• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Fisika Tanah pada Beberapa Tegakan di Sub DAS Petani Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Karakteristik Fisika Tanah pada Beberapa Tegakan di Sub DAS Petani Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISTIK FISIKA TANAH PADA BEBERAPA TEGAKAN DI SUB DAS PETANI KABUPATEN DELI SERDANG

SUMATERA UTARA

SKRIPSI

OLEH :

VIDIYA NOVELIN ASNAN LUBIS 110301067

AGROEKOTEKNOLOGI – ILMU TANAH

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

(2)

KARAKTERISTIK FISIKA TANAH PADA BEBERAPA TEGAKAN DI SUB DAS PETANI KABUPATEN DELI SERDANG

SUMATERA UTARA

SKRIPSI

OLEH :

VIDIYA NOVELIN ASNAN LUBIS 110301067

AGROEKOTEKNOLOGI – ILMU TANAH

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

(3)

Judul Skripsi : Karakteristik Fisika Tanah pada Beberapa Tegakan di Sub DAS Petani Kabupaten Deli Serdang Sumatera

Utara

Nama : Vidiya Novelin Asnan Lubis

NIM : 110301067

Program Studi : Agroekoteknologi Minat Studi : Ilmu Tanah

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Prof. Dr.Ir. Abdul Rauf, MP Ir. Bintang, MP

Ketua Anggota

Mengetahui,

(4)

ABSTRACT

Vidiya Novelin Asnan Lubis, researched The Characteristics of Soil

Physics Stands of Plants’s in Petani Watershed Deli Serdang Regency North Sumatera”. Surpervised by Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP. dan Ir. Bintang, MP. It was aims to get the characteristics of soil physics in various land use in Petani watershed. It was located at Buluh Awar Village Sibolangit Subdistrict Deli Serdang Regency North Sumatera, Soil Physic Laboratory, Research and Technology Laboratory Agriculture Faculty North Sumatra from March until August 2015. It used descriptive method with field observation techniques. The sampling techniques based on purposive sampling method with 4 treatments and 10 replications. The parameters measured was bulk density, soil porosity, soil permeability, soil color, soil texture and soil water content. The results tested with the T test standard 5%.

The results showed that only soil porosity’s under the stands of sugar palm plants (65,578 %) significantly affected soil porosity’s under the stands of forest (69,877 %). The other parameters like bulk density, soil permeability and soil water content weren’t significantly affected about soil samples forest.

(5)

ABSTRAK

Vidiya Novelin Asnan Lubis, meneliti “Karakteristik Fisika Tanah pada Beberapa Tegakan di Sub DAS Petani Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara”, dibawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP. dan Ir.Bintang, MP. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan karakteristik fisika tanah pada berbagai penggunaan lahan di Sub DAS Petani. Lokasi penelitian di Desa Buluh Awar, Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara, Laboratorium Fisika Tanah dan Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada bulan Maret sampai dengan Agustus 2015 menggunakan metode deskriptif dengan teknik observasi lapangan. Teknik sampling berdasarkan metode purposive sampling dengan 4 perlakuan dan 10 ulangan. Parameter yang diukur yaitu Kerapatan Isi, Porositas Tanah, Permeabilitas Tanah, Warna Tanah, Tekstur Tanah dan Kadar Air Tanah diolah dengan uji T taraf 5%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya parameter porositas tanah tegakan tanaman aren (65,578 %) yang berbeda nyata terhadap porositas tanah tegakan hutan (69,877 %). Parameter fisika tanah yang lain seperti kerapatan isi

(Bulk density), permeabilitas tanah dan kadar air tanah pada tegakan aren, durian

dan karet tidak berbeda nyata terhadap tegakan hutan.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 21 September 1993 dari

Ayahanda Ir. Aswar Lubis dan Ibunda Hj. Annasari Harahap, SKM. Penulis

merupakan anak pertama dari tiga bersaudara.

Pada tahun 2005 penulis lulus dari SD Swasta Pertiwi Medan.

Pada tahun 2008 penulis lulus dari SMP Negeri 7 Medan. Pada tahun 2011

penulis lulus dari SMA Sutomo 1 Medan dan pada tahun yang sama lulus seleksi

masuk Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Nasional Masuk

Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) jurusan Agroekoteknologi dengan memilih

minat Ilmu Tanah Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di PT. PAN Sumatera

Agriplants pada tahun 2014. Pada tahun 2012 – 2013 menjadi anggota (player) di

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

atas berkat dan rahmat–Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Adapun judul dari skripsi ini adalah “Karakteristik Fisika Tanah pada

Beberapa Tegakan di Sub DAS Petani Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di

Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,

Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua

orang tua yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materi. Penulis

juga mengucapkan terima kasih kepada komisi pembimbing

Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP. dan Ir. Bintang, MP. yang telah membantu penulis

dalam memberikan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna.

Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun

demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini dapat

bermanfaat.

Medan, Desember 2015

(8)

DAFTAR ISI

Di Bawah Tegakan Tanaman Serbaguna ... 6

Aren (Arenga pinnata Merr.) ... 7

Durian (Durio zibethinus Murr.) ... 9

Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg) ... 10

Sifat Fisika Tanah ... 11

Penggunaan Lahan Sub DAS ... 19

METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Peneletian ... 23

(9)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil ... 26 Pembahasan ... 32

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 35 Saran ... 35

(10)

DAFTAR TABEL

Nilai rataan kerapatan isi (Bulk density) pada tiap komoditi ... 26

Nilai rataan porositas tanah pada tiap komoditi ... 27

Nilai rataan permeabilitas tanah pada tiap komoditi ... 28

Warna tanah pada tiap komoditi ... 29

Tekstur tanah pada tiap komoditi ... 30

(11)

DAFTAR GAMBAR

Grafik nilai rataan kerapatan lindak (Bulk density) pada setiap tegakan tanaman ... 26

Grafik nilai rataan porositas tanah pada setiap tegakan tanaman ... 27

Grafik nilai rataan permeabilitas tanah pada setiap tegakan tanaman ... 28

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Data kerapatan isi (Bulk density) pada tiap tegakan tanaman ... 39

Uji T kerapatan isi (Bulk density) pada tegakan hutan dan tegakan tanaman aren ... 39

Uji T kerapatan isi (Bulk density) pada tegakan hutan dan tegakan tanaman durian .. 39

Uji T kerapatan isi (Bulk density) pada tegakan hutan dan tegakan tanaman karet .... 39

Data porositas tanah pada tiap tegakan tanaman... 39

Uji T porositas tanah pada tegakan hutan dan tegakan tanaman aren... 39

Uji T porositas tanah pada tegakan hutan dan tegakan tanaman durian ... 40

Uji T porositas tanah pada tegakan hutan dan tegakan tanaman karet ... 40

Data permeabilitas tanah pada tiap tegakan tanaman ... 40

Uji T permeabilitas tanah pada tegakan hutan dan tegakan tanaman aren ... 40

Uji T permeabilitas tanah pada tegakan hutan dan tegakan tanaman durian ... 40

Uji T permeabilitas tanah pada tegakan hutan dan tegakan tanaman karet ... 40

Data warna tanah pada tiap tegakan tanaman ... 41

Data tekstur tanah pada tiap tegakan tanaman ... 42

Data kadar air tanah pada tiap tegakan tanaman ... 43

Uji T kadar air tanah pada tegakan hutan dan tegakan tanaman aren ... 43

Uji T kadar air tanah pada tegakan hutan dan tegakan tanaman durian... 43

Uji T kadar air tanah pada tegakan hutan dan tegakan tanaman karet ... 43

Bagan Pengambilan Sampel Tanah di Bawah Tegakan Tanaman ... 44

(13)

ABSTRACT

Vidiya Novelin Asnan Lubis, researched The Characteristics of Soil

Physics Stands of Plants’s in Petani Watershed Deli Serdang Regency North Sumatera”. Surpervised by Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP. dan Ir. Bintang, MP. It was aims to get the characteristics of soil physics in various land use in Petani watershed. It was located at Buluh Awar Village Sibolangit Subdistrict Deli Serdang Regency North Sumatera, Soil Physic Laboratory, Research and Technology Laboratory Agriculture Faculty North Sumatra from March until August 2015. It used descriptive method with field observation techniques. The sampling techniques based on purposive sampling method with 4 treatments and 10 replications. The parameters measured was bulk density, soil porosity, soil permeability, soil color, soil texture and soil water content. The results tested with the T test standard 5%.

The results showed that only soil porosity’s under the stands of sugar palm plants (65,578 %) significantly affected soil porosity’s under the stands of forest (69,877 %). The other parameters like bulk density, soil permeability and soil water content weren’t significantly affected about soil samples forest.

