangunan nasional
yang sedang berjalan.
Pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak sebagai aparat mempunyai
tugas yang cukup berat dalam memenuhi pendapatan negara yang telah ditetapkan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Sehingga aparat pajak harus aktif dalam melakukanpembinaan dan
pengawasan terhadap pelaksanaan perpajakan dari wajib pajak agar mematuhi
peraturan perundang-undangan perpajakan.Untuk meningkatkan penerimaan pajak
perpajakan.Dahulu sebelum adanya tax reform dimana sistem Official Assesment (UU No. 6 Tahun 1986) diganti menjadi Self Assesment (UU No.16 Tahun 2009)TentangKetentuanUmumdan Tata Cara Perpajakan.
Dalam sistem Self Assesmentwajib pajak diberi kepercayaan dan tanggung jawab untuk menghitung,membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang
harus di bayar.
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Barang dan Jasa merupakan pajak yang
dikenakan atas barang maupun jasa. Dalam rangkameningkatkan kepastian hukum
dan keadilan, menciptakan sistem perpajakan yang lebih sederhana, serta
mengamankan penerimaan negara agar pembangunan nasional dapat dilaksanakan
secara mandiri sesuai dengan fungsi pajak, perlu dilakukan perubahan terhadap
Penjualan Atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
denga
dilakukanolehPengusahakenaPajak di kenakanPajakPertambahanNilai yang di
aturdalamundang-undangnomor 42 Tahun 2009.Olehkarenaitu,
setiapkegiatanpenyerahandanpelaporanPajakPertambahanNilaiharusdilaporkanolehPe
ngusahaKenaPajaksetiapMasaPajak.Namun, masih ada wajib pajak yang lalai dalam
melaksanakan kewajiban dalam membayar pajak. Bagi wajib pajak yang lalai
melaksanakan kewajiban perpajakanya akan dikeluarkan penetapan dan ketetapan
pajak.Olehkarenaitudiperlukananalisisdalamkewajibanperpajakan,
khususnyadalampenerapandanpelaporanPajakPertambahanNilai.
Indonesia dengan diadakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini
dapat menambah pengetahuan dan mengembangkan keterampilan etika pekerjaan,
sikap, tugas dan tanggung jawab serta kesempatan untuk menerapkan ilmu
pengetahuan yang diperoleh selama perkuliahan.
Berdasarkan kenyataan-kenyataan tersebut, maka penulis mencoba meneliti
dan membahas untuk menuangkan dan mengangkatnya menjadi sebuah karya ilmiah
yang berjudul:“Mekanisme Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Patama Lubuk Pakam.”
B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri 1.Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Secara teoritis Praktik Kerja Lapangan Mandiri(PKLM) merupakan kegiatan
intrakulikuler yang dilakukan mahasiswa secara mandiri dengan cara praktis
dilapangan yang langsung berhubungan dengan teori keahlian yang diterima dari para
dosen Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam melaksanakan Praktik Kerja
Lapangan Mandiri ini adalah:
1.1Untuk mengetahui Mekanisme Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai Pada
1.2Untuk mengetahuikendalaataupunmasalah yang dihadapidalamPelaporan
Pajak Pertambahan Nilai PadaKantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk
Pakam.
2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 2.1 Bagi Mahasiswa
a. Mengimplementasikan mekanisme pelaporan Pajak Pertambahan Nilai
yang diperoleh di bangku perkuliahan,
b. Mengetahui lebih dalam tentang Pajak Pertambahan Nilai,
c. Meningkatkan interaksi baik dengan petugas ataupun pegawai pajak
maupun dengan wajib pajak mengenai Pajak Pertambahan Nilai,
d. Menambah ilmu dan wawasan dalam hal Pajak Pertambahan Nilai,
e. Sebagai motivasi untuk lebih meningkatkan keterampilan dalam hal
kepabean,
f. Sebagai wadah untuk mempersiapkan diri menghadapi dunia kerja dengan
dibekali keahlian keterampilan dan pengalaman yang diperoleh sewaktu
melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.
2.2 Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam
a. Sebagai sarana untuk mempererat hubungan yang positif antaraKantor
Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam dengan program studi Diploma III
Administrasi Perpajakan FISIP USU,
b. Dengan dilaksanakannya Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini mahasiswa
yang bersifat mambangun yang menjadi sumber masukan untuk
meningkatkan kinerja pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk
Pakam.
2.3 Bagi program Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU
a. Hubungan kerja sama Universitas Sumatera Utara dengan Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam,
b. Membuka interaksi antara mahasiswa, dosen dan instansi pemerintahan di
bangku perkuliahan,
c. Rasa ikut serta masyarakat membangun negara,
d. Guna meningkatkan profesionalisme,memperluas wawasan serta
menetapkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam menerapkan
ilmu,khususnya dibidang perpajakan,
e. Membangun image yang baik terhadap sumber daya manusia yang dihasilkan dari lembaga pendidikan nasional,khususnya Universitas
Sumatera Utara
C.Uraian Teoritis 1. Definisi Pajak
DefenisipajakmenurutRochmat Soemitro mengatakan, Pajak adalah iuran
rakyat,pada negara berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan dengan tidak
mendapat jasa timbal balik,yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan
Menurut N.J.Feldman,Pajak adalah prestasi yang dipaksakan oleh sepihak dan
terutang kepadapengusaha oleh pihak yang terutang kepada pengusaha (menurut
norma-norma yang ditetapkan secara umum),tanpa adanya kontraprestasi
dansemata-matadigunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum(Resmi,2008:2).
Menurut P. J. A. Andriani, Pajak adalah iuran masyarakat kepada Negara
(yang dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut
peraturan-peraturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang
langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai
pengeluaranpengeluaran umum berhubung tugas Negara untuk menyelenggarakan
pemerintahan (Waluyo, 2009:2)
2. FungsiPajak
Terdapatduafungsipajak, yaitu :
2.1FungsiBudgetair, adalahpajakberfungsisalahsatusumberpenerimaan Negarauntukmembiayaipengeluaranbaikrutinmaupunpembangunan Negara.
2.2FungsiReglured,
adalahsebagaialatuntukmengaturataumelaksanakankebijakanpemerintahdalambid
ang social
danekonomisertamencapaitujuan-tujuantertentudiluarbidangkeuangan(Resmi,2008:3).
3. Pengertian Wajib Pajak
Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan,meliputi pembayaran
pajak,pomotongan pajakdan pemungutan pajak,yang mempunyai hak dan kewajiban
4. Pajak Pertambahan Nilai
Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak atas konsumsi barang dan jasa di daerah
pabean yang dikenakan secara bertingkat di setiap jalur produksi dan
distribusi.Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai sangat dipengaruhi oleh perkembangan
transaksi bisnis serta pola konsumsi masyarakat objek dari Pajak Pertambahan Nilai
atasnilaitambah (added value)yang timbul efek pengenaan pajak berganda dapat dihindarkan(Resmi,2008:1).
5. Karakteristik Pajak Pertambahan Nilai
Karakteristik Pajak Pertambahan Nilai itu ada berapa macam:
5.1.Pajak Tidak Langsung
Beban pajak dipikul oleh konsumen akhir. Pengusaha akan menggeser beban
pajak kepada pembelisesuai dengan mata rantai produksi dan distribusi sampai ke
konsumen akhir melalui pengenaan pajak secara bertingkatpengusaaha menggeser
beban melalui pengkreditan pajak(Resmi,2008:1).
5.2. Pajak Konsumsi
Pemikul beban pajak berakhir pada konsumen.
