• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN TREFFINGER BERBANTUAN LEMBAR KERJA SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN TREFFINGER BERBANTUAN LEMBAR KERJA SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMA"

Copied!
174
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN TREFFINGER

BERBANTUAN LEMBAR KERJA SISWA TERHADAP HASIL

BELAJAR SISWA SMA

skripsi

disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

WAHYU HIDAYATULLOH MUHAIMINU 4301410069

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)

ii

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya

saya sendiri, bukan dari jiplakan dari karya orang lain. Pendapat atau temuan

orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode

etik ilmiah.

Semarang, 22 Agustus 2014

Wahyu Hidayatulloh Muhaiminu

(3)

iii

PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul

Efektivitas Model Pembelajaran Treffinger Berbantuan Lembar Kerja

Siswa Terhadap Hasil Belajar Siswa SMA

disusun oleh

Wahyu Hidayatulloh Muhaiminu

4301410069

telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi FMIPA UNNES pada

tanggal 22 Agustus 2014

Panitia:

Ketua Sekretaris

Prof. Dr. Wiyanto, M.Si Dra. Woro Sumarni, M.Si

196310121988031001 196507231993032001

Ketua Penguji

Drs. Subiyanto HS,M. Si

195104211975011002

Anggota Penguji/ Anggota Penguji/

Penguji II Pembimbing

Dr. Sri Haryani, M.Si Dra. Sri Nurhayati, M.Pd

(4)

iv

MOTTO

 Dalam suatu usaha pasti ada hasil yang dicapai

 Berusaha semaksimal mungkin agar hasil yang dicapai juga maksimal  Setiap pekerjaan dapat diselesaikan dengan mudah bila dikerjakan tanpa

keengganan

Persembahan:

Dengan penuh rasa syukur, skripsi ini saya persembahkan untuk:

1. Bapak dan ibuku tercinta;

2. Kakak dan adikku tersayang;

3. Musyarofah, Fika, Dini, Ita, Lidya, Krishna, Nino, Waridi, Ersa,

Mastoni yang selalu memberi semangat dalam pembuatan skripsi

ini;

(5)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik dan

hidayah-Nya yang senantiasa tercurah sehingga peneliti dapat menyusun dan

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Efektivitas Model Pembelajaran Treffinger Berbantuan Lembar Kerja Siswa Terhadap Hasil Belajar Siswa SMA”.

Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih dan penghargaan

setinggi-tingginya kepada:

1. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri

Semarang yang telah memberikan ijin dan kemudahan dalam penelitian,

2. Ketua Jurusan Kimia Universitas Negeri Semarang yang memberikan

kemudahan dalam penelitian,

3. Ibu Dra. Sri Nurhayati, M.Pd dosen pembimbing yang telah sabar memberikan

bimbingan, arahan, dan saran selama menyusun skripsi,

4. Bapak Drs. Subiyanto HS,M. Si dosen penguji I yang telah memberikan

arahan, dan saran,

5. Ibu Dr. Sri Haryani, M.Si dosen penguji II yang telah memberikan arahan dan

saran,

6. Ibu Sri Widati, S.Pd dan Nurwantini, S.Pd guru mata pelajaran kimia SMA

Negeri 1 Andong Boyolali yang telah banyak membantu terlaksananya

penelitian,

7. Siswa-siswi kelas XI IPA-1 dan kelas XI IPA-2 yang telah mengikuti

pembelajaran dalam penelitian ini dengan baik.

Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca khususnya dan

perkembangan pendidikan pada umumnya.

Semarang, Agustus 2014

(6)

vi

ABSTRAK

Muhaiminu, Wahyu Hidayatulloh. 2014. Efektivitas Model Pembelajaran Treffinger Berbantuan Lembar Kerja Siswa Terhadap Hasil Belajar Siswa SMA. Skripsi, Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Dra. Sri Nurhayati, M.Pd. Penguji utama Drs. Subiyanto HS, M. Si. Penguji kedua Dr. Sri Haryani, M.Si

Kata Kunci : keefektifan; Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan; Treffinger.

(7)

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PRAKATA ... v

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

1.5. Penegasan Istilah ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1. Belajar Dan Hasil Belajar ... 9

2.2. Hakikat Pembelajaran Kimia ... 10

2.3. Efektivitas Pembelajaran ... 11

2.4. Model Pembelajaran Treffinger ... 13

2.5. Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 16

2.6. Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan ... 18

2.7. Treffinger Berbantuan Lembar Kerja Siswa ... 23

2.8. Kerangka Berfikir ... 25

2.9. Hipotesis ... 26

BAB III METODE PENELITIAN ... 27

3.1. Penentuan Objek Penelitian ... 27

3.2. Metode Pengumpulan Data ... 29

3.3. Desain Penelitian ... 30

3.4. Instrumen ... 31

3.5. Analisis Instrumen Penelitian ... 33

3.6. Metode Analisis Data ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 51

4.1. Hasil Penelitian ... 51

4.2. Pembahasan... 58

BAB V PENUTUP ... 68

5.1. Simpulan ... 68

(8)

viii

(9)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Sintak Treffinger Berbantuan Lembar Kerja Siswa ... 24

3.1. Jumlah Siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Andong Boyolali ... 27

3.2. Desain Penelitian ... 30

3.3. Klasifikasi Validitas Butir Soal ... 34

3.4. Klasifikasi Daya Beda Soal ... 36

3.5. Hasil Perhitungan Daya Pembeda Soal ... 36

3.6. Klasifikasi Daya Beda Soal ... 37

3.7. Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal ... 37

3.8. Klasifikasi Reliabilitas Soal ... 38

3.9. Klasifikasi Reliabilitas Intrumen ... 39

3.10. Klasifikasi Reliabilitas Instrumen Observasi ... 40

3.11. Kriteria Skor Keterampilan dalam Diskusi ... 49

3.12. Kriteria Skor Keterampilan dalam Praktikum ... 49

3.13. Kategori Presentasi Angket Respon Siswa ... 50

3.14. Kriteria Skor Angket Respon Siswa ... 50

4.1. Data Nilai Uas Semester Ganjil ... 51

4.2. Nilai Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 52

4.3. Analisis Uji Normalitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 52

4.4. Hasil Analisis Dua Varians Nilai Postest ... 52

4.5. Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Dua Pihak ... 53

4.6. Hasil Analisis Uji Perbedaan Rata-Rata Satu Pihak (Pihak Kiri) ... 54

4.7. Hasil Perhitungan Uji Ketuntasan Belajar ... 54

4.8. Persentase Ketuntasan Belajar Klasikal ... 55

4.9. Nilai Afektif Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 56

4.10. Hasil Nilai Psikomotorik... 56

(10)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(11)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Daftar Nama Siswa Kelas XI IPA SMA N 1 Andong Boyolali Tahun

2013/2014 ... 73

2. Nilai Ulangan Semester Gasal Kelas XI IPA ... 74

3. Daftar Nilai Posttest ... 75

4. Uji Normalitas data Posttest ... 76

5. Uji Kesamaan Dua Varians Nilai Posttest ... 78

6. Uji Perbedaan Rata-rata Hasil Belajar (Dua Pihak) ... 79

7. Uji Perbedaan Rata-rata Hasil Belajar (Satu Pihak) ... 80

8. Uji Ketuntasan Belajar Kelas Eksperimen ... 81

9. Uji Ketuntasan Belajar Kelas Kontrol ... 82

10. Silabus Kelas eksperimen ... 83

11. Rencana Pelaksaan Pembelajaran (RPP) ... 85

12. Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 107

13. Kisi-kisi Soal Uji Coba ... 119

14. Soal Uji Coba ... 120

15. Analisis Uji Coba Soal ... 129

16. Perhitungan Validitas Instrumen Test ... 135

17. Perhitungan Tingkat Kesukaran Butir Soal ... 137

18. Perhitungan Daya Beda Soal ... 138

19. Perhitungan Reliabilitas Instrumen Tes ... 140

20. Kisi-kisi Soal Posttest ... 141

21. Soal Posttest ... 142

22. Rubrik Penilaian Afektif Siswa ... 148

23. Analisis Nilai Afektif ... 149

24. Analisis Reabilitas Niali Afektif ... 151

25. Pedoman Penyekoran Aspek Psikomotorik Siswa ... 152

26. Analisis Nilai Psikomotorik ... 154

27. Analisis Reabilitas Nilai Psikomotorik ... 156

28. Angket Tanggapan Siswa terhadap Pembelajaran ... 157

29. Analisis Angket Respon Siswa dan Perhitungan Reliabilitas... 158

30. Analisis Angket Tanggapan Siswa ... 159

31. Dokumentasi Penelitian ... 164

(12)

1

1.1

Latar Belakang Masalah

Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif.

Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak

didik. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar

mengajar yang dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang

telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Guru dengan sadar

merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dengan

memanfaatkan sesuatunya guna mencapai kepentingan pengajaran yaitu

tuntasnya hasil belajar siswa (Bachman, 2005).

Kimia merupakan bidang ilmu yang menyelidiki sifat dan perilaku

dari semua zat di alam semesta dan menggunakan informasi ini untuk

memenuhi kebutuhan manusia serta membangun lingkungan yang damai

dan kesejahteraan (Nuray et al, 2010: 1417). Selama ini kebanyakan guru

hanya mengajarkan konsep-konsepnya saja, tanpa menambahkan aplikasi

dari konsep tersebut. Siswa seharusnya tidak hanya mahir dalam konsep,

tetapi paham tentang realita yang ada dalam kehidupan sehari-hari yang

berhubungan dengan konsep yang mereka pelajari di sekolah. Fakta di

lapangan menunjukan bahwa pelajaran kimia dianggap mata pelajaran

yang dipandang oleh siswa sedikit rumit dibanding dengan mata pelajaran

(13)

memahami suatu konsep baru diperlukan syarat pemahaman konsep

sebelumnya. Selain itu, kimia erat kaitannya dengan kehidupan

sehari-hari, Sehingga pembelajaran dapat diarahkan kepada kejadian sehari-hari

yang dialami siswa.

Berbagai penelitian menunjukkan pembelajaran berpusat pada guru

masih banyak digunakan, demikian pula di SMA Negeri 1 Andong

Boyolali. Waktu belajar siswa dihabiskan untuk mendengarkan ceramah

dari guru, menghafalkan materi dan menulis saja. Hal ini akan

menyebabkan siswa menjadi pasif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran

dan hasil belajar yang dicapai menjadi kurang optimal.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan

di SMAN 1 Andong Boyolali menunjukkan hasil belajar kimia siswa kelas

XI IPA masih cukup rendah. Nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)

khusus untuk kimia di SMAN 1 Andong Boyolali adalah 75. Hal ini

diperkuat oleh data nilai-nilai siswa pada ujian akhir semester 1 tahun

2013/2014 kelas XI IPA 1 yang belum mencapai standar KKM, yaitu

dengan nilai rata-rata 63 dan 28 dari 32 siswa yang belum mencapai

ketuntasan KKM.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan siswa kurang mampu

dalam menyelesaikan masalah kimia diantaranya (1) pembelajaran masih

berfokus pada guru, sehingga siswa pasif dan hanya menerima informasi

(14)

pembelajaran, sehingga komunikasi yang terjadi cenderung satu arah. (3)

media, alat dan bahan pembelajaran yang tidak memadai.

Untuk menumbuhkan keaktifan siswa, sebaiknya dalam proses

belajar-mengajar siswa diberi kesempatan untuk langsung terlibat dalam

kegiatan-kegiatan atau pengalaman-pengalaman ilmiah. Hal ini dapat

meningkatkan kemampuan berpikir. Kemampuan berpikir memegang

peranan besar dalam peningkatan kualitas individu, karena siswa

mempunyai kemampuan psikomotorik mental disamping kemampuan

psikomotorik manual. Pembelajaran yang menekankan keaktifan siswa

merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki

kualitas pembelajaran (Nisa, 2011).

Materi kelarutan dan hasil kali kelarutan merupakan materi yang

berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Materi tersebut terdapat dalam

kimia kelas XI IPA semester 2. Kaitan materi dengan kehidupan

sehari-hari membantu siswa meningkatkan rasa ingin tahu yang tinggi. Siwa akan

lebih tertarik dengan proses-proses kimia yang ada dalam kehidupan

sehari-hari dan bisa digunakan untuk melatih aktivitas dan kreativitas

siswa. Model pembelajaran Treffinger diharapkan dapat digunakan dalam

pembelajaran pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan terhadap hasil

belajar siswa.

Pada dasarnya, jika guru melaksanakan proses belajar mengajar

dengan menerapkan model pembelajaran yang berfokus pada aktivitas dan

(15)

informasi. Model pembelajaran Treffinger membangkitkan kemampuan

berpikir secara kritis dan kreatif sehingga dapat menyelesaikan masalah

yang dihadapi, kemudian dapat digunakan secara efisien terhadap

pendidikan guru dan siswa harus menerima pengenalan yang secara

menyeluruh untuk memecahkan masalah secara kreatif (Myrmel, 2003).

Model Treffinger merupakan revisi atas kerangka kerja CPS yang

dikembangkan oleh Osborn. Menurut Treffinger dalam Huda (2013),

digagasnya model ini adalah karena perkembangan zaman yang terus

berubah dengan cepat dan semakin kompleksnya permasalahan yang harus

dihadapi. Oleh karena itu, untuk mngatasi permasalahan tersebut dapat

dilakukan dengan cara memperhatikan fakta-fakta penting yang ada di

lingkungan sekitar lalu memunculakan berbagai gagasan dan memilih

solusi yang tepat untuk kemudian diimplementasikan secara nyata.

Treffinger dalam Huda (2013) menyebutkan bahwa model pembelajaran

ini terdiri atas 3 komponen penting, yaitu Understanding Challenge

(memahami tantangan), Generating Ideas (membangkitkan gagasan), dan

Preparing for Action (mempersiapkan tindakan).

Agar pencapaian hasil belajar dapat lebih baik, guru dapat

memberikan lembar kerja siswa (LKS) kepada siswa. Lembar kerja siswa

yang digunakan dibuat sendiri oleh guru yang disesuaikan dengan kondisi

kegiatan pembelajaran di kelas. Berdasarkan hasil penelitian dari Ozmen

dan Yildirim (2005:4) menyimpulkan bahwa pembelajaran dengan LKS

(16)

metode konvensional, karena siswa ikut aktif dalam pembelajaran dan

guru dapat menentukan target pembelajaran yang bisa dicapai, atau

perubahan perilaku yang bisa diungkapkan serta sikap mental yang bisa

dibentuk melalui pembelajaran tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, penulis bermaksud untuk melakukan

sebuah penelitian yang berjudul “Efektivitas Model Pembelajaran

Treffinger Berbantuan Lembar Kerja Siswa Terhadap Hasil Belajar Siswa

SMA N 1 Andong Boyolali”.

1.2

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas serta untuk

memperjelas masalah maka dirumuskan sebagai berikut : Apakah model

pembelajaran Treffinger berbantuan lembar kerja siswa efektif terhadap

hasil belajar siswa SMA N 1 Andong Boyolali.

1.3

Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai

dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui model pembelajaran

Treffinger berbantuan lembar kerja siswa efektif terhadap hasil belajar

siswa SMA N 1 Andong Boyolali.

1.4

Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi:

(1) Siswa

a. Meningkatkan pemahaman siswa tentang materi kelarutan

(17)

b. Mengembangkan kemampuan pemecahan masalah kimia

sebagai hasil belajar siswa dapat ditingkatkan

(2) Guru

a. Membantu mengatasi permasalahan pembelajaran yang

dihadapi.

b. Memberikan informasi atau wacana tentang Manfaat

penerapan model pembelajaran Treffinger berbantuan lembar

kerja siswa dalam meningkatkan hasil belajar siswa dan

kemampuan pemecahan masalah kimia.

(3) Sekolah

Hasil penelitian dapat memberikan masukan berharga bagi

sekolah dalam upaya meningkatkan dan mengembangkan proses

pembelajaran kimia lebih baik.

(4) Peneliti

Bagi peneliti, dapat menambah wawasan dan pengalaman

peneliti terhadap kreativitas dan keterampilan dalam memilih

model pembelajaran serta sebagai acuan untuk mengembangkan

penelitian berikutnya.

1.5

Penegasan Istilah

Dalam penelitian ini ada beberapa istilah yang perlu dijelaskan agar

tidak terjadi salah penafsiran. Adapun istilah yang perlu dijelaskan

(18)

1. Efektivitas

Efektivitas adalah jika suatu keadaan terjadinya suatu efek atau

akibat yang dikehendaki dalam perbuatan yang membawa hasil (Tim

Penyusun KBBI, 2002: 219). Efektivitas diukur dari KKM sebesar

65%. Apabila kelas eksperimen nilai KKM lebih dari 65% dan lebih

baik dari kelas kontrol maka dikatakan efektif.

2. Hasil belajar

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh

pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar (Anni, 2007). Dalam

penelitian ini,hasil belajar tersebut meliputi hasil belajar aspek

kognitif, afektif, dan psikomotorik pada pembelajaran kimia pada

materi pembelajaran kelarutan dan hasil kali kelarutan.

3. Model pembelajaran Treffinger berbantuan lembar kerja siswa

Model pembelajaran Treffinger berbantuan lembar kerja siswa

merupakan salah satu dari sedikit model yang menangani masalah

kreativitas secara langsung dan memberikan saran-saran praktis cara

mencapai keterpaduan. Model pembelajaran Treffinger berbantuan

lembar kerja siswa melibatkan keterampilan kognitif dan afektif

pada setiap tingkat, Treffinger menunjukkan saling hubungan dan

ketergantungan antara keduanya dalam mendorong belajar kreatif.