(14)

ABSTRAK

Vidiya Novelin Asnan Lubis, meneliti “Karakteristik Fisika Tanah pada Beberapa Tegakan di Sub DAS Petani Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara”, dibawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP. dan Ir.Bintang, MP. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan karakteristik fisika tanah pada berbagai penggunaan lahan di Sub DAS Petani. Lokasi penelitian di Desa Buluh Awar, Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara, Laboratorium Fisika Tanah dan Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada bulan Maret sampai dengan Agustus 2015 menggunakan metode deskriptif dengan teknik observasi lapangan. Teknik sampling berdasarkan metode purposive sampling dengan 4 perlakuan dan 10 ulangan. Parameter yang diukur yaitu Kerapatan Isi, Porositas Tanah, Permeabilitas Tanah, Warna Tanah, Tekstur Tanah dan Kadar Air Tanah diolah dengan uji T taraf 5%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya parameter porositas tanah tegakan tanaman aren (65,578 %) yang berbeda nyata terhadap porositas tanah tegakan hutan (69,877 %). Parameter fisika tanah yang lain seperti kerapatan isi

(Bulk density), permeabilitas tanah dan kadar air tanah pada tegakan aren, durian

dan karet tidak berbeda nyata terhadap tegakan hutan.

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan suatu hamparan wilayah/kawasan

yang dibatasi oleh pembatas topografi (punggung/pinggir bukit) yang berfungsi

sebagai satuan tangkapan air hujan yang berakhir pada satu muara sungai

(Delvian, 2010).

Sub DAS merupakan bagian areal daerah aliran sungai yang menerima air

hujan dan mengalirkannya melalui anak sungai ke sungai utama. Sub DAS

berperan penting dalam pengelolaan DAS sebagai suatu unit pengelolaan sumber

daya alam (SDA).

Pada areal sub DAS mengalami penurunan kualitas tanah dan air akibat

pemanfaatan lahan yang tidak sesuai, kurangnya vegetasi penutup tanah,

kurangnya resapan air permukaan, erosi serta peningkatan sedimentasi di aliran

sungai. Pada penelitian Fathurrohman (2008) menyatakan bahwa permasalahan

DAS Brantas adalah mencakup degradasi kuantitas sumber–sumber air di daerah

pengaliran sungai berupa berkurangnya tegakan kayu, pemanfaatan lahan yang

tidak sesuai dengan peruntukannya, sehingga menimbulkan erosi tanah yang

berlebihan serta berkurangnya resapan air permukaan.

Penggunaan lahan di daerah hulu DAS terdiri dari kawasan hutan,

pertanian, dan agroforestri (mengintegrasi tanaman hutan atau tanaman serbaguna

atau Multi Purposes Trees (seperti aren, durian, bambu, asam glugur dan

sebagainya) dengan tanaman pertanian dan ternak). Hal ini merupakan bagian

(16)

lingkungan memiliki arti yang sangat penting untuk menjaga kesinambungan

pemanfaatan sumberdaya hutan, tanah dan air (USAID, 2006).

Berbagai komposisi tegakan tanaman yang berbeda–beda akan

mempengaruhi kondisi tanah baik pada sifat fisik maupun kimia tanah.

Masing–masing komposisi tegakan tanaman tersebut mempunyai penutupan oleh

tajuk tanaman yang beragam dan semuanya akan mempengaruhi kondisi tanah di

bawahnya terutama pada sifat fisika tanah (Kumalasari dkk, 2011).

Karakteristik sifat fisika tanah perlu dilakukan karena dapat berguna untuk

mengetahui kemampuan tanah secara fisik yang berperan dalam pelestarian tanah

dan air (komponen abiotik). Dimana sifat fisika tanah mempunyai banyak

kegunaan sesuai dengan kemampuan yang dibebankan kepadanya yaitu

kemampuan untuk menjadi keras dan menyangga, kapasitas untuk melakukan

drainase dan menyimpan air, plastisitas, kemudahan untuk ditembus akar, aerasi

dan kemampuan menahan retensi unsur–unsur hara tanaman. Semua erat

hubungannya dengan kondisi fisik tanah (Foth, 1984). Tanah sebagai salah satu

sumber daya alam yang utama memegang posisi penting dalam kelestarian

lingkungan. Kemerosotan kemampuan tanah yang ditunjukkan dengan

meningkatnya laju erosi dari erosi yang seharusnya disinyalir akan menurunkan

kemampuan fungsi lingkungan (Nursa’ban, 2006).

Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan suatu bentuk

pengembangan wilayah yang menempatkan DAS sebagai suatu unit pengelolaan,

dengan daerah bagian hulu dan hilir mempunyai keterkaitan biofisik melalui daur

hidrologi. Oleh karena itu perubahan penggunaan lahan di daerah hulu akan

(17)

di areal sub DAS dengan vegetasi berbeda akan membutuhkan pengelolaan DAS

yang berbeda pula.

Kecamatan Sibolangit terletak pada 03o13’ – 03o20’ LU dan

98o31’ – 98o41’ BT dengan luas wilayah 17.996 ha. Salah satu desa di kecamatan

ini adalah desa Buluh Awar yang memiliki luas sebesar 250 ha dengan luas

daerah irigasi sebesar 35,43 ha dengan sumber air yaitu sungai Petani. Pada sub

DAS Petani ditanami beberapa tanaman serbaguna (MPTs) sebagai tanaman

konservatif. Umumnya ditanami oleh tanaman aren, durian dan karet di areal sub

DAS tersebut.

Berdasarkan uraian diatas, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui

karakteristik sifat fisika tanah pada beberapa tegakan di Sub DAS Petani

Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui karakteristik sifat fisika tanah pada beberapa tegakan di

Sub DAS Petani Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.

Kegunaan Penelitian

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program

Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan

dan sebagai bahan informasi bagi kepentingan ilmu pengetahuan dan pihak yang

(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Derah Aliran Sungai

Dalam Undang–undang RI No. 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air,

Pasal 1, Daerah Aliran Sungai (DAS) didefinisikan sebagai “suatu wilayah

daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak–anak sungainya,

yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari

curah hujan ke danau atau laut secara alami, yang batas di darat merupakan

pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih

terpengaruh aktivitas daratan (Rauf dkk, 2011).

Daerah Aliran Sungai (DAS) dapat diartikan sebagai kesatuan ruang yang

terdiri atas unsur abiotik (tanah, air, udara), biotik (vegetasi, binatang dan

organisme hidup lainnya) serta kegiatan manusia yang saling berinteraksi dan

saling ketergantungan satu sama lain, sehingga merupakan satu kesatuan

ekosistem, hal ini berarti bahwa apabila keterkaitan sudah terselenggara maka

pengelolaan hutan, tanah, air, masyarakat dan lain–lain harus memperhatikan

peranan dari komponen–komponen ekosistem tersebut (Sudaryono, 2002).

Sebuah DAS ditandai dengan adanya sungai utama yang langsung

bermuara ke danau atau ke laut. Ke dalam sungai utama tersebut bermuara anak

sungai yang airnya berasal dari tangkapan air hujan dari wilayah yang dibatasi

pembatas topografi menuju ke anak sungai tersebut. Batas wilayah hingga ke

pembatas topografi yang mengalirkan air hujan yang ditangkapnya menuju anak

sungai itu disebut sebagai kawasan Sub DAS (Rauf dkk, 2011).

Faktor utama yang menghubungkan bagian hulu dan hilir dalam suatu

(19)

atau karakteristik DAS–nya. Karakteristik DAS tersusun dari faktor–faktor yang

bersifat alami dan relatif sulit dikelola (relatif statis) dan faktor yang mudah

dikelola (dinamis) secara menyeluruh dari hulu sampai hilir (Paimin dkk, 2010).

Dalam kaitannya dengan wilayah daratan tempat berlangsungnya salah

satu siklus hidrologi yaitu tempat berlangsungnya penampungan, pengaliran dan

pendistribusian air, maka wilayah DAS dapat dibedakan ke dalam :

1. DAS bagian atas (DAS hulu) yang berfungsi sebagai daerah tangkapan atau

resapan air (catchment area) yang sekaligus sebagai kawasan konservasi tanah

dan air, kawasan lindung dan kontrol terhadap erosi degradasi lahan dan

hutan.

2. DAS bagian tengah (DAS tengah) yang berfungsi sebagai daerah untuk

pengairan, dan pengalokasian atau pendistribusian serta pengendalian banjir.

3. DAS bagian bawah (DAS hilir) yang berfungsi sebagai daerah pemanfaatan

air dan sedimentasi, pengendalian banjir serta pencegahan intrusi air laut.

(Rauf dkk, 2011).

Daerah aliran sungai mempunyai karakteristik yang spesifik berkaitan

dengan unsur–unsur utama seperti jenis tanah, topografi, geologi, geomorfologi,

vegetasi, dan tata guna lahan. Pengelolaan DAS pada dasarnya ditujukan untuk

terwujudnya kondisi yang optimal dari sumberdaya vegetasi, tanah, dan air,

sehingga mampu memberi manfaat secara maksimal dan berkesinambungan bagi

kesejahteraan manusia (Isfandari dkk, 2014).