5.3. PPN Bersifat Netral
Pengenaan PPN didasarkan pada”destination principle”dan hanya dikenakan atas nilai tambahan lainnya.
5.4. PPN dipungut di tempat Barang atau Jasa tersebut dikonsumsi 5.5. Pajak Objektif
PPN hanyadikenakan bila terdapat faktor objektifyaitu;keadaan,peristiwa atau
5.6. PPN akan mendahulukan Objek, Baru Kemudian mencari Subjektifnya
5.7. Sistem Faktur
Setiap penyerahan barang kena pajak dan/ jasa kena pajak yang dilakukan
oleh pengusaha kena pajak harus dibuatkan faktur pajak (Resmi, 2008:1).
D.Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Adapun yang menjadi Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri
(PKLM) adalah:
1. Mekanisme pelaporan pajak pertambahan nilai,
2. Objek pajak pertambahan nilai,
3. Kendalaataupunmasalahdalammekanismepelaporanpajakpertambahannilai,
4. Upaya-upaya yang dilakukandalammengatasi pelaksanaan
pelaporanpajakpertambahannilai.
E. Metode Praktik Kerja lapangan Mandiri
Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data sesuai dengan metode yang di
gunakan sebagai berikut:
1. Tahapan Persiapan
Hal ini berkaitan dengan persiapan yang dibutuhkan mahasiswa mulai dari
peninjauan objek dan lokasi, mencari bahan untuk pembuatan proposal, permohonan
Hal ini berkaitan dengan pengumpulan buku-buku yang berkaitan dengan judul
PraktikKerjaLapanganMandiri (PKLM), artikel ilmiah serta sumber-sumber lain yang
mendukung penulisan laporan ini.
3. Observasi Lapangan
Penulis melakukan pengamatan secara langsung tentang kondisi serta keadaan
dari kantor tempat dimana penulis melakukan kegiatan Praktik Kerja Lapangan
Mandiri.
4. Pengumpulan Data
Penulis melakukan pengumpulan data untuk menunjang keberhasilan dari topik
yang dibahas.Dalam hal ini data-data bersumber dari KantorPelayananPajak Pratama
Lubuk Pakam.
a. Data Primer adalah data yang diperoleh dari pihak-pihak yang mengetahui
tentang objek kajian Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).
b. Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari referensi ilmiah,seperti buku
perpajakan, Undang-Undang Perpajakan yang bertujuan untuk pengumpulan
laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).
5. Analisis dan Evaluasi Data
Setelah memperoleh data yang dibutuhkan penulis akan menganalisa,
mengevaluasi data dan mengelompokkan data tersebut yang kemudian akan di
interpretasikan secara objektif, jelas dan sistematis sehingga lebih mudah untuk
menarik kesimpulan dari data tersebut.
Dalam pengumpulan data mengenai Praktik Kerja Lapangan Mandiri,penulis
mengumpulkan data dan informasi dengan metode sebagai berikut:
1. Studi pustaka (liberary research)
Pengumpulan data mengenai prosedur permohonan penundaan nilai melalui
bahan bacaan seperti buku, majalah,surat kabar,dan undangan.
2. Observasi (observation)
Mengumpulkan data dengan cara observasi yaitu meninjau secara langsung
kelapangan dan melakukan interview atau wawancara dengan key person untuk memperoleh data yang diperlukan mengenai pajak pertambahan nilai.
G. SistematikaPenulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Untuk mempermudah pemahaman dalam laporan Praktik Kerja Lapangan
Mandiri (PKLM) ini,penulismembagi dalam lima bab pembahasan yang terdiri dari:
BABI PENDAHULUAN
Pada bab ini diberikan gambaran mengenai keseluruhanisi laporan ini.
Bab ini terdiri dari latar belakang PKLM,tujuan dan manfaat
PKLM,uraianteoritis,ruang lingkup PKLM,metode PKLM,metode
pengumpulan data dan sistematika penulisan laporan PKLM.
BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
Pada bab ini penulis akan menjelaskan sejarah singkat lokasi dimana
praktik kerja lapangan mandiri dilakukan.Dimana dalam hal ini sejarah
Pajak Pratama Lubuk Pakam, struktur organisasi,tugas dan fungsi
pegawai di instansi tersebut serta gambaran lain.
BAB III PENYAJIAN DATA ATAS PROSEDUR PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA LUBUK PAKAM
Pada bab ini penulis akan membahas tentang bagaimana prosedur
pelaporan pajak pertambahan nilai pada Kantor Pelayanan Pajak
Pratama LubukPakam.
BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI
Dalam bab ini penulis akan menganalisis data yang ada, kemudian akan
di evaluasi serta memberikan interprestasi untuk menjawab perumusan
masalah yang diajukan.
BAB V PENUTUP
Bab ini adalah kesimpulan dari uraian-uraian dari bab-bab sebelumnya
serta saran dari penulis yang merupakan sumbangan pemikiran penulis
yang diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukan.
BAB II
GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA LUBUK PAKAM
A. Sejarah Umum Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam
Sejak tahun 2002, Direktorat Jenderal Pajak - Departemen Keuangan
melakukan modernisasi perpajakan sebagai bagian dari reformasi perpajakan (tax-reform) dan reformasi birokrasi. Dilakukan perubahan paradigma perpajakan dengan mengedepankan aspek pelayanan kepada Wajib Pajak, yang dihimbau dengan
pengawasan dan konsultasi. Untuk implementasinya dibentuk Kantor Pelayanan
Pajak (KPP) modern dengan tiga model, yakni KPP Wajib Pajak Besar, KPP Madya,
dan KPP Pratama. Salah satunya adalah KPP Pratama Lubuk Pakam yang terletak di
Jl.Diponegoro no. 42-44 Lubuk Pakam sebelum akhirnya pindah ke Jl. Pangeran
Diponegoro No. 30 A Medan.
Sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep-95/PJ/2008
tanggal 27 Mei 2008 tentang Saat Mulai Operasi (SMO) KPP Pratama di lingkungan
Kanwil DJP Sumatera Utara I, KPP Pratama Lubuk Pakam ditetapkan mulai
beroperasi tanggal 27 Mei 2008. KPP Pratama Lubuk Pakam berada di bawah
lingkungan Kanwil DJP Sumatera Utara I yang membawahi seluruh wilayah
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama adalah instansi vertical Direktorat
Jenderal Pajak yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala
Kantor Wilayah.
1. Tugas dan Fungsi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam
Dalam kedudukannya dibawah Kepala Kantor Wilayah yang dipmpin oleh
seorang Kepala Kantor, KPP Pratama Lubuk Pakam mempunyai tugas melaksanakan
penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan Wajib Pajak di berbagai bidang perpajakan.
Bidang tersebut adalah PPh, PPN, PPnBM, PBB, PTLL, dalam wilayah
wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dalam melaksanakan tugas, KPP pratama lubuk pakam menpunyai fungsi
sebagai berikut :
a. pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi
perpajakan, penyajian informasi perpajakan, penetapan dan penerbitan produk
hukum perpajakan;
b. pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan/pengolahan
surat pemberitahuan, dan penerimaan surat lainnya;
c. penyuluhan perpajakan;
d. penatausahaaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak;
e. pelaksanaan pemeriksaan pajak;
f. pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak;
g. pelaksanaan konsultasi perpajakan;
i. pembetulan ketetapan pajak;
j. pelaksanaan registrasi Wajib Pajak;
k. pelaksanaan administrsi KPP.