4. Materi kelarutan dan hasil kali kelarutan

Dalam KTSP, pokok materi kelarutan dan hasil kali kelarutan

(19)

Pokok materi kelarutan dan hasil kali kelarutan perlu dipelajari oleh

siswa agar manpu menjelaskan kesetimbangan dalam larutan jenuh,

memahami kelarutan dan tetapan hasil kali kelarutan, serta

menentukan pH larutan dan memperkirakan endapan dari hasil kali

(20)

9

2.1

Belajar dan Hasil Belajar

Slameto (2003: 2) mengemukakan belajar adalah suatu proses

usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan

tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan. Gagne dan

Berliner dalam Anni (2005: 4) menyatakan bahwa belajar merupakan

proses yang di dalamnya terjadi perubahan tingkah laku karena hasil dari

pengalaman. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan

suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang

berupa tingkah laku, pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan sikap

karena pengalaman atau interaksi dengan lingkungan.

Ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar antara

lain perubahan terjadi karena sadar, bersifat kontinu dan fungsional,

bersifat positif dan aktif, tidak bersifat sementara, bertujuan dan terarah,

dan mencakup seluruh aspek tingkah laku (Slameto 2003: 2-4).

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta

didik setelah mengalami kegiatan belajar (Rifa’i & Anni, 2009: 85).

Menurut penelitian hasil belajar merupakan perwujudan perilaku belajar

yang telah dialami seseorang yang biasanya terlihat dalam perubahan

(21)

Benny Bloom dalam Dimyati dan Mudjiono (2006: 26-29)

membagi hasil belajar menjadi tiga ranah:

1. Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri

atas pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis,

dan evaluasi.

2. Ranah afektif, berkenan dengan sikap yang terdiri atas penerimaan

jawaban atau reaksi dan penilaian dengan cara berdiskusi.

3. Ranah psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan

kemampuan bertindak dalam praktikum.

2.2

Hakikat Pembelajaran Kimia

Menurut Gagne, dikutip oleh Rusmono (2012: 6), menyatakan

bahwa pembelajaran merupakan serangkaian peristiwa eksternal peserta

didik yang dirancang untuk mendukung proses internal belajar. Peristiwa

belajar dirancang agar memungkinkan peserta didik memproses informasi

nyata dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk

mencapai tujuan belajar, pendidik hendaknya menguasai cara-cara

merancang belajar agar peserta didik mampu belajar optimal. Guru dalam

pembelajaran menyediakan fasilitas bagi peserta didiknya dan memberikan

kesempatan kepada peserta didik untuk berfikir agar dapat memahami apa

yang dipelajari.

Hakikat ilmu Kimia mencakup dua hal, yaitu kimia sebagai produk

dan kimia sebagai proses. Kimia sebagai produk meliputi sekumpulan

(22)

prinsip-prinsip kimia. Kimia sebagai proses meliputi keterampilan-keterampilan

dan sikap-sikap yang dimiliki oleh para ilmuwan untuk memperoleh dan

mengembangkan pengetahuan Kimia. Keterampilan-keterampilan tersebut

disebut keterampilan proses, dan sikap-sikap yang dimiliki para ilmuwan

disebut sikap ilmiah.

Oleh karena itu, pembelajaran kimia tidak boleh mengesampingkan

proses karena dalam pembelajaran, hasil belajar tidak hanya dilihat dari

hasil namun proses juga menentukan. Sehubungan dengan hal tersebut,

untuk menjelaskan konsep-konsep kimia ditempuh dengan “pendekatan

proses”. Pendekatan ini biasa dikenal dengan metode ilmiah, dengan

menerapkan keterampilan-keterampilan proses sains, yaitu mulai dari

menemukan masalah hingga mengambil keputusan. Perkembangan

selanjutnya pendekatan ini lebih dikenal dengan Pendekatan Keterampilan

Proses.

2.3

Efektivitas Pembelajaran

Efektivitas berasal dari kata efektif yang artinya dapat membawa

hasil; berhasil guna tentang usaha; tindakan (Tim Penyusun Kamus Besar

Bahasa Indonesia, 2002: 2005). Jadi keefektivan adalah jika suatu

keadaan terjadinya suatu efek atau akibat yang dikehendaki dalam

perbuatan yang membawa hasil. Efektivitas yang dimaksud dalam

penelitian ini yaitu adanya pengaruh yang dapat menghasilkan nilai yang

(23)

Berdasarkan teori belajar tuntas, pembelajaran dikatakan efektif

jika seorang siswa dipandang tuntas belajar. Seorang siswa dikatakan

tuntas belajar jika ia mampu menyelesaikan, menguasai kompetensi atau

mencapai tujuan pembelajaran minimal 65% dari seluruh tujuan

pembelajaran. Sedangkan keberhasilan kelas dilihat dari jumlah siswa

yang mampu menyelesaikan atau mencapai minimal sekurang–

kurangnya 85% dari jumlah siswa yang ada di kelas tersebut telah

mencapai ketuntasan belajar (Mulyasa, 2007: 254).

Indikator keefektifan pembelajaran pada penelitian ini hanya

ditinjau dari aspek :

1) Rata-rata hasil belajar kognitif kelas eksperimen lebih besar daripada

rata-rata hasil belajar kelompok kontrol.

2) Ketuntasan belajar klasikal siswa kelas eksperimen telah memenuhi

ketuntasan belajar klasikal sebanyak 85% (Mulyasa, 2007: 254).

3) Rata-rata skor psikomotorik dan afektif kelas eksperimen lebih besar

daripada kelas kontrol.

Berdasarkan uraian yang ditulis oleh Mulyasa (2007: 254), penulis

mengkategorikan tingkat efektivitas pembelajaran ditinjau dari hasil

belajar ranah kognitif sebagai berikut :

1. Sangat tinggi : apabila nilai rata-rata hasil belajar siswa 85-100.

2. Tinggi : apabila nilai rata-rata hasil belajar siswa 75-84.

3. Cukup : apabila nilai rata-rata hasil belajar siswa 65-74.

(24)

5. Tidak efektif : apabila nilai rata-rata hasil belajar siswa kurang

dari 55.

2.4

Model Pembelajaran Treffinger

Model Treffinger untuk mendorong belajar kreatif merupakan

salah satu dari sedikit model yang menangani masalah kreativitas secara

langsung dan memberikan saran-saran praktis bagaimana mencapai

keterpaduan. Model Treffinger menunjukan saling hubungan dan

ketergantungan antara keterampilan kognitif maupun afektif pada setiap

tingkat dalam mendorong belajar kreatif.

Menurut Treffinger dalam bukunya Encoureging Creative

Learning for The Gifted and Talented, belajar kreatif (creative learning)

adalah proses pembelajaran yang mengupayakan proses belajar mengajar

dibuat sekomunikatif mungkin sehingga situasi belajar menjadi

menyenangkan bagi siswa (1980). Dalam pembelajaran ini, penyajian

materi dilakukan melalui permainan, diskusi, bermain peran, dan lain-lain.

Hal tersebut menunjukan siswa tidak semata-mata dituntut untuk belajar

sesuatu materi dari suatu bahan ajar. Dampak dari hal tersebut di atas

adalah memotivasi kreativitas siswa dan pada akhirnya siswa akan

mendapatkan rasa senang, puas dan pengalaman terbaik dalam hidupnya.

Torrance dan Myers, dikutip oleh Treffinger (1980) berpendapat

bahwa belajar kreatif adalah “menjadi peka atau sadar akan masalah,

kekurangan-kekurangan, kesenjangan dalam pengetahuan, unsur-unsur

(25)

informasi yang ada; mengidentifikasi (menemutunjukkan) unsur-unsur

yang belum lengkap, mencari solusi, membuat hipotesis, memodifikasi

dan menguji ulang; menyempurnakannya; dan akhirnya

mengkomunikasikan atau menyampaikan hasil-hasilnya”.

Model Treffinger sebenarnya tidak berbeda jauh dengan model

pembelajaran yang digagas oleh Osborn. Treffinger ini juga dikenal

dengan Creative Problem Solving. Keduanya sama-sama berupaya untuk

mengajak siswa berpikir kreatif dalam menghadapi masalah, namun sintak

yang diterapkan antara Osborn dan Treffinger sedikit berbeda satu sama

lain. Singkatnya, model CPS Treffinger merupakan revisi atas kerangka

kerja CPS yang dikembangakn oleh Osborn. Treffinger memodifikasi

enam tahap Osborn menjadi tiga komponen penting, yaitu Understanding

Challenge, Generating Idea, dan Preparing for Action.