Pengelolaan DAS adalah merupakan ilmu terapan untuk perlindungan,

perbaikan, dan pengelolaan DAS dan obyek dasarnya adalah meningkatkan suplai

(20)

sedimen dan meningkatkan kualitas air untuk berbagai penggunaan. Pengelolaan

DAS terpadu adalah upaya terpadu dalam pengelolaan sumberdaya alam, meliputi

tindakan pemanfaatan, penataan, pemeliharaan, pengawasan, pengendalian,

pemulihan dan pengembangan DAS berazaskan pelestarian kemampuan

lingkungan yang serasi dan seimbang untuk menunjang pembangunan yang

berkesinambungan bagi peningkatan kesejahteraan manusia. Dilihat dari aspek

pengelolaan terpadu hutan, tanah, air, masyarakat dan lain–lain tersebut

merupakan sasaran atau obyek yang akan dikelola, dengan demikian dapat dilihat

adanya keterkaitan antara ekosistem, DAS dan pengelolaan terpadu

(Sudaryono, 2002).

Di Bawah Tegakan Tanaman Serbaguna

Jenis pohon serbaguna atau Multipurpose Trees (MPTs) mengandung

pengertian pohon–pohon dan semak yang digunakan atau dikelola untuk lebih dari

satu kegunaan produk dan atau jasa, penekanan pada penanaman pohon ini untuk

tujuan ekonomi dan ekologi dari satu sistem pengunaan lahan dengan keluaran

ganda (Sabarnurdin, 1998 ; Suryanto dan Prasetyawati, 2014).

Beberapa jenis tanaman yang biasanya dikembangkan oleh kelompok

pembibitan, yaitu tanaman dari jenis Multi Purposes Trees Species (MPTs) dan

Kekayuan. MPTs adalah tanaman yang memiliki fungsi selain kayu, misalnya

dapat dimanfaatkan buah atau bagian tanaman lainnya. Sedangkan tanaman

kekayuan merupakan tanaman yang khusus dimanfaatkan kayunya saja. Tanaman

jenis MPTs lebih cenderung memiliki sifat konservatif, karena tanaman tersebut

jarang ditebang oleh masyarakat. Meskipun demikian tetap saja perbandingan

(21)

tanaman MPTs seperti Aren (Arenga saccharifera),

Picung (Pangium edule REINW) (buahnya untuk bumbu masak) dan lain

sebagainya. Sedangkan kekayuan contohnya seperti Sengon (Albasia falcataria)

dan Jati (Tectona grandis) (Hafsah dan Heriyanto, 2012).

Hutan dan vegetasinya memiliki peranan dalam pernbentukan dan

pemantapan agregat tanah. Vegetasinya berperan sebagai pemantap agregat tanah

karena akar akarnya dapat mengikat partikel–partikel tanah dan juga mampu

menahan daya tumbuk butir-butir air hujan secara langsung ke permukaan tanah

sehingga penghancuran tanah dapat dicegah. Selain itu seresah yang berasal dari

daun–daunnya dapat meningkatkan kandungan bahan organik tanah. Hal inilah

yang dapat mengakibatkan perbaikan terhadap sifat fisik tanah, yaitu

pembentukan struktur tanah yang baik maupun peningkatan porositas yang dapat

meningkatkan perkolasi, sehingga memperkecil erosi (Tolaka dkk, 2013).

a. Aren (Arenga pinnata Merr.)

Tanaman aren tumbuh mulai dari permukaan laut sampai ketinggian

1.300 m dari permukaan laut. Tetapi tanaman ini lebih menyukai tempat dengan

ketinggian 500 – 1.200 m dan bila dibudidayakan pada tempat–tempat dengan

ketinggian 500 – 700 m dpl akan memberikan hasil yang memuaskan. Suhu

lingkungan yang terbaik rata–rata 25oC dengan curah hujan setiap tahun rata–rata

1.200 mm. Kondisi tanah yang cukup sarang atau bisa meneruskan kelebihan air,

seperti tanah yang gembur, tanah vulkanis di lereng gunung, dan tanah yang

berpasir disekitar tepian sungai merupakan lahan yang ideal untuk pertumbuhan

(22)

Aren memiliki fungsi produksi menghasilkan berbagai komoditi yang

mempunyai nilai ekonomi tinggi dan berpotensi ekspor. Nira diolah menjadi gula,

minuman palm wine, nata de pinna, dan bioetanol, buah yang belum matang

untuk kolang–kaling, batang menghasilkan tepung apabila niranya tidak disadap.

Kayu aren digunakan sebagai bahan baku pembuatan meubel, daun untuk

pembuatan atap dan lidinya untuk dibuat sapu. Akar dapat digunakan sebagai obat

herbal karena mengandung senyawa–senyawa sekunder seperti saponin,

flavonoid, dan polifenol. Selain itu, aren memiliki fungsi konservasi, karena

tanaman ini dapat digunakan untuk pengendalian tata air tanah. Aren dengan

perakaran yang dangkal dan melebar sangat bermanfaat untuk mencegah

terjadinya erosi tanah. Demikian pula dengan daun yang cukup lebat dan batang

yang tertutup dengan lapisan ijuk, sangat efektif untuk mengurangi air hujan yang

langsung kepermukaan tanah. Oleh karena itu, aren dapat mencegah terjadinya

erosi (Suswono, 2014).

Pentingnya peranan tanaman aren untuk fungsi–fungsi konservasi lahan

dan air tersebut berkaitan dengan sifat perakarannya. Akar aren dikenal sangat

kuat karena cukup dalam dan lebar menyebar pada lapisan–lapisan tanah. Alam

dan Baco (2004) melaporkan bahwa tanaman aren memiliki perakaran yang dalam

10 – 30 m, sehingga memiliki daya cengkeraman yang kuat di dalam tanah.

Selanjutnya menurut Mogea et al. (1991), sistem perakaran aren sangat dalam

hingga mencapai kedalaman (vertikal) 15 m dengan lebar (horizontal atau

menyamping) mencapai 10 m. Dengan sistem perakaran yang cukup kokoh dan

(23)

b. Durian (Durio zibethinus Murr.)

Durian merupakan tanaman tahunan yang memiliki tipe pertumbuhan

model Roux yang dicirikan dengan adanya dominansi pertumbuhan batang

monopodial orthotrop yang kontinyu (continuous growth). Bentuk batang tanaman

durian berdasarkan penampang melintangnya adalah bulat (teres). Pada

pengamatan warna batang ada empat kategori sifat yang diperoleh, yaitu :

abu–abu, coklat, coklat tua dan hijau lumut tetapi dari seluruh sampel warna

coklat tua lebih dominan. Bentuk tajuk dari tanaman durian yang diamati terdiri

dari bentuk tajuk piramida, lonjong, membulat, bulat–melebar, elips dan tidak

beraturan. Daun tanaman durian merupakan daun tidak lengkap karena hanya

terdiri dari tangkai daun dan helaian daun saja. Bentuk daun tanaman durian yang

telah diamati beraneka ragam seperti bulat telur, telur terbalik, elips dan lonjong.

Kebanyakan ditemukan berbentuk elips (Yuniarti, 2011).

Tanaman durian memerlukan tanah yang dalam, ringan dan berdrainase

baik. Derajat keasaman optimal adalah 6 – 6,5. Tanah masam, seperti latosol atau

podsolik merah kuning memerlukan pengapuran agar tanaman tumbuh baik.

Durian muda juga memerlukan lindungan alam, agar pohon atau

cabang–cabangnya yang sarat buah tidak patah diterpa angin yang kuat. Muka air

tanah tidak boleh kurang dari 150 cm karena air tanah yang terlalu rendah

berakibat buah kurang manis (Majid, 2010).

Tanaman durian memiliki karakter akar serabut yang cukup unik. Sebagai

tanaman asal hutan, durian memiliki perakaran yang disebut ectomycorhizal root

yang berfungsi menyerap air dan hara dari lapisan humus yang tebal di permukaan

(24)

berbentuk gilig dan berwarna kuning kemerahan, akan terlihat tumbuh merata di

bawah permukaan tajuk tanaman durian. Pada tanah yang padat, perakaran ini

dapat muncul dalam kumpulan kecil bergerombol sedikit di sela–sela retakan

tanah, dan akan tampak sekali pada tanah yang mengandung banyak bahan

organik (Badan Litbang Pertanian, 2013).

c. Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg)

Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zona antara 150 LS

dan 150 LU. Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara 2.500 mm

sampai 4.000 mm/tahun,dengan hari hujan berkisar antara 100 sampai dengan

150 HH/tahun. Namun demikian, jika sering hujan pada pagi hari, produksi akan

berkurang. Pada dasarnya tanaman karet tumbuh optimal pada dataran rendah

dengan ketinggian 200 m dari permukaan laut. Ketinggian >600 m dari

permukaan laut tidak cocok untuk tumbuh tanaman karet. Suhu optimal

diperlukan berkisar antara 25oC sampai 35oC. Kecepatan angin yang terlalu

kencang pada umumnya kurang baik untuk penanaman karet (Anwar, 2001).

Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet

baik tanah vulkanis maupun alluvial. Pada tanah vulkanis mempunyai sifat fisika

yang cukup baik terutama struktur, tekstur, solum, kedalaman air tanah, aerasi dan

drainase, tetapi sifat kimianya secara umum kurang baik karena kandungan

haranya rendah. Sedangkan tanah alluvial biasanya cukup subur, tetapi sifat

fisikanya kurang baik sehingga drainase dan aerasenya kurang baik.

Derajat keasaman mendekati normal cocok untuk tanaman karet, yang paling

cocok adalah pH 5 – 6. Batas toleransi pH tanah adalah 4 – 8. Sifat–sifat tanah

(25)

remah, struktur terdiri dari 35% tanah liat dan 30% tanah pasir, kemiringan lahan

<16% serta permukaan air tanah <100 cm (Damanik dkk, 2010).

Karet termasuk Dicotyledon, akarnya merupakan akar tunggang. Dari akar

tunggang keluar percabangan akar, di ujung akar terdapat kaliptra. Di belakang

kaliptra terdapat jaringan berturut–turut: jaringan meristematik, zona

perpanjangan dan zona pendewasaan. Pada zona pendewasaan terdapat bulu–bulu

akar yang merupakan tempat terjadinya penyerapan terhadap nutrisi yang

dibutuhkan tanaman untuk tumbuh dan berkembang (Syahriani, 2010).

Perkebunan karet rakyat biasanya dikelola dengan teknik budidaya

sederhana berupa pemupukan sesuai kemampuan petani. Karet ditanam bersama

dengan pohon–pohon lain seperti pohon buah–buahan (contohnya durian, petai,

jengkol, dan duku) maupun pohon penghasil kayu (contohnya meranti dan

tembesu) yang sengaja ditanam atau tumbuh sendiri secara alami. Sebaliknya,

perkebunan besar dikelola dengan teknik budidaya yang lebih maju dan intensif

dalam bentuk perkebunan monokultur, yaitu hanya tanaman karet saja, untuk

memaksimalkan hasil kebun (Janudianto dkk, 2013).

Sifat Fisika Tanah

Tanah itu merupakan suatu sistem mekanik yang kompleks terdiri dari tiga

fase yakni bahan–bahan padat, cair dan gas. Fase padat yang hampir menepati

50% volume tanah sebagian besar terdiri dari bahan mineral dan sebagian lainnya

bahan organik. Sisa volume selebihnya merupakan ruang pori yang ditempati

sebagian oleh fase cair dan gas yang perbandingannya selalu bervariasi menurut

(26)

Tanah mempunyai beberapa karakteristik yang terbagi dalam tiga

kelompok diantaranya adalah sifat fisik, sifat kimia dan sifat biologi. Sifat fisik

tanah antara lain adalah tekstur, permeabilitas, infiltrasi, dll. Setiap jenis tanah

memiliki sifat fisik tanah yang berbeda. Usaha untuk memperbaiki kesuburan

tanah tidak hanya terhadap perbaikan sifat kimia dan biologi tanah tetapi juga

perbaikan sifat fisik tanah. Perbaikan keadaan fisik tanah dapat dilakukan dengan

pengolahan tanah, perbaikan struktur tanah dan meningkatkan kandungan bahan

organik tanah. Selain itu sifat fisik tanah sangat mempengaruhi pertumbuhan dan

produksi tanaman. Kondisi fisik tanah menentukan penetrasi akar dalam tanah,

retensi air, drainase, aerasi dan nutrisi tanaman. Sifat fisik tanah juga

mempengaruhi sifat kimia dan biologi tanah (Syamsuddin, 2012).

Sifat–sifat fisik tanah tergantung pada jumlah, ukuran, bentuk, susunan

dan komposisi mineral dari partikel–partikel tanah, macam dan jumlah bahan

organik, volume dan bentuk pori–porinya pada waktu tertentu. Beberapa sifat fisik

tanah yang terpenting adalah tekstur, struktur, kerapatan (density) porositas,

konsistensi, warna dan suhu (Hakim dkk, 1986).

a. Kerapatan Isi (Bulk density)

Kerapatan isi adalah berat persatuan volume tanah kering oven, biasanya

ditetapkan sebagai g/cm3. Contoh tanah yang digunakan untuk menetapkan berat

jenis palsu harus diambil hati–hati dari dalam tanah. Pengambilan contoh tanah

tidak boleh merusak struktur asli tanah. Terganggunya struktur tanah dapat

mempengaruhi jumlah pori–pori tanah, demikian pula berat persatuan volume.

Empat atau lebih bongkah (gumpal) tanah biasanya diambil dari tiap horizon

(27)

Berat Spesifik (Bulk density) tanah menunjukkan perbandingan antara

berat tanah kering dengan volume tanah termasuk volume pori–pori tanah.

Bulk density = berat tanah kering (g) volume tanah (cc)

“Makin padat suatu tanah makin tinggi bulk densitynya, yang berarti makin sulit

dilalui air dan ditembus akar tanaman” (Syamsuddin, 2012).

Kerapatan massa tanah yang semakin rendah akan menyebabkan

tersedianya ruang pori untuk air dan udara, yang artinya porositas tanah juga

semakin tinggi. Menurut Russell dan Cross (1974) jika akar tanaman yang sedang

mengalami pertumbuhan menemukan media padat berpori yang diameternya lebih

kecil dari diameter akar, maka akar akan berkembang pertumbuhannya menekan

pori untuk memperbesar ruang pori atau tanaman tersebut memperkecil diameter

akarnya sehingga lebih kecil dari pori tersebut. Makin banyak akar yang

menyebar maka akan semakin banyak pori yang dihasilkan sehingga porositas

menjadi meningkat (Kumalasari dkk, 2011).

Kerapatan isi (g/cm3) Kriteria

< 0,90 Rendah

0,90 – 1,20 Sedang

1,20 – 1,40 Tinggi

>1,40 Sangat Tinggi

Sumber : Lab Fisika tanah FP.UB (2006)

b. Porositas Tanah

Ruang pori total adalah volume dari tanah yang ditempati oleh udara dan

air. Persentase volume ruang pori total disebut Porositas. Ruang pori total pada

tanah pasir rendah tetapi mempunyai proporsi besar yang disusun daripada

komposisi pori–pori yang besar yang sangat efisien dalam pergerakan udara dan

(28)

rendah yang menyebabkan kapasitas menahan airnya rendah. Sebaliknya

tanah–tanah permukaan dengan tekstur halus mempunyai ruang pori total lebih

banyak dan proporsinya relatif besar yang disusun oleh pori–pori kecil. Akibatnya

tanha mempunyai kapasitas menahan air yang tinggi. Air dan udara bergerak

melalui tanah dengan perlahan–lahan, sebab disana terdapat sedikit pori yang

besar (Foth, 1984).

Porositas adalah proporsi ruang pori total (ruang kosong) yang terdapat

dalam satuan volume tanah yang dapat ditempati oleh air dan udara, sehingga

merupakan indikator kondisi drainase dan aerase tanah. Tanah yang poreus berarti

tanah yang cukup mempunyai ruang pori untuk pergerakan air dan udara

masuk–keluar tanah secara leluasa, sebaliknya jika tanah tidak poreus

(Hanafiah, 2005).

Semakin besar nilai porositas total tanah menunjukkan pula daya simpan

air secara maksimum oleh tanah tersebut semakin besar pula. Kemampuan tanah

dalam melewatkan air dan udara tidak selalu berkolerasi erat dengan nilai pori

totalnya, tetapi lebih dipengaruhi oleh persentase sebaran ukuran pori. Jika

sebaran ukuran pori suatu tanah didominasi oleh pori berukuran besar (pori

makro) maka pada umumnya tanah tersebut mempunyai kemampuan menyimpan

lengas yang rendah, tetapi tanah ini memiliki kemampuan melewatkan air dan

udara yang besar (Arifin, 2011).

Porositas (%) Kelas

100 Sangat Poros

80 – 60 Poros

60 – 50 Baik

50 – 40 Kurang Baik

40 – 30 Buruk

<30 Sangat Buruk

(29)

c. Permeabilitas Tanah

Air di dalam tabung kapiler tidak akan bergerak atau didrain keluar. Hal

ini disebabkan oleh karena adanya atraksi air dengan gelas yang memberikan

tahanan yang besar, sehingga air inipun tidak dapat bergerak ke bawah oleh gaya

gravitasi. Sebagai hasilnya adalah suatu zat (substance) dapat menjadi sangat

porous dan perlahan–lahan permeable terhadap air (Hakim dkk, 1986).

Permeabilitas menyatakan kemampuan media porus, dalam hal ini adalah

tanah untuk meloloskan zat cair (air hujan) baik secara lateral maupun vertikal.

Tingkat permeabilitas tanah (cm/jam) merupakan fungsi dari berbagai sifat fisik

tanah. Upaya yang dapat dilakukan untuk memperbesar permeabilitas tanah,

antara lain : 1.) Memperbaiki struktur tanah, dapat dilakukan pemberian bahan

organik, pemberian bahan pemantap tanah, perbaiki porositas dan aerasi

permukaan dan bawah permukaan tanah, serta penanaman vegetasi penutup lahan.