2. Visi dan Misi Kantor Pelayanan pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam
Keberhasilan program modernisasi di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak,
tidak hanya dapat membawa perubahan paradigma dan perubahan perilaku pegawai
Direktorat Jenderal Pajak. Tetapi lebih jauh dapat memberikan dampak positif
terhadap percepatan penerapan praktik-pratik “good governance” pada institusi pemerintah secara keseluruhan.
Untuk mencapai tujuan tersebut, Direktorat Jenderal Pajak telah
mencanangkan visi dan misi sebagai pedoman dalam melakukan setiap kegiatan.
Adapun visi dan misi tersebut adalah sebagai berikut:
2.1 Visi
Menjadi Institusi pemerintah penghimpun pajak negara yang terbaik di
wilayah Asia Tenggara.
2.2 Misi
Menyelenggarakan fungsi administrasi perpajakan dengan menerapkan
Undang-undang Perpajakan secara adil dalam rangka membiayai penyelenggaraan
3. Nilai – nilai Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam
Untuk mencapai Visi dan Misi diatas maka Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
Pratama Lubuk Pakam perlu menganut nilai – nilai sebagai Berikut :
3.1 Integritas
Yaitu berpikir, berkata, berprilaku, dan bertindak dengan baikdan benar
serta memegang teguh kode etik dan prinsip – prinsip moral. Bersikap
jujur, tulus, dan dapat dipercaya, serta menjaga martabat dan tidak
melakukan hal – hal tercela.
3.2 Profesionalisme
Yaitu bekerja tuntas dan akurat atas dasar kpmpetensi terbaik dengan
penuh tanggung jawab dan komitmen yang tinggi, mempunyai keahlian
dan pengatahuan yang luas dan bekerja dengan hati
3.3 Sinergi
Yaitu membangun dan memastikan hubungan kerjasama internal yang
produktif serta kemitraan yang harmonis dengan para pemangku
kepentingan, untuk menghasilkan karya yang bermanfaat dan berkualitas,
memiliki sangka baik, saling percaya dan menghormati, serta menemukan
3.4 Pelayanan
Yaitu memberikan layanan yang memenuhi kepuasan pemangku
kepentingan yang dilakukan dengan sepenuh hati, transparan, cepat,
akurat, dan aman, melayani dengan berorientasi pada kepuasan pemangku
kepentingan serta bersikap produktif dan cepat tanggap.
3.5 Kesempurnaan
Yaitu senantiasa melakukan upaya perbaikan di segala bidang untuk
menjadi dan memberikan yang terbaik, melakukan perbaikan terus
menerus serta mengembangkan inovasi dan kreatifitas.
4. Wilayah Kerja Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam
Wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam terdiri dari 22 Kecamatan Yaitu
Table 2.1 Wilayah Kerja KPP Pratama Lubuk Pakam
No. Wilayah Luas Wilayah
Serdang 2,497.72 741,905,130 356,407 169,711
2 KEC.BATANG KUIS
10 KEC.LUBUK PAKAM
14 KEC.PANCUR BATU
15 KEC.PANTAI LABU
18 KEC.SIBOLANGIT
Sumber: KPP Pratama Lubuk Pakam 2015
Adapun jumlah Wajib Pajak yang terdaftar di KPP Pratama Lubuk Pakam adalah :
Tabel 2.2 Jumlah Wajib Pajak KPP Pratama Lubuk Pakam
Sumber : KPP Pratama Lubuk Pakam 2015 Jenis WP
Tahun
2012 2013 2014
Badan 7,757 8,557 9,514
Orang Pribadi 140,741 153,534 167,983
Tabel 2.3 Jumlah Wajib Pajak Lapor dan Jumlah Wajib Pajak Tidak Lapor Sumber : KPP Pratama Lubuk Pakam 2015
Pencapaian Kinerja KPP Pratama Lubuk Pakam Berdasarkan jenis pajak dan
Penerimaan Pajak adalah sebagai berikut:
Tabel 2.4 Jenis Pajak dan Penerimaan Pajak Tahun 2012 pada KPP Pratama Lubuk Pakam
Sumber : KPP Pratama Lubuk Pakam 2015 Jenis Pajak
2012
Jumlah Target KPP Jumlah Bayar %
A. PPh Non Migas 416,603,340,000 382,698,376,388 91.86%
B. PPN dan PPnBM 391,976,190,000 458,649,838,817 117.01%
C. PPh Migas 52,497,351
Tabel 2.5 Jenis Pajak dan Penerimaan Pajak Tahun 2013 pada KPP Pratama Lubuk Pakam
Jenis Pajak
2013
Jumlah Target
KPP Jumlah Bayar % A. PPh Non Migas 514,625,999,999 473,745,645,671 92.06%
B. PPN dan PPnBM 636,631,000,000 578,645,422,571 90.89%
C. PPh Migas 63,216,132
D. Pajak Lainnya 2,305,000,000 1,635,752,400 70.97%
Sumber : KPP Pratama Lubuk Pakam 2015
Tabel 2.6 Jenis Pajak dan Penerimaan Pajak Tahun 2014 pada KPP Pratama Lubuk Pakam
Jenis Pajak
2014
Jumlah Target KPP Jumlah Bayar %
A. PPh Non Migas 562,531,040,000 569,557,972,633 101.25%
B. PPN dan PPnBM 736,444,900,000 655,771,235,824 89.05%
C. PPh Migas 29,970,735
D. Pajak Lainnya
1,152,511,000 1,573,214,068 136.50%
Sumber : KPP Pratama Lubuk Pakam 2015
B. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam
Di setiap perusahaan mempunyai struktur organisasi untuk menggambarkan
secara jelas unsur – unsur yang membantu pimpinan dalam menjalankan perusahaan.
Dengan adanya struktur organisasi yang jelas dapat diketahui posisi, tugas, dan
yang berdasarkan pada pola hubungan kerja serta lalu lintas wewenang dan tanggung
jawab.
Struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam
berdasarkan peraturan menteri keuangan Republik Indonesia No : 55/PMK.01/2007,
terakhir peraturan menteri keuangan nomor 167/PMK.01/2012, tentang organisasi
dan tata kerja instansi vertical Direktorat Jenderal Pajak dipimpin oleh seorang
Kepala Kantor sedangkan setiap seksi dipimpin oleh Kepala Seksi atau Kepala Sub
Bagian Umum dan dibantu oleh Account Representative (AR) dan pelaksana. Adapun seksi atau sub bagian umum dan kelompok fungsional tersebut adalah sebagi berikut:
1. Sub Bagian Umum.
2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi Perpajakan (PDI).
3. Seksi Pelayanan.
4. Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal (RIKI).
5. Seksi Penagihan.
6. Seksi Ekstensifikasi.
7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I.
8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II.
9. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III.
10.Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV.
11.Kelompok Fungsional I.
C. Bidang–bidang Kerja Kantor pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam
Dalam menjalankan pekerjaannya setiap seksi mempunyai tugas dan
wewenangnya masing-masing sesuai dengan perturan yang di tetapkan. Adapun tugas
dari setiap seksi di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam adalah
sebagai berikut:
1. Kepala Kantor
Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama mempunyai Tugas Melaksanakan
penyuluhan, pelayanan dan pengawasan administrasi pemeriksaan sederhana,
penerapan terhadap Wajib Pajak di bidang Pajak Penghasilan, pajak Pertambahan
Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, dan Pajak Tidak Langsung lainnya dalam
wilayah wewenang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Sub. Bagian Umum
Sub bagian umum mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian,
keuangan, tata usaha dan rumah tangga kantor.