Menurut Treffinger dalam Huda (2013), digagasnya model CPS

Treffinger adalah karena perkembangan zaman yang terus berubah dengan

cepat dan semakin kompleksnya permasalahan yang harus dihadapi.

Karena itu, untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan suatu cara

agar dapat menyelesaikan suatu permasalahan dan menghasilkan solusi

yang tepat. Yang perlu dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah

dengan memperhatikan fakta-fakta penting yang ada di lingkungan sekitar

lalu memunculkan berbagai gagasan dan memilih solusi yang tepat untuk

(26)

Treffinger dalam Huda (2013) menyebutkan bahwa model

pembelajaran ini terdiri atas 3 komponen penting, yaitu Understanding

Challenge, Generating Idea, dan Preparing for Action, yang kemudian

dirinci ke dalam enam tahapan. Penjelasan mengenai model ini adalah

sebagai berikut.

Komponen I – Memahami Tantangan(Understanding Challenge)

1. Menentukan tujuan: Guru menginformasikan kompetensi yang harus

dicapai dalam pembelajarannya.

2. Menggali data: Guru mendemonstrasikan/ menyajikan fenomena alam

yang dapat mengundang keingintahuan siswa.

3. Merumuskan masalah: Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk

mengidentifikasi permasalahan.

Komponen II – Membangkitkan Gagasan(Generating Idea)

4. Memunculkan gagasan: Guru memberi waktu dan kesempatan kepada

siswa untuk mengungkapkan gagasannya dan juga membimbing siswa

untuk menyepakati alternatif pemecahan yang akan diuji.

Komponen III – Mempersiapkan Tindakan(Preparing for Action)

5. Mengembangkan solusi: Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan

informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan

penjelasan dan pemecahan masalah.

6. Membangun penerimaan: Guru mengecek solusi yang telah diperoleh

siswa dan memberikan permasalahan yang baru namun yang lebih

(27)

Karakteristik yang paling dominan dari pembelajaran Treffinger ini

adalah upayanya dalam mengintegrasikan dimensi kognitif dan afektif

siswa untuk mencari arah-arah penyelesaian yang akan ditempuhnya untuk

memecahakan permasalahan. Artinya, siswa diberi keleluasaan untuk

berkreativitas menyelesaikan permasalahannya sendiri dengan cara-cara

yang ia kehendaki. Tugas guru adalah membimbing siswa agar arah-arah

yang ditempuh oleh siswa ini tidak keluar dari permasalahan.

2.5

Lembar Kerja Siswa

Lembar kerja siswa (LKS) merupakan salah satu media yang

digunakan dalam pembelajaran. Lembar kerja siswa adalah

lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar

kegiatan biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan

suatu tugas. (Sulistyowati, 2012)

Untuk membuat atau menentukan sebuah LKS buatan guru yang

baik, ada beberapa petunjuk yang harus diperhatikan. Jones (dalam

Mayasari, 2009) menyatakan LKS yang baik untuk diberikan kepada

peserta didik, haruslah:

1. Dapat menampung keragaman kemampuan siswa dikelas;

2. Bahasanya cukup dimengerti (tidak terlalu sulit);

3. Format dan gambar harus jelas (mudah dipahami);

4. Mempunyai tujuan yang jelas;

5. Memiliki isian yang memerlukan pemikiran dan pemprosesan

(28)

6. Tetap memiliki gambaran umum (global disamping gambaran detail).

Langkah-langkah dalam menyiapkan lembar kerja siswa dapat

dilakukan sebagai berikut :

1. Analisis kurikulum;

Analisis kurikulum dimaksudkan untuk menentukan materi-materi

mana yang memerlukan bahan ajar LKS. Analisis dilakukan dengan

cara mempelajari standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok,

pengalaman belajar, dan indikator ketercapaian hasil belajar.

2. Menyusun peta kebutuhan LKS;

Peta kebutuahn LKS sangat diperlukan guna mengetahui jumlah LKS

yang harus ditulis dan sekuensi atau urutan LKSnya juga dapat dilihat.

Sekuens LKS ini sangat diperlukan dalam menentukan prioritas

penulisan. Diawali denagn analisis kurikulum dan analisis sumber

belajar.

3. Menentukan judul-judul LKS;

Judul LKS ditentukan atas dasar KD-KD, materi-materi pokok atau

pengalaman belajar yang terdapat dalam kurikulum. Judul LKS tidak

harus sama dengan tercantum dalam kurikulum, yang penting adalah

bahwa kompetensi dasar yang harus dicapai secara esensi tidak

berubah.

4. Penulisan LKS

Penulisan LKS dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai

(29)

a. Perumusan KD yang harus dikuasai.

Rumusan KD pada suatu LKS langsung diturunkan dari Pedoman

Kamus Pengembangan Silabus.

b. Menentuakan alat penilaian

Penilaian dilakukan terhadap proses kerja dan hasil kerja peserta

didik.

c. Penyusunan materi

Materi LKS sangat tergantung pada KD yang dicapai. Materi dapat

diambil dari berbagai sumber seperti buku, majalah, internet, jurnal

hasil penelitian.

d. Struktur LKS

Struktur LKS secara umum adalah sebagi berikut:

Judul, petunjuk belajar (petunjuk siswa), kompetensi yang akan

dicapai, informasi pendukung, tugas-tugas dan langkah-langkah

kerja.

(Sulistyowati, 2012)

2.6

Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan

2.4.1. Kelarutan (Solubility)

Istilah kelarutan (solubility) digunakan untuk menyatakan jumlah

maksimal zat yang dapat larut dalam sejumlah tertentu pelarut. Kelarutan

(khususnya untuk zat yang sukar larut) dinyatakan dalam satuan mol.L–1.

(30)

2.4.2. Tetapan Hasil Kali Kelarutan (Ksp)

Suatu larutan jenuh dari elektrolit yang sukar larut, terdapat

kesetimbangan antara zat padat yang tidak larut dan ion-ion zat itu yang

larut.

MxAy(s) xMy+(aq) + yAx- (aq)

Karena zat padat mempunyai molaritas yang tetap, maka tetapan

kesetimbangan reaksi di atas hanya melibatkan ion-ionnya saja, dan

tetapan kesetimbangannya disebut tetapan hasil kali kelarutan (Ksp).

Ksp = [My+]x [Ax-]y Contoh:

Tuliskan rumus tetapan hasil kali kelarutan untuk senyawa Mg(OH)2!

Jawab:

Mg(OH)2 dalam larutan akan terurai menjadi ion-ionnya,

Mg(OH)2 (s) Mg2+(aq) + 2 OH-(aq)

maka dari rumus umum Ksp = [Mg2+] [OH-]2

2.4.3. Hubungan Kelarutan (s) dengan Tetapan Hasil Kali Kelarutan(Ksp)

Oleh karena s dan Ksp sama-sama dihitung pada larutan jenuh,

maka antara s dan Ksp ada hubungan yang sangat erat. Jadi, nilai Ksp ada

keterkaitannya dengan nilai s.

Secara umum hubungan antara kelarutan (s) dengan tetapan hasil

kali kelarutan (Ksp) untuk larutan elektrolit AxBy dapat dinyatakan

(31)

AxBy(s) xAy+(aq) + yBx- (aq)

s xs ys

Ksp = [Ay+]x [Bx-]y = (xs)x (ys)y Contoh:

Pada suhu tertentu, kelarutan AgIO3 adalah 2 × 10–6 mol/L, tentukan harga

tetapan hasil kali kelarutannya!

Jawab:

AgIO3(s) Ag+(aq) + IO3- (aq)

Konsentrasi ion Ag+ = konsentrasi ion IO3- = konsentrasi AgIO3 = 2 × 10–6

mol/L

Ksp = [Ag+] [IO3-]

= (s)(s)

= (2 × 10–6)( 2 × 10–6) = 4 × 10–12

2.4.4. Pengaruh Ion Senama terhadap Kelarutan

Suatu larutan jenuh Ag2CrO4 terdapat kesetimbangan antara

Ag2CrO4 padat dengan ion Ag+ dan ion CrO42–.

Ag2CrO4(s) 2Ag+(aq) + CrO42- (aq)

Apa yang terjadi jika ke dalam larutan jenuh tersebut ditambahkan

larutan AgNO3 atau larutan K2CrO4? Penambahan larutan AgNO3 atau

K2CrO4 akan memperbesar konsentrasi ion Ag+ atau ion CrO42– dalam

larutan.

(32)

K2CrO4(aq)→ 2K+(aq) + CrO42- (aq)

Sesuai asas Le Chatelier tentang pergeseran kesetimbangan,

penambahan konsentrasi ion Ag+ atau ion CrO42– akan menggeser

kesetimbangan ke kiri. Akibatnya jumlah Ag2CrO4 yang larut menjadi

berkurang. Jadi dapat disimpulkan bahwa ion senama memperkecil

kelarutan.