2.) Memperbaiki drainase tanah, mencakup drainase permukaan tanah dan bawah

permukaan tanah (Rohmat dan Soekarno, 2006).

Koefisien permeabilitas terutama tergantung pada ukuran rata–rata pori

yang dipengaruhi oleh distribusi ukuran partikel, bentuk partikel dan struktur

tanah. Secara garis besar, makin kecil ukuran partikel, makin kecil pula ukuran

pori dan makin rendah koefisien permeabilitasnya (Syamsuddin, 2012).

Permeabilitas (cm/jam) Kelas

< 0,125 Sangat lambat

0,125 -0,50 Lambat

0,50 – 2,00 Agak lambat

2,00 – 6,25 Sedang

6,25 – 12,50 Agak cepat

12,50 – 25,00 Cepat

>25,00 Sangat cepat

(30)

d. Warna Tanah

Warna tanah merupakan ciri morfologi tanah yang paling mudah

dibedakan. Meskipun pengaruhnya yang langsung terhadap fungsi tanah hanya

sedikit, tetapi seseorang dapat memperoleh keterangan banyak dari warna tanah,

apalagi jika disertai dan dihubungan dengan ciri–ciri lain. Jika warna tanah

hampir merupakan ukuran yang tak langsung mengenai sifat dan mutu tanah, serta

bersifat menggantikan ciri–ciri penting lain yang sukar diamati teliti. Warna tanah

merupakan pernyataan : (a) jenis dan kadar bahan organik, (b) keadaan drainase

dan aerasi tanah dalam hubungan dengan hidrasi, oxidasi dan proses pelindian,

(c) tingkat perkembangan tanah, (d) kadar air tanah termasuk pula dalamnya

permukaan air taah, dan atau (e) adanya bahan–bahan tertentu (Mega dkk, 2010).

Warna tanah dengan akurat dapat diukur dengan tiga sifat–sifat prinsip

warnanya, yaitu Hue, Value dan Chroma. Hue adalah panjang gelombang

dominan atau warna dari cahaya. Value kadang–kadang disebut kekerasan cahaya

atau “brilliance” adalah jumlah total cahaya. Warna berkisar antara gelap sampai

agak terang (light color). Chroma adalah kemurnian relatif (relative purity) dari

panjang gelombang cahaya yang dominan. Warna ini meningkat dengan

menurunnya profersi sinar putih (Hakim dkk, 1986).

Warna–warna tanah ditentukan dengan membandingkan tanah–tanah

dengan sebuah tabel warna “Munsell Color Chart” berisi 175 warna yang disusun

secara sistematik. Notasi warna Munsell merupakan suatu sistem numerik dan

huruf sifat–sifat warna masing–masing dari tiga variabel. Ketiga sifat–sifat

(31)

Misalnya dalam notasi Munsell 10 YR 6/4; 10YR adalah kilap, 6 adalah nilai dan

4 adalah khroma. Warnanya coklat kuning yang terang (Foth, 1984).

e. Tekstur Tanah

Tekstur tanah ialah perbandingan relatif (dalam persen) fraksi–fraksi pasir,

debu dan liat. Oleh karena komposisi ketiga fraksi butir–butir tanah tersebut akan

menentukan sifat–sifat fisika, fisika–kimia dan kimia tanah. Sebagai contoh,

besarnya lapangan pertukaran dari ion–ion didalam tanah amat ditentukan oleh

tekstur tanah (Hakim dkk, 1986).

Istilah tekstur digunakan untuk menunjukan ukuran partikel–partikel

tanah. Tetapi apabila ukuran partikel tanah sudah diketahui digunakan istilah

struktur. Struktur menunjukkan kombinasi atau susunan partikel–partikel tanah

primer (pasir, debu dan liat) sampai pada partikel–partikel sekunder atau (ped)

disebut juga agregat. Unit ini dipisahkan dari unit gabungan atau karena

kelemahan permukaan. Struktur suatu horizon yang berbeda satu profil tanah

merupakan satu ciri penting tanah, seperti warna, tekstur atau komposisi kimia

(Foth, 1984).

Penamaan tekstur tanah berdasarkan kelas tekstur secara mudah

didasarkan pada perbandingan massa dari ketiga fraksi yakni fraksi pasir, debu

dan liat. Pengetahuan tentang tekstur tanah sangat penting, sebagai panduan nilai

kemampuan lahan dan pengelolaan lahan. Umumnya tanah–tanah pertanian yang

paling baik mengandung persen liat 10 – 20%, bahan organik 5 – 10% dan

(32)

f. Kadar Air Tanah

Bila air memasuki tanah, udara dalam tanah terdesak dan tanah menjadi

basah; artinya seluruh ruang pori tanah terisi air. Tanah demikian dikatakan tanah

jenuh air dan berada pada kemampuan retensi maksimum. Bila tebal lapisan air

menipis, tegangan pada batas antara air dan udara meningkat dan akhirnya begitu

besar sehingga menghentikan gerakan air ke bawah. Air dalam ruang pori makro

tidak ada lagi, tetapi masih terdapat dalam pori mikro. Titik ini disebut kapasitas

lapang. Kadar air juga dapat dinyakan dalam persen volume, yaitu persentase

volume air terhadap volume tanah. Cara ini mempunyai keuntungan karena dapat

memberikan gambaran tentang ketersediaan air bagi tumbuhan pada volume tanah

tertentu (Hakim dkk, 1986).

Kadar air dinyatakan dalam persen, dimana terjadi transisi dari keadaan

padat ke keadaan semi padat didefinisikan sebagai batas susut. Kadar air di mana

terjadi transisi dari keadaan semi padat ke keadaan plastis didefinisikan sebagai

batas plastis, dan untuk dari keadaan plastis ke keadaan cair didefinisikan sebagai

batas cair. Batas–batas ini dikenal juga sebagai batas–batas Atterberg (Atterberg

limits) (Syamsuddin, 2012).

Infiltrasi merupakan pergerakan air ke dalam tanah. Keadaan pori dan

kandungan air merupakan faktor terpenting yang menentukan jumlah presipitasi

yang masuk dengan cara infiltrasi dan jumlah aliran permukaan. Laju infiltrasi

tinggi tidak hanya akan menaikkan jumlah air yang disimpan di dalam tanah

untuk digunakan oleh tanaman tetapi juga mengurangi ancaman penggenangan

(33)

g. Struktur Tanah

Struktur tanah adalah penyusunan partikel–partikel tanah primer seperti

pasir, debu dan liat membentuk agregat–agregat, yang satu agregat dengan lainnya

dibatasi oleh bidang belah alami yang lemah. Agregat yang terbentuk secara alami

disebut ped, sedangkan bongkah tanah hasil pengolahan tanah disebut clod.

Struktur yang dapat memodifikasi pengaruh terkstur dalam hubungannya dengan

kelembaban porositas, tersedia unsur hara, kegiatan jasad hidup dan pengaruh

permukaan akar. Struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari butir–butir tanah.

Bentuk struktur dapat dibedakan menjadi: bentuk lempeng, bentuk prisma, bentuk

gumpal dan bentuk spheroidel atau bulat (Syamsuddin, 2012).

Struktur berkembang tidak dari satu butir tunggal maupun dari keadaan

pejal. Untuk menghasilkan ped harus ada beberapa mekanisme yang

mengelompokkan partikel menjadi “cluster” (kelompok) dan yang dimaksud

dengan cluster adalah ikatan yang kuat sehingga ped terbentuk. Akar tanaman

merupakan penyebab utama bergeraknya partikel–partikel tanah sehingga

berhubungan erat satu sama lainnya, akibat invasi akar ke dalam suatu daerah di

dalam tanah dan perluasan berikutnya. Perpindahan air oleh akar menyebabkan

pengikisan dan pemecahan tanah yang juga membantu pembentukan ped.

Penyebab lain yang aktif dalam pembentukan ped adalah aktivitas hewan,

kelembaban dan kekeringan, juga pembekuan dan pencairan (Foth, 1984).

Penggunaan Lahan Sub DAS

Keterkaitan antara penggunaan lahan dengan tatanan air dalam suatu DAS

dapat didekati dari nilai koefisien limpasan. Nilai koefisien limpasan ini

(34)

hujan) dan kondisi aktual (penggunaan lahan). Kenaikan nilai koefisien ini

terutama disebabkan semakin luasnya kawasan terbangun dan berkurangnya luas

daerah tegalan dan hutan (Wibowo, 2005).

Beberapa penggunaan lahan melibatkan penebangan pohon, tetapi untuk

maksud tujuan pemungutan hasil hutan minor yang didefinisikan sebagai kegiatan

penanaman yang tidak melibatkan penebangan pohon yang signifikan. Biasanya

dampak pemungutan hasil hutan minor terhadap ekosistem hutan hanya kecil saja,

sehingga berlaku suatu sistem pemanenan yang terus menerus. Beberapa contoh

penggunaan hasil hutan minor mencakup pengambilan bahan pangan (ubi liar,

rebung, buah–buahan dan biji–bijian), tumbuhan obat, tumbuhan beracun,

pengumpulan berbagai bagian tumbuhan untuk penyamakan atau pewarnaan,

pemotongan rotan untuk pembuatan keranjang atau perabot rumah tangga,

penyadapan damar, pengumpulan madu dan lain–lain (Hamilton dan King, 1997).

Pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuannya akan

menurunkan produktivitas lahan. Penurunan kesuburan tanah antara lain

disebabkan oleh erosi, penurunan kandungan bahan organik tanah, kehilangan

hara melalui panen, dan kebiasaan membakar sisa–sisa tanaman

(Tala'ohu et al. 2003; Nurdin, 2011).

Penelitian Saribun (2007) menyatakan bahwa kandungan bahan organik

tanah yang tinggi pada penggunaan lahan hutan pinus diduga terjadi karena

kualitas dan kuantitas masukkan sumber bahan organik, aktivitas organisme, dan

serasah yang lebih banyak dalam menekan proses erosi. Bahan organik ini sangat

berpengaruh terhadap besar kecilnya bobot isi. Bahan organik berupa daun,

(35)

merupakan pelindung tanah terhadap kekuatan perusak butir–butir air hujan yang

jatuh. Bahan organik tersebut menghambat aliran air di atas permukaan tanah

sehingga mengalir dengan lambat sehingga keadaan top soil pun lebih terjaga, jika

bahan organik lebih banyak maka dengan sendirinya bobot isi akan semakin

membaik. Faktor lain yang memungkinkan nilai bobot isi pada lahan hutan pinus

lebih rendah adalah adanya tajuk vegetasi yang lebih rapat dan teratur sehingga

akan memungkinkan lebih banyak butiran air hujan yang dapat diintersepsi, tajuk

tanaman akan menyerap dampak air hujan dan membiarkan air jatuh dengan

lembut ke tanah tanpa memecahkan agregat, dan menyebabkan kesempatan

jatuhnya butiran air hujan langsung ke permukaaan tanah lebih kecil. Keadaan ini

memberikan kesempatan butiran hujan masuk ke dalam tanah sebagai air infiltrasi

dan perkolasi.

Keberadaan pohon disepanjang tebing sangat mempengaruhi stabilitas

tebing melalui fungsi perakaran yang melindungi tanah sehingga mempengaruhi

ketahanan geser (shear strength) tanah. Besarnya ketahanan geser tanah

ditentukan oleh karakteristik sifat fisik tanah (meliputi kandungan liat dan debu,

porositas dan kadar air). Akar pohon dapat berfungsi dalam mempertahankan

stabilitas tebing melalui dua mekanisme yaitu : (1) mencengkeram tanah lapisan

atas (0 – 5 cm) dan (2) mengurangi daya dorong massa tanah akibat pecahnya

gumpalan tanah. Peran perakaran pohon dalam meningkatkan ketahanan geser

tanah ditentukan oleh umur tanaman, total panjang akar, diameter akar dan

kandungan lignin perakaran (Delvian, 2010).

Sebagai salah satu organ tanaman, akar berperan penting pada saat

(36)

menghemat air. Pada umumnya tanah mengering selama musim kemarau, keadaan

ini menghambat pertumbuhan akar di lapisan tanah yang dangkal, karena

sel–selnya tidak dapat mempertahankan turgor yang diperlukan untuk

pemanjangan. Akar yang terdapat di lapisan tanah lebih dalam masih dikelilingi

oleh tanah yang lembab, sehingga akar tersebut akan terus tumbuh. Dengan

demikian sistem akar akan memperbanyak diri dengan cara memaksimumkan

pemaparan air tanah. Salah satu karakter penting untuk dievaluasi adalah

morfologi akar, karena kemampuan akar mengabsorbsi air dengan

memaksimalkan sistem perakaran. Tanaman dengan volume akar yang besar akan

mampu mengabsorbsi air lebih banyak sehingga mampu bertahan pada kondisi

kekurangan air mengembangkan sistem perakaran yang dalam dapat mengekstrak

air di lapisan tanah yang lebih dalam (Ai dan Torey, 2013).

Penetrasi berbagai perakaran tanaman ke dalam profil tanah pada sistem

agroforestri dapat menciptakan lapisan subsoil yang granuler dan menciptakan

pori yang tidak mudah tersumbat sehingga memacu perkembangan mikro

morfologi tanah. Kombinasi antara adanya penetrasi akar tanaman, bahan organik

tanah, aktivitas biota tanah dan stabilitas sifat fisik tanah akan memperbaiki

porositas dan ekosistem mikro tanah. Pengembangan sistem agroforestri di lahan

marginal masam (Ultisol dan Oxsisol) yang kahat hara P, menunjukan bahwa

penerapan sistem ini mampu meningkatkan kandungan P–total tanah, peningkatan

(37)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan melalui 2 tahap kegiatan yaitu kegiatan

lapangan dan kegiatan laboratorium. Kegiatan dilaksanakan di desa Buluh Awar

Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang dengan ketinggian + 503 meter

diatas permukaan laut. Sampel tanah dianalisis di Laboratorium Fisika Tanah dan

Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,

Medan pada bulan Maret 2015 sampai dengan Agustus 2015.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel tanah tidak

terganggu dan sampel tanah tidak terganggu, kantong plastik, karet gelang, kotak

stereoform dan kertas label serta bahan–bahan yang digunakan untuk analisis di

laboratorium.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah GPS

(Global Positioning System), bor tanah, ring sampel tanah cangkul atau parang,

clinometer, oven, timbangan analitik, oven untuk mengeringkan tanah,

hydrometer Bouyoucos, buku Munsell Soil Color Chart (2010), kamera dan alat

tulis serta alat – alat yang digunakan untuk analisis di laboratorium.

Metode Percobaan

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dekskriptif

dengan teknik observasi lapangan. Teknik sampling berdasarkan metode

purposive sampling. Metode purposive sampling merupakan metode pengambilan

(38)

pada setiap satuan lahan, waktu dan kemudahan pencapaian lokasi. Data hasil

penelitian diolah menggunakan uji T taraf 5 %.

Pelaksanaan Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian ini dilakukan beberapa tahapan. Adapun

tahapan kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Persiapan

Sebelum kegiatan penelitian dilakukan maka terlebih dahulu diadakan

rencana penelitian, konsultasi dengan dosen pembimbing, telaah pustaka,

penyusunan ulang usulan penelitian, pengadaan peta–peta yang dibutuhkan dan

persiapan alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini.

Pelaksanaan

Kegiatan lapangan dilakukan dengan pengambilan sampel tanah. Sampel

tanah diambil pada lokasi di areal sub DAS Petani. Sampel tanah diambil di

bawah tegakan tanaman serba guna (MPTs) dengan komoditi :

1. Aren (Arenga pinnata Merr.)

2. Durian (Durio zibethinus Murr.)

3. Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.)

Dan dilakukan pengambilan sampel tanah hutan di areal sub DAS sebagai

perlakuan kontrol dengan jumlah sampel sebanyak 10 sampel tiap tegakan

tanaman.

Sampel tanah terganggu diperoleh dari pengeboran 4 titik di setiap tegakan

tanaman serbaguna (MPTs) dan tegakan hutan, kemudian dikompositkan dan

diambil + 1 kg untuk setiap sampel tanah dan dimasukkan kedalam wadah yang

(39)

dimana tanah diambil di bawah setiap tegakan tanaman serbaguna (MPTs) dan

tegakan hutan. Selama pengambilan sampel tanah juga dilakukan pencatatan

keadaan di lingkungan sekitar saat pengambilan sampel tanah di lapangan.

Analisis Laboratorium

Sampel tanah yang didapatkan di lapangan selanjutnya dianalisis

di Laboratorium Fisika Tanah dan Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Parameter Pengamatan

1. Pengambilan Sampel Tanah Utuh dengan menggunakan ring sampel

Parameter yang akan diukur antara lain :

- Kerapatan Isi (Bulk Density) dengan metode Tabung Silinder

- Porositas Tanah dengan metode Volumetrik

- Permeabilitas Tanah dengan metode Hukum Darcy

2. Pengambilan Sampel Tanah Terganggu dengan menggunakan bortanah

Parameter yang akan diukur antara lain :

- Warna Tanah ditentukan dengan buku Munsell Soil Color Chart 2010

- Tekstur Tanah dengan metode Hydrometer Bouyoucos

(40)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Kerapatan Isi (Bulk density)

Hasil analisis kerapatan isi (Bulk density) pada tanaman serbaguna berupa

aren, durian dan karet serta perlakuan kotrol yaitu areal tanah dengan 10 ulangan

tiap perlakuan (Tabel 1.).