Tugas Kepala Sub Bagian Umum adalah:
1. Pelaksanaan tugas di bidang administrasi penerimaan pengiriman surat-surat
serta pelaksanaan tugas bendaharawan.
2. Mendistribusikan surat-surat masuk kepada seksi yang bersangkutan dan
4. Memberi nasehat dan menegakkan disiplin kepada pegawai.
5. Memberi penilaian atas pelaksanaan pekerjaan pegawai
3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)
Tugas Seksi PDI adalah:
1. Melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data.
2. Penyajian Informasi perpajakan.
3. Perekaman dokumen perpajakan.
4. Merekam Surat Setoran Pajak (SSP) lembar 3.
5. Merekam Surat Pemberitahuan (SPT) Masa PPN.
6. Merekam Surat Pemberitahuan (SPT)PPh Pasal 21.
7. Merekam Surat Pemberitahuan (SPT)PPh Pasal 23/26.
8. Merekam Surat Pemberitahuan (SPT)PPh Final Pasal 4.
9. Melakukan urusan tata usaha peneriman perpajakan.
10.Memberikan pelayanan dukungan teknis komputer.
11.Pemantauan aplikasi e-SPT dan e-filling. 12.Penyiapan laporan kinerja organisasi.
4. Seksi Pelayanan
Tugas Seksi Pelayanan adalah:
1. Mengkoordinasikan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan.
2. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan.
3. Menerima dan mengolah Surat Pemberitahuan ( SPT ) serta penerimaan surat
lainnya.
5. Melaksanakan registrasi Wajib Pajak.
6. Melakukan urusan kearsipan Wajib Pajak.
5. Seksi Penagihan
Tugas Seksi Penagihan adalah :
1. Mengkoordinasikan pelaksanaan dan penatausahaan penagihan aktif, piutang
pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak.
2. Melakukan penerbitan surat tagihan, surat paksa, surat perintah melakukan
penyitaan.
3. Melakukan penyitaan, usulan lelang dan penagihan lainnya.
4. Melaksanakan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus (SPPSS).
5. Memberitahukan Surat Paksa.
6. Melaksanakan penyanderaan berdasarkan surat perintah penyanderaan.
6. Seksi Pemeriksaan
Tugas Seksi Pemeriksaan adalah:
1. Melakukan penyusunan rencana pemeriksaan.
2. Pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan.
3. Penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta
administarasi pemeriksaan perpajakan lainnya.
7. Seksi Ekstensifikasi
Tugas Seksi Ekstensifikasi adalah:
1. Melaksanakan pengamatan potensi perpajakan.
3. Penilaian objek pajak, dan kegiatan ekstensifikasi perpajakan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
4. Pembentukan dan pemuktahiran basis data nilai objek pajak dala menunjang
ekstensifikasi.
8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi
Tugas Seksi Pengawasan dan Konsultasi adalah:
1. Melaksanakan pengawasan kepatuhan perpajakan terhadap Wajib Pajak.
2. Membimbing/menghimbau kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknik
perpajakan.
3. Melakukan penyusunan profil Wajib Pajak.
4. Menganalisis kinerja Wajib Pajak.
5. Memberikan konsultan kepada Wajib Pajak tentang ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
6. Melakukan rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan
intensifikasi dan melakukan evaluasi hasil keputusan.
9. Fungsional Pemeriksaan dan Penilai
Pejabat Fungsional terdiri atas Pejabat Fungsional Pemeriksa dan Pejabat
Fungsional Penilai yang bertanggung jawab secara langsung kepada Kepala Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam. Dalam melaksanakan pekerjaannya,
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak atas konsumsi barang dan jasa di daerah
pabean yang dikenakan secara bertingkat di setiap jalur produksi dan
distribusi.Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai sangat dipengaruhi oleh perkembangan
transaksi bisnis serta pola konsumsi masyarakat objek dari Pajak Pertambahan Nilai
atas nilai tambah (added value)yang timbul efek pengenaan pajak berganda dapat dihindarkan(Resmi,2008:1).
B. Dasar Hukum Pajak Pertambahan Nilai
Undang-Undang yang mengatur pengenaan Pajak PertambahanNilai (PPN)
adalah Undang-Undang nomor 8 tahun 1983 tentang pajak Pertambahan Nilai Barang
dan jasaPajak penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali di ubah
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 tahun 2009.
C. Subjek Dan Objek Pajak Pertambahan Nilai 1. Subjek pajak
Dalam buku “Perpajakan Indonesia”(Waluyo,2009:57-68) secara garis
besarsubjek pajak adalah pihak-pihak (orang atau badan) yang menerima penghasilan
Yang menjadi subjek pajak pertambahan nilai adalah orang pribadi atau badan
dalam bentuk apa pun yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaan
menghasilkanbarang,mengimpor barang,mengekspor barang melakukan
usahaperdangangan,memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar Daerah Pabean.
2. Objek Pajak
Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas
1. Penyerahan barang kena pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan
oleh pengusaha kena pajak.
a. Barang berwujud yang diserahkan merupakan Barang kena Pajak.
b. Barang tidak berwujud yang diserahkan merupakan Brang kena Pajak
Tidak Berwujud.
c. Penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean.
d. Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaanya.
2. Impor Barang Kena Pajak.
a. Pemungutan dilakukan melalui Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
b. Tanpa memperhatikan apakah dilakukan dalam rangka kegiatan
usahaatau pekerjaannya atau tidak,tetap dikenai pajak.
3. Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh
Dengan syarat-syarat sebagai berikut:
a. Jasa yang diserahkan merupakan Jasa Kena Pajak.
b. Penyerahan dilakukan didalam Daerah Pabean.
c. Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaanya.
4. Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar daerah Pabean
didalam Daerah Pabean.Untuk dapat memberikan perlakuan yang sama
dengan impor barang Kena Pajak.
5. Pemanfaatan Barang Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam daerah
pabean jasa yang berasal dari luar daerah pabean yang dimanfaatkan oleh
siapapun didalam daerah pabean dikenai Pajak Pertambahan Nilai.
6. Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud Oleh Pengusaha Kena Pajak.
7. Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud Oleh Pengusaha Kena Pajak.
8. Pengusaha melakukan ekspor barang kena pajak berwujud/barang kena
pajak tidak berwujud hanya pengusaha yang telah dikukuhkan menjadi
pengusaha kena pajak.
9. Ekspor Jasa Kena Pajak Oleh Pengusaha Kena Pajak.Termasuk dalam
pengertian ekspor jasa kena pajak adalah penyerahan jasa kena pajak dari
dalam daerah pabean keluar daerah pabean oleh pengusaha kena pajak
yang menghasilkan dan melakukan ekspor barang kena pajak berwujud
atas dasar pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari
10. Kegiatan Membangun sendiri yang dilakukan dalam kegiatan usaha atau
pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya digunakan sendiri
atau digunakan pihak lain.
11. Penyerahan barang kena pajak berupa aktiva yang menurut tujuan semula
tidak untuk di perjual belikan oleh pengusaha kena pajak.
D. Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
Pengusaha yang melakukan penyerahan sebagaimana yang dimaksud dalam
peraturan perundang-undangan kecuali pengusaha kecil yang batasanya ditetapkan
oleh Menteri Keuangan,wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak dan wajib memungut,menyetor,dan melaporkan Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas barang mewah yang terutang.