Contoh

Kelarutan Ag2CrO4 dalam air adalah 10–4 M. Hitunglah kelarutan Ag2CrO4

dalam larutan K2CrO4 0,01 M!

Jawab:

Ksp Ag2CrO4 = 4s3 =4(10-4)3 = 4 x 10-12

Kelarutan Ag2CrO4 dalam larutan K2CrO4

Ksp Ag2CrO4 = [Ag+]2[CrO42-]

4 x 10-12 = [Ag+]2 x 10-2

[Ag+] = 2 x 10-5 M

Ag2CrO4→ 2 Ag+ + CrO4

2-Kelarutan Ag2CrO4 = ½ x 2 x 10-5 = 10-5 M

Jadi, kelarutan Ag2CrO4 dalam larutan K2CrO4 adalah 10-5 M.

2.4.5. Hubungan Ksp dengan pH

Harga pH sering digunakan untuk menghitung Ksp suatu basa yang

sukar larut. Sebaliknya, harga Ksp suatu basa dapat digunakan untuk

menentukan pH larutan

(33)

Jika larutan MgCl2 0,3 M ditetesi larutan NaOH, pada pH berapakah

endapan Mg(OH)2 mulai terbentuk? (Ksp Mg(OH)2 = 3 × 10–11)

Jawab:

Ksp Mg(OH)2 = [Mg2+] [OH-]

3 x 10-1 = 3 x 10-11 [OH-]2

[OH-] = 10-10

[OH-] = 10-5 M

pOH = 5

pH = 14 –pOH

pH = 14 – 5 = 9

2.4.6. Penggunaan Konsep Ksp dalam Pemisahan Zat

Harga Ksp suatu elektrolit dapat dipergunakan untuk memisahkan

dua atau lebih larutan yang bercampur dengan cara pengendapan. Proses

pemisahan ini dengan menambahkan suatu larutan elektrolit lain yang

dapat berikatan dengan ion-ion dalam campuran larutan yang akan

dipisahkan. Karena setiap larutan mempunyai kelarutan yang

berbeda-beda, maka secara otomatis ada larutan yang mengendap lebih dulu dan

ada yang mengendap kemudian, sehingga masing-masing larutan dapat

dipisahkan dalam bentuk endapannya.

Cara untuk meramalkan terjadi tidaknya endapan suatu senyawa

AmBn, jika larutan yang mengandung ion An+ dan ion Bm- dicampurkan

maka digunakan konsep hasil kali ion ( Qc ).

(34)

Jika Qc < Ksp maka belum terbentuk larutan jenuh maupun endapan AmBn

Jika Qc = Ksp maka terbentuk larutan jenuh AmBn

Jika Qc > Ksp maka terbentuk endapan AmBn

Contoh:

Jika dalam suatu larutan terkandung Pb(NO3)2 0,05 M dan HCl 0,05 M,

dapatkah terjadi endapan PbCl2? (Ksp PbCl2 = 6,25 × 10–5)

Jawab:

[Pb2+] = 0,05 M

[Cl–] = 0,05 M

Qc = [Pb2+] [Cl–]2

Qc = 0,05 × (0,05)2

= 1,25 × 10–4

Oleh karena Qc PbCl2 > Ksp PbCl2, maka PbCl2 dalam larutan itu akan

mengendap.

2.7

Treffinger Berbantuan Lembar Kerja Siswa

Pembelajaran Treffinger berbantuan lembar kerja siswa adalah

pembelajaran yang menggunakan tiga langkah Treffinger terhadap hasil

belajar siswa. Siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil agar

dapat saling membantu memahami materi pelajaran dan menyelesaikan

tugas yang diberikan oleh guru. Lembar kerja siswa sebagai media yang

digunakan untuk membantu siswa agar dapat lebih memahami dan

(35)

Adapun kegiatan pembelajaran Treffinger berbantuan lembar kerja

siswa terhadap hasil belajar siswa pada materi kelarutan dan hasil kali

[image:35.595.148.514.204.702.2]

kelarutan disajikan dalam Tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1. Sintak Treffinger Berbantuan Lembar Kerja Siswa

Langkah Kegiatan guru Kegiatan siswa

Memahami Tantangan (Understanding Challenge)

Guru membagi kelompok kecil siswa dan

membagikan LKS

Siswa membentuk kelompok kecil

Guru menginformasikan kompetensi yang harus dicapai dalam

pembelajarannya

Siswa mendengarkan penjelasan guru

Guru menayangkan

animasi atau video tentang kelarutan dan hasil kali kelarutan sebagai tantangan dan dapat mengundang

keingintahuan siswa

Siswa mengamati animasi atau video tentang kelarutan dan hasil kali kelarutan yang diberikan oleh guru

Guru memberi soal-soal tentang animasi atau video tersebut yang ada di LKS kepada siswa untuk mengidentifikasi permasalahan

Siswa mengerjakan soal yang ada di LKS dan didiskusikan kepada kelompok Membangkitkan Gagasan (Generating Idea)

Guru memberi waktu dan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasannya dan juga membimbing siswa untuk menyepakati alternatif pemecahan yang akan diuji

Siswa menjelaskan hasil diskusi dengan

kelompok di depan kelas

Mempersiapkan Tindakan

(Preparing for Action)

Guru memberikan beberapa soal yang baru namun yang lebih kompleks yang ada pada LKS

Siswa mengerjakan soal yang ada di LKS

Guru mengecek solusi yang telah diperoleh siswa

(36)

2.8

Kerangka Berfikir

Materi pembelajaran kelarutan dan hasil kali kelarutan

membutuhkan kejelian dan pemahaman yang cukup tinggi. Kenyataan

menunjukkan masih dijumpai beberapa kesulitan yang dihadapi siswa

dalam memahami dan mendalami materi kimia. Hal tersebut perlu adanya

variasi pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam mendalami materi

kimia dan memecahkan permasalahan kimia.

Penelitian ini menggunakan dua model pembelajaran, yaitu model

pembelajaran Treffinger berbantuan LKS untuk kelas eksperimen dan

model pembelajaran konvensional untuk kelas kontrol. Kedua kegiatan

pada kelas eksperimen dan kelas kontrol di atas diharapkan akan terjadi

peningkatan pemahaman siswa terhadap materi kelarutan dan hasil kali

kelarutan sehingga diharapkan hasil belajar siswa meningkat.

Efektivitas dalam penelitian ini ditunjukkan dengan peningkatan

kemampuan (ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik) siswa dalam proses

belajar mengajar dengan Treffinger berbantuan LKS dan hasil

pembelajaran kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol.

Efektivitas dilihat dari jumlah siswa yang mampu menyelesaikan atau

mencapai minimal sekurang–kurangnya 85% dari jumlah siswa yang

ada di kelas tersebut telah mencapai ketuntasan belajar (Mulyasa,

2007: 254). Secara ringkas gambaran penelitian dapat dilihat pada Gambar

(37)
[image:37.595.149.537.111.548.2]

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

2.9

Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran

Treffinger berbantuan lembar kerja siswa efektif terhadap hasil belajar

siswa kelas XI IPA di SMA Negeri 1 Andong Boyolali.

Kesimpulan

Pembelajaran masih berfokus pada guru

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Model pembelajaran CPS tipe Treffinger berbantuan LKS

Model pembelajaran konvensional

Hasil Belajar

Dibandingkan Hasil belajar kimia

masih rendah

Dilakukan penelitian terhadap hasil belajar kimia dengan menggunakan metode

pembelajaran

Metode yang digunakan kurang tepat, siswa

(38)

27

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1

Penentuan Objek Penelitian

3.1.1 Populasi Penelitian

Menurut Arikunto (2006: 102), populasi adalah keseluruhan objek

penelitian yang lazimnya dipakai sebagai masalah dan tujuan penelitian sebagai

dokumen.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas XI IPA SMA Negeri 1

Andong Boyolali tahun pelajaran 2013/2014 terdiri dari tiga kelas dengan

[image:38.595.169.478.434.534.2]

perincian pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Rincian Siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Andong Boyolali Tahun pelajaran 2013/2014

No Kelas Jumlah siswa

1 XI IPA-1 32

2 XI IPA-2 32

3 XI IPA-3 32

Jumlah 96

(Sumber: Administrasi kesiswaan SMA Negeri 1 Andong Boyolali Tahun pelajaran 2013/2014)

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA-1 sampai dengan

XI IPA-3 karena mempunyai kesamaan dalam hal berikut:

1. Siswa-siswa tersebut berada dalam tingkat kelas yang sama, yaitu kelas XI

IPA SMA;

2. Siswa siswa tersebut berada dalam semester yang sama yaitu semester 2;

3. Siswa dalam pelaksanaan pengajarannya diajar dengan kurikulum, media,

(39)

3.1.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian yang diambil dari populasi (Sudjana, 2005: 6).

Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini purposive

sampling, yaitu mengambil 2 kelas berdasarkan pertimbangan ahli, yaitu guru

yang mengajar di SMA. Pertimbangan yang dimaksudkan yaitu memilih kelas

yang diajar guru yang sama dan memiliki nilai rata-rata ulangan akhir semester

gasal yang hampir sama. Sampel dalam penelitian ini yaitu kelas XI IPA 1 sebagai

kelas eksperimen dan kelas XI IPA 2 sebagai kelas kontrol.

3.1.3 Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini ialah sebagai berikut:

1. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini ialah pembelajaran menggunakan model

Treffinger berbantuan LKS pada kelas eksperimen dan pembelajaran

konvensional pada kelas kontrol.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini ialah hasil belajar kimia yang dilihat dari

ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik kelas XI IPA semester 2 pada materi

kelarutan dan hasil kali kelarutan.

3. Variabel Kontrol

Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah kurikulum, materi pelajaran, dan

(40)

3.2

Metode Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dengan

menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:

3.2.1 Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu metode mencari data mengenai hal-hal atau

variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, agenda, dan sebagainya

(Arikunto, 2006: 231). Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk

memperoleh data mengenai nama-nama siswa anggota sampel dan data nilai

ulangan semester 1 bidang kimia yang diambil dari daftar nilai SMA N 1 Andong

Boyolali. Data nilai ini digunakan untuk analisis tahap awal.

3.2.2 Metode Tes

Metode tes merupakan metode yang digunakan untuk mengukur

kemampuan dasar dan pencapaian atau prestasi (Arikunto, 2006:223). Pada

penelitian ini mengetahui pencapaian hasil belajar kognitif siswa. Bentuk tes yang

digunakan adalah soal pilihan ganda untuk mengukur hasil belajar kognitif siswa.

3.2.3 Metode Observasi

Observasi adalah kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu objek

dengan menggunakan seluruh indera (Arikunto, 2006: 199). Metode observasi

digunakan untuk menilai hasil belajar ranah afektif dan psikomotorik pada proses

diskusi dengan Treffinger Berbantuan Lembar Kerja Siswa. Instrumen yang

digunakan adalah lembar observasi, yaitu lembar observasi yang berisi

indikator-indikator yang dijadikan acuan untuk mengamati kemampuan siswa dari ranah

(41)

3.2.4 Metode Angket

Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau

hal-hal yang diketahui (Arikunto, 2006: 194). Angket diberikan kepada siswa

yang berasal dari kelas eksperimen diakhir pembelajaran, bertujuan untuk

mengetahui pendapat siswa tentang pembelajaran dengan model pembelajaran

Treffinger Berbantuan Lembar Kerja Siswa. Hasil angket dianalisis secara

deduktif dengan membuat tabel frekuensi jawaban siswa kemudian ditarik

kesimpulan.

3.3

Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dan yang dibandingkan

adalah nilai hasil belajar dari dua kelas yang diberi perlakuan berbeda.

Penelitian ini menggunakan desain posttest only control design yaitu

desain penelitian dengan hanya melihat nilai posttest antara kelompok eksperimen

dengan kelompok kontrol. Desain penelitian secara singkat dijelaskan pada Tabel

[image:41.595.166.454.564.617.2]

3.2.

Tabel 3.2. Desain Penelitian

Kelas Perlakuan Keadaan Akhir

Eksperimen X T1

Kontrol Y T2

Keterangan:

X : Pembelajaran kimia menggunakan metode pembelajaran Treffinger

berbantuan LKS

Y : Pembelajaran kimia menggunakan pembelajaran konvensional

(42)

T2 : Hasil belajar kelas kontrol

3.4

Instrumen

Instrumen penelitian adalah fasilitas yang digunakan oleh peneliti untuk

memperoleh data yang diharapkan agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya

lebih baik, dalam arti lebih cepat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah

diolah (Arikunto, 2006: 160).

Instrumen (alat yang dibuat peneliti untuk memperoleh data) dalam

penelitian ini adalah: silabus, RPP, LKS, lembar pengamatan aspek afektif,

lembar pengamatan aspek psikomotorik, tes hasil belajar kognitif.

3.4.1 Silabus

Silabus yang digunakan dalam penelitian ini merupakan silabus KTSP.

3.4.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) digunakan sebagai panduan

bagi guru untuk melakukan kegiatan belajar mengajar di kelas.

3.4.3 Lembar kerja Siswa

Lembar kerja siswa (LKS) digunakan untuk memudahkan dan melatih

kemampuan siswa dalam mengkonstruk konsep yang berkaitan dengan materi dan

menyelesaikan soal kelarutan dan hasil kali kelarutan. Lembar kerja siswa

digunakan dalam kegiatan pembelajaran pada setiap pertemuan yang diberikan

kepada siswa.

3.4.4 Lembar Pengamatan Aspek Afektif

Lembar pengamatan aspek afektif digunakan untuk mengukur dan menilai

(43)

aspek afektif ini dilakukan oleh observer. Penelitian ini ditetapkan rentang skor

lembar pengamatan aspek afektif dari skor 1 (satu) sampai 4 (empat). Penyusunan

kriteria penskoran mengacu pada skor aspek yang telah ditetapkan. Kriteria yang

menggambarkan rendahnya nilai suatu aspek diberi skor terendah, yaitu 1.

Sedangkan kriteria yang menggambarkan nilai aspek yang tinggi diberi skor

tertinggi, yaitu 4.

3.4.5 Lembar Pengamatan Aspek Psikomotorik

Lembar pengamatan aspek psikomotorik digunakan untuk mengukur dan

menilai keterampilan siswa. Penilaian aspek psikomotorik dilakukan pada proses

pembelajaran saat praktikum. Penelitian ini ditetapkan rentang skor lembar

pengamatan aspek psikomotorik dari skor 1 (satu) sampai 5 (lima). Penyusunan

kriteria penskoran mengacu pada skor aspek yang telah ditetapkan. Kriteria yang

menggambarkan rendahnya nilai suatu aspek diberi skor terendah, yaitu 1.

Sedangkan kriteria yang menggambarkan nilai aspek yang tinggi diberi skor

tertinggi, yaitu 5.

3.4.6 Tes Hasil Belajar Kognitif

Tes hasil belajar kognitif atau posttest digunakan untuk mengukur dan

menilai penguasaan siswa pada materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan.

Tes hasil belajar kognitif yang disusun pada penelitian ini berupa 30 soal pilihan

ganda dengan waktu pengerjaan tes 45 menit.

Langkah-langkah penyusunan soal uji coba tes hasil belajar kognitif

adalah sebagai berikut: (1) Menentukan jumlah butir soal dan alokasi waktu yang

(44)

menit (2) Menentukan tipe atau bentuk soal. Tipe soal yang digunakan berbentuk

Tipe soal pilihan ganda dengan lima pilihan jawaban; (3) Menentukan tabel

spesifikasi atau kisi-kisi soal; (4) Menyusun butir-butir soal; (5) Mengujicobakan

soal; (6) Menganalisis hasil uji coba, dalam hal validitas dan reliabilitas perangkat

tes yang digunakan.

3.4.7 Uji Alat Evaluasi

Sebelum alat evaluasi digunakan, perlu dilakukan uji coba terlebih

dahulu supaya dapat diketahui apakah alat evaluasi tersebut layak digunakan.

Hasil test uji coba selanjutnya dihitung validitas dan reliabilitas.

3.5

Analisis Instrumen Penelitian

3.5.1 Analisis Lembar Penilaian Kognitif

Analisis lembar penilaian kognitif siswa digunakan untuk mengukur

pengetahuan dan pencapaian kompetensi siswa terhadap materi kelarutan dan

hasil kali kelarutan.

Lembar penilaian kognitif siswa dilakukan uji validitas, indeks kesukaran,

daya beda dan reliabilitas soal.

3.5.1.1Validitas

Validitas adalah ukuran yang menunjukkan kevalidan suatu instrumen.

Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang

terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud.

Validitas soal-soal posttest dalam penelitian ini ada dua macam validitas soal

(45)

1. Validitas isi soal

Perangkat tes telah memenuhi validitas isi apabila telah disesuaikan

dengan kurikulum yang sedang berlaku. Jadi peneliti menyusun kisi-kisi soal

berdasarkan kurikulum, selanjutnya instrumen dikonsultasikan dengan guru

pengampu dan dosen pembimbing.

2. Validitas Butir Soal

Untuk menghitung validitas butir soal digunakan rumus korelasi point

biseral yaitu sebagai berikut.