Tabel 1. Nilai rataan kerapatan isi (Bulk density) pada tiap tegakan tanaman

Perlakuan Kerapatan Isi (g/cm3) Rataan I II III IV V VI VII VIII IX X

Hutan 0,70 0,63 0,89 0,90 0,99 0,73 0,77 0,91 0,61 0,85 0,798

Aren 0,99 0,96 0,76 0,95 0,97 0,79 0,94 0,95 0,73 1,07 0,911tn

Durian 0,84 1,13 1,10 0,71 0,83 0,84 0,85 0,83 0,71 0,96 0,880tn

Karet 0,84 0,66 0,92 0,99 0,83 0,96 1,01 0,78 1,02 1,02 0,903tn

Keterangan : Angka yang diikuti * menunjukan berbeda nyata menurut uji T 5%

Rata–rata nilai kerapatan isi (Bulk density) pada setiap tegakan tanaman di

Sub DAS Petani Kabuapetn Deli Serdang dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Grafik nilai rataan kerapatan isi (Bulk density) pada setiap tegakan tanaman

Gambar 1. menunjukan bahwa nilai rataan kerapatan isi (Bulk density)

tertinggi diperoleh pada komoditi aren yaitu sebesar 0,911 g/cm3 dan terendah

diperoleh pada perlakuan kontrol (areal hutan) yaitu sebesar 0,798 g/cm3. Dari

hasil analisis uji T taraf 5% menjelaskan bahwa kerapatan isi (Bulk density) pada

(41)

komoditi aren, durian dan karet tidak berbeda nyata dengan areal hutan

(lampiran 2,3,4).

Porositas Tanah

Hasil analisis porositas tanah pada tanaman serbaguna berupa aren, durian

dan karet serta perlakuan kontrol yaitu areal hutan dengan 10 ulangan tiap

perlakuan (Tabel 2.).

Tabel 2. Nilai rataan porositas tanah pada tiap tegakan tanaman

Perlakuan Porositas Tanah (%) Rataan

I II III IV V VI VII VIII IX X

Hutan 73,66 76,25 66,39 66,17 62,50 72,28 70,86 65,48 77,11 68,07 69,88

Aren 62,44 63,94 71,15 64,06 63,35 70,33 64,36 64,13 72,37 59,65 65,58*

Durian 68,36 57,49 58,60 73,26 68,76 68,45 67,93 68,65 73,24 63,57 66,83tn

Karet 68,40 74,92 65,31 62,77 68,66 63,72 61,79 70,40 61,39 61,53 65,89tn

Keterangan : Angka yang diikuti * menunjukan berbeda nyata menurut uji T 5%

Rata–rata nilai porositas tanah pada setiap tegakan tanaman di Sub DAS

Petani Kabuapetn Deli Serdang dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Grafik nilai rataan porositas tanah pada setiap tegakan tanaman

Gambar 2. menunjukan bahwa nilai rataan porositas tanah tertinggi

diperoleh pada perlakuan kontrol (areal hutan) yaitu sebesar 69,877 % dan

terendah diperoleh pada komoditi aren yaitu sebesar 65,578 %. Dari hasil analisis

(42)

nyata dengan areal hutan sedangkan pada komoditi durian dan karet tidak berbeda

nyata dengan areal hutan (lampiran 6,7,8).

Permeabilitas Tanah

Hasil analisis permeabilitas tanah dengan metode hukum Darcy pada

tanaman aren, durian dan karet serta perlakuan kontrol yaitu areal hutan dengan

10 ulangan (Tabel 3.).

Tabel 3. Nilai rataan permeabilitas tanah pada tiap tegakan tanaman

Perlakuan Permeabilitas Tanah (cm/jam) Rataan

I II III IV V VI VII VIII IX X

Hutan 13,18 12,50 5,92 4,57 5,40 4,97 8,24 7,60 5,22 5,37 7,297

Aren 6,29 4,41 7,59 5,13 2,50 2,46 9,22 2,45 6,41 5,39 5,185tn

Durian 7,28 6,34 9,50 8,65 6,40 9,12 9,69 7,42 6,39 7,22 7,801tn

Karet 5,22 4,30 2,41 6,20 6,47 2,59 2,47 3,20 5,47 5,30 4,363tn

Keterangan : Angka yang diikuti * menunjukan berbeda nyata menurut uji T 5%

Rata–rata nilai permeabilitas tanah pada setiap tegakan tanaman di Sub

DAS Petani Kabuapetn Deli Serdang dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Grafik nilai rataan permeabilitas tanah pada setiap tegakan tanaman

Gambar 3. menunjukan bahwa nilai rataan permeabilitas tanah tertinggi

(43)

aren, durian dan karet tidak berbeda nyata dengan areal hutan

(lampiran 10, 11, 12).

Warna Tanah

Hasil pengamatan diperoleh warna tanah pada tiap komoditi tanaman

serbaguna beserta perlakuan kontrol yaitu areal hutan dengan jumlah ulangan

sebanyak 10 ulangan (Tabel 4).

Tabel 4. Warna tanah pada tiap komoditi beserta hutan (perlakuan kontrol)

Perlakuan Warna Tanah

dengan warna tanah Dark Yellowish Brown seperti pada perlakuan kontrol (areal

hutan) diperoleh 6 ulangan dengan warna tanah tersebut. Pada komoditi aren

diperoleh 6 ulangan dengan warna tanah Dark Yellowish Brown dan 4 ulangan

dengan warna tanah Dark Brown, Light Yellowish Brown dan Very Dark Grayish

Brown. Pada komoditi durian diperoleh 8 ulangan dengan warna tanah Dark

Yellowish Brown dan 2 ulangan dengan warna tanah Dark Brown dan Light

Yellowish Brown. Pada komoditi karet diperoleh 8 ulangan dengan warna tanah

Dark Yellowish Brown dan 2 ulangan dengan warna tanah Dark Brown dan

(44)

Tekstur Tanah

Hasil pengamatan diperoleh tekstur tanah pada tiap komoditi tanaman

serbaguna beserta perlakuan kontrol yaitu areal hutan dengan jumlah ulangan

sebanyak 10 ulangan (Tabel 5).

Tabel 5. Tekstur tanah pada tiap komoditi beserta hutan (perlakuan kontrol)

Perlakuan Tekstur Tanah

Tabel 5. menunjukan bahwa tiap perlakuan didominasi dengan kelas

tekstur tanah Lempung. Pada perlakuan kontrol (areal hutan) diperoleh dengan

kelas tekstur tanah lempung pada seluruh ulangan. Pada komoditi tanaman aren

diperoleh 7 ulangan dengan kelas tekstur tanah lempung dan 3 ulangan tekstur

tanah liat. Pada komoditi durian diperoleh 8 ulangan dengan kelas tekstur tanah

lempung dan 2 ulangan tekstur tanah liat. Pada komoditi karet diperoleh 7 ulangan

dengan kelas tekstur tanah lempung dan 3 ulangan tekstur tanah liat.

Kadar Air Tanah

Hasil analisis kadar air tanah dengan metode volumetrik pada tanaman

aren, durian dan karet serta perlakuan kontrol yaitu areal hutan dengan 10 ulangan

(45)

Tabel 6. Nilai rataan kadar air tanah (%) pada tiap komoditi beserta hutan (perlakuan kontrol)

Perlakuan Kadar Air Tanah (%) Rataan

I II III IV V VI VII VIII IX X

Hutan 13,38 20,34 30,38 18,34 8,46 27,39 16,55 12,11 9,17 9,77 16,59

Aren 12,36 19,05 16,28 11,11 9,89 11,11 12,36 11,11 9,89 8,70 12,18tn

Durian 14,94 13,64 8,70 9,89 9,89 16,28 11,11 16,28 8,70 8,70 11,81tn

Karet 12,36 20,48 19,05 9,89 11,11 14,94 8,70 17,65 8,70 16,28 13,92tn

Keterangan : Angka yang diikuti * menunjukan berbeda nyata menurut uji T 5%

Rata–rata nilai kadar air tanah pada setiap tegakan tanaman di Sub DAS

Petani Kabuapetn Deli Serdang dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Grafik nilai rataan kadar air tanah pada setiap tegakan tanaman

Gambar 4. menunjukan bahwa nilai rataan kadar air tanah tertinggi

diperoleh pada areal hutan (perlakuan kontrol) yaitu sebesar 16,589 % dan nilai

rataan kadar air tanah terendah diperoleh pada komoditi durian yaitu sebesar

(46)

Pembahasan

Kerapatan isi (Bulk density) pada tiap tegakan tanaman serbaguna

(aren, durian dan karet) tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan

tegakan hutan di Sub DAS Petani karena tanaman serbaguna seperti aren, durian

dan karet memiliki tajuk yang rapat dan teratur. Hal ini sesuai dengan literatur

Saribun (2007) yang menyatakan bahwa pada lahan hutan dan hutan pinus

mempunyai nilai bobot isi yang lebih rendah. Hal ini diduga memiliki tutupan

tajuk yang sama–sama rapat dan teratur sehingga memungkinkan lebih banyak

butiran air hujan yang dapat diintersepsi, tajuk tanaman akan menyerap dampak

air hujan dan membiarkan air jatuh dengan lembut ke tanah tanpa memecahkan

agregat, dan menyebabkan kesempatan jatuhnya butiran air hujan langsung ke

permukaaan tanah lebih kecil. Keadaan ini memberikan kesempatan butiran hujan

masuk ke dalam tanah sebagai air infiltrasi dan perkolasi, sehingga mengurangi

pengaruh tumbukan air hujan yang bisa memadatkan tanah.