Pengusaha yang melakukan penyerahan barang kena pajak dan/atau
penyerahan jasa kena pajak didalam daerah pabean dan/atau melakukan ekspor
barang kena pajak berwujud,ekspor barang kena pajak tidak berwujud, dan/atau
ekspor jasa kena pajakwajibkan:
a. Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak;
b. Memungut pajak yang terutang;
c. Menyetorkan pajak petambahan nilai yang masi harus dibayar dalam hal pajak
keluaran lebih besar dari pajak pemasukan yang dapat dikreditkan serta
d. Melaporkan perhitungan pajak.
Kewajiban diatas tidak berlaku untuk pengusaha kecil yang batasanya di
tetapkan oleh mentri keuangan.
Pengusaha kecil diperkenankan untuk memilih dikukuhkan menjadi
pengusaha kena pajak. Apabila pengusaha kecil memilih menjadi pengusaha kena
pajak, Undang-Undang ini berlaku sepenuhnya bagi pengusaha kecil tersebut.
E. Saat Terutang Pajak Pertambahan Nilai
Pemungutan PPN atau PPnBM menganut prinsip aktual,artinya terutangnya
pajak terjadi pada saat penyerahan barang kena pajak/jasa kena pajak meskipun
pembayaranya belum diterima.
Terutangnya pajak terjadi pada saat :
1. Penyerahan Barang Kena Pajak (BKP).
a. Saat barang kena pajak diserahkan secara langsung pada pembeli.
b. Saat barang kena pajak diserahkan secara langsung kepada penerima
barang(untuk pemberian cuma-cuma, pemakain sendiri, penyerahan
pusat kecabang)
c. Saat barang kena pajak diserahkan kepada juru kirim atau jasa
angkutan.
d. a.Saat harga atas penyerahan Barang Kena Pajak diakui sebagai
piutang / penghasilan.
2. Penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP).
a. Saat harga atas penyerahan jasa pajak diakui sebagai piutang /
penghasilan.
b. Saat diterbitkan faktur penjualan oleh Pengusaha Kena Pajak.
c. Saat kontrak / perjanjian ditanda tangani.
d. Saat mulai tersedianya fasilitas / kemudahan untuk dipakai secara
nyata, baik sebagian atau seluruhnya dalam pemberian cuma-cuma
atau pemakaian sendiri Jasa Kena Pajak.
3. Impor Barang Kena Pajak,
Saat Barang Kena Pajak tersebut dimasukkan kedalam Daerah Pabean.
4. Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud / Jasa Kena Pajak dari
Luar Daerah Pabean.
Saat yang diketahui terjadi lebih dahulu dari peristiwa-peristiwa sebagai
berikut :
a. Secara nyata digunakan oleh pihak yang memanfaatkannya
b. Dinyatakan sebagai utang oleh pihak yang memanfaatkannya
c. Saat harga jual dan/atau penggantian diganti oleh pihak yang
menyerahkan
d. Harga perolehan dibayar, baik sebagian atau seluruhnya, oleh pihak
yang memanfaatkan
e. Ditandatanganinya kontrak / perjanjian atau saat lain yang ditetapkan
5. Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud
Saat Barang Kena Pajak dikeluarkan dari daerah Pabean
6. Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud atau Jasa Kena Pajak
Saat pergantian atas jasa yang diekspor tersebut dicatat atau diakui sebagai
penghasilan.
7. Saat Lain yang ditetapkan oleh Dirjen Pajak.
a. Atas barang kena pajak berupa persediaan dan/atau aktiva yang
menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih
tersisa pada pembubaran perusahaansaat terutangnya PPN adalah pada
saat yang terjadi lebih dahulu sebagai berikut :
1. Saat ditandatanganinya akte pembubaran oleh Notaris;
2. Saat berakhirnya jika waktu berdirinya perseroan yang ditetapkan
dalam Anggaran Dasar (AD) Perusahaan;
3. Saat tanggal penetapan pengadilan perseroan dibubarkan;
4. Saat diketahuinya bahwa perusahaan tersebut nyata-nyata sudah
tidak melakukan kegiatan usaha atau sudah dibubarkan,
berdasarkan hasil pemeriksaan atau berdasarkan data atau
dokumen yang ada.
b. Atas kegiatan membangun sendiri saat terutangnya PPN adalah pada
saat mulai dibangunnya bangunan.
c. Atas penyerahan kepada pemungut PPN :
2. Kontraktor Migas dan Panas Bumi, saat terutangnya PPN adalah
pada saat sama dengan penyerahan Barang Kena Pajak / Jasa Kena
Pajak.
8. Saat pembayaran diterima sebelum penyerahan Barang Kena Pajak atau
jasa Kena Pajak.
Pajak terutang saat pembayaran dalam hal :
a. Pembayaran diterima sebelum penyerahan Barang Kena Pajak atau
jasa Kena Pajak.
b. Pembayaran dilakukan sebelum dimulainya pemanfaatan Barang Kena
Pajak Tidak Berwujud / Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean.
F. Mekanisme Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai
Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 menganut kredit pajak (credit
method) serta metode faktur pajak (invoice method). Dalam metode ini pajak
Pertambahan Nilai (PPN) dikenakan atas penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) atau
Jasa Kena Pajak (JKP) oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP).
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dipungut secara bertingkat pada setiap jalur
produksi dan distribusi.Unsur pengenaan pajak berganda atau pengenaan pajak atas
pajak dapat dihindari dengan di terapkanya mekanisme pengkreditan pajak masukan
Mekenisme pengenaan PPN dapat digambarkan sebagai berikut:
a. Pada saat membeli/memperoleh BKP/JKP,akan dipungut PPN oleh PKP
penjual. Bagi pembeli,PPN dipungutoleh PKP penjual tersebut merupakan
pembayaran pajak dimuka dan disebut dengan pajak masukan. Pembeli
berhak menerima bukti pemungutan berupa faktur pajak.
b. Pada saat menjual/menyerahkan BKP/JKP kepada pihak lain,wajib
memungut PPN. Bagi penjual,Pajak Pertambahan Nilai (PPN) tersebut
merupakan pajak keluaran. Sebagai bukti telah memungut PPN,PKP
penjual wajib membuat faktur pajak.
c. Apabila dalam suatu masa pajak(jangka waktu yang lamanya sama dengan
satu bulan takwin) jumlah pajak keluaran lebih besar dari pada jumlah
pajak masukan, selisihnya harus disetor ke kas negara.
d. Apabila dalam satu masa pajak jumlah pajak keluaran lebih kecil dari pada
pajak masukan, selisihnya dapat di restusi (diminta kembali) atau
kompensasi ke masa pajak berikutnya.
e. Pelaporan penghitungan PPN dilakukan setiap masa pajak dengan
menggunakan Surat Pemberi Tahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai (SPT
G. Tempat Terutang Pajak Pertambahan Nilai
Adapun yang menjadi tempat terutangnya Pajak Pertambahan Nilai adalah
1. Pengusaha kena pajak yang melakukan:
a. Penyerahan barang kena pajak / jasa Kena Pajak didalam daerah
pabean,
b. Ekspor barang kena pajak berwujud/tidak berwujud/Jasa Kena Pajak.
2. Berutang pajak ditempat tinggal atau berdudukan dan /atau tempat
kegiatan usaha yang dilakukan atau tempat lain yang di tetapkan dengan
peraturan Dirjen Pajak.
3. Dalam hal IMPOR,terutang pajak di barang kena pajak dimasukan dan di
pungut oleh Dirjen Bea dan Cukai.