Keterangan:

Rpbis = Koefisien korelasi point biserial

Mp = Skor rata-rata kelas yang menjawab benar butir yang bersangkutan

p = Proporsi peserta yang menjawab benar butir yang bersangkutan

St = Standar deviasi skor total

q = 1 – p

[image:45.595.186.434.599.685.2]

Klasifikasi validitas butir soal dijelaskan pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3. Klasifikasi Validitas Butir Soal

Inteval Kriteria

0,8< r≤1,0

0,6< r≤ 0,8

0,4< r≤ 0,6 0,2< r≤ 0,4

r< 0,00

Tinggi Sekali Tinggi Cukup Rendah Sangat Rendah

(Arikunto, 2007: 78-79)

Hasil perhitungan rpbis kemudian digunakan untuk mencari signifikasi

(46)

(Sudjana, 2005: 380)

Kriteria : jika thitung ≥ t (1-α ) dengan taraf signifikasi 5% dan n adalah jumlah

siswa, maka butir soal adalah valid.

Berdasarkan uji coba soal yang dilakukan terhadap 32 siswa kelas XII IPA

1 SMA N 1 Andong Boyolali diperoleh hasil analisis validitas soal yang

diujicobakan. Perhitungan validitas keseluruhan terdapat 34 soal valid. Hasil

analisis uji coba menunjukkan soal uji yang valid adalah soal nomor 1, 2, 4, 5, 6,

7, 8, 9, 11, 12, 13, 15, 16, 18, 20, 21, 23, 24, 27, 28, 30, 31, 32, 35, 37, 39, 40, 44,

45, 46, 47, 48, 49, 50.

3. Daya Beda Butir Soal

Analisis daya pembeda dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui

kamampuan soal dalam membedakan siswa termasuk pandai (kelas atas) dan

siswa yang termasuk kelompok kurang pandai (kelompok bawah).

Cara menentukan daya pembeda adalah sebagai berikut:

1. Seluruh peserta tes diurutkan mulai dari yang mendapat skor teratas sampai

terbawah.

2. Seluruh siswa tes dibagi 2 yaitu kelompok atas dan kelompok bawah

3. Menghitung daya pembeda soal dengan rumus:

Keterangan:

(47)

BA = Banyaknya siswa kelompok atas yang menjawab benar

BB = Banyaknya siswa kelompok bawah yang menjawab benar

JA = Banyaknya siswa pada kelompok atas

JB = Banyaknya siswa pada kelompok bawah

Klasifikasi daya beda soal dijelaskan pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4. Klasifikasi Daya Beda Soal

Inteval Kriteria

0,7< D≤1,0

0,4< D≤ 0,7

0,2< D≤ 0,4 0,0< D≤ 0,2

D< 0,00

Baik Sekali Baik Cukup

Jelek Sangat Jelek

(Arikunto, 2007: 213)

[image:47.595.138.489.411.519.2]

Hasil perhitungan daya pembeda soal dijelaskan pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5. Hasil Perhitungan Daya Pembeda Soal No. Kriteria Nomor soal

1 Baik Sekali 13, 30, 45 (3 soal)

2 Baik 8, 16, 24, 32, 37, 44, 47, 49 (8 soal)

3 Cukup 1, 2, 4, 5, 7, 9, 11, 12, 14, 15, 18, 20, 21, 23, 25, 27, 28, 33, 35, 39, 40, 43, 48, 50 (24 soal) 4 Jelek 3, 6, 19, 22, 31, 35, 38, 41, 46 (9 soal) 5 Sangat Jelek 10, 17, 26, 29, 36, 42 (6 soal)

4. Tingkat Kesukaran Butir Soal

Ditinjau dari tingkat kesukaran, soal yang terlalu mudah tidak merangsang

siswa untuk memecahkannya, sedangkan soal yang terlalu sukar dapat

menyebabkan siswa cepat putus asa. Jadi soal yang baik adalah soal yang

memiliki tingkat kesukaran seimbang, artinya soal tersebut tidak terlalu mudah

(48)

Bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal disebut

indeks kesukaran (difficulty index). Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai

1,00 (Arikunto, 2006:207)

Tingkat kesukaran soal dihitung dengan menggunakan rumus:

Keterangan:

P : Indeks kesukaran

B : Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar

JS : Jumlah seluruh pengikut tes

Adapun Kriteria yang digunakan untuk menunjukkan indeks kesukaran

[image:48.595.182.446.433.538.2]

soal ditunjukan pada Tabel 3.6.

Tabel 3.6. Klasifikasi Daya Beda Soal

Inteval Kriteria

P = 1,00 0,7< P< 0,1

0,3< P≤ 0,7 0,0< P≤ 0,3

P =0,00

Sangat Mudah Mudah Sedang Sukar Sangat Sukar

(Arikunto, 2007:208)

Hasil perhitungan tingkat kesukaran soal ditunjukan pada Tabel 3.7.

Tabel 3.7. Hasil perhitungan tingkat kesukaran soal

Kriteria Nomor Soal

Sangat Mudah -

Mudah 1, 2, 3, 4, 6, 12, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 29, 31, 34, 35, 36, 40, 46, 50 (21 soal)

Sedang 5, 9, 11, 13, 14, 17, 18, 28, 30, 32, 33, 38, 39, 42, 44, 45, 47, 48, 49 ( 19 soal)

Sukar 7, 8, 10, 15, 16, 19, 20, 37, 41, 43 (10 soal)

[image:48.595.185.509.599.716.2]
(49)

5. Reliabilitas Soal

Suatu hasil tes dikatakan mempunyai reliabilitas yang tinggi apabila

memberikan hasil yang relatif tetap bila digunakan pada kesempatan lain.

Reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus KR-21 yang dinyatakan

dengan rumus:

Keterangan:

R11 = reliabilitas tes secara keseluruhan

Vt =varians skor total

M =rata-rata skor total

K =jumlah butir soal

Klasifikasi reliabilitas soal ditunjukan pada tabel 3.8.

Tabel 3.8. Klasifikasi Reliabilitas Soal

Inteval Kriteria

0,8 < r11≤1.0

0,6 < r11≤ 0,8

0,4 < r11≤ 0.6

0,2 < r11≤ 0,4

r11≤ 0,2

Sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat rendah

(Arikunto, 2007: 189)

Hasil perhitungan diperoleh r11 = 0,8137. Berdasarkan tabel klasifikasi

reliabilitas, soal-soal tersebut mempunyai reliabilitas sangat tinggi.

3.5.2 Analisis Instrumen Lembar Angket

Lembar angket tanggapan diuji validitas isi yang disesuaikan dengan

(50)

setelah dilakukan validitas isi kemudian diuji reliabilitas dengan menggunakan

rumus r11.

Reliabilitas untuk instrumen ini menggunakan rumus Alpha Cronbach

yaitu:

Varians:

Keterangan :

= reliabilitas instrumen

= jumlah kuadrat skor butir

= banyak butir pertanyaan

= jumlah kuadrat skor total

= jumlah varians skor butir

= varians total

= kuadrat jumlah skor butir

= kuadrat jumlah skor total

= banyaknya subjek

Klasifikasi Reliabilitas Intrumen ditunjukan pada Tabel 3.9.

Tabel 3.9. Klasifikasi Reliabilitas Intrumen

Inteval Kriteria

(51)

0,6 < r11≤ 0,8

0,4 < r11≤ 0.6

0,2 < r11≤ 0,4

r11≤ 0,2

Tinggi Cukup Rendah Sangat rendah

(Arikunto, 2007:196)

3.5.3 Analisis Lembar Observasi

Instrumen-instrumen lembar obesrvasi diuji validitas isi yang disesuaikan

dengan materi pelajaran, kondisi siswa dan dikonsultasikan dan disetujui oleh ahli

yaitu dosen penguji dan guru SMA. Setelah dilakukan validitas isi kemudian diuji

reliabilitas dengan menggunakan rumus r11.

Untuk mencari reliabilitas lembar observasi, digunakan rumus Spearman

Brown :

Keterangan :

= reliabilitas instrumen

Vp = varian person

Ve = varian error

K = jumlah observer

= jumlah varians beda butir

[image:51.595.223.396.664.753.2]

Klasifikasi reliabilitas dapat dilihat pada Tabel 3.10.

Tabel 3.10. Klasifikasi Reliabilitas Instrumen Observasi

Inteval Kriteria

0,8 < r11≤1.0

0,6 < r11≤ 0,8

0,4 < r11≤ 0.6

0,2 < r11≤ 0,4

r11≤ 0,2

(52)

( Arikunto, 2007: 196)

3.6

Metode Analisis Data

Analisis data merupakan langkah paling penting dalam penelitian, karena

dalam analisis data dapat ditarik kesimpulan berdasrakan hipotesis yang sudah

diajukan.

3.6.1 Analisis data tahap awal

Pengambilan sampel tidak dilakukan secara random, melainkan dengan

teknik purposivesampling sehingga analisis populasi yang meliputi uji normalitas

populasi dan homogenitas tidak diperlukan.

3.6.2 Analisis Data Tahap Akhir

Setelah kedua kelompok mendapat perlakuan yang berbeda kemudian

diadakan tes akhir (posttest) yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian.

3.6.2.1Uji Normalitas

Uji ini digunakan untuk mengetahui normal tidaknya data yang akan

dianalisis. Uji statistik yang digunakan adalah uji chi-kuadrat dengan rumus:

2

1

2

k

i i

i i

E

E

O

Keterangan :

χ2

= chi-kuadrat

Oi= frekuensi pengamatan

Ei= frekuensi yang diharapkan

K = banyaknya kelas interval

(53)

(Sudjana, 2005: 273).

Kriteria pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:

1. Ho diterima jika

hitung2

2(1)(k3) dengan taraf signifikan 5% dan derajat

kebebasan (k-3), yang berarti bahwa data tidak berbeda normal atau data

berdistribusi normal, sehingga uji selanjutnya menggunakan statistik

parametrik.

2. Ho diterima jika (1 )( 3)

2 2

 

k

hitung

dengan taraf signifikan 5% dan derajat

kekebasan (k-3), yang berarti bahwa data berbeda normal atau tidak

berdistribusi normal sehingga uji selanjutnya menggunakan statistik non

parametrik.

( Sudjana, 2005: 273)

3.6.2.2Uji Kesamaan Dua Varians

Uji kesamaan dua varians bertujuan untuk mengetahui apakah kelas

eksperimen dan kelas kontrol mempunyai tingkat varians yang sama (homogen)

atau tidak. Uji kesamaan dua varians bertujuan pula untuk menentukan rumus

t-test yang digunakan dalam uji hipotesis akhir.

Pasangan hipotesis yang akan diuji:

H : A :

Keterangan:

= varians kelas eksperimen

= varians kelas kontrol

(54)

Rumus yang digunakan adalah:

Kriteria pengujian adalah sebagai berikut:

Kriteria pengujian; jika harga Fhitung < Ftabel, maka kedua kelompok

mempunyai varians yang sama (homogen)(Sudjana, 2002 : 250).

3.6.2.3Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Dua Pihak

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil

belajar antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol.

Pasangan hipotesis yang diajukan:

H :

A :

: rata-rata hasil belajar kimia kelas eksperimen

: rata-rata hasil belajar kimia kelas kontrol

(Sugiyono, 2006: 118)

Pengajuan hipotesis:

1) Jika varians kedua kelompok sama, maka rumus uji t yang digunakan:

dengan , dk = n1 + n2 - 2

Keterangan:

(55)

2 = rata-rata nilai posttest kelompok kontrol

n1 = jumlah siswa kelompok eksperimen

n2 = jumlah siswa kelompok kontrol

= varians data kelompok eksperimen

= varians data kelompok kontrol

= varians gabungan

(Sudjana, 2005:239)

Kriteria pengujian sebagai berikut:

H diterima apabila– t(1-1/2α)(n +n2-2) < thitung < t(1-1/2α)(n +n2-2) (taraf signifikan 5%). Hal

ini berarti tidak ada perbedaan hasil belajar kimia antara kelompok eksperimen

dengan kelompok kontrol. Untuk nilai selain itu tolak H.

2) Jika varians kedua kelompok berbeda (1222), maka rumus uji t yang

digunakan adalah:

(Sudjana, 2005: 241)

Kriteria pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:

H diterima jika

(56)

Keterangan:

= rata-rata hasil belajar kimia kelompok eksperimen

= rata-rata hasil belajar kimia kelompok kontrol

n1 = jumlah siswa kelompok eksperimen

n2 = jumlah siswa kelompok kontrol

S1 = simpangan baku kelompok eksperimen

S2 = simpangan baku kelompok kontrol

S = simpangan baku gabungan

Hal ini berarti rata-rata hasil belajar kimia kelompok eksperimen tidak lebih baik

dari rata-rata hasil belajar kimia kelompok kontrol. Untuk nilai selain itu H

ditolak.

3.6.2.4Uji Hipotesis

Uji hipotesis ini digunakan untuk membuktikan kebenaran hipotesis yang

diajukan. Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji perbedaan rata-rata

dua pihak dan uji perbedaan rata-rata satu pihak kiri. Data yang digunakan yaitu

nilai hasil belajar kognitif (posttest) antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol.

3.6.2.5Uji Perbedaan Rata-Rata Satu Pihak Kiri

Uji satu pihak digunakan untuk membuktikan hipotesis yang menyatakan

bahwa hasil belajar kimia kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan kelas

(57)

kontrol maka dapat pula disimpulkan bahwa model pembelajaran Treffinger

memberikan pengaruh positif terhadap belajar siswa.

Hipotesis yang diajukan :

Ho : ( µ1 < µ2 ) berarti nilai rata –rata posttest kelas eksperimen kurang dari nilai

rata – rata postest kelas kontrol.

Ha : ( µ1 ≥ µ2 ) berarti nilai rata – rata posttest kelas eksperimen lebih dari atau

sama dengan nilai rata – rata posttest kelas kontrol.

(Soeprojo 2012:8)

Uji t dipengaruhi oleh hasil uji kesamaan dua varians. Berdasarkan hasil

uji kesamaan dua varians:

1. Apabila kedua kelompok mempunyai varians yang sama, maka rumus uji t

yang digunakan yaitu :

2 1 2 1

1

1

n

n

s

x

x

t

;

2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2       n n s n s n s Keterangan:

= nilai rata – rata kelas kontrol

= nilai rata – rata kelas eksperimen

= variansi data pada kelas kontrol

= variansi data pada kelas eksperimen

= variansi gabungan

= banyak subyek pada kelas kontrol

(58)

Derajat kebebasan (dk) untuk tabel distribusi t yaitu ) dengan

peluang (1-α), α= 5%. Kriteria yang digunakan yaitu:

a. Uji dua pihak, jika ,

maka Ha diterima.

b. Uji satu pihak, jika , maka Ha diterima.

2. Jika diperoleh simpulan bahwa kedua varians tidak sama, maka rumus

yang digunakan yaitu :

=

Kriteria yang digunakan terima hipotesis Ho jika :

dengan :

, dan ,

(Sudjana, 2002: 239-243)

3.6.2.6Uji Ketuntasan Hasil Belajar

Uji ketuntasan hasil belajar bertujuan untuk mengetahui ketuntasan hasil

belajar kimia pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Data yang digunakan

dalam uji ini adalah nilai posttest kimia materi pokok Kelarutan dan Hasil Kali

Kelarutan siswa kelas XI semester 2 SMA Negeri 1 Andong Boyolali tahun ajaran

2013/2014. Hipotesis yang diuji dalam analisis:

(59)

A : µ < 75

Rumus t yang digunakan:

(Sudjana, 2005:227)

Keterangan:

µ0 = rata-rata batas ketuntasan belajar

s = standar deviasi

n = banyaknya siswa

= rata-rata nilai yang diperoleh

Kriteria pengujian adalah H diterima jika thitung ≥ t(1-α)(n-1). Untuk selain itu

tolak H.

Masing-masing kelompok eksperimen selain dihitung ketuntasan belajar

individu juga dihitung ketuntasan belajar klasikal (keberhasilan kelas). Menurut

Mulyasa (2004:99) keberhasilan kelas dapat dilihat dari sekurang-kurangnya 85%

dari jumlah siswa yang ada di kelas tersebut telah mencapai ketuntasan

Gambar

Tabel Halaman
Tabel 2.1. Sintak Treffinger Berbantuan Lembar Kerja Siswa
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Tabel 3.1. Rincian Siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Andong Boyolali
+7

Referensi

Dokumen terkait

talking stick berbantuan lembar kegiatan siswa lebih baik dari rata-rata hasil belajar siswa dengan model konvensional pada materi pokok bentuk aljabar, (3) untuk mengetahui

Simpulan dari penelitian ini adalah model Treffinger berbantuan media Audio Visual dapat meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa dalam

Melalui model Treffinger berbantuan alat peraga dan dengan menggunakan kemampuan berpikir kreatif peserta didik dapat menemukan sifat sudut sehadap, dalam

Skripsi dengan judul “ Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Pair Checks Berbantuan Lembar Kerja Siswa (LKS) Terhadap Hasil Belajar. Matematika Siswa Kelas

Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Hamidah dkk (2018) hasil penelitian menjukkan terdapat efektivitas lembar kerja peserta didik berbasis inkuiri terbimbing

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) hasil belajar matematika siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan alat peraga sederhana lebih baik

berbantuan media mistery box tidak efektif terhadap hasil belajar siswa kelas IV akan tetapi proporsi siswa yang tuntas menerima pembelajaran IMPROVE.. berbantuan

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini berdasarkan permasalahan di atas adalah untuk mengetahui 1 kecenderungan hasil belajar matematika siswa dengan model pembelajaran