Tegakan aren dapat mempengaruhi sifat fisika tanah berupa porositas

tanah yang berbeda dengan porositas tanah pada areal hutan. Ini disebabkan

karena kurangnya serasah tanaman yang tedapat dibawah tegakan tanaman aren

sehingga mengakibatkan air hujan yang jatuh ke permukaan tanah menimbulkan

pemadatan tanah. Hal ini sesuai dengan literatur Kumalasari dkk (2011) yang

menyatakan bahwa dengan adanya seresah tanaman, tanah dapat terhindar dari

jatuhnya butiran air hujan secara langsung yang dapat menghancurkan agregat

tanah. Sehingga pada tanah yang mempunyai lapisan seresah pada permukaannya

memiliki kemantapan agregat yang teguh atau tidak mudah hancur akibat pukulan

(47)

Dari hasil analisis menunjukan bahwa permeabilitas tanah pada tiap

tegakan tanaman serbaguna tidak berbeda dengan permeabilitas tanah hutan

sebagai pembanding. Hal tersebut membuktikan bahwa berbagai penggunaan

lahan di Sub DAS Petani memiliki kandungan bahan organik cukup tinggi.

Dimana salah satu peran bahan organik adalah dapat memelihara agregasi dan

kelembaban tanah. Hal ini sesuai dengan literatur Tolaka dkk (2013) menyatakan

bahwa bahan organik berperan penting untuk menciptakan kesuburan tanah.

Peranan bahan organik bagi tanah dalam kaitannya dengan perubahan sifat–sifat

tanah, yaitu sifat fisik, biologis, dan sifat kimia tanah serta bahan organik

merupakan pembentuk granulasi dalam tanah dan sangat penting dalam

pembentukan agregat tanah yang stabil. Bahan organik adalah bahan pemantap

agregat tanah yang sangat baik. Demikian pula dengan aerasi tanah yang menjadi

lebih baik karena ruang pori tanah (porositas) bertambah akibat terbentuknya

agregat.

Warna tanah pada tiap tegakan tanaman baik pada tegakan hutan maupun

pada tegakan tanaman serbaguna menunjukan bahwa warna tanah dominan

dengan warna gelap, ini dipengaruhi oleh kandungan bahan organik yang tinggi

pada tanah–tanah tersebut. Syamsuddin (2012) menyatakan bahwa warna gelap

pada tanah umumnya disebabkan oleh kandungan tinggi dari bahan organik yang

terdekomposisi, jadi persentase bahan organik di dalam tanah diestimasi

berdasarkan warnanya. Bahan organik di dalam tanah akan menghasilkan warna

kelabu gelap dan coklat gelap.

Dari tabel 5. terlihat jelas bahwa tekstur tanah memiliki kesamaan kelas

(48)

pada tegakan tanaman serbaguna tidak akan berbeda dengan tegakan hutan.

Dimana tanah pada tegakan hutan didefinisikan sebagai tanah terbaik. Tekstur

tanah juga merupakan sifat dasar dari suatu tanah akan berkaitan erat dengan

sifat–sifat tanah lainnya, baik sifat fisika, kimia maupun biologi tanah.

Kadar air tanah berhubungan erat dengan porositas tanah. Namun pada

kadar air tanah tegakan aren tidak menunjukan bahwa berpengaruh nyata terhadap

tegakan hutan seperti pada porositas tanah tegakan aren. Hal ini disebabkan

karena kemampuan tanah menyerap air tidak tergantung pada total ruang pori

tetapi dipengaruhi oleh persentase sebaran ukuran pori. Arifin (2011) menyatakan

bahwa kemampuan tanah dalam melewatkan air dan udara tidak selalu berkolerasi

erat dengan nilai pori totalnya, tetapi lebih dipengaruhi oleh persentase sebaran

ukuran pori. Jika sebaran ukuran pori suatu tanah didominasi oleh pori berukuran

besar (pori makro) maka pada umumnya tanah tersebut mempunyai kemampuan

menyimpan lengas yang rendah, tetapi tanah ini memiliki kemampuan

(49)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Pada tegakan aren tidak mempengaruhi tekstur tanah, warna tanah, kadar air

tanah, permeabilitas tanah, kerapatan lindak (Bulk density) tetapi

mempengaruhi porositas tanah.

2. Pada tegakan durian tidak mempengaruhi tekstur tanah, warna tanah, kadar air

tanah, permeabilitas tanah, kerapatan lindak (Bulk density) dan porositas

tanah.

3. Pada tegakan karet tidak mempengaruhi tekstur tanah, warna tanah, kadar air

tanah, permeabilitas tanah, kerapatan lindak (Bulk density) dan porositas

tanah.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan beberapa tegakan tanaman serbaguna

lainnya untuk mendapatkan karakteristik fisika tanah di sub DAS Petani

(50)

DAFTAR PUSTAKA

Ai, N. S. dan P. Torey. 2013. Karakter Morfologi Akar Sebagai Indikator Kekurangan Air Pada Tanaman. J. Bioslogos 3(1) : 32 – 39.

Anwar, C. 2001. Budidaya Karet. Pusat Penelitian Karet. Medan.

Arifin, Z. 2011. Analisis Nilai Indeks Kualitas Tanah Entisol pada Penggunaan Lahan yang Berbeda. J. Agroteksos 21(1) : 47 – 54.

Badan Litbang Pertanian. 2013. Penerapan Konsep Konservasi Agro–Ekosistem pada Budidaya Durian. J. Agroinovasi 43(3497) : 6 – 12.

Damanik, S., M. Syakir, M. Tasma dan Siswanto, 2010. Budidaya dan Pasca Panen Karet. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Bogor.

Delvian, 2010. Konservasi Daerah Aliran Sungai. Dalam Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional. Medan. 12 – 13 Februari 2010. Hal 103 – 112.

Effendi, E. 2005. Kajian Model Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Terpadu. Direktorat Kehutanan dan Konservasi Sumberdaya Air. Jakarta.

Fathurrohman, D. 2008. Masalah Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas di Jawa Timur : Solusi dan Model Kolaborasi. J. Agritek 16(5) :

Hakim, N., M.Y. Nyakpa, A.M. Lubis, S.G. Nugroho, M.A. Diha, G.B. Hong dan H.H. Bailey. 1986. Dasar–Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung.

Hamilton, L. S. dan P. N. King. 1997. Daerah Aliran Sungai Hutan Tropika. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Hanafiah, K. A. 2005. Dasar–Dasar Ilmu Tanah. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Isfandari, D.T., R.S. Ilmiaty dan M. Baitullah A. 2014. Analisis Sistem Drainase di Kawasan Pemukiman pada Sub Das Aur Palembang (Studi Kasus : Pemukiman 9/10 ULU). J. Teknik Sipil dan Lingkungan 2(1) : 131 – 136.

Gambar

Gambar 1. Grafik nilai rataan kerapatan isi ( Bulk density) pada setiap tegakan    tanaman
Gambar 2. Grafik nilai rataan porositas tanah pada setiap tegakan tanaman
Gambar 3. Grafik nilai rataan permeabilitas tanah pada setiap tegakan tanaman
Tabel 4. menunjukan bahwa warna tanah pada tiap perlakuan dominan
+3

Referensi

Dokumen terkait

Parameter yang diamati adalah jenis tanah, kedalaman efektif tanah, permeabilitas tanah, kadar C-organik tanah, tekstur tanah, struktur tanah, kemiringan lereng dan curah

Beberapa faktor yang mempengaruhi permeabilitas tanah diantaranya tekstur, porositas, kandungan bahan organik, kerapatan massa, kerapatan partikrel dan kedalaman efektif

Parameter yang diukur adalah tekstur tanah, struktur tanah, bulk density tanah, total ruang pori tanah, infiltrasi tanah, warna tanah, permeabilitas tanah, pH tanah, C-organik

Kajian tentang sifat fisikayang meliputi tekstur tanah, kerapatan massa tanah, kerapatan partikel tanah, porositas tanah, permeabilitas tanahdan sifat kimia tanah yang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada parameter C- organic, N- total, P- tersedia, K- tukar, KTK mengalami perubahan penurunan sifat kimia tanah dibawah tegakan tanaman

Dari hasil analisis uji Anova taraf 5% menjelaskan bahwa lahan di bawah tegakan tanaman serbaguna seperti pada komoditi aren, durian dan karet tidak memberi pengaruh

Parameter yang diamati meliputi tekstur tanah, bahan organik, tebal tanah, porositas tanah, ukuran pori tanah, permeabilitas tanah dan air tersedia.. Kata Kunci : Sifat

Dari hasil analisis uji Anova taraf 5% menjelaskan bahwa lahan di bawah tegakan tanaman serbaguna seperti pada komoditi aren, durian dan karet tidak memberi pengaruh