4. Orang pribadi atau badan yang memanfaatkan Barang Kena pajak tidak
berwujud dan/atau Jasa kena Pajak dari luar daerah pabean di dalam
daerah pabean terutang pajak di tempat tinggal atau tempat kedudukan
dan/atau tempat kegiatan usaha.
H. Dasar Pengenaan Pajak
Untuk menghitung besarnya pajak (PPN dan PPnBM) yang terutang perlu
adanya dasar pengenaan pajak (DPP).Sedangkan untuk mengetahui PPN dan PPnBM
yang terutang DPP tersebut dikalikan dengan tariff. Saat ini tarif PPN 10%, untuk
berwujud tarifnya 0%, sedangkan tarif PPnBM ditetapkan 10% s/d 100%. adapun
yang menjadi DPP berdasarkan UU PPN pasal 8A adalah:
1. Pemakaian sendiri Barang kena Pajak dan/atau Jasa kena Pajak adalah harga
jual atau Penggantian setelah dikurangi Laba Kotor (HPP);
2. Pemberian cuma-cuma Barang kena Pajak adalah harga jual atau penggantian
setelah dikurangi laba kotor (HPP);
3. Penyerahan media suara atau gambar adalah perkiraan harga jual rata-rata;
4. Penyerahan film cerita adalah perkiraan hasil rata-rata per judul film;
5. Penyerahan harga jual produk tembakau adalah perkiraan harga jual eceran;
6. Barang kena pajak adalah berupa persediaan dan/atau aktiva yang menurut
tujuan semula tidak untuk diperjual belikan,yang masih tersisa pada saat
pembubaran perusahaan,adalah harga pasar wajar;
7. Penyerahan Barang Kena Pajak dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan/atau
penyerahan Barang Kena Pajak antar cabang adalah harga pokok penjualan atau
harga perolehan;
8. Penyerahan Barang Kena Pajak melalui pedagang perantara adalah harga yang
disepakati antara pedagang perantara dengan pembeli;
9. Penyerahan Barang Kena Pajak dari juru lelang adalah harga lelang;
10.Penyerahan jasa pengriman adalah 10% dari jumlah tagihan atau jumlah yang
seharusnya ditagih;
11.Penyerahan jasa biro perjalanan atau jasa biro pariwisata adalah 10% dari
I. Faktur Pajak
Faktur Pajak adalah bukti pemungutan pajak yang dibuat oleh pengusaha kena
pajak yang melakukan penyerahan barang kena pajak atau penyerahan jasa kena
pajak.
1. Pengusaha kena pajak membuat faktur pajak untuk setiap:
a. Penyerahan barang kena pajak di daerah pabean ekspor BKP berwujud;
b. Penyerahan jasa kena pajak di daerah pabean;
c. Ekspor BKP tidak berwujud dan/atau;
d. Ekspor JKP.
2. Faktur pajak yang dimaksud pada ayat (1) harus dibuat pada:
a. Saat penyerahan BKP atau penyerahan JKP;
b. Saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi
sebelum penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau sebelum Jasa Kena
Pajak;
c. Saat penerimaan pembayaran minimal dalam hal penyerahan sebagaian
tahap pekerjaan;
d. Saat lain yang diatur dengan atau berdasarkan peraturan Menteri
Keuangan.
3. Pengusaha kena Pajak dapat membuat 1 (satu) faktur pajak meliputi seluruh
penyerahan kepada pembeli barang kena pajak atau penerima jasa kena pajak
yang sama selama 1 (Satu) bulan kalender.
Dalam faktur pajak harus dicantumkan keterangan tentang penyerahan
Barang Kena Pajak dan/atau keterangan Jasa kena Pajak yang paling sedikit
memuat:
a. Nama,alamat,dan nomor pokok wajib pajak yang menyerahkan Barang
Kena Pajak atau Jasa kena Pajak;
b. Jenis barang atau jasa,jumlah harga jual atau penggantian,dan potongan
harga;
c. Pajak Pertambahan Nilai yang dipunggut;
d. Kode,nomor seri,dan tanggal pembuatan faktur pajak;
e. Nama dan tanda tangan yang berhak menerima faktur pajak;
f. Pajak atas penjualan barang mewah yang dipungut;
g. Direktur Jendral Pajak dapat menetapkan dokumen tertentu yang
kedudukanya dipersamakan dengan faktur pajak.
Ketentuan lebih lanjut tentang pembuatan faktur pajak dan tata cara
pembetulan atau penggantian faktur pajak diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan. Faktur pajak juga harus memenuhi persyaratan formal dan
material.
Bentuk dan ukuran formulir faktur pajak disesuaikan dengan kepentingan
PKP, dan pengadaan formulir.Faktur pajak dilakukan sendiri oleh PKP. Faktur pajak
harus di isi secara lengkap,jelas,benar dan sesuai dengan keterangan sebagaimana
yang di maksud dalam pasal 13 ayat (5) UU PPN, serta ditanda tangani oleh
tidak di isi secara lengkap dan benar dan/atau tidak di tandatangani, merupakan
Faktur Pajak terbilang cacat.
Apabila dalam suatu masa pajak, pengusaha kena pajak selain melakukan
penyerahan pajak terutang, pengusaha kena pajak juga melakukan penyerahan pajak
yang tidak terutang,sepanjang bagian penyerahan yang terutang pajak dapat diketahui
dengan pasti dari pembukuany. Maka jumlah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan
adalah pajak Masukan yang berkenaan dengan penyerahan yang terutang pajak.
Dalam hal terjadi pengalihan Barang Kena Pajak dalam rangka
penggabungan,peleburan,pemekaran,pemecahan,dan pengambilahlian usaha,pajak
masukan atas barang kena pajak yang di alihkan dan belum dikreditkan oleh
pengusaha kena pajak yang menerima pengalihan,sepanjang faktur faktur pajaknya
diterima setelah terjadinya pengalihan dan pajak masukan tersebut belum dibebankan
sebagai biaya atau kapitalisasi.
Pajak Pertambahan Nilai yang tercantum dalam Faktur pajak cacat tidak dapat
dikreditkan dan PKP yang menerbitkan Faktur Pajak cacat dikenai sanksi
administrasi sesuai dengan ketentuan dalam pasal 14 UU KUP. Khusus untuk PKP
pedagang eceran (PKP PE) diberikan kemudahan untuk menggunakan kode dan
nomor seri khusus sebagai pengganti kode dan nomor seri faktur pajak.Kode dan
nomor seri khusus tersebut ditentukan sendiri. oleh PKP PE dapat berupa nomor
invoice atau nomor struk penjualan, sebagaimana dengan saat ini yang di berlakukan.
ANALISIS DAN EVALUASI
A. DekskripsiProsedur ini menguraikan tata cara pelaporan, dan penyampaian surat pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai (SPT Masa PPN)di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam.
B. Dasar Hukum
1. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 536/KMK.04/2000 tanggal 22
Desember 2000 tentang Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan Surat
Pemberitahuan s.t.d.d. Keputusan Menteri Keuangan Nomor
82/KMK.03/2003
2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 181/PMK.03/2007 tanggal 28 Desember
2007 tentang Bentuk dan Isi Surat Pemberitahuan, Serta Tata Cara
Pengambilan Pengisian, Penandatanganan, dan Penyampaian Surat
Pemberitahuan s.t.d.d Peraturan Menteri Keuangan Nomor
152/PMK.03/2009
3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 185/PMK.03/2007 tanggal 28 Desember
2007 tentang Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan Surat Pemberitahuan
4. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-214/PJ./2001 tanggal 15
Maret 2001 tentang Keterangan dan atau Dokumen Lain yang Harus
Dilampirkan dalam Surat Pemberitahuan
5. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-215/PJ/2001 tanggal 15
6. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-44/PJ/2010 tanggal 6 Oktober
2010 tentang Bentuk, Isi, dan Tata Cara Serta Penyampaian Surat
Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai (SPT Masa PPN) s.t.d.d
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-11/PJ/2013
7. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-2/PJ/2011 tanggal 11 Januari
2011 tentang Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan Surat Pemberitahuan
Masa Pajak Pertambahan Nilai (SPT Masa PPN) s.t.d.d Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor PER-21/PJ/2013.
C. Pihak Yang Terkait
1. Kepala Seksi Pelayanan
2. Pelaksana Seksi Pelayanan
3. Pelaksana Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)
4. Account Representative
5. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu (TPT)
6. Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal
7. Wajib Pajak
D. Input
1. Surat Pemberitahuan Masa (SPT Masa)
2. Lembar Pengawasan Arus Dokumen (LPAD)
E. Output
1. Bukti Penerimaan Surat (BPS)
2. Surat Penolakan SPT Masa PPN
4. Formulir-formulir lain seperti yang disebutkan dalam Lampiran V Peraturan
Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-2/PJ/2011 tanggal 11 Januari 2011
tentang Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan Surat Pemberitahuan Masa
Pajak Pertambahan Nilai (SPT Masa PPN) s.t.d.d Peraturan Direktur Jenderal
Pajak Nomor PER-21/PJ/2013.
F. Prosedur Kerja
1. Pengusaha Kena Pajak atau Pemungut PPN menyampaikan SPT Masa PPN
baik langsung maupun melalui Pos/Jasa Ekspedisi/Jasa Kurir ke Kantor
Pelayanan Pajak.
2. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu (TPT) menerima SPT Masa PPN yang
disampaikan:
a. langsung oleh Wajib Pajak;
b. melalui Pos/Jasa Ekspedisi/Jasa Kurir dengan bukti pengiriman surat atau;
c. melalui KP2KP (beserta Daftar Nominatif Pengantar Pengiriman SPT).
Untuk SPT Masa PPN Wajib Pajak yang terdaftar pada KPP lain yang
diterima secara langsung, ditolak dan dikembalikan secara langsung kepada
PKP atau Pemungut PPN. SPT Masa PPN yang disampaikan melalui
Pos/Jasa Ekspedisi/Jasa Kurir dengan bukti pengiriman surat, ditolak
dengan mengirimkan kembali SPT Masa PPN dan membuat Surat
Penolakan SPT Masa PPN.
3. Petugas TPT mengecek jenis PKP (Badan atau Orang Pribadi) atau Pemungut
a. Apabila PKP Badan maka SPT harus disampaikan dalam bentuk data
elektronik;
b. Apabila PKP Orang Pribadi maka harus mengecek jumlah dokumen
(Faktur Pajak/dokumen tertentu yang kedudukannya dipersamakan dengan
Faktur Pajak dan/atau Nota Retur/Nota Pembatalan) yang
diterbitkan/diterima oleh PKP dan jumlah seluruh penyerah barang dan jasa
yang dilakukan PKP;
c. PKP Orang Pribadi yang telah menyampaikan SPT Masa PPN dalam
bentuk data elektronik, tidak diperbolehkan lagi untuk menyampaikan SPT
Masa PPN dalam bentuk formulir kertas (hard copy);
d. Apabila Pemungut PPN maka SPT dapat disampaikan dalam bentuk
formulir kertas (hard copy) atau dalam bentuk data elektronik.
4. Petugas TPT mengecek kelengkapan SPT Masa PPN berdasarkan ketentuan:
a. Untuk SPT Masa PPN lengkap (sebagaimana diatur dalam Lampiran III
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-2/PJ/2011 tanggal 11
Januari 2011 tentang Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan Surat
Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai (SPT Masa PPN)) s.t.d.d
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-21/PJ/2013, dilanjutkan
dengan merekam data SPT Masa PPN atau kelengkapannya, menerbitkan
BPS/LPAD, menyampaikan langsung atau mengirimkan BPS ke Wajib
Pajak atau kuasanya, menggabungkan LPAD dengan SPT Masa PPN atau
b. Untuk SPT Masa PPN tidak lengkap yang diterima langsung harus ditolak
sedangkan yang melalui Pos/Jasa Ekspedisi/Jasa Kurir diteruskan ke Wajib
Pajak dengan disertai Surat Penolakan SPT Masa PPN. Dalam hal SPT
Lebih Bayar namun tidak memilih untuk dikompensasikan atau
dikembalikan (restitusi), maka SPT yang disampaikan langsung oleh PKP
atau Pemungut PPN, dihimbau kepada PKP atau Pemungut PPN untuk
melengkapi;
c. Untuk SPT Masa PPN yang disampaikan melalui KP2KP tidak perlu
dilakukan penelitian kelengkapan SPT lagi, tetapi langsung dilakukan
perekaman data SPT Masa PPN atau kelengkapannya;
5. Petugas TPT memfotokopi LPAD beserta Induk SPT untuk disampaikan
kepada Account Representative khusus untuk SPT Lebih Bayar yang diajukan permohonan pengembalian (restitusi).
6. Petugas TPT meneruskan konsep Surat Penolakan SPT Masa PPN ke Kepala
Seksi Pelayanan dan meneruskan SPT beserta batch header ke Pelaksana
Seksi Pengolahan Data dan Informasi.
7. Kepala Seksi Pelayanan meneliti dan menandatangani konsep Surat
Penolakan SPT Masa PPN. Proses atas surat yang telah ditandatangani
dilanjutkan ke SOP Tata Cara Penatausahaan Dokumen WP dan SOP Tata
Cara Penyampaian Dokumen di KPP.
8. Pelaksana Seksi Pengolahan Data dan Informasi mengecek dan mencocokkan
merekam SPT Masa PPN lengkap, dan mengirimkan SPT Masa PPN yang
telah direkam beserta daftar pengantar kepada:
a. Seksi Pengawasan dan Konsultasi yang terdiri dari:
1) SPT Lebih Bayar yang diajukan permohonan pengembalian (restitusi);
2) SPT unbalance;
3) SPT Lebih Bayar namun tidak memilih untuk dikompensasikan atau
dikembalikan (restitusi) yang disampaikan melalui Pos/Jasa Ekspedisi/Jasa
Kurir dengan bukti pengiriman surat;
4) SPT yang terlambat lapor atau terlambat bayar.
b. Seksi Pelayanan yang terdiri dari:
1) SPT Kurang Bayar;
2) SPT Lebih Bayar kompensasi;
3) SPT Nihil.
9. Account Representative meneliti dan memproses SPT yang terdapat kesalahan matematis dan/atau terlambat disampaikan/dibayar berdasarkan data hasil
perekaman SPT. Dalam hal terdapat kesalahan matematis, Account Representative membuat Surat Himbauan (SOP tentang Tata Cara Himbauan Perbaikan Surat Pemberitahuan) sedangkan dalam hal terjadi
keterlambatanpenyampaian/pembayaran SPT dibuatkan STP (SOP tentang
10.Account Representative mengirim SPT Lebih Bayar yang diajukan permohonan pengembalian (restitusi) ke Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan
Internal untuk ditindaklanjuti dengan SOP Tata Cara Pemeriksaan.
11.Account Representative menindaklanjuti SPT Lebih Bayar namun tidak memilih untuk dikompensasikan atau dikembalikan (restitusi) dengan
menyiapkan Surat Himbauan kepada PKP atau Pemungut PPN.
12.Account Representative mengirim SPT Lebih Bayar yang diajukan permohonan pengembalian (restitusi) melalui prosedur penelitian, SPT
unbalance, SPT yang terlambat lapor atau terlambat bayar dan SPT Lebih
Bayar namun tidak memilih untuk dikompensasikan atau dikembalikan
(restitusi) ke Seksi Pelayanan setelah SPT tersebut selesai ditindaklanjuti.
13.Pelaksana Seksi Pelayanan menerima SPT yang sudah direkam dari Pelaksana
Seksi Pengolahan Data dan Informasi dan SPT yang sudah selesai
ditindaklanjuti dari Pelaksana Seksi Pengawasan dan Konsultasi serta
menatausahakan SPT tersebut.
14. Proses Selesai.
Adapun kendala-kendala yang dihadapi oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
PratamaLubuk Pakam dalam memungut Pajak Pertambahan Nilai(PPN) wajib pajak,
yaitu banyak wajib pajak yang tidak mengetahui bagaimana tata cara pelaporan
menggunakan e-SPT yang diterapkan oleh peraturan Direktur Jenderal Pajak dan
kurangnya kepedulian wajib pajak dalam melaporkan pajak terutang PPN nya. Selain
itu kendala yang timbul di pihak Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk
Pakam adalah dikarenakan banyaknya wajib pajak yang sudah tidak lagi menjadi
Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang dikarenakan wajib pajak sudah meninggal dunia
dan tidak di beritahukan oleh pihak keluarga, wajib pajak yang masih aktif tapi tidak
melaporkan pajak, wajib pajak yang tidak sesuai syarat menjadi Pengusaha Kena
Pajak (PKP), badan usaha atau perusahaan yang telah di tutup atau bangkrut tetapi
tidak memberitahukan kepada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam.
H. Upaya yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam
Adapun usaha yang dilakukan oleh pihak Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
Pratama Lubuk Pakam dalam rangka meningkatkan pelayanan, penertiban adalah
dengan cara sosialisasikan kepada masyarakat tentang pentingnya membayar pajak.
menerbitkan surat himbauan untuk menerbitkan SPT masa, serta melakukan regristasi
ulang Pengusaha Kena Pajak (PKP) untuk mengetahui wajib pajak yang masih aktif
menjadi Pengusaha kena Pajak (PKP).
Dalam rangka meningkatkan pelayanan, penertiban administrasi pengawasan,
perlu menetapkan peraturan Direktorat Jendral Pajak (DJP) tentang regristasi ulang
Pengusaha Kena Pajak Tahun 2012. Yang di maksud dengan:
Regristasi ulang Pengusaha Kena Pajak (PKP) adalah suatu program yang
bertujuan meningkatkan pelayanan, penertiban administrasi, pengawasan dan menguji
pemenuhan objektif dan subjektif pengusaha kena pajak.
Setelah melakukan regristasi ulang dilakukan verifikasi, yaitu serangkaian
kegiatan penguji pemenuhan kewajiban subjektif dan objektif atau penghitungan dan
pembayaran pajak, berdasarkan permohonan wajib pajak, atau berdasarkan data dan
informasi perpajakan yang dimiliki atau diperoleh dari Direktur Jendral Pajak (DJP),
dalam menerbitkan surat ketetapan pajak menerbitkan/menghapus nomor pokok
wajib pajak dan atau mengukuhkan pengusaha kena pajak (PKP).
Regristasi ulang Pengusaha Kena Pajak (PKP) dilakukan oleh Kantor
Pelayanan Pajak tempat Pengusaha Kena Pajak (PKP) Terdaftar dan dilakukan
kepada selurah Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang terdaftar.
Apabila berdasarkan laporan verifikasi diketahui Pengusaha Kena Pajak
(PKP) termasuk dalam kriteria tertentu maka kepada Pengusaha Kena Pajak tersebut
diterbitkan Surat Pencabutan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Laporan
verifikasi, Kertas Kerja, dan Dokumen pendukung verifikasi disatukan dan disimpan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.KesimpulanBerdasarkan uraian bab yang ada maka penulis dapat menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
2. Pajak Pertambahan Nilaiadalah Pajak atas konsumsi barang atau jasa di
daerah pabean yang dikenakan secara bertingkat di setiap jalur produksi
dan distribusi. Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai sangat di pengaruhi
dengan perkembangan transaksi bisnis secara pola konsumsi masyarakat
yang menjadi objek pajak Pertambahan Nilai. Perkembangan ekonomi
sangat baik di tingkat nasional, regional, maupun internasional terus
menciptakan jenis serta pola baru transaksi bisnis yang baru.
3. Dalam menghadapi kendala yang terjadi pada Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) Pratama Lubuk Pakam. Sebaiknya dengan carameningkatkan
pelayanan, penertiban, administrasi, pengawasan,dan untuk menguji
pemenuhan kewajiban subjektif dan objektif pengusaha kena pajak, perlu
menetapkan peraturan Direktur Jendral Pajak tentang Regristasi Ulang
B. Saran
Penulis selaku mahasiswa Program Studi Diploma III Administrasi
Perpajakan Universitas Sumatera Utara ingin menyampaikan beberapa saran kepada
Bapak/Ibu pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam yang tidak lebih
banyak bertujuan agar kita semua dapat meningkatkan pelayanan kepada seluruh
masyarakat Indonesia khususnya para Wajib Pajak yang telah sadar akan
kewajibannya. Adapun saran tersebut adalah:
1. Pentingnya peningkatan pendekatan lebih kepada wajib pajak di kantor
Pelayanan PajakPratama Lubuk Pakam yang belum sadar akan
kewajibanya sebagai warga negara yang telah berpenghasilan diatas PTKP
dalam membayar pajak.
2. Diharapkan kepada pihak kepegawaian perpajakan untuk terus
memberikan pelayanan yang terbaik kepada wajib pajak dalam hal
melaksanakan kewajibanya agar masyarakat lebih peduli untuk membayar
pajak serta sosialisasi yang lebih mendalam lagi tentang e-SPT terhadap
Wajib Pajak untuk mempermudah pelaporan.
3. Terus menggali potensi perpajakn dari setiap wilayah yang di naungi
DAFTAR PUSTAKA
Mardiasmo. 2011. Perpajakan Edisi revisi.CV Andi Offset: Yogyakarta. Resmi,Siti. 2008. Perpajakan teori dan kasus. PT Salemba Empat: Jakarta. Waluyo, 2009.Perpajakan Indonesia. Jakarta.
Undang-Undang No. 42 Tahun 2009. Perubahan ketiga Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai.
Undang-Undang PPN Pasal 18A.Dasar Penggenaan pajak (DPP)
Nomor536/KMK.04/2000. tentang Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan Surat Pemberitahuan
Nomor 181/PMK.03/2007. tentang Bentuk dan Isi Surat Pemberitahuan, Serta Tata Cara Pengambilan Pengisian, Penandatanganan, dan Penyampaian Surat Pemberitahuan.
Nomor 185/PMK.03/2007. tentang Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan Surat Pemberitahuan.
Nomor KEP-214/PJ./2001. tentang Keterangan dan atau Dokumen Lain yang Harus Dilampirkan dalam Surat Pemberitahuan.
Nomor KEP-215/PJ/2001. tentang Tata Cara Penerimaan Surat Pemberitahuan.
Nomor PER-44/PJ/2010. tentang Bentuk, Isi, dan Tata Cara Serta Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai.